peran notaris dalam memberikan advice terhadap...
TRANSCRIPT
i
PERAN NOTARIS DALAM MEMBERIKAN ADVICE
TERHADAP ADANYA PERJANJIAN BAKU YANG
DIBUAT OLEH PELAKU USAHA UNTUK
MELINDUNGI KONSUMEN
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Menempuh Ujian
Sarjana Hukum
OLEH:
AMRULLAH FAJRI
NIM. 502013 122
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2019
ii
iii
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : AMRULLAH FAJRI
NIM : 502013122
Program Studi : Ilmu Hukum
Program Kekhususan : Hukum Perdata
Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:
“ERAN NOTARIS DALAM MEMBERIKAN ADVICE TERHADAP
ADANYA PERJANJIAN BAKU YANG DIBUAT OLEH PELAKU USAHA
UNTUK MELINDUNGI KONSUMEN”
Adalah bukan merupakan karya tulis orang lain, kecuali dalam bentuk kutipan
yang telah saya sebutkan sumbernya. Apabila pernyataan keaslian ini tidak benar
maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik.
Demikianlah pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
iv
ABSTRAK
PERAN NOTARIS DALAM MEMBERIKAN ADVICE TERHADAP
ADANYA PERJANJIAN BAKU YANG DIBUAT OLEH PELAKU
USAHA UNTUK MELINDUNGI KONSUMEN
OLEH
AMRULLAH FAJRI
Dalam hal perjanjian baku yang isi klausula terlanjur sudah dibuat/
dibakukan dalam bentuk dokumen berupa formulir oleh pelaku usaha. Selaku
notaris dapat memberikan advice dengan menunjuk pasal-pasal yang dianggap
bertentangan nilai-nilai luhur/tatanan yang hidup dalam masyarakat.
Untuk mengetahui dan menjelaskan peran notaris dalam memberikan
advice terhadap adanya perjanjian baku yang dibuat oleh pelaku usaha untuk
melindungi konsumen, dan juga untuk mengetahui dan memahami akibat hukum
yang timbul terhadap keberadaan perjanjian baku.
Berdasarkan hasil penelitian dipahami peran notaris dalam memberikan
advice terhadap adanya perjanjian baku yang dibuat oleh pelaku usaha untuk
melindungi konsumen adalah: bahwa notaris berperan dalam menyaring serta
meneliti secara cermat draf perjanjian baku yang dibuat oleh pelaku usaha yang
berfungsi dan bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada konsumen,
karena dalam hal ini notaris mempunyai fungsi sebagai advisory atau penasihat.
Dalam hal perjanjian bauku yang isi klausula terlanjur sudah dibuat/dibakukan
dalam bentuk dokumen berupa formulir, notaris dapat memberikan saran dan
merenvoi pasal-pasal yang dianggap bertentangan tersebut serta memberikan
paraf terhadap isi pasal tersebut.
Akibat hukum yang timbul terhadap keberadaan perjanjian baku adalah:
jika konsumen menyetujui dan menandatangani perjanjian baku tersebut, berarti
konsumen setuju dengan syarat-syarat perjanjian baku tersebut, dan berakibat
hukum perjanjian baku tersebut sah. Akan tetapi jika perjanjian baku tersebut
melanggar ketentuan Pasal 18 ayat (1) dan (2), maka perjanjian baku tersebut
sebagaimana ditentukan di dalam Pasal 18 ayat (3) bahwa perjanjian baku tersebut
“batal demi hukum”, dan dianggap tidak pernah ada dan tidak mempunyai
kekuatan mengikat bagi kedua pihak.
Kata kunci: Peran notaris dalam memberikan advice terhadap perjanjian baku.
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum, wr. wb.
Alhamdulillah penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, serta
shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW beserta
keluarga dan para sahabat, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul:
“PERAN NOTARiS DALAM MEMBERIKAN ADVICE TERHADAP
ADANYA PERJANJIAN BAKU YANG DIBUAT OLEH PELAKU USAHA
UNTUK MELINDUNGI KONSUMEN”
Penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar
Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang.
Penulis menyadari bahwa hasil penulisan skripsi ini masih banyak
kekurangan, kekeliruan, dan kekhilafan. Hal ini dikarenakan keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman, serta literatur yang penulis miliki. Akan tetapi
berkat adanya bantuan dan bimbingan serta dorongan dan semangat dari berbagai
pihak, akhirnya kesukaran dan kesulitan tersebut dapat dilalui. Oleh karena itu,
dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Bapak Dr. H. Abid Djazuli, SE., MM selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Palembang.
2. Ibu Dr. Hj. Sri Suatmiati, SH., M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Palembang.
3. Bapak/Ibu Wakil Dekan I, II, III, dan IV Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Palembang.
vi
4. Bapak Mulyadi Tanzili, SH., MH., selaku Ketua Prodi Ilmu Hukum
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang.
5. Ibu Reny Okprianti, SH., M.Hum, selaku Pembimbing Skripsi yang telah
banyak memberikan petunjuk-petunjuk dan arahan-arahan dalam
penulisan dan penyusunan skripsi ini.
6. Ibu Atika Ismail, SH., MH, selaku Pembimbing Akademik pada Fakultas
Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang.
7. Bapak dan Ibu Dosen beserta staf karyawan dan karyawati Fakultas
Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang.
8. Ayahanda Kompol. Ahmad Zainalsyah dan Ibunda Poni, AMG, Kakakku
Irfan Ardiansyah, S.Kom dan Adikku Aldina Rahmadani, S.Si, serta
seluruh keluarga yang telah banyak memotivasi penulis untuk meraih gelar
kesarjanaan ini.
9. Terima kasih untuk sayang Rika Destiani, S.Pd yang telah memberikan
motivasi untuk keberhasilanku.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang
membacanya, akhirnya segala kritik dan saran penulis terima guna perbaikan di
masa-masa mendatang.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Palembang, Agustus 2019
Penulis,
AMRULLAH PAJRI
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ........................................................ ii
PENDAFTARAN UJIAN SKRIPSI ............................................................... iii
PERNYTAAN KEASLIAN ............................................................................ iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................. vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
BAB. I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Permasalahan ............................................................................ 5
C. Ruang Lingkup dan Tujuan ...................................................... 5
D. Definisi Konseptual .................................................................. 6
E. Metode Penelitian ..................................................................... 8
F. Sistematika Penulisan ............................................................... 9
BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Asas dan Tujuan Undang-undang Perlindungan Konsumen .... 11
B. Hak dan Kewajiban Dalam Praktek Perjanjian Baku ............... 16
C. Cara Pemberlakuan Syarat-syarat Baku ................................... 23
D. Dasar Berlakunya Syarat-syarat Baku ...................................... 25
viii
E. Kewajiban Notaris Untuk Memberikan Keseimbangan
Dalam Perjanjian Baku ............................................................. 26
BAB. III. PEMBAHASAN
A. Peran Notaris Dalam Memberikan Advice Terhadap Adanya
Perjanjian Baku Yang Dibuat Oleh Pelaku Usaha Untuk
Melindungi Konsumen ............................................................. 32
B. Akibat Hukum yang Timbul Terhadap Keberadaan
Perjanjian Baku ........................................................................ 35
BAB. IV. PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 45
B. Saran-saran ............................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB. I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perjanjian baku disebut juga perjanjian standar, dalam Bahasa Inggris
disebut standart contract, standart agreement. Kata baku atau standar artinya
tolok ukur yang dipakai sebagai patokan atau pedoman yang setiap konsumen
yang mengadakan perjanjian baku ialah meliputi model, rumusan, dan ukuran.1
Sesuai dengan perkembangan kebutuhan masyarakat, maka ciri-ciri
perjanjian baku mengikuti dan menyesuaikan dengan perkembangan tuntutan
masyarakat. Ciri-ciri tersebut mencerminkan prinsip ekonomi dan kepastian
hukum yang berlaku di negara-negara yang bersangkutan. Prinsip ekonomi dan
kepastian hukum dalam perjanjian baku dilihat dan kepentingan pengusaha bukan
dan kepentingan konsumen.
Pembakuan syarat-syarat perjanjian menjadi kepentingan ekonomi
pengusaha lebih terjamin karena konsumen hanya menyetujui syarat-syarat yang
disodorkan oleh pengusaha.2
Di era globalisasi pembakuan syarat-syarat perjanjian merupakan hal yang
tidak dapat dihindari dan bagi pengusaha mungkin mi merupakan cara mencapai
tujuan ekonomi yang efisien, praktis, dan tidak merepotkan, tetapi bagi konsumen
hal ini justru merupakan suatu pilihan yang tidak menguntungkan, karena
1 Abdulkadir Muhammad, Perjanjian Baku Dalam Praktek Perusahaan Perdagangan,
Citra Aditya, Bandung, 1992, hlm.6 2 Ibid, hlm. 8
2
dihadapkan pada suatu pilihan yaitu: “menerima” walaupun dengan rasa berat
hati.
Jika konsumen bersedia menerima syarat-syarat perjanjian yang
disodorkan kepadanya, maka ditandatanganilah perjanjian itu. Penandatanganan
tersebut menunjukkan bahwa konsumen bersedia memikul beban tanggung jawab
walaupun mungkin ia tidak bersalah.
Jika konsumen tidak setuju dengan syarat-syarat perjanjian yang
disodorkan itu, ia tidak boleh menawar syarat-syarat yang sudah dibakukan itu,
menawar syarat-syarat baku berarti menolak perjanjian. Pilihan menerima atau
menolak mi dalam bahasa Inggris diungkapkan dengan “take it or leave if”.
Dalam membuat perjanjian, pihak pengusaha selalu berada pada posisi
kuat berhadapan dengan pihak konsumen yang umumnya berposisi lemah,
konsumen hanya dihadapkan pada dua pilihan, yaitu:3
a. Jika konsumen membutuhkan produksi atau jasa yang ditawarkan
kepadanya, setujuilah perjanjian dengan syarat-syarat dalam istilah bahasa
Inggris diungkapkan dengan sebutan “take if’ atau
b. Jika konsumen tidak setuju dengan syarat-syarat baku yang ditawarkan itu,
janganlah membuat perjanjian dengan pengusaha yang bersangkutan, yang
diungkapkan dengan sebutan “leave if".
Singkatnya, jika konsumen membutuhkan silahkan ambil, atau jika
keberatan tinggalkan saja “take it or leave if". Sebaliknya apabila konsumen tidak
menyetujui ini kalusula tersebut yang memberatkan dan tidak seimbang untuk
3 Ahmad Sofyan, Perlindungan Konsumen Dalam Perjanjian Baku Pada Praktek
Perusahaan Dagang Menurut Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999, Tesis Magister Kenotariatan
Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya, Palembang, 2011, hlm. 2
3
mengadakan/melanjutkan transaksi, maka hal mi tidak berlanjut dan tidak dapat
dilanjutkan.
Dan segi bentuk perjanjian baku, perjanjian baku merupakan suatu
perjanjian yang konsepnya telah dipersiapkan terlebih dahulu oleh salah satu
pihak yang dalam hal ini tentunya “pelaku usaha”. Dengan kata lain pelaku usaha
memiliki posisi yang dominan dan menguntungkan. Karena tidak adanya posisi
tawar sehingga tidak ada, keseimbangan kedudukan dalam perjanjian.
Perjanjian baku memuat aturan-aturan yang umum biasanya tercantum
dalam suatu perjanjian, juga memuat persyaratan-persyaratan khusus, yang
berkenaan dengan pelaksanaan perjanjian yang menyangkut hal-hal tertentu dan
atau berakhirnya suatu perjanjian.4 Bentuk dan isi perjanjian baku sangat erat
dengan perlindungan konsumen.
Syarat-syarat perjanjian yang merupakan pernyataan kehendak ditentukan
sendiri secara sepihak oleh pengusaha atau organisasi pengusaha. Karena syarat-
syarat perjanjian itu dimonopoli oleh pengusaha, maka sifatnya cenderung lebih
menguntungkan pengusaha dan pada konsumen. Hal ini tergambar dalam
kalausula eksonerasi berupa pembebasan tanggung jawab pengusaha, tanggung
jawab tersebut menjadi beban konsumen. Pembuktian oleh pihak pengusaha yang
membebaskan diri dari tanggung jawab sulit diterima oleh konsumen karena
ketidak berdayaannya. Penentuan secara sepihak oleh pengusaha dapat diketahui
4 Djuhaenda Hasan. Et al, Pengkajian Masalah Hukum Kebebasan Berkontrak Dan
Perlindungan Yang Seimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank Di Indonesia,
BPHN, Jakarta, 2002, hlm. 56
4
melalui format perjanjian yang sudah siap pakai, jika konsumen setuju, tanda
tanganilah perjanjian tersebut.5
Dari apa yang tersebut di atas, menunjukkan bahwa dalam perjanjian baku
yang isi perjanjian tersebut sering terdapat ketidakseimbangan antara pelaku usaha
dan konsumen, maka sangat diperlukan adanya peran notaris dalam memberikan
saran dan arahan dalam pembuatan perjanjian baku, maka dalam hal ini peran
notaris sangatlah penting, dengan cara notaris membuatkan draft perjanjian baku
yang berfungsi atau bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada konsumen.
Dalam hal ini notaris mempunyai fungsi sebagai advisory atau penasihat yang
mana dalam hal mi dimaksudkan adalah perjanjian tersebut tidak memihak.
Hendaknya notaris dapat memberikan advice (saran) dan atau masukan
terhadap isi klausula pada perjanjian baku yang pada gilirannya akan disodorkan
kepada konsumen (pengguna jasa), dalam menciptakan suatu keseimbangan para
pihak (khususnya konsumen) selanjutnya langkah-langkah yang harus dilakukan
oleh notaris adalah: menelusuri isi dan klausula yang dianggap sepihak
(menguntungkan) bagi pelaku usaha. Tentunya dengan argument yang mendasar
serta berdasarkan undang-undang yang spesifik seperti yang diatur oleh Undang-
undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan dari sisi
kepatutan, tatanan berkehidupan di Republik mi baik pengaturan yang diatur pada
Pasal 6 UUPK tentang hak dan kewajiban pelaku usaha ataupun berdasarkan isi
Pasal 18 UUPK angka 1 dengan isi sub-subnya yang menjelaskan: bahwa pelaku
usaha tidak diperbolehkan atau dilarang memuat/mencantumkan klausula baku.
5 Ibid, hlm. 7
5
Dalam hal perjanjian baku yang isi klausula terlanjur sudah dibuat/
dibakukan dalam bentuk dokumen berupa formulir oleh pelaku usaha. Selaku
notaris dapat memberikan advice dengan menunjuk pasal-pasal yang dianggap
bertentangan dengan nilai-nilai luhur/tatanan yang hidup dalam masyarakat. Maka
notaris dapat merenvoi pasal-pasal yang dianggap bertentangan tersebut dan
notaris juga dapat memberikan paraf terhadap isi pasal tersebut.
Bertitik tolak dan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan
penelitian lebih mendalam dimana hasilnya akan dituangkan ke dalam tulisan
yang berbentuk skripsi dengan judul: “PERAN NOTARIS DALAM
MEMBERIKAN ADVICE TERHADAP ADANYA PERJANJIAN BAKU
YANG DIBUAT OLEH PELAKU USAHA UNTUK MELINDUNGI
KONSUMEN”
B. B. Permasalahan
Adapun yang menjadi permasalahan adalah sebagai berikut:
1. Apa peran notaris dalam memberikan advice terhadap adanya perjanjian
baku yang dibuat oleh pelaku usaha untuk melindungi konsumen?
2. Apakah akibat hukum yang timbul terhadap keberadaan perjanjian baku?
C. Ruang Lingkup dan Tujuan
Ruang lingkup penelitian dititikberatkan pada penelusuran terhadap peran
serta notaris dalam memberikan advice terhadap adanya perjanjian baku yang
6
dibuat oleh pelaku usaha untuk melindungi konsumen, tanpa menutup
kemungkinan menyinggung pula hal-hal lain yang ada kaitannya.
Tujuan penelitian adalah:
1. Untuk mengetahui dan menjelaskan apa peran notaris dalam memberikan
advice terhadap adanya perjanjian baku yang dibuat oleh pelaku usaha
untuk melindungi konsumen.
2. Untuk mengetahui dan memahami apakah akibat hukum yang timbul
terhadap keberadaan perjanjian baku..
Hasil penelitian ini dipergunakan untuk melengkapi pengetahuan teoritis
yang diperoleh selama studi di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah
Palembang dan diharapkan bermanfaat sebagai tambahan informasi bagi ilmu
pengetahuan, khususnya hukum pidana, sekaligus merupakan sumbangan
pemikiran yang dipersembahkan kepada almamater.
D. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan pengertian dasar dalam suatu penulisan
yang memuat istilah-istilah, batasan-batasan serta pembahasan yang akan
dijabarkan dalam penulisan karya ilmiah. Agar tidak terjadi kesimpangsiuran
penafsiran serta untuk mempermudah pengertian, maka dalam uraian di bawah ini
akan dikemukakan penjelasan dan batasan-batasan istilah yang berkaitan dengan
judul skripsi ini sebagai berikut:
1. Notaris adalah: Pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta
otentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam
7
undang-undang mi atau berdasarkan undang-undang lainnya ( Pasal 1
angka 1 UU No. 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris)
2. Perjanjian baku adalah: dialih bahasakan dan istilah asing yakni
“Standaard Contract” di mana baku atau standar memiliki arti sebagai
tolok ukur, yakni pedoman atau patokan bagi konsumen dalam
mengadakan hubungan hukum dengan pihak pengusaha. Dalam hal mi,
yang dibakukan adalah model, rumusan dan ukurannya. Artinya tidak
dapat diganti atau di ubah lagi, karena produsen telah membuat atau
mencetaknya dalam bentuk blanko tetap berupa naskah perjanjian lengkap
dengan syarat-syarat perjanjian dan syarat-syarat baku yang wajib
dipenuhi konsumen.6
3. Pelaku Usaha adalah: Setiap orang perorangan atau badan usaha, baik
yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan
dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum
Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian
menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi. (Pasal
1 angka 3 UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen).
4. Konsumen adalah: Setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang
tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga,
orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.
(Pasal 1 ayat (2) UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen).
6 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, Alumni, Bandung, 2006.
8
E. Metode Penelitian
Selaras dengan tujuan yang bermaksud menelusuri prinsip-prinsip hukum,
terutama yang bersangkut paut dengan wewenang jaksa penuntut umum dalam
membuat surat dakwaan, maka jenis penelitiannya adalah penelitian hukum
normatif yang bersifat deskriptif (menggambarkan) dan tidak bermaksud untuk
menguji hipotesis.
1. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data sekunder dititikberatkan pada penelitian
kepustakaan (library research) dengan cara mengkaji:
a. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang bersifat mengikat
seperti undang-undang, peraturan pemerintah, dan semua ketentuan
peraturan yang berlaku.
b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum seperti hipotesis, pendapat
para ahli maupun penelitian terdahulu, yang sejalan dengan
permasalahan dalam skripsi ini.
c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang menjelaskan bahan
hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus bahasa,
ensiklopedia, dan lainnya.
2. Penelitian lapangan (field research) dalam upaya mendapatkan data
primer, dengan cara melakukan pengamatan dan mewawancarai pihak
terkait yakni notaris yang ada di kota Palembang.
9
3. Teknik pengolahan data
Setelah data terkumpul maka data tersebut diolah guna mendapatkan data
yang terbaik. Dalam pengolahan data tersebut penulis melakukan kegiatan
editing, yaitu data yang diperoleh diperiksa dan diteliti lagi mengenai
kelengkapan, kejelasan dan kebenarannya, sehingga terhindar dari
kekurangan dan kesalahan.
4. Analisis data
“Analisis data dilakukan secara kualitatif yang dipergunakan untuk
mengkaji aspek-aspek normatif atau yuridis melalui metode yang bersifat
deskriptif analitis yang menguraikan gambaran dari data yang diperoleh
dan menghubungkan satu sama lain untuk mendapatkan suatu kesimpulan
yang bersifat umum”.7
F. Sistematika Penulisan
Sesuai dengan buku pedoman penyusunan skripsi Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Palembang, penulisan skripsi ini secara keseluruhan
tersusun dalam 4 (empat) bab dengan sistematika sebagai berikut:
Bab. I. Pendahuluan, berisi mengenai latar belakang, permasalahan, ruang
lingkup dan tujuan, definisi konseptual, metode penelitian, dan
sistematika penulisan
Bab. II. Tinjauan Pustaka, memaparkan tinjauan pustaka yang menyajikan
mengenai asas dan tujuan Undang-undang Perlindungan Konsumen,
7Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1997,
hlm. 129
10
hak dan kewajiban dalam praktek perjanjian baku, cara memberlakukan
syarat-syarat baku, dasar berlakunya syarat-syarat baku, kewajiban
notaris untuk memberikan keseimbangan dalam perjanjian baku
Bab. III. Pembahasan, yang berisikan paparan tentang hasil penelitian secara
khusus menguraikan dan menganalisa permasalahan yang diteliti
mengenai peran notaris dalam memberikan advice terhadap adanya
perjanjian baku yang dibuat oleh pelaku usaha untuk melindungi
konsumen, dan juga mengenai akibat hukum yang timbul terhadap
keberadaan perjanjian baku.
Bab. IV. Penutup, pada bagian penutup ini merupakan akhir pembahasan skripsi
ini yang diformat dalam kesimpulan dan saran-saran.
11
DAFTAR PUSTAKA
Buku-buku:
Abdulkadir Muhammad, Perjanjian Baku Dalam Praktek Perusahaan
Perdagangan, Citra Aditya, Bandung, 1992
------------------------------, Hukum Perikatan, Alumni, Bandung, 2006 Achmad Au,
Menguak Tabir Hukum, Chandara Pratama, Jakarta, 1996
Ahmad Sofyan, Perlindungan Konsumen Dalam Perjanjian Baku Pada Praktek
Perusahaan Dagang, Menurut Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999,
Tesis Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya,
Palembang, 2011
Ahmadi Miru, Prinsip-prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen di Indonesia,
Disertasi Program Pascasarjana UNAIR, Surabaya, 2000
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
1997
Djuhaenda Hasan, Pengkajian Masalah Hukum Kebebasan Berkontrak Dan
Perlindungan Yang Seimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit
Bank di Indonesia, BPHN, Jakarta, 2002
Himpunan Peraturan Perundang-undangan Jabatan Notaris dan PPAT, Indonesia
Legal Center Publishing, Karya Gemilang, Jakarta, 1998
Jerry J Philips, Products Liability, West Publishing, Company, St Paul Minnesota,
1993
Mariam Darus Badrulzzaman, Perlindungan Terhadap Konsumen Dilihat Dari
Sudut Perjanjian Baku, Hasil Simposium Aspek-aspek Hukum Masalah
Perlindungan Konsumen Oleh BBPHN, Bina Cipta, Jakarta, 1986
Gustav Radbruch, Legal Philosophy, In The Legal Philosophies of Lask,
Radbruch, and Dabin, Translated by Kurt Wilk, Harvard University Press,
Massachusetts, 1950
Peter Mahmud Marzuki, Pembaharuan Hukum Ekonomi Indonesia, Universitas
Airlangga, Surabaya, Tanpa Tahun
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Grasindo, Jakarta, 2004
Siahaan NHT, Hukum Konsumen, Perlindungan Konsumen dan Tanggung Jawab
Produk, Panta Rei, Jakarta, 2005
12
Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, Intermasa, Jakarta, 1997
Peraturan Perundang-undangan:
Kitab Undang-undang Hukum Perdata
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
Jurnal:
Peter Mahmud Marzuki, The Need for Indonesia Economic Legal Framework,
dalam Jurnal Ekonomi, Edisi IX, Agustus, 1977
Himawan CII, Pendekatan Ekonomi Terhadap Hukum Sebagai Sarana
Pengembalian Wibawa Hukum, Dalam Majalah Hukum dan Pembangunan
No. 5 Tahun xxi, Oktober 1991
Internet:
http://aleichang.multiply.comljoumal/item/153, diakses tanggal 15 Mei 2018