peran orang tua dalam menumbuhkan motivasi ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/497/1/mashuri...
TRANSCRIPT
PERAN ORANG TUA DALAM MENUMBUHKAN
MOTIVASI BELAJAR ANAK DI MADRASAH
IBTIDAIYYAH MA’ARIF KUMPULREJO 02
SALATIGA 2013
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
MASHURI ADI NUGROHO
NIM 11508014
JURUSAN TARBIYAH
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2013
PERAN ORANG TUA DALAM MENUMBUHKAN
MOTIVASI BELAJAR ANAK DI MADRASAH
IBTIDAIYYAH MA’ARIF KUMPULREJO 02
SALATIGA 2013
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
MASHURI ADI NUGROHO
NIM 11508014
JURUSAN TARBIYAH
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2013
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
MOTO DAN PERSEMBAHAN
MOTO
“Cita-cita dan mimpi adalah suatu hal yang membuat hidup lebih berwarna dan
menjadikan hidup lebih berarti untuk dijalani”.
PERSEMBAHAN
Untuk orang tua dan keluarga besarku
Para dosenku, saudara-saudaraku,
Sahabat-sahabat seperjuanganku
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang bisa diucapakan selain puji syukur kehadiran Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahNya, sehingga penulis
berhasil menyelesaikan skripsi sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana
pendidikan guru madrasah ibtidaiyah.
Selanjutnya, sholawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan umat
islam, Muhammad SAW yang senatiasa kita teladani keluasan ilmunya,
kebijakannya, dan kita patuhi nasehat-nasehatnya.
Karya ilmiah ini merupakan salah satu hasil kerja keras penulis, dan
mempunyai arti, makna dan kembanggaan tersendiri bagi penulis yang telah
mampu menyelesaikannya. Hal ini tidak terlepas dari bantuan orang-orang yang
memberikan semangat secara moril dan tentunya tidak terlepas dari pihak-pihak
yang telah berjassa dalam penulisan karya ilmiah ini, khususnya kepada:
1. Dr. Iman Sutomo, M. Ag selaku Ketua STAIN Salatiga
2. Suwardi, M. Pd selaku Ketua Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga
3. Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGMI
STAIN Salatiga.
4. Drs. Bahroni, M. Pd. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktu, tenaga, dan pikiran, untuk membantu dan mengarahkan penulis
dalam pembuatan skripsi.
ABSTRAK
Nugroho, Mashuri Adi. 2013. Peran Orang Tua dalam Menumbuhkan Motivasi
Belajar Anak Di Madrasah Ibtidaiyyah Ma’arif Kumpulrejo 02
Salatiga 2013. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan
Guru Madrasah Ibtidaiyah. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
Salatiga. Pembimbing Drs. Bahroni, M.Pd.
Kata Kunci : upaya orang tua, motivasi belajar anak
Penelitian ini membahas upaya orang tua dalam meningkatkan motivasi
belajar anak. Fokus penlitian (1). Bagaimanakah peran orang tua dalam
menumbuhkan motivasi belajar anak Di Madrasah Ibtidaiyyah Ma’arif
Kumpulrejo 02 Salatiga 2013? (2). Bagaimana respon anak terhadap tindakan
orang tua Di Madrasah Ibtidaiyyah Ma’arif Kumpulrejo 02 Salatiga 2013? (3).
Seberapa sering orang tua memotivasi anak untuk belajar Di Madrasah
Ibtidaiyyah Ma’arif Kumpulrejo 02 Salatiga 2013? (4). Kendala apa yang
dihadapi orang tua saat memotivasi anak untuk belajar Di Madrasah Ibtidaiyyah
Ma’arif Kumpulrejo 02 Salatiga 2013? (5). Fasilitas seperti apa yang digunakan
orang tua untuk membangkitkan motivasi belajar pada anak Di Madrasah
Ibtidaiyyah Ma’arif Kumpulrejo 02 Salatiga 2013?
Guna menjawab pertanyaan tersebut peneliti melakukan penelitian
kualitatif. Yaitu penelitian yang hasilnya bukan berupa angka, dan juga tidak
menggunakan prosedur analisis statistik.
Hasil penelitian menunjukkan : (1). Peran orang tua dalam
menumbuhkan motivasi anak sudah berjalan dengan baik, baik melalui motivasi
ekstrinsik ataupun instrinsik. (2). Respon anak dengan tindakan orang tua
berdampak positif terhadap prestasi belajar anak, dengan pahamnya anak akan
pentingnya belajar. (3). Orang tua sadar akan pentingnya pendidikan oleh karena
itu orang tua lebih sering memotivasi anak dan menekankan untuk mengutamakan
belajar. (4). Kendala yang dihadapi saat memberikan motivasi belajar dan ajakan
belajar, ditanggapi orang tua dengan melakukan pendekatan secara halus dan
menghindari cara-cara yang keras, agar terjalin hubungan dan komunikasi yang
baik. (5). Fasilitas adalah salah satu faktor yang terbukti dapat meningkatkan
motivasi belajar anak, karena anak mendapatkan sarana dan prasarana pendukung
proses belajar.
DAFTAR ISI
Sampul
Lembar Berlogo ............................................................................................... i
Judul ................................................................................................................. ii
Persetujuan Pembimbing ................................................................................. iii
Pengesahan Kelulusan ..................................................................................... iv
Pernyataan Keaslian Tulisan ............................................................................ v
Moto dan Persembahan .................................................................................... vi
Kata Pengantar ................................................................................................. vii
Abstrak ............................................................................................................. x
Daftar Isi .......................................................................................................... xi
Daftar Lampiran ............................................................................................... xiv
BAB I Pendahuluan.
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Fokus Penelitian ............................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 5
D. Kegunaan Penelitian ....................................................................... 6
E. Penegasan Istilah ............................................................................ 7
F. Metode Penelitian ........................................................................... 10
1. Jenis Penelitian .......................................................................... 10
2. Lokasi Penelitian ....................................................................... 11
3. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 11
4. Analisis Data ............................................................................. 13
5. Rencana Pengujian Keabsahan Data ......................................... 14
6. Tahap-Tahap Pengumpulan Data .............................................. 15
G. Kajian Penelitian Terdahulu ........................................................... 16
H. Sistematika Penulisan ..................................................................... 17
BAB II Kajian Pustaka
A. Orang Tua dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Anak ............ 19
B. Respon Anak ................................................................................ 22
C. Pentingnya Pemberian Motivasi dalam Belajar Anak .................. 24
D. Kendala Saat Memotivasi Belajar ................................................ 27
E. Fasilitas Pendongkrak Motivasi ................................................... 28
BAB III Hasil Penelitian
A. Sekilas Tentang MI Ma’arif Kumpulrejo 02 ................................ 30
B. Orang Tua dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Anak ............. 32
C. Respon Anak ................................................................................ 35
D. Pentingnya Pemberian Motivasi dalam Belajar Anak ................... 36
E. Kendala Saat Memotivasi Belajar ................................................. 39
F. Fasilitas Pendongkrak Motivasi .................................................... 41
BAB IV Pembahasan
A. Orang Tua dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Anak ............. 44
B. Respon Anak ................................................................................. 46
C. Pentingnya Pemberian Motivasi dalam Belajar Anak ................... 47
D. Kendala Saat Memotivasi Belajar ................................................. 49
E. Fasilitas Pendongkrak Motivasi ..................................................... 50
BAB V Penutup
A . Kesimpulan .................................................................................. 52
B. Saran ............................................................................................ 54
Daftar Pustaka
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 kode wawancara
Lampiran 2 catatan lapangan
Lampiran 3 pedoman wawancara
Lampiran 4 reduksi data
Lampiran 5 dokumentasi
Lampiran 6 surat permohana ijin penelitian
Lampiran 7 lembar bimbingan
Lampiran 8 surat pengantar dari MI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan formal maupun nonformal di era yang moderen ini sudah
menjadi konsumsi halayak umum. Pendidikan merupakan suatu proses
dimana pembelajaran dilaksanakan. Dengan pendidikan seorang akan
mempunyai life skil untuk menunjang kebutuhannya sewaktu hidup. Dalam
proses pendidikan, anak akan belajar mengenai ilmu karena dengan ilmu
diharapkan seorang mudah mengerti terhadap suatu objek, tanpa ilmu sulit
bagi seorang memperoleh pengetahuan.
Adapun ayat yang menunjukan pentingnya ilmu pengetahuan, seperti
berikut:
Surat Thoha ayat 114:
1فتعالى الله الملك الحق ول تعجل بالقرآن من قبل أن
ب زدني علما يقضى إليك وحيه وقل ر
Artinya: “Maka Maha Tinggilah Allah, yang Menguasai seluruh alam,
lagi Yang Benar (pada segala-galanya). Dan janganlah engkau (wahai
Muhammad) tergesa-gesa membaca Al-Quran sebelum selesai dibacakan
oleh Jibril kepadamu, dan berdoalah dengan berkata: "Wahai Tuhanku,
tambahilah ilmuku" (QS.Thoha:114).
Ayat di atas menunjukkan bahwa agama juga memperhatikan tentang
ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang diharapkan di ayat tersebut bisa
didapatkan dari pendidikan secara formal dan nonformal, pendidikan formal
bisa didapatkan dari sekolah dan pendidikan nonformal bisa didapatkan dari
berbagai sumber mulai dari lingkungan, orang-orang di sekitar dan orang tua.
Pendidikan formal biasanya menunjuk seorang tenaga pendidik dengan
melihat latar belakang, pengalaman dan gelar pendidikan yang telah
didapatkannya.
Dengan begitu tenaga ajar di sekolah formal sudah melalui proses dan
mempunyai keprofesionalan. Tenaga pendidik yang memenuhi syarat itulah
yang nantinya mampu menghasilkan produk yang berkuaalitas dan
berkembang. Tetapi hal tersebut salah satu faktor saja dalam dunia
pendidikan, pasalnya masih terdapat beberapa hal yang tidak bisa dipandang
sebelah mata, karena proses anak dalam belajar tidak hanya di sekolah saja
hampir sepertiga harinya dihabiskan di lingkungan dan keluarga. melihat dari
fenomena tersebut tentunya guru mempunyai kendala untuk mengawasi dan
mendidik anak secara utuh. Diperlukannya kerjasama antara guru dan
orangtua wali murid untuk mencetak produk yang berkualitas.
Orang tua menjadi poros inti dalam pendidikan anak di luar sekolah
karena adanya keterbatasan guru dalam mendidik. Peranan orang tua menjadi
berat karena kegiatan anak di rumah sangatlah fariatif mulai dari bermain
dengan teman sebaya, menonton tayangan televisi, bermain game, dan masih
banyak kegiatan lain yang dihabiskan dalam harinya, tentunya orang tua
harus mengawasi dan pandai dalam membagi waktu. Aktifitas anak bermain
terkadang membuat dirinya malas akan belajar dan cenderung
meninggalkannya, di sinilah peranan orangtua sebagai pendidik diuji.
Kecenderungan anak malas belajar di luar sekolah dipengaruhi oleh banyak
hal, beberapa diantaranya karena ketertarikannya terhadap sesuatu hal yang
mencuri perhatiannya seperti bermain dan ketertarikanya terhadap acara
televisi.
Adanya masalah tersebut orang tua harus mempunyai suatu cara untuk
memotivasi anak untuk belajar. Di sini pengetahuan orang tua tentang
pemberian motivasi haruslah baik agar tiadak terjadi kegagalan dalam
berkomunikasi dengan anak itu sendiri, yang ditakutkan ketika anak salah
mengartikan maksud orang tua maka anak akan merasa terpojokan oleh
keinginan orang tua. Dengan memeliki motivasi untuk belajar di rumah
proses pendidikan untuk menjadikan produk yang berkualitas akan berjalan
baik. Seperti yang diungkapkan Wahyuni (2009:3) bahwa motivasi
merupakan pendorong bagi setiap individu untuk berperilaku. Karena dengan
belajar anak akan mempunyai wawasan yang luas dan memiliki pengetahuan
yang baik dan tentunya hal tersebut akan membawa anak kepada dunia yang
lebih baik.
Pentingnya motivasi dalam belajar telah menjadi perhatian ahli
pendidikan dan psikolog karena motivasi sendiri bisa diartikan proses
psikologi yang dapat menjelaskan perilaku seseorang (Hamzah, 2006:5),
hakekatnya perilaku di sini dihakekatkan sebagai orientasi pada satu tujuan.
Jika anak sudah mempunyai motivasi yang melekat pada dirinya dengan
sendirinya anak akan mencari dan mempelajari tanpa ada paksaan dari
orangtua karena dia sadar betul akan tindakannya. Motivasi bukanlah hal
yang permanen motivasi untuk melakukan sesuatu dengan serius terkadang
akan mengalami pasang surut sesuai dengan keadaan diri anak. Pasang surut
motivasi ini bisa kembali dipupuk oleh guru maupun orang tua itu sendiri.
Memotivasi bukanlah perkara mudah karena orang tua harus meyakinkan
anak tentang pentingnya belajar, orangtua harus dapat mengambil perhatian
anak dari aktivitas yang digemarinya saat itu.
Berdasarkan surve awal penulis melihat lingkungan yang kondusif
karena lingkungannya yang cukup tenang dan nyaman. Terlihat gedung
persekolahan yang cukup baik dan bertingkat dua lantai dan masyarakatnya
terlihat sebagai masyarakat yang mempunyai jiwa sosial yang baik, terlihat
disini dengan adanya beberapa ibu-ibu menyapa warga lain yang melintas.
Beranjak dari uraian di atas, penulis di sini ingin meneliti secara
langsung bagaimana motivasi yang diberikan orang tua terhadap anaknya.
Oleh karena itu penulis merumuskan sebuah judul “PERAN ORANG TUA
DALAM MENUMBUHKAn MOTIVASI BELAJAR ANAK DI
MADRASAH IBTIDAIYYAH MA’ARIF KUMPULREJO 02
SALATIGA 2013”.
B. Fokus Penelitian
Berkaitan dengan judul penelitian diatas, maka ada beberapa hal yang
akan diungkapkan oleh penulis, yaitu :
1. Bagaimanakah peran orang tua dalam memotivasi belajar anak di
Madrasah Ibtidaiyyah MA’ARIF Kumpulrejo 02 Salatiga 2013?
2. Bagaimana respon anak terhadap tindakan orang tua tersebut di
Madrasah Ibtidaiyyah MA’ARIF Kumpulrejo 02 Salatiga 2013?
3. Seberapa sering orang tua memotivasi anak untuk belajar di Madrasah
Ibtidaiyyah MA’ARIF Kumpulrejo 02 Salatiga 2013?
4. Kendala apa yang dihadapi orang tua saat memotivasi anak untuk belajar
di Madrasah Ibtidaiyyah MA’ARIF Kumpulrejo 02 Salatiga 2013?
5. Fasilitas seperti apa yang digunakan orang tua untuk membangkitkan
motivasi belajar pada anak di Madrasah Ibtidaiyyah MA’ARIF
Kumpulrejo 02 Salatiga 2013?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan fokus masalah yang ada, maka peneliti bertujuan untuk :
1. Mengetahui Bagaimanakah peran orang tua dalam memotivasi belajar
anak di Madrasah Ibtidaiyyah MA’ARIF Kumpulrejo 02 Salatiga 2013?
2. Mengetahui bagaimana respon anak terhadap tindakan orang tua tersebut
di Madrasah Ibtidaiyyah MA’ARIF Kumpulrejo 02 Salatiga 2013?
3. Mengetahui seberapa sering orang tua memotivasi anak untuk belajar di
Madrasah Ibtidaiyyah MA’ARIF Kumpulrejo 02 Salatiga 2013?
4. Mengetahui kendala apa yang dihadapi orang tua saat memotivasi belajar
anak di Madrasah Ibtidaiyyah MA’ARIF Kumpulrejo 02 Salatiga 2013?
5. Mengetahui fasilitas seperti apa yang digunakan orang tua untuk
membangkitkan motivasi belajar pada anak di Madrasah Ibtidaiyyah
MA’ARIF Kumpulrejo 02 Salatiga 2013?
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan bisa memberi manfaat baik dari segi teoritik
maupun praktis. Secara teoritik penelitian ini diharapkan bisa menjadi
sumbangan pemikiran terhadap perkembangan pendidikan khususnya di
sekolah dasar.
Secara praktis diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak
antara lain;
1. Bagi Sekolah
Bagi sekolah penelitian ini diharapkan bisa membantu hubungan
kerjasama antara sekolah dengan orang tua untuk meningkatkan
keinginan belajar siswa.
2. Bagi Orang Tua
Dengan adanya penelitian ini diharapkan orangtua menyadari akan
peranannya dalam mendidik anak-anaknya dan dapat dijadikan referensi
untuk menambah pengalaman orangtua dalam memberikan motivasi pada
anak.
3. Bagi Siswa/Anak
Secara tidak langsung ketika orangtua memahami perannya, maka
siswa/anak terkena dampak dari tindakan orangtua menjadi termotivasi
untuk belajar.
E. Penegasan Istilah
1. Orang Tua
Orang tua di sini diartikan sebagai komponen keluarga yang terdiri
dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan
yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga. Orang tua memiliki
tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-
anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak
untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan pengertian
orang tua di atas, tidak terlepas dari pengertian keluarga, karena orang
tua merupakan bagian keluarga besar yang sebagian besar telah
tergantikan oleh keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-
anak.
Orang tua merupakan orang yang lebih tua atau orang yang
dituakan. Namun umumnya di masyarakat pengertian orang tua itu
adalah orang yang telah melahirkan kita yaitu Ibu dan Bapak. Ibu dan
bapak selain telah melahirkan kita ke dunia ini, ibu dan bapak juga
yang mengasuh dan yang telah membimbing anaknya dengan cara
memberikan contoh yang baik dalam menjalani kehidupan sehari-hari,
selain itu orang tua juga telah memperkenalkan anaknya kedalam hal-
hal yang terdapat di dunia ini dan menjawab secara jelas tentang
sesuatu yang tidak dimengerti oleh anak. Maka pengetahuan yang
pertama diterima oleh anak adalah dari orang tuanya. Karena orang
tua adalah guru agama, bahasa, dan sosial pertama bagi anak
(Musbikin, 2009:111) dan sebagai penyebab berkenalnya dengan alam
luar, maka setiap reaksi emosi anak dan pemikirannya di kemudian
hari terpengaruh oleh sikapnya terhadap orang tuanya di permulaan
hidupnya dahulu.
Jadi, orang tua atau ibu dan bapak memegang peranan yang
penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak-anak, seperi yang
diungkapkan Musbikin (2009:111) bahwa orang tua adalah guru
pertama dan utama bagi anak. Sejak seorang anak lahir, ibunyalah
yang selalu ada di sampingnya. Oleh karena itu ia meniru ibunya dan
biasanya seorang anak lebih cinta kepada ibunya, apabila ibu itu
menjalankan tugasnya dengan baik dan penuh kasih sayang. Ibu
merupakan orang yang mula-mula dikenal anak yang menjadi
temannya dan yang pertama untuk dipercayainya.
Beberapa indikator yang dijadikan tolak ukur keberhasilan orang
tua dalam memberkan motivasi:
a. Komunikasi dan penyampain yang mudah dimengerti oleh
anak.
b. Seringnya orang tua memberikan motivasi.
c. Perhatian orang tua terhadap pendidikan anak.
d. Kemampuan menimbulkan motivasi yang sifatnya instrinsik
ataupun ekstrinsik.
e. Membantu anak ketika mengalami kesulitan.
2. Motivasi Belajar
Motivasi merupakan salah satu komponen yang paling penting
dalam belajar, namun seringkali sulit untuk diukur. Motivasi sendiri
berasal dari kata latin moverers yang berarti menggerakkan. Motivasi
lalu diartikan sebagai usaha menggerakkan (Printich & Schunk,1996),
secara istilah terdapat berbagai macam definisi motivasi yang
disampaikan para ahli diantaranya; menurut Freud (1966) menyatakan
bahwa motivasi adalah energi phisik yang memberi kekuatan pada
manusia untuk melakukan tindakan tertentu, begitulah kutipan yang
didapatkan dari buku yang ditulis Wahyuni (2009:12). Belajar sendiri
adalah usaha untuk mendapatkan informasi atau ilmu yang dilakukan
secara sadar, dalam upaya memahami dan mengartikan suatu
informasi atau ilmu itu sendiri.
Motivasi belajar anak yang dimaksudkan adalah kecenderungan
anak untuk menemukan aktivitas belajar yang bermakna dan berharga
hingga mereka merasakan keuntungan dari aktivitas belajar tersebut.
Beberapa indikator yang dijadikan tolak ukur sudah terbentuknya
motivasi belajar pada anak.
a. Anak mulai paham akan pentingnya belajar dan menuntut
ilmu.
b. Semangat untuk belajar mulai meningkat.
c. Memiliki tujuan kedepan dan cita-cita setelah lulus dari MI.
d. Anak mulai mengerjakan pekerjaan sekolah tanpa harus
dipaksakan.
e. Munculnya rasa tanggung jawab pada dirinya sendiri.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini tergolong sebagai penelitian kualitatif, yaitu
metode penelitian yang berlandaskan filsafat postpositivisme,
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah, dimana peneliti
adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan
secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif
dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna, begitulah
yang disampaikan Sugiyono (2011) dalam bukunya.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan dengan mengunjungi kediaman orang tua
wali murid yang anaknya bersekolah di MI MA’ARIF Kumpulrejo 2
Salatiga.
3. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data diambil dari berbagai teknik antara lain
sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan meninjau
langsung lokasi penelitian guna mengetahui detail dan keadaan
mengenai tempat dimana masalah atau isu yang sedang
berkembang secara langsung. Setelah melakukan surve awal
penulis melakukan observasi lanjutan untuk memperoleh data dari
orang tua wali murid. Observasi lanjutan ini penulis mengunjungi
kediaman orang tua wali murid, bisa dilihat rumah tinggal wali
murid yang beraneka ragam, ada bangunan yang sebagian besar
adalah kayu dan ada yang sudah menggunakan batu bata.
Observasi kali ini juga bertujuan mengetahui pekerjaan dan latar
belakang pendidikan orang tua.
b. Wawancara
Wawancara dapat digunakan seorang peneliti untuk
mengetahui hal-hal dari responden secara mendalam. Tentunya
dari wawancara tersebut seorang peneliti akan mendapatkan
sumber-sumber informasi yang lebih bermakna.
c. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu
(Sugiyono 2011:240). Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar,
atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen
berbentuk gambar biasanya berbentuk foto, gambar hidup, sketsa
dan lain-lain. Beberapa dokumentasi yang bisa dipaparkan oleh
penulis sebagai berikut:
Dokumentasi Kegiatan
Wawancara
Pelaksanaan wawancara anak/siswa di rumah siswa
Pelaksanaan wawancara orang tua di kediaman orang tua
d. Triangulasi
Teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari
berbagai teknik data dan sumber data yang telah ada. Yaitu
mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan
data dan berbagai data.
4. Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif teknik analis data yang digunakan
diarahkan untuk menjawab rumussan masalah atau menguji
hipotesis. Bogdan menyatakan dalam bukunya Sugiono (2011:244)
analisis data adalah proses mencari secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan
lain sehingga mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan
pada orang lain.
Analisis data bisa dilakukan melalui berbagai cara dan ada
langkah-langkah yang perlu diperhatikan oleh penulis di antaranya
sebagai berikut:
a. Data Reduction (reduksi data)
Mereduksi data berati merangkum, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal yang penting, dicari tema dan polanya.
b. Conclusion Drawing/Verification
Dalam langkah ketiga ini dimaksudkan sebagai langkah di
mana penulis menarik kesimpulan dan verification seperti yang
dikatakan Sugiono (2011). Dengan demikian kesimpulan dalam
penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab fokus masalah
yang ada.
5. Rencana Pengujian Keabsahan Data
Pengujian data kredebelitas dilakukan dengan perpanjangan
pengamatan, peningkatan ketekunan dalam meneliti, triangulasi,
diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan
membercheck.
a. Perpanjangan Pengamatan
Dengan perpanjangan pengamatan berati peneliti kembali
lagi kelapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan
sumber data yang pernah ditemui.
b. Meningkatkan Ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan
lebih cermat dan berkisinnambungan.
c. Trianguasi
Triangulasi dalam pengujian data kredibilitas ini diartikan
sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai
cara atau gabungan.
d. Kasus Negatif
Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda
dengan hasil penelitian hingga pada saat waktu tertentu.
e. Memberchek
Membercheck adalah, proses pengecekan data yang
diperoleh peneliti kepada pemberi data.
6. Tahap-Tahap Pengumpulan Data
Tahapan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis meliputi:
a. Tahap Pra Lapangan
Tahapan pra lapangan adalah tahapan di mana peneliti
memperhatikan segala macam persoalan dan segala macam
persiapan sebelum peneliti terjun kedalam kegiatan penelitian,
di antaranya: menyusun rancangan penelitian, mengurus
perijinan, menjajagi, menilai keadaan, dan menyiapkan
komponen lain yang dapat mendukung penelitian.
b. Tahap Pekerjaan Lapangan
Tahap pekerjaan lapangan merupakan tahapan di mana
peneliti secara sungguh-sungguh berusaha memahami latar
penelitian dan berusaha mengumpulkan data secara
keseluruhan melalui teknik pengumpulan data yang telah
dipaparkan.
c. Tahap Analisis Data
Dalam tahapan ini ditujukan untuk menemukan tema dan
hipotesis. Data yang dikumpulkan dijadikan pegangan oleh
peneliti.
G. Kajian Penelitian Terdahulu
Kajian penelitian terdahulu digunakan sebagai salah satu acuan dalam
pelaksanaan penelitian dan sebagai referensi. Penulis mengambil beberapa
kesimpulan dari hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan fokus
masalah di dalam penelitian ini. Menurut Nur (2011:88) pada hasil
penelitinya yang berjudul Pengaruh Dorongan Orang Tua Terhadap
Kedisiplinan Belajar Siswa Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Aslamiyah
Regunung Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang 2011, menyimpulkan
bahwa hubungan yang terbebtuk adalah positif, artinya jika dorongan orang
tua itu tinggi maka kedisiplinan juga tinggi. Menurut Sumiyati (2010:66)
menyimpulkan bahwa ada hubungan signifikan antara variabel perhatian
orang tua dengan prestasi belajar anak. Dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh positif. Maka semakin tinggi intensitas perhatian orang tua semakin
tinggi pula prestasi belajar siswa yang tertulis dalam penelitiannya yang
berjudul Perhatian Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar (Studi Korelasi
Siswa MI Tawang 01 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang) Tahun
2010/2011. Dari kesimpulan dua penelitian di atas menunjukan adanya
pengaruh yang signifikan terhadap pembelajaran anak/siswa dan penulis
sependapat dangan kesimpulan dari ke-dua penelitian tersebut.
H. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penjelasan, pemahaman dan penelaahan terhadap
pokok-pokok permasalahan yang akan dikaji, maka perlu adanya sistematika
penelitian sehingga pembahasan akan lebih sistematis dan runtut.
BAB I : Pendahuluan
Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah, fokus penelitian,
tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian,
sistematika penulisan.
BAB II : Kajian Pustaka
Pada bab ini berisi tentang upaya orang tua dalam meningkatkan
motivasi belajar anak
BAB III : Hasil Penelitian
Pada bab ini berisi tentang gambaran umum MI dan hasil penelitian
tentang motivasi yang diberikan orang tua kepada anaknya.
BAB IV : Pembahasan
Pada bab ini berisi tentang bahasan hasil penelitian mengenai upaya
yang dilakukan orang tua untuk meningkatkan motivasi belajar anaknya yang
didapatkan dari pengumpulan data di lapangan dengan landasan teori yang
ada.
BAB V : Penutup
Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Orang Tua dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Anak
Orang tua mempunyai peranan penting dalam pendidikan yang
didapatkan anak di luar sekolah agar anak memiliki ilmu pengetahuan yang
cukup untuk bekal kehidupannya. Menuntut ilmu yang bermanfaat juga
disarankan oleh agama dapat dilihat dari kumpulan-kumpulan hadist yang
ditulis dalam buku karangan Nawawi yang telah diterjemahkan oleh Sunarto
(1999:317) sebagai berikut:
Hadits:
وعنه رضي الل عنه قال: قال رسول الل ص.م : إذامات
إل من ثلاث : صدقة جارية , أوعلم ابن آدم انقطع عمله
ينتفع به, اوولد صالح يدعوله (رواه المسلم )
Artinya : Dari Abu Hurairah r.a, dia berkata: ” Rosulullah saw
bersabda: Apabila anak adam (manusia)mati, terputuslah amalnya kecuali
tiga perkara, yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh
yang selalu mendoakannya. (HR. Muslim)
Hadits di atas menunjukan agama juga menekankan manusia untuk
belajar. Masih berkaitan dengan ayat pendidikan tersebut penulis lebih
terfokus pada pendidikan anak dan upaya orang tua dalam memotivasi anak.
Karena peranan orang tua di sini menjadi penting maka hal ini tentunya
menjadi perhatian khusus penulis dalam masalah ini, seperti yang dikatakan
oleh Sardiman (2009:145) mengatakan bahwa peranan guru (dan orang tua)
sebagai motivator ini penting, artinya dalam rangka meningkatkan kegairahan
dan pengembangan kegiatan belajar siswa (anak) . Bukan itu saja yang harus
diperhatikan orang tua, yang tidak kalah penting adalah mengenai keinginan
belajar anak ketika di rumah.
Keinginan anak belajar yang terkadang pasang surut menjadi masalah
serius, di sinilah peran orang tua untuk memberikan motivasi dalam
meningkatkan keinginan anak belajar, hal ini juga dijelaskan oleh Guthrie
dalam Hamzah (2006:12) mengatakan bahwa hubungan antara stimulus dan
respon itu bersifat sementara, oleh karena itu diperlukan adanya pemberian
stimulus (motivasi) yang sering agar hubungan terjadi lebih langgeng.
Sependapat dengan Al-Istambuli (1989) yang dikutip dari buku Musbikin
(2009:109) mengatakan bahwa penyebab anak malas belajar tak lain
dikarenakan tidak adanya dukungan orang tua terhadap pendidikan anak-
anaknya. Rimm (1997:495) berpendapat anak lebih berprestasi jika orang tua
bersatu padu untuk memberikan pesan jelas dan positif yang sama tentang
usaha dan harapan sekolah, yakni dengan pemberian pengarahan dan motivasi
untuk belajar dari orang tua saat di luar sekolah. Ketika anak tidak
mendapatkan dukungan dan motivasi inilah yang bisa mengakibatkan anak
malas belajar karena kurangnya perhatian dari orang tua.
Sebagai orang tua harusnya menyadari akan keadaan anak, sebagai
contoh seorang anak mendapatkan nilai dibawah rata-rata nilai teman
sekelasnya, harusnya orang tua mendengarkan keluhan anak terlebih dahulu
agar tahu titik permasalahan yang dihadapi, bukanya langsung menegur anak
dengan kalimat-kalimat yang membunuh motivasinya untuk belajar. Seperti
yang dikatakan oleh Musbikin (2009:122) bahwa komunikasi yang tidak baik
akan membuat anak sulit untuk mengenali dirinya sendiri dan orang lain.
Kemudian akan muncul pertanyaan dari anak “apasih sebenarnya maunya
ayah dan ibu?” kebingungan ini mengakibatkan tidak tumbuhnya motivasi
dalam diri anak. Dari sinilah orang tua seharusnya mengevaluasi cara
berkomunikasi dengan anaknya.
Orang tua harus mempunyai suatu cara untuk memotivasi baik melalui
lisan atau melalui tindakan yang dapat mendorong anak untuk belajar,
motivasi anak menurut Prayitno (2004:484) adalah suatu kegiatan
memberikan dorongan agar anak bersedia dan mau mengerjakan kegiatan
atau perilaku yang diinginkan orang tua. Beberapa upaya yang bisa dilakukan
oleh orang tua untuk memberikan dukungan terhadap anaknya. Beberapa cara
yang diungkapkan oleh Musbikin (2009:131) antara lain:
1. Mulailah dengan mengajarinya untuk belajar dan membuat PR secara
teratur dan rutin.
2. Tanamkanlah dalam diri anak bahwa kegiatan belajar adalah sesuatu
yang perlu diprioritaskan dalam kegiatan sehari-hari.
3. Perhatikan bagaimana si kecil belajar, apakah dia belajar dengan senang
hati atau dengan ekspresi kesal dan frustasi. Mulailah tanggap ketika
anak mulai frustasi.
4. Berilah pujian atau penghargaan pada anak atas usaha dan susah
payahnya.
5. Ketika anak sedang belajar, usahakan tidak ada yang mengganggu
konsentrasinya.
6. Hal yang tidak kalah penting adalah komunikasi dengan anak.
7. Dukunglah anak ketika ia hendak belajar dengan temannya.
Ada beberapa teknik lain yang diungkapkan oleh Hamzah (2006:34)
di antaranya sebagai berikut :
1. Pernyataan penghargaan lewat kata-kata.
2. Menggunakan nilai ulangan sebagai pemacu keberhasilan.
3. Menimbulkan rasa ingin tahu anak.
4. Memperjelas tujuan belajar yang akan dicapai.
5. Memberitahukan hasil kerja yang telah dicapai.
B. Respon Anak
Pada dasarnya anak mempunyai respon sebagai tanda bahwa ia telah
menangkap suatu perintah atau tindakan yang dilakukan orang tua, baik itu
respon yang baik atau respon yang menolak. Membicarakan respon tidak
terlepas dari emosi anak itu sendiri. Ketika si anak mendapat perintah untuk
belajar maka dia akan merespon perintah tersebut menerima atau menolak
perintah tersebut. Ketika anak menolak untuk belajar orang tua hendaknya
tidak boleh langsung membentak atau memarahi anak karena akan berdampak
pada perkembangan dirinya melainkan harus melakukan pendekatan terhadap
anak. Seperti yang dikatakan oleh Sriyanti (2003:50) pengalaman emosional
saat kecil akan memberikan warna terhadap perkembangan anak berikutnya.
Terkadang orang tua juga memaksakan kehendak untuk belajar tanpa melihat
kondisi anak dan perasaannya saat itu. Ketika anak mengerjakan suatu dengan
adanya paksaan yang berlebih, maka hasil yang diharapkan tidak akan
maksimal seperti yang dikatakan oleh Rimm (1997:496) jika orangtua
bereaksi berlebihan terhadap keberhasilan dan kegagalan anak, maka anak
akan merasakan tekanan yang berat untuk berhasil, putus asa dan takut
menghadapi kegagalan.
Tanggapan atau respon anak akan perintah pada anak memiliki
kesiapan untuk melaksanakannya. Seperti kutipan yang diambil Sriyanti
(2003:61), yang ditulis oleh Thorndike mengenai hukum kesiapan sebagai
berikut:
1. Jika seorang cenderung melakukan tindakan atau bertindak, ternyata
menimbulkan kepuasan, maka Ia tidak melakukan tindakan lain.
2. Bila kecenderungan bertindak ada, namun tidak bisa bertindak
menimbulkan ketidak puasan, dan cenderung melakukan tindakan
lain.
3. Ada kecenderungan tidak bertindak, namun dipaksa bertindak, maka
menimbulkan ketidak puasan.
Hukum kesiapan di atas menunjukan bahwa ketika anak dengan
sepenuh hati melakukan sesuatu maka akan bermakna dan mendapat
kepuasan, maka tidak akan melakukan tindakan atau kegiatan lain dan
sebaliknya. Pemberian stimulus (motivasi belajar) untuk mendapatkan respon
anak harus dilakukan terus menerus agar anak terbiasa dan menjadi sebuah
kebiasaan. Hal ini didukung oleh teori Guthrie yang mengatakan suatu respon
akan lebih kuat (dan bahkan menjadi kebiasaan), apabila respon tersebut
berhubungan dengan berbagai macam stimulus (dalam Hamzah, 2006:12).
C. Pentingnya Pemberian Motivasi dalam Belajar Anak
Motivasi dalam diri seorang bukanlah suatu keinginan atau sifat yang
permanen oleh karena itu orang tua harus memupuk motivasi tersebut agar
tetap terjaga dengan baik. Seperti yang dikatakan oleh Fudyanto dalam buku
karangan Wahyuni (2009:14) menerangkan bahwa motivasi sendiri
mempunyai fungsi antara lain;
1. Motivasi mengarahkan dan mengatur tingkah laku manusia
2. Motivasi sebagai penyeleksi tingkah laku.
3. Motivasi memberi energi dan menahan tingkah laku.
Dari fungsi-fungsi tersebut akan hilang bersamaan dengan hilangnya
motivasi pada anak, dari maka itu motivasi dalam belajar harus terjaga
dengan baik. Sependapat dengan Wahyuni (2009:13) yang mengutip
pendapat Printich & Schunk yang berpendapat bahwa motivasi merupakan
proses yang terjadi di dalam diri individu yang mengarahkan aktivitas
individu mencapai tujuan yang perlu didorong dan dijaga.
Terdapat bermacam motivasi dalam belajar tetapi penulis lebih terfokus
pada motivasi instrinsik dan ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah motif-motif
yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu rangsangan dari luar, karena
dalam diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu (Sardiman,
2009:89). Motivasi instrinsik lebih dikaitkan dengan tugas-tugas yang
menarik dan menurut Hull dalam Wahyuni (2009:28) bisa dikatakan adanya
dorongan-dorongan fisik sehingga hasil motivasi dihasilkan dari adanya
kepuasan terhadap kebutuhan fisik . Wahyuni(2009:27) mengambil kutipan
dari Skiner (1953, dalam Coleman, 1960) mengatakan bahwa semua perilaku
termotivasi oleh hadiah, hadiah dari sudut pandang instrinsik diartikan
sebaagai hasil dari aktivitasnya dan lebih menjurus kedalam maknanya,
dengan demikian aktivitas yang termotivasi instrinsik adalah aktivitas di
mana seseorang mendapatkan hadiah (kepuasan) dari aktivitas itu
sendiri. Motivasi instrinsik ini menjadi penting dalam proses belajar anak
karena dapat meningkatkan keinginannya untuk belajar. Seperti yang di
ungkapkan para ahli yang ditulis dalam buku Wahyuni (2009:28) sebagai
berikut:
1. Siswa yang termotivasi secara instrinsik akan menunjukan skor tes
berprestasi lebih tinggi dari siswa yang termotivasi secara ekstrinsik
(Dev, 1997, Skiner & Belmont, 1991)
2. Lebih mudah beradaptasi dengan situasi lingkungan di sekolah (Skiner &
Belmont, 1994)
3. Lebih banyak menggunakan strategi dalam memproses dan memahami
informasi (Lumsden, 1994)
4. Lebih memiliki percaya diri akan kemampuannya pada saat menerima
atau mempelajari materi baru.
Dengan begitu penulis mengambil kesimpulan bahwa motinvasi
instrinsik yang timbul dari diri sendiri tersebut masih perlu dibimbing oleh
orang tua (khususnya bagi anak-anak), karena dengan dijelaskannya hasil dari
aktivitas belajar yang dijalani maka si anak akan lebih memahami tujuannya
dan manfaat yang akan didapatkannya.
Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan
berfungsi karena adanya perangsang dari luar (Sardiman, 2009:90). Motivasi
ini dapat diberikan melalui pemberian hadiah (imbalan) setelah melakukan
aktivitas. Jadi anak bukan melihat dari sisi makna dan kepuasan tapi terpacu
oleh hadiah yang akan diberikan. Di sisi lain hal ini memang tidak baik tapi
dengan begitu anak akan terbiasa dengan aktivitas belajar. Ada alasan lain
siswa mengerjakan tugas yang diberikan, karena ada orang-orang yang
penting dalam kehidupannya, sepeti keluarga, teman sepermainan dan
masyarakat, dimana mereka merasa berharga dan dicintai (wahyuni,
2009:37). Sependapat dengan itu beberapa peneliti seperti Lynch, Stiler, Ryan
(1994) mengemukakan bahwa kedekatan dan komunikasi yang baik antara
guru (dan orang tua) dengan siswa berpengaruh terhadap proses internalisasi
pengaturan perilaku belajar, ditulis dalam buku Wahyuni (2009:37).
D. Kendala Saat Memotivasi Belajar
Tugas sebagai orang tua untuk memberikan motivasi tidak semudah
membalikkan telapak tangan, tapi banyak tantangan yang dihadapi dan dalam
perjalanannya akan bertemu dengan kendala penyebab anak malas belajar.
Kendala yang dihadapi orang tua bersumber dari beberapa sumber yang
mempengaruhi baik dari perkembangan teknologi dan dari anak itu sendiri.
Pengaruh perkembangan teknologi bisa berasal dari banyak hal, dari maka itu
penulis mengambil penyebab yang difikir mempunyai pengaruh yang nyata
yang terjadi di masyarakat pada umumnya seperti; siaran televisi, game
digital, dan lingkungan (pengaruh teman sejawat).
Memang tidak salah anak menonton tayangan televisi sebagai hiburan,
tapi orang tua harus memastikan tayangan yang dilihat dan membatasi waktu
menonton televisi agar tidak menjadi kebiasaan dan biasakan mulai sejak usia
dini. Hal ini dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Katz yang
dikutip oleh Musbikin (2009:67) menyatakan, dalam usia dua tahun anak
sudah mulai menikmati tayangan yang disajikan.
Tayangan televisi terkadang membuat anak cenderung malas untuk
membuka buku. Keadaan ini tidaklah baik karena tayangan televisi sekarang
bersifat komersil dan tidak mendidik seperti itulah yang dikatakan Musbikin
(2009:69) dalam hasil survenya. Bukan hanya itu saat-saat ini perkembangan
game digital sangat pesat dan berkembang. Terlihat di beberapa tempat
penyedia game digital tersebut terlihat anak-anak sekolah dasar yang jenak
diam bermain game tersebut berjam-jam. Bukanlah salah anak bermain game
untuk mencari hiburan di sinilah peranan orang tuan untuk memberi tahu,
mengarahkan dan membatasinya.
Masalah yang terjadi dari dalam diri anak biasanya berkaitan dengan
kondisi anak saat itu yang dijadikan alasan anak untuk tidak belajar dan hal
tersebut menjadi kendala orang tua untuk memotivasi anak pada kondisi
tertentu, misalnya sebagai berikut:
1. Ngantuk saat belajar, anak yang kurang tidur akan berdampak esok
harinya ketika jam belajar. Dengan begitu pada saat belajar anak
beralasan mengantuk dan ingin istirahat. Orang tua harus bijak jika anak
mengalami kelelahan dan orang tua harus kembali memberi penjelasan
dan arahan agar anak paham dan tidak terjadi kembali hal yang sama.
2. Kelelahan saat belajar, aktivitas anak harus dibatasi agar anak tidak
merasa kelelahan dan letih.
E. Fasilitas Pendongkrak Motivasi
Tak bisa dipungkiri bahwa fasilitas yang memadai dapat memacu anak
untuk giat belajar, misalnya ruang belajar, meja belajar, buku-buku penunjang
(pustaka mini) , sarana ke sekolah dan lain sebagainya. Menurut Musbikin
(2009:154) anak-anak tidak mau belajar bukan karena malas tetapi terjadi
akibat beberapa sebab salah satunya tidak betah belajar. Inilah mengapa
fasilitas menjadi sebuah alat pendukung yang cukup penting untuk
meningkatkan motivasi belajar anak. Jika begitu orang tua hendaknya
menyediakan fasilitas yang baik agar anak menjadi jenak dan betah. Dengan
adanya ruangan belajar yang rapi, menarik, sejuk (tidak perlu berlebihan
dengan barang-barang yang mahal yang terpenting adalah nyaman) dan bisa
ditambahkan radio atau alat pemutar musik untuk anak berrelaksasi sejenak
ketika ia jenuh.
Dengan pemberian fasilitas yang memadai seperti yang diterangkan di
atas diharapkan anak akan lebih bersemangat dan jenak, karena adanya hal
baru yang iya dapatkan dan tersedianya alat yang memang bisa mendukung
ketika ia harus belajar atau pada saat dia menempuh pelajaran di sekolah.
BAB III
HASIL PENELITIAN
A. Sekilas Tentang MI Ma’arif Kumpulrejo 02
Dari hasil penelitian pengamatan yang dilakukan oleh penulis di
lapangan, MI Ma’arif Kumpulrejo 02 terletak cukup strategis, letaknya yang
berada di tengah-tengah desa dan tepat di pinggir jalan, membuat MI ini
mudah dijangkau dan dikenal. Selain itu akses menuju ke sana tidaklah sulit,
terlihat mobil angkutan kota yang melintas cukup banyak. MI Ma’arif
Kumpulrejo 02 ini sudah terbilang cukup maju karena tersedianya fasilitas
antar jemput siswa yang disediakan oleh pihak sekolah untuk
mempermudah akses ke sekolah.
MI Ma’arif kumpulrejo 02 ini berdiri sejak tahun 1969 dan terus
mengalami perkembangan sampai saat ini.
1. Visi, Misi, Tujuan MI Ma’arif Kumpulrejo 02
Berdasarkan dokumen profil sekolah (D/09.20/16-04-2013)
a. Visi Sekolah
Terdidik dalam intaq, cerdas dan terampil serta handal dalam
prestasi
b. Misi Sekolah
1) Menumbuh kembangkan penghayatan dan pengamalan ajaran
agama, nilai-nilai luhur, norma-norma hidup bermasyarakat,
berbudaya dan berkarakter, berbangsa dan bernegara dalam
kehidupan sehari-hari.
2) Pemberdayaan seluruh komponen sekolah agar mampu
menghasilkan keluaran hasil belajar (out put) yang berkualitas,
memiliki kemandirian, serta mampu berkompetisi pada jenjang
pendidikan selanjutnya.
3) Melaksanakan pembelajaran yang efektif dan efisien agar
peserta didik dapat memperoleh prestasi maksimal.
c. Tujuan Sekolah
1) Memiliki sikap kepribadian/budipekerti yang luhur berdasarkan
keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2) Memiliki bekal kemampuan (kognitif, afektif dan psikomotorik)
yang cukup untuk dapat mengembangkan potensi diri guna
mengikuti pendidikan berikutnya.
3) Memiliki kesiapan untuk hidup mandiri dan berkompetisi serta
dapat diterima hidup di tengah-tengah masyarakat.
4) Menjunjung tinggi nilai luhur budaya bangsa.
5) Memiliki pribadi yang kuat dan berkarakter.
B. Orang Tua dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Anak
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai motivasi yang
diberikan orang tua kepada anak dapat diketahui melalui beberapa
wawancara sebagai berikut:
Pertanyaan:
a. Tindakan apa yang dilakukan orang tua untuk meningkatkan motivasi?
Jawaban:
“Ya mas, saya sebagai orang tua kadang ngek’i ngerti nek pas
wayae sinau, ben anakki ngerti pentingnya
belajar (W/MH/14.00/20-04-2013).
Terjemahan:
“Ya mas, saya sebagai orang tua kadang memberitahu anak pada
waktu belajar, biar anak paham pentingnya
belajar” (W/MH/14.00/20-04-2013).
“Geh nek pas males biasanya dikandani, sinau ben pinter nek jatah
sinau yo lek sinau. Geh nek pas belajar kadang gih di dampingi”
(W/SN/16.15/29-04-2013).
Terjemahan:
“Ya kalo sedang malas belajar biasanya diberitahu, belajar biar
pintar kalau saat belajar ya belajar. Ya’ kalau saat belajar kadang
saya mendampingi” (W/SN/16.15/29-04-2013).
“Geh anu geh, dididik ngonten. Ben supayane bocahki men ora
lemes ngoten, ben semangat meneh (W/SR/16.30/29-04-2013).
Terjemahan:
“Ya, dididik begitu. Biar anak itu tidak begitu lemas begitu, biar
semangat lagi (W/SR/16.30/29-04-2013).
Motivasi yang diberikan orang tua kadang berbeda-beda melihat dari
kondisi anak saat itu, dilihat dari hasil wawancara yang didapatkan sebagai
berikut:
Pertanyaan:
b. Apakah orang tua menggunakan metode khusus untuk meningkatkan
motivasi belajar pada anak?
Jawaban:
“Kadang nek anak meles belajar nopo pas bosen, ya’ saya memberikn
sedikit semangat, biasane lewat kata-kata habis sholat ben semangat,
sinaune” (W/MH/14.00/20-04-2013).
Terjemahan:
“Terkadang kalau anak malas belajar atau saat bosan, ya’ saya
memberikan sedikit semangat. Biasanya lewat kata-kata sehabis
sholat biar semangat, belajarnya” (W/MH/14.00/20-04-2013).
“Penting, kan nek hubungan karo anak apek kan kalo ngandani dadi
gampang” (W/SM/15.30/20-04-2013).
Terjemahan:
“Penting, kan kalau hubungan dengan anak baik kan kalau
memberitahu jadi mudah” (W/SM/15.30/20-04-2013).
Belajar adalah hal penting dalam keberhasilan anak nantinya di
sekolah, dan pada akhirnya pendidikan yang diperoleh akan digunakan saat
Dia bekerja ataupun saat bersosialisasi di masyarakat. Dari maka itu orang
tua harus pandai-pandai meningkatkan motivasi belajar anak. Contohnya
seperti yang dilakukan orang tua berikut:
Pertanyaan:
c. Pendekatan seperti apa yang diambil orang tua untuk menekankan
pentingnya belajar?
Jawaban:
“Saya memberikan janji atau hadiah kepada anak jika Dia belajar
dengan baik dan mendapat hasil yang bagus” (W/WN/14.30/20-04-
2013).
“Oh ya mas, nek kekarepanne ora dituruti jadi malas-malasan
belajar, dadine wong tuo janji nek bijine apik nanti
dibelikan” (W/TR/16.00/20-04/2013).
Terjemahan:
“Oh iya mas, jika keinginannya tidak dituruti jadi malas-malasan
belajar, jadi orang tua berjanji jika nilainya bagus nanti akan
diberikan” (W/TR/16.00/20-04/2013).
“Ya kalo pas males, yo kulo memberikan saran ben piye carane
belajare meningkat, kalau ditindak kerasikan anak jadi takut jadi gak
berfikir” (W/MJ/16.45/29-04-2013).
Terjemhan:
“Ya kalau lagi malas, ya saya memberikan saran biar bagaimana
caranya belajarnya jadi meningkat, kalau ditindak keraskan anak jadi
takut jadi tidak berfikir” (W/MJ/16.45/29-04-2013).
“Mungkin gini, kami sebagai orang tua tidak ada tekanan kepada
anak, Kita Cuma memberi semangat bahwa sanya ini sudah, mungkin
katakanlah ujian atau mungkin ujian kenaikan kelas”
(W/ES/17.00/29-04-2013).
C. Respon Anak
Respon anak bermacam-macam ada yang merespon dengan baik dan
ada yang merespon kurang baik karena kondisinya saat itu. Data yang
diperoleh dari tutur anak yang berkaitan dan dari orang tua, sebagai berikut:
“Kalau disuruh belajar biasanya adik langsung mengerjakan atau
menundanya? Menundanya karena malas, biasanya jam berapa adik
belajar? Setelah isa, apakah ayah sering memberitahu ketika
waktunya belajar? Kadang-kadang, tau tidak kenapa adik harus
belajar? Biar pintar dan menjadi sukses, kalau ada PR apakah ayah
dan ibu suka membantu? Tidak” (W/SST/10.15/30-04-2013).
“Kalau disuruh belajar biasanya adik langsung mengerjakan atau
menundanya? Langsung mau, biasanya jam berapa adik belajar?
Setelah sholat magrib, lebih suka nonton televisi atau belajar? Nonton
televisi, apakah ayah sering memberitahu ketika waktunya belajar?
Kadang-kadang, tau tidak kenapa adik harus belajar? Biar pintar,
ayah dan ibu pernah memberi tahu pentingnya belajar? pernah, kalau
ada PR apakah ayah dan ibu suka membantu? Kadang-kadang,
pernah mendapat hadiah ketika nilainya bagus?
Pernah” (W/NK/10.30/30-04-2013).
“Kalau disuruh belajar biasanya adik langsung mengerjakan atau
menundanya? Menundanya karena malas, biasanya jam berapa adik
belajar? Setelah sholat magrib, pernah dikasih hadiah kalau nilainya
bagus? Pernah, apakah ayah sering memberitahu ketika waktunya
belajar? Kadang-kadang, tau tidak kenapa adik harus belajar? Biar
pintar dan lulus saat ujian, kalau ada PR apakah ayah dan ibu suka
membantu? Tidak, lebih senang nonton televisi atau belajar?
Belajar” (W/AG/10.45/30-04-2013).
“Kalau disuruh belajar biasanya adik langsung mengerjakan atau
menundanya?langsung mengerjakan, biasanya jam berapa adik
belajar? Jam tuju, pernah dikasih hadiah kalau nilainya bagus?
Pernah jadi lebih semangat belajarnya, apakah ayah sering
memberitahu ketika waktunya belajar? Kadang-kadang, tau tidak
kenapa adik harus belajar? Biar pintar dan naik kelas, kalau ada PR
apakah ayah dan ibu suka membantu? Membantu, lebih senang
nonton televisi atau belajar? Belajar” (W/DV/11.00/30-04-2013).
Dari beberapa wawancara yang dilakukan dengan sumber yang
berbeda bisa ditarik kesimpulan bahwa respon anak saat di berikan motivasi
terkadang tidak langsung setuju dan memahaminya, perlu adanya usaha dari
orang tua secara terus menerus untuk menyampaikan pentingnya belajar dan
alasan kenapa anak harus mempunyai informasi dan ilmu pengetahuan yang
luas hasil dari belajar tersebut. Usaha orang tua untuk mendapat respon
yang baik dari anaknya terkadang menggunakan janji atau hadiah untuk
menarik agar anak termotivasi belajar walau bersifat sementara tapi hal ini
bertujuan agar anak terbiasa dengan belajar.
D. Pentingnya Motivasi dalam Belajar Anak
Dari hasil pengumpulan data melalui wawancara diperoleh beberapa
data seabagai berikut:
Pertanyaan:
a. Seberapa sering motivasi belajar diberikan terhadap anak dan seberapa
penting motivasi itu bagi anak anda?
Jawaban:
“Nek memotivasi anak itukan sudah menjadi kewajiban mas, nek rak
di kandani anak biasane dadi males” (W/MH/14.00/20-04-2013).
Terjemahan:
“Kalo memotivasi anak sudah menjadi kewajiban mas, kalau tidak
didorong nanti anak akan malas-malasan” (W/MH/14.00/20-04-
2013).
“Ada ada kalau pemberian motivasi seperti itu, karena motivasi
sekolah anak saya itu sangat tinggi mungkin mau melanjutkan sekolah
atau misalnya biar naik kelas. Ya, biasanya saya kasih dorongan saja
biar semangat. Biasanya kalau malam saya memberi
solusi” (W/MJ/16.45/29-04-2013).
“Kadang mas, biasane tak kandani sinau sing tenan ben sokben isoh
golek gawean” (W/SR/16.30/29-04-2013).
Terjemahan:
“Kadang mas, biasanya saya beritahu belajar yang benar biar besok
bisa cari kerjaan” (W/SR/16.30/29-04-2013).
“Selama ini belum karena anak saya kan baru kelas dua, paling
ngasih pengarahan biar naik kelas, biar ada semangatnya”
(W/SN/16.15/29-04-2013).
“Ya sering mas , kadang nek bocah d umbar kan nanti jadi kebiasaan
jadi malas. Nek pas nyante niko biasane kulo ajak
belajar” (W/MY/16.00/29-04-2013).
Terjemahan:
“Ya sering mas, kadang kalo anak dibiarkan saja nanti jadi kebiasaan
jadi malas. Kalau saat santai biasanya saya ajak
belajar” (W/MY/16.00/29-04-2013).
“Agar anak bersemangat mengerjakan tugas-tugasnya. Saya hampir
setiap sesudah sholat magrib mendorong anak untuk belajar”
(W/WN/14.30/20-04-2013).
Hasil wawancara di atas bisa dibilang motivasi ekstrinsik. Berikut ini
adalah hasil wawancara yang menunjukan adanya motivasi instrinsik.
Pertanyaan:
b. Apakah anak ibuk/bapak sudah memahami pentingnya belajar?
Jawaban:
“Nek putrane kulo niku rak sah di kon wae sinau dewe mas, nek
biasane barngaji niku geh langsung sinau. Nek kulokan boten ngerti
nek soal sekolah mas, dadine mboten saged ngewangi nek onten PR”
(W/SG/14.30/20-04-2013).
Terjemahan:
“Kalo anak saya itu tanpa di suruh saja sudah belajar dengan
sendirinya, kalau biasanya sehabis ngaji itu ya langsung belajar.
“Kalau saya kan tidak begitu mengerti tentang sekolah, jadinya tidak
bisa bantu kalau ada PR” (W/SG/14.30/20-04-2013).
Dari hasil wawancara yang dilakukan penulis dapat ditarik kesimpulan
bahwa motivasi menjadi penting baik itu dari faktor ekstrinsik ataupun
instrinsik, keduanya baik tapi faktor motivasi instrrinsik lebih baik karena
timbul dari diri anak sendiri dan motivasi instrinsik ini tidak banyak anak
yang memilikinya hanya beberapa. Kebanyakan anak harus diberikan
motivasi dari luar atau ekstrinsik yang perlu adanya usaha orang tua secara
terus menerus agar minat belajar anak meningkat. Ketika minat dan
keinginan belajar meningkat maka anak akan mempunyai bekal ilmu
pengetahuan dan mampu bersaing di sekolah maupun pada saat anak
menempuh jenjang sekolah berikutnya.
E. Kendala Saat Memotivasi Belajar
Kendala yang dihadapi orang tua sangatlah komplek mulai dari
tayangan televisi dan lingkungan sekitar. Seperti yang dikatakan sumber
data yang penulis wawancarai.
Pertanyaan:
a. Apakah tayangan televisi dan game digital menjadi salah satu kendala
yang dihadapi?
Jawaban:
“Nek vidio game ora patek mas, lebih berpengaruh itu tvnya. Kalau
wis melihat tv itu di ajak belajar dadi rodhok
angel” (W/MH/14.00/20-04-2013).
Terjemahan:
“Kalau video game tidak terlalu mas, lebih berpengaruh itu
televisinya. Kalau sudah melihat televisi itu di ajak belajar jadi
sedikit sulit” (W/MH/14.00/20-04-2013).
“Ya, nek kekeselen biasane dadi alesan, kadang nek onten rencange
dolanan lebih milih kancane, mboten saget konsentrasi. Ya biasane
entok main tapi nek wis sinau ” (W/WN/14.30/20-04-2013).
Terjemahan:
“Ya, kalau kelelahan dijadikan alasan, kadang kalau ada temannya
main lebih memilih teman-temannya, tidak bisa konsentrasi. Ya
biasanya boleh main kalau sudah belajar ” (W/WN/14.30/20-04-
2013).
“Adanya pembagian waktu, Kan di tempatnya nenek ada rental PS
(sejenis video game) tapi Dia kan jarang kesana, paling satu jam dua
jam. Yang televisi saya punya kategori untuk di tonton dan saya bagi
waktunya” (W/ES/17.00/29-04-2013).
Di sinilah perhatian orang tua harus lebih, dan sebagai orang tua harus
dapat mengatur tayangan televisi yang dilihat anak dan membatasi waktu
anak. Seperti apa yang dilakukan orang tua yang diwawancarai sebagai
berikut:
Pertanyaan:
b. Bagaimana cara bapak/ibu mengatasi masalah tersebut?
Jawaban:
“Saat waktu anak belajar saya mematikan televisi dan mendampingi
anak agar anak tidak terganggu dan membolehkan anak bermain
siang hari agar nanti saat malam hari anak hanya konsentrasi belajar
dan berkumpul dengan keluarga” (W/SM/15.30/20-04-2013).
“Kalau saya, kalau mau melihat tv ya silahkan tapi kan saya batasi
dengan jam belajar. Ya ada tapi kan anak masih umur segitu jadi
masih nurutlah” (W/MJ/16.45/29-04-2013).
“Nggih sangat mengganggu pas anak mau belajar. Dadi rodhok
angel, jadi biasane kulo pateni” (W/MY/16.00/29-04-2013).
Terjemahan:
“Ya sangat mengganggu saat anak ingin belajar. Jadi sedikit sulit
jadi biasanya saya saya matikan” (W/MJ/16.45/29-04-2013).
Kesimpulan dari keseluruhan wawancara yang dilakukan mengenai
kendala yang dihadapi dapat ditarik kesimpulan bahwa lingkungan dan
tayangan media elektronik yang hanya bersifat komersil saat ini secara tidak
langsung membawa dampak saat orang tua memotivasi anak untuk belajar.
Kendala yang dihadapi juga datang pada lingkungan yang biasanya dari
teman sejawat yang bermain saat jam belajar anak, oleh karena itu orang tua
harus pintar membagi waktu kapan memberi waktu bermain dan kapan
waktu belajar.
F. Fasilitas Pendongkrak Motivasi
Hasil penelitian mengenai fasilitas pendongkrak motivasi dapat dilihat
dari hasil wawancara sebagai berikut.
Pertanyaan:
a. Apakah fasilitas pendukung tersebut sudah berfungsi sempurna untuk
memacu anak belajar?
Jawaban:
“Nek koyo tas, buku, meja belajar iku biasane saget gawe bocah dadi
sregep. Biasane nek bar ditukokke sinaune dadi
penel” (W/TR/16.00/20-04-2013).
Terjemahan:
“Kalau seperti tas, buku, meja belajar itu biasanya bisa membuat
anak jadi rajin. Biasanya kalau habis diberikan belajarnya jadi lebih
rajin” (W/TR/16.00/20-04-2013).
“Kadang pemberian fasilitas seperti itu memang bisa membuat anak
rajin belajar. Karena anak mendapatkan sesuatu yang
baru” (W/SM/15.30/20-04-2013).
“Kalau anak saya itu terus semangat belajarnya, ada dorongan dari
diri sendiri dan orang tua, ya saya beri hadiah (fasilitas) kalau pas
dia naik sekolah. Biar anak lebih semangat lagi” (W/MJ/16.45/29-04-
2013).
“Oh gih gih, pokok’e sinau tenanan nek munggah ning kelas,
sepatune karo tasse tak tukokke anyar. Kanggo semangate bocah
ngoten” (W/SN/16.30/29-04-2013).
Terjemahan:
“Oh ya ya. Yang penting belajar yang benar kalau naik kelas,
sepatunya dan tasnya tak belikan baru. Buat semangatnya anak
begitu” (W/SN/16.30/29-04-2013).
Selain itu adanya ruang belajar khusus untuk anak juga berpengaruh
terhadap keinginannya belajar. Hal ini disebabkan adanya sarana dan
ruangan belajar yang nyaman bagi anak untuk belajar, seperti yang di
katakan orang tua di bawah ini:
Pertanyaan:
b. Apakah ibu menyediakan ruangan khusus untuk anak belajar?
Jawaban:
“Ada ruang belajar sendiri khusus buat anak, ya kadang anak juga
minta belajar di tempat lain. Tapi kebanyakan kalau belajar di
ruangannya. Meja belajar itu sudah lama dari kelas satu tapi masih
dipakai” (W/MY/16.00/29-04-2013).
Jadi kesimpulan dari keseluruhan wawancara tentang fasilitas
pendongkrak motivasi belajar adalah adanya peningkatan semangat untuk
belajar ketika anak diberikan fasilitas dan sarana yang memang harus
didapatkannya seperti buku, pena untuk menulis, seragam sekolah, tas, meja
belajar dan ruangan yang nyaman bisa menimbulkan dorongan tersendiri
untuk belajar.
Begitulah hasil wawancara yang didapatkan mengenai fasilitas
sebagai pendongkrak motivasi belajar.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Orang Tua dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Anak
Orang tua dalam meningkatkan motivasi anak di MI Ma’arif
kumpulrejo 02 cukup baik terlihat di sini adanya usaha dan kerja keras dari
orang tua untuk meningkatkan motivasi anak ketika anak malas. Kesadaran
orang tua akan pendidikan anak sudah mulai meningkat di era yang
moderen saat ini.
Karena kesadaran orang tua saat ini sudah membaik dan sadar betul
bahwa membuat anak menjadi pandai dapat membuat masa depan anak itu
semakin terlihat cerah. Karena belajar dan bersekolah adalah salah satu
jembatan yang dapat menghubungkannya kepada kesuksesannya dalam
hidup atau bermasyarakat. Dengan kesadaran itu orang tua berlomba-lomba
untuk menyiasati dengan menggunakan metode yang berbeda antara orang
tua yang satu dengan orang tua yang lain ketika anak kehilangan semangat
atau untuk menjaga semangat pada anak itu sendiri.
Usaha yang dilakukan orang tua ini ini sudah baik hampir menyamai
dengan landasan teori yang ada, baik itu menurut sudut pandang agama
yang menekankan bahwa ilmu dan pendidikan itu penting dan disarankan
oleh agama. Orang tua yang memberikan motivasi anak dengan
menggunakan kata-kata yang halus tanpa kekerasan membuat anak lebih
nyaman dan dapat memicu terjalinnya hubungan komunikasi yang baik
antara orang tua dan anak itu sendiri, dengan begitu tindakan orang tua
sudah searah dengan landasan teori yang ada. Ketika anak bingung kenapa
harus belajar, untuk apa belajar, dan apa manfaat belajar baginya, orang tua
di sini sudah mengetahui apa yang harus di lakukan saat anak menghadapi
pertanyaan yang membingungkan seperti itu, melihat dari hasil wawancara
orang tua sudah memberikan beberapa arahan dan penjelasan tentang
mengapa seseorang harus belajar dan kenapa seorang harus memiliki
pendidikan yang mencukupi.
Penjelasan seperti itulah yang memang diperlukan anak agar anak
tahu arah dan tujuannya belajar. Dengan tahunya anak akan pentingnya
belajar maka anak akan tersadar dengan sendirinya dan timbullah rasa ingin
belajar dari dirinya sendiri tanpa ada dorongan dari orang lain
Metode yang digunakan orang tua diatas menunjukan bahwa orang tua
paham benar akan arti kata belajar dan pendidikan. Selain metode di atas
kadang orang tua menggunakan hadiah sebagai pendorong agar anak
terpacu akan belajar. Pemberian hadiah memang bisa membuat motivasi
anak meningkat, sebagai mana yang dikatakan para ahli dalam
penelitiannya. Karena motivasi sendiri adalah dorongan yang disebabkan
oleh keinginan akan sesuatu baik itu hadiah atau dari kepuasan saat
melakukan pekerjaan dengan melihat hasil yang akan diraih. Orang tua wali
murid di MI Ma’arif kumpulrejo 02 kebanyakan menggunakan metode ini
karena selain mudah di lakukan dan cukup efisien untuk mendongkrak
motivasi belajar anak-anaknya.
Memang tidak begitu baik ketika anak harus mengerjakan sesuatu
dengan mengharapkan imbalan tapi ini adalah suatu cara untuk
membiasakan anak tersebut akan belajar. Dengan yang awalnya belajar
karena mengharapkan suatu imbalan pada akhirnya karena terbiasa dengan
aktifitas belajar diharapkan akan menjadi suatu kebiasaan yang melekat
pada diri anak itu.
B. Respon Anak
Pada dasarnya setiap tindakan akan menghasilkan sebuah respon baik
itu negatif atau positif. Hal ini juga berlaku bagi anak yang mendapat
sebuah tindakan yang dilakukan pada anak, ketika orang tua memberikan
sebuah motivasi. Respon anak bermacam-macam dan tidak bisa ditebak
akan bagaimana responya dan bagaimana tindakannya selanjutnya. Dalam
kajian pustaka terdapat sebuah teori yang mengatakan pengalaman
emosional anak saat kecil akan memberikan warna terhadap perkembangan
anak selanjutnya, dengan begitu orang tua harus memperhatikan kondisi
anak saat dia harus memberikan motivasi belajar dan harus menggunakan
metode yang halus tanpa kekerasan agar perkembangan anak tidak
terganggu.
Respon anak ketika diberikan motivasi atau ajakan belajar orang tua
kadang menuai respon yang negatif. Terlihat dari hasil wawancara ketika
orang tua mengajak anak untuk belajar terkadang anak menolak ajakan
tersebut. Respon anak yang seperti itu wajar mungkin kondisi anak saat itu
kurang baik. Oleh karena itu orang tua harus dapat memahami kondisi anak
dan di tanyakan kenapa ia sedang tidak ingin belajar.
Dorongan akan muncul ketika anak tahu akan pentingnya belajar
kesimpulan seperti itulah yang dapat diambil dari hasil wawancara yang
dilakukan. Karena anak sudah mengerti akan pentingnya belajar mulai dari
agar pintar, agar naik kelah, agar dapat bersekolah kejenjang berikutnya dan
ada juga yang mengatakan agar menjadi orang sukses, maka respon anak
ketika orang tua mengajak belajar tidak mengeluh, karena anak sudah
paham betul akan tindakan yang dilakukannya. Sebagian besar siswa MI
Ma’arif kumpulrejo 02 dua sudah memahami akan pentingnya belajar yang
dilihat dari hasil penelitian, dengan begitu respon anak yang diteliti sudah
menunjukan hasil yang baik dan sudah sesuai apa yang diharapkan oleh
teori-teori yang ada pada kajian pustaka.
C. Pentingnya Motivasi dalam Belajar Anak
Motivasi menjadi penting karena dengan adanya motivasi anak akan
terpacu untuk belajar dan mengerjakan tugas-tugasnya. Hal tersebut tidak
terlepas dari campur tangan orang tua yang bertugas untuk menjaga
motivasi dan memberikan motivasi ketika anak kehilangan semangat untuk
belajar. Pemberian motivasi harus dilakukan secara terus menerus dan harus
di jaga ini sudah dilakukan orang tua wali murid di MI Ma’arif Kumpulrejo
02 di lihat dari hasil wawancara yang didapat dapat disimpulkan bahwa
pemberian motivasi yang di lakukan orang tua wali murid sudah memenuhi
kriteria baik. Pemberian motivasi dilakukan hampir setiap hari ketika
sesudah sholat magrib atau isa saat anak berada dalam kondisi yang baik
dan santai saat itu.
Dengan begitu motivasi anak akan terjaga dan aktivitas belajar
menjadi tidak terganggu. Seringnya pemberian motivasi yang dilakukan
orang tua terhadap anak tidaklah salah karena sepaham dengan landasan
teori yang ada. Dengan adanya dorongan yang dilakukan orang tua untuk
menjaga motivasi bertujuan untuk membentuk suatu semangat yang ada
dalam diri anak baik itu dari segi motivasi instrinsik atau ekstrisnsik. Pada
bab III di paparkan mengenai seberapa sering orang tua dalam memotivai
anak baik ekstrinsik atau instrinsik.
Pemberian hadiah yang dilakukan orang tua bertujuan untuk
meningkatkan semangat belajar anak. Hal ini menjadi penting karena tanpa
adanya dorongan dari luar terutama orang tua anak akan cenderung
meninggalkan belajar, dari sinilah pemberian motivasi ekstrinsik dapat di
terapkan. Rata-rata dari sumber data yang diwawancarai motivasi yang
dimiliki anak bersifat ekstrinsik yang masih perlu dibimbing secara terus-
menerus agar motivasi ekstrinsik terganti dengan motivasi instrinsik.
Motivasi instrinsik memang tidak dimiliki sebagian besar anak dan
mungkin bisa dikatakan belum muncul pada diri anak tersebut, karena
motivasi ini timbul karena kesadaran dari diri anak itu sendiri, maka tugas
orangtua adalah membimbing dan terus memberikan penjelasan tentang
pentingnya belajar, manfaat belajar, tujuan belajar, dan kegunaan belajar
bagi kehidupannya kelak setelah lulus dan menjadi dewasa. Arahan sepeti
itulah yang nantinya dapat menimbulkan dan merangsang motivasi
instrinsik dalam diri anak. Hal-hal yang dibicarakan tersebut secara tidak
sadar beberapa orang tua sudah melakukannya dengan baik, hal ini ter lihat
dari hasil wawancara yang telah di cantumkan di bab III.
Pentingnya motivasi intrinsik bagi kegiatan belajar anak sangatlah
banyak selain untuk menghindari anak bermalas-malasan belajar, motivasi
ini secara tidak langsung membuat anak lebih cepat beradaptasi dengan
lingkungan dan dapat menimbulkan rasa percaya diri. Beberapa teori
disamping memang benar adanya karena dari hasil penelitian terdapat anak
yang memiliki kemiripan dari apa yang disampaikan.
D. Kendala Saat Memotivasi Belajar
Kendala saat memotivasi belajar sangatlah komplek mulai dari
tayangan televisi, permainan digital, dan pengaruh dalam diri anak itu
sendiri, misalnya dari tayangan televisi, dari hasil penelitian terlihat ada
beberapa anak yang terganggu dengan tayangan televisi saat anak belajar.
Ada beberapa teori yang berkata sama bahwa hal tersebut mengganggu
kegiatan anak. Orang tua yang bertugas mengawasi dan memberikan arahan
semakin mempunyai tantangan dan halangan untuk mengajak anak belajar.
Hampir sebagian besar orang tua dari hasil penelitian mengeluhkan hal
tersebut dan memilih untuk mematikan televisi saat anak belajar dan
memberikannya waktu atau membagi waktu antara belajar dan saat
menonton tayangan televisi.
Kendala juga dihadapi ketika anak harus dihadapkan dengan aktivitas
yang menumpuk seperti aktivitas ekstra kulikuler, bermain bersama teman
sejawat, dan belajar di sekolah itu sendiri yang membuat anak terkadang
terlalu lelah dan pada akhirnya aktivitas dalam belajar terganggu. Hal ini
terjadi pada anak yang diteliti oleh penulis. Sebagai orang tua hal ini
tentunya menjadi suatu tantangan yang harus dicari jalan keluarnya agar
anak lebih mementingkan belajar sebagai kegiatan yang di nomor satukan.
Tentunya di sini tidak melarang anak bermain dengan temannya tapi lebih
pada pembagian waktu dan prioritas utama adalah belajar. Hal tersebut
sudah dilakukan dari keseluruhan orang tua dengan memberikan pembagian
waktu dan pengarahan bahwa belajar adalah hal yang lebih penting dari
pada bermain.
Pembagian waktu yang dilakukan orang tua dan arahannya bertujuan
agar anak tidak merasa kelelahan dan terganggu konsentrasinya saat belajar.
Kendala-kendala seperti itulah yang dipaparkan oleh penulis dengan melihat
keadaan yang nyata berada saat di lapangan.
E. Fasilitas Pendongkrak Motivasi
Awal mulanya fasilitas dianggap sebagai alat atau sarana dalam
belajar saja. Tapi dalam kenyataannya fasilitas dapat mendongkrak motivasi
pada anak, hal ini dapat dilihat dalam hasil wawancara dan semakin kuat
keberadaannya sebagai suatu alat yang mampu meningkatkan motivasi
dalam diri anak dengan adanya teori-teori yang mendukung. Orang tua
sebagai pemberi fasilitas seperti ruang belajar yang nyaman (agar anak
jenak saat belajar), buku pelajaran(pustaka mini), alat tulis, sepatu, tas dan
lainnya itu secara sadar di jadikan orang tua sebagai alat untuk
meningkatkan motivasi dalam diri anak.
Pemberian fasilitas yang diungkapkan diatas dianggap wajar oleh
orang tua, karena selain untuk meningkatkan motivasi anak dalam belajar
memang sudah sepantasnya anak mendapatkan fasilitas tersebut. Pemberian
fasilitas yang memadai memang di anjurkan oleh para ahli yang meneliti
tentang fasilitas dalam belajar, seperti yang tercantum dalam bab II dalam
landasan teori. Dengan begitu orang tua wali murid di MI Ma’arif
kumpulrejo 02 sudah memenuhi ketentuan sesuai dengan landasan teori
yang ada mengenai pemberian fasilitas dan sarana pendukung dalam
pembelajaran anak.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Upaya orang tua siswa dalam memberikan motivasi anak di MI Ma’arif
kumpulrejo 02 sudah terbilang baik. Terlihat dengan adanya usaha
orang tua mendorong anak-anak mereka untuk belajar dan memberikan
penjelasan akan pentingnya belajar. Orang tua dalam memberikan
motivasi bisa dikatakan berhasil pasalnya ketika peneliti melakukan
pengecekan data terhadap anak-anak mereka ada sebagian kecil anak
yang jarang mendapatkan perhatian orang tua. Dari sinilah penulis
mengambil kesimpulan bahwa masih ada beberapa orang tua yang
belum maksimal dalam memberikan motivasi pada anaknya.
2. Respon anak ketika diberikan pengarahan dan motivasi belajar
beranekaragam. Ada anak yang dapat mengerti dengan mudah dan
langsung belajar karena dia termotivasi dan tahu alasan kenapa Dia
harus belajar. Ada juga anak yang merespon kurang baik dengan
menunda ketika orang tua mengajak belajar, hal ini disebabkan karena
adanya hubungan yang kurang baik antara anak dan orang tua atau
adanya komunikasi yang kurang bagus antara anak dan orang tua.
Peneliti mengambil kesimpulan seperti itu karena telah dibuktikan oleh
orang tua yang memiliki hubungan dan komunikasi yang terjalin
dengan baik, mereka dengan mudah mengajak anaknya untuk belajar
dan mudah memberi alasan kenapa anak harus belajar.
3. Motivasi belajar menjadi penting karena tanpa motivasi anak akan
menjadi malas dan tidak bersemangat dalam belajar. Hal ini berkaitan
dengan seberapa sering orang tua memberikan motivasi tersebut untuk
menjaga motivasi tersebut agar tetap ada. Orang tua wali murid di MI
Ma’arif kumpulrejo 02 sudah baik, terlihat dari semangat anak ketika
Dia harus menempuh pendidikan di sekolah dan semangat anak ketika
mereka belajar dirumah karena orang tua terus memberikan bimbingan
dan pemberian motivasi baik itu dari sisi instrinsik dan ekstrinsik.
Orang tua tidak begitu sulit untuk mengajak anak belajar karena Dia
sudah memiliki motivasi instrinsik, orang tua hanya tinggal menjaga
dan memupuknya terus agar tetap terjaga. Sedang pemberian motivasi
ekstrinsik sedikit lebih rumit karena orang tua harus memberikan janji-
janji atau berupa hadiah untuk mendorong anak belajar.
4. Kendala atau halangan yang dihadapi cukup kompleks mulai dari
tayangan televisi, game digital dan kegiatan anak. Tayangan televisi
yang saat ini bersifat komersil secara tidak langsung membuat anak
cenderung memilih televisi dari pada membuka buku pelajaran. Selain
itu kelelahan saat belajar juga menjadi salah satu faktor penyebab anak
menjadi malas. Peran orang tua terlihat cukup berat, tapi ini adalah
kewajiban orang tua untuk mendidik dan membatasi atau membagi
waktu antara waktu anak diluar belajar (bermain, menonton tayangan
televisi, dan aktivitas anak lainnya) dengan waktu anak saat belajar.
Perhatian khusus seperti itulah yang harus di perhatikan orang tua agar
aktivitas belajar anak tidak terganggu.
5. Pemberian fasilitas seperti meja belajar, ruangan belajar yang nyaman,
buku (pustaka mini), alat tulis, tas, sepatu dan sarana lainnya terbukti
dapat meningkatkan semangat anak dalam belajar. Dorongan ini
muncul karena anak mendapatkan fasilitas yang sepatutnya memang
harus dia dapatkan untuk mendukungnya menuntut ilmu atau belajar.
B. SARAN
1. Bagi sekolah
Penulis mengharapkan sekolah dapat lebih mendukung orang tua wali
murid dari segi moril dengan memberikan arahan yang lebih mendalam
kepada orang tua, melalui penjelasan atau arahan kepada orang tua
dalam pentingnya tindakan orang tua dalam motivasi belajar anak.
2. Bagi orang tua
Peran orang tua dalam kegiatan anak belajar di luar sekolah dan dalam
memberikan motivasi belajar sangatlah penting. Dari maka itu orang
tua diharapkan dapat memberikan arahan dan dorongan pada anak
melalui cara-cara yang halus dan mudah dimengerti anak, agar anak
paham pentingnya belajar dan tujuanya belajar tanpa bertanya-tanya
kenapa dia harus belajar.
3. Bagi siswa/anak
Diharapkan anak dapat mengerti atas tindakan orang tua saat
memberikannya motivasi atau dorongan belajar. Dari maka itu
siswa/anak harus lebih mementingkan dan mengutamakan belajar
karena sudah mengetahui tujuan dan manfaat dari belajar itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Albani, Nasrudin. 1997. Silsilah Hadist Dha’if dan Maudhu. Alih Bahasa
Basalamah. Jakarta: Gema Insani Press.
Al-Qur’an dan Terjemahannya. Departemen Agama RI
Hamzah. 2011. Teori Motivasi Belajar dan Pengukuranya. Cet. Ke-7. Jakarta: PT.
Bumi Aksara.
Musbikin, Imam. 2009. Mengapa Anakku Malas Belajar. Jogjakarta: Diva Press.
Prayitno, Irwan. 2004. Anakku Penyejuk Hatiku. Pustaka Tarbiatuna. Cet. Ke-2.
Bekasi: Pustaka Tarbiatuna.
Rimm, Sylvia. 2000. Mengapa Anak Pintar Memperoleh Nilai Buruk. Alih
Bahasa Mangunhardjana. Cet. Ke-2. Jakarta: PT Grasindo.
Sardiman. 2009. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali
Press.
Sriyanti, Lilik. 2003. Psikologi Pendidikan. Salatiga: STAIN Salatiga Press.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Cet. Ke-13.
Bandung: Alfabeta.
Sumiyati, 2010. Perhatian Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar (Studi Korelasi
Siswa MI Tawang 01 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang)
Tahun 2010/2011. Skripsi Tidak Diterbitkan. Salatiga : Jurusan
Tarbiyah STAIN Salatiga
Wahyuni, Esa Nur. 2009. Motivai dalam Pembelajaran. Malang: Uin Malang
Press.
Manawi, imam. 1999. Terjemah Riyadhus Shalihin jilid 2. Alih Bahasa Sunarto.
Cet Ke-IV. Jakarta: Pustaka Amani.
Nur, Muhamad, 2011. Pengaruh Dorongan Orang Tua Terhadap Kedisiplinan
Belajar Siswa Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Aslamiyah Regunung
Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang 2011.Skripsi Tidak
Diterbitkan. Salatiga : Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga.
LAMPIRAN
KODE PENELITIAN
PERAN ORANG TUA DALAM MENUMBUHKAN
MOTIVASI BELAJAR ANAK DI MADRASAH
IBTIDAIYYAH MA’ARIF KUMPULREJO 02
SALATIGA 2013
1. Responden
Orang tua wali murid
-MH -TR
-SN -MJ
-SR -ES
-SM -MY
-WN -SG
Anak/siswa
-SST
-NK
-AG
-DV
-PT
-AZ
2. Motode
kode Metode penelitian
W Wawancara
P Pengamatan
D Dokumentasi
3. Media Penyimpanan Data
kode Penyimpanan Data
R Rekaman
F File
PEDOMAN OBSERVASI
PERAN ORANG TUA DALAM MENUMBUHKAN
MOTIVASI BELAJAR ANAK DI MADRASAH
IBTIDAIYYAH MA’ARIF KUMPULREJO 02
SALATIGA 2013
1. Melihat situasi dan kondisi lapangan
a. Surve awal kesekolah yang dituju
b. Melihat lingkungan sekitar MI
c. Melihat aktivitas sisawa dan guru
2. Menentukan sumber data
a. Memilih sumber data yang disarankan oleh MI
b. Menentukan waktu wawancara
c. Meminta surat pengantar dari MI
3. Pengumpulan data
a. Mendatangi kediaman orang tua siswa
b. Wawancara
c. dokumentasi
Catatan Lapangan
Catatan Nomor : 01
Tujuan : Menentukan Sumber Data dan perijinan
Hari/Tanggal : 18 dan 19 april 2013
Waktu : jam 9
Tempat : Di Mi Ma’arif Kumpulrejo 02
Sumber Data : Kepala Sekolah Dan Guru
Observasi ini dilakukan guna menentukan sumber data yang akan diwawancara.
Sesuai dengan saran yang telah diberikan dan dipertimbangkan oleh MI.
Penentuan sumber data di lihat dari letak rumah dan kondisi sumber data yang di
anggap dapat mendukung penelitian.
Catatan Lapangan
Catatan Nomor : 02
Tujuan : Mengumpulkan Data
Hari/Tanggal : 20 dan 29 april 2013
Waktu : 15.00
Tempat : Di Kediaman Orang Tua
Sumber Data : orang tua wali muird
Observasi ini dilakukan untuk mengumpulkan data yang akan dijadikan
acuan penulis dalam menentukan kesimpulan dan pembahasan.
Pengambilan data dimulai dari sesi wawancara yang bersifat nonformal
bertujuan agar wawancara yang dilakukan dapat terjalin kedekatan antara peneliti
dan sumber wawancara dan agar dapat memperoleh data yang lebih mendalam.
Sesi berikutnya disambung dengan mengobrol sekilas tentang anak, sekolahan dan
yang terakhir diakhiri dengan pengambilan gambar dokumentasi.
Catatan Lapangan
Catatan Nomor : 03
Tujuan : Mengumpulkan Data
Hari/Tanggal : 30 april 2013
Waktu :09.30
Tempat : Di Kediaman Siswa Dan Sekolah
Sumber Data : anak/siswa
Observasi ini dilakukan untuk mengumpulkan data yang akan dijadikan
acuan penulis dalam menenyukan kesimpulan dan pembahasan.
Wawancara ini lebih tertuju pada anak/siswa bertujuan untuk mengetahui
bagai mana respon anak atas tindakan orang tua. Wawancara dilakukan di kelas
anak yang akan diwawancara dan mendatangi anak kerumahnya. Tanggapan
mereka akan kedatangan penulis disambut dengan baik, komunikasi yang terjalin
baik dengan pemberian hadiah sebelum wawancara memudahkan peneliti dalam
menggali informasi.
PEDOMAN WAWAMCARA
PERAN ORANG TUA DALAM MENUMBUHKAN
MOTIVASI BELAJAR ANAK DI MADRASAH
IBTIDAIYYAH MA’ARIF KUMPULREJO 02
SALATIGA 2013
UNTUK ORANG TUA
Kode Responden :
Kode Data :
Tempat :
Waktu :
Daftar Pertanyaan :
1. Bagaimanakah upaya orang tua dalam memotivasi belajar anaknya (di MI
MA’ARIF Kumpulrejo Kec. Argomulyo Kel. Kumpulrejo Tingkir)?
d. Tindakan apa yang dilakukan orang tua untuk meningkatkan motivasi?
e. Apakah orangtua menggunakan metode khusus untuk meningkatkan
motivasi belajar pada anak?
f. Pendekatan seperti apa yang diambil orang tua untuk menekankan
pentingnya belajar?
g. Apakah pemberian hadiah bisa meningkatkan motivasi belajar pada anak?
2. Seberapa sering orang tua memotivasi anak untuk belajar (di MI MA’ARIF
Kumpulrejo Kec. Argomulyo Kel. Kumpulrejo Tingkir)?
c. Seberapa sering motivasi beljar diberikan terhadap anak?
d. Adakah waktu-waktu tertentu untuk memberikan motivasi belajar?
3. Kendala apa yang dihadapi saat memotivasi anak untuk belajar (di MI
MA’ARIF Kumpulrejo Kec. Argomulyo Kel. Kumpulrejo Tingkir)?
c. Apakah tayangan televisi dan game digital menjadi salah satu kendala
yang dihadapi?
d. Apakah lingkungan sekitar menjadi salah satu faktor penyebab anak
malas beljar?
e. Apakah anak sering kelelahan atas aktivitas di harinya hingga dijadikan
alasan malas belajar?
4. Fasilitas seperti apa yang digunakan orang tua untuk membangkitkan
motivasi belajar pada anak (di MI MA’ARIF Kumpulrejo Kec. Argomulyo
Kel. Kumpulrejo Tingkir)?
c. Apakah fasilitas pendukung tersebut sudah berfungsi sempurna untuk
memacu anak belajar?
PEDOMAN WAWAMCARA
PERAN ORANG TUA DALAM MENUMBUHKAN
MOTIVASI BELAJAR ANAK DI MADRASAH
IBTIDAIYYAH MA’ARIF KUMPULREJO 02
SALATIGA 2013
UNTUK ANAK/SISWA
Kode Responden :
Kode Data :
Tempat :
Waktu :
Daftar Pertanyaan :
1. Bagaimana respon adik ketika diajak belajar ayah dan ibu?
2. Biasanya jam berapa adik belajar?
3. Apakah ayah dan ibu pernah memberikan hadiah sebagai dorongan
belajar?
4. Lebih memilih menonton tayangan televisi atau belajar?
5. Apakah pada waktu belajar ayah dan ibu sering mengingatkan ?
6. Apakah adik tahu pentingnya belajar?
7. Siapa yang memberi tahu adik terhadap petingnya belajar?
8. Apakah ayah dan ibuk sering menemani adik ketika belajar?
REDUKSI DATA WAWANCARA
PERAN ORANG TUA DALAM MENUMBUHKAN
MOTIVASI BELAJAR ANAK DI MADRASAH
IBTIDAIYYAH MA’ARIF KUMPULREJO 02
SALATIGA 2013
“Ya mas, saya sebagai orang tua kadang ngek’i ngerti nek pas wayae
sinau, ben anakki ngerti pentingnya belajar” (W/MH/14.00/20-04-2013).
Terjemahan:
“Ya mas, saya sebagai orang tua kadang memberitahu anak pada waktu
belajar, bir anak paham pentingnya belajar” (W/MH/14.00/20-04-2013).
“Geh nek pas males biasanya dikandani, sinau ben pinter nek jatah sinau
yo lek sinau. Geh nek pas belajar kadang gih di dampingi” (W/SN/16.15/29-04-
2013).
Terjemahan:
“Ya kalo sedang malas belajar biasanya diberitahu, belajar biar pintar
kalau saat belajar ya belajar. Ya’ kalau saat belajar kadang saya
mendampingi” (W/SN/16.15/29-04-2013).
“Geh anu geh, dididik ngonten. Ben supayane bocahki men ora lemes
ngoten, ben semangat meneh” (W/SR/16.30/29-04-2013).
Terjemahan:
“Ya, dididik begitu. Biar anak itu tidak begitu lemas begitu, biar semangat
lagi” (W/SR/16.30/29-04-2013).
“Kadang nek anak meles belajar nopo pas bosen, ya’ saya memberikn
sedikit semangat, biasane lewat kata-kata habis sholat ben semangat,
sinaune” (W/MH/14.00/20-04-2013).
Terjemahan:
“Terkadang kalau anak malas belajar atau saat bosan, ya’ saya
memberikan sedikit semangat. Biasanya lewat kata-kata sehabis sholat biar
semangat, belajarnya” (W/MH/14.00/20-04-2013).
“Penting, kan nek hubungan karo anak apek kan kalo ngandani dadi
gampang” (W/SM/15.30/20-04-2013).
Terjemahan:
“Penting, kan kalau hubungan dengan anak baik kan kalau memberitahu
jadi mudah” (W/SM/15.30/20-04-2013).
“Saya memberikan janji atau hadiah kepada anak jika Dia belajar dengan
baik dan mendapat hasil yang bagus” (W/WN/14.30/20-04-2013).
“Oh ya mas, nek kekarepanne ora dituruti jadi malas-malasan belajar,
dadine wong tuo janji nek bijine apik nanti dibelikan” (W/TR/16.00/20-04/2013).
Terjemahan:
“Oh iya mas, jika keinginannya tidak dituruti jadi malas-malasan belajar,
jadi orang tua berjanji jika nilainya bagus nanti akan
diberikan” (W/TR/16.00/20-04/2013).
“Ya kalo pas males, yo kulo memberikan saran ben piye carane belajare
meningkat, kalau ditindak kerasikan anak jadi takut jadi gak
berfikir” (W/MJ/16.45/29-04-2013).
Terjemhan:
“Ya kalau lagi malas, ya saya memberikan saran biar bagaimana caranya
belajarnya jadi meningkat, kalau ditindak keraskan anak jadi takut jadi tidak
berfikir” (W/MJ/16.45/29-04-2013).
“Mungkin gini, kami sebagai orang tua tidak ada tekanan kepada anak, Kita
Cuma memberi semangat bahwa sanya ini sudah, mungkin katakanlah ujian atau
mungkin ujian kenaikan kelas” (W/ES/17.00/29-04-2013).
“Kalau disuruh belajar biasanya adik langsung mengerjakan atau
menundanya? Menundanya karena malas, biasanya jam berapa adik belajar?
Setelah isa, apakah ayah sering memberitahu ketika waktunya belajar? Kadang-
kadang, tau tidak kenapa adik harus belajar? Biar pintar dan menjadi sukses,
kalau ada PR apakah ayah dan ibu suka membantu? Tidak” (W/SST/10.15/30-
04-2013).
“Kalau disuruh belajar biasanya adik langsung mengerjakan atau
menundanya? Langsung mau, biasanya jam berapa adik belajar? Setelah sholat
magrib, lebih suka nonton televisi atau belajar? Nonton televisi, apakah ayah
sering memberitahu ketika waktunya belajar? Kadang-kadang, tau tidak kenapa
adik harus belajar? Biar pintar, ayah dan ibu pernah memberi tahu pentingnya
belajar? Pernah, kalau ada PR apakah ayah dan ibu suka membantu? Kadang-
kadang, pernah mendapat hadiah ketika nilainya bagus?
Pernah” (W/NK/10.30/30-04-2013).
“Kalau disuruh belajar biasanya adik langsung mengerjakan atau
menundanya? Menundanya karena malas, biasanya jam berapa adik belajar?
Setelah sholat magrib, pernah dikasih hadiah kalau nilainya bagus? Pernah,
apakah ayah sering memberitahu ketika waktunya belajar? Kadang-kadang, tau
tidak kenapa adik harus belajar? Biar pintar dan lulus saat ujian, kalau ada PR
apakah ayah dan ibu suka membantu? Tidak, lebih senang nonton televisi atau
belajar? Belajar” (W/AG/10.45/30-04-2013).
“Kalau disuruh belajar biasanya adik langsung mengerjakan atau
menundanya?langsung mengerjakan, biasanya jam berapa adik belajar? Jam
tuju, pernah dikasih hadiah kalau nilainya bagus? Pernah jadi lebih semangat
belajarnya, apakah ayah sering memberitahu ketika waktunya belajar? Kadang-
kadang, tau tidak kenapa adik harus belajar? Biar pintar dan naik kelas, kalau
ada PR apakah ayah dan ibu suka membantu? Membantu, lebih senang nonton
televisi atau belajar? Belajar” (W/DV/11.00/30-04-2013).
“Nek memotivasi anak itukan sudah menjadi kewajiban mas, nek rak di
kandani anak biasane dadi males ” (W/MH/14.00/20-04-2013).
Terjemahan:
“Kalo memotivasi anak sudah menjadi kewajiban mas, kalau tidak
didorong nanti anak akan malas-malasan” (W/MH/14.00/20-04-2013).
“Ada ada kalau pemberian motivasi seperti itu, karena motivasi sekolah
anak saya itu sangat tinggi mungkin mau melanjutkan sekolah atau misalnya biar
naik kelas. Ya, biasanya saya kasih dorongan saja biar semangat. Biasanya kalau
malam saya memberi solusi” (W/MJ/16.45/29-04-2013).
“Kadang mas, biasane tak kandani sinau sing tenan ben sokben isoh golek
gawean” (W/SR/16.30/29-04-2013).
Terjemahan:
“Kadang mas, biasanya saya beritahu belajar yang benar biar besok bisa
cari kerjaan” (W/SR/16.30/29-04-2013).
“Selama ini belum karena anak saya kan baru kelas dua, paling ngasih
pengarahan biar naik kelas, biar ada semangatnya” (W/SN/16.15/29-04-2013).
“Ya sering mas , kadang nek bocah d umbar kan nanti jadi kebiasaan jadi
malas. Nek pas nyante niko biasane kulo ajak belajar” (W/MY/16.00/29-04-
2013).
Terjemahan:
“Ya sering mas, kadang kalo anak dibiarkan saja nanti jadi kebiasaan jadi
malas. Kalau saat santai biasanya saya ajak belajar” (W/MY/16.00/29-04-2013).
“Agar anak bersemangat mengerjakan tugas-tugasnya. Saya hampir setiap
sesudah sholat magrib mendorong anak untuk belajar” (W/WN/14.30/20-04-
2013).
“Nek putrane kulo niku rak sah di kon wae sinau dewe mas, nek biasane
barngaji niku geh langsung sinau. Nek kulokan boten ngerti nek soal sekolah mas,
dadine mboten saged ngewangi nek onten PR” (W/SG/14.30/20-04-2013).
Terjemahan:
“Kalo anak saya itu tanpa di suruh saja sudah belajar dengan sendirinya,
kalau biasanya sehabis ngaji itu ya langsung belajar. Kalau saya kan tidak begitu
mengerti tentang sekolah, jadinya tidak bisa bantu kalau ada PR”
(W/SG/14.30/20-04-2013).
“Nek vidio game ora patek mas, lebih berpengaruh itu tvnya. Kalau wis
melihat tv itu di ajak belajar dadi rodhok angel” (W/MH/14.00/20-04-2013).
Terjemahan:
“Kalau video game tidak terlalu mas, lebih berpengaruh itu televisinya.
Kalau sudah melihat televisi itu di ajak belajar jadi sedikit sulit”
(W/MH/14.00/20-04-2013).
“Ya, nek kekeselen biasane dadi alesan, kadang nek onten rencange
dolanan lebih milih kancane, mboten saget konsentrasi. Ya biasane entok main
tapi nek wis sinau ” (W/WN/14.30/20-04-2013).
Terjemahan:
“Ya, kalau kelelahan dijadikan alasan, kadang kalau ada temannya main
lebih memilih teman-temannya, tidak bisa konsentrasi. Ya biasanya boleh main
kalau sudah belajar ” (W/WN/14.30/20-04-2013).
“Adanya pembagian waktu, Kan di tempatnya nenek ada rental PS (sejenis
video game) tapi Dia kan jarang kesana, paling satu jam dua jam. Yang televisi
saya punya kategori untuk di tonton dan saya bagi waktunya” (W/ES/17.00/29-
04-2013).
“Saat waktu anak belajar saya mematikan televisi dan mendampingi anak
agar anak tidak terganggu dan membolehkan anak bermain siang hari agar nanti
saat malam hari anak hanya konsentrasi belajar dan berkumpul dengan
keluarga” (W/SM/15.30/20-04-2013).
“Kalau saya, kalau mau melihat tv ya silahkan tapi kan saya batasi dengan
jam belajar. Ya ada tapi kan anak masih umur segitu jadi masih nurutlah”
(W/MJ/16.45/29-04-2013).
“Nggih sangat mengganggu pas anak mau belajar. Dadi rodhok angel,
jadi biasane kulo pateni” (W/MY/16.00/29-04-2013).
Terjemahan:
“Ya sangat mengganggu saat anak ingin belajar. Jadi sedikit sulit jadi
biasanya saya saya matikan” (W/MJ/16.45/29-04-2013).
“Nek koyo tas, buku, meja belajar iku biasane saget gawe bocah dadi
sregep. Biasane nek bar ditukokke sinaune dadi penel” (W/TR/16.00/20-04-
2013).
Terjemahan:
“Kalau seperti tas, buku, meja belajar itu biasanya bisa membuat anak jadi
rajin. Biasanya kalau habis diberikan belajarnya jadi lebih
rajin”(W/TR/16.00/20-04-2013).
“Kadang pemberian fasilitas seperti itu memang bisa membuat anak rajin
belajar. Karena anak mendapatkan sesuatu yang baru” (W/SM/15.30/20-04-
2013).
“Kalau anak saya itu terus semangat belajarnya, ada dorongan dari diri
sendiri dan orang tua, ya saya beri hadiah (fasilitas) kalau pas dia naik sekolah.
Biar anak lebih semangat lagi” (W/MJ/16.45/29-04-2013).
“Oh gih gih, pokok’e sinau tenanan nek munggah ning kelas, sepatune
karo tasse tak tukokke anyar. Kanggo semangate bocah
ngoten” (W/SN/16.30/29-04-2013).
Terjemahan:
“Oh ya ya. Yang penting belajar yang benar kalau naik kelas, sepatunya
dan tasnya tak belikan baru. Buat semangatnya anak begitu” (W/SN/16.30/29-
04-2013).
“Ada ruang belajar sendiri khusus buat anak, ya kadang anak juga minta
belajar di tempat lain. Tapi kebanyakan kalau belajar di ruangannya. Meja
belajar itu sudah lama dari kelas satu tapi masih dipakai” (W/MY/16.00/29-04-
2013).
Dokumentasi Kegiatan
Wawancara
Pelaksanaan wawancara anak/siswa di rumah siswa
Pelaksanaan wawancara anak/siswa di rumah siswa
Pelaksanaan wawancara orang tua di kediaman orang tua
Pelaksanaan wawancara orang tua di kediaman orang tua
Pelaksanaan wawancara orang tua di kediaman orang tua
Pelaksanaan wawancara orang tua di kediaman orang tua
Pelaksanaan wawancara orang tua di kediaman orang tua
DAFTAR NILAI SKK
Nama : Mashuri Adi Nugroho
Jurusan/Progdi : PGMI
Nim : 11508014
PA : Drs. Abdul Syukur M.Si
No JENIS KEGIATAN PELAKSANAAN STATUS NILAI
1 OSPEK Tahun 2008 25-27 Agustus 2008 Peserta
2 Prakrikum Pelatihan Ikhtibar
AL-Lughah Al-Arabiyah Ka
Lughah Ajnabiyah (ILAIK)
31 juli-22 Agustus
2010
Peserta
3 Pratikum Pelatihan TOEFL
Jurusan Tarbiyah dan
Syari’ah
31 Juli-22 Agustus
2010
Peserta
4 Seminar Nasional Pendidikan
(realisasi pendidikan karakter
berbangsa dalam kurikulum pendidikan nasional)
18 Juni 2011 Peserta
5 Pelatihan Ustadz/Ustadzah 11 Maret 2011 Peserta
6 Seminar (Menyiapkan
Momentun PILWAKOT,
Menuju Perbaikan Sistem
Pembangunan Salatiga)
Peserta
7 Seminar Nasional Pendidikan
(Pendidikan Multikultural
Sebagai Pilarkarakter
Bangsa)
6 Juni 2012 Peserta
8 Pelatihan Mengatasi
Kecemasan Tampil Di Depan
Umum
9 Juni 2012 Peserta
9 Pelaksanaan Lomba TPQ dan
Lomba Umum
30 Juni-1 Juli 2012 Juri CCIA
10 Pelaksanaan Lomba TPQ dan
Lomba Umum
30 Juni-1 Juli 2012 Juri
Wudhu
11 Pelaksanaan Lomba TPQ dan
Lomba Umum
30 Juni-1 Juli 2012 Panitia
12 Pelaksanaan Lomba TPQ dan
Lomba Umum
30 Juni-1 Juli 2012 Juri Adzan
& Iqomah