peran tni ad dalam program ketahanan pangan

34
Peran TNI AD dalam Program Ketahanan Pangan Posted on March 6, 2015 | 1 Comment Oleh : Al Ikhlasniati* Beberapa waktu yang lalu Presiden Republik Indonesia Joko Widodo menyatakan salah satu program kerja dalam pemerintahannya yaitu membangun ketahanan pangan Indonesia. Program ini tidak hanya melibatkan kementrian pertanian, akan tetapi juga menggandeng TNI khususnya Angkatan Darat. Program membangun ketahanan pangan Indonesia ditargetkan dapat tercapai selama 3 tahun. Dengan demikian diharapkan 3 tahun yang akan datang Indonesia telah mencapai swasembada pangan atau memiliki ketahanan pangan yang kuat. Akan tetapi masih ada hal yang mengganjal dalam menjalankan program ini yaitu keterlibatan TNI AD. Mengapa harus melibatkan tentara dalam hal meningkatkan ketahanan pangan Indonesia? Itu sebuah tanda tanya besar. Jika kita memperhatikan beberapa tahun belakangan ini memang krisis pertanian semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat bagaimana harga beras lokal semakin mahal dan semakin langka. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia maka diimporlah beras dari negara tetangga. Impor beras dalam jumlah besar dan harga berasnya yang lebih murah membuat kita cenderung lebih memilih beras tersebut dibandingkan yang lokal. Pola seperti ini terlihat seperti lingkaran setan yang tidak ada ujungnya. Oleh karena itu untuk memutus rantai lingkaran setan tersebut maka kita harus memulai membangun kembali swasembada pangan seperti yang dulu pernah dilakukan pada zaman pemerintahan Soeharto. Program pemerintah dalam membangun ketahanan pangan merupakan program yang patut “diacungi jempol”. Jika program ini dijalankan sesuai aturan dan sungguh-sungguh tanpa adanya permainan ataupun

Upload: priyadie-saja

Post on 01-Feb-2016

113 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

essay

TRANSCRIPT

Page 1: Peran TNI AD Dalam Program Ketahanan Pangan

Peran TNI AD dalam Program Ketahanan PanganPosted on March 6, 2015 | 1 Comment

Oleh : Al Ikhlasniati*

Beberapa waktu yang lalu Presiden Republik Indonesia Joko Widodo menyatakan salah satu program kerja dalam pemerintahannya yaitu membangun ketahanan pangan Indonesia. Program ini tidak hanya melibatkan kementrian pertanian, akan tetapi juga menggandeng TNI khususnya Angkatan Darat.

Program membangun ketahanan pangan Indonesia ditargetkan dapat tercapai selama 3 tahun. Dengan demikian diharapkan 3 tahun yang akan datang Indonesia telah mencapai swasembada pangan atau memiliki ketahanan pangan yang kuat. Akan tetapi masih ada hal yang mengganjal dalam menjalankan program ini yaitu keterlibatan TNI AD. Mengapa harus melibatkan tentara dalam hal meningkatkan ketahanan pangan Indonesia? Itu sebuah tanda tanya besar.

Jika kita memperhatikan beberapa tahun belakangan ini memang krisis pertanian semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat bagaimana harga beras lokal semakin mahal dan semakin langka. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia maka diimporlah beras dari negara tetangga.

Impor beras dalam jumlah besar dan harga berasnya yang lebih murah membuat kita cenderung lebih memilih beras tersebut dibandingkan yang lokal. Pola seperti ini terlihat seperti lingkaran setan yang tidak ada ujungnya. Oleh karena itu untuk memutus rantai lingkaran setan tersebut maka kita harus memulai membangun kembali swasembada pangan seperti yang dulu pernah dilakukan pada zaman pemerintahan Soeharto.

Program pemerintah dalam membangun ketahanan pangan merupakan program yang patut “diacungi jempol”. Jika program ini dijalankan sesuai aturan dan sungguh-sungguh tanpa adanya permainan ataupun kepentingan-kepentingan kelompok atau individu tertentu maka swasembada pangan akan terwujud dalam waktu 3 tahun mendatang. Akan tetapi melibatkan TNI AD dalam menjalankan program ini menimbulkan pertanyaan-pertanyaan terkait dengan keberfungsian tentara itu sendiri.

Di antara pertanyaan-pertanyaan yang mungkin timbul adalah; apakah tentara dilatih untuk bercocok tanam?; apakah para prajurit tersebut tidak mempunyai kegiatan yang lain?; bukankah tugas prajurit TNI adalah menjaga keutuhan NKRI, tetapi kenapa malah disuruh menanam padi, jagung, tebu, dsb sementara masih banyak daerah di Indonesia ini yang sedang mengalami konflik yang dapat mengganggu kedaulatan NKRI seperti di Papua atau daerah perbatasan lainnya?

Page 2: Peran TNI AD Dalam Program Ketahanan Pangan

Pertanyaan-pertanyaan ini seringkali muncul terutama dipikiran masyarakat awam. Mungkin memang pada zaman sekarang di Indonesia sudah tidak ada lagi perang terbuka melawan pihak asing yang mengganggu kedaulatan bangsa ini. Akan tetapi usaha-usaha separatis ataupun masalah-masalah di perbatasan wilayah dengan negara lain masih tetap ada.

Hal tersebut seharusnya menjadi perhatian atau fokus utama TNI AD sebagai komponen utama dalam menjaga keutuhan NKRI. Namun justru yang dilakukan sekarang oleh TNI AD malah berfokus pada membangun ketahanan pangan. Pengerahan prajurit terutama di wilayah desa untuk menjadi penyuluh, pengawas dan juga pelaku dari program ini seolah-olah menunjukkan bahwa selama ini kementrian pertanian tidak mampu untuk mengatasi masalah pertanian yang ada di Indonesia. Hal ini juga mengisyaratkan bahwa para prajurit di daerah atau di desa tidak punya kegiatan yang produktif selain latihan. Selain itu muncul pemikiran bahwa petani tidak mampu untuk bertani makanya dibantu oleh TNI.

Tugas TNI memang melindungi rakyat, tetapi apakah ikut bercocok tanam juga termasuk tugas utama mereka? Jika TNI AD bercocok tanam lalu petani melakukan apa, menjaga keutuhan NKRI? Jika sekarang TNI AD memegang peralatan pertanian seperti traktor, lalu apakah petani yang harus memegang senjata? Mungkin ini hanya terjadi selama 3 tahun, lalu apa yang terjadi setelah 3 tahun tersebut berlalu? Apakah TNI AD akan lepas tangan begitu saja dan membiarkan petani melanjutkan apa yang mereka lakukan setelah petani dibuat terbuai oleh bantuan dari TNI AD?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak akan ada habisnya. Hal ini disebabkan karena kita semua mengetahui tugas pokok dari masing-masing profesi. Petani tugasnya adalah bertani dan prajurit TNI adalah menjaga kedaulatan bangsa dan keutuhan NKRI. Namun apa yang terjadi sekarang menunjukkan bahwa para prajurit TNI AD tidak sepenuhnya melakukan hal tersebut. Petani pun secara tidak langsung diragukan kredibilitasnya dan dianggap tidak mampu dalam mencapai swasembada pangan.

Padahal yang diperlukan oleh mereka adalah dukungan yang kuat dari pemerintah, kebijakan yang pro pada petani dan akses yang mudah dalam mendapatkan pupuk, bibit, dsb dan juga dalam menjual hasil panennya. Jika hal tersebut dapat dipenuhi kemungkinan besar petani di Indonesia dapat menuju swasembada pangan tanpa turun tangan langsung dari TNI AD.

Bekerja sama antar institusi adalah suatu hal yang baik, akan tetapi tentu semua memiliki tugas pokok yang harus diutamakan. Akan lebih baik jika TNI AD hanya melakukan pengawasan terhadap program tersebut, dan kementrian pertanian tetap menjadi pelaku utama.

Menjadikan tentara sebagai penyuluh mungkin dapat digunakan namun manfaatnya akan lebih terlihat jika perwakilan dari setiap kelompok tani yang ada diberdayakan sebagai penyuluh. Hal ini disebabkan mereka lebih mengetahui karakteristik daerah mereka masing-masing dan mereka telah memiliki pemahaman yang lebih baik terkait melakukan pertanian.

Sebagai saran saja, jika memang kementrian pertanian kekurangan personil dalam memberikan penyuluhan dan pengawasan serta pelaku pertanian, kenapa tidak memanfaatkan dan memberdayakan para mahasiswa dan sarjana pertanian untuk melakukan hal tersebut.

Page 3: Peran TNI AD Dalam Program Ketahanan Pangan

Tentunya ini akan memberikan lapangan pekerjaan bagi para sarjana pertanian karena selama ini yang kita lihat banyak sarjana pertanian yang tidak bekerja sesuai dengan bidang keilmuannya akibat sedikitnya lapangan pekerjaan yang sesuai. Sementara itu bagi para personil TNI AD, jika memang mereka memiliki banyak waktu luang yang kurang produktif selain latihan, akan lebih bermanfaat mereka diberikan kursus bahasa asing ataupun penggunaan komputer.

Dengan demikian mereka akan lebih memiliki keterampilan yang dapat digunakan dalam usaha pertahanan negara, terutama terkait dengan urusan luar negeri. Mereka akan memiliki nilai tawar yang tinggi nantinya dalam dunia internasional yang tentunya dapat meningkatkan citra positif bangsa Indonesia.

Semua ini hanya sebagai renungan saja, karena program ini sedang berjalan. Kita hanya menunggu hasilnya 3 tahun yang akan datang sementara tetap mengawasi perkembangannya. Tentunya kita berharap program ini sukses dan mencapai tujuan yang diharapkan yaitu membangun swasembada pangan Indonesia. Indonesia terbukti kuat ketika program swasembada pangan yang dilakukan selama pemerintahan Soeharto.

Hal inilah yang menjadi landasan untuk mecoba kembali membangun swasembada pangan Indonesia sehingga Indonesia dapat menjadi negara yang kuat. Indonesia adalah negara besar dan kita pantas untuk menjadi negara yang kuat. Mudah-mudahan program ini dapat menjadi langkah awal untuk menuju kebangkitan Indonesia yang lebih baik.***

Unhan, 28 Februari 2015

*Penulis adalah mahasiswa Manajemen Bencana Cohort 5Universitas Pertahanan Indonesiam

KOMPASIANA

Robohnya Profesionalisme TNI-AD : Babinsa Jadi Penyuluh Pertanian by Kurnia Trisno Yudhonegoro

OPINI | 04 February 2015 | 16:24 Dibaca: 196 Komentar: 12 2

Ketika Kompas mengangkat berita tentang 55000 babinsa (Bintara Pembina Desa) akan direkrut pemerintah untuk menjadi penyuluh pertanian. Maka penulis segera menyiapkan tulisan ini, karena tindakan pemerintah ini dikhawatirkan akan berdampak buruk bukan hanya terhadap sector pertanian kita, melainkan juga merusak profesionalisme TNI-AD sampai ke jantungnya.

Penulis kebetulan adalah Sarjana Pertanian dari salah satu PTN terkemuka di Indonesia. Adalah sebuah fakta bahwa sector pertanian merupakan sector yang paling

Page 4: Peran TNI AD Dalam Program Ketahanan Pangan

seksi ketika kampanye tetapi yang mendapat perhatian paling kecil ketika (siapapun) berkuasa. Jadi ketika pemerintahan yang sekarang berusaha untuk mencapai kedaulatan pangan, maka patut didukung. Salah satu caranya adalah dengan menerjunkan lebih banyak penyuluh pertanian untuk mengajarkan kepada petani cara bertani yang baik dan benar.

Usaha Tani bisa diklasifikasikan kedalam tiga kegiatan utama, Pra-tanam, tanam dan pasca-panen. Pra tanam termasuk persiapan lahan (penelitian lahan, pencangkulan, penggaruan, pemupukan awal, dan pengapuran bila perlu), pemilihan benih (benih: biji), dan pembuatan persemaian (benih ditumbuhkan hingga siap dipindahkan ke lahan). Termasuk di dalam komponen tanam adalah transplanting (pindah tanam), pemupukan, perawatan (insektisida, fungisida, rodentisida, bakterisida, ZPT, penyiangan, Pencangkulan ulang), dan irigasi serta akhirnya, panen. Setelah panen maka petani juga harus paham penyimpanan, pengeringan, pengolahan, pengepakan dan penjualan.

Pada saat penulis masih menjadi mahasiswa pertanian, penulis beberapa kali terjun ke lapangan dan sejujurnya, petani sangat memandang rendah apa yang mereka sebut sebagai “Manusia Teori”, mereka-mereka yang dianggap masih “bau kencur” alias belum pernah praktek. Memang kita harus memahami, bahwa para petani rata-rata sudah berkecimpung selama beberapa dekade. bahwa umur dan pengalaman tidak menjamin seseorang itu benar juga iya, namun itu juga menyebabkan mereka menjadi sangat konservatif dan anti perubahan.

Sehingga untuk memberikan mereka wawasan baru dan pemahaman, membutuhkan sosok penyuluh yang paham mengenai semua aspek usaha tani diatas. Dan paham disini bukan sekadar paham, melainkan juga pernah menanam. Karena petani sangat awas akan hal-hal kecil seperti bagaimana cara transplanting (umur semaian, waktu semaian, cara semaian, jumlah semaian), irigasi yang baik (teknik penyiraman, waktu penyiraman), pembuatan guludan (searah kontur atau melawan kontur), pembuatan saluran air, perbedaan serangan cendawan dan gejala defisiensi pupuk. Sehingga, usaha penyuluhan yang baik biasanya berlangsung sangat intensif selama hampir 2x masa tanam, atau kira-kira delapan bulan, sehingga bisa benar-benar mengikuti dari awal hingga akhir.

Disinilah masalah muncul, seorang bintara (sersan dua, sersan satu, sersan kepala) yang dilatih untuk memimpin suatu regu atau peleton (dalam kondisi darurat) bisakah memahami semua yang disebutkan diatas? Sejujurnya, penulis yang menempuh lima tahun pendidikan Sarjana Pertanian saja masih belum berani memberi penyuluhan tanpa ditemani buku panduan. Apalagi seorang bintara yang hanya mengikuti orientasi singkat selama 50 jam kelas. Yang ditakutkan adalah Bintaranya sendiri tidak yakin

Page 5: Peran TNI AD Dalam Program Ketahanan Pangan

ketika memberi penyuluhan sehingga hanya menjadi buang-buang waktu belaka baik bagi sang sersan maupun para petani. Terlebih apabila sang bintara sendiri tidak sanggup untuk terus menerus mendampingi para petani.

Itu baru dari segi kesiapan para penyuluhnya, dari segi social budaya, beberapa petani senior yang saya temui sewaktu masih mahasiswa masih mengingat bagaimana orde baru dengan pemaksaan penggunaan intensifikasi pertanian, melakukan tindakan koersif yang berlebihan. Penerjunan babinsa dikhawatirkan bisa menyebabkan trauma lama itu muncul kembali. Di level kalangan urban tentu hal ini tidak terasa, tapi coba bayangkan getaran di level pedesaan.

Dari segi profesionalisme TNI, penerjunan Babinsa sebagai penyuluh pertanian jelas merupakan strategi pelemahan TNI-AD yang luar biasa efektif. Menurut data dari IISS Military Balance 2012, jumlah personil aktif dari KODAM adalah 150.000 orang. Dengan logika bahwa ada 3 sersan per regu, maka perbandingan antara total pasukan dengan sersan adalah sekitar 1:3 atau 1:4. Nah, bila kita masukkan permintaan dari pemerintah, yaitu 55.000 babinsa, ini berarti setiap sersan di kesatuan KODAM akan berubah menjadi penyuluh pertanian. Yang patut diingat, keberadaan sersan (atau NCO dalam US Army) adalah sentral bagi pelatihan prajurit. Ketidakefektifan tentara Soviet (dan Rusia pada awal pecah) berawal dari ketiadaan Sersan yang professional dan full-time, sehingga sebagian tugas seperti pelatihan dan pembinaan menumpuk ke pundak perwira pertama (letnan dua dan satu). Di Uni Soviet, defisiensi ini begitu kentara sampai-sampai dibentuk suatu kepangkatan baru yaitu praporschnik untuk memastikan bahwa pelatihan dan pembinaan suatu regu bisa berjalan dengan maksimal tanpa membebani perwira yang sudah pusing dengan taktik dan supervisi medan pertempuran. Sehingga tidak dapat dibayangkan apabila para sersan, yang disebut sebagai “tulang punggung tentara” oleh Kepala staf gabungan Inggris Jenderal Mike Jackson, disibukkan oleh hal lain selain profesi mereka sebagai prajurit.

Sehingga jelaslah apabila pemerintah memaksakan untuk menerjunkan praktis semua bintara di KODAM untuk menjadi penyuluh pertanian, hasilnya adalah terjadinya kemandekan pelatihan di tingkat regu. Berikutnya adalah anjloknya profesionalisme TNI, karena pasti akan muncul pertanyaan, kami dilatih untuk berperang atau bertani? Kemudian, berhubung yang digerakkan adalah dari KODAM, akan terjadi perbedaan kesiapan tempur dengan unit KOSTRAD dan KOPASSUS yang semakin tajam.

Semangat untuk mencapai kedaulatan pangan melalui penambahan penyuluh memang patut diapresiasi. namun, setelah ditilik dari segi manapun, terlihat bahwa walaupun teknik ini bisa menghemat pengeluaran Negara, namun negatifnya lebih kentara. Alangkah baiknya jika penyuluhan dilakukan oleh penyuluh yang terlatih atau setidaknya, anggaran dan kegiatan seperti sekolah lapang pertanian kembali digiatkan

Page 6: Peran TNI AD Dalam Program Ketahanan Pangan

ketimbang dianggarkan untuk melatih silang para sersan yang notabene berprofesi sebagai prajurit.

Tags: profesionalisme tni usaha tani kementerian pertanian nawacita pertanian jokowi tni-ad tni sersan babinsa penyuluhan kodam penyuluh kementan  

Kompasiana

Putra Wiwoho (Pengamat sosial )

Profesionalisme Prajurit TNI AD dan Ketahanan Pangan

OPINI | 06 March 2015 | 15:26 Dibaca: 31 Komentar: 0 0

Kurnia Trisno Yudhonegoro dalam opininya di media online Kompasiana pada tanggal 4 Februari 2015 dengan judul Robohnya Profesionalisme TNI-AD : Babinsa Jadi Penyuluh Pertanian dalam kesimpulannya menyatakan, akan dapat berdampak buruk bukan hanya terhadap sektor pertanian melainkan juga merusak profesionalisme TNI AD. Saya tidak akan menanggapi tulisan sdr Kurnia Trisno Yudhonegoro tentang dampak buruk terhadap profesionalitas prajurit TNI AD dengan diterjunkannya Babinsa menjadi pendamping penyuluh pertanian, sebab saya tahu persis dari tulisan tersebut, penulis tidak paham tentang struktur organisasi, gelar kekuatan dan sistem pembinaan yang dilakukan TNI AD sehingga beliau menyimpulkan seperti itu.

Saya sangat berterima kasih kepada penulis yang kebetulan adalah seorang Sarjana Pertanian dari salah satu PTN terkemuka di Indonesia dan sekaligus bersyukur karena dengan tulisan tersebut saya menilai penulis benar-benar masih berjiwa petani, yang merasa terusik dan merasa “diambil alih” perannya oleh Babinsa, ini merupakan pertanda baik dan mudah-mudahan masih banyak Kurnia-Kurnia lain yang merasa terusik dengan terjunnya Babinsa yang notabene tidak dididik dan dilatih untuk menjadi penyuluh pertanian, namun dengan pengetahuan pertanian yang terbatas dan hanya dilandasi semangat pengabdian mereka bergelut setiap hari dengan para petani untuk mendorong mereka tetap dapat bekerja sebagai petani dan meningkatkan kesejahteraannya. Keberadaan Babinsa ditengah-tengah petani adalah sekaligus menanamkan nasionalisme para petani agar mereka tetap dapat berperan serta dalam mendukung terwujudnya ketahanan nasional di bidang pangan. Dari opini sdr Kurnia Trisno Yudhonegoro tersebut saya melihat masih ada harapan besar para sarjana pertanian untuk dapat bersama-sama para petani yang hampir semua berpendidikan rendah untuk meningkatkan produktifitas pertanian yang tentunya akan meningkatkan

Page 7: Peran TNI AD Dalam Program Ketahanan Pangan

taraf hidup mereka dan mendukung tercapainya swasembada pangan bahkan sampai ketahanan Nasional dibidang pangan.

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa saat ini sedikit sekali sarjana pertanian  yang terjun didunia pertanian, mereka lebih senang terjun di dunia bisnis, perbankan dan profesi-profesi lain “yang lebih menjanjikan”. Sebagian kecil yang  terjun didunia pertanian kalaupun ada mereka hampir tidak ada yang bergelut dengan lumpur bersama petani, padahal petani, masyarakat, bangsa dan negara kita yang menyatakan diri sebagai negara agraris sangat membutuhkan para sarjana pertanian itu. Seiring dengan pertumbuhan populasi penduduk dunia yang semakin besar, maka setiap negara menyiapkan diri untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi penduduknya, terutama dari negara-negara kaya, berpenduduk besar tetapi miskin sumberdaya alam karena kondisi geografinya yang sangat terbatas. Dengan segala daya dan upaya mereka akan berusaha menguasai secara langsung maupun tidak langsung wilayah-wilayah yang mempunyai potensi sumber daya alam khususnya pangan yaitu di wilayah Khatulistiwa termasuk Indonesia. Dengan demikian saat ini dan kedepan ancaman nyata terhadap Indonesia sebagai negara yang mempunyai potensi sumber daya alam yang sangat besar akan semakin beragam dan konflik kedepan hampir pasti selalu akan dilatar belakangi masalah energi, pangan dan air yang semuanya ada di Indonesia.

Dari gambaran di atas maka ketahanan nasional di bidang pangan menjadi hal yang sangat penting untuk dicapai dan seharusnya menjadi perhatian dari semua komponen bangsa. Kondisi saat ini kita semua merasakan bahwa hampir semua komoditas pangan yang kita butuhkan masih  impor, bahkan untuk pemenuhan kebutuhan pokok penduduk Indonesia pada umumnya seperti beras, jagung, kedelai,bahkan bawang merah/putih pun semua dipenuhi dari Negara-negara tetangga. Kita juga melihat  fakta bahwa selama lebih kurang 30 tahun terakhir ini pemerintah sangat sedikit membangun waduk dan bendungan serta membiarkan saluran irigasi rusak dan tidak berfungsi. Masalah lain seperti pengadaan bibit padi yang selalu bermasalah, penyelewengan pupuk bersubsidi, alih fungsi lahan yang tidak terkendali dan yang paling perlu mendapat perhatian bagi kita semua adalah makin berkurangnya minat untuk menjadi petani. Dari kondisi ini apabila tidak ditangani dengan cepat dan benar maka ketergantungan masalah pangan terhadap luar negeri menjadi semakin besar dan inilah yang dikehendaki oleh Negara-negara luar terhadap Indonesia.

TNI AD sangat berkepentingan untuk menciptakan ketahanan nasional di bidang pangan. Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa pangan merupakan salah satu komoditas yang sangat penting dan strategis bagi keberadaan sebuah negara. Pengalaman menunjukan bahwa permasalahan yang terkait dengan pangan dapat menjadi pemicu bagi krisis yang berujung pada kehancuran sebuah negara, bisa

Page 8: Peran TNI AD Dalam Program Ketahanan Pangan

dibayangkan apabila kita tergantung dari Negara lain dan suatu saat kita bermasalah dan diembargo pasti akan sulit sekali mengatasi, rakyat kelaparan, unjuk rasa dimana-mana maka pasti Indonesia akan terjadi  kekacauan yang luar biasa dan akan sangat membahayakan keutuhan NKRI. Program pemerintah di bidang pertanian yang antara lain adalah tercapainya ketahanan pangan dalam 3 tahun kedepan dipandang sebagai program yang sangat baik dan sejalan dengan pandangan TNI AD dalam upaya pencapaian ketahanan nasional di bidang pangan. Dari hal itulah TNI AD merespon dengan mendukung penuh kebijakan pemerintah tersebut. Didahului dengan MoU antara Kepala Staf Angkatan Darat dengan Menteri Pertanian yang diikuti dengan penyiapan satuan-satuan jajaran TNI AD khususnya Kodam untuk mendukung program tersebut.

Keberadaan Babinsa bukan untuk mengambil alih peran para penyuluh pertanian apalagi Sarjana Pertanian, namun mereka hanya sebagai pendamping kelompok-kelompok tani dalam upaya meningkatkan produktifitas pertanian tentunya sekaligus untuk menutupi kekurangan tenaga penyuluh pertanian dari kementerian yang masih kekurangan cukup banyak. TNI AD khususnya para Babinsa tentunya akan sangat senang apabila para petani sudah mampu menjadi petani yang baik dan meningkat

TNI Dipertaruhkan untuk Ketahanan Pangan

Minggu, 08 Maret 2015 08:20:20 | 2631 Views

Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo

Doc : antarajatim.com

Keterlibatan TNI dalam ketahanan pangan, mengingatkan kita semua di era Orde Baru. Di era Orde Baru, untuk pengembangan bidang pertanian dengan pencapaian prestasi swasembada beras diyakini berbagai pihak tidak lepas dari strategi yang dibangun Presiden Soeharto, secara militer.

Berdasarkan catatan di Wikipedia, mulai 1968 hingga 1992, produksi hasil pertanian di

Page 9: Peran TNI AD Dalam Program Ketahanan Pangan

Indonesia meningkat tajam.

Pada tahun 1962, misalnya, produksi padi hanya mencapai 17.156 ribu ton, yang kemudian meningkat tiga kali lipat menjadi 47.293 ribu ton, pada 1992, yang berarti produksi beras meningkat dari 95,9 kg/jiwa, menjadi 154,0 kg per jiwa.

Prestasi pengembangan bidang pertanian di era Orde Baru menjadi luar biasa, mengingat Indonesia pernah menjadi salah satu negara pengimpor beras terbesar di dunia pada tahun 1970-an, yang kemudian berbalik menjadi Negara pengekspor beras.

Bahkan, Indonesia mampu mencapai swasembada pangan pada 1980 dan di bidang pertanian bisa mengantongi medali ”from rice importer to self sufficiency” dari Food and Agriculture Organization (FAO).

Prestasi Indonesia di bidang pangan berangsur-angsur memudar, setelah era reformasi, yang kemudian gagasan melibatkan TNI dalam ketahanan pangan muncul di era kepemimpinan Presiden Joko Widodo.

Keterlibatan TNI dalam ketahanan pangan sekarang ini berbeda dengan Orde Baru, karena kepemimpinan nasional di tangan sipil, tapi menjadi strategis, dengan mempertimbangkan sumber daya TNI.

Sumber daya TNI yang ada dimana-mana, tidak hanya di perkotaan, tapi sampai pedesaan, bisa menjadi unjung tombak dalam mengamankan berbagai permasalahan pertanian.

"Kalau TNI sudah memperoleh perintah dari Presiden (Joko Widodo), ya harus berhasil. Kalau tidak berhasil taruhannya jabatan saya bisa dicopot," ucap Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, dalam kunjungan kerja di Bojonegoro, 21 Januari lalu.

Pada kesempatan itu, ia menginstruksikan kepada seluruh jajarannya sampai tingkat desa (Babinsa) terlibat dalam meningkatkan produksi pangan, di antaranya, ikut melakukan pengawasan pendistribusian pupuk.

Bahkan, ia juga berjanji akan mengkoordinasikan dengan Kementerian Pekerjaan Umum (PU) menyangkut percepatan ketersediaan air untuk mencukupi kebutuhan areal pertanian.

Page 10: Peran TNI AD Dalam Program Ketahanan Pangan

Target Nasional

Sesuai yang disampaikan Menteri Pertanian Amran Sulaiman, pemerintah menargetkan produksi padi secara Nasional 2015, mencapai 73 juta ton gabah kering giling (GKG), meningkat dibandingkan produksi tahun lalu yang hanya 70 juta ton GKG.

Provinsi Jawa Timur pada 2015 memperoleh target untuk meningkatkan produksi tanaman padi menjadi 14 juta ton gabah kering giling (GKG), yang tahun lalu hanya 12 juta ton GKG.

Keterlibatan TNI dalam usaha ikutg meningkatkan produksi pangan terutama tanaman padi, dengan ikut mengamankan pendistribusian pupuk belumlah cukup.

Berbagai faktor lainnya yang menunjang peningkatan produksi pangan, yang masih menjadi permasalahan, antara lain, ketersediaan pupuk secara penuh, air, benih unggul, ketersediaan lahan, juga berbagai kebutuhan lainnya.

Data dari PT Petrokimia Gresik, sesuai Permentan No. 130 tahun 2014 tentang Kebutuhan dan Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2015, alokasi pupuk bersisidi secara nasional mencapai 9,5 juta ton.

Dari alokasi jatah pupuk itu, PT Petrokimia memperoleh alokasi pupuk sebesar 5.219.785 ton, sedangkan lainnya dibagi untuk PT Pupuk Sriwijaya (Pusri), PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT), PT Pupuk Iskandar Muda (PIM) dan PT Pupuk Kujang Cikampek (PKC). Alokasi pupuk

Alokasi anggaran yang disiapkan Pemerintah untuk pupuk bersubsidi 2015 mencapai Rp35,7 triliun tersebut, di antaranya, untuk membayar hutang pupuk bersubsidi di tahun-tahun sebelumnya.

"Sesuai data di RDKK kebutuhan pupuk 2015 berkisar 12-13 juta ton," jelas Manajer Humas PT Petrokimia Gresik Yusuf Wibisono di Bojonegoro

Bagi TNI dengan sumber daya yang dimiliki untuk mengamankan pendistribusian pupuk bersibsidi 9,5 juta ton bisa tepat sasaran tidaklah sulit.

Tapi permasalahan muncul ketika alokasi pupuk bersubsidi yang tersedia itu, masih belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pupuk areal pertanian sesuai yang masuk dalam rencana definitif kebutuhan kelompok (RDKK).

Page 11: Peran TNI AD Dalam Program Ketahanan Pangan

Belum lagi adanya pengembangan kawasan hutan yang menjadi areal pertanian, tapi belum masuk dalam RDKK, yang juga membutuhkan pupuk bersubsidi.

Tidak terlalu berlebihan kelemahan soal pupuk bersubsidi membuka peluang pihak lain memanfaatkan untuk kepentingan pribadi.

Sebagaimana disampaikan Menteri Pertanian Amran Sulaiman, 20 mafia pupuk bersubsidi di beberapa daerah sudah ditangkap, di antaranya, Jawa Timur enam mafia, Jawa Tengah enam mafia, dan lainnya di Aceh, Sumatera Utara, Jambi, dan Sulawesi Selatan.

"Mereka mengoplos pupuk bersubsidi dengan pupuk biasa dan kemudian menjual dengan harga mahal," ujarnya.

Permasalahan klasik lainnya yaitu ketersediaan air yang masih menjadi momok bagi petani juga berbagai pihak lainnya terutama di musim kemarau.

Seperti Bupati Bojonegoro Suyoto, dengan jajarannya, beberapa waktu lalu, datang langsung ke Waduk Wonogiri, Jawa Tengah, untuk memastikan kebutuhan air areal pertanian di daerahnya dari air Bengawan Solo di musim kemarau bisa tercukupi.

Keterlibatan TNI di bidang ketahanan pangan memang masih terbatas dalam pendampingan untuk meningkatkan produksi tanaman padi, jagung dan kedelai.

Meski demikian, keterlibatan TNI, dalam pendampingan ketahanan pangan tetap harus disambut positif.

Kehadiran TNI ke depan bisa dikembangkan untuk ketahanan pangan dalam arti luas, apalagi dengan teknologi pertanian yang ada sangat memungkinkan ketahanan pangan menjadi sesuatu yang pasti. (*)

Redaktur: Edy M Yakub

Wujudkan Ketahanan Pangan, TNI Teken MoU dengan Kementerian PertanianKamis, 8 Januari 2015 | 17:28 WIB

Page 12: Peran TNI AD Dalam Program Ketahanan Pangan

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal TNI Gatot Nurmantyo mengatakan, TNI mendukung program pemerintah untuk membangun swasembada pangan dalam tiga tahun ke depan.

Oleh karena itu, TNI dan Kementerian Pertanian menandatangani nota kesepahaman demi mencapai target pemerintah tersebut. "Penandatanganan dilakukan karena perintah presiden tentang swasembada pangan tiga tahun ke depan. TNI AD mendukung agar swasembada pangan ini tercapai," ujar Gatot di Balai Kartini, Jakarta, Kamis (8/1/2014).

Penandatanganan nota kesepahaman tersebut dihadiri oleh Panglima Kodam seluruh Provinsi dan Kepala Dinas Pertanian tingkat I. Gatot mengatakan, peran TNI untuk mendukung program swasembada pangan tiga tahun yaitu melakukan penyuluhan kepada para petani dan menunjang sarana pertanian seperti pengadaan traktor, subsidi pupuk, dan pengadaan bibit.

Gatot mengatakan, sekitar dua minggu lalu sejumlah personil TNI AD melakukan peninjauan di sektor pertanian ke Sulawesi Selatan. Menurut dia, sejak 2008 hasil produksi pangan di sana terus meningkat karena adanya kerjasama antara Gubernur Sulawesi Selatan dengan Kodam setempat.

Keberhasilan tersebut, kata Gatot, yang akan diterapkan TNI dan Kementerian Pertanian dalam mewujudkan swasembada pangan dalam tiga tahun. "Menteri Pertanian lalu memberi keputusan, berapa yang mau dibantu kami siapkan personil untuk mendampingi nanti," ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan, seluruh pemangku kepentingan akan dilibatkan dalam kerjasama tersebut. Termasuk para petani, perusahaan penghasil pupuk, dan pemangku di sektor perkebunan. "Khusus TNI melakukan binaan ke bawah jajarannya seperti yang di Sulsel ke masyarakat," kata Amran.

Penulis : Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Editor : Bambang Priyo Jatmiko

Tentara Diminta Menteri Jadi Penyuluh Pertanian

Page 13: Peran TNI AD Dalam Program Ketahanan Pangan

Abraham Utama, CNN Indonesia

Kamis, 08/01/2015 19:47 WIB

Menteri Pertanian Amran Sulaiman (tengah) menyusuri pematang sawah di Desa Karangtinoto, Rengel, Tuban, Jawa Timur, Selasa (18/11). (Antara/Aguk Sudarmojo)

Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Pertanian melibatkan bintara pembina desa (Babinsa) TNI Angkatan Darat menjadi penyuluh pertanian akibat kekurangan tenaga penyuluh. Tambahan tenaga penyuluh dari unsur

tentara diharapkan dapat mendukung upaya swasembada pangan yang dicanangkan pemerintah.

Butuh sinergi semua pihak untuk mencapai target swasembada pangan. "Harus bersinergi dan menghilangkan ego sektoral," kata Menteri Pertanian Amran Sulaiman di Balai Kartini, Jakarta Selatan. Sinergi itu, menurutnya, termasuk dengan menerjunkan TNI AD untuk mewujudkan swasembada pangan.

Kontribusi tentara bisa lewat pembinaan ke masyarakat tani di daerah. Menurut Amran, 50 ribu Babinsa TNI AD yang tersebar di seluruh Indonesia adalah jumlah yang signifikan untuk diberdayakan.

Kementerian Pertanian saat ini kekurangan 20 ribu tenaga penyuluh. Maka tambahan 50 ribu Babinsa hingga tingkat kecamatan itu akan sangat membantu menutupi kekurangan tenaga penyuluh.

Amran menyatakan penyuluhan adalah satu dari lima persolan besar yang menghambat kemajuan di bidang pertanian. Empat masalah lainnya adalah sarana irigasi, benih, pupuk, dan peralatan mesin pertanian.

Keterlibatan Babinsa tersebut berawal dari keberhasilan penyuluhan Babinsa di Bone, Sulawesi Selatan, hingga mampu meningkatkan produksi pertanian hingga 6 juta ton padi pada sawah seluas 2.000 hektare

Sementara Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan untuk menindaklanjuti kerjasama ini, beberapa personel TNI AD sudah melakukan kunjungan ke Bone. "Pengetahuan penyuluhan yang didapat di sana nanti akan dikembangkan di Kodam masing-masing," kata dia.

Gatot membantah keterlibatan TNI dalam sektor pertanian ini akan mengganggu tugas utama mereka dalam menjaga pertahanan negara. Menurutnya, sektor pertahanan mencakup dua sisi, yakni kekuatan persenjataan dan kekuatan sosial.

"Undang-Undang mengatur ada operasi militer perang dan non-perang. Maka esatuan masyarakat

Page 14: Peran TNI AD Dalam Program Ketahanan Pangan

dengan TNI tidak bisa dipisahkan," katanya. Gatot mengibaratkan, jika rakyat adalah raga, maka TNI adalah jiwa dari badan tersebut. (sur/agk)

Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, menegaskan akan mundur dari jabatannya jika tiga tahun mendatang Indonesia gagal dalam swasembada pangan.

Itu tak lain karena ia mendapat target dari Presiden RI Joko Widodo agar TNI membantu mewujudkan swasembada pangan dalam kurun tiga tahun. Mandat itu didapatkan Gatot di Jakarta belum lama ini dalam rapat bersama seluruh kepala dinas se-Indonesia yang terkait dengan pangan.

"Karena itu (target swasembada pangan dalam tiga tahun) diminta oleh Presiden, apabila dalam tiga tahun tidak swasembada pangan, berarti saya tidak bisa melaksanakan perintah Presiden dan pasti saya akan mengundurkan diri," kata Gatot usai silaturahmi dengan Forkominda Jawa Barat di Bandung, Selasa (13/1/2015).

Dengan target yang diberikan Presiden, ia menunjukkan optimismenya. "Kita akan berusaha semaksimal mungkin dan saya punya keyakinan pasti bisa," tegasnya.

Untuk mewujudkan target, anggota TNI Angkatan Darat akan terjun langsung ke lapangan membantu para petani. Terlebih TNI AD sudah berpengalaman membantu petani dalam meningkatkan produksi pangan di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.

Keterlibatan TNI di Bone mampu menjaga produksi pangan. Dalam kurun waktu 2008 hingga 2014, produksi pangan di sana stabil di kisaran 2 juta ton per tahun, bahkan cenderung meningkat.

Menurut dia, presiden RI sudah memerintahkan seluruh TNI angkatan darat untuk membantu mewujudkan swasembada pangan. Ia berjanji akan busaha semaksimal mungkin agar swasembada pangan itu bisa terealisasi.

Mobile Training Team (MTT) Ketahanan Pangan Langkah Awal Korem 174/ATW Wujudkan Swasembada PanganJanuary 27, 2015 in Kodam XVII/Cenderawasih

Korem 174/ATW melaksanakan kegiatan Mobile Training Team (MTT) bekerjasama dengan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Perkebunan serta Badan Pengkajian dan Teknologi Pertanian guna melatih kader ketahanan

Page 15: Peran TNI AD Dalam Program Ketahanan Pangan

pangan dijajaran Korem 174/ATW untuk mewujudkan ketahanan swasembada pangan di wilayah Papua. Selasa, 27/1.

Dalam amanatnya Danrem 174/Anim Ti Waninggap Brigjen TNI Supartodi, S.E, MSi. menyampaikan bahwa seiring dengan berkembangnya kemajuan pembangunan disegala sektor telah membawa konsekuensi, diantaranya semakin terbatasnya lahan-lahan pertanian yang ada, dimana lahan pertanian tersebut telah banyak berubah fungsi menjadi kompleks perumahan serta perkantoran sebagai akibat dari pengembangan wilayah dan laju pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat. Hal tersebut tentunya membawa dampak kepada semakin berkurangnya tingkat produktifitas pangan dan bertambahnya kebutuhan masyarakat.

Menyadari hal tersebut, Pimpinan TNI AD senantiasa berupaya untuk berperan aktif dalam mendukung dan membantu program ketahanan pangan. salah satu kegiatan yang dilaksanakan adalah program pelatihan kader ketahanan pangan bagi seluruh Kotama di jajaran TNI AD. Kegiatan ini dilaksanakan guna mendorong Swasembada Pangan Nasional.

Sebagai langkah awal dalam mewujudkan swasembada pangan, kerja sama ini juga diwujudkan dalam bentuk kegiatan Sinkronisasi tugas penyuluh, Babinsa dengan melaksanakan Mobile Training Team (MTT) yaitu pelatihan kader ketahanan pangan yang di ikuti oleh para Babinsa dan Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) serta ketua Gapoktan yang ada diwilayah Kab Merauke guna mendukung program utama pemerintah dalam rangka menciptakan ketersediaan pangan nasional. Dengan memanfaatkan lahan yang ada untuk ditanami dengan tanaman produktif dalam rangka meningkatkan hasil pertanian melalui peran para Babinsa, Petugas Penyuluhan Pertanian di lapangan dan petani diharapkan akan mampu mewujudkan swasembada pangan nasional.

Melalui kegiatan MTT yang dilaksanakan selama 4 hari ini yang rencananya akan diakhiri dengan penanaman raya oleh Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Fransen G. Siahaan pada tanggal 30 Januari 2015 bertempat di Kampung Wasur Distrik Merauke. Diharapkan dengan adanya kader ketahanan pangan kita mampu mendukung program pemerintah untuk meningkatkan produksi pangan serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para prajurit khususnya para Babinsa dan Masyarakat dibidang pertanian sebagai pelaku utama dalam ketahanan pangan.

Turut hadir dalam acara tersebut Kasrem 174/ATW Kolonel Inf Ardiheri, para Kasi Korem 174/ATW, Dansat/Kabalak Disjan jajaran Korem 174/ATW serta Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, Kepala BP4K Kab. Merauke serta Kepala Badan Pengkajian dan Teknologi Pertanian wilayah Merauke. (Cen/IKS)

Komandan Komando Resort Militer 172/PWY Kolonel Inf Tri Yuniarto, S.AP, M.Si membuka Pelatihan Babinsa Kader Pertanian dalam rangka mendukung Program Nasional Ketahanan

Page 16: Peran TNI AD Dalam Program Ketahanan Pangan

Pangan dan Hemat Energi satuan jajaran Korem 172/PWY TA. 2015 yang dilaksanakan di Rindam XVII/Cenderawasih, Selasa (27/1).

Dalam sambutannya Danrem 172/PWY menyampaikan tugas utama TNI sesuai UU No. 34 tahun 2004 selain perang juga membantu tugas pemerintahan di daerah melalui fungsi utama pembinaan teritorial yang secara luas termasuk di dalamnya mencakup penyiapan potensi sumber daya alam khususnya logistik wilayah guna membantu pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat di bidang pangan.

Tujuan dilaksanakannya pelatihan kader ketahanan pangan TNI AD dan perancangan swasembada pangan nasional untuk meningkatkan ketersediaan pangan dan peningkatan produksi pangan nasional khususnya padi, serta memberikan motivasi kepada masyarakat untuk mengembangkan komoditi padi yang berbasis teknologi modern.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh Kodam XVII/Cenderawasih bersama-sama Pemprov Papua selama ini dan kedepan dengan berbagai keterbatasan yang dihadapi, diharapkan mampu mendukung secara maksimal program 3 tahun swasembada pangan nasional yang dicanangkan oleh pemerintah pusat saat ini. Dalam kegiatan ini juga, para kader akan mendapat sosialisasi tentang program hemat energy yang menjadi program KASAD yaitu Lamtera (Lampu Hemat Energi Tentara Rakyat), Kombara (Kompor Babinsa Rakyat) dan Morgantara (Motor Gas Tentara Rakyat).

Diharapkan kepada para Peserta Pelatihan menyiapkan diri dengan baik agar mampu menyelesaikan Pelatihan ini dengan penuh rasa tanggung jawab dan dengan adanya Pelatihan ini dapat memberikan kontribusi positif bagi upaya peningkatan Program Ketahanan Pangan di wilayah masing-masing.

Kegiatan ini diikuti oleh seluruh perwakilan satuan jajaran Korem 172/PWY dengan Tim Penyuluh dari Kodam XVII/Cenderawasih dan Korem jajaran Kodam XVII/Cenderawasih. (Cen/IKS)

Pengawalan dan Pendampingan Penyuluh, Babinsa dan Mahasiswa10:51 WIB | Rabu, 11 Maret 2015

Page 17: Peran TNI AD Dalam Program Ketahanan Pangan

UPSUS Peningkatan Produksi Jagung

Jagung merupakan komoditi tanaman pangan yang memiliki peranan pokok sebagai pemenuh kebutuhan pangan, pakan dan industri dalam negeri yang setiap tahunnya cenderung meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan berkembangnya industri pangan dan pakan sehingga dari sisi Ketahanan Pangan Nasional fungsinya menjadi amat penting dan strategis.

Sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan jagung yang terus meningkat, pemerintah telah menetapkan Pencapaian Swasembada Berkelanjutan jagung yang harus dicapai dalam waktu 3 (tiga) tahun. Sasaran tahun 2015 awalnya sebesar 20,31 juta ton pipil kering, namun adanya percepatan menjadi 25,03 juta ton pipil kering. Untuk pencapaian swasembada berkelanjutan tersebut diperlukan upaya peningkatan produksi yang luar biasa. Oleh karena itu diperlukan perhatian dari berbagai pihak, mengingat banyak kendala harus diatasi dan berbagai tantangan harus diantisipasi seperti Masyarakat Ekonomi ASEAN yang merupakan sebuah wilayah kesatuan pasar dan basis produksi menuntut agar barang, jasa dan SDM Indonesia mampu bersaing dengan negara lain; otonomi daerah; perubahan pola konsumsi; dan dinamika pasar pangan.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi produksi, salah satu di antaranya pendampingan dan pengawalan. Pengawalan dan pendampingan menjadi unsur penting dalam menggerakkan para petani untuk dapat menyiapkan teknologi. Penyuluh, Babinsa dan mahasiswa merupakan salah satu penggerak bagi para petani (pelaku utama). Penyuluh, Babinsa dan mahasiswa dapat berperan sebagai komunikator, fasilitator, advisor, motivator, edukator, organisator dan dinamisator melalui pengawalan dan pendampingan kegiatan UPSUS (Upaya Khusus) peningkatan produksi jagung dalam pencapaian swasembada berkelanjutan.

Adapun strategi yang akan ditempuh antara lain:

1. Menggerakkan BP3K sebagai Pos Simpul Koordinasi Pengawalan dan Pendampingan UPSUS Peningkatan Produksi salah satunya jagung. Diharapkan sinergitas pengawalan dan pendampingan di lapangan dapat dilakukan antar kelembagaan penyuluhan, baik secara vertikal, horizontal, maupun lintas sektoral melalui kegiatan: a. Koordinasi pelaksanaan kegiatan

Page 18: Peran TNI AD Dalam Program Ketahanan Pangan

UPSUS di tingkat kecamatan; b. Peningkatan kapasitas penyuluh PNS dan THL-TBPP melalui pelaksanaan Latihan dan Kunjungan (LAKU); dan c. Pengembangan metode penyuluhan melalui pelaksanaan demfarm.

2. Melaksanakan Diklat Teknis dan Metodologi Penyuluhan bagi Penyuluh Pertanian dan Bintara Pembina Desa (Babinsa).

3. Melaksanakan Bimbingan Teknis bagi Mahasiswa.4. Melaksanakan Pengawalan dan Pendampingan Terpadu Penyuluh, Mahasiswa dan Bintara

Pembina Desa (Babinsa).

Apa yang Perlu Dilakukan Penyuluh/THL-TBPP?

1. Mengikuti dan atau melakukan sosialisasi untuk menyamakan persepsi bagi para pelaku dan pemangku kepentingan tentang pengawalan dan pendampingan terpadu penyuluh, mahasiswa dan Babinsa.

2. Mengikuti Diklat teknis (jika dapat penugasan) bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dalam memfasilitasi pengawalan dan pendampingan kepada petani/penerima manfaat agar mampu menerapkan teknologi yang direkomendasikan. Selain penyuluh dan THL-TBPP, penyuluh swadaya dan Babinsa juga akan mendapat pelatihan, tentunya dengan kurikulum yang berbeda. Sedangkan mahasiswa akan mendapat bimbingan teknis.

3. Meningkatkan Koordinasi Pelaksanaan Pengawalan dan Pendampingan di setiap tingkatan. Kegiatan Koordinasi Pelaksanaan Pengawalan dan Pendampingan dimaksudkan untuk membangun persamaan persepsi, meningkatkan koordinasi, integrasi, dan sinergitas antar lembaga/instansi yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan pencapaian swasembada berkelanjutan jagung.

4. Menyiapkan Calon Petani Calon Lokasi (CP/CL). Kegiatan ini dilakukan secara terpadu oleh penyuluh, mantri tani/UPTD dan Babinsa dengan ruang Iingkup kegiatan di antaranya: a. Mengecek ulang persyaratan kelompok penerima manfaat (potensi kenaikan IP, luas lahan dan berada dalam daerah irigasi), b. pemberkasan administrasi bantuan di tingkat kelompok (RUKK), c. Penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan.

5. Memfasilitasi Penyusunan, RDK/RDKK. Format dan tahapan pelaksanaan penyusunan RDK/RDKK mengacu pada Peraturan Menteri Pertanian Nomor 82/Permentan/OT.140/8/2013 tentang Pedoman Pembinaan Kelompoktani dan Gabungan Kelompoktani.

1. Melakukan Sistem Kerja Latihan Kunjungan dan Supervisi (Lakususi). Latihan di BP3K dilakukan secara rutin setiap dua minggu. Materi latihan disesuaikan dengan topik dan masalah yang dihadapi oleh penyuluh selama melakukan pengawalan dan pendampingan kepada penerima manfaat kegiatan peningkatan produksi.

Kunjungan penyuluh dilakukan dalam rangka pengawalan dan pendampingan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam menerapkan teknologi peningkatan produksi jagung agar sesuai rekomendasi serta mengumpulkan dan memperbarui data. Khusus untuk kunjungan dalam rangka persiapan dan pelaksanaan demfarm penyuluh dibantu oleh mahasiswa untuk mendampingi penerapan inovasi teknologi hasil perguruan tinggi.

Supervisi dilakukan oleh Kepala BP3K bersama dengan Komandan Koramil, Mantri Tani/UPTD kepada penyuluh, Babinsa dan kelompoktani/P3A/Gapoktan/GP3A penerima manfaat baik secara terjadwal maupun sewaktu ada haI-haI yang memerlukan penanganan

Page 19: Peran TNI AD Dalam Program Ketahanan Pangan

khusus di lapangan. Kepala BP3K melaporkan hasil supervisi secara berjenjang untuk dapat ditindak lanjuti.

1. Pengawalan dan pengamanan penyaluran benih, pupuk dan aIsintan. Pengawalan dan pengamanan penyaluran benih, pupuk dan alsintan dikoordinasikan oleh Babinsa bersama mantri tani/kepala UPTD dan penyuluh pertanian, dengan kegiatan, yaitu: a. Validasi ulang penerima manfaat (nama Poktan/P3A/Gapoktan/GP3A, alamat dan jenis bantuan yang dialokasikan); b) Koordinasi dengan dinas yang menangani pertanian di kabupaten tentang jenis, jumlah dan waktu penyaluran benih, pupuk dan alsintan; c) Mengawasi pelaksanaan penyaluran di lokasi titik bagi; d) Meneliti kebenaran berita acara penyaluran benih, pupuk dan alsintan.

2. Menggerakkan Tanam Serentak. Kegiatan ini bertujuan untuk: a. Mempermudah pemberantasan hama; b. Mengurangi resiko kehilangan hasil akibat serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT); c. Memutus siklus organisme pengganggu tanaman dan menghemat penggunaan air.

3. Menggerakkan pengamanan, perbaikan jaringan irigasi. Babinsa mengkoordinasikan pelaksanaan gerakan perbaikan jaringan irigasi tersier dibantu oleh penyuluh dan mahasiswa.

4. Menggerakkan Pengamanan Pertanaman dari seranganOPT. Gerakan Pengamanan Pertanaman dari Serangan OPT secara teknis dikoordinasikan oleh Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) dan penyuluh. Khusus untuk gerakan yang melibatkan masyarakat maka kegiatan mobilisasi dikoordinasikan oleh Babinsa yang dibantu oleh mahasiswa.

5. Mendiseminasi Informasi dan Teknologi Pertanian. Pelaksanaan diseminasi informasi dan teknologi pertanian disinergikan dengan kegiatan latihan di BP3K, kunjungan penyuluh di kelompoktani, rembug tani, kursus tani, demfarm dan hari temu lapangan/farm field day.

6. Melaksanakan Kursus tani. Kegiatan kursus tani dikoordinasikan oleh penyuluh pertanian dibantu penyuluh swadaya, Babinsa dan mahasiswa. Waktu pelaksanaan kursus tani disesuaikan dengan jadwal dan materi yang telah disepakati dan disinergikan dengan kunjungan penyuluh ke kelompoktani/P3A/gapoktan/GP3A.

7. Melaksanakan Demfarm. Demfarm sebagai sarana pembelajaran petani bertujuan: a) Mempercepat proses diseminasi teknologi padi kepada petani; b) Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap petani dalam penerapan teknologi padi; c) Menerapkan berbagai metode penyuluhan; d) Menumbuhkembangkan kelembagaan petani dan penyuluh swadaya. Pelaksanaan demfarm dilakukan oleh Penyuluh Pertanian dan Perguruan Tinggi (Dosen dan Mahasiswa). Demfarm yang dilaksanakan oleh Penyuluh Pertanian dikoordinasikan oleh BP3K dibantu oleh Babinsa.

8. Melaksanakan Hari Temu Lapangan Petani (Farmer Field Day/FFD). Kegiatan FFD dikoordinasikan oleh penyuluh pertanian bersama dengan Babinsa dan mahasiswa. Khusus untuk FFD yang terkait dengan pelaksanaan demfarm introduksi teknologi unggulan hasil perguruan tinggi, kegiatan FFD dikoordinasikan bersama dengan dosen perguruan tinggi.

9. Menggerakkan Panen dan Pengamanan Hasil. Gerakan panen dan pengamanan hasil secara teknis dikoordinasikan oleh penyuluh pertanian yang mencakup: a. Penetapan lokasi dan luasan panen, b. Teknik panen yang akan dilaksanakan, c. Persiapan lokasi ubinan, d. Persiapan penggunaan mesin panen apabila akan mengadakan demonstrasi dengan menggunakan mesin combine harvester, e. Penyiapan pengangkutan, perontokan, penjemuran dan penyimpanan. Khusus untuk pengamanan hasil panen yaitu keamanan dalam penyimpanan, transportasi dari sawah menuju rumah petani/gudang dikoordinasikan oleh Babinsa.

10. Mengembangkan Jejaring dan Kemitraan Usaha. Pengembangan jejaring dan kemitraan usaha dikoordinasikan oleh penyuluh pertanian dibantu oleh mahasiswa dengan pelaku usaha yang

Page 20: Peran TNI AD Dalam Program Ketahanan Pangan

memiliki tujuan untuk mengembangkan usaha bersama para petani dengan prinsip kesetaraan dan saling menguntungkan.

11. Melaporkan kegiatan pendampingan kepada Kepala Balai Penyuluhan Kecamatan/KCD (untuk penyuluh yang mengawal di desa).

Dari apa yang telah dilakukan oleh penyuluh, tentunya ada Indikator Kinerja yang dapat diukur antara lain:

1. Tersedianya air yang cukup bagi luasan areal persawahan melalui pengembangan/rehabilitasi jaringan irigasi;

2. Tersedianya pupuk, benih dan obat-obatan;3. Meningkatnya Indeks Pertanaman (IP);4. Tercapainya produktivitas jagung minimal sebesar 5,04 ton/ha pada areal tanam baru dan 1

ton/ha pada areal existing;5. Meningkatnya kualitas teknis budidaya penerima manfaat di lokasi kegiatan Rehabilitasi

Jaringan Irigasi, Optimasi Lahan, GP-PTT dan PAT Jagung melalui:

1. Penerapan pola jajar legowo 4:1 dan 2:1;2. Penggunaan Benih Varietas Unggul Baru (VUB) berupa benih jagung hibrida;3. Penggunaan pupuk berimbang sesuai rekomendasi;

1. Meningkatnya penggunaan alat dan mesin pertanian melalui penyaluran Bantuan Alat dan Mesin Pertanian berupa alat dan mesin pra panen (Traktor Roda-2, Traktor Roda-4, Pompa Air), Alat dan Mesin Pasca Panen (Combine Harvester Jagung, Pemipil Jagung/Corn Sheler, Flat Bed Dryer Jagung dan Bangunan, Vertical Dryer Jagung dan Bangunan) serta Alat dan Mesin Pengolahan Hasil Pertanian;

2. Meningkatnya luas tanam padi, jagung dan kedelai di lokasi tadah hujan, pasang surut, lahan kering dan lebak.

Demikian gambaran yang harus dilakukan penyuluh dalam pengawalan dan pendampingan UPSUS peningkatan Produksi Jagung, semoga dapat membantu rekan-rekan penyuluh di lapangan. Mari kita siap memperjuangkan untuk swasembada berkelanjutan. Selamat. Yulia TS

Sumber: Pedoman Umum Pengawalan dan Pendampingan Terpadu Penyuluh, Babinsa dan Mahasiswa Dalam Rangka Upaya Khusus Peningkatan Produsi Padi, Jagung dan Kedelai, 2015

Sinergi Penyuluh dan Babinsa dalam Swasembada Pangan10:09 WIB | Selasa, 24 Februari 2015

Page 21: Peran TNI AD Dalam Program Ketahanan Pangan

Oleh: Yudhi Harsatriadi Sandyatma, S.Sos, M.Sc

Visi-misi pembangunan pertanian pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla (2015-2019) dengan fokus pada kedaulatan pangan telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Dalam dokumen yang baru dirilis melalui Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tersebut, dalam waktu lima tahun ke depan Pemerintah mentargetkan 7 komoditas pangan untuk dapat swasembada. Target produksi ketujuh komoditas tersebut yaitu: padi (82 juta ton), jagung (24,1 juta ton), kedelai (2,6 juta ton), gula (3,8 juta ton), daging sapi (755,1 ribu ton), ikan (18,8 juta ton), dan garam (4,5 juta ton). Guna mewujudkan agenda besar tersebut, Pemerintah melakukan berbagai upaya di antaranya: (1) membangun jaringan irigasi 1 juta hektar; (2) merehabilitasi 3 juta hektar jaringan irigasi untuk mengembalikan layanan irigasi; (3) beroperasinya dan terpeliharanya jaringan irigasi 7,3 juta hektar; (4) membangun 115 ribu hektar jaringan tata air tambak untuk mendukung pengembangan ekonomi maritim dan kelautan; dan (5) membangun 49 waduk baru.

Pemerintah bahkan tidak tanggung-tanggung, khusus padi, jagung, dan kedelai mentargetkan dalam waktu 3 tahun harus bisa swasembada. Presiden Jokowi pun memberikan arahan kepada Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD) untuk mengerahkan Bintara Pembina Desa (Babinsa) menjadi penyuluh pertanian untuk mengisi kekurangan penyuluh yang ada saat ini. Arahan Presiden tersebut kemudian ditindaklanjuti oleh Menteri Pertanian dengan menandatangani Nota Kesepahaman Bersama KASAD pada tanggal 7 Januari 2015 silam.

Peran Penyuluh

Dapat dipahami bahwa jumlah penyuluh pertanian saat ini masih minim, berdasarkan data Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian, Kementerian Pertanian (2015) hanya sebanyak 39.336 orang yang terdiri dari 27.561 Penyuluh PNS dan 11.775 Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Penyuluh (THL-TBP). Jumlah tersebut jika mengacu pada Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 3/Permentan/OT.140/1/2011 yang mengharuskan 1 desa 1 penyuluh, maka untuk memenuhi 80.714 Desa (BPS, 2013) dibutuhkan 41.378 penyuluh baru.

Merekrut penyuluh saat ini dapat dikatakan mudah-mudah sulit karena penyuluh sebagai change agent dituntut untuk menjadi motivator, fasilitator, dinamisator, dan inovator yang menjalankan fungsi: (1) memfasilitasi proses pembelajaran; (2) mengupayakan kemudahan akses ke sumber informasi, teknologi, dan sumberdaya lainnya agar dapat mengembangkan usaha petani; (3) meningkatkan kemampuan kepemimpinan, manajerial, dan kewirausahaan; (4) membantu menumbuhkembangkan organisasi petani menjadi organisasi ekonomi yang berdaya saing tinggi, produktif, menerapkan tata kelola berusaha yang baik, dan berkelanjutan; (5) membantu menganalisis dan memecahkan masalah serta merespon peluang dan tantangan mengelola usaha petani; (6) menumbuhkan kesadaran terhadap kelestarian fungsi lingkungan; dan (7) melembagakan nilai-nilai budaya pembangunan pertanian. Fungsi tersebut idealnya harus dimiliki oleh penyuluh, namun pada kenyataannya belum sepenuhnya dapat dipenuhi oleh penyuluh.

Page 22: Peran TNI AD Dalam Program Ketahanan Pangan

Tidak dapat dipungkiri keberadaan Babinsa untuk menjalankan fungsi dan peran penyuluh sebagaimana diuraikan di atas secara empiris agak sulit untuk terealisasi dalam jumlah yang massif dan berkelanjutan. Meskipun demikian haruslah diakui dalam skala kecil keberhasilan keterlibatan Babinsa sebagai pendamping pembangunan pertanian telah dirasakan di Kabupaten Takalar, Sulsel yang mampu meningkatkan produktivitas padi dari 6 ton/ha menjadi 8-9 ton/ha.

Sejatinya, sebagaimana dalam Keputusan KASAD Nomor Skep/98/V/2007 tanggal 16 Mei 2007 tugas utama Babinsa sebagai unsur pelaksana Koramil adalah melaksanakan bimbingan teritorial dalam membina dan membimbing masyarakat terkait keamanan dan ketertiban masyarakat di wilayah pedesaan/kelurahan.

Peran Babinsa

Berbagai pihak pasti sepakat dalam rangka pencapaian swasembada pangan tidak mungkin hanya Kementerian Pertanian untuk mewujudkannya, perlu peran semua pihak terutama dari lintas kementerian/lembaga. Sebenarnya keterlibatan Babinsa dalam penyuluhan bukanlah hal yang baru, pada tahun 2012, BKKBN dalam rangka menekan laju pertumbuhan penduduk dengan menggalakkan kembali program Keluarga Berencana (KB), sebanyak 48.640 Babinsa dilibatkan menjadi penyuluh KB. Langkah tersebut rupanya ingin diikuti oleh Pemerintah saat ini guna memenuhi kekurangan tenaga penyuluh. Sebenarnya, selain dari Babinsa, Pemerintah dapat juga memanfaatkan potensi kemampuan para mahasiswa pertanian untuk melakukan kuliah kerja nyata dengan menjadi penyuluh dan tentunya merekrut penyuluh THL-TBP baru dalam jumlah besar.

Peran Babinsa memang akan lebih optimal dalam pengawalan dan pendampingan pelaksanaan kegiatan dalam pencapaian swasembada pangan seperti kegiatan Upaya Khusus dalam rangka peningkatan produksi padi, jagung, dan kedelai melalui perbaikan jaringan irigasi dan sarana pendukungnya. Dalam konteks ini Babinsa sepenuhnya bukan sebagai penyuluh tetapi hanya mendampingi dan mengawal berbagai kegiatan dalam rangka pencapaian swasembada pangan agar kegiatan tersebut dapat berjalan sesuai tepat waktu, sasaran, tujuan, dan manfaat. Konkretnya, misalnya mengawal dan mendampingi dalam hal pendistribusian bantuan bibit, pupuk, dan peralatan mesin pertanian.

Fungsi-fungsi penyuluhan tetap dibebankan pada penyuluh pertanian lapangan agar terbentuk kemandirian petani dan pemberdayaan petani.

(Pegawai BKP dan Alumnus Prodi Penyuluhan dan Komunikasi Pembangunan, Sekolah Pascasarjana UGM)

Page 23: Peran TNI AD Dalam Program Ketahanan Pangan

Program Swasembada Pangan Perlu Pendampingan Penyuluh11:31 WIB | Rabu, 14 Januari 2015

Ketua Umum DPP PERHIPTANI Dr. Ir. H. Isran Noor MSi mengatakan, dalam pencapaian swsembada pangan diperlukan pendampingan dari penyuluh. Menurut Ketua Umum, keberhasilan swasembada beras tahun 1984, berdasarkan hasil penelitian FAO, 60 persen keberhasilan itu merupakan peran dari SDM Pertanian termasuk di dalamnya penyuluh.

Selanjutnya Isran Noor mengingatkan, kondisi teknologi pertanian sekarang ini sudah lebih modern dan kemampuan serta pemikiran petani sudah lebih maju, bukan lagi seperti tahun 1984. Untuk menyesuaikan terhadap kondisi ini, Ketua Umum mengharapkan kepada semua penyuluh agar meningkatkan kinerja, pengetahuan dan keterampilan. Peningkatan pengetahuan penyuluh dapat diperoleh dari berbagai sumber, seperti belajar mandiri, hasil kaji terap dan mengikuti pelatihan dan pendidikan.

Menyikapi berkurangnya jumlah luas lahan pertanian produktif akibat pembangunan perumahan, jalan dan kawasan industri di Indonesia yang diperkirakan 100.000  hektar per tahun, Ketua Umum menjelaskan,  agar Pemerintah Pusat  memetakan perluasan areal pertanian  ke wilyah Kalimantan Barat atau seluruh pulau Kalimantan. Dijelaskan oleh Ketua Umum yang  juga Bupati Kutai Timur dan Ketua APKASI itu, banyak lahan potensial pertanian tersedia di Kalimantan,  namun perluasan areal selalu terkendala oleh aturan Kementerian Kehutanan untuk perluasan dan pemanfaatannya.

Ketua Umum mengajak, sambil menunggu kemudahan aturan Kementerian Kehutanan, agar masyarakat petani memanfaatkan peluang lahan kawasan hutan  yang sudah diatur dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.70/Menhut-II/2008, yaitu kawasan desa enclave, sistim pinjam pakai dan pemanfaatan kawasan hutan dengan tumpangsari. Dijelaskan oleh Ketua Umum yang juga mantan penyuluh pertanian itu, desa enclave adalah desa yang letaknya di dalam kawasan konservasi yang dihuni oleh masyarakat dan telah ditetapkan sebagai desa enclave. Tumpangsari (interplanting, mixed planting) adalah pola penanaman  tanaman semusim sebagai tanaman sela di antara tanaman pokok kayu.

Ketua Umum juga menyoroti rendahnya pengalokasian dana dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah dibandingkan dengan pendapatan daerah berupa pajak yang ditarik Pemerintah Pusat. Seandainya alokasi dana ini bisa ditingkatkan, maka pencapaian swasembada yang dicanangkan Pemerintah tiga tahun ke depan, akan lebih cepat tercapai, jelas Ketua Umum.

Page 24: Peran TNI AD Dalam Program Ketahanan Pangan

Dalam sambutannya, Gubernur Kalimantan Barat selaku Ketua Dewan Ketahanan Pangan, Drs. Cornelis, MH, mengatakan  untuk mewujudkan ketahanan pangan yang mandiri dan berkelanjutan perlu didukung dengan penyelenggaraan penyuluhan sebagaimana diamanatkan UU No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan.  Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam memenuhi kebutuhan pangan berkewajiban untuk memberikan penyuluhan dan pendampingan. Selanjutnya UU No. 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani mengamanatkan Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya memberi fasilitas penyuluhan dan pendampingan kepada petani dan membentuk kelembagaan penyuluhan serta menyediakan paling sedikit 1 (satu) orang penyuluh dalam 1 (satu) desa.

Kepada jajarannya hadir pada kesempatan ini,  Gubernur menyampaikan agar aturan dan peraturan urusan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan dilaksanakan sesuai amanatnya.  Gubernur menyebutkan 3 (tiga) aturan yang berkaitan dengan penyuluhan, yaitu; (1) UU No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, (2) Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2009 tentang Pembiayaan, Pembinaan dan Pengawasan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan dan (3) Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 154 Tahun 2014 tentang Kelembagaan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan. Berdasarkan  peraturan perundangan yang mengatur urusan pangan dan urusan penyuluhan tersebut, Gubernur menghimbau kepada para Bupati/Walikota agar membentuk kelembagaan yang menangani urusan pangan dan urusan penyuluhan, serta mengupayakan 1 (satu) orang penyuluh per desa agar para petani mendapatkan fasilitas penyuluhan dan pendampingan yang memadai, sehingga pada akhirnya kemandirian pangan yang berkelanjutan dapat tercapai dan kesejahteraan petani meningkat.

Sambutan Ketua Umum DPP PERHIPTANI dan Gubernur Kalimantan Barat ini disampaikan pada Acara Pengukuhan Pengurus Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PERHIPTANI Kalimantan Barat. Acara ini dilaksanakan sebagai salah satu bagian dari rangkaian Acara Rapat Koordinsi Dewan Ketahanan Pangan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014, pada tanggal 23 Desember 2014 bertempat di Balai Petitih Kantor Gubernur Kalimatan Barat. Acara dihadiri DPRD Kalimantan Barat, Bupati/Walikota selaku Ketua Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten/Kota, Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluh se-Provinsi Kalimantan Barat.

Ketua Umum DPW PERHIPTANI Kalimantan Barat yang juga Anggota DPRD Tkt I  Barat, Ir. Ujang Sukandar MS,  dalam sambutannya selesai dikukuhkan berkomitment, bendera PERHIPTANI akan dikibarkan di seluruh wilayah Kalimantan Barat. Untuk tugas ini, beliau berharap agar pemerintah daerah dan penyuluh memberikan dukungan yang maksimal. Lebih lanjut dijelaskan, berdirinya PERHIPTANI mempunyai tujuan mulia, yaitu suatu organisasi profesi untuk meningkatkan profesionalisme penyuluh sehingga memiliki kemampuan untuk mendampingi petani dalam rangka mewujudkan program swasembada pangan yang diprogramkan pemerintah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani. Lamhi Hutauhuruk