kemanusiaan - pustaka pmi

44
I PAHLAWAN KEMANUSIAAN

Upload: others

Post on 05-Nov-2021

11 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEMANUSIAAN - PUSTAKA PMI

I

PAHLAWANKEMANUSIAAN

Page 2: KEMANUSIAAN - PUSTAKA PMI

P A H L A W A N

K E M A N U S I A A N

OlehJUSUF A. PUAR

Penerbit:

PUSTAKA ANTARA P.T. JAKARTA

Page 3: KEMANUSIAAN - PUSTAKA PMI

DAFTAR ISI

Halaman1. Bapak kemanusiaan .................................... 72. Ibu kemanusiaan ........................................ 203. Perjuangan kemanusiaan di Indonesia......... 314. Sumber bacaan ............................................ 46

Page 4: KEMANUSIAAN - PUSTAKA PMI

P E N G A N T A R

Di Indonesia ada perhimpunan Palang Merah Indo­nesia, disingkat P.M.I. Didirikan di Jakarta pada tanggal 17 September 1945. Indonesia melalui tingkat-tingkat peijuangan bangsa mencapai kemerdekaan dan kedau- latan tanah air. Selama itu pula Palang Merah Indonesia bekeija dengan memuaskan.

Anggaran dasarnya dengan nyata menunjukkan seba- gai perhimpunan yang memberi pertolongan dengan suka- rela. Baik kepada umum, maupun kepada badan-badan pemerintahan.

P.M.I. tunduk kepada dasar-dasar Palang Merah Inter- nasional. Di antaranya dengan dasar tidak berpihak, berdiri di luar politik, agama dan kepentingan ekono- mi. Sebagai lambang, di samping lambang Palang Merah, dipakai juga di beberapa negara lambang Bulan Sabit Merah, Singa dan Matahari Merah.

Buku ini membentangkan sedikit riwayat peijuangan Bapak Palang Merah, Jean Henry Dunant. Dan Ibu Palang Merah, Florence Nightingale. Peijuangan kedua tokoh dunia yang dinilai sebagai Pahlawan Kemanusiaan ini menggerakkan Indonesia turut beijuang di bidang kema­nusiaan.

Jusuf A. Puar

Jakarta, 17 Maret 1975.

Page 5: KEMANUSIAAN - PUSTAKA PMI

\

BAPAK KEMANUSIAAN

Di seluruh Indonesia biasanya upacara hari peringat- an Bapak Palang Merah, Jean Henry Dunant, jatuh pada tiap-tiap tanggal 8 Mei. Dilakukan dengan pim- pinan P.M.I. setempat. Antara lain dengan mengadakan pidato tentang asal usul dan riwayat pertumbuhan Palang Merah Internasional dan P.M.I. sendiri.

Tidak lupa meriwayatkan sejarah hidup Bapak Palang Merah, Henry Dunant. Dan Ibu Palang Merah, Florence Nightingale.

Henry adalah seorang pengarang, penyayang dan pem- bela manusia. Ia berkebangsaan Swiss, Eropah.

Henry berjasa dalam perawatan orang-orang yang luka dalam peperangan. Ia telah mempergunakan seluruh hidupnya dengan membelakangkan kepentingannya sen­diri. Yaitu dalam usahanya untuk meringankan penang- gungan manusia-manusia yang menderita. Dengan tidak membeda-bedakan wama kulit, kebangsaan, paham agama dan politik dari para penderita.

Henry dilahirkan pada tanggal 8 Mei 1828 di Jenewa. Di tengah-tengah keluarga yang suka pengasih dan me- nyantuni orang-orang yang melarat.

Ayahnya sangat memperhatikan akan nasib anak- anak yang terlantar. Anak-anak itu dirawatnya, diberi- nya didikan dan tuntunan hidup untuk menjadi pegangan di masa dewasanya.

Kecintaan ayahnya demikian itu juga diperolehnya dari ibunya. Ibunya mendirikan asrama dan memelihara anak-anak yatim perempuan.

7

Page 6: KEMANUSIAAN - PUSTAKA PMI

Rumah tempat kelahiran Henry Dunant di Jenewa.

8

Page 7: KEMANUSIAAN - PUSTAKA PMI

Karena sifat yang sangat ramah taniah dari keluarga itu. rumahnya senantiasa penuh dengan tamu-tamu. Scring pula rumah orang tuanya dijadikan ternpat be- rapat yang niembicarakan hal-hal masyarakat dan men- cari cara-cara untuk mengatasi kesulitan-kesulitan.

Si fat pengasih dan penyayang dari orang tuanya itu berkembang baik pada Henry. Di masa remajanya ia telah memperlihatkan kemauan yang keras untuk meno- long orang-orang yang menderita. Sekurang-kurangnya menghibur penderita-penderita itu untuk meringankan perasaan yang menghimpit kalbunya.

Dalam usia 18 tahun Henry sering mengunjungi pelbagai rumah sakit, rumah perawatan orang tua, rumah orang yang kematian atau yang ditimpa bencana. Kerap kali ia keluar masuk rumah penjara.

Semua kunjungan itu dilakukan dengan satu tujuan. Yaitu memberikan hiburan kepada mereka, di samping mengucapkan semangat dan harapan. Pendeknya di masa mudanya telah banyak pengetahuannya tentang segi- segi pekerjaan yang menawan hatinya. Ia aktif dalam pekerjaan-pekeijaan sosial bersama teman-temannya. Dan dengan mereka Henry selalu bertukar pikiran untuk mencari cara yang sebaik-baiknya dalam menunaikan tugas itu.

Sewaktu masih muda remaja itu Henry di Jenewa menjadi anggota sebuah perkumpulan sosial yang mem- bela orang-orang miskin dan tua. Pada masa itu pula ia telah sering terlihat di rumah-rumah orang yang sakit, yang dirundung kematian, orang-orang tua, orang- orang yang tertimpa bencana. Ia menghibur penderita-

9

Page 8: KEMANUSIAAN - PUSTAKA PMI

penderita itu dengan kata-kata yang bersemangat dan memberi harapan.

Dalam waktu yang terluang ia mengunjungi rumah- rumah penjara untuk mengadakan pidato-pidato di muka para tahanan dan hukuman.

Waktu itu ia menjadi pegawai di sebuah kantor bank. Selain kegiatan-kegiatannya untuk menolong orang- orang yang malang, ia juga mencintai alam.

Di waktu-waktu libur bersama teman-temannya ia pergi ke tanah pegunungan. Selain untuk menghirup hawa sejuk dan menikmati keindahan, juga untuk meng­adakan pertukaran pikiran mengenai pekeijaan-pekeijaan sosial. Dari percakapan-percakapan itu dapatlah ia mem- bangunkan cita-cita murni pada teman-temannya untuk juga melakukan pekeijaan sosial.

Kelebihannya dari pemuda-pemuda itu sebenamya tidak ada selain pembawaan sifat lemah lembut dan tegas. Dalam pertemuan-pertemuan kecil yang sering diadakan di antara mereka, Henry kelihatan menang karena sifat-sifat tersebut.

Percakapan-percakapan dengan teman-temannya dilan- jutkan di rumah ayahnya, karena ayahnya memang senang bergaul dengan anak-anak itu. Di sana dipercakap- kan sernua hal masyarakat yang penting-penting. Masing- masing berusaha mencari jalan untuk melakukan peker- jaan yang baik.

Dari percakapan-percakapan itu Henry banyak men- dapat pelajaran yang berguna. Tetapi yang paling berman- gaat bagi kelanjutan pengetahuan dan pengalamannya ialah perjalanan yang sering kali dilakukannya ke luar negeri.

10

Page 9: KEMANUSIAAN - PUSTAKA PMI

Pengalamannya di medan perang Italia tidak sedikit menimbulkan kesan baginya. Bukunya ’’Sebuah kenang- an di Solferino” telah dapat mengetuk hati seluruh dunia untuk menjunjung tinggi peri kemanusiaan. Akhir- nya dapat meratakan jalan bagi terbentuknya Palang Merah yang dipeijuangkannya dengan sepenuh-penuhnya.

Pada musim panas dalam tahun 1859, ketika di < negerinya ladang sedang rnenguning emas dan para pe-

tani menunggu buah dan memetik panen, sambil men- ̂ jaga hasil jangan dihabiskan unggas, Henry berangkat

ke Italia. Langsung menuju Solferino.Di sanalah ia melihat pembunuhan besar-besaran antara

sesama manusia dengan tidak kenal kasih dan cinta. Di sana pula ia melihat korban-korban yang hanya seakan-akan hidup untuk mati di medan perang tanpa mendapat rawatan yang baik.

Selama 15 jam dan di tengah terik matahari ia me- nyaksikan sendiri kekuatan dan kekuasaan senjata yang berbicara. Lebih dari 40.000 orang dari 309.000 peraju- rit mendapat luka dan gugur.

Setelah dua bulan berlangsung perletakan senjata*

ternyata korban menjadi lipat ganda, karena tidak men­dapat perawatan yang sempuma. Henry hanya punya dua

• tangan untuk menghadapi beribu-ribu orang yang men-derita. Ia menangis, dan ia berlutut menghadap Tuhan. Henry minta kekuatan.

Permohonannya dikabulkan Tuhan. Ia dibantu oleh penduduk asli. Pemuda-pemudi mengulurkan tangan untuk merawat perajurit-perajurit yang luka dengan hati yang ikhlas. Sementara itu Henry berusaha supaya tabib-tabib

11

Page 10: KEMANUSIAAN - PUSTAKA PMI

orang Austria dikeluarkan dari tawanan untuk mem- bantu di berbagai rumah sakit. Sesungguhnya pertolongan sangat kurang.

Beberapa tenaga dokter dan jururawat tidak berdaya menyelenggarakan pertolongan kepada sekian ribu orang luka yang kekurangan darah. Selanjutnya yang kehausan dan kelaparan, serta yang kepanasan dan kedinginan. Begitupun yang tersebar dalam kelompok-kelompok kecil dalam gubuk-gubuk dan di bawah pohon-pohon kayu.

Tempat-tempat itulah yang mempakan rumah sakit darurat. Semua serba kekurangan, dan semua tidak ada yang beres. Walau dari pihak militer diperoleh bantuan. Wanita-wanita sukarela banyak yang mengulurkan tangan. Dalam waktu yang singkat baju-baju jururawat menjelma jadi pembalut luka. Di sana-sini kelihatan pemuda-pemudi bekerja keras secara sukarela.

Henry memberi pimpinan yang baik. Tempat-tempat perawatan di Castiglione, Brescia dan Milano diliputi oleh perasaan terima kasih. Rasa terima kasih yang keluar dari hati, sanubari perajurit-perajurit sebelum mereka menutup mata untuk selama-lamanya.

Mereka menamakan Henry ’’orang berbaju putih” . Seumur hidupnya mereka tidak melupakan penolong yang bercita-cita besar itu. Selain itu juga seorang pen- damai.

Beberapa orang serdadu Perancis berniat hendak mem- balas dendam kepada beberapa orang tawanan yang dikiranya bangsa Kroatia, penduduk wilayah Yugoslavia. Menurut pendapat mereka orang-orang bercelana sem- pit itu selalu membunuh orang-orang luka. Sebenarnya

12

Page 11: KEMANUSIAAN - PUSTAKA PMI

orang-orang tawanan itu adalali bangsa Hongaria yang saina pakaiannya dengan bangsa Kroatia, yang tidak begitu kejam. Dan Henry berhasil melembutkan hati tentara Perancis yang mendendam itu.

Henry berhasil pula menerangkan perbedaan itu ke- pada serdadu-serdadu Perancis dan mencegah niatnya yang berbahaya itu.

Berkata Henry :Saya tidak pernah mengatakan, bahwa saya telah

melihat pertempuran San Martino dan Solferino. Itulah suatu hal yang tidak dapat dibanggakan oleh siapapun. Mengapa? Karena pertempuran semacam itu tidak per­nah dapat dilihat, tetapi hanya didengar gemuruhnya. Yang saya lihat adalah kekejaman Solferino. Pembu- nuhan di Solferino adalah pembunuhan manusia oleh manusia juga.

Peristiwa itu disaksikan oleh kota kecil Castiglione della Pieve semenjak 24 Juni 1859. Di sanalah asal mulanya timbul dalam hati saya rasa belas kasihan. Meluap perasaan ngeri dan hiba hati, sehingga orang memanggil saya, Samaritan Solferino!, — demikian Henry.

Apakah arti Samaritan?Maksudnya orang yang pengasih dan penyayang!Apa lagi yang telah dialami sendiri oleh Henry di

Solferino?Ia mendengar jeritan serdadu melolong kesakitan.

Di sana orang luka telah hijau dan gembung, tetapi masih bernafas. Orang itu tidak berkata-kata. Hanya buih-buih di mulut bergerak dengan mata yang minta dikasihani.

13

Page 12: KEMANUSIAAN - PUSTAKA PMI

Erang dan pekik penderitaan menegakkan bulu roma. Demikian pula rintihan yang menyayat hati dari korban- korban yang mati kehausan karena lukanya. Tiada tangan manusia meraih tubuh-tubuh yang bergelimang darah. Musuh-musuhkah niereka itu?

Henry turun mendekati mereka. Ia meraih tubuh- tubuh hanyir. Ia mendengarkan penderita yang meng- harapkan pertolongan. Ia berlari mencari pemuda dan pemudi. Ia serukan agar mereka mengumpulkan ember dan kain-kain untuk pembalut. Gadis-gadis datang me- nyerahkan pita-pitanya. Pemuda-pemuda datang memi- kuli air. Dan Henry bersama puteri-puteri Castiglione itu merawat yang luka-luka tiada hentinya.

Ada beberapa kejadian yang dilukiskannya lagi.Claudius Mazuet berusia lebih kurang 20 tahun.

Halus dan tampan mukanya. Kena tembak badannya sebelah kiri. Peluru masih di dalam badannya.

Sewaktu Henry menolongnya dan memberinya minum, ia berterima kasih dan berkata :

— Tuan tolonglah berkirim surat kepada ayahku untuk menghibur beliau itu.

Henry mencatat alamat ayahnya itu. Sebentar kemu- dian pemuda itu meninggal dunia.

Seorang sersan tua yang pada lengan bajunya banyak tanda jasa berkata kepada Henry:

— Jika saya dirawat lebih dulu, saya mungkin akan hidup, tetapi sekarang saya akan mati sore nanti.

Dan memang ia meninggal sorenya.— Saya tak mau mati, saya tak mau mati, teriak

seorang serdadu sewaktu diancam maut karena infeksi

14

Page 13: KEMANUSIAAN - PUSTAKA PMI

luka-lukanya.Henry melawannya bercakap sambil menghibur hati-

nya. Kemudian serdadu itu menutup matanya untuk selama-lamanya dengan tenang.

Seorang serdadu asal Afrika telah tidak bergerak lagi. Ia berbaring di atas rumput kering. Ia kena peluru, mengenai kakinya dan masih tinggal di dalam daging. Ia belum makan sejak kemaren pagi. Ia berlumuran lumpur dan darah beku. Henry dan teman-temannya mencuci lukanya dan memberinya sup air sedikit. Kemu­dian ia diselimuti. Dengan pandang terima kasih dicium- nya tangan Henry.

Lain lagi.Teriakan takut akan mati senantiasa terdengar. Cemas

kalaii-kalau mereka tidak ditolong. Serdadu-serdadu itu mulanya tidak mengenai takut. Sekarang mereka tidak dapat menahan tangisnya. Yang mengganggu pikiran mereka, apabila sakitnya tidak berat benar, ialah ingatankepada ibunya ....... Tentu ibunya bersusah hati bilamendengar penderitaan mereka.

Pada leher seorang pemuda tergantung gambar seorang perempuan tua. Tentu ibunya. Tangan kirinya tetap menekan gambar itu ke dadanya.

Marilah kita lukiskan pula medan perang Solferino, tempat 40.000 serdadu menjadi korban dan bergelim- pangan mandi darah.

Banyak yang tewas, tetapi lebih banyak lagi yang luka-luka berat. Mayat manusia dan serdadu-serdadu yang luka itu bersusun tindih di jalan-jalan. Tersuruk di antara runtuhan-runtuhan dan mayat hewan-hewan.

15

Page 14: KEMANUSIAAN - PUSTAKA PMI

Tidak seorangpun yang memperhatikannya.Banjir darah terdapat di sana sini. Tiap pekarangan

dan rumah mpanya telali menjadi tempat penyembe- lilian. Penuh dengan mayat-mayat yang digelimpangi oleli darah mereka sendiri. Muka dan tampan mereka tidak dikenal lagi. Rusak oleh pedang dan peluru. Dilindas kereta atau diinjak-injak oleh kuda. Yang luka-luka men- derita dengan sakitnya. Yang mati badannya hitam, gembung dan hamis. Dilemparkan begitu saja di lobang yang dangkal.

Ada yang berupa sekelompok daging berdarah. me- makai celana dan baju. Ada yang hilang dagunya kena pedang. Lidahnya tergantung keluar dari mulutnya.

Dalam keadaan demikian, wanita-wanita Castiglione tidak membedakan bangsa. Mereka menuruti contoh dan budi kepribadian dengan kata-kata ” tutti fratelli” . Arti- nya, semua bersaudara. Segala pujian kepada para wanita Castiglione yang menjunjung rasa kasih sayang terhadap sesama manusia. Mereka mengorbankan kebaktian dengan diam-diam.

Dari daerah-daerah lain korban-korban diangkut dengan kereta-kereta ambulan dan pedati-pedati. Jumlah orang-orang yang luka-luka tidak terkira. Jumlah dokter- dokter serta pembantu-pembantu tidak cukup untuk merawatnya. Jika iringan-iringan ke Brescia datang me- muat orang-orang luka, maka wanita-wanita terus ber- lompatan. Dengan ikhlas mereka memberi korban-korban itu minuman dan membalut luka-lukanya.

Di luar medan perang Solferino, Henry membentuk pribadinya dengan pengalaman-pengalaman di luar nege-

16

Page 15: KEMANUSIAAN - PUSTAKA PMI

rinya. Pengalaman-pengalaman itu semakin lama semakin bertambah dan menjadi luas.

Setelah Henry melawat ke Afrika Utara ia menulis sebuah buku yang menentang perbudakan dan penjualan budak. Beriringan dengan tulisannya itu, dalam tahun 1857 terbit pula buku karangan penulis wanita Amerika Harriet Beecher Stowe yang melukiskan kekejaman per­budakan di benua itu.

Tidak saja pengalaman di Afrika Utara yang menggon- cangkan jiwanya. Juga rangkaian peristiwa yang bermacam- macam kebuasannya. Semua itu seakan-akan menusuk jantungnya.

Penumpahan darah di medan perang Krim, Russia Selatan, dalam tahun 1854 dapat dicatat sebagai tum- pukan kejadian kejam yang menggoncangkan hati Henry. Negara-negara Inggeris, Perancis dan Turki berdiri sebagai suatu benteng melawan Russia.

Saat itu bukan kemenganan yang terlukis dalam wa- jah Henry, tetapi penderitaan, jeritan korban-korban dan keganasan di medan perang. Selanjutnya orang-orang yang luka dan yang mati bertimbun-timbun.

Bukankah dapat dilihat, bahwa perawatan dan peri- nganan beban terhadap korban-korban itu jauh da'ri sempuma?

Ini semua mendorong Henry menaiki anak-anak tangga sejarah peijuangan kemanusiaan hingga menjadi- kan ia dikenal di segenap penjuru dunia. Berpangkal di medan perang Solferino juga.

Sungguh suasana medan perang Solferino membang- kitkan kesan terbesar dalam jiwa dan sanubarinya. Di

17

Page 16: KEMANUSIAAN - PUSTAKA PMI

tengah-tengah teriakan minta tolong, dalam getaran suarayang merintih kesakitan dan jeritan ketakutan ....... ter-lahirlah suatu jiwa halus yang mengutuk kekejaman dan kebengisan yang melewati batas peri kemanusiaan itu.

Dari jiwa yang bersih dan murni, yang penuh welas asih akan manusia yang menderita, terciptalah suatu pribadi barn yang menghendaki supaya sekalipun dalam peperangan yang sedahsyat-dahsyatnya, manusia tidak boleh lupa akan peri kemanusiaannya.

Dengan hati yang pasti Henry tampil ke depan. la *mengunjungi raja-raja dan kepala-kepala negara di Eropah. Akhirnya dibentuk ’’Komisi Lima” yang belakangan dirobah menjadi ’’Komite Internasional Palang Merah” yang memelopori cita-cita Henry dalam lingkungan in­ternasional. Sampai sekarang merupakan satu badan yang terns dipatuhi dan dihormati oleh seluruh dunia.

Dengan adanya itu menjelmalah satu perhimpunan Palang Merah Sedunia yang selalu disebut Liga Perhim- punan-perhimpunan Palang Merah. Dalamnya terhimpun berpuluh-puluh perhimpunan Palang Merah.

Yang menjadikan tempat berpijak yang pertama bagi pHenry adalah medan perang Solferino itu. Ditulisnya pengalamannya di Sana dalam suatu buku kenang-kenang- an yang dalam bahasa aslinya beijudul ” Un souvenir de Solferino” .

Untuk itu ia mendapat hadiah Nobel mengenai per- damaian. Dikemukakannya tiga dasar cita-citanya:

1. Membentuk organisasi pertolongan terdiri dari orang-orang ahli yang bekerja dengan jawatan-jawatan Kesehatan Tentara.

18

Page 17: KEMANUSIAAN - PUSTAKA PMI

2. Mempergunakan organisasi-organisasi tersebut da- lam waktu damai untuk menolong korban-korban ben- cana alam dan wabah.

3. Pengakuan internasional dari pekerjaan pertolong- an.

Kekuatan terbesar dari Henry adalah sifat dinamis, semangatnya dan kecakapannya untuk menarik perhatian

* umum yang memungkinkannya dapat mewujudkan ci- citanya.

I Dengan demikain Henry Dunant menjadi Bapak Pa-lang Merah Sedunia.

Henry adalah manusia biasa. Lahir dengan nafsu dan memerlukan kepentingan-kepentingan hidup serupa dengan manusia lainnya. Tetapi sejarah hidupnya telah menempatkan ia pada derajat yang tinggi.

Herny kuat dan tabah menghadapi dan mengatasi langkahnya menuju cita-cita. Ia tidak patah di tengah jalan sampai kepada tujuannya yang dipeijuangkannya dengan segala rupa pengorbanan. Dan ia sanggup menge- nyampingkan kepentingannya sendiri.

i Herny telah beijasa bagi peri kemanusiaan.Pengorbanan dan jasanya tidak akan dapat lepas

dari ingatan manusia sosial selama dunia ini masih ber-* kembang dan berputar.

Setiap tahun ia diperingati sebagai pengabdi kema­nusiaan yang terbesar. Sifat dan pribadinya, semangat dan pengorbanannya, semuanya itu dibulatkannya untuk kemanusiaan..........

19

Page 18: KEMANUSIAAN - PUSTAKA PMI

IBU KEMANUSIAAN

Pikiran untuk mendirikan suatu perhimpunan inter- nasional guna merawati orang-orang luka timbul dalam sanubari Henry Dunant setelah ia melihat usaha seorang jumrawat wanita Inggeris sewaktu perang Krim (1853 — 1856) seperti yang telah dilukiskan di muka.

Jururawat itu bernama Florence Nightingale. Ia bekeija di rumah sakit Inggeris di Skutari, dekat Istambul di Turki. Ia terkenal karena kebaktiannya menolong orang-orang sakit dan orang-orang luka. Ia mengadakan dana untuk mendirikan sekolah jururawat. Dan ia adalah perintis di lapangan perawatan daerah kota di Inggeris.

Henry Dunant berkata :— Florence adalah yang menjadi pelopor pertama

Palang Merah.Kalau Henry berkata demikian terhadap Florence,

maka ia sendiri adalah Bapak Palang Merah. Karena Hen- rylah penggerak utama dari usaha ’’cinta sesama makhluk” yang dilahirkan oleh Florence.

Florence lahir pada tanggal 12 Mei 1820 di Benostad, Inggeris. Delapan tahun lebih dulu dari Henry. Inggeris beruntung melahirkan Florence yang mendapat nama julukan dari orang-orang sakit di medan perang ’’Wanita pembawa pelita” .

Pekeijaan Florence bersifat kepahlawanan dalam hal meringankan penderitaan sesama manusia. Ia telah men- jelmakan apa saja yang dapat dinamakan kasih sayang yang sejati. Terutama dalam perang Krim antara Russia dan Turki.

20

Page 19: KEMANUSIAAN - PUSTAKA PMI

r

Florence Nightingale di tengah kelompok manusia yang menderita dan sangat memerlukan bantuan.

21

Page 20: KEMANUSIAAN - PUSTAKA PMI

Ia memegang pimpinan perawatan korban-korban perang. Ia sebagai puteri bangsawan Inggeris semenjak kanak-kanak gemar memelihara binatang-binatang dan anak-anak yang sakit. Sebagai pemimpin yang masih muda di Krim ia duduk di samping tempat tidur perajurit- perajurit yang luka atau sakit untuk meringankan pende- ritaan mereka. Karena itu ia disebut ’’malaikat rahmat” , terutama bagi perajurit-perajurit yang luka dan sakit.

Florence adalah seorang wanita yang menerima pang- gilan dari Tuhan untuk melakukan suatu tugas yang luhur. Seorang yang selama hidupnya beijuang dengan tugas tersebut.

Yang memberikan kekuatan padanya melakukan peker- jaan yang tidak terhingga beratnya itu ialah perasaan kasih sayang terhadap sesama manusia. Kasih sayang itu- lah yang memungkinkan ia tinggal duduk dengan tenang di samping tempat tidur seorang perajurit yang mende- rita. Sebenamya pekeijaan lain bertumpuk-tumpuk yang menantinya.

Florence tepat sekali dinamakan ’’Wanita pembawa pelita” . Ia telah memancarkan sinar atas penderitaan yang merajalela di mana-mana. Di tempat-tempat itu selalu kesehatan sebagai milik utama dari seseorang ma­nusia tidak diperhatikan. Sambil berbuat demikian ia membangun suatu badan yang akan melindungi kesehatan itu sebaik mungkin dan meringankan penderitaan.

Semenjak berumur 17 tahun sampai berusia 60 tahun ia bergulat dari hari ke hari, dan dari jam ke jam. Ia mendapat kepuasan batin dan ketenteraman hati. Tam- pak olehnya, bahwa soal yang dipeijuangkannya, bagai-

22

Page 21: KEMANUSIAAN - PUSTAKA PMI

Penanda-tanganan Konvensi Jenewa yang pertama pada tanggal 22 Agustus 1864 sebagai landasan

Palang Merah Internasional.

23

Page 22: KEMANUSIAAN - PUSTAKA PMI

manapun juga berjalan terus, walaupun tidak secepat yang dikehendakinya.

Bagaimana Florence sampai muncul di medan perang Krim?

Pada tahun 1854 pecah perang Krim antara Russia melawan Turki yang dibela oleh Inggeris dan Perancis. Seorang wartawan bangsa Inggeris menulis tentang pende- ritaan perajurit-perajurit yang luka dan sakit di medan pertempuran akibat buruknya layanan perawatan.

Membaca tulisan itu Florence dengan penuh minat memajukan permintaan kepada Kementerian Pertahanan Inggeris, agar ia dapat dipekerjakan pada rumah sakit di Skutari.

Kepala Bagian Kesehatan Kementerian Pertahanan menerangkan kepada Florence betapa sulitnya keadaan dan bahaya-bahaya yang mungkin dihadapi olehnya dalam menunaikan tugasnya. Dijelaskan kepadanya, bahwa dae- rah pertempuran dan kota Skutari letaknya jauh dari negeri Inggeris dan dipisahkan oleh lautan luas.

Florence tidak gentar sedikitpun mendengar keterangan itu. Ia segera menyiapkan perlengkapan yang diperlukan dan memilih para jururawat yang cakap dan yang bersedia menunaikan tugas yang amat berat itu dengan sukarela.

Pada tanggal 20 Oktober 1854 berangkatlah rom- bongan kesehatan di bawah pimpinan Florence dengan 38 orang jururawat piiihan menuju Skutari. Mereka sam­pai di sana pada tanggal 4 Nopember 1854 sesudah menempuh peijalanan yang membahayakan. Dan se­sudah melawan badai dan taufan di tengah lautan.

Sekalipun mereka baru tiba, tanpa mengenal penat

24

Page 23: KEMANUSIAAN - PUSTAKA PMI

IJ

1

II

Salah satu surat untuk Henry Dunant yang merupakan pintu baginya untuk dapat tegak sebagai pembentuk

Palang Merah.

25

Page 24: KEMANUSIAAN - PUSTAKA PMI

dan letih, rombongan Florence terns memulai pekeijaan- nya. Umumnya memperbaiki keadaan rumah sakit dan melayani perajurit-perajurit yang luka dan sakit yang kian buruk keadaannya.

Sebuah asrama tentara yang sangat kotor keadaannya dibuat menjadi rumah sakit darurat. Orang-orang yang sakit kolera dibaringkan bersama dengan orang-orang yang berpenyakit lain. Pakaian, obat-obatan dan alat-alat serba kurang. Di samping itu tikus dan hama berkeliaran di antara para penderita.

Penyakit kolera dan penyakit menular lainnya ber- jangkit dengan cepatnya di sana. Para dokter telah letih. Mereka tidak henti-hentinya bekeija. Ketika itu barn saja datang pengangkutan pertama perajurit-perajurit yang sakit dan luka dari medan perang.

Florence bekeija dengan tenang dan tabah.Dalam tempoh enam minggu setelah rombongan itu

tiba di Sana, mereka telah dapat memperlengkapi keperlu- an alat-alat rumah sakit. Mereka berhasil pula memper­baiki 7 buah rumah sakit lainnya. Melihat darma keija Florence yang besar, ikhlas dan sungguh-sungguh, maka para jururawat yang lain mengikuti jejaknya me­layani dan menolong penderita dengan lebih giat dan sungguh-sungguh, seperti pemimpinnya itu.

Bagaikan api penyuluh semangat yang memancar dari jiwa pribadi, Florence menerangi mereka yang me- ngikutinya. Ia menambah kegiatan keija dan mematah- kan penghalang-penghalang pekeijaan suci itu.

Perang Krim beijalan terus. Jumlah korban meningkat dengan cepatnya. Tiap kedatangan perajurit-perajurit yang

26

Page 25: KEMANUSIAAN - PUSTAKA PMI

Florence Nightingale ’’Wanita pembawa pelita” dan Ibu Palang Merah Sedunia.

27

Page 26: KEMANUSIAAN - PUSTAKA PMI

luka dan sakit dari medan perang selalu disaksikan sendiri oleh Florence.

Kerugian-kerugian perang yang diderita oleh akibat meluasnya disentri, kolera dan penyakit menular yang lain meningkat tujuh kali lipat banyaknya. Kuburan mayat perajurit-perajurit di sekitar rumah sakit tidak cukup dalam digali, hingga kedangkalan itu menyebabkan udara jadi busuk.

Bau bangkai manusia sangat mempengaruhi keadaan dan menimbulkan hama-hama. Semua ini disaksikan oleh Florence dengan tenang dan dengan mata kepalanya sendiri.

Pada bulan Desember 1854 datanglah balabantuan 147 orang jururawat untuk membantu rumah-rumah sakit di Skutari. Dalam pada itu pekerjaanpun bertambah ba- nyak dan penyakit menular terus merajalela. Dalam waktu dua bulan jumlah penderita yang meninggal mencapai 60%. Keadaan genting itu memuncak di kala 7 dari 8 dokter meninggal dunia. Sebagian besar jururawat kejang- kitan penyakit menular.

Syukurlah karena dalam keadaan yang demikian Flo­rence masih tetap sehat dan merasa kuat menjalankan tugasnya. Dengan sebuah lampu di tangannya tiap malam ia mendatangi rumah-rumah sakit, mengunjungi para penderita sambil menghibur mereka.

Maka tibalah musim semi. Penyakit yang ditakuti orang mulai berkurang. Angka kematian menurun dari 42% menjadi 2%. Keadaan rumah sakit tampak bersih dan pekeijaan berjalan dengan baik. Florence pergi ke semenanjung Krim untuk memeriksa keadaan rumah-rumah

28

Page 27: KEMANUSIAAN - PUSTAKA PMI

sakit di kota Sebastopol. Tetapi malang baginya, ia jatuh sakit dan makin keras pula penyakitnya itu. .

Berita Florence sakit segera tersiar ke mana-mana. Setiap orang yang mendengar turut bersedih hati. Sedang- kan perajurit-perajurit yang tabahpun tidak mampu me- nahan air matanya, apabila mereka melihat wanita yang dimuliakan itu berbaring menderita sakit yang makin menjadi-jadi.

Ketika Florence mulai sembuh dan dapat diangkut, ia diminta agar kembali ke Inggeris. Ia dinasihatkan agar lebih baik pulang ke rumah orang tuanya. Florence dengan tegas menolak permintaan itu. Ia kembali ke Skutari melanjutkan pekeijaannya.

Setelah pekerjaan merawat orang-orang sakit dapat dilakukan dengan lancar, ia mengerahkan darmanya ke lain jurusan. Diselenggarakannya suatu ruangan peng- hibur bagi para anggota tentara yang baru saja sembuh dari sakitnya. Atau bagi mereka yang sedang beristirahat. Dalam ruangan itu disediakan buku-buku bacaan, tempat menulis dan ruangan tempat mereka bercakap-cakap.

Para penderita dianjurkannya agar hidup berhemat. Supaya mengirimkan sebagian nafkahnya kepada ke- luarga mereka yang ditinggalkan di desa masing-masing. Dibukanya pula semacam kantor pos darurat, khusus bagi para penderita. Kemudian cara yang demikian dilan- jutkan dan diperluas oleh pemerintah kerajaan Inggeris.

Ketika perang telah reda, angkatan perang kerajaan Inggeris ditarik kembali ke negerinya pada bulan Juli 1865. Florence belum mau pulang kembali ke negerinya sebe- lum semua rumah-rumah sakit kosong.

29

Page 28: KEMANUSIAAN - PUSTAKA PMI

Sebelum meninggalkan Skutari ia menegakkan sebuah ’’Palang Peringatan” , tanda penghormatan terakhir ke- pada pahlawan-pahlawan yang gugur. Palang Peringatan itu diperbuat dari pada batu marmar dan dibiayai dengan uang Florence sendiri. Dipancangkan di atas sebuah bukit dekat Baltklava.

Sebenarnya pemerintah kerajaan Inggeris bermaksud menjemput Florence dengan sebuah kapal perang. Sebe­lum maksud itu terlaksana ia dengan diam-diam telah meninggalkan Skutari dengan menumpang kapal Perancis. Ia menyamar dengan nama Smith. Ia singgah di Paris dan berlaku sebagai orang biasa. Ia tiada hendak dipuja-puja.

Dengan tidak diketahui pada bulan Agustus 1865 Florence telah berada di rumah orang tuanya di Lea Hurst.

Ratu Victoria memberinya hadiah sebuah kalung. Memuat tulisan: ’’Semoga Tuhan melimpahkan karunia- Nya bagi orang yang pengasih” . Florence juga menerima sepucuk surat dari Ratu yang ditulisnya sendiri.

Sebelum Florence sampai ke negerinya rakyat Inggeris telah berhasil mengumpulkan uang. Kalau dinilai dengan uang Indonesia adalah itu sejumlah 40 juta rupiah. Gunanya untuk dana Nightingale dan untuk mendirikan sekolah jururawat.

Itulah Florence Nightingale sebagai puteri sejati dan pahlawan wanita yang lemah lembut dan halus budinya. Florence telah menimbulkan semangat baru, bagai ilham yang mengetuk jiwa Henry Dunant, Bapak Palang Merah.

Dan Henry sendiri menyatakan Florence Nightingale adalah Ibu Palang Merah Sedunia!

30

Page 29: KEMANUSIAAN - PUSTAKA PMI

PERJUANGAN KEMANUSIAAN DI INDONESIA

Apa yang telah dipeijuangkan oleh Henry Dunant dan Florence Nightingale, diteruskan oleh pejuang-pejuang kemanusiaan kita di Indonesia. Sesuatunya itu melalui Palang Merah Indonesia.

Adalah tidak benar kalau dikatakan peijuangan ke- palang-merahan di Indonesia barn ada sesudahnya Prokla- masi Kemerdekaan Republik Indonesia. Semenjak zaman penjajah Belanda dan zaman penindasan Jepang gerakan ke jurusan itu telah ada, tetapi belum berhasil.

Sebenamya jiwa Palang Merah sudah terdapat dalam sanubari bangsa Indonesia jauh sebelum perang dunia kedua (1939—1945) berkobar.

Dalam tahun 1938 Dr. R.L.L. Senduk dan Dr. Bahder Djohan sudah merancang suatu Badan Palang Merah Nasio- nal. Rencana itu mendapat sambutan hangat di kalangan cerdik pandai bangsa kita. Sebaliknya mendapat rintangan sehebat-hebatnya dari kalangan pemerintah Hindia Belanda pada waktu itu.

Dengan gagah berani kedua dokter Indonesia itu mem- bawa rencana tersebut ke tengah-tengah konperensi Palang Merah Hindia Belanda dalam tahun 1940. Rencana itu ditolak. Sebabnya karena bangsa Indonesia dianggap be­lum matang. Belum dapat mengatur badan kepalang-merah- an. Bahkan dikatakan rakyat Indonesia belum mengerti akan paham peri kemanusiaan.

Terpaksa rencana itu disimpan saja menunggu saatnya dapat dikemukakan lagi.

31

Page 30: KEMANUSIAAN - PUSTAKA PMI

Amhulan Palang Merah Indonesia di Jakarta. ( F o t o D e p p e n ) .

Page 31: KEMANUSIAAN - PUSTAKA PMI

Di zaman ketika Jcpang berkuasa Dr. Senduk beru- saha keinbali membentuk badan Palang Merab. Sekali lagi dirintangi dan dihalang-halangi oleh pemerintah Je- pang. Dan untuk kedua kalinya rencana itu harus disim- pan.

Tibalah saatnya bulan September 1945.I Rupanya alam kemerdekaan yang dapat menerima

rencana yang telah lama terpendam itu. Terbukti putera- puteri Indonesia dapat mengabdi kepada peri kemanusiaan. Jelas bahwa Palang Merah Indonesia bukan merupakan barang baru.

Usaha itu di daerah-daerah mendapat sambutan yang baik. Daerah-daerah dengan serentak membentuk cabang- cabang Palang Merah Indonesia. Dengan demikian ter- sebarlah dasar-dasar peri kemanusiaan yang menjadi inti hakekat Palang Merah Indonesia ke tengah-tengah rakyat.

Setiap bangsa yang beradab mempunyai perhimpunan Palang Merah Nasionalnya. Bangsa Indonesia pun yang menyatakan dirinya berperadaban tinggi dengan sendiri- nya harus mempunyai P.M.I. Harus ikut serta dalam per- juangan negaranya sejalan dengan cita-cita Palang Me­rah Sedunia.

> Demikianlah pada tanggal 17 September 1945 P.M.I.berdiri di Jakarta. Bekerja dalam suasana revolusi dan peijuangan kemerdekaan. Lebih setahun lamanya meng- hadapi akibat-akibat tindakan keganasan tentara Belanda. Pada akhir tahun 1946 terasa bahwa organisasi P.M.I. seluruhnya tidak dapat dikemudikan dari kota Jakarta. Hampir seluruh kota itu telah diduduki oleh tentara Belanda.

33

Page 32: KEMANUSIAAN - PUSTAKA PMI

Barn setengah bulan sesudah P.M.I. didirikan ia mulai menyingsingkan lengan bajunya menghadapi korban-kor- ban keganasan merajalelanya tentara Sekutu (Inggeris). Diboncengi oleh tentara Belanda yang mendarat di Jawa pada tanggal 2 Oktober 1945.

Mulai tanggal 10 Nopember 1945 dengan meletusnya pertempuran hebat-hebatan di Surabaya, P.M.I. telah dihadapkan kepada penempuhan ujian yang berat. Ia sendiri dalam keadaan kurang pengalaman, kurang alat- alat, uang dan sebagainya.

Untunglah datang bantuan rakyat sukarela sehingga banyak urusan kepalang-merahan dapat diselenggarakan dengan tabah dan ikhlas. Mereka menggabungkan diri dalam bagian-bagian P.M.I. sebagai pembantu-pembantu jururawat, penyelenggaraan dapur umum dan tugas-tugas sosial lainnya di bawah kibaran panji-panji P.M.I. Sesuai dengan sifat perlawanan dan taktik pertahanan rakyat secara menyeluruh.

Di mana dibentuk lasykar-lasykar, di situ pula disiap- kan barisan-barisan pengangkut dan pertolognan pertama pada kecelakaan. Dasar P.M.I. yang tidak memandang golongan, agama dan paham politik memudahkan peker- jaannya membantu mereka yang memerlukan bantuan di mana saja.

Dalam tahun-tahun pertama P.M.I. telah menghadapi dua pekeijaan pokok, yakni pekeijaan P.M.I. di zaman damai dan di zaman perang.

Pada bulan pertama lagi P.M.I. telah turut memikirkan nasib 250.000 orang romusya yang berada di Juar Indo­nesia. Mereka harus dicarikan hubungannya dengan keluar-

34

Page 33: KEMANUSIAAN - PUSTAKA PMI

ganya. P.M.I. mencari dan memulangkan mereka yang di waktu pemerintahan Jepang dikeluarkan dad daerah- nya dan dibawa ke berbagai sudut di luar negeri. Tidak mudah mengetahui penghidupan mereka seterusnya.

P.M.I. menghadapi korban-korban pertempuran di mana-mana. Mula-mula di sekitar Jakarta. Kemudian men- jalar sampai ke Bekasi, Tangerang, sepanjang jalan Bogor, Sukabumi, Cianjur, Bandung, Semarang. Di Jawa Timur P.M.I. melindungi penduduk sipil. Mengurus pengungsian dan dapur umum. Seterusnya memberi pertolongan per- tama pada korban-korban pertempuran, pengangkutan dan melaksanakan perawatannya. Sampai kepada pengu- burannya jika ada yang meninggal.

P.M.I. membentuk pasukan-pasukan penolong pertama yang terdiri dari pelajar-pelajar sekolah tinggi dan mene- ngah, pemuda maupun pemudi. Dengan demikian P.M.I. dapat memenuhi panggilan negaranya yang sedang teran- cam keamanan dan kedaulatannya. Pendidikan pertama perawat Palang Merah segera diadakan dan mengirimkan mereka ke daerah-daerah pertempuran.

P.M.I. pada tahun-tahun permulaan sudah menghadapi soal-soal dalam negeri dan hubungan-hubungan luar negeri. Di samping itu ada tekanan-tekanan dari pihak Belanda yang terus menerus mendesak kedudukan pemerintah Republik Indonesia dan P.M.I.

Selain Markas Besar P.M.I. dari Jakarta terpaksa dipindahkan ke Yogyakarta, gedung Perwakilan Pusat di Jakarta, karena diserbu oleh Belanda pada bulan Juli 1947, terpaksa pindah ke rumah sakit Salemba. Kemudian dipindahkan lagi ke Jalan Eykman no. 9.

35

Page 34: KEMANUSIAAN - PUSTAKA PMI

Pada mula didirikan P.M.I. berkantor di Departemen Kesehatan (sekarang Departemen Dalam Negeri). Kemudi- an pada tanggal 25 September 1945 di Jalan Rijswijk 27 (Hotel du Pavillion).

Setelah P.M.I. bermarkas besar di Yogyakarta dalam suasana polisionil pertama sebenarnya kita menghadapi keadaan perang. Maka P.M.I. terpaksa mengirimkan ke- satuan-kesatuan bergerak ke daerah-daerah pertempuran.

Sejak mulai terputusnya hubungan dengan daerah- daerah pendudukan, P.M.I. mengusahakan penyiaran be- rita keluarga dengan perantaraan radio. Dalam usaha pengembalian orang-orang tawanan Belanda, Jepang dan pemulihan mereka, P.M.I. juga memberikan bantuannya dengan memelihara kesehatan mereka selama masih bera- da dalam tempat-tempat tawanan dan dalam perjalanan. Pengembalian para pengungsi Cina ke daerah yang di- duduki oleh Belanda diperkenankan oleh pemerintah Republik Indonesia dengan menyediakan biaya-biayanya. Penyelenggaraannya diserahkan kepada P.M.I.

Dalam hubungan ini perlu diterangkan, bahwa P.M.I. juga mempunyai tugas merawat dan memperhatikan ta­wanan perang Belanda dan pengungsian keluarga tentara Belanda.

Dalam Peristiwa Madiun yang meletus dalam bulan September 1948 P.M.I. banyak menolong korban-korban pertempuran. Mengubur mayat-mayat, mendaftarkan ke- terangan tentang orang-orang yang jatuh korban, mening- gal, hilang, luka-luka dan menyiarkan berita-berita ke­luarga.

Pada tahun 1948 P.M.I. menghadapi banyak soal

36

Page 35: KEMANUSIAAN - PUSTAKA PMI

yang tidak ringan. Misalnya hubungan dengan cabang- cabang yang bekerjanya banyak diserahkan menurut ke- adaan setempat. Di beberapa tempat tidak diizinkan oleh Belanda adanya P.M.I. Di tempat lain dibiarkannya saja, misalnya di Jakarta, Bogor, Semarang dan Surabaya.

Bukan tidak ada oarng P.M.I. yang jadi korban. Di Yogyakarta sewaktu penyerbuan Belanda yang kedua

> pada bulan Desember 1949, supir ambulan P.M.I. telalimati terte:nbak dan mobilnya rusak. Juga dua orang

} wanita P.M.I. kena peluru dan meninggal waktu merekasedang menjalankan tugas di perbatasan kota Yogyakarta.

Perhatian rakyat di luar Jawa kepada P.M.I. adalah besar. Terbukti dari pengiriman uang yang dikumpulkan bersama-sama oleh rakyat dalam jumlah besar yang diki- rimkan kepada P.M.I. Di samping itu dikirimkan pula beribu-ribu potong pakaian.

Selama penyerbuan Belanda yang kedua dirasakan ancaman dan tekanan dari pihak Belanda di beberapa tempat terhadap tenaga-tenaga P.M.I. Hal itu tidak dapat mematahkan semangat P.M.I. Di beberapa tempat P.M.I.

„ dapat bekeija terus dengan baik.Pada tanggal 11 Agustus 1949 teijadi penyembelihan

terhadap 6 orang pegawai P.M.I. Di antaranya 2 orang * mahasiswa yang sedang menjalankan tugasnya di rumah-

rumah pengungsi di sekitar tempat kediaman Dr. Pad- monegoro, yang dijadikan rumah sakit darurat yang me- rawat lebih kurang 100 orang.

Dengan tercapainya persetujuan pada bulan Juni 1949, bahwa Yogyakarta akan dikembalikan dan kemudian di- susul dengan penyerahan kedaulatan kepada Republik

37

Page 36: KEMANUSIAAN - PUSTAKA PMI

Dinas Transfusi Darah P.M.l. di Jakarta, 00CO

Page 37: KEMANUSIAAN - PUSTAKA PMI

Indonesia, maka di samping Markas Besar P.M.I. di Yogya- karta, di Jakarta dipersiapkan Perwakilan Pusat P.M.I. yang dipimpin oleh Dr. Bahder Djohan. Pada tanggal 16 Janu- ari 1950 di Jakarta Palang Merah Belanda diambil alih oleh P.M.I. Termasuk segala kekayaan dan tugasnya.

Demikianlah keadaan P.M.I. setelah ia 15 tahun bekerja dalam negara yang merdeka. Keadaan kemajuan seperti itu dapat dicapainya setelah ia mati-matian ber- juang dalam bentuk pengorbanan yang tidak mengenal batas perhentian.

Renungkanlah apa yang ditulis olhe Dr. Mohammad Hatta di bawah ini sebagai bekas Ketua pertama P.M.I. sewaktu perhimpunan itu didirikan pada tanggal 17 Sep­tember 1945.

Beliau berkata:— Palang Merah Indonesia adalah suatu organisasi

sosial yang mempunyai sejarah luar biasa. Dilahirkan sebulan tepat sesudah Proklamasi Kemerdekaan Indone­sia, usahanya seterusnya sejalan dengan peijuangan bangsa untuk mempertahankan kemerdekaannya.

Bertahun-tahun Republik Indonesia beijuang dan ber- tempur dengan senjata untuk memperoleh pengakuan kemerdekaannya dan kedaulatannya dari Nederland dan dunia internasional. Demikian juga Palang Merah Indo­nesia untuk memperoleh pengakuan Palang Merah Inter­nasional. Hanya peijuangan dengan senjata yang tak ada padanya, karena bukan itu senjatanya dan alatnya. Sendi peijuangannya ialah peri-kemanusiaan. Ia melaksanakan tugas yang tersimpul dalam sila kedua daripada Pancasila. Lahir dalam kancah pergolakan bangsa untuk to b e ,

39

Page 38: KEMANUSIAAN - PUSTAKA PMI

Palang Merah Indonesia dapat melaksanakan tugas peri- kemanusiaannya, yang dirintis oleh pujangga Jean Henry Dunant, dengan elan vital sebagai anugerah cinta dan cita- cita bangsa. Ia tidak mengherankan, karena sejarah tugas- nya yang sukar itu sejalan dengan sejarah perjuangan Re- publik Indonesia.

Sesungguhnya beberapa tahun Palang Merah Indone­sia tidak diakui d e j u r e oleh Palang Merah Inter- nasional, d e f a c t o ia diakui. Sebab sejak semula lahirnya, ia bekerja bersama-sama dengan utusan-utusan Palang Merah Internasional yang datang ke mari. Juga dalam hal ini sejarahnya sejalan dengan R.I. De jure tidak dikenal, tetapi de facto diakui oleh pimpinan tentara Inggeris, atas nama tentara sekutu, yang bertugas di Indo­nesia mengurus APWI dan menawan serta mengembalikan tentara Jepang ke negerinya. Dengan tiada bantuan Peme- rintah Republik Indonesia Palang Merah Indonesia itu tidak akan jalan.

Selama pertempuran T.N.I. dengan tentara Belanda yang bertahun-tahun itu, Palang Merah Indonesia menu- naikan tugasnya yang tidak ringan, menolong merawat perajurit yang luka-luka beserta membantu meringankan beban rakyat yang ditimpa kesukaran sebagai akibat per­tempuran. Tugas itu diselenggarakan dengan alat yang serba kurang: obat kurang, kendaraan kurang dan tempat tempat pun kurang. Karena ada idealisme, cita-cita meng- abdi kepada negara, bangsa dan peri-kemanusiaan, segala kesukaran dapat diatasi.

Tatkala tentara Belanda pada aksi militer kedua men- duduki Yogyakarta dan kota-kota Republik lainnya, Pa-

4 0

Page 39: KEMANUSIAAN - PUSTAKA PMI

lang Merah Indonesia menunjukkan sikap y n g tegas, mempertahankan kedudukannya sebagai organnasi nasio- nal Indonesia, dengan tak gentar menghadapi bahaya apapun juga. Beberapa orang terkemuka di waktu itu, yang telah gemetar lututnya melihat tentara Belanda melakukan kekuasaannya di Yogyakarta, menerima tawa- ran Belanda, supaya Palang Merah Indonesia menolak- nya dengan semboyan: ”lebih baik lebur daripada me- nyerah!” .

Setelah peijuangan nasioanal berhasil, dengan pengaku- an internasional atas Republik Indonesia sebagai negara yang merdeka dan berdaulat, maka pengakuan de facto atas Palang Merah Indonesia dengan sendirinya menjadi pengakuan ”de jure”. Sekarang Palang Merah Indonesia dapat bekerja sebagaimana biasa, menumpahkan tugas- nya dalam lapangan peri-kemanusiaan, meringankan pen- deritaan rakyat kalau ada bencana alam, menyiapkan kesatuan-kesatuan bergerak guna perawatan di masa pe- rang, memberi bantuan dalam berbagai usaha memerangi penyakit.

Demikian antara lain bekas Wakil Presiden R.I. Dr. Mohammad Hatta.

Sejalan dengan isi pendapat dan pengalaman Dr. Mo­hammad Hatta di atas tentang waktu-waktu pertama peijuangan P.M.I., Sekretaris Jenderal Pengurus Besar P.M.I. nona Paramita Rahaju Abdoerachman menulis:

— .......Kita masih ingat pada tahun-tahun pertamaberdirinya Perhimpunan kita ini, tidak saja hanya pega- wai-pegawai tetap dari Palang Merah sendiri yang menger- jakan tugas Palang Merah, menolong sesama manusia,

41

Page 40: KEMANUSIAAN - PUSTAKA PMI

mengurangi nyaris maut, membantu dan mengatur para pengungsi.

Di kala itu nyata sekali bahwa Palang Merah kita ini benar-benar hidup dari dan untuk rakyat, untukmanusia dan untuk dunia semesta.

Katakanlah pada waktu itu di mana Palang Merah In­donesia bergerak dengan bantuan seluruh lapisan masya- rakat ada dalam masa pancaroba, waktu berlangsungnya pertikaian politik antara Indonesia dan Nederland yang mengakibatkan ’’perang” dan karena perang itulah timbul korban-korban bukan saja harta benda tetapi juga ”jiwa raga” .

Segala tindakan pertolongan dan bantuan dari Palang Merah kepada masyarakat di masa pancaroba, perang dan bencana mustahil terlaksana dengan baik dan sem- puma apabila pada masa biasa (normal) tidak diadakan persiapan-persiapan yang rapi dan teratur.

Demikian pula antara lain Sekjen P.M.I. Paramita Rahaju.

Semuanya itu bersumber dari azas dan tujuan P.M.I.Apakah azas P.M.I.?1. P.M.I. berdiri atas azas peri kemanusiaan dan

atas dasar sukarela, dengan tidak membeda-bedakan bang- sa, golongan agama dan paham politik.

2. P.M.I. adalah suatu organisasi yang bebas dan berdiri atas dasar kepalang-merahan, yang telah ditetapkan oleh Konperensi-konperensi Palang Merah Internasional pada khususnya, dan oleh konvensi-konvensi Jenewa pada umumnya.

Apa pula tujuan P.M.I.?

4 2

Page 41: KEMANUSIAAN - PUSTAKA PMI

Pasien tbc atau penyakit paru-paru di Biro Konsultasi Palang Merah Indonesia di Kramat 40, Jakarta.

43

Page 42: KEMANUSIAAN - PUSTAKA PMI

1. D i w a k t u p e r a n g memberi bantuan ke- pada Jawatan-jawatan Kesehatan Angkatan Perang, beker- ja dalam lapangan yang tercantum dalam konvensi-kon- vensi Jenewa, dan memberi pertolongan kepada korban perang baik militer maupun sipil.

2. D i w a k t u d a m a i mengadakan persiapan-persiapan untuk dapat memberi bantuan tersebut. a.'

3. Jika ada malapetaka atau bencana alam, membe­ri bantuan-bantuan yang tepat dan bersifat pertolongan pertama, apabila badan-badan pemerintah belum dapat mengerahkan alat-alatnya untuk memberi pertolongan.

4. Pada umumnya memberi pertolongan kepada sege- nap ummat manusia yang menderita kesengsaraan dalam arti seluas-luasnya.

Sewaktu Henry Dunant mula-mula mendirikan Palang Merah yang mendapat pengakuan pada Konvensi Jenewa di tahun 1864, tujuannya merawati orang sakit atau orang yang kena luka waktu perang, tawanan dan sebagainya.

Di zaman sekarang tujuannya labih luas dari yang semula. Juga melingkupi membantu orang sakit waktu damai. Juga diselenggarakannya transfusi darah, orang- orang yang terlantar, membantu korban-korban bencana alam dan sebagainya.

Palang Merah Indonesia telah mencakupi tujuan yang lebih luas itu. P.M.I. terns bergerak maju mencapai hasil keija kemanusiaan yang sebesar-besamya. Semoga dapat mencapai seperti apa yang dilukiskan bekas Ketua Palang Merah Intemasional Graaf Bernadotte (1895—1948) yang sebagai wakil P.B.B. mati terbunuh di Palestina, dengan katanya:

4 4

Page 43: KEMANUSIAAN - PUSTAKA PMI

— Ketika Henry Dunant dalam tahun 1863 mendiri- kan Palang Merah diberikannya kepada organisasi itu motto: I n t e r A r m a C a r i t a s . Kira-kira artinya, menjalankan peri kemanusiaan selama perang.

Segala kejadian sesudah itu, terlebih-lebih pengalaman sesudah Perang Dunia kedua mendorong keinginan mero- bab motto itu menjadi: P o s t A r m a C a r i t a s . Kira- kira artinya, menjalankan peri kemanusiaan s e s u d a h perang. Hai itu disebabkan sangat banyaknya korban pe­rang di kalangan sipil yang memerlukan pertolongan.

Pada sefuatu ketika di masa yang akan datang mung- kin tercapai maksud yang diidam-idamkan oleh segenap manusia. Kalau itu tercapai, maka dapatlah kita mema- kai motto:

P r o A r m i s C a r i t a s .Artinya: Senjata diganti dengan kasih sayang.Akan sampaikah manusia dalam dunia yang fana ini

ke sana?Kita harus sampai ke sana, karena itu adalah puncak

darma bakti kemanusiaan!

f

4 5

Page 44: KEMANUSIAAN - PUSTAKA PMI

S u m b e r b aca an :

’’Dunia Palang Merah” oleh Yusuf Abdullah Puar, 80 halaman, penerbitan Pengurus Besar P.M.l. Jakarta, tahun 1958.

Jhr. H. Beelaerts van Blokland dalam bukunya ’’Henry Dunant” , penerbitan Het Nederlandsche Roode Kruis, ’s-Gravenhage.

’’Florence Nightingale” oleh Dra. M.G. Schenk, ter- jemahan Nona Siti Dalima, Jambatan, Jakarta.

4 6