peran mediator dalam penyelesaian · pdf filebrr-pengembangan sarpras hukum nad-nias, ......

1

Click here to load reader

Upload: duongdieu

Post on 06-Feb-2018

212 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERAN MEDIATOR DALAM PENYELESAIAN · PDF fileBRR-Pengembangan Sarpras Hukum NAD-Nias, ... berbagai lembaga adat, yang sangat diperlukan untuk terus ada dan menjadi mediator dalam setiap

PERAN MEDIATOR DALAM PENYELESAIAN SENGKETA(TINJAUAN DALAM ADAT ACEH)

IDAK bisa dipungkiri bahwa dalam ber-kehidupan sosial akan selalu ada per-selisishan pendapat yang bisa menimbulkan

sengketa. Sengketa bisa terjadi antarpribadi maupunantarkelompok. Di propinsi Aceh, biasanya sengketaakan selalu diselesaikan secara adat dankekeluargaan.

Lahirnya UU No. 11 tahun 2006 tentangPemerintahan Aceh telah membawa dampak positifterhadap pengembangan dan penguatan lembagaadat di Aceh. Dalam Pasal 98 ayat 2 & 3 UU nomor11 tahun 2006 disebutkan bahwa penyelesaianmasalah sosial kemasyarakatan secara adatditempuh melalui lembaga adat.

Ada beberapa lembaga adat yang bisa menjadimediator dalam penyelesaian sengketa, diantaranyaadalah Keuchik, Tengku imum, Tuha Peut, TuhaLapan dan Imum Mukim. Pasal 4 (e) qanun nomor 4tahun 2003 tentang pemerintahan mukim di PropinsiNanggroe Aceh Darussalam mengatur tentangpenyelesaian dalam rangka memutuskan dan ataumenetapkan hukum dalam hal adanya per-sengketaan-persengketaan atau perkara-perkaraadat dan hukum adat.

Seperti yang dikatakan oleh wakil Ketua MajelisAdat Aceh (MMA), A. Rahman Kaoy, hingga saat inimasih ada satu adagium yang sangat melekat dijiwa masyarakat di Aceh, yakni “Hukom ngon adathan jeut cre` lagee zat ngon sipheuet“. Adagiumtersebut mempunyai arti bahwa hukum dan adatadalah satu bagian yang tidak bisa dipisahkan;hukum dan adat ibarat zat dan sifatnya. Pepatah initelah menjiwai dan menghidupkan adat yang kokoh,juga dijiwai oleh faktor kemaslahatan, nilai-nilaikearifan lokal, dan kondisi alam adalah merupakansumber inspirasi dalam proses perwujudan danpembentukan norma-norma adat oleh orang dahulu.

Penyelesaian sengketa secara adat mempunyaidaya tarik tersendiri karena keserasiannya dengansistem sosial dan budaya masyarakat Aceh. ARahman Kaoy menyebutkan bahwa ada beberapakeuntungan yang sering muncul dalam dalam sebuahupaya penyelesaian sengketa secara adat, yaitu:sifat kesukarelaan dalam proses, prosedur yangtepat, keputusan non-yudisial, prosedur rahasia(confidentiality), fleksibil itas dalam merancangsyarat-syarat penyelesaian masalah, hemat waktu,hemat biaya, pemeliharaan hubungan, tinggikemungkinan untuk melaksanakan kesepakatan,kontrol dan kemudahan untuk memperkirakan hasildan keputusan yang bertahan sepanjang waktu.

Di samping itu, proses penerapan sanksi adatterhadap berbagai sengketa dan pelanggaran adatbersifat tegas dan pasti karena menyangkutkepentingan publik secara luas. Ketegasan tersebutdimaksudkan untuk memelihara kepentingan pihaklain dan tidak terganggunya sistem sosial yang telahdipraktekkan bersama-sama. Sanksi adat juga tidakbersifat baku; ia sesuai dengan kondisi suatu daerahkarena merupakan kesepakatan yang dijalanibersama. Sifat ini menandakan bahwa hukum adatsangat fleksibel, tidak sebagaimana hukum formal.

Dari hasil resume penelitian tentang PenerapanAlternative Dispute Resolution Berbasis Hukum Adatpada Lembaga Adat Keujreun Blang di KabupatenAceh Besar hasil kerjasama antara Pusat KajianPendidikan dan Masyarakat (PKPM) dan SatkerBRR-Pengembangan Sarpras Hukum NAD-Nias,

ANDA DAN HUKUM DALAM KESEHARIAN - 72

Rubrik ini dipublikasikan atas kerjasama Harian Serambi INDONESIA dengan IDLO

Semua artikel dalam seri ini dapat ditemukan pada website IDLOdi http://www.idlo.int/English/External/IPacehnews.asp

didapati berbagai kasus. Selain itu, dari hasilpenelitian tersebut terdapat beberapa metode danpola penyelesaian sengketa yang bisa dilakukanyaitu:1. Penyelesaian secara personal, yaitu penye-

lesaian yang dilaksanakan secara pribadi olehtokoh masyarakat berdasarkan kepercayaanpara pihak tanpa melibatkan komponen lain.

2. Penyelesaian melalui pihak keluarga, yaitupenyelesaian yang dilakukan dengan pende-katan pihak keluarga dari pihak yang ber-sengketa yang biasanya mempunyai hubunganyang masih dekat.

3. Duek ureung tuha, yaitu musyawarah terbataspara tokoh masyarakat untuk menyelesaikansengketa berdasarkan laporan para pihak.

4. Penyelesaian melalui Lembaga Adat KeujreunBlang, yaitu penyelesaian yang dilaksanakanoleh keujreun terhadap berbagai sengketa, baikberdasarkan laporan dari para pihak atau tidak.

5. Penyelesaian melalui Peradilan Gampong, yaituperadilan adat yang diikuti oleh perangkatgampong untuk penyelesaian sengketa yangdilaksanakan di meunasah atau mesjid.

6. Penyelesaian melalui Peradilan Mukim, yaituperadilan adat yang diikuti oleh perangkatmukim untuk menyelesaikan sengketa yangdiajukan oleh para pihak karena tidak puasterhadap putusan peradilan gampong.Peran lembaga adat sebagai mediator di sini

menjadi sangat penting untuk menyelesaikanberbagai hal. Persoalan penyelesaian sengketaterkadang juga terjadi antara kelompok masyarakatdan pemerintahan. Kepala Biro Hukum danHubungan Masyarakat, Setda Aceh, Hamid Zein,mengatakan, j ika terjadi persengketaan antarmasyarakat dan pemerintahan, pemerintah juga akankembali kepada aturan untuk menyelesaikanpersengketaan ini melalui lembaga adat. Jalur hukumdan meja hijau adalah jalan terakhir jika semuaupaya melalui lembaga adat sudah tidak bisaditempuh lagi..

Walaupun demikian, jika dalam waktu tertentusengketa tidak juga bisa diselesaikan, atau adapihak yang belum puas, sengketa bisa diajukankepada aparat penegak hukum. Ini sesuai denganPasal 15 ayat (1) Perda Nomor 7 tahun 2000 tentangPenye lenggaraaan Keh idupan Ada t , yangmenyebutkan: “Apabila dalam jangka waktu 1 (satu)bulan Imum Mukim tidak dapat menyelesaikan ataupara pihak yang berselisih/bersengketa merasa tidakpuas terhadap keputusan adat tingkat mukim, makaia dapat mengajukan perkaranya kepada aparatpenegak hukum. “ Selain itu, Pasal 15 ayat (2)menyebutkan: “Keputusan adat yang telahdijatuhkan kepada pihak-pihak yang bersengketadapat dijadikan salah satu pertimbangan oleh aparatpenegak hukum dalam menyelesaikan perkara.”

Hamid Zein mengatakan bahwa ada banyakdari persengketaan yang timbul akhirnya dapatdiselesaikan dengan menggunakan lembaga adatsebagai mediator. Beberapa hal yang sering menjadisumber sengketa di kalangan masyarakat Acehpasca tsunami adalah masalah tanah. Satu contohkasus adalah adanya tanah milik warga yangkemudian ternyata sudahdigunakan untuk fasilitaspemerintah. Untuk meng-

hindari sengketa yang besar, lembaga adat disiniakan menjadi mediator antara warga dan lembagapemerintahan untuk menyelesaikan persoalantersebut. Dalam hal ini biasanya disini digunakanlembaga tuha puet atau tuha lapan dan lembagamukim.

Dalam Pasal 10 Perda Nomor 7 tahun 2000tentang Penyelenggaraaan Kehidupan Adat,disebutkan: “Aparat penegak hukum memberikesempatan terlebih dahulu kepada geuchik danimum mukim untuk menyelesaikan sengeketa-sengketa/perselisihan di gampong/mukim masing-masing.”

Dalam menyelesaikan berbagai sengketa,banyak sanksi yang bisa dijatuhkan kepadapelanggar hukum. Pasal 19 Perda Nomor 7 tahun2000 tentang Penyelenggaraaan Kehidupan Adatmenyebutkan bahwa jenis-jenis penyelesaiansengketa dan sanksi yang dapat dijatuhkan adalahsebagai berikut :a. Nasehatb. Teguranc . Pernyataan maaf dihadapan orang banyak di

meunasah atau mesjid, diikuti dengan acarapeusijuk

d. Dendae. Ganti kerugianf . Dikucilkan oleh masyarakat gampongg. Dikeluarkan dari masyarakat gampongh. Pencabutan gelar adati. Dan lain-lain bentuk sanksi sesuai dengan adat

setempat

Pascatsunami, kebutuhan pengetahuan akanhukum dan lembaga adat kini mulai dirasakanpenting. Hamid Zein mengatakan bahwa hal inipertama dikarenakan kebutuhan masyarakat itusendiri akan hukum dan peraturan adat, khususnyadalam menyelesaikan sengketa. Kedua adalahdengan adanya undang-undang nomor 11 tahun 2006tentang pemerintahan Aceh, yang kini memberipeluang untuk diwujudkan kembali berbagai kerarifanlokal di Aceh, khususnya dalam pelaksanaan adat.

Implementasi dari undang-undang ini pun kinimenjadi sangat penting untuk mengaktifkan kembaliberbagai lembaga adat, yang sangat diperlukanuntuk terus ada dan menjadi mediator dalam setiappenyelesaian persoalan dan sengketa.

Publikasi informasi tentang hukum danpenyelesaian pun kini menjadi kebutuhan pentingbagi masyarakat sehingga masyarakat juga bisadibebaskan dari kebutaan hukum. Diharapkan bahwaberbagai informasi tentang hukum dan penye-lesaiannya bisa menjadi solusi dalam masyarakatuntuk bisa menjadi solusi jika mereka terlibat dalammasalah dan sengketa.

Untuk menambah pengetahuan dan kemampuanpara perangkat Desa mengenai mediasi, IDLO secaratetap mengadakan training yang berdasarkan mediasidan training ketrampilan hukum. Untuk lebih lanjutmengenai masalah ini dapat menghubungi kantorIDLO dengan alamat Jl. Ajun Jeumpet, Green Para-dise Lr. Tgk. Chik Komplek PUSKOPOL, DarulImarah Aceh Besar atau dengan pak Muzzakirdengan alamat: [email protected] *****

T