peran bank wakaf mikro dalam upaya memperkuat … filemengambil simpanan dari masyarakat karena...

12
649 PERAN BANK WAKAF MIKRO DALAM UPAYA MEMPERKUAT EKONOMI KERAKYATAN THE ROLE OF MICRO WAQF BANK IN EFFORTS TO STRENGTHEN THE ECONOMY OF COMPLIANCE Ani Faujiah Dosen Stai An Najah Indonesia Mandiri Sidoarjo Jl. Raya Sarirogo No.1 Sarirogo Sidoarjo email : [email protected] ABSTRAK Bank Wakaf Mikro memiliki potensi besar dalam membantu pengembangan perekonomian nasional. Wakaf saat ini harus berevolusi dari aktivitas sosial, keagamaan, menjadi kegiatan ekonomi seperti membangun jalan, jembatan, menggarap lahan pertanian, perkebunan, hingga perdagangan. Kehadiran Bank Wakaf Mikro diyakini dapat meningkatkan inklusi keuangan. Masyarakat, khususnya pelaku Usaha Kecil dan Mikro (UKM) akan mudah mendapat permodalan. Perbankan mengenakan bunga yang cukup besar kepada debitur. Sedangkan, bank wakaf mikro hanya mengenakan biaya operasional dan biaya adiministrasi sebesar tiga persen per tahun. Sehingga, pinjaman modal dengan jumlah kecil bisa didapat masyarakat melalui bank wakaf mikro ini. Di bawa naungan OJK, telah diluarkan izin kepada 20 lembaga Bank Wakaf Mikro di lingkungan pondok pesantren. Pembiayaan diberikan tanpa agunan dengan nilai maksimal Rp 3 juta dan margin bagi hasil setara tiga persen. Selain itu, disediakan pelatihan dan pendampingan serta pola pembiayaan yang dibuat per kelompok atau tanggung renteng. Lembaga tersebut tidak diperkenankan mengambil simpanan dari masyarakat karena memiliki fokus pemberdayaan masyarakat melalui pembiayaan disertai pendampingan usaha. Lembaga ini juga berstatus sebagai lembaga keuangan mikro syariah yang diberi izin dan diawasi oleh OJK. Pendirian Bank Wakaf Mikro di pesantren bertujuan agar para santri bisa belajar mengelola perbankan. Sehingga, apabila Bank wakaf mikro tumbuh besar, ekonomi umat dapat berjalan dengan baik. Bank Wakaf Mikro juga menjadi bukti bahwa pemerintah tidak hanya mengurus para pemodal besar yang ada di perbankan konvensional. Kata kunci : Bank wakaf Mikro, Pendampingan, OJK ABSTRACT Micro Waqf Bank has great potential in helping the development of the national economy. Waqf must now evolve from social, religious activities, to economic activities such as building roads, bridges, working on agricultural, plantation, and trade fields. The presence of Micro Waqf Banks is believed to increase financial inclusion. Communities, especially Small and Micro Enterprises will easily gets capital. Bank charge substantial interest to debtors. Meanwhile, micro waqf bank only charge operational costs and administrative costs of three percent per year. So that, a small amount of capital loans can be obtained by the community through this micro waqf bank. Under the auspices of OJK, permission has been issued to 20 Micro Waqf Bank institutions in Islamic boarding schools. Financing is provided without collateral with a maximum value of Rp 3 million and a profit sharing margin equal to three percent. In addition, training and assistance are provided as well as financing patterns that are made per group or joint responsibility. The institution is not permitted to take deposits from the public because it has a focus on community empowerment through financing along with business assistance. This institution also has the status as a sharia microfinance institution that is licensed and supervised by the OJK. Establishment of Micro Waqf Bank in Islamic boarding schools aims to enable students to learn to manage banking. So, if

Upload: lamcong

Post on 26-Apr-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

649

PERAN BANK WAKAF MIKRO DALAM UPAYA MEMPERKUAT

EKONOMI KERAKYATAN

THE ROLE OF MICRO WAQF BANK IN EFFORTS TO STRENGTHEN THE

ECONOMY OF COMPLIANCE

Ani Faujiah

Dosen Stai An Najah Indonesia Mandiri Sidoarjo Jl. Raya Sarirogo No.1 Sarirogo Sidoarjo

email : [email protected]

ABSTRAK

Bank Wakaf Mikro memiliki potensi besar dalam membantu pengembangan perekonomian

nasional. Wakaf saat ini harus berevolusi dari aktivitas sosial, keagamaan, menjadi kegiatan

ekonomi seperti membangun jalan, jembatan, menggarap lahan pertanian, perkebunan, hingga

perdagangan. Kehadiran Bank Wakaf Mikro diyakini dapat meningkatkan inklusi keuangan.

Masyarakat, khususnya pelaku Usaha Kecil dan Mikro (UKM) akan mudah mendapat permodalan.

Perbankan mengenakan bunga yang cukup besar kepada debitur. Sedangkan, bank wakaf mikro

hanya mengenakan biaya operasional dan biaya adiministrasi sebesar tiga persen per tahun. Sehingga,

pinjaman modal dengan jumlah kecil bisa didapat masyarakat melalui bank wakaf mikro ini. Di

bawa naungan OJK, telah diluarkan izin kepada 20 lembaga Bank Wakaf Mikro di lingkungan

pondok pesantren. Pembiayaan diberikan tanpa agunan dengan nilai maksimal Rp 3 juta dan margin

bagi hasil setara tiga persen. Selain itu, disediakan pelatihan dan pendampingan serta pola

pembiayaan yang dibuat per kelompok atau tanggung renteng. Lembaga tersebut tidak diperkenankan

mengambil simpanan dari masyarakat karena memiliki fokus pemberdayaan masyarakat melalui

pembiayaan disertai pendampingan usaha. Lembaga ini juga berstatus sebagai lembaga keuangan

mikro syariah yang diberi izin dan diawasi oleh OJK. Pendirian Bank Wakaf Mikro di pesantren

bertujuan agar para santri bisa belajar mengelola perbankan. Sehingga, apabila Bank wakaf mikro

tumbuh besar, ekonomi umat dapat berjalan dengan baik. Bank Wakaf Mikro juga menjadi bukti

bahwa pemerintah tidak hanya mengurus para pemodal besar yang ada di perbankan konvensional.

Kata kunci : Bank wakaf Mikro, Pendampingan, OJK

ABSTRACT

Micro Waqf Bank has great potential in helping the development of the national economy.

Waqf must now evolve from social, religious activities, to economic activities such as building

roads, bridges, working on agricultural, plantation, and trade fields. The presence of Micro Waqf

Banks is believed to increase financial inclusion. Communities, especially Small and Micro

Enterprises will easily gets capital. Bank charge substantial interest to debtors. Meanwhile, micro

waqf bank only charge operational costs and administrative costs of three percent per year. So that, a

small amount of capital loans can be obtained by the community through this micro waqf bank.

Under the auspices of OJK, permission has been issued to 20 Micro Waqf Bank institutions

in Islamic boarding schools. Financing is provided without collateral with a maximum value of Rp

3 million and a profit sharing margin equal to three percent. In addition, training and assistance

are provided as well as financing patterns that are made per group or joint responsibility. The

institution is not permitted to take deposits from the public because it has a focus on community

empowerment through financing along with business assistance. This institution also has the status as

a sharia microfinance institution that is licensed and supervised by the OJK. Establishment of Micro

Waqf Bank in Islamic boarding schools aims to enable students to learn to manage banking. So, if

650

the micro waqf bank grows large, the people's economy can run well. Micro Waqf Bank are also proof

that the government does not only take care of the large investors in conventional banking.

Keywords: Micro waqf Bank, Assistance, OJK

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Salah satu fungsi dan tujuan didirikannya sebuah negara adalah menciptakan kesejah-

teraan dan kemakmuran bagi rakyatnya. Oleh karena itu, keberfungsian sebuah negara tergambar

pada seberapa sejahtera dan makmur rakyatnya. Dalam teori ekonomi pembangunan, kesejahteraan

dan kemakmuran sebuah negara diukur melalui sejumlah indikator. Dua di antaranya adalah bisa

dilihat dari sisi Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita dan Indeks Pembangunan Manusia

(IPM). Berdasarkan data tentang kedua indikator tersebut, Indonesia hingga tahun 2010 masih

berada jauh di bawah Negara maju di kawasan Asia seperti Jepang dan Korea Selatan. Bahkan

di Asia Tenggara, dilihat dari IPM-nya, Indonesia masih berada di bawah Singapura, Brunei

Darussalam, Malaysia, dan Filipina. Indonesia hanya berada lima tingkat di atas Vietnam dan 12

tingkat di atas Timor Leste. Hal tersebut, ditambah dengan masih lebarnya kesenjangan antara ―si

kaya‖ dan ―si miskin,‖ mengindikasikan bahwa negara dan bangsa kita masih harus bekerja keras

dan mungkin lebih tepat bekerja cerdas untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran

rakyatnya. Kaitan antara tingkat pencapaian kesejahteraan dan kemakmuran dengan tatanan

ekonomi nasional, khususnya kedudukan ekonomi kerakyatan yang ―diwakili‖ oleh koperasi dan

usaha mikro, kecil, dan menengah akan menjadi fokus bahasan.1

Koperasi dan usaha mikro, kecil, dan menengah merupakan bentuk organisasi ekonomi

yang selaras dengan sistem ekonomi kerakyatan atau demokrasi ekonomi. Melalui pemberdayaan

koperasi dan usaha mikro, kecil, dan menengah, pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan

pertumbuhan yang dibarengi dengan pemerataan di mana kesenjangan antara ―si kaya‖ dan ―si

miskin‖ semakin sempit, akan dapat diwujudkan. Upaya ke arah yang dicita-citakan oleh

sebagian besar rakyat Indonesia tersebut merupakan tanggung jawab semua pihak atau semua

pemangku kepentingan (stakeholders) yakni rakyat di segala lapisan dan pemerintah.

Peningkatan kualitas sumber daya manusia pelaku usaha dan pengelola/pengurus serta anggota

koperasi dalam arti luas merupakan kunci dari semua upaya pemberdayaan koperasi dan usaha

mikro, kecil, dan menengah. Dengan demikian, produk domestik bruto (PDB) per kapita yang

tinggi dan indeks pembangunan manusia (IPM) yang juga tinggi dibarengi dengan kecilnya

kesenjangan antara ―si kaya‖ dan ―si miskin‖ atau pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan

sosial pada saatnya akan terwujud.

Di tengah sulitnya akses permodalan bagi pengusaha kecil lahirlah Bank wakaf Mikro

(BWM). Keberadaan Bank Wakaf Mikro (BWM) mulai terasa. Dimana dengan uang pinjaman

minimal Rp1 juta per nasabah, kehadiran BWM semakin ditunggu pengusaha kecil.

Memperpanjang napas bisnis mereka. Jerat rentenir yang mencekik pengusaha dengan bunga

tinggi mulai bisa dikurangi. Berganti dengan pinjaman yang hanya dibayar Rp 20 ribu per

minggu. Total lebih kurng 52 minggu uang itu harus dikembalikan. Nama BWM memang

menjadi perhatian sejak akhir tahun lalu. Berawal saat Presiden Joko Widodo (Jokowi)

meresmikan BWM KHAS Kempek di Cirebon, kemudian, BWM Al Fithrah Wava Mandiri

diresmikan di Surabaya. Dan dilanjutkan , Jokowi kembali meresmikan BWM di Pesantren An

Nawawi Tanara di Serang, Banten. Gencar. Bank Wakaf Mikro merupakan lembaga baru

keluaran pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Statusnya sama sekali berbeda dengan

Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) atau Badan Wakaf yang sudah ada. BWM

merupakan lembaga keuangan mikro syariah (LKMS) yang dikelola oleh masyarakat. Dananya

berasal dari donatur yang disalurkan oleh lembaga amil zakat(LAZ). Dari catatan OJK, sejak

1 https://h3r1y4d1.wordpress.com/2012/04/05/peranan-ekonomi-kerakyatan-sebagai-landasan-

perekonomian-indonesia/

651

2017 sudah ada 20 BWM yang menjadi pilot project. Mereka menyalurkan pembiayaan mikro

dengan kisaran antara Rp1 juta sampai dengan Rp 3 juta, dan tidak lebih dari itu. Program

tersebut hasilnya mulai terlihat, sejak meluncur Oktober 2017, BWM sudah menyalurkan

pembiayaan sebanyak Rp3,63 miliar hingga 31 Maret 2017. Jumlah nasabah yang tadinya

ratusan kini berjumlah 3.873 nasabah. Kepada Jurnalis Dream, Arie D Budiawati, Kepala

Departemen Pengawas Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Ahmad Soekro

Tratmono, berbicara panjang lebar tentang perjalanan lembaga keuangan mikro yang masih awal

ini.2

B. Rumusan masalah Dalam penelitian ini ada difokuskus untuk menjawab permasalahan :

1. Bagaimana latar belakang sejarah lahirnya Lembaga Bank Wakaf Mikro di Indonesia ?

2. Bagaimana potensi Bank Wakaf Mikro dalam memperkuat perekonomian rakyat di Indonesia?

C. Tujuan penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui latar belakang sejarah lahirnya Lembaga Bank Wakaf Mikro di Indonesia

2. Mengetahui potensi Bank Wakaf Mikro dalam memperkuat perekonomian rakyat

D. Tinjauan pustaka Berdasarkan hasil penelitian Gustani yang berjudul ―Bank Wakaf sebagai Lembaga

Intermediai sosial (suatu inovasi pemerdayaan wakaf Tunai untuk meningkatkan kesejahteraan

umat)‖ menyimpulkan bahwa desain bank wakaf sangat cocok untuk mengatasi masalah peyebab

kemiskinan yaitu karena sulitnya akes permodalan dan kualitas SDM yang rendah. Bank wakaf

hadir memberikan solusi dengan pemberian modal sekaligus pendampingan usaha.3

Hasil Penelitian Muhammad Yunus dari Bangladesh yang terkenal dengan mengem-

bangkan konsep Pinjaman mikro. Rata-rata usahanya difokuskan pada ibu-ibu. Menurut beliau

ibu-ibu mempunyai keterampilan untuk menjadi meneger keuangan keluarga. Dan salah satu bukti

usahanya adalah dengan didirikannya Grameen Bank.4

Artlikel lain yang juga menjadi penguat penelitian ini adalah tulisan Ani Faujiah yang

berjudul ―Bank Wakaf Mikro Dan Pengaruhnya Terhadap Inklusi Keuangan Pelaku Usaha Kecil

Dan Mikro (UKM)‖, menyebutkan bahwa Bank Wakaf Mikro telah memainkan peranan yang

penting sebagi salah satu atlernatif pemanfaatan wakaf uang. Artikel ini mendiskusikan tentang

peran Bank Wakaf Mikro dalam upaya meningkatkan inklusi keuangan pelaku usaha kecil dan

mikro (UKM) di Indonesia yang belakangan ini menjadi program utama pemerintah.5

E. Analisis data Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, yaitu untuk meneliti

pada kondisi objek secara alamiah.6

Dengan teknik pengumpulan data secara trigulasi

(gabungan), analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian lebih menekankan makna dari pada

generalisasi. Data yang dianalisis tidak untuk menerima atau menolak hipotesis, namun hasil

penelitian tersebut berupa deskripsi atau gejala-gejala yang diamati.7

Teknik pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan beberap metode, yaitu :

2 https://www.dream.co.id/dinar/masyarakat-bawah-sulit-mendapatkan-akses-keuangan-180410b.html 3 http://www.researchgate.net/publication/303994722 4 Muhammad Yunus, Menciptakan Dunia Tanpa Kemiskinan : Jakarta, Gramedia

5 Proceedings the 2nd Annual Conference for Muslim Scholars. Mercure Hotels-Grand Mirama Surabaya, 21-22 April

2018. Bank Wakaf Mikro Dan Pengaruhnya Terhadap Inklusi Keuangan Pelaku Usaha Kecil Dan Mikro (UKM) 6 Sugiyono. 2008, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatis, R & D, Alfabeta, Bandung. 7 Subana & Sudrajat.2005, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, Pustaka Setia, Bandung.

652

1. Interview (wawancara)

Metode ini digunakan untuk pengumpulan data dan menggali informasi lebih mendalam yang

langsung ditujukan kepada lembaga pengelola bank wakaf Mikro, para penerima bantuan

dana bank wakaf mikro dan akademisi yang konsen dalam fiqih dan perkembangan wakaf

2. Studi kepustakaan

Metode ini digunakan untuk menggali dasar-dasar teori yang terkait hukum wakaf dan

perkembangn pengelolaan wakaf.

Hasil Penelitian ini disusun untuk mengekplorasi fenomena yang terjadi dengan

memadukan konsep dan operasional lembaga pengelola bank wakaf mikro, sebagai lembaga atau

badan yang bergerak di bidang sosial. Dalam menganalisis terhadap permasalahan, terlebih dahulu

melakukan proses analisis terhadap permasalahan kemudian mengaitkan skema dari pola kerja

yang tepat.8

Agar memeroleh kebenaran yang ilmiah, penelitian ini dilakukan dengan mem-

perhatikan beberapa tahapan yaitu tahap penyajian bukti atau fakta (skeptik), memperhatikan

permasalahan yang relevan (analitik), dan tahap menimbang secara obyektif untuk berpikir logis

(krikik).

HASIL PEMBAHASAN

1. Sejarah Lahirnya Bank Wakaf Mikro

Ekonomi kerakyatan adalah sistem ekonomi yang berbasis pada kekuatan ekonomi

rakyat. Ekonomi kerakyatan umumnya kegiatannya dilakukan secara tradisional. Kegiatan

ekonomi dikembagkan untuk membantu dan memenuhi kebutuhan hidup masyarakat sendiri.9

Bank wakaf mikro merupakan penawaran alternatif strategi pengembangan perekonomian berbasis

kerakyatan.

Menurut Mubaryo, dalam bukunya yang berjudul : Reformasi Sistem Ekonomi (dari

Kapitalis Menuju Ekonomi Kerakyatan), menyatakan bahwa ekonomi kerakyatan adalah ekonomi

yang demokratis yang ditujukan untuk kemakmuran rakyat kecil.10

Sedangkan ekonomi kerakyatan menurut Zulkarnain, di dalam bukunya yang berjudul:

Kewirausahaan (Strategi Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah dan penduduk Miskin), ekonomi

kerakyatan adalah suatu sistem ekonomi yang harus dianut sesuai dengan falsafah negara kita

yang menyangkut dua aspek, yakni keadilan dan demokrasi ekonomi, serta keberpihakan kepada

ekonomi rakyat.11

Sedangkan menurut A. Simarmata Istilah demokrasi ekonomi yang secara tegas

terdapat pasal penjelasan, dapat ditafsirkan sebagai setara dengan ekonomi kerakyatan. Penjelasan

pasal 33 UUD 45 menyatakan bahwa ekonomi kerakyatan yakni sistem ekonomi dimana

produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua, serta dibawah pemilikan anggota-anggota

masyarakat. Dengan demikian salah satu pilar dari demokrasi ekonomi itu adalah keikutsertaan

semua orang dalam kegiatan produksi.12

Pemahaman tentang ekonomi rakyat dapat dipandang dari dua pendekatan yaitu:

pertama, pendekatan kegiatan ekonomi dari pelaku ekonomi berskala kecil, yang disebut

perekonomian rakyat. Berdasarkan pendekatan ini, pemberdayaan ekonomi rakyat dimaksudkan

adalah pemberdayaan pelaku ekonomi skala kecil. Kedua, pendekatan sistem ekonomi, yaitu

demokrasi ekonomi atau sistem pembangunan yang demokratis, disebut pembangunan partisipatif

8 Lexy J. Meleong.1997, Metode PenelitianKualitatif, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung 9 https:// succesary.wordpress.com (20/09/2018)

10 Mubaryo.1999, Reformasi Sistem Ekonomi: Dari Kapitalis Menuju Ekonomi Kerakyatan, Yogyakarta:

Aditya Media. 11

Zulkarnain. 2006, Strategi Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah Dan Penduduk Miskin,

Yogyakarta : Adicita Karya Nusa. 12 A. Simarmata.1998, Reformasi Ekonomi, Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI.

653

(participatory development).

Berdasarkan pendekatan yang kedua ini, maka pemberdayaan ekonomi rakyat

dimaksudkan untuk menerapkan prinsip-prinsip demokrasi dalam pembangunan. Hal ini bermakna

bahwa ekonomi rakyat adalah sistem ekonomi yang mengikutsertakan seluruh lapisan masyarakat

dalam proses pembangunan dimana seluruh lapisan tersebut tanpa terkecuali sebagai penggerak

pembangunan. Dan pendekatan kedua ini juga sering disebut sebagai ekonomi kerakyatan atau

sistem ekonomi kerakyatan.13

Para pengelola Bank wakaf Mikro ada baiknya belajar dari pengalaman Muhammad

Yunus dan Grameen Bank Bangladesh. Dimulai dari analisis tentang Social Entrepreneurship

telah diakui sebagai solusi yang mampu mengatasi problem sindrom kemiskinan di berbagai

negara. Perspektif tentang istilah social entrepreneurship pun berkembang dan beragam di

kalangan akademisi, praktisi dan institusi terkait. Namun mereka sepakat bahwa tujuan akhir

yang hendak dicapai harus bermuara pada kepentingan dan pemberdayaan masyarakat.

Muhammad Yunus dari Bangladesh telah membuktikan keampuhan social

entrepreneurship melalui pengembangan mind set bahwa setiap manusia memiliki marketable

skill, potensi yang tak terbatas, termasuk jiwa entrepreneurship. Kemiskinan bangsanya bukan

disebabkan oleh kemalasan atau tidak dimilikinya keterampilan, akan tetapi faktor kesempatan

dan kebijakan yang kurang berpihak kepada mereka menjadi kunci utamanya.

Akhirnya Yunus mewujudkan mimpinya dan sejarah telah mencatat keberhasilannya dalam

mengatasi masalah kemiskinan melalui lembaga keuangan mikro “Grameen Bank” yang

didirikannya dengan keberanian dan ketulusan. Prestasi inilah yang mengantarkannya

memperoleh hadiah Nobel Perdamaian Dunia tahun 2006. Kemudian konsep Grameen Bank

menginspirasi banyak bangsa dan dipraktikkan di berbagai negara.

Grameen Bank telah membuktikan bahwa integritas, kreativitas, dan inovasi mampu

mengalahkan suatu sistem yang mentradisi. Muhammad Yunus sosok yang patut diapresiasi dan

diteladani telah membuktikannya dengan melakukan perubahan ekonomi masyarakat yang

mengagumkan dunia. Dia tidak terjebak pada kompleksitas masa lalu, namun lebih berfokus pada

masa depan bangsanya. Keberhasilan Grameen Bank yang telah dirasakan jutaan manusia tidak

datang tiba-tiba atau terjadi secara kebetulan saja. Tapi kesuksesannya benar-benar dirancang

secara matang dengan bekal komitmen, ilmu pengetahuan, perencanaan dan tindakan yang

konsisten. Apa yang diyakininya, dilakukannya dengan tulus sehingga berwujud kebenaran.

Muhammad Yunus layak menyandang predikat social entrepreneur, karena jiwa

entrepreneurship-nya telah mampu mendorong dia untuk berani menciptakan kegiatan bisnis

kreatif dan inovatif di bidang keuangan, dengan sistem yang baru dan tentu penuh dengan resiko.

Aspek sosialnya tampak nyata pada visi dan misi lembaga yang bergerak dalam bidang bisnis,

namun berorientasi pada nilai-nilai pemberdayaan masyarakat marjinal.

Dunia tidak cukup hanya berdecak kagum. Bersama-sama menerapkan dan mengem-

bangkan sistem Grameen Bank di berbagai negara dengan penyesuaian seperlunya adalah sesuatu

yang layak dilakukan. Termasuk juga bagi Indonesia, negara yang kondisi jumlah dan tingkat

ekonomi masyarakatnya bisa dikatakan tak jauh berbeda dengan Bangladesh. Resonansi

Grameen Bank di Indonesia telah dirasakan sejak tahun 1989, dengan dilakukannya kerjasama

penelitian antara Pusat Sosial Ekonomi (PSE) Departemen Pertanian dan Lembaga

Pengembangan Perbankan Indonesia dengan Asian and Pasific Development Centre (APDC).

Penelitiannya tentang pola kelayakan kredit pedesaan ―Karya Usaha Mandiri‖ (KUM) ini

dilakukan untuk mengembangkan kegiatan ekonomi di Kecamatan Nanggung-Bogor.(Mahmud

Toha, 2000:30-31) Selain itu di beberapa wilayah lain di Indonesia, Grameen Bank telah menjadi

inspirasi. Namun sejauh manakah tingkat keberhasilan lembaga-lembaga keuangan yang ada di

Indonesia dalam mengurangi angka kemiskinan, tentu dibutuhkan penelitian lanjutan yang serius,

metodologis serta komprehensif.14

13

A. Z. Fachri Yasin, dkk. 2002, Petani, Usaha Kecil Dan Koperasi Berwawasan Ekonomi Kerakyatan,

Pekanbaru : Unri Press. 14

Jurnal Bisnis, Manajemen & Perbankan Vol. 2 No. 1 2016 : 31-48 P. ISSN 2338-4409 E.ISSN 2528-4649.

654

2. Bank Wakaf Mikro

Pada perkembngannya wakaf kerap diarahkan kepada benda wakaf yang tidak ber-

gerak, sedangkan wakaf benda bergerak baru mengemuka akhir-akhir ini. Diantara wakaf benda

bergerak yang ramai diperbincangkan saat ini adalah wakaf uang yang dikenal dengan Cash

waqf. Wakaf uang adalah wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok orang dan lembaga atau

badan hukum dalam bentuk tunai/uang.

Bank Wakaf Mikro diyakini dapat meningkatkan inklusi keuangan, khususnya pada

masyarakat dan pelaku usaha kecil dan mikro (UKM) untuk mendapat kemudahan permodalan.

Sebagai mana dasar hukum wakaf itu adalah, adanya ketetapan (keabadian) barang yang

diwakafkan dan keberadaannya bisa dinikmati masyarakat secara luas. Sama halnya dengan bank

wakaf mikro (wakaf uang) ini, masyarakat bisa menggunakan untuk modal usaha, dan

mengembalikan dalam waktu yang telah disepakati, dan ini bisa dinikmati tidak hanya satu orang

tapi seluruh masyarakat sekitar. Untuk diketahui, lembaga tersebut tidak diperkenankan

mengambil simpanan dari masyarakat karena memiliki fokus pemberdayaan masyarakat melalui

pembiayaan disertai pendampingan usaha. Lembaga ini juga berstatus sebagai lembaga keuangan

mikro syariah yang diberi izin dan diawasi oleh OJK.

Bank Wakaf Mikro, memiliki potensi besar dalam membantu pengembangan pereko-

nomian nasional. Di Arab Saudi telah terbentuk lembaga semacam perusahaan untuk meningkatkan

peran bank wakaf dalam perekonomiannya. Di Bangladesh terus memperbesar peran Bank Wakaf

agar kesenjangan dan ketimpangan ekonomi bisa dikurangi. Kampus legenda dan tertua di

dunia, Universitas Al-Azhar, menunjukkan betapa wakaf memainkan peran penting dalam dunia

pendidikan, dengan memberikan hasil yang maslahat bagi seluruh dunia. Kampus-kampus lain di

Barat pun seperti Harvard, Oxford, Cambridge, dan lain-lainnya muncul dari pola kerja ekonomi

seperti wakaf.15

Dan Badan Wakaf Indonesia (BWI), menyatakan potensi wakaf tanah saja di atas

Rp 370 triliun, sementara wakaf tunai Rp 180 triliun. Ini belum termasuk menghitung potensi

wakaf tanah yang masih belum muncul, yang bisa mencapai Rp 2.000 triliun.16

Wakaf berevolusi dari aktivitas sosial, keagamaan, menjadi kegiatan ekonomi seperti

membangun jalan, jembatan, menggarap lahan pertanian, perkebunan, hingga perdagangan.

Seperti kata Presiden Joko Widodo (Jokowi), ada potensi besar yang bisa digali dari wakaf .

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI) kini mulai menjadikan wakaf atau dalam

bahasa sehari-hari berupa pemberian harta (tanah maupun uang) untuk diambil manfaatnya bagi

kepentingan umat sebagai program prioritas pembangunan ekonomi. Wakaf produktif menjadi

menu utama Pemerintahan Jokowi dalam mengangkat derajat kaum miskin menjadi lebih baik,

mereka yang tidak punya menjadi produktif, dan perekonomian bergerak dari bawah. Bank wakaf

pun dibentuk OJK, sementara BI membangun Waqaf Core Principles bersama BWI.

Kehadiran Bank Wakaf Mikro diyakini dapat meningkatkan inklusi keuangan.

Masyarakat, khususnya pelaku Usaha Kecil dan Mikro (UKM) akan mudah mendapat

permodalan. Presiden Joko Widodo mengatakan, Bank Wakaf Mikro bisa menyelesaikan

masalah-masalah yang tidak bisa diselesaikan perbankan, karena ketika pelaku usaha kecil ingin

pinjam ke bank harus punya agunan dan administrasi bertumpuk-tumpuk baru bisa ke bank.17

Perbankan mengenakan bunga yang cukup besar kepada debitur. Sedangkan, Bank Wakaf Mikro

hanya mengenakan biaya operasional dan biaya adiministrasi sebesar tiga persen per tahun.

Sehingga, pinjaman modal dengan jumlah kecil bisa didapat masyarakat melalui bank wakaf

mikro ini. Hadirnya bank wakaf mikro ini, berawal dari kemiskinan dan ketimpangan. Diketahui

15

―pengelolaan-wakaf-uang-di-sibl-bangladesh‖ dalam https://bwi.or.id/index.php/in/publikasi/artikel/695 16

―Direktur Utama Inisiatif Wakaf, Romdlon Hidayat, mengatakan, wakaf merupakan bagian dari syariat Islam

yang sangat dianjurkan, dalam keterangan persnya yang diterima SINDOnews,Selasa (9/1/2018)‖. dalam

https://nasional.sindonews.com/read/1272072/15/potensi-aset-wakaf-di-indonesia-capai-rp2000-triliun-

1515446944. 17

―Presiden Joko Widodo saat meresmikan bank wakaf mikro di Pesantren Assalafi Al Fithrah Surabaya

pada hari Selasa tanggal 10 Maret 2018‖ dalam https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20180310064906-78-

281918/ojk-beri-izin-usaha-20-bank- wakaf-mikro.

655

saat ini, jumlah penduduk miskin di Indonesia sebanyak 26,6 juta jiwa atau sekitar 10,12%. Hal

tersebut diikuti dengan ketimpangan yang masih tinggi, yaitu pada tingkat 0,39.

Indonesia memiliki tingkat kemiskinan 12 - 28% atau berada di atas rata-rata nasional.

Oleh karenanya, diperlukan peran aktif seluruh elemen masyarakat, salah satunya melalui

pemberdayaan ekonomi umat yang juga menjalankan fungsi pendampingan. Pemberdayaan

ekonomi umat harus hadir menjadi salah satu solusi dalam pengentasan ketimpangan dan

kemiskinan.

Salah satu elemen masyarakat yang memiliki fungsi strategis dalam pendampingan

untuk mendorong perekonomian masyarakat adalah Pesantren. Di Indonesia telah berdiri 28.194

pesantren, pesantren-pesantren tersebut yang nantinya memilliki potensi yang besar untuk

memberdayakan umat dan berperan dalam mengikis kesenjangan ekonomi dan mengentaskan

kemiskinan. 18

Pendirian Bank Wakaf Mikro di pesantren bertujuan agar para santri bisa belajar

mengelola perbankan. Sehingga, apabila Bank Wakaf Mikro tumbuh besar, ekonomi umat

dapat berjalan dengan baik. Bank Wakaf Mikro juga menjadi bukti bahwa pemerintah tidak

hanya mengurus para pemodal besar yang ada di perbankan konvensional. OJK telah

mengeluarkan izin kepada 20 lembaga Bank Wakaf Mikro di lingkungan pondok pesantren.

Hingga awal Maret 2018, dari 20 Bank Wakaf Mikro yang merupakan proyek percontohan

telah disalurkan pembiayaan kepada 2.784 nasabah dengan total nilai pembiayaan sebesar Rp 2,45

miliar.

Pembiayaan diberikan tanpa agunan dengan nilai maksimal Rp 3 juta dan margin bagi

hasil setara tiga persen. Selain itu, disediakan pelatihan dan pendampingan serta pola pembiayaan

yang dibuat per kelompok atau tanggung renteng. Lembaga Bank Wakaf Mikro tersebut tidak

diperkenankan mengambil simpanan dari masyarakat karena memiliki fokus pemberdayaan

masyarakat melalui pembiayaan disertai pendampingan usaha. Lembaga ini juga berstatus sebagai

lembaga keuangan mikro syariah yang diberi izin dan diawasi oleh OJK.

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan, Bank Wakaf Mikro

tersebar di berbagai daerah, seperti di Cirebon, Bandung, Ciamis, Serang, Lebak, Purwokerto,

Cilacap, Kudus, Klaten, Yogyakarta, Surabaya, Jombang, dan Kediri.

3. Skema Pembiayaan Bank Wakaf Mikro

Skema Bank Wakaf Mikro merupakan pembiayaan tanpa agunan dengan margin setara

3%. Sesuai prinsip syariah, Bank Wakaf Mikro tidak mengenakan bunga. Penyaluran pembiayaan

dilakukan melalui organisasi yang memiliki tokoh masyarakat yang berpengaruh seperti pesantren

yang disebut Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS). Menurut Soekro, satu LKMS biasanya

butuh Rp4 miliar untuk dana penyaluran. Sementara untuk pembiayaan operasionalnya, biaya

diambil dari donasi yang berasal dari Lazis dan dimasukkan di deposito bank syariah.

Sepanjang perkembangannya, BWM memang banyak didirikan di sekitar pesantren yang

sudah memiliki komunitas bisnis. Melalui Bank Wakaf Mikro, para santri maupun masyarakat di

lingkungan pondok pesantren yang telah bekerjasama dapat memperoleh pinjaman usaha maksimal

Rp3 juta. Sampai saat ini, pembentukan Bank Wakaf Mikro telah mencapai 20 unit, hasil

kerjasama dengan lembaga-lembaga pesantren di kota Cirebon, Bandung, Ciamis, Purwokerto dan

lainnya.

Untuk mengembangkannya, OJK terus melakukan upaya jemput bola kepada pesantren-

pesantren yang ada di seluruh Indonesia. Selain itu, OJK juga menerima kesertaan pesantren yang

berminat bergabung. Untuk itu, tentu saja OJK akan melihat terlebih dahulu potensi masyarakat di

sekitar pesantren, apakan memerlukan pembiayaan di segmen mikro dan bagaimana produktivi-

tasnya.19

Skema pembiayaan Bank Wakaf Mikro cukup sederhana. Tidak ada syarat khusus ataupun

18

https://www.cnbcindonesia.com/syariah/20180406100953-29-9911/bank-wakaf-mikro-bukan-bank-

justru-lembaga-non-bank 19

https://danaxtra.com/artikel/mengenal-bank-wakaf-mikro

656

agunan untuk mendapatkan pembiayaan. Masyarakat hanya akan didampingi dan dilakukan

pembinaan sebelum menerima dana. Kemudahan menjadi salah satu karakteristik Bank Wakaf

Mikro.

Skema permodalan dari Bank Wakaf Mikro juga terbilang unik. Setiap LKMS akan

menerima sekitar Rp3 miliar sampai Rp4 miliar. Dana tersebut tidak akan disalurkan semuanya

menjadi pembiayaan, karena sebagian akan diletakkan dalam bentuk deposito di bank umum

syariah.

Pembiayaan akan di fokuskan kepada pelaku usaha dan untuk modal usaha. Ada sekitar Rp

3 miliar per LKMS. Dana donatur untuk satu pesantren saat ini sekitar Rp 4 miliar. Nantinya

maksimal dapat sekitar Rp 5 miliar. Dana yang ditempatkan pada deposito bank umum syariah

sekitar 50%. Itu digunakan untuk membiayai beban operasional Bank Wakaf Mikro.

Skema unik tersebut dipercaya dapat membantu biaya operasional dan menekan jumlah imbal hasil

bagi nasabah dan LKMS. LKMS sendiri hanya mematok maksimal 3% imbal hasil per tahun.

Angka tersebut terbilang sangat kecil untuk lembaga keuangan.

Permasalahan hukum wakaf tunai merupakan perkara muamalah. Oleh sebab itu

diperlukan pendapat hukum dari para ahli fiqh untuk melakukan proses pemahaman terhadap

Qur‟an dan Hadits yang hanya memuat secara umum. Dalam bidang fiqih muamalah, hukum wakaf

tunai masih masuk dalam wilayah khilafiyah (debateble). Perbedaan pendapat hukum dari para

ulama tersebut diakibatkan kultur dimasyarakat yang masih bergelut diwilayah wakaf tidak

bergerak. Madzhab Hanafi dan malikiyah membolehkan wakaf tunai atas dasar Istihsan bi al-„Urfi,

sedangkan argumentasi hukum imam al-Zuhri membolehkan wakaf tunai atas dasar kemaslahatan,

yaitu dapat dimanfaatkan secara produktif untuk meningkatkan ekonomi. Sebaliknya Imam Syafi‟i

tidak membolehkan wakaf tunai karena menilai wakaf secara tunai tidak kekal seperti halnya benda

wakaf tidak bergerak.

Di Indonesia, secara legalitas formil membenarkan adanya wakaf tunai. Ini terbukti dengan

diterbitkannya Undang-Undang 41 Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah Nomor. 42 tahun 2006

tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 sebagai payung hukum perwakafan di

Indonesia. Undang-Undang Nomor 41 tahun 2004 Tentang Wakaf, menentukan bahwa benda yang

dapat diwakafkan tidak saja benda tetap (tidak bergerak) tetapi terdiri dari benda bergerak dan tidak

bergerak. Di antara benda yang bergerak yang dapat diwakafkan adalah wakaf tunai (wakaf

uang).20

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membidik 50 Bank Wakaf Mikro (BWM) terbentuk tahun

2018 guna mendukung pemberdayaan ekonomi umat dan masyarakat menengah bawah. Kepala

Departemen Perbankan Syariah OJK Ahmad Soekro mengatakan penambahan bank wakaf mikro

nantinya tidak hanya di wilayah Jawa, tetapi juga luar Jawa, seperti Sumatera dan kawasan

Indonesia timur.

Kemungkinan OJK juga bentuk bank wakaf mikro ini di luar pesantren karena selama

ini pilot project bank wakaf mikro hanya di kawasan pesantren. Bank wakaf mikro masuk dalam

lembaga keuangan mikro syariah yang izinnya dikeluarkan oleh OJK. Meski demikian, penam-

bahan jumlah bank wakaf mikro ini perlu didukung dengan peningkatan jumlah donatur.

Saat ini, paling tidak dibutuhkan dana minimal sebesar Rp 4 miliar untuk mendirikan satu

bank wakaf mikro guna mendorong program inklusi keuangan. Rp 4,25 miliar untuk satu BWM,

idealnya kan Rp 8 miliar. Kalau bisa Rp 8 miliar itu perputaran akan lebih bagus, tapi dengan Rp 4

miliar sudah cukup nanti akan ditambah-tambah lagi donasinya sama Laznasnya. Hingga

pertengahan Maret 2018, total donasi dari donatur telah mencapai Rp 80 miliar dengan penyaluran

baru sebesar Rp 3,1 miliar kepada 3.800 nasabah. Adapun saat ini sudah ada 20 BWM yang telah

berdiri dan beroperasi di sejumlah pesantren di Indonesia. Secara keseluruhan, OJK mengharapkan

pembentukan bank wakaf mikro bisa memenuhi kebutuhan pembiayaan masyarakat menengah

bawah yang belum tersentuh model pembiayaan konvensional. Sebelumnya, Presiden Joko Widodo

(Jokowi) meresmikan bank wakaf mikro di Pesantren Assalafi Al Fithrah Surabaya. Menurut

20

Naimah, ―Kedudukan Hukum Wakaf Tunai Dalam Telaah Fiqh Muamalah Serta Implementasinya Dalam Hukum

Positif Di Indonesia‖ dalam Jurnal Ilmu Hukum dan Pemikiran, Vol 15, No. 1 Juni (Banjarmasin : Syariah, 2015), 85.

657

Presiden, bank wakaf mikro bisa menyelesaikan masalah-masalah yang tidak bisa diselesaikan

perbankan. Menurut kepala negara, perbankan mengenakan bunga yang cukup besar kepada

debitur. Sementara bank wakaf mikro hanya mengenakan biaya operasional dan biaya adiministrasi

sebesar tiga persen per tahun.21

Dibandingkan dengan capaian pada akhir 2017, jumlah nasabah terlayani bertambah

402,1% atau 3.325 nasabah dari sebelumnya hanya 827 nasabah. Adapun dari sisi nilai pinjaman,

angkanya bertambah 525,3% atau Rp3,52 miliar dari sebelumnya hanya Rp 658 juta.

Bank Wakaf Mikro adalah platform lembaga keuangan mikro syariah yang menyediakan

pembiayaan sekaligus pendampingan, non deposito taking, imbal hasil rendah maksimal 3% per

tahun, berbasis kelompok, dan tanpa agunan. Bank Wakaf mikro fokus pada pembedayaan

masyarakat miskin produktif. Bank Wakaf Mikro mendapatkan pendanaan dari donatur yang

menghibahkan dananya melalui lembaga amil zakat (LAZ).Bank Wakaf Mikro berbadan hukum

koperasi dengan ijin usaha lembaga keuangan mikro syariah.

Berikut ini daftar 20 Bank Wakaf Mikro berbasis pesantren yang telah beroperasi.22

1. BWM Bankwakaf Alpansa

2. BWM Denanyar Sumber Barokah

3. BWM Amanah Berkah Nusantara

4. BWM Almuna Berkah Mandiri

5. BWM Berkah Bersama Baiturrahman

6. BWM Berkah Rizqi Lirboyo

7. BWM Buntet Pesantren

8. BWM KHAS Kempek

9. BWM Ranah Indah Darussalam

10. BWM An Nawawi Tanara

11. BWM Tebuireng Mitra Sejahtera

12. BWM Amanah Makmur Sejahtera

13. BWM Bankwakaf Al Manshur

14. BWM Lan Taburo

15. BWM Nahdlatul Wathon Cijantung

16. BWM Al Fithrah Wava Mandiri

17. BWM Al Ihya Baitul Auqof

18. BWM Bahrul Ulum Barokah Sehatera

19. BWM Assa Berkah Sejahtera

20. BWM El-Manhaji

4. Potensi Bank Wakaf Mikro dalam memperkuat perekonomian rakyat di Indonesia

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendorong sinergi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

dengan bank wakaf mikro (BWM). Diharapkan upaya tersebut dapat segera direalisasikan paling

dalam tahun ini. ―Akan kami bangun sebuah sinergi antara BWM dan BUMDes,‖ kata Kepala

Departemen Perbankan Syariah OJK, Ahmad Soekro Tratmono dalam pelatihan dan media

Gathering di Purwokerto Jawa Tengah. Dia mencontohkan sinergi yang terjadi bisa dalam bentuk

nasabah BWM menjual produk-produk usahanya di BUMDes. Sementara BUMDes bisa memberi

akses keuangan kepada masyarakat sekitar melalui layanan pembiayaan yang diberikan oleh BWM.

Soekro berharap kerja sama ini bisa diwujudkan secepatnya dan diharapkan tahun ini bisa

direalisasikan.

Direktur Pengembangan Inklusi Keuangan OJK, Eko Ariantoro, mengatakan desa

memiliki potensi yang bagus untuk dikembangkan. Berdasarkan data OJK, ada 74.958 desa di

Indonesia. Jika dilihat dari potensinya, ada 61.821 desa yang memiliki potensi pertanian, 20.034

21 https://www.wartaekonomi.co.id/read176513/ojk-bakal-sinergikan-bumdes-dan-bwm-tahun- 22 http://finansial.bisnis.com/read/20180505/89/791983/20-bank-wakaf-mikro-layani-4.152-nasabah- berikut-ini-daftar-bwm

658

desa berpotensi perkebunan, 12.827 perikanan, 1.902 wisata, dan 64.587 energi baru terbarukan.23

Desa juga memiliki potensi keuangan yang sangat besar di mana OJK bisa

mengembangkan berbagai jenis lembaga keuangan mikro di desa. ―Ada 35 ribu desa yang sudah

menikmati KUR,‖ kata dia. Eko mengatakan OJK ― masuk‖ ke desa untuk mengembangkan

lembaga keuangan mikro supaya makin bertumbuh dan berkembang. Caranya, OJK akan

mensinergikan BUMDes dengan layanan inklusi keuangan OJK, melalui BWM.

OJK akan memfasilitasi BUMDes menjadi BUMDes dengan model yang inklusif (dan)

partisipasi masyarakatnya besar, ada akses keuangan yang sehat, dan IT yang bisa memfasilitasi

BUMDes dengan baik.

Bank Wakaf Mikro kali pertama diinisiasi pembentukannya oleh Otoritas Jasa Ke-

uangan (OJK) dengan menggunakan model Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) sebagai

program prioritas pembangunan ekonomi umat. Sebagian besar dari kita pada umumnya pernah

bersentuhan dengan lembaga keuangan bank maupun non bank. Dunia keuangan mengenal sebutan

microfinance, yang merupakan akses bagi orang miskin untuk berinteraksi dengan lembaga

keuangan, orang miskin sering diasosiasikan dengan tidak mampu untuk membayar utang. Aplikasi

pengajuan pembiayaan hal pertama yang akan diminta bank adalah kolateral. Pada umumnya orang

miskin tidak memiliki kolateral. Jika tidak memiliki uang kas maka hal selanjutnya yang akan

dipertimbangkan adalah jumlah kas yang dimilki, setelah itu reputasi dalam menyelesaikan kredit

yang pernah diajukan. Hal terakhir adalah penilaian terhadap karakter. Hal ini tentu saja bersifat

subjektif. Jika sebelumnya orang miskin tidak pernah berinteraksi dengan bankir maka mengacu

pada poin poin yang telah disebutkan bisa dipastika orang miskin terisolasi dari fasilitas fasilitas

keuangan.

Sejak dimulai Oktober 2017 lalu, program Bank Wakaf Mikro telah berkembang 20

unit dengan 2.000 nasabah yang tersebar di Provinsi Banten, Jawa Barat dan Jawa Timur.

Program pemerintah bersinergi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama Lembaga Amil

Zakat Nasional (Laznas) ini bertujuan untuk menurunkan tingkat ketimpangan dan kemiskinan.

Sesuai namanya, platform pembiayaan Bank Wakaf Mikro menyasar masyarakat kecil

serta usaha kelompok mikro dan kecil. Dana penyaluran pembiayaan Bank Wakaf Mikro berasal

dari donasi perusahaan maupun individu yang dihimpun oleh Lembaga Amil Zakat Nasional

(Lazis).

Menurut Kepala Departemen Perbankan Syariah (DPBS) Ahmad Soekro, untuk

pendirian Bank Wakaf Mikro ditetapkan 3 syarat yaitu donatur, pesantren dan masyarakat

produktif.

Karakteristik Bank Wakaf Mikro adalah pendampingan. Ada seleksi sebelum menjadi

nasabah, targetnya masyarakat ekonomi bawah dengan kemauan dan semangat tinggi. Tentunya

untuk meningkatkan kesejahteraan.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Desain Bank Wakaf Mikro telah mampu menunjukan potensinya dalam meperkuat sistem

ekonomi kerakyatan

2. Bank Wakaf mikro menawarkan solusi kemudaan akses permodalan dan meningkatkan

kualitas SDM melalui pendapingan usaha

3. Modal kerja yang disalurkan merupakan modal kerja dengan hanya pengembalian pokoknya

saja sehingga masyarakat miskin atau pengusaha kecil yang mnggunakan modal ini tidak

terbebankan dengan pengembalian yang tinggi

4. Potensi Bank wakaf Mikro yang mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat miskin akan

meningkatkan minat masyarakat untuk berwakaf

23 https://www.dream.co.id/dinar/ojk-dorong-sinergi-bumdes-bank-wakaf-mikro-180406x.html

659

B. Saran

1. Lembaga pengelola Bank wakaf Mikro. Konsep bank wakaf mikro yang diresmikan oleh

pemerintah di beberapa kota di Indonesia patut dikembangkan. Karena konsep ini merupakan

upaya meningkatkan perekonomian, sehingga usaha mikro dan kecil yang dimiliki masya-

rakat miskin bisa kuat dan berkembang.

2. Pemerintah. Agar dapat membuat peraturan terhadap operasional Bank Wakaf Mikro agar

dalam praktiknya tidak berbenturan dengan regulasi perbankan.

3. Akademisi. Agar dapat membuat kajian-kajian sejenis dalam rangka menambah koleksi

khazanah ilmiah secara khusus pada keilmuan pengelolaan bank wakaf mikro

4. Masyarakat secara umum. Agar dapar berpartisipasi mendukung program bank wakaf mik-

ro dengan menyumbangkan beberapa uangnya.

DAFTAR PUSTAKA ―Direktur Utama Inisiatif Wakaf, Romdlon Hidayat, mengatakan, wakaf merupakan bagian dari

syariat Islam yang sangat dianjurkan, dalam keterangan persnya yang diterima SINDO

news,Selasa (9/1/2018)‖. Dalam ―pengelolaan-wakaf-uang-di-sibl-bangladesh‖dalam

https://bwi.or.id/index.php/in/publikasi/artikel/695

―Presiden Joko Widodo saat meresmikan bank wakaf mikro di Pesantren Assalafi Al Fithrah Surabaya

pada hari Selasa tanggal 10 Maret 2018‖ dalam

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20180310064906-78-281918/ojk-beri-izin-usaha-20-

bank- wakaf-mikro

A. Simarmata.1998, Reformasi Ekonomi, Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI

A.Z. Fachri Yasin, dkk. 2002, Petani, Usaha Kecil Dan Koperasi Berwawasan Ekonomi Kerakyatan,

Pekanbaru : Unri Press

http://finansial.bisnis.com/read/20180505/89/791983/20-bank-wakaf-mikro-layani-4.152-nasabah-

berikut-ini-daftar-bwm

http://www.researchgate.net/publication/303994722 https:// succesary.wordpress.com (20/09/2018)

https://danaxtra.com/artikel/mengenal-bank-wakaf-mikro

https://h3r1y4d1.wordpress.com/2012/04/05/peranan-ekonomi-kerakyatan-sebagai-landasan-

perekonomian-indonesia/

https://nasional.sindonews.com/read/1272072/15/potensi-aset-wakaf-di-indonesia-capai-rp2000-

triliun-1515446944

https://www.cnbcindonesia.com/syariah/20180406100953-29-9911/bank-wakaf-mikro-bukan-bank-

justru-lembaga-non-bank

https://www.dream.co.id/dinar/masyarakat-bawah-sulit-mendapatkan-akses-keuangan-180410b.html

https://www.dream.co.id/dinar/ojk-dorong-sinergi-bumdes-bank-wakaf-mikro-180406x.html

https://www.wartaekonomi.co.id/read176513/ojk-bakal-sinergikan-bumdes-dan-bwm-tahun- Lexy J.

Meleong.1997, Metode PenelitianKualitatif, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung

Mubaryo.1999, Reformasi Sistem Ekonomi: Dari Kapitalis Menuju Ekonomi Kerakyatan, Yogyakarta:

Aditya Media

Muhammad Yunus, Menciptakan Dunia Tanpa Kemiskinan : Jakarta , Gramedia

Naimah, ―Kedudukan Hukum Wakaf Tunai Dalam Telaah Fiqh Muamalah Serta Implementasinya

Dalam Hukum Positif Di Indonesia‖ dalam Jurnal Ilmu Hukum dan Pemikiran, Vol 15, No.

1 Juni (Banjarmasin : Syariah, 2015), 85

660

Nurhayati, Jurnal Bisnis, Manajemen & Perbankan Vol. 2 No. 1 2016 : 31-48 P. ISSN 2338-4409 E.

ISSN 2528-4649

Proceedings the 2nd Annual Conference for Muslim Scholars. Mercure Hotels-Grand Mirama

Surabaya, 21-22 April 2018. Bank Wakaf Mikro Dan Pengaruhnya Terhadap Inklusi

Keuangan Pelaku

Usaha Kecil Dan Mikro (UKM)

Subana & Sudrajat.2005, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, Pustaka Setia, Bandung. Sugiyono. 2008,

Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatis, R & D, Alfabeta, Bandung

Zulkarnain. 2006, Strategi Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah Dan Penduduk Miskin, Yogyakarta

: Adicita Karya Nusa.