peranan pengembangan sosial ekonomi terhadap …tugas itu diwujudkan dalam empat tugas gereja yaitu:...
TRANSCRIPT
-
i
PERANAN PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI TERHADAP
EFEKTIVITAS DIAKONIA GEREJA
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Sesilia Adhi Wahyu Utami
151124018
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahakan untuk
(Alm.) Ibu Christiana Tri Minarni dan Bapak Tukiman
Mbak Natalia Adhi Wulandari, Mas Yohanes Adhi Budiarja, dan Mas Agustinus
Budi Wibowo serta untuk dosen dan teman-teman keluarga Program Studi
Pendidikan Agama Katolik angkatan 2015 yang selalu setiadalam doa dan usaha
untuk membantu dan mendukungku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
v
MOTTO
“Jangan lagi takut dan khawatir, namun jangan juga pernah berhenti berusaha.
Katakan ‘aku bisa’, maka kamu pasti bisa.”
(Ibu Ch. Tri Minarni)
“Jalani saja, jangan kebanyakan mikir. Semangat dan percaya!”
(Bapak Tukiman)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
viii
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “PERANAN PENGEMBANGAN SOSIAL
EKONOMI TERHADAP EFEKTIVITAS DIAKONIA GEREJA”. Skripsi ini
ditulis untuk melihat lebih mendalam mengenai diakonia dan PSE. Pemahaman
yang mendalam diperlukan karena Gereja memahami diakonia lebih-lebih sebagai
aksi sosial dengan memberikan uang kepada orang miskin, pakaian layak pakai,
dan bantuan kebutuhan pokok lainnya. Begitupula terkait dengan PSE sebagai salah
satu bentuk perwujudan diakonia, diperlukan pemahaman yang mendalam agar
umat dapat terlibat dalam karya kerasulan PSE. Menanggapi permasalahan pokok
tersebut, penulis melakukan penelitian studi pustaka. Studi pustaka dilakukan
dengan membaca dan menghimpun informasi dari buku, artikel, dan jurnal yang
berkaitan dengan diakonia dan PSE. Penulisan skripsi ini menggunakan metode
deskriptif untuk memberikan pemahaman mengenai diakonia, PSE, serta peranan
PSE terhadap efektivitas diakonia Gereja. Penelitian ini menghasilkan tiga temuan.
Pertama, diakonia adalah tugas gereja untuk melayani semua orang (keluarga
manusia) untuk mewujudkan Kerajaan Allah di dunia. Kedua, PSE adalah karya
kerasulan Gereja dalam bidang sosial ekonomi sebagai suatu bentuk diakonia yang
bertujuan untuk mewujudkan Kesejahteraan Umum. Ketiga, peranan PSE bagi
efektivitas diakonia adalah sebagai gerakan pemberdayaan yang memberikan
manfaat jangka panjang, sebagai sumbangsih Gereja dalam tata dunia, sebagai
pendorong terwujudnya kemandirian sosial ekonomi dan solidaritas. Sebagai tindak
lanjut dari hasil studi pustaka, penulis menyusun upaya meningkatkan peranan PSE
demi efektivitas diakonia Gereja melalui penyelenggaraan katekese dengan model
Shared Christian Praxis (SCP) yang membantu gerakan pemberdayaan membawa
perubahan sosial sehingga terwujud Kerajaan Allah.
Kata-kata kunci: Diakonia Gereja, Pengembangan Sosial Ekonomi, Kerajaan
Allah, dan Kesejahteraan Umum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
ix
ABSTRACT
The title of this thesis is “THE ROLE OF SOCIO-ECONOMIC DEVELOPMENT PROGRAM FOR EFFECTIVENESS OF CHURCH’S
DIAKONIA”. This thesis was written to come to know in-depth the diakonia and
socio-ecomic development. The in-depth understanding is necessary because
Church consider diakonia rathiv as a social action through giving money, used
clothes, or another basic needs for the poor. It is necessary to understand in-depth
the socio-economic development is a diakonia, so that they can get involved in the
program. Address this issue, author conducts a literature study. The literature study
is done with reading and collect information from book, article, and journal
connecting with diakonia and socio-economic develompment program. This thesis
employs descriptive method to fathom diakonia, socio-economic development
program, and the role of socio-economic development program for effectiveness of
Church’s diakonia. The study give three thought. First, diakonia is a Church’s duty
to serve other in order to realize the Kingdom of God. Second, socio-economic
development is a Church movement in social and economic sector as a diakonia’s
form to realize general welfare. Third, the roles of socio-economic development
program for the effectiveness of Church’s diakonia are empowerment movement
leading to a long-term benefit, as a contribution of the Church in the world order,
as a prop for realizing the socio-economic independency and solidarity. To follow
up the result of this study, the author design a cathecetical session using Shared
Christian Praxis model to contribute to the empowerment movement brings about
the social transformation so that as the realization of the Kingdom of God.
Keywords: Church’s Diakonia, Socio-economic Development Program, Kingdom
of God, and General Welfare.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena berkat
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PERANAN
PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI TERHADAP DIAKONIA
GEREJA. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan kuliah
dan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Selain itu, skripsi ini ditulis
sebagai bentuk keikutsertaan penulis sebagai calon katekis Paroki.
Dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak, secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini,
penulis dengan sepenuh hati mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. B. Agus Rukiyanto, SJ selaku Ketua Program Studi Pendidikan Keagamaan
Katolik yang telah memberikan dukungan dan izin bagi penulis untuk menyusun
dan menyelesaikan skripsi ini.
2. Dr. I. L. Madya Utama SJ., selaku dosen pembimbing utama yang telah
memberikan semangat, meluangkan waktu dan mendampingi penulis dengan
sepenuh hati: memberi masukkan, kritikan, dan menumbuhkan nilai-nilai
perjuangan, kemandirian, dan kedisiplinan bagi penulis.
3. Drs. F.X. Heryatno W.W., SJ., M.Ed selaku dosen pembimbing akademik dan
penguji II yang telah mendampingi, membimbing, dan memberikan motivasi
serta inspirasi bagi penulis.
4. dan Y.H. Bintang Nusantara, SFK. M.Hum selaku dosen penguji III yang penuh
kesabaran dan perhatian memberikan semangat, dukungan, perhatian, kritikan,
dan masukan yang membangun skripsi ini menjadi lebih baik.
5. Seluruh dosen dan karyawan Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik
yang setia memberikan dukungan, perhatian, dan pelayanan sampai
menyelesaikan studi di sini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv
MOTTO .................................................................................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................ Error! Bookmark not defined.
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .................................................. vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
ABSTRACT ............................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................ x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................... xv
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 3
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 3
D. Manfaat Penulisan ........................................................................................ 3
E. Metode Penulisan ......................................................................................... 4
F. Sistematika Penulisan .................................................................................. 5
BAB II. DIAKONIA DAN PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI ................. 6
A. Tugas Pelayanan (Diakonia) ........................................................................ 6
1. Pengertian Diakonia ................................................................................. 6
2. Diakonia menurut Kitab Suci ................................................................... 7
3. Diakonia menurut Gaudium et Spes ......................................................... 9
4. Bentuk-bentuk Diakonia ........................................................................ 11
5. Ciri-ciri Diakonia ................................................................................... 12
6. Tujuan Diakonia ..................................................................................... 15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xiii
B. Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) ...................................................... 16
1. Pengertian PSE sebagai suatu Komisi/Bidang ....................................... 16
2. Ajaran Sosial Gereja sebagai Sumber Inspirasi PSE .............................. 17
3. Prinsip Keterlibatan Sosial Gereja ......................................................... 19
4. Tujuan PSE: Terwujudnya Kesejahteraan Umum. ................................. 24
5. Prinsip Moral dalam Kerasulan Ekonomi .............................................. 26
6. Visi Dasar dan Spiritualitas PSE ............................................................ 28
7. Aktualisasi PSE ...................................................................................... 28
8. Karya PSE sebagai Gerakan Pemberdayaan .......................................... 31
BAB III. PERANAN PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI (PSE)
TERHADAP EFEKTIVITAS DIAKONIA GEREJA ........................................... 35
A. Pewartaan Gereja: Terwujudnya Kerajaan Allah ....................................... 35
1. Yesus, diakonia, dan Kerajaan Allah ..................................................... 35
2. Tanda hadirnya Kerajaan Allah .............................................................. 37
B. Peranan PSE terhadap Efektivitas Diakonia Gereja .................................. 40
1. PSE Berperan Dalam Berbagai Konteks Kerasulan Gereja ................... 40
2. PSE sebagai Salah Satu Bentuk Perwujudan Diakonia .......................... 42
3. PSE Bermanfaat Jangka Panjang............................................................ 45
4. PSE sebagai Sumbangsih Gereja untuk Terlibat dalam Tata-duniawi ... 46
5. Karya PSE Menghadirkan Kerajaan Allah di Dunia .............................. 47
6. PSE sebagai Pendorong Terwujudnya Solidaritas Kristiani .................. 48
BAB IV. UPAYA MENINGKATKAN PERANAN PSE DEMI EFEKTIVITAS
DIAKONIA GEREJA ............................................................................................ 50
A. Katekese Sosial Ekonomi Sebagai Salah Satu Upaya Meningkatkan Peranan
PSE Demi Efektivitas Diakonia Gereja ............................................................ 50
1. Kekhasan Katekese ................................................................................. 50
2. Tujuan Katekese ..................................................................................... 52
3. Katekese Sosial Ekonomi dengan Metode Analisis Sosial ....................... 53
B. Shared Christian Praxis sebagai Salah Satu Model Katekese Umat ......... 55
1. Kekhasan Shared Christian Praxis (SCP) ............................................... 55
2. Tiga Komponen Pokok dalam Shared Christian Praxis ......................... 56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xiv
3. Langkah Katekese Umat Model Shared Christian Praxis ..................... 58
C. Usulan Program Peranan Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) demi
Efektivitas Diakonia Gereja di Wilayah St. Maria dan Yosep Rawaseneng, Paroki
St.Petrus dan Paulus Temanggung. .................................................................. 62
1. Pemikiran Dasar Program ...................................................................... 62
2. Tema Program ........................................................................................ 64
3. Program Peningkatan Peranan Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE)
demi Efektivitas Diakonia Gereja.................................................................. 66
4. Contoh Persiapan Katekese Model Shared Christian Praxis ................. 73
BAB V. PENUTUP ............................................................................................... 83
A. Simpulan .................................................................................................... 83
B. Saran ........................................................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 86
LAMPIRAN .......................................................................................................... (1)
Lampiran 1. Makalah “APP DAN PSE SEBAGAI PERWUJUDAN DIAKONIA
GEREJA” ........................................................ (Error! Bookmark not defined.)
Lampiran 2. Teks Lagu ..................................................................................... (9)
Lampiran 3. Evangelii Gaudium 192 .............................................................. (11)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xv
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci
Ams. : Amsal
Yes. : Yesaya
Mat. : Matius
Luk. : Lukas
Yoh. : Yohanes
Kis. : Kisah Para Rasul
2 Kor. : 2 Korintus
B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja
ASG : Ajaran Sosial Gereja – Kumpulan Ajaran mengenai
Persoalan Keadilan Sosial, Isu Kemiskinan dan
Kesejahteraan serta Peranan Negara; ensiklik pertama
dikeluarkan oleh Paus Leo XIII pada tahun 1891.
CT : Catechesi Tradendae – Surat Anjuran Apostolik tentang
Katekese masa kini; dikeluarkan oleh Paus Yohanes Paulus
II pada 16 Oktober 1979.
EG : Evangelii Gaudium – Seruan Apostolik tentang Pewartaan
Injil dalam Dunia Zaman Sekarang; dikeluarkan oleh Paus
Fransiskus pada 24 November 2013.
GS : Gaudium et Spes – Konstitusi Pastoral tentang Gereja dalam
Dunia Dewasa ini; satu dari enam belas dokumen yang
dikeluarkan oleh Konsili Vatikan II pada 7 Desember 1965.
KGK : Katekismus Gereja Katolik –Buku mengenai Katekese yang
dipakai oleh Gereja Katolik; penggunaannya diresmikan oleh
Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1992.
C. Singkatan lainnya
KLMTD : Kecil, Lemah, Miskin, Tersingkir dan Difabel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xvi
KWI : Konferensi Waligereja Indonesia – Organisasi Gereja Katolik
yang Beranggotakan para Uskup di Indonesia dan Bertujuan
Menggalang Persatuan dan Kerja Sama dalam Tugas Pastoral
Memimpin Umat Katolik di Indonesia; didirikan pada 26 Juli
1975.
PKKI : Pertemuan Kateketik antarKeuskupan se-Indonesia
PSE : Pengembangan Sosial Ekonomi – Karya Kerasulan Gereja
yang Bergerak dalam Permasalahan Sosial Ekonomi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Gereja sebagai persekutuan umat Allah yang percaya akan Yesus Kristus
memiliki tugas untuk melanjutkan karya keselamatan Allah di dunia. Gereja juga
diutus untuk memberikan kesaksian (martyria) tentang karya keselamatan Allah.
Tugas itu diwujudkan dalam empat tugas Gereja yaitu: perayaan liturgi (liturgia),
persekutuan (koinonia), pewartaan (kerygma), dan pelayanan (diakonia). Jika
Gereja mampu melaksanakan tugas-tugas ini dengan baik maka akan terwujud
Kerajaan Allah di tengah dunia.
Kesaksian menjadi dasar terlaksananya tugas Gereja lainnya untuk
membangun Kerajaan Allah. Gereja melaksanakan tugas-tugasnya bukan hanya
dalam komunitas Kristiani saja, Gereja juga harus melaksanakan tugasnya di tengah
dunia. Jika Gereja hanya menitikberatkan pada satu kegiatan dan tidak memberikan
perhatian bagi tugas-tugas lainnya, maka Kerajaan Allah belum dapat terwujud
dalam dunia. Gereja masih lebih-lebih memerhatikan liturgia dibandingkan tugas
lainnya.
Menurut O’Meara dalam Madya Utama (2011:55), pelayanan bertujuan
untuk memberikan kesaksian tentang Kerajaan Allah serta mengupayakan Kerajaan
Allah itu sungguh terwujud dalam dunia ini dan sekarang ini. Dalam Konsili
Vatikan II, Gereja secara mantap mengarahkan amanatnya bukan lagi hanya kepada
putra-putra Gereja, namun juga kepada semua orang dan kepada keluarga umat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
2
manusia. Dengan begitu, Gereja akan benar-benar hadir bagi dan di dalam dunia
(GS 2).
Champbell-Nelson (dalam Tule 1994:129-130) mengatakan bahwa
karya pelayanan (diakonia) menjadi suatu hal yang penting bagi kehidupan
Gereja dan komunitas Kristiani. Firman Tuhan diberitakan dan sakramen
dilayani dengan benar maka di situlah Gereja harus fokus kepada fungsi
Gereja. Unsur diakonia menjadi sangat penting untuk mewujudkan Gereja
Yesus Kristus. Dengan diakonia, firman Tuhan menjadi nyata dan
sakramen menjadi ajimat. Ketiga unsur ini tidak dapat dipisahkan.
Gereja memahami diakonia sebagai aksi sosial dengan memberikan uang
kepada orang miskin, pakaian layak pakai, dan bantuan kebutuhan pokok lainnya.
Padahal menurut Noordegraff (1991:4), diakonia lebih dari sekedar mengurusi
orang miskin. Pemahaman yang sempit mengenai diakonia membatasi Gereja
untuk berbuat banyak bagi dunia. Diakonia sebaiknya dipahami secara luas sebagai
suatu karya keselamatan Allah, yang memberikan keselamatan secara utuh pada
segala aspek kehidupan.
Gereja di Indonesia membentuk suatu kegiatan kerasulan dalam bidang
sosial ekonomi yaitu Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) untuk
mewujudnyatakan diakonia di tengah dunia. Gereja berusaha melanjutkan karya
Yesus di dunia dengan memberikan pelayanan khususnya bagi mereka yang kecil,
miskin, lemah, dan tersingkir. Pengembangan Sosial Ekonomi hadir sebagai karya
evangelisasi untuk melihat kembali kebutuhan hidup manusia dengan semangat
injil. PSE bukan hanya sebagai kegiatan bakti sosial namun menuntut adanya
pengembangan diri yaitu nilai kemandirian yang mengabdi demi kebaikan bersama
(Komisi PSE KWI, 1990:53). Untuk itu, Gereja membutuhkan keterlibatan dan
tanggungjawab demi utuhnya hidup manusia di dunia. Oleh karena itu, judul skripsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
3
yang akan ditulis adalah “PERANAN PENGEMBANGAN SOSIAL
EKONOMI TERHADAP EFEKTIVITAS DIAKONIA GEREJA.”
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sebaiknya diakonia dan PSE dipahami oleh Gereja?
2. Bagaimana peranan Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) terhadap efektivitas
diakonia Gereja?
3. Bagaimana upaya untuk meningkatkan peranan Pengembangan Sosial Ekonomi
(PSE) demi efektivitas diakonia Gereja?
C. Tujuan Penulisan
1. Memperoleh pemahaman tentang diakonia dan PSE.
2. Mengetahui peranan Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) sebagai karya
kerasulan sosial ekonomi untuk efektivitas diakonia Gereja.
3. Mengetahui upaya untuk meningkatkan peranan Pengembangan Sosial Ekonomi
(PSE) demi efektivitas diakonia Gereja.
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat teoretis
Dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dan informasi tentang
tugas pelayanan (diakonia) dan Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
4
2. Manfaat praktis
a. Bagi pemimpin Paroki
Pemimpin Paroki dapat memahami dengan tepat mengenai diakonia dan
PSE sebagai salah satu perwujudan diakonia sehingga pemimpin dapat
mempertimbangkan dan mengupayakan kebijaksanaan terkait aktualisasi PSE
(Pengembangan Sosial Ekonomi) di tingkat Paroki.
b. Bagi Paroki
Umat Paroki memahami dengan tepat mengenai diakonia dan PSE
sebagai salah satu perwujudan diakonia sehingga dapat ikut terlibat dalam
aktualisasi PSE.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti dapat terbantu dengan adanya beberapa catatan dan keterbatasan
penelitian yang telah dilakukan. Peneliti juga perlu melihat dan menemukan bidang
pelayanan yang lain sebagai perwujudan diakonia. Untuk itu, penelitian selanjutnya
dapat memberikan hasil yang lebih baik.
E. Metode Penulisan
Dalam penulisan ini, penulis menggunakan metode deskriptif; artinya,
penulis mengemukakan, menyampaikan dan memberikan gambaran tentang tugas
pelayanan (diakonia) Gereja dan Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) sebagai
salah satu perwujudan diakonia. Berdasarkan judul skripsi, penulis juga akan
memaparkan peranan PSE terhadap efektivitas diakonia Gereja. Skripsi ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
5
merupakan hasil studi pustaka untuk mengkaji pokok bahasan yang sudah penulis
paparkan.
F. Sistematika Penulisan
Tulisan ini berjudul “Peranan Pengembangan Sosial Ekonomi terhadap
Efektivitas Diakonia Gereja.” Untuk mencapai tujuan penulisan, skripsi ini terdiri
dari lima (5) bab yang isinya sebagai berikut:
Bab I: merupakan pendahuluan yang terdiri dari latarbelakang, rumusan
masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab II: merupakan pembahasan gambaran diakonia dan PSE.
Bab III: merupakan pembahasan mengenai peranan PSE sebagai karya
kerasulan sosial ekonomi terhadap efektivitas diakonia Gereja.
Bab IV: merupakan program penyelenggaraan katekese sebagai upaya
meningkatkan peranan PSE demi efektivitas diakonia Gereja.
Bab V: merupakan penutup yang terdiri dari simpulan dan saran. Dalam
simpulan, penulis akan menyampaikan hal-hal pokok berkaitan dengan
permasalahan yang diangkat dalam penulisan skripsi ini. Selain itu, penulis akan
memberikan saran untuk memanfaatkan hasil studi ini guna memahami diakonia,
PSE, mengetahui peranan PSE terhadap efektivitas diakonia Gereja, dan upaya
meningkatkan peranan PSE demi efektivitas diakonia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
6
BAB II
DIAKONIA DAN PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI
A. Tugas Pelayanan (Diakonia)
1. Pengertian Diakonia
Heuken (2004:60) mengatakan bahwa “diakonia atau dalam bahasa
Yunani berarti pelayanan merupakan salah satu kegiatan pokok umat beriman
bersama dengan liturgi dan martyria.” Melalui kegiatan ini Gereja melanjutkan
karya Yesus dengan menampakkan cinta kasih Kristus yang menjiwai mereka.
Diakonia bukan hanya melayani orang yang seiman, melainkan juga melayani
semua orang.
Murphy dalam Marthaler (2003:718-719) mengatakan bahwa “diakonia
adalah pelayanan khusus bagi orang miskin, para janda, anak yatim, para peziarah,
dan orang-orang asing yang diorganisir oleh Gereja secara sistematis. Kegiatan
memberi sedekah dibarengi dengan kegiatan berdoa dan berpuasa telah menjadi
tujuan utama kehidupan Kristiani.”
O’Meara dalam Madya Utama (2011:54) mendefinisikan pelayanan
(ministry) sebagai “the public activity of a baptized follower of Jesus Christ flowing
from the Spirit’s charism and an individual personality on behalf of a Christian
community to witness to, serve and realize the Kingdom of God”. Tujuan dari karya
pelayanan itu adalah terwujudnya Kerajaan Allah yang membawa keselamatan bagi
segenap umat manusia. Kerajaan Allah digambarkan sebagai Allah yang meraja
dan membangun suasana yang penuh keadilan, perdamaian dan sukacita di dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
7
bimbingan Roh Kudus. Kerajaan Allah diupayakan agar dapat terwujud dalam
dunia ini dan sekarang ini.
“For Christians, diakonia was a reality in which redemption that they
preached could alread begin before death in this life, by transforming poverty,
distress, sadness, and death through the power of love” (Brox, 1988:33). Peran
diakonia sebagai perwujudan ajaran dan iman akan Kristus yang menebus dosa
manusia sangatlah besar. Diakonia bukan hanya dikaitkan dengan kekuatan uang
atau daya material, namun diakonia menjadi daya penebusan bagi kemiskinan,
kesusahan, penderitaan, dan kematian.
Gereja menjalankan karya pelayanan ini di tingkat Paroki dan Keuskupan.
Beberapa Paroki dan Keuskupan telah mengorganisasikan tugas pelayanan
(diakonia) ke dalam bidang-bidang atau komisi tertentu. Misalnya dalam bidang
kesehatan (poliklinik) atau bidang ekonomi dan sosial (dana papa, badan amal,
rumah jompo, dan panti asuhan).
2. Diakonia menurut Kitab Suci
Menurut Supit (1988: 62-64) landasan alkitabiah dan teologis tentang
diakonia adalah sebagai berikut: Yesus diurapi untuk menyampaikan kabar baik,
khususnya bagi orang miskin. Yesus juga diutus untuk memberitakan pembebasan
dan melakukan penyembuhan (Luk. 4:18-19). Sekarang ini, tugas perutusan Yesus
dilanjutkan oleh Gereja. Gereja menyampaikan kabar baik kepada kam Kecil,
Lemah, Miskin, Tersingkir, dan Difabel (KLMTD) Kabar baik itu berupa
pembebasan atau kemerdekaan dalam kehidupan. Aspek kehidupan bukan hanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
8
persoalan ekonomi dan sosial semata. Kemiskinan secara ekonomi akan
mempengaruhi aspek lain seperti akses kesehatan, pendidikan, mobilitas sosial dan
aspek kehidupan lainnya. Gereja secara khusus memberikan perhatian bagi mereka
agar mendapatkan ‘keselamatan’ dalam seluruh aspek kehidupan, sehingga setiap
pribadi dapat menjadi manusia yang seutuhnya.
Tugas pelayanan Yesus yang kini disebut sebagai diakonia dipahami
sebagai suatu hakikat dan kepastian iman kristen yang hidup (Mat. 25:36-46).
Orang Kristen menjadi rekan kerja Kristus yang diutus untuk melanjutkan karya-
Nya. Gereja (khususnya) mempunyai tugas untuk memberikan bantuan-bantuan
yang telah terlebih dahulu diteladankan oleh Yesus. Bantuan untuk orang-orang
yang telanjang, orang sakit, orang yang terpenjara, orang yang kelaparan dan
kehausan, serta orang asing dikatakan sebagai bantuan yang selayaknya diberikan
bagi-Nya. Untuk itu, diakonia Gereja memberikan perhatian bagi KLMTD tanpa
mengesampingkan peran umat Kristen yang tidak masuk dalam kategori itu.
Diakonia adalah pelayanan yang benar-benar melayani (Mat. 20:28).
Yesus menjadi manusia dan hidup bukan hanya untuk mengatasi penderitaan
manusia namun bersama-sama manusia menghadapi penderitaan itu. Untuk
menjauhkan manusia dari penderitaan dosa, Yesus menyerahkan diri-Nya dan setia
hingga akhir dalam pelayanan-Nya untuk memberikan kebebasan dan keadilan.
Diakonia yang benar-benar melayani tidak menyebabkan munculnya rasa
merendahkan atau menguasai orang yang mereka layani. Mereka yang dilayani
justru merasakan kehadiran dan pendampingan bagi mereka untuk membantu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
9
pengembangan dirinya. Relasi yang terbangun adalah relasi saling mencintai, bukan
semata pemberi dan penerima.
Dalam Perjanjian Lama, Nabi Yesaya (Yes. 53) mengatakan Mesias akan
menderita untuk melepaskan dunia dari ketidakadilan; dan martabat manusia yang
utuh sebagai konsekuensi panggilan. Yesus yang mati disalib merupakan contoh
konsekuensi panggilan itu. Yesus merasakan ketidakadilan dalam masyarakat,
dianggap sebagai penghujat Allah. Namun untuk itulah Ia dapat menjadi penegakan
martabat manusia secara utuh. Kayu salib ini mempunyai pesan yang kuat bahwa
diakonia menuntut suatu pengorbanan yang mahal dan kemurnian jiwa. Kita harus
siap menderita, dipenjarakan, disiksa, bahkan mati dalam perjuangan diakonia ini.
Brox (1988: 33) mengatakan bahwa “if Christians were present where
there was human need, as a community active helping, healing, and bringing about
change, this had effect of a sermon without words –or instead of words (1Pet. 3:1f).
Dalam surat rasul Petrus yang pertama, dikatakan bahwa diakonia adalah sebuah
khotbah tanpa kata yang diwujudkan dengan secara aktif membantu,
menyembuhkan, dan membawa perubahan. Sama seperti Gurunya, Petrus
mengajak agar ajaran Yesus bukan hanya diajarkan atau diucapkan saja melainkan
dilaksanakan.
3. Diakonia menurut Gaudium et Spes
Tugas pelayanan (diakonia) menjadi salah satu upaya Gereja untuk hadir
bagi dunia. Gereja hadir untuk ambil bagian dalam karya penyelamatan Allah pada
setiap pribadi dan oleh karenanya dapat memperbaharui masyarakat. Gereja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
10
menunjukkan keberpihakannya pada penyelamatan bagi orang miskin dan
menderita (GS 1). Bukan hanya bagi orang Kristen yang miskin dan menderita,
keselamatan juga diberikan kepada semua orang yang disebut sebagai keluarga
manusia (GS 2). Keluarga manusia itu tidak hanya terbatas pada kesamaan agama,
kesamaan bangsa, namun kesamaan sebagai insan manusia. Setiap manusia
memiliki panggilan yang luhur untuk membangun persaudaraan dengan semua
orang. Dengan persaudaraan itulah, Roh Penghibur berkarya dalam diri manusia
untuk memberi kesaksian, menyelamatkan, dan melayani sesamanya (GS 3).
Diakonia bukan hanya perkara memberi bantuan secara material kepada
orang miskin, tetapi memberi bantuan untuk menyelesaikan penderitaan manusia
akibat permasalahan yang timbul dalam masyarakat. Permasalahan itu sering
timbul sebagian besar karena adanya ketegangan dalam aspek ekonomi, politik, dan
sosial (GS 25). Misalnya seperti bencana kelaparan, ketimpangan pendidikan,
korupsi yang merugikan negara dan masyarakat, serta permasalahan lain. Maka
Gereja hadir juga bukan hanya untuk membantu dalam bidang liturgi dan pewartaan
Injil, namun juga dalam karya nyata cinta kasih untuk menolong sesama. Bila
Gereja hanya melakukan perayaan liturgi dan pewartaan Injil tanpa memperhatikan
kesengsaraan manusia, Gereja mengkhianati karya pelayanan Yesus bagi manusia
(YOUCAT Foundation gemeinnützige GmbH, 2016: 41).
Umat Katolik berperan untuk membebaskan manusia dari kesengsaraan.
Bagi mereka yang benar-benar secara aktif melibatkan diri dalam perkembangan
sosial ekonomi disebut berjasa dalam menciptakan kesejahteraan dan perdamaian
dunia. Umat Katolik (baik secara pribadi maupun berkelompok) memberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
11
teladan kehidupan yang diresapi Sabda Bahagia dan semangat kemiskinan. “Barang
siapa patuh taat kepada Kristus, pertama-tama mencari Kerajaan Allah, akan
menimba darinya cinta kasih yang lebih kuat dan lebih jernih, untuk membantu
semua saudara-saudarinya, dan untuk berjiwakan cinta kasih melaksanakan karya
keadilan” (GS 72).
4. Bentuk-bentuk Diakonia
Menurut Fackre (dalam Nugroho, 2015: 12-13) ada dua bentuk diakonia
Gereja, yaitu:
a. Diakonia Karitatif
Diakonia karitatif atau charity merupakan pelayanan cinta kasih dilakukan
dengan merawat yang sakit, memberikan sembako harga murah, memberi uang
kepada yang miskin, dan kegiatan kasih lainnya. Diakonia karitatif ini memberikan
gambaran bahwa Gereja ada pada pihak mereka yang membutuhkan bantuan yaitu
bagi mereka yang lemah dan miskin. Karya ini dilakukan agar hidup mereka
menjadi lebih baik dan mengurangi penderitaan yang mereka alami.
Model diakonia ini disebut menjadi model tertua bagi pelayanan Gereja.
Model ini masih bertahan sampai sekarang karena manfaatnya dirasakan secara
langsung. Diakonia karitatif dianggap menjadi model yang tepat di saat situasi
darurat seperti bencana alam.
b. Diakonia Pemberdayaan
Dalam model ini, Gereja berusaha mencari akar dari permasalahan yang
terjadi dalam masyarakat. Bila akar permasalahan sosial-ekonomi sudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
12
ditemukan, Gereja akan melakukan upaya untuk mengatasi permasalahan itu.
Diakonia pemberdayaan ini bukan hal yang mudah. Permasalahan yang biasanya
terjadi dalam masyarakat sudah mengakar dan mendarah daging sehingga sulit
untuk diatasi. Bukan berarti Gereja menyerah pada usahanya meringankan
penderitaan sesama. Melalui gerakan pemberdayaan, Gereja ikut ambil bagian
dalam penderitaan manusia. Proses diakonia pemberdayaan cenderung
memerlukan waktu yang lama namun dapat dirasakan manfaatnya dalam jangka
waktu yang panjang.
5. Ciri-ciri Diakonia
Supit (1988: 55-59) mengatakan bahwa ada delapan ciri diakonia, yaitu:
a. Hakiki
Diakonia bersifat mendasar bagi kehidupan dan kesejahteraan Gereja.
Gereja menjadi pelayan, sama halnya dengan Kristus yang melayani sesama karena
Gereja telah terlebih dahulu dipilih dan dikasihi Allah.
b. Mewujud dalam Gereja setempat
Gereja harus terbuka pada kebutuhan masyarakat di mana Gereja itu
berada. Gereja bukan hanya melihat kebutuhan umat Katolik saja, namun juga
kebutuhan masyarakat setempat. Hal ini dilakukan agar wujud diakonia menjadi
lebih nyata dan konkret.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
13
c. Memerlukan bantuan bertaraf dunia
Beberapa Gereja menderita karena tersisih dan mengalami diskriminasi
sehingga Gereja memiliki kesempatan yang terbatas untuk pelayanan. Selain itu,
kebutuhan masyarakat dirasa membutuhkan bantuan secara lokal, nasional, maupun
insternasional. Maka, diperlukan solidaritas internasional dengan Gereja di seluruh
dunia.
d. Memerlukan langkah preventif atau pencegahan
Diakonia bukan hanya melihat kebutuhan dalam masyarakat. Diakonia
perlu melihat apa yang menjadi akar permasalahan atau penyebab munculnya
kebutuhan itu. Analisis yang serius menjadi suatu kekuatan yang akan membuat
diakonia mejadi lebih peka, mendidik dan mengarahkan masyarakat melawan
sistem yang membuat hidup manusia tidak bermartabat. Bila akar permasalahan
telah ditemukan, maka akan muncul langkah pencegahan yang dapat dilakukan
Gereja dalam rangka karya pelayanan itu.
e. Berhubungan dengan dimensi struktural dan politik
Dimensi struktural dan politik bangsa dan negara dapat menjadi sumber
kesengsaraan, perbudakan, dan penderitaan bagi manusia. Gereja perlu menyadari
bahwa ada beberapa Gereja yang dapat berperan dengan melampaui batas nasional
untuk menunjukkan solidaritasnya.
f. Bersifat kemanusiaan
Diakonia tidak terbatas pada Gereja saja melainkan pada semua manusia.
Kita harus mengakui bahwa Allah bekerja di tengah dunia. Ia bekerja melalui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
14
kekuatan manusia. Manusia yang bekerja secara perseorangan, berkelompok, dan
tentunya melalui Gereja yang penuh dedikasi untuk mencapai masyarakat yang adil
dan utuh. Maka diakonia harus ditujukan untuk semua orang atau bagi seluruh
keluarga manusia. Tentunya Gereja perlu membangun hubungan dengan
pemerintah. Akan ada suatu kemungkinan bahwa Gereja mendapatkan batasan
pada pelayanannya, namun hal ini justru dipercaya akan menjadi kesempatan yang
lebih luas bagi kerjasama dengan pihak lain.
g. Bersifat saling
Diakonia bersifat saling, maksudnya adalah saling memberi dan saling
menolong. Gereja tidak boleh beranggapan bahwa diakonia merupakan hubungan
pemberi dan penerima atau si kaya menolong si miskin. Orang Kristen merupakan
penerima rahmat Tuhan. Pandangan inilah yang dipakai sebagai motivasi untuk
melayani sesama sebagai sikap saling memberi dan menerima karena rahmat Allah
itu. Dalam diakonia, kekuasaan dan kekayaan seseorang akan lebur untuk menjadi
satu dengan sesama yang kecil, lemah, miskin, tersingkir, dan difabel. Diakonia
menekankan pengorbanan diri dan penyadaran diri untuk bersikap saling menolong.
h. Bersifat membebaskan
Gereja harus berpartisipasi dan menjadikan masyarakat memiliki
kedudukan yang sederajat. Dengan begitu, Gereja dapat membantu mereka yang
tertindas. Melalui diakonia, manusia menjadi semakin manusiawi. Manusia
menjadi lebih bermartabat dan mempunyai kesempatan untuk berkembang. Hal
inilah yang diupayakan oleh diakonia. Gereja, lembaga antaragama, dan organisasi
masyarakat harus memberikan ruang bebas bagi manusia agar dapat melibatkan diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
15
secara aktif untuk menentukan hidup dan bekerjasama dalam usaha-usaha
meningkatkan kesejahteraan umum.
6. Tujuan Diakonia
Tugas pelayanan atau diakonia bertujuan untuk mewujudkan Kerajaan
Allah di tengah dunia. Kerajaan Allah adalah suasana saat Allah meraja. Bila Allah
meraja, kita akan melakukan hal-hal baik bagi banyak orang. Dengan hal-hal baik
itulah kita menciptakan suasana yang bahagia, penuh perdamaian, adanya keadilan
dan kesejahteraan bagi keluarga manusia.
Yesus telah memulai karya pewartaan Kerajaan Allah dengan perbuatan,
perkataan, dan seluruh hidup-Nya. Ia menyembuhkan banyak orang yang dapat
dilihat sebagai suatu tanda datangnya Kerajaan Allah. Yesus telah membebaskan
manusia dari belenggu dosa, penderitaan, dan kematian. Yesus juga menggugat
struktur masyarakat dan agama yang membawa penindasan bagi manusia. Untuk
itu, Gereja bertugas untuk melanjutkan karya penyelamatan itu: dengan hadir secara
eksplisit melalui perbuatan dan perkataan di tengah dunia. Gereja berkomitmen
untuk setia pada pelayanan keadilan dan perdamaian demi Kerajaan Allah.
Terwujudnya Kerajaan Allah ditandai dengan adanya suasana sharing and
loving community. Gereja yang mempunyai panggilan untuk berbagi dan membantu
KLMTD diharapkan mempunyai relasi cinta. Mereka bukan membangun relasi
pemberi dan penerima, namun relasi sesama yang penuh solidaritas sebagai sebuah
komunitas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
16
B. Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE)
1. Pengertian PSE sebagai suatu komisi/bidang
Komisi PSE pada awalnya disebut dengan Pansos atau Panitia Sosial.
Kemudian para uskup membentuk Komisi PSE tersebut untuk membantu karya
PSE dalam tingkat Keuskupan, Kevikepan, dan Paroki. Mekanisme kerja atau
pelayanan komisi ini bersumber dari rencana pastoral Gereja. Perlu dilihat kembali
bahkan jika perlu diuji, untuk menemukan jawaban apakah karya tersebut
membantu Gereja dalam membangun tugas pelayanan demi kesejahteraan hidup
manusia secara utuh dan layak.
Turang (2008: 18) mengatakan bahwa
mekanisme kerja PSE hendaknya menumbuhkan kesatuan dan persatuan
dalam seluruh persekutuan hidup Kristiani, agar kehadirannya
membuahkan keadilan, kesejahteraan, dan persaudaraan. Sedangkan
struktur pelayanan hendaknya bercorak sederhana, jelas, cepat, luwes, dan
aman. Corak bersaudara kerasulan PSE menggerakkan umat untuk
mengambil peran aktif dalam kebersamaan.
Dalam konteks Parokial, Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE)
merupakan suatu bidang dalam susunan kepengurusan Dewan Paroki untuk
menanggapi karya kerasulan sosial. Tim ini menangani perencanaan, pelaksanaan,
dan koordinasi kegiatan dalam upaya mengembangkan aspek sosial ekonomi umat
dan masyarakat. Dalam perkembangannya, PSE dapat juga disebut sebagai gerakan
pastoral yang diharapkan dapat menanggapi kebutuhan sosial ekonomi umat
melalui karya-karya dengan prinsip hidup Kristiani. PSE mempunyai prioritas
untuk memberdayakan kaum kecil, lemah, miskin, tersingkir, dan difabel
(KLMTD) agar dapat mencapai kesejahteraan hidupnya (Konferensi Waligereja
Indonesia, 2008: 21).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
17
PSE atau Pengembangan Sosial Ekonomi bermakna sebagai berikut
(Konferensi Waligereja Indonesia, 2008: 32):
a. Pengembangan berarti mengusahakan adanya usaha pembangunan bagi pribadi
manusia yang beriman dan bermutu.
b. Sosial berarti konsekuensi sifat dasar manusia yang hidup bersama dengan
orang lain sehingga dunia harus dikelola bersama dengan sikap setia-kawan.
c. Ekonomi berarti kemampuan manusia untuk menghayati dan menjiwai dispilin
Kristiani dan menerapkan semangat Injili dalam tata kesejahteraan ekonomi.
Untuk itu, PSE mengandung makna sebagai suatu usaha manusia dalam
mengelola tata dunia ini haruslah memberikan kemungkinan bagi setiap orang
mengalami suatu kehidupan yang layak dalam semangat kebersamaan yang saling
menguntungkan, saling melengkapi, saling membantu, dan saling menghormati.
Dalam karya PSE, Gereja diminta untuk siap menyelenggarakan pendidikan
pembangunan. Pendidikan pembangunan maksudnya adalah bahwa agar umat
dibina dalam semangat untuk rela berbagi harta milik dengan begitu bisa berperan
dalam menyumbang bagi kesejateraan umat manusia. Dunia masa ini yang
menuntut pembangunan untuk memerangi kemiskinan harus dilakukan terus
menerus dan sepanjang masa.
2. Ajaran Sosial Gereja sebagai Sumber Inspirasi PSE
Gereja menyadari pentingnya berkarya nyata bagi dunia. PSE menjadi
salah satu bentuk perwujudan komitmen Gereja. PSE muncul dari panggilan untuk
memperjuangkan nilai keadilan, perdamaian, dan kesejahteraan bagi keluarga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
18
manusia. PSE juga diharapkan dapat membantu Gereja menghadapi permasalahan-
permasalan sosial di dunia. Gereja membaca permasalahan sosial yang terjadi
dalam ajaran sosial Gereja, mulai dari Rerum Novarum sampai dengan Deus
Caritas Est (Komisi PSE KWI, 2008: 3).
Komisi PSE KWI (2008: 11) mengatakan bahwa Ajaran Sosial Gereja
membantu Gereja untuk memberikan kesadaran dan kepedulian bagi kondisi kerja
yang menyedihkan melalui pembagian gaji yang tidak adil (Rerum Novarum).
Kondisi yang menyedihkan ini didorong oleh pribadi-pribadi manusia yang
menginjak hak sesamanya. Maka Gereja mengajak perubahan pembangunan
diawali dengan perubahan pribadi. Perubahan pribadi yang bersemangat Kristiani
dan nilai Injili. Masing-masing pribadi juga perlu peduli terhadap keadilan sosial,
dari situlah permasalahan dan perselisihan dapat terselesaikan (Quadragesimo
Anno). Dalam Mater et Magistra, digambarkan permasalahan pada berbagai aspek
kehidupan modern karena industrialisasi; maka Gereja diharapkan membantu
mengarahkan jalan dalam kehidupan modern ini. Gereja juga perlu menegaskan
kembali bahwa masing-masing pribadi bertanggungjawab untuk berkembang dan
bergerak maju guna membangun dunia dan demi terwujudnya Kerajaan Allah di
tengah kegiatan duniawi.
Pacem in Teris menegaskan peran orang Katolik dalam kesejahteraan
masyarakat. Orang Katolik tidak boleh hanya diam melihat permasalahan
ketidakadilan, perpecahan, kemiskinan serta masalah lainnya. Orang Katolik perlu
menjadi aktif dalam kehidupan masyarakat dan pencapaian kesejahteraan umum
(Komisi PSE KWI, 2008: 26).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
19
Menurut Komisi PSE KWI (2008: 31) Gereja berperan untuk menawarkan
bantuan bagi pribadi, kegiatan manusia, dan masyarakat. Bantuan itu berupa
tanggapan atas apa yang menjadi kebutuhan atau permintaan dunia. Kebutuhan
akan perlindungan martabat manusia, kebutuhan tercapainya kesatuan, dan
kebutuhan lainnya. Untuk itu Gereja juga siap menerima bantuan, agar nilai dan
semangat Injili terwujud dalam dunia (Gaudium et Spes). Bantuan itu juga dapat
diberikan berupa upaya membangun solidaritas dengan saling berbagi kekayaan.
Gereja mengajak dunia untuk berbagi dengan dilandasi persaudaraan yang sejati
sebagai satu keluarga manusia. Umat Kristiani didorong untuk memperluas dan
mengembangkan upaya kerja sama demi mengatasi kesulitan bangsa-bangsa
(Populorum Progressio).
Berdasarkan permasalahan sosial ekonomi yang ada dan himbauan melalui
ajaran sosial Gereja, PSE semakin berkembang untuk memberikan kesadaran bagi
Gereja. Gereja perlu menyadari bahwa memperjuangkan keadilan, kemerdekaan,
dan kedamaian bagi dunia merupakan karya pelayanan yang sejati (Komisi PSE
KWI, 2008:3). Melalui PSE diharapkan karya keselamatan Allah nampak nyata.
PSE juga diharapkan dapat memberikan semangat baru kepada (khususnya)
fungsionaris PSE, umat Katolik, dan masyarakat guna bertumbuh dalam sikap serta
tindakan saling melayani sebagai tanda solidaritas keluarga manusia.
3. Prinsip Keterlibatan Sosial Gereja
Sebagai bagian dari keluarga manusia, Gereja mempunyai tugas dan
tanggungjawab terhadap hidup sesamanya. Sebagai anak Allah, Gereja mempunyai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
20
tugas untuk menaati hukum cinta kasih kepada Allah dan sesama. Gereja ikut ambil
bagian dalam kehidupan sosial dengan menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Martabat Manusia
Manusia diciptakan oleh Allah menurut gambar-Nya. Gereja memandang
manusia, dalam setiap pribadinya merupakan citra Allah yang hidup. Pribadi itu
ditentukan sebagai sasaran sekaligus pelaku kehidupan sosial. Memperjuangkan
martabat manusia menjadi tujuan akhir kehidupan sosial kemasyarakatan. Dalam
GS 26 dituliskan bahwa “tatanan masyarakat serta kemajuannya harus tiada
hentinya menunjang kesejahteraan pribadi manusia, sebab penataan hal-hal harus
dibawahkan pada tingkatan pribadi-pribadi, dan jangan sebaliknya.” Maka,
kesejahteraan pribadi itu dapat diupayakan dengan memandang setiap manusia
sebagai sesamanya, tidak ada pengecualian terhadap golongan-golongan lain untuk
mengupayakan kelayakan hidup setiap orang (KGK 2235).
Landasan kesetaraan martabat manusia tercantum dalam Dokumen Konsili
Vatikan II, Gaudium et Spes artikel 29 bahwa “Karena kemuliaan Allah bersinar
pada wajah setiap orang maka martabat setiap orang di hadapan Allah merupakan
dasar martabat manusia di depan sesamanya.” Karenanya, kita tidak membedakan
serta memberi pengecualian kepada orang. Allah nampak dalam diri setiap orang.
Untuk itu, setiap orang memang mempunyai tugas untuk menghormati satu sama
lain karena pada hakikatnya mereka setara.
b. Kesejahteraan Umum
Menurut Kompendium Ajaran Sosial Gereja (2009: 112) kesejahteraan
umum merujuk pada “keseluruhan kondisi hidup kemasyarakatan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
21
memungkinkan baik kelompok-kelompok maupun anggota-anggota perorangan
untuk secara lebih penuh dan lebih lancar mencapai kesempurnaan mereka sendiri.”
Maka, kesejahteraan yang dimaksud bukan hanya merujuk pada kondisi pribadi
saja. Justru masing-masing pribadi tidak akan merasakan kesejahteraannya dalam
dirinya sendiri. Kesejahteraan yang dirasakan merujuk pada kenyataan bahwa ia
ada “bersama yang lain” dan “untuk yang lain.”
Kesejahteraan umum dikaitkan dengan prinsip keutuhan martabat manusia
dan pandangan bahwa setiap manusia mempunyai derajat yang sama.
Kesejahteraan yang dibangun bukan karena satu pribadi atau kelompok saja,
melainkan “dibangun bersama yang lain.” Selanjutnya kesejahteraan itu juga tidak
dinikmati oleh satu pribadi atau kelompok saja, melainkan “untuk yang lain.”
Maka dari itu, kesejahteraan umum merupakan tanggung jawab bersama.
Setiap orang dapat berperan dalam membangun kesejahteraan umum. Kelompok
dengan tatanan tinggi sampai pada kelompok dengan tatanan rendah atau masing-
masing pribadi dapat ikut serta. Langkah yang dapat dilakukan adalah dengan
memperjuangkan keadilan sosial. Pandangan ini didukung oleh ajaran Paus Pius XI
(Komisi Kepausan untuk Keadilan dan Perdamaian, 2009: 133) yang mengatakan
bahwa
“Pemerataan harta benda tercipta yang seperti tiap orang bernalar tahu,
dewasa ini mengalami situasi buruk sekali akibat perbedaan yang amat
besar antara kelompok kecil yang kaya raya dan mereka yang serba tak
empunya dan tak terbilang jumlahnya, harus dikembalikan kepada
kesesuaian dengan norma-norma kesejateraan umum, yakni keadilan
sosial.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
22
c. Subsidiaritas
Menurut Kompendium Katekismus Gereja Katolik (KWI, 2009: 137)
“prinsip subsidiaritas menyatakan bahwa komunitas pada tatanan yang lebih tinggi
tidak boleh mengambil alih tugas komunitas pada tatanan yang lebih rendah dan
mengambil otoritasnya. Namun jika ada kebutuhan, komunitas yang tatanannya
lebih tinggi wajib mendukungnya.”
Menurut Kompendium Ajaran Sosial Gereja (2009: 126) asal usul prinsip
ini adalah adanya prinsip keutuhan martabat manusia. Manusia merupakan
makhluk yang bebas untuk menentukan masa depannya. Kebebasan pribadi
manusia juga membantu prinsip kesejahteraan umum berjalan. Untuk mencapai
kesejateraan umum itu, kelompok tatanan tinggi menerapkan perilaku menolong
atau subsidium. Subsidium berarti mendukung, memajukan, dan mengembangkan
kelompok tatanan yang lebih rendah.
Bantuan diberikan hanya bila kelompok itu tidak dapat menyelesaikan
permasalahan atau bebannya. Dalam prinsip ini, kelompok tatanan tinggi justru
memberikan kesempatan kepada kelompok tatanan rendah untuk mengatasi sendiri
masalah mereka. Inilah yang akan membantu perkembangan pribadi maupun
komunitas. Komunitas yang tatanannya lebih rendah, dengan berani dan mencoba
mengatasi permasalahan yang terjadi, justru akan meningkatkan daya juang.
Apabila kelompok kecil belum mampu mengatasi masalah, kelompok besar
bertanggungjawab untuk membantu penyelesaian masalah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
23
d. Solidaritas
Menurut Mulyatno (2015: 125) solidaritas mencakup keyakinan bahwa
setiap pribadi membutuhkan sesama dan setiap pribadi bertanggung jawab terhadap
perkembangan diri dan hidup sesama. Sedangkan menurut Ensiklik Sollicitudo Rei
Socialis, solidaritas adalah tekad untuk tetap dan kontinu berkarya demi
kesejahteraan bersama, yaitu kesejahteraan bagi semua dan setiap orang, karena
kita bertanggungjawab atas semuanya (Koerniatmanto Soetoprawiro, 2003: 142).
Solidaritas Kristiani sangat dibutuhkan dalam masyarakat dengan kesenjangan
ekonomi yang tajam. Solidaritas dapat diwujudkan dengan membela dan
memberikan bantuan kepada kaum KLMTD akibat ketidakadilan pada sistem
sosial, ekonomi, dan politik. Pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, dan papan
menjadi bentuk nyata solidaritas itu. Karya pendidikan dan pendampingan bagi
KLMTD juga sungguh penting dengan tujuan pemenuhan hak asasi manusia dan
martabat hidup manusia.
Selain itu menurut YOUCAT Foundation gemeinnützige GmbH (2016:
102) solidaritas juga dimaksudkan sebagai usaha untuk menjadi rekan bicara,
tumbuh dengan memahami ide-ide, argumen, kebutuhan, dan keinginan orang lain,
serta untuk dapat mengembangkan kepribadian seutuhnya. Dengan begitu,
solidaritas bukan semata memenuhi kebutuhan sesama dengan memberikan
bantuan material. Bantuan moril berupa pendampingan dan menjadi rekan atau
komunitas dapat menjadi suatu bentuk solidaritas yang konkret bagi sesama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
24
Paus Fransiskus dalam Seruan Apostolik Evangelii Gaudium artikel 192
menegaskan bahwa
kita bahkan menginginkan lebih daripada ini: impian kita membumbung
lebih tinggi. Kita tidak hanya berbicara tentang kepastian adanya makanan
atau “nafkah yang bermartabat” bagi semua orang, tetapi juga “agar semua
mencapai kesejahteraan dalam aneka aspeknya”159 Hal ini berarti
pendidikan, akses pelayanan kesehatan, dan terutama pekerjaan, karena
melalui kerja yang bebas, kreatif, dan partisipatif dan saling
mendukunglah manusia dapat mengungkapkan dan meningkatkan
martabat hidup mereka. Upah yang adil memampukan mereka memiliki
akses yang memadai kepada semua hal-hal baik lain yang ditujukan untuk
pemakaian kita bersama.
Solidaritas berarti upaya agar setiap orang mendapatkan makanan yang
bermartabat dan terpenuhinya kebutuhan hidup manusia. Paus Fransiskus
mengatakan bahwa solidaritas juga memastikan bahwa semua orang mempunyai
akses terhadap pendidikan, pelayanan kesehatan, dan mendapatkan pekerjaan yang
membawa pembebasan, kreativitas, serts kerja sama. Pekerjaan yang mereka
peroleh harus memberikan mereka upah yang adil; pekerja bisa membiayai hidup
sendiri, hidup keluarganya, dan menyumbang dalam membangun kesejahteraan
umum.
4. Tujuan PSE: Terwujudnya Kesejahteraan Umum
Tujuan digerakkannya karya pastoral dalam bidang Pengembangan Sosial
Ekonomi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan umat/masyarakat.
Kesejahteraan itu bukan hanya mengarah kepada kesejahteraan secara pribadi
melainkan kesejahteraan umum. Paus Yohanes XXIII dalam Ensiklik Master et
Magistra (seperti dikutip dalam GS 26) mengatakan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
25
kesejahteraan umum adalah keseluruhan kondisi-kondisi hidup
masyarakat, yang memungkinkan baik kelompok ataupun perseorangan,
untuk secara lebih penuh dan lebih lancar mencapai keseluruhan
kesempurnaan mereka. Setiap kelompok harus memperhitungkan
kebutuhan serta aspirasi kelompok lain yang wajar, bahkan kesejahteraan
segenap keluarga manusia.
Tentunya setiap pribadi bertujuan untuk mencapai kesejahteraan. PSE
menjadikan kesejahteraan umum sebagai tujuan bersama. Menurut YOUCAT
Foundation gemeinnützige GmbH (2016: 94), kesejahteraan umum mengacu
pada kesejahteraan setiap manusia dan kesejahteraan seluruh umat manusia.
Dalam Undang-Undang No. 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial,
disebutkan bahwa “kesejahteraan umum adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan
material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu
mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.”
Kesejahteraan umum itu dapat terwujud saat setiap pribadi manusia
bukan hanya memikirkan kesejahteraan dan kebutuhan diri sendiri, tetapi lebih-
lebih kesejahteraan bagi mereka yang KLMTD. Gereja yang memberi perhatian
bagi orang miskin bukan berarti memberi batasan kepada orang yang kaya.
Justru dalam PSE, keterlibatan orang yang mampu membantu orang lain
dipandang sebagai suatu jalan rahmat kasih Allah. Dalam Kis. 2:41-47, cara
hidup jemaat Perdana yang menjadikan ‘kepunyaan kita adalah kepunyaan
bersama’ menjadi suatu jalan agar tercipta kesejahteraan umum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
26
5. Prinsip Moral dalam Kerasulan Ekonomi
Gereja ikut ambil bagian dalam upaya pembangunan ekonomi bangsa.
Dalam Gereja, upaya itu disebut sebagai kerasulan ekonomi. Kerasulan ekonomi
adalah segala usaha perbaikan situasi kehidupan ekonomi berdasarkan iman
Katolik, dasarnya Kitab Suci, dan Ajaran Sosial Gereja. Dengan upaya itu,
diharapkan Gereja dapat ikut terlibat dalam membangun kesejahteraan pribadi dan
bersama secara adil dan merata. Menurut Darmaatmaja (2018: 9-10) untuk ikut
terlibat dalam kerasulan ekonomi, ada enam prinsip moral yang harus diperhatikan.
a. Permasalahan mengenai martabat pribadi manusia
Kebijaksanaan yang dirumuskan oleh pemerintah dan lembaga hukum
harus melindungi martabat pribadi manusia. Setiap manusia dipercaya sebagai citra
Allah yang mempunyai martabat tinggi. Meskipun pada kenyataannya, masyarakat
lebih memandang manusia berdasar apa yang ia miliki (having) seperti kedudukan,
jabatan, atau harta kekayaan dibandingkan dengan harkat dan martabatnya sebagai
manusia (being).
b. Masyarakat sebagai komunitas
Gereja harus menyadari bahwa martabat manusia tumbuh dan berkembang
dalam sebuah komunitas. Di dalam komunitas itulah, mereka memiliki kesempatan
untuk mengetahui dan mengembangkan bakat. Sama halnya seperti kerasulan
ekonomi yang memberikan kesempatan kepada para anggota komunitasnya untuk
dapat berkembang dalam kebersamaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
27
c. Setiap orang mempunyai hak untuk ikut berpartisipasi dalam kehidupan
ekonomi
Dengan bekerja seseorang mendapatkan upah untuk menjalani hidupnya
menuju kesejahteraan. Setiap orang mempunyai hak untuk berpartisipasi. Mereka
mempunyai hak untuk bekerja. Pemerintah yang harus menjamin adanya lapangan
pekerjaan itu.
d. Anggota masyarakat berkewajiban khusus membantu warga yang miskin
Selain memenuhi kebutuhan hidupnya dan membangun kesejahteraan
pribadi, setiap anggota masyarakat berkewajiban untuk membantu yang miskin.
Gereja sudah memperjuangkan mereka yang miskin dengan semangat prefential
option of the poor atau mendahulukan kepentingan mereka yang miskin.
e. Memperhatikan hak asasi manusia
Manusia perlu memperhatikan satu sama lain sebagai “saudara”: saudara
satu Bapa yaitu Allah di surga. Manusia justru sering melupakan hal itu, sehingga
justru memangsa satu sama lain. Muncullah hak asasi berupa hak sipil, hak politik,
dan hak ekonomi. Hak ini dirumuskan untuk melindungi martabat manusia sebagai
ciptaan Allah dengan bakat yang menjadi berkat bagi sesama.
f. Masyarakat bertanggung jawab atas perkembangan diri dan
perlindungan HAM
Meski hak asasi manusia telah dirumuskan, masih saja terdapat kasus
pelanggaran HAM. Peran masyarakat dibantu pemerintah/negara adalah menjamin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
28
terpenuhinya hak dasar itu. Selain pemerintah, Gereja ikut memperjuangkan hak
asasi manusia sesuai dengan perintah Allah.
6. Visi Dasar dan Spiritualitas PSE
Menurut Garis-Garis Besar Pedoman PSE (Komisi PSE KWI, 1990:4),
PSE memiliki Visi Dasar dan Spiritualitas sebagai berikut:
a. Visi Dasar
Gereja sebagai tanda dan sarana keselamatan Allah. Tugas itu awalnya
diberikan kepada Yesus dan dilanjutkan oleh Gereja (persekutuan umat Allah).
Maka untuk itu, Gereja membutuhkan keterlibatan dan tanggung jawab demi
utuhnya hidup manusia di dunia.
b. Spiritualitas PSE
Khususnya bagi mereka yang kecil, lemah, miskin, dan tersingkir, Yesus
berharap bahwa perwujudan Kerajaan Allah bukan hanya melalui doa melainkan
juga melalui karya pelayanan nyata. PSE hadir sebagai karya evangelisasi untuk
melihat kembali kebutuhan hidup manusia dengan semangat injil. PSE menuntut
adanya pengembangan diri yaitu kemandirian yang mengabdi demi kebaikan
bersama.
7. Aktualisasi PSE
Karya kerasulan PSE diaktualisasikan sesuai dengan potensi atau situasi
dalam masyarakat. Menurut Komisi PSE KWI (1990: 17) beberapa contoh
aktualisasi PSE adalah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
29
a. Bekerja sama dengan pemerintah melalui usaha keluarga/industri rumah tangga
(IRT)
b. Credit Union (CU) yang bergerak di bidang simpan pinjam yang dimiliki dan
dikelola oleh anggotanya serta bertujuan untuk membangun kesejahteraan
anggota.
c. Beberapa alternatif dalam PSE bagi masyarakat pedesaan yaitu:
1) Menggerakkan usaha tani;
2) Pelatihan usaha tani agar mampu bersaing;
3) Kelompok tani mengembangkan usaha dalam industri rumahan meski skala
kecil;
4) Memberi informasi ketrampilan tepat guna;
5) Kerajinan keluarga mengelola hasil tani;
6) Petani mental wiraswasta dengan adanya koperasi, perkreditan;
7) Memantapkan peran wanita sehingga potensi lingkungan dapat berkembang
dengan menanam apotek hidup;
8) Usaha kooperatif dengan kelompok tani;
d. Koperasi
e. Peningkatan ketrampilan sesuai dengan sumber daya yang ada
f. BPR (Bank Pengkreditan Rakyat) yang menyediakan modal usaha
g. Pengembangan wirausaha
1) Usaha yang menciptakan lapangan kerja dengan pelatihan wiraswasta;
2) Mengembangkan tenaga pendamping terampil yang mampu mendampingi
masyarakat yang berminat dalam berwiraswasta;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
30
3) Menggerakkan masyarakat untuk bekerja sama lewat bantuan modal skala kecil,
misalnya kebun bersama atau ternak bersama
h. Pengembangan masyarakat nelayan
1) Memberikan perhatian kepada kelompok nelayan tentang apa yang dibutuhkan
dan apa solusi bersama yang perlu dikerjakan;
2) Usaha pengembangan fasilitas khususnya pemasaran/marketing bagi nelayan;
3) Memberikan pendidikan non formal untuk meningkatkan martabat.
i. Penumbuhan pola pembangunan tepat guna.
j. Mempelajari dan mengkaji situasi masyarakat dan mengembangkan pola
pembangunan yang tepat.
k.Pembangunan yang tepat guna untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
l. Pengembangan lingkungan hidup.
1) Pembangunan berpaut erat dengan dukungan daya alam, maka pembangunan
juga harus diimbangi dengan pemeliharaan lingkungan hidup yang
berkelanjutan. Pembangunan kesejahteraan rakyat harus berwawasan
lingkungan hidup.
2) Usaha PSE juga menaruh penghormatan terhadap lingkungan hidup yang
berkelanjutan. Lingkungan hidup berperan sebagai penyokong kehidupan.
Misalnya pertanian, perikanan, dan perkebunan tidak akan dilanjutkan bila
justru merugikan lingkungan hidup manusia sendiri
3) PSE mendorong pengembangan usaha tani, usaha keluarga, kerajinan tanpa
memberikan dampak negatif bagi lingkungan hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
31
m. Pengembangan ekonomi keluarga dengan tabungan keluarga sebagai metode
pengaturan ekonomi rumah tangga sehat.
n. Katekese bercorak sosial ekonomi.
o. Memberikan motivasi sosial ekonomi bagi keluarga pedesaan dengan
Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK).
p. Pengembangan sosial budaya masyarakat.
8. Karya PSE sebagai Gerakan Pemberdayaan
Permasalahan sosial ekonomi dalam wilayah Asia adalah kemiskinan.
Kemiskinan merupakan suatu keprihatinan yang mendalam bagi masyarakat dunia.
Begitu pula dengan penduduk benua Asia yang mayoritas miskin. Dalam Gereja,
ensiklik-ensiklik Paus menunjukkan perhatian besar kepada kaum miskin dengan
semangat prefentialoption for the poor. Kepada kaum miskin, Gereja memberikan
perhatian kepada orang-orang dengan masalah pengangguran, kelaparan,
bertambahnya gelandangan, dan juga pada masalah sosial ekonomi lainnya.
Gereja Keuskupan Agung Semarang menghidupkan kembali jati dirinya
sebagai Gereja Papa Miskin. Pengartian Gereja Papa Miskin dinilai sebagai Gereja
yang memiliki kaum papa miskin dan juga dekat dengan kaum papa miskin. Dengan
kedekatannya dengan kaum papa miskin, diharapkan Gereja dapat menghidupi
semangat kemiskinannya. Gereja menyatakan partisipasi aktif berupa tindakan
nyata bagi mereka. Bukan hanya sebatas simpati (peduli) dan empati (ikut
merasakan) namun juga melakukan aksi (berbuat/bertindak sesuatu).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
32
Pujasumarta dalam Dewan Karya Pastoral KAS (2015: 21) menegaskan
bahwa “perwujudan Gereja Papa Miskin bisa dikembangkan melalui tiga pintu
utama, yaitu hidup sejahtera, hidup bermartabat, dan hidup beriman”.
Mengusahakan hidup sejahtera bagi masyarakat sudah diwujudkan dengan
pembentukan Delsos atau Delegatus Sosial yang sekarang ini disebut sebagai
komisi Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE).
PSE sebagai suatu perwujudan karya Gereja Papa Miskin menujukkan
wajah dan tanggung jawab sosialnya di tengah keluarga manusia. PSE bekerja sama
dengan lembaga layanan sosial bergerak dan berpartisipasi dalam mengatasi
permasalahan ekonomi, sosial, pendidikan, dan kesehatan. Pelayanan itu bukan
hanya untuk “memberi pelayanan/kebutuhan” KLMTD saja, namun juga mengajak
mereka untuk berkembang secara mandiri sehingga dapat berdaya ubah demi hidup
yang sejahtera.
Untuk mencapai hidup sejahtera itu, gerakan-gerakan yang dikembangkan
antara lain: gerakan karitatif, gerakan pemberdayaan, dan pendampingan
kemandirian ekonomi. PSE sendiri merupakan suatu gerakan pemberdayaan.
Menurut Dewan Karya Pastoral KAS (2015: 24)“gerakan pemberdayaan adalah
gerakan kasih yang mendorong seseorang menjadi lebih terlibat dalam keputusan
dan aktivitas yang mempengaruhi kualitas hidup mereka.” Setiap orang diyakini
mempunyai martabat yang baik, maka setiap orang dapat berkembang untuk
meningkatkan kualitas hidup mereka. PSE sebagai suatu gerakan pemberdayaan,
membantu umat untuk menyadari kemampuan diri sehingga terdorong untuk
berkembang dan berubah. Perubahan yang terjadi dalam proses pemberdayaan ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
33
bukan hanya sekedar perubahan secara materi atau finansial. Bukan berarti PSE
membantu orang untuk menjadi kaya. PSE membantu setiap pribadi mengalami
perubahan finansial, mental, dan spiritual:
a. Perubahan finansial atau materi diartikan sebagai kemandirian seseorang untuk
dapat mencukupi kebutuhan hidupnya, sehingga mereka tidak lagi bergantung
pada pihak-pihak sebagai pemberi. PSE memberikan pemberdayaan
kewirausahaan misalnya dengan pelatihan ketrampilan (memasak, berkreasi,
otomotif), pemasaran produk, dan penggunaan teknologi.
b. Perubahan mental diartikan sebagai perubahan mentalitas baru. Mentalitas
yangpesimis menjadi lebih optimis, mentalitas kecurangan menjadi kejujuran.
PSE juga menekankan pada mentalitas solidaritas yang akan membantu dalam
partisipasi pemberdayaan bagi sesama.
c. Perubahan spiritual diartikan sebagai proses umat semakin mendalami iman
mereka. PSE membantu Gereja menyadari kehadiran Allah melalui para papa
miskin. Gereja menjadi tanda dan sarana keselamatan bagi orang-orang yang
ikut berpartisipasi dalam gerakan pemberdayaan ini.
Gerakan pemberdayaan yang dilakukan juga harus menjadi bagian dari
diakonia yang bertanggungjawab. Bila pemberdayaan telah dilakukan, komitmen
terhadap pengharapan akan adanya perubahan harus dijalankan. Diakonia harus
bertanggungjawab untuk mengembangkan pengharapan Gereja dan masyarakat.
Menurut Widyaatmaja (2009: 42)
diakonia yang bertanggungjawab adalah diakonia yang menjadikan
kita rela menderita demi pengharapan akan keadilan sosial itu. Bila dalam
situasi berkelimpahan kita melakukan diakonia dan tetap berkomitmen
dalam pelayanan terhadap orang miskin, maka aksi semacam itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
34
merupakan sesuatu yang biasa dan wajar. Kini saatnya bagi Gereja di
seluruh dunia untuk menghadapi tantangan, apakah di dalam kekurangan
dan penderitaannya, ia bersedia menyatakan solidartas terhadap orang
miskin? Apakah Gereja bersedia berkorban untuk pembaharuan tata-
ekonomi sosial politik seantero dunia dalam rangka mewujudkan
masyarakat partisipatif yang adil sejahtera dan berkesinambungan?
PSE menjadi bentuk komitmen Gereja untuk hadir bagi manusia. PSE
sebagai gerakan pemberdayaan menuntut kesetiaan untuk terus mendampingi umat
dan masyarakat menuju perubahan. PSE tidak bisa hanya dilakukan selama satu dua
hari atau dalam jangka waktu yang singkat. PSE dilakukan dalam jangka waktu
yang panjang dan keberlanjutan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
35
BAB III
PERANAN PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI (PSE) TERHADAP
EFEKTIVITAS DIAKONIA GEREJA
A. Pewartaan Gereja: Terwujudnya Kerajaan Allah
1. Yesus, diakonia, dan Kerajaan Allah
Diakonia merupakan salah satu cara Gereja untuk mewujudkan hadirnya
Kerajaan Allah di dunia. Menurut Abdipranata (1993: 225) Kerajaan Allah adalah
saat-saat di mana Allah hidup dengan karya-Nya yang bersarikan kasih
menyelamatkan, meraja, berkuasa, dan ‘merambah rasuk’. Allah dipercaya sebagai
satu-satunya sumber keselamatan umat manusia. Keselamatan dari-Nya
menganugerahkan kesejahteraan dalam hidup konkret manusia. Kesejahteraan itu
tidak secara langsung dirasakan secara fisik. Perubahan juga terjadi pada sikap batin
(tergantung pada peran Roh Kudus, keterbukaan, dan kemampuan) yang akan
mengatasi dan memperbaharui fisiknya. Perubahan yang terjadi dalam diakonia
Gereja diharapkan dapat terjadi (bukan hanya pada setiap pribadi tetapi juga) pada
seluruh keluarga manusia.
Kerajaan Allah diwartakan Yesus pada zaman kekuasaan Romawi yang
memberikan penindasan. Penindasan itu berakibat kelaparan, kemiskinan, bahkan
kematian bagi bangsa Yahudi. Bahkan dalam masyarakat terjadi sistem yang
terkotak-kotak yaitu kaum kaya dan miskin. Allah tidak menghendaki hal itu
terjadi. Dalam pewartaan Yesus itulah muncul suatu harapan akan adanya “Israel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
36
baru.” Israel baru maksudnya adalah terbangunnya suatu masyarakat yang hidup
penuh dengan kesejahteraan dan persaudaraan (Putranta, 2012: 7). Maka Yesus
diharapkan dapat menjadi teladan untuk melakukan keterlibatan sosial, maksudnya
bukan hanya sekedar hidup di tengah masyarakat namun juga secara aktif
memperjuangkan nilai-nilai pembebasan dan keadilan.
Yesus dipandang sebagai utusan Allah yang memulihkan keadilan dan
memihak kaum KLMTD. Kaum KLMTD menjadi pusat perhatian pewartaan
Yesus. Kabar keselamatan akan kedatangan Kerajaan Allah itu sungguh diwartakan
bagi mereka. Pewartaan Yesus sungguh tampak pada sikap dan cara hidup-Nya.
Yesus lahir, hidup, dan wafat dalam kemiskinan. Ia sendiri menghayati kemiskinan
akibat sistem dalam masyarakat Palestina waktu itu. Justru dalam kemiskinan dan
kesederhanaan itulah Ia menemukan pola pewartaan-Nya. Pola Yesus yang kurang
strategis ini justru menampakkan ciri pewartaan yang sederhana/tidak mencolok
dan tidak terkait dengan prosedur atau peraturan (Tisera, 2001:74-75).
Kerajaan Allah bukan hanya disampaikan dengan teori namun terutama
dalam tindakan Yesus. Yesus mengusir setan, menyembuhkan yang sakit, dan
memberi makan dengan tujuan untuk meringankan penderitaan dan mengatasi
kemelaratan umat manusia. Dalam Kitab Suci, yang diceritakan adalah perubahan
secara fisik atau kesejahteraan lahiriah. Sikap batin yang dirasakan mereka tidak
diungkapkan oleh penulis namun yang perlu ditekankan bahwa kesejateraan
lahiriah memang harus menjadi tanda komprehensif dalam Yesus (Tisera,
2001:79). Karenanya, perubahan yang terjadi akibat menerima pewartaan Kerajaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
37
Allah itu bukan semata-mata perubahan batiniah saja atau lahiriah saja. Keduanya
dirasakan benar-benar sehingga dapat merubah keseluruhan hidup mereka.
Mewartakan Kerajaan Allah merupakan perutusan Yesus yang dilanjutkan
oleh murid-murid-Nya. Yesus menuntut para murid untuk menghayati kemiskinan
dalam tugas pewartaannya. Tuntutan itu membuat para murid harus menghadirkan
diri dalam kemiskinan. Para murid hidup bersama mereka yang kecil, lemah,
miskin, tersingkir, dan difabel sebagai saudara. Para murid belajar hidup dengan
sikap solider dan mengidentikkan diri sebagai bagian dari mereka yang dipandang
hina.
Gereja sebagai komunitas para murid Yesus perlu menegakkan prinsip
bahwa apa yang diterima adalah cuma-cuma maka harus diberikan dengan cuma-
cuma pula. Tisera (2008: 79) mengatakan bahwa “Kerajaan Allah adalah hadiah,
tetapi juga menuntut perbuatan untuk orang kecil.” Demi solidaritas, harta milik
kita menjadi harta milik bersama. Sudah menjadi suatu kewajiban kita untuk
membantu sesama manusia.
2. Tanda hadirnya Kerajaan Allah
Yesus tidak pernah menjelaskan definisi Kerajaan Allah dalam pewartaan-
Nya. Ia menggunakan perumpamaan dan tindakan-Nya berupa mukjizat bagi
banyak orang. Justru dari cara pewartaan itulah, Kerajaan Allah terwujud nyata.
Menurut Fuellenbach (2006: 219) penjelasan Paulus mengenai Kerajaan Allah
digambarkan bukan tentang makanan dan minuman tetapi mengenai adanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
38
kebenaran/keadilan, damai sejahtera, dan sukacita oleh Roh Kudus (Rm. 14:17).
Ketiga nilai itu menjadi tanda bahwa Allah telah meraja di hati manusia.
a. Keadilan
Secara biblis, keadilan diartikan sebagai hubungan yang benar. Keadilan
dapat diartikan pula sebagai rasa saling menghargai hubungan satu dengan yang
lainnya. Bila seseorang dapat membangun hubungan yang benar dengan Yahwe
maka haruslah ia dapat membangun hubungan yang benar pula dengan dirinya
sendiri, sesama dan alam ciptaan. Sama halnya dengan yang ditulis oleh Yeremia
(Yer. 22: 16) “Barangsiapa mengenal Aku, berarti menjalankan keadilan”
(Fuellenbach, 2016: 223-224). Menurut Brueggemann (dalam Fuellenbach, 2016:
223) “keadilan adalah menentukan apa yang menjadi hak seseorang dan
memberikannya kepada orang itu.”
Keadilan juga dapat dipahami sebagai kehendak yang tetap dan teguh
untuk memberikan kepada Allah dan sesama, apa yang menjadi hak mereka (KGK
1807). Nilai keadilan merupakan nilai yang diperjuangkan sampai saat ini. Keadilan
menjadi satu dari lima nilai dalam dasar negara Indonesia. Keadilan bagi seluruh
rakyat Indonesia menyangkut seluruh aspek kehidupan. Gaudium et Spes art. 29
menuliskan bahwa keadilan dalam aspek ekonomi berarti orang tidak boleh
direndahkan karena fungsi dan apa yang tidak mereka miliki. Kebijakan pemerintah
harus memperjuangkan keadilan, khususnya bagi pemerataan kesejahteraan
(YOUCAT Foundation gemeinnützige GmbH, 2016: 106). Maka kita sebagai orang
Kristianimendapatkan perutusan untuk membantu memeratakan kesejahteraan.
Misalnya bagi pemilik perusahaan yang membutuhkan karyawan dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
39
meningkatkan dan mendorong kreativitas, kemampuan berwira usaha, mengatur
perekonomian dengan terlibat pada proses ekonomi itu.
b. Perdamaian
Menurut Von Rad (dalam Fuellenbach, 2016: 234) dalam Kitab Suci
Perjanjian Lama, kata damai muncul dari kata ‘shalom’ yang secara garis besar
berarti kesejahteraan, kesehatan, dan keutuhan. Damai terlebih menunjukkan
kesejahteraan yang dihubungkan dengan rasa puas dan senang. Jika mengartikan
damai dalam konsep Yunani, maka damai bisa berarti tidak berperang seperti yang
dituliskan oleh nabi Mikha (Mi. 4: 3-4).
Dalam Perjanjian Baru ada lima cara mengartikan kata ‘damai’ yaitu:
pertama, tidak ada perang; kedua, hubungan yang benar dengan Allah; ketiga,
hubungan baik di antara orang-orang; keempat, keadaan pribadi yang tenang dan
tentram; kelima, kata dari bagian rumusan sapaan.
Pengertian damai itu masih belum memadai bila ditempatkan dalam
keadaan sekarang ini. Perdamaian diartikan sebagai ketenteraman dalam tata aturan
dan kebahagiaan dalam tatanan kebaikan Allah. Tanda adanya damai dalam hidup
kita adalah bahwa kita mendapati diri melangkah bersama dengan mereka yang
mempunyai kejujuran dan mencari kebenaran, peduli terhadap kesejahteraan dan
keselamatan manusia (YOUCAT Foundation gemeinnützige GmbH, 2016: 256).
c. Sukacita
Dalam bahasa Yunani sukacita berarti kesenangan fisik. Dalam Kitab Suci,
sukacita dapat diartikan sebagai kehidupan atau kepenuhan hidup dan keutuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
40
hidup manusia. Maka kita dapat memberikan kesempatan kepada setiap orang
untuk berkembang menjadi lebih kreatif sesuai dengan kemampuan dan
kemauannya. Lebih dalam lagi mengenai keutuhan hidup manusia, sukacita juga
dapat dikaitkan dengan pemenuhan hak asasi manusia.
Gereja yang mewartakan Kerajaan Allah dimaknai sebagai sebuah upaya
memperjuangkan keadilan, perdamaian, dan keutuhan ciptaan. Istilah yang telah
disepakati dalam sidang ekumenis dalam World Council of Churches (WCC)
adalah JPIC atau justice, peace, and integrity of creation. Keadilan diperjuangkan
oleh Gereja dengan membentuk Dewan Kepausan untuk Keadilan dan Perdamaian.
Dewan itu mempunyai tugas untuk membela mereka yang lemah yang tidak mampu
secara ekonomi, sosial dan hukum. Nilai perdamaian diperjuangkan pula dengan
menjadi pelaku rekonsiliasi. Rekonsiliasi perlu dimulai oleh para pelaku
rekonsiliasi dalam masyarakat sehingga terbangun keharmonisan. Keutuhan
ciptaan dipahami sebagai upaya meningkatkan kelayakan hidup sehingga manusia
dapat hidup dengan lebih manusiawi (Bismoko Mahamboro, 2016: 20-22).
B. Peranan PSE terhadap Efektivitas Diakonia Gereja
1. PSE Berperan Dalam Berbagai Konteks Kerasulan Gereja
Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi merupakan bagian dari
Konferensi Waligereja Indonesia. Komisi PSE awalnya disebut sebagai Pansos atau
Panitia Sosial. PSE sebagai karya kerasulan terdapat di tingkat Paroki, keuskupan,
regional, dan nasional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
41
Di tingkat Paroki, PSE menjadi suatu bagian dalam bidang pelayanan
sosial Dewan Paroki. Dahulu, PSE di tingkat Paroki disebut sebagai Seksi Sosial
Paroki (SPP). SPP mempunyai beberapa program yang telah disusun dan kemudian
akan dilaksanakan menurut pertimbangan Dewan Paroki. Pada umumya, SPP
bertugas untuk menjiwai umat Paroki untuk berpartisipasi dalam karya atau
kegiatan PSE. Umat Paroki diharapkan dapat mengurangi egoisme dan memiliki
sikap mengutamakan orang lain. Dalam struktur kepengurusan, umat yang
dipercaya untuk menjadi seksi PSE Paroki diharapkan dapat mengenal situasi
kehidupan Paroki, diterima oleh umat, serta mempunyai kepekaan dan kecakapan
dalam bidang sosial ekonomi. Selain itu, seksi PSE Paroki harus membangun kerja
sama yang baik dengan Pastor Paroki, Dewan Paroki, Komisi PSE Paroki lain dan
Komisi PSE Keuskupan, organisasi, seluruh umat serta masyarakat.
Komisi PSE Keuskupan bertugas untuk membantu Uskup serta
memberikan pendampingan dan motivasi bagi seksi PSE Paroki sekaligus
Keuskupan. Selain itu Komisi PSE Keuskupan memiliki tugas pokok untuk
memberikan gambaran mengenai PSE, sehingga umat tergerak ikut serta dalam
kerjasama membangun dan mengembangkan mutu hidup manusia. Tugas ini
berkaitan dengan peran komisi PSE untuk membangun solidaritas Kristiani.
Solidaritas Kristiani merupakan konsekuensi dari suatu peradaban cinta kasih yang
dipraktikkan dengan tindakan yang mendukung terciptanya kesejahteraan umum
(YOUCAT Foundation gemeinnützige GmbH, 2016:103).
Kerasulan PSE di tingkat regional bertujuan untuk melakukan koordinasi
dan komunikasi pemasalahan yang terjadi dalam karya kerasulan itu. Di Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
42
terdapat 7 Regio PSE: Sumatera, Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi,
Maluku, dan Papua.
Kerasulan PSE di tingkat nasional adalah Komisi PSE KWI. “Komisi PSE
KWI adalah perangkat Konferensi Waligereja Indonesia di bidang pastoral
pengembangan sosial ekonomi, sebagaimana tercantum dalam Statuta Konferensi
Waligereja Indonesia.” Menurut Direktorium Komisi PSE KWI (Turang, 2008: 29),
tugas pokok dan utama Komisi PSE KWI adalah: Pertama, menampung
dan menyalurkan inspirasi dan aspirasi dari bawah serta memberikan
pedoman dan pengarahan bagi kegiatan pengembangan sosial-ekonomi.
Kedua, memberikan kepada KWI informasi dan pesan yang berorientasi
pada Pola Dasar Pembangunan Nasional serta tujuannya.
2. PSE sebagai Salah Satu Bentuk Perwujudan Diakonia
Karya kerasulan PSE merupakan salah satu bagian dari tugas pelayanan
(diakonia) Gereja. PSE melayani umat dan juga masyarakat, untuk itu tugas
pelayanan (diakonia) Gereja justru terwujud nyata melalui gerakan pemberdayaan
tersebut. Bila diakonia hanya dipahami sebagai kegiatan bakti sosial dengan
memberikan sembilan kebutuhan pokok (sembako), hal ini akan membentuk
hubungan pemberi dan penerima dalam tugas pelayanan Gereja. Gerakan satu arah
dengan hubungan pemberi dan penerima ini justru akan menghambat terbentuknya
kemandirian dan keutuhan martabat manusia.
PSE merupakan suatu karya kerasulan yang memenuhi ciri-ciri diakonia.
PSE bertujuan untuk membangun kesejahteraan umum melalui kegiatan yang
meningkatkan perekonomian umat. Umat didampingi untuk mampu mengetahui
dan memahami kebutuhan serta potensi mereka. Dengan begitu umat dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
43
berkembang dan memiliki kesempatan untuk meningkatkan perekonomian
sehingga mencapai kesejahteraan hidupnya. Setelah itu barulah mereka memiliki
kekuatan untuk membantu menciptakan kesejahteraan umum.
PSE Paroki berkembang dari kebutuhan masyarakat setempat sehingga
dapat membantu memenuhi kebutuhan itu serta diakonia menjadi semakin nyata
dan konkret. Di Paroki yang mempunyai potensi pertanian dapat digalakkan PSE
bidang pertanian. Begitu pula dengan Paroki yang mempunyai kebutuhan untuk
pemberdayaan wanita, dapat dikembangkan PSE kerajinan tangan yang dikerjakan
di rumah. Upaya ini dapat membantu seorang ibu agar tidak harus meninggalkan
pekerjaan utamanya sebagai ibu rumah tangga.
Meski PSE baru dibentuk sampai tingkat nasional, tidak menutup
kemungkinan adanya kerjasama untuk mengembangkan ekonomi sosial
masyarakat internasional. Masyarakat perlu terbuka dengan kemungkinan kerja
sama itu untuk menjadikan solidaritas global semakin nyata.
Kemiskinan menjadi salah satu akar permasalahan yang menghambat
keutuhan hidup manusia. Akses hidup menjadi terbatas karena permasalahan
kemiskinan. PSE mencoba melihat dan menyelesaikan permasalahan itu dengan
langkah pencegahan berupa upaya-upaya pengembangan. Upaya pengembangan itu
dapat berupa kegiatan atau pendampingan yang mengarahkan masyarakat untuk
melawan sistem yang menghambat bertumbuhnya martabat manusia.
Sistem politik dan struktur masyarakat dapat menjadi alasan bagi
langgengnya kemiskinan dalam masyarakat. Ketidakadilan dan