peran guru dalam pendidikan kemandirian anak...

104
PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK PRA SEKOLAH DI RA (RAUDLOTUL ATHFAL) NU BANAT KUDUS SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S. 1) Dalam Ilmu Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam Disusun Oleh : ARDINI HANDAYANI 3103198 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2008

Upload: dangque

Post on 15-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK PRA SEKOLAH

DI RA (RAUDLOTUL ATHFAL) NU BANAT KUDUS

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S. 1)

Dalam Ilmu Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam

Disusun Oleh :

ARDINI HANDAYANI 3103198

FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG 2008

Page 2: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

ABSTRAKSI

ARDINI HANDAYANI (3103198) “Peran Guru dalam Pendidikan Kemandirian Anak Pra Sekolah di RA (Raudlotul Athfal) NU Banat Kudus”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa yang dilakukan guru untuk memandirikan anak pra sekolah di RA (Raudlotul Athfal) NU Banat Kudus. Rancangan penelitian skripsi ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Dengan setting alamiah sebagai sumber data, penulis menggunakan metode observasi-partisipan, interview dan dokumentasi, dalam menghimpun data. Kemudian untuk menganalisis data dalam penelitian ini penulis menggunakan metode reduksi data, display data, kesimpulan dan verifikasi.

Dari hasil penelitian penulis menemukan satu simpul yang menjadi kunci utama dari penelitian yang penulis lakukan yaitu mandiri. Dari simpul inilah beberapa uraian dapat dijabarkan dengan sangat luas, berkaitan dengan penelitian dan pengembangan dari hasil penelitian ini. Kemandirian, dapat berkembang dengan baik jika diberikan kesempatan untuk berkembang melalui latihan yang dilakukan secara terus menerus sejak dini sesuai kemampuan anak. anak diharapkan memiliki sikap mandiri karena tanpa kemandirian segala usaha sulit dilakukan dengan mantap untuk mengelola hidup dan lingkungan.

Tugas guru RA (Raudlotul Athfal) NU Banat Kudus dalam mendidik anak pra sekolah adalah mengajarkan mereka pada tingkat yang mereka pahami. Anak pra sekolah memandang dunia mereka sebagai tempat yang menyenangkan dan mengasikkan, terutama saat kecakupan fisik, intelektual dan sosial mereka meningkat. Guru yang bijaksana akan selalu belajar memberikan kesempatan berprakarsa yang sehat namun masih dalam batas-batas yang sesuai.

Semarang, 7 Januari 2008

ARDINI HANDAYANI NIM: 3103198

Page 3: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

Drs. Abdul Wahib, M.Ag

Perum Pandana Merdeka

Ngaliyan Semarang

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Lamp : 4 (empat) eks.

Hal : Naskah Skripsi

An. Sdri. Ardini Handayani

Assalamu’alaikum wr. wb.

Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama

ini saya kirim naskah skripsi Saudari:

Nama : Ardini Handayani

NIM : 3103198

Judul : PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN

KEMANDIRIAN ANAK PRA SEKOLAH DI RA

(RAUDLOTUL ATHFAL) NU BANAT KUDUS

Dengan ini saya mohon kiranya skripsi Saudari tersebut dapat segera

dimunaqasyahkan .

Demikian harap menjadikan maklum.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Semarang, 7 Januari 2008

Pembimbing

Drs. Abdul Wahib, M.Ag NIP. 150 248 884

Page 4: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

PENGESAHAN

Skripsi Saudari : Purwaningsih

Nomor Induk : 3101460 Judul : Konsep Kecerdasan Spiritual Menurut Danah Zohar Dan Ian

Marshall Dan Relevansinya Dengan Tujuan Pendidikan Islam

Telah memunaqasahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah Institut Agama

Islam Negeri Walisongo Semarang, dan dinyatakan lulus dengan predikat

cumlaude / baik/ cukup, pada tanggal:

25 Juli 2006

Dan dapat diterima sebagai syarat guna memperoleh gelar sarjana Strata 1 tahun

akademik 2006/2007

Semarang, 25 Juli 2006

Ketua Sidang Sekretaris Drs. Shodiq, M. Ag Nasirudin, M. Ag NIP. 150 267 030 NIP. 150 277 510

Penguji I Penguji II Drs. H. Abdul Mutholib Hamdani Mu’in, M. Ag NIP. 150 170 387 NIP. 150 290 928

Pembimbing

Drs. Abdul Wahid, M. Ag NIP. 150 268 214

DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

FAKULTAS TARBIYAH SEMARANG Alamat: Jl. Raya Ngaliyan Semarang (Kampus II) Telp/Fax: 024-7601295

Page 5: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggungjawab, penulis

menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang

telah pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan.

Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-

pikiran orang lain, kecuali in formasi yang terdapat dalam

referensi yang dijadikan bahan rujukan.

Semarang, 7 Januari 2008

Deklarator

ARDINI HANDAYANI 3103198

Page 6: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

M O T T O

يدعون إلى الخير ويأمرون بالمعروف وينهون ولتكن منكم أمة عن المنكر وأولئك هم المفلحون

Artinya:

Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru

kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang

munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.

(QS. Ali Imran: 104)∗

∗ Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: PT. Balai Pustaka, 1978), hlm. 93

Page 7: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

PERSEMBAHAN

Dengan segala usaha, tekad dan iringan do’a akhirnya skripsi ini dapat terwujud. Sebuah anugerah terendah ketika dapat

mempersembahkan karya ini kepada orang-orang terkasih:

Bapak Rusmin dan Ibu Supatmi Mas Heni Setiawan, Mas Agus Salim, Mbak Diyan Ardiyani, Mas Siswanto (Ipar), Adik Windi Lestari, Serta Keponakan

Kecilku Adriana Roihanun Sifa.

Seluruh keluarga besar di kudus

Kakakku, sahabat-sahabat karibku, teman-teman, serta adik-adik kos.

Page 8: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

KATA PENGANTAR

Bismillahi rahmanir rahim

Dengan mengucap syukur dan bersujud kehadirat Allah SWT atas rahmat,

nikmat, taufiq serta hidayahNya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi

yang berjudul: “Peran Guru dalam Pendidikan Kemandirian Anak Pra Sekolah di

RA (Raudlotul Athfal) NU Banat Kudus”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi

salah satu syarat guna mengikuti ujian munaqasah yang selanjutnya akan

memperoleh gelar Sarjana Strata 1 (S.1) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

(IAIN) Walisongo Semarang.

Dalam menyusun skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan

saran-saran dari berbagai pihak, sehingga penyusunan skripsi ini dapat terealisasi.

Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Ibnu Hadjar, M.Ed selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN

Walisongo Semarang.

2. Bapak Ahmad Muthohar, M.Ag selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama

Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. Dan Bapak Drs.

Nasirudin, M.Ag selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang telah memberikan arahan

tentang penulisan skripsi ini. Tidak lupa Ibu Tuti Qurratul Aini, S.Ag sebagai

Dosen Wali yang selalu membimbing mulai semester I.

3. Bapak Drs. Abdul Wahib, M.Ag selaku Dosen Pembimbing yang telah

berkenan meluangkan waktu, tenaga dan fikirannya untuk memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini di tengah berbagai

kesibukan.

4. Para dosen/staf pengajar di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

Semarang yang telah membekali berbagai pengetahuan.

5. Ibu Mardati, BA dan keluarga besar RA (Raudlotul Athfal) NU Banat Kudus

yang telah memberi izin dan kerjasama yang baik dalam penelitian ini.

Page 9: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

6. Bapak dan Ibu, Mas Heni, Mas Agus, Mbak Diyan, Adek Windi, Sifa

(keponakan) dan segenap Keluarga Besar di Kudus, yang secara langsung

maupun tidak langsung telah membantu baik moril maupun materiil dalam

penyusunan skripsi ini.

7. Kakakku, yang telah memberikan dan makna hidup dalam dinamika

kehidupan. Mas Son Haji tetap semangat, sahabat Karibku Ina, Muhim, Qori,

Olif yang selalu memberikan spirit kepadaku. Teman-teman terbaikku Farida,

Ani, Al-Hid, Nurul, Eka beserta seluruh keluarga kos Marina, mbak Ika, dan

adik-adik Itax, Anix, Hanax, Mila, Inung yang setiap saat menghiburku. Dan

semua pihak yang telah membantu dan selalu memberikan motivasi dalam

menyelesaikan skripsi ini namun tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhirnya penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan dalam arti yang sebenarnya. Namun penulis berharap semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya bagi para pembaca

pada umumnya.

Semarang, 7 Januari 2008

ARDINI HANDAYANI 3103198

Page 10: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

HALAMAN ABSTRAKSI .................................................................................. ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv

HALAMAN MOTTO .......................................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR .................................................................... vii

HALAMAN DAFTAR ISI .................................................................................. ix

HALAMAN DAFTAR TABEL .......................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

B. Penegasan Istilah ......................................................................... 6

C. Rumusan Masalah ....................................................................... 8

D. Tujuan dan Manfaat Penulisan .................................................... 8

E. Telaah Pustaka ............................................................................ 8

F. Metode Penelitian ........................................................................ 10

1. Pendekatan Penelitian ........................................................... 10

2. Fokus dan Ruang Lingkup .................................................... 10

3. Sumber Data........................................................................... 11

4. Metode Pengumpulan Data.................................................... 11

5. Metode Analisis Data ........................................................... 12

BAB II PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK

PRA SEKOLAH

A. Peran Guru .................................................................................. 14

1. Pengertian Peran Guru .......................................................... 14

2. Tugas dan Peran Guru ........................................................... 15

3. Fungsi Guru .......................................................................... 20

Page 11: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

B. Pendidikan Kemandirian ............................................................. 22

1. Pengertian Pendidikan Kemandirian ..................................... 22

2. Ciri-ciri Kemandirian Pada Anak ......................................... 23

C. Anak Pra Sekolah ........................................................................ 29

1. Pengertian Anak Pra Sekolah ................................................ 29

2. Masa Pertumbuhan dan Perkembangan Anak ...................... 30

3. Ciri-ciri Masa Kanak-kanak................................................... 37

D. Mainan Pada Anak ...................................................................... 42

1. Jenis Permainan Pada Anak .................................................. 42

2. Pengaruh Mainan Pada Anak ................................................ 43

BAB III PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK

PRA SEKOLAH DI RA (RAUDLOTUL ATHFAL) NU BANAT

KUDUS

A. Kondisi Obyektif RA (Raudlotul Athfal) NU Banat Kudus ..... 45

1. Tujuan Historis ...................................................................... 45

2. Visi, Misi dan Tujuan ........................................................... 47

3. Letak Geografis ..................................................................... 47

4. Struktur Organisasi ............................................................... 48

5. Keadaan Guru, Staf dan Anak .............................................. 49

a. Keadaan Guru ................................................................. 49

b. Keadaan Staf ................................................................... 52

c. Keadaan Anak ................................................................. 53

6. Kurikulum Sekolah ............................................................... 55

7. Sarana dan Prasarana Sekolah .............................................. 57

B. Pendidikan Kemandirian Anak Pra Sekolah di RA (Raudlotul

Athfal) NU Banat Kudus ............................................................ 58

1. Materi Pendidikan Kemandirian ........................................... 58

2. Peran Guru dalam Pendidikan Kemandirian Anak Pra

Sekolah .................................................................................. 59

3. Media Pendidikan Kemandirian ........................................... 64

Page 12: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

4. Evaluasi ................................................................................. 65

5. Mengatasi Faktor-faktor dan Penghambat Pendidikan

Kemandirian Anak Pra Sekolah ............................................ 66

BAB IV ANALISIS PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN

KEMANDIRIAN ANAK PRA SEKOLAH DI RA (RAUDLOTUL

ATHFAL) NU BANAT KUDUS

B. Analisis terhadap Peran Guru dalam Pendidikan Kemandirian

Anak Pra Sekolah di RA (Raudlotul Athfal) NU Banat Kudus . 69

C. Peran Guru dalam Pendidikan Kemandirian Anak Pra Sekolah

di RA (Raudlotul Athfal) NU Banat Kudus ............................... 74

D. Mengatasi Faktor Penghambat ................................................... 78

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP

A. Simpulan ..................................................................................... 82

B. Saran-saran .................................................................................. 84

C. Penutup ........................................................................................ 85

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS

Page 13: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

DAFTAR TABEL

TABEL 1 : STRUKTUR ORGANISASI ....................................................... 49

TABEL 2 : DAFTAR NAMA-NAMA GURU ............................................... 51

TABEL 3 : DAFTAR NAMA-NAMA KARYAWAN .................................. 52

TABEL 4 : DAFTAR SISWA ........................................................................ 53

TABEL 5 : JADWAL MUATAN LOKAL KELAS ...................................... 56

TABEL 6 : JADWAL EKSTRAKULIKULER .............................................. 57

TABEL 7 : FASILITAS PENDUKUNG YANG DIMILIKI ......................... 58

Page 14: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia
Page 15: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : ARDINI HANDAYANI

Tempat/Tanggal Lahir : Kudus, 28 Maret 1985

Alamat Rumah : Cendono, Dawet RT 02 RW III Kudus

Alamat Sekarang : Jl. Segaran I Gg. Buntu 2/27B Semarang

Pendidikan:

1. SDN Cendono 03 lulus tahun 1997

2. MTs. Miftahul Falah Kudus lulus tahun 2000

3. MA NU Banat Kudus lulus tahun 2003

4. Fakultas Tabriyah IAIN Walisongo Semarang

Angkatan Tahun 2003

Semarang, 7 Januari 2008

Penulis

ARDINI HANDAYANI

3103198

Page 16: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak bukanlah orang dewasa dalam ukuran kecil, anak harus

diperlakukan sesuai dengan tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangannya.

Hanya saja, dalam praktek pendidikan sehari-hari, tidak selalu demikian yang

terjadi. Banyak contoh yang menunjukkan betapa para orang tua dan

masyarakat pada umumnya memperlakukan anak tidak sesuai dengan tingkat

perkembangannya.1

Anak adalah keturunan yang kedua setelah ibu bapa atau manusia

yang masih kecil. Masa pra sekolah adalah berkisar antara usia 3 sampai 6

tahun.2 Dan masa pra sekolah juga bisa dikatakan suatu masa pada anak

yang belum memasuki usia Sekolah Dasar.

Masa anak-anak pra sekolah adalah masa proses belajar fisik,

emosional dan intelektual yang utama di dalam kehidupan. Anak-anak usia

Pra sekolah bersifat ingin tahu, ingin menciptakan segalanya, mempunyai

keinginan dan mandiri. Mereka juga bisa keras kepala, malu-malu dan tidak

dapat berdiri sendiri. Kedua kepribadian mereka yang selalu berubah-ubah

dan ketidakmampuan mereka untuk menggunakan pikiran secara maksimal

membuat mereka menjadi makhluk yang sulit dikendalikan baik oleh

guru maupun orang tuanya sendiri. Anak-anak usia ini hidup di dunia yang

menantang bagi mereka serta orang tuanya.3

Pada waktu yang sama, anak-anak mempunyai kebutuhan, keinginan

dan perasaan sendiri yang kebanyakan tidak dapat diungkapkan dengan sangat

jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia yang

1 Theo Riyanto dan Martin Handoko, Pendidikan Pada Usia Dini: Tuntutan psikologis dan Pedagogis bagi Pendidik dan Orang Tua (Jakarta: PT Grasindo, 2004),hlm. vi

2 Hadi Subrata, Meningkatkan Intelegensi Anak Balita, (Jakarta: Gunung Mulia, 1988). hlm.69

3Kenneth W.requena dan Laurie Miller, Good Kid, Bad Behaviour : Strategi Jitu Membangun Disiplin Anak ( Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya, 2005), hlm.2

Page 17: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

2

mandiri, dan mereka memberontak terhadap ”didikan” orang-orang yang lebih

tua.

Sasaran terakhir yang dimiliki guru dalam mendidik anak – anak Pra

Sekolah merupakan sasaran langsung yang mereka miliki untuk diri sendiri

yaitu pengendalian dan dapat mandiri. Jika guru memahami bahwa mereka

mempunyai jadwal yang berbeda dari jadwal anak didik mereka dan bahwa

kemampuan belajar masing – masing anak itu berbeda.

Tugas guru dalam mendidik anak usia Pra Sekolah adalah

mengajarkan mereka pada tingkat yang mereka pahami, cara untuk

berperilaku dengan benar di dunia pribadi mereka, baik di sekolah maupun di

depan orang banyak. Karena anak-anak pra sekolah memandang dunia

mereka sebagai tempat yang menyenangkan dan mengasyikkan, terutama saat

kecakapan fisik, intelektual dan sosial mereka meningkat. Orang dewasa

kadang menyikapi rasa prakarsa anak yang berkembang ini dengan membuat

seperangkat aturan atau menjadi terlalu protektif atau cemas. Guru yang

bijaksana akan selalu belajar memberikan kesempatan berprakarsa yang sehat

namun masih dalam batas-batas yang sesuai.

Banyak pihak berpandangan bahwa anak-anak itu bagaikan kertas-

kertas putih, bersih. Orang dewasa bebas untuk menggambari, mewarnai,

menulisi, mencoreti, bahkan menyobek atau meremas-remas kertas putih itu.4

Hal ini sesuai dengan hadist Nabi SAW:

عن ابي رةهرض يراهللا ي نعقال : قال ه سلرل اهللا ول اهللا ىصهعي سا :لموم من

ودماال لو ويل لدةالف ىعفأ طراهوب هانهيود او نصرانهي او مانهياريالبخ رواه (جس(

Dari Abu Hurairah r.a. berkata bahwa: ”Rasulullah SAW telah bersabda: Tidaklah seseorang itu dilahirkan kecuali membawa fitrah, ayah dan ibunyalah yang menjadikan yahudi, nasrani, atau majuzi. (HR. Bukhori).5

4Ibid., hlm. vi 5Abi Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih Bukhari, Juz IV (Baeirut:

Maktabah wamatba’ah, Darul Kutub Ilmiyat, t.th), hlm.235

Page 18: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

3

Al-Ghazali menilai peranan keluarga yang terpenting adalah fungsi

didikanya sebagai jalur pengembangan ”naluri beragama secara mendasar”

pada saat anak masih balita, sebagai kesinambungan potensi fitrah yang di

bawa anak sejak lahir.6 Penanaman nilai-nilai pendidikan kemandirian

terhadap anak sejak usia dini atau balita merupakan pembentukan kepribadian

anak yang kuat sekali pengaruhnya.

Sedangkan keterlambatan pendidikan akan membebani para pendidik

khususnya dalam mengatisipasi pertumbuhan anak. Adapun masa-masa

penting dalam pendidikan yaitu saat anak memasuki usia pra sekolah. Sebab

semakin sedikit usia anak maka peranan pendidikan menjadi semakin besar

pula. Hal ini karena lebih dekat kepada fitrah. Pendidikan merupakan

kebutuhan manusia, karena sebagai makhluk paedagogis, ia dilahirkan dengan

membawa potensi dapat dididik dan mendidik sehingga mampu menjadi

kholifah di bumi, serta pendukung dan pengembang kebudayaan. Anak

dilengkapi fitrah yang berupa bentuk yang dapat berkembang sesuai dengan

kedudukanya sebagai makhluk yang mulia.

Masa kanak-kanak juga merupakan sebuah periode penaburan benih,

pendirian serta pondasi yang dapat disebut sebagai periode pembentukan

watak, kepribadian dan karakter dari seorang manusia, agar kelak memiliki

kekuatan dan kemampuan untuk berdiri tegar dalam meniti kehidupan.7

Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang RI No.20 tahun 2003

tentang Sisdiknas dalam pasal 3, menyebutkan Pendidikan Nasional bertujuan

untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME. berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap dan kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab.8

6Muhammad Tholhah Hasan, Islam dan Masalah Sumber daya Manusia, Cet.II, (Jakarta:

Lantabora Press, 2003), hlm. 421 7Ahmad Rozak Husein, Hak Anak Dalam Islam, Alih bahasa oleh Azwar Butun, Judul

Asli Al-Islam Wattiflul, (Jakarta: Fikahati Aneka, 1992), hlm.13 8UU RI. No.20 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Yogyakarta: Media Wacana, 2003),

hlm.12

Page 19: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

4

Pendidikan mempunyai tugas untuk membimbing dan mengarahkan

pertumbuhan dan perkembangan manusia dari tahap ke tahap kehidupan anak

didik sampai mencapai titik kemampuan yang optimal. Potensi dalam diri

manusia akan berlangsung dengan baik bilamana diberi kesempatan yang

cukup baik dan menguntungkan untuk berkembang melalui pendidikan yang

terarah. Kemampuan potensial pada diri manusia itu baru aktual dan

fungsional bila disediakan kesempatan untuk muncul dan berkembang dengan

menghilangkan segala gangguan yang dapat menghambatnya.

Karena setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tak berdaya, ia

akan bergantung pada orang-orang yang berada di lingkungannya hingga

waktu tertentu. Seiring dengan berlalunya waktu dan perkembangan

selanjutnya, seorang anak perlahan-lahan akan melepaskan diri dari

ketergantungannya pada orang lain disekitarnya dan belajar untuk mandiri.

Hal ini merupakan suatu proses alamiah yang dialami oleh semua makhluk

hidup, tidak terkecuali manusia.

Menurut Thomas Gordon, mandiri atau sering juga disebut berdiri

diatas kaki sendiri merupakan kemampuan seseorang untuk tidak tergantung

pada orang lain serta bertanggung jawab atas apa yang dilakukanya.

Kemandirian dalam konteks individu tentu memiliki yang lebih luas dari pada

aspek fisik.

Pengelolaan proses belajar mengajar yang di sesuaikan dengan kondisi

peserta didik diharapkan nantinya dapat mempengaruhi kemandirian peserta

didik dalam belajar, bersikap dan dapat memenuhi segala keperluanya sendiri.

Kemandirian, seperti halnya kondisi psikologis yang lain, dapat

berkembang dengan baik jika diberikan kesempatan untuk berkembang

melalui latihan yang dilakukan secara terus menerus sejak dini sesuai

kemampuanya. Latihan tersebut dapat berupa pemberian tugas-tugas tanpa

bantuan, dan tentu saja tugas-tugas tersebut di sesuaikan dengan usia dan

kemampuan anak. Mengajar kemandirian akan banyak memberikan dampak

yang positif dengan perkembangan individu. Oleh karena itu penciptaan

lingkungan belajar merupakan salah satu faktor penting dalam memecahkan

Page 20: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

5

kesulitan anak dalam belajar .dan upaya itu harus dikembangkan secara

optimal.

Memahami anak jauh lebih rumit dari pada yang di bayangkan. Ini

tidak lain karena anak-anak berada di dunia yang berbeda sama sekali dengan

dunia orang dewasa. Menghadapi anak-anak di rumah sendiri, menuntut orang

tua masuk kedalam dunia anak, memahami apa yang anak butuhkan dan

memahami dalam setiap perkembangan masa kecilnya. Untuk menuntun anak

belajar, baik dalam pendidikan formal atau pendidikan informal maka peran

guru sangat di harapkan. Karena dalam dunia pendidikan dewasa ini banyak

model dan sistem pendidikan yang diterapkan.

Anak di harapkan memiliki sikap mandiri, karena tanpa kemandirian

segala usaha sulit dilakukan dengan mantap untuk mengelola hidup dan

lingkungan. Tanpa kemandirian, anak tidak mungkin dapat mempengaruhi

dan menguasai lingkungan, tetapi akan lebih banyak bergantung pada

lingkungan dan dikuasai lingkungan. Kemandirian merupakan modal dasar

bagi anak dalam menentukan sikap dan tindakan terhadap proses pendidikan.

Karena pendidikan merupakan proses psikis, maka keberhasilan pendidikan

banyak ditentukan oleh individu itu sendiri. Orang lain, termasuk orang tua

dan guru hanya berperan sebagai pembimbing dan pengatur situasi.

Guru merupakan unsur utama dalam keseluruhan proses pendidikan

khususnya ditingkat institusional dan instruksional. Tanpa guru, pendidikan

hanya akan menjadi slogan muluk karena segala bentuk kebijakan dan

program pada akhirnya akan di tentukan oleh kinerja pihak yang berada

digaris terdepan yaitu guru.9

Namun yang cukup penting bagi guru Taman Kanak-kanak (TK)

adalah kesediaan dengan penuh kasih dan ketulusan menerima setiap murid

yang bermacam-macam sifatnya, sebagai individu yang berharga dan

mempunyai potensi untuk berkembang. Kesediaan itu cukup memberi modal

kepada guru Taman Kanak-kanak (TK), walaupun murid-murid disana masih

9 Mohamad Surya, Percikan Perjuangan Guru, (Semarang: Aneka Ilmu , 2003), hlm. 2

Page 21: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

6

sangat muda, bukanlah melindungi anak dari masalah-masalahnya dan

memecahkan masalah untuk anak, melainkan mendorong murid-murid agar

dapat menghadapi dan memecahkan masalah sendiri atas bantuan guru. 10

Berangkat dari kerangka fikir inilah maka, penulis tertarik untuk

meneliti permasalahan yang berjudul Peran Guru Dalam Pendidikan

Kemandirian Anak Pra Sekolah Study Kasus Di Raudlotul Athfal (RA) Banat

NU Kudus.

Karena peran guru yang sangat memperhatikan pendidikan, terutama

dalam pendidikan kemandirian anak pra sekolah.

B. Penegasan Istilah

Untuk menghindari salah pengertian dalam memahami dan

menafsirkan judul skripsi ini, maka penulis merasa perlu memberikan

penjelasan beberapa istilah yang terdapat dalam judul skripsi ini:

1. Peran Guru

Peran adalah perangkat tingkat yang diharapkan dimiliki oleh orang

yang berkedudukan di masyarakat.11Guru adalah figur manusia sumber

yang menempati posisi dan memegang peranan penting dalam

pendidikan.12 Dengan demikian peran guru adalah terciptanya serangkaian

tingkah laku yang dilakukan tenaga pengajar dalam pendidikan.

2. Pendidikan

Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku

seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui

upaya pengajaran dan pelatihan.13 Sehingga dapat dikatakan bahwa

10Kartini Kartono, Mengenal Dunia Kanak-kanak , ( Jakarta: Rajawali, 1985), hlm.76 11 Lukman Ali, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), hlm. 751 12 Syaiful Bahri Djamroh, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta:

Rineka Cipta, 2000), hlm. 1. 13 W.J.S. Prowadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Cet. V, (Jakarta : Balai

Pustaka, 1976), hlm. 232.

Page 22: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

7

pendidikan merupakan proses pengubahan tingkah laku seseorang untuk

mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan.

3. Kemandirian

Kemandirian berasal dari kata mandiri artinya keadaan dapat berdiri

sendiri tidak bergantung pada orang lain.14 Menurut Dr. Zakiah Daradjat,

mandiri adalah kecenderungan anak untuk melakukan sesuatu yang

diingini tanpa minta tolong kepada orang lain, juga dapat mengarahkan

kelakuannya tanpa tunduk pada orang lain.15 Kemandirian yang penulis

maksud adalah kemampuan anak untuk melakukan sesuatu tanpa

tergantung pada orang lain.

4. Anak Pra Sekolah

Anak Pra sekolah yaitu terdiri dari kata anak yang berarti subyek

yang belum dewasa, yakni yang masih membutuhkan pertolongan orang

dewasa agar ia berkembang dan tubuh menuju kedewasaan.16 Dan pra

sekolah berarti jenjang (tingkat) sekolah sebelum Sekolah Dasar.

Interpretasi penulis sendiri tentang anak pra sekolah adalah anak-anak

Raudlotul Athfal (RA) Banat NU Kudus yang masih membutuhkan

pertolongan orang dewasa agar berkembang dan tumbuh menuju

kedewasaan.

Dengan demikian judul diatas bermaksud untuk meneliti tugas

pengajar dalam pengubahan tingkah laku anak dalam melakukan sesuatu

tanpa tergantung pada orang lain agar berkembang dan tumbuh menuju

kedewasaan. Dengan studi kasus di Raudlotul Athfal (RA) Banat NU Kudus.

14 Anton M. Moelino, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1995),

hlm. 747. 15 Zakiyah Daradjat, Perawatan Jiwa untuk Anak, (Jakarta : Bulan Bintang, 1983), hlm.

130. 16 W.S. Winkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, (Jakarta: Gramedia, 1983),

hlm. 149.

Page 23: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

8

C. Rumusan Masalah

Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai permasalahan yang

hendak diangkat, perlu rumusan yang dapat dijadikan titik tolak penulisan

karya ilmiah ini adapun rumusannya adalah: bagaimana peran guru dalam

memandirikan Anak Pra Sekolah di Raudlotul Athfal (RA) Banat NU Kudus?

D. Tujuan Dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah:

Untuk mengetahui apa yang dilakukan guru untuk memandirikan Anak

Pra Sekolah di Raudlotul Athfal (RA) Banat NU Kudus.

2. Manfaat Penelitian dari skipsi ini adalah:

a. Sebagai bahan pemikiran para guru Taman Kanak-kanak (TK) untuk

meningkatkan Pendidikan Kemandirian Anak Pra Sekolah.

b. Bagi Raudlotul Athfal (RA) Banat NU Kudus dapat memberikan

peningkatan dalam Pendidikan Kemandirian Anak Pra Sekolah agar

lebih mandiri.

c. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman

kepada para guru untuk mendidik anak dalam membentuk

Kemandirian Anak Pra Sekolah.

E. Telaah Pustaka

Untuk memperkuat landasan teoritis, beberapa referensi pustaka pokok

yang di pergunakan penulis dalam penelitian ini adalah:

Buku ”Menjadi Guru Profesional ”, karangan Drs. Moh.Uzer Usman

memberikan petunjuk praktis untuk menjadi guru yang profesional. Dan juga

menguraikan tentang program Pendidikan Dasar 9 tahun, menyajikan petunjuk

uraian pedoman, contoh-contoh, dan ciri-ciri profesionalisme keguruan.

Dengan kriteria-kriteria tertentu dapat mengukur diri sendiri dan untuk saling

Page 24: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

9

mengamati sesama rekan seprofesi guru, apakah sudah mencapai tingkat

profesional atau belum.

Buku ”Kapita Selekta Pendidikan Islam”, karangan Drs. HM. Chabib

Thoha,MA. yang membahas tentang ciri-ciri kemandirian dan faktor-faktor

yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhinya ada dua yaitu:

a. Faktor dari dalam diri anak adalah faktor kematangan usia dan jenis

kelamin serta intelegensinya. Faktor iman dan taqwa merupakan faktor

terbentuknya sikap mandiri. Bagi anak yang memiliki kepercayaan dan

keyakinan yang kuat terhadap agama, mere cenderung untuk memiliki

sikap mandiri yang kuat.

b. Faktor dari luar adalah faktor kebudayaan dan pengaruh keluarga terhadap

anak.

DR. Soemiarti Patmonodewo dalam buku ”Pendidikan Anak Pra

Sekolah”, didalamnya mengkaji apa dan bagaimana Pendidikan Pra Sekolah ,

teori-teori yang melandasinya, beberapa alternatif Pendidikan Anak Pra

Sekolah, kurikulum dan penilaian dalam pendidikan Pra Sekolah, serta

permasalahan perencana dan organisasi lingkungan.

Buku ” Perawatan Jiwa Untuk Anak-Anak ”, karangan Dr. Zakiyah

Daratjat membahas tentang bagaimana merawat jiwa anak dalam masa

perkembanganya. Dan arti mandiri itu sendiri yaitu sikap berdiri sendiri tanpa

tergantung pada orang lain.

Penelitian tentang Pendidikan kemandirian anak pernah ditemukan oleh

penulis dalam skripsi yang berjudul ”Hubungan Pola Asuh Orang Tua

Dengan Kemandirian Anak TK Pangudi Luhur Bernadus Semarang tahun

ajaran 2004/2005” atas nama Anastasia Kiswati (140 190 1084) Skripsi

Universitas Negeri Semarang. Tetapi konsep yang ditawarkan cenderung

mengarah pada peran Orang tua dalam mendidik kemandirian anak dalam

lingkungan keluarga .

Page 25: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

10

Skripsi yang ditulis oleh Tutik Istiyani (3199050) IAIN Walisongo

Semarang. ”Penanaman Sikap Mandiri Pada Anak Dalam Perspektif

Pendidikan Islam ”. Yang membahas tentang apa saja faktor-faktor yang

mempengaruhi sikap mandiri pada anak dan metode yang digunakan untuk

menentukan sikap mandiri pada anak menurut pandangan Islam.

F. Metode Penelitian

Sesuai garis besar metode penelitian yang penulis pakai adalah sebagai

berikut:

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang peneliti gunakan adalah pendekatan kualitatif

deskriptif yaitu pendekatan penelitian yang dimaksudkan untuk

menjelaskan fenomena atau karakteristik individu, situasi atau kelompok

tertentu secara akurat.17

Pendekatan kualitatif deskriptif ini dimaksudkan hanya dengan

membuat deskripsi atau narasi dari suatu fenomena tidak untuk mencari

hubungan antar variabel, ataupun menguji hipotesis. Dalam penelitian ini

penulis menggunakan salah satu penelitian kualitatif deskriptif studi kasus

yaitu penyelidikan mendalam (indept study) mengenai gambaran yang

terorganisasikan dengan baik dan lengkap mengenai unit sosial tertentu.18

2. Fokus dan Ruang Lingkup

Fokus penelitian ini akan mengkaji Peran Guru dalam Pendidikan

Kemandirian Anak Pra Sekolah. Sedangkan ruang lingkup yang diteliti

yaitu Raudlotul Athfal (RA) Banat NU Kudus yang meliputi aspek:

a. Pendidik dan peserta didik

b. Proses atau kegiatan belajar mengajar

c. Materi yang diterapkan

d. Variasi metode mengajar

17Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, Cet. 1, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), hlm.4

18Syaifudin Azwar, Metode Penitian, Cet.1, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1998), hlm. 8

Page 26: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

11

e. Management yang dijalankan

f. Lingkungan termasuk sarana dan prasarana

3. Sumber Data

Sumber data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sumber

data yang diperoleh dari subyek penelitian (setting alamiah). Adapun

sumber data penelitian ini adalah; Manusia yang dibutuhkan sebagai

masukan bagi proses pendidikan adalah Kepala Sekolah, Guru, Siswa dan

tenaga kependidikan lain yang berkepentingan terhadap pendidikan. 19

4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data lapangan dalam penelitian ini digunakan untuk

mencari data-data riil untuk memberikan gambaran objektif penelitian.

Beberapa metode yang digunakan, yaitu:

a. Metode Observasi-Partisipan

Observasi–Partisipan (pengamat berperan serta) yakni kegiatan

mengamati gejala-gejala objektif yang terkait langsung dengan

variabel penelitian dan peneliti terlibat langsung dalam pengamatan

tersebut.20 Kegiatan ini secara langsung dilakukan dalam penelitian

dan kemudian secara langsung mencatat hasil-hasil yang terkait

dengan tema penelitian.

b. Metode Interview

Yaitu pengumpulan data dengan jalan tanya jawab yang

dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan kepada tujuan

penelitian.21 Kegiatan ini dibutuhkan untuk mencari data-data yang

19Aan Komariah dan Cepi Triatna, Visionary Leadership : Menuju Sekolah Efektif , (

Jakarta: P T Bumi Aksara, 2005), hlm. 5 20 Parsudi Suparlan, Pengantar Metodelogi Penelitian Pendekatan Kualitatif dalam

Media Edisi 14, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 1993), hlm. 20 21Sutrisno Hadi, Metodologi Riset, (Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi,

UGM, 1987), hlm. 193

Page 27: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

12

sekiranya penting dan tidak dapat secara langsung di simpulkan

melalui observasi.

c. Metode Dokumentasi

Dokumentasi, yang dalam arti sempit adalah kumpulan data

verbal yang berbentuk tulisan. Sedangkan dalam arti luas dokumen

juga meliputi monumen, artifact, foto, tape dan sebagainya.22

Metode ini sangat penting mengingat dokumentasi merupakan catatan

berharga dan bukti riil data.

5. Metode Analisis Data

Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah penulis

melakukan analisis terhadap data yang terhimpun dengan menggunakan

metode analisis:

a. Reduksi Data, yaitu data yang diperoleh dalam lapangan ditulis atau

diketik dalam bentuk uraian atau laporan yang terinci. Metode analisis

ini mempermudah peneliti untuk mencari kembali data yang diperoleh

bila diperlukan. 23

b. Display Data, metode analisis ini berangkat dari data yang bertumpuk-

tumpuk, laporan lapangan yang banyak. Agar dapat melihat gambaran

keseluruhannya atau bagian-bagian tertentu dari penelitian itu, harus

diusahakan membuat berbagai macam matriks, grafik, networks dan

charts. Dengan demikian peneliti dapat menguasai data.24

22Koentjoro Ningrat, Metode – Metode Penelitian Masyarakat, ( Jakarta : Gramedia,

1991), hlm. 46 23S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, (Bandung: Tarsito, 1992), hlm.

129 24 Ibid, hlm. 129

Page 28: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

13

c. Kesimpulan dan Verifikasi yaitu, peneliti berusaha mencari makna

data yang dikumpulkanya. Dengan bertambahnya data, maka

kesimpulan itu lebih ”grounded”. Jadi kesimpulan senantiasa harus

diverifikasi selama penelitian berlangsung agar lebih menjamin

validitas atau ”confirmability”.25

25 Ibid, hlm. 130

Page 29: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

14

BAB II

PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN

ANAK PRA SEKOLAH

A. Peran Guru

1. Pengertian

Kata peran secara etimologis berarti bagian dari tugas dan harus

dilaksanakan.1 Sedangkan secara terminologi peran guru mempunyai

pengertian terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan

yang dilakukan dalam situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan

perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi tujuan.2

Dengan kata lain peran guru dapat dikatakan tugas yang harus

dilaksanakan oleh guru dalam mengajar siswa untuk kemajuan yaitu

perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa. Guru memegang

peranan penting dalam pendidikan, menjadi seorang guru harus

mempunyai kemampuan dan kompetensi yang memadai. Hal ini bertujuan

agar hasil belajar siswa sesuai dengan apa yang diharapkan.

Program kelas tidak akan berarti bila mana tidak diwujudkan

menjadi kegiatan. Untuk itu peranan guru sangat menentukan karena

kedudukan sebagai pemimpin pendidikan di antara murid-murid dan suatu

kelas. Secara etimologis atau dalam arti sempit guru yang berkewajiban

mewujudkan program kelas adalah orang yang kerjanya mengajar atau

memberikan pelajaran di sekolah atau di kelas. Secara lebih luas guru

berarti orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang

ikut bertanggung jawab dalam membantu anak-anak mencapai

kedewasaan masing-masing.3

1 Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Rineka

Cipta, 1991), hlm. 67 2 Muh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Cet. XI, (Bandung: Remaja Rosda Karya

2001), hlm. 4 3 Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah Dan Pengelolaan Kelas Sebagai Lembaga

Pendidikan, Cet. III, (Jakarta: CV. Haji Masagung, 1989), hlm. 123.

Page 30: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

15

Ini berarti peran guru bukan sekedar orang yang berdiri di depan

untuk menyampaikan materi pengetahuan tertentu, akan tetapi adalah

anggota masyarakat yang harus ikut aktif dan berjiwa bebas serta kreatif

dalam mengarahkan anak didiknya untuk menjadi anggota masyarakat

sebagai orang dewasa.

2. Tugas dan Peran

Tugas guru dalam proses belajar mengajar meliputi tugas paedagogis

dan tugas administrasi. Tugas pedagogik adalah tugas membantu,

membimbing dan memimpin. Menurut pendapat Moh. Rifa’i yang dikutip

oleh B. Suryobroto, menyatakan bahwa di dalam situasi pengajaran,

gurulah yang memimpin dan bertanggung jawab penuh atas

kepemimpinannya yang dilakukan itu. Ia tidak melakukan instruksi-

instruksi dan tidak berdiri di bawah instruksi orang lain kecuali dirinya

sendiri, setelah masuk dalam situasi kelas.4

Sebagai pengajar, guru lebih berperan dalam mengembangkan segi

intelektual, penguasaan pengetahuan dan kemampuan berpikir. Sebagai

pelatih guru berperan membantu pengembangan segi ketrampilan,

intelektual, sosial, dan fisik motorik. Sebagai pembimbing guru lebih

berperan dalam mengembangkan segi-segi afektif, penguasaan nilai-nilai,

sikap, motivasi dan lain-lain.

Secara lebih terperinci tugas guru berpusat pada: a. Mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motivasi pencapaian

tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang. b. Memberi fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang

memadai. c. Membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai

dan penyesuaian diri. Oleh karena itu dalam proses belajar mengajar guru tidak terbatas sebagai penyampai ilmu pengetahuan akan tetapi juga bertanggung jawab akan keseluruhan perkembangan anak didik. Guru harus mampu menciptakan proses belajar yang sedemikian rupa

4 B. Suryobroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakrta: PT. Rineka Cipta, 1977),

hlm. 4

Page 31: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

16

sehingga dapat merangsang anak didik untuk belajar secara aktif dan dinamis dalam memenuhi kebutuhan dan menciptakan tujuan.5

Banyak peran yang diperlukan dari guru sebagai pendidik, atau siapa

saja yang telah menerjunkan diri menjadi guru. Semua peran yang

diharapkan dari guru seperti yang diuraikan di bawah ini:6

a. Korektor

Sebagai korektor, guru harus bisa membedakan nilai yang baik dan

mana nilai yang buruk. Kedua nilai yang berbeda ini harus betul-betul

dipahami dalam kehidupan bermasyarakat. Karena peran guru sebagai

seorang korektor, yang menilai dan mengkoreksi semua sikap, tingkah

laku dan perbuatan anak didik.7

b. Inspirator

Tugas pendidikan sekolah tidak lagi dititikberatkan pada pemompaan

pengetahuan hafalan sebanyak-banyaknya kepada anak didik,

melainkan kepada penanaman sikap dan pemberian ketrampilan cara

belajar (teaching to learn).8

c. Informator

Guru harus dapat memberikan informasi perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi, selain sejumlah bahan pelajaran untuk

setiap mata pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum.9

Informasi yang baik dan efektif diperlukan dari guru. Kesalahan

informasi adalah racun bagi anak didik. Informator yang baik adalah

guru yang mengerti apa kebutuhan anak didik dan mengabdi untuk

anak didik.

5 Slameto, Op. Cit. Hal. 97 6 Saiful Bahri Djamaroh, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Cet. I (Jakarta:

PT. Rineka Cipta, 2000), hlm. 43 7 Ibid. 8 ST. Vembrianto, Kapita Selekta Pendidikan, Jilid I (Yogyakarta: Paramita, 1984), hlm.

122 9 Saiful Bahri, Op.cit., hlm. 44

Page 32: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

17

d. Organisator

Untuk mengatur dan menghubungkan sumber-sumber belajar,

sehingga dapat mewujudkan tujuan belajar dengan cara yang paling

efektif, efisien dan ekonomis.10

e. Motivator.

Ada empat hal yang dapat dikerjakan guru dalam memberikan

motivasi ini yaitu:

1) Membangkitkan dorongan kepada siswa untuk belajar

2) Menjelaskan secara konkrit kepada siswa apa yang dilakukan pada

akhir pengajaran.

3) Memberikan ganjaran terhadap prestasi yang dicapai sehingga

dapat merangsang untuk mencapai prestasi yang lebih baik di

kemudian hari.

4) Membentuk kebiasaan belajar yang baik.11

Guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah dan aktif

belajar.

f. Inisiator

Guru sebagai pencetus ide-ide dalam proses belajar, sudah barang

tentu ide-ide itu merupakan ide-ide kreatif yang dapat dicontoh oleh

anak didiknya. Jadi termasuk pula dalam lingkup semboyan “ing

ngarso sung tulodho.”12

g. Fasilitator

Guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan

kemudahan belajar anak didik. Alat pelajaran atau alat peraga itu

dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

1. Alat peraga yang bisa dilihat (visual aids) berupa bendanya,

tiruannya dikecilkan dan disederhanakan.

10 Ivoe K. Davies, Pengelolaan Belajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 1991), hlm. 35 11 Slameto, Op.cit., hlm. 99 12 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2001), hlm. 143

Page 33: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

18

2. Alat peraga yang bisa didengar (audio aids) seperti radio dan tape

recorder.

3. Alat peraga yang bisa didengar dan dilihat (audio visual aids)

seperti film, video dan TV. 13

Alat peraga tersebut, besar sekali pengaruhnya bagi siswa, karena

dengan alat peraga itu dapat memperjelas keterangan guru serta dapat

membangkitkan minat siswa, sehingga suasana belajar tambah hidup.

h. Pembimbing

Peranan ini harus lebih dipentingkan, karena kehadiran guru di sekolah

adalah untuk membimbing anak didik untuk menjadi manusia dewasa

susila yang cakap. Tanpa bimbingan, anak didik akan mengalami

kesulitan dalam menghadapi perkembangan dirinya.14 Jadi

bagaimanapun juga bimbingan dari guru sangat diperlukan pada saat

anak didik belum mampu berdiri sendiri (mandiri).

i. Demonstrator

Dalam interaksi edukatif, tidak semua bahan pelajaran dapat anak

didik pahami. apalagi anak didik yang memiliki intelegensi yang

sedang. Untuk bahan pelajaran yang sukar dipahami anak didik, guru

harus berusaha dengan membantunya, dengan cara memperagakan apa

yang diajarkan secara didaktis.15

j. Pengelolaan kelas

Untuk dapat mengadakan pengelolaan kelas, maka:

1. Guru harus tahu metode apa yang harus digunakan

2. Guru memahami interaksi belajar mengajar bila pelajaran dengan

metode tersebut berlangsung

3. Guru dapat menganalisa proses interaksi, yaitu tentang apa yang

dilakukan guru dan apa yang dilakukan siswa.16

13 Amin Syukur, Metodologi Studi Islam, (Semarang: Gunung Jati, 1998), hlm. 182

14 Saiful Bahri, Op.cit., hlm. 46 15 Ibid. 16 Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa, Cet. IV, (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 1996), hlm. 4

Page 34: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

19

Pengelolaan kelas ini dilakukan agar dalam pembelajaran tidak terjadi

kejenuhan bagi anak. guru selalu menggunakan metode yang variatif.

k. Mediator

Mediator juga diartikan penyedia media. Bagaimana cara memakai dan

mengorganisasikan penggunaan media.17

l. Supervisor

Kegiatan supervisi dilaksanakan melalui berbagai proses pemecahan

masalah pengajaran. Tujuannya adalah untuk meningkatkan efektivitas

dan efisiensi proses belajar mengajar.18

Fungsi utama supervisi adalah membina program pengajaran yang ada

sebaik-baiknya sehingga selalu ada usaha perbaikan.19

m. Evaluator

Guru berkewajiban mengawasi, memantau proses belajar siswa dan

hasil-hasil belajar yang dicapainya. Di samping itu, guru berkewajiban

melakukan upaya perbaikan proses belajar siswa, menunjukkan

kelemahan proses belajar siswa dan cara memperbaikinya.20

Menurut pendapat Louis V. Gerstmer, Jr. dkk (1995) peran guru

mengalami perluasan yaitu guru sebagai: pelatih (coaches), konselor,

manajer pembelajaran, partisipan, pemimpin, pembelajar, dan

pengarang.21

Sebagai pelatih (coaches), guru memberikan peluang yang sebesar-

besarnya bagi peserta didik untuk mengembangkan cara-cara

pembelajarannya sendiri sebagai latihan untuk mewujudkan kehidupan

kebangsaan yang sehat.

17 Sardiman, Op.cit., hlm. 144 18 Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Cet. I (Jakarta: PT. Rineka Cipta,

1999), hlm. 236 19 Piet A. Sahartian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan; Dalam Rangka

Pengembangan Sumber Daya Manusia, Cet. I, (Jakarta: PT. Asdi Mahatya, 2000), hlm. 21 20 Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Akktif dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung:

Sinar Baru Algensindo, 1996), hlm. 35 21 Mohammad Surya, Percikan Perjuangan Guru, (Semarang: CV Aneka Ilmu, 2003).

Hal. 47

Page 35: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

20

Sebagai konselor, guru menciptakan satu situasi interaksi dimana

peserta didik melakukan perilaku pembelajaran dalam suasana psikologis

yang kondusif bagi terwujudnya jiwa, semangat, dan nilai kebangsaan.

Semua diwujudkan dengan memperhatikan kondisi setiap peserta didik

dan membantunya ke arah perkembangan optimal. Sebagai manajer

pembelajaran guru mengelola keseluruhan kegiatan pembelajaran dengan

mendinamiskan seluruh sumber-sumber penunjang pembelajaran.

Sebagai partisipan, guru tidak hanya berperilaku mengajar akan

tetapi juga berperilaku belajar melalui interaksinya dengan peserta didik.

Sebagai pemimpin, guru menjadi seseorang yang menggerakkan peserta

didik dan orang lain untuk mewujudkan perilaku yang menuju

terwujudnya bangsa yang kokoh. Sebagai pembelajar, guru secara menerus

belajar dalam rangka menyegarkan kompetensinya serta meningkatkan

kualitas profesionalnya. Sebagai pengarang, guru secara kreatif dan

inovatif menghasilkan berbagai karya yang akan digunakan untuk

melaksanakan tugasnya.

Jadi seorang guru harus mengetahui tugas dan perannya di sekolah.

Karena anak merupakan generasi penerus bangsa yang menjadi harapan

seluruh masyarakat agar lebih baik.

3. Fungsi Guru

Fungsi sentral guru adalah mendidik (fungsi educational) fungsi

sentral ini berjalan sejajar dengan dalam melakukan kegiatan belajar

mengajar (fungsi instruksional), dan kegiatan bimbingan, bahkan dalam

setiap langkahnya berhadapan dengan murid (interaksi edukatif)

senantiasa terkadang dalam fungsi pendidikan.

Mengingat lingkup pekerjaan guru maka fungsi atau tugas guru itu

meliputi: pertama, tugas pengajaran atau guru sebagai pengajar, kedua,

Page 36: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

21

tugas bimbingan dan ketiga tugas administrasi atau guru sebagai

pemimpin atau manajer kelas.22

Ketiga tugas itu dilaksanakan secara seimbang dan serasi, tidak

boleh ada satupun yang terabaikan, karena fungsional dan saling berkaitan

dalam menuju keberhasilan pendidikan sebagai suatu keseluruhan yang

tidak terpisahkan.

Dari uraian diatas, jelas bahwa peranan guru telah meningkat

sebagai pengajar menjadi direktur pengarah belajar. Sebagai direktur

belajar, tugas dan tanggung jawab menjadi lebih meningkat termasuk

fungsi-fungsi guru sebagai perencana pengajaran, pengelola pengajaran

penilai hasil belajar, sebagai motivator belajar, dan sebagai pembimbing.

Sebagai perencana pengajaran, seorang guru diharapkan mampu

untuk merencanakan kegiatan belajar mengajar secara efektif. Sebagai

pengelola pengajaran seorang guru mampu mengelola seluruh proses

kegiatan belajar mengajar dengan menciptakan kondisi-kondisi belajar

sedemikian rupa sehingga setiap siswa dapat belajar secara efektif dan

efisien. 23

Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar, seorang guru

hendaknya senantiasa secara terus menerus mengikuti hasil-hasil belajar

yang telah dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu. Dengan demikian

proses belajar mengajar akan senantiasa ditingkatkan terus menerus dalam

mencapai hasil belajar yang optimal. Peranannya sebagai direktur belajar,

hendaknya guru senantiasa berusaha untuk menimbulkan, memelihara, dan

meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Sebagai direktur, pendekatan

yang dipergunakan dalam proses belajar mengajar tidak hanya melalui

pendekatan instruksional akan tetapi disertai dengan pendekatan pribadi.

Dengan perkataan lain, sebagai direktur belajar guru sekaligus berperan

sebagai pembimbing dalam proses belajar mengajar. Sebagai pembimbing

dalam belajar guru diharapkan mampu untuk:

22 Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. 265

23 Slameto, Op. Cit. hlm. 98

Page 37: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

22

a) Mengenal dan memahami tiap siswa baik secara individu maupun

kelompok

b) Memberikan penerangan kepada siswa mengenai hal-hal yang

diperlukan dalam proses belajar

c) Memberikan kesempatan yang memadai agar setiap siswa dapat

belajar sesuai dengan kemampuan pribadinya.

d) Membantu setiap siswa dalam mengatasi masalah-masalah pribadi

yang dihadapinya

e) Menilai keberhasilan setiap langkah kegiatan yang telah dilakukan.24

B. Pendidikan Kemandirian

1. Pengertian

Untuk memahami pengertian pendidikan, pendidikan dapat

dibedakan menjadi dua pengertian. Yaitu yang bersifat teoritik filosofis

dan pendidikan dalam arti praktis. Pengertian pendidikan dalam arti

teoritik filosofis adalah pemikiran manusia terhadap masalah-masalah

kependidikan untuk memecahkan dan menyusun teori-teori baru dengan

mendasarkan kepada pemikiran normatif, spekulatif, rasional empirik,

rasional filosofis, maupun historis filosofis.25

Pendidikan dalam arti praktis adalah suatu proses pemindahan

pengetahuan atau pengembangan potensi-potensi yang dimiliki subjek

didik untuk mencapai perkembangan secara optimal, serta membudayakan

manusia melalui proses transformasi nilai-nilai yang utama.26

Manurut F.J. McDonald menyatakan bahwa “education in the sense

of here, is a process or an activity which is directed at producing desirable

changes in the behaviour of human being”. 27 Ringkasnya dapat diartikan

24 Ibid. hlm. 100 25 CHabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Semarang: Pustaka Pelajar, 1996),

hlm. 98 26 Ibid. hlm. 99 27 F.J. McDonald, Educational of Psychology, (U.S.A: Wadsworth, 1995), hlm. 4

Page 38: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

23

bahwa belajar adalah sebuah proses aktifitas yang ditujukan pada

perubahan yang diinginkan terhadap tingkah laku manusia.

Secara etimologi kemandirian berasal dari kata mandiri yang

mendapat awalan ke- dan akhiran –an yang berarti hal keadaan dapat

berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain.28

Adapun beberapa pendapat yang mencoba memberi batasan tentang

mandiri secara terminologi antara lain:

Menurut Chabib Thoha kemandirian merupakan sifat dan perilaku

mandiri yang merupakan salah satu unsur sikap.29

Sedangkan Bathia memberikan pendapat bahwa perilaku mandiri

merupakan perilaku yang aktivitasnya diarahkan pada diri sendiri, tidak

mengharapkan pengarahan terhadap orang lain dalam melakukan

pemecahan masalah yang dihadapi. Perilaku mandiri akan membuat

seseorang memiliki identitas diri yang jelas, mempunyai otonomi yang

lebih besar sehingga orang tersebut menunjukkan adanya perkembangan

pribadi yang terintegrasi dan lebih terkontrol.30

Jadi kemandirian adalah bentuk sikap terhadap objek dimana individu

memiliki independensi yang tidak terpengaruh terhadap orang lain.

2. Ciri-Ciri Kemandirian Pada Anak

Anak sudah bisa dikatakan mandiri atau belum tergantung pada

beberapa hal:

a. Kematangan Fungsi Psikis

Dalam proses kematangan, ada kalanya secara alamiah, tetapi

terkadang melalui latihan yang dilakukan sejak dini secara rutin.

Kematangan secara alamiah terjadi karena berkembangnya fungsi fisik

yang terdorong oleh kekuatan dari dalam, sehingga suatu saat muncul

kepekaan untuk bertingkah laku.

28 Lukman Ali, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi II, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994),

hlm. 625 29 Chabib Thoha, Op. Cit. hlm. 121 30 Ibid.

Page 39: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

24

Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan

seseorang di mana, alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan

kecakapan baru. Kematangan belum berarti anak dapat melaksanakan

kegiatan secara terus menerus, untuk itu diperlukan latihan-latihan dan

pelajaran.31 Jadi sikap mandiri akan lebih berhasil jika anak sudah siap

matang untuk dapat berdiri diatas kaki sendiri karena anak sudah

memiliki kecakapan untuk melakukan segala aktifitas nya.

Jadi proses kematangan pada seseorang ditandai oleh kematangan

potensi organisme, baik yang bersifat fisik maupun psikis untuk

menuju perkembangan secara maksimal.

Kartini Kartono yang mengutip pendapat Marie Jahoda mengenai

ciri-ciri kematangan antara lain:

1) Pribadi yang matang adalah pribadi yang dapat menguasai

lingkungannya secara aktif.

2) Dia memperlihatkan satu totalitas dari segenap kepribadiannya.

3) Dia sanggup menerima secara tepat dunia lingkungannya dan

dunianya sendiri.

4) Ia mampu berdiri diatas kedua belah kakinya, tanpa banyak

menuntut kepada orang lain.32

Anak dilatih untuk berpuasa. Selain mendorong seseorang untuk

menjauhi larangan Allah, puasa juga dapat menguatkan tekad dan

memotivasi dalam melakukan perbuatan yang baik dan melepaskan

perbuatan yang buruk.

لكممن قب لى الذينع ا كتبكم اميالص كمليع وا كتبنآم ا الذينهاأيي )183: البقرة. (لعلكم تتقون

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamubertakwa”. (QS. Al-Baqarah: 183)33

31 Slameto, Op. Cit. hlm. 38 32 Kartini Kartono, Teori Kepribadian, (Bandung: Alumni, 1979), hlm. 126 33 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: PT. Balai Pustaka, 1978), hlm. 44

Page 40: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

25

b. Tingkah laku Swakarsa dan tanggung Jawab

Sikap mandiri anak, ditandai dengan adanya kecenderungan untuk

berbuat yang dilakukan sendiri secara aktif atau pengambilan sikap

yang dikemudian secara otonomi diri terhadap suatu objek. Akfitasnya

sendiri itu dengan sendirinya, memberikan kesempatan kepada anak

untuk belajar membedakan dirinya dengan orang lain.

Di samping tingkah laku swakarsa, kesadaran dan kemauan sendiri

maka ia harus bertanggung jawab atas perbuatannya itu. Dengan

memiliki tanggung jawab maka ia akan bisa membedakan antara yang

benar dan yang salah, yang boleh dan yang dilarang, yang dianjurkan

dan yang dicegah, yang baik dan yang buruk. Dan ia sadar bahwa ia

harus menjauhi segala yang bersifat negatif dan mencoba membina diri

untuk selalu menggunakan hal-hal yang positif. Jadi sejak itu ia mulai

melakukan apa yang dimengerti, ia tidak lagi tergoda untuk harus

berbuat sama dengan orang lain, sekalipun orang itu berjumlah

banyak. 34

Biasanya anak yang dapat berdiri sendiri lebih mampu memikul

tanggung jawab pada umumnya mempunyai emosi yang stabil.35

Belajar memiliki rasa tanggung jawab pribadi, bagi kebanyakan

individu, memerlukan proses yang lama. Bertanggung jawab artinya

sadar bahwa tindakannya akan mempengaruhi hasil dari suatu

peristiwa.36 Sebagaimana contoh anak dilatih untuk menjaga

kebersihan. Sabda Rasulullah SAW:

ان اهللا : مسعت سعيد بن املسب يقول : عن صلح ابن حسن قال

) رواه الترمذي. (طيب حيب الطيب نظيف حيب النظا فة

34 Agus Sujianto, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Rieneka Cipta, 1996), hlm. 267 35 Zakiah Daradjat, Perawatan Jiwa untuk Anak-anak. (Jakarta: Bulan Bintang, 1983),

hlm. 130 36 Harris Clemes dan Reynold Bean, Membangkitkan Harga Diri Anak, Cet. I (Jakarta:

Mitra Utama, 2001), hlm. 69

Page 41: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

26

Dari Sholeh Ibn Abi Hasan berkata : saya mendengar dari Sa'id Ibn Musayyib berkata : Sesungguhnya Allah itu baik, maka menyukai yang baik, bersih, maka menyukai hal-hal yang bersih. (HR. At-Tirmidzi).37

c. Disiplin

Ny. Y. Singgih D. Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa

mengemukakan pentingnya disiplin dalam mendidik supaya anak

dengan mudah:

1) Meresapkan pengetahuan dan pengertian sosial antara lain

menghormati hak milik orang lain.

2) Mengerti dan segera menurut untuk menjalankan kewajiban secara

langsung mengerti larangan-larangan.

3) Mengerti tingkah laku yang baik dan yang buruk.

4) Belajar mengendalikan keinginan dan berbuat sesuatu tanpa

merasa terancam oleh hukuman.

5) Mengorbankan kesenangan sendiri tanpa peringatan dari orang

lain.38

Menanamkan suatu disiplin yang tepat itu tidak mudah, diperlukan

kesabaran, ketegasan, kelemah lembutan, mengenal perbedaan setiap

anak, dan mengajar dengan teratur. Orang dewasa harus dengan

mantap membimbing anak dan harus menentukan beberapa prinsip

disiplin:

1) Dengan kasih menghadapi anak dan berusaha mengenal mereka.

2) Terapkan hal-hal yang diharapkan untuk dilakukan oleh anak dan

jangan kabur.

3) Permintaan kepada anak harus jelas dan jangan kabur.

4) Berikan beberapa prinsip yang penting.

5) Lebih baik mencegah daripada menyembuhkan, berusaha

menghindari timbulnya masalah.

37 Abi Isa Muhammad Ibn Isa Ibn Surat, Sunan At-Tirmidzi, (Beirut : Dar al-Fikr, t.th) 38 Ny. Singgih D. Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa, Psikologi untuk Membimbing,

(Jakarta: Gunung Mulia, 2000), hlm. 137

Page 42: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

27

6) Membantu anak agar mengerti peraturan yang ditentukan orang

dewasa.

7) Cari penyebab anak memiliki perilaku yang tidak benar.

8) Berikan teladan yang baik bagi anak.

9) Memberikan pujian yang tepat.

10) Hindari teguran yang membuat mereka merasa pribadinya

diserang.

11) Gunakan kata yang positif dalam mendisiplinkan.39

Hadits Amir bin Syu’aib tentang pendidikan shalat terhadap anak.

Rasulullah SAW bersabda:

قال رسول اهللا صلى اهللا عليه : بن شعيب عن ابيه عن جده قالو عمرعنهم ابناء سبع سنني واضربوهم عليها وهم ووسلم مروا اوالدكم بالصالة

)وابو داودرواه (رقوا بينهم يف املضاجع ابناء عشر وف “Dari Amir bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya r.a. ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: perintahlah anak-anakmu mengerjakan shalat ketika berusia tujuh tahun dan pukullah mereka karena meninggalkan shalat bila berumur sepuluh tahun, pisahlah tempat tidur mereka (laki-laki dan perempuan).” (HR. Abu Dawud)40

d. Mampu Memecahkan Masalah

Proses bertemunya problema-problema baru dengan cara-cara

penanggulangannya dapat dipandang sebagai suatu penyesuaian diri

terhadap lingkungannya. Sistem problem solving yang kreatif

merupakan cara yang bagus untuk mengatasi suatu problema dalam

kehidupan sehari-hari.

Dengan latihan-latihan yang sepantasnya, anak-anak akan belajar

menghindari kecenderungan umum, yang menyerang suatu problema

39 Mary Go Setiawan, Menerobos Dunia Anak, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2000),

hlm. 33 40 Abu Daud Sulaiaman Ibn Al-Asy'ari, Sunan Abi Daud, Jilid I, (Beirut : Darul Fikr,

t.th), hlm. 552.

Page 43: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

28

secara implusif, dengan dorongan-dorongan perasaan melulu, kurang

berpikir atau tanpa mempertimbangkan dengan baik terlebih dahulu,

atau bisa yang menunda melakukan sesuatu untuk memecahkan

problema itu, dengan harapan itu akan hilang dengan sendiri.

Selain itu Spancer dan Koss, merumuskan ciri-ciri perilaku mandiri

sebagai berikut:

a. Mampu mengambil inisiatif

b. Mampu mengatasi masalah

c. Penuh ketekunan

d. Memperoleh kepuasan diri hasil usahanya

e. Berkeinginan mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain.41

Mengenai ciri-ciri kemandirian mempunyai persamaan yaitu adanya

kemampuan untuk mengatasi masalah tanpa bantuan orang lain. Artinya

anak dapat berdiri sendiri mewujudkan cita-citanya tanpa ketergantungan.

Bersikap secara aktif, kreatif, responsive, dan bertanggung jawab. Dengan

pendapat Kartini Kartono yaitu “dalam dunia monolog, ketrampilan

memecahkan masalah merupakan ketrampilan yang sangat penting”. Jadi

kemampuan dan ketrampilan memecahkan masalah sangat penting untuk

menolong orang lain dan diri sendiri.42

Dalam melatih memecahkan masalah anak-anak membutuhkan hal-

hal yang dapat dirasa yang ada hubungannya dengan lingkungan hidupnya,

bahan yang mudah dimengerti.43

Latihan anak berpikir logis dengan melibatkan mereka dalam

permasalahan-permasalahan sederhana melalui dialog.44 Biasakan agar

anak-anak bersikap jujur dan berani. Biasanya kejujuran dan keberanian

41 Chabib Thoha, Op. Cit. hlm. 122 42 Kartini Kartono, Bimbingan Dan Dasar-Dasar Pelaksanaannya, (Jakarta: Rajawali,

1985), hlm. 137 43 Muhammad ‘Athijah al-Abrasjy, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Cet. I (Jakarta:

Bulan Bintang, 1970), hlm. 27 44 Jaudah Muhammad Awwad, Mendidik Anak Secara Islami, (Jakarta: Gema Insani,

1995), hlm. 23

Page 44: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

29

itu hanya akan timbul pada diri anak-anak yang telah dibina untuk biasa

jujur dan berani.

Allah SWT berfirman:

سعظة الحوالمة وبالحكم كببيل رإلى س عاد نسأح م بالتي هيادلهجة وندينتهبالم لمأع وهبيله ون سل عن ضبم لمأع وه كب125: النحل(. إن ر(

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. An-Nahl : 125).45

C. Anak Pra Sekolah

1. Pengertian

Anak adalah seseorang yang berada pada suatu masa perkembangan

tertentu dan mempunyai potensi untuk menjadi dewasa.46

Anak adalah masa dalam periode perkembangan dari berakhirnya

masa bayi (3,0) hingga menjelang pubertas.47 Anak adalah makhluq yang

sedang berkembang dan tumbuh. Perkembangan itu mengikuti hukum-

hukum Genese secara individual berbeda satu sama lain.48

Masa kanak-kanak merupakan masa yang terpanjang dalam rentang

kehidupan, saat dimana individu relatif tidak berdaya dan tergantung pada

orang lain.49

45 Depag RI, Op. Cit., hlm. 421 46 Wasti Soemanto, Psikologi Pendidikan: Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, cet.

IV, (Jakarta, Rineka Cipta, 1998), hlm. 176 47 Mursal H.M. Toher Dkk. Kamus Jiwa dan Pendidikan, Cet. I, (Bandung, PT. Al-

Ma’arif, 1977), hlm. 17 48 Arifin,. Hubungan Timbal Balik Pendidikan Islam, (jakarta; Bulan Bintang, 1977), hlm.

34 49 Elizabeth B. Hurlock, Developmental Psychology, A life-Spon, Approach, Terj.

Istiwidayanti dan Soedjarwo, Psikologi perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Edisi V (Jakarta: Erlangga, 1994), hlm. 108

Page 45: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

30

Menurut Biechler dan Snowman (1993) yang dimaksud dengan anak

pra sekolah adalah mereka yang berusia antara 3 – 6 tahun.50

Masa kanak-kanak yang ada pada rentang usia 3 – 6 tahun disebut

juga masa pra sekolah karena masa pra sekolah merupakan masa bahagia

dan amat memuaskan dari seluruh masa kehidupan anak.

2. Masa Pertumbuhan dan Perkembangan Anak.

a. Masa Pertumbuhan

Tumbuh berarti bertambah dalam ukuran. Ini berarti bahwa sel

tubuh bertambah banyak atau sel tubuh dalam ukuran. Mengukur

pertumbuhan biasanya dilakukan dengan menimbang dan mengukur

tubuh anak.51

Pertumbuhan adalah proses perubahan yang berhubungan

dengan kehidupan fisik manusia. Dalam proses pertumbuhan

seseorang yang mencapai usia tengah dewasa maka pertumbuhan fisik

scara maksimal akan terhenti atau terjadi proses penurunan kapasitas

fisik secara maksimal, proses penurunan itu teratur sifatnya, tetap dan

dapat diprediksikan.52

Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan yang bersifat

kuantitatif yang mengacu pada jumlah besar serta luas yang bersifat

konkrit yang biasanya menyangkut ukuran dan struktur biologis.53

Istilah pertumbuhan dalam konteks perkembangan merujuk

pada perubahan-perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu peningkatan

dalam ukuran atau struktur, seperti pertumbuhan badan, pertumbuhan

kaki, kepala, jantung, paru-paru dan sebagainya.54

50 Sumiarti Patmonodewo, Pendidikan Anak Pra Sekolah, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,

2000), hlm. 19 51 Ibid. 52 Totok Jumantoro, Psikologi Dakwah: Dengan Aspek-Aspek Kejiwaan yang Qur’ani,

Cet. I, (Jakarta: 2001), hlm. 125 53Endang Poerwanti dan Nur Widodo, Perkembangan Peserta Didik, (Malang:

Universitas Muhammadiyah Malang, 2000), hlm. 27 54Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 5

Page 46: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

31

Ada beberapa tahap proses pertumbuhan anak namun

Muhammad Azmi membagi tiga tahap berdasarkan karakteristik masa

yang dilalui oleh seseorang anak, yaitu:55

1) Masa 0 sampai 2 tahun

Pada masa ini, merupakan masa pertama yang dilalui bayi

setelah dilahirkan. Dalam tahun-tahun pertama pertumbuhannya,

bayi masih tergantung dengan lingkungannya. Sedangkan

kemampuan yang dimilikinya terbatas pada gerak-gerak

pernyataan seperti menangis dan meraban (mengeluarkan suara

tanpa makna) serta mengadakan reaksi terhadap perasang dari

luar.56

Dalam usia sekitar 1 tahun bayi, barulah secara berangsur-

angsur dapat mengucapkan kalimat satu kata dan sekitar usia 2

tahun diperkirakan mampu mengetahui sekitar 300 kata.57

2) Masa 2 sampai 4 tahun

Pada usia ini, anak memasuki masa estetik. Anak mengalami

pertumbuhan dari berbagai segi diantaranya anak dapat belajar,

meloncat, memanjat, melompat dengan satu kaki, belajar

berpakaian, bermain bersama anak lain dan menyadari adanya

lingkungan lain di luar keluarganya.

3) Masa 4 sampai 6 tahun

Pada masa ini, informasi yang diperoleh anak dari percobaan-

percobaan yang dilakukan, pengalaman, observasi dan pertanyaan

yang diajukan akan membentuk dasar-dasar pengetahuannya. Anak

sudah mengenal abjad, bisa membaca kata-kata sederhana dan

55 Muhammad Azmi, Pembinaan Akhlaq Anak Usia Pra Sekolah: Upaya Mengefektifkan

Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Keluarga, (Yogyakarta: PT. Belukar, 2006), hlm. 99 56 Jalaluddin, Mempersiapkan Anak Saleh: Telaah Pendidikan Terhadap Sunnah

Rasulullah SAW, Cet. IV, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 112 57 Muhammad Azmi, loc. cit,

Page 47: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

32

menulis beberapa angka atau namanya sendiri, anak sudah

mengerti konsep waktu, hari dan perbedaan masing-masing.58

b. Masa Perkembangan

Definisi perkembangan tidak terbatas pada pengertian

pertumbuhan yang semakin membesar, melainkan di dalamnya juga

terkandung serangkaian perubahan yang berlangsung secara terus

menerus dan bersifat tetap dari fungsi jasmaniah dan rohaniah yang

dimiliki individu menuju ke tahap kematangan dan belajar.59

Pengertian perkembangan menunjuk pada suatu proses ke arah

yang lebih sempurna dan tidak begitu saja dapat diulang kembali.

Perkembangannya menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan

tidak dapat diputar kembali. Dalam “pertumbuhan” ada beberapa ahli

psikologi yang tidak membedakan antara perkembangan dan

pertumbuhan; bahkan ada yang lebih mengutamakan pertumbuhan.

Istilah pertumbuhan khusus di maksudkan untuk menunjukkan

bertambah besarnya ukuran badan dan fungsi fisik yang murni.

Menurut banyak ahli psikologi, istilah perkembangan lebih dapat

mencerminkan sifat yang khas mengenai gejala psikologis yang

muncul pertumbuhan fisik emang mempengaruhi perkembangan

psikis, misalnya bertambahnya fungsi otak memungkinkan anak dapat

tertawa berjalan, berbicara dan sebagainya.60

Para ahli pendidikan sepakat bahwa setiap periode perkembangan

memiliki tugas perkembangan masing-masing. Pendidikan pra sekolah

bagi anak seharusnya dirancang sesuai dengan perkembangan anak,

supaya anak mampu mencapai tugas-tugas perkembangan mereka

secara optimal.61

58 Nino N. Riphat, Op. Cit. hlm. 30 59 Desmita, Op. Cit., hlm. 4 60 F.G. Monks, Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya,

(Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1998), hlm. 2 61 Theo Riyanto dan Martin Handoko, Pendidikan Pada Usia Dini; Tuntutan Psikologi

Dan Paedagogi Bagi Pendidik dan Orang tua, (Jakarta: PT. Grasindo, 2004), hlm. ix

Page 48: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

33

Perkembangan adalah perubahan-perubahan pada diri manusia

terdiri dari dua perubahan yaitu perubahan secara kualitatif akibat dari

perubahan psikis dan perubahan kuantitatif akibat perubahan fisik.

Perubahan kualitatif disebut perkembangan.62 Namun perubahan

kualitatif yang dimaksud adalah perubahan kualitatif dari segi

fungsional manusia. Perkembangan tidak ditentukan dari segi material

sebagaimana pada pertumbuhan. Tetapi dilihat dari segi fungsi-fungsi.

Dalam proses perkembangan terjadi perubahan kualitatif dari segi

fungsi. Perubahan tersebut meliputi beberapa aspek baik fisik maupun

psikis. 63 Adapun aspek fisik yang berkembang yaitu berkembangnya

fungsi motorik pada bagian tubuh, fungsi sensoris pada alat-alat

indera, fungsi neorotik pada sistem syaraf, fungsi seksual pada bagian-

bagian tubuh yang erotis. Fungsi pernafasan pada alat pernafasan,

fungsi pencernaan makanan pada alat pencernaan.

Sedangkan adapun aspek-aspek psikis yang berkembang pada

manusia khususnya anak usia pra sekolah adalah perkembangan

kognitif, perkembangan emosi dan perkembangan moral. Ketiga aspek

perkembangan tersebut dapat dirinci menjadi sembilan aspek

perkembangan yaitu perkembangan pikiran, perkembangan bahasa,

perkembangan perasaan, perkembangan fantasi, perkembangan sosial

anak, perkembangan emosi, perkembangan moral dan perkembangan

keberagaman.64

1) Perkembangan Pikiran

Dalam kehidupan sehari-hari istilah pikiran sering dianggap

identik dengan istilah penalaran, kecerdasan, intelegensi. Tetapi

bisa pula diartikan bahwa pikiran adalah hasil kegiatan berpikir

kegiatan berpikir menggunakan sarana atau alat yang disebut akal

62 Abdul Mudjib dan E Jusuf Mudzakir, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam cet. III, (Jakarta:

Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 91 63 Singgih D Gunarsa, Dasar Dan Teori Perkembangan Anak, (Jakarta: Gunung Mulia,

t.th.), hlm. 49 64Abu Ahmadi, Psikologi Perkembangan, Cet. I (Jakarta: Rineka Cipta: 1991), hlm. 5

Page 49: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

34

dan otak. Dengan demikian yang dimaksud dengan perkembangan

pikiran adalah hal ihwal kemampuan berpikir manusia pada masa

kanak-kanak.65

Pada masa kanak-kanak pikiran telah nampak

perkembangannya pada tahap demi tahap, ahli psikologi sepakat

bahwa perkembangan pikiran terjadi paling pesat pada masa 3

sampai 6 tahun.66

Jean Piaget mengatakan bahwa perkembangan akal pikiran

anak pada periode ini, masih berada pada tahap pra operasional.

Reaksi anak masih terikat kepada pengamatan inderawi yang

aktual, namun pemikiran yang mulai terarah kepada hal-hal yang

logis, meskipun masih amat sederhana. Jadi, di satu pihak si anak

sudah memiliki jalan pikiran yang logis, arti masuk akal, tetapi

masuk akal itu diukur semata-mata berdasarkan kepentingan

sendiri, tanpa menghiraukan kepentingan orang lain.67

2) Perkembangan daya Ingatan

Ingatan adalah suatu daya jiwa yang dapat menerima,

menyimpan dan mereproduksi kembali pengertian-pengertian atau

tanggapan-tanggapan. Ingatan dipengaruhi oleh sifat perorangan,

keadaan di luar jiwa (misalnya: alam sekitar, keadaan jasmani),

keadaan jiwa (misalnya: kemauan, perasaan) serta umur.68

Daya ingatan anak akan bersifat tetap jika anak telah mencapai

umur 4 tahun. Selanjutnya daya ingatan anak akan mencapai

intensitas terbesarnya jika anak berumur antara 8 sampai 12

tahun.69

3) Perkembangan Bahasa

65 Imam Bawani, Ilmu Jiwa Perkembangan Dalam Konteks Pendidikan Islam, Cet. I,

(Surabaya: Bina Ilmu, 1990), hlm. 89 66 Soepartinah Pakasi, Anak dan Perkembangannya, Cet. I, (Jakarta: Gramedia, 1981),

hlm. 28 67 Imam Bawani, Op. Cit. Hal. 92 68 Agus Suyanto, Psikologi Umum, Cet. XII, (Jakarta: Aksara Baru, 1979), hlm. 49 69 Abu Ahmadi, Op. Cit. hlm. 58

Page 50: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

35

Pada akhir tahun pertama kelahiran anak dan menjelang tahun

kedua, ada perkembangan anak yang menonjol yakni mulai

menunjukkan kemampuannya untuk dapat berjalan sendiri dan

kemampuan berbahasa atau berbicara, penguasaan bahasa berikut,

secara berangsur, anak akan mengikuti bakat serta ritme

perkembangan yang dialami.70

Anak dapat dikatakan berbicara apabila anak sudah dapat

menggunakan bahasa yaitu apabila anak dapat mengeluarkan kata-

kata yang berarti untuk dapat berhubungan dengan orang lain.71

4) Perkembangan Perasaan

Bagi anak-anak perkembangan perasaan itu sangat cepat dan

besar sekali, sehingga umumnya anak-anak akan lebih emosional

dibandingkan dengan orang dewasa. Pandangan mereka selalu

optimis, cepat merasa puas. Sehingga mereka akan mudah merasa

senang, periang, kesedihan dan kesusahan atau justru kesenangan

orang lain pun belum mereka hayati dengan baik.72

Perasaan biasanya disifatkan sebagai suatu keadaan (state) dari

individu pada suatu waktu misalnya orang merasa sedih, senang,

terharu dan sebagainya bila melihat sesuatu, mendengar sesuatu.

5) Perkembangan Fantasi

Pada manusia usia pra sekolah berkembang rasa fantasi pada

anak, karena pada masa ini disebut juga masa fantasi. Mereka

menyenangi kreasi yang bersifat fantasi baik dalam mendengar dan

membuat cerita ataupun menciptakan sesuatu secara sederhana.73

Fantasi adalah aktifitas imajinasi untuk membentuk

tanggapan-tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan lama-

lama yang telah ada dan tanggapan yang baru itu tidak harus sama

70 Ibid., hlm. 59 71 Melly Sri Sulastri, Bimbingan Perawatan Anak, Cet. II, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993),

hlm. 10 72 Abu Ahmadi, Op. Cit. hlm. 61 73Jalaluddin, Loc. Cit.

Page 51: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

36

sesuai dengan benda-benda yang ada.74 Fantasi bagi manusia

mempunyai kegunaan, maka hendaknya pendidikan berusaha

mengembangkan fantasi anak didik secara sehat. Misalnya melalui

kegiatan-kegiatan ekspresif.

6) Perkembangan Moral

Atkinson (1969) mengemukakan moral atau moralitas

merupakan pandangan tentang baik dan buruk, benar dan salah,

apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan.75

Bagi seseorang anak pengembangan moral akan

dikembangkan melalui pemenuhan kebutuhan jasmani, untuk

selanjutnya, dipolakan melalui pengalaman dalam lingkungan

keluarga, sesuai dengan nilai-nilai yang diberlakukannya.

7) Perkembangan Keagamaan

Salah satu potensi bawaan yang dibawa manusia sejak lahir

adalah potensi beragama. Potensi beragama yang ada pada diri

manusia memerlukan bimbingan dari seorang pendidik untuk

mengarahkan potensi tersebut.

Perkembangan agama pada anak-anak melalui tiga tingkatan,

salah satunya adalah perkembangan agama pada usia 3 – 6 tahun

atau masa pra sekolah. Pada tingkah ini konsep mengenai Tuhan

lebih banyak dipengaruhi oleh fantasi dan emosi.76

Dari kesembilan aspek-aspek perkembangan diatas, menurut

Muhammad Azmi (2006) dapat digolongkan menjadi tiga aspek

yaitu aspek intelektual meliputi perkembangan perkembangan

pikiran, perkembangan daya ingatan, dan perkembangan bahasa.

Aspek emosional meliputi perkembangan perasaan, perkembangan

fantasi, perkembangan emosi dan perkembangan sosial. Aspek

74 Wasty Soemanto, Op. Cit., hlm. 26 75 Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak, Peran Moral Intelektual, Emosional, dan

Sosial Sebagai Wujud Integritas Membangun jati Diri, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006). hlm. 28 76 Jalaluddin, Psikologi Agama, Cet. VI; (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 66

Page 52: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

37

spiritual meliputi perkembangan moral dan perkembangan

keagamaan.77

3. Ciri-Ciri Masa Kanak-kanak

Masa balita akhir dalam istilah psikologi disebut dengan masa

kanak-kanak awal yaitu masa yang dimulai pada akhir masa bayi (2 tahun)

sampai dengan usia 5 tahun. Ciri pokok dari tahapan perkembangan ini

adalah anak mulai mengalami perubahan yang pesat dalam aspek

kepribadian dan emosional yang masa ini sering pula disebut masa trotz,

ciri lain yang menonjol dan nampak pada perilaku anak adalah secara

alamiah pada usia 2-3 tahun anak akan menjadi anak yang suka

membangkang dan keras kepala, sehingga masa trotz juga disebut sebagai

salah satu dari tiga masa sulit dalam perkembangan manusia. Beberapa ciri

pokok dari perkembangan pada masa ini adalah: 78

a. Egosentris, artinya segala sesuatu ingin dipusatkan kepada dirinya, dan

selalu mementingkan pemenuhan kebutuhannya.

Karena cakrawala sosial anak terutama terbatas di rumah, maka

anak sering kali memikirkan dan mementingkan dirinya. Dengan

meluasnya cakrawala lambat laun perilaku memikirkan dari sendiri

berkurang tetapi perilaku murah hati masih sangat sedikit.79

b. Pembangkang, pada masa ini anak akan selalu menentang dan

membantah segala permintaan, suruhan, larangan, anjuran ataupun

keharusan yang datang dari siapapun juga.

c. Dengan perilakunya yang khas anak selalu berusaha untuk

menarik perhatian semua orang yang ada di sekitarnya untuk selalu

77 Muhammad Azmi, Op. cit., hlm. 111 78 Endang Purwanti dan Nur Widodo, Op. cit., hlm. 37 79 Elizabeth B. Hurlock, Op. cit., hlm. 118

Page 53: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

38

memperhatikannya dan melayani segala keperluannya yang

kadang-kadang disertai sikap emosional.

d. Untuk setiap perbuatan yang dilakukan anak selalu meminta untuk

dihargai, dipuji dan tidak mau di cela, dipersalahkan atau dianggap

sebagai anak yang tidak mampu.

e. Karena keberanian dan emosinya mulai berkembang, anak sering

menuntut adanya kebebasan.80

f. Keberaniannya bertambahnya dan rasa takutnya berkurang.81

Masa Trotz, adalah merupakan masa peralihan, dari masa kanak-

kanak ke masa anak. Masa ini hanya berlangsung sangat singkat, sekitar

satu tahun.82 Hanya saja pemberian pendidikan dan pertumbuhan perilaku

yang tidak tepat pada masa ini akan membawa akibat yang panjang pada

tahapan-tahapan perkembangan berikutnya. Karena masa Trotz ini

merupakan masa yang khas, sebagai istilah diberikan padanya, misalnya:

a. Masa kanak-kanak awal merupakan “Pre-Scholl Age”

Masa ini adalah masa sebelum memasuki usia sekolah yang

sesungguhnya, sehingga pada usia ini anak dapat dipersiapkan dengan

memasuki taman kanak-kanak. Yang memiliki sistem pendidikan yang

berbeda dengan sekolah formal dan dirancang sedemikian rupa. Untuk

melayani perkembangan anak usia Balita.

b. Masa kanak-kanak awal merupakan “Pre Gang Age”

Pada sekitar usia 3 tahun ini anak mulai belajar dasar-dasar dari pola

tingkah laku dari orang-orang dewasa di sekitarnya dan mulai belajar

melakukan penyesuaian sosial dengan anak-anak lain di luar

lingkungan keluarganya.

c. Masa kanak-kanak adalah masa penyelidikan

Pada masa kanak-kanak awal ini perkembangan rasa ingin tahu anak

sangat pesat, sehingga anak menjadi tertarik pada segala sesuatu baik

yang berupa benda dan peristiwa-peristiwa yang konkrit di sekitarnya.

80 Endang Poerwanti, Op. Cit. Hal. 79 81 Agoes Soejanto, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: PT, Rineka Cipta, 1977), hlm. 41 82 Ibid.

Page 54: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

39

d. Masa kanak-kanak merupakan “problem age”

Perkembangan anak pada masa ini ditandai dengan munculnya sikap

menentang keras kepala dan tidak mau diperintah, disamping itu anak

juga cenderung manja dan suka merengek-rengek, karena sebenarnya

anak sering diganggu oleh impian yang menakutkan akibat dari

perkembangan fantasinya. 83

Snowman (1993) mengemukakan ciri-ciri anak pra sekolah (3-

6tahun) yang biasanya ada di TK. Ciri-ciri yang dikemukakan meliputi

aspek fisik, sosial, emosional dan kognitif anak.

a. Ciri fisik anak pra sekolah atau TK

Penampilan maupun gerak gerik pra sekolah mudah dibedakan

dengan anak yang berada dalam tahap sebelumnya.

1) Anak pra sekolah umumnya segera aktif, mereka telah memiliki

penguasaan (kontrol) terhadap tubuhnya dan segera menyukai

kegiatan yang dilakukan sendiri.

2) Setelah melakukan berbagai kegiatan, anak membutuhkan istirahat

yang cukup, jadwal aktivitasnya yang tenang diperlukan anak.

3) Otot-otot besar pada anak pra sekolah lebih berkembang dari

kontrol terhadap jari dan tangan. Oleh karena itu biasanya anak

belum terampil, belum bisa melakukan kegiatan yang rumit seperti

mengikat tali sepatu.

4) Anak masih sering mengalami kesulitan apabila harus

memfokuskan pandangannya pada objek-objek yang kecil

ukurannya, itulah sebabnya koordinasi tangan dan matanya masih

kurang sempurna.

5) Walaupun tubuh anak ini lentur, tetapi tengkorak kepala

melindungi otak masih lunak (soft).

6) Walaupun anak lelaki lebih besar dan anak perempuan lebih

terampil dalam tugas yang bersifat praktis, khususnya dalam tugas

motorik halus, tetapi sebaiknya jangan mengkritik anak lelaki

83 Endang Poerwanti, Op. Cit., hlm. 80

Page 55: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

40

apabila ia tidak terampil. Jauhkan dari sikap membandingkan

lelaki perempuan.84

Anak pra sekolah umumnya sangat aktif, mereka telah

memiliki penguasaan (kontrol) terhadap tubuhnya dan sangat

menyukai kegiatan-kegiatan yang dilakukan sendiri. Berikan

kesempatan kepada anak untuk lari atau memanjat dan melompat.

Setelah anak melakukan berbagai kegiatan anak membutuhkan

istirahat yang cukup. Otot-otot besar pada anak pra sekolah lebih cepat

berkembang dari kontrol terhadap jari dan tangan. Biasanya anak

belum terampil dan belum bisa melakukan kegiatan yang rumit.

b. Ciri-ciri sosial anak pra sekolah atau TK

Anak prasekolah biasanya mudah bersosialisasi dengan orang

disekelilingnya:

1) Umumnya anak pada tahapan ini memiliki satu atau dua sahabat,

tetapi sahabat ini cepat berganti mereka umumnya cepat

menyesuaikan diri secara sosial.

2) Kelompok bermainnya cenderung kecil dan tidak terlalu

terorganisasi secara baik, oleh karena itu kelompok itu cepat

berganti-ganti.

3) Anak yang lebih muda sering kali bermain bersebelahan dengan

anak yang lebih besar.

4) Pola bermain anak pra sekolah sangat bervariasi fungsinya sesuai

dengan kelas sosial dan gender.85

5) Perselisihan sering terjadi tetapi sebentar kemudian mereka telah

berbaik kembali. Anak lelaki lebih banyak melakukan tingkah laku

agresif dan perselisihan.

6) Telah menyadari peran jenis kelamin, setelah anak masuk TK,

umumnya pada mereka telah berkembang kesadaran terhadap

perbedaan jenis kelamin dan peran sebagai anak lelaki dan anak

84 Soemiarti Patmonodewo, Pendidikan Anak Pra Sekolah, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1998), hlm. 32

85 Ibid, hlm. 33

Page 56: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

41

perempuan. Kesadaran ini tampak pada pilihan terhadap alat

permainan dan aktivitas bermainnya dipilih anak lelaki dan

perempuan.

Umumnya pada anak usia ini memiliki satu atau dua sahabat,

tetapi sahabat ini lebih cepat berganti. Mereka lebih cepat

bersosialisasi, kelompok bermainnya cenderung kecil dan tidak terlalu

terorganisasi secara baik. Anak yang lebih muda biasanya bermain

bersebelahan dengan anak yang lebih besar.

c. Ciri emosional pada anak usia pra sekolah

1) Anak TK cenderung mengekspresikan emosinya dengan bebas dan

terbuka

2) Iri hati pada anak pra sekolah sering terjadi, mereka sering kali

meributkan perhatian guru.

Anak cenderung mengekspresikan emosi dengan bebas dan

terbuka. Sikap marah sering diperlihatkan oleh anak pada usia tersebut.

Dan iri hati pada anak sering kali terjadi.

d. Ciri kognitif anak usia pra Sekolah dan TK

1) Anak pra sekolah umumnya telah terampil dalam berbahasa.

Sebagian besar dari mereka senang bicara khususnya dalam

kelompoknya. Sebagian dari mereka perlu dilatih untuk

menjadi pendengar yang baik.

2) Kompetensi anak perlu dikembangkan melalui interaksi,

kesempatan, mengagumi, dan kasih sayang.86

Anak pra sekolah umumnya telah terampil dalam berbahasa.

Sebagian dari mereka senang berbicara, khususnya dalam kelompoknya,

sebaiknya anak-anak diberikan kesempatan untuk berbicara. Melalui

interaksi atau minat kesempatan, mengagumi dan kasih sayang.

86 Ibid., hlm. 35

Page 57: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

42

D. Mainan pada Anak

Bermain merupakan kegiatan tak terpisahkan dalam dunia kanak-

kanak. Sama halnya dengan kebutuhan anak akan makanan. Terlebih apabila

anak belum disibuki dengan kegiatan lain.

Bagi anak pra sekolah yang merupakan periode penting dalam

tumbuh kembang anak, kegiatan bermain dapat mempengaruhi bentuk

kepribadianya kelak. Apakah nantinya anak itu akan cekatan, kreatif,dan

cerdas? Masa pra sekolah memang masa kritis, banyak rangsangan diperoleh

anak. Bila rangsangan tersebut baik, maka perkembangan anak nantinya akan

baik, misalnya perkembangan kecerdasan (kognisi) .

1. Jenis permainan.

Mainan itu sebenarnya hanya terdiri atas dua jenis, yaitu mainan

yang bersifat ”aktif” dan ”pasif” . Namun dari dua jenis ini banyak

macamnya, dan bisa digolongkan dalam beberapa kategori:87

a. Sensory Motor Play; jenis permainan yang bersifat bebas dan spontan.

Misalnya lari, memanjat, merangkak, berputar, dan lain-lain. Pada

tahap ini biasanya anak hampir tak mengenal resiko akan kegiatanya.

b. Simbolic Play; jenis permainan yang sudah memerlukan alat bantu,

yang mana aktifitas anak adalah berkhayal, berimajinasi secara bebas.

Biasanya anak-anak bermain sambil bercakap-cakap sendiri.

Pada masa anak juga lebih banyak bertanya dan menjawab pertanyaan,

mencoba berbagai hal berkaitan dengan konsep angka, ruang

dan sebagainya. Seringkali anak menanyakan sesuatu hanya sekedar

87 Ronald, Peran Orang Tua dalam Meningkatkan Kualitas Hidup, Mendidik dan

Mengembangkan Moral Anak, (Bandung: Yrama Widya, 2006), hlm. 40

Page 58: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

43

bertanya, anak sudah mulia dapat menggunakan berbagai benda

sebagai simbol atau representasi benda lain.88

c. Construktif Play; permainan yang bisa mengembangkan sebebas-

bebasnya kreasi anak sesuai dengan yang diinginkan. Yaitu

membentuk, menyusun suatu benda dengan menggunakan bahan/alat

bantu seperti lilin, tanah liat, kertas, atau jenis mainan yang harus

disusun untuk memperoleh bentuk yang benar.

d. Day-Dreaming Play; jenis permainan yang memberi kebebasan dalam

berimajinasi, tetapi tidak memakai alat bantu mainan.

e. Games dan Sport; permainan yang mengutamakan kegiatan fisik dan

mental. Dan anak harus menyesuaikan diri dengan aturan permainan.

Yang termasuk dalam kategori ini antara lain: sepakbola, bulutangkis,

scrabe, ular-tangga, video-games, komputer-games, dan lain-lain.

f. Reading dan Film; kegiatan yang lebih bersifat pasif, menikmati apa

yang dilakukan oleh orang lain. Misal: membaca buku, komik,

majalah, nonton film, televisi, video, dan sebagainya.

2. Pengaruh Permainan bagi Anak

Pengaruh Permain bagi perkembangan anak adalah: 89

a. Perkembangan phisik; kegitan bermain sangat bermanfaat bagi anak

untuk dapat mengembangkan keterampilan dengan memacu

pertumbuhan otot dan melatih kekuatan seluruh bagian tubuh.

b. Dorongan berkomunikasi; dengan bermain anak akan dapat

mengkomunikasikan dan mengaktualisasikan dirinya terhadap orang

lain lewat berbagai permainan. Di sini anak biasanya bercakap-cakap

dengan temanya di sekolah dengan memakai alat permainan yang

digunakan.

88 Mayke S. Tedjasaputra, Bermain, Mainan dan Permainan, (Jakarta: PT. Grasindo,

2005), hlm. 26 89 Endang Purwanti, op. cit., hlm 89.

Page 59: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

44

c. Penyaluran energi emosional; ketegangan atau kejengkelan yang

dialami anak akibat tekanan emosional dari lingkungan sekitar akan

dapat tersalur dalam kegiatan bermain.

d. Penyaluran dari kebutuhan dan keinginan; kebutuhan dan keinginan

yang mungkin tak terpenuhi bisa tersalurkan lewat kegiatan bermain,

misalnya di sekolah anak di ajarkan bermain sandiwara. Anak-anak

berperan sebaga bapak, ibu dan sebagainya.

e. Sumber belajar; dengan bermain anak diberi kesempatan untuk

mempelajari hal, baik tentang keadaan lingkungan, pola perilaku

orang lain dan sebagainya.

f. Rangsangan bagi kreativitas; melalui eksperimentasi dalam bermain

ini anak akan menemukan bahwa merancang sesuatu yang baru akan

dapat menimbulkan kepuasan memperoleh penghargaan dari

lingkungan dan teman-temanya.

g. Perkembangan wawasan diri; dalam bermain dengan orang lain anak

akan dapat membandingkan kemampuan dirinya dengan orang lain.

h. Belajar bermasyarakat; seperti membina hubungan dengan anak lain,

betingkah laku sesuai dengan tuntutan masyarakat, menyesuaikan diri

dengan teman sebaya, dapat memahami tingkah lakunya sendiri dan

paham bahwa setiap perbuatan ada konsekuensinya.90

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan

bermain anak akan memperoleh kesempatan memilih kegiatan yang

disukainya, bereksperimen dengan bermacam bahan dan alat,

berimajinasi, memecahkan masalah dan bercakap-cakap secara bebas,

berperan dalam kelompok, bekerja sama dengan kelompok lain dan

memperoleh pengalaman yang menyenangkan.

90 Moeslichatoen R., Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, (Jakarta: PT. Rineka

Cipta, 1999), hlm. 33

Page 60: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

45

BAB III

PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK

PRA SEKOLAH DI RA (RAUDLOTUL ATHFAL) NU BANAT KUDUS

A. Kondisi Obyektif RA (Raudlotul Athfal) NU Banat Kudus

1. Tinjaun Historis

Madrasah Banat didirikan pada tahun 1940. Pada waktu itu

masyarakat di Kudus masih bermacam-macam pendapat, diantaranya ada

kyai-kyai sepuh yang mengkhawatirkan apabila kaum wanita sudah pandai

menulis akan banyak timbul fitnah. Akan tetapi dilain kota-kota Kudus sudah

banyak ulama-ulama Kudus yang memberi izin atas berdirinya madrasah

khusus wanita, maka seorang ulama besar berusia muda yang bernama

K.Masdain Amin dengan dibantu oleh kawan-kawan pengurus tetap bertekat

bulat mendirikan madrasah tersebut dengan nama ”RAUDLOTUL ATHFAL/

BANAT”. Untuk sementara waktu, madrasah ditempatkan disebuah rumah

milik ibu Hj. Maimunah di desa Janggalan Kudus. Sedangkan kepala guru

wanita yang cukup berpengalaman terpaksa mendatangkan dari Ponorogo.

Setelah berjalan beberapa tahun kemudian mendatangkan guru lagi dari

Yogya.

Oleh sebab itu kemajuan Madrasah Banat tidak begitu pesat,

banyaknya murid hanya sekitar 80 murid yang terbagi atas kelas I,II, dan III.

Setelah K.Masdain Amin meninggal dunia bersamaan pula dengan ditariknya

kembali rumah madrasah yang ditempati oleh pemiliknya. Dalam keadaan

demikian maka tanggungjawab Madrasah Banat diserahkan kepada Bapak

Rodli Suhari dan istrinya Ibu Alfiyah yang masing-masing selaku pengurus

dan kepala guru wanita.

Page 61: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

46

Pada tahun 1952 Madrasah dipindah dari desa Janggalan ke desa

Kerjasan untuk ditempatkan di gedung Madrasah Muawanatul Muslimin.

Karena Madrasah Muawanatul Muslimin khusus memberi pelajaran di waktu

siang hari. Sehingga waktu paginya digunakan Madrasah Banat. Pada waktu

itu Bapak Rodli Suhari merangkap jabatan dobel sebagai ketua pengurus

kedua Madrasah, maka oleh Bapak Rodli Suhari jabatan Ketua Pengurus

Madrasah Banat dipindahkan kepada Ibu Anifah Ketua Muslimat NU cabang

Kudus pada waktu itu. Sejak itu nama RAUDLOTUL ATHFAL/ BANAT”

berganti nama menjadi ”MADRASAH BANAT NU” Kudus.

Setelah mengalami kemajuan, dibutuhkan lagi beberapa tenaga guru,

tetapi tidak ada selain guru pria. Maka sejak itu pula diperbolehkan guru pria

turut mengajar di Madrasah Banat asal karena terpaksa guru wanita tidak ada.

Tahun 1957 atas usaha Bapak H.Ali Shofi dan Bapak H.Sajad

diserahkan sebidang tanah wakaf kepada Madrasah Banat dari keluarga Mbah

Kyai Kamal Damaran berupa tanah kosong di jalan KHR Asnawi Kudus.

Maka dengan cepat dibentuklah Panitia Pembangunan yang diketuai oleh

Bapak Noor Badri Syahid dengan dibantu kurang lebih 10 orang anggota,

kemudiaan diambil keputusan untuk mempercepat hasil tujuan harus

diserahkan kepada tiga orang yaitu: Bapak H.Sajad, Bapak H.Ali Shofi dan

Bapak H.Hasan AE.

Ternyata tidak begitu lama jadilah gedung sederhana yang menjadi

milik penuh Madrasah Banat. Setelah gedung itu diserahkan pada tahun 1958

oleh Panitia Pembangunan kepada tiga orang keluarga, yaitu: Ibu Anifah,

Bapak Rodli Suhari dan Ibu Alfiyah. Maka kemajuan Madrasah Banat

semakin pesat sampai sekarang.1

1 Wawancara dengan Wardati, BA selaku Kepala Sekolah RA (Raudlotul Athfal) NU Banat

Kudus tanggal 19 Nopember 2007 pukul 10.00 WIB di Rumahnya Jl. Singocandi Kudus

Page 62: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

47

2. Visi, Misi dan Tujuan

a. Visi

Mewujudkan generasi yang sholeh/sholehah, berakhlakul karimah,

cerdas, terampil, sehat jasmani dan rohani, mandiri, percaya kepada diri

sendiri, maupun untuk mengembangkan pribadi, bertanggung jawab dan

ikut berperan serta dalam pembangunan agama, nusa dan bangsa.

b. Misi

1. Mendidik anak dengan berbekal akhlaq sejak dini mengenal Allah

SWT dan Rosul.

2. Mendidik anak untuk terampil dan menjadi anak yang agamis dan

intelek serta santun.

c. Tujuan

Tujuan RA (Raudlotul Athfal) NU Banat Kudus adalah:

Menumbuhkan bakat, minat dan menanamkan nilai-nilai islam

serta membangun kemampuan kognitif, afektif, psikomotorik guna

kesiapan untuk melanjutkan ke sekolah dasar.2

3. Letak Geografis

RA (Raudlotul Athfal) NU Banat Kudus terletak di Jalan KHR.

Asnawi No.30 Kudus. Kelurahan Damaran, Kecmatan Kota, Kabupaten

Kudus. Bisa diakses pada Website: www.banatnukudus.or.id, email:

[email protected] atau lewat telepon (0291) 443283 fax. (0291) 437037.

RA (Raudlotul Athfal) NU Banat, memiliki tanah seluas 508 m2.

Adapun batas-batas lokasinya adalah sebagai berikut:

2 Disarikan dari dokumen profil RA (Raudlotul Athfal) NU Banat Kudus

Page 63: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

48

a. Sebelah Utara : Sekolahan MTs. Banat NU Kudus.

b. Sebelah Selatan : Perempatan Jember Kudus

c. Sebelah Timur : Menara Kudus.

d. Sebelah Barat : SMP, SMA Muhammadiyah Kudus.

Dari letak geografis di atas dapat dilihat bahwa RA (Raudlotul Athfal)

NU Banat Kudus menempati lokasi yang sangat strategis. Dan tempatnya

dekat dengan Menara Kudus Karena letaknya di kota dan dekat dengan jalan

raya sehingga mudah dijangkau.

4. Struktur Organisasi

Lembaga Pendidikan layaknya sebuah organisasi tidak mungkin lepas

dari manegement dan administrasi. RA (Raudlotul Athfal) NU Banat Kudus

yang tergolong sebagai RA percontohan yang sangat menghargai

kepemimpinan. Karena itulah sebagaimana organisasi ia memiliki struktur

yang cukup ramping dan simple. Inilah struktur organisasi RA (Raudlotul

Athfal) NU Banat Kudus:

Page 64: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

49

Tabel 1

Struktur Organisasi RA (Raudlotul Athfal) NU Banat Kudus

5. Keadaan Guru, Staf dan Anak

a. Keadaan Guru

RA (Raudlotul Athfal ) Banat ini didukung tenaga-tenaga kreatif,

inovatif sehingga butuh peningkatan SDM sarana prasarana dan kegiatan

operasional yang memadai berprinsip otonomi pendidikan: mandiri,

efektif efisien, peka perubahan.

Kepala Sekolah Wardati, BA

Wakil Kepala Sekolah Sri Kholistiyani

Guru / Wali Kelas

Guru Bantu

Satpam Penjaga Kebersihan Pesuruh

Page 65: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

50

Kreatif mereka tergambar dari penyusunan silabi maupun model

pembelajaran yang kreatif. Inovasi dan perubahan mutlak ada dalam setiap

penyampaian mata pelajaran. Para gburu dalam menyampaikan mata

pelajaran biasanya menyesuaikan melalui AREA tertentu. Setiap kelas ada

sepuluh area, yaitu:

1) Area Agama; membahas tentang cara-cara wudlu, manasik haji,

mengenal huruf-huruf hijaiyah, mengenal agama dan tempat ibadah di

Indonesia.

2) Area IPA; menerangkan makanan yang baik diperbolehkan hukum

Islam dan mengandung empat sehat lima sempurna.

3) Area Musik; melatih bagaimana cara menggunakan alat-alat musik,

antara lain alat musik Drund Band, rebana dan lain-lain.

4) Area Seni; seperti seni tari, seni lagu Al-Qur’an, karaoke.

5) Area Drama; menerangkan bagaimana anak harus hidup

bersosialisasi.

6) Area Bahasa; menerangkan bagaimana anak mengenal huruf. Biasanya

para guru dalam menerangkan menggunakan kartu huruf, kartu angka,

kartu kata.

7) Area Baca Tulis; mengenalkan kepada anak tentang huruf-huruf balok.

8) Area Metematika; mengajari anak berhitung, biasanya guru dengan

menggunakan gambar.

9) Area Balok; mengenalkan bentuk-bentuk ukuran (shapes),seperti

balok, segitiga, bola, tabung.

10) Area air Pasir; menerangkan bentuk-bentuk yang ada di laut.3

Hal yang selalu diingat oleh para guru di sini adalah guru sebagai

fasilitator dituntut untuk mampu menentukan pengalaman belajar yang

3 Wawancara dengan Alfi Sukriana selaku Guru Kelas A 4 Sekolah RA (Raudlotul Athfal) NU Banat Kudus Hari Rabu tanggal 5 Desember 2007 pukul 10.00 WIB di Kantor.

Page 66: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

51

bermakna, terampil dalam memilih dan menggunakan metode belajar yang

dapat menyulut imajinatif anak, dan juga mampu merencanakan dan

melaksanakan sistem evaluasi yang dapat menggali seluruh potensi anak.

Para guru di sekolah ini sangat ramah, ini penulis rasakan sendiri

ketika berinteraksi dan berkomunikasi dengan mereka. Sambutan mereka

yang begitu sopan pada setiap orang jelas nampak dari sikap mereka. Para

guru juga dekat sekali dengan para wali murid. Dialog pendidikan dan

pengajian bagi wali murid dilaksanakan satu bulan sekali. Keunikan sikap

guru di sini adalah adanya sikap sosialidaritas yang tinggi terhadap siapa

saja

Dari beberapa tenaga guru di sini dari lulusan S1, D3, D2 serta

Guru Taman Pendidikan Al-Qur’an. Pengasuh extrakurikuler oleh tenaga

ahli yang edukatif pada bidang yang sesuai disiplin ilmunya.

Guru di RA (Raudlotul Athfal) NU Banat berjumlah 14 orang. Guru tetap 4

orang, guru tidak tetap 7 orang, guru bantu 4 orang. Berikut ini daftar guru

pengajar di RA (Raudlotul Athfal) NU Banat Kudus:4

Tabel 2

Daftar Nama-nama Guru di RA (Raudlotul Athfal) NU Banat Kudus

No Nama L/P Pendidikan Jabatan

1 Wardati, BA P IAIN Kepala

2 Sri Kholistiyani P MA Wakil

3 Dra. Ning Zulaichah P IAIN Guru

4 Noor Inawati, S.Ag P IAIN Guru

5 Siti Maryam, A.Md P IKIP Guru

6 Siti Munawaroh P MA Guru

7 Alfi Syukriana P MA Guru

4 Wawancara dengan Ibu Siti Mariyam selaku Wali Kelas B2 hari Kamis tanggal 29

Nopember 2007 pukul 09.30 WIB di Sekolahan.

Page 67: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

52

8 Fitrotul Auliyah, SE P STIE Guru

9 Maria Ulfah, S.Pd.I P STAIN Guru

10 Noor Chasanah P MA Guru

11 Siti Hasanah, S.Pd.I P IAIN Guru

12 Rina Budiarti, SE P UMK Guru Bantu

13 Nur Yani, A.Md P IKIP Guru Bantu

14 Nur Waqi’ah P MA Guru Bantu

15 Drs. Sukiyadi, S.Sen L IKIP Guru Bantu

b. Keadaan Staf

Staf /karyawan di sekolah ini hanya di tempatkan pada pos Tata

Usaha dan Petugas Kebersihan. Meskipun demikian, jumlah mereka yang

tidak terlalu banyak ini sangat akrab dengan semua orang di lingkungan

sekolah.

Tabel 3

Daftar Nama-nama Karyawan

di RA (Raudlotul Athfal) NU Banat Kudus

No Nama L/P Pendidikan Jabatan

1 Siti Rochmah P MA TU

2 Umar Ali L MA Satpam

3 Nasa’i L SD Penjaga

4 Khairil Anwar L SLTP Kebersihan

5 Solikhah P SD Pesuruh

Page 68: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

53

c. Keadan Anak

RA (Raudlotul Athfal) NU Banat Kudus menerima anak rata-rata

berumur antara 3-6 tahun. Jumlah siswa RA Banat pada tahun ajaran

2007/2008 sebanyak 216 anak.

Jumlah Kelas A sebanyak 119 anak. Terbagi dalam lima kelas,

yang terdiri dari kelas A1 sejumlah 25 anak dengan 9 laki-laki dan 16

perempuan, dan A2 sejumlah 24 anak dengan 11 laki-laki dan 13

perempuan, dan A3 sejumlah 23 anak dengan 14 laki-laki dan 9

perempuan, dan A4 sejumlah 24 anak dengan 13 laki-laki dan 11

perempuan, dan A5 sejumlah 23 anak dengan 9 laki-laki dan 14

perempuan.5

Tabel 4

Siswa RA (Raudlotul Athfal) NU Banat Kudus

Kelas A Kelas B Jumlah

L P L P L P

56 63 44 53 100 116

Sementara di kelas B sebanyak 97 anak. Terbagi dalam empat

kelas. Yaitu kelas B1 sejumlah 25 anak dengan 8 laki-laki dan 17

perempuan, B2 sejumlah 26 anak dengan 13 laki-laki dan 13 perempuan,

B3 sejumlah 23 anak dengan 10 laki-laki dan 13 perempuan, B4 sejumlah

23 anak dengan 13 laki-laki dan 10 perempuan.

Sepanjang pengamatan penulis, mayoritas siswa di sekolah ini

berasal dari keluarga keturunan kyai dan dari kalangan ekonomi

menengah ke atas. Indikasi kuat yang menjadi petunjuk antara lain;

sebagian besar dari mereka berasal dari keluarga mampu dengan gaya

5 Wawancara dengan Sri Kholistiyani selaku Wakil Kepala Sekolah RA (Raudlotul Athfal) NU Banat Kudus Hari Kamis tanggal 22 Nopember 2007 pukul 08.00 WIB di Sekolahan.

Page 69: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

54

hidup yang mewah. Kalaupun anak-anak pulang antar jemput biasanya

dijemput pakai mobil, dan kebanyakan mereka diantar oleh para santri.

Ketentuan dari sekolah sendiri yang disanggupi mereka adalah SPP

bulanan sebesar, Rp 45.000,00 dan infaq pembangunan sebesar Rp

400.000,00. Alat edukatif Rp 175.000,00. Dana Sehat, Gizi, Majalah

bulanan Rp.15.000,00.

Hal senada juga diakui oleh Ibu Sri Kholistiyani, selaku wakil

kepala sekolah. Dia menginformasikan, ”Para siswa diperbolehkan

melakukan kegiatan apa saja asal itu tidak menangis, memang yang

diinginkan para guru adalah anak bisa aktif dengan aktif di kelas, mau

bermain dengan teman-teman yang lain dan tidak membuat keributan.

Asalkan anak tidak menangis, itu sudah dianggap baik”.6

Di RA(Raudlotul Athfal) Banat ini tidak ada peraturan yang terlalu

membebani anak itu sendiri, semua tata tertib yang dijalankan di RA ini

dilakukan secara bertahap kepada anak, agar anak terbiasa melaksanakan

peraturan tanpa ada paksaan dari lain.

Dari beberapa tata tertib yang diperlakukan di sekolah ini, rata-rata

para anak bisa memahaminya. Meskipun memang terkadang ada juga dari

mereka yang melanggar disiplin-disiplin tersebut. Faktor kuat yang

mempengaruhi hal ini bisa jadi karena latar belakang mereka yang serba

ada.

Setiap kelas pasti ada Tata Tertib yang harus dipatuhi oleh anak.

Beberapa Tata Tertib kelas antara lain:

1) Anak diantar sampai pintu kelas, tanpa ditunggui.

2) Masuk kelas harus mengucapkan salam.

3) Tas dan minuman di taruh di rak yang telah di sediakan.

4) Baris masuk kelas.

6 Ibid.

Page 70: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

55

5) Berdo’a sebelum dan sesudah belajar.

6) Istirahat, cuci tangan, ambil tas jajan dan minum berdo’a sebelum dan

sesudah makan.

7) Habis bermain di rapikan kembali.

8) Membuang sampah di tempatnya.7

Hal penting dan menarik yang ada pada para anak adalah perasaan

”bebas” dan ekspresif. Inilah yang mendapat pengakuan kuat dari

beberapa anak. Mereka bebas melakukan kegiatan sehari-hari di sekolah

dengan senang hati. Anak-anak dapat mengekspresikan diri sesuai dengan

potensi dan bakat masing-masing. Ini dimanifestasikan dalam bentuk

kegitan ekstrakurikuler setiap hari minggu.

Ibu Ning Zulaekhah, seorang guru di sekolahan menuturkan,

”anak-anak yang masuk sini pada dasarnya anak-anak yang baik, hanya

saja apabila ada anak yang dianggap nakal, itu adalah wajar. Tinggal

bagaimana cara guru mendidik anak itu agar berbuat baik pada diri sendiri

maupun hidup bermasyarakat”.8

6. Kurikulum Sekolah

Di RA (Raudlotul Athfal) NU Banat memiliki program pendidikan

dengan Kurikulum Terpadu: Pendidikan Umum dan Agama, dalam rangka

menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi.

Mengutamakan penanaman nilai-nilai perilaku Islami, berwawasan

Islami yang berkepribadian Islami dan membangun kemampuan kognitif,

afektif, psikomotorik sehingga tercapai tujuan yaitu meningkatkan kualitas

Sumber Daya Manusia yang mempunyai IMTAQ dan IPTEK.9

7 Disarikan dari dokumen profil RA (Raudlotul Athfal) NU Banat Kudus 8 Wawancara dengan Ning Zulaekhah selaku Guru Kelas B 1 Sekolah RA (Raudlotul Athfal)

NU Banat Kudus Hari Sabtu tanggal 1 Desember 2007 pukul 09.00 WIB di Kantor. 9 Wawancara dengan Siti Rochmah selaku Tata Usaha (TU) hari Sabtu tanggal 8 Desember

2007 pukul 08.00 WIB di Sekolahan.

Page 71: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

56

Materi Muatan Lokal RA Banat adalah:10

a. Bahasa Inggris

b. Bahasa Arab

c. Bahasa Jawa

d. Tauchid.

e. Fiqih.

f. Surat-surat Pendek.

g. Do’a Harian.

h. Menulis/ Membaca dan Matematika

Tabel 5 Jadwal Muatan Lokal Kelas RA Raudlotul Athfal/ Banat

Sabtu Ahad Senin

Bahasa Inggris

Tauhid

Extra

Extra

Bahasa Arab

Surat-Surat Pendek

Selasa Rabu Kamis

Bahasa Jawa

Tauhid

Bahasa Inggris

Do’a Harian

Bahasa Arab

Fiqih

Program pendidikan di RA (Raudlotul Athfal) NU Kudus adalah:

Waktu Kegiatan pembelajaran:

Kelompok A (Nol Kecil) : Pukul 07.30 - 10.00 WIB

Kelompok B (Nol Besar) : Pukul 10.00 – 12.30 WIB

Kegiatan Extrakurikuler untuk semua anak mulai kelas A1 sampai

kelas B4 dilaksanakan pada hari Minggu. Beberapa Extrakurikuler di sekolah

RA (Raudlotul Athfal) NU Banat antara lain:

a. Drumb band.

10 Disarikan dari dokumen profil RA (Raudlotul Athfal) NU Banat Kudus

Page 72: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

57

b. Extra Bahasa Inggris.

c. SEMPOA (bekerja sama dengan Lembaga Pendidikan BRITANIA

Kudus).

d. Tari.

e. Rebana.

f. Qiro’atul Qur’an.11

Tabel 6

Jadwal Ekstrakurikuler di RA (Raudlotul Athfal) NU Banat Kudus

Kegiatan Kelas Jam

Drum Band A

B

07.30 – 08.30

08.30 – 09.30

Menari, Rebana, Baca Al-

Qur’an

A

B

08.30 – 09.30

07.30 – 08.30

Kegiatan drum band di RA (Raudlotul Athfal) NU Banat Kudus

diadakan latihan tambahan setiap hari Sabtu dan Rabu sore dan selalu meraih

juara umum dalam lomba drum band shird contes Jawa Tengah di

Semarang.12

7. Sarana dan Prasarana Sekolah

Sebuah lembaga pendidikan dapat melangsungkan proses

pembelajaran mutlak membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai.

Terutama melengkapinya dengan fasilitas-fasilitas pendukung yang penting.

Fasilitas di RA (Raudlotul Athfal) NU Banat terdiri dari:

11 Disarikan dari dokumen profil RA(Raudlotul Athfal) Banat NU Kudus 12 Wawancara dengan Nur Inawati selaku Guru Kelas B 3 Sekolah RA (Raudlotul Athfal) NU

Banat Kudus Hari Kamis tanggal 13 Desember 2007 pukul 01.00 WIB di Rumah.

Page 73: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

58

Kelas 9 lokal (Kelas A:5 Kelas, B: 4 Kelas), Area bermain: cukup dan

dilengkapi dengan permainan menyenangkan sesuai dengan nuansa bermain

anak, Audio Visual, Kantor Guru dan Ruang Kepala, Ruang kesehatan siswa,

Nuansa belajar dan bermain yang sejuk/ Kindergarten.13

Tabel 7

Fasilitas Pendukung yang Dimiliki RA (Raudlotul Athfal) NU Banat

No Jenis Fasilitas/Ruang Jumlah Lokasi

1 Ruang kepala 2 buah Utara/selatan

2 Ruang guru 2 buah Utara/selatan

3 Ruang kelas 9 buah Utara/selatan

4 Halaman bermain 2 buah Utara/selatan

B. Pendidilkan Kemandirian Anak Pra Sekolah di RA (Raudlotul Athfal) NU

Banat Kudus

1. Materi Pendidikan Kemandirian

Manfaat utama di sekolah ini adalah sebuah kemandirian. Setalah

anak masuk sekolah, diharapkan pelan-pelan anak bisa mengurus dirinya

sendiri. Semakin besar anak, tingkat kemandirianya semakin besar pula,

hingga mampu menentukan jalan hidupnya yang terbaik.

Tugas guru di RA (Raudlotul Athfal) NU Banat adalah membantu

meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan

dan daya cipta yang diperlukan oleh anak dalam menyesuaikan diri dengan

lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya.

Sedangkan ruang lingkup program kegiatan belajar meliputi

pembentukan tingkah laku melalui pembiasaan dalam pengembangan moral

13 Disarikan dari dokumen profil RA (Raudlotul Athfal) NU Banat Kudus

Page 74: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

59

berdasarkan Agama Islam, disiplin, perasaan, dan kemampuan masyarakat,

serta pengembangan kemampuan dasar melalui kegiatan yang dipersiapkan

oleh guru meliputi pengembangan kemampuan, berbahasa, daya pikir, daya

cipta, keterampilan, dan jasmani.

Program Pendidikan:

a. Program kemampuan dasar.

b. Membaca dan menulis (huruf Al-Qur’an dan Latin).

c. Pengenalan lingkungan/karya wisata.

d. Manasik Haji.

e. Kegiatan Ramadhan.

f. Senam Irama.

g. Sholat.

h. Baca Tulis Al-Qur’an (Yanbu’a).

i. Bakti Sosial.

j. Rekreasi.

k. Kegiatan akhir Tahun/Lomba antara lain:

1) Fashion show,

2) Karaoke,

3) Pidato.

Dan macam-macam lomba lain yang menggembirakan yang bersifat

mengembangkan jiwa/ kreasi anak.

2. Peran Guru dalam Pendidikan Kemandirian Anak Pra Sekolah

Berbagai hal yang dapat dilaksanakan oleh guru RA (Raudlotul

Athfal) NU Banat Kudus, untuk mengembangkan anak agar dapat

berkembang menjadi pribadi yang mandiri.

Page 75: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

60

a. Adaptasi lingkungan sekolah

Anak diajari untuk menerima lingkungan baik yang

menyenangkan atau tidak. Agar masing-masing anak dapat merasa aman

dan bahagia dalam lingkungan baru di sekolah.

Dengan demikian, anak mulai dapat menunjukkan emosi yang

wajar dan mengendalikan tindakan dan perasaannya. Misal anak mau

berpisah dengan orang tua tanpa menangis, sabar menunggu giliran,

berhenti bermain pada tempatnya, dapat dibujuk, tidak cengeng.

b. Mengajari anak untuk bergaul dengan teman-temannya tanpa pandang

bulu

Bagaimana anak belajar bersosialisasi dengan anak-anak lain

dengan baik dan berdampak positif dalam lingkungan sekolah yang lebih

luas.14 Untuk memperoleh pengalaman positif dan menyenangkan. Anak

dilatih untuk saling memberi dan berbagi kasih sayang antara anak yang

satu dengan anak yang lain untuk dapat hidup bermasyarakat secara aman

dan bahagia. Tumbuhnya sikap kerja sama dan persatuan, misalnya saling

membantu sesama teman, mudah bergaul, tidak lekas marah atau

membentak-bentak, mau mendengarkan guru atau teman berbicara.

Para guru RA (Raudlotul Athfal) NU Banat Kudus sangat

menyadari bahwa sekolah bagi seorang anak bagaikan alam yang baru,

karena sekolah merupakan tempat pertama kalinya anak berbaur dengan

lingkungan lain di luar lingkungan keluarga.

14 Putri Pandan Wangi, Mendidik Anak Pra Sekolah, (Yogyakarta: Dama Pustaka, 2005),

hlm. 76

Page 76: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

61

c. Mengembangkan bahasa

Untuk meningkatkan komunikasi, anak-anak harus menguasai dua

tugas pokok yang merupakan unsur penting dalam belajar berbicara.

Pertama, mereka harus meningkatkan kemampuan untuk mengerti apa

yang dikatakan orang lain. Kedua, mereka harus meningkatkan

kemampuan bicaranya sehingga dapat dimengerti orang lain.15

Para guru biasanya lebih menekankan pada belajar berbicara

sehingga tugas meningkatkan pengertian secara tidak langsung dilakukan

anak sendiri karena adanya keinginan yang kuat untuk berkomunikasi

sebagai sarana untuk kegiatan berkomunikasi dengan anak-anak lain di

sekolah. Masalah yang sering dibicarakan misalnya dirinya sendiri dan

aktivitas. Dan isi pembicaraan anak biasanya menyangkut masalah suka

atau tidak pada seseorang, pakaian, tempat tinggal dan menyangkut hal-

hal rutin sehari-hari.

Masa ini juga dikenal sebagai masa tukang ngobrol, karena sekali

anak-anak dapat berbicara dengan mudah, ia tidak putus-putusnya bicara

dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan, sebaliknya, pada anak-anak yang

relatif pendiam, biasanya kurang aktif di kelas.

Di kelas anak diajari untuk mendengarkan dan membedakan bunyi

suara, bunyi bahasa dan mengucapkannya. Anak dapat menyebutkan kata-

kata yang mempunyai suku kata awal yang sama. Misalnya kaki-kali atau

suku kata akhir yang sama misalnya: nama-sama dan lain-lain.

15 Elizabeth B. Hurlock, Developmental Psychology, Alife-Spon, Approach, terj. Istiwadayanti

dan Soedjarwo, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Edisi V, (Jakarta: Erlangga, 1994), hlm. 113

Page 77: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

62

d. Anak dilatih untuk menjadi pribadi yang bertanggungjawab

Untuk memenuhi kebutuhan sendiri pada tingkat kemandirian

yang sesuai dengan tingkat usia anak.

Anak dibiarkan memberi saran, belajar mendengarkan orang lain

dan belajar bertanggungjawab. Guru memberi alternatif apa yang bisa

dikerjakan. Anak juga diberi kebebasan untuk memilih apa yang

diinginkan dan jangan menunggu perintah dari guru.16

Di sini anak melaksanakan tugas yang diberikan guru, anak

mampu membedakan barang milik sendiri dan milik orang lain, anak bisa

memahami bahwa setiap perbuatan itu memiliki akibat. Apabila anak

sudah mulai memahami hal tersebut maka ia akan selalu berusaha untuk

memenuhi apa yang ingin dilakukan itu sesuai dengan tingkah laku yang

dapat diterima masyarakat dalam lingkungan sekolah.

e. Berlatih untuk selalu tertib dan patuh pada peraturan

Di RA (Raudlotul Athfal) NU Banat Kudus tingkah laku anak

ditumbuhkan melalui teladan, ajaran-ajaran dan pujian. Teladan dan ajaran

membentuk tingkah laku dan mengarahkan anak dalam betingkah laku.

Pujian berperan dalam menguatkan dan mengukuhkan suatu tingkah laku

yang baik.

Seperti membiasakan anak melaksanakan tata tertib yang ada di

sekolah, mengikuti aturan permainan. Disiplin diri pada anak dipupuk

dengan memberikan tata tertib yang mengatur hidup anak. Tata tertib

disertai pengawasan akan terlaksananya tata tertib, dan pemberian

pengertian pada setiap pelanggaran, menimbulkan rasa keteraturan dan

disiplin diri.

16 Ronald, Peran Orang Tua dalam Meningkatkan Kualitas Hidup: Mendidik dan Mengembangkan Moral Anak, (Bandung: Yrama Widya, 2006), hlm. 81

Page 78: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

63

Kapan dan bagaimana cara menerapkan disiplin sangat bervariasi,

bergantung pada tahap perkembangan dan temperamen masing-masing

anak. di lingkungan sekolah, teman juga memberi pengaruh bagi disiplin

anak.17

Meskipun demikian, ada penerapan disiplin yang berlaku umum

bagi semua usia dan kepribadian. Prioritas utama adalah mendidik anak

secara positif, kedua, bersikap tegas jika sesekali anak memberontak.18

Tegas dalam hal apa yang harus dilakukan, dan apa yang dilarang dan

tidak boleh dilakukan.

Disiplin yang tepat dapat menolong mengembangkan pengendalian

diri. Disiplin merupakan suatu hubungan belajar dan mengajar diantara

guru dan anak, guru mendisiplinkan anak dan akan bertanggungjawab

terhadap perilakunya sendiri. Anak dalam lingkungan yang kurang

berdisiplin akan merasa tidak aman. Anak perlu disiplin agar tidak

melakukan tindakan yang melukai orang lain atau dirinya sendiri.

Menanamkan suatu disiplin yang tepat itu tidak mudah. Guru

membutuhkan kesabaran, ketegasan, kelemahlembutan, mengenal

perbedaan setiap anak, dan mengajar yang teratur.

f. Mengembangan kreativitas anak

Dalam perkembangannya, perlu ditumbuhkan rasa percaya diri

agar anak dapat mencapai hasil maksimal, menumbuhkan self confidence

dapat dilakukan dengan menghindari cemooh atau kritik yang tidak perlu

yang mungkin dapat mengurangi semangat anak untuk mencoba

kreativitasnya.

17 Sylvia Rimm, Mendidik dan Menerapkan Disiplin Pada Anak Pra Sekolah, (Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama, 2003), hlm. 48 18 Ny. Singgih D. Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa, Psikologi Untuk Membimbing, (Jakarta:

Gunung Mulia, 2000), hlm. 136

Page 79: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

64

Secara umum guru diharapkan menciptakan kondisi yang baik,

yang memungkinkan setiap anak mengembangkan kreativitasnya. Anak

yang kreatif belum tentu pandai, dan sebaliknya. Hal ini perlu dipahami

oleh guru agar tidak terjadi penyikapan yang salah terhadap anak.19

Di sini, guru menciptakan kondisi yang baik, yang memungkinkan

masing-masing anak dapat mengembangkan kreativitasnya, antara lain

dengan memberikan tugas-tugas di dalam kelas supaya dikerjakan sendiri

oleh masing-masing anak.

3. Media Pendidikan Kemandirian.

Media yang digunakan guru di RA (Raudlotul Athfal) NU Banat

untuk pendidikan kemandirian anak di sini adalah semua aktivitas yang ada

hubunganya dengan materi pendidikan kemandirian., baik yang berupa alat

yang dapat diragakan maupun tekhnik atau metode yang secara efektif dapat

digunakan oleh guru dalam rangka mencapai tujuan tertentu.

Ibu Mardati selaku Kepala Sekolah RA (Raudlotul Athfal) NU Banat

ini mengatakan bahwa semua alat yang dapat digunakan untuk menyampaikan

informasi mengenai materi pendidikan kemandirian baik berupa benda dapat

di pakai sebagai media pengajaran seperti papan tulis, buku pelajaran, film

,gambar hidup atau mati, tape recorder, televisi, tempat ibadah.20

Misalnya dalam mempraktekkan manasik haji, kegiatan-kegiatan

Exstrakurikuler berupa alat-alat Drum band, rebana, alat-alat karaoke, dan

lain sebagainya.

19 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, Implementasi dan

Inovasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), cet. VII, hlm. 128 20 Wawancara dengan Wardati, BA selaku Kepala Sekolah RA (Raudlotul Athfal) NU Banat

Kudus hari Rabu tanggal 12 Desember 2007 pukul 13.00 WIB di Rumahnya Jl. Singocandi Kudus

Page 80: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

65

4. Evaluasi

Inilah tugas terberat seorang guru, jika memang dirasa berat, meski

sebenarnya akan terasa mengasikkan jika dilakukan dengan ikhlas dan

menyenangkan. Sebuah konsekuensi lembaga pendidikan ketika mengadakan

evaluasi kegiatan pembelajaran. Ini dilakukan untuk keperluan memajukan

pembelajaran itu sendiri baik dari sisi individu anak, materi, maupun sekolah

yang masuk dalam sistem secara kelembagaan.

Di RA (Raudlotul Athfal) NU Banat Kudus, kegiatan bermain

digunakan sebagai metode untuk melakukan penilaian atau evaluasi. Karena

di dalam kegiatan bermain, perilaku yang tampil lebih murni dan seadanya

tanpa dibuat-buat. Beda halnya kalau anak sedang mendapat tugas-tugas

tertentu yang sifatnya lebih formil, belum tentu anak akan berperilaku apa

adanya.

Guru menggunakan bermain sebagai alat untuk melakukan

pengamatan dan penilaian atau evaluasi terhadap anak. dari mainan atau

permainan yang sering dipilih anak maka guru melakukan pengamatan:

a. Apakah anak melakukan kegiatan bermain yang beraneka ragam atau

tidak.

b. Bagaimana cara memainkan mainan tersebut.

c. Apakah anak lebih condong bermain sendiri atau bersama teman.

d. Bila bermain bersama teman bagaimana sikap anak dan bagaimana

penerimaan teman-teman terhadap kehadirannya.

e. Apakah anak lebih banyak bersikap pasif saja mengikuti teman ataukah ia

lebih sering mengatur teman-temannya.

f. Apakah anak mau menang sendiri, kerap kali mengalah, atau mau berbagi

dengan teman.

g. Berapa lama anak dapat menekuni mainannya.

Page 81: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

66

h. Bagaimana perhatian anak selama bermain, tertuju pada hal yang sedang

dikerjakan atau mudah teralih pada hal-hal lain.

i. Apakah anak akan marah, menangis atau merusak mainannya bila ia gagal

atau sedang kesal?

j. Apakah anak senang bergaul atau senang menyendiri.

k. Apakah anak mudah putus asa atau sebaliknya memperlihatkan

ketekunannya dan keuletannya bila menghadapi kesulitan dengan

mainannya.21

l. Apakah anak mempunyai cara kerja yang teratur dan terencana ataukah

serabutan sehingga mainan bercecer kemana-mana.

m. Apakah balok yang disusun mudah jatuh karena sering tersenggol.

n. Apakah anak menyelesaikan permainannya sampai tuntas ataukah mudah

sekali teralih pada mainan atau kegiatan yang sedang dilakukan temannya.

o. Apakah anak suka merebut mainan dari teman, tidak mau menunggu

giliran?.22

Kegunaan evaluasi selain untuk memantau kemajuan anak selama

mengikuti program di RA (Raudlotul Athfal) NU Banat Kudus juga bisa

digunakan sebagai alat bantu untuk deteksi dini atau menemukan adanya

penyimpangan atau gangguan yang akan bertambah buruk bila dibiarkan

berlarut-larut. Melalui evaluasi, bila guru menemukan hal-hal yang tidak

lazim pada perilaku anak, guru melakukan penanganan yang extra pada anak.

5. Mengatasi Faktor Pendukung dan Penghambat Pendidikan Kemandirian Anak

Pra Sekolah

Ada beberapa faktor yang menjadi penghambatnya diantaranya:

21 Mayke S. Tedjasaputra, Bermain, Mainan dan Permainan Untuk Pendidikan (Jakarta: PT.

Gramedia, 2005), hlm. 46 22 Ibid., hlm. 47

Page 82: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

67

a. Anak. Mereka berasal dari latar belakang yang berbeda-beda baik dari

kecerdasan, tingkat ekonomi, maupun status sosialnya. Ini memicu tenaga

dan pikiran yang ekstra untuk menanganinya secara manusiawi, secara

adil. Yang paling sulit adalah bagaimana guru harus mengetahui emosi

anak yang jauh berbeda dengan pikiran orang dewasa dan itu tidak bisa

diprediksikan.

b. Guru. Terkadang para guru kurang matang mempersiapkan perangkap-

perangkap pembelajaran yang sebenarnya tidak sedikit dan membutuhkan

ketelatenan.

c. Persiapan Pembelajaran. Untuk menghadapi anak-anak yang begitu

banyak dan bermacam-macamkarakter tidak mudah. Guru harus

menerapkan metode yang tepat dan memiliki persiapan yang matang.

d. Sarana dan Prasarana. RA (Raudlotul Athfal) NU Banat adalah berlokasi

dekat dengan jalan raya dan bersebelahan dengan sekolah-sekolah SMA,

SMP, Mts, yang jumlah siswanya tidak sedikit. Sehingga butuh penjagaan

extra dari berbagai pihak.

Di samping faktor penghambat, beberapa faktor yang menjadi

pendukung pelaksanaan program pembelajaran di RA (Raudlotul Athfal) NU

Banat adalah:

a. Guru. Kreativitas guru sendiri dalam mengembangkan materi secara

mandiri.

b. Anak. Antusiasme anak-anak dalam pendidikan dengan berbagai metode

menjadi motivasi para guru dan pimpinan untuk terus mengembangkan

program-programnya.

c. Pimpinan. Empati pimpinan sekolah terhadap pelaksanaan program

menjadi penyemangat para guru. Bahkan tidak jarang pimpinan sekolah

turun tangan sendiri untuk membantu guru-guru yang lain dalam

pendidikan.

Page 83: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

68

d. Iklim sosial. Seluruh warga sekolah membangun hubungan yang sangat

harmonis. Antara guru, anak, pimpinan serta staf sangat mungkin sekali

untuk terciptanya kemandirian.

e. Orang tua murid. Partisipasi dan kerja sama mereka yang begitu akrab,

dengan mempercayakan para guru untuk mendidik anak-anaknya ke

sekolah ini menjadi salah satu evaluator bagi kemajuan sekolah.

Itulah paling tidak beberapa faktor penghambat dan pendukung

pendidikan kemandirian anak. Yang penting menjadi catatan di sini adalah

bahwa RA (Raudlotul Athfal) NU Banat yang memiliki almamater Islami dan

perlu di contoh oleh Pendidikan Taman Kanak-kanak di Jawa Tengah.

Page 84: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

69

BAB IV

ANALISIS PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN

KEMANDIRIAN ANAK PRA SEKOLAH

A. Analisis Peran Guru dalam Pendidikan Kemandirian Anak Pra Sekolah

Mendidik anak bukanlah hal yang mudah, bukan pekerjaan yang

dilakukan secara serampangan, dan bukan pula hal yang bersifat sampingan.1

Seorang anak sudah tentu belum dewasa tetapi ia akan menuju pada kedewasaan.

Kedewasaan itu tidak diperoleh begitu saja, tetapi melalui proses yang cukup

panjang dan berlangsung secara terus menerus.

Sudah menjadi keharusan bagi guru yang berhati ikhlas untuk dan bekerja

dengan tulus tanpa mengenal lelah guna membentuk generasi baru. Mendidik

anak sejak dini secara langsung, tentu saja dilakukan secara sengaja dengan

mengajarkan hal-hal positif dan bermanfaat kepada anak. Sedangkan yang tidak

langsung, sesuai dengan sifatnya yang suka meniru, anak-anak selalu melakukan

apa yang orang dewasa lakukan.

Perjalanan seorang anak menuju kedewasaan dipengaruhi oleh beberapa

faktor, diantaranya faktor alam dan lingkungan. Selain itu juga peran serta guru,

tanpa bantuan orang lain khususnya guru, kedewasaan seseorang akan terhambat.2

Kedewasaan tidak hanya diukur dengan umur tetapi juga diukur dengan

kematangan berpikir. Anak yang sudah dewasa akan matang dalam berpikir.

Mereka dapat mengemukakan pendapatnya dengan baik dan terkontrol, serta

nemiliki kemampuan untuk hidup mandiri.

1 Jamaal ‘Abdur Rahman, Athfaalul Muslimin Kaifa Rabbaahumun Nabiyyul Amiin, Terj. Mendidik Anak Teladan Rasulullah SAW, Penerj. Bahrun Abubakar Ihsan Zubaidi, (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2005), hlm. 16

2 Ronald, Peran Orangtua dalam Meningkatkan Kualitas Hidup, Mendidik dan Mengembangkan Moral Anak, (Bandung; Yrama Widya, 2006), hlm.15

Page 85: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

70

Untuk membantu proses tersebut, seorang guru harus mengadakan

pendekatan dengan anak yang sedang berada dalam tahap menuju kedewasaan

tersebut. Pendekatan itu dilakukan dengan cara mengenal anak tersebut, apa

kebutuhan anak itu dan apa kesulitan mereka. Apabila guru sudah mengenal anak

dengan baik, guru akan dapat membantu perkembangan kedewasaanya.

Sekolah sebagai wadah pendidikan formal berperan dalam membantu

terselenggaranya pendididkan anak. Dari pihak sekolah, orang yang paling dekat

dengan anak adalah guru. Gurulah yang dapat mengamati ketika tatap muka di

kelas. Tetapi waktu yang sedikit, tenaga guru yang kurang, dan sarana yang

terbatas sering menjadi kendala untuk setiap saat mengamati perilaku anak.

Kesulitan guru untuk mengamati anak juga beragam. Tugas guru cukup

berat untuk menguasai perilaku anak satu persatu. Dengan sistem klasikal yang

diterapkan dalam pendidikan, tidak mungkin seorang guru mengamati perilaku

anak satu persatu secara teliti.

Walaupun demikian, guru harus membantu kesulitan anak secara umum.

Guru harus menghindari hal-hal yang menekan dan menghambat perkembangan

kedewasaan anak. Guru harus dapat memilih metode pengajaran yang dapat

membangkitkan proses kedewasaan anak. Di RA( Raudlotul Athfal) Banat NU

Kudus, anak-anak ditantang dengan kesulitan-kesulitan untuk dipecahkan oleh

anak itu sendiri sampai berhasil. Dengan demikian anak akan terlatih dalam

mengatasi berbagai macam kesulitan.

Anak diberi kesempatan untuk memilih. Anak yang terbiasa berhadapan

dengan situasi atau hal-hal yang sudah di tentukan oleh orang lain, akan malas

untuk melakukan pilihanya sendiri. Sebaliknya, apabila ia terbiasa dihadapkan

pada beberapa pilihan, ia akan terlatih untuk membuat keputusan sendiri dalam

lingkup kecil sejak dini akan memudahkan untuk kelak menentukan serta

memutuskan sendiri hal-hal dalam kehidupan.

Page 86: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

71

Dengan demikian yang dilakukan guru RA (Raudlotul Athfal) NU Banat

untuk mendidik anak agar tidak cenderung menggantungkan diri pada seseorang,

serta mampu mengambil keputusan. Di bawah ini ada beberapa hal yang di

terapkan guru untuk melatih anak agar menjadi mandiri.

1. Beradaptasi dengan lingkungan.

Sekolah merupakan lingkungan yang baru bagi anak. Banyak anak

mengalami masalah ketika pertama kali masuk sekolah. Awal ketakutan ini

sebenarnya karena ia tidak tahu sama sekali apa yang akan terjadi di sekolah.

Ketakutan anak untuk sekolah akan sedikit hilang seandainya anak diberitahu

bahwa ia akan melakukan kegiatan bermain-main yang mengasikkan.

Perasaan itu banyak dialami oleh anak-anak yang sekolah di RA(Raidlotul

Athfal) Banat NU Kudus. Selebihnya untuk membantu anak memahami apa

yang terjadi di sekolah, maka peran guru sangat diperlukan.

Tidak selamanya lingkungan dapat memberikan suasana yang

kondusif bagi perkembangan anak, sering kali justru merugikan

perkembangan anak, kondisi lingkungan yang sehat, akan dapat merangsang

perkembangan anak sehingga mencapai hasil maksimal. Lingkungan yang

baik adalah dimana anak dapat memperoleh kesempatan untuk dapat

menggunakan dan mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.

Misalnya pengenalan lingkungan atau karya wisata.

2. Bersosialisasi.

Perkembangan psikososial dan kepribadian sejak usia pra sekolah

ditandai oleh semakin meluasnya pergaulan sosial, terutama dengan teman

sebaya.

Beberapa hubungan sosial dengan teman sebaya memiliki arti yang

sangat penting bagi perkembangan pribadi anak. Salah satu fungsi kelompok

ialah menyediakan suatu sumber informasi dan perbandingan tentang dunia di

Page 87: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

72

luar lingkungan keluarga. Anak-anak menerima umpan balik tentang

kemampuan mereka dari kelompok sebaya.3

Sebagaimana anak-anak RA (Raudlotul Athfal) NU Banat Kudus

dibiasakan bergaul dengan anak-anak lain. Karena dengan begitu, anak akan

belajar membentuk hubungan sosial dan menghadapi serta belajar

memecahkan permasalahan secara bersama, atau membicarakan dengan

teman sebaya tentang berbagai hal yang muncul dari hubungan sosial tersebut.

Misalnya bakti sosial halaman sekolah, latihan senam irama, kegiatan

ramadhan untuk menumbuhkan keakraban diantara mereka, manasik haji.

3. Komunikasi.

Masa pra sekolah merupakan masa yang sangat ideal untuk

mengembangkan kemampuan berbahasa, karena setelah kemampuan

berbicara dimiliki, tahapan berikutnya yang perlu dipelajari adalah

mengembangkan jumlah kosakata yang dimiliki anak, untuk kemudian

dirangkai dalam bentuk kalimat dengan bertanya dengan temanya dan para

guru.

Belajar berbicara di RA (Raudlotul Athfal) NU Banat merupakan

sarana untuk memperoleh kemandirian. Anak-anak yang tidak dapat

mengemukakan keinginan dan kebutuhanya, atau tidak dapat berusaha agar

dimengerti orang lain cenderung diperlakukan sebagai bayi dan tidak berhasil

memperoleh kemandirian yang diinginkan. Kalau anak tidak dapat

mengatakan kepada guru untuk mengungkapkan kemaunya paling sederhana

atau tidak dapat makan-minum bekal yang dibawanya sendiri, guru akan terus

membantu karena anak dianggap masih terlalu kecil untuk dapat melakukanya

sendiri. Ini menghambat anak untuk menjadi percaya diri dan mandiri. Anak

diajari membaca dan menulis al-Qur'an. Setiap pagi sebelum pelajaran

3 Desmita , Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hlm.145

Page 88: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

73

dimulai anak-anak bersama guru bersama-sama menghafalkan kosa kata dasar

materi bahasa Arab, bahasa inggris, menghafalkan surat-surat pendek.

4. Bertanggungjawab.

Sikap mandiri anak, ditandai dengan adanya kecenderungan untuk

berbuat yang dilakukan sendiri secara aktif. Aktifitasnya itu dengan

sendirinya, memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar membedakan

dirinya dengan orang lain.

Sebagaimana guru mengajari anak-anak RA (Raudlotul Athfal) NU

Banat Kudus untuk memiliki tanggungjawab. Di sini anak diajari untuk

membedakan antara yang benar dan salah, yang baik dan yang buruk, yang

boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan. Sikap mandiri anak, ditandai

dengan adanya kecenderungan untuk berbuat yang dilakukan sendiri secara

aktif, mampu memahami bahwa setiap perbuatan itu memiliki akibat. Di RA

(Raudlotul Athfal) NU Banat Kudus anak-anak selalu dibiasakan untuk hidup

bersih misalnya apabila anak habis makan, mereka harus buang bungkus

makanannya pada tempat sampah.

5. Disiplin.

Menanamkan suatu disiplin itu tidak mudah, diperlukan kesabaran,

ketegasan, kelemah lembutan, mengenal perbedaan setiap anak, dan mengajar

dengan teratur.

Disiplin yang diterapkan di RA (Raudlotul Athfal) NU Banat Kudus,

melatih anak agar terbiasa mematuhi peraturan sekolahan tanpa ada paksaan.

Anak dibiasakan untuk mematuhi taat tertib sekolahan. Guru menyuruh anak

untuk menjalankan kewajiban secara langsung mengerti larangan-

larangannya, mengerti tingkah laku yang baik dan yang buruk. Misalnya

pelajaran praktek shalat lima waktu.

Page 89: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

74

6. Mengembangkan Kreativitas.

Seringkali anak akan mencoba dan menemukan sesuatu yang baru

untuk kemudian dikembangkan menjadi bahan dan model permainan,melalui

eksperimentasi dalam bermain ini anak akan menemukan bahwa merancang

sesuatu yang baru dan berbeda dengan yang telah ada akan dapat

menimbulkan kepuasan dan memperoleh penghargaan dari lingkungan

terutama teman-temanya.

Semua anak pada dasarnya bersifat kreatif dan permainan imajinatif

adalah cara mereka mengekspresikan diri. Oleh karena itu, apabila ekspresi

anak yang unik, hebat, diremehkan, mereka akan menarik diri dan

pertumbuhan mereka akan terpengaruh. Misalnya kegiatan extrakurikuler

yang harus diikuti oleh semua anak untuk mengembangkan kreativitas anak-

anak di RA (Raudlotul Athfal) Banat NU Kudus.

B. Peran Guru dalam Meningkatkan Kemandirian Anak Pra Sekolah di RA

(Raudlotul Athfal) NU Banat Kudus

Seorang guru harus mempunyai asumsi dasar tentang anak pra sekolah

yang dikembngkan. Ini harus selalu diingat pleh guru dalam proses pendidikan.

Karena hal tersebut turut menentukan tujun yang hendak dicapai.4

Secara pribadi setiap anak akan mengembangkan pola reaksi masing-

masing terhadap rangsangan atau kejadian yang dialaminya, dan setiap anak akan

berkembang sesuai dengan tempo dan kecepatan masing-masing. Dengan

demikian perkembangan anak tidak selalu sejalan dengan anak-anak yang lain.

4 Agus F. Tangyong, CBSA Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-kanak, (Jakarta: PT.

Gramedia, 1990), hlm. 3

Page 90: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

75

Dengan adanya asumsi dasar itu guru mempunyai pandangan yang khusus

pada anak. Guru tidak lagi menuntut agar anak menjadi seseorang sesuai dengan

apa yang diinginkannya, tetapi guru menghormati anak seperti apa adanya.

Dengan menerima keadaan anak seperti itu dan tanpa mengabaikan keteraturan

dan disiplin dan mematuhi peraturan administrasi sekolah, guru harus lebih

banyak memberi peluang untuk lebih bebas menjelajahi lingkunganya dalam

mencobakan (mengkaji) kemampuanya. Peluang ini akan menjadikan anak lebih

kreatif dan berinisiatif.

Peran guru yang ideal belum tentu dapat dipenuhi oleh seorang guru RA

(Raudlotul Athfal) NU Banat Kudus, namun yang penting adalah usaha guru

memberi kesempatan pada anak menjelajahi lingkungan tersebut untuk

menemukan ”diri” mereka sendiri, membri kesempatan mencoba dan

mengembangkan daya cipta. Yang dimaksud dengan ”diri” adalah kompleksitas

kesadaran kemampuan (kekuatan/kelemahan) sera sikap dan persepsi.

Peran guru RA (Raudloul Athfal) Banat NU Kudus, dalam melakukan

pembelajaran dituntut harus bisa aktif dan selalu memberikan kesempatan pada

anak untuk berbuat, dan semua kegiatan pembelajaran di sekolah ini dilaksanakan

melalui bermain. Anak diperkenankan melakukan kegiatan yang paling sesuai

dengan minatnya. Ia boleh mencoba, diperkenankan membuat ksalahan, dan lebih

dari itu didorong untuk menciptakan sesuatu. Anak bebas memilih tempat-tempat

yang telah diatur oleh guru untuk mengembangkan suatu bidang pengembangan

tertentu. Misalnya di sini anak bebas bergerak dari tempat untuk mengembangkan

kemampuanya berbahasa, ke tempat untuk menciptakan atau tempat untuk

membangun. Yang pnting adalah mengusahakan agar anak tetap aktif, berbuat

dan mnemukan kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan, minat dan

kemampuanya.

Page 91: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

76

Belajar bagi anak, hendaknya menyenangkan sehingga anak akan

mengembangkan sikap cinta belajar dan menjadi pembelajar seumur hidup. Oleh

karena itu di seolah ini, metode pembelajaran yang menyenangkan (joyfull

learning) digulirkan.

Terdapat beberapa landasan mengapa pembelajaran, terutama bagi anak-

anak harus menyenangkan, diantaranya karena: 1) pembelajaran berlangsung

seumur hidup, 2) pada dasarnya setiap individu setiap saat itu belajar, 3) kapasitas

mental setiap individu untuk belajar itu terbatas, dan 4) masa kanak-kanak adalah

masa bermain.5

Di RA (Raudlotul Athfal) NU Banat, dalam pembelajaran di ruang kelas

dijadikan arena bermain, bernyanyi, bergerak bebas. Ruang kelas sebagai ajang

kreatif bagi anak menjadikan mereka kerasan dan secara psikologis nyaman.

Suasana kelas yang penuh kekeluargaan, hangat dan akrab. Setiap anak dihargai,

diakui dan diberi kesempatan untuk tumbuh dan berkembang. Dengan demikian

mereka akan membangun rasa percaya diri dan nilai-nilai positif.

Para guru juga perlu mengembangkan dan mempraktikkan pendekatan

pembelajaran yang menjadikan mereka asyik, kreatif, sehingga lepas dari suasana

tertekan, terbebani. Dengan membangun suatu suasana sekolah yang baik, para

guru dapat bekerja dengan penuh kasih sayang, dalam suasana cinta kasih,

pengertian, kerelaan dan kesabaran. Guru lebih bersikap demokratis dan

menempatkan dirinya sebagai fasilitator. Sehingga hasil pendidikanya adalah

anak-anak yang kreatif, mandiri, cerdas, dan taat pada hati nurani,

bertanggungjawab dan tetap ceria.

Bila setiap guru memberi kepercayaan pada anak sehingga memungkinkan

anak belajar meningkatan kemampuan dirinya, setiap inisiatif dihargai, dan

5 Euis Sunarti dan Rulli Purwani, Ajarkan Anak Keterampilan Hidup Sejak Dini, (Jakarta:

Gramedia, 2005), hlm.xvii

Page 92: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

77

sebagai anak tidak banyak dikecam oleh lingkungan terdekatnya yang

berpengaruh, anak akan belajar menemukan harga diri (self-esteem).

Kepercayaan mempengaruhi pertumbuhan mental dan kepribadian anak.

Banyak keunggulan-keunggulan intelektual maupun sosial yang sangat

dipengaruhi oleh kepercayaan yang diterima anak. Berkat kepercayaan

kepadanya, anak memenuhi kebutuhannya yang paling mendasar pada saat ia

masih kecil, yakni basic trust (kepercayaan dasar). Kepercayaan dasar yang kuat

akan membuat anak merasa aman dan nyaman, sehingga ia berani mencoba,

belajar menghargai dirinya sehingga jika benar-benar terkelola dengan baik pada

akhirnya akan membuahkan kekuatan self-reward, keadaan dimana anak tidak

perlu mendapat dukungan dari luar sudah menemukan kebahagiaan manakala ia

menuai keberhasilan. Kepercayaan dasar juga membuat anak merasa dirinya

berharga dan merasa terlindungi.

Bila anak memiliki kepercayaan dasar semenjak awal kelahiran, ia akan

mengembangkan rasa aman (secure feeling). Rasa aman inilah yang dapat

menumbuhkan keberanian berinisiatif pada situasi-situasi yang telah dikenalnya

maupun situasi baru.6

Pada anak yang kurang memiliki rasa aman, ia mengalami hambatan

psikologis untuk berinisiatif. Ia juga tidak memiliki keberanian untuk melakukan

segala sesuatu ”secara mandiri” tanpa bantuan orang terdekatnya. Ia belajar untuk

memiliki ketergantungan. Pada tarafnya mengkhawatirkan, rendahnya rasa aman

membuat ia takut berada pada situasi asing.anak merasa tidak nyaman berada

pada situasi yang ia belum sangat terbiasa. Suasana baru terasa sebagai ancaman

yang menimbulkan ketakutan (fear) dan kecemsan (anciety). Tentu saja ini

merupakan keadaan yang membahayakan pertumbuhan mental anak, karena anak

kehilangan inisiatif, sosialnya, kehilangan daya kreatifnya dan tidak mampu

6 Mohammad Fauzil Adzim, “Tersenyumlah Anakku Sayang”, Hidayatullah, XV, 04, Agustus, 2002, hlm.52

Page 93: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

78

membangkitkan inisiatif, apalagi inovasi meskipun secara intelektualnya sangat

tinggi.

Peran guru dalam pendidikan kemandirian anak harus diterapkan sejak

dini, agar nantinya ketika dewasa anak terbiasa hidup mandiri tanpa tergantung

pada orang lain.

C. Mengatasi Faktor Penghambat

Sebenarnya di RA (Raudlotul Athfal) NU Banat, tidak banyak problem

atau kendala yang sangat berat, justru mereka berhasil menjadikan ”kendali” dari

permasalahan-permasalahan yang muncul. Meskipun demikian, bukan berarti

semua persoalan telah selesai. Problem yang secara umum dialami di sekolahan

ini antara lain:

1. Perkembangan Emosi Anak.

Akibat pengaruh proses pematangan dan hasil belajar, maka reaksi

emosional anak yang bersifat spontan akan sangat berbeda dengan reaksi

orang-orang dewasa di sekitrnya. Anak pada usia tertentu memiliki pola

emosi yang berbeda-beda.

Pola emosi yang bersifat umum antara lain: amarah, takut, cemburu,

ingin tahu, iri hati, gembira, sedih, kasih sayang.7 Selama awal masa kanak-

kanak emosi sangat kuat. Saat ini merupakan saat ketidak seimbangan karena

anak-anak ”keluar dari fokus”, dalam arti ia mudah terbawa ledakan-ledakan

emosioanal sehingga sulit dibimbing dan diarahkan.

7 Elizaabeth B. Hurlock, Developmental Psychology, A life-Spon, Approch, Terj.

Istiwadayanti dan soedjarwo, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Edisi V (Jakarta: Erlangga, 1994), hlm. 85

Page 94: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

79

Rangsangan yang membangkitkan emosi dan cara anak

mengungkapkan emosi sangat berbeda. Pada saat hubungan dengan teman-

teman sebaya di sekolah lebih sering terjadi dan lebih mencolok.

Terdapat tiga kelompok sumber yang dapat menimbulkan kondisi

memuncaknya emosi anak yaitu:8

a. Kondisi Phisik: kondisi tubuh yang mungkin dapat menyebabkan emosi

yang memuncak, meliputi kondisi kesehatan yang buruk.

b. Kondisi Psikhologis: tingkat Intelegensi yang rendah, tingkt kegagalan

dalam mencapai aspirasi tertentu dan kecemasan setelah adanya

pengalaman emosional yang sangat membekas.

c. Kondisi Lingkungan: tekanan yang terus menerus dari lingkungan phisik

dan sosial, kekangan yang berlebihan dari orang-orang di sekitarnya, sikap

tang terlalu protectif, serta suasana otoriter di sekolah.

Perkembangan emosi yang dialami anak-anak RA( Raudlotul Athfal)

Banat antara anak satu dengan anak yang lain berbeda-beda, di sini guru

dituntut untuk lebih dekat pada semua anak, agar dapat mengetahui karakter

masing-masing anak. Dengan begitu akan mempermudah para guru dalam

mendidik anak.

2. Guru

Terkadang para guru kurang matang dalam mempersiapakn perangkat-

perangkat pembelajaran yang akan digunakan untuk mendidik anak-anak.

Guru RA (Raudlotul Athfal) NU Banat Kudus dalam mendidik anak-anak pra

sekolah tidak semudah yang dibayangkan. Guru dituntut aktif di dalam kelas

maupun di luar kelas.

8 Endang Poerwanti, Perkembangan Peserta Didik, (Malang: Universitas Muhamadiyah,

2005), hlm. 85

Page 95: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

80

Dalam pelaksanaan pendidikan, para guru menggunakan pendekatan

integratif dan menganut prinsip bermain sambil belajar, sehingga seluruh

kegiatan belajar dilaksanakan melalui kegiatan bermain. Metode belajar

mengajar yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan, minat dan

kemampuan anak. Bermain merupakan cara yang efektif untuk

mengembangkan anak. Melalui bermain anak dapat mengembangkan motorik,

bahasa, sosial, emosi, maupun kecerdasanya. Dengan kegiatan bermain pula,

anak belajar mengenal dan mencintai lingkungan sosialnya. Lingkungan yang

menarik akan merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak, juga dapat

menumbuhkan motifasi untuk belajar.

Berdasarkan hasil observasi penulis, kecenderungan pembelajaran di

sekolah ini para guru tidak hanya menggunakan satu metode saja. Tetapi guru

harus menggunakan berbagai variasi metode agar pembelajaran di ruang kelas

tidak membosankan. Ketika pembelajaran berlangsung, guru menggunakan

variasi metode sesuai dengan materi yang akan diajarkan yaitu menggunakan

AREA.

3. Sarana dan Prasarana.

Fasilitas yang dimiliki RA (Raudlotul Athfal) NU Banat Kudus sesuai

dengan yang di harapkan. Tetapi karena gedungnya di bagi dua ini

mempengaruhi para pendidik ketika pembelajaran berlangsung. Warga

sekolah mesti bolak-balik ke gedung utara-selatan. Dan ini mengakibatkan

kurang mengefektifitaskan waktu. Banyak juga pihak keluarga yang

kebingungan ketika sedang menjemput atau mendaftarkan anak-anaknya. Ini

pun dialami penulis sendiri ketika pertama kali mengunjungi sekolahan ini.

4. Orang tua.

Tidak jarang orang tua merasa tidak tega atau justru tidak sabar

melihat anaknya yang berusaha menalikan tali sepatunya selama beberapa

Page 96: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

81

menit, namun juga belum memperlihatan keberhasilan. Atau memberi

segudang nasehat, lengkap dengan cara pemecahan yang harus dilakukan,

ketika anak sedang mengerjakan tugasnya.

Memang masalah yang dihadapi anak sehari-hari dapat dengan mudah

diatasi dengan adanya campur tangan orang tua. Namun cara ini tentunya

tidak akan membantu anak untuk menjadi mandiri. Namun, anak akan selalu

tergantung pada oang lain.

Untuk mengatasi persoalan tersebut, para orang tua mesti mau bekerja

sama dengan pihak sekolah, karena di sekolah anak diajari untuk hidup

mandiri. Di dalam lingkungan keluarga juga demikian, anak harus dibiasakan

mandiri tanpa menggantungkan orang lain.

Page 97: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

82

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Dari hasil penelitian ini, penulis menyimpulkan bahwa belajar menjadi

pribadi yang mandiri adalah berkembang menjadi pribadi yang bertanggung

jawab untuk melayani dan memenuhi kebutuhan sendiri pada tingkat kemandirian

yang sesuai dengan tingkat usia Taman Kanak-kanak. Manfaat utama sekolah

adalah sebuah kemandirian. Setelah anak masuk sekolah, tentu ingin agar anak

bisa hidup mandiri tanpa ketergantungan pada orang lain. Memang itulah salah

satu tujuan yang ingin dicapai dalam mendidik anak-anak.

Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul Peran Guru Dalam

Kemandirian Anak Pra Sekolah di RA (Raudlotul Athfal ) NU Kudus, dapat

diambil kesimpulan:

1. Anak sudah bisa dikatakan mandiri atau belum tergantung pada beberapa hal:

a. Kematangan fungsi psikis

Anak dilatih untuk berpuasa. Selain mendorong seseorang untuk menjauhi

larangan Allah, puasa juga dapat menguatkan tekad dan memotivasi dalam

melakukan perbuatan yang baik dan melepaskan perbuatan yang buruk.

b. Tingkah laku swakarsa dan tanggung jawab, di sini anak dibiasakan untuk

menjaga kebersihan dalam kehidupan sehari- hari.

Jika anak mulai sejak awal, peralihan ke masa dewasa jauh lebih mudah.

Menjadi bertanggungjawab berarti bahwa anak itu menyadari bahwa

tindakannya sendiri ikut menunjang hasil akhir suatu peristiwa dan bahwa

apa yang dilakukan ada artinya. Seperti anak dilatih untuk menjaga

kebersihan.

Page 98: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

83

c. Disiplin

Menanamkan sesuatu disiplin yang tepat itu tidak mudah, diperlukan

kesabaran, ketegasan, kelemahlembutan, mengenal perbedaan setiap anak,

dan mengajar dengan teratur. seperti bagaimana melakukan kegiatan

shalat lima waktu.

d. Mampu memecahkan masalah

Dalam melatih memecahkan masalah anak-anak membutuhkan hal-hal

yang dapat dirasa yang ada hubungannya dengan lingkungan hidupnya

dengan bahan-bahan yang mudah dimengerti. Seperti dengan latihan

berpikir logis anak dilibatkan dalam permasalahan-permasalahan

sederhana melalui dialog.

2. Peran Guru dalam Pendidikan Kemandirian Anak Pra Sekolah di Raudlotul

Athfal (RA) Banat NU Kudus adalah sebagai berikut:

a. Beradaptasi dengan lingkungan

Membantu masing-masing anak, agar dapat merasa aman dan bahagia

dalam lingkungan baru di sekolah. Tidak selamanya lingkungan dapat

memberikan suasana yang kondusif bagi perkembangan anak. kondisi

lingkungan yang sehat, akan dapat merangsang perkembangan anak

sehingga mencapai hasil maksimal.

b. Bersosialisasi

Bagaimana anak belajar bersosialisasi dengan anak-anak lain dengan baik

dan berdampak positif dalam lingkungan sekolah. Anak dilatih untuk

saling memberi dan berbagi kasih sayang antara anak yang satu dengan

anak yang lain.

c. Komunikasi

Anak diajari untuk mendengarkan dan membedakan bunyi suara, bunyi

bahasa dan mengucapkannya. Di sekolah anak-anak juga dibiasakan untuk

dapat mengemukakan keinginan dan kebutuhannya sendiri.

Page 99: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

84

d. Bertanggungjawab

Membantu anak untuk memahami bahwa setiap perbuatan itu memiliki

konsekuensi atau akibat. Anak melaksanakan tugas yang diberikan guru,

anak mampu membedakan barang milik sendiri dan milik orang lain.

e. Disiplin

Melatih anak untuk melaksanakan tata tertib sekolah. Disertai pengawasan

dan pemberian pengertian pada setiap pelanggaran yang dilakukan anak.

f. Pengembangan kreativitas

Membimbing dan mendorong anak untuk mengembangkan bakat dan

aspek-aspek kepribadiannya. Menumbuhkan rasa percaya diri pada anak.

guru menciptakan kondisi yang baik, yang memungkinkan masing-masing

anak dapat mengembangkan kreativitasnya, dengan memberikan tugas-

tugas di kelas supaya dikerjakan sendiri-sendiri.

B. Saran-Saran

Dengan penelitian ini, kiranya dapat memberikan sedikit pencerahan bagi

siapa saja yang membaca dan sepaham dengan penulis. Karena itu, tanpa

mengurangi rasa hormat penulis kepada semua pihak yang telah lama berjuang di

jalur pendidikan, ada sedikit saran penulis yang bisa menjadi bahan perenungan

pemerhati, praktis, maupun subjek pendidikan:

1. Guru

Para guru hendaknya selalu memperhatikan pengembangan bakat anak

dalam rangka membangun rasa percaya diri dan kemandirian. Dengan

demikian, anak dapat berinteraksi dengan masyarakat sekaligus dapat pula

mengukur dari pengalamanya yanga makin menyuburkan rasa percaya

dirinya, sehingga jadilah anak seorang yang menjalani hidupnya dengan

penuh kesungguhan dan keberanianya makin berkembang serta tidak lagi ada

Page 100: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

85

unsur kemanjaan yang masih tersisa dalam dirinya karena telah menjadi

seorang yang benar-benar dewasa.

2. Orang tua

Orang tua sebagai pendidik utama dan pertama di rumah, seharusnya

mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak usia pra sekolah sebagai

bahan acuan dalam mendidik dan mengarahkan anaknya sesuai dengan tahap-

tahap pertumbuhan perkembanganya. Anak yang dibina dengan pembinaan

yang baik akan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan

pribadinya.

3. Anak

Anak merupakan tumpuhan harapan bagi orang tuanya, namun di

dalam proses pertumbuhan jiwa anak banyak mengalami hambatan dan

rintangan. Tampaknya melatih anak untuk mengatasi kesulitannya sendiri

dapat di biasakan sejak anak masih kecil, pelan-pelan anak akan terbiasa

mengurus dirinya sendiri. Semakin besar pula, hingga mampu menentukan

jalur hidupnya yang terbaik.

C. Penutup

Demikianlah skripsi yang dapat penulis persembahkan. Penuh kesadaran

penulis mengakui hasil karya ilmiah ini belum mencapai kesempurnaan.

Meskipun penciptaan manusia sempurna, namun yang memiliki kesempurnaan

sejati hanyalah Dia Yang Maha Sempurna. Penulis sebagai manusia sempurna

dibalik ketidak sempurnaan ini hanya dapat bersyukur bisa menyelesaikan skripsi

ini dengan penuh tanggung jawab, dan memohon maaf apabila ada kekeliuran.

Karena itu saran dan kritik yang menjadi masukan konstruktif bagi perbaikannya

sangat penulis harapkan dari semua pihak. Terima Kasih.

Page 101: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Abdurrahman, Jalaludin bin Abi Bakar as-Suyuti, Jami’ as-Shaghir, Juz I Daru Ahya’ Kutub, al-‘Arabiyah, t.th.

Adzim, Mohammad Fauzil, “Tersenyumlah Anakku Sayang”, Hidayatullah, XV, 04, Agustus, 2002.

Al-Abrasjy, Muhammad ‘Athijah, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Cet. I Jakarta: Bulan Bintang, 1970.

Ali Lukman., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1994.

Arifin,. Hubungan Timbal Balik Pendidikan Islam, jakarta; Bulan Bintang, 1977.

Arikunto, Suharsimi, Pengelolaan Kelas dan Siswa, Cet. IV, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996.

________________, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta : Rineka Cipta, 2006.

Awwad, Jaudah Muhammad, Mendidik Anak Secara Islami, Jakarta: Gema Insani, 1995.

Azmi, Muhammad, Pembinaan Akhlaq Anak Usia Pra Sekolah: Upaya Mengefektifkan Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Keluarga, Yogyakarta: PT. Belukar, 2006.

Azwar, Syaifudin, Metode Penitian, Cet.1, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1998.

Clemes, Harris dan Reynold Bean, Membangkitkan Harga Diri Anak, Cet. I Jakarta: Mitra Utama, 2001.

Danim, Sudarwan, Menjadi Peneliti Kualitatif, Cet. 1, Bandung: Pustaka Setia, 2002.

Daradjat, Zakiah, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1995.

______________, Perawatan Jiwa untuk Anak-anak. Jakarta: Bulan Bintang, 1983.

Davies, Ivoe K., Pengelolaan Belajar, Jakarta: Rajawali Pers, 1991.

Desmita, Psikologi Perkembangan, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2005.

Djamaroh, Saiful Bahri, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Cet. I Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000.

Gunarsa, Ny. Singgih D. dan Singgih D. Gunarsa, Psikologi untuk Membimbing, Jakarta: Gunung Mulia, 2000.

Gunarsa, Singgih D, Dasar Dan Teori Perkembangan Anak, Jakarta: Gunung Mulia, t.th.

Page 102: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta: ANDI, 2002.

Hurlock, Elizaabeth B., Developmental Psychology, A life-Spon, Approch, Terj. Istiwadayanti dan soedjarwo, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Edisi V Jakarta: Erlangga, 1994.

Husain, Muhammad, ath-Tifi wa Iktisaab al-Ma’ayisy wa ash-Shijat, terj. Nashirul Haq, Agar Anak Mandiri, Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2007.

Husein, Ahmad Rozak, Hak Anak Dalam Islam, Alih bahasa oleh Azwar Butun, Judul Asli Al-Islam Wattiflul, Jakarta: Fikahati Aneka, 1992.

Jalaluddin, Psikologi Agama, Cet. VI; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002.

_________, Mempersiapkan Anak Saleh: Telah Pendidikan Terhadap Sunnah Rasulullah SAW, Cet. IV, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002.

Jumantoro, Totok, Psikologi Dakwah: Dengan Aspek-Aspek Kejiwaan yang Qur’ani, Cet. I, Jakarta: 2001.

Kartono, Kartini, Bimbingan dan Dasar-dasar Pelaksanaannya, Jakarta: Rajawali, 1985.

______________, Mengenal Dunia Kanak-kanak , Jakarta: Rajawali, 1985.

______________, Teori Kepribadian, Bandung: Alumni, 1979.

McDonald, F.J., Educational of Psychology, U.S.A: Wadsworth, 1995.

Moeslichatoen R., Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999.

Monks, F.G., Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1998.

Mudjib, Abdul dan E Jusuf Mudzakir, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam cet. III, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002.

Muhammad, Abi Abdillah bin Ismail al-Bukhari, Shahih Bukhari, Juz IV Baeirut: Maktabah wamatba’ah, Darul Kutub Ilmiyat, t.th.

Mulyasa, E., Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, Implementasi dan Inovasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005.

Nasution, S., Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung: Tarsito, 1992.

Nawawi, Hadari, Organisasi Sekolah Dan Pengelolaan Kelas Sebagai Lembaga Pendidikan, Cet. III, Jakarta: CV. Haji Masagung, 1989.

Ningrat, Koentjoro, Metode – Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta : Gramedia, 1991.

Pakasi, Soepartinah, Anak dan Perkembangannya, Cet. I, Jakarta: Gramedia, 1981.

Patmonodewo, Soemiarti, Pendidikan Anak Pra Sekolah, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1998.

Page 103: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

Poerwanti, Endang dan Nur Widodo, Perkembangan Peserta Didik, Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2000.

Rahman, Jamaal ‘Abdur, Athfaalul Muslimin Kaifa Rabbaahumun Nabiyyul Amiin, Terj. Mendidik Anak Teladan Rasulullah SAW, Penerj. Bahrun Abubakar Ihsan Zubaidi, Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2005.

Requena, Kenneth W. dan Laurie Miller, Good Kid, Bad Behaviour : Strategi Jitu Membangun Disiplin Anak Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya, 2005.

Rimm, Sylvia, Mendidik dan Menerapkan Disiplin Pada Anak Pra Sekolah, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003.

Riyanto, Theo dan Martin Handoko, Pendidikan Pada Usia Dini: Tuntutan psikologis dan Pedagogis bagi Pendidik dan Orang Tua Jakarta: PT Grasindo, 2004.

Ronald, Peran Orang Tua dalam Meningkatkan Kualitas Hidup, Mendidik dan Mengembangkan Moral Anak, Bandung: Yrama Widya, 2006.

Sahartian, Piet A., Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan; Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia, Cet. I, Jakarta: PT. Asdi Mahatya, 2000.

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001.

Setiawan, Mary Go, Menerobos Dunia Anak, Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2000.

Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak, Peran Moral Intelektual, Emosional, dan Sosial Sebagai Wujud Integritas Membangun jati Diri, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006.

Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991.

Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan: Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, Cet. VI; Jakarta: Rieneka Cipta, 1998.

Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Cet. I Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999.

Sudjana, Nana, Cara Belajar Siswa Akktif dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1996.

Sujanto, Agus, Psikologi Perkembangan, Jakarta: Rieneka Cipta, 1996.

____________, Psikologi Umum, Cet. XII, Jakarta: Aksara Baru, 1979.

Sulastri, Melly Sri, Bimbingan Perawatan Anak, Cet. II, Jakarta: Rineka Cipta, 1993.

Sunarti, Euis dan Rulli Purwani, Ajarkan Anak Keterampilan Hidup Sejak Dini, Jakarta: Gramedia, 2005.

Page 104: PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · jelas. Selama masa lima tahun pertama, anak berjuang menjadi manusia

Surya, Mohammad, Percikan Perjuangan Guru, Semarang: CV. Aneka Ilmu, 2003.

Suryobroto, B., Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakrta: PT. Rineka Cipta, 1977.

Syukur, Amin, Metodologi Studi Islam, Semarang: Gunung Jati, 1998.

Tangyong, Agus F., CBSA Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-kanak, Jakarta: PT. Gramedia, 1990.

Tedjasaputra, Mayke S., Bermain, Mainan dan Permainan, Jakarta: PT. Grasindo, 2005.

Thoha, CHabib, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Semarang: Pustaka Pelajar, 1996.

Toher, Mursal H. M., dkk. Kamus Jiwa dan Pendidikan, Cet. I, Bandung, PT. Al-Ma’arif, 1977.

Usman, Muh Uzer , Menjadi Guru Profesional, Cet. XI, Bandung: Remaja Rosda Karya 2001.

UU RI. No.20 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bandung : Citra Umbara, 2006.

Vembrianto, ST., Kapita Selekta Pendidikan, Jilid I Yogyakarta: Paramita, 1984.

Wangi, Putri Pandan, Mendidik Anak Pra Sekolah, Yogyakarta: Dama Pustaka, 2005.