peranan guru pendidikan agama islam...
TRANSCRIPT
PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DALAM MENANGKAL BAHAYA TERORISME
(Studi di SMA Negeri 9 Tangerang Selatan)
Skripsi
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh
Tahsis Alam Robithoh
NIM : 109011000214
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013
iii
ABSTRAKSI
Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menangkal Bahaya
Terorisme (Studi di SMA Negeri 9 Tangerang Selatan)
Kata kunci: Peranan Guru Agama Islam, Bahaya Terorisme
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui Peranan Guru Pendidikan Agama
Islam dalm Menangkal Bahaya Terorisme di SMA Negeri 9 Tangerang Selatan
Dalam Penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Data
yang diperoleh dari hasil wawancara guru pendidikan agama Islam, siswa, dan
dokumen-dokumen yang didapat dari tata usaha.
Dari hasil yang diperoleh dari penelitian di lapangan tentang peranan guru
pendidikan agama Islam dalam menangkal bahaya terorisme. Guru sebagai
pengajar, guru sebagai pembimbing, dan guru sebagai pengawas, hasil dari
sekolah adalah: (1) guru dalam melakukan pengajaran sudah efektif, (2) guru
dalam melakukan bimbingan sudah efektif, (3) gruru dalam melakukan
pengawasan sudah efektif. Maka dengan ini peranan guru pendidikan agama
Islam di SMA Negeri 9 Tangerang Selatan mampu menjalankan peranannya
dengan baik dalam menangkal bahaya terorisme.
Tahsis Alam Robithoh
109011000214
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan taufik, hidayah, dan
karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM
MENANGKAL BAHAYA TERORISME (Studi di SMA Negeri 9 Tangerang
Selatan)” Sholawat teriring salam tercurah limpahkan kepada Nabi akhir zaman
yaitu Nabi Muhammad SAW yang tidak pernah lelah memperjuangkan
pendidikan agama Islam. Semoga kita senantiasa dapat istiqomah dalam
memperjuangan pendidikan agama Islam yang telah di warisi oleh beliau Nabi
Muhammad SAW.
Dalam hal ini penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi tentunya
banyak pihak yang mensuport, menginsparisi, dan memotivasi sampai skripsi ini
selesai dengan baik. Untuk itu penulis ucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Prof. Dr. Rif’at Syauqi, MA
2. Ketua Program Studi Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Bahrissalim, MA.
3. Sekretaris Program Studi Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Drs. H. Sapiudin Shidiq, MA.
4. Dr. Ahmad Shodiq, MA. Pembimbing skripsi yang telah banyak
meluangkan waktu, tenaga, dan Ilmu yang bermanfaat.
5. Drs. Masan AF, MA. Dosen Penasehat Akademik yang telah membantu
penulis dalam urusan-urusan akademis.
6. Bapak/Ibu dosen Program Studi Pendidikan Agama Islam yang Ilmunya
dapat penulis serap dan semoga dapat menjadi bekal dan bermanfaat di
dunia mauapun di akhirat.
v
7. Kedua orang tua penulis, Abah dan Umi yang selalu mendoakan dan
memberikan penulis rasa kasih sayang yang tak terhingga dari dalam
kandungan hingga sekarang ini.
8. Kaka-kaka kandung penulis yang juga selalu mensuport
9. Robiatul Adawiyyah teman yang selalu memberikan motivasi dan
semangad.
10. Teman-teman PAI angakatan 2008, semoga kalian menjadi Sarjana
Pendidikan Agama Islam yang sukses dunia maupun akhirat.
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ............................. i
PERNYATAAN KARYA SENDIRI .......................................... ii
ABSTRAK .................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................. iv
DAFTAR ISI ................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................ 8
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ..................................... 9
1. Pembatasan Masalah ........................................................ 9
2. Perumusan Masalah .......................................................... 9
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 9
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Terorisme ................................................................................. 10
1. Pengertian Terorisme ........................................................ 10
2. Karakteristik Terorisme .................................................... 13
3. Radikalisme Sebagai Akar Terorisme ............................... 17
4. Pandangan Islam Tentang Terorisme ................................ 19
a. Terorisme Dalam Perspektif Islam .............................. 19
b. Jihad ............................................................................. 22
c. Perbedaan Jihad dan Terorisme ................................... 25
vii
B. Menangkal Bahaya Terorisme ................................................. 26
1. Bahaya Terorisme ............................................................. 26
2. Strategi Menangkal Bahaya Terorisme ............................. 28
3. Peranan Guru PAI dalam Menangkal Bahaya Terorisme . 29
a. Tujuan Pendidikan Agama Islam................................. 30
b. Fungsi Guru Pendidikan Agama Islam ........................ 32
C. Kerangka Berfikir .................................................................... 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 38
B. Metode Penelitian Jenis dan Sumber Data .............................. 39
C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling .................................. 39
D. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 40
E. Instrumen Pengumpulan Data ................................................. 41
F. Teknik Pengolahan Dan Analisis Data .................................... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMA Negeri 9 Tangerang Selatan ............. 45
1. Lokasi Penelitian ............................................................... 45
2. Sejarah Singkat SMAN 9 Tangerang Selatan ................... 45
3. Visi dan Misi SMAN 9 Tangerang Selatan ...................... 47
4. Keadaan Guru dan Siswa .................................................. 48
5. Fasilitas Sekolah ............................................................... 49
6. Kurikulum Sekolah ........................................................... 50
7. Keunggulan dan Prestasi SMAN 9 Tangerang Selatan..... 55
B. Deskripsi Data ......................................................................... 56
C. Analisa dan Interpretasi Data .................................................. 73
viii
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 77
B. Saran ........................................................................................ 78
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 81
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Terorisme di Indonesia sekarang ini makin marak terjadi. pengeboman,
penembakan, ancaman, penindasan, sampai perekrutan untuk menjadi anggota
teroris sudah terjadi, hal ini membuat sebagian besar masayarakat resah,
bimbang, dan takut atas tindakan yang dilakukan teroris.
Tindakan terorisme ini sangat merugikan, karena tindakan tersebut menjadi
suatu gerakan radikal yang dapat melumpuhkan agama dan pendidikan bahkan
negara sekalipun. tua dan muda, dewasa maupun anak kecil, itu semua akan
terseret dampak kejahatan terorisme yang tidak pandang bulu. terorisme dalam
aksinya itu seakan-akan berjuang untuk menegakan agama dan negara, akan tetapi
sebetulnya aksi terorisme menjadi kambing hitam umat Islam yang mengatas
namakan Jihad yakni (berjuang dijalan Allah SWT), akan tetapi golongan ini
dalam tindakanya sangat merugikan banyak pihak terkait, entah itu agamanya
sendiri maupun agama orang lain, entah itu negaranya sendiri maupun negara
orang lain, itu dihancurkan dengan tindaka-tindakan yang tidak beradab dan
manusiawi.
2
Seluruh dunia tau bahwa tindakan terorisme itu tidak terpuji, boleh jadi
terorisme merupakan masalah besar bagi umat manusia, persoalan ini tidak cukup
diselesaikan dalam lingkup hukum pemerintah karena tindakan terorisme ini
merupakan tindakan yang melampaui batas-batas kemanusiaan, berlebihan dalam
bertindak dan menyimpang dari syariat Islam. Setiap aksi terorisme disertai oleh
alasan yang kuat, sebab aksi ini disertai dengan pengorbanan materi dan nyawa.
Jadi, mustahil bila aksi ini hanya iseng-iseng semata.
Terorisme menggunakan ancaman atau kekerasan terencana yang dilakukan
individu atau kelompok sub-Nasional yang bertujuan politik atau melalui sosial
melalui intimidasi terhadap sejumlah masyarakat selain korban langsung.1 Hal ini
menunjukan bahwa tindakan terorisme ini sangat berbahaya, kita tidak tahu kapan
terjadinya tindakan terorisme ini dan kitapun tidak tahu apakah pemuda-pemuda
disekeliling kita ternyata teroris, kita tidak tahu apakah disekolahpun dapat di
masuki oleh jaringan-jaringan terorisme yang mengincar siswa, merekrut hingga
menjadi anggota. Jangan sampai pelajar kita yang bakalan menjadi penerus
bangsa terseret oleh kelompok teroris.
Terdapat dua alasan utama yang mendasari munculnya aksi terorisme.
Pertama, dorongan ideologi. Maka berwujud pada kebencian terhadap pihak yang
menindas kelompok mereka, serta pihak-pihak yang menghalangi usaha mereka
untuk mencapai tujuan, sehingga nyawapun rela dikorbankan guna mencapai
tujuan yang diinginkan.
Parahnya, gerakan ini bukan hanya berskala nasional, tapi sudah berskala
internasional. Misalnya, kebencian Usama Bin Laden, yang mengaku mewakili
umat Islam, terhadap Amerika Serikat (AS) mendorongnya untuk
mengumandangkan perang bagi apapun dan siapapun yang berbau AS.
Perang ini dilancarkan ke seluruh dunia melalui jaringan-jaringan yang
tersebar di sejumlah negara. Bila demikian halnya, maka tugas pemerintah adalah
memperketat keamanan, terutama yang menyangkut sasaran aksi terorisme ini.
1 Sukawarsini Djelantik, Terorisme Tinjauan Psiko-Politis Kemiskinan, dan Keamanan
Nasional, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2010), h. 183
3
Selain dorongan ideologi, aksi terorisme dapat pula terjadi karena alasan
ekonomi. Tekanan ekonomi yang dialami oleh teroris, terutama bagi orang yang
melakukan bom bunuh diri, bisa menjadi latar belakang dipilihnya jalan untuk
mengakhiri hidup. Mengetahui bahwa modus operandi dari aksi-aksi terorisme
adalah bom bunuh diri. Orang-orang yang melakukan aksi bom bunuh diri,
terlebih dahulu didoktrin dengan ajaran-ajaran yang membenarkan aksi tersebut.
Peranan orang yang melakukan bom bunuh diri ini sangatlah penting, sebab
merekalah yang berkorban paling besar. Bila jaringan ini tidak bisa merekrut
orang-orang yang bersedia melakukan aksi tersebut, niscaya eksistensinya akan
lenyap. Namun, alasan ekonomi ini tidak selalu berbentuk tekanan yang dialami
oleh pelaku, terutama yang melakukan bunuh diri, melainkan dapat pula berupa
kesedihan.2
Perlu kita cermati bahwa para pelaku tindakan kekerasan ini sebetulnya
mengatas namakan Jihad dalam tindakannya itu, yang sebetulnya sasaran
utamanya adalah orang no-Muslim, akan tetapi bukan hanya orang-orang non-
Muslim yang menjadi musuh besar bagi para teroris tetapi dampaknyapun pada
orang muslim yang tak bersalah yang tidak terkait dengan target para teror, ini
yang selalu menjadi bahan pertanyaan bagi umat Islam, apakah Islam
mengajarkan hal tersebut, dan apakah Jihad perlu di negara yang mayoritas Islam
ini.
Akan tetapi jihad-jihad yang berkembang di Indonesia sebagian besar sangat
merugikan negara, dengan adanya bom bali, bukan warga negara asing saja yang
tewas akan tetapi warga negara Indonesia pun banyak yang tewas bahkan umat
Islam yang tidak bersalahpun ikut terkena dampaknya, Dan negara Indonesia bisa
jadi terkena dampak koreksi bagi negara lain bahkan bisa jadi Indonesia dikecam
sebagai gudangnya teroris, ini merupakan masalah besar bagi negara dan umat
Islam karena teroris bukanlah organisasi kecil tetapi organisasi yang berkembang
luas tidak hanya satu di Indonesia mereka terus berkembang walau ada yang
2 http://randikurniawan.blogspot.com/2009/08/meminimalisasi-potensi terorisme.html,
diakses tgl 28 Desember 2011, Pukul 22:53.
4
tertangkap bahkan ada yang dihukum mati, tetapi itu semua bukan masalah besar
bagi para teroris.
Ibarat tanaman, terorisme di Indonesia telah menjelma sebagai tanaman yang
tumbuh subur. Patah tumbuh, hilang berganti. Setelah Dr. Azhari tertembak mati,
masih ada Noordin M. Top. Setelah Noordin M. Top tewas dalam baku tembak di
solo, dan masih ada “pengantin-pengantin” (calon pelaku bom bunuh diri) lain
yang masih menghirup udara segar, tidak ada jaminan langkah mereka akan
berhenti. Sebab itu, semua pihak menghimbau agar pemerintah dan masyarakat
tidak lengah dengan tumbuh suburnya terorisme. Terorisme bukan persoalan
pelaku. Terorisme lebih terkait pada keyakinan teologis. Artinya pelakukan bisa
ditangkap, bahkan dibunuh, tetapi keyakinannya tidak mudah untuk ditaklukan.
Sejarah membuktikan, usia keyakinan tersebut seumur usia agama itu sendiri.
Pada zaman Nabi Muhammad ada kelompok-kelompok yang taat beribadah, tapi
gemar malaksanakan aksi kekerasan, seperti yang dilakukan kalangan khawarij.3
Dengan ini para pendidik Islam perlu menyadari betapa pentingnya
pemahaman agama Islam dikemukakan dengan jelas dan rasional kepada peserta
didik, khususnya dalam bidang akidah agar kepercayaan mereka terhadap bahaya
teroris ini dapat mereka pahamai sehingga siswa tidak mudah untuk terdoktrin
oleh organisai teroris dan juga dapat mencegah apabila di sekeliling mereka ada
teroris.
Ini terbukti bahwa agama Islamlah yang menjadi kambing hitam, terorisme
dikaitkan dengan Islam yang mengatas namakan jihad sebagai akar pemikiran,
padahal Islam bukanlah agama kekerasa dan fundamentalis radikalis, islam adalah
agama rahmatan lil alamin yang selalu menjaga segala yang ada di bumi ini
dengan baik bukan malah merusak, dalam peperanganpun, yang secara logis
menuntut tindakan-tindakan kekerasan terhadap lawan, Islam memberikan
batasan-batasan agar tidak terjadi perlakuan yang semena-mena, Rasulullah setiap
akan memberangkatkan pasukan muslim kesebuah pertempuran, selalu berpesan,
“Jangan membunuh anak-anak, jangan membunuh perempuan, jangan membunuh
3 Hendropriyono A.M. Terorisme Fundamentalis Kristen, Yahudi, dan Islam. ( Jakarta: PT
Kompas Media Masa, 2009) h. vii-viii
5
manula, jangan membunuh binatang, jangan merusak pepohonan (Hadis). Pesan
Rasulullah ini juga merupakan salah satu sisi rahmat yang terkandung dalam
ajaran Islam.4 Karena Islam itu mempunyai misi yang sangat penting bagi
manusia yaitu terwujudnya manusia yang sehat jasmani, rohani, dan akal pikiran,
serta memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan, akhlak yang mulia, keterampilan
hidup.5 ini semua menjadikan penulis mempunyai perhatian serius terhadap
persoalan terorisme yang makin menjadi dan menyebar luas, dikhawatirkan
pemuda-pemuda muslim yang pemahaman agamanya masih kurang, bisa jadi
direkrut untuk menjadi terorisme yang sekali lagi mengatas namakan jihad yang
mendoktrin kepada para pengikutnya yang diiming-imingi surga dan bidadari.
Selain ideologi dan ekonomi, kelompok terorispun tidak lepas dari keyakinan
berjihad, bisa jadi menurut kelompok terorisme jihad adalah satu-satunya cara
untuk dapat meyakini orang agar dapat terdoktrin untuk menjadi bagian dari
mereka. Setelah itu diperintahkan untuk mengorbankan diri dengan cara apapun.
Diantaranya yaitu bom bunuh diri. Padahal Allah SWT melarang keras untuk
melakukan bunhuh diri, seperti firmannya yang berbunyi:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan
yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah
kamu membunuh dirimu, Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu. dan Barangsiapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan
4 Muhyidin Albarobis, Islam Itu Mudah, (Jakarta: CV Artha Rivera, 2007) h. 6
5 Abudin Nata, Pendidikan dalam perspektif Al-Quran, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h.
24
6
aniaya, Maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. yang
demikian itu adalah mudah bagi Allah.6
Ayat ini merupakan penegasan untuk seseorang yang mati terbunuh karena
perbuatannya sendiri atau bunuh diri, artinya segala perbuatan yang merugikan
diri sendiri bahakan sampai membunuh diri sendiri itu sangat dilarang dan
dampaknya akan masuk neraka bukan syurga apalagi sampai ditemani bidadari.
Artinya jelas bahwa modus bom bunuh diri merupakan tindakan yang tidak sesuai
dengan syariat Islam. Senada dengan ayat di atas Nabi Muhammad bersabda:
“barang siapa yang menjatuhkan diri dari sebuah gunung lalu ia
terbunuh maka ia akan masuk neraka dalam keadaan terhemas di
dalamnya, kekal lagi mengekalkan didalamnya (HR Bukhori dan
Muslim dari al-Dhahhak)”.7
Maka hal ini menjadi pertanyaan penting bagi masyarakat awam yang
pemahaman agamanya belum cukup banyak, apa betul Islam mengajarkan hal
tersebut?, lalu spsksh guru agama Islam di sekolah pun mengajarkan ideologi
radikalis yang di canangkan oleh para teroris dengan melatar belakangi jihad
sebagai alasan untuk menjadi teroris.
Karena beberapa riset mengungkapkan, bahwa dari beberapa anggota teroris
kebanyakan usia-usia muda, sementara itu mantan instruktur biadang persenjataan
akademik militer mujahidin Afganistan, Mohammad Nasir bin Abbas
menuturkan, ideologi radikal cepat berkembang dikalangan remaja dan anak
muda, khususnya di usia SLTA.8
6 QS, An-nisa, a. 29-30
7 HR. Bukhori dan Muslim dari al-Dhahhak
8 Mohamad Nasir, Remaja Jadi Target Teroris, (Banten: Banten Pos, 2011),
(www.Bantenpos.com).
7
Maka hal ini perlu penulis garis bawahi, ternyata sebenarnya peranan guru
agama Islam di sekolah itu sangat penting dalam meningkatkan pemahaman
akidah peserta didik, agar mereka mengetahui bahwa keyakinan dalam
menjalankan syriat Islam yang benar itu seperti apa, dan bagaimana cara
menghindari pemahaman-pemahaman yang bertolak belakang terhadap ajaran
Islam. Seperti di katakan oleh uhairi misrawi (intelek muslim muda) mengatakan
“bahwa radikalisme agama di Indonesia berbahaya karena menyasar anak muda
yang wawasan keislamannya tidak mendalam serta orang miskin yang dilemahkan
oleh kekuasaan.9
Menagkal bahaya terorisme tidak dapat diselesaikan lewat hukum
pemerintah, militer, dan polisi saja akan tetapi perlu adanya peran pendidik agama
Islam sebagai pereda untuk meminimalisir calon-calon anggota terorisme yang
makin menyebar diseluruh Indonesia, karena dengan keyakinan beragamalah yang
dapat meredup seseorang untuk menjadi teroris. Dari pada itu tiga komponen ini
harus berkesinambungan untuk menjaga eksistensi negara dan khususnya menjaga
keamanan masyarakat Islam yang banyak di isukan sebagai akar jihad itu sendiri.
Tangerang salah satu kota yang pernah disusupi oleh jaringan terorisme,
tepatnya di pamulang barat, tangerang seltan, yaitu dua teroris yang bernama Abu
Jibril dan M. Iqbal sempat meledakan bom dihalaman rumah.10
Hal ini yang
menghawatirkan siswa di Tangerang Selatan terkena doktrin ideologi teroris atau
ajaran sesat yang dijadikan Ijtihad oleh pelaku teroris, bahkan sempat Abu Jibril
membrikan sumbangan buku di sebgaian Masjid di sekitar Tangerang Seltan.
Dengan latar belakang yang penulis sudah paparkan, maka penulis
berkesimpulan bahwa peranan guru PAI bukan hanya seputar mata pelajaran yang
sudah di tentukan saja, akan tetapi perlu mengkaitkan permasala-permasalahan
yang ada sekarang yang menyangkaut pemahaman akidah Islam itu sendiri,
contonya terorisme yang bahayanya dapat berdampak pada keyakinan para
pelajar.
9 Uhairi Misrawi, Radikalisme Berbahaya Karena Menyasar Anak Muda dan Kelompok
Miskin, 2008. (www.lazuardi biru.org).
10 www.Terorisme di Indonesia.com, 11 November 2013
8
Untuk mengetahui bagaiamana tindakan seorang guru PAI dalam menangkal
bahay terorisme di sekolah yang letaknya di kota Tangerang Selatan, yang
terindikasi aksi terorisme, walaupun sekolah yang diteliti tidak terindikasi
terorisme, namun perlu disadari bahwa terorisme bukan kelompok biasa tapi
penyebaran teroris bisa di man saja, karena tangerang selatan sudah terindikasi,
maka bisa jadi masih meninggalkan pemahaman jihad yang menyimpang di
segala sektor sekitar tangerang selatan, yang di hawatir bisa mempengaruhi
pemahaman orang banyak khususnya para pelajar dan anak muda lainnya, maka
dengan ini perlu adanya pencagahan sedini mungkin, menangkal bahaya terorisme
secepatnya, terutama di sekolah sekitar kota Tangerang Selatan. Dengan ini
penulis membuat judul penelitian tentang “PERANAN GURU PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM DALAM MENANGKAL BAHAYA TERORISME STUDI
DI SMA NEGERI 9 TANGERANG SELATAN”
B. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah terpapar diatas maka penulis perlu
mengidentifikasikan permasalahan penelitian ini adalah “
1. Maraknya tindakan teroris di Indonesia yang menimpa anak-anak muda
sebagai targetnya
2. Bahaya terorisme berdampak terhadap masayarakat Islam
3. Kurangnya sosialisai tentang bahaya terorisme di sekolah
4. Guru pendidikan agama Islam sangat berperan untuk dapat menangkal
bahaya terorisme
9
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Persoalan pokok yang dibatasi dalam skripsi ini adalah menjelaskan peranan
pendidikan agama Islam terhadap bahaya terorisme dapat berjalan sebagaimana
tujuan pendidikan agama islam itu sendiri.
Mengingat permasalah yang penulis ungkap itu sangat luas, yakni
bagaimana Perananan Guru Pendidikan Agama Islam dalam menangkal bahaya
Terorisme, maka penulis membatasi permasalah ini dalam lingkup umat Islam
saja.
2. Perumusan masalah
Untuk mengkaji lebih dalam lagi maka perlu adanya perumusan masalah
sebagai berikut. Bagaimana Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam
menangkal bahaya terorisme?
D. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Berdasarkan pada perumusan masalah yang sudah penulis paparkan maka
tujuan penulisan skripsi ini adalah Untuk mengkaji dan menganalis Peranan Guru
pendidikan agama Islam dalam menangkal bahaya terorisme.
Sedangkan manfaat penulisan skripsi ini yaitu :
1. Dapat memberikan kontribusi terhadap guru pendidikan agama Islam
upaya untuk anti terorisme di sekolah
2. Untuk pribadi penulis sendiri dapat mengetahui bagaimana guru
berperan terhadap persoalan pencegahan terorisme di sekolah.
3. Bermanfaat dan dapat manambah khasanah ilmu pengetahuan agama
Islam yang luas.
10
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Terorisme
1. Pengertian Terorisme
Terorisme diambil dari kata teror yang artinya mengancam, sedangkan teroris
artinya pengacau atau pelaku teror, orang yang melakukan teror, sedangkan
terorisme yaitu tindakan sekelompok teroris yang mengancam pihak terkait untuk
mencapai suatu tujuan. 1 dengan demikian dapat dipahami bahwa terorisme adalah
prilaku atau perbuatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang
yang mengancam keselamatan jiwa pihak lain guna untuk mencapai tujuan
tertentu.
Abdul Wahid menjelaskan bahwa, kata “teroris” (pelaku) (aksi) berasal dari
bahasa latin „terrere‟yang kurang lebih membuat gemetar atau menggetarkan.
Kata „teror‟ juga bisa menimbulkan kengerian. Tentu saja kengerian di hati dan
pikiran korbanya.2Kengerian ini dapat menimbulkan seseorang merasa tidak
percaya diri, hati mereka selalu waswas, ketakutan akibat disekelilingnya telah
terjadi baku hatam dan kerusakan yang dasyat, akan tetapi sebenarnya kengerian
1 Sutan Rajasa, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Karya Utama, 2012) h. 603
2 Abdul Wahid, Kejahatan Terorisme, (Jakarta: Refika Raditama, 2004), h. 22
11
ini timbul karena mereka tidak mempunyai pondasi atau kekuatan dari pihak lain,
mereka seakan-akan sendiri yang mengalami kengerian tersebut, tapi wajar,
kekerasan yang di timbulkan oleh para pelaku teror memang sangat keras apabila
mereka sudah terlanjur melakukan perbuatan anarkis, tentu mereka yang melihat
kelakuan teoris yang begitu jahatnya timbulah rasa takut dan ngeri.
Namun hingga saat ini, definisi terorisme masih menjadi perdebatan
meskipun sudah ada ahli yang merumuskan, dan dirumuskan di dalam pereturan
perundang-undangan. Amerika serikat sendiri yang pertama kali mendeklarasikan
“perang bersama teroris” belum memberikan definisi yang gamblang dan jelas
sehingga semua orang bisa memahami makna sesungguhnya tanpa dilanda
keraguan, tidak merasa didiskriminasikan serta dimarjinalkan.
Dalam undang-undang pemberantasan korupsi tindak pidana terorisme pasal
6 ialah suatu perbuatan yang dilakukan dengan sengaja menggunakan kekerasan
atau ancaman kekerasan menimbulkan korban yang bersifat masal, dengan cara
merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa dan harta benda orang lain, atau
mengakibatka kerusakan atau kehancuran terhadap objek-objek vital yang strtegis
atau lingkungan hidup atau fasilitas internasional dan elemen para militer.3
Teror mengandung arti penggunaan kekerasan, untuk menciptakan atau
mengondisikan sebuah iklim ketakutan di dalam kelompok masyarakat yang
lebih luas, daripada hanya pada jatuhnya korban kekerasan. Dalam
perkembangannya lalu muncul suatu konsep yang memberi pengertian, bahwa
terorisme adalah cara atau teknik intimidasi dengan sasaran sistematis, demi suatu
kepentingan politik tertentu, terorisme adalah pemakaian kekuatan atau kekerasan
tidak sah melawan orang atau properti untuk mengintimidasi atau menekan suatau
pemerintahan, masyarakat sipil atau bagian-bagiannya, untuk memaksakan tujuan
sosial atau politik.4
3 op. cit, h. 38
4 Herman Sulistyo, Beyond Terrorism, ( Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2002), h. 3
12
Terorisme adalah tindakan kejahatan terhadap kemanusiaan dan peradaban
yang menimbulkan ancaman serius terhadap kedaulatan negara, bahaya terhadap
keamanan, perdamaian dunia serta merugikan kesejahteraan masyarakat.
Terorisme adalah salah satu bentuk kejahatan yang diorganisasi dengan baik (well
organized), bersifat trans-nasional dan digolongkan sebagai kejahatan luar biasa
(extra-ordinary crime) yang tidak membeda-bedakan sasaran (indikriminasi).5
Dengan adanya terorisme maka masyarakat merasa tidak aman karena cara yang
dilakukannya itu tidak membeda-bedakan mana musuh yang harus mereka habisi
mana masyarakat yang harus mereka lindungi.
Terorisme adalah faktor yang menyejarah, kemunculan dan
perkembangannya memberikan nuansa tersendiri bagi kehidupan manusia. Tidak
jarang fenomena yang menyejarah ini membuat terorisme dikaji secara akademik
karena selain memberikan sosok dan warna yang unik dengan berbagai
pendekatan keilmuan, terorisme dengan beragam karakteristiknya telah menjelma
menjadi arus kekuatan baru dalam tawar menawar kepentingan.6
Sejarah mencatat pada abad ke-11 terdapat Ordo para pembunuh (Order of
the Assasins) yaitu sebuah cabang sempalan dari kaum Ismaili, sebuah sekte
Muslim. Hasan Sabah, pendiri ordo tersebut lahir di Qom, pusat syiah di
Persia utara (iran sekarang). Sabah mengambil sebuah bentuk doktrin Ismaili
ekstrim yang mendorong perampasan bebebrapa benteng di pegunungan;
benteng yang pertama, Alamut, disebut pada tahun 1090. Beberapa tahun
kemudian para pembunuh memutuskan untuk memindahkan aktivitas mereka
dari wilayah pegunungan yang terpencil kepusat kot atau kota besar. Korban
pembunuhan kota mereka yang pertama adalah menteri kepala dari sultan
Baghdad, Nazim al-Mulq, seorang muslim sunni. Tahun-tahun berikutnya
para pembunuh aktif beroperasi di Persia, Suriah, dan Pelestina. Mereka
membunuh sejumlah besar musuhnya yang kebanyakan kaum Muslim sunni.
Di samping itusasaran mereka juga kaum kristen, termasuk Count Raymond
II dari Tripoli dibunuh di Suriah, juga Marquis Conrad dari Monferrat, yang
memerintah kerajaan Jerusalem. Strategi para teroris itu yang menarik adalah
penyamaran diri mereka sebagai biksu, yang berpura-pura menjadi utusan-
utusan yang saleh, tetapi sebenarnya mereka adalah tim dengan misi bunuh
diri. Sebagai upayanya adalah keyakinan mereka akan jaminan kenikmatan
5 Ma‟ruf Amin, Himpunan Fatwa Majlis Ulama Indonesia, (Jakarta: Erlangga, 2011), h. 3
6 Aulia Rosa Nasution, Terorisme Sebagai Kejahatan Terhadap Kemanusiaan, (Jakarta:
Kencana, 2012), cet. 1, h. 1
13
Surgawi. Sejarah mencatat bahwa ternyata tidak ada dampak politik yang
berarti, sebagai hasil dari terorisme yang mereka lakukan itu.7
Pelaku teror bisa berbuat apa saja yang diinginkan, apabila mereka terancam
tindak pidana atau hukum sosial pelaku dapat menyamar sebagai apa saja yang
terpenting tidak dapat dikenali orang lain. Dengan demikian, terorisme dari dulu
sudah ada dan tindakannyapun sampai sekarang masih terjadi, seperti peledakan
bom di gedung-gedung, tempat peribadatan dll, penembakan, kekerasan,
perampasa dan ancaman. Ini semua terjadi samapai sekarang, artinya tindakan
terorisme mempunya misi yang kongkrit dalam melakukan segala hal demi
kepentingan mereka dan tidak memikirkan sesama manusia melalui sejarah inilah
kita bisa mengetahui bagaimana perjalanan terorisme dan segala tindakan yang
tidak keprimanusiaannya dari abad ke-11 hingga sekarang ini.
2. Karakteristik Terorisme
Menurut terrorism Act 2000 UK, terorisme mengandung arti sebagai
penggunaan atau ancaman tindakan dengan ciri-ciri:
a. Aksi yang melibatkan kekekrasan serius terhadap seseorang ,
kerugian berat terhadap harta benda, membahayakan kehidupan
seseorang, bukan kehidupan orang yang melakukan tindakan,
menciptakan resikoserius bagi kesehatan atau keselamatan publik
tertentu.
b. Penggunaan atau ancaman didesain untuk mempengaruhi
pemerintah atau untuk mengintimidasi publik atau bagian tertentu
dari publik.
c. Penggunaan atau ancaman dibuat dengan tujuan politik, agama,
atau ideologi
d. Pengguna atau ancaman yang masuk dalam suseksi yang
melibatkan senjata api dan bahan peledak.8
Senada dengan itu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengemukakan ciri-ciri
terorisme sebagai berikut:
7 Hendropriyono A.M. Terorisme Fundamentalis Kristen, Yahudi, dan Islam, (Jakarta: PT
Kompas Media Masa, 2009), h.57-58
8 Abdul Wahid, Dkk, Kejahatan Terorisme, (Bandung: PT Refika Aditama, 2004), h. 34
14
a. Sifatnya merusak (ifsad) dan anarkis / chaos (faudha).
b. Tujuannya untuk menciptakan rasa takut dan/atau menghancurkan
pihak lain.
c. Dilakukan tanpa aturan dan sasaran tanpa batas.9
Dengan demikian perbuatan merusak, anarkis, menciptakan rasa takut, dan
melibatkan senjata api dan bahan peledak, semua itu merupakan ciri khas pelaku
teror atau terorisme yang dilakukan tanpa aturan dan sasaran tanpa batas.
Sedangkan menurut Abdul Wahid ciri pengidentifikasi terorisme akan dapat
memeberikan pengenalan yang tunggal dan solid mengenai terorisme, agar mudah
dapat dikenal dalam konteks operasinya. Maka paling tidak ada beberapa ciri
identifikasi terorisme:
a. Apapun metode yang digunakan ia merupakan suatu bentuk penggunaan
kekekrasan (oleh suatu kelompok), untuk menekankan pemerintah
/masyarakat. Setiap langkah aksi terorisme pasti memiliki efek yang
diharapkan yaitu: usahakan untuk mengalihkan perhatian, membuat
suasana ketakutan dan kekacauan, terjadi aksi balas dendam antar
kelompok. Dan saling tuding anatara elit politik yang bertentangan
b. Spektrum motivasi yang melatarbelakangi gerakan dan aksinya memiliki
spektrum yang beragam.
c. Merupakan komunitas yang sangat spesifik dalam artian ada semacam
komunitas manusia yang terus menerus dicaci maki, ditekan atau
didorong wibawanya. 10
Senada dengan itu, Paul Wilkinson, mengemukakan ciri-ciri terorisme
sebagai berikut:
a. Terorisme epifenomenal (teror dari bawah), merupakan jenis teror
dengan ciri-ciri tak terencana, rapi, dan terjadi dalam konteks perjuangan
yang sengit
b. Terorisme revolusioner, merupakan jenis teror yang bertujuan revolusi
atau perubahan radikal atas sistem yang ada dengan ciri-ciri selalu
merupakan fenomena kelompok, struktur kepemimpinan, program,
ideologi, konspirasi.
9 http://www.erlanggashop.com/buku/ensiklopedia-islam/himpunan-fatwa-mui/493-21460, di
akses: tgl 4 januari 2014 10
Op.cit, h. 36
15
Karakteristik yang mencirikan terorisme dari bentuk tindak kekerasan
lainnya. Wilkinson mengidentifikasikan sebagai berikut:
a. Sistematis penggunakan pembunuhan, luka-luka / kerugian, atau
ancaman untuk mencapai tujuan akhir, contoh penekanan pemerintah,
kegiatan revolusioner, atau pengenalan.
b. Fokus, arah, dan tujuan terorisme adalah untuk menciptakan ketakutan,
ketidaknyamanan dan panik.
c. Terorisme tidak terpisahkan secara acak dan tidak pandang bulu.
Terorisme sengaja menyerang target warga sipil (bukan prajurit). strategi
ini menyebarkan ketakutan, karena tidak memiliki target khusus. Oleh
karena itu, tidak seorangpun akan merasa aman, dan indidisu tidak dapat
menghindar menjadi korban. Strategi terorisme diarahkan pada target-
target "lunak"
d. Terorisme menggunakan metode penghancuran liar/acak seperti bom
mobil, bom paku, dan bom ganda adalah yang paling disukai. Terorisme
tidak mengenal aturan atau kebiasaan berperang.
e. Terorisme lebih bersifat ekspresif dari kekerasan, begitupun, terorisme
membutuhkan pendengar dan media. Tanpa media, teroris merupakan
latihan yang sia-sia.
f. Tindak pidana terorisme direncanakan dengan baik dibandingkan dengan
tindak pidana yang dilakukan secara spontan oleh pelaku tindak pidana.11
Setelah dipaparkan beberapa ciri-ciri terorisme maka penulis dapat simpulkan
ciri-ciri teroris yang mendasar sebagai berikut:
a. Memakai unsur kekerasan
Dalam aksinya kelompok teroris sangat sering menggunakan
kekerasan terhadap orang yang dianggap musuh baginya.
b. Memaksa
Terorisme juga suka memaksa orang banyak untuk ikut serta
memberantas orang-orang yang dikehendakinya atau tempat-tempat yang
dikehendakinya.
c. Mengancam
Salah satu aksi yang meresahkan masyarakat sipil, para pelaku teror
juga menggunakan ancaman dalam tujuan yang akan dicapainya.
11 http://www.metro.polri.go.id/perpus/384-terorisme-masalah-definisi di akses pada
tgl: 7 januari 2013
16
d. Anarkis
Anarkisme pun menjadi karakteristik terutama dalam kelompok
terorisme, seperti halnya bom bunuh diri, mereka melakukan hal tersebut
dengan membunuh diri sendiri yang pada akhirnya berdampak terhadap
orang tidak bersalah, rumah hancur, gedung-gedung hancur, tempat
peribdatan hancur, bukan hanya bom saja yang dilakukan akan tetapi
perampoka di bank, toko, dsbg demi kepentingan kelompok tersebut.
e. Tujuannyanya mematikan lawan
Bukanlah mencegah kekafiran akan tetapi membunuh orang-orang
yang dibenci tapi sekali lagi yang terkena dampaknya orang yang tidak
tahu apa-apa.
f. Arogan dalam bertindak
Sudah dikemukakan dalam anarkisme bahwa memang aksi para
kelompok terorisme merupakan tindakan yang aroggan atau berlebihan,
menghancurkan segala aspek kehidupan manusia yang banyak
mengakibatkan kerugian besar.
g. Zalim terhadap sesama manusia
Segala tindakan, ancaman, tujuan, dan ciri-ciri yang terkandung dalam
kelompok terorisme ini sesungguhnya merupaka perbuatan zalim atau
aniaya terhdapa manusia. Maka tak sepantasnya orang-orang yang masih
mempunyai keyakinan terhadap agamanya ikut serta dalam kelompok
terorisme apapun alasanya, karena bahayanya bukan pada musuh-musuh
teroris akan tetapi banyak manusia yang tidak bersalahpun terkena
dampaknya. memakai modus jihad, sehingga agama Islam juga terkena
imbas negatif dikalangan umat beragama lainnya.
Dengan demikian terorisme mempunyai beberapa karakteristik yang sifatnya
merugikan segala aspek, terorisme merupakan tindak kekerasan yang melakukan
teror bom, di antaranya: mengebom gedung-gedung, tempat ibadah, tempat
hiburan, kedutaan dan lain sabagainya, juga melakukan ancaman, dan
merencanakan tindakan kejahatan lainya.
17
3. Radikalisme Sebagai Akar Terorisme
Radikalisme merupakan pemikiran yang keras sehingga pemikiran tersebut
membuat seseorang mencuat egoismenya dalam menjalankan ajaran Islam, rasa
kasih sayang yang seharusnya menimbulkan keadamaian bagi seluruh makhluk,
lewat pola pikir radikal malah membuat umat Islam menjadi kecaman masyarakat
terutama masyarakat yang notabene non-Muslim, sehingga Islam terkadang
dipandang agama yang keras, seperti halnya tindakan terorisme yang mengatas
namakan jihad sebagai landasan ketika ingin menyerang lawan dengan bom
bunuh diri.
Kata radikalisme diambil dari kata radikal yang artinya: besar-besaran,
menyeluruh dan keras, kokoh, tajam dalam berfikir sedangkan (radikalis) itu
berarti orang yang menginginkan perubahan yang besar dalam suatu
pemerintahan, yang dalam kata lain ini adalah penganut radikalisme, yang
merupakan suatu paham politik kenegaraan yang menghendaki adanya perubahan
dan perombakan besar sebagai jalan untuk mencapai taraf kemajuan, maka dapat
disimpulkan bahwa radikalisme adalah suatu tindakan seseorang atau kelompok
seseorang yang ingin merombak atau merubaha suatu tatanan pemerintahan yang
dia anggap tidak sepaham atau bertentangan dengan kelompok tersebut.12
Dengan demikian, radikalisme dapat dipahami sebagai paham keagamaan
yang mengacu pada fondasi agama yang sangat mendasar, fanatik keagamaanya
cukup tinggi, tidak jarang penganut paham ini menggunakan kekerasan dalam
mengaktualisasikan paham keagamaan yang dianut dan diyakininya. Kaum
radikalis menginginkan adanya perubahan atau pembaruan sosial-keagamaan
secara mendasar dengan sistem atau tata nilai baru yang diyakininya. Radikalisme
tidak saja berupa paham atau ideologi keagamaan yang bersifat wacana dan
pemikiran, pada batas-batas tertentu paham ini dapat menjelma dalam bentuk
gerakan dan aksi-aksi di lapangan.13
12 Sutan Rajasa, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Karya Utama Surabaya, 2002) h. 517
13
http://www.referensimakalah.com/2012/01/pengertian-fundamentalisme-
radikalisme_8767.html di akses: 29 desember 2013
18
Gerakan-gerakan radikalisme banyak dilihat ketika mereka melakuakan aksi-
aksi dilapangan, meneror, mengebom, menembak, membunuh yang seharusnya
itu semua tidak terjadi. Karena golongan ini tidak terlalu banyak teori dalam
bertindak, mereka menjadikan buah pemikirannya lewat aksi-aksi anarkis yang
membahayakan. Yang mengakibatkan banyak kerugian terhadap sesama umat.
Samapai mereka mendapatkan apa yang diinginkannya. Sekalipun nyawa yang
dikorbankannya.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa setiap manusia mempunyai banyak
keinginan yang menurut egoisnya harus diwujudkan, akan tetapi semuanyapun
ada aturan yang membentengi segala apa yang diinginkan, kalau memang yang
diinginkannya itu menjadi maslahat dan dapat dijadikan pelajaran yang baik tentu
boleh dan sangat dianjurkan, akan tetapi kalau yang diinginkanya itu merupakan
hal yang tidak sesuai dengan aturan-aturan yang ada tentunya tidak boleh, apalagi
sampai menentang syariat. Pada dasaranya manusia memang mempunyai hawa
nafsu yang tinggi yang perlu ekstra hati-hati dalam mengontrolnya karena apabila
tidak dikontrol dengan hati-hati maka bisa jadi hal-hal yang diinginkan akan
terjadi dan dapat merugikan diri sendiri bahkan merugikan orang lain lain halnya
apabiala hawa nafsu dapat dikontrol dengan baik maka baik pula kehidupan
manusia itu sendiri bahkan dapat bermanfaat bagi manusia lain.
Salah satu keinginan manusia yang tidak sesuai dengan syariat atau peraturan
pemerintah adalah kaum radikalisme, kaum ini memang mempunyai misi yang
sudah terorganisir yang semua anggotanya itu mempunyai keinginan yang sama
yaitu menghancurkan kaum-kaum yang berbau kebaratan.
Untuk menimalisir gerakan radikalisme bahkan menghilangkan sekaligus,
khususnya dalam dunia pendidikan setidaknya ada tiga faktor yang harus
diperhatiakn oleh semua pihak. Ketiga faktor tersebut adalah kebijakan
pemerintah, ideologi, dan geopolitik internasional. Ketiganya saling berkaitan dan
berkelindan, sehingga setiap usaha meminimalisir radikalisme dengan hanya
memfokuskan pada salah satu faktor saja niscaya akan mengalami kegagalan.
19
Langkah yang harus ditempuh adalah menekan tumbuhnya Islamisme dengan
melakukan langkah nyata mewujudkan kesejahteraan.14
Islamisasi penting dalam memahami radikalisme karena islamisasi bekorelasi
secara signufikan terhadap perilaku kekerasan keagamaan di Indonesia. Dalam
kondisi seperti ini kerinduan untuk kembali kepada Islam semakin menggelora.
Ini menunjukan bahwa kekuatan Islam sebagai ideologi alternatif tidak bisa
menafikan.
Keseriusan pemerintah untuk melakukan perbaikan diseluruh sektor, baik
terkait ekonomi, politik, sosial, budaya, keamanan maupun hukum adalah sebuah
harga mati. Keberhasilan pemerintah dalam pengelolaan negara berarti
mempersempit ruang gerak radikalisme beroperasi, dan kegagalan pemerintah
berarti menyuburkan radikalisme. Terlihat jelas bahwa pertumbuhan dan
perkembangan gerakan radikalisme di Indonesia sangat terkait dengan sejumlah
faktor yang berlaku dikalangan masyarakat Indonesia secara umum. Faktor
tersebut tidak semata-mata faktor agama, kendati agama diakui menyumbang
peran penting dalam perilaku kekerasan keagamaan, namun ia menjadi suatu yang
tidakberguna tanpa dukungan dari faktor-faktor lainnya.15
4. Pandangan Islam Tentang Terorisme
a. Terorisme Dalam Perspektif Islam
Sebagaian orang pada masa sekarang ini telah melakukan beberapa tindakan
anarkis dan teror di berbagai tempat. Mereka mengklaim bahwa tindakan tersebut
merupakan bagian dari jihad.16
Dalam Islam tidak ada istilah terorisme, meskipun para teroris yang
berkembang saat ini menggunakan indikasi jihad sebagai ijtihad untuk
membunuh, membrantas, meneror, mengancam, dan lain sebagainya yang
15 Akhmad Elang Muttaqin, Kajian Islam Kontemporer, (Jakarta: Erlangga Husada. Dkk,
2007), Cet. 1, h. 19-22
16 Ali Mustafa yaqub, Ijtihad Terorisme dan Liberalisme, (jakarta: Pustaka Firdaus, 2012), h.
46
20
kaitannya dapat merugikan orang-orang yang tidak bersalah dan menimbulkan
kerusakan yang tidak perlu di rusak dalam hal ini al-Qur‟an menegaskan:
Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan
Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh
atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik,
atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). yang demikian itu (sebagai)
suatu penghinaan untuk mereka didunia, dan di akhirat mereka beroleh
siksaan yang besar,
Ayat di atas merupakan penegasan untuk para pelaku teror yang selalu
membuat kerusakan di muka bumi, membuat kerusakan berarti sama dengan
menentang ketentuan yang telah Allah SWT himbau lewat tersebut.
Dan Islam juga menegaskan umat Islam untuk berperang dengan jihad fi
sabililllah krena alasan yang mendesak seperti terancam jiwa, keluarga dan
agamnya. Maka boleh baginya untuk berjihad seperti apa yang telah Allah
tegaskan dalam firmannya:
21
Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena
Sesungguhnya mereka telah dianiaya. dan Sesungguhnya Allah, benar-benar
Maha Kuasa menolong mereka itu.
Ayat ini mengkaitkan perbuatan teroris yang semena-mena dalam berperang
tidak memperdulika situasi dan kondisi keadaan di sekitar, maka bukan hanya
orang non-muslim saja yang merugi tapi orang Islam pun merugi, bukan hanya
negara orang lain yang merugi namun negara sendiripun terkena imbas negatifny
Ayat tersebut pun memerintahkan suatu kelompok untuk berperang kalau
kelompok tersebut terdesak atau teraniaya yang kemungkinan besar perlu
membela diri untuk bertahan hidup, sedangkan teror yang dilakuakan teroris
merupakan langkah yang sangat keliru dari ketentuan yang berlaku, mereka
mengatakan berjihad, akan tetapi mereka melakukan perusakan, ancaman dan
menelan banyak korban tidak bersalah. Karena Islam mengharamkan tindakan
yang bersifat menakut-nakuti orang muslim lainnya dengan cara apapun, seperti
hadis nabi yang menegaskan lewat sabdanya:
Barang siapa mengacungkan senjata tajam kepada saudaranya (muslim) maka
Malaikat akan melaknatnya sehingga ia berhenti (HR. Muslim).17
Hadis di atas menunjukan tegas dan bijaksananya pemimpin umat muslim
seluruh dunia waktu itu (Nabi Muhammad SAW), bahwa sesama umat muslim
tidaklah patut untuk saling mengcungkan senjata, kalaulah hal tersebut terjadi
maka malaikat akan melaknat sehingga iya berhenti.
17 HR. Muslim
22
Dari penjelasan-penjelasan yang terpapar tentang pandangan Islam terhadap
terorisme adalah:
1) Bahwa tindakan terorisme secara fisik dan psikis merupakan tindak
pidana hirabah karena para teroris telah mengankat senjata melawan
orang banyak yang tidak jelas dan menimbulkan rasa takut di kalangan
masyarakat.
2) Islam membedakan hukum terorisme dan jihad, baik dari aspek
pengertian, tindakan yang dilakukan dan tujuan yang ingin dicapai.
3) Hukum melakukan teror secara qoth‟i adalah haram baik dengan alasan
apapun apalagi jika di negeri damai (da al-shulh) dan negara muslim
seperti Indonesia.
Sedangkan hukum melakukan jihad adalah wajib bagi yang mampu dengan
syarat:
a) Untuk membela agama dan menahan agresi musuh yang menyerang
terlebih dahulu.
b) Tujuannya untuk menjaga kemashlahatan (perbaikan), menegagkan
agama Allah dan membela hak-hak yang teraniaya.
c) Terikat dengan aturan hukum Islam, seperti musuh yang jelas, tidak
boleh membunuh orang lansia, anak-anak, dan sebagainya.
Bom bunuh diri dengan alasan apapun hukumnya haram. Hanya boleh
dilakukan jika dalam kondisi perang (harb) dengan sasaran musuh Islam yang
sudah jelas.
b. Jihad
Jihad menurut bahasa berarti “bersungguh-sungguh” atau “mengerahkan
segala kemampuan” dan menurut Istilah “perang untuk menolong Agama
Allah”atau “menyeru kepada agama yang benar, dan memerangi siapa yang
menolak seruan tersebut dengan harta dan jiwa”.18
Moenawar Khalil merumuskan
18 Ali Imron, Ali Imron Sang Pengebom, (Jakarta: Republika, 2007), h. 179
23
pengertian jihad ini sebagaibberikut: “Kata-kata jihad itu diambil dari bahasa
Arab, dari asal kata “jahd” yang artinya usaha atau “juhd”yang artinya kekuatan.
Dan arti menurut aslinya yaitu “bersungguh-sungguh mencurahkan segenap
tenaga untuk melawan musuh”. Menurut keterangan Ibnu Abbas r.a. perkataan
“jihad” itu artinya ialah “mencurahkan segenap kekuatan dan bukanlah ketakutan
untuk membela Allah terhadap cercaan orang yang mencerca dan permusuhan
orang yang memusuhi”. Dan menurut syariat perkataan jihad itu artinya:
“bersungguh-sungguh mencurahkan segenap kekuatan untuk membinasakan
orang-orang kafir, dan termasuk pula berjihad terhadap nafsu, terhadap syaitan
dan terhadap orang-orang pendurhaka”. Sedangkan Taufiq Ali Wahbah
mengajukan pengertian jihad itu adalah sebagai berikut: “jihad adalah pengerahan
segala kemampuan dan potensi dalam memerangi musuh. Dan jihad baru
dilakukan setelah timbulnya gangguan-gangguan yang dilakukan musuh terhadap
kaum muslimin.19
Jihad juga mencakup proses perjuangan ke arah pembentukan masyarakat
yang islami. Mengubah pendapat suatu masyarakat serta memulai suatu revolusi
mental dikalangan mereka melalui diskusi, pidato atau tulisan juga merupakan
salah satu bentuk jihad. Dengan merenungkan makna jihad tersebut, kiranya akan
terhujam di setiap relung dada pribadi muslim bahwa jihad berarti suatu
kesungguhan untuk mengerahkan seluruh daya dan ikhtiar.20
c. Tujuan Jihad
1) Untuk memperluas penyebaran agama Islam
Diperintahnya ajaran jihad sejak periode Mekkah, erat sekali kaitannya
dengan upaya awal Rasulullah Saw dalam menyebarkan ajaran Al-Quran yang
diterimanya, terutama ajaran yang berkenaan dengan akidah, perjuangan
rasulullah Saw menyebarkan ajaran monoteis ke tengah-tengah masyarakat
19
Abdul Qadir Djaelani, Jihad Fi Sabilillah dan Tantangan-Tantangannya, (Jakarta: CV.
Pedoman Ilmu Jaya, 1995), h. 3 20
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006),
h. 165
24
politeis mekah pada waktu itu, merupakan suatu perjuangan (jihad) besar bagi
beliau
2) Untuk menguji kesabaran
Perinatah jihad dan perintah agar bersikap sabar merupaka dua mata ajaran
yang sangat penting dalam upaya meningkatkan keimanan dan kehidupan
beragama. Kedua bentuk ajaran ini kenyataannya tidak bisa dipisahkan. Karena,
dalam melakukan jihad seseorang harus bersikap sabar, dan jihad selalu
berhadpan dengan musuh sebagai objeknya. Dan untuk menjadi orang yang sabar
seseorang juga harus berjihad dan bekerja keras menahan semua ujian dan cobaan
yang terus berdatangan silih berganti.
Ibnu katsir menegaskan, hikmah disyariatkannya ajaran jihad adalah sebagai
ujian Allah Swt terhadap hamba-Nya yang taat, yang sabar menghadapi musuh-
musuh yang ingkar, melakukan jihad, baik jihad dalam pengertian dakwah, perang
dalam pengertian lain dan apapun bentuknya memang tidak mudah dilakukan.
Karena sebagaimana digambarkan Al-Quran, jihad merupakan ujian dan cobaan.
Disamping itu, perlu pula disadari bahwa
d. Objek Jihad
1) Orang-orang kafir
Menurut khadafi umat Islam dilarang mengadakan kompromi terhadap
golongan yang tidak percaya kepada Tuhan. Golongan kafir ini harus mau
memeluk agama Islam atau berperang.21
Dalam persepsi yang dikemukakan
Khaduru ini merupakan gagasan terhadap umat Islam, agar umat Islam tidak
boleh bersatu dengan orang-orang kafir karena mereka tidak percaya dengan
Tuhan, maka hal itu sangat tagas bagi umat Islam, apabila mereka (orang
kafi) blum mau masuk agama Islam atau tidak mempercayai Tuahn maka
tidak perlu dikompromikan lagi, jalan satu-satunya adalah berperang. Hal
inipun dapat kita pahami lewat firman Allah SWT sebagai berikut:
21 Majid Khadafi, Islam Agama Perang, (Yogyakarta, Penerbit Karunia Terindah: 2004) h. 90
25
Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu[630], Maka bunuhlah orang-
orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah
mereka. Kepunglah mereka dan intailah ditempat pengintaian. jika mereka
bertaubat dan mendirikan sholat dan menunaikan zakat, Maka berilah
kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. 22
2) Orang-orang munafik
Firman Allah:
Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang
munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. tempat mereka ialah
Jahannam. dan itu adalah tempat kembali yang seburuk-buruknya. 23
Ayat ini menunjukan bahwa Allah SWT memerintahkan kepada nabi untuk
berjihad melawan orang-orang munafik yaitu orang-orang yang ingkar kepada
agama Allah.
e. Perbedaan Jihad dan Terorisme
1. Dari segi manfaat
a. Terorisme
1) Sifatnya melakuakan (Ifsad) dan anarkis/chaos (fauda)
22 QS.At-taubah, a. 5
23
QS.At-taubah, a. 73
26
2) Tujuannya untuk menciptakan rasa takut dan / menghancurkan
pihak lain
3) Dilakuakn tanpa aturan dan sasaran tanpa batas
b. Jihad
1) Sifatnya melakukan perbaikan (ishlah) sekalipun dengan cara
peperangan
2) Tujuannya menegakan agama Allah dan / atau membela hak-hak
pihak yang terdzolimi
3) Dilakukan dengan mengikuti aturan yang ditentukan oleh syariat
dengan sasaran musuh yang sudah jelas.24
2. Dari segi hukum Islam
a. Hukum melakukan teror adalah haram, baik dilakukan perorangan,
kelompok, maupun negara.
b. Sedangkan hukum melakukan jihad adalah wajib kalau dilakukan
sesui syariat Islam.
Dengan demikian sudah jelas bahwa jihad bukanlah salah satu ideologi yang
dipakai terorisme, karena jihad menurut pandangan islam tidak memakai unsur
kekersan apapun.
B. Menangkal Bahaya Terorisme
1. Bahaya Terorisme
Modus operandi dan senjata yang dipakai semakin canggih dan memiliki
daya perusak misalnya dengan korban manusi secara masal. Selain kerugian
material, aksi tersebut berdampak luas dalam berbagai aspek kehidupan politik,
ekonomi, sosial, dan keamanan, baik di tingkat nasioanal, regional maupun
internasional.25
24 Ma‟ruf Amin dkk, Himpunan Fatwa Majlis Ulama Indonesia, (Jakarta: Erlangga, 2011) h.
81
25 Ansyad Mbai, Terorisme di Tengah Arus Global Demokrasi, (Jakarta: Spectrum, 2006), h.
19
27
Terorisme memang suatu tindakan yang sangat berbahaya, karena damapak
yang dilakukan terhadap aksi terirsme ini dapat menghancurkan dan
membinasakan segalanya, pertama dirinya sendiri, kenapa diririnya sendirii,
karena dengan dia melakukan tindakan terorisme dia akan selalu mempunyai rasa
takut, takut terhadap Tuhannnya, agamanya, negaranya. Dan merasa tidak akan
tenang dalam kehidupannya, maka sebetulnya sangat rugi orang yang mau
melakukan tindakan terorisme tersebut.
Kedua dapat merugikan masayarakat, dalam tindakannya banyak sekali
masayarakat yang sangat dirugikan akibat banyak orang yang kehilangan
pekerjaannya akibat tempat yang dapat menghasilkan rezekinya di bom diteror
oleh para pelaku teroris, hilangnya nyawa orang-orang yang disayangi, anak-anak,
orang tua dan sebagainya akibat penerorran dan aksis bom bunuh dirinya, semua
itu ulah para pelaku teroris maka sangat di sayangkan sekali apabila seseorang
masih tergiur dengan doktrin doktrin yang keliru yang dibuat oleh para terorisme
untuk merekrut para calon teroris.
Yang ketiga dari segi pendidikanpun sangat terancam, para calon yang
terekrut ini mayoritas remaja-remaja yang masih labil, yang dijadikan sasaran
ideologi terorisme ini, sehingga perlu sekali lembaga-lembaga pendidikan
khususunya pendidikan agama Islam agar mengantisipasi, jangan merasa aman
dengan keadaan yang masih rancu karena organisasi terorisme ini tidak akan
behenti untuk beraksi dan bisa jadi anak didik kita yang masih di bangku sekolah
terekrut atas tindakan terorisme ini, belum lagi remaja-remaja yang tidak sekolah
yang ekonominya masih sangat rendah, itupun akan menjadi makanan empuk
untuk didoktrin oleh para pelaku terorisme untuk dijadikan sasaran bom bunuh
diri.
Sudah dijelaskan bahwa terorisme adalah tindak kejahatan yang berbahaya
sekali, perlu ditekankan bahwa ancaman teror, penembakan dan lainya bisa terjadi
kapan saja dan di mana saja, karena terorisme bisa datang dengan tiba-tiba dan
sudah terencana rapih.
28
Menurut pendapat Thomas Weigend terorisme adalah kejahatan yang spesifik
(khusus) dan dapat dibedakan dari kejahatan biasa dan memiliki unsur-unsur
sebagai berikut:
1. Kelompok teroris memiliki maksud dan tujuan untuk melakukan
kejahatan yang biasa, seperti pembunuhan, pengeboman, serangan,
ancaman atau kekerasan terhadap orang lain
2. Kelompok-kelompok teroris tersebut mengancam sebuah kelompok
atau sebuah penduduk secara keseluruhan atau memaksa yang
sebagian lainnya untuk melakuakn tindakan.
3. Teroris tersebut memiliki motivasi politik atau ideologi yang
tersembunyi, misalnya untuk mengacaukan pemerintah yang ada atau
mengalahkan saingannya yang bersifat religius atau ideologi.26
2. Strategi Menagkal Bahaya Terorisme
Dengan beberapa perspektif mengenai terorisme dan bahaya yang
ditimbulkan, maka perlu adanya upaya atau strtegi untuk mencegah yaitu:
1) Upaya yuridis yang berupa pengaturan hukum harus disadari sebagai
suatu hal yang penting, karena aturan hukum, merupakan pedoman bagi
aparat penegak hukum untuk bertindak secara prposional dan
profesional. Dalam pemberantasan kejahatan terorisme diharapkan
penegak hukum konsisten sehingga tercipta ketertiban dan keadilan di
masyarakat serta terlindungnya hak-hak asasi manusia.
2) Hendaknya jangan membalas aksi teror dengan cara-cara teror yang
serupa. Jadi terorisme jangan dilawan dengan terorisme, dalam
memberantas tindak pidana terorisme, sikap menjunjung tinggi
tegaknya HAM tetap harus menjadi prioritas.
3) Diharapkan peran masyarakat. Dukungan bahkan bantuannya dalam
rangka penanganankejahatan terorisme. Negara (polri) tidak akan bisa
bekerja sendirian dalam menangani masalah terorisme.27
26 Aulia Rosa Nasution, Terorisme Sebagai Kejahatan Terhadap Kemanusiaan,..., h. 77-78
27
Aulia Rosa Nasution, Terorisme Sebagai Kejahatan Terhadap Kemanusiaan, (Jakrta:
Kencana, 2012), cet. 1, h.1
29
Senada dengan pernyataan tersebut tokoh agam dalam menangkal bahya
terorisme memegang peranan penting. Mereka memberikan pemikiran atau
pengubahan pola pikir keagamaan umat Islam. Tokoh agama dituntut agar mereka
ikut andil dalam memberikan pencerahan pemikiran kepada masyarakat tentang
bahaya terorisme sebagai kelangsungan kehidupan bangsa dan bernegara. Merka
juga harus bisa menjadi perekat di antara umat yang berbeda agama. Rendahnya
rasa tanggung jawab sosial tokoh agama dalam membangun kerukunan umat
beragama akan melahirkan gesekan-gesekan internal umat beragama. Dari situ
pula radikalisme agama muncul. Oleh sebab itu, tokoh agama mesti menjadi
perekat dan pemersatu umat beragama sehingga radikalisme agama bisa
diredam.28
Dengan demikian cara untuk menangkal bahaya terorisme. Perlu adanya
strategi yang akurat, dengan menetapkan hukuman khusus untuk pelaku teror,
melawan dengan sikap yang tenang dan dewasa tidak perlu dengan kekerasan,
sikap masyarakat yang kritis dalam menyikapi bahay terorisme dan spresiasi
kepada pihak terkait dalam menangkal bahya terorisme, dan peranan tokoh agama
atau guru pendidikan agama Islam, untuk dapat memberikan pencerahan terhadap
sikap dan radiklisme agama yang terarah kepada aksi teror.
3. Peranan Guru PAI dalam Menangkal Bahaya Terorisme
Pendidikan agama Islam memegang peranan penting untuk dapat mencegah
bahaya terorisme yang sedang marak terjadi, bahaya yang ditimbulakn para pelaku
terorisme bukan hanya terhadap Negara dan Agama akan tetapi di kalang remaja,
pemuda-pemuda Islam banyak yang terekrut gerakan terorisme, sebahagian besar
para pelaku terorisme ini adalah pemuda-pemuda Islam.
Pentingnya pendidikan Agama Islam berperan terhadap bahaya terorisme
adalah karena mereka para pendidik yang dapat memberikan pencerahan
pemikiran atau pengubahan pola pikir keagamaan umat Islam yang radikal,
28 Wawan H. Perwanto, Terorisme Undercover, (Jakarta: CMB Press, 2007), h. 226
30
peranan pendidikan agama Islam penting untuk membentengi umat Islam dari
gerakan terorisme yang berbahaya ini terutama dalam mencegah masuknya
terorisme kepada pendidikan di Sekolah-sekolah, karena tidak sedikit pemuda di
Indonesia ini terlibat kasus terorisme.29
Persoalan ini tentuny tidaklah mudah, sekali lagi bahwa tindak kejahatan
terorisme suatu keyakinan seseorang berbuat yang tujuannya untuk
mempertahankan eksistensi individual yang tidak akan berhenti apabila mereka
belum puas akan memberantas orang-orang non-Muslim, selagi masih banyak
orang no-Muslim di Indonesia maka tak terhentilah langkah terorisme ini untuk
bertindak, akan tetapi tindakannya selama ini selalu membuat masyarakat resah,
karena damapak dari aksi-alsi terorisme ini bukan hanya korban dari kalangan
oran-orang non-Muslim saja tapi orang Muslimpun terkena imbasnya.
Dampak yang timbul pada orang-orang islam itu adalah mereka yang terkena
korban terorisme kehilang harta benda, keyakinan agamanya, harapan
mesadepannya. Keseriusan dalam menangani masalah terorisme ini memang
harus dilakukan saat ini juga sebelum mereka merekrut umat islam yang tak
bersalah menjadi teroris. Kaitanya dengan pendidik Islam karena segala aksi yang
dilakukan para pelaku terorisme ini diakit-kaitkan dengan Islam yang mengatas
namakan Jihad, dan yang membuat pemikiran saya tebesat adalah pelaku
terorisme kebanyakan pemuda-pemuda Muslim, maka dari itu pendidikan Islam
perlu berperan dalam hal ini demi masa depan para pemuda-pemuda bangsa
khususnya yang masih di bangku sekolah menengah atas yang masih butuh
pemahaman agama yang dalam dengan ini maka guru PAI haru mempunyai
tujuan dan fungsi untuk mengoptimalkan peranananya sebagai guru PAI:
a. Tujuan Pendidikan Agama Islam di SMA
Dalam kurikulum 1994 disebutkan bahwa tujuan pendidikan agama
Islam di SMA adalah meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan,
29 Wawan Purwanto, Terorisme Underrcover, (Jkarta, Cipta Mandiri Bangsa: 2007 ), h.261
31
dan pengamalan siswa dalam pengalaman siswa tentang agama Islam dan
bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,
bermasyrakat, bernegara serta untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang
yang lebih tinggi.30
Senada dengan itu lampiran Permendiknas Nomor 23 tahun 2006
tangggal 23 Mei 2006 menyatakan dalam kelompok mata pelajaran
pendidikan agama Islam untuk SMA adalah:
1) Berprilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianut sesuai dengan
tahap perkembangan remaja.
2) Menghargai keberagamaan, bangsa, suku, ras, golongan sosial
ekonomi, dan budaya dalam tatanan gelobal.
3) Berpartisipasi dalam penegakan aturan-aturan sosial.
4) Memahami hak dan kewajiban diri dan oran lain dalam pergaulan di
masyarakatt.
5) Menghargai adanya perbedaan pendapat dan berempati terhadap orang
lain.
6) Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun melalui
berbagai cara termasuk pemanfaatan teknologi informasi yang
mencerminkan harkat dan martabatnya sebagi makhluk Tuhan.
7) Menjaga kebersihan, kesehatan, dan kebugaran jasmani dalam
kehidupan sesuai denagn tuntutan agama.
8) Memanfaatkan lingkungan sebagai makhluk ciptaan Tuhan secara
bertanggung jawab.
Pendidikan agama Islam di sekolah/madrasah bertujuan untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan
pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, serta pengalaman
peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang
terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan
30 Mastuhu, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999),
cet. II, h. 84
32
bernegara, serta untuk melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi
31 dari pengertian ini dapat dijadikan sasaran yang tepat yaitu siswa di tuntut
untuk menumbuhkan rasa iman dan takwa dengan jalan segala aspek ilmu
pengetahuan perlu di hayati dan dijadikan amalan baik bagi diri sendiri baik
pula untuk orang lain sehingga dapat menjadi pengalaman yang berharga bagi
di kita pribadi.
Tujuan utama dari pendidikan agama Islam adalah pembentukan akhlak
dan budi pekerti. Dengan akhlak dan budi pekerti maka seseorang dapat
menjalankan kehidupannya dengan hati-hati, sopan dan tidak merugikan diri
sendiri terlebih merugikan orang lain dan seseorang dapat mawas diri dalam
tindakannya karena manusia tidak dapat merubah kepribadiannya apabila
tidak di dasari oleh budi pekerti dan akhlak yang baik maka dari itu lewat
pendidikan Islamlah manusia dapat mengetahui baik buruknya perbuatan
itu.32
Rumusan tujuan pendidikan agama Islam ini mengandung pengertian
bahwa proses pendidikan agaman Islam yang dilalui dan dialami oleh siswa
di sekolah dimulai dari tahapan kognisi, yakni pengetahuan dan pemahaman
siswa terhadap ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam33
b. Fungsi Pendidikan Agama Islam di SMA
Menurut kamus besar bahasa Indonesia guru berarti orang yang
pekerjaannya atau profesinya mengajar34
jadi tugas yang diemban guru adalah
mengajar pada umumnya, Zakiyah Darajat mengemukakan bahwa guru
adalah pendidik profesional, karenanya secara implisit ia telah merelakan
dirinya menerima dan memikul sebagaian tanggung jawab pendidik yang
31
Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Bebasis Kompetensi, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. III, h. 134-235 32
Abdudin Nata, Pendidikan Dalam Perspektif Hadis, (Jakarta: UIN Jakarta Press 2005), h.
241 33
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja Rrosdakarya 2004), Cet.
III, h. 78-79
34 Kamus Besar Bahasa Indonesia,
33
terpikul di pundak orang tua.35
Artinya guru merupakan seseorang yang
sangat bertanggung jawab terhadap peserta didik dalam proses belajar
mengajar si sekolah, selai sebagai pengajar gurupun harus menjadi seorang
pendidik yang dapat menjadikan peserta didik bermoral dalam
kepribadiannya.
Faktor terpenting bagi seorang guru adalah kepribadiannya, kepribadian
itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina atau
malah sebaliknya yaitu menjadi penghancur bagi masa depan anak didik.36
Maka dengan itu guru perlu mempunyai sifat-sifat yang harus dimiliki yaitu:
1) Suka bekerja sama dengan demokratis
2) Penyayang
3) Menghargai kepribadian anak didik
4) Sabar
5) Memiliki pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang
bermacam-macam
6) Perawakan menyenangkan dan kelakuan yang baik
7) Adil dan tidak memihak
8) Toleran mantab dan stabil
9) Ada perhatian terhadap persoalan anak didik
10) Lincah
11) Mampu memuji perbuatan baik dan menghargai anak didik
12) Cukup dalam pengajaran
13) Mampu memimpin secara baik.37
Selain dari sifat-sifat yang harus dimiliki seorang guru, gurupun memiliki
tugas yang penting dalam dunia pendidikan, seperti dikemukakan Abudin
Nata dalam bukunya, Rasulullah SAW telah mengisyaratkan dalam hadisnya
tentang perlunya pendidik yang profesional dan bukan pendidik yang non-
35 Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 39
36
Ibid, h. 9
37 Zakiah Darajat, Kepribadian Guru, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 2005), h. 37-38
34
profesional atau pendidik yang asal-asalan. Sebagai mana sabdanya: apabila
suatu urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah
kehancurannya... (Hadis)38
Kurikulum pendidikan agama Islam untuk sekolah/madrasah berfungsi
sebagai berikut :
a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta
didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan
keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban menanamkan
keimanan dan ketakwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam
keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuh kembangkan lebih
lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan
agar keimanan dan ketakwaan tersebut dapat berkembang secara
optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.
b. Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan
hidup di dunia dan di akhirat.
c. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkunganya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan
dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam.
d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,
kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik
dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran dalam
kehidupan sehari-hari.
e. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari
lungkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan
dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia
indonesia seutuhnya.
f. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam
nyata dan nir nyata)
38 Abudin Nata, Pendidikan dalam Perspektif Hadis, (Jakarta: UIN Press, 2005), h. 215
35
g. Penyaluaran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat
khusus dibidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang
secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan
bagi orang lain.
Dalam hal ini maka sangat penting sekali sekolah memiliki guru yang ahli
dalam bidangnya khususnya dalam bidang pendidikan agama Islam, karena
pendidikan agama Islamlah yang sangat berpengaruh dalam membentuk akhlak
siswa, sedangkan pendidikan selalu mengedepankan akhlak dalam kepribadian
siswanya agar dapat menerima segala mata pelajaran dengan baik dan dapat di
implementasikan juga dengan baik dan benar. Maka dari itu pulalah guru perlu
mengetahui tujuan dan fungsi pendidikan itu untuk apa dan bagaimana caranya
untuk mengembang tumbuhkan siswanya agar menjadi siswa yang berkarakter,
yang mau peduli dengan lingkungan dan keadaan yang semakin maju ini, selain
itu gurupun perlu meminimalisir kepribadian siswanya agar tidak terjerumus
kepada aliran-aliran yang menyimpang dari kode etik pendidikan, khususnya
menyimpang dari syariat Islam itu sendiri.
Dengan demikian guru secara umum memang sangat penting dalam membina
peserta didikdi sekolah, senada dengan ituguru pendidikan agama Islam pun
mempunyai peranan untuk dapat menangkal bahaya terorisme.
36
C. Kerangka Berfikir
Terorisme adalah perlawanan atau peperangan bukan miiter melainkan
terhadap orang-orang yang tidak berdosa dan masyarakat sipil. Teror adalah
menakut-nakuti dan mengancam. Ia tidak bisa diterima oleh akal manusia dan
tidak dibenarkan oleh semua agama. Kejahatan terorisme merupakan produk
perilaku kebiadaban dan kebinatangan akibat yang ditimbulkan sangat terasa
sebagai wujud pelanggaran terhadap hak asasi manusia (HAM).39
Mengingatkan bahwa terorisme merupakan organisasi yang berbahaya,
penulis menyadari bahwa kota Tangerang sering terindikasi oleh jaringan
terorisme, katakanlah Abu Jibril dengan pengikutnya, mereka termasuk jaringan
yang sudah lama beroperasi di tangerang.
Dalam hal ini guru pendidikan Agama Islam juga perlu berperan untuk dapat
menangkal bahaya terorisme mengincar banyak remaja dan pemuda-pemuda yang
dijadikan target doktrin untuk masuk kepada terorisme, guru pendidikan di SMA
Negeri kota Tangerang Selatan mengemukakan dalam wawancaranya yaitu,
dalam menangkal bahaya terorisme di sekolah upaya yang dilakukan adalah:
1) Guru memberikan materi pelajaran dengan baik disesuaikan dengan
keadaan yang ada saat ini, mengenai jihad, toleransi, perilaku tercela.
Beribadah dengan baik sehingga siswa dapat memahami materi-materi
pelajaran agama Islam dan disesuaikan dengan fenomena yang terjadi saat
ini.
2) Guru memberikan pengetahuan terhadap pengaruh-pengaruh yang mereka
tidak mengerti tentang sesuatu di luar sekolah, salah satunya bahaya
terorisme yang marak terjadi saat ini.
3) Memonitoring siswa dengan berbagai upaya dalam kegiatan-kegiatan
sekolah, terutama kegiatan kerohanian.
39 Abdul Wahid dkk, Kejahatan Terorisme, (Bandung: PT Rafika Aditama, 2004) h. 121
37
4) Selektif dalam menerima tamu, perlu kecermatan dan ketelitian dalam
menerima tamu.
5) Memilih guru-guru ngaji dalam kegiatan ekskul kerohanian dengan
berbagai pemikiran-pemikiran dalam mengajarkan sisiwa.40
Dalam hal ini maka sangat penting sekali sekolah memiliki guru yang ahli
dalam bidang pendidikan agama Islam, karena pendidikan agama Islamlah yang
sangat berpengaruh dalam membentuk akhlak siswa, sedangkan pendidikan selalu
mengedepankan akhlak dalam kepribadian siswanya agar dapat menerima segala
mata pelajaran dengan baik dan dapat di implementasikan juga dengan baik dan
benar. Maka dari itu pulalah guru perlu mengetahui tujuan dan fungsi pendidikan
itu untuk apa dan bagaimana caranya untuk mengembang tumbuhkan siswanya
agar menjadi siswa yang berkarakter, yang mau peduli dengan lingkungann dan
keadaan yang semakin maju ini, selain itu gurupun perlu meminimalisir
kepribadian siswanya agar tidak terjerumus kepada aliran-aliran yang
menyimpang dari syriat Islam itu sendiri, dengan demikian guru dapat berperan
dalam menangkal bahaya terorisme.
40 Minah, Wawancara Guru PAI, (Tangerang: SMAN 9, 2013)
38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Peneltian ini dilaksankan di SMAN 9 Tangerang Selatan yang beralamat di
jalan Hidup Baru, Serua Indah, Ciputat, Tangerang Selatan. Adapun waktu
penelitannya berlangsung pada tanggal 3 januari 2013, dengan rincian waktu
sebagai berikut:
Tabel 3.1
Waktu Penelitian
No Tanggal Kegiatan Sumber Data
1
2
3
4
5
3 januari
8 januari
10 Januari
11 januari 2013
11 januari 2013
Persiapan Penelitian
Survei ke sekolah
Pembuatan instrumen dan
revisi instrumen
Wanwancara
Penyebaran Angket
guru pendidikan
Agama Islam
Siswa
39
6
7
Pengumpulan dokumen
Analisis data dan
penulisan laporan
penelitian
Revisi laporan penelitian
Tata usaha
B. Metode penelitian, Jenis dan Sumber data
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang
bersifat non-eksperimental, yaitu metode deskriptif. Penelitian deskriptif
(descriptive reseach) adalah “suatu metode penelitian yang ditunjukan untuk
menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini
atau saat yang lampau”1. Dalam pengambilan data penulis menggunakan dua
metode, yeng keduanya ini akan dipadukan dan dianalisis secara objektif, yaitu
(1) Pengumpulan data yang diperoleh dari menelaah buku-buku dengan library
research. Metode ini penulis gunakan dengan mencari beberapa literatur yang
terkait denga judul skripsi ini, selain itu penulis gunakan sebagai buku acuan. (2)
Metode Studi Lapangan ( field reseach), yaitu meneliti langsung untuk mencari
informasi sebanyak munkin terkait denga judul skripsi.
C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
1. Populasi
Menurut Sugiyono “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik
kesimpulannya, jadi populasi bukan hanya orang, tetapi obyek dan benda
alam lainnya.2 Suharsisni Arikunto dalam bukunya mengatakan bahwa
”populasi adalah keseluruhan subyek penelitian”.3 Dikatakan pula oleh
Ibnu Hajar bahwa “populasi adalah kelompok besar individu yang
1 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007), Cet. Ke-3, hlm. 54.
2 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, CV,
2011), Cet. Ke-XIV, h. 80
3 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2006), Cet. 13, Hal. 130.
40
mempunyai karakteristik umum yang sama”.4 Dari penjelasan diatas maka
penulis menentukan populasi dalam penelitian ini adalah Murid kelas XI
SMA Negeri 9 Tangsel dengan jumlah keseluruhan 200 murid
2. Sampel
Muhammad Subana dalam bukunya “Dasar-dasar Penelitian Ilmiah”
menjelaskan bahwa “Sampel merupakan cara mengumpulkan data dari
populasi dengan mengambil sebagian saja anggota yang dipilih dari
populasi diasumsikan (harus) mempresentasikan populasinya”.5
Pengertian ini sejalan dengan pernyataan Suharsini Arikunto yang
mengatakan bahwa “sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang
diteliti”.6 Sampel yang baik adalah yang dapat mewakili populasi secara
keseluruhan. Terkait dengan definisi di atas, dalam penelitian ini penulis
hanya menggunakan sampel sebanyak 20% murid dari 100% yang ada di
kelas XI
D. Teknik Pengumpulan Data
Adapaun teknik penelitian yang penulis gunakan untuk pengumpulan data
lapangan adalah :
a. Observasi, yaitu mengadakan pengamatan langsung kelapangan guna
mengamati peranan guru PAI dalam menangkal bahaya terorisme.
b. Angket, untuk mengumpulkan data tentang murid
c. Wawancara, yaitu pengambilan data dengan menggunakan Tanya jawab
yang ditunjukan kepada Guru PAI tentang Terorisme dan dalam
menangkal bahaynya terhadap pendidikan.
d. Dokumentasi, yaitu pengumpulan data dengan cara meneliti data-data
yang sudah didokumentasikan oleh pihak sekolah sehingga
memudahakan peneliti mendapat data-dat yang diperlukan.
4 Ibnu Hajar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan, (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 1999), Cet. II, h. 133.
5 Muhammad Subana, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), Cet.
I, hal. 115
6 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2006), Cet. 13, h. 131
41
E. Instrumen Penelitian
Agar dalam pengumpulan data lebih terarah kepada tujuan yang
hendak dicapai, maka penulis membuat kisi-kisi instrumen penelitian
sebagai berikut:
Tabel 3.2
Kisi-kisi Quisioner
Peran Pendidikan Agama Islam dalam menangkal Bahaya
Terorisme
Di SMAN 9 Tangerang Selatan
Dimensi Indikator No. Butir Soal Jumlah
Pelaksanaan Kegiatan di
Sekolah:
A. Pemahaman dan
Pengalaman siswa
tentang terorisme
bahaya, dan ciri
cirinya
B. Peran Guru
Pendidikan Agama
Islam dalam
Menangkal Bahaya
Terorisme
1. Pengajar
1. Pemahaman dan
pengalaman siswa tentang
terorisme
2. Pemahaman siswa tentang
bahaya terorisme
3. Pemahaman siswa tentang
ciri-ciri terorisme
a. Mengajarkan akhlak
tentang toleransi terhadap
sesama manusia
b. Mengajarkan siswa Agar
tidak anarkis di sekolah,
rumah, dan lingkungan
masyarakat.
c. Mengajarkan akidah Islam
tentang jihad yang benar
dan Mengajarkan makna
al-quran dengan jelas
1,2,3
4,5,6,7,8,
9,10,11,
12,13,
14
15,16,17
3
5
3
2
1
3
42
2. Pembimbing
3. Pengawas
tentang Jihad
d. mengajarkan siswa
tentang bahaya dan ciri-
ciri terorisme
a. Membimbing siswa Untuk
memahami akidah islam
tentang jihad
b. Membimbing siswa untuk
Memahami bahaya
Terorisme dan ciri-ciri
c. Membimbing prilaku
siswa untuk saling
menghargai sesama
manusia
a. Menegur aktifitas
siswa yang
tidak sesuai dengan
norma-norma agama.
b. Menegur siswa yang suka
anarkis, mengancam,
Meneror, tauran, dll.
18,19
21
21,22,23
24,25
26
27
2
1
3
2
1
1
Jumlah
2
7
43
Tabel 3.3
Kisi-kisi pedoman wawancara pada judul
Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam mengangkal Bahaya
Terorisme
Fokus penelitian Dimensi Indikator
Peranan
Pendidikan
Agama Islam
Terhadap Bahaya
Terorisme
1. Pelaksanaan analisis
kegiatan tentang bahaya
terorisme
2. Pihak yang terlibat
3. Keterlibatan guru
PAI
4. Pengawasan
5. Hasil kegiatan
a. Macam-macam kegiatan
b. Waktu pelaksanaan kegiatan
c. Latar belakang kegiatan tentang
bahaya terorisme.
a. Sekolah (Kepsek)
b. Guru PAI
a. Usaha yang dilakukan guru pai
dalam upaya pencegahan bahaya
terorisme terhadap siswa
b. Peran guru PAI terhadap bahaya
terorisme
a. Guru pendidikan agama Islam
b. Guru mata pelajaran lain
c. Siswa/teman sebaya
F. Teknik Pengelolahan dan Analisis Data
Untuk menganalisa data penulis menggunakan langkah sebagai berikut:
1. Editing, semua angket harus diteliti satu persatu tentang kelengkapan dan
kebenaran pengisian sehingga terhindar dari kekeliruan dan kesalahan.
2. Skoring, memberikan skor terhadap pertanyaan yang ada pada angket.
3. Tabulating, adalah perhitungan terhadap data yang sudah diberi skor
dengan menggunakan rumus statistik sederhana, dengan cara
44
mentabulasikan atau memindahkan jawaban responden dalam tabel
kemudian dicari prsentase untuk dianalisa dan diprosentasikan.
Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan menggunakan
teknik persentase, dengan rumus:
F = Frekuensi yang sedang dicari
N = jumlah frekuensi/banyaknya individu.
Setelah tabulasi data selesai dikerjakan, tahap selanjutnya adalah analisa
data. Untuk analisa data mengacu pada pedoman di bawah ini:
Tabel 3.4
Analisa Data
Presentase Penafsiran
100%
90%-99%
60%-89%
51%-59%
50%
40%-49%
10%-39%
1%-9%
0%
Seluruhnya
Hampir Seluruhnya
Sebagian Besar
Lebih dari setengah
Setengahnya
Hampir setengahnya
Sebagian kecil
Sedikit sekali
Tidak sama sekali
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMAN 9 Tangerang Selatan
1. Lokasi Penelitian
SMA Negeri 9 Kota Tangerang Selatan berlokasi di Jalan Hidup Baru No.31
Serua, Ciputat, sebagai SMA Model SKM-PBKL-PSB di Kota Tangerang
Selatan.
2. Sejarah Singkat Berdirinya SMA Negeri 9 Kota Tangerang Selatan
SMA Negeri 9 Kota Tangerang Selatan yang dahulunya bernama SMA
Negeri 4 Ciputat, merupakan SMA Negeri yang didirikan berdasarkan Keputusan
Bupati Tangerang, No.421/Kep.134-HUK/2006 tertanggal 26 April 2006. Sesuai
dengan Peraturan Wali Kota Tangerang Selatan No. 10 Tahun 2009 tertanggal 25
Mei 2009 tentang Perubahan Nama Sekolah pada Jenjang Pendidikan Sekolah
Dasar Negeri (SDN), Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN), dan Sekolah
Menengah Atas Negeri (SMAN), dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMKN)
dilingkungan Pemerintah Kota Tangerang Selatan. Maka SMA Negeri 4 Ciputat
berubah menjadi SMA Negeri 9 Kota Tangerang Selatan yang berlokasi di Jl.
Hidup Baru No. 31 Serua – Ciputat Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten.
46
SMA Negeri 9 Kota Tangerang Selatan sebelum menjadi SMA Model SKM-
PBKL-PSB di Kota Tangerang Selatan, berstatus sebagai salah satu dari empat
sekolah baru yang berdiri pada tahun 2006, untuk menjadi sekolah yang dikenal
dan dapat bersaing dengan sekolah lama di Kota Tangerang Selatan, SMA Negeri
9 Kota Tangerang Selatan melakukan berbagai inovasi pembelajaran antara lain :
a. Sebagai sekolah pertama yang menyelenggarakan Layanan Khusus
SLS (Student Learning Service) dalam bentuk individu dan
kelompok.
b. Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-nilai Moral dan Ahlak Mulia dan
sebagai penggagas sekolah berpendidikan karakter melalui training
ESQ di lingkungan Tangerang Selatan.
c. Moving Class.
d. Melaksanakan program Agro Sains Garden sebagai implementasi
Program SBLH.
Pada tahun 2009, SMA Negeri 9 Kota Tangerang Selatan terakreditasi “A”
(Unggul) dengan jumlah nilai 95,26 sesuai dengan SK Badan Akreditasi Nasional
Nomor : 10 / BAP-S/M-SK/X/2009 dan Piagam Akreditasi dengan Nomor :
28.00.SMA/MA.045.09. Kemudian di tahun 2010 SMA Negeri 9 Kota Tangerang
Selatan diverifikasi oleh Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah Kementerian Pendidikan Nasional SMA Negeri 9 Kota Tangerang
Selatan ditetapkan sebagai SMA Model SKM-PBKL-PSB dari 132 sekolah di
seluruh Indonesia dengan penyelenggara Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal
(PBKL) sesuai dengan SK Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengan Kementerian Pendidikan Nasional Nomor : 961/C.C4/LK/2010, dan di
tahun 2011 SMA Negeri 9 Kota Tangerang Selatan diresmikan oleh Walikota
Tangerang Selatan sebagai Sekolah Berbudaya Lingkungan Hidup (SBLH) di
Kota Tangerang Selatan.
47
3. Visi, Misi, Tujuan SMA Negeri 9 Kota Tangerang Selatan
a. Visi
Mewujudkan Insan yang berkarakter Positif, Kreatif, Inovatif, dan
menguasai IPTEK yang berbudaya lingkungan, serta bangga sebagai
Bangsa Indonesia.
b. Misi
1) Menumbuh kembangkan kultur positif berlandaskan IMTAK.
2) Membudayakan sikap kreatif, inovatif, menguasai IPTEK, dan
peduli lingkungan.
3) Mewujudkan Life-skill peserta didik dengan memberdayakan
Multiple-Intelegence.
4) Memanfaatkan Lingkungan dan Information Communication
Technology (ICT) sebagai Media Pembelajaran.
5) Menjadikan peserta didik sebagai bagian dari komunitas global
yang mampu bekerjasama secara individu maupun kelompok.
c. Tujuan
1) Menghasilkan insan cerdas, insan kamil dan paripurna serta
meningkatkan kuantitas lulusan yang diterima di PTN setiap
tahun.
2) Menjadikan sekolah sebagai tempat pembentukan karakter dan
penyadaran berbudaya lingkungan hidup.
3) Memiliki kurikulum diversifikasi yang mengedepankan nilai-nilai
budaya karakter dan lingkungan serta berbasis ICT.
4) Mewujudkan life skill peserta didik dengan memberdayakan
multiple-intelligence melalui proses pembelajaran yang bersifat
kontekstual.
5) Memiliki pemahaman tentang pendidikan sebagai profesi dalam
melaksanakan kerangka moral, legal dan etika bekerja yang
berkaitan dengan profesi pendidik.
48
6) Warga sekolah memiliki kemampuan ICT, dan berkomunikasi
dalam bahasa Inggris secara aktif.
7) Memiliki sistem informasi sekolah berbasis ICT.
8) Memiliki struktur organisasi yang dinamis, efektif dan efisien
sesuai dengan visi dan misi sekolah dalam mendukung
keberhasilan pembelajaran peserta didik.
9) Memiliki sarana dan prasarana pendidikan sesuai standar nasional
pendidikan.
10) Memperoleh prestasi dalam keikutsertaan bidang olahraga, seni
dan sains tingkat kota dan provinsi.
4. Keadaan Guru dan Siswa
a. Data Guru
Guru atau tenaga pendidikan adalah anggota masyarakat uang
mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan
pendidikan.1
SMA Negeri 9 Kota Tangerang Selatan memiliki 54 tenaga
pendidik, 3 diantaranya guru pendidikan agama Islam.
b. Data Siswa
Siswa atau peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajran yang tersedia
pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.2
SMA Negeri 9 Kota Tangerang Selatan Tahun Pelajaran
2011/2012 mempunyai 1060 siswa, terdiri dari 430 siswa kelas X, 330
siswa kelas XI, 300 siswa kelas XII. Jumlah kelas yang ada sekarang
27.
1 Hasan Basri, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung, Pustaka Setia, 2010), Jilid II, h. 37
2 Ibid, h. 37
49
5. Fasilitas Sekolah
Di SMA Negeri 9 Kota Tangerang Selatan terdapat fasilitas ruang belajar
berbasis ICT, ruang perpustakaan digital, ruang komputer, ruang laboratorium
MIPA, laboratorium bahasa, lapangan olahraga, green house, dan ruang
penunjang lainnya yang diharapkan dapat menunjang proses belajar mengajar.
Dari segi fasilitas ruang belajar berbasis ICT yang dilengkapi dengan kamera
CCTV, LCD dan soundsistem.
Ruang Perpustakaan lengkap dengan media digital, ketersediaan buku di
perpustakaan SMAN 9 Kota Tangerang Selatan ada sekitar 4500 buku, baik fiksi
maupun non fiksi. Jumlah ini sangat kurang karena idealnya jumlah buku di
perpustakaan sekolah minimal 6000 buku. Mengenai perbandingan buku paket
dengan jumlah siswa untuk siswa kelas X dan XI sudah memadai di mana satu
siswa satu buku, tetapi untuk kelas XII buku paket dipinjamkan pada 2 siswa satu
buku paket. Kendala yang dihadapi perpustakaan adalah faktor tempat yang
terlalu kurang memadai hanya berukuran 9 x 8 m, padahal idealnya luasnya
minimal 8 x 12 m dan koleksi buku yang ada hanya sebatas buku paket dan buku
fiksi.
Ruang laboratorium IPA (Fisika, Kimia, Biologi) juga belum dapat
dimanfaatkan dengan maksimal karena hanya memiliki laboratorium Fisika, yang
penggunaan dan pegelolaannya masih bergabung dengan pelajaran Biologi dan
Kimia.
Lapangan yang dimiliki oleh SMA Negeri 9 Kota Tangerang Selatan hanya
lapangan basket. Lapangan ini tidak sepenuhnya digunakan untuk olahraga basket
tetapi digunakan untuk upacara dan untuk kegiatan olahraga yang lain.
Secara umum fasilitas yang dimiliki sekolah kurang memadai karena
terbentur dengan luas lahan sekolah yang hanya 7500 m. Dari segi pemanfaatan
dan penataan lingkungan sudah cukup baik, tetapi secara keseluruhan fasilitas
belajar masih banyak kekurang terutama jumlah kelas yang tersedia tidak sesuai
50
dengan jumlah romber yang idealnya perombel 32 siswa, namun kenyataannya
saat ini perombel diisi 43 siswa jauh dari harapan.
6. Kurikulum Sekolah
a. Kerangka Dasar
Kurikulum SMA Negeri 9 Kota Tangerang Selatan sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan Pasal 6 Ayat (1) menyatakan bahwa kurikulum untuk jenis
pendidikan umum, kejujuran, dan khusus pada pendidikan dasar dan menengah
terdiri atas:
1) kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia;
2) kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian;
3) kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi;
4) kelompok mata pelajaran estetika;
5) kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan.
b. Struktur Kurikulum SMA Negeri 9 Kota Tangerang Selatan
Penyusunan Struktur kurikulum didasarkan atas standar kompetensi
lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran yang telah ditetapkan oleh
BSNP. Sekolah atas persetujuan Komite Sekolah dan memperhatikan
keterbatasan sarana belajar serta minat peserta didik, menetapkan
pengelolaan kelas sebagai berikut ini:
1) Struktur Kurikulum Kelas X
a) Kurikulum Kelas X terdiri atas:
(I. 17 mata pelajaran,
(II. muatan lokal dan PBKL
(III. program pengembangan diri.
b) Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 45 menit.
2) Struktur Kurikulum Kelas XI
51
a) Kurikulum Kelas XI Program IPA dan Program IPS, terdiri
atas:
(I. 14 mata pelajaran,
(II. muatan lokal dan PBKL
(III. program pengembangan diri.
(II. Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 45 menit.
3) Struktur Kurikulum Kelas XII
a) Kurikulum Kelas XII Program IPA dan Program IPS, terdiri
atas:
(I. 14 mata pelajaran.
(II. Muatan lokal dan PKBL
(III. Program pengembangan diri
(IV. program unggulan (pilihan)
b) Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 45 menit
c) Muatan Lokal
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk
mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri
khas dan potensi daerah umumnya termasuk keunggulan
daerah, yang materinya tidak menjadi bagian dari mata
pelajaran lain. Sehingga muatan lokal kedudukannya berdiri
sebagai mata pelajaran tersendiri. Substansi muatan lokal
ditentukan oleh team pengembang kurikulum SMA Negeri 9
Kota Tangerang Selatan dan tidak terbatas pada mata pelajaran
keterampilan.
Dengan mengacu pada subtansi yang ada, SMA Negeri 9
Kota Tangerang Selatan memberikan muatan lokal
berdasarkan kebutuhan dan kondisi lingkungan daerah yaitu
Pendidikan Lingkungan Hidup untuk kelas X dan Desain
Grafis Multimedia untuk kelas XI-XII.
52
c. Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global (PBKL)
Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) di SMA adalah
pendidikan/ program pembelajaran yang diselenggarakan pada Satuan
Pendidikan sesuai dengan kebutuhan daerah, dengan memanfaatkan
berbagai sumber daya dan potensi daerah yang bermanfaat dalam
proses pengembangan kompetensi peserta didik. Sumberdaya dan
potensi daerah dimaksud antara lain mencakup aspek SDA, SDM,
ekonomi, budaya/history, bahasa, teknologi informasi dan
komunikasi, ekologi dan lain-lain.
Pemilihan program PBKL Pendidikan Lingkungan Hidup
(PLH) di atas tentunya telah melalui berbagai analisa potensi dan
kelemahan yang ada di SMA Negeri 9 Kota Tangerang Selatan.
d. Pengembangan Diri
pengembangan diri yang dilaksanakan sebagian besar di luar kelas
(intrakurikuler) dengan alokasi waktu 2 jam tatap muka, yaitu pengembangan
diri yang dilaksanakan sebagian besar di luar kelas (ekstrakurikuler) diasuh
oleh guru pembina, adapun kegiatan ektrakurikuler mencakup : paskibra,
pramuka, PMR, KIR, paduan suara, tari tradisional, drama/teater, rohis, ict,
pencinta alam dan adiwiyata. Pelaksanaannya secara reguler dihari-hari
tertentu dan hari Sabtu.
Pengembangan diri melalui pembiasaan ini dapat dilakukan secara
terjadwal/ tidak terjadwal baik di dalam maupun di luar kelas. Kegiatan
pembiasaan terdiri atas Kegiatan Rutin, Spontan, Terprogram dan
Keteladanan.
e. Pengaturan Beban Belajar
Beban belajar yang diatur di SMA Negeri 9 Kota Tangerang Selatan
dengan menggunakan alokasi waktu 45 menit/jam pelajaran dengan Sistem
Paket yaitu sistem penyelenggaraan program pendidikan yang peserta
didiknya diwajibkan mengikuti seluruh program pembelajaran dan beban
53
belajar yang sudah ditetapkan untuk setiap kelas sesuai dengan struktur
kurikulum yang berlaku pada SMA Negeri 9 Kota Tangerang Selatan.
Jumlah Jam Tatap muka yang tercantum dalam struktur kurikulum
sekolah sesuai tabel 6 sebagai berikut:
Tabel 4.1
Daftar Jumlah Tatap Muka SMAN 9 Kota Tangerang Selatan
NO Kelas Jumlah Jam Pelajaran Per Minggu
X 40
2 XI IPA 40
3 XI IPS 40
4 XII IPA 51
5 XII IPS 49
f. Ketuntasan Belajar
Program pembelajaran di SMAN 9 Kota Tangerang Selatan tahun
pelajaran 2011-2012 menggunakan Standar Isi (SI) dan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP). Penilaian dapat dilakukan bersamaan dengan
pelaksanaan pembelajaran dan dapat pula dilakukan setelah selesai satu
kompetensi dasar (KD) atau lebih. Penilaian meliputi aspek kognitif
(pengetahuan dan pemahaman konsep), afektif (sikap/minat) dan
psikomotorik (praktik). Setiap mata pelajaran harus memenuhi ketuntasan
belajar sebagai berikut:
1) Nilai kognitif dan psikomotorik minimal sesuai dengan KKM tiap
mata pelajaran
2) Nilai afektif (B)
Apabila peserta didik belum mencapai batas ketuntasan minimal,
peserta didik harus mengikuti remedial sesuai KD yang belum tuntas.
1. Nilai kognitif dan psikomotorik
54
Pada tahun pelajaran 2011-2012, SMAN 9 Kota Tangerang
Selatan menetapkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) sesuai tabel 7
sebagai berikut:
Tabel 4.2
Daftar KKM SMAN 9 Kota Tangerang Selatan
No Mata Pelajaran
Kelas
X
XI XII
IPA IPS IPA IPS
1 Pendidikan Agama 78 78 78 78 78
2 PKn 75 75 75 78 78
3 Bahasa Indonesia 75 75 75 75 75
4 Bahasa Inggris 75 75 75 75 75
5 Matematika 72 73 73 72 73
6 Fisika 72 72 73
7 Biologi 75 75 75
8 Kimia 72 73 74
9 Sejarah 70 73 73 75 75
10 Geografi 73 72 73
11 Ekonomi 74 74 74
12 Sosiologi 72 72 71
55
No Mata Pelajaran
Kelas
X
XI XII
IPA IPS IPA IPS
13 Seni Budaya 78 78 78 78 78
14 Pendidikan Jasmani 80 80 80 80 80
15 TIK 78 78 78 78 78
16 Bahasa Asing 70 70 70 70 75
17 Muatan Lokal
18 Pend. Lingkungan
Hidup 78
19 Design Grafis dan
Multimedia 70 70 70 70
7. Keunggulan dan Prestasi Sekolah
Diusianya yang baru 5 tahun sejak berdiri pada tahun 2006, SMAN 9 Kota
Tangerang Selatan memiliki keunggulan dan prestasi sebagai berikut
a. Sebagai sekolah terakreditasi A dengan nilai 96,25
b. Sebagai juara I Sekolah Adiwiyata di Provinsi Banten yakni sekolah
peduli lingkungan hidup.
c. Sebagai SMA Model SKM-PBKL-PSB berbasisi PBKL dilingkungan
Kota Tangerang Selatan.
d. Sebagai penggagas sekolah berpendidikan karakter melalui training
ESQ di lingkungan Tangerang Selatan.
e. Sebagai sekolah pengelola Taman Keanekaragaman Hayati Kota
Tangerang Selatan bersama dengan BLHD Kota Tangerang Selatan.
56
f. Prestasi Akademik dan Non Akademik yang sangat baik hal ini terlihat
dari kurun waktu kurang dari 5 tahun sudah memperoleh 56 gelar juara
dalam berbagai perlombaan yang diikuti dari tingkat kota/kabupaten,
provinsi dan nasional.
B. Deskripsi Data
Dalam pengumpulan data, penulis mengunakan teknik wawancara dan
penyebaran akngket. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data yang lengkap
mengenai peranan guru PAI dalam menangkal terorisme dari informan yaitu guru
PAI itu sendiri
Selain itu, penulis juga menyebarkan angket kepada sampel sebanyak 40
responden dari seluruh populasi kelas XI yang ada, jumlah soal yang di berikan 27
item yang berbentuk pilihan ganda, yang mesti dijwab oleh para siswa dengan
memberikan tanda silang (X). Kemudian, angket yang telah diisi oleh responden,
ditabulasikan dalam bentuk hitungan analisis deskriptif, berikut ini akan disajikan
data dari tiap tabel angket beserta hasil yang di peroleh.
Tabel 4.3
Terorisme merupakan tindak kriminal dan kekerasan
Pernyataan Frekuensi Persentase
Sangat setuju
Setuju
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
20
18
1
1
50%
45%
2,5%
2,5%
Jumlah 38 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 20 responden (50%) siswa menjawab
sangat setuju teroris merupakan tindak kriminal dan kekerasan, 18 responden
(45%) siswa menjawab setuju teroris merupakan tindak kriminal dan kekerasan,
1responden (2,5%) siswa menjawab tidak setuju teroris merupakan tindak
57
kriminal dan kekerasan, dan 1 rosponden (2,5%) siswa menjawab sangat tidak
setuju teroris merupakan tindak kriminal dan kekerasan.
Tabel 4.4
Terorisme salah satu gerakan radikalisme
Pernyataan Frekuensi %
Sangat setuju
Setuju
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
11
27
1
1
27,5%
67,5%
2,5%
2,5%
Jumlah 40 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 11 responden (27,5%) siswa
menjawab sangat setuju terorisme salah satu gerakan radikalisme, 27 responden
(67,5%) siswa menjawab setuju terorisme salah satu gerakan radikalisme, 1
responden (2,5%) siswa menjawab tidak setuju terorisme salah satu gerakan
radikalisme, dan 1 rosponden (2,5%) siswa menjawab sanagat tidak setuju
terorisme salah satu gerakan radikalisme.
Tabel 4.5
Terorisme meracuni banyak akidah para pelajar
Pernyataan Frekuensi Persentase
Sangat setuju
Setuju
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
8
27
4
1
20%
67,5%
10%
2,5%
Jumlah 40 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 8 responden (20%) siswa menjawab
sangat setuju terorisme meracuni banyak akidah para pelajar, 27 responden
(67,5%) siswa menjawab setuju terorisme meracuni banyak akidah para pelajar, 4
58
responden (10%) siswa menjawab tidak setuju terorisme meracuni banyak akidah
para pelajar, 1 responden (2,5%) siswa menjawab sangat tidak setuju terorisme
meracuni banyak para akidah pelajar.
Tabel 4.6
Pemahaman akidah yang kurang mendalam mudah terjerumus doktrin
terorisme
Pernyataan Frekuensi %
Sangat setuju
Setuju
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
11
20
8
1
27,5%
50%
20%
2,5%
Jumlah 40 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 11 responden (27,5%) siswa
menjawab sangat setuju Pemahaman akidah yang kurang mendalam mudah
terjerumus doktrin terorisme, 20 responden (50%) siswa menjawab setuju
Pemahaman akidah yang kurang mendalam mudah terjerumus doktrin terorisme,
8 responden (20%) siswa menjawab tidak setuju terorisme Pemahaman akidah
yang kurang mendalam mudah terjerumus doktrin terorisme, dan 1 rosponden
(2,5%) siswa menjawab sangat tidak setuju Pemahaman akidah yang kurang
mendalam mudah terjerumus doktrin terorisme.
Tabel 4.7
Terorisme kelompok berbahaya untuk seluruh manusia
Pernyataan Frekuensi %
Sangat setuju
Setuju
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
14
24
2
0
35%
60%
5%
0%
59
Jumlah 40 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 14 responden (35%) siswa
menjawab sangat setuju Terorisme kelompok berbahaya untuk seluruh manusia
, 24 responden (60%) siswa menjawab setuju Terorisme kelompok berbahaya
untuk seluruh manusia, 2 responden (5%) siswa menjawab tidak setuju Terorisme
kelompok berbahaya untuk seluruh manusia, dan 0 rosponden (0%) siswa tidak
menjawab sangat tidak setuju Terorisme kelompok berbahaya untuk seluruh
manusia.
Tabel 4.8
Tindakan terorisme banyak merugikan umat Islam
Pernyataan Frekuensi %
Sangat setuju
Setuju
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
20
20
0
0
50%
50%
0%
0%
Jumlah 40 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 20 responden (50%) siswa
menjawab sangat setuju Tindakan terorisme banyak merugikan umat Islam, 20
responden (50%) siswa menjawab setuju Tindakan terorisme banyak merugikan
umat Islam, 0 responden (%) siswa tidak menjawab tidak setuju Tindakan
terorisme banyak merugikan umat Islam, dan 0 rosponden (0%) siswa tidak
menjawab sangat tidak setuju Tindakan terorisme banyak merugikan umat Islam.
Tabel 4.9
Indonesia Target berbahaya yang banyak di huni Terorisme
Pernyataan Frekuensi %
60
Sangat setuju
Setuju
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
6
21
12
1
15%
52,5%
30%
2,5%
Jumlah 40 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 6 responden (15%) siswa menjawab
sangat setuju Indonesia Target berbahaya yang banyak di huni Terorisme, 21
responden (52,5%) siswa menjawab setuju Indonesia Target berbahaya yang
banyak di huni Terorisme, 12 responden (30%) siswa menjawab tidak setuju
Indonesia target berbahaya yang banyak di huni terorisme, dan 1 rosponden
(2,5%) siswa menjawab sangat tidak setuju Indonesia Target berbahaya yang
banyak di huni Terorisme.
Tabel 4.10
Peledakan bom terorisme di Indonesi banyak memakan korban tak bersalah
Pernyataan Frekuensi %
Sangat setuju
Setuju
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
23
17
0
0
57,5%
42,5%
0%
0%
Jumlah 40 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 23 responden (57,5%) siswa
menjawab sangat setuju Peledakan bom terorisme di Indonesi banyak memakan
korban tak bersalah, 17 responden (42,5%) siswa menjawab setuju Peledakan bom
terorisme di Indonesi banyak memakan korban tak bersalah, 0 responden (%)
siswa tidak menjawab tidak setuju Peledakan bom terorisme di Indonesi banyak
memakan korban tak bersalah, dan 0 rosponden (0%) siswa tidak menjawab
61
sangat tidak setuju Peledakan bom terorisme di Indonesi banyak memakan korban
tak bersalah.
Tabel 4.11
Teror, penembakan, pembunuhan merupakan karakterirstik terorisme
Pernyataan Frekuensi %
Sangat setuju
Setuju
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
8
26
6
0
20%
65%
7,5%
0%
Jumlah 40 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 8 responden (20%) siswa menjawab
sangat setuju teror, penembakan, pembunuhan merupakan karakteristik terorisme,
26 responden (65%) siswa menjawab setuju teror, penembakan, pembunuhan
merupakan karakteristik terorisme, 6 responden (7,5%) siswa menjawab tidak
setuju teror, penembakan, pembunuhan merupakan karakteristik terorisme, dan 0
rosponden (0%) siswa tidak menjawab sangat tidak setuju teror, penembakan,
pembunuhan merupakan karakteristik terorisme.
Tabel 4.12
Terorisme bertujuan untuk mematikan lawan
Pernyataan Frekuensi %
Sangat setuju
Setuju
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
13
20
5
2
32,5%
50%
12,5%
5%
Jumlah 40 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 13 responden (32,5%) siswa
menjawab sangat setuju terorisme merupakan tindak kriminal dan kekerasan, 20
62
responden (50%) siswa menjawab setuju terorisme merupakan tindak kriminal
dan kekerasan, 5 responden (12,5%) siswa menjawab tidak setuju terorisme
merupakan tindak kriminal dan kekerasan, dan 2 rosponden (2,5%) siswa
menjawab sangat tidak setuju terorisme merupakan tindak kriminal dan
kekerasan.
Tabel 4.13
Tujuan terorisme untuk menciptakan ketakutan, ketidaknyamanan, dan
kepanikan
Pernyataan Frekuensi %
Sangat setuju
Setuju
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
9
23
6
2
22,5%
57,5%
15%
5%
Jumlah 40 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 9 responden (22%) siswa menjawab
sangat setuju Tujuan terorisme untuk menciptakan ketakutan, ketidaknyamanan,
dan kepanikan, 23 responden (57,5%) siswa menjawab setuju Tujuan terorisme
untuk menciptakan ketakutan, ketidaknyamanan, dan kepanikan, 6 responden
(15%) siswa menjawab tidak setuju Tujuan terorisme untuk menciptakan
ketakutan, ketidaknyamanan, dan kepanikan, dan 2 rosponden (5%) siswa
menjawab sangat tidak setuju Tujuan terorisme untuk menciptakan ketakutan,
ketidaknyamanan, dan kepanikan.
Tabel 4.14
Pendapat siswa guru PAI dalam mengajari toleransi sesama manusia sesuai
dengan sayriat Islam
Pernyataan Frekuensi %
Sangat sesuai 17 42,5%
63
Sesuai
Tidak sesuai
Sangat tidak sesuai
21
1
1
52,5%
2,5%
2,5%
Jumlah 40 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 17 responden (42,5%) siswa
menjawab sangat sesuai Pendapat siswa guru PAI dalam mengajari toleransi
sesama manusia sesuai dengan sayriat Islam, 22 responden (52,5%) siswa
menjawab sesuai Pendapat siswa guru PAI dalam mengajari toleransi sesama
manusia sesuai dengan sayriat Islam, 1 responden (2,5%) siswa menjawab tidak
sesuai Pendapat siswa guru PAI dalam mengajari toleransi sesama manusia sesuai
dengan sayriat Islam, dan 1 rosponden (2,5%) siswa menjawab sangat tidak sesuai
Pendapat siswa guru PAI dalam mengajari toleransi sesama manusia sesuai
dengan sayriat Islam
.
Tabel 4.15
Pendapat siswa guru PAI dalm mengajarai toleransi sesama manusia
dengan baik
Pernyataan Frekuensi %
Sangat baik
Baik
Cukup baik
Tidak baik
17
19
4
0
42,5%
47,5%
10%
0%
Jumlah 40 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 17 responden (42,5%) menjawab
sangat baik Pendapat siswa guru PAI dalm mengajarai toleransi sesama manusia
dengan baik, 19 responden (47,5%) siswa menjawab baik Pendapat siswa guru
PAI dalm mengajarai toleransi sesama manusia dengan baik, 4 responden (10%)
siswa menjawab cukup baik Pendapat siswa guru PAI dalm mengajarai toleransi
64
sesama manusia dengan baik, 0 responden (0%) siswa tidak menjawab tidak baik
Pendapat siswa guru PAI dalm mengajarai toleransi sesama manusia dengan baik.
Tabel 4.16
Pendapat siswa guru PAI dalam mengajari untuk tidak anarkis di sekolah, di
rumah maupun di sekitar masyarakat umum
Pernyataan Frekuensi Persentase
Sangat tegas
Tegas
Tidak tegas
Sangat tidak jelas
13
25
2
0
32,5%
62,5%
5%
0%
Jumlah 40 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 13 responden (32,5%) menjawab
sangat tegas bahwa guru PAI dalam mengajari untuk tidak anarkis di sekolah, di
rumah, maupun disekitar masyarakat umum, 25 responden (62,5%) menjawab
tegas bahwa guru PAI dalam mengajari untuk tidak anarkis di sekolah, di rumah,
maupun disekitar masyarakat umum, 2 responden (5%) siswa menjawab bahwa
guru PAI dalam mengajari untuk tidak anarkis di sekolah, di rumah, maupun
disekitar masyarakat umum.
Tabel 4.17
Pendapat siswa guru memberikan penjelasan tentang jihad sesuai dengan al-
quran dan hadis dengan jelas dan benar
Pernyataan Frekuensi Persentase
Sangat jelas dan benar
Jelas dan benar
Tidak jelas dan benar
Sangat tidak jelas dn
benar
8
28
3
1
20%
70%
7,5%
2,5%
Jumlah 40 100%
65
Dari tabel di atas dapat diketahui 8 responden (20%) siswa menjawab sangat
jelas dan benar bahwa guru memberikan penjelasan tentang jihad sesuai dengan
al-quran dan hadis dengan jelas dan benar, 28 responden (70%) siswa menjawab
jelas dan benar bahwa guru memberikan penjelasan tentang jihad sesuai dengan
al-quran dan hadis dengan jelas dan benar, 3 responden (7,5%) siswa menjawab
tidak jelas dan benar bahwa guru memberikan penjelasan tentang jihad sesuai
dengan al-quran dan hadis dengan jelas dan benar, 1 responden (2,5%) siswa
menjawab sangat tidak jelas dan benar bahwa guru memberikan penjelasan
tentang jihad sesuai dengan al-quran dan hadis dengan jelas dan benar.
Tabel 4.18
Pendapat siswa guru PAI memberi penjelsan bahwa jihad bukan tindak
kekerasan
Pernyataan Frekuensi %
Sangat baik
Baik
Cukup baik
Tidak baik
13
20
5
2
32,5%
50%
12,5%
5%
Jumlah 40 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 13 responden (32,5%) menjawab
sangat baik bahwa guru PAI memberi penjelasan bahwa jihad bukan tindaka
kekerasan, 20 responden (50%) siswa menjawab bahwa guru PAI memberi
penjelasan bahwa jihad bukan tindaka kekerasan, 5 responden (12,5%) siswa
menjawab cukup baik bahwa guru PAI memberi penjelasan bahwa jihad bukan
tindaka kekerasan, 2 responden (5%) siswa menjawab tidak baik bahwa guru PAI
memberi penjelasan bahwa jihad bukan tindaka kekerasan.
66
Tabel 4.19
Pendapat siswa guru PAI mengajarkan dengan baik bahwa jihad
merupakan tugas mulia
Pernyataan Frekuensi %
Sangat baik
Baik
Cukup baik
Tidak baik
17
12
8
3
42,5%
30%
20%
7,5%
Jumlah 40 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 17 responden (42,5%) menjawab
sangat baik bahwa guru PAI mengajarkan dengan baik bahwa jihad merupakan
tugas mulia, 12 responden (30%) siswa menjawab bahwa guru PAI mengajarkan
dengan baik bahwa jihad merupakan tugas mulia, 8 responden (20%) siswa
menjawab cukup baik bahwa guru PAI mengajarkan dengan baik bahwa jihad
merupakan tugas mulia, 3 responden (7,5%) siswa menjawab tidak baik bahwa
guru PAI mengajarkan dengan baik bahwa jihad merupakan tugas mulia.
Tabel 4.20
Pendapat siswa guru PAI menagajarkan dengan jelas pengetahuan tentang
bahayanya terorisme
Pernyataan Frekuensi %
Sangat jelas
Jelas
kurang jelas
Tidak jelas
7
18
14
1
17,5%
45%
35%
2,5%
Jumlah 40 100%
67
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 7 responden (17,5%) siswa
menjawab sangat jelas bahwa guru PAI menajarkan pengetahuan tentang
bahayanya terorisme, 18 responden (45%) siswa menjawab jellas bahwa guru PAI
mengajarkan pengetahuan tentang bahayanya terorisme, 14 responden (35%)
siswa menjawab kurang jelas bahwa guru PAI mengajarkan pengetahuan tentang
bahayanya terorisme, 1 responden (2,5%) siswa menjawab tidak jelas bahwa guru
PAI mengajarkan pengetahuan tentang bahayanya terorisme.
Tabel 4.21
Guru PAI memaparkan ciri-ciri teroris dengan jelas
Pernyataan Frekuensi %
Sangat jelas
Jelas
kurang jelas
Tidak jelas
17
22
0
1
42,5%
55%
0%
2,5%
Jumlah 40 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 17 responden (42,5%) siswa
menjawab sangat jelas bahwa guru PAI memaparkan ciri-ciri teroris dengan jelas,
22 responden (55%) siswa menjawab jelas bahwa guru PAI ciri-ciri teroris dengan
jelas, 0 responden (0%) siswa tidak menjawab kurang jelas bahwa guru PAI ciri-
ciri teroris dengan jelas, 1 responden (2,5%) siswa menjawab tidak jelas bahwa
guru PAI ciri-ciri teroris dengan jelas.
Tabel 4.22
Guru membimbing siswa memahami jihad sesuai dengan Al-Quran dan
hadis
Pernyataan Frekuensi %
Sangat sesuai
sesuai
tidak sesuai
9
29
2
22,5%
72,5%
5%
68
Sangat tidak sesuai 0 0%
Jumlah 40 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 9 responden (22,5%) siswa
menjawab sangat sesuai guru membimbing siswa memahami jihad sesuai dengan
dengan al-quran dan hadis, 29 responden (72,5%) siswa menjawab sesuai guru
membimbing siswa memahami jihad sesuai dengan dengan al-quran dan hadis, 2
responden (5%) siswa menjawab tidak sesuai guru membimbing siswa memahami
jihad sesuai dengan dengan al-quran dan hadis, dan 0 rosponden (0%) siswa tidak
menjawab sangat tidak sesuai guru membimbing siswa memahami jihad sesuai
dengan dengan al-quran dan hadis.
Tabel 4.23
Guru PAI membimbing siswa agar tidak melakukan tindak terorisme
Pernyataan Frekuensi %
Sangat tegas
Tegas
Cukup tegas
Tidak tegas
11
20
8
1
27,5%
50%
20%
2,5%
Jumlah 40 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 11 responden (27,5%) menjawab
sangat tegas guru PAI membimbing siswa agar tidak melakukan tindak terorisme,
20 responden (50%) menjawab tegas guru PAI membimbing siswa agar tidak
melakukan tindak terorisme, 8 responden (20%) siswa menjawab cukup tegas
guru PAI membimbing siswa agar tidak melakukan tindak terorisme, 1 responden
(2,5%) siswa menjawab tidak tegas guru PAI membimbing siswa agar tidak
melakukan tindak terorisme.
69
Tabel 4.24
Guru menghimbau siswa agar menghindari bahaya terorisme dengan tegas
Pernyataan Frekuensi %
Sangat tegas
Tegas
Cukup tegas
Tidak tegas
11
19
7
3
27,5%
47,5%
17,5%
7,5%
Jumlah 40 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 11 responden (27,5%) menjawab
sangat tegas guru PAI menghimbau siswa agar menghindari bahaya terorisme, 19
responden (47,5%) menjawab tegas guru PAI menghimbau siswa agar
menghindari bahaya terorisme, 7 responden (17,5%) siswa menjawab cukup tegas
guru PAI menghimbau siswa agar menghindari bahaya terorisme, 3 responden
(7,5%) siswa menjawab tidak tegas guru PAI menghimbau siswa agar
menghindari bahaya terorisme.
Tabel 4.25
Guru PAI membimbing siswa untuk mengetahui ciri-ciri terorisme dengan
jelas
Pernyataan Frekuensi %
Sangat jelas
Jelas
Cukup jelas
Tidak jelas
4
15
16
5
10%
37,5%
40%
12,5%
Jumlah 40 100%
dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 4 respinden (10%) siswa menjawab
sangat jelas guru PAI membimbing siswa untuk mengetahui ciri-ciri terorisme
dengan jelas, 15 responden (37, 5) siswa menjawab jelas guru PAI membimbing
70
siswa untuk mengetahui ciri-ciri terorisme dengan jelas, 16 responden (40%)
siswa menjawab cukup jelas guru PAI membimbing siswa untuk mengetahui ciri-
ciri terorisme dengan jelas, 5 responden (12,5%) siswa menjawab tidak jelas guru
PAI membimbing siswa untuk mengetahui ciri-ciri terorisme dengan jelas.
Tabel 4.26
Sudah baikkah Guru PAI dalam membimbing siswa untuk saling
menghargai sesama manusia
Pernyataan Frekuensi %
Sangat baik
Baik
Cukup baik
Tidak baik
24
16
0
0
60%
40%
0%
0%
Jumlah 40 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 24 responden (60%) menjawab
sangat baik bahwa guru PAI dalam membimbimng siswa untuk saling menghargai
sesama manusia, 16 responden (40%) siswa menjawab bahwa guru dalam
membimbimng siswa untuk saling menghargai sesama manusia, 0 responden (0%)
siswa tidak menjawab cukup baik bahwa guru PAI dalam membimbimng siswa
untuk saling menghargai sesama manusia, 0 responden (0%) siswa tidak
menjawab tidak baik bahwa guru PAI dalam membimbimng siswa untuk saling
menghargai sesama manusia
Tabel 4.27
Guru PAI membimbing siswa untuk tidak melakukan tindakan anarkis,
meneror, dan mengncam terhadap siswa lain
Pernyataan Frekuensi %
Sangat baik
Baik
Cukup baik
20
17
3
50%
42,5%
7,5%
71
Tidak baik 0
Jumlah 40 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 20 responden (50%) menjawab
sangat baik bahwa guru PAI membimbing siswa untuk tidak melakukan perbuatan
anarkis, meneror, dan mengancam terhadap siswa, 17 responden (42%) siswa
menjawab bahwa guru PAI membimbing siswa untuk tidak melakukan perbuatan
anarkis, meneror, dan mengancam terhadap siswa, 3 responden (7,5%) siswa
menjawab cukup baik bahwa guru PAI membimbing siswa untuk tidak melakukan
perbuatan anarkis, meneror, dan mengancam terhadap siswa, 0 responden (0%)
siswa tidak menjawab tidak baik bahwa guru PAI membimbing siswa untuk tidak
melakukan perbuatan anarkis, meneror, dan mengancam terhadap siswa.
Tabel 4.28
Apakah dalam pengawasan tentang bahaya terorismesudah teliti dengan
baik
Pernyataan Frekuensi %
Sangat baik
Baik
Cukup baik
Kurang baik
3
21
12
4
7,5%
52,5%
30%
10%
Jumlah 40 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 3 responden (7,5%) menjawab
sangat baik bahwa guru PAI dalam pengawasan tentang bahaya terorisme sudah
teliti dengan baik, 21 responden (52,5%) siswa menjawab bahwa guru PAI dalam
pengawasan tentang bahaya terorisme sudah teliti dengan baik 12 responden
(30%) siswa menjawab cukup baik bahwa guru PAI dalam pengawasan tentang
bahaya terorisme sudah teliti dengan baik, 4 responden (10%) siswa menjawab
72
tidak baik bahwa guru PAI dalam pengawasan tentang bahaya terorisme sudah
teliti dengan baik.
Tabel 4. 29
Guru PAI dalam menertibkan siswa yang suka melakukan anarkisme,
tauran, teror, atau perbuatan-perbuatan keras lainnya
Pernyataan Frekuensi %
Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak pernah
20
14
6
0
50%
35%
15%
0
Jumlah 40 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 20 responden (50%) menjawab
sangat tegas guru PAI dalam menertibkan siswa yang suka melakukan anarkisme,
tauran, teror, atau perbuatan-perbutan keras lainnya., 14 responden (35%)
menjawab tegas guru PAI dalam menertibkan siswa yang suka melakukan
anarkisme, tauran, teror, atau perbuatan-perbutan keras lainnya., 6 responden
(15%) siswa menjawab cukup tegas guru PAI dalam menertibkan siswa yang suka
melakukan anarkisme, tauran, teror, atau perbuatan-perbutan keras lainnya., 0
responden (0%) siswa tidak menjawab tidak tegas guru PAI dalam menertibkan
siswa yang suka melakukan anarkisme, tauran, teror, atau perbuatan-perbutan
keras lainnya.
73
C. Analisi dan Interprestasi Data
Dari sebaran data yang merupakan hasil perhitungan statistik deskriptif, yang
perlu dibahas adalh nilai mean atau rata-rata, hal ini dimaksudkan untuk
mengetahui kondisi atau gambaran masing-masing dimensi dan item yang diteliti
berdasarkan tanggapan responden. Untuk mengetahui kondisi atau gambaran
masing-masing dimensi dan item digunakan perhitungan sebagaimana table di
bawah ini.
Tabel 4.30
Nilai rata-rata skor penelitian
1. Pemahaman dan pengalamn siswa tentang pengertian terorisme, bahaya,
dan ciri-cirinya
No
Item
Skor Nilai Harapan
(NH)
Nilai Skor
(NS)
Kategori
Nilai
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
137
128
122
121
129
142
111
143
122
124
119
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3,42
3,2
3,05
3,025
3,225
3,55
2,775
3,575
3,05
3,1
2,975
85,6
80
76,5
75,6
80,6
88,75
69,37
89,37
76,25
77,5
74,37
Sangat baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Sangat baik
Baik
Sangat baik
Baik
Baik
baik
Nilai rata-rata 79,44 % Baik
Pada dimensi pemahaman dan pengengalaman siswa tentang pengertian
terorisme, ciri-cirinya, dan bahayanya secara keseluruhan berkategori baik dengan
rata-rata 75,56% artinya siswa SMA Negeri 9 Tangerang Selatan pemahaman
tentang terorisme, bahayanya, dan ciri-cirinya sudah baik.
74
Tabel 4.31
Nilai rata-rata skor penelitian
2. Peran guru sebagai pengajar
No
Item
Skor Nilai Harapan
(NH)
Nilai Skor
(NS)
Kategori
Nilai
12
13
14
15
16
17
18
19
134
133
129
121
124
123
111
135
4
4
4
4
4
4
4
4
3,35
3,325
3,225
3,025
3,1
3,075
2,775
3,375
83,75
83,10
80,62
75,62
77,5
76,9
69,4
84,4
Sangat baik
Sangat baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Sangat baik
Nilai rata-rata 78,9% Baik
Pada dimensi peran guru sebagai pengajar secara keseluruhan berkategori
baik dengan rata-rata 75,60%, artinya peran guru SMA Negeri 9 Tangerang
selatan dalam mengajar tentang pemahaman terorisme, bahaya, dan ciri-cirinya
sudah baik, artinya peranan guru PAI dalam mengajar guna untuk menangkal
bahaya terorisme di sekolah sudah baik.
Tabel 4.32
Nilai rata-rata skor penelitian
3. Peranan guru sebagai pembimbing
No
Item
skor Nilai Harapan
(NH)
Nilai Skor
(NS)
Kategori
Nilai
20
21
127
121
4
4
3,175
3,025
79,4
75,6
Baik
Baik
75
22
23
24
25
118
98
144
137
4
4
4
4
2,95
2,45
3,6
3,425
73,7
61,2
90
85,6
Baik
Baik
Sangat baik
Sangat baik
Nilai rata-rata 77,58% Baik
Pada dimensi peran guru sebagai pengajar secara keseluruhan berkategori
baik dengan rata-rata 75,58% artinya peran guru SMA Negeri 9 Tangerang selatan
dalam mengajar tentang pemahaman terorisme, bahay, dan ciri-cirinya sudah baik,
artinya peranan guru PAI dalam mengajar guna untuk menangkal bahaya
terorisme di sekolah sudah baik.
Tabel 4.33
Nilai rata-rata skor penelitian
4. Peranan guru sebagai pengawas
No Item skor Nilai Harapan
(NH)
Nilai Skor
(NS)
Kategori
Nilai
26
27
105
134
4
4
2,625
3,35
65,62
83,75
Baik
Sangat baik
Nilai rata-rata 74,68% Baik
Pada dimensi peran guru sebagai pengawas secara keseluruhan berkategori
baik dengan rata-rata 74,68% artinya peran guru SMA Negeri 9 Tangerang selatan
dalam mengajar tentang pemahaman terorisme, bahaya, dan ciri-cirinya sudah
baik, artinya peranan guru PAI sebagai pengawas guna untuk menangkal bahaya
terorisme di sekolah sudah baik.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peranan guru pendidikan agama
Islam di SMA Negeri 9 Tangerang Selatan dalam menangkal bahaya terorisme
sudah baik, dari cara mengajar, membimbing damapai mengawasi peserta didik
76
guru pendidikan agama Islam SMA Negeri 9 sudah efektif dan di tambah
pemahaman siswa tentang bahaya terorisme yang baik dapat membantu peranan
guru PAI dalam menangkal bahaya terorisme di sekolah.
77
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil keseluruhan proses penelitian yang telah penulis lakukan
mengenai peranan guru pendidikan agama Islam dalam menangkal bahaya
terorisme di SMA Negeri IX Tangerang Selatan. Maka dapat dikemukakan
beberapa temuan sebagai berikut:
1. Secara keseluruhan pemahaman siswa yang meliputi: pemahaman tentang
pengertian terorisme, bahaya terorisme, dan ciri-ciri terorisme sudah baik.
2. Peranan guru dalam menangkal bahaya terorisme di SMAN 9 Tangerang
Selatan dalam melakukan pengajaran sudah efektif karena guru di sekolah
memberikan pelajaran-pelajaran tentang pemahaman akidah yakni tentang
jihad yang benar, tentang toleransi yang perlu diterapkan kepada peserta
didik ntuk saling menghormati sesama teman seagama maupun beda
agama.
Yang penulis amati dalam rancangan pelaksanaan pembelajaran guru PAI
di sekolah sudah terlaksana dengan baik, umpanya sekolah memberikan
materi tentang perjuangan Rasulullah dalam memerangi orang-orang kafir
dan etika dalam berperang. Menghormati orang non muslim, semua yang
di ajarkan oleh guru dapat menunjang pemahaman agama Islam yang baik
sehingga kecil kemungkinan siswa di sekolah terjerumus ideologi
terorisme.1
1 Minah, Wawancara Guru Pendidikan Agama Islam, (Tangerang: SMAN 9, 2013)
78
3. Peranan guru dalam menangkal bahaya terorisme di SMAN 9 Tangerang
Selatan dalam metelakukan pembinaan sudah efektif, karena dalam
mengajak dan memberikan pengetahuan terhadap pengaruh-pengaruh yang
anak didik tidak mengerti tentang bahaya terorisme atau aliran-aliran yang
menyimpang dari syariat Islam.2
4. Dana peranan guru dalam menangkal bahaya terorisme di SMAN 9
Tangerang Selatan dalam melakukan pengawasan terhadap siswa sudah
efektif. Karena dalam mengawasi tingkah laku siswa sudah efektif dengan
memonitoring siswa, mengontrol guru-guru ngaji dalam kegiatan
kerohanian, dan menekankan kepada para siswa untuk berhati-hati dalam
bergaul.3
Dari hasil temuan tersebut akhirnya dapat penulis ambil kesimpulan bahwa
peranan guru pendidikan agama Islam dalam menangal bahaya terorisme sudah
baik, artinya pengalaman siswa selama ini tentang bahaya terorisme sudah baik
untuk tidak terpengaruh oleh doktrin-doktrin bahay yang dilakukan terorisme
yang selama ini mengincar para remaja untuk bergabung dengan terorisme. Itu
semua dilakukan dengan baik guru mata pelajaran agama Islam.
Semua ini karena peranan guru pendidikan agama Islam dalam mengajara
atau memberikan pengetahuan tentang bahya terorisme di SMAN 9 terarah
kepada siswa, selain itu peranan guru pendidikan agama Islam dalam
membimnbing siswa untuk menjauhi bahaya terorisme sudah terlaksana dengan
baik, peranan guru pendidikan agama Islam dalam membimbing untuk
mengetahui ciri-ciri dan bahaya terorisme sudah baik, peranan guru pendidikan
agama Islam dalam pengawasan untuk selalu mewaspadai pergaulan, dan kegiatan
kerohanian di sekolah untuk menghindari semua apa yang terkait dengan bahaya
terorisme sudah baik.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang penulis telah simpulkan, dengan tidak bermaksud
menggurui maka penulis mencoba memberikan beberapa saran yang sifatnya
membangun untuk kepala sekolah SMAN 9, guru PAI SMAN 9, dan siswa SMA
9, dengan saran yang akan penulis kemukakan berharap SMA Negeri 9 Tangerang
Selatan bebas dari bahaya terorisme:
2 Ibid.
3 Ibid
79
1. Untuk Kepala Sekolah
a. Mengenai maslah bahaya terorisme, kepala sekolah mempunyai andil besar
terhadap kurikulum pendidikan agama Islam, hendaknya kepala sekolah
perlu banyak melakukan peninjauan kembali pada isi materi pendidikan
agama Islam khususnya materi akidah yang dapat mengacau pada
pemahaman bahaya terorisme.
b. Hendaknya kepala sekolah meninjau lebih ketat masuknya orang-orang
yang berkepentingan untuk datang kesekolah dengan cara menghimbau
para petugas satpam untuk menanyakan identitas setiap orang baru yang
datang kesekolah.
c. Menghimbau guru agar selalu memperhatikan tingkah laku peserta didik di
sekolah, di kelas, maupun di luar jam pelajaran.
d. Mengingat maslah terorisme sangat berbahaya pengaruhnya dikalangan
pelajar maka menurut penulis, kalau memang memungkinkan di
terapkannya kurikulum anti terorisme, maka kebijakan yang perlu di ambil
kepala sekolah adalah menerapkan kurikulum tentang terorisme disekolah
SMAN 9 Tangerang Selatan.
2. Untuk Guru Pendidikan Agama Islam
a. Hendaknya guru PAI lebih mengajarkan materi-materi pendidikan agama
Islam dikaitkan kepada fenomena-fenomena kontemporer yang rasional
yang bisa di mengerti oleh para peserta didik karena usia siswa tingkat
menengah atas banyak mempunyai rasa ingin tahu yang berlebihan, apabila
guru PAI tidak bisa menjelaskan dengan teliti bisa-bisa siswa bingung
dengan apa yang dijelaskan guru PAI, bahkan bisa jadi menimbulkan
pikiran-pikiran yang menyimpang terutama dalam menjelaskan materi
tentang akidah.
b. Mengenai masalah bahaya terorisme, mungkin bisa dilakukan sosialisasi
seminggu sekali atau sebulan sekali kepada peserta didik untuk pencegahan
adanya pemikiran-pemikiran yang menyimpang karena bisa saja salah satu
murid ada yang terpengaruh oleh ideologi terorisme.
3. Untuk Siswa
a. Selain siswa belajar agama Islam di sekolah, siswa juga perlu banyak
membaca buku-buku agama Islam agar pengetahuan tentang Islam lebih
mendalam. Sehingga tidak ada keraguan untuk menjalankan ibadah
terutama memahami akidah.
b. Siswa harus pandai bergaul dengan orang lain, dan harus mewaspadai
orang lain yang belum jelas identitasnya.
c. Siswa juga perlu banyak sharing berkumpul dengan para tokoh agama
Islam di masyarakat, entah itu melalu ikatan remaja Masji atau majlis
lainnya.
80
4. Untuk Orang Tua
Orang tua (Bapak/Ibu)/ wali murid adalah orang yang paling penting dan
berpengruh untuk siswa ketika di rumah, maka dalam hal ini orang tua perlu
banyak memberikan nasihat yang tegas agar siswa tidak melalaikan ibadahnya
dan yang terpenting orang tua harus menjadi contoh teladan untuk anak-
anaknya.
81
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Qadir Djaelani, Jihad Fi Sabilillah dan Tantangan-Tantangannya, Jakarta:
CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1995
Albarobis, Muhyidin, Islam Itu Mudah, Jakarta: CV Artha Rivera, 2007
Ali Imron, Ali Imron Sang Pengebom, Jakarta: Republika, 2007
Alim, Muhammad, Pendidikan Agama Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2006
Amin, Ma’ruf dkk, Himpunan Fatwa Majlis Ulama Indonesia, Jakarta: Erlangga,
2011
Arikunto, Suharsini, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2006
Aulia Rosa Nasution, Terorisme Sebagai Kejahatan Terhadap Kemanusiaan,
Jakrta: Kencana, 2012
Basri, Hasan, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung, Pustaka Setia, 2010
Darajat, Zakiah, Kepribadian Guru, Jakarta: PT Bulan Bintang, 2005
Darajat, Zakiyah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996
Djelantik, Sukawarsini, Terorisme Tinjauan Psiko-Politis Kemiskinan, dan
Hajar, Ibnu, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan,
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999
Hendropriyono A.M. Terorisme Fundamentalis Kristen, Yahudi, dan Islam,
Jakarta: PT Kompas Media Masa, 2009
http://randikurniawan.blogspot.com/2009/08/meminimalisasi-potensi
terorisme.html,
Khadafi, Majid, Islam Agama Perang, Yogyakarta, Penerbit Karunia Terindah:
2004
Majid, Abdul Dkk, Pendidikan Agama Islam Bebasis Kompetensi, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2006Mastuhu, Memberdayakan Sistem Pendidikan
Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999)
82
Mbai, Ansyad, Terorisme di Tengah Arus Global Demokrasi, Jakarta: Spectrum,
2006
Muttaqin, Akhmad Elang, Kajian Islam Kontemporer, Jakarta: Erlangga Husada.
Dkk, 2007
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: PT Remaja Rrosdakarya
2004
Nasir,Mohamad Remaja Jadi Target Teroris, (Banten: Banten Pos, 2011),
(www.Bantenpos.com).
Nasution, Aulia Rosa Terorisme Sebagai Kejahatan Terhadap Kemanusiaan,
Jakarta: Kencana, 2012
Nata, Abudin, Pendidikan dalam perspektif Al-Quran, Jakarta: UIN Jakarta Press,
2005
Purwanto, Wawan, Terorisme Underrcover, Jakarta: Cipta Mandiri Bangsa, 2007
Rajasa, Sutan Kamus Ilmiah Populer Surabaya: Karya Utama Surabaya, 2002
Subana, Muhammad, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, Bandung: Pustaka Setia,
2005
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta,
CV, 2011
Sukmadinata, Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2007
Sulistyo Herman, Beyond Terrorism, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2002
Uhairi Misrawi, Radikalisme Berbahaya Karena Menyasar Anak Muda dan
Kelompok Miskin, 2008. (www.lazuardi biru.org).
Wahid, Abdul, Kejahatan Terorisme, Jakarta: Refika Raditama, 2004
Ya'qub, Ali Mustafa, Ijtihad Terorisme dan Liberalisme, Jakarta: Pustaka Firdaus,
2012
http://www.metro.polri.go.id/perpus/384-terorisme-masalah-definisi
http://www.referensimakalah.com/2012/01/pengertian-fundamentalisme-
radikalisme_8767.html
Angket untuk Siswa
Tentang Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menangkal Terorisme di SMAN 9 TANGSEL
Nama :
Kelas :
Jenis Kelamin :
Umur :
Petunjuk Pengisian
1. Bacalah “bismillah” sebelum melakukan pengisian jawaban.
2. Bacalah dengan teliti pertanyaan yang akan dijawab.
3. Jawablah pertanyaan dengan jujur dan benar, karena jawaban anda terjamin kerahasiaannya.
4. Beri tanda (X) pada jawaban yang anda anggap sesuai dan periksa kembali jawaban sebelum diserahkan.
5. Akhiri pengisian angket ini dengan ucapan “Alhamdulillah” dan saya ucapkan banyak terima kasih atas
bantuan dan kesediaan anda dalam mengisi angket ini.
Pertanyaan:
1. Apakah anda setuju bahwa terorisme merupakan tindak kriminal dan kekerasan?
a. Sangat setuju c. Tidak setuju
b. Setuju d. Sangat tidak setuju
2. Apakah anda setuju bahwa terorisme merupakan salah satu gerakan radikalisme?
a. Sangat setuju c. Tidak setuju
b. Stuju d.Sangat tidak setuju
3. Apakah anda setuju bahaya terorisme meracuni banyak akidah para pelajar?
a. Sangat setuju c. Tidak setuju
b. Setuju d. Sangat tidak setuju
4. Apakah anda setuju remaja yang pemahaman akidahnya kurang mendalam, mudah untuk terjerumus
oleh pemahaman-pemahan terorisme?
a. Sangat setuju c. Tidak setuju
b. Setuju d. Sangat tidak setuju
5. Apakah anda setuju terorisme merupakan kelompok berbahaya untuk seluruh manusia?
a. Sangat setuju c. tidak setuju
b. Setuju d. Sangat tidak setuju
6. Apakah anda setuju tindakan terorisme banyak merugikan umat Islam?
a. Sangat setuju c. Tidak setuju
b. Setuju d. Sangat tidak setuju
7. Apakah anda setuju bahwa Indonesia target berbahaya yang banyak di huni kelompok terorisme?
a. Sangat setuju c. Tidak setuju
b. Setuju d. Sangat tidak setuju
8. Apakah anda setuju peledakan bom terorisme di Indonesia banyak memakan korban tak bersalah?
a. Sangat setuju c. Tidak setuju
b. Setuju d. Sangta tidak setuju
9. Apakah anda setuju aksi teror, penembakan, pembunuhan merupakan salah satu karakteristik terorisme?
a. Sangat setuju c. Tidak setuju
b. Setuju d.Sangat tidak setuju
10. Apakah anda setuju terorisme bertujuan untuk mematikan lawan bukan mengalahkan lawan?
a. Sangat setuju c. Tidak setuju
b. Setuju d. Sangat tidak setuju
11. Apakah anda setuju tujuan terorisme adalah untuk menciptakan ketakutan, ketidaknyamanan dan
kepanikan?
a. Sangat setuju c. tidak seutju
b. Setuju d. Sangat tidak setuju
12. Apakah menurut anda Guru agama Islam di sekolah mengajarkan toleransi sesama manusia sesuai
dengan syariat Islam?
a. Sangat sesuai c. Tidak sesuai
b. Sesuai d. Sangat tidak sesuai
13. Apakah menurut anda guru agama Islam sudah mengajarkan kasih sayang sesama manusia dengan baik?
a. Sangat baik c. Cukup baik
b. Baik d. Tidak baik
14. Apakah menurut anda guru agama Islam pernah mengajarkan untuk tidak anarkis di sekolah, di rumah,
maupun di lingkungan masyarakat dengan tegas?
a. Sangat tegas b. Tidak tegas
b. Tegas c. Sangat tidak tegas
15. Apakah menurut anda guru agama Islam memberikan penjelasan tentang jihad dengan dalil-dalil al-
quran dengan jelas dan benar.
a. Sangat jelas dan benar c. Tidak jelas dan benar
b. Jelas dan benar d.sangat tidak jelas dan benar
16. Apakah menurut anda guru agama Islam sudah menjelaskan baik bahwa Jihad bukan tindak kekerasan
atau diskriminasi?
a. Sangat baik c. Cukup baik
b. Baik d. Tidak baik
17. Apakah menurut anda guru agama Islam sudah mengajarkan dengan baik bahwa Jihad di jalan Allah
merupakan tugas mulia?
a. Sangat Baik c. Cukup baik
b. Baik d. Tidak baik
18. Apakah menurut anda guru agama Islam di sekolah sudah mengajarkan pengetahuan tentang bahaya
terorisme dengan jelas?
a. Sangat jelas c. Kurang jelas
b. jelas d. Tidak jelas
19. Apakah guru agama Islam pernah memaparkan tentang ciri-ciri terorisme dengan jelas?
a. Sangat jelas c. Tidak jelas
b. Jelas d. Sangat tidak jelas
20. Apakah menurut anda guru agama Islam telah membimbing untuk memahami jihad sesuai dengan
Syariat Islam?
a. Sangat sesuai c. Tidak sesuai
b. Sesuai d. Sangat tidak sesuai
21. Apakah menurut anda guru agama Islam telah membimbing agar tidak melakuakan tindakan-tindakan
terorisme dengan tegas?
a. Sangat tegas c. Cukup tegas
b. Tegas d. Tidak tegas
22. Apakah menurut anda guru agama Islam telah menghimbau untuk menghindari bahaya-bahaya
terorisme dengan tegas?
a. Sangat tegas c. Cukup tegas
b. Tegas d. Tidak tegas
23. Apakah menurut anda guru agama Islam telah membimbing untuk mengetahui ciri-ciri terorisme dengan
jelas?
a. Sangat jelas c. Cukup jelas
b. Jelas d. Tidak jelas
24. Apakah menurut anda guru agama Islam dalam membimbing untuk saling menghargai sesama manusia
sudah baik?
a. Sangat baik c. Cukup baik
b. Baik d. Tidak baik
25. Apakah menurut anda guru agama Islam membimbing untuk tidak melakukan perbuatan anarkis,
meneror, dan mengancam terhadap siswa sudah baik?
a. Sangat baik c . Cukup baik
b. Baik d. Tidak baik
26. Apakah menurut anda guru agama Islam dalam pengawasan tentang bahaya doktrin terorisme masuk
sekolah sudah teliti dengan baik?
a. Sangat baik c. Cukup baik
b. Baik d. Kurang baik
27. Apakah menurut anda guru agama Islam sudah menertibkan siswa yang suka melakukan anarkisme,
tauran, teror, atau perbuatan-perbuatan keras lainnya dengan tegas?
a. Selalu c. kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah