bentuk dan ciri khas mesjid jami pesantren buntet …

14
1 Universitas Indonesia BENTUK DAN CIRI KHAS MESJID JAMI PESANTREN BUNTET CIREBON Chusnul Chotimah, S.Hum. 1 dan Dr. R. Cecep Eka Permana, M.Si. 2 1. Program Studi Arkeologi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia Email: [email protected] 2. Program Studi Arkeologi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia Email: [email protected] ABSTRAK Skripsi ini membahas mengenai bentuk dan ciri khas bangunan Mesjid Jami Pesantren Buntet. Mesjid Jami Pesantren Buntet terletak di Desa Mertapada Kulon, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon. Penelitian tentang arsitektur mesjid pesantren bertujuan untuk menggambarkan bentuk dan ciri khas yang terdapat pada mesjid sehingga dapat dilihat bagaimana bentuk kekhasan mesjid pesantren di Cirebon. Metode penelitian yang dilaukan adalah analisis bentuk melalui perbandingan dengan mesjid pesantren lain yang terdapat di Cirebon. Hasil penelitian menunjukkan bentuk dan ciri khas Mesjid Jami Pesantren Buntet adalah berdenah persegi panjang, memiliki mimbar berbahan kayu, mempunyai mihrab yang bermotif ragam hias garis, tidak terdapat tiang di ruang utama, dan memiliki mustaka. Kata kunci: mesjid, pesantren, pesantren kuno, Cirebon. FORM AND CHARACTERISTIC OF MESJID JAMI PESANTREN BUNTET CIREBON ABSTRACT The Focus consist is talk about form and characteristic of Mesjid Jami Pesantren Buntet Cirebon. Mesjid Jami Pesantren Buntet located in Pesantren Buntet, Astanajapura, Cirebon. This examination purpose to explain architectural mosque of old boarding school. Besides, special purpose is to understand the characteristics of mosque in the old boarding school. Method that had been used is analyzing method and comparing. The result is the characteristic from the mosque of Mesjid Jami Pesantren Buntet Cirebon is have a rectangular floor plan, have a mihrab with line ornamentation, mimbar made of the wood, there is not the pole at the main room, and have a mustaka. Key words: mosque, boarding school, the mosque of boarding school, Cirebon. Bentuk dan..., Chusnul Chotimah, FIB UI, 2013

Upload: others

Post on 29-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BENTUK DAN CIRI KHAS MESJID JAMI PESANTREN BUNTET …

1 Universitas Indonesia

BENTUK DAN CIRI KHAS MESJID JAMI PESANTREN BUNTET

CIREBON

Chusnul Chotimah, S.Hum.

1 dan Dr. R. Cecep Eka Permana, M.Si.

2

1. Program Studi Arkeologi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia

Email: [email protected]

2. Program Studi Arkeologi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia

Email: [email protected]

ABSTRAK

Skripsi ini membahas mengenai bentuk dan ciri khas bangunan Mesjid Jami Pesantren Buntet.

Mesjid Jami Pesantren Buntet terletak di Desa Mertapada Kulon, Kecamatan Astanajapura,

Kabupaten Cirebon. Penelitian tentang arsitektur mesjid pesantren bertujuan untuk

menggambarkan bentuk dan ciri khas yang terdapat pada mesjid sehingga dapat dilihat

bagaimana bentuk kekhasan mesjid pesantren di Cirebon. Metode penelitian yang dilaukan

adalah analisis bentuk melalui perbandingan dengan mesjid pesantren lain yang terdapat di

Cirebon. Hasil penelitian menunjukkan bentuk dan ciri khas Mesjid Jami Pesantren Buntet

adalah berdenah persegi panjang, memiliki mimbar berbahan kayu, mempunyai mihrab yang

bermotif ragam hias garis, tidak terdapat tiang di ruang utama, dan memiliki mustaka.

Kata kunci: mesjid, pesantren, pesantren kuno, Cirebon.

FORM AND CHARACTERISTIC OF MESJID JAMI PESANTREN BUNTET CIREBON

ABSTRACT

The Focus consist is talk about form and characteristic of Mesjid Jami Pesantren Buntet Cirebon.

Mesjid Jami Pesantren Buntet located in Pesantren Buntet, Astanajapura, Cirebon. This

examination purpose to explain architectural mosque of old boarding school. Besides, special

purpose is to understand the characteristics of mosque in the old boarding school. Method that

had been used is analyzing method and comparing. The result is the characteristic from the

mosque of Mesjid Jami Pesantren Buntet Cirebon is have a rectangular floor plan, have a mihrab

with line ornamentation, mimbar made of the wood, there is not the pole at the main room, and

have a mustaka.

Key words: mosque, boarding school, the mosque of boarding school, Cirebon.

Bentuk dan..., Chusnul Chotimah, FIB UI, 2013

Page 2: BENTUK DAN CIRI KHAS MESJID JAMI PESANTREN BUNTET …

2 Universitas Indonesia

Pendahuluan

Dalam Arkeologi Islam antara lain juga

dikaji tentang arsitektur. Arsitektur pada mulanya

adalah suatu lingkungan yang diciptakan manusia

dari alam yang dikuasainya untuk memungkinkan

kedudukan atau sikap hidup, dalam suatu yang

diinginkan dan status yang diharapkan (Budiharjo,

1991: 7). Dalam dunia arsitektur hubungan dengan

masa lalu merupakan persyaratan utama untuk

menciptakan karya arsitektur yang proporsional

untuk masa kini maupun masa mendatang (Sumalyo,

1993:1).

Salah satu bentuk arsitektur yang umum

dikenal dalam kajian Arkeologi Islam adalah

bangunan mesjid. Mesjid merupakan bangunan yang

penting dan tidak dapat dipisahkan dari segala

kegiatan sosial budayanya di masyarakat. Dalam

fungsinya mesjid tak lagi sekadar tempat untuk

melakukan hubungan ritual antara manusia dengan

Tuhannya, tetapi juga berfungsi sebagai tempat

melakukan hubungan antarmanusia bahkan dapat

juga digunakan untuk mencari ilmu (Wiryoprawiro,

1985: 155).

Mesjid kuno merupakan salah satu

peninggalan arkeologi dari masa Islam, yang dapat

menggambarkan pada masa itu telah ada pemukiman

di daerah tersebut. Mesjid dianggap sebagai pusat

kebudayaan karena menjadi pusat kegiatan umat

Islam, baik yang bersifat spiritual maupun material,

sehingga keberadaannya sangat penting dan

berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat. Dalam

penelitian ini bangunan mesjid yang dibahas adalah

bangunan mesjid yang berada di dalam lingkungan

Pesantren. Mesjid-mesjid dalam pesantren penting

sekali artinya, karena mesjid-mesjid itu tidak hanya

sebagai tempat sembahyang, tetapi sebagai pusat

tempat pendidikan agama Islam dengan cara yang

tertentu

Di Indonesia, pendidikan Islam pada

mulanya dilaksanakan secara nonformal. Bermula

pada agama Islam yang dibawa ke Indonesia oleh

para pedagang, mulai dari para pedagang tersebut

mereka menyebarkan dan menyiarkan Islam sambil

berdagang. Penyebaran dan pengajaran ajaran agama

Islam berlanjut ke tempat-tempat seperti surau,

langgar, masjid yang menjadi tempat berkumpul

masyarakat. Di tempat-tempat tersebut sejumlah

murid atau masyarakat yang ingin mengkaji agama

Islam duduk di lantai, mengelilingi sang guru, dan

belajar mengaji. Dari tempat pendidikan Islam seperti

itu yang menjadi embrio atau bibit awal terbentuknya

sistem pendidikan pondok pesantren di Indonesia

(Zuhairini, 1997: 212). Pondok pesantren adalah

lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia telah

menghasilkan pemikir-pemikir Islam dan ulama

besar. Melalui hal tersebut pesantren memiliki

signifikansi yang cukup besar dalam dunia

pendidikan di Indonesia (Duljamhari, 2003: 3).

Sebagai pendidikan Islam tertua, belum ada

penelitian tentang pesantren yang dikaji dari aspek

arkeologis. Pesantren terlibat dalam mencerdaskan

kehidupan bangsa, memperbaiki moral, dan memberi

sumbangsih yang cukup signifikan bagi pendidikan

di Indonesia.

Di Jawa, pondok pesantren semakin

berkembang dengan adanya tokoh-tokoh dan

organisasi Islam. Pada tahun 1899 berdiri Pondok

Pesantren Tebuireng di Jombang Jawa Timur oleh

K.H. Hasyim Asy’ari. Kemudian Pondok Modern

Gontor pada tahun 1926 didirikan oleh K.H. Imam

Zarkasyi, serta pesantren-pesantren lainnya seperti

Pesantren Krapyak di Yogyakarta (Zuhairini, 1977:

193).

Namun, jauh sebelum itu sesungguhnya

telah berdiri pesantren di daerah Cirebon bernama

Pesantren Buntet. Pesantren tersebut didirikan pada

tahun 1750 di Cirebon oleh Kyai Muqayyim bin

Abdul Hadi (Muhaimin, 311: 2001). Pesantren

Buntet terletak di Desa Mertapada Kulon Kecamatan

Astanajapura Kabupaten Cirebon. Desa Mertapada

Kulon terletak kurang lebih 12 km dari Kotamadya

Cirebon ke arah timur laut. Batas desa Mertapada

Kulon sebelah barat dibatasi oleh Desa Munjul,

sebelah selatan dibatasi oleh Desa Cipeujeuh, sebelah

timur dibatasi oleh Desa Mertapada Wetan dan di

sebelah utara dibatasi oleh Desa Buntet (Amidjaja,

1985:13). Pesantren Buntet adalah salah satu

pesantren tertua di Jawa Barat yang didalamnya

memiliki tinggalan arkeologis yang masih

dipertahankan, misalnya mesjid.

Bangunan mesjid pada Pesantren Buntet

penting diteliti karena bangunan mesjid tersebut

merupakan salah satu tinggalan arkeologis yang

mewakili ciri umum dan bentuk dari bentuk

bangunan Mesjid Pesantren di Cirebon. Selain itu

bangunan mesjid tersebut penting diteliti karena

memiliki unsur-unsur budaya Cirebon.

Masalah Penelitian

Arsitektur mesjid di Indonesia lahir dan

berkembang sesuai perkembangan zaman dengan

segala aspeknya. Mesjid Jami Pesantren Buntet yang

berada pada lingkungan pesantren memiliki fungsi

yang khas, berbeda dengan fungsi mesjid di luar

lingkungan pondok pesantren. Fungsi khas mesjid di

lingkungan pesantren selain untuk beribadah dan

melakukan kegiatan spiritual seperti shalat, juga

Bentuk dan..., Chusnul Chotimah, FIB UI, 2013

Page 3: BENTUK DAN CIRI KHAS MESJID JAMI PESANTREN BUNTET …

3 Universitas Indonesia

digunakan untuk tempat mengkaji dan mensyiarkan

ilmu agama. Di sini mesjid berfungsi sebagai pusat

kegiatan. Selepas santri bersekolah dan beristirahat,

mereka mengaji dan mengkaji Al-qur’an ataupun

berdiskusi seraya menunggu waktu shalat tiba.

Berkaitan dengan fungsi khas tersebut maka

bentuk dan letak mesjid pada pondok pesantren

memiliki kekhasan. Oleh karena itu, permasalahan

dalam penelitian ini adalah bagaimana bentuk dan

unsur-unsur arsitektur Mesjid Jami Pesantren Buntet

sebagai mesjid pesantren tua di Cirebon?.

Metode

Metode penelitian adalah cara atau alat

untuk mencapai tujuan. Dalam tahap pengumpulan

data dapat dilalui melalui penulusuran kepustakaan,

foto dan gambar, sedangkan pengumpulan data

lapangan melalui survei lapangan

Dalam penelitian ini, hal yang dilakukan

dalam pengumpulan data adalah dengan melakukan

penelusuran kepustakaan. Studi pustaka dilakukan

dengan menelah sumber-sumber tertulis, mempelajari

riwayat penelitian, menelaah sumber-sumber tertulis

yang berkaitan dengan topik yang diteliti, atau cerita-

cerita lokal maupun sumber modern yang pernah di

tulis atau diteliti.

Pengumpulan data selain bangunan Mesjid

Jami Pesantren Buntet, juga dilakukan pada mesjid-

mesjid Pesantren Tua lainnya, seperti Mesjid

Pesantren Gedongan, Mesjid Pesantren Kempek, dan

Mesjid Pesantren Babakan Ciwaringin. Mesjid-

mesjid pesantren tua tersebut merupakan data

banding untuk tahap pengolahan data.

Setelah melakukan tahap pengumpulan data,

langkah selanjutnya adalah melakukan analisis

khusus terhadap bentuk dan unsur-unsur bangunan,

seperti denah, mihrab, mimbar, tiang, atap dan

mustaka. Analisis dilakukan baik pada bangunan

Mesjid Jami Pesantren Buntet maupun mesjid-mesjid

pesantren kuno pembanding lainnya di Cirebon.

Setelah tahap analisis, tahap yang dilakukan

adalah melakukan penyimpulan terhadap data yang

telah dianalisis, yakni dengan membuat suatu

penjelasan tentang data yang telah dikumpulkan.

Tahap ini bertujuan untuk memaparkan kesimpulan-

kesimpulan yang diperoleh dari analisis data

mengenai bentuk mimbar, mihrab, tiang dan unsur-

unsur lain.

Hasil dan Pembahasan a. Sejarah

Pesantren Buntet adalah salah satu pesantren

tertua di Jawa Barat yang keberadaannya tidak

terlepas dari Kesultanan Cirebon. Pendiri Pesantren

Buntet adalah Mbah Muqayyim yang masih

mempunyai hubungan keluarga dengan Keraton

Kanoman, beliau juga adalah seorang mufti atau

penghulu. Sebagai seorang mufti kesultanan yang

arif, Mbah Muqayyim memiliki semangat juang

untuk mengusir penjajah Belanda. Oleh karena itu,

Mbah Muqayyim bersama Pangeran Raja

Muhammad bertekad untuk meninggalkan keraton

(Muhaimin, 2002: 311).

Pesantren Buntet didirikan tahun 1750 M

oleh Kyai Muqayyim. Pada mulanya Kyai Muqayyim

mendirikan masjid dan sebuah pemondokan di Desa

Buntet yang terdapat di sebelah barat Pesantren

Buntet yang sekarang. Kondisi fisik pada awal

pesantren didirikan sangat sederhana, terbuat dari

bilik bambu beratapkan ilalang. Namun ketika

Belanda mengetahui pesantren tersebut, tak lama

kemudian pesantren tersebut dihancurkan oleh

Belanda. Kyai Muqayyim berhasil menyelamatkan

diri (Rowandi, 2012 : 6).

b. Deskripsi Mesjid Jami Pesantren Buntet

Pesantren Buntet terletak di desa Mertapada

Kulon, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon.

Desa Mertapada Kulon terletak kurang lebih 12 km

dari Kotamadya Cirebon ke arah timur laut. Desa ini

dilalui jalan raya yang menuju ke Kecamatan

Ciledug. Batas-batas Desa Mertapada Kulon antara

lain utara dibatasi oleh desa Buntet, Timur dibatasi

oleh desa Mertapada Wetan, selatan dibatasi oleh

desa Cipeujeuh, dan barat dibatasi oleh Desa Munjul.

Peta 2.1: Keletakan Pesantren Buntet di Kabupaten Cirebon

Sumber: Peta Rupa Bumi Skala 1:250.000, BIG Tahun.

2006

Bentuk dan..., Chusnul Chotimah, FIB UI, 2013

Page 4: BENTUK DAN CIRI KHAS MESJID JAMI PESANTREN BUNTET …

4 Universitas Indonesia

Mesjid Jami Pesantren Buntet dibangun

pada abad ke-18, berada di sebelah barat pada

kompleks Pesantren Buntet. Pemberian nama masjid

yakni Masjid Jami Pesantren Buntet, diambil dari

nama pesantren. Adapun unsur bangunan mesjid

yang masih dipertahankan adalah denah, pintu,

mihrab, atap, mustaka. Unsur bangunan yang telah

mengalami perubahan atau renovasi terjadi pada

bagian lantai mesjid, yang tadinya terbuat dari papan

dan kayu sekarang berbentuk lantai yang terbuat dari

ubin.

Mesjid Jami Pesantren Buntet terletak pada

sebuah lahan berukuran 400 meter persegi berdenah

persegi panjangberukuran 17, 2 x 23,2 m dengan

bagian yang menjorok keluar yang berada di sebelah

baratnya yang disebut mihrab, berukuran 3,5 x 2,5 m.

Mesjid tersebut berada pada tengah-tengah komplek

Pesantren Buntet. Di sisi sebelah timur mesjid

terdapat lapangan yang menjadi lapangan utama

pesantren. Di sebelah tenggara terdapat asrama santri

dan rumah pimpinan pondok pesantren atau kyai.

Sebelah selatan terdapat bangunan sekolah tingkat

pertama (SMP) khusus untuk santri putri.

Foto 2.1

Masjid Jami Pesantren Buntet Seteah Renovasi Tahun 2001

Dokumentasi: Chusnul Chotimah 2012

Mesjid Jami Pesantren Buntet memiliki

denah persegi panjang. Mesjid Jami Pesantren Buntet

memiliki ruang utama dan serambi pada sisi sebelah

utara, sisi sebelah timur, dan sisi sebelah selatan.

Pada mesjid ini terdapat 28 tiang, keseluruhan tiang

terdapat pada serambi mesjid. Jumlah pintu yang

terdapat pada bangunan ini adalah sembilan pintu.

Pintu tersebut terdapat tiga buah di sisi utara, tiga

buah di sisi selatan, dan tiga buah di sisi timur. Pada

bangunan ruang utama mesjid terdapat mihrab dan

mimbar. Pada serambi mesjid terdapat pagar langkan

yang mengelilingi mesjid. Pagar langkan tersebut

menjadi gerbang masuk ke dalam bangunan mesjid.

Pada serambi timur terdapat undakan anak tangga.

Berikut adalah penggambaran denah Mesjid Jami

Pesantren Buntet.

Ruang utama Mesjid Jami Pesantren Buntet

berdenah persegi panjang berukuran 15 x 21 m.

Adapun unsur yang terdapat pada ruang utama antara

lain: mihrab, mimbar, dan pintu masuk. Pintu masuk

ruang utama terdapat sembilan pintu. Pintu tersebut

terdapat tiga buah pintu di sisi sebelah utara, tiga

pintu terdapat di sebelah timur, dan tiga pintu sisanya

terdapat di sebelah selatan. Pintu ruang utama

berukuran 230 cm.

Keterangan:

I : Ruang Utama : Tiang

II : Serambi

III : Denah :Mihrab

: Pagar Keliling

: Tangga

: Pintu

Gambar 2.1: Denah Mesjid Jami Pesantren Buntet

Digambar oleh: Nur Janah Dwi Setyawati

Pada Mesjid Jami Pesantren Buntet mihrab

berada ada dinding barat mesjid yakni langsung

berhadapan dengan pintu masjid di bagian timur.

Mihrab ini menjorok keluar berukuran 250 cm x

256cm dengan tinggi 2,15 meter. Pada bagian atas

mihrab terdapat bidang panil berbentuk lengkung

setengah lingkaran dengan diameter 105 cm yang

dihiasi motif garis pada bagian atas (lengkungan).

Hiasan yang terdapat pada kiri dan kanan mihrab

Mesjid Jami Pesantren Buntet berupa pada motif

garis yang memyambung lengkungan mihrab sampai

ke tiang mihrab. Pada bagian bawah mihrab juga

terdapat hiasan yang sama, yakni motif garis.

Bentuk dan..., Chusnul Chotimah, FIB UI, 2013

Page 5: BENTUK DAN CIRI KHAS MESJID JAMI PESANTREN BUNTET …

5 Universitas Indonesia

Foto 2.3

Mihrab Mesjid Jami Pesantren Buntet

Dokumentasi: Chusnul Chotimah 2013

Mimbar Mesjid Jami Pesantren Buntet

berbentuk mimbar tradisional. Mimbar ini terbuat

dari bahan kayu. Mimbar mesjid ini memiliki ukuran

tinggi 230 cm, memiliki ukuran lebar 98 cm, dan

memiliki ukuran panjang 212 cm. Bentuk mimbar

menyerupai singgasana yang memiliki kursi atau alas

duduk. Pada bagian tengah terdapat tiang-tiang

penyangga mimbar. Bagian bawah mimbar terdapat

undakan anak tangga yang berjumlah tiga tingkatan.

Anak tangga tersebut berukuran 42 cm dan jarak

antar undakan setinggi 13 cm. Pada bagian tengah

mimbar terdapat kursi yang digunakan khatib

(pemberi khutbah atau ceramah) untuk

menyampaikan ceramah atau khutbah. Jadi, dengan

bentuk mimbar seperti ini, khatib menyampaikan

khutbahnya dalam posisi duduk. Pada bagian depan

kursi atau bagian alas duduk mimbar terdapat sebuah

palang yang terletak persis di depan kursi mimbar.

Pada bagian atas mimbar terdapat atap mimbar atau

kepala mimbar yang memiliki hiasan dan motif atau

mimbar tersebut memiliki kerangka. Warna pada

mimbar Mesjid Jami Pesantren Buntet sekarang

didominasi oleh warna cokelat tua, dan terdapat

warna cokelat muda pada bagian palang mihrab.

Pintu pada Mesjid Jami Pesantren Buntet

berjumlah sembilan, yang terletak pada sisi timur,

utara, dan selatan. Pada sisi timur terdapat tiga buah

pintu, pada sisi selatan terdapat tiga buah pintu, dan

pada sisi utara juga terdapat tiga buah pintu. Bentuk

kesembilan pintu baik dari sisi utara, timur, maupun

barat umumnya sama atau seragam. Bentuk pintu

empat persegi panjang, memiliki dua bukaan atau

daun pintu, yang di tengahnya terdapat ventilasi

berbentuk garis, bagian atas pintu juga terdapat

hiasan yang berbentuk belah ketupat. Pintu pada

Mesjid Jami Pesantren Buntet memiliki ukuran yang

sama yaitu memiliki ukuran tinggi 230 cm, lebar 90

cm dan tebal delapan cm. Secara keseluruhan pintu

dari Mesjid Jami Pesantren Buntet berwarna cokelat

tua.

Foto 2.4

Mimbar Mesjid Jami Pesantren Buntet

Dokumentasi: Chusnul Chotimah 2013

Tiang mesjid yang berada pada serambi

utara berjumlah sepuluh tiang, pada serambi selatan

berjumlah sepuluh tiang, pada serambi timur

berjumlah delapan tiang. Tiang-tiang pada mesjid ini

mempunyai dua ukuran yang berbeda, untuk tiang

yang berada pada serambi utara dan selatan ukuran

tiang mencapai 2,00 meter, pada tiang yang terdapat

di serambi timur terdapat tiang setinggi 3,00 meter.

Untuk tiang yang berada pada bagian depan tangga

mesjid Jami Pesantren Buntet berukuran 1, 67 meter.

Keseluruhan tiang berbentuk persegi. Adapun

panjang tiang di mesjid beraneka ragam, pada bagian

serambi di sisi timur mesjid tinggi tiang mencapai

utara dan selatan mesjid lebih pendek yakni 190 cm.

Mustaka pada Mesjid Jami Pesantren Buntet

terbuat dari tanah liat bakar, terdiri atas tiga bagian,

yakni bagian dasar, bagian tengah dan bagian atas.

Bentuk dan..., Chusnul Chotimah, FIB UI, 2013

Page 6: BENTUK DAN CIRI KHAS MESJID JAMI PESANTREN BUNTET …

6 Universitas Indonesia

Bagian bawah mustaka Mesjid Jami Pesantren Buntet

berdenah lingkaran. Pada bagian bawah terdapat

hiasan seperti kelopak bunga yang mekar pada setiap

sisinya. Pada bagian tengah terdapat lingkaran yang

ukurannya lebih kecil dari bagian bawah. Pada

bagian tengah juga terdapat dua buah hiasan kelopak

bunga yang sedang mekar. Pada bagian atas atau

puncak mustaka berbentuk kerucut.

Foto 2.9

Mustaka Mesjid Jami Pesantren Buntet.

Dokumentasi: Chusnul Chotimah 2013

c. Analisis

Pada penelitian ini dilakukan perbandingan

antara Mesjid Jami Pesantren Buntet dengan mesjid-

mesjid pesantren kuno lainnya di wilayah Cirebon.

Mesjid-mesjid pesantren kuno tersebut adalah Mesjid

Pesantren Gedongan yang terletak di Desa Ender,

Mesjid Pesantren Kempek yang terletak di Desa

Kempek, dan Mesjid Pesantren Babakan Ciwaringin

yang terletak di Desa Babakan Ciwaringin. Unsur-

unsur yang dibandingkan meliputi:

(1) Denah

(2) Mimbar

(3) Mihrab

(4) Tiang

(5) Mustaka

(6) Ragam Hias

Mesjid Pesantren Gedongan

Pesantren Gedongan terletak di Desa Ender,

Kecamatan Pangean, Kabupaten Cirebon. Pesantren

Gedongan terletak di ujung Desa Ender. Pesantren

Gedongan didirikan tahun 1888. Pendirinya adalah

Kyai Sa’id memiliki hubungan kekerabatan dengan

Sunan Gunung Jati. Beliau adalah seorang pejuang

yang gigih melawan Belanda. Nama Gedongan

berasal dari kata “gedhe pandongane” yang artinya

besar anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.

Foto 3.1

Mesjid Pesantren Gedongan

Dokumentasi: Chusnul Chotimah 2013

Bentuk Mesjid Pesantren Gedongan

didirikan sezaman dengan didirikannya pesantren.

Pada awalnya adalah berbentuk rumah panggung,

lalu bentuk tersebut tidak dapat dipertahankan karena

kondisinya mulai rusak termakan zaman, sehingga

pihak pesantren memutuskan untuk merenovasi

mesjid pada tahun 1980-an.

Keterangan:

: Pintu I : Ruang Utama

II : Ruang Serambi

: Tiang

Gambar 3.1

Denah Mesjid Pesantren Gedongan

Digambar oleh: Chusnul Chotimah 2013

Mimbar Mesjid Pesantren Gedongan terletak

pada dinding sisi barat bangunan mesjid. Bentuk

mihrab Mesjid Pesantren Gedongan yang memiliki

dua ruangan menjadikan letak mimbar pada mesjid

Bentuk dan..., Chusnul Chotimah, FIB UI, 2013

Page 7: BENTUK DAN CIRI KHAS MESJID JAMI PESANTREN BUNTET …

7 Universitas Indonesia

tersebut berada pada salah satu ruangan pada mihrab

tersebut. Ruangan mihrab pada sisi barat daya mesjid

adalah ruangan yang difungsikan sebagai mihrab,

yakni tempat imam memimpin shalat, sedangkan

ruangan pada mihrab sisi barat daya digunakan untuk

meletakkan mimbar.

Foto 3.4

Mimbar Mesjid Pesantren Buntet (kiri) dan Mimbar Mesjid

Pesantren Gedongan (kanan)

Dokumentasi: Chusnul Chotimah 2013

Bentuk Mimbar pada Mesjid Pesantren

Gedongan berbahan dasar kayu yang berbentuk

podium berwarna cokelat muda. Mimbar pada Mesjid

Pesantren Gedongan berukuran panjang 130 cm, lalu

memiliki ukuran lebar 70 cm, dan memiliki ukuran

tinggi 120 cm. Mimbar pada Mesjid Pesantren

Gedongan merupakan mimbar bergaya modern yang

terbuat dari kayu. Mimbar ini tidak memiliki hiasan

apapun.

Mimbar Mesjid Pesantren Gedongan

memiliki perbedaan yang cukup signifikan dengan

mimbar pada Mesjid Jami Pesantren Buntet.

Perbedaan-perbedaan tersebut dapat dilihat dari

bentuk dan ukuran mimbar. Mimbar Mesjid Jami

Pesanren Buntet adalah mimbar yang terbuat dari

kayu dan memiliki tiga bagian mimbar. Bagian atap

mimbar, bagian dudukan mimbar, dan bagian bawah

mimbar yang terdapat anak tangga. Mimbar pada

Mesjid Pesantren Gedongan adalah mimbar yang

berbentuk podium. Dalam kondisi mimbar yang

terdapat pada Mesjid Jami Pesantren Buntet

penceramah memberikan atau menyampaikan

khutbah dengan cara duduk. Pada Mesjid Pesantren

Gedongan penceramah menyampaikan khutbah

dengan cara berdiri. Adapun kesamaan hanya dapat

terlihat pada bahan mimbar, yaitu yang terbuat dari

bahan kayu. Mimbar pada Mesjid Pesantren

Gedongan berbentuk podium yang tidak memiliki

ukuran terlalu tinggi, berbeda sekali dengan mimbar

Mesjid Jami Pesantren Buntet yang masih tradisional.

Mihrab pada Mesjid Pesantren Gedongan

adalah mihrab yang mempunyai dua bagian yang

masing-masing terdapat lengkungan diatasnya. Setiap

bagian lengkungan mempunyai ukuran tinggi 2,3

meter. Terdapat tiang mihrab yang menjadi

penyangga di antara dua bagian lengkungan tersebut.

Mihrab tersebut memiliki ukuran 1 x 1,85 meter.

Masing-masing kedua bagian lengkungan itu

mempunya fungsi masing-masing. Pada sisi

lengkungan mihrab sebelah timur, terdapat sebuah

mimbar. Pada mihrab sisi sebelah barat, mihrab

berfungsi sebagai tempat imam memimpin ibadah

sembahyang, terdapat pula sajadah dan mikrofon

pada mihrab sisi tersebut.

Foto 3.5

Mihrab Mesjid Pesantren Buntet (kiri) dan Mihrab Mesjid

Pesantren Gedongan (kanan)

Dokumentasi: Chusnul Chotimah 2013

Mihrab Mesjid Pesantren Gedongan

memiliki perbedaan dengan mihrab pada Mesjid Jami

Pesantren Buntet. Perbedaan tersebut dilihat dari

bentuk mihrab pada Mesjid Pesantren Gedongan

yang memiliki dua ruangan, sedangkan mihrab pada

Mesjid Jami Pesantren Buntet hanya memiliki satu

ruangan.Perbedaan lain terletak pada penggunaan

mihrab yang antara lain memnculkan dua fungsi

mihrab yaitu satu ruangan digunakan untuk tempat

memimpin shalat dan satu ruangan lagi digunakan

untuk menyimpan mimbar. Kesamaan mihrab Mesjid

Pesantren Gedongan dengan Mesjid Pesantren Buntet

terlihat dari warna mihrab, yakni didominasi oleh

warna putih. Kesamaan lain dapat dilihat dari bentuk

tiang mihrab dan hiasan pada lengkungan mihrab

yang sama-sama memiliki motif hias garis pada

bagian atas (lengkungan) mihrab. Persamaan mihrab

Mesjid Jami Pesantren Buntet dengan Mihrab Mesjid

Pesantren Gedongan adalah sama-sama mempunyai

langit-langit mihrab yang berbentuk lengkung kala

atau kubah setengah lingkaran. Kesamaan lain dapat

dilihat dari bentuk ragam hias yang terdapat pada

lengkungan langit-langit mihrab tersebut, yaitu

hiasan berupa garis.

Bentuk dan..., Chusnul Chotimah, FIB UI, 2013

Page 8: BENTUK DAN CIRI KHAS MESJID JAMI PESANTREN BUNTET …

8 Universitas Indonesia

Letak tiang pada Mesjid Pesantren

Gedongan terdapat di Ruang Utama Mesjid yang

berjumlah empat, tiang pada serambi utara dan

selatan berjumlah sama yakni enam tiang. Tiang pada

serambi timur masjid berjumlah delapan. Letak tiang

pada Mesjid Pesantren Kempek berada pada ruang

utama dan serambi depan (sisi timur) masjid. Tiang-

tiang tersebut berjumlah sembilan tiang.

Foto 3.6

Tiang Mesjid Pesantren Buntet (kiri) dan Tiang

Mesjid Pesantren Gedongan

Dokumentasi: Chusnul Chotimah 2013

Tiang Mesjid Pesantren Gedongan terbuat

dari semen yang memiliki ukuran tinggi tiga meter

berbentuk lingkaran. Tiang pada bangunan tersebut

didominasi oleh warna putih. Pada tiang tersebut

tidak terdapat motif hiasan, tiang pada mesjid

Pesantren Gedongan berjumlah 26 tiang. Terletak di

ruang utama mesjid berjumlah enam tiang. Di

serambi utara berjumlah enam tiang, serambi selatan

berjulah enam tiang, di serambi timur berjumlah

delapan tiang.

Pada Mesjid Pesantren Gedongan tiang

berbentuk persegi, terbuat dari tembok. Hal ini

berbeda dengan tiang yang terdapat pada Mesjid Jami

Pesantren Buntet yang tiangnya terbuat dari kayu.

Tiang di Mesjid Pesantren Gedongan berwarna putih.

Terdapat pada serambi mesjid dan juga terdapat pada

ruang utama mesjid. Pada ruang utama mesjid bentuk

tiang berdenah lingkaran, sedangkan semua tiang

pada serambi mesjid berbentuk persegi. Dari

deskripsi tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan keletakan tiang antara Mesjid Pesantren

Gedongan dengan Mesjid Jami Pesantren Buntet.

Pada Mesjid Pesantren Gedongan tiang terdapat pada

serambi dan ruang utama. Sementara itu, pada Mesjid

Jami Pesantren Buntet tidak ada tiang pada ruang

utama.

Mustaka pada mesjid Pesantren Gedongan

bentuk denah dasarnya lingkaran. Lingkaran tersebut

semakin mengecil makin ke atas. Mustaka dibagi

menjadi tiga bagian. Bagian atas, bagian bawah, dan

bagian tengah. Pada bagian bawah mustaka

berbentuk seperti menara. Pada bagian tengah

lingkaran mustaka berbentuk semakin ramping dan

mengerucut. Pada bagian tengah terdapat hiasan

kelopak bunga yang sedang mekar di sisi kanan dan

kiri mustaka. Pada bagian atas mustaka Mesjid

Pesantren Gedongan ini berbentuk kerucut. Mustaka

pada atap Mesjid Pesantren Gedongan tersebut

terbuat dari tanah liat bakar.

Foto 3.7

Mustaka Mesjid Pesantren Buntet (kiri) dan Mustaka

Mesjid Pesantren Gedongan (kanan) Dokumentasi:

Chusnul Chotimah 2013

Terdapat kesamaan bahan antara mustaka

pada Mesjid Jami Pesantren Buntet dengan Mesjid

Pesantren Gedongan, yakni sama-sama terbuat dari

tanah liat bakar. Kesamaan lain terlihat pada bentuk

mustaka yang memiliki denah mustaka berbentuk

linkaran, dan terus mengecil atau meramping pada

bagian tengah sampai ke atas. Selain itu, bentuk

mustaka pada kedua mesjid menyerupai bentuk

menara. Pada kedua mustaka di kedua mesjid

tersebut memiliki hiasan berupa kelopak bunga yang

sedang mekar dan mempunyai bagian puncak

mustaka yang berbentk kerucut. Dari segi warna,

warna mustaka pada Mesjid Pesantren Buntet dan

Mesjid Pesantren Gedongan juga memiliki kesamaan,

yaitu sama-sama berwarna abu-abu agak kehijauan.

Mesjid Pesantren Kempek

Kempek adalah nama sebuah desa yang

berada di bagian barat kota Cirebon, tepatnya di

antara Palimanan dan Ciwaringin. Desa Kempek,

Kecamatan Ciwaringin Kabupaten Cirebon terletak 1

km dari jalan raya Pegagan, atau 14 km ke arah barat

dari kota Cirebon. Pesantren Kempek didirikan oleh

H. Mbah Harun Mardan pada tahun 1908.

Bentuk dan..., Chusnul Chotimah, FIB UI, 2013

Page 9: BENTUK DAN CIRI KHAS MESJID JAMI PESANTREN BUNTET …

9 Universitas Indonesia

Foto 3.2

Mesjid Pesantren Kempek

Dokumentasi: Chusnul Chotimah 2013

Mesjid Pesantren Kempek pada awalnya

berbentuk rumah panggung. Kondisi dahulu sampai

sekarang tidak banyak yang berubah. Mesjid tersebut

berukuran 26 x 13 meter. Bentuk fisik bangunan

tersebut masih dipertahankan sesuai dengan bentuk

awal.

Keterangan:

: Pintu I : Ruang Utama

: Tiang II : Serambi

Gambar 3.2 Denah Mesjid Pesantren Kempek

Digambar oleh: Chusnul Chotimah 2013

Pada Mesjid Pesantren Kempek tidak

ditemukan mimbar pada ruang dalam mihrab mesjid

atau pada ruang utama mesjid. Mihrab pada Mesjid

Pesantren Kempek memiliki bentuk dasar yang sama

dengan mihrab pada Mesjid Pesantren Gedongan,

yakni terdapat dua bagian lengkungan pada mihrab.

Hal ini berbeda sekali dengan mihrab Mesjid Jami

Pesantren Buntet yang hanya memiliki satu bagian.

Kedua lengkungan tersebut memiliki hiasan garis

pada setiap lingkungan dan sebuah tiang yang ada

pada sisi kiri dan kanan mihrab. Sisi sebelah timur

mihrab digunakan untuk meletakkan pengeras suara,

sedangkan pada sisi sebelah barat digunakan sebagai

tempat imam memimpin ibadah shalat, yang terdapat

sebuah sajadah, dan sebuah pendingin ruangan

Foto 3.10

Mihrab Mesjid Pesantren Kempek

Dokumentasi: Chusnul Chotimah 201

Pada mihrab Mesjid Pesantren Kempek,

kesamaan dan perbedaan dengan mihrab Mesjid Jami

Pesantren Buntet tidak jauh berbeda dengan mihrab

pada Mesjid Pesantren Gedongan. Hal itu disebabkan

oleh bentuk mihrab pada Mesjid Pesantren Kempek

dan bentuk mihrab Mesjid Pesantren Gedongan yang

serupa, yakni sama-sama memiliki dua ruangan. Pada

bagian langit-langit mihrab berbentuk lengkung kala,

hal ini serupa dengan langit mihrab yang terdapat

pada Mesjid Jami Pesantren Buntet. Pada bagian

tengah terdapat tiang penyangga diantara dua

ruangan mihrab. Bentuk hiasan pada mihrab Mesjid

Pesantren Kempek memperlihatkan kesamaan

dengan mihrab di Mesjid Jami Pesantren Buntet yaitu

memiliki hiasan garis pada bagian lengkung kala.

Foto 3.11

Tiang Mesjid Pesantren Buntet (kiri) dan Tiang Mesjid

Pesantren Kempek (kanan)

Dokumentasi: Chusnul Chotmah 2013

Bentuk dan..., Chusnul Chotimah, FIB UI, 2013

Page 10: BENTUK DAN CIRI KHAS MESJID JAMI PESANTREN BUNTET …

10 Universitas Indonesia

Pada Mesjid Pesantren Kempek tiang yang

menopang mesjid berjumlah 10. Tiang tersebut

memiliki ukuran tinggi 2,8 meter dan berdiameter 20

cm. Keletakan tiang pada Mesjid Pesantren Kempek

antara lain terdapat pada ruang utama yang berjumlah

enam tiang. Pada halaman atau muka mesjid terdapat

empat tiang. Bentuk tiang pada Mesjid Pesantren

Kempek bergaya kolonial, yakni berdenah lingkaran

yang besar pada bagian bawah lalu mengecil pada

bagian atas. Detail tiang pada Mesjid Pesantren

Kempek memiliki hiasan garis-garis vertikal di

sepanjang tubuh tiang. Tiang mesjid Pesantren

Kempek didominasi oleh warna putih, namun pada

bagian bawah terdapat perbedaan warna, yakni warna

krem.

Tiang pada Mesjid Pesantren Kempek juga

memiliki perbedaan dengan tiang yang ada di Mesjid

Jami Pesantren Buntet, dari segi ukuran maupun

bentuk. Pada Mesjid Pesantren Kempek tiang terbuat

dari beton yang bergaya doric. Memiliki hiasan garis

vertikal pada bagian bawah tiang, berdenah lingkaran

dan makin kecil pada bagian atas. Sementara itu,

pada Mesjid Jami Pesantren Buntet keseluruhan tiang

terbuat dari kayu. Keletakan tiang pada Mesjid

Pesantren Kempek terdapat pada ruang utama yang

berjumlah empat buah, sedangkan pada Mesjid Jami

Pesantren Buntet tidak terdapat tiang pada ruang

utama.

Pada bagian atap Mesjid Pesantren Kempek

terdapat mustaka. Mustaka pada mesjid Pesantren

Kempek bentuk denah dasarnya persegi. Mustaka

tersebut dibagi menjadi tiga bagian. Pada bagian

dasarnya makin keatas makin mengecil dan

mengerucut, sedangkan pada bagian tengah dan

atasnya berbentuk seperti bunga. Bagian kelopak

bunga di bagian tengah mustaka, lalu berbentuk

kerucut di bagian puncak mustaka. Mustaka pada

puncak Mesjid Pesantren Kempek tersebut terbuat

dari tanah liat bakar dan didominasi oleh warna abu-

abu kehijauan.

Foto 3.12

Mustaka Mesjid Pesantren Buntet (kiri) dan mustaka

Mesjid Pesantren Kempek (kanan)

Dokumentasi: Chusnul Chotimah 2013

Kesamaan mustaka pada bangunan Mesjid

Pesantren Kempek dan Mesjid Pesantren Buntet

terlihat dari bentuk denah mustaka yang berbentuk

persegi. Pada bagian tengah bentuk badan mustaka

semakin mengecil. Pada bagian tersebut terdapat

hiasan kelopak bunga. Perbedaan terlihat dari bentuk

hiasan mustaka Mesjid Pesantren Kempek, pada

mesjid tersebut hiasan tidak hanya berupa kelopak

mekar, tetapi terdapat pula hiasan sulur yang

mengelilingi hiasan yang berbentuk kelopak. Pada

bagian atas atau puncak mustaka berbentuk kerucut,

hal ini serupa dengan mustaka yang terdapat pada

Mesjid Pesantren Buntet

Mesjid Pesantren Babakan Ciwaringin

Pesantren Babakan Ciwaringin terletak di

Desa Babakan Kecamatan Ciwaringin Kabupaten

Cirebon. Pondok Pesantren ini didirikan pada tahun

1705 M. Pendiri pondok pesantren ini bernama K.H.

Hasanuddin atau yang dikenal dengan nama Kyai

Jatira. K.H. Hasanuddin adalah seorang pejuang

agama yang dekat dengan masyarakat. Kondisi

geografis desa yang kering, dan tidak terlalu subur

menjadikan Beliau terpacu untuk terus

mengembangkan wilayah tersebut menjadi pondok

pesantren sebagai tempat pendidikan dan pusat

pengkajian agama Islam yang jauh dari kekuasaan

Belanda.

Keterangan:

: Tiang I : Ruang Utama

: Jendela II : Serambi

: Pintu

Gambar 3.2 DenahMesjidPesantrenKempek

Digambar oleh: Chusnul Chotimah 2013

Bentuk dan..., Chusnul Chotimah, FIB UI, 2013

Page 11: BENTUK DAN CIRI KHAS MESJID JAMI PESANTREN BUNTET …

11 Universitas Indonesia

Foto 3.3

Mesjid Jami Pesantren Babakan Ciwaringin

Dokumentasi: Chusnul Chotimah 2013

Mimbar pada Mesjid Jami Pesantren

Babakan Ciwaringin terbuat dari bahan kayu.

Mimbar mesjid ini memiliki ukuran panjang 96 cm,

lebar 192 cm, tinggi 256 cm. Mimbar ini berwarna

cokelat muda. Mimbar ini terlihat seperti

penggabungan antara mimbar modern yang

berbentuk podium dan bentuk mimbar tradisional

atau lama yang memiliki atap mimbar. Pada bagian

atas mimbar terdapat atap mimbar yang diselimuti

atau di tutupi kain berwarna putih. Pada bagian atap

mimbar tersebut terdapat hiasan berupa ukiran kayu.

Pada bagian samping mimbar terdapat celah yang

digunakan untuk masuk ke dalam mimbar.

Foto 3.15

Mimbar Mesjid Pesantren Buntet (kiri) dan Mimbar

Mesjid Pesantren Babakan Ciwaringin (kanan)

Dokumentasi: Chusnul Chotimah 2013

Mesjid Pesantren Babakan Ciwaringin

memiliki bentuk mihrab melengkung, memiliki tepi

mihrab, dan hanya terdapat satu ruangan pada

mihrab. Mihrab ini berukuran panjang 3,5 meter,

lebar mihrab 2, 64 meter, tinggi mihrab 2,7 meter.

Mihrab ini sekarang didominasi oleh warna putih.

Terdapat hiasan garis pada bagian atas mihrab.

Mihrab ini cukup luas dibandingkan mesjid-mesjid

pesantren yang lain. Pada bagian selatan mihrab

terdapat jendela dari kaca nako yang berfungsi

sebagai sirkulasi udara.

Pada Mesjid Pesantren Babakan Ciwaringin,

mihrab berbentuk sama dengan mihrab yang ada pada

Mesjid Jami Pesantren Buntet. Mihrab pada mesjid

tersebut memiliki satu ruangan. Memiliki hiasan

motif garis pada lengkungan atas Akan tetapi,

terdapat perbedaan pada bentuk ukuran. Ukuran

mihrab di Mesjid Pesantren Babakan Ciwaringin

cukup besar dibandingkan dengan mihrab pada

Mesjid Jami Pesantren Buntet.

Foto 3.16

Mihrab Mesjid Pesantren Buntet (kiri) dan Mihrab Mesjid

Pesantren Babakan Ciwaringin

Dokumentasi: Chusnul Chotimah 2013

Pada Mesjid Pesantren Babakan Ciwaringin

jumlah tiang sebanyak 23 tiang. Empat buah tiang

penyangga utama terdapat di ruang utama. Delapan

buah tiang terdapat pada serambi sisi utara, tujuh

buang tiang terdapat di sisi serambi timur, dan

delapan buah tiang sisanya terdapat di serambi sisi

selatan. Tiang Mesjid Pesantren Babakan Ciwaringin

berdenah persegi. Memiliki ukuran 30 x 30 cm.

Bentuk tiang di mesjid ini seragam, tidak ada

perbedaan bentuk antara tiang di ruang utama

maupun dengan tiang di serambi. Sekarang warna

tiang di mesjid tersebut didominasi oleh warna putih.

Tiang pada mesjid ini terbuat dari bahan semen.

Jika dibandingkan dengan Mesjid Jami

Pesantren Buntet, tiang pada mesjid ini memiliki

perbedaan yang cukup fundamental. Dilihat dari

bahan tiang, mesjid tersebut menggunakan semen

sebagai bahan dasar tiang. Hal itu jelas sekali berbeda

dengan Mesjid Jami Pesantren Buntet yang bahan

dasarnya terbuat dari kayu. Bentuk tiang pada Mesjid

Pesanten Babakan Ciwaringin berdenah persegi.

Keletakan tiang pada mesjid tersebut juga berbeda

dengan Mesjid Jami Pesantren Buntet. Pada Mesjid

Pesantren Babakan Ciwaringin tiang-tiang tidak

Bentuk dan..., Chusnul Chotimah, FIB UI, 2013

Page 12: BENTUK DAN CIRI KHAS MESJID JAMI PESANTREN BUNTET …

12 Universitas Indonesia

hanya terdapat pada serambi mesjid, akan tetapi

terdapat pada ruang utama yang berjumlah empat.

Foto 3.17

Tiang Mesjid Pesantren Buntet (kiri) dan Tiang Mesjid

Pesantren Babakan Ciwaringin (kanan)

Dokumentasi: Chusnul Chotimah 2013

Mesjid Pesantren Babakan Ciwaringin

memiliki mustaka di puncak atap mesjid. Mustaka

tersebut terbuat dari bahan tanah liat bakar. Mustaka

tersebut berwarna cokelat keabuan. Ukuran tinggi

sekitar 80 cm. Mustaka tersebut berdenah persegi,

lalu mengecil hingga bagian tengah mustaka.

Terdapat hiasan di bagian dasar, hiasan tersebut

menyerupai priok atau buah nanas, pada ujung sisi

bagian dasar. Pada bagian tengah mustaka berbentuk

persegi empat yang bertingkat, makin ke atas makin

besar. Pada bagian atas mustaka berbentuk

menyerupai kuncup bunga, dan terdapat kerucut pada

ujung bagian atas mustaka.

Foto 3.18

Mustaka Mesjid Pesantren Buntet dan mustaka Mesjid

Pesantren Babakan Ciwarngin (kanan)

Dokumentasi: Chusnul Chotimah 2013

Mustaka pada Mesjid Pesantren Babakan

Ciwaringin memiliki perbedaan yang besar dengan

mustaka pada Mesjid Jami Pesantren Buntet.

Mustaka Mesjid Pesantren Babakan Ciwaringin

memiliki bentuk yang cenderung lebih pendek

berukuran sekitar 150 cm, tidak berbentuk menara

dan tidak ramping, serta tidak berbentuk kerucut pada

bagian puncak mustaka. Mesjid Pesantren Babakan

Ciwaringin memiliki hiasan yang diukir pada badan

mustaka.

Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa

Mesjid Pesantren Buntet berdenah persegi panjang.

Memiliki atap limas, dengan memiliki hiasan atap

berupa mustaka pada bagian atas atap. Mesjid ini

memiliki ruang utama yang berdenah huruf T. Di

dalam ruang utama terdapat mimbar dan mihrab.

Mimbar Mesjid Jami Pesantren Buntet terbuat dari

kayu dan memiliki bentuk yang khas yaitu memiliki

dudukan mimbar, dan atap mimbar. Mihrab Mesjid

Jami Pesantren Buntet adalah mihrab yang bagian

atasnya menyerupai lengkung kala. Pada bagian

mihrab terdapat hiasan garis. Pada dinding ruang

utama terdapat sembilan pintu masuk. Pintu masuk

tersebut terdapat tiga pintu di dinding sebelah utara,

sebelah timur, dan sebelah selatan, kemudian terdapat

dua buah pintu pada ruangan khusus mesjid. Mesjid

tersebut memiliki serambi ada sisi timur, utara, dan

selatan. Pada serambi terdapat 28 tiang dan terdapat

10 pagar keliling.

Bentuk bangunan Mesjid Jami Pesantren

Buntet memperlihatkan arsitektur tradisional.

Pengaruh itu terlihat pada bentuk mihrab, mimbar,

dan pintu. Mesjid Jami Pesantren Buntet memiliki

kedekatan atau kemiripan dengan Mesjid Pesantren

Kempek. Hal itu disebabkan karena bangunan Mesjid

Pesantren Kempek adalah bangunan mesjid kuno

yang didirikan dalam periode yang berdekatan dan

tetap mempertahankan kondisi bangunan asli sampai

sekarang.

Kemiripan-kemiripan Mesjid Jami Pesantren

Buntet dengan Mesjid Pembanding dilihat dari

beberapa unsur, antara lain denah, mihrab, mimbar,

dan ragam hias. Hasil dari analisis dengan metode

perbandingan yang telah diperoleh adalah Mesjid

Jami Pesantren Buntet memiliki bentuk denah

bangunan persegi panjang, hal ini dapat ditemukan di

Mesjid Pesantren Gedongan, Mesjid Pesantren

Kempek , dan Mesjid Pesantren Babakan Ciwaringin.

Dilihat dari bentuk mihrab, Mesjid Pesantren Buntet

memiliki kesamaan bentuk mihrab dengan Pesantren

Babakan Ciwaringin. Bentuk hiasan juga ditemukan

kesamaan atau kemiripan antara mihrab Mesjid

Pesantren Buntet dengan Mesjid Pesantren

Gedongan, dan Mesjid Pesantren Kempek. Ruang

utama Mesjid Pesantren Buntet memiliki denah huruf

T. Denah ruang utama dengan bentuk seperti ini

Bentuk dan..., Chusnul Chotimah, FIB UI, 2013

Page 13: BENTUK DAN CIRI KHAS MESJID JAMI PESANTREN BUNTET …

13 Universitas Indonesia

dapat ditemukan pada Mesjid Pesantren Gedongan.

Sementara itu, denah ruang utama dari Mesjid

Pesantren Kempek dan Mesjid Pesantren Babakan

Ciwaringin berdenah persegi panjang.

Denah tiang Mesjid Jami Pesantren Buntet

berupa persegi, bentuk tiang ini di temukan di Mesjid

Pesantren Babakan Ciwaringin. Hanya saja tiang

pada Mesjid Pesantren Babakan Ciwaringin terbuat

dari beton. Bentuk Tiang Mesjid Pesantren Buntet

memliki perbedaan bentuk tiang dengan Mesjid

Pesantren Kempek, Pesantren Babakan Ciwaringin

dan Mesjid Pesantren Gedongan.

Dari pemaparan di atas, dapat diperoleh

sebuah jawaban atas permasalahan penelitian.

Adapun hal-hal yang dapat disimpulkan mengenai

ciri Mesjid Pesantren adalah sebuah bangunan mesjid

yang tidak memiliki berbeda dengan mesjid kuno

lainnya. Mesjid pesantren memiliki denah persegi

panjang, memiliki tiang yang terbuat dari bahan

kayu, terdapat tiang hanya pada serambi, memiliki

atap berbentuk tajug. Keletakan tiang pada mesjid

pesantren juga terdapat di serambi, tidak terdapat

pada tiang utama dan memiliki mustaka. Dengan ciri-

ciri demikian, mesjid pesantren tidak memiliki ciri

khas tertentu, yakni memiliki ciri yang sama dengan

ciri mesjid kuno lainnya.

DAFTAR REFERENSI

Amidjaja, Rosad. dkk. (1985). Pola Kehidupan

Santri Pesantren Buntet Desa Mertapada Kulon

Kecamatan Astanajapura Kbupaten Cirebon.

Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan

kebudayaan.

Aboebakar. 1955. Sejarah Masjid dan Amal Ibadah

Dalamnya. Banjarmasin: Fa. Toko Buku Adil.

Ambary, Hasan Muarif. (2002). “Penulisan Sejarah

Islam Indonesia: Pendekatan Arkeologi Sejarah”

Hal: 33-35 dalam 25 Tahun Kerjasama Pusat

Penelitian Arkeologi dan EFEO. Jakarta: EFEO.

Ambary, Hasan Muarif. (1998). Menemukan

peradaban:Arkeologi dan Islam di Indonesia.

Jakarta; Pusat Peneletian Arkeologi Nasional.

Abdullah. Taufik. (peny). (1983). Agama dan

Perubahan Sosial. Jakarta: Yayasan Ilmu-ilmu

Sosial.

Atja. (1986). Carita Purwaka Caruban Nagari.

Proyek Pengembangan Permuseuman Jawa

Barat.

Alfaruqi, Ismail. (1986). Atlas budaya: The Cultural

Atlas Of Islam, menjelajah khasanah peradaban

gemilang. Bandung: Mizan.

Budiharjo, Eko. (1991). Jati Diri Arsitektur

Indonesia. Bandung: Alumni.

Clarke, David. (1977). Spatial Archaeology. London:

Academic Press

Departemen Agama Direktorat Jenderal kelembagaan

Islam. (2003) Pondok Pesantren dan Madrasah

Diniyah. Jakarta.

Deetz, James. (1967). Invitation To Archaeology.

New York: Natural History Press.

Calder, Article “Ornamentation” dalam Encyclopedy

World Art.Vol X (1965) Mc Grawn Hill. Book

Company. LPKJ: IKJ.

Fagan, Brian. (1975). In The Beginning, an

introduction to archaeology. USA : Litle, Brown

And Company

Galba, Sindu. (1995). Pesantren Sebagai Wadah

Komunikasi. Jakarta:PT Rineka Cipta.

Haedari, Amin. (2008). “Some Notes on the

Improvement of Pesantren Studies”, Hal: 42-

45. International Journal of Pesantren Studies.

Hoop, A.N.J. Th. A Th. Van Der. (1949).

Indonesische Siermotiven/Ragam-Ragam

Perhiasan Indonesia, Indonesian Ornamental

Design. 1949. Bandung: Uitgeven door het

koninklijk bataviaasch genootschap van

kunstenen wetenschappen.

Koentjaraningrat. (1996). Pengantar Ilmur

Antropologi 1. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Kumar, Ann. (2008). Prajurit Perempuan Jawa:

Kesaksian Ihwal Istana dan Politik Jawa Akhir

Abad Ke-18. Jakarta: Komunitas Bambu

Kridalaksana, Harimurti. (1991). Kamus Besar

Bahasa Indonesia (Edisi kedua). Jakarta: Balai

Pustaka

Magetsari, Noerhadi. (1999). Metode Interpretasi

Dalam Arkeologi. Makalah disampaikan dalam

Seminar Evaluasi Hasil Penelitian Arkeologi

tanggal 22 – 26 Juni, Lembang.

Marwoto, J. Irmawati. (2007). “Boundedness dan

Polusi pada Situs Islam Cirebon Abad XVI-

XVIII”, Wacana Jurnal Ilmu Pengetahuan

Budaya: Ideologi dan Pemikiran Kebangsaan

Vol. 9 No. 2, (Oktober), Hal: 238 – 246.

Malbon, Elizabeth Struthers. (1983). “Structuralism,

Hermeneutics, and Contextual Meaning” dalam

Journal of the American Academy of Religion

Vol. 51, No. 2 (Juni): 207-230

Meuleman, J.H, Lies M.M.N dan W.A.L Stokhof.

(1993). “Wanita Islam Indonesia dalam Kajian

Tekstual dan Kontekstual”. Hal: 34-46 dalam

Kumpulan Makalah Seminar Seri INIS XVIII.

Jakarta: INIS.

Mohamed, Noriah. (1995). Jayengbaya, Memahami

Pemikiran Orang Jawa. Selangor: Penerbit

Universiti Kebangsaan Malaysia.

Muhaimin, AG. (2001). Islam Dalam Bingkai

Budaya Lokal: Potret Dari Cirebon. Jakarta: PT

Logos Wacana Ilmu.

Bentuk dan..., Chusnul Chotimah, FIB UI, 2013

Page 14: BENTUK DAN CIRI KHAS MESJID JAMI PESANTREN BUNTET …

14 Universitas Indonesia

Mattulada, dkk. (1983). Agama dan Perubahan

Sosial. Jakarta: CV Rajawali dan Yayasan Ilmu-

Ilmu Sosial (YIIS).

Mudyahardjo, Redja.(2002). Pengantar Pendidikan.

Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.

Nasution, Isman.P. (1990). “Mihrab Mesjid Kuno”.

Hal: 311-318. Dalam Edi Sedyawati, Ingrid

H.E. Pojoh, Supratikno Rahardjo (Eds)

Monumen, Karya Persembahan Untuk Prof.

Soekmono.Hal: 311-318. Depok: Fakultas

Sastra Universitas Indonesia.

Rowandi, Munib. (2012). Kisah-Kisah dari Buntet

Pesantren. Cirebon: KALAM (Komunikatif

dan Islami).

Satari, Sri Soejatmi. (1987). “Seni Ragam Hias dan

Fungsinya: Pembahasan Singkat Tentang Seni

Hias dan Hiasan Kuno” Dalam Diskusi Ilmiah

Arkeologi II: Estetika dalam arkeologi

Indonesia. Jakarta. IAAI.

Steenbrink, Karel. (1994). Pesantren, Madrasah,

Sekolah. Jakarta: PT LP3ES

Sharer, Robert J., dan Ashmore, Wendy. (2003).

Archaeology: Discovering Our Past. Ed ke-3.

New York: McGraw-Hill.

Staeck, John. (2002). Back To The Earth, an

introduction to archaeology. USA: Mayfield

Publishing Company.

Tjandrasasmita, Uka. (2009), Arkeologi Islam

Nusantara. Jakarta: PT Gramedia

Trigger, Bruce. (2006). A History of Archaeological

thought. Second Edition. New York: Cambridge

University Press.

Ziemek, Manfred. (1986) Pesantren Dalam

Perubahan Sosial. Jakarta: P3M Jakarta

Zuhairini, dkk. (1977). Sejarah Pendididkan Islam.

Jakarta: PT Bumi Aksara

Zuhdi, Susanto. (1996). Cirebon Sebagai Bandar

Jalur Sutra. Jakarta: Departemen Pendiddikan

dan Kebudayaan.

Bentuk dan..., Chusnul Chotimah, FIB UI, 2013