peran kiai abbas buntet (cirebon) dalam...

159
PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM PERTEMPURAN SURABAYA 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S. Hum) Oleh Erik Syarifudin Baharsyah NIM 11140220000106 JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/2018 M

Upload: lyliem

Post on 21-May-2019

248 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM PERTEMPURAN SURABAYA 1945

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Humaniora (S. Hum)

Oleh

Erik Syarifudin Baharsyah NIM 11140220000106

JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/2018 M

Page 2: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Erik Sl,arilirdin Baharsyah

NIM :11140220000106

Dc-ngan ini menyatakan bahu,a sklipsi yang berjudul PERAN

I(IAI ABBAS BUN-IET (CIREBON) DALAM

PERTEMPUITAN SURABAYA 1945 adalah benar merupakan

hasil karya saya sendiri clan ticlak n-relakukan tindakan plagiat

clalarl penyusunaunya. Adapun kutipan yaug acla dalam

penyusunan harya ini telah saya cantumkan sumber kutipannya

dalarn sklipsi. Saya bersedia melakukan proses yarlg semestinya

sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku jika temyata

skripsi ini sebagiall atau keseluruhan merupakan plagiat dari

karya orang 1airr.

Demikian pemyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.

Erik Syarifudin Baharsyah

11140220000106

J akarta, 1 2 November 20 1 8

Page 3: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)DALAM PERTEMPURAN SURABAYA 1945

SkripsiDiajukan untuk Mernenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Humaniora (S. Hum)

Oleh

Erik Syarifudin BaharsyahNIM 11140220000106

Pembimbing

Dr. H. Abdul Wahid Hasyim, M.AeNIP. 195608171986031006

JURUSAN SBJARAH DAN PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 M018 M

Page 4: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul "PERAN KIAI ABBAS BUNTET(CTREBON) DALAM PERTEMPURAN SURABAYA 1945"telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Adab dan

Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakartapada 12 November 2018. Skripsi ini telah diterima sebagai salah

satu syarat memperoleh gelar Sarjana Humaniora (S. Hum) pada

Program Studi Sejarah dan Peradaban Islam.

Jakarta. 12 November 2018

Sidang Munaqasyah

Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

NrP. 196907241997 031001

Anggota,

Dr. Jaiang JahIoni. MANrP. 1967061219948rcA6

Pembirnbing,

Dr. H. Abdul Wahid Hasyim. M.AeNrP. 195608171986031006

172005012007

Penguji I,

iof. Dr. Budi SulisNIP. 195410101988031001

Penguji Il,

Page 5: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

ABSTRAK

Penelitian ini membahas mengenai peran Kiai Abbas Buntet (Cirebon) dalam Pertempuran Surabaya 1945. Permasalahan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah bagaimana peran Kiai Abbas dalam Pertempuran Surabaya 1945 dan apa keistimewaan Kiai Abbas di mata Kiai Hasyim Asy’ari, sehingga ia berpesan bahwa pertempuran tidak akan dimulai sebelum “Singa dari Jawa Barat” datang ke Surabaya. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif, sedangkan teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui studi pustaka, studi dokumentasi, wawancara, dan observasi langsung ke lapangan. Pendekatan pada penelitian ini adalah pendekatan sejarah dan politik serta menggunakan teori peran (Soerjono Soekanto) dan kepemimpinan kharismatik (Max Weber). Temuan dalam penelitian ini adalah pertama, strategi penyerangan yang diterapkan Kiai Abbas dalam Pertempuran Surabaya 1945 adalah melakukan penyerangan menjelang waktu fajar, ini mengambil i’tibar dari Perang Hunain yang terjadi pada zaman Nabi Muhammad SAW. Kedua, Kiai Abbas berhasil menggerakkan perlawanan arek-arek Surabaya dari berbagai milisi karena pada saat itu rakyat tidak begitu patuh kepada pemerintahan, tetapi lebih patuh dan taat kepada para ulama/kiai.

Kata kunci: Peran, Kiai Abbas, dan Pertempuran Surabaya

1945.

Page 6: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

i

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim

Alhamdulillahi rabbil’alamiin, wassholaatu wassalaamu’alaa

asyrafil ‘anbiyaai wal mursaliin wa ‘alaa aalihii wa shohbihii

ajma’iin.

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah

Subhanahu wa Ta’ala, atas segala nikmat dan karunianya

sehingga penulis bisa mneyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta

salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda alam Nabi

Muhammad Shallallah ‘Alayhi wa Sallam, keluarga, sahabat,

tabi’in dan tabi’it tabi’in serta kepada umatnya yang senantiasa

menjalankan dan mengamalkan risalah yang dibawanya.

Penulisan skripsi ini sebagai syarat untuk menyelesaikan

studi dan mendapatkan gelar Sarjana Strata Satu (S1) pada

Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam, Fakultas Adab dan

Humaniora di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta. Maka dari itu penulis menyusun skripsi dengan judul

“PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM

PERTEMPURAN SURABAYA 1945”

Jakarta, 12 November 2018 Penulis

Page 7: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

ii

UCAPAN TERIMA KASIH

Skripsi ini merupakan upaya penulis untuk memahami

perjuangan yang dilakukan oleh Kiai Abbas dari Pondok Buntet

Pesantren Cirebon. Dalam kenyataannya, selama proses penulisan

skripsi ini ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Banyak

sekali kendala yang penulis rasakan selama penelitian ini

berlangsung. Namun, hambatan dan tantangan tersebut dapat

dilewati berkat dukungan semangat dan doa dari berbagai pihak

yang telah banyak membantu. Sewajarnya penulis berterima

kasih kepada berbagai pihak baik perseorangan ataupun lembaga

yang telah berkontribusi dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh

karena itu penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., selaku Rektor Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Prof. Dr. Sukron Kamil, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Adab

dan Humaniora.

3. H. Nurhasan, S.Ag, MA., selaku Ketua Jurusan Sejarah dan

Peradaban Islam, dan Ibu Sholikatus Sa’diyah, M.Pd., selaku

Sekretaris Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam, yang telah

membantu penulis dalam mengurus segala prosedur yang terkait

dengan perkuliahan sampai penulis menyelesaikan skripsi ini.

4. Dr. H. Saidun Derani, M.Ag., selaku Dosen Pembimbing

Akademik yang telah membimbing dan mengarahkan penulis

dalam proses pengambilan tema skripsi ini.

Page 8: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

iii

5. Dr. H. Abdul Wahid Hasyim, M.A., selaku Dosen Pembimbing

Skripsi yang telah meluangkan waktu, bimbingan, dan

dukungannya hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Prof. Dr. H. Budi Sulistiono, M. Hum dan Dr. Jajang Jahroni,

MA., selaku Dosen Penguji Skripsi penulis. Semoga Allah SWT

memberikan ganjaran yang berlimpah.

7. Seluruh Dosen Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam, dan

segenap Staff Tata Usaha Fakultas Adab dan Humaniora.

8. Kepada kedua orang tua penulis tercinta, Bapak H. Adhari dan

Ibu Hj. Eah Robiah, S.pd., yang selaku memberikan support,

biaya, cinta dan kasih sayang serta doa yang diberikan kepada

penulis. Tak lupa kepada kakak penulis Siti Unaenah, S.pd I.,

Nurjazilah, S.pd I., Roby Adrianto, Lc., dan tak lupa kepada

kakak ipar penulis Ja’far Shodiq dan Hapid Irfan, serta kepada

keponakan M. Wildan Fathu Rizki Shidiq. Terima kasih atas

dukungan kalian dan menjadikan rumah tempat yang nyaman

untuk melepas penat. Skripsi ini penulis persembahkan untuk

keluarga tercinta.

9. Kepada Kiai Abdul Mufti (santri dan saksi hidup Kiai Abbas),

KH. Ade Nasihul Umam (cicit Kiai Abbas), KH. Muhadditsir

Rifa’i (cucu Kiai Akyas), Kang Munib Rowandi (Penulis buku

kisah-kisah dari Buntet Pesantren) yang telah berkenan

diwawancarai sebagai sumber lisan. Penulis mengucapkan terima

kasih atas informasi dan data yang telah diberikan.

10. Kepada Keluarga Besar Mahasiswa Majalengka (KEMKA)

Jakarta Raya yang telah menjadi keluarga penulis ketika berada

di Ciputat, Tangerang Selatan.

Page 9: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

iv

11. Kepada Keluarga Besar Forum Silaturrahim Buntet Pesantren

Cirebon (FORSILA BPC) Jakarta Raya yang telah menjadi

tempat berkumpulnya alumni Buntet Pesantren di Ciputat,

Tangerang Selatan.

12. Kepada Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa dan Alumni

Al-Hikmah (HIMMAH) JABODETABEK yang menjadi tempat

berkumpulnya santri Al-Hikmah Benda, Sirampog, Brebes di

Ciputat, Tangerang Selatan.

13. Sahabat-sahabat penulis terutama Trio Kampret, Ashabul

Masy’amah, Ashabul Maimanah, The Yongs, GPPI, dan Kostan

We Huizen di antaranya Destri Andriani, Desi Fitria, dan Vida

Melati yang senantiasa memberikan semangat untuk

menyelesaikan skripsi ini.

14. Keluarga besar Sejarah dan Peradaban Islam angkatan 2014,

semoga kita semua meraih kesuksekan di masa depan.

15. Semua pihak yang telah ikut membantu dalam proses

penulisan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu

persatu.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu memberikan

balasan yang berlipat ganda kepada semuanya. Mohon maaf atas

segala kekurangan penulis. Demi perbaikan selanjutnya, saran

dan kritik yang membangun akan penulis terima dengan senang

hati. Akhirnya hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala penulis

serahkan segalanya semoga skripsi ini bermanfaat khususnya

bagi penulis sendiri dan umumnya bagi kita semua.

Page 10: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

v

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ABSTRAK KATA PENGANTAR .................................................................. i UCAPAN TERIMA KASIH ...................................................... ii DAFTAR ISI ................................................................................ v GLOSARIUM ............................................................................ vii DAFTAR LAMPIRAN .............................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN ............................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................... 1 B. Identifikasi Masalah ..................................................... 8 C. Batasan Masalah ......................................................... 10 D. Rumusan Masalah ...................................................... 10 E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................... 10 F. Kajian Pustaka Terdahulu ........................................... 11 G. Metodologi Penelitian ................................................ 13 H. Sistematika Penulisan ................................................. 17

BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................... 19

A. Landasan Teori ........................................................... 19 B. Kajian Pustaka ............................................................ 21 C. Kerangka Berpikir ...................................................... 28

BAB III BIOGRAFI KIAI ABBAS ......................................... 31 A. Kelahiran dan Keluarga Kiai Abbas........................... 31 B. Pendidikan Kiai Abbas ............................................... 37 C. Karya-karya Kiai Abbas ............................................. 41 BAB IV PERTEMPURAN SURABAYA 1945 ....................... 49 A. Latar Belakang Pertempuran Surabaya 1945 ............. 49 B. Meletusnya Pertempuran Surabaya 1945 ................... 62

Page 11: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

vi

1. Pertempuran Fase Pertama ..................................... 62 2. Pertempuran Fase Kedua........................................ 65 C. Badan dan Laskar Perjuangan yang Terlibat dalam Pertempuran Surabaya 1945 ..................................... 71 D. Dampak Pertempuran Surabaya 1945 bagi Bangsa Indonesia ................................................................... 76 BAB V KETERLIBATAN KIAI ABBAS DALAM PERTEMPURAN SURABAYA 1945 ....................... 79 A. Merumuskan Resolusi Jihad 22 Oktober 1945 .......... 79 B. Kontribusi Kiai Abbas Dalam Pertempuran Surabaya 1945 ............................................................................ 86 1. Membentuk Pasukan di Pondok Buntet Pesantren ................................................................ 87 2. Menentukan Waktu Pertempuran ........................... 89 C. Sebagai Komandan Pertempuran Surabaya 1945....... 97 D. Dampak Perjuangan Kiai Abbas Pasca Pertempuran Surabaya 1945 ......................................................... 101 BAB VI PENUTUP ................................................................. 105 A. Kesimpulan .............................................................. 105 B. Saran ......................................................................... 105 DAFTAR PUSTAKA .............................................................. 107 LAMPIRAN-LAMPIRAN ..................................................... 115 TRANSKIP WAWANCARA ................................................. 129

Page 12: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

vii

GLOSARIUM

AFNEI : Allied Forces Netherlands East Indies/

Tentara Sekutu yang bertugas

mengurus penyerahan tawanan Sekutu

dari Jepang.

AREK-AREK : Anak-anak/Pemuda-pemuda.

HADRATUS SYEKH : Maha Guru/Tuan Guru Mulia.

HARAMAIN : Dua kota suci, Makkah dan Madinah.

HIZBULLAH : Tentara Allah.

I’TIBAR : Mengambil Pelajaran.

INTERNIRAN : Tentara Belanda yang di tawan oleh

Jepang selama masa pendudukannya

di Indonesia.

ISTIGHOSAH : Meminta pertolongan kepada Allah

SWT ketika dalam keadaan sulit dan

sukar.

ISYHAD : Seseorang yang mewakili pihak

keluarga untuk menyampaikan

kesaksian mayit ketika masih hidup.

KAROMAH : Kemuliaan berupa sesuatu di luar

logika manusia yang Allah berikan

kepada para wali Allah.

KNIL : Koninklijk Nederlands Indische Leger/

Tentara Kerajaan Hindia Belanda.

LANDRAAD : Pengadilan Negeri Hindia Belanda.

Page 13: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

viii

MILISI : Kewajiban masuk tentara untuk masa

tertentu.

MUQADDAM : Sebutan mursyid dalam Tarekat

Tijaniyyah.

MURSYID : Sebutan untuk seorang guru

pembimbing dalam dunia tarekat, yang

telah memperoleh izin dan ijazah guru

mursyid diatasnya.

NGEWEDANG : Minuman dari bahan gula dan kopi

(teh, jahe, dan sebagainya) yang

biasanya disedu dengan air panas,

biasanya dapat menghangatkan tubuh.

NICA : Netherlands Indies Civil

Administration atau Pemerintahan Sipil

Hindia Belanda.

RAPWI : Rehabilitation of Allied Prisoners of

War and Internees/Bantuan

Rehabilitasi untuk Tawanan Perang dan

Interniran.

SABILILLAH : Jalan Allah.

SEAC : South East Asia Command/Komando

Asia Tenggara.

SWPAC : South West Pasific Area Command/

Komando Wilayah Pasifik Barat Daya.

TAREKAT : Jalan atau metode yang berhubungan

dengan tasawuf.

Page 14: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1: Foto KH Abbas bin KH Abdul Jamil. ................ 99

2. Lampiran 2: Foto Bersama Kiai Abdul Mufti ........................ 99

3. Lampiran 3: Berziarah ke Maqbaroh KH Abbas Buntet ...... 100

4. Lampiran 4: Wawancara KH Ade Nasihul Umam, Lc., ....... 100

5. Lampiran 5: Wawancara Kang Munib Rowandi ................. 101

6. Lampiran 6: Wawancara Bersama KH Muhaditsir Rifa’i .... 101

7. Lampiran 7: Masjid Agung Pondok Buntet Pesantren ......... 102

8. Lampiran 8: Gedung MI Wathoniyah ................................... 102

9. Lampiran 9: Rumah ndalem KH Abbas ................................ 103

10. Lampiran 10: Manuskrip Sanad Tarekat Syattariyah ......... 103

11. Lampiran 11: Teks Asli Resolusi Jihad ............................. 104

12. Lampiran 12: Manuskrip Pengangkatan Kiai Abbas sebagai

Mursyid Tarekat Tijaniyah ........................................................ 105

13. Lampiran 13: Koran Kedaulatan Rakyat Mengenai Jihad

Kaum Muslimin ....................................................................... 106

14. Lampiran 14: Surat Pembubaran Laskar Hizbullah ............ 106

15. Lampiran 15: Surat Pengantar Penelitian dari ANRI .......... 107

16. Lampiran 16: Surat Pengantar Penelitian dari Dinas

Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Cirebon ..................... 107

17. Lampiran 15: Biodata Kiai Abdul Mufti ............................. 107

18. Lampiran 16: Biodata KH Ade Nasihul Umam, Lc., .......... 108

19. Lampiran 17: Biodata Kang Munib Rowandi ..................... 109

20. Lampiran 18: Biodata KH Muhaditsir Rifa’i ...................... 110

Page 15: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pertempuran Surabaya 1945 tidak bisa dilepaskan dengan

berbagai peristiwa yang mendahuluinya, seperti pengibaran

bendera Belanda di Hotel Yamato, tanggal 19 September 1945.

Setelah peristiwa tersebut, tanggal 25 Oktober 1945 mendaratlah

pasukan Sekutu di Surabaya, Brigade Infanteri ke-49, di bawah

pimpinan Brigadir Jenderal Mallaby.1

Pasukan Sekutu yang bertugas di Indonesia pada waktu

itu adalah AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) yang

dipimpin oleh Letnan Jenderal Sir Philip Christison. AFNEI

sendiri merupakan komando bawahan dari SEAC (South East

Asia Command). Adapun tugas AFNEI adalah menerima

penyerahan kekuasaan dari tangan Jepang, membebaskan para

tawanan perang dan interniran Sekutu, melucuti orang-orang

Jepang dan memulangkan mereka ke negara asalnya, menjaga

keamanan dan ketertiban (law and order) dan menghimpun

keterangan guna menyelidiki pihak-pihak yang dianggap sebagai

penjahat perang.2

Sebenarnya pemerintah Republik Indonesia daerah

Surabaya di bawah pimpinan Residen Soedirman telah

1A.H. Nasution, Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia-Jilid 2 Bergelut Cara: Diplomasi Atau Bertempur, (Bandung: Disjarah AD-Angkasa, 1992), 354 2Gugun el-guyanie, Resolusi Jihad Paling Syar’i, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2010), 68.

Page 16: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

2

menyatakan penolakan atas pendaratan tersebut, karena maksud

kedatangan Sekutu di Surabaya untuk melucuti dan mengangkut

tentara Jepang serta maksud yang lainnya telah disanggupi oleh

pihak Indonesia. Meskipun begitu Brigade ke-49 tetap mendarat

dan menduduki beberapa gedung penting serta mencoba

menduduki berbagai fasilitas kemiliteran. Suasana menjadi panas,

patroli-patroli tentara Sekutu yang diadakan setelah

pendaratannya menyebabkan kemarahan di hati rakyat Surabaya.3

Pada fase pertama, pertempuran berlangsung selama 3

hari dari tanggal 27-29 Oktober 1945. Keadaan gelap gulita, air,

listrik, dan telepon hanya berada di tempat-tempat tertentu saja.

Tentara Sekutu kewalahan dengan serangan yang dilancarkan

oleh para pejuang Republik, karena keadaan sudah teramat sulit

bagi Sekutu, maka tidak ada cara lain selain meminta bantuan

kepada atasannya di Jakarta dengan cara meminta bantuan kepada

Soekarno-Hatta. Atas permintaan Sekutu, kedua pemimpin

Indonesia tersebut bersedia terbang ke Surabaya. Kedatangan

Soekarno-Hatta membawa angin segar untuk pihak Sekutu yang

setelah sekian lama dalam keadaan terdesak. Perundingan

disetujui oleh pihak Sekutu dan pasukan Sekutu mundur beberapa

langkah.4

Setelah perundingan gencatan senjata ditandatangani oleh

pihak Indonesia dan Sekutu, keadaan berangsur-angsur mereda,

namun tetap saja di beberapa tempat masih terjadi baku tembak 3A.H. Nasution, Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia-Jilid 2....., 354. 4Barlan Setiadijaya, 10 november ’45 Gelora Kepahlawanan Indonesia, (Jakarta: Yayasan Dwi Warna, 1991), 378.

Page 17: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

3

yang berujung dengan tewasnya Mallaby di dekat jembatan

merah, tanggal 30 Oktober 1945.5 Setelah kematian Mallaby,

membuat keadaan semakin memanas. Pengganti Mallaby, Mayor

Jenderal Eric Carden Robert Mansergh mengeluarkan ultimatum

10 November 1945 untuk meminta pihak Indonesia menyerahkan

persenjataan dan menghentikan perlawanan pada tentara AFNEI

dan NICA (Netherlands Indies Civil Administration).6 Tetapi

ultimatum tersebut dianggap sebagai penghinaan bagi para

pejuang dan rakyat yang telah membentuk badan-badan atau

milisi. Pihak Indonesia menolak ultimatum tersebut dengan

alasan bahwa Republik Indonesia sudah berdiri, dan Tentara

Keamanan Rakyat (TKR) juga sudah terbentuk sebagai pasukan

negara.7

Perjuangan ini tidak hanya dari kalangan TKR dan politisi

secara diplomasi, tetapi rakyat kecil pun ikut maju ke medan

pertempuran. Kalangan ulama, para santri dan pihak-pihak yang

ada di pesantren yang tergabung dalam Laskar Sabilillah dan

Hizbullah ikut andil dalam mempertahankan tanah air. Para kiai

dan alim ulama dari berbagai tempat di Pulau Jawa berduyun-

duyun datang ke Surabaya, sehingga banyak menambah

keberanian pemuda dan rakyat yang percaya akan kekuatan gaib.8

5Ketut Sedana Arta, I Ketut Margi, Sejarah Indonesia dari Proklamasi Sampai Orde Reformasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), 32. 6O.E Engelen, Lahirnya Satu Bangsa & Negara , (Jakarta: UI-Press, 1997), 210. 7M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2004, (Jakarta: Serambi, 2005), 434.

8Bung Tomo (Sutomo), Pertempuran 10 November 1945: Kesaksian & Pengalaman Seorang Aktor Sejarah, (Jakarta: Visi Media, 2008) cetakan kedua, 146.

Page 18: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

4

Salah satu ulama yang ikut andil dalam pertempuran tersebut

adalah KH Abbas Bin KH Abdul Jamil dari Cirebon.

Kiai Abbas adalah seorang ulama pejuang pada masa

revolusi yang berasal dari Pondok Buntet Pesantren Cirebon.9

Kiai Abbas merupakan kiai kharismatik, dikenal karena

pengetahuan keislaman, keteduhan spiritual, dan kekuatan ilmu

kanuragan yang menjadikan ia sebagai rujukan dalam perang

kemerdekaan.10 Kiai Abbas berasal dari keluarga yang alim. Ia

adalah putera sulung KH Abdul Jamil yang dilahirkan pada hari

jum’at, tanggal 24 dzulhijjah 1300 H/1879 M di Pekalangan,

Cirebon.11

Pertama-tama Kiai Abbas belajar dasar-dasar ilmu agama

pada ayahnya. Setelah berbagai ilmu keagamaan dikuasai dari

hasil belajar kepada Kiai Nasuha, Kiai Hasan Jatisari, dan Kiai

Ubaedah di Tegal Jawa Tengah, kemudian ia bersama adiknya,

Kiai Anas pindah ke Pesantren Tebuireng, Jombang di bawah

9Penulisan yang benar adalah Pondok Buntet Pesantren, bukan Pondok Pesantren Buntet. Hal ini disebabkan karena beberapa alasan. Pertama jika dilihat dari bentuknya, frasa, dua kata tersebut memiliki hubungan frasa endosentrik atributif. Buntet merupakan unsur pusatnya (UP), sedangkan pesantren merupakan unsur atributif (Atr). Kedua berkategori nomina, sehingga gabungan dua kata ini disebut sebagai frasa nominal. Jika di kiaskan ke dalam bahasa Arab, dua kata tersebut termasuk kategori tarkib idhofi. Buntet sebagai mudhof, sedangkan pesantren adalah mudhof ilaih-nya. Melihat hal tersebut nampaknya orang Buntet Pesantren ingin lebih menunjukkan nama daerahnya ketimbang kepesantrenannya. https://www.buntetpesantren.org/2017/12/buntet-pesantren-atau-pesantren-buntet.html (Diakses pada hari jum’at tanggal 19 Oktober 2019 pukul 21.39) 10Munawir Aziz, Pahlawan Santri Tulang Punggung Pergerakan Nasional, (Jakarta: Pustaka Compass, 2016), 38. 11Ahmad Zaini Hasan, Perlawanan dari tanah pengasingan: Kiai Abbas, Pesantren Buntet, dan Bela Negara, (Yogyakarta: LKiS, 2014), 67.

Page 19: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

5

asuhan Hadratus Syekh12 KH Hasyim Asy’ari, tokoh kharismatik,

pendiri Nahdlatul Ulama13 (NU).14

Bakat sebagai pemimpin, ahli strategi dan watak periang

Kiai Abbas sudah terlihat dalam dirinya semenjak masih belajar

di pesantren. Pada saat itu Pesantren Tebuireng masih sering

diganggu oleh musuh, terutama berandal-berandal lokal di sekitar

Pabrik Gula Cukir. Bersama santri-santri lainnya, Kiai Abbas

berhasil membantu Kiai Hasyim Asy’ari melawan para bandit

lokal yang mengganggu pesantren. Akhirnya, para berandal dan

bandit-bandit itu kalah dalam ilmu kanuragan.15

Melihat kondisi Republik Indonesia yang semakin

memprihatinkan dengan datangnya tentara Sekutu dan NICA,

maka para ulama se-Jawa dan Madura berkumpul dalam sebuah

majelis untuk membahas mengenai penyerbuan tentara NICA

yang menghasilkan Resolusi Jihad tanggal 22 Oktober 1945.

Fatwa Jihad yang digelorakan oleh Kiai Hasyim Asy’ari akhirnya

menjadi pengobar semangat kaum santri untuk berjuang

mempertahankan negeri.16

Menjelang Pertempuran Surabaya 1945, Kiai Abbas

membentuk pasukan di Pondok Buntet Pesantren dan

12Artinya Maha Guru atau Tuan Guru Mulia, gelar ini muthlaq diberikan kepada Kiai Hasyim, sebab hampir seluruh ulama tanah Jawa juga pernah berguru kepadanya 13Artinya Kebangkitan Ulama. Organisasi Islam terbesar di Indonesia, didirikan tanggal 31 Januari 1926 M/ 16 Rajab 1344 H. 14Ahmad Zaini Hasan, Perlawanan dari tanah pengasingan..., 54. 15Munawir Aziz, Pahlawan Santri Tulang Punggung Pergerakan Nasional..., 39. 16Munawir Aziz, Pahlawan Santri Tulang Punggung Pergerakan Nasional..., 42.

Page 20: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

6

mengirimkan pasukannya ke Surabaya. Selain itu, Kiai Abbas

juga membentuk jaringan telik sandi santri yang membentang

dari Cirebon ke arah timur hingga Surabaya. Anggotanya adalah

para santri dari berbagai usia. Dalam bentangan jaringan telik

sandi inilah koordinasi antar lini barisan Mujahidin (Mustasyar-

nya Hizbullah dan Sabilillah) yang dikomandoi oleh KH A.

Wahab Chasbullah bisa terjalin sempurna.17

Demikian pentingnya posisi Kiai Abbas, sampai dalam fase

yang sangat genting menjelang meletusnya pertempuran, Kiai

Hasyim Asy’ari belum mengeluarkan keputusan kecuali setelah

kedatangan Kiai Abbas. Apa yang dilakukan Kiai Abbas dengan

membentangkan jaringan telik sandinya adalah sebuah langkah

taktis nan cerdik dalam momentum kemerdekaan tersebut.18

Kiai Abbas berangkat ke Surabaya bersama KH Achmad

Tamin dari Losari dan beberapa santri pilihan di antaranya, Abdul

Wachid, Usman, Abdullah, dan Sya’roni. Ia menumpang Kereta

Api Expres dari Stasiun Parujakan Cirebon sampai Stasiun

Rembang. Keesokan harinya berangkat menuju Surabaya dengan

mengendarai mobil sedan kuno didampingi dengan beberapa kiai

lain di antaranya, KH Bisri Rembang dan KH Achmad Tamin.19

17http://numojokerto.or.id/read/2016/11/18/1263/strategi-kontra-intelijen-para-kiai (Diakses pada hari selasa tanggal 16 Oktober 2018 pukul 23.15) 18http://numojokerto.or.id/read/2016/11/18/1263/strategi-kontra-intelijen-para-kiai (Diakses pada hari selasa tanggal 16 Oktober 2018 pukul 23.15) 19B. Syamsu, “Sekelumit Riwayat Al-Mukarrom Alm. Bapak Kiai H. Abbas Pimpinan Pondok Pesantren Buntet Kabupaten Cirebon ke Peristiwa Perang Kemerdekaan RI di Kota Surabaya 10 November 1945”. Dokumen. 9 Agustus (1995), 2.

Page 21: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

7

Sesampainya di Surabaya, Kiai Abbas langsung disambut

oleh para laskar dan pejuang dengan pekik merdeka dan takbir

yang menggemuruh. Sebelum maju ke medan pertempuran Kiai

Abbas sholat sunnah di dalam masjid, kemudian memerintahkan

pengawalnya untuk berdoa di tepi kolam masjid, dan kepada Kiai

Bisri Rembang diperintahkan supaya laskar pemuda-pemuda

yang akan berjuang untuk mengambil air wudhu atau minum air

dari kolam yang sudah diberikan doa. Kemudian bagaikan lebah

keluar dari sarangnya para laskar pemuda-pemuda dari segala

lapisan badan perjuangan menyerbu setiap tempat di mana

serdadu tentara Sekutu berada diiringi pekik merdeka dan

takbir.20

Pertempuran Surabaya 1945 meletus, laskar ulama santri

dari berbagai daerah berada di garda depan pertempuran. Banyak

ulama dan santri dari berbagai daerah yang ikut bertempur di

Surabaya. Surabaya menjadi medan pertempuran yang cukup

menghentakkan pihak Sekutu. Secara historis, Jawa Timur dan

Surabaya merupakan basis paling kuat kaum Islam tradisional.

Wilayah ini terkenal sebagai kantong utama bagi pesantren-

pesantren. Surabaya menjadi Melting Pot (melebur menjadi satu)

Laskar Hizbullah dari berbagai daerah.21

20 B. Syamsu, “Sekelumit Riwayat Al-Mukarrom Alm. Bapak Kiai H. Abbas Pimpinan Pondok Pesantren Buntet Kabupaten Cirebon ke Peristiwa Perang Kemerdekaan RI di Kota Surabaya 10 November 1945”. Dokumen. 9 Agustus (1995), 3-4. 21Zainul Milal Bizawie, Laskar Ulama-Santri dan Resolusi Jihad Garda Depan Menegakkan Indonesia (1945-1949), (Tangerang: Pustaka Compass, 2014), 198.

Page 22: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

8

Dengan berbekal Fatwa Jihad tanggal 22 Oktober 1945,

para pejuang pantang mundur menolak kedatangan kolonial. Di

tengah pekikan takbir, walaupun hanya menggunakan senjata

seadanya seperti bambu runcing, golok dan pentungan, para santri

maju terus pantang mundur. Pertempuran Surabaya 1945

menampakkan keagungan semangat rela berkorban harta dan

keberanian jiwa yang tiada tara dari para ulama dan santri

bersama Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Semangat ulama dan

santri yang cinta terhadap nilai kemerdekaan dan cinta tanah air

diwujudkan dalam pertempuran ini. Lebih baik gugur sebagai

syuhada daripada hidup terjajah.22

Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk

meneliti tentang peran Kiai Abbas Buntet (Cirebon) dalam

Pertempuran Surabaya 1945. Selain itu, penulis juga ingin

memperkenalkan Kiai Abbas sebagai tokoh ulama pejuang

revolusi kemerdekaan. Oleh karena itu, penulis mengangkat

penelitian ini melalui judul “Peran Kiai Abbas Buntet (Cirebon)

dalam Pertempuran Surabaya 1945”.

B. Identifikasi Masalah

Setelah pendaratan Sekutu di Surabaya tanggal 25

Oktober 1945, maka terjadi gesekan antara rakyat Surabaya

dengan tentara Sekutu yang mengakibatkan terjadinya

pertempuran 3 hari (27-29 Oktober 1945) di Surabaya. Namun,

setelah terjadinya perundingan antara pihak Indonesia dan Sekutu

22A. Mansur Surya Negara, Api Sejarah 2, (Bandung: Surya Dinasti, 2016), 210.

Page 23: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

9

terjadi insiden tembak-menembak di dekat jembatan merah yang

menewaskan Jenderal Mallaby. Kemudian pihak Sekutu

mengultimatum rakyat Surabaya agar menyerahkan persenjataan

tanggal 10 November 1945.

Ultimatum tersebut dianggap sebagai penghinaan oleh

rakyat Surabaya, dan sampai batas waktu yang ditentukan tidak

ada satupun yang menyerahkan persenjataannya kepada Sekutu.

Pertempuran Surabaya 1945 meletus, perjuangan ini tidak hanya

dari TKR dan para politisi semata, akan tetapi para pejuang dari

berbagai lapisan badan/laskar rakyat ikut bertempur di medan

pertempuran, seperti dari kaum sarungan yang terdiri dari ulama

dan santri.

Salah satu pahlawan dari kaum sarungan pada

Pertempuran Surabaya 1945 adalah Kiai Abbas dari Cirebon, ia

ditunjuk oleh para kiai untuk menjadi komandan Pertempuran

Surabaya 1945. Sampai pada saat genting menjelang terjadinya

pertempuran, Kiai Hasyim Asy’ari belum memberikan keputusan

sebelum Kiai Abbas datang ke Surabaya. Inilah yang menjadi inti

pertanyaan dalam penelitian ini, apa keistimewaan Kiai Abbas di

mata Kiai Hasyim Asy’ari? Sehingga seorang Hadratus Syekh

harus menunggu kehadiran Kiai Abbas sebelum memberikan

restu dimulainya Pertempuran Surabaya 1945. Pertanyaan ini

yang akan di jawab oleh penulis dalam penelitian ini.

Page 24: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

10

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka uraian

penelitian ini dibatasi pada perjuangan Kiai Abbas dalam

mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia pada

Pertempuran Surabaya 1945.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka

permasalahannya dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana biografi Kiai Abbas?

2. Mengapa Pertempuran Surabaya 1945 bisa terjadi?

3. Bagaimana peran Kiai Abbas dalam Pertempuran Surabaya

1945?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis berusaha semaksimal

mungkin untuk memaparkan dan menghadirkan apa yang

menjadi judul dari penulisan ini, dengan tujuan yaitu:

a. Untuk mengetahui biografi Kiai Abbas

b. Untuk mengetahui Pertempuran Surabaya 1945, dan

c. Untuk mengetahui peran Kiai Abbas dalam Pertempuran

Surabaya 1945.

Page 25: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

11

2. Manfaat Penelitian

Adapun untuk manfaatnya adalah sebagai berikut:

a. Diharapkan dari hasil penelitian sejarah ini, berguna untuk

Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam.

b. Berguna untuk Fakultas Adab Humaniora.

c. Berguna untuk Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

d. Berguna untuk Kementerian Agama Republik Indonesia.

e. Berguna untuk Pendidikan Nasional Sejarah dan

Arkeologi Nasional.

F. Kajian Pustaka Terdahulu

Penelitian tentang Kiai Abbas telah banyak ditulis baik

berupa skripsi maupun buku, seperti:

1. Biografi KH Abbas bin Abdul Jamil dan Perjuangannya

(1919-1946 M)

Skripsi karya Muhamad Rizki Tadarus mahasiswa UIN

Sunan Kalijaga jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam. Skripsi

ini menjelaskan biografi dan perjuangan Kiai Abbas sewaktu

memimpin Pondok Buntet Pesantren (1919-1946 M) dalam

berbagai bidang, seperti bidang pendidikan, keagamaan dan

sosial budaya. Selain itu menjelaskan tentang perjuangan Kiai

Abbas pada masa revolusi kemerdekaan walaupun hanya sekilas

dan tidak begitu mendetail.

2. Sekilas Lintas Buntet Pesantren Mertapada Kulon.

Buku karya KH M. Hisyam Mansur dan MS. Amak

Ahmadi Bakri tahun 1973 di Cirebon, menjelaskan sejarah

Page 26: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

12

Pondok Buntet Pesantren disertai dengan profil-profil para

pendirinya dan kurikulum pesantren dari masa-kemasa. Seperti

pada masa kepemimpinan Kiai Abbas, ia mengibaratkan bahwa

pesantren itu seperti pasar. Baik pesantren maupun pasar

keduanya harus melayani siapa saja yang datang tanpa

memandang status sosial. Di samping itu jenis kebutuhannya pun

tidak sama. Orang yang datang ke pasar ada yang membeli

kebutuhan pokok, dan ada pula yang membeli kebutuhan lain.

Begitu pula orang yang datang ke pesantren, ada yang butuh ilmu

fiqih, ilmu tauhid, ilmu tafsir, ilmu qira’at, dan lain sebagainya.

3. Laskar Ulama-Santri dan Resolusi Jihad Garda Depan

Menegakkan Indonesia (1945-1949)

Buku karya Zainul Milal Bizawie, yang diterbitkan oleh

Pustaka Compass tahun 2014, menjelaskan peranan para ulama

dan santri dari berbagai pesantren yang tergabung dalam Laskar

Sabilillah dan Hizbullah ketika melawan para penjajah, dan

membentengi kemerdekaan Republik Indonesia. Kemudian

keluarnya fatwa Resolusi Jihad yang dicetuskan oleh Kiai

Hasyim Asy’ari: seruan membela NKRI. Peran ulama dan santri

sudah tidak perlu diragukan lagi, terutama ketika melawan tentara

Sekutu di Surabaya. Dengan kata lain, ulama dan pesantren sejak

dulu tetap konsisten dalam perjuangan bangsa dan menjadi

simbol atas perlawanan kolonial.

4. Perlawanan dari Tanah Pengasingan: Kiyai Abbas, Pesantren

Buntet, dan Bela Negara.

Buku karya Ahmad Zaini Hasan, yang diterbitkan oleh

LkiS Yogyakarta tahun 2014, menjelaskan sejarah berdirinya

Page 27: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

13

Pondok Buntet Pesantren dari masa Mbah Muqoyim sampai KH

Abdullah Abbas. Selain itu buku ini juga berisi perlawanan dari

Pondok Buntet Pesantren yang tinggi dalam memperjuangkan

berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tidak hanya itu,

Pondok Buntet Pesantren juga menjadi basis pejuang yang ada di

wilayah Cirebon yang tergabung ke dalam Laskar Hizbullah dan

mengirimkan pasukannya ke berbagai wilayah untuk berjuang

mengusir penjajah.

Dari ke-4 karya diatas, nampak perbedaan dengan

penelitian penulis. Untuk itu, penulis akan meneliti tentang peran

Kiai Abbas dalam upaya mempertahankan kemerdekaan

Republik Indonesia pada Pertempuran Surabaya 1945.

G. Metodologi Penelitian

1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih 7 bulan.

Dimulai dari bulan April sampai bulan Oktober 2018. Sedangkan

tempat penelitian adalah Pondok Buntet Pesantren Cirebon.

2. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode

penelitian kualitatif. Bogdan Taylor sebagaimana dikutif oleh

Lexy J. Moleong, mengartikan bahwa penelitian kualitatif

merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data-data

tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat

diamati secara langsung.23 Sedangkan untuk pendekatannya

23Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1997), cet 6, 3.

Page 28: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

14

menggunakan pendekatan sejarah dan politik. Pendekatan sejarah

digunakan untuk mengungkapkan bagaimana peran Kiai Abbas

dan perjuangan rakyat Indonesia dalam mempertahankan

kemerdekaan pada Pertempuran Surabaya 1945. Sementara

pendekatan politik digunakan untuk mengungkapkan bagaimana

perpolitikan sekitar pasca proklamasi kemerdekaan khususnya

pada Pertempuran Surabaya 1945, dan mengapa Kiai Abbas yang

ditunjuk oleh para kiai sebagai komandan Pertempuran Surabaya

1945.

3. Data dan Sumber Data

a. Jenis Data

Dalam penelitian ini jenis data yang dikumpulkan adalah

tentang Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya dan biografi

serta peran Kiai Abbas Buntet (Cirebon) dalam Pertempuran

Surabaya 1945.

b. Sumber Data

Menurut Lofland dalam bukunya Lexy J. Moleong,

sumber utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan

tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan

lain sebagainya.24 Berkaitan dengan hal itu jenis data terbagi

menjadi dua yaitu data tulis dan data lisan. Data tulis terbagi

menjadi dua, yaitu primer dan sekunder. Data tulis primer seperti

dokumen, arsip, koran se-zaman, dan lain sebagainya. Sedangkan

data tulis sekunder seperti buku-buku sebagai penunjang

penelitian. Data lisan juga terbagi menjadi dua, yaitu primer dan

sekunder. Data lisan primer berupa uraian dari santri atau saksi 24Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif...., 112.

Page 29: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

15

hidup Kiai Abbas. Sedangkan data lisan sekunder berupa uraian

dari masyarakat, tokoh, dan para kiai di Pondok Buntet Pesantren

Cirebon.

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Studi pustaka, yaitu penulis mengumpulkan buku-buku

yang berkaitan dengan penelitian baik primer maupun sekunder,

yang penulis dapatkan dari Perpustakaan Utama UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Fakultas Adab dan

Humaniora, Perpustakaan Nasional RI, Perpustakaan PBNU, dan

Perpustakaan Utama IAIN Syekh Nurjati Cirebon.

b. Studi dokumentasi, yaitu mengumpulkan data atau

sumber dari dokumen yang telah tersedia, baik dalam bentuk

arsip, buku, koran se-zaman, maupun artikel-artikel yang dimuat

di internet yang mendukung penulisan skripsi ini.

c. Wawancara, yaitu alat re-cheking atau pembuktian

terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya.

Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif

adalah wawancara mendalam. Dalam hal ini penulis

mewawancarai 4 (empat) orang yang dianggap kredibel mengenai

penelitian ini, seperti Kiai Abdul Mufti (santri sekaligus saksi

hidup Kiai Abbas), KH Ade Nasihul Umam (cicit Kiai Abbas),

KH Muhadditsir Rifa’i (cucu Kiai Akyas), Munib Rowandi

(Penulis buku kisah-kisah dari Buntet Pesantren). Selanjutnya

hasil wawancara dituangkan dalam catatan data lapangan.

d. Observasi, yaitu pengumpulan data dengan cara

melakukan penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan cara

mendatangi Pondok Buntet Pesantren Cirebon.

Page 30: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

16

5. Teknik Analisis Data

Pada tahap ini penulis menilai terlebih dahulu sumber-

sumber yang telah didapat melalui kritik ekstern dan kritik intern.

Setelah data terkumpul seluruhnya, penelitian dilanjutkan dengan

melakukan kritik data, baik kritik intern maupun ekstern. Dalam

kritik ekstern penulis ingin menguji keautentikan (keaslian) suatu

sumber, agar diperoleh sumber yang sungguh-sungguh asli dan

bukan tiruan atau palsu.25 Sedangkan kritik intern, penulis ingin

menguji lebih jauh lagi mengenai isi dokumen. Yaitu ingin

mempertanyakan, apakah isi informasi yang terkandung dalam

suatu dokumen benar dan dapat dipercaya, kredibel, dan

realibel.26 Tujuan dalam kritik sumber ini adalah untuk

menyeleksi data sehingga diperoleh fakta yang akurat dan valid.

6. Tahap-tahap Penelitian

Berpedoman kepada pendapat Lexy J. Moleong, maka

tahapan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Pra Penelitian

a. Menyusun rancangan penelitian.

b. Memilih lapangan penelitian.

c. Mengurus perizinan.

d. Menjajaki dan menilai lapangan.

e. Memilih dan memanfaatkan lingkungan.

f. Menyiapkan perlengkapan penelitian.

g. Persoalan etika penelitian.

Pelaksanaan

a. Memahami latar penelitian dan persiapkan

diri.

25A. Daliman, Metode Penelitian Sejarah......, 67. 26A. Daliman, Metode Penelitian Sejarah........, 71-72.

Page 31: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

17

Penelitian b. Memasuki lapangan.

c. Berperan serta sambil mengumpulkan data.

Pelaporan Penelitian

a. Menyusun rencana penelitian, melakukan

kegiatan pengidentifikasian dan

pengkategorian sekaligus melakukan kajian

kepustakaan untuk mempelajari konsep-

konsep dan teori yang berkenaan dengan, dan

yang relevan, dalam rangka

memformulasikan masalah penelitian.

b. Melakukan penelitian di lapangan, untuk

mengumpulkan berbagai informasi yang

berkenaan dengan judul penelitian di Pondok

Buntet Pesantren. Peneliti melakukan

wawancara mendalam terhadap narasumber

dan tahap selanjutnya menulis laporan ini

dalam bentuk skripsi.

H. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah melihat Peran Kiai Abbas Buntet

(Cirebon) dalam Pertempuran Surabaya 1945, maka penulisan

skripsi terbagi ke dalam 6 (enam) bab yang meliputi:

BAB I: Pendahuluan. Berisi tentang latar belakang

masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka terdahulu,

metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II: Kajian Pustaka. Berisi tentang landasan teori,

kajian pustaka, dan kerangka berpikir.

Page 32: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

18

BAB III: Biografi Kiai Abbas. Berisi tentang kelahiran

dan keluarga Kiai Abbas, pendidikan Kiai Abbas, dan karya-

karya Kiai Abbas.

BAB IV: Pertempuran Surabaya 1945. Berisi tentang latar

belakang Pertempuran Surabaya 1945, meletusnya Pertempuran

Surabaya 194, dan dampak Pertempuran Surabaya 1945 bagi

bangsa Indonesia.

BAB V: Keterlibatan Kiai Abbas dalam Pertempuran

Surabaya 1945. Berisi tentang merumuskan Resolusi Jihad 22

Oktober 1945, Kontribusi Kiai Abbas dalam Pertempuran

Surabaya 1945, Sebagai Komandan Pertempuran Surabaya 1945,

serta dampak perjuangan Kiai Abbas pasca Pertempuran

Surabaya 1945.

BAB VI: Penutup. Berisi tentang kesimpulan, dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

TRANSKIP WAWANCARA

Page 33: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

19

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

Teori yang sesuai dengan penelitian ini adalah teori peran

dan kepemimpinan kharismatik. Menurut Soerjono Soekanto

(2009), peran adalah aspek dinamis kedudukan (status), apabila

seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan

kedudukannya, maka dia telah menjalankan suatu peranan.

Perbedaan antara kedudukan dengan peranan adalah untuk

kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tidak dapat dipisah-

pisahkan karena yang satu tergantung pada yang lain dan

sebaliknya.1 Dalam hal ini, Kiai Abbas telah melaksanakan

perannya dalam mempertahankan kemerdekaan Republik

Indonesia karena telah melaksanakan hak dan kewajibannya

sesuai dengan kedudukannya.

Sedangkan teori kepemimpinan kharismatik menyatakan

bahwa seorang menjadi pemimpin karena orang tersebut

memiliki pengaruh (kharisma) yang sangat besar. Seorang

pemimpin karismatik sering dianggap memiliki kekuatan gaib

(supranatural power). Jenis kepemimpinan ini pertama kali

diperkenalkan oleh ahli sosiologi Jerman yakni Max Weber.

Weber mendefinisikan kepemimpinan kharismatik sebagai

berikut.2

1Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Rajawali Pers:

Jakarta, 2009), edisi baru, 213.

2Anthony Giddens, Kapitalisme dan Teori Sosial Modern: Suatu

analisa karya tulis Marx, Durkheim dan Max Weber, terj. Soeheba

Kramadinata, (Jakarta: UI Press, 1986), 215.

Page 34: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

20

Berdasarkan persembahan pemimpin terhadap para

pengikut dengan kesucian, kepahlawanan, karakter

khusus seorang individu, dan juga pola normatif atau

keteraturan yang telah disampaikan. Pemimpin

kharismatik muncul pada waktu krisis atau keadaan

yang sukar, termasuk jika ada masalah-masalah

ekonomi, agama, ras, politik, sosial.

Teori ini penulis gunakan untuk mengetahui bagaimana

Kiai Abbas menjalankan fungsinya sebagai seorang kiai, pejuang,

tokoh politik, dan juga sebagai panutan serta sebagai seorang

pemimpin di kelompoknya. Menurut Weber ada tiga

kepemimpinan yang dimiliki oleh pemimpin agama yaitu:

1. Kepemimpinan kharismatik, bahwa kepatuhan

diberikan kepada pemimpin yang diakui karena sifat-

sifat keteladanan pribadi yang dimilikinya.

2. Kepemimpinan tradisional, bahwa tugas mereka adalah

mempertahankan aturan-aturan yang telah berlaku

dalam agama.

3. Kepemimpinan rasional-legal bahwa kekuasaannya

bersumber pada dan dibatasi oleh hukum.3

Fenomena kharismatik menjadi pengaruh di mana posisi

kiai berada. Kiai kharismatik bukanlah kenyataan metafisik tetapi

sebuah kualitas manusia yang sepenuhnya bisa diamati secara

empirik, karena merupakan hal-hal yang berkaitan dengan

perbuatan dan sikap manusia.4 Beberapa kepribadian yang

3J. Riberu, Dasar-Dasar Kepemimpinan, (Jakarta: Pedoman Ilmu

Jaya, 1992), 5.

4Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, Study Tentang Cara Hidup

Kyai, (Jakarta: LP3ES, 1982), 213.

Page 35: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

21

mungkin bisa untuk mengenali seorang kiai kharismatik seperti

mempunyai pengaruh besar, ekspresif, tegas, tekun, pemberani,

percaya diri, supel, energik, dan berpandangan tajam dalam ide,

sikap dan tindakan.

B. Kajian Pustaka

1. Hakikat Kiai

a. Pengertian Kiai

Kiai secara etimologis (bahasa) menurut Adaby Darban

berasal dari bahasa Jawa Kuno “kiya-kiya” artinya orang yang

dihormati.5 Sedangkan secara terminologis (istilah) kiai menurut

Mahfred Ziemek adalah pendiri dan pemimpin sebuah pesantren,

seorang muslim “terpelajar” yang membaktikan hidupnya “demi

Allah” serta menyebarluaskan dan mendalami ajaran-ajaran Islam

melalui kegiatan pendidikan Islam.6

Di Indonesia, ada beberapa macam istilah atau sebutan

ulama. Di Aceh disebut Teungku, di Sumatera Barat disebut

Tuanku atau Buya, di Jawa Barat disebut Ajengan, di Jawa

Tengah dan Jawa Timur disebut Kiai, di daerah Kalimantan

Selatan, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara disebut Tuan Guru.

Adapun ulana yang memimpin tarekat disebut Syekh, sedangkan

ulama di Betawi disebut Guru, Mu’allim dan Ustadz.7

5Sukamto, Kepemimpinan Kyai dalam Pesantren, (Jakarta: IKAPI,

1999), 85.

6Manfred Ziemek, Pesantren dalam Perubahan Sosial, (Jakarta:

P3M, 1986), 131.

7Ahmad Fadli HS, Ulama Betawi: Studi Tentang Ulama Betawi dan

Kontribusinya Terhadap Perkembangan Islam, (Jakarta: Manhalun Nasyi-in

Press, 2011), 34.

Page 36: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

22

Untuk pengertian kiai menurut para ahli adalah sebagai

berikut:

Menurut Zamakhsyari Dhofier8, kiai adalah gelar yang

diberikan oleh masyarakat kepada ahli agama Islam yang

memliki atau menjadi pimpinan pesantren dan mengajar kitab-

kitab klasik kepada para santrinya. Di Jawa Barat seorang kiai

disebut ajengan. Berbeda dengan di Jawa Tengah dan Jawa

Timur, ulama yang memimpin pesantren disebut dengan kiai.

Menurut Sayyid Quthb, kiai adalah orang-orang yang

memikirkan dan menghayati ayat-ayat Allah yang mengagumkan

sehingga mereka dapat mencapai ma’rifatullah secara haqiqi.

Sedangkan menurut Saiful Akbar Lubis, kiai adalah tokoh sentral

dalam suatu pondok pesantren, maju mundurnya pondok

pesantren dipengaruhi oleh wibawa dan kharisma sang kiai. Oleh

karena itu, tidak jarang terjadi apabila kiai di salah satu pondok

pesantren meninggal, maka pamor pondok pesantren tersebut

merosot karena kiai yang menggantikannya tidak sepopuler kiai

yang telah meninggal itu9.

b. Ciri-ciri Kiai

Menurut Imam Ghozali ciri-ciri dari seorang kiai ada 10

(sepuluh), di antaranya tidak mencari kemegahan dunia dengan

menjual ilmunya, tidak memperdagangkan ilmunya untuk

kepentingan dunia, perilakunya sejalan dengan ucapannya dan

8Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren...., 55.

9Saiful Akbar Lubis, Konseling Islami Kiai dan Pesantren,

(Yogyakarta: eLSAQ Press, 2007), 169.

Page 37: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

23

tidak menyuruh orang berbuat kebaikan sebelum ia

mengamalkannya10.

Munawar Fuad Noeh membagi ciri-ciri seorang kiai

menjadi 5 (lima), di antaranya mengabdikan seluruh ilmunya

untuk Allah SWT, niat yang benar dalam berilmu dan beramal.11

Sedangkan menurut mantan Rais ‘Aam dan Mustasyar Pengurus

Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Mustofa Bisri

mengatakan ada 5 (lima) ciri-ciri dari seorang kiai, salah satunya

ilmunya dapat dipertanggung jawabkan mulai dari dunia sampai

hari kiamat, dan seorang kiai mempunyai ruh dakwah yang

sangat besar.12

c. Ragam Kiai

Abdurrahman Mas’ud membedakan kiai menjadi lima

kategori, yaitu:

1. Kiai atau ulama encyclopedic dan multidisipliner yang

mengkonsentrasikan hidupnya dalam dunia ilmu; belajar,

mengajar dan menulis, dan menghasilkan berbagai kitab, seperti

Syekh Mahfudz at-Tarmasi, dan Syekh Nawawi al-Bantani.

2. Kiai yang ahli dengan satu spesialisasi bidang ilmu

pengetahuan Islam, seperti Quraisy Shihab dalam bidang ilmu

10Hsubky, Badruddin, Dilema Ulama Dalam Perubahan Zaman,

(Jakarta: Gema Insani Press, 1995), 57.

11Munawar Fuad Noeh dan Mastuki HS, Menghidupkan Ruh

Pemikiran KH. Ahmad Siddiq, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002),

102.

12https://www.ldiisurabaya.org/gus-mus-ciri-ciri-kiai/ (Diakses pada

hari senin tanggal 16 Juli 2018 pukul 19.40)

Page 38: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

24

tafsir al-Qur’an, dan KH Ali Mustafa Yaqub dalam bidang ilmu

hadits.

3. Kiai kharismatik, yang memperoleh karismanya dari ilmu

pengetahuan keagamaan, khususnya sufisme, seperti KH Kholil

Bangkalan Madura.

4. Kiai da’i keliling, yang perhatian dan keterlibatannya lebih

besar melalui ceramah dalam menyampaikan ilmunya, seperti KH

Zainuddin MZ, KH Fuad Hasyim dan Aa Gym..

5. Kiai pergerakan, karena peran dan skill kepemimpinannya

yang luar biasa, baik dalam masyarakat maupun organisasi yang

didirikannya, sehingga menjadi pemimpin yang menonjol, seperti

KH Hasyim Asy’ari dan KH Ahmad Dahlan.13

Endang Turmudi membedakan kiai menjadi empat

kategori, yaitu:

1. Kiai pesantren, yaitu kiai yang memusatkan perhatian untuk

mengajar di pesantren guna meningkatkan sumberdaya

masyarakat melalui peningkatan pendidikan, seperti KH Maimun

Zubair, KH Musthafa Bisri, dan lain-lain.

2. Kiai tarekat, yaitu memusatkan kegiatan mereka dalam

membangun batin (dunia hati) umat Islam, seperti Syekh Ahmad

Shohibul Wafa Tajul Arifin (Abah Anom).

3. Kiai panggung, yaitu para da’i yang menyebarkan dan

mengembangkan Islam melalui kegiatan dakwah, seperti KH

Zainuddin MZ, KH Fuad Hasyim, dan Aa Gym.

13Abdurrahman Ma’ud, Intelektual Pesantren, (Yogyakarta: LKIS,

2004), 236.

Page 39: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

25

4. Kiai politik, yaitu tipologi kiai yang mempunyai concern

(perhatian) dalam dunia perpolitikan, seperti KH Wahid Hasyim,

dan KH Agus Salim.14

Habib Luthfi Bin Yahya membedakan kiai menjadi lima

macam, yaitu:

1. Kiai tandur, yakni kiai yang sukanya mengasuh pondok

pesantren, ngopeni (melayani) para santri, seperti seperti KH

Maimun Zubair, KH Musthafa Bisri, dan lain-lain.

2. Kiai catur, yakni kiai yang suka terjun ke dunia polik, seperti

KH Wahid Hasyim, dan KH Agus Salim.

3. Kiai tutur, yakni kiai yang sukanya berdakwah ditengah

masyarakat luas, seperti KH Zainuddin MZ, KH Fuad Hasyim,

dan Aa Gym.

4. Kiai sembur, yakni kiai yang biasa jadi rujukan orang

berkonsultasi, ahli suwuk, ahli hikmah, seperti Syekh Ahmad bin

Ali al-Buuni.

5. Kiai wuwur, yakni kiai yang menjadi rujukan hukum oleh para

kiai lainnya, ahli fatwa, pengayom umat, biasa juga disebut Kiai

Khos, seperti KH Abdullah Abbas, Mbah Liem Klaten, KH Ilyas

Ruhiyat, KH Abdullah Faqih.15

14Endang Turmudi, Perselingkuhan Kyai dan Kekuasaan,

(Yogyakarta: PT LKIS Pelangi Aksara, 2003), 32.

15http://aswajamuba.blogspot.com/2018/04macam-macam-kiai-

menurut-habib-luthfi.html?m=1 (Diakses pada hari senin tanggal 16 Juli 2018

pukul 19.55)

Page 40: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

26

2. Hakikat Pertempuran

a. Pengertian Pertempuran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

pertempuran merupakan permusuhan antara dua negara (bangsa,

agama, suku, dan sebagainya).16

Pertempuran menurut Letjen TNI (purn) Sayidiman

Suryohadiprojo merupakan sebuah aksi fisik dan non fisik (dalam

arti sempit, adalah kondisi permusuhan dengan menggunakan

kekerasan) antara dua atau lebih kelompok manusia.17

Pertempuran menurut definisi klasik yang dikemukakan

oleh Karl von Clausewitz merupakan perjuangan dalam skala

besar yang dimaksudkan oleh salah satu pihak untuk

menundukkan lawannya guna memenuhi kehendaknya.18

Pertempuran Surabaya 1945 dari pihak yang bertempur

mempunyai pengertian sebagai berikut:

1. Dari pihak Indonesia, Pertempuran Surabaya 1945

mempunyai pengertian sebagai peperangan suci (jihad) yang

harus dilakukan untuk mempertahankan kemerdekaan Republik

Indonesia yang telah mereka rebut dan telah diproklamasikan

pada tanggal 17 Agustus 1945, dari bangsa asing yang telah

mulai menyerang dan ingin menjajah kembali di Republik ini,

16Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, cetakan ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), 854.

17Letjen TNI (purn) Sayidiman Suryohadiprojo, Pengantar Ilmu

Perang, (Jakarta: Pustaka Intermasa, 2008), 3.

18J.G. Starke, Pengantar Hukum Internasional 2, Edisi Kesepuluh,

cet. V, terjemahan Bambang Iriana Djajaatmaja, (Jakarta: Sinar Grafika,

2004), 699.

Page 41: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

27

disamping itu pihak Sekutu telah melanggar perjanjian yang telah

ditandatangani oleh kedua belah pihak.

2. Dari pihak Sekutu yang tergabung dalam kekuatan

ABDACOM (American-British-Dutch-Australian Command),

Pertempuran Surabaya 1945 mempunyai pengertian sebagai

sesuatu yang perlu dilakukan dengan jalan kekerasan untuk

menindak orang-orang Indonesia yang ada di Surabaya yang

tidak mau menyerahkan senjata yang dimiliki arek-arek Surabaya

kepada pihak Sekutu.

b. Sebab-sebab Pertempuran

Menurut pendapat G.P.H. Djati Kusumo bahwa sebab-

sebab terjadinya pertempuran terletak dalam kenyataan bahwa

perkembangan manusia sangat berhubungan erat dengan

perkembangan nasional dari negara-negara.19 Sedangkan sebab-

sebab lain dari terjadinya pertempuran adalah perjuangan

melawan dominasi kolonial, melawan penduduk asing, melawan

rezim rasialis, dan memenuhi hak untuk menentukan nasib

sendiri.20

Mengutip dari halaman wikipedia21 bahwa sebab-sebab

terjadinya pertempuran dari zaman dahulu sampai sekarang

sangatlah banyak, akan tetapi bila disederhanakan yaitu keinginan

19Djatikoesoemo, Hukum Internasional Bagian Perang, (Jakarta:

Pemandangan, 1956), 13.

20http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/66987/Chapt

er%20II.pdf?sequence=3&isAllowed=y (Diakses pada hari rabu tanggal 09

Agustus 2018 pukul 21.55)

21https://id.wikipedia.org/wiki/Perang (Diakses pada hari rabu tanggal

09 Agustus 2018 pukul 22.10)

Page 42: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

28

untuk memperluas wilayah kekuasaan, dan perampasan sumber

daya alam (minyak, hasil pertanian, dan lain-lain).

C. Kerangka Berpikir

Pertempuran Surabaya 1945 memang telah banyak ditulis

oleh sejarawan, saksi sejarah, maupun akademisi. Namun siapa

sangka dibalik pertempuran yang sangat dahsyat tersebut peran

ulama dan santri dari berbagai pesantren tidak bisa dianggap

sebelah mata. Sampai Kiai Hasyim Asy’ari sendiri menunggu

seorang tokoh ulama yang nantinya akan memimpin para laskar

perjuangan di medan pertempuran. Tokoh tersebut adalah Kiai

Abbas dari Pondok Buntet Pesantren Cirebon. Hal ini yang

menjadi perhatian penulis mengapa Kiai Abbas yang ditunggu

oleh Kiai Hasyim, bukankah banyak ulama lain yang lebih dekat

dengan Surabaya sehingga tidak memerlukan waktu lama untuk

sampai ke sana.

Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode

penelitian kualitatif, sedangkan teknik pengumpulan data melalui

studi pustaka, studi dokumentasi, wawancara, dan observasi.

Sementara untuk sumber, penulis menggunakan sumber primer

maupun sekunder. Sumber primer berupa dokumen-dokumen,

koran se-zaman, buku yang ditulis oleh saksi sejarah, wawancara

lisan dengan santri atau saksi hidup Kiai Abbas, dan kepada

pihak keluarga besar Kiai Abbas di Pondok Buntet Pesantren.

Sedangkan untuk sumber sekunder berupa buku-buku yang

berkaitan dengan penelitian sebagai sarana penunjang.

Page 43: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

29

Kemudian Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

sejarah dan politik. Pendekatan sejarah digunakan untuk

mengungkapkan bagaimana peran Kiai Abbas Buntet (Cirebon)

dan perjuangan dari rakyat Indonesia dalam mempertahankan

kemerdekaan pada Pertempuran Surabaya 1945. Sementara

pendekatan politik digunakan untuk untuk mengungkapkan

bagaimana perpolitikan sekitar pasca proklamasi kemerdekaan

khususnya pada Pertempuran Surabaya 1945, dan mengapa Kiai

Abbas yang ditunjuk oleh para kiai sebagai komandan

Pertempuran Surabaya 1945.

Selanjutnya teori yang digunakan adalah teori peran dan

kepemimpinan kharismatik. Menurut Soerjono Soekanto (2009),

peran adalah aspek dinamis kedudukan (status). Apabila

seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai

dengan kedudukannya, maka dia telah menjalankan suatu

peranan.22 Sedangkan kepemimpinan kharismatik menurut Weber

adalah sebagai berikut:

Berdasarkan persembahan pemimpin terhadap para

pengikut dengan kesucian, kepahlawanan, karakter

khusus seorang individu, dan juga pola normatif atau

keteraturan yang telah disampaikan. Pemimpin

kharismatik muncul pada waktu krisis atau keadaan

yang sukar, termasuk jika ada masalah-masalah

ekonomi, agama, ras, politik, social.23

22Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Rajawali Pers:

Jakarta, 2009), edisi baru, 213.

23Anthony Giddens, Kapitalisme dan Teori Sosial Modern: Suatu

analisa karya tulis Marx, Durkheim dan Max Weber, terj. Soeheba

Kramadinata, (Jakarta: UI Press, 1986), 215.

Page 44: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

30

PERAN KIAI ABBAS DALAM

PERTEMPURAN SURABAYA 1945

MASALAH

Mengapa Kiai Abbas yang ditunjuk sebagai

komandan dalam Pertempuran Surabaya 1945 dan

Bagaimana Peran Kiai Abbas dalam Pertempuran

Surabaya 1945.

METODOLOGI

PENDEKATAN

Sejarah

Menjelaskan peran Kiai Abbas

dan rakyat Indonesia dalam

mempertahankan kemerdekaan

pada Pertempuran Surabaya 1945.

Politik

Perpolitikan pasca proklamasi

kemerdekaan khususnya pada

Pertempuran Surabaya 1945, dan

penunjukkan Kiai Abbas sebagai

komandan pertempuran.

TEORI

Peran

(Soerjono

Soekanto)

Mempertahankan kemerdekaan

RI dalam Pertempuran Surabaya

1945.

Kepemimpinan

Kharismatik

(Max Weber)

Seseorang menjadi pemimpin

karena orang tersebut memiliki

pengaruh (kharisma) yang sangat

besar.

TEMUAN 1. Strategi penyerangan yang diterapkan Kiai

Abbas sebagai seorang komandan adalah

melakukan penyerangan menjelang waktu fajar.

2. Kiai Abbas berhasil menggerakkan perlawanan

arek-arek Surabaya dari berbagai milisi.

Page 45: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

31

BAB III

BIOGRAFI KIAI ABBAS

A. Kelahiran dan Keluarga Kiai Abbas

Munculnya kelompok ulama sebagai pejuang lembaga

nonformal di masyarakat atau yang biasa disebut sebagai tokoh

panutan masyarakat bukanlah hasil kampanye kelompok ulama

itu sendiri kepada rakyat agar rakyat memilih dan mengangkat

ulama sebagai pemimpin rakyat. Bukan pula hasil anugerah atau

pemberian “Sang Penguasa” atau berkat pengaruh kharisma sang

raja. Ulama lahir dari perkembangan Islam itu sendiri, sebagai

produk pantulan sebab akibat yang tumbuh alami dari rangkaian

panjang perjalanan ulama dalam mengembangkan Islam,

khususnya di tanah air.1 Begitu pula dengan sosok Kiai Abbas. Ia

adalah seorang ulama pejuang pada masa revolusi. Kiai Abbas

merupakan kiai kharismatik, yang dikenal karena pengetahuan

keislaman, keteduhan spritual dan kekuatan ilmu kanuragan yang

menjadikan ia sebagai rujukan dalam perang kemerdekaan.2

Kiai Abbas berasal dari keluarga yang alim. Ia adalah

putera sulung KH Abdul Jamil bin KH Muta’ad (Menantu pendiri

Pondok Buntet Pesantren, yakni Mbah Muqoyyim salah seorang

mufti di Kesultanan Cirebon) yang dilahirkan pada hari jum’at,

tanggal 24 dzulhijjah 1300 H/ 25 Oktober 1879 M di desa

1Ahmad Zaini Hasan, Perlawanan dari tanah pengasingan: Kiai

Abbas, Pesantren Buntet, dan Bela Negara, (Yogyakarta: LKiS, 2014), 76.

2Munawir Aziz, Pahlawan Santri Tulang Punggung Pergerakan

Nasional, (Jakarta: Pustaka Compass, 2016), 38.

Page 46: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

32

Pekalangan, Cirebon dan wafat pada tanggal 1 Rabiul Awwal

1365 H/1946 M.3

Menurut KH Ade Nasihul Umam4, nama lengkap Kiai

Abbas adalah Muhammad Abbas bin Abdul Jamil.5 Namun

karena Kiai Abbas juga adalah seorang Mursyid Tarekat

Syattariyah dan Muqaddam Tarekat Tijaniyah, maka menurut

Kang Munib Rowandi6 biasanya seorang yang telah menjadi

mursyid memiliki nama lengkap Maulana as-Sayyid as-Syaikh al-

Arif Billah Muhammad Abbas bin Abdul Jamil.7

Ayahnya Kiai Abbas, KH Abdul Jamil dilahirkan pada

tahun 1842 di Buntet Pesantren. Ayahnya bernama Kiai Muta’ad,

sedangkan ibunya bernama Ny. Aisyah cucu dari pendiri Pondok

Buntet Pesantren, yaitu Mbah Muqoyyim. Selain Abdul Jamil,

Kiai Muta’ad juga mempunyai seorang anak perempuan yang

bernama Ny. Rochilah. Kemudian Ny. Rochilah menikah dengan

Kiai Kriyan, oleh karena itu Kiai Abdul Jamil dengan Kiai

Kriyan adalah adik ipar.8

Kiai Abdul Jamil sejak kecil ikut dengan Kiai

Anwaruddin atau yang lebih dikenal dengan nama Kiai Kriyan,

kakak iparnya menetap di lingkungan keraton karena Kiai Kriyan

diangkat menjadi penghulu Kesultanan Cirebon. Saat itulah

3Zainul Milal Bizawie, Masterpiece Islam Nusantara Sanad dan

Jejaring Ulama-Santri (1830-1945). (Jakarta: Pustaka Compass, 2016), 183.

4Cicit Kiai Abbas dari jalur KH Mustamid Abbas.

5Hasil wawancara dengan KH Ade Nasihul Umam, Lc., pada hari

jum’at tanggal 27 Juli 2018.

6Penulis buku “Kisah-kisah dari Buntet Pesantren”.

7Hasil wawancara dengan Kang Munib Rowandi, pada hari sabtu

tanggal 28 Juli 2018.

8Munib Rowandi Amsal Hadi, Kisah-kisah Dari Buntet Pesantren,

(Cirebon: Kalam, 2012), 34.

Page 47: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

33

33

Abdul Jamil selain adik ipar juga sebagai santri Kiai Kriyan yang

terkenal sangat alim. Selain menimba ilmu agama, Abdul Jamil

juga mempelajari ilmu pemerintahan. Hal ini membuat Abdul

Jamil mengetahui betul tentang konsep bernegara.9

Namun Ny. Rochilah binti Kiai Muta’ad terlebih dahulu

meninggal dunia mendahului Kiai Kriyan, suaminya. Setelah

kematian Ny. Rochilah, Kiai Kriyan menikah lagi dengan Ny. Sri

Lontang Jaya dari Arjawinangun. Dari pernikahan ini, ia

dikaruniai seorang anak bernama Ny. Sa’diyah.

Kiai Abdul Jamil salah seorang santri Kiai Kriyan yang

pandai, cerdas, kaya daya nalar, kreatif, dan berakhlak mulia,

hidup merakyat meskipun tinggal dan bergaul dalam lingkungan

keraton serta taat dalam beribadah. Dengan hati yang bulat

akhirnya Kiai Kriyan mengambil Abdul Jamil sebagai

menantunya, yaitu dinikahkan dengan Sa’diyah puteri Kiai

Kriyan yang masih kecil.10

Mengingat Sa’diyah masih kecil, maka oleh Kiai Kriyan

selaku mertuanya menikahkan Abdul Jamil lagi dengan Ny.

Kariah puteri dari KH Syathori penghulu Landraad11 Cirebon.

Ada dua alasan mengapa Kiai Kriyan menyuruh menantunya

untuk menikah lagi dengan Ny. Kariah. Pertama karena usia Ny.

Sa’diyah saat dinikahkan masih relatif kecil (anak-anak). Kedua

karena Kiai Kriyan memperkirakan apabila Kiai Abdul Jamil

9Munib Rowandi Amsal Hadi, Kisah-kisah Dari Buntet.....34-35.

10Ahmad Zaini Hasan, Perlawanan Dari Tanah Pengasingan..., 38.

11Pengadilan Negeri Hindia Belanda.

Page 48: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

34

menikah dengan Ny. Kariah, maka anak keturunannya akan

menjadi orang-orang besar dan alim.12

Dari perkawinan dengan Ny. Kariah, Kiai Abdul Jamil

memiliki keturunan sebagai berikut:13

1. KH Abbas 5. KH Akyas

2. Ny. Yakut 6. KH Anas

3. Ny. Mu’minah 7. KH Ilyas

4. Ny. Nadroh 8. Ny. Zamrud

Sedangkan dari pernikahan dengan Ny. Sa’diyah binti

Kiai Kriyan dari Ibu Ny. Sri Lontang Jaya, Kiai Abdul Jamil

memperoleh keturunan sebagai berikut:14

1. Ny. Sakiroh 4. Ny. Sri Ma’fuah (Nyai Enci)

2. Ny. Mandah 5. Ny. Halimah

3. KH Anwar Zahid

Dari penjelasan nasab diatas, dapat diketahui bahwa Kiai

Abbas adalah putera pertama dari Kiai Abdul Jamil dengan istri

keduanya, yaitu Ny. Kariah. Selain itu, ia merupakan cicit dari

pendiri Pondok Buntet Pesantren (Mbah Muqoyim) dari jalur

nenek dari ayahnya (Ny. Aisyah).

Apabila nasabnya diurutkan keatas melalui jalur ayah

adalah KH Abbas bin KH Abdul Jamil bin KH Muta’ad bin KH

Raden Nuruddin bin Raden Muriddin bin Raden Ali bin Pangeran

Punjul (Raden Bagus/Pangeran Penghulu Kasepuhan) bin

Pangeran Senopati (Pangeran Bagus) bin Pangeran Kebon Agung

12Munib Rowandi Amsal Hadi, Kisah-kisah Dari Buntet....., 35.

13Ahmad Zaini Hasan, Perlawanan Dari Tanah Pengasingan..., 39.

14M. Hisyam Mansyur, MS. Amak Ahmadi Bakri, Sekilas Lintas

Sejarah Buntet Pesantren Mertapada Kulon, (1973), 23.

Page 49: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

35

35

(Pangeran Sutajaya V) bin Pangeran Dalem Anom (Pangeran

Sutajaya ingkang Sedo ing Tambak) Pangeran Nata Manggala bin

Pangeran Sutajaya Sedo ing Demung bin Pangeran Wirasutajaya

(Adik Kandung Panembahan Ratu) bin Pangeran Dipati Anom

(Pangeran Suwarga/Pangeran Dalem Arya Cirebon) bin Pangeran

Pasarean (Pangeran Muhammad Tajul Arifin) bin Sunan Gunung

Jati (Syarif Hidayatullah Al-Khan).15

Dengan demikian, pada dasarnya Kiai Abbas berasal dari

keluarga yang alim dan masih keturunan dari Syarif Hidayatullah

(Sunan Gunung Jati), salah seorang dari anggota Wali Songo

yang menyebarkan agama Islam di Jawa Barat, sekaligus pendiri

Keraton Kasepuhan Cirebon. Oleh karena itu, selain memiliki

darah pejuang dan pemimpin, ia juga aktif dalam mengabdikan

hidupnya untuk bangsa dan tanah air. Terlebih untuk

menyebarkan dan mengamalkan ilmu yang dimilikinya kepada

masyarakat luas yang berada di sekitar wilayah Pondok Buntet

Pesantren Cirebon.

Sepulang dari petualangannya menimba ilmu dari

berbagai pondok pesantren, khususnya Tebuireng, Jombang, Kiai

Abbas segera dinikahkan degan Ny. Chofidloh. Dari pernikahan

ini Kiai Abbas dikaruniai tiga orang putra dan satu orang putri,

yaitu:

1. KH Mustahdi Abbas 3. KH Mustamid Abbas, dan

2. Kiai Abdul Rozak 4. Ny. Sumaryam

15Ahmad Zaini Hasan, Perlawanan Dari Tanah Pengasingan..., 150-

151.

Page 50: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

36

Setelah Ny. Chofidloh wafat kemudian Kiai Abbas

menikah lagi dengan Ny. I’anah puteri dari Kiai Mun’im, adik

dari Kiai Abdul Jamil.16 Dari pernikahannya yang kedua Kiai

Abbas memperoleh dua orang putera dan empat orang puteri,

yaitu:

1. KH Abdullah Abbas 4. Ny. Maemunah

2. Ny. Qismatul Maula 5. KH Nahduddin Royandi Abbas

3. Ny. Sukaenah 6. Ny. Munawwaroh

Putera-putera Kiai Abbas ini yang akan menggantikannya

memimpin Pondok Buntet Pesantren dari masa ke masa, yaitu

KH Mustahdi Abbas (1946-1975), KH Mustamid Abbas (1975-

1989), KH Abdullah Abbas (1989-2007), KH Nahduddin

Royandi Abbas (2007-2018).

Kiai pada zaman dahulu, disamping mengurus Pondok

Pesantren yang dipimpinnya, mereka juga memiliki pekerjaan

lain untuk menghidupi keluarganya. Seperti yang dilakukan oleh

Kiai Abbas, ia memiliki sawah pertanian yang sangat luas. Di

pagi hari digunakan untuk bertani (menggarap sawah), siang

sampai malam hari digunakan untuk mengajar para santrinya.

Sampai musim panen tiba, hasil pertanian itu jual dan uang hasil

dari penjualannya digunakan untuk kebutuhan hidup sehari-hari

keluarga, para santri, masyarakat sekitar sampai keperluan

Pondok Pesantren. Walaupun keperluannya begitu besar, namun

16M. Hisyam Mansyur, MS. Amak Ahmadi Bakri, Sekilas Lintas

Sejarah Buntet....., 31.

Page 51: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

37

37

Kiai Abbas tidak mengharapkan sadaqah atau pemberian dari

orang lain.17

B. Pendidikan Kiai Abbas

Dalam tradisi pesantren digambarkan bahwa sebelum

menjadi seorang kiai, maka seseorang harus terlebih dahulu

menjadi seorang santri. Santri adalah orang belajar ilmu agama,

kata santri merupakan adaptasi dari istilah sashtri yang

mempunyai arti orang yang belajar kitab suci.18

Perlu ditekankan di sini, bahwa dalam tradisi pesantren,

seorang kiai tidak akan memiliki status dan kemasyhuran hanya

karena kepribadian yang dimilikinya. Ia menjadi kiai karena ada

yang mengajarnya. Ia pada dasarnya mewakili watak pesantren

dan gurunya di mana ia belajar.19

Begitu juga jalan yang ditempuh oleh Kiai Abbas, pada

masa kanak-kanak ia belajar kepada ayahnya sendiri terutama

pengetahuan dasar ilmu agama, juga kepada kiai lain yang

sengaja didatangkan. Menjelang dewasa, ia nyantri kepada Kiai

Nasuha, Jatisari, Plered, Cirebon. Di pesantren ini ia

mengkhatamkan kitab fiqh dan tauhid, antara lain fathul mu’in.

Di tahun itu pula ia nyantri kepada Kiai Hasan di Pesantren Salaf

di Sukunsari, Plered, Cirebon. Setelah itu, barulah Kiai Abbas

mondok di luar daerah, tepatnya di Pesantren Giren, Tegal, Jawa

17Ahmad Zaini Hasan, Perlawanan Dari Tanah Pengasingan..., 72.

18Agus Sunyoto, Atlas Walisongo, (Depok: Pustaka Liman, 2012),

130.

19Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, (Jakarta: LP3ES, 2011),

100.

Page 52: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

38

Tengah untuk belajar ilmu tauhid kepada ulama sepuh yang

dipimpin oleh Kiai Ubaedah.20

Dalam tradisi pesantren seorang murid (santri) bisa

memiliki beberapa guru di beberapa daerah di Jawa. Santri yang

seperti ini dikenal sebagai santri kelana (travelling santri),

mereka belajar dari satu ulama tertentu ke ulama lain di pesantren

yang berbeda. Hal ini dilakukan dan masih berlangsung sampai

saat ini untuk memperoleh berkah (baroka) dari banyak ulama.

Diyakini bahwa semakin banyak ulama yang menjadi tempat

mereka belajar, semakin luas dan matang pula pengetahuan Islam

mereka.21

Selanjutnya Kiai Abbas bersama adik kandungnya, yakni

Kiai Anas menimba ilmu ke Pesantren Tebuireng22 Jombang,

Jawa Timur. Di sini keduanya berguru kepada Hadratus Syekh

KH Hasyim Asy’ari, pendiri organisasi Nahdlatul Ulama (NU)

untuk memperdalami ilmu hadits. Kiai Hasyim merupakan murid

kesayangan Syekh Mahfudzh al-Tarmisi, sedangkan Syekh

Mahfudzh adalah ulama Indonesia pertama yang mengajarkan

kitab hadits Shahih Bukhari di Mekkah. Syekh Mahfudzh diakui

sebagai pemegang isnad (mata rantai) hadits Bukhari urutan ke-

20Ahmad Zaini Hasan, Perlawanan Dari Tanah Pengasingan..., 67.

21Jajat Burhanudin, Islam dalam Arus sejarah Indonesia, (Jakarta:

Kencana, 2017), 310-311.

22Pesantren Tebuireng didirikan oleh Kiai Hasyim Asy’ari pada

tanggal 26 Rabi’ul Awal 1317 H/ 1899 M disebuah tanah yang dibeli dari

seorang dalang di Dukuh Tebuireng. Santri pada periode pertama berjumlah 8

orang. Lalu, setelah 3 bulan bertambah menjadi 28 orang. (Lihat buku Zuhairi

Misrawi, Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari Moderasi, Keumatan, dan

Kebangsaan. Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2010).

Page 53: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

39

39

23 yang mendapatkan ijazah dari gurunya yakni Syekh Abu

Bakar bin Muhammad Syatta’.23

Lebih lanjut, Syekh Mahfudzh memberikan ijazahnya

kepada Kiai Hasyim sebagai mata rantai ke-24 yang berhak

menyampaikan hadits Bukhari yang memenuhi syarat dan berhak

mengajarkan hadits Bukhari kepada santri dan muridnya.24

Kiai Abbas merupakan santri Tebuireng angkatan pertama

bersama KH Wahab Chasbullah (ulama besar Indonesia tokoh

kharismatik pendiri NU). Semasa mondok di Tebuireng, Kiai

Abbas dikenal sebagai sosok pemuda yang cerdas, pemberani,

pandai bergaul, berjiwa pemimpin, terampil, dan penuh

kreativitas.25

Adapun hubungan Kiai Abbas dengan Kiai Hasyim sangat

dekat. Di mata Kiai Hasyim, Kiai Abbas adalah santri yang

mempunyai beberapa kelebihan, baik dalam bidang ilmu bela diri

maupun kedigdayaan. Tidak jarang, Kiai Abbas diminta bantuan

khusus yang berkaitan dengan keahliannya itu.26 Ini dibuktikan

ketika dua tahun pertama berdirinya pesantren, Pesantren

Tebuireng kerap mendapatkan ancaman dari masyarakat sekitar

yang tidak suka dengan kehadiran Pondok Pesantren Tebuireng

yang didukung oleh Belanda, dan penguasa Pabrik Gula Cukir.

Pada malam hari, para santri tidak berani tidur sembari

23Abdul Latif Bustami dan Tim Sejarawan Tebuireng, Resolusi Jihad

“Perjuangan Ulama: Dari Menegakkan Agama Hingga Negara.” (Tebuireng:

Pustaka Tebuireng, 2015), 152.

24Abdul Latif Bustami dan Tim Sejarawan Tebuireng, Resolusi Jihad

Perjuangan Ulama.....153.

25Ahmad Zaini Hasan, Perlawanan Dari Tanah Pengasingan...,68.

26Ahmad Zaini Hasan, Perlawanan Dari Tanah Pengasingan.., 58.

Page 54: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

40

menempelkan badannya ke dinding asrama karena para bandit-

bandit lokal sering menancapkan senjata tajam yang bisa

menyebabkan jatuhnya korban.27

Kemudian Kiai Abbas bersama santri-santri lainnya

membantu Kiai Hasyim melawan para bandit lokal yang

mengganggu pesantren. Akhirnya, para berandal dan bandit-

bandit tersebut kalah dalam ilmu kanuragan. Pesantren Tebuireng

kembali menjadi aman, serta menjadi rujukan santri untuk

mengaji.28

Kiai Abbas tidak hanya mengeyam pendidikan di dalam

negeri saja, tetapi juga belajar ilmu agama di Timur Tengah. Pada

masanya, Haramain29 menjadi pusat ilmu pengetahuan Islam.

Seperti yang di ungkapkan oleh Azyumardi Azra dalam prolog

bukunya30 bahwa sumber dinamika Islam pada abad ke-17 dan

ke-18 adalah jaringan ulama, terutama yang berpusat di Mekkah

dan Madinah. Posisi pentingnya kedua kota suci ini, khususnya

dalam kaitan dengan ibadah haji, mendorong sejumlah besar guru

(ulama) dan penuntut ilmu dari berbagai wilayah dunia Muslim

datang dan bermukim di sana, yang pada gilirannya menciptakan

semacam jaringan keilmuan yang menghasilkan wacana ilmiah

yang unik.

Saat menunaikan ibadah haji Kiai Abbas tidak langsung

pulang, tetapi berguru kepada para ulama baik dari Indonesia

27Zuhairi Misrawi, Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari Moderasi,

Keumatan, dan Kebangsaan, (Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2010), 59.

28Munawir Aziz, Pahlawan Santri Tulang Punggung...., 39.

29Dua kota suci, Makkah dan Madinah.

30Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad

XVII & XVIII Akar Pembaruan Islam Indonesia. Edisi Perenial.

Page 55: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

41

41

maupun dari Timur Tengah. Selama beberapa tahun Kiai Abbas

tinggal di rumah Syekh Ahmad Zubaidi di Mekkah, ia belajar

dengan sejumlah guru diantaranya adalah Syekh Mahfudz dari

Termas (Jawa Timur).31

Di tanah suci Kiai Abbas memperdalam ilmu agama

terutama ilmu qira’at al-Qur’an, ilmu tafsir, dan hadits. Di antara

teman-temannya yang berasal dari Jawa adalah Kiai Bakir dari

Yogyakarta, Kiai Abdillah dari Surabaya, dan Kiai Wahab

Chasbullah dari Jombang. Selama di Mekkah Kiai Abbas juga

mengajar para mukkimin (orang-orang Indonesia yang tinggal di

Mekkah) dan memiliki beberapa orang santri, di antaranya yang

berasal dari Cirebon seperti Kiai Sulaeman dari Babakan

Ciwaringin, dan Kiai Kholil dari Pesantren Balerante,

Palimanan.32

C. Karya-karya Kiai Abbas

1. Madrasah Wathoniyah

Kiai Abbas merupakan seorang ulama yang

mendedikasikan hidupnya untuk agama, nusa, dan bangsa.

Kecintaannya dalam mencerdaskan kehidupan anak bangsa tidak

perlu diragukan lagi. Sehingga pada waktu itu di Pondok Buntet

Pesantren sudah mendirikan Madrasah yang menunjukkan

31A.G. Muhaimin, “The Islamic Traditions Of Cirebon Ibadat and

Adat Amongs Javanese Muslims.” (Disertasi Doctor, Australia: ANU E Press,

1995), 228.

32A.G. Muhaimin, The Islamic Traditions Of ....., 228.

Page 56: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

42

kecintaannya kepada tanah air dengan mendirikan Madrasah

Ibtidaiyah Wathoniyah.33

Selaras dengan penuturan KH Ade Nasihul Umam, Kang

Munib Rowandi juga menuturkan bahwa pada tahun 1928 M di

Pondok Buntet Pesantren, Kiai Abbas sudah mendirikan sekolah

gerakan pendidikan Hubbul Wathon (cinta tanah air). Maka

munculah sekolah yang bernama Wathoniyah. Oleh karena itu,

hampir sekitar wilayah Cirebon kalau ada sekolah Madrasah

Ibtidaiyah atau Madrasah Tsanawiyah Wathoniyah itu terinspirasi

dari gerakan pendidikan yang dicanangkan oleh Kiai Abbas. Di

Pondok Buntet Pesantren sendiri ada bukti fisik berupa gedung

MI (Madrasah Ibtidaiyah) Wathoniyah34 yang didirikan pada

tahun 1928 M yang sampai sekarang masih digunakan sebagai

sarana pendidikan.35

2. Penyebar Tarekat

Disamping sebagai sesepuh pondok, Kiai Abbas juga

mewarisi Mursyid Tarekat Syattariyah36 dari ayahnya yang

bersambung sampai Mbah Muqoyim (pendiri Pondok Buntet

Pesantren), sehingga peran Kiai Abbas di Pondok Buntet

Pesantren adalah menjadi leader sentral (pemimpin sentral),

33Hasil wawancara dengan KH Ade Nasihul Umam, Lc., pada hari

jum’at tanggal 27 Juli 2018.

34Lihat lampiran 8.

35Hasil wawancara dengan Kang Munib Rowandi, pada hari sabtu

tanggal 28 Juli 2018.

36Lihat lampiran 12.

Page 57: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

43

43

karena banyak kiai-kiai sepuh juga yang ada di Pondok Buntet

Pesantren saat itu.37

Ada sebuah manuskrip38 yang diduga kuat tulisan tangan

Mbah Muqoyim yang tersimpan di kediaman Raden Raffan

Hasyim – biasa disapa Pak Opan, sejarawan dan filolog Cirebon.

Manuskrip tersebut berupa bunga rampai yang isinya memuat

berbagai tema, salah satunya mengenai sanad Tarekat Syattariyah

Mbah Muqoyim, Mursyid Tarekat Syattariyah. Di dalam

manuskrip tersebut memuat sanad Syattariyah disebutkan mulai

dari Rasulullah SAW, sampai kepada tiga nama setelah Mbah

Muqoyim.39

Selain sebagai Mursyid Tarekat Syattariyah, menurut para

sesepuh Pondok Buntet Pesantren, Kiai Abbas juga sebagai

Muqaddam Tarekat Tijaniyah. Kiai Abbas merupakan salah satu

dari “Tujuh Kiai Besar” yang menjadi Muqaddam utama Tarekat

Tijaniyah yang diangkat oleh Muqaddam Tarekat Tijaniyah

Syekh Ali ibn Abdullah ath-Thayyib al-madani yang berasal dari

Madinah.40

Ke tujuh Muqaddam itu adalah Syekh Ali ibn Abdullah

ath-Thayyib al-madani yang kemudian menetap di Bogor, KH

Asy’ari Bunyamin Garut, KH Badruzzaman Garut, KH Utsman

37Hasil wawancara dengan KH Ade Nasihul Umam, Lc., pada hari

jum’at tanggal 27 Juli 2018.

38Lihat lampiran 10.

39https://www.buntetpesantren.org/2018/08/manuskrip-sanad-tarekat-

syatariyah-mbah.html (Diakses pada hari senin tanggal 17 September 2018

pukul 22.28)

40https://m.facebook.com/KumpulanFotoUlamaDanHabaib/photos/a.3

56613851095960.85503.347695735321105/409204662503545/?type=1&p=0#

_=_ (Diakses pada hari jum’at tanggal 5 Oktober 2018 pukul 16.20)

Page 58: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

44

Damiri Cimahi (Bandung), dan tiga bersaudara dari Buntet: KH

Abbas, KH Anas, dan KH Akyas. Ketujuh Muqaddam inilah

yang bertanggung jawab atas penyebaran Tarekat Tijaniyah di

wilayah Jawa Barat.41

Sejarah bergabungnya Kiai Abbas dalam Tarekat

Tijaniyah bermula ketika Syekh Ali Thayyib (Muqaddam Tarekat

Tijaniyah) bertemu dengan Rasulullah dan Syekh Ahmad at-

Tijani (pendiri Tarekat Tijaniyah). Syekh Ahmad at-Tijani

kemudian memerintahkan Syekh Ali Thayyib untuk ke datang ke

Indonesia. Atas perintah tersebut, Syekh Ali Thayyib berangkat

ke Indonesia dan menetap di wilayah Bogor. Selain untuk datang

ke Indonesia, Syekh Ali Thayyib juga diperintahkan oleh

Rasulullah dan Syekh Ahmad at-Tijani untuk mengangkat

seseorang yang bernama Muhammad Akyas untuk menjadi

Muqaddam Tarekat Tijaniyah, di wilayah Jawa.

Setelah Syekh Ali Thayyib mencari informasi bahwa

ulama di Jawa yang paling dekat dengan Bogor adalah Cirebon,

dan ulama yang paling terkenal pada waktu itu adalah Kiai

Abbas, maka secara otomatis Syekh Ali Thayyib bertanya kepada

Kiai Abbas dengan berkirim surat, yang isinya meminta tolong

kepada Kiai Abbas untuk membawa orang yang bernama

Muhammad Akyas.

Setelah menerima surat tersebut, kemudian Kiai Abbas

membawa Kiai Akyas ke Bogor untuk bertemu Syekh Ali

Thayyib. Sesampainya di Bogor, Syekh Ali Thayyib baru 41https://m.facebook.com/KumpulanFotoUlamaDanHabaib/photos/a.3

56613851095960.85503.347695735321105/409204662503545/?type=1&p=0#

_=_ (Diakses pada hari jum’at tanggal 5 Oktober 2018 pukul 16.20)

Page 59: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

45

45

menyampaikan pesan dari Rasulullah dan Syekh Ahmad at-Tijani

bahwa ia diperintah untuk mengangkat Kiai Akyas menjadi

Muqaddam Tarekat Tijaniyah. Setelah terjadi percakapan akan

maksud diundangnya Kiai Akyas, kemudian Kiai Abbas bilang

bahwa Akyas ini adalah adiknya.

Pada akhirnya Kiai Akyas diminta oleh Syekh Ali

Thayyib untuk dibai’at masuk ke dalam Tarekat Tijani dan

sekaligus menjadi Muqaddam, akan tetapi Kiai Akyas menolak

dengan alasan dirinya masih merokok. Kemudian Syekh Ali

Thayyib mengatakan kepada Kiai Akyas bahwa nanti ketika Kiai

Akyas mau meninggal, Kiai Akyas akan berhenti merokok.

Akhirnya yang dibai’at oleh Syekh Ali Thayyib untuk menjadi

Muqaddam Tarekat Tijaniyah adalah Kiai Abbas, kemudian

setelah Kiai Abbas wafat digantikan oleh adiknya, Kiai Akyas.42

3. Pencak silat Kiai Abbas

Pada masa pendudukan Jepang, gaya bushido Jepang,

dengan penekanannya pada nilai-nilai bela diri dan spritual,

kehormatan dan kesetiaan, mampu menarik minat yang besar di

antara kaum muda Jawa di pedesaan, di mana lingkungan

pesantren mereka juga memberi tekanan pada disiplin spiritual,

ketaatan pada kiai dan seni bela diri.43

Di Pondok Buntet Pesantren, pada masanya banyak orang

yang sudah mempunyai keilmuan seni bela diri, seperti dari Kiai

42Hasil wawancara dengan KH Muhadditsir Rifa’i, pada hari sabtu

tanggal 18 Agustus 2018.

43M. C. Ricklefs, Mengislamkan Jawa: Sejarah Islamisasi di Jawa

dan Penentanganya dari 1930 sampai Sekarang, (Jakarta: PT Serambi Ilmu

Semesta, 2013), 131.

Page 60: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

46

Abdul Jamilnya sendiri. Karena semenjak Mbah Muqoyyim, di

Pondok Buntet Pesantren sudah ada pelajaran seni bela diri untuk

melawan penjajah, dan budaya Buntetnya sudah kuat, belakangan

ini hanya beberapa orang saja yang memilikinya. Disamping itu,

di Pondok Buntet Pesantren ada kelompok kiai, dan ada

kelompok magersari. Magersari itu artinya orang-orang yang

membantu kiai. Kelompok magersari ini yang dulu membantu

para kiai yang ada di Buntet, seperti melatih para santri untuk

belajar ilmu bela diri. Sampai sekarang kelompok magersari

inilah yang memiliki ilmu Cimande (bela diri) di Pondok Buntet

Pesantren.44

Selain mengajari Kiai Abbas tentang berbagai ilmu

keagamaan, ayahnya juga mengajari Kiai Abbas ilmu seni bela

diri, karena dirasa sangat perlu ketika situasi zaman yang sedang

dalam masa penjajahan. Selain itu, Kiai Abdul Jamil juga

mendatangkan beberapa tokoh bela diri untuk melatih Kiai

Abbas, sehingga Kiai Abbas sudah lihai dalam ilmu pencak silat,

bahkan Kiai Abbas bisa membuat jurus pencak sendiri dengan

penggabungan jurus-jurus pencak yang ada di nusantara.

Sehingga pada saat itu dikenalah dengan sebutan pencak Kiai

Abbas dan itu sangat masyhur di wilayah Cirebon. Biasanya

tahap terakhir yang dilakukan ketika akan menyelesaikan ilmu

bela diri ini harus dibarengi dengan puasa. Karena kemasyhuran

44Hasil wawancara dengan Kang Munib Rowandi, pada hari sabtu

tanggal 28 Juli 2018.

Page 61: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

47

47

Kiai Abbas, pada saat itu ketika ada orang yang ingin belajar ilmu

bela diri/kanuragan mereka datang ke Pondok Buntet Pesantren.45

4. Organisasi Asybal

Karya Kiai Abbas dalam bidang kenegaraan adalah salah

satu pendiri Laskar Hizbullah. Selain itu di Pondok Buntet

Pesantren, Kiai Abbas membentuk Organisasi Asybal. Asybal

adalah organisasi anak-anak yang berusia di bawah 17 tahun yang

dibentuk oleh para sesepuh Pondok Buntet Pesantren sebagai

pasukan pengintai, yang bertugas mengawasi jalan-jalan yang

mungkin dilalui musuh dari sebelah mana musuh datang, dengan

memakai kendaraan apa musuh datang, serta bertugas sebagai

penghubung yang membawa informasi dan berita dari satu

kesatuan kepada kesatuan yang lainnya. Sebagai pimpinan

Asybal pada waktu itu adalah:

- H Nahduddin Abbas (Komandan)

- Mohammad Faqihuddin (Wadan)

- Mohammad Hisyam Mansyur (Dan Kie I)

- Fachruddin (Dan Kie II)

- Hasyim Halawi (Dan Kie III)

- Muayyad Qosim (Dan Kie IV)46

Setelah sekian lama mengabdikan dirinya untuk agama,

nusa, dan bangsa, Kiai Abbas wafat pada tanggal 1 Robiul Awal

1365 H/1946 M.47 Ia wafat di rumahnya pada pagi hari setelah

45Hasil wawancara dengan KH Ade Nasihul Umam, Lc., pada hari

jum’at tanggal 27 Juli 2018.

46M. Hisyam Mansyur, MS. Amak Ahmadi Bakri, Sekilas Lintas

Sejarah Buntet....., 30.

47Ahmad Zaini Hasan, Perlawanan Dari Tanah Pengasingan....., 92.

Page 62: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

48

sarapan dan ngewedang48 bersama adiknya, Kiai Akyas.49 Hingga

akhir hayatnya Kiai Abbas merupakan salah satu ulama yang

aktif dalam pergerakan nasional baik di bidang sosial, politik, dan

keagamaan. Kiai Abbas dimakamkan di pemakaman Gajah

Ngambung komplek Pondok Buntet Pesantren berdampingan

dengan makam Ayahnya. Pada saat upacara pemakaman yang

mengumandang adzan Tubagus Naafi’e dari Banten dan yang

isyhad50 adalah KH. Zen.51

48Minuman dari bahan gula dan kopi (teh, jahe, dan sebagainya) yang

biasanya disedu dengan air panas, biasanya dapat menghangatkan tubuh. KBBI

Online.

49Hasil wawancara dengan KH Muhadditsir Rifa’i, pada hari sabtu

tanggal 18 Agustus 2018.

50Seseorang yang mewakili pihak keluarga untuk menyampaikan

kesaksian mayit ketika masih hidup.

51Ahmad Zaini Hasan, Perlawanan Dari Tanah Pengasingan....., 92.

Page 63: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

49

BAB IV

PERTEMPURAN SURABAYA 1945

A. Latar Belakang Pertempuran Surabaya 1945

1. Pengibaran Bendera Belanda di Hotel Yamato

Saat Surabaya masih dilanda demam selebaran yang

membakar jiwa para pemuda untuk menjadi patriot bangsanya

guna mempertahankan kemerdekaan, pada pertengahan

September 1945, orang-orang ramai membicarakan datangnya

rombongan Palang Merah (Intercross) dari Jakarta yang terdiri

dari orang-orang Inggris dan Belanda. Mereka datang tanpa

adanya izin dari pemerintah Republik yang ada di Surabaya,

tetapi langsung berhubungan dengan penguasa Jepang dengan

alasan untuk tugas sosial yang akan mengurusi tawanan-tawanan

orang Belanda dan orang-orang asing lainnya.1

Hal yang menjadi pergunjingan arek-arek Surabaya pada

umumnya adalah sifat kecongkakan orang-orang Belanda

terhadap masyarakat Surabaya pada setiap gerak dan kelakuan

mereka. Apalagi saat itu mereka ditempatkan di Hotel Oranje

oleh penguasa Jepang yang waktu itu bernama Hotel Yamato.2

Puncaknya terjadi pada tanggal 19 September 1945. Waktu itu

seorang Indo-Belanda bernama Ploegman telah berani

1R.S. Achmad, Surabaya Bergolak, (Jakarta: Haji Masagung, 1990),

12.

2Pada saat ini hotel tersebut bernama Hotel Majapahit bertempat di Jl.

Tunjungan No. 65 Surabaya. Hotel tersebut didirikan pada tahun 1910 oleh

Sarkies Bersaudara dari Armenia.

Page 64: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

50

mengibarkan bendera Merah Putih Biru di atas tiang bendera

Hotel Yamato yang mereka tempati.3

Melihat keadaan seperti itu, arek-arek Surabaya yang

sudah dibakar oleh jiwa patriotisme yang penuh heroik, tanpa ada

yang mengundang, satu persatu-satu dan kemudian berbondong-

bondong menuju Hotel Yamato, sehingga halamannya penuh

sesak. Para arek-arek Surabaya tersebut berkumpul membaur,

sebagian membawa senjata apa saja.4

Tidak lama setelah itu, Residen Soedirman, seorang

pejuang dan diplomat yang saat itu menjabat sebagai Wakil

Residen (Fuku Syuco Gunseikan) yang masih diakui oleh

pemerintah Dai Nippon di Surabaya, sekaligus menjabat sebagai

Residen Daerah Surabaya Pemerintah RI, datang melewati

kerumunan arek-arek Surabaya lalu masuk ke Hotel Yamato

dikawal oleh Sidik dan Hariyono. Sebagai perwakilan pemerintah

Republik Indonesia ia berunding dengan Ploegman dan kawan-

kawannya supaya bendera Belanda segera diturunkan dari Hotel

Yamato.5

Dalam perundingan tersebut Ploegman menolak untuk

menurunkan bendera Belanda dan menolak mengakui kedaulatan

Indonesia. Perundingan berlangsung memanas, Ploegman

mengeluarkan pistol, dan terjadilah perkelahian di ruang

perundingan. Ploegman tewas dicekik oleh Sidik, yang kemudian

Sidik juga tewas oleh tentara Belanda yang berjaga-jaga dan

3R.S. Achmad, Surabaya Bergolak....., 12-13. 4R.S. Achmad, Surabaya Bergolak....., 13. 5R.S. Achmad, Surabaya Bergolak....., 13.

Page 65: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

51

mendengar letusan pistol Ploegman, sementara Soedirman dan

Hariyono melarikan diri keluar Hotel Yamato.6

Saat perkelahian terjadi, menyelinaplah dua orang

pemuda dan segera naik ke atas Hotel Yamato dengan seorang

membawa tangga dan memeganginya, sedang yang satu naik ke

atas tiang. Hariyono yang semula bersama Soedirman kembali

masuk ke dalam Hotel dan terlibat dalam pemanjatan tiang

bendera. Dengan segera pemuda yang bernama Kusnowibowo,

seorang pegawai kota madya, menurunkan bendera Merah Putih

Biru dan dengan menggunakan kekuatan giginya merobek warna

biru pada bendera tersebut. Setelah itu ia mengerek kembali

bendera yang tinggal menyisakan warna Merah Putih ke atas

tiang untuk berkibar lagi.7 Massa bersorak riuh meneriakkan

pekik merdeka. Beberapa keberhasilan yang telah di capai kian

membangkitkan keinginan para pemuda untuk merebut

kemerdekaan secara utuh. Seluruh bagian dan wilayah yang harus

direbut dari kekuasaan orang-orang Jepang, termasuk markas dan

gedung-gedung tempat penyimpanan Jepang.8

2. Pendaratan Tentara Sekutu di Jakarta

Pada bulan Agustus 1943 di Quebec, Kanada, terjadi

kesepakatan antara Presiden Roosevelt dan Perdana Menteri

Inggris Churchill untuk membentuk South East Asia Command

(SEAC/Komando Asia Tenggara). Sejak tanggal 16 November,

6A.H. Nasution, Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia, Jilid 1

Proklamasi, (Bandung: Disjarah AD-Angkasa, 1992), 405. 7R.S. Achmad, Surabaya Bergolak....., 13. 8Isno El-Kayyis, Perjuangan Laskar Hizbullah di Jawa Timur,

(Jombang: Pustaka Tebuireng, 2015), 149-150.

Page 66: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

52

SEAC berada di bawah komando Vice Admiral Lord

Mountbatten. Wewenang SEAC meliputi Sri Langka, sebagian

Assam, Birma, Thailand, Sumatera dan beberapa pulai kecil di

lautan Hindia (Batara Hutagalung, 2010:159).9

Posisi Belanda saat kekuasaannya berhasil direbut oleh

Jepang di Hindia Belanda, sebagian pembesar Belanda melarikan

diri ke Australia. Bersama Amerika, pada tanggal 10 Desember

1944 Belanda mendirikan pemerintahan sipil yang diketuai oleh

Letnan Gubernur Jenderal Dr. HJ van Mook. Pemerintahan sipil

ini terkenal dengan sebutan NICA (Netherlands Indies Civil

Administration). NICA didirikan untuk kepentingan para

panglima Sekutu yang melakukan Administrasi sipil di daerah-

daerah Hindia Belanda yang telah dibebaskan selama

pertanggung jawabannya belum diserahkan kepada pemerintah

sendiri.10

Pada awal tahun 1945, pihak Sekutu telah memutuskan

bahwa pasukan-pasukan Amerika akan memusatkan perhatian

pada pulau-pulau di Jepang. Dengan demikian, pada saat terakhir,

tanggung jawab atas Indonesia dipindahkan dari Komando

Pasifik Barat Daya (South West Pasific Area Command/

SWPAC) Amerika di bawah pimpinan MacArthur kepada

Komando Asia Tenggara Inggris di bawah pimpinan Lord Louis

Mountbatten11, dan kepada Jenderal Blomoy dari Australia.12

9Ketut Sedana Arta, I Ketut Margi, Sejarah Indonesia dari

Proklamasi Sampai Orde Reformasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), 23.

10Isno El-Kayyis, Perjuangan Laskar Hizbullah di Jawa....., 144. 11M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2004, (Jakarta:

Serambi, 2005), 435.

Page 67: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

53

Secara resmi, tugas pokok yang diberikan oleh pimpinan

Allied Forces kepada Supreme Commander Allied Forces South

East Asia Command (Panglima Tertinggi Tentara Sekutu

Komando Asia Tenggara), Vice Admiral Lord Louis Mountbatten

adalah :

1. Melucuti Tentara Jepang dan mengatur pemulangan mereka ke

negaranya (The disbarment and removal of the Japanese Imperial

Forces)

2. Membebaskan para tawanan dan interniran13 Sekutu yang

ditahan oleh Jepang di Asia Tenggara (RAPWI/Rehabilitation of

Allied Prisoners of War and Internees), termasuk di Indonesia.

3. Menciptakan keamanan dan ketertiban (Establishment of law

and order).14

Meskipun di kemudian hari, ternyata ada hidden agenda

(agenda rahasia) yang dilakukan oleh tentara Inggris atas nama

Sekutu, yaitu mengembalikan Indonesia sebagai jajahan kepada

Belanda. Sebagaimana dalam surat perintah Mountbatten kepada

komandan-komandan divisi, sehari setelah kunjungan van Mook

ke Markas Besar tentara Sekutu di Kandy, Sri Langka. Pada

tanggal 24 Agustus 1945 pemerintah Kerajaan Inggris dan

kerajaan Belanda menandatangani Civil Affairs Agreement

(CAA). Dalam persetujuan itu disebutkan bahwa Panglima

tentara pendudukan Inggris di Indonesia akan memegang

kekuasaan atas nama Belanda. Kekuasaan pemerintah sipil

12Isno El-Kayyis, Perjuangan Laskar Hizbullah di Jawa....., 144. 13Tentara Belanda yang di tawan oleh Jepang selama masa

pendudukannya di Indonesia. 14Ketut Sedana Arta, I Ketut Margi, Sejarah Indonesia......, 24.

Page 68: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

54

pelaksanaannya diselenggarakan oleh NICA di bawah tanggung

jawab Komando Inggris. Kekuasaan itu suatu saat akan

diserahkan kembali kepada Kerajaan Belanda.15

Setelah berhasil mengalahkan Jepang, Komando Sekutu

Asia Tenggara di Singapura mengutus tujuh perwira Inggris di

bawah pimpinan Mayor A.G Greenhalgh untuk datang ke

Indonesia. Mereka tiba di Indonesia tanggal 8 September 1945

dengan tugas mempelajari dan melaporkan keadaan di Indonesia

menjelang pendaratan rombongan Sekutu.16 Pada saat itu Sekutu

menugaskan sebuah komanda khusus untuk mengurus Indonesia

dengan nama Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI).

AFNEI hanya bertugas di Sumatera dan Jawa, sedangkan

daerah Indonesia lainnya diserahkan kepada Angkatan Perang

Australia. Pasukan-pasukan Australia menerima penyerahan

Jepang di luar Jawa dan Sumatera (terkecuali untuk Bali dan

Lombok) dan bersama mereka datanglah pasukan-pasukan dan

pejabat-pejabat Belanda. Antara pertengahan bulan September

dan Oktober 1945, Australia menduduki kota-kota besar di

Indonesia Timur, yang pada umumnya terjadi sebelum

pemerintahan Republik terbentuk di daerah-daerah tersebut.

Sementara itu, pasukan Inggris, yang sebagian besar terdiri atas

orang-orang India, bergerak memasuki Jawa dan Sumatera.17

Pada 16 September 1945 Rear Admiral WR. Patterson,

Lord Louis Mounbatten, mendarat di pelabuhan Tanjung Priuk,

15Ketut Sedana Arta, I Ketut Margi, Sejarah Indonesia......, 24. 16Ketut Sedana Arta, I Ketut Margi, Sejarah Indonesia......, 25. 17M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2004....., 435.

Page 69: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

55

Jakarta, dengan kapal Cumberland. Dalam rombongan itu ikut

pula CH. O. van der Plas, Wakil Letnan Gubernur Jenderal

Hindia Belanda Dr. HJ. van Mook. WR. Patterson, segera

mengirim Kapten Angkatan Laut Belanda PJG. Honyer ke

Surabaya. Mula-mula ia diberi tugas untuk mengadakan

pemeriksaan di pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya (23

September 1945), kemudian dikirim kembali bersama dengan

stafnya (29 September 1945) untuk mempersiapkan pendudukan

kembali kota Surabaya. Setelah mengetahui maksud kedatangan

PJG. Honyer, akhirnya pemerintah Surabaya menangkat PJG.

Honyer dan stafnya di tengah jalan antara Jombang-Kertosono.

Semula rombongan tersebut ditempatkan di gedung bekas

Konsulat Ingris di Jalan Kayoon No. 72 dan kemudian

dipindahkan ke penjara Kalisosok.18

Tiga belas hari kemudian (29 September 1945) setelah

kedatangan Patterson, datang pula pasukan Sekutu (Inggris), yang

termasuk bagian dari AFNEI tiba di Tanjung Priuk di bawah

pimpinan Letnan Jenderal Sir Philip Christison.19 Pasukan ini

terdiri atas tiga divisi, yaitu:

1. 23th Indian Division, di bawah pimpinan Mayor Jenderal D.C.

Hawthorn untuk daerah Jakarta atau Jawa Barat.

2. 5th Indian Division, di bawah pimpinan Mayor Jenderal E.C.

Mansergh untuk daerah Surabaya atau Jawa Timur.

18Heru Sukadri, Soewarno, dkk, Sejarah Revolusi Kemerdekaan

(1945-1949) Daerah Jawa Timur, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan: 1991), 106. 19Heru Sukadri, Soewarno, dkk, Sejarah Revolusi Kemerdekaan.....,

107.

Page 70: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

56

3. 26th Indian Division, di bawah pimpinan Mayor Jenderal H.M.

Chambers untuk Sumatera (Padang dan Medan).20

Tugas pasukan Sekutu itu antara lain:

1. Menerima penyerahan tentara Jepang.

2. Membebaskan para tawanan perang dan interniran Sekutu.

3. Melucuti senjata Jepang dan kemudian memulangkannya ke

negerinya.

4. Memulihkan dan memelihara keamanan untuk kemudian di

serahkan kepada penguasa sipil.

5. Mengumpulkan keterangan tentang para kriminal perang dan

menghadapkan mereka di depan pengadilan.21

Pada mulanya kedatangan Sekutu disambut baik oleh

rakyat Indonesia, akan tetapi setelah diketahui Sekutu

membonceng tentara NICA di bawah komando Mayor Jenderal

(Mayjend) H.J. van Mook dan Mayjend van der Plass, sikap

rakyat berubah menjadi curiga bahwa Belanda akan mengambil

alih kembali kekuasaannya di Indonesia. Kecurigaan itu terbukti

setelah NICA mempersenjatai kembali Koninklijk Nederlands

Indische Leger (KNIL) yang telah dibebaskan dari tawanan

Jepang. Kesatuan-kesatuan KNIL yang telah dibebaskan

kemudian bergabung dengan pasukan NICA. Di berbagai daerah,

NICA dan KNIL yang didukung Inggris (Sekutu) mulai

20Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah Jilid II, (Bandung: Surya

Dinasti, 2016), edisi revisi, 177. 21Heru Sukadri, Soewarno, dkk, Sejarah Revolusi Kemerdekaan.....,

107.

Page 71: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

57

melakukan tindakan yang provokatif, sehingga menimbulkan

gejolak pertempuran dengan para pejuang Republik.22

3. Pendaratan Tentara Sekutu di Surabaya

Tanggal 10-11 Oktober 1945 ketika Pemuda Republik

Indonesia (PRI) menggeledah kantor RAPWI23 dan perumahan

Eropa tersiar kabar bahwa ditemukan banyak bukti tentang

rencana serangan, perangkat radio, peta sistem komunikasi,

instruksi dari pemerintah NICA di Australia, dan sejumlah besar

mata uang Jepang. Padahal informasi menunjukkan bahwa

Sekutu akan mendarat di Surabaya tanggal 14 Oktober 1945.24

Akan tetapi, menurut informasi dari gubernuran yang

mendapatkan informasi dari Menteri Penerangan Mr. Amir

Syarifuddin menyatakan bahwa kemungkinan sekitar tanggal 25

Oktober 1945 tentara Sekutu akan mendarat di Surabaya.25

Seluruh warga dan pemuda kembali menghadapi

ketegangan ancaman perang setelah mendapati pasukan Inggis

tengah bersiap untuk merapat di kota Surabaya. Di bawah

pimpinan Brigadir Jenderal A.W.S. Mallaby, Brigade 49 dari

Divisi 23 dari tentara Inggris dengan kekuatan 6.000 pasukan

bersiap untuk menghadapi segala kemungkinan. Dari atas

22Ketut Sedana Arta, I Ketut Margi, Sejarah Indonesia......, 26. 23Rehabilitation Of Allied Prisoners Of War and Internees (RAPWI)

pertama kali mendarat di Gunungsari yang dipimpin oleh Letnan Antonissen.

Mereka adalah anggota dari Mastic carbolic Party, sebuah organisasi yang

berdiri di bawah ADCS (Anglo Dutch Coentry Section) dengan kode force 136

yang mengaku sebagai wakil intercross Sekutu dari Jakarta. Oleh pihak Jepang

ditempatkan di Hotel Yamato tanpa sepengetahuan atau seizin para pemimpin

Indonesia. (Lihat Hasyim Latief, Laskar Hizbullah (Surabaya: LTN PBNU,

1995), 48. 24Isno El-Kayyis, Perjuangan Laskar Hizbullah di Jawa....., 159. 25R.S. Achmad, Surabaya Bergolak....., 53.

Page 72: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

58

kapalnya, Mallaby mengirimkan dua utusan, Kapten Donald dan

Letnan Smith untuk bertemu dengan Gubernur Soerjo. Mereka

secara resmi mengundang gubernur untuk naik ke kapal mereka

dan bertemu dengan Mallaby. Namun undangan itu ditolak

dengan alasan gubernur telah memiliki jadwal untuk mengadakan

rapat bersama Residen se-Jawa Timur bersama stafnya.26

Menghadapi penolakan itu, sore harinya tepat tanggal 25

Oktober 1945 Inggris mendaratkan pasukannya di Ujung dan

Tanjung Perak. Gubernur Soerjo menyadari kepentingan yang

dihadapi, kemudian mengutus Roeslan Abdulgani, Dr. Soegiri,

Bambang Suparto, Kustur, dan Dr. Moestopo untuk mengadakan

kontak dengan pihak Inggris. Pesan yang mereka sampaikan

adalah agar Inggris tidak melakukan pendaratan sebelum

diadakan perundingan di antara kedua belah pihak. Wakil Inggris

yang menerima utusan tersebut adalah Kolonel Pugh dan Kapten

Shaw, Wakil Komandan Brigade ke- 49. Para utusan Gubernur

Soerjo tersebut tidak mendapatkan tanggapan yang baik, bahkan

mereka melanjutkan pendaratan pasukan-pasukan yang

dilengkapi dengan persenjataan. Ketegangan itu hampir

menyebabkan bentrok antara pasukan Inggris dengan Badan

Keamanan Rakyat (BKR) yang tengah berjaga di sepanjang

jalan.27

Setelah diadakan perundingan pertama antara Dr.

Moetopo dan kolonel pugh di bekas gedung Handels Vereeniging

26Suratmin, Perjuangan Laskar Hizbullah Dalam Pertempuran

Surabaya 10 November 1945, (Yogyakarta: Matapadi Presindo, 2017), 92. 27Suratmin, Perjuangan Laskar Hizbullah Dalam Pertempuran...., 92-

93.

Page 73: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

59

Amsterdam (HVA), akhirnya diputuskan bahwa Inggris akan

berada 800 m dari garis pantai pesisir Tanjung Perak. Di saat

yang sama, Laskar Hizbullah, BKR, dan barisan pemuda yang

lain telah bersiap menahan gerakan mereka untuk masuk kota.28

Pada hari Jum’at tanggal 26 Oktober 1945, perundingan

dilanjutkan di Kayon yang berlangsung mulai pukul 09.00 pagi

sampai siang hari. Hadir dalam perundingan ini adalah Brigjen

Mallaby beserta stafnya dari pihak Inggris, dan di pihak

Indonesia terdiri dari Residen Soedirman, Doel Arnowo (Ketua

Komite Nasional Indonesia), Radjiman Nasution (Walikota

Surabaya), dan Muhammad Mangundiprodjo (perwakilan

TKR).29

Hasil perundingan pasukan Sekutu dalam menjalankan

tugas mengevakuasi tawanan Jepang dan interniran Belanda

diperbolehkan menggunakan beberapa bangunan di dalam kota.

Markas Brigade ke-49 ditetapkan di Jalan Kayoon, sebesar satu

kompi pengawal di gedung bekas Roeivereniging (perkumpulan

olahraga dayung Belanda), para perwiranya ditempatkan di

rumah-rumah sekitarnya. Selain itu, satu kompi pasukan diberi

tempat di bekas gedung sekolah HBS di jalan Wijayakusuma, dan

satu batalion di sepanjang kompleks Tanjung Perak hingga ke

Westminsterklok, dan selanjutnya satu batalion lagi ditempatkan

di Ujung bekas Marine Etablissement hingga ke jembatan

28Suratmin, Perjuangan Laskar Hizbullah Dalam Pertempuran... , 93. 29Suratmin, Perjuangan Laskar Hizbullah Dalam Pertempuran... , 93.

Page 74: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

60

Ferweda dan Benteng Miring.30 Meskipun dalam perundingan itu

terjadi ketegangan, namun tercapai tiga kesepakatan yaitu:

1. Pelucutan tentara Jepang dan BKR berhak untuk menyimpan

senjata yang sudah mereka miliki.

2. Inggris sebagai wakil Sekutu akan membantu Indonesia dalam

memelihara keamanan, ketertiban, dan perdamaian.

3. Setelah semua tentara Jepang dilucuti, mereka akan

dipulangkan melalui jalur laut.31

Berdasarkan persetujuan perundingan kedua itu, sore

harinya Inggris melanjutkan pendaratan pasukan. Malam tanggal

27 Oktober 1945, mereka menduduki penjara Kalisosok dan

melepaskan semua tawanan Belanda, termasuk Kapten Huijer dan

kawan-kawannya tanpa seizin pihak Indonesia. Esok harinya,

tanggal 27 Oktober 1945, pasukan-pasukan Inggris dibolehkan

mendatangi interniran-interniran Belanda dan tempat-tempat

tawanan Jepang yang berada di Darmo, Gubeng, Ketabang,

Sawahan, Bubutan, dan tempat lainnya.32

3. Tewasnya A.W.S. Mallaby

Setelah disepakati truce (gencatan senjata) tanggal 30

Oktober 1945, pimpinan sipil dan militer pihak Indonesia, serta

pimpinan militer pihak Inggris bersama-sama keliling kota

dengan iring-iringan mobil, untuk menyebarluaskan hasil

perundingan tersebut. Dari 8 pos pertahanan Inggris, 6 di

30Agus Sunyoto, Fatwa dan Resolusi Jihad Sejarah Perang Rakyat

Semesta di Surabaya, 10 Nopember 1945, (Jakarta: Lesbumi PBNU, 2017),

160. 31Suratmin, Perjuangan Laskar Hizbullah Dalam Pertempuran...., 93-

94. 32Suratmin, Perjuangan Laskar Hizbullah Dalam Pertempuran...., 94.

Page 75: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

61

antaranya tidak ada masalah, namun di dua tempat yakni di

Gedung Lindeteves di dekat Stasiun Semut dan Gedung

Internatio yang terletak di sebelah barat Jembatan Merah yang

ada permasalahan/tembak-menembak. Setelah berhasil mengatasi

kesulitan di Gedung Lindeteves, rombongan Indonesia-Inggris

segera menuju Gedung Internatio, pos pertahanan Inggris terakhir

yang bermasalah. Sesampainya rombongan tiba di lokasi tersebut

pada petang hari, nampak bahwa gedung tersebut sudah dikepung

oleh ratusan pemuda Indonesia. setelah melewati jembatan

Merah, tujuh kendaraan memasuki area dan berhenti di depan

gedung. Para pemimpin Indonesia segera keluar dari mobil dan

meneriakkan kepada masa supaya menghentikan tembak-

menembak.33

Kapten Shaw, Muhammad Mangundiprojo dan T.D.

Kundan ditugaskan untuk masuk ke dalam gedung Internatio

untuk menyampaikan kepada tentara Inggris yang bertahan di

dalam gedung hasil dari perundingan pihak Inggris dan

Indonesia. Sementara Mallaby ada di dalam mobil yang diparkir

di depan gedung Internatio. Beberapa saat setelah masuk T.D.

Kundan bergegas keluar dari dalam gedung dan tak lama

kemudian terdengar suara tembakan dari arah gedung yang

langsung dibalas oleh pihak Indonesia. Tembak-menembak

berlangsung selama dua jam. Setelah tembak-menembak dapat

dihentikan terlihat mobil sedan yang ditumpangi Mallaby hancur,

dan Mallaby pun tewas di dalamnya.34

33Ketut Sedana Arta, I Ketut Margi, Sejarah Indonesia......, 32. 34Ketut Sedana Arta, I Ketut Margi, Sejarah Indonesia......, 32.

Page 76: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

62

Tembak menembak di gedung Internatio berhenti setelah

pihak Inggris bersedia menyerah, dan esoknya mereka kembali ke

markas yang berada di Jalan Westerbuitenberg. Setelah Mallaby

tewas, Letkol LH.O Pugh diangkat menjadi penggantinya.

Markas Bridge Batalyon ke-4 dan ke-6 Mahratta di

konsentrasikan di daerah Pelabuhan, sedangkan Batalyon ke-

5/Rajnapura, Rifles kompi 71 di konsentrasikan di sekitar kamp

RAPWI di Jalan Darmo.35

Ada dua kejadian pada tanggal 30 Oktober 1945 yang

waktu itu dilemparkan oleh pihak Inggris ke pihak Indonesia,

sebagai yang bertanggung jawab dan kemudian dijadikan alasan

oleh Mansergh mengeluarkan ultimatum tanggal 9 November

1945, yaitu:

1. Orang-orang Indonesia memulai penembakan dan dengan

demikian telah melanggar gencatan senjata.

2. Orang-orang Indonesia secara licik telah membunuh Brigjen

Mallaby.36

B. Meletusnya Pertempuran Surabaya 1945

1. Pertempuran fase pertama (27-29 Oktober 1945)

Sehari selepas terjadinya perundingan, yaitu pada 27

Oktober 1945 sekitar pukul 11.00, satu pesawat terbang Dakota

yang datang dari Jakarta, menyebarkan pamflet di atas kota

Surabaya. Isi pamflet atas instruksi langsung dari Mayor Jenderal

Hawthorn, Panglima Divisi 23 yang disebarkan diseluruh Jawa,

35Isno El-Kayyis, Perjuangan Laskar Hizbullah di Jawa...., 172. 36Ketut Sedana Arta, I Ketut Margi, Sejarah Indonesia......, 32.

Page 77: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

63

memerintahkan kepada seluruh penduduk dalam waktu 2x24 jam

untuk menyerahkan seluruh senjata yang mereka miliki kepada

perwakilan Sekutu di Surabaya, yang praktis pada waktu itu

hanya diwakili tentara Inggris.37

Ultimatum tersebut dijawab oleh rakyat Surabaya, tanggal

27 Oktober 1945, semua posisi tentara Inggris diserbu rakyat.

Korban berjatuhan di kedua belah pihak, dan tentu korban di

pihak rakyat lebih banyak karena tidak semuanya memiliki

senjata api untuk berperang. Pertempuran berlangsung hingga

malam. Dalam kegelapan malam para pemuda itu merayap

semakin dekat ke pertahanan serdadu Inggris, dan posisi ideal

sudah mereka tempati. Kemudian tanggal 28 Oktober, bertepatan

dengan sumpah pemuda, para pemuda Surabaya yang sudah

berada di posisi ideal siap menyerang tentara Sekutu yang

kelelahan setelah seharian bertahan. Pada hari itu, Inggris benar-

benar terjepit.38

Di waktu moril tentara Inggris mulai turun, apalagi

pengiriman bala bantuan dari utara baik pasukan ataupun

persediaan konsumsi makannya tidak datang, maka pasukan

rakyat segera mengadakan serangan serentak untuk

menghancurkan seluruh pasukan yang masih berada di pos

mereka masing-masing. Serangan itu menghasilkan kemenangan

gilang-gemilang di pihak rakyat walaupun harus menderita

korban cukup besar dari kalangan laskar rakyat Surabaya.

37Ketut Sedana Arta, I Ketut Margi, Sejarah Indonesia......, 27. 38Ayuhanafiq, Garis Depan Pertempuran Lasykar Hizbullah 1945-

1950, (Yogyakarta: Azzagrafika, 2013), 58-59.

Page 78: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

64

Umumnya mereka baru ikut pertama kali bertempur dan bahkan

baru pertama kali itu pula membunyikan senjata api.39

Tentara Sekutu kewalahan, karena keadaan sudah teramat

sulit bagi Mallaby, maka tidak ada cara lain selain meminta

bantuan kepada atasannya di Jakarta dengan cara meminta

bantuan kepada Soekarno-Hatta. Atas permintaan AFNEI, kedua

pemimpin Indonesia tersebut bersedia terbang ke Surabaya.40

Tanggal 29 Oktober 1945 Soekarno-Hatta, dan Amir

Syarifuddin mendarat di lapangan Morokrembangan bersama

opsir-opsir tentara Inggris. Selanjutnya Bung Karno bersama

pasukan rakyat Surabaya mengawalnya sampai ke tempat

perundingan dengan pihak tentara Inggris yang diwakili oleh

Brigjen Mallaby.41

Setelah berunding dengan Mallaby, maka pada malam

harinya Bung Karno dengan melalui siaran Radio Republik

Indonesia (RRI) di Jalan Pemuda No.82, menyerukan kepada

rakyat Surabaya agar segera menghentikan pertempuran.

Kemudian tanggal 30 Oktober 1945, dari hasil perundingan

dengan Panglima Tentara Sekutu, Jenderal Hawthorn, telah

disepakati yang intinya pihak Inggris mengakui TKR dan Polisi

Indonesia. Di samping itu semua kesulitan dan perbedaan paham

yang timbul antara rakyat Indonesia dan pasukan Sekutu harus

diajukan penyelesaiannya kepada Presiden Soekarno dan Jenderal

Hawthorn. Pihak Inggris hanya diizinkan meduduki dua daerah

39R.S. Achmad, Surabaya Bergolak....., 60. 40Barlan Setiadijaya, 10 November ’45 Gelora Kepahlawanan

Indonesia..., 378. 41R.S. Achmad, Surabaya Bergolak....., 62.

Page 79: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

65

yaitu daerah pelabuhan dan kamp RAPWI, sedangkan selebihnya

adalah masuk ke dalam kekuasaan pihak Indonesia.42

2. Pertempuran fase kedua (10-25 November 1945)

Gencatan senjata yang berlaku tenyata dengan diam-diam

digunakan oleh tentara Inggris untuk memperkuat dirinya dengan

mendatangkan bala bantuan baru. Ini dibuktikan tanggal 1

November, Laksamana Muda Sir. W. Patterson, berangkat dari

Jakarta dengan HMS Sussex dan mendaratkan 1.500 Marinir di

Surabaya. Mayjen Mansergh, Panglima 5th British-Indian

Division, berangkat dari Malaysia memimpin pasukannya dan

tiba di Surabaya tanggal 3 November 1945. Masuknya pasukan

Divisi 5 yang berjumlah 24.000 tentara secara berangsur-angsur,

sangat dirahasiakan. Divisi 5 ini sangat terkenal karena ikut

dalam pertempuran di El Alamein, Afrika Utara, di mana pasukan

Marsekal Rommel, perwira tinggi Jerman yang legendaris

dikalahkan. Mansergh juga diperkuat dengan sisa pasukan

Brigade 49 dari Divsi 23, kini di bawah pimpinan Kolonel Pugh,

yang menggantikan Mallaby.43

Adapun rincian pasukan Divisi 5 yaitu:

- 4th Indian Field Regiment.

- 5th Fiel Regiment.

- 24th Indian Mountain Regimen.

- 5th (Mahratta) Anti-Tank Regiment (artileri).

- 17th Dogra Machine-Gun Battalion.

42R.S. Achmad, Surabaya Bergolak....., 62-63. 43Ketut Sedana Arta, I Ketut Margi, Sejarah Indonesia......, 36.

Page 80: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

66

- 1/3rd Madras Regiment (H.Q. Battalion). 3/9th Regiment

(Reconnaissance battalion).

Tanggal 7 November 1945, Mansergh mengundang

Gubernur Soerjo bersama para anggota kontak biro. Dalam

pertemuan itu Mansergh juga mengeluarkan tuduhan yang sangat

keji terhadap rakyat Indonesia. di dalam suratnya yang

dikirimkan kepada gubernur tanggal 7 November 1945,

Mansergh menuduh bahwa pihak Indonesia sengaja menunda

evakuasi kaum interniran serta pasukan Inggris sebagai akibat

pertempuran 27-29 Oktober 1945. Selain itu Mansergh juga

menuduh bahwa Surabaya telah diduduki oleh perampok dan

Indonesia telah melanggar persetujuan yang telah ditentukan

bersama Inggris. Dalam suratnya tanggal 8 November 1945,

Mansergh meminta agar Gubernur Soerjo datang ke kantornya

tanggal 9 November 1945. Tetapi Gubernur Soerjo tidak

memenuhi undangan itu, dan ia hanya mengirimkan surat balasan

berisi sanggahan terhadap tuduhan Mansergh dan memberitahu

tentang persetujuan yang telah dicapai Soekarno dan Jenderal

Hawthorn.44

Kemudian Mansergh mengultimatum bangsa Indonesia

yang berada di Surabaya agar menyerahkan senjata di tempat

yang telah ditentukan dan selanjutnya menyerahkan diri sambil

mengangkat tangan di atas dengan batas waktu pukul 18.00

tangga 9 November 1945.45 Ultimatum itu diumumkan kepada

44Isno El-Kayyis, Perjuangan Laskar Hizbullah di Jawa...., 181-182. 45Isno El-Kayyis, Perjuangan Laskar Hizbullah di Jawa...., 182.

Page 81: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

67

khalayak Surabaya dan bahkan selebaran-selebaran disebarkan

melalui pesawat-pesawat terbang Inggris.46

Tetapi ultimatum tersebut dianggap sebagai penghinaan

bagi para pejuang dan rakyat yang telah membentuk badan-badan

atau milisi. Kemudian pihak Indonesia menolak ultimatum

tersebut dengan alasan bahwa Republik Indonesia waktu itu

sudah berdiri, dan TKR juga sudah dibentuk sebagai pasukan

negara.47 Dari pasukan TKR sendiri menyiapkan pasukan sekitar

20.000 orang, di tambah dari pasukan rakyat yang terdiri dari

berbagai badan/laskar perjuangan menyiapkan pasukan lebih dari

120.000 yang bersiap di gerbang Surabaya.48

Saat itu strategi pertahanan kota Surabaya yang dihasilkan

menerapkan strategi yang disebut Pertahanan Linier yang sudah

dirancang Jonosewojo dan kawan-kawan, yaitu membagi kota

Surabaya menjadi 5 sektor, yaitu Sektor Pertahanan Tengah yang

dibagi 3, yaitu sektor tengah barat, sektor tengah pusat, dan sektor

tengah timur. Selanjutnya Sektor Barat dan Sektor Timur.

Pertahanan Linier itu dibagi dalam 3 garis pertahanan, yaitu:

Garis Pertahanan Pertama di Utara di sepanjang Pasar Babakan

ke arah timur dan ke barat; Garis Pertahanan Kedua di sepanjang

46R.S. Achmad, Surabaya Bergolak....., 82. 47M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2004, (Jakarta:

Serambi, 2005), 434.

48Moehammad Jasin, Memoar Jasin Sang Polisi pejuang: Meluruskan

Sejarah Kelahiran Polisi Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2010),

28.

Page 82: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

68

Viaduct ke timur dan ke barat; Garis Pertahanan ketiga,

disepanjang Wonokromo ke timur dan ke barat.49

Wilayah sektor tengah melipu daerah Kalimas, Pasar

Babakan, Jembatan Merah, Kantor Pos Besar, Viaduct, Pasarturi,

Alun-alun Tonjong, rel Kereta Api Semut, Kapasan, Tambakrejo,

Ambengan, Jagalan, Lawang Seketeng, Baliwerti, Tunjungan,

Ngemplak, Gentengkali, Simpang, Kaliasin, Keputran, Darmo,

Gubeng, Bagong, Ngagel, Wonokromo, Gunungsari. Sektor

tengah pusat dipimpin oleh Soerachman, sektor tengah barat

dipimpin Kretarto, sektor tengah timur dipimpin Marhadi.

Sementara sektor barat dipimpin Koenkijat, mempertahankan

wilayah Jalan Gresik, Kemayoran, Pasarturi, Kandangsapi,

Tembok Dukuh, Jalan Arjuno, Kedungdoro, Simo, Tandes,

Cerme, Kebomas di Gresik. Sektor pertahanan timur dipimpin

Kadim Prawirodihardo bertugas mempertahankan wilayah sektor

timur yang meliputi Kedungcuwek, Kenjeran, Pegirikan,

Sidotopo, Rangkah, Bogen, Patjar Keling, Karangmenjangan,

Sukolilo, Rungkut, Siwalan, dan Waru.50

Tepat tanggal 10 November 1945 di pagi hari, pesawat-

pesawat tempur Sekutu melayang-layang di udara kota Surabaya.

Suara-suara ledakan terdengar keras sekali di bagian utara kota

Surabaya. Tembakan-tembakan dari darat, laut, maupun udara

menggempur kota tiada hentinya. Namun pasukan Indonesia

sudah menyiapkan segalanya. Mulai dari pemerintah, rakyat,

49Agus Sunyoto, Fatwa dan Resolusi Jihad Sejarah Perang....., 201-

202. 50Agus Sunyoto, Fatwa dan Resolusi Jihad Sejarah Perang....., 202.

Page 83: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

69

TKR, dan seluruh badan/laskar perjuangan bersenjata telah

bersatu padu untuk mempertahankan kota Surabaya dari

gempuran balasan tentara Sekutu. Maka pecahlah pertempuran 10

November 1945 antara rakyat Indonesia menghadapi tentara

Sekutu. Pertempuran ini lebih dahsyat bila dibandingkan dengan

pertempuran tiga hari yang lalu.51

Hampir kurang lebih tiga jam pasukan Inggris melakukan

ofensif dan aktif dalam serangan pertama. Baru pukul 09.00,

pimpinan Komando Pertempuran Surabaya, Soengkono,

mengeluarkan perintah untuk melakukan serangan balasan.

Tembakan-tembakan dari mobil lapis baja yang dimiliki pihak

Republik bertempur dengan tank-tank modern pasukan Sekutu.

Sementara satuan tempur dari unsur TKR, Polisi, Hizbullah,

Sabilillah, Barisan Pemberontak Rakyat Indonesia (BPRI), dan

lainnya merangsek ke arah dan posisi pasukan Sekutu sehingga

menimbulkan korban yang cukup banyak pada kedua belah

pihak.52

Pada waktu itu Radio Pemberontakan Bung Tomo yang

beralamat di Jalan Mawar, Surabaya, selalu mengobarkan

semangat para pejuang dengan semboyan: “Selama banteng-

banteng Indonesia masih berdarah merah, yang dapat membikin

secarik kain putih menjadi merah dan putih, selama itu tidak

akan suka kita membawa bendera putih kepada siapapun juga”.

Berkat kekompakan antara pemerintah, militer, rakyat, dan

semangat juang bangsa Indonesia yang tinggi, maka pihak Inggris

51R.S. Achmad, Surabaya Bergolak....., 87. 52Zainul Milal Bizawie, Laskar Ulama-Santri dan Resolusi....., 229.

Page 84: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

70

hanya dapat maju sedikit demi sedikit. Akhirnya pada 14

November mereka baru dapat menyusup ke Pasarturi di sebelah

barat, belakang Kantor Gubernuran, di sebelah tengah dan ke

dalam stasiun Semut di sebelah timur. Bahkan setelah bantuan

dari luar Surabaya datang tanggal 15 November pihak Inggris di

desak mundur di sekitar Dupak, di sebelah barat, belakang

Gedung Internatio, di sebelah tengah dan Pegirikan di bagian

timur.53

Pertempuran mencapai puncaknya pada tanggal 23

November, pada tanggal tersebut boleh dikatakan kota Surabaya

sudah berada kembali ke tangan arek-arek Surabaya. Akibatnya,

untuk menebus kekalahan itu pihak Inggris melakukan

pemboman dan serangan-serangan yang makin dahsyat yang

ditujukan kepada pertahanan rakyat Surabaya.54 Pada 24-25

November 1945 pasukan Sekutu akhirnya menguasai seluruh

kota Surabaya atau setelah dua minggu bertempur tanpa henti.

Keberhasilan ini juga bukan dikarenakan para pejuang Republik

berhasil dihancurkan, namun lebih karena adanya himbauan

pimpinan perlawanan untuk mengundurkan diri dari kota.55

Korban pertempuran diperkirakan 25.000 penduduk

Indonesia di Surabaya tewas dan luka-luka, dan 2.000 nyawa

tentara Sekutu melayang. Sementara penduduk dari etnis

53Heru Sukadri, Soewarno, dkk, Sejarah Revolusi Kemerdekaan.....,

120. 54Heru Sukadri, Soewarno, dkk, Sejarah Revolusi Kemerdekaan.....,

120. 55Zainul Milal Bizawie, Laskar Ulama-Santri dan Resolusi Jihad

Garda Depan Menegakkan Indonesia (1945-1949), (Tanggerang: Pustaka

Compass, 2014), 234.

Page 85: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

71

Tionghoa diperkirakan 4.000-5.000 tewas akibat keganasan

serangan Sekutu. Akibat serangan tersebut telah membuat dua

pertiga (200.000) penduduk Surabaya harus terusir dari tempat

tinggalnya.56

Meski pertempuran di Surabaya mulai reda dan menurun

eskalisinya, namun perjuangan belum berhenti. Para pejuang

semakin merapatkan barisan membangun kekuatan dan strategi

baru. Perlawanan terus dilakukan di berbagai daerah mengiringi

langkah-langkah diplomatik para petinggi pemerintahan.57

C. Badan dan Laskar Perjuangan yang Terlibat dalam

Pertempuran Surabaya 1945

1. Laskar Hizbullah58

Pada zaman pendudukan Jepang, secara khusus melalui

orang Jepang yang beragama Islam yakni Abdul Hamid Ono

meminta kepada KH Wahid Hasyim agar mengerahkan para

santri untuk membantu Jepang dengan bergabung menjadi Heiho.

Namun permintaan tersebut ditolak oleh KH Wahid Hasyim, dan

56Zainul Milal Bizawie, Laskar Ulama-Santri dan Resolusi....., 234-

235. 57Zainul Milal Bizawie, Laskar Ulama-Santri dan Resolusi......., 236. 58Pada akhirnya Laskar Hizbullah tidak bertahan lama, sesuai dengan

peraturan pemerintah tertanggal 23 Februari 1947 pemerintah mengeluarkan

peraturan tentang bentuk Kementerian Pertahanan, bentuk kekuatan serta

organisasi tentara, dan kedudukan laskar atau badan-badan perjuangan di

bawah satu biro. Sebagai kelanjutan ketetapan tersebut, tanggal 5 Mei 1947

pemerintah memutuskan untuk mempersatukan TRI dengan badan-badan

kelaskaran. Dengan adanya keputusan tersebut, Hizbullah dan berbagai

badan/laskar perjuangan yang ada melebur ke dalam TNI. ANRI, RA. 24 No.

1261 “Penetapan Presiden RI Panglima Tertinggi Angkatan Perang Tanggal 5

Mei 1947 tentang Penyatuan Tentara RI dan Laskar-laskarnya Menjadi Satu

Organisasi Tentara. (Lihat Lampiran 14)

Page 86: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

72

mengusulkan agar para santri diberi latihan militer saja untuk

pertahanan dalam negeri. Sebab mempertahankan sejengkal tanah

air di dalam tanah air akan menggugah semangat para santri

daripada pertempur di daerah yang letaknya jauh dari tanah air.59

Atas jawaban KH Wahid Hasyim tersebut, Jepang

menyetujui untuk melatih para santri dalam kemiliteran yang

akan digunakan kelak untuk mempertahankan negeri. Karenanya

pada 14 Oktober 1944 pemerintah pendudukan Jepang secara

resmi menyetujui dibentuknya Laskar Hizbullah di Jakarta.

Hizbullah secara khusus beranggotakan pemuda-pemuda Islam

se-Jawa dan Madura. Tiga bulan pasca terbentunya Hizbullah,

Masyumi mengumumkan anggota Dewan Pengurus Pusat

Hizbullah yang susunannya adalah: Ketua: H. Zainul Arifin;

Wakil Ketua: Mohammad Roem; Urusan Umum: S.

Soerowiyono dan Soedjono; Bagian Propaganda: Anwar

Tjokroaminoto, KH Zarkasyi, dan Masyhudi; Urusan

Perencanaan: Mr. Jusuf Wibisono, Sunaryo Mangun dan

Djunaidi; Urusan Keuangan: R.M.O. Djunaidi dan Prawoto

Mangku Sasmito60

Pada latihan pertama yang di adakan di Cibarusa, Bogor,

Jawa Barat, tercatat diikuti 500 orang pemuda Muslim dari Jawa

dan Madura. Di antara utusan pemuda Muslim tersebut, tercatat

beberapa nama kiai muda dari pondok pesantren seperti KH

Mustofa Kamil (Banten), K. Mawardi (Solo), K. Zarkasyi

(Ponorogo), K. Mursyid (Pacitan), K. Syahid (Kediri), KH Abdul

59Isno El-Kayyis, Perjuangan Laskar Hizbullah di Jawa...., 33. 60Isno El-Kayyis, Perjuangan Laskar Hizbullah di Jawa...., 36.

Page 87: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

73

Halim (Majalengka), K. Thohir Dasuki (Surakarta), K. Roji’un

(Jakarta), K. Munasir Ali (Mojokerto), K. Abdullah, K. Wahib

Wahab (Jombang), K. Hasyim Latif (Surabaya), K. Zainuddin

(Besuki). Sulthan Fajar (Jember), dan lain sebagainya.61

Dalam Pertempuran Surabaya, semua pengiriman pasukan

Hizbullah dari daerah-daerah langsung di bawah koordinasi

Hizbullah Surabaya. Sektor pertahanan Surabaya oleh pasukan

Hizbullah sudah dibentuk sejak pecahnya pertempuran 28

Oktober dengan pembagiannya sebagai berikut:

1. Surabaya Timur bermarkas di Nyamplungan dipimpin oleh KH

Nafik dan Achyar.

2. Surabaya Tengah menempati Madrasah NU Kawatan sebagai

markasnya di bawah pimpinan Husaini Tiway dan Mochammad

Muhajir.

3. Surabaya Barat dipimpin oleh A. Hamid Has menempati bekas

rumah J. Mager di Kembang Kuning gang III sebagai markasnya.

4. Surabaya Selatan dipimpin oleh Mas Ahmad, Syafi’i, Abid

Saleh yang bermarkas di Pesantren Sidoresno.

5. Surabaya Utara dipimpin oleh Mustaqim Zain, Abdul Manan

dan Achyat dengan mengambil markas di Sido Kapasan.62

2. Badan Keamanan Rakyat (BKR) atau Tentara Keamanan

Rakyat (TKR)

Sebagaimana telah diketahui setelah Keemerdekaan Bangsa

Indonesia diproklamasikan pada 17 Agustus 1945, Jenderal

61Isno El-Kayyis, Perjuangan Laskar Hizbullah di Jawa...., 35-36. 62Ayuhanafiq, Garis Depan Pertempuran Lasykar Hizbullah.....66-67.

Page 88: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

74

Yuichiro Nagano memaklumkan pembubaran tentara sukarela

PETA dan Heiho, di mana tanggal 18-22 Agustus 1945 anggota

PETA dan Heiho di beri cuti tak terbatas dan dilucuti senjatanya.

Dalam usaha memelihara kemanan rakyat, Pemerintah Pusat

dalam hal itu presiden mendekritkan berdirinya BKR (Badan

Keamanan Rakyat) pada 23 Agustus 1945, yaitu suatu badan sipil

yang siap melakukan tugas pertahanan dan keamanan, yang

berperan sebagai koordinator keamanan, koordinator rakyat yang

bersenjata, dan mengawal Republik.63

Pada tanggal 2 September 1945 terbentuklah Badan

Penolong Keluarga Korban Perang (BPKKP) dengan ketua: Doel

Arnowo; dibantu Wakil Ketua: Mohammad; Bagian Umum:

Soetopo; Bagian Keuangan: Notohamiprodjo, dan dibentuk pula

BKR dengan ketua: Drg Moestopo; dibantu Bagian Tunjangan:

Soenarso; Bagian Penerangan: Katamhadi, Abdoel Wahab,

Sutopo, Alamsyah, dan Sutomo (Bung Tomo).64

Tanggal 5 Oktober 1945 setelah ditetapkannya dekrit

perubahan BKR menjadi TKR (Tentara Keamanan Rakyat), BKR

Karesidenan Surabaya yang dalam rapat pimpinan dihadiri

Mohammad Mangundiprodjo, Staf BKR Jawa Timur yang

menjabat Staf Menteri Pertahanan Angkatan Darat, membentuk

dan menyusun organisasi TKR Karesidenan Surabaya.65

Jonosewojo menjadi pimpinan TKR Karesidenan. Ia

menempatkan markasnya di Embong Sawo No. 5, membawahi

63Agus Sunyoto, Fatwa dan Resolusi Jihad Sejarah Perang...., 119. 64Agus Sunyoto, Fatwa dan Resolusi Jihad Sejarah Perang....., 119. 65Agus Sunyoto, Fatwa dan Resolusi Jihad Sejarah Perang....., 122.

Page 89: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

75

Resimen Gajah Mada. Sesuai kepangkatan di PETA, Syudancho,

masing-masing orang ditugasi memimpin satu kompi dari 10

kompi yang terbentuk dengan jumlah 2000 orang. Ikut tergabung

ke dalam TKR Karesidenan Surabaya kesautuan dari BKR Geni

pimpinan Hasanuddin Sidik, BKR PBN pimpinan Isa Edris dan

kelompok Usman Aji.66

3. Angkatan Pemuda Indonesia (API)

API sebenarnya sudah muncul di Surabaya sejak

pertengahan September 1945, akan tetapi baru dibentuk resmi

tanggal 7 Oktober 1945. Berita yang dimuat surat kabar Soeara

Rakjat, 11 Oktober 1945 menyebutkan bahwa tanggal 7 Oktober

1945 pada Minggu pagi di Gedung Markas Besar Angkatan

Pemuda Indonesia (API) di Jalan Pemuda No.14 Surabaya, API

telah mengadakan rapat anggota yang memutuskan membentuk

pengurus baru karena pengurus sebelumnya bersifat sementara.

Sususnan pengurus API yang baru adalah: Achmad Moesofa

(ketua); Soekabat (Wakil Ketua); Goesti Malioenir (Penulis I);

Abdoel Manan (Penulis II), Achmad Bachnan (Bendahara);

dengan pembantu-pembantu: Joesoef Bakri, Idris Iskaq, Ibnoe

Soeparto, Mat Jasir, Abdoel Fatah, Moch. Mimbar.67

Sewaktu rakyat Surabaya diultimatum pasca tewasnya

Mallaby, tanggal 2 November 1945 lewat surat kabar Soeara

Rakjat disiarkan seruan API agar para pemuda, arek-arek

Surabaya yang belum terikat dalam organisasi-organisasi di kota

Surabaya, agar berkumpul di asrama API di Jalan Pemuda No.14

66Agus Sunyoto, Fatwa dan Resolusi Jihad Sejarah Perang....., 122. 67Agus Sunyoto, Fatwa dan Resolusi Jihad Sejarah Perang....., 138.

Page 90: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

76

Surabaya untuk bersama-sama berjuang melawan siapa pun yang

berusaha menghalangi, merintangi, dan mengacaukan

kemerdekaan Republik Indonesia.68

Selain dari Laskar Hizbullah, BKR/TKR, dan API, masih

banyak lagi badan atau laskar perjuangan baik dari pemerintah

maupun non-pemerintah yang ikut membantu dalam Pertempuran

Surabaya 1945 seperti, Pasukan Pelajar, Pasukan Sriwijaya,

Pasukan Buruh Laut, Pasukan Sawunggaling, Laskar Minyak,

TKR Mojokerto, TKR Gresik, Pasukan Jarot Subiantoro, Pasukan

Sadeli Bandung, dan lain-lain.69

D. Dampak Pertempuran Surabaya 1945 Bagi Bangsa

Indonesia

Pertempuran Surabaya 1945 hingga kini dijadikan Hari

Pahlawan bukanlah tanpa alasan. Selain pada hari tersebut pihak

Sekutu, pemenang Perang Dunia II yang tidak pernah terkalahkan

benar-benar menghadapi lawan yang cukup tangguh meskipun

menggunakan senjata ala kadarnya. 10 November 1945 memang

tidak membuahkan kemenangan bagi para pejuang Indonesia,

bahkan pada tanggal 24-25 November 1945 pasukan Sekutu

akhirnya menguasai seluruh kota Surabaya atau setelah

bertempur dua minggu tanpa henti. Namun pertempuran terus

dilakukan dan menyebar di seluruh pelosok negeri, seperti

68Agus Sunyoto, Fatwa dan Resolusi Jihad Sejarah Perang....., 138. 69Ketut Sedana Arta, I Ketut Margi, Sejarah Indonesia......, 28.

Page 91: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

77

Jakarta, Karawang, Bekasi, dan Bandung. Pesantren menjadi

basis-basis perlawanan yang tidak pernah surut.70

Perjuangan 10 November 1945 mempunyai makna yang

sangat luar biasa, bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia bukan

diberi tapi melawan mengusir penjajah. Tanpa Resolusi Jihad

maka tidak ada perlawanan yang heroik, jika tidak ada perlawan

yang heroik berarti tidak ada Hari Pahlawan tanggal 10

November, dan bisa mungkin atau mustahil bangsa Indonesia ada

seperti sekarang ini.71

Dampak dari Pertempuran Surabaya 1945, walaupun

bangsa Indonesia mengalami kekalahan di bidang militer (fisik),

akan tetapi menang di bidang moral (semangat). Rakyat

Indonesia tidak mempedulikan abu Pertempuran Surabaya, tetapi

mendapatkan semangat yang berkobar-kobar. Seluruh rakyat

bertekad untuk berjuang seperti rakyat dan pemuda yang

tergabung dalam berbagai macam laskar yang berjuang di

Surabaya. Solidaritas rakyat Indonesia benar-benar tercipta.

Sementara itu simpati dari dunia luar mulai berbicara dan

membela Republik Indonesia. inilah kemenangan yang tak

terlihat oleh Sekutu dan NICA.72

70Zainul Milal Bizawie, Masterpiece Islam Nusantara Sanad......, 28. 71Pidato Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, pada peringatan 70

tahun Resolusi Jihad di Tugu Proklamasi tanggal 22 Oktober 2015.

https://www.youtube.com/watch?v=1LwkZPTWSWU (Diakses pada hari rabu

tanggal 08 Agustus 2018 pukul 20.10) 72G. Moedjanto, Indonesia Abad Ke-20 Dari Kebangkitan Nasional

Sampai Linggajati, (Yogyakarta: Kanisius, 1988), 118.

Page 92: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

79

BAB V

KETERLIBATAN KIAI ABBAS DALAM

PERTEMPURAN SURABAYA 1945

A. Merumuskan Resolusi Jihad 22 Oktober 1945

Para ulama tidak memperhatikan pergumulan kursi

eksekutif dengan kementeriannya, dan legislatif dengan BP KNIP

(Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat) serta

Kementerian Keamanan Rakyat. Urusan pemerintahan atau

eksekutif, para ulama menyerahkan kepercayaannya mutlak

kepada Soekarno-Hatta. Oleh karena itu, fokus perhatian para

ulama adalah mempertahankan kemerdekaan Republik

Indonesia.1

Dengan adanya pendaratan Sekutu dan NICA di Jakarta,

Semarang, Surabaya, serta Sumatera tanggal 29 September 1945,

sedangkan pemerintah Republik Indonesia tidak melakukan

perlawanan yang nyata terhadap tindakan NICA dan Balatentara

Jepang.2 Informasi mengenai perkembangan situasi di Indonesia

khususnya di Surabaya segera direspon oleh Kiai Hasyim Asy’ari

dengan mengumpulkan para konsul NU se-Jawa dan Madura.

Para kiai dan perwakilan NU itu berkumpul di kantor PB Ansor

Nahdlatoel Oelama (ANO) yang terletak di Jalan Bubutan VI/2

Surabaya, bukan di Kantor Pusat HB NO yang pada saat itu ada

di Jalan Sasak Nomor 23 Surabaya. Untuk menyebarkan

1Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah Jilid II, (Bandung: Surya

Dinasti, 2016), edisi revisi, 201. 2Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah Jilid II..... 201.

Page 93: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

80

undangan dan pemberitahuan adanya pertemuan itu, dipanggillah

KH Wahab Hasbullah dan KH Bisri Syansuri.3

Dalam undangan itu diminta agar seluruh konsul NU se-

Jawa dan Madura berkumpul pada tanggal 21 Oktober 1945. Pada

hari yang telah ditentukan ternyata belum seluruhnya lengkap.

Kiai Hasyim meminta para kiai lain untuk menunggu beberapa

kiai terkemuka yang datang dari Jawa Barat, seperti Kiai Abbas

Buntet, Kiai Satori Arjawinangun, Kiai Amin Babakan

Ciwaringin dan Kiai Suja’i Indramayu. Mereka menghadiri rapat

dengan menumpang kereta api yang saat itu belum cepat

jalannya.4

Menurut KH Ade Nasihul Umam, pengunduran Resolusi

Jihad yang diadakan pada tanggal 22 Oktober 1945 itu

melibatkan seluruh kiai-kiai yang ada di Pulau Jawa dan Madura

yang jaraknya sangat jauh, sehingga kemungkinan terjadi

pengunduran itu sangat besar sekali. Salah satu sebab diundurnya

Resolusi Jihad adalah karena tanggal 21 Oktober 1945, Kiai

Abbas belum datang ke Surabaya. Kiai Abbas pergi ke Surabaya

juga tidak sendirian, ia datang bersama kiai-kiai lain dari Jawa

Barat, namun berada di bawah pimpinan Kiai Abbas.5

Setelah para tokoh ulama dari Jawa Barat hadir, rapat

segera dimulai pada malam hari, tanggal 22 Oktober 1945,

dengan dipimpin oleh KH Wahab Hasbullah. Kiai Hasyim

3Ayuhanafiq, Garis Depan Pertempuran Lasykar Hizbullah 1945-

1950, (Yogyakarta: Azzagrafika, 2013), 54.

4Ayuhanafiq, Garis Depan Pertempuran Lasykar....., 55.

5Hasil wawancara dengan KH Ade Nasihul Umam, Lc., pada hari

jum’at tanggal 27 Juli 2018.

Page 94: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

81

Asy’ari mendapatkan giliran pertama untuk menyampaikan

pengarahan (khutbah iftitah). Dalam pengarahannya, Kiai Hasyim

Asy’ari menyampaikan beberapa pokok kaidah tentang kewajiban

umat Islam (laki-laki dan perempuan) dalam jihad

mempertahankan tanah air dan bangsanya.6

Hal ini sesuai dengan fungsi yang melekat pada

kedudukan Kiai Hasyim sebagai Rais Akbar Jam’iyyah NU,

pemimpin tertinggi yang sekaligus memiliki otoritas sebagai

mufti pada organisasi tersebut.7 Pada kesimpulan akhir setelah

mendengar pandangan dari ulama lainnya maka pertemuan

tersebut membuat keputusan organisasi. Keputusan itu nantinya

bermakna penting bagi perjalanan pertempuran di Surabaya.8

Keputusan dalam rapat musyawarah yang dikenal dengan

sebutan Resolusi Jihad9 itu selanjutnya dibacakan oleh Hadratus

Syekh KH Hasyim Asy’ari yang berbunyi:

“Resoloesi Djihad fi - Sabilillah

BISMILLAHIRROCHMANIR ROCHIM

Resoloesi :

Rapat besar wakil-wakil Daerah (consoel2) Perhimpoenan

NAHDLATOEL OELAMA seloeruh Djawa-Madura pada

tanggal 21-22 Oktober 1945 di Soerabaja.

Mendengar:

Bahwa di tiap-tiap Daerah di seloeruh Djawa-Madura

ternjata betapa besarnja hasrat Oemmat Islam dan ‘Alim

Oelama di tempatnja masing-masing oentuk

6Ayuhanafiq, Garis Depan Pertempuran Lasykar....., 55.

7Abdul Latif Bustami dan Tim Sejarawan Tebuireng , Resolusi Jihad

“Perjuangan Ulama: Dari Menegakkan Agama Hingga Negara.” (Tebuireng:

Pustaka Tebuireng, 2015), 171.

8Ayuhanafiq, Garis Depan Pertempuran Lasykar....., 55.

9Lihat lampiran 11.

Page 95: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

82

mempertahankan dan menegakkan AGAMA,

KEDAOELATAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MERDEKA.

Menimbang:

a. Bahwa oentuk mempertahankan dan menegakkan Negara

Republik Indonesia menoerut hoekoem Agama Islam,

termasoek sebagai satu kewajiban bagi tiap2 orang Islam.

b. Bahwa di Indonesia ini warga Negaranja adalah sebagian

besar terdiri dari Oemmat Islam.

Mengingat:

a. Bahwa oleh fihak Belanda (NICA) dan Djepang jang

datang dan berada di sini telah banjak sekali didjalankan

kedjahatan dan kekedjaman jang mengganggoe ketentraman

oemoem.

b. Bahwa semoea jang dilakoekan oleh mereka itu dengan

maksoed melanggar Kedaoelatan Negara Republik Indonesia

dan Agama, dan ingin kembali mendjadjah di sini maka di

beberapa tempat telah terdjadi pertempoeran jang

mengorbankan beberapa banjak djiwa manoesia.

c. Bahwa pertempuran2 itu sebagian besar telah dilakoekan

oleh Oemmat Islam jang merasa wadjib menurut hoekoem

agamanja oentoek mempertahankan Kemerdekaan Negara

dan Agamanja.

d. Bahwa di dalam menghadapi sekalian kedjadian2 itoe

perloe mendapat perintah dan toentoenan jang njata dari

Pemerintah Republik Indonesia jang sesoeai dengan

kedjadian terseboet.

Memoetoeskan:

1. Memohon dengan sangat kepada Pemerintah Republik

Indonesia soepaja menentoekan suatu sikap dan tindakan

jang njata serta sepadan terhadap oesaha2 jang akan

membahajakan Kemerdekaan dan Agama dan Negara

Indonesia teroetama terhadap fihak Belanda dan kaki

tangannja.

2. Soepaya memerintahkan melandjoetkan perdjuangan

bersifat “sabilillah” oentuk tegaknja Negara Republik

Indonesia Merdeka dan Agama Islam.

Page 96: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

83

Soerabaja, 22 10 1945

Hoofdbestuur (H.B) NAHDLATOEL OELAMA”10

Teks ini sedikit berbeda dari ringkasan resolusi seperti

yang diberikan Aboebakar (1957:539) dan Saifuddin Zuhri

(1979:636-7). Tampaknya, teks Anam-lah yang merupakan

dokumen asli; Zuhri tampaknya mengacu kepada fatwa Kiai

Hasyim Asy’ari yang dia keluarkan sebelum resolusi ini, atau

(lebih mungkin) resolusi yang lebih radikal yang disetujui pada

Muktamar NU ke-16 pada bulan Maret 1946 (bdk. Haidar

1992:335). Tambahan penting Zuhri kepada teks di atas adalah:

4. Umat Islam, terutama warga NU, wajib mengangkat

senjata melawan Belanda dan kawan-kawannya yang hendak

kembali menjajah Indonesia.

5. Kewajiban tersebut adalah “jihad” yang menjadi

kewajiban bagi tiap-tiap orang Islam (fardhu ‘ain) yang

berada dalam jarak radius 94 km (yakni jarak di mana umat

Islam boleh melakukan shalat jama’ dan qasar). Adapun

bagi mereka yang berada di luar jarak tersebut, berkewajiban

membantu saudara-saudaranya yang berada dalam jarak 94

km tersebut.11

Resolusi jihad menjadi momentum bersejarah, puncak

perlawanan dari sejarah panjang jihad yang tidak pernah berhenti

dinyatakan para ulama dan santri. Pesantren menjadi tempat

persemaian semangat anti kolonialisme, cinta tanah air dan jihad

fisabilillah menjadi bentuk rasa kebangsaan yang khas bagi

Indonesia. Bahkan telah berabad-abad lamanya, pesantren telah

10Teks Asli Resolusi Jihad. (Lihat Lampiran 11) 11Gugun el-guyanie, Resolusi Jihad Paling Syar’i, (Yogyakarta:

Pustaka Pesantren, 2010), 78.

Page 97: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

84

menanamkan nasionalisme bagi tegaknya Negara dan bangsa

Indonesia.12

Ben Anderson dalam karyanya Java in Time of

Revolution, Occupation and Resistance 1942-1946) menuliskan

terkait pertemuan ulama pesantren yang tergabung dengan NU

se-Jawa dan Madura berkumpul dalam sebuah rapat raksasa di

Surabaya, yang diantaranya mengeluarkan apa yang dikenal

sebagai “Resolusi Jihad”. Senada dengan kesimpulan BJ. Bolland

bahwa pecahnya Pertempuran Surabaya dirangsang oleh Resolusi

Jihad ini. (Bolland BJ, 1985).13

Mengutip pidato dari Panglima TNI, Jenderal Gatot

Nurmantyo14 pada peringatan ke-70 tahun Resolusi Jihad NU di

Tugu Proklamasi, Jakarta, pada tanggal 22 Oktober 2015 yang

berisi:

“...Hikmah yang bisa kita ambil dari Resolusi Jihad

antara lain bahwa perjuangan pada saat itu terkait

erat dengan Resolusi Jihad yang dikumandangkan

oleh Rais Akbar NU KH Hasyim Asya’ari pada

tanggal 22 Oktober 1945.

“...Pada tanggal 17 September 1945 Presiden

Soekarno memohon fatwa hukum mempertahankan

kemerdekaan bagi umat Islam kepada KH Hasyim

Asy’ari, sehingga KH Hasyim Asy’ari mengeluarkan

sebuah fatwa jihad yang berisikan jihad bahwa

perjuangan mempertahankan tanah air adalah jihad

fisabilillah, dan selanjutnya melihat situasi disekitar

Surabaya, Jawa Timur, atas pemikiran Mayor

12Zainul Milal Bizawie, Masterpiece Islam Nusantara Sanad dan

Jejaring Ulama-Santri (1830-1945). (Jakarta: Pustaka Compass, 2016), 29.

13Zainul Milal Bizawie, Masterpiece Islam Nusantara Sanad....., 29.

14https://www.youtube.com/watch?v=1LwkZPTWSWU (Diakses

pada hari senin tanggal 20 Agustus 2018 pukul 21.20)

Page 98: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

85

Jenderal TKR pada saat itu, Moestopo sebagai

komandan sektor perlawanan Surabaya, bersama

Soengkono, Bung Tomo, dan tokoh-tokoh Jawa

Timur saat itu menghadap KH Hasyim Asy’ari untuk

untuk melakukan perang suci atau jihad dengan

sasaran mengusir Sekutu dan NICA yang dipimpin

oleh Brigadir Jenderal Mallaby.”

Pengaruh Resolusi Jihad yang dipelopori oleh Nahdhatul

Ulama tanggal 22 Oktober 1945/15 Dzulqaidah 1364 dan pidato

radio Bung Tomo dari Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia,

berhasil memobilisasikan potensi ulama dari barisan Sabilillah,

bekerjasama dengan Tentara Keamanan Rakyat yang baru

dibentuk tanggal 5 Oktober 1945/29 Syawal 1364 dan didukung

oleh Laskar Hizbullah serta para santri, berhasil mematahkan

Perwira Tinggi Tentara Sekutu dan NICA yang berpengalaman

memenangkan Perang Dunia II.15

Mengutip dari surat kabar Kedaulatan Rakyat16 edisi

Djoem’at Kliwon, 9 November 1945 menampilkan headline

dengan judul “60 Miljoen Kaoem Moeslimin Indonesia Siap

Berjihad Fi Sabilillah. Perang didjalan Allah oentoek menentang

tiap-tiap pendjadjahan”.17 Nampak dari headline tersebut bahwa

pada saat itu partai Masyumi sebagai badan perjuangan politik

umat Islam dan menampilkan informasi mengenai barisan

Sabilillah. Seruan jihad tersebut adalah kelanjutan dari Resolusi

15Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah 2, (Bandung: Surya

Dinasti, 2016), 209.

16Anonim, “60 Miljoen Kaoem Moeslimin Indonesia Siap Berjihad Fi

Sabilillah. Perang didjalan Allah oentoek menentang tiap-tiap pendjadjahan”.

Kedaulatan Rakyat. 9 November (1945), 1.

17Lihat lampiran 13.

Page 99: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

86

Jihad tanggal 22 Oktober 1945 yang diputuskan dalam

Moe’tamar Oemmat Islam Indonesia (7-8 November 1945) di

Jogjakarta, dan direspon oleh kaum Muslimin dengan gegap

gempita, sampai akhirnya terjadi pertempuran yang sangat

dahsyat antara rakyat Indonesia dengan Sekutu dan NICA yang

dikenal dengan Pertempuran 10 November 1945 yang terjadi di

Surabaya, Jawa Timur.

B. Kontribusi Kiai Abbas Dalam Pertempuran Surabaya

1945

Kiai Abbas memang tidak ikut andil dalam Pertempuran

Surabaya pada fase pertama yang terjadi pada tanggal 27-29

Oktober 1945. Disebabkan jarak antara Cirebon ke Surabaya

yang sangat jauh dan mesti dilewati berhari-hari, dan pada waktu

itu hanya ada beberapa alat tranportasi sederhana yang bisa

digunakan. Beberapa hari sebelumnya (22 Oktober 1945) Kiai

Abbas juga telah datang ke Surabaya untuk mengikuti konsul

Ulama se-Jawa dan Madura yang melahirkan fatwa Resolusi

Jihad.

Pada pertempuran fase kedua (10-25 November 1945),

Kiai Abbas ikut andil dalam minggu pertama pertempuran

tersebut, sehingga ia mengatur langkah taktis guna menghadapi

tentara Sekutu yang berada di Surabaya. Adapun kontribusi Kiai

Abbas pada pertempuran di Surabaya adalah sebagai berikut:

Page 100: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

87

1. Membentuk Pasukan di Pondok Buntet Pesantren

Sebagaimana orang tua dan kakeknya yang seorang

pejuang, Kiai Abbas hidup di empat zaman, ia juga bersama

adiknya Kiai Anas turut berjuang memanggul senjata bersama

para pejuang lainnya dalam mempertahankan kedaulatan negara

Republik Indonesia.18

Pada masa kepemimpinan Kiai Abbas, Pondok Buntet

Pesantren dijadikan markas pergerakan kaum Republik untuk

melawan penjajahan. Mulai saat itu, Pondok Buntet Pesantren

menjadi basis perjuangan umat Islam melawan penjajah yang

tergabung dalam barisan Hizbullah. Organisasi ini diketuai

langsung oleh Kiai Abbas dan adiknya Kiai Anas, serta dibantu

ulama lain, seperti Kiai Murtadlo, Kiai Sholeh, dan Kiai Mujahid.

Karena itu muncul tokoh Hizbullah di zaman pergerakan nasional

yang berasal dari Cirebon, seperti KH Hasyim Anwar dan KH

Abdullah Abbas, putra Kiai Abbas sendiri.19

Santri-santri yang telah dilatih di Pondok Buntet

Pesantren Cirebon kemudian dikirim oleh Kiai Abbas untuk ikut

membantu mengusir penjajah yang hendak mencengkram

kembali ke kuasaannya di Indonesia, salah satunya Kiai Abbas

mengirim santri pilihannya yang tergabung dalam Laskar

Hizbullah ke Surabaya pada pertempuran 10 November 1945.20

18Dosen-dosen IAIN Syekh Nujati Cirebon, Pondok Pesantren Di

Wilayah III Cirebon, (Yogyakarta: Kaukaba Dipantara, 2014), 121.

19Dosen-dosen IAIN Syekh Nujati Cirebon, Pondok Pesantren.....,

121.

20Ahmad Zaini Hasan, Perlawanan dari tanah pengasingan: Kiai

Abbas, Pesantren Buntet, dan Bela Negara, (Yogyakarta: LKiS, 2014), 92.

Page 101: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

88

Selain mendirikan Hizbullah, pada saat itu di Pondok

Buntet Pesantren juga dikenal adanya organisasi Asybal. Asybal

adalah organisasi anak-anak yang berusia di bawah 17 tahun yang

dibentuk oleh para sesepuh Pondok Buntet Pesantren sebagai

pasukan pengintai, yang bertugas mengawasi jalan-jalan yang

mungkin di lalui musuh dari sebelah mana musuh datang, dengan

memakai kendaraan apa musuh datang, serta bertugas sebagai

penghubung yang membawa informasi dan berita dari saru

kesatuan kepada kesatuan yang lainnya. Sebagai pimpinan

Asybal pada waktu itu adalah:

- H Nahduddin Abbas (Komandan)

- Mohammad Faqihuddin (Wadan)

- Mohammad Hisyam Mansyur (Dan Kie I)

- Fachruddin (Dan Kie II)

- Hasyim Halawi (Dan Kie III)

- Muayyad Qosim (Dan Kie IV)

Ditambah dengan para pembantu yang lainnya.21

Menurut Kang Ayub Abdul Rokhman22, Kiai Abbas itu

terkenal di kalangan ulama karena Laskar Hizbullah dan jaringan

telik sandinya, sehingga dari jaringan telik sandinya Kiai Abbas

tahu tentang pergerakan musuh yang akan dihadapinya.23 Seperti

jaringan telik sandi santri yang dibentuk oleh Kiai Abbas saat

akan terjadinya Pertempuran 10 November 1945 yang

21M. Hisyam Mansyur, MS. Amak Ahmadi Bakri, Sekilas Lintas

Sejarah Buntet Pesantren Mertapada Kulon, (1973), 30.

22Cicit dari Ny. Sumaryam, putri pertama Kiai Abbas.

23Disampaikan ketika diskusi di Taman Ismail Marzuki, pada hari

sabtu tanggal 15 September 2018 pukul 01.15.

Page 102: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

89

membentang dari Cirebon ke arah timur hingga Surabaya.

Anggotanya adalah para santri dengan usia yang beragam. Dalam

bentangan jaringan telik sandi inilah, koordinasi antar lini barisan

Mujahidin (Mustasyar-nya Hizbullah dan Sabilillah) yang

dikomandoi oleh KH A. Wahab Chasbullah bisa terjalin

sempurna.24

Hasil-hasil intelijen ini yang kemudian juga diteruskan ke

Markas Besar Oelama Djawa Timur yang berada di tangan KH

Bisyri Syansuri. Koordinasi antar lini ini yang yang memberikan

efek dahsyat seputar persiapan pertempuran yang kelak dikenang

sebagai Hari Pahlawan. Demikian pentingnya posisi Kiai Abbas,

Kiai Hasyim Asy’ari dalam fase genting menjelang meletusnya

pertempuran ini belum mengeluarkan keputusan, kecuali setelah

kedatangan Kiai Abbas. Apa yang dilakukan oleh Kiai Abbas

dengan membentangkan jaringan telik sandinya adalah sebuah

langkah taktis nan cerdik dalam momentum kemerdekaan

tersebut.25

2. Menentukan Waktu Pertempuran

Malam 10 November menjadi malam yang sibuk dan

menegangkan. Semua lapisan perjuangan telah mempersiapkan

diri di posisinya masing-masing untuk menunggu komando

bertempur. Akan tetapi rakyat Indonesia masih menunggu

intruksi dari Kiai Hasyim Asy’ari untuk menunggu kehadiran

24http://numojokerto.or.id/read/2016/11/18/1263/strategi-kontra-

intelijen-para-kiai (Diakses pada hari selasa tanggal 16 Oktober 2018 pukul

23.15)

25http://numojokerto.or.id/read/2016/11/18/1263/strategi-kontra-

intelijen-para-kiai (Diakses pada hari selasa tanggal 16 Oktober 2018 pukul

23.15)

Page 103: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

90

Kiai Abbas dari Cirebon yang masih dalam perjalanan menuju

Surabaya.

Menurut sesepuh Pondok Buntet Pesantren, Pertempuran

Surabaya 1945 itu sebenarnya rencana awalnya bukan tanggal 10

November 1945, tetapi tanggal 9 November 1945. Berhubung

tanggal 9 November 1945 itu rata-rata para ulama/kiai se-Jawa

belum datang dan yang diharapkan oleh Kiai Hasyim Asy’ari

yang akan memimpin pertempuran adalah Kiai Abbas, maka

pertempuran diundur menjadi tanggal 10 November 1945.26

Seperti yang diungkapkan oleh Panglima TNI, Jenderal

Gatot Nurmantyo27, bahwa peran Kiai Abbas mempengaruhi

waktu mulai dimulainya pertempuran:

“Saya ingin pula menceritakan bahwa sebenarnya

perlawanan perang heroik bukan dilaksanakan

tanggal 10, tetapi lebih awal. Tetapi saat itu KH

Hasyim Asy’ari menyampaikan “Kita tunda. Kita

menunggu Singa Jawa Barat, yaitu Kiai Abbas bin

Abdul Jamil. Ia adalah cicit dari Mbah Muqoyim,

pendiri Pondok Buntet Pesantren Cirebon. Setelah

Kiai Abbas bin Abdul Jamil datang, Kiai Hasyim

memerintahkan bahwa komando laskar tertinggi

Hizbullah diserahkan untuk memimpin langsung

penyerangan Sekutu di Surabaya pada tanggal 10

November 1945.”

”Pengaruh yang kuat membuat keputusan KH Hasyim

Asy’ari mengundurkan waktu yang sangat tepat,

sehingga terjadilah pertempuran yang sangat heroik

yang kita kenal sekarang menjadi Hari Pahlawan.

Hal ini mempunyai makna yang bisa kita petik bahwa

peristiwa tersebut, bahwa perjuangan dan

26Hasil wawancara dengan KH Muhadditsir Rifa’i, pada hari sabtu

tanggal 18 Agustus 2018. 27https://www.youtube.com/watch?v=1LwkZPTWSWU (Diakses

pada hari senin tanggal 20 Agustus 2018 pukul 21.20)

Page 104: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

91

kepentingan mempertahankan kedaulatan Negara

berdimensi lintas etnis dan lintas wilayah, siapapun

dan di mana pun mempunyai kewajiban sama, yaitu

membela bangsa dan Republik Indonesia.”

Sebenarnya bukan hanya Kiai Abbas saja yang datang

dari Cirebon, akan tetapi ada beberapa kiai dari Cirebon yang ikut

berjuang dalam Pertempuran Surabaya, seperti Kiai Syatori

(Arjawinangun), Kiai Syamsuri (Wanantara), Kiai Anas, Kiai

Ilyas, Kiai Akyas (Buntet), namun kiai-kiai tersebut berada

dibawah komando Kiai Abbas, dan waktu pemberangkatannya

saja yang berbeda.28

Mengenai perjalanan yang ditempuh oleh Kiai Abbas

diceritakan oleh salah satu pengawalnya yang bernama Abdul

Wachid yang memberikan kesaksian tertulis kepada B. Syamsu

sebagai berikut:

“Pada hari itu kalau tidak salah kira-kira tanggal 6

Nopember 1945 saya dengan 3 orang telah

mendapat tugas dari Komandan Detasemen

Hizbullah Resimen XII/SGD untuk mengawal Bapak

Kiai H. Abbas ke front Surabaya.”

“Pada jam 06.30 rombongan kami dengan diiringi

sepasukan Hizbullah Resimen XII Divisi I Syarif

Hidayat meninggalkan Markas Detasemen menuju

ke Station Kereta Api Parujakan Cirebon, untuk

selanjutnya dengan akan menumpang KA Expres ke

Surabaya.”

“Rombongan kami yang meneruskan perjalanan ke

Surabaya terdiri dari:

1. Bapak Kiai H Abbas, dari Buntet Kabupaten

Cirebon.

28Hasil wawancara dengan KH Muhadditsir Rifa’i, pada hari sabtu

tanggal 18 Agustus 2018.

Page 105: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

92

2. Bapak Kiai H Achmad Tamin, dari Panggang

Kecamatan Losari (sebagai pendamping).

3. Saya sendiri Abdul Wachid, Anggota Laskar

Hizbullah Resimen XII/SGD dari desa Kalibuntu

Kecamatan Ciledug (sebagai pengawal).

4. Saudara Usman (telah Alm.) Anggota Laskar

Hizbullah dari Kecamatan Weru, (sebagai

pengawal).

5. Saudara Abdullah (telah Alm.) Anggota Savilillah

dari Kecamatan Kapetakan, (sebagai pengawal).

6. Saudara Sya’roni (telah Alm.), Anggota Sabilillah

dari Gombang, Kecamatan Plumbon, (sebagai

pengawal).

“Pada waktu itu, Bapak KH Abbas mengenakan jas

buka abu-abu, kain sarung plekat, mengenakan

sorban dan beralaskan kaki terompah (semacam

sendal jepit). Beliau menyerahkan sebuah kantong

pada saya, saya raba-raba isinya hanya sepasang

gamparan (teklek). Saya pikir, buat apa Bapak Kiai

kok membawa gamparan, kan beliau sudah

memakai terompah, saya jadi gumun/heran sekali

bahkan kadang-kadang saya jadi ketawa geli

sendiri, masa orang mau perang kok pakai

gamparan, aneh kan.”

“Kereta Api Expres yang kami tumpangi berjalan

dengan lancar, kota demi kota telah dilewati, maka

pada kira-kira jam 17.00 KA yang kami tumpangi

telah masuk ke Station Rembang, di mana kami

telah banyak yang menjemput, kemudian kami

dibawa ke Pondok Pesantren Kiai Bisri di

Rembang.”

“Pada malam harinya ba’da sholat isya, para Alim

Ulama yang jumlahnya diperkirakan lebih dari 15

orang, mengadakan musyawarah untuk menentukan

komando/pimpinan Pertempuran di Surabaya.”

“Musyawarah para Alim Ulama tersebut rupanya

telah mengambil keputusan bahwa

pimpinan/komando pertempuran di Surabaya di

serahkan kepada Bapak Kiai H Abbas seorang

Ulama dari Cirebon.”

Page 106: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

93

“Pagi hari itu ba’da sholat subuh, dipondok

Pesantren Kiai Bisri Rembang sudah ramai di mana

para santri sudah siap dan banyak pula yang

berpakaian seragam Hizbullah. Di halaman masjid

sudah tersedia 2 (dua) buah mobil sedan kuno yang

berkapasitas 4 orang.”

“Bapak Kiai H Abbas memanggil saya dan rekan-

rekan pengawal dari Cirebon, kemudian beliau

meminta bingkisan (gamparan) yang sejak dari

Cirebon saya bawa, lalu beliau memberi amanat

bahwa kami beserta rekan-rekan dari Cirebon tidak

boleh ke mana-mana supaya menunggu di Pondok

sampai beliau kembali dari Surabaya. Dengan

diiringi pekik Allahu Akbar tiga kali dan pekik

MERDEKA! Menggetarkan Pondok Pesantren

Rembang, mobil sedan kuno itu bergerak maju

perlahan-lahan yang selalu diiringi pekik takbir dan

pekik merdeka.!”

“Bapak Kiai Abbas duduk di jok belakang di

dampingi Bapak Kiai Bisri Rembang sedangkan

Kiai H Achmad Tamin (pendamping dari Cirebon)

duduk di jok depan berdampingan dengan supir,

demikian mobil sedan yang satunya lagi

berpenumpang 4 orang para Kiai yang saya sendiri

tidak tahu nama-namanya.”29

Setelah Kiai Abbas bersama rombongan baik dari

Cirebon maupun Rembang tiba di Surabaya, langsung disambut

oleh para pejuang dengan pekik merdeka dan takbir yang

menggemuruh. Secara tidak langsung Kiai Abbas adalah orang

yang ditunggu-tunggu kehadirannya di Surabaya, sesuai dengan

apa yang disampaikan oleh Kiai Hasyim Asy’ari.

29B. Syamsu, “Sekelumit Riwayat Al-Mukarrom Alm. Bapak Kiai H.

Abbas Pimpinan Pondok Pesantren Buntet Kabupaten Cirebon ke Peristiwa

Perang Kemerdekaan RI di Kota Surabaya 10 November 1945”. Dokumen. 9

Agustus (1995), 1-3.

Page 107: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

94

Selain Kiai Abbas, para kiai lain yang berasal dari Garut,

Banten, Bangil, Pasuruan, Jombang, Malang, Kediri, Madiun,

Ponorogo, bahkan Kalimantan, dan daerah lain bersama-bersama

santri-santri mereka juga berbondong-bondong ke Surabaya

untuk memperkuat pasukan.30

Masyarakat meyakini bahwa kiai memiliki kemampuan

lebih atau kesaktian. Para kiai dan ulama yang datang dari luar

Surabaya tersebut berkumpul rumah di KH Yasin di Blauran

Gang IV/24 di belakang gedung bioskop Kranggan, Surabaya,

sehingga daerah Blauran terkenal sebagai Markas Kiai.31 Di

tempat itulah beratus-ratus Laskar Hizbullah dari Surabaya,

Gresik, Sidoarjo, dan Mojokerto, duduk di jalan gang menunggu

giliran memperoleh wafak, air yang dibacakan asma’ dan hizb

yang diberikan Kiai Abbas kepada para pejuang dari Laskar

Hizbullah.32

Mereka yang sudah mendapat doa, asma’, hizb, wafak

dari kiai merasa lebih bulat hati dan jiwa menyambut

pertempuran esok hari. Antara laskar satu dengan yang lainnya

sudah sangat yakin dengan prinsip yang dijadikan pegangan

hidup para santri sejak masa kolonial, yakni semboyan “Hidup

Mulia atau Mati Syahid”.33

30Suratmin, Perjuangan Laskar Hizbullah Dalam Pertempuran

Surabaya 10 November 1945, (Yogyakarta: Matapadi Presindo, 2017), 114. 31Ayuhanafiq, Garis Depan Pertempuran Lasykar....., 64. 32Agus Sunyoto, Fatwa dan Resolusi Jihad Sejarah Perang Rakyat

Semesta di Surabaya, 10 Nopember 1945, (Jakarta: Lesbumi PBNU, 2017),

207. 33Agus Sunyoto, Fatwa dan Resolusi Jihad Sejarah Perang....., 207.

Page 108: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

95

Kiai Abbas mempunyai strategi mengenai kapan waktu

dimulainya penyerangan yang akan diterapkan kepada seluruh

pasukan yang sudah menantinya, strategi ini berlainan dengan

strategi Kiai Hasyim Asy’ari. Kalau Kiai Hasyim Asy’ari

menginginkan penyerangan dimulai ba’da sholat Maghrib, tetapi

Kiai Abbas menginginkan menjelang fajar, jadi sholat subuh itu

sedang berada dalam medan pertempuran. Menurut KH Abdullah

Syifa Akyas34 strategi ini mengambil i’tibar dari Perang Hunain

di mana Nabi Muhammad bersama kaum Muslimin memulai

pergerakan penyerangan pada waktu menjelang fajar.35

Sebelum bertempur, Kiai Abbas bersama kiai-kiai yang

datang dari Cirebon dan Rembang sholat sunnah di dalam masjid,

kemudian memerintahkan pengawalnya untuk berdoa di tepi

kolam masjid, dan kepada Kiai Bisri Rembang diperintahkan

supaya laskar pemuda-pemuda yang akan berjuang untuk

mengambil air wudhu atau minum air dari kolam yang sudah

diberikan doa.36

Peran para kiai dan ulama itu diakui oleh Alwi yang

melihat adanya kerumunan pemuda yang meminta berkah berupa

air minum yang telah diberi doa oleh seorang ulama;

“.....pernah aku melihat di Gang I Blauran, kerumunan

penduduk, mereka antre untuk bisa mendapatkan satu botol

air. Ternyata air tersebut diberi doa oleh seorang alim ulama

34Putra Kiai Akyas Buntet.

35Hasil wawancara dengan KH Muhadditsir Rifa’i, pada hari sabtu

tanggal 18 Agustus 2018.

36B. Syamsu, “Sekelumit Riwayat Al-Mukarrom Alm. Bapak Kiai H.

Abbas Pimpinan Pondok Pesantren Buntet Kabupaten Cirebon ke Peristiwa

Perang Kemerdekaan RI di Kota Surabaya 10 November 1945”. Dokumen. 9

Agustus (1995), 3.

Page 109: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

96

sehingga diyakini bisa menjamin kekebalan. Dari mana

beliau datang, tidak pernah aku ketahui dan juga tidak perlu

dipersoalkan. Pokok, sosok sepuh tersebut terpanggil turun

tangan memberikan bekal semangat berikut doa keselamatan

bagi para pejuang. Beberapa pejuang yang sedang lewat

langsung ikut meminum air bertuah itu. Sebuah bantuan

spritual yang sangat bermakna pada masa itu....”

Kemudian bagaikan lebah keluar dari sarangnya para

laskar pemuda-pemuda dari segala lapisan badan perjuangan

menyerbu setiap tempat di mana serdadu tentara Sekutu berada

diiringi pekik merdeka dan takbir bergemuruh menggetarkan

seluruh Kota Surabaya yang disambut dengan rentetan-rentetan

tembakan dari pihak Sekutu.37

Di tengah pekikan takbir Allahu Akbar, walau hanya

menggenggam bambu runcing para ulama dan santri maju terus

pantang mundur. Mati dalam pertempuran melawan penjajah

barat, diyakini sebagai mati yang indah, gugur sebagai syuhada.

Bagaimanapun kuatnya senjata imperialis barat, tidak mungkin

mampu memadamkan semangat ulama dan santri yang hatinya

sedang terpana oleh rasa cinta terhadap keagungan nilai

kemerdekaan. Lebih baik gugur sebagai syuhada daripada hidup

terjajah.38

Mengenai senjata bambu runcing yang digunakan oleh

para pejuang pada saat itu, bukan hanya sekedar bambu runcing

biasa, akan tetapi bambu runcing yang telah di ijazahi doa oleh

37B. Syamsu, “Sekelumit Riwayat Al-Mukarrom Alm. Bapak Kiai H.

Abbas Pimpinan Pondok Pesantren Buntet Kabupaten Cirebon ke Peristiwa

Perang Kemerdekaan RI di Kota Surabaya 10 November 1945”. Dokumen. 9

Agustus (1995), 4.

38Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah Jilid 2....., 210.

Page 110: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

97

Kiai Subkhi dari Parakan, Magelang. Adapun doanya adalah

Bismillaahirrahmanirrahiim, Allahu Ya Hafiidzu 3x, Allahu

Akbar 3x, Ilaahi Yaa Sayyidii Anta Maulaanaa Fanshurna ‘Alal

Qaumil Kaafiriin.39

Korban dari kedua belah pihak tidak dapat dihindari lagi,

terutama dari pihak Indonesia yang hanya bersenjatakan bambu

runcing, pentungan atau golok seadanya yang disongsong oleh

pihak Sekutu dengan tembakan peluru dari berbagai senjata

otomatis dan modern.40

C. Sebagai Komandan Pertempuran Surabaya 1945

Penunjukkan Kiai Abbas sebagai komandan tertinggi

Laskar Hizbullah di Pertempuran Surabaya 1945 bukan tanpa

alasan, selain memiliki kemampuan bertempur yang mumpuni, ia

juga memiliki strategi peperangan diluar pertempuran yang

umum dilakukan oleh pasukan tentara. Kiai Hasyim Asy’ari

menunjuk Kiai Abbas sebagai komandan itu pun berdasarkan

istikhoroh, dan musyawarah bersama kiai-kiai lainnya.41

Hal ini juga yang di sampaikan oleh Abdul Wachid selaku

pengawal Kiai Abbas, bahwasannya setelah sampai di Rembang,

selepas sholat isya, para Alim Ulama yang jumlahnya lebih dari

15 orang, mengadakan musyawarah untuk menentukan

39Hasil wawancara dengan Kiai Abdul Mufti, pada hari minggu

tanggal 8 April 2018. 40B. Syamsu, “Sekelumit Riwayat Al-Mukarrom Alm. Bapak Kiai H.

Abbas Pimpinan Pondok Pesantren Buntet Kabupaten Cirebon ke Peristiwa

Perang Kemerdekaan RI di Kota Surabaya 10 November 1945”. Dokumen. 9

Agustus (1995), 4.

41Hasil wawancara dengan KH Muhadditsir Rifa’i, pada hari sabtu

tanggal 18 Agustus 2018.

Page 111: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

98

komando/pimpinan pertempuran di Surabaya. Hasil dari

musyawarah para Alim Ulama tersebut menunjuk Kiai Abbas

sebagai komandan Pertempuran Surabaya 1945.42

Sebagai seorang komandan, Kiai Abbas mempunyai

pengaruh yang sangat besar. Diantaranya keahlian Kiai Abbas

dari menyusun strategi, yang kedua kemampuan bathiniyah

kanuragan Kiai Abbas yang sudah tidak bisa diragukan lagi.

Kemudian dengan datangnya Kiai Abbas dapat menumbuhkan

semangat dan gairah para kiai lain beserta para santri yang datang

untuk membantu pertempuran. Ditambah dengan adanya

panggilan Jihad, Allahu Akbar mampu mengobarkan semangat

juang rakyat Indonesia.43

Strategi yang diterapkan oleh Kiai Abbas sebelum

pertempuran adalah semua kiai dan santri pada tanggal 9

November 1945 sudah dikomandokan untuk berpuasa,

dilanjutkan untuk istighosah44 pada malam harinya. Semua

kemampuan yang ada digunakan ditambah lagi dengan hanya

menggunakan senjata bambu runcing. Kemudian para kiai

disuruh membaca doa di setiap balong (kolam) yang ada di

pondok-pondok dan kepada para santri disuruh meminum air

yang sudah dibacakan doa tersebut. Sehingga santri tidak tahu,

walaupun dia belum sempat melakukan amaliyah-amaliyah

42B. Syamsu, “Sekelumit Riwayat Al-Mukarrom Alm. Bapak Kiai H.

Abbas Pimpinan Pondok Pesantren Buntet Kabupaten Cirebon ke Peristiwa

Perang Kemerdekaan RI di Kota Surabaya 10 November 1945”. Dokumen. 9

Agustus (1995), 2.

43Hasil wawancara dengan KH Ade Nasihul Umam, Lc., pada hari

jum’at tanggal 27 Juli 2018.

44Meminta pertolongan kepada Allah SWT ketika dalam keadaan sulit

dan sukar.

Page 112: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

99

kanuragan, akan tetapi dengan air yang sudah diisi dan dibacakan

doa oleh para kiai, mereka mempunyai kekuatan spritual yang

sangat luar biasa.

Disamping itu, karena Kiai Abbas adalah komandan

tertinggi Laskar Hizbullah, Kiai Abbas memberikan komando

kepada TKR, Tentara pelajar, dan kepada semua badan/laskar

perjuangan yang ada di Surabaya sehingga berbaur menjadi satu.

Sampai akhirnya Bung Tomo ditugaskan para Kiai untuk

membuat pengumuman, mengobarkan api semangat kepada para

pejuang. Sehingga betul-betul bersatu dalam kekuatan dzohir dan

bathin.45

Strategi lain yang diterapkan Kiai Abbas selaku

komandan adalah para kiai diperintahkan berada di garda depan

pertempuran, diikuti oleh para santri yang berada dibelakangnya,

karena tentara Sekutu dan NICA itu sudah mengetahui

keampuhan dan kehebatan seorang kiai, sehingga ketika para kiai

berada di barisan depan membuat mental tentara Sekutu menjadi

down.46

Ulama dari Jawa Barat yang berada di depan garda

pertempuran salah satunya Kiai Abbas dan Kiai Anas. Kiai Anas

memegang peranan penting karena kedekatannya dengan Kiai

Abbas secara umur, disamping itu kemampuan Kiai Anas dalam

melihat situasi medan pertempuran menyebabkan ia bertugas

melindungi kakaknya yang menjadi komandan pertempuran.

45Hasil wawancara dengan KH Ade Nasihul Umam, Lc., pada hari

jum’at tanggal 27 Juli 2018.

46Hasil wawancara dengan KH Ade Nasihul Umam, Lc., pada hari

jum’at tanggal 27 Juli 2018.

Page 113: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

100

Sementara Kiai Ilyas dan Kiai Akyas diberi tugas untuk

menyusuri wilayah di luar medan pertempuran.47

Dalam perang sabil di Surabaya sewaktu melawan tentara

Sekutu dan NICA banyak sekali hal yang sukar dimengerti dan di

luar logika. Namun, dalam teknik Perang Sabil, para ulama di

masa revolusi memperlihatkan potensi spritual yang luar biasa.48

Mengenai peran kiai dan ulama dengan kemampuannya itu

memang banyak terjadi, tetapi sifat ikhlas yang dimilikinya

membuat apa yang telah dilakukan itu tidak diceritakan pada

orang banyak.49 Termasuk kisah Kiai Abbas yang diminta oleh

Kiai Hasyim Asy’ari untuk datang ke Surabaya karena

mempunyai beberapa kelebihan, ia diyakini dapat meruntuhkan

pesawat tempur tentara Sekutu hanya dengan mengarahkan

tongkatnya ke arah pesawat tersebut. Kedatangan Kiai Abbas

sangat dinantikan oleh Kiai Hasyim Asy’ari untuk mengamankan

bahaya serangan udara tentara Sekutu.50

Dalam berita Kedaulatan Rakyat yang bersumber dari

pihak tentara Sekutu, bahwa sejak terjadinya Pertempuran

Surabaya sampai dengan 17-12-1945, tentara Sekutu menderita

kerugian tujuh buah pesawat tertembak jatuh oleh serangan

penangkis udara dari pihak Indonesia.51

Di atas telah dijelaskan bahwa strategi penyerangan yang

diterapkan oleh Kiai Abbas adalah melakukan penyerangan

47Hasil wawancara dengan KH Muhadditsir Rifa’i, pada hari sabtu

tanggal 18 Agustus 2018.

48Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah Jilid 2....., 214.

49Ayuhanafiq, Garis Depan Pertempuran Lasykar....., 65. 50Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah Jilid 2....., 216. 51Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah Jilid 2....., 216-217.

Page 114: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

101

menjelang waktu fajar. Hal ini dibuktikan dalam buku

Perjuangan Laskar Hizbullah di Jawa Timur bahwa pada dini

hari sekitar pukul 03.00 pimpinan Hizbullah menggerakkan

semua pasukan Hizbullah Surabaya yang berada di Markas Jalan

Kepanjen. Mereka digerakkan menuju sasaran musuh dengan

mengambil garis awal jalan jurusan Jembatan Merah ke barat

hingga jalan Gresik. Sasaran serangan musuh yang berada di

Tanjung Perak. Sedangkan pasukan cadangan digerakkan

menempati sepanjang Viaduk dari Kantor Gubernur sampai

lapangan Pasar Turi.52

Keesokan harinya pihak Sekutu datang dengan

menggunakan tank-tank baja, dan truk-truk menyerang kubu

pertahanan tentara atau laskar Indonesia yang diiringi oleh

dentuman kanon dan mortir serta rentetan tembakan 12,7 dari

pesawat udara yang cukup banyak jumlahnya, sehingga para

laskar dan tentara banyak yang gugur dan terpaksa mundur ke

pinggiran kota Surabaya.53

D. Dampak Perjuangan Kiai Abbas Pasca Pertempuran

Surabaya 1945

Kiai Abbas tahu bahwa setelah pertempuran yang terjadi

di Surabaya, tentara Sekutu dan NICA tidak akan menyerah

begitu saja. Akan tetapi akan terus menyerang dan ingin menjajah

52Isno El-Kayyis, Perjuangan Laskar Hizbullah di Jawa Timur,

(Jombang: Pustaka Tebuireng, 2015), 184. 53B. Syamsu, “Sekelumit Riwayat Al-Mukarrom Alm. Bapak Kiai H.

Abbas Pimpinan Pondok Pesantren Buntet Kabupaten Cirebon ke Peristiwa

Perang Kemerdekaan RI di Kota Surabaya 10 November 1945”. Dokumen. 9

Agustus (1995), 4-5.

Page 115: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

102

kembali Indonesia. Untuk itu, setelah pertempuran berakhir,

perjuangan Kiai Abbas masih terus dilanjutkan.

Diceritakan oleh Kiai Abdul Mufti setelah Kiai Abbas

pulang dari Surabaya, ia langsung membentuk para laskar yang

ada di wilayah Cirebon. Salah satu orang yang ikut dalam

perekrutan yang dilakukan oleh Kiai Abbas adalah Abdul Mufti,

seorang santri dan saksi hidup Kiai Abbas yang kini tinggal di

Astanajapura, Cirebon.

Pada waktu itu perekrutan yang dilakukan oleh Kiai

Abbas dari berbagai wilayah yang ada di Cirebon, seperti

Astanajapura, Japura, Kendal, Buntet, dan lain-lain. Setelah

terkumpul kurang lebih 60 orang pemuda, maka mereka di latih

di sebuah markas Hizbullah yang berada di wilayah Mundu

Pesisir. Setiap pagi, siang, dan malam mereka dilatih untuk

menjadi prajurit yang kuat dan berani mati demi mempertahankan

kemerdekaan. Kemudian mereka dikirim ke berbagai wilayah

yang ada di Jawa Barat untuk melakukan perang gerilya melawan

pasukan penjajah.54

Dampak lain dari perjuangan Kiai Abbas pasca

Pertempuran Surabaya 1945 yaitu menunjukkan bahwa bangsa

Indonesia adalah bangsa yang kuat walaupun baru saja merdeka.

Perjuangan Kiai Abbas dalam Pertempuran Surabaya 1945, bagi

para sesepuh di Pondok Buntet Pesantren lebih berfikir ke arah

nasional serta bagaimana membangun negara. Bahkan setelah

54Hasil wawancara dengan Kiai Abdul Mufti, pada hari minggu

tanggal 8 April 2018.

Page 116: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

103

wafatnya Kiai Abbas, perjuangannya masih terus dilanjutkan oleh

anak keturunannya.55

Kemudian untuk masalah penghargaan dari pemerintah

atas jasa-jasa Kiai Abbas secara tertulis tidak ada yang berpikir

kearah sana, akan tetapi desakan-desakan dari luar untuk

pengajuan menjadi Pahlawan Nasional banyak sekali. Namun

dari pihak keluarga dan para kiai sepuh di Pondok Buntet

Pesantren tidak setuju karena takut akan menodai nilai-nilai

kepahlawanan Kiai Abbas, sehingga tidak ada yang

mengajukan.56 Akan tetapi untuk penghargaan secara moril

sangat luar biasa, bahkan setiap tanggal 17 Agustus ditambah

sekarang ada Hari Santri Nasional setiap tanggal 22 Oktober, baik

dari korem, kepolisian, dan peringatan kirab Hari Santri Nasional

berziarah ke Maqbaroh Kiai Abbas, dan itu sudah menjadi agenda

tahunan. Artinya walaupun tanpa adanya gelar orang yang sudah

berjasa tidak akan hilang tanda jasanya.57

55Hasil wawancara dengan Kang Munib Rowandi, pada hari sabtu

tanggal 28 Juli 2018.

56Hasil wawancara dengan KH Ade Nasihul Umam, Lc., pada hari

jum’at tanggal 27 Juli 2018.

57Hasil wawancara dengan KH Ade Nasihul Umam, Lc., pada hari

jum’at tanggal 27 Juli 2018.

Page 117: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

105

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kiai Abbas mempunyai pengaruh dan peran yang sangat

besar dalam Pertempuran Surabaya 1945. Pengaruh yang

diberikan Kiai Abbas bisa dilihat ketika Kiai Hasyim Asy’ari

belum memberikan izin untuk melakukan pertempuran sebelum

Kiai Abbas datang, hal inilah yang mempengaruhi jalannya

waktu pertempuran. Selain itu peran Kiai Abbas bisa dibuktikan

dengan ikut sertanya Kiai Abbas dalam merumuskan Resolusi

Jihad, sebagai komandan tertinggi Laskar Hizbullah dalam

Pertempuran Surabaya 1945, membentuk dan mengirim pasukan

dari Cirebon ke Surabaya, membentangkan jaringan telik sandi

dari Cirebon ke arah timur hingga Surabaya, menentukan waktu

pertempuran, dan berhasil mengobarkan semangat para pejuang

dari berbagai kalangan.

B. Saran

Dari penelitian ini penulis berharap untuk generasi

penerus bangsa bisa meneladani dan membangkitkan sikap

kepahlawanan yang telah ditunjukkan Kiai Abbas. Selain itu,

diharapkan kepada pihak jurusan, fakultas, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, sejarawan, dan pemerintah bisa diteliti lebih

lanjut secara intensif dan komprehensif mengenai peran Kiai

Abbas Buntet (Cirebon) dalam Pertempuran Surabaya 1945

sebagai penyempurna dari skripsi ini.

Page 118: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

107

DAFTAR PUSTAKA

SUMBER PRIMER

Achmad, R.S. Surabaya Bergolak. Jakarta: Haji Masagung, 1990.

ANRI. “Penetapan Presiden RI Panglima Tertinggi Angkatan

Perang Tanggal 5 Mei 1947 tentang Penyatuan Tentara

RI dan Laskar-laskarnya Menjadi Satu Organisasi

Tentara”. Arsip, RA. 24 No. 1261.

Anonim. “60 Miljoen Kaoem Moeslimin Indonesia Siap Berjihad

Fi Sabilillah. Perang didjalan Allah oentoek menentang

tiap-tiap pendjadjahan”. Kedaulatan Rakyat, 8 November

(1945), 1.

Hoofdbestuur (H.B) Nahdlatoel Oelama, “Resoloesi Djihad fi –

Sabilillah”. Arsip, 22 Oktober (1945).

Jasin, Moehammad. Memoar Jasin Sang Polisi pejuang:

Meluruskan Sejarah Kelahiran Polisi Indonesia. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama, 2010.

Mansyur, M. Hisyam., dan MS. Amak Ahmadi Bakri. Sekilas

Lintas Sejarah Buntet Pesantren Mertapada Kulon. 1973.

Syamsu, B. “Sekelumit Riwayat Al-Mukarrom Alm. Bapak Kiai

H. Abbas Pimpinan Pondok Pesantren Buntet Kabupaten

Cirebon ke Peristiwa Perang Kemerdekaan RI di Kota

Surabaya 10 Nopember 1945.” Dokumen, 9 Agustus

(1995).

Tomo, Bung (Sutomo). Pertempuran 10 November 1945:

Kesaksian & Pengalaman Seorang Aktor Sejarah.

Cetakan kedua. Jakarta: Visi Media, 2008.

Wawancara dengan Kiai Abdul Mufti, santri dan saksi hidup Kiai

Abbas yang sekarang berumur 98 tahun pada hari minggu

tanggal 8 April 2018.

Page 119: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

108

SUMBER SEKUNDER

Abdurrahman, Dudung. Metode Penelitian sejarah. Jakarta:

Logos Wacana Ilmu, 1999.

Arta, Ketut Sedana., dan I Ketut Margi. Sejarah Indonesia dari

Proklamasi Sampai Orde Reformasi. Yogyakarta: Graha

Ilmu, 2014).

Ayuhanafiq. Garis Depan Pertempuran Lasykar Hizbullah1945-

1950. Yogyakarta: Azzagrafika, 2013.

Aziz, Munawir. Pahlawan Santri Tulang Punggung Pergerakan

Nasional. Jakarta: Pustaka Compass, 2016.

Badruddin, Hsubky. Dilema Ulama Dalam Perubahan Zaman.

Jakarta: Gema Insani Press, 1995.

Bizawie, Zainul Milal. Laskar Ulama-Santri dan Resolusi Jihad

garda depan menegakkan Indonesia (1945-1949).

Tangerang: Pustaka Compass, 2014.

. Masterpiece Islam Nusantara Sanad dan

Jejaring Ulama-Santri (1830-1945). Jakarta: Pustaka

Compass, 2016.

Burhanudin, Jajat. Islam dalam Arus sejarah Indonesia. Jakarta:

Kencana, 2017.

Bustami, Abdul Latif., dan Tim Sejarawan Tebuireng. Resolusi

Jihad Perjuangan Ulama: Dari Menegakkan Agama

Hingga Negara. Jombang: Pustaka Tebuireng, 2015.

Daliman, A. Metode Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Penerbit

Ombak, 2015.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa

Indonesia, cetakan ketiga. Jakarta: Balai Pustaka, 2003.

Page 120: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

109

Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren, Study Tentang Cara

Hidup Kyai. Jakarta: LP3ES, 1982.

Muhaimin, A.G. The Islamic Traditions Of Cirebon

Ibadat and Adat Amongs Javanese Muslims. Disertasi

Doctor, Australia: ANU E Press, 1995.

Djatikoesoemo. Hukum Internasional Bagian Perang. Jakarta:

Pemandangan, 1956.

Dosen-dosen IAIN Syekh Nujati Cirebon. Pondok Pesantren Di

Wilayah III Cirebon. Yogyakarta: Kaukaba Dipantara,

2014.

El-Guyanie, Gugun. Resolusi Jihad Paling Syar’i. Yogyakarta:

PT LkiS Printing Cemerlang, 2010.

El-Kayyis, Isno. Perjuangan Laskar Hizbullah di Jawa Timur

Jombang: Pustaka Tebuireng, 2015.

Engelen, O.E. Lahirnya Satu Bangsa & Negara. Jakarta: UI-

Press, 1997.

Giddens, Anthony. Kapitalisme dan Teori Sosial Modern: Suatu

analisa karya tulis Marx, Durkheim dan Max Weber. terj.

Soeheba Kramadinata. Jakarta: UI Press, 1986.

Hadi, Munib Rowandi Amsal. Kisah-kisah Dari Buntet

Pesantren. Cirebon: Kalam, 2012.

Hasan, Ahmad Zaini. Perlawanan dari tanah pengasingan: Kiai

Abbas, Pesantren Buntet, Dan Bela Negara. Yogyakarta:

LKiS, 2014.

HS, Ahmad Fadli. Ulama Betawi: Studi Tentang Ulama Betawi

dan Kontribusinya Terhadap Perkembangan Islam.

Jakarta: Manhalun Nasyi-in Press, 2011.

Page 121: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

110

Hutagalung, Batara R. Serangan Umum 1 Maret 1949; Dalam

Kaleidoskop Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan

Indonesia. Yogyakarta: LkiS, 2010.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online.

Kuntowijoyo. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Bentang

Pustaka, 2005.

Lubis, Saiful Akbar. Konseling Islami Kiai dan Pesantren.

Yogyakarta: eLSAQ Press, 2007.

Mas’ud, Abdurrahman. Intelektual Pesantren. Yogyakarta: LKIS,

2004.

Misrawi, Zuhairi. Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari Moderasi,

Keumatan, Dan Kebangsaan. Jakarta: Kompas, 2010.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.

Remaja Rosda Karya, 1997.

Moedjanto, G. Indonesia Abad Ke-20 Dari Kebangkitan Nasional

Sampai Linggajati. Yogyakarta: Kanisius, 1988.

Nasution, A.H. Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia, Jilid 1

Proklamasi. Bandung: Disjarah AD-Angkasa, 1992.

. Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia, Jilid 2

Bergelut Cara: Diplomasi Atau Bertempur. Bandung:

Disjarah AD-Angkasa, 1992.

Noeh, Munawar Fuad., dan Mastuki HS, Menghidupkan Ruh

Pemikiran KH. Ahmad Siddiq. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama, 2002.

Poerwodarminto, W.J.S. Kamus Umum tentang Definisi Dari

Pertempuran. Jakarta: Balai Pustaka, 1984.

Ricklefs, M.C. Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. Jakarta:

Serambi, 2005.

Page 122: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

111

. Mengislamkan Jawa: Sejarah Islamisasi di Jawa

dan Penentanganya dari 1930 sampai Sekarang. Jakarta:

PT Serambi Ilmu Semesta, 2013.

Setiadijaya, Barlan. 10 november ’45 Gelora Kepahlawanan

Indonesia. Jakarta: Yayasan Dwi Warna, 1991.

Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi Baru.

Jakarta: Rajawali Pers, 2009.

Starke, J.G. Pengantar Hukum Internasional 2, Edisi Kesepuluh,

cet. V, terjemahan Bambang Iriana Djajaatmaja. Jakarta:

Sinar Grafika, 2004.

Sukadri, Heru, Soewarno, dkk. Sejarah Revolusi Kemerdekaan

(1945-1949) Daerah Jawa Timur. Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan: 1991.

Sukamto. Kepemimpinan Kyai dalam Pesantren. Jakarta: IKAPI,

1999.

Sunyoto, Agus. Atlas Walisongo. Depok: Pustaka Liman, 2012.

____________. Fatwa dan Resolusi Jihad Sejarah perang Rakyat

Semesta di Surabaya, 10 Nopember 1945. Jakarta:

Lesbumi PBNU, 2017.

Suryanegara, A. Mansur. Api Sejarah 2. Bandung: Surya Dinasti,

2016.

Suryohadiprojo, Letjen TNI (purn) Sayidiman. Pengantar Ilmu

Perang. Jakarta: Pustaka Intermasa, 2008.

Suratmin. Perjuangan Laskar Hizbullah Dalam Pertempuran

Surabaya 10 November 1945. Yogyakarta: Matapadi

Presindo, 2017.

Turmudi, Endang. Perselingkuhan Kyai dan Kekuasaan.

Yogyakarta: PT LKIS Pelangi Aksara, 2003.

Page 123: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

112

Ziemek, Manfred. Pesantren dalam Perubahan Sosial. Jakarta:

P3M, 1986.

Wawancara

Wawancara dengan Kiai Abdul Mufti, santri dan saksi hidup Kiai

Abbas yang sekarang berumur 98 tahun, pada hari minggu

tanggal 8 April 2018.

Wawancara dengan KH Ade Nasihul Umam, Lc., pada hari

jum’at tanggal 27 Juli 2018.

Wawancara dengan Kang Munib Rowandi, pada hari sabtu

tanggal 28 Juli 2018.

Wawancara dengan KH Muhadditsir Rifa’i, pada hari sabtu

tanggal 18 Agustus 2018.

Media Online

http://aswajamuba.blogspot.com/2018/04/macam-macam-kiai-

menurut-habib-luthfi.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Perang

https://m.facebook.com/KumpulanFotoUlamaDanHabaib/photos/

a.356613851095960.85503.347695735321105/40920466

2503545/?type=1&p=0#_=_

http://numojokerto.or.id/read/2016/11/18/1263/strategi-kontra-

intelijen-para-kiai

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/66987/Ch

apter%20II.pdf?sequence=3&isAllowed=y

https://www.buntetpesantren.org/2017/12/buntet-pesantren-atau-

pesantren-buntet.html

https://www.buntetpesantren.org/2018/08/manuskrip-sanad-

tarekat-syatariyah-mbah.html

Page 124: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

113

https://www.google.co.id/search?q=gambar+koran+kedaulatan+r

akyat+60+milyun+kaum+muslimin&safe=strict&tbm=isc

h&source=iu&ictx=1&fir=EdZJBmmZCG44JM%253A%

252CXwRnAeiliAZZpM%252C_&usg=AI4kQWa4QcB

WGK0NODk4V4iVrIoABFKQ&sa=X&ved=2ahUKEwj

e 3Njht_bdAhWZfisKHWbBA9gQ9QEwAHoECAYQBA#

imgrc=EdZJBmmZCG44JM

https://www.google.co.id/search?q=gambar+teks+asli+resolusi+ji

had&safe=strict&tbm=isch&source=iu&ictx=1&fir=Zc8k

QrprKMjSLM%253A%252CrcoTsfMHnvzSgM%252C_

&usg=AI4kRVbVVcBTbslN_nLTnXg7Er13G46g&sa=X

&ved=2ahUKEwiG0eDds_bdAhVJvo8KHbk5AcUQ9QE

wAHoECAAQBA#imgrc=m2HtpBFgSJQuMM:

https://www.ldiisurabaya.org/gus-mus-ciri-ciri-kiai/

https://www.youtube.com/watch?v=1LwkZPTWSWU

Page 125: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

115

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1: Foto KH Abbas bin KH Abdul Jamil.

Sumber: https://www.facebook.com/pusat.sejarah.cirebon/photos/sejarah-

ilmu-cirebon-sakti-khabbas-buntet-cirebonsurabaya-10-november-

1945-syahd/480475992134981/

Lampiran 2: Foto bersama Kiai Abdul Mufti (Santri KH Abbas) selepas wawancara

Page 126: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

116

Lampiran 3: Berziarah ke Maqbaroh KH Abbas Buntet.

Lampiran 4: Wawancara Bersama KH Ade Nasihul Umam, Lc.

Page 127: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

117

Lampiran 5: Wawancara Bersama Kang Munib Rowandi.

Lampiran 6: Wawancara Bersama KH Muhaditsir Rifa’i.

Page 128: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

118

Lampiran 7: Masjid Agung Pondok Buntet Pesantren.

Sumber: Dok. Pribadi

Lampiran 8: Gedung MI Wathoniyah yang dibangun tahun 1928, sekarang

digunakan untuk gedung MA NU Putri.

Sumber: Dok. Pribadi

Page 129: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

119

Lampiran 9: Rumah Ndalem KH Abbas.

Sumber: Dok. Pribadi

Lampiran 10: Manuskrip Sanad Tarekat Syattariyah Tulisan Tangan Mbah

Muqoyim, Pendiri Pondok Buntet Pesantren.

Sumber: https://www.buntetpesantren.org/2018/08/manuskrip-sanad-tarekat-

syatariyah-mbah.html

Page 130: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

120

Lampiran 11 : Teks Asli Resolusi Jihad tanggal 22 Oktober 1945

Sumber:https://www.google.co.id/search?q=gambar+teks+asli+resolusi+jihad

&safe=strict&tbm=isch&source=iu&ictx=1&fir=Zc8kQrprKMjSLM%

253A%252CrcoTsfMHnvzSgM%252C_&usg=AI4_-

kRVbVVcBTbslN_nLTnXg7Er13G46g&sa=X&ved=2ahUKEwiG0e

Dds_bdAhVJvo8KHbk5AcUQ9QEwAHoECAAQBA#imgrc=m2Htp

BFgSJQuMM

Page 131: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

121

Lampiran 12: Manuskrip Pengangkatan Kiai Abbas Sebagai Mursyid Tarekat

Tijaniyah.

Lampiran 13: Koran Kedaulatan Rakyat Mengenai Jihad Kaum Muslimin.

Sumber:

https://www.google.co.id/search?q=gambar+koran+kedaulatan+rakyat+60+mi

lyun+kaum+muslimin&safe=strict&tbm=isch&source=iu&ictx=1&fir=EdZJB

mmZCG44JM%253A%252CXwRnAeiliAZZpM%252C_&usg=AI4_-

kQWa4QcBWGK0NODk4V4iVrIoABFKQ&sa=X&ved=2ahUKEwje3Njht_b

dAhWZfisKHWbBA9gQ9QEwAHoECAYQBA#imgrc=EdZJBmmZCG44JM

Page 132: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

122

Lampiran 14: Surat Pembubaran Laskar Hizbullah

Sumber: ANRI (Arsip Nasional Republik Indonesia)

Page 133: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

123

Lampiran 15

Page 134: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

124

Lampiran 16

Page 135: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

125

Lampiran 17

Page 136: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

126

Lampiran 18

Page 137: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

127

Lampiran 19

Page 138: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

128

Lampiran 20

Page 139: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

129

TRANSKIP HASIL WAWANCARA

Narasumber : Abdul Mufti

Waktu : 8 April 2018

Tempat: : Astanajapura-Cirebon

1. Bagaimana perjuangan Kiai Abbas dalam Pertempuran

Surabaya 1945?

Setelah kumpul ulama dari berbagai daerah di pulau Jawa.

Kemudian di komandoi oleh Kiai Abbas. Ketika pertempuran di

Surabaya kereta api, tank baja semuanya terguling dan tidak bisa

jalan. Jadi pihak Sekutu menggunakan jalur udara untuk

memborbardir Surabaya. Kiai Abbas menggunakan gemparan

untuk meledakkan pesawat tempur musuh. Ke mana pun pesawat

pergi di kejar oleh gemparan sampai akhirnya meledak di udara.

2. Bagaimana dampak perjuangan Kiai Abbas pasca

Pertempuran Surabaya 1945?

Setelah pulang dari Surabaya ke Buntet, Kiai Abbas

mencari pemuda untuk dijadikan tentara Hizbullah. Salah satu

dan orang yang pertama kali mau adalah saya sendiri (Kiai Uti).

Kemudian dari kampung sini (Astanajapura) mengikuti 5 orang,

terus semua se-kecamatan Astanajapura terkumpul sebanyak 60

orang pemuda. Markasnya bertempat di Mundu pesisir para

pemuda dilatih pagi, siang dan malam. Latihan yang dipakai

waktu itu latihan militer ala Jepang. Setelah itu tepatnya awal

tahun 1946, di Purwakarta terjadi pertempuran.

Page 140: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

130

3. Bagaimana watak Kiai Abbas dimata Kiai Uti?

Kiai Abbas itu kiai pemberani, tawadhu. Kiai zaman dulu

tidak seperti kiai zaman sekarang. Kalau mau berangkat ke front,

kumpul dulu semua, kemudian dikasih minum yang sudah

dikasih do’a. Yang suka mengumpulkan orang dan melakukan

upacara, di Cirebon itu nomor satu Kiai Abbas, nomor dua Kiai

Tarmidzi dari Galagamba, sebelah utara Ciwaringin.

4. Persenjataan apa yang dibawa ketika bertempur?

Diantaranya yang di bawa adalah Bambu runcing, yang

sudah di kasih ijazah sama Kiai Subkhi Parakan-Magelang.

Do’anya Bismillaahirrahmanirrahiim, Allahu Ya Hafiidzu 3x,

Allahu Akbar 3x, Ilaahi Yaa Sayyidii Anta Maulaanaa Fanshurna

‘Alal Qaumil Kaafiriin.

5. Apakah ada karya Kiai Abbas berupa kitab atau sya’ir?

Saya belum menemukan karya Kiai Abbas berupa kitab

maupun sya’ir. Karena pada masanya Kiai Abbas bangsa

Indonesia sedang dalam masa revolusi kemerdekaan, di mana

Kiai Abbas menjadi rujukan bagi para pejuang kemerdekaan,

sampai Pondok Buntet Pesantren sendiri menjadi basis kekuatan

rakyat Cirebon. Kiai Abbas juga sangat terkenal sebagai seorang

kiai pejuang, pemberani, dan tawadhu. Jadi fokus utama yang

dilakukan oleh Kiai Abbas adalah mengkader para santri yang

tergabung dalam Laskar Hizbullah. Sehingga para laskar yang

telah dilatih dikirim ke berbagai wilayah seperti Cirebon,

Indramayu, Kuningan, Majalengka, Purwakarta, Cianjur Utara,

untuk bergerilya menghadapi para penjajah.

Page 141: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

131

TRANSKIP HASIL WAWANCARA

Narasumber : KH Ade Nasihul Umam, Lc

Waktu : 27 Juli 2018

Tempat: : Pondok Buntet Pesantren

1. Nama lengkap Kiai Abbas?

Namanya KH M. Abbas bin Abdul Jamil

2. Bagaimana sosok Kiai Abbas dalam lingkungan

masyarakat Buntet Pesantren pada masa itu?

Yang pertama beliau itu adalah selaku sesepuh Pondok

Buntet Pesantren menggantikan ayahandanya (Kiai Abdul jamil),

dan proses peralihannya juga ketika saya dapat riwayat dari KH

Abdul Hamid Anas bahwa pada saat sholat subuh Kiai Abdul

Jamil tidak biasa-biasanya di dampingi oleh Kiai Abbas, dan

ketika sholat subuh akan dilaksanakan ternyata Kiai Abdul Jamil

mempersilahkan puteranya (Kiai Abbas) untuk menjadi Imam

sholat subuh. Dari situ masyarakat mengerti bahwa tampuk

kepemimpinan akan dilanjutkan oleh Kiai Abbas dan para Kiai

mengisyaratkan bahwa pemilihan tersebut persis seperti yang

dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW kepada sahabat Abu

Bakar. Disamping beliau sebagai sesepuh, beliau juga mewarisi

Mursyid Tarekat Syattariyah dari Ayahandanya, sehingga peran

beliau di Pondok Buntet Pesantren adalah menjadi Leader

Sentral, karena banyak kiai-kiai sepuh juga yang ada di Pondok

Buntet Pesantren saat itu.

Page 142: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

132

3. Bagaimana masa remaja Kiai Abbas sehingga beliau

menjadi ulama yang berpengaruh dalam perjuangan

kemerdekaan?

Sejak kecil Kiai Abbas sudah langsung mendapatkan

pelajaran keagamaan dari ayahandanya. Kemudian setelah

menginjak remaja, Kiai Abbas pernah mondok di pesantren

Sukunsari, Plered di Kiai Nasuha. Kemudian beliau dikirim oleh

ayahandanya yaitu menimba ilmu dan mendampingi Kiai Hasyim

Asy’ari pada saat babak-babak pendirian Pondok Pesantren

Tebuireng. Disamping pelajaran ilmu-ilmu keagamaan yang ia

pelajari, ayahandanya juga mendatangkan beberapa orang tokoh

bela diri sehingga Kiai Abbas sudah lihai dalam kegiatan pencak

bahkan beliau bisa membuat jurus pencak sendiri dengan

penggabungan jurus-jurus pencak yang ada di Nusantara.

sehingga dikenalah dengan sebutan pencak Kiai Abbas dan itu

sangat masyhur di wilayah Cirebon. Biasanya tahap terakhir yang

dilakukan ketika akan menyelesaikan ilmu bela diri ini harus di

barengi dengan puasa. Karena kemasyhuran Kiai Abbas, pada

zaman dahulu ketika ada orang yang ingin belajar ilmu kanuragan

itu datangnya ke Pondok Buntet Pesantren. Kemudian setelah itu

beliau juga sempat mukim menimba ilmu pengetahuan di

Makkah. Disitulah Kiai Abbas bertemu dengan Kiai Wahab

Hasbullah. Disamping riyadhoh yang ia jalani dan juga ilmu-ilmu

hikmah yang beliau dapatkan dari guru-gurunya sehingga

nampak karomah-karomah kanuragannya.

Page 143: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

133

4. Bagaimana pengamalan di bidang sosial, politik, dan

keagamaan yang dilakukan oleh Kiai Abbas?

Dari bidang politik sebetulnya Kiai Abbas orang yang

sangat cerdas, sehingga apapun yang beliau lihat atau ikuti itu

bisa nempel pada jiwa dan raganya, bahkan beliau sempat

menjadi pengurus Partai Syarekat Islam yang didirikan oleh Haji

Samanhudi. Karena Haji Samanhudi itu alumni Pondok Buntet

Pesantren, itu awal dari politik. Disamping itu juga beliau adalah

orang yang ahli dalam strategi, tidak hanya ahli dalam strategi

politik, tetapi strategi pendidikan yang beliau terapkan di Pondok

Buntet Pesantren ini. Sehingga di Pondok Buntet Pesantren sudah

mendirikan Madrasah yang menunjukkan kecintaannya kepada

tanah air dengan mendirikan Madrasah Wathoniyyah Ibtidaiyyah.

Kemudian dari bidang sosial beliau mempunyai dapur umum di

rumahnya, masyarakat yang ada di Buntet Pesantren pada saat itu

bisa dikatakan dijamin makan dan minumnya, itu setiap hari

memasak berpuluh-puluh kilo nasi lalu masyarakat Buntet

Pesantren mengambil bagian masing-masing. Tapi mereka juga

ikut membantu pada Kiai Abbas untuk membantu dalam bidang

pertaniannya. Karena beliau mempunyai sawah yang sangat

banyak dan ketika panen itu tidak di jual, tetapi diberikan untuk

masyarakat yang ada di Buntet Pesantren, sehingga beliau

membuka dapur umum. Karena setiap pagi dan sore banyak

keluarga yang mengambil makanan di rumah Kiai Abbas itu

sendiri. Dalam bidang keagamaan beliau adalah seorang yang

‘Alim ‘al-lamah dalam segala bidang. Baik itu al-Qur’an, Qiro’ah

Sab’ah, ilmu fiqh dan juga ilmu-ilmu yang lainnya yang beliau

Page 144: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

134

dapatkan dari Syekh (Mahfud) at-Tarmasi, Kiai Hasyim Asy’ari,

Kiai Dahlan (Makkah al-Mukarramah) dan juga kesufiannya

beliau karena beliau adalah seorang Mursyid sebuah Tariqoh

sehingga peranannya bukan hanya di Buntet Pesantren, tetapi

menjadi rujukan bagi masyarakat yang lain. Kemudian dalam

bidang kenegaraan beliau juga termasuk salah satu pendiri

Hizbullah. Kemudian membentuk Asybal, Asybal itu pejuang-

pejuang muda itu semuanya berada dibawah komando Kiai

Abbas.

5. Bagaimana dengan pernikahan dan keistimewaan Kiai

Abbas?

Yang pertama Kiai Abbas mempunyai seorang istri yang

bernama Ny. Chafidzoh itu dari Kasepuhan (Cirebon). Beliau

mempunyai anak di antaranya KH Mustahdi Abbas, KH

Mustamid Abbas. Kemudian setelah istri yang pertama wafat

beliau menikah lagi dengan Ny. I’anah itu mempunyai anak di

antaranya KH Abdullah Abbas, KH Nahduddin Abbas.

6. Apakah Kiai Abbas memiliki karangan baik berupa kitab,

syair, atau lain sebagainya? Kalau ada bisa disebutkan?

Untuk masalah karangan ataupun tafsir sebetulnya itu

yang masih belum ditemukan, karena tidak ada dokumentasinya.

Jadi menurut riwayat beliau adalah orang yang sangat peduli

terhadap adanya bukti fisik dalam sebuah keilmuan, maka dari itu

di Buntet Pesantren ketika orang itu menghatamkan al-Qur’an itu

dia diharuskan membacakan sanad yang tertulis, begitu juga ada

salah satu manuskrip pengangkatan Kiai Abbas terhadap salah

satu Mursyid Tarekot Syatariyyah yang ada di Jepara dan disitu

Page 145: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

135

tertandanya juga Kiai Abbas. Kemudian untuk yang lainnya,

sebenarnya Kiai Abbas juga tidak sendirian, beliau menjadi

sesepuh Buntet Pesantren tapi dalam organisasi beliau sudah

mengatur keorganisasiannya. Ada yang di bidang ini, ada yang di

bidang ini, sehingga kalaupun seumpama ada Syi’iran Kiai Abbas

selalu membuatnya tetapi mayoritas Syi’iran itu dibuatkan oleh

Adiknya yaitu Kiai Akyas. Kemudian dari bidang ilmu hikmah

Kiai Abbas juga mempunyai seorang wakil yaitu Kiai Busyrol

Karim, dan dari bidang ilmu falaq ada, dari bidang ilmu nahwu

sudah ada divisi-divisinya. Jadi disitu menata organisasi Kiai

Abbas itu sudah menata organisasi pada zaman sekarang. Jadi

untuk karangan, untuk Sya’ir, karya itu tidak ditemukan karena

memang posisi Kiai Abbas yang luar biasa sibuknya tidak hanya

berjuang di Pondok Buntet Pesantren saja tapi juga di yang

lainnya.

7. Bagaimana peran Kiai Abbas ketika terjadinya Resolusi

Jihad 22 Oktober 1945?

Sebetulnya pada Resolusi Jihad memang ada dua

kemungkinan, artinya karena Resolusi Jihad yang dilakukan pada

tanggal 22 itu melibatkan seluruh kiai-kiai yang ada di Pulau

Jawa dan jaraknya itu sangat jauh sekali antara Jawa dan Madura,

sehingga kemungkinan terjadi pengunduran itu sangat besar

sekali dan saya yakin diundurnya tgl 22 itu diantaranya adalah

salah satunya Kiai Abbas pada tanggal 21 masih belum datang,

dan Kiai Abbas juga itu tidak sendirian, beliau datang bersama

dengan kiai-kiai yang ada dari Jawa Barat, namun berada di

bawah pimpinan Kiai Abbas. Sedangkan pada tanggal 10

Page 146: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

136

November itu memang diawali rencana semula yaitu adalah

tanggal 9 November tapi memang Kiai Hasyim Asy’ari itu

sedang menunggu kehadiran Kiai Abbas.

8. Kapan Kiai Abbas berangkat ke Surabaya dan dengan

siapa ia ditemani?

Kiai Abbas berangkat dari Cirebon itu tanggal 6

November, beliau ditemani Ki Abdul Wahid, H. Syamsu,

kemudian juga ada salah satu utusan dari Hizbullah Sunan

Gunung Jati yaitu Bapak Utsman, Bapak Abdullah dan Bapak

Sya’roni yang memang ditugaskan untuk mengawal Kiai Abbas.

Ketika berangkat menuju peperangan itu semua masyarakat

Buntet itu menyambutnya, sehingga ada satu lagu yang sangat

masyhur dikalangan Buntet Pesantren yaitu: Selamat tinggal

selamat pergi, kan ku ucapkan kepada Kiai, dan beliau mendidik

kami, siang dan malam petang dan pagi. Ya Rasulallah Salamun

Alaika, Ya Rafi Asyani wad Daaraji, Athfatayyaji Rotal

‘Aalamiin Ya Uhaylaljudi Wal Kaarami. Karena tidak hanya Kiai

Abbas saja yang berangkat, ada Kiai Ilyas, Kiai Anas, Kiai Akyas

semuanya di persiapkan. Tidak hanya Kiai Abbas saja, beliau

hanya Figur Sentral, Kiai Buntet semuanya datang.

9. Mengapa Kiai Abbas yang ditunggu di Surabaya oleh Kiai

Hasyim? Bukan Kiai yang lain?

Yaitu yang tadi saya katakan yaitu karena Kiai Abbas itu

memang sudah di daulat oleh Kiai Hasyim yang akan menjadi

komandan pada pertempuran 10 November. Sehingga kehadiran

beliau ini sangat ditunggu-tunggu bahkan ketika Kiai Abbas

belum sampai pada tanggal 9 acara di undur jadi pada tanggal 10.

Page 147: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

137

Artinya semua menunggu kehadiran Kiai Abbas karena beliau

yang akan menjadi Komandannya.

10. Apakah kehadiran Kiai Abbas dalam pertempuran

Surabaya 1945 mampu mempengaruhi jalannya

pertempuran?

Jelas seorang komandan pasti sangat berpengaruh. Yaitu

di antaranya keahlian Kiai Abbas dari nyusun sterategi, yang

kedua kemampuan bathiniyah kanuragan Kiai Abbas yang sudah

tidak bisa diragukan lagi, kemudian juga dengan datangnya Kiai

Abbas maka menumbuhkan semangat para kiai-kiai yang lain

beserta juga membuat gairah para santri yang datang untuk

membantu peperangan. Sehingga dengan adanya panggilan Jihad,

Allahu Akbar itu mampu mengobarkan semangat juang

masyarakat Indonesia.

11. Sebagai salah satu komando Pertempuran Surabaya,

apakah strategi yang digunakan Kiai Abbas untuk melawan

Sekutu?

Yang pertama di antaranya para kiai itu berada dibarisan

depan, semua kiai-kiai berada dibarisan depan. Karena tentara

Sekutu dan NICA itu sudah mengetahui keampuhan kehebatan

seorang Kiai, sehingga ketika para kiai berada di barisan depan

ada rasa was-was, rasa takut, rasa putus asa karena mereka

(Sekutu) beranggapan bahwa kiai itu ditembak juga tidak

mempan, di bom juga tidak meledak, ini yang memunculkan rasa

down. Kiai-kiai harus berada di depan semua, kemudian para

santri berada dibelakangnya. Kemudian strategi lainnya adalah

semua kiai dan santri pada tanggal 9 ini sudah dikomandokan

untuk puasa semua, kemudian pada malam harinya Istighosah.

Makanya kekuatan yang tidak masuk akal sebelumnya tapi

Page 148: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

138

karena tokoh-tokoh tersebut sangat pasrah dan sangat dekat

kepada Allah SWT yakin bahwa kemenangan ada di pihak para

kiai. Jadi semua kemampuan yang ada dipergunakan semuanya

ditambah lagi dengan bambu runcing. Kemudian para kiai

disuruh membaca doa di setiap balong (kolam) yang ada di

pondok-pondok dan santri disuruh minum semua. Sehingga santri

tidak tahu, walaupun dia belum sempat melakukan amaliyah-

amaliyah kanuragan, tapi karena dengan air yang sudah di isi dan

di bacakan doa oleh para kiai, sehingga mereka mempunyai

kekuatan spritual yang sangat luar biasa. Disamping itu juga

karena beliau adalah Hizbullah jadi beliau memberikan komando

kepada TNI, Tentara Pelajar, kepada semuanya sehingga berbaur

menjadi satu. Sampai akhirnya Bung Tomo ditugaskan para kiai

untuk membuat pengumuman-pengumuman, mengobarkan api

semangat sampai akhirnya tersebarlah kepada masyarakat,

sehingga betul-betul bersatu dalam kekuatan dzohir dan bathin.

12. Amalan-amalan/Suluk apa yang dibaca oleh Kiai Abbas

beserta ulama lain ketika Pertempuran Surabaya 1945?

Untuk amaliyah memang para Kiai masing-masing

mempunyai jurus sendiri, punya amaliyah sendiri. Amaliyah itu

juga bukan dilakukan ketika mau melawan saja, tetapi karena

memang sudah istiqomahnya para kiai. Sudah menjadi sesuatu

yang istiqomah sehingga ketika dalam kondisi mendadak pun

tidak menjadi masalah. Dan ada salah satu yang pernah saya

dengar wallahu a’lam dari mana sumbernya bahwasanya pekikan

Allahu Akbar yang diucapkan oleh Bung Tomo itu pada

hakikatnya apakah dari Kiai Abbas atau dari Kiai Hasyim. Yang

Page 149: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

139

jelas cerita begini ketika itu semua kiai-kiai disuruh membaca

ayat kursi sebanyak 11 kali tanpa bernafas, jadi sangat susah

sekali. Kemudian Bung Tomo bertanya “Sayanya si Kiai?”

“Sudah kamu baca Allahu Akbar saja”. Jadi kalimat Allahu

Akbar itu bukan sebutan semata, tapi itu merupakan ijazah.

Sehingga Allahu Akbarnya Bung Tomo mempunyai kekuatan

yang sangat luar biasa. Punya kekuatan spritual, punya kekuatan

ruhiyat.

13. Benarkah kesaktian Kiai Abbas ketika di medan

pertempuran bisa menjatuhkan pesawat tempur musuh

hanya dengan senjata biji tasbih dan batu kerikil?

Sebetulnya hal seperti itu bisa saja terjadi. Apapun yang

terjadi bisa mengalahkan semuanya. Karena memang itu semua

adalah kekuatan Allah SWT, karena biji atau sesuatu yang

bersifat kecil itu bisa menghancurkan yang besar. Seperti batu

yang bisa menghancurkan raja Abrahah. Itu juga bisa terjadi.

Hakikatnya itu adalah suatu media, yang luar biasa itu adalah

do’a dan juga komunikasi dan taqorruban para kiai kepada Allah

SWT kemudian menggunakan suatu media sebuah barang. Dan

itu pada Nabi-nabi juga terjadi, seperti kepada Nabi Musa yang

menggunakan media tongkat ketika berhadapan dengan para

penyihir raja Fir’aun.

14. Bagaimana dampak setelah Pertempuran Surabaya

terhadap Kiai Abbas beserta keluarganya dan Pesantren

Buntet?

Kemudian setelah berhasil semua pada pulang ke pondok

masing-masing, ada satu hal yang sangat luar biasa dari Kiai

Abbas. Beliau mengatakan “Al-hamdulillah kita sudah merdeka,

Page 150: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

140

al-hamdulillah kita sudah bebas, sekarang silahkan kembali ke

pekerjaan semula, yang dagang pergi dagang lagi, yang di sawah

kembali menggarap sawah, yang mengajar ngaji kembali untuk

mengajar lagi. Sudah kita betul-betul ikhlas kepada Allah.

sehingga akhirnya ini merupakan suatu keputusan yang luar

biasa. Sebab misalkan semua kiai diteruskan yang jadi Hizbullah

dilanjutkan ke TNI, ini pondok siapa yang mimpin?!. Jadi paling

hanya Kiai Abdullah Abbas saja yang meneruskan. Ketika sudah

merdeka yasudah kembali lagi untuk memimpin pondok. Padahal

Kiai Abbas sudah mempunyai pangkat yang sangat besar. Kiai

Abdullah Abbas pernah mendapatkan penghargaan. Sehingga di

Buntet Pesantren ini semuanya pejuang tapi hanya satu dua yang

masuk dalam daftar veteran, yang lainnya tidak usah, orang kita

berjuang karena Allah semata. Sehingga suasana Buntet kembali

kondusif lagi.

15. Apakah ada penghargaan dari Pemerintah untuk Kiai

Abbas atau untuk keluarga Buntet Pesantren secara umum?

Memang perhargaan secara tertulis tidak ada yang

berpikir kearah situ. Tapi desakan-desakan dari luar untuk

pengajuan jadi Pahlawan Nasional sangat banyak sekali. Tapi

Kiai-kiai sepuh malah bilang “Kasian, nanti nilai lillahi ta’alanya

jadi luntur” sehingga tidak ada yang mengajukan. Tapi kalau

penghargaan secara moril sangat luar biasa, bahkan setiap 17

Agustus dari Korem, kepolisian itu ziarah kesana ke Maqbaroh

Kiai Abbas dan itu sudah menjadi agenda tahunan. Artinya

walaupun tanpa adanya gelar orang yang sudah berjasa tidak akan

hilang tanda jasanya.

Page 151: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

141

TRANSKIP HASIL WAWANCARA

Narasumber : Munib Rowandi

Waktu : 28 Juli 2018

Tempat : Pondok Buntet Pesantren

1. Nama lengkap Kiai Abbas?

Karena Kiai Abbas bergelut di dunia Sufi dan mengikuti

tarekat Syattariyah dan Tijaniyah maka orang-orang sufi

memiliki nama Maulana as-Sayyid as-Syaikh al-Arif Billah

Muhammad Abbas bin Abdul Jamil. Tapi untuk nama biasanya

adalah Muhammad Abbas bin Abdul Jamil.

2. Bagaimana peran Kiai Abbas dalam berbagai bidang?

Peran Kiai Abbas dalam segala bidang pada saat tahun

1928, di Buntet Pesantren Kiai Abbas sudah mendirikan sekolah,

gerakan pendidikan namanya Ibnul Wathon. Maka munculah

sekolah Wathoniyah. Jadi hampir sekitar Cirebon kalau ada

sekolah Madrasah Ibtidaiyah atau Tsanawiyah Wathoniyah

terinspirasi oleh gerakan pendidikan yang dicanangkan oleh Kiai

Abbas. Di sini ada MI Wathoniyah yang didirikan tahun 1928.

Terus di bidang ekonomi Kiai Abbas itu Mustasyar dari Syarekat

Dagang Islam yang diketuai oleh Haji Samanhudi dari

Pekalongan. Dari sisi perjuangan di bidang politik sangat jelas

Kiai Abbas mendirikan Hizbullah. Menurut saya Kiai Abbas itu

membangun negara dari berbagai sisi.

3. Kenapa Kiai Abbas yang ditunjuk oleh Kiai Hasyim

Asy’ari sebagai komandan Pertempuran Surabaya 1945?

Page 152: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

142

Kalau menurut saya Kiai Abbas itu seseorang yang

mempunyai kedigdayaan yang sudah di patok dan diperkenalkan

oleh Kiai Abdul Jamil kepada Kiai Hasyim Asy’ari. Jadi Kiai

Hasyim ini adalah seorang pemuda yang ditemukan oleh Kiai

Abdul Jamil ketika berada di Makkah, di sana Kiai Abdul Jamil

melihat ada seorang pemuda Indonesia yang pintar yang pada

waktu itu sedang mengisi Halaqoh. Kemudian Kiai Abdul Jamil

meminta Kiai Hasyim untuk mendirikan pesantren, tetapi Kiai

Hasyim masih bingung kalau nanti mendirikan pesantren siapa

santrinya? Dan langsung di jawab oleh Kiai Abdul Jamil anak

saya yang akan jadi santrinya. Nah, dari situ potensi-potensi Kiai

Abbas sudah ketauan, dan orang-orang pergerakan Islam di

Indonesia sudah memahami siapa Kiai Abbas. Di tambah lagi

ketika mendirikan Lirboyo Kiai Abbas ikut dalam pendiriannya.

Jadi Kiai Abbas bukan orang yang tidak terkenal pada saat itu,

Kiai Hasyim sudah mempunyai kedekatan dengan Kiai Abbas

sehingga tau potensi Kiai Abbas, secara tidak langsung kiai-kiai

Jawa sudah paham siapa Kiai Abbas. Jadi ketika komando

diserahkan kepada Kiai Abbas karena sudah memiliki potensi

terutama di kekuatan Ilmu hikmahnya. Selain itu juga melalui

proses perundingan beberapa orang kiai ketika di rumah Kiai

Bisri Rembang.

4. Dampak setelah Pertempuran Surabaya 1945 bagi Buntet

Pesantren dan bangsa Indonesia?

Dampaknya paling tidak menunjukkan bahwa bangsa

Indonesia itu kuat walaupun baru saja merdeka, dan bagi Buntet

itu lebih berfikir ke arah nasional dan bagaimana membangun

Page 153: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

143

negara. Bahkan setelah wafatnya Kiai Abbas, perjuangannya

masih terus dilanjutkan oleh anak keturunannya. Ada satu

kejadian di Tanjung Priuk, kelompoknya Amir Bikki seorang

pengusaha minyak bentrok dengan TNI, saat itu banyak umat

Islam yang meninggal karena bentrok dengan TNI yang saat itu

di pimpin oleh LB. Moerdani. Kemudian dari Buntet

mengadakan inisiatif untuk mengadakan pertemuan di Bandung

dan dari Buntet yang diwakili oleh Kiai Mustamid Abbas dan

diserahkan simbol perjuangan Kiai Abbas kepada Moerdani, ini

sifatnya nasional.

5. Apakah ada penghargaan dari pemerintah kepada Kiai

Abbas?

Pernah di usulkan dari masyarakat Buntet untuk jadi

Pahlawan Nasional. Akan tetapi dari pihak keluarga menolaknya

dikarenakan takut menodai nilai-nilai kepahlawanan Kiai Abbas.

6. Siapa yang mengajari Kiai Abbas ilmu kanuragan?

Zamannya Kiai Abbas di Buntet Pesantren banyak orang

yang sudah mempunyai keilmuan seperti itu, seperti dari Kiai

Abdul Jamilnya sendiri. Karena semenjak Mbah Muqoyyim

sendiri di Buntet sudah ada, dan budaya Buntet kuat, hanya

belakang ini hanya beberapa orang saja yang memilikinya. Di

Buntet itu ada kelompok kiai, ada kelompok Magersari.

Magersari itu artinya orang-orang yang membantu kiai, seperti

Mang Kisom, Mang Mangkun, mereka itu tokoh-tokoh silat yang

ada di sini yang memiliki ilmu cimande. Biasanya di jurus-jurus

terakhir itu harus berpuasa. Makanya dulu kalau orang-orang luar

ingin belajar ilmu kanuragan ke Buntet.

Page 154: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

144

7. Apakah ada karya-karya Kiai Abbas?

Di Buntet itu saya pernah lihat hebatnya literasi itu

adanya di zaman Kiai Abdul Jamil, ada tulisan tangan Fathul

Wahhab, Al-Qur’an, dan buku-buku bagus sekali dan sayangnya

itu hancur tidak karuan dan tidak terawat dengan baik. Karena

pada waktu itu ada proses peralihan barang-barang padahal itu

bernilai sejarah. Zamannya Kiai Abbas itu zaman perang.

Mungkin saja ada tapi belum ditemukan bukti fisiknya, dan saya

melihat fokusnya Kiai Abbas itu ke arah perjuangan

memerdekakan bangsa dan mempertahankannya dari belenggu

penjajah .

8. Siapa yang mengawali Haul di Buntet Pesantren?

Yang mengawali haul adalah Kiai Abbas yang menghauli

Bapaknya (Kiai Abdul Jamil). Dan sekarang kenapa ada Haul

almarhumin warga dan sesepuh Pondok Buntet Pesantren?karena

sejak zamannya Mbah Muqoyyim Buntet Pesantren terbentuknya

bersamaan.

9. Kenapa dinamakan Pondok Buntet Pesantren, bukan

Pondok Pesantren Buntet?

Buntet Pesantren itu sebagai tempat/daerah. Jadi sebuah

daerah yang mana kiai, santrinya ada di situ. Berbeda dengan

penamaan Pondok Pesantren yang lainnya. Jadi kalau Pondok

Pesantren Buntet, nanti larinya ke desa Buntet yang ada

pesantrennya. Tapi kalau Pondok Buntet Pesantren itu nama

tempat yang ada di desa Mertapada Kulon yang di sana banyak

pesantrennya.

Page 155: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

145

TRANSKIP HASIL WAWANCARA

Narasumber : KH Muhadditsir Rifa’i

Waktu : 18 Agustus 2018

Tempat : Semanggi I, Ciputat, Tangerang Selatan.

1. Bagaimana peran Kiai Abbas dalam Pertempuran

Surabaya 1945?

Jadi menurut alm. Bapak saya (KH Abdullah Syifa Akyas

– keponakan Kiai Abbas), peristiwa 10 November 1945 itu

sebenarnya rencana awalnya bukan 10 November, tapi tanggal 9

November. Berhubung tanggal 9 November itu rata-rata para

ulama/kiai sejawa kebanyakan belum datang dan yang

diharapkan oleh Kiai Hasyim Asy’ari yang akan memimpin

pertempuran adalah Kiai Abbas. Sementara Kiai Abbas punya

perhitungan lain sehingga pertempuran terjadi pada tanggal 10

November 1945. Setelah tiba di Surabaya juga Kiai Abbas punya

perhitungan lain mengenai kapan waktu pertempuran dimulai.

Kalau Kiai Hasyim menginginkan ba’da Maghrib, tapi Kiai

Abbas menjelang fajar. Jadi, sholat subuh itu sedang berada

dalam medan peperangan. Kalau menurut Bapak Strategi ini

mengambil iktibar dari Perang Hunain yang mana Nabi bersama

kaum Muslimin memulai pergerakan penyerangan pada waktu

fajar. Kemudian kiai-kiai yang dari Cirebon juga dibagi tugas,

seperti Kiai Syatori (Arjawinangun), Kiai Syamsuri (Wanantara),

Kiai Abbas, Kiai Anas, Kiai Ilyas, Kiai Akyas (Buntet). Itu

semua memiiki peran yang berbeda. Ulama dari Jawa Barat yang

berada di depan garda pertempuran salah satunya Kiai Abbas dan

Page 156: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

146

Kiai Anas. Sebagai seorang adik, Kiai Anas bertugas melindungi

kakaknya yang menjadi komandan pertempuran. Sementara Kiai

Ilyas dan Kiai Akyas diberi tugas untuk menyusuri wilayah di

luar medan pertempuran. Sementara Kiai Ilyas dan Kiai Akyas

diberi tugas untuk menyusuri wilayah di luar medan pertempuran.

2. Apakah benar Kiai Abdullah Abbas ikut ke Surabaya?

Kiai Abdullah Abbas tidak ikut karena sedang di

Purwakarta.

3. Mengapa Kiai Abbas yang ditunggu di Surabaya oleh Kiai

Hasyim?

Karena memang diluar perhitungan strategi peperangan

yang umum dilakukan oleh pasukan tentara, dan kenapa

kemudian Kiai Hasyim Menunjuk Kiai Abbas itupun berdasarkan

Istikhoroh, dan Musyawarah bersama kiai-kiai lainnya. Makanya

kenapa Kiai Hasyim merencanakan tanggal 9, karena memang

sebelumnya sudah ada gambaran dan sudah pernah musyawarah

antar Kiai. Karena secara kiai Abbas yang lebih banyak

mengetahui dan memprediksi peristiwa yang akan datang.

4. Apakah ada amalan atau suluk yang dibaca oleh Kiai

Abbas ketika pertempuran Surabaya 1945?

Ada tapi wallahu’alam, pernah Kiai Abbas mengijazahi

Kiai Mahrus Ali. Itu menurut Bapak saya, Kiai Mahrus pernah

cerita bahwa pernah di ijazahi satu bacaan yang menurut Kiai

Mahrusnya sendiri Kiai Abbas menggunakan bacaan itu ketika 10

November. Tapi memang agak rancu karena memang yang di

baca Qul audzubi rabbin nangis, malikin nangis.....tapi tidak tahu

berapa kali dibacanya.

Page 157: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

147

5. Dari siapa Kiai Abbas belajar ilmu kanuragan?

Memang Kiai Abbas, Kiai Anas, Kiai Ilyas, Kiai Akyas,

dari lahir sudah punya ke istimewaan masing-masing. Bahkan

Ayahnya sendiri heran. Yang pernah saya dengar itu adalah

dampak dari pada tirakat ibunya, karena ibunya semenjak merasa

mengandung itu sudah puasa, tahajud, baca Qur’an tidak pernah

putus, dluha dan lain sebagainya. Saya pernah dengar dari Ny.

Jaroh, Ny. Kariah itu dari mulai mencuci makanan di sholawatin

dan lain sebagainya.

6. Tarekat apa yang diikuti oleh Kiai Abbas?

Kiai Abbas memegang Tarekat Syatoriyah, tapi sebagian

masyarakat dan kiai Buntet bahwa Kiai Abbas juga mengikuti

Tarekat Tijaniyah.

Ketika Kiai Anas ketemu sama Syekh Ali Thayib di

Makkah, Kiai Anas sudah bai’at bahkan sudah ditunjuk sebagai

Muqaddam, saya dengar peristiwa itu sebelum berdirinya NU.

Sejarah kenapa Kiai Abbas masuk Tarekat Tijaniyah itu ketika

Syekh Ali Thayib bertemu dengan Rasululullah dan Syekh

Ahmad a-t-Tijani, memerintahkan Syekh Ali Thayib untuk ke

Indonesia. Kemudian Syekh Ali Thayib akhirnya menetap di

Bogor. Selain untuk ke Indonesia Syekh Ali Thayib diperintah

oleh Rasululullah dan Syekh Ahmad at-Tijani untuk mengangkat

seseorang yang namanya Muhammad Akyas untuk menjadi

Muqaddam Tarekat Tijaniyah, adanya di wilayah Jawa, makanya

setelah sampai di Indonesia itu menetap di Bogor. Setelah Syekh

Ali Thayib mencari informasi bahwa ulama di Jawa yang paling

dekat dengan Bogor itu adalah Cirebon, dan ulama yang paling

Page 158: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

148

terkenal pada waktu itu adalah Kiai Abbas. Jadi secara otomatis

Syekh Ali Thayib bertanya kepada Kiai Abbas dengan berkirim

surat, meminta tolong ke Kiai Abbas untuk membawa orang yang

bernama Muhammad Akyas. Kemudian dari situ Kiai Abbas

membawa Kiai Akyas ke Bogor untuk bertemu Syekh Ali

Thayib, kepentingan dalam surat tidak disebutkan, hanya diminta

tolong untuk membawa (Muhammad Akyas). Setelah sampai di

Bogor kemudian Syekh Ali Thayib baru menyampaikan pesan

dari Rasulullah dan Syekh Ahmad at-Tijani itu. Kemudian baru di

situ Kiai Abbas bilang bahwa Akyas ini adalah adeknya.

Kemudian Kiai Akyas di bai’at masuk ke Tarekat Tijani dan

sekaligus menjadi Muqaddam. Hanya saja Kiai Akyas menolak

dengan alasan dirinya masih merokok. Tapi Syekh Ali Thoyib

mengatakan kepada Kiai Akyas bahwa nanti ketika kamu mau

meninggal, kamu akan berhenti merokok, dan memang itu

terbukti. Maka akhirnya dititipkan kepada Kiai Abbas.

7. Apakah seseorang yang memasuki tarekat tidak boleh

mengikuti 2 tarekat atau lebih?

Secara umum para pemimpin tarekat melarang muridnya

untuk berpegangan pada dua tarekat atau lebih, tapi itu untuk

orang-orang yang masih awam. Tapi kalau kapasitasnya seperti

Kiai Abbas, Kiai Anas, Kiai Ilyas, Kiai Akyas, kalau zaman

sekarangnya seperti Habib Luthfi Pekalongan tidak jadi masalah.

8. Bagaimana tentang wafatnya Kiai Abbas?

Ke wafatan Kiai Abbas tidak ada sangkut pautnya dengan

peristiwa apapun. Kalaupun diceritakan bahwa yang tahu percis

tentang wafatnya Kiai Abbas, yaitu Kiai Akyas. Bahkan sampai

Page 159: PERAN KIAI ABBAS BUNTET (CIREBON) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43126/1/Fulltext.pdfJ akarta, 1 2 November 20 1 8. pERAr{ KIAI ABBAS BUNTET (CIREBO}i^)

149

diceritakan ketika sarapan, setelah sarapan ngewedang Kiai

Abbas bilang sama Kiai Akyas “Yas, saya ini lagi dicabut ruh-

nya, nih sekarang sudah sampai sini (sambil menunjuk mata

kaki)” kemudian Kiai Akyas lari keluar rumah Kiai Abbas untuk

menjemput istrinya (Ny. Masriah). Sepanjang perjalan antara

rumah Kiai Abbas ke rumah Kiai Akyas berteriak “Kiai Abbas

mau wafat”. Kemudian di jalan ketemulah dengan Kiai Chowi,

Kiai Akyas ngomong kaya gitu marah Kiai Chowi “Jangan

sembarangan ngomong”. “Ke sana saja kalau tidak percaya”

jawab Kiai Akyas. Setelah menjemput istri (istri Kiai Akyas)

kembali lagi rumah nyawa Kiai Abbas sudah sampai dengkul.

Kemudian Kiai Abbas meninggal di dalam rumahnya pada waktu

pagi setelah sarapan.

9. Bagaimana sosok Kiai Abbas di mata masyarakat Buntet

Pesantren pada waktu itu?

Luar biasa. luar biasanya itu dalam banyak hal, Kiai

Abbas bisa disebut sebagai pengayom. Pengayom di sini bukan

hanya sebagai pengayom keluarga saja, tetapi pengayom

masyarakat juga. Salah satu bukti pengayom masyarakat

disepanjang hayatnya Kiai Abbas itu merekrut masyarakat yang

tidak mampu, dipekerjakan, dan mendapatkan gajih. Kemudian

tidak mempersulit masalah orang dan Kiai Abbas itu orangnya

senang diskusi.