peran pelayanan kesehatan primer terhadap konversi tuberkulosis paru...
TRANSCRIPT
Makassar, 1 Oktober 2016 Nomor : 534/KONAS IAKMI XIII/X/2016 Lampiran : Surat Konfirmasi Kehadiran Perihal : Penerimaan Abstrak Kepada:
Yth. Al Asyary Upe Di, Tempat Dengan Hormat, Kami sampaikan bahwa abstrak yang Anda kirimkan dinyatakan diterima untuk presentasi
poster pada Kongres Nasional Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat (IAKMI) XIII, tanggal 3-5
November 2016 di Hotel Four Points by Sheraton, Makassar.
No. Abstrak : P21005
Judul : PERAN PELAYANAN KESEHATAN PRIMER TERHADAP
KONVERSI TUBERKULOSIS PARU, KOTA KENDARI,
SULAWESI TENGGARA
Tema : Manajemen Pelayanan Kesehatan
Kami juga menyampaikan bahwa Anda harus segera mengirimkan Full Paper (makalah)
sesuai dengan Nomor Abstrak, format dan jadwal yang tercantum di
www.konasiakmi13.org. Demikian juga dengan konfirmasi kehadiran diharapkan segera
dilakukan paling lambat 3 Oktober 2016, yaitu dengan mengirimkan kembali surat
konfirmasi kehadiran sebagai presenter pada acara konas ke email
[email protected], sebagaimana terlampir.
Semoga kita bisa bertemu di Kongres Nasional IAKMI XIII Salam Hangat dari Makassar.
Ketua Panitia,
Prof. dr. Veni Hadju, M.Sc., Ph.D
(—THIS SIDEBAR DOES NOT PRINT—)
DESIGN GUIDE
This PowerPoint 2007 template produces a 48”x48”
presentation poster. You can use it to create your research
poster and save valuable time placing titles, subtitles, text,
and graphics.
We provide a series of online tutorials that will guide you
through the poster design process and answer your poster
production questions. To view our template tutorials, go
online to PosterPresentations.com and click on HELP DESK.
When you are ready to print your poster, go online to
PosterPresentations.com
Need assistance? Call us at 1.510.649.3001
QUICK START
Zoom in and out As you work on your poster zoom in and out to the
level that is more comfortable to you. Go to VIEW >
ZOOM.
Title, Authors, and Affiliations Start designing your poster by adding the title, the names of the
authors, and the affiliated institutions. You can type or paste text
into the provided boxes. The template will automatically adjust the
size of your text to fit the title box. You can manually override this
feature and change the size of your text.
TIP: The font size of your title should be bigger than your name(s)
and institution name(s).
Adding Logos / Seals Most often, logos are added on each side of the title. You can insert
a logo by dragging and dropping it from your desktop, copy and
paste or by going to INSERT > PICTURES. Logos taken from web sites
are likely to be low quality when printed. Zoom it at 100% to see
what the logo will look like on the final poster and make any
necessary adjustments.
TIP: See if your school’s logo is available on our free poster
templates page.
Photographs / Graphics You can add images by dragging and dropping from your desktop,
copy and paste, or by going to INSERT > PICTURES. Resize images
proportionally by holding down the SHIFT key and dragging one of
the corner handles. For a professional-looking poster, do not distort
your images by enlarging them disproportionally.
Image Quality Check Zoom in and look at your images at 100% magnification. If they look
good they will print well. If they are blurry or pixelated, you will
need to replace it with an image that is at a high-resolution.
ORIGINAL DISTORTED
Corner handles
Go
od
pri
nti
ng
qu
alit
y
Bad
pri
nti
ng
qu
alit
y
QUICK START (cont. )
How to change the template color theme You can easily change the color theme of your poster by going to the
DESIGN menu, click on COLORS, and choose the color theme of your
choice. You can also create your own color theme.
You can also manually change the color of your background by going
to VIEW > SLIDE MASTER. After you finish working on the master be
sure to go to VIEW > NORMAL to continue working on your poster.
How to add Text The template comes with a number of pre-
formatted placeholders for headers and text
blocks. You can add more blocks by copying
and pasting the existing ones or by adding a
text box from the HOME menu.
Text size Adjust the size of your text based on how much content you have to
present. The default template text offers a good starting point.
Follow the conference requirements.
How to add Tables To add a table from scratch go to the INSERT menu and
click on TABLE. A drop-down box will help you select
rows and columns.
You can also copy and a paste a table from Word or
another PowerPoint document. A pasted table may need
to be re-formatted by RIGHT-CLICK > FORMAT SHAPE,
TEXT BOX, Margins.
Graphs / Charts You can simply copy and paste charts and graphs from Excel or
Word. Some reformatting may be required depending on how the
original document has been created.
How to change the column configuration RIGHT-CLICK on the poster background and select LAYOUT to see the
column options available for this template. The poster columns can
also be customized on the Master. VIEW > MASTER.
How to remove the info bars If you are working in PowerPoint for Windows and have finished your
poster, save as PDF and the bars will not be included. You can also
delete them by going to VIEW > MASTER. On the Mac adjust the
Page-Setup to match the Page-Setup in PowerPoint before you
create a PDF. You can also delete them from the Slide Master.
Save your work Save your template as a PowerPoint document. For printing, save as
PowerPoint or “Print-quality” PDF.
Print your poster When you are ready to have your poster printed go online to
PosterPresentations.com and click on the “Order Your Poster”
button. Choose the poster type the best suits your needs and submit
your order. If you submit a PowerPoint document you will be
receiving a PDF proof for your approval prior to printing. If your
order is placed and paid for before noon, Pacific, Monday through
Friday, your order will ship out that same day. Next day, Second day,
Third day, and Free Ground services are offered. Go to
PosterPresentations.com for more information.
Student discounts are available on our Facebook page.
Go to PosterPresentations.com and click on the FB icon.
©2015 PosterPresentations.com 2117 Fourth Street , Unit C Berkeley CA 94710
[email protected] RESEARCH POSTER PRESENTATION DESIGN © 2015
www.PosterPresentations.com
Latar belakang. Tuberkulosis paru aktif masih menjadi masalah kesehatan
global dan Indonesia serta menjadi sasaran utama Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama (FKTP) untuk dikendalikan atau minimal dikonversi menjadi pasif
agar tidak menular di populasi.
Tujuan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Pengawas
Menelan Obat (PMO) dan dukungan petugas kesehatan dengan konversi
tuberkulosis (TB) paru di Kota Kendari.
Metode. Rancangan observasional “cross sectional” digunakan untuk
mengetahui apakah ada hubungan konversi TB paru terhadap peran pelayanan
kesehatan primer di Kota Kendari. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 51
orang yang tersebar pada 3 Puskesmas di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota
Kendari. Analisis chi-square, dengan kriteria penolakan hipotesis, H0 ditolak
jika X2 hitung > X2 tabel pada taraf kepercayaan 95%.
Hasil. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa ada hubungan
antara PMO (0,004<0,05) dan dukungan petugas kesehatan (0,033<0,05)
terhadap konversi TB paru di Kota Kendari tahun 2009.
Kesimpulan. Hubungan PMO dan dukungan petugas kesehatan terhadap
konversi TB paru dapat menghindari terjadinya kegagalan konversi, perlu
adanya peran pemerintah bersama masyarakat dalam pengawasan pelaksanaan
program pemberantasan TB di Kota Kendari, yaitu strategi DOTS, terutama
dari PMO. Selain itu, penyuluhan kepada masyarakat khususnya penderita dan
keluarga tentang bahaya penularan TB pada orang lain juga perlu dilakukan.
Kata kunci: penyakit menular, tuberkulosis, pelayanan kesehatan primer,
FKTP
ABSTRAK
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) sejak tahun 1990-an telah
mengadopsi strategi yang dikembangkan oleh WHO dan International Union
Agains Tuberculosis and Lung Disease (IUATLD) dalam penanggulangan TB
yang dikenal sebagai strategi Directly Observed Treatment Shortcourse
chemotherapy (DOTS). Penerapan strategi DOTS di FKTP telah terbukti
sebagai strategi penanggulangan yang secara ekonomis paling efektif (cost-
effective) dan secara cepat menekan penularan, juga mencegah berkembangnya
Multi Drugs Resistance Tuberculosis (MDR-TB)1.
Sejak era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) tahun 2014 bergulir, TB
merupakan salah satu dari 44 penyakit yang harus tuntas diobati di FKTP
(puskesmas, dokter keluarga, dan klinik pratama). Fokus utama FKTP dalam
pengendalian TB berbasis DOTS adalah penemuan dan penyembuhan pasien,
prioritas diberikan kepada pasien menular (BTA positif). Menemukan dan
menyembuhkan pasien merupakan cara terbaik dalam upaya pencegahan
penularan TB. Namun, sumber daya yang terbatas menyebabkan kurangnya
angka penemuan kasus baru (CDR) dan meningkatkan angka notifikasi (CNR).
Alasan utama gagalnya pengobatan adalah pasien tidak minum obatnya secara
teratur dalam waktu yang diharuskan. Pasien dengan cermat diinstruksikan
tentang pentingnya tindakan higienis, termasuk perawatan mulut, menutup
mulut dan hidung ketika batuk dan bersin, membuang tisu basah dengan baik
dan mencuci tangan. Seluruh keberhasilan program tergantung dari supervisi
yang baik atas pengobatan. Idealnya pengobatan hendaknya diobservasi
langsung (yaitu pasien diawasi setiap kali minum obat), setidaknya penting
selama 2 bulan pertama (konversi TB aktif menjadi TB pasif). Di beberapa
kondisi, minum OAT perlu diawasi secara langsung oleh seseorang setempat
yang bertanggung jawab atau sukarelawan2. bahkan pengobatan (treatment)
dalam sistem pengelolaan, penyediaan obat anti tuberkulosis yang tertata
dengan baik oleh petugas kesehatan di FKTP tersebut3.
Tren CDR TB yang menurun dan fluktuatif di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun
2006 (71%), 2007 (52%) dan Kota Kendari tahun 2007 (36,45%). CDR TB ini
erat kaitannya dengan penularan, di samping strategi dalam pengendaliannya
adalah selain menemukan kasus baru, salah satunya adalah mencegah penularan
bagi pasien TB aktif menjadi TB pasif atau konversi. Studi ini melihat
bagaimana hubungan FKTP dalam peran PMO dan dukungan petugas dalam
status konversi TB aktif menjadi TB pasif di Kota Kendari.
PENDAHULUAN
Studi potong lintang dilakukan pada 51 pasien TB tahun 2009 di 3 puskesmas
dengan prevalensi TB tertinggi di Kota Kendari, yakni Puskesmas Poasia,
Puskesmas Puuwatu, dan Puskesmas Wua-wua. Status konversi didefinisikan
apabila terdapat perubahan status Basil Tahan Asam (BTA) dari positif menjadi
negatif berdasarkan pemeriksaan klinis sputum penderita setelah 2 bulan
pertama berobat TB. Sedangkan peran FKTP terdiri dari pernah atau tidaknya
mendapatkan dukungan dari petugas melalui penyuluhan atau promosi KIE, dan
diawasi atau tidaknya pasien ketika minum obat oleh petugas sebagai PMO
langsung.
Analisis chi-square dilakukan untuk menguji beda proporsi asosiasi peran FKTP
terhadap konversi TB di Kota Kendari. Besaran asosiasi dihasilkan melalui
Rasio Prevalensi (RP) untuk mengestimasi secara crude hubungan variabel
independen dengan dependen.
BAHAN DAN METODE
Berdasarkan karakteristik responden, umur <40 tahun memiliki proporsi
terbesar (74,5%) dibanding dengan responden >40 tahun (25,5%). Menurut
jenis kelamin, laki-laki lebih tinggi proporsinya (51%) dibandingkan jenis
kelamin perempuan (49%). Distribusi responden menurut perubahan penderita
tuberkulosis BTA positif yang konversi lebih tinggi proporsinya (94,1%)
dibandingkan yang tidak konversi (5,9%).
HASIL
PEMBAHASAN
Obat TBC diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam jumlah cukup dan dosis tepat
selama 6-8 bulan, supaya semua kuman (termasuk kuman persister) dapat dibunuh. Dosis tahap
intensif dan dosis tahap lanjutan ditelan sebagai dosis tunggal. Apabila panduan obat yang digunakan
tidak adekuat (jenis, dosis, dan jangka waktu pengobatan), kuman TBC akan berkembang menjadi
kuman tebal obat (resisten)4. Seluruh keberhasilan program tergantung dari supervisi yang baik atas
pengobatan. Idealnya pengobatan hendaknya diobservasi langsung (yaitu pasien diawasi setiap kali
minum obat), setidaknya penting selama 2 bulan pertama2.
Dari hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Kendari pada tiga
puskesmas, yakni Puskesmas Poasia, Puskesmas Puuwatu, dan Puskesmas Lepo-Lepo diperoleh hasil
bahwa penderita yang tidak diawasi oleh PMO ketika minum obat dan tidak mengalami konversi
sebesar 30% lebih kecil daripada mereka yang mengalami konversi sebesar 70%, sedangkan penderita
yang diawasi oleh PMO semuanya mengalami konversi, yang berarti ada hubungan antara peran PMO
dengan kejadian konversi TB paru BTA positif menjadi BTA negatif.
Adanya penderita yang tidak mengalami konversi, bukan semata-mata karena kesalahan pasien saja,
melainkan pula kurangnya pengawasan petugas kesehatan terhadap PMO dari pasien itu sendiri pula.
Hal ini diakibatkan karena petugas masih dinilai belum mampu meyakinkan pasien tentang pentingnya
peran PMO. Beberapa keuntungan dengan adanya PMO adalah mengamati efek samping OAT,
memastikan apakah obat yang diberikan diminum, atau sekaligus memberikan bimbingan dan
motivasi pada pasien. PMO yang kurang berperan dalam menjalankan fungsinya dapat disebabkan
oleh beberapa hal di antaranya, rekrutmen PMO, yang meskipun berasal dari keluarga penderita itu
sendiri, namun tidak berperan aktif. Hal ini karena, memang pada awal pengobatan PMO berperan
aktif mengawasi pasien untuk minum obatnya, namun ketika lama-kelamaan PMO merasa bahwa
pasien telah mampu sendiri untuk meminum obatnya tanpa harus diawasi lagi. Sedangkan pasien yang
meskipun tidak memiliki PMO, namun berhasil mengalami konversi, hal ini terjadi karena, motivasi
dalam diri pasien itu yang tinggi untuk sembuh, pasien merasa bahwa tidak ada jalan lain untuk
sembuh selain mengkonsumsi obat dengan teratur dan sesuai dosis berdasarkan petunjuk dari petugas
kesehatan. Hal inilah yang menyebabkan meskipun pasien tidak mempunyai PMO, dapat berhasil juga
mengalami konversi sama dengan pasien yang memiliki PMO.
Hasil penelitian ini didukung juga dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya,
bahwa ada hubungan yang signifikan antara peranan PMO terhadap konversi tuberkulosis paru5, dan
bahwa penderita yang diawasi PMO mengalami tingkat kesembuhan yang lebih baik daripada yang
tidak diawasi6. Keberhasilan pengobatan TB sangat bergantung antara lain pada kemampuan petugas
melakukan komunikasi interpersonal dengan penderita dan keluarganya (Depkes RI, 2001).
Komunikasi tersebut berupa dukungan oleh petugas kesehatan, yang bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan peran serta serta yang paling penting memberikan motivasi kepada penderita
untuk sembuh. Dalam penanggulangan TB, penyuluhan langsung perorangan oleh petugas kesehatan
sangat penting artinya untuk menentukan keberhasilan pengobatan penderita. Dalam penyuluhan
langsung perorangan, unsur yang terpenting yang harus diperhatikan membina hubungan yang baik
antara petugas kesehatan dengan penderita7.
Dari hasil penelitian, diperoleh hasil bahwa penderita yang tidak pernah mendapatkan dukungan dalam
hal ini penyuluhan dari petugas kesehatan dan tidak mengalami konversi sebesar 33,3% lebih kecil
daripada mereka yang mengalami konversi sebesar 66,7%, sedangkan penderita yang pernah
mendapatkan dukungan petugas kesehatan dan tidak mengalami konversi sebesar 2,2% lebih kecil dari
yang mengalami konversi sebesar 97,8%, yang artinya ada hubungan antara peranan dukungan
petugas dengan kejadian konversi TB dari BTA positif menjadi BTA negatif.
Berdasarkan hal tersebut di atas, hal yang mengakibatkan pasien yang tidak pernah diberi dukungan
petugas dalam hal ini berupa penyuluhan kepada pasien dan tidak mengalami konversi, ialah petugas
kesehatan tidak pernah memberikan dukungan berupa penyuluhan tentang TB, khususnya tentang
epidemiologi TB, petugas hanya memberi tahu tentang perihal bagaimana mengkonsumsi obat yang
diberikan, yaitu dosis pemakaian OAT bagi pasien. Petugas tidak memberikan dukungan lain kepada
pasien yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan peran serta serta yang paling
penting memberikan motivasi kepada penderita untuk sembuh. Berbeda dengan mereka yang
mengalami konversi dan tidak pernah mendapat dukungan petugas kesehatan, hal ini karena motivasi
dari diri sendiri yang tumbuh, yakni untuk sembuh harus berusaha semaksimal mungkin.
Hasil tersebut, didukung juga dengan penelitian lain yang telah dilakukan bahwa ada hubungan
bermakna antara kegagalan konversi dengan penyuluhan petugas kesehatan5. Penelitian lain yang
dilakukan yakni ada hubungan yang signifikan antara dukungan petugas dengan konversi tuberkulosis
di wilayah kerja Puskesmas Unaaha Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara6.
KESIMPULAN DAN SARAN
Terdapat hubungan antara peran Pengawas Minum Obat (PMO) dengan konversi tuberkulosis paru di
Kota Kendari. Terdapat hubungan antara dukungan petugas kesehatan dengan konversi tuberkulosis
paru di Kota Kendari tahun 2009.
Perlu adanya suatu pengawasan dalam pelaksanaan program pemberantasan TB di kota Kendari,
terutama dari Pengawasan Menelan Obat (PMO) dan peran petugas kesehatan itu sendiri. Perlu adanya
penyuluhan kepada masyarakat, khususnya penderita dan keluarga tentang bahaya penularan TB pada
orang lain serta pemberian motivasi dan dorongan kepada penderita agar lebih lebih teratur dalam
berobat untuk menjamin kesembuhannya.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 2007, Pedoman Nasional Penaggulangan Tuberkulosis, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Crofton, J. Norman H, and Fred M., 2002, Tuberkulosis Klinis, Widya Medika, Jakarta.
Situmeang, Taufan., 2004, Pengobatan Tuberkulosis Paru masih Menjadi Masalah, http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1082349328,75199,
(diakses 17 Februari 2009).
Depkes RI, 2002, Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis, Cetakan ke-8., Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.
Buton, L. D., 2004, Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kegagalan Konversi (BTA Positif) pada Akhir Pengobatan Fase Intensif Penderita TB Paru BTA
Positif Baru di Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara, UNAIR, Surabaya.
Soenarto, Sri Puryati dkk., 2002, Pengobatan Penderita dengan Memberdayakan Anggota Keluarga di Kabupaten Tangerang, Majalah Kesehatan vol. 9,
Jakarta.
Depkes RI, 2001, Komunikasi Interpersonal antara Petugas Kesehatan dengan Penderita TB, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
1. Dosen Sekolah Pascasarjana IKM Universitas Muhammadiyah Prof Dr HAMKA – Jakarta, 2. Dosen FKM Universitas Halu Oleo – Kendari
Al Asyary Upe1, Ruslan Majid2
PERAN PELAYANAN KESEHATAN PRIMER TERHADAP KONVERSI TUBERKULOSIS PARU, KOTA KENDARI, SULAWESI TENGGARA
Karakteristik N %
Umur
>40 tahun 13 25,5
<40 tahun 38 74,5
Jenis Kelamin
Laki-laki 26 51
Perempuan 25 49
Status Konversi Tuberkulosis
Konversi 48 94,1
Tidak Konversi 3 5,9
Variabel Independen Tidak konversi Konversi Total
RP α ρ value n (%) n (%) n (%)
Pengawasan menelan obat
0,7 0,05 0,006 Tidak diawasi 3 30 7 70 10 100
Diawasi 0 0 41 100 41 100
Dukungan petugas
22,0 0,05 0,033 Tidak pernah 2 33,3 4 66,7 6 100
Pernah 1 2,2 44 97,8 45 100
41 responden yang diawasi oleh PMO, semua responden mengalami konversi,
sedangkan dari 10 responden yang tidak diawasi oleh PMO terdapat 7
responden (70%) yang mengalami konversi dan 3 responden (30%) yang
mengalami konversi. Hasil uji statistik diperoleh nilai ρ value= 0,006 lebih kecil
dari α= 0,05 berarti ada hubungan antara Pengawas Minum Obat (PMO) dengan
konversi tuberkulosis paru di Kota Kendari tahun 2009.
45 responden yang pernah mendapat dukungan petugas kesehatan terdapat 44
responden (97,8%) yang mengalami konversi dan 1 responden (2,2%) yang
tidak mengalami konversi, sedangkan dari 6 responden yang tidak pernah
mendapat dukungan petugas kesehatan terdapat 4 responden (66,7%) yang
mengalami konversi dan 1 responden (5,9%) yang tidak mengalami konversi.
Hasil uji statistik diperoleh nilai ρ value= 0,033 yang mana lebih kecil daripada
α= 0,05, berarti ada hubungan antara dukungan petugas kesehatan dengan
konversi tuberkulosis paru di Kota Kendari tahun 2009.