peran mahasiswa

28
PERAN MAHASISWA PERGURUAN TINGGI DALAM MENCIPTAKAN PEMERINTAH YANG BERSIH DAN BERWIBAWA Oleh Sigit Dwi Kusrahmadi Abstrak Masa Reformsi ditandai dengan lengsernya kekuasaan Orde Baru memberikan angin segar untuk pembaruan di segala bidang, namun demikian dalam kenyataannya belum seperti yang diharapkan. Pemerintahan Megawati Sukarnoputri sebagai penerus estafet kepememimpinan kurang memihak kepentingan masyarakat marginal, ditandai dengan maraknya koropsi kolusi dan nepotisem (KKN), pelanggaran HAM, birokrasi keranjang Sampah, tidak efektif dan tidak berkembang dalam mewujudkan pemerintah yang bersih dan berwibawa. Mahasiswa sebagai generasi penerus diharapkan mampu menjadi pembaru atau agen of change dalam memperbaiki kehidupan berbangsa. Peran mahasiswa sebagai intelektual muda, berkepribadian bangsa dan mempunyai idealisme tinggi di tuntut untuk mewujudkan negara yang lehih demokratis. Pemikirannya yang kritis, konstruktif dalam mengkritisi kebijakan pemerintah sangat efektif sebagai alat kontrol. Dalam perwujudan pemerintah yang bersih selain pemilihan presiden secara langsung, perlu mengganti kabinet presidensial dengan kabinet parlementer yang dapat mewakili aspirasi nyata dari masyarakat. Sudah saatnya pejabat- pejabat pemerintah menggunakan konsep pelayan bukan penguasa, dan harus melibatkan partsipasi masyarakat. Konsep “top down”, diganti dengan konsep “bottom uppemerintah hanya sebagai “regulatordan partisipasi masyarakat harus lebih dominan. Mahasiswa sebagai generasi penerus adalah calon pemimpin bangsa yang akan menerima astafet kepemimpinan. Oleh karena itu sudah seharusnya menempa diri dengan belajar sungguh-sungguh baik ekstra kurikuler dan intra kurikuler

Upload: jejen-viskara

Post on 04-Jul-2015

971 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Peran Mahasiswa

PERAN MAHASISWA PERGURUAN TINGGI DALAM MENCIPTAKAN

PEMERINTAH YANG BERSIH DAN BERWIBAWA Oleh

Sigit Dwi Kusrahmadi

Abstrak

Masa Reformsi ditandai dengan lengsernya kekuasaan Orde Baru memberikan angin segar untuk pembaruan di segala bidang, namun demikian dalam kenyataannya belum seperti yang diharapkan. Pemerintahan Megawati Sukarnoputri sebagai penerus estafet kepememimpinan kurang memihak kepentingan masyarakat marginal, ditandai dengan maraknya koropsi kolusi dan nepotisem (KKN), pelanggaran HAM, birokrasi keranjang Sampah, tidak efektif dan tidak berkembang dalam mewujudkan pemerintah yang bersih dan berwibawa.

Mahasiswa sebagai generasi penerus diharapkan mampu menjadi pembaru atau agen of change dalam memperbaiki kehidupan berbangsa. Peran mahasiswa sebagai intelektual muda, berkepribadian bangsa dan mempunyai idealisme tinggi di tuntut untuk mewujudkan negara yang lehih demokratis. Pemikirannya yang kritis, konstruktif dalam mengkritisi kebijakan pemerintah sangat efektif sebagai alat kontrol.

Dalam perwujudan pemerintah yang bersih selain pemilihan presiden secara langsung, perlu mengganti kabinet presidensial dengan kabinet parlementer yang dapat mewakili aspirasi nyata dari masyarakat. Sudah saatnya pejabat-pejabat pemerintah menggunakan konsep pelayan bukan penguasa, dan harus melibatkan partsipasi masyarakat. Konsep “top down”, diganti dengan konsep “bottom up” pemerintah hanya sebagai “regulator” dan partisipasi masyarakat harus lebih dominan.

Mahasiswa sebagai generasi penerus adalah calon pemimpin bangsa yang akan menerima astafet kepemimpinan. Oleh karena itu sudah seharusnya menempa diri dengan belajar sungguh-sungguh baik ekstra kurikuler dan intra kurikuler di lingkungan kampus agar semakin dewasa. Pembelajaran yang sinergis dan demokratis akan menghasilkan calon-calon pemimpin yang kuat, memiliki idealisme tinggi yang memegang teguh etika politik, menegakkan nilai-nilai keadilan untuk mewujudkan Indonesi Baru sehingga tercipta pemerintah yang bersih dan bewibawa sebagaimana harapan kita.

Page 2: Peran Mahasiswa

Kata Kunci: Peran Mahasiswa dalam mewujudkan Pemerintah yang bersih

Pendahuluhan

Reformasi yang berlangsung selama ini belum seperti yang

diharapkan, korupsi terjadi dimana-mana, politik uang semakin

menggila, dan kebijakan pemerintah Megawati Sukorno Putri tidak

memihak kepada kepentingan masyarakat marginal. Reformasi telah

gagal yang ditandai dengan maraknya KKN, pelanggaran HAM,

premanisme politik, birokrasi kranjang sampah. Pemerintah Megawati

tidak efektif, tidak berkembang untuk mewujudkan good

government, kebijaksanaannya justru diluar harapan masyarakat,

seperti kebijakan impor gula, penggusuran di Jayapura dan Jakarta

(Kedaulatan Rakyat, 8 Desember 2003).

Tampilnya generasi muda yang diwakili oleh mahasiswa telah

dibuktikan dalam sejarah sejak tahun 1928 dengan Sumpah

Pemudanya, 1945 dengan Proklamasi Kemerdekaan serta Revolusi

fisik, tahun 1965 menumbangkan rajim Orde Lama dan 1998

2

2

Page 3: Peran Mahasiswa

melengserkan Pemerintah Suharto. Masa reformasi diharapkan

mahasiswa dan kalangan akademik mampu sebagai agent of

change melakukan pembaharuan di segala bidang terlebih memberi

sumbangan pemikiran untuk mewujudkan Indonesia Baru yang bebas

KKN dan terwujudnya pemerintah yang bersih.

Generasi penerus atau mahasiswa sebagai harapan bangsa

diharapkan mampu menghadapi tantangan jaman, dan mengatasi

persoalan-persoalan bangsa sesuai dengan situasi dan kondisi yang

telah melahirkannya. Dalam masalah ini pertanyaan yang subtansial ,

bagaimana peran mahasiswa dalam mewujudkan pemerintah yang

bersih dan berwibawa.

Pembahasan

Peran Mahasiswa sebagai agent of change untuk melakukan

pembaharuan-pembahauan di masyarakat dalam bidang sosial politik

dan budaya. Mahasiswa yang mempunyai kemampuan akademik

diharapkan memiliki profesional di bidangnya, sehingga dapat

diandalkan dalam melakukan pembaharuan di bidang demokrasi. Apa

yang diperolehnya di dunia kampus diharapkan dapat digunakan

dalam masyarakat untuk meningkatkan harkat dan martabat serta

meningkatkan taraf kehidupan masyarakat.

Mahasiswa sebagai generasi penerus diharapkan memiliki

kepribadian bangsa, dan selanjutnya mereka sebagai produk

perguruan tinggi diharapkan mampu membawa kehidupan bangsa ini

3

3

Page 4: Peran Mahasiswa

lebih baik di masa mendatang. Mahasiswa sebagai intelektual muda

yang memiliki idealisme tinggi dan ingin mewujudkannya, diharapkan

juga dapat merekontruksi negara yang carut marut ini. Peran

mahasiswa sebagai alat kontrol kehidupan dalam berbangsa dan

bernegara, terlebih dalam era reformasi diharapkan dapat menjadi

motor pengerak dan dinamisator pembangunan.

Pemerintah yang Demokratis

Membicarakan mengenai pemerintah sebetulnya menurut

sejarahnya, kekuasaan pemerintah dapat dipisahkan ke dalam tiga

cabang kekuasaan yaitu kekuasaan legislatif atau kekuasaan pembuat

undang-undang, kekuasaan eksekutif ialah kekuasaan untuk

menjalankan undang-undang yang dijalankan oleh pemerintah

kekuasaan. Kekuasaan yudikatif yaitu kekuasaan untuk mengadili

jalannya pelaksanaan Undang-undang.

Adapun tugas pokok Pemerintah Republik Indonesia ialah:

“Meliputi melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Sedang fungsi pemerintah dalam melaksanakan tugas pokok adalah menyelanggarakan pertahanan dan keamanan dan peradilan, urusan perekonomian, membina demokrasi, menyelenggarakan kesejahteraan, keuangan pendidikan budaya dan agama” (Hamdan Mansur, 2000:27).

Lebih spesifik lagi tugas eksekutif dilakukan oleh presiden,

karena presiden adalah penyelenggara pemerintah tertinggi di bawah

MPR. Dalam menjalankan pemerintahan negara, kekuasaan dan

4

4

Page 5: Peran Mahasiswa

tanggungjawab berada ditangan presiden. Kedudukan presiden adalah

kepala pemerintahan, pemegang kekuasaan legislatif bersama Dewan

Perwakilan Rakyat (DPR) dan sebagai mandataris Majelis Perwakilan

Rakyat (MPR). Adapun tugas presiden adalah menjalankan haluan

negara menurut Garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang telah

ditetapkan oleh MPR dan putusana-putusan majelis.

Ciri-ciri dalam pemerintahan demokrasi adalah ide bahwa warga

negara terlibat dalam hal tertentu, seperti pengambilan keputusan-

keputusan politik, baik secara langsung dan tidak langsung melalui

wakil mereka. Ciri yang tidak boleh diabaikan adalah partisipasi warga

negara baik langsung dan tidak langsung dalam proses pemerintahan

negara.

Secara umum dalam sistem pemerintahan yang demokratis

senantiasa mengandung unsur-unsur yang paling penting:

1) keterlibatan warga negara dalam pembuatan keputusan politik.

2) Tingkat persamaan tertentu diantara warga negara.3) Tingkat kemerdekaan tertentu yang diakui dan dipakai warga

negara.4) Suatu sistem perwakilan.5) Suatu sistem pemilihan kekuasaan mayoritas (Kaelan,

2001:100).

Demokrasi pada hakekatnya adalah pemerintahan oleh rakyat

yang dijalankan oleh wakil-wakilnya, mereka pilih dalam sistem

pemilihan bebas. Dalam kehidupan kenegaraan yang menganut sistem

demokrasi, terdapat Supra Struktur politik antara lain legislatif,

eksekutif, yudikatif, dan Infra Struktur politik yaitu partai politik,

5

5

Page 6: Peran Mahasiswa

kelompok penekan, tokoh-tokoh politik, alat komunikasi politik, utusan

golongan, dan semua unsur-unsur ini sebagai komponen tegaknya

demokrasi. Antara Supra Struktur politik dan Infra Struktur politik

saling mempengaruhi dan memiliki kemampuan untuk saling

mengendalikan. Interaksi di antara keduanya dapat dilihat dalam

menentukan keputusan politik, kebijaksanaan itu merupakan input dari

infra struktur, kemudian dijabarkan oleh Supra Struktur. Dalam sistem

demokrasi proses pembuatan kebijaksanaan merupakan

keseimbangan yang dinamis antara prakarsa pemerintah dan

partisipasi masyarakat (Kaelan, 2000: 101).

Membicarakan masalah permerintahan dalam konteks negara,

menyangkut kekuasaan negara yang berpusat pada pemerintahan,

konsekwensi logis dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa pusat

kekuasaan negara berada pada pemerintahannya, maka perjuangan

memperoleh kekuasaan berubah menjadi perjuangan menguasai

pemerintah.

Ada kecenderungan pemegang kekuasaan bersifat korup dan

kekuasaan absolut korup pula. Oleh karena itu harus diciptakan chek

and balance yaitu mekanisme yang efektif untuk terjadinya proses

yang saling mengingatkan tentang apa yang benar demi kebaikan

bersama di antara infra struktur (AF Marzuki, 2001: 5). Hal inilah yang

terjadi saat ini, yaitu konflik antara aktor-aktor eksekutif dan

legeslatif.

6

6

Page 7: Peran Mahasiswa

Ketegangan yang terjadi selama ini di Indonesia antara

pemerintah dan legislatif dapat dicari solusinya, dan perlu diciptakan

tatacara prosedur penyelesaian itu berupa konsultasi, perundingan,

pencarian kemungkinan alternatif, dan diharapkan dapat

menghasilkan penyelesaian secara damai yang saling menguntungkan.

Penyelesaian konflik yang terjadi di negara kita tidak perlu semua

diselesaikan oleh pemerintah tetapi bisa diselesaikan tanpa campur

tangan negara.

Dalam sistem politik yang demokratis, sangat penting artinya

komunikasi dua arah baik dari pemerintah maupun masyarakat.

Pemerintah perlu mengetahui kegiatan rakyatnya atau sebaliknya,

sehingga komunikasi memiliki kedudukan penting. Banyak ahli

menyatakan bahwa komunikasi dan politik sangat dekat atau

komunikasi politik sangat penting. Glanor mengatakan:

“Tanpa komunikasi tidak ada usaha bersama, dan dengan demikian tidak ada politik, tanpa komunikasi politik yang mampu memperbesar dan melipatgandakan ucapan-ucapan individual maka disitu tidak ada suatu politik yang dapat merentangkan suatu bangsa. Komunikasi politik merupakan infra struktru politik yakni kombinasi berbagai interaksi sosial dimana informasi yang berkaitan dengan usaha bersama dan hubungan kekuasaan masuk ke dalam peredaran. Komunikasi politik merupakan sistem yang mendasar dengan konsekewensi memelihara atau perubahan dalam kebudayaan dan struktur politik” (Zulkarnain Nasution, 1989: 21-24).

Salah satu bentuk kendala dalam komunikasi politik di Indonesia

adalah kesan secara umum bahwa lembaga legislatif hanya sebagai

tukang stempel lembaga eksekutif. Bahkan infrastruktur politik lain

7

7

Page 8: Peran Mahasiswa

seperti pers, lembaga swadaya, dan masyarakat hanya sebagai

penyerta saja.

Kesan negatif terhadap komunikasi politik disebabkan oleh

dominannya hegemoni politik negara. Negara cukup dominan dalam

melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap kehidupan politik,

sehingga pemerintah sangat kuat, sementara infra struktur politik dan

rakyat berposisi lemah (Novel Ali, 2000: 12).

Terlalu dominannya peran negara dalam kehidupan politik,

menempatkan kepentingan negara (“state”) di atas kepentingan

rakyat. Kecenderungan demikian sangat bertentangan dengan prinsip-

prinsip demokrasi, dalam mewujudkan masyarakat sipil (Civil Siciety).

Sejalan dengan simbolisasi kepentingan politik pemerintah maka

hal itu tidak boleh teradopsi ke referensi seluruh warga masyarakat.

Hal ini akan berakibat dominasi komunisasi politik berputar secara

sepihak yaitu hanya untuk memenuhi kepentingan pemerintah. Dalam

mewujudkan Civil Society, masyarakat mempunyai hak penuh,

sekaligus berkewajiban membentuk dan mengerti setiap simbol-simbol

politik tanpa kesadaran, maka mekanisme yang berkembang dapat

mengarah pada terbentuknya gerakan anti hegemoni terhadap negara.

Dalam mewujudkan Masyarakat Madani atau Masyarakat Sipil,

setiap individu dan kelompok masyarakat diharapkan mampu

membentuk pertimbangan antara hak dan kewajiban sebagai warga

negara. Oleh karena rakyat adalah pemegang kedaulatan dan

8

8

Page 9: Peran Mahasiswa

diharapkan bisa meningkatkan kualitas pengawasan terhadap

pemerintah.

Prinsip-prinsip mekanisme komunikasi poitik, adalah

mengoptimalkan pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan

masyarakat yang dimaksudkan antara lain bertujuan meniadakan

irasionalitas politik dalam merencanakan, mempersiapkan,

melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan demokratisasi. Dengan

demikian era demokratisasi tidak mengulangi kegagalan-kegagalan

sentralisasi kekuasaan negara.

Pemerintah yang Bersih dan Berwibawa

Pemerintah yang bersih dan berwibawa akan terwujud jika

didukung oleh budaya yang kondusif untuk merealisasikannnya,

karena budaya Indonesia sejak jaman kerajaan –kerajaan Hindu

Nusantara serat dengan kebiasaan korupsi, kolusi dan nepotisme

(KKN). Seorang bawahan sudah seharusnya mempunyai loyalitas tinggi

kepada atasannya dan mensuport segala kebutuhan birokrasi agar

personal tersebut kariernya bagus. Atau seorang bupati akan

memberikan upeti menyerahkan “rojo koyo, rojobrono lan wanita”

(Kekayaan berwujud materi, emas dan perak serta wanita muda cantik

sebagai tanda loyalitas) kepada raja agar kedudukannya tidak

dilengserkan. Budaya KKN yang dilestarikan dari generasi ke generasi

tidak mudah segera dipatahkan hanya dengan wacana pendidikan

9

9

Page 10: Peran Mahasiswa

formal di perguruan tinggi maupun pendidikan demokrasi melalui

media cetak serta media elektronika. Oleh karena itu menciptakan

pemerintah yang bersih dan berwibawa hanya bagaikan menegakkan

benang basah. Sebagai bukti akhir-akhir ini sejak digulirkannya ide

reformasi, KKN justru malah berpindah dari lembaga eksekutif ke

legislatif khususnya ketika terjadi pemilihan gubernur-gubernur di

seluruh propinsi di Indonesia cenderung melakukan politik uang.

Wacana pemerintahan yang sentralistis dipindahkan ke desentralisasi

dan debirokrasi, tidak ubahnya juga memindahkan korupsi dari

pemerintah pusat ke pemerintah daerah seiring dengan pelaksanaan

otonomi daerah. Dengan melihat kenyataan di atas pemerintah bersih

dan berwibawa sebetulnya hanya merupakan pengaruh dalam

hubungan causality relation dari seluruh kompunen yang ada dalam

masyarakat. Clean government dan good government hanyalah

merupakan salah satu faktor dari multi faktor yang harus ada jika

diterjemahkan ke dalam kerangka pemerintahan demokratis modern

(Totok Daryanto, 2001: 1).

Secara konseptual pemerintah bersih dan berwibawa pertama-

tama harus ditumbuhkembangkan dari masyarakat sipil (Civil

Society) yang bebas dan aktif. Masyarakat sipil akan bisa berkembang

dengan baik jika perguruan tinggi memfasilitasi melalui penelitian dan

pengembangan serta memberi keteladanan yang disosialisasikan

dalam komunitas kampus dengan menerapkan konsep “Ingarso

10

10

Page 11: Peran Mahasiswa

sung tulada, Ing madya mangunkarsa, tut wuri handayani” (di

depan memberi keteladanan, di tengah memberikan motivasi sebagai

motor penggerak dan di belakang memberikan dorongan) atau

mengacu pada konsep Perserikantan Bangsa-bangsa (PBB) mengenai

pendidikan learning to be, learning to know, learning to do,

learning to live, learning to gether ( Dirjen Dikti, 2003: 16).

Dengan demikian pendidikan untuk mewujudkan masyarakat sipil tidak

hanya meliputi pengetahuan kognitif, afektif dan psikomotor, namun

seluruh masyarakat dijadikan wahana pembelajaran demokrasi yang

holistik dan total, tidak ada kesenjangan antara das sollen dan das

sain atau dunia normatif dan dunia senyatanya tidak jauh berbeda,

sehingga tidak membingungkan peserta didik.

Masyarakat sipil yang ingin diwujudkan diharapkan tidak

menyimpang dari dasar negara Indonesia yaitu Pancasila, dan bukan

masyarakat liberal kapitalis, individualis sebagaimana masyarakat

barat modern. Namun diharapkan nilai-nilai Pancasila dapat dijadikan

sebagai paradigma hukum, paradigma pengembangan ilmu,

paradigma pengembangan budaya dan sosial politik, pengembangan

Hankam dan pengembangan ekonomi serta pengembangan hak asasi

manusia sesuai dengan jiwa jaman (Satrio Sumantri Brodjonegoro,

2002: 3).

Masyarakat sipil (Civil Society) yang ideal dan hendak

diwujudkan harus mengutamakan nilai-nilai eqalitarian sesama warga

11

11

Page 12: Peran Mahasiswa

bangsa, nilai persaudaraan lintas SARA, dan kebebasan individu sesuai

jiwa dan roh otonomi untuk pengembangan pribadi dan komunitas,

dalam koridor negara kesatuan Republik Indonesia. Ketiga nilai

tersebut di atas harus didasari dan bersumber pada budaya bangsa

dan Pancasila serta harus dijabarkan dalam Pelaksanaan Pancasila

secara objektif dan subjektif. Konsep ini harus dikembangkan secara

arif dengan tujuan memberdayakan masyarakat secara baik dalam

demokrasi Pancasila dan mengurangi peran militer untuk

mewujudkan masyarakat sipil.

Perguruan Tinggi berperan sebagai LITBANG (penelitian dan

pengembangan) demokrasi sekaligus “pekerja pemikir” diharapkan

mampu memberi kontribusi memproduk manusia sipil Indonesia

sebagai elemen terkecil dari Civil Society yang berjiwa Pancasila,

memiliki ketrampilan atau profesional di bindangnya sesuai dengan

kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dan menguasai IPTEKS

(Lemhanas, 1985: 102).

Syarat kedua untuk mewujudkan pemerintah yang bersih dan

berwibawa perlu adanya masyarakat politik yang relatif otonom

mampu mewujudkan idealisme ke dalam dunia realita yang

berdasarkan moral dan etika Pancasila. Kebijaksanaan-kebijaksanaan

yang ditempuh harus bersumber pada hati nurani dan dapat

mengakomodasikan seluruh kepentingan masyarakat baik akar

rumput, kelas menengah dan elit politik serta lintas SARA.

12

12

Page 13: Peran Mahasiswa

Ketiga, seluruh tokoh politik baik di daerah maupun pusat

terutama pemerintah dan aparat, harus benar-benar tunduk pada

aturan hukum yang mampu melidungi kepentingan individu dan

masyarakat. Keempat, harus ada birokrasi negara yang dapat

dimanfaatkan oleh pemerintah yang demokratis. Lima harus ada

masyarakat ekonomi yang dilembagakan.

Demokrasi yang ada di Indonesia sekarang dalam keadaan

transisi menuju masyarakat sejahtera berkeadilan. Pada masa transisi

masyarakat sipil sedang mencari bentuk. Oleh karena itu segala

kebijakan diharapkan dapat menghasilkan kemajuan, sehingga dapat

mencerminkan cita-cita ideal dalam mengelola negara bangsa. Jika

timbul permasalahan dalam mewujudkan Pemerintah yang bersih dan

berwibawa harus dicari akar permasalahan subtansial serta

memecahkannya dengan arif, bukan tergesa-gesa. Demokrasi yang

diharapkan harus kembali pada freme Pancasila sebagai paradigma

reformasi untuk mewujudkan pemerintah yang bersih.

Peran mahasiswa dalam mewujudkan Pemerintah yang bersih

dan berwibawa

Pemerintah yang bersih dan berwibawa tidak akan terwujud jika

lingkungan masyarakat tidak mendukungnya, baik aparatur

negara, dan sistem pemerintah yang baik. Pemerintah yang

bersih dan berwibawa akan terwujud jika terjadi kinerja sinergis antara

masyarakat pada umunya dan mahasiswa pada khususnya sebagai

13

13

Page 14: Peran Mahasiswa

“agent of change” dan aparatur yang ada dengan konsep “Pamong”.

Konsep ini menawarkan aparat pemerintah yang melayani masyarakat

dengan tulus, melayani masyarakat secara dinamis sesuai dengan

tuntutan dan jiwa jaman tanpa kehilangan makna, tanpa kehilangan

hakikat pelayanan untuk tujuan kebersamaan. Antara aparat dan

masyarakat terjadi saling mengontrol dan saling memberi serta

menerima sehingga terwujud masyarakat yang bersih.

Pemerintah yang bersih tidak terwujud jika budaya KKN masih

kuat, baik yang dilakukan anggota masyarakat dan disponsori oleh

aparat pemerintah. Anggota masyarakat cenderung melakukan jalan

pintas dikarenanakan persaingan yang keras dan untuk mencapai

tujuan tidak sedikit menggunakan konsep “Machiavelli” dengan

tujuan menghalalkan segala cara. Budaya materialisme ikut mewarnai

masyarakat, segala keberhasilan diukur dengan materi sehingga tidak

kondusif untuk membentuk mentalitas aparat yang bersih dan

berwibawa.

Pada masa pemerintah Megawati tidak jauh berbeda dengan

masa Orde Baru, pemerintah yang berkuasa kurang memiliki

komitment untuk memberantas KKN. Sebagai bukti merebaknya politik

uang terjadi di mana-mana, bahkan berdasarkan keterangan seorang

tokoh Pemuda Golkar (Golongagn Karya) DIY, KKN jauh lebih parah

lagi. Order-order PEMDA jatuh ketangan orang-orang PDI-P namun

proyek yang dikerjakan jauh lebih jelek dan tidak berkualitas dibanding

14

14

Page 15: Peran Mahasiswa

dengan jamannya GOLKAR ketika berkusa (Herjun, Wawancara, 2002).

Uang hasil KKN biasanya masuk organisasi dan digunakan untuk

memenangkan Pemilu 2004.

Jabatan-jabatan politis yang direkrut dari anggota-anggota PDI-P

kebanyakan memiliki kualitas kurang baik dibandingkan dengan

birokrat-birokrat Orde Baru, tidak sedikit anggota-anggota DPRD yang

direkrut dari “Wong Cilik” yang tidak memiliki kualitas dan misi

pelayanan ke depan untuk mewujudkan Indonesia Baru yang bebas

KKN. Akibatnya banyak pejabat-pejabat kurang memperhatikan

kepentingan rakyat, namun lebih mengutamakan dirinya dan

kelompoknya.

Gerakan pemberantasan KKN yang dicanangkan dan dipelopori

oleh Safei Ma’arif dan kelompok Islam seolah-olah tidak ditanggapi

serius oleh pemerintah yang berkuasa. Oleh karena itu gerakan ini

akan lebih efektif jika didukung oleh semua kelompok masyarakat dan

aparat negara dan dari seluruh lingkungan masyarakat harus

mempraktekkannya. Pemberantasan KKN sebaiknya dimulai dari diri

sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan kampus melalui pembentukan

sikap mental yang dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai

ujud pelaksanaan Pancasila secara subeyektif.

Aparatur negara akan baik jika pejabat-pejabat karier memiliki

pendidikan formal yang memadahi sekaligus dibentuk menjadi seorang

profesional di bidangnya. Namun sebagai konsekwensi Negara harus

15

15

Page 16: Peran Mahasiswa

memberi kecukupan materi sekaligus jaminan hari tua yang memadahi

sehingga hidupnya akan cukup tanpa harus melakukan KKN. Aparatur

negara yang direkrut dari Parpol harus juga memiliki karakter

mentalitas yang baik, visi, misi, aksi dan dedikasi tinggi untuk

kepentingan bangsa. Para pejabat yang akan diangkat baik tingkat

desa sampai menteri-menteri dan seluruh eksekutif, legislatif, dan

yudikatif, harus lulus uji kelayakan dan memiliki kredibilitas serta

akuntabilitas sebagaimana yang telah disepakati bersama.

Sistem pemerintah yang baik ini akan terwujud jika mampu

mengakomodasikan seluruh kepentingan masyarakat. Dalam

pemerintah yang bersih ada kontrol antara Pemerintah yang

berkuasa dan masyarakat yang dipimpinnya melalui institusi yang

telah ditetapkan. Sebagai contoh dalam hal keuangan negara, peran

BPK (badan pengawas keuangan) sangat dominan dalam mengontrol

penggunaan uang negara yang kemudian dilaporkan kepada Dewan

Perwakilan Rakyat untuk ditindak lanjuti.

Pada masa reformasi kontrol terhadap pemerintah semakin

nyata baik dilakukan oleh masyarakat melalui LSM-LSM (lembaga

swadaya masyarakat) seperti LSM yang bergerak di bidang

pemantauan terhadap korupsi, terhadap parlemen, terhadap HAM,

terhadap perburuhan, hak-hak anak dan sosialisasi nilai-nilai

demokrasi. LSM atau Non Government Organitation berfungsi

membantu pemerintah yang berkuasa untuk mewujudkan masyarakat

16

16

Page 17: Peran Mahasiswa

yang dicita-citakan termasuk untuk mewujudkan pemerintah yang

bersih dan bertanggungjawab.

Hak dan kewajiban pemerintah harus seimbang, selain hak

monopoli dan melaksanakan undang-undang, mekanisme

pertangungjawaban pemerintah harus jelas dan dibakukan, sehingga

menghasilkan pemerintah yang kuat karena pemerintah yang sedang

berkuasa ada jaminan bekerja dengan tenang untuk memenuhi target

yang sudah ditentukan. Tidak dibenarkan melakukan suksesi ditengah

perjalanan sehingga timbul kerusuhan yang tidak dikehendaki.

Berdasarkan pengalaman dalam pergantian rezim, maka sudah

seharusnya dibuat peraturan yang sudah disepakati agar jangan

melakukan kesalahan yang sama. Oleh karena setiap pergantian

penguasa pasti timbul pertumpahan darah yang tidak perlu terjadi.

Sumbangan Mahasiswa Terhadap Pemerintah

Mahasiswa sebagai “agent of change” sesungguhnya merupakan

“elit intelektual” yang dapat menyumbangkan pemikiran-pemikiran

konseptualnya untuk membangun dan memperbaiki kondisi Indonesia

yang carut marut ini. Beberapa konsep yang ditawarkan oleh mereka

dapat dilihat dalam penelitian Sigit Dwi Kusrahmadi (2001: 7). Pertama

agar pemerintah menjadi kuat, maka presiden harus dipilih secara

langsung, karena jika pemlihan presiden dilakukan secara tidak

langsung maka akan terjadi fragmentasi kekuasaan seperti yang

terjadi saat ini. Sebagaimana diungkapkan oleh seorang tokoh

17

17

Page 18: Peran Mahasiswa

mahasiswa “ bahwa pemilihan presiden secara langsung betul-betul

dapat mewakili mayoritas rakyat” (Wahyono, 27 Maret 2001). Hasil

pemilihan umum 1999 kursi yang terdapat dalam DPR dan MPR dibagi

oleh 21 partai dan partai yang paling kuat hanya memperoleh 32 kursi.

Kesulitan akibat sistem ini, jika presiden kehilangan kepercayaan dari

legislatif yang terfragmentasi namun masih memerintah dan menjabat

selama 5 tahun, maka akan terjadi kemacetan dalam mekanisme

kehidupan pemerintahan.

Apabila pemilihan presiden secara langsung dapat dilaksanakan

maka berarti akan menghasilkan seorang presiden yang memperoleh

mandat secara nasional, yaitu orang yang menjadi figur pemersatu

bangsa dalam konteks masyarakat yang terfragementasi sehingga

dapat mencegah disintegrasi bangsa.

Kedua, usulan atau ide mahasiswa mengenai reformasi di

bidang pemerintahan di antaranya membubarkan lembaga MPR,

karena lembaga ini sudah tidak diperlukan lagi dan

pertanggungjawaban presiden kepada MPR sudah tidak ada.

Penghapusan ini berarti juga menghapus orang-orang utusan daerah,

utusan golongan, dan kaum militer.

Agar mekanisme dalam pemerintahan lebih demokratis dan

mencerminkan aspirasi dari masyarakat maka sistem kabinet

presidensial perlu diganti sistem kabinet parlementer, adapun

alasannya sistem parlementer dapat mengakomodasikan kepentingan

18

18

Page 19: Peran Mahasiswa

banyak pihak. Oleh karena pemerintahan sistem parlementer yang

dibentuk berdasarkan koalisi. Sisi positif lain, jika dalam parlementer

terdapat satu partai yang kuat dan berkuasa maka akan menghasilkan

pemerintah yang lebih stabil. Namun kelemahan lain, jika

menggunakan sistem parlementer dengan multi partai mungkin akan

terjadi ketidak stabilan, apabila ada kelompok partai yang berkoalisi

untuk mengundurkan diri, maka pemerintahan yang berkuasa akan

jatuh.

Usulan lain bagi birokrasi, agar paradigma lama segera diubah

khususnya perilaku birokrasi secara top down, aparat memposisikan

diri sebagai pejabat yang senantiasa memerintah. Namun dalam era

reformasi diharapkan pejabat atau aparat pemerintah mendorong,

memotivasi dalam pelaksanaan program, mengabdikan diri,

pendengar dan mengerti aspirasi masyarakat, tidak lagi memposisikan

diri sebagai penguasa yang suka memerintah tetapi sebagai pelayan

masyarakat. Sisi positif lain yang harus dikembangkan adalah

pengembangan nilai-nilai demokrasi dan keberpihakan pejabat pada

kepentingan rakyat.

Pemerintah sekarang sudah seharusnya memberdayakan

masyarakat secara menyeluruh agar ikut berpartisipasi dalam

pemerintahan. Oleh karena saat ini banyak hal masih ditangani

pemerintah sendiri, sebab dalam negara maju peran pemerintah

sangat membatasi diri hanya sebagai pengatur (regulating).

19

19

Page 20: Peran Mahasiswa

Masyarakat diharapkan dapat mengurus, mengambil inisiatif sendiri.

Pemerintah diharapkan dapat menstransformasikan nilai-nilai

demokrasi melalui pers yang bebas dan bermoral.

Perlunya diciptakan sistem politik yang mampu melakukan

perubahan yang terjadi baik dalam pemerintah maupun dalam

masyarakat, sehingga sistem itu memiliki adaptasi yang besar.

Pemerintah diharapkan mensosialisasikan visinya dalam bentuk

program sekaligus mengantisipasi perubahan-perubahan yang ada.

Oleh karena tujuan negara diharapkan dapat menjadi pemersatu,

sistem politik yang baik dapat mengatasi setiap problema yang terjadi

dalam pemerintahan.

Di samping beberapa konsep yang dapat disumbangkan sebagai

kontrol terhadap pemerintah, mereka dapat pula menggembleng diri

mereka dalam berbagai kegiatan baik yang bersifat intra kurikuler dan

ekstra kurikuler, sehingga mereka benar-benar dapat lebih dewasa

mempersiapkan diri menerima estafet kepemimpinan di masa

mendatang.

Penutup

Dari uraian di atas dapat disimpulan bahwa mahasiswa mampu

menjadi alat kontrol sosial terhadap segala penyimpangan yang terjadi

dengan memberikan solusi-solusi yang konseptual. Mahasiswa

mempersiapkan diri menjadi pemimpin dimasa mendatang dengan

20

20

Page 21: Peran Mahasiswa

belajar di dunia kampus dan dapat menjalankan berbagai kegiatan

baik yang bersifat ekstra kulikuler maupun intra kurikuler sebagai

media untuk menempa kepribadian dan kedewasaannya sebagai

generasi yang akan menerima estafet kepemimpinan. Terwujudkannya

pemerintah yang bersih dan berwibawa melalui kerja sama sinergis

antara elit politik, pelaksanaan etika berpolitik yang didukung oleh

elemen-elemen yang terkait. Tidak kalah penting adanya kontrol

sosial dari masyarkat, khususnya mahasiswa untuk mewujudkan

masyarakat demokratis yang menjunjung tinggi nilai keadilan. Dengan

demikian mahasiswa telah memberi kontribusi yang tidak sedikit

dalam mengadakan pembaharuan dan reformasi di segala bidang.

DAFTAR PUSTAKA

Kaelan, M.S. 2003. Pendidikan Pancasila. SK Dirjen Dikti No. 38/ Dikti/ Kep./2002 Proses Reformasi UUD Negara, Amandemen 2002, Pancasila sebagai Sistem Filsafat Pancasila sebagai etika politik, Paradigma bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara, Yogyakarta: Penerbit “Paradigma”

Lemhanas, 1985 Pendidikan Kewiraan Untuk Mahsiswa. Jakarta: Gramedia dengan Kerjasama Dirjen Dikti Depdikbud.

Sigit Dwi Kusrahmadi, 2001. Nasionalisme Di Kalangan Mahasiswa Aliran Agama Kristen Saksi Yehova (Studi Kasus di Beberapa Perguruan Tinggi Yogyakarta). Yogyakarta: Program Pasca Sarjana, UGM.

Zulkarnain Nsution, 1989. Komuniksi Poltik: Jakarta: Tanpa Penerbit

Makalah:

Dirjen Dikti, 2003. Tentang Pendidikan di Perguruan Tinggi.

21

21

Page 22: Peran Mahasiswa

Totok Daryanto. 2002. Pemerintah yang Bersih dan Berwibawa. Yogyakarta: UPT MKU UNY.

Wawancara

Herjun, Tentang Analisis Anggota DPR Pemrintah Megawati. Tahun

2002

Wahyono, Pemilihan Presiden Secara Langsung., Tahun 2001

Koran:

Kedaulatan Rakyat, 8 Desember 2003

Biodata Penulis:

Sigit Dwi Kusrahmadi: Lahir di Yogyakarta, 27 Juni l957, meyelesaikan S-1 pada tahun 1985 di Fakultas Sastra Jurusan Sejarah UGM Yogyakarta, dan meyelesaikan S-2 di Fakultas Sospol UGM bidang Studi Ketahanan Nasiona. Sejak tahun 1987 mengampu mata kuliah Pendidikan Kewiraan atau Kewarganegaraan dan Pendidikan Pancasila.

22

22