peran bina keluarga lansia (bkl) dalam …eprints.uny.ac.id/48875/1/skripsi_citra dwi oktavia...

158
i PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM MENINGKATKAN KESEHATAN LANSIA MELALUI KEGIATAN TAMAN PENDIDIKAN LANSIA (TPL) DI RW 11 KEPUH KELURAHAN KLITREN KECAMATAN GONDOKUSUMAN KOTA YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Citra Dwi Oktavia Saputri NIM 12102241012 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA APRIL 2017

Upload: ngoliem

Post on 03-Feb-2018

247 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

i

PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM MENINGKATKAN

KESEHATAN LANSIA MELALUI KEGIATAN TAMAN PENDIDIKAN

LANSIA (TPL) DI RW 11 KEPUH KELURAHAN KLITREN

KECAMATAN GONDOKUSUMAN KOTA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Citra Dwi Oktavia Saputri

NIM 12102241012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

APRIL 2017

Page 2: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan
Page 3: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan
Page 4: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan
Page 5: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

v

MOTTO

Orang lanjut usia bukan untuk dijauhi. Orang lanjut usia siap berkiprah di

masyarakat dengan segala keterbatasannya

Barang siapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan ditambahkan

rezekinya, hendaklah ia berbakti kepada kedua orang tuanya dan

hendaklah ia menyambung silaturahmi.

(HR. Ahmad)

Page 6: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

vi

PERSEMBAHAN

Atas Karunia Allah SWT

Aku Persembahkan Karya Tulis Kepada:

1. Ayah dan Ibu tercinta yang telah mencurahkan segenap kasih sayangnya serta

doa yang tak pernah lupa Ia sisipkan sehingga penulis berhasil menyusun

karya ini. Terimakasih atas pengorbanan yang telah diberikan.

2. Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ilmu

dan pengetahuan yang begitu besar.

Page 7: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

vii

PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM MENINGKATKAN

KESEHATAN LANSIA MELALUI KEGIATAN TAMAN PENDIDIKAN

LANSIA (TPL) DI RW 11 KEPUH KELURAHAN KLITREN

KECAMATAN GONDOKUSUMAN KOTA YOGYAKARTA

Oleh

Citra Dwi Oktavia Saputri

NIM 12102241012

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang peran Bina

Keluarga Lansia (BKL) dalam meningkatkan kesehatan lansia yang terdiri :1)

peran keluarga lansia 2) peran kader lansia (3) faktor pendukung dan penghambat

lansia dalam mengikuti kegiatan Taman Pendidikan Lansia (TPL).

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Informan

ditentukan dengan cara Purpose Sampling. Informan terdiri dari 2 kader lansia, 5

lansia yang berusia 60 ke atas dan 5 keluarga yang mempunyai lansia.

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi, wawancara

mendalam, dan dokumentasi. Peneliti merupakan instrumen utama dalam

melakukan penelitian yang dibantu dengan pedoman observasi, pedoman

wawancara, dan pedoman dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan

dalam penelitian adalah analisis interaktif dengan tiga komponen yang terdiri dari

display data, reduksi data, dan pengambilan kesimpulan. Triangulasi sumber

dilakukan untuk memperoleh keabsahan data..

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) keluarga berperan sebagai

motivator, memberikan kasih sayang dan perhatian kepada lansia,

memperhatikan pola makan, kesehatan, kebersihan, kenyamanan, bahkan

menyempatkan waktu untuk antar-jemput ke tempat kegiatan TPL 2) peran dari

kader lansia dalam meningkatkan kesehatan lansia adalah kader sebagai

motivator, mendampingi lansia saat kegiatan, dan melakukan pemeriksaan tensi

serta berat badan. 3) Faktor pendukung lansia dalam mengikuti kegiatan adalah

adanya kemauan dari dalam diri lansia,dukungan keluarga, keaktifan kader dan

rasa solidaritas yang tinggi. Sedangkan faktor penghambatnya disebabakn oleh

beberapa faktor, yaitu faktor umur yang sudah lanjut, kurangnya motivasi dari

keluarga dan lingkungan sekitar, serta kurangnya kesadaran di dalam diri lansia.

Kata kunci : keluarga, lansia, kesehatan

Page 8: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang disusun sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas

Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari

adanya bantuan berbagai pihak. Dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.

3. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah

memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan tugas

akhir skripsi ini.

4. Bapak Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, yang telah memberikan

fasilitas untuk kelancaran pembuatan skripsi ini.

5. Ibu Widyaningsih, M. Si selaku dosen pembimbing, yang telah berkenan

membimbing dan menguji serta memberikan masukan.

6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu

Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah mendidik dan

memberikan ilmu pengetahuan.

7. Kepada subjek penelitian atas kesediaannya dalam membantu pelaksanaan

penelitian.

8. Bapak, Ibu, dan kakakku atas doa, perhatian, kasih sayang, dan segala

dukungannya.

9. Teman-teman PLS 2012 atas dukungan, motivasi dan silaturahmi kita.

Page 9: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan
Page 10: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

x

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ ii

HALAMAN SURAT PERNYATAAN .............................................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iv

MOTTO .............................................................................................................. v

HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... vi

ABSTRAK .......................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................................ 8

C. Batasan Masalah...................................................................................... 9

D. Rumusan Masalah ................................................................................... 9

E. Tujuan Penelitian .................................................................................... 9

F. Manfaat Penelitian .................................................................................. 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori ............................................................................................ 11

1. Pengertian Peran................................................................................ 11

2. Pengertian Keluarga .......................................................................... 11

3. Fungsi Keluarga ................................................................................ 13

4. Pengertian Bina Keluarga Lansia (BKL) .......................................... 15

5. Lanjut Usia (Lansia) .......................................................................... 19

6. Posyandu Lansia .............................................................................. 36

B. PENELITIAN YANG RELEVAN ......................................................... 46

C. KERANGKA BERFIKIR ....................................................................... 48

Page 11: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

xi

D. PERTANYAAN PENELITIAN ............................................................. 51

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian ............................................................................. 52

B. Setting, Waktu, dan Lama Penelitian ...................................................... 52

C. Subyek Penelitian .................................................................................... 53

D. Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 54

1. Pengamatan atau Observasi......................................................... 54

2. Wawancara Mendalam ................................................................ 54

3. Dokumentasi ............................................................................... 55

E. Instrumen Penelitian................................................................................ 55

F. Teknik Analisis Data ............................................................................... 56

1. Reduksi Data (data reduction) .................................................... 56

2. Penyajian Data (data display) ..................................................... 57

3. Penarikan Kesimpulan(conclusion drawing) .............................. 57

G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ..................................................... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ....................................................................................... 58

1. Deskripsi Kegiatan Lansia di RW 11 Kelurahan Klitren

Kecamatan Gondokusuman ............................................................... 58

a. Kegiatan BKL dan TPL ............................................................... 58

b. Letak Geografis ........................................................................... 58

c. Jumlah Lansia .............................................................................. 59

d. Data Kader ................................................................................... 59

e. Struktur Organisasi ...................................................................... 60

f. Fasilitas ........................................................................................ 61

2. Deskripsi Hasil Penelitian .................................................................. 61

a. Peran Keluarga dalam Meningkatkan Kesehatan Lansia ............ 61

b. Peran Kader Lansia dalam Meningkatkan kesehatan Lansia ...... 65

c. Faktor Pendukung dan penghambat lansia mengikuti

Kegiatan lansia ............................................................................ 67

B. Pembahasan ............................................................................................. 71

Page 12: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

xii

1. Peran Keluarga dalam meningkatkan Kesehatan Lansia .................. 71

2. Peran kader Lansia dalam Meningkatkan kesehatan lansia .............. 73

3. Faktor Pendukung dan Penghambat Lansia Mengikuti

Kegiatan Lansia ................................................................................. 78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .............................................................................................. 82

B. Saran ........................................................................................................ 83

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 85

LAMPIRAN ......................................................................................... 88

Page 13: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

xiii

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Jumlah Lansia ....................................................................................... 59

Tabel 2. Data Kader Lansia ................................................................................. 59

Tabel 3. Data Kehadiran Lansia ......................................................................... 64

Tabel 4. Jadwal Kegiatan TPL ............................................................................ 64

Page 14: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

xiv

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Kerangka Berfikir .............................................................................. 50

Ganbar 2. Struktur Organisasi ............................................................................ 60

Page 15: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

xv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Pedoman Observasi ........................................................................ 89

Lampiran 2. Pedoman Dokumentasi ................................................................... 90

Lampiran 3. Pedoman Wawancara ..................................................................... 91

Lampiran 4. Hasil Wawancara ........................................................................... 99

Lampiran 5. Reduksi, Display dan Kesimpulan Hasil Wawancara .................... 112

Lampiran 6. Catatan Lapangan ........................................................................... 122

Lampiran 7. Data Lansia ..................................................................................... 134

Lampiran 8. Data Hadir Kegiatan TPL ............................................................... 136

Lampiran 9. Hasil Dokumentasi Foto ................................................................. 139

Lampiran 10. Surat Izin Penelitian...................................................................... 142

Page 16: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Lansia adalah suatu proses yang pasti akan dialami oleh semua orang

yang dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun.

Menurut Undang-undang RI no. 23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 19

ayat 1 bahwa manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya

mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial. Perubahan ini

akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan. Oleh karena itu

kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan perhatian khusus dengan

tetap dipelihara dan ditingkatkan agar selama mungkin dapat hidup secara

produktif sesuai dengan kemampuannya sehingga dapat ikut serta berperan

aktif dalam pembangunan. Manusia bisa disebut lansia jika usianya antara

60-74 tahun.

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu wilayah

yang memiliki jumlah penduduk lansia tertinggi di Indonesia. Pemerintah

mencatat di Yogyakarta dari total penduduk di wilayah tersebut, jumlah

penduduk lansia berdasarkan hasil sensus penduduk pada tahun 2010 yaitu

sebanyak 12,96% dari total populasi penduduk dan diperkirakan lansia

mencapai 13,4% pada tahun 2015, meningkat 14,7% (2020), dan 19,5%

(2030) (Badan Pusat Statistik, 2010). Hal ini diperkuat di daerah penelitian

dengan jumlah lansia meningkat, di tahun 2015 berjumlah 80 lansia dan di

tahun 2016 berjumlah 85 lansia.

Page 17: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

2

Pertambahan penduduk Lanjut usia disebabkan oleh semakin

membaiknya pelayanan kesehatan, tetapi disisi lain meningkatnya usia

harapan hidup orang Indonesia tentunya berdampak pada berbagai aspek

kehidupan, baik fisik, sosial, ekonomi, dan psikis yang menyangkut masalah

kesehatan. Oleh karena itu dengan semakin bertambahnya usia, fungsi organ

tubuh akan semakin menurun baik karena faktor alamiah maupun karena

penyakit (Argyo Dermatoto, 2006: 7).

Semakin meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut akan

berpengaruh terhadap aspek kehidupan terkait dengan penurunan pada

kondisi fisik, psikis, dan sosial. Penurunan kondisi fisik akan

membawa ke kondisi yang rawan terhadap berbagai gangguan

penyakit. Penurunan kondisi psikis dan sosial membawanya pada rasa

kurang percaya diri, tidak berguna, kesepian, bahkan depresi. Rasa

kesepian itu muncul didorong oleh adanya perasaan kehilangan akibat

terputusnya hubungan atau kontak sosial dengan teman, sahabat, yang

membawanya kepada rasa kehilangan, terpencil, dan tersisih. Kondisi

ini juga mengisyaratkan bahwa peningkatan jumlah penduduk usia

lanjut seharusnya juga membawa konsekuensi pada makin

meningkatnya kebutuhan akan layanan bagi mereka. (Siti Partini

Suardiman, 2007: 3).

Memasuki masa tua ditandai dengan berkurangnya kontak sosial, baik

dengan anggota keluarga maupun anggota masyarakat. Di samping itu

kecenderungan meluasnya keluarga inti atau keluarga batih dibandingkan

dengan keluarga luas juga akan mengurangi kontak sosial usia lanjut.

Perubahan struktur keluarga dari keluarga luas atau keluarga besar ke

keluarga inti juga mempengaruhi layanan perawatan kepada orang tua.

Bentuk keluarga luas lebih menjamin layanan perawatan bagi usia lanjut

karena banyaknya orang yang tinggal dirumah, usia lanjut juga tidak

merasakan kesepian. (Siti Partini Suardiman, 2007: 12).

Page 18: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

3

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari Bapak,

Ibu dan anak-anak yang dilahirkan. Sedangkan keluarga luas adalah unit

masyarakat terkecil yang terdiri dari Kepala keluarga dan beberapa orang

yang berkumpul serta tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam

keadaan saling bergantung. Keluarga mempunyai peran yang penting dalam

keperawatan karena keluarga menyediakan sumber – sumber yang penting

untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi dirinya dan orang lain dalam

keluarga. Dalam sebuah unit keluarga, disfungsi apa saja (penyakit, cedera,

perpisahan) akan mempengaruhi satu atau lebih anggota keluarga dalam hal

tertentu. (Utami Munandar, 2001: 187)

Keluarga merupakan tempat di mana orang dapat menjadi diri sendiri,

merasa bebas, aman dan nyaman. Oleh karena itu keluarga merupakan

suatu kondisi nyata yang mempunyai arti istimewa bagi setiap orang.

Salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan usia lanjut

dalam menjalani sisa kehidupannya adalah sikap orang disekitarnya.

Keluarga merupakan lembaga masyarakat yang paling dekat serta

sumber kesejahteraan sosial bagi usia lanjut. (Siti Partini Suardiman,

2007: 31).

Kegiatan Bina Keluarga Lansia (BKL) adalah usaha untuk

menjadikan keluarga sebagai pembina lansia dalam rumah tangganya

merupakan suatu nuansa yang baru. Seluruh keluarga harus bisa

memberikan suasana yang tenteram dan nyaman tetapi juga dinamis agar

lansia yang tinggal dalam rumah bisa menikmati sisa hidupnya secara

produktif dan bahagia serta untuk meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan keluarga yang memiliki lanjut usia dalam pengasuhan,

Page 19: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

4

perawatan, pemberdayaan lansia agar dapat meningkatkan kesejahteraannya.

BKL terdiri dari 3 komponen yaitu keluarga, kader, dan lansia.

Dapat dikatakan bahwa dewasa ini lebih sedikit anak usia produktif

yang dapat menampung orang tuanya yang sudah lanjut usia di dalam

keluarga. Lama kelamaan akan ditemukan kenyataan bahwa keluarga tidak

lagi secara penuh dapat menjadi basis kekuatan yang menopang

kesejahteraan (sosial) lansia. Nilai-nilai kemandirian, tidak ingin berada

dalam ketergantungan pada anak-anak, yang merupakan nilai-nilai yang

berasal dari masyarakat modern, dewasa ini telah banyak penganutnya

dalam masyarakat Lansia sendiri. Banyak lansia yang memilih hidup

terpisah dari anak-anak, tidak ingin merepotkan namun tetap merasa

bahagia. (Utami Munandar, 2001: 188)

Kota Yogyakarta merupakan salah satu daerah yang memiliki jumlah

lansia banyak. Kota Yogyakarta terdiri dari 14 Kecamatan dan 45

Kelurahan. Salah satunya yaitu RW 11 Kepuh Kelurahan Klitren,

Kecamatan Gondokusuman. Di RW 11 Kepuh ini terdiri dari enam RT

yaitu RT 40 sampai RT 45. Keseluruhan jumlah lansia yang ada yaitu 85

lansia. RT 40 ada 11 lansia, Rt 41 sebanyak 23 lansia, Rt 42 ada 8 lansia, Rt

43 ada 18 lansia, Rt 44 14 lansia dan Rt 45 ada 11 lansia. di RW 11 ini

setiap tahunnya jumlah lansia bertambah, jumlah lansia pada tahun 2015

sebanyak 80 lansia dan pada 2016 bertambah menjadi 85 lansia. Di RW 11

Kepuh ini terdapat dua kegiatan lansia yaitu Taman Pendidikan Lansia

(TPL) dan Bina Keluarga Lansia (BKL). TPL dilaksanakan setiap tanggal 5,

Page 20: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

5

kegiatan yang dilakukan meliputi penimbangan, pengukuran tensi,

pemberian obat-obatan, pemeriksaan, dan permainan-permainan seperti

menyanyi, senam, berjoget, dan lain sebagainya. Sedangkan untuk BKL

dilaksanakan setiap tanggal 23. Dalam BKL ini yang dibina adalah keluarga

yang mempunyai lansia dengan memberikan pelajaran atau pengetahuan

yang menyangkut tentang lansia. Manfaat dari kegiatan ini agar keluarga

yang mempunyai lansia dapat lebih memperhatikan atau merawat lansia.

Selain kegiatan BKL di RW 11 juga terdapat kegiatan TPL yang bersamaan

dengan kegiatan posyandu lansia dilaksanakan setiap tanggal 5. Dengan

adanya kegiatan TPL yang dapat memberi manfaat bagi lansia untuk

mengetahui kondisi kesehatannya. Melalui kegiatan ini, keluarga maupun

lansia itu sendiri dapat memantau bagaimana kondisi kesehatannya.

Dalam pelaksanaan kegiatan ini, tidak semua anggota lansia hadir

karena kurangnya motivasi dari angota keluarga sendiri yang menyebabkan

lansia kurang optimal dalam mengikuti kegiatan lansia. Dari 85 jumlah

keseluruhan lansia yang mengikuti kegiatan lansia hanya antara 25-35

lansia. Selain itu, masih banyak keluarga yang kurang memperhatikan

kondisi lansia karena disibukkan dengan pekerjaan. Mengingat kondisi dan

permasalahan Lanjut usia tersebut, maka penanganan masalah Lanjut usia

harus menjadi prioritas. Keluarga mempunyai peran penting dalam

penanganan lansia. Namun selain keluarga, kader lansia juga memiliki peran

yang penting. Sebelum pelaksanaan kegiatan lansia kader membagikan

undangan agar lansia hadir dalam kegiatan, tetapi terkadang kader lupa

Page 21: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

6

membagikan undangan. Belum maksimalnya peran kader lansia ini

berpengaruh terhadap jumlah lansia yang hadir pada saat kegiatan

berlangsung. Di RW 11 Kepuh ini kader lansia dalam kegiatan TPL

berjumlah 10 orang yang kebetulan semuanya wanita dan kader kegiatan

BKL berjumlah 8 orang. Namun tidak semua kader bisa hadir dalam setiap

pelaksanaan kegiatan dikarenakan kader mempunyai kepentingan yang

bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan. Hal ini menyebabkan peranan

kader menjadi belum bisa maksimal. Jumlah Keluarga di RW 11 yang

mempunyai lansia atau merawat lansia ada 20 orang. Tidak semuanya

tinggal dalam satu rumah, terdapat lansia yang menempati rumah sendiri

tetapi ada anggota keluarga yang tetap merawatnya.

Peran keluarga sangat penting untuk merawat dan menjaga bagi lanjut

usia tidak terelakkan karena salah satu faktor penting yang menentukan

keberhasilan usia lanjut dalam menjalani sisa kehidupannya adalah sikap

orang disekitarnya. Keluarga merupakan lembaga masyarakat yang paling

dekat dengan sumber kesejahteraan sosial bagi lansia. di dalam keluargalah

para usia lanjut menghabiskan masa tuanya, sehingga keluarga wajib

menciptakan suasana nyaman bagi para usia lanjut. Namun perubahan

struktur keluarga dari extended family ke nucleus family cenderung akan

mengurangi dukungan keluarga kepada usia lanjut. Bentuk nucleus family

atau keluarga batih yang jumlah anggotanya kecil, yaitu hanya suami isteri

dan anak-anak saja, membatasi adanya anggota keluarga yang dapat

Page 22: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

7

melayani kehadiran usia lanjut di rumah. (Siti Partini Suardiman, 2007:

100).

Jumlah lanjut usia yang cukup banyak perlu terus dijaga agar tetap

produktif, sehat, dan berdaya guna, agar para Lanjut usia tidak menjadi

beban keluarga dan masyarakat secara sosial dan ekonomi, mengingat

proporsinya cukup besar. Para lanjut usia biasanya memiliki banyak

masalah degeneratif karena fungsi organ tubuhnya tidak lagi prima, atau

masalah psikis seperti depresi karena merasa tidak lagi dibutuhkan.

Secara umum semakin menua seseorang, kondisi kesehatan juga akan

mengalami penurunan. Lansia mengalami penurunan fungsi tubuh akibat

proses degenerasi, oleh karena itu diperlukan usaha untuk mempertahankan

derajat kesehatan para lansia pada taraf setinggi-tingginya agar terhindar

dari penyakit atau gangguan. Tinggi derajat kesehatan lanjut usia juga di

lihat dari jumlah angka kesakitan. Angka kesakitan merupakan seseorang

yang dikatakan sakit apabila keluhan kesehatan yang dirasakan menganggu

aktivitas sehari-hari, yaitu tidak dapat melakukan kegiatan seperti bekerja,

mengurus rumah tangga dan kegiatan normal sebagaimana biasanya.

Kondisi kesehatan lansia di RW 11 Kepuh bermacam-macam. Ada lansia

yang sehat dan ada pula lansia yang sakit. Penyakit yang diderita lansia di

RW 11 Kepuh bervariasi, terdapat lansia yang mengidap penyakit jantung,

stroke, hipertensi. Selain itu juga terdapat berbagai kondisi yang khas dan

sering mengganggu lansia seperti gangguan fungsi kognitif, keseimbangan

badan, penglihatan dan pendengaran.

Page 23: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

8

Kondisi kesehatan lansia selain dipengaruhi oleh penyakit juga secara

tidak langsung dipengaruhi oleh hal lain seperti gizi. Masalah gizi pada

lansia perlu menjadi perhatian khusus karena memperngaruhi status

kesehatan. Masalah gizi kurang maupun gizi lebih pada lansia memacu

timbulnya penyakit degeneratif.

Permasalahan yang ditemui di daerah RW 11 Kepuh menjadi menarik

untuk dilakukan penelitian tentang peran BKL khususnya yang memiliki

lansia berupa aktivitas dalam mengurusi lansia dan motivasi untuk

mengikuti kegiatan lansia khusunya kegiatan TPL yang ada di RW 11

Kepuh Kelurahan Klitren guna meningkatkan kesehatan lansia. Sesuai

landasan pemikiran tersebut, maka ditetapkan topik penelitian : Peran Bina

Keluarga Lansia (BKL) dalam Meningkatkan Kesehatan Lansia Melalui

Kegiatan Taman Pendidikan Lansia (TPL) di RW 11 Kepuh Kelurahan

Klitren Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diidentifikasi beberapa

permasalahan yang dihadapi adalah:

1. Jumlah lanjut usia yang semakin meningkat dari tahun ke tahun.

2. Masih banyak keluarga yang kurang memperhatikan kondisi lansia

karena disibukkan dengan pekerjaan sehingga peran BKL belum

optimal.

3. Kondisi kesehatan lansia yang bervariasi.

4. Kehadiran Lanjut usia di TPL masih kurang aktif

Page 24: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

9

5. Belum optimalnya peran kader lansia.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang diuraikan di atas, tidak

seluruhnya dikaji dalam penelitian ini. Agar peneliti lebih mendalam, maka

fokus penelitian dibatasi pada Peran Bina Keluarga Lansia (BKL) dalam

Meningkatkan Kesehatan Lansia Melalui Kegiatan TPL di RW 11 Kepuh

Kelurahan Klitren Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, maka dapat dirumuskan fokus

permasalahan tentang peran Bina Keluarga Lansia (BKL) yang terdiri dari:

1. Bagaimana peran keluarga dalam meningkatkan kesehatan lansia?

2. Bagaimana peran kader lansia dalam meningkatkan kesehatan lansia?

3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat lansia dalam mengikuti

kegiatan TPL?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab beberapa rumusan

permasalahan

1. Mendeskripsikan bagaimana peran keluarga dalam meningkatkan

kesehatan lansia di RW 11 Kepuh Kelurahan Klitren Kecamatan

Gondokusuman Kota Yogyakarta.

2. Mendeskripsikan bagaimana peran kader lansia dalam meningkatkan

kesehatan lansia di RW 11 Kepuh Kelurahan Klitren Kecamatan

Gondokusuman Kota Yogyakarta.

Page 25: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

10

3. Mendeskripsikan apa saja faktor pendukung dan penghambat lansia

dalam mengikuti kegiatan di RW 11 Kepuh Kelurahan Klitren

Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta ilmu

pengetahuan bagi Jurusan Pendidikan Luar sekolah karena sesuai

dengan salah satu mata kuliah yaitu Pendidikan Lansia.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Lanjut Usia

Lanjut usia menjadi lebih memperhatikan kondisi kesehatannya

dan lebih aktif berpartisipasi dalam kegiatan lansia yang ada di

RW 11 Kepuh Kelurahan Klitren Kecamatan Gondokusuman Kota

Yogyakarta.

b. Bagi keluarga

Keluarga lebih dapat memperhatikan orang lanjut usia yang ada

dalam keluarganya.

c. Bagi Peneliti

Peneliti akan mendapatkan pengalaman dan pemahaman terkait

dengan peran Bina Keluarga Lansia (BKL) dalam meningkatkan

kesehatan lansia

Page 26: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pengertian Peran

Menurut Ravik Karsidi (2007: 79) peran merupakan sebuah perilaku

yang diharapkan dari seseorang yang memiliki status (kedudukan) tertentu.

Senada dengan pendapat Soerjono Soekanto (2010: 212) bahwa peran

merupakan aspek dinamis dari kedudukan (status) yaitu orang yang

melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukan berarti telah

menjalankan suatu peranan.

Sedangkan peran menurut Poerwadarminta (1995: 751) peran adalah

tindakan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dalam suatu

peristiwa. Selain itu, menurut Koentjaraningrat peran adalah suatu perbuatan

seseorang dengan cara tertentu dalam usaha menjalankan hak dan

kewajibannya sesuai dengan status yang dimiliki. Dari uraian di atas dapat

disimpulkan bahwa peran adalah suatu tanggung jawab atau tugas sesuai

kedudukan di masyarakat.

2. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah merupakan kelompok primer yang paling penting di

dalam masyarakat. Keluarga merupakan sebuah group yang terbentuk dari

perhubungan laki-laki dan wanita, perhubungan mana sedikit banyak

berlangsung lama untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak. Jadi

keluarga dalam bentuk yang murni merupakan satu kesatuan sosial yang

Page 27: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

12

terdiri dari suami, istri dan anak-anak. Satuan ini mempunyai sifat-sifat

tertentu yang sama, di mana saja dalam satuan masyarakat manusia. (Abu

Ahmadi, 2002: 239)

Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia

di mana ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial di dalam

hubungan interaksi dengan kelompoknya. Keluarga merupakan lembaga

pendidikan yang pertama dan utama. Di dalam keluarga, manusia pertama-

tama belajar memperhatikan keinginan-keinginan orang lain, belajar bekerja

sama, bantu membantu, dan lain-lain. Dengan kata lain ia pertama-tama

belajar memegang peranan sebagai makhluk sosial yang memiliki norma-

norma dan kecakapan-kecapakan tertentu dalam pergaulannya dengan orang

lain. (Abu Ahmadi, 2002: 255)

Keluarga juga mempunyai sifat-sifat khusus, yaitu:

a. Universalitet, artinya merupakan bentuk yang universal dari seluruh

organisasi sosial.

b. Dasar emosional, artinya rasa kasih sayang, kecintaan sampai

kebanggaan suatu ras.

c. Pengaruh yang normatif, artinya keluarga merupakan lingkungan

sosial yang pertama-tama bagi seluruh bentuk hidup yang tertinggi,

dan membentuk watak daripada individu.

d. Besarnya keluarga yang terbatas.

e. Kedudukan yang sentral dalam struktur sosial.

f. Pertanggungjawab dari anggota-anggota.

g. Adanya aturan-aturan sosial yang homogen.

Akibat dari pengaruh adanya perubahan perkembangan keluarga

menyebabkan hilangnya peranan sosial, yaitu:

a. Keluarga berubah fungsinya, dari kesatuan yang menghasilkan

menjadi kesatuan yang memakai semata-mata. Dahulu keluarga

menghasilkan sendiri untuk keluarganya, tetapi lama kelamaan

Page 28: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

13

fungsi ini semakin jarang karena telah dikerjakan oleh orang-orang

tertentu.

b. Tugas untuk mendidik anak-anak sebagian besar diserahkan kepada

sekolah, kecuali anak kecil yang masih hidup dalam hubungan

kekeluargaan.

c. Tugas bercengkrama di keluarga menjadi memudar, karena

tumbuhnya perkumpulan-pekumpulan modern, sehingga waktu

untuk berada di tengah-tengah keluarga makin lama makin kecil.

Menurut Abu Hamadi, dalam sejarah kehidupan keluarga terdapat empat

tingkat sebagai berikut:

a. Formatif pre-nuptial stage: yaitu tingkat persiapan sebelum

berlangsungnya perkawinan. Dalam tingkat ini adalah masa

berkasih-kasih, hubungan yang makin lama makin menjadi erat

antara pria dan wanita masing-masing berusaha untuk memperbesar

cita-citanya.

b. Nupteap stage: yaitu tingkat sebelum anak-anak/ bayi lahir yang

merupakan permulaan daripada keluarga itu sendiri. Dalam tingkat

ini suami istri hidup bersama menciptakan rumah tangga, mencari

pengalaman baru, sikap baru terhadap masyarakat.

c. Child Rearing stage: tingkat ini adalah pelaksana keluarga itu

sendiri. Pertanggungjawab mereka selalu bertambah, berhubung

adanya anak-anak mereka.

d. Maturity stage: tingkat ini timbul apabila anak-anaknya tidak lagi

membutuhkan pemeliharaan orang tuanya, setelah dilepaskan dari

tanggung jawab, kemudian anak-anak melakukan aktivitas baru.

(Abu Ahmadi, 2002: 242)

Peran keluarga yang berhubungan dengan fungsi cinta kasih juga sangat

berperanan dalam memberikan lingkungan psikologi yang sehat bagi semua

anggota keluarga untuk tumbuh berkembang mencapai potensi optimum.

3. Fungsi Keluarga

Menurut Abu Ahmadi, Fungsi keluarga adalah sangat penting sehingga

tidak dapat dipisah-pisahkan satu dengan yang lainnya. Jenis-jenis fungsi

keluarga adalah:

a. Fungsi edukatif

Page 29: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

14

Fungsi edukatif berkaitan dengan fungsi pendidikan, di mana anggota

keluarga seharusnya dapat tetap mendidik orang tua atau lansia agar

selalu mendapat ilmu yang berkaitan tentang kehidupan lansia.

b. Fungsi sosialisasi

Fungsi sosialisasi di dalam keluarga ini dapat mengajarkan bagaimana

berhubungan baik dengan lingkungan sekitar, sehingga lansia di hari

tuanya tetap dapat bersosialisasi dengna lingkungan dan dapat

berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang ada di lingkungannya.

c. Fungsi Perlindungan

Fungsi perlindungan dilihat dari cara keluarga melindungi anggota

keluarga yang lainnya sehingga merasa nyaman saat berada dirumah.

d. Fungsi Afeksi

Fungsi ini harus dimiliki oleh keluarga, lebih-lebih keluarga yang

mempunyai lansia karena fungsi ini merupakan fungsi kasih sayang

sehingga di dalam keluarga lansia mendapat rasa kasih sayang dan

perhatian dari anaknya atau anggota keluarga lainnya.

e. Fungsi religius

Agama merupakan kebutuhan dasar manusia dan keluargalah tempat

pertama manusai mengenal agama. Sehingga anggota keluarga tetap

mengingatkan orant tua atau lansia agar selalu melaksanakan perintah

agamanya sesuai keyakinan yang dianut.

f. Fungsi rekreasi

Page 30: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

15

Fungsi ini dilihat dari cara keluarga menciptakan suasana yang

menyenangkan seperti menonton TV bersama atau meluangkan waktu

untuk rekreasi agar orang tua atau lansia tetap merasakan senang di

dalam keluarganya.

4. Pengertian Bina Keluarga Lansia (BKL)

a. Pengertian BKL

Menurut BKKBN (2011: 10), bahwa keluarga lansia adalah keluarga

yang di dalamnya terdapat anggota yang lanjut usia atau keluarga yang

seluruh anggotanya lanjut usia. Dari definisi tersebut, dapat ditarik

kesimpulan bahwa keluarga lansia adalah keluarga yang memiliki anggota

keluarga lanjut usia atau seluruh anggota keluarganya adalah lanjut usia.

Berangkat dari pengertian keluarga lansia di atas, dapat dikatakan bahwa:

Bina Keluarga Lansia (BKL) adalah kelompok kegiatan yang

dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

keluarga yang memiliki lanjut usia dalam pengasuhan, perawatan,

pemberdayaan lansia agar dapat meningkatkan kesejahteraannya

(BKKBN, 2011: 10).

Sedangkan menurut Suyono dan Hariyanto (2007: 36), bahwa:

Bina Keluarga Lansia atau yang biasa disebut BKL adalah suatu usaha

untuk menjadikan keluarga sebagai pembina lansia dalam rumah

tangganya merupakan suatu nuansa yang baru. Seluruh keluarga harus

bisa memberikan suasana yang tenteram tetapi dinamis agar lansia

yang tinggal dalam rumah bisa menikmati sisa hidupnya secara

produktif dan bahagia. Untuk itu potensi lansia yang masih ada perlu

dipelihara dan dikembangkan.

Sedangkan menurut Elfi bahwa kegiatan Bina Keluarga Lansia (BKL)

merupakan paket Upaya Kesejahteraan Lanjut Usia melalui Pemberdayaan

Keluarga dengan program pokok adalah (1) pelaksanaan usaha ekonomi

Page 31: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

16

produktif keluarga lansia dalam memanfaatkan waktu dan memberdayakan

kemampuan anggota keluarga dan lansia, (2) membudayakan tingkah laku

anggota keluarga dalam memberikan pelayanan, penghormatan dan

penghargaan kepada anggota keluarga lansia, dan (3) pemberdayaan peran

serta lansia sesuai dengan kekayaan pengalaman, keahlian dan kearifannya

dalam pembangunan Keluarga sejahtera atau meningkatkan mutu kehidupan

berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

(http://repository.unib.ac.id/8661/1/I,II,III,I-14-ezi-FK.pdf diunduh pada

hari Rabu 8 Juni 2016 jam 14:35 WIB)

Dari ketiga definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Bina Keluarga

Lansia adalah usaha untuk menjadikan keluarga sebagai pembina lansia

dalam rumah tangganya merupakan suatu nuansa yang baru. Seluruh

keluarga harus bisa memberikan suasana yang tenteram tetapi dinamis agar

lansia yang tinggal dalam rumah bisa menikmati sisa hidupnya secara

produktif dan bahagia untuk meningkatkan pengetahuan serta keterampilan

keluarga yang memiliki lanjut usia dalam pengasuhan, perawatan,

pemberdayaan lansia agar dapat meningkatkan kesejahteraannya.

b. Tujuan BKL

Menurut BKKBN (2009: 11), bahwa tujuan bina keluarga lansia

adalah meningkatkan kepedulian dan peran keluarga dalam mewujudkan

lanjut usia sejahtera yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, hidup

sehat, mandiri, produktif dan bermanfaat bagi keluarga dan masyarakat.

Page 32: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

17

c. Sasaran BKL

BKKBN (2009: 7), membagi sasaran program bina keluarga lansia 40

kepada dua macam, yaitu sasaran langsung dan sasaran tidak langsung.

Sasaran langsung, diantaranya keluarga yang mempunyai anggota keluarga

lansia dan keluarga yang seluruh anggotanya lansia. Sedangkan sasaran

tidak langsung, yaitu tokoh agama, tokoh masyarakat, lembaga swadaya

masyarakat, dan organisasi masyarakat.

d. Peran BKL

BKKBN (2011: 17), peran Bina Keluarga Lansia (BKL) adalah

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga lansia, memahami

dan membina kondisi serta mengatasi permasalahan Lansia, guna

meningkatkan kesejahteraan Lansia.

e. Peran Lansia di dalam keluarga

Menurut BKKBN (2009: 22), disebutkan bahwa peran lansia di dalam

keluarga diantaranya:

1) Sebagai penasehat atau pembimbing keluarga dan sanak saudara di

lingkungan keluarga.

2) Sebagai panutan di dalam keluarga.

3) Mengamalkan pengetahuan, keahlian dan pengalaman yang baik dan

berharga kepada anak cucu dan generasi muda.

4) Membantu meningkatkan pendapatan keluarga.

f. Peran Keluarga dalam Pembinaan terhadap Lansia

Page 33: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

18

Sedangkan peran keluarga dalam pembinaan terhadap lansia. menurut

BKKBN (2009: 22), diantaranya:

1) Memberikan fasilitas atau kemudahan bagi lansia untuk mengamalkan

kemampuan dan keterampilan yang dimiliki.

2) Pembinaan keagamaan.

3) Pembinaan fisik.

4) Pembinaan psikis/ mental.

5) Pembinaan sosial ekonomi.

g. Pengelolaan Program Bina Keluarga Lansia (BKL)

Pada pengelolaan program Bina Keluarga Lansia (BKL) sendiri

menurut BKKBN (2009: 12-15), dijelaskan langkah-langkah pembentukan

kelompok Bina Keluarga Lansia, yaitu:

1) Persiapan, meliputi kegiatan:

a) Penggalangan kesepakatan. Penggalangan kesepakatan

dilaksanakan dalam pertemuan yang membahas tentang pentingnya

BKL, dengan kesepakatan bersama perlu dibentuknya kelompok

BKL.

b) Inventarisasi sasaran dan tenaga/ ahli. Inventarisasi dilakukan

dengan menggunakan R/I/KS dan sumber lain serta dilakukan

inventarisasi tenaga/ ahli di bidang lansia.

2) Pembentukan kelompok-kelompok kader

a) Pemilihan kader

(1) Syarat kader, yaitu:

(a) Wanita atau pria telah berkeluarga dan aktif di masyarakat.

(b) Dapat membaca, menulis dan berkomunikasi dengan baik.

(c) Bertempat tinggal di lokasi kegiatan.

(d) Sehat jasmani dan rohani.

(e) Bersedia mengikuti latihan/ orientasi/ magang.

(f) Bersedia menjadi kader.

(g) Menjalankan tugas secara sukarela.

(2) Tugas dan fungsi kader yaitu:

(a) Mengelola kelompok Bina Keluarga Lansia (BKL).

(b) Melakukan penyuluhan.

(c) Melakukan kunjungan rumah.

Page 34: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

19

(d) Melakukan pembinaan.

(e) Melakukan rujukan.

(f) Melakukan pencatatan.

(g) Melakukan pengembangan KS.

(h) Melakukan konsultasi kepada PLKB, tim pembina.

b) Pembekalan kader

c) Pembentukan kelompok BKL, penyusunan rencana kegiatan

kelompok, memberikan penjelasan tentang BKL, dan mengundang

calon peserta (keluarga yang memiliki lansia).

3) Pokok-pokok kegiatan kader

a) Bagian Inti

Pada bagian inti, merupakan kegiatan pembelajaran pada program

keluarga lansia, yang dilakukan melalui beberapa kegiatan yang

dilakukan oleh kader terhadap lansia dan keluarga lansia, kegiatan

tersebut meliputi:

(1) Penyuluhan

(2) Kunjungan rumah

(3) Rujukan

(4) Pencatatan .

b) Penyuluhan

a) Pelaksanaannya adalah kader.

b) Waktu 1 atau 2 kali sebulan.

c) Tempat berdasarkan kesepakatan.

d) Materi yang dibahas dalam pertemuan..

4) Sasaran kegiatan

Sasaran langsung adalah lansia yang:

a) Tinggal sendiri atau tinggal bersama keluarga baik keluarganya

sendiri atau keluarga pengganti.

b) Lanjut usia 60 tahun keatas.

c) Mengalami hambatan fisik sosial/ mental.

d) Terlantar atau miskin.

Sasaran tidak langsung adalah:

a) Masyarakat dan lingkungan dimana lansia tinggal

b) Kelembagaan yang ada di masyarakat seperti karang werdha, orsos,

Posyandu Lansia, dll.

5. Lanjut Usia (Lansia)

a. Pengertian Lanjut Usia (Lansia)

Lanjut usia adalah perkembangan manusiawi yang pada hakekatnya

manusia akan mencapai titik akhir perkembangan pada daur ulang kehidupan

manusia. Di kalangan masyarakat Indonesia kita sering mendengar sebutan

Page 35: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

20

untuk lanjut usia dengan menggunakan sebutan jompo, sedangkan menurut

Hasan Alwi (2005: 579) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata jompo

adalah tua sekali dan sudah lemah fisiknya sehingga tidak mampu mencari

nafkah sendiri dan sebagainya.

Sedangkan dalam Undang-Undang RI No. 13 tahun 1998 tentang

kesejahteraan lanjut usia dengan tegas dinyatakan bahwa yang disebut lansia

adalah laki-laki ataupun perempuan yang berusia 60 tahun atau lebih. Dalam

usia ini, kemampuan fisik dan kognitif manusia sangat menurun. Hal itu

nantinya juga berakibat pada berkurangnya tingkat produktivitas manusia.

Menurut Siti Bandiyah (2009: 13), bahwa menua adalah suatu proses

menghilangkan secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk

memperbaiki diri/ mengganti dan mempertahankan fungsi mormalnya,

sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan

yang diderita.

Di samping itu WHO mengenai usia lanjut ini juga memberikan patokan

pembagian umur sebagai berikut :

1) Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45-59 tahun.

2) Usia lanjut (elderly), antara 60-74 tahun.

3) Tua (old), antara 75-90 tahun.

4) Sangat tua (very old), di atas 90 tahun

Menurut hasil penelitian di lapangan, Rw 11 Kepuh Kelurahan Klitren

termasuk dalam kelompok usia lanjut (elderly) yaitu lansia berumur 60-74

tahun.

Page 36: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

21

Menjadi tua (aging) merupakan proses perubahan biologis secara terus

menerus yang dialami manusia pada semua tingkatan umur dan

waktu,sedangkan lanjut usia (old age) adalah nama untuk tahap akhir dari

proses penuaan tersebut. (Farida Hanum, 2008: 22)

Lansia adalah proses yang pasti akan dialami oleh semua orang yang

dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun.

Menurut Undang-undang RI no. 23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 19

ayat 1 bahwa manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya

mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial. Perubahan ini

akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan. Oleh karena itu

kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan perhatian khusus dengan

tetap dipelihara dan ditingkatkan agar selama mungkin dapat hidup secara

produktif sesuai dengan kemampuannya sehingga dapat ikut serta berperan

aktif dalam pembangunan.

Dari pengertian lanjut usia yang telah diuraikan di atas maka dapat

disimpulkan bahwa lansia adalah kondisi dimana seseorang telah mencapai

umur 60 tahun lebih dengan kondisi fisik yang semakin menurun dan

berkurang.

b. Masalah yang dihadapi Lanjut usia.

1) Masalah pada lanjut usia (active aging, 11: 2010)

a) Hubungan keluarga menjadi kurang harmonis, terutama bagi lanjut

usia laki-laki yang cenderung menyendiri dibandingkan lanjut usia

perempuan yang diasuh oleh keluarga besar.

Page 37: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

22

b) Terjadi perubahan hubungan sosial karena lanjut usia cenderung

mengisolasi diri dan kurang melakukan sosialisasi dengan sebaya,

sejawat lebih muda, anak dan cucu.

c) Menurunnya daya tahan tubuh sehingga penyembuhan penyakit lebih

lama.

d) Akses transportasi yang tidak/ belum ramah lanjut usia dan terlalu

jauh dari rumah.

e) Beratnya beban pekerjaan rumah tangga yang harus dilakukan sendiri

dan tidak jarang untuk anggota keluarga yang lain seperti menjaga

rumah, pekerjaan ruma, mengasuh cucu, dll.

Selain itu, masalah yang pada umunya dihadapi oleh usia lanjut

dikelompokkan menjadi masalah ekonomi, masalah sosial budaya, masalah

kesehatan, masalah psikologis.

1) Masalah ekonomi

Pada masa usia lanjut ditandai dengan menurunnya

produktivitas kerja, memasuki masa pensiun atau berhentinya

pekerjaan utama. Hal ini berakibat pada menurunnya pendapatan

yang kemudian berkaitan dengan pada pemenuhan kebutuhan sehari-

hari. Hurlock (2004: 396) melalui Siti Partini (2011: 11)

menyatakan,

Apabila pendapatan orang usia lanjut secara drastis berkurang

maka minat untuk mencari uang tidak lagi berorientasi pada apa

yang ingin mereka beli dan untuk membayar simbol status yang

bisa dilakukan pada kehidupan masa muda, tetapi untuk sekedar

menjaga mereka agar tetap mandiri. Yang mereka pikirkan yaitu

Page 38: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

23

bagaimana mereka dapat tinggal tergantung pada saudaranya

atau tidak tergantung pada bantuan orang lain.

2) Masalah sosial

Memasuki masa tua ditandai dengan berkurangnya kontak

sosial, baik dengan anggota keluarga, anggota masyarakat,

maupun teman kerja sebagai akibat terputusnya hubungan kerja

karena pensiun. Kurangnya kontak sosial ini juga menimbulkan

perasaan kesepian, murung, terasingkan. Hal ini tidak sejalan

dengan hakikat manusia sebagai makhluk sosial yang dalam

hidupnya selalu membutuhkan kehadiran orang lain. (Siti

Partini, 2011: 12)

Menghadapi kenyataan ini maka perlu dibentuk kelompok-

kelompok usia lanjut yang memiliki kegiatan mepertemukan para

anggota lanjut usia lainnya sehinga kontak sosial pun berlangsung.

3) Masalah kesehatan

Pada usia lanjut terjadi kemunduran sel-sel karena proses

penuaan yang berakibat pada kelemahan organ, kemunduran fisik,

timbulnya berbagai macam penyakit.

Masa tua ditandai oleh penurunan fungsi fisik dan rentan

terhadap berbagai penyakit. Kerentanan terhadap penyakit ini

disebabkan oleh menurunnya fungsi berbagai organ tubuh.

Diperlukan pelayanan kesehatan terutama untuk kelainan

degeneratif demi meningkatkan derajat kesehatan dan mutu

kehidupan usia lanjut agar tercapai masa tua yang bahagia dan

berguna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai

dengan keberadaannya (Siti Partini, 2011: 13)

Departemen Kesehatan mencanangkan tujuan program

kesehatan lanjut usia adalah meningkatkan derajat kesehatan usia

lanjut agar tetap sehat, mandiri dan berdaya guna sehingga tidak

menjadi beban bagi dirinya sendiri, keluarga maupun mayarakat.

4) Masalah psikologis

Page 39: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

24

Masalah psikologis yang dialami usia lanjut pada umumnya

meliputi: kesepian, terasing dari lingkungannya, ketidakberdayaan,

perasaan tidak berguan kurang percaya diri, ketergantungan, dll.

Berbagai persoalan tersebut bersumber dari menurunnya fungsi-

fungsi fisik dan psikis akibat proses penuaan.

Kebutuhan psikologis merupakan kebutuhan akan rasa aman (the safety

needs), kebutuhan akan rasa memiliki dan dimiliki serta kasih sayang (the

belongingness and love needs), kebutuhan akan rasa aman. Adanya aktivitas

pekerjaan merupakan salah satu bentuk kebutuhan akan rasa aman.

c. Proses menjadi Tua

Perkembangan hidup manusia dimulai dari bayi, anak-anak, reaja,

dewasa, dan kemudian tua atau lanjut usia. Menjadi lanjut usia adalah suatu

proses alami yang tidak dapat dihindari oleh siapapun. Proses menjadi lanjut

usia selalu ditandai dengan kemunduran fungsi-fungsi anggota tubuh yang

dapat menimbulkan masalah/ gangguan yang akan banyak mempengaruhi

kegiatan/ aktivitas sehari-hari, misalnya dala hal kelambatan gerak, kurang

cepat bereaksi, berkurangnya tenaga, menurunnya daya tahan dan

menurunnya fungsi organ tubuh bagian luar maupun bagian dalam. (BKKBN,

2011: 29)

Rita Eka Izzaty, dkk (2008, 167) menyatakan bahwa proses menjadi

tua itu disebabkan oleh faktor biologis yang terdiri atas 3 fase, yaitu

1) Fase progesif, fase stabil/ statis, dan fase regresif. Masa progesif

adalah masa dimana seseorang mengalami perkembangan yang

menyolok.

Page 40: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

25

2) Fase stabil/ statis adalah masa dimana seseorang setelah mengalami

kematangan segi fisik, psikis, dan sosial akan mempertahankan apa

uang telah didapat dan akan meningkatkan serta memantapkannya.

3) Fase regresif yaitu masa di mana seseorang mengalami penurunan

sedikit demi sedikit sampai tidak dapat lagi melakukan tugasnya.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa proses menua merupakan proses alami dan normal yang dialami oleh

seseorang yang ditandai dari perubahan-perubahan fisik, psikis dan sosial

yang berjalan seiring dengan bertambahnya usia seseorang.

d. Kesehatan Lanjut Usia

Kesehatan merupakan hak asasi manusia. Berdasarkan UU No. 36

Tahun 2009 tentang kesehatan, yang dimaksud sehat adalah keadaan individu

baik secara fisik, mental,spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap

orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pada pasal 3

disebutkan bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan

kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidupsehat bagi setiap orang agar

teRWujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai

investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara

sosial dan ekonomis. Komnas Lansia (profil penduduk lanjut usia, 2010: 73).

Proses menjadi tua merupakan suatu keaadaan yang akan dilalui oleh

seluruh manusia, yang berhubungan dengan berlalunya waktu dan akhirnya

menuju kematian. Penyakit degeneratif menjadi penyebab kematian yang

utama pada masa mendatang.Penyakit-penyakit degeneratif tersebut biasanya

seperti penyakit tekanan darah tinggi, stroke, kanker, dan penyakit jantung

koroner. (Umiyatun Nawawi, 2009: 23).

Page 41: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

26

Lanjut usia juga mengalami keluhan kesehatan setiap bulannya.

Keluhan kesehatan adalah seseorang yang mengalami ganguan atau kejiwaan

baik karena penyakit akut/kronis, kecelakaan, kriminalitas atau sebab lainnya.

Keluhan kesehatan tidak selalu mengakibatkan terganggunya aktivitas sehari-

hari, namun terjadinya keluhan kesehatan dan jenis keluhan yang dialami oleh

penduduk dapat menggambarkan tingkat/derajat kesehatan secara kasar.

Tingkat derajat kesehatan lanjut usia dapat juga dilihat dari jumlah

angka kesakitan. Angka kesakitan merupakan seseorang yang dikatakan sakit

apabila keluhan kesehatan yang dirasakan mengganggu aktivitas sehari-hari,

yaitu tidak dapat melakukan kegiatan seperti bekerja, mengurus rumah tangga

dan kegiatan lainnya secara normal sebagaimana biasanya. Angka kesakitan

lanjut usia adalah proporsi penduduk lanjut usia yang mengalami kesehatan

hingga mengganggu aktivitas sehari-hari selama satu bulan terakhir.Angka

kesakitan merupakan salah satu indikator yangdigunakan untuk mengukur

derajat kesehatan penduduk.Angka kesakitan tergolong sebagai indikator

kesehatan negatif.Semakin tinggi angka kesakitan menunjukan derajat

kesehatan penduduk yang semakin baik buruk. Sebaliknya, semakin rendah

angka kesakitan, menunjukan derajat kesehatan penduduk yang semakin baik.

Komnas Lansia (2010: 78-79)

Upaya yang dilakukan terkait dengan kesehatan lansia diantaranya: (i)

meningkatkan kesadaran lansia untuk membinasendiri kesehatannya; (ii)

meningkatkan kemampuan dan peranserta keluarga dan masyarakat dalam

menghayati danmengatasi kesehatan lansia; (iii) meningkatkan jenis

Page 42: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

27

danjangkauan pelayanan kesehatan lansia dan (iv) meningkatkanmutu

pelayanan kesehatan lansia (Siti Partini Suardiman, 2007: 56).

Hal ini sejalan dengan Undang-undang Lansia No. 13 Tahun 1998 Bab

VI Pasal 14 ayat (1) Pelayanan kesehatandimaksudkan untuk memelihara dan

meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan lanjut usia, agar kondisi

fisik,mental, dan sosialnya dapat berfungsi secara wajar, ayat (2)Bahwa

pelayanan kesehatan yang dilakukan pemerintah berupa peningkatan: a.

Penyuluhan dan penyebarluasan informasi kesehatan lansia b. Upaya

penyembuhan (kuratif),yang diperluas pada bidang pelayanan

geriatrik/gerontologik c.Pengembangan lembaga perawatan lanjut usia yang

menderitapenyakit kronis dan/atau penyakit terminal, dan ayat (3)

Bahwauntuk mendapatkan pelayanan kesehatan bagi lansia yangtidak

mampu, diberikan keringanan biaya sesuai denganketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Komnas Lansia (Profil penduduk lanjut

usia , 2010: 74)

e. Perubahan Fisik Pada Usia Lanjut

Dalam Umiyatun Nawawi, (2009: 23) proses menjadi tua merupakan

suatu keadaan yang akan dilalui oleh seluruh manusia, yang berhubungan

dengan berlalunya waktu dan akhirnya akan menuju kematian. Proses

degeneratif atau kemunduran fungsi alat-alat tubuh terjadi tidak pada satu alat

saja, tetapi terjadi pada seluruh tubuh.

Sedangkan dalam Partini (2011: 36-37) proses menjadi tua disebabkan

oleh faktor biologis yang terdiri atas 3 fase (1) fase progresif. (2) fase stabil,

Page 43: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

28

dan (3) fase regresif, mekanisme lebih ke arah kemunduran yang dialami oleh

sel, komponen terkecil dari tubuh manusia. Sel –sel menurun fungsinya

karena telah lama berfungsi, sehingga proses kemunduran lebih dominan

dibandingkan dengan terjadinya proses pemulihan. Proses ini berlangsung

secara alamiah, terus menerus dan berkesinambungan, selanjutnya akan

menyebabkan perubahan anatomis , fisiologis dan biokemis pada jaringan

tubuh, yang akhirnya akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan fisik secara

keseluruhan. Penurunan pada aspek fisik meliputi perubahan pada kerangka

tubuh, tulang menjadi keras dan mudah patah. Sistem syaraf pusat berkurang

yang mengakibatkan menurunnya kecepatan belajar dan mengingat, sehingga

usia lanjut mudah lupa.

Menurut Departemen Kesehatan RI Yang dikutip oleh partini, (2011:

39), menyatakan bahwa menjadi tua ditandai kemunduran biologis yang

terlihat dari gejala kemunduran fisik antara lain:

1) kulit mulai mengendur dan pada wajah timbul keriput serta garis-garis

yang menetap

2) rambut mulai beruban dan menjadi putih

3) gigi mulai tanggal

4) penglihatan dan pendengaran mulai berkurang

5) mudah lelah

6) gerakan menjadi lamban dan kurang lincah

7) kerampingan tubuh menghilang, terjadi timbunan lemak terutama

dibagian perut dan pinggul

Para lanjut usia memerlukan penyesuaian terhadap berbagai penurunan

fungsi fisik, dengan maksud agar penurunan tidak dirasakan drastis baik oleh

Page 44: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

29

diri maupun orang lain. Rambut yang memutih dan rontok, kulit yang

berkeriput dan kusam, gigi yang mulai tanggal, penglihatan dan pendengaran

yang menurun, ke semuanya memerlukan penyesuaian oleh masing-masing

usia lanjut.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang yang telah

mengalami lanjut usia maka akan mengalami perubahan-perubahan fisik pada

dirinya terutama perubahan pada fungsi biologis. Perubahan fisik tersebut

meliputi rambut rontok, kulit keriput dan kusam, gigi yang mulai tanggal,

penglihatan dan pendengaran yang menurun. Oleh sebab itu lanjut usia harus

bisa menyesuaikan berbagai perubahan fisik pada dirinya.

f. Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Masyarakat

Lilik Ma’rifatul Azizah (2011: 104) Bentuk pelayanan kesehatan pada

lanjut usia di masyarakat seperti berikut :

1) Pelayanan lanjut usia di tingkat masyarakat

Pada upaya pelayanan kesehatan ini, semua upaya kesehatan yang

berhubungan dan dilaksanakan oleh masyarakat harus diupayakan

berperan serta dalam menangani kesehatan para lanjut usia. Puskesmas

dan dokter praktek swasta merupakan tulang punggung layanan

ditingkat ini. Puskesmas berperan dalam membentuk kelompok/klub

lanjut usia. Di dalam kelompok lanjut usia ini pelayanan kesehatan

dapat lebih mudah dilaksanakan, baik usaha promotif, preventif, kuratif,

atau rehabilitatif.

Page 45: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

30

Semua pelayanan kesehatan harus diintegrasikan dengan layanan

kesejahteraan yang lain dari Dinas sosial, agama, pendidikan dan

kebudayaan. Peran serta LSM untuk membentuk layanan sukarela

misalnya dalam pendirian badan yang memberikan layanan bantu

perawatan, kebersihan rumah, atau pemberian makanan bagi para lansia

juga perlu diperhatikan.

Pada dasarnya layanan kesehatan lanjut usia di tingkat masyarakat

seharusnya mendayagunakan dan mengikutsertakan masyarakat

(termasuk para lansianya) semaksimal mungkin. Contoh nyatanya

seperti mengadakan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) bagi lanjut

usia. Yang perlu dikerjakan adalah meningkatkan kepedulian dan

pengetahuan masyarakat, dengan berbagai cara antara lain ceramah,

lokakarya dan penyuluhan-penyuluhan.

2) Pelayanan kesehatan di masyarakat berbasis Rumah Sakit

Pada layanan tingkat ini, rumah sakit setempat yang telah

melakukan layanan Geriatrik bertugas membina lanjut usia yang berada

di wilayahnya, baik secara langsungatau tidak langsung melalui

pembinaan pada Puskesmas yang berada di wilayah kerjanya, berupa

lokakarya , ceramah-ceramah baik kepada tenaga kesehatan ataupun

kepada masyarakat perlu dilaksanakan. Di lain pihak, rumah sakit harus

selalu bersedia bertindak sebagai rujukan dari layanan kesehatan yang

ada di masyarakat.

3) Layanan Kesehatan Lansia Berbasis Rumah Sakit.

Page 46: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

31

Pada layanan ini rumah sakit, tergantung dari jenis layanan yang

ada, menyediakan berbagai layanan bagi para lanjut usia. Mulai dari

layanan sederhana berupa Poliknik Lansia, sampai pada layanan yang

lebih maju, misalnya bangsal akut, klinik siang terpadu, bangsal kronik

dan/atau Panti Rawat Wredha.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pelayanan kesehatan

lanjut usia dimasyarakat yaitu berupa pelayanan yang dilaksanakan oleh

peran serta masyarakat, lembaga-lembaga sosial, dan organisasi sosial serta

dari instansi-instansi kesehatan seperti Rumah Sakit, Puskesmas, dan

Posyandu Lansia

g. Harapan Lanjut Usia untuk tetap produktif

Sejalan dengan bertambahnya umur seseorang maka kondisi fisik

maupun non fisik akan mengalami penurunan akibat proses alamiah.

Terjadilah penurunan tingkat produktivitas, bahkan akhirnya tidak mampu

bekerja untuk memenuhi kebutuhannya. Partini (2011: 21)

Oleh karenanya semua penduduk usia lanjut berharap dirinya tetap sehat,

aktif dan berkarya dalam pembangunan bangsa. Sakit-sakitan atau sakit

berkepanjangan adalah hal yang sangat tidak diharapkan. Harapan untuk tetap

sehat tercermin dari berbagai upaya dan kegiatan yang di tujukan untuk

menjaga kesehatan misalnya, mengikuti senam lanjut usia, mengikuti

berbagai ceramah-ceramah tentang kesehatan, mengatur pola makanan, aktif

dalam organisasi sosial serta rutin memeriksakan kesehatan ke Posyandu

pada setiap bulannya.

Page 47: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

32

Salah satu kunci keberhasilan bagi lanjut usia agar tetap aktif dan bahagia

di usia senja adalah pemanfaatan potensi yang dimiliki sebaik-baiknya. Kunci

keberhasilan lainnya adalah menggunakan waktu sebanyak-banyaknya untuk

mengerjakan atau melakukan sesuatu yang berarti dan bermakna.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa harapan lanjut usia untuk

aktif dan produktif tercermin dari kemauannya untuk tetap bekerja di usia tua

dan aktif dalam kegiatan sosial di daerahnya. Untuk tetap produktif dan aktif

berkarya lanjut usia perlu menjaga kesehatannya setiap hari dengan menjaga

pola makan, melakukan kegiatan lansia yang ada di sekitarnya. Dengan

perhatian optimal dari keluarga dapat meningkatkan kehidupan lansia,

meningkatkan kemandirian lansia sehingga lansia tetap sehat, mandiri dan

produktif.

h. Pembinaan Psikologis Bagi Lanjut Usia (Lansia)

Kondisi psikologis adalah keadaan mutlak atau jiwa seseorang yang

mencakup:

1) Kemampuan berpikir: kemampuan seseorang untuk menangkap,

mengolah, dan menilai suatu permasalahan

2) Emosi: keadaan perasaan seseorang misanya stabil/ tidak stabil, sedih/

senang, terkendali/ tidak terkendali.

3) Sikap: kesiapan seseorang untuk bertindak sesuai perasaan dan

pikirannya.

4) Perilaku: tindakan atau perbuatan seseorang terhadap lingkungannya.

Page 48: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

33

Pada umumnya lanjut usia mengalami perubahan atau kemunduran

fungsi psikologis, baik dari segi kmapuan berpikir, emosi, sikap, dan

perilakunya.

Ada 4 tipe lansia, yaitu:

1) Lansia yang produktif yaitu lansia yang fungsi psikologisnya stabil

dan fisiknya kuat.

2) Lansia yang mengalami kemunduran psikologis, tetapi fisiknya masih

kuat.

3) Lansia yang memiliki kemunduran fisik, tapi psikologisnya tetap

stabil.

4) Lansia yang jompo yaitu lansia yang fisik maupun psikologisnya

mengalami kemunduran. (BKKBN, 2011:61)

Perubahan psikologis pada lansia:

1) Kemunduran daya ingat/ memori

Adanya kemunduran daya ingat, khususnya lupa terhadap hal-hal

yang baru saja terjadi, tetapi ingat hal-hal yang sudah lama terjadi.

Ada juga sebagian lansia yang mengalami kemunduran dalam proses

berpikir seperti lambat menangkap dan mengartikan informasi, sulit

konsentrasi, kaku dalam mempertahankan pendapat, kreatifitas

berkurang.

2) Perubahan emosi/ perasaan Lansia

Perubahan emosi yang sering terjadi pada lanjut usia antara lain:

Page 49: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

34

a) Adanya perasaan tidak berguna dan tidak dibutuhkan orang

lain sehingga muncul keinginan untuk diakui orang lain.

b) Adanya penurunan dalam menyatakan emosi. Lansia merasa

sulit untuk menampilkan perasaannya secara terbuka.

3) Perubahan sikap dan perilaku

a) Gerakan kaku dan lamban. Hal ini disebabkan karena

kumunduran psikomotorik, sehingga tubuh tidak lentur dan

tidak terkoordinasi dengan baik.

b) Dalam menjalin hubungan sosial, cenderung mencari orang-

orang seusianya dan mengurangi partisipasi dalam hubungan

sosial.

c) Memimpikan dan berorientasi pada masa lampaunya dengan

kenangan-kenangan yang menyenangkan, kejayaan,

keunggulan, dan keberhasilan.

4) Akibat kemunduran fisik terhadap perubahan psikis lansia

Sistem syaraf dipengaruhi oleh kondisi fisik lainnya, misalnya fungsi

jantung, penyempitan pembuluh darah, dan berbagai penyakit.

Perubahan-perubahan fisik biasanya menyebabkan perubahan pula

pada fungsi psikologisnya.

5) Dukungan lingkungan atau suasana kekeluargaan

Keluarga yang kurang memberikan perhatian, kurangnya komunikasi

dan kurangnya memahami kebutuhan lansia akan mempercepat

kemunduran kondisi psikologis lansia.

Page 50: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

35

Pembinaan Psikologis Pada Lansia, yaitu:

1) Upaya yang bisa dilakukan keluarga dalam pembinaan psikis lansia

yaitu:

a) Keluarga perlu menyediakan waktu untuk mengajak berbicara

dari hati ke hati serta membantu agar lansia dapat

mengungkapkan keluhannya secara terbuka.

b) Keluarga berupaya untuk memahami apa yang dirasakan

lansia, mencari penyebab masalah dan berbagi pengalaman

dengan lansia.

c) Keluarga berusaha memenuhi kebutuhan lansia dengan

memberikan perhatian, kasih sayang yang tulus dan rasa aman.

d) Keluarga merujuk pada tenaga ahli, apabila mengadapi lansia

yang mengalami gangguan mental yang cukup menganggu.

2) Upaya yang bisa dilakukan lansia dalam menjalani masa tuanya, yaitu:

a) Menerima usia lanjut dengan lapang dada. Menerima perubahan

dirinya dengan hati pasrah. Kenyataan bahwa dirinya menjadi tua

diterima dengan positif dan dengan senang hati memasuki

tingkatan hidup yang baru.

b) Berlatih melepaskan diri dan bijaksana. Sikap “lepas bebas” dari

kehidupan duniawi dalam arti mengambil jarak dari segala

miliknya.

c) Berupaya menghadapi “kesepian. Upaya yang dilakukan dalam

menghadapi kesepian adalah:

Page 51: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

36

(1) Berusaha membuat dirinya bermanfaat bagi orang lain.

(2) Mengunjungi teman lansia yang hidup sendiri

(3) Memperhatikan dan menghibur orang yang kesusahan

(4) Bagi lansia yang sudah tidak dapat pergi kemana-mana,

upaya ini dilakukan melalui surat menyurat dengan tulisan

pendek atau melelui telepon. Upaya-upaya ini akan

menyebabkan dirinya terhibur.

d) Menemukan minat dan berprestasi. Saat kekuatan jasmani mulai

menyusut, ada potensi dan kekuatan dalam diri yang baru

berkembang. Seseorang akhirnya menemukan dan

mengembangkan minatnya sehingga berprestasi diberbagai

bidang.

6. Posyandu Lansia

a. Pengertian Posyandu Lansia

Komnas Lansia (2010: 6) dalam buku Pedoman Pelaksanaan

Posyandu Lanjut usia, Posyandu Lanjut usia adalah suatu wadah pelayanan

kepada lanjut usia di masyarakat yang proses pembentukan dan pelaksanaan

dilakukan oleh masyarakat bersama LSM, lintas sektor pemerintah dan non

pemerintah, swasta, organisasi sosial, dengan menitik beratkan pelayanan

kesehatan pada upaya promotif dan preventif.

Kartika Ratna Pertiwi (2012: 2) menyatakan Yandu lansia atau

Posyandu kelompok usia lanjut adalah suatu bentuk usaha pelayanan

pemantauan kesehatan khusus untuk lansia yang bersumber daya dari

Page 52: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

37

masyarakat (UKBM)yang dibentuk oleh masyarakat berdasarkan inisiatif dan

kebutuhan itu sendiri khususnya padapenduduk usia lanjut di suatu wilayah

tertentu yang sudah disepakati. Yandu Lansia dipanduoleh kader terpilih yang

telah diberikan pendidikan dan pelatihan di tingkat dusun sampaikelurahan.

Posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah

melaluipelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui

program Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga,

tokoh masyarakat dan organisasi sosialdalam penyelenggaraannya

Dasar Hukum pembinaan usia lanjut di Indonesia dilaksanakan

berdasarkan beberapa undang-undang dan peraturan sebagai dasar dalam

menentukan kebijaksanaan pembinaan. Dasar hukum/ketentuan perundangan

dan peraturan dimaksud adalah: (1) UU No. 10 Tahun 1992 Tentang

Perkembangan Kependudukan, (2) UU No. 36 Tahun 2009 pasal 138 Tentang

Kesehatan Usia Lanjut, (3) UU No. 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan

Lanjut usia pasal 14, (4) UU No. 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan

Daerah, (5) UU No.25 Tahun 1999 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat

dan Daerah, (6) Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 Tentang

Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonomi

(Depkes RI, 2003)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Posyandu Lanjut usia

merupakan Pos Pelayanan Terpadu lanjut usia yang kegiatannya di

laksanakan dan dikelola oleh masyarakat dan kader lansia yang dibantu oleh

Page 53: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

38

pemerintah setempat seperti RT/RW agar masyarakat lanjut usia dapat

memelihara kesehatannya dengan mandiri.

b. Tujuan Pelayanan Posyandu Lansia

Tujuan pelayanan Posyandu lansia adalah (1) Meningkatkan

pengetahuan, sikap, dan perilaku positif dari lansia, (2) Meningkatkan mutu

dan derajat kesehatan lanjut usia, (3) Meningkatkan kemampuan para lanjut

usia untuk mengenali masalah kesehatan dirinya sendiri dan bertindak untuk

mengatasi masalah tersebut terbatas kemampuan yang ada dan meminta

pertolongan keluarga atau petugas jika diperlukan. Lilik (2011: 106)

Kartika dalam penelitian Yandu lansia (2012: 2), yandu lansia

bertujuan meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan untuk

mencapai masa tua yang bahagia dan berguna dalam keluarga dan

masyarakat sesuai denganeksistensinya dalam strata kemasyarakatan. Bagi

lansia sendiri, kesadaran akan pentingnya kesehatan bagi dirinya, keluarga

dan masyarakat luas agar selama mungkin tetap mandiri dan berdayaguna.

Secara garis besar, layanan Yandu Lansia bertujuan untuk: 1) Meningkatkan

jangkauanpelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga terbentuk

pelayanan kesehatan yangsesuai dengan kebutuhan lansia, 2) Mendekatkan

pelayanan dan meningkatkan peran sertamasyarakat dan swasta dalam

pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasiantara masyarakat

usia lanjut. Sehingga sasaran Yandu Lansia adalah:

1) Sasaran langsung

Kelompok pralansia (45-59 tahun), kelompok lansia (60 tahun ke

atas), kelompok lansia dengan resiko tinggi (70 tahun ke atas)

2) Sasaran tidak langsung

Page 54: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

39

Keluarga dimana usia lanjut berada, organisasi sosial yang

bergerak dalam pembinaan usia lanjut dan masyarakat. Siti Maryam

dkk (2011: 37)

c. Kegiatan Posyandu Lansia

Pada dasarnya jenis kegiatan Posyandu Lanjut usia tidak berbeda

dengan kegiatan Posyandu Balita atau kegiatan upaya kesehatan

bersumberdaya masyarakat lain dimasyarakat. Namun Posyandu Lanjut usia

kegiatannya tidak hanya mencakup upaya kesehatan saja tetapi juga

meliputi upaya sosial dan karya serta pendidikan. Hal tersebut disebabkan

karena permasalahan yang dihadapi lanjut usia bersifat kompleks, tidak

hanya masalah kesehatan namun juga masalah sosial, ekonomi dan

pendidikan yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama lainnya.

Sebelum kita membicarakan jenis kegiatan yang dilakukan oleh Posyandu,

terlebih dulu para penyelenggara Posyandu diharapkan mengerti tujuan

penyelenggaraan Posyandu seperti yang telah diuraikan di atas. Jenis

kegiatan yang dilaksanakan di Posyandu Lanjut usia yaitu

1) Kegiatan pengukuran indeks massa tubuh (IMT) melalui pengukuran

berat badan dan tinggi badan. Kegiatan ini dilakukan 1 bulan sekali.

2) Kegiatan pemeriksaan tekanan darah dilakukan minimal 1 bulan

sekali, namun bagi yang menderita tekanan darah tinggi dianjurkan

setiap minggu. Hal ini dapat dilakukan di Puskesmas atau pada tenaga

kesehatan terdekat.

3) Kegiatan pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb), gula darah dan

kolesterol darah. Bagi lanjut usia yang sehat cukup di periksa setiap 6

Page 55: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

40

bulan. Namun bagi yang mempunyai faktor resiko seperti turunan

kencing manis, gemuk sebaiknya 3 bulan sekali dan bagi yang sudah

menderita maka dilakukan di Posyandu setiap bulan. Kegiatan

pemeriksaan laboratorium ini dapat dilakukan oleh tenaga Puskesmas

atau dikoordinasikan dengan laboratorium setempat.

4) Kegiatan konseling dan penyuluhan kesehatan dan gizi harus

dilakukan setiap bulan karena permasalahan lanjut usia akan

meningkat dengan seiring waktu, selain itu dapat memantau faktor

risiko penyakit-penyakitdegeneratif agar masyarakat mengetahui dan

dapat mengendalikanya. Komnas Lansia (2010: 21)

d. Pelaksanaan Kegiatan Posyandu Lansia

Dalam komisi Nasional Lanjut Usia Pelaksanaan kegiatan Posyandu

dilaksanakan sesuaidengan perencanaan yang telah disepakati.Agar

pelaksanaan kegiatan Posyandu lansia berjalan efisien dan efektif

dibutuhkan :

1) Organisasi yang tertata baik

2) Sumber daya manusia yang mempunyai ilmu dan kemampuan

3) Tugas dan fungsi yang jelas dari masing – masing petugas Posyandu

4) Mekanisme kerja yang baik meliputi perencanaan, pelaksanan,

monitoring dan evaluasi.

Organisasi Posyandu Lanjut usia adalah organisasi kemasyarakatan

non struktural yang berdasarkan azas gotong royong untuk sehat dan

Page 56: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

41

sejahtera, yang diorganisir oleh seorang koordinator atau ketua, dibantu oleh

sekretaris, bendahara dan beberapa orang kader.

Dalam komnas Lansia (2010: 17) tenaga yang dibutuhkan dalam

pelaksanaan Posyandu sebaiknya 8 orang namun bisa kurang dengan

konsekuensi bekerja rangkap. Kepengurusan yang dibutuhkan adalah:

a. ketua Posyandu

b. sekertaris

c. bendahara

d. kader sekitar 5 orang

Tenaga pelaksana pada dasarnya adalah semua pengurus Posyandu

yang saling membantu, namun harus ada penanggung jawab masing -

masing sesuai bidangnya. Paralanjut usia yang lebih muda dan lebih sehat

dapatdiberdayakan membantu kegiatan ini sesuai dengankemampuan

masing-masing. Dengan mengajak mereka ikutmembantu penyelenggaraan

Posyandu akan memberikanbanyak manfaat antara lain, 1) Para lanjut usia

akan merasa Posyandu milik mereka, 2) Para lanjut usia merasa

dihargai/dihormati, 3) Membuat lanjut usia tersebut tetap aktif dan

akanmeningkatkan kesehatan dan mencegah kepikunan, 4) Meningkatnya

rasa persaudaraan, terbangunnya ikatanemosi yang positif antar generasi dan

akan membuat lanjut usia rajin datang, 5) Pekerjaan menjadi ringan, efisien

dan efektif, cepatselesai, sehingga akhirnya tersedia waktu luang yang dapat

digunakan untuk kegiatan lainnya. Komnas Lansia (2010: 22)

Untuk memberikan pelayanan kesehatan dan sosial yang prima

terhadap lanjut usia di kelompoknya, dibutuhkan perencanaan yang matang,

pelaksanaan yang benar dan tepat waktu, serta pengendalian yang akurat.

Page 57: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

42

Pelaksanaan kegiatan Posyandu dilaksanakan sesuai dengan

perencanaan yang telah disepakati.Kegiatan tersebut di atas diatur sesuai

dengan ketenagaan dan waktu tersedia dan dapat dilakukan pada sebuah

gedung, dibawah tenda ataupun di tempat terbuka.Pada prinsipnya kegiatan

kesehatan harus dilakukan 1 bulan sekali agar dapat memantau kondisi

kesehatan.

e. Mekanisme Pelayanan Pelaksanaan Kegiatan Posyandu Lansia

Pelayanan Kesehatan di Posyandu Lansia Lansia meliputi

pemeriksaan kesehatan fisik dan mental emosional.Kartu Menuju Sehat

(KMS) Lansia sebagai alat pencatat dan pemantau untuk mengetahui lebih

awal penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan

yang dihadapi dan mencatat perkembangannya dalam Buku

Pedoman.Pemeliharaan Kesehatan Lansia atau catatan kondisi kesehatan

yang lazim digunakan di Puskesmas.

Kartika Ratna Pertiwi (2012: 2) menyatakan Pelayanan yang

diselenggarakan dalam Posyandu lansia tergantung pada mekanismedan

kebijakan pelayanan kesehatan yang ditetapkan oleh dinas kesehatan

kabupaten ataupun kota penyelenggara. Ada yang menyelenggarakan

Posyandu lansia sistem 5 meja sepertiPosyandu balita, ada juga hanya

menggunakan sistem pelayanan 3 meja. Namun, secaraumum kegiatan

Yandu Lansia meliputi:

1. Pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan berat badan dan

atau tinggi badan.

Page 58: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

43

2. Pengukuran tekanan darah (TD), denyut jantung, laju pernapasan dan

analisis indeks massatubuh (IMT).

3. Pelayanan kesehatan seperti pengobatan sederhana dan rujukan

4. Penyuluhan atau konseling, misalnya pelayanan pokok gizi

Dalam Umiyatun Nawawi (2009: 26) pelayanan kesehatan lansia

merupakan usaha mewujudkan kesejahteraan sosial bagi para orang usia

lanjut, pemerintah menetapkan kebijakan untuk membantu dan menyantuni

para orang lansia baik dalam panti maupun diluar panti. Pemberian bantuan

dan penyantunan kepada orang lansia di dalam panti ditujukan pada orang

lansia yang kondisi fisik maupun ekonomi mereka lemah. Program

pemerintah yang lain dalam pelayanan kesehatan lansia yaitu Posyandu lansia

yang memberikan pelayanan kesehatan seperti, pengecekan kesehatan,

penyuluhan menu sehat, olahraga lansia di dalam masyarakat sampai ke

tingkat kelurahan. Hal ini merupakan sebuah bukti yang menunjukan

perhatian pemerintah terhadap orang lansia.Namun belum semua elemen

masyarakat yang dapat menjalankan program tersebut.

Pelayanan yang dilakukan di Posyandu merupakan pelayanan ujung

tombak dalam penerapan kebijakan pemerintah untuk pencapaian lanjut usia

sehat, mandiri dan berdaya guna. Oleh karena itu arah dari kegiatan Posyandu

tidak boleh lepas dari konsep menua secara aktif.Menua secara aktifadalah

proses optimalisasi peluang kesehatan, partisipasi dan keamanan untuk

meningkatkan kualitas hidup di masa tua. Jika seseorang sehat dan aman,

maka kesempatan berpartisipasi bertambah besar.Masa tua bahagia dan

Page 59: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

44

berdaya guna tidak hanya fisik tetapi meliputi emosi, intelektual, sosial,

vokasional dan spiritual yang dikenal dengan dimensi wellness yaitu suatu

pendekatan yang utuh untuk mencapai menua secara aktif. (Komnas Lansia,

2010: 14)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan

pelaksanan Posyandu Lansia perlu adanya mekanisme kerja atau

perencanaan yang matang karena Posyandu lansia merupakan salah satu

wadah pelayanan kesehatan lansia yang potensial dimasyarakat yang

dikembangkan oleh Puskesmas dan aspirasi masyarakat itu sendiri, sehingga

dengan adanya Posyandu Lansia ini masyarakat lanjut usia dapat memelihara

kesehatannya dengan baik.

f. Tugas Kader dalam Pelaksanaan Kegiatan Posyandu Lansia

Kader Posyandu adalah orang dewasa, baik laki–laki atau perempuan

yang mau bekerja secara sukarela melakukan kegiatan–kegiatan

kemasyarakatan terkait dengan kesejahteraan lanjut usia. Komnas Lansia

(2010: 18).

Menurut WHO (1998) kader kesehatan adalah laki-laki atau wanita

yang dipilih oleh masyarakat dekat dengan tempat-tempat pemberian

pelayanan kesehatan.

Kader adalah anggota masyarakat yang dipilih dari dan oleh

masyarakat, dan mampu bekerja bersama dalam berbagai kegiatan

kemasyarakatan secara sukarela (Depkes 2003).

Page 60: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

45

Dalam Nurhaida (2012: 14) Jumlah kader Posyandu Lansia di setiap

kelompok tergantung pada jumlah anggota kelompok, volume dan jenis

kegiatan yaitu sedikitnya 3 orang. Kader sebaiknya berasal dari anggota

kelompok sendiri atau bilamana sulit mencari kader dari anggota kelompok

dapat saja diambil dari anggota masyarakat lainnya yang bersedia menjadi

kader (Depkes RI, 2003 : 128).

Persyaratan untuk menjadi kader, antara lain: (1) dipilih dari

masyarakat dengan prosedur yang disesuaikan dengan kondisi setempat, (2)

mau dan mampu bekerja secara sukarela, (3) bisa membaca dan menulis

huruf latin, (4) sabar dan memahami usia lanjut. (Depkes RI, 2003 : 130)

Tugas kader dalam Posyandu Lanjut usia antara lain:

1) Mempersiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan pada

kegiatan Posyandu.

2) Memobilisasi sasaran pada hari pelayanan Posyandu.

3) Melakukan pendaftaran sasaran pada pelayanan Posyandu Lanjut

usia.

4) Melaksanakan kegiatan penimbangan berat badan dan

pengukuran tinggi badan para lanjut usia dan mencatatnya dalam

KMS atau buku pencatatan lainnya.

5) Membantu petugas dalam pelaksanaan pemeriksaan kesehatan

dan pelayanan lainnya.

6) Melakukan penyuluhan ( kesehatan, gizi, sosial, agama

Page 61: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

46

dan karya) sesuai dengan minatnya. Komnas Lansia (2010: 18-

19).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peran kader sangatlah

penting dalam pelaksanaan Posyandu lanjut usia karena tugas dan fungsinya

dalam menggerakkan dan bersosialisasi kepada masyarakat. Karena aktif

apa tidaknya kaderlah yang menentukan jalannya kegiatan Posyandu Lanjut

usia.

B. Penelitian yang Relevan

1. Peran Pekerja Sosial di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Yogyakarta

Unit Budi Luhur dalam Meningkatkan Kesejahteraan Lanjut Usia (Skripsi

Swastika Dela Prabandewi. 2014. Universitas Negeri Yogyakarta)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan kegiatan yang

ada di PSTW Yogyakarta unit Budi Luhur antara lain: (a) Pelayanan

pengelolaan makanan, (b) Pelayanan Fisik, (c) Pelayanan psikis, (d)

pelayanan kesehatan, (e) Pelayanan rohani, (f) Pelayanan sosial, (g)

Pendampinge keterampilan dan kesenian. Peran Pekerja Sosial dalam

Meningkatkan Kesejahteraan Lansia di PSTW Yogyakarta Unit Bud Luhur

adalah peran pekerja sosial sebagai pendidik, pekerja sosial sebagai

pembela, pekerja sosial sebagai mediator fasilitator ( perantara), pekerja

sosial sebagai pemungkin (Enablex), Pekerja sosial sebagai penjangkauan

(Outreach).Yang menjadi faktor pendukung dari peran pekerja sosial

Lansia dalam meningkatkan kesejahteraan lansia di PSTW Yogyakarta

unit Budi Luhur antara lain, adanya kolaborasi dengan mahasiswa praktik

Page 62: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

47

yang ada di PSTW Yogyakarta unit Budi Luhur sangat membantu pekerja

sosial yang saling mendukung, mempunyai jejaring atau kerjasama dengan

lembaga-lembaga lain, sedangkan yang menjadi faktor penghambat adalah

karakter klien yang berbeda-beda, kemauan klien yang berbeda-beda,

dituntut untuk memiliki lingkungan yang bersih akan tetapi lansia atau

klien mengalami defisit kebersihan.

Penelitian yang relevan di atas mengungkap bagaimana Peran

Pekerja Sosial dalam Meningkatkan Kesejahteraan Lanjut Usia, sedangkan

penelitian yang saya lakukan mengungkap bagaimana peran Keluarga

dalam Meningkatkan Kesehatan Lansia melalui kegiatan BKL dan TPL.

Penelitian ini sama-sama meneliti tentang peran seseorang untuk lansia.

2. Peranan Taman Pendidikan Lanjut Usia (TPL) dalam Peningkatan Kualitas

Hidup Lanjut Usia di Kecamatan Gondokusuman (Skripsi Chairunnisa

Martanti, 2000, Universitas Negeri Yogyakarta).

Hasil dari penelitian relevan menunjukkan bahwa adanya upaya

yang dilakukan TPL dalam mewujudkan kesejahteraan bagi lanjut usia

yakni melalui cara pembinaan yang terus berkelanjutan. Upaya pembinaan

bagi lanjut usia ini meliputi pembinaan mental dan kesehatan, pembinaan

keterampilan, pembinaan kesenian, pembinaan kerohanian dan pembinaan

permainan. Peranan TPL dalam upaya peningkatan kualitas lanjut usia

adakah sebagai wadah penyaluran minat dan bakat bagi lanjut usia,

mendorong timbulnya semangat hidup dan menciptakan lanjut usia yang

berkualitas.

Page 63: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

48

Penelitian yang saya lakukan membahas tentang Peran Keluarga

dalam Meningkatkan Kesehatan Lansia melalui kegiatan BKL dan TPL.

Penelitian ini sama-sama membahas kegaitan TPL untun meningkatkan

kualitas hidup lanjut usia.

C. Kerangka Berfikir

Semua makhluk hidup memiliki siklus kehidupan menuju tua yang

diawali dengan proses kelahiran kemudian tubuh menjadi dewasa dan

berkembang biak. Selanjutnya semakin tua dan akhirnya meninggal.Lanjut

usia adalah kondisi dimana seseorang telah mencapai umur 60 tahun lebih

dengan kondisi fisik yang semakin menurun dan berkurang.

Di masa tua terdapat banyak masalah yang dihadapi oleh lanjut usia,

diantaranya adalah masalah ekonomi, masalah kesehatan sosial, dan

psikologi. Pada masa tua seperti itu lansia akan merasa terangsingkan karena

sudah mulai jarang berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Bina keluarga

lansia adalah usaha untuk menjadikan keluarga sebagai pembina lansia dalam

rumah tangganya merupakan suatu nuansa yang baru.

Adanya Bina Keluarga Lansia akan membantu lanjut usia untuk tetap

mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Tidak hanya lingkungan

sekitar saja, peran BKL sangat penting bagi lansia karena di dalam BKL

diajarkan bagaimana melayani, memperhatikan lansia dengan baik agar lansia

tetap merasa aman dan nyaman di dalam keluarganya maupun lingkungan

sekitar. Peran BKL dalam meningkatkan kesehatan lansia dapat dilihat dari

Page 64: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

49

bagaimana keluarga memberikan motivasi kepada lansia daat ada

pelaksanaan TPL di lingkungannya.

Berdasarkan kerangka berfikir di atas, fokus penelitian ini adalah

menggali informasi tentang peran keluarga dalam meningkatkan kesehatan

lansia serta faktor pendukung dan penghambatnya. Hal ini bertujuan agar

hasil penelitian yang dilakukan dapat menjadi acuan bagi lansia dan

keluarganya bahwa peran keluarga memiliki peran yang sangat besar dan

penting bagi kelangsungan hidup lanjut usia.

Page 65: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

50

Gambar 1. Kerangka berfikir

LANSIA

Masalah Kesehatan

- Penyakit degeneratif

- Kekebalan tubuh menurun

- Gangguan fungsi kognitif

- Keseimbangan badan

Peran BKL dalam

Meningkatkan Kesehatan

Bina Keluarga Lansia

(BKL)

Tempat Pendidikan

Lansia (TPL)

LANSIA SEHAT

Page 66: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

51

D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir di atas dapat diajukan pertanyaan penelitian

sebagai berikut:

1. Bagaimana peran keluarga di dalam kegiatan Bina Keluarga Lansia

(BKL) dan Taman Pendidikan Lansia (TPL) untuk meningkatkan

kesehatan lansia?

2. Apakah sebagai keluarga lansia sudah cukup baik dalam menjalankan

perannya?

3. Bagaimana keluarga melakukan pendampingan terhadap lansia yang

menyangkut masalah kesehatan?

4. Apakah keluarga sudah melakukan pendampingan fisik, psikis kepada

lansia?

5. Apakah keluarga yang mempunyai lansia semuanya memperhatikan

kesehatan lansia dengan baik?

6. Bagaimana peran kader dalam kegiatan lansia?

7. Bagaimana peran kader lansia dalam meningkatkan kesehatan Lansia?

8. Apakah peran kader sudah optimal dalam setiap kegiatan yang

dilakukan?

9. Apa saja faktor pendukung dan penghambat lansia dalam mengikuti

kegiatan TPL?

Page 67: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

52

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kualitatif deskriptif. Menurut Bogdan dan Tailor (dalam Moleong, 2006: 4)

mendefinisikan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang atau perilaku yang

dapat diamati.Sementara itu penelitian deskriptif dimaksudkan untuk

eksploitasi (penggalian secara mendalam) dan klasifikasi fenomena atau

kenyataan sosial dengan jalan mendeskripsikan sejumlah data dan unit yang

diteliti. Dalam hal ini data yang di deskripsikan adalah uraian peran kelurga

dalam meningkatkna kehidupan lansia dalam mendorong keaktifan lansia

untuk datang pada kegiatan-kegiatan lansia.

B. Setting, Waktu dan Lama Penelitian

Setting penelitian berkaitan dengan obyek penelitian, yaitu dimana

kegiatan penelitian dilakukan. Penentuan setting penelitian dimaksudkan

untuk mempermudah dan memperjelas obyek yang menjadi sasaran

penelitian.

Seting penelitian ini di RW 11 Kepuh Kelurahan Klitren Kecamatan

Gondokusuman. Peneliti memfokuskan pada peran keluarga dalam mengurus

Lansia dan meningkatkan kesehatan lansia. Waktu penelitian untuk

mengumpulkan data dilaksanakan selama 2 bulan.

Page 68: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

53

C. Subyek Penelitian

Penentuan informan penelitian dalam penelitian ini menggunakan

purposive sampling. Purposive sampling dilakukan dengan mengambil orang-

orang yang terpilih betul oleh peneliti menurut ciri-ciri spesifik dan dimiliki

oleh sampel itu serta dipilih dengan cermat hingga relevan dengan

Kampungin penelitian (Nasution, 2006: 98).

Sugiyono (2013: 300) menerangkan bahwa dalam menentukan obyek

penelitian ini dilakukan secara purposive, yaitu teknik pengambilan informan

dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu misalnya orang tersebut

dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia

sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek

atau situasi sosial yang akan diteliti.

Cara memilih informan dengan menggunakan purposive sampling adalah

dengan memilih informan tergantung dengan kriteria apa yang digunakan.

Sehingga kita menentukan terlebih dahulu kriteria-kriteria informan yang

diambil. Dalam penelitian ini peneliti meneliti tentang peran Bina Keluarga

Lansia dalam meningkatkan kesehatan lansia.

Kriteria informan sebagai berikut:

1. Kader kegiatan lansia (BKL dan TPL)

2. Keluarga yang memiliki lansia

3. Lansia berusia 60 tahun ke atas

Informan dalam penelitian ini adalah kader kegiatan yang

berjumlah dua orang yaitu Ibu SS dan Ibu DQ. Lima orang warga lanjut

Page 69: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

54

usia yang berusia 60 taun ke atas yang masih bisa diajak berkomunikasi

yaitu Bapak Wdd (63 Th), Bapak Ksr (75 Th), Ibu Sm (65 Th), Ibu Wj

(66 Th), Ibu Hm (70 Th) yang bertempat tinggal di RW 11 Kepuh.

D. Metode Pengumpulan Data

1. Pengamatan / observasi

Penelitian ini diawali dengan melakukan observasi lapangan terlebih

dahulu dengan harapan memperoleh data yang relevan. Observasi yaitu

melukiskan dengan kata-kata secara cermat dan tepat apa yang diamati,

mencatat kemudia mengolahnya dalam rangka masalah yang diteliti secara

ilmiah, sehingga hasil pengamatan itu valid dan reliable, serta hingga

obyek pengamatan itu representative bagi gejala yang bersamaan.

(Nasution, 2006: 106)

Metode ini digunakan untuk memperoleh data atau informasi yang

lebih lengkap dan terperinci.Data informasi yang diperoleh melalui

pengamatan ini, selanjutnya dituangkan dalam bentuk tulisan. Metode

observasi ini berupa pengamatan langsung yang digunakan untuk

mendapatkan data tentang Peran Keluarga dalam Meningkatkan Kesehatan

Lansia Melalui Kegiatan BKL dan TPL di RW 11 Kepuh Kelurahan

Klitren Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta.

2. Wawancara Mendalam

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang

dilakukan dua pihak antara pewawancara dan terwawancara untuk

mendapatkan informasi (Lexy Moleong, 2011: 186). Dalam teknik

Page 70: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

55

wawancara terdapat pedoman wawancara yang digunakan sebagai

petunjuk atau pedoman tentang pertanyaan-pertanyaan yang akan

diajukan. Namun, pertanyaan akan mengalir pada saat peneliti melakukan

wawancara dengan informan sesuai dengan kebutuhan dan informasi yang

ingin digali.

Langkah-langkah yang disiapkan peneliti sebelum melaksanakan

wawancara yaitu menyusun draft wawancara, membuat jadwal wawancara

dengan informan dan melaksanakan wawancara dengan informan.

Wawancara dilakukan secara mendalam kepada subyek penelitian

sehingga data tersebut dapat menggambarkan bagaimana pelaksanaan

kegiatan lansia dan peran keluarga dalam mengurus lansia.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung

ditujukan kepada subyek penelitian. Dokumentasi dapat berupa buku

harian, surat pribadi, laporan, catatan khusus (case record) dalam

pekerjaan sosial dan dokumen lainnya (Soehartono, 2005: 70). Dalam

penggunaan metode dokumentasi ini peneliti mengumpulkan data

berdasarkan dokumen yang nyata dan ada sehingga data yang diperoleh

mendukung keakuratan penelitian

E. Instrumen Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto yang dikutip oleh Nurul Zuriah (2005:

168) Menyusun instrumen dalam penelitian merupakan langkah penting yang

harus dipahami betul oleh peneliti. Kualitas instrumen yang dibuat akan

Page 71: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

56

menentukan kualitas data yang terkumpul. Peneliti kualitatif sebagai human

instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai

sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis

data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuanya.Instrumen

dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri yang menggunakan pedoman

wawancara, pedoman observasi, dan pedoman dokumentasi yang dibuat

sendiri oleh peneliti dengan dibantu oleh dosen pembimbing.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

interaktif. Menurut (Milles & Huberman, 1992:20) analisis interaktif adalah

penggambaran dari tulisan, ucapan, dan perilaku yang diamati. Ada tiga

komponen pokok dalam model analisis ini, yaitu:

1. Reduksi data ( data reduction )

Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang

muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Proses reduksi data

berlangsung secara terus menerus selama penelitian, bahkan

sebelum benar-benar terkumpul. Intinya, reduksi data merupakan

suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,

mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi

data dengan cara yang sedemikian rupa hingga kesimpulannya dapat

ditarik dan diverifikasi.

Page 72: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

57

2. Penyajian data ( data display )

Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun memberikan

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan. Data-data dan informasi yang sudah dikelompokan

kemudian disajikan dalam bentuk narasi dan detail agar setiap data

dan informasi tidak lepas dari kondisi permasalahan yang ada.

3. Penarikan kesimpulan ( conclusion drawing )

Merupakan kegiatan mencari arti data, mencatat keteraturan, pola-

pola penjelasan, konfigurasi yang mungkin, alur sebab-akibat dan

proporsi. Penarikan kesimpulan digunakan sebagai langkah untuk

meringkas data dalam bentuk kesimpulan, sehingga peneliti dapat

mengetahui data apa saja yang telah diperolah yang dapat

mendukung penelitian dan menjawab permasalahan yang

dirumuskan secara lebih mendalam.

G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

triangulasi sumber. Triangulasi sumber menurut Patton (dalam Moleong,

2006: 178) berarti membandingkan dan mengecek balik derajat

kepercayaan suatu info yang diperoleh melalui waktu dan alat yang

berbeda dalam penelitian kualitatif. Misalnya dengan membandingkan

hasil wawancara dari informan yang satu dengan informan yang lain.

Page 73: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

58

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian

1. Deskripsi Kegiatan Lansia (BKL, TPL) di RW 11 Kepuh Kelurahan Klitren,

Kecamatan Gondokusuman, Yogyakarta

a. Kegiatan BKL dan TPL

BKL (Bina Keluarga Lansia) dan TPL merupakan kegiatan lansia

yang dilaksanakan secara rutin setiap bulannya di RW 11 Kepuh,

Kelurahan Klitren. TPL merupakan Taman Pendidikan Lansia, di Rw 11

kegiatan TPL dan Posyandu Lansia menjadi satu sehingga kegiatan

bersenang-senang dan pemeriksaan rutin dilaksanakan secara bersamaan

agar terwujudnya lanjut usia yang sehat, mandiri dan bahagia. BKL

merupakan kegiatan untuk keluarga yang mempunyai lansia agar mereka

mendapatkan pelajaran atau ilmu yang berhubungan dengan lansia atau

merawat lansia. kegiatan BKL dan TPL saling berhubungan karena dengan

adanya BKL, lansia menjadi termotivasi untuk mengikuti kegiatan.

BKL berdiri pada taun 2004 dan TPL berdiri pada tahun 2012.

Kemudian pelaksanaan BKL dan TPL ini terus berlanjut setiap bulan dan

sampai sekarang yang terus dikelola oleh kader-kader dan masyarakat

setempat.

b. Letak Geografis

BKL dan TPL merupakan kegiatan lansia di tingkat RW yang

memiliki tugas memberikan pelayanan bagi keluarga lansia dan pelayanan

Page 74: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

59

keseatan bagi lansia di masyarakat. dimana kegiatan ini beralamatkan di Rt

43 RW 11 Kepuh Gk 3/884 Kelurahan Klitren Kecamatan Gondokusuman

Kota Yogyakarta.

c. Tabel Jumlah Lansia RW 11

Tabel. 1. Jumlah Lansia

NO RT JUMLAH LANSIA TAHUN

1 40 11 lansia 2016

2 41 23 lansia 2016

3 42 8 lansia 2016

4 43 18 lansia 2016

5 44 14 lansia 2016

6 45 11 lansia 2016

Jumlah 85 lansia

d. Tabel Data Kader Kegiatan Lansia

Tabel. 2

Nama Kader Kegiatan lansia di RW 11 Kepuh

No Nama Usia Lama Menjadi Kader

1 Ibu Ynl 60 7 tahun

2 Ibu Hj. Nws 62 10 tahun

3 Ibu TR 61 12 tahun

4 Ibu SS 64 8 tahun

5 Ibu DQ 67 12 tahun

6 Ibu SS 64 10 tahun

7 Ibu RS 55 6 tahun

8 Ibu SR 57 8 tahun

9 Ibu SW 46 10 tahun

10 Ibu AR 42 5 tahun

Page 75: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

60

e. Struktur Organisasi

1) Kegiatan BKL

2) Kegiatan TPL

Gambar 2. Struktur Organisasi

KETUA

IBU SRI SUYATNI

WAKIL KETUA

IBU RUBIDI

SEKRETARIS

IBU SARJINAH

SUKIMAN

BENDAHARA

IBU Hj. NAWANGSIH

Page 76: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

61

f. Fasilitas

Fasilitas yang dimiliki oleh TPL ini berupa tempat pelaksanaan

kegiatan Posyandu yang berada dirumah Bapak RW, alat penimbangan

berat badan dan pengukuran tinggi badan, alat pengukur tekanan darah

(tensi), buku (buku KMS, buku pendaftaran), alat tulis (pensil dan

pulpen) meja dan kursi, kemudian tersedia juga obat-obatan yang

dibutuhkan oleh para lanjut usia. Sedangkan fasilitas yang dimiliki oelh

kegiatan BKL berupa meja, kursi, dan juga buku pelajaran.

2. Deskripsi Hasil Penelitian

Peran Bina Keluarga Lansia (BKL) dalam meningkatkan kesehatan lansia

terdiri dari :

a. Peran Keluarga dalam Meningkatkan Kesehatan Lansia

Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dan utama dalam

kehidupan manusia di mana ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia

sosial di dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya. Di dalam

keluarga, manusia pertama-tama belajar memperhatikan keinginan-

keinginan orang lain, belajar bekerja sama, bantu membantu, dan lain-lain.

Keluarga yang mempunyai lansia harus selalu memperhatikan kondisi

kesehatan lansia dikarenakan di usia yang sudah lanjut kesehatan menjadi

prioritas yang sangat penting sehingga peran keluarga sangat diharapkan.

Peran keluarga yang dijalankan tergantung dengan keluarga dan kondisi

kesehatan lansia.

Ibu SY selaku keluarga lansia mengungkapkan:

Page 77: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

62

“kalau peran khusus kesehatan Ibu ya sebagai anak saya

mengingatkan ibu buat jaga kesehatannya, tidak kecapekan, cek

kondisi kesehatan, selalu memotivasi Ibu untuk tetap jaga kesehatan

dan mengikuti TPLyang rutin dilaksanakan setiap bulan.”

Bapak AF selaku keluarga lansia juga mengungkapkan:

“perannya selalu mengingatkan Bapak buat jaga kesehatan, Bapak

ada riwayat sakit, jadi mengingatkan buat rutin minum obat, cek

kesehatan, memperhatikan pola makan, ya sederhana tapi dapat

meningkatkan kesehatan Bapak.”

Ibu WD mengungkapkan hal serupa bahwa:

“peran anak dalam meningkatkan kesehatan orang tua ya sederhana

saja mbak, selalu mengingatkan buat cek kesehatan, jaga kesehatan

mengatur makannya, kalau sudah lansia kan tidak sembarang

makanan dibolehkan. Memberi dukungan buat aktif di kegiatan

lansia khususnya yang berkaitan dengan kesehatan.”

Bapak Wdd selaku lansia mengungkapkan:

“anak mengingatkan agar selalu menjaga kesehatan, cek kesehatan,

minum obat, dan lainnya yang menyangkut kesehatan saya”

Berdasarkan hasil penelitian di atas peran keluarga terhadap lansia

khususnya untuk meningkatkan kesehatan adalah anggota keluarga selalu

memberikan dukungan kepada lansia agar lansia rutin memeriksakan

kondisi kesehatannya di kegiatan posyandu lansia atau kegiatan TPL.

Posyandu Lansia merupakan suatu forum komunikasi, alih teknogi dan

pelayanan kesehatan oleh masyarakat dan untuk masyarakat yang

mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia

khususnya lanjut usia (Depkes, 2001). Di RW 11 Kegiatan Posyandu Lansia

dilaksanakan secara bersamaan dengan kegiatan TPL. Adanya kegiatan ini

di Kampung RW 11 Kepuh Kelurahan Klitren, Kecamatan Gondokusuman,

kesehatan masyarakan lansia menjadi lebih terjamin. Keteraturan jadwal

Page 78: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

63

pelaksanaan juga memberi kenyamanan bagi anggota keluarga lansia untuk

teratur memeriksakan keluarga lansia di keluarganya. Maka perlu kiranya

meningkatkan kualitas penyuluhan dan sosialisasi tentang manfaat TPL

tersebut. tidak kalah pentingnya adalah dukungan dari semua pihak, agar

menjadi sinergi positif untuk meningkatkan pelayanan bagi para lansia

tersebut.

Sasaran kerja TPL di Kampung RW 11 Kepuh Kelurahan Klitren,

Kecamatan Gondokusuman adalah kelompok pra usia lanjut 45-59 tahun,

usia lanjut 60 tahun keatas dan kelompok usia lanjut resiko tinggi 70 tahun

keatas. Hal tersebut ternyata sejalan dengan WHO yang menetapkan

batasan usia lansia berupa 45-59 (middle age), 60-74 tahun (elderly), 76-90

tahun (old) dan 90 tahun keatas (very old).

Selama ini kegiatan TPL berjalan dengan baik. Terbukti para lansia

merasakan kebermanfaatan dari kegiatan tersebut. Namun daripada itu,

masih ada beberapa hal yang perlu dievaluasi. Seperti kasus yang terjadi

adalah posyandu lansia tersebut ternyata hanya ramai pada awal kegiatan

saja, sedangkan semakin hari peserta TPL tersebut semakin berkurang. Dari

hasil pengamatan peneliti selama melaksanakan penelitian, ternyata masih

banyak lansia yang tidak datang ke TPL Kampung kepuh tersebut. Dari

hasil rekapitulasi daftar hadir selama tiga bulan terakhir, didapat data

sebagai berikut:

Page 79: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

64

Tabel. 3. Data kehadiran lansia

NO BULAN HADIR TIDAK

HADIR

KET

1 Juni 27 58

2 Agustus 32 53

3 September 38 47

Berdasarkan data tabel di atas bisa diketahui bahwa dari 85 lansia yang

terdaftar hanya sekitar 30 lansia saja yang aktif mengikuti posyandu lansia.

Ketidakhadiran lansia disebabkan oleh beberapa alasan, diantaranya sakit

ataupun tidak ada yang mengantar. Selain alasan tersebut, ketidakhadiran

lansia juga dikarenakan rasa malas yang timbul dari dalam diri dan kurangnya

motivasi dari keluarga. Mencermati tabel kehadiran lansia di atas bisa

dikatakan bahwa hanya sekitar 30 lansia yang aktif hadir di TPL setiap

bulannya. Jika dibandingkan dengan jumlah total anggota lansia di RW 11

Kepuh yang berjumlah 85 orang, maka bisa dikatakan keaktifan lansia di RW

tersebut hanya 35%.

Tabel. 4. Jadwal TPL RW 11 Kepuh Kelurahan Klitren, Kecamatan

Gondokusuman

NO TEMPAT JADWAL

POSYANDU

DOKTER

1 Posyandu RW 11 Kepuh 5 April 2016 Ada

2 Posyandu RW 11 Kepuh 5 Mei 2016 Ada

Page 80: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

65

3 Posyandu RW 11 Kepuh 5 Agustus 2016 Ada

4 Posyandu RW 11 Kepuh 5 September2016 Ada

5 Posyandu RW 11 Kepuh 5 Oktober 2016 Ada

Dari tabel di atas bisa dipahami bahwa di RW 11 Kepuh terdapat satu

TPL. Kegiatan tersebut dijadwalkan setiap tanggal 5 di setiap bulannya.

Keteraturan jadwal tersebut sangat membantu bagi keluarga yang mempunyai

lansia agar bisa menjadwalkan agenda hariannya. Pasalnya tidak sedikit dari

lansia yang merasa sudah terlalu sulit untuk berjalan jauh, kesulitan mencari

tumpangan dan lain sebagainya. Kegiatan TPL yang berjalan dengan baik dan

terjadwal akan sangat membantu lansia dalam mendapatkan pelayanan

kesehatan dasar, sehingga kualitas kesehatan mereka lebih bisa terjaga dengan

baik dan optimal. Dengan adanya dokter di setiap pelaksanaan kegiatan, maka

lansia lebih bersemangat untuk mengikuti kegiatan TPL.

b. Peran Kader dalam meningkatkan Kesehatan Lansia

RW 11 Kepuh merupakan perkampungan yang memilik kegiatan lansia

terlengkap dan aktif diantara RW lainnya di kelurahan Klitren. Salah satu

kegiatan yang aktif adalah BKL (Bina Keluarga Lansia). BKL sendiri adalah

usaha untuk menjadikan keluarga sebagai pembina lansia dalam rumah

tangganya merupakan suatu nuansa yang baru. Seluruh keluarga harus bisa

memberikan suasana yang tenteram tetapi dinamis agar lansia yang tinggal

dalam rumah bisa menikmati sisa hidupnya secara produktif dan bahagia

untuk meningkatkan pengetahuan serta keterampilan keluarga yang memiliki

Page 81: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

66

lanjut usia dalam pengasuhan, perawatan, pemberdayaan lansia agar dapat

meningkatkan kesejahteraannya.

Selain itu, ada pula kegiatan TPL yang bermanfaat untuk mengetahui

perkembangan kondisi kesehatan lansia. Tetapi tidak sedikit lansia yang tidak

mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan diperoleh hasil latar belakang lansia mengikuti kegiatan lansia.

Ibu SS selaku kader mengungkapkan bahwa:

“kalau TPL karena lansia sendiri ingin cek kesehatan dan bertemu

dengan lansia-lansia yangg lain, kalau yang BKL karena lansia atau

keluarga yang mempunyai lansia ingin menambah ilmu atau pengetauan

yang berkaitan dengan lansia.”

Bapak Ksr selaku lansia di RW 11 mengungkapkan bahwa:

“daripada tidak ada kerjaan dirumah mending ikut kegiatan, bisa tambah

pengetahuan, bisa mengetahui kondisi kesehatan, bisa tambah teman,

banyak hal-hal positif yang didapatkan.”

Berdasarkan pernyataan di atas, terlihat bahwa yang melatar belakangi

lansia mengikuti kegiatan lansia adalah adanya kemauan dari dalam diri lansia

sendiri untuk aktif dalam kegiatan.

Di dalam kegiatan lansia, khususnya yang TPL terdapat orang-orang yang

berperan penting dalam meningkatkan kesehatan lansia, salah satunya adalah

kader.

Ibu SS selaku kader mengungkapkan bahwa:

“perannya mengingatkan para lansia agar tetap ikut kegiatan khsusunya

saat pelaksanaan posyandu lansia, agar mereka bisa cek kesehatan dan

tau kondisi keseatan mereka.”

Ibu DQ mengungkapkan hal serupa :

Page 82: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

67

“mengingatkan lansia agar selalu cek kesehatan, ikut di kegiatan

posyandu lansia, cek tensi, kadang ada lansia yang arus dioyakoyak agar

mengikuti posyandu lansia.”

Ibu Sm selaku lansia mengungkapkan bahwa:

“sudah baik mbak, bagus, semua kader sudah menjalankan perannya

dengan maksimal. Kader selalu memberi motivasi kepada lansia agar

mengikuti kegiatan yang ada.”

Berdasarkan hasil penelitian di atas peran dari kader itu sendiri khusunya

untuk meningkatkan kesehatan lansia adalah kader sebagai motivator. Peran

kader dalam pelayanan motivasi sangat berpengaruh pada lansia untuk

mengikuti kegiatan. Karena motivasi itu adala suatu penggerak agar lanjut usia

senang dalam memeriksakan dirinya serta ikut dalam kegiatan pelaksanaan

TPL. Oleh karena itu kader selalu memberikan dukungan, motivasi kepada

lansia agar tertib mengikuti kegiatan TPL dan lansia dapat mengatahui kondisi

kesehatan. Selain memberikan motivasi, peran kader lansia juga mendampinga

lansia saat pelaksanaan kegiatan, melakukan pemeriksaan tensi, berat badan,

dan sebagainya.

c. Faktor pendukung dan penghambat lansia mengikuti kegiatan TPL

Dalam setiap kegiatan tentunya tidak lepas dari adanya faktor pendukung

dan penghambat. Dalam kegiatan lansia yang ada di RW 11 Kepuh terdapat

beberapa faktor pendukung yang mampu mengaktifkan para lansia dalam

mengikuti kegiatan lansia. Dari hasil pengamatan dan wawancara yang

dilakukan oleh peneliti bahwa yang menjadi faktor pendukung adalah:

1) Adanya kemauan dari diri sendiri

Page 83: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

68

Kemauan dari dalam diri merupakan salah satu faktor pendukung

yang sangat berpengaruh dalam melakukan aktivitas lansia di kegiatan

yang ada. Seperti yang diungkapkan ole Ibu SS selaku kader bahwa:

“faktor pendukungnya yang pasti dari diri sendiri ada niat untuk

mengikuti kegiatan dan kader serta keluarga selalu memberi

motivasi.”

Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak “SH” selaku keluarga

lansia bahwa:

“faktor pendukungnya ya otomatis dari diri sendiri untuk ikut

dalam kegiata lansia jadi ada semangatnya”

Tidak lain dengan Ibu WJ bahwa:

“faktor pendukungnya dari diri sendiri, semangat mengikuti

kegiatan dan adannya dukungan dari keluarga, dari kader juga.”

2) Adanya dukungan dari keluarga

Keluarga juga sering memberi motivasi dan dukungan kepada lansia

agar para lansia lebih semangat dalam mengikuti kegiatan. Seperti yang

diungkapkan oleh Bapak AF selaku keluarga lansia bahwa

“faktor pendukungnya dari keluarga selalu memberi dukungan

maupun motivasi, senang karena bisa cek kesehatan,”

Hal serupa juga diungkapkan oleh Ibu SY selaku keluarga lansia

bahwa:

“faktor pendukungnya adanya dukungan dari keluarga jadi

semangat mengikuti kegiatan lansia, rumah dekat dengan tempat

kegiatan, terus dukungan dari kader yang selalu memberi

motivasi.”

Ibu HM selaku lansia mengungkapkan bahwa:

“faktor pendukungnya adalah adanya motivasi dukungan dari anak-

anak, keinginan dari diri sendiri,”

Page 84: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

69

3) Rasa solidaritas yang tinggi

Rasa solidaritas juga menjadi faktor pendukung Lansia untuk

mengikuti kegiatan oleh karena itu mereka bisa bertemu dengan sesama

lansia dan bersosialisasi serta bisa berkomunikasi dengan teman lansia

yang umurnya sebaya, atau hanya sekedar bertemu dengan lansia lain

dapat menambah semangat buat mengikuti kegiatan. Seperti yang

diungkapkan oleh Ibu DQ selaku kader bahwa:

“faktor pendukungnya yaitu ada dukungan dan ingin bertemu

teman-teman lansianya.”

Hal senada juga diungkapkan oleh Ibu WD selaku keluarga lansia

bahwa:

“faktor pendukungnya ya ingin bertemu dengan teman-temannya,

bersosialisasi dengan lainnya jadi mempunyai semangat”

Ibu SM selaku lansia juga mengungkapkan bahwa:

“faktor pendukungnya adalah ingin bersosialisasi dengan teman-

teman lansia lainnya, ingin cek kesehatan,kader yang aktij jadi

menambah semangat buat aktif di kegaiatan lansia juga.”

Bapak WD mengungkapkan bahwa:

“faktor pendukungnya karena selalu ada dukungan dari keluarga,

bisa bertemu teman-teman lansia lainnya.”

Dari hasil wawancara di atas perlu adanya faktor pendukung dalam

menjalankan kegiatan lansia. dengan adanya faktor-faktor pendukung akan

sangat membantu dalam meningkatkan keaktifan lansia dalam mengikuti

kegiatan lansia di RW 11 Kepuh Kelurahan Klitren Kecamatan

Gondokusuman Yogyakarta.

Page 85: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

70

Di samping faktor pendukung, terdapat pula faktor penghambat

lansia dalam mengikuti kegiatan. Faktor penghambat tersebut akan

berpengaruh terhadap proses pelaksanaan dan keaktifan lansia.

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan kader,

keluarga lansia, dan lansia bahwa yang menjadi faktor penghambat adalah

karena memang tidak ada kemauan dari dalam diri lansia dan motivasi

untuk aktif dikegiatan. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu DQ selaku kader

bahwa:

“Faktor penghambatnya yaitu diri sendiri lansia yang memang

tidak pengen aktif dalam kegiatan lansia.”

Selain tidak ada kemauan dari diri sendiri, cuaca dan tidak ada

anggota keluarga yang mengantar juga terkadang menjadi penghambat

lansia untuk tidak berangkat saat kegiatan berlangsung. Seperti yang

diungkapkan ole Ibu EK selaku keluarga lansia menyatakan bahwa:

“kalau cuaca tidak mendukung atau pas tidak ada yang mengantar.”

Ibu HM selaku lansia juga mengungkapkan bahwa:

“kalau cuaca tidak mendukung atau pas tidak ada yang mengantar.”

Ibu WJ selaku lansia mengungkapnak bahwa:

“faktor pengambatnya itu kalau lagi hujan atau lagi ada acara jadi

tidak datang pas kegiatan berlangsung.”

Hal-hal kecil seperti di atas yang menjadi faktor penghambat lansia

untuk datang saat kegiatan berlangsung, tetapi tetap banyak yang mengikuti

kegiatan lansia karena memang para lansia senang dan mempunyai kemauan

dari diri sendiri untuk aktif di kegiatan tersebut.

Page 86: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

71

B. Pembahasan

Peran Bina Keluarga Lansia (BKL) dalam meningkatkan kesehatan lansia

terdiri dari:

1. Peran Keluarga dalam Meningkatkan Kesehatan Lansia

Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu

menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar lansia ke tempat

kegiatan. Mengingatkan lansia jika lupa jadwal TPL dan berusaha

membantu mengatasi segala permasalahan bersama lansia. Seringkali pada

lansia terdapat penurunan memori sehingga mereka lupa terhadap jadwal

kegiatan TPL serta terjadi penurunan fungsi tubuh sehingga membutuhkan

bantuan orang lain apabila pergi ke suatu tempat, termasuk pergi ke TPL.

Dukungan keluarga yang diberikan pada lansia dalam pemanfaatan

TPL didapatkan dari keluarga yang terdiri dari anak, suami, cucu, ataupun

keluarga dekat lainnya. Dukungan tersebut diwujudkan dalam bentuk

mengingatkan jadwal kegiatan posyandu, menganjurkan untuk datang ke

posyandu, menemani ditempat kegiatan dan mengantar ke TPL. Senada

dengan itu, Indah dan Kartinah (2010) mengatakan dalam bukunya, bahwa

mayoritas dukungan keluarga terhadap lansia untuk mengikuti kegiatan

Posyandu tergolong baik. Hal ini berarti keluarga responden telah

memberikan dukungan bagi lansia untuk aktif di kegiatan TPL keluarga

juga selalu memperhatikan kebutuhan lansia, mau mendengar keluhan

lansia, dan memberikan bantuan untuk aktifitas lansia sehari-hari. Sesuai

Page 87: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

72

dengan pendapat Friedman (2008) bahwa keluarga berfungsi sebagai sistem

pendukung bagi anggotanya.

Keluarga merupakan motivator agar lansia mau berperan aktif dalam

TPL tersebut. Disinilah Bina Keluarga Lansia (BKL) hadir untuk

memberikan fasilitas atau kemudahan bagi lansia untuk mengamalkan

kemampuan dan keterampilan yang dimiliki, memberikan pembinaan

keagamaan, memberikan pembinaan fisik, pembinaan psikis/ mental dan

pembinaan sosial ekonomi. (BKKBN, 2009: 22)

Menarik benang merah dari wawancara peneliti dengan para lansia,

mereka mengemukakan beberapa hal yang mereka butuhkan dan sebaiknya

terpenuhi. Beberapa hal tersebut berupa:

1) Kebutuhan spiritual yang berupa tuntunan ibadah, atas dasar jiwa

lansia sudah cenderung lebih fokus untuk memperbanyak ibadah

demi bekal di hari kemudian.

2) Kebutuhan fisik meliputi sandang, pangan, papan, dan kesehatan.

3) Kebutuhan psikis yang berupa perasaan untuk merasa dianggap,

dibutuhkan dan dihargai oleh keluarga dan lingkungan sekitar.

4) Kebutuhan sosial yang berupa ruang bagi lansia untuk berinteraksi

dengan masyarakat sekitar.

5) Kebutuhan Ekonomi, secara manusiawi lansia juga masih punya

keinginan untuk berkarya dan memenuhi keinginannya yang

berhubungan dengan roda perekonomian.

Page 88: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

73

Beberapa kebutuhan di atas merupakan kebutuhan dasar yang

setidaknya harus dipahami oleh keluarga lansia maupun kader lansia.

Dengan demikian maka akan terjadi sinergi positif, akan saling memahami

satu dengan yang lain dan akhirnya bisa mewujudkan lansia yang potensial

dan sehat. Jika berbagai kebutuhan dasar tersebut tidak bisa dipahami oleh

kader lansia maka mereka akan gagal mengajak lansia untuk berperan aktif

dalam kegiatan TPL.

Hasil penelitian menunjukkan BKL RW 11 Kepuh Kelurahan

Klitren, Kecamatan Gondokusuman menunjukkan peran aktif interaktif

terhadap peningkatan kesehatan lansia di Kampung tersebut. Semua

keluarga yang mempunyai lansia memperhatikan kesehatan baik secara

fisik maupun psikis. Terbukti mereka memperhatikan pola makan lansia,

memperhatikan gizi lansia, memberikan kasih sayang dan perhatian

kepada lansia tersebut, kenyamanan, bahkan menyempatkan waktu untuk

antar-jemput ke tempat kegiatan

Setiap keluarga memahami bahwa lansia sangat memerlukan kasih

sayang dari keluarga karena keluarga memegang peran penting dalam

mewujudkan kondisi lansia baik secara lahir dan batin. Dengan rasa kasih

sayang tersebut akan menciptakan perasaan ikhlas dan senang merawat

lansia. tanpa syarat dalam cinta kasih yang diberikan.

2. Peran Kader dalam Meningkatkan Kesehatan Lansia

Lansia atau lanjut usia merupakan tahap akhir perkembangan

kehidupan manusia. Dengan bertambahnya usia manusia maka otomatis

Page 89: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

74

akan terjadi penuaan dan mulai mengalama masalah kesehatan, seperti

kulit kendur dan keriput, mudah lelah, tidak lincah, gigi tanggal, dan lain

sebagainya. secara singkat bisa dikatakan bahwa seseorang dalam kondisi

lansia akan mengalami penurunan performa berbagai kemampuan gerak

aktivitas. Dengan demikian maka perlu adanya usaha lansia yang

bersangkutan untuk menjaga kondisi dirinya. Di samping itu juga lansia

membutuhkan bantuan dari seseorang yang lebih muda untuk membantu

menjaga dan membantu apa yang dibutuhkan lansia tersebut.

Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi masalah lansia tersebut.

Salah satu kebijakan Departemen Kesehatan RI dalam pembinaan usia

lanjut adalah dengan upaya peningkatan kesehatan dan kemampuan untuk

mandiri agar selama mungkin dapat produktif dan berperan aktif dalam

pembangunan. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dibutuhkan peran

serta aktif lanjut usia untuk mengikutinya. Kegiatan TPL dilakukan untuk

meningkatkan kesehatan lanjut usia, termasuk kesehatan jiwanya, serta

meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap keberadaan lanjut usia.

Berdasarkan hal tersebut bisa dikatakan bahwa keberadaan TPL

sangatlah penting. Dengan adanya kegiatan tersebut para lansia bisa

menambah wawasan bagaimana memperlakukan dirinya sebaik mungkin

agar dalam kondisi lansia tetap bisa maksimal menjaga kebugaran dirinya.

Berdasarkan hasil wawancara juga ternyata para lansia tersebut merasa

senang dengan adanya kegiatan TPL tersebut. Banyak manfaat yang bisa

Page 90: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

75

mereka dapatkan, seperti memperoleh informasi kesehatan, bertemu

sesama lansia yang lain, menghilangkan jenuh, dan lain sebagainya.

Namun demikian, masih ada sebagaian lansia yang belum mengikuti

TPL tersebut. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi yang sampai ke

mereka dan kurang adanya rasa kesadaran lansia tersebut akan pentingnya

kegiatan tersebut. Bahkan masalah teknis juga kadang menjadi kendala

bagi para lansia, seperti sudah berat untuk jalan kaki menuju tempat

posyandu, tidak ada sanak saudara yang bisa antar jemput, dan lain

sebagainya. Akhirnya mereka memilih untuk tetap diam diri dirumah

masing-masing.

Lansia yang tidak mengikuti TPL biasanya tidak mendapatkan

berbagai informasi mengenai lansia. Dengan demikian maka lansia

tersebut akan sedikit sekali mengetahui berbagai tips bagaimana menjaga

kebugaran dirinya. Akhirnya lansia yang tidak mengikuti TPL akan

mempunyai peluang lebih besar untuk terserang berbagai gangguan

kesehatan. Padahal kesehatan tersebut sangat penting bagi lansia yang

mana notabene imunitas kekebalan tubuhnya mulai menurun.

Mengatasi hal tersebut, kader lansia hadir sebagai kader yang

bertugas membantu menangani lansia yang bekerjasama dengan Bina

Keluarga Lansia (BKL). Beberapa tugas kader lansia diantaranya adalah

mengelola kelompok BKL, melakukan penyuluhan, melakukan kunjungan

rumah, melakukan pembinaan, melakukan rujukan, melakukan pencatatan,

Page 91: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

76

melakukan pengembangan KS, melakukan konsultasi kepada PLKB, dan

berperan sebagai tim pembina. (BKKBN, 2009, 15)

Tidak sembarang orang bisa menjadi kader lansia. Kader lansia

dibentuk atas dasar tertentu, diantaranya harus memenuhi syarat berupa

wanita atau pria telah berkeluarga dan aktif di masyarakat, dapat

membaca, menulis dan berkomunikasi dengan baik, bertempat tinggal di

lokasi kegiatan, sehat jasmani dan rohani, bersedia mengikuti latihan/

orientasi/ magang, bersedia menjadi kader dan menjalankan tugas secara

sukarela. Orang yang berjiwa besar dan yang memenuhi syarat saja yang

bisa menjadi kader lansia, dengan harapan bisa memberikan bakti kerja

maksimal untuk mengurusi para lansia di daerahnya.

Data yang ditemukan di lapangan bahwa jumlah kader lansia aktif di

RW 11 Kepuh Kelurahan Klitren, Kecamatan Gondokusuman berjumlah

10 orang. Mereka sudah bekerja semaksimal mungkin untuk

mensosialisasikan mengenai kegiatan TPL tersebut. Dengan segala

kemampuan dan kreativitas mereka berusaha menjelaskan manfaat

posyandu lansia, jadwal pelaksanaan dan lain sebagainya.

Pemberitahuan atau sosialisasi tentang TPL tersebut dilaksanakan

dengan cara datang dari rumah ke rumah warga yang mempunyai anggota

keluarga lansia di RW 11 Kepuh Kelurahan Klitren, Kecamatan

Gondokusuman. Kader juga melakukan kerjasama dengan tokoh agama

dan tokoh masyarakat agar penyuluhan lebih mudah diberikan kepada

kepada warga lansia. Dalam sosialisasi tersebut kader juga menggali

Page 92: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

77

informasi mengenai lansia yang bersangkutan, mulai dari kondisi

kesehatan, pola makan, kesibukan dirumah, perlakuan anggota keluarga,

dan berbagai keluhan lain yang dialami oleh lansia tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian di atas peran dari kader itu sendiri

khusunya untuk meningkatkan kesehatan lansia adalah kader sebagai

motivator. Peran kader dalam pelayanan motivasi sangat berpengaruh pada

lansia untuk mengikuti kegiatan. Karena motivasi itu adalah suatu

penggerak agar lanjut usia senang dalam memeriksakan dirinya serta ikut

dalam kegiatan pelaksanaan kegiatan. Di hal ini kader selalu memberikan

dukungan, motivasi kepada lansia agar tertib mengikuti kegiatan TPL agar

mereka para lansia mengatahui kondisi kesehatan.

Kader lansia RW 11 Kepuh Kelurahan Klitren, Kecamatan

Gondokusuman juga berperan aktif dalam kegiatan TPL. Kader juga

melakukan pembinaan dan pendampingan terhadap lansia, membantu

menimbang berat badan, mengukur tekanan darah, pemnerian PMT dan

berbagai tugas yang bisa dikerjakan dengan dampingan petugas. Hal

tersebut dilakukan sebagai bentuk peran serta kader TPL terhadap upaya

meningkatkan kesehatan lansia itu sendiri. Bahkan untuk menghilangkan

rasa penat para lansia tersebut, sesekali kader lansia mengajak anggota

TPL untuk rekreasi. Kegiatan rekreasi lansia tersebut ternyata

berpengaruh positif. Para anggota lansia yang mengikuti rekreasi tersebut

mengaku bahwa mereka merasa senang, hilang semua penat dan kondisi

badan mereka menjadi lebih baik.

Page 93: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

78

3. Faktor Pendukung dan Penghambat Lansia Mengikuti Kegiatan

Lansia

Hasil studi pendahuluan diketahui bahwa kesiapan TPL di RW 11

Kepuh Kelurahan Klitren, Kecamatan Gondokusuman sudah baik, yang

mana dibuktikan dengan tenaga kesehatan yang memadahi, kader yang

komunikatif dan peralatan pemeriksaan kesehatan yang cukup. Beberapa

yang tersedia di TPL tersebut seperti alat pengukur tekanan darah,

pemeriksaan status gizi, dan pemerikasan kadar gula dan lain sebagainya.

Dilihat dari keaktifan kader dari sejumlah 10 orang, berdasarkan

pengamatan peneliti rata-rata yang hadir 5-8 orang di setiap kegiatan.

Ketidak hadiran tersebut menunjukkan bahwa peran kader masih kurang

maksimal, sehingga berdampak pada penanganan lansia yang mengikuti

posyandu tersebut. disamping itu juga lansia yang aktif hanya sekitar 30

orang saja, selebihnya hanya datang sesekali bahkan ada beberapa yang

sudah tidak pernah datang.

Berbagai upaya dilaksanakan untuk mewujudkan masa tua yang

sehat, bahagia, berdaya guna dan produktif untuk lanjut usia. Namun

berbagai faktor pendukung dan fakor yang menghambat lancarnya TPL

selalu ada. Beberapa faktor pendukung dan faktor penghambat TPL ini

adalah:

a. Faktor pendukung

Dalam setiap kegiatan tentunya tidak lepas dari adanya faktor

pendukung dan penghambat. Dalam kegiatan lansia yang ada di RW 11

Page 94: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

79

Kepuh Kelurahan Klitren, Kecamatan Gondokusuman terdapat

beberapa faktor pendukung yang mampu mengaktifkan para lansia

dalam mengikuti kegiatan lansia. dari hasil pengamatan dan wawancara

yang dilakukan oleh peneliti bahwa yang menjadi faktor pendukung

adalah:

1) Adanya kemauan dari diri sendiri

Niat atau kemauan dari diri sendiri merupakan salah satu faktor

pendukung yang sangat berpengaruh dalam keaktifan lansia di

kegiatan yang ada.

2) Adanya dukungan dari keluarga

Keluarga juga sering memberi motivasi dan dukungan kepada

lansia agar para lansia lebih semangat dalam mengikuti kegiatan.

3) Keaktifan Kader

Kader aktif dalam setiap kegiatan menjadi penyemangat lansia

untuk selalu ikut dalam pelaksanaan kegiatan.

4) Rasa solidaritas yang tinggi

Rasa solidaritas juga menjadi faktor pendukung, dengan Lansia

mengikuti kegiatan maka mereka bisa bertemu dengan sesama

lansia dan bersosialisasi dan bisa berkomunikasi dengan teman

lansianya, atau anya seksedar bertemu dengan lansia lain dapat

menamba semangat buat mengikuti kegiatan.

Di samping faktor pendukung, terdapat plan faktor penghambat lansia

dalam mengikuti kegiatan lansia. Faktor pengambat tersebut akan

Page 95: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

80

berpengaru terhadap proses pelaksanaan dan keaktifan lansia. Dari hasil

pengamatan dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan kader,

keluarga lansia, dan lansia bahwa yang menjadi faktor penghambat adalah

karena memang tidak ada kemauan dari dalam diri lansia untuk aktif

dikegiatan.

Selain tidak ada kemauan dari diri sendiri, cuaca dan tidak ada

anggota keluarga yang mengantar juga terkadang menjadi penghambat

lansia untuk tidak berangkat saat kegiatan berlangsung.

Hal-hal kecil seperti di atas yang menjadi faktor penghambat lansia

untuk datang saat kegiatan berlangsung, tetapi tetap banyak yang mengikuti

kegiatan lansia karena memang para lansia senang dan mempunyai kemauan

dari diri sendiri untuk aktif di kegiatan tersebut.

b. Faktor penghambat

Program TPL di RW 11 Kepuh Kelurahan Klitren Kecamatan

Gondokusuman Yogyakarta masih menghadapi beberapa masalah,

Beberapa diantaranya adalah:

1) Faktor Umur

Di umur yang sudah tidak muda lagi, sebagian lansia sudah

malas untuk mengikuti kegiatan di karenakan mereka berfikir di usia

senja sudah tidak bisa untuk rutin mengikuti kegiatan, sehingga

mereka lebih memilih untuk berdiam diri di rumah.

2) Dukungan keluarga

Page 96: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

81

Keluarga merupakan pihak yang bersinggungan langsun

dengan lansia, dimana mereka berkumpul menjadi satu setiap hari.

Namun ada beberapa anggota keluarga yang terpaksa tidak bisa

antar-jemput lansia ke posyandu karena alasan kesibukan pekerjaan.

Disamping itu kepedulian tetangga sekitar untuk menolong

menghantarkan ke tempat posyandu juga masih kurang. Akhirnya

lansia terpaksa hanya duduk dirumah saja.

3) Kurangnya kesadaran

Kurangnya kesadaran akan manfaat kegiatan, sebagian lansia

berfikir mengikuti kegiatan tidak ada manfaatnya sehingga mereka

memilih untuk tidak berangkat saat pelaksanaan kegiatan.

Page 97: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

82

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil temuan data di lapangan yang telah disajikan,

dianalisis dan diinterpretasikan di atas, maka pada bab ini dibuat sebuah

kesimpulan dalam rangka menjawab rumusan masalah penelitian. Selain itu

penulis juga akan merekomendasikan saran-saran.

1. Peran keluarga dalam meningkatkan kesehatan lansia

a. Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu

menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar lansia ke tempat

pelaksanaan kegiatan. BKL RW 11 Kepuh Kelurahan Klitren,

Kecamatan Gondokusuman

b. Semua keluarga yang mempunyai lansia memperhatikan kesehatan baik

secara fisik maupun psikis. Terbukti mereka memperhatikan pola

makan lansia, memperhatikan gizi lansia, memberikan kasih sayang dan

perhatian kepada lansia tersebut, kenyamanan, bahkan menyempatkan

waktu untuk antar-jemput ke tempat kegiatan

2. Peran kader lansia

a. Peran dari kader itu sendiri khusunya untuk meningkatkan kesehatan

lansia adalah kader sebagai motivator. Peran kader dalam pelayanan

motivasi sangat berpengaruh pada lansia untuk mengikuti kegiatan.

Motivasi itu adalah suatu penggerak agar lanjut usia senang dalam

memeriksakan dirinya serta ikut dalam kegiatan.

Page 98: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

83

b. peran kader lansia juga mendampingi lansia saat pelaksanaan kegiatan.

c. melakukan pemeriksaan tensi, berat badan, pemberian PMT.

3. Faktor pendukung

Dalam setiap kegiatan tentunya tidak lepas dari adanya faktor pendukung

dan penghambat. Dalam kegiatan lansia yang ada di RW 11 Kepuh

Kelurahan Klitren, Kecamatan Gondokusuman terdapat beberapa faktor

pendukung yang mampu mengaktifkan para lansia dalam mengikuti

kegiatan lansia. Dari hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan

oleh peneliti bahwa yang menjadi faktor pendukung adalah:

a. adanya kemauan dari diri sendiri.

b. adanya dukungan dari keluarga

c. keaktifan Kader

d. rasa solidaritas yang tinggi.

4. Faktor penghambat

Sedangkan faktor penghambat lansia dalam mengikuti kegiatan TPL

disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:

a. Faktor umur

b. Dukungan keluarga

c. Kurangnya kesadaran di dalam diri lansia.

B. Saran

Dalam kesempatan kali ini peneliti juga memberi beberapa saran

konstruktif dengan tujuan lebih baik di kedepannya kelak. Beberapa saran

dari peneliti berupa:

Page 99: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

84

1. Bagi kader kegiatan Lansia di RW 11 Kepuh Kelurahan Klitren

Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta

a) Perlu menambah jumlah kader untuk meningkatkan pelayanan

dalam kegiatan lansia.

b) Perlunya meningkatkan komunikasi dan kerjasama yang bagus

antar kader dalam kegiatan lansia.

c) Perlunya sosialisasi tentang manfaat kegiatan TPL agar semakin

banyak yang mengikuti kegiatan TPL.

2. Bagi lansia

Bagi lansia diharapkan untuk lebih aktif berpartisipasi dalam

kegiatan lansia dan datang secara rutin setiap pelaksanaana kegiatan.

3. Bagi Keluarga

Keluarga selalu memberikan dukungan motivasi kepada lansia agar

tetap aktif di kegiatan dan melakukan pendampingan kepada lansia,

khususnya untuk lansia yang sudah tidak kuat sendiri ke tempat

kegiatan TPL.

Page 100: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

85

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Abu Ahmadi. (2002). Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.

Argyo Demartoto.(2006). Pelayanan Sosial Non Panti Bagi Lansia.Surakarta:

Sebelas Maret University Press.

BKKBN. (2009). Materi Penyuluhan Bina Keluarga Lansia (BKL). Yogyakarta:

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Biro Ketahanan Fisik

Keluarga Sejatera.

_______. (2011). Bina Keluarga Lansia (BKL). Yogyakarta: Perwakilan Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi DIY.

Farida Hanum.(2008). Menuju Hari Tua Bahagia. Yogyakarta: UNY Press.

Hasan Alwi. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Bandung: Refika Aditama.

Irawan Soehartono.(2005). Metode Penelitian Sosial. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Koentjaraningrat. (1972). Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Dian

Rakyat.

Lilik Ma’rifatul Azizah. (2011). Keperawatan Lanjut Usia.Yogyakarta: Graha

Ilmu.

Miles, Mathew B dan A.M. Huberman.(1992). Analisis Data Kualitatif. Jakarta:

UI Press.

Moleong, Lexy.(2011). Metodologi Penelitian Kulitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Poerwadarminta. (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Ravik Karsidi. (2007). Sosiologi Pendidikan. Solo: UNS Press.

Rita Eka, dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press.

Siti Bandiyah. (2009). Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha

Medika.

Siti Maryam R.S, dkk. 2011). Mengenal Usia Lanjut dan Keperawatannya.

Jakarta: Salemba Medika.

Page 101: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

86

Siti Partini Suadirman. (2011).Psikologi Usia Lanjut.Yogyakarta: Gajah Mada

University Press.

Soerjono Sukanto. (2010). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suharsimi Arikunto.(1997). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta.

Umiyatun Nawawi.(2009). Sehat Dan Bahagia di Usia Senja.Yogyakarta:

Dianloka.

Utami Munandar. 2001). Psikologi Perkembangan Pribadi. Jakarta: UI Press

SKRIPSI

Chairunnisa Martanti. (2000). Peranan Taman Pendidikan Lanjut Usia (TPL)

dalam Peningkatan Kualitas Hidup Lanjut Usia di Kecamatan

Gondokusuman. Skripsi. UNY.

Swastika Dela Prabandewi. (2014). Peran pekerja Sosial di Panti Sosial Tresna

Werdha (PSTW) Yogyakarta Unit Budi Luhur dalam Meningkatkan

Kesejahteraan Lanjut Usia. Skripsi. UNY.

LAIN- LAIN

Badan Pusat Statistik. (2010). Statistik Penduduk Lanjut Usia Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta. Diakses dari bps.go.id pada tanggal 5 Mei 2016.

Kartika Ratna Pertiwi. Yandu Lansia. Jurdik Biologi FMIPA UNY

Yogyakarta.http://staff.uny.ac.id/. Di akses pada 16 April 2013.

Ezi Eriani. (2014). Bina Keluarga lansia (BKL). Diakses dari

http://repository.unib.ac.id/8661/1/I,II,III,I-14-ezi-FK.pdf. Pada hari Rabu, 8

Juni 2016, pukul 14:35 WIB.

Ernie Martsiswati & Yoyon Suryono. (2014). Peran Orang Tua dan Pendidik

dalam Menerapka Perilaku Disiplin Terhadap Anak Usia Dini. Diakses dari

http://journal.uny.ac.id/index.php/jppm/article/view/2688/2241, pada

tanggal 26 Oktober 2016, pukul 09:20 WIB

Komisi Nasional Lansia. (2010). Pedoman Active Ageing (Penuaan Aktif) Bagi

Pengelola dan Masyarakat. Jakarta: Komnas Lansia. Diakses dari

http://www.komnaslansia.go.id/ pada tanggal 22 maret 2016, pukul 20:17

WIB.

Page 102: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

87

___________________(2010). Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia.

Jakarta: Komnas Lansia. Diakses dari http://www.komnaslansia.go.id/ pada

tanggal 26 April, pukul 20.00 WIB.

___________________.(2010). Profil Peduduk lanjut Usia Jakarta: Komnas

Lansia. Diakses dari http://www.komnaslansia.go.id/ pada tanggal 23 Maret

2016, pukul 21: 24 WIB.

Undang-undang RI no. 23 tahun 1992

Undang-Undang RI No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia

Pemerintah Republik Indonesia No 43 tahun 2004

Page 103: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

88

LAMPIRAN

Page 104: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

89

Lampiran 1. Pedoman Observasi

PEDOMAN OBSERVASI

Secara garis besar dalam pengamatan (observasi) mengamati Peran Bina

Keluarga Lansia (BKL) dalam Meningkatkan Kesehatan Lansia Melalui Kegiatan

TPL di Rw 11 Kepuh Kelurahan Klitren kecamatan Gondokusuman Kota

Yogyakarta, diantaranya meliputi:

1. Mengamati lokasi dan keadaan di kegiatan lansia.

2. Mengamati pelayanan keluarga yang diberikan kepada lansia.

3. Mengamati fasilitas-fasilitas yang tersedia di Posyandu Lansia.

4. Mengamati Proses kegiatan Lansia.

5. Mengamati bagaimana peran keluarga dalam kehidupan lansia.

6. Mengamati bagaimana peran kader dalam pelaksanaan kegiatan lansia.

7. Mengamati faktor pendukung dalam meningkatkan kesehatan lansia.

8. Mengamati faktor penghambat dalam meningkatkan kesehatan lansia.

Page 105: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

90

Lampiran 2. Pedoman Dokumentasi

PEDOMAN DOKUMENTASI

1. Melalui Arsip Tertulis

a. Tujuan dan Latar belakang berdirinya kegiatan Lansia (TPL dan BKL)

b. Struktur kepengurusan TPL dan BKL

c. Arsip data lanjut usia yang ada di Rw 11 Kepuh Kelurahan Klitren,

kecamatan Gondokusuman

2. Foto

a. Tempat atau fisik kegiatan TPL dan BKL

b. Tempat atau fisik rumah lansia atu keluarga

c. Fasilitas yang dimiliki TPL

d. Kegiatan-kegiatan yang berlangsung pada saat pelaksanaan kegiatan

Page 106: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

91

Lampiran 3. Pedoman Wawancara

PEDOMAN WAWANCARA

PERAN BINA KELUARGA LANSIA DALAM MENINGKATKAN

KESEHATAN LANSIA MELALUI KEGIATAN TPL DI RW 11 KEPUH

KELURAHAN KLITREN KECAMATAN GONDOKUSUMAN KOTA

YOGYAKARTA

Key Informan : Ketua BKL RW 11 Kepuh

Hari, Tanggal :

Identitas Responden

1. Nama : (laki-laki/ perempuan)

2. Usia :

3. Jabatan :

4. Agama :

5. Pekerjaan :

6. Alamat :

7. Pendidikan Terakhir :

Pertanyaan

1. Apakah Visi dan Misi dari Bina Keluarga Lansia (BKL)?

2. Bagaimana sejarah berdirinya kegiatan BKL?

3. Apa saja jenis kegiatan atau pelayanan dalam BKL?

4. Bagaimanakan sarana dan prasarana saat kegiatan BKL berlangsung?

Page 107: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

92

5. Apakah program kegiatan yang dilakukan tersebut sesuai dengan

kebutuhan lansia?

6. Bagaimana keaktifan kader dalam pelaksanaan kegiatan ini?

7. Apakah keluarga yang mempunyai lansia selalu mengikuti kegiatan ini?

Page 108: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

93

PEDOMAN WAWANCARA

PERAN BINA KELUARGA LANSIA DALAM MENINGKATKAN

KESEHATAN LANSIA MELALUI KEGIATAN TPL DI RW 11 KEPUH

KELURAHAN KLITREN KECAMATAN GONDOKUSUMAN KOTA

YOGYAKARTA

Key Informan : Kader kegiatan Lansia

Hari, Tanggal :

Identitas Responden

1. Nama : (laki-laki/ perempuan)

2. Usia :

3. Jabatan :

4. Agama :

5. Pekerjaan :

6. Alamat :

7. Pendidikan Terakhir :

Pertanyaan

1. Apa yang melatar belakangi lansia mengikuti kegiatan ini?

2. Apakah saat kegiatan lansia dapat bersosialisasi dengan sesama lansia?

Jika iya bagaimana cara bersosilisasi?

3. Apaka ada lansia yang diantar oleh anggota keluarganya saat mengikuti

kegiatan? Jika iya apa alasannya?

Page 109: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

94

4. Apakah semua lansia yang ada di RW 11 Kepuh aktif mengikuti

kegiatan ini?

5. Upaya apa yang dilakuka kader untuk meningkatkan keaktifan lansia

dalam mengikuti kegiatan?

6. Upaya apa yang dilakukan kader dalam meningkatkan kesehatan lansia?

7. Apakah peran kader dalam pelaksanaan kegiatan posyandu lansia?

8. Sejauh ini apakah peran kader dalam melaksanakan tugasnya sudah

sangat membantu lansia?

9. Hambatan apa yang ditemui kader dalam menjalankan perannya?

10. Apakah faktor pendukung untuk tetap menjalankan perannya sebagai

kader?

11. Apakah faktor pendukung dan penghambat lansia dalam mengikuti

kegiatan lansia?

Page 110: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

95

PEDOMAN WAWANCARA

PERAN BINA KELUARGA LANSIA DALAM MENINGKATKAN

KESEHATAN LANSIA MELALUI KEGIATAN TPL DI RW 11 KEPUH

KELURAHAN KLITREN KECAMATAN GONDOKUSUMAN KOTA

YOGYAKARTA

Key Informan : Keluarga yang mempunyai lansia

Hari, Tanggal :

Identitas Responden

1. Nama : (laki-laki/ perempuan)

2. Usia :

3. Jabatan :

4. Agama :

5. Pekerjaan :

6. Alamat :

7. Pendidikan Terakhir :

Pertanyaan

1. Bagaimana cara keluarga memperhatikan lansia?

2. Bagaimana cara keluarga merawat lansia?

3. Apakah keluarga selalu memperhatikan kondisi kesehatan lansia?

4. Jika lansia sakit, apa tindakan dari keluarga?

5. Bagaimana peran anggota keluarga dalam meningkatkan kesehatan

lansia?

Page 111: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

96

6. Apakah ada hambatan dalam menjalankan perannya?

7. Saat pelaksanaan kegiatan lansia di RW 11 Kepuh, apakah sebagai

anggota keluarga memberi motivasi kepada lansia untuk mengikuti

kegiatan? Jika iya, apa bentuk motivasinya?

8. Dalam kegiatan TPLatau kegiatan yang lainnya, apakah dari anggota

keluarga ada yang mengantar atau lansia datang sendiri?

9. Apakah keluarga mendukung lansia untuk aktif dalam kegiatan lansia

yang ada?

10. Apakah faktor pendukung dan penghambat lansia dalam mengikutu

kegiatan lansia?

Page 112: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

97

PEDOMAN WAWANCARA

PERAN BINA KELUARGA LANSIA DALAM MENINGKATKAN

KESEHATAN LANSIA MELALUI KEGIATAN TPL DI RW 11 KEPUH

KELURAHAN KLITREN KECAMATAN GONDOKUSUMAN KOTA

YOGYAKARTA

Key Informan : Lansia

Hari, Tanggal :

Identitas Responden

1. Nama : (laki-laki/ perempuan)

2. Usia :

3. Jabatan :

4. Agama :

5. Pekerjaan :

6. Alamat :

7. Pendidikan Terakhir :

Pertanyaan

1. Apakah Bapak/Ibu selalu mengikuti kegiatan lansia yang ada?

2. Apaka Bapak/Ibu selau memperhatikan kondisi kesehatan?

3. Apakah anggota keluarga selalu memberi motivasiatau dukungan

supaya Bapak/Ibu aktif dalam kegiatan lansia?

4. Menurut Bapak/Ibu, apakah anggota keluarga sudah merawat

Bapak/Ibu dengan baik?

Page 113: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

98

5. Saat akan menghadiri kegiatan lansia, apakah pihak keluarga ada yang

mengantar atau Bapak/Ibi datang sendiri?\

6. Bagaimana menurut Bapak/Ibu peran dari keluarga dalam

meningkatkan kesehatan dak keaktifan Bapak/Ibu mengikuti kegiatan

lansia?

7. Bagaimana menurut Bapak/Ibu peran kader dalam kegiatan lansia?

8. Apakah faktor pendukung dan penghambat Bapak/Ibu dalam mengikuti

kegiatan lansia?

Page 114: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

99

Lampiran 4 . Hasil Wawancara

A. Wawancara kader

1. Apa yang melatar belakangi lansia mengikuti kegiatan ini?

SS : kalau kegiatan TPL atau TPLkarena lansia sendiri ingin cek

kesehatan dan bertemu dengan lansia-lansia yangg lain, kaau yan BKL

karena lansia atau keuarga yang mempunyai lansia ingin menambah

ilmu atau pengetauan yang berkaitan dengan lansia.

DQ : yang TPL karena ansia ingin cek keseatan atau seksedar

bersosialisasi dengan lansia lainnya, yang BKL karena ingin mendapat

pelajaran tentang lansia.

2. Apakah saat kegiatan lansia dapat bersosialisasi dengan sesama lansia? Jika

iya bagaimana cara bersosilisasi?

SS : tentunya dapat bersosialisasi mbak, karena dalam kegiatan lansia

para lansia saling ngobrol, cerita-cerita.

DQ :iya pastinya mbak. Cara bersosialisasinya ya dengan sesama lansia

saling berkomunikasi.

3. Apaka ada lansia yang diantar oleh anggota keluarganya saat mengikuti

kegiatan? Jika iya apa alasannya?

SS : ada yang diantar dan ada yang berangkat sendiri. Kadang yang

karena sakit, sudah tidak kuat jalan kaki, ruma jauh, dan macem-

macem.

DQ :tentu mbak, sekian dari lansia yang mengikuti kegiatan pasti ada yang

diantar, faktornya karena sudah tua, sakit.

Page 115: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

100

4. Apakah semua lansia yang ada di RW 11 Kepuh aktif mengikuti kegiatan

ini?

SS : sebagian besar aktif dalam kegiatan lansia

DQ : tidak semua tetapi banyak yang aktif.

5. Upaya apa yang dilakukan kader untuk meningkatkan keaktifan lansia

dalam mengikuti kegiatan?

SS : selalu memberi motivasi kepada lansia agar tetap aktif mengikuti

kegiatan

DQ : memberi dukungan kepada lansia dan selalu kegiatan lansia tidak

hanya itu-itu saja, kadang bisa diselingi dengan piknik agar lansia

semakin bersemangat.

6. Upaya apa yang dilakukan kader dalam meningkatkan kesehatan lansia?

SS : yang sederhana ya mengingatkan lansia untuk cek kesehatannya

DQ : tidak lupa cek kesehatan rutin.

7. Apakah peran kader dalam meningkatkan kesehatan lansia?

SS : perannya meningatkan para lansia agar tetap ikut kegiatan

khsusunya saat pelaksanaan posyandu lansia, agar mereka bisa cek

kesehatan dan tau kondisi keseatan mereka.

DQ :menginatkan lansia agar selalu cek kesehatan, ikut di kegiatan

posyandu lansia, cek tensi, kadang ada lansia yang arus dioyakoyak

agar mengikuti posyandu lansia.

8. Sejauh ini apakah peran kader dalam melaksanakan tugasnya sudah sangat

membantu lansia?

Page 116: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

101

SS : iya tentu saja sudah

DQ : ya pastinya

9. Hambatan apa yang ditemui kader dalam menjalankan perannya?

SS : alhamdulilla saya anggap tidak ada hambatan mbak.

DQ : hambatannya soal dana

10. Apakah faktor pendukung untuk tetap menjalankan perannya sebagai kader?

SS : sudah senang dan nyaman dalam menjalankan tugas kader jadinya ya

selalu dinikmati saja.

DQ : senang dan keluarga selalu mendukung

11. Apakah faktor pendukung dan penghambat lansia dalam mengikuti kegiatan

lansia?

SS : faktor pendukungnya yang pasti dari diri sendiri ada niat untuk

mengikuti kegiatan dan kader serta keluarga selalu membero motivasi.

Faktor penghambatnya terkadang malas atau yang tidak kuat jalan

tidak ada yang mengantar.

DQ :faktor pendukungnya yaitu ada dukungan dan ingin bertemu teman-

teman lansianya. Faktor penghambatnya yaitu diri sendiri lansia yang

memamng tidak pengen aktif dalam kegiatan lansia.

B. WAWANCARA KELUARGA LANSIA

1. Bagaimana cara keluarga memperhatikan/merawat lansia?

Bp AF : cara keluarga merawat lansia yaitu selalu memperhatikan

kesehatan, pola makannya, pokoknya merawat orang tua itu harus

dengan penuh kasih sayang, kalau Bapak tipenya tidak merepotkan

Page 117: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

102

anak-anaknya. Selagi Bapak bisa sendiri Beliau tidak meminta

tolong kepada anak-anaknya.

Bp SH : cara keluarga ya sederhana saja mbak, selayaknya anak mengurus

orang tuanya. Alhamdulillah Bapak masih diberi kesehatan,

jadinya Bapak masih bisa melakukan sendiri kegiatan sehari-hari.

Ibu SY : caranya ya biasa mbak, mengingatkan buat makan, minum obat,

cek kesehatan. kalau diruma ibu itu tidak bisa diam mbk, jadi apa-

apa dikerjain, saya sering mengingatkan kalau capek tak suruh

istirahat, mentingin kesehatannta. Ya giu aja mbak perhatiannya.

Ibu WD :ya biasa mbk, meningatkan makan, minum obat, jaga kesehatan,

ya yang sederhana saja.

Ibu EK : mengingatkan buat jaga kesehatan, tidak kecapekan gtu aja

mbak. Kalau waktunya ibu kontrol diingatkan, diantar juga.

2. Apakah keluarga selalu memperhatikan kondisi kesehatan lansia?

Bp AF : selalu, kesehatan penting apalagi kalau sudah lansia

Bp SH : pastinya selalu memperhatikan kondisi kesehatannya, cek

kesehatan juga.

Ibu SY : iya mbak

Ibu Wd : kalau kesehatan Ibu anak-anaknya pasti selalu memperhatikan

Ibu EK : tentu saja, keseatan buat Ibu itu penting.

Page 118: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

103

3. Jika lansia sakit, apa tindakan dari keluarga?

Bp AF : tindakan dari keluarga kalau memang arah ya langsung bawa ke

dokter atau rumah sakit, kalau ringan minum obat saja.

Bp SH : periksa ke dokter atau beli obat tergantung sakitnya para atau

ringan

Ibu SY : periksa dokter mbak.

Ibu Wd : beli obat atau periksa ke dokter

Ibu EK : periksa dokter, masalahnya Ibu sudah lansia juga dan sering

sakit, jadi langsung dokter

4. Bagaimana peran anggota keluarga dalam meningkatkan kesehatan lansia?

Bp AF : perannya ya selalu mengingatkan Bapak buat jaga kesehatan,

Bapak an ada riwayat sakit, jadi mengingatkan buat rutin minum

obat, cek kesehatan, memperhatikan pola makan, ya sederhana

tapi dapat meningkatkan keseatan Bapak.

Bp SH : Ya menjaga pola makan beliau, cek kesehatan beliau, karena

sudah tua kanjadi tentan sakit mbak. Pinter-pinternya kita aja jaga

kesehatan orang tua.

Ibu SY : kalau peran khusus kesehatan Ibu ya sebagai anak saya

mengingatkan ibu buat jaga kesehatannya, tidak kecapekan, cek

kondisi kesehatan, selalu memotivasi Ibu untuk tetap jaga

kesehatan dan mengikuti TPLyang rutin dilaksanakan setiap

bulan.

Page 119: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

104

Ibu Wd : peran anak dalam meningkatkan kesehatan orang tua ya

sederhana saja mbak, selalu mengingatkan buat cek kesehatan,

jaga kesehatan mengatur makannya, kalau sudah lansia kan tidak

sembarang makanan dibolehkan. Memberi dukungan buat aktif di

kegiatan lansia khususnya yang berkaitan dengan kesehatan.

Ibu EK : perannya ya memberi perhatian tentang kesehatan beliaua,

menjaga kesehatan tidak usah terlalu capek, melakukan hal-hal

positif agar kesehatan beliau tetap terjaga.

5. Apakah ada hambatan dalam menjalankan perannya?

Bp AF : tidak ada.

Bp SH : kalau hambatan tidak ada.

Ibu SY : alhamdulillah ttidak ada mbak, insyaallah dalam merawat orang

tua sendiri tidak menemui hambatan

Ibu Wd : tidak ada hambatan buat orang tua sendiri

Ibu EK : tidak ada.

6. Saat pelaksanaan kegiatan lansia di RW 11 Kepuh, apakah sebagai anggota

keluarga memberi motivasi kepada lansia untuk mengikuti kegiatan? Jika

iya, apa bentuk motivasinya?

Bp AF : iya mbak memotivasi agar ikut kegiatan lansia

Bp SH : iya memberi motivasi

Ibu SY : iya memotivasi, mengingatkan kalau ada kegiatan, terkadang

beliau lupa, jadi saya yang mengingatkan.

Page 120: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

105

Ibu Wd : mengingatkan kalau ada kegiatan lansia,ya itu motivasi sederhana

saja mbak, agar tetap semangat mengikuti kegiatan lansia.

Ibu EK : iya memotivasi Ibu agar mengikuti kegiatan lansia, siap

mengantar karena kalau bernagkat sendiri sudah tidak kuat.

7. Dalam kegiatan TPLatau kegiatan yang lainnya, apakah dari anggota

keluarga ada yang mengantar atau lansia datang sendiri?

Bp AF : kalau orang tua saya berangkat sendiri.

Bp SH : berangkat sendiri, bareng sama lansia lainnya.

Ibu SY : berangkat sendiri

Ibu Wd :berangkat sendiri, kecuali kalau lagi capek atau kondisi badan

kurang fit baru diantar.

Ibu EK : diantar mbak, selain jauh Ibu juga sudah tidak kuat kalau jalan

jauh, jadi selalu diantar

8. Apakah keluarga mendukung lansia untuk aktif dalam kegiatan lansia yang

ada?

Bp AF : iya mendukung

Bp SH : selalu mendukung karena hal positif

Ibu SY : iya mendukung mbak, karena dengan kegiatan ini lansia

khususnya orang tua saya menjadi aktif dan ada kegiatan di

kampung ini. Dapat bertemu dan kumpul sama lansia-lansia

lainnya.

Ibu Wd : mendukung mbak, agar ada kegiatan dan bersosialisasi dengan

lainnya.

Page 121: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

106

Ibu EK : mendukung, biar aktif di kegiatan yang ada di kampung ini, tidak

hanya di rumah saja, biar bisa berinteraksi dengan lansia lainnya.

9. Apakah faktor pendukung dan penghambat lansia dalam mengikuti kegiatan

lansia?

Bp AF : faktor pendukungnya dari keluarga selalu memberi dukungan

maupun motivasi, senang karena bisa cek kesehatan, faktor

penghambatnya pas lagi ada acara jadi tidak ikut kegiatan.

Bp SH : faktor pendukungnya ya otomatis dari diri sendiri untuk ikut

dalam kegiata lansia jadi ada semangatnya, faktor penghambatnya

mungkin tidak ada ya mbak.

Ibu SY : faktor pendukungnya adanya dukungan dari keluarga jadi

semangat mengikuti kegiatan lansia, rumah dekat dengan tempat

kegiatan, faktor penghambatnya mungkin kalau Ibu lagi pergi atau

ada acara di luar jadi tidak bisa ikut, tetapi terkadang walaupun ada

acara pasti pulang sebelum waktu kegiatan lansia dimulai.

Ibu Wd : faktor pendukungnya ya ingin bertemu dengan teman-temannya,

bersosialisasi dengan lainnya jadi mempunyai semangat, bisa cek

kesehatan tidak harus ke rumah sakit. Faktor penghambatnya

menurut saya idak ada, masalahnya itu merupakan hal posiif.

Ibu EK : faktor pendukungnya yaitu kalau Ibu kan memang senang dengan

kegiatan lansia, jadi beliau suda mempunyai semangat dari dalam

dirinya untuk mengikuti kegiatan lansia, ditamban dengan motivasi

Page 122: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

107

dari keluarganya. Faktor penghambatnya kalau cuaca tidak

mendukung atau pas tidak ada yang mengantar.

C. WAWANCARA LANSIA

1. Apakah Bapak/Ibu selalu mengikuti kegiatan lansia yang ada?

Bp Wdd : iya mbak

Bp Ksr : iya

Ibu Sm : tentu mbak

Ibu Wj : mengikuti kalo pas tidak ada acara

Ibu Hm : iya mbak

2. Apaka Bapak/Ibu selalu memperhatikan kondisi kesehatan?

Bp Wdd : kalau masalah kesehatan selalu mbak, karena saya punya

riwayat penyakit

Bp Ksr : tentu, kesehatan itu penting

Ibu Sm : pastinya, kesehatan tetap diutamakan mbak, kalau pas

kegiatan TPLselalu cek tensi, kalau ada keluan ya minta

obat.

Ibu Wj : iya, apalagi kalau sudah umur kayak gini, kondisi

kesehatan sangat penting

Ibu Hm : sealu mbak, kesehatan buat saya kalau sudah lansia seperti

ini sangat penting jadi harus selalu diperhatikan.

3. Apakah anggota keluarga selalu memberi motivasi atau dukungan supaya

Bapak/Ibu aktif dalam kegiatan lansia?

Bp Wdd : iya, anak saya malah senang kalo saya mengikuti kegiatan

lansia

Page 123: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

108

Bp Ksr : iya, keluarga terutama anak saya mendukung

Ibu Sm : iya, keluarga selalu mendukung, malah anak saya jadi

aktif di kegiatan-kegiatan yan ada disini

Ibu Wj : pastinya selalu mendukun, biar ada kegiatan juga

Ibu Hm : iya anak saya mendukung, kalau saya lupa tanggal ya

selalu diingatkan

4. Menurut Bapak/Ibu, apakah anggota keluarga sudah merawat Bapak/Ibu

dengan baik?

Bp Wdd : iya tentunya

Bp Ksr : iyaa

Ibu Sm : sudah merawat dengan baik sekali

Ibu Wj : pastinya merawat dengan baik dan rasa sayang

Ibu Hm :iya merawat dan memperhatikan dengan baik

5. Saat akan menghadiri kegiatan lansia, apakah pihak keluarga ada yang

mengantar atau Bapak/Ibu datang sendiri?

Bp Wdd : tidak, saya berangkat sendiri

Bp Ksr : saya berangkat sendiri, masih kuat mbak

Ibu Sm : berangkat sendiri mbak, Cuma dekat kok.

Ibu Wj : berangkat sendiri

Ibu Hm :kalau pas lagi kondisi tidak sehat ya diantar mbak, tapi

seringnya diantar karena sudah tidak kuat jalan jauh. Capek.

Page 124: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

109

6. Bagaimana menurut Bapak/Ibu peran dari keluarga dalam meningkatkan

kesehatan ?

Bp Wdd : anak mengingatkan agar selalu menjaga kesehatan, cek

kesehatan, minum obat, dan lainnya yang menyangkut

kesehatan saya.

Bp Ksr : selalu memberi mmotivasi, mengingatkan untuk tetap jaga

kesehatan.

Ibu Sm : selalu nyuruh jaga kesehata, pola makan, tidak kecapekan,

ya memperhatikan kondisi kesehatan.

Ibu Wj : meningatkan buat cek kesehatan, mengikutu posyandu

lansia, sederhana saja mbak.

Ibu Hm : mengingtakan untuk selalu jaga kesehatan.

7. Bagaimana menurut Bapak/Ibu peran dari keluarga dalam keaktifan

Bapak/Ibu mengikuti kegiatan lansia?

Bp Wdd : perannya sudah baik, mengingatkan saya kalau ada

kegiatan lansia. kalau

Bp Ksr : bagus mbak, memberi motivasi untuk selalu mengikuti

kegiatan lansia.

Ibu Sm : perannya memberi dukungan ataupun motivasi agaar saya

ikut kegiatan lansia

Ibu Wj : mengingatkan dan memberi motivasi

Page 125: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

110

Ibu Hm :anak saya mengingingatkan saya kalau ada kegiatan lansia,

masalanya saya kadang lupa, anak saya juga mengantar ke

tempat kegiatan berlangsung.

8. Bagaimana menurut Bapak/Ibu peran kader dalam kegiatan lansia?

Bp Wdd : peran kader menurut saya suda bagus mbak.

Bp Ksr : sudah baik mbak.

Ibu Sm : sudah baik mbak, bagus, semua kader suda menjalankan

perannya dengan maksimal. Kader selalu memberi motivasi

kepada lansia agar mengikuti kegiatan yang ada.

Ibu Wj : menurut saya sudah bagus mbak.

Ibu Hm : sudah mbak

9. Apakah faktor pendukung dan penghambat Bapak/Ibu dalam mengikuti

kegiatan lansia?

Bp Wdd : faktor pendukungnya karena selalu ada dukungan dari

keluarga, bisa bertemu teman-teman lansia lainnya. Faktor

penghambatnya paling kalau pas lagi pergi saja jadi tidak

bisa mengikuti kegiatan.

Bp Ksr : faktor pendukungnya itu ingin aktif di kegiatan lansia,

daripada nganggur dirumah, faktor pengambatnya kalau pas

sakit atau lagi keluar jadi tidak berangkat pas kegiatan.

Ibu Sm : faktor pendukungnya adalah ingin bersosialisasi dengan

teman-teman lansia lainnya, ingin cek kesehatan, faktor

Page 126: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

111

pengambatnya itu kalau lagi hujan atau lagi ada acara jadi

tidak datang pas kegiatan berlangsung.

Ibu Wj : faktor pendukungnya dari diri sendiri, semangat mengikuti

kegiatan dan adan dukungan dari keluarga, faktor

pengambatnya mungkin tidak ada ya, selagi bisa ikut

kegiatan ya datang.

Ibu Hm :faktor pendukungnya adalah adanya motivasi dukungan

dari anak-anak, keinginan dari diri sendiri,walaupun sudah

tua tapi tetap ingin menjaga silahturami dengan lansia

lainnya jadi ikut kegiatan yang ada. Faktor penghambatnya

palingan ya kalau pas hujan, ada acara, atau tidak ada yang

mengantar jadi tidak datang saat kegiatan dilaksanakan.

Page 127: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

112

Lampiran 5. Reduksi Display Data dan Kesimpulan Hasil Wawancara

Reduksi Display Data dan Kesimpulan Hasil Wawancara Peran Keluarga

dalam Meningkatkan Kesehatan Lansia Melalui Kegiatan BKL dan TPL di

Kepuh Rw 11 Kelurahan Klitren Kecamatan Gondokusuman Kota

Yogyakarta

1. Apa yang melatar belakangi lansia mengikuti kegiatan ini?

SS : kalau kegiatan TPL atau TPLkarena lansia sendiri ingin cek

kesehatan dan bertemu dengan lansia-lansia yang lain, kalau BKL

karena lansia atau keuarga yang mempunyai lansia ingin menambah

ilmu atau pengetauan yang berkaitan dengan lansia, selain itu lansia

juga ingin aktif di kegiaan.

DQ : ingin aktif tidak hanya dirumah, yang kegiatan TPL karena lansia

ingin cek kesehatan atau seksedar bersosialisasi dengan lansia

lainnya, yang BKL karena ingin mendapat pelajaran tentang lansia.

Kesimpulan : Latar belakang lansia menikuti kegiatan lansia adalah karena

lansia ingin aktif dalam kegiatan.

2. Upaya apa yang dilakukan kader untuk meningkatkan keaktifan lansia dalam

mengikuti kegiatan?

SS : selalu memberi motivasi kepada lansia agar tetap aktif mengikuti

kegiatan

Page 128: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

113

DQ : memberi dukungan kepada lansia dan selalu kegiatan lansia tidak

hanya itu-itu saja, kadang bisa diselingi dengan piknik agar lansia

semakin bersemangat.

Kesimpulan : kader selalu memberi dukunnagn dan motivasi agar lansia

aktif mengikuti kegiatan lansia.

3. Apakah peran kader dalam meningkatkan kesehatan lansia?

SS : perannya mengingatkan para lansia agar tetap ikut kegiatan

khsusunya saat pelaksanaan posyandu lansia, agar mereka bisa cek

kesehatan dan tau kondisi keseatan mereka.

DQ :mengingatkan lansia agar selalu cek kesehatan, ikut di kegiatan

posyandu lansia, cek tensi, kadang ada lansia yang arus dioyakoyak

agar mengikuti posyandu lansia.

Kesimpulan : peran kader dalam meningkatkan kesehatan lansia adalah

mengingatkan lansia untuk selalu cek kesehatan dan datang saat

kegiatan berlangsung agar bisa tahu kondisi kesehatannya.

4. Apakah keluarga selalu memperhatikan kondisi kesehatan lansia?

Bp AF : selalu, kesehatan penting apalagi kalau sudah lansia

Bp SH : pastinya selalu memperhatikan kondisi kesehatannya, cek

kesehatan juga.

Ibu SY : iya mbak

Ibu WD : kalau kesehatan Ibu anak-anaknya pasti selalu memperhatikan

Ibu EK : tentu saja, keseatan buat Ibu itu penting.

Page 129: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

114

Kesimpulan : keluarga selalu memperhatikan kondisi kesehatan lansia

karena memang keseatan penting sekali apalagi kalau sudah

berumur lansia.

5. Jika lansia sakit, apa tindakan dari keluarga?

Bp AF : tindakan dari keluarga kalau memang arah ya langsung bawa ke

dokter atau rumah sakit, kalau ringan minum obat saja.

Bp SH : periksa ke dokter atau beli obat tergantung sakitnya para atau

ringan

Ibu SY : periksa dokter mbak.

Ibu WdD : beli obat atau periksa ke dokter

Ibu EK : periksa dokter, masalahnya Ibu sudah lansia juga dan sering sakit,

jadi langsung dokter

Kesimpulan : jika lansia sakit keluarga langsung sigap membawa ke dokter

untuk periksa, jika sakit ringan keluarga membelikan obat saja.

6. Bagaimana cara keluarga memperhatikan/merawat lansia?

Bp AF : cara keluarga merawat lansia yaitu selalu memperhatikan

kesehatan, pola makannya, pokoknya merawat orang tua itu harus

dengan penuh kasih sayang, kalau Bapak tipenya tidak merepotkan

anak-anaknya. Selagi Bapak bisa sendiri Beliau tidak meminta

tolong kepada anak-anaknya.

Bp SH : cara keluarga ya sederhana saja mbak, selayaknya anak mengurus

orang tuanya. Alhamdulillah Bapak masih diberi kesehatan, jadinya

Bapak masih bisa melakukan sendiri kegiatan sehari-hari.

Page 130: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

115

Ibu SY : caranya ya biasa mbak, mengingatkan buat makan, minum obat,

cek kesehatan. kalau dirumah ibu itu tidak bisa diam mbk, jadi apa-

apa dikerjain, saya sering mengingatkan kalau capek tak suruh

istirahat, mentingin kesehatannta. Ya giu aja mbak perhatiannya.

Ibu WD :ya biasa mbk, meningatkan makan, minum obat, jaga kesehatan,

ya yang sederhana saja.

Ibu EK : mengingatkan buat jaga kesehatan, tidak kecapekan gtu aja mbak.

Kalau waktunya ibu kontrol diingatkan, diantar juga.

Kesimpulan : cara keluarga merawat lansia yaitu dengan selalu

memperhatikan kondisi kesehatan lansia, tidak hanya kesehatan

saja tetapi selalu merawat lansia dengan penuh kasih sayang.

7. Bagaimana peran anggota keluarga dalam meningkatkan kesehatan lansia?

Bp AF : perannya ya selalu mengingatkan Bapak buat jaga kesehatan,

Bapak an ada riwayat sakit, jadi mengingatkan buat rutin minum

obat, cek kesehatan, memperhatikan pola makan, ya sederhana tapi

dapat meningkatkan keseatan Bapak.

Bp SH : Ya menjaga pola makan beliau, cek kesehatan beliau, karena

sudah tua kanjadi tentan sakit mbak. Pinter-pinternya kita aja jaga

kesehatan orang tua.

Ibu SY : kalau peran khusus kesehatan Ibu ya sebagai anak saya

mengingatkan ibu buat jaga kesehatannya, tidak kecapekan, cek

kondisi kesehatan, selalu memotivasi Ibu untuk tetap jaga

kesehatan dan mengikuti TPLyang rutin dilaksanakan setiap bulan.

Page 131: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

116

Ibu WD : peran anak dalam meningkatkan kesehatan orang tua ya

sederhana saja mbak, selalu mengingatkan buat cek kesehatan, jaga

kesehatan mengatur makannya, kalau sudah lansia kan tidak

sembarang makanan dibolehkan. Memberi dukungan buat aktif di

kegiatan lansia khususnya yang berkaitan dengan kesehatan.

Ibu EK : perannya ya memberi perhatian tentang kesehatan beliaua,

menjaga kesehatan tidak usah terlalu capek, melakukan hal-hal

positif agar kesehatan beliau tetap terjaga.

Kesimpulan :peran keluarga terhadap lansia adalah selalu mengingatkan

lansia untuk jaga kesehatan. Kalau lansia sakit segera diperiksakan

ke dokter atau meminum obat.

8. Saat pelaksanaan kegiatan lansia di RW 11 Kepuh, apakah sebagai anggota

keluarga memberi motivasi kepada lansia untuk mengikuti kegiatan? Jika

iya, apa bentuk motivasinya?

Bp AF : iya mbak memotivasi agar ikut kegiatan lansia

Bp SH : iya memberi motivasi

Ibu SY : iya memotivasi, mengingatkan kalau ada kegiatan, terkadang

beliau lupa, jadi saya yang mengingatkan.

Ibu WD : mengingatkan kalau ada kegiatan lansia,ya itu motivasi sederhana

saja mbak, agar tetap semangat mengikuti kegiatan lansia.

Ibu EK : iya memotivasi Ibu agar mengikuti kegiatan lansia, siap

mengantar karena kalau bernagkat sendiri sudah tidak kuat.

Page 132: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

117

Kesimpulan : keluarga selalu memberi motivasi kepada lansia agar

mengikuti kegiatan yang dilaksanakan.

9. Apakah keluarga mendukung lansia untuk aktif dalam kegiatan lansia yang

ada?

Bp AF : iya mendukung

Bp SH : selalu mendukung karena hal positif

Ibu SY : iya mendukung mbak, karena dengan kegiatan ini lansia

khususnya orang tua saya menjadi aktif dan ada kegiatan di

kampung ini. Dapat bertemu dan kumpul sama lansia-lansia

lainnya.

Ibu WD : mendukung mbak, agar ada kegiatan dan bersosialisasi dengan

lainnya.

Ibu EK : mendukung, biar aktif di kegiatan yang ada di kampung ini, tidak

hanya di rumah saja, biar bisa berinteraksi dengan lansia lainnya.

Kesimpulan : keluarga mendukung lansia untuk mengikuti kegiatan

yang ada.

10. Apakah faktor pendukung dan penghambat lansia dalam mengikuti kegiatan

lansia?

SS : faktor pendukungnya yang pasti dari diri sendiri ada niat untuk

mengikuti kegiatan dan kader serta keluarga selalu membero

motivasi. Faktor penghambatnya terkadang malas atau yang tidak

kuat jalan tidak ada yang mengantar.

Page 133: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

118

DQ :faktor pendukungnya yaitu ada dukungan dan ingin bertemu

teman-teman lansianya. Faktor penghambatnya yaitu diri sendiri

lansia yang memang tidak pengen aktif dalam kegiatan lansia.

Bp AF : faktor pendukungnya dari keluarga selalu memberi dukungan

maupun motivasi, senang karena bisa cek kesehatan, faktor

penghambatnya pas lagi ada acara jadi tidak ikut kegiatan.

Bp SH : faktor pendukungnya ya otomatis dari diri sendiri untuk ikut

dalam kegiata lansia jadi ada semangatnya, faktor penghambatnya

mungkin tidak ada ya mbak.

Ibu SY : faktor pendukungnya adanya dukungan dari keluarga jadi

semangat mengikuti kegiatan lansia, rumah dekat dengan tempat

kegiatan, faktor penghambatnya mungkin kalau Ibu lagi pergi atau

ada acara di luar jadi tidak bisa ikut, tetapi terkadang walaupun ada

acara pasti pulang sebelum waSSu kegiatan lansia dimulai.

Ibu WD : faktor pendukungnya ya ingin bertemu dengan teman-temannya,

bersosialisasi dengan lainnya jadi mempunyai semangat, bisa cek

kesehatan tidak harus ke rumah sakit. Faktor penghambatnya

menurut saya idak ada, masalahnya itu merupakan hal posiif.

Ibu EK : faktor pendukungnya yaitu kalau Ibu kan memang senang dengan

kegiatan lansia, jadi beliau suda mempunyai semangat dari dalam

dirinya untuk mengikuti kegiatan lansia, ditamban dengan motivasi

dari keluarganya. Faktor penghambatnya kalau cuaca tidak

mendukung atau pas tidak ada yang mengantar.

Page 134: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

119

Bp Wdd : faktor pendukungnya karena selalu ada dukungan dari keluarga,

bisa bertemu teman-teman lansia lainnya. Faktor penghambatnya

paling kalau pas lagi pergi saja jadi tidak bisa mengikuti kegiatan.

Bp Ksr : faktor pendukungnya itu ingin aktif di kegiatan lansia, daripada

nganggur dirumah, faktor pengambatnya kalau pas sakit atau lagi

keluar jadi tidak berangkat pas kegiatan.

Ibu Sm : faktor pendukungnya adalah ingin bersosialisasi dengan teman-

teman lansia lainnya, ingin cek kesehatan, faktor pengambatnya itu

kalau lagi hujan atau lagi ada acara jadi tidak datang pas kegiatan

berlangsung.

Ibu Wj : faktor pendukungnya dari diri sendiri, semangat mengikuti

kegiatan dan adan dukungan dari keluarga, faktor pengambatnya

mungkin tidak ada ya, selagi bisa ikut kegiatan ya datang.

Ibu Hm :faktor pendukungnya adalah adanya motivasi dukungan dari anak-

anak, keinginan dari diri sendiri,walaupun sudah tua tapi tetap

ingin menjaga silahturami dengan lansia lainnya jadi ikut kegiatan

yang ada. Faktor penghambatnya palingan ya kalau pas hujan, ada

acara, atau tidak ada yang mengantar jadi tidak datang saat

kegiatan dilaksanakan.

Kesimpulan : faktor pendukung lansia mengikuti kegiatan diantaranta adanya

kemauan dari dalam diri lansia, adanya motivasi dari keluarga dan

dari kader. Faktor penghambatnya adalah rasa malas yang ada dari

Page 135: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

120

dalam lansia, cuaca yang tidak mendukung, tidak ada yang

mengantar.

Page 136: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

121

Lampiran 6. Catatan Lapangan

Catatan Lapangan 1

Tanggal : Maret 2016

Waktu : 18.30 – 19.00

Tempat : Balai Rw 11

Tema Kegiatan : memberikan surat ijin dari kampus

Deskripsi

Peneliti datang ke Balai RW 11 dengan membawa surat ijin observasi dari

kampus dan bertemu dengan Bapak RW yaitu Bapak Rahadi. Peneliti

menjelaskan maksud dan tujuan kedatangannya. Sebelumnya peneliti sudah

bertemu dengan Ketua BKL dan disarankan menyerahkan surat ijin yang

ditujukan untuk Ketua Rw. Setelah berbincang-bincang dengan Bapak Rahmadi,

peneliti menyerahkan surat ijin dari kampus dan meminta ijin untuk melakukan

penelitian di TPL dan kegiatan Bina Keluarga Lansia (BKL) dalam rangka

memenuhi tugas akhir. Dengan penelitian yang akan diambil yaitu peran keluarga

dalam meningkatkan kesehatan lansia.

Setelah surat diterima dan penelitian dijinkan. Peneliti akan melakukan

observasi awal guna mendapat data yang nantinya akan digunakan untuk

penyusunan proposal sktipsi.

Page 137: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

122

Catatan Lapangan 2

Tanggal : 5 April 2016

Waktu : 16.00 – 17.30

Tempat : TPLRW 11 Kepuh

Tema Kegiatan : Observasi awal

Deskripsi

Pada hari Selasa tanggl 5 April 2016 peneliti datang ke TPL di RW 11

Kepuh tepatnya di alaman rumah Bapak Rw untuk mengadakan observasi awal.

Ketika sampai disana keadaan TPL ini masih terlihat sepi. Namun, peneliti

sebelumnya sudah melakukan perjanjian dengan Ibu Yuna (selaku Ibu Rw) untuk

melakuka observas awal. Setelah kader dan lansia banyak yang datang, acara

TPLdimulai.

Peneliti langsung memperkenalkan diri serta menyampaikan bahwa

kedatangannya hari ini untuk meminta ijin melakukan pengamatan dan penelitian

di TPLini. Hasil dari pertemuan tersebut peneliti mengetahui pelaksanaan

kegiatan TPLyang diadakan di RW 11 Kepuh setiap satu bulan sekali yaitu setiap

tanggal 5. Selain Posyandu Lansia, peneliti juga akan melakukan pengamatan dan

penelitian di kegiatan Bina Keluarga Lansia (BKL) yang ada di RW 11 Kepuh

setiap tanggal 23. Setelah itu peneliti meminta ijin untuk mengikuti kegiatan

tersebut, hasilnya kader dan lansia mengijinkan peneliti mengikuti kegiatan –

kegiatan lansia pada setiap bulannya untuk observasi.

Page 138: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

123

Catatan Lapangan 3

Tanggal : 23 April 2013

Waktu : 16.00 – 17.30

Tempat : Rumah Warga

Tema Kegiatan : Observasi kegiatan Bina Keluarga Lansia (BKL)

Deskripsi

Dalam kegiatan ini peneliti mengikuti langsung kegiatan pelaksanaan BKL

di RW 11 Kepuh dengan tujuan melibatkan diri langsung dalam kegiatan agar

observasi atau pengamatan peneliti dapat lebih maksimal. Hasil dari observasi

peneliti memperoleh mengetahui apa saja kegiatan yang di lakukan.

Page 139: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

124

Catatan Lapangan 4

Tanggal : 5 Mei 2016

Waktu : 16.00 – 17.30

Tempat : TPL RW 11 Kepuh

Tema Kegiatan : mengikuti kegitan posyandu lansia

Deskripsi

Peneliti datang ke TPL dengan membawa surat ijin observasi dari kampus,

serta meminta ijin untuk melakukan penelitian di TPL dalam rangka tugas akhir.

Setelah surat diterima dan penelitian di ijinkan. Peneliti melakukan pengamatan

kegiatan tersebut dan melakukan wawancara sekilas tentang pelaksanaan TPL

yang nantinya akan digunakan untuk penyusunan proposal.

Page 140: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

125

Catatan Lapangan 5

Tanggal : 5 Agustus 2016

Waktu : 16.00 – 17.30

Tempat : TPL RW 11 Kepuh

Tema Kegiatan : Mengikuti Pelaksanaan TPL

Deskripsi

Peneliti datang ke TPL yang ada di Rw 11 Kepuh untuk mengikuti

kegiatan Posyandu langsung dengan melibatkan diri langsung dalam kegiatan

tersebut untuk mendapatkan data-data yang akan digunakan untuk melengkapi

penyusunan proposal skirpsi. Di sini peneliti mengamati langsung pelaksanaan

TPL sehingaa peneliti mendapatkan informasi dari pengamatannya.

Page 141: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

126

Catatan Lapangan 6

Tanggal : 29 Agustus 2016

Waktu : 16.00 – 17. 00

Tempat : Rumah Kader

Tema Kegiatan : Memberikan Proposal Skripsi dan surat ijin penelitian

Deskripsi

Peneliti datang ke salah satu rumah Kader yaitu Ibu “SS” dengan perihal

memberikan Proposal Skripsi serta surat ijin penelitian dari Dinas agar peneliti

dapat memulai penelitian serta pengambilan data terkait dengan Peran BKL dalam

meningkatnkan kesehatan Lansia. Hasilnya Ibu “SS” dngan senang hati akan

membantu peneliti selama penelitian dalam pengambilan data.

Page 142: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

127

Catatan Lapangan 7

Tanggal : 5 September 2016

Waktu : 16.00 – 17.30

Tempat : TPL

Tema Kegiatan : Mengikuti Pelaksanaan TPL dan wawancara Lansia

Deskripsi

Pada tanggal 5 September peneliti mendatangi lokasi TPL untuk kegiatan

pengambilan data salah satunya adalah mengetahui struktur kepengurusan. Selain

mengambil data, peneliti sebelumnya juga membantu kader mempersiapkan

peralatan yang di pakai saat kegiatan dan membantu kader mancatat berat badan

serta tensi dari lansia yang datang.

Page 143: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

128

Catatan Lapangan 8

Tanggal : 7 September 2016

Waktu : 10.00 – 13.00

Tempat : Rumah Lansia

Tema Kegiatan : Wawancara dengan lansia dan keluarga

Deskripsi

Pada hari ini peneliti melakukan wawancara dengan Ibu “Ksr” yang pada hari

sebelumnya sudah janjian. Peneliti mewawancarai lansia dengan pertanyaan yang

sudah disispkan yaitu mengenai kegiatan lansia yang ada di RW 11 Kepuh dan

peran keluarga. Ibu “Ksr” antusias dalam menjawab pertanyaan diselingi dengan

canda tawa.

Setelah selesai wawancara dengan Ibu “Ksr”, peneliti melakukan wawancara

dengan anaknya yaitu “SH”. Peneliti mewawancarai anggota keluarga lansia

terkait dengan peran keluarga dalam merawat dan memperhatikan lansia

khususnya kesehatan.

Setelah selesai dari rumah Ibu Ksr peneliti menuju ke rumah Bapak Wdd dan

kebetulan anaknya yaitu Bapak AF juga dirumah. Sama seperti sebelumnya

peneliti mengajukan beberapa pertanyaan kepada lansia dan anaknya. Mereka

menjawab pertanyaan dari peneliti dengan senag hati.

Page 144: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

129

Catatan Lapangan 9

Tanggal : 13 September 2016

Waktu : 14.00 – 15. 30

Tempat : Rumah Lansia

Tema Kegiatan : Wawancara dengan Lanjut usia

Deskripsi

Hari ini peneliti datang ke rumah Ibu Sm, sesampainya di rumah beliau ternyata

Ibu Sm lagi berpergian dan peneliti memutuskan untuk menunggu. Tidak lama

Ibu Sm sudah pulang dan menyambut peneliti dengan senyuman. Peneliti

melakukan wawancara yang terkait dengan kesehatan dan kegiatan lansia.

Sembari canda tawa Ibu Sm menjawab semua pertanyaan yang diajukan peneliti.

Setelah selesai peneliti menuju ke rumah anaknya Ibu Sm yaitu Ibu SY yang

kebetulan jarak rumanya hanya beberapa meter. Sesampainya di rumah Ibu SY

peneliti mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan peran keluarga

dalam meningkatkan kesehatan lansia.

Page 145: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

130

Catatan Lapangan 10

Tanggal : 23 September 2016

Waktu : 16.00 – 17. 30

Tempat :

Tema Kegiatan : Mengikuti Pelaksanaan Kegiatan BKL

Deskripsi

Peneliti datang ke tempat kegiatan BKL berlangsung. Di sini peneliti

mengikuti kegiatan sampai selesai. Kegiatan yang dilaksanakan diantaranya

bernyanyi dan keluarga lansia mendapat pelajaran atau ilmu tentang merawat

lansia. Setelah pelajaran selesai, peneliti melakukan wawancara dengan Ibu Wd

selaku anak dari lansia yaitu Ibu Wj. Peneliti mengajukan beberapa pertanyaan

dan dijawab baik oleh beliau. Selanjutnya peneliti meminta izin untuk melakukan

wawancara dengan Ibunda beliau yaitu Ibu Wj pada hari selanjutnya.

Page 146: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

131

Catatan Lapangan 11

Tanggal : 24 September 2016

Waktu : 09.30 – 10.30

Tempat : Rumah Lansia

Tema Kegiatan : Wawancara dengan Lanjut usia

Deskripsi

Hari ini peneliti mendatangi Ibu Wj untuk melakukan wawancara. Peneliti sudah

ditunggu oleh Ibu Wj karena memang sudah janjian. Sesi wawancarapun langsung

dilakukan, selama kurang lebih satu jam Ibu Wj berbagi cerita sambil menjawab

pertanyaan yang diajukan peneliti.

Page 147: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

132

Catatan Lapangan 12

Tanggal : 29 September 2016

Waktu : 13.00 – 14.30

Tempat : Rumah Lansia

Tema Kegiatan : Wawancara dengan Lanjut usia dan keluarga

Deskripsi

Pada hari ini peneliti melakukan wawancara dengan Ibu Hm. Peneliti

mewawancarai lansia dengan pertanyaan yang sudah disispkan yaitu mengenai

kegiatan lansia yang ada di RW 11 Kepuh dan peran keluarga. Setelah selesai

wawancara dengan Ibu Hm peneliti melakukan wawancara dengan anaknya yaitu

EK Peneliti mewawancarai anggota keluarga lansia terkait dengan peran keluarga

dalam merawat dan memperhatikan lansia khususnya kesehatan.

Page 148: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

133

Catatan Lapangan 13

Tanggal : 5 Oktober 2016

Waktu : 16.00 – 17.30

Tempat : Rumah Bapak RW

Tema Kegiatan : Mengikuti kegiatan TPL dan Posyandu Lansia

Deskripsi

Peneliti datang ke TPLuntuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan

mengikuti Kegiatan Posyandu. Pada kegiatan pelaksanaan Posyandu peneliti

mengambil dokumentasi berupa gambar, data dan buku yang dapat mendukung

peneliti dalam penulisan skripsi. Selain itu peneliti juga melakukan wawancara

dengan kader yaitu dengan Ibu SS dan Ibu DQ mengenai peran kader dalam

meningkatkan kesehatan lansia.

Page 149: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

134

Lampiran 7. Data Lansia RW 11 Kepuh

No Nama L/P Umur RT

1 Drs Sumaji L 61 40

2 Marjono L 66 40

3 Supartinah P 72 40

4 Endang Sudarwati P 63 40

5 Bambang Ismoyo L 62 40

6 Mujiono L 65 40

7 Supartini P 65 40

8 Widodo L 64 40

9 Condro L 70 40

10 Mariani P 66 40

11 Amalia Elisabeth P 62 40

12 Bepy P 67 41

13 Pawiro Setomo L 85 41

14 Turut Sulardi L 72 41

15 Martiyah P 65 41

16 Walgito L 63 41

17 Kasih P 61 41

18 Kambarti P 62 41

19 Sarijah P 80 41

20 Subingah P 64 41

21 Bikem P 78 41

22 Sarwidiyati P 62 41

23 Budi Astono L 62 41

24 Estuningsih P 61 41

25 Widodo L 69 41

26 Sukirjan L 64 41

27 Ngadiyono L 65 41

28 Sukiman WA L 61 41

29 Wandiyem P 71 41

30 Sukarni P 61 41

31 H. Sudjimin L 71 41

32 Hj. Nawangsih P 62 41

33 Sumiyem Sosro P 80 41

34 Kami Sugiyo P 68 42

35 Supraning P 67 42

36 IH. Dalimin L 73 42

37 CY Boniyem P 74 42

38 Parinem P 67 42

39 Sularto L 73 42

40 Jumilah P 64 42

41 Surip Barjo P 64 42

42 Rachmadi L 65 43

Page 150: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

135

43 Yunaliati P 60 43

44 Waluyo Hadi L 71 43

45 Waldiyah Sutarmin P 75 43

46 Adiyani P 61 43

47 Sukarlan P 67 43

48 Kasno L 71 43

49 Sahono L 71 43

50 Suto L 70 43

51 Adiasih P 65 43

52 Suparni P 72 43

53 Sartono L 68 43

54 H. Ansor L 67 43

55 Susinah Samirun P 70 44

56 Suwarjo Pujo L 71 44

57 Puji Sehati P 66 44

58 Ahmad Qusyairi L 72 44

59 Daliman L 68 44

60 M. Azwar L 67 44

61 Siti Azwar P 65 44

62 Daliana Qusyairi P 67 44

63 Suhardjo L 71 44

64 H. Suwaji L 68 44

65 Sumardi Herman L 67 44

66 Sri Rahayu P 72 44

67 Mardiyanto L 69 44

68 Supriyadi L 65 43

69 Suparmi P 66 43

70 MUdjiono L 68 43

71 Samsuri Purwohadi L 74 45

72 Darto Suwito L 83 45

73 Darmo Suwito P 77 45

74 Wagiyem Suroso P 67 45

75 Herman Antoro L 65 45

76 Emilina Sari P 60 45

77 Sukardjiman L 69 45

78 Rosdiyah P 67 45

79 Waji P 56 45

80 Sri Sugiyanti P 64 45

81 Muajirah P 71 41

82 Katirah P 64 43

83 Pudjiati P 68 43

84 Indaryanto S L 62 44

85 Djuweni P 72 45

Page 151: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

136

Lampiran 8. Data hadir kegiatan TPL

Bulan Juni

No Nama Usia Tensi BB

1 Ibu Wardi 80 150/80 24

2 Ibu Dalijo 79 150/90 43

3 Bp Ngadiyono 65 100/70 52

4 Bp Condro 70 110/70 57

5 Ibu Harman 76 150/90 71

6 Ibu Condro 70 110/70 72

7 Ibu Bayo 63 130/70 62

8 Ibu Poni 75 130/90 55

9 Ibu Ali 64 110/70 62

10 Ibu Sosro 82 150/70 45

11 Ibu Mudirah 76 180/90 44

12 Bp Rachmadi 65 150/80 75

13 Ibu Walgito 61 130/80 45

14 Ibu Pujo 69 120/80 45

15 Bp Kasno 71 150/90 54

16 Bp Waluyo 71 120/80 58

17 Bp Widodo 64 160/90 49

18 Ibu Nanik 56 120/80 63

19 Ibu Daliana 67 110/70 60

20 Ibu Murdiyanto 72 110/70 40

21 Ibu Dwi 74 150/90 66

22 Ibu Sugiyanti 64 150/70 49

23 Ibu Waji 56 130/90 65

24 Ibu Qusyairi 67 130/80 58

25 Ibu Nawangsih 62 130/80 63

26 Ibu Ari 42 110/70 55

27 Ibu Sudjimin 62 130/80 65

Page 152: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

137

Bulan Agustus

No Nama Usia Tensi BB

1 Bp Waluyo 71 120/90 59

2 Ibu Harman 76 150/90 70

3 Ibu Anis 67 140/90 63

4 Bp Qusyaeri 69 160/100 78

5 Bp Ngadiono 65 130/90 51

6 Bp Kasno 71 130/90 55

7 Ibu Poni 75 120/80 55

8 Ibu Waji 56 130/90 66

9 Ibu Kasih Walgito 61 120/80 45

10 Ibu Mardi Widodo 57 130/90 55

11 Ibu Katirah 64 100/70 46

12 Ibu Suroso 69 100/60 35

13 Ibu Sutarning 75 150/80 50

14 Ibu Qusyaeri 67 110/70 58

15 Ibu Sugiyo 69 120/70 64

16 Ibu Dalijo 79 120/80 43

17 Ibu Sosro 82 130/60 44

18 Ibu Mudjiono 66 180/90 52

19 Ibu Yoso 72 150/90 41

20 Ibu Madjirah 76 200/90 45

21 Bp Widodo 64 170/90 50

22 Ibu Barjo 63 130/70 61

23 Ibu Ali 64 130/90 65

24 Ibu Ning Astono 60 120/90 50

25 Ibu Sri Rahayu 72 100/60 39

26 Ibu Kamto 52 110/80 59

27 Ibu Yuna 60 140/90 65

28 Ibu Purwahadi 74 110/70 65

29 Ibu Widodo/ Sarti 46 110/80 56

30 Bp H. Sudjimin 71 140/80 80

31 Bp Rachmadi 65 130/80 78

32 Ibu Sudjimin 62 130/80 65

Page 153: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

138

Bulan September

No Nama Usia Tensi BB

1 Ibu Harman 76 170/80 70

2 Bp Qusyaeri 69 170/90 77

3 Bp H. Sudjimin 71 160/90 80

4 Ibu Dalimin 73 140/90 66

5 Ibu Surep 63 149/80 61

6 Ibu Parinem 75 130/90 54

7 Ibu Daliana 67 140/80 57

8 Ibu Mudjiana 66 135/80 50

9 Bp Waluyo 59 130/80 58

10 Ibu Wandiyem 80 140/80 24

11 Ibu Sosro 83 130/70 42

12 Ibu Mudjirah 76 190/90 46

13 Ibu Yoso 72 140/90 40

14 Bp Kasna 71 160/80 54

15 Ibu Dalijo 77 160/90 40

16 Ibu Sosro 67 170/70 35

17 Ibu Suwadji 55 140/80 66

18 Ibu Ngudiono 65 140/90 57

19 Bp Mardi 85 130/90 59

20 Bp Widodo 63 160/90 50

21 Ibu Yuna 60 120/80 63

22 Ibu Kasih Walgito 61 130/80 43

23 Ibu Ridahmi 57 130/80 54

24 Ibu Ali 64 120/80 64

25 Ibu Tarmi 75 140/80 54

26 Ibu Estu Ningsih 61 110/70 50

27 Ibu Sugiyo 69 150/80 65

28 Ibu Puji 66 130/80 39

29 Ibu Rahayu 72 110/70 39

30 Ibu Anis 67 110/80 61

31 Ibu Tin Sutopo 59 130/80 65

32 Bp Candra 70 110/70 57

33 Ibu Samsuri 74 140/90 65

34 Ibu Sri Sugiyanti 64 130/80 48

35 Ibu Hj. Nawangsih 62 140/80 64

36 Bp Kodil 52 150/90 76

37 Ibu Sri 53 110/80 57

38 Bp Rachmadi 65 150/80 78

Page 154: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

139

Lampiran 9. Dokumentasi Foto

Page 155: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

140

Page 156: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

141

Page 157: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

142

Lampiran 10. Surat Izin Penelitian

Page 158: PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM …eprints.uny.ac.id/48875/1/Skripsi_Citra Dwi Oktavia S_12102241012.pdf · Pedoman Observasi ... kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan

143