peran regulasi dan standardisasi dalam pembangunan next

40
PERAN REGULASI DAN STANDARDISASI DALAM PEMBANGUNAN NEXT GENERATION NETWORK DI INDONESIA Oleh: Cahyana Ahmadjayadi DIREKTUR JENDERAL APLIKASI TELEMATIKA ,DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA Sebagai Pembicara Pada : THE INTERNATIONAL CONVERENCE ON TELECOMMUNICATIONS (ICTel) 2007 Dengan Tema : “Towards To The All Ip Networks30 Oktober 2007, Hotel Preanger, Bandung. PENDAHULUAN : Next Generation Network (NGN) dirancang untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur infokom abad ke 21. NGN harus mampu mengelola dan membawa berbagai macam trafik sesuai kebutuhan customer yang terus berkembang. NGN disusun dalam blok-blok kerja yang terbuka, dan bersifat open system. Setiap blok memiliki pengembangan yang terbuka lebar, namun harus selalu dapat dikomunikasikan dengan pengembangan blok- blok lainnya. Layanan dan aplikasi dikembangkan dengan standar seperti JAIN dan OSA/Parlay. Persinyalan untuk

Upload: leeqyute

Post on 15-Jun-2015

597 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Peran Regulasi Dan Standardisasi Dalam Pembangunan Next

PERAN REGULASI DAN STANDARDISASIDALAM PEMBANGUNAN NEXT GENERATION NETWORK DI INDONESIA

Oleh:Cahyana Ahmadjayadi

DIREKTUR JENDERAL APLIKASI TELEMATIKA ,DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

Sebagai Pembicara Pada :

THE INTERNATIONAL CONVERENCE ON TELECOMMUNICATIONS (ICTel) 2007Dengan Tema : “Towards To The All Ip Networks”

30 Oktober 2007, Hotel Preanger, Bandung.

PENDAHULUAN :

Next Generation Network (NGN) dirancang untuk memenuhi kebutuhan

infrastruktur infokom abad ke 21. NGN harus mampu mengelola dan membawa

berbagai macam trafik sesuai kebutuhan customer yang terus berkembang. NGN

disusun dalam blok-blok kerja yang terbuka, dan bersifat open system. Setiap

blok memiliki pengembangan yang terbuka lebar, namun harus selalu dapat

dikomunikasikan dengan pengembangan blok-blok lainnya. Layanan dan aplikasi

dikembangkan dengan standar seperti JAIN dan OSA/Parlay. Persinyalan untuk

multimedia dapat menggunakan suite H.323 yang distandarkan ITU, atau SIP

yang distandarkan IETF. Pengendalian umumnya menggunakan standar

bersama yang disebut H.248 oleh ITU atau MEGACO oleh IETF. Konsep NGN

yang lengkap meliputi juga teknologi yang tak mungkin diabaikan, yaitu teknologi

wireless, baik untuk perangkat diam, bergerak lambat, maupun bergerak cepat,

dengan berbagai rate data yang dibutuhkan.

Pada mulanya, Internet diciptakan sebagai jaringan data paket yang

tangguh menghadapi hambatan fisik. Skalabilitas Internet mengakibatkan

jaringan ini murah dan layak digelar baik dalam skala kecil maupun skala besar.

Page 2: Peran Regulasi Dan Standardisasi Dalam Pembangunan Next

Berbagai aplikasi pun digelar di atas Internet: transfer file, e-mail, web, instant

messaging, hingga aplikasi real time seperti telefon, video-on-demand, dan

konferensi video. Dengan Internet, aplikasi-aplikasi itu dapat diinstal lebih murah

daripada sebelumnya.

Telefoni Internet, atau diistilahkan dengan VoIP, adalah salah satu

aplikasi paling krusial di Internet, karena telefon adalah komunikasi non paket

dengan trafik terbesar yang bermigrasi ke Internet. Ada berbagai konfigurasi

VoIP yang dimungkinkan. Gambar berikut menggambarkan salah satu alternatif

implementasi VoIP.

Terminal VoIP dapat berupa komputer dengan kemampuan multimedia,

atau komputer yang dihubungkan dengan pesawat telepon, atau pesawat

telepon dengan kemampuan VoIP. Gatekeeper GK berfungsi sebagai

administrator yang mengatur hubungan telefoni dalam network. MCU (multipoint

control unit) digunakan untuk pengendalian konferensi tiga terminal atau lebih.

Gateway GW menyambungkan jaringan LAN dengan jaringan telefon, seperti

dengan PBX untuk berkomunikasi dengan telepon di luar jaringan IP. WAN dapat

menghubungkan LAN-LAN ini, membentuk jaringan VoIP dengan skala lebih

luas.

Protokol yang sering digunakan untuk VoIP adalah H.323, yang

didefinisikan oleh ITU-T. H.323 merupakan suite yang mengkoordinasikan

berbagai protokol, baik yang didefinisikan oleh ITU-T maupun oleh IETF. Sesuai

dengan sifatnya yang real-time tetapi tidak mengharuskan ketepatan data, suara

dan gambar yang dipaketkan dalam RTP cukup dikirimkan sebagai paket UDP

over IP. Bagian ini selanjutnya disebut sebagai bagian “Media”. Di lain pihak,

persinyalan H.245 dan Q.931 harus diperlakukan sebagai data yang tidak boleh

salah, tetapi boleh menerima delay, sehingga harus dikirimkan sebagai paket

TCP over IP. Bagian ini selanjutnya disebut sebagai bagian “Signaling”

(American English) atau “Signalling” (British English) atau “Persinyalan” (Bahasa

2

Page 3: Peran Regulasi Dan Standardisasi Dalam Pembangunan Next

Indonesia). Konversi sinyal telefon dari PSTN/ISDN ke Internet, dengan bagian

Media yang terpisahkan dari bagian Signaling. Pemisahan ini bukan saja

mengefisienkan jaringan, karena memisahkan media dan sinyal sesuai

karakteristik jaringan yang dibutuhkannya, tetapi juga memungkinkan

pembentukan arsitektur network yang efektif. Walaupun keduanya dapat

disalurkan melalui jaringan IP yang sama (atau dapat juga melalui jaringan yang

berbeda, sesuai optimasi kita), tetapi pengendaliannya selalu terpisah.

Walaupun terpisah, tentu saja data media harus mengikuti arahan dari

sinyal yang berkaitan. Untuk itu diperlukan kaitan antara media dan sinyal. Data

media diatur pada gateway-gateway media (media gateways), dengan

pengaturan yang disebut Media Gateways Control.

II. TREND TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI :

NGN dirancang untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur infokom abad ke

21. Konsepnya lebih dari sekedar Internet yang digabungkan dengan PSTN (dan

ISDN). NGN harus mampu mengelola dan membawa berbagai macam trafik

sesuai kebutuhan customer yang terus berkembang. Jaringan tidak lagi

diharapkan bersifat TDM seperti PSTN sekarang, melainkan sudah dalam bentuk

paket-paket yang efisien, namun dengan keandalan dan kualitas (QoS) terjaga.

Jika PSTN meletakkan kecerdasan pada network, dan Internet

meletakkannya pada host, maka NGN menyebarkan kecerdasan pada

network dan host. Feature layanan lintas media menjadi dimungkinkan.

NGN disusun dalam blok-blok kerja yang terbuka, dan bersifat open

system. Management. Setiap blok memiliki pengembangan yang terbuka lebar,

namun harus selalu dapat dikomunikasikan dengan pengembangan blok-blok

lainnya untuk mendukung evolusi network secara bersama-sama.

3

Page 4: Peran Regulasi Dan Standardisasi Dalam Pembangunan Next

Teknologi komputer dan telekomunikasi berkembang terus dengan

penemuan dan inovasi baru. Kecepatan prosesor komputer makin naik dan

bandwidth jaringan makin tinggi. Di sisi lain, aplikasi semakin membutuhkan

komputasi dan bandwidth yang semakin tinggi juga. Masih teringat oleh kita

ketika akses Internet hanya dapat dilakukan dengan menggunakan modem 1200

bps. Aplikasi yang dapat dijalankan di atasnya pun terbatas, yaitu paling-paling

aplikasi yang berbasis teks. Setelah modem mencapai 9600 bps dan makin terus

meningkat, maka aplikasi yang menggunakan jaringan ini mulai dapat

menampilkan gambar statik. Saat ini tidak aneh jika sebuah situs web

menampilkan animasi dengan menggunakan Flash yang membutuhkan

bandwidth yang besar.

High-bandwidth applications

Aplikasi yang membutuhkan pita yang lebar (high-bandwidth applications)

biasanya terkait dengan data dalam bentuk suara (audio) dan gambar bergerak

(video). Aplikasi yang membutuhkan data seperti ini misalnya adalah video

conferencing dan distance learning. Untuk di Indonesia, sayangnya, aplikasi

yang akan menarik pengguna adalah aplikasi yang berhubungan dengan hiburan

(entertainment). Download lagu MP3 secara resmi merupakan aplikasi yang

langsung bisa diluncurkan di atas jaringan dengan kapasitas tinggi ini.

Bagaimana mengubah layanan entertainment menjadi edutainment?

Diharapkan lebih banyak aplikasi yang bersifat pendidikan. Berbagai kuliah di

luar negeri telah tersedia dalam bentuk video yang dapat dilihat secara on-line

(streaming). Sebagai contoh, kita dapat mengikuti kuliah “Computer Systems

Colloqium” dari Stanford University di Amerika yang berisi presentasi berbagai

pakar di bidang komputer dari situs kuliahnya di

http://www.stanford.edu/class/ee380/. Bayangkan, kita tidak perlu terbang ke

Amerika untuk mengikuti kuliah. Kuliah ditampilkan dalam bentuk koleksi video.

Sayangnya kita tidak dapat mengikuti pelajaran ini jika akses ke Internet kita

termasuk kategori lambat. Di kemudian hari semoga semakin banyak materi

pelajaran yang tersedia di Internet sehingga banyak mahasiswa Indonesia yang

di daerah dapat mengikuti kuliah tanpa perlu harus pergi jauh dari rumahnya.

4

Page 5: Peran Regulasi Dan Standardisasi Dalam Pembangunan Next

Harga Bandwidth yang masih mahal

Sayangnya harga bandwidth di Indonesia masih termasuk mahal. Sebagai

perbandingan, untuk uang yang dapat dipakai membeli bandwidth 45 MBs di

Indonesia akan dapat membeli bandwidth sebesar 150 MBs di Vietnam dan

bahkan 1 GBs di Cina! Ini sebuah pukulan telak kepada Indonesia. Mudah-

mudahan dengan semakin banyak penyedia layanan NAP maupun pengelola

NGN di Indonesia, semakin murah pula harga bandwidth di Indonesia sehingga

makin banyak inovasi aplikasi dan bisnis.

Inovasi Layanan NAP (Network Application Protocol)

Kerjasama antara penyedia layanan NAP dan penyedia isi (content) yang

bersifat multimedia mungkin merupakan salah satu inovasi yang harus dicoba.

Keberadaan “jalan raya” akan terasa manfaatnya jika terdapat layanan “seputar

jalan raya” tersebut, seperti mall, toko, pasar, SPBU, restoran, dan layanan

lainnya. Dengan menggunakan analogi yang sama, keberadaan bandwidth yang

lebar (melalui layanan NAP) tidak akan terasa manfaatnya tanpa ada aplikasi

yang menggunakannya. Untuk itu perlu dicari “killer application” yang

membutuhkan bandwidth lebar ini.

Saat ini content lokal Indonesia masih sangat sedikit. Belum ada situs web

yang menyediakan isi untuk anak-anak SMA, SMP, dan SD. Seperti dicontohkan

sebelumnya, belum ada kuliah di Indonesia yang menyediakan content-nya

dalam bentuk video yang dapat diakses oleh orang banyak. Ketiadaan ini

tentunya bisa menjadi peluang.

II. MAKNA REGULASI :

Sejak diundangkannya Undang-undang No. 3 Tahun 1989 tentang

Telekomunikasi, pembangunan dan penyelenggaraan telekomunikasi telah

menunjukkan peningkatan peran panting dan strategis dalam menunjang dan

mendorong kegiatan perekonomian, memantapkan pertahanan dan keamanan,

mencerdaskan kehidupan bangsa, memperlancar kegiatan pemerintahan,

5

Page 6: Peran Regulasi Dan Standardisasi Dalam Pembangunan Next

memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa dalam kerangka wawasan

nusantara, dan memantapkan ketahanan nasional serta meningkatkan hubungan

antarbangsa. Perubahan lingkungan global dan perkembangan teknologi

telekomunikasi yang berlangsung sangat cepat telah mendorong terjadinya

perubahan mendasar, melahirkan lingkungan telekomunikasi yang baru, dan

perubahan cara pandang dalam penyelenggaraan telekomunikasi, termasuk

hasil konvergensi dengan teknologi informasi dan penyiaran, sehingga

dipandang perlu mengadakan penataan kembali penyelenggaraan

telekomunikasi nasional. Penyesuaian dalam penyelenggaraan telekomunikasi di

tingkat nasional sudah merupakan kebutuhan nyata, mengingat meningkatnya

kemampuan sektor swasta dalam penyelenggaraan telekompnikasi, penguasaan

teknologi telekomunikasi, dan keunggulan kompetitif dalam rangka memenuhi

kebutuhan masyarakat. Perkembangan teknologi telekomunikasi di tingkat

internasional yang diikuti dengan peningkatan penggunaannya sebagai salah

satu komoditas perdagangan, yang memiliki nilai komersial tinggi, telah

mendorong terjadinya berbagai kesepakatan multilateral. Sebagai negara yang

aktif dalam membina hubungan antarnegara atas dasar kepentingan nasional,

keikutsertaan Indonesia dalam berbagai kesepakatan multilateral menimbulkan

berbagai konsekuensi yang harus dihadapi den diikuti. Sejak penandatanganan

General Agreement on Trade and Services (GATS) di Marrakesh, Maroko,

pada tgl. 15 April 1994, yang telah diratifikasi dengan Undang-undang No. 7

Tahun 1994, penyelenggaraan telekomunikasi nasional menjadi bagian yang

tidak terpisahkan dari sistem perdagangan global. Sesuai dengan prinsip

perdagangan global, yang menitikberatkan pada asas perdagangan bebas dan

tidak diskriminatif, Indonesia harus menyiapkan diri untuk menyesuaikan

penyelenggaraan telekomunikasi. Dengan memperhatikan hal tsb di atas, maka

peran Pemerintah dititikberatkan pada pembinaan yang meliputi penentuan

kebijakan, pengaturan, pengawasan, dan pengendalian dengan

mengikutsertakan peran masyarakat.

6

Page 7: Peran Regulasi Dan Standardisasi Dalam Pembangunan Next

Peningkatan peran masyarakat dalam penyelenggaraan telekomunikasi

tidak mengurangi prinsip dasar yang terkandung dalam Pasal 33 ayat (3)

Undang Undang Dasar 1945, yaitu bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang

terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-

besarnya bagi kemakmuran rakyat. Oleh karena itu, hal yang menyangkut

pemanfaatan spektrum frekuensi radio dan orbit satelit yang merupakan sumber

daya alam yang terbatas dikuasai oleh negara. Dengan tetap berpijak pada

arah dan kebijakan pembangunan nasional serta dengan memperhatikan

perkembangan yang berlangsung baik secara nasional maupun internasional,

terutama di bidang teknologi telekomunikasi. Disinilah diperlukan adanya

regulasi yang memadai yang dapat m,engantisipasi perkembangan teknologi dan

konvergensi terknologi. Karena pada umumnya regulasi maupun aturan hukum

dibidang teknologi cenderung tertinggal oleh cepatnya laju perkembangan

teknologi itu sendiri.

PERAN REGULASI :

Perkembangan teknologi informasi yang demikian pesat telah

menyebabkan perubahan kegiatan kehidupan manusia dalam berbagai bidang

yang secara langsung telah mempengaruhi lahirnya bentuk-bentuk perbuatan

hukum baru. Globalisasi informasi telah menempatkan Indonesia sebagai bagian

dari masyarakat informasi dunia sehingga mengharuskan dibentuknya

pengaturan pemanfaatan teknologi informasi di tingkat nasional sebagai jawaban

atas perkembangan yang terjadi baik di tingkat regional maupun internasional.

Kegiatan pemanfaatan teknologi informasi perlu terus dikembangkan tanpa

mengesampingkan persatuan dan kesatuan nasional dan penegakan hukum

secara adil, sehingga pelanggaran-pelanggaran yang berkaitan dengan

pemanfaatan teknologi informasi dapat dihindari melalui penerapan

keseragaman asas dan peraturan perundang-undangan. Pemanfaatan teknologi

informasi mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perdagangan dan

perekonomian nasional dalam rangka menghadapi globalisasi sehingga perlu

7

Page 8: Peran Regulasi Dan Standardisasi Dalam Pembangunan Next

dilakukan langkah-langkah konkret untuk mengarahkan pemanfaatan teknologi

informasi agar benar-benar mendukung pertumbuhan perekonomian nasional

untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Pemerintah perlu memberikan

dukungan terhadap pengembangan teknologi informasi beserta infrastruktur

hukum dan pengaturannya sehingga kegiatan pemanfaatan teknologi informasi

dapat dilakukan secara aman dengan menekan akibat-akibat negatifnya

serendah mungkin.

Penyelenggaraan telekomunikasi memperhatikan dengan sungguh2 asas

pembangunan nasional dengan mengutamakan asas manfaat, asas adil dan

merata, asas kepastian hukum, dan asas kepercayaan pada diri sendiri serta

memperhatikan pula asas keamanan kemitraan, dan etika.

Asas manfaat berarti bahwa pembangunan telekomunikasi khususnya

penyelenggaraan telekomunikasi akan lebih berdaya guna dan berhasil guna

baik sebagai infrastruktur pembangunan, sarana penyelenggaraan

pemerintahan, sarana pendidikan, sarana perhubungan maupun sebagai

komoditas ekonomi yang dapat lebih meningkatkan kesejahteraan masyarakat

lahir dan batin.

Asas adil dan merata adalah bahwa penyelenggaraan telekomunikasi

memberikan kesempatan dan perlakuan yang sama kepada semua pihak yang

memenuhi syarat dan hasil2nya dinikmati oleh masyarakat secara adil dan

merata.

Asas kepastian hukum berarti bahwa pembangunan telekomunikasi

khususnya penyelenggaraan telekomunikasi harus didasarkan kepada

peraturan perundang-undangan yang menjamin kepastian hukum dan

memberikan perlindungan hukum baik bagi para investor, penyelenggara

telekomunikasi, maupun kepada pengguna telekomunikasi.

Asas kepercayaan pada diri sendiri, dilaksanakan dengan memanfaatkan

secara maksimal potensi sumber daya nasional secara efisien serta penguasaan

teknologi telekomunikasi, sehingga dapat meningkatkan kemandirian dan

8

Page 9: Peran Regulasi Dan Standardisasi Dalam Pembangunan Next

mengurangi ketergantungan sebagai suatu bangsa dalam menghadapi

persaingan global.

Asas kemitraan mengandung makna bahwa penyelenggaraan

telekomunikasi harus dapat mengembangkan iklim yang harmonis, timbal balik,

dan sinergi dalam penyelenggaraan telekomunikasi.

Asas keamanan dimaksudkan agar penyelenggaran telekomunikasi selalu

memperhatikan faktor keamanan dalam perencanaan, pembangunan, dan

pengoperasiannya.

Asas etika dimaksudkan agar dalam penyelenggaraan telekomunikasi

senantiasa dilandasi oleh semangat profesionalisme, kejujuran, kesusilaan, dan

keterbukaan.

Tujuan penyelenggaraan telekomunikasi dalam ketentuan ini dapat

dicapai, antara lain, melalui reformasi telekomunikasi untuk meningkatkan kinerja

penyelenggaraan telekomunikasi dalam rangka menghadapi globalisasi,

mempersiapkan sektor telekomunikasi memasuki persaingan usaha yang sehat

dan profesional dengan regulasi yang transparan, serta membuka lebih banyak

kesempatan berusaha bagi pengusaha kecil dan menengah. Mengingat

telekomunikasi merupakan salah satu cabang produksi yang penting dan

strategis dalam kehidupan nasional, maka penguasaannya dilakukan oleh

negara, yang dalam penyelenggaraannya ditujukan untuk sebesar-besarnya bagi

kepentingan dan kemakmuran rakyat.

Ada beberapa fungsi yang dijalankan oleh pemerintah dalam pengelolaan

telekomunikasidi Indonesia diantaranya fungsi penetapan kebijakan, antara lain,

perumusan mengenai perencanaan dasar strategis dan perencanaan dasar

teknis telekomunikasi nasional.

Fungsi pengaturan mencakup kegiatan yang bersifat umum dan atau

teknis operasional yang antara lain, tercermin dalam pengaturan perizinan dan

persyaratan dalam penyelenggaraan telekomunikasi. Fungsi pengendalian

dilakukan berupa pengarahan dan bimbingan terhadap penyelenggaraan

9

Page 10: Peran Regulasi Dan Standardisasi Dalam Pembangunan Next

telekomunikasi. Fungsi pengawasan adalah pengawasan terhadap

penyelenggaraan telekomunikasi, termasuk pengawasan terhadap penguasaan,

pengusahaan, pemasukan, perakitan, penggunaan frekuensi dan orbit satelit,

serta alat, perangkat, sarana dan prasarana telekomunikasi.

Fungsi penetapan kebijakan, pengaturan, pengawasan dan pengendalian

dilaksanakan oleh Menteri. Sesuai dengan perkembangan keadaan, fungsi

pengaturan, pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan telekomunikasi

dapat dilimpahkan kepada suatu badan regulasi. Dalam rangka efektivitas

pembinaan, pemerintah melakukan koordinasi dengan instansi terkait,

penyelenggara telekomunikasi dan mengikutsertakan peran masyarakat.

CODE OF CONDUCT:

Penyelenggaraan telekomunikasi harus memperhatikan dengan sungguh2

asas pembangunan nasional dengan mengutamakan asas manfaat, asas adil

dan merata, asas kepastian hukum, dan asas kepercayaan pada diri sendiri

serta memperhatikan pula asas keamanan kemitraan, dan etika. Etika sebagai

code of conduct dapat diartikan agar dalam penyelenggaraan telekomunikasi

senantiasa dilandasi oleh semangat profesionalisme, kejujuran, kesusilaan, dan

keterbukaan.

Code of conduct atau aturan etika dalam dunia telekomunikasi, paling

banyak dikeluhkan oleh masyarkat, karena akhir-akhir ini ada keluhan

masyarakat terhadap promosi operator seluler yang dinilai berlebihan di media

massa. Diharapkan agar para penyelenggara telekomunikasi untuk

memperhatian code of conduct (aturan etika) dalam promosi tarif. Selain tidak

menguntungkan bagi industri telekomunikasi dari aspek tujuan kompetisi yang

sehat, promosi bisa menimbulkan penyalah gunaan informasi, dapat

menimbulkan persoalan hukum tertentu satu sama lain dan juga dengan

konsumen. Untuk itu, operator seluler diharpkan untuk dapat mengungkapkan

10

Page 11: Peran Regulasi Dan Standardisasi Dalam Pembangunan Next

secara rasional dan transparan terhadap munculnya suatu angka atau tarif

murah tertentu. Dengan demikian, sesuatu yang sekilas mudah menimbulkan pro

kontra dan seakan-akan `terlalu menjanjikan` dapat diterangkan secara jelas dan

obyektif.

Terkait belum adanya aturan dan etika promosi secara kolektif, maka Asosiasi

Telepon Seluler Indonesia (ATSI) diminta memprakarsai penyusunannya dengan

fasilitasi Ditjen Postel dan Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI).

Terhadap konsumen atau pengguna jasa telekomunikasi seluler, seyogyanya

agar bersikap kritis, baik dari aspek besaran, durasi waktu promosi, kelengkapan

kata atau simbol atau kalimat yang menjadi icon atau eye-catching dalam

promosi dari suatu penyelenggara telekomunikasi seluler tertentu.

Seandainya menemu kenali adanya kejanggalan, pengguna jasa telekomunikasi

seluler dapat langsung menyampaikan keluhannya ke call centre atau sentra

layanan operator yang bersangkutan. Tetapi jika masih belum memuaskan dapat

mengadukan ke Ditjen Postel maupun BRTI. Hal ini terjadi akibat gejala

inkonsistensi antara tarif yang dipromosikan dan kondisi yang sesungguhnya.

Regulator juga diharapkjan dapat merespon persoalan tersebut secara bijaksana

demi kepentingan konsumen selaku pengguna jasa telekomunikasi seluler.

Dalam hal ini, Pemerintah dan BRTI sama sekali tidak bermaksud

mempersoalkan atau menyentuh esensi kreativitas, nilai seni, dan daya tarik

setiap promosi tarif yang dilakukan oleh para penyelenggara telekomunikasi

seluler. Hal ini dianggap menjadi kewenangan penuh para penyelenggara

telekomunikasi seluler.

Secara umum seluruh penyelenggara telekomunikasi seluler mengatakan,

bahwa; meskipun komponen tarif satu sama lain cukup berbeda, namun

konsistensi tersebut tetap dapat dipertanggungjawabkan. Perhitungan mengenai

hal ini dapat diterangkan kepada publik jika dibutuhkan. Para penyelenggara

telekomunikasi seluler menduga, munculnya persoalan ini di antaranya karena

persepsi sebagian konsumen terhadap suatu tarif murah tertentu yang kemudian

dianggap bersifat permanen. Padahal sebenarnya terdapat durasi waktu tertentu

11

Page 12: Peran Regulasi Dan Standardisasi Dalam Pembangunan Next

yang mungkin tidak diketahuinya secara jelas oleh konsumen.

Para penyelenggara telekomunikasi seluler diminta untuk benar-benar konsisten

dalam promosinya dan tidak memberikan data yang tidak benar. Jika terjadi, hal

ini dapat dikategorikan sebagai kebohongan publik.

Para penyelenggara telekomunikasi seluler juga diminta untuk tidak mulai

menciptakan kondisi perang promosi tarif yang cenderung ekstrem dan saling

menjatuhkan. Hal ini selain tidak akan menguntungkan bagi industri

telekomunikasi dari aspek tujuan kompetisi yang sehat, juga mudah

menimbulkan penyalahgunaan informasi yang pada akhirnya justru menimbulkan

persoalan hukum tertentu.

Penyelenggara telekomunikasi seluler diminta untuk dapat men-tracing

secara rasional dan transparan terhadap munculnya suatu angka atau tarif

murah tertentu, sehingga sesuatu yang sekilas mudah menimbulkan pro kontra

dan seakan-akan ”terlalu menjanjikan” dapat diterangkan secara jelas dan

obyektif.

Perhatian terhadap code of conduct (aturan etika) dalam promosi tarif

pun harus diperhatikan, apalagi segmentasi pengguna jasa telekomunikasi

seluler sangat beragam. Tak heran bila penyelenggara telekomunikasi seluler

diminta untuk selalu bersikap pro aktif dalam menjelaskan esensi promosi

tarifnya sesuai dengan segmentasinya.

III. ICT GOVERNANCE :

Dalam Visi Dewan TIK Nasional, disebutkan bahwa Indonesia menjadi

masyarakat berbasis pengetahuan pada tahun 2025, dengan menciptakan

Pembangunan Melalui TIK/ICT yang terdiri dari penguatan basis TIK (sebagai

instrumen pembangunan), pendidikan dan HKI. Adapun manfaat dari ICT

Governance di Indonesia adalah :

12

Page 13: Peran Regulasi Dan Standardisasi Dalam Pembangunan Next

• Mendukung perbaikan keamanan dan mempercepat perkembangan

kesejahteraan sosial dan ekonomi

• Mengatasi berbagai kesenjangan antara pusat dan daerah dalam

mendukung suatu sistem yang lebih adil dan makmur

• Meningkatkan akses informasi dan pengetahuan

• Meningkatkan kemampuan SDM (human capacity building)

• Mendukung proses demokrasi dan transparansi birokrasi

• Membentuk masyarakat informasi (knowledge-society building)

Disamping itu ada beberapa hal yang dapat di dukung oleh ICT Governance

sebagai ICT Disciplines, seperti:

Business Technology Optimization

Enterprise architecture

IT asset management

IT portfolio management

IT security assessment

IT service management

Project governance

Project management and Program management in the enterprise IT

context (including software engineering where appropriate)

IV. PERLUNYA AUDIT IT :

Dalam rangka peningkatan daya saing nasional, melalui peningkatan kualitas

produk, dan salah satu upayanya adalah dengan Audit teknologi yang

merupakan proses menejemen strategis agar pencapaian visi maupun visi

organisasi dapat tercapai. Untuk itu perlu adanya wadah koordinasi

kelembagaan dalam penataan audit teknologi di Indonesia. Untuk menjaga dan

melindungi kepentingan domestik dan serbuan masuknya barang import, banyak

negara menggunakan instrumen non-tarif antara lain dengan pembentukan

standar dan penilaian kesesuaian. Untuk itu, peran standar dan penilaian

13

Page 14: Peran Regulasi Dan Standardisasi Dalam Pembangunan Next

kesesuaian serta audit teknologi menjadi semakin besar dalam kegiatan

perdagangan internasional.

Mengapa Audit IT Diperlukan ?:

Besarnya risiko yang mungkin muncul akibat penerapan TI di suatu

perusahaan membuat audit TI sangat penting untuk dilakukan. Tidak dapat

dipungkiri bahwa, saat ini, tingkat ketergantungan dunia usaha dan sektor usaha

lainnya, termasuk badan-badan pemerintahan, terhadap teknologi informasi (TI)

semakin lama semakin tinggi. Pemanfaatan TI di satu sisi dapat meningkatkan

keunggulan kompetitif suatu organisasi, akan tetapi di sisi lain juga

memungkinkan timbulnya risiko-risiko yang sebelumnya tidak pernah ada.

Beberapa alasan penting mengapa audit TI perlu dilakukan:

1. Kerugian akibat kehilangan data

2. Kesalahan dalam pengambilan keputusan

3. Risiko kebocoran data

4. Penyalah gunaan komputer

5. Kerugian akibat kesalahan perhitungan

6. Tingginya nilai investasi perangkat keras dan perangkat

lunak komputer

1. Kerugian akibat kehilangan data :

Saat ini, data telah menjadi salah satu aset terpenting bagi suatu

perusahaan. Bayangkan, jika seorang pimpinan perusahaan yang sebagian

besar penjualan yang diraihnya dilakukan dengan cara kredit dimana para

pembeli akan membayar tagihannya di kemudian hari. Untuk mencatat

penjualan, dia menggunakan bantuan TI. Akibat terjadinya gangguan virus atau

terjadi kebakaran pada ruangan komputer yang dia miliki, misalnya, maka

seluruh data tagihan tersebut hilang. Kehilangan data tersebut mungkin saja

akan mengakibatkan perusahaan tidak dapat melakukan penagihan kepada

14

Page 15: Peran Regulasi Dan Standardisasi Dalam Pembangunan Next

para pelanggan. Atau, kalaupun masih dapat dilakukan, waktu yang dibutuhkan

menjadi sangat lama karena harus melakukan verifikasi manual atas dokumen

penjualan yang dimilikinya

2. Kesalahan dalam pengambilan keputusan :

Banyak kalangan usaha yang saat ini telah menggunakan bantuan

Decision Support System (DSS) untuk mengambil keputusan-keputusan

penting. Dalam bidang kedokteran, misalnya, keputusan dokter untuk melakukan

tindakan operasi dapat saja ditentukan dengan menggunakan bantuan perangkat

lunak tersebut. Dapat dibayangkan risiko yang mungkin dapat ditimbulkan

apabila sang dokter salah memasukkan data pasien ke sistem TI yang

digunakan. Taruhannya bukan lagi material, melainkan nyawa seseorang.

3. Risiko kebocoran data :

Data bagi sebagian besar sektor usaha merupakan sumber daya yang

tidak ternilai harganya. informasi mengenai pelanggan, misalnya, bisa jadi

merupakan kekuatan daya saing suatu perusahaan. Bayangkan, seorang

direktur suatu perusahaan telekomunikasi yang memiliki 5 juta pelanggan. Tanpa

dia sadari, satu persatu pelanggan perusahannya telah beralih ke perusahaan

pesaing.

Setelah melalui proses audit, akhirnya diketahui bahwa data pelanggan

perusahaan tersebut telah jatuh ke tangan perusahaan pesaing. Berdasarkan

data tersebut, perusahaan pesaing kemudian menawarkan jasa yang sama

dengan jasa yang ditawarkan ke pelanggan yang sama, tetapi dengan biaya

yang sedikit lebih rendah. Kebocoran data ini tidak saja berdampak terhadap

kehilangan sejumlah pelanggan, akan tetapi lebih jauh lagi bisa mengganggu

kelangsungan hidup perusahaan yang bersangkutan.

4. Penyalahgunaan Komputer :

15

Page 16: Peran Regulasi Dan Standardisasi Dalam Pembangunan Next

• Alasan lain perlunya dilakukan audit TI adalah tingginya tingkat

penyalahgunaan komputer. Pihak-pihak yang dapat melakukan kejahatan

komputer sangat beraneka ragam. Kita mengenal adanya hackers dan

crackers.

• Hackers merupakan orang yang dengan sengaja memasuki suatu sistem

teknologi informasi secara tidak sah. Biasanya mereka melakukan

aktivitas hacking untuk kebanggaan diri sendiri atau kelompoknnya, tanpa

bermaksud merusak atau mengambil keuntungan atas tindakannya itu.

Sedang, Crackers di sisi lain melakukan aktivitasnya dengan tujuan

mengambil keuntungan sebanyak-banyaknya dari tindakannya tersebut,

misalnya mengubah atau merusak atau, bahkan, menghancurkan sistem

komputer.

• Kejahatan komputer juga bisa dilakukan oleh karyawan yang merasa tidak

puas dengan kebijakan perusahaan, baik yang saat ini masih aktif bekerja

di perusahaan yang bersangkutan maupun yang telah keluar. Sayangnya,

tidak semua perusahaan siap mengantisipasi adanya risiko-risiko

tersebut.

5. Kerugian akibat kesalahan proses perhitungan :

Seringkali, TI digunakan untuk melakukan perhitungan yang rumit. Salah

satu alasan digunakannya TI adalah kemampuannya untuk mengolah data

secara cepat dan akurat (misalnya, penghitungan bunga bank). Penggunaan TI

untuk mendukung proses penghitungan bunga bukannya tanpa risiko kesalahan.

Risiko ini akan semakin besar, misalnya ketika bank tersebut baru saja berganti

sistem dari sistem yang sebelumnya mereka gunakan. Tanpa adanya

mekanisme pengembangan sistem yang memadai, mungkin saja terjadi

kesalahan penghitungan. Kesalahan yang ditimbulkan oleh sistem baru ini akan

sulit terdeteksi tanpa adanya audit terhadap sistem tersebut.

6. Tingginya nilai investasi perangkat keras dan perangkat lunak

komputer :

16

Page 17: Peran Regulasi Dan Standardisasi Dalam Pembangunan Next

• Investasi yang dikeluarkan untuk suatu proyek TI seringkali sangat besar.

Bahkan, dari penelitian yang pernah dilakukan (Willcocks, 1991), tercatat

bahwa 20% pengeluaran TI terbuang secara percuma, 30-40% proyek TI

tidak mendatangkan keuntungan. Selan itu, sulit mengukur manfaat yang

dapat diberikan TI.

• Untuk Indonesia , alokasi anggaran untuk investasi di bidang TI relatif

tidak lebih besar dibandingkan di luar negeri. Di Indonesia besarnya

alokasi anggaran berkisar 5-10%, sementara di luar negeri bisa mencapai

30% dari total anggaran belanja perusahaan. Namun, bila dilihat dari nilai

absolut besarnya Rupiah yang dikeluarkan, jumlahnya sangat besar.

Perusahaan-perusahaan besar nasional, seperti Garuda Indonesia,

Telkom, dan Pertamina semuanya, saat ini, sudah menerapkan sistem

ERP (Enterprise Resource Planning) dan bahkan berbagai aplikasi

lainnya yang melibatkan investasi yang signifikan

Seiring dengan makin banyaknya institusi, baik pemerintahan maupun

swasta, yang mengandalkan TI untuk mendukung jalannya operasional sehari-

hari, maka kesadaran akan perlunya dilakukan review atas pengembangan suatu

sistem informasi semakin meningkat. Best Practice menyarankan agar dalam

proses pengembangan suatu sistem informasi yang signifikan, perlu dilakukan

review, baik itu sebelum atau pada saat implementasi ( pre-implementation

system ), maupun setelah sistem “live” ( post-implementation system ).

AUDIT & IT GOVERNANCE:

Cakupan Audit TI cukup luas, karena tidak terbatas pada aspek teknologinya

saja, melainkan dapat mencakup aspek orang dan proses sistem informasi

berbasis komputer. Begitu juga manfaatnya, antara lain kepastian (assurance)

bagi manajemen bahwa suatu sistem (misalnya, Banking Applications, system

ERP, e-Government, Network Communication, dll) akan dapat memenuhi

harapan manajemen.

17

Page 18: Peran Regulasi Dan Standardisasi Dalam Pembangunan Next

Pemahaman akan konsep IT Governance akan sangat membantu auditorTI

dalam memberikan penekanan pemeriksaan pada aspek-aspek sebagai berikut:

1. Perencanaan dan manajemen proyek-proyek TI dan kaitannya dengan

sasaran bisnis.

2. Manajemen risiko guna menghindari kesalahan fatal atas operasional TI.

3. Pemanfaatan sumber daya TI yang optimal dan dapat

dipertanggungjawabkan. Dengan begitu, seorang auditor TI dapat menjadi

advisor yang "menyenangkan" bagi auditee (pihak yang diperiksa) karena

kemampuannya memberikan practical value-added recommendation yang

dapat membantu perusahaan mencapai tujuannya.

Peran Auditor Internal :

Audit Internal adalah kegiatan assurance dan konsultasi yang independen dan

obyektif, yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan

kegiatan operasi organisasi. Audit internal membantu organisasi untuk mencapai

tujuannya, melalui suatu pendekatan yang sistematis dan teratur untuk

mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas pengelolaan risiko, pengendalian,

dan proses governance.

Sebagai suatu profesi, ciri utama auditor internal adalah kesediaan

menerima tanggung jawab terhadap kepentingan pihak-pihak yang dilayani. Agar

dapat mengemban tanggung jawab ini secara efektif, auditor internal perlu

memiliki dan memelihara standar perilaku yang tinggi. Banyak pihak dewasa ini

semakin mengandalkan peran auditor internal dalam mengembangkan dan

menjaga efektivitas sistem pengendalian intern, pengelolaan risiko, dan

corporate governance. Telah banyak peraturan perundang-undangan, baik di

Indonesia maupun di tingkat internasional yang mencerminkan kepercayaan dan

kebutuhan masyarakat terhadap peran audit internal dan sistem pengendalian

intern dalam menjaga efektivitas organisasi, untuk menghindari krisis serta

kegagalan organisasi. Di Indonesia, pembentukan fungsi audit internal

18

Page 19: Peran Regulasi Dan Standardisasi Dalam Pembangunan Next

merupakan keharusan bagi Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Bank, dan

Lembaga Pemerintah. Perusahaan Publik (Tbk) wajib membentuk Komite Audit

agar dapat menjalankan tugasnya secara efektif, komite audit juga memerlukan

fungsi audit internal dibidang teknologi. Sistem pengendalian intern semakin

menjadi tumpuan dalam mewujudkan organisasi yang sehat dan berhasil.

Kewajiban untuk mengembangkan, menjaga dan melaporkan sistem

pengendalian intern merupakan ketentuan bagi instansi pemerintah dan

BUMN/BUMD, Bank, Perusahaan Publik, maupun Lembaga yang mendapat

bantuan dari pemerintah. Auditor internal dapat memberikan sumbangan yang

besar bagi komisaris, dewan pengawas, direksi, komite audit, pimpinan

organisasi/lembaga, serta manajemen senior dalam mentaati kewajiban tersebut

dan memberi nilai tambah organisasi. Agar dapat mengemban kepercayaan

yang semakin besar dan menjalankan peran tersebut dengan baik, auditor

internal memerlukan suatu kode etik dan standar yang seragam dan konsisten,

yang menggambarkan praktik-praktik terbaik audit internal, serta merupakan

ukuran kualitas pelaksanaan tugas dan memenuhi tanggungjawab profesinya.

Standar-standar yang ada dewasa ini pada umumnya hanya berlaku dalam

lingkungan terbatas. Sebagian dari standar tersebut perlu disesuaikan dengan

praktik-praktik audit internal yang berkembang saat ini.

Untuk itu, diperlukan adanya Forum Auditor teknologi dan terbentuknya

kelembagaan audit teknologi, serta terbentuknya Dewan Sertifikasi Auditor

Teknologi, disamping memberikan pemahaman dan kesamaan pandang tentang

audit teknologi dan kebijakan pemerintah tentang audit teknologi, serta

pemanfaatannya bagi perekonomian nasional. Dalam pada itu, diharapkan juga

saling berbagi pengalaman dan saling tukar menukar informasi tentang

pelaksanaan audit teknologi pada dunia usaha serta merangkul dunia usaha

untuk mau terlibat dalam pelaksanaan audit teknologi agar pemanfaatan

teknologi dapat dilaksanakan secara maksimal, serta dapat membangun

komunitas auditor teknologi nasional pada umumnya dan komunitas auditor

internal dibidang teknologi pada khususnya.

19

Page 20: Peran Regulasi Dan Standardisasi Dalam Pembangunan Next

Audit Teknologi Sebagai Keharusan :

Audit sebuah sistem teknologi informasi untuk saat ini adalah sebuah

keharusan. Audit perlu di lakukan agar sebuah sistem mampu memenuhi syarat

IT governance. “Satu sistem yang dikembangkan dari awal sudah harus

dimasukkan sistem audit. Pada waktu mengembangkan sebuah sistem, unsur

audit harus dimasukkan. Audit TI memiliki perbedaan dengan audit bisa. Selain

mengaudit around the computer yang lebih utama adalah audit trough teh

computer. “Apakah seluruh fungsionalitas software dibuat sedemikian rupa

sehingga bisa menjalankan fungsinya dengan baik. Kalau tidak, kita tidak ada

jaminan apakah betul-betul akan menghasilkan yang diharapkan”. Seiring

dengan meningkatnya pemanfaatan TI dalam mendukung proses bisnis

perusahaan, kebutuhan terhadap auditor TI semakin meningkat, terutama dalam

proses pengelolaan risiko terkait dengan teknologi (misalnya, permasalahan

security). Auditor TI sendiri dibutuhkan untuk memberikan rekomendasi

penyempurnaan sistem dan juga reasonable assurance bahwa pengendalian

internal terhadap suatu sistem TI efektif dalam mencapai sasaran dari sistem

tersebut. Auditors sangat perlu dibidang IT, biaya milyaran rupiah dikeluarkan

untuk penggunaan IT namun tidak diimbangi dengan sumber daya yang

memadai akan menyebabkan high cost yang tidak bermanfaat dan hal itu sangat

disayangkan sekali serta merugikan, walaupun sebenarnya dunia TI itu sangat

luar biasa sekali dan menghasilkan profit, namun kalau mengelolanya salah

bukan profit yang dihasilkan malah kerugian yang didapat. Contohnya, yang

terjadi pada KPU, dengan tidak adanya audit sistem sebelumnya mereka tidak

bisa membuktikan janji yang dikemukakan sebelumnya yang dikatakannya

dalam waktu 9 jam hasil pemilu putaran pertama akan selesai, namun

kenyataannya tidak sesuai dengan komitmen awal. Audit TI merupakan proses

pengumpulan dan evaluasi bukti-bukti untuk menentukan apakah sistem

komputer yang digunakan telah dapat melindungi aset milik organisasi, mampu

menjaga integritas data, dapat membantu pencapaian tujuan organisasi secara

efektif, serta menggunakan sumber daya yang dimiliki secara efisien (Weber,

20

Page 21: Peran Regulasi Dan Standardisasi Dalam Pembangunan Next

2000). Audit TI sendiri merupakan gabungan dari berbagai macam ilmu, antara

lain: Traditional Audit Manajemen Sistem Informasi, Sistem Informasi Akuntansi,

Ilmu Komputer, dan Behavioral Science. Satu hal yang unik, bukti-bukti audit

yang diambil oleh auditor biasanya mencakup pula bukti elektronis (data dalam

bentuk file softcopy). Biasanya, auditor TI menerapkan teknik audit berbantuan

komputer, disebut juga dengan CAAT (Computer Aided Auditing Technique).

Teknik ini digunakan untuk menganalisa data, misalnya saja data transaksi

penjualan, pembelian, transaksi aktivitas persediaan, aktivitas nasabah, dan lain-

lain. Sesuai dengan standar auditing ISACA (Information Systems Audit

and Control Association), selain melakukan pekerjaan lapangan, auditor juga

harus menyusun laporan yang mencakup tujuan pemeriksaan, sifat dan

kedalaman pemeriksaan yang dilakukan. Laporan ini juga harus menyebutkan

organisasi yang diperiksa, pihak pengguna laporan yang dituju dan batasan-

batasan distribusi laporan. Laporan juga harus memasukkan temuan,

kesimpulan, rekomendasi sebagaimana layaknya laporan audit pada umumnya.

V. PERLUNYA STANDAR :

Perkembangan perdagangan internasional yang menuju ke arah

penghilangan batas antar negara (bordeless state) telah mendorong

terbentuknya blok-blok perdagangan dalam upaya melindungi dan

mempertahankan kepentingan perdagangannya. Phenomena ini memperkuat

saling ketergantungan antar negara dan saling keterkaitan masalah secara

regional dan internasional, sehingga mendorong terbentuknya lembaga-lembaga

di bidang perdagangan/ perekonomian atau blok perdagangan internasional

maupun regional seperti WTO (World Trade Organizatoin), APEC (Asia Pacific

Economic Cooperation), AFTA (Asean Free Trade Area), EU (European Union),

NAFTA (North American Free Trade Area) dan sebagainya. Kecenderungan

liberalisasi perdagangan tersebut ditandai dengan adanya perubahan menuju

kesamaan “term of trade", kebijakan yang berupa hambatan perdagangan

21

Page 22: Peran Regulasi Dan Standardisasi Dalam Pembangunan Next

seperti subsidi input, tarif impor, pajak ekspor, kuota dan lain-lainnya yang

secara bertahap akan dihapuskan.

Untuk menjaga dan melindungi kepentingan domestik dari serbuan

masuknya barang dalam hal ini produk aptel impor , kini banyak negara

menggunakan instrumen non-tarif, antara lain dengan pemberlakuan standar dan

penilaian kesesuaian. Oleh karenanya, peran standar dan penilaian kesesuaian

kini menjadi semakin besar dalam kegiatan perdagangan internasional. Hal ini

ditandai dengan meningkatnya kegiatan standar dan penilaian kesesuaian di

berbagai blok perdagangan regional maupun internasional, seperti ACCSQ

(Asean Consultative Committee for Standarts and Quality) APEC - SCSC

(Standards and Conformance Sub-Committee), dan ASEM-SCA (Asian

European Meeting-Standads and Conformity Assessment).

Dalam hal ini, Indonesia merupakan salah satu negara yang terlibat dalam

kesepakatan-kesepakatan tersebut di atas. Keterlibatan ini, membuat Indonesia

mau tidak mau harus mengikuti ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam

kesepakatan secara konsekwen. Hal ini berarti kebijakan perdagangan Indonesia

yang mengandung unsur-unsur restriksi/proteksi harus secara berangsur

dihilangkan, diganti dengan kebijakan-kebijakan yang sifatnya teknis dan

didukung dengan kajian ilmiah yang bisa dipertanggung jawabkan. Keadaan ini

yang mendorong meningkatnya kebutuhan penerapan standardisasi aptel di

Indonesia.

Peranan standardisasi dalam perekonomian nasional juga mengalami

perkembangan yang signifikan. Sebagai contoh diberlakukannya Undang

Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang secara

spesifik mengamanatkan bahwa pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau

memperdagangkan barang/jasa yang tidak memenuhi standar yang

dipersyaratkan; terbitnya PP 102 tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional

meningkatnya peran aktif Indonesia dalam kegiatan-kegiatan standardisasi

regional dan internasional seperti ISO, IEC, CAC, ILAC, APLAC, dan

sebagainya.

22

Page 23: Peran Regulasi Dan Standardisasi Dalam Pembangunan Next

Tantangan bangsa Indonesia di masa yang akan datang adalah

globalisasi yang menuntut persaingan yang sangat ketat. Untuk itu, bangsa

Indonesia perlu memperkuat fondasi ekonomi dari berfokus pada keunggulan

komparatif menjadi keunggulan kompetitif. Dua faktor yang mendukung hal

tersebut adalah peningkatan efisiensi dan produktivitas. Sebagai pendorong

peningkatan efisiensi dan produktivitas, diperlukan adanya suatu infrastruktur

standar dan penilaian kesesuaian pengukuran standar yang dapat

dikembangkan untuk mendukung pembangunan nasional dalam menghadapi era

globalisasi yang dicirikan dengan persaingan yang tajam.

Standardisasi sebagai suatu unsur penunjang pembangunan ICT,

mempunyai peranan penting dalam upaya mengoptimalkan pendayagunaan

sumberdaya dibidang ICT dan seluruh kegiatan pembangunan telematika.

Perangkat-perangkat standardisasi juga berperan untuk menunjang kemampuan

produksi dan produktivitas serta nilai tambah hasil aptel, khususnya dalam

perdagangan baik domestik maupun internasional, serta pengembangan industri

telematika serta perlindungan bagi konsumen. Oleh karena itu, peningkatan

program dan kegiatan standardisasi aptel selaras dengan kebijaksanan

pembangunan telematika yang berorientasi teknologi komputer sebagai bagian

yang terintegrasi dengan pembangunan ekonomi nasional.

Tujuan akhir kegiatan Standardisasi Aptel adalah terwujudnya keteraturan

dan jaminan mutu hasil aptel. Dengan demikian, standardisasi aptel dapat

dipergunakan sebagai alat kebijaksanaan pemerintah dalam menata struktur

ekonomi secara lebih baik dan dalam memberikan perlindungan kepada

masyarakat. Pemerintah terutama DEPKOMINFO dan para pengguna hasil

teknologi telematika memerlukan standar-standar aptel dalam jumlah dan

kualitas yang semakin meningkat untuk menunjang tujuan-tujuan strategis,

antara lain peningkatan daya saing dan peningkatan efisiensi nasional serta

23

Page 24: Peran Regulasi Dan Standardisasi Dalam Pembangunan Next

menunjang program keterkaitan bidang aptel dengan sektor lainnya dalam

sistem perekonomian.

Perkembangan organisasi dan sumberdaya standardisasi dalam

lingkungan di Depkominfo harus mampu menunjang program pengembangan

Standardisasi aptel. Kemampuan ini perlu dioptimalkan sehingga manfaatnya

dapat dirasakan secara maksimal oleh semua pihak, melalui penggalangan

partisipasi bersama secara serasi dan selaras. Pengarahan dan pengerahan

seluruh potensi standardisasi juga diperlukan demi terciptanya program-program

praktis untuk mencapai hasil-hasil yang nyata. Sejalan dengan itu, suatu

wawasan dalam kegiatan standardisasi aptel sangat diperlukan untuk

mengarahkan dan mengkoordinasikan program serta pengembangan

standardisasi aptel yang tanggap terhadap kebutuhan nasional. Oleh karena itu,

diperlukan adanya suatu Sistem Standardisasi aptel. Sistem Standardisasi Aptel

merupakan bagian dari Sistem Standardisasi Nasional, yang merupakan dasar

dan pedoman pelaksanaan standardisasi di lingkup Dirat SAAT yang harus diacu

oleh semua unit kerja sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun

2000, tentang Standar Nasional Indonesia.

Konteks Keperluan Standar nasional Indonesia :

• Melindungi kepentingan masyarakat (keselamatan, kesehatan,

keamanan) dan kelestarian fungsi lingkungan

• Menghilangkan segmentasi pasar, meghilangkan hambatan dan

meningkatkan efisiensi transaksi perdagangan, serta membentuk iklim

persaingan yang sehat dan transparan

• Meningkatkan kompatibalitas dan daya saing produk, serta memperlancar

pembentukan rantai produksi

• Meningkatkan kapasitas usaha bagi produsen dan melindungi

kepentingan konsumen

24

Page 25: Peran Regulasi Dan Standardisasi Dalam Pembangunan Next

Tantangan umum yang dihadapi Indonesia khususnya penerapan

standardisasi:

• Kesadaran masyarakat dan pelaku usaha terhadap standar dan mutu

produk masih relatif rendah;

• Jumlah standar nasional yang dapat mendukung produk aptel masih

sangat minim dan dianggap belum mencukupi;

• Standar-standar yang ada dan dikonsensuskan belum dipahami dan

diterapkan secara konsisten;

• Peraturan yang mendorong terwujudnya penerapan standar yang efektif

juga masih belum memadai;

Tujuan umum dari standardisasi adalah untuk terciptanya : “Keteraturan,

Jaminan Mutu, dan Keamanan.” Untuk itu, selain diciptakan standar-

standar Internasional seperti ISO/IEC maupun standar-standar yang

dibuatoleh ITU, diperlukan pula Standar Nasional Indonesia di bidang Aplikasi

Telematika dan Telekomunmkasi, khususnya standar-standar dibidang IP

Networks.

VI Kesimpulan :

1. Next Generation Network (NGN) dirancang untuk memenuhi kebutuhan

infrastruktur infokom abad ke 21. NGN harus mampu mengelola dan

membawa berbagai macam trafik sesuai kebutuhan customer yang terus

berkembang. NGN disusun dalam blok-blok kerja yang terbuka, dan bersifat

open system. Seperti halnya internet yang merupakan jaringan global dunia

yang membutuhkan teknologi telekomunikasi dimana pada mulanya Internet

diciptakan sebagai jaringan data paket yang tangguh menghadapi

hambatan fisik. Skalabilitas Internet mengakibatkan jaringan ini murah dan

layak digelar baik dalam skala kecil maupun skala besar. Berbagai aplikasi

pun digelar di atas Internet: transfer file, e-mail, web, instant messaging,

25

Page 26: Peran Regulasi Dan Standardisasi Dalam Pembangunan Next

hingga aplikasi real time seperti telefon, video-on-demand, dan konferensi

video. Dengan Internet, aplikasi-aplikasi itu dapat diinstal lebih murah

daripada sebelumnya.

2. Perkembangan teknologi informasi yang demikian pesat telah menyebabkan

perubahan kegiatan kehidupan manusia dalam berbagai bidang yang

secara langsung telah mempengaruhi lahirnya bentuk-bentuk perbuatan

hukum baru. Globalisasi informasi telah menempatkan Indonesia sebagai

bagian dari masyarakat informasi dunia sehingga mengharuskan

dibentuknya pengaturan pemanfaatan teknologi informasi di tingkat nasional

sebagai jawaban atas perkembangan yang terjadi baik di tingkat regional

maupun internasional. Kegiatan pemanfaatan teknologi informasi perlu

terus dikembangkan tanpa mengesampingkan penegakan hukum secara

adil, sehingga pelanggaran-pelanggaran yang berkaitan dengan

pemanfaatan teknologi informasi dapat dihindari melalui penerapan

keseragaman asas dan peraturan perundang-undangan.

3. Penyelenggaraan telekomunikasi harus memperhatikan dengan sungguh-

sungguh asas pembangunan nasional dengan mengutamakan asas

manfaat, asas adil dan merata, asas kepastian hukum, dan asas

kepercayaan pada diri sendiri serta memperhatikan pula asas keamanan

kemitraan, dan etika. Etika sebagai code of conduct dapat diartikan agar

dalam penyelenggaraan telekomunikasi senantiasa dilandasi oleh

semangat profesionalisme, kejujuran, kesusilaan, dan keterbukaan.

3. Dalam Visi Dewan TIK Nasional, disebutkan bahwa Indonesia menjadi

masyarakat berbasis pengetahuan pada tahun 2025, dengan menciptakan

Pembangunan Melalui TIK/ICT yang terdiri dari penguatan basis TIK

(sebagai instrumen pembangunan), pendidikan dan HKI sebagai manfaat

dari ICT Governance di Indonesia yang meliputi daya dukung perbaikan

keamanan dan mempercepat perkembangan kesejahteraan sosial dan

26

Page 27: Peran Regulasi Dan Standardisasi Dalam Pembangunan Next

ekonomi, mengatasi berbagai kesenjangan antara pusat dan daerah dalam

mendukung suatu sistem yang lebih adil dan makmur, meningkatkan akses

informasi dan pengetahuan, meningkatkan kemampuan SDM (human

capacity building), mendukung proses demokrasi dan transparansi birokrasi,

membentuk masyarakat informasi (knowledge-society building).

4. Besarnya risiko yang mungkin muncul akibat penerapan TI di suatu

perusahaan membuat audit TI sangat penting untuk dilakukan. Tidak dapat

dipungkiri bahwa, saat ini, tingkat ketergantungan dunia usaha dan sektor

usaha lainnya, termasuk badan-badan pemerintahan, terhadap teknologi

informasi (TI) semakin lama semakin tinggi. Pemanfaatan TI di satu sisi

dapat meningkatkan keunggulan kompetitif suatu organisasi, akan tetapi di

sisi lain juga memungkinkan timbulnya risiko-risiko yang sebelumnya tidak

pernah ada. Beberapa alasan penting mengapa audit TI perlu dilakukan:

1. Kerugian akibat kehilangan data

2. Kesalahan dalam pengambilan keputusan

3. Risiko kebocoran data

4. Penyalah gunaan komputer

5. Kerugian akibat kesalahan perhitungan

6. Tingginya nilai investasi perangkat keras dan perangkat

lunak komputer

5. Untuk menjaga dan melindungi kepentingan domestik dari serbuan

masuknya barang dalam hal ini produk aptel impor , kini banyak negara

menggunakan instrumen non-tarif, antara lain dengan pemberlakuan

standar dan penilaian kesesuaian. Oleh karenanya, peran standar dan

penilaian kesesuaian kini menjadi semakin besar dalam kegiatan

perdagangan internasional. Hal ini ditandai dengan meningkatnya kegiatan

standar dan penilaian kesesuaian di berbagai blok perdagangan regional

maupun internasional, seperti ACCSQ (Asean Consultative Committee for

Standarts and Quality) APEC - SCSC (Standards and Conformance Sub-

27

Page 28: Peran Regulasi Dan Standardisasi Dalam Pembangunan Next

Committee), dan ASEM-SCA (Asian European Meeting-Standads and

Conformity Assessment). Indonesia merupakan salah satu negara yang

terlibat dalam kesepakatan-kesepakatan tersebut di atas. Keterlibatan ini,

membuat Indonesia mau tidak mau harus mengikuti ketentuan-ketentuan

yang berlaku dalam kesepakatan secara konsekwen. Hal ini berarti

kebijakan perdagangan Indonesia yang mengandung unsur-unsur

restriksi/proteksi harus secara berangsur dihilangkan, diganti dengan

kebijakan-kebijakan yang sifatnya teknis dan didukung dengan kajian ilmiah

yang bisa dipertanggung jawabkan. Keadaan ini yang mendorong

meningkatnya kebutuhan penerapan standardisasi di Indonesia.

Demikian paparan ini disampaikan sehubungan dengan akan

diselenggarakannya acara The International Conference on

Telecommunication (ICTel)) 2007 dengan thema “Towards to the All IP

Network” di Grand Hotel Preanger Bandung yang ber-skala Internasional.

Terima Kasih.

Jakarta, Oktober 2007,

Cahyana Ahmadjayadi

28