kajian tingkat penyerapan minyak goreng oleh...
TRANSCRIPT
Disampaikan pada Seminar Nasional PATPI Jember, 26 – 29 Agustus 2013
1
KAJIAN TINGKAT PENYERAPAN MINYAK GORENG OLEH TEPUNG PENYALUT KACANG KERITING
(STUDY ON THE COOKING OIL ABSORPTION LEVEL BY
CURLY PEANUT ENROBING FLOUR)
Darti Nurani 1), Heru Irianto 1) dan Herlina Hapsari 2)
1)Program Studi Teknologi Industri Pertanian, 2)Alumni Program Studi Teknologi Industri Pertanian,
Institut Teknologi Indonesia (ITI), Serpong, Tangerang Selatan 15320, Tel/Fax: 021-7561092, email: <DartiNurani>[email protected]
Abstract
The high cooking oil absorption on snack could influence the product’s appearance and acceptance. Besides that, the high cooking oil absorption could risk the consumer’s health whereas give impact on high production cost for the industry. Curly peanut is one of snack that made through the frying process. On its production, tapioca flour has a tendency to absorb a lot of cooking oil, so it is necessary to find the alternative flour to replace tapioca. This research is aimed to learn the cooking oil absorption level by several kind of enrobing flour on curly peanut production process. The research was carried out through two stages, preliminary research and primary research. Preliminary research carried out using Randomized Block Design (RBD) one factor (A), two replicates. Factor (A) stands for type of flour and consist of five parts: a1 = tapioca flour; a2 = cassava flour; a3 = cassava flake; a4 = MOCAF; a5 = corn starch. Analysis that being done are analysis of water content, pH, flour particle size, batter viscosity and analysis of the product (coating material adhesion on peanut and lipid content of coating material). Experimental design in the primary research is by using Randomized Block Design (RBD) one factor (A), two replicates. Factor (A) stands for type of flour and consist of three parts: a1, a2, and a3. Analysis that being done are batter viscosity, coating material adhesion on peanut, lipid content of coating material and organoleptic analysis of curly enrobe peanut. Based on these researches, type of flour had an effect on cooking oil absorption level on curly peanut production. Curly peanut that have the lowest cooking oil absorption is the one that made by using cassava flake as its coating, with absorption level at 30.55%. That best result has organoleptic value at 3.22 (normal-oily after taste does not feel) and the coating material adhesion rate on peanut at 50.64%. Keyword: curly peanut, type of flour, oil absorption
Disampaikan pada Seminar Nasional PATPI Jember, 26 – 29 Agustus 2013
2
PENDAHULUAN
Pertumbuhan pasar produk pangan saat ini terus tumbuh dan berkembang.
Begitu pula dengan pasar produk makanan selingan (snack). Survei Nielsen Retail
Audit tahun 2007 menyebutkan pertumbuhan volume di pasar makanan ringan
berkisar 27% dan pertumbuhan value sebesar 34% (Rahayu, 2009). Sebagai
makanan selingan (snack), produk olahan kacang disukai oleh semua kalangan,
baik anak-anak maupun orang dewasa sehingga pengembangan produksi dan
pemasaran di Indonesia cukup prospektif.
Kacang keriting adalah salah satu produk snack dengan bentuk yang unik.
Kacang dengan salutan tepung yang tidak teratur membuat bentuknya seperti
rambut keriting (GarudaFood). Di berbagai daerah produk sejenis ini juga banyak
dijumpai, seperti Kacang Bandung (Bandung), Kacang Medan (Medan) dan
Kacang Disco (Bali). Produk-produk kacang salut keriting dapat dilihat pada
Lampiran 1.
Proses pembuatan kacang keriting dilakukan dengan menyalut (enrobing)
kacang menggunakan tepung yang telah dicampur dengan bumbu melalui proses
penggorengan, sehingga membentuk produk kacang yang tersalut tidak teratur
(seperti rambut yang keriting). Penyerapan minyak goreng yang terlalu tinggi
pada produk akan mempengaruhi penampakan dan rasa produk. Disamping itu,
adanya kandungan lemak akibat penyerapan minyak goreng yang tinggi dapat
mengganggu kesehatan konsumen, sedangkan bagi industri adanya penyerapan
minyak goreng ini dapat meningkatkan biaya produksi.
Selama ini proses produksi kacang keriting menggunakan tepung tapioka
sebagai komponen utama pada lapisan penyalut kacang. Tepung tapioka memiliki
tingkat pengembangan dan kerenyahan yang baik. Namun, penggunaan tepung
tapioka menyebabkan kecenderungan penyerapan minyak goreng ke dalam
produk cukup tinggi.
Oleh karena itu, perlu dipelajari faktor-faktor penyebab tingginya
penyerapan minyak goreng ke dalam produk dan menemukan solusi untuk dapat
mengendalikannya agar tingkat penyerapan minyak goreng pada produk kacang
keriting menjadi serendah mungkin.
Disampaikan pada Seminar Nasional PATPI Jember, 26 – 29 Agustus 2013
3
Kacang keriting dibuat melalui proses penggorengan. Kacang keriting
terdiri atas kacang tanah dan bagian salutan yang menyelimuti kacang tanah.
Bagian yang memberikan kontribusi yang cukup tinggi untuk penyerapan minyak
goreng adalah bagian salutan. Bagian ini terbuat dari tepung yang berpati sebagai
bahan bakunya.
Pada proses penggorengan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
penyerapan minyak pada produk. Menurut Moreira et al. (1997), faktor-faktor
tersebut adalah kualitas minyak dan komponen penyusun bahan, kadar air bahan,
porositas bahan, perlakuan pra penggorengan, perlakuan khusus terhadap
permukaan produk, tegangan awal permukaan bagian dalam dan ketebalan crust.
Kecenderungan tepung tapioka yang dapat menyerap minyak goreng lebih
besar dirasa perlu untuk mencari alternatif tepung penggantinya. Tepung tapioka
adalah produk setengah jadi dari tanaman singkong atau ubi kayu (Manihot
esculenta). Singkong juga dapat diolah menjadi bermacam-macam produk
setengah jadi, diantaranya adalah tepung singkong, flake singkong dan Modified
Cassava Flour (MOCAF). Produk setengah jadi dari singkong cenderung
memiliki harga yang relatif murah dan ketersediaannya yang cukup banyak
diharapkan mampu menjadi alternatif pengganti tepung tapioka. Pati jagung juga
dapat dijadikan alternatif tepung pengganti karena termasuk jenis tepung berpati.
Namun, pati jagung memiliki kandungan amilopektin lebih sedikit dibandingkan
tepung tapioka (Taggart, 2004), sehingga diharapkan dapat memberikan tekstur
yang renyah tetapi tingkat penyerapan minyak gorengnya rendah.
Pada penelitian ini, analisis karakteristik tepung perlu dilakukan. Analisis
ini meliputi analisis fisik dan kimia. Hal ini dilakukan mengingat karakteristik
tepung adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat penyerapan
minyak goreng. Analisis fisik terdiri atas analisis kadar air, nilai pH, kehalusan
partikel tepung, viskositas adonan dan daya rekat penyalut pada kacang. Analisis
kadar air dan nilai pH dilakukan untuk mengetahui kandungan awal kadar air dan
tingkat keasaman yang dimiliki oleh masing-masing tepung. Analisis kehalusan
partikel tepung dilakukan untuk mengetahui tingkat kehalusan tepung dan
menyeragamkan tepung yang akan digunakan untuk penelitian yakni tepung yang
lolos ukuran mesh nomor 100 (150 µm). Analisis viskositas adonan dilakukan
Disampaikan pada Seminar Nasional PATPI Jember, 26 – 29 Agustus 2013
4
untuk mengetahui tingkat kekentalan adonan berdasarkan formulasi. Analisis daya
rekat pada produk kacang salut keriting dilakukan untuk mengetahui tingkat
kerekatan tepung setelah melalui proses penggorengan terhadap kacang tanah.
Selanjutnya, analisis kimia yang dilakukan adalah pengujian kadar lemak
terhadap masing-masing produk berdasarkan jenis tepung penyalutnya. Analisis
ini dilakukan hanya pada bagian penyalutnya saja sehingga diharapkan dapat
mengetahui tingkat penyerapan minyak goreng pada masing-masing jenis tepung
penyalut. Untuk menegaskan tingkat penyerapan minyak goreng pada produk
kacang keriting, maka dilakukan pula uji organoleptik dengan atribut oily
aftertaste.
Penelitian ini bertujuan mempelajari tingkat penyerapan minyak goreng oleh
beberapa jenis tepung penyalut pada proses produksi kacang keriting. Melalui
penelitian ini diharapkan akan diperoleh produk kacang keriting rendah lemak.
BAHAN DAN METODA
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan untuk penelitian ini antara lain: kacang
tanah, tepung tapioka, tepung singkong, flake singkong, Modified Cassava Flour
(MOCAF) merk Mahkota Emas, pati jagung (merk Maizena), telur, minyak nabati
(merk Kunci Mas), air dan bahan analisis yakni petroleum eter.
Alat-alat yang digunakan meliputi seperangkat alat deep fat frying, mesin
tiris, termometer, alat cetakan kacang salut keriting, mangkok, sendok, stopwatch.
Alat-alat untuk analisis antara lain: cawan porselin, beaker glass, Viscometre
Brookfield, timbangan digital, oven, timbangan analitik, desikator, Digital Sieve
Shaker, pH-meter dan labu bulat.
Metoda
Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu penelitian pendahuluan dan
penelitian utama. Penelitian pendahuluan bertujuan untuk mengetahui
karakteristik tepung dan penentuan jenis tepung yang digunakan sebagai penyalut
kacang keriting yang akan digunakan pada penelitian utama. Untuk mengetahui
karakteristik tepung dilakukan analisis yang meliputi kadar air, pH, dan kehalusan
partikel tepung.
Disampaikan pada Seminar Nasional PATPI Jember, 26 – 29 Agustus 2013
5
Adapun penentuan jenis tepung yang akan digunakan pada penelitian utama
dipilih berdasarkan tingkat penyerapan minyak goreng dari lima jenis tepung yang
digunakan dalam formulasi bahan penyalut kacang keriting pada tahap penelitian
pendahuluan. Lima jenis tepung tersebut adalah tepung tapioka, tepung singkong,
flake singkong, Modified Cassava Flour (MOCAF) dan pati jagung. Kemudian
ditentukan tiga jenis tepung dengan tingkat penyerapan minyak goreng paling
rendah untuk digunakan selanjutnya sebagai perlakuan pada penelitian utama.
Pada penelitian utama akan ditentukan satu dari tiga jenis tepung sebagai
bahan penyalut kacang salut keriting. Penentuan hasil terbaik tersebut didasarkan
pada tingkat penyerapan minyak goreng yang terendah oleh bahan penyalut, yang
didukung oleh data hasil uji organoleptik dengan atribut oily aftertaste.
Penelitian pendahuluan
Penentuan karakteristik tepung
Lima jenis tepung yang terdiri atas tepung tapioka, tepung singkong, flake
singkong, MOCAF dan pati jagung; masing-masing dianalisis kadar air (AOAC,
2005), pH (SNI 01-2891-1992) dan kehalusan ukuran partikel tepung (SNI 01-
2891-1992).
Penentuan jenis tepung sebagai penyalut kacang keriting
Pada tahap penelitian ini, dilakukan proses pembuatan kacang keriting skala
laboratorium. Diawali dengan penyiapan dan penimbangan bahan baku 5 x 80
gram kacang tanah kering untuk pembuatan kacang keriting dengan lima
formulasi bahan penyalut dari lima jenis tepung yang berbeda. Adapun jenis
tepung yang digunakan pada penelitian pendahuluan ini terdiri atas tepung
tapioka, tepung singkong, flake singkong, Modified Cassava Flour (MOCAF) dan
pati jagung. Pada pembuatan kacang keriting ini, semua bumbu dan bahan
pendukung lainnya ditiadakan dengan tujuan agar nilai kadar lemak bahan
penyalut pada produk tidak dipengaruhi oleh kandungan bahan lainnya selain
jenis tepung. Untuk mendapatkan perbandingan penggunaan kacang tanah, tepung
dan air yang baik, sebelumnya telah dilakukan beberapa kali pembuatan formulasi
bahan penyalut kacang salut keriting. Pada akhirnya, diperoleh perbandingan
penggunaaan kacang tanah, tepung dan air secara berturut-turut adalah 1: 0.6: 0.5.
Disampaikan pada Seminar Nasional PATPI Jember, 26 – 29 Agustus 2013
6
Setelah penyiapan dan penimbangan bahan, kemudian dilakukan pembuatan
adonan cair (batter) dengan mencampurkan setiap jenis tepung, masing-masing
sebanyak 48 gram dengan 40 ml air, sehingga diperoleh lima formulasi adonan
penyalut dari dari lima jenis tepung yang berbeda. Dilanjutkan dengan proses
penyalutan, dengan cara mencelupkan (enrobing) setiap 80 gram kacang ke dalam
lima adonan penyalut yang berbeda dan menuangkannya secara terpisah dalam
panci yang telah diberi lubang pada lapisan dasarnya. Adonan yang keluar melalui
lubang-lubang pada panci cetakan, selanjutnya digoreng secara deep fat frying
Gambar 1. Diagram alir penelitian pendahuluan
Disampaikan pada Seminar Nasional PATPI Jember, 26 – 29 Agustus 2013
7
pada suhu 150oC selama 9 menit, kemudian ditiriskan dengan mesin peniris
selama 9 menit. Analisis yang dilakukan meliputi analisis viskositas adonan
(Siregar, 2006) dan analisis produk (daya rekat bahan penyalut terhadap butiran
kacang- Kilincceker and Hepsag, 2011; dan analisis kadar lemak bahan penyalut-
AOAC, 2005).
Berdasarkan hasil analisis tersebut kemudian ditentukan tiga jenis tepung
dengan kadar lemak bahan penyalut terendah atau yang memiliki tingkat
penyerapan minyak goreng terendah untuk digunakan selanjutnya pada penelitian
utama. Diagram alir penelitian pendahuluan dapat dilihat pada Gambar 1.
Penelitian utama
Pada tahap penelitian utama ini, dilakukan proses pembuatan kacang
keriting skala laboratorium, untuk membandingkan tingkat penyerapan minyak
goreng dari tiga jenis tepung penyalut terpilih dari hasil penelitian pendahuluan.
Pada tahap penelitian ini, formulasi bahan penyalut disempurnakan dengan
penambahan telur sebagai bahan pengikat.
Penelitian ini diawali dengan penyiapan dan penimbangan bahan baku 3 x
80 gram kacang tanah kering untuk pembuatan kacang keriting dengan tiga
formulasi bahan penyalut dari tiga jenis tepung yang berbeda. Untuk mendapatkan
perbandingan penggunaan kacang tanah, tepung, air dan telur yang baik,
sebelumnya telah dilakukan beberapa kali pembuatan formulasi bahan penyalut
kacang salut keriting. Pada akhirnya, diperoleh perbandingan penggunaaan
kacang tanah, tepung dan air secara berturut- adalah 1: 0.6: 0.35: 0.15.
Setelah penyiapan dan penimbangan bahan, kemudian dilakukan pembuatan
adonan cair (batter) dengan mencampurkan setiap jenis tepung, masing-masing
sebanyak 48 gram dengan 28 ml air dan 12 gram telur, sehingga diperoleh tiga
fomulasi adonan penyalut dari tiga jenis tepung yang berbeda. Dilanjutkan dengan
proses penyalutan, penggorengan dan penirisan yang kondisi prosesnya sama
dengan kondisi proses pada pembuatan kacang keriting pada penelitian
pendahuluan.
Disampaikan pada Seminar Nasional PATPI Jember, 26 – 29 Agustus 2013
8
Analisis yang dilakukan pada penelitian utama meliputi analisis viskositas
adonan (Siregar, 2006) dan analisis produk: analisis daya rekat bahan penyalut
terhadap butiran kacang (Kilincceker and Hepsag, 2011), analisis kadar lemak
bahan penyalut (AOAC, 2005) dan uji organoleptik dengan atribut oily aftertaste
(Sensory Evaluation Laboratorium, 2010). Adapun diagram alir penelitian utama
dapat dilihat pada Gambar 2.
Rancangan percobaan
Rancangan percobaan pada penelitian pendahuluan adalah Rancangan
Acak Kelompok (RAK) satu faktor (A), dua ulangan. Faktor A adalah jenis
tepung yang terdiri atas lima taraf: a1= tepung tapioka; a2= tepung singkong; a3=
Gambar 2. Diagram alir penelitian utama
Disampaikan pada Seminar Nasional PATPI Jember, 26 – 29 Agustus 2013
9
flake singkong; a4= MOCAF dan a5= pati jagung. Analisis statistik dilakukan
terhadap data hasil uji kadar air, pH dan kehalusan ukuran partikel tepung; analisis
viskositas adonan dan analisis produk (daya rekat bahan penyalut terhadap butiran
kacang dan kadar lemak tepung penyalut produk kacang salut keriting).
Rancangan percobaan pada penelitian utama adalah Rancangan Acak
Kelompok (RAK) satu faktor (A), dua ulangan. Faktor A adalah jenis tepung yang
terdiri atas tiga taraf: a1, a2 dan a3. Analisis statistik dilakukan terhadap data hasil
uji viskositas adonan, daya rekat bahan penyalut terhadap kacang, kadar lemak
bahan penyalut dan data hasil uji organoleptik produk kacang salut keriting.
Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan analisis variansi
(Anova). Uji lanjut yang digunakan adalah uji Beda Nyata Terkecil (BNT) apabila
koefisien keragamannya di bawah 10% dan Uji Jarak Duncan (UJD) apabila
koefisien keragamannya di atas 10% (Walpole, 1995).
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Pendahuluan
Penentuan karakteristik tepung
Kadar air tepung
Nilai kadar air tepung dipengaruhi oleh jenis tepung (Lampiran 2a).
Perbedaan jenis tepung menyebabkan kadar air tepung bervariasi. Berdasarkan
Lampiran 2b dan Gambar 3, flake singkong mengandung kadar air terendah
(8.96%) dan tepung tapioka mengandung kadar air tertinggi (11.15%). Kadar air
tepung yang bervariasi ini dapat disebabkan oleh perbedaan proses
pengolahannya. Rendahnya kadar air flake singkong disebabkan oleh adanya
tahapan proses pre-gelatinisasi pada proses pembuatannya. Proses pre-gelatinisasi
dapat meningkatkan daya ikat air bahan atau menurunkan air bebas bahan,
sehingga menurunkan jumlah air yang menguap yang terdeteksi sebagai
rendahnya kadar air bahan.
Rendahnya kadar air flake singkong juga dapat dipengaruhi pula oleh faktor
kehalusan partikel tepung. Semakin besar ukuran partikel tepung (Lampiran 4b
dan Lampiran 4d), maka semakin rendah kadar airnya (Lampiran 2b). Hal ini
disebabkan semakin kecilnya luas permukaan partikel tepung, maka akan semakin
Disampaikan pada Seminar Nasional PATPI Jember, 26 – 29 Agustus 2013
10
sedikit air yang dapat terserap bahan, sehingga terdeteksi sebagai rendahnya kadar
air bahan.
Nilai pH
Nilai pH tepung dipengaruhi oleh jenis tepung (Lampiran 3a). Perbedaan
jenis tepung menyebabkan pH tepung bervariasi. Berdasarkan Lampiran 3b dan
Gambar 4, tepung singkong dan flake singkong memiliki pH lebih tinggi
dibandingkan dengan pH pati jagung dan MOCAF; sedangkan tepung tapioka
memiliki pH terendah (4.07). Nilai pH tepung yang bervariasi ini dapat
disebabkan oleh perbedaan proses pengolahannya. Pada proses pengolahan tepung
tapioka dan pati jagung, ada tahapan ekstraksi pati dari cairannya dengan cara
pengendapan. Hal ini dapat menyebabkan kenaikan tingkat keasaman atau
penurunan nilai pH bahan selama pengendapan.
Nilai pH MOCAF cenderung lebih rendah apabila dibandingkan dengan
tepung singkong. Hal ini dapat dipahami bahwa pada proses pembuatan MOCAF
terdapat tahapan proses fermentasi yang memang sengaja dilakukan (Subagio,
2006).
11.15 10.84
8.9610.45 10.65
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
Tepung tapioka
Tepung singkong
Flake singkong
MOCAF Pati jagung
Kad
ar a
ir (%
)
Jenis tepung
Gambar 3. Histogram pengaruh jenis tepung pada nilai kadar air
Disampaikan pada Seminar Nasional PATPI Jember, 26 – 29 Agustus 2013
11
Gambar 5. Histogram pengaruh jenis tepung pada tingkat kehalusan partikel tepung
Kehalusan partikel tepung
Kehalusan partikel tepung dipengaruhi oleh jenis tepung (Lampiran 4a).
Perbedaan jenis tepung menyebabkan nilai kehalusan partikel tepung bervariasi.
Berdasarkan Lampiran 4b, 4d dan Gambar 5, kehalusan partikel tepung tapioka,
MOCAF dan pati jagung lebih tinggi dibandingkan dengan kehalusan partikel
tepung singkong dan flake singkong.
Kehalusan partikel tepung yang bervariasi ini dapat disebabkan oleh
perbedaan proses pengolahannya. Pada proses pengolahan tepung tapioka dan pati
jagung, produk tepung diperoleh melalui tahapan proses ekstraksi pati dari
4,06
6,19 6,095,48 5,71
0,001,002,003,004,005,006,007,00
Tepung tapioka
Tepung singkong
Flake singkong
MOCAF Pati jagung
pH
Jenis tepung
Tepung tapioka
Tepung singkon
g
Flake singkon
g
MOCAF
Pati jagung
50 (300 µm) 98,16% 93,25% 56,26% 97,84% 97,89%100 (150 µm) 93,89% 86,96% 77,55% 93,43% 97,56%140 (100 µm) 93,15% 24,21% 89,87% 81,28% 78,61%
0,00%20,00%40,00%60,00%80,00%
100,00%120,00%
Keh
alus
an (%
)
Gambar 4. Histogram pengaruh jenis tepung pada nilai pH
Disampaikan pada Seminar Nasional PATPI Jember, 26 – 29 Agustus 2013
12
cairannya dengan cara pengendapan. Ekstrak pati yang berupa granula pati ini
memiliki ukuran partikel yang sangat halus. Lain halnya pada proses pengolahan
tepung singkong dan MOCAF, kedua produk tersebut diperoleh melalui tahapan
penggilingan atau penepungan. Tepung yang mengandung banyak serat inilah
yang menyebabkan ukuran partikel menjadi agak kasar. Adapun bentuk partikel
flake singkong yang kasar terjadi karena adanya tahapan pengepresan yang
dilakukan oleh dua buah roller drum drier pada proses pembuatannya.
Penentuan jenis tepung sebagai penyalut kacang salut keriting
Viskositas adonan tepung
Viskositas adonan tepung dipengaruhi oleh jenis tepung (Lampiran 5a).
Perbedaan jenis tepung menyebabkan nilai viskositas adonan tepung bervariasi.
Berdasarkan Lampiran 5b dan Gambar 6, viskositas adonan tepung tapioka dan
pati jagung lebih tinggi dibandingkan dengan viskositas adonan tepung singkong,
flake singkong dan MOCAF. Nilai viskositas adonan tepung singkong, flake
singkong dan MOCAF tidak dapat terdeteksi karena viskositasnya terlalu rendah
atau adonan terlalu encer. Viskositas adonan tepung yang bervariasi ini dapat
disebabkan oleh perbedaan kandungan pati dan perbedaan komposisi amilosa dan
amilopektin dari pati penyusunnya. Dibandingkan dengan tepung tapioka dan pati
jagung, maka tepung singkong, flake singkong maupun MOCAF kandungan
patinya relatif lebih rendah, sehingga kemampuan pembentukan gelnya rendah
dan viskositas adonan menjadi lebih encer.
375
0 0 0
625
0100200300400500600700
Tepung tapioka
Tepung singkong
Flake singkong
MOCAF Pati Jagung
Vis
kosi
tas (
cP)
Jenis tepung
Gambar 6. Histogram pengaruh jenis tepung pada viskositas adonan
Disampaikan pada Seminar Nasional PATPI Jember, 26 – 29 Agustus 2013
13
Daya rekat
Daya rekat tepung penyalut terhadap butiran kacang tidak dipengaruhi oleh
jenis tepung (Lampiran 6a). Namun, berdasarkan Gambar 7 terlihat bahwa daya
rekat tepung penyalut yang terbuat dari tepung tapioka dan pati jagung, nilainya
cenderung lebih tinggi dibandingkan maupun MOCAF. Hal ini didukung oleh
data hasil analisis viskositas adonan tepung (Lampiran 5b). Viskositas adonan
tepung yang semakin tinggi akan menghasilkan daya rekat tepung penyalut
terhadap kacang yang cenderung semakin tinggi pula. Hal ini dikarenakan tepung
tapioka dan pati jagung memiliki kandungan pati yang relatif tinggi, sehingga
kemampuan pembentukan gelnya tinggi dan daya rekatnya cenderung semakin
tinggi pula.
Kadar lemak
Besarnya kadar lemak penyalut kacang keriting memperlihatkan besarnya
tingkat penyerapan minyak goreng oleh tepung penyalut produk kacang keriting.
Ternyata tingkat penyerapan minyak goreng tersebut dipengaruhi oleh jenis
tepung (Lampiran 7a). Perbedaan jenis tepung menyebabkan tingkat penyerapan
minyak goreng oleh penyalut bervariasi. Berdasarkan Lampiran 7b dan Gambar 8,
tingkat penyerapan minyak goreng oleh penyalut yang terbuat dari flake singkong,
MOCAF dan pati jagung terlihat lebih rendah dibandingkan dengan tingkat
penyerapan minyak goreng oleh penyalut yang terbuat dari tepung tapioka
27,74
11,67
26,66
1,47
49,09
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
Tepung tapioka
Tepung singkong
Flake singkong
MOCAF Pati jagung
Day
a re
kat (
%)
Jenis tepung penyalut
Gambar 7. Histogram pengaruh jenis tepung pada daya rekat tepung penyalut terhadap butiran kacang
Disampaikan pada Seminar Nasional PATPI Jember, 26 – 29 Agustus 2013
14
maupun tepung singkong. Tingkat penyerapan minyak goreng yang bervariasi ini
dapat disebabkan oleh perbedaan nilai kadar air, tingkat kehalusan partikel tepung
maupun viskositas adonan.
Kadar air bahan dapat mempengaruhi tingkat penyerapan minyak goreng
oleh bahan pada proses penggorengan. Semakin tinggi kadar air bahan (Lampiran
2b), maka akan semakin tinggi pula tingkat penyerapan minyak goreng oleh bahan
pada proses penggorengan (Lampiran 7b). Hal ini dapat disebabkan adanya energi
panas selama proses penggorengan lebih dimanfaatkan untuk menguapkan air
bahan daripada untuk mengembangkan (puffing) adonan bahan. Keadaan ini
menyebabkan struktur penyalut kacang salut keriting lebih rapat, sehingga minyak
lebih banyak yang terserap dan terperangkap dalam bahan. Sebaliknya, proses
penggorengan bahan yang kadar air awalnya rendah, akan menghasilkan struktur
produk lebih mekar (puffing) dan porus, karena energi panas yang ada digunakan
untuk mengembangkan bahan. Hal ini menyebabkan semakin sedikitnya minyak
yang terserap dan terperangkap dalam produk.
Disamping itu, tingkat kehalusan partikel tepung juga dapat mempengaruhi
tingkat penyerapan minyak goreng oleh bahan pada proses penggorengan.
Semakin kasar partikel tepung (Lampiran 4b dan 4d), maka akan semakin rendah
tingkat penyerapan minyak goreng oleh bahan pada proses penggorengan
(Lampiran 7b). Hal ini dapat disebabkan semakin kasarnya partikel tepung atau
semakin sempitnya luas permukaan partikel, maka semakin sedikit kemungkinan
air yang dapat terserap oleh bahan selama pembuatan adonan, sehingga produk
hasil penggorengan memiliki struktur lebih mekar dan porus, lebih sedikit pula
minyak goreng yang dapat terserap dan terperangkap di dalam penyalut kacang
keriting.
Viskositas adonan juga dapat mempengaruhi tingkat penyerapan minyak
goreng oleh bahan pada proses penggorengan. Semakin rendah viskositas adonan
(Lampiran 5b), maka akan semakin rendah tingkat penyerapan minyak goreng
oleh bahan pada proses penggorengan (Lampiran 7b). Adonan encer adalah
adonan yang terbentuk akibat lemahnya ikatan antara molekul air dengan bahan
yang dilarutkan. Pada proses penggorengan, air dalam adonan yang encer akan
lebih mudah diuapkan dan produk yang dihasilkan akan memiliki struktur
Disampaikan pada Seminar Nasional PATPI Jember, 26 – 29 Agustus 2013
15
berongga (porus), sehingga kemungkinan minyak goreng terperangkap di dalam
bahan menjadi lebih sedikit.
Penelitian Utama
Pada penelitian pendahuluan sebelumnya, diperoleh tiga jenis tepung yang
memiliki kadar lemak yang rendah. Ketiga jenis tepung tersebut antara lain: flake
singkong, MOCAF dan pati jagung.
Untuk menghasilkan salutan yang lebih baik maka diperlukan bahan
pengikat untuk membantu mengikat tepung pada kacang tanah sehingga
diharapkan menjadi lebih menempel. Oleh karena itu, pada penelitian utama
diperlukan bahan pengikat telur pada formulasi adonan penyalut kacang keriting.
Viskositas adonan tepung
Viskositas adonan tepung dipengaruhi oleh jenis tepung (Lampiran 8a).
Perbedaan jenis tepung menyebabkan nilai viskositas adonan tepung bervariasi.
Berdasarkan Lampiran 8b dan Gambar 9, viskositas adonan pati jagung nilainya
tertinggi dibandingkan dengan viskositas adonan flake singkong dan MOCAF.
Seperti halnya hasil yang diperoleh pada penelitian pendahuluan, nilai viskositas
adonan flake singkong dan MOCAF tidak dapat terdeteksi karena viskositasnya
terlalu rendah atau adonan terlalu encer, sekalipun ada penambahan telur sebagai
komponen pengikat. Viskositas adonan tepung yang bervariasi ini dapat
disebabkan oleh perbedaan kandungan patinya. Dibandingkan dengan pati jagung,
40,72 42,64
30,0733,22
25,18
0,005,00
10,0015,0020,0025,0030,0035,0040,0045,00
Tepung tapioka
Tepung singkong
Flake singkong
MOCAF Pati jagung
Kad
ar le
mak
(%)
Jenis tepung penyalut
Gambar 8. Histogram pengaruh jenis tepung pada kadar lemak penyalut produk kacang keriting
Disampaikan pada Seminar Nasional PATPI Jember, 26 – 29 Agustus 2013
16
maka flake singkong maupun MOCAF kandungan patinya relatif lebih rendah,
sehingga kemampuan mengikat air rendah, pembentukan gelnya rendah dan
viskositas adonan menjadi lebih encer.
Apabila dibandingkan dengan nilai viskositas adonan dari pati jagung hasil
penelitian pendahuluan sebesar 650 cP (Gambar 6 ), maka nilai viskositas adonan
dari pati jagung pada penelitian utama hasilnya lebih rendah (350 cP), atau adonan
lebih encer; seperti yang terlihat pada Gambar 9. Hal ini dapat disebabkan adanya
penambahan komponen lemak yang terkandung pada kuning telur yang
ditambahkan pada adonan. Adanya lemak akan menghambat pembentukan gel
pati, sehingga adonan menjadi lebih encer.
Daya rekat
Penambahan telur ternyata memberikan hasil yang baik dalam membantu
menempelkan tepung pada kacang tanah pada produk kacang keriting. Telur
sering digunakan sebagai bahan pengikat pada produk olahan daging karena sifat
adhesivitasnya, sehingga dapat mengikat bahan lain dan menghasilkan tekstur
produk yang kompak (Aini, 2009).
Daya rekat tepung penyalut terhadap butiran kacang dipengaruhi oleh jenis
tepung (Lampiran 9a). Berdasarkan Lampiran 9b dan Gambar 10 terlihat bahwa
daya rekat tepung penyalut yang terbuat dari flake singkong dan pati jagung,
nilainya lebih tinggi dibandingkan dengan daya rekat tepung penyalut yang
terbuat dari MOCAF. Hal ini didukung oleh data hasil analisis viskositas adonan
0 0
350
050
100150200250300350400
Flake singkong MOCAF Pati Jagung
Vis
kosi
tas (
cP)
Jenis adonan tepung
Gambar 9. Histogram pengaruh jenis tepung pada viskositas adonan penelitian utama
Disampaikan pada Seminar Nasional PATPI Jember, 26 – 29 Agustus 2013
17
tepung (Lampiran 8b). Viskositas adonan tepung yang semakin tinggi nilainya
akan menghasilkan daya rekat tepung penyalut terhadap kacang yang semakin
tinggi pula. Hal ini disebabkan pati jagung memiliki kandungan pati yang relatif
tinggi, sehingga kemampuan pembentukan gelnya tinggi dan daya rekatnya
semakin tinggi pula. Adapun daya rekat adonan yang terbuat dari flake singkong
cenderung tinggi pula, karena flake singkong adalah produk kering yang telah
mengalami pre-gelatinisasi, sehingga lebih mudah direhidrasi membentuk adonan
yang memiliki daya rekat cukup tinggi.
Apabila dibandingkan dengan nilai daya rekat adonan yang terbuat dari
tepung yang sama pada penelitian pendahuluan (Gambar 7), maka daya rekat
adonan pada penelitian utama hasilnya hampir dua kali lebih tinggi (Gambar 10).
Penyebabnya adalah adanya penambahan komponen protein yang terkandung
pada putih telur yang ditambahkan ke dalam adonan pada penelitian utama ini,
yang berfungsi untuk meningkatkan daya rekatnya.
Kadar lemak
Tingkat penyerapan minyak goreng dipengaruhi oleh jenis tepung
(Lampiran 10a). Perbedaan jenis tepung menyebabkan tingkat penyerapan minyak
goreng oleh penyalut bervariasi. Berdasarkan Lampiran 10b dan Gambar 11,
tingkat penyerapan minyak goreng oleh penyalut yang terbuat dari flake singkong
50,64
3,41
81,79
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
Flake singkong MOCAF Pati Jagung
Day
a re
kat (
%)
Jenis tepung penyalut
Gambar 10. Histogram pengaruh jenis tepung pada daya rekat tepung penyalut terhadap butiran kacang penelitian utama
Disampaikan pada Seminar Nasional PATPI Jember, 26 – 29 Agustus 2013
18
terlihat lebih rendah dibandingkan dengan tingkat penyerapan minyak goreng oleh
penyalut yang terbuat dari pati jagung dan MOCAF.
Rendahnya tingkat penyerapan minyak goreng oleh penyalut yang terbuat
dari flake singkong didukung dengan data kadar air yang rendah (Gambar 3), data
tingkat kehalusan partikel tepung yang rendah (Gambar 5) dan viskositas adonan
tepung yang rendah pula (Gambar 6 dan 9). Proses penggorengan bahan yang
kadar air awalnya rendah, akan menghasilkan struktur produk lebih mekar
(puffing) dan porus, karena energi panas yang ada digunakan untuk
mengembangkan bahan. Hal ini menyebabkan semakin sedikitnya minyak yang
terserap dan terperangkap dalam produk.
Disamping itu, rendahnya tingkat kehalusan partikel tepung menyebabkan
semakin sempit luas permukaan partikel, sehingga semakin sedikit kemungkinan
air yang dapat terserap oleh bahan selama pembuatan adonan, sehingga produk
hasil penggorengan memiliki struktur lebih mekar dan porus, lebih sedikit pula
minyak goreng yang dapat terserap dan terperangkap di dalam penyalut kacang
salut keriting.
Viskositas adonan yang rendah menyebabkan semakin rendah tingkat
penyerapan minyak goreng oleh bahan pada proses penggorengan. Adonan encer
adalah adonan yang terbentuk akibat lemahnya ikatan antara molekul air dengan
dengan bahan yang dilarutkan. Pada proses penggorengan, maka air dalam adonan
yang encer akan lebih mudah diuapkan dan produk yang dihasilkan akan memiliki
struktur berongga (porus), sehingga kemungkinan minyak goreng terperangkap di
dalam bahan lebih sedikit.
Apabila dibandingkan dengan nilai kadar lemak penyalut yang terbuat dari
tepung yang sama pada penelitian pendahuluan (Gambar 8), maka kadar lemak
penyalut pada penelitian utama hasilnya cenderung lebih tinggi (Gambar 11).
Penyebabnya adalah adanya penambahan komponen protein dan lemak telur.
Komponen protein telur dapat meningkatkan daya ikat lemak oleh bahan,
demikian pula lemak yang terkandung pada kuning telur akan meningkatkan
kandungan lemak penyalut kacang keriting.
Disampaikan pada Seminar Nasional PATPI Jember, 26 – 29 Agustus 2013
19
Uji organoleptik
Nilai kesukaan rasa produk kacang keriting dipengaruhi oleh jenis tepung
(Lampiran 11a). Perbedaan jenis tepung menyebabkan nilai kesukaan rasa produk
bervariasi (Gambar 12). Namun, berdasarkan Lampiran 11b, terlihat tidak ada
perbedaan nilai kesukaan rasa produk kacang keriting dari ketiga jenis tepung
yang digunakan sebagai bahan baku penyalut.
Penilaian kesukaan rasa produk kacang keriting oleh panelis pada penelitian
ini dibatasi pada atribut oily aftertaste yang dirasakan. Semakin terasa oily
aftertaste produk, maka produk semakin kurang disukai. Hal ini berhubungan
dengan tingkat penyerapan minyak goreng oleh penyalut produk kacang keriting.
Semakin tinggi tingkat penyerapan minyak goreng oleh penyalut produk, maka
tingkat kesukaan rasa produk cenderung semakin rendah.
30,55
44,58
37,22
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
Flake singkong MOCAF Pati jagung
Kad
ar le
mak
(%)
Jenis tepung penyalut
3,22
2,98
3,32
2,8
2,9
3
3,1
3,2
3,3
3,4
Flake singkong MOCAF Pati Jagung
Uji
Org
anol
eptik
Jenis tepung penyalut
Gambar 11. Histogram pengaruh jenis tepung pada kadar lemak penyalut produk kacang keriting penelitian utama
Gambar 12. Histogram uji organoleptik produk kacang keriting
Disampaikan pada Seminar Nasional PATPI Jember, 26 – 29 Agustus 2013
20
Berdasarkan Gambar 12, terlihat bahwa walaupun tingkat kesukaan rasa
produk yang penyalutnya terbuat dari pati jagung, nilainya cenderung lebih tinggi
daripada tingkat kesukaan produk yang penyalutnya terbuat dari flake singkong,
namun sebetulnya nilai keduanya tidak berbeda secara signifikan. Hal ini
didukung pula oleh tingkat penyerapan minyak goreng dari perlakuan keduanya
terlihat cenderung sama.
Penentuan Hasil Terbaik
Untuk menentukan hasil terbaik pada penelitian ini, hal yang harus
dipertimbangkan adalah memilih produk kacang keriting dengan tingkat
penyerapan minyak goreng terendah diantara tiga produk yang penyalutnya
terbuat dari tiga jenis tepung yang berbeda, yaitu flake singkong, MOCAF dan
pati jagung.
Produk yang berminyak akan lebih cepat tengik selama penyimpanan.
Pada umumnya konsumen juga kurang menyukai produk yang penampakannya
berminyak karena dapat menimbulkan oily aftertaste yang tidak disukai
konsumen, juga karena pertimbangan kesehatan. Hal serupa juga dikemukakan
oleh Albabakani (2008) yang menyatakan bahwa produk dengan tingkat
penyerapan minyak goreng yang tinggi akan berdampak negatif pada mutu produk
dan tingkat penerimaan konsumen.
Tabel 1. Pengaruh jenis tepung pada rata-rata kadar lemak penyalut dan nilai
kesukaan rasa produk kacang keriting
Jenis tepung Rata-rata
Kadar lemak penyalut (%) Nilai kesukaan rasa produk
MOCAF 44.59a 2.98a
Pati jagung 37.22ab 3.32a
Flake singkong 30.56b 3.22a
Keterangan: Huruf yang sama pada kolom yang sama berarti tidak berbeda nyata Nilai kesukaan: 4 = oily aftertaste tidak terasa 3 = biasa 2 = oily aftertaste terasa
Oleh karena itu, hasil terbaik yang memenuhi kriteria tersebut adalah
produk kacang keriting yang memiliki jenis tepung penyalut terbuat dari flake
Disampaikan pada Seminar Nasional PATPI Jember, 26 – 29 Agustus 2013
21
singkong dengan tingkat penyerapan minyak goreng oleh penyalutnya sebesar
30.56 %. Hasil terbaik tersebut memiliki nilai kesukaan rasa produk 3.22 (biasa –
aftertaste oily tidak terasa) dan daya rekat bahan penyalut terhadap butiran kacang
sebesar 50.64%.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh bahwa jenis tepung berpengaruh
pada tingkat penyerapan minyak goreng pada proses produksi kacang keriting.
Produk kacang keriting yang memiliki tingkat penyerapan minyak goreng
terendah adalah produk yang penyalutnya terbuat dari flake singkong dengan
tingkat penyerapannya sebesar 30.55%. Hasil terbaik tersebut memiliki nilai
kesukaan rasa produk 3.22 (biasa – aftertaste oily tidak terasa) dan daya rekat
bahan penyalut terhadap butiran kacang sebesar 50.64%.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
PT. Garudafood Putra Putri Jaya yang telah membantu menyediakan fasilitas
untuk pelaksanaan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Aini, N. 2009. Lebih Jauh tentang Sifat Fungsional Telur. http://kulinologi.biz/ [24 Februari 2012].
Albabakani, D.M.I. 2008. Memetakan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Penyerapan Minyak pada Proses Penggorengan Kacang Salut. Skripsi. IPB. Bogor.
AOAC, Official Methods of Analysis Association of Official Analytical Chemist.
2005. Washington, D. C. Kilincceker, O and Hepsag, F. 2011. Performance of different coating batters and
frying temperatures for fried fish ball. Journal of Animal and Veterinary Advances. (10): 2256-2262 .
Disampaikan pada Seminar Nasional PATPI Jember, 26 – 29 Agustus 2013
22
Moreira, Rosana G., Xiuzhi Sun and Youhong Chen. 1997. Factors affecting oil uptake in tortilla chips in deep-fat frying. Journal of Food Engineering (31): 485-498.
Rahayu, E.M. 2009. Berebut Konsumen yang Tak Loyal. http://swa.co.id/ [24
Februari 2012]. Sensory Evaluation Laboratorium. 2010. Sensory Evaluation Workshop Module.
Tudung Group. Tidak Diterbitkan. Jakarta Siregar, F.M. 2006. Karakteristik fisika, kimia dan organoleptik pasta cokelat
pada berbagai kondisi penyangraian biji kakao (Theobroma Cocoa, L.). Buletin Penelitian 9 (1), hal.43-50.
Subagio, A. 2006. Ubi Kayu : Substitusi berbagai tepung-tepungan. Food Review,
April 2006 :18-22. SNI 01-2897-1992. Cara Uji Cemaran Mikroba. Badan Standardisasi nasional.
Jakarta. http://www.bsn.go.id/[6 November 2012] Taggart, P. 2004.Starch as an Ingredient: Manufacture and Applications. Di dalam
Starch in Food. Woodhead Publishing Limited. Walpole, R. E. 1995. Pengantar Statistika Edisi Ke-3. PT Gramedia. Jakarta.
Disampaikan pada Seminar Nasional PATPI Jember, 26 – 29 Agustus 2013
23
Lampiran 1. Produk-produk kacang salut keriting
Kacang keriting (GarudaFood)
Kacang Disco (Bali)
Kacang Bandung
Isi Kacang salut
keriting (Garudafood)
Isi Kacang Disco (Bali)
Kacang Medan
Lampiran 2. Data hasil analisis kadar air pada beberapa jenis tepung
Lampiran 2a. Hasil sidik ragam nilai kadar air tepung
Sumber keragaman
Derajat bebas (db)
Jumlah Kuadrat
(JK)
Kuadrat Tengah
(KT) F hitung
F tabel
0.05 0.01 Perlakuan 4 5.7603 1.4401 7784.1351* 6.3882 15.9770 Ulangan 1 0.0000 0.0000 0.0541 7.7086 21.1977 Galat 4 0.0007 0.0002 Total 9 5.7610
*berbeda nyata Lampiran 2b. Hasil uji BNT pengaruh jenis tepung pada nilai kadar air tepung
Jenis tepung Rata-rata nilai kadar air (%) Taraf kepercayaan 95%
Tepung tapioka 11.15 a Tepung singkong 10.84 b Pati jagung 10.65 c MOCAF 10.45 d Flake singkong 8.96 e
Keterangan: huruf yang sama pada kolom yang sama berarti tidak berbeda nyata
Disampaikan pada Seminar Nasional PATPI Jember, 26 – 29 Agustus 2013
24
Lampiran 3. Data hasil analisis pH pada beberapa jenis tepung
Lampiran 3a. Hasil sidik ragam nilai pH tepung
Sumber keragaman
Derajat bebas (db)
Jumlah Kuadrat
(JK)
Kuadrat Tengah
(KT) F hitung
F tabel
0.05 0.01 Perlakuan 4 5.8554 1.4638 189.8625* 6.3882 15.9770 Ulangan 1 0.3572 0.3572 46.3307* 7.7086 21.1977 Galat 4 0.0308 0.0077 Total 9 6.2434
*berbeda nyata
Lampiran 3b. Hasil uji BNT pengaruh jenis tepung pada nilai pH tepung
Jenis tepung Rata-rata nilai pH Taraf kepercayaan 95%
Tepung singkong 6.19 a Flake singkong 6.09 a Pati jagung 5.71 b MOCAF 5.48 b Tepung tapioka 4.07 c
Keterangan: huruf yang sama pada kolom yang sama berarti tidak berbeda nyata Lampiran 4. Data hasil analisis kehalusan partikel tepung
Lampiran 4a. Hasil sidik ragam nilai kehalusan partikel tepung, mesh no.50
Sumber keragaman
Derajat bebas (db)
Jumlah Kuadrat
(JK)
Kuadrat Tengah
(KT) F hitung
F tabel 0.05 0.01
Perlakuan 4 2660.9914 665.2479 2402.1371* 6.3882 15.9770 Ulangan 1 0.4121 0.4121 1.4880 7.7086 21.1977 Galat 4 1.1078 0.2769 Total 9 2662.5113
*berbeda nyata Lampiran 4b. Hasil uji BNT pengaruh jenis tepung pada nilai kehalusan partikel
tepung, mesh no. 50
Jenis tepung Rata-rata nilai kehalusan partikel tepung (%)
Taraf kepercayaan 95%
Tepung tapioka 98.16 a Pati jagung 97.89 a MOCAF 97.84 a Tepung singkong 93.25 b Flake singkong 56.26 c
Keterangan: huruf yang sama pada kolom yang sama berarti tidak berbeda nyata
Disampaikan pada Seminar Nasional PATPI Jember, 26 – 29 Agustus 2013
25
Lampiran 4c. Hasil sidik ragam nilai kehalusan partikel tepung, mesh no. 100
Sumber keragaman
Derajat bebas (db)
Jumlah Kuadrat
(JK)
Kuadrat Tengah
(KT) F hitung
F tabel
0.05 0.01 Perlakuan 4 496.5942 124.1486 30.4955* 6.3882 15.9770 Ulangan 1 0.6250 0.6250 0.1535 7.7086 21.1977 Galat 4 16.2842 4.0710 Total 9 513.5034
*berbeda nyata Lampiran 4d. Hasil uji BNT pengaruh jenis tepung pada nilai kehalusan partikel
tepung mesh no. 100
Jenis tepung Rata-rata nilai kehalusan partikel tepung (%)
Taraf kepercayaan 95%
Pati jagung 97.56 a Tepung tapioka 93.89 a MOCAF 93.43 a Tepung singkong 86.96 b Flake singkong 77.55 c
Keterangan: huruf yang sama pada kolom yang sama berarti tidak berbeda nyata Lampiran 4e. Hasil sidik ragam nilai kehalusan partikel tepung, mesh no. 140
Sumber keragaman
Derajat bebas (db)
Jumlah Kuadrat
(JK)
Kuadrat Tengah
(KT) F hitung
F tabel
0.05 0.01 Perlakuan 4 6346.3311 1586.5828 352.8546* 6.3882 15.9770 Ulangan 1 12.5373 12.5373 2.7883 7.7086 21.1977 Galat 4 17.9857 4.4964 Total 9 6376.8540
*berbeda nyata Lampiran 4f. Hasil uji BNT pengaruh jenis tepung pada nilai kehalusan partikel
tepung, mesh no. 140
Jenis tepung Rata-rata nilai kehalusan partikel tepung (%)
Taraf kepercayaan 95%
Tepung tapioka 93.15 a Flake singkong 89.97 a MOCAF 81.28 b Pati jagung 78.61 b Tepung singkong 24.21 c
Keterangan: huruf yang sama pada kolom yang sama berarti tidak berbeda nyata
Disampaikan pada Seminar Nasional PATPI Jember, 26 – 29 Agustus 2013
26
Lampiran 5. Data hasil analisis viskositas adonan tepung
Lampiran 5a. Hasil sidik ragam nilai viskositas adonan tepung
Sumber keragaman
Derajat bebas (db)
Jumlah Kuadrat
(JK)
Kuadrat Tengah
(KT) F hitung
F tabel
0.05 0.01 Perlakuan 4 662500.000 165625.000 17.6667* 6.3882 15.977 Ulangan 1 25000.000 25000.000 2.6667 7.7086 21.198 Galat 4 37500.000 9375.000 Total 9 725000.000
*berbeda nyata Lampiran 5b. Hasil DMRT pengaruh jenis tepung pada nilai viskositas adonan
Keterangan: huruf yang sama pada kolom yang sama berarti tidak berbeda nyata Lampiran 6. Data hasil analisis daya rekat tepung penyalut terhadap biji kacang
Lampiran 6a. Hasil sidik ragam daya rekat tepung penyalut terhadap biji kacang
Sumber keragaman
Derajat bebas (db)
Jumlah Kuadrat
(JK)
Kuadrat Tengah
(KT)
F hitung
F tabel
0.05 0.01 Perlakuan 4 2615.5773 653.8943 1.7257 6.3882 15.9770 Ulangan 1 1350.7088 1350.7088 3.5646 7.7086 21.1977 Galat 4 1515.6857 378.9214 Total 9 5481.9718
*berbeda nyata Lampiran 7. Data hasil analisis kadar lemak penyalut kacang salut keriting
Lampiran 7a. Hasil sidik ragam nilai kadar lemak penyalut kacang salut keriting
Sumber Keragaman
derajat bebas (db)
Jumlah Kuadrat
(JK)
Kuadrat Tengah
(KT) Fhitung
Ftabel
0.05 0.01
Perlakuan 4 425.7504 106.4376 10.1336* 6.3882 15.9770 Ulangan 1 107.2563 107.25625 10.2084* 7.7086 21.1977 Galat 4 42.0676 10.5169 Total 9 575.0743
Jenis tepung Rata-rata nilai viskositas adonan (cP)
Taraf kepercayaan 95%
Pati jagung 625.00 a Tepung tapioka 375.00 a Tepung singkong 0.00 b Flake singkong 0.00 b MOCAF 0.00 b
Disampaikan pada Seminar Nasional PATPI Jember, 26 – 29 Agustus 2013
27
Lampiran 7b. Hasil uji BNT pengaruh jenis tepung pada nilai kadar lemak penyalut kacang salut keriting
Jenis tepung Rata-rata nilai kadar lemak (%)
Taraf kepercayaan 95%
Tepung singkong 42.64 a Tepung tapioka 40.71 ab MOCAF 33.23 bc Flake singkong 30.08 c Pati jagung 25.18 c
Keterangan: huruf yang sama pada kolom yang sama berarti tidak berbeda nyata Lampiran 8. Data hasil analisis viskositas adonan tepung penelitian utama Lampiran 8a. Hasil sidik ragam nilai viskositas adonan tepung penelitian utama
Sumber Keragaman
derajat bebas (db)
Jumlah Kuadrat (JK)
Kuadrat Tengah
(KT) Fhitung
Ftabel
0.05 0.01
Perlakuan 2 0.4083333 0.20417 49.000** 19.00 18.51 Ulangan 1 0.0016667 0.00167 0.4000 18.5128 98.5025 Galat 2 0.0083333 0.00417 Total 5 0.4183333
*berbeda nyata Lampiran 8b. Hasil DMRT pengaruh jenis tepung pada nilai viskositas adonan
tepung
Keterangan: huruf yang sama pada kolom yang sama berarti tidak berbeda nyata Lampiran 9. Data hasil analisis daya rekat tepung penyalut terhadap biji kacang Lampiran 9a. Hasil sidik ragam daya rekat tepung penyalut terhadap biji kacang
Sumber keragaman
Derajat bebas (db)
Jumlah Kuadrat
(JK)
Kuadrat Tengah
(KT) F hitung
F tabel
0.05 0.01 Perlakuan 2 6228.7758 3114.3879 36.5854* 19.00 18.5128 Ulangan 1 118.9040 118.9040 1.3968 99.00 98.5025 Galat 2 170.2530 85.1265 Total 5 6517.9329
*berbeda nyata
Jenis tepung Rata-rata nilai viskositas adonan (cP)
Taraf kepercayaan 95%
Pati jagung 350.00 a Flake singkong 0.00 b MOCAF 0.00 b
Disampaikan pada Seminar Nasional PATPI Jember, 26 – 29 Agustus 2013
28
Lampiran 9b. Hasil DMRT pengaruh jenis tepung pada nilai daya rekat tepung penyalut terhadap biji kacang
Keterangan: huruf yang sama pada kolom yang sama berarti tidak berbeda nyata Lampiran 10. Data hasil analisis kadar lemak penyalut kacang keriting
penelitian utama Lampiran 10a. Hasil sidik ragam nilai kadar lemak penyalut kacang keriting
Sumber keragaman
Derajat bebas (db)
Jumlah Kuadrat
(JK)
Kuadrat Tengah
(KT) F hitung
F tabel
0.05 0.01 Perlakuan 2 197.0042 98.5021 32.6117* 19.0000 99.0000 Ulangan 1 3.4656 3.4656 1.1474 18.5128 98.5025 Galat 2 6.0409 3.0204 Total 5 206.5107
*berbeda nyata Lampiran 10b. Hasil uji BNT pengaruh jenis tepung pada nilai kadar lemak
penyalut kacang salut keriting
Jenis tepung Rata-rata nilai kadar lemak (%)
Taraf kepercayaan 95%
MOCAF 44.59 a Pati jagung 37.22 ab Flake singkong 30.56 b
Keterangan: huruf yang sama pada kolom yang sama berarti tidak berbeda nyata Lampiran 11. Data hasil nilai kesukaan rasa (oily aftertaste) produk kacang salut keriting Lampiran 11a. Hasil sidik ragam nilai kesukaan rasa (oily aftertaste) produk
kacang salut keriting
Sumber keragaman
Derajat bebas (db)
Jumlah Kuadrat
(JK)
Kuadrat Tengah
(KT) F hitung
F tabel
0.05 0.01 Perlakuan 2 1.7556 0.8778 3.5741* 3.1559 4.9910 Ulangan 29 7.0806 0.2442 0.9941 1.6629 2.0526 Galat 58 14.2444 0.2456 Total 89 23.0806
*berbeda nyata
Jenis tepung Rata-rata nilai daya rekat tepung penyalut (%)
Taraf kepercayaan 95%
Pati jagung 81.79 a Flake singkong 50.64 a MOCAF 3.42 b
Disampaikan pada Seminar Nasional PATPI Jember, 26 – 29 Agustus 2013
29
Lampiran 11b. Hasil DMRT pengaruh jenis tepung pada nilai kesukaan rasa (oily aftertaste) produk kacang salut keriting
Keterangan: huruf yang sama pada kolom yang sama berarti tidak berbeda nyata Nilai kesukaan: 4 = oily aftertaste tidak terasa 3 = biasa 2 = oily aftertaste terasa
Jenis tepung Rata-rata nilai kesukaan rasa (oily aftertaste)
Taraf kepercayaan 95%
Pati jagung 3.32 a Flake singkong 3.22 a MOCAF 2.98 a