peran dinas pertanian dan kehutanan terhadap...

27
PERAN DINAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN TERHADAP PENGAWASAN HUTAN LINDUNG (Studi Kasus Desa Gunung Kijang Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan Tahun 2014) SKRIPSI Oleh SUSI SUSANTI NIM. 110565201059 PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2016

Upload: trinhthuy

Post on 07-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PERAN DINAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN TERHADAP

PENGAWASAN HUTAN LINDUNG

(Studi Kasus Desa Gunung Kijang Kecamatan Gunung Kijang

Kabupaten Bintan Tahun 2014)

SKRIPSI

Oleh

SUSI SUSANTI

NIM. 110565201059

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG

2016

ABSTRAK

Dinas Pertanian dan Kehutanan selaku Instansi yang memiliki peran

penting dalam melakukan pengawasan dan perlindungan hutan, khususnya bagian

kehutanan melalui Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 7 tahun 2008

tentang Pembentukan Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Bintan, Dinas

Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bintan khususnya dibidang Kehutanan

mempunyai kedudukan sebagai unsur pelaksana pemerintah dibidang kehutanan.

Skripsi ini membahas tentang Peran Dinas Pertanian dan Kehutanan

Terhadap Pengawasan Hutan Lindung (Studi Kasus Desa Gunung Kijang

Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan Tahun 2014). Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui Bagaimana Peran Dinas Pertanian dan

Kehutanan Kabupaten Bintan khususnya bagian kehutanan dalam melakukan

pengawasan terhadap Hutan Lindung Gunung Kijang. Kegunaan penelitian adalah

untuk menambah wawasan dibidang Ilmu Pemerintahan dan dapat memberikan

manfaat bagi pemerintah Kabupaten Bintan dan Dinas Pertanian dan Kehutanan

sebagai suatu bahan masukan dalam meningkatkan kinerjanya. Penelitian ini

menggunakan metode deskriptif kualitatif.

Sedangkan lokasi penelitian dilakukan pada Dinas Pertanian dan

Kehutanan Kabupaten Bintan Kemudian dalam menentukan informan penulis

menggunakan Purposive Sampling dan jumlah informan dalam penelitian ini

berjumlah 12 orang. Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini adalah masih

kurangnya peran Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bintan dalam

melakukan perlindungan hutan dilihat melalui pengawasan yang dilakukan pada

Hutan Lindung Gunung Kijang Kabupaten Bintan. Ini dikarenakan masih adanya

keterbatasan yang dimiliki oleh Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bintan

dan dilihat dari masih adanya beberapa tindakan illegal logging dan penyerobotan

lahan di Hutan Lindung Gunung Kijang yang masih sulit untuk ditangani.

Kata Kunci: Pengawasan Hutan Lindung, Pembalakan Liar

Latar Belakang Masalah

Indonesia mengalami perubahan

yang sangat besar setelah runtuhnya masa

orde baru yang dipimpin oleh soeharto

pada tahun 1998 lalu. Setelah runtuhnya

rezim orde baru maka muncullah reformasi

sebagai bentuk perubahan dari sistem

pemerintahan sentralistik menuju kearah

sistem pemerintahan yang desentralistik.

Adanya perubahan sistem pemerintahan di

Indonesia akan memberi peluang kepada

daerah untuk mengatur rumah tangganya

sendiri secara luas dan bertanggungjawab,

yang dikenal dengan otonomi daerah.

Pemberian otonomi yang seluas-luasnya

kepada daerah diarahkan untuk

mempercepat terwujudnya kesejahteraan

masyarakat.

Otonomi Daerah sebagai

implementasi pemberlakuan UU No. 23

tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

(sebagai revisi dari UU No.32 tahun 2004)

yaitu adanya hak, wewenang, dan

kewajiban daerah otonom untuk mengatur

dan mengurus sendiri urusan pemerintahan

dan kepentingan masyarakat setempat

dalam sistem Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Otonomi Daerah merupakan

jawaban atas tuntutan masyarakat yaitu

sebagai wujud pelaksanaan asas

desentralisasi dalam penyelenggaraan

pemerintahan yang dilaksanakan oleh

pemerintah daerah. Pemerintah daerah

dapat melaksanakan fungsinya untuk

mengatur dan mengurus kewenangan

daerah berdasarkan kebutuhan masyarakat

daerah. Agar pelaksanaan fungsi

pemerintahan tersebut dapat dilaksanakan

dengan baik, maka pemerintah daerah

membutuhkan organisasi perangkat daerah

atau Satuan Kerja Perangkat Daerah

(SKPD) yang efektif dan efisien.

Organisasi perangkat daerah

ataupun SKPD yang sangat erat kaitannya

dengan permasalahan pengawasan hutan

maupun perlindungan hutan yaitu Dinas

Pertanian dan Kehutanan melalui

kebijakan yang dibuat oleh pihak terkait

dan dengan adanya program pendukung

untuk mewujudkan visi dan misi dari

Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten

Bintan.

Dinas Pertanian dan Kehutanan

Kabupaten Bintan mempunyai tugas

pokok melaksanakan urusan otonomi

daerah dibidang pertanian yang meliputi

tanaman pangan, pertenakan, kehutanan

dan perkebunan. Namun disini penulis

lebih menekankan pada bidang kehutanan.

Sehingga dalam penelitian ini penulis

melihat bahwasannya Dinas Pertanian dan

Kehutanan selaku instansi pemerintah

yang mengambil andil berat dalam

permasalahan pertanian dan kehutanan,

maka segala jenis permasalahan yang

terkait dengan kehutanan akan menjadi

tugas dan kewajiban Dinas Pertanian dan

Kehutanan khususnya dibidang kehutanan,

walaupun dalam pelaksanaanya bekerja

sama dengan instansi lainnya.

Satuan Kerja Perangkat Daerah

Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten

Bintan dibentuk berdasarkan Peraturan

Daerah Kabupaten Bintan Nomor 7 tahun

2008 tentang Pembentukan Organisasi

Kabupaten Bintan pasal 23 mengenai

Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pertanian

dan Kehutanan.

Hutan memiliki jasa yang sangat

besar bagi kelangsungan makhluk hidup

terutama manusia. Jasa hutan itu sendiri

adalah mengambil karbondioksida dari

udara dan menggantinya dengan oksigen,

sehingga hutan disebut sebagai paru-paru

dunia. Hutan lindung adalah kawasan

hutan yang mempunyai fungsi pokok

sebagai perlindungan sistem penyangga

kehidupan untuk mengatur tata air,

mencegah banjir, mengendalikan erosi,

mencegah instrusi air laut dan memelihara

kesuburan tanah. Hutan Lindung Gunung

Kijang mempunyai luas sekitar 760 Ha

ditetapkan berdasarkan SK Mentri

Kehutanan No. 424/Kpts-II/87 pada

Tanggal 28 Desember 1987. Sedangkan

yang dimaksud dengan Perlindungan hutan

adalah usaha untuk mencegah dan

membatasi kerusakan hutan, kawasan

hutan dan hasil hutan yang disebabkan

oleh perbuatan manusia, ternak,

kebakaran, daya-daya alam, hama dan

penyakit serta mempertahankan dan

menjaga hak-hak negara, masyarakat dan

perorangan atas hutan, kawasan hutan,

hasil hutan, investasi serta perangkat yang

berhubungan dengan pengelolaan hutan.

Berdasarkan Undang-undang

Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan,

yang dimaksud dengan hutan adalah suatu

kesatuan ekosistem berupa hamparan

lahan berisi sumber daya alam hayati yang

didominasi pepohonan dalam persekutuan

alam lingkungannya yang satu dengan

yang lainnya tidak dapat dipisahkan.

Kawasan hutan di Kabupaten Bintan

ditetapkan melalui Keputusan Mentri

Kehutanan yang sudah beberapa kali

dirubah (173/kpts-II/1986,

463/Menhut/2013 dan 867/Menhut-

II/2014).

Bidang kehutanan mempunyai

peran yang penting dalam pelestarian

hutan dan perlindungan hutan. Sesuai

dengan Perda Nomor 7 tahun 2008 tentang

Pembentukan Organisasi Daerah

Kabupaten Bintan untuk mewujudkan visi

orgnisasi maka dibutuhkan adanya

pembagian tugas dan wewenang, salah

satu diantaranya adalah bidang kehutanan

yang memiliki Tugas Pokok dan Fungsi

yaitu melaksanakan sebagian tugas Kepala

Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten

Bintan, dalam melaksanakan tugas

sebagaimana dimaksud, bidang kehutanan

mempunyai fungsi yaitu melakukan

perencanaan kebijakan dibidang

kehutanan, melakukan pengawasan,

pengendalian, pemantauan dan evaluasi,

pengarahan, pembinaan dan bimbingan

dibidang kehutanan, melakukan

Pelaksanaan koordinasi dengan instansi

dan pihak lain dalam pembangunan bidang

kehutanan dan pelaksanaan tugas lain yang

diberikan oleh Kepala Dinas.

Adapun untuk melaksanakan

keseluruhan tugas dan fungsi tersebut,

maka dibutuhkan adanya pembagian

secara detail tentang tugas manajemen dan

operasional di lingkungan bidang

kehutanan yang terdiri dari:

1. Seksi Inventarisasi dan Pemetaan

Seksi inventarisasi dan pemetaan

mempunyai tugas melaksanakan sebagian

tugas bidang kehutanan dilingkup

inventarisasi dan rehabilitasi hutan. Uraian

tugas dimaksud di atas adalah sebagai

berikut:

a. melaksanakan pekerjaan dan

kegiatan pendapatan,

identifikasi potensial,

pengukuran, pemeliharaan alat-

alat perpetaan dan penyusunan

data statistik;

b. melaksanakan pekerjaan dan

kegiatan inventarisasi dan

penataan, pengukuran dan

pemetaan, pemanfaatan lahan

dan untuk keperluan

pembangunan kehutanan dan

non hutan;

c. Melaksanakan tugas lain yang

diberikan oleh Kepala Bidang.

2. Seksi Konservasi dan Rehabilitasi

Hutan

Seksi Konservasi dan Rehabilitasi

hutan mempunyai tugas melaksanakan

sebagian tugas bidang kehutanan dilingkup

konservasi dan rehabilitasi hutan. Adapun

tugas dimaksud di atas adalah sebagai

berikut:

a. Melaksanakan pekerjaan dan

kegiatan pengaturan alokasi

pemanfaatan lahan untuk

keperluan kehutanan dan non

kehutanan, pengawasan hutan

tanaman industry dan

pengembangan hutan rakyat;

b. Melaksanakan pekerjaan dan

kegiatan bimbingan,

melaksanakan penghijauan,

konservasi lahan pada daerah

aliran sungai;

c. Melaksanakan pekerjaan dan

kegiatan penyusunan rencana

operasi pengamanan hutan,

bimbingan melaksanakan

pencegahan dan

penanggulangan gangguan

keamanan hutan,

penanggulangan kebakaran

hutan, perlindungan peredaran

tumbuhan dan satwa liar

termasuk pembinaan habitat

satwa migra jarak jauh;

d. Melaksanakan tugas lain yang

diberikan oleh Kepala Bidang.

3. Seksi Perizinan dan Peredaran Hasil

Hutan

Seksi perizinan dan peredaran hasil

hutan mempunyai tugas melaksanakan

sebagian tugas bidang kehutanan dilingkup

perizinan dan peredaran hasil hutan.

Uraian tugas dimaksud di atas adalah:

a. Melaksanakan pekerjaan dan

kegiatan bimbingan dan

pengawasan penerapan

teknologi pengolahan hasil,

informasi harga pasar,

manajemen usaha, informasi

komoditi potensial dan

pembinaan hasil produksi dan

peredaran hasil;

b. Melaksanakan pekerjaan dan

kegiatan bimbingan,

melaksanakan penghijauan,

konservasi lahan, penilaian

permohonan pencadangan areal,

sedimentasi, rehabilitasi dan

reklamasi, perbenihan,

pembibitan, pupuk dan

pestisida, pengawasan

produktivitas lahan pada daerah

aliran sungai;

c. Melaksanakan tugas lain yang

diberikan oleh Kepala Bidang.

Dinas Pertanian dan Kehutanan

Kabupaten Bintan khususnya dibidang

kehutanan dituntut memiliki strategi

khusus yang diharapkan efektif dalam

melakukan pengawasan terhadap beberapa

kasus yang terjadi pada hutan lindung.

Menyadari pentingnya manfaat dan fungsi

hutan dalam kehidupan sehari-hari serta

untuk menciptakan keamanan dan

ketertiban masyarakat. Maka, Dinas

Pertanian dan Kehutanan khususnya

bidang kehutanan yang berkewajiban

dalam pengelolaan hutan dan perlindungi

hutan tidak boleh tinggal diam terkait

dengan maraknya penyerobotan lahan

yang telah lama terjadi di Kabupaten

Bintan.

Terkait dengan masalah

pembalakan liar dan penyerobotan lahan

yang semakin marak terjadi di Kabupaten

Bintan khususnya di Desa Gunung Kijang

Kecamatan Gunung Kijang. Dimana,

masalah pembalakan liar dan

penyerobotan lahan yang timbul di tingkat

lokal dibidang kehutanan menimbulkan

efek yang sangat luas mencakup ke

berbagai aspek kehidupan, seperti

kerusakan lingkungan hidup dan

kerusakan keseimbangan ekosistem, yang

merugikan masyarakat.

Hutan lindung itu sendiri

merupakan suatu hutan atau lahan besar

yang terdiri dari kumpulan flora dan fauna

yang terbentuk baik secara alami ataupun

tidak yang merupakan wilayah hutan yang

memiliki fungsi pokok sebagai

perlindungan sistem penyangga

kehidupan, mengatur tata air, mencegah

banjir, mengendalikan erosi, mencegah

intrusi air laut dan memelihara kesuburan

tanah (UU Republik Indonesia

No.41/1999), agar hutan bisa menjalankan

fungsinya dengan baik maka harus

dijauhkan dari berbagai gangguan yang

menyebabkan rusaknya hutan tersebut.

Terkait dengan berbagai macam

kerusakan yang ada di hutan lindung

sehingga perlunya usaha yang dilakukan

oleh pihak terkait untuk melakukan

pengawasan, agar mengurangi tindakan

liar tersebut sehingga terciptanya

keseimbangan dan keselarasan ekosistem

lingkungan hidup dan pemanfaatan hutan

sebesar-besarnya untuk kemakmuran dan

kesejahteraan masyarakat.

Bidang kehutanan mempunyai

peran yang sangat penting dalam

pengelolaan, pemanfaatan,

perlindungan/pengamanan dan pelestarian

hutan melalui kebijakan dan program yang

dibuat oleh Dinas Pertanian dan

Kehutanan demi terciptanya keseimbangan

dan keselarasan. Sehingga bidang

kehutanan sebagai instansi pemerintah

sepatutnya harus mampu dalam

menjalankan perannya dengan baik.

Namun berbeda dengan kenyataan

yang terjadi pada saat sekarang ini terkait

dengan fungsi pengawasan yaitu masih

maraknya terjadi tindakan pembalakan liar

dan penyerobotan lahan di Desa Gunung

Kijang Kabupaten Bintan berdasarkan

hasil wawancara di lapangan dan melalui

surat kabar yang beredar. Berdasarkan

informasi yang didapatkan bahwa kayu

hasil pemotongan dalam seminggu dapat

menghasilkan dua hingga tiga ton.

Maraknya tindakan pembalakan liar dan

penyerobotan lahan sangat berpengaruh

terhadap bagaimana Dinas Pertanian dan

Kehutanan Kehutanan Kabupaten Bintan

dalam menjalankan tugas dan fungsinya

sebagai instansi pemerintah. misalnya jika

dilihat dalam pengawasannya polisi

kehutanan yang adalah barisan didepan

dalam menjalankan

pengamanan/perlindungan harus mampu

melaksanakan tugas dan fungsinya dengan

baik dalam hal pengawasan kehutanan

terlebih lagi untuk menangani tindakan

pembalakan liar dan penyerobotan lahan

yang terjadi di Desa Gunung Kijang

Kabupaten Bintan.

Dinas Pertanian dan Kehutanan

khususnya dibidang kehutanan dalam

mengatasi tindakan pembalakan liar

maupun penyerobotan lahan melalui

fungsi pengawasan belum bisa dikatakan

berhasil. Ini dapat dilihat dari maraknya

kejadian yang pembalakan liar dan

penyerobotan lahan yang sebelumnya

pernah terjadi pada beberapa hutan lindung

di Kabupaten Bintan yang memiliki luas

41.490,6 Ha yaitu Gunung Lengkuas, Sei

Jago, Sei Pulai, Bintan Kecil, Bintan Besar

dan Gunung Kijang dan mengalami

kerusakan pada hutan lindung pada tahun

2014 sebesar 22.797,46 Ha.

Keberhasilan suatu peran dapat

dilihat dari apakah suatu individu atau

organisasi yang memiliki status atau

kedudukan tersebut mampu menjalankan

tugas pokok dan fungsi sesuai dari instansi

tersebut, ini dilihat berdasarkan fakta yang

telah penulis paparkan diatas bahwa masih

adanya tindakan pembalakan liar dan

penyerobotan lahan. Berdasarkan uraian di

atas, maka penulis merumuskan

permasalahan sebagai berikut: Bagaimana

Peran Dinas Pertanian dan Kehutanan

Terhadap Pengawasan Hutan Lindung

(Studi Kasus Desa Gunung Kijang

Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten

Bintan Tahun 2014).

Konsep operasional dalam

penelitian ini yaitu konsep menurut

Siagian (2004:114) menyatakan bahwa

pengawasan adalah sebagai berikut:

Pengawasan menurut Siagian (2004:114)

yang menyatakan bahwa pengawasan

sebagai berikut:

a. Pengawasan yang bersifat fact

finding dalam arti bahwa

pelaksanaan fungsi

pengawasan harus menemukan

fakta-fakta tentang bagaimana

tugas-tugas dijalankan oleh

organisasi;

b. Pengawasan bersifat preventif

yang bearti bahwa proses

pengawasan itu dijalankan

untuk mencegah timbulnya

penyimpangan-penyimpangan

dan penyelewengan-

penyelewengan dari rencana

yang telah ditentukan.;

c. Pengawasan diarahkan pada

masa sekarang yang berarti

bahwa pengawasan yang

ditujukan terhadap kegiatan-

kegiatan yang kini sedang

dilaksanakan;

d. Pengawasan bersifat efisien

yaitu fungsi pengawasan yang

dilakukan jangan sampai

terjadi pengawasan malahan

menghambat usaha

peningkatan efisiensi.

LANDASAN TEORI

A. Peran

Peran merupakan hal yang penting

didalam organisasi atau pemerintahan,

karena peran yang baik akan menentukan

suatu perubahan yang diharapkan setiap

orang, tentunya perubahan kearah

kemajuan. Dengan adanya peran akan

meningkatkan kinerja dalam menjalankan

tugas-tugas yang diberikan kepada

seseorang tersebut.

Menurut Rivai (2004:148) peran

dapat diartikan sebagai perilaku yang

diatur dan diharapkan dari seseorang

dalam posisi tertentu. Pemimpin didalam

sebuah organisasi mempunyai peran,

setiap pekerjaan membawa harapan

bagaimana penanggung peran berperilaku.

Fakta bahwa organisasi

mengindetifikasikan pekerjaan yang harus

dilakukan dan perilaku peran yang

diinginkan yang berjalan seiring pekerjaan

tersebut juga mengandung arti bahwa

harapan mengenai peran penting dalam

mengatur perilaku bawahan.

Berdasarkan penjelasan diatas,

bahwa peran merupakan perilaku

seseorang dalam posisi tertentu, peran juga

ada didalam setiap organisasi, setiap

pemimpin memiliki peran penting dalam

sebuah organisasi dan bertanggung jawab

untuk mencapai sebuah tujuan organisasi.

Menurut Hasyimi (2002:464)

mengatakan bahwa peranan adalah

perilaku yang berlangsung atau tindakan

yang berkaitan dengan kedudukan tertentu

dalam struktur organisasi.

Selain itu Hasyimi (2002:446) juga

menjelaskan lagi bahwa istilah peranan

dipakai untuk menunjukkan gabungan

pola-pola kebudayaan yang berkaitan

dengan posisi status tertentu. Peranan

meliputi sikap, nilai, dan perilaku yang

ditentukan masyarakat kepada setiap dan

semua orang yang menduduki jabatan

tertentu.

Berdasarkan uraian teori yang

dikemukakan oleh Ali di atas bahwa,

peranan adalah sebuah tindakan yang

dilakukan oleh orang yang memiliki

kedudukan tertentu. Dengan adanya peran

yang ada dalam diri seseorang, maka

seseorang harus menjalankan peranannya

dengan baik dan penuh tanggung jawab

dengan kedudukan yang dimiliki oleh

orang tersebut.

Menurut Riyadi (2002:138)

peranan dapat diartikan sebagai orientasi

dan konsep dari bagian yang dimainkan

oleh suatu pihak dalam oposisi sosial.

Dengan adanya peranan yang bisa

dijalankan dengan baik oleh si pemegang

peran atau dalam suatu kedudukan tertentu

maka si pelaku atau pemegang peran

tersebut akan berperilaku sesuai dengan

harapan yang diharapkan oleh masyarakat

atau dilingkungan sekelilingnya.

Peranan adalah serangkaian

perilaku yang diharapkan pada seseorang

sesuai dengan posisi tertentu, harapan

peranan yang menerangkan apa yang harus

dilakukan oleh masing-masing individu

harus lakukan dalam suatu situasi tertentu

agar dapat memenuhi harapan-harapan

bagi individu tersendiri maupun harapan

orang lain yang menyangkut peranan-

peranan tersebut.

Menurut Narwoko, dkk (2014:158-

159) peran (role) merupakan aspek

dinamis dari kedudukan (status). Artinya,

Jika seseorang telah menjalankan hak-hak

dan kewajiban-kewajibannya sesuai

dengan kedudukannya, maka orang

tersebut telah melaksanakan sesuatu peran.

Keduanya tidak dapat dipisahkan karena

satu dengan yang lain saling tergantung,

artinya tidak ada peran tanpa status dan

tidak ada status tanpa peran.

Sebagaimana kedudukan, maka

setiap orangpun dapat bermacam-macam

peran yang berasal dari pergaulan

hidupnya. Hal tersebut berarti pula bahwa

peran tersebut menentukan apa yang

diperbuatnya bagi masyarakat serta

kesempatan-kesempatan apa yang

diberikan masyarakat kepadanya. Peranan

lebih banyak menunjuk pada fungsi,

artinya seseorang menduduki suatu posisi

tertentu dalam masyarakat dan

menjalankan suatu peran. Suatu peranan

paling sedikit terdiri dari 3 hal,yaitu:

1. Peranan meliputi norma-norma

yang dihubungkan dengan

posisi atau tempat seseorang

dalam masyarakat. Peran dalam

hal ini berupa rangkaian

peraturan-peraturan yang

terdapat di dalam instansi

dalam kehidupan masyarakat.

2. Peranan adalah suatu konsep

ikhwal apa yang dapat

dilakukan oleh individu dalam

masyarakat. Peran yang

dimaksud dalam pengertian ini

yaitu berupa kegiatan-kegiatan

yang tepat dalam melaksanakan

tugas dan fungsinya dalam

kehidupan masyarakat;

3. Peranan dapat dikatakan

sebagai perilaku individu yang

penting bagi struktur sosial

masyarakat.

Peranan menuntut seseorang agar

dapat menjalankan suatu perannya dengan

baik, namun terkadang seseorang bisa saja

mengalami role-distance, yaitu gejala yang

apabila seseorang merasakan dirinya

tertekan, itu disebabkan seseorang tersebut

merasa dirinya tidak sesuai untuk

melaksanakan peran yang diberikan

masyarakat kepadanya, sehingga tidak

dapat melaksanakan perannya dengan

sempurna atau bahkan menyembunyikan

diri.

Menurut Soekanto (2009:212)

menjelaskan bahwa apabila seseorang

melaksanakan hak dan kewajibannya

sesuai dengan kedudukannya, maka ia

akan menjalankan suatu peran, pembedaan

antara kedudukan dan peran adalah untuk

kepentingan ilmu

pengetahuan.Berdasarkan pendapat diatas

bahwa dalam penelitian ini, Dinas

Pertanian dan Kehutanan memiliki

kedudukan penting dalam melakukan

perlindungan hutan dilihat dari hak dan

capaian yang ingin dicapai sesuai dengan

visi dari dinas tersebut yaitu terwujudnya

masyarakat pertanian dan kehutanan yang

sejahtera, berdaya saing melalui

pengelolaan sumber daya alam secara

optimal dan lestari.

Keseluruhan dari teori di atas

bahwa peran yang baik dalam sebuah

organisasi sangat diperlukan dalam

menjalankan sebuah organisasi untuk

mewujudkan visi dan misi dari organisasi

tersebut. Sehingga untuk menjalankan

sebuah organisasi dengan baik maka peran

yang menjalankan fungsinya harus diiringi

dengan fungsi pengawasan yang

merupakan fungsi penting dalam

penyelenggaraan pemerintah untuk

menjamin kelancaran dan mengetahui

kelemahan-kelemahan yang timbul

sehingga dapat mengukur tingkat

kesalahan yang terjadi dalam

pelaksanaannya sehingga dapat diadakan

perbaikan.

Adapun teori yang digunakan

dalam penelitian ini adalah teori peran

menurut Narwoko (2014:158-159) yang

mengemukakan bahwa : “Peranan meliputi

norma-norma yang dihubungkan dengan

posisi atau tempat seseorang dalam

masyarakat”. Peran dalam hal ini berupa

rangkaian peraturan-peraturan yang

terdapat didalam instansi dan dalam

kehidupan masyarakat, sebuah instansi

yang memiliki kedudukan dan melakukan

tindakan-tindakan tertentu untuk

mewujudkan visi dan misi dari instansi

tersebut. Namun, untuk mengetahui

seberapa jauh baik atau buruknya sebuah

peran dalam sebuah organisasi/instansi

tersebut, maka penulis melihat

keberhasilannya dari segi pengawasannya.

B. Peran Dinas Pertanian terhadap

pengawasan Hutan Lindung

Dinas Pertanian dan Kehutanan

adalah perangkat daerah yang

bertanggung jawab dibidang Pertanian

dan Kehutanan, yang dibentuk

berdasarkan Peraturan Daerah

Kabupaten Bintan Nomor 7 tahun 2008

tanggal 19 Agustus 2008 tentang

Pembentukan Organisasi Daerah

Kabupaten Bintan. Peraturan ini

dibentuk dalam upaya memberi arahan

pada pelaksanaan tugas pokok dan

fungsi yang ada pada Dinas Pertanian

dan Kehutanan.

Dinas Pertanian dan Kehutanan

Kabupaten Bintan merupakan unsur

pelaksana Pemerintah Daerah di Bidang

Pertanian dan Kehutanan yang

dipimpin oleh seorang Kepala Dinas

dan bertanggungjawab langsung kepada

Bupati Bintan. Untuk melaksanakan

sebagian tugas yang diberikan oleh

Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan

sebagaimana dimaksud, Bidang

Kehutanan mempunyai fungsi seperti

berikut ini:

a. Perencanaan kebijakan

dibidang kehutanan;

b. Pengawasan, pengendalian,

pemantauan dan evaluasi,

pengarahan, pembinaan dan

bimbingan dibidang

kehutanan;

c. Pelaksanaan koordinasi

dengan instansi dan pihak

pihak lain dalam

pembangunan bidang

kehutanan;

d. Pelaksanaan tugas lain yang

diberikan oleh Kepala

Dinas.

Dinas Pertanian dan Kehutanan

Kabupaten Bintan khususnya Bidang

Kehutanan mempunyai peran penting

dalam melakukan perlindungan hutan

dengan cara melakukan tindakan

pengawasan ataupun pengamanan hutan,

sehingga dalam menjalankan perannya

bidang kehutanan membutuhkan fungsi

pengawasan untuk memastikan bahwa apa

yang sudah dikerjakan sesuai dengan

tujuan/harapan.

Menurut Siagian (2004:114)

menyatakan bahwa pengawasan adalah

sebagai berikut: Pengawasan menurut

Siagian (2004:114) yang menyatakan

bahwa pengawasan sebagai berikut:

a. Pengawasan yang bersifat fact

finding dalam arti bahwa

pelaksanaan fungsi pengawasan

harus menemukan fakta-fakta

tentang bagaimana tugas-tugas

dijalankan oleh organisasi;

b. Pengawasan bersifat preventif yang

bearti bahwa proses pengawasan

itu dijalankan untuk mencegah

timbulnya penyimpangan-

penyimpangan dan

penyelewengan-penyelewengan

dari rencana yang telah ditentukan.;

c. Pengawasan diarahkan pada masa

sekarang yang berarti bahwa

pengawasan yang ditujukan

terhadap kegiatan-kegiatan yang

kini sedang dilaksanakan;

d. Pengawasan bersifat efisien yaitu

fungsi pengawasan yang dilakukan

jangan sampai terjadi pengawasan

malahan menghambat usaha

peningkatan efisiensi.

Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat

Deskriptif-kualitatif yaitu penelitian ini

bertujuan untuk menggambarkan suatu

masalah berupa fakta-fakta yang

terjadi pada saat ini, sesuai dengan

ruang lingkup penelitian untuk

memperoleh data yang akurat melalui

penelusuran data/informasi dari orang-

orang yang bersangkutan.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di

Dinas Pertanian dan Kehutanan

Kabupaten Bintan yang terletak di

Tanjungpinang Jl. Sultan Mahmud,

Kelurahan Tanjung Unggat.

3. Jenis dan Sumber Data

Menurut Moleong (dalam

Arikunto 2010:22), sumber data

penelitian kualitatif adalah tampilan

berupa kata-kata lisan atau tertulis

yang dicermati oleh peneliti, dan

benda-benda yang diamati sampai

detailnya agar dapat ditangkap makna

tersirat dalam dokumen atau

bendanya.

Adapun sumber data yang

dipergunakan dalam penelitian ini ada

dua macam sumber yaitu:

a. Jenis data primer, yakni

jenis data yang diperoleh

dari sumber data yang

langsung memberikan data

kepada peneliti yaitu

melalui wawancara yang

dilakukan kepada pihak

Dinas Pertanian dan

Kehutanan Kabupaten

Bintan dan masyarakat

Desa Gunung Kijang;

b. Jenis data sekunder, yakni

jenis data yang sumber

yang tidak langsung

memberikan data kepada

pengumpul data, yaitu

misalnya data atau

dokumen yang diperoleh

dari Dinas Pertanian dan

Kehutanan Kabupaten

bintan seperti Struktur

Organisasi, Laporan

Tahunan Bidang Kehutanan

Tahun 2014 serta data lain

yang diperoleh dari

penelusuran pustaka, buku,

internet, jurnal dan

Undang-undang.

4. Informan

Informan adalah orang yang

memiliki informasi tentang apa yang

ingin diteliti oleh peneliti. Penelitian

ini menggunakan pendekatan

kualitatif, dalam hal ini tidak

mengenal populasi dan sampel

melainkan informan. Hal ini serupa

dengan yang diungkapkan Sugiyono

(2011:65) yang menyatakan bahwa

“Dalam penelitian kualitatif tidak

mengenal populasi dan sampel”.

Peneliti menggunakan teknik

pengambilan purposive sampling

Sugiyono (2005:96), menjelaskan

purposive sampling adalah teknik

penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu.

Teknik ini dalam hubungan ini

lazimnya didasarkan atas kriteria atau

pertimbangan tertentu yaitu

orang/pihak yang dianggap

mengetahui dan mengerti tentang

permasalahan dalam penelitian. Jadi,

teknik seperti ini tidak melalui proses

pemilihan sebagaimana yang

dilakukan dalam teknik random.

Jumlah informan dalam penelitian ini

terdiri dari 12 orang.

Adapun informan dalam

penelitian ini terdiri dari pihak Dinas

Pertanian dan Kehutanan Kabupaten

Bintan dibidang kehutanan yang

berjumlah 3 (tiga) orang, informan

yang diambil dari Pemerintah Desa

Gunung Kijang berjumlah 1 (satu)

orang dan masyarakat Desa Gunung

Kijang yang dijadikan informan

sebanyak 8 (delapan) orang.

Masyarakat disini dimaksudkan

sebagai penilai bagi kinerja dari Dinas

Pertanian dan Kehutanan Kabupaten

Bintan dalam melakukan pengawasan

terhadap Hutan Lindung yang ada di

Desa Gunung Kijang Kecamatan

gunung Kijang Kabupaten Bintan,

dikarenakan masyarakat mengetahui

seberapa jauh Dinas Pertanian dan

Kehutanan dalam melakukan

pengawasan pada hutan lindung.

Sehingga penulis menjadikan

masyarakat sebagai penilai dan

sebagai pembanding antara informan-

informan lainnya. Adapun masyarakat

yang dijadikan responden berdasarkan

jenis kelamin yaitu responden

perempuan yang terdiri dari 3 orang

dan responden laki-laki sebanyak 7

orang, adanya persamaan gender agar

dengan adanya penyamaan gender

adalah langkah awal suatu organisasi

untuk melakukan kinerja yang baik

bagi masyarakat.

5. Teknik dan Alat Pengumpulan

Data

Penelitian ini menggunakan teknik

pengumpulan data sebagai berikut:

a. Observasi

Menurut Sugiyono

(2009:166) Observasi adalah

pengamatan dan pencatatan

terhadap gejala-gejala yang diteliti.

Peneliti melakukan pengamatan

secara langsung kepada bidang

kehutanan, polisi kehutanan dan

masyarakat terhadap kegiatan yang

berkenaan dengan Pengawasan pada

Hutan Lindung Gunung Kijang

Kabupaten Bintan. Alat yang

digunakan dalam penelitian ini

adalah daftar checklist.

b. Wawancara

Menurut Sugiyono

(2009:72), wawancara adalah

pertemuan dua orang untuk bertukar

informasi dan ide melalui tanya

jawab, sehingga dapat

dikonstruksikan makna dalam suatu

topik tertentu. Penulis melakukan

wawancara tanya jawab secara

langsung kepada Bidang Kehutanan

dan massyarakat yang dijadikan

dalam penelitian ini. Dalam

penelitian ini penulis melakukan

wawancara terstruktur yaitu

menggunakan panduan berupa

pertanyaan-pertanyaan yang akan

dilontarkan kepada informan terkait

dengan judul penelitian. Alat yang

digunakan dalam penelitian ini

adalah Recording.

c. Dokumentasi

Dokumentasi Yaitu

pengumpulan data melalui buku-

buku ataupun literatur-literatur yang

berkaitan dengan penelitian yang

dilakukan. Dokumentasi dalam

penelitian ini diperoleh dari Dinas

Pertanian dan Kehutanan ataupun

buku-buku, serta literatur-literatur

lainnya yang berkaitan dengan judul

penelitian ini.

G. Teknik Analisis Data

Penelitian ini bersifat

deskriptif dengan tujuan memberi

gambaran mengenai situasi atau

kondisi yang terjadi dengan

menggunakan analisa kualitatif, data

yang diperoleh dari berbagai sumber.

Data-data yang diperoleh, baik itu data

primer maupun sekunder yang

diperoleh dari lapangan akan

dieksplorasi secara mendalam. Teknik

yang digunakan adalah teknik

triangulasi sebagai berikut:

1. Membandingkan data

primer dan data sekunder.

Yaitu membandingkan hasil

wawancara dari informan

yang diteliti dengan data

yang diperoleh dari pihak

Dinas Pertanian dan

Kehutanan maupun

dokumen lainnya;

2. Membandingkan apa yang

didapatkan dari informasi

responden. Yaitu

membandingkan hasil

wawancara antara pihak

Dinas Pertanian dan

Kehutanan Kabupaten

Bintan, Kaur Pemerintah

Desa Gunung Kijang dan

Masyarakat Desa Gunung

Kijang;

3. Membandingkan antara data

dari responden yang satu

terhadap responden lain,

yaitu membandingkan data

yang didapatkan dari pihak

Dinas Pertanian dan

Kehutanan Kabupaten

Bintan dan data dari Desa

Gunung Kijang Kabupaten

Bintan;

4. Membandingkan jawaban

dari proses wawancara

terhadap data yang

berkaitan seperti data

sekunder. Yaitu

membandingkan hasil

wawancara dari pihak Dinas

Pertanian dan Kehutanan,

dan masyarakat dengan data

skunder yang didapatkan

oleh peneliti.

ANALISA DATA

A. Peran Dinas Pertanian dan

Kehutanan terhadap Pengawasan

Hutan Lindung (Studi Kasus Desa

Gunung Kijang Kecamatan Gunung

Kijang Kabupaten Bintan Tahun

2014)

Peran (role) merupakan aspek

dinamis dari kedudukan (status). Artinya,

jika seseorang telah menjalankan hak-hak

dan kewajiban-kewajibannya sesuai

dengan kedudukannya, maka orang

tersebut telah melaksanakan sesuatu peran.

Keduanya tidak dapat dipisahkan karena

satu dengan yang lain saling tergantung,

artinya tidak ada peran tanpa status dan

tidak ada status tanpa peran.

Dinas Pertanian dan Kehutanan

Kabupaten Bintan khususnya bidang

kehutanan mempunyai peran penting

terhadap pengamanan hutan/pengawasan

hutan, sehingga bidang kehutanan harus

melaksanakan peran dengan baik, peran itu

bisa dilihat seberapa jauhnya bidang

kehutanan telah melaksanakan

pengamanan/pengawasan di Hutan

Lindung Gunung Kijang.

Pengawasan adalah proses

pengamatan terhadap suatu kegiatan yang

menjamin agar tidak terjadinya

penyimpangan dan dapat membantu

tercapainya suatu tujuan yang

direncanakan.

1. Pengawasan yang bersifat fact

finding dalam arti bahwa

pelaksanaan fungsi pengawasan

dijalankan oleh bidang kehutanan

yaitu polisi kehutanan harus

menemukan fakta-fakta

permasalahan tentang

pelanggaran/penyimpangan yang

terjadi di Hutan Lindung Gunung

Kijang Kabupaten Bintan. Adapun

indikatornya sebagai berikut:

a. Menemukan bukti pelanggaran

Permasalahan mengenai

kerusakan hutan lindung yang

terjadi di Desa Gunung Kijang

merupakan permasalahan yang

akan yang berdampak kepada

masyarakat itu sendiri, masalah

yang muncul tersebut harus

diperhatikan oleh pihak yang

berwenang karena masalah tersebut

sangat mempengaruhi masyarakat

yang ada di sekitar hutan lindung

tersebut.

Dinas Pertanian dan

Kehutanan Kabupaten Bintan

sering menemukan banyaknya

pelanggaran yang dilakukan oleh

masyarakat di Desa Gunung Kijang

baik itu masyarakat asli Desa

Gunung Kijang maupun

masyarakat pendatang. Untuk

memperoleh informasi yang jelas

tentang terjadinya kerusakan hutan

lindung, maka penulis melakukan

wawancara kepada semua

informan, terutama kepada pihak

Dinas Pertanian dan Kehutanan

bagian kehutanan yang telah

mendapati atau menemukan

pelanggaran yang dilakukan oleh

masyarakat.

b. Membuat laporan pelanggaran

Adanya upaya untuk

melakukan keamanan seperti

pemantauan/patroli yang dilakukan

oleh Dinas Pertanian dan

Kehutanan khususnya Bidang

Kehutanan menunjukkan hasil

yang menggembirakan walaupun

sampai saat ini masih ditemukan

beberapa gangguan pada hutan

lindung. Beberapa gangguan ini

dapat dilihat dari masih adanya

masyarakat yang menempati

dikawasan hutan lindung tersebut.

Mengingat pentingnya

peranan sumber daya hutan

tersebut bagi kelangsungan hidup

dan pembangunan pada umumnya,

sehingga sumber daya alam

tersebut harus dikelola secara

bijaksana dan berkelanjutan

sehingga dapat memberikan

manfaat dan fungsi yang optimal

baik sebagai unsur produksi,

pengatur tata air maupun sebagai

unsur perlindungan alam dan

lingkungan.

Adanya kerusakan hutan

yang terjadi di hutan lindung

tepatnya di Desa Gunung Kijang

merupakan pelanggaran yang

dibuat oleh masyarakat dapat

dilihat dari adanya pelanggaran

seperti pembalakan liar (Illegal

Logging) dan penyerobotan lahan.

Adanya tindakan tersebut akan

berdampak negatif terhadap

lingkungan, seperti terjadinya

banjir, kekeringan, tanah longsor,

sehingga membutuhkan perhatian

khusus dari berbagai pihak

khususnya Dinas Pertanian dan

Kehutanan yaitu di Bidang

Kehutanan.

Dalam menjalankan

tugasnya untuk mencegah

terjadinya kerusakan hutan yang

berkelanjutan, maka dari pihak

dinas sebelum membuat laporan

tahunan mengenai tindakan-

tindakan yang menyebabkan

kerusakan hutan lindung, maka

khususnya polisi kehutanan harus

memiliki catatan tersendiri

mengenai kegiatan apa saja yang

pernah terjadi pada hutan lindung

dan menyebabkan terjadinya

kerusakan hutan, tidak hanya polisi

kehutanan yang harus membuat

catatan laporan mengenai

kerusakan hutan melainkan pamhut

juga harus memiliki catatan

laporan tersendiri, sehingga

kedepannya dapat bekerja secara

maksimal.

Banyaknya informasi yang

didapatkan maka akan menjadi alat

pembantu dalam mengambil

sebuah keputusan. Sistem

pelaporan yang baik yang

didapatkan dari lapangan sangat

penting bagi pihak Dinas Pertanian

dan Kehutanan yaitu dibagian

bidang kehutanan untuk dapat

menindak lanjuti pelanggaran-

pelanggaran yang dilakukan oleh

para pelaku yang menyebabkan

kerusakan pada hutan lindung.

2. Pengawasan bersifat preventif yang

berarti bahwa proses pengawasan

itu dijalankan oleh pihak Dinas

Pertanian dan Kehutanan

Kabupaten Bintan dibidang

kehutanan untuk mencegah

timbulnya penyimpangan-

penyimpangan dan

penyelewengan-penyelewengan

yang terjadi di kawasan hutan

Lindung Gunung Kijang

Kabupaten Bintan. Adapun yang

menjadi pengukur yaitu:

a. Membuat peringatan mengenai

peraturan tentang perlindungan

hutan

Sebuah peraturan harus

dipatuhi guna mencapai sebuah

tujuan yang ingin dicapai, begitu

juga dengan Dinas Pertanian dan

Kehutanan yang merupakan sebuah

instansi yang memiliki peran

penting dalam menjalankan tugas-

tugasnya, salah satunya adalah

mencegah terjadinya kerusakan

hutan, terutama yang disebabkan

oleh manusia.

Untuk itu salah satu upaya

yang harus dilakukan adalah

memperkenalkan kepada

masyarakat akan pentingnya hutan,

memperkenalkan kepada

masyarakat mengenai peraturan-

peraturan yang telah dibuat

berdasarkan Undang-undang No.41

Tahun 1999 tentang Kehutanan,

yang dikatakan hutan lindung

adalah kawasan hutan yang

mempunyai fungsi pokok sebagai

perlindungan sistem penyangga

kehidupan untuk mengatur tata air,

mencegah banjir, mengendalikan

erosi, mencegah intrusi air laut, dan

memelihara kesuburan tanah.

Dengan adanya undang-undang

yang mengatur tentang kehutanan

maka akan ada sanksi yang

didapatkan bagi si pelanggar

peraturan tersebut. Maka hal ini

dapat dilakukan dengan cara

membuat suatu ajakan maupun

peringatan melalui baliho, papan

peringatan, spanduk, dan

sebagainya.

b. Mengoptimalkan Pos penjagaan

Optimalnya pos penjagaan

akan mempengaruhi berkurangnya

tindakan-tindakan yang

menyebabkan adanya kerusakan

hutan lindung, dikarenakan untuk

berjaga-jaga atau melakukan

pemantauan. Dalam kegiatan

menjaga Hutan Lindung di Desa

Gunung Kijang, polisi kehutanan

bekerja sama dengan pengamanan

kehutanan yang terdiri dari 2

(orang) masyarakat yang ada di

Desa Gunung Kijang untuk

melakukan pemantauan terhadap

hutan lindung dan melaporkan

kepada polisi kehutanan yang

terdiri dari 3 (tiga) orang bidang

pengamanan hutan jika ada

permasalahan di kawasan hutan

lindung dan setelah menerima

laporan tersebut dari pihak bidang

kehutanan khususnya polisi

kehutanan akan melakukan

pemantauan terhadap hutan

lindung.

c. Melakukan sosialisasi kepada

Masyarakat di Kawasan Hutan

Lindung

Sosialisasi merupakan salah

satu bagian penting yang diberikan

kepada masyarakat mengenai

pentingnya terhadap perlindungan

hutan. Adanya sosialisasi mengenai

perlindungan hutan akan

menimbulkan keseragaman cara

berfikirnya masyarakat agar tidak

melakukan apa yang seharusnya

tidak dilakukan.

Adanya sosialisasi akan

membantu para pelaku pembalakan

hutan liar dan penyerobotan lahan

menyadarkan masyarakat tentang

betapa pentingnya menjaga

lingkungan, hutan dalam

kehidupan sehari-hari dan dapat

mencegah bencana serta

menyadarkan masyarakat pada

aspek hukum jika melakukan

pengangkutan dan pengambilan

hasil hutan.

3. Pengawasan diarahkan pada masa

sekarang yaitu fungsi pengawasan

yang dilakukan oleh Dinas

Pertanian dan Kehutanan

Kabupaten Bintan khususnya

dibidang kehutanan terhadap

kegiatan-kegiatan yang akan

dilaksanakan oleh para pelaku

kerusakan hutan, yaitu: Memiliki

data penduduk di hutan lindung.

Desa Gunung Kijang

memiliki luas wilayah kurang lebih

71.716 Ha dan memiliki penduduk

sebanyak 2081 jiwa yang

mayoritas pekerjaannya adalah

buruh lepas, karena berdasarkan

data yang didapatkan bahwa

persentase jenis pekerjaan lain-

lainnya mempunyai jumlahnya

sangat tinggi yaitu 601 jiwa atau

33%.

Lemahnya pengawasan

yang dilakukan oleh pemerintah

yaitu Dinas Pertanian dan

Kehutanan Kabupaten Bintan

dalam melakukan perlindungan

hutan khususnya pada Hutan

Lindung Desa Gunung Kijang akan

berdampak kepada semakin

beraninya masyarakat untuk

menduduki kawasan hutan lindung

serta melakukan penyimpangan-

penyimpangan lainnya. Sehingga

Dinas Pertanian dan Kehutanan

sangat dibutuhkan untuk

menjalankan perannya dalam

melakukan perlindungan hutan.

Pentingnya memilki data

penduduk yang menempati hutan

lindung dan masyarakat yang

pernah terlibat dalam melakukan

tindakan yang melanggar undang-

undang perlindungan hutan,

sehingga dengan melihat

perkembangan terjadinya pelaku

tindakan-tindakan kerusakan hutan

yang sulit untuk ditangani oleh

pihak Dinas Pertanian dan

Kehutanan Kabupaten Bintan

sehingga akan menjadi

perbandingan untuk melakukan

tindakan selanjutnya yang akan

mengurangi tindakan kerusakan

hutan lindung.

Pelanggaran-pelanggaran

yang terjadi pada kawasan Hutan

Lindung Desa Gunung Kijang

adalah berasal dari masyarakat

Desa Gunung Kijang itu sendiri

yaitu masyarakat-masyarakat yang

tidak memiliki pekerjaan dan

berasal dari luar daerah terpaksa

melakukan pelanggaran-

pelanggaran tersebut, sehingga

pihak Dinas Pertanian dan

Kehutanan khususnya dibidang

kehutanan seharusnya membuat

data-data masyarakat yang

melakukan kerusakan hutan

tersebut.

4. Pengawasan diarahkan pada masa

sekarang yang berarti bahwa

pengawasan yang dilaksanakan

oleh pihak Dinas Pertanian dan

Kehutanan Kabupaten Bintan

dibidang kehutanan ditujukan

terhadap kegiatan-kegiatan yang

dilaksanakan oleh para pelaku

kerusakan pada Hutan Lindung

Gunung Kijang Kabupaten Bintan.

Adapun yang menjadi

pengukurannya yaitu: Memiliki

data-data masyarakat yang

melakukan pelanggaran di kawasan

hutan lindung.

a. Memberikan sanksi kepada

pelaku kerusakan hutan

Hutan lindung adalah

kawasan hutan yang mempunyai

fungsi pokok sebagai perlindungan

sistem penyangga kehidupan untuk

mengatur tata air, mencegah banjir,

mengendalikan erosi, mencegah

intrusi air laut, dan memelihara

kesuburan tanah. Secara umum

kondisi hutan di Kabupaten Bintan

sudah sangat mengkhawatirkan, ini

semua karena hutan terus

mengalami berbagai gangguan

yang menyebabkan terjadinya

kerusakan hutan khususnya

kerusakan hutan lindung. Adapun

penyebab terjadinya kerusakan

hutan lindung ini adalah terjadinya

tindakan pembalakan liar dan

penyerobotan lahan, adapun

maksud dari penyerobotan lahan

disini adalah masyarakat yang

menduduki di kawasan hutan

lindung.

Beberapa kegiatan-kegiatan

illegal yang masih ditemukan oleh

pihak Dinas Pertanian dan

Kehutanan dilakukan di kawasan

Hutan Lindung tepatnya di Hutan

Lindung Desa Gunung Kijang,

sehingga Dinas Pertanian dan

Kehutanan selaku instansi

pemerintah mempunyai

kewenangan dalam melakukan

perlindungan hutan dari berbagai

macam ancaman yang akan

mengakibatkan terjadinya

kerusakan hutan lindung.

Pemeberian sanksi juga merupakan

salah satu upaya yang dilakukan

oleh pihak Dinas Pertanian dan

Kehutanan untuk

meminimalisirkan tindakan yang

menyebabkan terjadinya kerusakan

hutan lindung.

Namun, yang menjadi

permasalahan sekarang ini adalah

Pihak Dinas Pertanian dan

Kehutanan hampir tidak pernah

menemukan pelaku illegal logging,

namun hanya menemukan barang

bukti saja. Jika pihak dinas berhasil

menangkap pelaku tersebut maka

pelaku tersebut diserahkan kepada

polisi untuk menindak lanjuti

pelaku illegal logging tersebut.

Dinas Pertanian dan

Kehutanan khususnya bidang

kehutanan yang terdiri dari polisi

kehutanan hanya bisa memberikan

sanksi berupa teguran baik secara

lisan maupun tertulis disertai

dengan memberikan pembinaan

kepada pelaku yang melakukan

tindakan illegal tersebut. Tidak

hanya itu saja Dinas Pertanian dan

Kehutanan juga bekerja sama

dengan aparatur desa dan

masyarakat dalam melakukan

pemantauan terhadap hutan lindung

Desa Gunung Kijang.

b. Mengadakan hubungan

kerjasama dengan masyarakat

Pemantauan tidak hanya

dilakukan oleh pihak bidang

kehutanan dalam menjalankan

tugas-tugasnya, namun masyarakat

juga harus terlibat, agar

pengawasan ini dapat berjalan

dengan lancar. Didapati oleh

penulis bahwa mengenai hubungan

kerjasama dengan masyarakat

dalam melakukan pengawasan

terhadap masyarakat yang

melakukan kerusakan hutan

khususnya pada hutan lindung.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian

mengenai Peran Dinas Pertanian dan

Kehutanan Terhadap Pengawasan Hutan

Lindung (Studi Kasus Desa Gunung

Kijang Kecamatan Gunung Kijang

Kabupaten Bintan Tahun 2014) yang

masih terdapat permasalahan yang terjadi

di Hutan Lindung Desa Gunung Kijang,

dengan demikian dapat dilihat bagaimana

peran Dinas Pertanian dan Kehutanan

khususnya dibidang Kehutanan dalam

melakukan tindakan perlindungan hutan,

pencegahan terhadap terjadinya kerusakan

hutan dari berbagai ancaman, ini bisa

dilihat melalui pengawasan dan/atau

pengamanannya. Sehingga dapat

disimpulkan seperti berikut:

1. Masih banyaknya pelanggaran

yang dilakukan oleh

masyarakat, yang dilakukan

dengan cara

menempati/membangun rumah-

rumah di Hutan Lindung

Gunung Kijang dan masih

terdapat beberapa orang yang

melakukan tindakan

pembalakan liar (illegal

logging), padahal mereka

sendiri mengetahui adanya

peraturan mengenai

perlindungan hutan khususnya

pada hutan lindung yang

mereka tempati.

2. Sanksi yang diberikan kepada

pelaku yang tidak memiliki

efek jera bagi masyarakat yang

melakukan pelanggaran-

pelanggaran di Hutan Lindung

Desa Gunung Kijang

dikarenakan sanksi yang

diberikan kepada masyarakat

hanyalah berupa teguran yang

bersifat tertulis maupun tidak

tertulis saat dilapangan ataupun

dengan cara menyerahkannya

kepada polisi, namun yang

terjadi pelaku tersebut sangat

sulit untuk ditangkap, bagi

masyarakat yang telah

melakukan penyerobotan lahan

seolah-olah menyepelekan saja

peringatan yang diberikan oleh

pihak Dinas Pertanian dan

Kehutanan Kabupaten Bintan,

dikarenakan tidak memberi

hukuman kepada masyarakat

yang melakukan pelanggaran

tersebut, sehingga tidak

menimbulkan efek jera bagi

masyarakat (pelaku).

3. Sosialisasi yang kurang

dilakukan kepada pelaku

pelanggaran dan pemantauan

yang jarang dilakukan

dilapangan mengakibatkan

maraknya tindaka illegal di

Hutan Lindung Gunung Kijang,

ditambah lagi lemahnya

kesadaran masyarakat akan

pentingnya manfaat atau fungsi

hutan bagi manusia dan

lingkungan sekitarnya.

4. Adanya keterbatasan yang

dimiliki oleh pihak Dinas

Petanian dan Kehutanan yaitu

mengenai keterbatasan

anggaran/dana yang dimiliki,

sarana prasarana dan SDM

sehingga mengakibatkan Dinas

Pertanian dan Kehutanan di

Bidang Kehutanan Kabupaten

Bintan kurang optimal dalam

melakukan pengawasan di

Hutan Lindung Gunung Kijang.

Secara keseluruhan jika dikaitkan

dengan Peran menurut Narwoko

(2014:158-159) yang mengemukakan

bahwa : “Peranan meliputi norma-norma

yang dihubungkan dengan posisi atau

tempat seseorang dalam masyarakat”.

Peran dalam hal ini berupa rangkaian

peraturan-peraturan yang terdapat didalam

instansi dan dalam kehidupan masyarakat.

Sebuah instansi yang memiliki kedudukan

sebagai unsur pelaksanaan otonomi

daerah, maka Dinas Pertanian dan

Kehutanan yaitu di bidang kehutanan

harus melakukan tindakan-tindakan

tertentu untuk mewujudkan visi dan misi

dari instansi tersebut. Namun untuk

mengetahui seberapa jauh baik atau

buruknya peran dalam sebuah instansi

tersebut, maka sebuah instansi tersebut

mampu menjalankan fungsinya. Sehingga

penulis melihat baik buruknya sebuah

peran dilihat dari segi pengawasannya. jika

fungsi pengawasannya baik/bagus maka

kedudukan sebuah instansi mampu

menjalankan fungsinya dengan baik sesuai

dengan aturan yang berlaku demi

mewujudkan visi dan misi dari instansi

tersebut khususnya di bidang kehutanan

yang menjalankan perannya dalam

melakukan pengamanan atau perlindungan

hutan.

B. Saran-saran

Adapun saran-saran yang dapat

diberikan dari hasil penelitian tentang

Peran Dinas Pertanian dan Kehutanan

Terhadap Pengawasan Hutan Lindung

(Studi Kasus Desa Gunung Kijang

Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten

Bintan Tahun 2014), maka penulis

memberikan saran sebagai berikut:

1. Dalam menjalankan perannya

sebagai instansi yang memiliki

kewenangan untuk

menanggulangi tindakan

pelanggaran di hutan lindung

Desa Gunung Kijang, maka

diharapkan kepada Dinas

Pertanian dan Kehutanan

khususnya di Bidang

Kehutanan untuk

mamaksimalkan kinerjanya

dalam melakukan pengawasan

terhadap masyarakat yang

melakukan pelanggaran di

Hutan Lindung Gunung Kijang,

sehingga apa yang diharapkan

dari pengawasan tersebut dapat

berjalan sesuai dengan yang

diharapkan.

2. Dinas Pertanian dan Kehutanan

yaitu dibidang kehutanan dalam

melakukan pengawasan harus

aktif dalam melakukan

koordinasi/kerjasama dengan

instansi lainnya dan masyarakat

di Desa Gunung Kijang untuk

mendukung visi yaitu

terwujudnya masyarakat

pertanian dan kehutanan yang

sejahtera, berdaya saing

melalui pengelolaan sumber

daya alam secara optimal dan

lestari.

3. Polisi kehutanan yang berada

dibarisan terdepan dalam

melaksanakan pengawasan agar

lebih meningkatkan lagi

keamanan di Hutan Lindung

Gunung Kijang.

4. Dalam menjalankan perannya,

maka dinas pertanian dan

kehutanan harus membuat

sanksi yang tegas yang akan

menimbulkan efek jera kepada

masyarakat yang melakukan

tindakan illegal tersebut.

5. Diharapkan Pemerintah

Kabupaten Bintan agar

mengalokasikan anggaran

untuk tahun depan kepada

Dinas Pertanian dan Kehutanan

dalam melakukan kegiatan

pengawasan sehingga hasilnya

lebih maksimal lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, hasyimi. A 2002. Organisasi dan Manajemen, Jakarta: Bumi Aksara.

Herman, Hidayat. 2011. Politik Lingkungan Pengelolaan Hutan Masa Orde Baru

dan Reformasi. Jakarta: Buku Obor.

Imam, Hardjanto. 2002. Teori Manajemen Publik, Bahan Ajar FIA UB. FIA

Universitas Brawijaya. Malang.

Miftah, Thoha. 2012. Kepemimpinan Dalam Manajemen. Jakarta: Rajawali Pers.

Lexy J, Moleong. 2011. Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung:

Remaja Rosda Karya.

Narwoko, dkk. 2014. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana.

Riyadi, 2002. Perencanaan Pembangunan Daerah Strategi Mengendalikan

Potensi Dalam Mewujudkan Otonomi Daerah. Jakarta: Gramefia.

Salim. 2002. Dasar-dasar Hukum Kehutanan. Jakarta: Sinar Grafika.

Soerjono, Soekanto. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Sondang P, Siagian. 2003. Teori Praktek Kepemimpinan. Jakarta: PT. Rineka

Cipta.

. 2004. Filsafat administrasi Edisi Revisi. Jakarta: Gunung Agung.

Sugiyono. 2005. Metodelogi Penelitian Administratif. Bandung: Alfabeta.

. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

.2009.Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif DAN R&D.

ALFABETA.

Suharsimi, Arikunto 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendeketan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Taliziduhu, Ndraha. 2003. Kybernology (Ilmu Pemerintahan Baru). Jakarta: PT.

Rineka Cipta.

Uber, Silalahi. 2010. Metodologi Penelitian Sosial. Bandung: Rafika Aditama.

Veithzal, Rivai. 2004. Kepemimpinan dan Prilaku Organisasai (Edisi Kedua).

Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Dokumen

Laporan Tahunan Bidang Kehutanan Kabupaten Bintan Tahun 2014.

Perda Kabupaten Bintan Nomor 7 Tahun 2008 tentang pembentukan Organisasi

Daerah Kabupaten Bintan.

Profil Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bintan Tahun 2014

Profil Desa Gunung Kijang Kabupaten Bintan Tahun 2014.

Pedoman Teknik Penulisan Usulan Penelitian dan Skripsi serta Ujian Sarjana

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.