efisiensi program tuna netra berdaya tangerang...

153
i EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG SELATAN BERBASIS MODAL KERJA ZIS (Studi Pada Masyarakat Mandiri – Dompet Dhuafa) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) ANNISA KHAERANI NIM 108046100110 KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M

Upload: buidang

Post on 22-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

i

EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG

SELATAN BERBASIS MODAL KERJA ZIS

(Studi Pada Masyarakat Mandiri – Dompet Dhuafa)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

ANNISA KHAERANI NIM 108046100110

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/2014 M

Page 2: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

ii

Page 3: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

iii

Page 4: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

iv

Page 5: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

v

ABSTRAK

ANNISA KHAERANI. NIM 108046100110. Efisiensi Program Tuna Netra Berdaya Tangerang Selatan Berbasis Modal Kerja ZIS (Studi Pada Masyarakat Mandiri – Dompet Dhuafa). Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014. Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra Berdaya Tangerang Selatan di Masyarakat Mandiri dan perbandingan tingkat efisiensi tuna netra yang berprofesi sebagai pemijat, pedagang kerupuk, maupun berprofesi keduanya (pemijat dan pedagang kerupuk). Penelitian ini termasuk penelitian (kuantitatif-kualitatif), dimana hasil observasi dan wawancara yang dilakukan menjadi pelengkap pembahasan dari hasil olah data dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Model DEA yang digunakan memakai asumsi CRS – output oriented. Objek penelitian yaitu tuna netra yang mendapatkan modal kerja dari Masyarakat Mandiri yang menyalurkan modal tersebut untuk kegiatan usaha. Hasil analisis DEA menunjukkan bahwa pada kelompok pemijat memperoleh tingkat rata-rata efisiensi pemijat sebesar 86.38%, kelompok pedagang kerupuk mencapai tingkat efisiensi sebesar 78.60 %, dan kelompok yang merangkap profesi keduanya (pemijat dan pedagang kerupuk) mendapatkan nilai efisien sebesar 74.99%. Jadi, tingkat efisiensi rata-tata tuna netra berdaya mencapai perolehan nilai efisien sebesar 79.86%. Kata kunci: Efisiensi, Tuna Netra , Modal Kerja, Masyarakat Mandiri, Data Envelopment Analysis Pembimbing : 1. Dr. Rumadi, M.Ag 2. Hermawan Setiawan, S.Si, M.TI

Page 6: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

vi

KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Alhamdulillaah atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efisiensi Program Tuna Netra Berdaya

Tangerang Selatan Berbasis Modal Kerja ZIS (Studi Pada Masyarakat

Mandiri-Dompet Dhuafa”. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada teladan kita

Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, pengikutnya yang setia hingga akhir

zaman.

Penulisan karya ilmiah dalam bentuk skripsi ini merupakan salah satu syarat

menyelesaikan studi strata satu (S1) guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

Syariah (S.E.Sy) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini tentunya tidak sedikit

mengalami tantangan dan hambatan. Sebuah kehormatan bagi penulis untuk

mempersembahkan yang terbaik untuk orang tua, seluruh keluarga penulis,

almamater, sahabat, serta pihak-pihak yang turut membantu dalam penyelesaian

skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr.H. JM. Muslimin, M.A., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Euis Amalia, M.Ag., selaku ketua Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam)

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 7: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

vii

3. Mu’min Rauf, M.A., selaku sekretaris Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam)

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

membantu memberi arahan dan saran kepada penulis terkait penyelesaian skripsi.

4. Dr. Hj. Azizah,M.A., selaku dosen pembimbing akademik PS-C 2008 yang telah

banyak membantu dalam hal akademik penulis.

5. Dr. Rumadi, M.Ag dan Hermawan Setiawan, S.Si, M.TI selaku dosen

pembimbing skripsi atas kebaikan hati dan kontribusi dalam memberikan arahan,

saran dan kritik yang membangun dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Pihak-pihak dari Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa yang telah memberikan

izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian dan bersedia memberikan

data terkait penelitian penulis.

7. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah ikhlas dalam mengajar

dan berbagi ilmunya dengan penulis, serta seluruh staff dan karyawan Fakultas

Syariah dan Hukum yang sudah banyak membantu administrasi perkuliahan

hingga selesai.

8. Seluruh staff dan karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dan Perpustakan Fakultas Syariah dan Hukum atas ketersediaan referensi yang

cukup lengkap.

9. Kedua orang tua tercinta, yaitu Ayahanda Abdul Wa’id dan Ibunda Kartini atas

limpahan cinta, kasih sayang, doa, dan motivasi baik secara materil maupun

imateril serta saudara-saudara penulis, Bayu Aji Pratama dan Muhammad Anwar

Ibrahim atas dukungannya selama penyelesaian skripsi ini.

Page 8: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

viii

10. Sahabat terbaik Fahrini, Amalia, Ratna, Husnul, Isti, Afifah, Fasih, Hana, Sella,

Adhisti yang telah hadir memberikan inspirasi dan dukungan kepada penulis.

11. Rekan-rekan yang bersedia meluangkan waktunya untuk diskusi dan konsultasi

terkait penyelesaian skripsi yaitu Nancy, Zahro, Anwar, Agung, Asep, Yulian,

dan Mba Abrista Devi.

12. LDK Syahid dan Komda FSH yang telah mempertemukan penulis dengan

saudara/i yang begitu luar biasa, antara lain: Kak Faathimah, Bibeh, Wulan,

Dzukhroh, Rhino, Usman, Adrian, Ihsan, Zaky, Tyas, Dewi, Dina, Firda, Yayan,

Syifa, dan lain-lain. Jazakumullah khairan atas persaudaraan yang telah terjalin.

13. Teman-teman PS C (Piscok) , KAMMI Daerah Tangerang Selatan, Forum

Alumni Rohis Irmas Al-Kautsar (FORLAST), Rohis SMA 2 Tangerang Selatan,

Tim Sunnah itu Mudah. Penulis bahagia dan bangga menjadi bagian dari hidup

kalian . Terimakasih atas inspirasi, keceriaan dan kenangan indah selama ini.

14. Seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang secara langsung

maupun tidak langsung telah turut membantu terselesaikannya skripsi ini.

Semoga hasil karya penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi

perkembangan ekonomi Islam dan berguna untuk masyarakat luas.

Wassalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

Jakarta, 12 Mei 2014

Penulis

Page 9: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL I

HALAMAN PERSETUJUAN Ii

HALAMAN PENGESAHAN Iii

LEMBAR PERNYATAAN Iv

ABSTRAK V

KATA PENGANTAR Vi

DAFTAR ISI Ix

DAFTAR TABEL Xiii

DAFTAR RUMUS Xiv

DAFTAR GAMBAR Xv

DAFTAR LAMPIRAN Xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Batasan dan Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat Penelitian

E. Metodologi Penelitian

1. Lokasi dan Waktu Penelitian

2. Jenis Penelitian

3. Objek Penelitian

3. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

6. Teknik Analisa Data

7. Spesifikasi Input dan Output

8. Tinjauan Studi Terdahulu

1

6

7

7

8

8

9

10

11

11

15

16

Page 10: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

x

F. Sistematika Penulisan 21

BAB II ZAKAT, INFAQ, SHADAQAH (ZIS) DAN KONSEP

PEMBERDAYAAN DALAM ISLAM

A. Zakat, Infaq, dan Shadaqah

1. Pengertian Zakat, Infaq, dan Shaqadah

2. Tujuan Zakat, Infaq, dan Shaqadah

B. Konsep Pemberdayaan dan Pendayagunaan ZIS

1. Pengertian Pemberdayaan

2. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

3. Pola-pola Pemberdayaan Ekonomi

4. Pemberdayaan Melalui ZIS

24

26

27

28

29

32

BAB III EFISIENSI DAN MODAL KERJA

A. Efisiensi

1. Pengertian dan Konsep Efisiensi

2. Pendekatan Ukuran Efisiensi

2.1 Pendekatan Sisi Input

2.2 Pendekatan Sisi Output

3. Data Envelopment Analysis (DEA)

3.1 Model-model DEA

3.1.1 Constant Return to Scale

3.1.2 Variable Return to Scale

3.2 Return to Scale

3.4 Kelebihan dan Kelemahahan DEA

B. Modal Kerja

1. Pengertian Modal Kerja

2. Jenis-jenis Modal Kerja

3. Sumber-sumber Modal Kerja

36

40

40

43

45

46

47

50

52

53

54

56

Page 11: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

xi

BAB IV ANALISIS PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA DI

TANGERANG SELATAN BERBASIS MODAL

KERJA ZIS

A. Gambaran Umum Masyarakat Mandiri – Dompet

Dhuafa

1. Sejarah Bedirinya Masyarakat Mandiri

2. Visi dan Misi

3. Tujuan

4. Struktur Organisasi Masyarakat Mandiri

B. Gambaran Mengenai Program Tuna Netra Berdaya

Tangerang Selatan

1. Latar Belakang Program

2. Tahapan Pelaksanaan Program

C. Pengujian dan Analisis Data

1. Analisis Deskriptif

1.1 Deskripsi Responden

1.2Kondisi Responden Sebelum Mengikuti

Program

1.3Kondisi Responden Sesudah Mengikuti

Program

2. Hasil Pengukuran Efisiensi

2.1 Analisis DEA

2.1.1 Efisiensi Rata-rata Tuna Netra

2.1.2 Efisiensi Kelompok Pemijat

2.1.3 Efisiensi Kelompok Pedagang Kerupuk

2.1.4Efisiensi Kelompok Pemijat dan Pedagang

Kerupuk

60

62

63

64

65

67

69

80

82

84

84

85

87

89

90

Page 12: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

xii

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

95

96

DAFTAR PUSTAKA 98

LAMPIRAN

Page 13: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Populasi 9

Tabel 1.2 Spesifikasi Input dan Output Pendekatan Produksi 15

Tabel 1.3 Tinjauan Studi Terdahulu 16

Tabel 4.1 Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 70

Tabel 4.2 Profil Responden Berdasarkan Usia 71

Tabel 4.3 Profil Responden Berdasarkan Status Marital 72

Tabel 4.4 Profil Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 73

Tabel 4.5 Profil Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan 74

Tabel 4.6 Profil Responden Berdasarkan Asal Daerah (Suku) 75

Tabel 4.7 Profil Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja 76

Tabel 4.8 Profil Responden Berdasarkan Status Kepemilikan

Rumah

77

Tabel 4.9 Profil Responden Berdasarkan Pendapatan Sebelum

dan Sesudah Mengikuti Program

78

Tabel 4.10 Profil Responden Berdasarkan Pengeluaran Sebelum

dan Sesudah Mengikuti Program

79

Tabel 4.11 Efisiensi Tuna Netra Berdaya 85

Tabel 4.12 Efisiensi Kelompok Pemijat 87

Tabel 4.13 Target Of Unit Zaini Efficiency 88

Tabel 4.14 Efisiensi Kelompok Pedagang Kerupuk 89

Tabel 4.15 Target Of Unit Sudirno Efficiency 90

Tabel 4.16 Efisiensi Kelompok Pemijat dan Pedagang Kerupuk 90

Tabel 4.17 Target Of Unit Jajang Efficiency 91

Tabel 4.18 Efisiensi Gabungan Kelompok Usaha 92

Page 14: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

xiv

DAFTAR RUMUS

Rumus (3.1) Efisiensi Relatif 39

Rumus (3.2) Rasio Ukuran Efisiensi Teknis Pendekatan Input 42

Rumus (3.3) Rasio Ukuran Efisiensi Alokatif Pendekatan Input 42

Rumus (3.4) Rasio Ukuran Efisiensi Ekonomis Pendekatan Input 43

Rumus (3.5) Rasio Ukuran Efisiensi Teknis Pendekatan Output 44

Rumus (3.6) Rasio Ukuran Efisiensi Alokatif Pendekatan Output 45

Rumus (3.7) Rasio Ukuran Efisiensi Ekonomis Pendekatan Output 45

Rumus (3.8) Persamaan Linier CRS 47

Rumus (3.9) Persamaan Efisiensi Teknis Keseluruhan 48

Rumus (3.10) Persamaan Linier VRS 48

Page 15: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Tahapan Data Envelopment Analysis 12

Gambar 3.1 Kurva Efisiensi Pendekatan Input 41

Gambar 3.2 Kurva Efisiensi Pendekatan Output 44

Gambar 3.3 Kurva Efisiensi CRS dan VRS 49

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Masyarakat Mandiri 64

Gambar 4.2 Ringkasan Program Pelaksanaan Masyarakat Mandiri 67

Gambar 4.3 Profil Responden Tuna Netra Berdaya Berdasarkan

Pendapatan Responden Sebelum dan Sesudah

Mendapatkan Modal Kerja dari Masyarakat Mandiri

Dompet Dhuafa

78

Gambar 4.4 Profil Responden Tuna Netra Berdaya Berdasarkan

Pengeluaran Responden Sebelum dan Sesudah

Mendapatkan Modal Kerja dari Masyarakat Mandiri

Dompet Dhuafa

79

Gambar 4.5 Efisiensi Gabungan (Pemijat, Pedagang Kerupuk ,

serta Pemijat dan Pedagang Kerupuk)

92

Page 16: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Draft Kuisioner Penelitian Lampiran 2 Hasil Wawancara Responden Lampiran 3 Data Input dan Output Penelitian Lampiran 4 Hasil Olah Data DEA Lampiran 5 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 6 Surat Permohonan Data dan Wawancara Lampiran 7 Surat Keterangan Penelitian

Page 17: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Saat ini, banyak Badan Amil Zakat (BAZ) maupun Lembaga Amil Zakat

(LAZ) yang memiliki program pemberdayaan kaum dhuafa. Lembaga

Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa merupakan salah satu jejaring Dompet

Dhuafa yang fokus pada kegiatan melakukan pemberdayaan kaum dhuafa,

terutama di bidang ekonomi. Program Tuna Netra Berdaya adalah salah satu

program pemberdayaan kaum disabilitas khususnya tuna netra dengan cara

pembentukan kelompok-kelompok usaha tuna netra. Kegiatan pemandirian tuna

netra merupakan fokus utama kegiatan Masyarakat Mandiri dengan cara

melakukan pendampingan kepada komunitas sasaran sebagai upaya untuk

mengurangi kemiskinan. Adapun pemberian modal pada komunitas sasaran

bersumber dari dana ZIS.

Potensi zakat di Indonesia begitu sangat luar biasa. Menurut Ketua Bidang

Jaringan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), dr.H.Naharus Surur,M.Ked,

potensi zakat di Indonesia bisa menandingi APBN. 1 Berdasarkan hasil riset

Islamic Development Bank (IDB) pada 2010 disebutkan jika potensi zakat di

1 “Potensi Zakat di Indonesia”, artikel diakses pada 30 Mei 2013 dari

http://www.hidayatullah.com/read/18116/21/07/2011/potensi-zakat-indonesia-tahun-2011-mencapai-rp.-217-triliun.html

Page 18: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

2

Indonesia mencapai Rp. 100 triliun. Sementara di tahun 2011, jumlahnya semakin

meningkat, potensi zakat mencapai Rp. 217 triliun, dengan perincian Rp. 117

triliun dari rumah tangga dan Rp. 100 triliun dari perusahaan-perusahaan milik

Muslim. Meski jumlah potensinya besar, tetapi menurutnya, jumlah nilai zakat

yang terealisasi hanya Rp. 1.2 triliun. Ini menunjukkan kesadaran penduduk

Indonesia dalam berzakat masih tergolong rendah.

Prof.Dr.KH.Didin Hafiduddin,M.Sc, Ketua Umum BAZNAS juga

menyatakan bahwa potensi zakat di Indonesia sebesar Rp 217 triliun atau 1,8

sampai 4,34% dari Gross Domestic Product (GDP). Meski demikian,

menurutnya pada kenyataannya penerimaan zakat tak mencapai Rp 217 triliun.

Peran Badan Pengelolaan Zakat seperti BAZ maupun LAZ memang mengalami

peningkatan dalam segi penghimpunan dana ZIS. Hal ini terlihat dari jumlah

zakat yang terkumpul setiap tahun. Pada tahun 2012, jumlah zakat sebesar Rp

2,3 triliun, meningkat sebesar 0,8% dari tahun sebelumnya, yaitu Rp 1,73

triliun.2 Kenaikan itu otomatis juga berdampak pada kenaikan penerima zakat.

Penerimanya sebesar 2,8 juta jiwa atau 9,03% dari jumlah penduduk miskin di

Indonesia yang berjumlah 31 juta jiwa atau 12,49% dari penduduk Indonesia.

Zakat, Infaq dan Shadaqah merupakan potensi yang sangat besar bila

didayagunakan untuk kepentingan pemberdayaan kaum dhuafa. Namun, selama

2 “Potensi Zakat Indonesia”, artikel diakses pada 19 April 2014 dari

http://news.liputan6.com/read/648347/baznas-potensi-zakat-indonesia-capai-rp-217-triliun#sthash.i1VB5Du0.dpuf

Page 19: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

3

ini pola pendayagunaan zakat lebih banyak yang bersifat konsumtif

konvensional, yakni hanya terfokus menyantuni kaum fakir miskin dalam upaya

mengurangi beban hidup dan memenuhi kebutuhan dasar mereka. Pola

konvensional seperti ini, menyebabkan pendayagunaan dana umat berupa zakat,

pendekatannya bersifat statis, kurang optimal dan belum revolusioner. Hal ini

menunjukkan bahwa penyaluran zakat belum mampu memberdayakan dan

menyentuh semua lapisan kelompok lemah (dhuafa). 3

Pengelolaan zakat produktif sendiri dapat dibedakan dengan pengelolaan

zakat konsumtif. Dalam zakat produktif, amil zakat lembaga atau perorangan

yang mendistribusikan harta zakat bertugas untuk mendistribusikan zakat

kepada mustahiq dengan bentuk modal. Berbeda dengan zakat konsumtif yang

hanya memberikan sejumlah uang ataupun bahan-bahan makanan pokok. Dari

berbagai masalah yang timbul dalam perekonomian Indonesia, pendistribusian

zakat produktif dengan bentuk modal dan pelatihan kepada mustahiq zakat

diharapkan menjadi salah satu dari solusi permasalahan tersebut, sehingga

seorang mustahiq zakat dapat menjadi muzakki.4

Seperti yang dijelaskan di atas, salah satu bentuk pendayagunaan dana zakat

produktif adalah kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat dhuafa.

3 Masdar F Mas’udi, Didin Hafidhuddin, dll, Reinterpretasi Pendayagunaan ZIS, (Jakarta :

Piramedia, 2004), h. 116 4 Jabbar Sambudi, dkk, ”Membumikan Ekonomi Islam dengan Optimalisasi Zakakat

Produktif dalam Mengentaskan Kemiskinan”, artikel diakses pada 19 April 2014 dari http://d-jabbars.blogspot.com/2014/02/membumikan-ekonomi-islam-dengan.html

Page 20: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

4

Pemberdayaan ekonomi masyarakat bertujuan untuk memberdayakan potensi-

potensi mereka untuk memenuhi kebutuhan hidupnya agar terciptanya

kemandirian. Kegiatan pemberdayaan masyarakat tidak hanya terbatas pada

orang yang mempunyai fisik secara sempurna, namun juga bisa pada orang yang

yang memiliki keterbatasan fisik (cacat) yang biasa disebut dengan penyandang

disabilitas.

World Health Organization (WHO) memberikan definisi disabilitas sebagai

keadaan terbatasnya kemampuan (disebabkan adanya hambatan) untuk

melakukan aktivitas dalam batas-batas yang dianggap normal manusia.

Disabilitas sendiri terdiri dari beberapa jenis dan salah satunya yaitu tuna netra

(orang yang tidak bisa melihat).5 Menurut Persatuan Tuna Netra Indonesia

(Pertuni), tuna netra adalah mereka yang tidak memiliki penglihatan sama sekali

(buta total) hingga mereka yang masih memiliki sisa penglihatan, namun tidak

mampu menggunakan penglihatannya untuk membaca tulisan biasa berukuran

12 poin dalam keadaan cahaya normal meskipun dibantu dengan kacamata

(kurang awas).

5 Eldo Herbadella Tobing, “Tuna Netra: Dengan Aku Mengerti Dunia, Dengan Jari Aku

Berkarya”, jurnal ini diakses pada 19 April 2014 dari http://www.academia.edu/4344527/Tunanetra_Dengan_Telinga_Aku_Mengerti_Dunia_Dengan_Jari_Aku_Berkarya

Page 21: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

5

Di Indonesia, jumlah tuna netra tergolong banyak sekitar 3,5 juta jiwa dari

jumlah keseluruhan penduduk Indonesia.6 Pada umumnya, masyarakat masih

memandang skeptis dan melihat tuna netra sebagai kaum yang marginal, padahal

mereka pun sebenarnya mempunyai hak yang sama dalam kehidupan

bermasyarakat. Mereka juga memiliki potensi untuk mengembangkan

keterampilan dan keahlian yang ada dalam diri mereka tersebut meskipun

dengan keterbatasan fisik.

Sering kita jumpai tuna netra di sekitar kita masih banyak yang menjadi

pengemis dan pengamen jalanan. Akan tetapi, masih ada tuna netra yang

mempunyai mental ‘anti meminta-minta’ kepada orang lain, contohnya mereka

yang berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara menjadi pemijat atau

pedagang kerupuk keliling. Namun, kondisinya sebenarnya juga masih

memperihatinkan karena seringkali mereka terkendala pada permasalahan modal

dalam perputaran dana untuk kegiatan usaha mereka.

Efisiensi merupakan salah satu parameter yang sering digunakan untuk

mengukur kinerja organisasi. Tujuannya adalah untuk mendapatkan tingkat

output yang optimal dengan input yang ada, atau mendapatkan tingkat input yang

paling minimum dengan tingkat output tertentu. Dalam menjalankan sebuah

kinerja program, diperlukan efisiensi dalam manajemen program tersebut yakni

6 “Tuna Netra di Indonesia”, artikel di akses pada 19 April 2014 dari

http://www.merdeka.com/peristiwa/jumlah-tunanetra-di-indonesia-setara-dengan-penduduk-singapura.html

Page 22: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

6

penggunaan input yang ada untuk pencapaian output yang optimal. Sebuah unit

dikatakan efisien apabila nilainya mencapai angka 100% . Semakin ia menjauhi

dari angka 100% atau mendekati angka 0%, maka ia semakin tidak efisien.

Berdasarkan masalah tersebut, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut

mengenai “Efisiensi Program Tuna Netra Berdaya Tangerang Selatan

Berbasis Modal Kerja ZIS (Studi pada Masyarakat Mandiri - Dompet

Dhuafa).”

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Cakupan penelitian penilaian efisiensi ini dibatasi pada profil dan perilaku

sasaran program (mustahiq tuna netra) dengan menggunakan metode Data

Envelopment Analysis (DEA). Kemudian pada analisis dengan metode DEA,

penulis membatasi hanya pada pendekatan produksi asumsi, Constant Return

to Scale (CRS) – Output Oriented. Pemilihan ini disebabkan kesesuaian

metode pendekatan tersebut dengan objek yang diteliti.

Kemudian agar lebih terarah sesuai dengan tema yang dibahas, maka

masalah yang akan diteliti lebih lanjut dirumuskan ke dalam pertanyaan,

yaitu: Bagaimana perbedaan tingkat efisiensi tuna netra yang berprofesi

sebagai pemijat, pedagang kerupuk, serta berprofesi gabungan keduanya

(pemijat dan pedagang kerupuk) pada Program Tuna Netra Berdaya di

Tangerang Selatan dari Masyarakat Mandiri – Dompet Dhuafa?

Page 23: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

7

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulisan skripsi adalah:

Untuk menganalisis dan mengetahui perbandingan tingkat efisiensi tuna netra

berdasarkan profesinya pada Program Tuna Netra Berdaya Tangerang Selatan

Masyarakat Mandiri – Dompet Dhuafa, sehingga menjadi sebuah evaluasi, solusi,

dan bahan pertimbangan dalam membentuk dan mengembangkan program

pemberdayaan masyarakat menjadi lebih efektif, efisien, dan berkualitas baik

dalam upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Bagi Lembaga Masyarakat Mandiri - Dompet Dhuafa

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan evaluasi dan

masukan dalam pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat khususnya

pada objek tuna netra agar menjadi lebih baik.

2. Bagi Peneliti

Meningkatkan wawasan keilmuan dan pemahaman yang lebih luas mengenai

analisis dan penilaian efisiensi dengan menggunakan DEA serta sebagai

kontributor pengembangan khasanah ekonomi islam.

Page 24: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

8

3. Bagi Dunia Penelitian

Memberikan informasi kepada seluruh pihak mengenai tingkat efisiensi pada

program pemberdayaan zakat dengan metode DEA. Selain itu, menjadi

masukan dan saran bagi praktisi, akademisi dalam pengembangan penelitian

selanjutnya sehingga bisa menjadi perbandingan bagi penelitian yang lain.

E. Metodologi Penelitian

1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini merupakan studi pada salah satu program pemberdayaan

masyarakat disabilitas dari Masyarakat Mandiri yaitu Tuna Netra Berdaya.

Pemilihan lokasi penelitian ini ditentukan secara sengaja (purposive) di

daerah Tangerang Selatan. Pengambilan data penelitian dilakukan pada

September 2013 sampai dengan Januari 2014 .

2. Jenis Penelitian

Penelitian ini jika dilihat dari segi pendekatan termasuk penelitian

studi kasus. Penelitian studi kasus yaitu penelitian dengan karakteristik

masalah yang berkaitan dengan latar belakang dan kondisi saat ini dari

subjek yang diteliti, serta interaksinya dengan lingkungan.7Sedangkan,

dari segi sifat dan jenis data termasuk penelitian gabungan (kuantitatif-

kualitatif), dimana hasil observasi dan wawancara yang dilakukan menjadi

7 Ety Rochaety, dkk, Metodologi Penelitian Bisni s : Dengan Aplikasi SPSS, (Jakarta : Mitra

Wacana Media, 2007), h. 16

Page 25: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

9

pelengkap pembahasan dari hasil olah data dengan metode Data

Envelopment Analysis (DEA).

3. Objek Penelitian

Populasi adalah sekumpulan orang atau objek yang memiliki

kesamaan satu atau beberapa hal yang membentuk masalah pokok suatu

penelitian.8 Populasi dalam penelitian ini adalah mustahiq yang

mendapatkan modal kerja/pembiayaan dari Masyarakat Mandiri dalam

kurun waktu sekitar 1 tahun. Mustahiq berjumlah sebanyak 27 orang, yang

kemudian dibagi menjadi 3 kelompok pendampingan yaitu Kelompok

Cahaya Purnama Mandiri, Kelompok Sukses Mandiri, dan Kelompok

Sumber Rezeki. Berhubung jumlah populasi dalam penelitian ini tidak

banyak, maka penulis meneliti semua data populasi. Berikut penulis

paparkan data populasi yang diteliti ke dalam bentuk tabel:

Tabel 1.1 Data Populasi

No. Nama Kelompok Nama Responden 1

Cahaya Purnama Mandiri

Surahat 2 Suparlan 3 Jajang Sumantri 4 Casmona 5 Sunarti 6 Istato 7 Wagiman 8 Dudung 9 Sukirman

10 Madhalim 11

Sukses Mandiri Solichin

12 R. Yoga Swara

8 Muhammad, “Metode Penelitian Ekonomi Islam Pendekatan Kuantitatif”, (Yogyakarta : PT

Rajawali Press, 2008), h. 161

Page 26: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

10

13 Zaini 14 Moch. Yunus 15 Sudirno 16 Supriyadi 17 Suripto 18 Suparmanto 19 Ujang Saepuddin

20 Ujib 21

Sumber Rezeki

Sutarno 22 Tamam Rabuk 23 Darwati 24 Ngadiyem 25 M. Syahrun 26 Siti Aminah 27 Slamet

4. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Data jika digolongkan menurut asal sumbernya dapat dibagi menjadi

dua, yaitu data primer dan data sekunder.9

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari objek

yang akan diteliti (responden). Adapun penelitian ini memperoleh data

primer dengan menggunakan instrumen penelitian interview guide.

Diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden, yaitu

mustahiq yang menjadi anggota Program Tuna Netra Berdaya

Tangerang Selatan.

9 Bagong Suyanto dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial (Ed.), cet. 4, (Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2008), h. 55-56

Page 27: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

11

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari lembaga atau

institusi tertentu, seperti Biro Pusat Statistik, Lembaga Masyarakat

Mandiri, dan lain-lain. Selain itu, data-data pendukung lainnya yang

bersumber dari kajian kepustakaan (library reseacrh) dari berbagai

referensi buku, makalah, jurnal penelitian, dan sumber-sumber tertulis

lainnya yang dapat dijadikan acuan teori masalah yang akan dibahas.

5. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Dari penjelasan sebelumnya bahwa jenis data yang dipakai merupakan

data gabungan (kualitatif-kuantitatif). Data kualitatif digunakan untuk

melengkapi pembahasan hasil analisa data kuantitatif. Kemudian, metode

DEA digunakan untuk menganalisa data kuantitatif, yaitu mengukur

tingkat efisiensi program Tuna Netra Berdaya di Masyarakat Mandiri

Dompet Dhuafa. Dalam mengukur tingkat efisiensinya, alat pendukung

pengolahan dan analisis data yang digunakan yaitu software DEAWIN

dan Microsoft Excel.

6. Teknik Analisa Data

Teknik pengukuran tingkat efisiensi dengan menggunakan DEA,

langkah-langkah pengukuran mengikuti kerangka kerja sebagai berikut:

Page 28: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

12

Gambar 1.1 Tahapan Data Envelopment Analysis (DEA)10

Dari proses tahapan di atas dapat diketahui kerangka kerja dalam melakukan

analisis DEA, diantaranya adalah: 11

a. Menentukan Decision Making Unit (DMU)

DMU merupakan unit operasional yang akan dijadikan sebagai entitas

pengambilan keputusan atau unit bisnis yang akan diuji tingkat efisiensinya.

10 Hendri Tanjung dan Abrista Devi, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam, (Jakarta :

Gramata Publishing, 2013), h. 340 11 Hendri Tanjung dan Abrista Devi, h. 338 - 339

Menentukan DMU

Menentukan Pendekatan

Menentukan Variabel Input dan Output

Mengumpulkan data

Menentukan Metode DEA

Melakukan Sintesis dan Analisis

Return to scale Reference Set Potential Improvement DEA

DRS CRS IRS Scale Technical Overall

Page 29: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

13

DMU dapat berupa perusahaan yang profit oriented maupun non profit

oriented (charity). Contoh dari DMU antara lain: profit center, unit bisnis,

strategic business unit, cabang, outlet, tim, divisi, dan sebagainya.

b. Menentukan Pendekatan

Pada umumnya penentuan pendekatan ini tidak ada teori khusus yang harus

diikuti. Pencapaian dari tujuan operasional pada tiap-tiap unit dapat

dijadikan sebagai pendekatan untuk mengukur ”good performance”. Di

industri perbankan, ada tiga pendekatan yang berbeda untuk mengukur

tingkat performa aktifitas perbankan, yaitu: 1) pendekatan produksi; 2)

pendekatan intermediasi; dan 3) pendekatan nilai aset. Pemilihan

pendekatan ini akan mempengaruhi pada penentuan variabel-variabel input

dan output yang akan digunakan untuk pengujian efisiensi.

c. Memilih Variabel Input-Output

Memillih variabel pada analisis DEA merupakan tahapan yang paling

penting untuk melakukan penilaian pada setiap DMU serta untuk menguji

bahwa variabel-variabel yang digunakan mampu menggambarkan

”performa” yang akan diukur. Sehingga dalam memilih variabel diharuskan

merujuk pada literatur yang akurat.

d. Mengumpulkan data

Setelah semua terdefinisi (DMU, pendekatan, dan variabel input-output),

tahap selanjutnya adalah mencari dan mengumpulkan data-data. Kumpulan

Page 30: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

14

data tersebut dikumpulkan dalam bentuk tabel. Tidak diperkenankan adanya

nilai yang kosong (0) pada setiap data dari setiap DMU yang terkumpul.

Jumlah DMU harus > dari jumlah total variabel-variabel input dan output.

Data dapat berupa cross section atau data panel.

e. Memilih Model DEA

Ada tiga model DEA: (1) Charnes, Chooper, Roodes (CCR) atau Constant

Return to Scale yang akan menghasilkan overall technicall efficiency, (2)

Banker, Charnes, Cooper (BCC) atau Variable Return to Scale yang akan

menghasilkan pure technicall efficiency, (3) CCR/BCC menghasilkan nilai

scale efficiency. Penetapan model DEA ini juga akan mempengaruhi

analisis selanjutnya apakah berorientasi pada input atau output. Jika

memilih orientasi input maka cenderung digunakan untuk meningkatkan

aktifitas internal, sedangkan jika berorientasi pada output untuk

mengoptimalkan output.

f. Melakukan sintesis dan analisis

Data yang sudah disusun dalam bentuk tabel pada Microsoft Excel lalu

diimpor ke dalam software frontier analisis. Software dengan sendirinya

akan melakukan sintesis pada data dari setiap variabel input dan output

untuk setiap DMU. Hasil sintesis kembali diekspor ke Microsoft Excel

untuk dilakukan analisis. Hasil analisa dapat berupa grafik perolehan hasil

Page 31: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

15

overall, technicall, dan scale effeciency serta grafik penilaian IRS, CRS,

DRS.

7. Spesifikasi Input dan Output

Variabel-variabel input dan output yang digunakan dalam penelitian

ini, penulis sajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :

Tabel 1.2 Spesifikasi Input dan Output Pendekatan Produksi

Variabel Output Sumber Data

Pendapatan sesudah mengikuti program

(Y1)

Wawancara responden

Modal yang tersalurkan Usaha (Y3)

Wawancara responden

Varibel Input Sumber Data

Usia (X1)

Wawancara responden

Tingkat Pendidikan (X2)

Wawancara responden

Jumlah Tanggungan (X3)

Wawancara responden

Konsep-konsep yang berkaitan dengan istilah yang digunakan adalah:

a. Faktor-faktor input merupakan karakteristik yang dimiliki tuna

netra berdasarkan usia, tingkat pendidikan dan jumlah tanggungan

dalam mendukung kinerja usahanya. Usia, berkaitan dengan usia

produktif seseorang dalam melakukan pekerjaannya. Menurut

BPS, usia produktif seseorang berkisar dari penduduk yang berusia

mulai 15 tahun sampai dengan 64 tahun. Kemudian tingkat

pendidikan, berkaitan dengan cara pandang, perilaku dan pembuat

Page 32: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

16

keputusan sebuah usaha yang dijalani serta jumlah tanggungan,

berkaitan dengan pengaruh perolehan pendapatan usaha.

b. Faktor-faktor output merupakan produk dari Program Tuna Netra

Berdaya yang menjadi bagian dari tujuan program, yakni

pendapatan usaha tuna netra dan penyaluran modal yang diberikan

kepada mustahiq tuna netra. Pendapatan usaha, berkaitan dengan

jumlah dana yang diperoleh seseorang atas hasil usaha yang

dijalaninya setelah mengikuti program. Kemudian, modal yang

tersalurkan untuk usaha, berkaitan dengan sejumlah dana yang

diterima mustahiq dari MM yang dimanfaatkan untuk

pengembangan usaha.

8. Tinjauan Studi Terdahulu

Penulisan skripsi ini mengarah pada penelitian-penelitian yang

sebelumnya pernah dilakukan. Hasil penelitian tersebut digunakan sebagai

pembanding dan acuan dalam menganalisa permasalahan yang dijabarkan

dalam skripsi ini. Berikut beberapa tinjauan pustaka yang telah dilakukan

sebelumnya:

Tabel 1.3 Tinjauan Studi Terdahulu

No. NamaPeneliti/Judul/Tahun/

PT/Fokus Masalah/ Metode Penelitian

Hasil Penelitian Rencana Skripsi

Page 33: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

17

1. Asep Saepullah12 “Efisiensi Perbankan Indonesia: Komparasi, Evaluasi, dan Solusi”(Studi pada BUS, Bank BUMN, dan Bank Asing)/2013/UIN Jakarta Fokus masalah: Peringkat dan rata-rata tingkat efisiensi yang dicapai Bank Umum Syariah, Bank BUMN, dan Bank Asing selama periode 2007-2012serta perbedaan tingkat efisiensi pada bank-bank tersebut selama 2007-2012. Metode penelitian: Kuantitatif dengan menggunakan DEA (VRS-input oriented), Uji Normalitas Kolomogorov Smirnov, dan Uji Mann Whitney

- Pada Bank Umum Syariah, pergerakan tingkat efisiensi BMI dan BSM cenderung stabil, namun kinerja efiisiensi BSM masih lebih baik dibandingkan BMI.

- Pada Bank BUMN, bahwa Bank BRI adalah Bank paling efisien dan terlihat stabil dan penurunan tingkat efisiensi ditahun 2008 dan 2009 lebih sedikit dibandingkan dengan Bank BUMN lainnya.

- Pada Bank Asing, ada Bank Asing yaitu Standard Chartered Bank, Citibank dan HSBC yang pergerakannya fluktuatif dan stabil.

- Tidak ada perbedaan yang signifikan pada tingkat efisiensi di ketiga kelompok bank tersebut.

Judul: Efisiensi Program Tuna Netra Berdaya Tangerang Selatan Berbasis Modal Kerja ZIS (Studi di Masyarakat Mandiri – Dompet Dhuafa) Fokus masalah: Pada penelitian ini fokus permasalahan yang akan dibahas adalah tingkat efisiensi program Tuna Netra Berdaya Tangerang Selatan di Masyarakat Mandiri dan perbandingan tingkat efisiensi tuna netra yang berprofesi sebagai pemijat, pedagang kerupuk, maupun berprofesi keduanya (pemijat dan pedagang

2. Yulian Dwiantoro13 “Penilaian Efisiensi dan Posisi Persaingan Bank Umum Syariah dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) dan Boston Consulting Group (BCG)” (Studi Kasus Pada BSM, BNIS, BMI, dan BSMI)/2013/UIN Jakarta Fokus masalah: Tingkat efisiensi empat Bank Umum Syariah di Indonesia (BSM, BNIS, BMI,dan BSMI) dan posisi persaingan ke empat bank tersebut. Metode penelitian:

- Tingkat efisiensi Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia didominasi oleh BUS Swasta, yaitu peringkat pertama dan kedua masing-masing adalah Bank Muamalat Indonesia (BMI) dengan tingkat efisiensi sebesar 99,01% dan Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI) dengan tingkat efisiensi sebesar 98,77%. Bank Umum Syariah (BUS) BUMN berada pada peringkat ketiga dan keempat yaitu Bank Negara Indonesia Syariah (BNIS) dengan tingkat efisiensi sebesar 94,67% dan Bank Syariah Mandiri sebesar 93,16%.

- Tingkat Pertumbuhan Pasar (TPP) kempat BUS termasuk kategori tinggi (dalam kaidah BCG, TPP diatas 10% termasuk

12 Asep Saepulloh, “Efisiensi Perbankan Indonesia: Komparasi, Evaluasi, dan Solusi”(Studi

pada BUS, Bank BUMN, dan Bank Asing), (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Jakarta, 2013)

13 Yulian Dwiantoro, “Penilaian Efisiensi dan Posisi Persaingan Bank Umum Syariah dengan Metode Data Envelopment Anaysis (DEA) dan Boston Consulting Group (BCG)” (Studi Kasus Pada BSM, BNIS, BMI, dan BSMI), (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Jakarta, 2013)

Page 34: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

18

Kuantitatif dengan menggunakan DEA dan BCG

tinggi) namun Pangsa Pasar Relatif (PPR) berada dalam kategori rendah (PPR dibawah 1,5 tergolong rendah) sehingga dalam matriks BCG seluruh bank berada dalam kuadran I atau Question Marks.

kerupuk) Metode penelitian: (kuantitatif-kualitatif), dimana hasil observasi dan wawancara yang dilakukan menjadi pelengkap pembahasan dari hasil olah data dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Model DEA yang digunakan memakai asumsi CRS – output oriented

3. M. Zaky Mubarak Lubis14 “Tingkat Efisiensi Perbankan di Indonesia Dengan Menggunakan Metode Data Envelopment Anaysis / UIN Jakarta Fokus masalah: Pengukuran tingkat efisiensi dengan DEA melalui pendekatan intermediasi dan tingkat efisiensi perbankan syariah di Indonesia pada tahun 2010-2012 Metode penelitian: Kuantitatif dengan menggunakan DEA pendekatan intermediasi

- Tingkat efisiensi rata-rata tahunan Bank Syariah mengalami fluktuasi dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012: a. Tingkat efisiensi rata-rata Bank

Muamalat dari tahun 2010 sampai 2012 adalah 98,99 %, 92,65 % dan 99,02 %.

b. Tingkat efisiensi rata-rata Bank Syariah Mandiri dari tahun 2010 sampai 2012 adalah 99,12 %, 97,18 % dan tahun 98,03 %..

c. Tingkat efisiensi rata-rata tahunan Bank Mega Syariah dari tahun 2010 sampai 2012 adalah 99,61 %, 87,32 % dan 96,34 %. Dengan rata-rata efisiensi dari tiga tahun tersebut sebesar 94,42 %.

d. Tingkat efisiensi rata-rata tahunan Bank Bukopin Syariahdari tahun 2010 sampai 2012 adalah98,15 %, 97,04 % dan 97,99 %.

e. Tingkat efisiensi rata-rata tahunan Bank Panin Syariahdari tahun 2010 sampai 2012 adalah 86,21 %, 74,67 % dan 96,35 %.

f. Tingkat efisiensi rata-rata tahunan Bank Rakyat Indonesia Syariahdari tahun 2010 sampai 2012 adalah 99,25 %, 84,52 % dan 96,77%.

4. Mulyanti Choirunnisa M15 “Efektivitas Penyaluran Modal Kerja Program PNPM Mandiri Perkotaan Untuk Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat dan Peluang Pengembangan dengan Pola Syariah” (Studi Kasus

- Dari hasil pengujian yang dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi ganda dan korelasi sederhana serta dengan cara perhitungan manual, maka terdapat pengaruh/hubungan yang signifikan antara modal awal dengan besarnya pinjaman yang diberikan terhadap efektivitas

14 M. Zaky Mubarak Lubis, “Tingkat Efisiensi Perbankan di Indonesia Dengan

Menggunakan Metode Data Envelopment Analysis” , (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Jakarta, 2013)

15 Mulyanti Choirunnisa M, “Efektivitas Penyaluran Modal Kerja Program PNPM Mandiri Perkotaan Untuk Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat dan Peluang Pengembangan dengan Pola Syariah” (Studi Kasus PNPM Mandiri Perkotaan Rangkapan Jaya Baru Pancoran Mas Depok) , (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Jakarta, 2010)

Page 35: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

19

PNPM Mandiri Perkotaan Rangkapan Jaya Baru Pancoran Mas Depok)/2010/UIN Jakarta Fokus masalah: Efektivitas pendapatan sebelum dan sesudah pinjamaan modal kerja/dana bergulir yang diberikan kepada pengusaha kecil,serta pola penyaluran modal kerja/dana bergulir PNPM Mandiri perkantoran sesuai ketentuan Islam. Metode penelitian: Kuantitatif dengan menggunakan statistic inferensian non parametik (Korelasi Rank Order dan Regresi Berganda) Waktu dan Tempat: 2010/Depok

pendapatan yang diterima oleh nasabah/ kelompok usaha. Dimana F hitung > F tabel, yaitu sebesar 24,04 signifikansi pada level 0,05. Hal ini juga berarti ada hubungan yang kuat dan searah antara variable-variabel tersebut.

- Hasil analisa yang didapat bahwa pola penyaluran modal kerja/dana bergulir yang diberikan oleh pihak PNPM Mandiri Perkotaan belum sesuai ketentuan Islam. Dimana program tersebut masih memakai system bunga/jasa dalam kegiatan operasionalnya sebesar 1,5% dari pokok pinjaman

Waktu dan tempat penelitian: Tahun 2013 /Di Daerah Tangerang Selatan

5. Wirawan16 Analisis Pemberdayaan Masyarakat Miskin Melalui Dana Zakat, Infaq, dan Shodaqoh (Studi Kasus : Program Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa Terhadap Komunitas Pengrajin Tahu di Kampung Iwul, Desa Bojong Sempu, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor)/2008/IPB Fokus masalah: Persepsi masyarakat terhadap indikator keberhasilan program dan faktor-fakor apa saja yang mempengaruhi persepsi mereka, penilaian masyarakat terhadap proses

- Hasil penelitian menunjukkan bahwa indkator kemadirian komunitas sasaran dinilai berhasil dan faktor yang berhubungan nyata dengan persepsi mereka adalah jumlah tanggunggan responden. Masyarakat menilai indikator kemandirian manajemen komunitas sasaran belum berhasil dan faktor-faktor yang mempengaruhinya yang berhubungan nyata dengan persepsi mereka adalah tingkat pendidikan. Sedangkan, indikator kemandirian intelektual komunitas sasaran persepsi masyarakat menunjukkan keberhasilah program namun tidak ada karakteristik responden yng menjadi faktor yang mempengaruhinya berhubungan nyata dengan persepsi mereka.

- Program yang disampaikan oleh

pendamping telah terintegrasi dengan baik di masyarakat. Keterikatan masyarakat

16 Wirawan, “Analisis Pemberdayaan Masyarakat Miskin Melalui Dana Zakat, Infaq, dan

Shadaqah” (Studi Kasus : Program Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa Terhadap Komunitas Pengrajin Tahu di Kampung Iwul, Desa Bojong Sempu, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor), (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, 2008)

Page 36: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

20

cross cultural innovation yang terjadi dan Apakah terjadi peningkatan pendapatan masyarakat pada peserta program dan faktor apa saja yang mempengaruhi peningkatan pendapatan mereka. Metode penelitian: Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan Artificial Nural Network System dan Analisis Regresi Linier Waktu dan Tempat: Penelitian ini dilakukan pada tahun 2008 di Kampung Iwul, Desa Bojong Sempu,Parung, Bogor, Jawa Barat

dan pola ekonomi yang homogen juga mendukung diterimanya program secara baik

- Pendapatan masyarakat yang menjadi peserta program selama satu tahun mengalami peningkatan yang signifikan melebihi dua kali lipat. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhinya, antara lain: modal pinjaman, pendapatan dari usaha tahu dan pendapatan lain diluar usaha tahu

6. Wina Meylani17 Analisis Pengaruh Pendayagunaan Zakat, Infaq, dan Shadaqah sebagai Modal Kerja terhadap Indikator Kemiskinan dan Pendapatan Mustahiq (Studi Kasus: Program Ikhtiar di Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)/2009/IPB Fokus masalah: Perubahan indikator kemiskinan mustahiq setelah mengikuti Progran Ikhtiar, Pengaruh Program Ikhtiar terhadap pendapatan per kapita mustahiq dan faktor apa saja yang mempengaruhi pendapatan mustahiq tersebut.

- Hasil penelitian menunjukkan bahwa indikator kemiskinan mustahiq mengalami penurunan setelah mustahiq tersebut mengikuti Program Ikhtiar. Hal ini dapat dilihat dari menurunnya nilai headcount ratio (H), indeks kedalaman kemiskinan (P1), dan indeks keparahan kemiskinan (P2) mustahiq setelah mereka mengikuti Program Ikhtiar. Nilai H mengalami penurunan 0,49 menjadi 0,44; nilai P1

menurun dari 0,17 menjadi 0,14; dan nilai P2 menurun dari 0,09 menjadi 0,06.

- Faktor-faktor yang berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap pendapatan per kapita mustahiq adalah pendapatan usaha mustahiq yang menggunakan modal dari Program Ikhtiar dan keaktifan bekerja mustahiq. Jumalah tanggungan mustahiq juga berpengaruh secara signifikan namun berhubungan negative dengan pendapatan

17 Wina Meylani, “Analisis Pengaruh Pendayagunaan Zakat, Infaq, dan Shadaqah sebagai

Modal Kerja terhadap Indikator Kemiskinan dan Pendapatan Mustahiq” (Studi Kasus: Program Ikhtiar di Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor ), (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Manajemen,Institut Pertanian Bogor, 2009)

Page 37: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

21

Metode penelitian: Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan FGT Index dan Analisis Regresi Linier Berganda Waktu dan Tempat: Penelitian ini dilakukan pada April – Juli 2009 di Desa Ciaruteun Ilir, Kec. Cibungbulang, Bogor

per kapita mustahiq.

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa persamaan skripsi penulis

dengan sebelumnya adalah tentang efisiensi, pemberdayaan ekonomi

masyarakat dan metode yang digunakan. Namun, banyak pula perbedaan

penelitian ini dengan penelitian yang sebelumnya. Penulis membahas

mengenai tingkat efisiensi dari sudut pandang yang berbeda yaitu penilaian

efisiensi pada profil dan perilaku tuna netra pada Program Tuna Netra

Berdaya dengan metode DEA pendekatan produktif - model CRS – Output

Oriented. Sumber data yang diperoleh dari hasil wawancara mendalam dari

kuisioner pertanyaan terbuka yang ditujukan kepada mustahiq tuna netra dari

program tersebut.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini mengacu pada buku “Pedoman

Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta” yang diterbitkan oleh Pusat Peningkatan dan Jaminan Mutu (PPJM)

Page 38: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

22

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta. Adapun pembagian bab adalah sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Berisi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian , metodologi penelitian dan

sistematika penulisan.

BAB II Zakat, Infaq, Shadaqah (ZIS) dan Konsep Pemberdayaan dalam

Islam

Berisi tentang konsep ZIS (pengertian dan tujuan zakat, infaq, dan

shadaqah) dan konsep pemberdayaan dan pendayagunaan ZIS

(pengertian, tujuan dan pola pemberdayaan ekonomi masyarakat, serta

bentuk pendayagunaan ZIS).

BAB III Efisiensi dan Modal Kerja

Berisi tentang efisiensi (pengertian, pendekatan ukuran efisiensi, data

envelopment analysis), dan konsep modal kerja (pengertian modal

kerja, jenis-jenis modal kerja, dan sumber-sumber modal kerja).

BAB IV Analisis Program Tuna Netra Berdaya di Tangerang Selatan

Berbasis Modal Kerja ZIS

Berisi hasil dan analisis masalah yang dibahas, yaitu mengenai

gambaran umum Masyarakat Mandiri – Dompet Dhuafa (sejarah

berdirinya Masyarakat Mandiri, visi dan misi, tujuan, struktur

Page 39: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

23

organisasi, latar belakang program serta model mekanisme

pelaksanaan program tuna netra berdaya), analisis deskriptif

responden, dan hasil pengukuran efisiensi.

BAB V Kesimpulan dan Saran

Berisi kesimpulan dan jawaban atas segala permasalahan yang telah

diangkat, serta saran-saran yang dianggap perlu untuk peningkatan

pengetahuan pihak-pihak tertentu.

Page 40: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

24

BAB II

ZAKAT, INFAQ, SHADAQAH (ZIS) DAN KONSEP PEMBERDAYAAN

DALAM ISLAM

A. Zakat, Infaq, dan Shadaqah (ZIS)

1. Pengertian Zakat, Infaq dan Shadaqah

Dari segi bahasa, zakat mempunyai beberapa arti, yaitu al-barakatu

(keberkahan), al-namaa (pertumbuhan dan perkembangan), ath-thaharatu

(kesucian), dan ash-shalahu (keberesan). Dari segi istilah, zakat itu adalah bagian

dari harta dengan persyaratan tertentu, yang Allah mewajibkan kepada

pemiliknya, untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya dengan

persyaratan tertentu pula.18 Adapun golongan orang yang berhak menerima zakat

(mustahiq ) tertera dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 60 yang berbunyi:

“Sesungguhnya zakat itu hanya untuk orang-orang fakir, orang miskin,

amil zakat, yang dilunakkan hatinya (muallaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang yang berutang, untuk jalan Allah, dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.”

Dari segi bahasa, kata infak berarti hal menafkahkan, membelanjakan, dan

berarti pula mengeluarkan (harta) untuk kepentingan sesuatu. Selain itu, dari segi

18 Didin Hafidhudin, Zakat dalam Perekonomian Modern, (Jakarta : Gema Insani, 2002) ,h.7

Page 41: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

25

terminologi syariat, infak berarti mengeluarkan sebagian harta untuk suatu

kebaikan yang diperintahkan Allah SWT. 19 Menurut Taqyuddin an-Nabhani

infak berarti memberikan harta dengan tanpa kompensasi apapun.20

Menurut bahasa, kata sedekah berasal dari bahasa arab yaitu Shadaqa,

artinya benar. Menurut terminologi syariah, pengertian syariah sama dengan

pengertian infaq, termasuk juga hukum dan ketentuannya, hanya saja penekanan

infak berkaitan dengan materi, sedekah yang lebih memiliki arti lebih luas

menyangkut hal-hal yang bersifat non-materi.21 Pendapat lain mengenai sedekah

adalah pemberian seseorang secara ikhlas, kepada yang berhak menerimanya

yang diiringi oleh pemberian pahala dari Allah.22

Jadi, dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa zakat

merupakan bentuk penyucian harta seseorang agar mendapatkan keberkahan dari

Allah yang ditujukan kepada golongan yang berhak menerimanya, seperti: fakir,

miskin, amil zakat, muallaf, hamba sahaya, orang yang berutang, untuk jalan

Allah, dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan. Kemudian, infaq berarti

harta yang digunakan untuk kepentingan sesuatu yang digunakan untuk jalan

kebaikan, sedangkan shadaqah adalah sesuatu yang diberikan dalam bentuk

apapun (materi atau non materi) kepada yang berhak menerima dengan

mengharap ridho dari Allah SWT.

19 Didin Hafidhudin, Islam Aplikatif, (Jakarta : Gema Insani Press, 2003), cet ke-1, h. 86 20 Taqyuddin an-Nabhani, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif; Perspektif Islam,

(Surabaya : Risalah Gusti, 2002), cet. ke-7, h. 215 21 Didin Hafidhudin, Islam Aplikatif, h. 87 22 Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta : Gaya Media Pratama, 2000), cet.ke-1, h. 89

Page 42: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

26

2. Tujuan Zakat, Infaq, dan Shadaqah

Zakat adalah ibadah dalam bidang harta yang mengandung hikmah dan

manfaat yang besar dan mulia. Menurut Yusuf Qardhawi, secara umum terdapat

dua tujuan dari ajaran zakat, yaitu untuk kehidupan individu dan untuk kehidupan

sosial kemasyarakatan. Tujuan yang pertama meliputi penyucian jiwa dari sifat

kikir, mengembangkan sifat suka berinfaq, mengobati hati dari cinta dunia yang

membabi buta, mengembangkan kekayaan batin dan menumbuhkan rasa simpati

dan cinta sesama manusia23. Tujuan yang kedua memiliki dampak pada

kehidupan kemasyarakatan yang luas, dimana zakat merupakan suatu bagian dari

sistem jaminan sosial dalam Islam. Kehidupan masyarakat sering terganggu, oleh

problema kesenjangan, gelandangan, problema kematian dalam keluarga, dan

hilangnya perlindungan, bencana alam maupun kultural dan lain

sebagainya.24Disamping itu, tujuan zakat sebagai sasaran praktisnya, antara lain:25

1. Mengangkat derajat fakir miskin dan membantunya keluar dari kesulitan

hidup dan penderitaan.

2. Membantu pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh para gharimin,

ibnu sabil, dan mustahiq lainnya.

3. Membina tali persaudaraan sesama umat Islam dan manusia pada

umumnya.

23 Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat, (Jakarta : Lentera, 1991), h. 848 - 876 24 Yusuf Qardhawi, h. 881- 917 25 Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam ; Zakat dan Wakaf, (Jakarta : UI Press, 1998)

Cet ke - 1, h. 40

Page 43: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

27

4. Menghilangkan sifat kikir pemilik harta.

5. Membersihkan sifat iri dan dengki orang-orang fakir miskin.

6. Menjembatani jurang pemisah antara orang kaya dan orang miskin.

7. Mengembangkan rasa tanggungjawab sosial pada masyarakat.

8. Sarana pemerataan pendapatan untuk mencapai keadilan sosial.

B. Konsep Pemberdayaan Masyarakat dan Pendayagunaan ZIS

1. Pengertian Pemberdayaan

Pemberdayaan atau empowering yaitu berasal dari kata power (kekuasaan

atau keberdayaan). Pemberdayaan menurut Steven Shardlow26

memfokuskan pembahasan pada masalah bagaimana individu atau

kelompok atau komunitas berusaha mengontrol diri mereka sendiri dan

mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai keinginan mereka.

Sementara itu, suatu proses pemberdayaan menurut Malcolm Payne27

pada dasarnya ditujukan untuk membantu klien memperoleh daya untuk

mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan

terkait dengan dirinya termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan

sosial dalam melakukan tindakan. Dengan demikian, pemberdayaan itu

merupakan suatu daya kekuatan yang timbul sebagai usaha untuk

26 Steven Shardlow, “Values, Ethics and Social Work” dalam Adams, Robert, Lena Dominelli dan Malcolm Payne (Eds), Social Work: Themes, Issues and Critical Debates , dalam N. Oneng Nurul Badriyah, ed., Total Quality: Management Zakat Prinsip dan Praktik Pemberdayaan Ekonomi, (Jakarta: Wahana Kardova, 2012), h. 55

27 N. Oneng Nurul Badriyah, Total Quality: Management Zakat Prinsip dan Praktik Pemberdayaan Ekonomi h. 55

Page 44: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

28

mengadakan perubahan agar terjadinya perbaikan dan peningkatan

kualitas kehidupan suatu masyarakat.

2. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat memiliki tujuan utama yaitu

memberdayakan individu-individu dan kelompok-kelompok melalui

penguatan kapasitas (termasuk kesadaran, pengetahuan dan keterampilan-

keterampilan) yang diperlukan untuk mengubah kualitas kehidupan

komunitas mereka. Kapasitas tersebut seringkali berkaitan dengan

penguatan aspek ekonomi dan politik melalui pembentukan kelompok-

kelompok sosial besar yang bekerja berdasarkan agenda bersama.28

Adapun tujuan pemberdayaan menurut Undang-Undang No. 20 Tahun

2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah pasal 5 adalah:

a. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang,

berkembang dan berkeadilan;

b. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha Mikro, Kecil

dan Menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri; dan

c. Meningkatkan peran usaha Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dalam

pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan

28 Edi Suharto, CSR & COMDEV Investasi Kreatif Perusahaan, (Bandung : Alfabeta, 2010),

h. 67

Page 45: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

29

pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari

kemiskinan.

3. Pola-Pola Pemberdayaan Ekonomi

a. Pola pemberdayaan ekonomi masyarakat

Menurut Elly Irawan yang dikutip oleh Lili Bariadi, pola ini

mempunyai ciri-ciri atau unsur-unsur pokok sebagai berikut:29

Mempunyai tujuan yang hendak dicapai

Mempunyai wadah kegiatan yang terorganisir

Aktivitas yang dilakukan terencana, berlanjut serta harus sesuai

dengan kebutuhan dan sumber daya setempat

Ada tindakan bersama dan keterpaduan dari berbagai aspek

yang terkait

Ada perubahan sikap pada masyarakat sasaran selama tahap-

tahap pemberdayaan

Menekankan pada peningkatan partisipasi masyarakat dalam

ekonomi terutama dalam wirausaha

Ada keharusan membantu seluruh lapisan masyarakat

khususnya masyarakat lapisan bawah. Jika tidak, maka

solidaritas dan kerjasama sulit tercapai.

Akan lebih efektif bila program pengembangan masyarakat

pada awalnya memperoleh bantuan dan dukungan pemerintah.

29 Lili Bariadi, dkk, Zakat dan Wirausaha, (Jakarta : CED, 2005), h. 54

Page 46: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

30

Selain itu, sumber-sumber dari organisasi sukarela non-

pemerintah harus dimanfaatkan.

b. Pola pendekatan dalam pemberdayaan Wirausaha

Pada umumnya, kegiatan pemberdayaan wirausaha yang dilakukan

oleh berbagai lembaga dan institusi dapat dibagi menjadi tiga

pendekatan, antara lain:30

1. Pendekatan yang memandang masyarakat yang menjadi sasaran

proses difusi sebagai objek semata.

2. Pendekatan yang dilakukan dengan memberikan rangsangan dan

motivasi kepada masyarakat yang dijadikan sasaran difusi untuk

memikirkan problem dan menemukan pemecahan yang terbaik

untuk problem yang mereka hadapi, jadi sasaran diperlakukan

sebagai subjek sasaran.

3. Menurut Ade Ma’ru WS dalam Lili Bariadi, pendekatan ini

masyarakat selain dipandang kelompok manusia yang perlu

dituntun ke arah jalan yang tepat, juga diberikan kesempatan yang

luas untuk memikirkan dan merancang pengembangan potensi

mereka sendiri.

30 Lili Bariadi, dkk, h. 61

Page 47: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

31

c. Pola pendekatan dalam pemberdayaan masyarakat miskin

Menurut Syahrin Harahap yang dikutip oleh Lili Bariadi, pola

pendekatan dalam pemberdayaan masyarakat miskin secara garis besar

ada tiga,yaitu:31

1. Pendekatan parsial berkelanjutan, yaitu pemberian bantuan kepada

masyarakat miskin yang dilakukan secara langsung. Hal ini

diberikan terutama kepada orang yang tak sanggup untuk bekerja

sendiri misalnya cacat abadi, lansia, orang buta dan lain-lain.

2. Pendekatan struktural, yaitu pemberian pertolongan secara kontinu

agar masyarakat dapat mengatasi kelemahannya, sehingga dari

yang dibantu diharapkan dapat turut membantu. Terutama

diberikan kepada mereka status melalui perwujudan dan komitmen

kemitraan yang memiliki potensi skill untuk dikembangkan.

Pendekatan pertama dan kedua ini baru berada pada tahap inisial.

Oleh karena itu,diharapkan akan melahirkan perubahan sikap

masyarakat yang sadar dan bersemangat memacu diri untuk tidak

terbenam dalam kondisi kemiskinannya dan adanya perubahan

tingkah laku melalui pendidikan keterampilan, stimulan, informasi,

pengetahuan, dan keteladanan.

3. Mengupayakan perubahan dan suntikan dana (zakat, infaq, dan

shadaqah) secara struktural terhadap masyarakat yang aktif dan

31 Lili Bariadi, dkk, h. 62

Page 48: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

32

terampil dalam mengembangkan usaha baik skala kecil dan

menengah. Pemberdayaan pada level ini telah mencapai tahap

partisipatoris.

Berdasarkan penjelasan di atas, ketiga pendekatan tersebut

diharapkan dapat menghantarkan pada tahap emansipatif yaitu

menjadi muslim yang berkualitas dan penyantun sesama.

4. Konsep Pemberdayaan melalui ZIS

Menurut Idris, seperti yang dikutip oleh Nana Mintarti dan Gito

Haryanto dalam jurnal zakat bahwa salah satu paradigma dalam

pemberdayaan berbasis zakat adalah paradigma transformasi, yakni suatu

proses menggerakkan masyarakat dengan nilai-nilai baru yang dapat

mencerahkan jiwa, semangat dan daya nalar masyarakat sehingga mereka

dapat kembali menemukan jalan hidup mereka yang bersifat fitrah dan

mencerminkan nilai-niai kemanusiaan 32

Menurut perspektif kebijakan keuangan publik Islam, zakat selain

berfungsi sebagai institusi konsumtif yang bersifat aksi penyelamatan

(social saving) juga bersifat program pemberdayaaan dan perlindungan

(public empowerment and protection). Zakat juga merupakan institusi

ekonomi yang sangat potensial untuk membantu ekonomi rakyat guna

mengembangkan usaha yang bersifat produktif, misalnya berupa bantuan

32 Nana Mintarti dan Gito Haryanto, Jurnal Zakat dan Empowering, (Ciputat : IMZ, 2010), h.

37

Page 49: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

33

modal untuk membuka usaha mandiri. Tentunya, bantuan modal itu perlu

disertai dengan bantuan teknis manajemen karena ekonomi rakyat pada

umumnya juga lemah dalam manajemen.33

Selain itu, pada pasal 3 UU No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan

Zakat dijelaskan bahwa Pengelolaan zakat bertujuan: (1) meningkatkan

efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat,dan; (2)

meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat

dan penanggulangan kemiskinan. Kemudian, dalam pasal 27 UU No. 23

Tahun 2011 juga dijelaskan zakat dapat didayagunakan untuk usaha

produktif dalam rangka penanganan fakir miskin dan peningkatan kualitas

umat.

Bentuk pengelolaan dan pendayagunaan zakat terhadap kelompok

miskin memperhatikan kondisi kemiskinan yang dikategorikan empat

pola, yaitu persistent poverty (kemiskinan yang berlangsung lama dan

turun temurun, biasanya disebut kemiskinan struktural), cylical poverty

(kemiskinan yang mengikuti siklus pertumbuhan ekonomi secara

keseluruhan), seasonal poverty (kemiskinan musiman, seperti kasus

nelayan dan petani pangan) , dan accidental poverty (kemiskinan karena

bencana alam)34. Semua pola kemiskinan yang ada memiliki karakteristik

33 Masdar F. Mas’udi, Didin Hafidhuddin, dll, Reinterpretasi Pendayagunaan ZIS, (Jakarta : Piramedia,2004), h. 116 34 N.Oneng Nurul Badriyah, ed., Total Quality: Management Zakat Prinsip dan Praktik

Pemberdayaan Ekonomi, (Jakarta: Wahana Kardova, 2012), h. 214

Page 50: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

34

masing-masing dan harus dilihat upaya pemulihannya dengan

memperhatikan berbagai aspek sehingga ditentukan skala prioritas.

Adapun aspek-aspek yang harus diperhatikan yaitu tingkat kebutuhan,

keterampilan yang dimiliki, waktu yang dibutuhkan, wilayah tempat

tinggal, serta keterampilan (skill) yang dimiliki. Berikut merupakan

contoh atau bentuk dari pendayagunaan zakat, antara lain:35

1. Pemberian beasiswa dari tingkat SD sampai Perguruan Tinggi (bagi

kalangan yang termasuk kategori mustahiq);

2. Pemanfaatan dana zakat untuk usaha-usaha yang sifatnya produktif,

disamping yang bersifat konsumtif;

3. Mendirikan Rumah Sakit gratis untuk kaum dhuafa;

4. Mendirikan lembaga pendidikan unggul bagi kaum dhuafa (gratis);

5. Memberikan pelatihan bagi guru-guru;

6. Mendirikan balai pelatihan keterampilan;

7. Melalui dana bergulir dengan bekerjasama dengan BMT memberikan

pembiayaan bagi usaha kaum dhuafa;

8. Kegiatan lainnya bagi kepentingan mustahiq , disertai pengawasan dan

pendampingan dari amil zakat;

Berhasilnya pengelolaan zakat tidak hanya tergantung pada banyaknya

zakat yang terkumpul, tetapi sangat tergantung pada dampak dari

35 Didin Hafiduddin, dkk, ed., The Power Of Zakat: Studi Perbandingan Pengelolaan Zakat

Asia Tenggara, (Malang : UIN-Malang Press, 2008), h. 101-102

Page 51: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

35

pengelolaan zakat tersebut dalam masyarakat. Zakat dapat dikatakan

berhasil dalam pengelolaannya apabila benar-benar dapat mewujudkan

kesejahteraan dan keadilan sosial dalam masyarakat . Keadaan yang

demikian sangat tergantung dari manajemen yang diterapkan oleh amil

zakat dan political will pemerintah.36

Jadi, pemberdayaan ekonomi masyarakat merupakan salah satu bentuk

partisipasi dalam upaya mengentaskan kemiskinan. Hal ini dapat

dilakukan dengan cara memberikan modal kerja ZIS kepada kaum dhuafa

untuk meningkatkan potensi yang dimilikinya untuk tercapainya

kemandirian hidup. Ini juga bertujuan merubah mental seseorang yang

awalnya mustahiq (penerima zakat) menjadi seorang muzakki (pemberi

zakat).

36 Andi Agung Prihatna, dkk, ed, “Potensi dan Realita Masyarakat di Indonesia : Hasil

Survei di Sepuluh Kota”, (Jakarta : PIRAMEDIA, 2004) , h. 6

Page 52: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

36

BAB III

EFISIENSI DAN MODAL KERJA

A. Efesiensi

1. Pengertian Efisiensi dan Konsep Efisiensi

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, efisiensi adalah ketepatan cara

(usaha, kerja) menjalankan sesuatu dengan tidak membuang-buang waktu,

tenaga, dan biaya. Efisiensi juga berarti kemampuan menjalankan tugas

dengan baik dan tepat tidak membuang-buang waktu, tenaga, dan biaya.37

Menurut Silkman, dalam Achmad Iqbal, 38 efisiensi adalah

kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan benar. Dalam

pandangan matematika didefinisikan sebagai rasio output (keluaran) dan

input (masukan) atau jumlah output yang diihasilkan dari suatu input yang

digunakan. Sama halnya perusahaan, efisiensi dalam perbankan juga

merupakan tolak ukur dalam kinerja bank, dimana efisiensi merupakan

jawaban atas kesulitan-kesulitan dalam menghitung ukuran-ukuran kinerja

seperti tingkat alokasi, teknis, maupun total efisensi.

37 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : PT Gramedia

Pustaka Utama, 2008), Ed. ke-4, h. 352 38 Achmad Iqbal , Perbandingan Efisiensi Bank Umum Syariah (BUK) dengan Bank Umum

Konvensional (BUK) di Indonesia dengan SFA, (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Dipenogoro Semarang, 2011)

Page 53: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

37

Jadi, dapat disimpulkan efisiensi adalah kemampuan menjalankan

sesuatu dengan baik dan benar sesuai dengan hasil yang diharapkan dengan

tidak membuang waktu, tenaga dan biaya.

Menurut Kost dan Rosenwig39, ada tiga faktor yang mempengaruhi

efisiensi tersebut, yaitu :

a. Input yang sama menghasilkan output yang lebih besar

b. Input yang lebih kecil menghasilkan output yang sama

c. Input yang besar menghasilkan output yang lebih besar

Sedangkan, faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi suatu perusahaan

ada 4 hal, yakni 40:

a. Efisiensi karena arbitrase ekonomi

b. Efisiensi karena ketepatan penilaian dasar aset-asetnya

c. Efisiensi karena lembaga keuangan bank mampu mengantisipasi resiko

yang akan muncul

d. Efisiensi karena berkaitan erat dengan mekanisme pembayaran yang

dilakukan oleh sebuah lembaga keuangan

Sebuah perusahaan dapat dikatakan efisien, apabila terpenuhi keadaannya

seperti: (1) mempergunakan jumlah unit input yang lebih sedikit dibanding

jumlah unit input yang dipergunakan perusahaan lain dalam menghasilkan

39 Maflachatun, Analisis Efisiensi Tekhnik Perbankan Syariah Indonesia dengan Metode DEA

Studi Pada 11 Bank Syariah Tahun 2005 - 2008 (Skripsi Universitas Diponegoro, 2010) h. 29. 40 Maflachatun., h.30.

Page 54: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

38

input yang sama, (2) menggunakan jumlah unit input yang sama, tetapi dapat

menghasilkan jumlah output yang lebih besar.

Menurut Prasetyo yang dikutip oleh Hendri Tanjung, berdasarkan sudut

pandang perusahaan dikenal tiga macam efisiensi, yaitu: 41

a. Technical efficiency dapat merefleksikan kemampuan perusahaan untuk

mencapai level output yang optimal dengan menggunakan tingkat input

tertentu. Efisiensi ini mengukur proses produksi dalam menghasilkan

sejumlah output tertentu dengan menggunakan input seminimal mungkin.

Dengan demikian, suatu proses produksi dikatakan efisien secara teknis

apabila output dari suatu barang sudah tidak dapat lagi ditingkatkan tanpa

mengurangi output dari barang lain.

b. Allocative efficiency dapat merefleksikan kemampuan perusahaan dalam

mengoptimalkan penggunaan inputnya dengan struktur harga dan

teknologinya. Terminologi efisiensi Pareto sering disamakan dengan

efisiensi alokatif untuk menghormati ekonom Italia Vilfredo Pareto yang

mengembangkan konsep efficiency in exchange. Efisiensi pareto

mengatakan bahwa input produksi digunakan secara efisien apabila input

tersebut tidak dapat lagi meningkatkan suatu usaha tanpa menyebabkan

setidak-tidaknya keadaan suatu usaha yang lain menjadi lebih buruk.

Dengan demikian, apabila input dialokasikan untuk memproduksi output

41 Hendri Tanjung dan Abrista Devi, h.320 - 321

Page 55: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

39

Efisiensi = Jumlah tertimbang dari output Jumlah tertimbang dari input

yang tidak digunakan atau tidak diinginkan konsumen, hal ini berarti

input tersebut tidak digunakan secara efisien.

c. Economic efficiency, yaitu kombinasi antara teknikal dan efisiensi

alokatif. Efisiensi secara implisit merupakan konsep least cost

production. Pada tingkat output tertentu, suatu perusahaan produksinya

dikatakan efisien secara ekonomi jika perusahaan tersebut menggunakan

biaya dimana biaya per unit dari output adalah yang paling minimal.

Dengan demikian, untuk tingkat output tertentu, suatu proses produksi

dikatakan efisien secara ekonomi jika tidak ada proses lainnya yang dapat

digunakan untuk memproduksi tingkat ouput tersebut pada biaya per unit

yang paling kecil.

Pengukuran efisiensi relatif yang biasa digunakan adalah:

Tabel 3.1 Rumus Efisiensi Relatif

Hasil nilai efisiensi akan menunjukkan skala 0-1 (nol hingga satu),

dimana jika hasil efisiensi menunjukkan “0” maka unit bisnis yang di uji

sangat tidak efisien, sedangkan nilai “1” menunjukkan bahwa unit bisnis

tersebut adalah sangat efisien. Nilai-nilai efisiensi tersebut adalah relatif

(tidak absolute) dan nilai yang dihasilkan adalah dengan membandingkan

antara setiap unit bisnis-unit bisnis pada kumpulan data yang dianalisis.

Page 56: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

40

Saat ini, menurut Hussain dan Brightman davilam Hendri Tanjung dan

Abrista Devi, dikenal beberapa teknik kerangka yang dapat menjadi alat

ukur untuk dapat melihat posisi kinerja suatu organisasi seperti

Performance Pyramid yang diperkenalkan oleh Linch and Cross (1991),

Result and Determinant Matrixs oleh Fitzgerald and Moon (1996), dan

Balance Scorecard oleh Kaplan and Norton (1992), dimana semua teknik

pengukuran ini dapat digunakan untuk melihat kinerja, baik bagi

organisasi keuangan maupun non keuangan. Namun, kerangka tersebut

hanya mampu menyajikan sedikit sekali informasi tentang bagaimana

sumber daya dapat ditingkatkan atau dikurangi dengan tujuan untuk

meningkatkan performa organisasi atau memaksimalkan efisiensi. Oleh

sebab itu, untuk melengkapi kekurangan-kekurangan tersebut,

diperkenalkan alat ukur Data Envelopment Analysis (DEA).

2. Pendekatan Ukuran Efisiensi

Pengukuran model efisiensi dapat dilihat melalui dua pendekatan, yaitu pada

pendekatan pada sisi input dan pendekatan pada sisi output. Coelli,dkk

menjelaskan pendekatan ukuran efisiensi sebagai berikut:

2.1 Pendekatan Sisi Input42

Pendekatan sisi input digunakan untuk menjawab berapa banyak

kuantitas input dapat dikurangi secara proporsional untuk memproduksi

kuantitas output yang sama. Pendekatan input ini digunakan jika kondisi

42 Hendri Tanjung dan Abrista, h. 322 - 323

Page 57: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

41

pasar sudah mengalami tingkat “jenuh” sehingga perusahaan perlu

mengetahui tingkat efisiensi dari sumber daya yang ada saat ini. Di

asumsikan jika sebuah perusahaan menggunakan dua jenis input (X1 dan

X2) untuk memproduksi satu jenis output (Y1) dalam ancangan Constant

Return to Scale (CRS). Ancangan CRS adalah jika kedua jenis input (X1

dan X2), ditambah dengan jumlah presentase tertentu, maka output juga

akan meningkat dengan presentase yang sama. Konsep efisiensi dari

pendekata sisi input dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 3.1 Efisiensi Pendekatan Input

Bedasarkan kurva diatas menunjukkan bahwa kurva S to S’ adalah

kurva isoquant yang merupakan titik-titik unit bisnis/perusahaan yang

paling efisien dalam kumpulan unit bisnis (fully efficient firms) atau unit-

unit bisnis yang paling efisien secara teknis (fully technically efficient).

Unit bisnis yang berada pada titik P adalah unit bisnis yang tergolong

Page 58: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

42

TEi = 1 – QP/OP = 0Q/0P

AEi = 1 – RQ/0Q = 0R/0Q

kurang efisien. Unit bisnis ini dapat menjadi unit bisnis yang lebih efisien

jika ia dapat mengurangi kedua jenis inputnya, x1 dan x2, untuk

memproduksi 1 unit output sehingga unit bisnis tersebut berada di titik Q.

Jarak PQ disebut sebagai potential improvement, yaitu berapa banyak

kuantitas input dapat dikurangi secara proposional untuk memproduksi

kuantitas output yang sama. Ukuran efisiensi teknis sebuah unit bisnis

dalam kelompok unit bisnis (TEi) secara umum diukur dengan rasio:

Tabel 3.2 Rasio Ukuran Efisiensi Teknis Pendekatan Input

Sehingga 0 ≤ TEi ≤ 1. Nilai TEi = 1 menunjukkan bahwa unit bisnis i

adalah yang paling efisien secara teknis diantara kelompok unit

bisnisnya.

Garis A to A’ adalah garis isocost yang menunjukkan rasio harga

(price ratio) antara input 2 terhadap input 1. Efisiensi alokatif (AEi) unit

bisnis i yang berada pada titik P, ditunjukkan oleh rasio:

Tabel 3.3 Rasio Ukuran Efisiensi Alokatif Pendekatan Input

RQ menunjukkan pengurangan biaya produksi yang akan terjadi jika

produksi dilakukan pada titik yang efisien baik secara teknis maupun

secara alokatif, yaitu Q’2.

Page 59: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

43

EEi = TEi x AEi = (0Q/0P) x (0R/0Q) = 0R/0P

Efisiensi Ekonomis (EEi) unit bisnis i adalah merupakan produk atau

hasil perkalian antara Efisiensi Teknis (TEi) dengan Efisiensi Alokatif

(AEi), secara matematis dapat dilihat pada persamaan berikut ini:

Tabel 3.4 Rasio Ukuran Efisiensi Ekonomis Pendekatan Input

Dimana 0 ≤ TEi, AEi, EEi ≤ 1

2.2 Pendekatan Sisi Output43

Berbeda dengan pendekatan sisi input yang menjawab berapa banyak

kuantitas input dapat dikurangi secara proporsional untuk memproduksi

kuantitas output yang sama, pendekatan sisi output menjawab berapa

banyak kuantitas output dapat ditingkatkan secara proporsional dengan

kuantitas input yang sama. Pendekatan ini digunakan pada saat kondisi

pasar masih bagus sehingga produsen diharapkan dapat mempertahankan

atau bahkan meningkatkan output dengan input yang sama.

Diasumsikan misalnya sebuah perusahaan dengan 2 jenis output (Y1

dan Y2) dan 1 jenis input (X1) dalam suatu ancangan CRS. Konsep

berikut ini:

43 Hendri Tanjung dan Abrista Devi, h. 324 - 325

Page 60: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

44

TEi = 1 – AB/0B = 0A/0B

Gambar 3.2 Efisiensi Pendekatan Output

Pada gambar di atas, kurva Z to Z’ adalah Kurva Kemungkinan

Produksi (PPF), sedangkan garis D to D’ adalah garis isorevenue yang

menunjukkan rasio harga kedua output. Titik B adalah titik yang efisien

secara teknis, sedangkan titik A tidak efisien. Jarak AB adalah besarnya

potential improvement yang mungkin dilakukan perusahaan pada titik A

untuk menjadi perusahaan yang efisien secara teknis.

Ukuran Efisiensi Teknis (TEi) untuk sebuah perusahaan adalah:

Tabel 3.5 Rasio Ukuran Efisiensi Teknis Pendekatan Output

Jika kita memiliki informasi tentang harga output, maka Efisiensi

Alokatif (AEi) dapat dihitung dengan:

Page 61: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

45

AEi = 1 – BC/0C = 0B/0C

EEi = TEi x AEi = (0A/0B) x (0B/0C) = 0A/0C

Tabel 3.6 Rasio Ukuran Efisiensi Alokatif Pendekatan Output

Potential Improvement pada titik C memiliki arti bahwa perusahaan di

titik B masih dapat meningkatkan pendapatannya dengan berproduksi di

titik yang efisien secara teknis dan alokatif, yaitu di titik B’.

Umumnya, Efisiensi Ekonomis (EEi) merupakan produk atau hasil

perkalian antara Efisiensi Teknis dengan Efisiensi Alokatif, maka

pengukuran matematis persamaan Efisiensi Ekonomis adalah:

Tabel 3.7 Rasio Ukuran Efisiensi Ekonomis Pendekatan Output

Ukuran efisiensi relatif, baik melalui pendekatan input dan output

sama-sama membutuhkan pendefinisian garis pembatas (frontier) yang

menunjukkan unit-unit bisnis yang relatif paling efisien daripada

kelompok unit bisnisnya.

3. Data Envelopment Analysis (DEA)

Data Envelopment Analysis atau DEA menurut Siswadi dan Arafat

dalam Hendri Tanjung dan Abrista Devi44, yaitu metode non-parametik

dengan menggunakan model program linier untuk perbandingan rasio output

dan input untuk semua unit atau Decision Making Unit (DMU) yang

44 Hendri Tanjung dan Abrista Devi, h. 344

Page 62: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

46

dibandingkan. DEA pertama kali diperkenalkan oleh Charnes, Cooper dan

Rhodes pada tahun 1978. Metode ini tidak memerlukan sebuah fungsi

persamaan dan hasil perhitungannya bersifat relatif.

3.1 Model-Model DEA45

Frontier analysis menggunakan dua pendekatan model yang umum

digunakan, yaitu model Charnes, Chooper, dan Roodes (CCR) yang

dikembangkan pada tahun 1978 dan model Banker, Charnes dan Cooper

(BCC) pada tahun 1984. Model CCR (rasio) merupakan model yang

digunakan secara luas dalam model DEA.

3.1.1 Constant Return to Scale (CRS)

Model DEA dengan ancangan ini mengasumsikan bahwa proses

produksi mengikuti CRS, yang artinya setiap peningkatan input

secara proposional dengan persentase tertentu akan meningkatan

output dengan persentase yang sama. Asumsi ini hanya berlaku jika

setiap unit bisnis yang diobservasi telah berproduksi pada kapasitas

maksimalnya (optimum scale). Efisiensi dengan asumsi CRS ini

menghasilkan efisiensi overall technical. Untuk mendapatkan skor

efisiensi bagi perusahaan i(θ), yang memiliki satu input x dan satu

output y, diperoleh dengan memecahkan sistem persamaan linier

sebagai berikut:

45 Hendri Tanjung dan Abrista Devi, h. 332 - 334

Page 63: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

47

Tabel 3.8 Persamaan Linier CRS

Minθλθ

st -yt + Yλ ≥ 0

θxt - Xλ ≤ 0

λ ≥ 0 Keterangan: Y = y1 + y2 + …….. +yn X = x1 + x2 + …….. +x n = jumlah unit bisnis yang diobservasi x1 = input x untuk unit bisnis 1 y1 = output y untuk unit bisnis 1 λ = vector dari konstan

3.1.2 Variable Return to Scale (VRS)

Model ini merupakan model pengembangan dari model

sebelumnya, yaitu CCR. Dalam kondisi nyata, seringkali

persaingan dan kendala-kendala keuangan dapat menyebabkan

suatu unit bisnis tidak beroperasi pada skala optimalnya. Padahal

asumsi CRS berlaku jika unit bisnis yang diobservasi beroperasi

pada skala optimal. Dengan tujuan inilah, Banker, Charnes, dan

Cooper (1984) memperkenalkan model DEA VRS.

Efisiensi teknis (TE) yang dihitung dengan model VRS ini

disebut efisiensi Teknis Murni (Pure Technical Efficiency

[PTE]), yang selanjutnya disebut efisiensi teknis. Dengan

melakukan estimasi frontier menggunakan model CRS dan VRS,

maka dapat dilakukan dekomposisi Efisiensi Teknis Keseluruhan

Page 64: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

48

( Overall Technical Efficiency[OTE]) menjadi Efisiensi Teknis

Murni (Pure Technical Efficiency [PTE]), dan Efisiensi Skala

(Scale Efficiency [SE]). Maka perhitungan secara matematisnya

adalah:

Tabel 3.9 Persamaan Efisiensi Teknis Keseluruhan

OTE = PTE x SE

Skor efisiensi DEA dengan ancangan VRS diperoleh dengan

mencari solusi sistem persamaan berikut ini, yang sebenarnya

serupa dengan persamaan model CRS, namun dengan

menggunakan kendala konektivitas N1’λ = 1, sehingga:

Tabel 3.10 Persamaan Linier VRS

Minθλθ

st -yt + Yλ ≥ 0 θxt - Xλ ≤ 0 NI’λ ≥ 1

λ ≥ 0 Keterangan: Y = y1 + y2 + …….. +yn

X = x1 + x2 + …….. +x

n = jumlah unit bisnis yang diobservasi x1 = input x untuk unit bisnis 1 y1 = output y untuk unit bisnis 1 λ = vector dari konstan NI’λ = N X 1 vector 1

Selain dua model di atas, beberapa studi telah membuat dekomposisi

skor technical efficiency (TE) dari CRS menjadi dua komponen, yaitu:

Page 65: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

49

1. Mengacu pada skala efisiensi

2. Mengacu pada pure technical efficiency

Perolehan ini dapat dilakukan dengan menghitung CRS dan VRS

terhadap suatu data yang sama. Jika terdapat selisih diantara kedua skor

TE dari setiap DMU, hal tersebut mengindikasikan bahwa DMU

memiliki skala efisiensi dan bahwa skala efisiensi dapat dihitung dari

selisih antara skor TE VRS dan TE CRS. Perbedaan antara CRS, VRS

dan skala efisiensi dapat diilustrasikan pada gambar berikut:

Gambar 3.3 Efisiensi CRS dan VRS

Garis tengah lurus adalah CRS, yakni menggambarkan kinerja

perusahaan/unit bisnis/DMU yang bekerja pada skala optimal. Sedangkan

garis melengkung adalah garis VRS yang menjelaskan tentang efisiensi

teknis DMU yang bekerja pada skala yang berbeda antara satu DMU

dengan DMU lainnya. Titik D dan E menunjukkan DMU yang sudah

Page 66: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

50

efisien secara teknis, namun belum bekerja pada skala optimal. Untuk itu,

pada perusahan D dan E harus meningkatkan skalanya hingga mencapai

titik F dan akan semakin baik apabila mencapai titik B, yakni efisiensi

secara overall technical.

3.2 Return to Scale46

Menurut Siswadi dan Arafat, pengukuran performa efisiensi yang

dilakukan oleh suatu organisasi tidak lain bertujuan untuk

memaksimalkan keuntungan, sehingga apapun akan dilakukan untuk

mencapai tujuan organisasi. Perusahaan yang rasional akan selalu

meningkatkan produksinya sampai diperoleh suatu keseimbangan

keuntungan yang maksimal dengan Marginal Revenue (MR), sebagai

fungsi output sama dengan Marginal Cost (MC), sebagai fungsi input

atau MR=MC. Oleh sebab itulah, setiap DMU harus sensitif terhadap isu

yang berhubungan dengan “skala hasil” (Return to Scale [RTS]).

Terdapat tiga kondisi return to scale yang akan

menggambarkan kondisi setiap DMU, di antaranya adalah:

1. Increasing Return to Scale (IRS)

Kondisi IRS bilamana nilai λ < 1.00 dari model CCR dimana λ

adalah nilai hasil perhitungan DEA. Jika suatu DMU berada pada

kondisi IRS, itu berarti penambahan 1 unit input akan menghasilkan

46 Hendri Tanjung dan Abrista Devi, h. 335 - 336

Page 67: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

51

lebih dari 1 unit output. Oleh sebab itu, strategi terbaik bagi DMU

tersebut dengan terus menambah kapasitas produksinya.

2. Constant Return to Scale (CRS)

Kondisi CRS bilamana nilai efisiensi CRS adalah nilai efisiensi

CCR=BCC=1.00 atau λ = 1 untuk model CCR. Kondisi ini

menunjukkan bahwa DMU pada kondisi ini normal yang artinya

penambahan 1 unit input akan menghasilkan penambahan 1 unit

output, sehingga yang harus dilakukan oleh DMU adalah dengan

mulai menurunkan inputnya.

3. Decreasing Return to Scale (DRS)

Kondisi DRS bilamana nilai λ > 1.00 dari model CCR. Kondisi ini

menunjukkan bahwa penambahan 1 unit input akan mengurangi 1

unit output.

Dengan adanya tiga kondisi diatas yang dihasilkan dari RTS, maka

terbukti bahwa metodologi DEA mampu menyoroti suatu tingkat

efisiensi perusahaan relatif terhadap benchmarking atas competitor atau

pesaing. Kemampuan analisis ini dapat membantu para ekonom dalam

mengidentifikasi sebuah perusahaan jika dalam keadaan IRS selalu ingin

memperluas persaingan untuk meningkatkan posisinya dibandingkan

perusahaan-perusahaan yang berada dalam kondisi CRS dan DRS.

Page 68: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

52

3.3 Kelebihan dan Kelemahan DEA47

Kelebihan dan kelemahan DEA menurut Siswadi dan Arafat dalam

Akbar, yaitu sebagai berikut:

a. Kelebihan DEA

DEA mampu menangani pengukuran efisiensi secara relatif bagi

beberapa DMU sejenis dengan menggunakan banyak input dan output.

Metode ini tidak memerlukan asumsi bentuk fungsi hubungan antara

variable input dan output sebagaimana diterapkan pada regresi biasa.

Dalam DEA, DMU-DMU tersebut dibandingkan secara langsung

dengan sesamanya.

Faktor input dan output dapat memiliki satuan pengukuran yang

berbeda, sebagai contoh misalnya output 1 (X1) dapat berupa jumlah

jiwa yang diselamatkan, sedangkan output 2 (X2) dapat berupa jumlah

pendapatan yang diterima dalam satuan rupiah, tanpa perlu melakukan

perubahan satuan dari kedua variabel tersebut.

b. Kelemahan DEA

DEA merupakan sebuah extreme point technique, maka kesalahan-

kesalahan pengukuran dapat mengakibatkan masalah yang signifikan.

DEA hanya mengukur efisiensi relatif dari DMU dan tidak mengukur

efisiensi absolute atau DEA hanya menunjukkan perbandingan

47 Hendri Tanjung dan Abrista Devi, h. 326

Page 69: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

53

penilaian baik dan buruk suatu DMU dibandingkan dengan

sekumpulan DMU lainnya yang sejenis.

DEA adalah teknik non-parametik, maka uji hipotesis dilakukan

secara sistemik akan sulit dilakukan.

Penggunaan perumusan linier programming terpisahkan untuk setiap

DMU, maka perhitungan secara manual membutuhkan waktu apalagi

untuk masalah dalam skala besar. Akan tetapi, kelemahan dari

masalah ini sudah dapat teratasi dengan adanya software frontier

analyst.

B. Modal Kerja

1. Pengertian Modal Kerja

Modal, dari segi bahasa merupakan uang yang dipakai sebagai pokok

(induk) untuk berdagang, melepas uang dan sebagainya; harta benda (uang,

barang, dan sebagainya) yang dapat dipergunakan untuk menghasilkan

sesuatu yang dapat menambah kekayaan.48 Selanjutnya kata kerja berarti

kegiatan melakukan sesuatu; yang dilakukan (diperbuat); sesuatu yang

dilakukan untuk mencari nafkah; mata pencaharian.49 Dari segi istilah, modal

kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan atau dapat

48 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai

Pustaka, 1990) cet. ke - 3, h. 113 49 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, h. 113

Page 70: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

54

pula dimaksudkan sebagai dana yang harus tersedia untuk membiayai

kegiatan operasi perusahaan sehari-hari.50

Menurut Kasmir dalam bukunya “Kewirausahaan” modal kerja adalah

modal yang digunakan untuk membiayai operasional perusahaan pada saat

perusahaan sedang beroperasi. Jenis modalnya bersifat jangka pendek,

biasanya hanya digunakan sekali atau beberapa kali untuk proses produksi.

Modal kerja digunakan untuk keperluan bahan baku, membayar gaji

karyawan, dan biaya pemeliharaan serta biaya-biaya lainnya.51 Kemudian,

menurut J.Fred Weston dan Eugene F. Bringham, modal kerja merupakan

investasi perusahaan dalam aktiva jangka pendek seperti kas, sekuritas

(surat-surat berharga), piutang dagang, dan persediaan.52

Dari pengertian di atas, modal kerja adalah keselurahan aktiva lancar

yang digunakan untuk membiayai operasional perusahaan yang bersifat

jangka pendek sebagai investasi perusahaan.

1. Jenis-jenis Modal Kerja

Pada dasarnya, kebutuhan modal untuk melakukan usaha terdiri dari dua jenis,

dibedakan berdasarkan penggunaan maupun jangka waktunya, yaitu:

a. Modal investasi, yakni modal ini digunakan untuk jangka panjang dan

dapat digunakan berulang-ulang biasanya umurnya lebih dari satu tahun.

50 Agnes Sawir, Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan,

(Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama, 2001), h. 129 51 Kasmir, Kewirausahaan, ed. revisi, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2011) , h. 99 52 Agnes Sawir, h. 129

Page 71: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

55

Penggunaan utama modal investasi jangka panjang adalah untuk membeli

aktiva tetap seperti tanah, bangunan/gedung, mesin-mesin, peralatan,

kendaraan serta inventaris lainnya. Modal investasi biasanya diperoleh

dari modal pinjaman berjangka waktu panjang lebih dari satu tahun yang

di dapat dari dunia perbankan.

b. Modal kerja, yakni modal yang digunakan untuk jangka pendek dan

beberapa kali pakai dalam suatu proses produksi. Jangka waktu biasanya

tidak lebih dari satu tahun. Penggunaan utama modal kerja adalah untuk

keperluan membeli bahan baku, membayar gaji karyawan dan biaya

pemeliharaan serta biaya-biaya lainnya. Modal kerja dapat diperoleh dari

modal pinjaman Bank (maksimum 1 tahun)

Menurut Jumingan, jenis-jenis modal kerja terbagi menjadi dua,yaitu:53

a. Modal kerja permanen, yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada

perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya, dengan kata lain modal

kerja yang dipakai secara terus-menerus diperlukan untuk kelancaran

usaha, modal kerja jenis ini dapat digolongkan lagi menjadi:

Modal kerja primer, yaitu jumlah modal kerja minimum yang

harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontuinitas

perusahaan.

53 Jumingan, Analisa Laporan Keuangan, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2005), h. 71

Page 72: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

56

Modal kerja normal, yaitu jumlah modal kerja yang dibutuhkan

untuk menyelenggarakan luas produksi normal dalam artian yang

dinamis.

b. Modal kerja variabel

Modal kerja variabel yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah

sesuai dengan perubahaan keadaan. Modal kerja ini dibedakan lagi

menjadi:

Modal kerja musiman, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-

ubah disebabkan karena fluktuasi musim.

Modal kerja siklus, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-

ubah disebabkan karena fluktuasi konjungtur.

Modal kerja darurat, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-

ubah disebabkan karena keadaan darurat atau mendadak yang tidak

dapat diketahui atau diramalkan sebelumnya.

2. Sumber-sumber Modal Kerja54

Kebutuhan modal, baik modal investasi maupun modal kerja dapat dicari dari

berbagai sumber dana yang ada yaitu modal sendiri atau modal pinjaman

(modal asing). Pengertian modal dilihat dari sumber asalnya, antara lain

sebagai berikut:

Modal sendiri, yakni modal yang diperoleh dari pemilik perusahaan

dengan cara mengeluarkan saham. Saham yang dikeluarkan dapat

54 Jumingan, Analisa Laporan Keuangan , h. 72 - 74

Page 73: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

57

dilakukan secara tertutup atau terbuka. Keuntungan menggunakan

modal sendiri untuk membiayai suatu usaha adalah tidak adanya beban

biaya bunga, tetapi hanya akan membayar dividen. Pembayaran

dividen dilakukan apabila perusahaan memperoleh keuntungan dan

besarnya dividen tergantung dari keuntungan perusahaan. Kerugian

menggunakan modal sendiri adalah jumlahnya sangat terbatas dan

relatif sulit untuk memperolehnya.

Modal asing atau modal pinjaman, yakni modal yang diperoleh dari

pihak luar perusahaan dan biasanya diperoleh dari pinjaman.

Penggunaan modal pinjaman untuk membiayai usaha akan

menimbulkan beban biaya bunga, biaya administrasi serta biaya

provisi dan komisi yang besarnya relatif. Penggunaan modal pinjaman

mewajibkan pengembalian pinjaman setelah jangka waktu tertentu.

Keuntungan modal pinjaman adalah jumlahnya yang tidak terbatas,

artinya tersedia dalam jumlah banyak. Disamping itu dengan

menggunakan modal pinjaman biasanya menimbulkan motivasi dari

pihak manajemen untuk mengerjakan dengan sungguh-sungguh.

Selanjutnya, sumber dana modal asing (pinjaman) dapat diperoleh

dari:

- Pinjaman dari dunia perbankan, baik dari perbankan swasta,

pemerintah, maupun perbankan asing.

Page 74: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

58

- Pinjaman dari lembaga keuangan seperti perusahaan

pegadaian, modal ventura, asuransi, leasing, dana pensiun,

koperasi atau lembaga pembiayaan lainnya.

- Pinjaman dari perusahaan non keuangan.

Pada umumnya, sumber modal kerja suatu perusahaan dapat

berasal dari:

- Hasil operasi perusahaan, yakni jumlah net income yang

nampak dalam laporan perhitungan laba rugi ditambah dengan

depresiasi dan amortisasi, jumlah ini menunjukkan jumlah

modal kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan.

- Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi

jangka pendek) merupakan salah satu elemen aktiva lancar

yang segera dapat dijual dan akan menimbulkan keuntungan

bagi perusahaan.

- Penjualan aktiva tidak lancar, yaitu penjualan aktiva tetap,

investasi jangka panjang yang tidak diperlukan lagi oleh

perusahaan. Akibat dari penjualan aktiva ini akan

menyebabkan bertambahnya kas bila dijual secara tunai dan

piutang dijual secara kredit.

- Penjualan saham atau obligasi, yakni penjualan yang

digunakan untuk menambah dana atau modal kerja yang

Page 75: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

59

dibutuhkan, perusahaan dapat pula mengadakan emisi saham

baru atau meminta kepada pemilik perusahaan untuk

menambah modalnya, disamping itu perusahaan dapat juga

mengeluarkan obligasi atau bentuk hutang jangka panjang

lainnya guna memenuhi kebutuhan modal kerjanya.

Page 76: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

60

BAB IV

ANALISIS PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA DI TANGERANG

SELATAN BERBASIS MODAL KERJA ZIS

A. Gambaran Umum Lembaga Masyarakat Mandiri – Dompet Dhuafa

1. Sejarah berdirinya Masyarakat Mandiri55

PT Karya Masyarakat Mandiri atau yang lebih dikenal dengan

nama Masyarakat Mandiri merupakan salah satu unit jejaring Dompet

Dhuafa (DD) yang memiliki kegiatan melakukan pemberdayaan

masyarakat, terutama di bidang ekonomi. Masyarakat Mandiri lahir dan

berkembang tidak lepas dari peran Dompet Dhuafa yang berkhidmat pada

pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah (ZIS).

Proses terbentuknya Masyarakat Mandiri berawal dari program

pemberdayaan Dompet Dhuafa Republika, terutama pemberdayaan

ekonomi, dalam bentuk bantuan permodalan perorangan dan pembangunan

jaringan ekonomi umat dengan pendirian Baitu’l-Maal Wa’t-Tamwil (BMT)

pada tahun 2000. Model pemberdayaan kelompok yang ada kemudian

dikembangkan dengan dirintisnya Program Pengembangan Kemandirian

55 “Profil Masyarakat Mandiri”, diakses pada 21 Maret 2014 dari

http://masyarakatmandiri.co.id/index.php/tentang-kami/sejarah

Page 77: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

61

Masyarakat (P2KM) yang kemudian dikenal dengan nama Masyarakat

Mandiri (MM). Pada langkah awal (pilot project), kegiatan MM difokuskan

di wilayah Bogor, Tangerang dan Bekasi. Kegiatan pemandirian masyarakat

merupakan fokus utama kegiatan Masyarakat Mandiri dengan cara

melakukan pendampingan kepada komunitas sasaran sebagai upaya untuk

mengurangi kemiskinan.

Periode P2KM yang berlangsung dari tahun 2000 hingga tahun 2005

menunjukkan hasil yang positif terhadap perubahan masyarakat dampingan.

Oleh karena itu, sejak awal Juli 2005 MM memperoleh status sebagai

lembaga otonom dari Dompet Dhuafa dan memiliki struktur organisasi

tersendiri agar dapat fokus bergerak dalam dunia pemberdayaan masyarakat.

Pada periode 1429–1431 H (2008-2010) secara umum MM telah melakukan

berbagai aktivitas manajemen yang terdiri dari : 1) Pengelolaan

Kesekretariatan, Keuangan, Kepegawaian, 2) Perencanaan, Pelaksanaan

dan Pengendalian Program, dan 3) Marketing dan Komunikasi serta 4)

Pengembangan unit usaha yang mampu mendukung operasional

kemandirian lembaga.

Mulai tahun 2012, semua unit jejaring ekonomi DD, termasuk MM

diarahkan menjadi jejaring Community Enterprise atau CE. Community

Enterprise adalah unit kegiatan atau unit jejaring DD yang melakukan

pemberdayaan masyarakat bidang ekonomi yang diharapkan mampu

Page 78: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

62

swadaya dalam pengelolaannya secara berkelanjutan dan memberikan

manfaat secara langsung bagi masyarakat yang tidak berdaya.

Unit jejaring Community Enterprise sesuai badan hukum berada dalam

bentuk Perseroan Terbatas (PT) dengan nama PT Karya Masyarakat

Mandiri. Unit jejaring CE memiliki karakteristik usaha yaitu CE berusaha

untuk menjadi organisasi bisnis yang layak, dengan surplus operasi

(Enterprise orientation) dan CE memiliki nilai-nilai etika termasuk

komitmen untuk membangun kapasitas lokal, dan mereka bertanggung

jawab kepada dan masyarakat luas untuk dampak sosial lingkungan dan

ekonomi (Social Aims).

2. Visi dan Misi

Adapun visi dan misi dari Masyarakat Mandiri – Dompet Dhuafa adalah

sebagai berikut:

Visi:

Menjadi perusahaan sosial pemberdayaan masyarakat yang terpercaya dan

profesional.

Misi:

- Menyelenggarakan program pemberdayaan masyarakat berbasis

kewirausahaan sosial secara terintegrasi dan berkelanjutan.

- Menyelenggarakan bisnis berbasis kewirausahaan sosial beserta bisnis

ikutannya.

Page 79: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

63

- Menyelenggarakan pengembangan kapasitas sumber daya organisasi

bagi terwujudnya integritas, kepercayaan dan profesionalisme.

3. Tujuan

a. Tumbuhnya masyarakat yang berdaya dan berkemampuan untuk

meningkatkan kualitas kehidupannya secara mandiri dan

berkesinambungan.

b. Terwujudnya organisasi yang berkelanjutan.

c. Terwujudnya citra organisasi yang berintegritas, terpercaya dan

profesional dalam pemberdayaan masyarakat berbasis kewirausahaan

sosial.

Page 80: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

64

4. Stuktur Organisasi Masyarakat Mandiri56

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Masyarakat Mandiri

5.

56 “Profil Masyarakat Mandiri”, diakses pada 21 Maret 2014 dari

http://masyarakatmandiri.co.id/index.php/tentang-kami/struktur

Page 81: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

65

B. Gambaran Mengenai Program Tuna Netra Berdaya - Masyarakat

Mandiri

1. Latar Belakang Program57

Jumlah tuna netra di seluruh Indonesia saat ini mencapai 1,5% dari

jumlah penduduk. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan sebelumnya,

sebagian besar tuna netra di Jabodetabek terutama Tangerang Selatan

berprofesi sebagai penjual kerupuk, pemijat, dan pengemis. Mereka yang

berdagang kerupuk, memiliki kondisi yang cukup memperihatinkan.

Berdagang dengan memikul beberapa bungkus kerupuk sambil berjalan

berkeliling. Kerupuk yang mereka jual seharga Rp.5.000,00 per bungkusnya

memiliki harga dasar Rp.3.100,00. Agar kerupuk tersebut diantar dari

pabrik menuju kediaman mereka, maka jumlah sekali pesanan harus

minimal 400 bungkus. Jika para tuna netra ini belum memiliki uang untuk

memesan 400 bungkus, misal modalnya hanya cukup memesan 150

bungkus, maka ia harus menunggu rekannya yang lain kerupuknya habis

dan memesan juga sampai jumlah total pesanan lebih dari 400 bungkus.

Terkadang mereka harus libur berdagang 2 hari bahkan sampai satu pekan

dikarenakan modalnya kurang dan menunggu rekannya yang lain memesan

sampai 400 bungkus. Kemudian yang lebih memperihatinkan,

pembeli/konsumen dagangan mereka, sebagian besar membeli karena

kasihan, bukan karena kebutuhan untuk membeli barang dagangannya.

57 Laporan Survey Tuna Netra Berdaya Tangsel, Masyarakat Mandiri – Dompet Dhuafa

Page 82: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

66

Mereka yang berprofesi sebagai pemijat, tidak selalu mendapatkan

pelanggan, bahkan beberapa di antara mereka ada yang beralih profesi

dengan berdagang kerupuk. Fenomena tunanetra yang mengemis masih

sering dijumpai, mereka seringkali dibantu berjalan oleh istri atau keluarga

mereka.

Sebagian besar dari tunanetra di Tangerang Selatan tergabung dalam

Pertunas (Persatuan Tunanetra Asri). Kelompok tunanetra ini memiliki

kegiatan bersama dalam bidang keagamaan. Selain itu pula, ada Yayasan

Khasanah Kebajikan (YKK) yang juga melakukan pembinaan rohani. YKK

mengadakan pembinaan rohani dengan mengajak tunanetra datang ke

yayasan untuk melaksanakan sholat tahajud bersama. Setelah itu diadakan

kajian, sholat subuh, dan makan bersama. Selesai kegiatan, mereka dibekali

sejumlah uang untuk ongkos pulang ke rumah masing-masing.

Sampai saat ini belum ada yang bisa memikirkan kesejahteraan

ekonomi tunanetra. Mereka yang menjadi tumpuan mata pencaharian harus

berjuang keras untuk menghidupi keluarganya. Berdasarkan permasalahan

tersebut, maka program pemberdayaan ini berusaha untuk memberdayakan

tunanetra untuk memiliki usaha yang lebih manusiawi dan juga

memberdayakan keluarga tunanetra agar pendapatan mereka meningkat.

Page 83: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

67

2. Tahapan Pelaksanaan Program Masyarakat Mandiri 58

Tahap II

Gambar 4.2 Ringkasan Pelaksanaan Program Masyarakat Mandiri

Dari gambar di atas mengenai tahapan program Masyarakat Mandiri, penulis

jelaskan mengenai pelaksanaan program Tuna Netra Berdaya dimana pada

wilayah dampingan di Tangerang Selatan terdapat satu orang pendamping yang

berfungsi sebagai pembina/pembimbing selama program berlangsung.

58 Tim Divisi Program Masyarakat Mandiri, “Panduan Program Umum dan Teknis”, cet. ke - 2, h. 10

Persiapan

Pembentukan Kelompok dan Kelembagaan

Tahap I

Pembiayaan Usaha

Peningkatan Kapasitas SDM

Kaderisasi Kader Lokal

Dukungan Teknis dan Penguatan Usaha

Pengembangan dan Penguatan Kelembagaan

Pembangunan jaringan dan sinergi

Pemupukan Modal dan Swadaya

Monitoring dan Evaluasi

Pelepasan Program (Exit Strategy)

Tahap III

Sosialisasi

Page 84: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

68

Pendamping menjalankan aktivitas berupa aktivitas sosialisasi program; studi

kelayakan mitra; pendampingan mulai dari pembentukan kelompok, pembiayaan,

pelatihan yang berupa praktis keorganisasian, manajemen usaha, maupun

manajemen produksi serta penumbuhan dan penguatan kelembagaan lokal. Proses

pendampingan dilakukan untuk merintis dan menumbuhkan rasa saling percaya

antar anggota kelompok, membangun komitmen bersama, penyadaran

menyangkut potensi keswadayaan.

Adapun komponen program Masyarakat Mandiri adalah59: a) pembiayaan

mikro berbasis kelompok dengan aturan disiplin pinjaman dan disiplin kelompok,

b) peningkatan kapasitas sumber daya manusia melalui berbagai pelatihan, c)

pengembangan kelembagaan komunitas, meliputi mekanisme organisasi,

kepengurusan, administrasi dan lain-lain, d) pemupukan modal swadaya dengan

membangun sistem tabungan, mekanisme dana bergulir, serta menghubungkan

lembaga komunitas dengan lembaga keuangan, e) pembangunan jaringan dan

sinergi dengan pemerintah daerah, dunia usaha, lembaga keuangan, dan

organisasi masyarakat sipil lainnya, f) pengembangan informasi dan teknologi

tepat guna, yang sesuai dengan kebutuhan kelompok.

Di dalam program ini dibentuk 3 Kelompok Mitra yang terdiri dari 27

mustahiq tuna netra, yaitu Kelompok Cahaya Purnama Mandiri, Kelompok

Sukses Mandiri, dan Kelompok Sumber Rezeki. Dari segi profesi, kelompok-

kelompok tersebut ada yang berprofesi sebagai pemijat, pedagang kerupuk,

59 Nana Mintarti dan Gito Haryanto, ”Jurnal Zakat dan Empowering” , h. 39

Page 85: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

69

maupun kedua-duanya (pemijat dan pedagang kerupuk). Dari segi pendampingan,

ada kegiatan pertemuan rutin bulanan diadakan pada masing-masing kelompok.

Mustahiq tuna netra juga mendapatkan pelatihan dari MM untuk peningkatan

kapasitas mereka, misalnya pelatihan kewirausahaan. Kemudian melihat segi

pembiayaan, mustahiq diberikan modal kerja dalam bentuk pinjaman/qardhul

hasan sebesar 1.000.000 rupiah untuk kegiatan usaha, dimana para mustahiq

berusaha mencicil pengembalian pinjaman tersebut tiap bulannya sebesar

100.000 tiap pertemuan kepada pendamping program. Hal ini bertujuan untuk

melatih mereka dalam manajemen usahanya, terkait pengelolaan modal tersebut

sesuai sasaran atau tidaknya serta terkait disiplin pembiayaan.

Selanjutnya, tahapan akhir dari rangkaian proses pendampingan, yakni

pembentukan kader komunitas yaitu pelepasan program (exit program). Peran-

peran pendamping secara berangsur ditransformasikan kepada kader komunitas.

Oleh karena itu, dilakukan strategi terminasi program dalam rangka menjamin

keberlangsungan program, keuangan, dan kelembagaan pasca berakhirnya

pendampingan yang biasa disebut dengan ISM (Ikhtiar Swadaya Mitra).

C. Pengujian dan Analisa Data

1. Analisis Deskriptif

1.1 Deskripsi responden

Penulis membagi profil responden ke dalam beberapa tabel yaitu jenis

kelamin, usia, status marital, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan,

Page 86: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

70

Jenis Kelamin

Item Quantity Laki-laki 22

Perempuan 5

Total 27

asal daerah, pengalaman kerja, status kepemilikan rumah, pendapatan

dan pengeluaran responden sebelum dan sesudah mengikuti program.

a) Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data profil responden

berdasarkan jenis kelamin yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1

Profil Responden Tuna Netra Berdaya Berdasarkan

Jenis Kelamin

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa mustahiq yang

mendapatkan modal usaha berjenis kelamin laki-laki (81%) lebih

banyak dari mustahiq yang berjenis kelamin perempuan (19%).

b) Usia

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data profil responden

berdasarkan usia. Penggolongan usia berdasarkan usia yang paling

muda hingga usia yang paling tua. Peneliti menggolongkan usia

tersebut ke dalam kelipatan angka 5 atau lima tahun agar

81%

19%

Laki-laki

Perempuan

Page 87: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

71

10%17%

36%

17%

3%17%

31-35th36-40th41-45th

46-50th51-55th>55

mempermudah proses penginputan data usia ke dalam tabel statistik.

Berikut penulis sajikan dalam tabel di bawah ini:

Tabel 4.2

Profil Responden Tuna Netra Berdaya Berdasarkan Usia

Usia Item Quantity

31-35 th 2 36-40 th 3 41-45 th 5 46-50 th 11 51-55 th 5

>56 tahun 1 Total 27

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa jumlah mustahiq yang

mendapatkan modal kerja yang berusia 31 sampai dengan 35 tahun

sebanyak 2 orang atau sebesar 7%, usia 36 sampai dengan 40 tahun

sebanyak 3 orang atau sebesar 11%, usia 41 sampai dengan 45 tahun

sebanyak 5 orang atau sebesar 19%, usia 46 sampai dengan 50 tahun

sebanyak 11 orang atau sebesar 40%, usia 51 sampai dengan 55 tahun

sebanyak 5 orang atau sebesar 19%,dan terakhir usia lebih dari 55

tahun sebanyak 1 orang atau sebesar 4%. Dari hasil penjelesan

tersebut dapat disimpulkan bahwa usia produktif mustahiq mayoritas

pada program tuna netra berdaya berkisar antara 46 sampai dengan 50

Page 88: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

72

0%

85%

15%

0%

Belum Menikah

Menikah

Bercerai Hidup

Bercerai Mati

tahun. Hal ini masih sesuai dengan BPS yang menyatakan bahwa usia

produktif yaitu penduduk yang berusia mulai 15 tahun sampai dengan

64 tahun.

c) Status Marital

Untuk mengetahui profil responden berdasarkan status marital, dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3

Profil Responden Tuna Netra Berdaya Berdasarkan Status Marital

Dari tabel di atas terlihat bahwa mustahiq yang belum menikah dan

yang bercerai mati tidak ada atau sebesar 0%, kemudian yang sudah

menikah sebanyak 23 orang atau sebesar 85%, dan yang bercerai

hidup sebanyak 4 orang atau sebesar 15%. Dari uraian diatas dapat

disimpulkan bahwa mayoritas mustahiq tuna netra pada program

permberdayaan ini yaitu yang sudah menikah.

Status Marital Item Quantity

Belum Menikah 0 Menikah 23

Bercerai Hidup 4 Bercerai Mati 0

Total 27

Page 89: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

73

34%

22%

33%

11% 0%

Tidak sekolah

SD/MI

SLTP/MTS

SLTA/MA

S1

d) Tingkat Pendidikan

Untuk mengetahui profil responden berdasarkan tingkat pendidikan,

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.4

Profil Responden Tuna Netra Berdaya Berdasarkan Tingkat

Pendidikan

Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa mayoritas pendidikan mustahiq

tuna netra berdaya Tangerang Selatan yaitu yang tidak sekolah

sebanyak 9 orang atau sebesar 34%. Kemudian, pendidikan

SLTP/MTS sebanyak 9 orang atau sebesar 33%, sedangkan mustahiq

yang berpendidikan SD/MI sebanyak 6 orang atau sebesar 22%,

SLTA/MA sebanyak 3 orang atau sebesar 11%, dan terakhir tingkat

Sarjana tidak ada atau sebesar 0%. Dapat disimpulkan bahwa

mayoritas tuna netra di Tangerang Selatan khususnya masih banyak

yang berpendidikan rendah. Akan tetapi, berdasarkan hasil wawancara

yang penulis lakukan, hampir seluruh tuna netra mendapatkan

Tingkat Pendidikan Item Quantity Tidak sekolah 9 SD/MI 6 SLTP/MTS 9 SLTA/MA 3 S-1 0 Total 27

Page 90: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

74

pendidikan non-formal seperti pelatihan pijat dari Departemen Sosial

dan Yayasan lainnya yang fokus pada kegiatan sosial khususnya tuna

netra.

e) Jumlah Tanggungan

Untuk mengetahui profil responden berdasarkan jumlah tanggungan

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.5

Profil Responden Tuna Netra Berdaya Berdasarkan Jumlah

Tanggungan

Jumlah Tanggungan

Item Quantity 1 3 2 11 3 3 4 4 ≥5 6

Total 27

Berdasarkan tabel di atas dapat diuraikan bahwa semua mustahiq tuna

netra mempunyai tanggungan dalam keluarganya. Mustahiq yang

mempunyai tanggungan 1 dan 3, berjumlah 3 orang atau sebesar 11%.

Kemudian yang mempunyai tanggungan 2, berjumlah 11 orang atau

sebesar 41%, yang mempunyai tanggungan 4, berjumlah 4 orang atau

11%

41%11%

15%

22%

1 orang

2 orang

3 orang

4 orang

lebih dari dan samadengan 5 orang

Page 91: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

75

70%

19%7% 4% Jawa

SundaBetawi

Sumatera

sebanyak 15%, dan yang terakhir yang mempunyai tanggungan sama

dengan atau lebih dari 5, berjumlah 6 orang atau sebanyak 22%.

f) Asal Daerah

Profil responden yang berdasarkan asal daerah, penulis hanya

mengelompokkan asal suku sebanyak 4 daerah, yaitu: Jawa, Sunda,

Betawi, dan Sumatera. Selanjutnya, bisa dilihat dalam bentuk tabel

di bawah ini:

Tabel 4.6

Profil Responden Tuna Netra Berdaya Berdasarkan Asal Daerah

(Suku)

Asal Daerah Item Quantity Jawa 19

Sunda 5 Betawi 2

Sumatera 1 Total 27

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa jika diurutkan dari urutan

tertinggi sampai dengan terendah, mayoritas mustahiq berasal dari

suku Jawa sebanyak 19 orang atau sebesar 70%. Kemudian diikuti

suku Sunda sebanyak 5 orang atau sebesar 19%. Sedangkan suku

Betawi sebanyak 2 orang atau sebesar 7%, dan yang terendah yaitu

suku Sumatera sebanyak 1 orang atau sebesar 4%.

Page 92: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

76

66%15%

19%

Pijat

DagangKerupuk

Pijat danDagangKerupuk

g) Pengalaman Kerja

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data profil responden

berdasarkan pengalaman kerja. Peneliti melihat mayoritas tuna netra

mempunyai pengalaman bekerja sebagai Pemijat dan Pedagang

Kerupuk Keliling. Berikut peneliti sajikan ke dalam tabel di bawah

ini:

Tabel 4.7

Profil Responden Tuna Netra Berdaya Berdasarkan Pengalaman

Kerja

Pengalaman Kerja Item Quantity Pijat 18

Dagang Kerupuk 4 Pijat dan Dagang

Kerupuk 5

Total 27

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa pengalaman kerja mustahiq

tuna netra yaitu Pijat, Dagang Kerupuk dan kedua-duanya. Mayoritas

pekerjaan mereka adalah Pijat sebanyak 18 orang atau sebesar 66%.

Selanjutnya Dagang Kerupuk sebanyak 4 orang atau sebesar 15%

persen, dan yang terakhir Pijat dan Dagang Kerupuk sebanyak 5

orang atau 19%.

Page 93: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

77

26%

70%

4%Milik Sendiri

Kontrak

Numpang orang

h) Status Rumah

Untuk mengetahui profil responden berdasarkan status kepemilikan

rumah, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.8

Profil Responden Tuna Netra Berdaya Berdasarkan Status Rumah

Status Rumah Item Quantity

Milik sendiri 7 Kontrak 19

Numpang orang 1 Total 27

Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa status kepemilikan rumah

mustahiq yang mempunyai rumah sendiri yaitu sebanyak 7 orang

atau sebesar 26%. Kemudian, mustahiq yang mengontrak rumah

sebanyak 19 orang atau sebesar 70%, dan yang menumpang dengan

orang lain sebanyak 1 orang atau sebesar 4%. Dapat disimpulkan

dari uraian tersebut bahwa masih sedikit tuna netra yang mempunyai

tempat tinggal yang tetap.

Page 94: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

78

i) Pendapatan responden sebelum dan sesudah mendapatkan

pembiayaan dari Masyarakat Mandiri – Dompet Dhuafa

Tabel 4.9

Profil Responden Tuna Netra Berdaya Berdasarkan Pendapatan

Responden Sebelum dan Sesudah Mendapatkan Modal Kerja dari

Masyarakat Mandiri – Dompet Dhuafa

Pendapatan (dalam ribu rupiah)

Item Quantity sebelum Quantity sesudah < 500 2 0

600-1000 13 7 1100-1500 7 7 1600-2000 2 9 2100-2500 0 1 2600-3000 3 3

>3000 0 0 Total 27 27

Gambar 4.3 Profil Responden Tuna Netra Berdaya Berdasarkan

Pendapatan Responden Sebelum dan Sesudah Mendapatkan Modal

Kerja dari Masyarakat Mandiri – Dompet Dhuafa

0

5

10

15

20

25

< 500

600-1000

1100-1500

1600-2000

2100-2500

2600-3000>3000

QuantitysesudahQuantitysebelum

Page 95: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

79

02468

10121416

<500

600-1000

1100-1500

1600-2000

2100-2500

2600-3000

>3000

QuantitysesudahQuantitysebelum

j) Pengeluaran responden sebelum dan sesudah mendapatkan

pembiayaan dari Masyarakat Mandiri – Dompet Dhuafa

Tabel 4.10

Profil Responden Tuna Netra Berdaya Berdasarkan Pengeluaran

Responden Sebelum dan Sesudah Mendapatkan Modal Kerja dari

Masyarakat Mandiri – Dompet Dhuafa

Pengeluaran (dalam ribu rupiah) Item Quantity sebelum Quantity sesudah < 500 0 0

600-1000 11 2 1100-1500 8 4 1600-2000 5 9 2100-2500 0 6 2600-3000 2 5

>3000 1 1 Total 27 27

Gambar 4.4 Profil Responden Tuna Netra Berdaya Berdasarkan

Pengeluaran Responden Sebelum dan Sesudah mendapatkan Modal

Kerja dari Masyarakat Mandiri – Dompet Dhuafa

Page 96: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

80

Berdasarkan gambar (4.3) dan gambar (4.4) sebelumnya, terlihat

bahwa terjadi peningkatan pendapatan dan pengeluaran responden

setelah mengikuti program, tetapi tidak terlalu signifikan

peningkatannya. Hal ini menunjukkan bahwa manajemen

keuangan tuna netra dinilai belum cukup baik dalam hal

pengelolaan pengeluaran dikarenakan dana pengeluaran juga

meningkat sehingga kurang berpengaruh terhadap kesejahteraan

mustahiq. Pelaksanaan program ini pun masih berlangsung selama

kurang lebih 7 bulan ketika penulis sedang melakukan penelitian,

sehingga diperlukan jangka waktu yang lebih panjang untuk

melihat perbedaan kondisi pendapatan dan pengeluaran tuna netra

sebelum dan sesudah mengikuti program pemberdayaan.

1.2 Deskripsi Kondisi Responden Sebelum Mengikuti Program

Dari hasil wawancara yang penulis lakukan, diperoleh data yang sama

dengan penjelasan latar belakang program ini yaitu mayoritas tunanetra

di Tangerang Selatan tergabung dalam Pertunas (Persatuan Tunanetra

Asri). Kelompok tunanetra ini memiliki kegiatan bersama dalam bidang

keagamaan. Selain itu, ada Yayasan Khasanah Kebajikan (YKK) yang

juga melakukan pembinaan rohani. YKK mengadakan pembinaan

rohani dengan mengajak tunanetra datang ke yayasan untuk

Page 97: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

81

melaksanakan sholat tahajud bersama. Setelah itu diadakan kajian,

sholat subuh, dan makan bersama. Selesai kegiatan, mereka dibekali

sejumlah uang untuk ongkos pulang ke rumah masing-masing sekitar Rp

20.000 per orang.

Sebagian besar tuna netra pernah mendapatkan pendidikan non

formal yaitu kursus atau pelatihan pijat selama 1 sampai dengan 3 tahun.

Pendidikan non formal yang ditempuh tersebut berasal dari Departemen

Sosial dan Lembaga Sosial lainnya. Disamping itu, penulis tertarik pada

motivasi mereka mengikuti program pemberdayaan ini, alasannya

beragam seperti: agar pendapatan mereka meningkat, supaya lebih

berkembang usaha sebelumnya, membuat usaha baru yang mandiri,

untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, angsuran modalnya tidak

berbunga, menjalin silahturahim, senang berkelompok, dan ada juga

yang karena ikut teman (diajak bergabung) ke program tuna berdaya

ini. Namun, dari semua itu ada salah seorang diantara mereka dalam

kelompok pemijat yang mempunyai target jangka panjang (visioner)

yakni ingin punya usaha pijat bersama yang menjadi tempat

percontohan pijat. Hal ini sejalan dengan tujuan dari Masyarakat

Mandiri yang berupaya terbentuknya kelembagaan komunitas yang

biasa dikenal dengan Ikhtiar Swadaya Mitra.

Page 98: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

82

1.3 Deskripsi Kondisi Responden Sesudah Mengikuti Program

Berdasarkan hasil observasi dilapangan, dari segi pendampingan

program, tuna netra yang terbagi dalam 3 kelompok usaha mendapatkan

pembinaan rutin dari MM setiap bulannya. Mereka didampingi oleh satu

pendamping yang bertugas mendampingi mitra guna meningkatkan

kapasitas mitra, baik kapasitas sebagai kelompok maupun individu.

Aktivitas pendampingan yang dilakukan dalam bentuk diskusi

kelompok, penambahan wawasan dan keilmuan, pemberian motivasi

dan etos kerja, serta studi banding. Selain itu, selama program sedang

berlangsung, mereka juga pernah memperoleh pelatihan kewirausahaan

yang diadakan oleh MM di daerah Depok. Pelatihan ini diharapkan

mampu memberikan penyadaran akan pentingnya berwirausaha dan

tentunya menambah ilmu dalam manajemen serta strategi dalam

berwirausaha.

Dari segi manajemen usaha, MM memberikan modal awal kepada

tuna netra sebesar 1.000.000 rupiah yang sifatnya pinjaman/qardhul

hasan. Modal kerja ini diberikan agar tuna netra dapat mengembangkan

usahanya maupun yang baru memulai usahanya. Dari 27 responden

yang diwawancara, penulis menemukan ada 3 responden yang tidak

menyalurkan modal dari MM tersebut untuk kegiatan usahanya. Hal ini

dikarenakan pada saat itu modal terpakai untuk kebutuhan lainnya.

Page 99: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

83

Dalam hal pengembalian modal atau angsuran per bulan, hampir semua

tuna netra melaksanakan displin pembiayaan. Hanya beberapa yang

pernah ‘macet’, itu pun dikarenakan dana angsuran digunakan untuk

kebutuhan yang lebih penting dan mendesak. Akan tetapi, tuna netra

yang mengalami ketelatan pembayaran ini tetap menyetor angsuran pada

bulan berikutnya.

Mengenai kondisi usaha tuna netra, mayoritas mereka yang berprofesi

sebagai pedagang kerupuk mengalami kondisi peningkatan usaha disaat

hari libur (bukan hari kerja). Begitu pula sebaliknya, jika sedang

mengalami penurunan usaha biasanya pada saat hari kerja. Ada juga

kondisi lain yang menyebabkan usaha penjualan kerupuk keliling

sedang sepi, yakni disaat musim hujan dan banyak saingannya yang

sejenis. Apabila kondisi sedang sepi, ada diantara mereka yang tetap

berjualan seperti biasanya, namun ada juga yang dirumah dengan

menerima jasa panggilan pijat. Untuk kondisi usaha pijat sendiri ini,

biasanya tergantung dari kondisi penerima jasa pijat. Jika kondisi

pemijat sedang sepi, mereka melakukan kegiatan lain seperti membantu

pekerjaan rumah sambil menunggu adanya panggilan pijat.

Page 100: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

84

2. Hasil Pengukuran Efisiensi

Secara sederhana perhitungan manual efisiensi relatif pada Program Tuna

Netra Berdaya Tangerang Selatan, dengan variabel output yakni total

pendapatan bersih tuna netra selama pelaksanaan program yang berjumlah 27

orang dan variabel input yakni modal kerja keseluruhan yang diberikan pihak

MM kepada tuna netra, dapat dihitung dengan cara sebagai berikut :

Efisiensi = Jumlah tertimbang dari output Jumlah tertimbang dari input

= Total Pendapatan Bersih Tuna Netra Total Modal Kerja dari MM

= 30.900.000 = 0,7725 = 77, 25% 40.000.000

Jadi, dari hasil perhitungan manual, tingkat efisiensi Program Tuna Netra

Berdaya mencapai perolehan nilai efisien sebesar 77,25%.

2.1 Analisis DEA

Dalam analisis teknis efisiensi DEA ini menggunakan variabel input,

antara lain : usia, tingkat pendidikan, dan jumlah tanggungan tuna netra.

Sedangkan, variabel outputnya yakni pendapatan tuna netra setelah mengikuti

program dan modal dari MM yang tersalurkan untuk kegiatan usaha. Untuk

objek penelitian sendiri untuk diolah datanya yaitu tuna netra yang tergabung

dalam program ini yang menggunakan semua atau sebagian modal dari MM

untuk kegiatan usahanya yang berjumlah 24 orang. Dalam sistem perhitungan

dengan software DEAWIN, suatu unit diasumsikan efisien mendapatkan nilai

Page 101: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

85

100 %, sedangkan unit yang tidak efisien mendapatkan nilai 0 sampai dengan

100 %. Di samping itu, ada nilai actual, target, to gain, dan achieved, dimana

nilai actual adalah nilai sesungguhnya yang dicapai oleh unit tersebut.

Selanjutnya, target adalah nilai yang seharusnya dijadikan acuan untuk

mencapai efisiensi sempurna, sedangkan to gain dan achieved merupakan

persentase efisiensi dan inefisiensinya.

2.1.1 Analisis Efisiensi Rata-rata Tuna Netra

Pada pendekatan produksi ini dalam mempertahankan input yang ada dan

mengoptimalkan output yang dihasilkan, berikut hasil olah data rata-rata

tingkat efisiensi tuna netra berdaya di Masyarakat Mandiri:

Tabel 4.11 Efisiensi Tuna Netra Berdaya (dalam persen)

Nama Kelompok

Nama Unit

Pekerjaan

Efisiensi

Cahaya Purnama Mandiri

Surahat Dagang Kerupuk dan Pemijat 100 Suparlan Dagang Kerupuk dan Pemijat 61.08

Jajang Dagang Kerupuk dan Pemijat 50.00 Casmona Pemijat 100 Sunarti Dagang Kerupuk dan Pemijat 64.53 Istato Pemijat 65.93

*Wagiman Pemijat - Dudung Dagang Kerupuk 65.96

Sukirman Dagang Kerupuk dan Pemijat 85.00 Madhalim Dagang Kerupuk 100

Sukses Mandiri Solichin Dagang Kerupuk dan Pemijat 70.00 R. Yoga Swara

Dagang Kerupuk dan Pemijat 64.84

Page 102: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

86

Sumber: olah data WDEA asumsi CRS – output oriented

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa rata-rata efisiensi tuna netra

berdaya sebesar 79.86%. Dari semua data yang ada, ada 3 mustahiq yang tidak

penulis masukan datanya untuk diolah yaitu Pak Wagiman, Pak Supriyadi, dan

Bu Siti Aminah. Hal ini dikarenakan mereka tidak menyalurkan total atau

sebagian dana yang diberikan MM untuk kegiatan usaha, sehingga nilai modal

yang tersalurkan untuk usaha yaitu ‘0’. Oleh karena itu, dalam pengolahan data

dengan menggunakan software DEAWIN, penulis hanya memasukkan data

untuk diolah sebanyak 24 orang yang menyalurkan semua modal atau sebagian

modalnya untuk kegiatan usaha. Akan tetapi, penulis akan menjelaskan

sebagian secara deskriptif dari hasil wawancara dengan Pak Wagiman, Pak

Zaini Pemijat 51.23 Moch. Yunus

Pemijat 100

Sudirno Dagang Kerupuk 48.45 *Supriyadi Dagang Kerupuk dan Pemijat -

Suripto Dagang Kerupuk 100 Suparmanto Dagang Kerupuk dan Pemijat 100

Ujang Dagang Kerupuk dan Pemijat 73.29 Ujib Dagang Kerupuk dan Pemijat 56.16

Sumber Rezeki Sutarno Pemijat 100 Tamam Pemijat 98.48 Darwati Pemijat 84.26

Ngadiyem Pemijat 100 M. Syahrun Pemijat 77.59

*Siti Aminah

Pemijat -

Slamet Dagang Kerupuk dan Pemijat 100 Total 1916.8 Mean 79.86

Page 103: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

87

Supriyadi, dan Bu Siti Aminah mengenai alasan mereka tidak menyalurkan

dana dari MM untuk kegiatan usaha.

Dari hasil wawancara dengan Pak Wagiman, ternyata semua modal yang

diberikan MM sebesar 1.000.000 digunakan untuk renovasi rumah seperti

pembelian tabung air dan upah pemasangan untuk pekerja. Sedangkan Pak

Supriyadi, semua modal pemberian MM sebesar 1000.000 terpakai untuk dana

Lebaran (hari raya Idul Fitri). Kemudian yang terakhir, Bu Siti Aminah

menggunakan semua modal dari MM tersebut untuk biaya kontrakan bulanan

dan biaya pendidikan anaknya. Namun demikian, kegiatan usaha mereka tetap

berjalan di lapangan dengan menggunakan modal pribadi yang mereka punya

sendiri.

2.1.2 Analisis Efisiensi Kelompok Pemijat

Tabel 4.12 Efisiensi Kelompok Pemijat

Nama Unit Efisiensi Casmona 100

Istato 65.93 Zaini 51.23

M.Yunus 100 Sutarno 100 Tamam 98.48 Darwati 84.26

Ngadiyem 100 Syahrun 77.59

Total 777.49 Mean 86.38

Sumber: olah data WDEA asumsi CRS – output oriented

Dari hasil statitistik data di atas, dapat dilihat bahwa tingkat rata-rata

efisiensi pemijat sebesar 86.38%. Bu Casmona, Pak Yunus, Pak Sutarno, dan

Page 104: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

88

Bu Ngadiyem mencapai puncak efisien 100%, sedangkan, Pak Istato, Pak

Zaini, Pak Tamam, Bu Darwati dan Pak Syahrun mengalami inefisien. Pak

Istato hanya mencapai nilai efisien sebesar 65.93%, Pak Zaini nilai efisiennya

sebesar 51.23%, Pak Tamam mencapai efisien sebesar 98.48%. Berikutnya,

Bu Darwati nilai efisiennya sebesar 84.26%, serta Pak Syahrun mencapai

efisien sebesar 77.59%. Berdasarkan hasil wawancara, penulis melihat kondisi

mereka yang mencapai efisien sempurna karena telah dianggap baik dalam hal

manajemen usahanya. Hal ini dilihat dari pengelolaan modal yang digunakan

serta pendapatan usaha yang mereka peroleh. Dari tingkat efisiensi rata-rata

kelompok pemijat sebesar 86.38% dan melakukan inefisien sebesar 13.62%,

Di sisi lain, penulis mencoba menganalisa tingkat efisiensi terendah yang

di alami oleh salah satu unit yaitu Pak Zaini, apa yang menyebabkan beliau

berada dalam posisi efisiensi terendah dan bagaimana manajemen usahanya,

berikut hasil olah datanya:

Tabel 4.13 Target of Unit Zaini Efficiency

Efisiensi Variabel Actual Target to Gain Achieved

51.23%

Usia 4 4 0% 100% Pendidikan 3 3 0% 100% Tanggungan 5 3.4 32.8% 67.2% Pendapatan 1.7 3.3 95.2% 51.2% Modal Usaha 0.5 1 95.2% 51.2%

Dari hasil olah data tersebut, terlihat bahwa variabel tanggungan,

pendapatan, dan modal usaha mengalami tidak mencapai efisiensi sempurna.

Page 105: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

89

Pada variabel tanggungan hanya mencapai efisiensi 67.2 %, perlu adanya

perbaikan 32.8% guna mencapai efisiensi ideal. Kemudian, variabel

pendapatan dan modal usaha ternyata mencapai efisiensi sebesar 51.2 %. Oleh

sebab itu, perlu adanya peningkatkan pendapatan dan modal usaha sebesar

100% atau 2 kali lipat dari nilai yang sesungguhnya (actual).

2.1.3 Analisis Efisiensi Kelompok Pedagang Kerupuk

Tabel 4.14 Efisiensi Kelompok Pedagang Kerupuk

Nama Unit Efisiensi Dudung 65.96

Madhalim 100 Sudirno 48.45 Suripto 100 Total 314.41 Mean 78.60

Sumber: olah data WDEA asumsi CRS – output oriented

Berdasarkan data di atas, diperoleh data tingkat rata-rata efisiensi

pedagang kerupuk sebesar 78.60 %. Tuna netra yang memperoleh nilai

efisiensi 100% yaitu Pak Madhalim dan Pak Suripto, sedangkan yang belum

mencapai efisien, antara lain Dudung dan Pak Sudirno. Pak dudung

mendapatkan nilai efisien sebesar 65.96% dan Pak Sudirno mencapai nilai

efisiennya sebesar 48.45%. Berdasarkan hasil wawancara penulis, tuna netra

yang mendapatkan nilai efisien ideal disebabkan karena etos kerja mereka

yang baik dalam pengembangan usaha yang mereka jalani, misalnya dengan

menambah variasi penjualan kerupuk. Dari tingkat perolehan rata-rata

Page 106: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

90

tersebut, kelompok pedagang kerupuk ini melakukan inefisien sebesar

21.40%.

Dari kelompok ini, tuna netra yang mendapatkan efisiensi terendah

yaitu Pak Sudirno, berikut penulis sajikan hasil olah data statistiknya:

Tabel 4.15 Target of Unit Sudirno Efficiency

Efisiensi Variabel Actual Target to Gain Achieved

48.45%

Usia 5 5 0% 100% Pendidikan 4 4 0% 100% Tanggungan 4 4 0% 100% Pendapatan 1.5 3.1 106.4% 48.5% Modal Usaha 1 2.1 106.4% 48.5%

Dari tabel di atas, terlihat bahwa variabel output pendapatan dan

modal usaha mengalami inefisien. Pendapatan dan modal usaha mendapatkan

nilai efisiensi sebesar 48.5%, sehingga perlu adanya perbaikan peningkatan

pendapatan dan modal usaha sebesar 106.4% guna menjadi efisien yang

sempurna.

2.1.4 Analisis Efisiensi Kelompok Pemijat dan Pedagang Kerupuk

Tabel 4.16 Efisiensi Kelompok Pemijat dan Pedagang Kerupuk

Nama Unit Efisiensi Surahat 100 Suparlan 61.08

Jajang 50 Sunarti 64.53

Sukirman 85 Solichin 70

Yoga Swara 64.84 Suparmanto 100

Page 107: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

91

Ujang 73.29 Ujib 56.16

Slamet 100 Total 824.9 Mean 74.99

Sumber: olah data WDEA asumsi CRS – output oriented

Pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa tingkat rata-rata efisiensi pemijat

dan pedagang kerupuk sebesar 74.99%. Dari kelompok ini yang mencapai

tingkat efisien 100% hanya 3 orang yaitu Pak Surahat, Pak Suparmanto, dan

Pak Slamet. Sisanya mengalami inefisien, diantaranya seperti: Pak Suparlan,

Pak Jajang, Bu Sunarti, Pak Sukirman, Pak Solichin, Pak Yoga Swara, Pak

Ujang, dan Pak Ujib. Dari hasil wawancara yang penulis dapatkan, tuna netra

yang mencapai nilai efisiensi sempurna disebabkan kemampuan mereka

dalam pengelolaan modal secara baik. Berdasarkan tingkat rata-rata

kelompok, kelompok ini melakukan inefisien 25.01%.

Posisi level terendah dialami oleh Pak Jajang, untuk itu penulis tertarik

menganalisa lebih jauh guna masukan dalam manajemen kegiatan usahanya.

Di bawah ini penulis sajikan hasil olah data yang diperoleh:

Tabel 4.17 Target of Unit Jajang Efficiency

Efisiensi Variabel Actual Target to Gain Achieved

50%

Usia 4 4 0% 100% Pendidikan 3 3 0% 100% Tanggungan 5 4.5 10% 90% Pendapatan 1.5 3 100% 50% Modal Usaha 1 2 100% 50%

Page 108: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

92

Berdasarkan data sebelumnya, adanya inefisiensi pada variabel

tanggungan, pendapatan dan modal usaha. Pada variabel tanggungan hanya

mencapai efisiensi 90%, perlu adanya perbaikan 10% untuk mencapai

efisiensi ideal. Kemudian, pada variabel pendapatan dan modal usaha ternyata

harus ditingkatkan sebesar 100% atau 2 kali lipat dari nilai yang

sesungguhnya (actual).

Selanjutnya, untuk melihat lebih jelas secara ringkas apa yang terjadi

dengan tingkat efisiensi tuna netra, berikut hasil perolehan data dalam bentuk

tabel dan grafik di bawah ini:

Tabel 4.18 Efisiensi Gabungan Kelompok Usaha

No Nama Kelompok Usaha Efisiensi 1 Pemijat 86.38 2 Pedagang Kerupuk 78.60 3 Pemijat dan Pedagang Kerupuk 74.99

Total 239.97 Mean 79.99

Sumber: olah data WDEA asumsi CRS – output oriented

Gambar 4.5 Efisiensi Gabungan (Pemijat, Pedagang Kerupuk , serta Pemijat dan Pedagang Kerupuk)

6870727476788082848688

Pemijat PedagangKerupuk

Pemijat danPedagangKerupuk

Pemijat

Pedagang Kerupuk

Pemijat dan PedagangKerupuk

Page 109: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

93

Dari diagram sebelumnya, meskipun tingkat rata-rata dari masing-

masing kelompok tidak ada yang mencapai nilai 100%, ketiga kelompok ini

mempunyai tingkat efisien yang selisihnya tidak jauh nilainya. Kelompok

pemijat berada pada posisi tertinggi (peringkat pertama) dengan nilai efisien

mencapai 86.38%. Selanjutnya, disusul kelompok pedagang kerupuk yang

menempati posisi kedua atau pertengahan dengan perolehan nilai efisien

sebesar 78.60%, dan yang terakhir dalam posisi ketiga yaitu kelompok

pemijat dan pedagang kerupuk mendapatkan nilai efisien sebesar 74.99%.

Penulis menilai berdasarkan hasil wawancara, kelompok pemijat pada

program Tuna Berdaya yang memiliki posisi tertinggi dalam hal pencapaian

nilai efisiennya dikarenakan cenderung lebih baik dalam manajemen usahanya

seperti penggunaan modal untuk usaha, pelanggan tetap yang mereka punya

dan pendapatan usaha yang mereka peroleh dibandingkan kelompok

pedagang kerupuk dan kelompok yang berprofesi keduanya.

Dalam hal pencapaian program, Program Tuna Netra Berdaya ini sudah

baik, seperti :

a. Mustahiq program yang tepat sasaran, yakni para tuna netra.

b. Adanya penyaluran modal yang diberikan MM untuk tuna netra untuk

pembiayaan mikro dan peningkatan pendapatan tuna netra.

c. Pemberian modal awal yang diberikan kepada tuna netra sebanyak 27

orang sebesar Rp. 27.000.000 dalam bentuk pinjaman, pada saat exit

Page 110: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

94

program (pelepasan program) dana tersebut dikembalikan lagi kepada

tuna netra sebagai asset reform.

d. Terbentuknya kelembagaan komunitas dalam rangka usaha bersama

dalam bentuk Koperasi. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kapabilitas

tuna netra dalam berorganisasi dan mengembangan jaringan. Dalam usaha

bersama ini, tuna netra mendapatkan tambahan modal sebesar Rp

13.000.000 untuk mengembangkan usahanya dalam bentuk koperasi

tersebut.

Page 111: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

95

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat

disimpulkan jawaban atas pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Dari hasil analisis DEA, kelompok pemijat memperoleh tingkat rata-rata

efisiensi pemijat sebesar 86.38%, kelompok pedagang kerupuk mencapai

tingkat efisiensi sebesar 78.60 %, dan kelompok yang merangkap profesi

keduanya (pemijat dan pedagang kerupuk) mendapatkan nilai efisien

sebesar 74.99%. Jadi, tingkat efisiensi rata-tata tuna netra diperoleh nilai

efisien sebesar 79.86%.

2. Meskipun, tingkat rata-rata dari masing-masing kelompok tidak ada yang

mencapai nilai 100%, ketiga kelompok ini mempunyai tingkat efisien

yang selisihnya tidak jauh nilainya. Kelompok pemijat berada pada posisi

tertinggi (peringkat pertama). Selanjutnya, disusul kelompok pedagang

kerupuk yang menempati posisi kedua atau pertengahan, dan yang terakhir

dalam posisi ketiga yaitu kelompok pemijat dan pedagang kerupuk.

Page 112: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

96

B. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan di atas, beberapa hal yang dapat disarankan dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dalam hal pemberian modal yang diberikan Masyarakat Mandiri terhadap

tuna netra, perlu dilakukan evaluasi terhadap pengelolaan modal yang

digunakan tuna netra untuk kegiatan usaha agar lebih efisien. Kemudian,

dalam pendampingan atau monitoring penggunaan dana tersebut lebih

diperketat lagi dengan meminta bukti-bukti transaksi yang dilakukan

sesuai dengan akad yang telah dibuat karena dari hasil observasi penulis

menemukan beberapa tuna netra yang tidak menyalurkan modal yang

diberikan MM untuk kegiatan usahanya.

2. Dalam hal perbaikan kondisi tuna netra yang mengalami inefisien agar

bisa menyesuaikan target yang diharapkan sehingga bisa mencapai tingkat

efisien yang ideal, seperti perolehan peningkatan pendapatan dan

penyaluran modal untuk usaha. Diperlukan sikap tuna netra yang inovatif,

kreatif, tidak mudah putus asa dalam pengembangan usahanya.

3. Memberikan perhatian kepada peserta program Tuna Netra Berdaya agar

lebih memiliki etos kerja yang baik dan mengembangkan jiwa

kewirausahaannya melalui pelatihan-pelatihan yang lebih menarik yang

disesuaikan dengan potensi tuna netra serta pemberian reward kepada

Page 113: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

97

peserta program yang berprestasi. Hal ini diharapkan mampu

meningkatkan kinerja dari peserta program.

4. Bagi penelitian selanjutnya, perlu dilakukan analisis lebih lanjut dengan

menggunakan variabel input dan output yang lainnya untuk mendapatkan

tingkat efisien yang lebih baik.

Page 114: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

98

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’anul al-Karim Ali, Muhammad Daud. Sistem Ekonomi Islam ; Zakat dan Wakaf. Jakarta : UI Press,

1998. An-Nabhani, Taqyuddin. Membangun Sistem Ekonomi Alternatif ; Perspektif Islam.

Surabaya : Risalah Gusti, 2002. Badriyah, N.Oneng Nurul Badriyah. ed., Total Quality: Management Zakat Prinsip

dan Praktik Pemberdayaan Ekonomi. Jakarta : Wahana Kardova, 2012. Bariadi, Lili,dkk. Zakat dan Wirausaha. Jakarta : CED, 2005.

Choirunnisa, Mulyanti. Efektivitas Penyaluran Modal Kerja Program PNPM Mandiri Perkotaan Untuk Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat dan Peluang Pengembangan dengan Pola Syariah (Studi Kasus PNPM Mandiri Perkotaan Rangkapan Jaya Baru Pancoran Mas Depok). Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta, 2010.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta :

Balai Pustaka, 1990. Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : PT

Gramedia Pustaka Utama, 2008. Dwiantoro, Yulian. Penilaian Efisiensi dan Posisi Persaingan Bank Umum Syariah

dengan Metode Data Envelopment Anaysis (DEA) dan Boston Consulting Group (BCG)” (Studi Kasus Pada BSM, BNIS, BMI, dan BSMI). Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta, 2013.

Hafidhudin, Didin. Islam Aplikatif. Jakarta : Gema Insani Press, 2003. Hafidhudin, Didin. Zakat dalam Perekonomian Modern. Jakarta : Gema Insani, 2002. Hafiduddin,Didin,dkk. ed. The Power Of Zakat : Studi Perbandingan Pengelolaan

Zakat Asia Tenggara. Malang : UIN - Malang Press, 2008. Haroen, Nasrun. Fiqh Muamalah. Jakarta : Gaya Media Pratama, 2000.

Page 115: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

99

Iqbal, Achmad. Perbandingan Efisiensi Bank Umum Syariah (BUK) dengan Bank Umum Konvensional (BUK) di Indonesia dengan SFA. Semarang: FE Undip, 2011.

Jumingan. Analisa Laporan Keuangan. Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2005.

Kasmir. Kewirausahaan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2011.

Lubis, M.Zaky Mubarak. Tingkat Efisiensi Perbankan di Indonesia Dengan Menggunakan Metode Data Envelopment Anaysis”. Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta, 2013.

Maflachatun. Analisis Efisiensi Tekhnik Perbankan Syariah Indonesia dengan

Metode DEA Studi Pada 11 Bank Syariah Tahun 2005 - 2008. Skripsi Universitas Diponegoro, 2010.

Mas’udi, Masdar F, Didin Hafidhuddin, dkk. Reinterpretasi Pendayagunaan ZIS.

Jakarta : Piramedia, 2004. Masyarakat Mandiri. Laporan Survey Tuna Netra Berdaya Tangsel

Masyarakat Mandiri. Profil Masyarakat Mandiri. artikel diakses pada 21 Maret 2014 dari http://masyarakatmandiri.co.id/index.php/tentang-kami/struktur

Masyarakat Mandiri. Profile Masyarakat Mandiri. artikel diakses pada 21 Maret 2014 dari http://masyarakatmandiri.co.id/index.php/tentang-kami/sejarah

Meylani,Wina. Analisis Pengaruh Pendayagunaan Zakat, Infaq, dan Shadaqah

sebagai Modal Kerja terhadap Indikator Kemiskinan dan Pendapatan Mustahiq (Studi Kasus : Program Ikhtiar di Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor). Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor, 2009.

Mintarti, Nana dan Gito Haryanto. Jurnal Zakat dan Empowering. Ciputat : IMZ,

2010. Muhammad. Metode Penelitian Ekonomi Islam Pendekatan Kuantitatif. Yogyakarta :

PT Rajawali Press, 2008. Potensi Zakat di Indonesia. artikel di akses pada 30 Mei 2013 dari

http://www.hidayatullah.com/read/18116/21/07/2011/potensi-zakat-indonesia-tahun-2011-mencapai-rp.-217-triliun.html

Page 116: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

100

Potensi Zakat Indonesia. artikel di akses pada 19 April 2014 dari http://news.liputan6.com/read/648347/baznas-potensi-zakat-indonesia-capai-rp-217-triliun#sthash.i1VB5Du0.dpuf

Prihatna, Andi Agung, dkk. ed. Potensi dan Realita Masyarakat di Indonesia: Hasil

Survei di Sepuluh Kota. Jakarta : PIRAMEDIA, 2004. Qardhawi, Yusuf. Hukum Zakat. Jakarta:Lentera, 1991.

Rochaety, Ety, dkk. Metodologi Penelitian Bisnis : Dengan Aplikasi SPSS. Jakarta : Mitra Wacana Media, 2007.

Saepulloh, Asep. Efisiensi Perbankan Indonesia : Komparasi, Evaluasi, dan

Solusi”(Studi pada BUS, Bank BUMN, dan Bank Asing. Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Jakarta, 2013.

Sambudi, Jabbar, dkk. Membumikan Ekonomi Islam dengan Optimalisasi Zakat

Produktif dalam Mengentaskan Kemiskinan. artikel di akses pada 19 April 2014 dari http://d-jabbars.blogspot.com/2014/02/membumikan-ekonomi-islam-dengan.html

Sawir, Agnes. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan.

Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama, 2001.

Siswadi dan Arafat. Mengukur Efisiensi Relatif Kantor Cabang Bank dengan Metode DEA. dalam Majalah Usahawan. No.01 XXXIII, 2004.

Suharto, Edi. CSR & COMDEV Investasi Kreatif Perusahaan. Bandung : Alfabeta,

2010. Suyanto, Bagong dan Sutinah. Metode Penelitian Sosial (Ed.). Jakarta : Kencana

Prenada Media Group, 2008. Tanjung, Hendri dan Abrista Devi, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam. Jakarta :

Gramata Publishing, 2013. Tim Divisi Program Masyarakat Mandiri. Panduan Program Umum dan Teknis.

2008. Tim Penyusun. Pedoman Penulisan Skripsi. Jakarta : Pusat Peningkatan dan Jaminan

Mutu (PPJM) Fakultas Syariah dan Hukum Syarif Hidayatullah, 2012.

Page 117: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

101

Tobing, Eldo Herbadella. Tuna Netra : Dengan Aku Mengerti Dunia, Dengan Jari Aku Berkarya. jurnal ini di akses pada 19 April 2014 dari http://www.academia.edu/4344527/Tunanetra_Dengan_Telinga_Aku_Mengerti_Dunia_Dengan_Jari_Aku_Berkarya

Tuna Netra di Indonesia. artikel di akses pada 19 April 2014 dari

http://www.merdeka.com/peristiwa/jumlah-tunanetra-di-indonesia-setara-dengan-penduduk-singapura.html

Undang-Undang RI No.23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

Wirawan. Analisis Pemberdayaan Masyarakat Miskin Melalui Dana Zakat, Infaq,

dan Shadaqah (Studi Kasus : Program Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa Terhadap Komunitas Pengrajin Tahu di Kampung Iwul, Desa Bojong Sempu, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor). Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, 2008.

Page 118: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

LAMPIRAN

Page 119: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

Lampiran 1

Draft Kuisioner Penelitian

KUISIONER

Efisiensi Program Tuna Berdaya Tangsel Berbasis Modal Kerja ZIS

(Studi di Masyarakat Mandiri-Dompet Dhuafa)

Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

Saya berdo’a semoga Bapak/Ibu/Sdr. dalam lindungan dan berkah Allah SWT. Aamin.

Sehubungan dengan kewajiban yang harus dilakukan oleh mahasiswa tingkat akhir yaitu penyusunan karya ilmiah (skripsi) dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Syariah dan Hukum, saya Annisa Khaerani dari Program Studi Muamalat sedang melakukan penelitian guna memperoleh data/informasi yang saya butuhkan untuk menyempurkan proses penyusunan karya ilmiah ini. Untuk tujuan tersebut, saya selaku peneliti memohon kesediaan Bapak/Ibu/Sdr menjadi responden guna pengisian kuesioner ini. Atas perhatian dan bantuannya, saya mengucapkan terimakasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

Dosen Pembimbing 1 : Dr. Rumadi, M.Ag Dosen Pembimbing 2 : Hermawan Setiawan, S.Si, M.TI

Page 120: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

Data Diri Responden Terpilih

Nama : ....................................................................................... Jenis Kelamin : Laki-Laki/Perempuan Alamat Jalan/No/Rt/Rw : ........................................................................................... Kelurahan-Desa/Kecamatan : ........................................................................................... Kabupaten : ........................................................................................... Provinsi : ........................................................................................... Telepon/Hp : .................................../.......................................................

Tanggal/Waktu wawancara : ....... / /2013/ Mulai : ....... : ....... /Usai : ........ : .........

(Coret pilihan yang tidak perlu)

PETUNJUK PENGISIAN

Kuisioner diisi oleh pewawancara. Cara menjawab dengan memberi tanda X (silang) pada abjab pilihan jawaban yang tersedia, atau dengan mengisi tempat kosong yang tersedia.

Jawaban diberikan SETEPAT DAN OBYEKTIF mungkin.

A. IDENTITAS DEMOGRAFI

1. Berapa usia Bapak/Ibu/Sdr sekarang?...................

2. Apa status pernikahan Bapak/Ibu/Sdr saat ini?

a. Belum Menikah c. Bercerai hidup

b. Menikah d. Bercerai mati

3. Berapa jumlah tanggungan Bapak/Ibu/Sdr saat ini? (Istri,anak-anak)

a. 0 c. 4-7

b. 1-3 d. > 7

4. Darimana asal suku Bapak/Ibu/Sdr?.........................

5. Apakah Bapak/Ibu/Sdr. sebagai penduduk asli (sejak lahir) yang menetap di daerah ini?

a. Tidak, sebagai Pendatang bYa penduduk asli

6. Sudah berapa Bapak/Ibu/Sdr. menetap di daerah sekarang ? [....... tahun]

7. Apa jenjang terakhir pendidikan Bapak/Ibu/Sdr?

a. tidak tamat sekolah c. tamat SMP

Page 121: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

b. tamat SD d. tamat SMA

Jika tidak sekolah, pernah ikut pelatihan atau kursus sebelumnya?...................

KONDISI SEBELUM MEGIKUTI PROGRAM

1. Apa pengalaman pekerjaan yang Bapak/Ibu/Sdr sebelum mengikuti program?

a. tidak bekerja c. buruh

b. pedagang d. lain-lain, sebutkan…………………

2. Bagaimana status kepemilikan rumah yang Bapak/Ibu/Sdr punya sebelum mengikuti program?

a. milik sendiri c. numpang dengan orang lain

b. sewa/kost d. kontrak

3. Apa fasilitas yang Bapak/Ibu/Sdr punya sebelum mengikuti program? (ket:boleh di isi lebih dari satu)

a. TV c. motor

b. komputer d. lain-lain, sebutkan…………….. 4. Apakah Bapak/Ibu/Sdr mempunyai pengalaman usaha sebelumnya?

a. Ya, sebutkan……………..

b. Tidak

5. Berapa rata-rata pendapatan tiap bulan Bapak/Ibu/Sdr sebelum mengikuti program?sebutkan……………

6. Berapa rata-rata pengeluaran tiap bulan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hariyang Bapak/Ibu/Sdr sebelum mengikuti program?

7. Apa motivasi Bapak/Ibu/Sdr memilih dan mengikuti Program Tuna Netra Berdaya dari Masyarakat Mandiri-Dompet Dhuafa?

KONDISI SETELAH MENGIKUTI PROGRAM

8. Apa pekerjaan Bapak/Ibu/Sdr saat ini?

a. usaha pijat b. dagang kerupuk

Jika ada usaha lainnya, sebutkan…………………

Page 122: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

9. Bagaimana status kepemilikan rumah yang Bapak/Ibu/Sdr punya setelah mengikuti program?

a. milik sendiri c. numpang dengan orang lain

b. sewa/kost d. kontrak

10. Apa saja fasilitas yang Bapak/Ibu/Sdr miliki setelah mengikuti program ini?........................

11. Sudah berapa lama Bapak/Ibu/Sdr mengikuti program yang diselenggarakan oleh dompet Dhuafa ini?

12. Berapa rata-rata pendapatan tiap bulan yang Bapak/Ibu/Sdr setelah mengikuti program?......................................

13. Berapa rata-rata pengeluaran tiap bulan Bapak/Ibu/Sdr setelah mengikuti program? (Jika bisa dirincikan)………………………………………………………………………………….………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

14. Training pelatihan apa saja yang pernah diikuti Bapak/Ibu/Sdr selama mengikuti program?( misal: Traning kewirausahaan, pelatihan pijat spesialis)

MANAJEMEN USAHA

15. Dari modal awal (Rp 1.000.000), untuk pengeluaran apa saja dana tersebut digunakan?

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

16. Dalam pembayaran angsuran, pernah mengalami penunggakan/macet? Jika iya, berapa lama dan apa kendalanya?

17. Pada saat kondisi seperti apa usaha pijat/dagang krupuk yang Bapak/Ibu/Sdr sedang mengalami peningkatan?

18. Pada saat kondisi seperti apa usaha pijat/dagang krupuk yang Bapak/Ibu/Sdr sedang mengalami penurunan?

19. Jika pembeli/pelanggan sedang sepi, apa strategi yang Bapak/Ibu/Sdr lakukan?

Page 123: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

20. Apakah Bapak/Ibu/Sdr punya pembeli atau pelanggan tetap?

21. Apa pandangan Bapak/Ibu/Sdr mengenai pendampingan yang dilakukan oleh Masyarakat Mandiri?Jelaskan! (misal sudah cukup baik, dalam hal pengawasan,……….)

Page 124: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

Lampiran 2

Page 125: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

Lampiran 3

Data Input dan Output

(dalam bentuk skala)

No. Nama Kelompok

Nama Unit

Pekerjaan

Variabel Input Variabel Output

X1 X2 X3 Y1 Y2

1

Cahaya Purnama Mandiri

Surahat Dagang Kerupuk dan Pemijat 5 1 2 2 1

2 Suparlan Dagang Kerupuk dan Pemijat 4 3 6 2 1

3 Jajang Sumantri Dagang Kerupuk dan Pemijat 4 3 5 1.5 1

4 Casmona Pemijat 5 1 1 0.75 0.65

5 Sunarti Dagang Kerupuk dan Pemijat 4 3 2 1 0.7

6 Istato Pemijat 2 3 3 1 1

7 Wagiman Pemijat 5 1 4 1.5 0

8 Dudung Dagang Kerupuk 4 2 2 1.9 0.35

9 Sukirman Dagang Kerupuk dan Pemijat 4 1 4 1.7 0.4

10 Madhalim Dagang Kerupuk 5 1 5 2 0.35

11

Sukses Mandiri

Solichin Dagang Kerupuk dan Pemijat 1 3 2 0.75 0.7

12 R. Yoga Swara Dagang Kerupuk dan Pemijat 3 4 2 1.5 0.5

13 Zaini Pemijat 4 3 5 1.7 0.5

14 Moch. Yunus Pemijat 3 1 3 2 1

15 Sudirno Dagang Kerupuk 5 4 4 1.5 1

16 Supriyadi Dagang Kerupuk dan Pemijat 2 3 5 3 0

17 Suripto Dagang Kerupuk 4 1 3 1.5 1

18 Suparmanto Dagang Kerupuk dan Pemijat 4 2 2 2.75 1

19 Ujang Saepuddin Dagang Kerupuk dan Pemijat 3 3 4 2 1

Page 126: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

20 Ujib Dagang Kerupuk dan Pemijat 2 3 2 1 0.5

21

Sumber Rezeki

Sutarno Pemijat 4 2 2 3 0.1

22 Tamam Rabuk Pemijat 3 4 2 2 1

23 Darwati Pemijat 4 2 5 2.5 0.5

24 Ngadiyem Pemijat 3 1 2 1.5 1

25 M. Syahrun Pemijat 6 1 1 0.6 0.5

26 Siti Aminah Pemijat 4 2 1 1.5 0

27 Slamet Dagang Kerupuk dan Pemijat 1 2 2 1.25 1

Page 127: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

Lampiran 4

Hasil Olah Data DEA (Data Envelopment Analysis)

Output maximisation radial model will be used

Table of efficiencies (radial)

48.45 sudirno 50.00 jajang 51.23 zaini

56.16 ujib 61.08 suparlan 64.53 sunarti

64.84 yogaswara 65.93 istato 65.96 dudung

70.00 solichin 73.29 ujang 77.59 syahrun

84.26 darwati 85.00 sukirman 98.48 tamam

100.00 casmona 100.00 madhalim 100.00 myunus

100.00 ngadiyem 100.00 slamet 100.00 suparmanto

100.00 surahat 100.00 suripto 100.00 sutarno

Table of target values

Targets for Unit sudirno efficiency 48.45% radial

VARIABLE ACTUAL TARGET TO GAIN ACHIEVED

-usia 5.0 5.0 0.0% 100.0%

-pendidikan 4.0 4.0 0.0% 100.0%

-tanggungan 4.0 4.0 0.0% 100.0%

+pendapatan 1.5 3.1 106.4% 48.5%

+modalusaha 1.0 2.1 106.4% 48.5%

Targets for Unit jajang efficiency 50.00% radial

VARIABLE ACTUAL TARGET TO GAIN ACHIEVED

Page 128: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

-usia 4.0 4.0 0.0% 100.0%

-pendidikan 3.0 3.0 0.0% 100.0%

-tanggungan 5.0 4.5 10.0% 90.0%

+pendapatan 1.5 3.0 100.0% 50.0%

+modalusaha 1.0 2.0 100.0% 50.0%

Targets for Unit zaini efficiency 51.23% radial

VARIABLE ACTUAL TARGET TO GAIN ACHIEVED

-usia 4.0 4.0 0.0% 100.0%

-pendidikan 3.0 3.0 0.0% 100.0%

-tanggungan 5.0 3.4 32.8% 67.2%

+pendapatan 1.7 3.3 95.2% 51.2%

+modalusaha 0.5 1.0 95.2% 51.2%

Targets for Unit ujib efficiency 56.16% radial

VARIABLE ACTUAL TARGET TO GAIN ACHIEVED

-usia 2.0 2.0 0.0% 100.0%

-pendidikan 3.0 2.0 33.3% 66.7%

-tanggungan 2.0 2.0 0.0% 100.0%

+pendapatan 1.0 1.8 78.0% 56.2%

+modalusaha 0.5 0.9 78.0% 56.2%

Targets for Unit suparlan efficiency 61.08% radial

VARIABLE ACTUAL TARGET TO GAIN ACHIEVED

-usia 4.0 4.0 0.0% 100.0%

Page 129: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

-pendidikan 3.0 3.0 0.0% 100.0%

-tanggungan 6.0 4.4 26.3% 73.7%

+pendapatan 2.0 3.3 63.7% 61.1%

+modalusaha 1.0 1.6 63.7% 61.1%

Targets for Unit sunarti efficiency 64.53% radial

VARIABLE ACTUAL TARGET TO GAIN ACHIEVED

-usia 4.0 4.0 0.0% 100.0%

-pendidikan 3.0 2.0 33.3% 66.7%

-tanggungan 2.0 2.0 0.0% 100.0%

+pendapatan 1.0 1.5 55.0% 64.5%

+modalusaha 0.7 1.1 55.0% 64.5%

Targets for Unit yogaswara efficiency 64.84% radial

VARIABLE ACTUAL TARGET TO GAIN ACHIEVED

-usia 3.0 3.0 0.0% 100.0%

-pendidikan 4.0 2.0 50.0% 50.0%

-tanggungan 2.0 2.0 0.0% 100.0%

+pendapatan 1.5 2.3 54.2% 64.8%

+modalusaha 0.5 0.8 54.2% 64.8%

Targets for Unit istato efficiency 65.93% radial

VARIABLE ACTUAL TARGET TO GAIN ACHIEVED

-usia 2.0 2.0 0.0% 100.0%

-pendidikan 3.0 3.0 0.0% 100.0%

Page 130: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

-tanggungan 3.0 3.0 0.0% 100.0%

+pendapatan 1.0 1.9 88.9% 52.9%

+modalusaha 1.0 1.5 51.7% 65.9%

Targets for Unit dudung efficiency 65.96% radial

VARIABLE ACTUAL TARGET TO GAIN ACHIEVED

-usia 4.0 4.0 0.0% 100.0%

-pendidikan 2.0 2.0 0.0% 100.0%

-tanggungan 2.0 2.0 0.0% 100.0%

+pendapatan 1.9 2.9 51.6% 66.0%

+modalusaha 0.4 0.5 51.6% 66.0%

Targets for Unit solichin efficiency 70.00% radial

VARIABLE ACTUAL TARGET TO GAIN ACHIEVED

-usia 1.0 1.0 0.0% 100.0%

-pendidikan 3.0 2.0 33.3% 66.7%

-tanggungan 2.0 2.0 0.0% 100.0%

+pendapatan 0.8 1.2 66.7% 60.0%

+modalusaha 0.7 1.0 42.9% 70.0%

Targets for Unit ujang efficiency 73.29% radial

VARIABLE ACTUAL TARGET TO GAIN ACHIEVED

-usia 3.0 3.0 0.0% 100.0%

-pendidikan 3.0 3.0 0.0% 100.0%

-tanggungan 4.0 3.5 12.4% 87.6%

Page 131: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

+pendapatan 2.0 2.7 36.5% 73.3%

+modalusaha 1.0 1.4 36.5% 73.3%

Targets for Unit syahrun efficiency 77.59% radial

VARIABLE ACTUAL TARGET TO GAIN ACHIEVED

-usia 6.0 4.9 18.5% 81.5%

-pendidikan 1.0 1.0 0.0% 100.0%

-tanggungan 1.0 1.0 0.0% 100.0%

+pendapatan 0.6 0.8 28.9% 77.6%

+modalusaha 0.5 0.6 28.9% 77.6%

Targets for Unit darwati efficiency 84.26% radial

VARIABLE ACTUAL TARGET TO GAIN ACHIEVED

-usia 4.0 4.0 0.0% 100.0%

-pendidikan 2.0 2.0 0.0% 100.0%

-tanggungan 5.0 2.8 44.2% 55.8%

+pendapatan 2.5 3.0 18.7% 84.3%

+modalusaha 0.5 0.6 18.7% 84.3%

Targets for Unit sukirman efficiency 85.00% radial

VARIABLE ACTUAL TARGET TO GAIN ACHIEVED

-usia 4.0 3.0 25.0% 75.0%

-pendidikan 1.0 1.0 0.0% 100.0%

-tanggungan 4.0 3.0 25.0% 75.0%

+pendapatan 1.7 2.0 17.6% 85.0%

Page 132: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

+modalusaha 0.4 1.0 150.0% 40.0%

Targets for Unit tamam efficiency 98.48% radial

VARIABLE ACTUAL TARGET TO GAIN ACHIEVED

-usia 3.0 3.0 0.0% 100.0%

-pendidikan 4.0 2.0 50.0% 50.0%

-tanggungan 2.0 2.0 0.0% 100.0%

+pendapatan 2.0 2.0 1.5% 98.5%

+modalusaha 1.0 1.0 1.5% 98.5%

Targets for Unit casmona efficiency 100.00% radial

VARIABLE ACTUAL TARGET TO GAIN ACHIEVED

-usia 5.0 5.0 0.0% 100.0%

-pendidikan 1.0 1.0 0.0% 100.0%

-tanggungan 1.0 1.0 0.0% 100.0%

+pendapatan 0.8 0.8 0.0% 100.0%

+modalusaha 0.7 0.7 0.0% 100.0%

Targets for Unit madhalim efficiency 100.00% radial

VARIABLE ACTUAL TARGET TO GAIN ACHIEVED

-usia 5.0 3.0 40.0% 60.0%

-pendidikan 1.0 1.0 0.0% 100.0%

-tanggungan 5.0 3.0 40.0% 60.0%

+pendapatan 2.0 2.0 0.0% 100.0%

+modalusaha 0.4 1.0 185.7% 35.0%

Page 133: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

Targets for Unit myunus efficiency 100.00% radial

VARIABLE ACTUAL TARGET TO GAIN ACHIEVED

-usia 3.0 3.0 0.0% 100.0%

-pendidikan 1.0 1.0 0.0% 100.0%

-tanggungan 3.0 3.0 0.0% 100.0%

+pendapatan 2.0 2.0 0.0% 100.0%

+modalusaha 1.0 1.0 0.0% 100.0%

Targets for Unit ngadiyem efficiency 100.00% radial

VARIABLE ACTUAL TARGET TO GAIN ACHIEVED

-usia 3.0 3.0 0.0% 100.0%

-pendidikan 1.0 1.0 0.0% 100.0%

-tanggungan 2.0 2.0 0.0% 100.0%

+pendapatan 1.5 1.5 0.0% 100.0%

+modalusaha 1.0 1.0 0.0% 100.0%

Targets for Unit slamet efficiency 100.00% radial

VARIABLE ACTUAL TARGET TO GAIN ACHIEVED

-usia 1.0 1.0 0.0% 100.0%

-pendidikan 2.0 2.0 0.0% 100.0%

-tanggungan 2.0 2.0 0.0% 100.0%

+pendapatan 1.3 1.3 0.0% 100.0%

+modalusaha 1.0 1.0 0.0% 100.0%

Page 134: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

Targets for Unit suparmanto efficiency 100.00% radial

VARIABLE ACTUAL TARGET TO GAIN ACHIEVED

-usia 4.0 4.0 0.0% 100.0%

-pendidikan 2.0 2.0 0.0% 100.0%

-tanggungan 2.0 2.0 0.0% 100.0%

+pendapatan 2.8 2.8 0.0% 100.0%

+modalusaha 1.0 1.0 0.0% 100.0%

Targets for Unit surahat efficiency 100.00% radial

VARIABLE ACTUAL TARGET TO GAIN ACHIEVED

-usia 5.0 5.0 0.0% 100.0%

-pendidikan 1.0 1.0 0.0% 100.0%

-tanggungan 2.0 2.0 0.0% 100.0%

+pendapatan 2.0 2.0 0.0% 100.0%

+modalusaha 1.0 1.0 0.0% 100.0%

Targets for Unit suripto efficiency 100.00% radial

VARIABLE ACTUAL TARGET TO GAIN ACHIEVED

-usia 4.0 3.0 25.0% 75.0%

-pendidikan 1.0 1.0 0.0% 100.0%

-tanggungan 3.0 2.0 33.3% 66.7%

+pendapatan 1.5 1.5 0.0% 100.0%

+modalusaha 1.0 1.0 0.0% 100.0%

Targets for Unit sutarno efficiency 100.00% radial

Page 135: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

VARIABLE ACTUAL TARGET TO GAIN ACHIEVED

-usia 4.0 4.0 0.0% 100.0%

-pendidikan 2.0 2.0 0.0% 100.0%

-tanggungan 2.0 2.0 0.0% 100.0%

+pendapatan 3.0 3.0 0.0% 100.0%

+modalusaha 0.1 0.1 0.0% 100.0%

Page 136: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra

Lampiran 5

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Annisa Khaerani

NIM : 108046100110

Tempat / Tanggal Lahir : Tangerang / 26 Oktober 1990

Program Studi : Muamalat (Ekonomi Islam)

Konsentrasi : Perbankan Syariah

Alamat Rumah : Komp. Batan Indah blok M No. 7 RT 009/00, Kel.Kademangan, Kec.Setu, Tangerang Selatan 15310

Alamat Domisili : Komp. Batan Indah blok M No. 7 RT 009/00, Kel.Kademangan, Kec.Setu, Tangerang Selatan 15310

No. Hp : 0857-80864247

Nama Ayah : Abdul Wa’id

Nama Ibu : Kartini

Alamat Orang Tua : Komp. Batan Indah blok M No. 7 RT 009/00, Kel.Kademangan, Kec.Setu, Tangerang Selatan 15310

No. Hp. Orang Tua : 0813-16326566

Motto Hidup : Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Page 137: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra
Page 138: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra
Page 139: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra
Page 140: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra
Page 141: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra
Page 142: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra
Page 143: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra
Page 144: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra
Page 145: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra
Page 146: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra
Page 147: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra
Page 148: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra
Page 149: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra
Page 150: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra
Page 151: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra
Page 152: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra
Page 153: EFISIENSI PROGRAM TUNA NETRA BERDAYA TANGERANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25071/1/Annisa... · Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi program Tuna Netra