eksistensi perempuan dalam kontestasi politik (s tudi
TRANSCRIPT
EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK(STUDI KASUS DI KECAMATAN PASIMASUNGGU
TIMUR KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu Syarat Guna memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
OLEH :
DIRSAN
NIM:10538314715
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
vii
MOTTO
“Jadikan mimpi mu sebagai ambisi mu,
Dan jadikan ambisi mu sebagai motivasi mu”
“Terangilah malam walau hanya menjadi sebuah lilin
kecil, dan basahilah tanah yang gersang walau hanya
menjadi setetes air hujan”
Waktu adalah harta berharga yang kita miliki, kerena waktu memberikita ilmu dan pengetahuan, karena waktu memberi kita cerita dankenangan, karena waktu memberi kita cinta dan kasih sayang,serta waktu member kita kebahagian baik di dunia dan akhirat…..“Manfaatkan waktu mu sebaik mungkin……”
Dirsan
vii
Abstrak
Dirsan, 2019. Eksistensi Perempuan Dalam Kontestasi Politik (StudiKasus di Kecamatan Pasimasunggu Timur, Kabupaten Kepulauan Selayar),Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultan Keguruan dan IlmuPendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar dibimbing oleh Nursalamdan Rahmiah Badaruddin.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Bentuk EksistensiPerempuan Dalam Kontestasi Politik di Kecamatan Pasimasunggu Timur,Kabupaten Kepulauan Selayar. 2) Faktor yang Mempengaruhi EksistensiPerempuan Dalam Kontestasi Politik di Kecamatan Pasimasunggu Timur,Kabupaten Kepulauan Selayar.Jenis penelitian ini Kualitatif denganmenggunakan pendekatan Studi Kasus dengan penentuan informan melaluiteknik Purposive Sampling dengan kriteria yaitu Perempuan yang bekerja disektor domestik dan Perempuan yang berkiprah ke ranah politik. Teknikpengumpulan data yang digunakan yaitu: Observasi, Wawancara,Dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan DeskriptifKualitatif dengan tahapan mereduksi data, mendisplay data dan penarikankesimpulan. Teknik keabsahan data menggunakan trianggulasi metode atauteknik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Bentuk Eksistensi Perempuandalam Kontestasi Politik di Kecamatan Pasimasunggu Timur, KabupatenKepulauan Selayar, masih didominasi oleh kaum laki-laki dari yangmemimpin di kecamatan sampai di desa rata-rata laki-laki itupun perempuanyang berkiprah ke ranah politik hanya menjabat sebagai BPD (BadanPermusyawaratan daerah) dan untuk pemilihan Kepala Desa yang akandatang sudah ada calon dari kaum perempuan yang ikut dalam kontestasiPolitik di Desa Bontobulaeng. 2) Faktor yang mempengaruhi EksistesiPerempuan dalam Kontestasi Politik di Kecamatan Pasimasunggu TimurKabupaten Kepulauan Selayar, yaitu: a) Faktor Pendidikan, Keluarga, KuturBudaya, Perempuannya Sendiri (Internal). b) Faktor Pandangan Politik, PeranLokal, Sosialisasi atau Pengarahan.
Berdasarkan Hasil Penelitian di Kecamatan Pasimasunggu Timur,Kabupaten Kepulauan Selayar maka dapat disimpulkan Bahwa: BentukEksistensi Perempuan yang ada di Kecamatan Pasimasunggu Timur masihsangat minim dikarenakan perempuan yang ikut dalam Kontestasi Politiklebih sedikit dibandingkan laki-laki dan faktor yang mempengaruhi yaitu:faktor internal dan eksternal
Kata Kunci:Eksistensi, Perempuan, Kontestasi Politik
vii
Abstact
Dirsan, 2019, The Existence of women in political contestation (CaseStudy in the Sub-district Pasimasunggu East Island distrct Selayar) SociologyEducation Study Program, Faculty of Teacher Training and Education,University of Muhammadiyah Makassar guided by Nursalam and RahmatiahBadaruddin.
This study aims to determine: 1) The form of the existence in politicalcontestation in the Sub-district Pasimasunggu East Island distrct Selayar. 2)Factors that influence the existence in political contestation in the Sub-districtPasimasunggu East Island distrct Selayar
This type of research is qualitative using a case study approach with thedetermination of informants through techniques purposive sampling with thecriteria that women work in the domestic sector and women who take part inpolitical turmoil. Data collection techniques used namely: observation,interview, documentation. The data obtained were analyzed using qualitativedescriptive with stages of reducing data, displaying data and drawingconclusions. Data validity techniques use trianggulation methods ortechniques.
The result of the study show that : 1) the exsistence of women in politicalcontestation in the pasimasunggu timur sub-district of the selayar archipelago,is still dominated by men from those who lead in the sub-district of thevillages in the average of men and even women who take part in politics onlyserve as BPD ( regional consultative body) and for teh upcoming village headelection there are already female candidates who have participated in politicalcontestation in the village of Bontobulaeng. 2) Factors that influence theexistence in political contestation in the Sub-district Pasimasunggu EastIsland distrct Selayar that is: a) factors of education, famly, culture, self. b)factors of political views, local roles, outreach or direction
Based on the results of research in east pasimasunggu subdstrict, selayarisland district, it can be conluded that : the exsistence of women inpasimasunggu timur subdistrict is still very minimal because women whoparticipate in political contestation are less that men and the influenchingfactors are : internal and external factors.
Keywords : existence, women, political contestation
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang, demikian kata untuk
mewakili atas segala karunia dan nikmat-NYA. Jiwa ini takkan henti bertauhid
atas anugerah pada detik waktu, denyut jantung , gerak langkah, serta rasa dan
rasio pada-Mu, Sang Khaliq. Skripsi ini adalah setitik dari sederetan berkah-Mu.
Setiap orang dalam berkarya selalu mencari kesempurnaan, tetapi
terkadang kesempurnaan itu terasa jauh dari kehidupan seseorang. Demikian juga
dalam tulisan ini, kehendak hati ingin mencapai kesempurnaan, tetapi kapasitas
penulis dalam keterbatasan. Segala daya dan upaya telah penulis kerahkan untuk
membuat tulisan ini selesai dengan baik dan bermanfaat dalam dunia pendidikan,
khususnya dalam ruang lingkup Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Motivasi dari berbagai pihak sangat membantu dalam penampungan
tulisan ini. Segala rasa hormat, penulis mengucapkan terimah kasih kepada kedua
orang tuaku tercinta yang telah berjuang, berdoa, mengasuh, membesarkan,
mendidik, mendukung dan membiayai penulis dalam proses pencarian ilmu.
Penulis juga mengucapkan para saudara-saudara dan keluarga yang tak hentinya
membrikan motivasi. Dengan segala hormat penulis mengucapkan terimah kasih
kepada Dr. H. Nursalam, M,si dan Dra. Hj. Rahmiah Badaruddin, M.Si.Selaku
ix
pembimbing I dan pembimbing II yang selalu memberikan bimbingan motivasi
serta menuntun penulis sejak awal penyusunan proposal hingga selesainnya
proposal ini.
Tak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada : Prof. Dr. H.
Abd. Rahman Rahim, SE, MM, Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar,
Erwin Akib, S.Pd, M.Pd, Ph.D Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar, dan Drs. H. Nurdin, M.Pd ketua jurusan
pendidikan sosiologi, serta seluruh dosen dan staf pegawai dalam lingkungan
Fakultas Keguruan dan Imu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar
yang telah membekali penulis dengan serangkaian ilmu yang bermanfaat.
Dan ucapan terimah kasih kepada teman-teman seperjuanganku yang
selalu menemani dalam suka dan duka, sahabat-sahabatku terkasih serta seluruh
rekan mahasiswa Prodi Pendidikan Sosiologi atas segala kebersamaan, motivasi,
saran dan bantuannya.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa
mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak, yang bersifat
membangun.Semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat. Aamiin Yarabbal
Alamin. Billahi fii sabilil haq fastabiqul khaerat wassalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh.
Makassar September2019
Dirsan
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................. iii
SURAT PERNYATAAN ............................................................................. iv
SURAT PERJANJIAN ...................................................................................v
MOTTO ......................................................................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR................................................................................. viii
DAFTAR ISI....................................................................................................x
DAFTAR BAGAN....................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL .........................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................7
C. Tujuan Penelitian .......................................................................................7
D. Manfaat Penelitian .....................................................................................7
E. Defenisi Operasional..................................................................................8
xi
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka .........................................................................................10
1) Eksistensi .................................................................................................10
2) Perempuan................................................................................................12
3) Kontestasi Politik .....................................................................................15
B. Konsep Teori ..............................................................................................17
1) Struktural dan Fungsional..........................................................................17
2) Tindakan Sosial..........................................................................................18
C) Penelitian Relevan......................................................................................20
D) Kerangka Pikir ...........................................................................................22
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian.........................................................................................24
B. Lokasi Penelitian......................................................................................25
C. Informan penelitian ..................................................................................25
D. Fokus penelitian .......................................................................................26
E. Instrumen Penelitian ...............................................................................26
F. Jenis dan Sumber Data Penelitian............................................................26
G. Teknik Pengumpulan Data.......................................................................27
H. Teknik Analisi Data .................................................................................28
I. Teknik Keabsahan Data ...........................................................................30
xii
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Singkat Kabupaten Selayar ........................................................ 31
B. Geografi ................................................................................................... 34
C. Pariwisata dan Kebudayaan..................................................................... 34
D. Batas Wilayah ......................................................................................... 35
E. Topografi ................................................................................................. 36
D. Geologi .................................................................................................... 37
F. Demografi ............................................................................................... 38
G. Anggota DPRD 2019-2024 ..................................................................... 39
H. Gambaran Kecamatan Pasimasunggu Timur .......................................... 41
BAB V HASIL PANELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ....................................................................................... 43
1) Bentuk Eksistensi Perempuan Dalam Kontestasi Politik ........................ 43
2) Faktor Mempengaruhi Eksistensi Perempua Dalam Kontestasi politik .. 46
B. Pembahasan Hasil Penelitian................................................................... 49
1) Bentuk Eksistensi Perempuan Dalam Kontestasi Politik ........................ 49
2) Faktor Mempengaruhi Eksistensi Perempua Dalam Kontestasi politik .. 53
xiii
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................. 61
B. Saran ........................................................................................................ 61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR BAGAN
Bagan Kerangka Pikir ............................................................................... 23
xv
DAFTAR TABEL
1.1 batas wilayah Kepulauan Selayar ....................................................... 35
1.2 anggota DPRD Selayar ....................................................................... 39
1.3 Jumlah Desa Kecamatan Pasimasunggu Timur .................................. 41
1.4 Sarana Pendidikan Kecamatan Pasimasunggu Timur......................... 42
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat secara umum digolongkan menjadi beberapa jenis salah
satunya sistem diferensiasi. Pada system ini masyarakat digolongkan berdasarkan
gender salah satunya. Pada penggolongan berdasarkan gender adalah
penggolongan berdasarkan jenis kelamin, hal ini membagi masyarakat menjadi
dua kelompok yaitu laki-laki dan perempuan.
Qasim Amin (2003:29) di zaman jahiliyah perempuan adalah kelempok
manusia yang selalu tertindas. Mereka tidak memiliki daya dan upaya keluar dari
belenggu tindasan, mereka tidak di hargai layaknya laki-laki, terutama yang
berkaitan dengan seksualitas dan produktivitas ekonomi. Ironisnya, ketertindasan
ini di alami oleh perempuan di dalam rumah tangganya dan oleh orang orang
terdekatnya sendiri (ayah atau suaminya)
Sejarah indonesia mencatat saah satu Presiden Republik Indonesia adalah
seorang Perempuan, Megawati Soekarno Putri dibalik barbagai keraguan dari
segala pihak dalam peningkatan partisispasi perempuan, karena pandangan para
masyarakat dahulu perempuan adalaha pelayan bagi para laki-laki baik suami
maupun orang tua karna adanya budaya patriarki. Ani Widiani (2009:8-10)
Di zaman sekarang, warisan nilai nilai sejarah tersebut yang seakan akan
di bingkai dengan nilai nilai normatifisme islam salah interperetasi di karenakan
benyaknya dogma islam secara kontekstual yang membedakan peran perempuan
2
dengan laki laki. Nilai ini sangat kental dalam berbagai aspek kehidupan, baik
poltik, social, ekonomi dan lainnya yang tertindas masih tetap bertahan sampai
sekarang. Kenyataan ini memberikan pengaruh yang luar biasa, sampai-sampai
relasi jender yang hierarkis dalam rumah tangga telah mengendap di alam bawah
sadar baik laki-laki maupun perempuan.Tentu saja hal ini bukan kecurigaan atau
sikap apriori semata.Kesadaran seksis, yang memunculkan upaya penegakan
kesetaraan dan keadilan jender, termasuk melepaskan peran domestik dari relasi
jender yang bagi kaum perempuan memiliki peran ganda (double burden) di
lingkungan keluarga.
Hal lain yang perlu ditekankan sebagaimana yang dikemukakan Musda
Mulia ialah bahwa konsep dan gerakan kemitra sejajaran laki-laki-perempuan
dalam keluarga sesuai normativisme Islam secara teologis sama sekali tidak
dimaksudkan untuk menghilangkan tugas dan tanggung jawab domestik kaum
perempuan (ibu), baik dalam perannya sebagai seorang isteri dan ratu rumah
tangga dalam lingkungan keluarga, maupun sebagai ibu yang diberi amanah untuk
mempersiapkan masa depan anak-anaknya yang sejahtera, baik dalam arti
material maupun moral spiritual.
Persoalan domestik dan peran ganda perempuan, seringkali menjadi
problem yang dilematis, terutama bagi mereka yang berprofesi sebagai perempuan
karir.Padahal sesungguhnya hal itu tidak perlu terjadi bila perempuan tersebut
benar-benar menghayati tugas dan kewajibannya sebagai isteri, sebagai ibu rumah
tangga dan perannya sebagai perempuan karir. Dalam banyak persoalan,
seringkali karir keperempuanan menjadi sangat dominan sementara tugas dan
3
tanggung jawab domestik dalam keluarga terabaikan yang pada gilirannya harus
dibayar dengan sangat mahal dalam bentuk kegagalan membentuk rumah tangga
sakinah. Persoalan seperti inilah yang perlu dicermati, dandianalisis lebih lanjut
agar masalah domestikasi dan peran ganda perempuan dalam keluarga mendapat
relasi seimbang berdasarkan nilai-nilai normatif ajaran Islam .
Pembedaan laki-laki dan perempuan, pembagian inimenimbulkan
kontroversi pada pelaksananan diberbagai bidang, seperti pekerjaan, ekonomi dan
politik.Gerakan feminism dan emansipasi wanita menjadi sebuah isu hangat yang
mewarnai perjalanan kehidupan masyarakat dijaman modern ini.
Dalam dunia kerja saja konsepsi emansipasi menimbulkan berbagai
penafsiran dan pandangan seperti seoarang ibu tumah tanggal yang menjadi ukang
ojek, ataupun perempuan yang menjadi Salaes Promosi Girl atau SPG yang sering
disebut sebagai eksploitasi terhadap perepuan dalam hal ekonomi,
Seiring perkembangan Jaman hari ini perubahan konsespsi berpikiran
tentang eksistensi perempuan sudah mengalami banyak perbedaan, pada jaman
dahulu perempuan diangap tidak perlu sekolah, ataupun tidak boleh jadi
pemimpin serta jadi wanita karir.Sejak jaman kolonialisme.Gerakan fenisme dan
emansipasi wanita sudah terlihat salah satunya jika kita membaca sejara R.A
kartiniadalah segelintir pejuang emansipasi wanita. Keterwakilan Perempuan di
Negara Indonesia telah ditetapkan kebijakan afirmasi (affirmative action), dalam
aktivitas politik dan kebijakan publikdi negara arepublik Indonesia wajib ada
kaum perempuan minimal 30%. Hal ini dicantum dalam undang-undang partai
4
politik, undang-undang pemilihan umum ataupun undang-undang pilkada yang
berlaku diseluruh Negara Indonesia.
Walaupun kebijakan afirmasi sebaga legelitas politik, namun
keterwakilan perempuan belum memenuhi kuota tersebut, bahkan secara nasional
belum mampu meningkatkan keterwakilan di ruang politik secara signifikan.
minimnya jumlah keterwakilan politik pada bidang politik. Hal-hal yang membuat
minimnya perempuan dalam politik diantaranya : perempuan dipandang sebagai
pelayan laki-laki namun dengan hadirnya gerakan emansipasi wanita sudah ada
beberapa perempuan yang ikut serta dalam kontestasi politik.
Gerakan emansipasi ini melahirkan perubahan pola fikir dalam
masyarakat tentang eksistensi perempuan dalam berbagai aspek kehidupan
manusia.Salah satu aspek yang menjadi sorotan hari ini adalah mungkin luasnya
kesempatan kerja dan berkarir dalam berbagai aspek seperti politik ekonomi dan
pendidikan. Hari ini kita melihat bahwa sudah banyak wanita yang mulai
berkiprah dalam dunia politik seperti salah satu presiden Indonesia ibu Megawati
Soekarno Putri,selain itu pada pemilu presiden amerika serikat salah satu
kontestannya adalah Hilary klinthon dalah segelincir wanita yang sukses dan
berkompotisi dalam dunia politik selain itu pada berbagai daerang terdapat
perempuan yang jadi pemimpin seperti gubernur jawa timur ibu khofifa indar
parawansyah, ada juga tri rismaharini wali kota Surabaya. Selain itu kita juga bisa
melihat banyak muncul figur-figur srikandi pada parlemen dan dewan perwakilan
rakyat yang menjabat dan ikut bersaing dengan kaum laki-laki
5
Selain itu juga banyak kita jumpai wanita-wanita berkarir di dunia kerja
seperti yang menjadi kostumer service diberbagai bank dan perusahaan selain itu
banyak juga yang menjadi pegawai diberbagai perusahaan baik perusahaan
pemerintah maupun suawasta. Sehingga hari ini kita mampu melihat bahwa
wanita juga mampu berkariri dan bersaing dengan laki-laki pada berbagai aspek
dan bidang kehidupan manusia.
Lebih lanjut eksistensi semakin terlihat dari beberapa contoh di atas
membuktikan bahwa kehidupan di masyarakat modern dan di era industrialisasi
membuka banyak peluang dan potensi perkembangan perempuan hari ini.Dalam
persaingan di dunia kerja dan pendidikan kompetisi laki-laki dan perempuan
sudah merupakan hal yang lazim sehingga dalam kontestasi, gender bukanlah
suatu pembeda bagi masyarakat.
Kehidupan yang semakin terbuka dan modern membawa arus perubahan
dalam minset masyarakat tentang status dan peran dalam kehidupan social politik
dan ekonomi baik dari sektor publik maupun domestik (local). Arus perubahan ini
tadak hanya sampai pada kehidupan masyarakat kota tetapi juga pada masyarakat
pedesaan. Dari hasil observasi pada bulan Juni 2019 peneliti serta pengalaman
eksistensi perempuan dalam kontestasi kerja juga sudah mulai terlihat pada
kehidupan masyarakat pedesaan. Selain itu pada beberapa penelitian yang
pernahdi lakukan juga memperlihatkan bahwa eksistensi perempuan seperti pada
penelitian yang dilakukan oleh Sigit ruswaningsih dengan judul penelitian
Aktivitas domestik dan publik perempuan kerja (studi terhadap perempuan
pedagang Kelontong di pekapuran raya banjarmasin). pada penelitian tersebut
6
menyatakan bahwa Faktor ekonomi menjadi landasan pacu bagi perempuan di
Pekapuran Raya untuk berkecimpung dalam kancah perdagangan. Tujuan mereka
bekerja adalah semata demi kesejahteraan keluarga. Sumbangan penghasilan
perempuan pedagang berperan dalam keberlangsungan rumah tangga.
Selain itu hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Jumiati Huda
(2015:19) dengan judul penelitian Peran wanita dalam ranah domestik dan publik
dalam pandangan islam, menyatakan bahwa Dalam era globalisasi iniketerlibatan
perempuan sangat esesnsial. Hampir tidak terlihat lagi perbedaan antara laki-laki
danperempuan, keduanya memiliki statu,kesempatan dan peranan yang luas untuk
berkembang dalam struktur masyarakat modern.orang tidak jangggal lagi melihat
seorang perempuan bekerja di sebuah pabrik, anggota legislatif, sopir, guru besar
dan mentri.
Namun hasil observasi tentang perempuan yang berkiprah ke ranah
politik di Kecamatan Pasimusunggu Timur di bulan April 2019 masih belum
menggembirakan hal ini dapat di cermati dari hasil pemilihan tahun ini masih di
dominasi oleh kaum laki-laki yang di buktikan di pemerintahan yang kebanyakan
laki-laki sebagai pejabaat publik
Dari pemaparan di atas peneliti merasa tertarik untuk memilih
eksistensi perempuan dalam Kontestasi Politik yang dilasanakan di Desa Bonto
bulaeng, Kecamatan Pasimasunggu Timur. Maka dari itu peneliti mengajukan
penelitian dengan judul “Eksistensi perempuan dalam Kontestasi Politik Study
Kasus di Kecamatan Pasimasunggu Timur”
7
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah pada
penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk Eksistensi Perempuan dalam Kontestasi PolitikStudy
Kasus di Kecamatan Pasimasunggu Timur?
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Eksistensi Perempuan dalam Kontestasi
Politik Study Kasus di Kecamatan Pasimasunggu Timur?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan pada penelitian ini
yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bentuk Eksistensi Perempuan dalam Kontestasi Politik
Study Kasus di Kecamatan Pasimasunggu Timur.
2. Untuk mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi Eksistensi Perempuan
dalam Kontestasi Politik Studi Kasus di Kecamatan Pasimasunggu Timur
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yaitu sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Melalui penelitian ini diharapkan dapat menambah temuan-temuan baru
yang akan berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya tentang
eksistensi perempuan dalam kontestasi politik study diferensiasi kerja domestik
dan kerja publik
8
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Masyarakat
Dapat memberikan masukan bagi tentang persepsi mengenai eksistensi
perempuan dalam kontestasi Politik study Kasus di Kecamatan
Pasimasunggu Timur
b. Bagi peneliti lain: dapat digunakan sebagai bahan masukan ataupun
perbandingan untuk penelitian selanjutnya
E. Defenisi Operasional
1. Eksistensi
Eksistensi adalah keberadaan, wujud yang tampak dari suatu benda yang
membedakan antara suatu benda dengan benda lain. Eksistensi juga
merupakan keadaan berkat kesadaran manusia mampu melampaui situasi
yang melingkarinya, mampu mengatasi apa yang faktum dan daktum
lengkap dengan proses yang transendensi melampaui pagar-pagar yang
membatasi alam pengukungnya.
2. Perempuan
Perempuan merupakaan makhlup lemah dan penuh kasih syang karna
persaannya yang halus, secara umum sifat perempuan yaitu keindahan,
kelembutan serta rendah hatidan memelihara”.
3. Kontestasi Politik
Kontestasi politik politik merupakan dapat memenangkan kompetisi pemilu
sesuai dengan aturan dan ketentuan yang berlaku, dimana partai politik perlu
9
memonitor dan mengevaluasi setiap strategi dan aktivitas yang di lakukan
partai lain layaknya ‘zero sum’ setiap kemenangan dari satu pemain adalah
kekalahan dari pihak lain dan persaingan politik untuk tingkat tertentu,
merupakan suatu keadaan yang sehat demi kemajuan, sejauh persaingan
tersebut diatur oleh aturan main yang terlegitimasi. Artinya aturan main
tersebut mendapatkan basis pengakuan yuridis berarti aturan main tersebut
memiliki landasan hukum yang jelas dan kehadirannya di atur dalam suatu
perngkat UU atau peraturan pemerintah
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Eksistensi
Menurut Dagun dalam (Kartika, 2012: 15) dalam kehidupan manusia
yang terpenting adalah keadaan dirinya sendiri atau eksistensi dirinya sendiri.
Eksisitentensi dapat di artikan sesuatu yang menganggap keberadaan manusia
tidaklah statis, artinya manusia senantiasa bergerak dari kemungkinan ke
kenyataan.
Dari segi etimologi eksistensi berasal dari kata “eks” yang berarti di luar
dan “sistensi” yang berarti berdiri atau menempatkan, jadi secara luas eksistensi
dapat diartikan berdiri sendiri sebagai dirinya sekaligus keluar dari dirinya.
Eksistensialisme merupakan suatu gerakan filosofis yang mempelajari pencarian
makna seseorang dalam keberadaannya (eksistensinya). Manusia yang eksis
adalah manusia yang terus berusaha mencari makna dalam kehidupannya.
(Pratiwi, 2016:13).
Rahmianty (2015:5) menyatakan bahwa Eksistensi diartikan sebagai
keberadaan.Eksistensi juga diartikan sebagai ciri khas individu yang menandakan
keberadaannya dalam masyarakat.
Sutrisno (Suardi, 2014:7) mengatakan bahwa: Eksistensi adalah
keberadaan, wujud yang tampak dari suatu benda yang membedakan antara suatu
benda dengan benda lain. Eksistensi juga merupakan keadaan berkat kesadaran
11
manusia mampu melampaui situasi yang melingkarinya, mampu mengatasi apa
yang faktum dan daktum lengkap dengan proses yang transendensi melampaui
pagar-pagar yang membatasi alam pengukungnya.
Sedangkan Bagus (Rahmianty, 2015:5) mengatakan: Eksistensi berasal dari kata
existence yang berasal dari bahasa latinexistere yang berartil muncul, ada, timbul,
atau memiliki keberadaan aktual.Existere sendiri berasal dari kata ex yang berarti
keluar dan sistere yang berarti tampil atau muncul.Eksistensi terkait dengan
keberadaan fisik dan fungsi yang melekat dalam diri seseorang.
Dalam kamus politik, N. Marbun (2012:151), eksistensi berarti :
Adanya atau keberadaan, sedangkan eksistensialisme merupakan sebuahaliran filsafat yang menganut paham eksistensi manusia indivisual,ajaran pokok eksistensialisme ialah kita dan benda-benda umumnya adadan hanya warna yang serba mustahil dan tak masuk akal yang kita sebuthiduplanjut dikatakan bahwa hakekat eksistensi adalah mempertahankansalah satu diantara pilihan yang jumlahnya tidak terbatas.
Abidin Zaenal (2009:16) mengatakan:Eksistensi adalah proses yang dinamis, suatu, menjadi atau mengada.inisesuai dengan asal kata eksistensi itu sendiri, yakni existere, yang artinyakeluar dari, melampau atau membatasi. Jadi eksistensi tidak bersifatkaku dan terhenti, melainkan lentur atau kenyal dan mengalamiperkembangan atau terhenti, pada kemempuan dalammengaktualisasikan potensi-potensinya
Sjafira dan Prasanti (2016:3-4) mengatakan: Eksistensi dapat di artikan sebagai
keberadaan. Dimana keberadaannya yang di maksud adalah adanya pengaruh atas
ada atau tidak adanya kita. Masalah akan keperluan akan nilai eksistensi ini
sangat penting karna ini merupakan pembuktian akan hasil kerja atau reforma di
suatu lingkungan
12
2. Perempuan
Dalam KBBI (2008: 372), bahwa wanita diartikan sebagai perempuan
dewasa. Adapun secara etimologis dalam bukunya zitunah zubhan menjelaskan
perempuan berasal dari kata empu yang artinya di hargai.Lebih lanjut zaitunah
(2014:46) menjelaskan pergeseran dari arti wanita menjadi perempuan. Kata
wanita berasal dari bahasa sangsekerta dengan dasar kata wan yang sehingga kata
wanita di artikan sebagai di nafsui. sedangkan plato menyatakan perempuan di
tinjau dari segi visik maupun spiritual, mental perempuan lebih lemah dari laki-
laki, tetapi perbedaan itu tidak menyebabkan adanya perbedaan dalam bakatnya.
(Mutahhari, 2010: 108).
Hasyim (2005: 113) menyatakan bahwa “Perempuan merupakaan
makhlup lemah dan penuh kasih sayang karna perasaannya yang halus, secara
umum sifat perempuan yaitu keindahan, kelembutan serta rendah hatidan
memelihara”.
John Naisbith dan Patriacia Aburdens dalam bukunya Megatrend 2000,
(http:/www.Nakertrans. Go.id.html)
Meramalkan bahwa abad ke 21 adalah abadnya perempuan. Abad 21 baru
berjalan 6 tahun tetapi tanda-tanda itu belum begitu banyak membahas perempuan
sekalipun dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya tetap sama seperti masa-
masa sebelumnya. Dalam perekonomian di Indonesia terdapat kenaikan angkatan
kerja wanita dari 22.216.000 tahun 2001 menjadi 22.669.000 (2002) tetapi
menjadi 22.174.000 (2002) dan 20.727.000 (2003).
13
Dalam Abdulah, (2014: 3), dikatakan bahwa:
Data BPS di atas meski menunjukkan ada peningkatan jumlah perempuan
bekerja secara kuantitatif saja belum kualitatif, karena jenis pekerjaan mereka
masih dinilai pekerjaan kasar, Semakin meningkatnya perempuan dalam kegiatan
ekonomi ditandaidua proses yaitu pertama, peningkatan jumlah wanita yang
terlibat dalam pekerjaandiluar rumah tangga (oud door activities) dari 32,43%
tahun 1980 menjadi 38, 79% tahun1990. Kedua, peningkatan dalam “jumlah
bidang pekerjaan” yang dapat dimasuki olehperempuan, bahkan tidak jarang
menggeser pria pada berbagai sektor.
Qurais Shihab (2013:275) menyatakan bahwa perempuan mempunyai hak untuk
bekerja, selama pekerjaan itu membutuhkannya dan atau selama mereka
membutuhkannya, serta pekerjaan tersebut di lakukan dalam suasana terhormat,
serta dapat pula menghindari dampak negatif terhadap diri dan ligkungannya
Dalam Abdulah, (2014: 5), dikatakan bahwa:
Kesempatan perempuan untuk keluar ruang domestiknya dan bekerja
diluar rumah atau melakukan kegiatan lain (wanita migran) dipengaruhi oleh
kesadaran baru atau karena pergeseran sistem nilai sehingga memungkinkan
mereka meninggalkan rumah. Pergeseran tersebut juga sebagai tanda adanya
permintaan pasar akan tenaga perempuan atau lembaga yang memberi jaminan
dan membina peluang untuk itu. Peningkatan itupun hanya untuk tenaga kasar
dari 9,12% tahun 1971 menjadi 15,07% tahun 1980 dan 16,26% tahun 1990
Balasong & Hasmawati (2006:25), Menyatakan bahwa:
14
Perspektif sosial budaya Sulawesi Selatan, ada tiga nilai tentang
perempuan yang merupakan norma dalam masyarakat, yaitu : (1) Perempuan
sebagai IndoAna, yaitu ibu yang bertugas memelihara anak. (2) Perempuan
sebagai PattaroPappole Asalewangeng, yaitu peran perempuan sebagai
penyimpan danpemelihara rejeki yang diperoleh oleh suami. (3) Perempuan
sebagai Repo’Riatutui Siri’na, yaitu peran sebagai penjaga rasa malu dan
kehormatan keluarga.Ketiga nilai ini dapat disimpulkan bahwa, perempuan
dengan segala unsur yangdimilikinya dimasa lalu, hanya mempunyai kewajiban
menjaga anak,menyelenggarakan urusan rumah tangga, dan memelihara harta dan
martabat keluarga.
Jutta Berninghausen dan Birgit Kerstan (2010:39) mengatakan ada tiga dimensi
kehidupan perempuan yaitu dengan melihat pada berbagai kasus:
Pertama dimensi simbolik, dengan memperhatikan bentuk-bentuk ekspresi
diri dan praktik-praktik yang di lakukan prempuan. Dengan cara ini akan dapat di
paham makna dari suatu bentuk ekspresi dan praktik bagi perempuan dan bagi
masyarakat secara umum.
Kedua, dimensi evaluatif, yang meliputi pmahaman tentang tata dan nilai
dan perubahannya yang memungkinkan suatu bentuk ekspresi diri dan praktik
terwujud dalam kehidupan perempuan. Dimensi ini mengarahkan mengkaji ke
dalam diskusi etika kehidupan, yabg berfugsi dalam menilai apa yang mungkin
dan apa yan tidak mungkin di lakukan perempuan. Ketiga, dimensi kognitif,
dengan melihat sistem ideologi yang telah berperan dalam berbagai etos
kehidupan yang merupakan dasar pengetahuan tentang realitas sosial itu sendiri.
15
Perempuan secara langsung menunjuk pada salah satu jenis kelamin,
meskipun di dalamkehidupan sosial di nilai sebagaiThe other sex yang sangat
menentukan mode representasi tentang status dan peran perempuan. Marginalisasi
perempuan yang muncul kemudian menunjukkan bahwa perempuan menjadi the
sekond sex seperti sering dikatakan warga kelas dua yang keberadaannya tidak
begitu di perhatikan
3. Kontestasi politik
Dalam kamus bahasa indonesia Edisi V menjelaskan kontestasi politik
adalah kontroversi atau perdebatan dalam perebutan kekuasaan.
Menurut Firmanzah (2010:33) konsep persaingan politik merupakan dapat
memenangkan kompetisi pemilu sesuai dengan aturan dan ketentuan yang
berlaku, dimana partai politik perlu memonitor dan mengevaluasi setiap strategi
dan aktivitas yang di lakukan partai lain layaknya ‘zero sum’ setiap kemenangan
darisatu pemain adalah kekalahan dari pihak lain dan persaingan politik untuk
tingkat tertentu, merupakan suatu keadaan yang sehat demi kemajuan, sejauh
persaingan tersebut di atur oleh aturan main yang terlegitimasi. Artinya aturan
main tersebut mendapatkan basis pengakuan yuridis berarti aturan main tersebut
memiliki landasan hukum yang jelas dan kehadirannya di atur dalam suatu
perngkat UU atau peraturan pemerintah. Sementara pengekuan kultural berarti
basis pengakuannya di manifestasikan dalam pemahaman sikap dan perilaku yang
memperlakukan mekanisme permainan politik sebagai suatu yang penting.
Sesunggugnya kesadaran masyarakat tentang kebutuhan persaingan politik ini
sudah tinggi.
16
Menurut Fahrizal (2007:52) kontestasi politik sebagai bentuk di ranahdikontestasi wacana. Sedangkan Syakir dan Fadmi Ridwan menilaikontestasi dari sudut pandang interaksi kepentingan aktor maksudnyakepentingan politik terjebak dalam kepentingan politisi dan mengabaikanteknokratis.Pada prosesnya, pembentukan suatu institusi dalam interaksidan kontestasi poliitik di tinjau dari kepentingan aktor akan berpotensiuntuk untuk konflik antara aktor satu dengan lainnya
Steinberg dan Arnold (2016:35) menyatakan ada beberapa strategi pemenangan
kontestasi politik yaitu
1) Strategi mobilisasi
a) Pembangunan jaringan dan organ politik
a. Design struktur tim sukses
b. Pembentukan tim
c. Peluasan jaringan sosial
b) Pelatihan manajemen tim sukses
a. Pemahaman perilaku pemilih
b. Organisasi tim sukses
c. Media kampanye
d. Targeting
e. Penyusunan evaluasi program
c) Penyusunan program pemenangan
a. Design program kunjungan
b. Orasi politik (penyampaian visi dan misi)
c. Aksi sosial
d. Peresmian kontrak politik
e. Pawai,hiburan
f. Komunikasi tradisional
g. Komunikasi multi media dan alternatif
d) Pemenuhan persyaratan pencalonan
a. Dukungan partai politik
b. Persyaratan administrasi KPU
c. Pembentukan tim kampanye
d. Pembentukan tim sukses
17
2) Strategi pencitraan
Pembentukan meedia ceenter
a) Mengorganisasikan program
b) Membuat target dan evaluasi program pencitraan kandidat
3) Strategi komunikasi media cetak dan radio
Meliputi:desigen, containg, timming, volume dan budgeting, contoh:
kalender, pamfled, leafled, sticker, audiensi ke surat kabar dan radio
4) Strategi komunikasi media outdoor
Meliputi:design, isi, timming, volume, budgeting. Contoh:kaos, poster, dan
baleho
5) Trategi komunikasi sosial
Meliputi: design, isi, timming, volume, budgeting contoh: media internet
misalnya: faceebook dan twiter, untuk memprbanyak jumlah kunjungan ke
daerah pemilihan dan pengenalan pribadi serta penyampaian visi misi.
B. Kajian Teori
1. Teori structural dan Fungsional
Pada teori ini menekankan keteraturan (order) dan mengabaikan konflik
perubahan-perubahan dalam masyarakat. Konsep utamanya antara lain fungsi,
disfungsi, fungsi laten,fungsi manifesdan keseimbangan (equilibrium). Merton
(2011:84) menyoroti tiga asumsi atau postulat yang terdapat dalam teori
fungsional yaitu:
a. Kesatuan fungsional masyarakat merupakan keadaan dimana seluruh
bagian dari sistem sosial bekerja sama suatu tingkat keselarasan
dankonsistensi internal yang memadai,tanpa meghasilakn konflik
berkepanjangan yang tidak dapat diatasi atau diatur.
18
b. Postulat fungsionalisme universal.postulat ini mengangap bahwa setiap
kebiasaan, ide,objek, materiel, dan kepercayaan memenuhi beberapa
fungsi penting, meniliki sejumlah tugas yang harus di jalankan, dan
merupakan bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan
sitem sebagai keseluruhan.
c. Postulat bagi Merton memiliki tiga kelemahan yang tidak mungkin
megharapkam terjadinya integrasi masyarakat yang benar-benar tuntas,
kita harus mengakui adanya disfungsi maupun konsekuensi fungsional
yang positif dari suatu element kultural dan kemungkinan atlernatif
fungsional harus diperhitungkan dalam setiap analisis fungsional.
Wirawan, 2015: 48-49)
Pandangan Talcott Person (ritzer George dan Goodman, Douglas J,
2013:121) tentang fungsionalisme struktural yakni terdapat empat fungsi penting
untuk semua sistem “tindakan ”terkenal dengan skema AGIL yaitu:
b. Adaptation (adaptasi), sebuah sistem harus menangulangi situasi
eksternal yang gawat. Sistem harus menyesuaikan diri dengan
lingkungan dan menyesuaikan lingkungan itu dengan kebutuhannya.
c. Goalattainment (pencapaian tujuan),sebuah system harus
mendefinisikan dan mencapai tujuan utamanya yang akan di hadapi
d. Integration (integrasi),sebuah sistem harus mengatur antar hubungan
bagian-bagian yang menjadi komponennya. Sistem juga harus
mengelolah antarhubungan kerja fungsi lainya (A,G, I, L)
e. Latency(latensi atau pemeliharaan pola), sebuah sistem harus
memperlengkapi, memelihara dan memperbaiki, baik motivasi
individual maupun pola-pola kultural yang menopang motivasi
2. Teori Tindakan Social (Max Weber)
Max weber (damsar, 2015: 116-120) mengungkapkan bahwa ada empat
tipe tindakan sosial, yaitu:
19
a. TindakanRasional Instrumental
Yaitu suatu tindakan yang dilakukan berdasarkan pertimbangan dan
pilihan yang sadar dalam kaitanya dengan tujuan suatu tindakan dan
alat yang dipakai untuk meraih tujuan yang ada.
b. Tindakan Rasional nilai.
Yaitu tindakan dimana tujuan telah ada dalam hubungannyadengan
nilai absolute dan niali akhir bagi individu, yang dipertimbangkan
secara sadar adalah alat mencapai tujuan.
c. Tindakan afeksi
Yaitu tindakan yang didominasi perasaan atau emositan parefleksi
intelektual atau perencanaan yang sadar.
d. Tindakan tradisional
Yaitu tindakan karena kebiasaan atau tradisi
Berdasarkan teori di atas memang sesuai digunakan untuk sebagai
pemandu dalam mengkaji masalah yang akan diteliti karena teori Struktural
Fungsional adalah sebuah sudut pandang yang luas dalam sosiologi yang
berupaya menafsirkan masyarakat sebagai struktur dengan bagian-bagian yang
saling berhubungan serta menafsirkan masyarakat secara keseluruhan dalam hal
fungsi dari elemen-elemen Konstitusinya. terutama Norma, adat, tradisi dan
institusi.
Begitupun dengan teori tindakan sosial dengan menggunakan teori ini kita
dapat memahami perilaku setiap individu maupun kelompok bahwa masing-
masing memiliki motif dan tujuan yang berbeda terhadap sebuah tindakan yang
dilakukan. Teori ini bisa digunakan untuk memahami tipe-tipe perilaku tindakan
setiap individu atau kelompok. Dengan memahami tindakan individu maupun
20
kelompok, sama halnya kita telah menghargai dan memahami alasan-alasan
mereka dalam melakukan tindakan. Cara terbaik dalam memahami berbagai
kelompok adalah menghargai bentuk-bentuk tipikal tindakan yang menjadi ciri
khasnya.
C. Penelitian Relevan
Untuk mendukung penelitian ini, berikut dipaparkan hasil penelitian yang
relevan:
1. Muhammad Abi Aulia, 2017, Peran Perempuan Dalam Ruang Publik Dan
Domestik (Studi Pemikiran Prof. Dr. Tutti Alawiyah AS), Jurusan Hukum
Keluarga, Fakultas Syariah dan Hukum menyatakan:
a. Tutti Alawwiyah berpendapat bahwa tugas suci perempuan bukan hanya
makhluk domestik-produktif belaka.
b. Pemikiran Tutti Alawwiyah tentang peran perempuan dalam ruang
domestik dan publik sesungguhnya merefleksi atas ajaran agama islam
yang telah lama pudar, bahwasanya islam itu memandang perempuan
sangat mulia dalam berbagai sektor kehidupan, baik politik, ekonomi,
hukum, dan pendidikan beserta akses terhadap sumber-sumber
pembangunan. Islam sesungguhnya telah membuktikan diri sebagai
agama modern yang penuh gagasan dan cita-cita sosial yang amat tinggi.
Islam mendombrak keterbelakangan dan melepaskan belenggu yang
mengikat harkat manusia
21
2. Atiqotul Maula, 2016, Perempuan dan Politik Dalam Kontestasi Pilkada di
Jombang, Jurusan Siyasah, Fakultas Syari’ah dan Hukum, Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, menyatakan perempuan dan politik dalam
kontestasi pilkada di jombang yang di alami oleh Hj Munjida Wahab di
dalamnya adalah merubah berfikir laki-laki yang bias gender untuk
memberikan ruang kepada perempuan dalam dunia politik, memiliki daya
saing yang kuat dan berdaya agar dapat berperan lebih strategis dan optimal.
Serta memberikan energi positif di dalam relasi politik antara laki-laki dan
perempuan untuk mewujudkan sebuah negara maupun daerah yang
berkeradaban serta ramah perempuan.
3. Jumiatil Huda, 2015, Peran Wanita Dalam Ranah Domestik dan Publik
Dalam Pananga Islam, Jurusan Hukum Islam, Universitas UIN Yogyakarta,
menyatakan bahwa peran perempuan dalam ranah domestik ada sedikit
kesamaan dari kedua kelompok tersebut yaitu bahwa peran mendidik anak
adalah tugas bersama, suami dan istri. Sedangkan perbedaannya dalam
penggunaan istilah qawwam, hak dan kewajiban. Para aktivis PSW
berpandangan bahwa qawwam tidak diperankan oleh kaum laki-laki tapi juga
pada istri, dengan alasan bahwa perempuan bisa mengakses pendidikan
secara muda atau kondisi ekonomi suami sedang lemah. Hal demikian
mampu mempengaruhi kewenangan rumah tangga. Sedangkan menurut
aktivis HTI, bahwa qawwam tetap berada pada pundak suami. Dan tanggung
jawab bersama. Berbalikan pada pandangan aktivis HTI bahwa tugas ngurus-
mengurus adalah jatuh pada istri, Suami hanya membantu saja.
22
D.Kerangka Pikir
Perbedaan diferensial perempuan yang selama ini menjadi sorotan,
banyak pemikiran dan paradigma lama yang menggap bahwa perempuan
itu berada dibawah bayang laki-laki, hal ini yang kemudian menimbulkan
gerakan-gerakan fenimisme dan emansipasi. Kini hal tersebut
terlihatsecara nyata menjadi sebuah fenomena social,dan di dalam
masyarakat kini hadir para kompetitir-kepetitor perempuan yang
berkompetisi dalam dunia kerja. Pada penelitian ini ingin melihat tentang
bentuk eksistensi perempuan serta faktor yang mempengaruhi
eksistensinya dalam kontestasi politik tersebut, untuk lebih jelasnya
terlihat pada bagan dibawah ini:
23
KERANGKA PIKIR
2.1 Skema Kerangka Konsep
BENTUKEKSISTENSI
EKSISTENSIPEREMPUAN
FAKTOR YANGMEMPENGARUHI
DUNIA POLITIK
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis penelitian
kualitatif yang memperoleh data dengan melakukan observasi, wawancara dan
dokumentasi yang ingin mengunggkapkan, mengembangkan dan menafsirkan
data, peristiwa kejadian dann fenomena-fenomena yang terjadi pada saat sekarang
penilitian dengan menggunakan metode tersebut menitik beratkan pada observasi
dan suasana ilmiah.
Sementara pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan studi kasus, pendekatan studi kasus di anggap paling tepat untuk di
gunakan dalam penelitian yang akan dilaksanakan karna pendekatan sudi kasus ini
mempelajari dan memahami sebuah kasus yang spesifik terhadap awal penelitian
yanng sudah di bekali kerangka teory dari awal, unik analisis dapat berupa satu
orang, satu organisasi atau satu kasus, kemudian peran peneliti bertindak sebagai
pengamat yang menganalisis what, whay,dan how dari suatu kasus dalam upaya
mengkaji secara lebih dalam tentang Eksistensi Perempuan Dalam Kontestasi
Politik (Stdi Kasus di Kecamatan Pasimasunggu Timur, Kabupaten Kepulauan
Selayar)
23
B. Lokasi Penelitian
Adapun lokasi pada penelitian ini sendiri bertempat di Kecamatan
Pasimasunggu Timur, Kabupaten Kepulauan Selayar, yang tereletak di Provinsi
Sulawesi Selatan.
Tabel 1.1 Diagram Penelitian
No. Jenis Kegiatan Penelitian
April Agustus
S S R K J S S S R K J S
1 Pengajuan Judul
2 Pengurusan Surat Izin
3 Penulisan Proposal
4 Penyusunan instrumen
5 Uji Coba Asngket Wawancara
6 Penyusunan Instrumen
Dokumentasi
7 Kumpulan Data
8 Analisis Data
9 Penyusunan Hasil Penilitian
C. Informan Penelitian
Adapun informan pada penelitian ini ditentukan dengan menggunakan
teknik purposive sampling.Menurut Arikunto, (2010:97) “Sampling bertujuan
(Purposive Sampling), yaituteknik sampling yang digunakan oleh peneliti jika
peneliti mempunyai pertimbangaan-pertimbangan tertentu dalam pengambilan
sampelnya.”.
24
Pada penelitian ini sendiri kriterian yang digunakan oleh peneliti adalah
sebagai berikut:
1. Perempuan yang bekerja di sektor domestik
2. Perempuan yang berkiprah di dunia politik atau pemimpin daerah
D. Fokus Penelitian
Adapun focus pada penelitian ini sendiri mengerucut pada beberapa hal
sebagai berikut:
1. Bentuk eksistensi perempuan dalam Kontestasi Politik
2. Faktor yang mempengaruhi eksistensi perempuan dalam Kontestasi
politik
E. InstrumenPenelitian
Ada pun isntrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti pada penelitian
ini yaitu sebagai berikut:
1. Pedoman wawancara
2. Alattulis
3. Kamera Hand phone
4. Peneliti sendiri
F. Jenis Dan Sumber Data Penelitian
Adapun jenis dan sumber data yang digunakan oleh peneliti pada
penelitiian ini meliputi sebagai berikut:
25
1. Jenis Data
Pada penelitian ini menggunakan 2 jenis data penelitian yaitu
sebagai berikut:
a. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh peneliti langsuing dilapangan,
baik dari hasil observasi maupun wawancara.
b. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang di peroleh dari pihak ketiga atau
penyedia data seperti dokumen, data pusat statistik, dan buku
referensi.
2. Sumber Data
Sumber data sendiri pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:
a. Informan kunci yaitu perempuan yang berkiprah dalam dunia politik
b. Informan biasa adalah masyarakat di Kecamatan Pasimasunggu
Timur
G. TeknikPengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam
penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Observasi
Sutrisno (Sugiyono, 2013:226), mengemukakan bahwa “observasi
merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari
26
berbagai proses biologi dan psikologis.Dua di antara yang terpenting
adalah proses-proses pengamatan dan ingatan”.
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan tujuan tertentu.Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (yang mengajukan
pertanyaan) dan diwawancarai (yang memberikan jawaban atas pertanyaan
itu).
Wawancara dilakukan selama proses penelitian kepada informan
yang telah ditentukan sebelumnya untuk memperoleh data penelitian yang
dibutuhkan
3. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan untuk memperoleh dan melengkapi data
penelitian selama proses penelitian berlangsung.
4. StudiPustaka
Studi pustaka yaitu Pengumpulan data dengan cara mempelajari
berbagai literatur, baik buku artikel, laporan penelitian maupun materi
kuliah yang diperoleh serta sumber bacaan lain yang relevan dengan
eksistensi perempuan dalam dunia kerja
H. Teknik Analisis Data
Patton (Baswori dan Suwandi, 2008:91), menjelaskan bahwa “analisis data
merupakan proses mengatururutan data, mengorganisasikannya kedalam pola,
kategori, dan satuan uaraian dasar”.
27
Data yang diperoleh di lapangan kemudian diolah secara kualitatif dengan
melalui tiga tahap yaitu reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan.
1. Reduksi data.
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting yang sesuai dengan focus
penelitian kemudian dicari temanya. Data-data yang telah di reduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas tentang hasil pengamatan dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya
dan mencarinya jika sewaktu-waktu diperlukan.
2. Display data.
Display data dilakukan untuk menyajikan sekumpulan data atau
informasi yang telah tersusun rapi sehingga dapat lebih mudah ditangkap
maknanya dan dapat disajikan dalam bentuk yang lebih mudah dipahami.
Penyajian data biasanya dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,
hubungan antar kategori dan sejenisnya. Namun yang paling sering
digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah
dengan teks yang bersifat naratif.
3. Penarikan kesimpulan.
Sejak awal peneliti memasuki lapangan dan selama proses
pengumpulan data. Peneliti sudah berusaha menganalisis kondisi dan hasil
dari penjelasan serta pengamatan berusaha untuk mengambil suatu
kesimpulan, tetapi kesimpulan yang diambil masih bersifat sementara,
danakan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat dan dapat
28
mendukung padatahap pengumpulan data berikutnya. Bertambahnya
informasi yang didapatkan melalui proses verifikasi secara 3x terus-
menerus, maka dapat diperoleh kesimpulan yang bersifat induktif.
Selanjutnya, penelitian ini juga menggunakan data statistic seperlunya
I. Teknik Pengabsahan Data
Demi terjaminnya keakuratan data, maka peneliti akan melakukan
keabsahan data untuk membuktikan apakah penelitian benar-benar merupakan
penelitian yang ilmiah sekaligus Pengabsahan data yang ingin dicapai dalam
penelitian ini dengan menggunakan trianggulasi data sebagai teknik pemeriksaan
data.Moleong (2008:330) bahwa “Trianggulasi adalah proses untuk mendapatkan
data valid melalui penggunaan variansi instrument”. Penelitian menggunakan
triangulasi sebagai teknik untuk mengecek data yang memanfaatkan sesuatu yang
lain daripada yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap obyek
penelitian.
Trianggulasi meliputi empat hal yaitu: trianggulasi metode, trianggulasi
sumber, trianggulasi teori, dan trianggulasi pengamat. Pada penelitian ini peneliti
menggunakan trianggulasi teknik atau metode.Dalam Sugiyono (2013:274),
triangulasi teknik atau metode merupakan bentuk trianggulasi dengan
caramengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Pada
penelitian ini untuk menguji keabsahan data mengunakan teknik atau metode,
yaitu dengan menggunakan dokumentasi
31
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Singkat Kabupaten kepulauan Selayar
Dahulu Kabupaten Selayar, perubahan nama berdasarkan PP.No. 59
Tahun 2008 adalah sebuah kabupaten yang terletak di provinsi Sulawesi
Selatan, Indonesia. Ibu Kota Kabupaten Selayar adalah Kota Benteng.
Kabupaten ini memiliki luas sebesar 10.503,69 km (wilayah daratan dan
lautan) dan berpenduduk sebanyak 123.283 jiwa. Kabupaten kepulauan
selayar terdiri dari 2 sub area wilayah pemerintahan yaitu wilayah daratan
yang meliputi kecamatan Benteng, Bontoharu, Bontomanai, Buki,
Bontomatene, Bontosikuyu serta wilayah kepulauan meliputi kecamatan
Pasimasunggu, Pasimasunggu Timur, Taka Bonerate, Passimaranni,
Pasilambena. Julukan Selayar adalah Tanah Doang dan Semboyannya adalah
Selayar Mapan dan Mandiri.
Kabupaten Kepualauan Selayar pernah menjadi rute perdagangan
menuju pusat rempah-rempah di moluccan (Maluku) pada abad ke-14. Di
pulau selayar, para pedagang singgah untuk mengisi pembekalan sambil
menunggu musim yang baik untuk berlayar. Dari aktivitas pelayaran
ini.Muncul kata nama selayar. Nama Selayar berasal dari Kata cedaya
(bahasa sansekerta) yang berarti satu layar kerena konon banyak perahu yang
32
singgah di pulau ini. Kata cendaya telah di abadikan namanya dalam kitab
Negerakertagama Karangan Empu Prapanca pada abad 14. Ditulis bahwa
pada pertengahan abad 14, ketika Majapahit di pimpin oleh Hayam Wuruk
yang bergelar Rajasanegara, Selayar digolongkan dalam nusantara, yaitu
pulau-pulau lain dari luar jawa yang berada dibawah kekuasaan Majapahit.
Selain nama selayar, pulau ini dinamakan dengan tana Doang yang
berarti tanah tempat berdoa. Pada masa lalu, pulau selayar menjadi tempat
berdoa bagi para pelaut yang hendak melanjutkan perjalanan baik ke barat
maupun ke timur untuk keselamatan pelayaran mereka. Dalam kitab hukum
pelayaran dan perdagangan amanna Gappa (abad 17), selayar di sebut salah
satu daerah tujuan niaga karena letaknya yang strategis sebagai tempat transit
baik untuk untuk timur maupun ke barat. Disebutkan dalam naskah itu bahwa
bagi orang yang berlayar dari makassar ke selayar, malaka, dan johor
sewanya 6 rial dari tiap seratus orang. Jejak-jejak orang china(tiongkok)
bermula pada ahun 1235 M Raja Tallo I Makkadae Daeng mangrangka
melakukan perjalanan ke negeri Tiongkok dan menikah seorang putri
penguasa setempat yang bernama Nio Tekkeng Bin Sie Dji Kui. Sepulang
dari negeri Tiongkok Raja tallo mampir dan bermukim di kampung Bonto
Bangun Selayar. Selama di selayar Raja Tallo melahirkan Putra an Putri
dianataranya Sin Seng (Putra), Tian Lai (Putri) dan Shui Lie Putri dan
menjadi cikal bakal nenek moyang orang Tionghoa Selayar.
33
Belanda mulai memerinta di Selayar pada tahun 1739. Selayar di
tetapkan sebagai sebuah keresidena dimana pertamanya adalah W. Coutsier
(menjabat dari 1739-1743). Berturut-turut kemudian selayar diperintah oleh
orang belanda sebanyak 87 residen atau setara denga residen seperti asisten
resident, Gesahegbber, WD Residen, atau Controleur. Barulah kepala
pemerintahan ke 88 dijabat oleh orang selayar, yakni moehammad oepoe
patta boendoe. Saat itu telah masuk penjajahan jepang sehingga jabatan
residen telah berganti menjadi Guntjo Sodai, pada tahun 1942. Di jaman
kolonial belanda, jabatan pemerintahan di bawah keresidenan adalah
Reganschappen saat itu adalah wilayah setingkat kecamatan yang di kepalai
oleh orang pribumi bergelar “opu” dan kalau memang demikian, maka
setidaknya ada sepuluh Reganschappen laiyolo, Tanete, Gantarang, Buki’,
Laiyolo, Bonto Bangun, dan Barang-Baran. Di bawah Regaschappen ada
kepala pemerintahan dengan gelar Opu Lolo, Balegau dan Gallarang.
Pada tanggal 19 November 1945 (hari selasa setelah insiden hotel
Yamato di surabaya) pukul 06.45 sekumpulan pemuda dari kelompok dengan
Jumlah sekitar 200 orang yang di pimpin ole seorang pemuda bekas Heiho
bernama Rauf Rahman memasuki kantor kolonial (sekarang kantor PD
berdikari) par pemuda ini mengambil alih kekuasaan dari tangan belanda
yang dikemudian hari dan tanggal ini hari jadi Kabupaten Kepulauan Selayar.
Tahun jadi diambil dari tahun masuk Islam di Kabupaten Kepulauan Selayar
yang dibawa oleh Datuk Ribandang, yang ditandai masuk Islamnya Raja
Gantarang, Panggali Patta Raja yang kemudian bernama Sultan Alauddin,
34
Pemberiang Datuk Ribandang. Peristiwa itu Terjadi pada tahun 1605,
sehingga ditetapkannya hari jadi Selayar adalah 29 November 1605
2. Geografi
Kabupaten Kepulauan Selayar merupakan salah satu diantara 24
kabupaten/kota di provinsi Sulawesi Selatan yang letaknya di ujung Pulau
Sulawesi dan memanjang dari Utra ke Selatan. Daerah ini memiliki
kekhususan yakni satu-satunya Kabupaten di Sulawesi Selatan yang seluruh
wilayahnya terpisah dengan daratan Sulawesi dan terdiri dari gugusan
beberapa pulau sehingga membentuk suatu wilayah kepulauan. Gugusan
pulau kabupaten kepulauan selayar secara keseluruhan berjumlah sekitar 130
buah, 7 di antaranya kadang tidak terlihat (tenggelam) pada saat air pasang.
Luas wilayah Kabupaten Kepulauan Selayar meliputi 1.357,03 km wilayah
daratan (12,91%) dan 9.146,66km wilayah lautan (87,09%).
3. Pariwisata dan Kebudayaan
Potensi Wisata di Kabupaten Kepulauan Selayar cukup banyak
meliputi wisata sejarah, wisata budaya, wisata alam dan wisata bahari. Salah
satu yang terkenal adalah Taman Nasional Takabonerate yang terletak di
kecamatan Takabonerate. Jumlah wisatawan yang berkunjung terkesan
banyak . kawasan ini terdiri dari 21 buah pulau serta puluhan taka dan bungin,
umumnya berbentuk dari endapan pasir dan biosfer. Taman Nasional
Takabonerate mmiliki karang atol terbear ke 3 di dunia (terbesar di Asia
Tenggara) yaitu setelah kwajifein di Pulau Marshal dan Suvadiva di
35
Kepulauan Maladewa. Luas atol tersebut sekitar 220.000 hektar, dengan
terumbu karang yang tersebar datar seluas 500 km. Dan tempat ini serin
dikunjungi oleh oranga dari luar daerah maupun orang lokal
4. Batas Wilayah
Secara geografis, Kabupaten Kepulauan Selayar berada pada
koordinat (letak astronomi) 5’ 42 – 7’35 Lintang Selatan dan 120’5-122’30
bujur timur yang berbatasan dengan
Tabel 1.1 batas wilayah Kepulauan Selayar
Utara Kebupaten Bulukumba dan Teluk Bone
Timur Laut Flores (Provinsi Nusa Tenggara Timur)
Selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur
Barat Laut Flores dan Selat Makassar
Berdasarkan letak sebagaimana dikatakan oleh Kepala Dinas
Pariwisata Seni dan Kebudayaan Kepulauan Selayar bahea Selat Selayar
dilintasi pelayaran nusantara baik ke timur maupun ke barat, bahkan sudah
menjadi pelayaran Internasional. Kabupaten Kepulauan Selayar merupakan
Kepulauan yang berada di jalur alternatif. Perdagangan internasional
menjadikandaerah ini sebagai daerah secara geografis sangat strategis sebagai
pusat perdagangan dan distribusi baik secara nasional maupun internasional
untuk melayani kawasan internasional guna melayani negara-negara di
kawasan Asia
36
5. Topografi
Dipandang dari sudut tofografinya Kebupaten Kepulauan Selayar
yang mempunyai luas kurang lebih 1.357,03 km (wilayah daratan) dan terdiri
dari kepulauan besar dab kecil serta secara administrative terdiri dari 11
kecamatan, 81 Desa, dan 7 Kelurahan adala vaariatif yang datar hingga agak
miring . karakteristik daerah atau topografi Kabupaten Selayar terdiri dari:
a) Batuan Induk Vulkanik
terbentuk dari pertemuan jalur pegunungan muda sirkum mediterania
dan sirkum pasifik, yang membentuk daran Selayar adalah batuan yang cukup
mengandung Unsur hara yang dibutuhkan tanaman, oleh tanaga Oksigen yang
berlangsung lama, batuan itu lapuk dan membentuk tanah yang subur ini oleh
pengaruh tenaga oksigen dapat berubah menjadi tanah karang seperti tanah
laterit. Sebab itu perlu tindakan-tindaka konservasi, aeperti sengkedan pada
tanah-tanah yang miring, penggiliran tanah, pemupukan dan lain-lain
b) Benteng Alam (Ntural Landscape)
Daratan Selayar yang terjadi karena tenaga Endogen (pengangkatan
dan pelipatan) kemudian disusui dengan tenaga oksigen, membentuk bentang
alam (Natural Landscape) yang beraneka ragam seperti:
1. pegunungan dengan ketinggian rata-rata 800 meter sehingga tidak cukup
untuk tidak terjadinya hujan orograsi pegunungan, di punggungnya hutan
tutupan dan di lerengnya perkebunan tanaman pohon kerea yang berakar
37
panjang serta berumur panjang. Tanaman dengan pohon lunak seperti Vanili,
Merica, Kentang, dan Kol di perlukan sengkedan untuk mencegah erosi dang
longsor
2. Daerah curam, aspek geografisnya adalah kawasan hutan (hutan tutupan)
untuk mencegah longsor
3. Dataran tinggi, aspek geografisnya, adalah baik untuk pemukiman, karena
udara sejuk dan drainasenya mudah diatur dan tidak tergenang
4. Daerah-daerah ledok dan lembah, aspek geografisnya adalah Tempat
Akumulasi/persediaan air untuk daerah sekitarnya, dengan pompanisasi dapat
alirkan ke daerah pertanian tanaman pangan, seprti sayur-sayuran
6. Geologi
Kondisis geologi pulau selayar merupakan kelanjutan dari walayah
geologi Sulawesi Selatan bagian Timur yang tersusun oleh jenis bebatuan
sediment. Struktur geologi Kepulauan Selayar menunjukkan struktur-struktur
dan penyebara bebatuan berarah utara-selatan dan miring melandai ke daerah
barat. sedangkan pantai timur umumnya terjal dan langsung dibatasi oleh laut
dalam yang cenderung merupakan jalur sesar
Statigrafi batuan di Kabupaten Kepulauan Selayar terdiri dari:
a) Endapan rasa manis alluvial dan endapan pantai terdiri atas kerikil pasir,
lempung lumpur dan baru gamping cral (Qac)
38
b) Satuan formasi Kepulauan Selayar walanea mencakup batu gamping, batu
pasir, batu lempung, konglomerat dan tufa yang terdapat pada bagian selatan
pulau selayar.
c) Satuan formasi camba, terdiri dari batuan sediment lautberseling dengan
bebatuan gunung api (Tmc) terdapat pada ujung bawah pantai Barat Pulau
Sealayar
d) Satuan Formasi batuan Gunung api camba, meliputi beksi,dan konglometat
e) Formasi walanea, terdiri dari batu pasir, konglomerat, tufa, batu danau,
batu gamping, dan nafal (Tmpv) terdapat pada ujung bawah pantai Barat
Pulau Seleyar.
7. Demografi
Pada tahun 2000 jumlah angka penduduk Kabupaten Kepulauan
Selayartercatat sebanyak 103.473 ribu jiwa. Dalam waktu 3 tahun kemudian
tahun (2003) jumlah penduduk tersebut telah mengalami pertambahan
sebanyak 6.506 jiwa. Dengan dasar tersebut dapat di ketahui bahwa rata-rata
pertmbahan jumlah penduduk di kabupaten Kepulauan Selayar masih sebesar
1,95% setiap tahunnya. Penduduk kebupaen kepulauan selayar menurut data
bps tahun 2009 berjumlah sebanyak 121.746 jiwa terdiri dari 57.685 jiwa
laki-laki dan 64.064 jiwa perempuan.data tentang komposisi penduduk
menurut jenis kelamin tersebut menunjukkan bahwa secara umum jumlah
penduduk perempuan lebi banyak dari aki-lakin dengan rasio jenis kelamin
39
sebesar 90,04 (setiap 100 perempuan terdapat 90 laki-laki). Kompoisi
penduduk Selayar menurut kelompok umur terdiri dari:
a) Penduduk usia 0-14 tahun sebanyak 36.093 jiwa
b) Penduduk usia 15-65 tahun sebanyak 77.486 jiwa
c) Penududuk usia 65 tahu ke atas sebanyak 8.170 jiwa
menurut hasil survei angkatan kerja nasional (SAKERNAS) 2009, jumlah
angkatan kerja di Kabupetan Selayar pada tahun 2009 sebesar 54.996 orang
yaitu yang bekerja sebesar 49.478 orang dan jumlah penganggurang sbanyak
5.518 orang dengan rincian 6.503 orang sekolah, 22.162 orang pengurus
rumah tangga dan lainya sebanyak 3.986 orang
8. Anggota DPRD Periode 2019-2024
Menurut Nurwahidah dalam TribunSelayar.com Menyatakan Resmi
25 anggota DPRD di lantik pada acara pelantikan dalam rapat paripurna di
Ruang Pola Kantor Bupati Kepulauan Selayar, Jumat (03/05/2019), untuk
kejelasannya sebagai berikut:
Tabel 1.2 anggota DPRD Selayar
No. Nama Partai
1 Maryani Ali, S.E Golkar
40
2 Muhammad Aqsa, A.A Golkar
3 Muhammad Anas Ali,S.H
PDI Perjuangan
4 M. Affandi, S.E Gerindra
5 H. Andi Muslim, S.E Golkar
6 Hj. Asnaina Golkar
7 Muhammad ArisRidwan, S.E
Gerindra
8 Dra. Hj. Suriyani PAN
9 H. SyamsurrijalRahim,S.sos
Golkar
10 Hj. Eni Sutiyono PKS
11 Andi Mahmud, S.T Demokrat
12 Drs. Syamsul Bahri PKB
13 Devi Zulkifli Golkar
14 Sukri, S.IP Demokrat
15 H. Yonder Golkar
16 Awiluddin, S.H Gerindra
17 H. Andi Idris, S.Sos. PAN
18 H. M. Suwadi, S.E PKS
41
19 Muhammad Ardi, S.Sos Golkar
20 Mappatundru, S.Pd Golkar
21 Drs. Tandri BangunPatta
PAN
22 Sudirman NASDEM
23 Hj. Asmawar Golkar
24 Andi Jamarong, S.Sos Hanura
25 Miswa Wahyhudi NasirLeha, S.E
Demokrat
9. Gambaran Kecamatan Pasimasunggu Timur
Menurut Nurwahidah dalam TribunSelayar.com Kecamatan
Pasimasunggu Timur salah satu kecamatan yang berada di Kepualau Selayar
yang berseblahan dengan Kecamatan Pasimasunggu tepatnya di Pulau
Jampea yang mempunya beberapa desa yaitu:
Tabel 1.3 Julmah Desa di Kecamatan Pasimasunggu Timur
No. Kode pos Desa/Kelurahan
1 92861 Ujung
2 92861 Lembangbaji
3 92861 Bontojati
4 92861 Bontobulaeng
5 92861 Bontobaru
6 92861 Bontomalling
42
Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam proses pendidikan, juga didukung oleh
sarana dan prasarana yang menjadi standar sekolah istansi pendidikan yang
terkait. Di dalam pemenuhan kebutuhan sarana Pendidikan di Kecamatan
Pasimasunggu Timur pada saat ini sangat memadai, hal ini di tandai dengan
hadirnya fasilitas sarana Pendidikan yang kejelasan sarana Pendidikan di
Kecamatan Pasimasunggu Timur seabagai berikut:
Tabel 1.4 sarana dan prasarana pendidikan di Kecamatan
Pasimasunggu Timur
No. Sarana dan prasarana Jumlah
1 Taman kanak-kanak (TK) 6
2 Sekolah Dasar 9
3 SMP 4
4 SMA/SMK 1
43
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Bentuk Eksistensi Perempuan dalam Kontestasi Politik
Berbicara tentang perempuan, di ujung dunia manapun selalu menjadi hal
yang sangat menarik dan hangat untuk di perbincangkan, bukan saja sisi
keperempuanannya melainkan lebih kepada isu-isu yang disusung olehnya,
yang senantiasa menjadi titik perbincangan menarik di tengah dunia yang di
dominasi oleh kaum laki-laki.
Di era globalisasi saat ini, perhatian terhadap gender semakin besar,
seperti yang di ketahui bahwa hampir seluruh negara yang mayoritas
menduduki setiap lembaga adalah laki-laki. Secara konstitusional laki-laki
dan perempuan memiliki hak dan kewajiban yang sebagai warga negara
indonesia sebagaimana yang termuat dalam UUD 1945 pasal 28 yang
menegaskan bahwa hak warga negara dan penduduk untuk berserikat dan
berkumpul mengeluarkan pikiran dengan lisan maupun tulisan dan
sebagainya. Undang-undang tersebut menjadi cerminan dari negara
demokratis yang memberikan ruang kepada seluruh masyarakat untuk
berkiprah, termasuk perempuan untuk bersaing dalam politik. Sejarah
mencatat, sejak awal sebelum berdirinya negara Indonesia, nama-nama
perempuan yang tidak asing yang di nobatkan sebagai pahlawan perempuan
44
atas dedikasinya yang sangat luar biasa misalkan Raden Ajeng Kartini yang
pemikirannya tertuang dalam karya yang diberi judul “Habislah Gelap
Terbitlah Terang”yang didalam memuat surat-surat yang di tulis kepada
sahabatnya di negeri belanda. Hal ini merupakan buktibetapa besarnya mimpi
kertini untuk melepaskan kaumnya dari diskriminasi yang membudaya di
zamannya. Tetapi di jaman saat ini semangat yang di miliki R.A Kartini tidak
lagi di miliki oleh para perempuan di jaman sekarang terhusus di Kecamatan
Pasimasunggu Timur Kabupaten Kepulauan Selayar
Dari hasil wawancara peneliti dengan daeng Jawiah selaku BPD dan
tokoh masyarakat:
“perempuan yang ikut berpartisipasi dalam kontestastasi politik sangat sedikit
di temukan palingan dua orang itupunkalau pemilihan calon DPR itu pun
keduanya tidak terpilih jadi yang duduk di kantor DPR mayoritas laki-laki
itupun kalau ada perempuan palingan dari daerah lain”(wawancara pada
Sabtu, tanggal 27 Juli 2019)
Menurut Hj. Andi Siti, selaku calon Kepala Desa, beliau mengatakan
bahwa perempuan yang ikut dalam pemilihan kepala Desa yang akan datang
di bulan November, 2019 adalah dia sendiri tanpa calon perempuan lain,
beliau sangat ingin menjadi satu-satunya kepala desa perempuan yang ada di
Kecamatan Pasimasunggu Timur karna selama ini yang menjadi kepala
desa adalah laki-laki. (wawancara pada Hari Sabtu, tanggal 27 2019)
45
Selanjutnya peneliti mewawancarai Sitti amang menurut beliau orang
menduduki lembaga yang ada di Kabupaten Selayar kebanyakan laki-laki
karna seharusnya yang memimpin adalah laki-laki, kalau masalah perempuan
tidak perlu ikut dalam kontestasi politik karena hakikat dari tugas seorang
perempuan hanya di rumah menyediakan makanan dan mengurus anak-anak
mereka karna perempuan yang baik adalah perempuan yang mampu mendidik
atau mengajari anaknya pada hal yang baik-baik, jadi saya lebih suka jadi ibu
rumah tangga saja karna jika saya ikut dalam pemilihan dan ternyata saya di
pilih maka siapa yang akan mengurus dan mendidik anak saya (wawancara
Pada Kamis tanggal 01 Agustus)
Menurut Ibu Lina, sekarang minat perempuan untuk ikut dalam
kontestasi politik itu sangat sedikit, karna mereka lebih sibuk dengan urusan
mereka sendiri krna rata-rata disini anak-anaknya menikahmi pas selesai
SMA jadi kebanyakan sibuk semuami uruski rumah tangganya, apalagi
suaminya kabanyakan nelayan jadi ituji nakerja pergi jual ikan sama berja di
dapur (wawancara Sabtu tanggal 03 Agustus)
Senada dengan perkataan Ibu Sukmawati, perempuan disini bisa di
katakan apatis terhadap masalah politik karena mereka sibuk dengan urusan
rumah tangganya, dan sebagian sarjana rata-rata ambil keguruan jadi selesai
wisuda ya langsung mengajar tanpa ikut dalam kontestasi politik karna
masyarakat di lebih mengejar PNS di bandingkan jadi Bupati, anggota dewan
atau jadi kepala Desa. (wawancara Sabtu 03, Agustus)
46
Berdasarkan analisis tersebut peneliti dapat memberikan penjelasan
mengenai Bentuk Eksistensi Perempuan Dalam Kontestasi Politik sangat
minim karna kurangnya minat para perempuan untuk berkiprah ke ranah
politik
2. Faktor yang Mempengaruhi Eksistensi Perempuan Dalam Kontestasi
Politik
Politik adalah berbagai macam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik
yang menyangkut proses penentuan tujuan dari sistem dan melaksanakan
tujuannya. Di dalam kontestasi politik masyarakat di berikan kesempatan
bagi siapa saja yang ingin ikut dalam pemilihan atau jadi calon dalam
parlemen tanpa ada yang di deskriminasikan terutama kau perempuan.
kesempatan perempuan untuk masuk dalam bidang politik di
Kecamatan Pasimasunggu Timur, Kabupaten Kepualauan Selayar tidak
memungkinkan dikarenakan ada beberapa faktor yaitu: internal dan eksteral.
Faktor Internal yaitu Faktor Budaya 2) Faktor Pendidikan 3) Faktor Ekonomi
4) faktor Keluarga. Sedangkan faktor Eksternal yaitu faktor sosialisasi, Peran
Lokal, Pandangan Politik
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Ibu Nurdayani
mengungkapkan, sebenarnya saya juga mau jadi perempuan yang ada di
kantor DPR yang berpakaian rapi terhormat serta cerdas, tetapi saya
terkendala di pendidikan karena pada jaman saya dulu tamat SD di
berhentikanma mauma di kasih menikah karena pemikiran orang tua saya
47
perempuan nda usah di kasih sekolah tinggi-tinggi karna tugas perempuan
hanya jadi ibu rumah tangga nantinya (wawancara pada Minggu 04 Agustus
2019)
Menurut ibu Basse Limbang, sedikitnya perempuan yang berkiprah ke
rana politik di karenakan kurangnya perempuan yang menjenjang pendidikan
lebih tinggi seperti S1 itupun perempuan yang punya pendidikan yang lebih
tinggi rata-rata bergelar S.Pd yang notabenenya jadi guru tanpa melihat
peluang untuk jadi pejabat seperti jadi anggota Dewan, Bupati, Kepala Desa.
hal ini yang mendasari kurangnya perempuan yang ikut dalam kontestasi
politik di Kecamatan Pasimasunggu Timur, Kabupaten Kepulauan Selayar (
wawancara Minggu 04 Agustus 2019)
Berdasarkan hasil analisis peneliti menemukan bahwa pendidikan di
butuhkan dalam mengikuti atau ikut serta dalam kontestasi politik, karena
alasan masyarakat tidak ikut dalam kontestasi politik sebabkan faktor
pendidikan.
Demikian yang di utarakan Ibu Jawiah, pemikiran masyarakat awam saat
ini menempatkan laki-laki sebagai orang yang mampu bersaing di arena
politik, dan perempuan tidak pantas bagi perempuan untuk ikut dalam
kontestasi politik karna itu keluar dari hakiat tugas perempuan. (wawancara
27 Juli 2019)
Menurut Ibu mu’la menyatakan kebanyakan perempuan hanya di jadikan
sebagai pelengkap hidup, ia di sejajarkan dengan nilai tukar barang. Misalnya
48
perempuan yang akan di nikahi harus di beli dengan sejumlah uang, hewan
atau barang yang bernilai mahal seturut dengan adat istiadat, keadaan ini
menjadi salah satu faktor atau jadi bahan reverensi masyarakat bahwa
perempuan itu kerjanya hanya jadi pendamping suami ( wawancara 06
Agustus 2019)
Menurut Ibu Nurda beliau mengatakan untuk saat ini budaya patriarki
masih melekat disebagian masyarakat, hal ini yang menandakan bahwa laki-
laki masih pada posisi paling atas sehinga posisi perempuan dalam
masyarakat masih di kucilkan atau tidak setara dengan laki-laki.(wawancara
Minggu 04 Agustus 2019)
Dari uraiann di atas peneliti apat menyimpulkan bahwa budaya patriarki
jadi tantangan bagi perempuan dalam mengikuti atau ikut serta dalam
pemilihan parlemen.
Berasarkan hasil wawancara dengan pak Cudi selaku kepala Desa Bonto
Jati beliau mengatakan yang menjadi kendala bagi perempuan untuk ikut
dalam pemilihan yaitu faktor ekonomi karna ketika seseorang ingin ikut serta
dalam pemilihan atau jadi calon itu membutuh beberapa dana seperti dana
kampanye dan sebagainya. Inilah yang menjadi hambatan bagi para
perempuan, adapun pekerjaan para sang suami rata-rata nelayan jadi mereka
tidak sanggup untuk ikut bersaing dalam pemenangan pemilu. Begitupu
dengan pendapat Hj. Andi siti yang mengatan memang sulit untuk ikut dalam
pemilihan yang pertama kita harus minta izin kepada suami bagi perempuan
49
yang sudah bersuami, atau minta izin kepada orang tua bagi yang belum
bersuami, walaupun sudah ada izin dari yang bersangkutan ya lagi-lagi
terkendala di ekonomi karna mata pencaharian masyarakat Kecamatan
Pasimasunggu Timur mayoritas nelayan dan petani, dari penghasilan itu
hanya bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari.(wawancara sabtu 27 Juli 2019)
Berdasarkan analisis tersebut, peneliti menemukan bahwa yang menjadi
faktor penghambat bagi perempuan untuk ikut dalam kontestasi politik yaitu
faktor pendidikan, budaya,dan ekonomi
B. Pembahasan hasil penelitian
1. Bentuk Eksistensi Perempuan Dalam Kontestasi Politik
Di Kecamatan Pasimasunggu Timur, gambaran peran perempuan di
bidang publik yang terkait masih belum menggembirakan karena pemilihan di
tahun lalu april 2019 masih terus di dominasi laki-laki begitupun dengan
bulan yang akan datang November 2019 karena calon yang ikut dalam
pemilihan desa di Kecamatan Pasimasunggu Timur hanya satu orang
selebihnya adalah laki-laki. Dalam hal ini, artinya bahwa dalam masyarakat,
perempuan masih di anggap tidak cukup mampu memimpin dan membuat
kebijakan. Perempuan masih di anggap lebih mengutamakan Emosionalitas
dan dari pada Rasionalitas. Peran dan akses perempuan di dunia politik pada
umumnya masih sangat terbatas. Menurut Ida Fauziah (2015:48) Data yang
ada menunjukkan bahwa gerak perempuan untuk duduk sebagai pengambil
keputusan atau kebijakan politik di lembaga politik formal maupun informal
50
masih sangat sempit dengan berbagai kendala yang menghambat pemenuhan
hak-hak Politik perempuan masih banyak di jumpai, baik dalam bidang
agama, sosial masyarakat, dan lain sebagainya.
Menurut Farzana Bari, (2010:7) Keterwakilan perempuan berada pada
posisi di tingkat Kabupaten /kota, data yang dihimpundari 29 dari total 491
Kabupaten atau Kota menunjujjan bahwa rata-rata hanya 10% perempuan
yang terwakili di pemerintah Kabupaten. Kabupaten merupakan lapisan
pemertah yang paling dekat dengan masyarakat dan bertanggung jawab atas
pembangunan daerah serta pelayanan sosial bagi masyarakat.
terbatasnya keterwakilan perempuan di kabupaten maupun di Desa dapat
berujung pada tidak terpenuhnya , tidak teratasinya kekhawatiran perempuan
dan perioritas-perioritas pembangunan dalam rencana pembangunan daerah
dan mungkin akan mempertegas marjinalisasi terhadap perempuan dalam
mendapatkan pelayananan sosial di tingkat lokal. Kurangnya kesempatan
memainkan peran yang pentingdalam pemerintah daerah berdampak negatif
pada kemungkinan bagi perempuan untuk mengambil posisi utama di kancah
politik provinsi dan nasional.
Menurut Mansour fakih (2001:12) menyebutkan bahwa perbedaan
gender melahirkan ketidakadilan laki-laki dan terutama bagi perempuan.
Menurutnya terdapat banyak manifestasi ketidakadilan gender diantaranya
adalah streotipe dan subordinasi terhadap perempuan dapat dilihat dengan
pewarisan kepemimpinan di kalangan pesantren biasanya atau regenerasi
51
pemimpin pesantren biasanya di serahkan kepada anak laki-laki dari kyai atau
jika tidak memiliki anak laki-laki biasanya di serahkan kepada saudara laki-
laki, keponakan laki-laki atau menantu.
Perempuan sebagai salah satu kelompok marginal sampai saat ini masih
berada dalam posisi subordinat di banding laki-laki. Meskipun secara
kuantitatif jumlah perempuan lebih banyak, namun hal ini tidak berarti ada
jaminan terhadap hak-hak mereka. Faktor budaya merupakan salah satu
penghambat bagi perempuan untuk tampil dalam ruang public. Kuatnya
perempuan laki-laki dalam kehidupan publik, sangat menentukan setiap
keputusan-keputusan yang di ambil meskipun itu menyakut tentang
kehidupan perempuan. Hal ini penempatan posisi perempuan semakin
termarginalkan, terutama dalam kontestasi politik semata-mata karena mereka
adalah perempuan. Inilah yang di sebut sebagai diskriminasi gender.
Kehidupan demokratis yang sejati merupakan suatu kehidupan yang
masyarakatnya mendapatkan kesempatan yang sama dalam bersuara.
Peran politik sangat penting untuk mendorong kebijakan dalam
berkeadilan sosial, terutama kebijakan yang berkaitan dengan perempuan,
sementara melalui kebijakan, hukum dapat berlaku melindungi kepentingan
kaum perempuan dari berbagai bentuk kekerasan baik di ranah Domestik
maupun Publik. Sementara salah satu kebutuhan hukum nasional dan
masyarakat saat ini dalah keadilan dan kesetaraan gender oleh karena itu
harus ada kebijakan-kebijakan baru yang lebih progresif dan lebih sesuai
52
dengan situasi, kebutuhan dan kepentingan kaum perempuan, perwujudan
keadilan dan kesetaraan gender merupakan agenda yang penting pemerintah
saat ini. perlu ada tindakan nyata dari kaum perempuan di berbagai bidang
seperti, bidang politik, sosial budaya, ekonomi, hukum, pertahanan, dan juga
di bidang keamanan.
Sekarang keterlibatan perempuan dalam politik sangat di tentukan oleh
sejauh mana partai politik melibatkan perempuan. Dalam hal ini, system
rekruitmen srtuctural mengkonfirmasi keterlibatan perempuan dalam partai
politik dapat dikatakan sudah cukup maju. Seperti yang di lakukan oleh partai
persatuan pembangunan (PPP) yang telah memiliki sejarah panjang sebagai
sebuah partai, yang didirikan pada tanggal 5 Januari 1973 sebagai fusi dari
empat partai islam pada waktu itu. Pada awal berdirinya, PPP merupakan
partai yang berdasarkan islam, namun kemudian orde baru mengharuskan
PPP mengubah asas partai menjadi Pancasila, sejalan dengan angin reformasi
dan demokratisasi, sejak pemilu 1999 PPP menyatakan diri kembali ke asas
islam. PPP memiliki misi untuk memperjuangkan tatanan yang demokratis
dengan di landasi akhlakul karimah
PPP memandang bahwa keadilan, kemakmuran, dan kesejahtraan
adalah hak bagi seluruh umat, baik laki-laki maupun perempuan. Laki-laki
dan perempuan memiliki peran yang sama di dalam dunia politik.
Keterlibatan perempuan dalam dunia politik dalam perpektif islam adalah
53
sama dengan laki-laki, dalam rangka amar ma’ruf nahi mungkar.berpolitik di
landasi dengan etika dan nilai islam dalah sebuah bentuk ibadah.
Paradoks atas politik perempuan indonesia tentu saja harus di atasi.
Hal ini karenakan jika paradoks ini tetap di pertahankan maka politik
perempuan di indonesia akan terjebak dalam lingkaran setang yang akan
berimplikasi pada terjadinya inovasi atas politik perempuan itu sendiri.
Konsekuensi dari inovasi ini sendiri tentu saja akan membuat politik
perempuan tidak lagi dapat di kategorkan sebagai politik harapan. Politik
perempuan pada akhirnya akan terjebak menjadi sebatas politik rutinyang
pada dasarnya mendukung status politik patriarkis. Satu-satunya cara yang
mungkin dalam mengatasi “ketidak mungkinan “ paradoks politik perempuan
indonesia adalah dengan mengafirmasi kembali yang politik daam politik
perempuan indonesia. Ide saya di sini adalah mengenai politisasi lebih radikal
atas politik perempuan,
Menurut Ani Soetjipto (2011:183) politik adalah suatu politk itu di
tempatkan suatu kapasitas untuk melakukan aktivitas politik sebatas
pengaturan serta pengelolaan keseepakatan-kesepakatan sudah terjadi secara
sosial.
2. Faktor yang mempengaruhi Eksistensi Perempuan Dalam Kontestasi
Politik
Kata feminisme dicetuskan pertama kali oleh Aktifis sosialis utopis,
Charles fourier pada tahun 1837. Pergerakan yang berpusat di eropa ini
54
berpindah ke amerika dan berkembang pesat. Padaawalnya gerakan ini di
tujukan untuk mengakhiri masa-masa pemasungan terhadap kebebaan kaum
perempuan. Secara umum kaum perempuan merasa di rugikan dalam semua
bidang dan di nomor duakan oleh kaum laki-laki dalam berbagai bidang
seperti bidang sosial, pekerjaan, pendidikan, dan politik khususnya terutama
dalam masyarakat yang berbudaya patriarki.
Di indonesia kesenjangan gender dalam kehidupan politik masih menjadi
sebuah tantangan yang harus di hadapi saat ini di karenakan jumlah
keterlibatan perempuan dalam setiap aktivitas piblik maupun politik belum
tarlalu terlibat untuk itu pemerintah indonesia telah berkomitmen untuk
mewujudkan kesetaraan gender, dibuktikan dengan diterbitkannya berbagai
pranata hukum mulai dari ratifikasi konfensi CEDAW.
Dalam undang-undang Nomor 7 Tahun 1984 penghapusan bentuk
deskriminasi perempuan, kemudian terbitnya peraturan pemerintah nomor 8
tahun 2008 tentang tahapan, tata cara penyusunan, pengendalian dan evaluasi
pelaksanaan rencana pembangunan daerah serta intruksi presiden. Namun
nyatanya indonesia masih berada di nomor 80 dari 156 negara yang ada
dalam indeks pembanguan gender pada tahun 2007, sedangkan pada tahun
2009 terjadi penurunan yang sangat signifikan, indonesia berada di urutan 90,
yang megertikan perempuan indonesia masih belum menikmati hak dan
standar yang sama dengan laki-laki. UNDP (2010)
55
Sama halnya di Kecamatan Pasimasunggu Timur, Kabupaten
Kepualauan Selayar masih di dominasi laki-laki yang menduduki bangku
parlemen. Dikarenakan ada beberapa hambatan yang menjadi penghalang
bagi perempuan untuk ikut dalam kontestasi politik. Menurut kamus besar
(1990:235) menjelaskan bahwa hambatan ataupun hambatan adalah hal
yang menjadi penyebab atau karenanya, keinginan dan tujuan tersebut tidak
dapat di wujudkan. Faktor penghambat partisispasi politik perempuan dalam
pemilihan kepala negara atau daerah ada dua faktor yaitu internal dan
eksternal. Faktor penghambat internal yaitu pendidikan, kultur budaya,
keluarga. Sedangkan faktor penghambat eksternal yaitu sosioalisasi, segi
pendangan politik.
UU SISDIKNAS No. 2 tahun 1989, pendidikan adalah usaha sadar
untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan pengjaran dan
latihan bagi peranannya di masa yang akan datang
UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan
Menurut Sockrates, pendidikan adalah suatu sarana yang digunakan
intuk mencari kebenaan. Sedangkan metodenya adalah dialektika
56
Menurut Ramlan Surbakti dalam Liza Hadis (2004:404) beberapa
hambatan yang di rasakan perempuan
1. segi pendidikan (internal)
adanya perbedaan laki-laki dengan perempuan berdampak padaperbedaan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sehimggatertinggal dalam memperoleh informasi dan keterbatasan komunikasi,sehingga perempuan terhambat dalam membangunan jaringan di wilayahpublik. Informasi tentang politik selalu diterimah melalui perspektif laki-laki,sehingga perempuan tereliminasi karena beranggapan bahwa politik menjadifenomena di luar dirinya. Hal ini dapat menjadi kendala terbesar dalammengangkat keterpurukan dan ketertindasan perempuan dalam nuansa budayapatriarkhi sehingga menjadi penghambatan yang besar bagi kaum perempuanuntuk berpartisipaasi dalam politik.
2. Segi keluarga(internal)
adalah masih terkait dengan adanya faktor budaya yang menyatakanperempuan di dalam mengembil keputusan harus berdasarkan suaminya/ayahkarena perempuan dianggap sebagai pelayan bagi laki-laki serta tidak berhakmengambil keputusan termasuk dalam pilihan politik, sehingga kurangnyadukungan dari keluarga di dalam perepuan berpartisipasi
3. segi Kultur Budaya (internal)
bahwa terdapat perbedaan kemampuan anatara perempuan dan laki-lakidalam memimpin, bahkan perempuan selalu menilai bahwa kebudayaansuku/etnis mempengaruhi kepartisipasiannya dalam politik bahkan segi kulturbudaya pun perempuan cenderung mengikuti pilihan laki-laki baik itu ayahmaupun suami. Perempuan lebih di tekankan pada budaya yang melekat,yang mengatakan bahwa perempuan adalah pelayan laki-laki sertatidakberhak dalam memilih keputusan termasuk dalam politik.
4. segi perempuannya sendiri (internal)
hambatan berpartisispasi dalam politik bersal dari dirinya sendiri.Pencitraan perempuan perempuan sebagai makhluk lemah, tidak mandiri,kurang tanggung jawab yang sudah meresap di bawah sadar, dirasakan
57
perempuan sebagai fitrah, bawwan dan kodrati. Inferioritas (rendah diri)akibat kontruk masyarakat juga manjadi hambatan perempuan dalam prosesaktualisasi potensi dirinya. Kurang mampunya perempuan mengukur potensidiri menyebabkan perempuan seolah kehilangan jatidirinya. Sebagai kibatnyaadalah pola pikir perempuan menjadi sangat akrab dengan kepasrahan,sengaja atau tidak akan di maafkan oleh kekuatan suporioritas laki-laki.
5. Segi Peran Lokal (eksternal)
Peran lokal adalah peran lingkugan seperti tokoh masyarakat dalampartisipasi di karenakan faktor lingkungan yang memandang perempuansebagai pelayan bagi suami atau ayah serta keterbelakangan pendidikandikalangan lingkungan sekitar bahkan tokoh masyarakat jarang memberikansaran sebagai dukungan agar perempuan bisa dan yakin jika perempuan itusendiri mampu berpartisipasi dalam politik.
6. Pandangan tentang politik (external)
Pandangan politik adalah bahwa kaum perempuan tidak dapatberpartisipasi politik karena perempuan terkadang memandang politik itutidak terlalu penting. Perempuan lebih mementingkan urusan rumahtangganya dibanding politik. Sebagian perempuan beranggapan bahwamemasuki rana politik adalah memasuki dunia yang membutuhkanperjuangan dan pengorbanan yang luar biasa. Kurangnya kaum perempuanyang memiliki naluri juang untuk berpolitik, untuk membela kaumperempuan yang lemah dan tertindas yang dikenal dengan politikandrosendtris politik androsendtris ciri khasnya adalah memarginalisasikanperempuan, semestinya menjadi agenda untuk dihapuskannya danmempopulerkan politik androgini agar siapapun baik laki-laki ataupunperempuan dapat menyuarakan suara perempuan
7. sosialisasi atau pengarahan (external)
Sosialisasi atau pengarahan tentang politik atau tentang pemilihanumum kaum perempuan terkadang menganggap bahwa sosialisasi tersebutdianggap tidak perlu untuk dihadiri karena perempuan lebih mementingkankepentingan bersifat pribadi. Perbedaan sosialisasi antara kaum perempuandan laki-laki adalah didalam pemberian penghargaan politik selalumengutamakan laki-laki didalam pemberian pegarahan politik. Perempuanselalu tidak diaggap tidak perlu mengikuti sosialisasi tersebut karenadianggap sebagai secondclass bahkan karena rendahnya tingkatan pendidikan
58
kaum perempuan maka di dalam sosialisasi perempuan sosialisasi pun kaumperempuan diterkebelakankan
Menurut Alfian Rokhmansyah (2013:83) Patriarki berasal dari
patriarkat, berarti stuktur yang menempatkan peran laki sebagai penguasa
tunggal, sentral dan segala-galanya. Sistem petriarki yang mendominasi
kebudayaan masyarakat menyebabkan adanya kesenjangan dan ketidakadilan
gender yang mempengaruhi hingga ke berbagai aspek kehidupan manusia.
Laki-laki memiliki peran sebagai kontrol utama bagi masyarakat,
sedangkan perempuan hanya memiliki sedikit pengaruh atau bisa dikatakan
tidak memiliki hak pada wilayah-wilayah umum dalam masyarakat, baik
secara ekonomo, sosial, politik, dan psikologis, bahkan termasuk didalamnya
institusi pernikahan. Hal ini menyebabkan perempuan di letakkan pada posisi
subordinat atau inferior. Pembatasan- pembatasan perempuan oleh budaya
patriarki membuat perempuan menjadi terbelenggu dan mendapatkan
perlakuan diskriminasi. Ketidak kesetaraan antara peran laki-laki dan
perempuan ini menjadi salah satu hambatan struktural yang menyebabkan
individu dalam masyarakat tidak memiliki akses yang sama. Selain itu,
produk dari kebijakan pemerinyah yang selama ini tidak sensitif terhadap
kebutuhan perempuan seringkali menjadi korban dari kebijakan itu.
Lemahnya perlindungan hukum terhadap perempuan, secara tidak
langsung juga telah menempatkan posisi perempuan menjadi termaginalkan.
Aspek historis dan budaya menempatkan perempuan sebagai pihak yang di
tundukkan melalui hubungan kekuasaan yang bersifat patriarkat, baik secara
59
personal maupun melalui pengaturan negara. Praktik budaya patriarki masih
berlangsung hingga saat ini, di tengah berbagai gerakan feminis dan aktivis
perempuan yang gencar menyuarakan serta menegakkan hak perempuan.
Praktik ini terlihat pada aktivis domestik, ekonomi, politik, budaya. Sehingga
hasil dari praktik tersebut menyebabkan berbagai masalah sosial di indonesia
seperti merujuk pada definisi masalah sosial adalah suatu kondisi yang tak
diinginkan terjadi oleh sebagian besar dari warga masyarakat, yaitu kekerasan
dalam rumah tangga (KDRT), Pelecehan seksual, angka pernikahan dini, dan
perceraian.
ekonomi merupakan salah satu bidang kajian yang mencoba
menyelesaikan masalah keperluan asas kehidupan manusia melalui
pengglembengan segala sumber.
Perlu diketahui bahwa selama ini kaum perempuan di Kecamatan
Pasimasunggu Timur sangat minim kiprahnya dalam panggung politik, hal ini
di sebabkan beberapa faktor terhususnnya faktor ekonomi yang perempuan
diberatkan dengan mahalnya ongkos politik maju sebagai calon, dan perlu di
ketahui perempuan yang ada di indonesia lebih banyak yang masih
bergantung pada keluarga orang tua/ suami, ketidak mandirian perempuan
membuat dia terjebak dalam keadaan statis atau diam di tempat apalagi
sekarang pemikiran masyarakat tidak ada unag maka siap-siap untuk tidak di
pilih hal ini salah satu patologi-patologi yang harus dihilangkan karena dapat
menghambat perempuan dalam Kontestasi Politik. Politik uang adalah suatu
60
bentuk pemberian atau janji menyuap seseorang baik seseorang itu
tidakmenjalankan hak untuk memilih atau maupun supaya ia menjalanka
haknya dengan cara tertetu pada saat pemilihan umum.
Pemberian bisa berupa uang atau barang. Politik uang adalah suatu
pelanggaran kampanye. Politik uang biasanya di gunakan simpatisan, kader
atau bahkan pengurus partai politik menjelah hari pemilihan umum. Praktik
politik uang dilakukan dengan cara pemberian berbetuk uang, sembako antara
lain beras, minyak dan gula kepada masyarakat dengan tujuan menarik
simpati masyarakat agar mereka memberikan suaranya kepada partai yang
bersangkutan.
61
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan Hasil Penelitian di Kecamatan Pasimasunggu Timur,
Kabupaten Kepulauan Selayar maka dapat di simpulkan Bahwa:
1. Bentuk Eksistensi Perempuan yang ada di Kecamatan Pasimasunggu
Timur masih sangat minim dikarenakan perempuan yang ikut dalam
Kontestasi Politik lebih sedikit dibandingkan laki-laki.
2. Faktor yang mempengaruhi Eksistensi Perempuan Dalam Kontestasi
Politik di Kecamatn Pasimasunggu Timur, Kabupaten Kepulauan Selayar.
a) faktor Internal yaitu: Faktor Pendidikan, Faktor Keluarga, Faktor Budaya,
faktor diri sendiri
b) Faktor Eksternal yaitu: Faktor Peran Lokal, Faktor Pandangan Politik,
Faktor Sosialisasi
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka saran yang dapat penulis berikan
untuk mewujudkan kesetaraan gender dalam politik terutama mengenai
keterwakilan perempuan dalam politik antara lain:
1. Adanya peningkatan pendidikan politik bagi para perempuan sehingga
para perempuan tidak awam lagi dengan dunia politik, dan berani untuk turut
62
berpartisispasi dalm perpoltikan demi menyeimbangkan hak dan kewajiban
demokrasi sebagai bagian dari negara
2. Adanya peningkatan dalam pemberdayaan ekonomi perempuan, sehingga
tidak tertinggal dan tidak ketergantungan dengan kaum laki-laki, serta
dengandemikian akses sosial yang dimiliki lebih dapat dijangkau dengan
ekonomi yang memadai untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas politik
3. Adanya pembentukan Partai nasional ataupun partai lokal khusus
perempuan sebagai wadah yang mengharuskan para perempuan untuk ikut
dalam kontestasi politik
63
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Irwan. 2014. “Reproduksi Ketimpangan Gender Partisipasi WanitaDalamKegiatan Ekonomi” Prisma Majalah Kajian Ekonomi dan sosial No.6 Tahun 2014. LP3ES
Abidin Zainal, 2009. Analisis Eksistensial Jakarta
Alfian Rokhmansyah. 2013. Pengantar Gender dan Feminisme Yogyakarta
Andi kartika. 2012. Eksistensi Jamu Cekok di Tengah Perubahan Sosial.Yogyakarta:Eprints UNY
Ani Soetjipto, 2011, Politik Perempuan Bukan Gerhana, Jakarta
Arikunto Suharsimi 2010 Manajemen Penelitian, Jakarta
Basrowi dan Suwandi 2009 Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung
Damsar.2015. Pengantar Teori Sosiologi.Jakarta: Kencana
Dagun. 2012, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, Jakarta
Dekdikbud, 2008.kamus besar bahasa Indonesia esisi 4. Jakarta: gramedia pustaka.
Farzana Bari. 2010, Partisipasi Perempuan Dalam Politik Dan Pemerintah, Jakarta
Firmanzah 2010 Marketing Politik, Jakarta, Fahrizal 2007 Marketing Politik, Jakarta
Hasyim, Ayafiq. 2005. Pengantar Feminism Dan Fundamentalisme Islam.Yogyakarta: LKiS.
Ida Fauziah, 2015. Geliat Perempuan Pasca Revormasi, Yogyakarta
64
Jutta Berninghausen dan Birgit Kerstan 2010. Forging New Paths: Feminist SicialMethodology and Rural Women in Jafa. London
Liza Hadis, 2005, Partisipasi Dan Partai Politik Jakarta
Mansour Fakih, 2001, Analisis Gender Dan Transformasi Sosial Yogyakarta
Merton, 2011, Teori Sosiologi Moderen. Jakarta
Muttahahari.2010. Hak-hak Wanita Dalam Islam. Jakarta: Lentera
Nasaruddin Umar 2001 kesetaraan gender perspektif al-Quran, Jakarta
Nur Fitri Balasong & Hasmawati Hamid, Perempuan Untuk Perempuan (SketsaPemikiran Perempuan Untuk Pemberdayaan Potensi Perempuan di SulawesiSelatan), Makassar: toACCAe PUBLISHING, 2006. hal 25
N. Marbun, B. 2012. Kamus Politik. Jakarta: CV. Muliasari
Pratiwi, 2016, Seksualitas Reproduksi Perempuan. Jakarta
Qasim Amin 2003. Sejarah Penindasan Perempuan: Mengugat “Islam Laki laki”Menggugat “Perempuan Baru”,Yogyakarta
Qurais Shihab 2013 membumikan al-Qur’an, fungsi dan peran wahyu terhadapkehidupan masyarakat, Bandung
Rahmiaty.2015. Eksistensi Sanro.SkripsiSI.Universitas Negeri Makassar, Makassar
Steinberg dan Arnold, 2016, Kontestasi Politik dalam Ruang Media, Jakarta
Suardi. 2014. Komunitas Peminum Ballo’. TesisS2. Universitas Negeri Makassar,Makassar
Sugyono 2013 metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif, Bandung
Syekh Mutawalli As Sya’rawi 2005 Fikih Perempuan (muslimah),Jakarta
65
Wibowo 2011 peran ganda perempuan dan kesetaraan gender,Yogyakarta
Wirawan. 2012. Teori-Teori Sosial Jakarta: Premedia Group
Zaitun Zubhan 2004. Perempuan dan Politik Dalam Islam,DKI Jakarta
http://makassar.tribunnews,com/2019/05/03/ini-nama-caleg-lolos-ke-dprd-selayar
http://www.Nakerstrans.Go.id.html
L
A
M
P
I
R
A
N
DAFTAR INFORMAN
Berikut ini merupakan daftar informan yang ditemui oleh peneliti dalam
melakukan penelitian di Kecamatan Pasimasunggu Timur Kabupaten Kepulauan
Selayar.
NO NAMA INFORMAN UMUR PEKERJAAN
1 Ibu Hj. Andi Sitti 36 Tahun Wiraswasta
2 Ibu Nur Lina 29 Tahun Penjual esKeliling
3 Ibu Mu’la 28 Tahun IRT
4 Ibu Nurdayani 26 Tahun Penjual bakso
5 Ibu Basse Limbang 40 Tahun Wiraswasta
6 Ibu Sukmawati 33 Tahun Penjual Gorengan
7 Ibu Jawiah 34 Tahun BPD (BadanPermusyawaratan
Desa)
8 Ibu Sitti Amang 40 Tahun IRT
PEDOMAN OBSERVASI
No
observasi Hasil pengamatan
1 Eksistensi Perempuan DalamKontestasi Politik di KecamatanPasimasunggu Timur Kabupatenkepulauan Selayar
Perempuan yang berkiprah ke ranahpolitik di Kecamatan Pasimasunggu Timursangat sedikit dan didominasi oleh Kaumlaki-laki
2 Faktor yang mempengaruhiEksistensi Perempuan DalamKontestasi Politik di KecamatanPasimasunggu Timur Kabupatenkepulauan Selayar
Faktor Internal Dan Eksternal
Faktor Pendidikan (internal)adanya perbedaan laki-laki denganperempuan berdampak pada perbedaanpenguasaan ilmu pengetahuan danteknologi (IPTEK) sehimgga tertinggaldalam memperoleh informasi danketerbatasan komunikasi, sehinggaperempuan terhambat dalammembangunan jaringan di wilayah publik.Informasi tentang politik selalu diterimahmelalui perspektif laki-laki, sehinggaperempuan tereliminasi karenaberanggapan bahwa politik menjadifenomena di luar dirinya. Hal ini dapatmenjadi kendala terbesar dalammengangkat keterpurukan danketertindasan perempuan dalam nuansabudaya patriarkhi sehingga menjadipenghambatan yang besar bagi kaumperempuan untuk berpartisipaasi dalampolitik.
Faktor Kultur Budaya (internal) bahwa terdapat perbedaan kemampuananatara perempuan dan laki-laki dalammemimpin, bahkan perempuan selalumenilai bahwa kebudayaan suku/etnismempengaruhi kepartisipasiannya dalampolitik bahkan segi kultur budaya punperempuan cenderung mengikuti pilihanlaki-laki baik itu ayah maupun suami.Perempuan lebih di tekankan pada budayayang melekat, yang mengatakan bahwaperempuan adalah pelayan laki-lakisertatidak berhak dalam memilihkeputusan termasuk dalam politik.
Faktor keluarga (internal) masih terkait dengan adanya faktor budayayang menyatakan perempuan di dalammengembil keputusan harus berdasarkansuaminya/ayah karena perempuandianggap sebagai pelayan bagi laki-lakiserta tidak berhak mengambil keputusantermasuk dalam pilihan politik, sehinggakurangnya dukungan dari keluarga didalam perepuan berpartisipasi
Faktor Perempuannya sendiri(internal)
hambatan berpartisispasi dalam politikbersal dari dirinya sendiri. Pencitraanperempuan perempuan sebagai makhluklemah, tidak mandiri, kurang tanggungjawab yang sudah meresap di bawah sadar,dirasakan perempuan sebagai fitrah,bawwan dan kodrati. Inferioritas (rendahdiri) akibat kontruk masyarakat jugamanjadi hambatan perempuan dalamproses aktualisasi potensi dirinya. Kurangmampunya perempuan mengukur potensidiri menyebabkan perempuan seolahkehilangan jatidirinya. Sebagai kibatnyaadalah pola pikir perempuan menjadisangat akrab dengan kepasrahan, sengajaatau tidak akan di maafkan oleh kekuatansuporioritas laki-laki.
Faktor Peran Lokal (eksternal) Peran lokal adalah peran lingkugan sepertitokoh masyarakat dalam partisipasi dikarenakan faktor lingkungan yangmemandang perempuan sebagai pelayanbagi suami atau ayah sertaketerbelakangan pendidikan dikalanganlingkungan sekitar bahkan tokohmasyarakat jarang memberikan saransebagai dukungan agar perempuan bisadan yakin jika perempuan itu sendirimampu berpartisipasi dalam politik.
Faktor Pandangan tentangpolitik (external)
Pandangan politik adalah bahwakaum perempuan tidak dapat berpartisipasipolitik karena perempuan terkadangmemandang politik itu tidak terlalupenting. Perempuan lebih mementingkanurusan rumah tangganya dibanding politik.Sebagian perempuan beranggapan bahwamemasuki rana politik adalah memasukidunia yang membutuhkan perjuangan danpengorbanan yang luar biasa. Kurangnyakaum perempuan yang memiliki nalurijuang untuk berpolitik, untuk membelakaum perempuan yang lemah dan tertindasyang dikenal dengan politik androsendtrispolitik androsendtris ciri khasnya adalahmemarginalisasikan perempuan,semestinya menjadi agenda untukdihapuskannya dan mempopulerkanpolitik androgini agar siapapun baik laki-laki ataupun perempuan dapatmenyuarakan suara perempuan
Faktor sosialisasi ataupengarahan (external)
Sosialisasi atau pengarahan tentangpolitik atau tentang pemilihan umum kaumperempuan terkadang menganggap bahwasosialisasi tersebut dianggap tidak perluuntuk dihadiri karena perempuan lebihmementingkan kepentingan bersifatpribadi. Perbedaan sosialisasi antara kaumperempuan dan laki-laki adalah didalampemberian penghargaan politik selalumengutamakan laki-laki didalampemberian pegarahan politik. Perempuanselalu tidak diaggap tidak perlu mengikutisosialisasi tersebut karena dianggapsebagai second class bahkan karenarendahnya tingkatan pendidikan kaumperempuan maka di dalam sosialisasiperempuan sosialisasi pun kaumperempuan diterkebelakankan
PEDOMAN WAWANCARA
A. BENTUK EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI
POLITIK
1. Siapakah nama lengkap anda ?
Jawab : Ibu Jawiah
2. Berapa umur anda ?
Jawab : 34 tahun
3. Di daerah mana anda tinggal ?
Jawab :Jln. Balla Bulo
4. Apa Pekerjaan anda selainjualan ?
Jawab : BPD (Badan Permusyawaratan Desa)
5. Sudah berapa lama anda menetap di daerah ini?
Jawab : dari sejak kecil
6. Bagaimana keberadaan perempuan dalam dunia politik ?
Jawab : perempuan yang ikut dalam kontestasi politik sangat sedikit
palingan dua orang itupun tidak terpilih. Jadi yang duduk di kantor
DPR mayoritas laki-laki, kalau perempuan palingan dari daerah lain
1. Siapakah nama lengkap anda ?
Jawab : Ibu Hj. Andi Sitti
2. Berapa umur anda ?
Jawab : 36 tahun
3. Di daerah mana anda tinggal ?
Jawab : Jln. Bulo Sipappa’
4. Apa Pekerjaan anda ?
Jawab : Wiraswasta
5. Sudah berapa lama anda menetap di daerah ini?
Jawab :dari sejak kecil
6. Apakah sudah banyak perempuan yang ikut serta dalam pemilu ?
Jawab : sangat kurang untuk itu sayan ingin mencalonkan jadi kepala
Desa yang akan datang di bulan November 2019 dan saya satu-satunya
perempuan di kecamatan pasimasunggu timur yang maju sebagai calon
kepala desa.
1. Siapakah nama lengkap anda ?
Jawab : Sitti Amang
2. Berapa umur anda ?
Jawab : 40 Tahun
3. Di daerah mana anda tinggal ?
Jawab : Jln. Ujung
4. Apa Pekerjaan anda ?
Jawab : IRT
5. Apakah sudah banyak perempuan yang berkiprah ke ranah politik di
kecamatan pasimasunggu timur ?
Jawab: belum karena yang menduduki bangku parlemen di Selayar
kebanyakan Laki-laki, karena tugas laki-laki adalah memimpin dan
perempuan seharusnya tidak usah ikut dalam pemilihan karena tugas
perempuan menyediakan makanan untuk suami serta mengurus dan
mendidik anaknya.
1. Siapakah nama lengkap anda ?
Jawab : Ibu Nurlina
2. Berapa umur anda ?
Jawab : 29 Tahun
3. Di daerah mana anda tinggal ?
Jawab :Jln. Ujung
4. Apa Pekerjaan anda ?
Jawab :penjual Es keliling
5. Sudah berapa lama anda menetap di daerah ini?
Jawab : 8 Tahun
6. Bagaimna minat perempuan di kecamatan pasimasunng timur untuk
serta dalam pemilu?
Jawab : minat perempuan dalam ikut serta dalam politik sangat kurang
karena mereka lebih sibuk dengan urusan mereka sendiri karena sibuk
mngurus rumah tangganya dikarenakan kebanyakan perempuan disini
Tamat SMA langsung dikasih nikah
1. Siapakah nama lengkap anda ?
Jawab : Ibu Sukmawati
2. Berapa umur anda ?
Jawab: 33
3. Di daerah mana anda tinggal ?
Jawab :Jln. setapak
4. Apa Pekerjaan anda ?
Jawab :penjual gorengan
5. Sudah berapa lama anda menetap di daerah ini?
Jawab :5 tahun
6. Bagaimna minat perempuan di kecamatan pasimasunggu timur untuk
ikut serta dalam pemilu ?
Jawab : perempuan disini bisa dikatan apatis kalau masalah politik
karena mereka sibuk dengan urusan rumah tangganya, dan perempuan
yang pendidikannya sudah dikatakan sarjana rata-rata ambil jurusan
keguruan jadi selesai wisudah langsung ngajar
1. Siapakah nama lengkap anda ?
Jawab : Ibu Nurdayani
2. Berapa umur anda ?
Jawab : 26 tahun
3. Di daerah mana anda tinggal ?
Jawab :Jln. Balla Bulo
4. Apa Pekerjaan anda selain jualan ?
Jawab :penjualbakso
5. Sudah berapa lama anda menetap di daerah ini?
Jawab : sejak dari kecil
6. Bagaimana keberadaan perempuan dalam dunia politik ?
Jawab : sangat sedikit karena kalau perempuan disini mencalonkan
jarang sekali dipilih jadi yang menjabat di bangku parlemen itu
mayoritas laki-laki
2. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSISTESI PEREMPUAN DALAM
KONTESTASI POLITIK
1. Siapakah nama lengkap anda ?
Jawab : Ibu Nurdayani
2. Berapa umur anda ?
Jawab : 26 tahun
3. Di daerah mana anda tinggal ?
Jawab :Jln. Balla Bulo
4. Apa Pekerjaan anda selain jualan ?
Jawab :penjualbakso
5. Sudah berapa lama anda menetap di daerah ini?
Jawab : sejak dari kecil
6. Apa yang membuat perempuan di Kecamatan Pasimasunggu Timur
tidak ikut dalam pemilu ?
Jawab : , sebenarnya saya juga mau jadi perempuan yang ada di kantor
DPR yang berpakaian rapi terhormat serta cerdas, tetapi saya
terkendala di pendidikan karena pada jaman saya dulu tamat SD di
berhentikanma mauma di kasih menikah karena pemikiran orang tua
saya perempuan nda usah di kasih sekolah tinggi-tinggi karna tugas
perempuan hanya jadi ibu rumah tangga nantinya
1. Siapakah nama lengkap anda ?
Jawab : Ibu Basse Limbag
2. Berapa umur anda ?
Jawab : 40 tahun
3. Di daerah mana anda tinggal ?
Jawab :Jln. Tetta Kesu
4. Apa Pekerjaan anda ?
Jawab : Wiraswasta
5. Sudah berapa lama anda menetap di daerah ini?
Jawab : sejak dari kecil
6. Apa yang membuat perempuan di Kecamatan Pasimasunggu Timur
sedikit yang berkiprah ke ranah politik ?
Jawab : Sedikitnya perempuan yang berkiprah ke rana politik di
karenakan kurangnya perempuan yang menjenjang pendidikan lebih
tinggi seperti S1 itupun perempuan yang punya pendidikan yang lebih
tinggi rata-rata bergelar S.Pd yang notabenenya jadi guru tanpa melihat
peluang untuk jadi pejabat seperti jadi anggota Dewan, Bupati, Kepala
Desa. hal ini yang mendasari kurangnya perempuan yang ikut dalam
kontestasi politik di Kecamatan Pasimasunggu Timur, Kabupaten
Kepulauan Selayar
1. Siapakah nama lengkap anda ?
Jawab : Ibu Jawiah
2. Berapa umur anda ?
Jawab : 34 tahun
3. Di daerah mana anda tinggal ?
Jawab :Jln. Balla Bulo
4. Apa Pekerjaan anda ?
Jawab : : BPD (Badan Permusyawaratan Desa)
5. Sudah berapa lama anda menetap di daerah ini?
Jawab : sejak dari kecil
6. Apa yang membuat perempuan di Kecamatan Pasimasunggu Timur
sedikit yang berkiprah ke ranah politik ?
Jawab : Pemikiran masyarakat awam saat ini menempatkan laki-laki
sebagai orang yang mampu bersaing di arena politik, dan perempuan
tidak pantas bagi perempuan untuk ikut dalam kontestasi politik karna
itu keluar dari hakiat tugas perempuan.
1. Siapakah nama lengkap anda ?
Jawab : Ibu Mu’la
2. Berapa umur anda ?
Jawab : 28 tahun
3. Di daerah mana anda tinggal ?
Jawab :Jln. Ujung
4. Apa Pekerjaan anda ?
Jawab : IRT
5. Sudah berapa lama anda menetap di daerah ini?
Jawab : sejak dari kecil
6. Apa yang menjadi faktor perempuan di Kecamatan Pasimasunggu
Timur sedikit yang berkiprah ke ranah politik ?
Jawab: kebanyakan perempuan hanya di jadikan sebagai pelengkap
hidup, ia di sejajarkan dengan nilai tukar barang. Misalnya perempuan
yang akan di nikahi harus di beli dengan sejumlah uang, hewan atau
barang yang bernilai mahal seturut dengan adat istiadat, keadaan ini
menjadi salah satu faktor atau jadi bahan reverensi masyarakat bahwa
perempuan itu kerjanya hanya jadi pendamping suami
1. Siapakah nama lengkap anda ?
Jawab : Ibu Hj. Andi Sitti
2. Berapa umur anda ?
Jawab : 36 tahun
3. Di daerah mana anda tinggal ?
Jawab : Jln. Bulo Sipappa’
4. Apa pekerjaan anda?
Jawab: Wiraswasta
5. Sudah berapa lama anda menetap di daerah ini?
Jawab :dari sejak kecil
6. Apa yang menjadi faktor perempuan di Kecamatan Pasimasunggu
Timur sedikit yang berkiprah ke ranah politik ?
Jawab: untuk saat ini budaya patriarki masih melekat disebagian
masyarakat, hal ini yang menandakan bahwa laki-laki masih pada
posisi paling atas sehinga posisi perempuan dalam masyarakat masih
di kucilkan atau tidak setara dengan laki-laki
1. Siapakah nama lengkap anda ?
Jawab : Ibu Nurlina
2. Berapa umur anda ?
Jawab : 29 Tahun
3. Di daerah mana anda tinggal ?
Jawab :Jln. Ujung
4. Apa Pekerjaan anda ?
Jawab :penjual Es keliling
5. Sudah berapa lama anda menetap di daerah ini?
Jawab : 8 Tahun
6. Apa yang menjadi faktor perempuan di Kecamatan Pasimasunggu
Timur sedikit yang berkiprah ke ranah politik ?
Jawab : memang sulit untuk ikut dalam pemilihan yang pertama kita
harus minta izin kepada suami bagi perempuan yang sudah bersuami,
atau minta izin kepada orang tua bagi yang belum bersuami, walaupun
sudah ada izin dari yang bersangkutan ya lagi-lagi terkendala di
ekonomi karna mata pencaharian masyarakat Kecamatan
Pasimasunggu Timur mayoritas nelayan dan petani, dari penghasilan
itu hanya bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari
Dokumentasi
RIWAYAT HIDUP
Dirsan, Lahir di Jampea, pada tanggal 25 Oktober1995. Merupakan anak ke dua dari buah kasih sayangpasangan Baharuddin dengan Hj. Andi Siti. Penulismenempuh pendidikan Sekolah Dasar di SDN No. 21Ujung pada Tahun 2009. Pada tahun yang sama penulismelanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama diSMPN 2 Pasimasunggu Timur, lulus pada pada tahun2012. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan diSMAN 1 Pasimasunggu Timur dan tamat di tahun2015. Dan pada tahun yang sama penulis melanjutkan
pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar Fakultas Keguruan dan IlmuPendidikan jurusan Pendidikan Sosiologi dan berhasil lulus di Program Strata 1(S1) Kependidikan. Pada tahun 2019 penulis menyelesaikan studi dengan gelarSarjana Pendidikan dengan menyusun karya ilmiah (skripsi) yang berjudul“Eksistensi Perempan dalam kontestasi Politik (studi Kasus di Kecamatanpasimasunggu Timur Kabupaten Kepulauan Selayar”.