implementasi cost reduction program pada usaha … · 2014. 2. 26. · jimmi botak, iko, agus, sri...

48
i IMPLEMENTASI COST REDUCTION PROGRAM PADA USAHA KECIL MENENGAH (Studi Kasus Pada Perusahaan Makanan ”57” Salatiga) Oleh: ANDRIAS DIMAS KRISTYANTO NIM: 232008175 KERTAS KERJA Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan-persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS PROGRAM STUDI : AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2013

Upload: others

Post on 11-Feb-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    IMPLEMENTASI COST REDUCTION PROGRAM PADA USAHA KECIL MENENGAH

    (Studi Kasus Pada Perusahaan Makanan ”57” Salatiga)

    Oleh:

    ANDRIAS DIMAS KRISTYANTO

    NIM: 232008175

    KERTAS KERJA

    Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis

    Guna Memenuhi Sebagian dari

    Persyaratan-persyaratan Untuk Mencapai

    Gelar Sarjana Ekonomi

    FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS

    PROGRAM STUDI : AKUNTANSI

    FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

    UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    SALATIGA

    2013

  • ii

  • ii

  • iii

  • iv

    ABSTRACT

    This study is aimed at investigating the solution or alternative method to reduce cost of Perusahaan Makanan “57” Salatiga by means of Cost Reduction Program with the result that the company objective can be achieved. It was taken into consideration that one of the main goals of a company is to produce maximum profit. Cost Reduction Program is a program to suppress the cost from extravagancy in order to create permanent saving flows by means of redesigning, simplify or combining with reducing the activities that considered as the source of extravagancy. The main key for Cost Reduction Program to success is to determine which company activities that give value-added activity to the company and which is give non value added activity. The cost from the activities which is not given any value-added to the company or even inefficient could be reduced with the Cost Reduction Program. The data gathered for this study is a primary data in the form of production activities from the company and also the overview of the company itself. In addition this study also provided with the secondary data which is obtained from the company in the form of cost of production report obtained in March 2013. This study use interviews as a method for collecting the data . The results of this study showed that the implementation of Cost Reduction Program is expected to occur in financial savings of Rp 1,959,895 / month. This program is highly recommended for a company who seek to find an efficient way to gather a maximum profit.

    Keyword : value added activity, non value added activity, Cost Reduction Program

  • v

    SARIPATI

    Penelitian ini bertujuan untuk mencari solusi atau alternatif cara penekanan biaya yang merupakan pemborosan bagi Perusahaan Makanan “57” Salatiga melalui Cost Reduction Program sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai, salah satu tujuan utama perusahaan adalah optimalisasi laba atau keuntungan. Cost Reduction Program adalah program penekanan biaya yang merupakan pemborosan agar tercipta penghematan permanen dengan cara merancang ulang, menyederhanakan atau menggabungkan dengan mereduksi aktivitas yang merupakan penyebab pemborosan. Kunci keberhasilan Cost Reduction Program adalah dengan menetapkan aktivitas mana yang memberikan nilai tambah dan aktivitas mana yang tidak memberikan nilai tambah bagi perusahaan. Biaya dari aktivitas yang tidak bernilai tambah dan aktivitas bernilai tambah yang tidak efisien direduksi dengan pendekatan Cost Reduction Program. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer berupa aktivitas produksi yang dilakukan perusahaan dan gambaran umum perusahaan sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dalam bentuk jadi berupa struktur biaya produksi, diperoleh pada bulan Maret 2013 dan metode pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara terhadap pihak yang berkepentingan, observasi dan dokumentasi.

    Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa dengan penerapan Cost Reduction Program diharapkan dapat terjadi penghematan secara finansial sebesar Rp 1,959,895/bulan. Sehingga perusahaan disarankan dapat menerapkan Cost Reduction Program agar memperoleh efisiensi biaya yang akan berdampak pada laba yang maksimal Kata kunci : Aktivitas bernilai tambah, Aktivitas tidak bernilai tambah, Cost Reduction Program

  • vi

    KATA PENGANTAR

    Melihat pentingnya Usaha Kecil Menengah dalam perekonomian masyarakat yang

    mampu menciptakan lapangan kerja dan dengan pengaruh perkembangan industri yang

    meningkat mengakibatkan persaingan usaha semakin ketat, Usaha Kecil Menengah dengan

    aktivitas yang tidak efisien akan mengalami kesulitan dalam mengembangkan usahanya karena

    tujuan utama suatu usaha yaitu optimalisasi laba tidak tercapai. Ketidak efisienan aktivitas akan

    menimbulkan biaya. Tujuan perusahaan untuk memperoleh optimalisasi laba tidak didukung

    dengan aktivitas yang dilakukan perusahaan karena terdapat aktivitas tidak bernilai tambah dan

    aktivitas bernilai tambah yang tidak efisien sehingga menyebabkan pengeluaran biaya, tenaga

    dan waktu yang tidak perlu. Dengan adanya temuan ini, hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi

    pemborosan di Perusahaan Makanan “57” sehingga perusahaan perlu mengelola aktivitasnya

    dengan pendekatan Cost Reduction Program. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan

    penelitian ini.

    Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari materi

    maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh

    karena itu, kritik dan saran yang membangun penulis harapkan demi kebaikan selanjutnya dan

    juga semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pelaku bisnis atau pembaca yang beringinan

    untuk berbisnis terutama dibidang manufaktur.

    Salatiga, 11 Juni 2013

    Penulis

  • vii

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Puji syukur yang sebesar-besarnya dan rasa terima kasih penulis panjatkan kepada

    Allah SWT, karena dengan segala berkat, hikmat dan anugerah-Nya penulis diijinkan

    menyelesaikan dengan baik kertas kerja ini sebagai tugas akhir dari masa perkuliahannya.

    Penulis juga menyadari bahwa selama masa penulisan tugas akhir ini ada pihak-pihak yang

    turut serta memberikan bantuan dan dukungan. Maka perkenankan penulis untuk

    menghaturkan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

    1) Tuhan Yesus Kristus, atas kharuniaNya memberi kesehatan dan kemudahan untuk

    penulis hingga akhirnya kertas kerja ini dapat selesai dengan baik.

    2) Kedua orang tua yang tercinta, yang tidak henti-hentinya memberikan doa, semangat dan

    dukungan selama ini.

    3) Bapak Usil Sis Sucahyo, SE, MBA selaku dosen pembimbing yang telah mencurahkan

    tenaga, pikiran, dan waktunya untuk membimbing penulis hingga akhirnya kertas kerja

    ini dapat selesai dengan baik.

    4) Bapak Hari Sunarto, SE., MBA selaku Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis UKSW

    Salatiga.

    5) Ibu Supatmi, SE selaku wali studi penulis selama masa studi di Fakultas Ekonomika dan

    Bisnis UKSW.

    6) Seluruh dosen dan staf pengajar Fakultas Ekonomika dan Bisnis UKSW yang sudah

    memberikan pengajaran dan ilmu selama masa studi kepada penulis.

  • viii

    7) Seluruh staf tata usaha Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana

    yang telah memberi bantuan pada penulis selama menjadi mahasiswa di Fakultas

    Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.

    8) Nyonya Fani selaku pemilik perusahaan dan karyawan-karyawan Perusahaan Makanan

    ”57” Salatiga, yang membantu dalam pengumpulan data dan informasi tentang

    perusahaan.

    9) Sahabat-sahabatku di FEB : Nanda Paijo, Osa Hendra, Ivan, Arum, Swasti, Adit Avereli,

    Jimmi botak, Iko, Agus, Sri Yudi, Dika, Dendy, Weda, Adit codot , Bintang dan Tim

    Futsal Angkatan 2008.

    10) Semua pihak yang telah mendukung penyusunan kertas kerja ini yang tidak dapat

    disebutkan satu persatu, Terimakasih.

    Salatiga, 11 Juni 2013

    Penulis

  • ix

    DAFTAR ISI

    Cover .......................................................................................................................... i

    Surat Pernyataan Keaslian Skripsi ............................................................................. ii

    Lembar Pengesahan ................................................................................................... iii

    Abstract....................................................................................................................... iv

    Saripati........................................................................................................................ v

    Kata Pengantar........................................................................................................... vi

    Ucapan Terimakasih .................................................................................................. vii

    Daftar Isi .................................................................................................................... ix

    1. Pendahuluan ...................................................................................................... 1

    2. Telaah Teoritis .................................................................................................. 4

    2.1 Cost Reduction Program……………………………………………………… 4

    2.2 Implementasi Cost Reduction Program dalam Penghematan Biaya Aktivitas. 4

    2.3 Pengelolaan Aktivitas untuk Pengurangan Biaya…………………………….. 4

    2.4 Teknologi dalam Program Penghematan Biaya................................................. 7

    3. Metode Penelitian…………………………………………………………….. 8

    3.1 Jenis Data……………………………………………………………………... 8

    3.2 Metode Pengumpulan Data…………………………………………………… 8

    3.3 Tehnik Analisis……………………………………………………………….. 8

    4. Analisis Data…………………………………………………………………. 9

    4.1 Gambaran Objek Penelitian............................................................................... 9

    4.2 Analisis Aktivitas-aktivitas yang Ada dalam Proses Produksi Perusahaan....... 11

    4.3 Analisis Aktivitas Bernilai Tambah dan Aktivitas Tidak Bernilai Tambah

  • x

    pada Proses Produksi Perusahaan “57”............................................................. 15

    4.4 Analisis Aktivitas Bernilai Tambah yang tidak Efisien dalam Proses Produksi

    Perusahaan ”57”................................................................................................. 20

    4.5 Analisis Aktivitas Tidak Bernilai Tambah yang Menimbulkan Biaya.............. 22

    4.6 Analisis Penghematan Biaya Perusahaan dari Implementasi

    Cost Reduction Program.................................................................................... 24

    4.7 Rekapitulasi Penghematan Biaya dengan Implementasi

    Cost Reduction Program................................................................................... 33

    5. Kesimpulan dan Implikasi…………………………………………………….. 33

    5.1 Kesimpulan…………………………………………………………………… 33

    5.2 Implikasi Terapan…………………………………………………………….. 34

    5.3 Keterbatasan Penelitian..................................................................................... 35

    Daftar Pustaka ............................................................................................................ 37

    Daftar Riwayat Hidup ............................................................................................... 38

  • ��

    I. PENDAHULUAN

    Perkembangan usaha dari waktu ke waktu semakin meningkat begitu pula dengan

    perkembangan Usaha Kecil Menengah. Seiring dengan proses usaha yang meningkat, jenis-

    jenis produk semakin bertambah jumlah dan harganya sehingga persoalan yang dihadapi

    perusahaan terutama usaha kecil menengah dalam bidang industri semakin kompleks.

    Manejemen perusahaan dituntut untuk menentukan suatu tindakan dengan memilih berbagai

    alternatif dan kebijakan dalam mengambil keputusan agar tujuan perusahaan dapat tercapai.

    Salah satu tujuan utama perusahaan adalah optimalisasi laba atau keuntungan.

    Usaha Kecil Menengah yang ingin berkembang atau bertahan hidup di pangsa pasar

    harus mampu menghasilkan produksi yang tinggi dengan kualitas produk yang baik. Hasil

    produksi yang tinggi akan tercapai apabila perusahaannya dalam menjalankan proses

    produksinya secara efisien. Efisiensi dalam proses produksi perusahaan dipengaruhi oleh

    faktor bahan baku, tenaga kerja, overhead pabrik dan metode produksi.

    Perusahaan dalam mencapai tujuan tersebut memerlukan suatu proses yang

    membutuhkan perhatian khusus dari pihak manajemen, karena proses terdiri dari atas

    bermacam-macam aktivitas. Semakin kompleks aktivitas perusahaan semakin berpeluang

    besar terjadinya pemborosan, utamanya akibat dari aktivitas yang tak bernilai tambah (non

    value added activity) dan aktivitas yang bernilai tambah (value added activity) yang tidak

    efisien. Salah satu cara untuk menekan biaya dari aktivitas-aktivitas yang tidak efisien yaitu

    dengan implementasi Cost Reduction Program. Cost Reduction Program merupakan salah

    satu usaha untuk meningkatkan efisiensi perusahaan dengan cara menekan biaya perusahaan

    untuk mencapai tingkat tertentu (Mulyadi, 1998 : 234).

    Cost Reduction Program tidak hanya fokus pada biaya saja, tetapi juga pada aktivitas-

    aktivitas yang bisa menimbulkan atau meningkatkan biaya, sehingga akan dianalisis mana

    saja aktivitas yang bernilai tambah (value added activity) dan aktivitas yang tidak bernilai

    tambah (non value added activity) yang menyebabkan terjadinya pengeluaran atau

    pemborosan biaya (non value added cost) untuk aktivitas tidak bernilai tambah tersebut.

    Gejala yang mendasari adanya penerapan Cost Reduction Program yaitu dilihat dari

    adanya pemborosan dalam proses produksi. Pada umumnya Cost Reduction Program

    diterapkan pada industri berskala besar, namun melihat Usaha Kecil Menengah yang

    memegang peran penting dalam perekonomian Indonesia baik ditinjau dari segi jumlah usaha

  • ��

    maupun dalam penciptaan lapangan kerja, mendorong ketertarikan untuk menerapkan

    program pengurangan biaya pada Usaha Kecil Menengah, Perusahaan Makanan “57”

    Salatiga. Implementasi dengan Cost Reduction Program membantu perusahaan untuk

    menekan harga pokok produksi agar laba menjadi meningkat sehingga perusahaan dapat

    berkembang atau tetap hidup di pangsa pasar sekarang.

    Perusahaan Makanan “57” Salatiga sudah beroperasi sejak tahun 1970 dan terletak di

    Jalan Canden, Kutowinangun Tingkir Salatiga. Perusahaan Makanan “57” bergerak dalam

    bidang industri makanan ringan, perusahaan ini memproduksi kue kering seperti onde-onde

    gandum dan keringan yang kemudian dipasarkan di Salatiga dan kota-kota disekitarnya.

    Secara umum aktivitas yang ada di Perusahaan Makanan “57” adalah:

    • Tahap sebelum produksi

    1. Pembelian bahan baku

    2. Penyimpanan bahan baku ke gudang

    • Tahap produksi

    1. Pengolahan bahan baku menjadi adonan

    2. Pembentukan adonan dan Penambahan bahan pelengkap

    3. Pemasakan (goreng dan panggang)

    4. Pengemasan

    • Tahap sesudah produksi

    1. Penyimpanan produk jadi ke gudang

    2. Perawatan

    Perusahaan berusaha untuk melakukan penekanan biaya produksi yang selama ini telah

    membebani karena perusahaan belum menerapkan Cost Reduction Program sehingga

    aktivitas-aktivitasnya menyebabkan pemborosan biaya, beberapa contoh aktivitas yang

    menyebabkan pemborosan di perusahaan makanan “57” Salatiga antara lain:

    • pembelian bahan baku dari pemasok luar kota, hal ini menambah biaya

    angkut/transportasi.

    • keringan wijen gosong atau produk cacat.

    • disiplin karyawan yang kurang menyebabkan waktu produksi menjadi lebih panjang.

    • penyedian konsumsi karyawan

  • ��

    • metode penambahan bahan pelengkap (wijen) yang tidak efisien sehingga wijen

    banyak yang terbuang.

    • penggunaan listrik dan air (sumber daya fleksibel) yang tidak perlu.

    Seiring terjadinya pengeluaran dalam melakukan proses produksi dan pengeluaran lainnya

    yang berhubungan dengan produk merupakan masalah yang harus diselesaikan.

    Biaya produksi dari suatu produk akan mempengaruhi harga pokok produksi, jika

    biaya produksi yang dikeluarkan tinggi maka tentunya harga pokok produksi akan meningkat

    dan sebaliknya. Dengan demikian, biaya produksi juga berpengaruh dengan laba yang

    diperoleh semakin meningkat biaya produksinya maka semakin menurun laba yang diperoleh

    perusahaan sedangkan semakin menurun biaya produksinya maka laba yang diperoleh

    perusahaan akan meningkat.

    Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis terdorong untuk mengkaji lebih

    jauh tentang bagaimana cara-cara yang dapat dilakukan perusahaan untuk menekan biaya

    yang terjadi karena proses produksi yang kurang dikelola dengan baik dengan mengunakan

    pendekatan Cost Reduction Program.

    PersoalanPenelitian

    1. Aktivitas apa saja yang terjadi di dalam aktivitas produksi perusahaan?

    2. Aktivitas apa saja yang termasuk dalam aktivitas bernilai tambah dan aktivitas

    tidak bernilai tambah pada perusahaan?

    3. Bagaimana implementasi cost reduction program pada perusahaan makanan

    ”57”?

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari solusi atas aktivitas yang

    menyebabkan pemborosan sehingga perusahaan menjadi efisien dan efektif.

    Manfaat bagi Perusahaan, perusahaan dapat memahami dan mempertimbangkan

    penerapaan Cost Reduction Program dalam menekan pemborosan dalam proses produksinya.

  • ��

    II. TELAAH TEORITIS

    Konsep yang dipilih harus sesuai dengan pokok permasalahan yang diteliti sehingga

    dapat mendukung dalam menelaah masalah dan persoalan penelitian, serta dapat menghindari

    terjadinya perbedaan pengertian makna konsep. Berikut ini merupakan konsep-konsep yang

    dipilih dan didefinisikan untuk membantu pembaca dalam memahami penelitian ini.

    2.1. Cost Reduction Program

    Adalah program penekanan biaya yang merupakan pemborosan agar tercipta

    penghematan permanen dengan cara merancang ulang, menyederhanakan atau

    menggabungkan dengan mereduksi aktivitas yang merupakan penyebab pemborosan

    (Mulyadi, 1998 : 234).

    2.2. Implementasi Cost Reduction Program dalam Penghematan Biaya Aktivitas.

    Implementasi merupakan pelaksanaan, penerapan atau bisa dikatakan sebagai suatu

    tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan

    terperinci (Nurdin dan Usman, 2002��

    Perusahaan dalam usaha mencapai tujuan utamanya yakni laba yang maksimal

    mengaharuskan suatu perusahaan untuk bertindak lebih bijaksana dalam menetapkan biaya-

    biaya yang akan dikeluarkannya. Pada umumnya biaya timbul dari aktivitas-aktivitas

    sehingga untuk menekan biaya-biaya yang ada diperlukan pengendalian atas aktivitas-

    aktivitas perusahaan. Cost Reduction Program merupakan salah satu sarana yang dibutuhkan

    oleh perusahaan untuk mengatasi masalah tersebut. Cost Reduction Program menjadikan

    pengurangan biaya sebagai bagian dari strategi untuk memperoleh laba yang maksimal.

    Implementasi Cost Reduction Program pada usaha kecil menengah bertujuan untuk

    mengurangi biaya perusahaan dengan meminimalisir biaya yang akan timbul pada proses

    reduksi, sehingga biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam menekan pemborosan tidak

    melebihi biaya yang dapat dihemat dan serta untuk mengurangi aktivitas atau material yang

    terbuang percuma. Seperti bahan baku, tenaga kerja, waktu, biaya listrik dan air.�

    2.3. Pengelolaan Aktivitas untuk Pengurangan Biaya

    Kunci keberhasilan penerapan Cost Reduction Program yaitu menetapkan aktivitas

    mana yang memberikan nilai tambah dan aktivitas mana yang tidak memberikan nilai tambah

  • ��

    bagi perusahaan. Aktivitas dapat dibedakan menjadi dua yaitu, aktivitas bernilai tambah dan

    aktivitas yang tidak bernilai tambah.

    2.3.1 Aktivitas bernilai tambah adalah aktivitas yang dibutuhkan agar dapat bertahan

    dalam bisnis, aktivitas bernilai tambah jika memenuhi 3 syarat (Hansen dan

    Mowen, 2004 : 489).

    1. Aktivitas yang menimbulkan perubahan

    2. Perubahan itu tidak dapat dicapai oleh aktivitas sebelumnya

    3. Aktivitas ini memungkinkan aktivitas lain untuk dapat dilakukan

    2.3.2 Aktivitas tidak bernilai tambah adalah aktivitas-aktivitas yang tidak perlu atau

    aktivitas-aktivitas yang perlu namun tidak efisien dan dapat diperbaiki

    (HansendanMowen,2004:490).

    Pengelolaan aktivitas akan dapat mengurangi biaya, sehingga tidak terjadi pemborosan dan

    mengoptimalkan aktivitas bernilai tambah. Biaya dapat ditekan sehingga perusahaan dapat

    memperoleh penghematan biaya, pengurangaan biaya dengan pengelolaan aktivitas bisa

    dilakukan dengan empat cara (Hansen dan Mowen 2004, 492-493) yaitu:

    Efisiensi pelaksanaan aktivitas bernilai tambah

    1. Pemilihan aktivitas

    pengurangan biaya dilakukan dengan melakukan pemilihan diantara berbagai jenis

    aktivitas yang berasal dari strategi bersaing, strategi yang berbeda akan

    menghasilkan aktivitas yang berbeda. Setiap strategi memiliki berbagai aktivitas

    dan biaya sendiri. Jika semua strategi hasilnya sama maka strategi yang harus

    dipilih untuk biaya yang paling rendah.

    2. Pembagian aktivitas

    pembagian aktivitas dapat meningkatkan efisiensi dari aktivitas yang diperlukan

    dengan menggunakan skala ekonomis sehingga dengan cara ini dapat menurunkan

    biaya per unit.

  • ��

    Efisiensi pelaksanaan aktivitas yang tidak bernilai tambah

    1. Pengurangan aktivitas

    pengurangan biaya dilakukan dengan menurunkan waktu dan sumber daya yang

    diperlukan oleh aktivitas. Pendekatan terhadap pengurangan biaya ini harus

    ditunjukan terutama pada peningkatan efisiensi dari aktivitas yang diperlukan atau

    strategi jangka pendek untuk memperbaiki aktivitas tidak bernilai tambah hingga

    aktivitas tersebut dapat dieliminasi, disini aktivitas tetap ada tetapi waktu yang

    digunakan dan sumber daya yang dibutuhkan ditekan atau dikurangi sedemikian

    rupa.

    2. Penghapusan aktivitas

    pengurangan biaya memfokuskan pada aktivitas tidak bernilai tambah, setelah

    aktivitas tidak memberikan nilai tambah diidentifikasi, pengukuran harus

    dilakukan untuk menghilangkan aktivitas tersebut dari organisasi.

    Secara tidak langsung cara dalam mengurangi biaya yaitu dengan mengeliminasi kelebihan

    penggunaan sumber daya dalam proses produksi. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan dalam

    usaha mengurangi biaya khususnya biaya produksi adalah :

    1. Meningkatkan kualitas proses kerja sehingga dapat mengurangi kesalahan.

    2. Meningkatkan produktivitas.

    3. Mengurangi tingkat persediaan.

    4. Memperpendek atau mengeliminasi lini produksi.

    5. Mengurangi tempat atau ruang.

    6. Mempersingkat waktu tempuh produksi.

    Banyak pengusaha ingin menghilangkan atau menghapus aktivitas yang tidak bernilai

    tambah dan aktivitas bernilai tambah yang tidak efisien karena ketika aktivitas tersebut

    dijalankan akan menyebabkan biaya yang berlebih atau pemborosan sehingga akan

    menghambat perkembangan perusahaan. Jadi tujuan perusahaan melakukan cost reduction

    program bukan hanya untuk mencapai standar yang ditetapkan tapi juga untuk mengurangi

    biaya secara bertahap di bawah standar agar terdapat efisiensi usaha, sehingga biaya yang

    dikeluarkan dapat diminimumkan dan laba yang diperoleh maksimal. Disamping itu kualitas

    produk tetap dipertahankan sehingga kualitasnya tidak menurun dan tidak mempengaruhi

    penjualan produk tersebut.

  • ��

    Delapan aktivitas utama dalam operasi manufaktur yang sering seringkali disebut sebagai

    aktivitas yang tidak perlu dan penyebab pemborosan (Hansen and Mowen, 2011: 349) yaitu :

    1. Rusak atau Cacat, adalah segala bentuk kesalahan, error, atau koreksi akibat dari

    pekerjaan atau aktivitas yang tidak dilakukan dengan baik sebelumnya

    2. Over Produksi, dapat diartikan menghasilkan sesuatu secara berlebihan atau lebih

    cepat dari yang dibutuhkan pada tahap berikutnya.

    3. Penyimpanan, aktivitas yang menggunakan waktu dan sumber daya dimana barang

    jadi atau bahan baku disimpan dalam persediaan

    4. Proses Ekstra, adalah melakukan sesuatu yang sebenarnya sudah tidak perlu

    dilakukan lagi. Pemborosan jenis ini antara lain proses produksi yang tidak efisien

    karena alat yang sudah tidak memadai

    5. Pergerakan, pergerakan yang dimaksud di sini adalah pergerakan atau perpindahan

    karyawan di tempat kerja yang terlalu sering dan cenderung berlebihan.

    6. Pemindahan, aktivitas yang menggunakan waktu dan sumber daya untuk

    memindahkan bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi kesetiap departemen.

    7. Waktu tunggu, aktivitas dimana bahan baku atau barang dalam proses menggunakan

    waktu dan sumber daya untuk menunggu proses selanjutnya.

    8. Desain barang dan jasa yang tidak memenuhi kebutuhan pelanggan.

    Efisiensi aktivitas akan dapat menekan biaya, sehingga tidak terjadi pemborosan dan

    memaksimalkan aktivitas yang bernilai tambah. Ketika biaya dapat ditekan sehingga

    perusahaan dapat memperoleh penghematan biaya.

  • 2.4. Teknologi dalam Program Penghematan Biaya

    Kemajuan teknologi telah menyebabkan siklus hidup produk menjadi lebih singkat

    dan keragaman produk semakin meningkat (Hansen and Mowen, 2004 : 216).

    Teknologi dalam aspek transportasi, infrastruktur, komunikasi dan ketersediaan energi

    harus mampu menunjang program penghematan biaya serta menciptakan nilai tambah, baik

    bagi perusahaan maupun pelanggan. Penggunaan tehnologi dalam perusahaan manufaktur

    merupakan strategi yang baik dalam penghematan biaya. Perusahaan sebaiknya

    menggunakan teknologi yang ada secara efisien, banyak manfaat yang dapat direalisasikan

    dengan merancang ulang dan menyederhanakan proses manufaktur saat ini (Hansen and

    Mowen, 2011 : 158). Teknologi dalam manufaktur akan memberikan kontribusi terhadap

    kemudahan dalam menjalankan aktivitas-aktivitas produksi sehingga akan meningkatkan

    produksi.�

    Pada akhirnya keputusan dalam penerapan Cost Reduction Program membutuhkan

    keputusan mengenai peralatan dan teknologi yang akan digunakan dalam tercapainya

    keputusan tersebut, ini menjadi rumit karena terdapat banyak metode alternatif pada semua

    fungsi operasi. Tetapi yang paling penting dijadikan pedoman adalah konsep fleksibelitas

    yaitu kemampuam untuk merespon dengan sedikit pengorbanan waktu, biaya, dan nilai

    konsumen. Hal ini dapat diartikan peralatan yang akan digunakan bersifat modular (standar)

    dapat dipindahkan dan murah (Tee, Clifford. 2006).

    III. METODE PENELITIAN

    Unit analisis berupa organisasi, yaitu Perusahaan Makanan “57” dan Unit pengamatan

    berupa unit, yaitu bagian produksi Perusahaan Makanan “57”.

    3.1. Jenis Data

    Jenis data yang digunakan peneliti adalah data internal. Berupa data primer dan

    sekunder, data primer merupakan data yang diperoleh peneliti langsung dari perusahaan

    kemudian diolah sendiri oleh peneliti, berupa aktivitas-aktivitas produksi yang dilakukan

    perusahaan dan gambaran umum perusahaan sedangkan data sekunder merupakan data yang

    diperoleh dalam bentuk jadi berupa struktur biaya produksi.

  • 3.2. Metode Pengumpulan Data

    Metode pengumpulan data menggunakan studi lapangan pada bulan Maret 2013.

    Studi lapangan dilakukan dengan menggunakan wawancara digunakan untuk memberi

    informasi tentang aktivitas produksi, observasi digunakan untuk memberikan gambaran

    tentang aktivitas-aktivitas produksi yang terjadi dalam perusahaan dan dokumentasi, untuk

    memberikan data biaya produksi berupa nota pembelian bahan baku, nota pembelian bahan

    bakar, rekening listrik dan air.

    3.3. Teknik Analisis

    Teknik analisis yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif, yaitu tehnik analisis

    yang berusaha mengumpulkan, menyajikan, serta menganalisis data sehingga dapat

    memberikan gambaran yang jelas atas obyek yang diteliti. Setelah melakukan analisa

    aktivitas maka perusahaan mampu mengetahui aktivitas apa saja yang terjadi dan selanjutnya

    perusahaan mampu mengetahui aktivitas mana yang memberikan nilai tambah dan aktivitas

    yang tidak memberikan nilai tambah bagi produk. Untuk aktivitas yang memberikan nilai

    tambah harus tetap ditingkatkan seefektif dan seefisien mungkin sedangkan untuk aktivitas

    yang tidak memberikan nilai tambah direduksi, dieliminasi atau digunakan secara bersamaan.

    Langkah Analisis :

    1 Mengidentifikasi aktivitas-aktivitas produksi yang dilakukan perusahaan.

    2 Mengklasifikasikan semua aktivitas produksi ke dalam aktivitas bernilai tambah dan

    aktivitas tidak bernilai tambah.

    3 Aktivitas yang tidak bernilai tambah kemudian ditekan atau diubah dengan

    implementasi Cost Reduction Program sehingga aktivitas-aktivitas produksinya

    menjadi efisien dan efektif.

    IV. ANALISIS DATA

    4.1. Gambaran Objek Penelitian

    Perusahaan yang menjadi objek penelitian adalah Perusahaan Makanan “57”.

    Perusahaan ini berlokasi Jalan Canden, Kutowinangun Tingkir Salatiga dan masih menyatu

    dengan tempat tinggal pemilik perusahaan. Perusahaan makanan “57” didirikan sejak 1970

  • ���

    oleh Tuan Nyo Ipoo sebagai pemilik, mulai berproduksi pada saat itu juga dan sekarang

    diteruskan ke generasi kedua oleh Nyonya Fanni sebagai pemilik sekaligus pimpinan dan

    pengawas perusahaan. Perusahaan makanan “57” memproduksi makanan ringan berupa kue

    kering, produk yang dihasilkan oleh perusahaan utamanya ada 2 macam, yaitu Onde-onde

    gandum dan Keringan wijen. Setiap harinya dalam kondisi normal perusahaan, perusahaan

    dapat memproduksi rata-rata mencapai 80 kg untuk setiap jenis produk, belum termasuk

    dengan pesanan dan pengaruh dari bulan Ramadhan, Imlek dan Natal. Siklus produksi

    perusahaan bersifat harian, artinya dari bahan baku sampai pengolahan menjadi bahan jadi

    dan pengemasan dilakukan dalam sehari.

    Produk Perusahaan Makanan “57” dipasarkan mulai dari Salatiga sampai dengan

    Solo, Boyolali, Sragen, Ambarawa, Ungaran dan Semarang melalui agen-agen yang datang

    langsung ke perusahaan untuk mengambil produk jadi. Produk perusahaan “57” dipasarkan

    dengan kemasan 5 kg untuk keringan wijen dan kemasan kecil berisi 6 buah untuk onde-onde

    gandum. Namun Perusahaan Makanan “57” juga memproduksi kue kering dengan

    karakteristik yang berbeda dan kualitas yang lebih baik dari produk keringan yang sudah ada,

    dikemas dengan ukuran kecil bermerk dagang “TALISTA”.

    Bahan baku utama yang digunakan oleh perusahaan ini adalah gandum, gula, telur,

    wijen, ragi, soda kue, minyak dan garam yang diperoleh dari pemasok dari Salatiga dan

    bahan baku margarin diperoleh dari pemasok Semarang.

    Perusahaan makanan “57” ini memiliki sepuluh orang karyawan dengan pembagian

    tugasnya masing-masing yang terdiri dari tujuh karyawan dan tiga karyawati. Setiap harinya

    perusahaan beroperasi mulai pukul sembilan pagi sampai pukul empat sore (09:00 – 16:00)

    dengan waktu istirahat selama satu jam pada pukul dua belas dan aktivitas perusahaan

    diliburkan ketika hari raya, dalam menunjang kegiatan karyawan perusahaan menyediakan

    konsumsi dengan kebebasan karyawan mengambil beras di gudang ditambah sayur dengan

    anggaran belanja mencapai Rp 25.000 setiap harinya. Proses pembuatan adonan, tiga

    karyawan bertugas dalam pembuatan adonan untuk onde-onde gandum dan dua karyawan

    bertugas dalam pembuatan adonan untuk kue keringan, kemudian dalam proses penambahan

    bahan pelengkap (wijen) untuk masing-masing jenis adonan terdapat satu karyawan yang

    bertugas dalam adonan onde-onde gandum dan satu karyawan yang bertugas dalam adonan

    keringan. Karyawan yang bertugas dalam proses pemasakan adonan masing-masing satu

    karyawan, yang bertanggungjawab dalam pemanggangan adonan keringan di tungku kayu

  • ���

    dan yang bertugas dalam proses pengorengan untuk adonan onde-onde gandum, ketika semua

    produk sudah jadi ada satu karyawan yang bertugas dalam proses pengemasan. Karena

    perusahaan ini adalah perusahaan kecil maka tidak terdapat struktur organisasi yang besar

    dan secara sederhana susunan pembagian tugas karyawan dapat digambarkan dengan tabel

    sebagai berikut:

    Tabel 3.1

    Pembagian Tugas Karyawan Perusahaan Makanan “57”

    Produk

    Bag.pengolahan

    adonan

    Bag.penambahan

    pelengkap

    Bag.

    pemasakan

    Bag.

    pengemasan

    Onde-onde gandum 2 karyawan 1 karyawati 1 karyawan 1 karyawati

    Keringan 3 karyawan 1 karyawati 1 karyawan

    4.2. Analisis Aktivitas-aktivitas yang Ada dalam Proses Produksi Perusahaan

    Aktivitas pada produksi Perusahaan Makanan ”57” secara umum ada 3 tahap, yaitu

    tahap sebelum produksi, tahap produksi, dan tahap sesudah produksi.

    4.2.1 Analisis Aktivitas Sebelum Produksi

    Aktivitas perusahaan sebelum produksi yaitu pemesanan bahan baku. Bagian pemesanan bahan baku dimulai dengan menghubungi pemasok yang akan memasok bahan baku ke perusahaan, pemesanan bahan baku dilakukan oleh pemilik melalui telepon dan dilakukan setiap bulan atau ketika persedian bahan baku mulai habis. Masalah yang sering dialami dalam pengiriman bahan baku dari pemasok yaitu proses pengiriman yang mengalami keterlambatan dan karena bahan baku tidak berasal dari pemasok yang sama maka menyebabkan perbedaan dalam siklus pengiriman. Bahan baku yang dipakai dalam proses pembuatan kue kering ini diperoleh dari Salatiga dan Semarang.

    Jika diringkas aktivitas-aktivitas sebelum produksi adalah sebagai berikut:

    1. Pemesanan bahan baku • Menghubungi pemasok yang akan memasok bahan baku ke perusahaan

    melalui telepon.

    2. Penerimaan bahan baku

    • Memindah bahan baku ke gudang dan terkadang mengalami keterlambatan dalam pengiriman.

  • ���

    3. Penyimpanan bahan baku

    • Menyimpan bahan baku di gudang sebelum diproduksi.

    4.2.2 Analisis Aktivitas yang Terjadi dalam Proses Produksi

    Perusahaan makanan “57” utamanya memproduksi 2 macam produk, yaitu onde-onde

    gandum dan keringan. Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi 2 produk ini pada

    dasarnya sama, yang membedakan adalah untuk adonan onde-onde gandum bahan bakunya

    adalah gandum, gula, margarin, telur, wijen, garam, ovalet, soda kue, minyak dan air dan

    untuk adonan keringan tidak menggunakan telur sebagai bahan bakunya dan penambahan air

    yang sedikit lebih banyak sehingga adonan lebih cair. Pengolahan untuk kedua adonan

    tersebut tentunya berbeda, untuk adonan onde-onde gandum dibentuk bulat berisi dan proses

    pemasakan dengan menggunakan metode goreng sedangkan untuk adonan keringan dibentuk

    bulat pipih dan proses pemasakan melalui metode panggang dengan tungku kayu.

    Secara singkat gambaran proses memproduksi onde-onde gandum pada gambar:

    Gambar 1.1

    Proses produksi onde-onde gandum

    Pengambilan bahan baku di gudang

    bahan baku ditimabang

    Bahan baku di masukkan ke tempat khusus

    Diaduk hingga rata

    Penambahan air sedikit-

    sedikit

    diuleni

    Proses penggorengan

    Penambahan bahan

    pelengkap

    Pembentukan adonan

    Adonan Onde-onde

    gandum

    ditaburi gandum

    wijen

    dikemas ditiriskan

    � �����������

  • ���

    Gambar 1.2

    Proses produksi keringan wijen

    Produksi Onde-onde gandum dan keringan dimulai dengan pengambilan bahan baku

    di gudang kemudian ditimbang sesuai standar perusahaan atau sesuai karakteristik pesanan,

    dalam proses ini banyak bahan baku yang terbuang karena kecerobohan karyawan dan

    takaran bahan baku yang tidak sesuai dikarenakan saat penimbangan karyawan

    melakukannya dengan tergesa-gesa. Bahan baku yang sudah siap dimasukan kedalam tempat

    pengadukan (ember) dan diaduk hingga rata dengan menambahkan air sedikit demi sedikit

    kemudian bahan adonan diuleni hingga kalis atau sampai adonan tidak terdapat gumpalan-

    gumpalan gula atau gandum. Aktivitas ini membutuhkan waktu kurang lebih selama 1 jam

    untuk setiap adonan.

    Selesai pembuatan adonan, adonan diistirahatkan selama kurang lebih 20 menit, ini

    dimaksudkan agar adonan mengembang. Selama proses menunggu adonan siap untuk masuk

    kedalam proses selanjutnya, karyawan membuat lagi adonan onde-onde gandum dan

    keringan yang lain, setiap harinya perusahaan dapat membuat 6-8 adonan onde-onde gandum

    dengan setiap adonan menghasilkan kurang lebih 300 buah onde-onde gandum dan 4-5

    adonan keringan dengan setiap adonan menghasilkan kurang lebih 20 kg.

    Pengambilan bahan baku di gudang

    bahan baku ditimbang

    Bahan baku masuk dalam tempat khusus

    Diaduk hingga rata

    Penambahan air sedikit-

    sedikit

    diuleni

    Menempatkan dalam loyang

    Penambahan bahan pelengkap

    Pencetakan adonan

    Adonan Keringan

    ditaburi gandum

    wijen

    ditiriskan Proses panggang

    dikemas

    Waktu Tunggu

  • ���

    Proses Onde-onde gandum

    Masuk dalam proses selanjutnya, adonan yang sudah siap kemudian dibentuk dalam

    ukuran kecil saat proses pembentukan, adonan diberi taburan gandum agar saat pembentukan

    tidak lengket. Adonan dengan ukuran kecil-kecil kemudian diberi bahan pelengkap berupa

    wijen dengan cara adonan dalam bentuk kecil di tempatkan pada (tampah) dan diberi wijen

    kemudian tampah tersebut digoyang agar wijen-wijen dapat menempel rata dalam adonan

    onde-onde gandum, proses menambahkan wijen dengan cara menggoyang tampah (seperti

    menampi beras) menyebabkan banyak wijen yang terbuang.

    Selesai proses sebelumnya, adonan kemudian digoreng dengan minyak yang panas

    proses ini membutuhkan waktu sekitar 5 menit setelah itu bahan jadi atau onde-onde gandum

    ditiriskan pada tempat yang sudah dilapisi kertas agar minyak yang tersisa dapat terserap.

    Selama proses penirisan ini, terdapat 3 kipas angin dengan ukuran besar (diameter 30 cm)

    yang digunakan untuk mempercepat proses pendinginan pada onde-onde gandum. Setelah

    onde-onde siap kemudian onde-onde gandum dikemas ukuran kecil dengan setiap kemasan

    berisi 6 buah onde-onde gandum.

    Proses Keringan wijen

    Masuk dalam proses selanjutnya, adonan yang sudah siap kemudian dibentuk dalam

    ukuran bulat kecil dan pipih. Saat proses pembentukan, adonan diberi taburan gandum agar

    saat pembentukan tidak lengket. Adonan dengan ukuran kecil-kecil kemudian masuk dalam

    penambahan bahan pelengkap berupa wijen dengan menaburkan wijen diatas adonan yang

    sudah dicetak bundar pipih.

    Selesai proses sebelumnya, adonan kemudian diletakkan pada loyang yang berbentuk

    datar, dengan setiap loyang dapat menampung 30 buah keringan wijen dan selanjutnya

    loyang-loyang yang sudah terisi dimasukkan kedalam tungu kayu proses ini membutuhkan

    waktu sekitar 10 menit, untuk setiap pemanggangan dapat menampung maksimal 18 loyang.

    Setelah 10 menit loyang-loyang tersebut dikeluarkan secara satu per satu dan ditiriskan,

    dalam proses ini sering dijumpai sebagian kue keringan yang berada pada 1-2 loyang terakhir

    dalam pengambilan dari tungku kayu mengalami overcook atau gosong. Setelah loyang-

    loyang yang ditiriskan menjadi dingin, karyawan kemudian melepaskan kue kering dari

    loyang dengan metode membalik loyang dan menghentakkan secara berlahan. Kue keringan

  • ���

    yang sudah siap kemudian masuk dalam proses pengemasan dengan berat bersih setiap

    kemasan 5 kg.

    Dari semua aktivitas perusahaan dalam proses produksi Onde-onde gandum dan kue

    keringan di atas, maka tahap-tahap aktivitas perusahaan jika diringkas sebagai berikut:

    1. Pengambilan bahan baku • Mengambilan bahan baku dari gudang. • Menimbang bahan baku.

    2. Pemrosesan bahan baku menjadi adonan • Proses membuat adonan

    - Bahan baku diaduk rata dengan menambahkan air sedikt demi sedikit. - Bahan baku diuleni hingga kalis. - Adonan diistirahatkan selama 20 menit.

    3. Pembentukan adonan • Adonan dipotong dan dibentuk dalam ukuran kecil. • Menambahkan wijen.

    4. Pemasakan adonan

    • Onde-onde Gandum - Menyiapkan pengorengan. - Menggoreng adonan. - Meniiriskan produk jadi.

    • Keringan wijen - Menyiapkan tungku bakar. - Pemanggangan adonan. - Pengambilan loyang dalam tungku kayu. - Meniiriskan produk jadi.

    5. Pengemasan • Mengemas produk.

    4.2.3 Analisis Aktivitas Sesudah Produksi

    Aktivitas terakhir yang dilakukan setelah proses produksi selesai adalah menyimpan

    produk jadi ke gudang penyimpanan dan setelah itu karyawan membersihkan semua

    perlengkapan, peralatan, tungku kayu dan area pabrik. Ini dimaksudkan untuk menjaga

    kebersihan dan juga menjaga keawetan peralatan dari kerusakan.

    Jika diringkas aktivitas-aktivitas sebelum produksi adalah sebagai berikut:

    1. Penyimpanan bahan jadi • Menyimpan bahan jadi di gudang.

  • ���

    2. Perawatan • Membersihkan peralatan, tungku kayu dan area pabrik.

    4.3. Analisis Aktivitas Bernilai Tambah dan Aktivitas Tidak Bernilai Tambah pada

    Proses Produksi Perusahaan “57”

    Perusahaan dalam menerapkan cost reduction program perlu membedakan aktivitas

    bernilai tambah dengan aktivitas tidak bernilai tambah. Untuk mengetahui aktivitas yang

    dilakukan perusahaan bernilai tambah atau tidak, maka perlu dilakukan analisis pada aktivitas

    produksi Perusahaan Makanan “57”.

    4.3.1 Analisis Aktivitas Sebelum Produksi

    Aktivitas sebelum proses produksi akan dimulai dengan memesan bahan baku,

    perusahaan dalam proses pemesanan bahan baku yaitu melalui telepon oleh pemilik dan

    dilakukan setiap bulan. Perusahaan selanjutnya menunggu pengiriman dari pemasok. Bahan

    baku yang sudah dikirim pemasok, diterima perusahaan dan kemudian dipindahkan ke

    gudang untuk disimpan. Aktivitas ini tidak bernilai tambah karena dengan memesan,

    menunggu, memindah dan menyimpan bahan baku di gudang tidak menimbulkan perubahan

    untuk bahan baku tersebut dan karyawan tidak melakukan kegiatan produksi.

    Klasifikasi aktivitas bernilai tambah dan aktivitas tidak bernilai tambah pada pembelian

    bahan baku Perusahaan Makanan “57” sebagai berikut:

    Tabel 4.1

    Aktivitas Bernilai Tambah dan Aktivitas Tidak Bernilai Tambah

    Bagian Pembelian Bahan Baku

    Aktivitas Perusahaan Aktivitas Bernilai Tambah

    Aktivitas tidak Bernilai Tambah

    1. Pemesanan bahan baku

    - menghubungi pemasok memesan ke pemasok melalui telepon 2. Penerimaan bahan baku

    - memindah bahan baku memindah bahan baku ke gudang

    menunggu pengiriman dari pemasok

    3. Penyimpanan bahan baku

    - menyimpan bahan baku menyimpan bahan baku di gudang

  • ���

    Aktivitas yang terjadi dalam Pembelian Bahan Baku Perusahaan Makanan ”57” yang

    termasuk aktivitas tidak bernilai tambah yaitu memesan bahan baku dengan menghubungi

    pemasok melalui telepon, menunggu pengiriman bahan baku dari pemasok, memindahkan

    bahan baku dan menyimpan bahan baku di gudang.

    4.3.2 Analisis Aktivitas dalam Proses Produksi

    Aktivitas produksi dimualai dengan mengambil dan menimbang bahan baku sesuai

    dengan standar perusahaan, aktivitas ini merupakan aktivitas tidak bernilai tambah karena

    tidak menimbulkan perubahan. Kemudian bahan baku yang sudah diambil dari gudang masuk

    kedalam tempat pengolahan, ditempat tersebut bahan baku masuk dalam proses pencampuran

    dengan penambahan air sedikit demi sedikit sampai menjadi adonan yang kalis, aktivitas ini

    merupakan aktivitas bernilai tambah karena dengan adonan yang baik (kalis) akan

    menghasilkan produk dengan kualitas yang maksimal, tetapi selanjut pada perlakuan adonan

    tersebut terdapat proses fermentasi adonan yang membutuhkan waktu tunggu sekitar 20

    menit agar adonan mengembang, aktivitas ini merupakan aktivitas tidak bernilai tambah

    namun prosesnya diperlukan dalam pembuatan produk. Aktivitas berikutnya yaitu

    membentuk adonan dengan serta menaburi tepung gandum ke adonan agar tidak lengket dan

    menambahkan bahan pelengkap berupa wijen, proses ini merupakan aktivitas bernilai tambah

    karena pembentukan dan penambahan wijen nantinya akan menghasilkan produk dengan

    ukuran dan tampilan yang khas dari onde-onde gandum dan keringan wijen

    Masuk dalam proses selanjutnya yaitu proses pemasakan dengan metode panggang

    dan goreng, aktivitas ini merupakan aktivitas yang bernilai tambah karena proses ini

    merupakan aktivitas yang paling penting sebab tanpa proses pemasakan, adonan tidak akan

    matang sehingga akan tidak layak konsumsi. Pada proses masak dengan metode panggang,

    karyawan sering kali terlambat untuk mengangkat loyang-loyang dalam tungku kayu

    sehingga 2 loyang yang tersisa dalam setiap proses panggang mengalami kerusakan (gosong),

    hal ini menyebabkan produk tidak layak untuk dipasarkan. Produk yang sudah matang

    kemudian ditiriskan, pada proses penirisan untuk produk onde-onde gandum terdapat

    penggunaan alat elektronik yang tidak diperlukan. Penggunaan alat elektronik dalam waktu

    yang lama akan menyebabkan pemborosan listrik dan menambah biaya. Produk yang sudah

    siap kemudian dikemas dengan ukuran yang sudah ditentukan, dari aktivitas ini sering

    didapati karyawan yang mengobrol, tindakan dari karyawan ini merupakan aktivitas yang

    tidak bernilai tambah sebab hal ini membuat para karyawan tidak bekerja dengan maksimal.

  • ��

    Klasifikasi aktivitas bernilaiA tambah dan aktivitas tidak bernilai tambah pada proses

    produksi Perusahaan Makanan “57” sebagai berikut:

    Tabel 4.2

    Aktivitas Bernilai Tambah dan Aktivitas Tidak Bernilai Tambah

    Bagian Produksi

    Aktivitas Perusahaan Aktivitas Bernilai

    Tambah Aktivitas tidak

    Bernilai Tambah 1. Pengambilan bahan baku dari gudang

    - mengambil bahan baku memindah bahan baku

    - menimbang bahan baku menimbang bahan baku

    2. Pemrosesan bahan baku menjadi adonan - bahan baku diaduk rata dengan

    menambahkan air

    pengadukan bahan baku dan air menjadi adonan setengah jadi

    - adonan setengah jadi diuleni hingga kalis

    adonan diuleni menjadi kalis

    - adonan diistirahatkan selama 20 menit fermentasi adonan waktu tunggu 20 menit

    3. Pembentukan adonan - proses membentuk adonan

    adonan dibentuk ukuran kecil

    - proses penambahan pelengkap menambahkan wijen

    4. Pemasakan adonan

    a) Onde-onde gandum

    - menyiapkan penggorengan memanaskan minyak dalam pengorengan

    - mengoreng adonan adonan digoreng hingga masak waktu tunggu 10 menit

    - meniriskan penirisan dan penggunaan kipas angin

    b) Keringan wijen - menyiapkan bahan bakar mengambil kayu bakar - menyiapkan panggangan

    memanaskan tungku dengan kayu bakar

    - memanggang adonan

    adonan dipanggang hingga masak waktu tunggu 10 menit

    - mengambil loyang

    - meniriskan penirisan

    5. Pengemasan

    - mengemas produk jadi pengemasan produk dengan ukuran tertentu

  • ��

    Pada aktivitas produksi yang merupakan aktivitas bernilai tambah yaitu pengolahan bahan

    baku hingga menjadi adonan kalis, memotong dan membentuk serta menambahkan wijen,

    memasak adonan dan mengemas produk jadi. Aktivitas ini juga terdapat aktivitas yang tidak

    bernilai tambah seperti kecerobohan karyawan, waktu tunggu yang tidak tepat, aktivitas

    mengobrol karyawan, penirisan, penggunaan alat elektronik, waktu istirahat karyawan,

    menyimpan produk jadi, membersihkan peralatan dan pengecekan tungku kayu.

    4.3.3 Analisis Aktivitas Sesudah Proses Produksi

    Aktivitas selanjutnya yaitu penyimpanan hasil produksi. Proses ini merupakan

    aktivitas yang tidak bernilai tambah karena ketika onde-onde gandum dan kue keringan sudah

    dikemas, produk sudah siap untuk dipasarkan.

    Aktivitas akhir dari perusahaan adalah membersihkan semua perlengkapan, peralatan,

    tungku kayu dan area pabrik. Ini merupakan aktivitas yang tidak bernilai tambah namun

    harus dilakukan untuk menjaga kebersihan dan juga menjaga keawetan peralatan dari

    kerusakan.

    Klasifikasi aktivitas bernilai tambah dan aktivitas tidak bernilai tambah pada aktivitas

    sesudah proses produksi Perusahaan Makanan “57” sebagai berikut:

    Tabel 4.3

    Aktivitas Bernilai Tambah dan Aktivitas Tidak Bernilai Tambah

    Aktivitas Sesudah Proses Produksi

    Aktivitas Perusahaan Aktivitas Bernilai

    Tambah Aktivitas tidak Bernilai Tambah 1. Penyimpanan bahan jadi

    - menyimpan produk memindah produk ke gudang

    penyimpanan produk di gudang

    2. Perawatan

    - membersihkan peralatan pembersihan alat-alat kerja dan area pabrik

    - membersihkan area pabrik

    - mengecek tungku kayu pengecekan tungku kayu

  • ���

    Selama aktivitas sesudah proses produksi tidak terdapat aktivitas bernilai tambah, karena

    aktivitas tersebut tidak menimbulkan perubahan pada produk perusahaan.

    4.4. Analisis Aktivitas Bernilai Tambah yang tidak Efisien dalam Proses Produksi

    Perusahaan ”57”

    Perusahaan dalam menjalankan proses produksi memerlukan aktivitas yang

    memberikan nilai tambah bagi perusahan agar terciptanya produk dengan standar perusahaan

    dan penggunaan bahan baku yang efisien. Namun, masih terdapat aktivitas bernilai tambah

    pada perusahaan ini yang menimbulkan pengeluaran biaya yang tidak perlu karena aktivitas

    bernilai tambah tersebut tidak efisien dan perusahaan sebenarnya mampu untuk memperbaiki

    aktivitas tersebut. Aktivitas bernilai tambah pada perusahaan hanya terdapat pada proses

    produksi karena hanya dalam proses produksi, bahan baku mentah diolah menjadi bahan jadi

    yang siap untuk dikonsumsi.

    Aktivitas perusahaan pada tahap proses mencampur bahan baku dan menguleni

    adonan hingga kalis merupakan aktivitas yang memang perlu dilakukan perusahaan.

    Kemudian dalam proses penambahan bahan pelengkap (wijen) pada produk onde-onde

    gandum terdapat pemborosan pada penggunaan wijen karena metode penambahan dengan

    (seperti menampi beras pada tampah) menyebabkan banyak wijen yang terbuang sehingga

    proses ini menjadi tidak efisien, masuk dalam proses memasak adonan hingga menjadi

    produk jadi merupakan salah satu aktivitas utama perusahaan dan aktivitas tersebut penting

    dalam proses memasak untuk produk onde-onde gandum perusahaan memakai gas ukuran 12

    kg sebagai bahan bakarnya namun penggunaan gas 12 kg ini masih bisa ditekan pengeluaran

    biayanya karena harga gas 12 kg di pasaran cenderung mengalami kenaikan dibandingkan

    gas 3 kg yang harganya lebih stabil dan murah, terlebih gas ukuran 12 kg rawan terjadinya

    kecurangan yaitu dengan isi gas yang dikurangi.

    Setelah itu produk jadi akan dikemas oleh satu karyawan dengan dibantu karyawan

    yang bebas tugas untuk kemudian disimpan dan dipasarkan.

  • ���

    Tabel 4.4

    Aktivitas Bernilai Tambah dan Penyebab Pemborosan

    Aktivitas Perusahaan Aktivitas Bernilai Tambah Pemborosan 1. Pengambilan bahan baku

    - mengambil bahan baku dari gudang

    - menimbang bahan baku

    2. Pemrosesan bahan baku menjadi adonan - bahan baku diaduk rata dengan

    menambahkan air pengadukan bahan baku dan air menjadi adonan setengah jadi

    - adonan setengah jadi diuleni hingga kalis adonan diuleni menjadi kalis

    - adonan diistirahatkan selama 20 menit adonan mengalami fermentasi

    3. Pembentukan adonan

    - proses membentuk adonan adonan dibentuk ukuran kecil

    - proses penambahan pelengkap menambahkan wijen metode penambahan wijen tidak efisien

    4. Pemasakan

    a) Onde-onde gandum - menyiapkan penggorengan

    - mengoreng adonan adonan digoreng hingga masak penggunaan gas 12 kg

    - meniriskan

    b) Keringan wijen - menyiapkan panggangan

    - memanggang adonan adonan dipanggang hingga masak

    - mengambil loyang dari tungku kayu

    - meniriskan

    5. Pengemasan

    - mengemas produk jadi pengemasan produk dengan ukuran tertentu

    - menyimpan produk jadi

    Pemborosan yang terjadi di Perusahaan disebabkan oleh tidak efisiensinya aktivitas dan

    aktivitas karyawan yang tidak perlu dilakukan, ini menyebabkan kinerja karyawan menjadi

    tidak maksimal. Perusahaan seharusnya dapat mengurangi pemborosan yang terjadi jika

    aktivitas yang menimbulkan pemborosan dapat dikelola dengan efisien.

  • ���

    4.5. Analisis Aktivitas Tidak Bernilai Tambah yang Menimbulkan Biaya

    Aktivitas perusahaan dalam proses produksi yang tidak bernilai tambah tidak

    semuanya bisa direduksi atau dieliminasi karena aktivitas tidak bernilai tambah tersebut

    memang perlu dilakukan perusahaan, itu dampak dari masih minimnya teknologi yang

    dipakai perusahaan dalam menjalankan aktivitas produksinya. Namun aktivitas tidak bernilai

    tambah perusahaan yang dapat direduksi atau dieliminasi tidak semuanya memberikan

    penghematan biaya secara langsung tetapi terdapat aktivitas tidak bernilai tambah yang

    apabila dikelola dengan baik maka akan memberikan penghematan biaya yang material bagi

    perusahaan.

    Aktivitas pembelian dari pemasok Semarang, akan menimbulkan biaya tambahan

    untuk transportasi dan waktu tunggu yang lebih lama dibandingkan aktivitas pembelian dari

    Salatiga. Aktivitas pembelian dari pemasok Semarang disebabkan karena perusahaan

    menggunakan bahan baku mentega dengan merk dagang tertentu dimana mentega dengan

    merk tersebut di pasaran Salatiga tidak ada sehingga perusahaan memesan bahan baku

    mentega dari pemasok Semarang.

    Perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya terdapat aktivitas tidak bernilai tambah

    tetapi aktivitas tersebut penting untuk dilakukan seperti menyimpan bahan baku di gudang

    hal ini bertujuan untuk memudahkan penyediaan bahan baku dalam proses produksi,

    menimbang dan memindah bahan baku bertujuan untuk mengukur standar pemakaian bahan

    baku dan karena teknologi yang terbatas maka pemindahan bahan baku dilakukan dengan

    tenaga karyawan, waktu tunggu untuk adonan bertujuan agar adonan dapat mengembang,

    meniriskan produk jadi, menyimpan produk jadi di gudang.

    Proses masak melalui metode panggang dengan tungku kayu untuk produk keringan

    wijen dalam setiap panggangan, tungku kayu dapat memuat 18 loyang dan karena dalam

    pengambilan loyang harus hati-hati dimaksutkan agar loyang tidak jatuh ke bara api sehingga

    dalam proses pengambilan loyang dilakukan tidak secara cepat sehingga terdapat sebagian

    keringan wijen dari loyang terakhir dalam pengambilan mengalami (gosong) kerusakan atau

    cacat. Produk rusak merupakan bentuk dari inefisiensi perusahan dan disebabkan oleh

    kesalahan karyawan dalam pengambilan loyang dari tungku yang tidak tepat waktu dan

    kapasitas tungku yang terlalu berlebih.

  • ���

    Proses penyimpanan merupakan aktivitas tidak bernilai tambah namun bertujuan

    untuk mengantisipasi jika ada konsumen yang tiba-tiba datang untuk membeli sehingga

    peruahaan masih memiliki persediaan untuk langung dijual. Aktivitas terakhir dari

    perusahaan adalah membersihkan semua perlengkapan, peralatan, tungku kayu dan area

    pabrik. Ini merupakan aktivitas yang tidak bernilai tambah namun harus dilakukan untuk

    menjaga kebersihan dan juga menjaga keawetan peralatan dari kerusakan.

    Tabel 4.5

    Aktivitas Tidak Bernilai Tambah dan Aktivitas yang dapat dikelola

    Aktivitas Perusahaan Aktivitas tidak Bernilai

    Tambah Aktivitas yang dapat dikelola

    1. Pembelian Bahan baku

    - memesan bahan baku dari pemasok menghubungi pemasok pembelian bahan baku dari Semarang

    - menerima bahan baku dari pemasok

    - menyimpan bahan baku

    2. Pengambilan Bahan Baku

    - mengambil bahan baku dari gudang memindah bahan baku - menimbang bahan baku menimbang bahan baku

    3. Pemrosesan bahan baku menjadi adonan - bahan baku diaduk rata dengan

    menambahkan air - adonan setengah jadi diuleni hingga

    kalis

    - adonan diistirahatkan selama 20menit waktu tunggu 20 menit

    4. Pembentukan Adonan

    - proses membentuk adonan

    - proses penambahan pelengkap

    5. Pemasakan

    a) Onde-onde gandum

    - menyiapkan penggorengan memanaskan minyak dalam pengorengan

    - mengoreng adonan waktu tunggu 10 menit

    - meniriskan penirisan dan penggunaan kipas angin pengunaan kipas angin

    b) Keringan wijen - menyiapkan panggangan memanaskan tungku dengan kayu bakar

    - memanggang adonan waktu tunggu 10 menit

    - mengambil loyang dari tungku kayu

    - meniriskan penirisan

  • ���

    Tabel 4.5 (lanjutan)

    Aktivitas Tidak Bernilai Tambah dan Aktivitas yang dapat dikelola

    Aktivitas Perusahaan Aktivitas tidak Bernilai

    Tambah Aktivitas yang dapat dikelola

    6. Pengemasan

    - mengemas produk jadi

    - menyimpan produk jadi penyimpanan produk ke gudang

    7. Perawatan - membersihkan perlengkapan,

    peralatan dan area pabrik pembersihan alat-alat kerja dan area pabrik

    - mengecek tungku kayu pengecekan tungku kayu

    Waktu istirahat dimanfaatkan karyawan untuk mengobrol dan makan, dalam aktivitas

    ini terdapat pemborosan terhadap penggunaan beras untuk konsumsi 10 karyawan dimana

    perusahaan setiap harinya menyediakan 4 kg beras dan uang untuk pembelian sayur.

    Pengunaan kipas angin dalam proses penirisan produk menyebabkan pemborosan

    dalam pemakaian listrik, timing yang tidak tepat dalam pengambilan loyang dari tungku kayu

    menyebabkan sebagian produk mengalami kerusakan sehingga tidak dapat dipasarkan serta

    kecerobohan dan aktivitas mengobrol karyawan menyebabkan kinerja karyawan tidak

    maksimal

    4.6. Analisis Penghematan Biaya Perusahaan dari Implementasi Cost Reduction

    Program

    Dari hasil analisis biaya-biaya aktivitas yang ada pada Perusahaan Makanan ”57”,

    terlihat adanya biaya yang bernilai tambah dan tidak bernilai tambah. Biaya tidak bernilai

    tambah terjadi karena pelaksanaan aktivitas tidak bernilai tambah dan pelaksanaan aktivitas

    bernilai tambah yang tidak efisien. Dengan menganalisis aktivitas diharapkan perusahaan

    bisa mengetahui aktivitas-aktivitas mana yang bisa direduksi atau aktivitas mana yang bisa

    dihilangkan sehingga perusahaan akan memperoleh perbaikan-perbaikan atas aktivitas-

    aktivitas yang ada dan tercipta penghematan biaya aktivitas demi tercapainya laba yang

    maksimal.

  • ���

    4.6.1 Analisis Penghematan pada Aktivitas Pembelian Bahan Baku

    Perusahaan dalam aktivitas pembelian bahan baku mempunyai dua pemasok yaitu

    dari Salatiga dan Semarang, bahan baku yang dibeli dari Semarang yaitu bahan baku

    margarin dan sisanya dibeli dari pemasok Salatiga, pembelian margarin dari pemasok

    Semarang disebabkan keserdiaan margarin di Salatiga terbatas sehingga perusahaan memesan

    dari Semarang. Aktivitas pembelian bahan baku dari pemasok yang berlokasi di luar kota,

    yaitu Semarang menimbulkan waktu tunggu menjadi lama dan pembebanan biaya

    transportasi kepada pihak perusahaan sebesar 5 % dari pembelian. Perusahaan dalam

    melakukan pembelian dilakukan secara kredit sehingga tidak mendapat potongan pembelian

    dari pemasok.

    Pembebanan biaya transportasi ini merupakan pemborosan biaya karena dalam

    pembelian bahan baku perusahaan seharusnya tidak perlu melakukan pembayaran atas biaya

    transportasi. Untuk mengurangi pemborosan biaya, aktivitas ini dapat dikelola dengan

    pemilihan aktivitas (Activity Selection). Aktivitas pembelian bahan baku dari pemasok

    Semarang dapat digantikan melalui pembelian bahan baku margarin berkualitas satu tingkat

    dibawah dari pemasok Semarang serta harga yang lebih murah dengan keserdiaan bahan baku

    dari pemasok Ambarawa, sehingga pemborosan yang terjadi karena biaya tambahan

    transportasi dan pembelian bahan baku margarin dapat ditekan.

    Tabael 4.6

    Penyebab Pemborosan dan Solusi Aktivitas Pembelian Bahan baku

    Aktivitas Penyebab pemborosan Solusi

    Pembelian bahan baku

    Tambahan biaya transportasi karena jarak tempuh pengiriman dari pemasok Semarang ke perusahaan jauh

    Membeli bahan baku dari pemasok Ambarawa dengan merk berbeda tetapi kualitas yang sama dan harga lebih murah

  • ���

    Tabel 4.7

    Analisis biaya aktivitas dari Aktivitas Pembelian bahan baku

    Aktivitas sebelum penerapan estimasi

    sesudah penerapan Penghematan Cost Reduction Cost Reduction

    Program Program

    Pembelian bahan baku margarin Rp 1.522.500 Rp 1.310.000 Rp 242.500

    Perusahaan dalam melakukan pembelian bahan baku margarin merk “A” dari

    pemasok Semarang umumnya membeli 10 dus dengan harga beli Rp 145.000/dus

    (harga pasaran margarin di Semarang, maret 2013) dan biaya transportasi sebesar 5

    % dari pembelian sedangkan margarin merk “B” di Ambarawa Rp 131.000/dus

    (harga pasaran margarin di Ambarawa, maret 2013)

    • Biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam pembelian bahan baku margarin merk “A” (10 dus x Rp 145.000) + (5% x (10 x 145.000)) = Rp 1.522.500

    • Biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam pembelian bahan baku margarin dibeli dari pemasok Ambarawa tanpa tambahan biaya transportasi: 10 dus x Rp 131.000 = Rp 1.310.000

    • Penghematan yang diharapkan adalah : Biaya pembelian bahan baku margarin dari Semarang – Ambarawa Rp Rp 1.522.500 – Rp 1.310.000 = Rp 242.500

    4.6.2 Analisis Penghematan pada Aktivitas Pengunaan Bahan Bakar Gas

    Aktivitas memasak dengan metode goreng pada adonan onde-onde gandum di

    perusahaan membutuhkan bahan bakar gas untuk aktivitas tersebut. Perusahaan dalam

    penggunaan gas menggunakan gas dengan ukuran 12 kg, dalam masa sekarang gas 12 kg

    selalu mengalami kenaikan harga sehingga perlu dikaji ulang dalam penggunaan gas ukuran

    12 kg agar tidak terjadi penambahan biaya dalam proses masak. Aktivitas penggunaa bahan

    bakar gas ini dapat dikelola dengan pemilihan aktivitas (Activity Selection). Aktivitas bernilai

    tambah yang tidak efisien akan ditingkatkan dalam efisiensinya dengan menganti bahan

    bakar gas ukuran 12 kg dengan harga Rp 74.500/tabung menjadi gas ukuran 3 kg yang

    harganya Rp 14.500/tabung, (harga pasaran LPG 12 kg dan 3 kg di Salatiga, maret 2013).

  • ���

    Tabel 4.8

    Penyebab pemborosan dan Solusi Aktivitas Penggunaan Bahan Bakar Gas

    Aktivitas Penyebab pemborosan Solusi Penggunaan bahan bakar gas 12 kg

    harga bahan bakar gas 12 kg selalu mengalami kenaikan

    bahan bakar gas ukuran 12 kg diganti dengan gas ukuran 3 kg

    Tabel 4.9

    Analisis Biaya Aktivitas dari Aktivitas Penggunaan Bahan Bakar Gas

    Aktivitas sebelum penerapan estimasi

    sesudah penerapan Penghematan Cost Reduction Cost Reduction

    Program Program Penggunaan

    Bahan bakar Rp 1.676.250 1.305.000 Rp 371.250

    Pemakaian gas 12 kg rata-rata dalam 1 kompor dapat digunakan untuk 4 hari, jadi

    rata-rata penggunaan gas di perusahaan 3 kg/ hari dan dalam proses memasak

    perusahaan memiliki 3 kompor dengan masing-masing menggunakan gas 12 kg

    • Aktivitas penggunaan bahan bakar gas selama satu bulan :

    3kompor x( (30 hari x 3kg) : 12 kg) = 22.5 tabung gas 12 kg/bulan

    - Biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam satu bulan :

    Jumlah tabung x harga tabung

    22.5 tabung gas x Rp 74.500 = Rp 1.676.250

    - Total biaya penggunaan bahan bakar gas 12kg dalam satu bulan Rp 1.676.250

    • Aktivitas penggunaan bahan bakar gas dengan menganti gas 12 kg menjadi 3 kg :

    3kompor x ((30hari x 3kg) : 3 kg) = 90 tabung gas 3 kg/bulan

    - Biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam satu bulan :

    Jumlah tabung x harga tabung

    90 tabung gas x Rp 14.500 = Rp 1.305.000

  • ��

    • Penghematan dari pengantiaan bahan bakar gas 12 kg menjadi 3 kg :

    Rp 1.676.250 – Rp 1.305.000 = Rp 371.250

    4.6.3 Analisis Penghematan pada Aktivitas Penambahan Wijen

    Pengeluaran biaya yang besar terjadi pada aktivitas penambahan pelengkap yaitu

    wijen yang ditambahkan dalam adonan onde-onde gandum dengan cara meletakan adonan

    onde-onde gandum ke atas tampah kemudian wijen ditaburkan dan secara bersamaan

    tempayan tersebut digoyangkan. Biaya ini menjadi besar dikarenakan dalam proses

    penambahan wijen tidak menggunakan metode yang baik sehingga banyak wijen yang

    terbuang. Aktivitas ini merupakan aktivitas bernilai tambah yang tidak efisien, wijen yang

    terbuang menyebabkan pemborosan bagi perusahaan. Aktivitas penambahan wijen ini dapat

    dikelola dengan pemilihan aktivitas (Activity Selection) pada metode penambahan wijen

    dengan mengunakan media tertutup (panci) dan pengurangan aktivitas (Activity Reduction)

    pada wijen yang digunakan dalam proses tersebut. Pemborosan penggunaan wijen diharapkan

    berkurang 40 %, pengurangan ini didasari oleh pengunaan wijen yang ditakar.

    Tabel 4.10 Penyebab Pemborosan dan Solusi Aktivitas Penambahan Wijen

    Aktivitas Penyebab pemborosan Solusi

    Penambahan wijen Metode penambahan wijen yang tidak efisien

    Menggunakan media tertutup dan penakaran wijen

    Tabel 4.11

    Analisis Biaya Aktivitas dari Aktivitas Penambahan wijen

    Aktivitas sebelum penerapan estimasi

    sesudah penerapan Penghematan Cost Reduction Cost Reduction

    Program Program Penambahan

    Wijen Rp2.610.000 Rp1.566.000 Rp1.044.000

  • ��

    Penggunaan wijen dalam perusahaan mencapai 5 kg/hari, dengan alokasi 3 kg untuk Onde-onde gandum dan 2 kg untuk Keringan. Harga wijen Rp 29.000/kg (harga pasaran Salatiga. Maret 2013)

    • Maka perhitungan biaya aktivitas penambahan wijen ke adonan onde-onde gandum selama satu bulan adalah : 3 kg x Rp 29.000 x 30 hari = Rp 2.610.000

    • Dengan menakar pengunaan wijen sebanyak dua sendok makan dan penggunaan

    media tertutup dalam proses penambahan, dimaksudkan untuk mengurangi wijen

    yang terbuang dari media pencampuran serta penggunaan wijen yang diharapkan

    berkurang sebesar 40%.

    Aktivitas penggunaan wijen yang seharusnya dilakukan selama satu bulan adalah:

    (1-(3kg x 40%)) x Rp 29.000 x 30 hari = Rp 1.566.000

    • Aktivitas pemborosan wijen: Rp 2.610.000 – Rp 1.566.000 = Rp 1044.000

    4.6.4 Analisis Penghematan pada Aktivitas Penyediaan Konsumsi bagi Karyawan

    Aktivitas penyediaan konsumsi bagi 10 karyawan oleh perusahaan bertujuan untuk

    menunjang aktivitas karyawan agar dalam melakukan tugas-tugas mereka di proses produksi,

    karyawan bekerja dengan maksimal tanpa harus meninggalkan area perusahaan untuk

    mencari makan sehingga waktu dalam proses produksi tidak terbuang percuma. Perusahaan

    dalam penyediaan konsumsi semuanya dipercayakan kepada karyawan yang bertugas dalam

    penyediaan konsumsi dari mulai mengatur jenis masakan, belanja dan memasak dengan

    anggaran belanja sayur Rp 25.000/hari, untuk kebutuhan lain (beras, gula, garam, minyak dan

    gandum) karyawan bebas mengambil dari gudang penyimpanan bahan baku perusahaan.

    Namun karena kontrol dan pengawasan yang lemah terjadi penyalahgunaan, dimana

    karyawan menambah jumlah konsumsi yang dimasak khususnya beras mencapai 4 kg

    beras/hari sehingga menyebabkan pemborosan bagi perusahaan karena setiap hari terdapat

    kelebihan penyediaan konsumsi, perlakukan dari sisa konsumsi tersebut sering kali

    dimanfaatkan karyawan untuk dibawa pulang. Hal ini merupakan biaya yang tidak perlu

    dikeluarkan oleh perusahaan. Aktivitas penyediaan konsumsi bagi karyawan dapat dikelola

    dengan pengurangan aktivitas (Activity Reduction), pemborosan yang terjadi karena

    penyediaan beras yang berlebihan diharapkan berkurang sebesar 25% ini didasari dari asumsi

    konsumsi beras perkapita maksimal sebesar 150 gram/sekali makan.

  • ���

    Tabel 4.12 Penyebab Pemborosan dan Solusi Aktivitas Penyediaan Konsumsi

    Tabel 4.13

    Analisis Biaya Aktivitas dari Aktivitas Penyediaan Konsumsi

    Aktivitas sebelum penerapan estimasi

    sesudah penerapan Penghematan Cost Reduction Cost Reduction

    Program Program Penyediaan

    Konsumsi Rp 1.854.000 Rp 1.578.000 Rp 276.000

    • Pengeluaran perusahaan untuk aktivitas penyediaan konsumsi dalam satu bulan :

    ((4 kg x Rp 9.200) + Rp 25.000) x 30 hari = Rp 1.854.000

    • Jika diasumsikan konsumsi beras perkapita sebesar 150 gram dan jumlah karyawan

    perusahaan 10 orang dengan frekuensi 2x makan/hari

    Maka konsumsi beras karyawan:

    150 gram x 10 karyawan x 2 = 3000 gram atau 3kg/hari

    Biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam satu bulan dengan asumsi tersebut:

    ((3kg x Rp 9.200) + Rp 25.000) x 30 hari = Rp 1.578.000

    Penghematan yang diharapkan :

    Rp Rp 1.854.000- Rp 1.578.000 = Rp 276.000

    4.6.5 Analisis Penghematan pada Aktivitas Penggunaan Listrik

    Pemborosan biaya pada aktivitas penggunaan listrik bagian produksi disebabkan oleh

    karena adanya konsumsi tenaga listrik yang tidak perlu dari penggunaan kipas untuk

    mempercepat proses pendinginan pada onde-onde gandum yang ditiriskan setelah melalui

    proses mengoreng. Biaya listrik untuk proses pendinginan onde-onde gandum dirasa tidak

    perlu karena tanpa kipas angin proses ini akan tetap terjadi secara alami jika sirkulasi udara di

    Aktivitas Penyebab pemborosan Solusi

    Penyediaan konsumsi penyediaan konsumsi yang berlebihan

    pengurangan penyediaan konsumsi

  • ���

    sekitar pabrik baik dan penggunaan kipas angin dapat menyebabkan debu-debu di area pabrik

    menempel pada onde-onde gandum yang ditiriskan sehingga kehighgenisan produk menjadi

    berkurang. Untuk mengurangi pemborosan dari penggunaan listrik, aktivitas ini dapat

    dikelola dengan penghapusan aktivitas (Activity Elimination) sehingga perusahaan tidak perlu

    mengeluarkan biaya dalam proses pendinginan untuk produk onde-onde gandum.

    Tabel 4.14 Penyebab Pemborosan dan Solusi Aktivitas Penggunaan Listrik

    Aktivitas Penyebab pemborosan Solusi

    Penggunaan listrik

    penggunaan listrik yang tidak perlu, dengan rata-rata penggunaan 5jam/hari

    menambah fentilasi di pabrik, sehingga proses pendinginan terjadi secara alami

    Tabel 4.15 Analisis Biaya Aktivitas dari Aktivitas Pengunaan listrik

    Aktivitas sebelum penerapan estimasi

    sesudah penerapan Penghematan Cost Reduction Cost Reduction

    Program Program Penggunaan listrik

    Rp26.145 Rp0 Rp26.145

    • Perusahaan masuk dalam golongan industri dengan daya rendah, dengan perhitungan I/1 TR 2200 Va, 830/kwh (www.pln.co.id)

    • Pemakaian 3 kipas angin dengan masing-masing berdaya 70 watt, rata-rata pemakaian selama 5 jam/hari

    • Biaya perusahaan untuk penggunaan kipas angin dalam satu bulan : Rp 830 x 0.07 kwt x 5 jam x 3 kipas x 30 hari = Rp 26.145 Setelah dilakukan penghapusan aktivitas maka diharapkan biaya yang dikeluarkan

    perusahaan menjadi Rp 0

    4.6.6 Analisis Aktivitas Pengambilan Loyang dari Tungku Kayu

    Perusahaan dalam proses memanggang adonan keringan wijen masih menggunakan

    tungku tradisional berbahan bakar kayu, hal ini dimaksudkan untuk menjaga cita rasa produk

  • ���

    yang khas. Tungku kayu tersebut terbuat dari susunan batu bata dengan ukuran lebar 1 m,

    tinggi 1 m, panjang 3 m dengan lubang di salah satu sisinya. Dalam proses memanggang,

    tungku kayu ini dapat menampung 18 loyang sekaligus dan untuk meniriskan loyang

    tersebut dari tungku kayu memakai tongkat kayu dengan panjang 2 m sehingga loyang yang

    berada di ujung tungku dapat terjangkau untuk ditiriskan.

    Aktivitas pengambilan loyang dari tungku kayu yang memerlukan kehati-hatian

    dalam memidahkan loyang untuk ditiriskan menyebabkan waktu pengambilan loyang

    menjadi lama, ditambah proses memanggang keringan wijen dengan memaksimalkan

    kapasitas tungku kayu yang mencapai 18 loyang dan ketepatan waktu karyawan dalam

    melihat kematangan produk dengan perkiraan waktu dan penglihatan karyawan itu sendiri

    menyebabkan sebagian keringan wijen yang terdapat di 1-2 loyang terakhir dalam proses

    pengambilan loyang dari tungku kayu mengalami overcook atau gosong. Hal ini

    menyebabkan bahan baku, tenaga dan waktu terbuang percuma atau dapat dikatakan sebagai

    pemborosan karena produk rusak tersebut tidak layak untuk dipasarkan. Aktivitas ini

    merupakan aktivitas tidak bernilai tambah sehingga untuk mengurangi pemborosan dari

    produk rusak tersebut perlu pengelolaan aktivitas dengan pemilihan aktivitas (Activity

    Selection) sehingga produk rusak atau pemborosan dalam perusahaan dapat ditekan.

    Tabel 4.16

    Penyebab Pemborosan dan Solusi Aktivitas Pengambilan Loyang dari Tungku Kayu

    Aktivitas Penyebab pemborosan Solusi

    Penirisan keringan wijen

    penggunaan maksimal tungku kayu dengan 18 loyang dan ketepatan pengambilan yang kurang tepat

    penggunaan timer atau alarm dan pengurangaan loyang, menjadi 16 loyang dalam setiap proses panggang

    Namun untuk mencari pemborosan dan penghematan secara monetary belum dapat

    dilakukan karena biaya overhead perusahaan masih menyatu dengan pengeluaran pribadi

    pemilik sehingga pembebanan biaya dalam setiap produk untuk mengetahui harga pokok

    produksi produk tidak dapat dilakukan.

    4.7. Rekapitulasi Penghematan Biaya dengan Implementasi Cost Reduction Program

    Hasil analisis dari keselurahan aktivitas diharapkan akan mendapat total penghematan

    selama satu bulan jika Cost Reduction Program diterapkan dalam perusahaan yaitu sebesar

  • ���

    Rp 1.959.895. Dari hasil analisis tersebut maka penerapan Cost Reduction Program akan

    memberi dan menambah nilai manfaat bagi Perusahaan Makanan “57” Salatiga. Antara lain,

    penggunaan bahan baku dengan efisien, penggunaan waktu yang optimal, kesalahan dalam

    proses produksi berkurang dan tanggung jawab karyawan yang meningkat. Semua itu akan

    berdampak pada penghematan biaya produksi perusahaan.

    Tabel 4.17

    Analisis Biaya dengan Penerapan Cost Reduction Program

    Jenis Biaya sebelum penerapan estimasi

    penerapan Penghematan Cost Reduction Cost Reduction Program Program

    Biaya pembelian margarin 1,552,500 1,310,000 242,500

    Biaya bahan bakar gas 1,676,250 1,305,000 371,250

    Biaya wijen 2,610,000 1,566,000 1,044,000

    Biaya konsumsi karyawan 1,854,000 1,578,000 276,000

    Biaya listrik 26,145 0 26,145

    Total 7,718,895 5,759,000 1,959,895

    Sumber : Tabel 4.7, Tabel 4.9, Tabel 4.11, Tabel 4.13, Tabel 4.15

    V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

    5.1 Kesimpulan

    Dari penelitian di Perusahaan Makanan “57” Salatiga dapat ditarik kesimpulan

    sebagai berikut:

    Perusahaan Makanan “57” Salatiga dalam periode Maret 2013, perusahaan dalam

    menjalankan aktivitas produksi dapat diklasifikasikan ke dalam aktivitas bernilai tambah dan

    aktivitas tidak bernilai tambah. Aktivitas bernilai tambah menyangkut aktivitas produksi

    perusahaan dari mulai pengolahan bahan baku sampai menjadi onde-onde gandum dan

    keringan wijen. Untuk aktivitas tidak bernilai tambah pada aktivitas produksi Perusahaan

    Makanan “57” utamanya terjadi dalam tahap sebelum produksi, sesudah produksi dan

  • ���

    terdapat pada saat proses produksi. Pemborosan yang terdapat di perusahaan terjadi karena

    pembelian dari pemasok luar kota, penggunaan listrik, metode penambahan wijen,

    penyediaan konsumsi yang tinggi dan penggunaan bahan bakar gas 12 kg.

    Aktivitas tidak bernilai tambah yang terjadi pada Perusahaan Makanan “57” dapat

    direduksi dengan cara pemilihan aktivitas, pengurangan aktivitas, penghapusan aktivitas dan

    gabungan dari pemilihan dan pengurangan aktivitas yang tidak bernilai tambah. Pemilihan

    aktivitas dilakukan untuk mengelola terjadinya pemborosan dalam pembelian bahan baku

    margarin dan penggunaan bahan bakar gas. Penghapusan aktivitas dilakukan untuk

    pemborosan biaya penggunaan listrik dalam pendinginan produk onde-onde gandum dan

    pengurangan aktivitas untuk mengelola aktivitas penyediaan konsumsi bagi karyawan.

    Sedangkan aktivitas penambahan wijen dikelola dengan gabungan pemilihan aktivitas dan

    pengurangan aktivitas.

    Penghematan biaya yang diharapkan dengan menerapkan Cost Reduction Program,

    Perusahaan Makanan “57” dapat menekan aktivitas tidak bernilai tambah dan penghematan

    yang akan didapat sebesar Rp 1.959.895,00/bulan.

    5.2 Implikasi Terapan

    Implikasi terapan berkaitan dengan saran-saran yang diberikan kepada objek penelitian yang

    bersangkutan, dalam hal ini Perusahaan Makanan “57” Salatiga. Berikut ini adalah implikasi

    terapan dari penelitian ini :

    1. Perusahaan Makanan “57” dalam rangka meningkatkan efisiensinya disarankan

    menerapkan Cost Reduction Program. Dengan menerapkan Cost Reduction Program,

    Perusahaan dapat meningkatkan laba karena aktivitas bernilai tambah yang tidak

    efisien dapat dikelola menjadi efisien dan aktivitas tidak bernilai tambah dapat

    dikurangi dan dieliminasi sehingga akan mengurangi biaya secara keseluruhan dalam

    proses produksi.

    2. Aktivitas yang menyebabkan pemborosan banyak terjadi karena faktor sumber daya

    manusia dan kebiasan-kebiasan perusahaan yang tidak efisien dalam menjalankan

    proses produksi. Upaya dalam menerapkan Cost Reduction Program, sebaiknya

    Perusahaan Makanan “57” memperhatikan kualitas sumber daya manusia serta

  • ���

    mengubah metode-metode yang tidak efisien di dalam proses produksi sehingga dapat

    mencapai tujuan yang diharapkan.

    Sumber daya manusia atau karyawan dapat ditingkatkan dengan melakukan berbagai

    cara, misalnya seperti meningkatkan kedisiplinan karyawan dengan pengawasan

    terhadap tenaga kerja, peneguran, pemberian sanksi atau pemberian bonus apabila

    karyawan tersebut telah bekerja dengan baik.

    3. Upaya dalam menerapkan Cost Reduction Program, dapat dilaksanakan dengan

    pengunaan alat-alat seperti timer atau alarm, penyediaan bahan bakar yang lebih

    hemat, pengantian biaya penggunaan margarin, pengawasan karyawan, menghemat

    pengunaan listrik dan penggunaan media tertutup untuk proses penambahan bahan

    pelengkap sehingga akan meningkatkan efisiensi perusahaan.

    5.3 Keterbatasan Penelitian dan Penelitian Lanjutan

    Dalam proses penelitian dan hasil penelitian yang telah dipaparkan dalam bab IV,

    terdapat kelemahan-kelemahan dalam proses penulisan ini, dari kelemahan-kelemahan yang

    ada diharapkan pada penelitian serupa selanjutnya dapat diperbaiki dan dapat menjadi

    masukan. Kelemahan-kelemahan tersebut adalah sebagai berikut :

    1. Penghitungan harga pokok produksi untuk setiap produk tidak dapat dilakukan karena

    disebabkan oleh masih menyatunya perusahaan dengan tempat tinggal pemilik

    sehingga pengeluaran untuk perusahaan dengan pengeluaran pribadi pemilik tidak

    dapat dibedakan. Hal ini menyebabkan pembebanan biaya, khususnya biaya listrik

    dan air untuk kesetiap produk tidak dapat dilakukan.

    2. Penghematan yang diperoleh dari penelitian ini masih bersifat finansial dan untuk

    dampak sosial serta jangka panjang dari keputusan-keputusan dalam penelitian ini

    belum diketahui karena penulis belum melakukan penelitian lebih lanjut.

    3. Data yang diperoleh dari penelitian ini belum menghimpun aktivitas perusahaan

    secara terperinci sehingga penulis menggunakan asumsi-asumsi untuk mempermudah

    penghitungan, maka dalam penelitian ini masih memerlukan penelitian lanjutan

    berjangka panjang untuk memperoleh data aktivitas perusahaan secara rinci dan

    menemukan pemborosan, difokuskan untuk aktivitas pemrosesan adonan dan proses

    panggang sehingga penghematan dalam jangka panjang dapat dicapai perusahaan.

  • ���

    DAFTAR PUSTAKA

    Hansen, Don R dan Mowen, Maryanne M, 2004, Akuntansi Manajemen, Erlangga, Jakarta.

    Hansen, Don R dan Mowen, Maryanne M, 2011, Akuntansi Manajerial, Salemba Empat, Jakarta.

    Mulyadi, 1993, Akuntansi Manajemen, Aditya Media, Yogyakarta.

    Mulyadi, 1998, Total Quality Management, Aditya Media, Yogyakarta.

    Tee, Clifford. 2006. Accent Reduction Guide. http://accentreductionguide.com diunduh 26 Oktober 2011.

    PT PLN (Persero) 2013, Tarif Tenaga Listrik, http://www.pln.co.id/?p=49 diunduh 3 maret 2013.

    Yustinengrum, Widya, 2009, Penerapan Cost Reduction Program pada Perusahaan Tahu Sumber Karya Salatiga. Skripsi Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana.

  • ���

    1. cover.pdfisi