peranan pengembangan sosial ekonomi terhadap …tugas itu diwujudkan dalam empat tugas gereja yaitu:...

115
i PERANAN PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI TERHADAP EFEKTIVITAS DIAKONIA GEREJA S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik Oleh: Sesilia Adhi Wahyu Utami 151124018 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 07-Feb-2021

24 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    PERANAN PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI TERHADAP

    EFEKTIVITAS DIAKONIA GEREJA

    S K R I P S I

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

    Program Studi Pendidikan Agama Katolik

    Oleh:

    Sesilia Adhi Wahyu Utami

    151124018

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

    JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2019

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iv

    PERSEMBAHAN

    Skripsi ini kupersembahakan untuk

    (Alm.) Ibu Christiana Tri Minarni dan Bapak Tukiman

    Mbak Natalia Adhi Wulandari, Mas Yohanes Adhi Budiarja, dan Mas Agustinus

    Budi Wibowo serta untuk dosen dan teman-teman keluarga Program Studi

    Pendidikan Agama Katolik angkatan 2015 yang selalu setiadalam doa dan usaha

    untuk membantu dan mendukungku.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • v

    MOTTO

    “Jangan lagi takut dan khawatir, namun jangan juga pernah berhenti berusaha.

    Katakan ‘aku bisa’, maka kamu pasti bisa.”

    (Ibu Ch. Tri Minarni)

    “Jalani saja, jangan kebanyakan mikir. Semangat dan percaya!”

    (Bapak Tukiman)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • viii

    ABSTRAK

    Skripsi ini berjudul “PERANAN PENGEMBANGAN SOSIAL

    EKONOMI TERHADAP EFEKTIVITAS DIAKONIA GEREJA”. Skripsi ini

    ditulis untuk melihat lebih mendalam mengenai diakonia dan PSE. Pemahaman

    yang mendalam diperlukan karena Gereja memahami diakonia lebih-lebih sebagai

    aksi sosial dengan memberikan uang kepada orang miskin, pakaian layak pakai,

    dan bantuan kebutuhan pokok lainnya. Begitupula terkait dengan PSE sebagai salah

    satu bentuk perwujudan diakonia, diperlukan pemahaman yang mendalam agar

    umat dapat terlibat dalam karya kerasulan PSE. Menanggapi permasalahan pokok

    tersebut, penulis melakukan penelitian studi pustaka. Studi pustaka dilakukan

    dengan membaca dan menghimpun informasi dari buku, artikel, dan jurnal yang

    berkaitan dengan diakonia dan PSE. Penulisan skripsi ini menggunakan metode

    deskriptif untuk memberikan pemahaman mengenai diakonia, PSE, serta peranan

    PSE terhadap efektivitas diakonia Gereja. Penelitian ini menghasilkan tiga temuan.

    Pertama, diakonia adalah tugas gereja untuk melayani semua orang (keluarga

    manusia) untuk mewujudkan Kerajaan Allah di dunia. Kedua, PSE adalah karya

    kerasulan Gereja dalam bidang sosial ekonomi sebagai suatu bentuk diakonia yang

    bertujuan untuk mewujudkan Kesejahteraan Umum. Ketiga, peranan PSE bagi

    efektivitas diakonia adalah sebagai gerakan pemberdayaan yang memberikan

    manfaat jangka panjang, sebagai sumbangsih Gereja dalam tata dunia, sebagai

    pendorong terwujudnya kemandirian sosial ekonomi dan solidaritas. Sebagai tindak

    lanjut dari hasil studi pustaka, penulis menyusun upaya meningkatkan peranan PSE

    demi efektivitas diakonia Gereja melalui penyelenggaraan katekese dengan model

    Shared Christian Praxis (SCP) yang membantu gerakan pemberdayaan membawa

    perubahan sosial sehingga terwujud Kerajaan Allah.

    Kata-kata kunci: Diakonia Gereja, Pengembangan Sosial Ekonomi, Kerajaan

    Allah, dan Kesejahteraan Umum.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ix

    ABSTRACT

    The title of this thesis is “THE ROLE OF SOCIO-ECONOMIC DEVELOPMENT PROGRAM FOR EFFECTIVENESS OF CHURCH’S

    DIAKONIA”. This thesis was written to come to know in-depth the diakonia and

    socio-ecomic development. The in-depth understanding is necessary because

    Church consider diakonia rathiv as a social action through giving money, used

    clothes, or another basic needs for the poor. It is necessary to understand in-depth

    the socio-economic development is a diakonia, so that they can get involved in the

    program. Address this issue, author conducts a literature study. The literature study

    is done with reading and collect information from book, article, and journal

    connecting with diakonia and socio-economic develompment program. This thesis

    employs descriptive method to fathom diakonia, socio-economic development

    program, and the role of socio-economic development program for effectiveness of

    Church’s diakonia. The study give three thought. First, diakonia is a Church’s duty

    to serve other in order to realize the Kingdom of God. Second, socio-economic

    development is a Church movement in social and economic sector as a diakonia’s

    form to realize general welfare. Third, the roles of socio-economic development

    program for the effectiveness of Church’s diakonia are empowerment movement

    leading to a long-term benefit, as a contribution of the Church in the world order,

    as a prop for realizing the socio-economic independency and solidarity. To follow

    up the result of this study, the author design a cathecetical session using Shared

    Christian Praxis model to contribute to the empowerment movement brings about

    the social transformation so that as the realization of the Kingdom of God.

    Keywords: Church’s Diakonia, Socio-economic Development Program, Kingdom

    of God, and General Welfare.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • x

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena berkat

    dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PERANAN

    PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI TERHADAP DIAKONIA

    GEREJA. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan kuliah

    dan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Selain itu, skripsi ini ditulis

    sebagai bentuk keikutsertaan penulis sebagai calon katekis Paroki.

    Dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan

    berbagai pihak, secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini,

    penulis dengan sepenuh hati mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Dr. B. Agus Rukiyanto, SJ selaku Ketua Program Studi Pendidikan Keagamaan

    Katolik yang telah memberikan dukungan dan izin bagi penulis untuk menyusun

    dan menyelesaikan skripsi ini.

    2. Dr. I. L. Madya Utama SJ., selaku dosen pembimbing utama yang telah

    memberikan semangat, meluangkan waktu dan mendampingi penulis dengan

    sepenuh hati: memberi masukkan, kritikan, dan menumbuhkan nilai-nilai

    perjuangan, kemandirian, dan kedisiplinan bagi penulis.

    3. Drs. F.X. Heryatno W.W., SJ., M.Ed selaku dosen pembimbing akademik dan

    penguji II yang telah mendampingi, membimbing, dan memberikan motivasi

    serta inspirasi bagi penulis.

    4. dan Y.H. Bintang Nusantara, SFK. M.Hum selaku dosen penguji III yang penuh

    kesabaran dan perhatian memberikan semangat, dukungan, perhatian, kritikan,

    dan masukan yang membangun skripsi ini menjadi lebih baik.

    5. Seluruh dosen dan karyawan Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik

    yang setia memberikan dukungan, perhatian, dan pelayanan sampai

    menyelesaikan studi di sini.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii

    HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv

    MOTTO .................................................................................................................. v

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................ Error! Bookmark not defined.

    PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .................................................. vi

    ABSTRAK ............................................................................................................ vii

    ABSTRACT ............................................................................................................. ix

    KATA PENGANTAR ............................................................................................ x

    DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii

    DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................... xv

    BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

    A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 3

    C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 3

    D. Manfaat Penulisan ........................................................................................ 3

    E. Metode Penulisan ......................................................................................... 4

    F. Sistematika Penulisan .................................................................................. 5

    BAB II. DIAKONIA DAN PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI ................. 6

    A. Tugas Pelayanan (Diakonia) ........................................................................ 6

    1. Pengertian Diakonia ................................................................................. 6

    2. Diakonia menurut Kitab Suci ................................................................... 7

    3. Diakonia menurut Gaudium et Spes ......................................................... 9

    4. Bentuk-bentuk Diakonia ........................................................................ 11

    5. Ciri-ciri Diakonia ................................................................................... 12

    6. Tujuan Diakonia ..................................................................................... 15

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiii

    B. Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) ...................................................... 16

    1. Pengertian PSE sebagai suatu Komisi/Bidang ....................................... 16

    2. Ajaran Sosial Gereja sebagai Sumber Inspirasi PSE .............................. 17

    3. Prinsip Keterlibatan Sosial Gereja ......................................................... 19

    4. Tujuan PSE: Terwujudnya Kesejahteraan Umum. ................................. 24

    5. Prinsip Moral dalam Kerasulan Ekonomi .............................................. 26

    6. Visi Dasar dan Spiritualitas PSE ............................................................ 28

    7. Aktualisasi PSE ...................................................................................... 28

    8. Karya PSE sebagai Gerakan Pemberdayaan .......................................... 31

    BAB III. PERANAN PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI (PSE)

    TERHADAP EFEKTIVITAS DIAKONIA GEREJA ........................................... 35

    A. Pewartaan Gereja: Terwujudnya Kerajaan Allah ....................................... 35

    1. Yesus, diakonia, dan Kerajaan Allah ..................................................... 35

    2. Tanda hadirnya Kerajaan Allah .............................................................. 37

    B. Peranan PSE terhadap Efektivitas Diakonia Gereja .................................. 40

    1. PSE Berperan Dalam Berbagai Konteks Kerasulan Gereja ................... 40

    2. PSE sebagai Salah Satu Bentuk Perwujudan Diakonia .......................... 42

    3. PSE Bermanfaat Jangka Panjang............................................................ 45

    4. PSE sebagai Sumbangsih Gereja untuk Terlibat dalam Tata-duniawi ... 46

    5. Karya PSE Menghadirkan Kerajaan Allah di Dunia .............................. 47

    6. PSE sebagai Pendorong Terwujudnya Solidaritas Kristiani .................. 48

    BAB IV. UPAYA MENINGKATKAN PERANAN PSE DEMI EFEKTIVITAS

    DIAKONIA GEREJA ............................................................................................ 50

    A. Katekese Sosial Ekonomi Sebagai Salah Satu Upaya Meningkatkan Peranan

    PSE Demi Efektivitas Diakonia Gereja ............................................................ 50

    1. Kekhasan Katekese ................................................................................. 50

    2. Tujuan Katekese ..................................................................................... 52

    3. Katekese Sosial Ekonomi dengan Metode Analisis Sosial ....................... 53

    B. Shared Christian Praxis sebagai Salah Satu Model Katekese Umat ......... 55

    1. Kekhasan Shared Christian Praxis (SCP) ............................................... 55

    2. Tiga Komponen Pokok dalam Shared Christian Praxis ......................... 56

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiv

    3. Langkah Katekese Umat Model Shared Christian Praxis ..................... 58

    C. Usulan Program Peranan Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) demi

    Efektivitas Diakonia Gereja di Wilayah St. Maria dan Yosep Rawaseneng, Paroki

    St.Petrus dan Paulus Temanggung. .................................................................. 62

    1. Pemikiran Dasar Program ...................................................................... 62

    2. Tema Program ........................................................................................ 64

    3. Program Peningkatan Peranan Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE)

    demi Efektivitas Diakonia Gereja.................................................................. 66

    4. Contoh Persiapan Katekese Model Shared Christian Praxis ................. 73

    BAB V. PENUTUP ............................................................................................... 83

    A. Simpulan .................................................................................................... 83

    B. Saran ........................................................................................................... 84

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 86

    LAMPIRAN .......................................................................................................... (1)

    Lampiran 1. Makalah “APP DAN PSE SEBAGAI PERWUJUDAN DIAKONIA

    GEREJA” ........................................................ (Error! Bookmark not defined.)

    Lampiran 2. Teks Lagu ..................................................................................... (9)

    Lampiran 3. Evangelii Gaudium 192 .............................................................. (11)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xv

    DAFTAR SINGKATAN

    A. Singkatan Kitab Suci

    Ams. : Amsal

    Yes. : Yesaya

    Mat. : Matius

    Luk. : Lukas

    Yoh. : Yohanes

    Kis. : Kisah Para Rasul

    2 Kor. : 2 Korintus

    B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

    ASG : Ajaran Sosial Gereja – Kumpulan Ajaran mengenai

    Persoalan Keadilan Sosial, Isu Kemiskinan dan

    Kesejahteraan serta Peranan Negara; ensiklik pertama

    dikeluarkan oleh Paus Leo XIII pada tahun 1891.

    CT : Catechesi Tradendae – Surat Anjuran Apostolik tentang

    Katekese masa kini; dikeluarkan oleh Paus Yohanes Paulus

    II pada 16 Oktober 1979.

    EG : Evangelii Gaudium – Seruan Apostolik tentang Pewartaan

    Injil dalam Dunia Zaman Sekarang; dikeluarkan oleh Paus

    Fransiskus pada 24 November 2013.

    GS : Gaudium et Spes – Konstitusi Pastoral tentang Gereja dalam

    Dunia Dewasa ini; satu dari enam belas dokumen yang

    dikeluarkan oleh Konsili Vatikan II pada 7 Desember 1965.

    KGK : Katekismus Gereja Katolik –Buku mengenai Katekese yang

    dipakai oleh Gereja Katolik; penggunaannya diresmikan oleh

    Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1992.

    C. Singkatan lainnya

    KLMTD : Kecil, Lemah, Miskin, Tersingkir dan Difabel

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvi

    KWI : Konferensi Waligereja Indonesia – Organisasi Gereja Katolik

    yang Beranggotakan para Uskup di Indonesia dan Bertujuan

    Menggalang Persatuan dan Kerja Sama dalam Tugas Pastoral

    Memimpin Umat Katolik di Indonesia; didirikan pada 26 Juli

    1975.

    PKKI : Pertemuan Kateketik antarKeuskupan se-Indonesia

    PSE : Pengembangan Sosial Ekonomi – Karya Kerasulan Gereja

    yang Bergerak dalam Permasalahan Sosial Ekonomi.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Gereja sebagai persekutuan umat Allah yang percaya akan Yesus Kristus

    memiliki tugas untuk melanjutkan karya keselamatan Allah di dunia. Gereja juga

    diutus untuk memberikan kesaksian (martyria) tentang karya keselamatan Allah.

    Tugas itu diwujudkan dalam empat tugas Gereja yaitu: perayaan liturgi (liturgia),

    persekutuan (koinonia), pewartaan (kerygma), dan pelayanan (diakonia). Jika

    Gereja mampu melaksanakan tugas-tugas ini dengan baik maka akan terwujud

    Kerajaan Allah di tengah dunia.

    Kesaksian menjadi dasar terlaksananya tugas Gereja lainnya untuk

    membangun Kerajaan Allah. Gereja melaksanakan tugas-tugasnya bukan hanya

    dalam komunitas Kristiani saja, Gereja juga harus melaksanakan tugasnya di tengah

    dunia. Jika Gereja hanya menitikberatkan pada satu kegiatan dan tidak memberikan

    perhatian bagi tugas-tugas lainnya, maka Kerajaan Allah belum dapat terwujud

    dalam dunia. Gereja masih lebih-lebih memerhatikan liturgia dibandingkan tugas

    lainnya.

    Menurut O’Meara dalam Madya Utama (2011:55), pelayanan bertujuan

    untuk memberikan kesaksian tentang Kerajaan Allah serta mengupayakan Kerajaan

    Allah itu sungguh terwujud dalam dunia ini dan sekarang ini. Dalam Konsili

    Vatikan II, Gereja secara mantap mengarahkan amanatnya bukan lagi hanya kepada

    putra-putra Gereja, namun juga kepada semua orang dan kepada keluarga umat

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 2

    manusia. Dengan begitu, Gereja akan benar-benar hadir bagi dan di dalam dunia

    (GS 2).

    Champbell-Nelson (dalam Tule 1994:129-130) mengatakan bahwa

    karya pelayanan (diakonia) menjadi suatu hal yang penting bagi kehidupan

    Gereja dan komunitas Kristiani. Firman Tuhan diberitakan dan sakramen

    dilayani dengan benar maka di situlah Gereja harus fokus kepada fungsi

    Gereja. Unsur diakonia menjadi sangat penting untuk mewujudkan Gereja

    Yesus Kristus. Dengan diakonia, firman Tuhan menjadi nyata dan

    sakramen menjadi ajimat. Ketiga unsur ini tidak dapat dipisahkan.

    Gereja memahami diakonia sebagai aksi sosial dengan memberikan uang

    kepada orang miskin, pakaian layak pakai, dan bantuan kebutuhan pokok lainnya.

    Padahal menurut Noordegraff (1991:4), diakonia lebih dari sekedar mengurusi

    orang miskin. Pemahaman yang sempit mengenai diakonia membatasi Gereja

    untuk berbuat banyak bagi dunia. Diakonia sebaiknya dipahami secara luas sebagai

    suatu karya keselamatan Allah, yang memberikan keselamatan secara utuh pada

    segala aspek kehidupan.

    Gereja di Indonesia membentuk suatu kegiatan kerasulan dalam bidang

    sosial ekonomi yaitu Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) untuk

    mewujudnyatakan diakonia di tengah dunia. Gereja berusaha melanjutkan karya

    Yesus di dunia dengan memberikan pelayanan khususnya bagi mereka yang kecil,

    miskin, lemah, dan tersingkir. Pengembangan Sosial Ekonomi hadir sebagai karya

    evangelisasi untuk melihat kembali kebutuhan hidup manusia dengan semangat

    injil. PSE bukan hanya sebagai kegiatan bakti sosial namun menuntut adanya

    pengembangan diri yaitu nilai kemandirian yang mengabdi demi kebaikan bersama

    (Komisi PSE KWI, 1990:53). Untuk itu, Gereja membutuhkan keterlibatan dan

    tanggungjawab demi utuhnya hidup manusia di dunia. Oleh karena itu, judul skripsi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 3

    yang akan ditulis adalah “PERANAN PENGEMBANGAN SOSIAL

    EKONOMI TERHADAP EFEKTIVITAS DIAKONIA GEREJA.”

    B. Rumusan Masalah

    1. Bagaimana sebaiknya diakonia dan PSE dipahami oleh Gereja?

    2. Bagaimana peranan Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) terhadap efektivitas

    diakonia Gereja?

    3. Bagaimana upaya untuk meningkatkan peranan Pengembangan Sosial Ekonomi

    (PSE) demi efektivitas diakonia Gereja?

    C. Tujuan Penulisan

    1. Memperoleh pemahaman tentang diakonia dan PSE.

    2. Mengetahui peranan Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) sebagai karya

    kerasulan sosial ekonomi untuk efektivitas diakonia Gereja.

    3. Mengetahui upaya untuk meningkatkan peranan Pengembangan Sosial Ekonomi

    (PSE) demi efektivitas diakonia Gereja.

    D. Manfaat Penulisan

    1. Manfaat teoretis

    Dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dan informasi tentang

    tugas pelayanan (diakonia) dan Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 4

    2. Manfaat praktis

    a. Bagi pemimpin Paroki

    Pemimpin Paroki dapat memahami dengan tepat mengenai diakonia dan

    PSE sebagai salah satu perwujudan diakonia sehingga pemimpin dapat

    mempertimbangkan dan mengupayakan kebijaksanaan terkait aktualisasi PSE

    (Pengembangan Sosial Ekonomi) di tingkat Paroki.

    b. Bagi Paroki

    Umat Paroki memahami dengan tepat mengenai diakonia dan PSE

    sebagai salah satu perwujudan diakonia sehingga dapat ikut terlibat dalam

    aktualisasi PSE.

    c. Bagi Peneliti Selanjutnya

    Peneliti dapat terbantu dengan adanya beberapa catatan dan keterbatasan

    penelitian yang telah dilakukan. Peneliti juga perlu melihat dan menemukan bidang

    pelayanan yang lain sebagai perwujudan diakonia. Untuk itu, penelitian selanjutnya

    dapat memberikan hasil yang lebih baik.

    E. Metode Penulisan

    Dalam penulisan ini, penulis menggunakan metode deskriptif; artinya,

    penulis mengemukakan, menyampaikan dan memberikan gambaran tentang tugas

    pelayanan (diakonia) Gereja dan Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) sebagai

    salah satu perwujudan diakonia. Berdasarkan judul skripsi, penulis juga akan

    memaparkan peranan PSE terhadap efektivitas diakonia Gereja. Skripsi ini

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 5

    merupakan hasil studi pustaka untuk mengkaji pokok bahasan yang sudah penulis

    paparkan.

    F. Sistematika Penulisan

    Tulisan ini berjudul “Peranan Pengembangan Sosial Ekonomi terhadap

    Efektivitas Diakonia Gereja.” Untuk mencapai tujuan penulisan, skripsi ini terdiri

    dari lima (5) bab yang isinya sebagai berikut:

    Bab I: merupakan pendahuluan yang terdiri dari latarbelakang, rumusan

    masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.

    Bab II: merupakan pembahasan gambaran diakonia dan PSE.

    Bab III: merupakan pembahasan mengenai peranan PSE sebagai karya

    kerasulan sosial ekonomi terhadap efektivitas diakonia Gereja.

    Bab IV: merupakan program penyelenggaraan katekese sebagai upaya

    meningkatkan peranan PSE demi efektivitas diakonia Gereja.

    Bab V: merupakan penutup yang terdiri dari simpulan dan saran. Dalam

    simpulan, penulis akan menyampaikan hal-hal pokok berkaitan dengan

    permasalahan yang diangkat dalam penulisan skripsi ini. Selain itu, penulis akan

    memberikan saran untuk memanfaatkan hasil studi ini guna memahami diakonia,

    PSE, mengetahui peranan PSE terhadap efektivitas diakonia Gereja, dan upaya

    meningkatkan peranan PSE demi efektivitas diakonia.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 6

    BAB II

    DIAKONIA DAN PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI

    A. Tugas Pelayanan (Diakonia)

    1. Pengertian Diakonia

    Heuken (2004:60) mengatakan bahwa “diakonia atau dalam bahasa

    Yunani berarti pelayanan merupakan salah satu kegiatan pokok umat beriman

    bersama dengan liturgi dan martyria.” Melalui kegiatan ini Gereja melanjutkan

    karya Yesus dengan menampakkan cinta kasih Kristus yang menjiwai mereka.

    Diakonia bukan hanya melayani orang yang seiman, melainkan juga melayani

    semua orang.

    Murphy dalam Marthaler (2003:718-719) mengatakan bahwa “diakonia

    adalah pelayanan khusus bagi orang miskin, para janda, anak yatim, para peziarah,

    dan orang-orang asing yang diorganisir oleh Gereja secara sistematis. Kegiatan

    memberi sedekah dibarengi dengan kegiatan berdoa dan berpuasa telah menjadi

    tujuan utama kehidupan Kristiani.”

    O’Meara dalam Madya Utama (2011:54) mendefinisikan pelayanan

    (ministry) sebagai “the public activity of a baptized follower of Jesus Christ flowing

    from the Spirit’s charism and an individual personality on behalf of a Christian

    community to witness to, serve and realize the Kingdom of God”. Tujuan dari karya

    pelayanan itu adalah terwujudnya Kerajaan Allah yang membawa keselamatan bagi

    segenap umat manusia. Kerajaan Allah digambarkan sebagai Allah yang meraja

    dan membangun suasana yang penuh keadilan, perdamaian dan sukacita di dalam

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 7

    bimbingan Roh Kudus. Kerajaan Allah diupayakan agar dapat terwujud dalam

    dunia ini dan sekarang ini.

    “For Christians, diakonia was a reality in which redemption that they

    preached could alread begin before death in this life, by transforming poverty,

    distress, sadness, and death through the power of love” (Brox, 1988:33). Peran

    diakonia sebagai perwujudan ajaran dan iman akan Kristus yang menebus dosa

    manusia sangatlah besar. Diakonia bukan hanya dikaitkan dengan kekuatan uang

    atau daya material, namun diakonia menjadi daya penebusan bagi kemiskinan,

    kesusahan, penderitaan, dan kematian.

    Gereja menjalankan karya pelayanan ini di tingkat Paroki dan Keuskupan.

    Beberapa Paroki dan Keuskupan telah mengorganisasikan tugas pelayanan

    (diakonia) ke dalam bidang-bidang atau komisi tertentu. Misalnya dalam bidang

    kesehatan (poliklinik) atau bidang ekonomi dan sosial (dana papa, badan amal,

    rumah jompo, dan panti asuhan).

    2. Diakonia menurut Kitab Suci

    Menurut Supit (1988: 62-64) landasan alkitabiah dan teologis tentang

    diakonia adalah sebagai berikut: Yesus diurapi untuk menyampaikan kabar baik,

    khususnya bagi orang miskin. Yesus juga diutus untuk memberitakan pembebasan

    dan melakukan penyembuhan (Luk. 4:18-19). Sekarang ini, tugas perutusan Yesus

    dilanjutkan oleh Gereja. Gereja menyampaikan kabar baik kepada kam Kecil,

    Lemah, Miskin, Tersingkir, dan Difabel (KLMTD) Kabar baik itu berupa

    pembebasan atau kemerdekaan dalam kehidupan. Aspek kehidupan bukan hanya

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 8

    persoalan ekonomi dan sosial semata. Kemiskinan secara ekonomi akan

    mempengaruhi aspek lain seperti akses kesehatan, pendidikan, mobilitas sosial dan

    aspek kehidupan lainnya. Gereja secara khusus memberikan perhatian bagi mereka

    agar mendapatkan ‘keselamatan’ dalam seluruh aspek kehidupan, sehingga setiap

    pribadi dapat menjadi manusia yang seutuhnya.

    Tugas pelayanan Yesus yang kini disebut sebagai diakonia dipahami

    sebagai suatu hakikat dan kepastian iman kristen yang hidup (Mat. 25:36-46).

    Orang Kristen menjadi rekan kerja Kristus yang diutus untuk melanjutkan karya-

    Nya. Gereja (khususnya) mempunyai tugas untuk memberikan bantuan-bantuan

    yang telah terlebih dahulu diteladankan oleh Yesus. Bantuan untuk orang-orang

    yang telanjang, orang sakit, orang yang terpenjara, orang yang kelaparan dan

    kehausan, serta orang asing dikatakan sebagai bantuan yang selayaknya diberikan

    bagi-Nya. Untuk itu, diakonia Gereja memberikan perhatian bagi KLMTD tanpa

    mengesampingkan peran umat Kristen yang tidak masuk dalam kategori itu.

    Diakonia adalah pelayanan yang benar-benar melayani (Mat. 20:28).

    Yesus menjadi manusia dan hidup bukan hanya untuk mengatasi penderitaan

    manusia namun bersama-sama manusia menghadapi penderitaan itu. Untuk

    menjauhkan manusia dari penderitaan dosa, Yesus menyerahkan diri-Nya dan setia

    hingga akhir dalam pelayanan-Nya untuk memberikan kebebasan dan keadilan.

    Diakonia yang benar-benar melayani tidak menyebabkan munculnya rasa

    merendahkan atau menguasai orang yang mereka layani. Mereka yang dilayani

    justru merasakan kehadiran dan pendampingan bagi mereka untuk membantu

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 9

    pengembangan dirinya. Relasi yang terbangun adalah relasi saling mencintai, bukan

    semata pemberi dan penerima.

    Dalam Perjanjian Lama, Nabi Yesaya (Yes. 53) mengatakan Mesias akan

    menderita untuk melepaskan dunia dari ketidakadilan; dan martabat manusia yang

    utuh sebagai konsekuensi panggilan. Yesus yang mati disalib merupakan contoh

    konsekuensi panggilan itu. Yesus merasakan ketidakadilan dalam masyarakat,

    dianggap sebagai penghujat Allah. Namun untuk itulah Ia dapat menjadi penegakan

    martabat manusia secara utuh. Kayu salib ini mempunyai pesan yang kuat bahwa

    diakonia menuntut suatu pengorbanan yang mahal dan kemurnian jiwa. Kita harus

    siap menderita, dipenjarakan, disiksa, bahkan mati dalam perjuangan diakonia ini.

    Brox (1988: 33) mengatakan bahwa “if Christians were present where

    there was human need, as a community active helping, healing, and bringing about

    change, this had effect of a sermon without words –or instead of words (1Pet. 3:1f).

    Dalam surat rasul Petrus yang pertama, dikatakan bahwa diakonia adalah sebuah

    khotbah tanpa kata yang diwujudkan dengan secara aktif membantu,

    menyembuhkan, dan membawa perubahan. Sama seperti Gurunya, Petrus

    mengajak agar ajaran Yesus bukan hanya diajarkan atau diucapkan saja melainkan

    dilaksanakan.

    3. Diakonia menurut Gaudium et Spes

    Tugas pelayanan (diakonia) menjadi salah satu upaya Gereja untuk hadir

    bagi dunia. Gereja hadir untuk ambil bagian dalam karya penyelamatan Allah pada

    setiap pribadi dan oleh karenanya dapat memperbaharui masyarakat. Gereja

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 10

    menunjukkan keberpihakannya pada penyelamatan bagi orang miskin dan

    menderita (GS 1). Bukan hanya bagi orang Kristen yang miskin dan menderita,

    keselamatan juga diberikan kepada semua orang yang disebut sebagai keluarga

    manusia (GS 2). Keluarga manusia itu tidak hanya terbatas pada kesamaan agama,

    kesamaan bangsa, namun kesamaan sebagai insan manusia. Setiap manusia

    memiliki panggilan yang luhur untuk membangun persaudaraan dengan semua

    orang. Dengan persaudaraan itulah, Roh Penghibur berkarya dalam diri manusia

    untuk memberi kesaksian, menyelamatkan, dan melayani sesamanya (GS 3).

    Diakonia bukan hanya perkara memberi bantuan secara material kepada

    orang miskin, tetapi memberi bantuan untuk menyelesaikan penderitaan manusia

    akibat permasalahan yang timbul dalam masyarakat. Permasalahan itu sering

    timbul sebagian besar karena adanya ketegangan dalam aspek ekonomi, politik, dan

    sosial (GS 25). Misalnya seperti bencana kelaparan, ketimpangan pendidikan,

    korupsi yang merugikan negara dan masyarakat, serta permasalahan lain. Maka

    Gereja hadir juga bukan hanya untuk membantu dalam bidang liturgi dan pewartaan

    Injil, namun juga dalam karya nyata cinta kasih untuk menolong sesama. Bila

    Gereja hanya melakukan perayaan liturgi dan pewartaan Injil tanpa memperhatikan

    kesengsaraan manusia, Gereja mengkhianati karya pelayanan Yesus bagi manusia

    (YOUCAT Foundation gemeinnützige GmbH, 2016: 41).

    Umat Katolik berperan untuk membebaskan manusia dari kesengsaraan.

    Bagi mereka yang benar-benar secara aktif melibatkan diri dalam perkembangan

    sosial ekonomi disebut berjasa dalam menciptakan kesejahteraan dan perdamaian

    dunia. Umat Katolik (baik secara pribadi maupun berkelompok) memberikan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 11

    teladan kehidupan yang diresapi Sabda Bahagia dan semangat kemiskinan. “Barang

    siapa patuh taat kepada Kristus, pertama-tama mencari Kerajaan Allah, akan

    menimba darinya cinta kasih yang lebih kuat dan lebih jernih, untuk membantu

    semua saudara-saudarinya, dan untuk berjiwakan cinta kasih melaksanakan karya

    keadilan” (GS 72).

    4. Bentuk-bentuk Diakonia

    Menurut Fackre (dalam Nugroho, 2015: 12-13) ada dua bentuk diakonia

    Gereja, yaitu:

    a. Diakonia Karitatif

    Diakonia karitatif atau charity merupakan pelayanan cinta kasih dilakukan

    dengan merawat yang sakit, memberikan sembako harga murah, memberi uang

    kepada yang miskin, dan kegiatan kasih lainnya. Diakonia karitatif ini memberikan

    gambaran bahwa Gereja ada pada pihak mereka yang membutuhkan bantuan yaitu

    bagi mereka yang lemah dan miskin. Karya ini dilakukan agar hidup mereka

    menjadi lebih baik dan mengurangi penderitaan yang mereka alami.

    Model diakonia ini disebut menjadi model tertua bagi pelayanan Gereja.

    Model ini masih bertahan sampai sekarang karena manfaatnya dirasakan secara

    langsung. Diakonia karitatif dianggap menjadi model yang tepat di saat situasi

    darurat seperti bencana alam.

    b. Diakonia Pemberdayaan

    Dalam model ini, Gereja berusaha mencari akar dari permasalahan yang

    terjadi dalam masyarakat. Bila akar permasalahan sosial-ekonomi sudah

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 12

    ditemukan, Gereja akan melakukan upaya untuk mengatasi permasalahan itu.

    Diakonia pemberdayaan ini bukan hal yang mudah. Permasalahan yang biasanya

    terjadi dalam masyarakat sudah mengakar dan mendarah daging sehingga sulit

    untuk diatasi. Bukan berarti Gereja menyerah pada usahanya meringankan

    penderitaan sesama. Melalui gerakan pemberdayaan, Gereja ikut ambil bagian

    dalam penderitaan manusia. Proses diakonia pemberdayaan cenderung

    memerlukan waktu yang lama namun dapat dirasakan manfaatnya dalam jangka

    waktu yang panjang.

    5. Ciri-ciri Diakonia

    Supit (1988: 55-59) mengatakan bahwa ada delapan ciri diakonia, yaitu:

    a. Hakiki

    Diakonia bersifat mendasar bagi kehidupan dan kesejahteraan Gereja.

    Gereja menjadi pelayan, sama halnya dengan Kristus yang melayani sesama karena

    Gereja telah terlebih dahulu dipilih dan dikasihi Allah.

    b. Mewujud dalam Gereja setempat

    Gereja harus terbuka pada kebutuhan masyarakat di mana Gereja itu

    berada. Gereja bukan hanya melihat kebutuhan umat Katolik saja, namun juga

    kebutuhan masyarakat setempat. Hal ini dilakukan agar wujud diakonia menjadi

    lebih nyata dan konkret.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 13

    c. Memerlukan bantuan bertaraf dunia

    Beberapa Gereja menderita karena tersisih dan mengalami diskriminasi

    sehingga Gereja memiliki kesempatan yang terbatas untuk pelayanan. Selain itu,

    kebutuhan masyarakat dirasa membutuhkan bantuan secara lokal, nasional, maupun

    insternasional. Maka, diperlukan solidaritas internasional dengan Gereja di seluruh

    dunia.

    d. Memerlukan langkah preventif atau pencegahan

    Diakonia bukan hanya melihat kebutuhan dalam masyarakat. Diakonia

    perlu melihat apa yang menjadi akar permasalahan atau penyebab munculnya

    kebutuhan itu. Analisis yang serius menjadi suatu kekuatan yang akan membuat

    diakonia mejadi lebih peka, mendidik dan mengarahkan masyarakat melawan

    sistem yang membuat hidup manusia tidak bermartabat. Bila akar permasalahan

    telah ditemukan, maka akan muncul langkah pencegahan yang dapat dilakukan

    Gereja dalam rangka karya pelayanan itu.

    e. Berhubungan dengan dimensi struktural dan politik

    Dimensi struktural dan politik bangsa dan negara dapat menjadi sumber

    kesengsaraan, perbudakan, dan penderitaan bagi manusia. Gereja perlu menyadari

    bahwa ada beberapa Gereja yang dapat berperan dengan melampaui batas nasional

    untuk menunjukkan solidaritasnya.

    f. Bersifat kemanusiaan

    Diakonia tidak terbatas pada Gereja saja melainkan pada semua manusia.

    Kita harus mengakui bahwa Allah bekerja di tengah dunia. Ia bekerja melalui

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 14

    kekuatan manusia. Manusia yang bekerja secara perseorangan, berkelompok, dan

    tentunya melalui Gereja yang penuh dedikasi untuk mencapai masyarakat yang adil

    dan utuh. Maka diakonia harus ditujukan untuk semua orang atau bagi seluruh

    keluarga manusia. Tentunya Gereja perlu membangun hubungan dengan

    pemerintah. Akan ada suatu kemungkinan bahwa Gereja mendapatkan batasan

    pada pelayanannya, namun hal ini justru dipercaya akan menjadi kesempatan yang

    lebih luas bagi kerjasama dengan pihak lain.

    g. Bersifat saling

    Diakonia bersifat saling, maksudnya adalah saling memberi dan saling

    menolong. Gereja tidak boleh beranggapan bahwa diakonia merupakan hubungan

    pemberi dan penerima atau si kaya menolong si miskin. Orang Kristen merupakan

    penerima rahmat Tuhan. Pandangan inilah yang dipakai sebagai motivasi untuk

    melayani sesama sebagai sikap saling memberi dan menerima karena rahmat Allah

    itu. Dalam diakonia, kekuasaan dan kekayaan seseorang akan lebur untuk menjadi

    satu dengan sesama yang kecil, lemah, miskin, tersingkir, dan difabel. Diakonia

    menekankan pengorbanan diri dan penyadaran diri untuk bersikap saling menolong.

    h. Bersifat membebaskan

    Gereja harus berpartisipasi dan menjadikan masyarakat memiliki

    kedudukan yang sederajat. Dengan begitu, Gereja dapat membantu mereka yang

    tertindas. Melalui diakonia, manusia menjadi semakin manusiawi. Manusia

    menjadi lebih bermartabat dan mempunyai kesempatan untuk berkembang. Hal

    inilah yang diupayakan oleh diakonia. Gereja, lembaga antaragama, dan organisasi

    masyarakat harus memberikan ruang bebas bagi manusia agar dapat melibatkan diri

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 15

    secara aktif untuk menentukan hidup dan bekerjasama dalam usaha-usaha

    meningkatkan kesejahteraan umum.

    6. Tujuan Diakonia

    Tugas pelayanan atau diakonia bertujuan untuk mewujudkan Kerajaan

    Allah di tengah dunia. Kerajaan Allah adalah suasana saat Allah meraja. Bila Allah

    meraja, kita akan melakukan hal-hal baik bagi banyak orang. Dengan hal-hal baik

    itulah kita menciptakan suasana yang bahagia, penuh perdamaian, adanya keadilan

    dan kesejahteraan bagi keluarga manusia.

    Yesus telah memulai karya pewartaan Kerajaan Allah dengan perbuatan,

    perkataan, dan seluruh hidup-Nya. Ia menyembuhkan banyak orang yang dapat

    dilihat sebagai suatu tanda datangnya Kerajaan Allah. Yesus telah membebaskan

    manusia dari belenggu dosa, penderitaan, dan kematian. Yesus juga menggugat

    struktur masyarakat dan agama yang membawa penindasan bagi manusia. Untuk

    itu, Gereja bertugas untuk melanjutkan karya penyelamatan itu: dengan hadir secara

    eksplisit melalui perbuatan dan perkataan di tengah dunia. Gereja berkomitmen

    untuk setia pada pelayanan keadilan dan perdamaian demi Kerajaan Allah.

    Terwujudnya Kerajaan Allah ditandai dengan adanya suasana sharing and

    loving community. Gereja yang mempunyai panggilan untuk berbagi dan membantu

    KLMTD diharapkan mempunyai relasi cinta. Mereka bukan membangun relasi

    pemberi dan penerima, namun relasi sesama yang penuh solidaritas sebagai sebuah

    komunitas.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 16

    B. Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE)

    1. Pengertian PSE sebagai suatu komisi/bidang

    Komisi PSE pada awalnya disebut dengan Pansos atau Panitia Sosial.

    Kemudian para uskup membentuk Komisi PSE tersebut untuk membantu karya

    PSE dalam tingkat Keuskupan, Kevikepan, dan Paroki. Mekanisme kerja atau

    pelayanan komisi ini bersumber dari rencana pastoral Gereja. Perlu dilihat kembali

    bahkan jika perlu diuji, untuk menemukan jawaban apakah karya tersebut

    membantu Gereja dalam membangun tugas pelayanan demi kesejahteraan hidup

    manusia secara utuh dan layak.

    Turang (2008: 18) mengatakan bahwa

    mekanisme kerja PSE hendaknya menumbuhkan kesatuan dan persatuan

    dalam seluruh persekutuan hidup Kristiani, agar kehadirannya

    membuahkan keadilan, kesejahteraan, dan persaudaraan. Sedangkan

    struktur pelayanan hendaknya bercorak sederhana, jelas, cepat, luwes, dan

    aman. Corak bersaudara kerasulan PSE menggerakkan umat untuk

    mengambil peran aktif dalam kebersamaan.

    Dalam konteks Parokial, Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE)

    merupakan suatu bidang dalam susunan kepengurusan Dewan Paroki untuk

    menanggapi karya kerasulan sosial. Tim ini menangani perencanaan, pelaksanaan,

    dan koordinasi kegiatan dalam upaya mengembangkan aspek sosial ekonomi umat

    dan masyarakat. Dalam perkembangannya, PSE dapat juga disebut sebagai gerakan

    pastoral yang diharapkan dapat menanggapi kebutuhan sosial ekonomi umat

    melalui karya-karya dengan prinsip hidup Kristiani. PSE mempunyai prioritas

    untuk memberdayakan kaum kecil, lemah, miskin, tersingkir, dan difabel

    (KLMTD) agar dapat mencapai kesejahteraan hidupnya (Konferensi Waligereja

    Indonesia, 2008: 21).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 17

    PSE atau Pengembangan Sosial Ekonomi bermakna sebagai berikut

    (Konferensi Waligereja Indonesia, 2008: 32):

    a. Pengembangan berarti mengusahakan adanya usaha pembangunan bagi pribadi

    manusia yang beriman dan bermutu.

    b. Sosial berarti konsekuensi sifat dasar manusia yang hidup bersama dengan

    orang lain sehingga dunia harus dikelola bersama dengan sikap setia-kawan.

    c. Ekonomi berarti kemampuan manusia untuk menghayati dan menjiwai dispilin

    Kristiani dan menerapkan semangat Injili dalam tata kesejahteraan ekonomi.

    Untuk itu, PSE mengandung makna sebagai suatu usaha manusia dalam

    mengelola tata dunia ini haruslah memberikan kemungkinan bagi setiap orang

    mengalami suatu kehidupan yang layak dalam semangat kebersamaan yang saling

    menguntungkan, saling melengkapi, saling membantu, dan saling menghormati.

    Dalam karya PSE, Gereja diminta untuk siap menyelenggarakan pendidikan

    pembangunan. Pendidikan pembangunan maksudnya adalah bahwa agar umat

    dibina dalam semangat untuk rela berbagi harta milik dengan begitu bisa berperan

    dalam menyumbang bagi kesejateraan umat manusia. Dunia masa ini yang

    menuntut pembangunan untuk memerangi kemiskinan harus dilakukan terus

    menerus dan sepanjang masa.

    2. Ajaran Sosial Gereja sebagai Sumber Inspirasi PSE

    Gereja menyadari pentingnya berkarya nyata bagi dunia. PSE menjadi

    salah satu bentuk perwujudan komitmen Gereja. PSE muncul dari panggilan untuk

    memperjuangkan nilai keadilan, perdamaian, dan kesejahteraan bagi keluarga

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 18

    manusia. PSE juga diharapkan dapat membantu Gereja menghadapi permasalahan-

    permasalan sosial di dunia. Gereja membaca permasalahan sosial yang terjadi

    dalam ajaran sosial Gereja, mulai dari Rerum Novarum sampai dengan Deus

    Caritas Est (Komisi PSE KWI, 2008: 3).

    Komisi PSE KWI (2008: 11) mengatakan bahwa Ajaran Sosial Gereja

    membantu Gereja untuk memberikan kesadaran dan kepedulian bagi kondisi kerja

    yang menyedihkan melalui pembagian gaji yang tidak adil (Rerum Novarum).

    Kondisi yang menyedihkan ini didorong oleh pribadi-pribadi manusia yang

    menginjak hak sesamanya. Maka Gereja mengajak perubahan pembangunan

    diawali dengan perubahan pribadi. Perubahan pribadi yang bersemangat Kristiani

    dan nilai Injili. Masing-masing pribadi juga perlu peduli terhadap keadilan sosial,

    dari situlah permasalahan dan perselisihan dapat terselesaikan (Quadragesimo

    Anno). Dalam Mater et Magistra, digambarkan permasalahan pada berbagai aspek

    kehidupan modern karena industrialisasi; maka Gereja diharapkan membantu

    mengarahkan jalan dalam kehidupan modern ini. Gereja juga perlu menegaskan

    kembali bahwa masing-masing pribadi bertanggungjawab untuk berkembang dan

    bergerak maju guna membangun dunia dan demi terwujudnya Kerajaan Allah di

    tengah kegiatan duniawi.

    Pacem in Teris menegaskan peran orang Katolik dalam kesejahteraan

    masyarakat. Orang Katolik tidak boleh hanya diam melihat permasalahan

    ketidakadilan, perpecahan, kemiskinan serta masalah lainnya. Orang Katolik perlu

    menjadi aktif dalam kehidupan masyarakat dan pencapaian kesejahteraan umum

    (Komisi PSE KWI, 2008: 26).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 19

    Menurut Komisi PSE KWI (2008: 31) Gereja berperan untuk menawarkan

    bantuan bagi pribadi, kegiatan manusia, dan masyarakat. Bantuan itu berupa

    tanggapan atas apa yang menjadi kebutuhan atau permintaan dunia. Kebutuhan

    akan perlindungan martabat manusia, kebutuhan tercapainya kesatuan, dan

    kebutuhan lainnya. Untuk itu Gereja juga siap menerima bantuan, agar nilai dan

    semangat Injili terwujud dalam dunia (Gaudium et Spes). Bantuan itu juga dapat

    diberikan berupa upaya membangun solidaritas dengan saling berbagi kekayaan.

    Gereja mengajak dunia untuk berbagi dengan dilandasi persaudaraan yang sejati

    sebagai satu keluarga manusia. Umat Kristiani didorong untuk memperluas dan

    mengembangkan upaya kerja sama demi mengatasi kesulitan bangsa-bangsa

    (Populorum Progressio).

    Berdasarkan permasalahan sosial ekonomi yang ada dan himbauan melalui

    ajaran sosial Gereja, PSE semakin berkembang untuk memberikan kesadaran bagi

    Gereja. Gereja perlu menyadari bahwa memperjuangkan keadilan, kemerdekaan,

    dan kedamaian bagi dunia merupakan karya pelayanan yang sejati (Komisi PSE

    KWI, 2008:3). Melalui PSE diharapkan karya keselamatan Allah nampak nyata.

    PSE juga diharapkan dapat memberikan semangat baru kepada (khususnya)

    fungsionaris PSE, umat Katolik, dan masyarakat guna bertumbuh dalam sikap serta

    tindakan saling melayani sebagai tanda solidaritas keluarga manusia.

    3. Prinsip Keterlibatan Sosial Gereja

    Sebagai bagian dari keluarga manusia, Gereja mempunyai tugas dan

    tanggungjawab terhadap hidup sesamanya. Sebagai anak Allah, Gereja mempunyai

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 20

    tugas untuk menaati hukum cinta kasih kepada Allah dan sesama. Gereja ikut ambil

    bagian dalam kehidupan sosial dengan menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut:

    a. Martabat Manusia

    Manusia diciptakan oleh Allah menurut gambar-Nya. Gereja memandang

    manusia, dalam setiap pribadinya merupakan citra Allah yang hidup. Pribadi itu

    ditentukan sebagai sasaran sekaligus pelaku kehidupan sosial. Memperjuangkan

    martabat manusia menjadi tujuan akhir kehidupan sosial kemasyarakatan. Dalam

    GS 26 dituliskan bahwa “tatanan masyarakat serta kemajuannya harus tiada

    hentinya menunjang kesejahteraan pribadi manusia, sebab penataan hal-hal harus

    dibawahkan pada tingkatan pribadi-pribadi, dan jangan sebaliknya.” Maka,

    kesejahteraan pribadi itu dapat diupayakan dengan memandang setiap manusia

    sebagai sesamanya, tidak ada pengecualian terhadap golongan-golongan lain untuk

    mengupayakan kelayakan hidup setiap orang (KGK 2235).

    Landasan kesetaraan martabat manusia tercantum dalam Dokumen Konsili

    Vatikan II, Gaudium et Spes artikel 29 bahwa “Karena kemuliaan Allah bersinar

    pada wajah setiap orang maka martabat setiap orang di hadapan Allah merupakan

    dasar martabat manusia di depan sesamanya.” Karenanya, kita tidak membedakan

    serta memberi pengecualian kepada orang. Allah nampak dalam diri setiap orang.

    Untuk itu, setiap orang memang mempunyai tugas untuk menghormati satu sama

    lain karena pada hakikatnya mereka setara.

    b. Kesejahteraan Umum

    Menurut Kompendium Ajaran Sosial Gereja (2009: 112) kesejahteraan

    umum merujuk pada “keseluruhan kondisi hidup kemasyarakatan yang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 21

    memungkinkan baik kelompok-kelompok maupun anggota-anggota perorangan

    untuk secara lebih penuh dan lebih lancar mencapai kesempurnaan mereka sendiri.”

    Maka, kesejahteraan yang dimaksud bukan hanya merujuk pada kondisi pribadi

    saja. Justru masing-masing pribadi tidak akan merasakan kesejahteraannya dalam

    dirinya sendiri. Kesejahteraan yang dirasakan merujuk pada kenyataan bahwa ia

    ada “bersama yang lain” dan “untuk yang lain.”

    Kesejahteraan umum dikaitkan dengan prinsip keutuhan martabat manusia

    dan pandangan bahwa setiap manusia mempunyai derajat yang sama.

    Kesejahteraan yang dibangun bukan karena satu pribadi atau kelompok saja,

    melainkan “dibangun bersama yang lain.” Selanjutnya kesejahteraan itu juga tidak

    dinikmati oleh satu pribadi atau kelompok saja, melainkan “untuk yang lain.”

    Maka dari itu, kesejahteraan umum merupakan tanggung jawab bersama.

    Setiap orang dapat berperan dalam membangun kesejahteraan umum. Kelompok

    dengan tatanan tinggi sampai pada kelompok dengan tatanan rendah atau masing-

    masing pribadi dapat ikut serta. Langkah yang dapat dilakukan adalah dengan

    memperjuangkan keadilan sosial. Pandangan ini didukung oleh ajaran Paus Pius XI

    (Komisi Kepausan untuk Keadilan dan Perdamaian, 2009: 133) yang mengatakan

    bahwa

    “Pemerataan harta benda tercipta yang seperti tiap orang bernalar tahu,

    dewasa ini mengalami situasi buruk sekali akibat perbedaan yang amat

    besar antara kelompok kecil yang kaya raya dan mereka yang serba tak

    empunya dan tak terbilang jumlahnya, harus dikembalikan kepada

    kesesuaian dengan norma-norma kesejateraan umum, yakni keadilan

    sosial.”

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 22

    c. Subsidiaritas

    Menurut Kompendium Katekismus Gereja Katolik (KWI, 2009: 137)

    “prinsip subsidiaritas menyatakan bahwa komunitas pada tatanan yang lebih tinggi

    tidak boleh mengambil alih tugas komunitas pada tatanan yang lebih rendah dan

    mengambil otoritasnya. Namun jika ada kebutuhan, komunitas yang tatanannya

    lebih tinggi wajib mendukungnya.”

    Menurut Kompendium Ajaran Sosial Gereja (2009: 126) asal usul prinsip

    ini adalah adanya prinsip keutuhan martabat manusia. Manusia merupakan

    makhluk yang bebas untuk menentukan masa depannya. Kebebasan pribadi

    manusia juga membantu prinsip kesejahteraan umum berjalan. Untuk mencapai

    kesejateraan umum itu, kelompok tatanan tinggi menerapkan perilaku menolong

    atau subsidium. Subsidium berarti mendukung, memajukan, dan mengembangkan

    kelompok tatanan yang lebih rendah.

    Bantuan diberikan hanya bila kelompok itu tidak dapat menyelesaikan

    permasalahan atau bebannya. Dalam prinsip ini, kelompok tatanan tinggi justru

    memberikan kesempatan kepada kelompok tatanan rendah untuk mengatasi sendiri

    masalah mereka. Inilah yang akan membantu perkembangan pribadi maupun

    komunitas. Komunitas yang tatanannya lebih rendah, dengan berani dan mencoba

    mengatasi permasalahan yang terjadi, justru akan meningkatkan daya juang.

    Apabila kelompok kecil belum mampu mengatasi masalah, kelompok besar

    bertanggungjawab untuk membantu penyelesaian masalah.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 23

    d. Solidaritas

    Menurut Mulyatno (2015: 125) solidaritas mencakup keyakinan bahwa

    setiap pribadi membutuhkan sesama dan setiap pribadi bertanggung jawab terhadap

    perkembangan diri dan hidup sesama. Sedangkan menurut Ensiklik Sollicitudo Rei

    Socialis, solidaritas adalah tekad untuk tetap dan kontinu berkarya demi

    kesejahteraan bersama, yaitu kesejahteraan bagi semua dan setiap orang, karena

    kita bertanggungjawab atas semuanya (Koerniatmanto Soetoprawiro, 2003: 142).

    Solidaritas Kristiani sangat dibutuhkan dalam masyarakat dengan kesenjangan

    ekonomi yang tajam. Solidaritas dapat diwujudkan dengan membela dan

    memberikan bantuan kepada kaum KLMTD akibat ketidakadilan pada sistem

    sosial, ekonomi, dan politik. Pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, dan papan

    menjadi bentuk nyata solidaritas itu. Karya pendidikan dan pendampingan bagi

    KLMTD juga sungguh penting dengan tujuan pemenuhan hak asasi manusia dan

    martabat hidup manusia.

    Selain itu menurut YOUCAT Foundation gemeinnützige GmbH (2016:

    102) solidaritas juga dimaksudkan sebagai usaha untuk menjadi rekan bicara,

    tumbuh dengan memahami ide-ide, argumen, kebutuhan, dan keinginan orang lain,

    serta untuk dapat mengembangkan kepribadian seutuhnya. Dengan begitu,

    solidaritas bukan semata memenuhi kebutuhan sesama dengan memberikan

    bantuan material. Bantuan moril berupa pendampingan dan menjadi rekan atau

    komunitas dapat menjadi suatu bentuk solidaritas yang konkret bagi sesama.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 24

    Paus Fransiskus dalam Seruan Apostolik Evangelii Gaudium artikel 192

    menegaskan bahwa

    kita bahkan menginginkan lebih daripada ini: impian kita membumbung

    lebih tinggi. Kita tidak hanya berbicara tentang kepastian adanya makanan

    atau “nafkah yang bermartabat” bagi semua orang, tetapi juga “agar semua

    mencapai kesejahteraan dalam aneka aspeknya”159 Hal ini berarti

    pendidikan, akses pelayanan kesehatan, dan terutama pekerjaan, karena

    melalui kerja yang bebas, kreatif, dan partisipatif dan saling

    mendukunglah manusia dapat mengungkapkan dan meningkatkan

    martabat hidup mereka. Upah yang adil memampukan mereka memiliki

    akses yang memadai kepada semua hal-hal baik lain yang ditujukan untuk

    pemakaian kita bersama.

    Solidaritas berarti upaya agar setiap orang mendapatkan makanan yang

    bermartabat dan terpenuhinya kebutuhan hidup manusia. Paus Fransiskus

    mengatakan bahwa solidaritas juga memastikan bahwa semua orang mempunyai

    akses terhadap pendidikan, pelayanan kesehatan, dan mendapatkan pekerjaan yang

    membawa pembebasan, kreativitas, serts kerja sama. Pekerjaan yang mereka

    peroleh harus memberikan mereka upah yang adil; pekerja bisa membiayai hidup

    sendiri, hidup keluarganya, dan menyumbang dalam membangun kesejahteraan

    umum.

    4. Tujuan PSE: Terwujudnya Kesejahteraan Umum

    Tujuan digerakkannya karya pastoral dalam bidang Pengembangan Sosial

    Ekonomi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan umat/masyarakat.

    Kesejahteraan itu bukan hanya mengarah kepada kesejahteraan secara pribadi

    melainkan kesejahteraan umum. Paus Yohanes XXIII dalam Ensiklik Master et

    Magistra (seperti dikutip dalam GS 26) mengatakan bahwa

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 25

    kesejahteraan umum adalah keseluruhan kondisi-kondisi hidup

    masyarakat, yang memungkinkan baik kelompok ataupun perseorangan,

    untuk secara lebih penuh dan lebih lancar mencapai keseluruhan

    kesempurnaan mereka. Setiap kelompok harus memperhitungkan

    kebutuhan serta aspirasi kelompok lain yang wajar, bahkan kesejahteraan

    segenap keluarga manusia.

    Tentunya setiap pribadi bertujuan untuk mencapai kesejahteraan. PSE

    menjadikan kesejahteraan umum sebagai tujuan bersama. Menurut YOUCAT

    Foundation gemeinnützige GmbH (2016: 94), kesejahteraan umum mengacu

    pada kesejahteraan setiap manusia dan kesejahteraan seluruh umat manusia.

    Dalam Undang-Undang No. 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial,

    disebutkan bahwa “kesejahteraan umum adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan

    material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu

    mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.”

    Kesejahteraan umum itu dapat terwujud saat setiap pribadi manusia

    bukan hanya memikirkan kesejahteraan dan kebutuhan diri sendiri, tetapi lebih-

    lebih kesejahteraan bagi mereka yang KLMTD. Gereja yang memberi perhatian

    bagi orang miskin bukan berarti memberi batasan kepada orang yang kaya.

    Justru dalam PSE, keterlibatan orang yang mampu membantu orang lain

    dipandang sebagai suatu jalan rahmat kasih Allah. Dalam Kis. 2:41-47, cara

    hidup jemaat Perdana yang menjadikan ‘kepunyaan kita adalah kepunyaan

    bersama’ menjadi suatu jalan agar tercipta kesejahteraan umum.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 26

    5. Prinsip Moral dalam Kerasulan Ekonomi

    Gereja ikut ambil bagian dalam upaya pembangunan ekonomi bangsa.

    Dalam Gereja, upaya itu disebut sebagai kerasulan ekonomi. Kerasulan ekonomi

    adalah segala usaha perbaikan situasi kehidupan ekonomi berdasarkan iman

    Katolik, dasarnya Kitab Suci, dan Ajaran Sosial Gereja. Dengan upaya itu,

    diharapkan Gereja dapat ikut terlibat dalam membangun kesejahteraan pribadi dan

    bersama secara adil dan merata. Menurut Darmaatmaja (2018: 9-10) untuk ikut

    terlibat dalam kerasulan ekonomi, ada enam prinsip moral yang harus diperhatikan.

    a. Permasalahan mengenai martabat pribadi manusia

    Kebijaksanaan yang dirumuskan oleh pemerintah dan lembaga hukum

    harus melindungi martabat pribadi manusia. Setiap manusia dipercaya sebagai citra

    Allah yang mempunyai martabat tinggi. Meskipun pada kenyataannya, masyarakat

    lebih memandang manusia berdasar apa yang ia miliki (having) seperti kedudukan,

    jabatan, atau harta kekayaan dibandingkan dengan harkat dan martabatnya sebagai

    manusia (being).

    b. Masyarakat sebagai komunitas

    Gereja harus menyadari bahwa martabat manusia tumbuh dan berkembang

    dalam sebuah komunitas. Di dalam komunitas itulah, mereka memiliki kesempatan

    untuk mengetahui dan mengembangkan bakat. Sama halnya seperti kerasulan

    ekonomi yang memberikan kesempatan kepada para anggota komunitasnya untuk

    dapat berkembang dalam kebersamaan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 27

    c. Setiap orang mempunyai hak untuk ikut berpartisipasi dalam kehidupan

    ekonomi

    Dengan bekerja seseorang mendapatkan upah untuk menjalani hidupnya

    menuju kesejahteraan. Setiap orang mempunyai hak untuk berpartisipasi. Mereka

    mempunyai hak untuk bekerja. Pemerintah yang harus menjamin adanya lapangan

    pekerjaan itu.

    d. Anggota masyarakat berkewajiban khusus membantu warga yang miskin

    Selain memenuhi kebutuhan hidupnya dan membangun kesejahteraan

    pribadi, setiap anggota masyarakat berkewajiban untuk membantu yang miskin.

    Gereja sudah memperjuangkan mereka yang miskin dengan semangat prefential

    option of the poor atau mendahulukan kepentingan mereka yang miskin.

    e. Memperhatikan hak asasi manusia

    Manusia perlu memperhatikan satu sama lain sebagai “saudara”: saudara

    satu Bapa yaitu Allah di surga. Manusia justru sering melupakan hal itu, sehingga

    justru memangsa satu sama lain. Muncullah hak asasi berupa hak sipil, hak politik,

    dan hak ekonomi. Hak ini dirumuskan untuk melindungi martabat manusia sebagai

    ciptaan Allah dengan bakat yang menjadi berkat bagi sesama.

    f. Masyarakat bertanggung jawab atas perkembangan diri dan

    perlindungan HAM

    Meski hak asasi manusia telah dirumuskan, masih saja terdapat kasus

    pelanggaran HAM. Peran masyarakat dibantu pemerintah/negara adalah menjamin

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 28

    terpenuhinya hak dasar itu. Selain pemerintah, Gereja ikut memperjuangkan hak

    asasi manusia sesuai dengan perintah Allah.

    6. Visi Dasar dan Spiritualitas PSE

    Menurut Garis-Garis Besar Pedoman PSE (Komisi PSE KWI, 1990:4),

    PSE memiliki Visi Dasar dan Spiritualitas sebagai berikut:

    a. Visi Dasar

    Gereja sebagai tanda dan sarana keselamatan Allah. Tugas itu awalnya

    diberikan kepada Yesus dan dilanjutkan oleh Gereja (persekutuan umat Allah).

    Maka untuk itu, Gereja membutuhkan keterlibatan dan tanggung jawab demi

    utuhnya hidup manusia di dunia.

    b. Spiritualitas PSE

    Khususnya bagi mereka yang kecil, lemah, miskin, dan tersingkir, Yesus

    berharap bahwa perwujudan Kerajaan Allah bukan hanya melalui doa melainkan

    juga melalui karya pelayanan nyata. PSE hadir sebagai karya evangelisasi untuk

    melihat kembali kebutuhan hidup manusia dengan semangat injil. PSE menuntut

    adanya pengembangan diri yaitu kemandirian yang mengabdi demi kebaikan

    bersama.

    7. Aktualisasi PSE

    Karya kerasulan PSE diaktualisasikan sesuai dengan potensi atau situasi

    dalam masyarakat. Menurut Komisi PSE KWI (1990: 17) beberapa contoh

    aktualisasi PSE adalah sebagai berikut:

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 29

    a. Bekerja sama dengan pemerintah melalui usaha keluarga/industri rumah tangga

    (IRT)

    b. Credit Union (CU) yang bergerak di bidang simpan pinjam yang dimiliki dan

    dikelola oleh anggotanya serta bertujuan untuk membangun kesejahteraan

    anggota.

    c. Beberapa alternatif dalam PSE bagi masyarakat pedesaan yaitu:

    1) Menggerakkan usaha tani;

    2) Pelatihan usaha tani agar mampu bersaing;

    3) Kelompok tani mengembangkan usaha dalam industri rumahan meski skala

    kecil;

    4) Memberi informasi ketrampilan tepat guna;

    5) Kerajinan keluarga mengelola hasil tani;

    6) Petani mental wiraswasta dengan adanya koperasi, perkreditan;

    7) Memantapkan peran wanita sehingga potensi lingkungan dapat berkembang

    dengan menanam apotek hidup;

    8) Usaha kooperatif dengan kelompok tani;

    d. Koperasi

    e. Peningkatan ketrampilan sesuai dengan sumber daya yang ada

    f. BPR (Bank Pengkreditan Rakyat) yang menyediakan modal usaha

    g. Pengembangan wirausaha

    1) Usaha yang menciptakan lapangan kerja dengan pelatihan wiraswasta;

    2) Mengembangkan tenaga pendamping terampil yang mampu mendampingi

    masyarakat yang berminat dalam berwiraswasta;

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 30

    3) Menggerakkan masyarakat untuk bekerja sama lewat bantuan modal skala kecil,

    misalnya kebun bersama atau ternak bersama

    h. Pengembangan masyarakat nelayan

    1) Memberikan perhatian kepada kelompok nelayan tentang apa yang dibutuhkan

    dan apa solusi bersama yang perlu dikerjakan;

    2) Usaha pengembangan fasilitas khususnya pemasaran/marketing bagi nelayan;

    3) Memberikan pendidikan non formal untuk meningkatkan martabat.

    i. Penumbuhan pola pembangunan tepat guna.

    j. Mempelajari dan mengkaji situasi masyarakat dan mengembangkan pola

    pembangunan yang tepat.

    k.Pembangunan yang tepat guna untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

    l. Pengembangan lingkungan hidup.

    1) Pembangunan berpaut erat dengan dukungan daya alam, maka pembangunan

    juga harus diimbangi dengan pemeliharaan lingkungan hidup yang

    berkelanjutan. Pembangunan kesejahteraan rakyat harus berwawasan

    lingkungan hidup.

    2) Usaha PSE juga menaruh penghormatan terhadap lingkungan hidup yang

    berkelanjutan. Lingkungan hidup berperan sebagai penyokong kehidupan.

    Misalnya pertanian, perikanan, dan perkebunan tidak akan dilanjutkan bila

    justru merugikan lingkungan hidup manusia sendiri

    3) PSE mendorong pengembangan usaha tani, usaha keluarga, kerajinan tanpa

    memberikan dampak negatif bagi lingkungan hidup

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 31

    m. Pengembangan ekonomi keluarga dengan tabungan keluarga sebagai metode

    pengaturan ekonomi rumah tangga sehat.

    n. Katekese bercorak sosial ekonomi.

    o. Memberikan motivasi sosial ekonomi bagi keluarga pedesaan dengan

    Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK).

    p. Pengembangan sosial budaya masyarakat.

    8. Karya PSE sebagai Gerakan Pemberdayaan

    Permasalahan sosial ekonomi dalam wilayah Asia adalah kemiskinan.

    Kemiskinan merupakan suatu keprihatinan yang mendalam bagi masyarakat dunia.

    Begitu pula dengan penduduk benua Asia yang mayoritas miskin. Dalam Gereja,

    ensiklik-ensiklik Paus menunjukkan perhatian besar kepada kaum miskin dengan

    semangat prefentialoption for the poor. Kepada kaum miskin, Gereja memberikan

    perhatian kepada orang-orang dengan masalah pengangguran, kelaparan,

    bertambahnya gelandangan, dan juga pada masalah sosial ekonomi lainnya.

    Gereja Keuskupan Agung Semarang menghidupkan kembali jati dirinya

    sebagai Gereja Papa Miskin. Pengartian Gereja Papa Miskin dinilai sebagai Gereja

    yang memiliki kaum papa miskin dan juga dekat dengan kaum papa miskin. Dengan

    kedekatannya dengan kaum papa miskin, diharapkan Gereja dapat menghidupi

    semangat kemiskinannya. Gereja menyatakan partisipasi aktif berupa tindakan

    nyata bagi mereka. Bukan hanya sebatas simpati (peduli) dan empati (ikut

    merasakan) namun juga melakukan aksi (berbuat/bertindak sesuatu).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 32

    Pujasumarta dalam Dewan Karya Pastoral KAS (2015: 21) menegaskan

    bahwa “perwujudan Gereja Papa Miskin bisa dikembangkan melalui tiga pintu

    utama, yaitu hidup sejahtera, hidup bermartabat, dan hidup beriman”.

    Mengusahakan hidup sejahtera bagi masyarakat sudah diwujudkan dengan

    pembentukan Delsos atau Delegatus Sosial yang sekarang ini disebut sebagai

    komisi Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE).

    PSE sebagai suatu perwujudan karya Gereja Papa Miskin menujukkan

    wajah dan tanggung jawab sosialnya di tengah keluarga manusia. PSE bekerja sama

    dengan lembaga layanan sosial bergerak dan berpartisipasi dalam mengatasi

    permasalahan ekonomi, sosial, pendidikan, dan kesehatan. Pelayanan itu bukan

    hanya untuk “memberi pelayanan/kebutuhan” KLMTD saja, namun juga mengajak

    mereka untuk berkembang secara mandiri sehingga dapat berdaya ubah demi hidup

    yang sejahtera.

    Untuk mencapai hidup sejahtera itu, gerakan-gerakan yang dikembangkan

    antara lain: gerakan karitatif, gerakan pemberdayaan, dan pendampingan

    kemandirian ekonomi. PSE sendiri merupakan suatu gerakan pemberdayaan.

    Menurut Dewan Karya Pastoral KAS (2015: 24)“gerakan pemberdayaan adalah

    gerakan kasih yang mendorong seseorang menjadi lebih terlibat dalam keputusan

    dan aktivitas yang mempengaruhi kualitas hidup mereka.” Setiap orang diyakini

    mempunyai martabat yang baik, maka setiap orang dapat berkembang untuk

    meningkatkan kualitas hidup mereka. PSE sebagai suatu gerakan pemberdayaan,

    membantu umat untuk menyadari kemampuan diri sehingga terdorong untuk

    berkembang dan berubah. Perubahan yang terjadi dalam proses pemberdayaan ini

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 33

    bukan hanya sekedar perubahan secara materi atau finansial. Bukan berarti PSE

    membantu orang untuk menjadi kaya. PSE membantu setiap pribadi mengalami

    perubahan finansial, mental, dan spiritual:

    a. Perubahan finansial atau materi diartikan sebagai kemandirian seseorang untuk

    dapat mencukupi kebutuhan hidupnya, sehingga mereka tidak lagi bergantung

    pada pihak-pihak sebagai pemberi. PSE memberikan pemberdayaan

    kewirausahaan misalnya dengan pelatihan ketrampilan (memasak, berkreasi,

    otomotif), pemasaran produk, dan penggunaan teknologi.

    b. Perubahan mental diartikan sebagai perubahan mentalitas baru. Mentalitas

    yangpesimis menjadi lebih optimis, mentalitas kecurangan menjadi kejujuran.

    PSE juga menekankan pada mentalitas solidaritas yang akan membantu dalam

    partisipasi pemberdayaan bagi sesama.

    c. Perubahan spiritual diartikan sebagai proses umat semakin mendalami iman

    mereka. PSE membantu Gereja menyadari kehadiran Allah melalui para papa

    miskin. Gereja menjadi tanda dan sarana keselamatan bagi orang-orang yang

    ikut berpartisipasi dalam gerakan pemberdayaan ini.

    Gerakan pemberdayaan yang dilakukan juga harus menjadi bagian dari

    diakonia yang bertanggungjawab. Bila pemberdayaan telah dilakukan, komitmen

    terhadap pengharapan akan adanya perubahan harus dijalankan. Diakonia harus

    bertanggungjawab untuk mengembangkan pengharapan Gereja dan masyarakat.

    Menurut Widyaatmaja (2009: 42)

    diakonia yang bertanggungjawab adalah diakonia yang menjadikan

    kita rela menderita demi pengharapan akan keadilan sosial itu. Bila dalam

    situasi berkelimpahan kita melakukan diakonia dan tetap berkomitmen

    dalam pelayanan terhadap orang miskin, maka aksi semacam itu

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 34

    merupakan sesuatu yang biasa dan wajar. Kini saatnya bagi Gereja di

    seluruh dunia untuk menghadapi tantangan, apakah di dalam kekurangan

    dan penderitaannya, ia bersedia menyatakan solidartas terhadap orang

    miskin? Apakah Gereja bersedia berkorban untuk pembaharuan tata-

    ekonomi sosial politik seantero dunia dalam rangka mewujudkan

    masyarakat partisipatif yang adil sejahtera dan berkesinambungan?

    PSE menjadi bentuk komitmen Gereja untuk hadir bagi manusia. PSE

    sebagai gerakan pemberdayaan menuntut kesetiaan untuk terus mendampingi umat

    dan masyarakat menuju perubahan. PSE tidak bisa hanya dilakukan selama satu dua

    hari atau dalam jangka waktu yang singkat. PSE dilakukan dalam jangka waktu

    yang panjang dan keberlanjutan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 35

    BAB III

    PERANAN PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI (PSE) TERHADAP

    EFEKTIVITAS DIAKONIA GEREJA

    A. Pewartaan Gereja: Terwujudnya Kerajaan Allah

    1. Yesus, diakonia, dan Kerajaan Allah

    Diakonia merupakan salah satu cara Gereja untuk mewujudkan hadirnya

    Kerajaan Allah di dunia. Menurut Abdipranata (1993: 225) Kerajaan Allah adalah

    saat-saat di mana Allah hidup dengan karya-Nya yang bersarikan kasih

    menyelamatkan, meraja, berkuasa, dan ‘merambah rasuk’. Allah dipercaya sebagai

    satu-satunya sumber keselamatan umat manusia. Keselamatan dari-Nya

    menganugerahkan kesejahteraan dalam hidup konkret manusia. Kesejahteraan itu

    tidak secara langsung dirasakan secara fisik. Perubahan juga terjadi pada sikap batin

    (tergantung pada peran Roh Kudus, keterbukaan, dan kemampuan) yang akan

    mengatasi dan memperbaharui fisiknya. Perubahan yang terjadi dalam diakonia

    Gereja diharapkan dapat terjadi (bukan hanya pada setiap pribadi tetapi juga) pada

    seluruh keluarga manusia.

    Kerajaan Allah diwartakan Yesus pada zaman kekuasaan Romawi yang

    memberikan penindasan. Penindasan itu berakibat kelaparan, kemiskinan, bahkan

    kematian bagi bangsa Yahudi. Bahkan dalam masyarakat terjadi sistem yang

    terkotak-kotak yaitu kaum kaya dan miskin. Allah tidak menghendaki hal itu

    terjadi. Dalam pewartaan Yesus itulah muncul suatu harapan akan adanya “Israel

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 36

    baru.” Israel baru maksudnya adalah terbangunnya suatu masyarakat yang hidup

    penuh dengan kesejahteraan dan persaudaraan (Putranta, 2012: 7). Maka Yesus

    diharapkan dapat menjadi teladan untuk melakukan keterlibatan sosial, maksudnya

    bukan hanya sekedar hidup di tengah masyarakat namun juga secara aktif

    memperjuangkan nilai-nilai pembebasan dan keadilan.

    Yesus dipandang sebagai utusan Allah yang memulihkan keadilan dan

    memihak kaum KLMTD. Kaum KLMTD menjadi pusat perhatian pewartaan

    Yesus. Kabar keselamatan akan kedatangan Kerajaan Allah itu sungguh diwartakan

    bagi mereka. Pewartaan Yesus sungguh tampak pada sikap dan cara hidup-Nya.

    Yesus lahir, hidup, dan wafat dalam kemiskinan. Ia sendiri menghayati kemiskinan

    akibat sistem dalam masyarakat Palestina waktu itu. Justru dalam kemiskinan dan

    kesederhanaan itulah Ia menemukan pola pewartaan-Nya. Pola Yesus yang kurang

    strategis ini justru menampakkan ciri pewartaan yang sederhana/tidak mencolok

    dan tidak terkait dengan prosedur atau peraturan (Tisera, 2001:74-75).

    Kerajaan Allah bukan hanya disampaikan dengan teori namun terutama

    dalam tindakan Yesus. Yesus mengusir setan, menyembuhkan yang sakit, dan

    memberi makan dengan tujuan untuk meringankan penderitaan dan mengatasi

    kemelaratan umat manusia. Dalam Kitab Suci, yang diceritakan adalah perubahan

    secara fisik atau kesejahteraan lahiriah. Sikap batin yang dirasakan mereka tidak

    diungkapkan oleh penulis namun yang perlu ditekankan bahwa kesejateraan

    lahiriah memang harus menjadi tanda komprehensif dalam Yesus (Tisera,

    2001:79). Karenanya, perubahan yang terjadi akibat menerima pewartaan Kerajaan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 37

    Allah itu bukan semata-mata perubahan batiniah saja atau lahiriah saja. Keduanya

    dirasakan benar-benar sehingga dapat merubah keseluruhan hidup mereka.

    Mewartakan Kerajaan Allah merupakan perutusan Yesus yang dilanjutkan

    oleh murid-murid-Nya. Yesus menuntut para murid untuk menghayati kemiskinan

    dalam tugas pewartaannya. Tuntutan itu membuat para murid harus menghadirkan

    diri dalam kemiskinan. Para murid hidup bersama mereka yang kecil, lemah,

    miskin, tersingkir, dan difabel sebagai saudara. Para murid belajar hidup dengan

    sikap solider dan mengidentikkan diri sebagai bagian dari mereka yang dipandang

    hina.

    Gereja sebagai komunitas para murid Yesus perlu menegakkan prinsip

    bahwa apa yang diterima adalah cuma-cuma maka harus diberikan dengan cuma-

    cuma pula. Tisera (2008: 79) mengatakan bahwa “Kerajaan Allah adalah hadiah,

    tetapi juga menuntut perbuatan untuk orang kecil.” Demi solidaritas, harta milik

    kita menjadi harta milik bersama. Sudah menjadi suatu kewajiban kita untuk

    membantu sesama manusia.

    2. Tanda hadirnya Kerajaan Allah

    Yesus tidak pernah menjelaskan definisi Kerajaan Allah dalam pewartaan-

    Nya. Ia menggunakan perumpamaan dan tindakan-Nya berupa mukjizat bagi

    banyak orang. Justru dari cara pewartaan itulah, Kerajaan Allah terwujud nyata.

    Menurut Fuellenbach (2006: 219) penjelasan Paulus mengenai Kerajaan Allah

    digambarkan bukan tentang makanan dan minuman tetapi mengenai adanya

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 38

    kebenaran/keadilan, damai sejahtera, dan sukacita oleh Roh Kudus (Rm. 14:17).

    Ketiga nilai itu menjadi tanda bahwa Allah telah meraja di hati manusia.

    a. Keadilan

    Secara biblis, keadilan diartikan sebagai hubungan yang benar. Keadilan

    dapat diartikan pula sebagai rasa saling menghargai hubungan satu dengan yang

    lainnya. Bila seseorang dapat membangun hubungan yang benar dengan Yahwe

    maka haruslah ia dapat membangun hubungan yang benar pula dengan dirinya

    sendiri, sesama dan alam ciptaan. Sama halnya dengan yang ditulis oleh Yeremia

    (Yer. 22: 16) “Barangsiapa mengenal Aku, berarti menjalankan keadilan”

    (Fuellenbach, 2016: 223-224). Menurut Brueggemann (dalam Fuellenbach, 2016:

    223) “keadilan adalah menentukan apa yang menjadi hak seseorang dan

    memberikannya kepada orang itu.”

    Keadilan juga dapat dipahami sebagai kehendak yang tetap dan teguh

    untuk memberikan kepada Allah dan sesama, apa yang menjadi hak mereka (KGK

    1807). Nilai keadilan merupakan nilai yang diperjuangkan sampai saat ini. Keadilan

    menjadi satu dari lima nilai dalam dasar negara Indonesia. Keadilan bagi seluruh

    rakyat Indonesia menyangkut seluruh aspek kehidupan. Gaudium et Spes art. 29

    menuliskan bahwa keadilan dalam aspek ekonomi berarti orang tidak boleh

    direndahkan karena fungsi dan apa yang tidak mereka miliki. Kebijakan pemerintah

    harus memperjuangkan keadilan, khususnya bagi pemerataan kesejahteraan

    (YOUCAT Foundation gemeinnützige GmbH, 2016: 106). Maka kita sebagai orang

    Kristianimendapatkan perutusan untuk membantu memeratakan kesejahteraan.

    Misalnya bagi pemilik perusahaan yang membutuhkan karyawan dapat

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 39

    meningkatkan dan mendorong kreativitas, kemampuan berwira usaha, mengatur

    perekonomian dengan terlibat pada proses ekonomi itu.

    b. Perdamaian

    Menurut Von Rad (dalam Fuellenbach, 2016: 234) dalam Kitab Suci

    Perjanjian Lama, kata damai muncul dari kata ‘shalom’ yang secara garis besar

    berarti kesejahteraan, kesehatan, dan keutuhan. Damai terlebih menunjukkan

    kesejahteraan yang dihubungkan dengan rasa puas dan senang. Jika mengartikan

    damai dalam konsep Yunani, maka damai bisa berarti tidak berperang seperti yang

    dituliskan oleh nabi Mikha (Mi. 4: 3-4).

    Dalam Perjanjian Baru ada lima cara mengartikan kata ‘damai’ yaitu:

    pertama, tidak ada perang; kedua, hubungan yang benar dengan Allah; ketiga,

    hubungan baik di antara orang-orang; keempat, keadaan pribadi yang tenang dan

    tentram; kelima, kata dari bagian rumusan sapaan.

    Pengertian damai itu masih belum memadai bila ditempatkan dalam

    keadaan sekarang ini. Perdamaian diartikan sebagai ketenteraman dalam tata aturan

    dan kebahagiaan dalam tatanan kebaikan Allah. Tanda adanya damai dalam hidup

    kita adalah bahwa kita mendapati diri melangkah bersama dengan mereka yang

    mempunyai kejujuran dan mencari kebenaran, peduli terhadap kesejahteraan dan

    keselamatan manusia (YOUCAT Foundation gemeinnützige GmbH, 2016: 256).

    c. Sukacita

    Dalam bahasa Yunani sukacita berarti kesenangan fisik. Dalam Kitab Suci,

    sukacita dapat diartikan sebagai kehidupan atau kepenuhan hidup dan keutuhan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 40

    hidup manusia. Maka kita dapat memberikan kesempatan kepada setiap orang

    untuk berkembang menjadi lebih kreatif sesuai dengan kemampuan dan

    kemauannya. Lebih dalam lagi mengenai keutuhan hidup manusia, sukacita juga

    dapat dikaitkan dengan pemenuhan hak asasi manusia.

    Gereja yang mewartakan Kerajaan Allah dimaknai sebagai sebuah upaya

    memperjuangkan keadilan, perdamaian, dan keutuhan ciptaan. Istilah yang telah

    disepakati dalam sidang ekumenis dalam World Council of Churches (WCC)

    adalah JPIC atau justice, peace, and integrity of creation. Keadilan diperjuangkan

    oleh Gereja dengan membentuk Dewan Kepausan untuk Keadilan dan Perdamaian.

    Dewan itu mempunyai tugas untuk membela mereka yang lemah yang tidak mampu

    secara ekonomi, sosial dan hukum. Nilai perdamaian diperjuangkan pula dengan

    menjadi pelaku rekonsiliasi. Rekonsiliasi perlu dimulai oleh para pelaku

    rekonsiliasi dalam masyarakat sehingga terbangun keharmonisan. Keutuhan

    ciptaan dipahami sebagai upaya meningkatkan kelayakan hidup sehingga manusia

    dapat hidup dengan lebih manusiawi (Bismoko Mahamboro, 2016: 20-22).

    B. Peranan PSE terhadap Efektivitas Diakonia Gereja

    1. PSE Berperan Dalam Berbagai Konteks Kerasulan Gereja

    Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi merupakan bagian dari

    Konferensi Waligereja Indonesia. Komisi PSE awalnya disebut sebagai Pansos atau

    Panitia Sosial. PSE sebagai karya kerasulan terdapat di tingkat Paroki, keuskupan,

    regional, dan nasional.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 41

    Di tingkat Paroki, PSE menjadi suatu bagian dalam bidang pelayanan

    sosial Dewan Paroki. Dahulu, PSE di tingkat Paroki disebut sebagai Seksi Sosial

    Paroki (SPP). SPP mempunyai beberapa program yang telah disusun dan kemudian

    akan dilaksanakan menurut pertimbangan Dewan Paroki. Pada umumya, SPP

    bertugas untuk menjiwai umat Paroki untuk berpartisipasi dalam karya atau

    kegiatan PSE. Umat Paroki diharapkan dapat mengurangi egoisme dan memiliki

    sikap mengutamakan orang lain. Dalam struktur kepengurusan, umat yang

    dipercaya untuk menjadi seksi PSE Paroki diharapkan dapat mengenal situasi

    kehidupan Paroki, diterima oleh umat, serta mempunyai kepekaan dan kecakapan

    dalam bidang sosial ekonomi. Selain itu, seksi PSE Paroki harus membangun kerja

    sama yang baik dengan Pastor Paroki, Dewan Paroki, Komisi PSE Paroki lain dan

    Komisi PSE Keuskupan, organisasi, seluruh umat serta masyarakat.

    Komisi PSE Keuskupan bertugas untuk membantu Uskup serta

    memberikan pendampingan dan motivasi bagi seksi PSE Paroki sekaligus

    Keuskupan. Selain itu Komisi PSE Keuskupan memiliki tugas pokok untuk

    memberikan gambaran mengenai PSE, sehingga umat tergerak ikut serta dalam

    kerjasama membangun dan mengembangkan mutu hidup manusia. Tugas ini

    berkaitan dengan peran komisi PSE untuk membangun solidaritas Kristiani.

    Solidaritas Kristiani merupakan konsekuensi dari suatu peradaban cinta kasih yang

    dipraktikkan dengan tindakan yang mendukung terciptanya kesejahteraan umum

    (YOUCAT Foundation gemeinnützige GmbH, 2016:103).

    Kerasulan PSE di tingkat regional bertujuan untuk melakukan koordinasi

    dan komunikasi pemasalahan yang terjadi dalam karya kerasulan itu. Di Indonesia

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 42

    terdapat 7 Regio PSE: Sumatera, Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi,

    Maluku, dan Papua.

    Kerasulan PSE di tingkat nasional adalah Komisi PSE KWI. “Komisi PSE

    KWI adalah perangkat Konferensi Waligereja Indonesia di bidang pastoral

    pengembangan sosial ekonomi, sebagaimana tercantum dalam Statuta Konferensi

    Waligereja Indonesia.” Menurut Direktorium Komisi PSE KWI (Turang, 2008: 29),

    tugas pokok dan utama Komisi PSE KWI adalah: Pertama, menampung

    dan menyalurkan inspirasi dan aspirasi dari bawah serta memberikan

    pedoman dan pengarahan bagi kegiatan pengembangan sosial-ekonomi.

    Kedua, memberikan kepada KWI informasi dan pesan yang berorientasi

    pada Pola Dasar Pembangunan Nasional serta tujuannya.

    2. PSE sebagai Salah Satu Bentuk Perwujudan Diakonia

    Karya kerasulan PSE merupakan salah satu bagian dari tugas pelayanan

    (diakonia) Gereja. PSE melayani umat dan juga masyarakat, untuk itu tugas

    pelayanan (diakonia) Gereja justru terwujud nyata melalui gerakan pemberdayaan

    tersebut. Bila diakonia hanya dipahami sebagai kegiatan bakti sosial dengan

    memberikan sembilan kebutuhan pokok (sembako), hal ini akan membentuk

    hubungan pemberi dan penerima dalam tugas pelayanan Gereja. Gerakan satu arah

    dengan hubungan pemberi dan penerima ini justru akan menghambat terbentuknya

    kemandirian dan keutuhan martabat manusia.

    PSE merupakan suatu karya kerasulan yang memenuhi ciri-ciri diakonia.

    PSE bertujuan untuk membangun kesejahteraan umum melalui kegiatan yang

    meningkatkan perekonomian umat. Umat didampingi untuk mampu mengetahui

    dan memahami kebutuhan serta potensi mereka. Dengan begitu umat dapat

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 43

    berkembang dan memiliki kesempatan untuk meningkatkan perekonomian

    sehingga mencapai kesejahteraan hidupnya. Setelah itu barulah mereka memiliki

    kekuatan untuk membantu menciptakan kesejahteraan umum.

    PSE Paroki berkembang dari kebutuhan masyarakat setempat sehingga

    dapat membantu memenuhi kebutuhan itu serta diakonia menjadi semakin nyata

    dan konkret. Di Paroki yang mempunyai potensi pertanian dapat digalakkan PSE

    bidang pertanian. Begitu pula dengan Paroki yang mempunyai kebutuhan untuk

    pemberdayaan wanita, dapat dikembangkan PSE kerajinan tangan yang dikerjakan

    di rumah. Upaya ini dapat membantu seorang ibu agar tidak harus meninggalkan

    pekerjaan utamanya sebagai ibu rumah tangga.

    Meski PSE baru dibentuk sampai tingkat nasional, tidak menutup

    kemungkinan adanya kerjasama untuk mengembangkan ekonomi sosial

    masyarakat internasional. Masyarakat perlu terbuka dengan kemungkinan kerja

    sama itu untuk menjadikan solidaritas global semakin nyata.

    Kemiskinan menjadi salah satu akar permasalahan yang menghambat

    keutuhan hidup manusia. Akses hidup menjadi terbatas karena permasalahan

    kemiskinan. PSE mencoba melihat dan menyelesaikan permasalahan itu dengan

    langkah pencegahan berupa upaya-upaya pengembangan. Upaya pengembangan itu

    dapat berupa kegiatan atau pendampingan yang mengarahkan masyarakat untuk

    melawan sistem yang menghambat bertumbuhnya martabat manusia.

    Sistem politik dan struktur masyarakat dapat menjadi alasan bagi

    langgengnya kemiskinan dalam masyarakat. Ketidakadilan dan