peranan orang tua dalam membimbing ahlaq siswa
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Guru memiliki banyak tugas, baik yang teikat oleh dinas maupun di luar
dinas, apabila dikelompokkan terdapat tiga jenis tugas guru, yakni tugas guru
dalam bidang profesi tugas kemanusiaan, dan tugas dalam bidang
kemasyarakatan.
Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih.
Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar
berarti meneruskan dan mengembangkan Ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada
peserta didik.
Tugas guru dalam bidang kamanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan
dirinya sebagai orang tua ke dua. Ia harus mampu menarik simpati sehingga ia
menjadi idola peserta didiknya. Pelajaran apapun yang diajarkan hendaknya dapat
menjadi motivasi bagi peserta didik dalam belajar. Bila seorang guru dalam
penampilannya sudah tidak menarik, maka kegagalan pertama adalah ia tidak
akan dapat menanamkan benis pengajaran itu kepada para siswanya. Para siswa
akan enggan menghadapi guru yang tidak menarik.
Masyarakat menempatkan guru pada tempat yang lebih terhormat di
lingkungannya karena dari seorang guru diharapkan masyarakat dapat
1
memperoleh ilmu pengetahuan. Ini berarti guru berkewajiban mencerdaskan
bangsa menuju pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berdasarkan
Pancasila.
Sejak dulu dan mudah-mudahan sampai sekarang, guru menjadi anutan
masyarakat. Guru tidak hanya diperlukan oleh para siswanya di ruang kelas, tetapi
juga diperlukan oleh masyarakat lingkungannya dalam menyelesaikan aneka
ragam permasalahan yang dihadapi masyarakat. Tampaknya masyarakat
mendudukkan guru pada tempat yang terhormat dalam kehidupan masyarakat,
yakni di depan member suri teladan, di tengah-tengah membangun, dan di
belakang memberikan dorongan dan motivasi. (Ing ngarso sungtulada, ing
madya mangun karsa, tut wuri handayani ).
Sebenarnya dari apa yang dipaparkan di atas tentang tugas guru, bahwa
guru pendidikan agama Islampun (PAI) sama, tetapi yang membedakannya adalah
dalam lingkup materi atau pengetahuan yang harus dimiliki para siswanya. Karena
guru PAI merupakan guru mata pelajaran, sehingga lingkup materi yang diberikan
yaitu mengenai Pendidikan Agama Islam, meliputi pengetahuan, sikap, dan
peribadahan.
Dalam pelaksanaan kegiatan guru PAI di kelas sebenarnya merupakan
muara dari semua mata pelajaran yang diberikan di sekolah, karena dalam PAI
diajarkan akhlaq mulia, kataqwaan terhadap Tuhannya, serta tatacara peribadahan
yang menambah keyakinan para siswa terhapat ALLAH SWT. Dengan demikian
PAI seyogianya dapat menyatukan mata pelajaran lainnya dalam bentuk perilaku
para siswa yang sesuai dengan tuntutan masyarakat Negara dan agamanya.
2
Dalam kenyataannya, sering terjadi pemisahan antara guru PAI dengan
guru mata pelajaran lainnya, sehingga apa yang diajarkan dari pelajaran lainnya,
misalnya IPA, kadang-kadang guru tersebut tidak menghubungkan pelajaran
tersebut dengan PAI. Sebenarnya dengan PAI semua mata pelajaran yang
diberikan di sekolah dapat dipadukan, hanya yang menjadi permasalahan tidak
semua guru PAI atau guru mata pelajaran lainnya dapat memahaminya,
berdasarkan hasil observasi, maka dapat dikemukakan beberapa hal yang menjadi
kendala dalam pelaksanaan pembelajaran PAI terpadu di Sekolah dasar
Diantaranya adalah :
1. Kurangnya pemahaman guru mata pelajaran lain terhadap PAI Terpadu.
2. Masih terlihat secara nyata pemisahan tiap-tiap mata pelajaran, sehingga guru
mata pelajaran lain terpaku pada mata pelajaran yang diajarkannya saja.
3. Kurangnya terjalin kerjasama yang baik antara guru mata pelajaran PAI
dengan guru mata pelajaran lainnya.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti
tentang Peranan Guru PAI dalam membimbing Akhlaq Siswa di SDN Mulyasari
Kecamatan Campaka Cianjur.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang dipaparkan dia atas. Maka dalam
penelitian ini rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana peranan guru PAI dalam membimbing Akhlaq siswa di SDN
Mulyasari Kecamatan Campaka Cianjur.
3
2. Upaya Apa yang dilakukan guru PAI untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi
dalam membimbing Akhlaq siswa di SDN Mulyasari Kecamatan Campaka
Kabupaten Cianjur.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui peranan guru PAI dalam membimbing akhlaq siswa SDN
Mulyasari Kecamatan Campaka.
2. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan guru PAI untuk mengatasi
kesulitan yang dihadapi dalam membimbing akhlaq siswa di SDN Mulyasari
Kecamatan Campaka Cianjur.
D. Manfaat Penelitian
1. Memberikan gambaran secara faktual mengenai peranan guru PAI dalam
membimbing akhlaq siswa di SDN Mulyasari kecamatan Campaka.
2. Memberikan sumbangsih kepada pihak sekolah dalam upaya peningkatan
akhlaq para siswanya.
3. Memberikan masukan yang berarti dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang
dihadapi dalam membimbing akhlaq siswa.
4. Memberikan pemikiran bagi kemuajuan pendidikan khususnya peningkatan
akhlaq siswa di SDN Mulyasari Kecamatan Campaka.
4
E. Kerangka Berpikir
1. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh guru dalam membina
dan membimbing peserta didik (siswa) menuju kedewasaan yang mandiri.
2. Dalam pendidikan akan terjadi komunikasi antara guru dan siswa dalam rangka
menyampaikan berbagai macam ilmu pengetahuan dan budi pekerti dan
pemahaman ketagwaan terhadap Tuhan Yang maha Esa, serta nilai-nilai
kebudayaan dan karakter bangsa.
3. Pendidikan akan berhasil jika dilaksanakan dengan perencanaan, metode, dan
proses pembelajaran yang ditetapkan terlebih dahulu dengan memperhatikan
tingkat kebutuhan peserta didik atau proses pembelajarannya berpusat pada
siswa.
4. Pembinaan akhlak bagi siswa merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan
dengan mata pelajaran lainnya, sehingga pembinaan akhlak bagi peserta didik
diharapkan dapat diintegrasikan dengan mata pelajaran lainnya.
F. Langkah-Langkah Penelitian
1. Menentukan jenis Data Penelitian
Jenis Data, deskriptif berupa kata-kata atau gambaran tentang masalah yang
sedang diteliti
2. Menentukan Sumber Data Penelitian
a. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di SDN Ciherang Kecamatan Campaka
Kabupaten Cianjur.
5
b. Sumber Data
1) Guru Pendidikan Agama Islam di SDN Ciherang Kecamatan
Campaka
2) Para Siswa SDN Ciherang Kecamatan Campaka.
3. Menentukan Metode dan Teknik Pengumpulan Data
a. Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
Deskriptif dengan pendekatan kualitatif naturalistik, karena penelitian ini
bermaksud untuk mendapatkan gambaran yang sebenarnya mengenai
Peranan Guru PAI dalam Membimbing siswa di SDN Ciherang
Kecamatan Campaka, serta melakukan kajian kepustakaan atau Book
Survey dalam rangka mencari dan meneliti referensi yang berhubungan
dengan permasalahan yang sedang diteliti.
b. Teknik Pengumpulan Data
1) Wawancara
Wawancara adalah kegiatan tanya jawab dalam rangka memperoleh
data mengenai permasalahan yang sedang diteliti.
Adapun wawancara ini ditujukan pada :
a) Guru PAI di SDN Ciherang dalam upaya membimbing akhlak
siswa di SDN Ciherang Kecamatan Campaka.
b) Para Siswa dalam kegiatan sehari-hari di kelas yang berhubungan
dengan sikap/akhlak mereka, ketika berkomunikasi dengan
teman, guru, atau tenaga lainnya.
6
2) Observasi
Observasi adalah kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu obyek
dengan menggunakan alat indra, serta dalam kegiatan yang sedang
berlangsung di tempat penelitian. Observasi ini dilakukan sebagai
pengumpul data penunjang dalam kegiatan wawancara. Dalam
penelitian ini yang akan di observasi adalah parasiswa SDN
Ciherang.
3) Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi dalam peneliian ini dimaksudkan untuk
mendukung dan mempertegas data hasil wawancara dan observasi,
terutama data mengenai Menejemen Pondok Pesantren serta data-
data lain yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
4. Analisis Data
Yaitu pencatatan yang dilakukan pada saat berlangsungnya pengumpulan data
baik setelah kegiatan wawancara, observasi maupun studi dokumentasi
dengan jalan mencatat kata-kata kunci yang dimengerti oleh peneliti.
7
BAB II
TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERANAN GURU PAI DALAM
MEMBIMBING AKHLAK SISWA
A. Guru PAI
1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam
Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur
sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Guru-guru seperti ini harus mempunyai semacam kualifikasi formal. Dalam
definisi yang lebih luas, setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru
dapat juga dianggap seorang guru.
Sedangkan Pendidikan Agama Islam Menurut Burlian Shomad (2001:95)
adalah, Pendidikan yang bertujuan membentuk individu menjadi makhluk yang
bercorak diri berderajat tinggi menurut ukuran Allah dan isi pendidikannya
untuk mewujudkan tujuan itu adalah ajaran Allah.
Secara rinci Beliau mengemukakan pendidikan itu baru dapat disebut
Pendidikan Agama Islam apabila memiliki dua ciri khas yaitu :
1). Tujuannya untuk membentuk individu menjadi bercocok diri tertinggi menurut
ukuran Al-Qur`an.
2). Isi pendidikannya ajaran Allah yang tercantum dengan lengkap dalam Al-
Qur`an dan pelaksanaannya di dalam praktek kehidupan sehari-hari
sebagaimana di contohkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Jadi Pengertian guru Pendidikan Agama Islam adalah, seseorang yang mempunyai
kemampuan profesional dalam rangka memberikan layanan pendidikan baik
8
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang berhubungan dengan ajaran dari Allah
SWT, dalam bentuk pemahaman dan pengamalan al-qur’an dan al-hadist.
Sehingga peranan Guru Pendidikan Agama sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Wrightman yang dikutip oleh Usman (1990: 1) bahwa, peranan
guru adalah serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam
suatu situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku
dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya. Sedangkan Pendidikan agama
Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran ajaran agama Islam, yaitu berupa
bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari
pendidikan ini dapat memahami, menghayati, mengamalkan ajaran agama Islam
sebagai suatu pandangan hidup demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di
dunia maupun di akherat (Zakiah Daradjat, dkk, 1992: 86).
2. Fungsi Dan Tugas Guru Pendidikan Agama Islam
Di sekolah sebenarnya tugas guru bukan sebagai pemegang kekuasaan,
tukang perintah, melarang dan menghukum anak-anak. Guru adalah pembimbing
dan pengabdi anak-anak, artinya guru harus siap mengarahkan anak didik dalam
belajar. Seorang guru harus mengetahi apa, mengapa dan bagaimana
perkembangan jiwa anak. Guru harus mampu membina mental murid,
memperbaiki moral dan tugasnya membentuk kepribadian anak didik. Guru dalam
tugasnya mendidik dan mengajar anak adalah berupa membimbing, memberikan
petunjuk, teladan, bantuan, latihan penerangan, pengertian….dan sifat-sifat
terpuji. Dapat dilihat bahwa tugas guru merupakan tugas sangat berat di banding
9
dengan tugas seorang pekerja lainnya. Dalam hal ini tugas guru tidak hanya dalam
ilmu pengetahuan, tetapi menyangkut akhlak atau kepribadian anak didik yang
harus dibentuk dengan sebaik mungkin. Secara global tugas guru disebutkan di
dalam pernyataan berikut:
“Mengingat lingkup pekerjaan guru seperti di atas maka fungsi dan tugas guru
yang pertama adalah pengajaran, kedua tugas bimbingan dan penyuluhan, ketiga
tugas administrasi atau guru sebagai pimpinan (manager kelas),”
Dikatakan oleh Abu Ahmadi bahwa guru dalam Islam adalah sebagai berikut:
a. Guru Pendidikan agama Islam sebagai pengajar
b. Guru Pendidikan agama Islam sebagai pendidik
c. Guru Pendidikan agama Islam sebagai seorang da’i
d. Guru Pendidikan agama Islam sebagai konsultan
e. Guru Pendidikan agama Islam sebagai pemimpin pramuka
f. Guru agama sebagai seorang pemimpin informal
Dari beberapa tugas yang telah disebutkan, guru sebagai pendidik dan
pengajar harus memiliki kestabilan emosi, berkeinginan memajukan siswa,
bersikap realistis, jujur dan terbuka, peka terhadap poerkembangan, terutama
terhadap renovasi pendidikan. Sebagai anggota masyarakat, sebagai pemimpin,
guru itu harus perlu memiliki kepribadian, menguasai ilmu kepemimpinan dan
berbagai aspek kegiatan disekolah.
10
Guru sebagai pelaksana administrasi akan diharapkan kepada administrasi
yang harus dilaksanakan di sekolah. Guru sebagai pengelola proses belajar
mengajar harus menguasai berbagai metode mengajar yang baik, di dalam
maupun di luar kelas. Sesuai dengan firman Allah dalam surat At-Taubah
ayat123:
Artinya: “Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (QS. At-Taubah: 123)
Di samping memertintahkan umatnya untuk belajar juga memerintahkan
umatnya untuk mengajarkan ilmunya kepada orang lain, dan mempergunakan
metode pendidikan yang tepat guna sehingga berhasil guna.
3. Misi PAI pada sekolah umum:
1) Penyelengaraan PAI sebagai bagian integral dari keseluruhan proses
pendidikan
2) Menyelenggarakan PAI dengan mengintegrasikan aspek pembelajaran
(kognitif, afektif, dan psikomotor), kunjungan dan memperhatiakan lingkungn
sekitar serta penerapan nilai- nilai dan norma- norma akhlak dalam perilaku
sehari- hari
3) Melakukan upaya bersama antara guru agama dan kepala sekoalh serta seluruh
komponen pendidikan untuk mewujudkan School Culture yang dijiwai oleh
11
suasana dan disiplin keagamaan dalam keseluruhan interaksi antar unsure
pendidikan di sekolah dan luar sekolah.
4) Melakukan penguatan posisi peran GPAI secara berkelanjutan, baik sebgai
pendidik, pembimbing, penasehat, komunikator daN penggerak bagi
terciptanya suasana keagamaan yang kondusif disekolah.
4. Strategi dan Upaya pembelajaran PAI
1) Mampu mengajarkan akidah kepada peserta didik sebagai landasa
keberagamaanya.
2) Mampu mengajarkan pengetahuan kepada peserta didik tentang ajaran
agama islam.
3) Mampu mengajarkan pengetahuan agama sebagai landasan bagi semua mata
pelajaran yang diajarkan disekolah 4) Menjadi landasan moral dan etika
social dalam kehidupan sehari- hari.
5. Materi PAI
Dikembangkan dari ketiga kerangka dasar ajaran agama islam
1) Akidah penjabaran konsep iman
2) Syariah (ibadah) penjabaran konsep islam
3) Akhlak penjabaran konsep ihsan
6. Tujuan PAI di sekolah
Meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan siswa
terhadap ajaran agama islam sehinggamenjadi manusia muslim yang bertaqwa
kepada Allah SWT serta berakhak mulia dalam kehidupan pribadi
bermasyarakat berbangsa dan bernegara.
12
7. Fungsi PAI di sekolah
1) Pengembangan, menumbuhkembangkan dan peningkatan keimanan dan
ketaqwaan peserta didik yang telah ditanamkan di linkungan keluarga.
2) Penyaluran bakat yang dilandasi dengan agama agar berkembang secara
optimal dan bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.
3) Perbaikan, untuk memperbaiki kesalahan, kekurangan dan kelemahan peserta
didik dalam hal keyakinan pemahaman dan pengalaman ajaran agama islam
dalam kehidupan sehari- hari
4) Pecegahan, menangkal hal- hal negative dari lingkungannya tau budaya luar
yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangan menuju
manusia seutuhnya
5) Penyesuaian agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, dan dapat
merubah lingkungannya sesuai dengan ajaran islam.
6) Sumber nilai, yaitu memberikan pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan
dunia dan akhirat.
8. Pengertian Bimbingan
Bimbingan dapat diartikan secara umum sebagai suatu bantuan. Namun
untuk sampai kepada pengertian yang sebenarnya kita harus ingat bahwa tidak
setiap bantuan dapat diartikan bimbingan. Bimbingan adalah terjemahan dari
istilah bahasa Inggris yaitu guidance, kata guidance berasal dari kata kerja to
guidance artinya menunjukkan, membimbing, menuntun orang ke jalan yang
benar. Jadi kata guidance berarti pemberian petunjuk, pemberian bimbingan
13
pada orang lain yang membutuhkan. Untuk memperoleh pengertian yang lebih
jelas di bawah ini penulis akan pendapat dari para pakar, diantaranya:
a. Jear Book of education (I. Djumhur, 1975:25) mengemukakan bahwa
bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui usahanya sendiri
untuk dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan
pribadi dan kemanfaatan sosial.
b. Stoops (I. Djumhur, 1975:25), mengemukakan bahwa bimbingan adalah suatu
proses membantu perkembangan individu untuk mencapai kemampuannya
secara maksimal dalam mengarahkan manfaat yang sebenar-benarnya, baik
bagi dirinya maupun bagi masyarakat.
c. Miller (I, Djumhur, 1975:25) mengemukakan bimbingan adalah proses terhadap
individu untuk mencapai pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan
untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum kepada sekolah, keluarga,
serta masyarakat.
9. Jenis-jenis Bimbingan di Sekolah
a. Bimbingan Akademik
Bimbingan akademik, yaitu bimbingan yang diarahkan untuk membantu
individu dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah-masalah
akademik, yaitu pengenalan kurikulum, pemilihan jurusan, cara belajar,
penyelesaian tugas-tugas, dan lain-lain.
Bimbingan akademik dilakukan dengan cara mengembangkan suasana
belajar mengajar yang kondusip agar terhindar dari kesulitan belajar. Para
pembimbing membantu individu mengatasi kesulitan belajar,
14
mengembangkan cara belajar yang efektip, membantu individu agar sukses
dalam belajar dan mampu menyelesaikan diri terhadap semua tuntutan
program pendidikan.
b. Bimbingan Sosial Pribadi
Bimbingan sosial pribadi merupakan bimbingan untuk membantu para
individu dalam menyelesaikan masalah-masalah sosial pribadi. Adapun
tergolong dalam masalah-masalah sosial pribadi adalah masalah hubungan
dengan sesama teman, guru, serta staf karyawan.
Bimbingan sosial pribadi diarahkan untuk mamantapkan kepribadian dan
mengembangkan kemampuan individu dalam menangani masalah-masalah
dirinya. Bimbingan ini merupakan layanan yang mengarah pada
pencapaian pribadi yang seimbang dengan memperhatikan keunikan
karakteristik pribadi serta ragam permasalahan yang dialami oleh individu.
c. Bimbingan Karier
Bimbingan krier adalah bimbingan untuk membantu individu dalam
perencanaan, pengembangan, dan penyelesaian masalah-masalah karier,
seperti pemahaman terhadap jabatan dan tugas-tugas kerja, pemahaman
kondisi dan kemampuan diri, pemahaman kondisi lingkungan,
perencanaan dan pengembangan karier, penyesuaian pekerjaan, dan
penyelesaian masalah-masalah karier yang dihadapi.
d. Bimbingan Keluarga
Bimbingan keluarga merupakan upaya pemberian bantuan kepada para
individu sebagai pemimpin/anggota keluarga agar mereka mampu
15
menciptakan keluarga yang utuh dan harmonis, memberdayakan mandiri
secara produktif, dapat menciptakan dan menyesuaikan diri dengan norma
keluarga, serta berperan/berpartisipasi aktif dalam mencapai kehidupan
keluarga yang bahagia.
Bimbingan keluarga juga membantu individu yang akan berkeluarga
memahami tugas dan tanggung jawabnya sebagai anggota keluarga
sehingga individu siap menghadapi kehidupan berkeluarga. Bimbingan
keluarga juga membantu anggota kleluarga dengan berbagai strategi dan
teknik keluarga yang sukses, harminis, dan bahagia.
10. Layanan Bimbingan Belajar PAI
Sedangkan pengertian layanan bimbingan belajar PAI adalah proses
bantuan yang diberikan kepada individu (siswa) agar dapat mengatasi masalah
masalah yang dihadapinya dalam belajar PAI sehingga setelah melalui proses
perubahan belajar mereka dapat mencapai hasil belajar yang optimal sesuai
dengan kemampuan, bakat, dan minat yang dimilikinya (Sunarya Kartadinata,
1998:35). Moh. Surya (1975:5) berpendapat bahwa layanan bimbingan belajar
PAI merupakan proses bantuan kepada individu dalam memecahkan kesulitan
yang behubungan dengan masalah belajar PAI baik disekolah maupun di luar
sekolah.
Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh (Erman Amti dan Marjohan,
(1991:66) yang menyebutkan bimbingan belajar ialah suatu proses bantuan yang
diberikan kepada individu (siswa) untuk dapat mengatasi masalah- masalah yang
dihadapinya dalam belajar agar setelah melaksanakan kegiatan belajar mengajar
16
PAI mereka dapat mencapai hasil belajar yang lebih baik sesuai dengan
kemampuan, bakat, dan minat yang dimiliki masing masing.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa layanan
bimbingan belajar PAI merupakan suatu proses bantuan yang diberikan kepada
siswa dalam mengatasi masalah-masalah PAI yang mereka hadapi sehingga
mereka dapat berkembang sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki secara
optimal.
11. Tujuan layanan bimbingan belajar PAI
Karena belajar itu merupakan inti kegiatan pengajaran disekolah maka
wajiblah Menurut Abu Ahmadi (1991:105) tujuan bimbingan belajar secara
umum adalah membantu murid-murid agar dapat penyesuaian yang baik didalam
situasi belajar, sehingga setiap murid dapat belajar dengan efisien sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya dan mencapai perkembangan yang optimal untuk
lebih jelasnya tujuan pelayanan belajar dirinci sebagai berikut :
a) Mencarikan cara-cara belajar yang efisien dan efektif bagi seorang anak atau
kelompok anak.
b) Menunjukan cara-cara mempelajari sesuatu dan menggunakan buku pelajaran.
c) Memberikan informasi (saran dan petunjuk bagi yang memanfaatkan
perpustakaan).
d) Membuat tugas sekolah dan mempersiapakan diri dalam ulangan dan ujian.
e) Memilih satu bidang studi (mayor atau minor) sesuai dengan bakat, minat,
kecerdasan, cita-cita, dan kondisi fisik dan kesehatanya.
f) Menunjukan cara-cara menghadapi kesulitan dalam bidang study tertentu.
17
g) Menentukan pembagian waktu dan perencanaan jadwal belajarnya.
h) Memilih pelajaran tambahan baik yang berhubungan dengan pelajaran
disekolah maupun untuk pengembangan bakat dan kariernya dimasa depan.
Berdasarkan atas tujuan pelajaran bimbingan belajar seperti itu yang telah
dirinci diatas maka dapat disimpulkan bahwa pelayanan bimbingan belajar PAI
adalah untuk membantu murid-murid yang mengalami masalah di dalam
memasuki proses belajar PAI dan situasi belajar yang dihadapinya, sehingga
B. Akhlak
1. Pengertian Akhlak
Perkataan akhlaq dari bahasa arab, jamak dari khuluq, secara lugowi diartikan
tingkah laku untuk kepribadian. Akhlak diartikan budi pekerti, perangi, tingkah
laku, atau tabiat. Baik kata akhlaq atau khuluq kedua-duanya dapat dijumpai di
dalam al-Qur'an, sebagai berikut:
Artinya :
“Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”.( Q.S. Al-Qalam:4)
Untuk mendapatkan definisi yang jelas di bawah ini penulis akan
kemukakan beberapa pendapat diantaranya:
a. Al-Ghozali (Moh. Rifai, 1987: 40) mengemukakan bahwa “akhlak ialah yang
tertanam dalam jiwa dan dari padanya timbul perbuatan yang mudah tanpa
memerlukan pertimbangan.”
18
b. Ahmad Amin (Moh. Rifai, 1987: 41) mengemukakan bahwa “akhlak yang
dibiasakan, artinya bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka
kebiasaan itu dinamakan akhlak.
Dari definisi-definisi di atas memberikan suatu gambaran, bahwa tingkah
laku merupakan bentuk kepribadian dari seseorang tanpa dibuat-buat tanpa ada
dorongan dari luar. Kalau pun adanya dorongan dari luar sehingga seseorang
menampakan pribadinya dengan bentuk tingkah laku yang baik, namun suatu
waktu tanpa di pasti akan terlihat tingkah laku yang sebenarnya.
Sifat-sifat yang tertanam pada manusia sejak lahir berupa perbuatan baik
disebut akhlak yang mulia atau perbuatan buruk disebut akhlak tercela. Awal
seseorang mempunyai tingkah laku karena adanya pengaruh, baik secara
langsung maupun tidak langsung sesuai dengan pembinaannya, karena didikan
dan bimbingan dalam keluarga secara langsung maupun tidak langsung banyak
memberikan bekas bagi penghuni rumah itu sendiri dalam tindak-tanduknya,
maka ilmu akhlak menjelaskan tentang arti baik dan buruk, menerangkan apa
yang seharusnya dilakukan oleh manusia, menyarankan tujuan yang harus dituju
oleh manusia dalam perbuatan yang harus menunjukan jalan apa yang harus di
perbuat.
Dari definisi-definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa perbuatan
yang merupakan akhlak adalah apabila memenuhi dua macam syarat :
1. Perbuatan dilakukan berulang kali sehingga menjadi adat kebiasaan.
2. Perbuatan dilakukan dengan kesadaran jiwa, bukan dengan paksaan atau
tanpa sengaja.
19
Jadi kesimpulan akhir adalah, yang dimaksud dengan akhlak ialah
“kesadaran melakukan yang baik yang kemudian dibuktikan dalam kehidupan
sehari-hari”.
2. Sumber dan Tujuan Pembinaan Akhlak
a. Sumber-sumber Ajaran Akhlak
Sumber ajaran akhlak iala Al-Qur’an dan Hadits. Tingkah laku Nabi
Muhammad, SAW merupakan contoh suri tauladan bagi umat manusia semua.
Ini ditergaskan ole Allah dalam Al-Qur’an Surah Al-Ahzab ayat 21:
Artinya:“Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”
Tentang akhlak pribadi Rasulullah dijelaskan dalam hadits yang
berbunyi “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak”.
Kemudian dalam hadits lain dijelaskan bahwa “Sesungguhnya akhlak
Rasulullah itu adalah Al-Qur’an”.
Hadits Rasulullah meliputi perkataan dan tingkah laku beliau,
merupakan sumber akhlak yang kedua setelah Al-Qur’an. Segala ucapan dan
perilaku beliau senantiasa mendapat bimbingan dari Allah. Allah berfirman
dalam Al-Qur’an An-Najm ayat 3-4:
20
Artinya: “Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalahwahyu yang diwahyukan (kepadanya)”.
Dari uraian di atas jelas bahwa Al-Qur’an dan Hadits Rasulullah adalah
pedoman hidup yang menjadi azas bagi setiap muslim, maka teranglah keduanya
merupakan sumber akhlak kulkarimah dalam ajaran Islam.
b. TujuanPembinaan Akhlak
Dari pengertian akhlak yang dikemukakan di tas dapat diketahui bahwa
pokok pembahasannya adala tingkah laku manusia untuk menetapkan nilainya,
baik atau buruk Al-Ghazali mengatakan bahwa daerah pembahasa ilmu akhlak
meliputi seluruh aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu (perseorangan)
ataupun kelompok (masyarakat) Dengan melihat lahirnya perbuatan manusia
dapat diketaui bahwa perbuatan manusia itu bisa dikategorikan menjadi dua:
1) Perbuatan yang lahir dengan kehendak dan disengaja
2) Perbuatan yang lahir tanpa kehendak dan tak disengaja.
Dalam menetapkan suatu perbuatan bahwa ia lahir dengan kehendak dan
disengaja hingga dapat dinilai baik atau buruk ada beberapa syarat yang perlu
diperhatikan:
a.Situasi memungkinkan adanya pilihan (bukan karena paksaan), adanya
kemauan bebas, sehingga tindakan dilakukan dengan sengaja.
b.Tahu apa yang dilakukan, yakni mengenai nilai baik-buruknya.
Melihat dari segi tujuan akhir ibadah adalah pembinaan takwa. Bertakwa
mengandung segala larangan agama. Ini berarti menjauhi perbuatan-perbuatan
jahat dan melakukan perbuatan-perbuatan baik (Akhlakul Karimah). Perintah
21
Allah ditunjukkan kepada pebuatan baik dan larangan perbuatan jahat. Orang
bertakwa berarti orang yang berakhlak mulia berbuat baik dan berbudi luhur.
Di dalam pendekatan diri kepada Allah, manusia selalu diingatkan kepada
hal-hal yang bersih dan suci. Ibadah yang dilakukan semata-mata ikhlas dan
mengantar kesucian seseorang menjadi tajam dan kuat. Sedangkan jiwa yang suci
membawa budi pekerti yang baik dan luhur. Oleh karena itu, ibadah di samping
latihan spiritual juga merupakan latihan sikap dan meluruskan akhlak.
Shalat erat kaitannya dengan latian akhlakul karimah, seperti difirmankan
Allah dalam Surah al-Ankabut ayat 45:
Artinya :”Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Di dalam melaksanakan ibadah pada permulaannya didorong oleh rasa
takut kepada siksaan Allah yang akan diterima di akhirat atas dosa-dosa yang
dilakukan. Tetapi di dalam ibadah itu lambat laun rasa takut hilang dan rasa cinta
kepada Allah timbul dalam hatinya. Makin banyak ia beribada makin suci hatinya,
makin mulia akhlaknya dan makin dekat ia dengan Allah, makin besar pula rasa
cintanya kepada Allah.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, tujuan pembinaan
akhlak adalah untuk menjadikan manusia itu bertakwa pada akhirnya. Perbuatan
manusia cenderung kepada dua arah yakni baik dan buruk. Perlu adanya
22
pembinaan untuk menjadikan seseorang ke arah yang baik. Maka ajaran-ajaran
agama sebagai alat untuk mengerahkan itu semua, seperti shalat yang dapat
mencegah manusia itu dari perbuatan keji dan mungkar sehingga ia dapat
mengendalikan dirinya dan bertakwa kepada Allah, inilah dinamakan orang yang
berakhlakul karimah.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Akhlak
Sebagaimana kita ketahui, bahwa masalah akhlak dan pembinaannya pada
abad kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern ini, semakin penting dan
mendesak untuk dikaji dan dipikirkan, karena fakta menunjukkan bahwa
kemajuan tersebut membawa pula dampak negatif terhadap akhlak manusia, di
samping dampak positif yang menguntungkan.
Pembinaan akhlak anak harus terlaksana dalam seluruh lingkungan
kehidupannya, baik dalam keluarga, sekolah maupun lingkungan masyarakat.
sesungguhnya sumber akhlak yang paling utama adalah agama, karena akhlak
merupakan cerminan dari keadaan keimanan yang terpantul dalam kehidupan
sehari-hari. Agama dalam membina akhlak manusia dikaitkan dengan ketentuan
hukum agama yang sifatnya pasti dan jelas, misalnya wajib, mubah, makruh dan
haram. Ketentuan tersebut dijelaskan secara rinci di dalam agama. Oleh karena itu
pembinaan akhlak tidak dapat dipisahkan dari agama.
Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi akhlak antara lain: 1. Tingkah Laku Manusia
Tingka laku manusia ialah sikap seseorang yang dimanifestasikan dalam
perbuatan. Sikap seseorang boleh jadi tidak digambarkan dalam perbuatan atau
tidak tercermin dalam perilaku sehari-hari tetapi adanya kontradiktif antara sikap
23
dan tingkah laku. Oleh karena itu, meskipun secara teoritis hal itu terjadi tetapi
dipandang dari sudut ajaran Islam termasuk iman yang tipis. Untuk melatih
akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari, ada contoh-contoh yang dapat
diterapkan sebagai berikut:
a. Akhlak yang berhubungan dengan Allah
b. Akhlak terhadap diri sendiri
c. Akhlak terhadap keluarga
d. Akhlak terhadap masyarakat
e. Akhlak terhadap alam sekitar
2. Insting dan Naluri
Dalam insting terdapat tiga unsur kekuatan yang bersifat
psikis, yaitu mengenal, kehendak, dan perasaan. Unsur-unsur ini juga terdapat
pada binatang. Insting yang berarti juga naluri, merupakan dorongan nafsu yang
timbul dalam batin untuk melakukan suatu kecenderungan khusu dari jiwa yang
dibawa sejak ia dilahirkan. Insting merupakan sejumlah gerak energi dari semua
insting-insting, merupakan keseluruhan dari energi psikis yang dipergunakan
oleh kepribadian. Insting terdiri dari empat pola khusus, yaitu sebagai
berikut: Sumber insting, tujuan insting, objek insting, gerak insting.
Keadaan manusia bergantung pada jawaban asalnya terhadap
naluri. Akal dapat menerima naluiri tertentu, sehingga terbentuk kemauan yang
melahirkan tindakan. Akal dapat mendesak naluri, sehingga keinginan anya
merupakan riak saja. Akal dapat mengendalikan naluri sehingga terwujudnya
perbuatan yang diputuskan oleh akal. Hubungan naluri dan akal memberikan
24
kemauan. Kemauan melahirkan tingkah laku perbuatan. Nilai tingkah laku
perbuatan menentukan nasib seseorang. Naluri yang ada pada diri seseorang
adalah takdir tuhan.
3. Nafsu
Nafsu dapat menyingkirkan semua pertimbangan akal,
memengaruhi peringatan hati nurani dan menyingkirkan hasrat baik yang lainnya.
Conto nafsu bermain judi, minuman keras, nafsu membunuh, ingin memiliki dan
nafsu yang lainnya, mengarah kepada keburukan, sehingga nafsu dapat berkuasa
dan bergerak bebas ke mana ia mau.
Menurut ilmu akhlak , nafsu terbagi dua macam yaitu:
a. Nafsu individual (perseorangan) misalnya nafus makan, minum,
kebutuhan jasmani dam kesehatan.
b. Nafsu sosial (kemasyarakatan) misalnya nafsu meniru, nafus berkumpul
dengan orang lain, mengeluarkan aspirasi, bermasyarakat, dan
memberikan bantuan kepada orang lain.
4. Adat Kebiasaan
Kebiasaan terjadi sejak lahir. Lingkungan yang baik mendukung kebiasaan
yang baik pula. Lingkungan dapat menguba kepribadian seseorang. Lingkungan
yang tidak baik dapat menolak adanya sikap disiplin dan pendidikan. Kebiasaan
buruk mendorong kepada hal-hal yang lebih rendah, yaitu kembali kepada adat
kebiasaan primitif. Seseorang yang hidupnya dikatakan modern, tetapi lingkungan
yang bersifat primitf bisa berupah kepada al yang primitif. Kebiasaan yang sudah
25
melekat pada diri seseorang sukar untuk dihilangkan, tetapi jika ada dorongan
yang kuat dalam dirinya untuk menghilangkan, ia dapat mengubahnya.
5. Lingkungan
Lingkungan dapat memainkan peran dan pendorong terhadap
perkembangan kecerdasan, sehingga manusia dapat mencapai taraf setinggi-
tingginya dan sebaliknya juga dapat merupakan penghambat yang menyekat
perkembangan, sehingga seorang tidak dapat mengambil manfaat dari kecerdasan
yang diwarisi. Lingkungan ada dua jenis yaitu:
a. Lingkungan alam. Adalah ialah seluruh ciptaan Allah baik di langit dan di
bumi selain Allah. Lingkungan alam telah lama menjadi perhatian ali sejarah
sejak zaman Plato hingga sekarang. Alam dapat menjadi aspek yang
mempengaruhi dan menentukan tingkah laku manusia. Lingkungan alam
dapat bakat seseorang, namun alam juga dapat mendukung untuk merai
segudang prestasi.
b. Lingkungan pergaulan. Lingkungan pergaulan yang banyak membentuk
kemajuan pikiran dan kemajuan teknologi, namun juga dapat menjadikan
perilaku baik dan buruk. Lingkungan terbagi menjadi tujuh kelompok.
1. Lingkungan dalam rumah tangga
2. Lingkungan sekolah
3. Lingkungan pekerjaan
4. Lingkungan organisasi
5. Lingkungan jamaah
6. Lingkungan ekonomi/perdagangan
26
7. Lingkungan pergaulan bebas/umum.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa hal-hal yang
mempengaruhi akhlak adalah agama, tingkah laku, insting dan naluri, nafsu, adat
dan kebiasaan, dan lingkungan.
4. Ruang Lingkup Akhlak
Akhlak adalah suatu daya yang telah bersemi dalam jiwa orang hingga
dapat menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa berfikir dan
direnungkan lagi. Bila timbul dari padanya itu perbuatan-perbuatan mulia dan
baik dalam pandangan akal syara’ dinamakan akhlakul mahmudah (baik) terpuji,
sebaliknya hal yang timbul itu perbuatan-perbuatan buruk menurut pandangan
akal dan syara’ maka perbuatan itu dinamakan akhlakul madzmumah (buruk)
tercela.
Pentingnya pembinaan akhlak atau budi pekerti dan penanamannya dalam
jiwa anak akan semakin tampak jelas, bila kita telaah Hadits-Hadits Rasulullah
SAW yang menunjukan perhatian beliau yang amat besar terhadap penanaman
budi pekerti dalam rangka pembinaan akhlak seorang anak. Tarmidzi
meriwayatkan dari Jabir, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda; “Seorang bapak
yang mendidik anaknya, adalah lebih baik daripada bersedekah sebanyak satu
shada.”
Tarmidzi meriwayatkan dari Sa’id bin Ash, Rasulullah SAW bersabda;
“tidak ada pemberian seorang bapak kepada anaknya, adalah lebih baik dari pada
budi pekerti yang luhur.” Oleh karena itu Ali-Madani berkata; “Mewariskan budi
pekerti yang luhur kepada anak, adalah lebih baik dari pada mewariskan harta
27
kepadanya, karena budi pekerti yang luhur dapat memberikan harta dan
kemuliaan, dan rasa cinta terhadap para saudara. Pendeknya akhlak yang mulia
atau budi pekerti yang luhur dapat memberikan kenikmatan dunia dan akhirat.
Namun sebagian orang tua melalaikan kepentingan pembinaan budi
pekerti dan sopan santun anak, bahkan mereka menganggap hal tersebut sebagai
hal yang sepele yang dapat diabaikan begitu saja, maka para orang tua yang
malang itu tidak menyadari bahwa ia sebenarnya telah menjerumuskan anaknya
sendiri ke jurang kedurhakaan. Sesungguhnya pembinaan akhlak budi pekerti
adalah hak anak atas orang tuanya, seperti hak makan dan minum serta nafkah
dari mereka. Ibnu Majah meriwayatkan dari Ibnu Abas r.a. Bahwa Nabi SAW
bersabda; “Muliakanlah anak-anakmu dan ajarkanlah mereka budi pekerti yang
luhur.” Anak harus memiliki akhlak yang baik sejak usia kecilnya, agar ia hidup
dicintai pada waktu besarnya, diridhoi Tuhan-Nya, dicintai keluarganya dan
semua orang, ia harus pula menjauhi akhlak yang buruk. Agar tidak menjadi
orang yang dibenci, tidak dimurkai Tuhan-Nya, tidak dibenci keluarganya dan
tidak dibenci siapapun.
Adapun cara mengerjakan akhlak pada anak yang diajarkan oleh
Rasulullah SAW adalah:
1) Sopan santun pada orang tua Firman Allah SWT :
Artinya :“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-
28
kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh *), dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri” (Q.S. An-Nisa’ ayat 36).
Diriwayatkan oleh Ibnu Sunni dari Abu Hurairah r.a. Ia berkata;
Rasulullah SAW melihat seseorang berjalan bersama anaknya, kemudian Nabi
SAW bertanya kepada anak kecil itu “Siapakah orang yang berada di
sampingmu itu?” anak itu menjawab, “ia adalah bapakku” kemudian
Rasulullah bersabda; “Ingatlah, kamu jangan berjalan di depannya dan kamu
jangan melakukan perbuatan yang dapat membuatnya mengumpatmu karena
marah dan kamu jangan duduk sebelum ia duduk, dan jangan kamu panggil ia
dengan namanya”.
- Adab berbicara dengan orang tua
- Adab memandang orang tua
2) Sopan santun terhadap ulama
Thabrani meriwayatkan dari Abi Umamah r.a ia berkata; “Rasulullah
SAW bersabda; “Sesungguhnya Luqman berkata kepada anaknya, “Wahai
anakku engkau harus banyak bergaul dan dekat dengan para ulama, dengarkan
juga perkataan para ahli Hikmah, sesungguhnya Allah menghidupkan hati yang
mati dengan cahaya Hikmah, sebagian ia menghidupkan hati yang mati dengan
cahaya Hikmah, sebagaimana ia menghidupkan tanah yang tandus dengan air
hujan.
3) Etika menghormati orang yang lebih tua
Rasulullah SAW bersabda; “Bukan dari golongan kita, orang yang tidak
sayang kepada yang lebih muda dan tidak menghormati orang yang lebih tua”
29
4) Etika bersaudara Firman Allah:
Artinya : ”Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat” (Q.S. Al-Hujurat ayat 10).
Orang tua harus mengajarkan kepada anak-anaknya untuk saling mengetahui
tugas masing-masing, yang besar menyayangi yang kecil dan yang kecil
menghormati yang besar, karena apabila masing-masing melaksanakan hak dan
kewajibannya secara baik maka akan tumbuh harmonis dan damai.
5) Etika bertetangga
Tetangga mempunyai hak-hak dalam syariat Islam. Hal itu tidak lain adalah
untuk memperkuat ikatan komunitas masyarakat muslim, orang tua harus
mendidik anaknya untuk tidak melakukan perbuatan yang dapat menyakiti
tetangga, sebagaimana Firfman Allah SWT :
Artinya : “ Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.(QS.Al-Imraan: 159).
6) Etika meminta izin
Etika meminta izin adalah kewajiban seluruh orang besar maupun kecil dan hal
ini mempunyai tempat tersendiri dalam syariat Islam. Sesungguhnya Al-Qur’an
30
telah mendidik anak tentang etika meminta izin sebelum masuk kamar orang
tuanya, Allah memerintahkan orang tua untuk mengajarkan etika meminta izin
secara bertahap
7) Etika makan
Imam Al-Ghozali Merangkum etika makan sebagai berikut:
• Tidak mengambil makanan kecuali dengan tangan kanan dan mengucapkan
Basmalah.
• Memakan makanan yang terdekat
• Jangan mendahului orang lain makan
• Jangan memandang makanan terus menerus atau melihat orang yang sedang
makan.
• Tidak tergesa – gesa ketika makan, dan tidak berlebihan
• Kunyahlah makananmu dengan baik
• Tidak boleh terus menerus memasukan makanan ke dalam mulut tanpa henti
• Tidak mengotori pakaian atau kedua tangan
• Tidak boleh terlalu tergiur oleh makanan
• Qona’ah (rasa puas) atas makanan yang kasar (tidak membangkitkan selera).
5. Pengertian Akhlak Muslim
Akhlak sesuai yang telah diuraikan di atas yaitu, akhlak adalah yang
tertanam dalam jiwa dan dari padanya timbul perbuatan yang mudah tanpa
memerlukan pertimbangan (Moh Rifai, 1987:40), sedangkan akhlak muslim
adalah cerminan tengkah laku yang diperlihatkan oleh seseorang yang
31
berdasarkan Al-Qur’an dan al-Hadist. Sebagaimana yang tercantum dalam al-
Qur’an surat Ali Imran ayat 103 dan ayat 104 :
Artinya : “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar.
Dua ayat diatas berurutan terdapat tuntutan-tuntutan yang harus
dilaksanakan oleh orang-orang Muslim yang menjalin hubungan silaturahmi
dengan ummat lainnya, sehingga upaya untuk melaksanakan tuntutan tersebut,
yaitu :
a. Berpegang teguh kepada tali Allah, yakni Al-Qur’an dan As-Sunnah, yang juga
berpegang teguh kepada manhajnya
b. Menjauhkan diri dari perpecahan dan permusuhan dengan cara meninggalkan
faktor-faktor pemicunya.
c. Hendaklah hati kalian disatukan dengan mahabbah (cinta) karena Allah,
sehingga dengan nikmat ini kalian menjadi orang-orang yang bersaudara.
32
d. Mendakwahkan kebaikan, memerintahkan yang ma’ruf dan mencegah
kemungkaran.
6. Ciri-ciri Akhlak Muslim
a. Bashirah. Orang Islam yang berpedoman kepada petunjuk Allah adalah orang
Islam yang memperoleh cahaya. Ia diberikan bashirah dan furqon. Islam yang
dianut oleh orang muslim itu menghidupkan hati dan menyembuhkan
bermacam-macam penyakit. Islam itu adalah cahaya yang mengoyak-ngoyak
selubung kegelapan yang menyelubungi jiwa, sebagaimana ia menyingkap
kegelapan pikiran yang terhembus dalam kehidupannya.
b. Kekuatan Hidayah Tuhan yang benar-bena dirasakan oleh orang Islam,
kebenaran murni yang dipikulnya, terang jalan yang ditempuh dan
pengetahuannya mengenai kesesatan yang menimpa manusia, semua itu
membuat ia mempunyai kekuatan yaitu kekuatan hakiki lagi benar yang tegak
diatas dasar-dasar yang benar lagi kuat, kekuatan menisbahkan diri kepada
Allah dan kepada agama-Nya yang hak.
c. Berpegang teguh kepada kebenaran. Orang Islam merasa yakin akan
kebenarannya yang ada pada dirinya, sedikitpun ia tidak meragukannya. Ia
merasa sangat kuat dengan kebenarannya itu dia berpendapat, bahwa hilangnya
kebenaran ini dan berpendapat, bahwa hilangnya kebenaran ini dan terlepasnya
tangannya merupakan siksa yang tiada siksa yang lebih berat dari padanya.
33
d. Tetap tabah atas kebenaran. Sementara tetap berpegang teguh kepada
kebenaran, berjihad untuk mewujudkan serta menegakkan dan menghancurkan
kebatilan, seorang muslim memerlukan ketabahan.
7. Peranan Akhlak
Peranan dari pendidikan akhlak dalam Islam adalah untuk membentuk
manusia yang bermoral baik, keras kemauan, sopan dalam berbicara dan
perbuatan, mulia dalam tingkah laku perangai, bersifat bijaksana, sempurna,
sopan dan beradab, ikhlas, jujur dan suci.
Dengan kata lain akhlak berperan dalam melahirkan manusia yang
memiliki keutamaan (al-fadhilah). Berdasarkan peranan ini, maka setiap saat,
keadaan, pelajaran, aktifitas, merupakan sarana pendidikan akhlak. Dan setiap
pendidik harus memelihara akhlak dan memperhatikan akhlak di atas
segalagalanya. Barmawie Umary (2000: 96) menyebutkan bahwa berakhlak
adalah hubungan umat Islam dengan Allah SWT dan sesama makhluk selalu
terpelihara dengan baik dan harmonis.
Sehingga dengan akhlak akan menciptakan kebahagian dunia dan akhirat,
kesempurnaan bagi individu dan menciptakan kebahagian, kemajuan,
kekuataan dan keteguhan bagi masyarakat, sebagaimana yang dikemukakan
oleh Nabi Muhammad SAW, sebagai berikut :
( رواهالبخارى ( رمالحالق مكا التمم بعثت انما
Artinya : .Sesunguhnya aku diutus (Allah) untuk menyempurnakan akhlak (budipekerti).. (HR. Bukhori)
34
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa peranan akhlak pada
prisnsipnya adalah untuk mencapai kebahagian dan keharmonisan dalam
berhubungan dengan Allah SWT, di samping berhubungan dengan sesama
makhluk dan juga alam sekitar, hendak menciptakan manusia sebagai makhluk
yang tinggi dan sempurna serta lebih dari makhluk lainnya. Pendidikan agama
berkaitan erat dengan pendidikan akhlak, tidak berlebihan apabila dikatakan
bahwa pendidikan akhlak dalam pengertian Islam adalah bagian yang tidak
dapat dipisahkan dari pendidikan agama. Sebab yang baik adalah yang
dianggap baik oleh agama dan yang buruk adalah apa yang dianggap buruk
oleh agama. Sehingga nilai-nilai akhlak, keutamaan akhlak dalam masyarakat
Islam adalah akhlak dan keutamaan yang diajarkan oleh agama.
35
BAB III
PROBLEMATIKA GURU PAI DALAM MEMBIMBING AKHLAK
SISWA DI SDN CIHERANG
A. Kondisi Obyektif SDN Ciherang
1 Kondisi Lingkungan Fisik
a. Gedung sekolah dan kelas
Gedung SDN Ciherang Kecamatan Campaka di bangun di atas tanah kas
desa seluas 1800 m2 dengan status tanah desa. Bangunan terletak Kampung
Ciherang Desa Susukan Kecamatan Campaka. Gedung terdiri dari: 12 ruangan
kelas, 1 ruang kepala sekolah dan guru.
Adapun ruangan di SDN Ciherang memiliki Ruangan kelas 12 lokal
dengan ukuran 7 X 8 m² masing-masing kelas. Ruangan kelas ini masing-masing
mempunyai luas 56 m² dan memiliki fasilitas yang cukup baik. Didalam kelas
sudah dilengkapi dengan administrasi kelas yang dibutuhkan.
36
b. Kamar Kecil (kamar mandi dan WC)
Kamar kecil di Sekolah Dasar ini belummemadai. Tersedia 1 kamar kecil
dengan ukuran 5 x 6 m². Satu kamar kecil khusus untuk guru. Namun kondisi
kamar kecil di SDN Ciherang masih tergolong memprihatinkan karena masih
dalam bentuk yang sangat jelek karena sejak sekolah di bangun tahun 1982
sampai sekarang belum direnovasi sehingga banyak siswa yang memilih pulang
dari pada memakai kamar mandi yang jelek.
c. Halaman Sekolah
Halaman sekolah seluas 200 m² di sekolah digunakan sebagai sarana
sekolah antara lain: lapangan olahraga dan tempat bermain siswa. Lingkungan
fisik di sekolah telah digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan
pengetahuan, keterampilan dan pengembangan pribadi siswa yang semua itu
sejalan dengan tujuan pendidikan nasional.
d. Kegiatan Belajar Mengajar
Kegiatan belajar mengajar di SDN Ciherang dimulai pukul 07.30 WIB dan
diakhiri 12.50 WIB. Pada saat masuk kelas anak-anak itu wajib belajar dan
keberhasilan dapat diraih dengan tekun belajar dan berdoa memohon kepada
Tuhan Yang Maha Esa agar usahanya dikabulkan sehingga dalam kegiatan belajar
mengajar siswa mempunyai semangat yang tinggi namun juga selalu berdoa.
Sebelum pelajaran dimulai selalu diawali dengan doa menurut ajaran
agama dari masing-masing anak. Kemudian dilanjutkan dengan pelajaran pertama
37
oleh guru kelas. Sholat dhuhur bagi yang beragama islam dilaksanakan sepulang
sekolah yaitu pukul 12.50 WIB sampai selesai.
b. Keadaan Guru dan Siswa
Berdasarkan data yang ada di SDN Ciherang, pada saat ini Kepala Sekolah
dijabat oleh Bapak M. Sopyan, dengan memiliki jumlah guru sebanyak 8 orang; 1
orang guru Olahraga, 1 orang guru PAI, dan 6 orang Guru Kelas, dan 1 orang
penjaga sekolah, dengan demikian dilihat dari jumlah guru dan rombongan belajar
yang ada, maka SDN Ciherang memiliki tenaga guru yang memadai.
Sedangkan jumlah murid SDN Ciherang pada Tahun Pelajaran 2010/2011
berjumlah 203 siswa, adapun perinciannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel Data Siswa SDN Ciherang Tahun Pelajaran 2010/2011
KELAS JUMLAH SISWALaki-laki Perempuan
Kelas 1 19 10Kelas 2 11 24Kelas 3 21 20Kelas 4 20 13Kelas 5 15 16Kelas 6 20 14JUMLAH 106 97
B. Peranan Guru PAI dalam membimbing Akhlaq siswa di SDN Mulyasari
Kecamatan Campaka Cianjur.
Dunia pendidikan tidak bisa terlepas dari keberadaan dan keterlibatan
seorang guru. Guru pendidikan agama Islam merupakan komponen yang paling
penting dalam proses belajar mengajar di sekolah, maka dari itu guru mempunyai
38
peran besar dalam mendidik dan membimbing anak-anak yang dipesiapkan pada
masa yang akan datang. Guru pendidikan agama Islam memang menempati
kedudukan yang terhormat di masyarakat. Kewibawaannyalah yang menyebabkan
guru dihormati, sehingga masyarakat tidak meragukan figur guru.
Masyarakat yakin bahwa gurulah yang dapat mendidik mereka agar
menjadi orang yang berkepribadian mulia. Guru pendidikan agama Islam adalah
mitra anak didik dalam kebaikan. Guru pendidikan agama Islam yang baik, anak
didik pun menjadi baik. Tidak ada seorang guru yang bermaksud menjerumuskan
anak didiknya ke lembah kenistaan. Karena kemuliaan guru, berbagai gelarpun
disandangnya. Guru adalah pahlawan tanpa pamri, pahlawan tanpa tanda asa,
pahlawan ilmu, pahlawan kebaikan, pahlawan pendidikan, makluk serba bisa, atau
dengan julukan yang lain seperti interpreter, artis, kawan, warga negara yang
baik, pembangunan manusia, pembawa kultur, pioner reformer dan terpercaya,
soko guru, bhatara guru, ki ajar, sang guru, sang ajar, ki guru dan sebagainya.
Dalam kaitannya dengan tugas guru, hendaknya memberikan contoh peranan
yang terlah dilakukan para nabi dan pengikutnya. Tugas mereka, pertama-tama
ialah mengkaji dan mengajarkan ilmu nilai, sesuai dengan firman Allah dalam
surah Ali-Imran ayat 79 bahwa:
Artinya: “Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia Berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah." akan tetapi (Dia berkata): "Hendaklah kam menjadi orang-orang rabbani, Karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya”.
39
Mendidik, mengajar dan melatih anak didik adalah tugas guru pendidikan
agama Islam sebagai suatu profesi. Tugas guru sebagai pendidik berarti
meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup kepada anak didik. Tugas guru
sebagai pengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi kepada anak didik. Tugas guru sebagai pelatih berarti mengembangkan
keterampilan dan menerapkannya dalam kehidupan demi masa depan anak didik.
Selain itu peran dari seorang guru paling tidak ada dua macam yakni:
1. Peran guru agama Islam adalah pensucian. Guru hendaknya mengembangkan
dan membersihkan jiwa peserta didik agar dapat mendekatkan diri kepada
Allah, menjauhkan diri dari keburukan, dan menjaganya agar tetap berada pada
fitrahnya.
2. Sebagai penyampai berbagai pengetahuan dan pengalaman kepada peserta
didik untuk diterjemahkan dalam tingkah laku dan kehidupannya. Dalam
proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas yang berpusat pada:
3. Mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motivasi pencapaian tujuan
baik jangka panjang maupun jangka panjang, terutama dalam pembentukan
akhlak mulia bagi semua peserta didiknya.
4. Memberikan fasilitas pencapaian tujuan melalaui pengalaman belajar yang
memadai.
5. Membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai dan
penyesuaian diri.
40
Demikianlah dalam proses belajar mengajar guru pendidikan agama Islam
tidak terbatas sebagai penyampai ilmu pengetahuan, akan tetapi lebih dari itu, ia
bertanggung jawab akan keseluruhan perkembangan kepribadian siswa.
Guru pendidikan agama Islam adalah orang yang bertanggung jawab
mencerdaskan kehidupan anak didik. Pribadi susila yang cakap adalah yang
diharapkan ada pada diri setiap anak didik. Tidak ada seorang guru pun yang
mengharapkan anak didiknya menjadi sampah masyarakat. untuk itulah guru
dengan penuh dedikasi dan loyalitas berusaha membimbing dan membina anak
didik agar menjadi manusia yeng berkakhlak karimah, serta di masa mendatang
menjadi orang yang berguna bagi nusa dan bangsa. Karena besarnya tanggung
jawab guru terhadap anak didiknya.
C. Upaya Guru PAI untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi dalam
membimbing Akhlaq siswa di SDN Mulyasari Kecamatan Campaka
Kabupaten Cianjur.
Dalam membimbing akhlak siswa, ada beberapa upaya yang dapat
dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam dalam mengatasi kesulitan yang
dihadapi diantaranya adalah :
1. Penegakan Disiplin Sekolah
Penegakan disiplin di sekolah merupakan hal yang paling ditakuti di
sekolah bagi anak-anak yang kurang disiplin. Sebab dengan adanya disiplin
membuat siswa merasa dikontrol, diatur dan lain sebagainya. Sehingga akibat dari
ketidak disiplinan itu siswa akan mendapatkan hukuman sesuaidengan apa yang ia
41
langgar dari disiplin itu. Misalnya datang terlambat, tidak masuk sekolah dan lain
sebagainya.
Pelanggaran disiplin merupakan perbuatan buruk yang
mengarah kepada hal-hal yang tidak diinginkan baik di dalam lingkungan sekolah
ataupun di luar lingkungan sekolah. Maka dari itu disiplin ada upaya untuk
mengendalikan dan membina akhlak siswa, sehingga anak tersebut dapat
diarahkan sesuai dengan tuntunan agama dan norma-norma kemasyarakatn.
2. Ritual Keagamaan
Ritual atau sering disebut dengan kegiatan keagamaan yang diadakan
dalam lingkungan sekolah, banyak mendatang nilai-nilai positif bagi siswa
itusendiri dan bagi seluruh keluarga besar sekolah tersebut. Kegiatan keagamaan
memancarkan sinar-sinar keagamaan dan menghidupkan sendi-sendi kehidupan,
sebab dengan adanya kegiatan keagamaan, lingkungan akan menjadi
damai, tentram dan teratur.
Banyak hal yang dapat dilakukan oleh guru khususnya guru agama dalam
membina akhlak siswa dalam ritual keagamaan seperti, mengadakan shalat
berjemaa bagi yang siswa yang sudah dinggap mampu, membaca Al-Qur’an dan
ceramah-ceraman umum, sehingga dari sini guru dapat menyelipkan pesan-pesan
moral kepada siswa, supaya akhlak benar-benar terjaga baik di lingkungan
sekolah, keluarga lebih-lebih dalam lingkungan bermasyarakat.
3. Penugasan/pengarahan
42
Guru yang berada di lingkungan sekolah tentu mempunyai batas waktu
dan tempat. Sebab tugas dan tanggung jawab seorang guru secara teorits adalah
seluruh kehidupannya untuk siswanya, akan tetapi dalam kenyataan sehari-hari
keberadaan guru berada di lingkungan sekolah saja. Selebihnya ada tanggung
jawab keluarga dan masyarakat.
Untuk membina siswa secara terus menerus dan membiasakan siswa ke
arah perbuatan baik, maka perlu adanya penugasan kepada siswa berupa
lembaran-lembaran yang menjadi kontrol, misalnya kartu shalat, menasehati anak
agar setiap masuk dan keluar rumah mengucapkan salam, membantu orang tua di
rumah dan lain sebagainya.
Sehingga dengan demikian siswa yang berada di rumah akan dapat kita
ketahui dengan bekerja sama dengan orang tua yang berada di lingkungan
keluarga. Kemudian dalam kegiatan sehari-hari dengan mewajibkan siswa untuk
ikut kegiatan-kegiatan pengajian Al-Qur’an yang berada di dekat rumah mereka
masing-masing. Sehingga tanpa didasadari anak tersebut sudah diarahkan kepada
perbuatan yang baik atau disebut dengan berakhlakul karimah.
Inilah beberapa upaya yang dapat dilakukan guru dalam membimbing
akhlak siswa, dengan berbagai macam kegiatan anak akan disibukkan dengan hal-
hal yang positif, dapat menekan dari hal-hal yang buruk. Jika terbina sejak dari
usia sekolah mudah-mudahan akan terbiasa pada masa yang akan datang.
43
BAB IV
KESIMPULAN
a. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan tentang peranan
Guru PAI dalam membimbing akhlak siswa di SDN Mulyasari Kecamatan
Campaka Kabupaten Cianjur, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Peranan Guru PAI dalam Membimbing aklhak siswa adalah : sebagai
pengembang dan membersihkan jiwa peserta didik, sebagai penyampai
berbagai pengetahuan dan pengalaman kepada peserta didik, Mendidik dengan
titik berat memberikan arah dan motivasi pencapaian tujuan pendidikan,
memberikan fasilitas pencapaian tujuan melalaui pengalaman belajar, serta
membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai dan
penyesuaian diri dengan lingkungan dalam uapaya peningkatan akhlak mulia..
44
2. Upaya yang dilakukan dalam mengatasi kesulitan yang dihadapi dalam
membimbing aklhak siswa adalah : penegakan Disiplin Sekolah merupakan hal
yang paling ditakuti di sekolah bagi anak-anak yang kurang disiplin,
Pelanggaran disiplin merupakan perbuatan buruk yang
mengarah kepada hal-hal yang tidak diinginkan baik di dalam lingkungan
sekolah, dan Ritual Keagamaan yang diadakan dalam lingkungan sekolah,
banyak mendatang nilai-nilai positif bagi siswa itusendiri dan bagi seluruh
keluarga besar sekolah tersebut. Kegiatan keagamaan memancarkan sinar-sinar
keagamaan dan menghidupkan sendi-sendi kehidupan, Penugasan/pengarahan
untuk membina siswa secara terus menerus dan membiasakan siswa ke arah
perbuatan baik, maka perlu adanya penugasan kepada siswa berupa lembaran-
lembaran yang menjadi kontrol, misalnya kartu shalat, menasehati anak agar
setiap masuk dan keluar rumah mengucapkan salam, membantu orang tua di
rumah dan lain sebagainya.
b. Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka ada beberapa hal yang perlu
disampaikan kepada :
1. Guru PAI
Agar dalam rangka memberikan bimbingan akhlak terhadap siswa dapat
berjalan dengan optimal, maka perlu kiranya guru PAI menjalin kerjasama
dengan guru-guru Mata pelajaran lainnya di Sekolah tersebut, sehingga apa
yang diharapkan yaitu siswa yang memiliki akhlak mulia dapat tercapai
dengan baik.
45
Selain itu pula guru PAI diharapkan juga dapat bekerjasama dengan orang
tua siswa atau dengan masyarakat dimana siswa tinggal, sehingga dalam
pelaksanaan bimbingan akhlak siswa dapat memperoleh informasi-informasi
yang lengkap tentang siswa. Yang dapat dimanfaatkan dalam rangka
pembinaan akhlak siswa.
2. Sekolah
Agar upaya pelaksanaan bimbingan akhlak siswa yang dilaksanakan oleh
guru Pai dapat berjalan dengan optimal, maka sekolah perlu memberikan
kebijakan dan peraturan yang mendukung terhadap terciptanya kondisi yang
kondusif dalam rangka memberikan bimbingan akhlak, diantaranya adalah :
Menekankan semua personil di sekolah memberikan contoh yang baik
dalam pembentukan akhlak mulia/baik.
Mencantumkan peraturan sekolah di papan pengumuman, tentang aturan
yang harus dilaksanakan oleh seluruh warga sekolah dalam upaya
pembentukan akhlak mulia.
Memberikan hukuman kepada siswa yang telah melanggar aturan, dalam
bentuk tugas dsb.
Memberikan penghargaan bagi para siswa yang telah memperlihatkan
akhlak mulia, dengan harapan dapat diikuti oleh siswa lainnya.
46
DAFTAR PUSTAKA
Ali Ashraf, Horison Baru Pendidikan Islam, Jakarta, Pustaka Firdaus,1993),
Arikunto, Suharsini, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), cet. XI
Abdurraman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, (Jakarta:
Ahmadi, Abu, Psikologi Sosial (Jakarta: Rineka cipta, 1991), cet I
Abu Ahmadi, Metode Khusus Mengajar Agama, (Semarang: Toha Putra, 1987),
Arifin, M., H., Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), cet.Ke-3.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: Asy-Syifa,1999), hlm. 89
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka, 1999), cet. Ke-10.
47
Dewan Redaksi Ensiklopedi, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994), cet. Ke-4, jilid 3
Hary Hoer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Lobos Wacana Ilmu,1999), hlm. 2
Hadi, Aminul dan Haryono, Metodologi Penelitian pendidikan, (Bandung CV.Pustaka Setia, 1998)
Huda, Nurul, H., (e.d.), Pedoman Majelis Ta.lim, (Jakarta: Koordinasi Dakwah Islam (KODI), 1986/1987).
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1988), h. 170
Purwanto, Ngalim, M., Psikologi Pendidikan, (Bandung; Remaja Rosdakarya 1995),cet. Ke-10.
Rahmat Djatnika, Sistem Etika Islam (Akhlak Mulia), (Surabaya: Pustaka Islam, 1985),
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif,(Jakarta: Rineka Cipta, 2000),
Usman, Husaini.Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: Bumi Aksara, 2000
Uzer Usman, Moch. Menjadi Guru Profesional.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.2005
Witherington, H.C W.H. Bruto,dkk, Tehnik-Tehnik Belajar dan Mengajar, Bandung: Jemmars, 1986
Zuhairi, dkk., Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997)
48