peranan hukum · 2018. 7. 24. · peranan hukum dalam pembangunan ekonomi iii kata pengantar...

102

Upload: others

Post on 09-Feb-2021

11 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • PERANAN HUKUM DALAM PEMBANGUNAN

    EKONOMI

    Oleh: Putu Sudarma Sumadi

  • Katalog Dalam Terbitan (KDT)

    PERANAN HUKUM DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI

    Oleh: Putu Sudarma Sumadi

    Surabaya Pàramita 2018

    vi + 94 hal : 14.8 x 21 mmISBN : 978-602-204-673-8

    PERANAN HUKUM DALAM PEMBANGUNAN EKONOMIOleh : Putu Sudarma Sumadilayout & sampul : A Muzaki

    Penerbit & Percetakan : “PÀRAMITA”Email : [email protected] [email protected]://www.penerbitparamita.comJl. Menanggal III No. 32 Telp. : (031) 8295555, 8295500Surabaya 60234 Fax : (031) 8295555

    Pemasaran “PÀRAMITA”Jl. Letda Made Putra No.16 Telp. : (0361) 226445Denpasar Fax : (0361) 226445

    Cetakan 2018

  • iiiPeranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi

    KATA PENGANTAR

    Penulisan buku yang berjudul “Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi” ini dilatarbelakangi terutama oleh amanat dari Pasal 49 ayat (2) Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, yang pada pokoknya menentukan, Profesor memiliki kewajiban khusus menulis buku dan karya ilmiah serta menyebarluaskan gagasannya untuk mencerahkan masyarakat.

    Di samping itu topik yang diusung dalam buku ini juga terhitung masih jarang digarap oleh para penulis di dalam negeri. Menurut penelusuran sampai saat ini baru ada dua penulis yang mempublikasikan bukunya dengan topik tersebut. Oleh karena itu keinginan untuk melengkapi buku-buku yang sudah ada juga menjadi latar belakang penulisan buku ini.

    Dengan tetap berpatokan pada International Standard of Book Number (ISBN) dan terus mengupayakan peningkatan kualitas substansinya, dengan penuh santutthi (sukacita), buku ini akhirnya dapar dirampungkan dan dipublikasikan. Namun demikian karena terkendala masalah yang sulit diatasi, buku ini terpaksa dicetak dalam jumlah yang sangat terbatas dan TIDAK DIJUAL.

    Dengan segala kerendahan hati disampaikan kepada yang berminat dan membutuhkannya dapat memperoleh buku ini secara cuma-cuma dengan menghubungi [email protected] atau WA dan LINE pada nomor 081353080150. Mengingat kerajinan tangan ini tidak luput dari berbagai keterbatasan, bahkan kekuarangan, dengan segala kerendahan hati pula dimohonkan masukkan yang konstruktif dari semua pihak

  • iv Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi

    Akhirnya tidak ada kata lain lagi yang dapat disampaikan kecuali terimakasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu hingga terbitnya buku ini. Semoga semua perbuatan bajik yang telah dilakukan membuahkan kebajikan pula dan melindungi; Dhamma Rakshati Rakshitah.

    Denpasar, 09 Juli 2018

    Penulis,Putu Sudarma Sumadi

  • vPeranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR .......................................................... iii

    DAFTAR ISI ......................................................................... v

    BAB I KONSEP DAN PENGERTIAN ............................. 1

    BAB II MENGATUR PEREKONOMIAN ...................... 51

    1. Pengaturan Hukum Kontrak ....................................... 58

    2. Model Minimalis Hukum Pembangunan Ekonomi .... 67

    a. Hukum Anti-monopoli dan Persaingan

    Usaha Tidak Sehat .................................................... 69

    b. Hukum Investasi ....................................................... 75

    c. Hukum Ekspor – Impor ........................................... 79

    d. Hukum Lalu Lintas Devisa ...................................... 81

    BAB III MENYELESAIKAN SENGKETA ..................... 85

    DAFTAR PUSTAKA .......................................................... 89RIWAYAT PENULIS .......................................................... 93

  • vi Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi

  • 1Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi

    BAB I KONSEP DAN PENGERTIAN

    Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi merupakan suatu terma untuk sebuah mata kuliah wajib mahasiswa S2 Magister Ilmu Hukum Konsentrasi Hukum Bisnis pada banyak perguruan tinggi penyelenggara program pascasarjana. Namun demikian konsep tersebut tidak dipergunakan secara seragam sehubungan dengan adanya mata kuliah Hukum Pembangunan Ekonomi yang silabusnya sama dengan Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi.

    Konsep apa pun yang dipergunakan, yang sudah menjadi tetap adalah bahwa obyek besar dari mata kuliah tersebut berkisar pada pembangunan ekonomi (economic development). Istilah yang disebutkan terakhir ini sebaiknya dipahami secara terpisah dengan istilah ekonomi pembangunan (development economic), terlepas dari persoalan apakah masing-masing dari keduanya merupakan representasi dari makro ekonomi dan mikro ekonomi.1

    1. ……Economic development is a broad survey of the field of development economics with attention to general theories of development, key sectors such as agriculture and industry, mechanism such as financial transfer and technological change, and worries such as environmental cost of development……… Development economics is the first in a two-course sequence in microeconomic development. The focus is on the application of economic theory, and especially econometrics, to a variety of questions important for understanding household and government behavior in developing countries. The emphasis of the course is on interpretation and evaluation of empirical evidence relevant for the conduct of public policy in developing countries ( Difference Between Economic Development and Development Economics. https://www.urch.com )

  • 2 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi

    Sehubungan dengan ekonomi pembangunan maka pertama-tama perhatian di arahkan kepada Paul A Samuelson, peraih Nobel pada 1970. Sejarahwan ekonomi Randall E. Parker menyebutnya sebagai Bapak Ekonomi Modern. Sementara itu The New York Times memandangnya sebagai the foremost academic economist of the 20th . oleh karena itu tidak terlalu berlebihan apabila pandangan-pandangannya juga menjadi acuan.

    Pandangannya mengenai ekonomi pembangunan seringkali pula dijadikan acuan oleh para ekonom dan dituangkan dalam berbagai essay. Salah satu esai yang dimaksud adalah yang dikemas dengan tajuk Paul Samuelson and Development Economics: A Missed Opportunity. Esai ini ditulis oleh Jane S. Shaw2 dari Political Economy Research Center.

    Jane S. Shaw sendiri selain aktivis pada pusat penelitian yang telah disebutkan juga dikenal sebagai an American free-market environmentalist, editor dan jurnalis. Dalam kapasitas sebagai environmentalisme pasar bebas amerika, Shaw berpendapat bahwa pasar bebas, hak milik dan tort law merupakan sarana terbaik untuk melestarikan lingkungan, menginternalisasikan berbagai biaya polusi, dan melestarikan sumber daya.

    Shaw menuliskan pandangan Samuelson mengenai ekonomi pembangunan itu dengan mengemukakan pada pokoknya bahwa ekonomi pembangunan itu tumbuh secara hampir berbarengan dengan berkembangnya perhatian para ekonom terhadap kondisi Negara-negara yang baru merdeka secara politik, akan tetapi perekonomiannya masih tertinggal. Jadi ekonomi pembangunan itu merupakan suatu studi ekonomi yang bertujuan mempercepat kemajuan perekonomian yang tertinggal.

    2. Jane S. Shaw, n.d. Paul Samuelson and Development Economic. Political Economy Research Center. https://journal.apee.org

  • 3Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi

    M. Akbar yang mengutip Michael Todao3 pada pokoknya mengemukakan bahwa ekonomi pembangunan merupakan kumpulan analisa dan masalah-masalah yang dihadapi oleh Negara sedang berkembang, serta menjawab cara penyelesaian masalah tersebut agar pembangunan ekonomi di Negara tersebut dapat berjalan dengan lebih baik dan lebih cepat. B e r t u m p u pada pengertian tersebut selanjutnya dapat dikembangkan ekonomi pembangunan (development economics) itu merupakan suatu cabang ilmu ekonomi lanjutan dalam rangka improvement dan acceleration atau percepatan pencapaian hasil-hasil dari implementasi dasar dan kebijakan yang telah ditempuh menurut pembangunan ekonomi. Hal ini semakin memperkuat pertimbangan untuk meletakkan proritas pada pembangunan ekonomi.

    Namun demikian hal tersebut sama sekali tidak mengandung pengertian bahwa setelah mata kuliah Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi atau Hukum Pembangunan Ekonomi, mahasiswa S2 (Magister) Ilmu Hukum khususnya yang berkonsentrasi pada bidang Hukum Bisnis diwajibkan lagi menempuh mata kuliah Peranan Hukum Dalam Ekonomi Pembangunan atau Hukum Ekonomi Pembangunan.

    Prioritas pada mata kuliah Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi sesungguhnya merupakan suatu bentuk penghormatan, penghargaan, dan pengakuan atas kreativitas perancang kurikulum pendidikan Program S2 (Magister) Ilmu Hukum Konsentrasi Hukum Bisnis yang telah dengan jelinya “menyelipkan” topik bahasan yang sangat penting. Lagi pula status Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi itu merupakan Kurikulum Nasional.

    3. M. Akbar, n.d. Ekonomi Pembangunan. https://www.coursehero.com. Hal. 3

  • 4 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi

    Berikut ini akan dipaparkan secara garis besarnya beberapa pengertian mengenai apa yang dimaksud dengan pembangunan ekonomi (economic development). Dari paparan tersebut akan dapat disimak dan diabsorpsi peranan apa saja atau partisipasi apa saja yang dapat diharapkan dari hukum dalam rangka perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan ekonomi itu sendiri.

    Secara berturut-turut beberapa situs website yang dapat dipandang sebagai sumber hukum tertier mengemukakan ;

    Economic development progress in an economy, or the qualitative measure of this. Economic development usually refers to the adoption of new technologies, transition from agriculture-based to industrial-based economy, and general improvement in living standards.4

    Economic development economic development is the process by which a nation improves the economic, political, and social well-being of its people. The term has been used frequently by economists, politicians, and others in the 20th and 21st centuries. The concepts, however, has been in existence in the West for centuries. “Modernization,” “westernization”, and “especially “industrialization” are other terms often used while discussing economic development. Economic development has a direct relationship with the environtment and environmental issues. {explain/raison=this conclusion is far from obvious. Economic deveprimilopment is very often confused with industrial development, even in some academic sources. This conclusion may be one example. Whatever the reason the conjecture need an explanation.5

    Economic development , the process whereby simple, low-income national economies are transformed into modern

    4. Economic Development. https://www.businessdictionary.com5. Economic Development. https://en.m.wikipedia.org

  • 5Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi

    industrial economies. Although the term is sometimes used as a synonym for economic growth, generally it is employed to describe a change in a country’s economy involving qualitative as well as quantitative improvements. The theory of economic development – how of primitive and poor economics can evolve into sophisticated and relatively prosperous ones – is of critical importance to underdeveloped countries, and it is usually in this context that the issues of economic development are discussed.6 Pengertian yang pertama pada pokoknya mengemukakan

    bahwa pembangunan ekonomi itu merupakan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi penerapan teknologi baru dan berbagai metode pengukuran kualitatif yang berhubungan dengan teknologi tersebut. Pembangunan ekonomi berperan dalam rangka mengalihkan ekonomi yang berbasis pertanian menuju ekonomi industri. Di samping itu pembangunan ekonomi bertujuan untuk menciptakan peningkatan secara umum berbagai standar dalam kehidupan.

    Menurut pengertian yang kedua, pembangunan ekonomi pada dasarnya merupakan suatu istilah yang umum dipergunakan tidak terbatas pada kalangan ekonom tetapi juga oleh para politisi dan kalangan lain untuk menggambarkan serta mengkomunikasikan tentang suatu proses dalam mana suatu Negara merencanakan, melaksanakan peningkatan kesejahteraan ekonomi, politik dan sosial lengkap dengan sistem pengawasannya.

    Pada tahapan ini pembangunan ekonomi sudah mulai bersentuhan dan dipandang memiliki hubungan yang sangat dekat bahkan pengaruh langsung dengan isu-isu lingkungan. Pembangunan ekonomi tidak semata-mata membutuhkan lingkungan, akan tetapi juga harus menjadikannya sebagai bagian

    6. Economic Development. https://britanica.com

  • 6 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi

    pembangunan itu sendiri. Ukuran keberhasilan pembangunan ekonomi tidak lagi hanya bertumpu pada parameter ekonomi saja, melainkan harus juga diukur dengan pencapaian kondisi serta kualitas lingkungan.

    Definisi yang ketiga mengemukakan bahwa pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang mengubah perekonomian nasional yang pada awalnya bercorak sederhana dengan masyarakatnya yang berpenghasilan rendah menjadi suatu teritori dengan ekonomi industri yang modern. Transformasi masyarakat sederhana menjadi modern dilakukan dengan pembangunan ekonomi.

    Definisi yang ketiga sesungguhnya hampir sama dengan yang pertama; sama-sama menekankan transformasi ekonomi dan sosial, yaitu peralihan…. from agriculture-based to industrial-based economy…. the process whereby simple, low-income national economies are transformed into modern industrial economies. Dapat dikemukakan bahwa mengalihkan sesuatu yang sudah mapan terlebih-lebih lagi yang sudah menghasilkan suatu budaya merupakan pekerjaan besar dan sulit.

    Proyek besar itu nantinya akan menjadi salah satu tugas hukum (melalui Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi) disamping tugas-tugas konvensional yang sesungguhnya tidak kalah besar dan beratnya. Belum lagi apabila transformasi yang dimaksudkan itu bersentuhan dengan antisipasi kemunculan masyarakat ekonomi post industrial. Dengan konsep ini peranan hukum tentunya akan lebih besar dan kompleks lagi.

    Sebagai suatu tambahan perlu kiranya diinformasikan bahwa ciri-ciri masyarakat post industrial dapat diidentifikasi dari unsur-unsur sebagai berikut ;

  • 7Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi

    The concept of the post-industrial society is a large generalization. Its meaning can be more easily understood if one specifies five dimensions, or components, of the term:

    1. Economic sector: the change from a goods-producing to a service economy;

    2. Occupational distribution: the pre-eminence of the professional and technical class;

    3. Axial principle: the centrality of the theoretical knowledge as the source of innovation and of policy formulation for the society;

    4. Future orientation: the control of technology and technological assessment;

    5. Decision-making: the creation of a new intellectual technology. 7

    Dalam kata pengantar untuk bukunya yang berjudul The Republic Of Technology, Reflection on Our Future Community, Daniel J. Boorstein8 mengemukakan….technology, a synonym for experiment, is a name for the applications of science, which transcend political boundaries, language, religion, and local tradition. Teknologi itu tampak seperti kebal dan independen serta berlaku secara umum terhadap siapa, dimana dan kapan pun. Sekadar sebagai suatu upaya dalam rangka endorsement, besar kemungkinannya hanya hukum yang dapat membatasi teknologi.

    Kemungkinan tersebut kendati pun besar tetap saja mengundang kekhawatiran sehubungan dengan kemunculan suatu jenis komunitas baru. Dalam kalimat Boorstein9 digambarkan….

    7. Daniel Bell, 1973, The Coming Of Post-Industrial Society. A Venture in Social Forecasting. Basic Books, Inc., Publishers, New York. Hal.14. 8. Daniel J. Boorstein, 1978. The Republic Of Technology, Reflection on Our Future Communit. Harper & Row, Publisher, New York. Hal. xiii9. Ibid. hal. 2

  • 8 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi

    the monster steam engine was an appropriate symbols of the….future, but not for the reason most of the spectators suspected. The special hopes, opportunities, and achievements, the fears and frustrations that marked the nation’s grandeur….these came not from biggest but from a new kind of community…. I call this community the Republic of Technology.

    Kemunculan Republik Teknologi akan mengubah segala aspek kehidupan. Berbagai akses menuju relasi-relasi baru ke seluruh dunia berkembang secara hampir tak terbatas. Namun demikian kemunculan berbagai teknologi baru tidaklah berarti sebagai penghancuran terhadap teknologi lama. Berbagai hasil karya teknologi arsitektur legendaris masih tetap dipertahankan hingga sekarang dan di masa depan justru dilakukan dengan mempekerjakan berbagai teknologi baru. Boorstein10 menyebut fenomena tersebut dengan konsep The New Obsolescence.

    Itulah salah bentuk kebaruan yang dihasilkan dalam Republik Teknologi, bentuk kebaruan lainnya adalah The New Convergence. Kebaruan ini digambarkan ….. the supreme law of the Republic Technology is convergence, the tendency for everything to become more like everything else. Now the distinction is seldom made between nations that are civilized and thos that are uncivilized. Today, when we rely on the distinction between the developed and the underdeveloped or developing countries, we see the experience of all peoples converging.11

    Dalam era Republik Teknologi setiap orang tanpa memandang apakah yang bersangkutan miskin, kaya, hina, terhormat, berasal dari negara maju atau sebaliknya, mendapati diri masing-masing berada dalam kesetaraan dalam segala hal. Apa yang dilakukan oleh orang yang satu, itu pula yang ingin dilakukan oleh yang lainnya.

    10. Ibid. hal. 4 11. Ibid. hal. 5

  • 9Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi

    Semua ini dapat diwujudkan berkat jasa dari yang dinamakan dengan teknologi. Ringkasnya teknologi telah menimbulkan atau menjadi katalisator timbulnya revolusi yang terus bergulir tanpa ada yang dapat memprakirakan kapan berhentinya.

    Aspek keabadian itulah yang pada dasarnya membedakan antara revolusi teknologi misalnya dengan revolusi politik. ….Political revolutions in modern times are the final result of long and careful planning toward specific ends, of countless clandestine meetings and numerous public rallies, of collaborative shaping toward a declared goal. Organized purposefulness, focus, clarity, and limitation of objectives – all these are crucial.12

    Revolusi politik sesungguh merupakan hasil akhir dari perencanaan yang panjang dan cermat yang menyasar tujuan-tujuan tertentu. Hasil itu dapat ditelorkan mulai dari pertemuan-pertemuan bawah tanah yang tak terhitung jumlahnya dan banyak rapat umum, dari langkah-langkah kolaboratif, berbagai lobby menuju tujuan-tujuan yang diinginkan. Dalam politik, sebuah revolusi merupakan suatu puncak perjuangan. Setelah itu terdapat semacam masa jeda dalam waktu yang relatif, di samping upaya-upaya melalui berbagai bentuk indoktrinasi dalam rangka memelihara semangat revolusi. Boleh jadi tujuannya adalah untuk melahirkan revolusi jilid berikutnya. Oleh karena itu tidak terlalu berlebihan apabila dikemukakan bahwa tujuan revolusi sudah tercapai bersamaan waktunya dengan lahirnya revolusi itu sendiri.

    Suatu kenyataan yang tak dapat atau setidak-tidaknya sulit dipungkiri tampak ketika politik berusaha untuk menyelesaikan masalah. Hasilnya, masalah yang dimaksud tidak selesai-selesai karena kebanyakan masalah itu selesai dengan sendirinya atau dilupakan seiring berlalunya sang waktu. Politik cenderung memelihara dan mengelola masalah.

    12. Ibid. hal. 25

  • 10 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi

    Untuk penjelasan yang lebih akurat, Daniel Boorstein13 mengilustrasikannya sebagai berikut ; political revolution are made by men who urge known remedies for known evils, technological revolutions by men finding unexpected answers to unimagined questions. While political change starts from problem, technological change starts from the search for problem.

    Ringkasnya, revolusi teknologi dirancang oleh orang-orang yang ingin menemukan jawaban yang diharapkan atas pertanyaan yang tak terbayangkan sebelumnya. Teknologi beranjak dari pencarian untuk penemuan jawaban atas masalah. Sementara itu politik justru beranjak dari masalah. Syukur-syukur apabila itu tidak merupakan masalahnya yang dibuatnya sendiri. Kalau pun katanya politik itu mampu menemukan suatu solusi, maka jalan keluar tersebut seringkali seperti jalan keluar dari pintu yang satu untuk masuk lagi ke pintu yang sama.

    Pada tahap industrial economics boleh jadi peranan hukum akan berkisar pada upaya-upaya bagaimana mengalihkan teknologi (transfer of technology) dari suatu negara ke negara yang lain. Sementara itu pada tahap post industrial, hukum itu sudah harus mampu mendorong masyarakat untuk menciptakan teknologi sendiri dan bersaing dengan pencipta-pencipta teknologi yang lain.

    Namun demikian seperti yang sudah diungkapkan oleh Boorstein14; finally, there remains a crucial difference between our ability to imagine future political revolutions and to imagine future technological revolutions, kesulitan membayangkan tersebut tentunya menimbulkan kesulitan pula dalam hal perencanaan-persiapan atau yang dalam bahasa ekonomi disebut forecasting merespon terutama kemajuan teknologi.

    13. Ibid. hal. 2714. Ibid. hal. 31

  • 11Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi

    Berkenaan dengan kemampuan ekonomi melakukan prakiraan, Daniel Bell15 mengemukakan sebagai berikut ;

    There are three kinds of economic forecasting. The first is the simple market survey, based on income data, age distributions, household formations, and anticipated needs, which firms use for anticipating consumer demand, the amount of inventory to carry, and the acceptance of new products. The second, and most standardized, is the creation of time series of macrovariables – e.g. wholesale and consumer price as hundred other items-that serve as indicators of business activity and which are combined to make forecasts about the state of the economy. The third, and most sophisticated, is the econometric model which, by defining the actual interaction of the crucial variables in the system, seeks to stimulate the reality of the economic system as a whole. (Daniel Bell, 1973, The Coming Of Post-Industrial Society. A Venture in Social Forecasting. Basic Books, Inc., Publishers, New York. Hal. 5). Dari tiga jenis peramalan ekonomi seperti yang disebutkan,

    yang pertama adalah survei pasar sederhana, berdasarkan data pendapatan, penggolongan usia, formasi rumah tangga, dan kebutuhan yang diantisipasi, yang digunakan perusahaan untuk mengantisipasi permintaan konsumen, jumlah persediaan yang harus dibawa, dan penerimaan produk baru. Peramalan yang kedua merupakan yang paling standar, adalah pembuatan rangkaian waktu dari variable-variabel makro - misalnya harga grosir dan konsumen serta banyak yang sejenis lainnya - yang berfungsi sebagai indikator aktivitas bisnis dan yang digabungkan untuk membuat perkiraan tentang keadaan ekonomi. Peramalan yang ketiga, yang paling canggih, adalah model ekonometrik yang, dengan mendefinisikan interaksi aktual dari variabel-variabel 15. Daniel Bell. Op.cit. hal. 5

  • 12 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi

    penting dalam sistem, berusaha untuk menstimulasi realitas sistem ekonomi secara keseluruhan itu, timbulah pertanyaan; manakah diantaranya yang merupakan forecasting dalam rangka menyambut datangnya revolusi teknologi ?

    Ilustrasi dengan mengetengahkan jenis-jenis peramalan dalam ekonomi sesungguhnya hanya merupakan suatu deskripsi untuk menggambarkan betapa sulitnya membayangkan bagaimana bentuk dan hasil dari revolusi teknologi tersebut. Sulit pula untuk mengatakan ilmu ekonomi yang usianya sudah cukup tua itu memiliki forecast yang akurat berkenaan dengan revolusi tersebut. Terlebih-lebih ilmu hukum yang walaupun dengan usia yang tidak kalah tuanya dengan ilmu-ilmu lain, masih perlu dipertanyakan kemampuannya memiliki ramalan tentang revolusi teknologi. Lagi pula fungsi hukum dapat dikaryakan untuk meramal walaupun seringkali putusan hakim atas suatu kasus dapat diramalkan sebelumnya.

    Dalam menjelaskan peranan hukum berkaitan dengan kegiatan rama-meramal, terdapat sebuah kajian yang mengetengahkan tentang kemampuan atau tepatnya harapan yang didambakan agar hukum dapat melakukan fungsi prediction yang intinya merupakan keberharapan hukum melakukan procasting. Adapun kajian yang dimaksudkan itu adalah studi Burg. Studi tersebut mengetengahkan pada pokoknya bahwa hukum yang kondusif bagi pembangunan ekonomi paling sedikit harus mengandung kualitas ; stability, predictability, fairness, education, dan the special abilities of the lawyers.16

    Untuk menjelaskan fungsi yang pertama (stability), hendaknya dimulai dengan pengamatan bahwa kehidupan bermasyarakat, bernegara terlebih-lebih lagi dalam berekonomi

    16. Burg seperti dikutip oleh Leonard J. Theberge, Law and Economic Development. Kajian ini banyak dijadikan obyek kajian lagi oleh berbagai kalangan.

  • 13Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi

    itu penuh dengan berbagai kepentingan. Antara kepentingan yang satu dengan yang lainnya dalam satu rangkaian saja misalnya dalam kehidupan berekonomi seringkali tidak selaras. Apabila ini yang terjadi maka hukum harus dapat memenuhi harapan akan peranannya sebagai penjaga keseimbangan agar tidak sampai terdistorsi oleh ketidakselarasan.

    Fungsi yang kedua dapat dipahami melalui langkah pengamatan terhadap kemampuan hukum berkenaan dengan hasil dari suatu kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah-negara atau orang perseorangan baik warga domestik maupun warga Negara asing atau badan hukum baik domestik maupun asing. Apa yang dapat dilakukan oleh hukum setelah dilakukannnya suatu kebijakan, tindakan dan perbuatan hukum. Inilah yang kurang lebih dimaksudkan dengan kegiatan meramal (predictability) dari hukum.

    Jika demikian halnya maka prediktitabilitas hukum itu pertama-tama hendaknya dipisahkan pemahamannya dengan pandangan bahwa hakikat hukum itu hipotetis atau hukum itu bersifat hipotetis. Perihal yang disebut belakangan ini tidak ada kaitannya dengan kegiatan forecast, melainkan suatu pernyataan dari suatu pandangan bahwa hukum itu pasif dalam pengertian tidak mampu bergerak (berlaku) dengan sendirinya sebelum terjadi suatu peristiwa sebagai aktivator hukum. Tanpa faktor pengaktif, hukum itu diam dengan begitu anggunnya. Jadi peristiwa atau hubungan hukum pada dasarnya merupakan pemicu bagi berlakunya hukum.

    Setelah dengan pandangan mengenai hukum yang hipotetis, perihal prediktabilitas hukum tampaknya perlu pula diperbandingkan dengan pemungsian hukum di masa depan. Pandangan yang paling populer dan banyak dikutip berkenaan dengan fungsi hukum di masa depan adalah yang dikemukakan

  • 14 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi

    oleh Roscoe Pound. Pandangan mantan Dekan Harvard Law School itu dikemas dalam konsep the law as tool of social engeneering.

    Terdapat beberapa artikel yang dapat diharapkan mampu menjelaskan makna dari konsep the law as a tool of social engineering, selain dari pemahaman bahwa konsep itu memiliki padanan dalam bahasa Indonesia; hukum sebagai sarana perubahan sosial. Dalam padanan ini tampak bahwa hukum dapat difungsikan sebagai alat untuk melakukan perubahan sosial yang diinginkan.

    Artikel yang pertama ditulis oleh Lee W. Potts17 dalam artikel yang berjudul Law as a Tool of Social Engineering: The Case of the Republic of South Africa. Dalam artikel tersebut pada pokoknya diketengahkan bahwa Partai Nasional yang berkuasa di Afrika Selatan menerapkan suatu strategi yang disebut dengan Apartheid yang secara harfiah berarti “terpisah”. Sementara itu kata heid sendiri berarti keterpisahan.

    Kenyataan secara faktual menunjukkan bahwa di Negara tersebut bermukim orang-orang dari berbagai macam ras (multirasial) yang secara garis besarnya dapat dibedakan menjadi dua; kulit putih dan berwarna. Ras yang disebutkan terakhir ditekankan pada ras kulit hitam yang merupakan penduduk asli area wilayah yang kemudian dikenal sebagai Negara Afrika Selatan.

    Sejak 1948 awal berkuasanya Partai Nasional kondisi memperlihatkan bahwa aspek-aspek kehidupan politik, ekonomi dan sosial didominasi oleh ras kulit putih. Kondisi inilah yang hendak dikembangkan oleh Partai Nasional, partai yang berkuasa hingga 1994 dengan memperkenal strategi yang disebut dengan Budaya Afrikaner. Budaya ini mengandung suatu skema yang memperkenankan dilakukan berbagai hubungan kontrak antar ras.

    17. Lee W. Potts, 1982. Law as a Tool of Social Engineering: The Case of the Republic of South Africa. Boston College International and Ciomparative Law Review. Vol. 5. Hal. 1

  • 15Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi

    Selain itu dan yang paling penting Afrikaner juga bermaksud memberikan porsi yang lebih besar kepada non-kulit putih. Implementasi dan aplikasi Afrikaner dilakukan dengan bantuan sistem hukum. Lee W. Potts kemudian menuliskan the process by which the National Party regime has used las as a tool of social engineering to achieve these goals…. And by which the legal system contributes to realization of Afrikaner social ideals.

    Artikel kedua ditulis oleh Karandeep Makkar18 pada pokoknya mengetengahkan tentang kondisi India, suatu Negara yang juga dikenal sebagai “buaian peradaban” (the cradle of civilizations) karena berbagai agama terwakili disana dan berbagai kebudayaan dunia bertemu di Negara yang oleh Pandit Jawaharlal Nehru, Perdana Menteri India yang pertama menyebut India merupakan “museum agama-agama dunia”.

    Kondisi yang sangat pluralistis itu masih harus ditambah lagi dengan luasnya wilayah yang menempatkan India sebagai “anak benua”, jumlah penduduk yang melebihi seribu juta plus, jumlah bahasa resmi menyamai seluruh jumlah jari-jari tangan dan kaki dengan sekitar 2000 dialek yang secara keseluruhan mempengaruhi liberalism, sekularitas, sistem pemerintahan dan politik hukum India.

    Dengan kondisi seperti itu dapatlah dimaklumi jika di dalamnya terdapat berbagai kepentingan yang antara satu dengan yang lainnya tidak selalu berjalan selaras. Oleh karena itu maka India memandang sangatlah penting untuk memiliki suatu mekanisme yang berfungsi dan dapat menciptakan keseimbangan terhadap kepentingan-kepentingan individu, masyarakat dan Negara.

    18. Karandeep Makkar, 2010, Law As A Tool For Social Engeneering In India. https://www.manupatra. Com. Hal. 1

  • 16 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi

    Dikemukakan pula negara tersebut perlu memiliki suatu program kesejehteraan sosial dalam berbagai bidang. Secara spesifik program itu menyasar dapatnya dibangun suatu tatanan sosial yang tidak memberikan tempat bagi bertumbuhnya berbagai bentuk eksploitasi, akan tetapi memberikan kesempatan yang sama untuk semua warga Negara, dan memberikan kepastikan bahwa mereka dapat menikmati jaminan sosial.

    Untuk mewujudkan cita-cita tersebut India meyakini bahwa hukum dapat menciptakan faktor-faktor yang kondusif bagi perubahan yang dikehendaki. Hukum dapat berfungsi sebagai agen penyeimbang terhadap berbagai konflik kepentingan dan menjadi sarana perubahan sosial….it is generally recognized that legislation does create healthy conditions for such changes….that law comes into play act as an agency balancing conflicting interests and becomes a tool for social engineering.19

    Dengan konsep law as a tool of social engineering atau apa yang juga disebut dengan Doctrine of Social Engineering, pencetusnya (Roscoe Pound) bertujuan mengkaryakan hukum membangun struktur masyarakat yang efisien. Dalam pengertian struktur yang menghasilkan masyarakat dengan tingkat kepuasan masksimum dan sebaliknya dengan friksi serta pemborosan yang minimum.

    Akan tetapi patut dipahami apabila yang dimaksudkan dengan hukum itu sama dengan undang-undang, maka Negara-negara yang “malas” membuat undang-undang baik karena faktor kurangnya kemampuan dalam bidang drafting maupun karena “mahalnya” ongkos yang harus dialokasikan untuk sebuah undang-undang, akan selalu ketinggalan oleh perubahan sosial dan tentunya tidak dapat mewujudkan The Law as a tool of social engineering Doctrine sepenuhnya.

    19. Ibid. hal. 2

  • 17Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi

    Dengan gagasan yang cemerlang ini, Pound menempatkan hukum sebagai variabel bebas, variabel yang mempengaruhi dan mengarahkan variabel-variabel yang lainnya. Namun demikian rupanya gagasan tersebut tidak cukup efektif pada Negara-negara yang selalu terlambat membuat undang-undang dan selalu ketinggalan oleh kondisi sosial yang berubah dengan cepat.20

    Fungsi ketiga; fairness. Leonard J. Theberge secara jelas telah mengemukakan bahwa fungsi yang ketiga dari hukum dalam pembangunan ekonomi itu adalah economic fairness. Terma ini tidak dengan begitu saja dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, terlebih-lebih lagi apabila dipadankan dengan “keadilan ekonomi” yang padanannya dalam bahasa Inggris adalah economic justice.

    Sehubungan itu wajarlah jikalau timbul pertanyaan; istilah economic fairness dipadankan dengan apa?. Janganlah risau, dalam suatu bahasan sesungguhnya tidak ada kewajiban untuk menerjemahkan atau memadankan suatu istilah. Dalam hal ini yang menjadi kewajiban itu adalah menjelaskannya. Ini sangat relevan dengan ilmu hukum yang merupakan “ilmu menjelaskan”. Oleh karena itu dalam rangka pemahaman yang lebih kompprehensif, maka baik economic fairness maupun economic justice, keduanya harus dijelaskan.

    Economic Justice atau keadilan ekonomi pada dasarnya berkenaan dengan individu dan juga tatanan sosial, mencakup prinsip-prinsip moral yang memberi pedoman dalam merancang institusi ekonomi. Prinsip-prinsip ini menentukan bagaimana seharusnya setiap orang mencari nafkah, menjadi para pihak dalam kontrak, menukar barang dan jasa dengan orang lain dan sebaliknya menghasilkan landasan material yang independen

    20. Putu Sudarma Sumadi, 2017, Sejarah Hukum dan Hukum Masa Depan Properti Serta Kontrak. Unit Publikasi & Dokumentasi Fakultas Hukum Unud-Pelawa Sari, Denpasar. Hal. 95.

  • 18 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi

    untuk mengais rezeki dalam berekonomi. Tujuan utama keadilan ekonomi adalah memberikan kebebasan kepada setiap orang untuk terlibat secara kreatif dalam memilih pekerjaan yang tidak terbatas.21

    Keadilan ekonomi bukanlah merupakan suatu jenis keadilan yang berdiri sendiri, melainkan suatu keadilan yang bersifat campuran. Dikemukakan demikian karena keadilan ekonomi terdiri atau mengandung tiga jenis keadilan yang masing-masing sesungguhnya merupakan jenis-jenis keadilan yang mandiri. Bertumpu pada uraian yang ringkas sangat boleh jadi keadilan ekonomi merupakan “keadilan derivatif”.

    Istilah yang disebutkan terakhir ini pada pokoknya dipergunakan untuk mendeskripsikan bahwa keadilan ekonomi tidak merupakan keadilan asli dalam pengertian tidak sedari sejak dicetuskan sudah membawa sifat asli (bukan lawan kata dari palsu), melainkan yang bersifat terusan atau turunan. Sifat keadilan ekonomi yang demikian ini setara dengan sifat “hak ekonomi” yang juga merupakan hak derivatif.

    Prinsip-prinsip keadilan yang terkandung dalam keadilan ekonomi dapat disimak pada gambar atau skema sebagai berikut22 :

    Keadilan partisipatif dapat dipahami terwujudnya ketika orang-orang atau badan hukum sebagai pelaku ekonomi memberikan input ke dalam proses ekonomi misalnya dengan

    21. 2014. Defining Economic Justice and Social Justice. http://www.cesj.org/learn/definitions/defining-economic-justice-and-social-justice/ . hal. 2.22. Ibid. hal. 3

  • 19Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi

    jalan menjadi tenaga kerja dan/atau investor. Secara ekonomi kegiatan tersebut merupakan aktivitas mencari nafkah yang di samping membutuhkan kesetaraan akses terhadap sistem keuangan termasuk kredit, untuk memperoleh properti pribadi dan asset produktif, memerlukan pula kesempatan yang sama untuk melakukan pekerjaan produktif yang sama seperti yang dilakukan oleh pelaku ekonomi yang lainnya.

    Keadilan partisipatif tidak menjamin hasil yang sama dalam pengertian tidak menjamin bahwa setiap pelaku ekonomi akan memperoleh pendapatan yang sama. Akan tetapi keadilan ini menjamin hak ekonomi setiap subyek hukum untuk dapat ikut berpartisipasi dan memberikan kontribusi terhadap produksi barang dan jasa. Dengan demikian dapatlah dikemukakan, keadilan partsipatif itu merupakan atau identik dengan prinsip anti-monopoli (antitrust principle) yang sangat menjunjung tinggi persamaan kesempatan mencari nafkah pada bidang yang sama. Prinsip yang terkandung inilah yang sesungguhnya merupakan inti dari keadilan partisipatif.

    Keadilan distributif secara umum dipahamkan sebagai suatu kondisi dimana perlakukan yang diberikan kepada seseorang disesuaikan jasa-jasa yang telah dilakukan. Berdasarkan prinsip keadilan distributif, para pihak yang mengikatkan diri masing-masing dalam suatu kontrak akan menerima kontra prestasi sesuai dengan prestasi yang telah dilakukan. Dalam bahasa ekonomi dijelaskan, keadilan distributif memberikan hak atas output atau out-take dari sistem ekonomi yang disesuaikan dengan input tenaga kerja dan modal setiap orang.

    Prinsip pokok dari keadilan distributif berbunyi : “distributive justice” is based on the idea “to each according to his contribution.” Dengan prinsip ini, keadilan distributive merupakan sarana yang paling obyektif dan demokratis untuk

  • 20 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi

    menentukan harga yang adil, upah yang adil dan keuntungan yang adil. Namun demikian fondasi yang dibangun berdasarkan keadilan distributif akan hancur apabila persamaan kesempatan berusaha tidak dibuka.

    Berkenaan dengan istilah keadilan sosial terlebih dahulu akan disinggung sekilas tentang Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Selanjutnya keadilan yang khas ini akan diperbandingkan dengan pandangan mengenai social justice. Indonesia merupakan negara yang berdasarkan Pancasila. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia adalah sila yang keempat dari Pancasila.

    Akhirnya haruslah dikemukakan karena ternyata untuk menguraikan makna dari sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia menemui kesulitan. Ada pun kesulitan yang dimaksud adalah yang berkenaan dengan tersedianya sumber acuan yang membingungkan; yang lama karena perubahan rezim kekuasaan, statusnya sudah hampir menjadi bahan historis, sementara yang baru kiranya masih sedang disusun.

    Namun demikian dalam rangka memenuhi kebutuhan berkaitan dengan proses pembelajaran, maka bahan-bahan yang nyaris menjadi sejarah pun akan tetap dikemukakan dengan harapan adanya kebijaksanaan dalam menyikapinya, dan sudah tentu menjadikannya sebagai bahan perbandingan dengan bahan, pandangan atau pemikiran dari para ahli yang muncul kemudian.

    Bahan yang nyaris historis yang dimaksudkan adalah butir-butir yang bersumber dari Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) yang penataran dilaksanakan secara intensif antara era 1980 – 1990an. Dalam pedoman yang juga disebut dengan Ekaprasetya Pancakarsa itu diberikan petunjuk-

  • 21Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi

    petunjuk nyata dan jelas wujud pengamalan sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia sebagai berikut :

    1. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotong-royongan.

    2. Bersikap adil.3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.4. Menghormati hak-hak orang lain.5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain.6. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.7. Tidak bersikap boros.8. Tidak bergaya hidup mewah.9. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan

    umum.10. Suka bekerja keras.11. Menghargai hasil karya orang lain.12. Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang

    merata dan berkeadilan sosial.

    Berpuluh-puluh tahun setelah era Penataran P4 munculah penulis muda seperti Yudi Latif23 dengan perspektif teoretis-komparatifnya mengenai Pancasila pada pokoknya memandang bahwa sila kelima Pancasila berpasangan dengan sila keempat, ibarat dua sisi dari keping uang yang sama. Bila sila keempat mengandung prinsip “demokrasi politik”, sila kelima mengandung prinsip “demokrasi ekonomi”. Keduanya merefleksikan hasrat bangsa untuk beremansipasi dari penindasan politik – ekonomi penjajahan dengan memuliakan daulat rakyat

    23.

  • 22 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi

    melalui pemberdayaan partisipasi warga di bidang politik dan ekonomi.

    Mengikuti perspektif tersebut dapatlah dikemukakan bahwa sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia setara dengan demokrasi ekonomi. Jikalau demikian halnya, demokrasi ekonomikah namanya ciri-ciri positif sebagai berikut :

    1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan,

    2. Cabang-cabang produksi yang penting bagu Negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara,

    3. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

    4. Sumber-sumber kekayaan dan keuangan Negara digunakan dengan permufakatan Lembaga-lembaga Perwakilan Rakyat, serta pengawasa terhadap kebijaksanaannya ada pada Lembaga - lembaga Perwakilan Rakyat pula.

    5. Warga Negara memiliki kebebasan dalam memilih pekerjaan yang dikehendaki serta mempunyai hak dan pekerjaan dan penghidupan yang layak.

    6. Hak milik perorangan diakui dan pemanfaatannya tidak boleh bertentangan dengan kepentingan masyarakat.

    7. Potensi, inisiatif dan daya kreasi setiap warga Negara diperkembangkan sepenuhnya dalam batas-batas yang tidak merugikan kepentingan umum.

    8. Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh Negara.

  • 23Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi

    Rumusan Demokrasi Ekonomi seperti itu dikutip dari Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang pada Era Orde Baru selalu hadir setiap lima tahun sekali. Setelah reformasi 1999, GBHN sudah tidak pernah disusun lagi sehingga tidak pernah lagi tampil rumusan ciri-ciri positif Demokrasi Ekonomi. Di dalam naskah atau dokumen yang tampak berfungsi menggantikan GBHN pun juga tidak dijumpai lagi rumusannya.

    Kondisi ketidaksepahaman atas pengertian mengenai demokrasi ekonomi sesungguhnya sudah terjadi semenjak istilah tersebut diperkenalkan. Di Indonesia kondisi demikian terjadi bahkan ketika GBHN secara rutin disusun setiap lima tahun. Artinya, kendati pun sudah dituangkan dalam salah satu produk MPR dan juga beberapa undang-undang yang terkait seperti Undang-undang tentang Koperasi, istilah demokrasi ekonomi masih juga menjadi topik perbincangan yang hangat.

    Syahrir,24 mengawali kata pengantarnya dengan mengemukakan, “mungkin sudah saatnya kita bertutur tentang demokrasi ekonomi sebagai percakapan dengan diri sendiri. Kalau kita mencoba melihat apa yang telah kita perbuat selama ini dan apa yang belum kita peroleh hingga sekarang, maka jarak yang ada merupakan cerminan dari kemampuan dan keterbatasan kita jua….dengan titik tolak yang demikian maka demokrasi ekonomi dapat kita bahas dari what ought, what is, dan what next dengan uruttan yang runtun, nalar yang tepat dan sikap jernih yang bebas dari ilusi dan jargon.

    Dalam konteks Indonesia, Negara Kesatuan Republik Indonesia bukanlah sosialis atau kapitalis, tetapi suatu bentuk ekonomi politik yang merupakan koordinasi dari ketiga sistem : politik, ekonomi, dan moral-kultural….bertolak dari idealisasi demokrasi ekonomi sebagai hubungan yang harmonis antara

    24. Sjahrir, 1990, Demokrasi Ekonomi dan Kita. Dalam : Politik Pembangunan. Pemikiran ke Arah Demokrasi Ekonomi. LP3ES, Jakarta. Hal. ix

  • 24 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi

    ketiga sistem, maka tidak ada pengertian intrinsik demokrasi ekonomi. Dengan kata lain demokrasi ekonomi adalah konsep ekonomi politik yang inheren dalam pengertian demokrasi yang lebih luas mengaitkan interaksi ketiga sistem sosial. Sistem ekonomi sendiri tidak menciptakan demokrasi ekonomi.25

    Bentuk penjabaran demokrasi ekonomi ditentukan oleh apa yang dimaksud dengan demokrasi ekonomi….demokrasi ekonomi sebagai suatu situasi kehidupan ekonomi nasional dimana kalangan masyarakat luas ikut serta menjadi pelaku aktif dalam proses ekonomi dan dalam keikutsertaan ini memperoleh kesempatan untuk menikmati secara wajar manfaat-manfaat yang timbul dari proses ekonomi ini.

    Sampai sejauh ini uraian para ekonom tersebut kiranya dapat diterima kecuali apabila ada yang mengemukakan bahwa demokrasi ekonomi merupakan istilah yang khas Indonesia dan sulit ditemui dalam khasanah literatur economic system atau esei-esei tentang normative economics, yang masih perlu dibahas lebih lanjut.

    Sehubungan dengan itu Yudi Latif26 mengemukakan penggunaan istilah “demokrasi ekonomi” lebih kerap ditemukan dalam literatur mutakhir. Setelah mengutip hasil pengamatan Sri Edi Swasono, seorang ekonom Indonesia yang juga mengutip antara lain Robert A. Dahl Selanjutnya dikutipkan beberapa judul buku, A Preface to Economic Democracy (1985), J.W. Smith, Economic Democracy. The Political Struggle of the Twenty-First Century (2000), bahkan Encyclopedia Americana.

    Dengan bertumpu pada uraian tadi maka istilah economic justice itu merupakan salah satu konsep dari keadilan pada umumnya. Pemahaman mengenai keadilan yang bertumpu dan

    25. Umar Juoro, 1990, Demokrasi Ekonomi Sebagai Sebuah Konsensus. Dalam : Politik Pembangunan. Pemikiran ke Arah Demokrasi Ekonomi. LP3ES, Jakarta. Hal. 106 – 107.26. Ibid.hal. 549

  • 25Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi

    dikembangkan dari pemikiran Aristoteles. Lantas kalau demikian halnya maka pertanyaannya adalah apakah yang dimaksudkan dengan economic fairness. Apakah fairness tidak dapat dipadankan dengan justice sehingga pekerjaan kita tidak menjadi semakin bertele-tele.

    Setelah melakukan penelusuran ternyata sumber-sumber belajar menyediakan bahan-bahan berkenaan dengan economic fairness tidaklah sebanyak yang disediakan untuk economic justice. Kelangkaan ini terjadi terutama untuk keperluan memahami apa yang dimaksud dengan economic fairness untuk menjelaskan pertanyaan-pertanyaan tersebut pada paragraph sebelumnya.

    Kebanyakan penulis mengaitkan atau menempatkan economic fairness tersebut dengan perilaku ekonomi – bagaimana para pelaku ekonomi bersikap dan bertindak dalam berekonomi - bahkan ada diantaranya yang memasukannya ke dalam ranah etika ekonomi. Dengan sudut pandang demikian pada akhirnya wacana berkenaan dengan economic fairness bermuara pada keadilan (justice).

    Dalam perspektif demikian, pertama-tama cara pandang yang khas ekonomi terhadap kedudukan manusia sebagai homo economicus itu tetap dipertahankan. Dalam kedudukan demikian, manusia merupakan makhluk ekonomi yang rasional, mementingkan diri sendiri, dan sudah tentu semuanya dijalani tanpa memperhatikan apalagi berlandaskan etika. Akan tetapi cara pandangan ini tidak lagi bertengger semata-mata pada pemahaman yang khas ekonomi. Cara ini baru memperlihatkan satu dari dua sisi pendekatan yang saling menunjang.

    Ada pun sisi lainnya adalah tujuan tercapainya apa yang disebut dengan welfare economics dealing with aggregate or social welfare. Manusia sebagai makhluk ekonomi yang rasional bahkan individual boleh berlanjut, akan tetapi dengan tidak boleh mengabaikan, mengingkari apalagi melanggar kepentingan (ekonomi) orang lain agar terwujud kesejahteraan sosial. Inilah yang merupakan aspek etika dalam berekonomi.

  • 26 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi

    Seperti sudah dikemukakan, kesejahteraan sosial merupakan suatu tujuan yang mempersyaratkan adanya suatu sarana yang dapat dipergunakan untuk mencapainya. Dalam hal ini yang sudah sangat jelas, sarana yang dimaksudkan itu bukanlah homo economicus dengan segala atributnya, melainkan “kesetaraan” atau “ekuitas” (equity). Makna ini dapat disarikan antara lain dari artikel yang berjudul Affect and Fairness in Economics.27

    Sampai sejauh ini terma equity belumlah menjelaskan konsep economic fairness yang dapat dikuakan melalui pertanyaan bagaimana equity dapat mewujudkan economic fairness. Untuk ini dibutuhkan sejumlah kebijakan atau tindakan Negara; pertama-tama Negara harus memberikan atau menetapkan “hak ekonomi” bagi setiap orang dan badan hukum, kedua, mengembangkan hak ekonomi, dan yang ketiga, melindungi hak ekonomi tersebut.

    Menurut Scott Davidson28 yang mengutip Karel Vasak pada pokoknya mengemukakan, Hak ekonomi merupakan hak generasi kedua, sejajar dengan perlindungan bagi hak sosial dan budaya; hak atas terciptanya oleh Negara kondisi-kondisi yang akan memungkinkan setiap individu mengembangkan kemampuannya sampai maksimal. “Hak atas” yang menjadi ciri generasi kedua ini, mewajibkan Negara menyusun program-program bagi pelasanaan sepenuhnya hak-hak tersebut.

    Apabila dihubungkan dengan ketentuan dalam Pasal 27 ayat (2) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 yang berbunyi : “Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”, maka sudah cukup dasar untuk mengatakan bahwa Negara Republik Indonesia mengakui, mengembangkan dan melindungi hak ekonomi warga Negara Indonesia.

    27. Frans van Winden, 2007. Affect and Fairness in Economic. https://link.springer.com 28. Scott Davidson, 1994, Hak Asasi Manusia.Sejarah, Teori, dan Praktek Dalam Pergaulan Internasional. Judul asli: Human Rights. Terjemahan: A. Hadyana. PT. Temprint, Jakarta. Hal. 8.

  • 27Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi

    Dalam perkembangannya, Negara telah mengundangkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Berdasarkan undang-undang tersebut pada intinya Negara telah berupaya memberikan persamaan kesempatan berusaha bagi setiap pelaku usaha untuk mengusahakan bidang usaha yang sama. Praktek monopoli dicegah dan dilarang, persaingan usaha yang fair dilindungi dan dikembangkan.

    Uraian yang ringkas tersebut secara tidak langsung telah merefleksikan bahwa inti dari hak ekonomi itu adalah “persamaan”, dan kesetaraan merupakan aspek yang dominan dari persamaan itu sendiri. Berdasarkan prinsip persamaan, akses dalam pengertian kesempatan untuk mengusahakan suatu bidang usaha yang diminati dibuka secara seluas-luasnya bagi setiap pelaku usaha.

    Paragraph tadi pada satu sisi memperlihatkan aspek ekuitas berupa perlakuan yang sama bagi setiap pelaku usaha dan pada sisi lain membuka selebar-lebar kesempatan bagi masyarakat untuk menjadi pelaku usaha. Sisi yang disebutkan terakhir ini dapat disebut sebagai fairness. Dengan demikian pada dasarnya terjawablah sudah persoalan bagaimana ekuitas itu mewujudkan fairness.

    Selanjutnya apa yang kemudian merupakan economic fairness itu harus dengan sungguh-sungguh dapat dimanfaatkan secara luas oleh warga masyarakat luas. Pemanfaatan dengan dilakukan dengan cara demikianlah yang dapat mewujudkan kesejahteraan sosial dalam pengertian yang sesungguhnya. Tidak pula tertutup kemungkinannya, “obsesi” Jeremy Bentham tentang the greatest happiness for the greatest number – kebahagiaan terbesar untuk jumlah terbesar- yang merupakan prinsip keadilan mazhab utilitarianisme juga dapat diwujudkan terlepas dari kritiknya John Rawls.

  • 28 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi

    Demikianlah uraian secara garis besarnya yang telah diupayakan semaksimalnya di tengah-tengah berbagai keterbatasan terutama yang menyangkut sumber. Akan tetapi berkenaan dengan economic fairness masih terdapat satu persoalan yang perlu dijelaskan; bagaimana ihwalnya hingga dikatakan bahwa segala yang bersifat fair pada akhirnya bermuara pada keadilan.

    Uraian ringkas berikutnya diawali dengan sebuah kutipan dari pandangan W. Friedmann29 sebagai berikut :

    In a formal amd general sense equality is a postulate of justice. Aristotle’s “distributive justice” demand the equal treatment of those equal before the law. This like any general formula of justice is, however, applicable to any form of government or society; for it leaves it to a particular legal order to determine who are equal before the law….Equality in rights as a postulated by the great democratic characters, means the extention of individual rights, in principle, to all citizens as distinct from a privileged minority.

    Secara garis besarnya pula pandangan tersebut dapat diuraikan dalam bentuk tabel sebagai berikut ;

    Pengertian formal /umum

    Suatu dalil mengenai keadilan: persamaan perlakuan dalam hukum

    Sebagai suatu hak Merupakan perluasan makna dari hak-hak individual setiap warga Negara

    Sebagai suatu unsur keadilan, persamaan sesungguhnya merupakan asas yang universal, dan keadilan adalah tujuan hukum. Dalam mencapai tujuan tersebut, keadilan dipandang sebagai sikap tidak memihak (impartiality). Sikap inilah yang

    29. W. Friedman, 1960, Legal Theory. Steven & Sons Limited, London. Hal. 385.

  • 29Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi

    mengandung gagasan mengenai persamaan (equality), yaitu persamaan perlakuan dalam hukum. Menurut Friedmann30 terdapat hubungan antara persamaan dengan kebebasan yang membuka jalan seluas-luasnya bagi pengembangan personalitas.

    Di samping sebagai suatu dalil keadilan, persamaan juga merupakan suatu hak. Hal ini dapat ditelusuri dri ketentuan Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Intinya, economic fairness itu mengarah pada sikap anti-monopoli dan memajukan-melindungi persaingan usaha yang sehat, dengan jalan membuka akses yang seluas-luasnya bagi setiap warga Negara untuk mengembangkan potensinya mencapai kesejahteraan, dengan pembinaan dan pengawasan pemerintah.

    Fungsi yang keempat: education. Setelah pada fungsi-fungsi sebelumnya banyak menyinggung tentang ekonomi termasuk pula pandangan para ekonom, maka pada bagian ini konteks uraian mulai bersentuhan dengan aspek pendidikan. Ada pun makna yang terkandung pada fungsi ini kiranya sistem hukum dalam kaitannya dengan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan ekonomi, hendaknya pula dapat menampilkan serta memberikan pendidikan. Sangat boleh jadi pendidikan dalam kaitan ini bermakna sebagai pembinaan terhadap para pelaku ekonomi dan warga masyarakat pada umumnya.

    Disimak dari maksud yang terkadung, kewajiban hukum memberikan pendidikan sesungguhnya tidak merupakan hal baru. Tujuan yang mulia itu sudah terkandung sejak hukum itu memiliki tendensi menyadarkan dalam rangka memberikan kebahagiaan kepada subyek hukum. Dalam hubungan ini terdapat pemahaman yang tinggi bahwa salah

    30. Ibid. hal. 387.

  • 30 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi

    satu cara mewujudkan kebahagiaan adalah melalui pendidikan. Kewajiban bagi pembuat undang-undang untuk mengundangkan (mengumumkan) setiap undang-undang yang dibuatnya agar setiap orang mengetahuinya, pada dasarnya dapat dipandang sebagai suatu kebijakan yang mengarah pada pendidikan hukum.

    Dengan demikian dapatlah dikemukakan, memberikan pendidikan merupakan fungsi hukum dalam pembangunan ekonomi yang sangat penting. Hal ini dilandasi pertimbangan, pertama, output dari pendidikan adalah pengetahuan dan pemahaman. Kedua, output dari pengetahuan dan pemahaman mengarahkan lahirnya tindakan pencegahan serta kepatuhan hukum. Ketiga, pendidikan hukum juga dapat mengarahkan pada semakin kokohnya budaya hukum dan pengembangannya. Oleh karena itu memberikan pengetahuan dan pemahaman hukum melalui berbagai sarana pendidikan hukum merupakan kebijakan yang bersifat strategis dalam rangka prevensi dan refresi hukum.

    Kredit bank yang disalurkan tanpa memperhatikan “the 5 c’s” dan prudential banking principle merupakan praktek yang tidak mendidik. Dalam praktek perbankan seringkali terjadi pemberian kredit kepada debitor yang jumlahnya jauh melampaui nilai jaminannya. Konsekuensinya, apabila terjadi non performance loan (NPL) maka bank akan mengalami kerugian besar jikalau mengeksekusinya. Bercermin pada makna dari uraian terdahulu kiranya dapat disepakati bahwa persoalan ini merupakan suatu “malpraktek perbankan yang tidak mendidik”.

    Di samping karena kondisi internal perbankan yang selalu menuntut peningkatan ratio kredit dan produktivitas bank, banyaknya persoalan seperti itu pada dasarnya juga timbul karena hukum perbankan positif yang kurang berfungsi mendidik.

  • 31Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi

    Selama ini hukum perbankan hanya menentukan bahwan perusahaan perbankan diwadahi suatu badan hukum (perseroan terbatas). Belum ada ketentuan yang menyatakan pengelolanya harus banker yang sudah menjalani proses sertfikasi. Belum juga terdapat ketentuan bahwa modal perusahaan perbankan harus legal dalam rangka mencegah praktek money laundering.

    Artinya, selama ini tidak ada pendidikan yang diperoleh dari dunia perbankan selain paksaan halus agar berupaya melunasi hutang. Pendidikan ini pun hanya dipatuhi oleh debitor yang membayar angsurannya secara langsung dengan jalan potong gaji setiap awal bulan. Umumnya kelompok ini terdiri dari pegawai negeri sipil yang pada satu sisi diberikan kemudahan memperoleh kredit tanpa jaminan properti yang konvensional, tetapi cukup dengan Surat Keputusan (SK) Pengangkatan dan SK Terakhir, dan pada pada sisi lain diberikan kredit dengan cicilan secara potong gaji. Jadi sampai sejauh ini belum pernah ada kasus NPL pada pegawai negeri yang sudah dipotong gajinya secara langsung pada setiap awal bulan. Kredit macet umumnya terjadi di luar kelompok tersebut.

    Terdapat satu fenomena lagi yang berkaitan dengan kegiatan meminjamkan sejumlah uang untuk jangka waktu tertentu, dengan imbalan tertentu dan pelunasannya dibackup dengan sejenis jaminan. Terlepas dari institusi yang melaksanakannya, disimak dari unsur-unsur kegiatannya, fenomena tersebut susungguhnya sudah memenuhi persyaratan untuk dikatakan sebagai kegiatan usaha perbankan, akan tetapi yang bersangkutan “tidak mau” disebut bank, dan menghindari sebisa-bisanya dikategorikan sebagai usaha perbankan. Uraian ini sama sekali tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa fenomena tersebut tidak mendidik, melainkan berharap dengan sangat agar ada yang berkenan menjelaskan fenomena tersebut.

  • 32 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi

    Di tengah-tengah iklim persaingan yang berkembang dengan pesat sekarang ini tidaklah menjadi persoalan lagi apabila industri perbankan mengalami pertumbuhan yang signifikan. Mereka bersaing secara fair sesuai dengan hukum persaingan, akan tetapi di antaranya ada yang sudah merupakan bank umum namun mendirikan pula “bank khusus” dan diantaranya pula bahkan ada beroperasi sampai ke pelosok desa. Apakah ini merupakan fenomena yang mendidik, sangatlah sulit menjelaskannya. Namun yang jelas Bank Indonesia (BI) kiranya tidak lagi mengurus persoalan seperti ini. Boro-boro mengurus yang lain, kewenangan BI mencetak dan mengedarkan mata uang rupiah juga memperoleh saingan antara lain dari “Dimas Kanjeng” yang mengaku mampu menggandakan uang.

    Dewasa ini berkembang juga suatu cara berusaha yang masih mengandalkan strategi hubungan upliner – downliner. Dengan strategi ini perusahaan awal cukup merekrut beberapa orang sebagai upliner yang wajib merekrut downliner dan demikian seterusnya seperti bola salju yang menggelinding dan semakin besar. Jadi strategi ini sesungguhnya sama dengan kinerja multi level marketing (MLM). Dalam kaitan uraian ini persoalannya adalah imbalan untuk upliner maupun downliner tidak dibayar dengan uang tunai, akan tetapi tur-berwisata- ke beberapa Negara.

    Lebih merupakan persoalan lagi, pelaksana tur adalah anak perusahaan atau perusahaan anak dari pemilik perusahaan yang menerapkan strategi MLM itu. Demikianlah sekelumit uraian mengenai fungsi hukum yang mendidik. Ekonomi membutuhkan pendidikan agar lebih beretika, sedangkan hukum agar dapat mengemban fungsi yang mulia itu membutuhkan insan-insan hukum yang terdidik agar menghasilkan norma dan penegakan hukum yang cerdas.

  • 33Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi

    Fungsi kelima: the special abilities of the lawyers. Pada bagian ini uraian di samping mengetengahkan beberapa peranan ahli hukum, juga diimbangi dengan yang menyangkut kualitas-kualitas yang dibutuhkan dalam menunjang peranan hukum dalam pembangunan ekonomi. Kualitas-kualitas tersebut terutama ditujukan tidak terbatas kepada para ahli hukum baik yang berstatus sebagai akademisi, praktioner penegak hukum maupun birokrat, melainkan juga para politisi yang turut dan banyak berkiprah dalam pembentukan undang-undang.

    Dalam kaitan ini terdapat dua tulisan yang akan diacu, pertama, Peranan Hukum Dan Fungsi Ahli Hukum Di Negara Berkembang, yang ditulis oleh Wolfgang G. Friedman, dan yang kedua, Legal Education for Developing Countries: A Personal Case Study from Indonesia oleh Cliff F. Thompson. Terhadap kedua tulisan tersebut diupayakan menampilkan pokok-pokoknya sehingga tampak benang merah yang mengindikasikan relevansinya.

    Wolfgang Friedman31 mengawali tulisannya dengan mengemukakan, fungsi hukum dan peranan ahli hukum biasanya berhubungan erat satu sama lain,…. Hukum dapat dibuat – dan pada dekade belakangan ini sering dibuat oleh para pemimpin politik yang tidak terdidik atau pun tidak menaruh perhatian terhadap bidang itu ….semuanya mampu menciptakan hukum dengan persetujuan politik, hanya dengan adanya peran-serta yang minimal dari ahli hukum baik dalam proses pembuatannya maupun pelaksanaannya.

    Uraian tersebut pada dasarnya memperlihatkan dan bahkan dapat membuktikan kebenaran dari apa yang pernah

    31. Wolfgang G. Friedman, 1986, Peranan Hukum Dan Fungsi Ahli Hukum Di Negara Berkembang. Dalam : Peranan Hukum Dalam Perekonomian Di Negara Berkembang. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. Hal. 1

  • 34 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi

    dikemukakan antara lain David Easton ….bahwa the chief output of political system is a law. Sementara itu D.H.M. Meuwissen mengemukakan….undang-undang merupakan kristalisasi atau endapan dari keinginan-keinginan politik. Di Indonesia kebenaran tersebut sudah berlangsung sejak kemerdekaan dan semakin menjadi nyata pada dekade-dekade berikutnya sejalan dengan silih bergantinya berbagai kekuatan politik.

    Tidak tertutup kemungkinannya ada yang menggumam terutama dalam hati; bagaimana hal itu dapat terjadi pada negara yang konstitusinya telah menetapkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara Hukum. Ketetapan ini mengandung pengetian, hukum memegang supremasi yang tertinggi. Terlepas dari adanya semacam jargon bahwa Indonesia adalah Negara agraris dan juga maritim, belumlah pernah dijumpai terutama dalam dokumen-dokumen resmi pernyataan Indonesia Negara politik. Akan tetapi politik sedemikian berkuasanya hingga mampu mengubah konstitusi dan menentukan presiden.

    Selanjutnya dengan membandingkan antara kondisi masyarakat pada Negara-negara yang baru merdeka dengan masyarakat yang modern dan demokratis, Friedmann32 juga mengemukakan, pada masyarakat yang pertama, para ahli hukum selain menjalankan dengan setia fungsi konservatif yang secara tradisional lebih bertindak sebagai pembela kepentingan-kepentingan yang sudah mapan daripada sebagai seorang pembaru, peranan ahli hukum cenderung ditekan, statusnya rendah dan fungisnya terbatas.

    Sebaliknya pada masyarakat modern dan demokratis, peranan ahli hukum sangat penting, bahkan pada

    32. Ibid. hal. 1-3

  • 35Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi

    beberapa Negara seperti Amerika Serikat pernanannya sangat menonjol. Penyebabnya sebgian besar karena suatu konstitusi dan tertib hukum yang demokratis, yaitu konstitusi yang didasarkan pada keseimbangan antara fungsi dan kemampuan. Hal ini menjadikan pentingnya peranan ahli hukum sebgai orang yang terltih dalam menjaga keseimbangan tersebut.

    Sebagai suatu ilustrasi maka dicontohkanlah relevansi antara peranan ahli hukum yang sesuai dengan corak kemasyarakatan yang sedang berkembang. Dalam era berkembangnya paham ekonomi yang disebut dengan laissez faire, dimana swasta sebagai alat dan promotor utama kegiatan ekonomi dan pengembangannya. Fungsi Negara tetap terbatas pada bidang pertahanan, masalah luar negeri, kegiatan administratif serta kepolisian, sedangkan arus utama kehidupan ekonomi dan sosial mengalir melalui saluran-saluran swasta. Dalam hubungan ini pendidikan dan fungsi utama ahli hukum menyangkut bidang perdata, baik sebagai pembela atau penasehat, sebagai hakim yang mengalisa tertib dan konsep hukum dari masyarakat yang termasuk dalam tipe ini. Intinya, peranan dan fungsi ahli hukum dilandasi dan diarahkan pada dasar serta tujuan yang mendukung laissez faire.

    Bertumpu pada uraian dalam garis besarnya tersebut dapatlah dikemukakan bahwa Friedmann sesungguhnya hendak menegaskan bahwa peranan hukum dan fungsi ahli hukum berbanding sejajar dengan tipe masyarakat dengan sistem ekonominya masing-masing dimana hukum serta ahli hukumnya eksis. Oleh karena itu peranan dan fungsi tersebut dapat dideskripsikan dengan tabel sebagai berikut :

  • 36 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi

    No. Tipe masy/sistem ekonomi Peranan&Fungsi Hukum

    1 Masyarakat revolusionerCenderung mempertahankan status quo

    2 Masy.dgn laissez faire Mengembangkan hak-hak keperdataan vested rights

    3Masy.dgn sistem ekoniomi berdasar atas asas kekeluargaan

    Memperkuat dan mengembangkan demokrasi ekonomi

    Sejak abad 19 hingga 20 komunitas besar seperti yang digambarkan Firedmann33sebagai masyarakat dengan paham laissez faire sesungguhnya merupakan tipe yang dinamis. Hal ini dapat dibuktikan dengan terjadinya pergeseran dari laissez faire menjadi masyarakat sejahtera. Sekali pun kebebasan dalam berekonomi pada tipe yang disebutkan belakangan itu masih tetap dipertahankan, akan tetapi pergeseran ke arah masyarakat sejahtera mengandung perbedaan yang cukup signifikan.

    Apabila disimak dari proses berlangsungnya kegiatan ekonomi yang diawali perencanaan, gerakan arus modal hingga mekanisme pasar yang pada masyarakat laissez faire semuuanya bersumber dan berlangsung atas inisiatif swasta, maka pada masyarakat sejahtera dibutuhkan adanya campur tangan pemerintah yang dalam perkembangan sistem ketatanegaraan dan pemerintahan memang mengalokasikan sejumlah kewenangannya untuk menangani persoalan-persoalan swasta.

    Pergeseran yang terjadi sekitar dua abad yang lalu memiliki dampak yang sangat luas terhadap perkembangan sistem ekonomi

    33. Ibid.hal. 3

  • 37Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi

    pada banyak Negara di dunia. Pada kenyataannya dewasa ini tidak ada satu Negara pun yang benar-benar mempertahankan laissez faire secara murni. Kondisinya setara dengan semakin moderatnya sistem ekonomi pasar dan sistem ekonomi perencanaan terpusat.

    Sudah dapat dipastikan pergeseran tersebut mempersyaratkan perlunya dilakukan langkah-langkah penyesuaian yang relevan dengan perekonomian masyarakat sejahtera. Penyesuaian itu juga berlaku terhadap fungsi dan peranan hukum terutama dalam rangka perencanaan ekonomi, penanganan masalah-masalah sosial serta perilaku Negara baik sebagai pemikir maupun aktor ekonomi yang semakin meningkat. Fenomena ini sekalian memperlihatkan adanya korelasi positif antara perubahan sistem ekonomi terhadap eksistensi dan peranan hukum.

    Pada masyarakat laissez faire dan juga masyarakat sejahtera pada dasarnya memang terdapat kepentingan publik dan kepentingan privat. Penyelenggaraan kepentingan publik yang meliputi keamanan, administrasi, kepolisian, dan lain-lain merupakan wewenang Negara, serta penyelenggaraan kepentingan privat yang antara lain meliputi kegiatan pedagangan dan perekonomian pada umumnya, pada akhirnya membangkitkan kembali dikhotomi antara hukum publik dan hukum privat.

    Disimak dari aspek perkembangannya, pada masyarakat laisses faire hukum privat lebih berkembang daripada hukum publik. Hal ini kiranya dilandasi pertimbangan dan mengingat karena pembentukan hukum privat dapat terjadi secara lebih cepat tanpa prosedur yang rumit. Kebanyakan norma dan doktrin hukum privat terutama yang berkaitan dengan pedagangan dan perekonomian pada umumnya terbentuk dari kebiasaan dalam perniagaan. Kebiasan akan semakin berkembang karena didukung terbukanya kesempatan untuk berinisiatif dan adanya kebebasan yang dijamin oleh sistem yang mapan.

  • 38 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi

    Dikaji dari metode terjadi atau terbentuknya hukum yang pada dasarnya terdiri dari tiga cara ; melalui kebiasaan (by custom), peradilan (by administration of justice), dan peraturan perundang-undangan (by legislation), maka pernyataan bahwa hukum privat lebih berkembang daripada hukum publik hanya relevan apabila hukum privat itu meliputi hukum-hukum yang timbul dari kebiasaan dalam trasaksi perdagangan, dan yang timbul dari prakek peradilan terutama pada Negara-negara yang menganut sistem judge made law.

    Dalam hal luas cakupan hukum privat sudah merambah ranah legislasi maka terjadilah keseimbangan dalam perkembangannya. Baik hukum privat maupun hukum publik sebaliknya dapat mengalami kondisi yang sama ; sama-sama mandeg. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman sudah diusulkan perubahannya bertahun-tahun yang lalu. Jangankan mengubah undang-undangnya, yang terjadi justru penundaan fit and proper test personalia KPPU hingga Presiden berkali-kali harus memperpanjang masa jabatan anggota komisi tersebut.

    Menyangkut hukum publik, perubahan terhadap Undang-undang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme yang sudah diusulkan sejak lebih dari dua tahun yang lalu cenderung ditolak. Akan tetapi seolah-olah dan seperti menunggu kejadian-seperti penyanderaan terhadap anggota Brimob di markasnya sendiri, pemboman gereja dan markas polisi di Surabaya, setelah itu barulah perubahan undang-undangnya disetujui. Uraian secara garis besarnya pada dua paragraph tersebut sesungguhnya hanyalah sekadar memperlihatkan betapa sulitnya membuat undang-undang pada Negara hukum yang sebagian terbesar hukumnya berbasis pada undang-undang itu. Kelambatan

  • 39Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi

    membuat dan kekurangan undang-undang seringkali terjadi, padahal salah satu fungsi legislatif yang dalam dekade terakhir ini sudah dilengkapi dengan Balegnas dan Prolegnas itu adalah membuat undang-undang.

    Demikianlah pada satu sisi hukum memiliki fungsi yang strategis dan diharapkan perananya dalam pembangunan ekonomi, akan tetapi pada sisi lain hukum itu juga dihadapkan pada berbagai macam keterbatasan. Diantaranya ada yang bersumber dari internal hukum itu sendiri yang dalam hal ini menyangkut perencanaan, perumusan dan pembentukan undang-undang. Selain itu ada juga “pembatasan” yang datang dari eksternal-luar dunia hukum.

    Sesuai dengan yang dikutip Friedmann34, kalangan eksternal yang dimaksudkan itu salah satunya adalah Friedrich August Hayek yang pada pokoknya mengemukakan, hukum seharusnya hanya memberikan petunjuk saja, ….tidak dapat menentukan jalan mana yang harus ditempuh. Kiranya Hayek ingin mengemukakan hukum itu ibarat papan rambu lalu lintas yang berfungsi menunjukkan, tetapi tidak dapat memaksa agar menempuh arah yang ditunjukkan. Arahan dari Hayek itu mengandung makna bahwa hukum dalam pembangunan ekonomi berfungsi mengatur.

    Masih menurut Friedmann35 Ahli hukum tentu saja memainkan bagian yang cukup penting sebagai pembuat undang-undang, sebagian dalam dalam bentuk perencanaan modern perundang-undangan kesejahteraaan……keahlian para ahli hukum mungkin berguna dalam merancang bagian perundang-undangan tertentu. Namun dalam ranaagka mengarahkan studi hukum sebagai suatu disiplin ilmu pengetahuan dan cara yang komprehensif, serta sebagai suatu alat tertib sosial bagi fungsi

    34. Ibid. hal.335. Ibid.hal.3

  • 40 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi

    hukum dalam masyarakat yang cita-cita, kondisi dan kebutuhannya berbeda sama sekali dari cita-cita, kondisi, dan kebutuhannya di waktu sebelumnya.

    Untuk memenuhi tuntutan Friedmann dibutuhkan sarjana hukum dan ahli hukum serta juga para fungsionaris (pejabat yang berfungsi dan memiliki kewenang membentuk dan mengubah hukum) hendaknya memiliki kualifikasi khusus. Pencapaian ini sangat membutuhkan dukungan dari dunia pendidikan (tinggi) hukum. Sudah tentu pula dunia pendidikan tidak dapat melepaskan diri input eksternal agar dapat berperan maksimal.

    Cliff F. Thompson36 dalam sebuah artikelnya berkenaan pendidikan hukum di Indonesia pada pokoknya mengemukakan, “pendidikan hukum harus responsif terhadap kebutuhan Negara, dan ahli hukum yang efektif tidak hanya mengetahui hukum modern semata-mata, melainkan hendaknya memiliki kemampuan untuk menerapkannya dalam penyusunan undang-undang”.

    Selain itu secara khusus untuk para dosen (seluruh pengajar pada perguruan tinggi), Thompson37 pada pokoknya menekankan ….kemampuan teori dan praktek dimanfaatkan semaksimalnya juga untuk preparing teaching materials to educate the students, the new generation of lawyers….must attract to the law school the students and teachers who are as excellent as possible….must avoid one of the greatest barriers to effective legal skills, namely an education that is too rote, without sufficient opportunities to learn application.

    Dengan bertumpu pada konteks uraian yang sedang berlangung ini berkaitan dengan pembangunan ekonomi, maka 36. Cliff F. Thompson, 2005, Legal Education for Developing Countries: A Personal Case Study from Indonesia. Dalam : The Role Of Law In Development Past, Present and Future. Ed.: Y. Matsuura. Center for Asian Legal Exchange Graduate School of Law, Nagoya University. hal. 2137. Ibid.

  • 41Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi

    yang dimaksudkan Thompson dengan the need of the country pada dasarnya berkisar pada kebutuhan Negara yang sedang membangung perekonomiannya. Maknanya, ahli hukum ekonomi dan/atau bisnis tidak semata-mata memahami aspek hukumnya saja, tetapi juga aspek ekonominya. Tidak hanya aspek teoritis, melainkan pula prakteknya. Sudah tentu sangat sulit untuk membayangkan harapan tersebut dapat diwujudkan dalam kondisi pendidikan hukum yang terlalu menekankan output dan predikat. Sungguh masih banyak hal yang harus dikerjakan terutama pengajar hukum tersebut, termasuk juga menyempurnakan tulisan ini.

    Secara ringkas dari pandangan Burg seperti dikutip oleh Leonard J. Theberge dapat dikemukakan adanya lima kualitas yang terkandung dalam hukum berkenaan dengan pembangunan ekonomi. Ada pun kualitas yang dimaksudkan, pertama, stability (menjaga keseimbangan berbagai kepentingan dalam masyarakat), kedua, predictability (kemampuan melakukan forecasting tentang hukum (ekonomi) apa saja yang dibutuhkan di masa depan), ketiga, fairness (hukum harus dapat memberikan kesempatan yang sama kepada setiap orang untuk menjadi pelaku ekonomi, education (hukum harus bersifat mendidik, membangkitkan kecerdasan dan inisiatif dalam berekonomi), dan yang kelima, the special abilities of the lawyers (dengan ditunjang pendidikan hukum yang memadai, para ahli hukum harus responsif terhadap kebutuhan Negara dalam pembangunan ekononmi).

    Kata kuncinya terletak pada “pembangunan ekonomi”, bagaimana hukum itu berperan dalam pembangunan tersebut. Bagaimanakah ihwalnya hukum harus turut mengambil peranan dalam perekonomian. Bukankah sebelumnya berkembang pandangan bahwa “masalah ekonomi hanya dapat diatasi oleh ilmu ekonomi itu sendiri”. Apabila dicermati, pandangan tersebut

  • 42 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi

    sesungguhnya juga mengandung kebenaran, karena pernyataannya berkenaan dengan “masalah ekonomi” yang merupakan wilayah kompetensi ilmu ekonomi.

    Pembangunan ekonomi sendiri kiranya tidak semata-mata merupakan masalah ekonomi. Akan tetapi untuk menjernihkan atau memperluas pandangan, mari sejenak melepaskan kacamata kuda yang menghambat visi. Untuk itu jalan yang paling baik dilakukan adalah mempertegas kembali pemahaman mengenai apa yang dimaksud dengan pembangunan ekonomi (economic development ) sebagai obyek yang akan “digarap” oleh hukum. Selanjutnya dipahamkan juga istilah peranan dan fungsi hukum.

    Pembangunan ekonomi pada dasarnya merupakan suatu konsep dalam ilmu ekonomi khususnya makro ekonomi. Hingga saat ini telah diperkenalkan begitu banyak definisi mengenai konsep tersebut. Di antaranya ada yang mengemukakan, pembangunan ekonomi identik dengan penciptaan berbagai kesempatan kerja yang baru. Pihak yang lainnya memaknainya dengan indikasi meningkatnya pendapatan per kapita. Sementara itu pihak yang lainnya lagi memandang bahwa pembangunan ekonomi sebagai suatu proses konsumsi sumber daya yang terbatas dan berpengaruh terhadap degradasi lingkungan.

    Demikianlah masing-masing pihak memandang pembangunan ekonomi tersebut sesuai visinya yang cenderung sempit dan terbatas. Sebenarnya pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang dapat menyebabkan peningkatan kapasitas dan kesejahteraan penduduk secara berkesinambungan. Dengan definisi ini, pembangunan tidak hanya meningkatkan akses terhadap lapangan pekerjaan, tetapi juga mampu menciptakan akses terhadap lapangan pekerjaan yang baik. Sehingga hal ini

  • 43Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi

    akan mendukung peningkatan standar kehidupan bagi seluruh penduduk secara langgeng.38

    Apabila pengertian tersebut digabungkan dengan pengertian-pengertian yang telah diuraikan pada halaman terdahulu, maka dapatlah dipetik makna bahwa dalam pembangunan ekonomi terkandung aspek-aspek sebagai berikut ;

    1. Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi penerapan teknologi baru dalam rangka mengentaskan ekonomi yang berbasis pertanian menjadi ekonomi industry,

    2. Upaya peningkatan berbagai standar dalam kehidupan,3. Proses peningkatan kesejahteraan ekonomi, politik dan

    sosial berikut dengan sistem pengawasannya, 4. Pengukuran keberhasilan pembangunan ekonomi

    berdasarkan pencapaian kondisi dan kualitas tertentu atas lingkungan,

    5. Peningkatan kesempatan kerja,6. Peningkatan pendapatan masyarakat,7. Mitigasi kemiskinan,8. Peningkatan efisiensi,9. Berkesinambungan.

    Dalam proses pembangunan ekonomi berbagai pemikiran dan langkah yang dirancang serta dilakukan berkisar pada upaya-upaya untuk peningkatan kesejahteraan antara lain melalui pembukaan kesempatan berekonomi seluas-luasnya. Semuanya pada akhirnya bermuara pada mitigasi kemiskinan. Oleh karena itu dapat dikemukakan pembangunan ekonomi sesungguhnya merupakan proses dalam rangka peningkatan berkesinambungan. 38. Sonny Harry B. Harmadi, 2016. Pengantar Ekonomi Makro. Penerbit Univerditas Terbuka, Jakarta. Hal. 1.33

  • 44 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi

    Sudah merupakan dalil dalam ilmu ekonomi bahwa pelaksanaan setiap kegiatan ekonomi beranjak dari yang dinamakan dengan kelangkaan (scarcity). Suatu sumber untuk suatu saat tertentu memang tersedia secara melimpah, akan tetapi hal ini tidak mengandung pengertian bahwa sumber tersebut bersifat tidak terbatas. Setiap sumber tidak dapat melepaskan diri dari keterbatasan. Oleh karena demikian ditekanlah aspek berkesinambungan dalam pembangunan ekonomi.

    Anggaran pembangunan memang dapat dicantumkan secara terus-menerus bahkan dengan jumlah yang cenderung semakin meningkat. Akan tetapi dalam kaitannya dengan pembangunan berkesinambungan (sustainable development), pelaksanaan pembangunan sama sekali tidak dapat diartikan bahwa pembangunan itu boleh berjalan terus seperti tanah longsor atau banjir yang melabrak apa pun. Pembangunan berkesinambungan tidak tunduk pada jargon the show must go on.

    Sumber yang dikutip terakhir tadi39 Penekanan pada aspek berkesinambungan pada dasarnya mengandung pengertian bahwa pendayagunaan sumber harus dilakukan secara bijaksana. Perlu memperhatikan bahwa definisi berkesinambungan (sustainable) pada dasar mengarahkan agar pemanfaatan sumber daya saat ini tidak mengorbankan kualitas hidup jangka panjang.

    Secara ekonomi alur dalam proses pembangunan berkesinambungan pada intinya dijelaskan dengan menampilkan Bagan The Circle of Prosperity. Oleh karena penjelasan secara detail kiranya dapat lebih dipahami dengan menyimak bagan tersebut.

    39. Ibid.hal. 1.34

  • 45Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi

    The Circle of Prosperity

    - akses terhadap pendidikan dan kesehatan berkualitas- perumahan yang layak- lingkungan yang bersih- peningkatan kapasitas komunitas

    - tenaga kerja dengan ketrampilan tinggi- pertumbuhan industri- peningkatan upah- penurunan angka kemiskinan

    Pendapatan masyarakat

    Akan

    men

    ghas

    ilkan Diinvestasikan

    dalam bentuk

    Akan meningkatkan

    Menurut Brundtland Commission40 (World Commission on Environment and Development yang diketuai oleh Ny. Gro Harlem Brundtland pada 1984. Komisi yang dipimpinnya sering disebut Brundtland Commission) yang merumuskan dan mendefinisikan konsep tersebut pada pokoknya mengemukakan prinsip pembangunan berkelanjutan adalah memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorban pemenuhan kebutuhan generasi masa depan.

    Dari perspektif tersebut atau per definisi setelah disesuaikan dengan segala kekurangan dan kelebihan masing-masing, pembangunan berkelanjutan tampak setara dengan pengertian efisiensi yang dikemukakan oleh Vilfredo Pareto, seorang ekonom dan insinyur dari Italia. Oleh karena itu pandangannya disebut

    40. Meidia Pratama, 2014. Pembangunan Berkelanjutan, Gagasan, Implementasi dan Kecenderungan Realitas Di Indonesia. Bandung Magazine, https://www.bandungmagazine.com

  • 46 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi

    dengan Pareto’s Efficiency. Vilfredo Pareto pada intinya mendefinisikan efisiensi …. as the economic situation when the circumstances of one individual cannot be made better without makin situation worse for another individual. Pareto’s Efficiency takes places when the resources are most optimally used.41

    Penekanan pada faktor efisiensi menyebabkan pembangunan ekonomi menjadi tidak mudah pelaksanaan kendati pun modal finansial tersedia tanpa batas. Sepanjang tidak memenuhi kriteria efisiensi maka pelaksanaan pembangunan dikatakan masih jauh dari berhasil. Efisiensi yang sesungguhnya merupakan konsep engineering, dewasa ini telah menjadi salah satu indikator keberhasilan pembangunan ekonomi.

    Dalam format yang lebih lengkap indikator berkenaan dengan keberhasilan pembangunan tersebut adalah sebagai berikut ;

    a. Peningkatan kesempatan kerja yang memiliki etika kerja yang baik;

    b. Stabilitas harga barang dan jasa sebagai akibat adanya mekanisme pasar yang baik;

    c. Tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tanpa merugikan kesempatan pertumbuhan di masa mendatang ;

    d. Pencapaian kualitas hidup yang lebih baik (pendidikan, kesehatan);

    e. Adanya akses yang baik bagi masyarakat terhadap pusat aktivitas ekonomi (major market areas);

    f. Peningkatan pemanfaatan teknologi dalam proses produksi;42

    41. Definitions of Pareto’s Efficiency, https://economictimes.indiatimes.com 42. Sonny Harry B. Harmadi. Op.cit. hal. 1.34

  • 47Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi

    Khusus terhadap indikator yang disebutkan terakhir (Peningkatan pemanfaatan teknologi dalam proses produksi) perlu diberikan sedikit catatan bahwa dalam rangka peningkatan produksi yang efisien memang sangat tepat apabila diterapkan teknologi-teknologi yang menghasilkan efisiensi. Namun demikian akan lebih efisien lagi sekiranya teknologi yang dimaksudkan itu merupakan hasil karya dan milik putra bangsa sendiri.

    Rangkaian peraturan perundang-undangan di bidang hak milik perindustrian (industrial property rights) yang telah diundangkan lengkap dengan perubahan-perubahannya yang telah dilakukan dengan gencar, idealnya lebih berorientasi pada tujuan meningkatkan inisiatif masyarakat untuk berkreasi menghasilkan invensi yang dapat diberikan paten, hak atas merek, hak atas rancangan sirkuit terpadu, hak atas desain industri.

    Sebaliknya apabila idealisasi tersebut tidak terpenuhi maka perekonomian nasional telah terjebak dalam suatu hubungan hukum milik perindustrian yang berat sebelah. Celakanya timbangan menunjukkan berat lebih ke arah perlindungan hukum terhadap para pemilik intellectual property rights yang secara kebetulan dewasa ini mereka adalah para inventor dari berbagai Negara asing.

    Lebih celaka lagi apabila terjerumus membeli dan membayar royalty untuk paten-paten yang sudah berstatus sebagai public domain atau terjebak dalam pola hubungan hukum milik perindustrian dalam bentuk yang disebut dengan pemberian paten dengan pembatasan area pemasaran (restricted paten area).43 Dengan pola tersebut penerima lisensi paten di suatu Negara dapat mendayagunakan paten tersebut

    43. H.S. Kartadjoemena, 1977. Perusahaan Multinasional Dan Beberapa Catatan Dari Segi Profesi Hukum. Makalah Seminar. Pusat Studi Hukum dan Ekonomi FH UI, Jakarta. Hal. 18.

  • 48 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi

    sama seperti yang dilakukan oleh pemilik paten atau pemberi lisensi, akan tetapi tidak dapat menjual produk yang dihasilkan dari paten tadi ke Negara lain.

    Pembangunan ekonomi pada dasarnya memiliki tiga tujuan dasar yang hendak dicapai, yaitu mengurangi kemiskinan, mengatasi pengangguran, dan pemerataan pendapatan.44 Dari uraian ini dapat dikemukakan, mengurangi kemiskinan merupakan tujuan pokok dan utama, sedangkan mengatasi pengangguran dan menciptakan pemerataan merupakan strategi untuk mewujudkan tujuan pokok.

    Pandangan tersebut juga menampakkan hubungan antara tujuan dengan apa yang harus dilakukan, alat dan strategi apa yang harus dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah dicanangkan. Dari hubungan yang digambarkan itu tampak pula bahwa sesungguhnya tujuan menentukan peranan. Menurut Soerjono Soekanto45, peranan merupakan aspek dinamis dari kedudukan atau status. Peranan adalah perilaku yang diharapkan oleh pihak lain dalam melakukan hak dan kewajiban sesuai dengan status yang dimilikinya.

    Perilaku yang diharapkan dari hukum dalam pembangunan ekonomi ditentukan oleh tujuan pembangunan ekonomi itu sendiri. Demikianlah strategi yang dipergunakan untuk menentukan keluasan cakupan peranan hukum dalam pembangunan ekonomi. Ruang lingkup peranan hukum tersebut berbanding sejajar dengan tujuan pembangunan ekonomi.

    Hanya saja yang sudah menjadi jelas, rupanya sudah dapat diprediksi bahwa nanti tidak akan ada undang-undang pemberantasan kemiskinan kendati pun ini merupakan tujuan utama. Berkenaan dengan tujuan tersebut dapatlah diterima apabila yang dikaryakan itu adalah aturan-aturan hukum

    44. Sonny Harry B. Harmadi. Loc.cit. hal. 1.34 45. Soerjono Soekanto, 2012, Sosiologi Suatu Pengantar.

  • 49Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi

    yang berhubungan dengan peningkatan lapangan kerja dan kesempatan berusaha. Semuanya merupakan legal device dalam rangka mitigasi kemiskinan.

    Sesungguhnya terma peranan merupakan konsep yang sangat melekat dengan kata kerja dan kata kerja itu sendiri melekat dengan subyek hukum baik orang maupun badan hukum. Sementara itu tujuan pembangunan ekonomi tidaklah dapat dilepaskan kaitannya dengan eksistensi hukum hukum sebagai sarana atau alat (legal device). Implementasi hukum dalam kedudukan seperti itu dipahamkan sebagai konsep fungsi hukum.

    Dengan demikian secara garisnya sudah dapat dikemukakan bahwa ruang lingkup materi pengajaran peranan hukum dalam pembangunan ekonomi meliputi fungsi-fungsi hukum dan sudah tentu peranan hukum itu sendiri dalam pembangunan tersebut. Fungsi hukum mencakup aspek yang paling fundamental yaitu mengatur, sementara peranan hukumnya diimplementasikan denga