peran dan tantangan bahasa indonesia menghadapi perkembangan teknologi informasi dan globalisasi

8
“Peran dan tantangan bahasa Indonesia menghadapi perkembangan Teknologi Informasi dan Globalisasi” Tidak dapat dielakkan bahwa dalam keseharian kita tidak jauh dari bahasa. Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi, memberikan suatu pemikiran, gagasan, atau mengungkapkan suatu perasaan yang terpendam. Disamping itu bahasa bisa dikatakan sebagai suatu bentuk identitas dan simbol dari suatu budaya yang dimiliki sekelompok manusia yang ada pada suatu wilayah tertentu. Dengan kata lain bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting untuk kelangsungan hidup umat manusia. Begitu juga dengan bahasa Indonesia yang merupakan simbol atau lambang persatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia sebagai identitas kebudayaan dan pemersatu keanekaragaman yang ada pada bangsa Indonesia. Indonesia merupakan Negara yang memiliki beribu-ribu budaya, begitu pula dengan bahasa daerahnya. Mulai dari Sabang sampai Marauke, terdapat bahasa daerah yang telah diwariskan oleh nenek moyang. Namun untuk mempersatukan Negara Indonesia, apakah kita harus mempelajari bahasa daerah yang begitu banyak ? tentu tidak. Oleh karena itu untuk menghubungkan satu dengan yang lainnya kita butuh bahasa yang bisa mempersatukan kita, bahasa yang tidak membedakan satu dengan yang lain, bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia

Upload: septa-preswari

Post on 15-Apr-2016

18 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

Esai Bahasa Indonesia

TRANSCRIPT

Page 1: Peran Dan Tantangan Bahasa Indonesia Menghadapi Perkembangan Teknologi Informasi Dan Globalisasi

“Peran dan tantangan bahasa Indonesia menghadapi perkembangan Teknologi

Informasi dan Globalisasi”

Tidak dapat dielakkan bahwa dalam keseharian kita tidak jauh dari bahasa.

Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi, memberikan suatu pemikiran, gagasan,

atau mengungkapkan suatu perasaan yang terpendam. Disamping itu bahasa bisa

dikatakan sebagai suatu bentuk identitas dan simbol dari suatu budaya yang dimiliki

sekelompok manusia yang ada pada suatu wilayah tertentu. Dengan kata lain bahasa

merupakan sesuatu yang sangat penting untuk kelangsungan hidup umat manusia.

Begitu juga dengan bahasa Indonesia yang merupakan simbol atau lambang persatuan

bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia sebagai identitas kebudayaan dan pemersatu

keanekaragaman yang ada pada bangsa Indonesia.

Indonesia merupakan Negara yang memiliki beribu-ribu budaya, begitu pula

dengan bahasa daerahnya. Mulai dari Sabang sampai Marauke, terdapat bahasa daerah

yang telah diwariskan oleh nenek moyang. Namun untuk mempersatukan Negara

Indonesia, apakah kita harus mempelajari bahasa daerah yang begitu banyak ? tentu

tidak. Oleh karena itu untuk menghubungkan satu dengan yang lainnya kita butuh

bahasa yang bisa mempersatukan kita, bahasa yang tidak membedakan satu dengan

yang lain, bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia sangat berpengaruh pada kehidupan berbangsa dan bernegara,

karena pada dasarnya bahasa Indonesia merupakan lingua franca yang berarti bahasa

penghubung. Dilihat dari sejarahnya, bahasa Indonesia merupakan adopsi dari bahasa

melayu yang sudah lama digunakan oleh masyarakat antarsuku di Indonesia.

Peresmian bahasa Indonesia sendiri terjadi pada peristiwa sumpah pemuda, 28

Oktober 1928 di mana pada poin ke-3, dinyatakan bahwa Kami putra dan putri

Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Jadi dari situlah kejelasan

bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pernyataan pada poin ke-3 Sumpah pemuda yakni, bahasa Indonesia sebagai bahasa

pemersatu sebenarnya menyiratkan juga kepada makna pernyataan tekad kebahasaan

yang menyatakan bahwa bahasa Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan.

Page 2: Peran Dan Tantangan Bahasa Indonesia Menghadapi Perkembangan Teknologi Informasi Dan Globalisasi

Sungguh miris jika kita lihat kenyataan pada dewasa ini, dimana rasa bangga

terhadap bahasa Indonesia itu sendiri telah memudar seiring adanya perkembangan

teknologi informasi, globalisasi dan ancaman dari luar yang menuntut kita untuk

menyalip ketertinggalan terhadap bahasa internasional. Sadarkah kita sebenarnya kita

telah dijajah dengan adanya hal tersebut, identitas kita semakin pudar dan melemah.

Jika ini dibiarkan, tidak menutup kemungkinan suatu saat nanti anak cucu kita tidak

menggunakan dan mengenal bahasa Ibu Pertiwi, bahasa Indonesia.

Mengapa demikian? Kita lihat fenomena keseharian kita. Banyak orang atau

pihak yang memprioritaskan bahasa internasional dibanding bahasa Indonesia. Sebagai

contoh sederhana, di toko swalayan yang biasa kita kunjungi, pihak swalayan bahkan

telah memperlihatkan bahwa bahasa internasional adalah prioritas. Mulai dari pintunya,

yang seharusnya bertuliskan dorong-tarik, menjadi push-pull. Bukannya saya

menjelekkan swalayan tersebut, tetapi apakah mayoritas pembeli adalah orang asing

yang tidak mengerti bahasa Indonesia? Tidak. Pembelinya adalah kita, warga Indonesia.

Kita juga tidak bisa menyalahkan swalayan tersebut jika visi swalayan tersebut memang

ditujukan untuk pembeli asing. Itu baru satu kasus, bagaimana dengan yang lain?

Bagaimana dengan layanan publik yang lain? Masihkah menggunakan bahasa

Indonesia? Atau bahasa asing? Kita perlu berkaca.

Perkembangan teknologi dan informasi yang begitu pesat juga memberikan efek

yang begitu besar di masyarakat. Negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Cina,

dan Jepang berlomba-lomba untuk menciptakan inovasi baru. Barang yang dihasilkan

tidak hanya digunakan untuk konsumen lokal, tetapi di ekspor ke seluruh dunia. Salah

satu barang yang dihasilkan yang paling laris dipasaran adalah peralatan elektronik

seperti handphone. Di kalangan masyarakat, handphone bukan hal yang asing lagi.

Anak yang masih menginjak pendidikan Taman Kanak-kanak pun kini telah memiliki

handphone. Memang dengan adanya alat tersebut kita dimudahkan dalam

berkomunikasi, tapi tanpa disadari dampak yang ditimbulkan berdampak pada

penggunaan bahasa sehari-hari. Sebagai contoh, dikalangan anak muda bahasa gaul itu

mungkin sudah menjadi makanan sehari-hari mereka. Saat berkomunikasi melalui

media elektronik maupun media sosial dengan bangganya mereka menggunkan bahasa

gaul yang sebenarnya tidak jelas asal muasal bahasa tersebut terbentuk dan yang

Page 3: Peran Dan Tantangan Bahasa Indonesia Menghadapi Perkembangan Teknologi Informasi Dan Globalisasi

terlebih disayangkan bahasa yang digunakan tidak memiliki tatanan bahasa yang baik

dan benar. Namun berbeda halnya saat mereka mengunakan bahasa Indonesia untuk

berkomunikasi, kebanyakan dari mereka malu untuk menggunakannya karena menurut

mereka bahasa Indonesia merupakan bahasa yang kaku dan kolot. Sungguh

mengenaskan. Bahasa Indonesia yang merupakan bahasa persatuan kita malah menjadi

momok bagi kalangan muda.

Selain dampak kemajuan teknologi yang membuat masyarakat malas berbahasa

Indonesia, teknologi semacam ini juga akan menambah tingkat kemalasan. Bagaimana

bisa? Karena di era ini, kita dituntut untuk menjadi manusia yang instan. Contohnya

ketika kita diberi tugas, kebanyakan dari kita menggunakan internet sebagai referensi,

bukan membaca buku yang notabene jendela ilmu. Bahkan banyak mengunduh dari

internet, bukan dari usaha kita membaca literatur yang sesuai. Selain itu pengunduhan

data atau referensi secara ilegal dari internet dapat dipidanakan, dan kebanyakan metode

seperti itu yang digunakan siswa bahkan mahasiswa untuk “menyingkat” waktu dan

tenaga. Padahal semua yang dilakukan dengan instan, pasti akan berakhir dengan instan

pula. Berbeda dengan membaca yang menuntut kita untuk jeli memahami maksud kata

demi kata. Mungkin peran internet sudah menggantikan eksistensi buku. Orang dulu

banyak tahu karena membaca buku, bukan menggunakan internet.

Media massa beraroma teknologi yang akrab dikehidupan kita. Televisi, juga

dapat dijadikan alasan mengapa era televisi merupakan gerbang kemerosotan suatu

bangsa. Acara-acara yang ditampilkan di televisi sungguh tidak mencerminkan bersikap

dan berbahasa yang baik dan benar, bahasa yang jorok dan tidak ada artinya malah

dibangga-banggakan. Untuk menaikkan rating katanya. Rating memang naik, namun

moralitas bangsa akan turun. Mungkin contoh untuk kasus-kasus ketidaketisan bahasa

di televisi tidak perlu kita bahas karena kebanyakan dari kita sudah mengetahuinya.

Mulai dari acara joget 4 jam tanpa henti, acara lawakan yang tidak jelas, dan acara

hipnotis-hipnotis yang mengecoh pemirsa televisi untuk percaya saja dengan hal-hal

seperti itu. Dari sini bisa kita simpulkan bahwa kemajuan teknologi akan berbanding

terbalik dengan moralitas bangsa jika acara yang ditampilkan tidak mendidik dan tidak

bermoral.

Page 4: Peran Dan Tantangan Bahasa Indonesia Menghadapi Perkembangan Teknologi Informasi Dan Globalisasi

Kita tidak bisa membendung globalisasi, namun kita bisa menyaringnya.

Bersikap selektif dan sensitif terhadap kebudayaan baru sangat kita perlukan saat ini.

Jika ingin mengadopsi budaya dari luar negeri, hendaknya kita benar-benar memilih

yang sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia, bukannya yang mengandung indikasi

merusak moral bangsa.

Bahasa Indonesia yang dulu diagung-agungkan sebagai bahasa nasional juga

kian hari kian hilang kekuatannya. Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa

nasional diatas bahasa daerah dan bahasa asing. Namun sebagian besar masyarakat kita

terlalu takut terhadap ketertinggalan bahasa asing daripada takut terhadap kehilangan

bahasa nasional. Di kehidupan sehari-hari, masyarakat kita tidak malu untuk

menggunakan bahasa asing yang sebenarnya sebagian besar penggunaannya salah.

Mereka gengsi, mereka berpendapat jika mereka bisa menggunakan bahasa asing, orang

disekitarnya pasti akan memandang bahwa mereka cerdas, namun tidak kesemuanya

demikian. Sebagai contoh, percakapan antara pegawai kantor biasanya seperti ini, “Pak,

anda sedang e-mailan dengan bos ya?”. Ada yang salah pada kalimat di atas jika kita

memperhatikan susunan kalimatnya, yaitu penggunaan yang tidak tepat. Secara harfiah,

e-mail pesan elektronik. Jika diartikan dalam bahasa Indonesia, “Pak, anda sedang surat

elektronik-an dengan bos ya?”. Janggal. Seharusnya penggunaan tersebut bisa dicegah

jika kita menggunakan bahasa Indonesia atau kita belajar dalam penggunaan kata asing

dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Lebih janggal lagi jika yang ditanya

menjawab dengan bangga juga. Bukannya mengingatkan, malah mengiyakan salahnya.

Sungguh miris.

Sebenarnya penggunaan bahasa asing bisa menjadi bumerang bagi kita jika kita

tidak bisa menggunakan secara tepat. Lebih baik kita memperdalam tentang berbahasa

Indonesia yang baik dan benar agar nantinya Indonesia tetap beridentitas. Pilihan

terbaiknya untuk menghadapi globalisasi kebahasaan ini adalah memperdalam dua

bahasa sekaligus, yakni bahasa asing dan bahasa persatuan kita, bahasa Indonesia yang

tetap menjadi jati diri kita. Hasilnya kita siap untuk menaklukkan tantangan bahasa

global dan memperkaya diri dengan kebahasaan Nasional.

Kita lahir di Indonesia. Kita besar di Indonesia. Kita memakai sumber daya

Indonesia. Kita harus bangga menjadi salah satu bagian dari Indonesia, kita harus

Page 5: Peran Dan Tantangan Bahasa Indonesia Menghadapi Perkembangan Teknologi Informasi Dan Globalisasi

bangga menggunakan identitas kebahasaan kita, bahasa Indonesia. Ancaman terbesar

suatu negara adalah apa yang ada di negara tersebut. Jangan takut jika tidak bisa

berbahasa Inggris, malulah jika tidak bisa berbahasa Indonesia. Bangsa yang agung

adalah bangsa yang mengagungkan identitas persatuannya. Kita baru “tertampar” ketika

budaya kita nyaris dicuri negara lain, kita terlalu sibuk untuk mengejar teknologi dan

kemajuan jaman, hingga jati diri kita terabaikan. Mengapa tidak kita berikan saja

kebudayaan itu kepada negara yang mampu mengembangkannya daripada kita biarkan

termakan jaman? Kita jawabannya, tanggung jawab kita solusinya. Berbenah mulai

sekarang, jangan sampai bahasa Indonesia kita jadi sejarah yang hanya bisa kita

ceritakan kepada anak cucu kita.