eksistensi perempuan dalam kontestasi politik (s tudi

101
EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (STUDI KASUS DI KECAMATAN PASIMASUNGGU TIMUR KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu Syarat Guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar OLEH : DIRSAN NIM:10538314715 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2019

Upload: others

Post on 24-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK(STUDI KASUS DI KECAMATAN PASIMASUNGGU

TIMUR KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu Syarat Guna memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar

OLEH :

DIRSAN

NIM:10538314715

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2019

Page 2: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI
Page 3: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI
Page 4: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

vii

MOTTO

“Jadikan mimpi mu sebagai ambisi mu,

Dan jadikan ambisi mu sebagai motivasi mu”

“Terangilah malam walau hanya menjadi sebuah lilin

kecil, dan basahilah tanah yang gersang walau hanya

menjadi setetes air hujan”

Waktu adalah harta berharga yang kita miliki, kerena waktu memberikita ilmu dan pengetahuan, karena waktu memberi kita cerita dankenangan, karena waktu memberi kita cinta dan kasih sayang,serta waktu member kita kebahagian baik di dunia dan akhirat…..“Manfaatkan waktu mu sebaik mungkin……”

Dirsan

Page 5: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

vii

Abstrak

Dirsan, 2019. Eksistensi Perempuan Dalam Kontestasi Politik (StudiKasus di Kecamatan Pasimasunggu Timur, Kabupaten Kepulauan Selayar),Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultan Keguruan dan IlmuPendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar dibimbing oleh Nursalamdan Rahmiah Badaruddin.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Bentuk EksistensiPerempuan Dalam Kontestasi Politik di Kecamatan Pasimasunggu Timur,Kabupaten Kepulauan Selayar. 2) Faktor yang Mempengaruhi EksistensiPerempuan Dalam Kontestasi Politik di Kecamatan Pasimasunggu Timur,Kabupaten Kepulauan Selayar.Jenis penelitian ini Kualitatif denganmenggunakan pendekatan Studi Kasus dengan penentuan informan melaluiteknik Purposive Sampling dengan kriteria yaitu Perempuan yang bekerja disektor domestik dan Perempuan yang berkiprah ke ranah politik. Teknikpengumpulan data yang digunakan yaitu: Observasi, Wawancara,Dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan DeskriptifKualitatif dengan tahapan mereduksi data, mendisplay data dan penarikankesimpulan. Teknik keabsahan data menggunakan trianggulasi metode atauteknik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Bentuk Eksistensi Perempuandalam Kontestasi Politik di Kecamatan Pasimasunggu Timur, KabupatenKepulauan Selayar, masih didominasi oleh kaum laki-laki dari yangmemimpin di kecamatan sampai di desa rata-rata laki-laki itupun perempuanyang berkiprah ke ranah politik hanya menjabat sebagai BPD (BadanPermusyawaratan daerah) dan untuk pemilihan Kepala Desa yang akandatang sudah ada calon dari kaum perempuan yang ikut dalam kontestasiPolitik di Desa Bontobulaeng. 2) Faktor yang mempengaruhi EksistesiPerempuan dalam Kontestasi Politik di Kecamatan Pasimasunggu TimurKabupaten Kepulauan Selayar, yaitu: a) Faktor Pendidikan, Keluarga, KuturBudaya, Perempuannya Sendiri (Internal). b) Faktor Pandangan Politik, PeranLokal, Sosialisasi atau Pengarahan.

Berdasarkan Hasil Penelitian di Kecamatan Pasimasunggu Timur,Kabupaten Kepulauan Selayar maka dapat disimpulkan Bahwa: BentukEksistensi Perempuan yang ada di Kecamatan Pasimasunggu Timur masihsangat minim dikarenakan perempuan yang ikut dalam Kontestasi Politiklebih sedikit dibandingkan laki-laki dan faktor yang mempengaruhi yaitu:faktor internal dan eksternal

Kata Kunci:Eksistensi, Perempuan, Kontestasi Politik

Page 6: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

vii

Abstact

Dirsan, 2019, The Existence of women in political contestation (CaseStudy in the Sub-district Pasimasunggu East Island distrct Selayar) SociologyEducation Study Program, Faculty of Teacher Training and Education,University of Muhammadiyah Makassar guided by Nursalam and RahmatiahBadaruddin.

This study aims to determine: 1) The form of the existence in politicalcontestation in the Sub-district Pasimasunggu East Island distrct Selayar. 2)Factors that influence the existence in political contestation in the Sub-districtPasimasunggu East Island distrct Selayar

This type of research is qualitative using a case study approach with thedetermination of informants through techniques purposive sampling with thecriteria that women work in the domestic sector and women who take part inpolitical turmoil. Data collection techniques used namely: observation,interview, documentation. The data obtained were analyzed using qualitativedescriptive with stages of reducing data, displaying data and drawingconclusions. Data validity techniques use trianggulation methods ortechniques.

The result of the study show that : 1) the exsistence of women in politicalcontestation in the pasimasunggu timur sub-district of the selayar archipelago,is still dominated by men from those who lead in the sub-district of thevillages in the average of men and even women who take part in politics onlyserve as BPD ( regional consultative body) and for teh upcoming village headelection there are already female candidates who have participated in politicalcontestation in the village of Bontobulaeng. 2) Factors that influence theexistence in political contestation in the Sub-district Pasimasunggu EastIsland distrct Selayar that is: a) factors of education, famly, culture, self. b)factors of political views, local roles, outreach or direction

Based on the results of research in east pasimasunggu subdstrict, selayarisland district, it can be conluded that : the exsistence of women inpasimasunggu timur subdistrict is still very minimal because women whoparticipate in political contestation are less that men and the influenchingfactors are : internal and external factors.

Keywords : existence, women, political contestation

Page 7: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang, demikian kata untuk

mewakili atas segala karunia dan nikmat-NYA. Jiwa ini takkan henti bertauhid

atas anugerah pada detik waktu, denyut jantung , gerak langkah, serta rasa dan

rasio pada-Mu, Sang Khaliq. Skripsi ini adalah setitik dari sederetan berkah-Mu.

Setiap orang dalam berkarya selalu mencari kesempurnaan, tetapi

terkadang kesempurnaan itu terasa jauh dari kehidupan seseorang. Demikian juga

dalam tulisan ini, kehendak hati ingin mencapai kesempurnaan, tetapi kapasitas

penulis dalam keterbatasan. Segala daya dan upaya telah penulis kerahkan untuk

membuat tulisan ini selesai dengan baik dan bermanfaat dalam dunia pendidikan,

khususnya dalam ruang lingkup Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar.

Motivasi dari berbagai pihak sangat membantu dalam penampungan

tulisan ini. Segala rasa hormat, penulis mengucapkan terimah kasih kepada kedua

orang tuaku tercinta yang telah berjuang, berdoa, mengasuh, membesarkan,

mendidik, mendukung dan membiayai penulis dalam proses pencarian ilmu.

Penulis juga mengucapkan para saudara-saudara dan keluarga yang tak hentinya

membrikan motivasi. Dengan segala hormat penulis mengucapkan terimah kasih

kepada Dr. H. Nursalam, M,si dan Dra. Hj. Rahmiah Badaruddin, M.Si.Selaku

Page 8: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

ix

pembimbing I dan pembimbing II yang selalu memberikan bimbingan motivasi

serta menuntun penulis sejak awal penyusunan proposal hingga selesainnya

proposal ini.

Tak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada : Prof. Dr. H.

Abd. Rahman Rahim, SE, MM, Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar,

Erwin Akib, S.Pd, M.Pd, Ph.D Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar, dan Drs. H. Nurdin, M.Pd ketua jurusan

pendidikan sosiologi, serta seluruh dosen dan staf pegawai dalam lingkungan

Fakultas Keguruan dan Imu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar

yang telah membekali penulis dengan serangkaian ilmu yang bermanfaat.

Dan ucapan terimah kasih kepada teman-teman seperjuanganku yang

selalu menemani dalam suka dan duka, sahabat-sahabatku terkasih serta seluruh

rekan mahasiswa Prodi Pendidikan Sosiologi atas segala kebersamaan, motivasi,

saran dan bantuannya.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa

mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak, yang bersifat

membangun.Semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat. Aamiin Yarabbal

Alamin. Billahi fii sabilil haq fastabiqul khaerat wassalamu’alaikum

warahmatullahi wabarakatuh.

Makassar September2019

Dirsan

Page 9: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................. iii

SURAT PERNYATAAN ............................................................................. iv

SURAT PERJANJIAN ...................................................................................v

MOTTO ......................................................................................................... vi

ABSTRAK ................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR................................................................................. viii

DAFTAR ISI....................................................................................................x

DAFTAR BAGAN....................................................................................... xiv

DAFTAR TABEL .........................................................................................xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...........................................................................................1

B. Rumusan Masalah ......................................................................................7

C. Tujuan Penelitian .......................................................................................7

D. Manfaat Penelitian .....................................................................................7

E. Defenisi Operasional..................................................................................8

Page 10: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

xi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka .........................................................................................10

1) Eksistensi .................................................................................................10

2) Perempuan................................................................................................12

3) Kontestasi Politik .....................................................................................15

B. Konsep Teori ..............................................................................................17

1) Struktural dan Fungsional..........................................................................17

2) Tindakan Sosial..........................................................................................18

C) Penelitian Relevan......................................................................................20

D) Kerangka Pikir ...........................................................................................22

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian.........................................................................................24

B. Lokasi Penelitian......................................................................................25

C. Informan penelitian ..................................................................................25

D. Fokus penelitian .......................................................................................26

E. Instrumen Penelitian ...............................................................................26

F. Jenis dan Sumber Data Penelitian............................................................26

G. Teknik Pengumpulan Data.......................................................................27

H. Teknik Analisi Data .................................................................................28

I. Teknik Keabsahan Data ...........................................................................30

Page 11: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

xii

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Singkat Kabupaten Selayar ........................................................ 31

B. Geografi ................................................................................................... 34

C. Pariwisata dan Kebudayaan..................................................................... 34

D. Batas Wilayah ......................................................................................... 35

E. Topografi ................................................................................................. 36

D. Geologi .................................................................................................... 37

F. Demografi ............................................................................................... 38

G. Anggota DPRD 2019-2024 ..................................................................... 39

H. Gambaran Kecamatan Pasimasunggu Timur .......................................... 41

BAB V HASIL PANELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ....................................................................................... 43

1) Bentuk Eksistensi Perempuan Dalam Kontestasi Politik ........................ 43

2) Faktor Mempengaruhi Eksistensi Perempua Dalam Kontestasi politik .. 46

B. Pembahasan Hasil Penelitian................................................................... 49

1) Bentuk Eksistensi Perempuan Dalam Kontestasi Politik ........................ 49

2) Faktor Mempengaruhi Eksistensi Perempua Dalam Kontestasi politik .. 53

Page 12: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

xiii

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ............................................................................................. 61

B. Saran ........................................................................................................ 61

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 13: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

xiv

DAFTAR BAGAN

Bagan Kerangka Pikir ............................................................................... 23

Page 14: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

xv

DAFTAR TABEL

1.1 batas wilayah Kepulauan Selayar ....................................................... 35

1.2 anggota DPRD Selayar ....................................................................... 39

1.3 Jumlah Desa Kecamatan Pasimasunggu Timur .................................. 41

1.4 Sarana Pendidikan Kecamatan Pasimasunggu Timur......................... 42

Page 15: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masyarakat secara umum digolongkan menjadi beberapa jenis salah

satunya sistem diferensiasi. Pada system ini masyarakat digolongkan berdasarkan

gender salah satunya. Pada penggolongan berdasarkan gender adalah

penggolongan berdasarkan jenis kelamin, hal ini membagi masyarakat menjadi

dua kelompok yaitu laki-laki dan perempuan.

Qasim Amin (2003:29) di zaman jahiliyah perempuan adalah kelempok

manusia yang selalu tertindas. Mereka tidak memiliki daya dan upaya keluar dari

belenggu tindasan, mereka tidak di hargai layaknya laki-laki, terutama yang

berkaitan dengan seksualitas dan produktivitas ekonomi. Ironisnya, ketertindasan

ini di alami oleh perempuan di dalam rumah tangganya dan oleh orang orang

terdekatnya sendiri (ayah atau suaminya)

Sejarah indonesia mencatat saah satu Presiden Republik Indonesia adalah

seorang Perempuan, Megawati Soekarno Putri dibalik barbagai keraguan dari

segala pihak dalam peningkatan partisispasi perempuan, karena pandangan para

masyarakat dahulu perempuan adalaha pelayan bagi para laki-laki baik suami

maupun orang tua karna adanya budaya patriarki. Ani Widiani (2009:8-10)

Di zaman sekarang, warisan nilai nilai sejarah tersebut yang seakan akan

di bingkai dengan nilai nilai normatifisme islam salah interperetasi di karenakan

benyaknya dogma islam secara kontekstual yang membedakan peran perempuan

Page 16: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

2

dengan laki laki. Nilai ini sangat kental dalam berbagai aspek kehidupan, baik

poltik, social, ekonomi dan lainnya yang tertindas masih tetap bertahan sampai

sekarang. Kenyataan ini memberikan pengaruh yang luar biasa, sampai-sampai

relasi jender yang hierarkis dalam rumah tangga telah mengendap di alam bawah

sadar baik laki-laki maupun perempuan.Tentu saja hal ini bukan kecurigaan atau

sikap apriori semata.Kesadaran seksis, yang memunculkan upaya penegakan

kesetaraan dan keadilan jender, termasuk melepaskan peran domestik dari relasi

jender yang bagi kaum perempuan memiliki peran ganda (double burden) di

lingkungan keluarga.

Hal lain yang perlu ditekankan sebagaimana yang dikemukakan Musda

Mulia ialah bahwa konsep dan gerakan kemitra sejajaran laki-laki-perempuan

dalam keluarga sesuai normativisme Islam secara teologis sama sekali tidak

dimaksudkan untuk menghilangkan tugas dan tanggung jawab domestik kaum

perempuan (ibu), baik dalam perannya sebagai seorang isteri dan ratu rumah

tangga dalam lingkungan keluarga, maupun sebagai ibu yang diberi amanah untuk

mempersiapkan masa depan anak-anaknya yang sejahtera, baik dalam arti

material maupun moral spiritual.

Persoalan domestik dan peran ganda perempuan, seringkali menjadi

problem yang dilematis, terutama bagi mereka yang berprofesi sebagai perempuan

karir.Padahal sesungguhnya hal itu tidak perlu terjadi bila perempuan tersebut

benar-benar menghayati tugas dan kewajibannya sebagai isteri, sebagai ibu rumah

tangga dan perannya sebagai perempuan karir. Dalam banyak persoalan,

seringkali karir keperempuanan menjadi sangat dominan sementara tugas dan

Page 17: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

3

tanggung jawab domestik dalam keluarga terabaikan yang pada gilirannya harus

dibayar dengan sangat mahal dalam bentuk kegagalan membentuk rumah tangga

sakinah. Persoalan seperti inilah yang perlu dicermati, dandianalisis lebih lanjut

agar masalah domestikasi dan peran ganda perempuan dalam keluarga mendapat

relasi seimbang berdasarkan nilai-nilai normatif ajaran Islam .

Pembedaan laki-laki dan perempuan, pembagian inimenimbulkan

kontroversi pada pelaksananan diberbagai bidang, seperti pekerjaan, ekonomi dan

politik.Gerakan feminism dan emansipasi wanita menjadi sebuah isu hangat yang

mewarnai perjalanan kehidupan masyarakat dijaman modern ini.

Dalam dunia kerja saja konsepsi emansipasi menimbulkan berbagai

penafsiran dan pandangan seperti seoarang ibu tumah tanggal yang menjadi ukang

ojek, ataupun perempuan yang menjadi Salaes Promosi Girl atau SPG yang sering

disebut sebagai eksploitasi terhadap perepuan dalam hal ekonomi,

Seiring perkembangan Jaman hari ini perubahan konsespsi berpikiran

tentang eksistensi perempuan sudah mengalami banyak perbedaan, pada jaman

dahulu perempuan diangap tidak perlu sekolah, ataupun tidak boleh jadi

pemimpin serta jadi wanita karir.Sejak jaman kolonialisme.Gerakan fenisme dan

emansipasi wanita sudah terlihat salah satunya jika kita membaca sejara R.A

kartiniadalah segelintir pejuang emansipasi wanita. Keterwakilan Perempuan di

Negara Indonesia telah ditetapkan kebijakan afirmasi (affirmative action), dalam

aktivitas politik dan kebijakan publikdi negara arepublik Indonesia wajib ada

kaum perempuan minimal 30%. Hal ini dicantum dalam undang-undang partai

Page 18: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

4

politik, undang-undang pemilihan umum ataupun undang-undang pilkada yang

berlaku diseluruh Negara Indonesia.

Walaupun kebijakan afirmasi sebaga legelitas politik, namun

keterwakilan perempuan belum memenuhi kuota tersebut, bahkan secara nasional

belum mampu meningkatkan keterwakilan di ruang politik secara signifikan.

minimnya jumlah keterwakilan politik pada bidang politik. Hal-hal yang membuat

minimnya perempuan dalam politik diantaranya : perempuan dipandang sebagai

pelayan laki-laki namun dengan hadirnya gerakan emansipasi wanita sudah ada

beberapa perempuan yang ikut serta dalam kontestasi politik.

Gerakan emansipasi ini melahirkan perubahan pola fikir dalam

masyarakat tentang eksistensi perempuan dalam berbagai aspek kehidupan

manusia.Salah satu aspek yang menjadi sorotan hari ini adalah mungkin luasnya

kesempatan kerja dan berkarir dalam berbagai aspek seperti politik ekonomi dan

pendidikan. Hari ini kita melihat bahwa sudah banyak wanita yang mulai

berkiprah dalam dunia politik seperti salah satu presiden Indonesia ibu Megawati

Soekarno Putri,selain itu pada pemilu presiden amerika serikat salah satu

kontestannya adalah Hilary klinthon dalah segelincir wanita yang sukses dan

berkompotisi dalam dunia politik selain itu pada berbagai daerang terdapat

perempuan yang jadi pemimpin seperti gubernur jawa timur ibu khofifa indar

parawansyah, ada juga tri rismaharini wali kota Surabaya. Selain itu kita juga bisa

melihat banyak muncul figur-figur srikandi pada parlemen dan dewan perwakilan

rakyat yang menjabat dan ikut bersaing dengan kaum laki-laki

Page 19: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

5

Selain itu juga banyak kita jumpai wanita-wanita berkarir di dunia kerja

seperti yang menjadi kostumer service diberbagai bank dan perusahaan selain itu

banyak juga yang menjadi pegawai diberbagai perusahaan baik perusahaan

pemerintah maupun suawasta. Sehingga hari ini kita mampu melihat bahwa

wanita juga mampu berkariri dan bersaing dengan laki-laki pada berbagai aspek

dan bidang kehidupan manusia.

Lebih lanjut eksistensi semakin terlihat dari beberapa contoh di atas

membuktikan bahwa kehidupan di masyarakat modern dan di era industrialisasi

membuka banyak peluang dan potensi perkembangan perempuan hari ini.Dalam

persaingan di dunia kerja dan pendidikan kompetisi laki-laki dan perempuan

sudah merupakan hal yang lazim sehingga dalam kontestasi, gender bukanlah

suatu pembeda bagi masyarakat.

Kehidupan yang semakin terbuka dan modern membawa arus perubahan

dalam minset masyarakat tentang status dan peran dalam kehidupan social politik

dan ekonomi baik dari sektor publik maupun domestik (local). Arus perubahan ini

tadak hanya sampai pada kehidupan masyarakat kota tetapi juga pada masyarakat

pedesaan. Dari hasil observasi pada bulan Juni 2019 peneliti serta pengalaman

eksistensi perempuan dalam kontestasi kerja juga sudah mulai terlihat pada

kehidupan masyarakat pedesaan. Selain itu pada beberapa penelitian yang

pernahdi lakukan juga memperlihatkan bahwa eksistensi perempuan seperti pada

penelitian yang dilakukan oleh Sigit ruswaningsih dengan judul penelitian

Aktivitas domestik dan publik perempuan kerja (studi terhadap perempuan

pedagang Kelontong di pekapuran raya banjarmasin). pada penelitian tersebut

Page 20: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

6

menyatakan bahwa Faktor ekonomi menjadi landasan pacu bagi perempuan di

Pekapuran Raya untuk berkecimpung dalam kancah perdagangan. Tujuan mereka

bekerja adalah semata demi kesejahteraan keluarga. Sumbangan penghasilan

perempuan pedagang berperan dalam keberlangsungan rumah tangga.

Selain itu hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Jumiati Huda

(2015:19) dengan judul penelitian Peran wanita dalam ranah domestik dan publik

dalam pandangan islam, menyatakan bahwa Dalam era globalisasi iniketerlibatan

perempuan sangat esesnsial. Hampir tidak terlihat lagi perbedaan antara laki-laki

danperempuan, keduanya memiliki statu,kesempatan dan peranan yang luas untuk

berkembang dalam struktur masyarakat modern.orang tidak jangggal lagi melihat

seorang perempuan bekerja di sebuah pabrik, anggota legislatif, sopir, guru besar

dan mentri.

Namun hasil observasi tentang perempuan yang berkiprah ke ranah

politik di Kecamatan Pasimusunggu Timur di bulan April 2019 masih belum

menggembirakan hal ini dapat di cermati dari hasil pemilihan tahun ini masih di

dominasi oleh kaum laki-laki yang di buktikan di pemerintahan yang kebanyakan

laki-laki sebagai pejabaat publik

Dari pemaparan di atas peneliti merasa tertarik untuk memilih

eksistensi perempuan dalam Kontestasi Politik yang dilasanakan di Desa Bonto

bulaeng, Kecamatan Pasimasunggu Timur. Maka dari itu peneliti mengajukan

penelitian dengan judul “Eksistensi perempuan dalam Kontestasi Politik Study

Kasus di Kecamatan Pasimasunggu Timur”

Page 21: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah pada

penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk Eksistensi Perempuan dalam Kontestasi PolitikStudy

Kasus di Kecamatan Pasimasunggu Timur?

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Eksistensi Perempuan dalam Kontestasi

Politik Study Kasus di Kecamatan Pasimasunggu Timur?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan pada penelitian ini

yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bentuk Eksistensi Perempuan dalam Kontestasi Politik

Study Kasus di Kecamatan Pasimasunggu Timur.

2. Untuk mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi Eksistensi Perempuan

dalam Kontestasi Politik Studi Kasus di Kecamatan Pasimasunggu Timur

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yaitu sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Melalui penelitian ini diharapkan dapat menambah temuan-temuan baru

yang akan berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya tentang

eksistensi perempuan dalam kontestasi politik study diferensiasi kerja domestik

dan kerja publik

Page 22: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

8

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Masyarakat

Dapat memberikan masukan bagi tentang persepsi mengenai eksistensi

perempuan dalam kontestasi Politik study Kasus di Kecamatan

Pasimasunggu Timur

b. Bagi peneliti lain: dapat digunakan sebagai bahan masukan ataupun

perbandingan untuk penelitian selanjutnya

E. Defenisi Operasional

1. Eksistensi

Eksistensi adalah keberadaan, wujud yang tampak dari suatu benda yang

membedakan antara suatu benda dengan benda lain. Eksistensi juga

merupakan keadaan berkat kesadaran manusia mampu melampaui situasi

yang melingkarinya, mampu mengatasi apa yang faktum dan daktum

lengkap dengan proses yang transendensi melampaui pagar-pagar yang

membatasi alam pengukungnya.

2. Perempuan

Perempuan merupakaan makhlup lemah dan penuh kasih syang karna

persaannya yang halus, secara umum sifat perempuan yaitu keindahan,

kelembutan serta rendah hatidan memelihara”.

3. Kontestasi Politik

Kontestasi politik politik merupakan dapat memenangkan kompetisi pemilu

sesuai dengan aturan dan ketentuan yang berlaku, dimana partai politik perlu

Page 23: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

9

memonitor dan mengevaluasi setiap strategi dan aktivitas yang di lakukan

partai lain layaknya ‘zero sum’ setiap kemenangan dari satu pemain adalah

kekalahan dari pihak lain dan persaingan politik untuk tingkat tertentu,

merupakan suatu keadaan yang sehat demi kemajuan, sejauh persaingan

tersebut diatur oleh aturan main yang terlegitimasi. Artinya aturan main

tersebut mendapatkan basis pengakuan yuridis berarti aturan main tersebut

memiliki landasan hukum yang jelas dan kehadirannya di atur dalam suatu

perngkat UU atau peraturan pemerintah

Page 24: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Eksistensi

Menurut Dagun dalam (Kartika, 2012: 15) dalam kehidupan manusia

yang terpenting adalah keadaan dirinya sendiri atau eksistensi dirinya sendiri.

Eksisitentensi dapat di artikan sesuatu yang menganggap keberadaan manusia

tidaklah statis, artinya manusia senantiasa bergerak dari kemungkinan ke

kenyataan.

Dari segi etimologi eksistensi berasal dari kata “eks” yang berarti di luar

dan “sistensi” yang berarti berdiri atau menempatkan, jadi secara luas eksistensi

dapat diartikan berdiri sendiri sebagai dirinya sekaligus keluar dari dirinya.

Eksistensialisme merupakan suatu gerakan filosofis yang mempelajari pencarian

makna seseorang dalam keberadaannya (eksistensinya). Manusia yang eksis

adalah manusia yang terus berusaha mencari makna dalam kehidupannya.

(Pratiwi, 2016:13).

Rahmianty (2015:5) menyatakan bahwa Eksistensi diartikan sebagai

keberadaan.Eksistensi juga diartikan sebagai ciri khas individu yang menandakan

keberadaannya dalam masyarakat.

Sutrisno (Suardi, 2014:7) mengatakan bahwa: Eksistensi adalah

keberadaan, wujud yang tampak dari suatu benda yang membedakan antara suatu

benda dengan benda lain. Eksistensi juga merupakan keadaan berkat kesadaran

Page 25: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

11

manusia mampu melampaui situasi yang melingkarinya, mampu mengatasi apa

yang faktum dan daktum lengkap dengan proses yang transendensi melampaui

pagar-pagar yang membatasi alam pengukungnya.

Sedangkan Bagus (Rahmianty, 2015:5) mengatakan: Eksistensi berasal dari kata

existence yang berasal dari bahasa latinexistere yang berartil muncul, ada, timbul,

atau memiliki keberadaan aktual.Existere sendiri berasal dari kata ex yang berarti

keluar dan sistere yang berarti tampil atau muncul.Eksistensi terkait dengan

keberadaan fisik dan fungsi yang melekat dalam diri seseorang.

Dalam kamus politik, N. Marbun (2012:151), eksistensi berarti :

Adanya atau keberadaan, sedangkan eksistensialisme merupakan sebuahaliran filsafat yang menganut paham eksistensi manusia indivisual,ajaran pokok eksistensialisme ialah kita dan benda-benda umumnya adadan hanya warna yang serba mustahil dan tak masuk akal yang kita sebuthiduplanjut dikatakan bahwa hakekat eksistensi adalah mempertahankansalah satu diantara pilihan yang jumlahnya tidak terbatas.

Abidin Zaenal (2009:16) mengatakan:Eksistensi adalah proses yang dinamis, suatu, menjadi atau mengada.inisesuai dengan asal kata eksistensi itu sendiri, yakni existere, yang artinyakeluar dari, melampau atau membatasi. Jadi eksistensi tidak bersifatkaku dan terhenti, melainkan lentur atau kenyal dan mengalamiperkembangan atau terhenti, pada kemempuan dalammengaktualisasikan potensi-potensinya

Sjafira dan Prasanti (2016:3-4) mengatakan: Eksistensi dapat di artikan sebagai

keberadaan. Dimana keberadaannya yang di maksud adalah adanya pengaruh atas

ada atau tidak adanya kita. Masalah akan keperluan akan nilai eksistensi ini

sangat penting karna ini merupakan pembuktian akan hasil kerja atau reforma di

suatu lingkungan

Page 26: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

12

2. Perempuan

Dalam KBBI (2008: 372), bahwa wanita diartikan sebagai perempuan

dewasa. Adapun secara etimologis dalam bukunya zitunah zubhan menjelaskan

perempuan berasal dari kata empu yang artinya di hargai.Lebih lanjut zaitunah

(2014:46) menjelaskan pergeseran dari arti wanita menjadi perempuan. Kata

wanita berasal dari bahasa sangsekerta dengan dasar kata wan yang sehingga kata

wanita di artikan sebagai di nafsui. sedangkan plato menyatakan perempuan di

tinjau dari segi visik maupun spiritual, mental perempuan lebih lemah dari laki-

laki, tetapi perbedaan itu tidak menyebabkan adanya perbedaan dalam bakatnya.

(Mutahhari, 2010: 108).

Hasyim (2005: 113) menyatakan bahwa “Perempuan merupakaan

makhlup lemah dan penuh kasih sayang karna perasaannya yang halus, secara

umum sifat perempuan yaitu keindahan, kelembutan serta rendah hatidan

memelihara”.

John Naisbith dan Patriacia Aburdens dalam bukunya Megatrend 2000,

(http:/www.Nakertrans. Go.id.html)

Meramalkan bahwa abad ke 21 adalah abadnya perempuan. Abad 21 baru

berjalan 6 tahun tetapi tanda-tanda itu belum begitu banyak membahas perempuan

sekalipun dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya tetap sama seperti masa-

masa sebelumnya. Dalam perekonomian di Indonesia terdapat kenaikan angkatan

kerja wanita dari 22.216.000 tahun 2001 menjadi 22.669.000 (2002) tetapi

menjadi 22.174.000 (2002) dan 20.727.000 (2003).

Page 27: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

13

Dalam Abdulah, (2014: 3), dikatakan bahwa:

Data BPS di atas meski menunjukkan ada peningkatan jumlah perempuan

bekerja secara kuantitatif saja belum kualitatif, karena jenis pekerjaan mereka

masih dinilai pekerjaan kasar, Semakin meningkatnya perempuan dalam kegiatan

ekonomi ditandaidua proses yaitu pertama, peningkatan jumlah wanita yang

terlibat dalam pekerjaandiluar rumah tangga (oud door activities) dari 32,43%

tahun 1980 menjadi 38, 79% tahun1990. Kedua, peningkatan dalam “jumlah

bidang pekerjaan” yang dapat dimasuki olehperempuan, bahkan tidak jarang

menggeser pria pada berbagai sektor.

Qurais Shihab (2013:275) menyatakan bahwa perempuan mempunyai hak untuk

bekerja, selama pekerjaan itu membutuhkannya dan atau selama mereka

membutuhkannya, serta pekerjaan tersebut di lakukan dalam suasana terhormat,

serta dapat pula menghindari dampak negatif terhadap diri dan ligkungannya

Dalam Abdulah, (2014: 5), dikatakan bahwa:

Kesempatan perempuan untuk keluar ruang domestiknya dan bekerja

diluar rumah atau melakukan kegiatan lain (wanita migran) dipengaruhi oleh

kesadaran baru atau karena pergeseran sistem nilai sehingga memungkinkan

mereka meninggalkan rumah. Pergeseran tersebut juga sebagai tanda adanya

permintaan pasar akan tenaga perempuan atau lembaga yang memberi jaminan

dan membina peluang untuk itu. Peningkatan itupun hanya untuk tenaga kasar

dari 9,12% tahun 1971 menjadi 15,07% tahun 1980 dan 16,26% tahun 1990

Balasong & Hasmawati (2006:25), Menyatakan bahwa:

Page 28: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

14

Perspektif sosial budaya Sulawesi Selatan, ada tiga nilai tentang

perempuan yang merupakan norma dalam masyarakat, yaitu : (1) Perempuan

sebagai IndoAna, yaitu ibu yang bertugas memelihara anak. (2) Perempuan

sebagai PattaroPappole Asalewangeng, yaitu peran perempuan sebagai

penyimpan danpemelihara rejeki yang diperoleh oleh suami. (3) Perempuan

sebagai Repo’Riatutui Siri’na, yaitu peran sebagai penjaga rasa malu dan

kehormatan keluarga.Ketiga nilai ini dapat disimpulkan bahwa, perempuan

dengan segala unsur yangdimilikinya dimasa lalu, hanya mempunyai kewajiban

menjaga anak,menyelenggarakan urusan rumah tangga, dan memelihara harta dan

martabat keluarga.

Jutta Berninghausen dan Birgit Kerstan (2010:39) mengatakan ada tiga dimensi

kehidupan perempuan yaitu dengan melihat pada berbagai kasus:

Pertama dimensi simbolik, dengan memperhatikan bentuk-bentuk ekspresi

diri dan praktik-praktik yang di lakukan prempuan. Dengan cara ini akan dapat di

paham makna dari suatu bentuk ekspresi dan praktik bagi perempuan dan bagi

masyarakat secara umum.

Kedua, dimensi evaluatif, yang meliputi pmahaman tentang tata dan nilai

dan perubahannya yang memungkinkan suatu bentuk ekspresi diri dan praktik

terwujud dalam kehidupan perempuan. Dimensi ini mengarahkan mengkaji ke

dalam diskusi etika kehidupan, yabg berfugsi dalam menilai apa yang mungkin

dan apa yan tidak mungkin di lakukan perempuan. Ketiga, dimensi kognitif,

dengan melihat sistem ideologi yang telah berperan dalam berbagai etos

kehidupan yang merupakan dasar pengetahuan tentang realitas sosial itu sendiri.

Page 29: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

15

Perempuan secara langsung menunjuk pada salah satu jenis kelamin,

meskipun di dalamkehidupan sosial di nilai sebagaiThe other sex yang sangat

menentukan mode representasi tentang status dan peran perempuan. Marginalisasi

perempuan yang muncul kemudian menunjukkan bahwa perempuan menjadi the

sekond sex seperti sering dikatakan warga kelas dua yang keberadaannya tidak

begitu di perhatikan

3. Kontestasi politik

Dalam kamus bahasa indonesia Edisi V menjelaskan kontestasi politik

adalah kontroversi atau perdebatan dalam perebutan kekuasaan.

Menurut Firmanzah (2010:33) konsep persaingan politik merupakan dapat

memenangkan kompetisi pemilu sesuai dengan aturan dan ketentuan yang

berlaku, dimana partai politik perlu memonitor dan mengevaluasi setiap strategi

dan aktivitas yang di lakukan partai lain layaknya ‘zero sum’ setiap kemenangan

darisatu pemain adalah kekalahan dari pihak lain dan persaingan politik untuk

tingkat tertentu, merupakan suatu keadaan yang sehat demi kemajuan, sejauh

persaingan tersebut di atur oleh aturan main yang terlegitimasi. Artinya aturan

main tersebut mendapatkan basis pengakuan yuridis berarti aturan main tersebut

memiliki landasan hukum yang jelas dan kehadirannya di atur dalam suatu

perngkat UU atau peraturan pemerintah. Sementara pengekuan kultural berarti

basis pengakuannya di manifestasikan dalam pemahaman sikap dan perilaku yang

memperlakukan mekanisme permainan politik sebagai suatu yang penting.

Sesunggugnya kesadaran masyarakat tentang kebutuhan persaingan politik ini

sudah tinggi.

Page 30: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

16

Menurut Fahrizal (2007:52) kontestasi politik sebagai bentuk di ranahdikontestasi wacana. Sedangkan Syakir dan Fadmi Ridwan menilaikontestasi dari sudut pandang interaksi kepentingan aktor maksudnyakepentingan politik terjebak dalam kepentingan politisi dan mengabaikanteknokratis.Pada prosesnya, pembentukan suatu institusi dalam interaksidan kontestasi poliitik di tinjau dari kepentingan aktor akan berpotensiuntuk untuk konflik antara aktor satu dengan lainnya

Steinberg dan Arnold (2016:35) menyatakan ada beberapa strategi pemenangan

kontestasi politik yaitu

1) Strategi mobilisasi

a) Pembangunan jaringan dan organ politik

a. Design struktur tim sukses

b. Pembentukan tim

c. Peluasan jaringan sosial

b) Pelatihan manajemen tim sukses

a. Pemahaman perilaku pemilih

b. Organisasi tim sukses

c. Media kampanye

d. Targeting

e. Penyusunan evaluasi program

c) Penyusunan program pemenangan

a. Design program kunjungan

b. Orasi politik (penyampaian visi dan misi)

c. Aksi sosial

d. Peresmian kontrak politik

e. Pawai,hiburan

f. Komunikasi tradisional

g. Komunikasi multi media dan alternatif

d) Pemenuhan persyaratan pencalonan

a. Dukungan partai politik

b. Persyaratan administrasi KPU

c. Pembentukan tim kampanye

d. Pembentukan tim sukses

Page 31: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

17

2) Strategi pencitraan

Pembentukan meedia ceenter

a) Mengorganisasikan program

b) Membuat target dan evaluasi program pencitraan kandidat

3) Strategi komunikasi media cetak dan radio

Meliputi:desigen, containg, timming, volume dan budgeting, contoh:

kalender, pamfled, leafled, sticker, audiensi ke surat kabar dan radio

4) Strategi komunikasi media outdoor

Meliputi:design, isi, timming, volume, budgeting. Contoh:kaos, poster, dan

baleho

5) Trategi komunikasi sosial

Meliputi: design, isi, timming, volume, budgeting contoh: media internet

misalnya: faceebook dan twiter, untuk memprbanyak jumlah kunjungan ke

daerah pemilihan dan pengenalan pribadi serta penyampaian visi misi.

B. Kajian Teori

1. Teori structural dan Fungsional

Pada teori ini menekankan keteraturan (order) dan mengabaikan konflik

perubahan-perubahan dalam masyarakat. Konsep utamanya antara lain fungsi,

disfungsi, fungsi laten,fungsi manifesdan keseimbangan (equilibrium). Merton

(2011:84) menyoroti tiga asumsi atau postulat yang terdapat dalam teori

fungsional yaitu:

a. Kesatuan fungsional masyarakat merupakan keadaan dimana seluruh

bagian dari sistem sosial bekerja sama suatu tingkat keselarasan

dankonsistensi internal yang memadai,tanpa meghasilakn konflik

berkepanjangan yang tidak dapat diatasi atau diatur.

Page 32: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

18

b. Postulat fungsionalisme universal.postulat ini mengangap bahwa setiap

kebiasaan, ide,objek, materiel, dan kepercayaan memenuhi beberapa

fungsi penting, meniliki sejumlah tugas yang harus di jalankan, dan

merupakan bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan

sitem sebagai keseluruhan.

c. Postulat bagi Merton memiliki tiga kelemahan yang tidak mungkin

megharapkam terjadinya integrasi masyarakat yang benar-benar tuntas,

kita harus mengakui adanya disfungsi maupun konsekuensi fungsional

yang positif dari suatu element kultural dan kemungkinan atlernatif

fungsional harus diperhitungkan dalam setiap analisis fungsional.

Wirawan, 2015: 48-49)

Pandangan Talcott Person (ritzer George dan Goodman, Douglas J,

2013:121) tentang fungsionalisme struktural yakni terdapat empat fungsi penting

untuk semua sistem “tindakan ”terkenal dengan skema AGIL yaitu:

b. Adaptation (adaptasi), sebuah sistem harus menangulangi situasi

eksternal yang gawat. Sistem harus menyesuaikan diri dengan

lingkungan dan menyesuaikan lingkungan itu dengan kebutuhannya.

c. Goalattainment (pencapaian tujuan),sebuah system harus

mendefinisikan dan mencapai tujuan utamanya yang akan di hadapi

d. Integration (integrasi),sebuah sistem harus mengatur antar hubungan

bagian-bagian yang menjadi komponennya. Sistem juga harus

mengelolah antarhubungan kerja fungsi lainya (A,G, I, L)

e. Latency(latensi atau pemeliharaan pola), sebuah sistem harus

memperlengkapi, memelihara dan memperbaiki, baik motivasi

individual maupun pola-pola kultural yang menopang motivasi

2. Teori Tindakan Social (Max Weber)

Max weber (damsar, 2015: 116-120) mengungkapkan bahwa ada empat

tipe tindakan sosial, yaitu:

Page 33: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

19

a. TindakanRasional Instrumental

Yaitu suatu tindakan yang dilakukan berdasarkan pertimbangan dan

pilihan yang sadar dalam kaitanya dengan tujuan suatu tindakan dan

alat yang dipakai untuk meraih tujuan yang ada.

b. Tindakan Rasional nilai.

Yaitu tindakan dimana tujuan telah ada dalam hubungannyadengan

nilai absolute dan niali akhir bagi individu, yang dipertimbangkan

secara sadar adalah alat mencapai tujuan.

c. Tindakan afeksi

Yaitu tindakan yang didominasi perasaan atau emositan parefleksi

intelektual atau perencanaan yang sadar.

d. Tindakan tradisional

Yaitu tindakan karena kebiasaan atau tradisi

Berdasarkan teori di atas memang sesuai digunakan untuk sebagai

pemandu dalam mengkaji masalah yang akan diteliti karena teori Struktural

Fungsional adalah sebuah sudut pandang yang luas dalam sosiologi yang

berupaya menafsirkan masyarakat sebagai struktur dengan bagian-bagian yang

saling berhubungan serta menafsirkan masyarakat secara keseluruhan dalam hal

fungsi dari elemen-elemen Konstitusinya. terutama Norma, adat, tradisi dan

institusi.

Begitupun dengan teori tindakan sosial dengan menggunakan teori ini kita

dapat memahami perilaku setiap individu maupun kelompok bahwa masing-

masing memiliki motif dan tujuan yang berbeda terhadap sebuah tindakan yang

dilakukan. Teori ini bisa digunakan untuk memahami tipe-tipe perilaku tindakan

setiap individu atau kelompok. Dengan memahami tindakan individu maupun

Page 34: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

20

kelompok, sama halnya kita telah menghargai dan memahami alasan-alasan

mereka dalam melakukan tindakan. Cara terbaik dalam memahami berbagai

kelompok adalah menghargai bentuk-bentuk tipikal tindakan yang menjadi ciri

khasnya.

C. Penelitian Relevan

Untuk mendukung penelitian ini, berikut dipaparkan hasil penelitian yang

relevan:

1. Muhammad Abi Aulia, 2017, Peran Perempuan Dalam Ruang Publik Dan

Domestik (Studi Pemikiran Prof. Dr. Tutti Alawiyah AS), Jurusan Hukum

Keluarga, Fakultas Syariah dan Hukum menyatakan:

a. Tutti Alawwiyah berpendapat bahwa tugas suci perempuan bukan hanya

makhluk domestik-produktif belaka.

b. Pemikiran Tutti Alawwiyah tentang peran perempuan dalam ruang

domestik dan publik sesungguhnya merefleksi atas ajaran agama islam

yang telah lama pudar, bahwasanya islam itu memandang perempuan

sangat mulia dalam berbagai sektor kehidupan, baik politik, ekonomi,

hukum, dan pendidikan beserta akses terhadap sumber-sumber

pembangunan. Islam sesungguhnya telah membuktikan diri sebagai

agama modern yang penuh gagasan dan cita-cita sosial yang amat tinggi.

Islam mendombrak keterbelakangan dan melepaskan belenggu yang

mengikat harkat manusia

Page 35: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

21

2. Atiqotul Maula, 2016, Perempuan dan Politik Dalam Kontestasi Pilkada di

Jombang, Jurusan Siyasah, Fakultas Syari’ah dan Hukum, Universitas Islam

Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, menyatakan perempuan dan politik dalam

kontestasi pilkada di jombang yang di alami oleh Hj Munjida Wahab di

dalamnya adalah merubah berfikir laki-laki yang bias gender untuk

memberikan ruang kepada perempuan dalam dunia politik, memiliki daya

saing yang kuat dan berdaya agar dapat berperan lebih strategis dan optimal.

Serta memberikan energi positif di dalam relasi politik antara laki-laki dan

perempuan untuk mewujudkan sebuah negara maupun daerah yang

berkeradaban serta ramah perempuan.

3. Jumiatil Huda, 2015, Peran Wanita Dalam Ranah Domestik dan Publik

Dalam Pananga Islam, Jurusan Hukum Islam, Universitas UIN Yogyakarta,

menyatakan bahwa peran perempuan dalam ranah domestik ada sedikit

kesamaan dari kedua kelompok tersebut yaitu bahwa peran mendidik anak

adalah tugas bersama, suami dan istri. Sedangkan perbedaannya dalam

penggunaan istilah qawwam, hak dan kewajiban. Para aktivis PSW

berpandangan bahwa qawwam tidak diperankan oleh kaum laki-laki tapi juga

pada istri, dengan alasan bahwa perempuan bisa mengakses pendidikan

secara muda atau kondisi ekonomi suami sedang lemah. Hal demikian

mampu mempengaruhi kewenangan rumah tangga. Sedangkan menurut

aktivis HTI, bahwa qawwam tetap berada pada pundak suami. Dan tanggung

jawab bersama. Berbalikan pada pandangan aktivis HTI bahwa tugas ngurus-

mengurus adalah jatuh pada istri, Suami hanya membantu saja.

Page 36: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

22

D.Kerangka Pikir

Perbedaan diferensial perempuan yang selama ini menjadi sorotan,

banyak pemikiran dan paradigma lama yang menggap bahwa perempuan

itu berada dibawah bayang laki-laki, hal ini yang kemudian menimbulkan

gerakan-gerakan fenimisme dan emansipasi. Kini hal tersebut

terlihatsecara nyata menjadi sebuah fenomena social,dan di dalam

masyarakat kini hadir para kompetitir-kepetitor perempuan yang

berkompetisi dalam dunia kerja. Pada penelitian ini ingin melihat tentang

bentuk eksistensi perempuan serta faktor yang mempengaruhi

eksistensinya dalam kontestasi politik tersebut, untuk lebih jelasnya

terlihat pada bagan dibawah ini:

Page 37: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

23

KERANGKA PIKIR

2.1 Skema Kerangka Konsep

BENTUKEKSISTENSI

EKSISTENSIPEREMPUAN

FAKTOR YANGMEMPENGARUHI

DUNIA POLITIK

Page 38: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis penelitian

kualitatif yang memperoleh data dengan melakukan observasi, wawancara dan

dokumentasi yang ingin mengunggkapkan, mengembangkan dan menafsirkan

data, peristiwa kejadian dann fenomena-fenomena yang terjadi pada saat sekarang

penilitian dengan menggunakan metode tersebut menitik beratkan pada observasi

dan suasana ilmiah.

Sementara pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

pendekatan studi kasus, pendekatan studi kasus di anggap paling tepat untuk di

gunakan dalam penelitian yang akan dilaksanakan karna pendekatan sudi kasus ini

mempelajari dan memahami sebuah kasus yang spesifik terhadap awal penelitian

yanng sudah di bekali kerangka teory dari awal, unik analisis dapat berupa satu

orang, satu organisasi atau satu kasus, kemudian peran peneliti bertindak sebagai

pengamat yang menganalisis what, whay,dan how dari suatu kasus dalam upaya

mengkaji secara lebih dalam tentang Eksistensi Perempuan Dalam Kontestasi

Politik (Stdi Kasus di Kecamatan Pasimasunggu Timur, Kabupaten Kepulauan

Selayar)

Page 39: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

23

B. Lokasi Penelitian

Adapun lokasi pada penelitian ini sendiri bertempat di Kecamatan

Pasimasunggu Timur, Kabupaten Kepulauan Selayar, yang tereletak di Provinsi

Sulawesi Selatan.

Tabel 1.1 Diagram Penelitian

No. Jenis Kegiatan Penelitian

April Agustus

S S R K J S S S R K J S

1 Pengajuan Judul

2 Pengurusan Surat Izin

3 Penulisan Proposal

4 Penyusunan instrumen

5 Uji Coba Asngket Wawancara

6 Penyusunan Instrumen

Dokumentasi

7 Kumpulan Data

8 Analisis Data

9 Penyusunan Hasil Penilitian

C. Informan Penelitian

Adapun informan pada penelitian ini ditentukan dengan menggunakan

teknik purposive sampling.Menurut Arikunto, (2010:97) “Sampling bertujuan

(Purposive Sampling), yaituteknik sampling yang digunakan oleh peneliti jika

peneliti mempunyai pertimbangaan-pertimbangan tertentu dalam pengambilan

sampelnya.”.

Page 40: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

24

Pada penelitian ini sendiri kriterian yang digunakan oleh peneliti adalah

sebagai berikut:

1. Perempuan yang bekerja di sektor domestik

2. Perempuan yang berkiprah di dunia politik atau pemimpin daerah

D. Fokus Penelitian

Adapun focus pada penelitian ini sendiri mengerucut pada beberapa hal

sebagai berikut:

1. Bentuk eksistensi perempuan dalam Kontestasi Politik

2. Faktor yang mempengaruhi eksistensi perempuan dalam Kontestasi

politik

E. InstrumenPenelitian

Ada pun isntrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti pada penelitian

ini yaitu sebagai berikut:

1. Pedoman wawancara

2. Alattulis

3. Kamera Hand phone

4. Peneliti sendiri

F. Jenis Dan Sumber Data Penelitian

Adapun jenis dan sumber data yang digunakan oleh peneliti pada

penelitiian ini meliputi sebagai berikut:

Page 41: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

25

1. Jenis Data

Pada penelitian ini menggunakan 2 jenis data penelitian yaitu

sebagai berikut:

a. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh peneliti langsuing dilapangan,

baik dari hasil observasi maupun wawancara.

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang di peroleh dari pihak ketiga atau

penyedia data seperti dokumen, data pusat statistik, dan buku

referensi.

2. Sumber Data

Sumber data sendiri pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:

a. Informan kunci yaitu perempuan yang berkiprah dalam dunia politik

b. Informan biasa adalah masyarakat di Kecamatan Pasimasunggu

Timur

G. TeknikPengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam

penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Observasi

Sutrisno (Sugiyono, 2013:226), mengemukakan bahwa “observasi

merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari

Page 42: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

26

berbagai proses biologi dan psikologis.Dua di antara yang terpenting

adalah proses-proses pengamatan dan ingatan”.

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan tujuan tertentu.Percakapan itu

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (yang mengajukan

pertanyaan) dan diwawancarai (yang memberikan jawaban atas pertanyaan

itu).

Wawancara dilakukan selama proses penelitian kepada informan

yang telah ditentukan sebelumnya untuk memperoleh data penelitian yang

dibutuhkan

3. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan untuk memperoleh dan melengkapi data

penelitian selama proses penelitian berlangsung.

4. StudiPustaka

Studi pustaka yaitu Pengumpulan data dengan cara mempelajari

berbagai literatur, baik buku artikel, laporan penelitian maupun materi

kuliah yang diperoleh serta sumber bacaan lain yang relevan dengan

eksistensi perempuan dalam dunia kerja

H. Teknik Analisis Data

Patton (Baswori dan Suwandi, 2008:91), menjelaskan bahwa “analisis data

merupakan proses mengatururutan data, mengorganisasikannya kedalam pola,

kategori, dan satuan uaraian dasar”.

Page 43: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

27

Data yang diperoleh di lapangan kemudian diolah secara kualitatif dengan

melalui tiga tahap yaitu reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan.

1. Reduksi data.

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting yang sesuai dengan focus

penelitian kemudian dicari temanya. Data-data yang telah di reduksi akan

memberikan gambaran yang lebih jelas tentang hasil pengamatan dan

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya

dan mencarinya jika sewaktu-waktu diperlukan.

2. Display data.

Display data dilakukan untuk menyajikan sekumpulan data atau

informasi yang telah tersusun rapi sehingga dapat lebih mudah ditangkap

maknanya dan dapat disajikan dalam bentuk yang lebih mudah dipahami.

Penyajian data biasanya dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,

hubungan antar kategori dan sejenisnya. Namun yang paling sering

digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah

dengan teks yang bersifat naratif.

3. Penarikan kesimpulan.

Sejak awal peneliti memasuki lapangan dan selama proses

pengumpulan data. Peneliti sudah berusaha menganalisis kondisi dan hasil

dari penjelasan serta pengamatan berusaha untuk mengambil suatu

kesimpulan, tetapi kesimpulan yang diambil masih bersifat sementara,

danakan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat dan dapat

Page 44: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

28

mendukung padatahap pengumpulan data berikutnya. Bertambahnya

informasi yang didapatkan melalui proses verifikasi secara 3x terus-

menerus, maka dapat diperoleh kesimpulan yang bersifat induktif.

Selanjutnya, penelitian ini juga menggunakan data statistic seperlunya

I. Teknik Pengabsahan Data

Demi terjaminnya keakuratan data, maka peneliti akan melakukan

keabsahan data untuk membuktikan apakah penelitian benar-benar merupakan

penelitian yang ilmiah sekaligus Pengabsahan data yang ingin dicapai dalam

penelitian ini dengan menggunakan trianggulasi data sebagai teknik pemeriksaan

data.Moleong (2008:330) bahwa “Trianggulasi adalah proses untuk mendapatkan

data valid melalui penggunaan variansi instrument”. Penelitian menggunakan

triangulasi sebagai teknik untuk mengecek data yang memanfaatkan sesuatu yang

lain daripada yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap obyek

penelitian.

Trianggulasi meliputi empat hal yaitu: trianggulasi metode, trianggulasi

sumber, trianggulasi teori, dan trianggulasi pengamat. Pada penelitian ini peneliti

menggunakan trianggulasi teknik atau metode.Dalam Sugiyono (2013:274),

triangulasi teknik atau metode merupakan bentuk trianggulasi dengan

caramengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Pada

penelitian ini untuk menguji keabsahan data mengunakan teknik atau metode,

yaitu dengan menggunakan dokumentasi

Page 45: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

31

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Singkat Kabupaten kepulauan Selayar

Dahulu Kabupaten Selayar, perubahan nama berdasarkan PP.No. 59

Tahun 2008 adalah sebuah kabupaten yang terletak di provinsi Sulawesi

Selatan, Indonesia. Ibu Kota Kabupaten Selayar adalah Kota Benteng.

Kabupaten ini memiliki luas sebesar 10.503,69 km (wilayah daratan dan

lautan) dan berpenduduk sebanyak 123.283 jiwa. Kabupaten kepulauan

selayar terdiri dari 2 sub area wilayah pemerintahan yaitu wilayah daratan

yang meliputi kecamatan Benteng, Bontoharu, Bontomanai, Buki,

Bontomatene, Bontosikuyu serta wilayah kepulauan meliputi kecamatan

Pasimasunggu, Pasimasunggu Timur, Taka Bonerate, Passimaranni,

Pasilambena. Julukan Selayar adalah Tanah Doang dan Semboyannya adalah

Selayar Mapan dan Mandiri.

Kabupaten Kepualauan Selayar pernah menjadi rute perdagangan

menuju pusat rempah-rempah di moluccan (Maluku) pada abad ke-14. Di

pulau selayar, para pedagang singgah untuk mengisi pembekalan sambil

menunggu musim yang baik untuk berlayar. Dari aktivitas pelayaran

ini.Muncul kata nama selayar. Nama Selayar berasal dari Kata cedaya

(bahasa sansekerta) yang berarti satu layar kerena konon banyak perahu yang

Page 46: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

32

singgah di pulau ini. Kata cendaya telah di abadikan namanya dalam kitab

Negerakertagama Karangan Empu Prapanca pada abad 14. Ditulis bahwa

pada pertengahan abad 14, ketika Majapahit di pimpin oleh Hayam Wuruk

yang bergelar Rajasanegara, Selayar digolongkan dalam nusantara, yaitu

pulau-pulau lain dari luar jawa yang berada dibawah kekuasaan Majapahit.

Selain nama selayar, pulau ini dinamakan dengan tana Doang yang

berarti tanah tempat berdoa. Pada masa lalu, pulau selayar menjadi tempat

berdoa bagi para pelaut yang hendak melanjutkan perjalanan baik ke barat

maupun ke timur untuk keselamatan pelayaran mereka. Dalam kitab hukum

pelayaran dan perdagangan amanna Gappa (abad 17), selayar di sebut salah

satu daerah tujuan niaga karena letaknya yang strategis sebagai tempat transit

baik untuk untuk timur maupun ke barat. Disebutkan dalam naskah itu bahwa

bagi orang yang berlayar dari makassar ke selayar, malaka, dan johor

sewanya 6 rial dari tiap seratus orang. Jejak-jejak orang china(tiongkok)

bermula pada ahun 1235 M Raja Tallo I Makkadae Daeng mangrangka

melakukan perjalanan ke negeri Tiongkok dan menikah seorang putri

penguasa setempat yang bernama Nio Tekkeng Bin Sie Dji Kui. Sepulang

dari negeri Tiongkok Raja tallo mampir dan bermukim di kampung Bonto

Bangun Selayar. Selama di selayar Raja Tallo melahirkan Putra an Putri

dianataranya Sin Seng (Putra), Tian Lai (Putri) dan Shui Lie Putri dan

menjadi cikal bakal nenek moyang orang Tionghoa Selayar.

Page 47: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

33

Belanda mulai memerinta di Selayar pada tahun 1739. Selayar di

tetapkan sebagai sebuah keresidena dimana pertamanya adalah W. Coutsier

(menjabat dari 1739-1743). Berturut-turut kemudian selayar diperintah oleh

orang belanda sebanyak 87 residen atau setara denga residen seperti asisten

resident, Gesahegbber, WD Residen, atau Controleur. Barulah kepala

pemerintahan ke 88 dijabat oleh orang selayar, yakni moehammad oepoe

patta boendoe. Saat itu telah masuk penjajahan jepang sehingga jabatan

residen telah berganti menjadi Guntjo Sodai, pada tahun 1942. Di jaman

kolonial belanda, jabatan pemerintahan di bawah keresidenan adalah

Reganschappen saat itu adalah wilayah setingkat kecamatan yang di kepalai

oleh orang pribumi bergelar “opu” dan kalau memang demikian, maka

setidaknya ada sepuluh Reganschappen laiyolo, Tanete, Gantarang, Buki’,

Laiyolo, Bonto Bangun, dan Barang-Baran. Di bawah Regaschappen ada

kepala pemerintahan dengan gelar Opu Lolo, Balegau dan Gallarang.

Pada tanggal 19 November 1945 (hari selasa setelah insiden hotel

Yamato di surabaya) pukul 06.45 sekumpulan pemuda dari kelompok dengan

Jumlah sekitar 200 orang yang di pimpin ole seorang pemuda bekas Heiho

bernama Rauf Rahman memasuki kantor kolonial (sekarang kantor PD

berdikari) par pemuda ini mengambil alih kekuasaan dari tangan belanda

yang dikemudian hari dan tanggal ini hari jadi Kabupaten Kepulauan Selayar.

Tahun jadi diambil dari tahun masuk Islam di Kabupaten Kepulauan Selayar

yang dibawa oleh Datuk Ribandang, yang ditandai masuk Islamnya Raja

Gantarang, Panggali Patta Raja yang kemudian bernama Sultan Alauddin,

Page 48: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

34

Pemberiang Datuk Ribandang. Peristiwa itu Terjadi pada tahun 1605,

sehingga ditetapkannya hari jadi Selayar adalah 29 November 1605

2. Geografi

Kabupaten Kepulauan Selayar merupakan salah satu diantara 24

kabupaten/kota di provinsi Sulawesi Selatan yang letaknya di ujung Pulau

Sulawesi dan memanjang dari Utra ke Selatan. Daerah ini memiliki

kekhususan yakni satu-satunya Kabupaten di Sulawesi Selatan yang seluruh

wilayahnya terpisah dengan daratan Sulawesi dan terdiri dari gugusan

beberapa pulau sehingga membentuk suatu wilayah kepulauan. Gugusan

pulau kabupaten kepulauan selayar secara keseluruhan berjumlah sekitar 130

buah, 7 di antaranya kadang tidak terlihat (tenggelam) pada saat air pasang.

Luas wilayah Kabupaten Kepulauan Selayar meliputi 1.357,03 km wilayah

daratan (12,91%) dan 9.146,66km wilayah lautan (87,09%).

3. Pariwisata dan Kebudayaan

Potensi Wisata di Kabupaten Kepulauan Selayar cukup banyak

meliputi wisata sejarah, wisata budaya, wisata alam dan wisata bahari. Salah

satu yang terkenal adalah Taman Nasional Takabonerate yang terletak di

kecamatan Takabonerate. Jumlah wisatawan yang berkunjung terkesan

banyak . kawasan ini terdiri dari 21 buah pulau serta puluhan taka dan bungin,

umumnya berbentuk dari endapan pasir dan biosfer. Taman Nasional

Takabonerate mmiliki karang atol terbear ke 3 di dunia (terbesar di Asia

Tenggara) yaitu setelah kwajifein di Pulau Marshal dan Suvadiva di

Page 49: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

35

Kepulauan Maladewa. Luas atol tersebut sekitar 220.000 hektar, dengan

terumbu karang yang tersebar datar seluas 500 km. Dan tempat ini serin

dikunjungi oleh oranga dari luar daerah maupun orang lokal

4. Batas Wilayah

Secara geografis, Kabupaten Kepulauan Selayar berada pada

koordinat (letak astronomi) 5’ 42 – 7’35 Lintang Selatan dan 120’5-122’30

bujur timur yang berbatasan dengan

Tabel 1.1 batas wilayah Kepulauan Selayar

Utara Kebupaten Bulukumba dan Teluk Bone

Timur Laut Flores (Provinsi Nusa Tenggara Timur)

Selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur

Barat Laut Flores dan Selat Makassar

Berdasarkan letak sebagaimana dikatakan oleh Kepala Dinas

Pariwisata Seni dan Kebudayaan Kepulauan Selayar bahea Selat Selayar

dilintasi pelayaran nusantara baik ke timur maupun ke barat, bahkan sudah

menjadi pelayaran Internasional. Kabupaten Kepulauan Selayar merupakan

Kepulauan yang berada di jalur alternatif. Perdagangan internasional

menjadikandaerah ini sebagai daerah secara geografis sangat strategis sebagai

pusat perdagangan dan distribusi baik secara nasional maupun internasional

untuk melayani kawasan internasional guna melayani negara-negara di

kawasan Asia

Page 50: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

36

5. Topografi

Dipandang dari sudut tofografinya Kebupaten Kepulauan Selayar

yang mempunyai luas kurang lebih 1.357,03 km (wilayah daratan) dan terdiri

dari kepulauan besar dab kecil serta secara administrative terdiri dari 11

kecamatan, 81 Desa, dan 7 Kelurahan adala vaariatif yang datar hingga agak

miring . karakteristik daerah atau topografi Kabupaten Selayar terdiri dari:

a) Batuan Induk Vulkanik

terbentuk dari pertemuan jalur pegunungan muda sirkum mediterania

dan sirkum pasifik, yang membentuk daran Selayar adalah batuan yang cukup

mengandung Unsur hara yang dibutuhkan tanaman, oleh tanaga Oksigen yang

berlangsung lama, batuan itu lapuk dan membentuk tanah yang subur ini oleh

pengaruh tenaga oksigen dapat berubah menjadi tanah karang seperti tanah

laterit. Sebab itu perlu tindakan-tindaka konservasi, aeperti sengkedan pada

tanah-tanah yang miring, penggiliran tanah, pemupukan dan lain-lain

b) Benteng Alam (Ntural Landscape)

Daratan Selayar yang terjadi karena tenaga Endogen (pengangkatan

dan pelipatan) kemudian disusui dengan tenaga oksigen, membentuk bentang

alam (Natural Landscape) yang beraneka ragam seperti:

1. pegunungan dengan ketinggian rata-rata 800 meter sehingga tidak cukup

untuk tidak terjadinya hujan orograsi pegunungan, di punggungnya hutan

tutupan dan di lerengnya perkebunan tanaman pohon kerea yang berakar

Page 51: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

37

panjang serta berumur panjang. Tanaman dengan pohon lunak seperti Vanili,

Merica, Kentang, dan Kol di perlukan sengkedan untuk mencegah erosi dang

longsor

2. Daerah curam, aspek geografisnya adalah kawasan hutan (hutan tutupan)

untuk mencegah longsor

3. Dataran tinggi, aspek geografisnya, adalah baik untuk pemukiman, karena

udara sejuk dan drainasenya mudah diatur dan tidak tergenang

4. Daerah-daerah ledok dan lembah, aspek geografisnya adalah Tempat

Akumulasi/persediaan air untuk daerah sekitarnya, dengan pompanisasi dapat

alirkan ke daerah pertanian tanaman pangan, seprti sayur-sayuran

6. Geologi

Kondisis geologi pulau selayar merupakan kelanjutan dari walayah

geologi Sulawesi Selatan bagian Timur yang tersusun oleh jenis bebatuan

sediment. Struktur geologi Kepulauan Selayar menunjukkan struktur-struktur

dan penyebara bebatuan berarah utara-selatan dan miring melandai ke daerah

barat. sedangkan pantai timur umumnya terjal dan langsung dibatasi oleh laut

dalam yang cenderung merupakan jalur sesar

Statigrafi batuan di Kabupaten Kepulauan Selayar terdiri dari:

a) Endapan rasa manis alluvial dan endapan pantai terdiri atas kerikil pasir,

lempung lumpur dan baru gamping cral (Qac)

Page 52: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

38

b) Satuan formasi Kepulauan Selayar walanea mencakup batu gamping, batu

pasir, batu lempung, konglomerat dan tufa yang terdapat pada bagian selatan

pulau selayar.

c) Satuan formasi camba, terdiri dari batuan sediment lautberseling dengan

bebatuan gunung api (Tmc) terdapat pada ujung bawah pantai Barat Pulau

Sealayar

d) Satuan Formasi batuan Gunung api camba, meliputi beksi,dan konglometat

e) Formasi walanea, terdiri dari batu pasir, konglomerat, tufa, batu danau,

batu gamping, dan nafal (Tmpv) terdapat pada ujung bawah pantai Barat

Pulau Seleyar.

7. Demografi

Pada tahun 2000 jumlah angka penduduk Kabupaten Kepulauan

Selayartercatat sebanyak 103.473 ribu jiwa. Dalam waktu 3 tahun kemudian

tahun (2003) jumlah penduduk tersebut telah mengalami pertambahan

sebanyak 6.506 jiwa. Dengan dasar tersebut dapat di ketahui bahwa rata-rata

pertmbahan jumlah penduduk di kabupaten Kepulauan Selayar masih sebesar

1,95% setiap tahunnya. Penduduk kebupaen kepulauan selayar menurut data

bps tahun 2009 berjumlah sebanyak 121.746 jiwa terdiri dari 57.685 jiwa

laki-laki dan 64.064 jiwa perempuan.data tentang komposisi penduduk

menurut jenis kelamin tersebut menunjukkan bahwa secara umum jumlah

penduduk perempuan lebi banyak dari aki-lakin dengan rasio jenis kelamin

Page 53: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

39

sebesar 90,04 (setiap 100 perempuan terdapat 90 laki-laki). Kompoisi

penduduk Selayar menurut kelompok umur terdiri dari:

a) Penduduk usia 0-14 tahun sebanyak 36.093 jiwa

b) Penduduk usia 15-65 tahun sebanyak 77.486 jiwa

c) Penududuk usia 65 tahu ke atas sebanyak 8.170 jiwa

menurut hasil survei angkatan kerja nasional (SAKERNAS) 2009, jumlah

angkatan kerja di Kabupetan Selayar pada tahun 2009 sebesar 54.996 orang

yaitu yang bekerja sebesar 49.478 orang dan jumlah penganggurang sbanyak

5.518 orang dengan rincian 6.503 orang sekolah, 22.162 orang pengurus

rumah tangga dan lainya sebanyak 3.986 orang

8. Anggota DPRD Periode 2019-2024

Menurut Nurwahidah dalam TribunSelayar.com Menyatakan Resmi

25 anggota DPRD di lantik pada acara pelantikan dalam rapat paripurna di

Ruang Pola Kantor Bupati Kepulauan Selayar, Jumat (03/05/2019), untuk

kejelasannya sebagai berikut:

Tabel 1.2 anggota DPRD Selayar

No. Nama Partai

1 Maryani Ali, S.E Golkar

Page 54: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

40

2 Muhammad Aqsa, A.A Golkar

3 Muhammad Anas Ali,S.H

PDI Perjuangan

4 M. Affandi, S.E Gerindra

5 H. Andi Muslim, S.E Golkar

6 Hj. Asnaina Golkar

7 Muhammad ArisRidwan, S.E

Gerindra

8 Dra. Hj. Suriyani PAN

9 H. SyamsurrijalRahim,S.sos

Golkar

10 Hj. Eni Sutiyono PKS

11 Andi Mahmud, S.T Demokrat

12 Drs. Syamsul Bahri PKB

13 Devi Zulkifli Golkar

14 Sukri, S.IP Demokrat

15 H. Yonder Golkar

16 Awiluddin, S.H Gerindra

17 H. Andi Idris, S.Sos. PAN

18 H. M. Suwadi, S.E PKS

Page 55: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

41

19 Muhammad Ardi, S.Sos Golkar

20 Mappatundru, S.Pd Golkar

21 Drs. Tandri BangunPatta

PAN

22 Sudirman NASDEM

23 Hj. Asmawar Golkar

24 Andi Jamarong, S.Sos Hanura

25 Miswa Wahyhudi NasirLeha, S.E

Demokrat

9. Gambaran Kecamatan Pasimasunggu Timur

Menurut Nurwahidah dalam TribunSelayar.com Kecamatan

Pasimasunggu Timur salah satu kecamatan yang berada di Kepualau Selayar

yang berseblahan dengan Kecamatan Pasimasunggu tepatnya di Pulau

Jampea yang mempunya beberapa desa yaitu:

Tabel 1.3 Julmah Desa di Kecamatan Pasimasunggu Timur

No. Kode pos Desa/Kelurahan

1 92861 Ujung

2 92861 Lembangbaji

3 92861 Bontojati

4 92861 Bontobulaeng

5 92861 Bontobaru

6 92861 Bontomalling

Page 56: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

42

Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam proses pendidikan, juga didukung oleh

sarana dan prasarana yang menjadi standar sekolah istansi pendidikan yang

terkait. Di dalam pemenuhan kebutuhan sarana Pendidikan di Kecamatan

Pasimasunggu Timur pada saat ini sangat memadai, hal ini di tandai dengan

hadirnya fasilitas sarana Pendidikan yang kejelasan sarana Pendidikan di

Kecamatan Pasimasunggu Timur seabagai berikut:

Tabel 1.4 sarana dan prasarana pendidikan di Kecamatan

Pasimasunggu Timur

No. Sarana dan prasarana Jumlah

1 Taman kanak-kanak (TK) 6

2 Sekolah Dasar 9

3 SMP 4

4 SMA/SMK 1

Page 57: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

43

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Bentuk Eksistensi Perempuan dalam Kontestasi Politik

Berbicara tentang perempuan, di ujung dunia manapun selalu menjadi hal

yang sangat menarik dan hangat untuk di perbincangkan, bukan saja sisi

keperempuanannya melainkan lebih kepada isu-isu yang disusung olehnya,

yang senantiasa menjadi titik perbincangan menarik di tengah dunia yang di

dominasi oleh kaum laki-laki.

Di era globalisasi saat ini, perhatian terhadap gender semakin besar,

seperti yang di ketahui bahwa hampir seluruh negara yang mayoritas

menduduki setiap lembaga adalah laki-laki. Secara konstitusional laki-laki

dan perempuan memiliki hak dan kewajiban yang sebagai warga negara

indonesia sebagaimana yang termuat dalam UUD 1945 pasal 28 yang

menegaskan bahwa hak warga negara dan penduduk untuk berserikat dan

berkumpul mengeluarkan pikiran dengan lisan maupun tulisan dan

sebagainya. Undang-undang tersebut menjadi cerminan dari negara

demokratis yang memberikan ruang kepada seluruh masyarakat untuk

berkiprah, termasuk perempuan untuk bersaing dalam politik. Sejarah

mencatat, sejak awal sebelum berdirinya negara Indonesia, nama-nama

perempuan yang tidak asing yang di nobatkan sebagai pahlawan perempuan

Page 58: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

44

atas dedikasinya yang sangat luar biasa misalkan Raden Ajeng Kartini yang

pemikirannya tertuang dalam karya yang diberi judul “Habislah Gelap

Terbitlah Terang”yang didalam memuat surat-surat yang di tulis kepada

sahabatnya di negeri belanda. Hal ini merupakan buktibetapa besarnya mimpi

kertini untuk melepaskan kaumnya dari diskriminasi yang membudaya di

zamannya. Tetapi di jaman saat ini semangat yang di miliki R.A Kartini tidak

lagi di miliki oleh para perempuan di jaman sekarang terhusus di Kecamatan

Pasimasunggu Timur Kabupaten Kepulauan Selayar

Dari hasil wawancara peneliti dengan daeng Jawiah selaku BPD dan

tokoh masyarakat:

“perempuan yang ikut berpartisipasi dalam kontestastasi politik sangat sedikit

di temukan palingan dua orang itupunkalau pemilihan calon DPR itu pun

keduanya tidak terpilih jadi yang duduk di kantor DPR mayoritas laki-laki

itupun kalau ada perempuan palingan dari daerah lain”(wawancara pada

Sabtu, tanggal 27 Juli 2019)

Menurut Hj. Andi Siti, selaku calon Kepala Desa, beliau mengatakan

bahwa perempuan yang ikut dalam pemilihan kepala Desa yang akan datang

di bulan November, 2019 adalah dia sendiri tanpa calon perempuan lain,

beliau sangat ingin menjadi satu-satunya kepala desa perempuan yang ada di

Kecamatan Pasimasunggu Timur karna selama ini yang menjadi kepala

desa adalah laki-laki. (wawancara pada Hari Sabtu, tanggal 27 2019)

Page 59: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

45

Selanjutnya peneliti mewawancarai Sitti amang menurut beliau orang

menduduki lembaga yang ada di Kabupaten Selayar kebanyakan laki-laki

karna seharusnya yang memimpin adalah laki-laki, kalau masalah perempuan

tidak perlu ikut dalam kontestasi politik karena hakikat dari tugas seorang

perempuan hanya di rumah menyediakan makanan dan mengurus anak-anak

mereka karna perempuan yang baik adalah perempuan yang mampu mendidik

atau mengajari anaknya pada hal yang baik-baik, jadi saya lebih suka jadi ibu

rumah tangga saja karna jika saya ikut dalam pemilihan dan ternyata saya di

pilih maka siapa yang akan mengurus dan mendidik anak saya (wawancara

Pada Kamis tanggal 01 Agustus)

Menurut Ibu Lina, sekarang minat perempuan untuk ikut dalam

kontestasi politik itu sangat sedikit, karna mereka lebih sibuk dengan urusan

mereka sendiri krna rata-rata disini anak-anaknya menikahmi pas selesai

SMA jadi kebanyakan sibuk semuami uruski rumah tangganya, apalagi

suaminya kabanyakan nelayan jadi ituji nakerja pergi jual ikan sama berja di

dapur (wawancara Sabtu tanggal 03 Agustus)

Senada dengan perkataan Ibu Sukmawati, perempuan disini bisa di

katakan apatis terhadap masalah politik karena mereka sibuk dengan urusan

rumah tangganya, dan sebagian sarjana rata-rata ambil keguruan jadi selesai

wisuda ya langsung mengajar tanpa ikut dalam kontestasi politik karna

masyarakat di lebih mengejar PNS di bandingkan jadi Bupati, anggota dewan

atau jadi kepala Desa. (wawancara Sabtu 03, Agustus)

Page 60: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

46

Berdasarkan analisis tersebut peneliti dapat memberikan penjelasan

mengenai Bentuk Eksistensi Perempuan Dalam Kontestasi Politik sangat

minim karna kurangnya minat para perempuan untuk berkiprah ke ranah

politik

2. Faktor yang Mempengaruhi Eksistensi Perempuan Dalam Kontestasi

Politik

Politik adalah berbagai macam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik

yang menyangkut proses penentuan tujuan dari sistem dan melaksanakan

tujuannya. Di dalam kontestasi politik masyarakat di berikan kesempatan

bagi siapa saja yang ingin ikut dalam pemilihan atau jadi calon dalam

parlemen tanpa ada yang di deskriminasikan terutama kau perempuan.

kesempatan perempuan untuk masuk dalam bidang politik di

Kecamatan Pasimasunggu Timur, Kabupaten Kepualauan Selayar tidak

memungkinkan dikarenakan ada beberapa faktor yaitu: internal dan eksteral.

Faktor Internal yaitu Faktor Budaya 2) Faktor Pendidikan 3) Faktor Ekonomi

4) faktor Keluarga. Sedangkan faktor Eksternal yaitu faktor sosialisasi, Peran

Lokal, Pandangan Politik

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Ibu Nurdayani

mengungkapkan, sebenarnya saya juga mau jadi perempuan yang ada di

kantor DPR yang berpakaian rapi terhormat serta cerdas, tetapi saya

terkendala di pendidikan karena pada jaman saya dulu tamat SD di

berhentikanma mauma di kasih menikah karena pemikiran orang tua saya

Page 61: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

47

perempuan nda usah di kasih sekolah tinggi-tinggi karna tugas perempuan

hanya jadi ibu rumah tangga nantinya (wawancara pada Minggu 04 Agustus

2019)

Menurut ibu Basse Limbang, sedikitnya perempuan yang berkiprah ke

rana politik di karenakan kurangnya perempuan yang menjenjang pendidikan

lebih tinggi seperti S1 itupun perempuan yang punya pendidikan yang lebih

tinggi rata-rata bergelar S.Pd yang notabenenya jadi guru tanpa melihat

peluang untuk jadi pejabat seperti jadi anggota Dewan, Bupati, Kepala Desa.

hal ini yang mendasari kurangnya perempuan yang ikut dalam kontestasi

politik di Kecamatan Pasimasunggu Timur, Kabupaten Kepulauan Selayar (

wawancara Minggu 04 Agustus 2019)

Berdasarkan hasil analisis peneliti menemukan bahwa pendidikan di

butuhkan dalam mengikuti atau ikut serta dalam kontestasi politik, karena

alasan masyarakat tidak ikut dalam kontestasi politik sebabkan faktor

pendidikan.

Demikian yang di utarakan Ibu Jawiah, pemikiran masyarakat awam saat

ini menempatkan laki-laki sebagai orang yang mampu bersaing di arena

politik, dan perempuan tidak pantas bagi perempuan untuk ikut dalam

kontestasi politik karna itu keluar dari hakiat tugas perempuan. (wawancara

27 Juli 2019)

Menurut Ibu mu’la menyatakan kebanyakan perempuan hanya di jadikan

sebagai pelengkap hidup, ia di sejajarkan dengan nilai tukar barang. Misalnya

Page 62: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

48

perempuan yang akan di nikahi harus di beli dengan sejumlah uang, hewan

atau barang yang bernilai mahal seturut dengan adat istiadat, keadaan ini

menjadi salah satu faktor atau jadi bahan reverensi masyarakat bahwa

perempuan itu kerjanya hanya jadi pendamping suami ( wawancara 06

Agustus 2019)

Menurut Ibu Nurda beliau mengatakan untuk saat ini budaya patriarki

masih melekat disebagian masyarakat, hal ini yang menandakan bahwa laki-

laki masih pada posisi paling atas sehinga posisi perempuan dalam

masyarakat masih di kucilkan atau tidak setara dengan laki-laki.(wawancara

Minggu 04 Agustus 2019)

Dari uraiann di atas peneliti apat menyimpulkan bahwa budaya patriarki

jadi tantangan bagi perempuan dalam mengikuti atau ikut serta dalam

pemilihan parlemen.

Berasarkan hasil wawancara dengan pak Cudi selaku kepala Desa Bonto

Jati beliau mengatakan yang menjadi kendala bagi perempuan untuk ikut

dalam pemilihan yaitu faktor ekonomi karna ketika seseorang ingin ikut serta

dalam pemilihan atau jadi calon itu membutuh beberapa dana seperti dana

kampanye dan sebagainya. Inilah yang menjadi hambatan bagi para

perempuan, adapun pekerjaan para sang suami rata-rata nelayan jadi mereka

tidak sanggup untuk ikut bersaing dalam pemenangan pemilu. Begitupu

dengan pendapat Hj. Andi siti yang mengatan memang sulit untuk ikut dalam

pemilihan yang pertama kita harus minta izin kepada suami bagi perempuan

Page 63: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

49

yang sudah bersuami, atau minta izin kepada orang tua bagi yang belum

bersuami, walaupun sudah ada izin dari yang bersangkutan ya lagi-lagi

terkendala di ekonomi karna mata pencaharian masyarakat Kecamatan

Pasimasunggu Timur mayoritas nelayan dan petani, dari penghasilan itu

hanya bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari.(wawancara sabtu 27 Juli 2019)

Berdasarkan analisis tersebut, peneliti menemukan bahwa yang menjadi

faktor penghambat bagi perempuan untuk ikut dalam kontestasi politik yaitu

faktor pendidikan, budaya,dan ekonomi

B. Pembahasan hasil penelitian

1. Bentuk Eksistensi Perempuan Dalam Kontestasi Politik

Di Kecamatan Pasimasunggu Timur, gambaran peran perempuan di

bidang publik yang terkait masih belum menggembirakan karena pemilihan di

tahun lalu april 2019 masih terus di dominasi laki-laki begitupun dengan

bulan yang akan datang November 2019 karena calon yang ikut dalam

pemilihan desa di Kecamatan Pasimasunggu Timur hanya satu orang

selebihnya adalah laki-laki. Dalam hal ini, artinya bahwa dalam masyarakat,

perempuan masih di anggap tidak cukup mampu memimpin dan membuat

kebijakan. Perempuan masih di anggap lebih mengutamakan Emosionalitas

dan dari pada Rasionalitas. Peran dan akses perempuan di dunia politik pada

umumnya masih sangat terbatas. Menurut Ida Fauziah (2015:48) Data yang

ada menunjukkan bahwa gerak perempuan untuk duduk sebagai pengambil

keputusan atau kebijakan politik di lembaga politik formal maupun informal

Page 64: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

50

masih sangat sempit dengan berbagai kendala yang menghambat pemenuhan

hak-hak Politik perempuan masih banyak di jumpai, baik dalam bidang

agama, sosial masyarakat, dan lain sebagainya.

Menurut Farzana Bari, (2010:7) Keterwakilan perempuan berada pada

posisi di tingkat Kabupaten /kota, data yang dihimpundari 29 dari total 491

Kabupaten atau Kota menunjujjan bahwa rata-rata hanya 10% perempuan

yang terwakili di pemerintah Kabupaten. Kabupaten merupakan lapisan

pemertah yang paling dekat dengan masyarakat dan bertanggung jawab atas

pembangunan daerah serta pelayanan sosial bagi masyarakat.

terbatasnya keterwakilan perempuan di kabupaten maupun di Desa dapat

berujung pada tidak terpenuhnya , tidak teratasinya kekhawatiran perempuan

dan perioritas-perioritas pembangunan dalam rencana pembangunan daerah

dan mungkin akan mempertegas marjinalisasi terhadap perempuan dalam

mendapatkan pelayananan sosial di tingkat lokal. Kurangnya kesempatan

memainkan peran yang pentingdalam pemerintah daerah berdampak negatif

pada kemungkinan bagi perempuan untuk mengambil posisi utama di kancah

politik provinsi dan nasional.

Menurut Mansour fakih (2001:12) menyebutkan bahwa perbedaan

gender melahirkan ketidakadilan laki-laki dan terutama bagi perempuan.

Menurutnya terdapat banyak manifestasi ketidakadilan gender diantaranya

adalah streotipe dan subordinasi terhadap perempuan dapat dilihat dengan

pewarisan kepemimpinan di kalangan pesantren biasanya atau regenerasi

Page 65: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

51

pemimpin pesantren biasanya di serahkan kepada anak laki-laki dari kyai atau

jika tidak memiliki anak laki-laki biasanya di serahkan kepada saudara laki-

laki, keponakan laki-laki atau menantu.

Perempuan sebagai salah satu kelompok marginal sampai saat ini masih

berada dalam posisi subordinat di banding laki-laki. Meskipun secara

kuantitatif jumlah perempuan lebih banyak, namun hal ini tidak berarti ada

jaminan terhadap hak-hak mereka. Faktor budaya merupakan salah satu

penghambat bagi perempuan untuk tampil dalam ruang public. Kuatnya

perempuan laki-laki dalam kehidupan publik, sangat menentukan setiap

keputusan-keputusan yang di ambil meskipun itu menyakut tentang

kehidupan perempuan. Hal ini penempatan posisi perempuan semakin

termarginalkan, terutama dalam kontestasi politik semata-mata karena mereka

adalah perempuan. Inilah yang di sebut sebagai diskriminasi gender.

Kehidupan demokratis yang sejati merupakan suatu kehidupan yang

masyarakatnya mendapatkan kesempatan yang sama dalam bersuara.

Peran politik sangat penting untuk mendorong kebijakan dalam

berkeadilan sosial, terutama kebijakan yang berkaitan dengan perempuan,

sementara melalui kebijakan, hukum dapat berlaku melindungi kepentingan

kaum perempuan dari berbagai bentuk kekerasan baik di ranah Domestik

maupun Publik. Sementara salah satu kebutuhan hukum nasional dan

masyarakat saat ini dalah keadilan dan kesetaraan gender oleh karena itu

harus ada kebijakan-kebijakan baru yang lebih progresif dan lebih sesuai

Page 66: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

52

dengan situasi, kebutuhan dan kepentingan kaum perempuan, perwujudan

keadilan dan kesetaraan gender merupakan agenda yang penting pemerintah

saat ini. perlu ada tindakan nyata dari kaum perempuan di berbagai bidang

seperti, bidang politik, sosial budaya, ekonomi, hukum, pertahanan, dan juga

di bidang keamanan.

Sekarang keterlibatan perempuan dalam politik sangat di tentukan oleh

sejauh mana partai politik melibatkan perempuan. Dalam hal ini, system

rekruitmen srtuctural mengkonfirmasi keterlibatan perempuan dalam partai

politik dapat dikatakan sudah cukup maju. Seperti yang di lakukan oleh partai

persatuan pembangunan (PPP) yang telah memiliki sejarah panjang sebagai

sebuah partai, yang didirikan pada tanggal 5 Januari 1973 sebagai fusi dari

empat partai islam pada waktu itu. Pada awal berdirinya, PPP merupakan

partai yang berdasarkan islam, namun kemudian orde baru mengharuskan

PPP mengubah asas partai menjadi Pancasila, sejalan dengan angin reformasi

dan demokratisasi, sejak pemilu 1999 PPP menyatakan diri kembali ke asas

islam. PPP memiliki misi untuk memperjuangkan tatanan yang demokratis

dengan di landasi akhlakul karimah

PPP memandang bahwa keadilan, kemakmuran, dan kesejahtraan

adalah hak bagi seluruh umat, baik laki-laki maupun perempuan. Laki-laki

dan perempuan memiliki peran yang sama di dalam dunia politik.

Keterlibatan perempuan dalam dunia politik dalam perpektif islam adalah

Page 67: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

53

sama dengan laki-laki, dalam rangka amar ma’ruf nahi mungkar.berpolitik di

landasi dengan etika dan nilai islam dalah sebuah bentuk ibadah.

Paradoks atas politik perempuan indonesia tentu saja harus di atasi.

Hal ini karenakan jika paradoks ini tetap di pertahankan maka politik

perempuan di indonesia akan terjebak dalam lingkaran setang yang akan

berimplikasi pada terjadinya inovasi atas politik perempuan itu sendiri.

Konsekuensi dari inovasi ini sendiri tentu saja akan membuat politik

perempuan tidak lagi dapat di kategorkan sebagai politik harapan. Politik

perempuan pada akhirnya akan terjebak menjadi sebatas politik rutinyang

pada dasarnya mendukung status politik patriarkis. Satu-satunya cara yang

mungkin dalam mengatasi “ketidak mungkinan “ paradoks politik perempuan

indonesia adalah dengan mengafirmasi kembali yang politik daam politik

perempuan indonesia. Ide saya di sini adalah mengenai politisasi lebih radikal

atas politik perempuan,

Menurut Ani Soetjipto (2011:183) politik adalah suatu politk itu di

tempatkan suatu kapasitas untuk melakukan aktivitas politik sebatas

pengaturan serta pengelolaan keseepakatan-kesepakatan sudah terjadi secara

sosial.

2. Faktor yang mempengaruhi Eksistensi Perempuan Dalam Kontestasi

Politik

Kata feminisme dicetuskan pertama kali oleh Aktifis sosialis utopis,

Charles fourier pada tahun 1837. Pergerakan yang berpusat di eropa ini

Page 68: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

54

berpindah ke amerika dan berkembang pesat. Padaawalnya gerakan ini di

tujukan untuk mengakhiri masa-masa pemasungan terhadap kebebaan kaum

perempuan. Secara umum kaum perempuan merasa di rugikan dalam semua

bidang dan di nomor duakan oleh kaum laki-laki dalam berbagai bidang

seperti bidang sosial, pekerjaan, pendidikan, dan politik khususnya terutama

dalam masyarakat yang berbudaya patriarki.

Di indonesia kesenjangan gender dalam kehidupan politik masih menjadi

sebuah tantangan yang harus di hadapi saat ini di karenakan jumlah

keterlibatan perempuan dalam setiap aktivitas piblik maupun politik belum

tarlalu terlibat untuk itu pemerintah indonesia telah berkomitmen untuk

mewujudkan kesetaraan gender, dibuktikan dengan diterbitkannya berbagai

pranata hukum mulai dari ratifikasi konfensi CEDAW.

Dalam undang-undang Nomor 7 Tahun 1984 penghapusan bentuk

deskriminasi perempuan, kemudian terbitnya peraturan pemerintah nomor 8

tahun 2008 tentang tahapan, tata cara penyusunan, pengendalian dan evaluasi

pelaksanaan rencana pembangunan daerah serta intruksi presiden. Namun

nyatanya indonesia masih berada di nomor 80 dari 156 negara yang ada

dalam indeks pembanguan gender pada tahun 2007, sedangkan pada tahun

2009 terjadi penurunan yang sangat signifikan, indonesia berada di urutan 90,

yang megertikan perempuan indonesia masih belum menikmati hak dan

standar yang sama dengan laki-laki. UNDP (2010)

Page 69: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

55

Sama halnya di Kecamatan Pasimasunggu Timur, Kabupaten

Kepualauan Selayar masih di dominasi laki-laki yang menduduki bangku

parlemen. Dikarenakan ada beberapa hambatan yang menjadi penghalang

bagi perempuan untuk ikut dalam kontestasi politik. Menurut kamus besar

(1990:235) menjelaskan bahwa hambatan ataupun hambatan adalah hal

yang menjadi penyebab atau karenanya, keinginan dan tujuan tersebut tidak

dapat di wujudkan. Faktor penghambat partisispasi politik perempuan dalam

pemilihan kepala negara atau daerah ada dua faktor yaitu internal dan

eksternal. Faktor penghambat internal yaitu pendidikan, kultur budaya,

keluarga. Sedangkan faktor penghambat eksternal yaitu sosioalisasi, segi

pendangan politik.

UU SISDIKNAS No. 2 tahun 1989, pendidikan adalah usaha sadar

untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan pengjaran dan

latihan bagi peranannya di masa yang akan datang

UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan

Menurut Sockrates, pendidikan adalah suatu sarana yang digunakan

intuk mencari kebenaan. Sedangkan metodenya adalah dialektika

Page 70: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

56

Menurut Ramlan Surbakti dalam Liza Hadis (2004:404) beberapa

hambatan yang di rasakan perempuan

1. segi pendidikan (internal)

adanya perbedaan laki-laki dengan perempuan berdampak padaperbedaan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sehimggatertinggal dalam memperoleh informasi dan keterbatasan komunikasi,sehingga perempuan terhambat dalam membangunan jaringan di wilayahpublik. Informasi tentang politik selalu diterimah melalui perspektif laki-laki,sehingga perempuan tereliminasi karena beranggapan bahwa politik menjadifenomena di luar dirinya. Hal ini dapat menjadi kendala terbesar dalammengangkat keterpurukan dan ketertindasan perempuan dalam nuansa budayapatriarkhi sehingga menjadi penghambatan yang besar bagi kaum perempuanuntuk berpartisipaasi dalam politik.

2. Segi keluarga(internal)

adalah masih terkait dengan adanya faktor budaya yang menyatakanperempuan di dalam mengembil keputusan harus berdasarkan suaminya/ayahkarena perempuan dianggap sebagai pelayan bagi laki-laki serta tidak berhakmengambil keputusan termasuk dalam pilihan politik, sehingga kurangnyadukungan dari keluarga di dalam perepuan berpartisipasi

3. segi Kultur Budaya (internal)

bahwa terdapat perbedaan kemampuan anatara perempuan dan laki-lakidalam memimpin, bahkan perempuan selalu menilai bahwa kebudayaansuku/etnis mempengaruhi kepartisipasiannya dalam politik bahkan segi kulturbudaya pun perempuan cenderung mengikuti pilihan laki-laki baik itu ayahmaupun suami. Perempuan lebih di tekankan pada budaya yang melekat,yang mengatakan bahwa perempuan adalah pelayan laki-laki sertatidakberhak dalam memilih keputusan termasuk dalam politik.

4. segi perempuannya sendiri (internal)

hambatan berpartisispasi dalam politik bersal dari dirinya sendiri.Pencitraan perempuan perempuan sebagai makhluk lemah, tidak mandiri,kurang tanggung jawab yang sudah meresap di bawah sadar, dirasakan

Page 71: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

57

perempuan sebagai fitrah, bawwan dan kodrati. Inferioritas (rendah diri)akibat kontruk masyarakat juga manjadi hambatan perempuan dalam prosesaktualisasi potensi dirinya. Kurang mampunya perempuan mengukur potensidiri menyebabkan perempuan seolah kehilangan jatidirinya. Sebagai kibatnyaadalah pola pikir perempuan menjadi sangat akrab dengan kepasrahan,sengaja atau tidak akan di maafkan oleh kekuatan suporioritas laki-laki.

5. Segi Peran Lokal (eksternal)

Peran lokal adalah peran lingkugan seperti tokoh masyarakat dalampartisipasi di karenakan faktor lingkungan yang memandang perempuansebagai pelayan bagi suami atau ayah serta keterbelakangan pendidikandikalangan lingkungan sekitar bahkan tokoh masyarakat jarang memberikansaran sebagai dukungan agar perempuan bisa dan yakin jika perempuan itusendiri mampu berpartisipasi dalam politik.

6. Pandangan tentang politik (external)

Pandangan politik adalah bahwa kaum perempuan tidak dapatberpartisipasi politik karena perempuan terkadang memandang politik itutidak terlalu penting. Perempuan lebih mementingkan urusan rumahtangganya dibanding politik. Sebagian perempuan beranggapan bahwamemasuki rana politik adalah memasuki dunia yang membutuhkanperjuangan dan pengorbanan yang luar biasa. Kurangnya kaum perempuanyang memiliki naluri juang untuk berpolitik, untuk membela kaumperempuan yang lemah dan tertindas yang dikenal dengan politikandrosendtris politik androsendtris ciri khasnya adalah memarginalisasikanperempuan, semestinya menjadi agenda untuk dihapuskannya danmempopulerkan politik androgini agar siapapun baik laki-laki ataupunperempuan dapat menyuarakan suara perempuan

7. sosialisasi atau pengarahan (external)

Sosialisasi atau pengarahan tentang politik atau tentang pemilihanumum kaum perempuan terkadang menganggap bahwa sosialisasi tersebutdianggap tidak perlu untuk dihadiri karena perempuan lebih mementingkankepentingan bersifat pribadi. Perbedaan sosialisasi antara kaum perempuandan laki-laki adalah didalam pemberian penghargaan politik selalumengutamakan laki-laki didalam pemberian pegarahan politik. Perempuanselalu tidak diaggap tidak perlu mengikuti sosialisasi tersebut karenadianggap sebagai secondclass bahkan karena rendahnya tingkatan pendidikan

Page 72: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

58

kaum perempuan maka di dalam sosialisasi perempuan sosialisasi pun kaumperempuan diterkebelakankan

Menurut Alfian Rokhmansyah (2013:83) Patriarki berasal dari

patriarkat, berarti stuktur yang menempatkan peran laki sebagai penguasa

tunggal, sentral dan segala-galanya. Sistem petriarki yang mendominasi

kebudayaan masyarakat menyebabkan adanya kesenjangan dan ketidakadilan

gender yang mempengaruhi hingga ke berbagai aspek kehidupan manusia.

Laki-laki memiliki peran sebagai kontrol utama bagi masyarakat,

sedangkan perempuan hanya memiliki sedikit pengaruh atau bisa dikatakan

tidak memiliki hak pada wilayah-wilayah umum dalam masyarakat, baik

secara ekonomo, sosial, politik, dan psikologis, bahkan termasuk didalamnya

institusi pernikahan. Hal ini menyebabkan perempuan di letakkan pada posisi

subordinat atau inferior. Pembatasan- pembatasan perempuan oleh budaya

patriarki membuat perempuan menjadi terbelenggu dan mendapatkan

perlakuan diskriminasi. Ketidak kesetaraan antara peran laki-laki dan

perempuan ini menjadi salah satu hambatan struktural yang menyebabkan

individu dalam masyarakat tidak memiliki akses yang sama. Selain itu,

produk dari kebijakan pemerinyah yang selama ini tidak sensitif terhadap

kebutuhan perempuan seringkali menjadi korban dari kebijakan itu.

Lemahnya perlindungan hukum terhadap perempuan, secara tidak

langsung juga telah menempatkan posisi perempuan menjadi termaginalkan.

Aspek historis dan budaya menempatkan perempuan sebagai pihak yang di

tundukkan melalui hubungan kekuasaan yang bersifat patriarkat, baik secara

Page 73: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

59

personal maupun melalui pengaturan negara. Praktik budaya patriarki masih

berlangsung hingga saat ini, di tengah berbagai gerakan feminis dan aktivis

perempuan yang gencar menyuarakan serta menegakkan hak perempuan.

Praktik ini terlihat pada aktivis domestik, ekonomi, politik, budaya. Sehingga

hasil dari praktik tersebut menyebabkan berbagai masalah sosial di indonesia

seperti merujuk pada definisi masalah sosial adalah suatu kondisi yang tak

diinginkan terjadi oleh sebagian besar dari warga masyarakat, yaitu kekerasan

dalam rumah tangga (KDRT), Pelecehan seksual, angka pernikahan dini, dan

perceraian.

ekonomi merupakan salah satu bidang kajian yang mencoba

menyelesaikan masalah keperluan asas kehidupan manusia melalui

pengglembengan segala sumber.

Perlu diketahui bahwa selama ini kaum perempuan di Kecamatan

Pasimasunggu Timur sangat minim kiprahnya dalam panggung politik, hal ini

di sebabkan beberapa faktor terhususnnya faktor ekonomi yang perempuan

diberatkan dengan mahalnya ongkos politik maju sebagai calon, dan perlu di

ketahui perempuan yang ada di indonesia lebih banyak yang masih

bergantung pada keluarga orang tua/ suami, ketidak mandirian perempuan

membuat dia terjebak dalam keadaan statis atau diam di tempat apalagi

sekarang pemikiran masyarakat tidak ada unag maka siap-siap untuk tidak di

pilih hal ini salah satu patologi-patologi yang harus dihilangkan karena dapat

menghambat perempuan dalam Kontestasi Politik. Politik uang adalah suatu

Page 74: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

60

bentuk pemberian atau janji menyuap seseorang baik seseorang itu

tidakmenjalankan hak untuk memilih atau maupun supaya ia menjalanka

haknya dengan cara tertetu pada saat pemilihan umum.

Pemberian bisa berupa uang atau barang. Politik uang adalah suatu

pelanggaran kampanye. Politik uang biasanya di gunakan simpatisan, kader

atau bahkan pengurus partai politik menjelah hari pemilihan umum. Praktik

politik uang dilakukan dengan cara pemberian berbetuk uang, sembako antara

lain beras, minyak dan gula kepada masyarakat dengan tujuan menarik

simpati masyarakat agar mereka memberikan suaranya kepada partai yang

bersangkutan.

Page 75: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

61

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan Hasil Penelitian di Kecamatan Pasimasunggu Timur,

Kabupaten Kepulauan Selayar maka dapat di simpulkan Bahwa:

1. Bentuk Eksistensi Perempuan yang ada di Kecamatan Pasimasunggu

Timur masih sangat minim dikarenakan perempuan yang ikut dalam

Kontestasi Politik lebih sedikit dibandingkan laki-laki.

2. Faktor yang mempengaruhi Eksistensi Perempuan Dalam Kontestasi

Politik di Kecamatn Pasimasunggu Timur, Kabupaten Kepulauan Selayar.

a) faktor Internal yaitu: Faktor Pendidikan, Faktor Keluarga, Faktor Budaya,

faktor diri sendiri

b) Faktor Eksternal yaitu: Faktor Peran Lokal, Faktor Pandangan Politik,

Faktor Sosialisasi

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka saran yang dapat penulis berikan

untuk mewujudkan kesetaraan gender dalam politik terutama mengenai

keterwakilan perempuan dalam politik antara lain:

1. Adanya peningkatan pendidikan politik bagi para perempuan sehingga

para perempuan tidak awam lagi dengan dunia politik, dan berani untuk turut

Page 76: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

62

berpartisispasi dalm perpoltikan demi menyeimbangkan hak dan kewajiban

demokrasi sebagai bagian dari negara

2. Adanya peningkatan dalam pemberdayaan ekonomi perempuan, sehingga

tidak tertinggal dan tidak ketergantungan dengan kaum laki-laki, serta

dengandemikian akses sosial yang dimiliki lebih dapat dijangkau dengan

ekonomi yang memadai untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas politik

3. Adanya pembentukan Partai nasional ataupun partai lokal khusus

perempuan sebagai wadah yang mengharuskan para perempuan untuk ikut

dalam kontestasi politik

Page 77: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

63

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Irwan. 2014. “Reproduksi Ketimpangan Gender Partisipasi WanitaDalamKegiatan Ekonomi” Prisma Majalah Kajian Ekonomi dan sosial No.6 Tahun 2014. LP3ES

Abidin Zainal, 2009. Analisis Eksistensial Jakarta

Alfian Rokhmansyah. 2013. Pengantar Gender dan Feminisme Yogyakarta

Andi kartika. 2012. Eksistensi Jamu Cekok di Tengah Perubahan Sosial.Yogyakarta:Eprints UNY

Ani Soetjipto, 2011, Politik Perempuan Bukan Gerhana, Jakarta

Arikunto Suharsimi 2010 Manajemen Penelitian, Jakarta

Basrowi dan Suwandi 2009 Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung

Damsar.2015. Pengantar Teori Sosiologi.Jakarta: Kencana

Dagun. 2012, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, Jakarta

Dekdikbud, 2008.kamus besar bahasa Indonesia esisi 4. Jakarta: gramedia pustaka.

Farzana Bari. 2010, Partisipasi Perempuan Dalam Politik Dan Pemerintah, Jakarta

Firmanzah 2010 Marketing Politik, Jakarta, Fahrizal 2007 Marketing Politik, Jakarta

Hasyim, Ayafiq. 2005. Pengantar Feminism Dan Fundamentalisme Islam.Yogyakarta: LKiS.

Ida Fauziah, 2015. Geliat Perempuan Pasca Revormasi, Yogyakarta

Page 78: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

64

Jutta Berninghausen dan Birgit Kerstan 2010. Forging New Paths: Feminist SicialMethodology and Rural Women in Jafa. London

Liza Hadis, 2005, Partisipasi Dan Partai Politik Jakarta

Mansour Fakih, 2001, Analisis Gender Dan Transformasi Sosial Yogyakarta

Merton, 2011, Teori Sosiologi Moderen. Jakarta

Muttahahari.2010. Hak-hak Wanita Dalam Islam. Jakarta: Lentera

Nasaruddin Umar 2001 kesetaraan gender perspektif al-Quran, Jakarta

Nur Fitri Balasong & Hasmawati Hamid, Perempuan Untuk Perempuan (SketsaPemikiran Perempuan Untuk Pemberdayaan Potensi Perempuan di SulawesiSelatan), Makassar: toACCAe PUBLISHING, 2006. hal 25

N. Marbun, B. 2012. Kamus Politik. Jakarta: CV. Muliasari

Pratiwi, 2016, Seksualitas Reproduksi Perempuan. Jakarta

Qasim Amin 2003. Sejarah Penindasan Perempuan: Mengugat “Islam Laki laki”Menggugat “Perempuan Baru”,Yogyakarta

Qurais Shihab 2013 membumikan al-Qur’an, fungsi dan peran wahyu terhadapkehidupan masyarakat, Bandung

Rahmiaty.2015. Eksistensi Sanro.SkripsiSI.Universitas Negeri Makassar, Makassar

Steinberg dan Arnold, 2016, Kontestasi Politik dalam Ruang Media, Jakarta

Suardi. 2014. Komunitas Peminum Ballo’. TesisS2. Universitas Negeri Makassar,Makassar

Sugyono 2013 metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif, Bandung

Syekh Mutawalli As Sya’rawi 2005 Fikih Perempuan (muslimah),Jakarta

Page 79: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

65

Wibowo 2011 peran ganda perempuan dan kesetaraan gender,Yogyakarta

Wirawan. 2012. Teori-Teori Sosial Jakarta: Premedia Group

Zaitun Zubhan 2004. Perempuan dan Politik Dalam Islam,DKI Jakarta

http://makassar.tribunnews,com/2019/05/03/ini-nama-caleg-lolos-ke-dprd-selayar

http://www.Nakerstrans.Go.id.html

Page 80: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

L

A

M

P

I

R

A

N

Page 81: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

DAFTAR INFORMAN

Berikut ini merupakan daftar informan yang ditemui oleh peneliti dalam

melakukan penelitian di Kecamatan Pasimasunggu Timur Kabupaten Kepulauan

Selayar.

NO NAMA INFORMAN UMUR PEKERJAAN

1 Ibu Hj. Andi Sitti 36 Tahun Wiraswasta

2 Ibu Nur Lina 29 Tahun Penjual esKeliling

3 Ibu Mu’la 28 Tahun IRT

4 Ibu Nurdayani 26 Tahun Penjual bakso

5 Ibu Basse Limbang 40 Tahun Wiraswasta

6 Ibu Sukmawati 33 Tahun Penjual Gorengan

7 Ibu Jawiah 34 Tahun BPD (BadanPermusyawaratan

Desa)

8 Ibu Sitti Amang 40 Tahun IRT

Page 82: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

PEDOMAN OBSERVASI

No

observasi Hasil pengamatan

1 Eksistensi Perempuan DalamKontestasi Politik di KecamatanPasimasunggu Timur Kabupatenkepulauan Selayar

Perempuan yang berkiprah ke ranahpolitik di Kecamatan Pasimasunggu Timursangat sedikit dan didominasi oleh Kaumlaki-laki

2 Faktor yang mempengaruhiEksistensi Perempuan DalamKontestasi Politik di KecamatanPasimasunggu Timur Kabupatenkepulauan Selayar

Faktor Internal Dan Eksternal

Faktor Pendidikan (internal)adanya perbedaan laki-laki denganperempuan berdampak pada perbedaanpenguasaan ilmu pengetahuan danteknologi (IPTEK) sehimgga tertinggaldalam memperoleh informasi danketerbatasan komunikasi, sehinggaperempuan terhambat dalammembangunan jaringan di wilayah publik.Informasi tentang politik selalu diterimahmelalui perspektif laki-laki, sehinggaperempuan tereliminasi karenaberanggapan bahwa politik menjadifenomena di luar dirinya. Hal ini dapatmenjadi kendala terbesar dalammengangkat keterpurukan danketertindasan perempuan dalam nuansabudaya patriarkhi sehingga menjadipenghambatan yang besar bagi kaumperempuan untuk berpartisipaasi dalampolitik.

Page 83: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

Faktor Kultur Budaya (internal) bahwa terdapat perbedaan kemampuananatara perempuan dan laki-laki dalammemimpin, bahkan perempuan selalumenilai bahwa kebudayaan suku/etnismempengaruhi kepartisipasiannya dalampolitik bahkan segi kultur budaya punperempuan cenderung mengikuti pilihanlaki-laki baik itu ayah maupun suami.Perempuan lebih di tekankan pada budayayang melekat, yang mengatakan bahwaperempuan adalah pelayan laki-lakisertatidak berhak dalam memilihkeputusan termasuk dalam politik.

Faktor keluarga (internal) masih terkait dengan adanya faktor budayayang menyatakan perempuan di dalammengembil keputusan harus berdasarkansuaminya/ayah karena perempuandianggap sebagai pelayan bagi laki-lakiserta tidak berhak mengambil keputusantermasuk dalam pilihan politik, sehinggakurangnya dukungan dari keluarga didalam perepuan berpartisipasi

Faktor Perempuannya sendiri(internal)

hambatan berpartisispasi dalam politikbersal dari dirinya sendiri. Pencitraanperempuan perempuan sebagai makhluklemah, tidak mandiri, kurang tanggungjawab yang sudah meresap di bawah sadar,dirasakan perempuan sebagai fitrah,bawwan dan kodrati. Inferioritas (rendahdiri) akibat kontruk masyarakat jugamanjadi hambatan perempuan dalamproses aktualisasi potensi dirinya. Kurangmampunya perempuan mengukur potensidiri menyebabkan perempuan seolahkehilangan jatidirinya. Sebagai kibatnyaadalah pola pikir perempuan menjadisangat akrab dengan kepasrahan, sengajaatau tidak akan di maafkan oleh kekuatansuporioritas laki-laki.

Page 84: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

Faktor Peran Lokal (eksternal) Peran lokal adalah peran lingkugan sepertitokoh masyarakat dalam partisipasi dikarenakan faktor lingkungan yangmemandang perempuan sebagai pelayanbagi suami atau ayah sertaketerbelakangan pendidikan dikalanganlingkungan sekitar bahkan tokohmasyarakat jarang memberikan saransebagai dukungan agar perempuan bisadan yakin jika perempuan itu sendirimampu berpartisipasi dalam politik.

Faktor Pandangan tentangpolitik (external)

Pandangan politik adalah bahwakaum perempuan tidak dapat berpartisipasipolitik karena perempuan terkadangmemandang politik itu tidak terlalupenting. Perempuan lebih mementingkanurusan rumah tangganya dibanding politik.Sebagian perempuan beranggapan bahwamemasuki rana politik adalah memasukidunia yang membutuhkan perjuangan danpengorbanan yang luar biasa. Kurangnyakaum perempuan yang memiliki nalurijuang untuk berpolitik, untuk membelakaum perempuan yang lemah dan tertindasyang dikenal dengan politik androsendtrispolitik androsendtris ciri khasnya adalahmemarginalisasikan perempuan,semestinya menjadi agenda untukdihapuskannya dan mempopulerkanpolitik androgini agar siapapun baik laki-laki ataupun perempuan dapatmenyuarakan suara perempuan

Page 85: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

Faktor sosialisasi ataupengarahan (external)

Sosialisasi atau pengarahan tentangpolitik atau tentang pemilihan umum kaumperempuan terkadang menganggap bahwasosialisasi tersebut dianggap tidak perluuntuk dihadiri karena perempuan lebihmementingkan kepentingan bersifatpribadi. Perbedaan sosialisasi antara kaumperempuan dan laki-laki adalah didalampemberian penghargaan politik selalumengutamakan laki-laki didalampemberian pegarahan politik. Perempuanselalu tidak diaggap tidak perlu mengikutisosialisasi tersebut karena dianggapsebagai second class bahkan karenarendahnya tingkatan pendidikan kaumperempuan maka di dalam sosialisasiperempuan sosialisasi pun kaumperempuan diterkebelakankan

Page 86: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

PEDOMAN WAWANCARA

A. BENTUK EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI

POLITIK

1. Siapakah nama lengkap anda ?

Jawab : Ibu Jawiah

2. Berapa umur anda ?

Jawab : 34 tahun

3. Di daerah mana anda tinggal ?

Jawab :Jln. Balla Bulo

4. Apa Pekerjaan anda selainjualan ?

Jawab : BPD (Badan Permusyawaratan Desa)

5. Sudah berapa lama anda menetap di daerah ini?

Jawab : dari sejak kecil

6. Bagaimana keberadaan perempuan dalam dunia politik ?

Jawab : perempuan yang ikut dalam kontestasi politik sangat sedikit

palingan dua orang itupun tidak terpilih. Jadi yang duduk di kantor

DPR mayoritas laki-laki, kalau perempuan palingan dari daerah lain

1. Siapakah nama lengkap anda ?

Jawab : Ibu Hj. Andi Sitti

2. Berapa umur anda ?

Jawab : 36 tahun

3. Di daerah mana anda tinggal ?

Jawab : Jln. Bulo Sipappa’

Page 87: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

4. Apa Pekerjaan anda ?

Jawab : Wiraswasta

5. Sudah berapa lama anda menetap di daerah ini?

Jawab :dari sejak kecil

6. Apakah sudah banyak perempuan yang ikut serta dalam pemilu ?

Jawab : sangat kurang untuk itu sayan ingin mencalonkan jadi kepala

Desa yang akan datang di bulan November 2019 dan saya satu-satunya

perempuan di kecamatan pasimasunggu timur yang maju sebagai calon

kepala desa.

1. Siapakah nama lengkap anda ?

Jawab : Sitti Amang

2. Berapa umur anda ?

Jawab : 40 Tahun

3. Di daerah mana anda tinggal ?

Jawab : Jln. Ujung

4. Apa Pekerjaan anda ?

Jawab : IRT

5. Apakah sudah banyak perempuan yang berkiprah ke ranah politik di

kecamatan pasimasunggu timur ?

Jawab: belum karena yang menduduki bangku parlemen di Selayar

kebanyakan Laki-laki, karena tugas laki-laki adalah memimpin dan

perempuan seharusnya tidak usah ikut dalam pemilihan karena tugas

Page 88: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

perempuan menyediakan makanan untuk suami serta mengurus dan

mendidik anaknya.

1. Siapakah nama lengkap anda ?

Jawab : Ibu Nurlina

2. Berapa umur anda ?

Jawab : 29 Tahun

3. Di daerah mana anda tinggal ?

Jawab :Jln. Ujung

4. Apa Pekerjaan anda ?

Jawab :penjual Es keliling

5. Sudah berapa lama anda menetap di daerah ini?

Jawab : 8 Tahun

6. Bagaimna minat perempuan di kecamatan pasimasunng timur untuk

serta dalam pemilu?

Jawab : minat perempuan dalam ikut serta dalam politik sangat kurang

karena mereka lebih sibuk dengan urusan mereka sendiri karena sibuk

mngurus rumah tangganya dikarenakan kebanyakan perempuan disini

Tamat SMA langsung dikasih nikah

1. Siapakah nama lengkap anda ?

Jawab : Ibu Sukmawati

2. Berapa umur anda ?

Jawab: 33

3. Di daerah mana anda tinggal ?

Page 89: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

Jawab :Jln. setapak

4. Apa Pekerjaan anda ?

Jawab :penjual gorengan

5. Sudah berapa lama anda menetap di daerah ini?

Jawab :5 tahun

6. Bagaimna minat perempuan di kecamatan pasimasunggu timur untuk

ikut serta dalam pemilu ?

Jawab : perempuan disini bisa dikatan apatis kalau masalah politik

karena mereka sibuk dengan urusan rumah tangganya, dan perempuan

yang pendidikannya sudah dikatakan sarjana rata-rata ambil jurusan

keguruan jadi selesai wisudah langsung ngajar

1. Siapakah nama lengkap anda ?

Jawab : Ibu Nurdayani

2. Berapa umur anda ?

Jawab : 26 tahun

3. Di daerah mana anda tinggal ?

Jawab :Jln. Balla Bulo

4. Apa Pekerjaan anda selain jualan ?

Jawab :penjualbakso

5. Sudah berapa lama anda menetap di daerah ini?

Jawab : sejak dari kecil

6. Bagaimana keberadaan perempuan dalam dunia politik ?

Page 90: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

Jawab : sangat sedikit karena kalau perempuan disini mencalonkan

jarang sekali dipilih jadi yang menjabat di bangku parlemen itu

mayoritas laki-laki

2. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSISTESI PEREMPUAN DALAM

KONTESTASI POLITIK

1. Siapakah nama lengkap anda ?

Jawab : Ibu Nurdayani

2. Berapa umur anda ?

Jawab : 26 tahun

3. Di daerah mana anda tinggal ?

Jawab :Jln. Balla Bulo

4. Apa Pekerjaan anda selain jualan ?

Jawab :penjualbakso

5. Sudah berapa lama anda menetap di daerah ini?

Jawab : sejak dari kecil

6. Apa yang membuat perempuan di Kecamatan Pasimasunggu Timur

tidak ikut dalam pemilu ?

Jawab : , sebenarnya saya juga mau jadi perempuan yang ada di kantor

DPR yang berpakaian rapi terhormat serta cerdas, tetapi saya

terkendala di pendidikan karena pada jaman saya dulu tamat SD di

berhentikanma mauma di kasih menikah karena pemikiran orang tua

saya perempuan nda usah di kasih sekolah tinggi-tinggi karna tugas

perempuan hanya jadi ibu rumah tangga nantinya

Page 91: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

1. Siapakah nama lengkap anda ?

Jawab : Ibu Basse Limbag

2. Berapa umur anda ?

Jawab : 40 tahun

3. Di daerah mana anda tinggal ?

Jawab :Jln. Tetta Kesu

4. Apa Pekerjaan anda ?

Jawab : Wiraswasta

5. Sudah berapa lama anda menetap di daerah ini?

Jawab : sejak dari kecil

6. Apa yang membuat perempuan di Kecamatan Pasimasunggu Timur

sedikit yang berkiprah ke ranah politik ?

Jawab : Sedikitnya perempuan yang berkiprah ke rana politik di

karenakan kurangnya perempuan yang menjenjang pendidikan lebih

tinggi seperti S1 itupun perempuan yang punya pendidikan yang lebih

tinggi rata-rata bergelar S.Pd yang notabenenya jadi guru tanpa melihat

peluang untuk jadi pejabat seperti jadi anggota Dewan, Bupati, Kepala

Desa. hal ini yang mendasari kurangnya perempuan yang ikut dalam

kontestasi politik di Kecamatan Pasimasunggu Timur, Kabupaten

Kepulauan Selayar

1. Siapakah nama lengkap anda ?

Jawab : Ibu Jawiah

2. Berapa umur anda ?

Page 92: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

Jawab : 34 tahun

3. Di daerah mana anda tinggal ?

Jawab :Jln. Balla Bulo

4. Apa Pekerjaan anda ?

Jawab : : BPD (Badan Permusyawaratan Desa)

5. Sudah berapa lama anda menetap di daerah ini?

Jawab : sejak dari kecil

6. Apa yang membuat perempuan di Kecamatan Pasimasunggu Timur

sedikit yang berkiprah ke ranah politik ?

Jawab : Pemikiran masyarakat awam saat ini menempatkan laki-laki

sebagai orang yang mampu bersaing di arena politik, dan perempuan

tidak pantas bagi perempuan untuk ikut dalam kontestasi politik karna

itu keluar dari hakiat tugas perempuan.

1. Siapakah nama lengkap anda ?

Jawab : Ibu Mu’la

2. Berapa umur anda ?

Jawab : 28 tahun

3. Di daerah mana anda tinggal ?

Jawab :Jln. Ujung

4. Apa Pekerjaan anda ?

Jawab : IRT

5. Sudah berapa lama anda menetap di daerah ini?

Jawab : sejak dari kecil

Page 93: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

6. Apa yang menjadi faktor perempuan di Kecamatan Pasimasunggu

Timur sedikit yang berkiprah ke ranah politik ?

Jawab: kebanyakan perempuan hanya di jadikan sebagai pelengkap

hidup, ia di sejajarkan dengan nilai tukar barang. Misalnya perempuan

yang akan di nikahi harus di beli dengan sejumlah uang, hewan atau

barang yang bernilai mahal seturut dengan adat istiadat, keadaan ini

menjadi salah satu faktor atau jadi bahan reverensi masyarakat bahwa

perempuan itu kerjanya hanya jadi pendamping suami

1. Siapakah nama lengkap anda ?

Jawab : Ibu Hj. Andi Sitti

2. Berapa umur anda ?

Jawab : 36 tahun

3. Di daerah mana anda tinggal ?

Jawab : Jln. Bulo Sipappa’

4. Apa pekerjaan anda?

Jawab: Wiraswasta

5. Sudah berapa lama anda menetap di daerah ini?

Jawab :dari sejak kecil

6. Apa yang menjadi faktor perempuan di Kecamatan Pasimasunggu

Timur sedikit yang berkiprah ke ranah politik ?

Jawab: untuk saat ini budaya patriarki masih melekat disebagian

masyarakat, hal ini yang menandakan bahwa laki-laki masih pada

Page 94: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

posisi paling atas sehinga posisi perempuan dalam masyarakat masih

di kucilkan atau tidak setara dengan laki-laki

1. Siapakah nama lengkap anda ?

Jawab : Ibu Nurlina

2. Berapa umur anda ?

Jawab : 29 Tahun

3. Di daerah mana anda tinggal ?

Jawab :Jln. Ujung

4. Apa Pekerjaan anda ?

Jawab :penjual Es keliling

5. Sudah berapa lama anda menetap di daerah ini?

Jawab : 8 Tahun

6. Apa yang menjadi faktor perempuan di Kecamatan Pasimasunggu

Timur sedikit yang berkiprah ke ranah politik ?

Jawab : memang sulit untuk ikut dalam pemilihan yang pertama kita

harus minta izin kepada suami bagi perempuan yang sudah bersuami,

atau minta izin kepada orang tua bagi yang belum bersuami, walaupun

sudah ada izin dari yang bersangkutan ya lagi-lagi terkendala di

ekonomi karna mata pencaharian masyarakat Kecamatan

Pasimasunggu Timur mayoritas nelayan dan petani, dari penghasilan

itu hanya bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari

Page 95: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

Dokumentasi

Page 96: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI
Page 97: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI
Page 98: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI
Page 99: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI
Page 100: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI
Page 101: EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM KONTESTASI POLITIK (S TUDI

RIWAYAT HIDUP

Dirsan, Lahir di Jampea, pada tanggal 25 Oktober1995. Merupakan anak ke dua dari buah kasih sayangpasangan Baharuddin dengan Hj. Andi Siti. Penulismenempuh pendidikan Sekolah Dasar di SDN No. 21Ujung pada Tahun 2009. Pada tahun yang sama penulismelanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama diSMPN 2 Pasimasunggu Timur, lulus pada pada tahun2012. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan diSMAN 1 Pasimasunggu Timur dan tamat di tahun2015. Dan pada tahun yang sama penulis melanjutkan

pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar Fakultas Keguruan dan IlmuPendidikan jurusan Pendidikan Sosiologi dan berhasil lulus di Program Strata 1(S1) Kependidikan. Pada tahun 2019 penulis menyelesaikan studi dengan gelarSarjana Pendidikan dengan menyusun karya ilmiah (skripsi) yang berjudul“Eksistensi Perempan dalam kontestasi Politik (studi Kasus di Kecamatanpasimasunggu Timur Kabupaten Kepulauan Selayar”.