peran kepemimpinan kepala sekolah dalam …eprints.uns.ac.id/1754/1/187-346-1-sm.pdf · kepala...

Download PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM …eprints.uns.ac.id/1754/1/187-346-1-SM.pdf · kepala sekolah dalam meningkatkan ... siswa untuk belajar. ... interaksi komunikasi edukasi

If you can't read please download the document

Upload: nguyendien

Post on 06-Feb-2018

221 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • Jurnal Teknologi Pendidikan Vol 1, No 2, 2013 (hal 226-238) http://jurnal.pasca.uns.ac.id

    226

    PENDAHULUAN

    Pendidikan itu merupakan kebutuhan

    manusia selama manusia hidup. Tanpa

    adanya pendidikan, maka dalam

    menjalani kehidupan ini manusia tidak

    akan dapat berkembang dan bahkan akan

    terbelakang. Dengan demikian pen-

    didikan itu harus betul-betul diarahkan

    untuk menghasilkan manusia yang

    berkualitas yang mampu bersaing,

    memiliki budi pekerti yang luhur dan

    moral yang baik. Pendidikan yang

    terencana, terarah dan berkesinambung-

    an dapat membantu peserta didik untuk

    mengembangkan kemampuannya secara

    optimal, baik aspek kognitif, aspek

    afektif, maupun aspek psikomotorik.

    Dalam mencapai tujuan pendidikan,

    perlu diupayakan suatu sistem pendidik-

    an yang mampu membentuk kepribadian

    dan keterampilan peserta didik yang

    unggul, yakni manusia yang kreatif,

    PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PROSES PEMBELAJARAN Eko Triyanto 1

    Sri Anitah 2

    Nunuk Suryani2

    1 Mahasiswa Program Studi Teknologi Pendidikan Pascasarjana UNS 2 Dosen Pembimbing I Program Studi Teknologi Pendidikan Pascasarjana UNS 2 Dosen Pembimbing II Program Studi Teknologi Pendidikan Pascasarjana UNS

    ABSTRACT

    The study aims to describe: Efforts to improve the quality of the learning process; Utilization of media in the learning process; principal's leadership role in the use of media to enhance the quality of the learning process; Obstacles faced and solutions. Qualitative descriptive research. Data was collected by in-depth interviews (in-depth-Interviewing), observation, literature study. The validity of the data with continuous observation and data triangulation technique is triangulation of sources and triangulation techniques. Data analysis was performed three stages include: data reduction, data presentation and conclusion or verification. Results: Efforts to improve the quality of the learning process is to draw up a school development program that supports the creation of effective learning; advantageous learning media in the learning process so that objectives can be achieved; Constraints faced by the principal is the human factor that has a sense of emotional stability, in addition to that financial factors are also an obstacle to equip and maintain school infrastructure conditions in order to stay well. Solution: give a gift (reward) for those who did well and punishment (punishment) to those who are not doing a good job, other than BOS funds are also looking for other grants to cover the financial shortfall the school.

    Keywords: Leadership, Headmaster,Learning media

    [email protected]

  • Jurnal Teknologi Pendidikan Vol 1, No 2, 2013 (hal 226-238)

    http://jurnal.pasca.uns.ac.id

    227

    cakap terampil, jujur, dapat dipercaya,

    bertanggung jawab dan memiliki

    solidaritas sosial yang tinggi.

    Tujuan pendidikan nasional bangsa

    Indonesia merupakan implementasi dari

    empat pilar pendidikan yang di-

    canangkan UNESCO. Empat pilar ini

    merupakan visi pendidikan dimasa

    sekarang dan masa depan yang perlu

    dikembangkan oleh lembaga pendidikan

    formal dimanapun. Keempat pilar

    tersebut yaitu: (1) learning to know

    (belajar untuk mengetahui), (2) learning

    to do (belajar untuk melakukan sesuatu),

    (3) learning to be (belajar untuk menjadi

    seseorang) dan (4) learning to live

    together (belajar untuk menjalani

    kehidupan bersama).

    Dalam rangka merealisasikan

    learning to know, guru berfungsi

    sebagai fasilitator. Learning to do (belajar

    untuk melakukan sesuatu) akan bisa

    berjalan jika sekolah memfasilitasi

    siswanya untuk mengaktualisasikan

    keterampilan yang dimilikinya serta

    bakat dan minatnya. Learning to be

    (belajar untuk menjadi seseorang erat

    hubungannya dengan bakat dan minat,

    perkembangan fikik dan kejiwaan,

    tipologi pribadi anak serta kondisi

    lingkungannya. Learning to live together

    (belajar untuk menjalani kehidupan

    bersama). Penerapan keempat pilar ini

    dirasakan makin penting dalam era

    globalisasi sekarang ini. Keempat pilar

    tersebut juga merupakan salah satu

    dasar pengembangan kurikulum, yaitu

    sebagai prinsip penyelenggaraan pem-

    belajaran yang merupakan implementasi

    kurikulum.

    UUD 1945 (versi Amendemen), Pasal

    31 ayat 3 menyebutkan, "Pemerintah

    mengusahakan dan menyelenggarakan

    satu sistem pendidikan nasional, yang

    meningkatkan keimanan dan ketakwaan

    serta ahlak mulia dalam rangka men-

    cerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur

    dengan undang-undang." Pada pasal 31

    ayat 5 menyebutkan, "Pemerintah me-

    majukan ilmu pengetahuan dan teknologi

    dengan menunjang tinggi nilai-nilai

    agama dan persatuan bangsa untuk

    kemajuan peradaban serta kesejahteraan

    umat manusia." Jabaran di dalam UUD

    1945 tentang pendidikan dituangkan

    dalam Undang-Undang No. 20, Tahun

    2003. Pasal 3 menyebutkan, "Pendidikan

    nasional berfungsi mengembangkan

    kemampuan dan membentuk watak serta

    peradaban bangsa yang bermartabat

    dalam rangka mencerdaskan kehidupan

    bangsa, bertujuan untuk berkembangnya

    potensi peserta didik agar menjadi

    manusia yang beriman dan bertakwa

    kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

    mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

    mandiri dan menjadi warga negara yang

    demokratis serta bertanggung jawab".

    Bila dibandingkan dengan undang-

    undang pendidikan sebelumnya, yaitu

    Undang-Undang No. 2 Tahun 1989, ada

    kemiripan kecuali berbeda dalam

    pengungkapan. Pada pasal 4 ditulis,

    "Pendidikan Nasional bertujuan men-

  • Jurnal Teknologi Pendidikan Vol 1, No 2, 2013 (hal 226-238)

    http://jurnal.pasca.uns.ac.id

    228

    cerdaskan kehidupan bangsa dan

    mengembangkan manusia Indonesia

    seutuhnya, yaitu manusia yang beriman

    dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha

    Esa dan berbudi-pekerti luhur, memiliki

    pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan

    jasmani dan rohani, kepribadian yang

    mantap dan mandiri serta rasa tanggung-

    jawab kemasyarakatan dan kebangsaan."

    Pada Pasal 15, Undang-undang yang

    sama, tertulis, "Pendidikan menengah di-

    selenggarakan untuk melanjutkan dan

    meluaskan pendidikan dasar serta

    menyiapkan peserta didik menjadi

    anggota masyarakat yang memiliki

    kemampuan mengadakan hubungan

    timbal balik dengan lingkungan sosial,

    budaya dan alam sekitar serta dapat

    mengembangkan kemampuan lebih

    lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan

    tinggi."

    Bila dipelajari, di atas kertas tujuan

    pendidikan nasional masih sesuai dengan

    substansi Pancasila, yaitu menjadikan

    manusia yang beriman dan bertaqwa

    kepada Tuhan yang Maha Esa.

    Sebagaimana dikemukakan oleh Nurkolis

    setidaknya ada empat alasan kenapa

    diperlukan figur pemimpin, yaitu: 1)

    banyak orang memerlukan figur

    pemimpin, 2) dalam beberapa situasi

    seorang pemimpin perlu tampil mewakili

    kelompoknya, 3) sebagai tempat

    pengambil alihan resiko bila terjadi

    tekanan terhadap kelompoknya, dan 4)

    sebagai tempat untuk meletakkan

    kekuasaan.

    Pemimpin memiliki peranan yang

    dominan dalam sebuah organisasi.

    Peranan yang dominan tersebut dapat

    mempengaruhi moral kepuasan kerja

    keamanan, kualitas kehidupan kerja dan

    terutama tingkat prestasi suatu

    organisasi. Sebagaimana dikatakan Hani

    Handoko bahwa pemimpin juga

    memainkan peranan kritis dalam

    membantu kelompok organisasi, atau

    masyarakat untuk mencapai tujuan

    mereka. Bagaimanapun juga kemampuan

    dan ketrampilan kepemimpinan dalam

    pengarahan adalah faktor penting

    efektifitas manajer. Bila organisasi dapat

    mengidentifikasikan kualitas yang

    berhubungan dengan kemampuan

    mengidentifikasikan perilaku dan teknik-

    teknik kepemimpinan efektif. Ke-

    pemimpinan dalam bahasa inggris

    disebut leadership berarti, being a leader

    power of leading atau the qualities of

    leader. Secara bahasa, makna

    kepemimpinan itu adalah kekuatan atau

    kualitas seseorang pemimpin dalam

    mengarahkan apa yang dipimpinnya

    untuk mencapai tujuan. Seperti halnya

    manajemen, kepemimpinan atau

    leadership telah didefinisikan oleh

    banyak para ahli antaranya adalah Stoner

    mengemukakan bahwa kepemimpinan

    manajerial dapat didefinisikan sebagai

    suatu proses mengarahkan pemberian

    pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari

    sekelompok anggota yang selain

    berhubungan dengan tugasnya.

  • Jurnal Teknologi Pendidikan Vol 1, No 2, 2013 (hal 226-238)

    http://jurnal.pasca.uns.ac.id

    229

    Kepemimpinan adalah bagian

    penting manjemen, tetapi tidak sama

    dengan manajemen. Kepemimpinan

    merupakan kemampuan yang dipunyai

    seseorang untuk mempengaruhi orang

    lain agar bekerja mencapai tujuan dan

    sasaran. Manajemen mencakup ke-

    pemimpinan, tetapi juga mencakup

    fungsi-fungsi lainnya seperti perencana-

    an, pengorganisasian , pengawasan dan

    evaluasi.

    Kepemimpinan atau leadership dalam

    pengertian umum menunjukkan suatu

    proses kegiatan dalam hal memimpin,

    membimbing, mengontrol perilaku,

    perasaan serta tingkah laku terhadap

    orang lain yang ada dibawah pe-

    ngawasannya. Disinilah peranan ke-

    pemimpinan berpengaruh besar dalam

    pembentukan perilaku bawahan. menurut

    Handoko kepemimpinan merupakan

    kemampuan seseorang untuk mem-

    pengaruhi orang lain agar mencapai

    tujuan dan sasaran.

    Kepemimpinan dalam dunia

    pendidikan berkaitan dengan masalah

    kepala sekolah dalam meningkatkan

    kesempatan untuk mengadakan per-

    temuan secara efektif dengan para guru

    dalam situasi yang kondusif. Dalam hal

    ini, perilaku kepala sekolah harus dapat

    mendorong kinerja para guru dengan

    menunjukkan rasa bersahabat, dekat dan

    penuh pertimbangan terhadap para guru,

    baik sebagai individu dan sebagai

    kelompok.

    Kepemimpinan yang baik tentunya

    sangat berdampak pada tercapai tidaknya

    tujuan organisasi karena pemimpin

    memiliki pengaruh terhadap kinerja yang

    dipimpinnya. Kemampuan untuk mem-

    pengaruhi suatu kelompok untuk

    mencapai tujuan merupakan bagian dari

    kepemimpinan. Konsep kepemimpinan

    erat sekali hubungannya dengan konsep

    kekuasaan. Dengan kekuasaan pemimpin

    memperoleh alat untuk mempengaruhi

    perilaku para pengikutnya. Terdapat

    beberapa sumber dan bentuk kekuasaan,

    yaitu kekuasaan paksaan, legitimasi,

    keahlian, penghargaan, referensi,

    informasi dan hubungan.

    Media berasal dari bahasa Latin dan

    merupakan bentuk jamak dari kata

    medium yang secara harfiah berarti

    perantara atau pengantar. Jadi dapat

    dipahami bahwa media adalah perantara

    atau pengantar dari pengirim ke

    penerima pesan. Media adalah perantara

    atau pengantar pesan dari pengirim ke

    penerima pesan (Sadiman, 2002: 6).

    Secara umum media pembelajaran

    dalam pendidikan disebut media, yaitu

    berbagai jenis komponen dalam

    lingkungan siswa yang dapat me-

    rangsangnya untuk berpikir, menurut

    Gagne (dalam Sadiman, 2002: 6).

    Sedangkan menurut Briggs (1977) media

    adalah segala alat fisik yang dapat

    menyajikan pesan serta merangsang

    siswa untuk belajar. Jadi, media

    merupakan segala sesuatu yang dapat

    digunakan untuk menyalurkan pesan dari

  • Jurnal Teknologi Pendidikan Vol 1, No 2, 2013 (hal 226-238)

    http://jurnal.pasca.uns.ac.id

    230

    pengirim dan penerima sehingga dapat

    merangsang pikiran, perasaan, minat dan

    perhatian sedemikian rupa sehingga

    proses belajar terjadi.

    MenurutLatuheru(http://forum.upi.e

    du/), menyatakan bahwa media pem-

    belajaran adalah bahan, alat atau teknik

    yang digunakan dalam kegiatan belajar

    mengajar dengan maksud agar proses

    interaksi komunikasi edukasi antara guru

    dan siswa dapat berlangsung secara tepat

    guna dan berdayaguna.

    Brown (1973) mengungkapkan bahwa

    media pembelajaran yang digunakan

    dalam kegiatan pembelajaran dapat

    mempengaruhi terhadap efektivitas

    pembelajaran. Pada mulanya, media

    pembelajaran hanya berfungsi sebagai

    alat bantu guru untuk mengajar yang

    digunakan adalah alat bantu visual.

    Sekitar pertengahan abad Ke 20 usaha

    pemanfaatan visual dilengkapi dengan

    digunakannya alat audio, sehingga

    lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan

    dengan perkembangan ilmu pengetahuan

    dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam

    bidang pendidikan, saat ini penggunaan

    alat bantu atau media pembelajaran

    menjadi semakin luas dan interaktif,

    seperti adanya komputer dan internet.

    Media pembelajaran merupakan alat

    yang berfungsi sebagai perantara atau

    penyampai isi berupa informasi

    pengetahuan berupa visual dan verbal

    untuk keperluan pembelajaran. Media

    pembelajaran secara umum adalah alat

    bantu proses belajar mengajar. Segala

    sesuatu yang dapat dipergunakan untuk

    merangsang pikiran, perasaan, perhatian

    dan kemampuan atau ketrampilan

    siswanya sehingga dapat mendorong

    terjadinya proses belajar. Batasan ini

    cukup luas dan mendalam mencakup

    pengertian sumber, lingkungan, manusia

    dan metode yang dimanfaatkan untuk

    tujuan pembelajaran/ pelatihan. Sedang-

    kan menurut Briggs (1977) media pem-

    belajaran adalah sarana fisik untuk

    menyampaikan isi/ materi pembelajaran

    seperti: buku, film, video dan sebagainya.

    Kemudian menurut National Education

    Associaton (1969) mengungkapkan

    bahwa media pembelajaran adalah sarana

    komunikasi dalam bentuk cetak maupun

    pandang-dengar, termasuk teknologi

    perangkat keras.

    Oleh karena proses pembelajaran

    merupakan proses komunikasi dan

    berlangsung dalam suatu sistem, maka

    media pembelajaran menempati posisi

    yang cukup penting sebagai salah satu

    komponen sistem pembelajaran. Tanpa

    media, komunikasi tidak akan terjadi dan

    proses pembelajaran sebagai proses

    komunikasi juga tidak akan bisa

    berlangsung secara optimal. Media

    pembelajaran adalah komponen integral

    dari sistem pembelajaran.

    Dalam proses pembelajaran terdapat

    beberapa komponen-komponen pem-

    belajaran diantaranya: pendidik, peserta

    didik, metode, media yang tersedia,

    sarana, materi yang akan diajarkan, dan

    hasil dari proses tersebut. Beberapa

    http://forum.upi.edu/index.php?topic=15693.0http://forum.upi.edu/index.php?topic=15693.0http://www.syafir.com/2010/10/01/media-pembelajaranhttp://belajarpsikologi.com/macam-macam-metode-pembelajaran/http://belajarpsikologi.com/macam-macam-metode-pembelajaran/http://belajarpsikologi.com/macam-macam-metode-pembelajaran/http://belajarpsikologi.com/pentingnya-media-dalam-pembelajaran/

  • Jurnal Teknologi Pendidikan Vol 1, No 2, 2013 (hal 226-238)

    http://jurnal.pasca.uns.ac.id

    231

    komponen tersebut kemudian dibangun

    dengan cara sistematik dan sistematis,

    hal tersebut menjadikan hubungan erat

    antara kegiatan belajar mengajar

    sehingga terjadi suatu kondisi yang

    saling berkaitan, saling interaksi, saling

    mempengaruhi.

    Berdasarkan uraian di atas maka

    penulis tertarik untuk melakukan pe-

    nelitian denga judul: Peran Kepemimpin-

    an Kepala Sekolah dalam Pemanfaatan

    Media Pembelajaran sebagai Upaya

    Peningkatan Proses Pembelajaran.

    METODE

    Jenis dari penelitian ini adalah penelitian

    kualitatif deskriptif. Dalam penelitian

    kualitatif, pengumpulan data dilakukan

    dengan wawancara mendalam (in-deep-

    interview), pengamatan dan studi

    kepustakaan. Teknik cuplikannya meng-

    gunakan purposive sampling. Teknik

    analisis data dalam penelitian ini

    menggunakan teknik analisis dengan

    langkah-langkah: Reduksi data (Data

    reduction), Penyajian data (Data display),

    dan Penarikan kesimpulan dan verifikasi

    (Conclution drawing/ verifying). Dalam

    penelitian ini peneliti menggunakan

    teknik validasi data triangulasi

    (triangulation) sumber dan teknik..

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Hasil temuan dilapangan diketahui

    bahwa sebagai upaya peningkatan

    kualitas pembelajaran, sekolah membuat

    program pengembangan sekolah yang

    mengacu pada hal tersebut. Sekolah

    memandang bahwa proses pembelajaran

    merupakan suatu hal yang penting dalam

    kegiatan belajar mengajar disekolah.

    Karena keberhasilan dari pembelajaran

    itu sendiri dipengaruhi oleh berbagai

    faktor, antara lain kesiapan sekolah

    dalam mengembangkan kurikulum yang

    berlaku, menyediakan berbagai fasilitas

    atau perlengkapan sekolah sebagai

    sumber/ media pembelajaran, kesiapan

    kepala sekolah, guru dan karyawan lain

    dalam proses pembelajaran. Untuk

    memantau pelaksanaan dan perkembang-

    an program-program yang telah disusun

    guna meningkatkan kualitas pembelajar-

    an tersebut, maka diadakan pertemuan

    antara kepala sekolah, guru dan

    karyawan-karyawan yang terkait. Per-

    temuan tersebut diagendakan setiap

    akhir bulan di akhir minggu setelah

    pelajaran usai. Dengan diagendakan

    pertemuan intern setiap akhir bulan

    tersebut, kepala sekolah juga berharap

    agar guru-guru dan karyawan memberi-

    kan masukan-masukan demi kemajuan

    sekolah dan pertemuan itu juga sebagai

    upaya kepala sekolah untuk lebih

    mempererat kerjasama dengan guru-guru

    dan karyawan sekolah.

    Menurut Oemar Hamalik (2003:57),

    Pembelajaran adalah suatu kombinasi

    yang tersusun meliputi unsur-unsur

    manusia, material, fasilitas, perlengkapan

    dan prosedur yang saling mempengaruhi

    untuk mencapai tujuan pembelajaran.

    Manusia terlibat dalam sistem pem-

  • Jurnal Teknologi Pendidikan Vol 1, No 2, 2013 (hal 226-238)

    http://jurnal.pasca.uns.ac.id

    232

    belajaran terdiri dari siswa, guru dan

    tenaga lainnya, misalnya tenaga

    laboratorium. Material meliputi buku-

    buku, papan tulis dan kapur, fotografi,

    slide dan film, audio dan video tape.

    Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari

    ruang kelas, perlengkapan audio visual,

    juga komputer. Prosedur meliputi jadwal

    dan metode penyampaian informasi,

    praktik, belajar, ujian dan sebagainya.

    Sekolah ini juga memandang bahwa cara/

    metode dan media pembelajaran

    merupakan hal yang penting dalam

    proses pembelajaran. Hal ini juga sejalan

    dengan pendapat Azhar Arsyad (2003:15)

    yang menegaskan dalam suatu proses

    belajar mengajar terdapat dua unsur

    yang amat penting, yaitu metode

    mengajar dan media pembelajaran.

    Kedua aspek ini saling berkaitan.

    Pemilihan salah satu metode mengajar

    tertentu akan mempengeruhi jenis media

    pembelajaran yang sesuai, meskipun

    masih ada berbagai aspek lain yang harus

    diperhatikan dalam memilih media,

    antara lain tujuan pembelajaran, jenis

    tugas dan respon yang diharapkan siswa

    kuasai setelah pembelajaran berlangsung,

    konteks pembelajaran termasuk

    karakteristik siswa.

    Pembelajaran sebagai suatu cara

    untuk dapat merangsang, memelihara

    dan meningkatkan terciptanya proses

    berpikir dari setiap individu yang belajar.

    Di dalam kata pembelajaran ditekankan

    pada kegiatan belajar siswa, melalui

    usaha-usaha yang terencana dalam

    sumber-sumber belajar agar terjadi

    proses belajar. Pada hakikatnya proses

    pembelajaran merupakan proses

    komunikasi yaitu proses penyampaian

    pesan dari sumber pesan melalui

    saluran/ media tertentu kepada penerima

    pesan (siswa). Pesan yang disampaikan

    berupa bahan pembelajaran yang ada

    dalam kurikulum. Sumber pesan dapat

    guru, siswa, orang lain atau penulis buku

    dan salurannya adalah media pem-

    belajaran. Dengan kata lain, pembelajar-

    an adalah merupakan upaya yang

    dilakukan oleh guru agar terjadi proses

    belajar pada diri siswa. Ciri utama dari

    pembelajaran adalah adanya interaksi

    antara siswa dengan lingkungan belajar-

    nya, baik dengan guru, teman-temannya,

    media pembelajaran dan sumber-sumber

    belajar lainnya. Pembelajaran sebagai

    proses yang dibangun oleh pendidik/

    guru, dimaksudkan untuk mengembang-

    kan kreativitas berpikir peserta didik/

    siswa dan meningkatkan kemampuan

    mengoordinasikan pengetahuan baru

    sebagai upaya untuk meningkatkan

    penguasaan terhadap materi pembelajar-

    an.

    Menurut Maharani (2003:7), kegiatan

    belajar mengajar di mana di dalamnya

    terjadi interaksi antara berbagai

    komponen pengajaran yang dapat

    dikelompokkan ke dalam tiga kategori

    utama, yaitu: Guru, Materi pelajaran dan

    Siswa.

    Interaksi antara ketiga komponen

    utama ini melibatkan sarana dan

  • Jurnal Teknologi Pendidikan Vol 1, No 2, 2013 (hal 226-238)

    http://jurnal.pasca.uns.ac.id

    233

    prasarana, seperti metode, media, dan

    tempat belajar, sehingga tercipta situasi

    pembelajaran yang memungkinkan

    tercapainya tujuan yang telah direncana-

    kan sebelumnya. Pembelajaran adalah

    suatu kombinasi yang tersusun meliputi

    unsur-unsur manusia, material, fasilitas,

    perlengkapan dan prosedur yang saling

    mempengaruhi untuk mencapai tujuan

    pembelajaran. Manusia terlibat dalam

    sistem pembelajaran terdiri dari siswa,

    guru dan tenaga lainnya, misalnya tenaga

    laboratorium. Material meliputi buku-

    buku, papan tulis dan kapur, fotografi,

    slide dan film, audio dan video tape.

    Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari

    ruang kelas, perlengkapan audio visual,

    juga komputer. Prosedur meliputi jadwal

    dan metode penyampaian informasi,

    praktik, belajar, ujian dan sebagainya

    (Oemar Hamalik, 2003:57). Proses belajar

    mengajar pada intinya tertumpu pada

    bagaimana guru memberi kemungkinan

    bagi siswa agar terjadi proses belajar

    yang efektif atau dapat mencapai hasil

    yang sesuai dengan tujuan (Maharani,

    2003: 7).

    Di dalam proses pembelajaran,

    metode dan media merupakan alat bantu

    mengajar guru. Metode mengajar

    merupakan cara yang digunakan oleh

    seorang guru dalam melakukan interaksi

    dengan siswa agar informasi/bahan bisa

    sampai kepada siswa dan tujuan

    pembelajaran dapat tercapai. Sementara

    itu, media pembelajaran sebagai alat

    bantu dalam mengajar. Media

    pembelajaran merupakan alat bantu

    mengajar yang berfungsi untuk

    memperjelas materi yang diajarkan oleh

    guru pada saat guru melaksanakan

    proses pembelajaran; alat untuk

    mengangkat atau menimbulkan per-

    soalan untuk dikaji lebih lanjut dan

    dipecahkan oleh siswa dalam proses

    pembelajaran; dan sebagai sumber

    belajar, maksudnya media berisikan

    bahan-bahan yang harus dipelajari oleh

    para siswa. Keberhasilan guru untuk

    menciptakan lingkungan belajar yang

    kondusif untuk proses pembelajaran

    dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah

    satunya adalah tingkat pengetahuan dan

    keterampilan yang dimiliki oleh guru

    dalam memberdayakan media pem-

    belajaran. Semakin tinggi pengetahuan

    dan keterampilan guru dalam

    memberdayakan media, maka akan

    semakin tinggi pula kemungkinan guru

    untuk memanfaatkan media dalam

    proses pembelajaran.

    Dalam proses pembelajaran yang

    dilaksanakan di SMP Pancasila, dirancang

    sebaik mungkin agar siswa merasa

    tertarik dan senang dalam menerima

    materi yang diajarkan oleh guru dengan

    harapan agar siswa dapat menyerap

    informasi sebanyak-banyaknya. Guru

    juga membuat rencana pelaksanaan

    pembelajaran (RPP) yang baik dan

    semaksimal mungkin memilih dan

    menyiapkan media pembelajaran sesuai

    dengan materi yang akan diajarkan.

  • Jurnal Teknologi Pendidikan Vol 1, No 2, 2013 (hal 226-238)

    http://jurnal.pasca.uns.ac.id

    234

    langkah tersebut diharapkan agar

    pembelajaran menjadi lebih efektif.

    Kepala sekolah sebagai pimpinan

    pendidikan di sekolah, mempunyai

    peranan penting dalam peningkatan

    kualitas proses pembelajaran di sekolah

    yang dipimpinnya. Kepala sekolah yang

    merupakan pimpinan tunggal di sekolah,

    mempunyai tanggung jawab untuk

    mengajar dan mempengaruhi semua

    pihak yang terlibat dalam kegiatan

    pendidikan di sekolah untuk mau bekerja

    sama dalam mencapai tujuan sekolah.

    Kepala sekolah dituntut untuk mampu

    memimpin sekaligus mengorganisir dan

    mengelola pelaksanaan program belajar

    mengajar yang diselenggarakan di

    sekolah yang dipimpinnya. Dalam hal ini,

    kepala sekolah harus dapat mewujudkan

    proses pembelajaran yang efektif dan

    efisien sehingga tercapai produktivitas

    belajar yang pada akhirnya dapat

    meningkatkan kualitas proses

    pembelajaran.

    Menurut Drs. Daryanto (2011: 50)

    Kepala sekolah menciptakan model

    peningkatan mutu pembelajaran dengan

    mengidentifikasi kebutuhan, kekuatan,

    kelemahan peluang yang dimiliki sekolah,

    serta menyusun perencanaan dengan

    warga sekolah yang memperdayakan

    sumberdaya menuju visi, misi, nilai

    sekolah, serta secara terus menerus

    mengadakan kajian-kajian bagi setiap

    kinerja yang telah dihasilkan untuk terus

    mengupayakan peningkatan mutu secara

    berkelanjutan. Nilai yang dikembangkan

    dalam kepemimpinan sekolah berbasis

    pada nilai-nilai yang universal, yaitu :

    damai (piece), hormat (respect),

    kerjasama (cooperation), bebas

    (freedom), bahagia (happiness), jujur

    (honesty), rendah hati (humility), cinta

    (love), tanggung jawab (responsibility),

    sederhana (simplicity), toleran (tolerance)

    dan kesatuan (unity). Menurut Oemar

    Hamalik (1986: 21), hubungan

    komunikasi interaksi itu akan berjalan

    dengan lancar dan tercapainya hasil yang

    maksimal, apabila menggunakan alat

    bantu yang disebut media komunikasi.

    Penggunaan media dalam proses

    pembelajaran, sangat membantu guru

    dalam menyampaikan materi dan

    mempermudah siswa dalam menerima

    materi yang disampaikan oleh guru.

    Kepala sekolah SMP Pancasila telah

    berperan aktif dalam memajukan proses

    pembelajaran agar pembelajaran di

    sekolah dapat berjalan secara efektif dan

    efisien dengan berbagai cara, diantaranya

    mendorong guru untuk meningkatkan

    pengetahuan dan profesionalisme dalam

    mengajar, mendorong guru untuk

    memberdayakan penggunaan media

    dalam proses pembelajaran, mendorong

    guru untuk mengikuti pelatihan-pelatihan

    baik yang diadakan oleh dinas terkait

    maupun pihak lain, melengkapi sarana

    dan prasarana pembelajaran serta

    mengadakan pertemuan rutin sebagai

    media untuk sharing antara guru-guru

    dengan kepala sekolah.

  • Jurnal Teknologi Pendidikan Vol 1, No 2, 2013 (hal 226-238)

    http://jurnal.pasca.uns.ac.id

    235

    Menurut Drs. Daryanto (2011: 18),

    pemimpin mempunyai tanggung jawab

    baik secara fisik maupun spiritual

    terhadap keberhasilan aktifitas kerja dari

    yang dipimpinnya, sehingga menjadi

    pemimpin itu tidak mudah dan tidak

    akan setiap orang mempunyai kesamaan

    di dalam menjalankan kepemimpinannya.

    Seringkali kepala sekolah menghadapi

    masalah komunikasi dengan bawahan-

    nya, diantaranya adalah masalah sosio

    psikologis, termasuk: kecemasan,

    menutup diri, masalah kesempurnaan,

    memahami hening, berurusan dengan

    lawan bicara yang menuntut, lawan

    bicara yang tidak dapat diandalkan, hasil

    yang lambat dan hilang kendali atas diri

    (Drs. Daryanto, 2011: 113).

    Menurut H. E Mulyasa (2006:56), se-

    bagai pemimpin sekolah, kepala sekolah

    harus sadar bahwa keberhasilannya

    bergantung pada orang lain, seperti guru

    dan tenaga kependidikan. Oleh karena

    itu, karakteristik pribadi kepala sekolah

    memainkan peran penting dan merupa-

    kan bagian dalam keberhasilan atau

    kegagalannya. Kualifikasi pribadi me-

    liputi banyak faktor, misalnya: kestabilan

    emosi, rasa humor, inisiatif, kematangan

    berpikir, memiliki intelegensi yang baik,

    mempunyai kapasitas fisik untuk

    melaksanakan tugas, menyenangkan

    suara bagus, latar belakang budaya yang

    baik, antusias, mempunyai kepedulian

    terhadap orang lain dan loyal. Kepala

    sekolah sebagai seorang pemimpin harus

    mampu mempengaruhi bawahannya

    untuk bekerja sesuai dengan tujuan yang

    telah ditetapkan. Akan tetapi, yang nama-

    nya manusia selalu dikendalikan dan

    ditentukan oleh kondisi fisik yang

    dimilikinya dan juga faktor psikis, seperti

    pandangan hidup, harapan, keinginan,

    harga diri, tingkat kepuasan dan lain

    sebagainya. Sikap malas dan kurangnya

    rasa tanggung jawab dalam menjalankan

    tugas-tugas yang dibebankan kepadanya

    juga menjadi kendala kepala sekolah

    dalam melakukan upaya untuk

    meningkatkan kualitas proses

    pembelajaran.

    Dalam mengatasi kemungkinan-

    kemungkinan di atas, maka kepala

    sekolah SMP Pancasila mempunyai

    langkah-langkah agar bawahan-

    bawahannya tetap menjalankan tugasnya

    dengan baik, yaitu dengan memberikan

    hadiah (reward) bagi mereke yang

    menjalankan tugasnya dengan baik, dan

    memberikan hukuman (punishment)

    kepada mereka yang melanggar aturan

    dan kurang disiplin dalam menjalankan

    tugas-tugas yang dibebankan. Kepala

    sekolah juga mengadakan refreshing bagi

    guru dan karyawan setiap akhir tahun

    pelajaran, untuk menghilangkan rasa

    jenuh para bawahannya. Dengan langkah

    tersebut dinilai berhasil oleh kepala

    sekolah sebagai upaya meminimalisir

    kendala-kendala yang dihadapi guna

    tercapainya tujuan peningkatan kualitas

    proses pembelajaran yang telah menjadi

    tujuan sekolah.

  • Jurnal Teknologi Pendidikan Vol 1, No 2, 2013 (hal 226-238)

    http://jurnal.pasca.uns.ac.id

    236

    Faktor ini juga menjadi hambatan

    tersendiri bagi kepala sekolah dalam

    menjaga dan melengkapi kekurangan

    sarana dan prasarana pembelajaran.

    Karena dengan kemajuan ilmu

    pengetahuan dan teknologi, maka sarana

    dan prasarana penunjang juga harus

    dilengkapi agar pembelajaran dapat

    berjalan dengan lancar dan sesuai

    dengan kurikulum yang berlaku.

    Menurut kepala sekolah, dengan

    mengajukan permohonan bantuan yang

    dikirimkan pada instansi-instansi pe-

    merintahan terkait, diharapkan mampu

    menutup kekurangan anggaran sekolah.

    Hal ini agar dalam mengupayakan pe-

    ningkatan kualitas pendidikan di sekolah-

    nya dapat berjalan secara maksimal

    sesuai dengan tujuan yang telah ditetap-

    kan.

    SIMPULAN

    Berdasarkan hasil penelitian, maka

    peneliti dapat menyimpulkan beberapa

    hal sebagai berikut:

    1. Sebagai upaya peningkatan kualitas

    proses pembelajaran, di SMP Pancasila

    Purwodadi telah disusun program-

    program pengembangan sekolah yang

    dapat mendukung terciptanya

    kegiatan pembelajaran yang lebih

    efektif dan efisien.

    2. Pemanfaatan media pembelajaran

    mempunyai dampak yang positif

    dalam mendukung pembelajaran. Para

    guru dan siswa menyadari bahwa

    pemanfaatan media dalam proses

    pembelajaran sangat membantu

    untuk memperjelas materi pem-

    belajaran sehingga tujuan pembelajar-

    an dapat tercapai dan proses

    pembelajaran menjadi lebih efektif,

    siswa juga lebih merasa senang

    karena pembelajaran yang dilakukan

    guru tidak monoton dan membuat

    siswa menjadi lebih aktif dalam

    menerima pelajaran.

    3. Kepala sekolah juga melakukan

    upaya-upaya agar tercipta suasana

    kondusif yang mendukung tercipta-

    nya pembelajaran yang efektif dan

    efisien, yaitu dengan memberikan

    arahan-arahan kepada para guru dan

    karyawan agar bekerja sesuai dengan

    tuntutan dan tujuan yang telah

    ditetapkan. Juga berupaya untuk

    meningkatkan kemampuan dan

    profesionalisme guru dengan mem-

    berkan keleluasaan untuk menempuh

    pendidikan lanjutan, mengikuti

    diklat/ penataran-penataran, baik

    yang diadakan oleh Dinas Pendidikan

    atau pihak lain.

    4. Kendala yang dihadapi kepala sekolah

    dalam pemanfaatan media pem

    belajaran sebagai upaya meningkat

    kan kualitas proses pembelajaran

    adalah faktor manusia yang

    mempunyai rasa emosional yang labil,

    sehingga kadang guru malas untuk

    membuat media, dan melaksanakan

    tugas-tugas lain sebagai guru. Untuk

    mengatasi hal tersebut kepala sekolah

    memberikan hadiah (reward) bagi

  • Jurnal Teknologi Pendidikan Vol 1, No 2, 2013 (hal 226-238)

    http://jurnal.pasca.uns.ac.id

    237

    yang menjalankan tugas dengan baik

    dan hukuman (punishment) bagi yang

    melanggar dan lepas tanggung jawab.

    Selain itu masalah keuangan juga

    menjadi kendala dalam menjaga dan

    melengkapi sarana prasarana sekolah.

    DAFTAR PUSTAKA

    Biro Hukum dan Organisasi Departemen Pendidikan Nasional: Kepala Bagian Penyusunan Rancangan Peraturan Perundang-undangan dan Bantuan Hukum I: Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2007 tanggal 17 April 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/ Madrasah.

    Barbara B. Seel and Rita C, Richey. 1994. Instructional Technology The Definition and Domains of The Field. Washington DC: Association for Educational Communications and Technology.

    Costa, Vincent. P. 2000. Panduan Pelatihan untuk Pengembangan Sekolah. Jakarta: Depdiknas.

    Cranton, Patricia. 1989. Planning Instruction for Adult Learners. Toronto: Wall & Emeson, etc.

    Daryanto, 2011. Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.

    Dede Rosyada, 2004.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

    Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. 2007. Calon SMP Standar Nasional. Jakarta: Depdiknas.

    Effendy, Onong Uchjana. 1977. Kepemimpinan dan Komunikasi. Jakarta: Gunung Agung.

    Fred C. Lunenburg & Allan C. Ornstein, Education Administration: Concepts and Practices (California: Wadsworth, Inc).

    Gordon, T. & Bruch, N. 1997. Teacher Effectiveness for Training: Des

    Moines, Lowa: wm. C. Brown Company Publisher.

    Hadari Nawawi dan M. Martini Hadari, Kepemimpinan yang Efektif (Yogjakarta: Gajah Mada University Press, 1995),

    Hasibun dan Mujiono. 1988. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Karya.

    Hisyam Zaini, et al. 2002. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: CTSD.

    Hoy, Charles, Colin Bayne-Jardine, & Margaret Wood. 2000. Improving Quality in Education. London: Falmer Press.

    Kusnandar. 2007. Guru Profesional. Jakarta: PT Raja Grafindo.

    Moh. Uzer Usman, 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

    Mulyasa. E. 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2005. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2006. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

    Nana Sudjana, 2000. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo

    Oemar, Hamalik, 1992. Administrasi dan Supervisi Pengembangan Kurikulum. Bandung: CV. Mandar Manju. 2003. Peraturan Menteri Nomor 162 Tahun 2003 tentang Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah.

    Rahman (at all). 2006. Peran Strategis Kapala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Jatinangor: Alqaprint.

    Rohiat. 2008. Kecerdasan Kepemimpinan Kepala Sekolah, Bandung: PT Refika

  • Jurnal Teknologi Pendidikan Vol 1, No 2, 2013 (hal 226-238)

    http://jurnal.pasca.uns.ac.id

    238

    Aditama.

    Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Gravindo Persada.

    Soekarto Indarafachrudi. 2006. Bagaimana Memimpin Sekolah yang Efektif. Bogor: Ghalia Indonesia.

    Sudarwan Danim. 2002. Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kepandidikan. Bandung: CV Pustaka Setia.

    Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

    Sukardi. 2006. Penelitian Kualitatif-Naturalistik dalam Pendidikan. Yogyakarta: Usaha Keluarga.

    Suparlan. 2005. Menjadi Guru Efektif. Yogyakarta: Hikayat Publishing.

    Sutopo, HB. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif Dasar Teori dan

    Terapannya dalam Penelitian. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Press. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2005. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

    Wahjosumidjo. 2002. Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritis dan Permasalahannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2004. Ke-pemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritis dan Permasalahan-nya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2002. Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta: Ghalia Indonesia.

    William Glasser. 1993. The Quality School Teacher. New York: Harper Parenial.

    Winkel, W. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo.

    Zainal Aqib. 2007. Membangun Profesionalisme guru dan Pengawas Sekolah. Bandung: CV Yrama Widya.