peran dakwah yayasan khazanah...
TRANSCRIPT
PERAN DAKWAH YAYASAN KHAZANAH
KEBAJIKAN (YKK) DALAM MENINGKATKAN
PENGAMALAN IBADAH KELOMPOK TUNA NETRA
DESA PISANGAN CIPUTAT
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos. I)
Oleh:
Ahmad Shobrian
NIM : 102051025441
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/2009 M
PERAN DAKWAH YAYASAN KHAZANAH KEBAJIKAN (YKK)
DALAM MENINGKATKAN PENGAMALAN IBADAH KELOMPOK
TUNA NETRA DESA PISANGAN CIPUTAT
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos. I)
Oleh:
Ahmad Shobrian
NIM : 102051025441
Di Bawah Bimbingan
Drs. Wahidin Saputra, MA
NIP. 150254959
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/2009 M
PERAN DAKWAH YAYASAN KHAZANAH KEBAJIKAN
DALAM MENINGKATKAN PENGAMALAN IBADAH
KELOMPOK TUNA NETRA DESA PISANGAN CIPUTAT
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi
Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh :
AHMAD SHOBRIAN
NIM: 102051025441
Di Bawah Bimbingan
Drs. Wahidin Saputra, MA
NIP. 150276299
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2009
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 7 Maret 2009
Abstrak
Ahmad Shobrian
Peran Dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan (YKK) Dalam Meningkatkan
Pengamalan Ibadah Kelompok Tuna Netra Desa Pisangan Ciputat
Dakwah dalam Islam mempunyai peranan penting, sebagaimana juga ibadah mempunyai nilai yang mulia dalam Islam. Salah satu fungsi dakwah adalah
mengajak orang lain untuk dapat mengamalkan ajaran Islam seperti ibadah, tidak
terkecuali pada penyandang cacat tuna netra. Penyandang cacat tuna netra,
memiliki karakteristik yang berbeda dengan orang normal pada umumnya.
Kekurangan fisik yang disandangnya, membuat tuna netra cenderung sulit untuk
mengamalkan ajaran Islam dengan sebaik-baiknya.
Dakwah dalam penyelenggaraannya, butuh perhatian khusus dalam menghadapi
masalah-masalah yang ada. Dalam hal ini, permasalahan yang timbul diantaranya
adalah, bagaimana dakwah dapat diselenggarakan dengan sebaik-baiknya pada
kelompok tuna netra? Dan bagaimana bentuk pengamalan ibadah yang
dilaksanakan pada kelompok tuna netra?
Penyelenggaraan dakwah, dapat dilakukan secara individu maupun kolektif dalam
satu-kesatuan yang tertata rapih, sehingga penyelenggaraan dakwah dapat berjalan
dengan efektif dan efisien. Yayasan merupakan salah satu sarana dalam pelaksanaan aktivitas dakwah, peran yayasan dalam melaksanakan dakwah lebih
mengajak seseorang pada tindakan yang nyata seperti. Melalui lembaga seperti yayasan tersebut aktivitas dakwah dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien.
Yayasan Khazanah Kebajikan merupakan salah satu lembaga sosial kemasyarakan yang ikut berperan aktif dalam berdakwah. Peran dakwah Yayasan Khazanah
Kebajikan dalam upayanya meningkatkan pengamalan ibadah kelompok tuna netra, membuat penulis tertarik untuk mengamati dan menelitinya.
Adapun metodologi yang digunakan dalam pembahasan ini ialah metode
kualitatif, yaitu prosedur penelititan yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis/lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. Oleh
karena itu dalam pelaksanaannya, menggunakan metode pengumpulan data dan
metode analisis yang bersifat non kuantitatif, seperti misalnya penggunaan
instrumen wawancara mendalam dan pengamatan.
Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui seberapa besar peran dan
aktivitas dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan dalam meningkatkan pengamalan
ibadah kelompok tuna netra, mengingat ibadah mempunyai nilai utama dalam
Islam.Serta bagaimana bentuk pengamalan ibadah yang dilaksanakan Yayasan
Khazanah Kebajikan terhadap kelompok tuna netra.
Dapat disimpulkan bahwa, YKK adalah lembaga sosial keagamaan yang
mempunyai peran penting dalam mengasuh dan mendidik anak-anak yatim piatu, fakir miskin, janda dan manula, serta kelompok tuna netra. YKK didirikan untuk
menampung kaum dhu’afa, anak-anak yatim, kaum lemah tuna netra, untuk dibina dengan cara memberikan keterampilan, bimbingan keagamaan, dan sebagainya.
KATA PENGANTAR
Assalamu`alaikum Wr. Wb
Segala puji serta syukur tak luput kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat merampungkan skripsi ini dengan judul :
“Peran Dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan Dalam Meningkatkan Pengamalan
Ibadah Kelompok Tuna Netra Desa Pisangan Ciputat“. Shalawat serta salam
selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai penunjuk jalan dan
pencerah hidup.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi jauh dari
kesempurnaan, karena pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki masih
sangat terbatas. Oleh sebab itu penulis berharap adanya saran dan kritik dari
berbagai pihak demi kesempurnaan skripsi ini.
Terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah
memberikan semangat pada penulis. Skripsi ini dapat penulis selesaikan
merupakan nikmat yang luar biasa dan tak terlepas bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada
orang-orang yang semoga selalu dirahmati oleh Allah SWT.
1. Kedua orang tua tercinta dan tersayang, Ibunda Desti Aminta Tasrif dan
Ayahanda Ahmad Shobur H. Hamzah yang telah mencurahkan segenap
rasa kasih sayang dan do’a yang tidak pernah dan tidak akan sedikitpun
penulis lupakan karena sangat besar dan berarti bagi penulis. Ungkapan
rasa terima kasih yang mendalam juga untuk kakak tercinta Supriyadi dan
Siti Maysaroh serta k’Nina dan Mas Pram terima kasih atas dukungan
moril maupun materil. Keponakan-keponakanku yang lucu-lucu, Najmi,
Hawa, Meylia, Icha, QQ. I love u All so much…
2. Bapak Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Dr. Murodi, MA, Pembantu Dekan Bidang Akademik Bapak Drs.
Arief Subhan, M.Ag , Pembantu Dekan Bidang Administrasi dan
Keuangan Bapak Drs. H Mahmud Jalal, M.Ag, Pembantu Dekan Bidang
Kemahasiswaan Bapak Drs. Study Rizal. L.K.,MA.
3. Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA, dan Ibu Umi Musyarafah, MA, selaku
ketua dan sekretaris prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam. Yang telah
banyak membantu penulis dalam berbagai hal dan memberikan nasehat
yang sangat berharga.
4. Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA, selaku pembimbing skripsi yang telah
membantu, membimbing, memberikan arahan dan meluangkan waktunya
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah banyak
memberikan ilmunya, semoga bermanfaat bagi penulis.
6. Pimpinan dan seluruh staf karyawan Perpustakaan Utama dan
Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah menyediakan
fasilitas untuk penulis.
7. Bapak Drs. H. Najmuddin Siddiq, selaku ketua Yayasan Khazanah
Kebajikan dan seluruh warga Yayasan Khazanah Kebajikan yang telah
memberikan izin untuk penulis dalam melakukan penelitian.
8. Sahabat-sahabat KPI A 2002, Q’cul dengan gayanya yang khas, Dodoy
dengan logatnya yang menggelitik, Ncek dengan kePDannya, Henden
dengan itung-itungannya, Japrenk dengan bahan spanduknya, Tami
dengan Dakwah Institutenya, Leni, Ghina, Milda Oneng, Towil, Mudrik
Hohe, Dian, Ade Gladak, Babeh, Lyly Aulia dan yang lain nya. Terima
kasih atas do’a, dukungan, kebahagiaan dan kebersamaanya selama kita
kuliah dalam menjalin persahabatan bahkan persaudaraan. I’ll miss u All
so much…
9. Sahabat-sahabat cempaka, Kamil, Syibli, Ipank, Ujang, Jange, Qhitink,
Gepenk dan yang lainnya. Sahabat-sahabat kertamukti, terima kasih
kepada Erman yang sudah memberikan kesempatan untuk menggunakan
komputernya, Ebho, Mpo’ Yani, Hanjonk, Gerink dan yang lainnya.
Sahabat-sahabat sumedang dan yang lainnya dimana pun berada.
10. Special Thanks untuk Miranti, terima kasih atas segala perhatian dan
kasih sayangnya selama ini kepada kk’nya dengan selalu senantiasa
mendo’akan dan memberikan motivasi. Terima Kasih…
Mudah-mudahan atas apa yang telah diberikan baik bantuan moril
maupun materil kepada penulis mendapatkan ridha Allah SWT. Semoga skripsi
ini dapat memberikan sumbangan fikiran dan saran untuk perkembangan
pendidikan.
Penulis sangat menyadari masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam
penulisan skripsi ini, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik
yang kostruktif agar lebih baik lagi. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi
semua pihak. Amin.
Jakarta, Maret 2009
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK........................................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................v
DAFTAR TABEL ............................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah............................................. 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 5
D. Metodologi Penelitian ................................................................... 6
E. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 9
F. Sistematika Penulisan..................................................................... 9
BAB II KERANGKA TEORITIS
A. Pengertian Peran............................................................................11
B. Dakwah dan Ruang lingkupnya .....................................................13
1. Pengertian Dakwah ...................................................................13
2. Unsur-unsur Dakwah ................................................................15
C. Pengamalan Ibadah dan Ruang Lingkup Ibadah.............................28
1. Pengertian Pengamalan Ibadah..................................................28
2. Bentuk-bentuk Ibadah...............................................................29
D. Tuna Netra ....................................................................................31
1. Pengertian Tuna Netra ..............................................................31
a. Penyebab Ketuna Netraan.....................................................32
b. Karakteristik Tuna Netra ......................................................34
c. Masalah-masalah Yang Dihadapi Tuna Netra .......................35
BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN KHAZANAH KEBAJIKAN
A. Latar Belakang Berdirinya Yayasan Khazanah Kebajikan .............37
B. Visi dan Misi Yayasan Khazanah Kebajikan..................................38
C. Struktur Kepengurusan Yayasan Khazanah Kebajikan...................49
D. Lembaga Intra dan Program Kegiatan Yayasan Khazanah
Kebajikan ......................................................................................41
E.Sekilas Tentang Bimbingan Kelompok Tuna Netra Yayasan
Khazanah Kebajikan......................................................................44
BAB IV PERAN DAKWAH YAYASAN KHAZANAH DALAM
MENINGKATKAN PENGAMALAN IBADAH KELOMPOK
TUNA NETRA
A. Aktivitas Dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan Dalam
Meningkatkan Pengamalan Ibadah Kelompok Tuna Netra.............46
B. Bentuk-bentuk Pengamalan Ibadah Kelompok Tuna Netra ............52
C. Peran Dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan Dalam
Meningkatkan Pengamalan Ibadah Kelompok Tuna Tuna Netra....58
D. Kendala-kendala dan Solusi Untuk Mengatasinya..........................65
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................68
B. Saran .............................................................................................69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel I Tanggapan Responden Terhadap Aktivitas Dakwah
Yayasan Khazanah Kebajikan.....................................................57
Tabel II Perasaan Responden Sebelum Mengikuti Aktivitas Di Yayasan ..58
Tabel III Perasaan Responden Setelah Mengikuti Aktivitas Di Yayasan ....58
Tabel IV Tanggapan Responden Terhadap Sikap Pembimbing Dalam
Memberikan Bimbingan .............................................................59
Tabel V Tanggapan Responden Terhadap Peran Dakwah Yayasan
Khazanah Kebajikan Dalam Meningkatkan Pengamalan Ibadah .60
Tabel VI Tanggapan Responden Terhadap Peran Dakwah Yayasan
Khazanah Kebajikan Dalam Membentuk Kepribadian
Yang Baik...................................................................................61
Tabel VII Sikap Responden Terhadap Peran Dakwah Yayasan Khazanah
Kebajikan Dalam Menjalankan Ibadah........................................61
Tabel VIII Kesadaran Responden Ketika Menjalankan Shalat Berjamaah.....61
Tabel IX Tanggapan Responden Mengenai Dampak Shalat Tahajjud
Terhadap Peningkatan Ibadah .....................................................62
Tabel X Sikap Responden Ketika Menerima Sumbangan Atau Santunan..62
Tabel XI Tanggapan Responden Terhadap Kajian Khusus Islam Dalam
Meningkatkan Pengertian Dan Penghayatan Ajaran Islam...........63
Tabel XII Tanggapan Responden Terhadap Yayasan Khazanah Kebajikan
Dalam Membantu Memecahkan Masalah Yang Dihadapi ..........63
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam adalah agama dakwah yaitu agama yang mengajak dan
memerintahkan umatnya untuk selalu menyebarkan dan menyiarkan ajaran Islam
kepada seluruh umat manusia. 1
Keharusan tetap berlangsungnya dakwah Islamiyah di tengah-tengah
masyarakat itu sendiri, merupakan realisasi dari salah satu fungsi hidup setiap
manusia muslim, yaitu sebagai penerus risalah Nabi Muhammad SAW, untuk
menyeru dan mengajak manusia menuju jalan Allah SWT, jalan keselamatan
dunia akhirat, disamping fungsi hidup sebagai khalifah di muka bumi ini.2
Perintah dalam melaksanakan dakwah Islamiyah yang merupakan tugas
sebagai manusia muslim tercantum dalam kitab suci al-Qur’an, surat ali- Imron
ayat 104 :
�������������������������������� ���������������� �������� ������������������������ ����������������������������
�������������������� ���� !!!!""""��������####$$$$%%%% ��������!!!!����&&&&''''������������
(((($$$$!!!!****����++++&&&&,,,,$$$$$$$$����---- ������������....////0000������������
1111�������� 2222!!!!""""��������3333☺☺☺☺��������$$$$%%%% 5555 ....666688889999::::""""����''''������������
����****;;;; <<<<====����3333""""����>>>>����????3333☺☺☺☺��������$$$$%%%% 1111@@@@AAAABBBB
Artinya : “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru pada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah pada yang
mungkar, mereka itulah orang-orang yang beruntung”.3(ali-Imron:104)
1 Abd. Rosyad Shaleh, Managemen Dakwah Islam Abd. Rosyad Shaleh, , Bulan Bintang, Jakarta,
1987, Hal. 1 2 H. Halimi AR, Problematika Dakwah Masa Kini dan Pemecahan nya, naskah makalah yang
disampaikan dalam seminar pada tanggal 24 februari 2003, hal. 1 3 Al-Qur’andanterjemah, CV. Al-Waah, Semarang, 1993, Hal. 93
Dalam melaksanakan tugas untuk mengajak manusia ke jalan Allah,
tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, seringkali jalan yang ditempuh
tidak mulus, dan selalu menemui hambatan dan rintangan.
Untuk itu dalam melaksanakan dakwah Islamiyah, diperlukan adanya
siasat cermat dan strategi dakwah yang jitu, diantaranya dengan memahami
kondisi mad’u yang dihadapi, dengan begitu dakwah yang kita sampaikan akan
mudah diterima oleh mad’u.
Untuk menunjang keberhasilan dakwah, diperlukan usaha-usaha yang
cepat dan konkrit, baik dalam bentuk metode atau alat yang akan dipakai untuk
berdakwah. Demikian pula dakwah dalam menyebarluaskan agama Islam, juga
perlu memperhatikan media yang digunakan dan tidak lupa juga situasi dan
kondisi masyarakat.
“Tidak sedikit orang-orang yang mengalami kegagalan dalam hidupnya
baik dalam keluarga, sosial, ekonomi, menjadi putus asa, patah hati, bahkan apatis terhadap segala persoalan. Kecacatan pada diri seseorang
merupakan hambatan dan gangguan dalam aktivitas bagi penyandangnya. Untuk menimbulkan kepercayaan diri pada penyandang cacat tidaklah
mudah, apalagi harus menjadikannya mandiri ditengah-tengah
masyarakat”.4
Dakwah pada dasarnya menyampaikan risalah para Nabi (Muhamad).
Hakekat dari tujuan dakwah itu sendiri adalah usaha yang diarahkan pada
masyarakat luas untuk menerima kebaikan dan meninggalkan keburukan dalam
menciptakan situasi yang yang baik sesuai dengan ajaran Islam disemua bidang
kehidupan.5
Dakwah dalam penyelenggaraannya, butuh perhatian khusus dalam
menghadapi masalah-masalah yang ada. Permasalahan yang timbul diantaranya
4 Zakiah Darajat, Islam dan Kesehatan Mental, Jakarta: CV. Haji Mas Agung, cet ke-6 h 3
5 Amin Rais, Demi Kepentingan Bangsa, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar,1997 ), hal. 12
adalah, bagaimana dakwah dapat diselenggarakan dengan sebaik-baiknya pada
kaum tuna netra. Penyelenggaraan dakwah, dapat dilakukan secara individu
maupun kolektif dalam satu-kesatuan yang tertata rapih, sehingga
penyelenggaraan dakwah dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
Dakwah bagaikan urat nadi dalam Islam, karena dakwah merupakan
aktualisasi nilai dan konsep teologis yang harus dimanifestasikan dalam suatu
aktivitas manusia beriman dalam kehidupan masyarakat.6
Dakwah dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Dakwah
secara langsung telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Rasul dalam menjalani
aktivitas dakwahnya berinteraksi langsung melalui perkataan dan prilaku yang
dapat dijadikan tauladan. Dakwah dapat pula dilaksanakan melalui media cetak,
elektronik, maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan seperti yayasan.
Yayasan merupakan salah satu sarana dalam pelaksanaan aktivitas
dakwah, peran yayasan dalam melaksanakan dakwah lebih mengajak seseorang
pada tindakan yang nyata. Melalui lembaga seperti yayasan tersebut aktivitas
dakwah dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien. Aktivitas tersebut berupa
kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial, seperti pendidikan formal hingga kegiatan
sosial keagamaan.
Yayasan Khazanah Kebajikan didirikan untuk menampung kaum dhu’afa,
anak-anak yatim, kaum lemah tuna netra, untuk dibina dengan cara memberikan
keterampilan, bimbingan keagamaan, dan sebagainya. Yayasan Khazanah
Kebajikan (YKK) adalah lembaga sosial keagamaan yang mengasuh dan
6 M. Quraiy Shihab, Membumikan Al-Qur’an ( Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat ) Bandung Mizan 1998, cet. Ke. 17 hal. 193
mendidik anak-anak yatim piatu, fakir miskin, janda dan manula, serta kaum tuna
netra.
Secara khusus, Yayasan Khaanah Kebajikan nampak seperti sebuah panti
asuhan dan pondok pesantren yang bergerak di bidang sosial, pendidikan dan
ekonomi umat. Salah satu keistimewaan Yayasan Khazanah Kebajikan adalah ciri
khas Yayasan Khazanah Kebajikan berupa budaya shalat tahajjud yang
dilaksanakan bersama kaum tuna netra dan anak-anak asuh, kajian al-Qur’an,
penerimaan dan penyaluran zakat, infaq dan shodaqah, pengasuhan kaum lemah
dalam asrama dan pendidikan untuk siswa dan mahasiswa berekonomi lemah.7
Melalui pemaparan singkat diatas, dalam penulisan skripsi ini penulis
tertarik untuk meneliti tentang “Peran Dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan
(YKK) Dalam Meningkatkan Pengamalan Ibadah Kelompok Tuna Netra
Desa Pisangan Ciputat”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Dalam penulisan skripsi ini, penulis akan membatasi pembahasan
seputar peran dakwah dan aktivitas Yayasan Khazanah Kebajikan (YKK)
dalam meningkatkan pengamalan ibadah seperti budaya ibadah sholat
tahajjud bagi kaum tuna netra. Adapun hal-hal lain mengenai yayasan
tidak termasuk pembahasan dalam penulisan skripsi ini.
7 Yayasan Khazanah Kebajikan, Jendela Informasi, Ciputat, 1998, hlm 4
2. Perumusan Masalah
Melalui identifikasi masalah diatas, penulis perlu merumuskan
beberapa masalah yang akan menjadi pokok bahasan:
1. Aktivitas dakwah apa saja yang dilakukan Yayasan Khazanah
Kebajikan (YKK) dalam meningkatkan ibadah kelompok tuna
netra?
2. Bagaimana peran dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan dalam
meningkatkan pengamalan ibadah kelompok tuna netra, serta
peran Yayasan Khazanah Kebajikan dalam memberikan
motivasi kepada kelompok tuna netra untuk tetap bekerja dan
berkarya?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan yang ada, penulisan skripsi ini
bertujuan untuk memahami peran dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan
(YKK).
2. Manfaat Penelitian
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
dalam khazanah ilmu pengetahuan dakwah, khususnya mengenai peran
dakwah. Mengingat penulis merupakan salah satu mahasiswa Fakultas
Dakwah jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.
Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai
bahan informasi dan dokumentasi ilmiah untuk pengkajian dan penelitian
dalam pengembangan ilmu dakwah. Serta diharapkan penelitian ini dapat
menjadi solusi untuk pengembangan dakwah pada Yayasan Khazanah
Kebajikan (YKK) selaku objek yang diteliti.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Adapun
kuesioner dan tabulasi digunakan untuk memperkuat/melengkapi data.
Metode penelitian kualitatif, metode yang sangat tegantung pada
perspektif yang digunakan serta permasalahan yang diteliti dalam rangka
melakukan deskripsi, (penggambaran) verstehen (pemahaman dan
pemaknaan), interpretasi (penafsiran), pengembangan dan eksplorasi.8
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mencari sumber informasi sebagai
studi deskriptif yang menggambarkan objek apa adanya sesuai dengan
kenyataan.
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian adalah sumber tempat memperoleh keterangan.
Subjek penelitian ini adalah Yayasan Khazanah Kebajikan (YKK) seperti
ketua, pengurus, pembimbing anak-anak asuh serta kelompok tuna netra
Yayasan Khazanah Kebajikan (YKK) untuk sumber informasi dalam
penelitian ini. Objek penelitian merinci fenomena yang akan diteliti
sekaligus merupakan deskripsi dari penelitian. Sedangkan objek dari
8 Imam Suryo Prayogo. Metode Penelitian Sosial Agama. 2001. h. 102-103
penelitian ini adalah aktivitas dakwah yang dilakukan Yayasan Khazanah
Kebajikan (YKK) sebagai data yang mendukung penelitian ini.
3. Tehnik Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dari
penelitian ini adalah:
a. Observasi
Penulis melakukan pengamatan langsung untuk memperoleh data
yang diperlukan. Teknik observasi yang peneliti lakukan bersifat
mengamati secara langsung yaitu mengikuti jalannya proses aktivitas
dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan (YKK). Observasi yang
dilakukan peneliti untuk mendapatkan data dan informasi yang akurat
mengenai aktivitas dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan (YKK).
b. Interview
Interview merupakan suatu alat pengumpulan informasi yang
langsung tentang beberapa jenis data. Interview dilakukan dengan
sumber yang berhubungan, baik itu secara langsung ataupun tidak
dengan objek yang diteliti guna memperoleh data-data mengenai
aktivitas dakwah yang berlangsung.
Teknik interview yang digunakan bebas terbuka yaitu peneliti
menyiapkan pertanyaan-pertanyaan seputar aktivitas dakwah tersebut
yang kemudian dikembangkan bersamaan dengan dijawabnya
pertanyaan yang diajukan peneliti. Dari hasil wawancara ini penulis
mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan guna mendukung
penelitian ini. Adapun interview dilakukan kepada pengurus harian
Yayasan Khazanah Kebajikan yang khusus membidangi kelompok
tuna netra, jama’ah tuna netra itu sendiri dan beberapa warga Yayasan
Khazanah Kebajikan sebagai sumber penulis dalam megumpulkan
data.
c. Dokumentasi
Metode ini digunakan untuk memperoleh data-data yang tidak
diperoleh dengan cara interview dan observasi. Yaitu dengan cara
mencatat dan menganalisa data-data yang diperoleh penulis selama
penelitian. baik melalui dokumen-dokumen seperti buku, artikel atau
catatan-catatan lainnya.
d. Teknik Analisis Data
Untuk menganalisis data atau fakta yang telah didapatkan, penulis
menggunakan metode analisis deskriptif. Disiplin ilmu ini bekerja
dengan mengungkapkan data dan fakta secara alamiah tanpa
sedikitpun mempengaruhi subjek maupun objek penelitian.
e. Kuesioner
Adalah suatu daftar yang berisikan berbagai pertanyaan mengenai
suatu hal atau suatu bidang tertentu.9 Ini adalah suatu teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara memberikan lembaran angket yang berisi
pertanyaan terbuka atau tertutup kepada warga masyarakat.
9 Koetjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT. Gramedia, 1983).
E. Tinjauan Pustaka
Penelitian tentang peran Yayasan Khazanah Kebajikan telah dilakukan
oleh beberapa peneliti. Antar lain, dengan judul “Peranan Bimbingan Mental
Keagamaan Dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Kepribadian Anak Asuh
Di Yayasan Khazanah Kebajikan ”, yang diajukan sebagai skripsi di jurusan
Bimbingan Penyuluhan Islam IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta 1998.
Penelitian ini bertujuan mengungkap proses bimbingan mental keagamaan
yang dilaksanakan oleh Yayasan Khazanah Kebajikan. Peneliti menguraikan
proses aktivitas Yayasan Khazanah Kebajikan dalam membimbing mental
keagamaan anak-anak asuhnya.
F. Sistematika Penulisan
Guna memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai masalah yang
diuraikan dalam skripsi ini, penulis menyusun skripsi ini dengan sistematika
penulisan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN : Bab ini meliputi latar belakang permasalahan,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode
penelitian dan sistematika penulisan
BAB II LANDASAN TEORITIS : Dalam bab ini akan dibahas kerangka
teori dengan uraian sebagai berikut : Pengertian Peran, Dakwah dan Ruang
Lingkupnya. Meliputi : Pengertian Dakwah, Unsur-unsur Dakwah, Metode dan
Tujuan Dakwah, Ibadah. Meliputi : Pengertian Pengamalan Ibadah, Bentuk-
bentuk ibadah. Tuna Netra. Meliputi : Pengertian tuna netra, Karakteristik Tuna
Netra, Faktor Penyebab Ketunanetraan, Masalah-masalah yang dihadapi Tuna
Netra
BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN KHAZANAH
KEBAJIKAN (YKK) : Gambaran Umum Tentang Yayasan Khazanah Kebajikan
(YKK) yang meliputi tentang : Latar Belakang Berdiri, Visi, dan Misi, Struktur
Kepengurusan, Lembaga Intra dan Program Kegiatan Yayasan Khazanah
Kebajikan (YKK) dan Sekilas Tentang Kelompok Tuna Netra Yayasan Khazanah
Kebajikan
BAB IV PERAN DAKWAH YAYASAN KHAZANAH KEBAJIKAN
DALAM MENINGKATKAN PENGAMALAN IBADAH KELOMPOK TUNA
NETRA DESA PISANGAN CIPUTAT : Pembahasan tentang hasil penelitian
yaitu dari aktivitas dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan (YKK), Bentuk
Pengamalan Ibadah Yang Dilaksanakan Kelompok Tuna Netra, Peran Dakwah
Yayasan Khazanah Kebajikan Dalam Meningkatkan Pengamalan Ibadah
Kelompok Tuna Netra, Kendala-kendala dan Solusi Mengatasinya.
BAB V PENUTUP : Kesimpulan dan Saran-saran.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Peran
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, peran adalah seperangkat tingkat
yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat.10
Grass Masson dan A. W. Mc. Eachern, sebagaimana dikutip oleh David
Berry, mendefinisikan peran sebagai perangkat harapan-harapan yang dikenakan
pada individu yang menempati kedudukan sosial 11
Makna peran, dapat dijelaskan melalui beberapa cara, yaitu: 12
1. Penjelasan historis
Menurut penjelasan historis, konsep peran semula dipinjam dari kalangan
yang memiliki hubungan erat dengan drama atau teater yang hidup subur pada
zaman Yunani Kuno atau Romawi. Dalam hal ini, peran berarti katakter yang
disandang atau dibawakan oleh seorang aktor dalam sebuah pentas dengan lakon
tertentu.
2. Pejelasan peran menurut ilmu sosial
Peran dalam ilmu sosial berarti suatu fungsi yang dibawakan seseorang
ketika menduduki suatu posisi dalam struktur sosial tertentu.
Pengertian peran dalam kelompok pertama di atas merupakan pengertian
yang dikembangkan oleh paham strukturalis di mana lebih berkaitan antara peran-
10
Departemen Pendidikan & Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1990), h. 667.
11 N. Grass, W. S. Masson, and A. W. Mc. Eachern, Explorations Role Analysis, dalam
David berry, pokok-pokok pikiran dalam sosiologi, (Jakarta : Raya Grafindo Persada, 1995), cet.
Ke-3, h. 29 12
Hendropuspito, D., OC., Sosiologi Sistematik., Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1989
hlm. 105-107
peran sebagai unit kultural yang mengacu kepada hak dan kewajiban yang secara
normatif telah dicanangkan oleh sistem budaya.
Sedangkan pengertian peran dalam kelompok dua adalah paham
interaksionis, karena lebih memperlihatkan konotasi aktif dinamis dari fenomena
peran. Seseorang dikatakan menjalankan peran manakala ia menjalankan hak dan
kewajiban yang merupakan bagian tidak terpisah dari status yang disandangnya.
Setiap status sosial terkait dengan satu atau lebih peran sosial.
Menurut Robert Merton, peran adalah perilaku yang diharapkan dari
seseorang yang miliki suatu status. Berbagai peran yang tergabung dan terkait
pada satu status ini oleh Robert Merton dinamakan perangkat peran. 13
Bila yang diartikan dengan peran adalah perilaku yang diharapkan dari
seseorang dalam suatu status tertentu, maka perilaku peran adalah perilaku yang
sesungguhnya dari orang yang melakukan peran tersebut. Perilaku peran mungkin
berbeda dari perilaku yang diharapkan karena beberapa alasan.
Sedangkan, Abu Ahmadi mendefinisikan peran sebagai suatu kompleks
pengharapan manusia terhadap cara individu bersikap dan berbuat dalam situasi
tertentu berdasarkan status dan fungsi sosialnya.14
Menurut penulis, yang dimaksud peran disini adalah perilaku kelompok
swadaya masyarakat seperti yayasan dalam membawa perannya untuk
mengembangkan anggota kelompoknya dalam pemberdayaan kaum dhu’afa.
B. Dakwah dan Ruang Lingkupnya
13
Merton, Robert. 1968. Social Theory and Social Structure, 2nd ed.. (New York: Free Press), h.
41-45 14 Ahmadi, Abu. 1982. Psikologi Sosial, (Surabaya: Penerbit PT. Bina Ilmu), h. 50.
1. Pengertian Dakwah
Secara semantik kata dakwah (ا����ة ) artinya: "do’a", "seruan ",
“panggilan”, "ajakan", "undangan", "dorongan" dan "permintaan", berakar dari
kata kerja. "د��“ yang berarti "berdo 'a", " memanggil, "'menyeru ",
"mengundang", "mendorong", dan "mengadu".15
Secara terminologis pengertian dakwah dimaknai dari aspek positif ajakan
tersebut, yaitu ajakan kepada kebaikan dan keselamatan dunia dan akhirat.16
Seperti yang tertera dalam surat yunus:
CD$%� E%F����� 5����� G%.H
AI:�>JJ�$% K �L��� ���
M�D$�NOP 5����� #QR� (S
TUVA���JX� 1Y�B
Artinya : “Allah menyeru (manusia) ke Daarussalam (surga) dan memimpin
orang yang menghendaki-Nya, kepada jalan yang lurus (Islam).” (QS. Yunus : 25)
Dakwah adalah menyeru, mengajak manusia untuk memahami dan
mengamalkan ajaran islam sesuai dengan Al-Qur'an dan sunnah Nabi Muhammad
SAW (sabilillah). Sebagaimana Firman Allah SWT dalam surat Ali Imran dan
An-Nahl:
�������� ���� �� ������ �������
����� � !"��#$% ��!�&'���
($!*�+&,$$�- ���./0���
1�� 2!"��3☺��$% 5 .689:"�'���
�*; <=�3"�>�?3☺��$% 1@AB
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang
munkar, merekalah orang-orang yang beruntung”. (QS Ali- Imran : 104).17
�ZH$% 5����� B[\�].^ .6��-�G
15
Toha Yahya Omar, Ilmu Dakwah (Jakarta, Widya Karsa Pratama, 1992), cet. Ke-5 h.1. 16
Ali Azis, Moh, Dr. M.Ag, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2004) h.4 17
Yayasan Penyelenggaraan Penerjemah/Penafsir al-Qur’an, al-Qur’an dan
Terjemahannya, (Lembaga Percetakan Raja Fahd, tt ), hal. 93.
�.☺� ��#$$�-
�"` �.☺��$%� ��0aJ���#$% E I3/�� �:.b� cAUd�$$�- eG ;
3�aJ�f� 5 ���� .6g-�G ��*;
QI�>�� �.☺�- �[a@ ��
h ��%\�].^ E ��*;� QI�>��
�ij ��k�/3☺��$$�- 1@Y�B
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah, dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-
Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.
(Q.S.An-Nahl/16.125)
Makna lain kata dakwah secara bahasa adalah:18
a) An-Nida artinya memenaggil; da’a fulan ila fulanah, artinya sifulan
mengundang si fulanah.
b) Menyeru; ad-du’a ila syai’i, artinya menyeru dan mendorong pada
sesuatu.
c) Ad-da’wata ila qadiyat, artinya menegaskannya atau membelanya, baik
terhadap yang hak ataupun yang batil, yang positif maupun yang negatif.
d) Suatu usaha berupa perktaan atau perbuatan untuk menarik manusia ke
suatu aliran atau agama tertentu.
e) Memohon dan meminta, ini yang disebut dengan istilah berdo’a.
Abd Rasyad Saleh mengatakan bahwa dakwah merupakan:
“Usaha menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan manusia
dan seluruh umat tentang konsepsi Islam terhadap pandangan dan tujuan hidup menusia di dunia ini, yang meliputi amar makruf nahi
mungkar, dengan berbagai macam media dan cara yang
diperbolehkan”.19
Sedangkan definisi dakwah menurut para pakar antara lain:
18
Jum’ah Amin Abdul Aziz, Fiqh Dakwah, (Solo: Era Intermedia, 2005) h. 24-25 19 Abd. Rasyad Shaleh, Manajemen Dakwah. (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1997) h. 8
a. Menurut Ki Moesa A. Machfoeld, dalam bukunya yang disunting oleh
Nawawi Ismail, bahwa dakwah adalah: Dakwah berarti panggilan, tujuannya membangkitkan kesadaran
manusia untuk kembali ke jalan Allah SWT, upaya ini bersifat ekspansif yaitu memperbanyak jumlah manusia yang berada di jalan-
Nya, sedangkan yang menjadi obyek panggilan adalah : Manusia yang berada diluar jalan Allah atau, yang meninggalkan jalan-Nya,
atau mereka yang sudah berada dijalan-Nya namun baru masuk satu kaki yaitu mereka yang masuk dalam kategori abangan atau belum
menjalankan agama dengan benar, baik di Indonesia maupun di
seluruh dunia. Hakikat dakwah adalah memanggil atau mengajak
kembali manusia kepada agama. Hal ini karena pada hakikatnya
semua manusia dilahirkan dalam keadaan bertuhan atau beragama,
manusia adalah makhluk religius.20
b. Sedangkan menurut Didin Hafiduddin, menyatakan bahwa dakwah merupakan
suatu proses yang berkesinambungan yang ditangani oleh para pengemban
dakwah untuk mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk ke jalan Allah
SWT, secara bertahap menuju peri kehidupan yang Islami.21
c. Toha Yahya Oemar, mengatakan bahwa dakwah adalah mengajak manusia
dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan
untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka didunia dan akhirat.22
2. Unsur-unsur Dakwah
a. Subyek ( da’i ) dakwah
Subyek dakwah atau da’i yang dimaksud disini adalah orang yang
melaksanakan aktivitas dakwah baik secara lisan, tulisan, ataupun perbuatan, baik
sebagai individu, kelompok, atau berbentuk organisasi atau kelompok.23 Dalam
kegiatan dakwah peranan da’i sangatlah esensial, sebab tanpa adanya da’i ajaran
Islam hanyalah ideologi yang tidak terwujud dalam kehidupan masyarakat.
20
Ki Moesa A. Machfoeld – Nawawi Ismail (peny), Filsafat Dakwah ilmu dakwah dan
penerapannya (Jakarta: Bulan Bintang, 2004) h. 15-16 21
Didin Hafiduddin, Dakwah Aktual (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), h. 77 22
Toha Yahya Omar, Ilmu Dakwah. (Jakarta: Widjaya,1983) h. 41 23 Ali Azis, Moh, Dr. M.Ag, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2004) h.60
“Biar bagaimanapun baiknya ideologi Islam yang harus disebarkan di
masyarakat, ia akan tetap sebagai ide, ia akan tetap sebagai cita-cita yang tidak akan terwujud jika tidak ada manusia yang menyebarkannya.”24
Berhasil tidaknya gerakan dakwah sangat ditentukan oleh kompetensi
seorang da’i, yang dimaksud dengan kompetensi da’i adalah sejumlah
pemahaman, pengetahuan, penghayatan, dan prilaku serta keterampilan yang
harus dimiliki oleh para da’i, oleh karena itu para da’i harus memilikinya, baik
kompetensi substantif maupun kompetensi metodologis:
1. Kompetensi Substantif :
a. Memahami agama Islam secara konverhensif, tepat dan benar.
b. Memiliki al-akhlaq al- kariimah, seorang pribadi yang menyampaikan ajaran
yang mulia, dan mengajak oang menuju kemuliaan, tentula seorang da’i
memiliki akhlaq mulia yang terlihat dalam seluruh aspek kehidupannya,
seorang da’i harus memiliki sifat shiddiq, amanah, sabar, tawaddhu’, adil,
lemah lembut dan selalu ingin meningkatkan kualitas ibadahnya, dan sifat-sifat
mulia lainnya, lebih dari itu kunci utama keberhasilan da’i adalah satu kata dan
perbuatan. Allah mengancam seorang da’i atau siapa saja yang perkatannya
tidak sejalan dengan perbuatannya , atau hanya bisa berkata tapi tidak mau
berbuat. Allah AWT berfirman:
$�L<�'9:�� �ij ldD$%
E%�0��%�� m� � <=����`�" $�� op ���*>.*�?" 1YB � �oq $R�����
.�� rD$% �� E%����`�" $�� op <=�*>.*�?" 12B
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan
sesuatu yang tidak kamu kerjakan, Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa
kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu”. (Q.S. Ash-Shaf 61: 2-3 )25
24 Hamzah Ya’qub, Publistik Islam dan Teknik Dakwah, (Jakarta: Diponegoro, 1998) h. 37
c. Mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan yang relatif luas, yang dimaksud
dengan pengetahuan di sini adalah cakupan ilmu pengetahuan yang paling
tidak terkait dengan pelaksanaan dakwah, antara lain, ilmu bahasa, ilmu
komunikasi, ilmu sosiologi, psikologi dakwah, teknologi informasi baik cetak
maupun elektronik, ilmu patologi sosial dan lain-lain.
d. Memahami hakikat dakwah. Hakikat dakwah pada dasarnya adalah
mengadakan prubahan sesuai dengan al-Qur’an dan al-Hadits, artinya
perubahan yang bersifat normatif, sebagai contoh : Perubahan dari kebodohan
kepada kepintaran, perubahan dari keimanan atau keyakinan yang betul kepada
keyakinan yang benar, dari tidak faham agama Islam menjadi faham Islam,
dari tidak mengamalkan Islam menjadi mengamalkan ajaran Islam, dan Allah
tidak akan memberi petunjuk dan kemudahan kepada manusia untuk dapat
berubah kecuali kalau manusia berjuang dengan keikhlasan, tekat yang kuat,
ikhtiar yang maksimal. Allah berfirman :
sf"� �u:�6Av�.*� w� �� Bix�-
f�.��� �� �� h f ?&>.m
sf�+�y`⌧?��"{ �� � 2!��� rD$% � |=�� dD$% op A�!�� $��
�,�"��- 5c}U.f E% A�!��
$�� �L(~`?+'�- � D%"����
.H%�G� CD$% �,�"��- %☯�F�3^
o⌧"& �H�!�� sf"� 5 $��� I3/"� � ��
h f +3H � � [�%� 1@@B
Artinya: “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah
Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”. (Q.S.
ar-Ra’d 13: 11) 26
25
Yayasan Penyelenggara Penerjemah, alQur’an; hal. 928.
26. Yayasan Penyelenggara Penerjemah, al-Qur’an, h. 370.
e. Mencintai objek dakwah (mad’u) dengan tulus, mencintai mad’u merupakan
salah salah satu modal dasar bagi seorang da’i dalam berdakwah, rasa cinta
dan kasih sayang terhadap mad’u akan membawa ketenangan dalam
berdakwah, seorang da’i harus menyadari bahwa objek dakwah adalah saudara
yang harus dicintai, diselamatkan dan disayangi dalam keadaan apapun,
walaupun dalam keadaan objek dakwah menolak pesan yang disampaikan atau
meremehkan bahkan membeci, kecintaan da’i terhadap mad’u tidak boleh
berubah menjadi kebencian, hati da’i boleh prihatin dan dibalik keprihatinan
tersebut seyogyanya da’i dengan ikhlas hati mendo’akan agar mad’u mendapat
petunjuk dari Allah SWT karena demikian yang telah dipraktekkan oleh
Rasulullah SAW.
f. Mengenal kondisi lingkungan dengan baik. Da’I harus memahami latar
belakang kondisi social, ekonomi, pendidikan, budaya dan berbagai dimensi
problematika objek dakwah, paling tidak mendapat gambaran selintas tentang
kondisi mad’u secara umum, agar pesan dakwah komunikatif atau sesuai
dengan kebutuhan mad’u.
g. Memiliki kejujuran dan rasa ikhlas, karena keihklasan dan kejujuran merupkan
factor yang sangat prinsip, dan menentukan diterimanya amal ibadah oleh
Allah SWT, dan aktifitas dakwah yang dilaksanakan secara ikhlas akan selalu
mendapat pertolongan dari Allah SWT.
2. Kompetensi Metodologis :
a. Da’i atau muballigh harus mampu mengidentifikasi permasalah dakwah yang
dihadapi, yaitu mampu mendiagnosis dan menemukan kondisi objektif
permasalah yang dihadapi oleh objek dakwah.
b. Muballigh harus mampu mencari dan mendapatkan informasi mengenai ciri-
ciri objektif objek dakwah serta kondisi lingkungannya.
c. Berdasarkan informasi yang diperoleh dengan kemampuan pertama dan kedua
di atas seorang da’I akan mampu menyusun langkah-langkah perencanaan bagi
kegiatan dakwah yang dilakukannya.
d. Berkemampuan untuk merealisasikan perencanaan tersebut dalam
melaksanakan kegiatan dakwah. 27
Jadi secara umum yang berperan sebagai pelaku dakwah adalah:
Setiap muslim atau muslimat yang mukallaf (dewasa) – dimana bagi mereka
berkewajiban dakwah merupakan suatu yang melekat tidak terpisahkan dari
misinya sebagai penganut Islam, sesuai dengan perintah “sampaikanlah
walaupun satu ayat” dan secara khusus adalah mereka yang mengambil
keahlian khusus dalam bidang agama Islam, yang dikenal dengan panggilan
ulama.28
b. Obyek dakwah ( mad’u )
Obyek dakwah adalah sasaran dari kegiatan dakwah atau yang dikenal
dengan sebutan mad’u, dalam ilmu komunikasi disebut komunikan, yakni
manusia yang merupakan individu atau bagian dari komunitas tertentu.
“Mempelajari tentang unsur ini merupakan suatu keniscayaan dalam keberhasilan
suatu dakwah.”29
Guna pesan dakwah yang disampaikan dapat berbekas dan
berpengaruh dalam kehidupan individu atau sosial masyarakat.
27
. Pimpinan Pusat Muhammadiyah Majlis Tabligh, Islam Dan Dakwah, Pimpinan Pusat
Muhammadiyah Majlis Tabligh Jogjakarta 1987, h. 137 – 142. 28
Ali Aziz, Ibid, h, 89 29 Faizah, & H. Lalu Muchsin Efendi, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006) h. 70
Menurut Wardi Bachtiar, “Obyek dakwah adalah manusia, baik seorang
atau lebih, yaitu masyarakat. Dalam masyarakat terdapat kelompok-kelompok, lapisan-lapisan, lembaga-lembaga, nilai-nilai, norma-norma, kekuasaan, proses
perubahan”.30
Mad’u atau obyek dakwah terdiri dari berbagai macam golongan manusia,
oleh karenanya menggolongkan mad’u sama dengan menggolongkan manusia itu
sendiri ke dalam profesi, ekonomi, dan seterusnya.
Mad’u yang kita sebut juga sebagai sasaran dakwah, dilihat dari aspek
kelompok masyarakat terbagi menjadi;31
1. Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari segi sosiologis berupa masyarakat
terasing, pedesaan, kota besar dan kecil, serta masyarakat didaerah marginal,
dan kota besar.
2. Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari segi struktur kelembagaan berupa
masyarakat, pemerintah dan keluarga.
3. Sasaran kelompok msyarakat dilihat dari segi sosial kultural berupa golongan
priyai, abangan dan santri. Klasifikasi ini terutama terdapat pada masyarakat
Jawa.
4. Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari segi tingkat usia berupa golongan
anak-anak, remaja dan orang tua.
5. Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari segi tingkat hidup sosial ekonomi
berupa golongan kaya, menengah dan miskin.
6. Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari segi okupasional (profesi dan
pekerjaan) berupa golongan petani, pedagang, seniman, buruh, pegawai negri
dan lain-lain
30
Dr. Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah (Jakarta: Logos, 1997), h.31 31 M. Arifin, Psikologi Dakwah, Suatu Pengantar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), h. 47
Sedangkan Faizah dan Lalu Muchsin dalam bukunya Psikologi Dakwah,
menjelaskan secara psikologis, manusia sebagai obyek dakwah dapat dibedakan
oleh berbagai aspek, yakni:
1. Sifat-sifat kepribadian (personality traits) yaitu adanya sifat manusia yang
penakut, pemarah, ramah, sombong, dan sebagainya
2. Intelegensi (intelegence) yaitu aspek kecerdasan seseorang mencakup
kewaspadaan, kemampuan belajar, kecepatan berpikir, kesanggupan
mengambil keputusan yang tepat dan cepat, kepandaian mengolah kesan-kesan
atau masalah, dan kemampuan mengambil kesimpulan.
3. Pengetahuan (knowledge)
4. Keterampilan (skill)
5. Nilai-nilai (values)
6. Peranan (roles)32
Quraish Shihab menjelaskan, bahwa dalam menjelaskan materi dakwah,
Al-Qur’an terlebih dahulu meletakan prinsip bahwa manusia yang dihadapinya
(mad’u) adalah makhluk yang terdiri dari unsur jasmani, akal dan jiwa, sehingga
ia harus dipandang, dihadapi dan diperlakukan dengan keseluruhan unsur-
unsurnya secara serempak dan simultan, baik dari segi materi maupun waktu
penyajiannya.33
Bentuk dakwah yang efektif adalah dengan memberikan contoh yang baik
atau disebut dengan dakwah bil hal.34
Karena sasaran akan lebih mudah dan lebih
cepat menyerap nilai-nilai Islam melalui contoh-contoh yang konkret. Artinya,
32
Faizah, & H. Lalu Muchsin Efendi, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006) h. 70, h. 72 33
M. Quraish Shihab, Ibid, h. 196 34
Dakwah bil hal adalah bentuk sikap, prilaku dan kegiatan-kegiatan yang nyata yang
interaktif yang mendekatkan masyarakat pada kebutuhannya yang secara langsung atau tidak
langsung dapat mepengaruhi peningkatan kualitas keberagamaan.
pelaku dakwah harus mempunyai prilaku dan sikap yang Islami sesuai dengan
pesan kebajikan yang disampaikannya.35
c. Media dakwah
Media dakwah adalah instrument yang dilalui oleh pesan atau saluran
pesan yang menghubungkan antara dai dan mad’u. Pada prinsipnya dakwah dalam
tataran proses, sama dengan komunikasi, maka media pengantar pesan pun sama.
Media juga merupakan segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat atau
perantara untuk mencapai suatu tujuan tertentu.36
Ada beberapa jenis media komunikasi yang dapat digunakan sebagai
media dakwah, yaitu:37
1. Media visual, yaitu alat komunikasi yan dapat digunakan dengan
memanfaatkan indera penglihatan dalam menagkap datanya. Media visual
meliputi film slide, overhead proyektor, gambar peta dan computer.
2. Media aditif, yaitu alat komunikasi yang berbentuk hasil teknologi canggih
dalam bentuk hardware, media auditif dapat ditangkap melalui indera
pendengaran. Alat-alat ini meliputi radio, tape recorder, dan telefon.
3. Media auditif visual, yaitu perangkat komunikasi yang dapat ditangkap baik
melalui indera pendengaran maupun indera penglihatan. Yang termasuk media
ini adalah film dan televisi video.
35
Dedy Mulyana, Nuansa-Nuansa Komunikasi, Meneropong Politik dan Budaya,
komunikasi msyarakat Kontemporer, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1999), cet Ke-1, h. 55 36
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h.
163 37
M. Bahri Ghazali, Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah, (Jakarta:
CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1997), cet ke-1, h. 33
d. Materi dakwah
Materi dakwah pada dasarnya berasal dari dua sumber, yaitu Al-Quran dan
Al-Hadits, yang merupakan sumber utama ajaran-ajaran Islam. Materi dakwah
tidak bisa terlepas dari dua sumber tersebut. Bahkan bila tidak bersandar dari
keduanya seluruh aktivitas dakwah akan sia-sia dan dilarang oleh syariat Islam.
Kedua, rakyu ulama (pendapat ulama), pemikiran dan penelitian ulama dapat pula
dijadikan sumber materi dakwah asalkan tidak bertentangan dengan Al-Quran dan
Al-Hadits.38
Materi (maddah) dakwah adalah masalah isi pesan atau materi yang
disampaikan kepada mad’u, dalam hal ini adalah ajaran Islam itu sendiri.39
Sedangkan menurut Quraish Shihab, materi dakwah yang dikemukakan dalam al-
Qur’an mencakup tiga masalah pokok yaitu, akidah, akhlak, dan hukum.40
Pada pokoknya, lebih lanjut dijelaskan materi-materi tersebut tercermin
dalam tiga hal:
a. Bagaimana ide-ide agama dipaparkan sehingga dapat mengembangkan gairah
generasi muda untuk mengetahui hakikat-hakikatnya malalui partisi pasi
positif mereka
b. Sumbangan agama ditujukan kepada masyarakat luas yang sedang
membangun, khususnya dibidang sosial, ekonomi, dan budaya
c. Studi tentang dasar-dasar pokok berbagai agama yang dapat menjadi landasan
bersama demi mewujudkan kerjasama antar pemeluk agama tanpa
mengabaikan identitas masing-masing.41
38
Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, h. 63-64 39
Moh. Ali Azis, Ibid, h. 94 40
Moh. Ali Aziz, Ibid, h. 193 41 Moh. Ali Aziz, Ibid, h. 200
Sedangkan materi dakwah menurut Abu Zahrah ada lima hal yang perlu
diperhatikan yaitu:
1. Aqidah Islamiyah, yaitu akidah wahdaniyah (mengesakan Allah)
2. Percaya kepada al-Qur’an bahwa al-Quran itu diturunkan dari Allah dan dapat
melumpuhkan bangsa Arab untuk membuat yang serupa
3. Memiliki hadits-hadits yang dapat membangkitkan semangat taqwa ke dalam
lubuk hati dan menyentuh jiwa, serta perjalanan hidup nabi Muhammad SAW
4. Mengesahkan perjalanan hidup nabi Muhammad SAW
5. Menjelaskan tujuan Islam begi individu dan masyarakat dengan prinsip
menghormati manusia, keadilan hukum diantara manusia, keadilan dalam
bermasyarakat dan bernegara, persamaan dan kemerdekaan, gotong royong
dalam kebaikan dan taqwa, serta melarang gotong royong dalam berbuat dosa
seperti mewujudkan diskriminasi dan saling kenal antara sesama manusia.42
e. Metode dakwah
Metode dakwah ialah ilmu yang mempelajari bagaimana cara
berkomunikasi secara langsung dan mengatasi kendala-kendalanya. Sumber-
sumber pokok metode dakwah yang dijadikan pegangan antara lain Al-Quran,
Hadits, Sirah (sejarah), salafus shalih dari hal sahabat, tabi’in dan Atbaat
Tabi’in.43
Pada prinsipnya metode dakwah berpijak pada dua aktivitas yaitu aktivitas
bahasa lisan atau tulisan dan aktivitas badan. Aktivitas lisan dalam men
42
Abu Zahrah, Ibid, h. 159 43
Said bin Ali Al-Kohtani, Dakwah Islam Dakwah Bijak, (Jakarta: Gema Insani Press,
1994), cet ke-1, h. 9
yampaikan pesan dapat berupa metode ceramah, diskusi, dialog, petuah, nasehat,
wasiat, ta’lim, peringatan, dan lain-lain. Aktivitas tulisan berupa penyampaian
pesan dakwah melalui berbagai media massa cetak (buku, majalah, koran,
pamflet, dan lain-lain). Aktivitas badan dalam menyampaikan pesan dakwah dapat
berupa berbagai aksi amal sholeh contohnya tolong-menolong melalui materi,
lingkungan, penataan organisasi atau lembaga-lembaga keislaman.
Quraiys Shihab menjelaskan tentang pembagian metode dakwah yang
terdapat dalam surat An-Nahl 125 adalah sebagai berikut:
1. Metode hikmah
Metode ini sasarannya adalah orang-orang yang berpendidikan. Terhadap
mereka harus dengan ucapan yang tepat, logis, diiringi dengan dalil-dalil yang
sifatnya memperjelas bagi kebenaran yang disampaikan, sehingga
menghilangkan keraguan mereka. Untuk itu diharapkan bahwa ucapan
dihadapan mereka itu benar-benar sesuai dengan daya piker mereka, yakni
jelas, tepat, tegas, dan ringkas.
2. Metode mau’idzah hasanah
Sasaran metode ini adalah orang-orang awam, materi yang akan dismapaikan
kepada mereka harus sesuai dengan daya tangkap mereka. Dihadapan mereka
penyesuaian kata-kata harus logis dan mudah difahami.
3. Metode mujadalah
Bentuk metode ini adalah golongan menengah. Sebaiknya mereka diajak
dialog atau bertukar fikiran. Seorang da’i dituntut untuk menghargai pendapat
mereka, berdialog tersebut harus memberikan kepuasan terhadap lawan
dialog.44
Dapat difahami bahwa metode dakwah adalah cara bagaimana seorang
da’i bisa menempatkan posisi ketika menyampaikan pesan-pesan dakwah sesuia
dengan pendengar(mad’u) yang sedang dan akan dihadapi. Oleh karena itu,
seorang da’i diharapkan dapat mengetahui latar belakang mad’u sebelum
menampaikan materinya.
f. Tujuan Dakwah
Dakwah yang diinginkan dan yang wajib bagi kaum muslimin untuk
mengamalkannya adalah dakwah yang bertujuan dan berorientasi pada:
1. Membangun masyarakat Islam, sebagaimana Rasul Allah, yang memulai
dakwahnya dikalangan masyarakt jahiliyah. Mereka mengajak manusia untuk
memeluk agama Allah SWT, menyampaikan wahyu-Nya kepada kaumnya
dan memperingatkan mereka dari syirik.
2. Dakwah dengan melakukan perbaikan pada masyarakat Islam yang terkena
musibah seperti penyimpangan dan berbagai kemungkaran, serta pengabaian
masyarakat tersebut terhadap segenap kewajiban.
3. Memelihara kelangsungan dakwah dikalangan masyarakat yang telah
berpegang pada kebenaran melalui pengajaran secara terus-menerus,
pengingatan, penyucian jiwa dan pendidikan.45
Menurut Jamaluddin Kafie, yang dimaksud dengan hal tujuan dakwah
adalah sebagai berikut:
44
Al-Wisral Imam Zaidallah, Strategi Dakwah, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), cet ke-1, h.
73-75 45 Ali Aziz, Fiqh Dakwah, h. 29
1. Tujuan utama dari dakwah itu adalah untuk membangun akhlak seseorang,
akhlak masyarakat, akhlak Negara dan akhlak manusia.
2. Tujuan hakiki dari dakwah adalah untuk mengenal Tuhan dan mempercayai-
Nya sekaligus mengikuti jalan-Nya.
3. Tujuan umum dari dakwah adalah untuk menyeru manusia agar
mengindahkan seruan Allah serta memenuhi panggilan-Nya di dunia dan
akhirat.
4. Tujuan khusus dari dakwah adalah menginginkan dan berusaha bagaimana
membentuk suatu tatanan masyarakat Islam yang utuh.
5. Tujuan urgen dari dakwah adalah agar tingkah laku manusia yang berakhlak
secara mulia dan dapat eksis dan tercermin dalam fakta hidup dan
lingkungannya serta dapat mempengaruhi pikirannya.
6. Tujuan insidental dari dakwah adalah untuk meringankan beban manusia
dengan jalan memberikan pemecahan permasalahan yang sedang berkembang
atau memberikan jawaban atas berbagai persoalan hidup.
7. Tujuan final dari dakwah adalah amar makruf nahi mungkar.46
Pemahaman tentang tujuan dakwah dapat difahami sebagai usaha
bagaimana membentuk masyarakat yang aman, damai, dan sejahtera serta
toleransi dan saling tolong menolong dalam hal kebaikan. Sehingga memperoleh
tatanan masyarakat sebagai prediket umat terbaik yang sesuai dengan nilai-nilai
Islam. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu perjuangan yang berkesinambungan,
karena Islam tidak akan membiarkan umatnya sendiri tidak peduli terhadap
perjalanan dakwah di muka bumi ini.
46 Jamaluddin Kafie, Psikologi Dakwah, (Surabaya: Indah, 1993), h. 67
C. Pengamalan Ibadah dan Ruang Lingkupnya
1. Pengertian Pengamalan Ibadah
Pengamalan kata dasar nya adalah “amal” yang berarti perbuatan yang
baik. Kata “amal” itu sendiri mendapatkan awalan “peng” dan akhiran “an”
menjadi pengamalan yang berarti hal, cara, hasil atau proses kerja
mengamalkan.47
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, pengamalan adalah
proses, cara, perbuatan mengamalkan, melaksanakan, pelaksanaan, penerapan.48
Sedangkan ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta
tunduk. Sedangkan menurut istilah (terminologi), ibadah adalah kepatuhan atau
ketundukan pada Dzat yang memiliki puncak keagungan yaitu Tuhan Yang Maha
Esa. Ibadah mencakup segala bentuk perbuatan dan perkataan yang dilakukan
pada setiap mukmin muslim dengan tujuan untuk mencari keridhhaan Allah SWT.
Selain definisi diatas, ibadah juga mempunyai beberapa definisi antara
lain:
a. Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui
lisan para Rasul-Nya.
b. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan
tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang
paling tinggi.
47
Js. Badudu, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, 1994),
cet ke-1, h. 40 48
Pusat Bahasa Depdiknas, “ Kamus Besar Bahasa Indonesia” (Jakarta: Balai Pustaka,
2001), edisi III hlm. 34
c. Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai
Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun
yang bathin. 49
Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa pengamalan ibadah adalah
proses dari suatu prilaku dalam mengamalkan perbuatan-perbuatan yang sesuai
dengan ajaran Islam sebagai bukti ketaatan kepada Allah SWT, yang disadari
dengan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
2. Bentuk-bentuk Ibadah
Ibadah pada dasarnya mencakup seluruh aspek kehidupan manusia
sebagaimana yang disyariatkan dalam Islam. Itulah yang kita amalkan dalam
hidup kita sehari-hari asalkan tidak bertentangan dengan Al Quran dan Sunnah.
Allah SWT, menginginkan segala yang kita lakukan dalam hidup menjadi ibadah,
yaitu cara kita berpakaian, cara kita mengatur rumah tangga, bentuk perjuangan
kita, pergaulan kita, percakapan dan perbincangan kita, semuanya menjadi ibadah,
sekalipun kita berdiam diri juga dapat berbentuk ibadah.
Di samping itu aspek-aspek lain seperti pendidikan dan pelajaran,
perekonomian dan cara-cara menjalankan ekonomi, soal-soal kenegaraan dan
hubungan antar bangsa pun, semua itu mesti menjadi ibadah kita kepada Allah
SWT. Itulah yang dikatakan ibadah dalam seluruh aspek kehidupan kita baik yang
lahir maupun yang batin.
Menurut Abdul Rahman Ritonga dalam bukunya “Fiqh Ibadah”, ditinjau
dari segi bentuknya, ibadah dibagi menjadi dua macam, yaitu: 50
49 H. Baihaqi A,K, “Fiqh Ibadah”, (Bandung; Mas Bandung, 1996), cet-ke1, hlm. 31
a. Ibadah Khasshah adalah ibadah yang ketentuan dan cara pelaksanaannya
secara khusus ditetapkan oleh Nash al-Qur’an dan Hadist. Seperti sholat, zakat,
puasa, dan haji.
b. Ibadah ‘Ammah adalah semua perbuatan yang dilakukan dengan niat baik dan
semata-mata karna Allah SWT. Seperti makan dan minum, amar makruf nahi
munkar, berlaku adil, berbuat baik kepada orang dan sebagainya.
Sedangkan menurut Al-Habsy dan Muhammad baqir, ibadah menurut
bentuk dan pengamalannya terdiri dari: 51
a. Ibadah yang terdiri atas perbuatan yang atau ucapan lidah seperti berzikir,
bertasbih, bertauhid, bertahlil, bersholawat, dan sebagainya.
b. Ibadah yang terinci perkataan dan perbuatanya, seperti sholat, zakat, puasa dan
haji.
c. Ibadah yang tidak ditentukan teknik pelaksanaannya seperti menolong orang
lain, berjihad, membela diri, mendirikan madras an atau yayasan, masjid,
rumah sakit, dan sebagainya.
d. Ibadah yang bentuk pelaksanaannya menahan diri seperti puasa, ihram dan
i’tikaf.
e. Ibadah yang bentuknya menggugurkan hak seperti membebaskan seorang dari
kewajiban membayar hutang, memaafkan kesalahan dan sebagainya.
Ibadah dalam Islam adalah bentuk perbuatan tertentu yang telah digariskan
dalam Islam sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, bentuk
50
A. Rahman Ritonga, M.A, “Fiqh Ibadah” , (Jakarta: Gaya Media Pratama: 2002), cet
ke-2 hlm. 62 51
Al-Habsy dan Muhammad Baqir, “Fiqh Praktis Menurut Al-qur’an, As-sunnah dan
Pendapat Ulama”, (Bandung: Mizan, 1999) cet ke-4, hlm. 27
peribadatan tersebut telah ditentukan waktunya, pelaksanaannya, dan tata caranya.
Yang dimaksud ibadah-ibadah tersebut adalah sholat, zakat, puasa dan haji.
Sebagaimana muslim pada umumnya, kelompok tuna netra juga
mempunyai kewajiban yang sama dalam pelaksanaan ibadah tersebut. Tidak ada
perbedaan dalam pelaksanaannya maupun tata caranya. Maka dari itu peneliti
dalam melakukan penelitian ini memfokuskan diri pada pengamalan ibadah dan
aktivitas dakwah lainnya yang dilakukan oleh Yayasan Khazanah Kebajikan.
D. Tuna Netra
1. Pengertian Tuna Netra
Secara etimologi kata tunanetra berasal dari tuna yang berarti rusak, dan
netra yang berarti mata atau penglihatan. Tunanetra adalah seseorang yang
memiliki hambatan dalam penglihatan atau tidak berfungsinya indera penglihatan.
Sedangkan menurut istilah, dalam hal ini pemerintah menyatakan bahwa
yang dimaksud dengan tuna netra adalah: seorang yang menurut ilmu kedokteran
dinyatakan mempunyai kelainan fisik atau mental. Yang oleh karenanya
merupakan hambatan atau rintangan untuk melakukan kegiatan sebagaimana
mestinya. 52
a. Penyebab Ketunanetraaan
Menurut Sidharta Ilyas, ada beberapa faktor yang menjadi penyebab
ketunanetraan yaitu: 53
52
Sekeretariat Negara RI peraturan pemerintah 36/1980 tentang usaha kesejahteraan sosial bagi
penderita cacat, Penjelasan pasal demi pasal, h 1 53
Sidharta Ilyas, Prof. Dr, Penuntun Ilmu Penyakit Mata, (Jakarta: Fakultas Kedokteran UI, 1998),
h. 50
1. Keturunan
Ketunanetraan yang disebabkan oleh faktor keturunan terjadi dari hasil
perkawinan bersaudara, sesama tunanetra atau mempunyai orang tua yang
tunanetra. Ketunanetraan akibat faktor keturunan antara lain Retinitis Pigmentosa,
penyakit pada retina yang umumnya merupakan keturunan. Penyakit ini sedikit
demi sedikit menyebabkan mundur atau memburuknya retina. Gejala pertama
biasanya sukar melihat di malam hari, diikuti dengan hilangnya penglihatan
periferal, dan sedikit saja penglihatan pusat yang tertinggal.
2. Penyakit
Ada beberapa penyakit yang menyebabkan seseorang dapat mengalami
kebutaan, antara lain:
a. Xeropthalmia, yakni penyakit mata karena kekurangan vitamin A.
b. Trachoma, yaitu penyakit mata karena virus chilimidezoon
trachomanis.
c. Catarac, yaitu penyakit mata yang menyerang bola mata sehingga
lensa mata menjadi keruh, akibatnya terlihat dari luar mata menjadi
putih.
d. Glaucoma, yaitu penyakit mata karena bertambahnya cairan dalam
bola mata, sehingga tekanan pada bola mata meningkat.
e. Diabetik Retinopathy, adalah gangguan pada retina yang disebabkan
karena diabetis. Retina penuh dengan pembuluh-pembuluh darah dan
dapat dipengaruhi oleh kerusakan sistem sirkulasi hingga merusak
penglihatan.
f. Macular Degeneration, adalah kondisi umum yang agak baik,
dimana daerah tengah dari retina secara berangsur memburuk. Anak
dengan retina degenerasi masih memiliki penglihatan perifer akan
tetapi kehilangan kemampuan untuk melihat secara jelas objek-objek
di bagian tengah bidang penglihatan.
g. Retinopathy of prematurity, biasanya anak yang mengalami ini
karena lahirnya terlalu prematur. Pada saat lahir masih memiliki
potensi penglihatan yang normal. Bayi yang dilahirkan prematur
biasanya ditempatkan pada inkubator yang berisi oksigen dengan
kadar tinggi, sehingga pada saat bayi dikeluarkan dari inkubator
terjadi perubahan kadar oksigen yang dapat menyebabkan
pertumbuhan pembuluh darah menjadi tidak normal dan
meninggalkan semacam bekas luka pada jaringan mata. Peristiwa ini
sering menimbulkan kerusakan pada selaput jala (retina) dan
tunanetra total.
3. Pertumbuhan dalam masa kandungan
Penyebab ketunanetraan yang disebabkan proses pertumbuhan dalam masa
kandungan antara lain:
a. Gangguan waktu ibu hamil.
b. Penyakit menahun seperti TBC, sehingga merusak sel-sel darah
tertentu selama pertumbuhan janin dalam kandungan.
c. Infeksi atau luka yang dialami oleh ibu hamil akibat terkena rubella
atau cacar air, dapat menyebabkan kerusakan pada mata, telinga,
jantung dan sistem susunan saraf pusat pada janin yang sedang
berkembang.
d. Infeksi karena penyakit kotor, toxoplasmosis, trachoma dan tumor.
Tumor dapat terjadi pada otak yang berhubungan dengan indera
penglihatan atau pada bola mata itu sendiri.
b. Karakteristik Tunanetra
Karakteristik tunanetra secara garis besar dapat dilihat dari beberapa aspek
antara lain:
1. Akademis
Pada umumnya tunanetra menyimpan pengalaman-pengalaman
khusus seperti halnya orang awas, namun pengalaman-pengalaman
tersebut kurang terintegrasikan. Tunanetra juga mendapatkan angka
yang hampir sama dengan orang awas, dalam hal berhitung, informasi,
dan kosakata, tetapi kurang baik dalam hal pemahaman
(comprehention) dan persamaan. Kosa kata tunanetra cenderung
merupakan kata-kata yang definitif.
2. Pribadi dan sosial
Ketunanetraan tidak secara langsung menyebabkan timbulnya masalah
kepribadian. Masalah kepribadian cenderung diakibatkan oleh sikap
negatif yang diterima tunanetra dari lingkungan sosialnya. tunanetra
mengalami kesulitan dalam menguasai keterampilan sosial, karena
keterampilan tersebut biasanya diperoleh individu melalui model atau
contoh perilaku dan umpan balik melalui penglihatan. Beberapa
karakteristik sebagai akibat langsung maupun tidak langsung dari
ketunanetraannya, adalah curiga terhadap orang lain, mudah
tersinggung, dan ketergantungan pada orang lain.
3. Mental dan intelektual
Intelektual atau kecerdasan penderita tunanetra umumnya tidak
berbeda jauh dengan orang normal atau awas. Kecenderungan IQ
penderita tunanetra ada pada batas atas sampai batas bawah, jadi ada
orang yang sangat pintar, cukup pintar dan ada yang kurang pintar.
Intelegensi mereka lengkap yakni memiliki kemampuan dedikasi,
analogi, asosiasi dan sebagainya. Mereka juga punya emosi negatif dan
positif, seperti sedih, gembira, punya rasa benci, kecewa, gelisah,
bahagia dan sebagainya. 54
c. Masalah-masalah Yang Dihadapi Tuna Netra
Berikut beberapa permasalahan-permasalahan yang dihadapi penyandang
cacat tunanetra antara lain:
1. Rasa rendah diri yang disebabkan bahwa mereka tidak memiliki
kesempurnaan penglihatan sebagaimana orang lain pada umumnya.
2. Taraf kehidupan yang menyulitkan mereka untuk aktif dalam kehidupan
kemasyarakatan.
3. Belum memiliki kesempatan yang cukup untuk mendapatkan pendidikan dan
rehabilitasi yang tepat.
4. Tidak memiliki kontrol langsung dengan lingkungannya sehingga tidak dapat
mengetahui apa yang ada disekelilingnya.
54
Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Pelayanan Pendidikan Terpadu bagi anak
berkebutuhan Khusus dan Berkesulitan Belajar. (Jakarta: 2002), h. 19
5. Tidak memiliki latar belakang penglihatan (visual background), inilah yang
menyebabkan penyandang cacat netra berprilaku terlalu hati-hati penuh
kecurigaan dan sebagainya.
6. Sulit untuk pergi atau berjalan sendiri, dalam hal ini tuna netra harus pandai
menggunakan tongkat, juga harus mengerti tanda-tanda yang baku untuk
menuju kesuatu tempat.
7. Merasa tidak lagi memiliki kebebasan pribadi, hidup selalu bergantung pada
orang lain.55
55 Sodjadi SO, Pendidikan Bagi Anak-anak Cacat Netra Sebelum Sekolah, (Jakarta: Pustaka Dian,
BAB III
GAMBARAN UMUM YAYASAN KHAZANAH KEBAJIKAN
A. Latar Belakang Berdirinya Yayasan Khazanah Kebajikan dan
Perkembangannya
1. Latar Belakang Berdirinya
Yayasan Khazanah Kebajikan (YKK) adalah lembaga sosial keagamaan
yang mengasuh dan mendidik anak-anak yatim piatu, yatim, fakir miskin, janda
dan manula. Secara khusus, Yayasan Khazanah Kebajikan nampak sebuah panti
asuhan dan pondok pesantren yang bergerak di bidang sosial, pendidikan dan
ekonomi umat. Ciri khas Yayasan Khazanah Kebajikan berupa budaya shalat
tahajjud, kajian al-Qur’an, penerimaan dan penyaluran zakat, infaq dan shodaqah,
pengasuhan kaum lemah dalam asrama dan pendidikan untuk siswa dan
mahasiswa berekonomi lemah.
Yayasan Khazanah Kebajikan berdiri pada tanggal 5 November 1992 di
Pisangan Ciputat Tangerang Banten. Dewan pendirinya adalah Drs. H. Marzuki
Usman, MA, Drs. H. Nadjmuddin Siddiq, Ir. H. Iskandar Ismail dan Hj. Aswarni
Usman.YKK didirikan sebagai bentuk kepedulian sosial warga untuk membantu
kaum dhuafa dan untuk membendung gerakan “misionaris” di sekitar Pisangan
dan Pondok Cabe Ilir.56
Pengurus YKK pertama kali mengambil dan mengasuh 16 anak yatim dan
fakir miskin dari warga sekitar Pisangan dan Pondok Cabe Ilir untuk dididik dan
disantuni. Sentral kegiatannya pada waktu itu berada di Masjid Al-A’raaf Bukit
Cirendeu. Dalam perkembangannya, YKK sekarang telah mengasuh 430 anak
56 Yayasan Khazanah Kebajikan, Jendela Informasi, Ciputat, 1998, hlm 4
yatim dan fakir miskin dari berbagai macam daerah di Indonesia. YKK juga telah
membina 400 orang jama’ah lansia dan dhu’afa serta 52 orang tuna netra dhuafa.
Di samping itu, Yayasan Khazanah Kebajikan samapai saat ini telah
mendirikan 8 cabang. Selama ini biaya operasional yang terdiri dari biaya makan
sehari-hari, biaya pendidikan, biaya kesehatan, dan keperluan lainnya, YKK
mendapat bantuan dari masyarakat umum yang harus dijemput dan diusahakan,
disamping ada sebagian kecil yang menjadi donatur tetap. Untuk menangani
masalah kesehatan, pada bulan Juni 2005, YKK telah memiliki Balai Pengobatan
Kesehatan (Klinik Khazanah Kebajikan) yang menangani biaya pengobatan
secara gratis (tanpa dipungut biaya) bagi anak-anak asuh, jama’ah lansia dan
dhuafa, serta masyarakat tak mampu lainnya.
Kini Yayasan Khazanah Kebajikan telah berkembang dan dikenal
masyarakat sebagai lembaga sosial keagamaan yang mengasuh anak-anak yatim,
fakir miskin, janda, lanjut usia hingga kaum tuna netra dan lembaga yang aktif
dalam pengkajian, penghayatan dan pengamalan al-Qur’an serta lembaga yang
yang menyebarluaskan infaq, shadaqah dan cinta kaum dhua’fa.57
B. Visi dan Misi Yayasan Khazanah Kebajikan
1. Visi
Menjadi yayasan penggerak ibadah dan peningkatan ekonomi umat
menuju masyarakat Islami yang adil, makmur dan sejahtera.
2. Misi
a. Membumikan Al-Qur’an dalam kehidupan bermasyarakat (Budaya
Qur’ani)
b. Membudayakan gemar berderma (ZIS) dan shalat tahajjud
57 Yayasan Khazanah Kebajikan, Jendela Informasi, Ciputat, 1998, hlm 2
c. Mengangkat harkat derajat kaum lemah
d. Mengembangkan sumber daya manusia yang beriman dan bertaqwa
serta berilmu pengetahuan dan teknoloi tinggi
e. Meningkatkan peran serta mesyarkat dalam membangun ekonomi
ummat58
f. Mengajak ummat Islam agar melaksanan Al-Qur’an sesuai dengan
ajaran-Nya dan mengikuti sunnah Rasulullah
g. Melaksanakan kegiatan usaha dalam rangka memakmurkan masjid dan
musholla
h. Menyantuni anak yatim piatu, yatim dan fakir miskin
i. Mengangkat harkat derajat kaum lemah
j. Berperan aktif membantu Negara dalam mencerdaskan kehidupan
bangsa.
C. Struktur Kepengurusan Yayasan Khazanah Kebajikan
Mengenai struktur kepengurusan Yayasan Khazanah Kebajikan terdiri
dari:
Dewan pendiri : Drs. Marzuki Usman, MA
Hj. Aswani Usman
Drs. H. Najmuddin Siddik
Ir. H. Iskandar Ismail
Drs. H. Ahmad Djunaedi
Penasehat: : Drs. Marzuki Usman. MA
Drs. H. Ahmad Djunaedi
Drs. H. Winarto
58 Pasal 4 tentang Visi dan Misi pada Akta Yayasan Khazanah Kebajikan.
Drs. H. Karnaen Purwata
Ketua: : Drs. Najmuddin Siddik
Wakil Ketua : Ir. H. Iskandar Ismail
Drs. H. Burhan Bustomi
Sekretaris : Drs. H. Koeswardi Usman
H. M. Fathoni Asyari S.Ag
Bendahara : Hj. Ida Yufina Iskandar
H. Ahmad Dahiri
Tim Evaluasi : Seluruh badan pengurus dan ketua
Bidang Pendidikan : Drs. Aminuddin
Bidang Dakwah : Abdul Ghafur S.Ag
Bidang Rumah Tangga : Jamsinah
Bidang Pembangunan dan Perawatan : Sadiyo Hadi Sasetyo
Bidang Kebersihan dan Transportasi : Adli Akhyar
Bidang Keamanan : Sanusi Shiddiq
Bidang Lembaga Pendidikan Intensif : Drs. Fairuz Fuadi
Bimbingan Intensif Ibadah dan Qiro’ah : Abdul Basyir S.Ag
Taman Kanak-Kanak Al-Qur’an : Suratmi S.Ag
Lembaga Bina Bahasa Asing : H. M. Fathoni Ashari
Bidang Forum Kajian Al-Qur’an : Neng Zainab
Majlis Taklim : H. Ahmad Dahiri
Minimarket : Zulakrnaen
Penyewaan : Zulakrnaen
D. Lembaga Intra dan Program Kegiatan Yayasan Khazanah Kebajikan
Yayasan Khazanah Kebajikan merupakan lembaga sosial yang tidak hanya
bergerak pada bidang agama, namun bergerak juga dalam bidang pendidikan dan
ekonomi. Terbukti dengan adanya sebuah lembaga pendidikan dan badan usaha
milik Yayasan Khazanah Kebajikan. Diantara lembaga intra Yayasan Khazanah
Kebajikan adalah:
a. Sekolah Dasar Islam (SDI) berdiri tahun 2000
b. Madarasah Tsanawiyah (MTs) berdiri tahun 1999
c. Madrasah Aliyah (MA) berdiri tahun 2005
d. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berdiri 1998
e. Akademi Bahasa Asing (ABA) Diploma 3 Bahasa Inggris berdiri tahun
2000
f. Lembaga Pendidikan Intensif Khazanah Kebajikan (LIPKK) – Kursus
Bahasa Inggris, Bahasa Arab dan Matematika berdiri tahun 1997
g. Bimbingan Intensif Al-Qur’an dan Ibadah (BIQI) – Baca Tulis Iqra dan
Al-Qur’an serta Bimbingan Ibadah berdiri tahun 1994
h. Forum Kajian Al-Qur’an (FKA) berdiri tahun 1994
i. Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren) berdiri tahun 2004
j. Balai Pengobatan Klinik Khazanah Kebajikan berdiri tahun 2005
Adapun program-program kegiatan Yayasan Khazanah Kebajikan adalah:
1. Program Pendidikan
a. Membumikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup dan kehidupan
b. Mendidik anak untuk siap berkarya nyata dalam mesyarakat dengan
mensinergikan pendidikan agama dan umum
c. Memberdayakan lembaga pendidikan intra YKK semaksimal mungkin
agar berdaya guna dan berdimensi luas
2. Program Kesehatan
a. Pelayanan kesehatan untuk santri, manula, tukang becak, tukang ojek dan
masyarakat umum
b. Medical chek up
c. Khitanan massal
d. Pemeriksaan dan pengobatan gratis
e. Pelayanan kesehatah keliling
f. Penyuluhan kesehatan
3. Program Sosial
a. Santunan manula, becak dan ojek tiap hari jum’at, sabtu dan minggu
b. Buka sahur bersama tiap ramadhan
c. Zakat, infaq dan shadaqah
d. Pulang bersama idul fitri
4. Program Dakwah
a. Kajian al-Qur’an malam sabtu dan minggu
b. Pengajian tukang becak dan ojek
c. Pelatihan pidato tiga bahasa (Arab, Inggris, Indonesia)
d. Pengajian manula dan tuna netra
e. Dakwah keliling di masyarakat
f. Peringatan hari-hari besar Islam
g. Dialog keagamaan
5. Program Rumah Tangga
a. Kegiatan Harian
1) Shalat Tahajjud
2) Shalat Subuh
3) Istirahat, mandi dan makan pagi
4) Belajar di sekolah
5) Shalat Dhuha
6) Shalat Dzuhur
7) Makan sian dan istirahat
8) Shalat ashar
9) Kursus Bahasa Inggris, Arab dan Matematika
10) Shalat maghrib
11) Mengaji al-Qur’an dan iqra
12) Shalat isya’
13) Makan malam
14) Belajar
15) Istirahat.
b. Kegiatan Mingguan
1) Santuan jum’at setelah shalat jum’at
2) Santunan sabtu setelah shalat subuh
3) Santunan minggu setelah shalat subuh
4) Kajian al-Qur’an malam minggu
5) Senam dan olah raga minggu pagi
6) Acara bebas.
c. Kegiatan Bulanan
1) Acara hari besar Islam
2) Kajian al-Qur’an dan tahajjud di rumah hamba Allah
3) Check up bagi warga YKK
4) Pembagian alat mandi dan kesehatan.
d. Kegiatan Tahunan
1) Pulang kampung bersama
2) Pembagian pakaian
3) General check up santri baru
4) Perlombaan olah raga
5) Rekreasi
6) Rapat umum tahunan.
e. Kegiatan Umum
Acara keluarga donator dan simpatisan, warga YKK siap mengisi
acara-acara khusus seperti: do’a bersama, shalat tahajjud, launching dan
lain-lain.
Warga Yayasan Khazanah Kebajikan juga menerima acara khusus
di Yayasan Khazanah Kebajikan apabila donator dan simpatisan
menghendakinya, semua kegiatan ini dapat diikuti oleh masyarakat untuk
menciptakan ukhuwah Islamiyah yang kokoh dan berdimensi luas. Warga
YKK selalu terbuka untuk bekerja memajukan masyarakat, bangsa dan
negara.59
E. Sekilas Tentang Kelompok Tuna Netra Yayasan Khazanah Kebajikan
Yayasan Khazanah Kebajikan dalam perkembangannya, mendapatkan
respon positif dari masyarakat sekitar. Sesuai dengan visi dan misinya, Yayasan
Khazanah Kebajikan ingin mengangkat harkat dan derajat kaum lemah seperti
penyandang cacat tuna netra.
59
Proyek Proposal Yayasan Khazanah Kebajikan, Bangkit Bersama Dhuafa 2008, cet ke-1,
h. 8
Dalam perkembangannya, YKK sekarang telah mengasuh 430 anak yatim
dan fakir miskin dari berbagai macam daerah di Indonesia. Yayasan Khazanah
Kebajikan juga telah membina 400 orang jama’ah lansia dan dhu’afa serta 52
orang tuna netra dhuafa. Semuanya berasal dari sekitar lingkungan Yayasan
Khazanah Kebajikan yaitu Desa Pisangan Ciputat, dan ada juga beberapa orang
yang berasal dari berbagai wilayah seperti jawa.
Dalam aktivitasnya, kelompok tuna netra tidak hanya diberikan
pengetahuan keagamaan. Akan tetapi kelompok tuna netra Yayasan Khazanah
Kebajikan juga di berikan keterampilan-keterampilan yang menunjang mereka
untuk dapat lebih berkarya di kemudian hari.
Yayasan Khazanah Kebajikan berkembang dan dikenal masyarakat
sebagai lembaga sosial kemasyarakatan yang mengasuh anak-anak yatim, fakir
miskin, janda, lanjut usia hingga kelompok tuna netra dan lembaga yang aktif
dalam pengkajian, penghayatan dan pengamalan al-Qur’an serta lembaga yang
yang menyebarluaskan infaq, shadaqah dan cinta kaum dhua’fa.
Yayasan Khazanah Kebajikan juga secara rutin memberikan santunan
kepada kelompok tuna netra, sebagai wujud kepedulian Yayasan Khazanah
Kebajkan terhadap kaum lemah khususnya penyandang cacat tuna netra.
BAB IV
PERAN DAKWAH YAYASAN KHAZANAH KEBAJIKAN DALAM
MENINGKATKAN PENGAMALAN IBADAH KELOMPOK TUNA
NETRA DESA PISANGAN CIPUTAT
A. Aktivitas Dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan Dalam Meningkatkan
Pengamalan Ibadah Kelompok Tuna Netra
Pada dasarnya aktivitas dakwah yang dilaksanakan Yayasan Khazanah
Kebajikan semuanya berorientasi pada peningkatan kualitas iman dan taqwa
kepada Allah SWT, juga pada upayanya untuk menambah cakrawala berfikir
orang-orang yang dibinanya. Sehingga pada akhirnya mereka tersebut diharapkan
memiliki kepribadian yang kokoh, yang didukung oleh landasan keimanan dan
ketakwaan yang kukuh dan tidak pula tertinggal dari ilmu pengetahuan.
Aktivitas dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan, semuanya bersumber dan
berpegang teguh pada pedoman al-Qur’an dan Hadist sebagai landasan utama
dalam dakwahnya.
Adapun aktivitas dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan adalah :
1. Mengadakan Pengajaran dengan Metode Mauidzah (nasihat).
a. Cara pelaksanaan Metode mauidzah (nasihat)
Metode dakwah ini digunakan terhadap mad’u yang kapasitas
intelektual dan pemikiran serta pengalaman spiritualnya tergolong
kelompok awam. Sehingga dalam konteks ini, pengajar berperan sebagai
pembimbing, teman dekat dan akrab, menyayangi dan memberikan segala
yang bermanfaat serta membahagiakan jama’ahnya. Metode dengan
pendekatan mauidzah atau nasehat perlu memperhatikan faktor-faktor
sebagai berikut: tutur kata yang lembut sehingga akan terkesan dihati
sanubari jama’ahnya, menghindari sikap sinis dan kasar, serta tidak
menyebut-nyebut kesalahan atau sikap menghakimi orang yang diajak
bicara.
Metode pengajaran seperti ini, dirasakan cukup efektif
dilaksanakan oleh Yayasan Khazanah Kebajikan. Metode mauidzah
melakukan pendekatan secara persuasif kepada jama'ahya dengan
memberikan nasehat-nasehat yang bersentuhan langsung dengan kondisi
jamaahnya.
Metode Mauidzah atau nasihat itu sendiri dilakukan ba'da shalat
isya' berjama'ah, tepatnya pada pukul 20.00 yaitu setelah imam
memimpin shalat isya berjama'ah, kemudian para jama’ah tidak langsung
meninggalkan tempat. Akan tetapi mereka diwajibkan duduk pada posisi
semula untuk mendengarkan nasihat. Imam kemudian memberikan
mauidzah-mauidzah berupa ceramah agama yang temanya berkaitan
dengan kondisi jama'ahnya.
Adapun metode dalam mauidzah (menasihati), yang diterapkan di
Yayasan Khazanah Kebajikan adalah sebagai berikut:
1. Rayuan dalam nasehat, seperti memuji kebaikan, dengan tujuan agar
lebih meningkatkan kualitas ibadahnya, dengan mengabaikan
membicarakan keburukannya.
2. Menyebutkan tokoh-tokoh agung umat Islam masa lalu, sehingga
membangkitkan semangat untuk mengikuti jejak mereka.
3. Membangkitkan semangat dan kehormatan penyandang cacat tuna
netra.
4. Sengaja menyampaikan nasehat di tengah mereka.60
b. Waktu dan tempat pelaksanaannya
Dalam pelaksanaannya, waktu pelaksanaannya adalah setiap hari
jum’at (jum’at malam) ba'da shalat isya' berjama'ah yang bertempat di
Yayasan Khazanah Kebajikan.
c. Materi-materi yang disampaikan
Materi dakwah yang disampaikan, mulai dari aspek materi
‘ubudiyah atau ukhrawi ke materi dakwah yang bersifat sosial.
Materi yang disampaikan adalah hal-hal yang berkaitan dengan
ibadah dan adab dalam kehidupan sehari-hari, seperti cara sholat, cara
puasa, akhlaq dan dan lain-lain.
d. Pemberi mauidzah dan pesertanya
Pemberi materi mauidzah adalah tenaga pengajar, dan para
pesertanya adalah kelompok tuna netra dan anak-anak asuh Yayasan
Khazanah Kebajikan.
2. Mengadakan Pengajaran dengan Metode Keteladanan
a. Cara pelaksanaan Metode Keteladanan
Pada dasarnya dakwah Islam merupakan aktualisasi Iman yang
dimanifestasikan dalam suatu sistem kegiatan tertentu, yang dilakukan
secara teratur untuk mempengaruhi cara merasa, berfikir, bersikap dan
60
Program Kegiatan Yayasan Khazanah Kebajikan, Bangkit Bersama Dhuafa 2008, cet ke-
1, h. 8
bertindak manusia pada dataran kenyataan individual dan sosio kultural,
dalam rangka mengusahakan terwujudnya ajaran Islam dalam semua segi
kehidupan dan menggunakan cara tertentu.
Dalam pengamatan penulis selama ini, perlu adanya suatu praktek
langsung seperti tentang bagaimana caranya beradab yang baik, seperti
bagaimana cara bersalaman dan bertegur sapa dengan teman seusia dan
kepada orang tua dan bagaimana tata cara beraktifitas dalam keseharian
seperti tatacara makan, minum dan semua hal yang menyangkut
keseharian seperti yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Hal ini sangat
penting untuk dilakukan, melalui metode keteladanan merupakan salah
satu tata cara bagi pembimbing atau tenaga pengajar memberi keteladanan
yang baik kepada para tuna netra melalui ucapan yang santun dalam
beberapa kegiatan seperti:
1. Mengajak mereka untuk berwudhu dan mengajarkan mereka cara
berwudhu dengan baik, sehingga mereka terbiasa dengan cara
berwudhu yang telah diajarkan oleh ustadz.
2. Mengajak para tuna netra agar membiasakan shalat sunnah setelah
berwudhu, sebelum mereka melakukan shalat berjama'ah.
3. Mengajak para tuna netra agar membiasakan shalat berjama'ah. Mereka
dibimbing dan diarahkan supaya meluruskan barisan dan
merapatkannya.
4. Menuntun para jama’ah berdo'a setelah selesai shalat, serta
5. Mengajak jama’ah agar membiasakan shalat sunah setelah shalat
fardhu.
b. Waktu dan tempat pelaksanaan
Pada dasarnya metode keteladanan tidaklah dibatasi waktu dan
tempat. Dimanapun dan kapanpun keteladanan harus ditunjukan dengan
baik, yaitu dengan berakhlakul karimah. Namun, Yayasan Khazanah
Kebajikan berusaha sebisa mungkin untuk melakukan sesuatu kegiatan
yang di dalamnya anak asuh dan kelompok tuna netra dapat ikut berperan
aktif dalam kegiatan tersebut. Adapun waktu yang paling tepat untuk
memberikan teladan yang baik adalah pada waktu-waktu pengajian
dilaksanakan, dan metode keteladanan ini dilaksanakan pada waktu shalat
maghrib dan isya'.
c. Pokok materi yang disampaikan
Mengajak anak asuh dan kelompok tuna netra membiasakan diri
dalam kegiatan persiapan-persiapan menuju shalat, hingga selesai shalat.
d. Penyampai materi dan para peserta
Penyampai materi adalah para pengajar yang menjadi titik sentral
percontohan dan anak asuh serta para tuna netra adalah para pesertanya.
3. Mengadakan Peringatan hari-hari besar Islam
Yayasan Khazanah Kebajikan menyelenggarakan peringatan hari-hari
besar Islam, seperti tahun baru Islam, Isra Mi’raj, Maulid Nabi Muhammad SAW,
halal bi halal. Acara PHBI ini biasa dihadiri oleh masyarakat sekitar yayasan dan
juga para undangan seperti para tokoh masyarakat setempat.
a. Cara pelaksanaan peringatan
Pelaksanaan hari-hari besar Islam dilakukan dengan susunan acara
sebagai berikut:
1) Pembukaan. Pembukaan disampaikan oleh moderator, selain itu
moderator juga yang memimpin jalannya suatu acara.
2) Pembacaan al-Qur'an.
3) Pembacaan tahlil dan dzikir. Pembacaan tahlil dan dzikir dipimpin
salah satu guru yang mengajar di Yayasan Khazanah Kebajikan.
4) Penyampaian mauidzah hasanah.
5) Do'a.
6) Penutup dan akhiri dengan acara makan makan.
b. Waktu dan tempat pelaksanaan.
1) Tahun baru Islam : diperingati pada tanggal 1 muharram.
2) Maulid nabi : diperingati pada tanggal 12 rabi'ul awal
3) Isra' mi'raj : diperingati pada tanggal 27 Rajab.
Acara peringatan hari-hari besar tersebut dilaksanakan pada tanggal-
tanggal tersebut ba'da shalat maghrib hingga selesai. Adapun tempat
pelaksanaannya dilakukan di Yayasan Khazanah Kebajikan.
c. Materi yang disampaikan
Materi-materi yang disampaikan berkaitan dengan peringatan-
peringata hari besar Islam, seperti :
1) Tahun baru Islam : Menerangkan tentang arti hijrah yang sebenarnya.
2) Maulid nabi : Menerangkan tentang cara membuktikan rasa
cinta terhadap rasul.
3) Isra' mi'raj : Menerangkan tentang keutamaan-keutamaan
d. Penyampai materi dan para peserta
Penyampai materi adalah para pengajar, dan para pesertanya adalah
para santri, kelompok tuna netra dan masyarakat umum.
B. Bentuk Pengamalan Ibadah Kelompok Tuna Netra
Adapun bentuk pengamalan ibadah kelompok tuna netra antara lain:
1. Sholat Fardhu Berjamaah
Shalat wajib, rahasia dan maknanya setiap umat Islam wajib menjalankan
shalat lima waktu jika ditinggalkan atau tidak dilakukan berdosa, dan kelima
shalat itu harus dilaksanakan pada waktu yang ditentukan. Shalat itu tidak sah jika
dilaksanakan di luar waktu yang ditentukan. Dan pelaksanaannya harus didahului
dengan beberapa syarat, diantaranya wudhu, ada kalanya mandi besar seluruh
tubuh, yang dilakukan sebelum shalat.
Perintah Sholat fardhu ditegaskan dalam al-Qur’an banyak terdapat ayat
yang memerintahkan shalat kepada manusia mukallaf (yang telah mendekati
kematangan pikiran dan tubuh, yaitu kurang lebih umur 15 tahun), diantaranya :
E%�3☺H l�� �O5��>���$%
E%�*%��� �O5�⌧w�K�$%
E%�*\ �� ���3^�!�$%
�`]9>.*"� ����⌧�!* 1� B
Artinya : “Dan dirikanlah shalat, tunaikan zakat, dan taatlah kepada Rasul,
supaya kamu diberi rahmat .“ ( Surat An-Nur ayat 56 )
Dari ayat tersebut di atas jelas terlihat bahwa shalat itu adalah perintah
Allah yang wajib dilaksanakan oleh setiap orang Islam mukallaf. Makna shalat
wajib, bagi kesehatan mental :
a. Shalat sebagai obat bagi gangguan jiwa dalam pandangan ahli jiwa,
ampunan terhadap dosa dan kesalahan, merupakan obat bagi gangguan kejiwaan,
karena salah satu penyebab dari gangguan kejiwaan adalah merasa bersalah atau
berdosa.
b. Sholat sebagai pencegah terhadap gangguan kejiwaan.
Penulis membuat kesimpulan, bahwa shalat wajib yang lima waktu itu
mempunyai fungsi pengobatan kejiwaan atau fungsi kuratif terhadap gangguan
dan penyakit kejiwaan.
Sholat lima waktu dalam sehari merupakan aktivitas rutin yang wajib
dilaksanakan dan diikuti oleh seluruh orang termasuk kelompok tuna netra yang
dibina oleh Yayasan Khazanah Kebajikan. Sholat yang dilaksanakan secara
berjamaah merupakan anjuran bagi umat Islam dan dapat meningkatkan rasa
kebersamaan, sholat secara berjamaah merupakan sarana edukatif bagi
perkembangan jiwa dan keberagamaan orang yang melaksanakannya.
Sebagaimana yang telah diketahui, bahwa sholat merupakan ibadah
praktek nyata dalam kehidupan setiap muslim, disamping itu juga merupakan
tolak ukur bagi tingkah tauladan perbuatan manusia.
Shalat berjamaah mempunyai dampak sosial yang luas dan mulia, untuk
itu Allah SWT menegaskan dalam surat al-Ankabut ayat 45 bahwa sholat
memiliki dimensi “tanha anil fakhsya’ wal mungkar”.
[�$% D$�� mc1�� .6�\"���
<� � A>:�k(���$% AI l��
�O5��>���$% E |=�� �O5��>���$%
5G"�0" 1�� �D$�N"⌧?��$%
2!"�03☺��$%� � !�w l"D� rD$%
���q� � CD$%� QI�>*�� $��
���*O��" 1�B
Artinya: “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu yaitu al-Qur’an dan
dirikanlah sholat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mugkar” (al-Ankabut: 45)
Menyadari akan pentingnya shalat, Yayasan Kahzanah Kebajikan
mewajibkan kepada seluruh orang-orang binaannya untuk melaksanakan shalat
secara berjamaah, terkecuali bagi mereka yang mendapat halangan.
2. Shalat Tahajjud Berjamaah
Shalat tahajjud mengantarkan seseorang ke tempat yang terpuji. Allah
berfirman dalam surat Isro’ ayat 79 :
m� �� B[�\d�$% ����./��"& h f�-
�'"% &$�+ .6d� %ca�� ��
.6"�.*6�� .6X-�G $��$"���
%�H�3☺���� 1��B
Artinya : “Pada sebagian malam laksanakanlah shalat tahajjud, sebagai ibadah tambahan (sunnat) bagimu, agar tuhanmu mengangkatmu ke tempat
terpuji.” (al-Isra’: 79)
Shalat tahajjud adalah shalat sunnat yang dikerjakan di tengah malam buta.
Dalam kesunyian yang demikian itu, Allah menjanjikan tempat terpuji, bagi yang
bangun, memerangi kantuk mata yang amat sangat, bangun untuk memohon
ampun kepada Allah atas segala kesalahan dan kehilafan yang telah dilakukannya.
Yayasan Khazanah Kebajikan membudayakan shalat tahajjud berjamaah
bagi para kelompok tuna netra dan anak-anak asuh nya yang dilaksanakan setiap
malam. Hal ini ini telah menjadi aktivitas yang wajib dilaksanakan dan tidak
boleh ditinggalkan. Shalat tahajjud merupakan ibadah sunnah muakkadah yang
dilaksanakan pada waktu sepertiga malam, aktivitas ibadah ini merupakan salah
satu rutinitas yang dilaksanakan warga Yayasan Khazanah Kebajikan termasuk
kelompok tuna netra. kelompok tuna netra umumnya berasal dari daerah yang
berdekatan dengan Yayasan Khazanah Kebajikan.
Allah SWT berfiman dalam surat al-Muzammil:
���� "�.� d$�+ B[�\d�$% eG ;
G�⌧d� $�r�� ����l�� ⌧\ l
1 B
Artinya: “Sesungguhnya bangun di tengah malam lebih kuat pengaruhnya dan bacaan di waktu itu lebih berkesan”. (al-Muzammil: 6)
3. Bimbingan Intensif Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan salah satu kitab suci umat Islam, sebagai mu'jizat
terbesar bagi Nabi Muhammad SAW. Pentingnya al-Qur’an membawa YKK
untuk dapat memberikan bimbingan intensif al-Qur’an dengan tujuan agar
kelompok tuna netra tersebut dapat memahami, menghayati serta mengamalkan
ajaran-ajaran yang terkandung dalam al-Qur’an. Bimbingan ini dilakukan secara
efektif dan efisien yang dilaksanakan setiap hari rabu (malam kamis) ba’da isya.
Seperti halnya bimbingan ibadah yang lain, dengan harapan pada akhirnya nanti
akan timbul kesadaran pada diri mereka akan pentingnya al-Qur’an.
4. Kajian Khusus Islam
Masyarakat muslim membutuhkan bimbingan seorang ulama yang
paham tentang ilmu agama. Untuk mendapatkan bimbingan tentang ilmu agama
pihak Yayasan Khazanah Kebajikan sudah seyogyanya memprogramkan kajian
rutin keagamaan untuk memberikan bekal kepada para Jama'ah tentang hukum
Islam. Menuntut ilmu, baik itu ilmu agama maupun ilmu umum, adalah kewajian
bagi setiap muslim berdasarkan dalil-dalil Syar'i. Namun yang membedakan
hanya muatan wajibnya, yakni antara Wajib 'ain (wajib individu) atau Wajib
kifayah (wajib bagi sebagian orang Islam).
Maka, urgensi menuntut ilmu tidak bisa diragukan lagi karena wahyu
pertama yang turun di gua hira menjelaskan tentang pentingnya membaca, "iqra
bismi robbikalladzi khalaq. Khalaqal insana min 'alaq. iqra warbobbukal akrom.
Alladzi 'allama bil qalam ". Mambaca adalah merupakan sarana utama untuk
mendapatkan ilmu.
Ilmu dalam Islam merupakan kunci untuk menjadi orang baik
sebagaimana sabda Rasulullah, " Barangsiapa yang Allah kehendaki menjadi
orang baik, indikatornya ialah ia diberikan kefahaman tentang agama ".
itu dianggap sebagai seorang intelektual dalam terminologi Al-Qur'an.
<� �� �$�0�$%
(b�D%��$D$%� AI:.*+��$%�
V%�>����*� sf+R�����
<� �R⌧\⌧w � $.☺9+�� c.8��"{
dD$% �� � � H$�]
E%`"9:.☺�>*��$% � |=�� dD$%
�K�X� �G�`?⌧� 1YB
Artinya: " Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah
para ulama ". (QS. Al-Faathir:28).
Maka dari itu, Yayasan Khazanah Kebajikan juga mengadakan kajian
khusus Islam yang membahas seputar pengetahuan ilmu agama maupun sosial.
Pelaksanaaannya pada hari jum’at malam sabtu, kajian tersebut dilaksanakan pada
malam hari tepatnya pukul 24.00 WIB. Kajian tersebut terbuka untuk umum, yang
dihadiri dari berbagai kalangan seperti remaja, mahasiswa dan masyarakat sekitar.
Materi yang dikaji meliputi tentang pengetahuan Islam, seperti pembahasan
tentang pemikiran-pemikiran tokoh Islam, fiqh, tasawuf, teologi dan tafsir.
Yang diharapkan oleh Yayasan Khazanah Kebajikan, agar ke depannya
Islam dapat menjadi agama yang modern yang lebih dinamis dengan tetap
berpegang teguh pada al-Qur’an.
5. Ukhuwah Islamiyah
Manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan, kebersamaan
antar individu dalam suatu komunitas tertentu dapat membentuk masyarakat yang
mempunyai tujuan yang sama. Ukhuwah adalah kekuatan iman yang melahirkan
perasaan mahabbah, kemuliaan, kasih sayang, dan rasa saling percaya sesama
yang terikat dengan aqidah.
Dari ukhuwah inilah lahir keutamaan dan keikhlasan untuk saling
menolong, mengutamakan, kesetiaan, dan sikap utama lainnya. Lahirnya sikap ini
adalah karunia Ilahi yang dituangkan Allah SWT ke dalam sanubari setiap mu'min
yang ikhlas. Tidaklah akan lahir sikap ini dari hanya sekedar keadaan senasib,
bahkan sikap seperti ini tidak akan bisa di beli dengan nilai materi berapapun
banyaknya.
Ukhuwah Islamiyah adalah satu perkataan yang sangat mudah diucapkan,
akan tetapi teramat sulit untuk bisa terwujudkan. Kalimat tersebut seolah menjadi
suatu slogan yang realisasinya tidak nampak terlihat.
Yayasan Khazanah Kebajikan memberikan motivasi kepada seluruh warga
yayasan, bahwa mereka saling membutuhkan satu dengan yang lainnya. Mereka
yang mempunyai kekurangan fisik, sama dengan yang lainnya saling membantu
dan bahu membahu.
Faktor penunjang lahirnya persaudaraan adalah persamaan, semakin
banyak persamaan, semakin kokoh pula persaudaraan. Persamaan dalam suka dan
cita merupakan hal dominan yang mendahului lahirnya persamaan hakiki yang
pada akhirnya menjadikan seseorang merasakan derita sesamanya.
Hal ini jualah yang diterapkan Yayasan Khazanah Kebajikan dalam
membina baik anak asuhnya ataupun kelompok tuna netra, mereka berasal dari
daerah yang berbeda, bahasa yang berbeda, namun mereka tetap dalam kesatuan
yang berlandaskan aqidah Islam.
C. Peran Dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan Dalam Meningkatkan
Ibadah Kelompok Tuna Tuna Netra
Aktivitas dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan dalam meningkatkan
pengamalan ibadah kelompok tuna netra seperti shalat tahajjud, shalat fardhu
berjamaah dan yang lain-lainnya, ternyata mendapatkan respon yang positif
terhadap kelompok tuna netra.
Hal ini terbukti dari 50 orang responden yang menjadi sampel, 62%
menyatakan bahwa aktivitas dakwah YKK sangat baik, 38% menyatakan baik.
Dan tidak ada seorang pun yang menyatakan tidak baik (lihat tabel I).
TABEL I
TANGGAPAN RESPONDEN TERHADAP AKTIVITAS DAKWAH
YAYASAN KHAZANAH KEBAJIKAN
NO Pernyataan Responden % Frekuensi
1. Sangat Baik 62% 31
2. Baik 38% 19
3. Tidak Baik - -
4. Tidak Tahu - -
Jumlah 100% 50 orang
Berdasarkan data tersebut diatas, mengindikasikan bahwa aktivitas dakwah
YKK dapat disimpulkan berhasil atau mempunyai peran yang besar terhadap
meningkatkan pengamalan ibadah kelompok tuna netra. Keberhasilan tersebut,
ternyata berkaitan dengan kondisi jiwa yang dialami kelompok tuna netra sebelum
mengikuti aktivitas di YKK, sekitar 52% menyatakan rendah diri dan 48%
menyatakan bimbang. Kemudian setelah mengikuti aktivitas di yayasan, 80%
menyatakan tenang dan 20% menyatakan biasa saja (lihat tabel II dan III).
TABEL II
PERASAAN RESPONDEN SEBELUM MENGIKUTI AKTIVITAS DI
YAYASAN
NO Pernyataan Responden % Frekuensi
1. Rendah Diri 52% 26
2. Frustasi - -
3. Bimbang 48% 24
4. Tidak Tahu - -
Jumlah 100% 50 orang
TABEL III
PERASAAN RESPONDEN SETELAH MENGIKUTI AKTIVITAS DI
YAYASAN
NO Pernyataan Responden % Frekuensi
1. Tenang dan Damai 80% 40
2. Cemas - -
3. Gelisah - -
4. Biasa Saja 20% 10
Jumlah 100% 50 orang
Dengan data tersebut di atas, penulis menyimpulkan bahwa keadaan
kelompok tuna netra sebelum mengikuti aktivitas di yayasan berada dalam kondisi
rendah diri dan bimbang. Hal tersebut dikarenakan keadaan fisik yang dalam
keadaan tidak normal seperti orang lain pada umumnya.
Keadaan jiwa kelompok tuna netra tersebut, ternyata dapat diubah secara
positif setelah mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Yayasan
Khazanah Kebajikan. Kesadaran kelompok tuna netra dalam meningkatkan
pengamalan ibadah ditunjang pula dengan kebutuhan yang mereka dapatkan,
seperti kebutuhan rohani maupun kebutuhan materi.
Keadaan ini didukung pula dengan sikap pembina di yayasan ketika
memberikan nasehat atau bimbingan kepada kelompok tuna netra, 80%
menyatakan bahwa sikap para pembina ketika membimbing sangat baik dan
menyenangkan dan hanya 20% saja yang menyatakan sikap mereka biasa saja
serta tidak ada seorangpun yang menyatakan sombong dan membosankan (lihat
tabel IV).
TABEL IV
TANGGAPAN RESPONDEN TERHADAP SIKAP PEMBIMBING
DALAM MEMBERIKAN BIMBINGAN
NO Pernyataan Responden % Frekuensi
1. Sangat baik 80% 40
2. Sombong - -
3. Membosankan - -
4. Biasa Saja 20% 10
Jumlah 100% 50 orang
Menurut penulis sikap seperti inilah yang harus dimiliki pada setiap
pembina dalam membimbing, terlebih menghadapi orang-orang yang secara fisik
dan mental mempunyai kekurangan.
Aktivitas dakwah yang dilaksanakan Yayasan Khazanah Kebajikan
tersebut, ternyata mempunyai pengaruh positif terhadap peningkatan ibadah
kelompok tuna netra pengaruh positif tersebut dapat dilihat pada.
Dari data yang diperoleh penulis, peran dakwah Yayasan Khazanah
Kebajikan dalam meningkatkan pengamalan ibadah kelompok tuna netra
mempunyai pengaruh yang positif. Hal tersebut dinyatakan dari 50 orang
responden, 96% menyatakan berpengaruh sedangkan 4% menyatakan biasa saja
dan tidak ada seorangpun yang menyatakan tidak berpengaruh dan tidak tahu(lihat
tabel V).
TABEL V
TANGGAPAN RESPONDEN TERHADAP PERAN DAKWAH YAYASAN
KHAZANAH KEBAJIKAN DALAM MENINGKATKAN PENGAMALAN
AJARAN AGAMA
NO Pernyataan Responden % Frekuensi
1. Berpengaruh 96% 48
2. Tidak Berpengaruh - -
3. Biasa saja 4% 2
4. Tidak Tahu - -
Jumlah 100% 50 orang
Selain berpengaruh pada pada peningkatan pengamalan ibadah, peran
dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan juga berpengaruh pada pembentukan
kepribadian yang baik. Hal tersebut dinyatakan bahwa, 94% dari responden
mengatakan peran dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan sangat berpengaruh
pada pembentukan kepribadian yang baik sedangkan yang menjawab biasa saja
hanya 6% (lihat tabel VI).
TABEL VI
TANGGAPAN RESPONDEN TERHADAP PERAN DAKWAH YAYASAN
KHAZANAH KEBAJIKAN DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN
YANG BAIK
NO Pernyataan Responden % Frekuensi
1. Berpengaruh 94% 47
2. Tidak Berpengaruh - -
3. Biasa saja 6% 3
4. Tidak Tahu - -
Jumlah 100% 50 orang
Kenyataan tersebut juga didukung pernyataan oleh kelompok tuna netra
bahwa 94% dari mereka mengatakan aktivitas dakwah yang dilaksanakan
Yayasan Khazanah Kebajikan meningkatkan kesadaran mereka dalam
menjalankan ibadah, 4% menyatakan tidak berpengaruh dan 2% menyatkan tidak
tahu (lihat tabel VII).
TABEL VII
INTENSITAS KESADARAN RESPONDEN DALAM MENJALANKAN
IBADAH
NO Pernyataan Responden % Frekuensi
1. Rajin 94% 47
2. Malas 4% 2
3. Biasa saja 2% 1
4. Tidak Tahu - -
Jumlah 100% 50 orang
Menurut penulis, kesadaran kelompok tuna netra dalam menjalankan
ibadah tidak timbul dengan sendirinya. Kesadaran tersebut timbul melalui
aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan Yayasan Khazanah Kebajikan.
Yayasan Khazanah Kebajikan telah memberikan pengaruh yang positif
terhadap peningkatan pengamalan ibadah kelompok tuna netra. Dari 50 orang
yang menjadi sampel, 98% diantaranya menyatakan ada peningkatan setelah
mengikuti semua aktivitas Yayasan Khazanah Kebajikan. Sedangkan yang
menyatakan malas tidak ada, hanya 2% yang menyatakan biasa saja (lihat tabel
VIII).
TABEL VIII
INTENSITAS RESPONDEN DALAM MELAKSANAKAN IBADAH
SHALAT BERJAMAAH
NO Pernyataan Responden % Frekuensi
1. Rajin 98% 49
2. Malas - -
3. Biasa saja 2% 1
4. Tidak Tahu - -
Jumlah 100% 50 orang
Menurut penulis, adanya data-data diatas dapat menjadi bukti bahwa peran
dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan dalam meningkatkan pengamalan ibadah
kelompok tuna netra cukup berhasil.
Dari data selanjutnya, kelompok tuna netra yang dibina Yayasan
Khazanah Kebajikan memahami dengan benar akan pentingnya ibadah shalat
tahjjud. Shalat tahajjud sendiri menjadi budaya dalam Yayasan Khazanah
Kebajiakan. Dari data yang ada 100% atau 50 orang yang dijadikan sampel,
seluruhnya menyatakan bahwa shalat tahajjud sangat berdampak dalam
meningkatkan pengamalan ibadah (lihat tabel IX).
TABEL IX
TANGGAPAN RESPONDEN MENGENAI DAMPAK SHALAT
TAHAJJUD TERHADAP PENINGKATAN IBADAH
NO Pernyataan Responden % Frekuensi
1. Sangat Berdampak 100% 50
2. Tidak Berdampak - -
3. Biasa Saja - -
4. Tidak Tahu - -
Jumlah 100% 50 orang
Dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan tidak terbatas pada bimbingan
rohani saja, namun peran dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan juga pada
pemberdayaan umat. Selain bimbingan ibadah, Yayasan Khazanah Kebajikan
selalu memberikan sumbangan kepada kelompok tuna netra. Penulis mengamati
respon kelompok tuna netra ketika mereka menerima sumbangan, 100% dari
mereka menyatakan senang ketiak menerima sumbangan (lihat tabel X).
TABEL X
SIKAP RESPONDEN KETIKA MENERIMA SUMBANGAN ATAU
SANTUNAN
NO Pernyataan Responden % Frekuensi
1. Senang 100% 50
2. Tidak Senang - -
3. Biasa saja - -
4. Tidak Tahu - -
Jumlah 100% 50 orang
Dalam kajian khusus Islam, Yayasan Khazanah Kebajikan juga
memberikan pengaruh yang positif terhadap pengertian dan penghayatan ajaran
agama kelompok tuna netra. Tanggapan responden mengenai hal ini, 100%
menyatakan baik dan tidak ada seorangpun yang menyatakan tidak baik atau tidak
tahu (lihat tabel XI).
TABEL XI
TANGGAPAN RESPONDEN TERHADAP KAJIAN KHUSUS ISLAM
DALAM MENINGKATKAN PENGERTIAN DAN PENGHAYATAN
AJARAN ISLAM
NO Pernyataan Responden % Frekuensi
1. Baik 100% 50
2. Tidak Baik - -
3. Biasa saja - -
4. Tidak Tahu - -
Jumlah 100% 50 orang
Selanjutnya penulis mengamati tentang tanggapan responden terhadap
peran Yayasan Khazanah Kebajikan dalam memecahkan masalah yang sedang
dihadapi kelompok tuna netra, mengingat secara psikis penyandang cacat tuna
netra berbeda dengan keadaan jiwa orang normal. Sekitar 90% dari mereka
menyatakan, bahwa YKK sangat membantu dalam memecahkan masalah yang
mereka hadapi, 6% menyatakan tidak membantu dan 4% menyatakan biasa saja.
TABEL XII
TANGGAPAN RESPONDEN TERHADAP YAYASAN KHAZANAH
KEBAJIKAN DALAM MEMBANTU MEMECAHKAN MASALAH YANG
DIHADAPI
NO Pernyataan Responden % Frekuensi
1. Sangat Membantu 90% 45
2. Tidak Membantu 6% 3
3. Biasa Saja 4% 2
4. Tidak Tahu - -
Jumlah 100% 50 orang
Demikian analisa penulis tentang peran dakwah Yayasan Khazanah
Kebajikan dalam meningkatkan pengamalan ibadah kelompok tuna netra. Dari
hasil pengamatan, penulis menyimpulkan bahwa peran Yayasan Khazanah
Kebajikan dalam meningkatkan pengamalan ibadah kelompok tuna netra cukup
berhasil. Hal tersebut dapat dilihat dari prosentase yang lebih besar menyatakan
positif terhadap aktivitas-aktivitas dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan.
D. Kendala-kendala dan Solusi Mengatasinya
Hasil penelitian penulis terhadap upaya Yayasan Khazanah Kebajikan
dalam meningkatkan ibadah kelompok tuna netra, menemui beberapa kendala
yang dihadapi.
Penulis membagi kendala-kendala tersebut dua bagian kemudian penulis
tuliskan solusi yang dicapai oleh Yayasan Khazanah Kebajikan:
1. Kendala Internal
Kendala internal yang dihadapi Yayasan Khazanah Kebajikan:
a. Kekurangan tenaga pembimbing yang dapat dengan tekun
membimbing para penyandang cacat tuna netra.
b. Terbatasnya dana dalam pengembangan Yayasan Khazanah
Kebajikan.
c. Sarana dan prasarana yang kurang memadai, seperti belum ada nya
al-Qur’an braile atau sarana yang lain yang dapat memudah
bimbingan kepada kelompok tuna netra.
Solusi yang diterapkan oleh Yayasan Khazanah Kebajikan dalam
menghadapi kendala tersebut adalah sebagai berikut :
a. Menambah jumlah tenaga pembimbing.
b. Mengikut sertakan tenaga pembimbing untuk mengikuti penataran-
penataran maupun kursus-kursus dan mendorong tenaga
pembimbing sehingga mereka lebih ahli dan lebih disiplin.
c. Mencari dana melalui donatur yang mau memberikan bantuan
terhadap Yayasan Khazanah Kebajikan.
d. Menyediakan sarana dan prasarana yang dapat memudahkan
kelompok tuna netra.
2. Kendala Eksternal
Kendala eksternal yang dihadapi oleh Yayasan Khazanah Kebajikan
antara lain :
a. Kurangnya tingkat kepedulian masyarakat terhadap Yayasan Khazanah
Kebajikan.
b. Dari mulai didirikannya, banyak yang mengatakan bahwa Yayasan
Khazanah Kebajikan merupakan aliran sesat yang berkedok lembaga
swadaya masyarakat.
c. Latar belakang ekonomi menjadi alasan bagi mereka dalam mengikuti
aktivitas di yayasan.
d. Minim nya pengetahuan mereka terhadap pendidikan keagamaan.
Solusi yang diterapkan oleh Yayasan Khazanah Kebajikan dalam
menghadapi kendala tersebut adalah sebagai berikut :
a. Terus menerus mengadakan kegiatan keagamaan baik yang bersifat ritual
maupun sosial disamping sebagai salah satu bentuk syiar Islam juga
bagian dari upaya menarik simpati masyarakat.
b. Mengajak para tokoh masyarakat untuk berperan aktif pada setiap kegiatan
yang diadakan Yayasan Khazanah Kebajikan.
c. Yayasan Khazanah Kebajikan dengan para donatur terus menerus
mengupayakan kesejahteraan kelompok tuna netra baik secara materi
maupun rohani.
d. Yayasan Khazanah Kebajikan selalu memberikan bimbingan keagamaan
untuk meningkatkan pengamalan ibadah kelompok tuna netra.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ibadah merupakan hasil dari umat Islam yang meyakini, mempelajari
Alqur’an untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Kedudukan
ibadah sangat penting sehingga pengenalan dan pemahaman serta aplikasinya
harus dilaksanakan sedini mungkin.
Setelah penulis berusaha mencoba untuk menguraikan beberapa persoalan
mengenai Yayasan Khazanah Kebajikan, dari kegiatannya hingga keikut
sertaannya dalam meningkatkan pengamalan ibadah kelompok tuna netra, ada
beberapa permasalahan yang penulis mencoba untuk menyimpulkannya sebagai
berikut:
1. Yayasan Khazanah Kebajikan dalam membina kelompok tuna netra adalah
melalui kegiatan-kegiatan keagamaan dan aktivitas dakwah diantaranya
adalah shalat fardhu secara berjamaah, shalat tahajjud berjamaah,
bimbingan intensif ibadah dan al-Qur’an, kajian khusus Islam, yang
kesemuanya adalah program yang wajib diikuti oleh seluruh warga
Yayasan Khazanah Kebajikan. Upaya yang ditempuh Yayasan Khazanah
Kebajikan dalam meningkatkan ibadah kelompok tuna netra adalah
dengan meningkatkan kualitas SDM guru, sehingga para guru akan lebih
ahli dan lebih disiplin.
2. Upaya yang ditempuh Yayasan Khazanah Kebajikan dalam meningkatkan
ibadah kelompok tuna netra adalah dengan mewajibkan mereka untuk
melakukan shalat maghrib dan isya berjama'ah sehingga para kelompok
tuna netra akan terbiasa melakukan shalat berjama'ah.
3. Sebagai salah satu lembaga sosial keagamaan, Yayasan Khazanah
Kebajikan telah banyak memberikan sumbangsihnya terhadap kehidupan
kaum dhu’afa. Yayasan Khazanah Kebajikan dengan visi dan misinya
untuk dapat mengangkat harkat derajat kaum lemah dari segala macam
ketertinggalan, baik melalui pendidikan ataupun kegiatan sosial. Dengan
begitu kaum lemah tidak lagi menjadi kaum yang lemah, namun menjadi
kaum yang kuat, berpendidikan dan kuat keyakinannya. Yayasan
Khazanah Kebajikan dalam membina kelompok tuna netra tidak
membekalinya dengan pengetahuan agama saja, namun juga keterampilan
yang kelak akan berguna bagi mereka.
B. Saran-Saran
Melihat realitas Yayasan Khazanah Kebajikan dalam meningkatkan
ibadah kelompok tuana netra cukup berhasil, maka penulis merasa perlu untuk
memberikan konstribusi berupa saran-saran kepada pengelola dan pelaksanaan
Yayasan Khazanah Kebajikan.
Saran-saran tersebut penulis aplikasikan dalam bentuk tulisan sebagai
berikut :
1. Untuk pengelola dan pelaksana Yayasan Khazanah Kebajikan
Hendaknya mempertahankan bahkan meningkatkan suasana bimbingan yang
sudah cukup baik agar lebih baik lagi, dengan cara selalu memberikan
pembinaan terhadap SDM yang ada.
2. Untuk Pembimbing
Agar terus-menerus meningkatkan kemampuan diri baik dalam keilmuan
maupun tentang metodologi penyampaian.
3. Untuk Kelompok Tuna Netra
Agar lebih tekun dan lebih meningkatkan lagi ibadahnya serta bisa mengatur
waktu dengan skala prioritas, karena masa mendatang tantangan hidup
semakin kompleks dan harus memerlukan persiapan yang matang untuk
memenangkan tantangan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan terjemah, CV. Al-Waah, Semarang, 1993
Ahmadi Abu, Psikologi Sosial, Penerbit PT. Bina Ilmu Surabaya 1982
Al-Habsy dan Muhammad Baqir, “Fiqh Praktis Menurut Al-qur’an, As-sunnah
dan Pendapat Ulama”, Bandung: Mizan, 1999 cet ke-4
Al-Munjiri, At-Targhib wat Tarhib minal Hadits al-Syarif, Mesir: bab al-Halbi,
Juz-1
Ali Abdul Halim Mahmud, Dakwah Fardiyah, Gema Insani Press, Jakarta 1995
-------, Strategi Dakwah, Jakarta: Kalam Mulia, 2002
Al-Wisral Imam Zaidallah Ali Al-Kohtani Said, Dakwah Islam Dakwah Bijak,
Jakarta: Gema Insani Press, 1994
Aziz, Moh. Ali, Dr. MA.g, Ilmu Dakwah, Jakarta: Kencana, 2004
Bachtiar, Wardi, DR., Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Jakarta: Logos, 1997
Badrutamam, Nurul, MA.g, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher, Jakarta: Grafindo, 2005
Bisri, Cik Hasan dan Eva Rufaidah, Model Penelitian Agma dan Dinamika Sosial
– Himpunan Rencana penelitian, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002
Didin Hafiduddin, Dakwah Aktual, Jakarta: Gema Insani Press, 1998
Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Pelayanan Pendidikan Terpadu bagi
-Anak Berkebutuhan Khusus dan Berkesulitan Belajar, Jakarta: 2002
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 2001
Daradjat, Zakiyah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1992
Departemen Agama RI. Al-Quran dan Terjemahnya. Jakarta: 1980
------- , Ensiklopedi Islam I, Jakarta: CV. Anda Utama, 1993
Fadhlullah, Muhammad Husain, Metodologi Dakwah dalam Al-Qur’an Pegangan
bagi Para Aktivis, Jakarta: PT. Lentera Basritama, 1997
Faizah, MA., dkk., Psikologi Dakwah, Jakarta: Kencana, 2006
Hadi, Sutrisno. Metodologi Research Jilid II, Yogyakarta: 2002
------- , Metodology Reaserch, Andi Offset, Yogyakarta: tp, tt
H. Halimi AR, Problematika Dakwah Masa Kini dan Pemecahan nya, naskah makalah yang disampaikan dalam seminar pada tanggal 24 februari 2003
H. Baihaqi A,K, “Fiqh Ibadah”, Bandung; Mas Bandung, 1996, cet-ke1
Hendropuspito, Sosiologi Sistematik, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1989
Hasanudin, Drs., Hukum Dakwah, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996
Imam Suryo Prayogo, Metode Penelitian Sosial Agama, 2001
Ja’far. M, “Kekuatan Malam” , Jakarta: Ishlah, 1995
Jum’ah Amin Abdul Aziz, Fiqh Dakwah, Solo: Era Intermedia, 2005
Kafie Jamaluddin, Psikologi Dakwah, Surabaya: Indah, 1993
M. Bahri Ghazali, Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah,
Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1997
M. Arifin, Psikologi Dakwah, Suatu Pengantar, Jakarta: Bumi Aksara, 1993
Machfudz, Anas S. Makalah-Makalah Metodologi Penelitian. Jakarta: Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), tt
Machfoeld, Ki Moesa A., Filsafat Dakwah ilmu dakwah dan penerapannya,
Jakarta: Bulan Bintang, 2004
Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda
Karya, 1989
Mulyana Dedy, Nuansa-Nuansa Komunikasi, Meneropong Politik dan Budaya,
komunikasi Masyarakat Kontemporer, Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 1999, cet Ke-1
Merton, Robert.. Social Theory and Social Structure, 2nd ed.. New York: Free
Press, 1968
Mulkan, Abdul Munir, Paradigma Intelektual Muslim. Sipress, Yogyakarta
N. Grass, W. S. Masson, and A. W. Mc. Eachern, Explorations Role Analysis, dalam David berry, pokok-pokok pikiran dalam sosiologi, Jakarta : Raya
Grafindo Persada, 1995, cet. Ke-3
Nasution, Mulia, Pengantar Manjemen, Jakarta: Djambatan, 1996
Natsir, M., Fiqhud Dakwah, Semarang: Romadhoni, 1993
Nazir, Moh., Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988
Omar, Toha Yahya, Ilmu Dakwah. Jakarta: Widjaya, 1983
Pimpinan Pusat Muhammadiyah Majlis Tabligh, Islam Dan Dakwah, Pimpinan Pusat Muhammadiyah Majlis Tabligh Jogjakarta 1987
Rahman Abd. Ritonga, Fiqh Ibadah, Gaya Media Pratama, Jakarta 2002
Rosyad Abd. Shaleh, Managemen Dakwah Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1987
Saefulloh, Aris, Gus Dur vs Amin Rais – dakwah kultural-struktural, Yogyakarta: Laelathinkers, 2003
Sekeretariat Negara RI peraturan pemerintah 36/1980 tentang usaha kesejahteraan sosial bagi penderita cacat, Penjelasan pasal demi pasal
Shihab Quraisy, Membumikan Al-Qur’an (Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat) Bandung Mizan, 1998
Sidharta Ilyas, Prof. Dr, Penuntun Ilmu Penyakit Mata, Jakarta: Fakultas
Kedokteran UI, 1998
Sodjadi SO, Pendidikan Bagi Anak-anak Cacat Netra Sebelum Sekolah, Jakarta:
Pustaka Dian, 1996
Surachmad, Winarno, Dasar dan Teknik Research, Bandung: Tarsito, 1978
Supriyono, dkk., Paradigma Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001
Suparta, Munzier, H. dan Harjani Hefni, Metode Dakwah , Jakarta: Kencana –
Rahmat Semesta, 2003
Sururi, Memed, Islam sebagai Aqidah dan Syariah dan Ibadah, Jakarta: Takmir
Masjid Agung Al-Azhar, 2005
Syukir, Asmuni, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, 1983
Tasmara, Toto, Komunikasi Dakwah, Jakarta: Gaya Baru Pertama, 1997
Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Jakarta: Logos, 1997
Yayasan Penyelenggaraan Penerjemah/Penafsir al-Qur’an, al-Qur’an dan
Terjemahannya, [ Lembaga Percetakan Raja Fahd, tt ]
Ya’qub, Hamzah, Publistik Islam dan Teknik Dakwah, Jakarta: Diponegoro, 1998
Yunus, Mahmud, Kamus Arab - Indonesia, Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1990
Zahrah, Abu, Dakwah Islamiah, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1994
Zaidan, Abdul Karim, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah, Jakarta: Media Dakwah, 1983
Zuhairini, dkk., Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1997
Hasil Wawancara dengan H. A. Toyib Bachtiar, S.E
(PengurusYayasan Khazanah Kebajikan) Jakarta, 18 Februari 2009
1. Dakwah
a. Apa dan bagaimana dakwah yang dimaksud oleh Yayasan Khazanah Kebajikan?
Jawab: Dakwah amar ma’ruf nahi munkar dalam semua amal usaha yang merupakan aspek kehidupan masyarakat baik ekonomi, sosial, budaya,
pendidikan dan lain sebagainya dalam rangka mengajak ke jalan Allah
SWT sehingga dakwah sebagai idealitas akan semakin dekat dengan
realitas yang ada di masyarakat atau dengan kata lain dakwah merupakan
alat untuk merekonstruksi tatanan sosial dengan tatanan Islam.
b. Apa landasan dakwah yang digunakan oleh Yayasan Khazanah
Kebajikan?
Jawab: Secara umum adalah Al-Qur’an dan al-Hadits, namun landasan normatif
beranjak dari motifasi kewajiban beragama, sebagaimana hadits nabi yang
menyatakan �� � sampaikanlah dariku walau hanya satu“ - أ�� و�� �
ayat”. Dan juga dalam al-Qur’an surat Ali-Imran ayat 104 yang berbunyi:
�� و����� �� ا�& � �� و� '�ن ���&% وف و�#� ون ا�"! إ�� ����ن أ�
)104 �& ان ال( ا�&*(�ن وأو�)�'�
“Dan hendaklah diantara kamu ada segolongan orang yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh berbuat yang ma’ruf, dan mencegah dari
yang mungkar, dan merekalah orang-orang yang beruntung” (QS. 3:104)
c. Apa istilah atau nama lain dari dakwah menurut Yayasan Khazanah
Kebajikan?
Jawab: Nama yang dipakai untuk istilah dakwah menurut Yayasan Khazanah
Kebajikan tetap menggunakan nama dakwah, memang sering
menggunakan nama tabligh, namun sebutan untuk kegiatan penyiaran
agama Islam adalah dakwah, sedangkan sebutan tabligh merupakan salah
satu bagian dari kegiatan berdakwah.
2. Apa Tujuan dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan? Jawab: Tujuan dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan adalah menyeru kepada
manusia untuk melakukan kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, sebagaimana yang tertera dalam landasan
dakwah yang dipakai oleh Yayasan Khazanah Kebajikan yaitu al-Qur’an surat ali-Imran ayat: 104 di atas, dan juga penghapusan paradigma
Takhayul Bid’ah dan Khurafat atau yang sering disebut dengan TBC.
3. Subjek Dakwah
a. Siapa yang menjadi subjek dakwah menurut Yayasan Khazanah
Kebajikan?
Jawab: Yang menjadi subjek dakwah menurut Yayasan Khazanah Kebajikan
adalah semua personil baik pengurus/anggota adalah sebagai subjek dakwah dan juga seluruh masyarakat dan amal usaha milik Yayasan
Khazanah Kebajikan, yakni seluruh badan yang bergerak diberbagai bidang usaha yang mendatangkan keuntungan material atau aset bagi
Yayasan Khazanah Kebajikan seperti pendidikan atau sekolah, klinik, dsb.
b. Bagaimana kriteria subjek dakwah menurut Yayasan Khazanah Kebajikan?
Jawab: Kriteria orang yang menjadi subjek dakwah (da’i) Yayasan Khazanah
Kebajikan secara umum adalah semua orang Islam, sedangkan secara
khusus adalah orang yang mempunyai keahlian dan memiliki kemampuan
dibidang dakwah, menggunakan Al-Qur’an dan Hadits serta akal/rasio
dalam melaksanakan tugas dakwahnya, seorang subjek dakwah juga
dituntut untuk menjadi suri tauladan atau contoh yang baik bagi
masyarakat, mentargetkan pendidikan yang tinggi dan meningkatkan
perekonomian. Contohnya adalah keahlian dibidang kedokteran atau
arsitek dan sebagainya maka berdakwah melalui keahlian sebagai dokter
atau arsitek itu.
c. Bagaimana figur ideal menurut Yayasan Khazanah Kebajikan?
Jawab: Sedangkan figur orang yang menjadi objek dakwah (da’i) yang ideal menurut Yayasan Khazanah Kebajikan adalah orang yang memahami
agama Islam secara luas dan mendalam, tidak terjebak pada pandangan yang sempit serta menajdi tuntunan bagi kehidupan di sekitarnya. Namun
demikian kriteria yang harus dimiliki oleh orang yang menjadi figur ideal seorang da’i menurut Yayasan Khazanah Kebajikan adalah: Orang yang
bertauhid dengan benar dan bersih dari syirik, takhayul bid’ah dan khurafat, Berangkat dari motifasi iman sebagaimana hadis nabi
sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat, dalam hal ibadah harus
menjadi contoh/suritauladan bagi masyarakat sebagaimana ibadah yang
disunnahkah oleh Rasulullah SAW, berakhlakul karimah, mencontoh
akhlak Rasul sebagai tauladan yang jauh dari akhal madzmumah.
4. Objek Dakwah
a. Siapa yang menjadi objek dakwah menurut Yayasan Khazanah
Kebajikan?
Jawab: Objek dakwah/mad’u menurut Yayasan Khazanah Kebajikan terbagi
menjadi dua kelompok yaitu: a). Kelompok yang belum beragama Islam,
berdakwah terhadap mereka adalah dengan mengajak secara persuasif
guna menerima Islam sebagai agamanya, b). Kelompok yang sudah
beragama Islam, berdakwah terhadap kelompok ini yang ditekankan adalah penghayatan dan pendalaman serta mengimplementasikan ketaatan
terhadap ke-Islaman, c). Kelompok dhu’afa atau kaum lemah seperti anak-anak yatim, fakir miskin, manula, penyandang cacat dan lai-lain.
b. Objek dakwah yang bagaimana yang hendak diciptakan Yayasan
Khazanah Kebajikan?
Jawab: Manusia yang mengetahui dan memahami ajaran agama Islam – ini
ditujukan kepada masyarakat yang belum beragama Islam, Manusia yang mengamalkan syariat Islam sesuai dengan paham ke Islaman yang dianut
Yayasan Khazanah Kebajikan – target ini ditujukan kepada masyarakat yang sudah beragama Islam. Seluruh bidang amal usaha milik Yayasan
Khazanah Kebajikan dapat berperan secara maksimal dalam melaksanakan peran dakwah termasuk klinik, sekolah-sekolah, lembaga ekonomi, dan
lembaga-lembaga amal usaha lainnya. Secara umum objek dakwah yang hendak diciptakan oleh dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan adalah
untuk memperbaiki kehidupan beragama, sebagai tuntunan dan tatanan
kehidupan Islam yang bersumber pada al-Qur’an dan Hadits, dengan nilai-
ilai Islam dan bentuk hukum Islam (syariat) yang merupakan tahapan dari
rekonstruksi Islam, pengenalan – pemahaman – pengamalan atau dengan
bahasa yang lain dari tatanan idealita menuju tatanan realita.
c. Objek yang sukar dan mudah untuk dihadapi oleh Yayasan Khazanah
Kebajikan?
Jawab: Yang dirasakan sukar dihadapi dalam dakwah Yayasan Khazanah
Kebajikan adalah bila menghadapi objek dakwah khusus, yaitu: a).
Menghadapi objek dakwah yang bukan beragama Islam, karena
berbenturan dengan aturan negara tentang larangan penyebaran agama
terhadap orang yang sudah beragama. b). Dakwah terhadap kepercayaan primitif (belum menganut satu agama resmi) karena sudah sangat kental
dan rekat dengan adat budaya seperti di pedalaman jawa, dll. Juga misal terhadap orang-orang nara pidana yang berada di lembaga pemasyarakatan
(LP), dll. Kesulitan ini dirasakan karena tingkat penyebarannya yang belum meluas, disebabkan kurangnya dana yang dimiliki Yayasan
Khazanah Kebajikan, tenaga da’i yang memadai, dan kemampuan da’i dalam menguasai bahasa objek dakwah (mad’u), dan juga menghadapi
misionaris kristiani. Untuk berdakwah terhadap kalangan yang dirasa sulit
dihadapi oleh Yayasan Khazanah Kebajikan adalah dengan diadakannya
program tersendiri yakni dinamakan dengan dakwah khusus atau dakwah
terhadap masyarakat terasing/termarginalkan.
Adapun objek dakwah (mad’u) yang dirasakan mudah untuk dihadapi
dalam dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan adalah kategori dakwah
konvensional yakni dakwah yang sudah berjalan secara rutin seperti
dakwah bil-lisan yang sering dilakukan melalui media mimbar, juga
dakwah dengan tulisan (bil-kitabah). Dan relatif objek dakwahnya adalah
masyarakat kalangan menengah atau perkotaan. Namun demikian, perlu
dilakukan evaluasi guna perbaikan-perbaikan dimasa mendatang dan juga
pelatihan-pelatihan guna mematangkan kreadibilitas dari seorang da’i.
5. Materi Dakwah
a. Apa materei dakwah yang diberikan Yayasan Khazanah Kebajikan? Jawab: Materi dakwah atau pesan dakwah yang disampaikan oleh Yayasan
Khazanah Kebajikan adalah syariat agama Islam yang dikelompokan ke dalam empat kategori, yaitu aqidah, ibadah, dan akhlak, serta mu’amalah.
Kategori mu’amalah disini dijabarkan ke dalam materi-materi kemajuan
dibidang sosial, dan ekonomi melalui berbagai usaha yang terorganisir
untuk kemajuan hidup umat dan bangsa di seluruh tanah air juga kemajuan kemanusiaan di muka bumi pada umumnya.
b. Apa sumber materi yang menjadi rujukan Yayasan Khazanah Kebajikan? Jawab: Yang menjadi rujukan dalam dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan
adalah Al-Qur’an dan Al-Hadits, sebagai sumber utama dan juga hasil ijtihad para ulama yang merupakan hasil dari interpretasi tidak terikat pada
satu mazhab.
c. Materi apa yang paling penting menurut Yayasan Khazanah Kebajikan
yang harus dimiliki oleh umat?
Jawab: Materi dakwah yang paling penting menurut Yayasan Khazanah
Kebajikan adalah masalah aqidah, yakni memurnikan aqidah yang jauh
dari takhayul bid’ah dan khurafat atau yang sering dikenal dengan sebutan
“TBC”. Namun demikian materi materi lain yang dianggap penting
menurut Yayasan Khazanah Kebajikan juga adalah masalah ekonomi,
karena masyarakat akan berdaya manakala ekonomi mereka (masyarakat)
kuat, untuk itu maka pesan dakwah yang diprioritaskan dan dilancarkan
secara gencar dalam misi dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan adalah
berorientasi pada perbaikan kesejahteraan ekonomi masyarakat.
6. Metode Dakwah a. Apa metode dakwah yang dimiliki oleh Yayasan Khazanah Kebajikan?
Jawab: Metode dakwah yang dilakukan oleh Yayasan Khazanah Kebajikan adalah sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah surat an-Nahl ayat 125,
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik”.
Metode dakwah dengan hikmah adalah dengan mempergunakan strategi yang tepat seperti menggunakan media penerbitan dsb, metode dakwah
dengan mau’idzotil hasanah (perkataan yang baik) adalah diperuntukan
pada objek dakwah konvensional yakni orang-orang yang membutuhkan
tentang ajaran Islam, sedangkan mujadalah ahsan adalah dengan bentuk
semacam diskusi, seminar, dsb, hal ini dipergunakan bagi kalangan
masyarakat intelektual yang sekiranya pemikran-pemikirannya perlu
dibenahi.
b. Metode dakwah bagaimana yang sulit dihadapi oleh Yayasan Khazanah
Kebajikan?
Jawab: Yang dirasa sulit untuk diterapkan dalam dakwah Yayasan Khazanah
Kebajikan adalah metode mujadalah, karena memerlukan parsitipatif dari
mad’u dan diperlukan kesamaan program, kesejahteraan hidup, juga
memerlukan kesabaran dalam berdialog, tidak lekas emosional sehingga mad’u dapat menerima pesan dakwah dengan lapang dada dan kesadaran
yang penuh dalam memahami ajaran Islam.
c. Metode dakwah apa yang paling sering dipakai oleh Yayasan Khazanah Kebajikan?
Jawab: Metode dakwah yang sering digunakan oleh Yayasan Khazanah Kebajikan
adalah metode mauidzah, yakni dengan ceramah.
7. Media Dakwah
a. Apa media dakwah yang dimiliki oleh Yayasan Khazanah Kebajikan? Jawab: Media dakwah yang dipergunakan oleh Yayasan Khazanah Kebajikan
secara umum adalah dengan menggunakan lembaga Yayasan Khazanah Kebajikan sebagai wadah atau organisasi.
b. Media dakwah bagaiamana yang sulit diterapkan oleh Yayasan Khazanah
Kebajikan?
Jawab: Media dakwah yang dirasa sulit digunakan dan dirasa belum berhasil
dilaksanakan oleh Yayasan Khazanah Kebajikan adalah dengan memiliki
media elektronik sebagai media dakwah milik pribadi Yayasan Khazanah
Kebajikan juga penerbitan buku belum juga maksimal, karena
membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan juga membutuhkan ahli
dibidangnya. Hal ini belum terlaksana dimungkinkan karena fokus dakwah
Yayasan Khazanah Kebajikan lebih banyak pada masalah pendidikan.
c. Media dakwah yang sering dipakai oleh Yayasan Khazanah Kebajikan?
Jawab: Media dakwah yang sering digunakan oleh Yayasan Khazanah Kebajikan adalah dengan menggunakan masjid-masjid, sekolah-sekolah karena
fasilitasnya sudah ada dan tidak repot mempersiapkan karena memang sudah tinggal memanfaatkan saja.
I. Petunjuk Pengisian
1. Jawaban cukup dengan menyebutkan isi jawabannya
2. Kerahasiaan isi angket ini terjamin dan hanya akan dipergunakan bagi
kepentingan ilmiah.
3. Terima kasih banyak atas segala partisipasi yang diberikan
II. Identitas Responden
1. Jenis Kelamin : ………………………….......
2. Usia : ……………………………...
3. Pendidikan : ……………………………...
4. Pekerjaan : ……………………………...
III. Petanyaan
1. Bagaimana tanggapan anda tentang aktivitas dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan?
a. Sangat baik b. Baik c. Tidak Baik d. Tidak Tahu
2. Bagaimana perasaan anda sebelum mengikuti aktivitas di Yayasan Khazanah Kebajikan?
a. Rendah diri b. Frustasi c. Bimbang d. Tidak tahu
3. Bagaimana perasaan anda setelah mengikuti aktivitas di YKK ?
a. Tenang dan damai b. Cemas c. Gelisah d. Biasa saja
4. Bagaimana tanggapan anda tentang sikap pembimbing di YKK ?
a. Sangat baik b. Sombong c. Membosankan d. Biasa saja
5. Bagaimana tanggapan anda tentang pengaruh dakwah YKK dalam
meningkatkan pengamalan ajaran agama?
a. Berpengaruh b. Tidak Berpengaruh c. Biasa saja
d. Tidak tahu
6. Bagaimana tanggapan anda tentang peran dakwah YKK dalam
membentuk kepribadian yang baik? a. Berpengaruh b. Tidak berpengaruh c. Biasa saja d. Tidak tahu
7. Bagaimana kesadaran anda dalam menjalankan ibadah? a. Rajin c. Biasa saja
b. Malas d. Tidak tahu
8. Bagaimana sikap anda dalam menjalankan shalat berjamaah setelah mengikuti aktivitas di YKK?
a. Rajin c. Biasa saja b. Malas d. Tidak tahu
9. Bagaimana menurut anda tentang dampak shalat tahajuud dalam
meningkatkan peningkatan ibadah?
a. Sangat berdampak c. Biasa saja
b. Tidak berdampak d. Tidak tahu
10. Bagaimana sikap anda ketika menerima sumbangan atau santunan?
a. Senang c. Biasa saja
b. Tidak senang d. Tidak tahu
11. Bagaimana menurut anda tentang kajian khusus Islam dalam
meningkatkan pengertian dan penghayatan ajaran Islam?
a. Baik c. Biasa saja b. Tidak baik d. Tidak tahu
12. Bagaimana menurut anda tentang peran YKK dalam memecahkan masalah
anda? a. Sangat membantu b. Tidak membantu c. Biasa saja d. Tidak tahu