peran orang tua sebagai konselor terhadap remaja...

43
i Peran Orang Tua Sebagai Konselor Terhadap Remaja Usia 15-18 Tahun Oleh: ADY APRIANUS PEDJAGA 712011027 TUGAS AKHIR Diajukan kepada program Studi: Teologi, Fakultas: Teologi guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains Teologi (S.Si-Teol) Program Studi Teologi FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016

Upload: vanthuy

Post on 19-Aug-2018

243 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Peran Orang Tua Sebagai Konselor Terhadap Remaja …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10491/2/T1_712011027_Full... · 2.4. Konseling Pastoral ... Codot, mas Bagong, si Batak

i

Peran Orang Tua Sebagai Konselor Terhadap Remaja Usia 15-18 Tahun

Oleh:

ADY APRIANUS PEDJAGA

712011027

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada program Studi: Teologi, Fakultas: Teologi

guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana

Sains Teologi

(S.Si-Teol)

Program Studi Teologi

FAKULTAS TEOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 2: Peran Orang Tua Sebagai Konselor Terhadap Remaja …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10491/2/T1_712011027_Full... · 2.4. Konseling Pastoral ... Codot, mas Bagong, si Batak

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Peran Orang Tua Sebagai Konselor Terhadap Remaja Usia 15-18 Tahun

oleh:

ADY APRIANUS PEDJAGA

712011027

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada program Studi: Teologi, Fakultas: Teologi

guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana

Sains Teologi

(S.Si-Teol)

Disetujui oleh,

Pembimbing I

Pdt. Dr. Jacob Daan Engel, M.Si

Diketahui oleh, Disahkan oleh,

Ketua Program Studi Dekan

Pdt. Izak Lattu , Ph.D Pdt. Dr. Retnowati, M.Si

Fakultas Teologi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

2016

Page 3: Peran Orang Tua Sebagai Konselor Terhadap Remaja …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10491/2/T1_712011027_Full... · 2.4. Konseling Pastoral ... Codot, mas Bagong, si Batak

iii

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ady Aprianus Pedjaga

NIM : 712011027 Email : [email protected]

Fakultas : Teologi Program Studi : Teologi

Judul tugas akhir : Peran Orang Tua sebagai Konselor Terhadap Remaja Usia

15-18 Tahun

Pembimbing : 1. Pdt. Dr. Jacob Daan Engel , M.Si

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Hasil karya yang saya serahkan ini adalah asli dan belum

pernah diajukan untuk mendapatkan gelar kesarjanaan baik di Universitas Kristen

Satya Wacana maupun di institusi pendidikan lainnya.

2. Hasil karya saya ini bukan saduran/terjemahan melainkan merupakan gagasan,

rumusan, dan hasil pelaksanaan penelitian/implementasi saya sendiri, tanpa bantuan

pihak lain, kecuali arahan pembimbing akademik dan narasumber penelitian.

3. Hasil karya saya ini merupakan hasil revisi terakhir setelah diujikan yang telah

diketahui dan disetujui oleh pembimbing.

4. Dalam karya saya ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau

dipublikasikan orang lain, kecuali yang digunakan sebagai acuan dalam naskah

dengan menyebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terbukti ada

penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini maka saya bersedia menerima

sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya saya ini,

serta sanksi lain yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Kristen Satya

Wacana.

Salatiga, 9 September 2016

Ady Aprianus Pedjaga

Page 4: Peran Orang Tua Sebagai Konselor Terhadap Remaja …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10491/2/T1_712011027_Full... · 2.4. Konseling Pastoral ... Codot, mas Bagong, si Batak

iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ady Aprianus Pedjaga

NIM : 71201027 Email: [email protected]

Fakultas : Teologi Program Studi: Teologi

Judul tugas akhir : Peran Orang Tua sebagai Konselor Terhadap Remaja Usia 15-

18 Tahun

Dengan ini saya menyerahkan hak non-eksklusif* kepada Perpustakaan Universitas –

Universitas Kristen Satya Wacana untuk menyimpan, mengatur akses serta melakukan

pengelolaan terhadap karya saya ini dengan mengacu pada ketentuan akses tugas akhir

elektronik sebagai berikut (beri tanda pada kotak yang sesuai):

a. Saya mengijinkan karya tersebut diunggah ke dalam aplikasi Repositori

PerpustakaanUniversitas, dan/atau portal GARUDA

b. Saya tidak mengijinkan karya tersebut diunggah ke dalam aplikasi Repositori

Perpustakaan Universitas, dan/atau portal GARUDA**

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Salatiga, 9 September 2016

Ady Aprianus Pedjaga

Mengetahui,

Pembimbing I

Pdt. Jacob Daan Engel, M,Si

* Hak yang tidak terbatashanya bagi satu pihak saja. Pengajar, peneliti, dan mahasiswa yang

menyerahkan hak non-ekslusif kepada Repositori Perpustakaan Universitas saat mengumpulkan hasil

karya mereka masih memiliki hak copyright atas karya tersebut.

** Hanya akan menampilkan halaman judul dan abstrak. Pilihan ini harus dilampiri dengan penjelasan/ alasan

tertulis dari pembimbing TA dan diketahui oleh pimpinan fakultas (dekan/kaprodi).

Page 5: Peran Orang Tua Sebagai Konselor Terhadap Remaja …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10491/2/T1_712011027_Full... · 2.4. Konseling Pastoral ... Codot, mas Bagong, si Batak

v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK

KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang

bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ady Aprianus Pedjaga

NIM : 71201027

Program Studi : Teologi

Fakultas : Teologi

Jenis Karya : Jurnal

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

UKSW hak bebas royalti non-eksklusif (non-exclusive royalty free right) atas

karya ilmiah saya berjudul:

Peran Orang Tua Sebagai Konselor Terhadap Remaja Usia 15-18 Tahun

beserta perangkat yang ada (jika perlu).

Dengan hak bebas royalti non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan,

mengalihmedia/mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data,

merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya, selama tetap mencantumkan

nama saya sebagai penulis/pencipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Salatiga

Pada tanggal: 9 September

2016

Yang menyatakan,

Ady Aprianus Pedjaga

Mengetahui,

Pembimbing I

Pdt. Dr. Jacob Daan Engel , M.Si

Page 6: Peran Orang Tua Sebagai Konselor Terhadap Remaja …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10491/2/T1_712011027_Full... · 2.4. Konseling Pastoral ... Codot, mas Bagong, si Batak

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa,

karena kasih karuniaNya yang senantiasa melimpah dalam kehidupan penulis.

Secara khusus, penulis mengucapkan syukur karena penyertaanNya yang tak

pernah berhenti mengalir bagi penulis selama penulis menjalani masa pendidikan

di Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) hingga

menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Peran Orang Tua Sebagai Konselor

Terhadap Remaja Usia 15-18 Tahun”.

Tugas Akhir ini ditulis untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk

mencapai gelar Sarjana Sains dalam bidang Teologi (S.Si.Teol). Penulis

menyusun Tugas Akhir ini dengan harapan karya tulis ini dapat membantu para

orang tua untuk dapat berperan sebagai konselor terhadap remaja usia 15-18 tahun

agar orang tua lebih mampu untuk memahami keinginan remaja. Penulis juga

berharap laporan ini dapat berguna di kemudian hari guna referensi atau sekedar

menambah pengetahuan mengenai peran orang tua sebagai konselor agar para

orang tua lebih mampu untuk membawa diri mendekati remaja dengan berbagai

persoalannya. Dalam seluruh rangkaian tulisan ini, penulis menyadari bahwa

tulisan ini jauh dari kesempurnaan sehingga diperlukan kritik dan saran agar

tulisan ini juga dapat terus dikembangkan dengan lebih baik.

Penulis

Page 7: Peran Orang Tua Sebagai Konselor Terhadap Remaja …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10491/2/T1_712011027_Full... · 2.4. Konseling Pastoral ... Codot, mas Bagong, si Batak

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................. ii

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ................................................... iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES ........................................ iv

PERNYATAAN BEBAS ROYALTI DAN PUBLIKASI .................. v

KATA PENGANTAR ........................................................................... vi

DAFTAR ISI ......................................................................................... vii

UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................ ix

MOTTO .............................................................................................. xi

ABSTRAK ............................................................................................. xii

1. Pendahuluan .............................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ................................................................... 1

2. Peran Orang Tua sebagai Konselor terhadap Remaja

Usia 15-18 tahun ........................................................................ 6

2.1. Defenisi Orang Tua ............................................................ 6

2.2. Defenisi Remaja .................................................................. 7

2.3. Defenisi Konselor................................................................ 8

2.4. Konseling Pastoral.............................................................. 10

2.5. Orang Tua dalam Peran sebagai Konselor

dalam Keluarga .................................................................. 11

2.6. Perkembangan Remaja...................................................... 13

2.7. Hubungan Orang Tua dengan Remaja ............................ 15

3. Peran Orang Tua dalam Menghadapi

Permasalahan Remaja .............................................................. 17

3.1.Permasalahan Remaja Usia 15-18 tahun .......................... 17

3.1.1. Permasalahan Remaja dengan Diri Sendiri ........... 17

3.1.2. Permasalahan Remaja dengan Orang Tua ............ 18

3.1.3. Permasalahan Remaja dengan Lingkungan Sekitar

dan/atau Teman ........................................................ 20

3.1.4. Permasalahan Remaja dengan Kehidupan

Spiritual ..................................................................... 21

Page 8: Peran Orang Tua Sebagai Konselor Terhadap Remaja …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10491/2/T1_712011027_Full... · 2.4. Konseling Pastoral ... Codot, mas Bagong, si Batak

viii

3.2.Peran Orang Tua terhadap Permasalahan Remaja ........ 21

3.3.Pembahasan dan Analisis ................................................... 23

3.3.1.Peran Orang Tua secara Sosiologis .......................... 23

3.3.2.Peran Orang Tua secara Psikologis ......................... 24

3.3.3.Peran Orang Tua secara Ekonomi ........................... 24

3.3.4.Peran Orang Tua secara Spiritual ........................... 25

4. Penutup ...................................................................................... 26

4.1. Kesimpulan ......................................................................... 26

4.2. Saran .................................................................................... 27

Daftar Pustaka ....................................................................................... 28

Page 9: Peran Orang Tua Sebagai Konselor Terhadap Remaja …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10491/2/T1_712011027_Full... · 2.4. Konseling Pastoral ... Codot, mas Bagong, si Batak

ix

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam proses penulisan Tugas Akhir ini penulis banyak mendapatkan

bantuan baik dalam bentuk kritik, saran serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus yang oleh karena kasihNya selalu menolong penulis

dalam menjalani studi di Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya

Wacana.

2. Pdt. Jacob Daan Engel yang menjadi dosen pembimbing penulis selama

masa penulisan Tugas Akhir ini. Terima kasih atas waktu dan motivasi

yang diberikan kepada penulis. Mohon maaf jika ada perilaku yang kurang

berkenan selama masa bimbingan.

3. Pdt. Dr. Retnowati selaku Dekan dan dosen wali penulis. Terima kasih

untuk segala dukungan dan motivasi hingga penulis mampu untuk

menyelesaikan studi.

4. Seluruh Dosen dan Staff Fakultas Teologi. Terima kasih sudah membagi

ilmu pengetahuan kepada saya dan mendukung serta memotivasi saya

untuk terus belajar agar saya dapat terus berkembang. Buat Bu Budi yang

selalu setia membantu segala keperluan mahasiswa dan tidak bosan untuk

menerima kami dikantornya. Terima kasih banyak bu.

5. Lembaga Kemahasiswaan dan Kelompok Bakat Minat (teman-teman

“Theology Basketball”) yang sudah memberikan saya kesempatan untuk

mengasah kreatifitas dan mental yang lebih baik untuk saya gunakan di

kehidupan saya kedepan. One for All, All for One.

6. Kelompok Musik Kreatif yang selalu mampu untuk menampung kesukaan

saya bermusik. Terima kasih untuk kebersamaan dalam pelayanan yang

kita lalui bersama. Kapan-kapan reuni terus “ngejam” lagi yak..

7. Keluarga terbaik yang saya miliki. Margaretha Lindiamahu (mama),

Yoppy Pedjaga (Papa), Ryo Pedjaga dan Michelle Pedjaga. Terima kasih

atas motivasi serta dukungan daya dan dana yang diberikan untuk saya

hingga saat ini. Khususnya bagi Papa dan Mama yang telah bekerja keras

Page 10: Peran Orang Tua Sebagai Konselor Terhadap Remaja …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10491/2/T1_712011027_Full... · 2.4. Konseling Pastoral ... Codot, mas Bagong, si Batak

x

untuk memenuhi kebutuhan saya hingga saya dapat berhasil. Semua ini

saya persembahkan buat kalian.

8. Nona Sifra Paramma yang selalu setia untuk memberikan motivasi dan

mendukung penulis selama masa studi. Mohon maaf apabila dalam

kebersamaan kita ada hal-hal yang tidak berkenan. Semangat dalam

pengerjaan Tugas Akhir. Ingat MARET ya, nanti saya datang. Tuhan

Yesus Berkati.

9. “D’Stickless” yang menjadi keluarga di salatiga. Om bos Epy, mas

Cacink, pace Putra, Koko Sam, Kang Speiro, Ungke Fandy, om Uta, Adi

Codot, mas Bagong, si Batak Rickie, tulang Robby (aslinya daging), Kak

Jo Maliogha, Refy, David Ibo, buncit Janter. Terima kasih untuk motivasi

dan kebersamaannya. Kalian the best.

10. Teman-teman kontrakan Karangpete. Baptua Acel, mone Dhavid, kak

Bobi, bli Japrak, mas Edgar, om Juan terima kasih untuk setiap

kebersamaan, motivasi, lelucon-leluconnya dan DOTA 2. Kalian amat

sangat keren. Pro DOTA 2.

11. Cendekiawan 2011 yang terus mendukung satu dengan yang lain. Terima

kasih untuk kalian yang sangat keren dalam kebersamaan kita. Sampai

ketemu di kesempatan yang lain dan sukses untuk kita semua.

12. Terimakasih juga penulis sampaikan kepada semua orang yang tidak bisa

saya sebutkan satu demi satu. Terima kasih sudah hadir dan memberi

warna dalam kehidupan saya. Terima kasih untuk semua orang yang

membantu penulis dalam proses pembuatan Tugas akhir ini. Tuhan

memberkati kalian semua

Page 11: Peran Orang Tua Sebagai Konselor Terhadap Remaja …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10491/2/T1_712011027_Full... · 2.4. Konseling Pastoral ... Codot, mas Bagong, si Batak

xi

MOTTo

Kesuksesan itu membutuhkan sebuah proses

Sukses bukanlah akhir dari segalanya, kegagalan

bukanlah sesuatu yang fatal: Namun keberanian untuk

meneruskan kehidupanlah yang diperhatikan. – Sir

Winston Churchill

Yeremia 1:5

Sebelum Aku membentuk engkau dalam Rahim ibumu,

Aku telah mengeal engkau, dan sebelum engkau keluar

dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku

telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-

bangsa.

Page 12: Peran Orang Tua Sebagai Konselor Terhadap Remaja …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10491/2/T1_712011027_Full... · 2.4. Konseling Pastoral ... Codot, mas Bagong, si Batak

xii

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisa peran

orang tua sebagai konselor terhadap remaja usia 15-18 tahun. Penelitian ini

dimotivasi oleh fakta bahwa remaja usia 15-18 tahun cenderung menutup diri dari

orang tua sehingga orang tua perlu untuk melakukan pendekatan layaknya

konselor. Penelitian ini menerapkan metode deskriptif dengan pendekatan

kualitatif, melalui penelitian ini dimaksudkan mendeskripsikan orang tua dapat

menjadi konselor bagi remaja usia 15-18 tahun dengan menganalisa melalui teori-

teori konseling, orang tua dan remaja. Teknik pengumpulan data dilakukan

melalui studi kepustakaan yaitu dengan menelaah buku-buku, catatan-catatan dan

laporan yang relevan serta memiliki hubungan dengan penelitian. Hasil dari

penelitian adalah orang tua dapat menjalankan peran sebagai konselor walaupun

pada dasarnya mereka bukan konselor. Orang tua yang berperan layaknya

konselor adalah orang tua yang mampu untuk memberikan perhatian yang cukup

untuk perkembangan remaja dengan melakukan beberapa teknik konseling yang

cocok bagi remaja dan dikuasai oleh orang tua. Remaja usia 15-18 tahun adalah

remaja yang ingin didengar setiap permasalahannya, namun orang tua tidak ingin

mendengar keinginan remaja dengan berbagai alasan sehingga melalui perannya

sebagai konselor maka orang tua lebih mampu untuk mendengar, menafsir dan

membantu remaja usia 15-18 tahun untuk menentukan pilihan yang tepat agar

keluar dari masalah yang dihadapi. Peran orang tua sebagai konselor perlu

diterapkan didalam kehidupan berkeluarga agar pertumbuhan remaja dapat terus

di kontrol walaupun mereka tetap diberikan kesempatan untuk memilih.

Keywords: orang tua, remaja, peran, konselor

Page 13: Peran Orang Tua Sebagai Konselor Terhadap Remaja …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10491/2/T1_712011027_Full... · 2.4. Konseling Pastoral ... Codot, mas Bagong, si Batak

1

PERAN ORANG TUA SEBAGAI KONSELOR TERHADAP REMAJA

USIA 15-18 TAHUN

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang dibentuk

berdasarkan cinta yang asasi antara dua subyek manusia yang disebut suami istri.

Melalui asas cinta inilah lahir anak sebagai generasi penerus.1 Keluarga dengan

asas cinta ini kemudian harus mampu melihat perkembangan anak sesuai dengan

tatanan nilai, moral dan agama yang dianut.

Berkenaan dengan hal di atas, anak yang menjadi generasi penerus

keluarga tidak hanya memperoleh pengetahuan dari keluarga tetapi juga dari

lingkungan sosialnya. Hal ini dinamakan proses sosialisasi primer dimana

interaksi dengan lingkungan sosial adalah proses pembentukan identitas.2 Dalam

interaksi sosial yang terjadi, orang tua tetap menjadi figur utama dari sang anak

dalam bertindak sehingga perlu adanya bimbingan yang tepat dari orang tua

kepada anak. Figur utama dari orang tua ini harus lebih ditingkatkan kepada anak

ketika anak masuk ke dalam usia remaja.

Remaja atau dalam bahasa psikologi perkembangan di sebut adolescence

yang dimulai pada umur 12-18 tahun, kemudian terbagi kedalam dua kategori,

yaitu remaja awal (12-15 tahun) dan remaja madya (15-18 tahun) dimana mereka

mengalami banyak perkembangan yang dapat diidentifikasi.3 Perkembangan-

perkembangan tersebut, ialah: 4

1) Fisik, perubahan tubuh yang membuat remaja merasa menjadi orang

dewasa;

2) Sosial, remaja melihat lingkungan sosial sebagai tempat yang tepat untuk

mencari identitas dan menjadi mandiri;

3) Mental, remaja lebih banyak membuat keputusan-keputusan yang tidak

konsisten;

1 Zahara Idris, Dasar Kependidikan, (Angkatan Bandung, 1984), 47

2 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Remaja Karya, 1986), 85

3 Daniel Nuhamara, PAK (Pendidikan Agama Kristen) Remaja, (Jurnal Info Media,

2008), 9 4 Nuhamara, PAK Remaja , 31

Page 14: Peran Orang Tua Sebagai Konselor Terhadap Remaja …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10491/2/T1_712011027_Full... · 2.4. Konseling Pastoral ... Codot, mas Bagong, si Batak

2

4) Emosional, Emosi yang dikeluarkan remaja tidak terduga karena emosi

yang dimiliki tidak mampu untuk disembunyikan atau ditahan;

5) Spiritual, meragukan kepercayaan agamawi yang telah remaja anut selama

ini.

Dalam menghadapi perkembangan remaja ini, orang tua yang menjadi

figur utama tadi perlu untuk membimbing remaja agar perkembangan remaja

dapat diarahkan dengan benar. Bimbingan yang dilakukan harus bertolak dari

kesadaran orang tua akan perannya dalam keluarga, yaitu : 5

1) Pengajar/pembimbing, orang tua diminta untuk memberi banyak bantuan

saat dibutuhkan, kemudian memberi kesempatan kepada remaja untuk

melakukannya sendiri;

2) Pemimpin/penuntun, orang tua memberikan bantuan untuk menjelajah hal-

hal baru dan dukungan positif bagi remaja;

3) Penasehat, orang tua membantu remaja untuk memahami apa yang terjadi

dalam perkembangan mereka;

4) Pendamping/teman, orang tua lebih meluangkan waktu kepada remaja

untuk menikmati aktivitas yang dapat dilakukan bersama-sama;

5) Sahabat karib, orang tua menjadi pendengar yang setia bagi remaja dalam

setiap cerita yang dilontarkan remaja;

6) Pelindung/pembela, orang tua menjadi pelindung remaja, terutama pada

masa-masa sukar. Akan tetapi, sesekali diperlukan keraguan dari orang tua

agar remaja dapat mengalami akibat dari tindakannya;

7) Pemberi nafkah/pendukung, orang tua menjadi penyedia kebutuhan dasar

remaja;

8) Pemberi suri teladan/menjadi teladan, orang tua tidak harus menuntut

remaja untuk menjadi seperti yang dinginkan, tetapi lebih membiarkan

mereka memutuskan sendiri dengan melihat kepada figur orang tua yang

menjadi teladan.

5 Kristiana Tjandrarini, Bimbingan Konseling Keluarga (Terapi Keluarga), (Salatiga:

Widya Sari Press, 2004), 31

Page 15: Peran Orang Tua Sebagai Konselor Terhadap Remaja …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10491/2/T1_712011027_Full... · 2.4. Konseling Pastoral ... Codot, mas Bagong, si Batak

3

Remaja atau adolescence adalah masa yang rentan dengan pengaruh-

pengaruh dari berbagai hal termasuk dalam keluarga sendiri dan lingkungan

sosial. Remaja pada masa ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas

karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.

Saat ini di Indonesia, tuntutan kehidupan semakin besar sehingga

memungkinkan orang tua harus bekerja diluar rumah untuk mencari nafkah.

Kesibukan orang tua ini menyebabkan hilangnya perhatian dan kasih sayang yang

biasa dirasakan oleh anak-anak, sehingga memberikan dampak negatif dan

ketidaknyamanan suasana di rumah bagi mereka.6 Remaja yang merasakan hal ini

kemudian menjadi tertutup dan masuk kedalam tahap depresi, sehingga mereka

cenderung mengonsumsi minuman keras, merokok atau ganja, mabuk-mabukan,

bahkan bunuh diri sebagai bagian dari pelarian akan masalah yang dihadapi.7

Remaja yang cenderung tertutup jika memiliki masalah ini sebenarnya

ingin menceritakan kepada orang tua. Akan tetapi, kesibukan orang tua yang

secara tidak langsung terus menutup mulut remaja.8 Orang tua juga mengalami

represi yang menyebabkan adanya jarak antara mereka dan remaja. Represi adalah

tindakan perlawanan yang diberikan akibat dari ketidaksadaran bahwa seseorang

pernah melakukan hal yang sama sebelumnya.9 Tindakan represi ini

memungkinkan orang tua untuk memandang remaja dengan berbagai

perkembangannya sebagai orang yang “abnormal” dengan tidak menyadari bahwa

mereka juga dulu sama seperti itu. Keadaan ini yang membuat remaja terus

mencari jalan keluar dengan cara bergabung kedalam dunia sosial untuk berelasi

tanpa melihat akibat-akibat yang akan dihadapi.

Dalam menghadapi persoalan remaja ini, sangat penting bagi orang tua

untuk menjadi konselor bagi remaja dalam keluarga karena orang tua adalah orang

yang paling dekat relasinya dengan remaja sehingga orang tua mampu untuk

mengenali kondisi dan sikap remaja yang membutuhkan sesuatu dari orang tua.

6 Kristiana Tjandrarini, Bimbingan Konseling Keluarga (Terapi Keluarga), (Salatiga:

Widya Sari Press, 2004), 12 7 Diane E. Papalia, Menyelami Perkembangan Manusia, (Jakarta: Salemba Humanika,

2014), 2

8 Maria Paula Chaparro and Joan E. Grusec, (Journal of Family Psychology, 2015), Vol.

29 9 Martin L. Hoffman, “Parent Discipline and The Child's Consideration for Others, “

child development, vol. 34 (1963)

Page 16: Peran Orang Tua Sebagai Konselor Terhadap Remaja …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10491/2/T1_712011027_Full... · 2.4. Konseling Pastoral ... Codot, mas Bagong, si Batak

4

Orang tua juga harus memahami bahwa depresi yang dirasakan oleh remaja

membutuhkan bantuan orang tua untuk mengevaluasi diri remaja, sehingga

depresi yang dialami dapat ditekan dan diubah menjadi hal yang positif.10

Orang

tua perlu menjadi konselor yang mampu menjalankan fungsi konselor, yaitu:

Menyembuhkan, bertujuan untuk membantu konseli untuk menghilangkan gejala-

gejala disfungsional. Menopang, bertujuan untuk membantu konseli untuk

menerima keadaan saat ini. Membimbing, bertujuan untuk membimbing konseli

ketika konseli harus mengambil suatu keputusan tertentu tentang masa depannya.

Memperbaiki hubungan, bertujuan untuk membantu konseli keluar dari sebuah

konflik batin dengan pihak lain yang mengakibatkan rusaknya hubungan dengan

cara konselor menjadi mediator atau penengah. Memberdayakan, bertujuan untuk

membantu konseli menjadi penolong bagi diri sendiri pada masa yang akan datang

pada waktu menghadapi kesulitan kembali.11

Orang tua perlu berperan sebagai konselor yang mendengar, menafsir,

mengarahkan, memberi informasi yang benar kepada remaja dan menjauhi

tindakan represi. Seain itu, orang tua juga perlu menjadi mediator antara remaja

dengan masa depannya melalui pembentukan dalam masalahnya dengan cara

memberikan perasaan nyaman kepada remaja ketika bersama orang tua.12

Hal

tersebut sesuai dengan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh seorang

konselor.13

Berdasarkan hal tersebut, penulis terdorong untuk melakukan studi

pustaka tentang PERAN ORANG TUA SEBAGAI KONSELOR TERHADAP

REMAJA USIA 15-18 TAHUN.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang diangkat

adalah bagaimana peran orang tua sebagai konselor terhadap remaja usia 15-18

tahun? Dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian untuk mendeskripsikan

peran orang tua sebagai konselor terhadap remaja usia 15-18 tahun. Dalam

menentukan metode penelitian, maka penulis menggunakan metode penelitian

10 Clara Wagner, Lauren Alloy and Lyn Abramson, “Trait Rumination, Depression, and

Executive Function in Early Adolenscence, “ Journal of Youth & Adolenscence, vol. 44 (2015) 11

Totok S. Wiryasaputra dan Rini Handayani, Pengantar Konseling Pastoral, (Asosiasi

Konselor Pastoral Indonesia, 2012), 95 12

Maria Cristina Ginevra, Laura Nota & Lea Ferrari, “parental support in adolescents'

career development: parents' and childrens perceptions,” Career Development Quarterly, Vol 63

(2015): 123 13

Ginevra, Nota and Ferrari, “parental support in adolescents' career development,” 125

Page 17: Peran Orang Tua Sebagai Konselor Terhadap Remaja …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10491/2/T1_712011027_Full... · 2.4. Konseling Pastoral ... Codot, mas Bagong, si Batak

5

deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode penelitian deskriptif bertujuan

untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, gejala, ataupun

kelompok tertentu untuk menentukan penyebab suatu frekuensi adanya hubungan

tertentu antara suatu gejala dengan gejala lainnya dalam masyarakat.14

Pendekatan kualitatif adalah metode yang menggunakan cara berpikir dari gejala

umum ke gejala khusus.15

Teknik penelitian yang penulis pakai adalah studi kepustakaan. Teknik

studi kepustakaan adalah teknik mengumpulkan data dengan mengadakan studi

penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-

laporan yang relevan serta memiliki hubungan dengan penelitian.16

Penelitian ini

diharapkan mampu memberikan manfaat secara teoritis yang mana dapat

menyumbangkan pokok pemikiran tentang peran orang tua sebagai konselor yang

dikemudian hari akan berguna maupun secara praktis dimana orang tua dapat

mengetahui dan memahami bagaimana mereka harus berperan dalam menghadapi

anak usia remaja dalam berbagai persoalannya. Agar penelitian ini terarah sesuai

dengan tujuan yang ditetapkan, maka disusunlah sistematika penulisan yang

menjadi rangkaian penulisan dari bagian pertama sampai keempat yang

mempunyai pokok masing-masing, tetapi menjadi satu bagian besar yang saling

melengkapi.

Bagian pertama, pendahuluan yang didalamnya dijelaskan latar belakang,

pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat penelitian,

dan sistematika penulisan. Bagian kedua, berisi tentang peran orang tua sebagai

konselor terhadap remaja usia 15-18 tahun yang meliputi defenisi tentang orang

tua, remaja, dan konselor serta peran dan fungsi masing-masing, teori konseling

pastoral, teori orang tua dalam perannya sebagai konselor dalam keluarga, teori

perkembangan remaja, kemudian teori hubungan antara orang tua dan remaja.

Bagian ketiga, berisi tentang studi kepustakaan yang meliputi permasalahan

remaja usia 15-18 tahun dan peran orang tua terhadap permasalahannya beserta

analisis terhadap peran orang tua sebagai konselor. Bagian keempat, penutup yang

14

J. D. Engel, Metodologi Penelitian Sosial dan Teologi Kristen, (Salatiga: Widya Sari,

2005), 20-21 15

David Samiyono, Pengantar kedalam Matakuliah Metode Penelitian Sosial, 2004, 9 16

M. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, cet. Ke-5, 2003), 27

Page 18: Peran Orang Tua Sebagai Konselor Terhadap Remaja …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10491/2/T1_712011027_Full... · 2.4. Konseling Pastoral ... Codot, mas Bagong, si Batak

6

meliputi kesimpulan yang berisi temuan-temuan hasil penelitian, dan saran yang

berisi kontribusi dan rekomendasi untuk penelitian lanjutan.

II PERAN ORANG TUA SEBAGAI KONSELOR TERHADAP

REMAJA USIA 15-18 TAHUN

2.1 Defenisi Orang Tua

Orang tua berada dalam sebuah ikatan perkawinan yang bertujuan untuk

memperingati karya besar Allah dan menjadi saksi Kristus sebagai bagian dari

pendidikan kekristenan kepada anak-anak dengan cara mewujudnyatakan tuntutan

kasih dari Allah.17

Orang tua sebagai insan yang telah dipersatukan Tuhan melalui

perkawinan sebagai suatu lembaga dasar yang utuh terarahkan pada kelahiran dan

pendidikan anak-anak yang adalah mahkota dari lembaga tersebut. Orang tua

diberikan tanggung jawab melalui kasih yang telah dibangun terlebih dahulu

untuk diperlihatkan kepada anak-anak dengan cara merawat, membimbing dan

mendidik anak-anak dalam kasih sebagai pernyataan kehidupan utuh kepada

Allah.18

Menurut Maurice, orang tua dalam sebuah keluarga dianggap sebagai

pemimpin dari sebuah komunitas yang bertugas mengatur seluruh tatanan

organisasi dalam komunitas agar tidak keluar dari rel yang telah dibuat

berdasarkan tugas dan fungsi masing-masing.19

Komunitas yang dibuat ini

berdasarkan kepada pemahaman bahwa orang tua adalah satu-satunya pemegang

kendali secara utuh dalam sebuah keluarga, namun tidak melupakan bahwa ada

batas-batas yang tidak bisa untuk dilanggar.

Memang tidak mudah menjadi orang tua dikarenakan orang tua memegang

tanggungjawab yang sangat besar khususnya bagi perkembangan anak. Orang tua

harus pandai menyesuaikan diri untuk berperan kepada anak karena peranan orang

17

A. Widyamarta, Keluarga Kristiani dalam Dunia Modern, (Yogyakarta: Kanisius,

1994), 32 18

Widyamarta, Keluarga Kristiani dalam Dunia Modern, 36 19

Maurice Eminyan, Teologi Keluarga, (Yogyakarta: Kanisius, 2001), 19

Page 19: Peran Orang Tua Sebagai Konselor Terhadap Remaja …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10491/2/T1_712011027_Full... · 2.4. Konseling Pastoral ... Codot, mas Bagong, si Batak

7

tualah yang mampu untuk menjadikan anak dapat berkembang dengan baik.

Menurut Maurice, orang tua berperan untuk melindungi yaitu orang tua harus

mampu untuk melindungi anak dalam kasih agar anak merasa ada perhatian yang

besar dari orang tua karena bagaimanapun orang tua adalah tempat anak untuk

menceritakan segala sesuatu yang dirasakan oleh anak. Orang tua juga berperan

untuk menciptakan relasi antar anggota keluarga dengan baik agar ada komunikasi

yang berjalan diantara berbagai pihak didalamnya sehingga tidak ada yang

ditutupi didalam komunikasi. Orang tua juga berperan untuk menjadi pendidik

bagi anak karena pertumbuhan anak dimulai dari didikan dari orang tua terlebih

dahulu sebelum keluar untuk belajar hal yang lebih banyak.20

Menurut Tjandrarini, orang tua juga berperan dalam tugas untuk

menafkahi agar kebutuhan hidup dari anak dapat terpenuhi sehingga tidak

menimbulkan perasaan kurang kepada anak baik dari segi rohani maupun

jasmani.21

Kemudian, orang tua juga berperan menjadi konselor yaitu orang tua

berperan untuk mendengarkan keluh kesah yang ingin disampaikan oleh anak.

Orang tua juga berperan sebagai pendamping yang selalu ada bersama dengan

anak seiring dengan pertumbuhan anak.22

Peran orang tua yang sangat besar dalam perkembangan diri seseorang bila

dijalankan dengan penuh tanggungjawab oleh orang tua maka orang tua akan

menjadi teladan, sahabat, dan pembimbing yang baik bagi anak. Apabila perasaan

ini telah mucul dalam diri seorang anak maka perkembangan anak akan lebih

mudah untuk dipantau oleh orang tua sehingga segala sesuatu yang dilakukan oleh

anak akan mencerminkan apa yang diajarkan oleh orang tua.

2.2 Defenisi Remaja

Remaja yang dalam bahasa inggris disebut “Adolescence” adalah proses

pertumbuhan dalam periode kehidupan untuk menuju kedewasaan. Periode ini

adalah tahap dimana seseorang yang awalnya berada dalam sebuah

ketergantungan kepada keluarga mulai keluar untuk menemukan kemandirian,

20

Eminyan, Teologi Keluarga, 143 21

Kristiana Tjandrarini, Bimbingan Konseling Keluarga, (Salatiga:Widya Sari Press,

2004), 34 22

Tjandrarini, Bimbingan Konseling Keluarga, 36

Page 20: Peran Orang Tua Sebagai Konselor Terhadap Remaja …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10491/2/T1_712011027_Full... · 2.4. Konseling Pastoral ... Codot, mas Bagong, si Batak

8

otonomi dan kematangan dengan cara menjadi bagian dari suatu kelompok teman

sebaya hingga akhirnya mampu berdiri sebagai orang dewasa.23

Menurut Hurlock (dalam Ali), masa remaja atau yang dikenal dengan

sebutan Adolescence sesungguhnya memiliki arti yang sangat luas, mencakup

kematangan mental, emosional, sosial dan fisik sehingga remaja tidak mempunyai

tempat yang jelas.24

Mereka tidak termasuk kedalam golongan anak-anak, tetapi

belum cukup juga untuk dianggap dewasa. Remaja sendiri tidak memiliki fungsi

yang jelas tertera melainkan ada tugas-tugas yang sebaiknya dilakukan oleh

remaja agar remaja mampu untuk bertumbuh atau berkembang dengan dan tidak

menyimpang.

Demi memenuhi perkembangan ini maka tugas-tugas yang perlu untuk

dilakukan remaja adalah mampu menerima keadaan fisiknya, mampu memahami

dan menerima peran seks usia dewasa, mampu membina hubungan baik dengan

anggota kelompok yang berlainan jenis, mencapai kemandirian emosional,

mencapai kemandirian ekonomi, mengembangkan konsep dan keterampilan

intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota

masyarakat, memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan

orang tua, mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk

memasuki dunia dewasa, mempersiapkan diri memasuki perkawinan, dan

memahami serta mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga.25

Tugas-tugas inilah yang perlu untuk dipahami dan dilakukan oleh remaja karena

banyak penyimpangan yang terjadi ketika tugas-tugas ini tidak mampu untuk

dijalankan oleh remaja.

2.3 Definisi Konselor

Konselor merupakan seorang ayah yang baik, penuh perhatian serta

pengertian dan siap sedia menolong dirinya, atau sebagai ibu yang ramah,

23

Kathryn Geldard dan David Geldard, KONSELING REMAJA:Pendekatan Proaktif

untuk Anak Muda, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2011), 5 24

Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, PSIKOLOGI REMAJA:Perkembangan peserta

didik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), 9 25

Ali dan Asrori, PSIKOLOGI REMAJA:Perkembangan peserta didik, 10

Page 21: Peran Orang Tua Sebagai Konselor Terhadap Remaja …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10491/2/T1_712011027_Full... · 2.4. Konseling Pastoral ... Codot, mas Bagong, si Batak

9

mengundang dan memberikan ketenangan kepadanya.26

Konselor adalah orang

yang dipilih secara khusus dan telah melalui pendidikan khusus sebelum terjun

kedalam profesinya.27

Namun, dewasa ini konselor bukan hanya orang yang telah

mendapat mandat khusus tetapi juga kepada orang yang dianggap dapat

menyelesaikan keluhan atau permasalahan yang sedang dihadapi oleh konseli.

Dalam hal ini konselor bisa saja bukan orang yang dilatih secara khusus untuk

menjadi konselor dan mengetahui prinsip-prinsip konseling serta teknik

konseling, tetapi merupakan keluarga dari orang yang sedang bermasalah dan

dimintai pertolongan untuk membantu permasalahan tersebut.

Konselor memiliki fungsi menyembuhkan, membimbing, menopang,

memperbaiki hubungan, dan merawat.28

Fungsi menyembuhkan akan dipakai

apabila konselor menemukan adanya gejala disfungsional dari diri konseli yang

memberikan perubahan terhadap sikap dan tingkah laku. Fungsi menopang akan

dipakai apabila kondisi konseli tidak mampu untuk kembali kepada keadaan

semula sehingga diperlukan penopang agar konseli mampu untuk menerima

kondisi atau keadaan dirinya yang saat ini. Fungsi membimbing akan dipakai

apabila konseli sedang dalam masa untuk memutuskan kehidupannya pada masa

yang akan datang sehingga diperlukan bimbingan yang tepat agar konseli dapat

menentukan dengan baik dan tepat. Fungsi memperbaiki hubungan akan dipakai

apabila konseli sedang mengalami konflik batin dengan orang lain sehingga

mengakibatkan permusuhan atau rusaknya hubungan baik, sehingga konselor

yang menjadi penengah atau mediator perdamaian untuk membantu konseli

membangun kembali hubungan baik. Fungsi merawat akan dipakai sebagai bahan

pelajaran bagi konseli untuk dipakai apabila konseli kembali mengalami kesulitan

kembali, bahkan tidak tertutup kemungkinan melalui perawatan atau

pemberdayaan yang dilakukan oleh konselor, konseli akan menjadi konselor bagi

orang lain yang membutuhkan pertolongan. Walau demikian, konselor yang

bertugas untuk menolong konseli tetap tidak memiliki hak penuh atas diri konseli

26

Kartini Kartono, Bimbingan dan Dasar-Dasar Pelaksanaannya, (Jakarta:CV.Rajawali,

1985), 63 27

Andreas Soewarno, Pastoral Konseling, (Yogyakarta:Kanisius, 2012), 13 28

Totok S. Wiryasaputra dan Rini Handayani, Pengantar Konseling Pastoral, (Asosiasi

Konselor Pastoral Indonesia, 2012), 95

Page 22: Peran Orang Tua Sebagai Konselor Terhadap Remaja …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10491/2/T1_712011027_Full... · 2.4. Konseling Pastoral ... Codot, mas Bagong, si Batak

10

dan memberikan kebebasan kepada konseli untuk terus mengembangkan diri

kepada hal yang positif.

2.4 Konseling Pastoral

Konseling adalah suatu cara yang dibuat agar melaluinya kita mampu

untuk menolong orang di sekitar kita. Konseling berjalan sesuai proses untuk

menjadikan orang yang mempunyai masalah tidak terhenti dengan masalah itu

saja, tetapi diberikan pertolongan untuk berkembang dan menyelesaikan

masalahnya.29

Menurut Mesach Krisetya, konseling adalah suatu disiplin ilmu

terapi non medis, yang sasarannya adalah untuk memberi fasilitas dan

menimbulkan pertumbuhan serta perkembangan kepribadian; menolong pribadi-

pribadi untuk mengubah pola-pola kehidupan yang menyebabkan mereka

mengalami kehidupan yang tidak berbahagia dan menyediakan suasana

persaudaraan dan kebijaksanaan bagi pribadi-pribadi yang sedang menghadapi

kehilangan dan kekecewaan dalam kehidupan yang tidak dapat dihindari.30

Konseling pastoral adalah perjumpaan eksistensial yaitu perjumpaan dua

orang manusia sebagai subyek, yakni konselor dan konseli. Perjumpaan ini

memiliki tujuan untuk menolong konseli agar dapat menghayati keberadaannya

dan pengalamannya secara penuh.31

Menurut Abineno (dalam Soewarno), banyak

orang yang hidup dalam situasi yang sulit karena bergumul dengan berbagai

persoalan yang kadang-kadang rumit sehingga mereka hampir putus asa. Mereka

tidak tahu apa yang mereka harus lakukan.32

Persoalan yang begitu banyak

dihadapi oleh manusia ini menurut Aart van Beek (dalam Soewarno) perlu untuk

di tolong oleh konselor.33

Menurut Yakub B. Susabdo, pastoral konseling adalah hubungan timbal

balik antara konselor dengan konseli, dimana konselor mencoba membimbing

konselinya kedalam suatu suasana percakapan konseling yang ideal yang

29

Harper and Brothers, PASTORAL COUNSELING:It’s Theory and Practice, (New

York: USA, 1951), 4 30

Mesach Krisetya, Diktat Konseling Pastoral, (Salatiga: FT Universitas Kristen Satya

Wacana, 2002), 3 31

Totok S. Wiryasaputra dan Rini Handayani, Pengantar Konseling Pastoral, (Asosiasi

Konselor Pastoral Indonesia, 2012), 60 32

Andreas Soewarno, Pastoral Konseling, (Yogyakarta:Kanisius, 2012), 2 33

Soewarno, Pastoral Konseling, 3

Page 23: Peran Orang Tua Sebagai Konselor Terhadap Remaja …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10491/2/T1_712011027_Full... · 2.4. Konseling Pastoral ... Codot, mas Bagong, si Batak

11

memungkinkan konseli itu betul-betul dapat mengenal dan mengerti apa yang

sedang terjadi pada dirinya sendiri, persoalannya, kondisi hidupnya, dimana ia

berada, dan sebagainya sehingga ia mampu melihat tujuan hidupnya dalam relasi

dan tanggung jawabnya dengan Tuhan.34

Menurut E. P. Ginting konseling pastoral adalah psikoterapi-pastoral yang

melakukan psikoterapi, yang bersifat membangun kembali.35

Konselor harus siap

untuk menolong dan menerima pribadi konseli yang datang dengan kesulitan dan

persoalan hidup mereka. Konseling pastoral merupakan media untuk memberikan

bimbingan kepada orang-orang yang memiliki permasalahan dalam dirinya yang

perlu untuk diselesaikan agar tidak menjadi penghalang dalam pertumbuhan atau

perkembangan kehidupan kedepan. Proses konseling pastoral dapat dijalankan

dengan tujuan agar konseli mampu bertumbuh didalam pengetahuan religius yang

baik dengan Yesus sebagai teladan sehingga ada terang Kristus didalam konseli

yang telah di pulihkan. Konseling pastoral mengandalkan percakapan sebagai

salah satu jalan untuk membantu konseli karena percakapan memberikan kita

waktu yang banyak untuk konselor dapat membantu konseli menyelesaikan

masalahnya.

2.5 Orang Tua Dalam Peran Sebagai Konselor Dalam Keluarga

Peran orang tua sebagai konselor dalam keluarga diambil dari bagian

peran orang tua sebagai pembimbing dalam keluarga sehingga orang tua bukan

hanya memberikan perlindungan, relasi yang baik, tetapi juga mampu untuk

membawa anak selalu dalam kondisi mampu memutuskan yang terbaik bagi

perkembangannya.

Proses konseling yang berjalan dalam keluarga bertujuan untuk membantu

setiap anggota keluarga untuk menghadapi serta memecahkan setiap persoalan

psikologis masing-masing individu untuk mencapai kebahagiaan.36

Kebahagiaan

yang ingin di raih oleh setiap anggota keluarga secara psikologis terbagi atas dua.

34

Yakub B. Susabdo, Pastoral Konseling Jilid 1, Cet: 10 (Malang:Gandum Mas, 2003), 4 35

E. P. Gintings, Gembala dan Konseling Pastoral, (Yogyakarta: Yayasan Andi, 2002),

13 36

Kristiana Tjandrarini, Bimbingan Konseling Keluarga, (Salatiga:Widya Sari Press,

2004), 9

Page 24: Peran Orang Tua Sebagai Konselor Terhadap Remaja …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10491/2/T1_712011027_Full... · 2.4. Konseling Pastoral ... Codot, mas Bagong, si Batak

12

Pertama, tercapainya keinginan, cita-cita dan harapan dari setiap anggota

keluarga. Kedua, sesedikit mungkin terjadi konflik dalam pribadi masing-masing

maupun konflik antar pribadi.37

Di Indonesia saat ini, kemajuan di segala bidang

juga mempengaruhi kehidupan setiap keluarga. Banyak tuntutan yang perlu untuk

dipenuhi agar kehidupan dalam keluarga dapat terjamin, sehingga orang tua lebih

fokus kepada pemenuhan materi bagi keluarga dan membuat hubungan antar

pribadi dalam keluarga menjadi renggang.38

Padahal orang tua tidak hanya

dituntut untuk memenuhi kebutuhan keluarga berupa materi untuk memenuhi

fungsi fasilitasi, pendidikan dan menafkahi tetapi juga dapat mengatur

kebahagiaan yang ingin dicapai dengan membuat relasi dan komunikasi melalui

bimbingan antar pihak-pihak dalam keluarga.39

Menurut Dr. J. L. Ch. Abineno (dalam Soewarno), menjadi konselor

bukan memberikan pelajaran bagaimana yang terbaik, tetapi bersama dengan

konseli melihat persoalan yang dihadapi untuk membantu konseli menemukan

jalan keluar dari persoalan yang dihadapi.40

Akibat dari kemajuan di berbagai

bidang, para orang tua bukan menjadi konselor yang berjalan bersama konseli

tetapi acuh tak acuh dengan persoalan yang terjadi dalam keluarga. Keadaan

orang tua yang demikian itu menyebabkan hilangnya perhatian dan kasih sayang

kepada anggota keluarga.41

Menurut McLeod (dalam Komalasari), berhubungan

dengan orang lain merupakan tujuan konseling yang penting untuk membentuk

dan mempertahankan hubungan yang bermakna dengan memuaskan orang lain,

misalnya keluarga.42

Dalam memegang peran sebagai konselor dalam keluarga,

orang tua dituntut untuk dapat membentuk relasi dan komunikasi sebagai bagian

dari cara mencapai kebahagiaan yang sama bagi setiap anggota keluarga.

Dalam proses konseling dimana orang tua sebagai konselor dalam

keluarga memberikan pengaruh besar bagi perkembangan setiap anggota keluarga

37

Tjandrarini, Bimbingan Konseling Keluarga, 10 38

Tjandrarini, Bimbingan Konseling Keluarga, 12 39

H. Sutirna, Bimbingan dan Konseling:Pendidikan Formal, Nonformal, dan Informal,

(Yogyakarta:ANDI, 2013), 23 40

Andreas Soewarno, Pastoral Konseling, (Yogyakarta: Kanisius, 2012), 52 41

Kristiani Tjandrarini, Bimbingan Konseling Keluarga, (Salatiga: Widya Sari Press,

2004), 13 42

Gantina Komalasari dan Eka Wahyuni, Teori dan Teknik Konseling, (Jakarta Barat:

Indeks, 2011), 18

Page 25: Peran Orang Tua Sebagai Konselor Terhadap Remaja …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10491/2/T1_712011027_Full... · 2.4. Konseling Pastoral ... Codot, mas Bagong, si Batak

13

karena dengan berperan sebagai konselor maka orang tua dapat menciptakan

toleransi yang baik bagi setiap anggota keluarga ketika menghadapi konflik

didalam maupun di luar lingkup keluarga dan dapat meningkatkan motivasi untuk

memberi semangat kepada anggota keluarga yang lain.43

2.6 Perkembangan Remaja

Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa.

Pada masa remaja ada perkembangan yang terjadi dari berbagai segi. Bukan

hanya fisik, tetapi juga perubahan lingkungan yang mengharuskan remaja untuk

dapat bertindak layaknya orang dewasa. Pada masa remaja seseorang mulai ingin

tahu siapa dan bagaimana dirinya serta memikirkan kehidupan masa depannya.

Menurut Nuhamara, terdapat beberapa perkembangan yang terjadi dalam

diri remaja, antara lain44

: Pertama, remaja mengalami perubahan fisik untuk dapat

bertindak sebagai orang dewasa serta perubahan sosial yang membutuhkan

kemandirian seorang remaja agar dapat bertahan dalam dunia orang dewasa.

Perubahan fisik dan tuntutan kehidupan sosial ini membuat remaja juga mulai

berpikir berbeda dengan anak-anak. Kedua, remaja mengalami perkembangan

sosial yang menyebabkan remaja mulai mengenal lingkungan di luar keluarga.

Ketiga, remaja mengalami perkembangan mental yang memberikan kemampuan

bernalar jauh berbeda dengan dirinya. Piaget (dalam Nuhamara) menyebut

perkembangan ini sebagai perkembangan kognitif yang memungkinkan remaja

dapat berpikir lebih luas dari sebelumnya.45

Keempat, remaja mengalami

perkembangan emosional yang menyebabkan remaja mengalami kondisi pikiran

yang tidak menentu. Remaja dapat dapat merasa sedih dan senang secara tiba-tiba.

Emosi yang dialami bukanlah emosi yang selalu dikaitkan dengan hal-hal negatif

tetapi lebih kepada munculnya pikiran alamiah yang memang melekat dalam diri

manusia. Kelima, remaja mengalami perkembangan spiritual yang membuat

remaja mempunyai berbagai pertanyaan tentang keyakinannya. Pada

perkembangan ini remaja biasanya mengalami keragu-raguan terhadap

43

Tjandrarini, Bimbingan Konseling Keluarga, 42 44

Daniel Nuhamara, PAK (Pendidikan Agama Kristen) Remaja, (Bandung: Jurnal Info

Media, 2008), 46 45

Daniel Nuhamara, PAK (Pendidikan Agama Kristen) Remaja, (Bandung: Jurnal Info

Media, 2008), 62

Page 26: Peran Orang Tua Sebagai Konselor Terhadap Remaja …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10491/2/T1_712011027_Full... · 2.4. Konseling Pastoral ... Codot, mas Bagong, si Batak

14

kepercayaan terhadap Tuhan karena pemikiran mereka bahwa iman tidak dapat

dibuktikan secara empiris dan tidak masuk akal.

Menurut, Chown dan Kang (dalam Padmomartono), remaja usia 15-18

tahun yang disebut sebagai remaja madya mampu untuk bereksperimen dan

mengambil resiko, dikenal serta diterima oleh kelompok sebayanya, berpikir

secara rasional, mulai memikul tanggung jawab bagi diri sendiri dan

memperdulikan kebebasan serta hak individu.46

Menurut Erikson (dalam

Nuhamara), remaja dalam perkembangannya mengalami kecemasan yang

diakibatkan oleh potensi krisis dalam dirinya.47

Kecemasan ini muncul karena

keraguan untuk melakukan tugas-tugasnya selama perkembangan. Remaja perlu

untuk mencapai penyesuaian diri agar dapat menangani kecemasan ini dengan

membangun relasi kepada lingkungan sekitar sehingga ia dapat dikenal

sebagaimana ia ada. Remaja yang melalui tahapan ini dengan baik akan

memunculkan identitas diri serta komitmen dan dapat dipercaya sehingga

memunculkan tanggung jawab terhadap segala sesuatu yang dilakukannya.

Selama masa perkembangan ini yang terjadi adalah remaja kerap kali

bertentang dengan orang tua. Maslow (dalam Saad) mengutarakan bahwa cinta

kasih dari orang tua merupakan unsur terpenting dalam perkembangan remaja

karena melalui cinta kasih, remaja belajar untuk mengambil keputusan-keputusan

terbaik bagi dirinya serta resiko apa yang akan dipetik dari keputusan tersebut

dengan berpusat kepada orang tua sebagai bahan pembelajaran.48

.

Menurut Rousseau (dalam Boehlke), remaja mulai mampu untuk melihat

orang lain dan memberikan penilaiannya tersendiri kepada orang tersebut karena

remaja menganggap bahwa tolak ukur suatu perbuatan terdapat pada dirinya

sendiri sehingga ada pengetahuan baru bahwa setiap manusia mempunyai sifat

yang berbeda.49

Perkembangan yang terjadi dalam diri remaja bukanlah

46

Sumardjono Padmomartono, Konseling Remaja, (Salatiga:Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, 2013), 34 47

Nuhamara, PAK Remaja, 60 48

Hasballah M. Saad, Perkelahian Pelajar: Potret Siswa SMU di Jakarta, (Yogyakarta:

Galang Press, 2003), 32 49

Robert R. Boehlke, Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama

Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 170

Page 27: Peran Orang Tua Sebagai Konselor Terhadap Remaja …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10491/2/T1_712011027_Full... · 2.4. Konseling Pastoral ... Codot, mas Bagong, si Batak

15

perkembangan yang mudah untuk dilalui. Didalamnya remaja banyak mengalami

pertentangan dan kecemasan bahkan yang terburuk mengalami penolakan dari

lingkungan, namun semua itu tergantung kepada didikan dan bimbingan yang

telah didapatkan oleh remaja terlebih dahulu. Apabila seorang remaja mendapat

bimbingan yang kurang cukup dari keluarga khususnya orang tua maka

perkembangan remaja juga akan terhambat dan mengakibatkan remaja menjadi

tidak terkontrol karena kecemasan-kecemasan yang dialami dalam masa

perkembangan tidak mampu untuk diselesaikan.

2.7 Hubungan Orang Tua Dengan Remaja

Dewasa ini hubungan antara orang tua dan remaja begitu banyak yang

mengalami perubahan. Remaja yang juga berubah sesuai perkembangan jaman

menemui begitu banyak persoalan yang tidak disadari oleh orang tua.

Permasalahan yang ada dapat terjadi karena berbagai faktor, baik kesibukan orang

tua di lapangan pekerjaan sehingga anak merasa kurang di perhatikan atau

perhatian yang berlebihan sehingga berujung pada larangan berbuat ini dan itu.

Remaja pada akhirnya menjadi frustrasi sehingga bisa memunculkan banyak

dampak yang negatif didalam diri remaja. Terdapat tiga hal yang terjadi didalam

diri remaja secara umum yaitu Pertama, “agresi” adalah bentuk pencurahan emosi

yang berlebihan kepada lingkungan maupun diri sendiri melalui kekerasan.

Kedua, “withdrawal” adalah mencoba melarikan diri dengan cara berfantasi atau

melamun. Ketiga, “regresi” adalah mencoba kembali pada situasi yang dulu

pernah memberi kepuasan kepada dirinya50

.

Orang tua harus berperan aktif dalam tindakan pencegahan terlebih dahulu

sebelum remaja melangkah lebih jauh kedalam persoalan yang lebih rumit.

Disinilah peran orang tua dalam bimbingan yang diperlukan untuk membantu

remaja dalam perkembangannya mencapai kemampuan secara maksimal dalam

mengarahkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi remaja51

. Bimbingan yang

dilakukan tentu harus sesuai dengan tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan

remaja sehingga diperlukan untuk membangun hubungan yang baik antara orang

50

Syahril dan Riska Ahmad, Pengantar Bimbingan Konseling, (Padang: Angkasa Raya,

1986), 22 51

Syahril dan Ahmad, Pengantar Bimbingan Konseling, 41

Page 28: Peran Orang Tua Sebagai Konselor Terhadap Remaja …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10491/2/T1_712011027_Full... · 2.4. Konseling Pastoral ... Codot, mas Bagong, si Batak

16

tua sebagai konselor dengan remaja sebagai konseli. Hubungan yang dibangun

akan sangat baik apabila orang tua dapat mengatur pola asuh yang tepat sebelum

melakukan bimbingan kepada anak yaitu dengan cara menerapkan pola asuh

demokratik.52

Pola asuh demokratik ini akan menimbulkan timbal balik antara

orang tua dengan anak. Pusat kontrol tetap pada orang tua tetapi orang tua tidak

membatasi keinginan anak namun mampu untuk menyeleksi kebutuhan anak.

Keputusan yang diambil oleh remaja tetap dihargai dan jika dianggap mampu

maka dibolehkan untuk memakai keputusan tersebut, sebaliknya jika orang tua

menganggap anak tidak mampu untuk memenuhi keputusan tersebut maka ada

solusi lain yang diberikan oleh orang tua sebagai bagian dari menghindari

kekecewaan dari remaja atau perasaan tidak dihargai.

Hubungan yang di bangun atas dasar pola asuh demokrasi dengan

sendirinya akan memberikan kesempatan yang besar bagi orang tua untuk

terhubung secara emosinal dengan remaja sehingga orang tua mampu untuk

menelusuri jalan pikiran remaja bahkan sebelum mereka mengungkapkannya.

Perlu juga dipahami bahwa kemungkinan munculnya konflik antara anak dan

orang tua terus menerus muncul. Konflik ini biasanya terjadi dari segi perubahan

kognitif remaja yang tidak bisa secara langsung di kontrol orang tua53

yaitu

mencakup perubahan fisik atau pubertas. Ketika konflik ini terjadi maka orang tua

adalah satu-satunya orang yang mampu untuk menenangkan kembali suasana.

Oleh karena itu, orang tua perlu untuk mengontrol konflik yang ada dengan cara

tidak mencari siapa yang salah dan siapa yang benar, melainkan dengan

menggunakan bahasa yang santun dan sopan, serta carilah pemecahan dengan

kemenangan berpihak kepada orang tua juga remaja artinya jalan keluar bersama

dicari namun tidak merugikan kedua belah pihak dan bersikap realistik terhadap

remaja karena remaja belum memiliki keterampilan yang cukup54

. Sesuai dengan

peran orang tua dan fungsi dari remaja maka perlu adanya bimbingan berupa

konseling pastoral yang diberikan orang tua kepada remaja. Konseling yang

bertujuan untuk memberikan fasilitas dan menimbulkan pertumbuhan serta

52

Sumardjono Padmomartono, Konseling Remaja, (Salatiga: Program Studi Bimbingan

dan konseling, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UKSW, 2013), 45 53

Padmomartono, Konseling Remaja, 46 54

Padmomartono, Konseling Remaja, 58

Page 29: Peran Orang Tua Sebagai Konselor Terhadap Remaja …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10491/2/T1_712011027_Full... · 2.4. Konseling Pastoral ... Codot, mas Bagong, si Batak

17

perkembangan kepribadian, menolong pribadi-pribadi untuk mengubah pola-pola

kehidupan yang menyebabkan mereka mengalami kehidupan yang tidak bahagia,

dan menyediakan suasana persaudaraan dan kebijaksanaan bagi pribadi-pribadi

yang sedang menghadapi tantangan.

III PERAN ORANG TUA DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN

REMAJA USIA 15-18 TAHUN

3.1 Permasalahan Remaja Usia 15-18 Tahun

Masa remaja adalah tahap mencoba sesuatu yang baru sehingga sudah menjadi

hal yang pasti bahwa akan ada permasalahan yang terjadi dalam proses ini.55

Permasalahan yang terjadi ini tidak selalu dapat dianggap sebagai sesuatu yang

berbau negatif, melainkan dapat menjadi batu loncatan yang positif untuk

perkembangan remaja kedepan. Permasalahan yang dialami oleh remaja usia 15-

18 tahun penulis bagi menjadi 4 bagian, yaitu :

3.1.1 Permasalahan Remaja Dengan Diri Sendiri

Permasalahan ini berhubungan dengan kepercayaan diri remaja yang

dilakukan dengan cara mengembangkan harga diri. Harga diri (self-esteem)

merupakan penilaian atau evaluasi psoitif dan negatif terhadap diri.56

Pengembangan harga diri ini dilakukan dengan cara mulai mengkritisi dirinya

sendiri untuk mengetahui siapa dirinya atau apa yang mampu ia lakukan.57

Remaja mulai untuk menerima dirinya agar dapat mengembangkan

kemampuan untuk lebih berprestasi dalam berbagai bidang cocok dengan

dirinya.58

Pada masa remaja usia 15-18 tahun cenderung terjadi sebuah

permasalahan tentang mencintai diri sendiri karena mereka sedang dalam

masa untuk menentukan akan menjadi apa mereka atau seperti apa mereka di

mata orang lain. Ketika seorang remaja telah mampu untuk mengenal siapa

dirinya dan kemampuannya maka ia tidak lagi memikirkan orang lain atau

lebih mengutamakan dirinya sehingga muncul rasa ego yang sangat tinggi

55

Daniel Nuhamara, PAK (Pendidikan Agama Kristen) Remaja, (Bandung: Jurnal Info

Media, 2008), 76 56

Sarwono dan Meinarno, Psikologi Sosial, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009), 23 57

Sumardjono Padmomartono, Konseling Remaja, (Salatiga: FKIP UKSW, 2013), 50 58

Jacob Daan Engel, Nilai Dasar Logo Konseling, (Yogyakarta: Kanisisus, 2014), 19

Page 30: Peran Orang Tua Sebagai Konselor Terhadap Remaja …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10491/2/T1_712011027_Full... · 2.4. Konseling Pastoral ... Codot, mas Bagong, si Batak

18

dalam diri remaja.59

Remaja tidak ingin orang tua terlalu mencampuri

urusannya, sangat memperhatikan penampilan dan berusaha keluar untuk

mencari teman baru.60

Perkembangan yang buruk ini biasanya berasal dari

pengalaman sewaktu masa anak-anak yang sering mengalami penolakan,

dikritik secara kasar, tuntutan untuk menjadi sempurna dan dinilai tidak

menarik oleh teman sebaya.61

Masalah-masalah yang dihadapi tidak mampu untuk diselesaikan

sehingga membuat diri remaja dapat mengeskpresikan dirinya dalam tiga hal

yaitu : Pertama, remaja menjadi pemain aktor yang memasang topeng seolah-

olah hidup dalam kebahagiaan, tetapi kenyataannya remaja hidup dalam rasa

cemas dan takut. Kedua, remaja menjadi pemberontak sehingga remaja

bertindak tanpa mempedulikan pendapat dari orang lain, melanggar hukum

dan suka menyalahkan orang lain. Ketiga, remaja menjadi pecundang yang

membuat remaja merasa tidak mampu menangani kehidupannya dan selalu

meminta orang lain membantunya.62

3.1.2 Permasalahan Remaja Dengan Orang Tua

Permasalahan dengan orang tua berhubungan dengan pola asuh orang

tua terhadap remaja. Pola asuh orang tua akan menentukan perkembangan

remaja baik secara fisik maupun mental. Menurut Hurlock (dalam

Padmomartono), terdapat 7 pola sikap dan perlakuan orang tua terhadap

remaja serta dampaknya terhadap kepribadian remaja, yaitu:63

a) Orang tua yang terlalu melindungi yaitu orang tua yang melakukan

kontak berlebihan dengan remaja, mengawasi kegiatan remaja dan

memecahkan masalah remaja. Dampak yang terjadi akibat pola asuh

ini adalah remaja menjadi agresif, memiliki perasaan tidak aman,

kurang mampu mengendalikan emosi, kurang percaya diri, mudah

59

Jose RL Batubara, Adolescent Development (Perkembangan Remaja), (Jakarta:

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010), 27 60

Batubara, Adolescent Development (Perkembangan Remaja), 28 61

Drost, Perilaku Anak Usia Dini (kasus dan pemecahannya), (Yogyakarta: Kanisius,

2001), 125 62

Sumardjono Padmomartono, Konseling Remaja, (Salatiga: FKIP UKSW, 2013), 55 63

Padmomartono, Konseling Remaja, 42-44

Page 31: Peran Orang Tua Sebagai Konselor Terhadap Remaja …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10491/2/T1_712011027_Full... · 2.4. Konseling Pastoral ... Codot, mas Bagong, si Batak

19

terpengaruh, egois, pembuat ulah, sulit bergaul, menolak tanggung

jawab dan sangat tergantung.

b) Orang tua yang serba membolehkan yaitu orang tua yang memberi

kebebasan berpikir dan berusaha, menerima pendapat remaja,

membuat remaja merasa diterima, paham dan toleran terhadap remaja,

dan lebih suka memberi apa yang diminta remaja daripada menerima.

Dampak yang terjadi ialah remaja pandai mencari jalan keluar, dapat

diajak bekerjasama, percaya diri, dan menjadi serba penuntut dan

tidak sabaran.

c) Orang tua yang menolak remaja yaitu orang tua yang bersikap masa

bodoh, kaku, kurang peduli kesejahteraan remaja, dan menampilkan

sikap permusuhan serta dominasi kepada remaja. Dampak yang

terjadi ialah remaja menjadi agresif (keras kepala, mudah marah,

nakal), submissive (pemalu, mudah tersinggung, penakut), sulit

bergaul, pendiam dan sadis.

d) Orang tua yang menerima remaja yaitu orang tua yang memberi

perhatian dan kasih kepada remaja, menempatkan remaja dalam posisi

penting di keluarga, mengembangkan hubungan yang hangat dengan

remaja, respek pada remaja, mendorong remaja untuk menyatakan

perasaan atau pendapatnya, dan berkomunikasi secara terbuka serta

mau untuk mendengar masalahnya. Dampak yang terjadi ialah remaja

mau untuk bekerjasama, bersahabat, loyal, memiliki emosi yang

stabil, ceria dan optimis, bertanggungjawab, jujur, bersikap realistik

dan punya rencana jelas untuki masa depannya.

e) Orang tua yang mendominasi yaitu orang tua yang menguasai anak

secara psikologis, dalam hal ini misalnya selalu diancam ketika ingin

melakukan sesuatu. Dampak yang terjadi ialah remaja akan sopan dan

berhati-hati, pemalu, penurut, dan mudah bingung serta tidak dapat

bekerjasama.

f) Orang tua yang menyerah pada remaja yaitu orang tua yang

memberikan apapun yang remaja minta dan membiarkan remaja

berperilaku semaunya di rumah. Dampak yang terjadi ialah remaja

Page 32: Peran Orang Tua Sebagai Konselor Terhadap Remaja …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10491/2/T1_712011027_Full... · 2.4. Konseling Pastoral ... Codot, mas Bagong, si Batak

20

tidak patuh, tidak bertanggungjawab, agresif, teledor,bersikap otoriter,

dan terlalu percaya diri.

g) Orang tua yang suka menghukum yaitu orang tua yang mudah

menghukum remaja dan menanamkan kedisiplinan secara keras.

Dampak yang terjadi ialah remaja menjadi nakal, mudah terpancing

dan sukar mengambil keputusan.

Dari pemahaman diatas terlihat bahwa pola asuh dari orang tua

memberikan pengaruh besar bagi perkembangan remaja. Selain remaja

mengalami gejolak dalam diri sendiri, mereka juga mengalami pergolakan

sebagai bagian dari sebuah komunitas yang disebut keluarga.

3.1.3 Permasalahan Remaja Dengan Lingkungan Sekitar Dan/Atau

Teman

Dalam perkembangannya, remaja yang telah melalui kehidupan

pribadi beserta asuhan orang tua akan keluar dan mulai berinteraksi dengan

lingkungan sekitar. Lingkungan sekitar yang paling tepat bagi remaja untuk

berinteraksi adalah teman sebaya.

Teman sebaya adalah anak atau remaja yang kurang lebih berada pada

taraf usia yang sama dan interaksi antar teman sebaya ini dapat membawa

dampak negatif maupun positif juga kepada remaja.64

Pengalaman yang

diperoleh bersama teman sebaya berguna bagi remaja dalam membentuk

wawasan tentang segi yang benar dan yang salah serta memelihara relasi

keintiman yang sehat dan berjangka lama, sehingga remaja yang sudah

terbiasa dengan temannya bila dijauhkan maka akan memunculkan masalah

baru seperti depresi dan perilaku anti-sosial.65

Remaja menganggap bahwa kelompok teman sebayanya dapat menjadi

sebuah media baginya untuk belajar menyesuaikan diri sebelum ia masuk

kedalam kemandirian namun, remaja terlebih dahulu kehilangan identitas

karena remaja akan melakukan apa yang dilakukan oleh teman-temannya.66

64

Lisa J. Crockett and Ann C. Crouter, Pathways through Adolescence: Individual

Development in Relation to Social Context, (New York: Psychology Press, 2014), 153 65

Sumardjono Padmomartono, Konseling Remaja, (Salatiga: FKIP UKSW, 2013), 58 66

Daniel Nuhamara, PAK (Pendidikan Agama Kristen) Remaja, (Jurnal Info Media,

2008), 49-50

Page 33: Peran Orang Tua Sebagai Konselor Terhadap Remaja …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10491/2/T1_712011027_Full... · 2.4. Konseling Pastoral ... Codot, mas Bagong, si Batak

21

Pengaruh teman sebaya adalah masalah yang paling ditakuti oleh setiap orang

tua karena sangat mungkin bagi remaja untuk terjerumus kedalam hal-hal

yang tidak diinginkan oleh orang tua dan juga akan membawa dampak buruk

bagi masyarakat sekitar apabila remaja terlibat kedalam hal-hal negatif terkait

masyarakat secara luas.67

3.1.4 Permasalahan Remaja Dengan Kehidupan Spiritual

Permasalahan remaja dengan kehidupan spiritual adalah keraguan dan

ketidakpercayaan. Pada masa remaja usia 15-18 tahun kepercayaan agamawi

mulai diragukan oleh remaja. Setiap pemikiran spiritualitas yang mereka anut

sejak kecil mulai dipertanyakan kembali. Mereka mulai berpikir rasional

untuk menemukan kebenaran bahwa yang transenden memiliki wujud yang

mampu untuk dibuktikan. Pemikiran ini dilandasi oleh perkembangan jaman

yang semakin besar dan pandangan dunia yang baru bahwa Iman tidak mampu

untuk dibuktikan secara empiris.68

Pemikiran seperti ini yang membuat remaja

saat ini banyak yang kurang aktif dalam pelayanan gerejawi. Minimnya

pengetahuan spiritualitas remaja membuat ketakutan setiap orang tua terhadap

kenakalan remaja semakin besar.

3.2 Peran Orang Tua Terhadap Permasalahan Remaja

Remaja usia 15-18 tahun telah memasuki usia remaja pertengahan yang

memungkinkan pengaruh orang tua sangat berkurang. Tidak banyak yang dapat

dilakukan oleh orang tua untuk terus-menerus memahami remaja dengan

permasalahan remaja yang begitu kompleks. Namun, perlu diingat bahwa orang

tua tetap memiliki peran sebagai pembimbing, penasehat, pendamping, pelindung,

pemberi nafkah, dan menjadi teladan.69

Peran-peran ini masih tetap mampu

dijalankan oleh orang tua sebagai wujud dari perhatian agar remaja tidak tumbuh

dalam kondisi yang memungkinkannya terpengaruh kedalam hal-hal yang negatif.

Orang tua dapat menjalankan seluruh peran ini dengan cara menjadi konselor

bagi anak karena tujuan dari konseling itu sendiri adalah menolong, menghibur

67

John W. Santrock, Adolescence Edisi Keenam, (Jakarta: Erlangga, 2003), 222 68

Nuhamara, PAK Remaja, 85-86 69

Kristiana Tjandrarini, Bimbingan Konseling Keluarga (Terapi Keluarga), (Salatiga:

Widya Sari Press, 2004), 31

Page 34: Peran Orang Tua Sebagai Konselor Terhadap Remaja …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10491/2/T1_712011027_Full... · 2.4. Konseling Pastoral ... Codot, mas Bagong, si Batak

22

dan membimbing.70

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh orang tua agar

mampu menjadi konselor bagi remaja, yaitu :

a) Mengambil pola asuh menerima anak. Orang tua wajib untuk

menggunakan pola asuh ini karena dengan menerima remaja

bagaimanapun keadaannya kemudian memberikan perhatian yang

sewajarnya akan memberikan rasa aman dan nyaman dalam diri remaja

sehingga tidak tertutup kemungkinan bagi orang tua untuk menjadi

pembimbing atau konselor bagi remaja.71

b) Menjadi pendengar yang baik. Sesuai dengan keterampilan yang dimiliki

oleh konselor maka orang tua harus mampu untuk mendengarkan setiap

persoalan yang disampaikan remaja tanpa menyelanya. Dengan

mendengarkan, remaja akan merasa bahwa orang tua benar-benar ingin

tahu apa yang diingini oleh remaja dan orang tua juga mampu untuk

memahami penyebab persoalan yang dialami remaja.72

c) Berkomunikasi secara positif. Remaja bukanlah orang yang menyukai

evaluasi sehingga ketika ia berada didalam sebuah masalah maka ia tidak

akan pernah mau apabila ia yang dikritik. Sebaliknya, sebagai orang tua

kita harus pandai untuk mengatur cara untuk mengikuti informasi tentang

masalah yang diceritakan dan mencoba untuk menyelesaikannya bersama

agar kelak jika ada masalah maka remaja tidak akan malu untuk

menceritakannya kembali.73

d) Tidak perlu memberikan solusi langsung. Remaja usia 15-18 tahun adalah

tipe remaja yang senang untuk mencari tahu sehingga orang tua tidak perlu

untuk memberikan jalan keluar langsung bagi remaja, tetapi orang tua

hanya perlu untuk memberikan beberapa informasi yang berkaitan dengan

masalah yang sedang dihadapi dan biarkan remaja menyelesaikannya

dengan tanggungjawab.74

70

Andreas Soewarno, Pastoral Counseling, (Yogyakarta: Kanisius, 2012), 47 71

Sumardjono Padmomartono, Konseling Remaja, (Salatiga: FKIP UKSW, 2013), 43 72

Totok S. Wiryasaputra dan Rini Handayani, Pengantar Konseling Pastoral, (Salatiga:

AKPI, 2013), 127 73

Roger W. Mclntire, Teenagers and Parents, (Yogyakarta: Kanisius, 2005), 24 74

Totok S. Wiryasaputra dan Rini Handayani, Pengantar Konseling Pastoral, (salatiga:

AKPI, 2013), 138

Page 35: Peran Orang Tua Sebagai Konselor Terhadap Remaja …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10491/2/T1_712011027_Full... · 2.4. Konseling Pastoral ... Codot, mas Bagong, si Batak

23

e) Mengadakan doa pagi serta perenungan Firman sebagai bagian dari

rutinitas didalam keluarga. Orang tua sebagai teladan yang baik mampu

untuk terus-menerus memperdalam pengenalan remaja terhadap Tuhan

sebagai pemelihara dan penciptanya melalui doa dan perenungan firman

selama 5-10 menit dengan tujuan untuk membekali remaja agar tidak

meninggalkan kehidupan spiritualitasnya.

3.3 Pembahasan dan Analisis

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan mengacu kepada teori-teori yang

dipakai, maka peran orang tua terhadap remaja usia 15-18 tahun terbagi menjadi

empat bagian, yaitu :

3.3.1 Peran orang tua secara sosiologis

Peran orang tua secara sosiologis adalah peran yang memampukan

remaja untuk belajar tentang kehidupan diluar keluarga dan untuk mengetahui

kebiasaan-kebiasaan, ide-ide, sikap dan tingkah laku ketika berada di luar

keluarga. Peran secara sosiologis ini berasal dari kebiasaan orang tua dalam

memberikan teladan kepada remaja sehingga teladan yang diberikan

merupakan tahap awal pembelajaran bagi remaja agar dalam proses

pembelajaran diluar keluarga, remaja dapat mengacu terlebih dahulu kepada

teladan yang telah mereka dapatkan dari keluarga. Teladan yang diberikan

oleh orang tua dapat berwujud tutur kata, sikap, dan tingkah laku, tata krama

serta kesopanan. Remaja yang diberikan teladan yang baik akan membuatnya

menjadi remaja yang bertumbuh dan berkembang kepada hal-hal yang lebih

positif serta dapat membuat para remaja mampu untuk membuka diri kepada

lingkungan luar dan berinteraksi dengan baik. Peran secara sosiologis ini akan

menentukan pertumbuhan remaja kedepan. Ketika seorang remaja mampu

untuk memberikan teladan yang baik layaknya teladan yang telah diajarkan

oleh orang tua kepada para remaja, maka remaja tersebut dapat tumbuh

menjadi seorang manusia yang cakap dan minim permasalahan.

Page 36: Peran Orang Tua Sebagai Konselor Terhadap Remaja …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10491/2/T1_712011027_Full... · 2.4. Konseling Pastoral ... Codot, mas Bagong, si Batak

24

3.3.2 Peran orang tua secara psikologis

Peran orang tua secara psikologis adalah peran orang tua yang membuat

remaja merasa bahwa dirinya tidak berjalan sendiri. Peran ini membutuhkan

perhatian dan cinta kasih dari orang tua untuk dapat diwujudkan. Remaja yang

merasa bahwa dirinya tidak diperhatikan dapat membuat emosi remaja

menjadi tidak stabil sehingga menimbulkan perasaan bahwa dirinya bukanlah

orang yang penting bagi keluarganya. Perasaan seperti ini yang mesti

ditiadakan bahkan dihilangkan dari dalam pikiran remaja, sehingga diperlukan

sebuah fungsi kontrol oleh orang tua. Orang tua harus berperan aktif dalam

mendengarkan permasalahan yang dihadapi remaja sebagai bentuk perhatian

dan perlindungan kepada remaja. Selain itu, orang tua juga mampu untuk

membangun relasi yang baik dengan remaja agar komunikasi antara kedua

pihak dapat terjalin dengan baik. Perasaan bahwa ada perhatian, perlindungan

serta adanya penghargaan dari orang tua para remaja akan memberikan

pemahaman kepada remaja bahwa mereka tetap mendapat motivasi dan

dukungan disetiap permasalahan yang dihadapi.

3.3.3 Peran orang tua secara ekonomi

Peran orang tua secara ekonomi adalah peran yang memungkinkan

setiap remaja merasa terpenuhi dalam kebutuhan pokoknya. Kebutuhan remaja

untuk bersikap dan bertingkah laku yang telah terpenuhi akan membutuhkan

dukungan juga dari kebutuhan pokok berupa sandang, pangan, papan dan juga

pendidikan. Remaja yang terbentuk didalam sebuah keluarga yang tidak

mampu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya cenderung tumbuh menjadi

remaja yang tidak percaya diri ketika bergabung dan berinteraksi dengan

lingkungan sekitar. Bagaimanapun orang tua adalah yang paling

bertanggungjawab dalam pemenuhan kebutuhan hidup remaja sehingga perlu

dipahami bahwa orang tua harus memenuhi setiap kebutuhan remaja yang

mampu mendukung mereka untuk berkembang secara positif. Remaja yang

terpenuhi kebutuhan hidupnya akan memberikan mereka motivasi untuk terus

berkembang sehingga mereka tidak ketinggalan dari orang lain dan menjadi

putus asa. Penting bahwa kebutuhan hidup remaja yang terpenuhi dapat

mendukung perkembangan remaja khususnya bagi masa depan mereka.

Page 37: Peran Orang Tua Sebagai Konselor Terhadap Remaja …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10491/2/T1_712011027_Full... · 2.4. Konseling Pastoral ... Codot, mas Bagong, si Batak

25

3.3.4 Peran orang tua secara spiritual

Peran orang tua secara spiritual adalah peran orang tua untuk membuat

remaja yang mulai ragu terhadap imannya kembali membangun keyakinannya

sebagai bagian dari umat Tuhan. Orang tua dapat membangun kembali relasi

yang baik antara remaja dengan Tuhan sebagai Allah yang memiliki

kehiudpan manusia. Remaja cenderung malu untuk mengakui keyakinannya

sehingga perlu bagi orang tua untuk mengajarkan kasih Tuhan kepada remaja

melalui teladan yang diberikan sehingga remaja mampu untuk memahami

bahwa ada sosok Tuhan yang menjadi gambaran dari hidupnya. Gambaran

Tuhan yang memberikan teladan bagi remaja untuk perkembangan

spiritualitasnya akan menjadikan remaja tumbuh didalam sebuah kepercayaan

bahwa segala sesuatu yang dilakukannya bukan semata-mata untuk dirinya

sendiri, tetapi juga untuk Tuhan. Orang tua juga perlu untuk mengajarkan

kepada remaja bahwa kehidupan yang dijalani semua merupakan kehendak

dari Tuhan, namun manusia tetap diberikan kehendak bebas untuk memilih

apa yang ingin dilakukan sehingga keputusan tetap ada ditangan manusia

untuk memutuskan yang terbaik bagi kehidupannya. Dalam proses

mendekatkan para remaja dengan Tuhan, orang tua dapat melaksanakan

sebuah rutinitas rohani di dalam keluarga, seperti mengadakan ibadah singkat

bersama keluarga minimal 5 menit setiap pagi sebelum melakukan aktifitas

sehari-hari, berdoa bersama sebelum makan, rajin mengingatkan para remaja

untuk ikut dalam kebaktian minggu dan kegiatan-kegiatan pemuda di gereja

(tentunya dengan tidak memaksa), dan seterusnya. Dengan melakukan

beberapa cara seperti diatas, maka harapan agar para remaja tetap setia dan

taat kepada Tuhan sebagai Pencipta dan pemilik dunia ini dapat tercapai

dengan baik.

Page 38: Peran Orang Tua Sebagai Konselor Terhadap Remaja …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10491/2/T1_712011027_Full... · 2.4. Konseling Pastoral ... Codot, mas Bagong, si Batak

26

IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisa, kesimpulan yang didapat adalah :

1. Remaja usia 15-18 tahun adalah remaja yang rentan dengan berbagai

pengaruh dari lingkungan sekitar karena pada masa inilah pengaruh orang

tua mulai dapat tergantikan dengan lingkungan luar. Remaja pada usia ini

mempunyai rasa ingin tahu yang besar dan memiliki emosi yang tidak

stabil. Orang tua harus bekerja ekstra untuk menangani remaja usia 15-18

tahun. Peran dari orang tua sangat berpengaruh besar bagi

perkembangannya. Peran dari orang tua yang salah akan memberikan

dampak buruk bagi perkembangan remaja pada masa ini. Orang tua harus

mampu memberikan teladan, perhatian, perasaan nyaman, aman, dan

tenang didalam rumah dengan tujuan membentuk remaja untuk siap

berinteraksi dengan lingkungan sekitar yang lingkupnya lebih luas dari

keluarga inti.

2. Peran orang tua sebagai konselor bagi remaja usia 15-18 tahun ini

memberikan pemahaman baru bahwa remaja yang yang memiliki

permasalahan dapat mengandalkan orang tua sebagai pemberi dukungan

untuk menyelesaikan masalah mereka sendiri. Orang tua yang menjadi

konselor dapat memupuk rasa kebersamaan, memberikan perhatian, serta

memenuhi kebutuhan hidup dari remaja dengan tujuan membangun sebuah

pondasi yang kuat dalam diri remaja agar tidak mudah terpengaruh

kedalam hal-hal yang negatif, menguatkan kehidupan spiritual dan

memberikan kesempatan kepada remaja untuk lebih memfokuskan diri

kepada hal-hal yang mampu menunjang keberhasilannya.

Kurangnya pemahaman dari orang tua tentang bagaimana membimbing anak

yang benar membuat remaja tidak menganggap bahwa orang tua adalah orang

yang mampu memenuhi kebutuhan hidupnya baik secara jasmani maupun rohani.

Pemahaman yang benar tentang makna menjadi orang tua dan berperan sebagai

konselor bagi remaja akan membuat para orang tua dapat lebih mudah untuk

membawa diri menghadapi remaja dengan berbagai permasalahan mereka.

Page 39: Peran Orang Tua Sebagai Konselor Terhadap Remaja …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10491/2/T1_712011027_Full... · 2.4. Konseling Pastoral ... Codot, mas Bagong, si Batak

27

4.2 Saran

Bagi para orang tua agar dapat memahami perannya, orang tua harus

mampu menjadi teman bagi remaja dengan melakukan tugas-tugas konselor

sehingga setiap persoalan didalam diri remaja mampu dipantau secara terus-

menerus oleh orang tua agar remaja tidak merasa ditinggalkan oleh orang tua,

tetapi merasa lebih diperhatikan sehingga remaja dapat mengalami perkembangan

yang baik untuk masa depannya.

Page 40: Peran Orang Tua Sebagai Konselor Terhadap Remaja …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10491/2/T1_712011027_Full... · 2.4. Konseling Pastoral ... Codot, mas Bagong, si Batak

28

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad., dan Mohammad Asrori. PSIKOLOGI

REMAJA:Perkembangan peserta didik, Jakarta: Bumi Aksara, 2012.

Batubara. Jose RL. Adolescent Development (Perkembangan Remaja).

Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010.

Crockett, Lisa J. , and Crouter, Ann C. Pathways Through Adolescence :

Individual Development in Relation to Social Context, New York:

Psychology Press, 2014.

Drost. Perilaku Anak Usia Dini (kasus dan pemecahannya). Yogyakarta:

Kanisius, 2001.

Eminyan, Maurice SJ. Teologi Keluarga, Yogyakarta: Kanisius, 2001.

Engel, J. D. Metodologi Penelitian Sosial dan Teologi Kristen, Salatiga:

Widya

Sari, 2005

Engel, J. D. Nilai Dasar Logo Konseling. Yogyakarta: Kanisisus, 2014.

Geldard, Kathryn, dan David Geldard. KONSELING REMAJA:Pendekatan

Proaktif untuk Anak Muda, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2011.

Gintings, E. P. Gembala dan Konseling Pastoral. Yogyakarta: Yayasan

Andi, 2002.

Gunarsa, S. D. Psikologi Perkembangan: Anak dan Remaja. Jakarta: BPK.

Gunung Mulia, 1989

Gunarsa, Singgih D., dan Yulia Singgih D. Gunarsa. Psikologi Praktis :

anak, remaja dan keluarga. Jakarta: Gunung Mulia, 2004.

Harper, and Brothers. PASTORAL COUNSELING:It’s Theory and

Practice, New York: USA, 1951

Hurlock, E.B. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan (Terjemahan oleh Istiwidayanti dan

Soedjarwo). Jakarta : Penerbit Erlangga, 1991.

Idris, Zahara. Dasar Kependidikan, Bandung: Angkatan Bandung, 1984.

Page 41: Peran Orang Tua Sebagai Konselor Terhadap Remaja …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10491/2/T1_712011027_Full... · 2.4. Konseling Pastoral ... Codot, mas Bagong, si Batak

29

Kartono, Kartini. Bimbingan dan Dasar-Dasar Pelaksanaannya. Jakarta:

CV.Rajawali, 1985

Koentjaraningrat. Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta:

Gramedia, 1983.

Komalasari, Gantina dan Wahyuni, Eka. Teori dan Teknik Konseling.

Jakarta Barat:Indeks, 2011.

Krisetya, Mesach. Diktat Konseling Pastoral. Salatiga: FT Universitas

Kristen Satya Wacana, 2002.

Mclntire. Roger W. Teenagers and Parents. Yogyakarta: Kanisius, 2005.

Mongks, F. J., A. M. P. Knoers, dan S. R. Haditono. Psikologi

Perkembangan: Pengantar dalam berbagai bagiannya.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2000.

Muss, R. E., S. W. Olds, and Fealdman. Human Developmen. Boston:

McGraw-Hill Companies, 2001.

Nazir, M. Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, cetakan ke-5,

2003

Nuhamara, Daniel. PAK (Pendidikan Agama Kristen) Remaja, Jurnal Info

Media, 2008

Padmomartono, Sumardjono. Konseling Remaja. Salatiga: Fakultas Ilmu

Keguruan dan Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana,

2013.

Papalia, Diane E. Menyelami perkembangan Manusia, Jakarta: Salemba

Humanika, 2014.

Purwanto, Ngalim. Ilmu Pendidikan, Bandung: Remaja Karya, 1986.

Rice, F. Philip. The Adolescent Development, Relationships, and Culture,

London: Allyn and Bacon, Inc, 1984.

Rey, J. More than Just The Blues: Understanding Serious Teenage

Problems. Sydney: Simon & Schuster, 2002.

Samiyono, David. Pengantar kedalam Matakuliah Metode Penelitian

Sosial, 2004.

Page 42: Peran Orang Tua Sebagai Konselor Terhadap Remaja …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10491/2/T1_712011027_Full... · 2.4. Konseling Pastoral ... Codot, mas Bagong, si Batak

30

Santrok, J. W. Adolescence (Perkembangan Remaja). Jakarta: Erlangga,

2003.

Sarwono, dan Meinarno, Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika,

2009.

Soewarno. Andreas. Pastoral Konseling:Manfaat dan Penerapannya

untuk Pelayanan Masa Kini. Yogyakarta: Kanisisus, 2012.

Sutirna. H. Bimbingan dan Konseling: Pendidikan Formal, Nonformal dan

Informal. Yogyakarta: ANDI, 2013.

Syahril, dan Riska Ahmad. Bimbingan dan Konseling. Padang: Angkasa

Raya, 1986.

Thompson, Marjorie J. Keluarga Sebagai Pusat Pembentukan. cetakan ke-

3. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001.

Tjandrarini, Kristiana. Bimbingan Konseling Keluarga (Terapi Keluarga),

Salatiga: Widya Sari Press, 2004.

Wiryasaputra, Totok S.. dan Rini Handayani. Pengantar Konseling

Pastoral, Asosiasi Konselor Pastoral Indonesia, 2012.

Widyamarta, A. Keluarga Kristiani dalam Dunia Modern:Amanat

Apostolik Familiaris Consortio Paus Yohanes Paulus II,

Yogyakarta: Kanisius, 1994.

Yusuf, S. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung:

Rosdakarya, 2004.

JURNAL

Beltz, Adriene M. 2014. Modeling Pubertal Timing and Tempo and

Examining Links to Behavior Problems, Developmental

Psychology, Vol 50.

Byrne, Donn. 1964. Childrearing Antecedents of Repression-Sensitization,

Child Development, Vol 35.

Chaparro, Maria Paula. , & Grusec, Joan E. 2015. Journal of Family

Psychology, Vol 29.

Page 43: Peran Orang Tua Sebagai Konselor Terhadap Remaja …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10491/2/T1_712011027_Full... · 2.4. Konseling Pastoral ... Codot, mas Bagong, si Batak

31

Ginevra, Maria Cristina. , Nota, Laura. , & Ferrari, Lea. 2015. parental

support in adolescents' career development: parents' and childrens

perceptions, Career Development Quarterly, Vol 63.

Handayani, Muryantimah Mulyo. , Ratnawati. Sofia. , & Helmi. Avin

Fadilla. 1998. Efektifitas pelatihan pengenalan diri terhadap

peningkatan penerimaan diri dan harga diri. Universitas Gajah

Mada: Jurnal Psikologi, No 2

Hoffman, Martin L. 1963. Parent Discipline and The Child Consideration

for Others, Child Development, Vol 34.

Lissau, R. 1995. Problems Of Adolescence. Occasional Paper. England:

Wynestones Waldorf School.

Mclaren, Rachel M. & Sillars, Alan. 2014. Hurtful Episodes in Parent–

Adolescent Relationships: How Accounts and Attributions

Contribute to the Difficulty of Talking about Hurt, Communication

Monographs, Vol 81.

McLeod, Jane D. , Uemura, Ryotaro. , & Rohrman, Shawna. 2012.

Adolescent Mental Helath, Behavior Problems and Academic

Achievement. Journal of Helath and Social Behaviour.

Medovy, Harry. 1964. Problems of Adolescence. Journal of Canadian

Med, Vol 90

Wagner, Clara, Alloy, Lauren & Abramson, Lyn. 2015. Trait Rumination,

Depression, and Executive Function in Early Adolescence, Journal

of Youth & Adolescence, Vol 44.