peran perpustakaan sekolah luar biasa dalam...

102
PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM MENUMBUHKAN KEMAMPUAN LITERASI INFORMASI BAGI ANAK TUNANETRA: STUDI KASUS PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA-A PEMBINA TINGKAT NASIONAL JAKARTA Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP) Oleh: Imas Fatonah NIM: 105025001015 JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010

Upload: dinhthuan

Post on 11-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

1

PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM

MENUMBUHKAN KEMAMPUAN LITERASI INFORMASI

BAGI ANAK TUNANETRA: STUDI KASUS PERPUSTAKAAN

SEKOLAH LUAR BIASA-A PEMBINA TINGKAT NASIONAL

JAKARTA

SkripsiDiajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)

Oleh:Imas Fatonah

NIM: 105025001015

JURUSAN ILMU PERPUSTAKAANFAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA

2010

Page 2: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

i

ABSTRAK

IMAS FATONAH

Peran Perpustakaan Sekolah Luar Biasa dalam Menunbuhkan Kemampuan

Literasi Informasi Bagi Anak Tunanetra: studi kasus Perpustakaan Sekolah

Luar Biasa A Pembina Tingkat Nasional Jakarta

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Peran PerpustakaanSekolah Luar Biasa dalam Menumbuhkan Kemampuan Literasi Informasi bagiAnak Tunanetra: studi kasus Perpustakaan Sekolah Luar Biasa A PembinaTingkat Nasional Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif denganpendekatan kuantitatif yang pengambilan datanya melalui observasi ataupengamatan secara langsung, wawancara dengan dua nara sumber yaitu kepalasekolah dan pengelola perpustakaan, dan yang terakhir dengan penyebarankuesioner. Untuk kuesioner disebarkan kepada siswa SMLB dengan populasikeseluruhan siswa/siswi SMLB yaitu kelas 1,2 dan 3 dengan jumlah respondenadalah 12 orang, kelas 1 sebanyak 6 orang, kelas 2 sebanyak 2 orang, dan kelas 3sebanyak 4 orang. Teknik yang digunakan adalah purposive sample atau sampelbertujuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum peran perpustakaandalam meningkatkan kemampuan literasi informasi siswa dirasa masih kurang, ituterlihat dari belum adanya program khusus untuk mewujudkannya, kurangnyakoleksi perpustakaan, dan fasilitas yang tersedia. Walaupun begitu, siswa dariawal masuk sekolah sudah diberikan orientasi pendidikan pemakai untukpenggunaan perpustakaan, sehingga siswa dapat dengan mandiri mencariinformasi yang dibutuhkan. Diantara fasilitas yang tersedia di perpustakaan adalahkomputer yang dilengkapi dengan perangkat atau pembaca layar yang bisamembantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah diberikansejak dibangku SD, banyak juga siswa yang sudah bisa menggunakan internetterutama anak low vision (kurang lihat) masih bisa melihat walaupun tidak begitujelas. Walaupun dari hasil penyebaran kuesioner secara keseluruhan adalahcenderung negatif, tapi tidak dipungkiri usah-usaha dari pihak sekolah ataupunperpustakaan dalam menumbuhkan kemampuan literasi informasi sudahmemberikan hasil walau belum optimal, semoga untuk kedepannya usaha-usahatersebut agar lebih ditingkatkan lagi.

Page 3: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

ii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat

izin-Nyalah akhirnya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Kuliah (Skripsi)

pada waktu yang tepat dengan judul “ Peran Perpustakaan Sekolah Luar Biasa

dalam Menumbuhkan Kemampuan Literasi Informasi Bagi Anak

Tunanetra: Studi Kasus Perpustakaan Sekolah Luar Biasa A Pembina

Tingkat Nasional Jakarta”.

Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis terkadang mendapat hambatan

yang adapat menyulitkan penulis, tapi hal itu alhamdulillah dapat teratasi dengan

adanya semangat dan dorongan dari berbagai pihak, sehingga penulisan skripsi ini

dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima

kasih kepada:

1. Allah SWT yang selalu memberikan hidayah dan kekuatan hati dalam

setiap kegiatan yang penulis lakukan.

2. Kedua orang tua, kakak dan kerabat semua yang selalu memberikan

dukungannya selama penulisan skripsi ini.

3. Kepada Bapak Abdul Chair selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora

4. Bapak Drs. Rizal Saiful-Haq, MA selaku Ketua Jurusan dan Dosen

Pembimbing dalam penulisan sampai selesainya skripsi ini.

Page 4: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

iii

5. Bapak Drs. Pungki Purnomo, MLIS selaku sekertaris jurusan Ilmu

Perpustakaan

6. Seluruh Dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan yang telah memberikan banyak

ilmu pengetahuan kepada penulis.

7. Bapak Drs. Dedi Supriadi selaku Pengelola Perpustakaan Sekolah Luar

Biasa A PTN Jakarta, yang telah membantu penulis dalam memdapatkan

informasi yang penulis butuhkan selama penelitian berlangsung, serta

seluruh siswa/siswi SMLB yang telah memberikan kesempatan untuk

penulis teliti.

8. Seluruh teman-teman JIP UIN angkatan 2005 yaitu, Nining, Erna,

Nunung, Andyta, Badriah, Mutia, Dwi, Dewi, Vani, Yayah, Nurhasanah,

Rosella, Widi, Liza, Mahda, Eka, Dafi, Agus, Irfan, Zaki, Ardian, Rohim,

Puput, Nasrul, Kahvi, Ridho, Bambang, yang telah memberikan

dukungannya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai pada waktu

yang tepat.

Penulis menyadari betul bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari

kata sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun

agar nanti bisa lebih baik lagi. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

pembacanya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Jakarta, 15 Maret 2010

Penulis

Page 5: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK.............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR............................................................................................ ii

DAFTAR ISI........................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL................................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................1

B. Pembatasan Masalah....................................................................5

C. Perumusan Masalah..................................................................... 5

D. Tujuan Penelitian......................................................................... 6

E. Manfaat Penelitian....................................................................... 6

F. Metodologi Penelitian..................................................................6

G. Sistematika Penulisan.................................................................. 10

BAB II TINJAUAN LITERATUR

A. Perpustakaan Sekolah

1. Devinisi....................................................................................12

2. Visi dan Misi............................................................................13

3. Tujuan dan Fungsi....................................................................15

4. Peran Perpustakaan Sekolah.................................................... 20

6. Perpustakaan Sekolah Luar Biasa............................................21

B. Ketunanetraan

1. Pengertian................................................................................ 25

2. Faktor Penyebab Ketunanetraan.............................................. 32

3. Perkembangan Kognitif Anak Tunanetra................................ 32

4. Masalah Ketunanetraan........................................................... 38

5. Dampak Ketunanetraan........................................................... 38

Page 6: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

v

6. Sistem Pendidikan Bagi Tunanetra......................................... 41

C. Literasi Informasi

1. Pengertian Literasi Informasi.................................................. 44

2. Program Literasi Informasi di Sekolah....................................46

BAB III GAMBARAN UMUM

A. Sekolah Luar Biasa A Pembina Tingkat Nasional Jakarta

1. Sejarah Singkat........................................................................ 52

2. Tugas dan fungsi......................................................................54

3. Visi dan Misi............................................................................54

B. Perpustakaan Sekolah Luar Biasa A Pembina Tingkat Nasional

Jakarta

1. Sejarah Singkat........................................................................ 55

2. Fasilitas Perpustakaan............................................................. 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Observasi..................................................................................... 65

B. Wawancara.................................................................................. 66

C. Kuesioner.................................................................................... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan.................................................................................. 90

B. Saran............................................................................................ 91

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 7: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

vi

DAFTAR TABEL

1. Identitas Responden

Tabel 1 : Jenis Kelamin Responden................................................................68

Tabel 2 : Asal Kelas Responden..................................................................... 69

2. Informasi Umum

Tabel 3 : Pendapat siswa terhadap keberadaan perpustakaan.........................69

Tabel 4 : Keanggotaan perpustakaan.............................................................. 70

Tabel 5 : Alasan tidak menjadi anggota..........................................................71

Tabel 6 : Tujuan datang ke perpustakaan........................................................72

Tabel 7 : Motivasi datang ke perpustakaan.................................................... 72

Tabel 8 : Hal yang dilakukan bila ingin mencari buku di perpustakaan........ 73

3. Frekuensi Datang ke Perpustakaan

Tabel 9 : Frekuensi datang ke perpustakaan................................................... 74

Tabel 10 : Berapa kali dalam seminggu datang ke perpustakaan..................... 75

4. Penggunaan Perpustakaan

Tabel 11 : Pendidikan pemakai.........................................................................76

Tabel 12 : Membantu atau tidak pendidikan pemakai...................................... 76

Tabel 13 : Asal memperoleh bacaan.................................................................77

Tabel 14 : Asal memperoleh pengetahuan atau informasi................................78

Tabel 15 : Dapat mengakses internet................................................................ 79

Tabel 16 : Asal belajar mengakses internet...................................................... 79

Page 8: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

vii

Tabel 17 : Sejak kapan bisa mengakses internet...............................................80

Tabel 18 : Cara yang dilakukan agar informasi yang didapat sesuai

kebutuhan........................................................................................ 81

Tabel 19 : Tindakan setelah informasi ditemukan............................................81

Tabel 20 : Membagi informasi yang didapat dengan orang lain...................... 82

Tabel 21 : Guru menganjurkan siswa untuk datang ke perpustakaan...............83

Tabel 22 : Keperluan guru menganjurkan siswa datang ke perpustakaan........ 84

Tabel 23 : Pendapat siswa terhadap penggunaan koleksi dalam

penyelesaian tugas........................................................................... 85

Tabel 24 :Pendapat siswa terhadap terpenuhinya kebutuhan dalam

proses pembelajaran...........................................................................86

Tabel 25 : Petugas perpustakaan membantu dalam mendapatkan informasi

di perpustakaan.................................................................................. 87

Tabel 26 : Hambatan dalam mencari informasi................................................ 88

Tabel 27 : Hambatan yang ditemui...................................................................88

Page 9: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Buku adalah sumber ilmu, sedangkan perpustakaan adalah gudangnya

ilmu. Demikian ungkapan yang sering kita dengar dari mulut guru-guru kita untuk

menggambarkan betapa pentingnya keberadaan perpustakaan bagi dunia

pendidikan.

Dunia perpustakaan seperti sekolah menuntut perpustakaan sekolah

menjadi pusat segala informasi yang berhubungan dengan proses kegiatan belajar

mengajar dan sebagai pusat integrasi segala kegiatan pendidikan dimana siswa,

guru, kepala sekolah, staf, pustakawan, serta seluruh masyarakat yang berada di

lingkup sekolah tersebut dapat bekerja sama dalam memperluas dan

mempertinggi mutu pendidikan, baik individu maupun kelompok.

Macam atau jenis sekolah ada 2 macam, yaitu sekolah umum dimana

sekolah yang diperuntukkan bagi mereka yang tidak berkebutuhan khusus

(normal), dan yang kedua sekolah luar biasa yakni lembaga pendidikan yang

diadakan untuk memberikan layanan pendidikan secara khusus bagi anak-anak

berkebutuhan khusus (Diknas, 1981: 40). Perpustakaan tidak hanya berada di

sekolah umum tetapi juga harus berada di sekolah luar biasa, karena keberadaan

perpustakaan sekolah tersebut adalah sebagai upaya meningkatkan mutu belajar

anak juga untuk memperluas kesempatan belajar bagi anak berkebutuhan khusus

dalam hal ini anak tunanetra, agar mereka dapat menjadi melek huruf. Melek

Page 10: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

2

huruf di sini bukan berarti dapat melihat akan tetapi dapat mengenal tulisan dan

informasi yang semakin berkembang pesat seperti sekarang ini.

Keberadaan perpustakaan sekolah luar biasa merupakan sarana penunjang

bagi anak tunanetra untuk belajar, dengan menyediakan koleksi dan fasilitas yang

memadai agar memudahkan anak tunanetra untuk memperoleh dan menggunakan

informasi yang dibutuhkan. Dimana dalam proses tersebut para pustakawan atau

tenaga pendidik mempunyai peran yang sangat penting dalam memberikan

bantuannya kepada anak tunanetra untuk menggunakan informasi dengan tepat

dan benar. Dalam hal ini pustakawan atau tenaga pendidik dituntut mempunyai

kemampuan yang kompeten, yakni mempunyai kemampuan literasi informasi.

Merujuk kepada salah satu definisi yang diberikan oleh UNESCO, maka arti

literasi informasi adalah kemampuan mengidentifikasi, menemukan,

mengevaluasi, mengorganisasikan dan menggunakan informasi tersebut secara

efektif untuk menjawab dan membantu menyelesaikan masalah dan isu sosial

yang lebih luas.

Siswa atau anak yang memanfaatkan perpustakaan akan mempunyai

kemampuan terhadap bacaan, dengan kata lain siswa akan mempunyai

kemampuan menelaah bacaan apa saja secara lebih baik dibandingkan dengan

anak yang tidak atau kurang memanfaatkan perpustakaan sebagai pendukung

pembelajaran serta mempunyai tingkatan pembelajaran yang lebibh luas dan

mandiri (Saiful-Haq,2005: 3&7). Salah satu unsur literasi informasi adalah

dengan membaca, setelah informasi itu ditemukan kemudian dibaca untuk

mengetahui kesesuaian dengan informasi yang dibutuhkan. Kemampuan

Page 11: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

3

mermbaca anak tunanetra pasti akan berbeda dengan kemampuan membaca anak

normal, karena anak tunanetra adalah individu yang mengalami kelainan pada

penglihatan sehingga ia tidak dapat menggunakan penglihatannya sebagai saluran

utama dalam menerima informasi dari lingkungannya. Dalam mengakses atau

menggunakan bahan pustaka, anak tunanetra menggunakan dua indera yakni

indera pendengaran melalui suara, dan indera perabaan melalui teks atau huruf

yang timbul (Braille) dan gambar timbul (Hartanto, 2006: 1).

Pada umumnya setiap anak tunanetra memiliki kemampuan dasar untuk

menemukan informasi yang mereka butuhkan dari berbagai macam bahan pustaka

yang ada di perpustakaan, yaitu melalui temu kembali informasi dan pendidikan

pemakai yang diadakan oleh pihak perpustakaan, dimana setiap anak akan

mendapat pembelajaran mengenai bagaimana cara mencari informasi dan

menemukan sebuah dokumen atau informasi yang dibutuhkannya. Kegiatan ini

biasanya dibimbing oleh pustakawan dan tenaga pendidik yang mempunyai

kemampuan literasi informasi. Pendidikan pemakai merupakan bagian dari

kegiatan literasi informasi di sekolah.

Program literasi informasi seperti tercantum pada Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional RI Nomor 25 tahun 2008 tentang standar Tenaga

Perpustakaan Sekolah/ Madrasah, disebutkan bahwa diantara kemampuan yang

harus dimiliki oleh seorang pustakawan adalah memiliki kompetensi pendidikan

yang diantaranya memberikan bimbingan literasi informasi. Yaitu: 1)

Mengidentifiasi kemampuan dasar literasi informasi pengguna, 2) Menyususn

panduan dan materi bimbingan literasi informasi sesuai dengan kebutuhan

Page 12: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

4

pengguna, 3) Membimbing pengguna mencapai literasi informasi, 4)

Mengevaluasi pencapaian bimbingan literasi informasi, 5) Memotivasi dan

mengembangkan minat baca komunitas sekolah/ madrasah, 6) Menciptakan kiat

pengembangan perpustakaan sekolah.

Akan tetapi, tidak semua pustakawan atau tenaga pendidik mempunyai

kemampuan literasi informasi, hal tersebut dapat berdampak pada pelayanan yang

ada di perpustakaan menjadi kurang maksimal, dan apabila siswa tunanetra diajar

oleh seorang guru yang kurang mutu dan kurang kreatif maka murid akan

mendapatkan hasil belajar yang kurang baik pula. Jadi jelas mutu dan kreatif

guru/pustakawan sangat besar pengaruhnya bagi keberhasilan siswa dalam proses

belajar.

Adapun yang mendorong penulis untuk mengangkat ke permukaan tentang

masalah ini yaitu:

1. Perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar, memiliki peran yang sangat

penting dalam mendukung proses belajar mengajar dari sekolah terlebih

dalam era informasi ini.

2. Banyaknya perpustakaan sekolah yang tidak dimanfaatkan secara efektif

dan efisien, sehingga banyak sekolah yang memiliki perpustakaan namun

keberadaannya hanya sebagai pelengkap.

3. Untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan baik bagi guru, siswa, dan

sivitas akademika yang mempunyai kepentingan tentang hal ini.

Page 13: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

5

4. Sejauh pengamatan penulis, masalah tersebut belum pernah dibahas oleh

mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora Jurusan Ilmu Perpustakaan.

Bertitik tolak pada pola fikir di atas, maka penulis marasa tertarik untuk

menuangkan keinginan penulis, kemudian diwujudkan dalam bentuk skripsi yang

diberi judul: “ Peran Perpustakaan Sekolah Luar Biasa dalam Menumbuhkan

Kemampuan Literasi Informasi Bagi Anak Tunanetra”. Tema ini menarik untuk

dikaji, karena implikasinya sangat luas, sehingga dapat menjadi bahan pemikiran

bagi lembaga pendidikan lainnya dalam memanfaatkan perpustakaan sebagai

salah satu sarana dalam rangka meningkatkan kualitas dalam proses pembelajaran.

B. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis hanya membatasi masalah hanya pada

kemampuan literasi informasi pada siswa tunanetra kelas 1, 2 dan 3 SMLB di

SLB-A PTN Jakarta.

C. Perumusan Masalah

Setelah objek penelitian dibatasi hanya pada kemampuan literasi informasi

saja, dan agar penelitian lebih terarah dan lebih jelas, serta terorganisir dengan

baik, maka penulis membuat perumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana peran perpustakaan SLB dalam menumbuhkan kemampuan

literasi informasi bagi anak tunanetra

2. Sejauhmana usaha anak tunanetra dalam menumbuhkan literasi informasi

Page 14: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

6

3. Apasaja program dari perpustakaan SLB untuk meningkatkan kemampuan

anak tunanetra dalam literasi informasi

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai berbagai macam tujuan, yaitu:

1. Mengetahui peran perpustakaan SLB dalam menumbuhkan kemampuan

literasi informasi bagi anak tunanetra

2. Mengetahui usaha-usaha siswa tunanetra dalam menumbuhkan literasi

informasi

3. Mengetahui program dari perpustakaan SLB untuk meningkatkan

kemampuan siswa tunanetra dalam literasi informasi

E. Manfaat Penelitian

Dengan mempelajari peran dari perpustakaan Sekolah Luar Biasa dalam

menumbuhkan kemampuan literasi informasi bagi anak tunanetra, maka kita dapat

mengetahui tingkat melek huruf pada anak tunanetra. Sehingga diharapkan

penelitian ini dapat berguna bagi pihak sekolah dan pihak perpustakaan sebagai

langkah dasar dalam mengurangi dan memberantas buta huruf pada anak

tunanetra.

F. Metodologi Penelitian

Agar penelitian ini dapat berjalan lancar, maka diperlukan suatu pedoman

yang dapat digunakan ketika penelitian dilaksanakan. Metode penelitian yang

digunakan penulis adalah:

Page 15: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

7

1. Metode Penelitian

Bentuk dari penelitian ini adalah deskriptif, yaitu penelitian yang

bermaksud untuk membuat gambaran-gambaran sifat sesuatu yang sedang

berlangsung. Dengan tujuan agar objek yang dikaji dapat dibahas secara

mendalam. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode penelitian kuantitatif. Sedangkan sumber data yang digunakan

adalah sumber data yang berasal dari buku, internet, dokumen-dokumen,

dan dari jawaban-jawaban responden atas pertanyaan-pertanyaan yang

diartikan oleh penulis.

2. Sampel

Adalah sebagian dari populasi yang ingin diteliti, yang ciri-ciri dan

keberadaannya diharapkan mampu mewakili atau menggambarkan ciri-

ciri keberadaan populasi yang sebenarnya dalam pengambilan sampel,

peneliti menggunakan sampel bertujuan (purposive sampling).

Penggunaan sampel ini dimaksud untuk menjaring informasi yang akan

menjadi dasar rancangan dan teori yang muncul (Moleong, 2007: 155).

3. Teknik Pengumpulan Data

Ada dua cara dalam pengumpulan data yang penulis lakukan, adalah:

1). Study pustaka/dokumentasi, data-data yang digunakan penulis adalah

berasal dari sejumlah buku-buku, internet, dan dokumen-dokumen

lainnya.

Page 16: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

8

2). Penelitian Lapangan

a. Pengamatan ( Observasi)

Pengamatan biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan

terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki, dalam arti luas

sebenarnya tidak hanya terbatas kepada pengamatan yang

dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Hasil

observasi kemudian dicatat dan ini sering disebut sebagai catatan

lapangan.

b. Wawancara ( interview)

Observasi saja tidak cukup dalam melakukan penelitian,

mengamati kegiatan dan kelakuan orang saja tidak dapat

mengungkapkan apa yang diamati atau dirasakan orang lain. Itu

sebabnya, observasi harus dilengkapi oleh wawancara, dengan

melakukan wawancara kita dapat memasuki dunia pikiran dan

perasaan responden. Karena wawancara adalah tanya jawab secara

lisan antara dua orang atau lebih secara langsung (Nasution, 2002:

20). Dan yang akan diwawancara dalam penelitian ini adalah dari

pihak kepala sekolah dan pengelola perpustakaan.

c. Kuesioner

Yakni suatu daftar yang berisi suatu rangkaian pertanyaan

mengenai suatu hal. Kuesioner ini akan diberikan kepada siswa

tunanetra. Untuk catatan karena responden yang akan diteliti

adalah siswa tunanetra, maka untuk mempermudah jalannya

penelitian untuk pengisian kuesioner nanti akan penulis bacakan

Page 17: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

9

satu persatu, jadi metodenya seperti wawancara tapi untuk

jawabannya sudah disediakan.

4. Pengolahan Data dan Analisa Data

Dalam pengolahan dan analisa data, penulis memperoleh data melalui

observasi, dan dari catatan lapangan kemudian diolah dan diedit yang

selanjutnya dianalisa, dan kemudian disajikan dalam bentuk narasi. Untuk

perolehan data kuesioner, data yang telah diperoleh kemudian akan

dianalisa melalui perhitungan frekuensi dengan rumus:

P = F/ N x 100 %

Keterangan: P = Prosentase jawaban

F = Frekuensi

N = Jumlah Responden

100 = Bilangan tetap (Sudijojo, 1997: 40).

Adapun parameter untuk menafsirkan nilai prosentasi adalah:

0 % = Tidak ada satupun

1 % - 25 % = Sebagian kecil

26 % - 49 % = Hampir setengahnya atau kurang dari setengahnya

50 % = Setengahnya

51 % - 75 % = Lebih dari setengahnya

76 % - 99 % = Hampir seluruhnya

100 % = Seluruhnya (Warsito, 1992: 11).

Page 18: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

10

G. Sistematika Penulisan

Dalam sistematika penulisan ini, penulis menguraikan mengenai

pembahasan-pembahasan yang akan dikaji dalam skripsi yang berjudul: “ Peran

Perpustakaan Sekolah Luar Biasa dalam menumbuhkan Kemampuan Literasi

Informasi Bagi Anak Tunanetra”. Pembahasan-pembahasan tersebut antara lain:

BAB I PENDAHULUAN

Berisi latar belakang penulisan, pembatasan masalah, perumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan

sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN LITERATUR

Berisi tentang perpustakaan sekolah, (sejarah, devinisi, visi dan misi, tugas

dan fungsi), sekilas tentang perpustakaan sekolah luar biasa, peran

perpustakaan sekolah luar biasa dan program literasi informasi.

Ketunanetraan (pengertian, faktor penyebab ketunanetraan, perkembangan

kognitif anak tunanetra, masalah ketunanetraan bagi keluarga, masyarakat,

dan penyelenggara pendidikan), dampak ketunanetraan, sistem pendidikan

bagi tunanetra. Literasi Informasi.

BAB III GAMBARAN UMUM

Berisi sejarah singkat SLB-A PTN, tugas dan fungsi, visi dan misi, dan

sejarah singkat perpustakaan.

Page 19: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

11

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berisi tentang peran perpustakaan SLB-A PTN dalam menumbuhkan

kemampuan literasi informasi bagi anak tunanetra, usaha-usaha yang

dilakukan siswa tunanetra dalam menumbuhkan literasi informasi, dan

usaha-usaha perpustakaan SLB-A PTN untuk meningkatkan kemampuan

siswa tunanetra dalam literasi informasi.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Page 20: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

12

BAB II

TINJAUAN LITERATUR

A. Perpustakaan Sekolah

1. Definisi Perpustakaan Sekolah

Perpustakaan sekolah merupakan sarana pendukung sistem pendidikan di

sekolah. Dan pengertian perpustakaan sekolah itu sendiri adalah perpustakaan

yang tergabung dalam sebuah sekolah dikelola sepenuhnya oleh sekolah yang

bersangkutan dengan tujuan utama membantu sekolah dalam mencapai tujuan

khusus sekolah dan tujuan pendidikan pada umumnya (Sulistyo-Basuki, 1993:

50).

Menurut UNESCO yaitu salah satu organisasi Perserikatan Bangsa-bangsa

(PBB) yang menangani masalah pendidikan, ilmu pengetahuan dan budaya dunia

mengemukakan definisi perpustakaan sekolah sebagai berikut:

Kumpulan koleksi dengan ragam yang luas yang menyatu dari bahan-bahan tercetak dan bahan pandang dengar yang diseleksi dengan penuhhati-hati, diorganisasi dan diindeks menurut subjek agar dapat denganmudah ditemukan kembali dan digunakan, bersama dengan penyediaanlayanan konsultasi, dan distribusi, penyediaan peralatan pokok yangdibutuhkan dalam proses belajar-mengajar, merangsang dan membantubelajar kelompok, belajar perorangan dan belajar mandiri.

Dari kedua definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa perpustakaan

sekolah merupakan perpustakaan yang berada di lingkungan sekolah yang

bertugas menyediakan informasi dan gagasan yang sangat diperlukan untuk dapat

Page 21: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

13

berguna dan berfungsi secara baik dalam masyarakat dewasa ini yaitu masyarakat

informasi dan masyarakat berbasis ilmu pengetahuan. Selain itu, perpustakaan

sekolah harus memberikan bekal kepada siswa berupa keterampilan belajar

sepanjang hidup, mengembangkan imajinasi mereka sehingga memungkinkan

mereka hidup sebagai warga negara yang bertanggung jawab (Saiful-Haq, 2005:

33).

2. Visi dan Misi

a. Visi Perpustakaan Sekolah

Sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional maka visi perpustakaan

sekolah haruslah sebagai pengejawantahan visi pendidikan nasional di bidang

tugas perpustakaan. Selanjutnya sebagai sarana penunjang tugas sekolah maka

visi perpustakaan sekolah haruslah pula merupakan penunjang visi sekolah di

bidang tugasnya. Sedangkan visi sekolah secara nasional pun merupakan

pengejawantahan visi pendidikan nasional pada lembaga pendidikan. Tidak

banyak sumber yang membahas tentang visi perpustakaan sekolah, kebanyakan

visi tersebut banyak diartikan sebagai tujuan yang ingin dicapai oleh sebuah

institusi. Oleh sebab itu visi perpustakaan sekolah adalah sebagai berikut:

” Terwujudnya layanan informasi perpustakaan yang handal disekolah

menuju sistem pendidikan sebagai pranta sosial yang kuat dan berwibawa

untuk memberdayakan warga sekolah dan lingkungannya berkembang

menjadi manusia yang berkualitas, beriman, sehingga mampu dan proaktif

Page 22: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

14

menjawab tantangan zaman yang selalu berubah dengan tetap menjaga

kepribadiannya.”

b. Misi Perpustakaan Sekolah

Berdasarkan visi perpustakaan sekolah tersebut, maka dapat dirumuskan misi

perpustakaan sekolah sebagai berikut:

1) Membantu, memfasilitasi dan menyiapkan layanan perpustakaan bagi

pengembangan potensi peserta didik dan lingkungan sekolah secara untuh

agar mampu belajar mandiri dan terus belajar sampai akhir hayat, dalam

rangka mewujudkan masyarakat belajar.

2) Menunjang peningkatan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga

pendidikan sekolah sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan,

keterampilan, pengalaman, sikap dan nilai berdasarkan standar nasional

dan global.

3) Menunjang dan memfasilitasi pengembangan dan pelaksanaan kurikulum

sekolah berbasis kompetensi; menunjang usaha peningkatan

keprofesionalan pendidik dan tenaga kependidikan; penyediaan informasi

dan koleksi perpustakaan serta sumber belajar yang mendidik, serta

penyelenggaraan pelayanan informasi yang terbuka dan merata (Saiful-

Haq, 2005: 38).

Adapun misi perpustakaan yang lain menurut IFLA/ UNESCO dalam

Manifesto perpustakaan sekolah pada tahun 2000 adalah perpustakaan sekolah

Page 23: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

15

menyediakan jasa pembelajaran, buku dan sumber daya yang memungkinkan

semua anggota komunitas sekolah menjadi pemikir kritis dan pengguna informasi

yang efektif dalam berbagai format dan media (Parmono. 2007: 19).

Dari kedua misi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa perpustakaan

sekolah adalah lembaga pendidikan yang menyediakan jasa pembelajaran yang

memungkinkan semua komunitas sekolah dapat menjadi pemikir yang kritis dan

dapat menggunakan informasi seefektif mungkin.

3. Tujuan dan Fungsi Perpustakaan Sekolah

a. Tujuan Perpustakaan Sekolah

Tujuan didirikannya perpustakaan sekolah adalah untuk membantu sekolah

mencapai tujuannya sesuai dengan kebijakan sekolah dimana perpustakaan

sekolah itu bernaung.

Adapun tujuan perpustakaan sekolah menurut R. Suryana dalam bukunya

Membina Perpustakaan Sekolah, halaman 5 adalah sebagai berikut:

1) Perpustakaan sekolah bertujuan untuk melayani kebutuhan informasi dan

bahan pustaka disuatu masyarakat sekolah, yang terdiri dari kepala

sekolah, guru-guru, siswa dan karyawan sekolah dimana perpustakaan itu

berada

2) Menciptakan rasa cinta, minat, kebiasaan, dan kesadaran untuk membaca,

baik membaca bahan pustaka, yang berisi ilmu pengetahuan ataupun

bahan bacaan yang bersifat hiburan

Page 24: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

16

3) Membimbing dan menyarankan teknik memahami isi bacaan

4) Membantu mengembangkan kecakapan berbahasa dan daya fikir siswa,

dengan menyediakan koleksi, informasi dan bahan bacaan yang muktahir

dan bermutu

5) Membimbing para siswa agar dapat menggunakan dan memelihara bahan

dan informasi yang ada di perpustakaan dengan baik

6) Memberikan bimbingan kepada siswa untuk belajar mandiri

7) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar menggunakan

perpustakaan dengan baik, efektif dan efisien, terutama dalam

menggunakan bahan pustaka sebagai referensi

8) Membantu untuk meningkatkan pengetahuan siswa

9) Menyediakan bahan pustaka dan informasi yang mendukung dan

menunjang kurikulum sekolah, baik yang bersifat intrakurikuler maupun

yang bersifat ekstrakurikuler (Suryana, 1982: 5).

Sedangkan tujuan perpustakaan sekolah secara khusus menurut Mudjito dalam

bukunya yang berjudul Membina Minat Baca, adalah sebagai berikut:

1) Meletakkan dasar-dasar untuk belajar mandiri

2) Memupuk minat dan bakat serta minat baca

3) Mengembangkan kemampuan untuk memecahkan masalah atas usaha dan

tanggung jawab sendiri

4) Mengembangkan kemampuan imajinatif

Page 25: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

17

5) Mengembangkan kemampuan siswa untuk mencari dan menemukan,

mengolah, dan memanfaatkan informasi (Mudjito, 1999: 21).

Dari beberapa rumusan tentang tujuan perpustakaan sekolah tersebut di atas

adalah agar siswa menjadi mandiri, mempunyai kemampuan untuk memecahkan

masalah, mempunyai pengetahuan yang luas dan mempunyai kemampuan literasi

informasi.

b. Fungsi Perpustakaan Sekolah

Perpustakaan sekolah berfungsi sebagai pusat informasi yang sangat

berpengaruh bagi peningkatan kualitas pendidikan disekolah. Dan fungsi

perpustakaan sekolah secara umum adalah:

1). Fungsi Informasi

Perpustakaan sekolah menyediakan berbagai bentuk informasi, yang meliputi

bahan tercetak, terekam maupun koleksi lainnya, agar pengguna perpustakaan

dapat:

a) Mengambil berbagai ide dari buku yang ditulis oleh para ahli dari berbagai

bidang ilmu

b) Menumbuhkan rasa percaya diri dalam menyerap informasi dalam

berbagai bidang untuk mempunyai kesempatan untuk dapat memilih

informasi yang layak sesuai dengan kebutuhannya.

c) Memperoleh kesempatan untuk mendapatkan berbagai informasi yang

tersedia diperpustakaan dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan.

Page 26: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

18

d) Memperoleh informasi yang tersedia di perpustakaan dalam rangka

mencapai tujuan yang diinginkan

e) Memperoleh informasi yang tersedia di perpustakaan untuk memecahkan

masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.

2). Fungsi Pendidikan

Perpustakaan menyediakan berbagai informasi yang meliputi bahan tercetak,

terekam, maupun koleksi lainnya sebagai sarana untuk menerapkan tujuan

pendidikan. Melalui fungsi ini manfaat yang dapat diperoleh adalah:

a) Agar pengguna perpustakaan mendapat kesempatan untuk mendidik diri

sendiri secara berkesinambungan

b) Untuk membangkitkan dan mengembangkan minat yang telah dimiliki

pengguna yaitu dengan mempertinggi kreatifitas dan kegiatan intelektual

c) Mempertinggi sikap sosial dan menciptakan masyarakat yang demokratis

d) Mempercepat penguasaan dalam bidang pengetahuan dan teknologi baru

3). Fungsi Kebudayaan

Perpustakaan menyediakan berbagai informasi yang meliputi bahan tercetak,

terekam, maupun koleksi lainnya yang dapat dimanfaatkan oleh pengguna untuk:

a) Meningkatkan mutu kehidupan dengan memanfaatkan berbagai informasi

sebagai rekaman budaya bangsa untuk meningkatkan taraf hidup dan mutu

kehidupan manusia baik secara individu maupun secara kelompok

Page 27: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

19

b) Membangkitkan minat terhadap kesenian dan keindahan yang merupakan

salah satu kebutuhan manusia terhadap cita rasa seni

c) Mendorong tumbuhnya kreatifitas dalam berkesenian

d) Mengembangkan sikap dan sifat hubungan manusia yang positif serta

manunjang kehidupan antar budaya secara harmonis

e) Menumbuhkan budaya baca dikalangan pengguna sebagai bekal

penguasaan alih media

4). Fungsi Rekreasi

Perpustakaan menyediakan berbagai informasi yang meliputi bahan tercetak,

terekam, maupun koleksi lainnya untuk:

a) Menciptakan kehidupan yang seimbang antara jasmani dan rohani

b) Mengembangkan minat rekreasi pengguna melalui berbagai bacaan dan

pemanfaatan waktu senggang

c) Manunjang berbagai kegiatan kreatif serta hiburan yang positif

5). Fungsi Penelitian

Sebagai fungsi penelitian perpustakaan menyediakan berbagai informasi

untuk menunjang kegiatan penelitian. Informasi yang disajikan meliputi berbagai

jenis dan bentuk informasi (Saiful-Haq, 2005: 38).

Fungsi perpustakaan sekolah secara garis besar dalam buku Pedoman

Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah, adalah:

Page 28: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

20

a) Sebagai Pusat Kegiatan Belajar Mengajar

Perpustakaan sekolah menyediakan informasi melalui bahan pustaka,

untuk mendukung kegiatan belajar mengajar, mengembangkan kemampuan

anak mencari dan menggunakan sumber informasi. Bagi guru perpustakaan

merupakan tempat yang dapat membantu mereka dalam melaksanakan

tugasnya dan untuk menambah pengetahuan.

b) Sebagai Pusat Penelitian Sederhana

Yaitu membantu peserta didik dalam memperluas pengetahuannya tentang

suatu pelajaran di kelas dengan melakukan penelitian di perpustakaan.

c) Sebagai Pusat Membaca Guna Menambah Ilmu Pengetahuan

d) Sebagai Tempat Rekreasi (Perpustakaan Nasional RI, 2001: 4).

Dari beberapa uraian di atas tentang perpustakaan sekolah, pada intinya

adalah perpustakaan sekolah mempunyai fungsi sebagai pusat informasi, pusat

kegiatan belajar mengajar, kebudayaan, penelitian dan tempat untuk rekreasi ilmu

pengetahuan.

4. Peran Perpustakaan Sekolah

Perpustakaan sekolah sebagai salah satu unit yang terdapat di sekolah

menjadi unsur pelengkap dalam proses belajar mengajar, mempunyai peranan

yang sangat penting sebagai salah satu sumber belajar, diantara peranan

peprustakaan adalah sebagai berikut:

Page 29: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

21

a) Mengembangkan kemampuan anak dalam mencari dan menggunakan

informasi

b) Mengembangkan minat dan kebiasaan membaca yang baik pada murid

c) Mendidik murid agar dapat menggunakan dan memelihara bahan pustaka

d) Memberikan dasar ke arah studi mandiri

e) Membantu pekerjaan guru dalam melaksanakan pekerjaanya

f) Mengembangkan apresiasi hasil budaya dan karya seni

g) Mengembangkan keterampilan memecahkan masalah (Nurhadi, 1981: 21).

Berdasarkan visi dan misi, tujuan dan fungsi, peran perpustakaan sekolah

bahwa keberadaan perpustakaan sekolah itu sangatlah penting bagi siswa agar

siswa dapat mendapatkan ilmu pengetahuan selain dari kegiatan belajar mengajar.

Untuk mewujudkan hal itu, siswa diharuskan mempunyai kemampuan dalam

menggunakan fasilitas yang ada, yaitu dengan cara mempunyai keterampilan

literasi informasi.

5. Perpustakaan Sekolah Luar Biasa

Perpustakaan sekolah ada 2 macam, yang pertama perpustakaan sekolah

untuk anak normal, dan yang kedua perpustakaan sekolah untuk anak luar biasa.

Sedangkan dari devinisi, keduanya memiliki devinisi yang sama yaitu

perpustakaan yang tergabung dalam sebuah sekolah dan dikelola sepenuhnya oleh

sekolah yang bersangkutan.

Kedua perpustakaan tersebut pada umumnya mempunyai tujuan untuk

membuat penggunanya menjadi manusia yang berkualitas, menjadi pemikir yang

Page 30: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

22

kritis dan mempunyai kemampuan literasi informasi. Pengguna yang menjadi

perbedaannya, koleksi dan fasilitas yang tersedia. Hampir semua koleksi yang ada

di perpustakaan sekolah luar biasa adalah berbentuk braille. Adapun yang buku

awas jumlahnya masih lebih sedikit dibanding buku braille.

Umumnya Sekolah Luar Biasa tidak memiliki tempat khusus untuk

menempatkan buku-buku dalam ruang perpustakaan khusus. Bagi sekolah-sekolah

yang sudah atau akan mulai diakreditasi, keberadaan ruang perpustakaan sudah

mulai diprioritaskan. Namun demikian, masih banyak ditemukan sekolah-sekolah

yang belum memprioritaskan atau belum menganggap penting keberadaan area

ini.

Beberapa Sekolah Luar Biasa yang memiliki area yang luas dengan

ruangan yang memadai, buku-buku kebutuhan anggota sekolah dapat ditempatkan

dalam perpustakaan sekolah, dan dikelola dengan baik. Sehingga memiliki

kegiatan sirkulasi yang teratur. Bagi sekolah yang memiliki keterbatasan area dan

ruangan, bukan berarti mewujudkan perpustakaan sekolah sebagai hal yang

mustahil. Sebab hal itu masih tetap memungkinkan. Idealnya, perpustakaan

sekolah berada dalam ruangan khusus. Namun demikian, setiap sudut kelas dapat

diubah menjadi perpustakaan kelas sesuai dengan kebutuhan anggota kelas. Jika

hal ini perpustakaan sekolah adalah suatu unit kerja yang merupakan bagian

integral dari suatu lembaga atau terlalu berisiko, mengingat aktivitas gerak siswa,

maka sudut ruangan tertentu di sekolah dapat diubah menjadi perpustakaan

sekolah.

Page 31: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

23

Suatu instansi atau perpustakaan sekolah yang berupa tempat menyimpan

koleksi bahan pustaka yang dikelola dan diatur menurut sistem tertentu untuk

digunakan dalam menunjang kegiatan belajar dan mengajar di sekolah.

Keberadaan perpustakaan sekolah secara umum bertujuan untuk meningkatkan

kualitas manusia Indonesia yang memiliki rasa percaya pada diri sendiri, bersikap

dan berperilaku yang inovatif dan kreatif, sehingga mampu mewujudkan manusia-

manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-

sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Perpustakaan sekolah selain

berfungsi edukatif, juga berfungsi informatif, penelitian dan rekreatif.

Terselenggaranya perpustakaan sekolah dapat membangkitkan minat,

kemampuan dan kebiasaan membaca; mengembangkan kemampuan mencari,

mengolah, dan memanfaatkan data; mendidik masyarakat pemakai agar dapat

memelihara dan memanfaatkan bahan pustaka; belajar mandiri; memupuk minat

dan bakat; menumbuhkan apresiasi terhadap pengalaman imajinatif; memecahkan

masalah; dan menjadi fasilitas rekreasi pada waktu senggang.

Mengingat masih banyak Sekolah Luar Biasa yang terbatas dari sisi lahan

tanah, ruangan juga personil sekolah, namun harus melengkapi sekolah dengan

perpustakaan sekolah. Berikut ini cacatan penting yang dapat diperhatikan agar

perpustakaan sekolah di SLB dapat terkelola dengan baik.

1) Menentukan personil perpustakaan, yang terpenting terdiri dari kepala

perpustakaan, sekretaris, bendahara, dan anggota yang bertanggung jawab

pada bagian layanan sirkulasi, layanan teknis, dan pengadaan.

Page 32: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

24

2) Melengkapi area, ruangan atau sudut ruangan yang akan dipakai dengan

rak-rak buku atau lemari buku, meja dan kursi baca, dan meja

administrasi.

3) Menyiapkan administrasi perpustakaan, meliputi buku induk, buku

anggota, buku peminjaman, buku tamu, dan buku-buku lain yang

diperlukan

4) Menata perlengkapan buku, meliputi: label buku yang direkatkan pada

punggung buku ( terdiri dari nomor klasifikasi tiga huruf pertama nama

pengarang, dan huruf pertama judul buku), kartu buku (mencantumkan

tanda buku, nama pengarang, judul buku, dan nomor inventaris), kantong

buku (mencantumkan tanda buku, nama pengarang, judul buku dan nomor

inventaris), dan lembar tanggal kembali (mencantumkan tanggal pinjam

dan tanggal kembali).

5) Mengelompokan buku berdasarkan kebutuhan dan kemudahan sekolah.

Misalnya mengelompokan berdasarkan isinya, tebal dan tipisnya, atau

berdasarkan kode tertentu. Pada perpustakaan besar, pengelompokan buku

dikenal dengan istilah sistem klasifikasi. Umumnya yang digunakan

adalah Klasifiaksi Persepuluhan Dewey. Untuk kebutuhan

pengklasifikasian sistem Klasifikasi Persepuluhan Dewey, personil

perpustakaan sekolah dapat merujuk pada Buku Pengantar Klasifikasi

Persepuluhan Dewey yang dapat diperoleh secara umum di toko buku.

6) Menyusun jadwal kegiatan sirkulasi, agar buku-buku yang keluar masuk

dapat jelas diketahui. Hal ini juga melatih anggota sekolah untuk

Page 33: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

25

bertanggung jawab atas buku-buku yang dipinjam. Mengingat hampir 75%

buku-buku yang ada di SLB umumnya adalah milik Negara, maka

pengelolaan sirkulasi buku harus jelas. Melalui pengolahan yang baik,

seluruh SLB diyakini akan memiliki perpustakaan yang ideal (Puspita,

2003:43).

B. Ketunanetraan

1. Pengertian Ketunanetraan

Dalam bidang pendidikan luar biasa, anak dengan gangguan penglihatan

lebih akrab disebut anak tunanetra. Pengertian tunanetra tidak saja mereka yang

buta, tetapi mencakup juga mereka yang mampu melihat tetapi terbatas sekali dan

kurang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup sehari-hari, terutama dalam

belajar. Jadi, anak-anak dengan kondisi penglihatan yang termasuk ” setengah

melihat”, ” low vision”, atau rabun adalah bagian dari kelompok anak tunanetra.

Dari uraian di atas, pengertian anak tunanetra adalah individu yang indera

penglihatannya (kedua-duanya) tidak berfungsi sebagai saluran penerima

informasi dalam kegiatan sehari-hari seperti halnya orang awas (Somantri, 2006:

65). Menurut pendidikan bahwa kebutaan difokuskan pada kemampuan siswa

dalam menggunakan penglihatan sebagai suatu saluran untuk belajar, anak yang

tidak dapat menggunakan penglihatannya dan bergantung pada indera yang lain

seperti pendengaran, perabaan inilah yang disebut buta secara pendidikan

(Pamuji, 1999: 4). Anak-anak dengan gangguan penglihatan ini dapat diketahui

dalam kondisi berikut:

Page 34: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

26

a. Ketajaman penglihatannya kurang dari ketajaman yang dimiliki orang

awas

b. Terjadi kekeruhan pada lensa mata atau terdapat cairan tertentu

c. Posisi mata sulit dikendalikan oleh syaraf otak

d. Terjadi kerusakan susunan syaraf otak yang berhubungan dengan

penglihatan

Dari kondisi-kondisi diatas, pada umumnya yang digunakan sebagai

patokan adalah seorang anak termasuk tunanetra atau tidak ialah berdasarkan pada

tingkat ketajaman penglihatannya. Untuk mengetahui ketunanetraan dapat

digunaka suatu tes yang dikenal sebagai tes snellen card, perlu ditegaskan bahwa

anak dikatakan tunanetra bila ketajaman penglihatannya (visusnya) kurang dari

6/21. artinya, mendasarkan tes anak hanya mampu membaca huruf-huruf pada

jarak 6 meter yang oleh orang awas dapat dibaca pada jarak 21 meter.

Berdasarkan acuan tersebut, anak tunanetra dapat dikelompokan menjadi

dua macam, yaitu:

a. Buta, dikatakan buta jika anak sama sekali tidak mampu menerima

rangsang cahaya dari luar (visusnya = 0)

b. Low Vision, bila anak masih mampu menerima rangsang cahaya dari luar,

tetapi ketajamannya lebih dari 6/21, atau jika anak hanya mampu

membaca headline pada surat kabar (Somantri, 2006: 65).

Page 35: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

27

Anak tunanetra memiliki karakteristik kognitif, sosial, emosi, motorik, dan

kepribadian yang sangat bervariasi, hal ini sangat tergantung pada sejak kapan

anak mengalami ketunanetraan, bagaimana tingkat ketajaman penglihatannya,

berapa usianya, serta bagaimana tingkat pendidikannya.

Anak kurang lihat atau anak kurang awas, dikenal dengan sebutan anak

low vision. Mereka adalah anak yang masih memiliki sisa penglihatan.

Bermacam-macam pengertian mencoba untuk menjelaskan pengertian anak

kurang lihat namun belum ada pengertian yang bisa diterima secara umum oleh

berbagai profesi. Hal ini terjadi karena ilmu tentang kurang lihat baru berkembang

dan berbagai sudut disiplin ilmu mencoba memahami anak kurang lihat

(Widdjajantin, 2004: 200).

Barraga (1986:5) memaparkan beberapa definisi anak kurang lihat. The

World Health Organization mendifisikan anak kurang lihat sebagai: ” pribadi

yang memiliki kecacatan visual yang jelas tetapi juga masih memiliki sisa

penglihatan yang dapat digunakan”. The Low Vision Services of the United of

Amerika menyatakan bahwa anak kurang lihat adalah ” penurunan ketajaman

penglihatan dan atau lapang pandangan yang tidak normal akibat adanya

penyimpangan pada sistem visual”.

Low Vision atau sering disebut juga dengan istilah mampu lihat cahaya,

mampu melihat gerakan tangan, mampu mengenal/persepsi benda, atau yang

memiliki visus kurang dari 10/200, mungkin tidak diberi kesempatan untuk

mengembangkan potensi atau kemampuan belajarnya melalui pengamatan, jika

Page 36: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

28

diasumsikan bahwa penglihatannya tidak cukup untuk digunakan sebagai alat

yang terpenting dalam proses belajar. Mungkin pengambilan keputusan secara

terburu-buru itu didasarkan pada suatu anjuran atau rekomendasi dari pihak

kedokteran yaitu anjuran agar anak menggunakan tulisan braille saja. Mungkin

juga guru berpendapat, bahwa perlu diadakan pemusatan perhatian pada satu cara

atau usaha saja, yaitu belajar melalui penggunaan indera peraba atau penglihatan

saja. Sebenarnya guru perlu memberi kesempatan kepada anak untuk

mengembangkan semua panca inderanya. Ia hendaknya membimbing anak baik

dalam pengalaman yang memerlukan daya melihat maupun daya membaca.

berdasarkan tingkat ketajaman penglihatan anak Low Vision dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:

Kelompok I : Persepsi cahaya sampai 1/200

Kelompok II : Penglihatan mulai dari 2/200 sampai 4/200

Kelompok III : Penglihatan mulai dari 5/200 sampai 20/300

Kelompok IV : Penglihatan mulai dari 20/250 sampai 20/60

Tujuan dari klasifikasi ini adalah untuk menentukan standar penggunaan

sisa penglihatan dengan lebih baik. Dalam definisi ini, low vision dengan

penglihatan mulai dari 2/200 sampai 20/60. individu yang berada di kelompok I

hendaknya diajari dengan mempergunakan braille atau optacon apabila

memungkinkan. Mereka yang berada di kelompok II hendaknya didorong

semaksimal mungkin untuk melihat berapa ukuran atau bentuk. Kelompok ini

Page 37: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

29

berada digaris batas sehingga sering kesulitan untuk menentukan saran untuk

individu tertentu di kelompok ini. Orang yang ada di kelompok III dan IV

hendaknya diajari dengan mempergunakan matanya. Kelompok III merupakan

individu-individu yang memerlukan bantuan seperti kacamata khusus, huruf cetak

yang besar, rekaman, dan pembelajaran individual dengan mempergunakan alat

bantu optikal. Orang yang ada di kelompok IV biasanya dapat berhasil berada di

sekolah atau pekerjaan yang biasanya dilakukan oleh orang dengan mata normal.

Sering sekali, orang yang ada di kelompok ini tidak memerlukan kacamata atau

hanya apabila diperlukan mereka mempergunakan kaca pembesar (Rahardja,

2004: 2).

Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan layanan

pendidikan bagi anak kurang lihat. Hal-hal yang perlu mendapat perhatian dalam

melayani pendidikan bagi low vision adalah:

1. Cahaya/penerangan

Ruangan belajar hendaknya mendapat cahaya. Cahaya yang datang tidak

langsung dari depan tetapi dari samping atau biarkanlah anak dapat

memilih keadaan cahaya yang sesuai dengan kondisinya.

2. Warna

Dengan kondisi penglihatannya, maka kontras warna sangat dibutuhkan

dalam kelancaran belajarnya.

Page 38: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

30

3. Ukuran

Ukuran benda yang diberikan pada anak sebagai latihan kepekaan indera

raba haruslah diperhatikan sehingga akan mempermudah dalam mengikuti

pelajaran.

4. Waktu

Waktu yang dibutuhkan anak low vision dalam mengikuti pelajaran akan

lebih banyak bila dibanding dengan anak awas. Dalam membaca, mereka

memerlukan waktu untuk mengerti. Disamping itu masih memerlukan

ketajaman penglihatan untuk menafsirkan gambar. Sehingga guru harus

memperhatikan faktor kelelahan anak.

5. Metode Pengajaran

Metode pengajaran yang dipergunakan dalam mengajar bagi anak kurang

lihat tidak ada bedanya dengan anak awas. Perbedaan terletak pada

penekanan kegiatan. Hal ini dilakukan untuk memberi motivasi belajar

pada anak kurang lihat (Widdjajantin, 2004: 201).

Aspek-aspek psikologis anak kurang lihat, kehilangan kemandiriannya.

Implikasinya dalam beradaptasi (penyesuian) menghasilkan beberapa kepribadian:

mereka menggunakan kondisi mereka untuk dapatkan keuntungan; mereka

menganggap dirinya awas sehingga tidak mempunyai masalah, mereka

menyangkal akan kenyataan bahwa mereka kehilangan penglihatan. Implikasi

pertama akan terlihat pada perkembangan ketajaman penglihatan, maka sangat

Page 39: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

31

penting menggunakan penglihatan sedini mungkin secara maksimum. Implikasi

yang kedua akan terlihat pada perkembangan pendengaran. Sedangkan

pendekatan belajar mendengar dapat dilakukan dengan berbagai bentuk. Implikasi

yang ketiga terlihat pada perkembangan kurikulum sekolah. Kurikulum

prasekolah bagi anak low vision penekanannya pada kesiapan membaca. Maka

program latihan membaca-menulis permulaan sangatlah penting (Widdjajantin,

2004: 206).

Bentuk bahan bacaan yang digunakan anak low vision ataupun tunanetra

total adalah berbentuk braille, ada juga buku suara yang lazim disebut audio

book/ talking book; buku suara berbentuk kaset untuk analog talking book, atau

CD untuk digital talking book.

Proses pembuatan untuk buku audio adalah, pertama, naskah buku

dibacakan sekaligus direkam dalam komputer. Kemudian dicopy di kaset atau

CD. Keunggulan buku audio dengan teknologi digital adalah terdapat fasilitas

pencari, baik perhalaman atau per-bab, sehingga mempermudah penggunaannya.

Sedangkan untuk buku braille, proses pembuatannya adalah: pertama,

mengetik naskah buku dalam dokumen ”word”; selanjutnya mengubah dokumen

word menjadi dokumen braille dengan menggunakan perangkat lunak Mitranetra

Braille Converter (MBC) atau perangkat lunak sejenis, dan memformatnya. Dan

yang terakhir mencetak dengan menggunakan mesin ”embosser” atau mesin cetak

braille (Depsos, 2010).

Page 40: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

32

Berbagai usaha dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan yang

diinginkan. Berbagai usaha ini perlu melibatkan guru, orang tua, para ahli mesin

yang menciptkan teknologi yang tepat. Alat bantu melihat yang dapat digunakan

adalah kaca mata, lensa kontak, teleskop kecil, kaca pembesar dan lain-lain. Juga

diadakan penyesuaian ruang kelas untuk anak kurang lihat ataupun tunanetra total.

2. Faktor-faktor Penyebab Ketunanetraan

Secara ilmiah ketunanetaraan anak dapat disebabkan oleh berbagai faktor,

apakah itu dari faktor dari dalam diri anak (internal) ataupun faktor dari luar anak

(eksternal). Hal-hal yang termasuk faktor internal yaitu faktor-faktor yang erat

hubungannya dengan keadaan bayi selama masih dalam kandungan,

kemungkinannya karena faktor gen (sifat pembawa keturunan), kondisi psikis ibu,

kekurangan gizi, keracunan obat, dan sebaginya. Sedangkan hal-hal yang

termasuk faktor eksternal diantaranya faktor-faktor yang terjadi pada saat atau

sesudah bayi dilahirkan, misalnya: kecelakaan, terkena penyakit siphilis yang

mengenai matanya saat dilahirkan, pengaruh alat bantu medis (tang) saat

melahirkan sehingga sistem persyarafannya rusak, kurang gizi, kurang vitamin,

terkena racun, virus trachoma, panas badan yang terlalu tinggi, serta peradangan

mata kerena penyakit, bakteri, ataupun virus (Somantri, 2006: 66).

3. Perkembangan Kognitif Anak Tunanetra

Manusia berhubungan dengan lingkungan, baik sosial maupun alam

melalui kemampuan inderanya, sekalipun masing-masing indera mempunyai sifat

dan karakteristik yang khas, namun dalam bekerjanya memerlukan kerjasama dan

Page 41: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

33

keterpaduan diantara indera-indera tersebut sehingga memperoleh pengetahuan

atau makna yang lengkap dan utuh tentang objek dilingkungannya. Diperlukan

kerjasama secara terpadu dan serentak antara indera penglihatan, pendengaran,

pengecap, perabaan, dan pembau atau penciuman untuk mendapatkan pengenalan,

pengertian, atau makna yang lengkap dan utuh tentang lingkungannya.

Akibat dari ketunanetraan, maka pengenalan atau pengertian terhadap

dunia luar anak tidak dapat diperoleh secara lengkap dan utuh. Akibatnya

perkembangan kognitif anak tunanetra cenderung terhambat dibandingkan dengan

anak-anak normal pada umumnya. Hal ini disebabkan perkembangan kognitif

tidak saja erat kaitannya dengan kecerdasan atau kemampuan inteligensinya,

tetapi juga dengan kemampuan indera penglihatannya.

Anak tunanetra memiliki keterbatasan atau bahkan ketidakmampuan

dalam menerima rangsang atau informasi dari luar dirinya melalui indera

penglihatannya. Penerimaan rangsang hanya dapat dilakukan melalui pemanfaatan

indera-indera lain diluar indera penglihatannya. Namun karena dorongan dan

kebutuhan anak untuk tetap mengenal dunia sekitarnya, anak tunanetra biasa

menggantikannya dengan indera pendengaran sebagai saluran utama penerima

informasi. Sedangkan indera pendengaran hanya mampu menerima informasi dari

luar yang berupa suara, berdasarkan suara seseorang hanya mampu mendeteksi

dan menggambarkan tentang arah, sumber, jarak suatu objek informasi; tentang

ukuran dan kualitas ruangan, tetapi tidak mampu memberikan gambaran yang

konkrit mengenai bentuk, kedalaman, warna dan dinamikanya.

Page 42: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

34

Tunanetra juga akan mengenal bentuk, posisi, ukuran, dan perbedaan

permukaan melalui perabaan. Melalui bau yang diciumnya ia dapat mengenal

seseorang, lokasi objek, serta membedakan jenis benda, walaupn sedikit perannya

malalui pengecapan. Tunanetra juga dapat mengenal objek malalui rasanya

walaupun terbatas, karena itu bagi tunanetra setiap bunyi yang didengarnya, bau

yang diciumnya, kualitas kesan yang dirabanya, dan rasa yang dicecapnya

memiliki potensi dalam pengembangan kamampuan kognitifnya. Implikasinya,

kebutuhan akan rangsang sensoris bagi anak tunanetra harus benar-benar

diperhatikan agar ia dapat mengembangkan pengetahuan tentang benda-benda dan

peristiwa-peristiwa yang ada dilingkungannya.

Jika aktifitas imitatif pada anak normal diperoleh dengan imitasi visual,maka pada anak tunanetra harus dirangsang melalui stimulasipendengaran, disamping sisa pendengaran (bagi yang memilikinya), sertaindera-indera yang lainnya (Somantri, 2006: 68).

Dengan kata lain, kecendrungan anak tunanetra menggantikan indera

penglihatannya dengan indera pendengaran sebagai saluran utama penerima

saluran informasi dari luar sehingga mengakibatkan pembentukan pengertian atau

konsep hanya berdasarkan pada suara atau bahasa lisan. Akibatya seringkali tidak

menguntungkan bagi anak, yaitu kecendrungan pada anak tunanetra untuk

menggunakan kata-kata atau bahasa tanpa tahu makna yang sebenarnya. Oleh

karena itu, seringkali dikatakan bahwa anak tunanetra itu tahu tetapi sebenarnya

tidak tahu, karena tahunya sebatas penglihatan verbal. Dalam pendidikan bagi

anak tunanetra kiranya perlu diwaspadai adanya kesukaran-kesukaran besar dalam

Page 43: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

35

pembentukan pengertian atau konsep terutama terhadap pengalaman-pengalaman

konkrit dan fungsional yang diperlukan bagi anak dalam kehidupan sehari-hari.

Karena kurangnya stimulasi visual, perkembangan bahasa anak tunanetra

juga tertinggal dibanding anak awas. Pada anak tunanetra, kemampuan kosakata

terbagi atas dua golongan, yaitu kata-kata yang berarti bagi dirinya berdasarkan

pengalamannya sendir, dan kata-kata verbalistis yang diperolehnya dari orang lain

yang ia sendiri sering tidak memahaminya. Komunikasi nonverbal pada anak

tunanetra juga merupakan hal yang kurang difahaminya karena kemampuan ini

sangat tergantung pada stimulasi visual dari lingkungannya (Somantri, 2006: 69).

Kesulitan besar akan terjadi dan sangat mungkin dihadapi anak apabila

realitas lingkungan tersebut secara dinamis mengalami perubahan-perubahan dan

dengan mudah dapat diamati melalui indera penglihatan, sementara anak

tunanetra belum memperoleh informasi secara lisan terhadap perubahan tersebut.

Tidak setiap perubahan realitas lingkungan disertai dengan gejala yang dapat

dengan mudah dan cepat ditangkap dengan indera pendengaran, perabaan, dan

indera lain yang dimiliki. Inilah yang seringkali mengakibatkan anak tunanetra

berpegang teguh pada pendapatnya karena secara visual anak tidak mampu

menggunakan teknik akomodasi dan asimilasi dalam mengubah struktur

kognitifnya yang sudah mapan atau terbentuk sebelumnya. Dengan kata lain,

bahwa ketidakmampuan anak secara visual dalam menangkap realitas lingkungan

yang dinamis dan menggunakannya sebagai alat bantu yang efektif dan efisien

Page 44: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

36

dalam teknik asimilasi dan akomodasi dapat mengakibatkan terhambatnya

perkembangan kognitif anak (Somantri, 2006: 70 dan 71). `

Pada akhirnya, bagaimana perkembangan kognitif anak tunanetra sangat

tergantung pada:

a. Jenis ketunanetraan anak

Jenis ketunanetraan anak ada dua, yaitu buta (total) dan low vision (buta

sedang/mampu lihat cahaya)

b. Kapan terjadinya ketunanetraan

Pada masa bayi kita sukar mengetahui apakah bayi itu awas atau tunanetra,

tetapi setelah usia 3 atau 4 minggu akan mulai nampak yaitu bila anak

dibaringkan anak akan melihat lampu yang menyala, mencoba

mengangkat kepala untuk mencoba melihat sesuatu mulai menggerak-

gerakan kepalanya untuk mencoba melihat benda berbunyi berwarna

menyolok yang bergerak-gerak didepannya, ia juga mulai mengenal wajah

ibunya dan mengenal wajah-wajah yang lain. Tetapi pada tunanetra hal

seperti itu tidak nampak. Bayi tunanetra tidak terangsang oleh sinar, gerak

benda dan lain-lain tetapi bunyi atau suaralah yang merangsang ia untuk

bergerak mencari dari mana asal suara tadi. Untuk dapat mengetahui

apakah bayi itu normal/ awas ataukah tunanetra haruslah diadakan suatu

deteksi dini, dengan maksud agar dapat segera mendapat penanganan

secara dini pula. Jika bayi telah menjadi anak-anak atau remaja bahkan

Page 45: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

37

dewasa, pemeriksaan mata secara rutin masih sangat diperlukan, dengan

maksud agar dapat mengetahui kondisi ketajaman penglihatan beserta

keluhan-keluhannya sehingga dokter akan dapat pula mengadakan

asesmen terhadap perkembangan ketajaman penglihatan atau memang

asesmen tersebut diperlukan guru untuk menyusun program layanan

pendidikan bagi anak yang sedang mengalami masalah dalam ketajaman

penglihatannya.

c. Bagaimana tingkat pendidikan anak

Tingkat pendidikan anak sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan

kognitif anak tunanetra, karena pendidikan akan memberikan dia

pengetahuan tentang apa yang harus dilakukannya dalam menghadapi

lingkungan sekitarnya untuk bertahan hidup. Hal itu akan terwujud apabila

ada kerjasama orang tua dan guru untuk membantu anaknya mendapatkan

layanan pendidikan khusus.

d. Bagaimana stimulasi lingkungan terhadap upaya-upaya perkembangan

kognitifnya.

Adanya kebutuhan akan rangsang sensoris bagi anak tunanetra harus benar

diperhatikan agar ia dapat mengembangkan pengetahuan tentang benda-

benda dan peristiwa-peristiwa yang ada di lingkungannya.

Page 46: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

38

4. Masalah Ketunanetraan Bagi Keluarga, masyarakat, dan penyelenggara

pendidikan

Berdasarkan uraian dalam bagian sebelumnya, tampak bahwa anak

tunanetra cenderung memiliki berbagai masalah baik yang berhubungan dengan

masalah pendidikan, sosial, emosi, kesehatan, pengisian waktu luang, maupun

pekerjaan. Semua permasalahan tersebut perlu diantisipasi dengan memberikan

layanan pendidikan, arahan, bimbingan, latihan, dan kesempatan yang luas bagi

anak tunanetra sebagai permasalahan-permasalahan yang mungkin timbul dalam

berbagai aspek tersebut dapat ditanggulangi sedini mungkin, artinya perlu

dilakukan upaya-upaya khusus secara terpadu dan multidisipliner untuk mencegah

jangan sampai permasalahan tersebut muncul, meluas, dan mendalam, yang

akhirnya dapat merugikan perkembangan anak tunanetra tersebut (Somantri,

2006: 87).

5. Dampak ketunanetraan

Pada umumnya orang awas berpendapat bahwa kelompok penyandang

tunanetra merupakan suatu kelompok minoritas, seperti halnya kelompok orang

negro dengan kulit putih. Pada kalangan penyandang tunanetra yang baru

ditemukan, mereka cenderung menunjukan perilaku-perilaku yang tidak sesuai

atau selaras dalam menghadapi berbagai situasi dan seringkali menunjukan reaksi-

reaksi yang tidak masuk akal. Mereka yang memiliki penglihatan yang tidak

sempurna cenderung patuh atau tunduk dalam hubungan intrapersonal dengan

orang awas.

Page 47: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

39

Namun demikian dalam pandangan orang awas, orang tunanetra juga

sering memiliki kelebihan yang sifatnya positif seperti kepekaan teerhadap suara,

perabaan, ingatan, keterampilan dalam memainkan alat musik, serta ketertarikan

yang tinggi terhadap nilai-nilai moral dan agama (Somantri, 2006: 88).

Sedangkan bagaimana sikap orang tunanetra terhadap kebutaannya.

Dikatakan oleh Bauman (Kirtley, 1975) bahwa keberhasilan dalam penyesuaian

sosial dan ekonomi pada penyandang tunanetra berkaitan erat dengan sikap-sikap

diri dan keluarganya terhadap penerimaan secara emosional yang realistik

terhadap kebutaannya serta pemilikan kemampuan intelektual dan stabilitas

psikologis, dan sebagainya. Yang paling berat dan pertama kali merasakan

damapak ketunanetraan anak adalah keluarganya, terutama orang tua, kehadiran

anak tunanetra akan melahirkan berbagai reaksi dari orang tua. Bagaimana reaksi

orang tua tersebut dalam menerima kehadiran anak yang tunanetra akan sangat

berpengaruh terhadap keseluruhan perkemabangan pribadi-pribadi anak

dikamudian hari. Reaksi orang terhadap ketunanetraan anaknya pada umumnya

dapat dibagi menjadi lima kelompok, yaitu:

a. Penerimaan secara realistik terhadap anak dan ketunanetraannya. Sikap ini

ditujuakan dengan pemberian kasih sayang yang wajar serta pemberian

perlakuan yang sama dengan anak lainnya, mereka juga terbuka terhadap

permasalahan yang dihadapi anak dan keluarganya.

b. Penyangkalan terhadap ketunanetraan anak. Ketunanetraan anak biasanya

ditanggapi dengan sikap yang terbuka, tetapi disertai dengan alasan-alasan

Page 48: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

40

yang tidak realistik terhadap kecacatannya, tarutama terhadap kebutuhan

dan permasalahannya. Dalam pendidikan, orang tua seringkali tidak

percaya bahwa anaknya perlu layanan pendidikan secara khusus dan

menyangkal bahwa akhirnya prestasinya rendah.

c. Perlindungan yang berlebihan. Biasanya dilakukan orang tua sebagai

kompensasi karena ketunanetraan anaknya dirasakan sebagai akibat dari

perasaan bersalah atau berdosa. Sikap ini cenderung tidak menguntungkan

anak karena akan mengahmbat perkembangan dan kematangan anak

terutama dalam aspek kemandirian.

d. Penolakan secara tertutup. Biasanya ditujukan dengan sikap

menyembunyikan anaknya dari masyarakat. Ia tidak ingin diketahui bahwa

ia memiliki anak yang tunanetra, tidak peduli, tidak menyayangi, dan

cenderung mengasingkan anaknya dari lingkungan keluarga.

e. Penolakan secara terbuka. Penolakan secara terbuka biasanya ditunjukan

dengan sikap bahwa secara terus terang ia menyadari ketunanetraan

anaknya, tetapi sebenarnya secara rasio maupun emosional tidak pernah

dapat menerima kehadiran anaknya tersebut. Orang tua yang demikian

biasanya bersikap bertahan dan tidak pernah merasa bersalah dan mau

menerima kenyataan tersebut. Ia cenderung ingin mencari tahu sebab-

sebab ketunanetraan anaknya pada orang lain atau para ahli. Tetapi tidak

pernah menemukan jawabannya. Pada akhirnya orang tua yang demikian

biasanya bersikap masa bodoh dan tidak peduli dengan segala kebutuhan

anaknya.

Page 49: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

41

Mengenai sikap para guru sebagaimana penyelenggara pendidikan, hasil

penelitian Murphy (Kirtley, 1975) menunjukan bahwa pada umumnya para guru

(guru umum dan guru PLB) cenderung lebih bersifat positif terhadap anak

tunanetra. Hasil penelitian ini juga dapat dimaklumi karena para guru pada

umumnya tidak pernah berhubungan dengan anak tunanetra, khususnya didalam

kelas, sementara itu hasil penelitian Sunaryo dan Sunardi (1992) terhadap guru-

guru SD menunjukan bahwa pada umumnya para guru memiliki sikap yang cukup

positif terhadap anak luar biasa pada umumnya, termasuk tunanetra (Somantri,

2006: 90).

6. Sistem Pendidikan bagi Tunanetra

Undang undang dasar tahun 1945 menjamin hak setiap orang untuk

mendapatkan pendidikan dan pengajaran. Perhatian pemerintah untuk pendidikan

tunanetra terus ada, posisi anak tunanetra dalam sistim pendidikan secara hukum

telah jelas. Tahun 1979 keluar keputusan Menteri Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan No. 0222/ 0/ 1979 tgl 28 September 1979 tentang penyelenggaraan

perintisan dan pengembangan pendidikan terpadu bagi anak luar biasa di sekolah

dasar. Sebelum pendidikan terpadu ada, anak tunanetra, khususnya di Bandung,

sudah ada yang mengikuti pendidikannya dari sekolah umum bahkan sudah ada

yang sudah mencapai gelar Sarjana. Tahun anggaran 1982/ 1983 melalui Inpres

Nomor 4/1983 didirikanlah SDLB disetiap kabupaten/ kotamadya yang belum

memiliki SLB. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia Nomor 0491/ U/ 1992 tentang Pendidikan Luar Biasa yang antara lain

menetapkan bentuk satuan PLB sebagai berikut: TKLB; SDLB; SLTPLB; SMLB.

Page 50: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

42

Bentuk penyelenggaraan pendidikan bagi tunanetra dapat berupa: (1) Sekolah

Terpadu; (2) Kelas Khusus; (3) Guru Kunjung; (4) SLB/ A; (5) SDLB.

Di Amerika Serikat, saat ini, tahun 1940-an sampai tahun 1950-an ribuan

bayi yang lahir prematur mengalami kerusakan pada penglihatan karena

Retinopathy of Prematurity (ROP), sehingga sekolah untuk tunanetra tidak bisa

lagi menampung, dan orang tua tidak ingin anaknya dididik di SLB yang letaknya

jauh. Untuk mengatasi keadaan ini sekolah biasa untuk anak tunanetra.

Perkembangan selanjutnya membuka berbagai macam lembaga pendidikan.

Metode-metode pendidikan:

a. Program Pra Sekolah (Home- Based Program & School- Based Program) ;

b. Program Sekolah Dasar,

c. Program Sekolah Lanjutan.

Selanjutnya pendidikan di Amerika Serikat memperhatikan: Normalisasi

Integrasi perbedaan Budaya. Pilihan pendidikan:

a. Regulae Class Only atau kelas Biasa dengan guru biasa (tanpa guru PLB) ;

b. Regular Class with Consultation atau kelas biasa dengan guru biasa

(dengan konsultasi dengan guru PLB) ;

c. Itinerant Teacher atau guru kunjung yakni kelas biasa dengan guru biasa

(bantuan guru kunjung) ;

Page 51: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

43

d. Resource Teacher atau guru sumber yakni kelas biasa dengan guru biasa,

namun dalam beberapa kesempatan anak berada di ruang sumber dengan

guru sumber;

e. Pusat Diagnostik- Prescriptif;

f. Hospital or Homebound Instruction atau Pendidikan di Rumah atau di

Rumah Sakit;

g. Self- Contained Class atau kelas khusus di sekolah biasa bersama guru

PLB;

h. Special Day School atau Sekolah Luar Biasa tanpa asrama ;

i. Residential School atau Sekolah Luar Biasa berasarama (Widdjajantin,

2004: 115).

Pendidikan tunanetra di Eropa dimulai pertama kali di Prancis pada abad

18. Vanlentin Hauy orang pertama yang memperhatikan pendidikan bagi anak

tunanetra. ” Institution des Jeunes Avengles” di Paris tahun 1784, dengan murid

pertama Francois Leseuer. Sistem pendidikannya menekankan pada kemampuan

akademis. Awal abad 19 Sekolah Luar Biasa (Residential School) untuk tunanetra

mulai berdiri di beberapa negara lain meliputi Inggris, Skotlandia, Austria, Jerman

dan Rusia (Roberts, 1986: 55-58).

C. Literasi Informasi

1. Pengertian Literasi Informasi

Salah satu indikator yang paling penting untuk mengukur status kemajuan

suatu negara adalah ketersediaan sistem informasi nasional yang menyeluruh,

Page 52: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

44

terpadu dan sistematik. Dengan demikian memungkinkan setiap individu

mempunyai peluang yang sejajar dan mudah untuk mengakses dan memanfaatkan

informasi yang dibutuhkannya. Istilah informasi dalam konteks ini mencakup

semua jenis data seperti data berupa angka, pengetahuan nyata (faktual), petunjuk-

petunjuk, perintah-perintah, prosedur-prosedur, daftar permintaan, laporan-

laporan, dan berbagai sumber informasi lainnya. Semua informasi tersebut sangat

berguna untuk satu pengambilan keputusan bagi tiap individu dan kelompok.

Informasi dan pengetahuan menuntut kemampuan pemakai dalam

mengidentifikasi, mengakses, menganalisa dan mengevaluasi serta

memanfaatkannya. Karena itu perlu adanya suatu kesadaran baik dari pihak

pemerintah maupun non pemerintah untuk melakukan tindakan nyata yang

mempromosikan pendidikan literasi informasi. Kesadaran masyarakat akan

perlunya literasi informasi adalah dimana harus mempunyai keterampilan yang

dapat membantu memecahkan permasalahan ( survival skills) adalah penting bagi

semua orang (Farida, 2005: 5).

Sebenarnya konsep literasi informasi adalah bukan hal yang baru, karena

kelahiran literasi informasi diawali dengan serangkaian program yang sudah lama

dilakukan oleh pustakawan di manapun di dunia ini yaitu instruksi perpustakaan

(library instruction), instruksi bibliografi (bibliographic instruction), dan

pendidikan pemakai (user education).

Literasi informasi bertujuan untuk merespon ketidakmaksimalan program

instruksi perpustakaan, instruksi bibliografi, dan pendidikan pemakai dalam

Page 53: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

45

memenuhi kebutuhan pemakai saat ini. Literasi informasi memiliki makna yang

lebih luas dan dalam daripada ketiga program tersebut di atas. Literasi informasi

menunjukan perubahan dalam orientasi dari pengajaran sumber informasi secara

lebih spesifik, kini menuju kesuatu set keterampilan dalam berfikir kritis termasuk

juga penggunaan informasi. Sehingga literasi informasi dijadikan sebagai bagian

dari proses pendidikan (Alfida, 2009: 234).

Istilah ” Information Literacy” pertama kali digunakan oleh Paul

Zurkowski, lebih dari 30 tahun lalu. Dia menggambarkan orang-orang yang ketika

itu melek informasi terhadap pekerjaan mereka, mereka belajar teknik-teknik dan

keterampilan-keterampilan untuk memanfaatkan cakupan yang luas dari sarana

informasi sebagaimana juga sumber-sumber utama dalam memecahkan

permasalahan mereka (Farida, 2005: 11).

Literasi informasi merupakan kunci dari pembelajaran sepanjang hayat.

Information power menawarkan seperangkat dari sembilan standar dari literasi

informasi yang didesain ” untuk membimbing dan mendukung para pustakawan”

terhadap uasaha-usaha didalam tiga area-area utama; pembelajaran dan

pengajaran, akses informasi dan administrasi program (Information Power, 1998).

The Southern Association of Colleges and Schools (1996), mendefinisikan

information literacy sebagai ” kemampuan menemukan, mengavaluasi, dan

menggunakan informasi untuk menjadi pelajar sepanjang hayat yang mandiri. The

State University of New York Council of Library Directors didalam prakarsanya

(1997) mendefinisikan information literacy sebagai ” kemampuan mengenali

Page 54: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

46

kapan informasi dibutuhkan dan menemukan, mengevaluasi, menggunakan secara

efektif, serta mengkomunikasikan informasi dalam beragam formatnya.

Dari kedua definisi information literacy tersebut sudah seharusnya

merupakan komponen yang integral dari layanan media perpustakaan sekolah.

Bagaimanapun, bukan saja hingga sejak diperkenalkannya komputer disekolah-

sekolah dan pusat-pusat media perpustakaan sekolah, urgensi information literacy

juga merupakan suatu yang penting. Perpustakaan pada lembaga pendidikan

merupakan lingkungan yang aktif dan dapat melakukan kerjasama dengan guru

atau dosen, siswa atau mahasiswa dalam meningkatkan berbagai keterampilan

melek informasi (information literacy) dan menanamkan kebiasaan menjadi

pembelajar sepanjang hidup (Lifelong Leaner) (Farida, 2005: 10).

2. Program Literasi Informasi di sekolah

Pengalaman pendidikan tidak hanya meliputi aktifitas mengingat akan

belajar (memorization), tetapi merupakan kegiatan yang hidup, proses berfikir

yang kompleks, diserap melalui energi kreatif dan kritis. Literasi informasi

merupakan kunci penutup segudang informasi, yang memungkinkan anak

memasuki dan memilih pintu yang mana yang akan memuaskan atas

pertanyaannya. Literasi informasi merupakan suatu proses berfikir yang

memungkinkan seseorang untuk mencari informasi, mengumpulkan,

membedakan, menganalisa, mengevaluasi, dan mengaplikasikan informasi untuk

memecahkan masalah (Wahyudiati, 2008: 1). Proses di atas menunjukkan bahwa

Page 55: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

47

dalam mendapatkan informasi harus mempunyai pengetahuan khusus, agar

informasi yang didapat sesuai dengan kebutuhan.

Hal ini memungkinkan seseorang untuk memahami dan mengakomodasi

informasi ke dalam susunan perkembangan kognitif seseorang sebagai

pengetahuan. Oleh karena itu, memungkinkan individu memecahkan masalahnya

di kemudian hari. Pengalaman pendidikan dapat merangsang pertumbuhan dari

dalam diri seseorang untuk meraih proses berfikir, menggunakan, dan menggali

lingkungan fisik dan sosial. Pustakawan menciptakan laboratorium belajar di

mana segala macam bentuk sumber dapat menghadirkan dunia informasi kepada

siswa.

Guru dan administrator telah dirangsang untuk melihat proses belajar

mengajar dengan strategi baru. Keterampilan menggunakan perpustakaan

seharusnya diintegrasikan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dari

setiap subjek yang diajarkan. Kesulitan yang terjadi adalah bahwa siswa dan guru

memiliki beban yang cukup besar sebagaimana tersirat dalam kurikulum yang

harus dicapai dalam waktu tertentu.

Anak didik perlu menyadari bahwa ilmu pengetahuan yang mereka

peroleh tidak terpisahkan dari aspek pengetahuan lain yang terkandung di

berbagai sumber, media dan alam sekitarnya. Pada diri anak didik perlu juga

ditanamkan pengertian bahwa kemampuan dan keterampilan mereka akan

berkembang dengan meningkatkan penggunaan berbagai sumber atau media

informasi yang lebih luas, termasuk media internet, buku-buku fiksi, dan lain-lain,

termasuk lewat pengamatan kejadian di lingkungan sekitarnya. Sehingga buku

Page 56: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

48

teks bukan merupakan satu-satunya sumber pengetahuan mereka. Oleh karena itu,

kegiatan belajar perlu dilengkapi dengan beragam bahan bacaan dan literatur

sebagai sarana penguatan dan pengayaan keilmuan yang terkandung pada buku

ajar dan kurikulum sekolah (Nuryudi, 2006: 14).

Pemahaman akan keterkaitan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-

hari perlu untuk ditanamkan ke dalam diri anak didik sejak dini. Untuk itu, para

pustakawan hendaknya proaktif terhadap rencana-rencana pemanfaatan sarana

perpustakaan untuk kegiatan proses belajar yang lebih intensif. Pada tingkat

pendidikan dasar dan menengah, misalnya, guru dan pustakawan dapat

menerapkan sistem pembelajaran dengan pendekatan pemberian tugas ilmiah

dimana siswa akan terlatih untuk mengolah pengetahuan atau keterampilan yang

mereka peroleh secara lebih mendalam.

Guru dan siswa akan terdorong untuk menggunakan sumber daya

informasi yang ada di perpustakaan secara maksimal. Dengan ini diharapkan guru

dan pustakawan dapat mengidentifikasi bakat dan minat anak didik untuk

dibimbing dengan sistematis dengan memberikan sarana kebutuhan informasi

termasuk keahlian dalam penilaian dan penelusurannya.

Program ini juga membimbing siswa akan terbentuknya kecakapan dalam

mengolah dan mengorganisir berbagai fakta sehingga terjadi sinkronisasi dengan

kebutuhan, kecakapan dalam menciptakan pengetahuan dengan menghubungkan

informasi yang baru dengan pengetahuan dan pengalaman sebelumnya, termasuk

kecakapan dalam menggunakan pengetahuan tersebut secara bijaksana dalam

kehidupan sehari-hari. Ini termasuk keterampilan-keterampilan khusus seperti

Page 57: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

49

penyelesaian masalah, berfikir kritis, dan memahami keterkaitan antara data dan

informasi ( Nuryudi, 2006: 24).

Kemampuan literasi informasi dapat dilakukan apabila seseorang

mempunyai kemampuan intelegensi, dan kemampuan intelegensi tergantung pada

indera-indera yang berhubungan seperti indera pendengaran, perabaan, dan

pengecapan. Bagaimana dengan seseorang yang berkelainan, contohnya tunanetra

tentunya tidak sama pengaplikasian literasi informasi bagi anak tunanetra dengan

orang awas.

Membaca adalah salah satu unsur dalam literasi informasi setelah

informasi itu ditemukan, bagaimana dengan kemampuan membaca anak

tunanetra, kemampuan membaca anak tunanetra merupakan proses perkembangan

yang sulit, karena kerusakan penglihatannya sehingga seorang anak tunanetra

harus terampil menggunakan perabaan untuk membaca. Untuk mampu membaca

dengan baik anak tunanetra harus menggabungkan dua inderanya yaitu perabaan

dan pengucapannya, jika salah satunya mengalami kelainan, maka hal ini akan

terpengaruh terhadap kemampuan membacanya.

Kemampuan membaca anak tunanetra tidak terlepas dari persoalan

kemampuan belajar itu sendiri. Kemampuan belajar yang dimaksud di sini adalah

kemampuan intelegensi/ kecerdasannya.

Sehubungan dengan itu, Tampubolon mengemukakan bahwa:

Kemampuan belajar pada anak-anak tidak sama, karena intelegensiberbeda-beda tingkatannya, dan juga karena faktor lainnya. Ada anak yang

Page 58: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

50

cepat menangkap dan memahami pelajaran, tetapi ada juga yang lamban.Kekurangmampuan belajar ini sudah tentu mempengaruhi anak dalammembaca, baik dalam pelajaran membaca permulaan maupun membacalanjutan untuk pemahaman.

Dari uraian di atas jelas bahwa faktor intelegensi mempunyai pengaruh

yang substansial terhadap kemampuan membaca anak tunanetra yang mengalami

kelainan penglihatan, sudah barang tentu mengalami pula kesulitan dalam

membaca. Dengan adanya huruf braille, anak tunanetra dapat membaca dengan

mempergunakan indera perabaannya, namun demikian tetap masih ada anak

tunanetra yang mengalami kesulitan membaca (Tim Peneliti Mahasiswa, 1995:

13).

Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan membaca

permulaan yaitu: kompetensi kebahasaan, kemampuan mata, teknik-teknik dan

metode-metode membaca, serta kebiasaan membaca.

1. Kompetensi kebahasaan

Penguasaan bahasa terutama bahasa lisan, dalam hal ini penguasaan bunyi-

bunyi/ lafal masing-masing abjad sangat berpengaruh terhadap kemampuan

membaca permulaan anak tunanetra.

2. Kemampuan mata

Disebabkan karena kelainan matanya, maka setiap anak tunanetra, dapat

dipastikan akan mengalami kesulitan membaca huruf awas. Oleh karena itu

dengan adanya huruf braille, maka anak tunanetra dapat juga membaca dan

mengenal huruf.

Page 59: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

51

3. Teknik-teknik dan metode-metode membaca

Teknik dan metode ini berhubungan dengan proses belajar mengajar, hal

ini berarti guru yang memegang peranan penting dalam menerapkan teknik dan

metode membaca dalam proses belajar mengajar. Meningkatkan teknik dan

metode yang bervariasi dapat meningkatkan minat anak untuk belajar membaca.

4. Kebiasaan membaca

Kebiasaan membaca itu tidak muncul dengan sendirinya, artinya butuh

waktu cukup lama untuk membentuk kebiasaan itu, oleh karena itu faktor minat

dan kebiasaan tidak boleh diabaikan. Minat dan motivasi yang tinggi untuk belajar

membaca akan menjadikan anak tunanetra terbiasa membaca (Tim Peneliti

Mahasiswa, 1995: 16).

Program literasi informasi yang diterapkan secara kelembagaan atau

sebagai program nasional yang dilakukan secara bersama, adalah sangat

bermanfaat bagi generasi selanjutnya. Kemampuan dalam memanfaatkan

informasi sesuai dengan apa yang diperlukan bagi proses pembelajaran atau bagi

tujuan-tujuan lain dalam kehidupan, jelas akan meningkatkan kualitas sumber

daya manusia secara keseluruhan (Farida, 2005:10).

Page 60: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

52

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Sekolah Luar Biasa-A Pembina Tingkat Nasional Jakarta

1. Sejarah Singkat

Sekolah Luar Biasa untuk Tunanetra Pembina Tingkat Nasional (SLB-A

PTN Jakarta) sebagai lembaga pendidikan untuk tunanetra didirikan oleh

pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 9 Desember 1981 dan diresmikan

oleh Presiden Republik Indonesia, Soeharto. Sekolah khusus ini berlokasi di

kompleks perumahan anggota DPR dan Departemen Kehakiman, di Jalan Karang

Tengah, Jakarta Selatan; tepatnya di Jalan Pertanian Raya, Lebak Bulus, Jakarta

Selatan 12440. SLB-A PTN merupakan lembaga khusus tunanetra yang bertaraf

nasional dan merupakan satu-satunya lembaga yang ada di Indonesia. Peresmian

tersebut sekaligus sebagai puncak acara kegiatan Tahun Internasional Para Cacat

(TICA) PBB di tahun yang sama.

Pembangunan sekolah ini adalah realisasi dari salah satu program nasional

dalam usaha peningkatan mutu pendidikan anak tunanetra. Pemerintah melalui

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan sub Direktorat Pendidikan Luar Biasa,

memberikan lahan seluas 4,5 hektar guna dibangun fasilitas pendidikan luar biasa

untuk kecacatan tunanetra. Bangunan di lahan seluas 4,5 hektar meliputi gedung

sekolah, wisma, asrama, perumahan guru dan karyawan, gedung orientasi dan

Page 61: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

53

mobilitas, perpustakaa, taman bermain, resources center, dan unit percetakan

braille.

Tahun 1983 diangkat seorang Kepala Sekolah untuk SLB-A Pembina

Tingkat Nasional, disusul dengan pengangkatan guru-guru baru, sedangkan

murid belum ada karena murid yang ada di Lebak Bulus adalah murid di SLB

Negeri Bagian A Jakarta dari Jln. RS Fatmawati, Cilandak. Dengan demikian

maka dalam satu lokasi gedung terdapat 2 SLB yang sama-sama menangani

pelayanan pendidikan bagi anak tuanentra.

Tahun 1986 (November), keputusan membagi murid SLB Negeri bagian A

Jakarta untuk SLB Negeri Bagian A Jakarta sendiri dan SLB-A Pembina Tingkat

Nasional Jakarta. Atas persetujuan Ka Kanwil Depdikbud DKI Jakarta dan

Ditdiknas, SLB Negeri Bagian A jakarta secara berangsur-angsur menyerahkan

murid tunanetranya kepada SLB-A PTN. Sementara SLB Negeri Bagian A

Jakarta secara berangsur merintis menerima murid B dan C Sebagai SLB Negeri

Persiapan B/C. SLB-A PTN mengelola wilayah bagian utara, SLB Negeri Jakarta

mengelola wilayah bagian selatan.

Tahun 1987 Gedung SLB Negeri di Jln. RS Fatmawati resmi dihapus

dengan SK Mendikbud No. 0358/M/1987 tertanggal 20 Juni 1987, sedangkan

tanahnya dikembalikan kepada Depsos. (Tahun 1991 Wisma Tan Miyat secara

keseluruhan pindah ke Bekasi). Secara resmi pula pemindahan kegiatan SLB

Negeri Bagian A Jakarta ke Lebak Bulus diterbitkan SK Mendikbud No.

0384/0/1987 tertanggal 1 Juli 1987.

Page 62: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

54

Tahun 1992 siswa tunanetra seluruhnya ditangani SLB-A Pembina

Tingkat Nasional, sedangkan SLB Negeri Bagian A Jakarta seluruhnya melayani

pendidikan anak tunarungu dan tunagrahita (B) dan (c).

2. Tugas dan Fungsi

Berdasarkan SK. Mendikbud No. 0413/0/1981 tugas dan fungsi SLB-A

PTN adalah

1. Melakukan percontohan pendidikan tingkat persiapan, dasar, lanjutan dan

menengah sesuai dengan kurikulum yang berlaku

2. Mengadakan pemeriksaan psikologis, medis dan sosiologis

3. Melakukan kajian di bidang proses belajar mengajar di SLB dan

Penerapannya

4. Mengadakan latihan dan penyegaran bagi guru dan tenaga kependidikan

lainnya serta penyelenggaraan pendidikan luar biasa

5. Melakukan bimbingan dan penyuluhan bagi siswa dan masyarakat

6. Membina hubungan kerjasama dengan orang tua siswa dan masyarakat

7. Melakukan publikasi yang menyangkut pendidikan luar biasa sesuai

dengan kelainannya

8. Melakukan urusan tata usaha rumah tangga sekolah

3 Visi dan Misi

Visi dan misi dari sekolah luar biasa pembina tingkat nasional jakarta

adalah sebagai serikut:

Page 63: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

55

a. Visi

Terwujudnya pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus

dengan gangguan penglihatan menjadi pribadi yang mandiri, taqwa, cerdas dan

terampil dalam masyarakat inklusif

b. Misi

1. Mengurangi dampak gangguan penglihatan melalui intervensi dini (baik

usia maupun kemampuan) dan rehabilitasi

2. Meningkatkan/ memperluas pengetahuan, wawasan, pengalaman dan sikap

percaya diri melalui pendidikan inklusif

3. Meningkatkan keterampilan dan memperluas peluang kerja melalui

pendidikan inklusif

4. Mendorong terwujudnya kesamaan hak dan kesempatan melalui

kesetaraan perlakuan

B. Perpustakaan Sekolah Luar Biasa-A Pembina Tingkat Nasional Jakarta

1. Sejarah Singkat

a. Awal Berdiri

Perpustakaan SLB-A PTN Jakarta berdiri seiring dengan berdirinya

Sekolah Luar Biasa Tunanetra (SLB-A) Pembina Tingkat Nasional Jakarta, yaitu

sejak gedung SLB-A PTN Jakarta diresmikan oleh Bapak Presiden Republik

Indonesia (Soeharto) pada tanggal 9 Desember 1981. Pembukaan sekolah ini

Page 64: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

56

merupakan realisasi dari salah satu program Nasional dalam usaha peningkatan

kesempatan belajar dan peningkatan mutu pendidikan bagi anak berkelainan

sekaligus sebagai puncak acara kegiatan Tahun Internasional para Carcat 1981.

Perpustakaan SLB-A PTN Jakarta, termasuk salah salah satu bangunan

utama yang dipersiapkan Pemerintah untuk menunjang aktivitas kegiatan belajar

mengajar. Bangunan ini sangat memadai bagi sebuah perpustakaan Braille yang

bertaraf Nasional, luas bangunan perpustakaan secara keseluruhan 172 M2 yang

terbagi dalam 5 lokal ruang dengan ukuran berpariasi sesuai peruntukkannya.

Secara garis besar perkembangan Perpustakaan Braille SLB-A PTN Jakarta akan

digambarkan sebagai berikut:

b. Periode Tahun 1981-1982

Periode tahun 1981 – 1982, SLB-A PTN belum memiliki murid dan

tenaga/pegawai yang memadai, maka pengelolaan gedung utama Perpustakaan

Braille SLB-A PTN diadakan kerjasama dengan pihak swasta, dengan demikian

sejak berdirinya gedung perpustakaan Braille tersebut dikelola sepenuhnya oleh

pihak swasta, yaitu dengan nama “Dian Netra” Kelompok Tenaga Sukarela

Penyalin Huruf Braille yang tenaga kerjanya kaum Ibu-ibu. Kelompok tenaga ini

di samping pengelolaan perpustakaan juga pelayanan pembraillean buku-buku

yang dibutuhkan para siswa-siwi SLB-A PTN khususnya para tunanetra di

sekolah lain. Kelompok Ibu-ibu ini cukup memberikan kontribusi yang baik

dalam penyediaan buku-buku braille dan banyak dimanfaatkan oleh siswa-siswi

tunanetra khususnya di Jakarta. Namun dari jumlah 5 (lima) ruang yang ada hanya

2 (dua) ruang saja yang diperbolehkan dipergunakan, tiga ruang selebihnya

Page 65: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

57

dipergunakan untuk ruang lain-lain. Kerjasama ini berlangsung kurang lebih 8

(delapan tahun).

c. Periode Tahun 1983-1995

Seiring dengan perjalanan waktu, pada tahun 1985, diangkat kepala

sekolah SLB-A Pembina pertama dari Staf Dikdasmen, yaitu Ibu. Dra. T.S.

Soekini Pradopo, secara berangsur SLB-A Pembina memiliki jumlah murid yang

cukup, seiring dengan itu pula SLB-A PTN merintis perpustakaan dengan

bekerjasama dengan SLB-A Negeri Jakarta yang sudah lama memiliki

perpustakaan dan kebetulan antara SLB-A PTN dengan SLB-A Negeri Jakarta

berada dalam satu lokasi dan satu atap dipergunakan oleh dua lembaga dengan

garapan layanan pendidikan yang sama untuk tunanetra.

Perpustakaan yang dirintis bersama sama ini berada dilokasi gedung utama

sekolah dengan luas bangunan seluruhnya 144 m2 dan untuk administrasi 48 m2.

Walaupun masa perintisan perpustakaan ini sudah memiliki tenaga khusus sebagai

ketuanya pada saat itu adalah Ibu. Woeryati, BA (tenaga/staf SLB-A Negeri Jkt,

dan dibantu oleh Bp. Maryono (guru SLB-A Negeri Jkt, Bpk. Dedi Supriadi (guru

SLB-A PTN Jkt), Bpk. Suyitno (alm, staf SLB-A Negeri Jkt), Bpk. Gumbreg staf

SLB-A Negeri Jkt. Tugas pengelola perpustakaan di samping memberikan

layanan peminjaman buku, juga memproduksi buku braille dengan menggunakan

alat yang cukup baik pada saat itu. Pengelolaan Perpustakaan dibawah

kepemimpinan Ibu. Woeryati ini cukup berkembang hingga kepindahannya Ibu.

Woeryati ke Yogyakarta sekitar tahun 1989/1990, selanjutnya kepemimpinan

diserahkan kepada Bapak. Maryono (tunanetra), dan tetap dibantu Bpk. Dedi

Page 66: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

58

Supriadi (guru SLB-A PTN Jkt), Bpk. Suyitno (alm, staf SLB-A Negeri Jkt), Bpk.

Gumbreg staf SLB-A Negeri Jakarta.

d. Periode Tahun 1996-2000

Pada masa kepemimpinan Kepala Sekolah Bpk. Drs, H. Harsana. Petugas

perpustakaan diserahkan pengelolaannya kepada Bpk. Drs. Dedi Supriadi, di

samping bertugas di perpustakaan juga mengajar bidang studi orientasi dan

mobilitas. Mengingat jumlah murid SLB-A PTN semakin bertambah, terketuk

hati ingin melanjutkan cita-cita yang telah teridam-idamkan lama, yaitu

mengnginkan adanya model perpustakaan bertaraf nasional sebagai contoh bagi

sekolah sejenis lainnya. Dengan seizin kepala sekolah perpustakaan yang semula

menggunakan ruangan berukuran 96 m2 di gedung utama sekolah dipindahkan ke

gedung khusus perpustakaan secara terpisah dari gedung utama sekolah,

sedangkan Kelompok Penyalin Huruf Braille (Dian Netra) pindah tempat ke ruang

lain, kepindahan “Dian Netra” ini bertepatan juga dengan sudah habisnya masa

kontrak kerjasamanya. Pada masa itu pengelolaan perpustakaan dirasakan cukup

baik, walaupun belum optimal, baik dalam penataan maupun pelayanan bagi para

pengunjung, karena masih belum juga ada tenaga tambahan yang bisa membantu

dalam pengelolaannya.

e. Periode Tahun 2001-2003

Tahun 2001-2003 terjadi pergantian pimpinan sekolah, Kepala sekolah

lama Bpk. Drs. H. E. Harsana sudah purnabakti, dan untuk sementara ditugaskan

Bpk. Drs. Dedi Supriadi sebagai PLH (Pelaksana Harian) Kepala SLB-A PTN

Jakarta, pada masa periode ini pengelolaan perpustakaan diserahkan atau

Page 67: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

59

diberikan tugas kepada Ibu. Yuyu, S.Pd dan Ibu. Dra. Sunarni, keduanya pernah

mengikuti pelatihan pengelolaan perpustakaan, sehingga mendapat tugas

tambahan rangkap di samping mengajar di kelas juga mengelola perpustakaan.

pada masa ini pun pengelolaan perpustakaan dirasakan juga belum optimal, hal ini

mungkin di samping waktu yang terbatas, juga pengetahuan dan praktik lapangan

masih kurang. Namun walaupun demikian kesungguhan mereka sangat baik.

Pada masa ini pula perkembangan pengadaan buku perpustakaan sudah

cukup memadai, karena bertepatan pada kepempimpinan PLH. Drs. Dedi

Supriadi, SLB-A Pembina Tingkat Nasional mendapat bantuan dari pemerintah

tentang alat-alat pencetak huruf braille yang sangat memadai hasil kerjasama

pemerintah indonesia dengan pihak Norwegia. sehingga pada masa ini pula

kebutuhan buku untuk diperpustakaan bisa tersedia lengkap.

f. Periode Tahun 2002-2008

Pada saat periode ini terjadi pergantian pimpinan, PLH. Kepala SLB-A

PTN (Drs. Dedi Supriadi) diganti oleh Dra. Kartini, M.Phil. SNE sebagai Kepala

Sekolah Depinitif, dan pengelolaan perpustakaan diserahkan kepada Bpk. Drs.

Dedi Supriadi, di samping tugas diperpustakaan juga mengajar di kelas, serta

mendapat tugas di Dinas Propinsi DKI Jakarta, sehingga pengelolaan

perpustakaan sempat tersendat. Namun hanya berlangsung satu tahun, tahun 2003

Bpk. Drs. Dedi Supriadi mendapat bea siswa dari pemerintah Norwegia untuk

melanjutkan pendidikan S2 di UPI Bandung, dan oleh kepala sekolah pengelolaan

perpustakaan diserahkan kepada Bpk. Hartono Widodo, S.Pd juga seorang guru

(guru Bahasa Indonesia di SLB-A PTN Jakarta). Penataan terus dilakukan, namun

Page 68: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

60

pelayanan belum optimal karena beliau merangkap sebagai guru yang tugasnya

pun cukup berat semua dilakukannya secara sukarela dan penuh pengabdian.

Tahun 2005, sekembalinya Drs. Dedi Supriadi, M.Pd, selesai mengikuti

pendidikan, pengelolaan perpustakaan diserahkan kembali kepadanya. Seiring

dengan berjalannya waktu penataan pun terus dilakukan dan pengadministrasian

buku, layanan peminjaman pun cukup tertib dan buku-buku tertata dengan baik

disesuaikan dengan kebutuhan siswa, serta memudahkan siswa dalam mencari

buku yang dibutuhkan.

Pada tahun 2007 berdasarkan hasil akreditasi yang dilakukan oleh Tim

Badan Akreditasi Nasional, fasilitas pendukung pembelajaran “perpustakaan

braille SLB-A PTN” dinilai “Sangat Baik”. Hal ini terlihat dari cara pengelolaan

maupun dalam pengadministrasiannya.

Selanjutnya masih dalam masa kepemimpinan Dra. Kartini, M.Phil. SNE

(Kepala SLB-A PTN) periode 2002 hingga 2008, perpustakaan braille SLB-A

PTN mendapat tambahan ruang baru, namun kondisi ruang-ruang lainnya sudah

memprihatinkan sepertinya tidak nyaman lagi untuk dijadikan sebagai ruang baca

yang nyaman, sehingga buku-buku yang ada dipadatkan ke dalam ruang bangunan

baru. Pada masa ini pengelolaan perpustakaan mengalami perkembangan cukup

baik.

g. Periode Tahun 2009 sampai sekarang

Pada bulan Januari 2009 terjadi pergantian pimpinan sekolah, pimpinan

lama (Dra. Kartini, M.Phil.SNE) dimutasi ke wilayah Jakarta Barat, dan diganti

oleh pimpinan baru yaitu Bapak Kastono, S.Pd, pada masa pimpinan beliau

Page 69: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

61

perpustakaan braille dipindahkan kembali ke gedung utama sekolah berada di

lingkungan kelas belajar siswa-siswi. Sedangkan yang semula perpustakaan

digunakan untuk kegiatan pendidikan di kelas bagi murid tunanetra ganda

(MDVI). Dengan kepindahan perpustakaan ini tentunya perlu penataan ulang dan

sangat selektif mengingat ruangan yang ada sekarang sangat tidak memadai

karena ruang tersebut hanya berukuran luas 96 m2, sehingga jumlah banyak judul

buku yang ada tidak terakomodasi semua di dalam rak.

Pengelolaan perpustakaan saat ini mengalami penurunan, baik dalam hal

pemberian layanan peminjaman kepada murid/juga guru, pengadministrasian

buku, pengklasifikasian, penempatan buku, hal ini disebabkan tidak adanya tenaga

khusus yang bertugas, saat ini petugas pengelola perpustakaan (Bapak Drs. Dedi

Supriadi, M.Pd) juga merangkap sebagai guru kelas di kelas khusus tunanetra

ganda. Sehingga dengan demikian pengelolaan secara keseluruhan perpustakaan

kurang maksimal.

2. Fasilitas Perpustakaan SLB-A PTN

Fasilitas perpustakaan di SLB-A PTN yang ada pada saat ini tidak seperti

perpustakan pada umumnya di sekolah lain, fasilitas yang tersedia hanya

terkonsentrasi pada ketersedianya koleksi buku bahan ajar. Jadi secara umum

fasilitas yang disediakan belum memberikan kenyaman bagi para penggunanya,

mudah-mudahan ke depan fasilitas yang memadai dapat terwujud, misalnya;

adanya ruang baca yang nyaman dan ber AC, rak buku yang sesuai, locker, yang

sangat penting lagi adalah petugas khusus yang mengenyam pendidikan tentang

perpustakaan.

Page 70: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

62

Layanan perpustakaan menggunakan sistem layanan terbuka. Jadi siswa

dapat meminjam dan langsung mengambil buku yang dibutuhkan, pengelola

perpustakaan hanya menunjukan letaknya, atau bisa mengambil sendiri karena

masing-masing siswa sudah dibekali pendidikan pemakai sebelum mengunakan

bahan bacaan yang ada di perpustakaan.

Karena perpustakaan dijadikan sebagai penunjang kegiatan belajar

mengajar, maka dari itu kebanyakan siswa yang meminjam buku adalah buku

pelajaran. Waktu untuk peminjaman tidak ditentukan bahkan ada sampai 1

semester (6 bulan), itu dilakukan agar siswa dapat belajar dengan tenang tanpa

harus dikejar-kejar waktu dan juga karena siswa tunanetra membutuhkan waktu

yang lebih lama untuk memahami bacaan ataupun gambar yang tersedia di

bandingkan dengan orang awas.

Fasilitas perpustakaan yang disediakan untuk membantu siswa dalam

mendapatkan informasi, yaitu fasilitas komputer yang dilengkapi screen reader

atau pembaca layar. Sebagai contoh salah satu merek dari program ini adalah

JAWS yang merupakan singkatan dari Job Access with Speech. Prinsip kerja dari

program pembaca layar adalah memproses tulisan atau teks yang muncul di layar

untuk kemudian direproduksi dalam bentuk suara yang bisa didengar oleh

seseorang melalui headset atau loud speaker. Untuk program JAWS, ia masih

menggunakan sistem speling dan pronunciation bahasa inggris, jadi sebuah teks

dalam bahasa apapun, akan dieja dalam bahasa inggris. Tapi perlu ditekankan,

bukan diterjemahkan dalam bahasa inggris, hanya dibaca dalam dialeg inggris.

Page 71: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

63

Siswa tunanetra sudah sejak dini dikenalkan dengan komputer dan cara

mengakses internet. Sekarang tidak hanya anak awas yang bisa mengakses

internet, tunanetra juga bisa yaitu dengan menggunakan komputer yang

ditambahkan software yang merubah tampilan visual menjadi audio. Namanya

speech synthesizer. Dengan teknologi ini, komputer bisa “membacakan” setiap

tombol yang ditekan. Termasuk tombol fungsi, tanda baca, pendek kata

semuanya. Itu dilakukan agar siswa tidak ketinggalan informasi karena gagap

teknologi walaupun dengan penuh keterbatasan.

Koleksi yang tersedia terdiri dari buku pelajaran, buku agama, majalah,

karya umum, buku fiksi, semua koleksi ada yang berbentuk Braille dan ada juga

yang berbentuk awas. Kebetulan SLB-A PTN Jakarta menyediakan mesin

pembuat buku Braille, hal itu dilakukan agar dapat memudahkan perpustakaan

dalam mendapatkan koleksi yang dibutuhkan.

Pengadaan koleksi buku perpustakaan, untuk bahan ajar berdasarkan

permintaan guru sesuai dengan bidang mata pelajaran yang akan digunakan

masing-masing, sedangkan untuk buku-buku tertentu (ceritera, tentang kebijakan,

dll) dilakukan tanpa mekanisme jadi disesuaikan dengan kebutuhan dan

perkembangan yang ada.

Mekanisme pengadaan Koleksi buku Braille yang pertama adalah guru

kelas/mata pelajaran mengusulkan kepada kepala sekolah untuk diadakan koleksi

yang dibutuhkan, selanjutnya dari kepala sekolah langsung ke unit produksi buku

braille, setelah siap baru disimpan di perpustakaan dan segera dapat digunakan

oleh pengguna (siswa dan guru tunanetra).

Page 72: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

64

Pendidikan dan pelatihan perpustakaan atau informasi bagi siswa baru

dilakukan setiap yang bersangkutan berkunjung ke perpustakaan, bagaimana cara

mencari buku dan dikenalkan satu persatu.

Adapun hal-hal yang diinformasikan tentang: Nomor Rak Buku, kelompok

Buku, Kelompok Satuan Pendidikan, Kelompok Kelas dan Semester, Meja Baca,

Meja Petugas Layanan Pencatatan.

Page 73: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

65

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini, penulis akan membahas tentang hasil-hasil penelitian yang

telah di lakukan di Perpustakaan Sekolah Luar Biasa Pembina Tingkat Nasional

Jakarta, baik itu dari hasil pengamatan penulis (observasi), hasil wawancara

dengan petugas perpustakaan dan kepala sekolah, dan yang terakhir dari hasil

kuesioner yang disebarkan kepada semua siswa/i SMLB kelas 1,2 dan 3. Adapun

lebih lengkapnya akan diuraikan sebagai berikut:

A. Observasi

Metode yang pertama adalah Pengamatan lapangan (Observasi) dilakukan

di Perpustakaan Sekolah Luar Biasa dengan menggunakan peninjauan secara

langsung dalam waktu satu minggu. Observasi dilaksanakan dengan cara melihat

keadaan perpustakaan dari semua sisi yang dillakukan secara keseluruhan mulai

dari ruangan dan semua aktivitas yang terjadi di perpustakaan. Dari pengamatan

yang telah penulis lakukan, tidak banyak data yang penulis peroleh karena tidak

banyak juga aktivitas yang terjadi di perpustakaan.

Kondisi perpustakaan yang kurang baik, buku-buku masih terlihat

menumpuk karena kurangnya lokasi dan rak untuk penyimpanan koleksi, pada

awalnya perpustakaan mempunyai lahan yang cukup luas, tata letak buku sudah

rapi, sistem pelayanan berjalan sebagaimana mestinya, akan tetapi karena

kebijakan yang dikeluarkan oleh pihak sekolah mengharuskan perpustakaan

berpindah tempat, itu menyebabkan sistem yang sudah berjalan dengan cukup

baik harus dimulai lagi dari awal dengan kondisi yang berbeda. Tapi hal itu tidak

Page 74: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

66

menyurutkan semangat pengelola perpustakaan untuk menjadikan perpustakaan

Sekolah Luar Biasa Pembina menjadi benar-benar pembina bagi perpustakaan

Sekolah Luar Biasa lainnya.

B. Wawancara

Metode yang kedua adalah dengan menggunakan metode

wawancara.Wawancara dilakukan dengan menggunakan dua nara sumber yaitu

dari pihak perpustakaan dan pihak sekolah, dari pihak perpustakaan adalah

pengelola perpustakaan dan dari pihak sekolah adalah kepala sekolah. Tujuan

diadakannya wawancara adalah untuk mengetahui bagaimana peranan

perpustakaan sekolah dalam menumbuhkan kemampuan literasi informasi, dan

upaya-upaya apasaja yang telah dilakukan untuk mewujudkannya. Berikut adalah

kesimpulan dari hasil wawancara yang telah penulis lakukan, pengolahannya

disesuaikan dengan kebutuhan penelitian.

Berikut hasil wawancara dengan kepala sekolah dan pengelola

perpustakaan tentang peran perpustakaan sekolah luar biasa dalam menumbuhkan

kemampuan literasi informasi bagi anak tunanetra. Bagi instansi seperti sekolah,

peran perpustakaan adalah sangat penting karena merupakan sarana yang

disiapkan sebagai penunjang bagi proses pembelajaran di sekolah. Perpustakaan

termasuk fasilitas/sarana penting bagi sekolah, sekolah tanpa perpustakaan

rasanya kurang memberikan warna dalam pendidikan, sebagaimana pepatah

mengatakan “buku adalah gudangnya ilmu” dan menurut pendapat pengelola

perpustakaan “perpustakaan” adalah merupakan gudangnya menggali ilmu, hal ini

karena hanya ada diperpustakaanlah berbagai buku yang dapat dibaca oleh para

Page 75: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

67

siswa dan guru dalam menambah pengetahuan dan wawasannya. Sehingga

perpustakaan di sekolah menjadi penting untuk diselenggarakan.

Di SLB-A Pembina Tingkat Nasional, Perpustakaan sangat dibutuhkan

karena pada umumnya peserta didik adalah tunanetra yang buku-bukunya tidak

dijual di toko seperti halnya buku umum lainnya, itu adalah satu-satunya cara

untuk menambah wawasan-pengetahuannya di samping informasi dari guru di

kelas atau masyarakat, mereka juga harus banyak membaca di perpustakaan dan

meminjam buku-buku yang diperlukannya untuk dibaca di rumah. Dan

perpustakaan sangat menunjang di dalam proses pembelajaran di sekolah.

Upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan literasi informasi bagi

anak tunanetra untuk saat ini belum ada, karena berbagai macam kendala yang

menyebabkan tidak maksimalnya fungsi perpustakaan. Diantaranya adalah tidak

adanya petugas khusus lulusan perpustakaan yang menjadi pengelola

perpustakaan, yang ada sekarang adalah guru yang ditugaskan menjadi pengelola

perpustakaan, kendala lainnya adalah sering berpindah-pindahnya lokasi

perpustakaan sehingga mengakibatkan sistem yang sudah tertata dari segi

pelayanan, dan program-program perpustakaan menjadi tidak kondusif karena

harus mengulang penataan dari awal lagi.

C. Kuesioner

Di bawah ini adalah data-data hasil penelitian yang berbentuk kuesioner

yang telah disebarkan kepada seluruh siswa/i SMLB di Sekolah Luar Biasa

Pembina Tingkat Nasional Jakarta, semua data hasil kuesioner tersebut di bentuk

Page 76: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

68

menjadi sebuah tabel dan di hitung dengan rumus tertentu,untuk lebih lengkapnya

sebagai berikut:

1. Identitas Responden

a. Jenis Kelamin

Kebanyakan dari responden yang penulis teliti adalah laki-laki, akan tetapi

semua mempunyai peluang yang sama seperti yang dijabarkan dengan tabel di

bawah ini:

Tabel 1

Jenis Kelamin Responden

Variable Jawaban Frekuaensi Prosentase

Laki-laki 9 75%

Perempuan 3 25%

Jumlah 12 100%

Dari tabel di atas menunjukan bahwa dari 12 responden yang terpilih,

sebagian besar adalah laki-laki, itu disebabkan oleh dari jumlah siswa/i kelas 1,2

dan 3 SMLB semua hanya berjumlah 12 orang, dan laki-laki dengan jumlah

prosentase 75% (9 orang), dan sebagian kecil perempuan dengan jumlah

prosentase 25% (3 orang).

b. Asal Kelas Responden

Responden yang terpilih terdiri dari tiga kelas dan hanya kelas SMLB saja,

yaitu kelas 1, 2 dan 3 SMLB lebih lengkapnya seperti Tabel 2 di bawah ini:

Page 77: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

69

Tabel 2

Asal Kelas Responden

Kelas Frekuensi Prosentase

Kelas1 SMLB 6 50%

Kelas 2 SMLB 2 16,67%

Kelas 3 SMLB 4 33,33%

Jumlah 12 100%

Dapat diketahui dari tabel di atas bahwa sebanyak 12 responden yang di

teliti adalah keseluruhan sampel yang ada dari ketiga kelas tersebut, setengahnya

dengan jumlah prosentase 50%(6 orang), sebagian kecil dengan jumlah prosentase

16,67% (2 orang), dan hampir setengahnya dengan jumlah prosentase 33,33%

(4 orang).

2. Informasi Umum

c. Pendapat Siswa Terhadap Keberadaan Perpustakaan

Keberadaan perpustakaan pada sebuah instansi pendidikan tentunya sangat

penting, terutama untuk membantu proses pembelajaran di kelas, bagaiman

menurut siswa apakah penting atau tidak keberadaan perpustakaan di sekolah

dapat kita lihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3

Pendapat Siswa Terhadap Keberadaan Perpustakaan Sekolah

Variabel Jawaban Frekuensi ProsentaseSangat penting 7 58,33%Cukup penting 4 33,33%Kurang penting 1 8,33%Tidak penting 0 0%Jumlah 12 100%

Page 78: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

70

Dari data pada tabel di atas dapat kita lihat bahwa sebagian besar

responden menyatakan sangat penting keberadaan perpustakaan di sekolah dengan

nilai prosentase 58,33% (7 orang), hampir setengahnya responden menyatakan

cukup penting dengan nilai prosentase 33,33% (4 orang), dan sebagian kecil

responden menyatakan kurang penting dengan nilai prosentase 8,33% (1 orang).

Dengan demikian dapat di ambil kesimpulan bahwa menurut kebanyakan

responden menyatakan kalau perpustakaan itu memang penting untuk sebuah

instansi pendidikan seperti sekolah, karena dapat menunjang proses pembelajaran.

Keberadaan perpustakaan begitu sangat penting dan berperan sekali untuk

menunjang proses pendidikan, belajar-mengajar dan penelitian. Oleh karenanya,

para pemakai perpustakaan dituntut agar menguasai berbagai pengetahuan dan

ketrampilan yang diperlukan untuk dapat menggunakan atau memanfaatkan

beragai fasilitas perpustakaan dengan efektif, terlebih dengan adanya ledakan

informasi pada era globalisasi ini.

d. Keanggotaan Perpustakaan

Tabel 4

Keanggotaan Perpustakaan

Variabel Jawaban Frekuensi Prosentase

Ya 1 8,33%

Tidak 11 91,67%

Jumlah 12 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa hampir seluruhnya responden tidak

menjadi anggota perpustakaan yaitu berjumlah 91,67% (11 orang), dan sebagian

kecil menjadi anggota berjumlah 8,33% (1 orang), untuk mengetahui alasan

Page 79: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

71

kenapa kebanyakan responden tidak menjadi anggota perpustakaan dapat dilihat

pada tabel 5 di bawah ini:

Tabel 5

Alasan Tidak Menjadi Anggota

Variabel Jawaban Frekuensi Prosentase

Karena perpustakaan tidak menarik bagi saya 0 0%

Karena koleksinya kurang lengkap 1 9,09%

Karena pelayanan kurang memuaskan 0 0%

Karena sarana dan prasarana kurang memadai 0 0%

Karena belum ada system keanggotaan 10 90,91%

Jumlah 11 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa alasan

responden tidak menjadi anggota sebagian kecil yaitu dengan jumlah prosentase

9,09% (1 orang), dan hampir seluruhnya responden tidak menjadi anggota karena

tidak ada system keanggotaan di perpustakaan tersebut yaitu berjumlah 90,91%

(10 orang), itu di sebabkan oleh memang sekarang tidak ada system keanggotaan

setelah ruangan perpustakaan terus berpindah-pindah, jadi sekarang walaupun

tidak tercatat sebagai anggota perpustakaan, siswa/i dapat menggunakan

perpustakaan sesuai kebutuhan masing-masing.

e. Tujuan Datang ke Perpustakaan

Tujuan ke perpustakaan bisa berbagai macam tergantung kebutuhan, mau

membaca mencari informasi atau apapun itu yang penting bermanfaat bagi orang

tersebut. Untuk mengetahui tujuan semua responden datang ke perpustakaan dapat

dilihat pada tabel berikut:

Page 80: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

72

Tabel 6

Tujuan Datang ke Perpustakaan

Variabel Jawaban Frekuensi ProsentasiMembaca 2 16,67%Mencari Informasi 5 41,67%Mengerjakan tugas 0 0%Meminjam dan mengembalikan buku 5 41,67%Mengisi waktu luang 0 0%Lainnya… 0 0%Jumlah 12 100%

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian kecil tujuannya adalah

untuk membaca berjumlah 16,67% (2 orang), dan hampir setengahnya tujuan

responden datang keperpustakaan adalah untuk mencari informasi dan meminjam

buku berjumlah 41,67% (5 orang). Hal tersebut dapat menunjukkan perpustakaan

bisa menjadi tempat untuk apa saja tergantung tujuan responden. Atas motivasi

siapa responden datang ke perpustakaan, hal itu dapat kita lihat dari Tabel 7 di

bawah ini:

Tabel 7

Motivasi Datang ke Perpustakaan

Variabel Jawaban Frekuensi Prosentase

Guru 1 8,33%

Diri Sendiri 11 91,67%

Teman 0 0%

Pustakawan 0 0%

Jumlah 12 100%

Data di atas menunjukkan bahwa hampir seluruhnya responden datang ke

perpustakaan atas motivasi diri sendiri yaitu berjumlah 91,67% (11 orang), dan

sebagian kecil atas motivasi guru berjumlah 8,33% (1 orang).

Page 81: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

73

Motivasi adalah hal yang paling penting untuk suatu tindakan, baik itu

motivasi dari diri sendiri maupun dari orang lain, tapi dari diri sendiri akan lebih

baik karena hal itu menunjukan kalau orang tersebut memang mempunyai tekad

atau keinginan untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih banyak.

Perpustakaan adalah tempat untuk mencari informasi baik yang berbentuk

tercetak ataupun terekam, akan tetapi bagaimana cara seseorang mendapatkan

informasi itu tergantung dari cara orang tersebut menggunakan metode pencarian

seperti apa, dan untuk mengetahui bagaimana cara responden mendapatkan

informasi khususnya yang berbentuk buku yang ada di perpustakaan dapat kita

lihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 8

Hal yang Dilakukan Bila Ingin Mencari Buku di Perpustakaan

Variabel Jawaban Frekuensi ProsentasiMencari langsung ke rak 7 58,33%Bertanya ke petugas perpustakaan 4 33,33%Bertanya ke teman 1 8,33%Bertanya kepada guru 0 0%Lainnya… 0 0%Jumlah 12 100%

Berdasarkan data pada tabel di atas dapat kita lihat bila responden ingin

mencari buku di perpustakaan yang dilakukan pertama kali sebagian besar adalah

langsung mencari buku tersebut ke rak yaitu berjumlah 58,33% (7 orang), hampir

setengahnya ada yang bertanya kepada petugas perpustakaan yaitu berjumlah

33,33% (4 orang), dan sebagian kecil yang bertanya ke teman terlebih dahulu

yaitu berjumlah 8,33% (1 orang).

Page 82: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

74

3. Frekuensi Datang ke Perpustakaan

f. Frekuensi Datang ke Perpustakaan

Untuk melihat apakah perpustakaan itu diminati atau tidak oleh setiap

siswa yang ada di Sekolah Luar Biasa-A Pembina Tingkat Nasional Jakarta dapat

dilihat dari seberapa sering siswa/i datang ke perpustakaan, dan untuk lebih

jelasnya dapat dilihat dari Tabel 9 berikut ini:

Tabel 9

Frekuensi Datang ke Perpustakaan

Variabel Jawaban Frekuensi ProsentaseSering 2 16,67%Cukup Sering 1 8,33%

Jarang 9 75%Tidak pernah sama sekali 0 0%Jumlah 12 100%

Dapat dilihat dari tabel di atas bahwa sebagian kecil yang mengatakan

sering datang ke perpustakaan dengan jumlah prosentase 16,67% (2 orang), dan

sebagian kecil lagi yang mengatakan cukup sering berjumlah 8,33% (2 orang),

dan sebagian besar responden mengatakan jarang datang ke perpustakaan

berjumlah 75% (9 orang).

Dapat disimpulkan bahwa kebanyakan siswa/i SMLB jarang datang ke

perpustakaan. Untuk lebih jelasnya apakah siswa jarang atau sering dapat dilihat

dari berapa kali siswa/i datang ke perpustakaan dalam 1 minggunya, dapat dilihat

dari tabel di bawah ini:

Page 83: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

75

Tabel 10

Berapa Kali dalam Seminggu Datang ke Perpustakaan

Variabel Jawaban Frekuensi Prosentase

1 Kali 3 25%

2 Kali 6 50%

3 Kali 3 25%

Lebih dari 3 kali 0 0%

Tidak Pernah 0 0%

Jumlah 12 100%

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa setengahnya responden

menyatakan 2 kali datang ke perpustakaan dalam seminggunya dengan jumlah

prosentase 50% (6 orang), sebagian kecil mengatakan 1 kali berjumlah 25%

(3 orang) dan 3 kali berjumlah 25% (3 orang).

4. Penggunaan Perpustakaan

g. Pendidikan Pemakai

Tidak semua orang bisa menggunakan perpustakaan, apalagi bagi orang

yang baru atau belum pernah datang ke perpustakaan, itu dapat menghambat

seseorang untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkannya, maka dari itu

diperlukan pengetahuan atau pendidikan terlebih dahulu untuk menggunakan

perpustakaan, dan apakah responden mendapatkan pendidikan pemakai terlebih

dahulu sebelum menggunakan perpustakaan dapat kita lihat pada tabel berikut ini:

Page 84: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

76

Tabel 11

Pendidikan Pemakai

Variabel Jawaban Frekuensi ProsentaseYa 7 58,33%Tidak 5 41,67%Jumlah 12 100%

Melalui tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

mendapatkan pendidikan pemakai terlebih dahulu sebelum menggunakan

perpustakaan yaitu berjumlah 58,33% (7 orang), dan hampir setengahnya tidak

mendapatkan pendidikan pemakai sebelum menggunakan perpustakaan yaitu

berjumlah 41,67% (5 orang). Apakah pendidikan pemakai tersebut membantu

responden dalam menggunakan perpustakaan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 12

Membantu atau Tidak Pendidikan Pemakai

Variabel Jawaban Frekuensi Prosentase

Membantu 5 71,43%Cukup membantu 2 28,57%

Kurang membantu 0 0%Tidak membantu 0 0%

Jumlah 7 100%

Dengan melihat tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden menyatakan membantu dengan adanya pendidikan pemakai dengan

nilai prosentase 71,43% (5 orang), dan hampir setengahnya menyatakan cukup

membantu dengan nilai prosentase 28,57% (2 orang). Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa pendidikan pemakai bagi siswa yang baru adalah membantu

Page 85: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

77

mereka untuk mengetahui bagaimana caranya menggunakan perpustakaan dengan

baik.

h. Asal Memperoleh Bacaan

Bahan bacaan bisa berasal darimana saja, bisa dari perpustakaan, membeli

sendiri, pinjam, dan lain sebagainya, yang terpenting kita bisa mendapatkan ilmu

pengetahuan yang kita butuhkan, untuk mengetahui darimana responden

memperoleh bahan bacaan dapat kita lihat dari tabel berikut:

Tabel 13

Asal Memperoleh Bacaan

Variabel Jawaban Frekuensi ProsentaseMenyewa 0 0%Hadiah dari orang tua 0 0%Pinjam dari perpustakaan sekolah 10 83,33%Menukar bacaan 0 0%Pinjam dari temen 1 8,33%Membeli sendiri 1 8,33%Jumlah 12 100%

Melalui Tabel di atas dapat diketahui bahwa hampir seluruhnya responden

memperoleh bahan bacaan pinjam dari perpustakaan sekolah berjumlah 83,33%

(10 orang), sebagian kecil pinjam dari teman berjumlah 8,33% (1 orang), dan dari

membeli sendiri berjumlah 8,33% (1 orang). Dari data tersebut dapat disimpulkan

bahwa responden memanfaatkan perpustakaan untuk memperoleh bahan bacaan

yang dibutuhkan untuk menambah ilmu pengetahuan.

i. Asal Memperoleh Pengetahuan atau Informasi

Pengetahuan atau informasi bisa didapatkan dimana saja, bisa dari

perpustakaan dari internet ataupun dari yang lainnya, untuk mengetahui darimana

Page 86: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

78

responden mendapatkan pengetahuannya darimana dapat kita lihat dari tabel

berikut:

Tabel 14

Asal Memperoleh Pengetahuan atau Informasi

Variabel Jawaban Frekuensi ProsentasePerpustakaan 8 66,67%Saudara 0 0%Internet 4 33,33%Orang Tua 0 0%Lainnya… 0 0%Jumlah 12 100%

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

memperoleh pengetahuan/ informasinya dari perpustakaan yaitu berjumlah

66,67% (8 orang), dan hampir setengahnya dari internet berjumlah 33,33%

(4 orang). Agar informasi yang didapatkan sesuai dengan apa yang kita harapkan

maka harus tahu betul bagaimana mencari informasi yang benar dengan metode

yang benar pula.

j. Dapat Menggunakan Internet

Teknologi informasi yang semakin maju pesat, menuntut semua orang

untuk mengembangkan pengetahuannya tentang teknologi agar tidak ketinggalan

informasi, begitupun di lingkungan sekolah, siswa/siswi harus dibekali ilmu

pengetahuan tentang teknologi informasi agar nanti sudah siap dalam menghadapi

era globalisasi seperti sekarang ini. Untuk mengetahui apakah responden dapat

menggunakan internet atau tidak dapat diketahui pada tabel berikut:

Page 87: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

79

Tabel 15

Dapat Mengakses Internet

Variabel Jawaban Frekuensi ProsentasiBisa 5 41,67%Cukup bisa 2 16,67%Kurang bisa 1 8,33%Tidak bisa 4 33,33%Jumlah 12 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa hampir setengahnya

responden bisa mengakses internet yaitu berjumlah 41,67% (5 orang), sebagian

kecil yang menyatakan cukup bisa berjumlah 16,67% (2 orang), sebagian kecil

responden menyatakan kurang bisa mengakses internet berjumlah 8,33%

(1 orang), dan hampir setengahnya yang menyatakan tidak bisa berjumlah 33,33%

(4 orang).

Dapat disimpulkan bahwa pada umumnya responden dapat menggunakan

internet, tentunya dengan bantuan alat yang sudah dimodivikasi sesuai kebutuhan.

Darimanakah responden belajar menggunakan internet dapat diketahui pada tabel

berikut ini:

Tabel 16

Asal Belajar Mengakses Internet

Variabel Jawaban Frekuensi ProsentaseGuru 8 100%Pengelola Perpustakaan 0 0%Orang Tua 0 0%Teman 0 0%Saudara 0 0%Lainnya… 0 0%Jumlah 8 100%

Page 88: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

80

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa seluruh responden yang

dapat menggunakan internet belajar dari guru yaitu berjumlah 100% (8 orang).

Dalam hal ini, guru mempunyai peranan yang sangat besar untuk membantu

responden dengan keterbatasan yang dimiliki agar dapat mendapatkan

pengetahuan agar tidak ketinggalan atau tidak kalah dengan anak awas pada

umumnya. Sejak kapan responden dapat menggunakan internet dapat diketahui

pada tabel di bawah ini:

Tabel 17

Sejak Kapan Bisa Mengakses Internet

Variabel Jawaban Frekuensi ProsentaseSejak SD 4 50%Sejak SMP 1 12,5%Sejak SMA 0 0%Tidak Tahu 3 37,5%Jumlah 8 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa setengahnya responden bisa mengakses

internet sejak duduk di bangku Sekolah Dasar yaitu berjumlah 50% (4 orang),

sebagian kecil yang mengatakan sejak SMP berjumlah 12,5% (1 orang), dan

hampir setengahnya lagi menyatakan tidak tahu sejakkapan bisa mengakses

internet yaitu berjumlah 37,5% (3 orang).

k. Cara yang Dilakukan Agar Informasi yang Didapat Sesuai Kebutuhan

Agar informasi yang kita dapatkan sesuai dengan apa yang kita butuhkan,

maka diperlukan cara tertentu untuk mendapatkan yang sesuai dengan keinginan

kita, apakah responden melakukan cara tertentu dahulu sebelum melakukan

pencarian informasi dapat kita lihat pada tabel di bawah ini:

Page 89: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

81

Tabel 18

Cara yang Dilakukan Agar Informasi yang Didapat Sesuai Kebutuhan

Variabel Jawaban Frekuensi ProsentaseMengetahui secara benar informasi yang dibutuhkan 3 25%Mengetahui cara penelusuran informasi yang benar 2 16,67%Bertanya ke guru/pengelola perpustakaan tempatinformasi yang dibutuhkan

5 41,67%

Lainnya…tidak melakukan apa-apa 2 16,67%Jumlah 12 100%

Melalui tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian kecil responden

menyatakan ada cara tertentu agar informasi yang didapat sesuai kebutuhan yaitu

mengetahui secara benar informasi yang dibutuhkan dengan nilai prosentase 25%

(3 orang), sebagian kecil lagi menyatakan mengetahui cara penelusuran informasi

yang benar dengan nilai prosentase 16,67% (2 orang), hampir setengahnya

bertanya terlebih dahulu ke guru/pengelola perpustakaan tempat informasi yang

dicari dengan nilai prosentase 41,67% (5 orang), dan sebagian kecil menyatakan

tidak melakukan tertentu terlebih dahulu dengan nilai prosentase 16,67% (2

orang). Setelah informasi ditemukan apa yang responden lakukan, untuk

mengetahuinya dapat kita lihat pada tabeldi bawah ini:

Tabel 19

Tindakan Setelah Informasi di Temukan

Variabel Jawaban Frekuensi ProsentaseMenyeleksinya 1 8,33%Langsung diambil semua informasinya 0 0%Dibaca terlebih dahulu 8 66,67%Langsung di bawa ke kelas 2 16,67%Dilihat dahulu judulnya 1 8,33%Lainnya… 0 0%Jumlah 12 100%

Page 90: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

82

Berdasarkan data pada tabel di atas dapat diketahui sebagian kecil

tindakan responden setelah informasi ditemukan adalah diseleksi terlebih dahulu

informasinya berjumlah 8,33% (1 orang), sebagian besar dibaca terlebih dahulu

yaitu berjumlah 66,67% (8 orang), ada yang langsung dibawa ke kelas berjmlah

16,67% (2 orang), dan yang terakhir dilihat dulu judulnya berjumlah 8,33% (1

orang). Agar informasi yang didapat bermanfaat, maka harus di aplikasikan dalam

kehidupan sehari-hari agar berguna bagi diri sendiri ataupun orang lain. Membagi

informasi ada bisa dengan berbagai cara, bisa dengan presentase, diskusi, dan

yang lainnya. Untuk mengetahui apakah responden membagi informasi yang

didapat dengan orang lain atau tidak, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 20

Membagi Informasi yang Didapat dengan Orang Lain

Variabel Jawaban Frekuensi Prosentase

Ya 9 75%

Tidak 3 25%

Jumlah 12 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden membagi

informasinya dengan orang lain yaitu berjumlah 75% (9 orang), dan sebagian

kecil lagi mengatakan tidak berbagi dengan orang lain berjumlah 25% (3 orang).

l. Guru Menganjurkan Siswa untuk Datang ke Perpustakaan

Anjuran guru kepada siswa untuk datang ke perpustakaan dapat

memotivasi siswa agar lebih semangat untuk mencari informasi di perpustakaan,

hal itu menunjukkan bahwa adanya kerja sama antara guru dan pengelola

perpustakaan dalam mengembangkan tingkat kreatifitas siswa dalam mencari

Page 91: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

83

informasi. Seberapa sering guru menganjurkan siswa untuk datang ke

perpustakaan dapat dilihat pada Tabel 21 berikut:

Tabel 21

Guru Menganjurkan Siswa untuk Datang ke Perpustakaan

Variabel Jawaban Frekuensi Prosentase

Selalu 1 8,33%

Cukup Sering 2 16,67%

Jarang 8 66,67%

Tidak Pernah 1 8,33%

Jumlah 12 100%

Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian kecil responden

menyatakan guru selalu menganjurkan siswa untuk datang ke perpustakaan

dengan jumlah prosentase 8,33% (1 orang), dan sebagian kecil lagi menyatakan

cukup sering berjumlah 16,67% (2 orang), sebagian besar guru jarang

menganjurkan siswanya untuk datang ke perpustakaan yaitu berjumlah 66,67%

(8 orang), dan sebagian kecil lagi tidak pernah menganjurkan dengan jumlah

prosentase 8,33% (1 orang).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa guru jarang menganjurkan

siswa untuk datang ke perpustakaan. Guru menganjurkan siswanya untuk datang

ke perpustakaan tentu ada alasannya, untuk mengetahui hal tersebut dapat dilihat

pada tabel berikut:

Page 92: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

84

Tabel 22

Keperluan Guru Menganjurkan Siswa untuk Datang ke Perpustakaan

Variabel Jawaban Frekuensi ProsentasiUntuk menyelesaikan tugas 6 50%Untuk mencari informasi 5 41,67%Untuk penelitian 0 0%Untuk menambah informasi 1 8,33%Untuk rekreasi 0 0%Lainnya… 0 0%Jumlah 12 100%

Berdasarkan data pada tabel di atas dapat disimpulkan bahwa keperluan

guru menganjurkan siswanya untuk datang ke perpustakaan setengahnya

responden menjawab adalah untuk menyelesaikan tugas yaitu berjumlah 50%

(6 orang), hampir setengahnya untuk mencari informasi berjumlah 41,67%

(5 orang), dan sebagian kecil adalah untuk menambah informasi berjumlah 8,33%

(1 orang).

m. Pendapat Siswa Terhadap Penggunaan Koleksi dalam Penyelesaian Tugas

Perpustakaan adalah tempat semua ilmu berada, dengan itu semua orang

bisa mendapatkan ilmu sesuai dengan yang dibutuhkan. Penggunaan koleksi

dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru kepada siswa dapat

memperlihatkan bagaimana siswa memanfaatkan koleksi yang ada dengan sebaik

mungkin, untuk mengetahui apakah koleksi yang ada membantu siswa dalam

menyelesaikan tugasnya dapat kita lihat pada tabel berikut ini:

Page 93: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

85

Tabel 23

Pendapat Siswa Terhadap Penggunaan Koleksi dalam Penyelesaian Tugas

Variabel Jawaban Frekuensi Prosentasi

Membantu 5 41,67%

Cukup membantu 3 25%

Kurang membantu 2 16,67%

Tidak membantu sama sekali 2 16,67%

Jumlah 12 100%

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hampir setengahnya responden

menyatakan kalau koleksi yang ada di perpustakaan sudah membantu dalam

menyelesaikan tugas-tugas yang di berikan guru dengan nilai prosentase 41,67%

(5 orang), sebagian kecil menyatakan cukup membantu dengan nilai prosentase

25% (3 orang), sebagian kecil lagi menyatakan kurang membantu dan tidak

membantu sama sekali dengan nilai prosentase 16,67% (2 orang).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa koleksi perpustakaan

membantu siswa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan, hal tersebut

menunjukkan kalau perpustakaan mempunyai peran yang sangat besar dalam

proses pembelajaran.

n. Pendapat Siswa terhadap Terpenuhinya Kebutuhan dalam Proses

Pembelajaran dengan Koleksi Perpustakaan

Proses pembelajaran dapat berlangsung secara lancar, apabila

terpenuhinya kebutuhan untuk proses tersebut, diantaranya dengan bantuan

koleksi yang ada di perpustakaan, apakah menurut responden koleksi

perpustakaan sudah memenuhi kebutuhan dalam proses pembelajaran dapat

diketahui pada tabel di bawah ini:

Page 94: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

86

Tabel 24

Pendapat siswa terhadap terpenuhinya kebutuhan dalam proses pembelajaran

dengan koleksi perpustakaan

Variabel Jawaban Frekuensi ProsentaseTerpenuhi 0 0%Cukup terpenuhi 4 33,33%

Kurang terpenuhi 6 50%Tidak terpenuhi 2 16,67%Jumlah 12 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa hampir setengahnya dari responden

menyatakan cukup terpenuhi dengan nilai prosentase 33,33% (4 orang),

setengahnya responden menyatakan kurang terpenuhi dengan nilai prosentase

50% (6 orang), dan sebagian kecil responden menyatakan tidak terpenuhi dengan

nilai prosentase 16,67% (2 orang).

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa koleksi perpustakaan

belum memenuhi kebutuhan siswa dalam proses pembelajaran.

o. Petugas Perpustakaan Membantu dalam Mendapatkan Informasi di

Perpustakaan

Diantara tugas dari pengelola perpustakaan adalah membantu pengguna

dalam memdapatkan informasi yang dibutuhkannya, apakah petugas perpustakaan

sekolah luar biasa selalu membantu penggunaka untuk mendapatkan informasi

yang dibutuhkan dapat kita lihat pada tabel berikut ini:

Page 95: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

87

Tabel 25

Petugas Perpustakaan Membantu dalam Mendapatkan Informasi di Perpustakaan

Variabel Jawaban Frekuensi ProsentaseSelalu 1 8,33%Cukup sering 4 33,33%Jarang 6 50%Tidak pernah 2 16,67%Jumlah 12 100%

Melalui tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian kecil responden

menyatakan petugas perpustakaan selalu membantu dalam mencari informasi

dengan nilai prosentase 8,33% (1 orang), hampir setengahnya responden

menyatakan cukup sering dengan nilai prosentase 33,33% (4 orang), setengahnya

dari responden menyatakan jarang membantu dengan nilai prosentase 50%

(6 orang), dan sebagian kecil responden menyatakan tidak pernah membantu

dengan nilai prosentase 16,67% (2 orang).

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa petugas perpustakaan

cukup sering membantu responden dalam mencari informasi yang dibutuhkan, itu

menunjukkan kalau petugas perpustakaan mengetahui secara betul tanggung

jawabnya sebagai pengelola perpustakaan.

p. Hambatan dalam Mencari Informasi

Dalam mencari informasi tidak semudah dengan apa yang kita bayangkan,

kadang ada hambatan-hambatan tertentu, sehingga menyebabkan sulitnya

mendapatkan informasi yang kita butuhkan, apakah responden pernah mendapat

hambatan dalam mencari informasi dapat kita lihat pada tabel di bawah ini:

Page 96: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

88

Tabel 26

Hambatan dalam Mencari Informasi

Variabel Jawaban Frekuensi ProsentaseSelalu 3 25%Sering 2 16,67%Jarang 3 25%Tidak pernah 4 33,33%Jumlah 12 100%

Data di atas menunjukkan bahwa sebagian kecil dari responden

menyatakan selalu mendapat hambatan dalam mencari informasi dengan nilai

prosentase 25% (3 orang), sebagian kecil responden menyatakan sering mendapat

hambatan dengan nilai prosentase 16,67% (2 orang), sebagian kecil lagi

menyatakan jarang mendapat hambatan dengan nilai prosentase 25% (3 orang),

dan yang terakhir hampir setengahnya responden menyatakan tidak pernah

mendapat hambatan dengan nilai prosentase 33,33% (4 orang). Hambatan dalam

mencari informasi ada berbagai macam, untuk mengetahui hambatan apa yang di

temui oleh responden dapat kita lihat pada tabel berikut:

Tabel 27

Hambatan yang Ditemui

Variabel Jawaban Frekuensi ProsentaseKoleksinya sedikit 3 37,5%Koleksi yang dicari tidak ditemukan 1 12,5%Penelusuran koleksi sulit dilakukan 3 37,5%Lainnya..Pengadaan koleksi terlambat 1 12,5%Jumlah 8 100%

Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa hampir setengahnya responden

menyatakan hambatannya adalah karena koleksinya sedikit dengan nilai

Page 97: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

89

prosentase 37,5% (3 orang), sebagian kecil menyatakan karena koleksi yang di

cari tidak ditemukan dengan nilai prosentase 12,5% (1 orang), hampir

setengahnya responden menyatakan karena penelusuran koleksi sulit dilakukan

dengan nilai prosentase 37,5% (3 orang), sebagian kecil lagi menyatakan karena

pengadaan koleksi yang terlambat dengan nilai prosentase 12,5% (1 orang).

Page 98: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

90

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan yang terakhir dari semua bab yang telah dibahas,

dalam bab ini akan diuraikan kesimpulan dari keseluruhan hasil penelitian yang

telah dilakukan dan di analisa dari bab 1 hingga bab 4, nanti juga akan diuraikan

beberapa saran yang membangun bagi perpustakaan sekolah luar biasa agar lebih

baik lagi untuk kedepannya. Untuk lebih lengkapnya sebagai berikut:

A. Kesimpulan

Ada beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian yang

telah dilakukan tentang peran perpustakaan sekolah luar biasa dalam

menumbuhkan kemampuan literasi informasi bagi anak tunanetra, yaitu:

1. Upaya-upaya yang dilakukan sekolah luar biasa untuk meningkatkan

kemampuan literasi informasi bagi anak tunanetra belum optimal. Hal itu

terlihat dari kurangnya sarana dan prasarana yang memadai, baik itu dari

fasilitas yang tersedia dan koleksi perpustakaan sangat kurang terutama

untuk pelajar SMLB. Kebanyakan koleksi untuk tingkat sekolah dasar dan

menengah. Walaupun begitu, kebanyakan siswa sudah bisa belajar

mandiri, mencari informasi di perpustakaan tanpa bantuan petugas

perpustakaan, karena sebelum mereka menggunakan perpustakaan

diberikan pendidikan pemakai terlebih dahulu oleh pengelola perpustaaan.

Begitupun dengan penggunaan komputer atau internet, sudah menjadi

Page 99: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

91

mata pelajaran wajib bagi siswa. Hal itu dilakukan untuk membekali siswa

agar tidak gagap teknologi nanti setelah lulus sekolah.

2. Keberadaan perpustakaan di sekolah luar biasa sangan penting, itu terlihat

dari hasil sebaran kuesioner tentang seberapa penting keberadaan

perpustakaan, sebagian besar responden menyatakan sangat penting

dengan nilai prosentase 58,33% dan yang menyatakan cukup penting

berjumlah 33,33%.

3. Semua mempunyai peranan yang cukup besar, baik dari pihak sekolah,

pengelola perpustakaan, guru dan siswa untuk membekali siswa dengan

kemampuan literasi informasi. Maka dari itu diperlukan perhatian yang

lebih demi pengembangan perpustakaan yang lebih baik.

B. Saran

Setelah memberi kesimpulan terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan,

peneliti merasa harus memberikan beberapa saran yang mudah-mudahan menjadi

motivasi bagi perpustakaan sekolah luar biasa untuk menjadi lebih baik lagi, yaitu

sebagai berikut:

1. Sebaiknya ada petugas perpustakaan yang khusus mengelola perpustakaan,

sehingga aktivitas yang ada di perpustakaan akan berjalan lancar. Baik

dari pelayanan sirkulasi, ataupun pelayanan teknis lainnya.

2. Hendaknya koleksi untuk SMLB di tambah, agar siswa tidak lagi merasa

kesulitan apabila ingin mencari informasi yang dibutuhkannya. Dan dari

segi pengadaan koleksi seringkali mengalami keterlambatan ini juga perlu

dikaji lagi.

Page 100: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

92

3. Hendaknya fasilitas perpustakaan di tambah dalam rangka menunjang

upaya perpustakaan untuk meningkatkan kemampuan literasi informasi

siswa.

4. Diharapkan upaya-upaya perpustakaan sekolah luar biasa untuk

meningkatkan kemampuan literasi informasi siswa agar lebih

dioptimalkan kembali.

5. Hendaknya buku Braille disamakan dengan buku awasnya, baik dari

pengarangnya ataupun dari judulnya, agar tidak menyulitkan siswa dalam

mendapatkan informasi.

6. Hendaknya perpustakaan dibuat semenarik mungkin, agar dapat memicu

siswa untuk datang ke perpustakaan.

Page 101: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

93

DAFTAR PUSTAKA

Alfida. (2008). ”Pustakawan dan Literasi Informasi: Menguak KemampuanPustakawan dan Membimbing Pengguna”. Al-Maktabah: JurnalKomunikasi dan Informasi Perpustakaan, 9 (2), 234

Barraga, N.C. (1986). Psychological Implications of Low Vision. Kuala Lumpur:First Asia Pacific Seminar.

Diknas. (1981). Sekolah Luar Biasa Sekilas Lintas. Jakarta: Fa Perkara Offset.

Farida, Ida dkk. (2005). Information Literacy Skill: Dasar Pembelajaran SeumurHidup. Jakarta: UIN Jakarta Press.

Hartanto (2006). Para tunanetra kini tertolong untuk membaca buku-buku diperpustakaan, Departemen Pendidikan Nasional menyediakan pojoktunanetra yang memungkinkan mereka membaca buku-buku perpustakaansecaradigital.http://hartanto.Blogspot.com/2006/12/layanan-perpustakaan-untuk-pengguna.htm. Diakses tanggal 18 Mei 2009.

Moleong, Lexy J.(2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT RemajaRusdakarya Offset.

Mudjito. (1999). Membina Minat Baca. Jakarta: Universitas Terbuka

Nasution. (2002). Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Nurhadi, Muljan Achmad. (1981). Cara Mengevaluasi Perpustakaan Sekolah.Jakarta: Majalah Berita Perpustakaan.

Nuryudi. (2006). ”Mendukung Pendidikan Berbasis Kompetensi dengan ProgramLiterasi dasar dan Information Literacy di Perpustakaan Sekolah”. Al-Maktabah: Jurnal Komunikasi dan Informasi Perpustakaan, 8 (2), 14-15

Pamudji, dkk. (1999). Meningkatkan Kemampuan Mandiri Anak Tunanetra diSLB/ A Surabaya. Surabaya: DEPDIKBUD.

Pamudji, dkk. (1998). Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Anak TunanetraMelalui Pengajaran Modul di SLB/ A Surabaya. Surabaya: DEPDIKBUD.

Parmono. (2007). Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan TataKerja. Jakarta: Grasindo.

Perpustakaan Nasional RI. (2001). Pedoman Umum PenyelenggaraanPerpustakaan Sekolah: Jakarta. Perpustakaan Nasional RI.

Page 102: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH LUAR BIASA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2837/1/91766... · membantu siswa dalam menggunakannya, pendidikan komputer sudah

94

Puspita, Irine. (2003). Mengelola Perpustakaan SLB. Subang: UPTDPerpustakaan.

Rahardja, Djadja. (2004). Pendidikan Anak Low Vision. Jakarta: UPI.

Roberts, F.K. (1986). The Parent Connection: Enhancing the EffectiveComponent of Parent Comperences. Teaching Exceptional Children.

Saiful-Haq, Rizal, dkk. (2006). Pengantar Manajemen Perpustakaan Madrasah.Jakarta: Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Saiful-Haq, Rizal, dkk.(2005). Perpustakaan dan Pendidikan: Pemetaan Peran-Serta Perpustakaan dalam Proses Belajar-Mengajar, Jakarta: FakultasAdab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Somantri, T Stjihati.(2006). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT RafikaAditama.

Sudijojo, Anas. (1997). Pengantar Statistika Pendidikan. Jakarta: Raja GrafindoPersada.

Sulistyo-Basuki.(1993). Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia.

Suryana, R. (1982). Membina Perpustakaan Sekolah: Pengantar Teori danPraktek. Bandung: Paramaarhta.

Sutarno. NS. (2003). Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta: Yayasan OborIndonesia.

Tim Peneliti Mahasiswa. (1995). Eksperimen Permainan Kartu Huruf Brailedalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Anak Tunanetra. Surabaya:DEPDIKBUD.

Wahyudiati. (2008). Urgensi Literasi Informasi Sebagai Bekal Kecakapan Hidup.http://batikyogya.wordpress.com/2008/03/03/urgensi-literasi-informasi-sebagai-bekal-kecakapan-hidup. Diakses 20 Desember 2009

Warsito, Hermawan. (1992). Pengantar Metodologi Penelitian: Buku PanduanMahasiswa. Jakarta: Gramedia.

Widdjajantin, Anastasia. (2004). Ortopedagogik Tunanetra I. Jakarta:DEPDIKBUD.