peran dan wewenang notaris dalam memberikan penyuluhan...

85
i PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN HUKUM DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS DAN KODE ETIK NOTARIS. TESIS Oleh: Nama : DAVID SANTOSA NPM : 1006 827 966 UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS HUKUM PROGAM MAGISTER KENOTARIATAN SALEMBA 2013

Upload: trancong

Post on 06-Feb-2018

264 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

i

PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM

MEMBERIKAN PENYULUHAN HUKUM DITINJAU DARI

UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG

JABATAN NOTARIS DAN KODE ETIK NOTARIS.

TESIS

Oleh:

Nama : DAVID SANTOSA

NPM : 1006 827 966

UNIVERSITAS INDONESIA

FAKULTAS HUKUM

PROGAM MAGISTER KENOTARIATAN

SALEMBA 2013

Page 2: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

i

PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM

MEMBERIKAN PENYULUHAN HUKUM DITINJAU DARI

UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG

JABATAN NOTARIS DAN KODE ETIK NOTARIS.

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan

Oleh:

Nama : DAVID SANTOSA

NPM : 1006 827 966

UNIVERSITAS INDONESIA

FAKULTAS HUKUM

PROGAM MAGISTER KENOTARIATAN

SALEMBA 2013

Page 3: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang
Page 4: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang
Page 5: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

iv

KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis mengucaps yukur kepada Tuhan Yesus Kristus

sebagai Tuhan yang sangat baik yang telahmelimpahkan rahmat, hikmat dan

karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis yang

berjudul“Peran dan Wewenang Notaris Dalam Memberikan Penyuluhan Hukum

Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris

dan Kode Etik Notaris” ini dengan baik. Tugas akhir ini disusun dan diajukan

untuk memenuhi salah satu persyaratan guna mencapai gelar Magister

Kenotariatan (Mkn) pada Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

Dari segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa penyusunan tesis

ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, baik dari segi

bentuk maupun isinya. Oleh karena itu, dengan segala kekurangan dalam

penulisan tesis ini demi kesempurnaan yang diharapkan.

Penulis menyadari bahwa tanpa dukungan, motivasi, bimbingan, masukan

dan doa dari berbagai pihak, tesis ini tidak dapat terselesaikan dengan baik.

Karena itu pada kesempatan ini dengan tulus dan ikhlas penulis ingin

menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Chairunnisa Said Selenggang SH., M.Kn, selaku Pembimbing skripsi

yang penuh dengan kesabaran, ketelitian, dan perhatian dalam

memberikan bimbingan, ilmu, dan meluangkan waktunya dalam

membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini.

2. Bapak Dr. Drs. Widodo Suryandono S.H., M.H., selaku Ketua Program

Pendidikan Notariat Fakultas Hukum Universitas Indonesia dan selaku

dosen penguji..

3. Ibu Dr. Roesnastiti Prayitno, S.H., M.A selaku Dosen Penguji dan Dosen

Kode etik progam Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas

Indonesia.

4. Seluruh staf-staf pengajar baik dosen dan asisten dosen, serta para

karyawan pada Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

Page 6: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

v

5. Ibu Linda Herawati SH dan Ibu Lena Magdalena SH, selaku nara sumber

penulis yang telah meluangkan waktunya dalam mengarahkan penulis

dalam menyelesaikan tesis inidengan baik.

6. Bapak Sukiman dan Bapak Kasirselaku staf Sekretariat Progam Magister

Kenotariatan (Salemba) Fakultas Hukum Universitas Indonesia yang telah

memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini

dengan baik.

7. Seluruh staf perpustakaan Progam Magister Kenotariatan Universitas

Indonesia yang telah membantu mengurus segala keperluan dalam

perkuliahan, khususnya dalam penulisan tesis ini.

8. Setiapkeluarga tercinta Papa, Mama, Kakak (Iris), Adik (Jane) yang selalu

memberikan dukungan dan dorongan secara moril dan materiil sertadoa

yang tak ternilai kepada penulis guna menyelesaikan tesisini dengan baik.

9. My belovedCaroline, yang selalu ada di setiap waktu untuk memberikan

yang terbaik bagi kemajuan penulisan tesis ini dan bagi penulis.

10. Leedermawan Chandra, Nessya Chandra, Julia Belinda, Nani Norseva,

Dewi Susanti, Novi Herawati, Theodorus Suwandy, Tommy, Dimas, dan

semua teman-teman satu perjuangan dalam menempuh studi di Fakultas

Hukum Universitas Indonesia (Magister Kenotariatan).

11. Adrian Oktanzah, Vina Yovita, Feli, Bagus, Deri, Randy Herjanto,

Geraldo Guntur selaku temanbaik yang selalu memberikan dukungan dan

doa kepada penulis.

12. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan doa kepada penulis,

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhir kata penulis sangat berharap semoga Tuhan Yesus Kristus dapat

membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu.Semoga tesis ini

dapat memberikan manfaat, bagi pengembangan ilmu.

Depok, Januari 2013

David Santosa

Page 7: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang
Page 8: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

Universitas Indonesia

vii

ABSTRAK

Nama : David Santosa

Progam Studi : Magister Kenotariatan

Judul :“Peran dan Wewenang Notaris Dalam Memberikan

Penyuluhan Hukum Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor

30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris dan Kode Etik

Notaris”

Dalam menjalankan jabatannya notaris mempunyai kewenangan untuk

memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta,

namun dalam kenyataannya banyak notaris yang tidak melakukan

kewenangan tersebut, sehingga banyak terjadi masalah dikemudian

hari.Bagaimanakah peranan dan wewenang notaris dalam memberikan

penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang Nomor 30

Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris dan Kode Etik Notaris? dan

Bagaimanakah batasan-batasan bagi seorang notaris dalam peranannya

memberikan penyuluhan hukum kepada klien? Penulis meneliti

permasalahan tersebut dengan menggunakan metode penelitian yuridis

normatif. Data penelitian memperlihatkan adanya kelalaian-kelalaian yang

dilakukan beberapa notaris dalam memberikan penyuluhan hukum

tersebut.Kelalaian ini mengakibatkan sengketa dan kerugian baik bagi

klien dan notaris yang bersangkutan.Sebaiknyasetiap notaris agar dapat

memberikan penyuluhan hukum yang baik dan benar yang sesuai dengan

yang dikehendaki oleh para pihak dan harus sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Kata Kunci: Notaris, Penyuluhan hukum

Page 9: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

Universitas Indonesia

viii

ABSTRACT

Nama : David Santosa

Progam Studi : Magistry of Notary

Judul : "The Role and Authority of Notary in providing Law’s

Guidance seen from perspective of Law, Number 30 Year 2004,

concerning the Occupation and Ethics Code of Notary"

In running his position, the notary has the authority to provide legal

counseling, when producing a deed. But in reality, many notaries do not do

such authority, so a lot of problems occur in the future. How does the role

and authority of the notary in providing legal counseling to clients, seen

from perspective of Law, No. 30 of 2004, About Occupation and Code of

Ethics of Notary? And what are the limits of a Public Notary, in his role of

providing legal counseling for clients? The author examines these

problems by using juridical normative research methods. The research data

showed omissions of those roles, made by several notaries in providing

legal counseling. This omission resulted in disputes and losses for both the

client and the notary involved. Any notary should provide legal counseling

rightly and well, in accordance with the needs of the parties, and in

accordance with the recent laws.

Keywords: notary, legal counseling

Page 10: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

Universitas Indonesia

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS...............................................ii

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ iii

KATA PENGANTAR.........................................................................................iv

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.......................vi

ABSTRAK......................................................................................................... vii

DAFTAR ISI.....................................................................................................viii

1.PENDAHULUAN............................................................................................1

1. LatarBelakang................................................................................1

2. Pokok Permasalahan.................................................................. 12

3. Metode Penelitian....................................................................... 12

4. Sistematika Penulisan................................................................. 14

2.PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN

PENYULUHAN HUKUM DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG

NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS DAN

KODE ETIK NOTARIS

1. Sejarah Notaris...................................................................................... 15

2. Pengertian Notaris...................................................................................19

3. Dasar Hukum...................................................................................... 20

4. Notaris Sebagai Pejabat Publik...............................................................22

5. Notaris sebagai Profesi Hukum............................................................ 25

6. Hubungan Notaris dengan Para Penghadap.......................................... 28

Page 11: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

Universitas Indonesia

ix

7. Kewenangan, Kewajiban dan Larangan Dari Seorang Notaris Dalam

UUJN dan Kode Etik Notaris............................................................... 36

2.7.1 Kewenangan Umum Notaris.........................................................36

2.7.2 Kewenangan Khusus Notaris......................................................................37

1. Kewenangan Notaris Yang Akan Ditentukan Kemudian.......... 38

2. Kewajiban dan larangan Notaris................................................. 39

2. Penyuluhan Hukum......................................................................43

3. Bantuan Hukum...........................................................................47

4. Tujuan Penyuluhan Hukum....................................................... 49

5. Penyuluhan Hukum Notaris.........................................................49

6. Analisa........................................................................................ 59

2.12.1 Peran dan wewenang notaris dalam memberikan penyuluhan hukum

kepada klien ditinjau dari Undang-Undang Nomor 30 Tahun

2004 Tentang Jabatan Notaris dan Kode Etik

Notaris.............................................................................. 59

2.12.2Batasan-batasan bagi seorang notaris dalam peranannya memberikan

penyuluhan hukum kepada

klien................................................................................... 65

3.PENUTUP...................................................................................................... 69

3.1 Kesimpulan........................................................................................... 69

3.2 Saran...................................................................................................... 70

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 72

LAMPIRAN

Page 12: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

1

Universitas Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hukum atau ilmu hukum adalah suatu sistem aturan atau adat yang

secara resmi dianggap mengikat dan dikukuhkan oleh penguasa,

pemerintah atau otoritas melalui lembaga atau institusi hukum,

menurut R. Soeroso hukum adalah himpunan peraturan yang dibuat oleh

yang berwenang dengan tujuan untuk mengatur tata kehidupan

bermasyarakat yang mempunyai ciri memerintah dan melarang serta

mempunyai sifat memaksa dengan menjatuhkan sanksi hukuman bagi

yang melanggarnya.1

Oleh karena itu hukum meliputi berbagai peraturan yang

menentukan dan mengatur hubungan antara orang yang satu dengan yang

lain, yakni peraturan-peraturan hidup kemasyarakatan yang dinamakan

kaidah hukum. Kaidah atau Norma hukum adalah peraturan yang dibuat

atau yang dipositifkan secara resmi oleh penguasa masyarakat atau

penguasa negara, mengikat setiap orang dan berlakunya dapat dipaksakan

oleh aparat masyarakat atau aparat negara, sehingga berlakunya kaidah

hukum dapat dipertahankan.2

Karena ada kaidah hukum maka hukum dapat dipandang sebagai

kaidah. Hukum sebagai kaidah adalah sebagai pedoman atau patokan sikap

tindak atau perikelakuan yang pantas atau diharapkan. Pada konteks ini

masyarakat memandang bahwa hukum merupakan patokan-patokan atau

pedoman-pedoman yang harus mereka lakukan atau tidak boleh mereka

lakukan. Pada makna ini aturan-aturan kepala adat atau tetua kampung

yang harus mereka patuhi bisa dianggap sebagai hukum, meskipun tidak

dalam bentuk tertulis. Kebiasaan yang sudah lumrah dipatuhi dalam suatu

masyarakat pun meskipun tidak secara resmi dituliskan, namun selama ia

diikuti dan dipatuhi dan apabila yang mencoba melanggarnya akan

1 Putra Center, “Definisi Hukum Menurut Para Ahli”

http://putracenter.net/2009/02/16/definisi-hukum-menurut-para-ahli/, diunduh 20 Agustus 2012. 2 Soerjono Soekanto, Kaidah-Kaidah Hukum , (Jakarta:Sinar Grafika, 2001) hlm. 23.

Page 13: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

2

Universitas Indonesia

mendapat sanksi, maka kebiasaan masyarakat ini pun dianggap sebagai

hukum. Ada 4 macam norma yaitu :3

1. Norma Agama adalah peraturan hidup yang berisi pengertian-

pengertian, perintah-perintah, larangan-larangan dan anjuran-anjuran yang

berasal dari Tuhan yang merupakan tuntunan hidup ke arah atau jalan yang

benar.

2. Norma Kesusilaan adalah peraturan hidup yang dianggap

sebagai suara hati. Peraturan ini berisi suara batin yang diakui oleh

sebagian orang sebagai pedoman dalam sikap dan perbuatannya.

3. Norma Kesopanan adalah peraturan hidup yang muncul dari

hubungan sosial antar individu. Tiap golongan masyarakat tertentu dapat

menetapkan peraturan tertentu mengenai kesopanan.

4. Norma Hukum adalah peraturan-peraturan hidup yang diakui

oleh negara dan harus dilaksanakan di tiap-tiap daerah dalam negara

tersebut. Dapat diartikan bahwa norma hukum ini mengikat tiap

warganegara dalam wilayah negara tersebut.

Hukum merupakan salah satu sarana untuk menjaga keserasian dan

keutuhan masyarakat serta pembaharu masyarakat yang didasarkan pada

moral dan agama. Karena fungsi hukum yaitu sebagai sarana pengendali

sosial dan hukum merupakan alat penting untuk mencapai suatu tujuan

guna membantu usaha-usaha dalam pembangunan. Selain itu fungsi

hukum adalah melakukan upaya untuk menggerakan masyarakat agar

berperilaku sesuai dengan apa yang telah dicita-citakan oleh hukum itu

sendiri.

Kesadaran hukum merupakan sikap yang perlu ditanamkan kepada

seluruh warga negara, sebagai usaha pembangunan nasional dalam rangka

meningkatkan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia secara

berkelanjutan. Akan tetapi usaha untuk mewujudkan masyarakat yang

sadar hukum itu tidak hanya dengan suatu pernyataan saja, tetapi harus

ada suatu usaha agar hukum itu dapat diketahui dan dimengerti, sehingga

hukum bisa ditaati dan dihargai. Setelah masyarakat menanamkan sikap-

3 Ibid.

Page 14: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

3

Universitas Indonesia

sikap tersebut di dalam diri mereka, maka rasa memiliki terhadap hukum

akan menjiwai sikap dan perilaku masyarakat dalam melaksanakan

kehidupan.

“Masalah kesadaran hukum masyarakat sebenarnya menyangkut faktor-

faktor apakah suatu ketentuan hukum tertentu diketahui, dimengerti,

ditaati dan dihargai. Apabila masyarakat hanya mengetahui adanya suatu

ketentuan hukum, maka taraf kesadaran hukumnya masih rendah dari pada

apabila mereka memahaminya. Dengan demikian bahwa masyarakat

dalam arti derajat kepatuhan hukum warga masyarakat ditentukan oleh

faktor pengetahuan, mengerti, menghayati, dan mentaati (secara ikhlas dan

rela).

Berdasarkan pengertian di atas jelaslah bahwa hukum pada

hakikatnya merupakan suatu pesan yang harus disampaikan agar warga

masyarakat dan pimpinannya menjadi tahu mana yang benar dan mana

yang salah, mana yang hak dan mana kewajiban, sehingga mereka sadar

hukum dan berbuat sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Oleh

karena itu untuk mewujudkan suatu negara yang berbudaya hukum,

maksudnya suatu negara yang masyarakatnya sadar akan keberadaan

hukum dan sanggup mentaati hukum diperlukan suatu pembinaan hukum

seperti penanaman sikap yang bertanggungjawab terhadap hukum baik

bagi penyelenggaranya maupun bagi masyarakatnya sebagai usaha

penyempurnaan hukum dan usaha penegakan hukum agar dihormati,

ditaati dan dipatuhi oleh seluruh masyarakat tanpa terkecuali.

Melihat perkembangan hukum dalam masyarakat, maka akan

ditemukan bahwa peranan hukum dalam mengatur kehidupan masyarakat

mengalami perubahan dan perbedaan dari suatu kurun waktu ke waktu

lain. Dalam masyarakat yang sederhana, hukum berfungsi untuk

menciptakan dan memelihara keamanan serta ketertiban. Fungsi ini

berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat itu sendiri yang

meliputi berbagai aspek kehidupan masyarakat yang bersifat dinamis yang

memerlukan kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum yang

berintikan kebenaran dan keadilan. Kehidupan masyarakat yang

Page 15: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

4

Universitas Indonesia

memerlukan kepastian hukum, ketertiban, dan perlindungan hukum

memerlukan sektor pelayanan jasa publik yang saat ini semakin

berkembang seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat atas pelayanan

jasa.

Sekarang telah banyak hadir lembaga hukum di tengah masyarakat

seperti Advokat, Penasihat hukum, Konsultan hukum, Notaris, serta

lembaga hukum lainnya. Lembaga-lembaga hukum tersebut mempunyai

tugas, kewenangan, dan kewajiban masing-masing. Peran dari lembaga-

lembaga tersebut sangat penting dirasakan kehadirannya dalam hal

penyelesaian masalah-masalah hukum yang tengah terjadi maupun dalam

hal pencegahannya di tengah masyarakat. Masyarakat yang memiliki

kebutuhan hukum tertentu dapat meminta bantuan kepada mereka.

Menurut Soertardjo Soemoatmodjo, hal-hak masyarakat terutama hak

perdatanya harus mendapatkan perlindungan hukum. Hak-hak tersebut

digunakan dalam kegiatan tingkah laku sebagai tindakan hukum.4

Hal ini berdampak pula pada peningkatan di bidang jasa Notaris.

Peran Notaris dalam sektor pelayanan jasa adalah sebagai pejabat yang

diberi wewenang oleh negara untuk melayani masyarakat dalam bidang

perdata khususnya pembuatan akta otentik. Sebagaimana disebutkan

dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang

Jabatan Notaris (untuk selanjutnya disebut UUJN) : “Notaris adalah

pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan

kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini. ”

Landasan filosofis dibentuknya undang-undang Nomor 30 Tahun 2004

tentang Jabatan Notaris adalah terwujudnya jaminan kepastian hukum,

ketertiban dan perlindungan hukum yang berintikan kebenaran dan

keadilan melalui akta yang dibuatnya, Notaris harus dapat memberikan

kepastian hukum kepada masyarakat pengguna jasa Notaris.5

4Soetardjo Soemoatmodjo, Apakah: Notaris, PPAT, Pejabat Lelang, (Yogyakarta:

Liberty, 1986), hlm. 1. 5 Yuli Dian Fisnanto , “Notaris dan Jaminan Kepastian Hukum”,

www.wawasanhukum.blogspot.com, diunduh 3 Juli 2012.

Page 16: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

5

Universitas Indonesia

Produk hukum yang dikeluarkan oleh Notaris adalah berupa akta-

akta yang memiliki sifat otentik dan memiliki kekuatan pembuktian yang

sempurna. Sebagaimana definisi akta otentik yang disebutkan dalam Pasal

1868 KUHPerdata : “ Suatu akta otentik ialah suatu akta yang di dalam

bentuk yang ditentukan oleh undang-undang, dibuat oleh atau dihadapan

pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu ditempat dimana akta

dibuatnya. ” Mengenai bentuk akta dijelaskan oleh Pasal 38 ayat (1) UUJN

bahwa setiap akta notaris terdiri dari awal akta, isi akta dan akhir akta.

Pengertian pejabat umum dijelaskan oleh Pasal 1 angka 1 Undang-

undang Jabatan Notaris adalah notaris sebagai pejabat umum. Selanjutnya

pengertian berwenang meliputi : berwenang terhadap orangnya, yaitu

untuk kepentingan siapa akta itu dibuat atau dikehendaki oleh orang yang

berkepentingan. Berwenang terhadap aktanya, yaitu yang berwenang

membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan

ketetapan yang diharuskan undang-undang atau yang dikehendaki yang

bersangkutan. Serta berwenang terhadap waktunya dan berwenang

terhadap tempatnya, yaitu sesuai tempat kedudukan dan wilayah jabatan

notaris dan notaris menjamin kepastian waktu para penghadap yang

tercantum dalam akta.6 Selain memenuhi syarat yang telah ditentukan

undang-undang agar suatu akta menjadi otentik, seorang notaris dalam

melaksanakan tugasnya tersebut wajib:7 Melaksanakan tugasnya dengan

penuh disiplin, professional dan integritas moralnya tidak boleh diragukan.

Apa yang tertuang dalam awal dan akhir akta yang menjadi

tanggungjawab notaris adalah ungkapan yang mencerminkan keadaan

yang sebenar-benarnya pada saat pembuatan akta. Apabila suatu akta

merupakan akta otentik, maka akta tersebut akan mempunyai 3 (tiga)

fungsi terhadap para pihak yang membuatnya yaitu :8

6 Habieb Adjie, Meneropong Khasanah Notaris dan PPAT Indonesia, (PT. Citra Aditya

Bakti, Bandung, 2009), hlm. 14.

7 Tan Thong Kie, Studi Notariat-Serba Serbi Praktek Notaris, (Ichtiar Baru Van Hoeve,

Jakarta, 2000), hlm. 166.

8 Salim HS, Hukum Kontrak-Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, (Sinar Grafika,

Jakarta, 2006), hlm. 436.

Page 17: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

6

Universitas Indonesia

1. sebagai bukti bahwa para pihak yang bersangkutan telah

mengadakan perjanjian tertentu;

2. sebagai bukti bagi para pihak bahwa apa yang tertulis dalam

perjanjian adalah menjadi tujuan dan keinginan para pihak;

3. sebagai bukti kepada pihak ketiga bahwa pada tanggal tertentu

kecuali jika ditentukan sebaliknya para pihak telah mengadakan perjanjian

dan bahwa isi perjanjian adalah sesuai dengan kehendak para pihak.

Dalam pembuatan akta Notaris harus memuat keinginan atau

kehendak para pihak yang dituangkan kedalam isi perjanjian (akta)

tersebut. Hal ini diatur dalam Pasal 15 ayat (1) UUJN:

“Notaris berwenang membuat akta otentik mengenai semua

perbuatan, perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan

perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan

untuk dinyatakan dalam akta otentik, menjamin kepastian pembuatan akta,

menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya

itu sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau

dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh

undang-undang. “

Akta Otentik merupakan alat bukti yang sempurna bagi kedua

belah pihak, ahli warisnya atau atau orang-orang yang mendapatkan hak

daripadanya. Dengan kata lain, isi akta otentik dianggap benar, selama

ketidakbenarannya tidak dapat dibuktikan. Akta otentik mempunyai 3

macam kekuatan pembuktian, yaitu:9

1. Kekuatan pembuktian formil

Membuktikan kepastian bahwa sesuatu kejadian dan fakta

tersebut dalam akta betul-betul dilakukan oleh notaris atau

diterangkan oleh pihak-pihak yang menghadap pada saat yang

tercantum dalam akta sesuai dengan prosedur yang ditentukan

dalam pembuatan akta. Artinya akta otentik menjamin

kebenaran mengenai :

9 G.H.S Lumban Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, (Jakarta : Erlangga, 1983), hlm. 55.

Page 18: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

7

Universitas Indonesia

a. Tanggal akta itu dibuat.

b. Semua tandatangan yang tertera dalam akta.

c. Identitas yang hadir menghadap pejabat umum (notaris)

orang yang menghadap.

d. Semua pihak yang menandatangani akta itu mengakui apa

yang diuraikan dalam akta itu.

e. Tempat dimana akta tersebut dibuat

2. Kekuatan pembuktian materiil

Membuktikan antara para pihak, bahwa benar-benar peristiwa

yang tersebut dalam akta telah terjadi.

3. Kekuatan pembuktian lahiriah

Dengan kekuatan pembuktian lahiriah ini dimaksudkan

kemampuan dari akta itu sendiri untuk membuktikan dirinya

sebagai akta otentik. Kemampuan ini menurut pasal 1875 Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata tidak dapat diberikan kepada

akta yang dibuat dibawah tangan.

Dalam akta otentik tidak memerlukan pengakuan dari pihak yang

bersangkutan agar mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna

karena akta otentik sudah sesuai dengan ketentuan dalam pasal 1868 Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata dan juga telah dibuat oleh pejabat yang

berwenang untuk itu, yaitu dalam hal ini Notaris. Perlu diketahui bahwa

tidak semua surat dapat disebut sebagai akta otentik, karena suatu akta

otentik mempunyai tiga unsur esenselia yang harus dipenuhi yaitu antara

lain:10

a. Di dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang

b. Dibuat oleh dan dihadapan pejabat umum

c. Akta yang dibuat oleh atau di hadapan pejabat umum yang

berwenang untuk itu dan di tempat dimana akta itu dibuat.

10

Irawan Soerodjo, Kepastian Hukum Hak Atas Tanah Di Indonesia, (Surabaya: Arkola,

2003), hlm. 148.

Page 19: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

8

Universitas Indonesia

Undang-Undang Jabatan Notaris Nomor 30 tahun 200411

merupakan produk hukum di bidang kenotariatan yang mengalami

pembaharuan sedangkan peraturan paradigma lama yang dikenal dengan

Peraturan Jabatan Notaris (Reglement op het Notarisambt Stb. 1860/3),

yang mulai berlaku tanggal 1 Juli 1860.

Jabatan Notaris menurut literatur yang ada dinyatakan jabatan

kepercayaan (vertrouwenambt), artinya Undang-undang memberikan

kepercayaan yang besar kepada seorang Notaris, sebagai seorang pejabat

umum dengan mengakui atau memberikan kekuatan otentik kepada setiap

akta yang di buat oleh atau dihadapan seseorang selaku Notaris, sepanjang

prosedur serta syarat untuk membuat akta itu benar-benar dilakukan sesuai

dengan dan menurut ketentuan hukum yang ada.

Artinya sepanjang akta itu lahir menurut prosedur yang benar dan

berdasarkan fakta-fakta yang benar pula. Dalam hal ini Notaris selaku

pejabat umum dituntut untuk bekerja secara professional dengan

menguasai seluk-beluk profesinya menjalankan tugasnya, notaris harus

menyadari kewajibannya bekerja mandiri, jujur, tidak memihak, dan

penuh rasa tanggung jawab serta secara profesional.12

Apabila berbicara mengenai kemampuan professional para notaris,

maka mau tidak mau hal tersebut berbicara mengenai masalah mutu

pelayanan jasa hukum notaris kepada masyarakat. Semakin meningkat

kemampuan professional para notaris dalam melaksanakan tugasnya

sebagai pejabat umum yang mempunyai fungsi mengatur hubungan

hukum di antara para pihak secara tertulis dan otentik, akan semakin baik

pula mutu pelayanan jasa hukum yang akan diterima masyarakat.

Kemampuan professional seseorang yang menunjuk pada keahlian

didukung oleh penguasaan ilmu, pengalaman dan keterampilan yang

tinggi. Walaupun seorang notaris dalam menjalankan jabatannya telah

memiliki kemampuan professional yang tinggi, namun demikian apabila

11

Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4432. 12

C.S.T. Kansil dan Chistine S.T. Kansil, Pokok-pokok Etika Profesi Hukum, PT Pradnya

Paramita, Jakarta, 1996, hlm. 87-88.

Page 20: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

9

Universitas Indonesia

dalam melaksanakan jabatannya tidak dilandasi integritas moral,

keluhuran martabat dan etika profesi maka notaris tersebut bukan saja

merugikan kepentingan masyarakat luas, tetapi juga akan merusak nama

baik Ikatan Notaris Indonesia (I.N.I) sebagai organisasi profesi.

Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat maka dapat

disimpulkan bahwa terdapat dua hal penting yang melekat kepada Notaris,

yaitu dalam pembuatan akta otentik dan dalam memberikan penyuluhan

hukum kepada masyarakat. Notaris diharapkan untuk memberikan

penyuluhan hukum untuk dan atas tindakan hukum yang dilakukan notaris

atas permintaan kliennya. Dalam hal melakukan tindakan hukum untuk

kliennya, notaris juga tidak boleh memihak kliennya, karena tugas notaris

ialah untuk mencegah terjadinya masalah. Hal ini sangat berbeda dengan

pengacara atau sekarang disebut sebagai advokat, yang tugasnya adalah

membela dan berpihak kepada kliennya13

.

Sebagian masyarakat kita masih ada yang kesulitan membedakan

antara Notaris dengan Advokat. Masih ada anggapan bahwa Notaris dan

Advokat memiliki tugas yang sama, hal ini terlihat dari masih adanya

masyarakat yang datang ke Notaris untuk minta bantuan mendampingi

penyelesaian perkaranya di pengadilan.

Sedangkan jika dilihat berdasarkan undang-undang yang

mengaturnya, antara notaris dengan advokat mempunyai banyak

perbedaan.

1. Dasar hukum :

Notaris : Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 : tentang

Jabatan Notaris (UUJN).

Advokat : Undang-undang Nomor 18 tahun 2003 : tentang

Advokat (UU Advokat).

2. Definisi :

Notaris : Pasal 1 UUJN : Notaris adalah pejabat umum yang

berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan

lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

13

Indonesia, Undang-Undang Advokat, UU No.18 tahun 2003, LN No. 4288.

Page 21: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

10

Universitas Indonesia

Advokat : Pasal 1 UU Advokat : Advokat adalah orang yang

berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di luar

pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan

Undang-Undang ini.

3. Tugas/Wewenang :

Notaris : Pasal 15 UUJN : Notaris berwenang membuat akta

otentik mengenai semua perbuatan,perjanjian, dan ketetapan

yang diharuskan oleh peraturan perundangundangan dan/atau

yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan

dalam akta otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan

akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan

akta.

Advokat : Pasal 1 UU Advokat : memberikan Jasa Hukum

adalah jasa yang diberikan Advokat berupa memberikan

konsultasi hukum, bantuan hukum, menjalankan kuasa,

mewakili, mendampingi, membela, dan melakukan tindakan

hukum lain untuk kepentingan hukum klien.

4. Keberpihakan :

Notaris : Pasal 16 UUJN : Dalam menjalankan jabatannya,

Notaris berkewajiban, bertindak jujur, saksama, mandiri, tidak

berpihak, dan menjaga kepentingan pihak yang terkait dalam

perbuatan hukum;

Advokat : Pasal 1 UU Advokat : memberikan Jasa Hukum

adalah jasa yang diberikan Advokat berupa memberikan

konsultasi hukum, bantuan hukum, menjalankan kuasa,

mewakili, mendampingi, membela, dan melakukan tindakan

hukum lain untuk kepentingan hukum klien.

Perbedaan utama antara Notaris dan Advokat adalah pada

keberpihakan. Notaris tidak boleh untuk berpihak kepada salah satu pihak,

Notaris harus bersikap netral. Sedangkan Advokat bertugas untuk

mendampingi kepentingan kliennya atau salah satu pihak saja.

Page 22: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

11

Universitas Indonesia

Tugas Advokat tersebut tercermin dari arti kata Advokat. Kata

Advokat berasal dari bahasa latin advocare yang berarti membela. Profesi

Advokat lahir sebagai bentuk penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia,

karena setiap orang yang bermasalah dengan hukum hingga dituntut ke

pengadilan berhak untuk didampingi Advokat, dan tidak ada yang boleh

menghalangi orang untuk didampingi Advokat saat dituntut dimuka

hukum.

Jadi seorang Notaris hanya dapat memberikan nasihat hukum yang

bersifat menghimbau, bukan membela, sehingga pihak-pihak yang

berkepentingan terhindar dari permasalahan hukum dikemudian hari. Oleh

karena itu Notaris berperan sebagai pencegah terjadinya permasalahan,

sedangkan Advokat berperan sebagai pihak penyelesai masalah yang

sedang menimpa klien mereka baik didalam maupun diluar pengadilan.

Namum kedua profesi tersebut adalah para pembela hukum dimana

mereka berjuang untuk mewujudkan kehidupan yang berkeadilan serta

memastikan bahwa hukum selalu ditegakkan, melalui profesi mereka

masing-masing.

Dalam UUJN maupun Kode Etik Notaris merumuskan agar notaris

memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta,

seperti yang tertuang dalam Pasal 15 ayat 2 huruf e UUJN. Notaris tidak

boleh menjadi konsultan untuk masalah diluar kewenangannya, hanya

terkait dengan pembuatan akta saja yang ia buat. Sejauh mana batasan-

batasan tentang penyuluhan hukum yang harus dilakukan oleh Notaris

agar penyuluhan hukum tersebut tidak menyalahi kewenangan yang

dipunyainya dan bagaimana jika ternyata penyuluhan hukum itu

menyalahi kewenangan Notaris serta sanksi seperti apa yang akan diterima

Notaris sebagai akibat dari perbuatannya tersebut.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk

mengangkat permasalahan yang masih belum terjawab mengenai

penyuluhan hukum yang dilakukan oleh seorang notaris. Oleh karena itu,

penulis akan meneliti dengan judul penelitian “PERAN DAN

WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN

Page 23: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

12

Universitas Indonesia

HUKUM DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 30

TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS DAN KODE ETIK

NOTARIS.”

1.2 Pokok Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan

permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut:

1. Bagaimanakah peran dan wewenang notaris dalam memberikan

penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang Nomor

30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris dan Kode Etik Notaris?

2. Bagaimanakah batasan-batasan bagi seorang notaris dalam

peranannya memberikan penyuluhan hukum kepada klien?

1.3 Metode Penelitian

Dalam metode penelitian ini penulis menggunakan bentuk

penelitian yuridis normatif, yaitu suatu bentuk penelitian terhadap norma-

norma tertulis. Penelitian ini menerangkan ketentuan ketentuan dalam

peraturan perundang undangan yang berlaku, dihubungkan dengan

kenyataan yang ada di lapangan, kemudian di analisis membandingkan

antara tuntutan nilai-nilai ideal yang ada dalam peraturan perundangan

undangan dengan kenyataan yang ada di lapangan.

Dalam penelitian ini akan digunakan tipe penelitian deskriptif

analitis. Maksud dari penelitian ini adalah cara pemecahan masalah

dengan memaparkan secara tepat sifat suatu individu, keadaan, gejala atau

kelompok tertentu, atau untuk menentukan frekuensi suatu gejala14

.

Data yang digunakan dalam penulisan ini menggunakan data

sekunder dan data primer. Data sekunder mencakup antara lain dokumen-

dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan,

buku harian dan seterusnya, sedangkan data primer adalah adalah data

14

Sri Mamudji et al., Metode Penelitian Dan Penulisan Hukum, (Jakarta : Badan

Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005), hlm. 4.

Page 24: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

13

Universitas Indonesia

yang diperoleh langsung dari masyarakat15

. Data yang terdapat dalam data

sekunder adalah :

1. Bahan hukum primer, yaitu bahan yang bersifat mengikat. Terdiri

dari:

a) Undang-Undang nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.

b) Kode Etik Notaris

c) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

2. Bahan hukum sekunder, yaitu memberikan penjelasan mengenai

bahan hukum Primer, yaitu buku-buku penunjang mengenai kode etik

notaris dan Peraturan Jabatan Notaris.

3. Bahan hukum tertier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk

maupun Penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder,

yaitu:

a) Buku tentang motode penulisan hukum.

b) Kamus hukum.

c) Kamus Bahasa Indonesia.

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam metode penelitian

ini adalah studi kepustakaan yang lazim digunakan dalam bentuk

penelitian yuridis normatif dan alat pengumpulan data menggunakan

wawancara yang digunakan dalam rangka menemukan data yang lebih

terperici, yang dapat dilakukan terhadap responden, informan, dan

narasumber. Untuk menunjang penelitian ini maka penulis akan

menggunakan data primer, dengan cara melakukan serangkaian

wawancara dengan Notaris-notaris.

Dalam analisis data, penulis menggunakan pendekatan kualitatif,

yaitu merupakan tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif

analitis, yaitu apa yang dinyatakan oleh sasaran penelitian yang

bersangkutan secara tertulis atau lisan, dan perilaku nyata.16

Selain itu cara

penelitian yang digunakan dalam penulisan tesis ini adalah secara induktif,

yaitu penelusuran hukum dari umum ke khusus.

15

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta : Penerbit Universitas

Indonesia,2008), hlm. 12. 16

Mamudji , o.p cit., hal. 67.

Page 25: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

14

Universitas Indonesia

1.4 Sistematika Penulisan

Tesis yang penulis susun berjudul. “PERAN DAN WEWENANG

NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN HUKUM

DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004

TENTANG JABATAN NOTARIS DAN KODE ETIK NOTARIS.”

Pada tesis ini dibagi dalam 3 bab dan beberapa sub bab yang

kesemuanya saling berkaitan dan dalam satu kesatuan sehingga tidak dapat

dilepaskan satu dengan yang lainnya.

Adapun sistematika yang dimaksud adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada sub bab ini penulis akan menguraikan tentang latar

belakang masalah, pokok permasalahan, metode penelitian dan

sistematika penulisan.

BAB II : ANALISIS

Pada bab ini penulis akan menguraikan teori-teori yang

berhubungan dengan tesis, seperti teori tentang penyuluhan

hukum, kewenangan dan kewajiban notaris. Selain itu penulis

juga akan menguraikan tentang data hasil penelitian yang

disesuaikan dengan metode penelitian normatif, yang meliputi

permasalahan dalam kasus ini, serta pendapat nara sumber yang

terkait dengan permasalahan yang diteliti. Serta pada bab ini

penulis akan melakukan analisis permasalahan yang ada di BAB

I dengan membandingkan antara teori-teori yang ada dalam

BAB II.

BAB V : PENUTUP

Pada bab ini penulis mencoba untuk memberikan kesimpulan

dan saran dari permasalahan yang ada, yang mungkin dapat

memberi manfaat bagi pihak-pihak yang memerlukannya.

Page 26: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

15

Universitas Indonesia

BAB II

PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN

PENYULUHAN HUKUM DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR

30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS DAN KODE ETIK

NOTARIS

2.1. Sejarah Notaris

Lembaga kemasyarakatan yang dikenal sebagai “notariat” ini

timbul dari kebutuhan dalam pergaulan sesama manusia, yang

menghendaki adanya alat bukti baginya mengenai hubungan hukum

keperdataan yang ada dan/atau terjadi diantara mereka; suatu lembaga

dengan para pengabdinya yang ditugaskan oleh kekuasaan umum untuk

dimana dan apabila undang-undang mengharuskan sedemikian atau

dikehendaki oleh masyarakat, membuat alat bukti tertulis yang

mempunyai kekuatan otentik.

Berbicara mengenai sejarah notariat di Indonesia, kiranya tidak

dapat terlepas dari sejarah lembaga ini di negara-negara Europa pada

umumnya dan di negeri Belanda pada khususnya. Dikatakan demikian

oleh karena perundang-undangan Indonesia di bidang notariat berakar

pada "Notariswet" dari negeri Belanda tanggal 9 Juli 1842 (Ned. Stbl.

no. 20), sedang "Notariswet" itu sendiri pada gilirannya, sekalipun itu

tidak merupakan terjemahan sepenuhnya, namun susunan dan isinya

sebagian terbesar mengambil contoh dari undang-undang notaris

Perancis dari 25 Ventose an XI (16 Maret 1803) yang dahulu pernah

berlaku di negeri Belanda.17

Di dalam perkembangannya hukum

Notariat yang diberlakukan di Belanda selanjutnya menjadi dasar dari

peraturan perundang-undangan Notariat yang diberlakukan di

Indonesia.18

Sejarah notariat di Italia dimulai pada abad ke 11 atau ke 12 di

daerah perdagangan di Italia Utara. Di tandai dengan pengangkatan

pejabat notariat oleh penguasa umum untuk kepentingan masyarakat

17

Lumban Tobing, o.p cit., hlm . 2. 18

Tan Thong Kie, loc.cit, hlm. 15.

Page 27: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

16

Universitas Indonesia

umum yang menerima honorarium dari masyarakat umum yang

menggunakan jasanya. Mereka disebut dengan Latijnse Notariaat.

Kemudian lembaga notariat ini mengalami perkembangan dan meluas

hingga ke daratan Eropa melalui Spanyol sampai ke negara-negara

Amerika Tengah dan Amerika Selatan.19

Mula-mula lembaga notaris ini dibawa ke Perancis dari Italia. Dari

Perancis, pada permulaan abad ke 19, lembaga notariat meluas ke

negara-negara sekelilingnya dan negara-negara lain.

Nama notariat berasal dari nama pengabdinya yaitu Notarius.

Dalam buku-buku hukum di Romawi klasik telah berulang kali

ditemukan nama atau titel notariat untuk orang-orang yang melakukan

suatu bentuk pekerjaan tulis-menulis tertentu, akan tetapi mempunyai

arti yang tidak sama dengan notaris yang dikenal sekarang. Dalam abad

ke 2 dan ke 3, yang dinamakan notarii adalah orang-orang yang

memiliki keahlian untuk mempergunakan suatu bentuk tulisan cepat

dalam menjalankan pekerjaan mereka, yang dikenal sekarang sebagai

stenografen. 20

Selain pendapat tersebut di atas ada juga yang

berpendapat bahwa nama notarius itu berasal dari perkataan nota

literaria yaitu yang menyatakan sesuatu perkataan.21

Pada permulaan abad ke 3 berkembang yang disebut Tabeliones,

yaitu orang-orang yang ditugaskan bagi kepentingan masyarakat umum

untuk mencatat akta-akta dan tulisan yang dikehendaki oleh masyarakat

dan dibayar oleh pengguna jasanya. Akan tetapi jabatan atau kedudukan

mereka tidak mempunyai sifat kepegawaian dan juga tidak ditunjuk dan

diangkat oleh penguasa umum. Tabelionis ini dikenal pada masa

pemerintahan Ulpianus, sedangkan mengenai pekerjaannya mulai diatur

oleh undang-undang pada masa pemerintahan Kaisar Justisianus,

walaupun belum diberikan sifat kepegawaian kepada mereka. Karena

tidak adanya pengakatan dari penguasa tersebutlah, maka sifat dari

19

Lumban Tobing, o.p cit., hlm . 3. 20

Ibid., hlm. 5. 21

Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat Di Indonesia Suatu Penjelasan, (Jakarta :

Raja Grafindo Perasada, 1993), hlm. 12.

Page 28: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

17

Universitas Indonesia

akta-akta yang dibuat oleh para tabeliones adalah bersifat di bawah

tangan dan tidak mempunyai kekuatan seperti akta otentik, sehingga

akta-akta dan surat-surat tersebut hanya mempunyai kekuatan seperti

akta yang dibuat di bawah tangan. Kekuatan pembuktian dari akta yang

dibuat oleh para "tabeliones" pada hakekatnya jauh tertinggal dari yang

dibuat di hadapan yang berwajib, kepada surat-surat yang disebut

terakhir mana, sebagai-mana halnya dengan surat ketetapan dari badan

peradilan dalam arti sempit, diberikan yang dinamakan "publics

fides".22

Selain itu ada yang disebut sebagai Tabularii, adalah sekumpulan

orang yang juga menguasai teknik tulis-menulis dan memberikan

bantuan kepada masyarakat dalam hal pembuatan akta-akta dan surat-

surat. Para tabularii ini adalah pegawai negeri yang mempunyai tugas

mengadakan dan memelihara pembukuan keuangan kota-kota dan juga

ditugaskan untuk melakukan pengawasan atas arsip. Mereka juga

dinyatakan berwenang dalam beberapa hal tertentu membuat akta-akta.

Sehingga pada zaman pemerintahan Justisianus, mereka menjadi

saingan para Tabelliones dalam pembuatan akta. Kemudian pada zaman

kekuasaan Longobarden, para Tabelionis diangkat menjadi pegawai

kekaisaran yang bertugas mencatat akta-akta untuk kepentingan

masyarakat. Setelah mengalami berbagai perkembangan, lambat laun

tabellionaat dan notariat bergabung menjadi satu dan menamakan diri

kollegium, yang selanjutnya disebut notarii, yang dipandang sebagai

satu-satunya pejabat yang berhak untuk membuat akta-akta baik di

dalam maupun di luar pengadilan. 23

Pada akhir abad ke 14 terjadilah kemerosotan di bidang notariat.

Hal ini disebabkan karena para notarii sendiri. Karena mengalami

kesulitan keuangan, mereka menjual jabatan-jabatan notarii mereka

kepada para orang-orang, tanpa mengindahkan apakah mereka ini

mempunyai cukup keahlian di bidang notariat. Lalu muncullah keluhan-

22

Lumban Tobing, o.p cit., hlm . 7. 23

Ibid., hlm. 8-9.

Page 29: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

18

Universitas Indonesia

keluhan dari kalangan masyarakat mengenai kebodohan dari para

notaris dan berkurangnya kepercayaan terhadap para notaris.

Demikianlah selayang pandang sejarah terjadinya dan

perkembangan dari notariat di Europa, yang kemudian melalui negeri

Belanda dibawa ke Indonesia dan yang dikenal sekarang ini sebagai

lembaga notariat, dengan para notaris sebagai pengabdinya.

Notariat mulai masuk ke Indonesia pada abad ke 17. Pada tanggal

27 Agustus 1620, Melchior Kerchem, Sekretaris dari College van

Schepenen di Jacatra, diangkat menjadi notaris pertama di Indonesia.

Kepadanya ditugaskan untuk mendaftarkan semua dokumen dan akta

yang dibuatnya. Setelah 5 tahun, yaitu tepatnya pada tanggal 16 Juni

1625, setelah jabatan “notaris publik” dipisahkan dari jabatan

“secretarius van den gerechte” dengan surat keputusan Gubernur

Jenderal tanggal 12 November 1620, maka dikeluarkanlah instruksi

pertama untuk para notaris di Indonesia, yang berisikan 10 pasal,

diantaranya ketentuan bahwa para notaris terlebih dahulu diuji dan

diambil sumpahnya. Yang mana didalam instruksi tersebut ditentukan

bahwa para notaris wajib menjalankan jabatannya itu. 24

Namun pada kenyataanya para notaris pada waktu itu tidak

mempunyai kebebasan didalam menjalankan jabatannya itu, oleh

karena mereka pada masa itu adalah “pegawai” dari Oost

Ind.Compagnie. Bahkan pada tahun 1632, dikeluarkannya sebuah

peraturan yang berisi bahwa notaris, sekretaris dan pejabat lainnya

dilarang untuk membuat akta-akta transport, jual beli, surat wasiat dan

lain-lain akta, jika tidak mendapat persetujuan terlebih dahulu dari

Gubernur Jenderal.

Sejak masuknya notaris di Indonesia sampai tahun 1822 notariat

hanya diatur oleh 2 buah reglemen yang sering mengalami perubahan-

perubahan. Selama pemerintahan dari Inggris (1795-1811) peraturan-

peraturan lama di bidang notariat yang berasal dari Republiek der

Vereenidge Nederlanden tetap berlaku di Indonesia. Pada tahun1822

24

Ibid., hlm. 15.

Page 30: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

19

Universitas Indonesia

dikeluarkan Instructie voor de notarissen in Indonesia. Pada tahun1860

diundangkanlah Peraturan jabatan Notaris (Notaris reglemen) yang

merupakan dasar kuat bagi pelembagaan notaris di Indonesia. Pasal-

pasal yang terdapat dalam Peraturan Jabatan Notaris merupakan copy

dari dari pasal-pasal yang terdapat dalam Notariswet yang berlaku di

Belanda.25

2.2. Pengertian Notaris

Berdasarkan sejarah, Notaris adalah seorang pejabat

Negara/pejabat umum yang mendapat kewenangan dari Negara untuk

melakukan sebagian tugas Negara dalam pelayanan hukum kepada

masyarakat demi tercapainya kepastian hukum sebagai pejabat pembuat

akta otentik dalam hal keperdataan. Pengertian Notaris dapat dilihat

dalam peraturan perundang-undangan tersendiri, yakni dalam Pasal 1

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, yang

menyatakan bahwa "Notaris adalah pejabat umum yang berwenang

untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana

yang dimaksud dalam Undang-Undang ini." Tugas Notaris adalah

mengkonstantir hubungan hukum antara para pihak dalam bentuk

tertulis dan format tertentu, sehingga merupakan suatu akta otentik.26

Bahwa untuk membuat akta otentik, seseorang harus mempunyai

kedudukan sebagai “ pejabat umum “. Jadi dalam Pasal 1 (satu) tersebut

ada hal penting yang tersirat, yaitu ketentuan dalam permulaan pasal

tersebut, bahwa notaris adalah pejabat umum (openbaar ambtenaar), di

mana kewenangannya atau kewajibannya yang utama ialah membuat

akta‐akta otentik27

, jadi notaris merupakan pejabat umum sebagaimana

yang dimaksud pada Pasal 1868 Kitab Undang‐Undang Hukum

Perdata.

Menurut Kamus Indonesia, Notaris adalah pejabat umum yang

berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya

25

Ibid., hlm. 18. 26

Tan Thong Kie, loc.cit, hlm. 159 27

R.Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia Suatu Penjelasan, (Jakarta:

CV.Rajawali Pers, 1982), hlm. 42.

Page 31: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

20

Universitas Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam undang‐undang ini (Peraturan Jabatan

Notaris).

Menurut Reglement op het Notarisambt (Peraturan Jabatan

Notaris) yang Ditegaskan dalam Pasal 1 Peraturan Jabatan Notaris yang

dimaksud dengan Notaris, adalah pejabat umum yang satu‐satunya

berwenang untuk membuat akta otentik mengenai semua perbuatan,

perjanjian, penetapan yang diharuskan oleh suatu peraturan umum atau

oleh yang berkepentingan dikehendaki atau dinyatakan dalam suatu

akta otentik, menjamin kepastian tanggalnya, menyimpan aktanya dan

memberikan grosse (salinan sah), salinan dan kutipannya, semuanya

sepanjang pembuatan akta itu oleh suatu peraturan umum tidak juga

ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat atau orang lain.28

Menurut Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia Nomor.M.01‐HT.03.01 Tahun 2006, tentang Syarat

dan Tata Cara Pengangkatan Dan Pemindahan, dan Pemberhentian

Notaris. Ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (1), yang dimaksud dengan

Notaris, adalah Pejabat Umum yang berwenang untuk membuat akta

otentik dan kewenangan lainnya, sebagaimana dimaksud dalam

Undang‐Undang Jabatan Notaris.

2.3. Dasar Hukum

Dalam menjalankan profesinya, Notaris memberikan pelayanan

hukum kepada masyarakat yang diatur dalam Undang-Undang Nomor

30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris yang diundangkan tanggal 6

Oktober 2004 dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Nomor 117. Dengan berlakunya undang-undang ini, maka Reglement

op Het Notaris Ambt in Indonesia / Peraturan Jabatan Notaris Di

Indonesia (Stb. 1860 Nomor 3) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Keberadaan notaris pada awalnya diatur dalam rambu-rambu

Burgerlijk Wetboek (BW/Kitab UU Hukum Perdata), terutama Buku

Keempat dalam pasal-pasal sebelumnya, yang secara sistematis

28

Komar Andasasmita, Notaris I, Sumur Bandung, 1984, hlm. 45.

Page 32: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

21

Universitas Indonesia

merangkum suatu pola ketentuan alat bukti berupa tulisan sebagai

berikut:

a. bahwa barang siapa mendalilkan peristiwa di mana ia mendasarkan

suatu hak, wajib baginya membuktikan peristiwa itu; dan sebaliknya

terhadap bantahan atas hak orang lain (1865 BW);

b. bahwa salah satu alat bukti ialah tulisan dalam bentuk autentik dan di

bawah tangan. Tulisan autentik ialah suatu akta yang dibuat

sebagaimana ditentukan oleh undang-undang; dibuat oleh atau di

hadapan pejabat umum yang berwenang; di tempat mana akta itu

dibuat (1866-1868 BW);

c. bahwa notaris adalah pejabat umum satu-satunya yang berwenang

membuat akta autentik (Pasal 1 Reglement op Het Notaris Ambt in

Indonesia / Peraturan Jabatan Notaris Di Indonesia, Staatsblad 1860

Nomor 3 Tahun 1860).

Ketentuan tersebut menunjukkan alat bukti tertulis yang dibuat

autentik oleh atau di hadapan notaris berada dalam wilayah hukum

perdata (pribadi/privat). Ini berbeda dengan istilah ”barang bukti”

dalam hukum pidana atau ”dokumen surat” dalam hukum administrasi

negara ataupun hukum tata usaha negara yang biasa disebut dengan

surat keputusan (beschikking), di mana termasuk dalam wilayah hukum

publik. Alat bukti tertulis autentik yang dibuat notaris berbeda maksud

tujuan dan dasar hukumnya dengan surat keputusan yang dibuat oleh

badan atau pejabat tata usaha negara dalam melaksanakan fungsi untuk

menyelenggarakan urusan pemerintahan, baik di pusat maupun di

daerah. Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004, sebagai produk hukum

nasional, dan secara substantif Undang-Undang tentang Jabatan Notaris

yang baru tersebut juga berorientasi kepada sebagian besar ketentuan-

ketentuan dalam PJN (Staatsbiad 1860:3), dan karena itu kajian dalam

penulisan ini tetap mengacu kepada Undang-Undang No. 30 tahun 2004

tentang Jabatan Notaris.

Page 33: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

22

Universitas Indonesia

2.4. Notaris Sebagai Pejabat Publik

Istilah Pejabat Umum merupakan terjemahan dari istilah

Openbare Amtbtenaren yang terdapat dalam Pasal 1 Peraturan Jabatan

Notaris (PJN) dan Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.29

Pasal 1 PJN menyatakan bahwa:

Notaris adalah pejabat umum yang satu-satunya berwenang untuk

membuat akta otentik mengenai suatu perbuatan, perjanjian dan

penetapan yang diharuskan oleh suatu peraturan umum atau oleh yang

berkepentingan dikehendaki untuk dinyatakan dalam suatu akta otentik,

menjamin kepastian tanggalnya, menyimpan aktanya, dan memberikan

grosse, salinan dan kutipannya, semuanya sepanjang pembuatan akta itu

oleh suatu peraturan umum tidak juga ditugaskan atau dikecualikan

kepada pejabat atau orang lain.

Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyatakan

bahwa: “Suatu akta otentik ialah suatu akta yang dibuat dalam bentuk

yang ditentukan undang-undang, dibuat oleh atau dihadapan pejabat

umum yang berwenang untuk itu di tempat akta itu dibuat”.

Berdasarkan pengertian tersebut di atas, bahwa notaris berwenang

membuat akta sepanjang dikehendaki para pihak atau menurut aturan

hukum wajib dibuat dalam bentuk akta otentik. Pembuatan akta tersebut

harus berdasarkan aturan hukum yang berkaitan dengan prosedur

pembuatan akta notaris, sehingga Jabatan Notaris sebagai Pejabat

Umum tidak perlu lagi diberi sebutan lain yang berkaitan dengan

kewenangan notaris.

Jabatan notaris diadakan atau kehadirannya dikehendaki oleh

aturan hukum dengan maksud untuk membantu dan melayani

masyarakat yang membutuhkan alat bukti tertulis yang bersifat otentik

mengenai peristiwa hukum.

Pemberian kualifikasi notaris sebagai Pejabat Umum berkaitan

dengan wewenang notaris. Menurut Pasal 15 ayat (1) UUJN bahwa

notaris berwenang membuat akta otentik, sepanjang pembuatan akta-

29

Habib Adjie, Sekilas Dunia Notaris dan PPAT Indonesia dalam Kumpulan Tulisan,

CV. Mandar Maju, Bandung, 2009, (Selanjutnya disebut Buku II), hlm. 15.

Page 34: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

23

Universitas Indonesia

akta tersebut tidak ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat atau

orang lain. Pemberian wewenang kepada pejabat atau instansi lain,

seperti Kantor Catatan Sipil, tidak berarti memberikan kualifikasi

sebagai Pejabat Umum tapi hanya menjalankan fungsi sebagai Pejabat

Umum saja ketika membuat akta-akta yang ditentukan oleh aturan

hukum, dan kedudukan mereka tetap dalam jabatannya semula sebagai

Pegawai Negeri.30

Wet op het Notarisambt yang mulai berlaku tanggal 3 April 1999,

Pasal 1 huruf a menyebutkan bahwa: “Notaris: de ambtenaar”, notaris

tidak lagi disebut sebagai Openbaar Ambtenaar sebagaimana tercantum

dalam Pasal 1 Wet op het Notarisambt yang lama. Notaris sekarang ini

tidak dipersoalkan apakah sebagai Pejabat Umum atau bukan, dan perlu

diperhatikan bahwa istilah Openbaar Ambtenaar dalam konteks ini

tidak bermakna umum, tetapi publik. Ambt pada dasarnya adalah

jabatan publik, sehingga jabatan notaris adalah Jabatan Publik tanpa

perlu atribut Openbaar.31

Apabila ketentuan dalam Wet op het

Notarisambt tersebut di atas dijadikan rujukan untuk memberikan

pengertian yang sama terhadap ketentuan Pasal 1 ayat (1) UUJN, maka

Pejabat Umum yang dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) tersebut harus

dibaca sebagai Pejabat Publik.

Notaris sebagai Pejabat Publik tidak sama dengan pejabat publik

dalam bidang pemerintahan yang dikategorikan sebagai Pejabat Tata

Usaha Negara. Notaris sebagai Pejabat Publik produk akhirnya yaitu

akta otentik, yang terikat dalam ketentuan hukum perdata terutama

dalam hukum pembuktian. Akta tidak memenuhi syarat yang termaktub

didalam Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 5 tahun 1986 Tentang

Peradilan Tata Usaha Negara sebagai Keputusan Tata Usaha Negara

yang bersifat konkret, individual dan final, serta tidak menimbulkan

akibat hukum perdata bagi seseorang atau badan hukum perdata, karena

30

Ibid., hlm. 17. 31

Ibid., hlm. 20.

Page 35: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

24

Universitas Indonesia

akta merupakan formulasi keinginan para pihak yang dituangkan dalam

akta notaris yang dibuat di hadapan atau oleh notaris.32

Notaris merupakan suatu Jabatan (publik) mempunyai

karakteristik, yaitu:33

a. Sebagai Jabatan

UUJN merupakan unifikasi di bidang pengaturan Jabatan Notaris,

artinya satu-satunya aturan hukum dalam bentuk undang-undang yang

mengatur Jabatan Notaris di Indonesia, sehingga segala hal yang

berkaitan Notaris di Indonesia harus mengacu kepada UUJN.

Jabatan Notaris merupakan suatu lembaga yang diciptakan oleh

negara, menempatkan notaris sebagai jabatan merupakan suatu bidang

pekerjaan atau tugas yang sengaja dibuat oleh aturan hukum untuk

keperluan dan fungsi tertentu serta bersifat berkesinambungan sebagai

suatu lingkungan pekerjaan tetap.

b. Notaris mempunyai kewenangan tertentu

Setiap wewenang yang diberikan kepada jabatan harus ada aturan

hukumnya. Sebagai batasan agar jabatannya dapat berjalan dengan baik,

dan tidak bertabrakan dengan wewenang jabatan lainnya. Apabila

seseorang pejabat (notaris) melakukan suatu tindakan di luar wewenang

yang telah ditentukan, dapat dikategorikan sebagai perbuatan melanggar

wewenang. Wewenang notaris hanya dicantumkan dalam Pasal 15 ayat

(1), (2) dan (3) UUJN.

c. Diangkat dan diberhentikan oleh pemerintah

Pasal 2 UUJN menyatakan bahwa notaris diangkat dan

diberhentikan oleh menteri (pemerintah), dalam hal ini menteri yang

diberi tugas dan tanggung jawabnya meliputi bidang kenotariatan (Pasal

1 angka 14 UUJN). Meskipun notaris secara administratif diangkat dan

diberhentikan oleh pemerintah, tidak berarti notaris menjadi subordinasi

32

Habib Adjie, Buku II, op.cit., hlm. 21. 33

Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia (Tafsir Tematik Terhadap UU No.30 Tahun

2004 Tentang Jabatan Notaris), cet.2, (Bandung: Refika Aditama, 2009) (Selanjutnya disebut

Buku I), hlm. 15-16.

Page 36: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

25

Universitas Indonesia

(bawahan) yang mengangkatnya. Notaris dalam menjalankan tugas

jabatannya:

1) Bersifat mandiri (autonomous);

2) Tidak memihak siapapun (impartial),

3) Tidak tergantung kepada siapapun (independent), yang berarti

dalam menjalankan tugas jabatannya tidak dapat dicampuri oleh

pihak yang mengangkatnya atau pihak lain.

d. Tidak menerima gaji atau pensiun dari yang mengangkatnya

Notaris diangkat dan diberhentikan oleh pemerintah, tetapi tidak

menerima gaji dan pensiun dari pemerintah. Notaris hanya menerima

honorarium atas jasa hukum yang diberikan sesuai dengan

kewenangannya (Pasal 36 ayat (1) UUJN). Notaris juga wajib

memberikan jasa hukum di bidang kenotariatan secara cuma-cuma

kepada orang yang tidak mampu (Pasal 37 UUJN).

Jabatan notaris bukan suatu jabatan yang digaji, notaris tidak

menerima gajinya dari pemerintah sebagaimana halnya pegawai negeri,

akan tetapi dari mereka yang meminta jasanya. Notaris adalah pegawai

pemerintah tanpa gaji pemerintah, notaris dipensiunkan oleh pemerintah

tanpa mendapat pensiun dari pemerintah.34

e. Akuntabilitas atas pekerjaannya kepada masyarakat

Kehadiran notaris untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang

memerlukan akta otentik dalam bidang hukum perdata, sehingga notaris

mempunyai tanggung jawab untuk melayani masyarakat, masyarakat

dapat menggugat secara perdata notaris, dan menuntut biaya, ganti rugi

dan bunga jika ternyata akta tersebut dapat dibuktikan dibuat tidak

sesuai dengan aturan hukum yang berlaku, hal ini merupakan bentuk

akuntabilitas notaris kepada masyarakat.

2.5.Notaris sebagai Profesi Hukum

Pengembangan profesi seseorang tergantung sepenuhnya pada

pribadi yang bersangkutan, sebab secara individual ia mempunyai

tanggung jawab atas mutu pelayanan profesinya. Seseorang yang

34

Lumban Tobing, o.p cit., hlm . 36.

Page 37: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

26

Universitas Indonesia

menyandang profesi hukum haruslah orang yang dapat dipercaya secara

penuh dan ia tidak akan menyalahgunakan situasi dan kondisi yang

ada.35

Dalam melaksanakan profesinya haruslah dilakukan secara

bermatabat, karena tugas profesi merupakan tugas kemasyarakatan yang

berhubungan langsung dengan nilai-nilai dasar yang merupakan harkat

dan martabat.36

Oleh karena itu pelayanan profesi hukum memerlukan

pengawasan dari masyarakat, namun menurut kebiasaan masyarakat

tidak mempunyai kompetisi teknik untuk mengukur dan mengawasi

para profesional tersebut.37

Alasannya karena tak seorangpun dari

anggota masyarakat yang terlepas dari permasalahan hukum dan

tentunya harus pula berhadapan dengan penyandang profesi hukum.38

Menurut Brandeis, untuk dapat disebut sebagai profesi, maka

pekerjaan itu sendiri harus mencerminkan adanya hubungan berupa:39

a. Ciri-ciri pengetahuan (intellectual character);

b. Diabdikan untuk kepentingan orang lain;

c. Keberhasilan bukan diukur pada keuntungan finansial;

d. Didukung oleh adanya organisasi (association) profesi dan

oragnisasi profesi, yang antara lain memerlukan berbagai ketentuan

yang merupakan kode etik, serta tanggung jawab dalam memajukan

dan menyebarkan profesi yang bersangkutan.

e. Adanya standar kualifikasi profesi

Dari uraian singkat tersebut, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa

profesi adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan persyaratan khusus,

sebagaimana yang telah disebutkan oleh Brandeis di atas. Lima syarat

tersebut dapat ditambahkan dengan syarat keenam, yaitu adanya

pengakuan dari masyarakat.40

Syarat kedua dan ketiga merupakan

35

Abu Jusuf, Etika Jabatan Notaris Sebagai Profesi Hukum, Media Notariat, Nomor 2

Tahun 1, (Oktober, 1999), hlm. 72. 36

Ibid. 37

Ibid. 38

Ibid. 39

Shidarta, Etika Profesi Hukum Dalam Sorotannya, Era Hukum, No.9/Tahun 3

(Juli,1996), hlm. 35. 40

Ibid.

Page 38: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

27

Universitas Indonesia

indikator utama yang membedakan suatu profesi tersebut, apakah

termasuk profesi luhur (officium nobile) atau hanya profesi pada

umumnya.

Profesi hukum pada dasarnya mampu memenuhi semua

persyaratan di atas, sehingga dapat dimaksudkan dalam kategori profesi

luhur. Menurut Abu Jusuf yang dimaksud dengan profesi hukum adalah

segala pekerjaan yang ada kaitannya dengan masalah hukum.41

Lain halnya seperti yang dikatakan oleh Shidarta, bahwa yang

dimaksud dengan profesi hukum adalah profesi yang diabdikan kepada

masyarakat luas.42

Dengan demikian dalam menjalankan profesinya

para penyandang profesi hukum senantiasa bersinggungan dengan nilai-

nilai yang hidup dalam masyarakat. Nilai-nilai tersebut ada yang

bersifat tetap, tetapi ada pula yang mengalami perubahan, mengikuti

perkembangan masyarakat pada suatu tempat dan waktu tertentu. Nilai-

nilai yang tetap ini adalah nilai-nilai dasar, yang cenderung berubah itu

adalah nilai-nilai intrumentalnya.43

Notaris sebagai profesi hukum merupakan bentuk wujud atau

perwujudan dan personifikasi dari hukum, keadilan, kebenaran, bahkan

merupakan jaminan adanya kepastian hukum bagi masyarakat, itulah

sebabnya lembaga notariat dan lembaga kepercayaan menjadi satu.

Oleh karena itu ada suatu ukuran atau standar minimal untuk

dinyatakan bahwa seseorang itu “layak” disebut notaris, untuk

diperkenankan memangku jabatan serta menjalankan profesi sebagai

notaris.44

Syarat minimal yang harus dipenuhi oleh seorang yang hendak

diangkat menjadi notaris, yaitu antara lain:45

a. Bahwa notaris yang bersangkutan tidak pernah melakukan

pelanggaran hukum, termasuk ketentuan-ketentuan yang

berlaku bagi seorang notaris, teristimewa sebagaimana

41

Ibid. 42

Ibid. 43

Ibid. 44

Notaris Ideal dan Profesional, Media Notariat, (April-Juni 2001). hlm. 46. 45

Ibid.

Page 39: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

28

Universitas Indonesia

termaktub di dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun

2004 Tentang Jabatan Notaris;

b. Bahwa notaris yang bersangkutan di dalam menjalankan

jabatan dan profesinya senantiasa mentaati kode etik yang

telah ditentukan oleh organisasi maupun etika profesi

dalam peraturan perundang-undangan;

c. Setia terhadap organisasi dan senantiasa turut aktif di dalam

kegiatan yang diselenggarakan oleh organisasi profesi;

d. Memenuhi syarat untuk menjalankan jabatan atau

profesinya secara profesional.

Ada beberapa sifat mutlak yang harus dimiliki oleh seorang notaris

yang akan menjalankan jabatan dan profesionalnya sebagai notaris,

antara lain:46

a. Berpegang teguh merupakan modal utama yang harus

dimiliki oleh seorang manusia yaitu memiliki sifat jujur, tahu

akan kewajiban dan senantiasa menghormati hak orang lain;

b. Berangkat dari niat dan itikad baik, untuk mencapai tujuan

yang baik, dan untuk mencapai tujuan itu harus dengan cara-

cara yang baik dan benar pula;

c. Mempunyai sifat, watak atau karakter dan akhlak serta

kepribadian yang baik, dengan landasan iman dan ketaqwaan

kepada Tuhan Yang Maha Esa;

d. Tidak akan pernah berkhianat terhadap amanat yang diemban

atau dipercayakan kepadanya.

Bedasarkan dari apa yang telah diuraikan bahwa dengan adanya

kaitan tersebut maka dalam menjalankan fungsi dan peranannya,

kehadiran dan keberadaan dari seorang notaris benar-benar dapat

dirasakan manfaatnya sebagai profesi hukum dalam masyarakat.

2.6.Hubungan Notaris dengan Para Penghadap

Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta

otentik sejauh mana pembuatan akta otentik tertentu tersebut tidak

46

Ibid.

Page 40: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

29

Universitas Indonesia

dikhususkan bagi pejabat umum lainnya. Pembuatan akta otentik

diharuskan oleh peraturan perundang-undangan dalam rangka

menciptakan kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum. Selain itu

akta otentik yang dibuat oleh atau dihadapan notaris, bukan saja karena

diharuskan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga karena

dikehendaki oleh pihak-pihak yang berkepentingan untuk memastikan

hak dan kewajiban para pihak demi kepastian, ketertiban dan

perlindungan hukum bagi pihak yang berkepentingan sekaligus bagi

masyarakat secara keseluruhan.

Notaris membuat akta otentik yang merupakan alat pembuktian

terkuat dan terpenuh yang mempunyai peranan penting dalam setiap

hubungan hukum dalam setiap kehidupan masyarakat. Dalam berbagai

hubungan bisnis, perbankan, kegiatan sosial, dan lain-lain, kebutuhan

akan pembuktian tertulis berupa akta otentik makin meningkat sejalan

dengan berkembangnya tuntutan akan kepastian hukum dalam berbagai

kegiatan ekonomi dan sosial, baik pada tingkat nasional maupun

internasional. Dengan demikian tugas seorang notaris adalah

mengkonstantir hubungan hukum antara para pihak dalam bentuk

tertulis dan format tertentu, sehingga merupakan suatu akta otentik.

Penghadap datang ke notaris agar tindakan atau perbuatan

hukumnya diformulasikan ke dalam akta otentik sesuai dengan

kewenangan notaris, kemudian notaris membuatkan akta atas

permintaan atau keinginan para penghadap tersebut, maka dalam hal ini

memberikan landasan kepada notaris dan para penghadap telah terjadi

hubungan hukum. Notaris harus menjamin bahwa akta yang dibuat

tersebut telah sesuai menurut aturan hukum yang sudah ditentukan,

sehingga kepentingan yang bersangkutan terlindungi dengan akta

tersebut.47

Para penghadap datang dengan kesadaran sendiri dan

mengutarakan keinginannya di hadapan notaris, yang kemudian

dituangkan ke dalam bentuk akta notaris sesuai aturan hukum yang

47

Habib Adjie, Buku I, op.cit., hlm 16-17.

Page 41: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

30

Universitas Indonesia

berlaku, dan suatu hal yang tidak mungkin notaris membuatkan akta

tanpa ada permintaan dari siapapun. Hubungan hukum antara notaris

dan penghadap merupakan hubungan hukum yang khas, dengan

karakter:48

a. Tidak perlu dibuat suatu perjanjian baik lisan maupun tertulis

dalam bentuk pemberian kuasa untuk membuat akta atau untuk

melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu;

b. Mereka yang datang ke hadapan notaris, dengan anggapan

bahwa notaris mempunyai kemampuan untuk membantu

memformulasikan keinginan para pihak secara tertulis dalam

bentuk akta otentik;

c. Hasil akhir dari tindakan notaris berdasarkan kewenangan

notaris yang berasal dari permintaan atau keinginan para pihak

sendiri;

d. Notaris bukan pihak dalam akta yang bersangkutan.

Pasal 39 ayat (3) huruf c menyebutkan bahwa “penghadap harus

dikenal oleh notaris atau diperkenalkan padanya ...”. Pengertian dikenal

bukan dalam arti kenal akrab, tetapi kenal yang dimaksud dalam arti

yuridis yaitu ada kesesuaian antara nama dan alamat yang disebutkan

oleh yang bersangkutan di hadapan notaris dan juga dengan bukti-bukti

atau identitas atas dirinya yang diperlihatkan kepada notaris. Hal lain

yang harus diperhatikan ialah bahwa yang bersangkutan mempunyai

wewenang untuk melakukan suatu tindakan hukum yang akan

disebutkan dalam akta.49

Secara prinsip, notaris bersifat pasif melayani para pihak yang

menghadap kepadanya. Notaris hanya bertugas mencatat atau

menuliskan dalam akta apa-apa yang diterangkan para pihak, tidak

berhak mengubah, mengurangi atau menambah apa yang diterangkan

para penghadap.50

Menurut Yahya Harahap, sikap yang demikian

48

Ibid., hlm 19 49

Ibid., hlm 148. 50

Subekti, Hukum Pembuktian, Jakarta: Pradnya Paramita, 1987, hlm. 27.

Page 42: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

31

Universitas Indonesia

dianggap terlampau kaku, oleh karena itu pada masa sekarang muncul

pendapat bahwa notaris memiliki kewenangan untuk:51

a. Mengkonstantir atau menentukan apa yang terjadi di hadapan

matanya;

b. Oleh karena itu, dia berhak mengkonstantir atau menentukan

fakta yang diperolehnya guna meluruskan isi akta yang lebih

layak.

Sifat pasif ditinjau dari segi rasio tidak mutlak tetapi dilenturkan

secara relatif dengan acuan penerapan bahwa pada prinsipnya notaris

tidak berwenang menyelidiki kebenaran keterangan yang dikemukakan

para pihak. Perihal keterangan yang disampaikan para pihak

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, ketertiban umum,

dan kesusilaan, maka notaris harus menolak membuat akta yang

diminta.52

Hubungan notaris dengan para penghadap tidak dapat dipastikan

atau ditentukan pada awal notaris dan para penghadap berhubungan,

karena pada saat itu belum terjadi permasalahan apapun. Menentukan

bentuk hubungan hukum antara notaris dengan para penghadap harus

dikaitkan dengan ketentuan Pasal 1869 Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata, bahwa akta otentik terdegradasi menjadi mempunyai kekuatan

pembuktian sebagai akta di bawah tangan dengan alasan: tidak

berwenangnya pejabat umum yang bersangkutan, atau tidak mampunya

pejabat umum yang bersangkutan dalam membuat akta, atau cacat

dalam bentuknya, atau karena akta notaris dibatalkan berdasarkan

putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Hal

ini dapat dijadikan dasar untuk menggugat notaris sebagai suatu

perbuatan melawan hukum.53

Perbuatan melawan hukum dapat terjadi satu pihak merugikan

pihak lain tanpa adanya suatu kesengajaan tapi menimbulkan kerugian

51

Yahya Harahap, Pengertian dan Dasar-Dasar Notaris, Jakarta: Erlangga, 2007, hlm

.573. 52

Ibid. 53

Habib Adjie, Buku I, op.cit., hlm 19.

Page 43: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

32

Universitas Indonesia

pada salah satu pihak. Notaris dalam praktiknya melakukan pekerjaan

berdasarkan kewenangannya atau dalam ruang lingkup tugas jabatan

sebagai notaris berdasarkan UUJN.

Sepanjang notaris melaksanakan jabatannya sesuai UUJN dan telah

memenuhi semua tata cara dan persyaratan dalam pembuataan akta, dan

yang bersangkutan telah pula sesuai dengan para pihak yang

menghadap notaris, maka tuntutan dalam bentuk perbuatan melawan

hukum tidak mungkin dilakukan.54

Ditinjau dari segi pembuatan akta otentik, Pasal 1868 Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata mengenal dua bentuk cara

mewujudkannya:55

a. Dibuat oleh pejabat

Bentuk pertama, dibuat oleh pejabat yang berwenang. Biasanya

akta otentik yang dibuat oleh pejabat meliputi akta otentik di bidang

hukum publik dan dibuat oleh pejabat yang bertugas di bidang eksekutif

yang berwenang untuk itu, yang disebut pejabat tata usaha negara.

Umumnya akta otentik dibuat oleh pejabat yang berwenang berdasarkan

permohonan dari yang berkepentingan, tetapi ada juga tanpa permintaan

dari yang berkepentingan.

Pembuatan akta tersebut dikaitkan dengan fungsi tertentu seperti

pembuatan berita acara atau putusan pengadilan, dibuat berdasar

pelaksanaan fungsi penegakan hukum yang didasarkan undang-undang.

b. Dibuat di hadapan pejabat

Akta otentik yang dibuat di hadapan pejabat pada umumnya:

a. Meliputi hal-hal yang berkenaan dalam bidang hukum perdata

dan bisnis

b. Biasanya berupa akta yang berisi dan melahirkan persetujuan

bagi para pihak yang datang menghadap dan

menandatanganinya

c. Para pihak yang berkepentingan datang menghadap pejabat yang

berwenang, dan kepada pejabat itu mereka sampaikan

54

Ibid., hlm. 18. 55

Yahya Harahap, op.cit., hlm 570-571.

Page 44: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

33

Universitas Indonesia

keterangan serta meminta agar keterangan itu dituangkan dalam

bentuk akta.

Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata merupakan

sumber untuk otensitas akta notaris juga merupakan dasar legalitas

eksistensi akta notaris, dengan syarat-syarat sebagai berikut:56

a. Akta harus dibuat oleh (door) atau di hadapan (ten overstaan)

seorang pejabat umum;

b. Akta harus dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-

undang;

c. Pejabat umum oleh atau di hadapan siapa akta itu dibuat, harus

mempunyai wewenang untuk membuat akta tersebut.

Akta yang dibuat oleh notaris dalam praktek notaris disebut Akta

Relaas yang berisi uraian notaris yang dilihat dan disaksikan notaris

sendiri atas permintaan para pihak, agar tindakan atau perbuatan para

pihak yang dilakukan dituangkan ke dalam bentuk akta notaris. Akta

yang dibuat dihadapan notaris, dalam praktek notaris disebut Akta

Pihak, yang berisi uraian atau keterangan, pernyataan para pihak yang

diberikan atau diceritakan di hadapan notaris. Pembuatan akta baik akta

relaas maupun akta pihak, yang menjadi dasar utama dalam pembuatan

akta notaris yaitu harus ada keinginan atau kehendak dan permintaan

para pihak, jika keinginan para pihak tidak ada, maka notaris tidak akan

membuat akta yang dimaksud.57

Akta dibuat berdasarkan bentuk yang ditentukan oleh undang-

undang. Lahirnya UUJN menegaskan keberadaan akta notaris dan

mendapat pengukuhan karena bentuknya ditentukan oleh undang-

undang, dalam hal ini ditentukan dalam Pasal 38 UUJN. Pasal 15 ayat

(1) UUJN menegaskan kewenangan notaris membuat akta secara

umum, dengan batasan:58

56

Adjie, Habib, Sanksi Perdata dan Administratif Terhadap Notaris sebagai Pejabat

Publik, Bandung: Refika Aditama, 2009 (Selanjutnya disebut Buku III), hlm 56-57.

57 Habib Adjie, Buku II, op.cit., hlm. 44.

58 Habib Adjie, Buku III, op.cit., hlm 56.

Page 45: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

34

Universitas Indonesia

a. Tidak dikecualikan kepada pejabat lain yang ditetapkan oleh

undang-undang.

b. Menyangkut akta yang harus dibuat atau berwenang membuat

akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan

ketetapan yang diharuskan oleh aturan hukum atau dikehendaki

oleh yang berkepentingan.

c. Mengenai subjek hukum (orang atau badan hukum) untuk

kepentingan siapa akta itu dibuat atau dikehendaki oleh yang

berkepentingan. Notaris membuat akta untuk setiap orang, tetapi

agar menjaga netralitas notaris dalam pembuatan akta, ada

batasan yang ditentukan dalam Pasal 52 UUJN.

d. Berwenang mengenai tempat, di mana akta itu dibuat, hal ini

sesuai dengan tempat kedudukan dan wilayah jabatan notaris.

e. Mengenai waktu pembuatan akta, dalam hal ini notaris harus

menjamin kepastian waktu menghadap para penghadap yang

tercantum dalam akta.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan karakter yuridis akta

notaris yaitu:59

a. Akta notaris wajib dibuat dalam bentuk yang sudah ditentukan

undang-undang (UUJN)

b. Akta notaris dibuat karena ada permintaan para pihak dan bukan

keinginan notaris.

c. Meskipun dalam akta notaris tercantum nama notaris, tapi notaris

tidak berkedudukan sebagai pihak bersama-sama para pihak atau

penghadap yang namanya tercantum dalam akta.

d. Mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna. Siapapun

terikat dalam akta notaris serta tidak dapat ditafsirkan lain,

selain yang tercantum dalam akta tersebut.

e. Pembatalan daya ikat akta notaris hanya dapat dilakukan atas

kesepakatan para pihak yang namanya tercantum dalam akta.

Jika ada yang tidak setuju, maka pihak yang setuju harus

59

Ibid., hlm 71-72.

Page 46: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

35

Universitas Indonesia

mengajukan permohonan ke pengadilan umum agar akta yang

bersangkutan tidak mengikat lagi dengan alasan-alasan tertentu

yang dapat dibuktikan.

Notaris membuat akta harus sesuai dengan syarat formil dan

materiil pembuatan akta, yaitu:60

a. Syarat formil:

1) Dibuat di hadapan pejabat yang berwenang, dalam hal ini

notaris.

2) Dihadiri para pihak. (Pasal 39 UUJN)

3) Kedua belah pihak dikenal atau diperkenalkan kepada

notaris. (Pasal 39 ayat (2) UUJN )

4) Dihadiri oleh dua orang saksi. (Pasal 40 ayat (1) UUJN)

5) Menyebut identitas notaris (pejabat), penghadap, dan para

saksi. (Pasal 38 ayat (2), (3), dan (4) UUJN)

6) Menyebut tempat, hari, bulan dan tahun pembuatan akta.

(Pasal 38 ayat (2) UUJN)

7) Notaris membacakan akta di hadapan para penghadap.

(Pasal 16 ayat (1) huruf l UUJN)

8) Ditandatangani oleh semua pihak. (Pasal 44 UUJN)

9) Penegasan pembacaan, penerjemahan dan penandatanganan

pada bagian penutup akta. (Pasal 45 ayat (3) UUJN)

b. Syarat materiil:

1) Berisi keterangan kesepakatan para pihak.

2) Isi keterangan perbuatan hukum.

3) Pembuatan akta sengaja dimaksudkan sebagai alat bukti.

Kedudukan notaris berkaitan dengan akta yang dibuatnya,

parameternya harus kepada prosedur pembuatan akta notaris, dalam hal

ini UUJN.61

Apabila semua prosedur telah dilakukan (telah memenuhi

syarat formil dan materil), maka akta yang bersangkutan tetap mengikat

mereka yang membuatnya di hadapan notaris. Memidanakan notaris

60

Yahya Harahap, op.cit., hlm, 574-579. 61

Habib Adjie, Buku II, op.cit., hlm, 69.

Page 47: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

36

Universitas Indonesia

dengan alasan-alasan pada aspek formil, tidak akan membatalkan akta

notaris yang dijadikan sebagai objek perkara pidana tersebut. Aspek

materiil dari akta notaris, segala hal yang tertuang harus dinilai benar

sebagai pernyataan notaris dalam akta relaas dan harus dinilai sebagai

pernyataan para pihak dalam akta pihak, apa saja yang harus ada secara

materiil dalam akta harus mempunyai batasan tertentu. Menentukan

batasan seperti itu tergantung dari apa yang dilihat, didengar oleh

notaris atau yang dinyatakan, diterangkan oleh para pihak di hadapan

notaris.

2.7.Kewenangan, Kewajiban dan Larangan Dari Seorang Notaris

Dalam UUJN dan Kode Etik Notaris

Kewenangan notaris tersebut dalam Pasal 15 dari ayat (1) sampai

dengan ayat (3) UUJN, yang dapat dibagi menjadi:62

1. Kewenangan Umum Notaris.

2. Kewenangan Khusus Notaris.

3. Kewenangan notaris yang akan ditentukan kemudian.

2.7.1 Kewenangan Umum Notaris

Pasal 15 ayat (1) UUJN menegaskan bahwa salah satu kewenangan

notaris yaitu membuat akta secara umum. Hal ini dapat disebut

sebagai Kewenangan Umum Notaris dengan batasan sepanjang :

1. Tidak dikecualikan kepada pejabat lain yang telah

ditetapkan oleh undang-undang.

2. Menyangkut akta yang harus dibuat adalah akta otentik

mengenai semua perbuatan, perjanjian dan ketetapan yang

diharuskan oleh aturan hukum untuk dibuat atau

dikehendaki oleh yang bersangkutan.

3. Mengenai kepentingan subjek hukumnya yaitu harus jelas

untuk kepentingan siapa suatu akta itu dibuat.

Namun, ada juga beberapa akta otentik yang merupakan wewenang

notaris dan juga menjadi wewenang pejabat atau instansi lain, yaitu :63

1. Akta pengakuan anak di luar kawin (Pasal 281 BW),

62

Habib Adjie, Buku I, op.cit., hlm 78. 63

Ibid., hlm. 79.

Page 48: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

37

Universitas Indonesia

2. Akta berita acara tentang kelalaian pejabat penyimpan

hipotik (Pasal 1227 BW),

3. Akta berita acara tentang penawaran pembayaran tunai dan

konsinyasi (Pasal 1405, 1406 BW),

4. Akta protes wesel dan cek (Pasal 143 dan 218 WvK),

5. Surat kuasa membebankan Hak Tanggungan (Pasal 15 ayat

[1] UU No.4 Tahun 1996),

6. Membuat akta risalah lelang.

Berdasarkan wewenang yang ada pada notaris sebagaimana

tersebut dalam Pasal 15 UUJN dan kekuatan pembuktian dari akta

notaris, maka ada 2 hal yang dapat kita pahami, yaitu :

1. Notaris dalam tugas jabatannya memformulasikan

keinginan/tindakan para pihak ke dalam akta otentik,

dengan memperhatikan aturan hukum yang berlaku.

2. Akta notaris sebagai akta otentik mempunyai kekuatan

pembuktian yang sempurna, sehingga tidak perlu dibuktikan

atau ditambah dengan alat bukti yang lainnya. Jika misalnya

ada pihak yang menyatakan bahwa akta tersebut tidak

benar, maka pihak yang menyatakan tidak benar inilah yang

wajib membuktikan pernyataannya sesuai dengan hukum

yang berlaku.

2.7.2 Kewenangan Khusus Notaris

Kewenangan notaris ini dapat dilihat dalam Pasal 15 ayat (2)

UUJN yang mengatur mengenai kewenangan khusus notaris untuk

melakukan tindakan hukum tertentu, seperti :

1. Mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian

tanggal surat di bawah tangan dengan mendaftarkannya di

dalam suatu buku khusus ;

2. Membukukan surat-surat di bawah tangan dengan

mendaftarkannya dalam suatu buku khusus ;

Page 49: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

38

Universitas Indonesia

3. Membuat salinan (copy) asli dari surat-surat di bawah

tangan berupa salinan yang memuat uraian sebagaimana

ditulis dan digambarkan dalam surat yang bersangkutan ;

4. Melakukan pengesahan kecocokan antara fotokopi dengan

surat aslinya ;

5. Memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan

pembuatan akta ;

6. Membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan, atau

membuat akta risalah lelang.

2.7.3 Kewenangan Notaris Yang Akan Ditentukan Kemudian

Yang dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3) UUJN dengan

kewenangan yang akan ditentukan kemudian adalah wewenang yang

berdasarkan aturan hukum lain yang akan datang kemudian (ius

constituendum). Wewenang notaris yang akan ditentukan kemudian,

merupakan wewenang yang akan ditentukan berdasarkan peraturan

perundang-undangan. Batasan mengenai apa yang dimaksud dengan

peraturan perundang-undangan ini dapat dilihat dalam Pasal 1 angka

2 UU no. 5 Tahun 1986 tetang Peradilan Tata Usaha Negara,

bahwa:64

Yang dimaksud dengan peraturan perundang-undangan dalam

undang-undang ini ialah semua peraturan yang bersifat mengikat

secara umum yang dikeluarkan oleh Badan Perwakilan Rakyat

bersama Pemerintah baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah,

serta semua keputusan badan atau pejabat tata usaha negara, baik di

tingkat pusat maupun tingkat daerah, yang juga mengikat secara

umum.

Berdasarkan uraian di atas, bahwa kewenangan notaris yang akan

ditentukan kemudian tersebut adalah peraturan perundang-undangan

yang dibentuk oleh lembaga negara (Pemerintah bersama-sama

Dewan Perwakilan Rakyat) atau Pejabat Negara yang berwenang

dan mengikat secara umum. Dengan batasan seperti ini, maka

64

Ibid., hlm. 82-83.

Page 50: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

39

Universitas Indonesia

peraturan perundang-undangan yang dimaksud harus dalam bentuk

undang-undang dan bukan di bawah undang-undang.

2.7.4 Kewajiban dan Larangan Notaris

Notaris sebagai subjek hukum yaitu pendukung hak dan kewajiban

sekaligus sebagai anggota dari Perkumpulan/organisasi Ikatan Notaris

Indonesia memiliki kewajiban yang harus dipatuhi dan larangan yang

harus dihindari dalam menjalankan tugas jabatannya. Kewajiban dan

larangan notaris diatur dalam UUJN (Pasal 16 ayat (1) dan Pasal 17)

serta Kode Etik Notaris (Pasal 3 dan Pasal 4) sebagai berikut:

Pasal 16

(1) Dalam menjalankan jabatannya, notaris berkewajiban:

a. Bertindak jujur, seksama, mandiri, tidak berpihak, dan menjaga

kepentingan yang terkait dalam perbuatan hukum;

b. Membuat akta dalam bentuk Minuta Akta dan menyimpannya

sebagai bagian dari protocol notaris;

c. Mengeluarkan Grosse Akta, Salinan Akta, atau Kutipan Akta

berdasarkan Minuta Akta;

d. Memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan dalam undang-

undang ini, kecuali ada alasan untuk menolaknya;

e. Merahasiakan segala sesuatu mengenai akta yang dibuatnya dan

segala keterangan yang diperoleh guna pembuatan akta sesuai

dengan sumpah/janji jabatan, kecuali undnag-undang

menentukan lain;

f. Menjilid akta yang dibuatnya dalam 1 (satu) bulan menjadi buku

yang memuat tidak lebih dari 50 (lima puluh) akta, dan jika

jumlah akta tidak dapat dimuat dalam satu buku, dan mencatat

jumlah minuta akta, bulan, dan tahun pembuatannya pada

sampul setiap buku;

g. Membuat daftar dari akta protes terhadap tidak dibayar atau

tidak diterimanya surat berharga;

h. Membuat daftar yang berkenaan dengan wasiat menurut urutan

waktu pembuatan akta setiap bulan;

Page 51: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

40

Universitas Indonesia

i. Mengirimkan daftar akta sebagaimana dimaksud dalam huruf

Hak tanggungan atau daftar nihil yang berkenaan wasiat ke

Daftar Pusat Wasiat Departemen yang tugas dan tanggung

jawabnya di bidang kenotariatan dalam waktu 5 (lima) hari pada

minggu pertama setiap bulan berikutnya;

j. Mencatat dalam repertorium tanggal pengiriman daftar wasiat

pada setiap akhir bulan;

k. Mempunyai cap/stempel yang memuat lambang Negara

Republik Indonesia dan pada ruang yang melingkarinya

dituliskan nama jabatan, dan tempat kedudukan yang

bersangkutan;

l. Membacakan akta di hadapan penghadap dengan dihadiri oleh

paling sedikit 2 (dua) orang saksi dan ditandatangani pada saat

itu juga oleh penghadap, saksi dan notaris;

m. Menerima magang notaris.

Pasal 17

Notaris dilarang:

a. Menjalankan jabatan di luar wilayah jabatannya;

b. Meninggalkan wilayah jabatannya lebih dari 7 (tujuh) hari kerja

berturut-turut tanpa alasan yang sah;

c. Merangkap sebagai pegawai negeri;

d. Merangkap jabatan sebagai pejabat negara;

e. Merangkap jabatan sebagai advokat;

f. Merangkap jabatan sebagai pemimpin atau pegawai Badan Usaha

Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah atau badan usaha

swasta;

g. Merangkap jabatan sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah di luar

wilayah jabatan notaris;

h. Menjadi notaris pengganti;

i. Melakukan pekerjaan lain yang bertentangan dengan norma

agama, kesusilaan, atau kepatutan yang dapat mempengaruhi

kehormatan dan jabatan notaris.

Page 52: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

41

Universitas Indonesia

Notaris sebagai anggota organisasi profesi notaris memiliki

kewajiban dan larangan yang diatur dalam suatu kode etik dan memiliki

sanksi atas pelanggaran yang dilakukan terhadapnya. Kewajiban notaris

diatur dalam Pasal 3 Kode Etik Notaris, yaitu:

Notaris dan orang lain yang memangku dan menjalankan jabatan

Notaris wajib:

1. Memiliki moral, akhlak serta kepribadian yang baik.

2. Menghormati dan menjunjung tinggi harkat dan martabat

Jabatan Notaris.

3. Menjaga dan membela kehormatan Perkumpulan.

4. Bertindak jujur, mandiri, tidak berpihak, penuh rasa

tanggungjawab, berdasarkan peraturan perundang-undangan dan

isi sumpah jabatan Notaris.

5. Meningkatkan ilmu pengetahuan yang telah dimiliki tidak

terbatas pada ilmu pengetahuan hukum dan kenotariatan.

6. Mengutamakan pengabdian kepada kepentingan masyarakat dan

Negara;

7. Memberikan jasa pembuatan akta dan jasa keNotarisan lainnya

untuk masyarakat yang tidak mampu tanpa memungut

honorarium.

8. Menetapkan satu kantor di tempat kedudukan dan kantor tersebut

merupakan satu-satunya kantor bagi Notaris yang bersangkutan

dalam melaksanakan tugas jabatan sehari-hari.

9. Memasang 1 (satu) buah papan nama di depan / di lingkungan

kantornya dengan pilihan ukuran yaitu 100 cm x 40 cm, 150 cm

x 60 cm atau 200 cm x 80 cm , yang memuat:

a. Nama lengkap dan gelar yang sah;

b. Tanggal dan nomor Surat Keputusan pengangkatan yang terakhir

sebagai Notaris;

c. Tempat kedudukan;

d. Alamat kantor dan nomor telepon/fax. Dasar papan nama

berwarna putih dengan huruf berwarna hitam dan tulisan di atas

Page 53: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

42

Universitas Indonesia

papan nama harus jelas dan mudah dibaca. Kecuali di

lingkungan kantor tersebut tidak dimungkinkan untuk

pemasangan papan nama dimaksud.

10. Hadir, mengikuti dan berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan

yang diselenggarakan oleh Perkumpulan; menghormati,

mematuhi, melaksanakan setiap dan seluruh keputusan

Perkumpulan.

11. Membayar uang iuran Perkumpulan secara tertib.

12.Membayar uang duka untuk membantu ahli waris teman sejawat

yang meninggal dunia.

13.Melaksanakan dan mematuhi semua ketentuan tentang

honorarium ditetapkan Perkumpulan.

14.Menjalankan jabatan Notaris terutama dalam pembuatan,

pembacaan dan penandatanganan akta dilakukan di kantornya,

kecuali karena alasan-alasan yang sah.

15.Menciptakan suasana kekeluargaan dan kebersamaan dalam

melaksanakan tugas jabatan dan kegiatan sehari-hari serta saling

memperlakukan rekan sejawat secara baik, saling menghormati,

saling menghargai, saling membantu serta selalu berusaha

menjalin komunikasi dan tali silaturahim.

16.Memperlakukan setiap klien yang datang dengan baik, tidak

membedakan status ekonomi dan/atau status sosialnya.

17.Melakukan perbuatan-perbuatan yang secara umum disebut

sebagai kewajiban untuk ditaati dan dilaksanakan antara lain

namun tidak terbatas pada ketentuan yang tercantum dalam:

a. UU Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris;

b. Penjelasan Pasal 19 ayat (2) UU Nomor 30 Tahun 2004 tentang

Jabatan Notaris; .

c. Isi Sumpah Jabatan Notaris;

d. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Notaris

Indonesia.

Page 54: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

43

Universitas Indonesia

2.8.Penyuluhan Hukum

Landasan utama usaha penyuluhan hukum adalah UUD 1945.

Bertitik tolak dari penjelasan UUD 1945 yang menyebutkan bahwa :

Negara Indonesia berdasar atas hukum, tidak berdasar atas kekuasaan

belaka. Pernyataan ini merupakan kesepakatan bangsa Indonesia

melalui wakilnya para pembuat UUD yang disahkan pada tanggal 18

Agustus 1945.

Guna mewujudkan pernyataan tersebut di atas, pasal-pasal UUD

1945 telah memberikan ketentuan-ketentuan yang harus ditetapkan,

salah satu yang terpenting dalam hubungannya dengan penyuluhan

hukum adalah pasal 27 ayat (1) yang berbunyi :

“Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan

pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu

dengan tidak ada kecualinya.”

Ketentuan tersebut dengan tegas menetapkan tentang hak dan

kewajiban terpenting bagi semua warga negara tanpa kecuali dalam

negara hukum Indonesia yaitu :

a. Hak bersamaan kedudukannya dalam hukum dan

pemerintahan

b. Kewajiban menjunjung Hukum dan Pemerintahan.

Dari ketentuan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sejak negara

kita merdeka, mengatur negara dan pemerintahan sendiri, bukan hanya

diperlukan adanya jaminan terhadap hak kebersamaan kedudukan

dalam hukum dan pemerintahan saja, akan tetapi harus disertai dengan

kewajiban untuk menjunjung hukum dan pemerintahan itu tanpa

kecuali bagi semua anggota masyarakat.

Selanjutnya pada GBHN 1983 rupanya apa yang telah dilakukan

oleh pemerintah mendapat persetujuan dan pengesahan yang

menyatakan perlu meningkatkan kesadaran hukum masyarakat,

melainkan secara tegas dan kongkrit memerintahkan meningkatkan

penyuluhan hukum. Adapun pernyataan GBHN 1983 adalah sebagai

berikut:

Page 55: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

44

Universitas Indonesia

“Meningkatkan penyuluhan hukum untuk mencapai kadar kesadaran

hukum yang tinggi dalam masyarakat menyadari dan menghayati dan

kewajibannya sebagai warga negara dalam rangka tegaknya hukum,

keadilan dan perlindungan terhadap rakyat dan martabat manusia,

ketertiban serta kepastian hukum sesuai UUD 1945.”

Dari arahan Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1983 tersebut,

dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Tujuan penyuluhan hukum adalah mencapai kadar kesadaran

hukum yang tinggi dalam masyarakat;

2. Tercipta kesadaran hukum yang tinggi dalam masyarakat apabila

setiap anggota masyarakat menyadari dan menghayati hak dan

kewajibannya sebagai warga negara;

3. Pencapaian kadar kesadaran hukum yang tinggi itu adalah dalam

rangka tegaknya hukum, keadilan dan perlindungan terhadap

harkat dan martabat manusia, ketertiban, serta kepastian hukum

sesuai Undang-undang Dasar 1945.

Sehubungan dengan hal-hal diatas, pelaksanaan penyuluhan hukum

menggunakan metode pendekatan yang disebut PEKA. Istilah

pendekatan ini tertuang dalam Peraturan Menteri Nomor. M.05-

PR.08.10 Tahun 1988 yang mendefinisikan PEKA sebagai berikut:

a. Persuasif artinya bahwa penyuluh hukum dalam

melaksanakan tugasnya harus mampu meyakinkan

masyarakat yang disuluh, sehingga mereka merasa tertarik

dan menaruh perhatian serta minat terhadap hal-hal yang

disampaikan oleh penyuluh.

b. Edukatif artinya bahwa penyuluh harus bersikap dan

bertingkah laku sebagai pendidik yang dengan penuh

kesabaran dan ketekunan membimbing masyarakat ke arah

tujuan .

c. Komunikatif artinya bahwa penyuluh hukum harus mampu

berkomunikasi dan menciptakan iklim serta suasana

sedemikian rupa sehingga tercipta suatu pembicaraan yang

bersikap akrab, terbuka dan timbal balik.

Page 56: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

45

Universitas Indonesia

d. Akomodatif artinya bahwa dengan diajukannya

permasalahan-permasalahan hukum oleh masyarakat,

penyuluh hukum harus mampu mengakomodasikan,

menampung dan memberikan jalan pemecahannya dengan

bahasa yang mudah dimengerti dan dipahami oleh

masyarakat.

Selain hal tersebut adapun pengertian penyuluhan hukum

berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia Nomor : M.01-PR.08.10 Tahun 2006 Tentang Pola Penyuluhan

Hukum yaitu:

“Penyuluhan Hukum adalah salah satu kegiatan penyebarluasan

informasi dan pemahaman terhadap norma hukum dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku guna mewujudkan dan

mengembangkan kesadaran hukum masyarakat sehingga tercipta budaya

hukum dalam bentuk tertib dan taat atau patuh terhadap norma hukum

dan peraturan perundang-undangan yang berlaku demi tegaknya

supremasi hukum.”

Mengenai pola dasar penyuluhan hukum dan pola operasional

penyuluhan hukum dimaksudkan untuk dijadikan pedoman secara garis

besar dalam merencanakan melaksanakan penyuluhan hukum secara

terarah dan terpadu.

Pada pokoknya pola dasar dan pola operasional penyuluhan hukum

mengerahkan lima hal yaitu:65

1.Tata Laksana

Dalam pelaksanaanya beberapa arahan dan ketentuan yang termuat

dalam kedua pedoman tersebut dapat diterapkan dengan baik, dalam

melaksanakan kegiatan yang sudah di program sekarang ini di tiap

kabupaten dan kotamadya sudah terbentuk dan bertugas apa yang

disebut pusat hukum masyarakat (PUSKUMMAS) diurus oleh satu

kelompok kerja daerah (POKJADA) tingkat dua yang diterapkan oleh

Bupati/Walikota, diketuai oleh ketua / wakil ketua pengadilan negri

dengan anggota dan unsur pemerintah daerah dan perwakilan

65

“Efektifitas Penyuluhan Hukum Terhadap Peningkatan Kesadaran Hukum Masyarakat

Di Kecamatan Tallo Kota Makassar” http://www.artikelbagus.com/2011/03/bab-i-

pendahuluan.html, diunduh 19 November 2012.

Page 57: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

46

Universitas Indonesia

departemen penerangan di daerah kabupaten/kotamadya.

PUSKUMMAS ini berada dibawah koordinasi kantor wilayah

departemen kehakiman, diurus oleh pokjada tingkat I yang ditetapkan

oleh Menteri Kehakiman.

2. Materi

Mengenai materi hukum yang disuluhkan kepada masyarakat, pola

dasar penyuluhan hukum membedakan antara:

a. Materi hukum yang harus diketahui oleh setiap warga

masyarakat.

b. Materi hukum yang hanya diperlukan oleh mereka yang

berhubungan dengan sektor-sektor tertentu saja dalam

kehidupan masyarakat.

3. Penyuluh Hukum

Dalam kegiatan penyuluhan hukum, unsur penyuluh hukum

merupakan faktor yang paling dominan. Karena itu dalam

pelaksanaannya faktor ini menjadi titik perhatian pembinaan baik

kuantitas maupun kualitasnya.

Untuk itu diutamakan program bimbingan teknis penyuluhan

hukum yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang hukum

dan teknik melakukan penyuluhan hukum saja, akan tetapi juga

diharapkan terbinanya kesiapan mental dan kesatuan bahasa para

penyuluh hukum untuk terjun sebagai penyuluh hukum yang tangguh,

ulet dan bertanggung jawab ketengah-tengah masyarakat kita yang

sedang membangun. Karena kegiatan penyuluhan hukum bukan

semata-mata masalah hukum, melainkan menyangkut berbagai masalah

yang perlu didukung dengan pengetahuan sosial lainnya.

4. Metode

Pola operasional penyuluhan hukum merumuskan metode

penyuluhan hukum adalah suatu rakitan antara pendekatan, teknik dan

sarana/media penyuluhan hukum. Kalau dihubungkan dengan susunan

organisasi direktorat penyuluhan hukum dan administrasi pembangunan

di kenal dua saluran, yaitu:

Page 58: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

47

Universitas Indonesia

a. Penyuluhan hukum langsung adalah program penyuluhan hukum

yang tidak memakai media, artinya penyuluh dengan khalayak

(yang disuluhi) dapat bertatap muka dan mungkin untuk berdialog,

seperti umpamanya ceramah, diskusi, simulasi, temu wicara,

pameran dan pentas panggung.

b. Penyuluhan hukum tidak langsung adalah program penyuluhan

hukum yang memakai media dan antara penyuluh dengan

khalayak(yang disuluhi) tidak mungkin berdialog seperti dengan

media cetak (buku, brosur, liflet, selebaran, poster dan lain-lain)

dan media elektronik (tv,radio,Vidio, kaset dan lain-lain).

2.9.Bantuan Hukum

Bantuan hukum merupakan bantuan yang diberikan oleh para ahli,

bagi warga masyarakat yang memerlukannya untuk mewujudkan hak-

haknya serta juga untuk mendapatkan perlindungan yang wajar. Dalam

masyarakat umumnya terdapat berbagai macam bantuan, baik yang

diberikan oleh para ahli maupun oleh mereka yang terampil atau

profesional.

Salah satu masalah yang sering timbul adalah bagaimana

mengadakan identifikasi terhadap bantuan hukum yang juga merupakan

salah satu jenis bantuan hukum. Sebagai ilustrasi, seseorang yang telah

menyelesaikan pendidikan hukum pada tingkat kesarjanaan

memberikan petunjuk-petunjuk bagaimana menyusun suatu kontrak

jual-beli rumah bagi seseorang. Menurut pendapat Soerjono Soekanto,

bahwa:66

“Kegiatan tersebut bukan merupakan bantuan hukum, oleh karena

tidak dilakukan secara berkesinambungan. Agar merupakan bantuan

hukum, maka kegiatan tersebut harus merupakan kegiatan yang secara

terus menerus dilakukan, dan menjadi semacam pengkhususan bagi

yang melaksanakan. Selain dari itu, maka tujuannya pun harus

senantiasa untuk mencapai kedamaian, melalui penyerasian antara

ketertiban dengan ketentraman.”

66

Soerjono Soekanto, Beberapa Cara dan Mekanisme dalam Penyuluhan Hukum,

(Jakarta: Pradnya Paramita, 1986), hal 1.

Page 59: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

48

Universitas Indonesia

Lazimnya dikenal ada lima jenis bantuan hukum, yakni:67

a. Bantuan hukum preventif yang merupakan penerangan dan

penyuluhan hukum kepada warga masyarakat didalam arti

yang umum dan luas.

b. Bantuan hukum diagnostik yang merupakan pemberian

nasihat hukum yang lazimnya dinamakan dengan konsultasi

hukum.

c. Bantuan hukum pengendalian konflik yang bertujuan

mengatasi masalah-masalah hukum konkrit secara aktif.

Biasanya didalam pembicaraan sehari-hari, jenis bantuan

hukum ini disebut sebagai bantuan hukum.

d. Bantuan hukum pembentukan hukum yang tujuannya

adalah untuk memberikan masukan kepada pihak peradilan,

supaya muncul yurisprudensi yang lebih tegas, lebih tepat

dan jelas dan lebih baik.

e. Bantuan hukum pembaharuan hukum yang pada dasarnya

berkaitan dengan usaha-usaha untuk mengadakan

pembaharuan hukum melalui hakim untuk pembentukan

perundang-undangan.

Menurut pendapat Soerjono Soekanto bahwa:68

“Bantuan hukum prefentif biasanya diberikan kepada kelompok-

kelompok sosial maupun pribadi-pribadi hukum (seperti lembaga-

lembaga hukum atau organisasi-organisasi). Bantuan hukum

diagnostik dapat diberikan kepada pribadi kodrati dan pribadi-

pribadi hukum. Pribadi kodrati dan pribadi hukum, biasanya berhak

untuk menerima bantuan hukum pengendalian konflik, sedangkan

bantuan hukum pembentukan hukum maupun pembaharuan hukum

biasanya tertuju pada pribadi-pribadi hukum.

Penyuluhan hukum merupakan jenis bantuan hukum tertentu, yakni

bantuan hukum preventif. Penyuluhan hukum merupakan suatu

kegiatan, dimana secara sengaja dan terencana diberikan bantuan

67

Ibid, hlm. 4. 68

Ibid.

Page 60: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

49

Universitas Indonesia

hukum kepada pihak-pihak tertentu melalui komunikasi, agar pihak-

pihak tersebut mampu mengambil suatu keputusan.

2.10.Tujuan Penyuluhan Hukum

Dalam keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor

M.06-UM.06.02 Tahun 1983 dan Nomor M.10.UM.06.02 Tahun 1983,

adapun tujuan dari penyuluhan hukum adalah sebagai berikut:

a. Menjadikan masyarakat paham hukum, dalam arti memahami

ketentuan-ketentuan yang terkandung dalam peraturan-peraturan

hukum yang mengatur kehidupannya sebagai orang-perorangan;

b. Membina dan meningkatkan kesadaran hukum warga masyarakat

sehingga setiap warga taat pada hukum dan secara suka rela tanpa

dorongan atau paksaan dari siapapun melaksanakan hak dan

kewajibannya sebagaimana ditentukan oleh hukum.

Tujuan utama dari penyuluhan hukum adalah supaya warga

masyarakat memahami hukum yang berlaku, sehingga hukum tersebut

melembaga dan bahkan menjiwai warga masyarakat yang

bersangkutan.69

Tujuannya bukan sekedar memberikan informasi atau keterangan-

keterangan mengenai hukum yang perlu diketahui, akan tetapi

mengusahakan untuk membina dan meningkatkan kesadaran hukum

warga, sehingga timbul kepatuhan dan ketaatan hukum, atas dasar

anggapan bahwa hukum itu sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku atau

yang dianutnya.

2.11.Penyuluhan Hukum Notaris

Dalam upaya dan usaha meningkatkan pengabdian kepada

masyarakat sekaligus juga meningkatkan kesadaran hukum masyarakat,

notaris juga mempunyai fungsi dalam memberikan penyuluhan hukum,

sebagaimana diatur di dalam Pasal 15 ayat 2 huruf (e) UUJN. Notaris

pada waktu diminta bantuan oleh masyarakat umum juga memberikan

69

Ibid, hlm. 6.

Page 61: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

50

Universitas Indonesia

penyuluhan hukum dan memberikan penjelasan mengenai undang-

undang yang berlaku.70

Hal ini dilakukan notaris oleh karena ia berdasarkan ketentuan

perundang-undangan ditugaskan untuk membuat akta yang benar yang

dikehendaki oleh undang-undang. Penyuluhan hukum atau penjelasan

mengenai ketentuan undang-undang ini diberikan dalam rangka

membantu dalam pembuatan akta yang diperlukan dan ini merupakan

suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.71

Inilah salah satu faktor yang membedakan pekerjaan notaris dengan

pekerjaan praktisi-praktisi hukum yang lain. Hal lain yang membedakan

adalah notaris dalam mengatur hubungan-hubungan hukum yang telah

disetujui antara kedua belah pihak, pada haketkatnya dibuat dalam

keadaan damai.

Nasihat yang harus diberikan oleh seorang notaris harus

berdasarkan keyakinan dalam bidang yang dikuasai dan dalam batas-

batas kemampuannya. Keahlian hukum dalam bidangnya harus sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Peraturan-

peraturan ini merupakan pedoman apa yang boleh dan apa yang tidak

boleh dilakukan oleh seorang Notaris terhadap kliennya.

Notaris dalam memberikan penyuluhan hukum dalam bentuk

konsultasi hukum terhadap kliennya dilarang untuk memungut bayaran

seperti yang dilakukan advokat. Ketentuan tersebut mengandung nilai

pelayanan, dengan mengutamakan kepentingan kliennya.72

Dalam menjalankan jabatannya, notaris memiliki dua ciri dan sifat

yang essentiil yaitu ketidakberpihakan dan ketidaktergantungan

(mandiri) dalam memberikan bantuan kepada kliennya.

Kedidakberpihakan ini dapat dipenuhi dengan baik apabila kepada para

pihak telah diberikan penjelasan yang menyeluruh mengenai segala

70

Roenastiti Prayitno, “Tugas dan Tanggung Jawab Notaris sebagai Pejabat Pembuat

Akta”, Media Notariat, No.12-13/Tahun IV, (Oktober:1989), hlm.178. 71

Ibid. 72

C.S.T. Kansil dan Christine S.T.Kansil, o.p cit., hlm. 76.

Page 62: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

51

Universitas Indonesia

hak, kewajiban termasuk segala akibat hukum dari perbuatan hukum

yang akan dilakukan oleh para klien. 73

Pemberian penyuluhan hukum oleh notaris dapat “mempengaruhi:

klien dalam menentukan pilihan untuk menentukan tindakan

hukumnya.74

Tergantung pada klien untuk menentukan pilihannya,

sedangkan notaris menjaga rambu-rambu hukumnya. Sedangkan

mengenai ketidaktergantungan atau kemandirian tersebut, notaris tidak

dibawahi pihak manapun kecuali peraturan perundang-undangan,

kesusilaan dan ketertiban umum. Notaris dalam memberikan

penyuluhan hukum dalam arti berkaitan dengan pembuatan akta otentik

harus mencermikan arti hukum yaitu disamping memberikan ketertiban

juga memberikan kesajateraan bagi masyarakat.

Dalam kenyataannya sehari-hari ada beberapa kasus ditemukan

bahwa seorang notaris dalam menjalankan jabatannya tidak melakukan

penyuluhan hukum tersebut, dengan demikian muncul masalah-masalah

hukum diantara para pihak yang berhubungan dengan pembuatan akta

yang bersangkutan. Salah satu kasus yang ditemukan oleh penulis

adalah ada beberapa orang yang hendak membuat akta-akta yang

berhubungan dengan Perseroan Terbatas dihadapan Notaris, seperti

Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham, Akta Jual Beli Saham,

Pernyataan Keputusan Rapat, dan lain-lain, dalam hal pembuatan akta-

akta tersebut notaris yang bersangkutan tidak memberikan penyuluhan

hukum kepada para penghadap, seperti penjelasan mengenai harus

dibuatnya akta jual beli saham jika di dalam perseroan terbatas tersebut

ada salah satu pemegang sahamnya yang menjual sebagian atau seluruh

dari saham yang dimilikinya. Hal ini berdasarkan Undang-Undang No.

40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (UUPT) diatur mengenai

syarat-syarat pemindahan hak atas saham antara lain yaitu:

a) Pemindahan hak saham dilakukan dengan AKTA

PEMINDAHAN HAK ATAS SAHAM (pasal 56 ayat 1)

73

Herlien, Asosiasi Notaris, Suatu Jalan Keluar?” Media Notariat, No.2/Tahun I,

(Oktober, 1999), hlm. 62. 74

Ibid., hlm. 63.

Page 63: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

52

Universitas Indonesia

b) Akta Pemindahan Hak Atas Saham tersebut dapat di buat dalam

bentuk akta dibawah tangan atau akta otentik (akta notaris).

c) Akta pemindahan hak atau salinannya disampaikan secara

tertulis kepada Perseroan. ( Pasal 56 ayat 2)

d) Berdasarkan Pasal 57: dalam Anggaran Dasar dapat diatur

persyaratan mengenai pemindahan hak atas saham, yaitu :

a. Keharusan menawarkan terlebih dahulu kepada pemegang

saham klasifikasi tertentu atau pemegang saham lainnya;

b. Keharusan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari

Organ Perseroan;

c. Keharusan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari

instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Maka akibatnya jika Pemindahan hak saham tersebut tidak

dilakukan dengan akta pemindahan hak atas saham atau akta jual beli

saham, maka secara hukum kepemilikan saham tersebut belum beralih

kepada orang yang membelinya, dan tentunya hal ini akan sangat

merugikan para pihak dalam akta tersebut.

Selain kasus tersebut diatas ditemukan juga didalam suatu

perseroan terbatas hanya terdapat 1 (satu) pemegang saham, hal ini

dikarenakan pada saat pendirian perseroan terbatas tersebut hanya

didirikan oleh 2 (dua) orang saja, dimana yang mengambil bagian

saham yang telah disetor di dalam perseroan terbatas tersebut hanya 1

(satu) orang saja, sedangkan pendiri yang satu lagi hanya sebagai

pengurus di dalam perseroan terbatas tersebut. Jika hal ini terjadi maka

tanggung jawab pemegang saham perseroan tersebut tidak lagi menjadi

terbatas, melainkan pemegang saham tersebut bertanggung jawab

secara pribadi atas segala perikatan dan kerugian perseroan, dan atas

permohonan pihak yang berkepentingan, pengadilan negeri dapat

membubarkan perseroan tersebut, hal ini berdasarkan Pasal 7 angka 6

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

Page 64: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

53

Universitas Indonesia

Dalam kasus ini seharusnya seorang notaris dapat memberikan

penyuluhan hukum mengenai pemegang saham tunggal (Corporation

Sole), adalah suatu perseroan terbatas di mana pemegang sahamnya

hanya terdiri dari 1 (satu) orang saja. Undang-Undang Perseroan

Terbatas tidak memungkinkan eksistensi perusahaan pemegang saham

tunggal ini, hal ini diatur di dalam Pasal 7 ayat (5) Undang-Undang

Perseroan Terbatas, yaitu:

”Setelah Perseroan memperoleh status badan hukum dan pemegang

saham menjadi kurang dari 2 (dua) orang, dalam jangka waktu paling

lama 6 (enam) bulan terhitung sejak keadaan tersebut pemegang saham

yang bersangkutan wajib mengalihkan sebagian sahamnya kepada

orang lain atau Perseroan mengeluarkan saham baru kepada orang lain.”

Pasal 7 angka 7 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang

Perseroan Terbatas hanya memungkinkan adanya pemegang saham

tunggal dalam suatu perseroan terbatas hanya dalam 2 (dua) hal sebagai

berikut:

1) Persero yang seluruh sahamnya dimiliki oleh negara.

2) Perseroan yang mengelola bursa efek, lembaga kliring dan

penjaminan, lembaga penyimpanan dan penyelesaian, dan

lembaga lain sebagaimana diatur dalam undangundang tentang

Pasar Modal.

Maka akibatnya jika seorang notaris tidak memberikan penyuluhan

hukum yang baik dan benar mengenai hal tersebut diatas, maka

tentunya kelalaian yang dilakukan notaris tersebut dapat merugikan

para penghadapnya.

Masih berkaitan dengan kasus Perseroan Terbatas tersebut diatas,

ditemukan juga kasus mengenai adanya pasangan suami-istri yang

berkeinginan untuk mendirikan suatu perseroan terbatas, dimana

mereka dalam perkawinannya tidak membuat perjanjian kawin. Hal ini

tentunya sangat dibutuhkan penyuluhan hukum atau nasihat dari

seorang notaris dalam aspek hukum di bidang Perseroan Terbatas,

karena jika suatu peseroan terbatas didirikan oleh sepasang suami istri

Page 65: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

54

Universitas Indonesia

yang tidak pernah membuat perjanjian kawin, maka jika suatu hari nanti

perseroan terbatas yang didirikan oleh pasangan suami istri tersebut

mengalami kerugian melebihi modal yang ada didalam perseroan

terbatas tersebut, maka secara tanggung renteng pasangan suami istri ini

harus mengganti kerugian tersebut dengan menggunakan harta pribadi

mereka. Tentunya akibat dari seorang notaris yang tidak

memberitahukan atau tidak memberikan penyuluhan hukum kepada

pasangan suami istri tersebut, menyebabkan para pihak yang tercantum

nama-namanya tercantum didalam akta dirugikan.

Berdasarkan hal-hal diatas maka penulis melakukan serangkaian

wawancara dengan beberapa notaris di Jakarta, dengan tujuan hasil dari

wawancara ini dapat memperkuat hasil analisis dari penulisan tesis ini.

Notaris-notaris tersebut diantaranya adalah: yang pertama Ibu Lena

Magdalena sebagai Notaris dan PPAT (Pejabat Pembuat Akta Tanah)

di daerah Jakarta Barat, beliau mengatakan seorang notaris dibenarkan

memberikan penyuluhan hukum menurut peraturan perundang-

undangan sepanjang perbuatan itu berhubungan dengan pembuatan

akta. Hal ini sesuai seperti yang diatur di dalam pasal 15 ayat 2 huruf e

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris,

bahwa notaris diberi kewenangan untuk melakukan penyuluhan hukum.

Penyuluhan hukum adalah suatu perbuatan yang memberikan

penyuluhan dalam bidang hukum. Suatu nasihat yang harus diberikan

oleh seorang notaris harus bedasarkan keyakinan hukum dalam bidang

yang dikuasai dan dalam batas-batas kemampuannya. Keahlian hukum

dalam bidang yang dikuasainya harus sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Peraturan-peraturan ini merupakan

suatu pedoman mengenai apa yang boleh dan apa yang tidak boleh

dilakukan oleh seorang notaris terhadap kliennya.

Pada saat memberikan penyuluhan hukum, seorang notaris

berperan sebagai orang yang ahli dalam bidang hukum. Karena notaris

di samping membuat akta otentik mengenai semua perbuatan,

perjanjian, ketetapan dan lain sebagainya untuk kepentingan para klien

Page 66: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

55

Universitas Indonesia

yang menghadap kepadanya, notaris juga berkewajiban untuk

memberikan petunjuk di bidang hukum yang dibutuhkannya dan atau

yang sedang dihadapinya. Pemberian petunjuk dalam bidang hukum

disini notaris bertindak memberikan penyuluhan hukum.

Di samping itu juga dinyatakan bahwa memberikan penyuluhan

hukum dapat disamakan dengan memberikan suatu nasihat hukum

karena dalam memberikan suatu penyuluhan hukum maupun nasihat

hukum, notaris dalam hal ini memberikan suatu petunjuk atau

penjelasan dalam bidang hukum yang sedang dihadapi atau dibutuhkan

oleh para penghadap.

Dalam hal seorang notaris memberikan penyuluhan hukum kepada

klien di luar tugas dan wewenangnya, dikatakan perbuatan notaris

tersebut tidak dianggap bertentangan dengan Undang-undang Nomor 30

Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, sepanjang perbuatan itu

berhubungan dan berkaitan dengan akta. Peranan notaris dalam

memberikan penyuluhan hukum harus mampu menilai terlebih dahulu

apa yang sesungguhnya yang dikehendaki oleh para penghadap yang

datang kepadanya dan memberikan nasihat seperlunya dalam hukum

dan mencari bentuk-bentuk hukum yang sesuai dan yang dikehendaki

para penghadap.

Setiap kewenangan yang diberikan kepada seseorang pasti

menimbulkan tanggung jawab, begitu pula halnya bagi seorang notaris.

Bedasarkan ketentuan undang-undang, notaris diberikan kewenangan

lain selain membuat akta juga dapat memberikan suatu penyuluhan

hukum sehubungan dengan pembuatan akta dan itu juga menimbulkan

tanggung jawab.

Jika dilihat dari kewenangannya memberikan suatu penyuluhan

hukum maka peranan notaris dapat disamakan dengan advokat yaitu

sama-sama memberikan suatu konsultasi hukum. Hanya saja, peranan

notaris dalam memberikan suatu penyuluhan hukum hanya dibatasi

dengan pembuatan akta dan tidak boleh meminta imbalan kepada klien.

Page 67: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

56

Universitas Indonesia

Jika seorang notaris dalam memberikan suatu penyuluhan hukum

meminta bayaran maka ia tidak hanya melanggar ketentuan undang-

undang, tetapi kepada notaris yang bersangkutan dapat ditutut telah

bertindak sebagai advokat. Selain itu notaris dalam melakukan

pemberian suatu penyuluhan hukum selalu dalam posisi yang netral

atau tidak memihak, serta penyuluhan hukum yang diberikan oleh

seorang notaris biasanya di bidang penerapan hukum yang tujuannya

untuk mencegah permasalahan di waktu yang akan datang atau setidak-

tidaknya memberikan suatu kepastian tentang kedudukan para pihak

dan kejelasan mengenai apa yang pernah disepakati oleh mereka.

Sedangkan kewenangan advokat dalam memberikan penyuluhan

hukum tidak terbatas seperti halnya notaris yang hanya terbatas dengan

pembuatan akta, dan advokat dapat meminta imbalan kepada kliennya

terhadap jasa konsultasinya. Selain itu advokat dalam memberikan

penyuluhan hukum tidak netral karena sudah berpihak kepada kliennya

dan penyuluhan hukum yang diberikan oleh seorang advokat untuk

penegakan hukum yang akhirnya dilakukan untuk menyelesaikan suatu

persoalan yang telah terjadi.

Yang kedua adalah Ibu Linda Herawati sebagai Notaris dan

PPAT (Pejabat Pembuat Akta Tanah) di daerah Jakarta Pusat, beliau

mengatakan seorang notaris dibenarkan memberikan penyuluhan

hukum menurut peraturan perundang-undangan sepanjang perbuatan itu

berkaitan dengan pembuatan akta. Hal ini sesuai dengan ketentuan yang

diatur di dalam pasal 15 ayat 2 huruf e Undang-Undang Nomor 30

Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris yang menyatakan dengan tegas

bahwa notaris berwenang pula memberikan penyuluhan hukum

sehubungan dengan pembuatan akta.

Penyuluhan hukum adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk

memberikan suatu bantuan hukum berupa penjelasan mengenai

ketentuan undang-undang yang dilakukan dalam rangka pembuatan

akta, agar pihak-pihak tersebut mampu untuk mengambil suatu

keputusan. Dengan adanya penyuluhan hukum yang diberikan oleh

Page 68: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

57

Universitas Indonesia

notaris, diharapkan para penghadap yang memerlukan bantuannya

menjadi paham dan mengerti mengenai keputusan yang terbaik yang

akan diperbuatnya.

Pada saat memberikan penyuluhan hukum notaris berperan sebagai

pejabat yang profesional yang dapat dipercaya secara penuh dan tidak

menyalahgunakan situasi dan kondisi yang ada. Sebagai seorang yang

profesional, notaris dalam melaksanakan profesinya harus

melakukannya secara bermatabat dan bertangggung jawab atas mutu

pelayanan profesinya.

Disamping itu juga dinyatakan bahwa memberikan penyuluhan

hukum dapat disamakan dengan memberikan suatu nasihat hukum.

Alasannya karena keduanya sama-sama memberikan suatu penerangan

atau penjelasan mengenai hukum kepada para pihak yang

membutuhkannya.

Juga dinyatakan bahwa notaris mempunyai persamaan dalam

pekerjaannya dengan advokat. Keduanya sama-sama menuangkan suatu

kejadian dalam bentuk hukum, memberi penyuluhan hukum kepada

para pihak dan menjadi orang kepercayaan bagi mereka. Diantara

keduanya memiliki kesamaan seperti yang disebutkan di atas, namun

antara notaris dan advokat memiliki perbedaan yang mendasar secara

prinsip.

Seorang notaris dalam memberikan penyuluhan hukum selalu

bersikap netral dan tidak memihak dan memberikan pelayanan kepada

semua pihak. Selain itu penyuluhan hukum yang diberikan oleh seorang

notaris nerupakan penjelasan mengenai ketentuan undang-undang yang

digunakan dalam rangka membantu pembuatan akta yang diperlukan

dan ini merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu

dengan yang lainnya.

Sedangkan seorang advokat dalam memberikan penyuluhan hukum

sudah berpihak, tidak netral karena sudah merupakan tugasnya untuk

membela kliennya dan penyuluhan hukum yang diberikan oleh seorang

advokat lebih luas dibandingkan seorang notaris.

Page 69: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

58

Universitas Indonesia

Peranan notaris dalam memberikan penyuluhan hukum harus

memberikan suatu penjelasan mengenai keadaan hukum yang

sebenarnya sesuai dengan ketentuan undang-undang, menjelaskan hak

dan kewajiban masing-masing pihak, agar tercapai suatu kesadaran

hukum yang tinggi dan benar dalam masyarakat, jujur, tidak berpihak,

dan dengan penuh rasa tanggung jawab. Sebelum notaris memberikan

penyuluhan hukum ia harus mengerti permasalahan yang dipertanyakan

oleh klien, agar notaris tidak memberikan suatu penjelasan yang keliru.

Jika seorang notaris memberikan penyuluhan hukum kepada klien

diluar tugas dan wewenangnya, maka perbuatan itu tidak dianggap

bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang

Jabatan Notaris, sepanjang perbuatan itu berhubungan dengan hukum

dan berkaitan dengan akta.

Walaupun akibat dari pelaksanaan penyuluhan hukum tersebut

tidak diatur, notaris yang bersangkutan juga tetap mempunyai tanggung

jawabnya yaitu tanggung jawab secara moral terhadap jabatan yang

diembannya. Karena notaris merupakan pejabat yang dipercaya dan

dalam melaksanakan tugasnya selalu dijiwai Pancasila, sadar dan taat

kepada hukum Jabatan Notaris, sumpah jabatan dan juga Kode etik

notaris.

Jika penghadap merasakan ada suatu ketidakpuasan atas penjelasan

yang diberikan oleh notaris tersebut maka secara hukum disahkan

bahwa penghadap yang bersangkutan boleh menanyakan kepada notaris

lainnya. Terhadap penjelasan hukum yang diberikan notaris, para

penghadap bebas untuk menentukan keputusan yang akan diambilnya.

Dengan demikian penjelasan tersebut dapat diikuti oleh para

penghadap atau tidak ditulis di dalam akta. Bedasarkan alasan tersebut

maka jika ada kesalahan didalam akta sehingga menimbulkan kerugian

bagi para pihak bukan kesalahan notaris maka notaris tersebut tidak

dapat dituntut tanggung jawabnya karena apa yang tercantum di dalam

akta merupakan keinginan dari para pihak sendiri sementara notaris

hanya menuangkannya saja dari kehendak para pihak didalam akta

Page 70: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

59

Universitas Indonesia

otentik, sehingga konsekuensinya ditanggung oleh penghadap sendiri.

Akan tetapi jika notaris tersebut memberikan suatu penyuluhan hukum

yang diikuti dengan pembuatan akta, ternyata menimbulkan suatu

kerugian bagi kliennya karena kesalahan dari notaris sendiri maka

menurut beliau, notaris tersebut dapat dituntut tanggung jawabnya.

Sebaliknya jika kerugian yang ditimbulkan bukan kesalah notaris maka

notaris tidak dapat dituntut tanggung jawabnya.

Sebagai gambarannya bahwa sebelum notaris membuatkan akta

yang diinginkan oleh kliennya, notaris harus terlebih dahulu

memberikan suatu penjelasan mengenai keadaan hukum yang

sebenarnya kepada klien, hak dan kewajiban mereka masing-masing,

agar klien tersebut mengerti akan keadaan yang sebenarnya. Hal inilah

yang dimaksud dengan penyuluhan hukum. Terhadap penyuluhan

hukum yang diberikan dapat diikuti oleh klien atau tidak.

Dengan demikian sebelum akta ditandatangani, notaris diwajibkan

untuk terlebih dahulu membacakan apa yang tertuang dan tertulis

didalam akta sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh klien maka

setelah aktanya dibuat oleh notaris yang bersangkutan ternyata

menimbulkan kerugian bagi salah satu pihak maka notaris yang

bersangkutan tidak dapat dituntut tanggung jawabnya. Dengan alasan

bahwa jika akta telah ada, maka yang berbicara bukan para pihak lagi

melainkan akta tersebut karena apa yang tertulis di dalam akta sebagai

alat bukti yang otentik.

2.12.Analisa

1. Peranan dan wewenang notaris dalam memberikan penyuluhan

hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang Nomor 30

Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris dan Kode Etik Notaris

Peranan seorang notaris dalam memberikan penyuluhan hukum

dilakukan dalam rangka membantu dalam pembuatan akta otentik dan

ini merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan

yang lainnya. Hal ini sesuai dengan ketentuan yang diatur di dalam

pasal 15 ayat 2 huruf e Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang

Page 71: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

60

Universitas Indonesia

Jabatan Notaris yang menyatakan dengan tegas bahwa notaris

berwenang pula memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan

pembuatan akta.

Selain hal yang disebutkan diatas, di dalam Pasal 3 huruf a

Rumusan Komisi D Bidang Kode etik Ikatan Notaris Indonesia Periode

1990-1993 bahwa anggota (notaris) wajib memberikan penyuluhan

hukum kepada klien, sejauh mungkin sehingga klien itu dapat

menangkap dan memahami penyuluhan tersebut, walaupun dengan

diberikannya penyuluhan orang itu urung membuat akta atau urung

menjadi klien dari anggota yang bersangkutan.75

Bedasarkan hasil wawancara antara penulis dengan beberapa

notaris, maka penulis dapat menjelaskan bahwa wewenang notaris

dalam memberikan penyuluhan hukum kepada kliennya, dapat dibagi

menjadi 2 (dua) kriteria, yaitu penyuluhan hukum yang diikuti dengan

pembuatan akta dan penyuluhan hukum tanpa diikuti dengan

pembuatan akta.

Penyuluhan hukum yang diikuti dengan pembuatan akta

merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Hanya saja di

dalam memberikan suatu penyuluhan hukum, notaris harus memberikan

penjelasan mengenai keadaan hukum yang sebenarnya sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku, menjelaskan hak dan

kewajiban para pihak agar tercapai kesadaran hukum yang tinggi dalam

masyarakat, jujur, tidak berpihak dan dengan penuh rasa tanggung

jawab.

Sebelum notaris memberikan penyuluhan hukum, ia harus mengerti

dengan baik permasalahan yang dipertanyakan oleh klien kepadanya,

agar notaris tersebut tidak memberikan suatu penjelasan yang keliru

atau tidak sesuai bahkan melanggar ketentuan yang berlaku. Selain itu

dalam memberikan penyuluhan hukum notaris harus mampu menilai

terlebih dahulu apa yang sesungguhnya dikehendaki oleh para pihak

yang datang kepadanya, memberikan nasihat yang sesuai dengan

75

As’ad Sungguh, 25 Etika Profesi, (Jakarta:Sinar Grafika, 2004), hlm. 43-44.

Page 72: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

61

Universitas Indonesia

undang-undang, dan mencari bentuk-bentuk hukum yang sesuai dan

dikehendaki oleh para pihak.

Dalam memberikan penyuluhan hukum, notaris berperan untuk

selalu bertindak jujur dan tidak berpihak, memberikan pelayanan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku didalam undang-undang, serta

merahasiakan segala keterangan dan segala sesuatu yang diperolehnya

dari para penghadap atau kliennya kepada pihak lain.

Mengenai tanggung jawab notaris dalam memberikan penyuluhan

hukum tersebut, tentunya sangat erat kaitannya dengan pembuatan akta

otentik. Dimana berdasarkan Pasal 1867 Kitab Undang-undang Hukum

Perdata disebutkan istilah akta otentik dan dalam Pasal 1868 Kitab

Undang-undang Hukum Perdata memberikan batasan secara unsur yang

dimaksud dengan akta otentik, yaitu:

a. Akta itu harus dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-

undang.

b. Akta itu harus dibuat oleh atau dihadapan seorang pejabat umum.

c. Pejabat umum oleh- atau dihadapan siapa akta itu dibuat, harus

mempunyai wewenang untuk membuat akta tersebut, di tempat

dimana akta tersebut dibuat.

Dengan demikian akta otentik mempunyai pembuktian yang

sempurna. Kesempurnaan akta notaris sebagai alat bukti, maka akta

tersebut harus dilihat apa adanya, tidak perlu dinilai atau ditafsirkan

lain, selain yang tertulis dalam akta tersebut.

Selain penjelasan mengenai akta otentik tersebut diatas, notaris

juga dalam membuat akta otentik dibagi menjadi 2 (dua) jenis akta,

yaitu: akta yang dibuat oleh notaris dalam praktek notaris sering disebut

akta relaas atau akta berita acara, yang berisi berupa uraian notaris yang

dilihat dan disaksikan notaris sendiri atas permintaan para pihak yang

dilakukan dituangkan kedalam bentuk akta notaris, dan yang kedua

adalah akta yang dibuat dihadapan notaris, dalam praktek notaris

disebut akta pihak, yang berisi uraian atau keterangan, pernyataan para

pihak yang diberikan atau yang diceritakan di hadapan notaris. Para

Page 73: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

62

Universitas Indonesia

pihak berkeinginan agar uraian atau keterangannya dituangkan ke

dalam bentuk akta notaris.

Pembuatan akta notaris baik akta relaas maupun akta pihak, yang

menjadi dasar utama atau inti dalam pembuatan akta notaris, yaitu harus

ada keinginan atau kehendak dan permintaan dari para pihak, jika

keinginan dan permintaan para pihak tidak ada, maka notaris tidak akan

membuat akta yang dimaksud. Untuk memenuhi keinginan dan

permintaan para pihak tersebut, notaris dalam hal ini mempunyai

kewenangan untuk dapat memberikan penyuluhan hukum sehubungan

dengan pembuatan akta yang bersangkutan, dengan berdasarkan kepada

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Ketika saran atau penyuluhan hukum dari notaris tersebut diikuti

oleh para pihak dan dituangkan atau dilanjutkan dengan pembuatan

aktanya, dan ternyata akta notaris tersebut dikemudian hari bermasalah

atau menimbulkan kerugian bagi salah satu pihak dalam akta, maka

dalam hal ini notaris tidak bisa langsung dipersalahkan atau diminta

pertanggung jawabannya, karena akta notaris tersebut adalah

merupakan keinginan dan permintaan para pihak, bukan saran atau

pendapat notaris, melainkan isi akta merupakan perbuatan para pihak

dan bukan perbuatan atau tindakan notaris. Notaris hanya

memformulasikan keinginan para pihak agar tindakannya dituangkan

dalam bentuk akta otentik atau akta notaris. Pihak yang merasa

dirugikan dan yang hendak menuntut notaris tersebut terlebih dahulu

harus dapat membuktikan beberapa hal berikut ini:

a. Adanya derita kerugian

b. Antara kerugian yang diderita dan pelanggaran atau kelalaian dari

notaris terdapat hubungan kausal

c. Pelanggaran (perbuatan) atau kelalaian tersebut disebabkan

kesalahan yang dapat dipertanggungjawabkan kepada notaris yang

bersangkutan.

Berdasarkan uraian diatas maka pihak yang merasa dirugikan

tersebut dapat mengajukan gugatan berupa tuntutan ganti rugi kepada

Page 74: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

63

Universitas Indonesia

notaris yang bersangkutan, tetapi dengan syarat pihak tersebut harus

dapat membuktikan bahwa kerugian tersebut merupakan akibat

langsung dari akta notaris yang bersangkutan. Dalam posisi tersebut

penggugat atau pihak yang merasa dirugikan tersebut harus dapat

membuktikan apa saja yang dilanggar oleh notaris, dari aspek lahiriah,

aspek formal, dan aspek materiil atas akta notaris tersebut.

Jika gugatan terhadap notaris tersebut diatas tidak terbukti maka

akta notaris tersebut tetap berlaku dan mengikat para pihak dan pihak-

pihak yang terkait sepanjang tidak dibatalkan oleh para pihak sendiri

atau berdasarkan putusan pengadilan, demikian pula jika gugatan

tersebut terbukti , maka akta notaris terdegradasi kedudukannya dari

akta otentik menjadi akta dibawah tangan, sebagai akta dibawah tangan

maka nilai pembuktiannya tergantung para pihak dan hakim yang akan

menilainya. Jika pendegradasian kedudukan akta tersebut ternyata

merugikan pihak yang bersangutan (penggugat) dan dapat dibuktikan

oleh penggugat, maka penggugat dapat menuntut ganti rugi kepada

notaris yang bersangkutan. Jika notaris tidak dapat membayar ganti rugi

yang dituntut tersebut, maka berdasarkan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap, notaris tersebut dapat dinyatakan

pailit. Kepailitan notaris tersebut dapat dijadikan dasar untuk

memberhentikan sementara notaris dari jabatannya, jika berada dalam

proses pailit (Pasal 9 ayat 1 huruf a UUJN), dan diberhentikan dengan

tidak hormat dari jabatannya, jika dinyatakan pailit berdasarkan putusan

pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap (Pasal 12

huruf a UUJN).

Kriteria penyuluhan hukum yang kedua adalah penyuluhan hukum

yang tidak diikuti dengan pembuatan akta. Dalam penyuluhan hukum

seperti ini notaris mempunyai kewenangan untuk dapat memberikan

atau tidak dapat memberikan penyuluhan hukum kepada para pihak.

Pertimbangan notaris untuk memberikan penyuluhan hukum kepada

para pihak, dengan syarat penyuluhan hukum tersebut masih dalam

ruang lingkup kewenangan notaris yang telah diatur di dalam peraturan

Page 75: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

64

Universitas Indonesia

perundang-undangan yang berlaku atau penyuluhan hukum tersebut

tidak melanggar UUJN dan kode etik notaris.

Sebagai contoh jika ada seseorang yang meminta kepada notaris

untuk diberikan penyuluhan hukum atau nasehat hukum mengenai

suatu akta notaris yang dibuat oleh notaris lain, maka dalam hal ini

notaris harus dapat menolak permintaan dan keinginan orang tersebut,

dengan cara notaris dapat memberikan penjelasan kepada orang tersebut

bahwa notaris tidak mempunyai kewenangan untuk menilai atau

mengomentari akta notaris dari teman sejawat notaris. Dalam hal ini

notaris hanya dapat membantu orang tersebut dengan cara memberikan

saran agar orang tersebut dapat meminta bantuan kepada pihak yang

lebih berwenang, seperti pengacara. Selain hal tersebut jika ada orang

yang meminta kepada notaris untuk diberikan saran atau nasihat hukum

dalam hal pembuatan akta yang bukan kewenangan notaris, seperti

contohnya membuat akta kelahiran atau akte perkawinan, maka notaris

dalam hal ini dapat memberikan saran kepada orang yang bersangkutan

untuk dapat meminta bantuannya kepada pejabat yang berwenang untuk

itu, yaitu Pegawai Kantor Catatan Sipil.

Dengan demikian mengenai tanggung jawab notaris dalam hal

hanya memberikan penyuluhan hukum tanpa adanya pembuatan akta,

notaris tidak dapat dituntut tanggung jawabnya karena hal tersebut

merupakan suatu pendapat seseorang, antara notaris yang satu dengan

notaris yang lainnya dapat saja berbeda pendapat karena mereka

melihat dari sudut pandang yang berbeda. Hal ini memang sering terjadi

sehingga tidak ada tanggung jawabnya karena pada realitanya seorang

notaris tidak pernah dituntut tanggung jawabnya dalam pemberian suatu

penyuluhan hukum. Sehingga apabila ada klien yang tidak puas dengan

jawaban yang diberikan oleh seorang notaris, maka secara hukum

disahkan bahwa klien tersebut boleh menanyakan kepada notaris

lainnya. Bedasarkan hal tersebut klien diberi kebebasan untuk memilih

sendiri sebagai perbuatan hukum yang akan dilakukannya untuk

dinyatakan didalam suatu akta. Dengan demikian penjelasan yang

Page 76: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

65

Universitas Indonesia

diberikan oleh notaris yang bersangkutan dapat diikuti oleh para

penghadap atau tidak untuk dinyatakan didalam suatu akta.

2. Batasan-batasan bagi seorang notaris dalam peranannya

memberikan penyuluhan hukum kepada klien

Berdasarkan pasal 15 ayat 2 huruf e UUJN notaris berwenang

untuk memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan

akta. Dalam hal ini UUJN memberikan kewenangan tersebut dengan

tujuan agar para pihak dapat memahami hukum yang berlaku, sehingga

hukum tersebut dapat melembaga dan bahkan menjiwai setiap para

pihak yang bersangkutan. Tujuannya bukan sekedar memberikan

informasi atau keterangan-keterangan mengenai hukum yang perlu

diketahui, akan tetapi mengusahakan untuk membina dan meningkatkan

kesadaran hukum para pihak yang bersangkutan, sehingga timbul

kepatuhan dan ketaatan hukum, atas dasar anggapan bahwa hukum itu

sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku atau yang dianutnya.

Penyuluhan hukum atau penjelasan mengenai ketentuan undang-

undang ini diberikan dalam rangka membantu dalam pembuatan akta

yang diperlukan dan ini merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat

dipisahkan satu dengan yang lainnya. Nasihat yang harus diberikan oleh

seorang notaris harus berdasarkan keyakinan dalam bidang yang

dikuasai dan dalam batas-batas kemampuannya. Keahlian hukum dalam

bidangnya harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Dengan adanya penyuluhan hukum yang diberikan oleh notaris,

diharapkan para penghadap yang memerlukan bantuannya menjadi

paham dan mengerti mengenai keputusan yang terbaik yang akan

diperbuatnya dan juga sebelum notaris membuatkan akta yang

diinginkan oleh kliennya, notaris harus terlebih dahulu memberikan

suatu penjelasan mengenai keadaan hukum yang sebenarnya kepada

klien, hak dan kewajiban mereka masing-masing, agar klien tersebut

mengerti akan keadaan yang sebenarnya.

Page 77: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

66

Universitas Indonesia

Atas dasar kewenangan tersebut, dalam menjalankan tugas dan

kewajibannya notaris dituntut untuk memberikan jaminan kepastian

hukum dan pelayanan yang profesional. Dalam mewujudkan 2 (dua)

sisi pekerjaan yang mengandung banyak resiko tersebut diperlukan

pengetahuan hukum yang cukup dan ketelitian serta tanggung jawab

yang tinggi. Untuk itu dalam praktek sehari-hari notaris diwajibkan

untuk senantiasa menjunjung tinggi hukum dan asas negara serta

bertindak sesuai dengan makna sumpah jabatan dan mengutamakan

pengabdiannya kepada kepentingan masyarakat dan negara. Adanya

kewajiban kepribadian yang baik dan tuntutan untuk menjunjung tinggi

martabat jabatan notaris, dengan demikian dalam pelaksanaan

jabatannya notaris tidak dibenarkan melakukan hal-hal dan/atau

tindakan yang tidak sesuai dengan martabat dan kehormatan jabatan

notaris.

Dengan demikian seorang notaris dalam memberikan penyuluhan

hukum kepada kliennya memiliki batasan-batasan yang harus ditaati

dan junjung tinggi, yaitu:

a. Penyuluhan hukum diberikan sehubungan dengan pembuatan

akta (Pasal 15 ayat 2 huruf e UUJN);

b. Penyuluhan hukum diberikan dengan syarat pembuatan akta

yang bersangkutan tidak dikecualikan kepada pejabat lain yang

ditetapkan oleh undang-undang (Pasal 15 ayat 1 jo Pasal 15

ayat 2 huruf e UUJN);

c. Penyuluhan hukum yang diberikan harus berdasarkan dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku;

d. Penyuluhan hukum yang diberikan tidak melanggar peraturan

perundang-undangan yang berlaku;

e. Dalam memberikan penyuluhan hukum notaris wajib berjiwa

Pancasila, taat kepada hukum, sumpah jabatan, kode etik

notaris (Kode etik Notaris);

Page 78: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

67

Universitas Indonesia

f. Dalam memberikan penyuluhan hukum notaris wajib memiliki

perilaku profesional dan menjunjung tinggi kehormatan dan

martabat (Kode etik notaris);

g. Notaris harus selalu meningkatkan pengetahuannya agar

supaya penyuluhan hukum yang diberikan dapat selalu “up to

date” dengan ketentuan yang berlaku (Kode etik notaris);

h. Dalam memberikan penyuluhan hukum, notaris harus memiliki

integritas moral, yang artinya menghindari sesuatu yang tidak

baik walaupun imbalan jasanya tinggi, pelaksanaan tugas

profesi diselaraskan dengan nilai-nilai kemasyarakatan, sopan

santun dan agama (Kode etik notaris);

i. Dalam memberikan penyuluhan hukum, notaris harus dapat

bersikap jujur, tidak semata-mata pertimbangan uang,

melainkan juga pengabdian, tidak membedakan antara orang

yang mampu dan tidak mampu (Kode etik notaris);

j. Dalam memberikan penyuluhan hukum, notaris harus

berpegang teguh pada kode etik profesi karena didalamnya

ditentukan segala perilaku yang harus dimiliki oleh notaris

(Kode etik notaris);.

k. Dalam memberikan penyuluhan hukum, notaris harus

menyadari kewenangan, kewajiban, dan larangan sebagaimana

yang telah diatur didalam UUJN;

l. Dalam memberikan penyuluhan hukum, notaris harus bekerja

sendiri, penuh rasa tanggung jawab dan tidak berpihak

(UUJN);

m. Dalam memberikan penyuluhan hukum, notaris tidak

diperkenankan untuk memungut atau meminta honorarium

kepada klien yang bersangkutan (Kode etik notaris);

n. Memberikan penyuluhan hukum kepada masyarakat yang

memerlukan dengan sebaik-baiknya agar masyarakat

menyadari hak dan kewajibannya sebagai warga negara dan

anggota masyarakat.

Page 79: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

68

Universitas Indonesia

Berkaitan dengan tugas dan kewenangan notaris tersebut, maka

dapat dipahami bahwa keberadaan profesi notaris merupakan profesi

yang sangat penting dan dibutuhkan dalam masyarakat, mengingat

kewenangan dari notaris dalam memberikan penyuluhan hukum kepada

kliennya sangat penting sehubungan dengan pembuatan akta yang

bersangkutan. Sebagai pejabat umum notaris hendaknya dalam

melaksanakan tugasnya selalu dijiwai oleh Pancasila, sadar dan taat

kepada hukum UUJN, sumpah jabatan, kode etik notaris dan berbahasa

Indonesia yang baik.

Dengan berperilaku profesional serta memahami pengetahuan

tentang ketentuan-ketentuan hukum yang terkait dengan pekerjaan

notaris yaitu dalam rangka pembuatan akta otentik, diharapkan dalam

pelaksanaan tugasnya, notaris akan terhindar dari segala akibat hukum

yang dapat merugikan notaris, terhadap akta-akta yang telah dan atau

akan dibuatnya

Page 80: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

69

Universitas Indonesia

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Peranan dan wewenang notaris dalam memberikan penyuluhan hukum

kepada kliennya diwajibkan kepada notaris yang bersangkutan agar

dapat mengerti dengan baik dan benar setiap kehendak, keinginan dan

permasalahan yang dipertanyakan dan/atau diajukan oleh klien kepada

notaris, dengan tujuan agar notaris tersebut tidak memberikan suatu

penjelasan atau penyuluhan hukum yang keliru atau tidak sesuai

bahkan melanggar ketentuan yang berlaku.

Dalam kasus Perseroan terbatas yang melakukan rapat umum

pemegang saham yang salah satu agendanya adalah melakukan jual

beli saham maka notaris diwajibkan untuk dapat memberikan

penyuluhan hukum mengenai harus dibuatnya akte jual beli saham

tersebut, karena akte jual beli saham tersebut menjadi dasar atas

peralihan hak atas kepemilikan saham tersebut, sedangkan untuk kasus

perseoan terbatas yang hanya memiliki satu pemegang saham dan

untuk kasus perseroan terbatas yang hendak didirikan oleh pasangan

suami istri yang tidak membuat perjanjian kawin, hendaknya notaris

sebelum membuat akte pendirian perseroan terbatas tersebut

diwajibkaan untuk memberikan penyuluhan hukum mengenai syarat-

syarat yang telah ditentukan dan diatur di dalam Undang-Undang No

40 Tahun 2007 Tentang Perseroan terbatas dalam hal syarat pendirian

Perseroan terbatas.

Selain itu dalam memberikan penyuluhan hukum notaris harus

mampu menilai terlebih dahulu apa yang sesungguhnya dikehendaki

oleh para pihak yang datang kepadanya, memberikan nasihat yang

sesuai dengan undang-undang, dan mencari bentuk-bentuk hukum

yang sesuai dan dikehendaki oleh para pihak. Penjelasan terhadap

penyuluhan hukum yang diberikan notaris dapat diikuti atau tidak

ditulis didalam suatu akta. Oleh karena itu para penghadap diberi suatu

Page 81: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

70

Universitas Indonesia

kebebasan untuk mencantumkan hal-hal apa saja yang diinginkan

untuk ditulis didalam suatu akta, hanya saja notaris tetap menjaga agar

kebebasan yang diberikan kepada para penghadap tidak melanggar

batas-batas yang ditentukan oleh peraturan perundang-undang yang

terkait. Bedasarkan hal tersebut maka jika terdapat kesalahan didalam

akta sehingga menimbulkan kerugian bagi para pihak bukan kesalahan

notaris, maka notaris tersebut tidak dapat dituntut tanggung jawabnya

karena apa yang tercantum didalam akta merupakan apa yang

dikehendaki dan keinginan dari para pihak sendiri, sementara notaris

hanya mencatatkan apa yang dikehendaki sehingga konsekuensinya

ditanggung oleh penghadap sendiri. Kecuali kesalahan notaris sendiri

maka notaris tersebut dapat dituntut tanggung jawabnya.

2. Batasan-batasan bagi seorang notaris dalam memberikan penyuluhan

hukum kepada kliennya notaris harus memberikan penjelasan

mengenai keadaan hukum yang sebenarnya sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, menjelaskan hak dan kewajiban

para pihak agar tercapai kesadaran hukum yang tinggi dalam

masyarakat, bertindak jujur, tidak berpihak dan dengan penuh rasa

tanggung jawab mentaati kentuan didalam UUJN, kode etik notaris

dan sumpah jabatan.

B. Saran

1. Setiap notaris disarankan agar dapat memberikan penyuluhan hukum

yang baik dan benar yang sesuai dengan yang dikehendaki oleh para

pihak dan harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku, karena jika notaris melalaikan kewenangan dalam

memberikan penyuluhan hukum ini akibatnya bisa berdampak kepada

sengketa dan kerugian baik bagi para pihak yang terkait maupun bagi

notaris itu sendiri. Oleh karena itu setiap notaris diwajibkan untuk

dapat menjalankan profesinya sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku, UUJN, Kode Etik, Sumpah Jabatan dan harus

mempunyai pengetahuan dan wawasan yang baik, benar dan luas.

Dalam memberikan penyuluhan hukum kepada para pihak, notaris

Page 82: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

71

Universitas Indonesia

harus dapat bertindak jujur, mandiri, dan tidak berpihak atau bersifat

netral. Bagi seorang notaris yang professional maka akan lebih baik

jika memiliki sifat kehati-hatian, ketelitian dalam melaksanakan tugas

dan kewajibannya dalam pembuatan akta yang dimintakan oleh para

pihak. Notaris dalam menjalankan tugas dan wewenangnya harus

selalu teliti dan memeriksa kebenaran data yang diberikan oleh

penghadap dan berpegang pada Undang-Undang No. 30 Tahun 2004

tentang jabatan notaris dan dalam melaksanakan jabatannya harus

berpegang pada moral dan etika. Dalam bekerja tidak semata-mata

karena materi atau uang semata, namun harus lebih mementingkan

harkat dan martabat sebagai manusia yang bertanggungjawab penuh

atas profesinya.

2. Bagi kasus-kasus yang telah dikemukan di atas, maka disarankan

kepada notaris ketika melakukan penyuluhan hukum agar dapat

dilakukan di hadapan para pihak dalam akta dan saksi-saksi serta

setiap penyuluhan hukum yang telah dilakukan oleh notaris dan

disetujui oleh para pihak hendaknya dituliskan dalam akta, atau jika

hal tersebut tidak dapat dilakukan, notaris bisa menuangkannya dalam

suatu akte tersendiri, hal ini dilakukan sebagai bukti bahwa notaris

tersebut telah melakukan kewajibannya dalam memberikan

penyuluhan hukum sehubungan dengan akta yang hendak dibuat.

Para pihak yang menghadap hendaknya jujur atau menceritakan

yang sesungguhnya berkaitan dengan keterangan dalam pembuatan

akta kepada notaris, supaya akta itu dapat dipertanggung jawabkan

dan tidak merugikan kepentingan para pihak yang menyebabkan

dibatalkannya akta, agar akta tidak bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan, norma agama, kesusilaan atau kepatutan yang

mempengaruhi kehormatan dan martabat jabatan notaris. Notaris

diwajibkan juga agar dapat selalu hadir, mengikuti dan berpatisipasi

aktif dalam setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh perkumpulan,

serta menghormati, mematuhi, melaksanakan setiap dan seluruh

keputusan perkumpulan.

Page 83: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

72

Universitas Indonesia

Daftar Pustaka

A. Buku

Adjie, Habib, Hukum Notaris Indonesia, cet.2, Bandung: Refika Aditama, 2009.

Adjie, Habieb, Meneropong Khasanah Notaris dan PPAT Indonesia, PT. Citra

Aditya Bakti, Bandung, 2009.

Adjie, Habib, Sanksi Perdata dan Administratif Terhadap Notaris sebagai

Pejabat Publik, Bandung: Refika Aditama, 2009.

Adjie, Habib, Sekilas Dunia Notaris dan PPAT Indonesia dalam Kumpulan

Tulisan, CV. Mandar Maju, Bandung, 2009.

HS, Salim. Hukum Kontrak-Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Sinar Grafika,

Jakarta, 2006.

Kansil , C.S.T. dan Chistine S.T. Kansil, Pokok-pokok Etika Profesi Hukum, PT

Pradnya Paramita, Jakarta, 1996.

Mamudji, Sri. et al. Metode Penelitian Dan Penulisan Hukum, Jakarta : Badan

Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005.

Mertokusumo, Sudikno, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty Yogyakarta,

Yogyakarta, 1999.

Notodisoerjo, Soegondo, Hukum Notariat Di Indonesia Suatu Penjelasan, Jakarta

: Raja Grafindo Perasada, 1993.

Soekanto, Soerjono, Beberapa Cara dan Mekanisme dalam Penyuluhan Hukum,

Jakarta: Pradnya Paramita, 1986.

Soekanto, Soerjono ,Kaidah-Kaidah Hukum , Jakarta: Sinar Grafika, 2001.

Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : Penerbit Universitas

Indonesia,2008.

Page 84: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

73

Universitas Indonesia

Soemoatmodjo, Soetardjo, Apakah: Notaris, PPAT, Pejabat Lelang, Yogyakarta:

Liberty, 1986.

Soerodjo, Irawan, Kepastian Hukum Hak Atas Tanah Di Indonesia, Surabaya:

Arkola, 2003.

Subekti, Hukum Pembuktian, Jakarta: Pradnya Paramita, 1987.

Sungguh, As’ad, 25 Etika Profesi, Jakarta:Sinar Grafika, 2004.

Tan Thong Kie. Studi Notariat-Serba Serbi Praktek Notaris, Ichtiar Baru Van

Hoeve, Jakarta, 2000.

Tobing, G.H.S Lumban, Peraturan Jabatan Notaris, Jakarta : Erlangga, 1983.

B. Peraturan perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (Lembaran

Negara Republik Indonesia tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4432).

Indonesia, Undang-Undang Advokat. UU No.18 tahun 2003, LN No. 4288.

C. Internet

Dian Fisnanto, Yuli “Notaris dan Jaminan Kepastian Hukum”,

www.wawasanhukum.blogspot.com. Diunduh 3 Juli 2012.

D. Artikel

Herlien, Asosiasi Notaris, Suatu Jalan Keluar? Media Notariat, No.2/Tahun I,

(Oktober, 1999)

Jusuf, Abu, Etika Jabatan Notaris Sebagai Profesi Hukum, Media Notariat,

Nomor 2 Tahun 1, (Oktober, 1999)

Notaris Ideal dan Profesional, Media Notariat, (April-Juni 2001), . 46.

Page 85: PERAN DAN WEWENANG NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334042-T32525-David Santosa.pdf · penyuluhan hukum kepada klien ditinjau dari Undang-Undang

74

Universitas Indonesia

Prayitno, Roenastiti, “Tugas dan Tanggung Jawab Notaris sebagai Pejabat

Pembuat Akta”, Media Notariat, No.12-13/Tahun IV, (Oktober:1989),.

178.

Shidarta, Etika Profesi Hukum Dalam Sorotannya, Era Hukum, No.9/Tahun 3

(Juli,1996), .35.