peran muhammadiyah dalam misi kemanusiaan …

117
PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN INTERNASIONAL (STUDI KASUS: PENGUNGSI ROHINGNYA TAHUN 2017) Proposal Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Abdurrahman Rabbani 11141130000002 PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018/1439 H

Upload: others

Post on 25-Oct-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI

KEMANUSIAAN INTERNASIONAL

(STUDI KASUS: PENGUNGSI ROHINGNYA TAHUN

2017)

Proposal Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Abdurrahman Rabbani

11141130000002

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018/1439 H

Page 2: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …
Page 3: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …
Page 4: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …
Page 5: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

iv

ABSTRAK

Penelitian ini membahas peran Muhammadiyah dalam misi kemanusiaan

internasional terkait pengungsi Rohingya tahun 2017. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui bagaimana peran Muhammadiyah dalam misi kemanusiaan

internasional menangani pengungsi Rohingya di Bangladesh tahun 2017. Isu yang

terkait dengan konflik dan kekerasan di Myanmar hingga saat ini belum

terselesaikan dengan baik. Etnis Rohingya sebagai bagian dari etnis di Myanmar

mendapatkan perlakuan diskriminasi dari pemerintah Myanmar. Muhammadiyah

merupakan organisasi keagamaan yang salah satunya bergerak dalam bidang

kemanusiaan. Sebagai Non-Govermental Organization Muhammadiyah mampu

menjalankan misi kemanusiaan internasional dalam memberikan bantuan

kemanusiaan kepada pengungsi Rohingya.

Untuk mencapai tujuan penelitian tersebut, maka metode penelitian yang

digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pengumpulan data berupa sumber –

sumber informasi. Cara pengumpulan data yaitu melalui jurnal, pemanfaatan

dokumen, laporan dari institusi, website yang valid, dan wawancara. Konsep Non

Governmental Organization (NGO) dan Faith Based Organization (FBO)

digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian terkait misi kemanusiaan yang

dilakukan oleh Muhammadiyah. Konsep pengungsi dimasukkan terkait status

Etnis Rohingya. Kemudian konsep mediasi fasilitatif sebagai analisa peran

Muhammadiyah dalam upaya perdamaian. Konsep NGO, FBO dan mediasi

fasilitatif akan menjawab bagaimana peran Muhammadiyah melalui MDMC

menjalankan aktivitas kemanusiaan internasional terkait menangani pengungsi

Rohingya.

Kata Kunci: Muhammadiyah, Muhammadiyah Disaster Management Center,

Pengungsi Rohingya, Bangladesh

Page 6: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamiin, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah

SWT, yang telah menganugerahkan begitu banyak karunia dan telah memberikan

kemudahan bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Peran Muhammadiyah dalam Misi Kemanusiaan Internasional (Studi

Kasus: Pengungsi Rohingya Tahun 2017)”. Tidak lupa shalawat serta salam

teriring untuk Rasulullah SAW beserta sahabat-sahabatnya yang telah menjadi

suri teladan bagi seluruh umat manusia.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk

menyelesaikan program S1 program studi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulisan skripsi ini

mengalami begitu banyak kendala dan halangan hingga penulisan diselesaikan.

Penulisan ini jauh dari kata sempurna, penulis menyadari bahwa penulisan karya

ini masih banyak terdapat kekurangan baik dari segi kualitasnya maupun dari segi

teknik penulisan. Oleh karena itu, penulis menghaturkan banyak terimakasih

kepada pihak-pihak yang memberikan penulis bantuan dan motivasi hingga

skripsi ini dapat diselesaikan.

1. Keluarga saya tercinta, terimakasih banyak atas segala do’a, dukungan

moril dan materil yang tidak pernah terputus untuk saya, tanpa do’a dan

dukungan kalian saya tidak akan menjadi saat ini.

2. Bapak M. Adian Firnas, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah

berkenan memberikan waktu, pikiran, dukungan dan tenaga untuk

membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Page 7: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

vi

3. Bapak Ahmad Alfajri, MA selaku Ketua Program Studi Ilmu Hubungan

Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

4. Ajis, Roby, Akbar, Nadilah. Terima kasih sudah dan selalu memberikan

dukungan ketika penulis di titik terendahnya. Terima kasih atas motivasi

dan semangat telah menjadi pemicu penulis menyelesaikan skripsi.

5. Teman-teman Hijrah, terimakasih atas semua pengalaman berharganya

yang sangat berguna. Terimakasih untuk saling bertukar cerita bermanfaat

hingga tidak bermanfaat. Sukses untuk kalian! Selamat menempuh di

kehidupan selanjutnya.

6. Teman-teman KKN yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih

atas segala dukungan dan doa selama ini. Terimakasih telah menjadi

bagian dari kehidupan penulis yang berharga dan menyenangkan.

7. Teman-teman HI 2014 yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Terimakasih telah menjadi bagian terpenting dari hidup penulis.

Terimakasih untuk dukungan kalian selama penulis menempuh kuliah.

Sukses selalu!

Terimakasih kepada semua pihak yang penulis sebutkan atas segala

bantuannya dan dukungannya. Semoga skripsi ini dapat memberikan

perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu hubungan internasional.

Jakarta, 25 Mei 2018

Abdurrahman Rabbani

Page 8: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

vii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ......................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ....................................................................................... v

DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................ x

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xi

DAFTAR SINGKATAN .................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1.1. Pernyataan Masalah .............................................................................. 1

1.2. Pertanyaan Penelitian .......................................................................... 12

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................ 12

1.4. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 13

1.5. Kerangka Teoritis ................................................................................ 17

1.5.1 Konsep Non-Governmental Organization ................................ 17

1.5.2 Konsep Faith Based Organization ............................................. 20

1.5.3 Konsep Mediasi Fasilitatif ........................................................ 24

1.5.4 Konsep Pengungsi ..................................................................... 26

1.6. Metode Penelitian ................................................................................. 28

1.6.1. Jenis Penelitian ......................................................................... 28

1.6.2. Teknik Pengumpulan data ........................................................ 29

1.6.3. Teknik Analisa data .................................................................. 29

1.6.4. Informasi Penelitian .................................................................. 31

1.7. Sistematika Penulisan .......................................................................... 32

BAB II MUHAMMADIYAH SEBAGAI AKTOR KEMANUSIAAN ........ 33

2.1. Profil Muhammadiyah ......................................................................... 34

2.2. Awal Perkembangan Muhammadiyah ................................................. 39

2.3. Awal Perkembangan MDMC .............................................................. 41

2.4. MDMC sebagai Aktor Kemanusiaan Internasional ............................. 44

2.5. Kendala MDMC sebagai Aktor Kemanusiaan Internasional .............. 47

BAB III PROBLEM KEMANUSIAAN ROHINGYA ................................. 49

Page 9: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

viii

3.1. Profil Negara Myanmar ....................................................................... 50

3.1.1. Kondisi Geografi ........................................................................ 50

3.1.2. Kondisi Sosial Budaya ............................................................... 56

3.2. Sejarah Etnis Rohingya ....................................................................... 57

3.3. Konflik Etnis Rohingya ....................................................................... 62

BAB IV PERAN MUHAMMADIYAH DALAM PENANGANAN

PENGUNGSI ROHINGYA ............................................................................. 69

4.1. Melakukan Kerjasama dengan Aktor –Aktor Kemanusiaan

Indonesia untuk Penanganan Pengungsi Rohignya. ............................. 70

4.2. Melakukan Penyaluran Bantuan Kemanusiaan untuk

Penanganan Pengungsi Rohingya. ........................................................ 75

4.3. Mediasi Fasilitatif Muhammadiyah ..................................................... 82

BAB V PENUTUP ............................................................................................. 89

5.1. Kesimpulan .......................................................................................... 89

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ xiii

LAMPIRAN ...................................................................................................... xxii

Page 10: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar I.1. Provinsi Wilayah Cox Bazar ........................................................... 10

Gambar II.1. Struktur Organisasi Muhammadiyah ............................................ 38

Gambar III.1. Peta Myanmar ............................................................................. 50

Gambar III.2. Provinsi Rakhine ......................................................................... 55

Gambar III.3. Peta Penyebaran Pengungsi .......................................................... 68

Page 11: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

x

DAFTAR TABEL

Tabel I.1. Peran Mediator dalam Mediasi Konflik ............................................ 26

Page 12: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Transkrip Wawancara dengan Barori Budi Adji sebagai

Sekretaris MDMC ....................................................................... xxii

Lampiran 2 Transkrip Wawancara dengan Rachmawati Husein sebagai

Wakil Ketua MDMC………………………………………….. xxiv

Page 13: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

xii

DAFTAR SINGKATAN

AKIM Aliansi Kemanusiaan Indonesia untuk Myanmar

ARSA Arakan Rohingya Salvation Army

EMT Emergency Medical Team

FBO Faith Based Organization

HAM Hak Asasi Manusia

HASCO Humanitarian Assistance for Sustainable Community

HFI Humanitarian Forum Indonesia

ICRC International Committee of The Red Cross

IGO International Governmental Organization

INGO International Non Governmental Organization

KTT Konferensi Tingkat Tinggi

MDMC Muhammadiyah Disaster Management Center

NGO Non Governmental Organization

PBB Perserikatan Bangsa Bangsa

PCIM Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah

PKO Penolong Kesengsaraan Oemoem

PMI Palang Merah Indonesia

TAN Transnasional Advocation Network

WHO World Health Organization

WHS World Humanitarian Summit

Page 14: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Pernyataan Masalah

Kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang terjadi di

berbagai dunia merupakan sebuah fenomena yang masih berlangsung

hingga saat ini. Hilangnya hak-hak dasar individu merupakan pelanggaran

terhadap kemanusiaan, seperti pemerkosaan terhadap perempuan dan anak

di bawah umur, genosida, aksi terorisme yang menewaskan warga sipil

dan diskriminasi atas suatu kelompok. Yang menjadi perhatian dunia saat

ini yakni penindasan suatu etnis dengan menghilangkan hak kebebasan

untuk hidup dengan aman seperti yang terjadi di Rakhine terhadap etnis

Rohingya.

Pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia dapat dilakukan oleh

individu baik oleh seorang pemimpin ataupun sebuah kelompok. Mereka

dengan kejam menyerang warga sipil yang didasari sebuah motif yang

menjadi alasan penyerangan yang dilakukan baik sosial, ekonomi, teroris

ataupun motif mempertahankan kepentingan sebuah negara. Banyak dari

kasus pelanggaran hak asasi manusia tersebut menyebabkan timbulnya

suatu konflik baru yang tidak dapat diselesaikan dengan soft power.

Isu kemanusaan yang terjadi pada abad 21 ini memang bukan lagi

hal yang baru ketika negara dalam keadaan yang tidak diuntungkan,

seperti negara berkembang masih memerlukan bantuan dari negara maju,

Page 15: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

2

menjadikan negara berkembang sangat bergantung dengan negara-negara

maju. Permasalahan ketika kondisi negara berkembang tak jarang isu

pelanggaran hak asasi manusia seperti krisis kemanusiaan telah banyak

terjadi. Isu kemanusiaan menjadi hal biasa terjadi di Asia khususnya Asia

Tenggara seperti kebencanaan akibat bencana alam yang terjadi di Nepal,

Indonesia, Filipina, termasuk bencana kemanusiaan yang terjadi di

Myanmar.

Permasalahan yang terjadi di dunia internasional menciptakan

bentuk respon dari berbagai aktor internasional baik itu negara atau Non-

Governmental Organization (NGO). Aktor internasional memiliki peran

dalam memberikan pengaruh terhadap permasalahan internasional,

termasuk salah satunya berperan dalam isu kemanusiaan. Banyak aktor

internasional seperti NGO yang menjadi aktor kemanusiaan. Seperti

International Organization for Migration (IOM), Palang Merah

Internasional (PMI) termasuk organisasi keagamaan Muhammadiyah, NU,

Church World Service (CWS), Islamic Relief Worldwide, dll.

Muhammadiyah merupakan organisasi kemasyarakatan dalam

bentuk persyarikatan yang bergerak pada wilayah dakwah amar ma’ruf

nahi munkar, dan tajdid yang bersifat pencerahan, bersumber dari Al-

Quran dan Sunnah. Muhammadiyah berdiri di Kampung Kauman, Daerah

Page 16: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

3

Istimewa Yogyakarta pada tanggal 8 Dzulhijah 1330 H atau yang

bertepatan dengan tanggal 18 November 1912.1

Kyai Haji Ahmad Dahlan merupakan pelopor utama sekaligus

pendiri organisasi keagamaan ini. Gerakan ini diberi nama

Muhammadiyah oleh pendirinya dengan maksud bertafa’ul

(berpengharapan baik) dapat mencontoh dan meneladani jejak

perjuangannya dalam rangka menjunjung tinggi agama islam semata–mata

demi terwujudnya „Izhul Islam wal Muslimin, kejayaan Islam sebagai

tujuan dan kemuliaan hidup umat Islam sebagai realita.2

Di samping dikenal sebagai organisasi keagamaan,

Muhammadiyah juga dikenal sebagai organisasi yang berperan aktif dalam

bidang kemanusiaan.3 Pada tahun 1920 menjadi awal mula gerakan

kemanusiaan Muhammadiyah yang muncul dari pemikiran Haji

Muhammad Syudjak yang merupakan seorang santri teman dekat K H.

Ahmad Dahlan. Awal mula lembaga rumah sakit dengan nama Penolong

Kesengsaraan Umum (PKU).4

Dalam perjalanannya PKU Muhammadiyah menjadi suatu bentuk

nyata dari aktivitas kemanusiaan yang fokus dalam bidang kesehatan dan

layanan kemanusiaan. Kegiatan yang telah dilakukan Muhammadiyah

1 Majelis Diklitbang dan LPI PP Muhammadiyah, “1 Abad Muhammadiyah:

Gagasan Pembaruan Sosial Keagamaan”, (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2010),

7. 2 ST Rajiah Rusydi, “Peran Muhammadiyah (Konsep Pendidikan, Usaha –

usaha, di Bidang Pendidikan, dan Tokoh”, Jurnal Tarbawi, Volume 1, (2017), 140. 3 Majelis Diklitbang dan LPI PP Muhammadiyah, 1 Abad Muhammadiyah:

Gagasan Pembaruan Sosial Keagamaan, 355. 4 Febriansyah dan M. Raihan, “100 Tahun Muhammadiyah Menyinari Negeri”

(Yogyakarta: Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah, 2013), 132-133.

Page 17: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

4

khususnya membantu dalam isu kebencanaan dan kemanusiaan. Pasca

peristiwa Tsunami di Aceh tahun 2004, Muhammadiyah kembali menjadi

pelopor membentuk lembaga kebencanaan dengan nama Pusat

Penanggulangan Bencana.5

Pada tahun 2010 ketika Muktamar Muhammadiyah Yogyakarta,

terbentuk sebuah Lembaga Penanggulangan Bencana Muhammadiyah atau

Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) yang merupakan

sebuah lembaga milik oleh Muhammadiyah yang concern dalam

menjalankan aktivitas kemanusiaan universal dan bergerak khusus dalam

bidang kebencanaan untuk pengurangan resiko bencana.6

Keterlibatan Muhammadiyah melalui MDMC, tidak hanya terlibat

sebatas kegiatan kemanusiaan di dalam negeri namun juga ikut terlibat

aktif dalam kegiatan kemanusiaan di luar batas negara. MDMC merupakan

organisasi yang secara internasional telah diakui World Health

Organization (WHO) di mana MDMC telah memiliki standar Emergency

Medical Team (EMT) yang memenuhi standar WHO. Hal ini

memungkinkan bagi MDMC untuk menjalankan aktivitas penanggulangan

dan kebencanaan secara internasional.7

5 Nurkhasanah Fajriyah, “Faith Based Organizations and Humanitariansm

Studi”, Electronic Theses & Dissertations (ETD) Gadjah Mada University, (Yogyakarta:

2014), 1-5. 6 Lembaga Penanggulangan Bencana, “Laporan Pelaksanaan Program Kerja

Lembaga Penanggulangan Bencana Pimpinan Pusat Muhammadiyah 2010-2015”

(Yogyakarta: Lembaga Penanggulangan Bencana Pimpinan Pusat Muhammadiyah,

2015), 1. 7 Lembaga Penanggulangan Bencana, “Laporan Pelaksanaan Program Kerja

Lembaga Penanggulangan Bencana Pimpinan Pusat Muhammadiyah 2010-2015”, 15.

Page 18: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

5

EMT adalah kelompok profesional kesehatan (dokter, perawat,

paramedis, dll.) yang merawat pasien yang terkena gawat darurat atau

bencana. Mereka berasal dari pemerintah, NGO, militer dan organisasi

internasional seperti gerakan Internasional Red Cross/Red Crescent

movement. Mereka bekerja untuk mematuhi klasifikasi dan standar

minimum yang ditetapkan oleh WHO dan mitra-mitranya, dan datang

terlatih dan mandiri sehingga tidak membebani sistem nasional.8

EMT merupakan bagian penting dari tenaga kerja kesehatan global

dan memiliki peran khusus. Setiap dokter, perawat, atau tim paramedis

yang berasal dari negara lain untuk mempraktikkan perawatan kesehatan

dalam keadaan darurat harus datang sebagai anggota tim. Tim itu harus

memiliki pelatihan, kualitas, peralatan, dan kesiapan sehingga dapat

merespons dengan sukses daripada membebani sistem nasional. EMT

harus berjuang untuk swasembada, memenuhi standar minimum untuk

EMT, dan memiliki kualitas perawatan yang sesuai untuk konteksnya.

Muhammadiyah mendapatkan standar EMT dari WHO

dikarenakan memiliki tenaga kerja kesehatan yang berkualitas,

kelengkapan peralatan medis yang memadai, dan kesiap siagaan dalam

merespon isu kebencanaan baik dalam negeri maupun luar negeri. Hal

tersebut yang menjadikan Muhammadiyah melalui MDMC mendapatkan

standar EMT dari WHO.9

8 WHO, “Emergency Medical Team” diakses dari

http://www.who.int/hac/techguidance/preparedness/emergency_medical_teams/en/ pada

tanggal 6 Juli 2018. 9 Hasil Wawancara dengan Rachmawati Husein (Wakil Ketua MDMC).

Page 19: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

6

Dalam menghadapi perkembangan kemanusiaan universal

Muhammadiyah mengembangkan wawasan keislaman yang bersifat

kosmopolitan. Kosmopolitanisme Muhammadiyah ialah keyakinan bahwa

kesadaran tentang kesatuan masyarakat seluruh dunia dan umat manusia

yang melampaui sekat-sekat etnik, golongan, kebangsaan, dan agama.

Kosmopolitanisme secara moral melibatkan adanya solidaritas

kemanusiaan universal dan rasa tanggungjawab universal kepada sesama

manusia tanpa memandang perbedaan dan pemisahan jarak yang bersifat

primordial dan konvensional.10

Pandangan kemanusiaan tersebut menjadikan Muhammadiyah

lebih aktif dan fleksibel dalam melakukan pendampingan kemanusiaan

dalam setiap kondisi, waktu dan tempat. Dari berbagai aktivitas yang

dilakukan Muhammadiyah baik lokal ataupun global melalui

Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) terkait pengungsi

Rohingya tahun 2017 akan menjadi fokus utama dalam pembahasan

penelitian.

Etnis Rohingya merupakan sebuah bukti bahwa negara acuh

terhadap masyarakat minoritas yang hidup di negaranya. Etnis Rohingya

hidup di negara Myanmar di bagian Arakan dan hidup berdampingan

dengan Etnis Rakhine. Etnis Rohingya yang bukan merupakan penduduk

asli etnis orang Myanmar, melainkan merupakan etnis migran dari

10

Haedar Nashir, “Berideologi Muhammadiyah” diakses dari

http://mpk.muhammadiyah.or.id/download-presentasi-baitul-arqam-dosen-umy-248.html

pada tanggal 5 Juli 2018.

Page 20: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

7

Benghal dan juga beragama Islam. Berbeda dengan Etnis Rakhine yang

merupakan etnis asli Arakan dan beragama Budha.11

Migrasi yang dilakukan oleh etnis Rohingya telah terjadi berabad-

abad sebelum negara Myanmar itu lahir. Menurut Human Right Watch,

mulai abad 12 migrasi telah dilakukan oleh Etnis Rohingya. Berbagai ras

terdapat pada Etnis Rohingya tidak hanya dari Bengal saja namun juga

dari Persia Moghul dan Turki. Berkembangnya Etnis Rohingya di Arakan

melalui perdagangan para saudagar muslim pada abad 12-14.12

Pasca Myanmar merdeka, pada masa pemerintahan pertama yang

dipimpin oleh Jenderal Aung San, Etnis Rohingya menjadi salah satu etnis

yang memiliki peran dalam pemerintahan Myanmar. Dalam beberapa

kesempatan beberapa warga Rohingya bahkan menjadi menteri di kabinet

Myanmar pada kurun 1940-1950. Namun, pada tahun 1962 ketika Jenderal

Ne Win melakukan kudeta hingga menjadi Presiden, sistem politik

Myanmar berubah menjadi lebih otoriter.

Banyak etnis minoritas yang seringkali menjadi korban, karena

dianggap tidak loyal dan ingin memisahkan diri dari Myanmar, yang salah

satunya adalah Etnis Rohingya. Etnis Rohingya dianggap oleh rezim Ne

Win sebagai sebuah ancaman, sehingga dilancarkanlah sebuah operasi

11

Tri Joko Waluyo, “Konflik Tak Seimbang Etnis Rohingya dan Etnis Rakhine

di Myanmar”, Jurnal Transnasional Vol. 4 No. 2 (Februari 2013): 844. 12

“Malaysia/Burma. Living in Limbo (Burmese Rohingyas in Malaysia).”

Diakses https://www.hrw.org/reports/2000/malaysia/maybr008-01.htm#TopOfPage pada

tanggal 24 Februari 2018.

Page 21: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

8

untuk menumpas pergerakan separatis dan mengontrol penduduk etnis

Rohingya pada tahun 1978.13

Penindasan terhadap Rohingya di Myanmar 2016–2017 adalah

tindakan kekerasan militer yang berlangsung oleh angkatan bersenjata dan

kepolisian Myanmar terhadap Muslim Rohingya di negara bagian Rakhine

di wilayah barat laut negara itu.14

Masyarakat Etnis Rohingya merupakan

golongan minoritas yang mendapatkan perlakuan diskriminasi dan

kekerasan serta hidup dalam garis kemiskinan. Ketiadaan pengakuan oleh

pemerintah sebagai warga negara, menjadikan Etnis Rohingya tidak

memiliki dokumen legal untuk mendapatkan hak-hak sebagai warga

negara. Kerusuhan sektarian di negara bagian Rakhine juga telah

menyebabkan 200 warga Rohingya tewas dan 140 orang melarikan diri.15

Konflik etnis yang telah terjadi bertahun-tahun dan tidak adanya

larangan yang dilakukan oleh pemerintahan Myanmar mengakibatkan

Rohingya memilih untuk mengungsi. Letak geografis yang berdekatan

dengan Bangladesh menjadikan Etnis Rohingya memilih untuk dijadikan

tempat mengungsi. Bangladesh tidak menerima Etnis Rohingya dengan

13

Triono, “Peran ASEAN dalam Penyelesaian Konflik Etnis Rohingya”, Jurnal

TAPIs Vol.10 No.2 (Desember 2014), 2. 14

Hendra Maulana Saragih, “Indonesia dan Responsibility To Protect Etnis

Muslim Rohingya Myanmar”, Jurnal Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan vol.2, no.2

(Desember 2017), 2. 15

Amanda Puspita Sari, “AS Tetapkan Tindakan Myanmar terhadap Rohingya

bukan Genosida”, diakses dari

https://www.cnnindonesia.com/internasional/20160322111424-106-118985/as-tetapkan-

tindakan-myanmar-terhadap-rohingya-bukan-genosida pada tanggal 24 Februari 2018

Page 22: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

9

alasan overpopulation. Dalam kondisi demikian pilihan bagi Rohingya

ialah mengungsi ke wilayah Malaysia atau Indonesia.16

Muhammadiyah sebagai Non-Govermental Organization (NGO)

melakukan pembelaan terhadap pengungsi Rohingya tersebut.

Muhammadiyah melalui Muhammadiyah Disaster Management Center

(MDMC) melakukan pendampingan pengungsi dan MDMC bekerja sama

dengan NGO Indonesia bahkan dengan beberapa lembaga Jaringan

Advokasi Transnasional (Transnasional Advocation Network) untuk

melakukan humanitarian assistance. MDMC juga melakukan pengarahan

kepada pimpinan cabang Muhammadiyah di Indonesia khususnya Aceh

untuk menyalurkan bantuan. Aceh menjadi tempat pelabuhan bagi para

pengungsi dalam mencari keamanan.

Sebagai akibat meningkatnya kekerasan di Myanmar, sekitar 1000

warga Rohingya kabur menuju perbatasan Bangladesh untuk memasuki

wilayah dan mencari tempat untuk mengungsi. Otoritas Bangladesh

dengan tegas menolak untuk menerima warga muslim Rohingya tersebut.

Mohammad Ali Hossain seorang dokter yang ditunjuk menjadi wakil

komisaris di wilayah Cox‟s Bazar Bangladesh, mengatakan banyak Etnis

Rohingya yang mencoba masuk negara ini, namun Bangladesh memiliki

toleransi nol, tidak seorang pun yang diizinkan. Di negara itu terdapat

ratusan ribu pengungsi dan sebanyak 87 ribu pengungsi telah tiba sejak

gelombang kekerasan pada oktober 2016. Bahkan dari mereka

16

Triono, “Peran ASEAN dalam Penyelesaian Konflik Etnis Rohingya”, 4.

Page 23: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

10

mendapatkan tempat penampungan sementara di 3 lokasi: Kutopalong dan

Balukhali di Ukhia dan Leda di Teknaf.17

Gambar I.1. Provinsi Wilayah Cox Bazar

Sumber: https://www.aranzgeo.com, 2018

Muhammadiyah menjalankan peran melalui MDMC terlibat dalam

Aliansi Kemanusiaan Indonesia untuk Myanmar (AKIM) yang mana

lembaga tersebut memiliki program untuk meningkatkan taraf hidup dan

17

Rita Uli Hutapea, “1000 Warga Rohingya yang Kabur dari Myanmar Ditolak

Bangladesh”, diakses dari https://news.detik.com/internasional/3616013/1000-warga-

rohingya-yang-kabur-dari-myanmar-ditolak-bangladesh pada tanggal 25 Februari 2018.

Page 24: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

11

memberikan bantuan dalam peningkatan kapasitas, pengiriman tenaga ahli,

livehood dan pemulihan kepada pengungsi Rohingya.

Hal tersebut tidak terlepas dari keterlibatan yang dilakukan

Muhammadiyah dalam penanganan isu kemanusiaan internasional.

Keterlibatan Muhammadiyah dalam penanganan kasus topan Haiyan di

Filipina dan gempa Nepal yang terjadi pada 2015 lalu. Status yang dimiliki

Muhammadiyah dalam MDMC yang telah diakui oleh WHO dan memiliki

Emergency Medical Team menjadikan MDMC mampu memberikan

bantuan hingga keluar mencapai batas wilayah negara.18

Muhammadiyah bekerjasama dengan pemerintah Indonesia dan

lembaga-lembaga kemanusiaan Indonesia untuk melakukan humanitarian

assistance. Hal ini dilakukan agar penanganan bantuan kemanusiaan yang

ada diberikan dan tersalurkan secara maksimal. Muhammadiyah

melakukan bantuan kesehatan, meningkatkan fasilitas pendidikan,

pembangunan pasar perdamaian, dan pendampingan untuk pengungsi

Rohingya. Muhammadiyah juga mendesak Perserikatan Bangsa Bangsa

(PBB) untuk mengatasi masalah Rohingya.19

18

Pimpinan Pusat Muhammadiyah, “Muhammadiyah Bersama AKIM Terus

Tingkatkan Komitmen Bantu Muslim Rohingya”, diakses dari

http://www.umm.ac.id/id/muhammadiyah/11802.html pada tanggal 2018. 19

Noval Dhwinuari Antony, “Muhammadiyah Desak PBB, ASEAN dan RI

Atasi Masalah Etnis Rohingya”, diakses dari https://news.detik.com/berita/d-

3623923/muhammadiyah-desak-pbb-asean-dan-ri-atasi-masalah-etnis-

rohingya?source=graboards.com&source=graboards.com pada tanggal 25 Februari 2018.

Page 25: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

12

1.2. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan fakta yang telah dijelaskan dalam latar belakang

tersebut, adanya bantuan yang diberikan Muhammadiyah dalam

Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC), muncul

permasalahan sebagai berikut?: “Bagaimana peran Muhammadiyah

dalam misi kemanusiaan internasional untuk penanganan pengungsi

Rohingya?”

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan :

a. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan peran yang dilakukan

Muhammadiyah sebagai salah satu national NGO dalam

menjalankan misi kemanusiaan internasional dalam menangani

pengungsi Rohingya tahun 2017.

b. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan peran yang dilakukan

Muhammadiyah sebagai salah satu Faith Based Organization

dalam misi kemanusiaan internasional dalam menangani

pengungsi Rohingya tahun 2017.

c. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan peran

Muhammadiyah dalam pemberian bantuan kepada pengungi

Rohingya.

Page 26: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

13

Penelitian ini bermanfaat:

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi

pengembangan studi Hubungan Internasional pada masa

mendatang.

b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

mahasiswa, khususnya studi Hubungan Internasional serta

pemerhati masalah-masalah internasional.

1.4. Tinjauan Pustaka

Ada beberapa literatur yang kemudian mencoba untuk dijadikan

rujukan agar dapat memudahkan menemukan poin–poin penting dari

penelitian ini. Poin poin tersebut kemudian akan memberikan gambaran

baru untuk diteliti dan berbeda dari penelitian–penelitian sebelumnya

terkait tema yang sama. Tinjauan pustaka ini juga diharapkan membantu

mengidentifikasi dan mengkritisi kelebihan dan kekurangan literatur–

literatur sebelumnya dari tema terkait dapat memberikan output dari sudut

pandang berbeda.

Pertama, jurnal yang berjudul “Peranan International Committee

Of The Red Cross terhadap Krisis Kemanusiaan di Palestina Periode 2011-

2012” oleh Yuli Fachri, SH, MSi dan Andri Tarigan yang mengkaji peran

ICRC di Palestina. Dalam jurnalnya, Yuli dan Andri melihat bahwa ICRC

sebagai NGO internasional memiliki peran yang efektif dalam krisis

kemanusiaan di Palestina di jalur Gaza, untuk membantu melindungi

Page 27: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

14

korban dan tahanan serta melakukan pencegahan sesuai dengan langkah

langkah hukum kemanusiaan internasional. 20

Penelitian di atas memiliki kesamaan tema yang dibahas, yaitu

dalam misi kemanusiaan khususnya dalam kompleksitas situasi tanggap

darurat kemanusiaan. Ditinjau dari bantuan kemanusiaan yang diberikan

ICRC terhadap krisis kemanusiaan yang dialami oleh rakyat Palestina.

Krisis kemanusiaan yang dialami oleh rakyat Palestina, karena konflik

yang berlarut–larut, akibat perselisihan mengakibatkan banyak korban

jiwa dan masyarakat sipil yang menderita. ICRC berusaha melindungi

orang orang dalam situasi konflik atau kekerasan bersenjata serta

mempunyai misi kemanusiaan untuk melindungi kehidupan.

Adanya kesamaan penelitian di atas dengan peran Muhammadiyah

dalam misi kemanusiaan internasional dalam menangani pengungsi

Rohingya tahun 2017, yaitu hadirnya NGO dalam kasus penanganan krisis

kemanusiaan. Penelitian Yuli dan Andri yang membahas mengenai

peranan International Committee Of The Red Cross (ICRC) terhadap krisis

kemanusiaan yang terjadi di Palestina pada tahun 2011-2012. Penelitian

tersebut lebih ditekankan pada upaya-upaya yang dilakukan ICRC dalam

melindungi kehidupan dan martabat para korban dan memperkuat prinsip

kemanusiaan akibat perang.

Kedua, tinjauan pustaka pada jurnal yang ditulis oleh Affifudin

Yunan dengan judul “Peran Dominan Amerika dalam Membantu Haiti

20

Yuli Fachri dan Andri Tarigan, “Peranan International Committee Of The Red

Cross Terhadap Krisis Kemanusiaan di Palestina Periode 2011-2012”, (Pekanbaru:

Universitas Riau, 2013, 2.

Page 28: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

15

Pasca Gempa Bumi 12 Januari 2010”. Dalam jurnal ini, peneliti membahas

mengenai bantuan kemanusiaan yang diberikan oleh Amerika Serikat

kepada Haiti. Peneliti juga mengatakan bahwa lebih dari 10 ribu tentara

Amerika Serikat menyalurkan bantuan kemanusiaan bagi warga Haiti yang

selamat dari bencana gempa bumi. 21

Jurnal di atas menggunakan tema isu kemanusiaan namun akibat

kebencanaan alam dan memiliki konsep yang berbeda, di mana jurnal

tersebut membahas penanganan korban akibat kebencanaan alam dan

menggunakan konsep foreign aid atau dalam istilah bahasa Indonesia

disebut bantuan internasional. Amerika Serikat memiliki motif tersendiri

yang melatarbelakangi pemberian bantuan secara dominan kepada Haiti.

Dari motif kepentingan nasional AS di Haiti, secara historis Amerika telah

melibatkan diri di Haiti sejak awal kemerdekaan Haiti hingga sekarang.

Letak geografis Amerika Serikat dengan Haiti pun tidak jauh, sehingga

kepentingan Amerika Serika di Haiti sangatlah banyak.

Ketiga, tinjauan pustaka dari skripsi yang berjudul “Peran Komite

Palang Merah Internasional dalam Menangani Krisis Kemanusiaan dalam

Perang di Timur Tengah: (Studi Kasus Konflik Suriah)”. Pada skripsi ini,

Cornelius Bernad mengkaji peran Palang Merah Internasional (PMI)

dalam menangani krisis kemanusiaan di Timur Tengah. Dalam

penanggulangan krisis kemanusiaan, khususnya anak anak dan korban

perang di Suriah, peran ICRC dan organisasi internasional lain, serta

21

Affifudin Yunan, ”Peran Dominan Amerika dalam Membantu Haiti Pasca

Gempa Bumi 12 Januari 2010”, (Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

2016), 4.

Page 29: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

16

pemerintah setempat untuk membantu memberikan pertolongan terhadap

anak anak dari dampak perang.22

Penelitian di atas memiliki kesamaan tema, yaitu konflik yang

mengakibatkan krisis kemanusiaan. Tinjauan dari skripsi Cornelius Bernad

adanya sebuah NGO yang aktif berperan langsung dalam isu kemanusiaan

yang terjadi di dunia internasional, sama halnya dengan peran

Muhammadiyah dalam misi kemanusiaan internasional yang

mengedepankan nilai–nilai kemanusiaan dan menjunjung tinggi hak asasi

manusia.

Pemberian bantuan yang diberikan ICRC terhadap korban Suriah

sebagai bentuk penanganan dan perlindungan terhadap korban akibat

perang. Hal tersebut memiliki kesamaan dengan peran Muhammadiyah

dalam menangani pengungsi Rohingya namun, terdapat perbedaan pada

konsep tersebut yang menggunakan konsep keamanan manusia dan

organisasi internasional.

1.5. Kerangka Teoritis

1.5.1. Konsep Non-Govermental Organization

Dalam dunia internasional tidak hanya aktor seperti negara

yang selalu mendominasi, melainkan telah banyak aktor–aktor lain

yang turut berusaha meningkatkan interaksi satu dengan yang lain,

untuk mencapai kepentingannya masing-masing. Baik aktor negara

22

Cornelius Bernad, “Peran Komite Palang Merah Internasional dalam

Menangani Krisis Kemanusiaan Dalam Perang di Timur Tengah: (Studi Kasus Konflik

Suriah)”, (Samarinda: Universitas Mulawarman, 2013), 49.

Page 30: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

17

ataupun non negara pada dasarnya seringkali tergabung dalam

beberapa organisasi internasional yang digunakan sebagai wadah untuk

mencapai kepentingan individu ataupun kelompok.

Organisasi non pemerintahan dapat bersifat organisasi

internasional yang disebut International Non Governmental

Organization (INGO) dan dapat pula bersifat intra-nasional yang

disebut Non–Governmental Organization (NGO). Perbedaanya hanya

pada keanggotaan organisasi, rekan kerjasama serta ruang lingkup

yang menjadi kegiatan berlangsungnya organisasi.23

Selain itu, NGO bersifat internasional atau International Non-

Govermental Organization (INGO) dengan ruang lingkup terbatas

secara regional saja. Unsur atau syarat yang sudah pasti bagi INGO

adalah bersifat non pemerintah, atau bahwa yang dilibatkan dalam

pembentukan, keanggotaan dan dalam kegiatan organisasi adalah

bukan pemerintah masing-masing negara. Selain itu, adapula syarat-

syarat lainnya yang tidak kalah penting dan tidak boleh diabaikan.24

Non-Govermental Organization (NGO) adalah organisasi

internasional yang berfungsi sebagai mekanisme bagi kerjasama di

antara kelompok swasta-nasional dalam perihal urusan internasional.

Terutama dalam bidang ekonomi, sosial, kebudayaan, dan humaniora.

23

T. May Rudy, Administrasi dan Organisasi Internasional, (Bandung: Refika

Aditama, 2009), 18-19. 24

T. May Rudy, Administrasi dan Organisasi Internasional, 19.

Page 31: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

18

Contoh NGO yakni kelompok religius, organisasi pengajar, ahli

hukum internasional, organisasi kemanusiaan, juga uni perdagangan.25

Pelaku dalam Hubungan Internasional terdiri dari pelaku

negara dan bukan negara. Peran negara tersebut didukung oleh peran

dari International Governmental Organization (IGO) dan NGO yang

masing-masing menjalankan peran sesuai kepentingannya. Hanya saja,

IGO anggotanya terdiri dari negara, sedangkan NGO anggotanya

terdiri dari bukan negara, misalnya perorangan, kelompok, perusahaan

multinasional serta kelompok kepentingan lainnya. Pelaku ini

mempengaruhi kondisi hubungan internasional dengan pola hubungan

yang memberikan simbiosis yang berpengaruh dalam perjalanan

praktik hubungan internasional.

Peran Non-Governmental Organizations (NGO) dalam ranah

politik global dalam perkembangannya menjadi semakin signifikan

terutama setelah perang dingin berakhir. Dalam tiga dekade terakhir,

NGO telah berkembang dalam hal jumlah, ukuran, maupun keragaman

isu yang menjadi perhatiannya. Konsep NGO sendiri belum

menemukan bentuk pasti dan masih terdapat perbedaan–perbedaan

dalam pendefinisiannya. Menurut Van Turjil, NGO merupakan

organisasi independen, non-profit, non-partisan yang bertujuan untuk

meningkatkan kualitas dari yang termajinalkan.26

25

Jack C. Plano dan Roy Olton, International Relations Dictionary, Third

Edition, (England: Clio Press Ltd, 1982), 275-276. 26

Peter van Turjil, “NGOs and Human Rights: Sources of Justice and

Democracy” dalam Journal of International Affairs, Vol.52, No:2, Spring, 1999, 495.

Page 32: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

19

NGO mempunyai bentuk yang beragam, hal tersebut dapat

dilihat dari perbedaan yang dimiliki seperti struktur organisasi, sumber

dana yang dimiliki, ikatan nasional dan fokus aktivitas.27

NGO

bukanlah bagian dari pemerintah namun merupakan bagian dari

masyarakat yang menjembatani antara masyarakat dengan pemerintah

dengan melakukan tindakan nyata dan merupakan sebuah organisasi

independen yang bersifat sosial.

Peter Willetts, dalam artikelnya What is an Non-Governmental

Organization? menjelaskan bentuk NGO menurut strukturnya

dijelaskan dalam local NGO, national NGO, regional NGO, dan

Global NGO. Local NGO atau national NGO dijelaskan sebagai

sekelompok individu yang bekerja dalam kegiatan lokal yang

mengkoordinasikan kegiatannya kepada provinsi yang memiliki kantor

pusat di ibukota sebuah negara. Seluruh NGO memiliki

keterlibatannya dalam level global.

Ditunjukkan bahwa organisasi non-pemerintahan nasional

(national NGO) sudah ikut terlibat dalam isu-isu global. Sehingga hal

tersebut menjadikan istilah NGO mulai saat itu dapat mewakili peran

baik NGO yang masih berskala lokal, nasional maupun internasional

sudah dalam level global.28

27

Davidson, Lisa Witzig, Humanitarian and Peace Operations: NGOs and the

Military, NDU Press Book, 1996, 1-8. 28

Willets, Petter, “What is a Non-Govermental Organization” dalam Journal

UNESCO Encyclopedia of Life Support Systems, 5-7.

Page 33: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

20

Dari uraian di atas bahwa keterkaitan antara konsep yang telah

dipaparkan, Muhammadiyah sebagai salah satu NGO yang berada di

Indonesia turut terlibat dalam aktivitas kemanusiaan berskala

internasional. Muhammadiyah bekerja dalam kegiatannya

mengkoordinasikan kegiatan kepada kantor pusat untuk melaksanakan

bantuan kemanusiaan dalam penanganan pengungsi Rohingya.

Muhammadiyah juga sebagai organisasi yang menjembatani antara

masyarakat dan pemerintah dengan melakukan tindakan nyata dengan

tujuan meningkatkan kualitas dari yang termajinalkan.

1.5.2. Konsep Faith Based Organization

Non Governmental Organization (NGO) merupakan sebuah

organisasi non-pemerintahan yang banyak memberikan bantuan

kepada masyarakat secara luas termasuk kepada korban kebencanaan.

Organisasi keagamaan ini telah banyak melakukan bantuan

kemanusiaan dibandingkan organisasi kemanusiaan sekuler. Hal ini

dikarenakan organisasi berbasis keagamaan lebih bersifat leluasa dan

memiliki motivasi yang tinggi di bidang kemanusiaan. Mereka juga

lebih aktif dalam hal pendampingan dan penyaluran bantuan. Bahkan

banyak dari mereka bergerak dengan professional dan bersifat

fleksibel.29

29

Ferris Elizabeth, “Faith-based and secular humanitarian organization”, [jurnal

online] International Review of The Red Cross Journal (2005): 312, diakses dari

https://www.icrc.org/eng/assets/files/other/irrc_858_ferris.pdf pada tanggal 26 Februari

2018.

Page 34: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

21

Faith Based Organization (FBO) dapat didefinisikan sebagai

suatu kelompok individu yang bersatu atas dasar kepercayaan. Secara

tradisional kelompok ini merupakan sebuah kelompok keagamaan

yang telah mengarahkan usaha mereka untuk memenuhi kebutuhan

spiritual, sosial maupun budaya. Hal ini terlihat dari peran sebuah

kelompok berbasis agama yang banyak memberikan pelayanan baik

lokal atau bahkan global terhadap suatu negara, kelompok dan

masyarakat.30

Organisasi keagamaan tersebut pasca tahun 1980 mengalami

pertumbuhan semenjak meningkatknya jumlah kebencanaan.

Organisasi ini mengalami peningkatan di tingkat mobilisasi,

profesionalisasi dalam kelembagaan, mendorong pengembangan

tekhnologi kebencanaan, standar paket bantuan, serta bentuk respon

kebencanaan yang fleksibel sehingga bisa diterapkan di setiap

kebencanaan. Organisasi tersebut tidak hanya tumbuh menjadi

semakin banyak, namun juga membangun sebuah sistem yang oleh

Greg bankoff disebut sebagai “Culture of Disaster”.31

Pada abad 19 kontribusi organisasi keagamaan telah

berkembang dan cukup populer. Laporan lain menemukan bahwa

organisasi keagamaan ini telah muncul sebagai fenomena yang baru.

30

“The Role of Faith Based Organization in Development”, diakses dari

http://dcid.sanford.duke.edu/events/role-faith-based-organizations-development pada

tanggal 23 Februari 2018. 31

Bush Robin, “Muhammadiyah and disaster response: innovation and change

in social welfare” (Hongkong: The Southeast Asia Research Centre (SEARC) of the City

University of Hong Kong, 2014), 2.

Page 35: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

22

FBO sebagai tanggapan munculnya politik identitas dan keterbatasan

dari penyediaan berbasis negara.32

Organisasi keagamaan memiliki pendekatan yang lebih spesifik

sebagai motivasi namun terdapat dampak yang lebih luas dalam

bergerak ketika dibandingkan dengan organisasi kemanusiaan sekuler,

Elizabeth Ferris:

“Faith-based humanitarian organizations share many

characteristics with their secular counterparts and are

influenced by the same political, social and economic contexts.

However, there are two characteristics which set faith-based

humanitarian organizations apart from most secular

humanitarian organizations: they are motivated by their faith

and they have a constituency which is broader than

humanitarian concerns. For believers, to be a Jew or a Muslim

or a Christian implies a duty to respond to the needs of the

poor and the marginalized. The expression of this faith takes

different forms in different religious traditions but is a powerful

motivation for humanitarian action”33

“Organisasi keagamaan memiliki karakteristik yang mirip

dengan organisasi kemanusiaan sekuler yang dipengaruhi kondisi

sosial politik dan ekonomi. Ada dua karateristik yang membedakan

organisasi keagamaan berbeda dengan organisasi kemanusiaan sekuler:

mereka termotivasi oleh keyakinan dan mereka memiliki pilihan yang

mungkin mereka ambil secara leluasa dibandingkan isu kemanusiaan.

Bagi orang yang beragama Yahudi, Muslim, dan Kristen, merupakan

sebuah kewajiban untuk membantu orang yang membutuhkan dan

32

Anna Scott and Eliza Anyangwe, “Faith-based organizations: should dogma

be left out of development?”, diakses dari https://www.theguardian.com/global-

development-professionals-network/2013/may/20/faith-based-organisations-dogma-

development pada tanggal 23 Februari 2018. 33

Elizabeth, Faith-based and secular humanitarian organization, 316.

Page 36: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

23

orang yang tertindas. Organisasi keagamaan ini mungkin berbeda

dengan cara beragama yang tradisional namun memiliki motivasi yang

kuat dalam menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.”

Dari uraian di atas, Muhammadiyah merupakan organisasi

yang secara utuh bergerak dalam bidang keagamaan. Kemudian

bergerak dalam bidang kemanusiaan dengan memegang pedoman

teologi al–ma‟un yang merupakan pedoman bagi Muhammadiyah

dalam menjalankan misi kemanusiaan. Peran Muhammadiyah melalui

MDMC tidak hanya sebatas pada penanganan permasalahan bencana

di Indonesia melainkan permasalahan dunia Internasional. Hal ini

berkaitan dengan pencapaian MDMC yang telah yang memiliki

spesialisasi di wilayah penanganan batas luar wilayah.

Prinsip kemanusiaan yang menjadi landasan bagi MDMC

adalah merupakan kewajiban bagi setiap individu membantu sesama

serta dalam rangka beragama. Ketika terjadi kebencanaan dalam

bentuk apapun, MDMC akan hadir sebagai bentuk ketakwaan dan

kewajiban keagamaan. Peran MDMC berkaitan dengan Humanitarian

Assistance. Bantuan atau perilaku yang menyelamatkan kehidupan,

meningkatkan dan meringankan penderitaan manusia selama

mengalami krisis akibat bencana kemanusiaan. Fokus dari bantuan

Page 37: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

24

kemanusiaan ialah melakukan penyelamatan kemanusiaan tanpa ada

intervensi militer.34

1.5.3. Konsep Mediasi Fasilitatif

Mediasi adalah upaya penyelesaian konflik dengan melibatkan

pihak ketiga yang netral, yang tidak memiliki kewenangan mengambil

keputusan yang membantu pihak-pihak yang bersengketa mencapai

penyelesaian (solusi) yang diterima oleh kedua belah pihak. Mediasi

adalah proses penyelesaian sengketa dengan perantaraan pihak ketiga,

yakni pihak yang memberi masukan-masukan kepada para pihak untuk

menyelesaikan sengketa.35

Mediasi juga memiliki berbagai macam dan jenis, di mana

macam dan jenis tersebut digunakan demi memudahkan

pengaplikasian seni mediasi itu sendiri. Didasari atas pernyataan

Margaret Drews, mediasi dapat dibagi menjadi empat, yaitu: mediasi

evaluatif, yaitu sebuah mediasi yang bertujuan untuk memperoleh

kesepakatan dan disepakati oleh pengadilan sehingga yang

dipertimbangkan adalah nilai-nilai hukum dan hasilnya akan lebih

memiliki kredibilitas, mediasi penyelesaian yaitu mediasi yang

mendukung terwujudnya kompromi dari beberapa pihak yang

berkonflik, kemudian mediasi fasilitatif yang mana berarti pihak-pihak

34

“Defining Humanitarian Assistance”, diakses dari http://devinit.org/defining-

humanitarian-assistance/ pada tanggal 26 Februari 2018. 35

Soemartono, Gatot P, Arbitrase dan Mediasi di Indonesia. (Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama,2006), 119.

Page 38: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

25

yang bersengketa didukung oleh mediator untuk menemukan solusi.

Dan mediasi transformatif, mediasi ini merupakan model mediasi yang

mendorong pihak-pihak yang berkonflik untuk memahami penyebab

permasalahan yang ada demi mencapai solusi dalam menyelesaikan

sebuah sengketa ataupun konflik.36

Konsep yang digunakan dalam analisa peran Muhammadiyah

dalam penanganan pengungsi Rohingya adalah konsep mediasi

fasilitatif. Mediasi fasilitatif bertujuan untuk memfasilitasi pihak-pihak

yang terlibat dalam penyelesaian masalah baik kedua pihak yang

bertikai maupun fasilitator dalam upaya perdamaian. Mitchell

menjelaskan beberapa peran yang sering dilakukan oleh mediator

dalam mediasi konflik yaitu explorer, reassurer, decoupler, unifier,

enskiller, convener, facilitator, envisioner, enhancer, guarantor,

legitimizer, verifier, implementer, reconciler. Konsep ini cocok untuk

dipakai dalam mediasi yang bersifat fasilitatif karena menekankan

peran sebagai mediator yang hanya memfasilitasi upaya perdamaian

dan tidak mempengaruhi hasil secara langsung. Namun, konsep yang

diterapkan hanya memakai beberapa peran ini yaitu explorer, unifier,

enskiller.37

36

Drews, Margaret, “The Four Models Mediation” Vol. 3, No, 1 (Maret 2008)

[Jurnal Online] diakses dari http://www.diac.ae/idias/journal/volume3no1/issue1/eng4.pdf

pada tanggal 8 Juli 2018. 37

Christopher R. Mitchell, Conflict, Social Change and Conflict Resolution. An

Enquiry (New York: Palgrave Macmillan Ltd), 20.

Page 39: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

26

Tabel I.1. Peran Mediator dalam Mediasi Konflik

Sumber: Christopher R. Mitchell, Conflict, Social Change and

Conflict Resolution, an Enquairy, 2005.

1.5.4. Konsep Pengungsi

Pengertian atau istilah pengungsi secara umum memiliki

beragam pengertian. Sebagaimana dalam buku pengantar hukum

pengungsi internasional yang ditulis oleh Achmad Romsan bahwa

terdapat dua pendapat ahli yang berhubungan dengan pengertian atau

batasan dari istilah pengungsi, yaitu Malcom Proudfoot dan Pietro

Verri.

Menurut pandangan Proudfoot bahwa pengungsi merupakan

suatu kelompok orang-orang yang terpaksa pindah ke tempat lain

akibat adanya penganiyaan, deportasi secara paksa, atau pengusiran

orang-orang dan perlawanan politik pemerintah yang berkuasa. Dapat

Page 40: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

27

pula dalam bentuk pengembalian etnik tertentu ke negara asal mereka

atau provinsi baru yang timbul akibat perang atau perjanjian atau

penentuan tapal batas secara sepihak sebelum perang terjadi.

Perpindahan penduduk sipil secara besar-besaran akibat adanya

tekanan dan ancaman. Perpindahan secara paksa penduduk dari

wilayah pantai atau daerah pertahanan berdasarkan perintah militer

secara pemulangan tenaga kerja paksa untuk ikut dalam perang.38

Sedangkan Pietro Verri dalam mendefiniskan pengungsi

merujuk pada Pasal 1 Konvensi 1951 khusunya pada kalimat „applies

to many person who has fled the country of his nationality to avoid

persecution or the threat of persecution‟. Dalam pandangannya

pengungsi merupakan seseorang atau kelompok orang yang

meninggalkan negaranya karena adanya ketakutan yang tidak

terhingga serta adanya kemungkinan atau potensi penyiksaan.39

Menurut Irawati Handayani konsep pengungsi memiliki dua

pengertian. Pertama pengungsi yang disebabkan oleh peristiwa alam

(natural disaster) dan pengungsi yang disebabkan oleh perbuatan

manusia (human made disaster). Dalam kasus di atas melihat bahwa

kasus Rohingya diakibatkan oleh perbuatan manusia, karena

permasalahan yang terjadi di Myanmar terkait dengan pengungsi

38

Achmad Romsan, Pengantar Hukum Pengungsi Internasional (Bandung:

Sainc Offset, 2003), 36. 39

Achmad Romsan, Pengantar Hukum Pengungsi Internasional, 36.

Page 41: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

28

Rohingya merupakan permasalahan yang diakibatkan oleh konflik

dalam negeri.40

Berdasarkan kedua pandangan di atas yang telah dijelaskan,

bahwa konsep pengungsi menurut Pitero Verri dan Proudfoot menjadi

landasan dasar organisasi kemanusiaan Muhammadiyah dalam

menjalankan perananya menangani pengungsi Rohingya. Namun,

konsep pengungsi menurut pandangan Pietro Verri lebih ditekankan

dalam kasus Pengungsi Rohingya dan kasus tersebut disebabkan oleh

perbuatan manusia (human made disaster).

1.6. Metode Penelitian

1.6.1. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode kualitatif, yaitu pengumpulan data berupa sumber–sumber

informasi yang terkait dengan permasalahan utama penelitian. Menurut

Sugiyono :

“Metode penelitian kualitatif adalah metode yang berdasarkan

pada filsafat postpositivisme, sedangkan untuk meneliti pada

objek alamiah, di mana peneliti adalah sebagai instrument

kunci, teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara

gabungan. Analisa data bersifat induktif atau kualitatif, dan

hasil penelitian lebih menekankan makna daripada

generalisasi.”41

40

Irawati Handayani, “Perlindungan terhadap Pengngsi Domestik (Internal

Displaced Person) dalam Sengketa Bersenjata Internal Menurut Hukum Internasional”,

Bandung: Jurnal HI UNPAD, (Vol. 1 No.2, 2001): 158. 41

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: CV

Alfabeta, 2011), 9.

Page 42: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

29

Penelitian kualitatif memiliki fokus pada suatu proses dan

peristiwa secara interaktif. Dengan menggabungkan model atau

pendekatan studi kasus. Studi kasus adalah uraian dan penjelasan

secara komprehensif mengenai berbagai aspek.

1.6.2. Teknik Pengumpulan Data

Untuk pengumpulan data–data dilakukan peneliti dengan

pemanfaatan dokumen dan wawancara. Pemanfaatan dokumen dengan

merujuk artikel, buku–buku, jurnal dan media relevan. Dalam

mengumpulkan data–data tersebut akan banyak memanfaatkan media

internet relevan sebagai sumber data utama. Wawancara merupakan

teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab secara langsung

dengan narasumber. Tujuannya yakni untuk mengetahui secara detail

peran Muhammadiyah dalam penanganan pengungsi Rohingya tahun

2017.

1.6.3. Teknik Analisa Data

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik, menurut

Winarno adalah suatu penelitian yang tertuju pada penelaan masalah

yang ada pada masa sekarang.42

Bertujuan untuk mendeskripsikan dan

menganalisis mengenai peran Muhammadiyah dalam misi

kemanusiaan internasional penanganan pengungsi Rohignya 2017.

Dengan demikian akan dilihat dan dianalisis bagaimana gambaran

peran Muhammadiyah dalam misi kemanusiaan internasional pada

42

Dadang Supardan, Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan

Stuktural (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2006), 103.

Page 43: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

30

penanganan pengungsi Rohingya 2017. Pada proses tersebut setiap

langkah dilakukan untuk menggali informasi terkait penelitian.

Pada tahap awal penelitian ini, yakni dengan melakukan studi

kepustakaan. Studi kepustakaan yang dimaksud yakni mengumpulkan

data mengenai gambaran sejarah perkembangan Muhammadiyah.

Pertama organisasi keagamaan yang bergerak di bidang kemanusiaan,

kemudian dijelaskan melalui sejarah terbentuknya Muhammadiyah

secara umum. Dijelaskan terbentuknya Muhammadiyah Disaster

Management Center (MDMC) sebagai lembaga yang bergerak di

bidang kebencanaan dan kemanusiaan. Selanjutnya dijelaskan peran

MDMC dalam aktivitas kemanusiaan di dunia internasional.

Penjelasan selanjutnya yakni menjelaskan dinamika masalah

kemanusiaan Rohingya. Di sini akan dijelaskan awal mula konflik

permasalah yang terjadi. Kemudian dijelaskan penanganan pengungsi

Rohingya oleh Muhammadiyah Disaster Management Center

(MDMC).

Pembahasan selanjutnya yakni peran Muhammadiyah melalui

Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) dalam

penanganan kasus Rohingya. Hal ini akan dijelaskan bantuan yang

diberikan MDMC terhadap para pengungsi Rohingya serta

menjelaskan sikap Muhammadiyah terkait status etnis Rohingya.

Page 44: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

31

1.6.4. Informasi Penelitian

Untuk informasi penelitian tersebut peran Muhammadiyah

dalam misi kemanusiaan internasional untuk penanganan pengungsi

Rohingya tahun 2017 yang dimaksud adalah badan atau orang yang

berkompeten memiliki informasi yang valid dan berperan dalam

penanganan pengungsi Rohingya tersebut. Lembaga atau orang yang

terlibat dalam MDMC melakukan penyaluran bantuan nantinya akan

menjadi sumber valid guna pembenaran informasi serta didukung oleh

pemanfaatan data–data. Informasi tersebut akan didapat melalui proses

wawancara langsung dengan Rahmawati Husein, SS, MCP selaku

wakil ketua MDMC, Barori Budi Adji selaku Sekretaris MDMC yang

turut serta dalam menangani pengungsi Rohingya.

1.7. Sistematika Penulisan

BAB I, berisikan pendahuluan, meliputi pernyataan masalah, pertanyaan

penelitian, kerangka teoritis, metode penelitian, dan sistematika penelitian.

BAB II, akan dijelaskan mengenai sejarah perkembangan Muhammadiyah

sebagai organisasi keagamaan yang bergerak pada bantuan kemanusiaan.

Dijelaskan terbentuknya Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC)

sebagai organisasi yang bergerak pada bidang kebencanaan internasional.

BAB III, akan dijelaskan dinamika problem kemanusiaan Rohingya.

Menjelaskan tentang etnis Rohingya, kondisi geografis dan demografis Myanmar

Page 45: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

32

khususnya Arakan, dan konflik etnis Rohingya yang merupakan krisis

kemanusiaan.

BAB IV, dijelaskan mengenai peran Muhammadiyah melalui

Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) dalam memberikan

bantuan kemanusiaan dalam penanganan pengungsi Rohingya di Bangladesh,

serta menjelaskan sikap Muhammadiyah kepada terkait status pengungsi

Rohingya.

BAB V, Penutup. Berisikan mengenai kesimpulan dari analisa yang telah

dilakukan dengan menggunakan konsep-konsep yang dipaparkan, pemaparan

tujuan penelitian, serta adanya rekomendasi atau saran jika diperlukan.

Page 46: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

33

BAB II

MUHAMMADIYAH SEBAGAI AKTOR KEMANUSIAAN

Muhammadiyah merupakan organisasi yang bergerak dalam bidang

keagamaan yang menjujung tinggi nilai-nilai agama dan bertujuan untuk

menegakkan agama Islam. Di samping itu organisasi Muhammadiyah selain

bergerak dalam bidang keagamaan dan dakwah amar ma’ruf nahi munkar juga

bergerak dalam bidang kemanusiaan. Muhammadiyah juga memegang pedoman

teologi al ma‟un yang merupakan pedoman bagi Muhammadiyah dalam setiap

menjalankan misi kemanusiaan dan juga merupakan pedoman dalam

meningkatkan kesejahteraan umat manusia. Hal ini yang menjadikan

Muhammadiyah terkenal sebagai organisasi sosial keagamaan yang bergerak

dalam bidang kemanusiaan.

Dalam beberapa kesempatan Muhammadiyah juga ikut berperan aktif

dalam berbagai kasus bencana kemanusiaan yang terjadi di dalam negeri maupun

di luar batas negara termasuk melakukan pemberian bantuan kepada kaum

minoritas pengungsi Rohingya. Muhammadiyah sebagai organisasi non-

pemerintahan (NGO) yang berdiri tanpa ada campur tangan pemerintah dan

memiliki tujuan untuk mensejahterakan umat manusia. Sebagai organisasi non

profit, Muhammadiyah memiliki motivasi yang kuat dalam menjunjung tinggi

nilai-nilai kemanusiaan. Keterlibatan Muhammadiyah dalam menjalankan bantuan

kemanusiaan tidak hanya mencakup daerah lokal namun berperan aktif dalam

memberikan bantuan hingga keluar batas negara.

Page 47: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

34

2.1. Profil Muhammadiyah

Muhammadiyah merupakan organisasi berbasis agama Islam yang

melaksanakan misi dakwah amar ma’ruf nahi munkar dan tajdid untuk

mewujudkan masyarakat Islam sesuai dengan tuntunan Nabi besar

Muhammad SAW. Muhammadiyah berkeyakinan bahwa Islam sebagai

risalah yang dibawa para Nabi akhir zaman Muhammad SAW adalah

agama Allah yang lengkap dan sempurna. Bagi Muhammadiyah Islam

merupakan sebuah pondasi dan pusat insipirasi yang menyatu dalam setiap

denyut nadi gerakan.43

Muhammadiyah memandang bahwa Islam merupakan agama yang

mengandung nilai-nilai kemajuan untuk mewujudkan kehidupan umat

manusia yang tercerahkan. Adapun dakwah yang dilakukan

Muhammadiyah merupakan jalan perubahan untuk mewujudkan agama

Islam sebagai agama bagi kehidupan manusia sepanjang zaman. Hal

tersebut yang menjadi pegangan bagi Muhammmadiyah bahwa Islam yang

berkemajuan memancarkan pencerahan bagi kehidupan.

Sebagai organisasi keagamaan modern Muhammadiyah memiliki

beberapa jaringan di seluruh Indonesia:44

1. Pimpinan Wilayah : 33 Wilayah (Provinsi)

2. Pimpinan Daerah : 417 Daerah (Kabupaten)

3. Pimpinan Cabang : 3.221 Cabang (Kecamatan)

43

Majelis Diklitbang dan LPI PP Muhammadiyah, 1 Abad Muhammadiyah:

Gagasan Pembaruan Sosial Keagamaan, 14. 44

MDMC, “Profil Singkat Muhammadiyah”, diakses dari

http://www.mdmc.or.id/index.php/2012-11-06-02-56-58/profil pada tanggal 4 Maret

2018.

Page 48: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

35

4. Pimpinan Ranting : 8.107 Ranting (Desa)

Hal tersebut yang menjadikan Muhammadiyah mampu bergerak

secara efektif. Sebagai organisasi keagamaan yang bergerak dalam bidang

sosial Muhammadiyah mampu memberikan yang dibutuhkan oleh

masyarakat baik kebutuhan jasmani maupun rohani. Sejak kelahirannya

Muhammadiyah telah concern terhadap kegiatan-kegiatan yang terkait

dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Muhammadiyah juga tidak

terlepas dari semangat untuk beramal shaleh, salah satunya melalui

kegiatan sosial.45

Oleh sebab itu Muhammadiyah memiliki akses yang

mudah serta jangkauan yang luas.

Di samping itu jaringan yang tersebar secara luas keseluruh

Indonesia. Muhammadiyah dalam proses berdakwah memiliki beberapa

unsur pembantu pimpinan. Memiliki fungsi menentukan perencanaan,

pelaksanaan dan pengawasan penyelenggraan ama usaha, program dan

kegiatan sesuai kebijakan pimpinan. Unsur pembantu pimpinan ini

memiliki tujuan agar Muhammadiyah bisa lebih mudah dalam hal

berdakwah yang disebut dengan majelis.

Terdapat 10 Majelis pimpinan sebagai pembantu persyarikatan

Muhammadiyah, Majelis Tarjih dan Tadjid, Majelis Pendidikan Tinggi

(MPT), Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU), Majelis Pustaka dan

Informasi (MPI), Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan (MEK), Majelis

Pustaka dan Informasi (MPI), Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan

45

Miftahulhaq, “STRATEGI PELAKSAAN DAKWAH „AISYIYAH

MELALUI PENDEKATAN PEMBANGUNAN MASYARAKAT LOKAL”, Jurnal Al-

Hikmah, Vol. 3, No. 1, ( Januari 2017): 6

Page 49: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

36

(MEK), Majelis Lingkungan Hidup (MLH), Majelis Pemberdayaan

Masyarakat (MPM), Majelis Pelayanan Sosial (MPS), Majelis Hukum dan

Hak Asasi Manusia (MH-HAM), Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah

(Dikdasmen). 46

Muhammadiyah juga memiliki pembantu pimpinan dalam hal

meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan concern terhadap

kesejahteraan umat manusia. Yakni kelembagaan yang didirikan untuk

mempermudah keseluruhan kegiatan yang dilakukan Muhammadiyah. Ada

9 macam lembaga yang dimiliki Persyarikatan Muhammadiyah. Berikut

ini yang termasuk dalam lembaga Muhammadiyah. Lembaga

Pengembangan Cabang dan Rating, Lembaga Penaggulangan Bencana,

Lembaga Hubungan dan Kerjasama Internasional, Lembaga Pengawas

Pengelolaan Keuangan, Lembaga Seni dan Olahraga, Lembaga Hikmah

dan Kebijakan Publik, Lembaga Penelitian dan Pengembangan.47

Di samping itu perlunya memperluas dakwah perjuangan Islam

yang rahmatan lil alamin dalam perspektif Muhammadiyah tidak hanya

tersebar di negara Indonesia tetapi ke berbagai negara. Banyaknya anggota

dan warga Muhammadiyah yang menyebar ke berbagai negara baik karena

alasan studi maupun kerja dan mereka membutuhkan ruang untuk

berorganisasi.

46

Muhammadiyah, “Pembantu Pimpinan Persyarikatan”, diakses dari

http://m.muhammadiyah.or.id/id/content-170-cam-pembantu-pimpinan.html pada tanggal

23 Maret 2018. 47

Muhammadiyah, “Lembaga Muhammadiyah” diakses dari

http://www.muhammadiyah.or.id/id/content-47-cam-lembaga.html pada tanggal 6 Juli

2018.

Page 50: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

37

Muhammadiyah mendirikan cabang di luar negeri yang dinamakan

dengan Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) hingga saat

ini Muhammadiyah memiliki 16 Pimpinan Cabang Istimewa. 16 PCIM

luar negeri yang sudah ditetapkan oleh PP Muhammadiyah: PCIM Kairo-

Mesir, PCIM Francis, PCIM Republik Islam Iran, PCIM Amerika Serikat,

PCIM Khartoum-Sudan, PCIM Jepang, PCIM Belanda, PCIM Rusia,

PCIM Jerman, PCIM Turkey, PCIM Inggris, PCIM Taiwan, PCIM Libya,

PCIM Australia Westhern, PCIM Kuala Lumpur, PCIM Australia.48

48

Muhammadiyah, “Bagaimana Muhammadiyah di Luar Negeri? Simak Cerita

Mereka Para Kader Persyarikatan”, diakses dari

http://www.muhammadiyah.or.id/id/news-9297-detail-bagaimana-muhammadiyah-di-

luar-negeri-simak-cerita-mereka-para-kader-persyarikatan.html pada tanggal 24 Maret

2018.

Page 51: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

38

Gambar II.1. Struktur Organisasi Muhammadiyah

Sumber: www.muhammadiyah.or.id, 2012

Page 52: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

39

2.2. Awal Perkembangan Muhammadiyah

Pemikiran Kyai Ahmad Dahlan dan kawan-kawan dari Boedi

Oetomo yang tertarik dengan masalah agama, menjadi awal mula

kelahiran Muhammadiyah sebagai organisasi untuk mengaktualisasikan

pemikiran–pemikiran tersebut. Gagasan tersebut juga muncul saran dari

salah seorang siswa Kyai Ahmad Dahlan di Kweekschool di mana Kyai

Ahmad Dahlan mengajar agama pada sekolah tersebut. Nama

Muhammadiyah pada mulanya diusulkan oleh kerabat sekaligus sahabat

Kyai Ahmad Dahlan yang bernama Muhammad Sangidu yang merupakan

seorang tokoh pembaruan yang kemudian menjadi penasihat urusan agama

di Yogyakarta, yang kemudian diputuskan Kyai Ahmad Dahlan setelah

melalui solat istikharah.49

Gagasan pendirian organisasi Muhammadiyah merupakan

aktualisasi pikiran Kyai Ahmad Dahlan, namun secara praktis untuk

mewadahi sekolah Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah yang didirikan

pada 1 Desember 1911. Sekolah tersebut merupakan lanjutan dari kegiatan

Kyai Ahmad Dahlan dalam mengajarkan ajaran Islam yang dikembangkan

secara informal dan memberikan pelajaran yang mengandung ilmu agama

dan pengetahuan umum. Sekolah Muhammadiyah tidak seperti sekolah

agama yang tidak dilaksanakan di dalam masjid seperti kegiatan umat

Islam pada waktu itu, melainkan di dalam sebuah gedung.50

49

A. Adaby Darban dan Mustafa Kamal Pasha, Muhammadiyah Sebagai

Gerakan Islam (Dalam Perspektif Historis Dan Ideologis) (Yogyakarta: LPPI Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta, 2000), 34. 50

Pasha dan Darban, Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam, 13.

Page 53: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

40

Muhammadiyah lahir pada 08 Dzulhijah 1330 H atau 18

November 1912. Merupakan organisasi sosial kebangsaan dan keagamaan

generasi awal di tanah air. Didirikan oleh seseorang yang bernama

Muhammad Darwis, kemudian dikenal dengan KHA Dahlan. Ahmad

Dahlan lahir dalam suasana keislaman yang kental di mana ayahnya

merupakan seorang khatib masjid besar yang memiliki keturunan pada

Maulana Malik Ibrahim serta ibunya bernama Siti Aminah yang

merupakan putri dari KH Ibrahim yang merupakan penghulu Kesultanan

Yogyakata. Beliau merupakan seorang pegawai kesultanan kraton

Yogyakarta sebagai seorang khatib dan sebagai pedagang.51

Kondisi lingkungan kraton Yogyakarta pada saat itu banyak

menimbulkan tanda tanya di benak Ahmad Dahlan. Beliau melihat bahwa

umat Islam masih dalam keadaan di mana amalan-amalan yag bersifat

mistik. Banyak penolakan terhdap Ahmad Dahlan ketika awal mula

berdakwah. Beliau banyak menyampaikan apa yang menurutnya benar,

walaupun banyak menimbulkan pertentangan dengan masyarakat sekitar

termasuk dengan para kiyai. Gerakan dakwah yang dibawa oleh Ahmad

Dahlan merupakan konsep pemurnian dalam ajaran Islam serta

memajukan cara memahami ajaran Islam dengan modernisasi yang

kemudian disebut konsep berkemajuan.52

Modernisasi yang dilakukan oleh Muhammadiyah bertujuan untuk

meningkatkan harkat dan martabat bangsa Indonesia sebagai bangsa yang

51

Pasha dan Darban, Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam, 103. 52

Febriansyah dan M. Raihan, 100 Tahun Muhammadiyah Menyinari Negeri, 16-18.

Page 54: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

41

modern. Modernisasi Muhammadiyah yang paling mencolok yakni dapat

dilihat dari model–model pendidikan yang dikembangkan Muhammadiyah

sejak awal. Model pendidikan yang diterapkan oleh Muhammadiyah

merupakan model pendidikan yang diterakan di barat dan kemudian

disesuaikan dengan kondisi masyarakat Indonesia. Modernisasi

Muhammadiyah juga terlihat dalam bentuk pembangunan rumah sakit dan

panti asuhan yang merupakan karateristik pelayanan sosial yang diadopsi

dari barat.

Muhammadiyah ini memiliki salah satu kekhasan dalam gerakan

dakwah yakni dakwah kultural. Cara terbaik dalam melakukan dakwah

berkomunikasi dengan bahasa kaumnya. Dakwah kultural ini bukan berati

harus berkompromi terhadap adat istiadat atau budaya sekitar, melainkan

sebagai penyesuaian dalam cara penyampaian dakwah agar mudah

diterima masyarakat. Dakwah yang dilakukan muhammadiyah ini upaya

menanamkan nilai–nilai Islam dalam kehidupan manusia sebagai makhluk

budaya bertujuan mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar–benarnya.

2.3. Awal Perkembangan MDMC

Keterlibatan Muhammadiyah dalam akivitas kemanusiaan sudah

sejak awal pendirinya. Hal ini terlahir dari pemikiran KH Ahmad Dahlan

terhadap tafsir Alquran yaitu surat Al–Maun. KH Ahmad Dahlan sebagai

pendiri Muhammadiyah pernah mengajarkan surat Al-Ma‟un berulang-

Page 55: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

42

ulang karena murid–muridnya hanya menghafal surat tersebut tanpa

mengamalkannya.

Kisah tentang surat Al-Ma‟un terus memotivasi para pengurus

Muhammadiyah untuk melakukan kegiatan sosial. Kemudian pada tahun

1920, pemikiran KH Ahmad Dahlan mengenai tafsir ayat Alquran tersebut

terlembagakan dengan sebutan Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO)

atas inisiasi kyai Haji Muhammad Syudjak. Dalam perjalanannya PKO ini

berjalan dengan baik sebagaimana mestinya lembaga kemanusiaan.53

Pada tahun 1939, prinsip kemanusiaan yang telah didirikan oleh

Muhammadiyah dalam prakteknya melalui lembaga PKO ini terjadi

penuruan yang cukup signifikan dan tidak bertahan lama. Hal tersebut

menjadikan Muhammadiyah lebih fokus terhadap gerakan dakwah yang

sebelumnya menjadi tujuan utama Muhammadiyah. Pada akhirnya

Muhammadiyah menjadi lebih identik dengan organisasi yang konsen

pada masalah agama. Namun pada saat ini lembaga tersebut masih tetap

eksis dan berkembang menjadi rumah sakit PKU Muhammadiyah yang

tersebar di seluruh wilayah Indonesia.54

Pada tahun 2005 lembaga kemanusian yang didirikan oleh

Muhammadiyah kembali terlibat dalam aktivitas pasca Tsunami 2004.

Namun nama lembaga yang sebelumnya bernamakan PKO diubah nama

menjadi Lembaga Pusat Penanggulangan Bencana Muhammadiyah

berdasarkan pasal 1 keputusan Muktamar Muhammadiyah ke-45 tahun

53

Junus Salam, K.H Ahmad Dahlan: Amal dan Perjuangannya (Jakarta: Al-

Wasat, 2009), 149-150. 54

Junus Salam, K.H Ahmad Dahlan: Amal dan Perjuangannya, 150.

Page 56: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

43

2005. Setelah mengikuti aktivitas kemanusiaan yang dilakukan

Muhammadiyah terhadap korban bencana Aceh 2004, kembali terinisiasi

Lembaga Pusat Penanggulangan Bencana Muhammadiyah ditetapkan

menjadi Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) pada

Muktamar Muhammadiyah ke 46 pada tahun 2010.55

MDMC pada awalnya hanya bergerak sebagai aksi kemanusiaan

Muhammadiyah berupa aksi cepat tanggap darurat dan rehabilitasi. Namun

seiring berjalannya waktu MDMC megadopsi kode etik kerelawanan

kemanusiaan, mengembangkan misi pengurangan resiko bencana selaras

dengan Hygo Framework For Action dan mengembangkan basis

kesiapsiagaan di tingkat komunitas, sekolah dan rumah sakit. MDMC

beregerak dalam kegiatan kebencanaa di seluruh Wilayah Negara

Republik Indonesia. Jaringan yang dimiliki oleh Muhammadiyah telah

tersebar luas di wilayah Indonesia dan akan lebih efektif dalam

penanggulangan kebencanaan yang terjadi.56

2.4. MDMC sebagai Aktor Kemanusiaan Internasional

Isu kemanusiaan semakin meningkat di beberapa tahun terakhir.

Dunia kini disibukkan dengan isu kemanusiaan yang tak kunjung usai.

Beberapa negara telah mengalami keadaan tersebut termasuk negara-

negara asia tenggara. Tidak cukup jika hanya aktor sebuah negara yang

55

Nurkhasanah Fajriyah, “Faith Based Organizations and Humanitariansm

Studi”,3. 56

Febriansyah dan Muhammad Raihan, 100 Tahun Muhammadiyah Menyinari

Negeri, 54-55.

Page 57: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

44

menangani isu kemanusiaan yang terjadi. Untuk merespon hal ini,

dibutuhkan aktor-aktor kemanusiaan sebagai proses pengurangan isu

kemanusiaan tersebut. Hal ini menjadikan setiap aktor untuk

meningkatkan kesadaran dan aksi nyata dalam menangani banyaknya isu

kemanusiaan yang telah berkembang.

Peran Muhammadiyah dalam aktivitas kemanusiaan telah

meningkat setiap tahunnya. Dalam konteks kebencanaan, Muhammadiyah

banyak memberikan bantuan kemanusiaan berupa medis, seperti halnya

pendirian rumah sakit serta relawan medis di daerah bencana. Selain medis

juga aspek psikososial yang mana kerja relawan psikososial ini adalah

mendampingi mental para korban agar tetap tenang dan tidak terjadi hal-

hal yang tidak diinginkan, seperti kasus bunuh diri yang dilakukan

pengungsi yang stress.57

Terkait dengan aspek ekonomi, Muhammadiyah juga berperan

dalam fokus pemulihan ekonomi yang dilakukan melalui MDMC. Dalam

meningkatkan pemulihan ekonomi Muhammadiyah melakukan pembagian

tugas kepada setiap masing–masing anggotanya dan membentuk

kelompok. Dan kemudian memberikan pembekalan bagi para pengungsi

keterampilan, pelatihan–pelatihan hingga mampu memenuhi kebutuhan

hidup mereka kembali. Hal tersebut menjadi tujuan utama Muhammadiyah

dalam MDMC untuk meningkatkan taraf kehidupan umat manusia.58

57

Nuruddin Al Akbar, “Jejaring Muhammadiyah”, Jurnal Sosiologi Islam, Vol.

2 No. 2, (Oktober 2012): 57. 58

Al Akbar, “Jejaring Muhammadiyah”, 58.

Page 58: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

45

Keterlibatan Muhammadiyah dalam isu kemanusiaan tidak hanya

di dalam negeri, melainkan juga di luar batas negara. Selama

berkecimpung di dalam isu kemanusiaan, Muhammadiyah melalui MDMC

juga pernah terlibat langsung dalam pemberian bantuan medis serta

memobilisasi dan mengkoordinasi bantuan pemerintah Indonesia kepada

korban bencana di Nepal pada tahun 2015. Muhammadiyah melalui

MDMC juga berperan dalam korban kebencanaan terkait topan Haiyan

yang terjadi di Filipina.59

Selain aktif memberikan bantuan kemanusian dalam kebencanaan

internasional, Muhammadiyah melalui MDMC juga berperan aktif dalam

pelatihan-pelatihan forum internasional. Hal ini yang menjadikan

Muhammadiyah kerap diundang dalam pelatihan yang diadakan oleh

lembaga–lembaga internasional. Beberapa undangan seperti The

International Conference on the implementation of the Health Aspects of

Sendai Framework for Disaster Risk Reduction (SFDRR) 2015-2030” di

Bangkok, Thailand. Konferensi yang menghasilkan dokumen Pengurangan

Risiko Bencana Bidang Kesehatan (PRB Kesehatan) yang kemudian

dikenal sebagai Bangkok Principles.60

Dalam konteks kerjasama, Muhammadiyah juga bekerjasama

dengan beberapa lembaga keagamaan. Muhammadiyah tergabung dan

59

Suara Muhammadiyah, “Trisula Abda Kedua: MDMC, MPM, Lazismu Wakili

Wajah Autentik Muhammadiyah” diakses dari

http://www.suaramuhammadiyah.id/2016/11/18/trisula-abad-kedua-mdmc-mpm-dan-

lazismu-wakili-wajah-autentik-muhammadiyah/ Pada tanggal 10 Maret 2018. 60

MDMC, “MDMC Aktif Terlibat Susun Kerangka Kerja PRB Kesehatan di

Bangkok”, diakses dari http://www.mdmc.or.id/index.php/b/202-mdmc-aktif-terlibat-

susun-kerangka-kerja-prb-kesehatan-di-bangkok Pada Tanggal 10 Maret 2018.

Page 59: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

46

menjadi anggota dalam Humanitarian Forum Indonesia (HFI) yang salah

satu kegiatannya fokus terhadap isu kemanusiaan. Beberapa lembaga yang

tergabung dalam HFI tersebut: Dompet Dhuafa, Karina, Program

Perencanaan Keuangan Masyarakat (PPKM), World Vision, Yakkum

Emergency Unit (YEU), Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU), Habitat,

Yayasan Tanggul Bencana Indonesia (YTBI), Church World Service

(CWS).61

Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Kemanusiaan Dunia atau World

Humanitarian Summit (WHS) pada tanggal 23-24 Mei 2018 yang

berlangsung di Istanbul, Turki dan MDMC menjadi salah satu pesertanya.

Pertemuan ini merupakan prakarsa Sekjen PBB Ban Ki Moon untuk

menyatukan masyarakat dunia untuk menegaskan kembali solidaritas kita

pada orang-orang yang terdampak krisis dan komitmen kita pada

kemanusiaan. KTT tersebut juga mendiskusikan bagaiman peran

organisasi berbasis keagamaan melakukan upaya kemanusiaan baik untuk

perdamaian, saat perang dan konflik dan saat bencana serta peluang

pendanaan dari masyarakat Islam baik dari zakat infaq dan shodaqoh.62

61

MDMC, “Kebijakan Muhammadiyah dalam Penanggulangan Bencana”,

diakses dari http://mdmc.or.id/index.php/component/content/category/2-uncategorised

Pada Tanggal 19 Maret 2018. 62

MDMC, “Ikuti KKT Kemanusiaan Dunia, MDMC Sosialisasikan Fikih

Kebencanaan” diakses dari http://mdmc.or.id/index.php/b/241-ikuti-ktt-kemanusiaan-

dunia-mdmc-sosialisasikan-fikih-kebencanaan pada tanggal 10 Maret 2018.

Page 60: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

47

2.5. Kendala MDMC sebagai Aktor Kemanusiaan Internasional

Setiap aktor kemanusian baik nasional maupun internasional

memiliki kendala dalam hal pelaksanaan aktivitas kemanusiaan. Tentunya

dialami oleh Muhammadiyah Disaster Management Center dalam

melaksanakan bantuan kemanusiaan di luar batas negara. Permasalahan

yang terjadi terkadang tidak hanya datang dari faktor internal melainkan

faktor eksternal. Hal tersebut yang menjadikan Muhammadiyah cukup

banyak terkendala dalam melaksanakan aktivitas–aktivitas kemanusian

internasional.

Kendala–kendala internal yang dihadapi Muhammadiyah dalam

menjalankan aktivitas kemanusiaan seperti halnya MDMC memiliki

kendala dalam hal sumber daya manusia. Sumber daya manusia sangat

diperlukan untuk melaksanakan kegiatan terutama yang cukup

berpengalaman mengingat MDMC lembaga yang terbentuk belum lama.

Kurangnya peningkatan dan pengoptimalkan sistem penanggulangan

kebencanaan seperti halnya relawan dan pengelola penanggulangan

bencana kemanusiaan yang perlu dioptimalkan kembali. Kegiatan yang

membutuhkan banyak relawan ini menjadikan Muhammadiyah tetap

mampu menjalankan aktivitas kemanusiaan secara totalitas dengan

mengerahkan segala bantuan yang ada.63

Kendala internal selanjutnya yang dialami relawan tim MDMC

yakni keterbatasan bahasa yang belum begitu mahir dalam berbahasa asing

63

PP Muhammadiyah, “MDMC Terus Berupaya Tingkatkan Kapasitas

Kelembagaan”, diakses dari http://www.umm.ac.id/id/muhammadiyah/11460.html pada

tanggal 12 Maret 2018.

Page 61: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

48

khususnya bahasa inggris. Hal tersebut menjadi kendala ketika MDMC

menjalankan aktivitas kemanusiaan internasional. Mengingat tim relawan

MDMC telah cukup banyak melakukan aktivitas kemanusiaan

internasional. Adapun keterbatasan mengenai bahasa yang dimiliki

relawan MDMC mengingat MDMC merupakan lembaga yang belum lama

berdiri untuk menjalankan aktivitas di dunia internasional.64

64

MDMC, “Sumut Intensif Dampingi Anak-Anak Rohingya”, diakses dari

http://mdmc.or.id/index.php/berita-bencana/185 pada tanggal 12 Maret 2018.

Page 62: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

49

BAB III

PROBLEM KEMANUSIAAN ROHINGYA TAHUN 2017

Sejarah konflik krisis kemanusiaan yang terjadi di Myanmar khususnya

wilayah Rakhine tidak terlepas dari pandangan dunia intenasional. Peristiwa

pembantaian dilakukan oleh militer pemerintah Myanmar terhadap kaum

minoritas Etnis Rohingya. Hal tersebut juga dilakukan oleh pemerintah Myanmar

yang mendiamkan peristiwa pembantaian tersebut dan memilih untuk tidak

melakukan apa-apa. Akibat tragedi pembantaian dan diskriminasi yang dilakukan

terhadap kelompok minoritas menciptakan luka yang dalam bagi para keluarga

korban.65

Dalam sejarah juga tercatat penyelundupan manusia yang dilakukan untuk

dapat keluar dari wilayah Myanmar dan pergi mencari tempat perlindungan.

Permasalahan muncul ketika para pencari suaka tidak mendapatkan perlindungan

disebabkan pencari suaka datang dengan illegal dan menciptakan perpindahan

massal. Banyak dari mereka dikembalikan ke negara asal bahkan mereka juga

terancam persekusi.66

Letak geografis negara Myanmar yang termasuk ke dalam negara ASEAN

menjadikan negara negara sekitar menjadi tempat perlindungan untuk para pencari

suaka tersebut. Bahkan negara-negara tersebut mendapatkan dampak langsung

65

Feliz Solomon, “Violence in Burma Has Sent Hundreds of Rohingya Muslims

Fleeing to Bangladesh”, diakses dari http://time.com/4574298/burma-myanmar-

Rohingya-bangladesh-refugees pada tanggal 22 Maret 2018. 66

Diajeng Wulan Christani, “Analisa Kejahatan Penyeludupan Manusia

Berdsarkan Smuggling of Migrants Protocol Ditinjau dari Perspektif Perlindungan

Pencari Suaka: Studi Kasus Pengungsi Rohingya”, Padjadjaran Jurnal Ilmu Hukum Vol.

3, No. 3, (Bandung, 2016): 493.

Page 63: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

50

dan tidak langsung dari peristiwa ini. Termasuk Bangladesh yang menjadikan

tempat tujuan utama para pencari suaka untuk mencari perlindungan. PBB

memperkirakan sekitar 270.000 Muslim Rohingya sudah melarikan diri ke

Bangladesh sejak maraknya kekerasan di Myanmar utara, Rakhine.67

3.1. Profil Negara Myanmar

3.1.1. Kondisi Geografi

Gambar III.1. Peta Myanmar

Sumber : https://www.britannica.com/place/Myanmar , 2013

67

BBC INDONESIA, “Arus pengungsi Rohingya ke Bangladesh mencapai

270.000 jiwa”, diakses dari http://www.bbc.com/indonesia/dunia-41202311 pada tanggal

22 Maret 2018.

Page 64: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

51

Secara geografis Myanmar berada pada garis lintang 9 derajat 58‟,

U -28 derajat 29‟ U. garis bujur -92 derajat 11‟ T-101 derajat 10 „T.

Dengan luas wilayahnya adalah 676. 577 km persegi.68

Myanmar yang

sebelumnya terkenal dengan Burma terletak di antara wilayah Bangladesh

dan India di bagian barat. Di bagian barat terdapat juga Gunung Victoria

yang menjulang tinggi.

Tibet di bagian utara namun bagian ter–utara di perbatasan dengan

China terdapat Gunung tertinggi yaitu Gunung Hkakabozi Razi, sementara

Yunnan, Thailand, dan Indochina dibagian timur. Di bagian selatan

Myanmar juga berdekatan dengan Sumatera dan Semenanjung Malaysia.

Secara keseluruhan Myanmar memiliki letak yang cukup strategis

menjadikan kondisi mereka sangat diuntungkan baik dalam faktor

ekonomi maupun pergaulan dengan dunia.

Myanmar memiliki 3 musim karena rata–rata negara Asia

Tenggara memiliki 3 musim setiap tahunnya. Myanmar beriklim tropis,

subtropis dan angin musim. Angin musim di Myanmar dibagi menjadi 3

macam yaitu; musim hujan yang terjadi pada bulan Mei–Oktober yang

mendapatkan dan dilewati oleh pengaruh angin musim barat daya akan

basah dan sejuk, sedangkan musim kemarau sejuk terjadi pada bulan

November–Februari dan kemarau panas terjadi pada bulan Maret–April

68

Departemen Luar Negeri, Himpunan keterangan dasar negara – negara

akreditasi perwakilan RI di luar negeri, (Jakarta: Badan Pengkajian dan Pengembangan

Kebijakan Luar Negeri RI, 2002), 35-37.

Page 65: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

52

dan suhu udara rata–rata mencapai 27 derajat celcius dan semakin ke utara

udara akan semakin dingin.69

Myanmar terbagi menjadi 7 negara bagian yang sebagian besar atas

dasar etnisitas dan 7 wilayah berdasarkan pembagian administratif yang

ditempati oleh mayoritas Etnis Burma. Jumlah penduduk Myanmar pada

tahun 2011 berkisar 48,337 juta jiwa. Adapun pembagian penduduknya

negara bagian Kachin, Kayah, Kayin, Chin, Mon, Shan dan Rakhine

(Arakan). 7 wilayah berdasarkan pembagian administratif yaitu wilayah

Sagaing, Tanintharyi, Bago, Magway, Yangon, Ayeyarwady, dan

Mandalay.70

Myanmar yang terletak di kawasan Asia Tenggara sebelumnya

bernama Burma merdeka pada 4 januari 1948, setelah berasil meraih

kemerdekaan dari Inggris. Sejak abad ke – 16, negara-negara eropa telah

berebut sumber daya alam Myanmar yang kaya. Setelah terjadinya perang

besar yang antara rakyat Myanmar melawan para penjajah, pada

pertengahan abad ke -19, Inggris menguasasi Myanmar secara resmi dan

menyatukan Myanmar dengan india.

Pada era perang dunia ke ke-2, Myanmar diduduki Jepang. Bentuk

pemerintahan Myanmar pada saat itu adalah Junta Militer dengan nama

The State Peace and Development Council (SPDC). SPDC dipimpin

69

David I. Steinberg, Michael Arthur Aung-Thwin, dan Maung Htin Aung,

“Myanmar”, diakses dari https://www.britannica.com/place/Myanmar pada tanggal 25

Maret 2018. 70

Sandy Nur Ikfal Raharjo, “PERAN IDENTITAS AGAMA DALAM

KONFLIK DI RAKHINE MYANMAR TAHUN 2012-2013”, Jurnal Kajian Wilayah,

Vol. 6 No. 1 (2015): 38.

Page 66: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

53

Jendral Than Shwe. Junta militer telah berkuasa di Myanmar 48 tahun

terhitung sejak terjadinya kudeta militer oleh Jenderal Ne Win terhadap

pemerintahan sipil yang saat itu dipimpin oleh U Nu pada tahun 1962.71

Semenjak berkuasanya Junta Militer, sudah banyak terjadi aksi

demontrasi dari rakyat Myanmar baik itu yang dimotori oleh para aktivis

mahasiswa maupun tokoh agama yaitu biksu. Perjuangan rakyat Myanmar

melalui aksi demonstrasi ini berhasil membuat jenderal Ne Win sebagai

pemimpin Junta Militer mengundurkan diri, meskipun telah

mengorbankan sekitar kurang lebih 3.000 orang meninggal akibat tindakan

keras dari tentara pemerintah.

Kekuasaan tersebut digantikan oleh Jenderal Saw Maung meskipun

masih berlatar belakang militer, namun kebijakan Jendral Maung lebih

cenderung bersifat demokratis. Di bawah kepemimpinan Saw Maung,

kebijakan yang dikeluarkan cenderung membawa perubahan bagi

Myanmar menjadi lebih terbuka dengan negara lain terutama dalam bidang

ekonomi dan militer. Selama 48 tahun berkuasanya Junta Militer di

Myanmar, ada beberapa hal menarik terkait kebijakan-kebijakan Junta

Militer terhadap Myanmar. Di antarannya perubahan nama negara dari

Burma menjadi Myanmar dan pemindahan ibu kota ke Naypyidaw.72

Bahwa Burma adalah salah satu negara yang berada di kawasan

Asia Tenggara, namun nama negara Burma tidak lagi terdapat di dalam

daftar negara-negara kawasan Asia tenggara. Terdapat nama lain yang

71

Aris Pramono, “Peran UNHCR dalam Menangani Pengungsi Myanmar Etnis

Rohingya di Bangladesh (periode 1978-2002), (Depok: Universitas Indonesia, 2010), 30. 72

Aris Pramono, “Peran UNHCR dalam Menangani Pengungsi Myanmar”, 31.

Page 67: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

54

menggantikan nama Burma, yaitu Myanmar. Perubahan nama negara dari

Burma menjadi Myanmar dilakukan oleh pemerintahan junta militer di

bawah kepimpinan Jenderal Saw Maung pada tanggal 18 Juni 1989.

Perubahan nama negara menjadi Myanmar ditujukan untuk

menghilangkan kesan rasial yang melekat pada nama Burma.

Berdasarkan data dari Departemen Luar Negeri, 68% dari total

penduduk negara ini adalah Burma atau Bama. Itu berarti nama Burma

hanya mewakili Etnis Bama dan terkesan negara ini adalah milik Etnis

Bama, sementara Burma merupakan negara dengan penduduk yang multi

etnis, terdapat etnis lainnya. Maka dari itu perubahan nama tersebut

bertujuan agar etnis non-Burma mempunyai rasa menjadi bagian dari

negaranya.73

Negara Myanmar memiliki etnis yang sangat beragam. Namun

etnis terbesar adalah Burma (Bamar). Agama mayoritas etnis Burma

adalah Budha Theravada. Walaupun mayoritas penduduk Myanmar

beragama Budha. Terdapat hingga 135 kelompok etnis yang masing-

masing memiliki budaya dan bahasanya sendiri-sendiri. Letak negara

Myanmar yang dikelilingi oleh banyak negara seperti India, Tiongkok,

Laos, Thailand dan Bangladesh tidak mengherankan jika Myanmar

memiliki etnis yang beragam dan tersebar di seluruh Myanmar. Hal

tersebut sebagiannya memiliki kemiripan dengan etnis yang mendiami

negara tetangga.

73

Aris Pramono, “Peran UNHCR dalam Menangani Pengungsi Myanmar”, 32.

Page 68: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

55

Gambar III.2. Provinsi Rakhine

Sumber: www.amnesty.org, 2017

Provinsi Rakhine terletak di Myanmar bagian barat, dengan ibu

kota Sittwe dan meliputi wilayah seluas 36, 778 km persegi. Berbatasan

dengan negara bagian Chin di sebelah utara dan wilayah Magway, Bago

dan Ayeyarwady di sebelah timur. Seluruh wilayah tersebut diapit oleh

Teluk Benggala di bagian barat. Negara bagian Rakhine adalah salah satu

daerah yang paling sedikit mendapatkan perhatian dari pemerintah dan

paling sedikit dikembangkan oleh pemerintah Myanmar. Provinsi Rakhine

juga merupakan negara bagian kedua setelah Chin yang penduduknya

Page 69: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

56

hidup di bawah garis kemiskinan serta provinsi dengan indikator

pembangunan sosial yang rendah.74

Kondisi yang cukup unik terjadi di negara bagian Rakhine yang

berbatasan langsung dengan Bangladesh. Wilayah negara bagian Rakhine

ini selain mayoritas penganut agama Budha, terdapat juga etnis

Rakhine/Arakan yang beragama Islam. Selain itu, terdapat juga etnis

Rohingya yang beragama Islam, tetapi memiliki ciri fisik dan budaya tidak

seperti Etnis Rakhine yang beragama Islam melainkan ciri fisik, budaya

dan bahasa lebih mirip dialek Chittagonian yang berasal dari bahasa

Bengali yang cukup popular digunakan di Bangladesh.75

3.1.2. Kondisi Sosial Budaya

Sebagai sebuah negara yang terletak di kawasan Asia Tenggara,

yang mayoritas merupakan negara–negara berkembang termasuk

Myanmar secara sosial ekonomi masih tergolong ke dalam negara

berkembang. Tingkat pendidikan warganya juga masuk dalam kategori

rendah, yaitu pada level sekolah dasar dan sekolah menengah pertama.

Pendapatan perkapita Myanmar pada tahun 2011 masih tergolong rendah,

sekitar US$1.144.

Sementara itu jumlah penduduk Myanmar pada tahun 2011

berkisar 48,377 juta jiwa. Adapun di dalamnya didiami oleh mayoritas

74

UNICEF, RAKHINE STATE A Snapshot of Child Wellbeing [database on-

line], diakses dari https://www.unicef.org/myanmar/Rakhine_State_Profile_Final.pdf

pada tanggal 25 Maret 2018. 75

Raharjo, “PERAN IDENTITAS AGAMA DALAM KONFLIK DI RAKHINE

MYANMAR PADA TAHUN 2012-2013”, 39.

Page 70: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

57

Etnis Burma. Etnis penduduknya menurut Central Intelligence Agency

pada tahun 2013 adalah Etnis Burma 68%, Shan 9%, Karen 7%, Rakhine

4%, China 3%, India 2%, Mon 2% dan lain lain 5%. Rata rata agama

penduduknya dihuni oleh agama Budha sekitar 89% Budha, 4% Islam,

sisanya agama lain yang meliputi Kristen dan kepercayaan lain.76

Jumlah penduduk yang beragama Islam di negara bagian Rakhine

merupakan orang muslimnya paling banyak, dibandingkan dengan jumlah

penduduk Rakhine yang beragama Budha jumlahnya sangat kecil.

Komunitas muslim ini tinggal di daerah Maungdaw, Buthidaung,

Rathedaung, Akyab, dan Kyauktaw. Namun kelompok muslim di negara

bagian Rakhine menjadi kelompok minoritas di Myanmar.

3.2. Sejarah Etnis Rohingya

Kehadiran Islam di Myanmar tidak terlepas dari sejarah kerajaan

Arakan. Arakan yang sekarang menjadi provinsi di barat Burma, pernah

menjadi negara merdeka sampai tahun 1784. Arakan berhasil bertahan

sebagai kerjaan independen di karenakan letak posisinya yang strategis.

Selain memiliki kekayaan alam yang melimpah, Arakan juga memiliki

pulau besar seperti Ramree dan Cheduba yang dijadikan tempat pelabuhan

bagi kapal-kapal besar. Tercatat bahwa sampai awal Perang Dunia ke 2,

Arakan mampu mengekpos beras dalam jumlah yang besar negara sekitar.

Arakan juga terkenal sebagai penghasil kayu yang biasanya digunakan

76

Raharjo, “PERAN IDENTITAS AGAMA DALAM KONFLIK DI RAKHINE

MYANMAR PADA TAHUN 2012-2013”, 38.

Page 71: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

58

untuk membangun dan memperbaiki kapal sebelum melanjutkan

perjalanan.77

Istilah Rohingya berasal dari kata Rohai atau Roshangee,

kemudian mengalami perubahan terminologi menjadi Rohingya. Rohai

dan Roshangee adalah istilah untuk penduduk muslim Rohang atau

Roshang (sebutan untuk daerah tersebut sebelum dinamai Arakan).

Meskipun keduanya mengaku Islam tetapi memiliki tradisi yang berbeda.

Rohai di Chittagong saat ini dapat dikatakan sebagai penduduk muslim

yang lari dari Arakan akibat kekejaman Burma. Dapat dikatakan sebanyak

50% penduduk Chittagong berasal dari Arakan. Asal usul orang Rohingya

berasal dari keturunan Arab, Moor, Turki, Persia dan Bangladesh.78

Pertengahan abad ke 7 M merupakan babak baru bagi Bangsa Arab

karena Islam muncul sebagai kekuatan agama, sosial dan poltik dunia.

Islam datang ke daerah Sumatera, Jawa, Malaya dan Pantai Arakan tanpa

gejolak politik selama berabad–abad. Pada periode yang sama, Arakan

menyatakan bahwa para sufi muslim datang mengunjungi Pantai Arakan

dan salah satu faktanya adanya kuil muslim yang disebut Badr Moqam.79

Islam mencapai Arakan semenjak 712 H melalui perdagangan jalur

laut, yang dikenalkan dalam bentuk tasawuf atau keunggulan moral para

Sufi Arab. Dan banyak dari penduduk lokal menjadi muslim bukan

paksaan melainkan pilihan. Di samping itu, penyebaran agama Islam yang

77

Ridwan Bustaman, “Jejak Komunitas Muslim di Burma: Fakta Sejarah yang

Terabaikan”, Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 11, No. 2, (2013): 319. 78

Bustaman, “Jejak Komunitas Muslim di Burma”, 321. 79

Bustaman, “Jejak Komunitas Muslim di Burma”, 324.

Page 72: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

59

dilakukan oleh pedagang Arab dari Persia ini menggunakan jalur darat di

Arakan Yoma ke Burma bagian atas, kemudian diteruskan ke China.

Selama berabad–abad populasi muslim Arakan telah tumbuh dalam jumlah

besar karena proses dakwah dan imigrasi baru.80

Sejarah kehadiran Rohingya di Myanmar dilihat memang

mengalami sejarah panjang. Secara keseluruhan kelompok atau etnis

Rohingya merupakan kelompok minoritas Islam di Myanmar yang

berpegang pada Mazhab Sunni. Sebagian besar kelompok Rohingya

bertempat tinggal di Maugdaw, Buthidaung, Rathedaung, Sittwe dan

Kyaktaw. Stephen L. Neck menjelaskan bahwa kelompok Rohingya

tinggal tidak jauh dari sekitaran Bangladesh yang dipisahkan oleh sungai

Naaf dan berpusat di wilayah yang dikenal sebagai Mayu. Dan wilayah

tersebut sekarang menjadi Buthidaung dan Maungdaw. 81

Tidak heran jika wilayah Rakhine memiliki penduduk Islam yang

tinggi. Sekitaran abad ke 8, letak geografis wilayah Rakhine yang dekat

dengan laut menjadikan tempat untuk persinggahan bangsa-bangsa

pedagang Arab Islam. Di sisi lain daya tarik Teluk Bengal menjadi pusat

untuk penempatan para pedagang muslim. Masuknya Islam ke wilayah

Arakan serta perkembangan Islam yang semakin pesat mewujudkan

masyarakat Rohingya mencapai kemerdekaannya di Myanmar. Di

samping itu, masuknya imigran baru dari Bangladesh menuju Rakhine

80

Bustaman, “Jejak Komunitas Muslim di Burma”, 325-326. 81

Azharudin Mohammed Dali, “PREJUDIS KEAGAMAAN:

KESENGSARAAN MASYARAKAT ROHINGYA DI MYANMAR”, Jurnal Sejarah

Vol. 21 No. 2 (Desember 2013): 174

Page 73: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

60

juga tidak dapat di tolak sama sekali. Karena memiliki ikatan keagamaan

yang sama.82

Kelompok muslim yang bertempat tinggal di Arakan merupakan

komunitas yang telah ada mulai abad ke 7. Komunitas muslim Arakan

bukan hanya berasal dari satu suku saja melainkan merupakan gabungan

dari berbagai suku dan ras yang menciptakan satu komunitas muslim

Arakan yang kini disebut dengan Rohingya. Secara keseluruhan fisik

orang Rohingya kerap sekali dianggap sebagai orang India ataupun orang

Bangladesh. Karena kulit mereka yang agak gelap jika dibandingkan

dengan kalangan dari Etnis Myanmar. Bahasa yang mereka gunakan

berkaitan dengan bahasa Chittagonian yang digunakan kebanyakan orang

di daerah perbatasan bagian selatan Bangladesh.

Berdasarkan sejarah awal abad 7 wilayah Arakan yang telah

dikunjungi oleh para pedagang-pedagang Arab, kehadiran mereka pada

awal kedatangan tidak begitu memberikan dampak yang signifikan tentang

Islam. Namun sekitar abad ke 15 kehadiran Islam menjadi sangat luas

hingga banyak warga muslim dari Afghanistan, India, Parsi mulai

berdatangan menuju Arakan hingga Arakan sepenuhnya ditempati oleh

warga muslim. 83

Pendudukan Inggris terjadi pada tahun 24 februari 1826 setelah

terjadinya perang Anglo-Burma. Peperangan itu menyebabkan hadirnya

82

Mohammed Dali, “PREJUDIS KEAGAMAAN: KESENGSARAAN

MASYARAKAT ROHINGYA DI MYANMAR”, 175. 83

Mohammed Dali, “PREJUDIS KEAGAMAAN: KESENGSARAAN

MASYARAKAT ROHINGYA DI MYANMAR”, 177.

Page 74: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

61

Perjanjian Yandabo. Dalam perjanjian tersebut mengatakan bahwa

kerajaan Burma masuk pada wilayah administratif negara pesemakmuran

Inggris dan India. Pemerintah Inggris juga melakukan migrasi terhadap

pekerja India untuk dipekerjakan di bawah pemerintah Inggris. Mereka

merupakan pekerja kasar, pedagang, bahkan pegawai kantor.84

Pada zaman Jepang, kelompok minoritas Rohingya terkucilkan

karena tidak berkolaborasi dengan penduduk asli Burma. Sebagian

Rohingya menjadi imigran dari Pakistan merupakan konsekuensi politis,

sejak pemerintahan Ali Al-Jinnah. Sejarah mengatakan bahwa berdirinya

Pakistan pada tahun 1945-1948 mereka dikirim sebagai grup militer yang

ditempatkan di wilayah Arakan, atau Bangladesh yang saat ini berbatasan

dengan wilayah Myanmar.85

Pada tahun 1945 di bawah pemerintahan Jepang, pendirian negara

Myanmar terbentuk melalui proses integrasi sosial dan politik. Lebih dari

130 kelompok suku yang mewakili melaksanakan perundingan dan

penandatangan pernyataan tentang kemerdekaan Myanmar. Namun tidak

adanya keterlibatan keterangan suku Rohingya dalam perundingan dan

penandatangan dokumen kemerdekaan. Hal tersebut yang menjadikan

fakta awal timbulnya pengucilan terhadap kaum minoritas muslim

Rohingya di Myanmar.

84

Dr. Habib Siddiqui, “Rohingya: The forgotten people”, diakses dari

http://www.rohingya.org/portal/index.php/scholars/44-dr-habib-siddiqui/143-rohingya-

the-forgotten-people.html pada tanggal 29 Maret 2018. 85

Jawahir Thontowi, “Perlakukan Pemerintah Myanmar terhadap Minoritas

Muslim Rohingya Perspektif Sejarah dan Hukum Internasional”, Jurnal Pandecta, Vol. 8,

No. 1 (Januari 2013): 43

Page 75: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

62

3.3. Konflik Etnis Rohingya

Meningkatnya tekanan pemerintah Burma dan masyarakat asli

Rakhine kepada Etnis Rohingya, menjadikan konflik antara masyarakat

Rohingya dan suku asli Rakhine belum terselesaikan. Berbondong-

bondong orang telah meninggalkan tempat tinggal dan mencari tempat

perlindungan menuju negara-negara yang menyediakan keamanan menjadi

tempat tujuan. Negara Bangladesh letaknya bersebelahan dengan negara

bagian Rakhine menjadi pelabuhan utama untuk persinggahan bagi

pengungsi Rohingya.

Pada Maret tahun 1945 telah terjadi kekerasan yang dinamakan

Rohingya Massacre, pemerintah Burma memberlakukan pembersihan,

pengusiran, pembantaian dan perampasan harta kekayaan minoritas

muslim Rohingya. Insiden tersebut telah menewaskan sekitar 100.000

warga di Arakan. Pada juli 1945 pembantaian yang dilakukan pemerintah

Burma dengan maksud pemupuskan sejarah dan nenek moyang mereka

dari tanah keluarga merupakan suatu operasi militer yang disebut Naga

Min yang dilakukan oleh jendral Ne Win.86

Operasi militer yang disebut Naga Min atau King Dragons,

merupakan operasi dengan melakukan sensus dan penertiban status

kependudukan di daerah perbatasan. Hal ini dikarenakan banyaknya para

pengungsi yang berdatangan dengan ilegal menuju kawasan Burma

melalui negara–negara terdekat termasuk Bangladesh. Operasi ini

86

Thontowi, “Perlakukan Pemerintah Myanmar terhadap Minoritas Muslim

Rohingya Perspektif Sejarah dan Hukum Internasional”, 45-46.

Page 76: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

63

menimbulkan kekacauan di bagian perbatasan, 200.000 muslim harus

mengungsi dikarenakan perusakan, perampasan bahkan pembantaian dan

juga pelanggarana HAM lain terhadap kaum minoritas muslim Rohingya.

Sejak tahun 1978 sekitar 200 ribu pengungsi berdatangan menuju

Bangladesh untuk mencari keamanan. Pada tahun 1991-1992 sekitar

10.000 orang lari menjadi pengungsi ke Bangladesh. Bangladesh yang

merupakan negara yang paling dekat tetapi dengan tegas menolak

kehadiran pengungsi Rohingya karena alasan kepadatan penduduk. Sikap

tersebut terlihat ketika datangnya bantuan kemanusiaan bagi para

pengungsi dengan maksud mendirikan tempat penampungan di daerah

perbatasan namun ditolak mentah–mentah oleh pemeritntah Bangladesh.

Tindakan kekerasan tersebut telah menjadi alasan mereka menjadi

pengungsi.87

Ancaman bencana kemanusiaan atau konflik sangat mengancam

bagi kehidupan mereka. Pemerintah Myanmar menegaskan bahwa suku

Rohingya dikelompokkan sebagai pendudukan yang tidak memiliki

kewarganegaraan. Dilihat dari sejarahnya pemerintah Myanmar

mengatakan bahwa orang–orang Rohingya bukan merupakan penduduk

asli Myanmar dan merupakan bangsa pendatang. Kebijakan yang

ditetapkan oleh pemerintah yang membuat Etnis Rohingya tidak memiliki

kewarganegaraan merupakan tindakan menyalahi konvensi

87

Thontowi, “Perlakukan Pemerintah Myanmar terhadap Minoritas Muslim

Rohingya Perspektif Sejarah dan Hukum Internasional”, 45.

Page 77: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

64

kewarganegaraan. Kebijakan tersebut mengarah pada tragedi kemanusiaan

dan menjadikan kaum minoritas Rohingya sebagai korban genosida.

Sejak Mei 2003, terjadi pembantaian di sebagian wilayah

Myanmar, hingga menewaskan korban jiwa diperkirakan mencapai tujuh

puluh orang lebih. Pada tahun 2012, dua ratus jiwa Etnis Rohingya tewas,

1.200 korban hilang dan kurang dari 138.000 orang telah kehilangan

tempat tinggalnya dan mengungsi ke tempat yang tidak layak. PBB juga

menyebutkan bahwa Rohingya merupakan kelompok etnis paling

teraniaya di dunia.88

Konflik pada tahun 2012 terjadi akibat tuduhan terhadap kasus

pemerkosaan yang dilakukan oleh tiga orang pemuda Rohingya terhadap

seorang perempuan Budha Etnis Rakhine. Hal ini terjadi pada tanggal 28

mei 2012 di daerah Ramee, wilayah Kyaukpyu, Provinsi Rakhine. Akibat

kejadian tersebut beberap Etnis Rakhine tidak terima akan hal tersebut dan

melakukan penyerangan terhadap sebuah bis yang di lakukan oleh 30

pemuda Rakhine yang menyebabkan sepuluh orang yang diduga etnis

Rohingya meninggal, kejadian terjadi setelah enam hari kasus

pemerkosaan tersebut.89

Muslim Rohingya menjadi sasaran sejak peristiwa insiden

terbunuhnya sepuluh orang muslim di kawasan Arakan, Myanmar yang

terus memanas. Penyerangan di daerah Maugdaw di mana masyarakat

88

“TENTANG ROHINGYA”, diakses dari https://act.id/rohingya pada tanggal

31 Maret 2018. 89

Tri Joko Waluyo, “Konflik Tak Seimbang Etnis Rohingya dan Etnis Rakhine

di Myanmar”, Jurnal Transnasional Vo. 4 No. 2 (Februari 2013): 844.

Page 78: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

65

etnis Rakhine melakukan pembakaran terhadap salah satu rumah etnis

Rohingya. Keesokan harinya konflik meluas hingga Sittwe. Hal ini dipicu

juga oleh bibit perseteruan yang sudah terpendam lama, yaitu perseteruan

antara kelompok Etnis Rohingya yang muslim dan etnis lokal yang

beragama Budha. Rohingya tidak mendapatkan pengakuan dari

pemerintah setempat ditambah lagi agama yang berbeda.

Kejadian yang terjadi pada bulan Mei dan Juni mengakibatkan

banyaknya korban berjatuhan, 77 orang meninggal dunia, 109 orang

mengalami luka–luka dan kurang lebih 5.000 rumah dalam keadaan rusak,

termasuk didalamnya tempat ibadah umat Islam dan Budha. WHO juga

mencatat jumlah total korban terluka dari kedua belah pihak sebanyak 109

warga, jumlah total rumah dari kedua belah pihak yang rusak dan terbakar

sebanyak 4822 rumah, serta dari peristiwa genosida tersebut lebih dari

61.000 warga dari kedua belah pihak baik dari etnis Rakhine dan etnis

Rohingya mengungsi di 58 tempat pengungsian di wilayah Maugdaw dan

Sittwe.90

Pada tahun 2015 Presiden Thein Sein mencabut seluruh status

kewarganegaraan yang dimiliki oleh Etnis Rohingya atas desakan dari

pihak Budha Nasionalis. Pemerintah Myanmar menolak untuk

memberikan status kewarganegaraan kepada Etnis Rohingya dan sebagai

hasilnya sebagian Etnis Rohingya tidak memiliki dokumentasi hukum

90

Bhagavant, “Kerusuhan Rohingya dan Rakhine Bukan Konflik Agama”,

diakses dari https://berita.bhagavant.com/2012/08/16/kerusuhan-rohingya-dan-rakhine-

bukan-konflik-agama.html pada tanggal 31 Maret 2018.

Page 79: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

66

yang resmi. Walaupun pada tahun 1990 masyarakat muslim Rohingya

memiliki “kartu putih” sebagai identitas sementara.91

Konflik pada agustus tahun 2017 di awali dengan kelompok

militan Rohingya yang menyebut dirinya ARSA (Arakan Rohingya

Salvation Army). ARSA merupakan kelompok bersenjata sebagai Harakah

Al-Yaqin atau Gerakan Keimanan. Kelompok ini dipimpin oleh Ata Ullah,

seorang Rohingya yang lahir di Karachi, Pakistan. ARSA didirikan sekitar

2012, tepatnya setelah kerusuhan anti-muslim memakan setidaknya 200

jiwa melanda Rakhine. Seluruh petinggi ARSA tersebut adalah imigran

atau keturunan Rohingya. Mereka mempunyai jaringan di Bangladesh,

Pakistan, hingga India. Kelompok ini bertujuan untuk mendesak

pemerintah Myanmar mengatasi perpecahan di Rakhine.92

ARSA melakukan penyerangan terhadap tiga puluh pos polisi dan

pangkalan militer di Maungdaw. Akibat bentrokan bersenjata tersebut 98

orang tewas dari pihak militan Rohingya mencapai 80 orang dan dari

pihak keamanan 12 orang. Militan Rohingya dikabarkan melakukan

penyerangan dengan menggunakan tongkat dan pedang. Di antara mereka

juga menggunakan bom sebagai ranjau untuk menghancurkan jembatan.93

91

Ilham Fauzi, “Muslim Rohingya dan Krisis yang Tidak Berujung”, 21

Desember 2016 [Artikel Online] diakses dari

http://pssat.ugm.ac.id/id/2016/12/21/muslim-rohingya-dan-krisis-yang-tidak-berujung/

pada tanggal 31 Maret 2018. 92

Riva Dessthania Suastha, “Mengenal ARSA, Kelompok Bersenjata Rohingya

Musuh Myanmar” diases dari

https://www.cnnindonesia.com/internasional/20170911163546-106-240976/mengenal-

arsa-kelompok-bersenjata-rohingya-musuh-myanmar pada tanggal 6 Juli 2018. 93

Novi Christiastuti, “Begini Awal Mula Serangan Besar-Besaran Militan

Rohingya di Rakhine”, diakses dari https://news.detik.com/internasional/3632173/begini-

Page 80: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

67

Peristiwa tersebut menimbulkan operasi militer yang dilakukan

oleh pemerintah Myanmar secara besar-besaran dan membuat perhatian

dunia berpaling pada peristiwa tersebut. Militer Myanmar dikabarkan

melakukan tindakan berupa pelanggaran hak asasi dan kekerasan pada

warga Rohingya atas nama etnis dan agama. Ribuan warga Rohingya

mengungsi dan sebagian besar melarikan diri ke Bangladesh bahkan

Indonesia. Kejadian tersebut menimbulkan kecamanan dari dunia

internasional.94

Pada tanggal 25 Agustus 2017 lebih dari 650.000 warga Rohingya

melarikan diri menuju Bangladesh, sejak militer Myanmar melancarkan

pembersihan secara brutal di negara bagian Rakhine. Sebelum gelombang

baru tersebut Bangladesh telah menampung sekitar 400.000 pengungsi

Rohingya dan masih terus akan bertambah. Dari jumlah warga Rohingya

yang mengungsi menuju Bangladesh lebih dari 60% di antaranya adalah

anak-anak.95

Di tengah peningkatan jumlah pengungsi baru, AH Mahmood Ali

sebagai Menteri Luar Negeri Bangladesh mengatakan bahwa negaranya

mengalami kesulitan dalam menangani krisis kemanusian ini. Adanya

tantangan besar bagi Bangladesh dalam hal menyediakan penampungan

awal-mula-serangan-besar-besaran-militan-rohingya-di-rakhine pada tanggal 31 Maret

2018. 94

VIVA, “Konflik Rohingya di Myanmar Membara Lagi”, diakses dari

https://www.viva.co.id/indepth/fokus/951050-konflik-rohingya-di-myanmar-membara-

lagi pada tanggal 31 Maret 2018. 95

UNICEF, “Rohingya refugee crisis: Children trapped in limbo and deprived of

their basic rights”, diakses dari

https://www.unicef.org/infobycountry/bangladesh_100945.html pada tanggal 01 April

2018.

Page 81: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

68

dan bantuan kemanusiaan. Sebelumnya Bangladesh telah menampung

400.000 pengungsi dari Myanmar selama puluhan tahun. Masuknya

gelombang baru mencapai 700.000 orang sebagian besar di samping Cox‟s

Bazar, wilayah resmi pengungsi di Bangladesh yang terdekat dengan

wilayah perbatasan dengan Myanmar.96

G

a

m

b

a

r

I

II.3. Peta Penyebaran Pengungsi Rohingya

Sumber: UNHCR, 2018

96

Rohmatin Bonasir, “Bangladesh hadapi tantangan besar tangani Rohingya,

bantuan Indonesia sudah sampai”, diakses dari http://www.bbc.com/indonesia/dunia-

41226417 pada tanggal 01 April 2018.

Page 82: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

69

BAB IV

PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN

INTERNASIONAL DALAM PENANGANAN PENGUNGSI ROHINGYA

Pembahasan yang telah dijabarkan berdasarkan bab sebelumnya, mengenai

organisasi keagamaan Muhammadiyah serta problem kemanusiaan dan kondisi

yang telah dialami oleh para pengungsi Rohingya tahun 2017. Terkait dengan

pembahasan tersebut, pembahasan yang nantinya akan dijabarkan pada bab ini

mengenai peran Muhammadiyah bersama dengan organisasi–organisasi yang

bergerak dalam bidang kemanusiaan serta menjelaskan bagaimana peran

Muhammadiyah sebagai organisasi internasional menangani pengungsi Rohingya

sesuai dengan konsep yang telah dijabarkan sebelumnya.

Muhammadiyah dalam menangani kasus kebencanaan memiliki lembaga

pembantu pimpinan dalam melaksanakan seluruh kegiatan yang dilakukan baik

lokal maupun global. Lembaga tersebut yakni lembaga MDMC yang bergerak

dalam bidang kemanusiaan. MDMC sebagai sebuah lembaga penanggulangan

bencana satu-satunya yang memiliki Emergency Medical Team (EMT) yang

belum dimiliki oleh satupun lembaga kemanusiaan di Indonesia yang sudah resmi

diakui oleh World Health Organization (WHO).97

Muhammadiyah melalui MDMC dalam beberapa kesempatan juga turut

berperan aktif dalam berbagai kasus bencana kemanusiaan yang terjadi di dalam

negeri maupun di luar batas negara. MDMC juga telah menangani isu

97

Hasil wawancara dengan Barori Budi Adji (Sekretaris Muhammadiyah

Disaster Management Center).

Page 83: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

70

kebencanaan internasional di negara Nepal pada tahun 2015 yang diakibatkan

oleh gempa bumi. Pada tahun 2013 MDMC juga turut membantu dalam menangai

peristiwa topan Haiyan yang melanda sebagian negara Filipina.

A. Melakukan Kerjasama dengan Aktor –Aktor Kemanusiaan Indonesia

dalam Penanganan Pengungsi Rohignya.

Peran Non-Governmental Organization (NGO) dalam ranah politik

global dan perkembangannya menjadi semakin signifikan terutama setelah

perang dingin berakhir. Dalam tiga dekade terakhir, NGO telah

berkembang dalam hal jumlah, ukuran, maupun keragaman isu yang

menjadi perhatiannya.

Peter Willetts, dalam artikelnya What is an Non-Governmental

Organization? menjelaskan bentuk NGO menurut strukturnya dibagi ke

dalam local NGO, national NGO, regional NGO, dan Global NGO. Local

NGO atau national NGO dijelaskan sebagai sekelompok individu yang

bekerja dalam kegiatan lokal yang mengkoordinasikan kegiatannya kepada

provinsi dan memiliki kantor pusat di ibukota sebuah negara. Seluruh

NGO dapat berpeluang terlibat dalam cakupan level global.98

Jack C. Plano dalam bukunya kamus hubungan internasional

mengatakan bahwa NGO berfungsi sebagai mekanisme bagi kerjasama di

antara kelompok swasta-nasional dalam perihal urusan internasional.

Kerjasama yang dilakukan oleh setiap NGO merupakan bentuk hubungan

98

Willets, Petter, “What is a Non-Govermental Organization” dalam Journal

UNESCO Encyclopedia of Life Support Systems, 5-7.

Page 84: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

71

antar NGO untuk meningkatkan interaksi satu dengan yang lain dalam

memenuhi kepentingan individu maupun kepentingan kelompok. Hal ini

berkaitan dengan tujuan setiap masing-masing NGO dalam urusan

internasional.99

NGO kemudian banyak terlibat dalam isu-isu internasional

termasuk isu kemanusiaan. NGO yang telah melibatkan dirinya dalam

urusan internasional untuk melakukan kegiatan sosial, termasuk

keterlibatan dalam penanganan bencana kemanusiaan, tergolong ke dalam

bentuk respon terhadap isu atau permasalahan yang terjadi. Seperti halnya

NGO di Indonesia yang mengikutsertakan keterlibatan dalam isu

kemanusiaan. Dalam hal ini, NGO seperti: Muhammadiyah, LPBI NU,

Aksi Cepat Tanggap, PKPU, dan organisasi non-pemerintah lain.

Menurut Peter Van Turjil bahwa NGO merupakan organisasi

independen, non-profit, non-partisan bertujuan untuk meningkatkan

kualitas dari yang termajinalkan. NGO ini terbentuk tanpa adanya campur

tangan dari pemerintah, mereka terbentuk sebagai suatu kelompok

masyarakat. Mereka mendukung suatu isu untuk suatu tujuan tanpa ada

perhatian terhadap hal-hal yang bersifat mencari laba. Keterlibatan NGO

dalam penanganan kasus kemanusiaan merupakan bentuk upaya

peningkatan terhadap individu atau kelompok termajinalkan, seperti

pengungsi Rohingya.100

99

Jack C. Plano dan Roy Olton, International Relations Dictionary, 275-276. 100

Peter van Turjil, “NGOs and Human Rights: Sources of Justice and

Democracy”, 495.

Page 85: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

72

Dalam kegiatannya, NGO tersebut melakukan kerjasama dalam

penanganan pengungsi Rohingya. Kerjasama yang dilakukan dalam

pembentukan aliansi kemanusiaan ditujukan untuk memudahkan

penanganan dan pendampingan korban akibat bencana kemanusiaan

tersebut. Dengan demikian, keterlibatan Muhammadiyah merupakan

pengejawantahan dari tujuan upaya NGO untuk memberikan bantuan

kemanusiaan dalam menangani krisis kemanusiaan di Rakhine, Myanmar.

Dalam proses penanganan pengungsi Rohingya, MDMC tergabung

dalam Aliansi Kemanusiaan Indonesia untuk Myanmar (AKIM),

beranggotakan 11 Anggota yakni Muhammadiyah Disaster Management

Center, Dompet Dhuafa, Daarut Tauhid, PKPU, Rumah Zakat, LPBI NU,

LAZIS Wahdah, Laznas Lembaga Manajemen Infaq (LMI), Laziz Dewan

Da‟wah Islamiyah Indonesia (LDII), Social Trust Fund-UIN Jakarta, dan

Aksi Cepat Tanggap.101

Aliansi Kemanusiaan Indonesia untuk Myanmar (AKIM)

merupakan organisasi kemasyarakatan yang di bentuk untuk memberikan

bantuan kemanusiaan. Di samping itu, AKIM merupakan jembatan antara

pemerintah dan masyarakat Indonesia dalam membantu menangani krisis

kemanusiaan di Rakhine, Myanmar. Di dalamnya, Aliansi Kemanusiaan

Indonesia untuk Myanmar memiliki suatu program dalam penyaluran

bantuan bagi para pengungsi Rohingya di negara bagian Rakhine.

101

Dyah Sulistiowati, “Aliansi Kemanusiaan Indonesia untuk Myanmar: Ikhtiar

Indonesia Selamatkan Rohingya”, dikases dari https://act.id/news/detail/aliansi-

kemanusiaan-indonesia-untuk-myanmar-ikhtiar-indonesia-selamatkan-rohingya pada

tanggal 21 April 2018.

Page 86: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

73

Humanitarian Assistance for Sustainable Community (HASCO)

merupakan program yang dimiliki AKIM. Program tersebut diresmikan

oleh pemerintah Indonesia sebagai bagian dari misi kemanusiaan

internasional. HASCO merupakan program untuk meningkatkan dan

mewujudkan rekonsiliasi serta pembangunan yang bertujuan untuk

memberikan bantuan dalam bidang kesehatan, pengiriman tenaga ahli

pendidikan, livehood dan pemulihan atau pemenuhan layanan dasar bagi

para pengungsi Rohingya di wilayah negara bagian Rakhine.102

Tujuan utama program tersebut untuk memenuhi kebutuhan dasar

pengungsi dengan meningkatkan dalam bidang fasilitas, pengiriman

tenaga ahli pendidikan, livehood, dan pemulihan/pemenuhan layanan

dasar. Dalam aspek kesehatan, AKIM berfokus pada penguatan fasilitas,

pembangunan posko kesehatan dan melakukan pelatihan medis bagi para

tenaga kesehatan di wilayah tersebut.

Pengiriman tenaga ahli juga dilakukan oleh AKIM dengan

menyiapkan tenaga ahli di bidang pendidikan, melalui tenaga ahli tersebut

AKIM memberikan pelatihan kepada guru serta pengajar di Bangladesh

khususnya wilayah Cox Bazar tempat pemukiman pengungsi. Di wilayah

livehood, program yang dilakukan AKIM berupa pendirian sebuah pasar,

102

Sheany, “Foreign Affairs Ministry Launches Humanitarian Program in

Myanmar” diakses dari http://jakartaglobe.id/news/foreign-affairs-ministry-launches-

humanitarian-program-myanmar/ pada tanggal 21 April 2018.

Page 87: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

74

dengan tujuan terciptanya interaksi di wilayah tersebut, di mana pasar

menjadi tempat forum bersama bertemu semua pihak.103

Muhammadiyah berperan dalam pembentukan Aliansi

Kemanusiaan Indonesia untuk Myanmar. Rachmawati Husein mewakili

Muhammadiyah menawarkan pembentukan AKIM dikarenakan

banyaknya lembaga kemanusiaan yang ingin terlibat membantu pengungsi

Rohingya. Hal demikian dipandang dapat menjadi faktor strategis bagi

keamanan warga negara Indonesia yang menjadi relawan, karena tidak ada

jaminan keamanan bagi pekerja sosial atau relawan kemanusiaan.

Muhammadiyah menawarkan pembentukan aliansi agar lembaga

kemanusiaan dapat mengikuti kegiatan penanganan pengungsi

Rohingya.104

Langkah awal yang dilakukan oleh AKIM bersama MDMC yakni

melakukan penggalangan dana. Dana yang terkumpul merupakan dana

bantuan dari masyarakat dan pemerintah. Dari keanggotaan AKIM yang

beranggota 11 lembaga kemanusiaan, masing-masing melakukan

penggalangan dana yang kemudian dana tersebut disalurkan dan

didistribusikan kepada pengungsi Rohingya di Bangladesh.105

103

“Komitmen Bantu Myanmar, Menlu Luncurkan Program Bantuan

Kemanusiaan” diakses dari https://www.kemlu.go.id/id/berita/berita-

perwakilan/Pages/Komitmen-Bantu-Myanmar,-Menlu-Luncurkan-Program-Bantuan-

Kemanusiaan.aspx pada tanggak 21 April 2018. 104

Hasil Wawancara dengan Rachmawati Husein (Wakil Ketua MDMC). 105

Ayomi Amindoni, “Krisis Rohingya: Bagaimana akuntabilitas para

penggalang dana bantuan masyarakat?” diakses dari

http://www.bbc.com/indonesia/majalah-41176049 pada tanggal 21 April 2018.

Page 88: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

75

B. Melakukan Penyaluran Bantuan Kemanusiaan untuk Penanganan

Pengungsi Rohingya.

Organisasi keagamaan memiliki karakteristik yang mirip dengan

organisasi kemanusiaan sekuler yang dipengaruhi kondisi sosial politik

dan ekonomi. Ada dua karateristik yang membedakan organisasi

keagamaan berbeda dengan organisasi kemanusiaan sekuler: mereka

termotivasi oleh keyakinan dan mereka memiliki pilihan yang mungkin

mereka ambil secara leluasa dibandingkan isu kemanusiaan. Organisasi

keagamaan ini mungkin berbeda dengan cara beragama yang tradisional

namun memiliki motivasi yang kuat dalam menjunjung tinggi nilai

kemanusiaan.106

Muhammadiyah menyatakan sikap terkait kasus yang terjadi di

Rohingya. Muhammadiyah menyatakan bahwa Etnis Rohingya ialah etnis

yang paling menderita di dunia, hal ini sesuai yang dinyatakan oleh PBB

dan merupakan etnis tertolak dan tertindas di Myanmar. Ketiadaan status

kewarganegaraan menjadikan mereka berada dalam kondisi yang sangat

rentan. Dalam sikap terkait etnis Rohingya antara lain: Mendesak PBB

untuk ikut menangani tragedi kemanusiaan di Myanmar; Mendesak

Bangladesh untuk membuka perbatasan demi alasan kemanusiaan;

Mendesak para aktivis HAM dan kemanusiaan di seluruh dunia untuk

memberikan perhatian serius terhadap kasus Etnis Rohingya; Mendesak

ASEAN untuk menekan Myanmar agar menghentikan praktik genosida

106

Elizabeth, Faith-based and secular humanitarian organization, 316.

Page 89: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

76

terhadap Etnis Rohingya; Mendesak komite Hadiah Nobel untuk mencabut

Penghargaan Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi; Mendesak Mahkamah

Kejahatan Internasional untuk mengadili pihak-pihak yang bertanggung

jawab atas praktik genosida di Myanmar; Meminta Pemerintah Indonesia

untuk mempertimbangkan disediakannya sebuah kawasan untuk

menampung sementara pengungsi Rohingya.107

Culture of Disaster merupakan kemampuan yang dimiliki oleh

komunitas untuk menghadapi kebencanaan baik dalam pengurangan resiko

maupun penanganan kebencanaan. Culture of Disaster memiliki bentuk

yang berbeda di setiap komunitas. Bentuk perbedaan dari budaya ini

adalah kemampuan komunitas untuk melakukan profesionalisasi dalam

kelembagaan, mendorong pengembangan tekhnologi kebencanaan, standar

paket bantuan kemanusiaan, serta bentuk respon kebencanaan yang

fleksibel. Greg Bankoff mengatakan tentang “Culture of Disaster” di

mana manusia menjadi lebih adaptif terhadap kebencanaan dan juga

menjadikan hal tersebut sebagai fenomena biasa.108

Dalam perannya, Muhammadiyah melibatkan seluruh anggota,

lembaga, dan struktur Muhammadiyah di berbagai tingkatan dalam

melakukan penanganan terhadap pengungsi. Culture of Disaster yang

dilakukan Muhammadiyah terhadap pengungsi Rohingya terbagi ke dalam

107

Suara Muhammadiyah, “Pernyataan Sikap PP Muhammadiyah Terkait

Genosida Etnis Rohingya Myanmar”, diakses dari

http://www.suaramuhammadiyah.id/2017/09/01/pernyataan-sikap-pp-muhammadiyah-

terkait-genosida-etnis-rohingya-myanmar/ pada tanggal 7 Juli 2018. 108

Bush Robin, “Muhammadiyah and disaster response: innovation and change

in social welfare”, 2.

Page 90: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

77

beberapa pembagian wilayah tugas. Pembagian tugas tersebut meliputi

LazisMu berperan sebagai koordinator di wilayah penggalangan dana dan

sumber daya bantuan bencana. Sedangkan, MDMC berperan sebagai

koordinator penyelenggaraan, penanggulangan dan juga penanganan

bencana.

Pada Agustus 2017, total bantuan yang diberikan AKIM kepada

masyarakat Rakhine sebesar 2 juta dollar Amerika Serikat. Dalam

melakukan pengumpulan donasi untuk pengungsi Rohingya,

Muhammadiyah melalui LazisMu telah berhasil mengumpulkan bantuan

dana sebesar 20 miliar lebih dalam waktu 1 bulan terhitung 1-30

September 2017. Dana tersebut sebagian telah disalurkan secara berkala

kepada para pengungsi Rohingya di Bangladesh dengan sebagian besar

porsi bantuan difokuskan pada bidang kesehatan. Di sisi lain, Culture of

Disaster Muhammadiyah terefleksikan melalui tim Muhammadiyah Aid.

Dalam tim tersebut secara tekhnis merupakan perpaduan seluruh unsur

Muhammadiyah dan berisikan kumpulan tenaga medis yang dibentuk

untuk memberikan penanggulangan serta penanganan bencana kepada

pengungsi Rohingya.109

Merujuk pada peranan tim Muhammadiyah Aid,

pemenuhan kebutuhan kesehatan dan nutrisi bagi anak-anak, kelompok

rentan, perempuan, ibu hamil dan penyandang disabilitas menjadi fokus

peranannya dalam penanggulangan bencana kemanusiaan Rohingya.110

109

Hasil Wawancara dengan Rachmawati Husein (Wakil Ketua MDMC). 110

LazisMu, “Gelar Lokakarya, Muhammadiyah Aid Pertajam Agenda

Penanganan Pengungsi Rohingya”, diakses dari https://www.lazismu.org/gelar-

Page 91: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

78

Pada bulan Januari 2017, MDMC memberangkatkan anggotanya

dalam misi kemanusiaan di Myanmar sebagai tim advance dengan 5

perwakilan lembaga Humanitarian Forum Indonesia: PKPU,

Muhammadiyah, LPBI-NU, Dompet Dhuafa dan Rumah Zakat. Tim

advance tersebut merupakan tim yang bertugas untuk melakukan kajian

kebutuhan yang diperlukan di wilayah perbatasan, Provinsi Rakhine, agar

bantuan yang masuk dapat tersalurkan dengan tepat sasaran.111

Tim Muhammadiyah Aid dalam menjalankan misi kemanusiaan

memfokuskan diri pada 3 program yang meliputi: emergency, kemudian

recovery dan rekonsiliasi. Untuk tahapan emergency Muhammadiyah Aid

memberikan bantuan dalam bentuk obat-obatan, kebutuhan sandang dan

pangan. Untuk program recovery Muhammadiyah Aid meningkatkan

program pendidikan, pengobatan dan pelayanan kesehatan. Untuk program

rekonsiliasi, Muhammadiyah Aid membangun pasar rekonsiliasi untuk

meningkatkan pemulihan bagi para pengungsi Rohingya yang tentunya

program tersebut merupakan program yang diberikan AKIM kepada

Muhammadiyah Aid.112

Pasar rekonsiliasi yang dimaksud merupakan pasar perdamaian

yang di bangun sebagai upaya pemulihan hubungan antara etnis Rohingya

dan etnis Rakhine melalui interaksi dan perbaikan ekonomi. Pasar juga

lokakarya-muhammadiyah-aid-pertajam-agenda-penanganan-pengungsi-rohingya/ pada

tanggal 14 Mei 2018. 111

Pimpinan Pusat Muhammadiyah, “Muhammadiyah Kirimkan Tim Advance

ke Myanmar“, http://www.umm.ac.id/id/muhammadiyah/9105.html pada tanggal 14 Mei

2018 112

Hasil Wawancara dengan Rachmawati Husein (Wakil Ketua MDMC).

Page 92: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

79

menjadi tempat bertemunya semua kalangan dari berbagai golongan dan

etnis tentunya. Adanya pasar rekonsiliasi tersebut terciptanya kesempatan

bagi para golongan maupun etnis saling berinteraksi satu sama lain dan

mampu menciptakan sebuah simbolik perdamaian di dalam konflik

tersebut.113

MDMC melaksanakan bantuan pelayanan kesehatan bagi para

pengungsi Rohingya dalam pemenuhan kebutuhan dasar pengungsi di

wilayah penampungan Cox‟s Bazar. Fasilitas yang disediakan oleh

pemerintah Bangladesh untuk para pengungsi tidaklah cukup memadai.

Hal demikian merefleksikan minimnya peranan pemerintah Bangladesh

dalam memberikan bantuan kepada Etnis Rohingya dalam aspek

kesehatan. Tidak layaknya posko bagi para pengungsi dan diperparah

dengan membludaknya jumlah pengungsi yang baru menuju tempat

pengungsian. Kurangnya fasilitas kesehatan menyebabkan banyaknya

warga mengalami gangguan kesehatan dan beberapa dari mereka

terjangkit berbagai penyakit.114

Kondisi yang mengenaskan dialami oleh para pengungsi rohingnya

di tempat pengungsian Tangkhali akibat cuaca yang tidak menentu.

Sehingga mereka berada dalam tingkat kerentanan kesehatan yang cukup

tinggi. Banyak dari mereka yang melakukan perjalanan demi mencari

tempat aman hanya dengan berbekal baju yang melekat di badan dan inilah

113

Hasil Wawancara dengan Rachmawati Husein (Wakil Ketua MDMC). 114

Youtube. (2017, September 25). Tim MuhammadiyahAid, MDMC-Lazismu,

Tiba di Cox's Bazar Bangladesh [berkas video]. Diakses dari

https://www.youtube.com/watch?v=HFHB43jE7Wk pada tanggal 21 April 2018.

Page 93: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

80

yang menyebabkan kondisi kesehatan mereka dalam keadaan yang cukup

mengenaskan dan memungkinkan mereka dengan mudah terserang

berbagai penyakit. Selain itu banyaknya tenda-tenda yang tidak layak juga

membuat banyak pengungsi mulai diserang banyak penyakit.115

Dalam tahap emergency dan recovery, pada tanggal 22 September

2017, Muhammadiyah mengirimkan tim medis yang menuju wilayah

Cox‟s Bazar perbatasan Myanmar dan Bangladesh dalam misi

kemanusiaan untuk membantu Etnis Rohingya yang terusir dari tempat

tinggal mereka di Provinsi Rakhine. Tim medis Muhammadiyah Aid

beranggotakan empat dokter dan sembilan perawat serta personel LazisMu

berangkat menuju Bangladesh yang selanjutnya berkoordinasi dengan

anggota Muhammadiyah Aid yang telah berada di Dhaka sejak 17

September 2017 lalu.116

Tim Muhammadiyah Aid bersama dengan Aliansi Kemanusiaan

Indonesia untuk Myanmar (AKIM), menyalurkan bantuan

mendistribusikan bantuan logistik, pangan, obat-obatan, dan melakukan

pemberian antibiotic dan cairan oralit kepada para pengungsi Rohingnya

yang menderita penyakit. Muhammadiyah Aid juga bekerjasama dengan

NGO lokal di Cox Bazar melakukan pelayanan kesehatan sekaligus

memberikan 50.000 paket program nutrisi untuk balita. Muhammadiyah

115

Youtube. (2017, September 28). Lazismu-MDMC yang tergabung dalam

MuhammadiyahAid dan IHA mendirikan posko kesehatan untuk melayani ribuan

pengungsi Rohingya di Cox's Bazar Bangladesh [berkas video]. Diakses dari

https://www.youtube.com/watch?v=f2Z65IE0zmU pada tanggal 21 April 2018. 116

Lazizmu, “Misi Kemanusiaan Muhammadiyah Aid Berangkat ke

Bangladesh”, diakses dari https://www.lazismu.org/misi-kemanusiaan-muhammadiyah-

aid-berangkat-ke-bangladesh/ pada tanggal 21 April 2018.

Page 94: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

81

Aid juga melakukan kajian mendalam untuk bantuan kemanusiaan jangka

panjang dalam penanganan nasib pengungsi Rohingya.117

Pada tanggal 27 September 2017, Tim Muhammadiyah Aid

bersama dengan AKIM kemudian mendirikan posko kesehatan untuk

pengungsi Rohingya di Tangkhali, Cox‟s Bazar. Bantuan yang diberikan

berupa medical treatment atau pengobatan gratis yang dilakukan

Muhammadiyah Aid kepada para pengungsi yang berjumlah 100.000

pengungsi di tempat pengungsian Tangkhali, perbatasan Myanmar dan

Bangladesh. Muhammadiyah Aid dalam memberikan bantuan medis

menyiapkan enam orang dokter, empat di antarannya dari Muhammadiyah

dan dua dokter lokal.118

Pada tahap yang ke - 3 yakni rekonsiliasi yang merupakan program

ke - 3 setelah emergency dan recovery yang dijalankan MDMC dalam

menjalankan misi kemanusiaan. Pembangunan pasar yang dilakukan

Muhammadiyah Aid mendapatkan dana bantuan yang terkumpul dari

LazisMU. Tujuan dari pembangunan pasar rekonsiliasi tersebut upaya

pemulihan ekonomi warga sekaligus sebagai media membangun

perdamaian. Pembangunan pasar yang dilakukan oleh tim Muhammadiyah

Aid dilakukan di daerah Sitway kemudian di daerah Maungdaw. Namun

pembangunan pasar di daerah Maungdaw lebih kepada memperbaiki

117

Youtube. (2017, September 25). Tim MuhammadiyahAid, MDMC-Lazismu,

Tiba di Cox's Bazar Bangladesh [berkas video]. Diakses dari

https://www.youtube.com/watch?v=HFHB43jE7Wk pada tanggal 21 April 2018. 118

Youtube. (2017, September 28). Lazismu-MDMC yang tergabung dalam

MuhammadiyahAid dan IHA mendirikan posko kesehatan untuk melayani ribuan

pengungsi Rohingya di Cox's Bazar Bangladesh [berkas video]. Diakses dari

https://www.youtube.com/watch?v=f2Z65IE0zmU pada tanggal 21 April 2018.

Page 95: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

82

karena sudah ada pasar sebelumnya di daerah tersebut dan memang tidak

layak.119

C. Mediasi Fasilitatif Muhammadiyah

Mediasi adalah upaya penyelesaian konflik dengan melibatkan

pihak ketiga yang netral, yang tidak memiliki kewenangan mengambil

keputusan yang membantu pihak-pihak yang bersengketa mencapai

penyelesaian (solusi) yang diterima oleh kedua belah pihak. Mediasi

adalah proses penyelesaian sengketa dengan perantara pihak ketiga, yakni

pihak yang memberi masukan-masukan kepada para pihak untuk

menyelesaikan sengketa.120

Konsep yang digunakan dalam analisa peran Muhammadiyah

dalam penanganan pengungsi Rohingya adalah konsep mediasi fasilitatif.

Konsep ini cocok untuk dipakai dalam mediasi yang bersifat fasilitatif

karena menekankan peran sebagai mediator yang hanya memfasilitasi

upaya perdamaian dan tidak mempengaruhi hasil secara langsung. Namun,

konsep yang diterapkan hanya memakai beberapa peran ini yaitu explorer,

unifier, enskiller.

Kesungguhan Muhammadiyah dalam menjalankan misi

kemanusiaan penanganan bantuan terhadap pengungsi rohingya dibuktikan

dengan pengiriman tim scoping atau tim advance ke Myanmar. Yang

terdiri dari lima perwakilan lembaga lainnya yakni Surya Rahman

119

Hasil Wawancara dengan Rachmawati Husein (Wakil Ketua MDMC). 120

Soemartono, Gatot P, Arbitrase dan Mediasi di Indonesia, 119.

Page 96: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

83

Muhammad (Humanitarian Forum Indonesia), Rama (Dompet Dhuafa),

Beny S. Jafar (LPBI-NU), Deni Kurniawan (PKPU), dr. Tri Yunanto

(PKU Muhammadiyah) untuk melakukan kajian kebutuhan yang

diperlukan oleh masyarakat Rohingya di daerah perbatasan Myanmar dan

Bangladesh. Kajian tersebut ditujukan untuk tersalurkannya bantuan yang

diberikan tepat sasaran kepada pengungsi di Cox Bazar.121

Hasil dari

pengiriman tim scoping Muhammadiyah bersama empat lembaga lainnya

mendapatkan hasil kajian yang menerangkan segala bentuk kebutuhan

yang dibutuhkan oleh pengugsi Rohingya di tempat pengungsian tersebut.

Salah satu program yang didasarkan atas hasil pelaksanaan misi scoping

tersebut adalah program pendampingan dan penyaluran bantuan. Program

tersebut ditujukan untuk meningkatkan dan memulihkan kondisi

pengungsi dalam bidang kesehatan, pendidikan, ekonomi dan pemenuhan

layanan dasar.

Didasarkan atas fakta analisa, konflik antar entis yang melibatkan

Etnis Rohingnya di Rakhine dilandasi atas berbagai elemen yang

mendasari tercetusnya konflik tersebut. Menurut Sriegfried O. Wolf,

warga Rakhine merasa didiskriminasi secara budaya, juga tereksploitasi

secara ekonomi dan disingkirkan secara politis oleh pemerintah pusat,

yang didominasi Etnis Burma. Dalam konteks ini, Rohingya dianggap

warga Rakhine sebagai saingan tambahan dan ancaman bagi identitas

mereka sendiri. Hal tersebut yang menjadikan penyebab utama konflik

121

Raipan Rifansyah, “Muhammadiyah Kirimkan Tim Advance ke Myanmar”,

diakses dari http://m.muhammadiyah.or.id/id/news-9105-detail-muhammadiyah-

kirimkan-tim-advance-ke-myanmar.html pada tanggal 13 Juli 2018.

Page 97: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

84

terjadi antar kedua kelompok hingga mengakibatkan sejumlah konflik.

Pada elemen politik, kelompok Rakhine merasa dikhianati oleh pengungsi

Rohingya, karena warga Rohingya tidak memberikan suara bagi partai

politik mereka. Sementara, pemerintah tidak mendorong rekonsiliasi

melainkan mendukung fundamentalis Budha dengan tujuan menjaga

kepentingan di kawasan yang kaya sumber daya alam tersebut.122

Pada elemen ekonomi negara bagian Rakhine merupakan bagian

negara yang warganya paling miskin, walaupun memiliki sumber daya

alam yang sangat kaya. Jadi Etnis Rohingya berada di wilayah Rakhine

merupakan beban ekonomi tambahan, jika mereka bersaing untuk

mendapat pekerjaan dan kesempatan untuk berbisnis. Pekerjaan dan bisnis

di negara bagian itu sebagian besar dikuasai kelompok elit Burma. Bahwa

ketidaksukaan warga Buddha terhadap Rohinya bukan saja masalah

agama, melainkan didorong masalah politis dan ekonomis. Peranan

tersebut mengacu explorer pandangan Muhammadiyah dalam menangani

pengungsi Rohingya.

Merujuk pada elemen-elemen yang mendasari tercetusnya konflik

di Rakhine yang melibatkan Etnis Rohingnya tersebut, Muhammadiyah

menggagas beberapa solusi yang terangkum dalam beberapa programnya.

Pada elemen ekonomi, maka Muhammadiyah beserta dengan lembaga-

lembaga lain yang tergabung dalam AKIM melakukan penyaluran bantuan

melalui penciptaan program pasar perdamaian. Program pasar perdamaian

122

Shamil Shams, “Rohingya, Sebenarnya Bukan Konflik Agama”, Deutsche

Welle, 31 Agustus 2015 [Artikel onine]; diakses dari https://www.dw.com/id/rohingya-

sebenarnya-bukan-konflik-agama/a-18683571 pada tanggal 7 Juli 2018.

Page 98: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

85

tersebut menjadi fokus utama Muhammadiyah. Disamping itu, penyediaan

fasilitas kesehatan dan tenaga medis merupakan salah satu upaya

Muhammadiyah dalam memulihkan kondisi trauma dan kesehatan

pengungsi akibat konflik tersebut. Kemudian Sriegfried O. wolf

mengatakan bahwa negara bagian rakhine merupakan wilayah termiskin di

Myanmar, didasarkan atas kondisi tersebut Muhammadiyah bersama

dengan AKIM mencetuskan program yang ditujukan untuk meningkatkan

pendidikan serta pengajaran terhadap para guru di negara bagian

Rakhine.123

Pada program bantuan di bidang ekonomi, Muhammadiyah

menggagas program pasar perdamaian. Pasar perdamaian atau pasar

rekonsiliasi merupakan sebuah konsep yang diterapkan Muhammadiyah

untuk menciptakan interaksi antar golongan di Myanmar sehingga tercipta

perdamaian. Konsep pasar ini berjalan sebagaimana pasar pada umumnya.

Pasar sebagai salah satu tempat terjadinya kegiatan ekonomi dan segala

aktivitas ekonomi masyarakat. Mengingat, pasar adalah tempat transaksi

bagi siapapun dengan latar belakang apapun. Dan membangun kesempatan

yang sama untuk mengembangkan perekonomian.124

Dalam bidang kesehatan, peran muhammadiyah dalam melakukan

penanganan pengungsi Rohingya. Melalui Muhammadiyah Aid

melaksanakan pendampingan dan bantuan kesehatan. Muhammadiyah

123

Sheany, “Foreign Affairs Ministry Launches Humanitarian Program in

Myanmar” diakses dari http://jakartaglobe.id/news/foreign-affairs-ministry-launches-

humanitarian-program-myanmar/ pada tanggal 13 Juli 2018. 124

Hasil Wawancara dengan Rachmawati Husein (Wakil ketua MDMC)

Page 99: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

86

menurunkan tim kesehatan yang terdiri dari 6 dokter pada tanggal 27

September 2017. Di samping itu, bantuan diberikan oleh Muhammadiyah

kepada Rumah Sakit Lapangan Indonesia yang berada di Cox Bazar

Bangladesh. Bantuan tersebut berupa tenaga medis sebanyak 25 orang

sejak bulan September 2017 dan telah mengirimkan 50 orang lagi sampai

dengan bulan maret 2018. Di bidang lain, bidang pendidikan,

muhammadiyah bersama dengan lembaga-lembaga kemanusiaan

Indonesia menyiapkan tenaga ahli pendidikan dan memberikan pelatihan

kepada guru serta pengajar di posko pengungsian, Cox Bazar.125

Upaya-upaya yang dilakukan oleh Muhammadiyah meliputi bidang

ekonomi, bidang pendidikan dan bidang kesehatan tersebut merupakan

pengejawantahan dari peranan Muhammadiyah sebagai enskiller. Yang

dimaksud dengan enskiller adalah upaya pengembangan skill dan

kompetensi untuk mencapai solusi jangka panjang. Berbagai pengalaman

yang telah dilakukan oleh Muhammadiyah sebagai enskiller di mana

Muhammadiyah melalui upaya tersebut dalam melakukan pemulihan dan

pendampingan bagi para pengungsi sebagai solusi jangka panjang di

bidang ekonomi, pendidikan dan kesehatan.

Dalam pengimplementasian program yang digagas oleh

Muhammadiyah tersebut, terdapat beberapa kendala yang dihadapi oleh

Muhammadiyah meliputi pada akses penyaluran bantuan, waktu dan visa.

Pada hambatan akses penyaluran bantuan, kehadiran elemen lokal dalam

125

Zainal Arifin, “Bantuan Muhammadiyah Aid untuk Rumah Sakit Lapangan

di Bangladesh”, diakses dari http://www.lazismupiyungan.org/muhammadiyah-aid-

bangladesh/ pada tanggal 13 Juli 2018.

Page 100: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

87

strategi Muhammadiyah menjadi sangat penting sehingga komunikasi

dengan organisasi setempat sangat diperlukan. Selain itu juga, kerjasama

dengan organisasi lokal merupakan syarat mutlak bagi organisasi

internasional agar bisa secara legal melakukan penanganan terhadap

pengungsi Rohingya. Di samping itu, pada aspek hambatan waktu,

pemberian bantuan hanya diizinkan selama 6 bulan oleh pemerintah

Bangladesh. Selain itu, pada aspek visa, Muhammadiyah melakukan

rekanan bersama dengan Moslem Aid UK (MAUK). Hal demikian

dilakukan Muhammadiyah agar mempermudah dalam mendapatkan izin

lebih dari enam bulan untuk melakukan penanganan pengungsi Rohingya

di wilayah Cox Bazar, Bangladesh. Sebelumnya, MAUK telah mengurus

izin selama 1 tahun dan telah memiliki kantor di wilayah Bangladesh.126

Merujuk pada peranan Muhammadiyah sebagai unifier dalam

konflik yang terjadi di Rakhine tersebut, Muhammadiyah berupaya untuk

membantu dalam memperbaiki perpecahan yang terjadi melalui instrument

ekonomi. Pemanfaatan instrument power tersebut dikejawantahkan

melalui penciptaan pasar perdamaian. Adanya pasar perdamaian tersebut

menstimulasi bagi terciptanya kesempatan bagi para golongan maupun

etnis untuk saling berinteraksi satu sama lain sehingga mampu

menciptakan sebuah simbolik perdamaian di dalam konflik tersebut.

Pembangunan pasar tersebut ditujukan untuk membangun solusi masa

depan bagi dasar perekonomian etnis Rohingya dan sekaligus menjadi

126

Hasil Wawancara dengan Rachmawati Husein (Wakil ketua MDMC)

Page 101: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

88

sarana upaya perdamaian di Rakhine. Pembangunan pasar perdamaian

tersebut merupakan sebuah strategi untuk merekonsiliasi antara pihak-

pihak yang berkonflik. Penggagasan program pasa perdamaian tersebut

senada dengan pernyataan Utusan Khusus PBB, Koffi Anan, dan

pemerintah Myanmar dalam menggagas instrumen perdamaian melalui

friendly market.127

127

Hasil Wawancara dengan Rachmawati Husein (Wakil ketua MDMC)

Page 102: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

89

BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan yang sudah dijelaskan sebelumnya dan

untuk menjawab pertanyaan yang diajukan dapat diambil kesimpulan bahwa peran

Muhammadiyah dalam melakukan penanganan bencana terkait pengungsi

rohingya melewati beberapa tahapan. Muhammadiyah melalui Muhammadiyah

Disaster Management Center (MDMC) dalam menangani isu kemanusiaan

internasional sebagai organisasi non-pemerintah. Sebagai organisasi berbasis

keagamaan Muhammadiyah menjadi aktor internasional dengan melakukan

kerjasama dengan lembaga-lembaga kemanusiaan untuk memberikan penanganan

dan pendampingan permasalahan kemanusiaan di Rakhine.

Fokus misi Muhammadiyah yang dijalankan MDMC adalah menjadi

pelopor penguatan peran agama dalam upaya pengurangan risiko bencana dan

bantuan kemanusiaan di dunia internasional. MDMC pada awalnya hanya

bergerak sebagai aksi kemanusiaan Muhammadiyah berupa aksi cepat tanggap

darurat dan rehabilitasi. Namun seiring berjalannya waktu MDMC mengadopsi

kode etik kerelawanan kemanusiaan, mengembangkan misi pengurangan resiko

bencana selaras dengan Hygo Framework For Action dan mengembangkan basis

kesiapsiagaan di tingkat komunitas dan rumah sakit.

Dalam menjalankan aktivitas kemanusiaan, Muhammadiyah sebagai

national NGO melalui MDMC melakukan suatu hubungan kerjasama dengan

pemerintah Indonesia dan lembaga kemanusiaan Indonesia dengan membentuk

Aliansi Kemanusiaan Indonesia untuk Myanmar (AKIM). Aliansi dengan anggota

Page 103: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

90

11 lembaga dan merupakan lembaga kemasyarakatan yang memiliki fokus untuk

memberikan bantuan kemanusiaan untuk warga Myanmar khususnya para

pengungsi Rohingya.

Muhammadiyah melalui MDMC melakukan pendampingan dan

penanganan terkait penanganan pengungsi Rohingya. Dalam proses penanganan

pengungsi Rohingya, MDMC bekerjasama dengan seluruh elemen

Muhammadiyah secara utuh. Hal ini terjadi karena telah tercipta Culture of

Disaster dalam diri Muhammadiyah. Sehingga sangat mudah sekali bagi MDMC

untuk melakukan penggalangan bantuan dan relawan dalam rangka melakukan

penanganan terhadap pengungsi rohingya.

Di samping itu, Muhammadiyah sebagai organisasi keagamaan tentu

memiliki elemen di dalamnya. Setiap elemen tersebut memiliki fokus dan

kapabilitias masing-masing termasuk MDMC yang berperan terhadap

penanggulangan bencana. Dalam melaksanakan kegiatan kemanusiaan yang

dijalankan, MDMC dibantu oleh elemen-elemen Muhammadiyah dalam hal

pemberian bantuan, penggalangan dana serta relawan dalam menangani kasus

pendampingan dan penanganan pengungsi Rohingya. Lazismu merupakan elemen

Muhammadiyah yang memiliki peran sebagai sumber bantuan dana

Muhammadiyah dalam menjalankan setiap misi kemanusiaan yang dilakukan.

Dalam melaksanakan pemberian bantuan kemanusiaan Tim

Muhammadiyah Aid bersama AKIM dan NGO lokal, mendirikan posko kesehatan

untuk pengungsi Rohingya di Tangkhali, Cox‟s Bazar. Bantuan yang diberikan

berupa medical treatment atau pengobatan gratis dan menyalurkan bantuan

Page 104: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

91

mendistribusikan bantuan logistik, pangan dan obat-obatan yang dilakukan

Muhammadiyah Aid kepada para pengungsi yang berjumlah 100.000 pengungsi.

Secara keseluruhan, MDMC bekerjasama dengan AKIM bergerak pada wilayah

kesehatan dengan bantuan dari NGO lokal.

Selain itu peran Muhammadiyah sebagai mediasi fasilitatif, telah

menerapkan beberapa strategi dalam penanganan pengungsi Rohingya.

Muhammadiyah sebagai explorer, enskiller dan unifer. Sebagai Explorer

muhammadiyah melakukan pengiriman tim scoping atau tim advance. Kajian

tersebut ditujukan untuk tersalurkannya bantuan yang diberikan tepat sasaran

kepada pengungsi di Cox Bazar. Kemudian Muhammadiyah sebagai enskiller di

mana Muhammadiyah melalui upaya tersebut dalam melakukan pemulihan dan

pendampingan bagi para pengungsi sebagai solusi jangka panjang di bidang

ekonomi, pendidikan dan kesehatan. sebagai unifer Muhammadiyah berupaya

untuk membantu dalam memperbaiki perpecahan yang terjadi melalui instrument

ekonomi. Pemanfaatan instrument power tersebut dikejawantahkan melalui

penciptaan pasar perdamaian.

Page 105: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

xiii

DAFTAR PUSTAKA

Buku dan Bagian Buku

Febriansyah dan M. Raihan. 100 Tahun Muhammadiyah Menyinari Negeri.

Yogyakarta: Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah, 2013.

Davidson dan Lisa Witzig. Humanitarian and Peace Operations: NGOs and the

Military. Washington: NDU Press Book, 1996.

Lembaga Penanggulangan Bencana. Laporan Pelaksanaan Program Kerja

Lembaga Penanggulangan Bencana Pimpinan Pusat Muhammadiyah

2010-2015. Yogyakarta: Lembaga Penanggulangan Bencana Pimpinan

Pusat Muhammadiyah, 2015.

Majelis Diklitbang dan LPI PP Muhammadiyah. 1 Abad Muhammadiyah:

Gagasan Pembaruan Sosial Keagamaan. Jakarta: PT Kompas Media

Nusantara, 2010.

Plano, Jack C. & Olton, Roy. International Relations Dictionary, Third Edition.

England: Clio Press Ltd, 1982.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV

Alfabeta, 2011.

Supardan, Dadang. Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan Stuktural.

Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2006.

T. May Rudy. Administrasi dan Organisasi Internasional. Bandung: Refika

Aditama, 2009.

Salam, Junus. K.H Ahmad Dahlan: Amal dan perjuangannya. Jakarta: Al-Wasat,

2009.

Darban, A. Adaby dan Mustafa Kamal Pasha. Muhammadiyah Sebagai Gerakan

Islam (Dalam Perspektif Historis Dan Ideologis). Yogyakarta: LPPI

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2000.

Departemen Luar Negeri. Himpunan keterangan dasar negara – negara

akreditasi perwakilan RI di luar negeri. Jakarta: Badan Pengkajian dan

Pengembangan Kebijakan Luar Negeri RI, 2002.

Page 106: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

xiv

Achmad Romsan. Pengantar Hukum Pengungsi Internasional. Bandung: Sainc

Offset, 2003.

Gatot P. Soemartono. Arbitrase dan Mediasi di Indonesia. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama, 2006.

Christopher R. Mitchell. Conflict, Social Change and Conflict Resolution. An

Enquiry. New York: Palgrave Macmillan Lt, 2005.

Jurnal dan Artikel Jurnal

Bernad, Cornelius. Peran Komite Palang Merah Internasional dalam Menangani

Krisis Kemanusiaan Dalam Perang di Timur Tengah: (Studi Kasus

Konflik Suriah). Samarinda: Universitas Mulawarman, 2013.

Fachri, Yuli dan Andri Tarigan. Peranan International Committee Of The Red

Cross Terhadap Krisis Kemanusiaan di Palestina Periode 2011-2012.

Pekanbaru: Universitas Riau, 2013.

Fajriyah, Nurkhasanah. Faith Based Organizations and Humanitariansm Studi.

Electronic Theses & Dissertations (ETD) Gadjah Mada University.

Yogyakarta (2014): 1-5.

Peter van Turjil. “NGOs and Human Rights: Sources of Justice and Democracy.”

dalam Journal of International Affairs Vol.52 No:2 Spring (1999): 495.

Rusydi, Rajiah. “Peran Muhammadiyah (Konsep Pendidikan, Usaha – usaha, di

Bidang Pendidikan, dan Tokoh.” Jurnal Tarbawi Volume 1 (2017): 140.

Saragih, Hendra Maulana. “Indonesia dan Responsibility To Protect Etnis Muslim

Rohingya Myanmar.” Jurnal Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan

vol.2, no.2 (Desember 2017): 2.

Triono. “Peran ASEAN dalam Penyelesaian Konflik Etnis Rohingya.” Jurnal

TAPIs Vol.10 No.2 (Desember 2014): 2.

Willets, Petter. “What is a Non-Govermental Organization.” dalam Journal

UNESCO Encyclopedia of Life Support Systems (2010): 5-7.

Yunan, Affifudin. Peran Dominan Amerika dalam Membantu Haiti Pasca Gempa

Bumi 12 Januari 2010. Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta, 2016.

Page 107: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

xv

Miftahulhaq, “STRATEGI PELAKSAAN DAKWAH „AISYIYAH MELALUI

PENDEKATAN PEMBANGUNAN MASYARAKAT LOKAL”, Jurnal

Al Hikmah, Vol. 3, No. 1, ( Januari 2017): 6.

Nuruddin Al Akbar, “Jejaring Muhammadiyah”, Jurnal Sosiologi Islam, Vol. 2

No. 2, (Oktober 2012): 57.

Diajeng Wulan Christani, “Analisa Kejahatan Penyeludupan Manusia Berdsarkan

Smuggling of Migrants Protocol Ditinjau dari Perspektif Perlindungan

Pencari Suaka: Studi Kasus Pengungsi Rohingya”, Padjadjaran Jurnal

Ilmu Hukum Vol. 3, No. 3, (Bandung, 2016): 493.

Sandy Nur Ikfal Raharjo, “PERAN IDENTITAS AGAMA DALAM KONFLIK

DI RAKHINE MYANMAR TAHUN 2012-2013”, Jurnal Kajian

Wilayah, Vol. 6 No. 1 (2015): 38.

Drews, Margaret, “The Four Models Mediation” Vol. 3, No, 1 (Maret 2008)

[Jurnal Online] diakses dari

http://www.diac.ae/idias/journal/volume3no1/issue1/eng4.pdf pada

tanggal 8 Juli 2018.

Ridwan Bustaman, “Jejak Komunitas Muslim di Burma: Fakta Sejarah yang

Terabaikan”, Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 11, No. 2, (2013): 319.

Azharudin Mohammed Dali, “PREJUDIS KEAGAMAAN: KESENGSARAAN

MASYARAKAT ROHINGYA DI MYANMAR”, Jurnal Sejarah Vol. 21

No. 2 (Desember 2013): 174.

Jawahir Thontowi, “Perlakukan Pemerintah Myanmar terhadap Minoritas Muslim

Rohingya Perspektif Sejarah dan Hukum Internasional”, Jurnal Pandecta,

Vol. 8, No. 1 (Januari 2013): 43.

Tri Joko Waluyo, “Konflik Tak Seimbang Etnis Rohingya dan Etnis Rakhine di

Myanmar”, Jurnal Transnasional Vo. 4 No. 2 (Februari 2013): 844.

Ilham Fauzi, “Muslim Rohingya dan Krisis yang Tidak Berujung”, 21 Desember

2016 [Artikel Online] diakses dari

http://pssat.ugm.ac.id/id/2016/12/21/muslim-rohingya-dan-krisis-yang-

tidak-berujung/ pada tanggal 31 Maret 2018.

Page 108: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

xvi

Bush Robin, “Muhammadiyah and disaster response: innovation and change in

social welfare” (Hongkong: The Southeast Asia Research Centre

(SEARC) of the City University of Hong Kong, 2014), 2.

Irawati Handayani, “Perlindungan terhadap Pengungsi Domestik (Internal

Displaced Person) dalam Sengketa Bersenjata Internal Menurut

Hukum Internasional”, Bandung: Jurnal HI UNPAD, (Vol. 1 No.2, 2001):

158.

Aris Pramono, “Peran UNHCR dalam Menangani Pengungsi Myanmar Etnis

Rohingya di Bangladesh (periode 1978-2002), (Depok: Universitas

Indonesia, 2010), 30.

Artikel Media

Elizabeth, Ferris. “Faith-Based and Secular Humanitarian Organizations” [jurnal

online] International Review of The Red Cross Journal (2005), diakses

dari https://www.icrc.org/eng/assets/files/other/irrc_858_ferris.pdf pada

tanggal 26 Februari 2018.

Defining Humanitarian Assistance. diakses dari http://devinit.org/defining

humanitarian-assistance/ pada tanggal 26 Februari 2018.

Malaysia/Burma. Living in Limbo (Burmese Rohingyas in Malaysia). Diakses

https://www.hrw.org/reports/2000/malaysia/maybr008-

01.htm#TopOfPage pada tanggal 24 Februari 2018.

“The Role of Faith Based Organization in Development.” diakses dari

http://dcid.sanford.duke.edu/events/role-faith-based-organizations-

development pada tanggal 23 Februari 2018.

Scott, Anna and Eliza Anyangwe. “Faith-based organizations: should dogma be

left out of development?” diakses dari

https://www.theguardian.com/global-development-professionals-

network/2013/may/20/faith-based-organisations-dogma-development

pada tanggal 23 Februari 2018.

Feliz Solomon, “Violence in Burma Has Sent Hundreds of Rohingya Muslims

Fleeing to Bangladesh”, diakses dari http://time.com/4574298/burma

myanmar-Rohingya-bangladesh-refugees pada tanggal 22 Maret 2018.

Page 109: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

xvii

David I. Steinberg, Michael Arthur Aung-Thwin, dan Maung Htin Aung,

“Myanmar”, diakses dari https://www.britannica.com/place/Myanmar

pada tanggal 25 Maret 2018.

UNICEF, RAKHINE STATE A Snapshot of Child Wellbeing [database on-line],

diakses dari

https://www.unicef.org/myanmar/Rakhine_State_Profile_Final.pdf pada

tanggal 25 Maret 2018.

UNICEF, “Rohingya refugee crisis: Children trapped in limbo and deprived of

their basic rights”, diakses dari

https://www.unicef.org/infobycountry/bangladesh_100945.html pada

tanggal 01 April 2018.

Shamil Shams, “Rohingya, Sebenarnya Bukan Konflik Agama”, Deutsche Welle,

31 Agustus 2015 [Artikel onine]; diakses dari

https://www.dw.com/id/rohingya-sebenarnya-bukan-konflik-agama/a

18683571 pada tanggal 7 Juli 2018.

WHO, “Emergency Medical Team” diakses dari

http://www.who.int/hac/techguidance/preparedness/emergency_medical_

eams/en/ pada tanggal 6 Juli 2018.

Haedar Nashir, “Berideologi Muhammadiyah” diakses dari

http://mpk.muhammadiyah.or.id/download-presentasi-baitul-arqam-dosen-

umy-248.html pada tanggal 5 Juli 2018.

Internet / Situs

Pimpinan Pusat Muhammadiyah. “Muhammadiyah Bersama AKIM Terus

Tingkatkan Komitmen Bantu Muslim Rohingya.” diakses dari

http://www.umm.ac.id/id/muhammadiyah/11802.html pada tanggal 2018.

Suara Muhammadiyah, “MDMC dilibatkan dalam penyusunan Bangkok

Principles”, diakses dari

http://www.suaramuhammadiyah.id/2016/03/15/mdmc-dilibatkan-dalam-

penyusunan-bangkok-principles/ pada tanggal 24 Februari 2018.

Page 110: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

xviii

MDMC, “Profil Singkat Muhammadiyah”, diakses dari

http://www.mdmc.or.id/index.php/2012-11-06-02-56-58/profil pada

tanggal 4 Maret 2018.

Muhammadiyah, “Bagaimana Muhammadiyah di Luar Negeri? Simak

CeritaMereka Para Kader Persyarikatan”, diakses dari

http://www.muhammadiyah.or.id/id/news-9297-detail-bagaimana-

muhammadiyah-di-luar-negeri-simak-cerita-mereka-para-kader-

persyarikatan.html pada tanggal 24 Maret 2018.

Suara Muhammadiyah, “Trisula Abad Kedua: MDMC, MPM, Lazismu Wakili

Wajah Autentik Muhammadiyah” diakses dari

http://www.suaramuhammadiyah.id/2016/11/18/trisula-abad-kedua-

mdmc-mpm-dan-lazismu-wakili-wajah-autentik-muhammadiyah/ Pada

tanggal 10 Maret 2018.

MDMC, “MDMC Aktif Terlibat Susun Kerangka Kerja PRB Kesehatan di

Bangkok”, diakses dari http://www.mdmc.or.id/index.php/b/202-mdmc-

aktif-terlibat-susun-kerangka-kerja-prb-kesehatan-di-bangkok Pada

Tanggal 10 Maret 2018.

MDMC, “Kebijakan Muhammadiyah dalam Penanggulangan Bencana”, diakses

dari http://mdmc.or.id/index.php/component/content/category/2-

uncategorised pada Tanggal 19 Maret 2018.

MDMC, “Ikuti KKT Kemanusiaan Dunia, MDMC Sosialisasikan Fikih

Kebencanaan” diakses dari http://mdmc.or.id/index.php/b/241-ikuti-ktt-

kemanusiaan-dunia-mdmc-sosialisasikan-fikih-kebencanaan pada tanggal

10 Maret 2018.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah, “MDMC Terus Berupaya Tingkatkan Kapasitas

Kelembagaan”, diakses dari

http://www.umm.ac.id/id/muhammadiyah/11460.html pada tanggal 12

Maret 2018.

MDMC, “Sumut Intensif Dampingi Anak-Anak Rohingya”, diakses dari

http://mdmc.or.id/index.php/berita-bencana/185 pada tanggal 12 Maret

2018.

David I. Steinberg, Michael Arthur Aung-Thwin, dan Maung Htin Aung,

“Myanmar”, diakses dari https://www.britannica.com/place/Myanmar

pada tanggal 25 Maret 2018.

Page 111: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

xix

Dr. Habib Siddiqui, “Rohingya: The forgotten people”, diakses dari

http://www.rohingya.org/portal/index.php/scholars/44-dr-habib-

siddiqui/143-rohingya-the-forgotten-people.html pada tanggal 29 Maret

2018.

Dyah Sulistiowati, “Aliansi Kemanusiaan Indonesia untuk Myanmar: Ikhtiar

Indonesia Selamatkan Rohingya”, dikases dari

https://act.id/news/detail/aliansi-kemanusiaan-indonesia-untuk-myanmar-

ikhtiar-indonesia-selamatkan-rohingya pada tanggal 21 April.

Sheany, “Foreign Affairs Ministry Launches Humanitarian Program in Myanmar”

diakses dari http://jakartaglobe.id/news/foreign-affairs-ministry-launches-

humanitarian-program-myanmar/ pada tanggal 21 April 2018.

“TENTANG ROHINGYA”, diakses dari https://act.id/rohingya pada tanggal 31

Maret 2018.

Bhagavant, “Kerusuhan Rohingya dan Rakhine Bukan Konflik Agama”, diakses

dari https://berita.bhagavant.com/2012/08/16/kerusuhan-rohingya-dan-

rakhine-bukan-konflik-agama.html pada tanggal 31 Maret 2018.

LazisMu, “Gelar Lokakarya, Muhammadiyah Aid Pertajam Agenda Penanganan

Pengungsi Rohingya”, diakses dari https://www.lazismu.org/gelar-

lokakarya-muhammadiyah-aid-pertajam-agenda-penanganan-pengungsi-

rohingya/ pada tanggal 14 Mei 2018.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah, “Muhammadiyah Kirimkan Tim Advance ke

Myanmar“, http://www.umm.ac.id/id/muhammadiyah/9105.html pada

tanggal 14 Mei 2018.

Raipan Rifansyah, “Muhammadiyah Kirimkan Tim Advance ke Myanmar”,

diakses dari http://m.muhammadiyah.or.id/id/news-9105-detail-

muhammadiyah-kirimkan-tim-advance-ke-myanmar.html pada tanggal

13 Juli 2018.

Zainal Arifin, “Bantuan Muhammadiyah Aid untuk Rumah Sakit Lapangan di

Bangladesh”, diakses dari

http://www.lazismupiyungan.org/muhammadiyah-aid-bangladesh/ pada

tanggal 13 Juli 2018.

Page 112: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

xx

Situs Pemerintah

“Komitmen Bantu Myanmar, Menlu Luncurkan Program Bantuan Kemanusiaan”

diakses dari https://www.kemlu.go.id/id/berita/berita-

perwakilan/Pages/Komitmen-Bantu-Myanmar,-Menlu-Luncurkan-

Program-Bantuan-Kemanusiaan.aspx pada tanggak 21 April 2018.

Berita

Anthony, Noval Dhwinuari. “Muhammadiyah Desak PBB, ASEAN dan RI Atasi

Masalah Etnis Rohingya.” diakses dari https://news.detik.com/berita/d-

3623923/muhammadiyah-desak-pbb-asean-dan-ri-atasi-masalah-etnis-

rohingya?source=graboards.com&source=graboards.com pada tanggal 25

Februari 2018.

Hutapea, Rita Uli. “1000 Warga Rohingya yang Kabur dari Myanmar Ditolak

Bangladesh.” diakses dari

https://news.detik.com/internasional/3616013/1000-warga-rohingya-yang-

kabur-dari-myanmar-ditolak-bangladesh pada tanggal 25 Februari 2018.

Puspita, Sari Amanda. “AS Tetapkan Tindakan Myanmar terhadap Rohingya

bukan Genosida.” diakses dari

https://www.cnnindonesia.com/internasional/20160322111424-106-

118985/as-tetapkan-tindakan-myanmar-terhadap-rohingya-bukan-genosida

pada tanggal 24 Februari 2018.

BBC INDONESIA, “Arus pengungsi Rohingya ke Bangladesh mencapai 270.000

jiwa”, diakses dari http://www.bbc.com/indonesia/dunia-41202311 pada

tanggal 22 Maret 2018.

Novi Christiastuti, “Begini Awal Mula Serangan Besar-Besaran Militan Rohingya

di Rakhine”, diakses dari

https://news.detik.com/internasional/3632173/begini-awal-mula-serangan-

besar-besaran-militan-rohingya-di-rakhine pada tanggal 31 Maret 2018.

VIVA, “Konflik Rohingya di Myanmar Membara Lagi”, diakses dari

https://www.viva.co.id/indepth/fokus/951050-konflik-rohingya-di-

myanmar-membara-lagi pada tanggal 31 Maret 2018.

Rohmatin Bonasir, “Bangladesh hadapi tantangan besar tangani Rohingya,

bantuan Indonesia sudah sampai”, diakses dari

http://www.bbc.com/indonesia/dunia-41226417 pada tanggal 01 April

2018.

Page 113: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

xxi

Ayomi Amindoni, “Krisis Rohingya: Bagaimana akuntabilitas para penggalang

dana bantuan masyarakat?” diakses dari

http://www.bbc.com/indonesia/majalah-41176049 pada tanggal 21 April

2018.

Youtube. (2017, September 25). Tim MuhammadiyahAid, MDMC-Lazismu, Tiba

di Cox's Bazar Bangladesh [berkas video]. Diakses dari

https://www.youtube.com/watch?v=HFHB43jE7Wk pada tanggal 21

April 2018.

Youtube. (2017, September 28). Lazismu-MDMC yang tergabung dalam

MuhammadiyahAid dan IHA mendirikan posko kesehatan untuk

melayani ribuan pengungsi Rohingya di Cox's Bazar Bangladesh [berkas

video]. Diakses dari https://www.youtube.com/watch?v=f2Z65IE0zmU

pada tanggal 21 April 2018.

Page 114: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

xxii

Lampiran 1 Transkrip Wawancara dengan Barori Budi Adji

WAWANCARA PERTAMA

Transkrip Wawancara dengan Informan 1 Barori Budi Adji

Jabatan : Sekretaris Muhammadiyah Disaster Management Center

Hari/Tanggal : 30 April 2018

HASIL WAWANCARA

1. Dalam melaksanakan misi kemanusiaan internasional yang dilaksanakan

oleh Muhammadiyah melalui MDMC, apakah kendala yang dialami baik

dari faktor eksternal maupun internal dalam melaksanakan misi

kemanusiaan tersebut?

- Kendala – kendalanya bahwa kemudian mereka kadang tidak

memahami tentang arti penting atau pesan dari Ahmad Dahlan tentang

kita menolong sesama. Semangat teologi Al – ma‟un yang kemudian

diajarkan oleh Ahmad Dahlan bahwa kita harus menolong sesama

apapun agamanya apapun rasnya harus kita tolong ketika mereka

membutuhkan itu merupakan ajaran yang diberikan Ahmad Dahlan

kepada muridnya. Kendalanya ketika ada respon bencana atau kejadian

bencana yang kemudian ternyata yang di tolong itu atau lokasi bencana

itu bukan warga Muhammadiyah, bukan orang muslim masih banyak

kemudian pertanyaan dari warga kita “kenapa sih MDMC harus turun,

toh mereka bukan warga kita toh mereka bukan orang Islam, mereka

orang kafir” pertanyaan seperti masih sering muncul sebagai sentiment

agama. Mereka lupa akan esensi dari firman Allah dari teologi surat Al

ma‟un. Kita sering kemudian menjelaskan ketika kita gerak di

kemanusiaan kita murni kita menolong orang tanpa ada unsur sara

apapun. Kemudian kita jelaskan ketika kita ikhlas menolong pada

orang lain pasti ada imbalan yang diberikan kepada kita dari Allah

SWT.

Page 115: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

xxiii

- Kendala juga bahwa kita Muhammadiyah merupakan organisasi yang

geraknya itu dari dana anggota kita tidak punya dana dari awal yang

besar untuk operasi, kita bismillah dengan modal yang sangat minim

insya Allah kalo kita gerak dana bantuan akan ada selama kita

melakukan operasi.

- Kemudian untuk kendala – kendala di luar negeri, pertama kendala

kapasitas SDM kita dimana kendala bahasa menjadi permasalahan

ketika melakukan operasi di luar negeri ketika tim yang kita set-up

belum tentu bisa bahasa mereka bahasa inggris minimal. Kedua,

merupakan masalah perizinan menjadi kendala karena regulasi dari

masing – masing negara itu beda. Di Indonesia belum memiliki standar

Emergency Medical Team (EMT) walaupun kemudian sekarang

MDMC di WHO sudah tercatat menjadi satu – satunya tim EMT di

Indonesia jadi yang punya kalo ada respon keluar negeri yang

dipercaya atau yang diperbolehkan berangkat oleh WHO adalah

MDMC bukan Kemenkes, atau yang lain. Ini menjadi pencapaian kita

sekarang.

Page 116: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

xxiv

Lampiran 2 Transkrip Wawancara dengan Rachmawati Husein

WAWANCARA KEDUA

Transkrip Wawancara dengan Informan 2 Rachmawati Husein

Jabatan : Wakil Ketua Muhammadiyah Disaster Management Center

Hari/Tanggal : 14 Mei 2018

HASIL WAWANCARA

1. Bagaimana peran Muhammadiyah dalam melaksanakan misi kemanusiaan

internasional menangani kasus pengungsi Rohingya? Adakah program

khusus yang dijalankan dalam melaksanakan misi kemanusiaan tersebut?

2. Dalam melaksanakan misi kemanusiaan tersebut Muhammadiyah

tergabung dalam Aliansi Kemanusiaan Indonesia untuk Myanmar. Peran

MDMC di dalam AKIM sendiri sebagai apa? Serta bagaimana bantuan

kemanusiaan yang dilakukan Muhammadiyah melalui MDMC diluar

Aliansi Kemanusiaan Indonesia untuk Myanmar?

- Dalam setiap menjalankan misi kemanusiaan tentu memiliki program

yang dikhusukan yang bertujuan untuk menghilangkan penderiaan.

Ada 3 program yang dikembangkan oleh MDMC terkait dengan

emergency, recovery, rekonsiliasi. Pada tahap emergency kami

memberikan bantuan dalam bentuk dalam bentuk obat – obatan,

kebutuhan sandang dan pangan. Cukup mengenaskan kondisi yang

dialami oleh para pengungsi di daerah perbatasan. Banyak dari mereka

terjangkit penyakit yang disebabkan faktor lingkungan. Disisi lain

kurangnya sumberdaya yang dimiliki pemerintah Bangladesh

menyebabkan sebagian dari mereka tidak dalam kondisi yang

diuntungkan. Kemudian pada tahap recovery, dalam menjalankan

operasi pada pelayanan kesehatan dan pengobatan. Kondisi yang

Page 117: PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MISI KEMANUSIAAN …

xxv

cukup memprihantinkan ditambah terjangkit berbagai penyakit yang

dialami oleh para pengungsi, maka tugas MDMC melakukan

pelayanan kesehatan dan pengobatan. Tahap rekonsiliasi yakni

pembangunan pasar rekonsiliasi atau pembangunan pasar perdamaian,

yang memiliki fungsi seperti pasar pada umumnya. Sebelumnya

memang sudah ada pasar didaerah tersebut namun masih sangat

sederhana dan tidak representatif. Tujuan pasar rekonsiliasi tersebut

sebagai pemulihan ekonomi masyarakat setempat baik etnis muslim

maupun Budha dan juga sebagai media membangun upaya

perdamaian. Pasar juga menjadi tempat bertemunya semua kalangan

dari berbagai golongan dan etnis tentunya. Adanya pasar rekonsiliasi

tersebut terciptanya kesempatan bagi para golongan maupun etnis

saling berinteraksi satu sama lain dan mampu menciptakan sebuah

simbolik perdamaian di dalam konflik tersebut.

- Sebelum menjanlankan misi kemanusiaan pada September 2017, Tim

Advance perwakilan MDMC bersama dengan 4 lembaga Indonesia

telah melakukan kajian kebutuhan yang diperlukan di provinsi Rakhine

wilayah perbatasan, agar bantuan yang masuk akan dapat tersalurkan

dengan tepat sasaran. kemudian bantuan yang dilakukan oleh

Muhammadiyah selain memberikan bantuan medis, MDMC

mendukung rumah sakit lapangan dengan mengirimkan dokter,

perawat dan relawan. Dan pemberian bantuan dalam bentuk layanan

kesehatan bagi pengungsi Rohingya berjalan hingga Desember 2018.