sistem pengoperasian bank wakaf mikro (bwm)...

171
SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) MENURUT UU NO. 1 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DAN UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF (Studi Kasus BWM Tebuireng Mitra Sejahtera Jombang) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Ekonomi Syariah (S.H) Oleh : Winarti 11150490000024 PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H / 2019 M

Upload: vanthu

Post on 17-Aug-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM)

MENURUT UU NO. 1 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA

KEUANGAN MIKRO DAN UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG

WAKAF

(Studi Kasus BWM Tebuireng Mitra Sejahtera Jombang)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum Ekonomi Syariah (S.H)

Oleh :

Winarti

11150490000024

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H / 2019 M

Page 2: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

iii

Page 3: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

iii

Page 4: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan untuk memenuhi gelar strata satu (S1) di Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta

3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 08 April 2019

Winarti

11150490000024

Page 5: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

v

ABSTRAK

Winarti. NIM 11150490000024. SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF

MIKRO (BWM) MENURUT UNDANG–UNDANG NO. 1 TAHUN 2013

TENTANG LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DAN UNDANG–UNDANG NO. 41

TAHUN 2004 TENTANG WAKAF. Program Studi Hukum Ekonomi Syariah

(Muamalat), Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidatullah

Jakarta, 1441 H/2019 M.

Studi ini bertujuan untuk menjelaskan kesesuaian operasional Bank Wakaf

Mikro (BWM) dari sisi UU No. 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro dan

UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf, BWM ini merupakan lembaga keuangan yang

memunculkan banyak perdebatan terhadap legalitas BWM yang secara operasional

tunduk dan patuh pada UU No. 01 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro

dengan izin usaha Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Syariah yang dinilai menerapkan

model penghimpunan dana melalui wakaf sebagai permodalan dan konsep wakaf

dalam operasional BWM sebagai esensi permodalan dan penamaan lembaga, maka

BWM juga harus tunduk pada UU No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf

Penelitian ini menggunakan penelitian yuridis normatif dan Field Research

(lapangan) dengan melakukan wawancara kepada informan dengan menyesuaikan

sumber data sekunder dalam bentuk perundang – undangan.

Hasil penelitian menujukkan bahwa secara rasional BWM dari sisi UU No. 1

Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro dan UU No. 41 Tahun 2004 tentang

Wakaf, BWM Tebuireng Mitra Sejahtera secara operasional lebih sesuai pada UU No.

1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro dan kedua regulasi tersebut tidak

saling bersinergi dalam praktik operasional BWM meskipun lembaga ini memiliki

esensi penamaan atau merek wakaf didalamnya.

Kata Kunci : Operasional, Bank Wakaf Mikro, Lembaga Keuangan Mikro,Wakaf

Pembimbing : Dr. Phil. Asep Saepudin Jahar, M.A.

Daftar Pustaka : 2000 s.d 2018

Page 6: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

vi

ABSTRACK

Winarti. NIM 11150490000024. SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF

MIKRO (BWM) MENURUT UNDANG–UNDANG NO. 1 TAHUN 2013

TENTANG LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DAN UNDANG–UNDANG NO. 41

TAHUN 2004 TENTANG WAKAF. Program Studi Hukum Ekonomi Syariah

(Muamalat), Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidatullah

Jakarta, 1441 H/2019 M.

This study aims to explain the operational suitability of the Micro Waqf Bank

(BWM) in terms of Law No. 1 of 2013 concerning Microfinance Institutions and Law

No. 41 of 2004 concerning Waqf, this BWM is a financial institution that raises a lot

of debate on the legality of BWM which is operationally submissive and obedient to

Law No. 01 of 2013 concerning Microfinance Institutions with business licenses of

Sharia Micro Finance Institutions (MFIs) which are considered to apply the model of

fund collection through waqf as capital and waqf concepts in BWM operations as the

essence of capital and institution naming, BWM must also comply with Law No. 41 of

2004 concerning endowments

This study uses normative juridical research and Field Research (field) by

conducting interviews with informants by adjusting secondary data sources in the form

of legislation.

The results of the study show that rationally BWM from the side of Law No. 1

of 2013 concerning Microfinance Institutions and Law No. 41 of 2004 concerning

Waqf, the BWM Tebuireng Mitra Sejahtera is operationally more appropriate in Law

No. 1 of 2013 concerning Microfinance Institutions and the two regulations do not

synergize in BWM operational practices even though this institution has the essence of

naming or waqf brands in it.

Keywords: Operations, Micro Waqf Banks, Microfinance Institutions, Endowments

Advisor : Dr. Phil. Asep Saepudin Jahar, M.A.

Bibliography : 2000 as of 2018

Page 7: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur dipanjatkan kepada Rabb semesta alam

Allah SWT yang telah memberikan nikmat tak terhitung hingga penulis mampu

menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tak lupa tercurah pada junjungan

baginda Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan ajaran ilahi untuk

membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang dan lebih baik.

Skripsi yang berjudul “Sistem Operasional Bank Wakaf Mikro (BWM)

Menurut Undang – Undang No. 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro

dan Undang – Undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf (Studi Kasus BWM

Tebuireng Mitra Sejahtera Jombang).” Merupakan hasil karya penulis yang

diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta untuk mendapat gelas Sarjana Hukum (S.H)

Selama proses penulisan skripsi ini, tidak lerpas dari segala bantuan baik berupa

bimbingan maupun motivasi dari orang – orang sekitar. Pada kesempatan ini penulis

ingin mengucapkan terima kasih sebesar – besarnya kepada :

1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.Ag., S.H.,M.H., M.A, selaku Dekan Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. A. M. Hasan Ali, M.A, selaku Ketua Prodi Hukum Ekonomi Syariah dan Dr.

Abdurrauf, M.A selaku Sekretaris Prodi Hukum Ekonomi Syariah

3. Dr. Phil Asep Saepudin Jahar, M.A, selaku Pembimbing Skripsi yang telah

meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga kepada penulis dalam penyusunan

penelitian ini. Semoga Allah SWT selalu memberikan kesehatan dan keberkahan

kepada bapak. Amiin

4. Ir. M. Nadratuzzaman Hosen, M.Sc, M. Ec., Ph.D selaku Dosen Pembimbing

Akademik yang selalu meluangkan waktu guna motivasi dan kelancaran Akademik

selama masa perkuliahan. Semoga Allah SWT selalu memberikan kesehatan dan

keberkahan kepada bapak. Amiin

Page 8: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

viii

5. Segenap Bapak dan Ibu dosen dilingkungan Fakultas Syariah dan Hukum yang

telah memberiakn ilmu dan motivasi selama masa perkuliahan. Semoga Allah SWT

membalas kebaikan bapak dan ibu semua.

6. Manager dan Staff BWM Tebuireng Mitra Sejahtera Jombang, terutama Bapak

Ahmad Dawam Anwar, Mas Hilmi, dan Mbak Ummu yang telah menerima penulis

untuk melakukan riset dan membantu memberikan data yang diperlukan guna

penyelesaian skripsi.

7. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Sukardi (Alm.) dan Ibunda Rukianah yang

telah tulus mendidik, selalu mendokan yang terbaik, memberikan kasih sayang

yang tak mampu dituliskan dengan kata – kata dan dukungan serta motivasi dalam

penyelesaian skripsi ini. Semoga ayah bangga atas pencapaian ini dan selalu

mendoakan yang terbaik untuk ibunda. Semoga Allah SWT kelak memberikan

balasan berupa Surga Firdaus. Amin. Amin Ya Robbal ‘alamin.

8. Kepada kaka saya Zulianah, M.Pd, yang juga selalu memberikan dukungan dan

doa, semoga Allah SWT selalu memberikan kemudahan dalam setiap urusan dan

diberkahi Allah SWT.

9. Sahabat – Sahabat Duta Kesehatan Remaja Provinsi Jawa Timur, Ari Wahyu Aji

Pamungkas, Kevin Pratama Surya Mustafa Putra, Syahrinaldi Timur Erlangga,

Rizki Julian Permana, Vicky Afrilliano, Satrio Maheswara, Ahmad Fauzi yang

selalu memberi dukungan, kerja sama serta doa kalian. Semoga kalian tetap ada

untuk penulis dan semakin erat persaudaran kita.

10. Seluruh teman – teman Prodi Hukum Ekonomi Syariah Angkatan 2015, terima

kasih kalian telah memberikan warna tersendiri selama masa kuliah. Semoga

silaturahim kita tetap erat sampai kapanpun dan segala kenangan bersama kalian

tidak akan terlupakan.

11. Teman – teman KKN 155 “BERES” 2018, terima kasih pada kalian semua telah

berbagi kebersamaan.

12. Kepada Mbak Nila, Mas Amik, Kak Dita, Kaka Nur, Mbak Nihau terima kasih

selama di kosan selalu menjadi kakak terbaik untuk penulis.

Page 9: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

ix

13. Seluruh pihak – pihak terkait lainnya yang telah membantu, menyemangati dan

menghibur selama penyelesaian skripsi ini.

Akhirnya penulis mengucapkan banyak – banyak terima kasih kepada semua

pihak yang telah berperan dalam penyelesaian tugas akhir ini. Semoga kita selalu

berada lindungan dan keberkahan

Jakarta, 08 April 2019

Winarti

Page 10: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ....................................................................................... iv

ABSTRAK ................................................................................................................... v

ABSTRACK ................................................................................................................. vi

KATA PENGANTAR ............................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................................ x

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xiii

DAFTAR TABEL .................................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................................. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Identikasi Masalah ........................................................................................ 5

2. Rumusan Masalah ........................................................................................ 6

3. Pembatasan Masalah..................................................................................... 6

C. Tujuan dan Manfaat .......................................................................................... 6

D. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian ............................................................................................. 7

2. Pendekatan Penelitian ................................................................................... 8

3. Sumber Data ................................................................................................. 8

4. Teknik pengumpulan Data............................................................................ 8

Page 11: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

xi

5. Teknik Analisis data ................................................................................... 10

6. Teknik Penulisan Data ................................................................................ 11

E. Tinjauan Kajian Terdahulu ............................................................................. 11

F. Sistematika penulisan ...................................................................................... 15

G. Kerangka pemikiran ........................................................................................ 17

BAB II LANDASAN TEORI

A. Lembaga Keuangan Mikro

1. Pengertian Lembaga Keuangan Mikro ....................................................... 18

2. Dasar Hukum Lembaga Keuangan Mikro .................................................. 19

3. Prinsip dan Karakteristik Lembaga Keuangan Mikro ............................... 21

4. Jenis – Jenis Lembaga Keuangan Mikro .................................................... 22

5. Peran Lembaga Keuangan Mikro ............................................................... 23

6. Sumber Permodalan Lembaga Keuangan Mikro........................................ 24

7. Model Lembaga Keuangan Mikro .............................................................. 26

B. Wakaf

1. Pengertian Wakaf ....................................................................................... 27

2. Dasar Hukum Wakaf .................................................................................. 29

3. Rukun dan Syarat Wakaf ............................................................................ 32

4. Manfaat dan Tujuan Wakaf ........................................................................ 35

5. Harta Benda Wakaf .................................................................................... 36

6. Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf Uang .......................................... 38

BAB III GAMBARAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) TEBUIRENG MITRA

SEJAHTERA

A. Sejarah dan Perkembangan Bank Wakaf Mikro

1. Profil Singkat BWM Tebuireng Mitra Sejahtera ........................................ 46

2. Latar Belakang Kemunculan BWM Tebuireng Mitra Sejahtera ................ 47

3. Karakteristik BWM Tebuireng Mitra Sejahtera ......................................... 48

Page 12: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

xii

B. Visi dan Misi ................................................................................................... 49

C. Struktur Organisasi ........................................................................................ 50

D. Produk – Produk Pembiayaan ......................................................................... 59

E. Bentuk Interaksi .............................................................................................. 61

F. Bentuk Pelaporan ............................................................................................ 62

BAB IV ANALISIS OPERASIONAL BWM TEBUIRENG MITRA

SEJAHTERA DARI SISI LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DAN WAKAF

A. Penghimpunan Dana ....................................................................................... 67

B. Pengelolaan Dana ............................................................................................ 72

C. Laporan Rutin (Regular Report) ..................................................................... 79

D. Penyelesaian Non Performing Loan ............................................................... 81

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................................... 85

B. Saran ................................................................................................................ 86

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 88

LAMPIRAN - LAMPIRAN

Page 13: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

xiii

DAFTAR GAMBAR

Tabel 2.1 Bentuk Badan Hukum Beserta Permodalan .............................................. 24

Tabel 2.2 Skema Lembaga Keuangan Mikro ............................................................ 27

Tabel 2.3 Skema Pengelolaan Dana Wakaf Uang .................................................... 41

Tabel 3.1 Struktur Organisasi BWM ........................................................................ 50

Tabel 3.2 Alur Pembiayan Bank Wakaf Mikro Tebuireng Mitra Sejahtera ............. 59

Tabel 3.3 Skema Produk Qard .................................................................................. 61

Page 14: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan Wakaf Dari sisi jangka Waktu.................................................. 39

Tabel 3.1 Laporan Laba Rugi..................................................................................... 63

Tabel 3.2 Laporan Neraca .......................................................................................... 64

Tabel 4.1 Sumber Permodalan BWM Tebuireng Mitra Sejahtera ............................ 65

Tabel 4.2 Jumlah Nasabah BWM Tebuireng Mitra Sejahtera ................................... 74

Tabel 4.3 Simulasi Pembiayaan Qard pada BWM Tebuireng Mitra Sejahtera ......... 75

Page 15: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Pencairan Deposito

Lampiran 2 Keputusan Menteri Koperasi Republik Indonesia

Lampiran 3 Pemberian Izin Usaha Oleh OJK

Lampiran 4 Jadwal Pra PWK dan PWK

Lampiran 5 Jadwal Halmi (Halaqoh Mingguan)

Lampiran 6 Surat Permohonan Wawancara dan Pengambilan Data

Lampiran 7 Surat Keterangan Penelitian

Lampiran 8 Lampiran Wawancara

Lampiran 9 Dokumentasi Penelitian

Lampiran 10 Undang – Undang No. 01 Tahun 2013 tentang LKM

Lampiran 11 Undang – Undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf

Page 16: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Indonesia kemiskinan dan ketimpangan menjadi salah satu permasalahan

ekonomi yang cukup pelik. Hal tersebut dibuktikan dengan data BPS ( Badan Pusat

Statistika) pada bulan Maret 2018 penduduk dengan pengeluaran per kapita per

bulan di bawah Garis Kemiskinan mencapai 25,95 juta jiwa atau 9,82 persen.1

Sektor keuangan menjadi salah satu sektor yang sangat penting dalam

meningkatkan perekonomian nasional dan perekonomian masyarakat. Sehingga

sampai saat ini pemerintah terus berupaya mencari jalan dengan membuat

terobosan-terobosan baru untuk mengurangi ketimpangan sosial dan kesenjangan,

serta mewujudkan pemerataan pembangunan di seluruh pelosok tanah air.

Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) bisa menjadi suatu solusi

alternatif bagi perekonomian bangsa Indonesia yang kebanyakan masyarakatnya

bergerak di bidang Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Hal ini dikarenakan LKMS

lebih fleksibel dan bisa menjangkau masyarakat kecil dibandingkan dengan bank

yang hanya bisa menjangkau kalangan menengah ke atas.2 LKMS juga

diharapakan dapat menjadi solusi alternatif yang ampuh bagi masyarakat agar

dapat terhindar dari praktik riba yang banyak di terapkan oleh para rentenir di

sekitar lingkungan tempat tinggal. Cara ini diharapkan dapat menggantikannya

dengan prinsip muamalah sesuai dengan ajaran Islam dikarenakan LKMS memang

menjunjung tinggi asas-asas syariah.

1Berita Resmi Statistik No. 57/07/Th. XXI, 16 Juli 2018 2Aam S. Rusydiana, Irman Firmansyah, Strategi Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro

Syariah di Indonesia : Pendekatan Matriks EFAS IFES, Jurnal Ekonomi Islam Volume 9, Nomor 1,

November 2018

Page 17: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

2

Berkaitan dengan hal tersebut Pemerintah bersama Otoritas Jasa Keuangan

(OJK) dan Bank Indonesia (BI) membuat satu terobosan baru yang bertujuan untuk

mengurangi ketimpangan dalam akses permodalan terutama akses permodalan

untuk menjangkau usaha mikro, kecil, dan menengah yang selama ini belum

tersentuh secara luas dalam layanan kredit perbankan.3

Pada bulan Oktober 2017 pemerintah meresmikan satu program baru besutan

OJK bersama Lembaga Amil Zakat (LAZ) dan Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil

(PINBUK) tersebut yang dinamakan dengan Bank Wakaf Mikro (BWM) yang

tujuannya yaitu untuk mengurangi tingkat kemiskinan dan ketimpangan yang ada

di Indonesia. Dan sampai saat ini program BWM mengalami perkembangan yang

cukup signifikan, begitu pun dengan OJK terus mendorong penyebaran BWM

diseluruh wilayah di Indonesia.4

Sejak diresmikan BWM oleh pemerintah sampai pada bulan Mei 2018 secara

keseluruhan ke-20 Bank Wakaf Mikro (BWM) tersebut mengalami peningkatan

pelayanan sebanyak 4.152 nasabah dengan total pinjaman lunak senilai Rp4,18

miliar dibandingkan dengan capaian pada akhir 2017, jumlah nasabah terlayani

bertambah 402,1% atau 3.325 nasabah dari sebelumnya hanya 827 nasabah.

Adapun dari sisi nilai pinjaman, angkanya bertambah 525,3% atau Rp3,52 miliar

dari sebelumnya hanya Rp658 juta.5

Peningkatan, perkembangan, dan ketertarikan masyarakat, berdirinya BWM

ini tak luput dari banyaknya perdebatan, hal tersebut dilihat dari legalitas BWM

yang secara operasional tunduk dan patuh pada Undang-Undang No. 01 Tahun

3Inovasi era jokowi bank wakaf atasi upaya ketimpangan sosial, shariah news.com/ 2017/01/25/

https://www.suara.com/news/2017/01/25/213418/inovasi-era-jokowi-bank-wakaf-upaya-atasi-

ketimpangan-sosial 4DSN belum keluarkan fatwa pedoman bank wakaf mikro , shariah

new.com/2018/08/08/https://sharianews.com/posts/azharuddin-lathif-dsn-belum-pernah-keluarkan-

fatwa-pedoman-bank-wakaf-mikro 5Prabowo, Anto, Deputi Komisioner Manajemen Strategis dan Logistik Otoritas Jasa

Keuangan, pada acara Diskusi Press Tour Bank Wakaf Mikro di Yogyakarta (Sabtu, 05 Mei 2018)

Page 18: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

3

2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro dengan izin usaha Lembaga Keuangan

Mikro (LKM) Syariah. Secara eksplisit BWM ini tidak diatur dalam Undang–

Undang tersebut akan tetapi harus BWM tunduk dan patuh pada aturan lembaga

keuangan mikro terutama pada aspek-aspek mekanisme pendirian, kegiatan usaha,

pertanggungjawaban, pengawasan dan banyak lainnya dengan merujuk pada

peraturan lainnya seperti POJK No. 62/POJK.05/2015 tentang Perubahan Atas

POJK No. 13/POJK.05/2014 tentang Penyelenggaraan Usaha Lembaga Keuangan

Mikro.6

Hal tersebut juga disampaikan oleh Instruktur DSN–MUI dan Dewan

Pengawas Syariah untuk Bank Wakaf Mikro Ah. Azharuddin Lathif., M.H.M.Ag

pada wawancara bersama sharianews.com yang menyampaikan mengenai status

pendirian dan mekanisme BWM yang masih berpedoman pada peraturan OJK

tentang Lembaga Keuangan Mikro (LKM) syariah karena BWM merupakan

lembaga keuangan mikro syariah yang berbadan hukum koperasi jasa.7

Selain mengenai regulasi dan legalitas kelembagaan BWM, pendanaan dan

penamaan BWM juga memunculkan banyak spekulasi dari berbagai kalangan

yang dinilai menerapkan model penghimpunan dana melalui wakaf sebagai

permodalan. Karena BWM dinilai mampu berperan penting sebagai alternatif

pemanfaat wakaf berupa wakaf uang atau wakaf tunai. Jika praktek wakaf atau

konsep wakaf dikelola dalam BWM sebagai esensi permodalan pembiayaan dan

penamaan lembaga, maka BWM juga harus tunduk dan merujuk pada Undang–

6 Sutrisna, Kajian Yuridis Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Menurut Undang – Undang No. 1

Tahun 2013 Tentang Lembaga keuangan Mikro dan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Menurut Undang

– Undang No. 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian, Jurnal Penelitian Fakultas Hukum Universitas

Slamet Riyadi Surakarta 2017 7DSN belum keluarkan fatwa pedoman bank wakaf mikro , shariah

new.com/2018/08/08/https://sharianews.com/posts/azharuddin-lathif-dsn-belum-pernah-keluarkan-

fatwa-pedoman-bank-wakaf-mikro

Page 19: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

4

Undang No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf sebagai regulasi dalam pengelolaan

dan sistem operasionalnya dalam menggunakan dana wakaf tersebut.8

Penerapan wakaf sendiri bukan merupakan hal baru dalam dunia Lembaga

Keuangan Syariah (LKS) baik secara penghimpunan maupun pembiayaan, karena

dalam LKS wakaf merupakan salah satu produk yang penting. Wakaf uang

memiliki potensi yang sangat besar di Indonesia bila dikalkulasi berdasarkan

populasi muslim yang mecapai 87,2 persen atau sekitar 207. 176.162 orang.9

Badan Wakaf Indonesia (BWI), menyatakan potensi wakaf tanah saja di atas

Rp 370 triliun, sementara wakaf tunai Rp 180 triliun. Ini belum termasuk

menghitung potensi wakaf tanah yang masih belum muncul, yang bisa mencapai

Rp 2.000 triliun.10

Seperti kata Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada saat meresmikan salah satu

BWM di Provinsi Jawa Timur, bahwa Wakaf saat ini mampu berevolusi dari

aktivitas sosial, keagamaan, menjadi kegiatan ekonomi seperti membangun jalan,

jembatan, menggarap lahan pertanian, perkebunan, hingga perdagangan. Bahkan

dari wakaf banyak potensi besar yang bisa digali. Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

dan Bank Indonesia (BI) kini mulai menjadikan wakaf atau dalam bahasa sehari-

hari berupa pemberian harta (tanah maupun uang) untuk diambil manfaatnya bagi

kepentingan umat sebagai program prioritas pembangunan ekonomi. Wakaf

produktif menjadi menu utama Pemerintah Jokowi dalam mengangkat derajat

masyarakat miskin menjadi lebih baik, mereka yang tidak punya menjadi

8 Ani Faujiah, Bank Wakaf Mikro dan Pengaruhnya Terhadap Inklusi Keuangan Pelaku Usaha

Kecil dan Mikro (UKM), 2nd Annual Conference From Muslim Scholars, 2018 9Yudhi Rachman, Arah Bank Wakaf Mikro, Faculty Member Lembaga Pengembangan

Perbankan Indonesia (LPPI) ,Mahaka Group, Republika Edisi 7 Desember 2018, h. 4 10“Direktur Utama Inisiatif Wakaf, Romdlon Hidayat, mengatakan, wakaf merupakan bagian

dari syariat Islam yang sangat dianjurkan, dalam keterangan persnya yang diterima SINDOnews/Selasa

(9/1/2018)”. Dalam https://nasional.sindonews.com/read/1272072/15/potensi-aset-wakaf-di-indonesia-

capairp2000-triliun-1515446944

Page 20: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

5

produktif, dan perekonomian bergerak dari bawah. Bank wakaf pun dibentuk OJK,

sementara BI membangun Waqaf Core Principles bersama BWI.11

Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti bermaksud untuk melakukan

penelitian yang menjadi perbincangan menarik untuk dibahas mengenai

keberadaan Lembaga Keuangan Mikro Syariah Bank Wakaf Mikro dengan

mengkaji sistem pengoperasian atau pengelolahan Bank Wakaf Mikro menurut

Undang–Undang Nomor 1 tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro dan

Undang–Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf Oleh karena itu penulis

mencoba meneliti dengan judul “Sistem Pengoperasian Bank Wakaf Mikro

(BWM) Menurut Undang – Undang Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Lembaga

Keuangan Mikro dan Undang – Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang

Wakaf ( Studi Kasus BWM Tebuireng Mitra Sejahtera Jombang)”.

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Bank Wakaf Mikro merupakan Lembaga Keuangan Mikro yang lahir guna

mengembangankan pemberdayaan usaha kecil yang berada dilingkungan

pesantren yang menitik beratkan pada sisi menyebarluaskan ekonomi syariah

dengan meninggalkan riba dan berorientasi pada ekonomi kerakyatan.

Dalam mendirikan Bank Wakaf Mikro perlu adanya regulasi sebagai legalitas

dan standarisasi dalam menjalankan kegiatan lembaga BWM tersebut.

Berdasarkan latar belakang diatas perlu adanya identifikasi masalah terkait

dengan penelitian ini, permasalahan yang dapat diidentifikasi sebagai berikut :

a. Bagaimana skema model bisnis dan sumber pendanaan Bank Wakaf Mikro ?

11Presiden Joko Widodo meresmikan bank wakaf mikro di Pesantren Assalafi Al Fithrah

Surabaya,CNNIndonesia.com/2018/03/10/https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20180310064906-

78-281918/ojk-beri-izin-usaha-20bank-wakaf-mikro

Page 21: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

6

b. Bagaimana kesesuaian sistem pengoperasian Bank Wakaf Mikro menurut

Undang–Undang nomor 1 tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro ?

c. Bagaimana kesesuaian sistem pengoperasian Bank Wakaf Mikro menurut

Undang–Undang nomor 41 tahun 2004 tentang wakaf ?

d. Bagaimana pertanggungjawaban penggunaan dana bila bank wakaf mikro

dibubarkan ?

e. Bagaimana konsep wakaf dalam operasional Bank Wakaf Mikro Tebuireng

Mitra Sejahtera?

2. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan yang di kaji menjadi fokus dan terarah dan

mempermudah agar permasalahan tidak melebar dalam penulisan ini

membahas mengenai Mekanisme Bank Wakaf Mikro dalam menjalankan

operasional dikaji dari sisi Undang –Undang No. 1 Tahun Tentang Lembaga

Keuangan Mikro dan Undang-Undang No. 41 tahun 2004 Tentang Wakaf

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan ruang lingkup penelitian yang telah ditetapkan tersebut,

maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :

Bagaimana sistem pengoperasian BWM Tebuireng Mitra Sejahtera dari

sisi Undang–Undang Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Lembaga Keuangan Mikro

dan Undang–Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan uraian diatas penelitian ini ditunjukkan untuk mendapatkan

data dan informasi atau keterangan guna :

Page 22: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

7

a. Mengetahui kesesuaian sistem pengoperasian BWM Tebuireng Mitra

Sejahtera dari sisi Undang–Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang lembaga

keuangan mikro

b. Mengetahui kesesuaian sistem pengoperasian BWM Tebuireng Mitra

Sejahtera menurut Undang–Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf

2. Manfaat Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang menjadi fokus kajian penelitan ini dapat

manfaat sebagai berikut :

a. Secara Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapan memberikan

sumbangan pemikiran ilmiah bagi pengembangan ilmu pengetahuan

dibidang hukum pada umumnya dan hukum islam, serta memberikan

pemikiran ilmiah terkait sistem pengoperasian BWM

b. Secara Praktis

1) Dengan adanya penelitian ini bisa menjadi referensi kepustakaan bagi

lembaga yang berkaitan dengan BWM yaitu Pemerintah Otoritas Jasa

Keuangan

2) Dapat memberikan gagasan serta masukan mengenai regulasi BWM

yang ada dalam hal pengembangan BWM secara komprehensif

3) Memberikan pengetahuan serta informasi kepada masyarakat tentang

lembaga BWM serta penyampaian kritik yang bisa dijadikan referensi.

D. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian hukum normatif empiris.

Cakupan penelitian ini meliputi penelitian terhadap asas-asas hukum baik

hukum konvensional maupun hukum syariah, sistematika hukum dan

Page 23: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

8

sinkronisasi hukum yang secara keseluruhannya tergabung dalam suatu

pendekatan konseptual penelitian.12

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif, yaitu tatacara penelitian yang menghasilkan data deskriptif, yaitu

informasi yang dinyatakan oleh informan secara tertulis atau lisan, dan

perilaku nyata.13

Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif deskriptif , Dalam hal ini

analisis data menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif proses

pengorganisasian dan mengurutkan data kedalam kelompok, kategori, dan

kesatuan. Pengelolaan data ini dilakukan terus-menerus selama pengumpulan

data berlangsung maupun setelah data terkumpul. Sehingga mampu

mengungkap fakta, keadaan, fenomena, dan keadaan yang terjadi saat

penelitian berjalan dan menemukan penemuan yang tidak dapat dicapai

dengan menggunakan prosedur statistik dengan cara kuantifikasi lainnya.

3. Sumber Data

Dalam penelitian ini menggunakan dua macam bahan hukum yang

digunakan sebagai berikut:

a) Data Primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat

autoritatif berupa peraturan perundang-undangan. Peraturan

perundang–undangan yang digunakan adalah peraturan perundang-

undangan yang memiliki kaitan dengan penelitian yang dilakukan.14

12 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Edisi Pertama, (Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2005), Cet. 3, h. 35. 13 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI-Press, 2015), Cet. Ketiga,

h.32. 14 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Edisi Pertama (Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2005), Cet.3, h. 141

Page 24: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

9

1) Wawancara Data BWM Tebuireng Mitra Sejahtera Jombang.

2) Undang-Undang Nomor 01 tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan

Mikro.

3) Undang–Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf.

4) POJK Nomor 12/POJK.05/2014 tentang Perizinan Usaha dan

Kelembagaan Lembaga Keuangan Mikro.

5) POJK Nomor 61/POJK.05/ 2015 tentang Perubahan Atas POJK

Nomor POJK Nomor 12/POJK.05/2014 tentang Perizinan Usaha

dan Kelembagaan Lembaga Keuangan Mikro.

6) POJK Nomor 62 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas POJK Nomor

13 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Usaha Lembaga Keungan

Mikro.

7) POJK Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pembinaan dan Pengawasan

Lembaga Keuangan Mikro.

8) Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia No. 4 Tahun 2009

tentang Administrasi Pendaftaran Wakaf Uang.

9) Peraturan Badan Wakaf Indonesia No. 01 Tahun 2009 tentang

Pedoman Pengelolahan dan pengembangan Harta Benda Wakaf

Bergerak Berupa Uang.

10) Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan

Undang–Undang No. 41 Tahun 2004.

11) Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas

Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan

Undang–Undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf.

12) Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian.

b) Data Sekunder

Bahan hukum sekunder biasanya berupa pendapat hukum / doktrin/

teori-teori yang diperoleh dari literatur hukum, hasil penelitian, artikel

Page 25: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

10

ilmiah, maupun website yang terkait dengan penelitian. Bahan hukum

sekunder pada dasarnya digunakan untuk memberikan penjelasan

terhadap bahan hukum primer. Dengan adanya bahan hukum sekunder

maka peneliti akan terbantu untuk memahami/menganalisis bahan

hukum primer.

Termasuk pula dalam bahan hukum sekunder adalah wawancara

dengan narasumber. Pada penelitian hukum normatif, wawancara

dengan narasumber dapat dilakukan dan digunakan sebagai salah satu

data sekunder yang termasuk sebagai bahan hukum sekunder. Hal

tersebut karena wawancara dengan narasumber digunakan sebagai

pendukung untuk memperjelas bahan hukum primer. Dalam penelitian

ini melakukan wawancara ini dilakukan dengan in depth interview

terhadap Lembaga BWM, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Badan Wakaf

Indonesia, dan Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS).

4. Teknik pengumpulan Data

a. Library Research, yaitu suatu metode dengan mengkaji data-data yang

diperoleh dari buku-buku, bahan-bahan presentasi, artikel, brosur dan

bahan bacaan lainnya yang berkaitan dengan pembahasan skripsi ini.

b. Field Research (lapangan) dengan wawancara, yaitu teknis dalam upaya

menghimpun data yang akurat untuk keperluan melakukan proses

pemecahan masalah tertentu sesuai dengan data. Teknik yang digunakan

adalah berupa interview bebas terpimpin yaitu penulis mengajukan

beberapa pertanyaan yang telah dipersiapkan, kemudian langsung dijawab

oleh informan dengan bebas terbuka. Dalam hal ini penulis memberikan

pertanyaan kepada narasumber dari masing-masing pihak yang

bersangkutan.15

15 Irwan Soeharto, Metode Penelitian Sosial ,(Bandung : PT Raja Grafindo, 2004) , cet.6, h.72

Page 26: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

11

c. Studi Dokumentasi, yaitu dilakukan dengan mengumpulkan data

berdasarkan pada laporan keterangan BWM dan keterangan wawancara

lainnya yang terkait dengan masalah penelitian.

5. Teknik Analisis Data

Metode dalam menganalisa bahan hukum tersebut adalah deskriptif

kualitatif, yaitu bahan hukum yang diperoleh dari penelitian dan diolah secara

kualitatif dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Bahan hukum yang diperoleh dari penelitian diklasifikasi sesuai dengan

permasalahan yang terdapat dalam penelitian.

b. Hasil klasifikasi bahan kemudian selanjutnya akan di sistemasikan

c. Bahan hukum yang telah disistemasikan kemudian dianalisis untuk

dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan kesimpulan.

6. Teknik Penulisan

Teknik penulisan dan pedoman yang digunakan dalam penulisan ini

adalah buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta 2017.16

E. Tinjauan Kajian Terdahulu

Bank Wakaf Mikro dan Pengaruhnya Terhadap Inklusi Keuangan

Pelaku Usaha Kecil dan Mikro (UKM), jurnal ini di tulis oleh Ani Faujiah tahun

2018 dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menarik

kesimpulan pentinganya pengembangan wakaf di Indonesia melalui lembaga

wakaf yang dinilai mampu menggerakkan perekonomian masyarakat dengan

menggunakan wakaf uang yang telah di atur dalam Undang–Undang No. 41 Tahun

2004 tentang Wakaf.

16 Fakultas Syariah dan Hukum, “Pedoman Penulisan Skripsi”, 2017.

Page 27: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

12

Penelitian ini membahas mengenai lembaga baru yang dicetus oleh OJK untuk

masyarakat miskin di lingkungan pesantren untuk merintis usaha mikro dan dilihat

peran lembaga ini dalam pengelolahan wakaf uang inklusi keuangan UKM

ditingkat pesantren. Penelitian ini berebda dengan penelitian yang akan dikaji

meskipun memiliki objek yang sama yaitu BWM, perbedaan terletak pada metode

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini lebih mengkaji pada sisi yuridis

dalam sistem pengoperasian BWM.17

Analisis Pengelolahan Wakaf Uang pada Koperasi Jasa Keuangan

Syariah (Pendekatan Analytical Network Process), jurnal ditulis oleh Arie Haura,

Lukan M Bagal, dan Hendri Tanjung tahun 2016 dengan metode analisis proses

kerja yang membagi faktor internal dan eksternal dalam mengkaji pengelolahah

wakaf uang di lembaga yang berbadan hukum koperasi jasa yang terdiri dari tiga

pihak yaitu kementrian koperasi dan UKM, BWI, dan KJKS yang berperan

sebagai nazhir.

Dalam penelitian mengkaji lembaga berbadan hukum koperasi jasa dalam

mengelolah dana wakaf tunai sebagai permodalan dengan menggunakan analisis

internal dan sisi eksternal namun lebih memprioritaskan elemen masyarakat dan

prinsip syariah. Berdasarakan penjelasan tersebut penelitian yang akan dikaji

memiliki objek yang sama yang terletak pada lembaga berbadan hukum koperasi

jasa dengan perbedaan pada analisis yang digunakan. Penelitian ini melihat dari

sisi regulasi yang ada dalam pengelolahan sistem permodalan lembaga.18

Pengembangan Produk – Produk Lembaga Keuangan Mikro Syariah,

jurnal yang ditulis oleh Meuthiya Athifa Arifin tahun 2014 dengan metode

penelitian kualitatif dengan kesimpulan LKMS memiliki prinsip syariah yang

17Ani Faujiah, Bank Wakaf Mikro dan Pengaruhnya Terhadap Inklusi Keuangan Pelaku Usaha

Kecil dan Mikro (UKM), 2nd Annual Conference From Muslim Scholars, 2018 18Arie Haura, Lukan M Bagal, dan Hendri Tanjung, Analisis Pengelolahan Wakaf Uang pada

Koperasi Jasa Keuangan Syariah (Pendekatan Analytical Network Process), Institut Pertanian Bogor,

Jurnal Al – Muzara’ah Vol. 6 No. 1, 2016

Page 28: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

13

terdiri produk atau kegiatan usaha himpunan dan penyaluran dana. Dimana

produk–produk LKMS sudah memenuhi syarat sebagai produk yang digunakan

masyarakat Indonesia dan sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis

Ulama Indonesia dan kelayakan produk serta operasional yang telah diatur oleh

Otoritas Jasa Keuangan.

Dalam penelitian ini sedikit menyinggung mengenai BMT sebagai lembaga

keuangan mikro yang diteliti dalam pandangan fatwa DSN-MUI sehingga secara

jelas penelitian ini berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan baik secara

objek maupun lembaganya namun sedikit persamaan dari pembahasan ini terletak

pada operasional yang tela diatur ole OJK.19

Lembaga Keuangan Mikro Syariah : Eksistensi dan Aksebilitasnya Bagi

Pembiayaan Usaha Tani di Sumatera Barat ( Studi Kasus : Koperasi Jasa

Keuangan Syariah (KJKS) Baitul Maal Wal Tamwil (BMT), merupakan jurnal

agribisnis Indonesia dengan penulis Widya Fitrianitahun tahun 2016 yang meneliti

mengenai Eksistensi Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) dengan mengambil

data dari para petani yang sudah mendapat pembiayaan dari KJKS tersebut yang

menyimpulkan bahwasannya KJKS BMT banyak diminati dan mendapat

tanggapan positif dari masyarakat, begitu pula dengan aksesibilitas dan realisasi

atau praktek pembiayaan dalam KJKS BMT usaha tani ini secara keseluruhan

sesuai dengan indikator dan menunjukan hasil yang baik.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan

data primer melalukan kuisioner. Penelitian ini sedikit menyinggung mengenai

Koperasi jasa keuangan syariah (KJKS) yang sekarang sudah diubah menjadi

Kegiatan Usaha Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) mengenai

19Athifa Arifin Meuthiya, pengembangan Produk – Produk Lembaga Syariah, Jurnal

Equilibrum, Vol. 2, No, 1, Juni 2014

Page 29: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

14

BMT sedangkan penelitian yang akan dilakukan mengenai Kegiatan Usaha

Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) pada BWM.20

Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia, jurnal karya I Gede Kajeng

Baskara tahun 2013 yang meneliti mengenai LKM di Indonesia yang dirasa kuat

akan berdampak pada nilai positif untuk usaha mikro kecil di Indonesia ditambah

dengan adanya penguatan legalitas peraturan perundang - undangan tenag LKM

menjadi payung hukum yang komprehensif dan membuat semakin kuat dan

berkembang dengan keberadaan lembaga ini.

Dalam penelitian ini juga membahas mengenai LKM yang ada di Indonesia

saat ini. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan dan dalam

penelitian ini belum menyebutkan adanya lembaga BWM dalam jenis lembaga

LKM di Indonesia dan hanya sedikit menyinggung mengenai lembaga BMT.21

Stategi Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro Syariah (Studi Kasus

pada BMT Tawfin Jakarta), merupakan jurnal karya Ahmad Sapudin,

Mukhamad Najib, dan Setiadi Djohar tahun 2017, yang meneliti mengenai

pengembangan LKMS pada BMT Tawfin di Jakarta yang menjelaskan pada

kinerja BMT dalam berbagai penilaian mulai dari pengawasan sampai dengan

standar operasional dan yang lainnya dengan menggunakan metode penelitian

kuantitatif.

Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian yang yang akan di kaji

karena objek dalam penelitian ini adalah BWM sedangkan dalam penelitian

20Fitriani Widya, Lembaga Keuangan Mikro Syariah : Eksistensi dan Aksebilitasnya Bagi

Pembiayaan Usaha Tani di Sumatera Barat ( Studi Kasus : Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS)

Baitul Maal Wal Tamwil (BMT), Jurnal Agribisni Indonesia , Universitas Andalas, Vol. 4 No. 2,

Desember 2016 21I Gede Kajeng Baskara, Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia, Jurnal Buletin Studi

Ekonomi, Universitas Udayana, Vol. 18 No. 2 , Agustus 2013

Page 30: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

15

tersebut adalah BMT namun secara aspek beberapa memiliki kesamaan aspek

yang akan diteliti yakni aspek pengelolahan , pengawasan, dan sebagainnya.22

Kajian Yuridis Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Menurut Undang -

Undang No.1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro dan Baitul

Maal Wat Tamwil Menurut Undang - Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang

Koperasi Indonesia, merupakan penelitian dalam bentuk skripsi yang ditulis oleh

Sutrisno tahun 2017 dengan metode penelitian deskriptif kualitatif yang membahas

analisa yuridis BMT berdasarkan Undang - Undang yang telah diatur baik

mengenai badan hukum maupun operasional pada BMT ini yang merupakan

lembaga berbadan hukum koperasi serta pembahasan kesesuaian pengelolahan

BMT di Indonesia.

Dalam penelitian ini objek yang diteliti merupakan operasional BMT terhadap

Undang–Undang Koperasi dan Undang–Undang Lembaga keuangan Mikro

mengenai kesesuian pengelolahan atau operasional BMT secara regulasi dan yang

menjadi pembeda pada penelitian yang akan dikaji terletak pada objek yang akan

diteliti. 23

F. Sistematika Penulisan

Skripsi ini dibagi menjadi 5 bab, secara keseluruhan kelima bab tersebut

merupakan satu rangkaian pembahasan yang salin terintegrasi dan saling

berkaitan. Dengan demikian sistematika penyusunan sebagai berikut :

22Saepudin Ahmad, Mukhamad Najib, Setiadi Djohar, Stategi Pengembangan Lembaga

Keuangan Mikro Syariah (Studi Kasus pada BMT Tawfin Jakarta), Jurnal al - Muzara’ah, Vol. 5 No. 1

2017 23Sutrisna, Kajian Yuridis Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Menurut Undang - Undang No.1

Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro dan Baitul Maal Wat Tamwil Menurut Undang - Undang

Nomor 25 Tahun 1992 tentang Koperasi Indonesia, Jurnal Penelitian Skripsi, Universitas Slamet Riyadi,

2017

Page 31: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

16

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini memuat latar belakang penelitian, identifikasi

masalah, ruang lingkup masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini menjelaskan temuan berdasarkan tinjuaan kepustakaan

tentang definisi, prinsip dan karakteristik, regulasi, sumber permodalan,

dan skema lembaga keuangan mikro syariah, dan konsep perwakafan

dengan mengkaji unsur–unsur wakaf, pengelolahan dan pengembangan

BAB III GAMBARAN UMUM BANK WAKAF MIKRO (BWM)

Dalam bab ini menjelaskan tentang sejarah singkat dan

perkembangan BWM Tebuireng Mitra Sejahtera yang terdiri dari profil

singkat, latar belakang dan perkembangan BWM, visi dan misi, struktur

organisasi, produk pembiayaan BWM Tebuireng Mitra Sejahtera,

bentuk interaksi, dan laporan rutin (regular report).

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan BWM menurut Undang – Undang Nomor 1

Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro dan menurut Undang –

Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf dalam sistem

pengoperasian penghimpunan dana, pengelolaan dana, laporan rutin,

dan penyeleseian sengketa Non Performing Loan.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

Page 32: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

17

G. Kerangka Pemikiran

Sistem Pengoperasian Bank Wakaf Mikro

BWM Tebuireng Mitra Sejahtera

( Undang – Undang No. 01 Tahun 2013 tentang LKM

Dan

Undang – Undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf

Implementasi dari sistem

pengoperasian Bank Wakaf

Mikro:

- Sesuai

- Tidak Sesuai

Implementasi dari sistem

pengoperasian Bank Wakaf

Mikro:

- Sesuai

- Tidak Sesuai

PENGUMPULAN DATA

Wawancara dan data

kepustakaan

Analisis Data Primer dan

Sekunder

1. Wawancara BWM

Tebuireng Mitra Sejahtera

Jombang

2. Undang - Undang No. 01

Tahun 2013 tentang LKM

3. Undang – Undang No. 41

Tahun 2004 tentang Wakaf

4. POJK Nomor

12/POJK.05/2014

5. POJK Nomor 61/POJK.05/

2015

6. PBWI No. 01 Tahun 2009

Analisis dan Pembahasan

1. Pengumpulan Dana

2. Pengelolahan Dana

3. Laporan Rutin (Regular

Report)

4. Penyelesaian Non

Performing Loan

Simpulan

dan Saran

Page 33: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

18

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Lembaga Keuangan Mikro

1. Pengertian Lembaga Keuangan Mikro

Dalam kutipan Andri Soemitra, Lembaga keuangan mikro merupakan

lembaga yang berperan penting dalam mengangkat tingkat perekonomian

masyarakat kecil.1

Menurut Undang–Undang No.1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan

Mikro, Lembaga Keuangan Mikro adalah lembaga keuangan yang khusus

didirikan untuk memberikan jasa pengembangan usaha dan pemberdayaan

masyarakat, baik melalui pinjaman atau pembiayaan dalam usaha skala mikro

kepada anggota dan masyarakat, pengelolaan simpanan, maupun pemberian

jasa konsultasi pengembangan usaha yang tidak semata-mata mencari

keuntungan.2

Sedangkan yang dimaksud Lembaga keuangan mikro syariah adalah

kegiatan usaha LKM berupa penyaluran pinjaman atau pembiayaan dan

pengelolaan simpanan berdasarkan prinsip syariah dan wajib dilaksanakan

sesuai dengan fatwa syariah yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional,

Majelis Ulama Indonesia.3

Berdasarkan beberapa definisi dapat disimpulkan, bahwa lembaga

keuangan mikro adalah lembaga yang didirikan dengan meiliki kegiatan usaha

berupa pembiayaan berdasarakan prinsip konvensional maupun syariah (wajib

1Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta : Kencana 2017, Edisi Kedua,

cet.7, h. 469. 2Pasal 1 ayat (1) Undang–Undang No. 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro. 3Bab IV Pasal 12 Undang–Undang No. 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro.

Page 34: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

19

berprinsip syariah dan sesuai fatwa DSN MUI apabila menggunakan prinsip

syariah).

2. Dasar Hukum Lembaga Keuangan Mikro

Dasar hukum LKM adalah UU LKM, peraturan pemerintah, dan peraturan

OJK. Undang-undang yang melatarbelakangi lembaga keuangan mikro adalah:

a. Pasal 16 Ayat (1) UU No 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan jo. UU No 10

Tahun 1998, yang berbunyi “Setiap pihak yang melakukan kegiatan

menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan wajib terlebih

dahulu memperoleh izin usaha sebagai Bank Umum atau Bank Perkreditan

Rakyat dari pimpinan Bank Indonesia, kecuali apabila kegiatan

menghimpun dana dari masyarakat diatur dengan Undang-undang

tersendiri.”

b. Pasal 58 UU No 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan jo. UU No 10 Tahun

1998, yang berbunyi “Lembaga Dana Kredit Pedesaan (Bank Desa,

Lumbung Desa), Bank Pasar, Bank Pegawai, Lumbung Pitih Nagari,

dan/atau lembaga-lembaga lainnya yang dipersamakan dengan itu) diberikan

status sebagai Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan Undang-undang ini

dengan memenuhi persyaratan tata cara yang ditetapkan dengan Peraturan

Pemerintah.”

c. Pasal 19 Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 1992 tentang BPR yang

berbunyi “Lembaga-lembaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 yang

belum memperoleh izin usaha sebagai BPR wajib mengajukan izin usaha

selambat-lambatnya tanggal 30 Oktober 1997.”4

d. Dalam rangka memberikan landasan hukum yang kuat atas beroperasinya

LKM yang belum berbadan hukum, pada tanggal 8 Januari 2013 telah

4I Gede Kajeng Baskara, Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Udayana, 2013, Jurnal Buletin Studi Ekonomi, Vol. 18. No.2, h. 4

Page 35: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

20

diundangkan Undang-undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga

Keuangan Mikro. Dan beberapa regulasi yang menjadi dasar hukum :

1) Peraturan Pemerintah Nomor 89 Tahun 2014 tentang Suku Bunga

Pinjaman Atau Imbal Hasil Pembiayaan dan Luas Cakupan Wilayah

Usaha Lembaga Keuangan Mikro.

2) Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan (SEOJK), SEOJK Nomor

29/SEOJK.05/2015 tentang Laporan Keuangan Lembaga Keuangan

Mikro.

3) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK):

a) POJK Nomor 12/POJK.05/2014 tentang Perizinan Usaha dan

Kelembagaan Lembaga Keuangan Mikro.

b) POJK Nomor 13/POJK.05/2014 tentang Penyelenggaraan Usaha

Lembaga Keuangan Mikro.

c) POJK Nomor 14/POJK.05/2014 tentang Pembinaan dan Pengawasan

Lembaga Keuangan Mikro.

d) POJK Nomor 61/POJK.05/2015 tentang Perubahan atas Peraturan

Otoritas Jasa Keuangan Nomor 12/POJK.05/2014 tentang Perizinan

Usaha dan Kelembagaan Lembaga Keuangan Mikro.

e) POJK Nomor 62/POJK.05/2015 tentang Perubahan atas Peraturan

Otoritas Jasa Keuangan Nomor 13/POJK.05/2014 tentang

Penyelenggaraan Usaha Lembaga Keuangan Mikro.5

e. Lembaga keuangan mikro tidak bisa menjalankan usaha bila tidak memiliki

legalitas, adapun yang menjadi badan hukum lembaga keuangan mikro :

5https://www.ojk.go.id/id/kanal/iknb/Pages/Lembaga-Keuangan-Micro.aspx

Page 36: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

21

1) Badan Hukum Koperasi dengan berpedoman pada Undang–Undang

Nomor Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian

2) Badan Hukum PT dengan berpedoman pada Undang–Undang Nomor

40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.6

3. Prinsip dan Karakteristik Lembaga Keuangan Mikro

Suatu lembaga memiliki sebuah prinsip dan karateristik untuk bisa

menjalankan kegiatan usaha, LKM memiliki dua prinsip yaitu :

a. Lembaga Keuangan Mikro Syariah, yaitu Lembaga keuangan mikro yang

berpedoman pada aturan syarian dan merujuk pada aturan POJK tentang

lembaga keuangan mikro syraiah dan fatwa DSN MUI dalam menjalankan

kegiatan usahanya

b. Lembaga Keuangan Mikro Konvensional, yaitu lembaga keuangan mikro

yang tidak menerapkan sistem ke syariahan dalam melaksanakan

operasional dan hanya berpedoman pada Undang–Undang No. 1 Tahun

2013 tentang Lembaga keuangan Mikro.

Sehingga memunculkan perbedaan antara LKM syariah dan LKM

konvensional diantaranya :

1) LKM Syariah menerapkan sistem bagi hasil dengan nasabahnya tidak

menggunakan sistem bunga

2) LKM syariah bekerja diatas pengawasan DPS Syariah

3) LKM syariah berguna sebaga lembaga keuangan multiguna sebagai

LKM komersial, LKM investasi dan pembangunan

6Pasal 5 Undang – Undang No. 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro

Page 37: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

22

4) LKM syariah membedakan kedua jenis pendanaan supaya dapat

dibedakan antara dana yang diperoleh dari dana sendiri dan dana hasil

pembiayaan .7

Adapun karakteristik dari lembaga keuangan mikro dari segi badan

hukum dan tujuan LKM, diantaranya :

a. LKM syariah dan konvensional memiliki dua badan hukum yaitu

koperasi dan perseroan terbatas.

b. Meningkatkan akses pendanaan skala mikro bagi masyarakat;

c. Membantu peningkatan pemberdayaan ekonomi dan produktivitas

masyarakat; dan

d. Membantu peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat

terutama masyarakat miskin dan/atau berpenghasilan rendah.8

4. Jenis – Jenis Lembaga Keuangan Mikro

Jenis LKM sangat bervariasi, baik ditinjau dari sisi kelembagaan tujuan

pendirian, budaya masyarakat, kebijakan pemerintah maupun sasaran lainnya.

Secara umum, LKM di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu

:9

a. LKM formal terdiri dari bank yaitu Badan Kredit Desa (BKD), Bank

Prekreditan Rakyat (BPR), dan BRI Unit, sementara LKM formal non bank

mencakup Lembaga Dana dan Kredit Pedesaan (LDKP), Koperasi

(Koperasi Simpan Pinjam dan Koperasi Unit Desa) dan Pegadaian.

b. LKM informal terdiri dari berbagai kelompok dan Lembaga Swadaya

Masyarakat (KSM dan LSM), Baitul Maal wat Tamwil (BMT), Lembaga

7Ahmad Sapudin dkk, Strategi Pengembangan Lembaga Keuangan Mikrp Syariah (Studi

Kasus pada BMT Tawfin Jakarta), Institut Pertanian Bogor, Jurnal Al - Muzara’ah Vol. 5 No. 1 , 2017,

h. 17 8Bab II pasal 3, Undang–Undang No. 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro 9I Gede Kajeng Baskara, Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia, Jurnal Buletin Studi

Ekonomi, Universitas Udayana, Vol. 18 No. 2 , Agustus 2013, h. 118

Page 38: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

23

Ekonomi Produktif Masyarakat Mandiri (LEPM), Unit Ekonomi Desa

Simpan Pinjam (UEDSP) serta berbagai bentuk kelompok lainnya

5. Peran Lembaga Keuangan Mikro

Pada dasarnya, peran lembaga keuangan mikro sama dengan peran

yang dimiliki oleh lembaga keuangan pada umumnya yaitu:10

a. Pengalihan asset (asset transmutation) mengalihkan aset dari unit surplus ke

unit defisit.

Bank dan lembaga keuangan bukan bank akan memberikan pinjaman

kepada pihak yang membutuhkan dana dalam jangka waktu tertentu yang

telah disepakati. Sumber dana pinjaman tersebut diperoleh dari pemilik dana

yaitu unit surplus yang jangka waktunya dapat diatur sesuai keinginan

pemilik dana. Dalam hal ini bank dan lembaga keuangan bukan bank

berperan sebagai pengalih asset dari unit surplus (lenders) kepada unit defisit

(borrowers). Dalam kasus yang lain, pengalihan asset dapat pula terjadi jika

bank dan lembaga keuangan bukan bank menerbitkan sekuritas sekunder

(giro, deposito berjangka, dana pensiun, dan sebagainya) yang kemudian

dibeli oleh unit surplus dan selanjutnya ditukarkan dengan sekuritas primer

(saham, obligasi, commercial papper dan sebagainya) yang diterbitkan oleh

unit defisit.

b. Transaksi (transaction) memberikan kemudahan transaksi barang dan jasa

Bank dan lembaga keuangan bukan bank memberikan berbagai

kemudahan kepada pelaku ekonomi untuk melakukan transaksi barang dan

jasa. Produk-produk yang dikeluarkan oleh bank dan lembaga keuangan

bukan bank (giro, tabungan, deposito, saham, dsb) merupakan pengganti dari

uang dan dapat digunakan sebagai alat pembayaran.

10Y. Sri Susilo, dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lain (Jakarta: Penerbit Salemba Empat,

2000), h. 8

Page 39: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

24

c. Likuiditas (liquidity) menawarkan produk dana dengan berbagai alternatif

tingkat likuidasi

Unit surplus dapat menempatkan dana yang dimilikinya dalam bentuk

produk-produk berupa giro, tabungan, deposito, dan sebagainya. Produk-

produk tersebut masing-masing mempunyai tingkat likuiditas yang berbeda-

beda. Untuk kepentingan likuiditas pemilik dana, mereka dapat

menempatkan dananya sesuai dengan kebutuhan.

d. Efisiensi (efficiency)

Bank dan lembaga keuangan bukan bank dapat menurunkan biaya

transaksi dengan jangkauan pelayanannya. Peranan bank dan lembaga

keuangan bukan bank sebagai broker (brokerage) adalah mempertemukan

pihak-pihak yang saling membutuhkan. Adanya informasi yang tidak

simetris antara peminjam dan investor menimbulkan masalah insentif.

6. Sumber Permodalan Lembaga Keuangan Mikro

Sumber permodalan Lembaga keuangan mikro berdasarkan dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan sesuai dengan badan hukumnya.

Berikut bagan permodalan berdasarkan badan hukum LKM :

Gambar 2.1 Bentuk Badan Hukum Beserta Permodalan

1. Modal Sendiri

2. Modal Pinjaman

Page 40: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

25

a. Badan Hukum Koperasi

Modal Koperasi terdiri dari dua, yaitu :

1) Modal sendiri, modal yang berasal dari :

a) Simpanan Pokok

Sejumlah uang yang sama banyaknya yang wajib dibayarkan oleh

anggota kepada koperasi pada saat menjadi anggota

b) Simpanan Wajib ;

Jumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama yang wajib dibayat

oleh anggota kepada koperasi dalam waktu dan kesempatan

tertentu.11

c) Cadangan ;

Bagian dari sisa hasil usaha yang disisihkan sesuai dengan

ketentuan anggaran dasar atau ketetapan rapat anggota12

d) Hibah

Dana yang bisa berupa zakat, infaq, dan shadaqoh yang

penggunaannya diperuntukkan untuk kepentingan sosial. Dalam

lembaga keuangan mikro yang berprinsip pada syariah modal ini

dinamakan sebagai modal sumbangan dengan maksud sejumlah

uang atau barang modal yang dapat dinilai dengan uang yang

diterima dari pihak lain yang bresifat hibah dan tidak mengikat.

Modal berupa sumbangan ini tidak dapat dibagikan kepada anggota

selama koperasi belum dibubarkan. Donasi ini tidak dapat diakui

sebagai modal atau ekuitas apabila disertai dengan persyaratan

tertentu yang mengikat dengan substansinya.13

11Ahmad Subagyo, Manajemen Operasi Lembaga Keuangan Mikro Syariah, (Jakarta : Mitra

Wacana Media, 2015), h. 30 12Ahmad Subagyo, Manajemen Operasi Lembaga Keuangan Mikro Syariah, (Jakarta : Mitra

Wacana Media, 2015), h. 31 13Ahmad Subagyo, Manajemen Operasi Lembaga Keuangan Mikro Syariah, (Jakarta : Mitra

Wacana Media, 2015), h. 31

Page 41: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

26

2) Modal pinjaman, modal Pinjaman dapat berasal dari :

a) Anggota;

b) operasi lainnya dan/atau anggotanya;

c) Bank dan lembaga keuangan lainnya ;

d) Penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya;

e) Sumber lain yang sah.14

b. Badan Hukum Perseroan

Sahamnya paling sedikit 60 persen dimiliki oleh pemerintah daerah

kabupaten/kota atau badan usaha milik desa/kelurahan, sisa kepemilikan

saham PT dapat dimiliki oleh WNI atau koperasi dengan kepemilikan WNI

paling banyak sebesar 20 persen.

Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Modal LKM terdiri dari

modal disetor untuk LKM yang berbadan hukum PT atau simpanan pokok,

simpanan wajib, dan hibah untuk LKM yang berbadan hukum Koperasi dengan

besaran:

1) Wilayah usaha desa/kelurahan : Rp 50.000.000

2) Wilayah usaha kecamatan : Rp 100.000.000

3) Wilayah usaha kabupaten/kota : Rp 500.000.00015

7. Skema Lembaga Keuangan Mikro

Dalam menjalankan operasionalnya LKM memiliki skema dalam

melakukan kegiatan usaha.

14 Bab VII, pasal 41 ayat (1) (2) (3), Undang–Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian 15 Bab IV, Pasal 16, Undang–Undang No. 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro

Page 42: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

27

Gambar 2.2 Skema Lembaga Keuangan Mikro16

Skema lembaga keuangan mikro syariah berbadan hukum koperasi dan

perseroan terbatas dengan dana modal sesuai dengan aturan badan hukum yang ada

yang bertujuan untuk program pemberdayaan masyarakat dan jasa pengembangan

usaha secara syariah . Dengan melakukan beberapa kegitan usaha berupa :17

1) Pinjaman/ pembiayaan

2) Pengelolahan simpanan,

3) Jasa konsultasi pengembangan usaha dalam skala mikro

Dengan cakupan wilayah usaha Cakupan wilayah usaha suatu LKM berada

dalam satu wilayah desa/kelurahan, kecamatan, atau kabupaten/kota18

B. Wakaf

1. Pengertian Wakaf

Wakaf secara etimologis, waqf adalah sesuatu yang berhenti. Waqf

diserapan dalam bahasa Indonesia menjadi wakaf. Secara terminologis dalam

kutipan Dr. Hendi Suhendi, wakaf adalah penahanan harta yang memungkinkan

16 Kesimpulan Undang – Undang No. 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro 17 Undang–Undang No. 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro pasal 11 ayat (1) 18 Undang–Undang No. 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro pasal 16 ayat (1)

Page 43: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

28

untuk dimanfaatkan disertai dengan kekalnya dzat benda dengan memutuskan

(memotong) tasharuf (penggolongan) dalam penjagaannya atau mushrif

(pengelola) yang dibolehkan adanya.19

Menurut Dr. Mardani, wakaf adalah perbuatan hukum seorang mukalaf

(orang yang sudah cakap hukum) untuk menyerahkan sebagian hartanya ( tidak

boleh lebih dari 1/3 dalam jangka waktu yang tak terbatas (selamanya) atau untuk

jangka waktu tertentu untuk kepentingan ibadah atau kepentingan dan

kesejahteraan umat menurut hukum Islam.20

Menurut Kompilasi Hukum Islam, wakaf adalah perbuatan hukum seseorang

atau sekelompok orang atau badan hukum yang memisahkan sebagian dari benda

miliknya dan melembagakannya untuk selama – lamanya guna kepentingan

ibadat atau keperluan umum lainnya, sesuai dengan ajaran Islam.21

Menurut Undang–Undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf, wakaf adalah

perbuatan hukum wakif untuk memisahakan dan/atau menyerahkan sebagian

harta benda miliknya untuk dimanfaatkan lamanya atau untuk jangka waktu

tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah atau kesejahteraan

umum menurut syariah.22

Dari definisi diatas dapat disimpulkan, bahwa wakaf adalah perbuatan

hukum seorang wakif (perorangan, kelompok, atau badan hukum) menyerahkan

sebagian harta untuk kepentingan umat atau guna keperluan ibadat dana

kesejahteraan umum menurut ajaran hukum islam.

19 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta : Rajawali Press, 2008), h.239 20Mardani, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia, (Jakarta : Prenadamedia

Group, 2015), Edisi pertama, cet. Ke-1, h. 278. 21 Pasal 215, Kompilasi Hukum Islam 22 Pasal 1 ayat (1) Undang – Undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf

Page 44: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

29

2. Dasar Hukum Wakaf

Berikut ini ada beberapa dasar hukum tentang wakaf yaitu :

a. Al- qur’an

Para ulama menjadikan dalil atau dasar hukum wakaf dalam alquran

dengan memperhatikan maksud umum dari wakaf kemudian mencocokkan

dengan ayat-ayat Al-Qur-an yang ternyata ayat tersebut jugamerupakan dasar

hukum islam yang lima yang berarti harus ditunaikan (wajib hukumnya)

sesuai hal dengan yang berkaitan dengannya, sementara wakaf bukan salah

satu rukun islam yang harus di penuhi melainkan suatu kebajikan yang sangat

perlu untuk di perhatikanuntuk terbantunya para fakir miskin dan kepentingan

lainnya. Oleh karena itu, ayat al-qur”an tentang wakaf telah dirumuskan oleh

para ulama sebagai berikut :

“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah)

sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan dan sebagian dari apa yang

kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang

buruk-buruk lalu kamu menafkahkannya daripadanya, padahal kamu sendiri

tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata

terhadapnya, dan ketahuilah, bahwa allah maha kaya lagi maha terpuji.”23

23Al-qur’an Surat Al – Baqarah ayat 267

Page 45: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

30

Dalam hal berwakaf, dianjurkan agar yang diwakafkan itu dari hal yang

baik-baik, bukan dari yang jelek-jelek. Kalau seorang mewakafkan harta yang

tidak di sukainya berarti belum tampak keseriusan maksimal dan ini sangat

berbeda dengan orang yang mewakafkan hartanya yang sangat disukainya.

Dalam perjalanan kehidupan dianjurkan agar kecintaan terhadap harta di

letakkan diujung jari (tidak terlalu cinta), sedangkan kecintaan terhadap iman

diletakkan didalam hati (cinta yang maksimal). Namun dari kedua hal tentang

berwakaf yaitu dengan harta yang baik maupun yang jelek, kalaupun dari

hartanya yang jelek tetap lebih bagus dari yang tidak mau berwakaf sama

sekali dan harta yang diwakafkan itu adalah milik sendiri tanpa merugikan

orang lain khusunya ahli warisnya.

b. Hadist

Artinya : dari Ibnu Umar ra. Berkata, bahwa sahabat Umar Ra. Memperoleh

sebidang tanah di Khaibar kemudian menghadap kepada Rasulullah untukm

memohon petunjuk Umar berkata : Ya Rasulullah, saya mendapatkan

sebidang tanah di Khaibar, saya belum pernah mendapatkan harta sebaik itu,

maka apakah engkau perintahkan kepadaku ? Rasulullah menjawab: Bila

Page 46: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

31

kamu suka, kamu tahan (pokoknya) tanah itu, dan kamu sedekahkan

(hasilnya). Kemudian Umar menyedekahkannya kepada orangorang fakir,

kaum kerabat, budak belian, sabilillah, ibnu sabil dan tamu. Dan tidak

mengapa atau tidak dilarang bagi yang menguasai tanah wakaf itu

(pengurusnya) makan dari hasilnya dengan cara yang baik (sepantasnya)

atau makan dengan tidak bermaksud menumpuk harta (HR. Muslim).24

c. Regulasi

Di Indonesia perkembangan wakaf sudah ada sejak masa sebelum

kemerdekaan begitupun dengan perkembangan regulasi atau peraturan yang

mengatur mengenai perwakafan diantaranya peraturan wakaf pada masa era

penjajahan dan diantaranya peraturan wakaf pada masa era kemerdekaan atau

sampai saat ini. Berikut adalah regulasi perwakafan saat ini :25

1) Undang – Undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf.

2) Keputusan bersama Menteri Agama RI dan Kepala Badan Pertanahan

Nasional No. 442 Tahun 2004 tentang Sertifikat Tanah Wakaf.

3) Peraturan pemerintah No. 42 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Undang–

Undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf.

4) Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas

Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Undang

– Undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf.

5) Peraturan Badan Wakaf Indonesia No. 01 Tahun 2009 tentang Pedoman

Pengelolaan dan pengembangan Harta Benda Wakaf Bergerak Berupa

Uang.

6) Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia No. 4 tahun 2009 tentang

Administrasi Pendaftaran Wakaf Uang.

24Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Pedoman

Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf, tahun 2003, h. 28 25Mardani, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia, (Jakarta : Prenadamedia

Group, 2015), Edisi pertama, cet. Ke-1, h. 285

Page 47: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

32

3. Rukun dan Syarat Wakaf

Dalam wakaf terdapat empat rukun yang harus dipenuhi dalam paraktek

perwakafan diantaranya :

a. Wakif, yaitu orang atau orang–orang ataupun badan hukum yang

mewakafkan sebagian harta miliknya.26 Adapun syarat–syarat wakif adalah

sebagi berikut :27

1) Berakal

2) Memiliki secara penuh harta yang akan diwakafkan

3) Baligh

4) Orang yang mampu secara hukum

b. Nazhir, yaitu kelompok orang atau badan hukum yang diserahitugas

pemeliharaan dan pengurusan benda wakaf.28 Dalam hal ini yang dimaksud

dengan perorangan, organisasi atau badan hukum, hukum Indonesia

berikut persyaratannya :29

1) Warga Indonesia

2) Beragama Islam

3) Dewasa

4) Amanah

5) Mampu secara jasmani dan rohani

6) Tidak terhalang melakukan perbuatan hukum

Adapun persyaratan organisasi menjadi nazhir yaitu :

1) Pengurus organisasi yang bersangkutan memenuhi persyaratn nazhir

perorangan

26Pasal 215 ayat (2) , Kompilasi Hukum Islam 27Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta : Kencana 2017), Edisi

Kedua, cet.7, h. 457 28Pasal 215 ayat (5), Kompilasi Hukum Islam 29Penjelasan bagian kelima Pasal 9 Undang – Undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf

Page 48: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

33

2) Oraganisasi yang bergerak dibidang sosial, pendidikan,

kemasyarakatan, dan/atau keagamaan.

Persyaratan bandan hukum dapat menjadi nazhir yaitu :

1) Pengurus badan hukum yang bersangkutan memenuhi persyaratan

nazhir perorangan

2) Badan hukum Indonesia yang dibentuk sesuai dengan perundang –

undangan yang berlaku

3) Badan hukum yang bersangkutan bergerak dalam bidang dibidang

sosial, pendidikan, kemasyarakatan, dan/atau keagamaan.

Ketentuan tentang nazhir ini kemudian diperluas dalam kompilasi

hukum Islam, sebagai berikut :

1) Nazhir dalam bentuk perorangan, organisasi, dan/atau badan hukum

harus didaftarkan pada Kantor Urusan Agama (KUA) kecamatan

setempat setelah mendengar saran dari camat dan Majelis Ulama’

kecamatan untuk mendapat pengesahan.

2) Nazhir sebelum melaksanakan tugas harus mengucap sumpah

dihadapan kepala KUA kecamatan disakiskan sekurang – kurangnya

oleh dua orang saksi

3) Jumlah Nazhir yang diperbolehkan untuk satu unit perwakafan,

sekurang–kurangnya 3 orang dan sebanyak–banyaknya 10 orang yang

diangkat oleh Kepala KUA kecamatan atas saran camat dan Majelis

Ulama’ kecamatan.

Nazhir memiliki tugas sebagai berikut :

1) Melakukan pengadministrasian harta benda wakaf

2) Mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan

tujuan, fungsi, dan peruntukannya

Page 49: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

34

3) Mengawasi dan melindungi harta benda wakaf

4) Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Badan Wakaf Indonesia (BWI)

Selain tugas tersebut diatas menurut Andri Soemitra dalam bukunya

mengutip dari Prof. Dr. Said Agil Husin Al-Munawar, tugas akhir nazhir

diantaranya :

1) Menyewakan, nazhir boleh menyewakan tanah (benda wakaf) ini

kepada pihak lain untuk diperoleh manfaat dari harta wakaf itu.

2) Memelihara harta wakaf, upaya pemeliharaan wakaf dapat diambilkan

dari harta wakaf yang dimaksud atau diambil dari sumber lain.

Mengenai sumber pembiayaan ini bergantung pada persyaratan yang

dikemukakan oleh wakif.

3) Membagikan hasil, nazhir berkewajiban mengembnagkan harta wakaf

kepada pihak yang berhak menerimanya.

Dalam melaksanakan tugasnya nazhir berhak menerima imbalan dari

hasil bersih atas pengelolahan dan pengembangan harta benda wakaf yang

besarnya tidak melebihi 10 % (sepuluh persen).30

c. Harta Benda Wakaf

Harta yang diwakafkan tidak sah bilah dipindah milikkan, kecuali

memenuhi beberapa persyaratan diantaranya :

1) Barang yang diwakafkan merupakan barang berharga

2) Barang yang diwakafkan diketahui kadarnya

3) Barang yang diwakafkan adalah milik wakif

30Mardani, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia, (Jakarta : Prenadamedia

Group, 2015), Edisi pertama, cet. Ke-1, h. 288

Page 50: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

35

4) Barang yang diwakafkan berdiri sendiri tidak melekat pada harta

lain.31

Harta benda wakaf dalam pemanfaatannya memliki daya tahan lama

dan dalam jangka waktun yang panjang serta memiliki nilai ekonomi

secara syariah. Dalam hal ini harta wakaf dapat berupa benda bergerak

maupun benda tidak bergerak.

d. Sighah (Ijab dan Qabul)

Sighah merupakan ucapan yang berkaitan dengan suatu penyerahan

yang perlu adanya beberapa syarat diantaranya :

1) Mengandung kata – kata yang menunjukkan kekalnya

2) Dapat direalisasikan segera

3) Bersifat pasti

4) Tidak diikuti oleh syarat yang membatalkan.32

Dalam sighah ini seorang wakif tidak dapat menarik kembali apa yang

telah diucapkan dan penguasaan harta wakaf adalah seorang penerima wakif,

secara umum dianggap sebagi pemiliknya.

4. Manfaat dan Tujuan Wakaf

Adanya wakaf bukan semata sebagai perilaku terpuji semata, wakaf juga

memiliki tujuan memanfaatkan memanfaatkan harta benda wakaf sesuai

dengan fungsinya dan Wakaf berfungsi mewujudkan potensi dan manfaat

31Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta : Kencana 2017), Edisi

Kedua, cet.7, h. 458 32Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta : Kencana 2017), Edisi

Kedua, cet.7, h. 458

Page 51: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

36

ekonomis harta benda wakaf untuk kepentingan ibadah dan untuk memajukan

kesejahteraan umum.33

Adapun manfaat dari pelaksanaan wakaf antara lain :

a. Membuka jalan ke arah ibadah kepada Allah SWT

b. Merealisasikan minat orang beriman yang suka mmeberi wakaf dan

berlomba–lomba dalam amal kebajikan dan mengharapkan pahala

c. Untuk kebaikan Islam, seperti membina masjid , surau , dan tanah makam

d. Membantu mengurangi penderitaan masyarakat akibat bencana, orang

fakir dan miskin.34

e. Membantu dalam perekonomiam masyarakat ekonomi syariah dalam segi

pembiayaan untuk usaha mikro.

5. Harta Benda Wakaf

Menurut Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 menyatakan bahwa harta

benda wakaf terdiri dari :

a. Benda tidak bergerak, yang meliputi :

1) Hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku baik yang sudah maupun yang belum terdaftar;

2) Bangunan atau bagian bangunan yang berdiri di atas tanah

sebagaimana dimaksud pada huruf

3) Tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah;

4) Hak milik atas satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku

5) Benda tidak bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

33Bagian Kedua Tujuan dan Fungsi Wakaf, Bab II pasal 4 dan 5, Undang – Undang No. 41

Tahun 2004 tentang Wakaf 34Mardani, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia, (Jakarta : Prenadamedia

Group, 2015), Edisi pertama, cet. Ke-1, h. 294

Page 52: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

37

b. Benda bergerak, wakaf benda bergerak merupakan harta benda yang tidak

bisa habis karena dikonsumsi meliputi :

1) Uang

2) Logam mulia

3) Surat berharga;

4) Kendaraan;

5) Hak atas kekayaan intelektual

6) Hak sewa; dan

7) Benda bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.35

Yang dimaksud dengan benda bergerak lain, benda yang sifatnya bisa

diwakafkan meliputi :36

1) Kapal

2) Pesawat terbang

3) Kendaraan bermotor

4) Mesin atau alat industri yang tertancap pada bangunan

5) Logam dan batu mulia

6) Benda lainnya yang sifatnya memiliki jangka panjang

Benda bergerak selain uang karena peraturan perundang – undangan yang

dapat diwakafkan sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah sebagai

berikut :37

1) Surat Berharga yang meliputi :

a) Saham

b) Surat utang negara

35Pasal 16, Undang – Undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf 36Pasal 20 Peraturan Pemerintah RI No. 42 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan UU No. 41 Tahun

2004 37Pasal 11 Peraturan Pemerintah RI No. 42 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan UU No. 41 Tahun

2004

Page 53: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

38

c) Obligasi pada umumnya

d) Surat berharga lainnya yang dapat dinilai dengan uang

2) Hak Atas Kekayaan Intelektual yang berupa :

a) Hak cipta

b) Hak merek

c) Hak paten

d) Hak desain industri

e) Hak rahasia dagang

f) Hak sirkuit terpadu

g) Hak perlindungan varietas tanaman

h) Hak lainnya

3) Hak benda bergerak lainnya berupa :

a) Hak sewa, hak pakai, dan hak pakai hasil atas benda beregrak

b) Perikatan, tuntutan atas jumlah uang yang dapat ditagih atas benda

bergerak

6. Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf Uang

a. Pengertian Wakaf Uang

Yang dimaksud wakaf uang adalah perbuatan hukum wakif untuk

menyerahkan atau memisahkan sebagian uang miliknya untuk

dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan

kepentingan ibadah atau kesejahteraan sosial menurut aturan syariah.

Jenis wakaf uang Dari jangka waktunya, wakaf uang bisa dibagi

menjadi:

1) Wakaf uang dengan jangka waktu tertentu

2) Wakaf uang dengan jangka waktu selamanya

Page 54: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

39

Perbedaan ke dua jenis wakaf uang tersebut di atas dapat dilihat dari tabel

berikut 38ini:

Tabel 2.1

Perbedaan Wakaf dari sisi Jangka Waktu

No. Perbedaan Wakaf uang jangka

waktu tertentu

Wakaf uang jangka

waktu selamanya

1. Nominal

wakaf

Minimal Rp 10 juta Tidak ada batasan

2. Jangka waktu Minimal 5 tahun Selamanya

3. Investasi Produk LKS PWU di

tempat sektor wakaf

Produk syariah

4. Pokok wakaf

Bisa kembali ke

Wakif

Tidak bisa kembali ke

Wakif

b. Manfaat dan Tujuan Wakaf Uang

1) Manfaat Wakaf Uang

a) Wakaf uang jumlahnya bervariasi, seseorang yang memiliki dana

tak terbatas sudah bisa memberikan dana wakafnya tanpa harus

menunggu jadi tuan tanah.

b) Melalui wakaf uang, aset – aset wakaf yang berupa tanah – tanah

kosong bisa mulai dimanfaatkan dengan pembanguna gedung atau

diolah untuk lahan pertanian

38Junaidi Abdullah, Tata cara dan Pengelolahan Wakaf Uang di Indonesia, Sekolah Tinggi

Agama Islam Negeri (STAIN) Kudus, ZISWAF, Vol. 4, No. 1, Juni 2017, h. 3

Page 55: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

40

c) Dana wakaf uang bisa digunakan untuk membantu lembaga–

lembaga pendidikan islam yang cash–flow nya terkadang kembang

kempis dan menggaji civitas akademiknya alakadarnya.

d) Pada gilirannya, umat islam dapat lebih mandiri dalam

mengembangkan dunia pendidikan tanpa harus terlalu bergantung

pada anggaran pendidikan negara yang semakin lama semakin

terbatas

2) Tujuan Wakaf Uang

a) Melengkapi perbankan Islam dengan produk wakaf uang yang

berupa suatu sertifikat berdenominasi tertentu yang diberikan

kepada para wakif sebagai bukti keikutsertaan

b) Membantu penggalangan dana tabungan sosial melalui sertifikat

wakaf tunai

c) Meningkatkan investasi sosial dan mentransformasikan tabungan

sosial menjadi modal sosial dan membantu pengembangan

ekonomi

d) Menciptakan kesadaran sosial terhadap orang–orang yang memiliki

dana lebih untuk kedamaian sosial.39

c. Pengelolahan dan Pengembangan Wakaf Uang

Sebagaimana dalam Undang–Undang No. 41 Tahun 2004 telah

memperluas benda yang dapat diwakafkan oleh wakif yaitu wakaf benda

bergerak berupa uang yang diatur secara khusus pada pasal 28 sampai

dengan 31 dalam Undang–Undang tersebut yang kemudian dijabarkan

pada pasal 27 sampai dengan 43 Peraturan Pemerintah No. 42 tahun 2006

tentang Pelaksanaan Undang–Undang No. 1 Tahun 2004.

39 Rachmadi Usman, Hukum Perwakafan di Indonesia,( Jakarta : Sinar Grafika, 2013), Edisi 1,

Cet. 2, h. 114

Page 56: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

41

Dijelaskan bahwa wakif dapat mewakafkan benda bergerak berupa

uang yang dialukan melalui Lembaga Keuangan Syariah (LKS) yang

ditunjuk sebagai Lembaga Keuangan Syariah Penerima Wakaf Uang (LKS

–PWU)

Gambar 2.3 Skema Pengelolaan Dana Wakaf Uang

Pengelolaan wakaf uang di Indonesia berdasarkan UU No. 41/2004

menentukan bahwa ada tiga pihak yang terkait dalam pengelolaan wakaf

uang, yakni BWI sebagai pihak yang melakukan pengelolaan dan

pengembangan, Lembaga Keuangan Syariah (LKS) sebagai lembaga

penghimpun dan penyalur dana dan nazhir sebagai pengelola dana wakaf

uang.

Investasi

Soft Loan

Dana Wakaf Yang

Terkumpul dan

Dikelola

Dana Pada Pokoknya

tetap Dijaga ( Dana

Abadi)

Hasil Keuntungan

Disalurkan

Masyarakat yang

Membutuhkan

Kesehatan dan

Sanitasi

Pendidikan

Pelayanan

Sosial

Page 57: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

42

Dalam hal ini nazhir bertindak sebagai manajemen investasi. Para wakif

tersebut mensyaratkan kemana lokasi pendistribusian keuntungan investasi

wakaf nantinya. Kemudian dana wakaf tersebut dikelola dan diinvestasikan

sebagian pada instrumen keuangan syariah, sebagian lagi diinvestasikan

langsung ke badan usaha yang bergerak sesuai syariah, dapat juga di

investasikan untuk mendanai pendirian usaha baru.40 Peraturan Badan Wakaf

Indonesia No. 01 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengelolaan dan

pengembangan Harta Benda Wakaf Bergerak Berupa Uang.

Pada pedoman tersebut menyebutkan dapat melakukan Investasi Wakaf

Uang secara tidak langsung dapat dilakukan melalui lembaga, diantaranya :41

1. Bank Syariah

2. Baitul Mal Wa Tamwil (BMT)

3. Koperasi yang menjalankan usahanya sesuai syariah

4. Lembaga keuangan syariah lain.

Dan dalam Penyaluran manfaat hasil investasi Wakaf Uang secara tidak

langsung dapat dilakukan melalui lembaga, diantaranya : 42

1. Badan Amil Zakat Nasional

2. Lembaga kemanusiaan nasional

3. Lembaga pemberdayaan masyarakat nasional

4. Yayasan/organisasi kemasyarakatan

5. Perwakilan BWI

6. LKS khususnya LKS-PWU, melalui program CSR (Corporate Social

Responsibility);

40Rachmadi Usman, Hukum Perwakafan di Indonesia, (Jakarta : Sinar Grafika, 2013), Edisi 1,

Cet. 2, h. 117 41Peraturan Badan Wakaf Indonesia No. 01 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengelolahan dan

pengembangan Harta Benda Wakaf Bergerak Berupa Uang, Pasal 12 ayat (1) 42Peraturan Badan Wakaf Indonesia No. 01 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengelolahan dan

pengembangan Harta Benda Wakaf Bergerak Berupa Uang, Pasal 15 ayat (1)

Page 58: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

43

7. Lembaga lain baik berskala nasional maupun internasional yang

melaksanakan program pembinaan dan pemberdayaan masyarakat sesuai

dengan syariah.

d. Model – Model Pembiayaan Wakaf Tunai produktif secara institusional

Dalam pengelolaan terdapat empat model yang membolehkan

pengelolahan wakaf (produktif), diantaranya yaitu :43

1. Model pembiayaan Murabahah

Penerapan pembiayaan murabahah pada harta proyek mengharuskan

pengelolah harta wakaf (nazhir) mengambil fungsi sebagai pengusaha

(enterpreneur) yang mengendalikan proses investasi yang membelikan

peralatan dan material yang diperlukan melalui surat kontrak murabahah dan

pembiayaannya datang dari suatu bank Islami.

Dalam menerapkan model pembiayaan ini pengelolah harta wakaf

menjadi penghutang kepada lembaga perbankan untuk harga pearalatan dan

materila yanh dibeli ditambah mark up pembiayaanya, dan hutang tersebut

akan dibayar dari pendapatan hasil pengembangan harta wakaf.

2. Model pembiayaan Isthisna

Penerapan pembiayaan isthisna memungkinkan pengelola harta wakaf

untuk memesan pengembangan harta wakaf yang diperlukan kepada

lembaga pembiayaan melalui suatu kontrak isthisna. Lembaga pembiayaan

atau bank kemudian membuat kontrak dengan kontraktor untuk memenuhi

pesanan pengelola harta wakaf atas nama lembaga pembiayan tersebut.

Model pembiayan ini menimbulkan hutang bagi pengelolah harta wakaf

(nazhir) dan dapat diselesaikan dari hasil pengelolaan dan pengembangan

harta wakaf dan penyedia pembiayaan (investor) tidak mempunyai hak

untuk turut campur dalam pengelolaan harta wakaf.

43Direktorat Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam,

2006, Pedoman pengelolaan Wakaf Tunai, h. 77

Page 59: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

44

3. Model pembiayaan Ijarah

Dalam pelaksanaan pembiayaan model ijarah pengelolah wakaf

memegang kendali penuh atas manajemen proyek pembiayaan wakaf

termasuk dalam meberikan ijin yang berlaku hanya untuk beberapa tahun

kepada penyedia dana untuk mendirikan gedung ditanah wakaf.

Pada prakteknya pembiayaan jenis ini apabila berakhir dengan penyewa

memiliki banguna dnegan kebaikan menjadi pemilik tanah yang dibangun

maka ijin yang diberikan mungkin menjadi permanen pula atau sepanjang

proyek tersebut berlangsung.

4. Mudharabah oleh Pengelola Harta Wakaf dengan Penyedia Dana

Dalam operasional model pembiayaan mudharabah oleh pengelolah

harta wakaf berasumsi bahwa peranannya sebagai pengusaha (mudharib)

dan menerima dana likuid dari lembaga pembiayaan untuk mendirikan

banguna diatas tanah wakaf dengan manajemen tetap berada ditangan

pengelolah harta wakaf secara ekslusif dan tingkat bagi hasil diterapkan

sedemikian rupa untuk menutup biaya usaha untuk manajemen sebagaimana

juga penggunaan tanah.

5. Model Pembiayaan berbagai kepemilikan

Dalam operasional pembiayaan berbagi kepemilikan dapat

dipergunakan apabila dua pihak secara individual dan bebas memiliki dua

benda yang saling berkaitan satu sama lain tanpa mempunyai perjanjian

kemitraan secara formal. Pada model pembiayaan ini, manajemen dapat

ditetapkan dalam jumlah uang tertentu atas kesepakatan bersama.

6. Model bagi hasil (Output)

Dalam pembiayaan model bagi hasi, wakaf menyediakan tanah dan

harta tetap lainnya yang dimiliki wakaf dan lembaga pembiayaan hanya

menyediakan biaya operasional dan manajemen. Model bagi hasil seperti ini

dapat diartikan sebagai suatu kontrak dimana satu pihak menyediakan harta

Page 60: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

45

tetap seperti tanah untuk lain dan berbagi hasil dinatara keduanya sesuai

dengan kesepakatan yang telah disepakati.

7. Model sewa berjangka panjang dan hukr

Model pembiayaan ini merupakan salah satu manajemen yang berada

ditangan lembaga pembiayaan yang menyewa harta wakaf untuk periode

jangka panjang. Penanggung jawab kontruksi dan manajemen serta

membayar sewa secara periodek kepada pengelola harta wakaf seluruhnya

ditanggung oleh penyedia dana.

Adapun dalam sub model hukr, lembaga pembiayaan memberikan suatu

pembayaran lump sum tunai sebagai tambahan dari membayar sewa yang

dicantumkan dalam ketentuan tambahan dalam kontrak.

Page 61: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

46

BAB III

GAMBARAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) TEBUIRENG MITRA

SEJAHTERA

A. Sejarah dan Latar Belakang BWM Tebuireng Mitra Sejahtera

1. Profil Singkat Bank Wakaf Mikro

Bank Wakaf Mikro merupakan lembaga keuangan mikro syariah

dilingkungan pondok pesantren Tebuireng Jombang berbadan hukum

koperasi jasa dengan mendapat izin usaha dari OJK berupa pembiayaan.

Dimana kegiatan usahanya merujuk pada konsep LKM yang diatur dalam

Undang – Undang No. 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keungan Mikro.

Bank Wakaf Mikro akan berfokus pada pembiayaan mikro kecil dan

menggunakan sistem jemput bola dan menawarkan kepada pesantren yang ada

diseluruh Indonesia yang berkompeten untuk menjadi Bank Wakaf Mikro.

Selain itu OJK juga menerima apabila ada pesantren yang berinisiatif untuk

ikut serta, tentunya akan dilihat dari potensi masyarakat dalam membutuhkan

pembiayaan mikro atau tidak.

Komponen dalam bank wakaf mikro diantaranya donatur, pesantren dan

masyarakat produktif, dengan melakukan seleksi sebelum menjadi nasabah,

dengan target masyarakat yang berada dilingkungan pesantren dan memiliki

kemauan untuk meningkatkan kesejahteraan.1

1SOP dan SOM, Buku 1 LKM Syariah – Bank Wakaf Mikro Tebuireng Mitra Sejahtera

Jombang, Jawa Timur ( 17 Januari 2019)

Page 62: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

47

2. Latar Belakang Kemunculan Bank Wakaf Mikro Tebuireng Mitra

Sejahtera

Mengacu pada hasil sensus 2010 jumlah penduduk besar di Indonesia

diketahui bahwa sebagian besar penduduk miskin adalah mayoritas umat

muslim. Sehingga memunculkan cara termudah untuk penanggulangan

dengan memperdayakan usaha – usaha produktif yang dapat dikelola langsung

dan oleh keluarga miskin. Tentu selama proses pemberdayaan harus ada

pendampingan secara intens penuh istiqomah dan perhatian dari lembaga–

lembaga di masyarakat yang memiliki kepedulian tinggi untuk mengangkat

derajat ekonomi umat khususnya keluarga miskin.2

Menjadikan pesantren sebagai lembaga yang potensial dimasyarakat

sebagai lembaga pemberdayaan selain menjadi lembaga pendidikan umat

islam. Keterlibatan lembaga pesantren secara aktif terhadap pemberdayaan

masyarakat, merupakan wujud dari komitmen pesantren terhadap masyarakat

sekitar dalam peningkatan masyarakat baik secara individu maupun secara

kelompok. Hal ini bertujuan untuk mencapai tingkat sumber daya yang

optimum sehingga dapat meningkatan kesejahteraan dan mutu masyarakat yang

bertumpu pada kemandirian.

Pondok pesantren Tebuireng menjadi salah satu lembaga yang ditunjuk

sebagai lembaga untuk mengoperasikan lembaga keuangan mikro – BWM,

pada tanggal BWM Tebuireng Mitra Sejahtera yang beralamat di jalan Irian

Jaya 10 Tromol Pos 5, Kel. Cukir, Kec. Diwek , Jombang – Jawa Timur

mendapat izin usaha operasional oleh Otoritas Jasa Keuangan pada tanggal 23

2 SOP dan SOM, Buku 1 LKM Syariah – Bank Wakaf Mikro Tebuireng Mitra Sejahtera

Jombang, Jawa Timur ( 17 Januari 2019)

Page 63: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

48

Januari 2018 dengan Keputusan Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan

Nomor : Kep.18/ KR. 04/2018.

Awalnya nama lembaga keuangan mikro BWM Tebuireng Mitra Sejahtera

awalnya bukanlah BWM melainkan LKM syariah Tebuireng Mitra Sejahtera

sehingga badan hukumnya yang terdaftar adalah koperasi dan sudah berjalan

beberapa bulan namun terdapat kehendak pemerintah untuk memberi nama

wakaf pada lembaga tersebut maka lembaga ini berganti nama menjadi Bank

Wakaf Mikro meskipun lembaga ini bukan merupakan program pemerintah dan

dananya pun bukan alokasi dari dana pemerintah. Sehingga pada saat

peresmian pertama di Tanara nama BWM sudah resmi digunakan.

Sejak saat itu kini BWM Tebuireng Mitra Sejahtera dikelolah oleh

Pengurus Pondok Pesantren dan nasabah mencapai 460 orang dengan jumlah

Kelompok Usaha Masyarakat Sekitar Pesantren Indonesia (KUMPI) mencapai

54 KUMPI dengan kegiatan mingguan yang dinamakan dengan HALMI (

Halaqoh Mingguan).3

3. Karakteristik Bank Wakaf Mikro Tebuireng Mitra Sejahtera

Bank Wakaf Mikro memiliki karakteristik tersendiri diantaranya :4

a. Tidak diperkenankan menghimpun dan mengelolah dana baik tabungan

atau simpanan dari masyarakat ( Non Deposit Taking)

b. Menggunakan sumber dana dari hasil pengelolahan dana wakaf untuk

mendukung operasionalnya.

c. Menyediakan pendampingan dengan pembiayaan sesuai dengan prinsip

syariah.

3Hasil wawancara kepada Ahmad Dawam Anwar selaku manager – Bank Wakaf Mikro

Tebuireng Mitra Sejahtera Jombang, Jawa Timur ( 17 Januari 2019)

Page 64: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

49

d. Segmen pasar utama masyarakat miskin potensial produktif sekitar

pesantren.

e. Penyaluran pinjaman atau pembiayaan menggunakan pendekatan

kelompok dengan sistem tanggung renteng.

f. Para calon nasabah akan mendapat pelatihan dasar terlebih dahulu sebelum

diberikan pembiayaan.

g. Nasabah akan diberikan pendampingan secara berkala mengenai

pengembangan usaha, manajemen ekonomi rumah tangga disertai

pendidikan agama.

h. Imbal hasil pembiayaan ekuivalen margin 2,5 % - 3% pertahun.

i. Pembiayaan diberikan tanpa agunan.

B. Visi dan Misi

Dalam rangka mendorong tumbuh kembang BWM maka sebagai sebuah

organisasi memiliki visi dan misi yang jelas dalam menjalankan operasionalnya,

diantaranya :5

1. Visi

Menjadi lembaga keuangan yang mandiri, sehat, dan kuat, yang kualitas

ibadah anggotanya meningkat sedemikian rupa sehingga mampu berperan

menjadi wakil pengabdi Allah memakmurkan kehidupan anggota pada

khususnya dan umat manusia.

2. Misi

a. Mewujudkan gerakan pembebasan anggota dan masyarakat dari

belenggu rentenir, jerat kemiskinan, dan ekonomi ribawi.

b. Mewujudkan gerakan pemberdayaan meningkatkan kapasitas dalam

kegiatan ekonomi riil dan kelembagaannya menuju tatanan

perekonomian yang makmur dan maju.

5Dokumentasi BWM Tebuireng Mitra Sejahtera Jombang , 17 Januari 2019

Page 65: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

50

c. Mewujudkan gerakan keadilan membangun struktur masyarakat madani

yang adil berkemakmuran–berkemajuan, serta berkeadilan berlandaskan

syariah dan ridhah Allah SWT.

3. Tujuan dan Sasaran

Adapun tujuan dari BWM adalah untuk meningkatkan kualitas usaha

ekonomi untuk kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada

umumnya. Dengan sasaran masyarakat yang berada disekitar pondok

pesantren yang jaraknya tidak lebih dari 5 km dari lingkungan pesantren.

C. Struktur Organisasi Bank Wakaf Mikro Tebuireng Mitra Sejahtera

Berdasarkan sistem operasional lembaga BWM, maka struktur organisasi

BWM dapat dilihat seperti gambar dibawah ini : 6

Struktur Kepengurusan

BWM Tebuireng Mitra Sejahatera

Gambar 3.1 Struktur Organisasi BWM

6BWM Tebuireng Mitra Sejahtera Jombang ( Profil Lembaga 2017)

Page 66: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

51

1. Anggota Pendiri dan Pengurus

BWM Tebuireng Mitra Sejahtera pertama kali didirikan mengikuti

tahap kedua secara serentak di Indonesia oleh OJK dengan berbadan hukum

koperasi pada tanggal 27 September 2017 kemudian melakukan sosialisasi

kepada masyarakat sekitar pesantren. Dengan kesempatan untuk menjadi

anggota minimal terdiri dari 3 kelompok dengan jumlah masing – masing

kelompok berjumlah 5 orang. Dan sampai pada bulan Januari 2019, tercatat

sebagai anggota BWM Tebuireng Mitra Sejahtera sebanyak 460 orang yang

keseluruhan merupakan masyarakat sekitar pesantren Tebuireng Jombang.

Adapun pengelolah BWM Tebuireng Mitra Sejahtera :

a) Ahmad Dawam Anwar (Manajer)

b) Nur Kholiq ( Supervisor )

c) Samsul Arifin ( Supervisor)

d) Rizka Hilmi Achmad Syifa ( Admin)

e) Ummu Khoirotul Ummah ( Teller)

Pengurus BWM Tebuireng Mitra Sejahtera :

a) Slamet Habib ( Ketua )

b) Iskandar ( Sekretaris)

c) Umbaran ( Bendahara)

Pengawas BWM Tebuireng Mitra Sejahtera :

a) Ir. H. Abdul Ghofar

b) H. Eli Setiawan

Dewan Pengawas Syariah : a) H. Lukman

2. Deskripsi jabatan pada BWM Tebuireng Mitra Sejahtera

a. Rapat Anggota

1) Fungsi Rapat Anggota

Page 67: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

52

Dalam rapat anggota berfungsi untuk menetapkan aturan – aturan

strategis berupa penetapan anggran dasar, anggaran rumah tangga,

rencana kerja, dan berbagai kebijakan lain seperti memilih,

mengangkat, dan memberhentikan pengurus, pengawas, dan dewan

syariah .

2) Wewenang

a) Menetapkan kebijakan umum dibidang organisasi, manajemen,

dan organisasi usaha serta keuangan koperasi

b) Menetapkan dan mengubah anggaran dasar

c) Memilih, mengangkat, dan memberhentikan pengurus dan

pengawas

d) Menetapkan rencana kerja, rencana anggaran pendapatan, dan

belanja koperasi, serta pengesahan laporan keuangan

e) Meminta keterangan dan mengesahakn pertanggungjawaban

pengawas dan pengurus dalam menjalankan tugasnya

f) Menetapkan pembagian sisa hasil

b. Pengawas

1) Fungsi Utama

Pengawas memiliki tiga fungsi utama yaitu memeriksa buku – buku/

catatn lembaga dan semua kegiatan lembaga secara efektif,

pemantauan/ pemeriksaan , merencanakan, dan mengorganisir

kegiatan di BWM Tebuireng Mitra Sejahtera Jombang.

2) Tanggung Jawab

Pengawas bertanggung jawab secara penuh dengan melakukan

pemeriksaan terhadap semua kegiatan, pembukuan tahunan, buku

anggota, dan penilaian terhadap jalannya roda usaha yang ada di

dalam BWM Tebuireng Mitra Sejahtera Jombang.

3) Wewenang

a) Mencari dan mengusulkan audit eksternal

Page 68: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

53

b) Mengkaji dan merekomendasikan laporan keuangan akhir tahun

c) Melakukan pertemuan secara teratur

d) Menyampaikan rekomendasi kepada pengurus terkait kebijakan

yang ada

e) Melaporkan kepada pengurus setiap perubahan yang terjadi dalam

prinsip dan praktek akutansi yang dianut

c. Dewan Pengawas Syariah

1) Fungsi Utama

Fungsi utama DPS dalam BWM Tebuireng Mitra Sejahtera Jombang

untuk memberikan nasihat dan saran kepada pengurus, mengawasi

aspek syariah kegiatan operasional, dan memberikan opini syariah

kepada pengurus dan pengelolah tentang produk dan proses sesuai

dengan fatwa DSN MUI, serta sebagai wakil lembaga pada Dewan

Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia.

2) Tanggung Jawab

DPS dalam BWM Tebuireng Mitra Sejahtera Jombang bertanggung

jawab untuk memastikan, menilai serta mengawasi kesesuaian

kegiatan operasional BWM Tebuireng Mitra Sejahtera Jombang dan

terselenggaranya pembinaan anggota yang dapat mencerahkan dan

membangun kesadaran bersama dalam konsistensi bermuamalah

secara islami.

3) Wewenang

a) Membantu terlaksananya pendidikan anggota dan nasabah yang

dapat meningkatkan kualitas aqidah, syariah, dan akhlak anggota

dan nasabah BWM Tebuireng Mitra Sejahtera Jombang

b) Membuat opini syariah atas permintaan, pertanyaan, dan temuan

di lembaga BWM Tebuireng Mitra Sejahtera Jombang

c) Melaporkan hasil pengawasan kepada DSN – MUI dua kali dalam

satu tahun.

Page 69: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

54

d. Manager

1) Fungsi Utama

Memimpin BWM Tebuireng Mitra Sejahtera Jombang dengan

merencanakan, mengkoordinir, dan mengendalikan seluruh aktivitas

BWM Tebuireng Mitra Sejahtera Jombang dan melindungi aset

perusahaan.

2) Tanggung Jawab

a) Bertanggung jawab atas selesainya tugas dan kewajiban harian

seluruh bagian anggota BWM Tebuireng Mitra Sejahtera

Jombang

b) Bertanggung jawab atas seluruh aspek keusahaan BWM

Tebuireng Mitra Sejahtera Jombang terutama terkait keuangan

dan perkembangan aset

c) Menyusun dan mengasilkan rancangan anggaran rencana jangka

pendek, rencana jangka panjang, serta proyeksi (finacial non

finacial) kepada pengurus

3) Wewenang

a) Memimpin, mengelola, dan mengendalikan seluruh aspek

operasional BWM Tebuireng Mitra Sejahtera Jombang terkait

keorganisasian dan keusahaan

b) Menyetujui/ menolak pengajuan dan pencairan pembiayaan

dengan alasan yang jelas

c) Menyetujui pengeluaran uang untuk pengeluaran kas dan biaya

operasional sesuai dengan kewenangan

d) Memberikan teguran dan sanksi atas pelanggaran yang dilakukan

bawahan

Page 70: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

55

e. Administrasi

1) Fungsi Utama

Mengelolah administrasi keuangan hingga ke pelaporan keuangan

BWM Tebuireng Mitra Sejahtera Jombang sesuai prosedur yang

berlaku.

2) Tanggung Jawab

a) Bertanggungjawab penuh secara langsung kepada manager

b) Bertanggungjawab atas pengelolah yang berada pada bidang

administrasi dan pembukuan

c) Bertanggungjawab atas keuangan BWM Tebuireng Mitra

Sejahtera Jombang

d) Membuat laporan keuangan BWM Tebuireng Mitra Sejahtera

Jombang

e) Bertanggungjawab pada dokumen – dokumen akutansi

f) Melakukan kegiatan pengarsipan laporan keuangan dan berkas –

berkas BWM Tebuireng Mitra Sejahtera Jombang

g) Menyiapkan laporan untuk keperluan analisis keuangan BWM

Tebuireng Mitra Sejahtera Jombang

3) Wewenang

a) Meminta kelengkapan administrasi pada pertanggungjawaban

keuangan

b) Tidak memberikan berkas kepada pihak – pihak yang tidak

berkepentingan

c) Menerbitkan laporan keuangan atas persetujuan manager untuk

keperluan publikasi

d) Melakukan tugas manager apabila yang bersangkutan

berhalangan melaksanakan tugasnya.

f. Supervisor Pembiayaan

1) Fungsi Utama

Page 71: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

56

Merencanakan, mengarahkan, serta mengevaluasi target

pembentukan KUMPI, pencairan pembiayaan, pendampingan usaha

bagi nasabah, melakukan konsultasi pengembangan usaha , dan

melayani pengajuan pembiayaan.

2) Tanggung jawab

a) Tercapainya fungsi utama sebagai supervisor

b) Memastikan terlaksanya proses pengajuan pembiayaan serta

pendidikan nasabah anggota kumpi

c) Melaksanakan monitoring atas ketepatan alokasi dana serta

ketepatan angsuran dengan sistem jemput bola

d) Pengarsipan bukti debet dan nota kredit

3) Wewenang

a) Memberikan usulan untuk pengembangan pasar kepada manager

b) Menentukan target pembentukan kumpi, pelaksanaan halmi, dan

penyaluran pinjaman bersama manager.

g. Teller

1) Fungsi Utama

Merencanakan dan melaksanakan segala transaksi yang sifatnya

tunai.

2) Tanggung Jawab

a) Mengelola fisik kas dan terjaganya keamanan kas

b) Menyelesaikan laporan kas harian

c) Tersedianya laporan cashlow pada akhir bulan untuk evaluasi

d) Menerima angsuran dan imbal hasil pinjaman dari anggota

melalui supervisor

3) Wewenang

a) Menerima transaksi tunai dan transaksi yang terjadi di BWM

Tebuireng Mitra Sejahtera Jombang

b) Memegang kas tunai sesuai dengan kebijakan

Page 72: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

57

c) Mengeluarkan transaksi tunai pada batas nominal yang diberikan

dengan persetujuan yang berwenang

d) Meminta pertanggungjawaban kas kecil jika batas waktu

pertanggungjawaban telah tiba.

3. Legalitas dan Badan Hukum

a. Status Hukum : Koperasi Syariah

b. Nomor Domisili : AHU-39. AH.02.01 Tahun 2009

c. Pengesahan Akta : 006896/BH/M.KUKM.2/1/2018

d. Izin Usaha : Keputusan, Kep. 18/ KR.04/2018

e. Pencairan Deposit : 0042/ LKMS. TBI/ III/2018

4. Budaya Kerja

Budaya kerja BWM Tebuireng Mitra Sejahtera didasarkan pada

keyakinan inti yaitu keyakinan dan prinsip program BWM dalam upaya

mencapai visi dan menjalankan misi BWM , sedangkan Nilai Dasar yaitu nilai

– nilai yang dijaga dan dikembangkan untuk mengawal segala keputusan yang

telah , sedang, dan akan diambil.

Adapun keyakinan inti BWM Tebuireng Mitra Sejahtera adalah sebagai

berikut :7

a) Pemberdayaan Masyarakat Miskin

Dalam pelaksanaan program ini mengutamakan kepada upaya

pemberdayaan masyarakat miskin.

b) Pendampingan Sesuai Prinsip Syariah

Pemberdayaan masyarakat miskin selalu dilakukan proses

pendampingan dengan berkewajiban membentuk kelompok

c) Ta’awun Pembiayaan Kelompok

7BWM Tebuireng Mitra Sejahtera Jombang ( Profil Lembaga 2017)

Page 73: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

58

Dalam pembiayaan ini menumbuhkan sikap tolong – menolong dalam

anggota kelompok sehingga anggota satu dengan yang lainnya

muncul rasa saling memiliki dan kebersamaan

d) Amanah

Dalam hal ini pelaksanaan program melaksanakan prinsip – prinsip

manajemen secara profesional dan dapat dipertanggungjawabkan

e) Keberlanjutan Program

Agar tidak menjadi lembaga atau program musiman, maka secara

sadar mampu melestarikan, memelihara, dan mengembangkan

program secara terus menerus

f) Keberkahan

Mekanisme dan keberlanjutan program diselenggrakan sebagai

bentuk kepedulian dan pendidikan usaha terhadap masyarakat miskin

sehingga dapat dapat membawa keberkahan.

Sedangkan Nilai Dasar yang dikembangkan BWM Tebuireng Mitra

Sejahtera adalah sebagai berikut :

a) Amanah

Berusaha untuk melayani dengan kesungguhan dan bertanggung

jawab dalam setiap pengajuan pembiayaan baik pengurus ataupun

nasabah

b) Sabar

Karena mendasar pada mekanisme pencairan deposit membutuhkan

waktu yang cukup lama, nilai kesabaran menjadi nilai penting dalam

pengajuan pembiayaan

c) Disiplin

Disiplin dalam membayaran angsuran setiap minggunya, serta patuh

terhadap aturan – aturan yang berlaku

d) Jujur

Page 74: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

59

Jujur dalam pelayanan dan pengajuan pembiayaan, serta mencitrakan

BWM yang transparan dan dapat dipercaya.

D. Produk – Produk BWM Tebuireng Mitra Sejahtera

Adapun produk yang digunakan dalam kegiatan usaha hanyalah Pembiayaan

untuk modal usaha masyarakat sekitar pesantren yang dinyatakan lulus dalam

Pelatihan Wajib KUMPI (PWK).8 Terkait prosedur yang dijelaskan mengenai

prosedur pengajuan pembiayaan qard pada BWM Tebuireng Mitra Sejahtera :

Gambar 3.2 Alur Pembiayan Bank Wakaf Mikro Tebuireng Mitra Sejahtera

8SOP dan SOM, Buku 1 LKM Syariah – Bank Wakaf Mikro Tebuireng Mitra Sejahtera

Jombang, Jawa Timur ( 17 Januari 2019)

Page 75: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

60

Untuk mendapatkan pembiayaan dari BWM Tebuireng Mitra Sejahtera

Jombang terdapat beberapa tahap dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh

nasabah diantaranya :

1. Nasabah dapat mengajukan pembiayan dalam bentuk kelompok usaha mikro

kecil dengan jumlah minimal 3 (tiga) kelompok dengan jumlah masing –

masing kelompok maksimal 5 (lima) orang atau bila dijumlahkan minimal 15

(lima belas) orang untuk bisa mengajukan pembiayaan yang disebut dengan

KUMPI

2. Nasabah harus memenuhi kelengkapan dokumen berupa :

a) Fotocopy KTP ( Kartu Tanda Penduduk)

b) Fotocopy KK ( Kartu Keluarga)

c) Mengisi Formulir Pendaftaran Pembiayaan

3. Nasabah yang dirasa sudah memenuhi persyaratan baik secara umum maupun

perindividu akan mengikuti pendampingan berupa pra PWK yang itu wajib

diikuti oleh KUMPI dalam pendampingan ini sekaligus melakukan survei

kepada KUMPI yang bertujuan untuk mengetahui seluk beluk usaha karena

ditakutkan bilamana KUMPI melakukan hal – hal yang tidak diinginkan dalam

pengajuan pembiayaan.

4. Setelah melakukan Pra PWK, nasabah setiap KUMPI wajib untuk mengikuti

PWK bertujuan untuk menentukan apakah KUMPI ini layak untuk

mendapatkan pembiayan dari BWM Tebuireng Mitra Sejahtera Jombang.

5. Nasabah dinyatakan lulus dalam PWK maka akan direalisasikan

pembiayaannya

Page 76: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

61

Adapun skema pembiayaan qard :

Gambar 3.3 Skema Produk Qard

BWM Tebuireng Mitra Sejahtera dan Nasabah yang telah lulus PWK

mengajukan pembiayaan dengan akad qard (pemberian utang) sesuai dengan

paket pembiayaan yang diajukan dengan pengembalian qard tersebut ditambah

dengan infaq yang telah ditentukan oleh yaitu 3% dari pembiayaan sebagai

bentuk jasa pendampingan yang dilaukan setiap satu minggu sekali.

E. Bentuk Interaksi

BWM Tebuireng Mitra Sejahtera membentuk interkasi dengan nasabahnya

dengan tujuan mendampingi dan menguatkan nilai – nilai agama yang disebut

HALMI ( Halaqoh Mingguan), kegiatan ini berlangsung selama tenor pembayaran

dan dilaukan selama 1 (satu) minggu sekali dan waktu 30 menit dengan kegiatan

sebagai berikut :9

1. Membaca manaqib

2. Istighosah

3. Membaca Asmaul Husna

4. Tausyiah

5. Diskusi Usaha

9 Kegiatan BWM Tebuireng Mitra Sejahtera Jombang ( Profil Lembaga 2017)

Page 77: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

62

6. Diskusi Manajemen Rumah Tangga

7. Pembacaan Ikrar

8. Pembayaran Angsuran

F. Bentuk Pelaporan

BWM Tebuireng Mitra Sejahtera melakukan pelaporan secara rutin dengan

mengikuti pedoman dan aturan yang diatur dalam standar operasional dan

ketentuan OJK.

BWM Tebuireng Mitra Sejahtera secara umum melakukan pelaporan

keuangan sebanyak 4 (empat) kali laporan rutin, diantaranya :

1. Laporan Mingguan

2. Laporan Bulanan

3. Laporan 4 (empat) bulanan

4. Laporan Tahunan

Secara umum, laporan rutin tersebut menggambarkan fungsi dari BWM

Tebuireng Mitra Sejahtera sebagai lembaga keuangan yang mengelola dana,

mekanisme yang digunakan dsesuai dengan pedoman atau SOP (Standar

Operasional dan Prosedur) BWM Tebuireng Mitra Sejahtera, laporan keuangan

tersebut meliputi :

a. Laporan posisi keuangan

b. Laporan laba rugi

c. Laporan penggunaan dana qardh

Berikut merupakan format laporan rutin keuangan BWM Tebuireng Mitra

Sejahtera, sebagai berikut :

Page 78: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

63

1. Laporan laba rugi

Tabel 3.1

Laporan laba rugi

BWM Tebuireng Mitra Sejahtera

KODE

PERKIRAAN PENDAPATAN JUMLAH

5 PENDAPATAN

501 Pendapatan Operasional

50199 Pendapatan Operasional Lainnya

5019903 Pendapatan Adm Pembiayaan

5019904 Pend. Penempatan Lembaga Syariah

5019906 Pendapatan Jasa Konsultasi

TOTAL PENDAPATAN

KODE

PERKIRAAN BIAYA JUMLAH

7 BIAYA

701 Biaya Operasional

70102 Beban Tenaga Kerja

7010201 Gaji Karyawan

7010202 Honorarium Pengurus

Page 79: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

64

7010204 Tunjangan

70103 Beban Penyusutan

7010302 Beban Penyusutan

Kendaraan

7010303 Beban Penyusutan elektronik

7010304 Beban Penyusutan Inventrais

70106 Beban Operasional Lainnya

7010601 Beban Administrasi Bank

7010602 Beban Listrik

7010605 Beban Transportasi

7010606 Beban Konsumsi

7010607 Beban BBM

7010608 Beban Pemeliharaan dan

Perbaikan Iventaris

7010609 Beban Alat Tulis Kantor

7010610 Beban Benda Pos

7010611 Beban Sewa

7010612 Beban Rapat

7010613 Beban Internet/Data

7010699 Beban Lainnya

702 Beban Non Operasional

70299 Lainnya

TOTAL BIAYA

Sumber : Adminitrasi BWM Tebiureng Mitra Sejahtera

2. Laporan Neraca

Tabel 3.2

Laporan Neraca

BWM Tebuireng Mitra Sejahtera

AKTIVA

Kode

Perk Nama Perkiraan

SALDO

AWAL DEBET KREDIT

SALDO

AKHIR

1 ASET

101 Kas

Page 80: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

65

10101 Kas Khasanah

10102 Kas Teller

102 Penempatan Dana :

10201 a. Tabungan Pd Bank

10202 b. Deposito Berjangka

Pd Bank

105 Piutang Pembiayaan

Lainnya

10501 Qord

108 Persedian

10802 Persedian Materai

10803 Persedian Barang

Cetakan

10804 Persedian Buku

Tabungan

110 Aset Tetap &

Inventaris

11003 Kendaraan

11004 Elektronik

11005 Inventaris

111 (Akumulasi

Penyusutan)

11102 (Akum. Penyus.

Kendaraan)

11103 (Akum. Penyus.

Elektonik)

11104 (Akum. Penyus.

Inventaris)

112 Aset Lain-Lain

11202 BDD Operasional

11203 BDD Pra Operasional

11205 BDD Software

11206 BDD Training & Up

Grading

11207 BDD Iklan/ Promosi

TOTAL AKTIVA

PASIVA

Kode

Perk Nama Perkiraan

SALDO

AWAL DEBET KREDIT

SALDO

AKHIR

4 EKUITAS

401 Modal

40101 a. Simpanan Pokok

Page 81: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

66

40102 b. Simpanan Wajib

403 Hibah

405 Saldo Laba/(Rugi)

40502 b. Laba/(Rugi) Tahun

Berjalan

TOTAL PASIVA

Sumber : Bagian Administrasi BWM Tebuireng Mitra Sejahtera.

Page 82: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

67

BAB IV

ANALISIS OPERASIONAL BWM TEBUIRENG MITRA SEJAHTERA DARI

SISI LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DAN WAKAF

Pada analisis dan pembahasan mengenai kesesuaian sistem operasional BWM

Tebuireng Mitra Sejahtera dari sisi Undang – Undang No. 1 Tahun 2013 tentang

Lembaga Keuangan Mikro dan Undang – Undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf

dengan mengkaji kesesuaian operasional berdasarkan model bisnis BWM Tebuireng

Mitra Sejahtera.

BWM Tebuireng Mitra Sejahtera merupakan lembaga keuangan dengan merek

wakaf yang dibentuk pada tahun 2017 yang sistem operasional sebagai berikut :

A. Penghimpunan Dana

Dalam sistem operasional sumber pendanaan yang dimaksud dalam BWM

Tebuireng Mitra Sejahtera merupakan sebagai bentuk sumber permodalan BWM

Tebuireng Mitra Sejahtera menjalankan kegiatan usahanya dan operasional BWM

Tebuireng Mitra Sejahtera setelah mendapat izin usaha dari OJK.

Ditinjau secara umum BWM Tebuireng Mitra Sejahtera merupakan lembaga

keuangan mikro yang berbadan hukum koperasi dengan izin usaha lembaga

keuangan mikro syariah. Mengenai pendanaan tersebut, menurut Ahmad Dawam

Anwar selaku manager BWM Tebuireng Mitra Sejahtera, menjelaskan,

“BWM Tebuireng Mitra Sejahtera mendapat sumber pendanaan modal awal

BWM Tebuireng Mitra Sejahtera berasal para donatur yang diberikan kepada

LAZNAS yang dibentuk oleh Bank Syariah Mandiri sebagai bentuk dana hibah

bersyarat kemudian di gunakan untuk memberdayakan ekonomi masyarakat

sekitar pesantren melalui Bank Wakaf Mikro di Tebuireng ini dengan jumlah dana

Page 83: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

68

sebesar Rp. 4.250.000.000-, ( Empat miliar dua ratus lima puluh juta rupiah)

kemudian dana itu digunakan sebagai modal kerja dan dalam hal ini kami tidak

mendapat modal tersebut bukan dari menghimpun dana dari anggota atau

nasabah BWM Tebuireng Mitra Sejahtera”.1 Adapun rincian jumlah dana tersebut

adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1

Sumber Permodalan BWM Tebuireng Mitra Sejahtera

Jumlah Dana Keterangan

Rp. 250.000.000-, Dihibahkan untuk Simpanan Wajib dan

Pokok ( modal operasional awal untuk

renovasi dan pembelian perlengkapan alat di

BWM Tebuireng Mitra Sejahtera atau

pembentukan Bank Wakaf Mikro Tebuireng

Mitra Sejahtera.)

Rp. 100.000.000-, Masuk Buku Tabungan BWM sebagai

modal awal usaha

Rp. 900.000.000-, Deposito I ( Bisa dicairkan sebanyak 9 kali

apabila pengajuan pembiayaan bertambah

dan dana awal dirasa kurang)

Rp. 3.000.000.000-, Deposito II ( Dikelolah dan wajib disimpan

oleh LAZ BSM Umat) dan di lock oleh OJK

Sumber : BWM Tebuireng Mitra Sejahtera

1 Wawancara Ekslusif dengan Manager BWM Tebuireng Mitra Sejahtera, ahmad Dawam

Anwar, Jombang 17 Januari 2019

Page 84: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

69

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa keseluruhan jumlah dana yang

diterima BWM Tebuireng Mitra Sejahtera adalah dana sumbangan yang

dikategorikan sebagai hibah dengan rincian sebagai berikut :2

1. Simpanan wajib dan simpanan pokok sebagai bentuk ketentuan dan

kesesuaian bentuk badan hukum yang kemudian digunakan untuk biaya pra

operasional, aset tetap (inventaris) dan aset lain diantaranya renovasi kantor

lembaga, pembelian komputer, sepeda motor dan juga perangkat lain untuk

menunjang kinerja BWM Tebuireng Mitra Sejahtera dalam menjalankan

kegiatan usahanya.

2. Modal awal usaha yang langsung dicairkan untuk disalurkan dalam bentuk

pembiayaan sebagai bentuk modal kerja jumlah dari modal awal yang

diberikan adalah Rp. 100.000.000 (seratus juta rupiah)

3. Deposit sebagai bentuk dana abadi yang dikelolah oleh Lembaga Amil Zakat

Bank Syariah Mandiri Umat ( LAZ BSM Umat) yang dibagi menjadi dua,

diantaranya :

a. Deposit I dengan jumlah dana senilai Rp. 900 .000.000 ( sembilan ratus

juta) wajib disimpan di BSM Umat dicairkan sebanyak 9 kali dengan

besaran satu kali cair Rp. 100.000.000 (seratus juta) dan dapat dicairkan

apabila pengajuan pembiayan oleh nasabah semakin bertambah dan modal

awal yang berjumlah Rp. 100.000 000 (seratus juta) beserta ujrah yang

didapat selama beroperasi tidak cukup untuk disalurkan dalam bentuk

pembiayaan.

2 Wawancara Ekslusif dengan Manager BWM Tebuireng Mitra Sejahtera, ahmad Dawam

Anwar, Jombang 17 Januari 2019

Page 85: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

70

b. Deposit II

Deposito yang disebut sebagai dana abadi yang dikelolah oleh Lembaga

Amil Zakat Bank Syariah Mandiri Umat ( LAZ BSM Umat) dan dapat di

cairkan apabila terdapat persetujuan dari OJK.3

BWM Tebuireng Mitra Sejahtera tidak menghimpun dana sedikitpun dari

anggota maupun nasabah BWM Tebuireng Mitra Sejahtera sebagai bentuk

permodalan BWM Tebuireng Mitra Sejahtera, seluruhnya berasal dari LAZNAS

BSM yang di dapat dari para donatur yang tidak terikat.

Dana tersebut diserahkan kepada BWM Tebuireng Mitra Sejahtera sebagai

dana hibah bersyarat yang dirinci dalam bentuk simpanan wajib, simpanan

pokok, modal awal, dan deposit. Adapun maksud bersyarat dalam dana hibah ini

adalah :

1. Bahwa modal awal tidak boleh berkurang dan harus berlanjut untuk produk

pembiayaan

2. Digunakan pembiayaan dalam bentuk modal usaha untuk masyarakat sekitar

pesantren dan berfungsi secara berkelanjutan.

3. Penyimpanan deposit dana hibah seluruhnya di BSM Umat

Menurut Undang – Undang No. 1 Tahun 2013 tentang Lembaga

Keuangan Mikro pada pasal 7 ayat (1) dan (2) menyebutkan “sumber

permodalan LKM disesuaikan dengan ketentuan bentuk badan hukumnya”

dan “mengenai syarat sebagai permodalan diatur dalam POJK”

Sumber pendanaan BWM Tebuireng Mitra Sejahtera sudah sesuai

menurut Undang – Undang No. 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan

Mikro yang menjelaskan bahwasannya permodalan LKM disesuaikan dengan

3Wawancara Ekslusif dengan Manager BWM Tebuireng Mitra Sejahtera, ahmad Dawam

Anwar, Jombang 17 Januari 2019

Page 86: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

71

bentuk badan hukumnya dan lembaga yang mengawasi bentuk lembaga ini

dengan sumber permodalan salah satunya berasal dari dana hibah dan bukan

termasuk dari pinjaman maupun tindak pencucian uang.

Dalam Undang – Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian

sebagai bentuk badan hukum pada pasal 41 ayat (2) menyebutkan “Modal

sendiri dapat berasal dari : (a) Simpanan Pokok, (b) Simpanan Wajib, (c)

Dana Cadangan, (d) Hibah.”

Begitu juga Dalam POJK Nomor 12/POJK.05/2014 tentang Perizinan

Usaha dan Kelembagaan Lembaga Keuangan Mikro yang kemudian pada

tahun 2015 di ubah dalam POJK Nomor 61/POJK.05/ 2015 tentang Perubahan

Atas POJK Nomor POJK Nomor 12/POJK.05/2014 tentang Perizinan Usaha

dan Kelembagaan Lembaga Keuangan Mikro mengenai simpanan wajib,

simpanan pokok, atau hibah dijelaskan pada pasal 9 ayat (4) menjelaskan

bahwa “modal kerja tersebut harus memenuhi 2 syarat yaitu (a) tidak berasal

dari pinjaman dan (b) tidak berasal dari dan atau tindak pencucian uang”

Menurut Undang – Undang No. 41 tahun 2004 tentang Wakaf, pada

bagian kesepuluh pasal 28 menyebutkan “Wakif dapat mewakafkan benda

bergerak berupa uang melalui lembaga keuangan syariah yang ditunjuk oleh

Menteri” dan pada pasal 29 “Wakaf benda bergerak berupa uang

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 dilaksanakan oleh Wakif dengan

pernyataan kehendak Wakif yang dilakukan secara tertulis”

Dari sisi Undang – Undang No. 41 tahun 2004 tentang Wakaf sumber

pendanaan tersebut tidak sesuai karena dalam wakaf uang seorang wakif

hanya dapat mewakafkan uang melalui lembaga syariah yang ditunjuk oleh

menteri dengan membuat pernyataan kehendak atau keinginan peruntukkan

wakaf dan untuk siapa wakaf tersebut diberikan yang biasanya di lakukan

pada saat pelaksanaan ikrar wakaf.

Page 87: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

72

Dalam Peraturan Badan Wakaf Indonesia No. 01 Tahun 2009 tentang

Pedoman Pengelolahan dan Pengembangan Harta Benda Wakaf Bergerak

Berupa uang pada pasal 3 ayat (4) menyebutkan “Penerimaan Wakaf Uang

dimana Wakif menentukan sendiri Mauquf alaih ditetapkan paling kurang

sejumlah Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).”

Dalam Sistem operasional penghimpunan dana BWM Tebuireng Mitra

Sejahtera dari sisi Undang–Undang No. 1 Tahun 2013 tentang Lembaga

Keuangan Mikro dan Undang–Undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf,

menjelaskan kedua regulasi tersebut saling bertolak belakang dalam sistem

operasional sumber pendanaan BWM Tebuireng Mitra Sejahtera dana

tersebut merupakan dana hibah bukan dana wakaf.

Salah satu bentuk penghimpunan dana adalah dana tersebut berasal dari

dana hibah bersyarat yang kemudian dijadikan modal awal BWM Tebuireng

Mitra Sejahtera dan sumber pendanaan yang di kategorikan sebagai sumber

dana wakaf apabila dana tersebut telah didaftarkan sebagai bentuk wakaf uang

diperuntukkan untuk apa dana tersebut dan waqif bisa menentukan sendiri

penerima manfaat dana bila dana wakaf yang diberikan mencapai Rp.

1.0000.0000.0000 (satu milyar).

B. Pengelolaan Dana

Dalam praktik operasional pengelolaan dana yang dilakukan oleh BWM

Tebuireng Mitra Sejahtera dalam bentuk kegiatan usaha yang memberi

keuntungan dan berprinsip pada syariah. Berdasarkan operasional mekanisme

yang ada, dan wawancara kepada manager BWM Tebuireng Mitra Sejahtera,

mengungkapkan,

“BWM Tebuireng Mitra Sejahtera mengelolah dana tersebut dengan

kegiatan usahanya hanya berupa bentuk pembiayaan qard dengan infaq

Page 88: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

73

untuk biaya operasional sebesar 2,5% - 3% dalam satu tahun, begitupun

dengan besaran pinjamannya pun dibatasi mulai dari Rp. 1.000.000 (satu juta

rupiah) sampai dengan Rp. 3.000.000 (tiga juta rupiah) dengan pembayaran

angsuran secara mingguan namun BWM Tebuireng Mitra Sejahtera

memberlakukan batasan maksimal Rp. 2.000.000 (dua juta rupiah) untuk saat

ini dan yang paling penting pembiayaan ini tanpa agunan.”4

Adapun kegiatan usaha yang dilakukan oleh BWM Tebuireng Mitra

Sejahtera hanya ada satu produk pembiayaan yang berprinsip pada syariah

yaitu pembiayan qard sebagai pembiayaan modal usaha skala mikro dengan

biaya jasa operasional mencapai 2,5% – 3% dalam satu tahun dan tanpa

agunan dengan simulasi angsuran secara mingguan dan jumlah besaran

pembiayaan berkala dengan batasan mulai dari dibatasi mulai dari Rp.

1.000.000 (satu juta rupiah) sampai dengan Rp. 3.000.000 (tiga juta rupiah).

Dalam memberikan pinjaman BWM Tebuireng Mitra Sejahtera

membatasi dengan maksimal peminjaman mencapai Rp. 2.000.000 (dua juta

rupiah). Dan pembiaayaan tersebut hanya diberikan kepada masyarakat yang

berada dilingkungan pesantren dengan radius kurang lebih 5 kilometer (km).

Seiring berjalannya waktu pembiayaan dimungkinkan bisa mencapai

jumlah besaran maksimal apabila para nasabah dapat membayar dengan tepat

waktu atau track record pembayarannya baik dan usahanya terus

berkembang.5

Berikut ini merupakan jumlah nasabah pembiayaan pada BWM

Tebuireng Mitra Sejahtera :

4Wawancara Ekslusif dengan Manager BWM Tebuireng Mitra Sejahtera, ahmad Dawam

Anwar, Jombang 17 Januari 2019 5Wawancara Ekslusif dengan Manager BWM Tebuireng Mitra Sejahtera, ahmad Dawam

Anwar, Jombang 17 Januari 2019

Page 89: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

74

Tabel 4.2

Jumlah Nasabah BWM Tebuireng Mitra Sejahtera

Jumlah Keterangan

54 Kelompok Usaha Mikro Pesantren Indonesia (KUMPI)

15 Jumlah Halaqoh Mingguan (HALMI)

270 Jumlah Nasabah Keseluruhan

Sumber : BWM Tebuireng Mitra Sejahtera

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah HALMI terdapat 15 yang

masing – masing terdiri antara 3 sampai 4 KUMPI, dan masing – masing

KUMPI berjumlah 5 orang sehingga keseluruhan jumlah nasabah sejak

sosialisasi sampai sekarang mencapai 270 portofolio nasabah. Keseluruhan

jumlah nasabah merupakan berjenis kelamin perempuan atau dominan dengan

ibu–ibu yang memiliki usaha di sekitar pondok pesantren tebuireng, Jombang

yang memiliki usaha toko klontong, warung, dan juga penjual disekitar

pemakaman keluarga KH. Hasyim Asyari.

BWM Tebuireng Mitra Sejahtera menyalurkan pembiayaan qard tersebut

kepada nasabah tersebut yang telah lulus Pelatihan Wajib Kumpi (PWK)

dengan pinjaman awal sebesar Rp. 1.000.000 (Satu juta rupiah) dan ujrah

menjadi bentuk keuntungan dari BWM Tebuireng Mitra Sejahtera.

Berikut ini merupakan simulasi angsuran pembiayaan qard pada untuk

nasabah beserta angsuran dan ujrahnya :

Page 90: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

75

Tabel 4.3

Simulasi Pembiayaan Qard pada BWM Tebuireng Mitra Sejahtera

Pinjaman 3%

Minggu

40 30 20

Angsuran Ujrah Angsuran Ujrah Angsuran Ujrah

Rp. 2.000.000 Rp. 60.000 Rp. 50.000 Rp. 1.500 Rp. 66.666 Rp. 2000 Rp. 100.000 Rp. 4000

Rp. 1.900.000 Rp. 57.000 Rp. 47. 500 Rp. 1. 425 Rp. 63.333 Rp. 1900 Rp. 95.000 Rp. 3.800

Rp. 1.800.000 Rp. 54.000 Rp. 45.000 Rp. 1. 350 Rp. 60.000 Rp. 1800 Rp. 90.000 Rp. 3.600

Rp.1. 700.000 Rp.51.000 Rp. 42. 500 Rp. 1.275 Rp. 56.666 Rp. 1.700 Rp. 85.000 Rp. 3. 400

Rp.1. 600.000 Rp. 48.000 Rp. 40.000 Rp. 1. 200 Rp. 53.333 Rp. 1.600 Rp. 80.000 Rp. 3. 200

Rp.1. 500.000 Rp. 45.000 Rp. 37.500 Rp. 1. 125 Rp. 50.000 Rp. 1. 500 Rp. 75.000 Rp. 3.000

Rp.1. 400.000 Rp. 42.000 Rp. 35.000 Rp. 1.050 Rp. 46. 666 Rp. 1. 400 Rp. 70.000 Rp. 2.800

Rp.1. 300.000 Rp. 39. 000 Rp. 32. 500 Rp. 975 Rp. 43. 333 Rp. 1. 300 Rp. 65.000 Rp. 2.600

Rp.1.200. 000 Rp. 36.000 Rp. 30. 000 Rp. 900 Rp. 40.000 Rp. 1. 200 Rp. 60.000 Rp. 2. 400

Rp. 1.100.000 Rp. 33.000 Rp. 27. 500 Rp. 825 Rp.36. 666 Rp. 1. 100 Rp. 55.000 Rp. 2. 200

Rp. 1.000.000 Rp. 30.000 Rp. 25.000 Rp. 750 Rp. 33.333 Rp. 1. 000 Rp. 50.000 Rp. 2.000

Sumber : BWM Tebuireng Mitra Sejahtera

Tabel tersebut menjelaskan bahwa dalam sistem operasional pembayaran

angsuran pembiayaan dilakukan secara mingguan dengan tiga pilihan yaitu 20,

30, dan 40 minggu. Apabila pembiayaan sebesar Rp. 1.000.000 maka jasa yang

harus dibayar adalah 3% dari jumlah pembiayaan yaitu Rp. 30.000 banyaknya

pembayaran jasa tidak ditentukan oleh berapa lama nasabah dalam melakukan

angsuran pembayaran melainkan ditentukan berdasarkan pada jumlah

pembiayaan yang diajukan. Dalam hal ini mendiskripsikan mulai pembiayaan

Page 91: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

76

Rp. 1.000.000, ujrah tersebut berlaku sampai pada pembiayaan maksimal Rp.

3.000.000.

Apabila ditinjau dari produk pembiayaan qardh yang dimiliki oleh BWM

Tebuireng Mitra Sejahtera, berdasarkan jumlah nasabah yang mengajukan

pembiayaan adalah sebagai berikut :6

Jumlah Nasabah : 270 orang

Jumlah Pembiayaan : Rp. 1.000.000

Biaya Jasa : 3% = 30.000

Maka

Modal pembiayaan : Jumlah Nasabah x Jumlah pembiayaan

= 270 x 1.000.000

= 270.0000

Profit atau Keuntungan : Biaya jasa x Jumlah Nasabah

= 30.000 x 270

= 8.100.000

Adapun profit yang didapat dalam setiap 20 minggu sekali atau setara selama 5

(lima) bulan BWM Tebuireng Mitra Sejahtera mendapat profit sejumlah Rp.

8.100.000. dan profit tersebut digunakan sebagai biaya operasional atau

administrasi selama masa pembiayaan setiap nasabah dengan kegiatan HALMI

yang dilakukan setiap minggunya.

Dalam melaksanakan kegiatan usaha oleh BWM Tebuireng Mitra

Sejahtera yang berdasarkan prinsip syariah telah dibentuk Dewan Pengawas

Syariah (DPS) yang bertugas untuk mengawasi dan memberi nasihat kepada

manager BWM Tebuireng Mitra Sejahtera agar kegiatan usaha yang di

laksanakan sesuai dengan prinsip syariah dan menilai aspek pedoman

operasional yang telah ditetapkan oleh DSN MUI.

6Perhitungan Administrasi BWM Tebuireng Mitra Sejahtera, ahmad Dawam Anwar, Jombang

17 Januari 2019

Page 92: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

77

Menurut Undang – Undang No.1 tahun 2013 tentang LKM, pasal 11 ayat

(1) menjelaskan “Kegiatan usaha LKM meliputi jasa pengembangan usaha dan

pemberdayaan masyarakat, baik melalui Pinjaman atau Pembiayaan dalam

usaha skala mikro kepada anggota dan masyarakat, pengelolaan Simpanan,

maupun pemberian jasa konsultasi pengembangan usaha.” Dan pada pasal 13

ayat (1) menyebutkan “untuk melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip

syariah LKM wajib membentuk dewan pengawas syariah.”

Kegiatan usaha yang dilakukan oleh BWM Tebuireng Mitra Sejahtera

sebagai bentuk pengelolahan dana telah sesuai dengan Undang – Undang No.1

tahun 2013 tentang LKM, yang menyebutkan kegiatan usaha dapat berupa

pembiayaan dalam usaha skala mikro kepada anggota dan masyarakat dan

membentuk dewan pengawas syariah sebagai penasihat dan pengawas dalam

menjalankan kegiatan usahanya.

Dalam Undang – Undang Undang – Undang No. 25 Tahun 1992 tentang

Perkoperasian pasal 43 ayat (3) menyebutkan “Koperasi menjalankan kegiatan

usaha dan berperan utama di segala bidang kehidupan ekonomi rakyat.”

Dalam Dalam POJK Nomor 12/POJK.05/2014 tentang Perizinan Usaha

dan Kelembagaan Lembaga Keuangan Mikro yang kemudian pada tahun 2015

di ubah dalam POJK Nomor 61/POJK.05/ 2015 tentang Perubahan Atas POJK

Nomor POJK Nomor 12/POJK.05/2014 tentang Perizinan Usaha dan

Kelembagaan Lembaga Keuangan Mikro pada pasal 12 ayat (5) menyebutkan

“Tugas pengawasan dan pemberian nasihat dilakukan dalam bentuk: (a)

memastikan dan mengawasi kesesuaian kegiatan operasional LKM terhadap

fatwa yang telah ditetapkan oleh DSN MUI; (b) menilai aspek Syariah terhadap

pedoman operasional dan produk yang dikeluarkan LKM; (c) mengkaji produk

dan jasa baru yang belum ada fatwa untuk dimintakan fatwa kepada DSN

MUI”.

Page 93: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

78

Menurut Undang – Undang No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf, bahwa

wakaf dalam bentuk wakaf uang dalam pelaksanaannya harus sesuai dengan

Peraturan Badan Wakaf Indonesia No. 01 Tahun 2009 tentang Pedoman

Pengelolahan dan pengembangan Harta Benda Wakaf Bergerak Berupa Uang

yang di jelaskan pada pasal 9 ayat (5) yang berbunyi “Pengelolaan dan

pengembangan Wakaf Uang atas setoran Wakaf Uang dan investasi Wakaf

Uang oleh Nazhir wajib ditujukan untuk optimalisasi perolehan keuntungan

dan/atau pemberdayaan ekonomi ummat.”

Pengelolaan dana oleh BWM Tebuireng Mitra Sejahtera menurut Undang

– Undang No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf berdasarkan Peraturan Badan

Wakaf Indonesia No. 01 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengelolahan dan

pengembangan Harta Benda Wakaf Bergerak Berupa Uang tidak sesuai dengan

regulasi tersebut meskipun secara dana tersebut digunakan untuk

pemberdayaan ekonomi ummat karena secara operasional laporan apabila dana

yang disalurkan merupakan dana wakaf maka pengelolaan dana tersebut adalah

nazhir dengan melaporkan seluruh laporan yang berkaitan dengan pengelolaan

dan dana pengembangan kepada BWI.

Dalam Peraturan Badan Wakaf Indonesia No. 01 Tahun 2009 tentang

Pedoman Pengelolaan dan pengembangan Harta Benda Wakaf Bergerak

Berupa Uang pasal 13 ayat (2) yang menyebutkan “Penyaluran manfaat hasil

investasi Wakaf Uang secara langsung adalah program pembinaan dan

pemberdayaan masyarakat yang secara langsung dikelola oleh Nazhir.”

Pengelolaan dana oleh BWM Tebuireng Mitra Sejahtera menurut Undang

– Undang No. 01 Tahun 2013 tentang LKM dan Undang – Undang No. 41

Tahun 2004 tentang wakaf, dalam operasionalnya kedua undang – undang

tersebut saling bertolak belakang meskipun keduanya bertujuan untuk

pemberdayaan masyarakat skala mikro, dimana pengelolaan dana tersebut lebih

sesuai dengan UU LKM yang menyalurkan dana tersebut dalam bentuk

Page 94: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

79

kegiatan usaha berupa pembiayaan berprinsip pada syariah (penasehat oleh

DSN-MUI).

Apabila dilihat dari sisi wakaf penyaluran dana tersebut dilakukan dalam

bentuk manfaat investasi yang secara langsung dikelola oleh nazhir dengan

pembinaan dan pengawasan oleh BWI

C. Laporan Rutin (Regular Report)

Dalam operasional pengelolahan dana, BWM Tebuireng Mitra Sejahtera

wajib melakukan laporan rutin (regular report), diantaranya :7

1. Laporan mingguan yaitu laporan yang disampaikan secara mingguan atau

setiap dua minggu sekali dengan format laporan berupa setor neraca, laba

rugi dan history pembiayaan atau berita acara pembiayaan. Laporan

mingguan ini dilaporkan kepada LAZNAS.

2. Laporan bulanan yaitu laporan yang disampaikan setiap 1 (satu) bulan sekali

sekali dengan format laporan berupa setor neraca, laba rugi dan history

pembiayaan atau berita acara pembiayaan. Laporan bulanan ini dilaporkan

kepada LAZNAS dan OJK.

3. Laporan 4 (empat) bulanan yaitu laporan yang disampaikan setiap 4 (empat)

bulan sekali dengan format laporan berupa setor neraca, laba rugi dan history

pembiayaan atau berita acara pembiayaan. Laporan empat bulanan ini

dilaporkan kepada OJK.

4. Laporan Tahunan yaitu laporan yang disampaikan setiap akhir tahun dengan

format laporan berupa setor neraca, laba rugi dan history pembiayaan atau

berita acara pembiayaan. Laporan tahunan ini dilaporkan kepada OJK dan

7Wawancara Ekslusif dengan Manager BWM Tebuireng Mitra Sejahtera, ahmad Dawam

Anwar, Jombang 17 Januari 2019

Page 95: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

80

pada laporan ini sekaligus laporan akhir tahun atau tutup buku. Dan pada

saat laporan tahunan akan diselenggarakan rapat tahunan.

Operasional laporan rutin (regular report) oleh BWM Tebuireng Mitra

Sejahtera melaporkan seluruh pengelolaan dana kepada LAZNAS sebagai

manajemen pengelola dana donasi program BWM Tebuireng Mitra Sejahtera

dan OJK sebagai sebagai regulator pengaturan dan pengawasan BWM

Tebuireng Mitra Sejahtera.

Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 2013 tentang Lembaga

Keuangan Mikro pada pasal 30 ayat (1) berbunyi “ LKM wajib menyampaikan

keuangan kepada Otoritas Jasa Keuangan : (a) Laporan keuangan setiap 4

(empat) bulan; dan/atau (b) laporan lain yang ditetapkan dalam peraturan

Otoritas Jasa Keuangan.”

Dari sisi Undang – Undang No. 1 tentang LKM bentuk laporan rutin

(regular report)yang dilakukan oleh BWM Tebuireng Mitra Sejahtera telah

sesuai dengan Undang-Undang tersebut yang menyebutkan LKM wajib

menyampaikan laporan kepada ojk setiap 4 (empat) bulan sekali dan

ketentuan lain yang diatur oleh OJK.

Menurut Undang- Undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf pada

pasal 71 ayat (1) berbunyi “Pertanggungjawaban pelaksanaan tugas Badan

Wakaf Indonesia dilakukan melalui laporan tahunan yang diaudit oleh

lembaga audit independen dan disampaikan kepada Menteri”. Dan ayat (2)

berbunyi “Laporan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diumumkan kepada masyarakat.”

Dari sisi Undang- Undang No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf bentuk

bentuk laporan rutin (regular report)yang dilakukan oleh BWM Tebuireng

Mitra Sejahtera tidak sesuai karena berdasarkan pada Undang – Undang

tersebut menyatakan bahwa laporan wajib di sampaikan kepada BWI yang

Page 96: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

81

kemudian BWI bertanggungjawab atas laporan yang telah diaudit oleh

lembaga audit independen dan diumumkan kepada masyarakat.

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 42 Tahun 2006

tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf pada

pasal 56 ayat (3) menyatakan “Pengawasan pasif dilakukan dengan melakukan

pengamatan atas berbagai laporan yang disampaikan Nazhir berkaitan dengan

pengelolaan wakaf”.

Operasional laporan rutin (regular report) oleh BWM Tebuireng Mitra

Sejahtera menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 2013 tentang LKM dan

Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf secara jelas menunjukkan

salaing bertolak belakang.

Dalam implementasi operasionalnya BWM Tebuireng Mitra Sejahtera

lebih sesuai dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 2013 tentang LKM yang

melaporkan keuangan setiap 4 (empat) bulan kepada OJK dan ketentuan lain

yang diatur oleh OJK yaitu BWM Tebuireng Mitra Sejahtera melaporkan

dalam laporan mingguan, bulanan, dan tahunan yang disampaikan kepada

LAZNAS dan OJK bukan melaporkan kepada BWI yang kemudian

diumumkan kepada masyarakat.

D. Penyelesaian Non Performing Loan

Dalam penyaluran sumber pendanaan kepada kelompok usaha

lingkungan pesantren dalam bentuk pembiayaan dapat mendorong

penyimpangan dalam realisasi pembiayaan yang dapat berupa Non

Performing Loan (Nasabah tidak mampu membayar) atau disebut sebagai

salah satu resiko pembayaran macet oleh nasabah kepada lembaga keuangan.

Menurut manager BWM Tebuireng Mitra Sejahtera, Ahmad Dawam

Anwar mengungkapkan,

Page 97: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

82

“Untuk mengenai pembayaran macet oleh nasabah, karena sejak awal

mengajukan pembiayaan syaratnya harus membentuk kelompok minimal 15

(lima belas) orang maka dalam hal ini jika salah satu nasabah melakukan

tindakan Non Performing Loan atau lari dari tanggung jawab pembayaran

angsuran pembiayaan maka pembayaran angsuran ditanggung secara

bersama oleh kelompok tersebut atau biasa disebut dengan sistem tanggung

renteng sesuai dengan mekanisme operasional yang ada” 8

BWM Tebuireng Mitra Sejahtera dalam menyelesaikan Non Performing

Loan dilakukan sesuai dengan mekanisme yang telah ada, pembiayaan di

BWM Tebuireng Mitra Sejahtera berbentuk kelompok maka dalam

penyelesaian sengketa atau kasus nasabah yang sudah tidak sanggup untuk

membayar atau lari dari tanggungjawab pembayaran angsuran pembiayaan

maka kelompok yang menaungi nasabah tersebut harus bertanggungjawab

bersama – sama untuk membayar atau melunasi pembiayaan nasabah yang

melakukan tindakan tersebut dengan melakukan musyawarah saja tanpa harus

diselesaikan melalui mediasi, arbitrase, atau pengadilan.

Menurut Undang –Undang No. 1 Tahun 2013 tentang Lembaga

Keuangan Mikro secara isi tidak ada pasal yang menyebutkan mengenai

penyelesaian perkara atau kasus penyimpangan Non Performing Loan.

Berdasarkan mekanisme pembiayaan pada BWM Tebuireng Mitra

Sejahtera yang menggunakan akad qardh maka dalam penyelesaian kasus

penyimpangan Non Performing Loan dapat dilaksanakan menurut Fatwa DSN

MUI No. 19/ DSN – MUI/IV/2001 tentang Al – qardh pasal 4 ayat (1)

8Wawancara Ekslusif dengan Manager BWM Tebuireng Mitra Sejahtera, ahmad Dawam

Anwar, Jombang 17 Januari 2019

Page 98: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

83

menyatakan “ jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika

terjadi perselisihan diantara para pihak, maka penyelesaiannya dilakukan

melalui Badan Arbitrasi Syari'ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui

musyawarah”

Langkah yang diambil oleh BWM Tebuireng Mitra Sejahtera tidak sesuai

menurut Fatwa DSN MUI No. 19/ DSN – MUI/IV/2001 tentang Al – qardh

meskipun dalam praktik operasional penyelesaian sengketa non performing

loan diselesaikan melalui langkah musyawarah dan membebankan

pembayaran angsuran pada anggota kumpi yang menaungi nasabah yang

bermasalah tersebut tanpa harus ke Badan Arbitrase Syariah meskipun dalam

musyawarah tersebut tidak mencapai mufakat.

Menurut Undang – Undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf, pada

pasal 62 menyebutkan “Penyelesaian sengketa perwakafan ditempuh melalui

musyawarah untuk mencapai mufakat, Apabila penyelesaian sengketa tidak

mencapai mufakat, sengketa dapat diselesaikan melalui mediasi, arbitrase,

atau pengadilan”

Dalam penyelesaian non performing loan pada BWM Tebuireng Mitra

Sejahtera menurut Undang – Undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf tidak

sesuai dalam menyelesaikan penyelesaian sengketa non performing loan oleh

BWM Tebuireng Mitra Sejahtera meskipun langkah yang ditempuh melalui

musyawarah terlebih dahulu untuk mencapai mufakat, karena BWM

Tebuireng Mitra Sejahtera meskipun tidak mencapai mufakat tidak akan

melanjutkan perkara ini sampai ke ranah mediasi, arbitrase, atau pengadilan.

Operasional BWM Tebuireng Mitra sejahtera dalam menyelesaikan

perbuatan penyimpangan berupa Non Performing Loan tidak berlandasakan

pada Undang – Undang No. 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro

dan Undang – Undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf meskipun kedua

Page 99: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

84

regulasi tersebut menyebutkan langkah penyelesainnya melalui musyawarah

terlebih dahulu untuk mencapai mufakat sebelum melanjutkan keranah yang

lebih tinggi yaitu jalur litigasi taupun non- litigasi.

BWM Tebuireng Mitra sejahtera memiliki mekanisme operasional

sendiri dalam penyelesaian kasus Non Performing Loan tersebut ditanggung

secara bersama – sama oleh anggota kelompok yang terbentuk dalam

kelompok usaha yang menaungi nasabah yang tidak sanggup membayar atau

lari dari tanggung jawab membayar angsuran pembiayaan yang telah

diajukan.

Mekanisme yang di praktikan BWM Tebuireng Mitra sejahtera tersebut

dilandasi pada pengajuan pembiayaan yang berbentuk kelompok atau

KUMPI, jumlah paket pembiayaan yang tidak terlalu besar, dan tidak adanya

jaminan dalam mengajukan pembiayaan sehingga penyelesaian tersebut

dilaksanakan secara tanggung renteng.

Page 100: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

85

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab

sebelumnya, maka terdapat hal – hal pokok yang dapat dijadikan kesimpulan,

diantaranya sebagai berikut :

Sistem operasional BWM Tebuireng Mitra Sejahtera menurut Undang –

Undang No. 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro dan Undang –

Undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf.

1. Sumber pendanaan BWM Tebuireng Mitra Sejahtera dari sisi dengan Undang

No. 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro dan Undang – Undang

No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf lebih sesuai dengan UU LKM yang

menyebutkan dana tersebut merupakan dana hibah bukan dana wakaf sebagai

bentuk sumber pendanaan dan kedua regulasi tersebut saling bertolak belakang

apabila dijadikan sebagai landasan mekanisme operasional BWM Tebuireng

Mitra Sejahtera.

2. Pengelolahan dana oleh BWM Tebuireng Mitra Sejahtera dari sisi dengan

Undang-Undang No. 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro dan

Undang–Undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf dalam sistem

operasionalnya lebih sesuai terhadap UU LKM dengan melakukan kegiatan

usaha berupa pembiayaan modal usaha skala mikro berupa pembiayaan qard

dan berprinsip pada syariah dengan membentuk dewan pengawas syariah

sebagai penasehat.

3. Laporan rutin (regular report) oleh BWM Tebuireng Mitra Sejahtera dari sisi

dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro

dan Undang–Undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf dalam sistem

operasionalnya lebih sesuai terhadap UU LKM karena dalam praktiknya BWM

Page 101: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

86

Tebuireng Mitra Sejahtera menyampaikan laporan rutin kepada LAZNAS dan

OJK terkait pengelolaan dana tersebut bukan melaporkan kepada BWI lalu

diumumkan kepada masyarakat.

4. Penyelesaian Non performing Loan di BWM Tebuireng Mitra Sejahtera dari

sisi dengan Undang No. 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro dan

Undang – Undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf dalam sistem

operasionalnya kedua undang – undang tersebut tidak bersinergi terhadap

implemetasi operasional BWM Tebuireng Mitra Sejahtera meskipun kedua

regulasi tersebut menyebutkan langkah yang melalui musyawarah terlebih

dahulu untuk mencapai mufakat sebelum melanjutkan keranah yang lebih

tinggi yaitu jalur litigasi maupun non-litigasi. Pasalnya BWM Tebuireng Mitra

Sejahter memiliki ketentuan mekanisme operasional dalam kasus tersebut yang

diselesaikan secara tanggung renteng oleh KUMPI yang menaungi nasabah,

ketentuan tersebut dibuat mendasar pada pengajuan pembiayaan yang

berbentuk kelompok atau KUMPI, jumlah paket pembiayaan yang tidak terlalu

besar, dan tidak adanya jaminan dalam mengajukan pembiayaan.

B. Saran

Berdasarkan dari pembahasan yang telah ada, terdapat beberapa saran yang

perlu dipertimbangan dan tidak lanjut mengenai kelembagaan BWM agar

kedepannya semakin baik, berikut beberapa sarannya :

1. Perlunya dilakukan sosialisasi mengenai kelembagan Bank Wakaf Mikro

(BWM) Tebuireng Mitra Sejahtera guna mengubah mindset masyarakat

awam mengenai lembaga BWM sebagai bentuk lembaga keuangan karena

lembaga BWM bukan merupakan lembaga perbankan maupun lembaga

wakaf

Page 102: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

87

2. Perlu adanya tranparansi oleh pihak yang mempelopori lembaga ini terkait

sumber pendanaan itu berasal sehingga tidak menyebabkan kerancuan asal

sumber dana tersebut sebagai bentuk permodalan.

3. Perlu dilakukan kajian terhadap instansi – instansi terkait lembaga Bank

Wakaf Mikro (BWM) Tebuireng Mitra Sejahtera baik dari OJK, DSN MUI,

dan lembaga itu sendiri mengenai konsep mekanisme bentuk permodalan

dan model bisnis yang digunakan Bank Wakaf Mikro (BWM) Tebuireng

Mitra Sejahtera agar tidak terjadi kerancuan antara kelembagaan Bank

Wakaf Mikro (BWM) Tebuireng Mitra Sejahtera sebagai bentuk LKM atau

lembaga wakaf sehingga dalam pengelolahan dan operasional sumber

pendanaan, jenis investasi, dan penyelesaian apabila terjadi sengketa pada

lembaga tersebut dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan

undang – undang atau regulasi yang berlaku.

Page 103: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

88

DAFTAR PUSTAKA

Al- Qur’an

Surat Al – Baqarah Ayat 267

Buku – Buku

Direktorat Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat

Islam, Pedoman pengelolaan Wakaf Tunai, Jakarta : Kementrian Agama, 2006

Direktorat Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat

Islam, Perkembangan Pengelolaan Wakaf di Indonesia, Jakarta : Kementrian

Agama, 2006

Fakultas Syariah dan Hukum, Pedoman Penulisan Skripsi”, Jakarta : FSH, 2017.

Mardani, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia, Edisi Pertama, Cet.

1. 2015

Peter, Marzuki Mahmud, Penelitian Hukum, Cet. 2, Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2006

Subagyo, Ahmad, Manajemen Operasi Lembaga Keuangan Mikro Syariah, Jakarta

Mitra Wacana Media, 2015

Suhendi, Hendi, Fiqh Muamalah, Jakarta : Rajawali Press, 2008

Susilo, Y. Sri, dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Jakarta : Salemba Empat, 2000

Soeharto, Irwan, Metode Penelitian Sosial, Cet.6, Bandung : PT Raja Grafindo, 2004

Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Cet. 3, Jakarta : UI – Press, 2015

Soemitra, Andri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Edisi Kedua, Cet. 7, Jakarta :

Kencana, 2017

Page 104: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

89

Usman, Rachmadi, Hukum Perwakafan di Indonesia, Edisi Pertama, Cet. 2, Jakarta :

Sinar Grafika, 2013

Jurnal

Arie Haura, Lukan M Bagal, dan Hendri Tanjung, Analisis Pengelolahan Wakaf Uang

pada Koperasi Jasa Keuangan Syariah (Pendekatan Analytical Network Process),

Institut Pertanian Bogor, Jurnal Al – Muzara’ah Vol. 6 No. 1 (2016) : h. 89 - 105

Baskara, I Gede Kajeng, Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia, Jurnal Buletin Studi

Ekonomi, Universitas Udayana, Vol. 18 No. 2 (2013) : h. 114 - 125

Faujiah, Ani, Bank Wakaf Mikro dan Pengaruhnya Terhadap Inklusi Keuangan Pelaku

Usaha Kecil dan Mikro (UKM), 2nd Annual Conference From Muslim

Scholars,(2018) : h.373 - 381

Meuthiya, Athifa Arifin, pengembangan Produk – Produk Lembaga Syariah, Jurnal

Equilibrum, Vol. 2, No, 1 (Juni 2014) : h. 157 - 173

Rusydiana, Aam S., Irman Firmansyah, Strategi Pengembangan Lembaga Keuangan

Mikro Syariah di Indonesia : Pendekatan Matriks EFAS IFES, Jurnal Ekonomi

Islam Volume 9, Nomor 1 (November 2018) : h. 48 - 73

Sapudin, Ahmad, dkk, Strategi Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro Syariah

(Studi Kasus pada BMT Tawfin Jakarta), Institut Pertanian Bogor, Jurnal Al -

Muzara’ah Vol. 5 No. 1 (2017) : h. 21 - 34

Sutrisna, Kajian Yuridis Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Menurut Undang – Undang

No. 1 Tahun 2013 Tentang Lembaga keuangan Mikro dan Baitul Maal Wat

Tamwil (BMT) Menurut Undang – Undang No. 25 Tahun 1992 Tentang

Page 105: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

90

Perkoperasian, Jurnal Penelitian Fakultas Hukum Universitas Slamet Riyadi

Surakarta, (2017) : h. 1 - 21

Widya, Fitriani, Lembaga Keuangan Mikro Syariah : Eksistensi dan Aksebilitasnya

Bagi Pembiayaan Usaha Tani di Sumatera Barat ( Studi Kasus : Koperasi Jasa

Keuangan Syariah (KJKS) Baitul Maal Wal Tamwil (BMT), Jurnal Agribisni

Indonesia , Universitas Andalas, Vol. 4 No. 2 (Desember 2016) : h. 149 - 161

Interview

Interview pribadi dengan Ahmad Dawam Anwar selaku Manager BWM Tebuireng

Mitra Sejahtera, Jombang, 17 Januari 2019

Perundang – Undangan

Undang–Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro

Undang–Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf

Undang–Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian

Kompilasi Hukum Islam

Peraturan Badan Wakaf Indonesia Nomor 01 Tahun 2009 tentang Pedoman

Pengelolahan dan pengembangan Harta Benda Wakaf Bergerak Berupa Uang

Peraturan Pemerintah RI Nomor 42 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Undang –

Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf

Berita dan Artikel dalam Koran

Berita Resmi Statistik No. 57/07/Th. XXI, 16 Juli 2018

Page 106: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

91

Yudhi Rachman, Arah Bank Wakaf Mikro, Faculty Member Lembaga Pengembangan

Perbankan Indonesia (LPPI) ,Mahaka Group, Republika, 7 Desember 2018

Situs Internet

OJK.id, Regulasi Lembaga Keuangan Mikro, diakses pada 11 Agustus 2019 dari

https://www.ojk.go.id/id/kanal/iknb/Pages/Lembaga-Keuangan-Micro.aspx

Sindo News.com, Romdlon Hidayat, Direktur Utama Inisiatif Wakaf mengatakan,

wakaf merupakan bagian dari syariat Islam yang sangat dianjurkan, Berita

diakses pada 01 September 2018” dari

https://nasional.sindonews.com/read/1272072/15/potensi-aset-wakaf-di-

indonesia-capairp2000-triliun-1515446944

Shariah news.com, DSN belum keluarkan fatwa pedoman bank wakaf mikro, Berita

diakses pada 08 Agustus 2018 dari https://sharianews.com/posts/azharuddin-

lathif-dsn-belum-pernah-keluarkan-fatwa-pedoman-bank-wakaf-mikro

Shariah news.com, Presiden Joko Widodo meresmikan bank wakaf mikro di Pesantren

Assalafi Al Fithrah Surabaya, Berita diakses pada 28 Agustus 2018 dari

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20180310064906-78-281918/ojk-beri-

izin-usaha-20bank-wakaf-mikro

Page 107: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

LAMPIRAN - LAMPIRAN

Page 108: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

Lampiran 1 Surat Pencairan Deposito

Page 109: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

Lampiran 2 Keputusan Menteri Koperasi Republik Indonesia

Page 110: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

Lampiran 3 Pemberian Izin Usaha Oleh OJK

Page 111: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang
Page 112: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

Lampiran 4 Jadwal Pra PWK dan PWK

JADWAL PRA PWK & PWK LKMS TEBUIRENG MITRA SEJAHTERA

TAHUN 2018

NO HARI/JAM 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00

1 SENIN PWK

DEMPOK

ISTIRAHAT

KAYANGAN

2 SELASA PWK

DEMPOK KAYANGAN

3 RABU PWK

DEMPOK KAYANGAN

4 KAMIS PWK

DEMPOK KAYANGAN

5 JUM'AT PWK

DEMPOK KAYANGAN

Page 113: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

Lampiran 5 Jadwal Halmi (Halaqoh Mingguan)

JADWAL HALMI LKMS TEBUIRENG MITRA SEJAHTERA

TAHUN 2018

NO HARI/JAM 08.00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00

1 SENIN REVIEW AR RAHMAN (GROGOL) 15

KHUSNUL

KHOTIMAH (KWARON) 15

ISTI

RA

HA

T

SAKINAH (KAYANGAN) 25

1. ISTIQOMAH (SEBLAK) 15

2. AR-ROZAQ

(KAYANGAN) 25

2 SELASA REVIEW

1. BERSYUKUR

(KAYANGAN) 15

AL-UMMI (DEMPOK) 20

BAROKAH (TEBUIRENG) 20

2. FIRDAUS

(SUMOYONO) 15

3 RABU REVIEW

AL-IKHLAS (KAYEN) 25

AL-HIDAYAH (KAYANGAN) 15

AN-NUR (DEMPOK) 15

4 KAMIS REVIEW

KAROMAH (TEBUIRENG) 15

RIZQINA (CUKIR) 14

AL-KAUTSAR (JATIREJO) 20

5 JUM'AT LAPORAN

Page 114: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

Lampiran 6 Surat Permohonan awancara dan Pengambilan Data

Page 115: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

Lampiran 7 Surat Keterangan Pengambilan Data

Page 116: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

Lampiran 8 Lampiran Wawancara

Lampiran Wawancara

1. Darimana sumber pendanaan modal awal kerja BWM Tebuireng Mitra

Sejahtera ?

Jawaban :

“Sumber pendanaan modal awal kerja BWM Tebuireng Mitra Sejahtera berasal

dari dana hibah yang digulirkan oleh LAZ BSM Umat kepada lembaga modal

awal kerja BWM Tebuireng Mitra Sejahtera sebagai bentuk dana hibah

bersyarat kemudian di gunakan untuk memberdayakan ekonomi masyarakat

sekitar pesantren melalui Bank Wakaf Mikro di Tebuireng ini dengan jumlah

dana sebesar Rp. 4.250.000.000-, ( Empat miliar dua ratus lima puluh juta

rupiah) kemudian dana itu digunakan sebagai modal kerja dan dalam hal ini

kami tidak mendapat modal tersebut bukan dari menghimpun dana dari anggota

atau nasabah BWM Tebuireng Mitra Sejahtera”

2. Dari jumlah dana hibah yang diberikan oleh LAZ BSM Umat, bagaimana

perincian penggunaan dana tersebut ?

Jawaban :

“Dana sejumlah nilai tersebut dibagi menjadi 3 bagian diantaranya :

a. Simpanan wajib dan simpanan pokok sebagai bentuk ketentuan dan

kesesuaian bentuk badan hukum

b. Modal awal usaha yang langsung dicairkan untuk disalurkan dalam bentuk

pembiayaan sebagai bentuk modal kerja jumlah dari modal awal yang

diberikan adalah Rp. 100.000.000 (seratus juta rupiah)

c. Deposit sebagai bentuk dana abadi yang dikelolah oleh Lembaga Amil Zakat

Bank Syariah Mandiri Umat ( LAZ BSM Umat) yang dibagi menjadi dua,

diantaranya :

Page 117: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

1) Deposit I dengan jumlah dana senilai Rp. 900 .000.000 ( sembilan ratus

juta) wajib disimpan di BSM Umat dicairkan sebanyak 9 kali dengan

besaran satu kali cair Rp. 100.000.000 (seratus juta)

2) Deposit II

Deposito yang disebut sebagai dana abadi yang dikelolah oleh Lembaga

Amil Zakat Bank Syariah Mandiri Umat ( LAZ BSM Umat) dan dapat

di cairkan apabila terdapat persetujuan dari OJK.”

3. Bagaimana BWM Tebuireng Mitra Sejahtera dalam mengelolah dana yang

diberikan oleh LAZ BSM Umat sebagai dana modal kerja ?

Jawaban :

“BWM Tebuireng Mitra Sejahtera mengelolah dana tersebut dengan kegiatan

usahanya hanya berupa bentuk pembiayaan qard dengan infaq untuk biaya

operasional sebesar 2,5% - 3% dalam satu tahun, begitupun dengan besaran

pinjamannya pun dibatasi mulai dari Rp. 1.000.000 (satu juta rupiah) sampai

dengan Rp. 3.000.000 (tiga juta rupiah) dengan pembayaran angsuran secara

mingguan namun BWM Tebuireng Mitra Sejahtera memberlakukan batasan

maksimal Rp. 2.000.000 (dua juta rupiah) untuk saat ini dan yang paling

penting pembiayaan ini tanpa agunan.”

4. Dalam pengelolahan dana dengan melakukan kegiatan usaha yang dilakukan

oleh BWM Tebuireng Mitra Sejahtera apakah ada pengawasan dan

pendampingan ?

Jawaban :

“Untuk pengawasan kegiatan usaha lembaga BWM Tebuireng Mitra Sejahtera

dilakukan oleh OJK dan DSN – MUI baik pusat atau DSN tingkat kabupaten

dan untuk pendampingan kami melakukan pendampingan kepada nasabah yang

disebut KUMPI dengan melakukan kegiatan HALMI ( Halaqoh Mingguan)

dengan kegiatan meliputi istighosah, pengembangan usaha, dan pembayaran.”

Page 118: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

5. Bagaimana BWM Tebuireng Mitra Sejahtera dalam melaporkan kepada

pengawas dalam pengelolahan dana yang dilakukan oleh BWM Tebuireng

Mitra Sejahtera?

Jawaban :

“Pengelolahan dana, BWM Tebuireng Mitra Sejahtera wajib melakukan

laporan rutin (regular report) yaitu :

a. Laporan mingguan yaitu laporan yang disampaikan secara mingguan dan

dilaporkan kepada LAZNAS.

b. Laporan bulanan yaitu laporan yang disampaikan setiap 1 (satu) bulan

sekali dan dilaporkan kepada LAZNAS dan OJK.

c. Laporan 4 (empat) bulanan yaitu laporan yang disampaikan setiap 4

(empat) bulan sekali dan dilaporkan kepada OJK.

d. Laporan Tahunan yaitu laporan yang disampaikan setiap akhir tahun

kepada OJK dan pada laporan ini sekaligus laporan akhir tahun atau tutup

buku. Dan pada saat laporan tahunan akan diselenggarakan rapat tahunan.”

6. Dalam kegiatan usaha yang dilakukan oleh BWM Tebuireng Mitra Sejahtera

bila terjadi masalah Non Performing Loan bagiamana proses penyelesainnya ?

Jawaban :

“Lembaga BWM Tebuireng Mitra Sejahtera untuk mengenai pembayaran

macet oleh nasabah, karena sejak awal mengajukan pembiayaan syaratnya

harus membentuk kelompok minimal 15 (lima belas) orang maka dalam hal ini

jika salah satu nasabah melakukan tindakan Non Performing Loan atau lari dari

tanggung jawab pembayaran angsuran pembiayaan maka pembayaran angsuran

ditanggung secara bersama oleh kelompok tersebut atau biasa disebut dengan

sistem tanggung renteng sesuai dengan mekanisme operasional yang ada”

Page 119: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

Lampiran 9 Dokumentasi Penelitian

Page 120: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 1 TAHUN 2013

TENTANG

LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa untuk menumbuhkembangkan perekonomian rakyat menjadi tangguh, berdaya, dan mandiri yang

berdampak kepada peningkatan perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan,

berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan

kesatuan ekonomi nasional;

b. bahwa masih terdapat kesenjangan antara permintaan dan ketersediaan atas layanan jasa keuangan mikro yang

memfasilitasi masyarakat miskin dan/atau berpenghasilan rendah, yang bertujuan untuk

memberdayakan ekonomi masyarakat;

c. bahwa untuk memberikan kepastian hukum dan memenuhi kebutuhan layanan keuangan terhadap

masyarakat miskin dan/atau berpenghasilan rendah, kegiatan layanan jasa keuangan mikro dan kelembagaannya perlu diatur secara Iebih komprehensif

sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membentuk Undang-Undang tentang Lembaga Keuangan

Mikro;

Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 27 ayat (2), dan Pasal 33 ayat (1)

dan ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945;

Dengan . . .

Page 121: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

- 2 -

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG LEMBAGA KEUANGAN

MIKRO.

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

1. Lembaga Keuangan Mikro yang selanjutnya disingkat

LKM adalah lembaga keuangan yang khusus didirikan untuk memberikan jasa pengembangan usaha dan pemberdayaan masyarakat, baik melalui pinjaman atau

pembiayaan dalam usaha skala mikro kepada anggota dan masyarakat, pengelolaan simpanan, maupun pemberian jasa konsultasi pengembangan usaha yang

tidak semata-mata mencari keuntungan.

2. Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada LKM dalam bentuk tabungan dan/atau deposito berdasarkan perjanjian penyimpanan

dana.

3. Pinjaman adalah penyediaan dana oleh LKM kepada

masyarakat yang harus dikembalikan sesuai dengan yang diperjanjikan.

4. Pembiayaan adalah penyediaan dana oleh LKM kepada masyarakat yang harus dikembalikan sesuai dengan

yang diperjanjikan dengan prinsip syariah.

5. Penyimpan adalah pihak yang menempatkan dananya

pada LKM berdasarkan perjanjian.

6. Pemerintah . . .

Page 122: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

- 3 -

6. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah

adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

7. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

8. Otoritas Jasa Keuangan adalah Otoritas Jasa Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang

Otoritas Jasa Keuangan.

BAB II

ASAS DAN TUJUAN

Pasal 2

LKM berasaskan:

a. keadilan;

b. kebersamaan;

c. kemandirian;

d. kemudahan;

e. keterbukaan;

f. pemerataan;

g. keberlanjutan; dan

h. kedayagunaan dan kehasilgunaan.

Pasal 3

LKM bertujuan untuk:

a. meningkatkan akses pendanaan skala mikro bagi masyarakat;

b. membantu peningkatan pemberdayaan ekonomi dan produktivitas masyarakat; dan

c. membantu peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat

terutama masyarakat miskin dan/atau berpenghasilan rendah.

BAB III . . .

Page 123: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

- 4 -

BAB III

PENDIRIAN, KEPEMILIKAN, DAN PERIZINAN

Bagian Kesatu

Pendirian

Pasal 4

Pendirian LKM paling sedikit harus memenuhi persyaratan:

a. bentuk badan hukum;

b. permodalan; dan

c. mendapat izin usaha yang tata caranya diatur dalam Undang-Undang ini.

Pasal 5

(1) Bentuk badan hukum sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 4 huruf a adalah:

a. Koperasi; atau

b. Perseroan Terbatas.

(2) Perseroan Terbatas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, sahamnya paling sedikit 60% (enam puluh

persen) dimiliki oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota atau badan usaha milik desa/kelurahan.

(3) Sisa kepemilikan saham Perseroan Terbatas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dimiliki oleh:

a. warga negara Indonesia; dan/atau

b. koperasi.

(4) Kepemilikan setiap warga negara Indonesia atas saham

Perseroan Terbatas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a paling banyak sebesar 20% (dua puluh persen).

Pasal 6

LKM dilarang dimiliki, baik langsung maupun tidak langsung, oleh warga negara asing dan/atau badan usaha

yang sebagian atau seluruhnya dimiliki oleh warga negara asing atau badan usaha asing.

Pasal 7 . . .

Page 124: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

- 5 -

Pasal 7

(1) Sumber permodalan LKM disesuaikan dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan sesuai dengan badan

hukumnya.

(2) Ketentuan mengenai besaran modal LKM diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan.

Bagian Kedua Kepemilikan

Pasal 8

LKM hanya dapat dimiliki oleh:

a. warga negara Indonesia;

b. badan usaha milik desa/kelurahan;

c. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; dan/atau

d. koperasi.

Bagian Ketiga

Perizinan

Pasal 9

(1) Sebelum menjalankan kegiatan usaha, LKM harus

memiliki izin usaha dari Otoritas Jasa Keuangan.

(2) Untuk memperoleh izin usaha LKM sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), harus dipenuhi persyaratan paling sedikit mengenai:

a. susunan organisasi dan kepengurusan;

b. permodalan;

c. kepemilikan; dan

d. kelayakan rencana kerja.

Pasal 10 . . .

Page 125: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

- 6 -

Pasal 10

Ketentuan lebih lanjut mengenai permodalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b, kepemilikan LKM

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, dan tata cara perizinan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9

diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan.

BAB IV KEGIATAN USAHA DAN CAKUPAN WILAYAH USAHA

Bagian Kesatu Kegiatan Usaha

Pasal 11

(1) Kegiatan usaha LKM meliputi jasa pengembangan usaha dan pemberdayaan masyarakat, baik melalui Pinjaman

atau Pembiayaan dalam usaha skala mikro kepada anggota dan masyarakat, pengelolaan Simpanan, maupun pemberian jasa konsultasi pengembangan

usaha.

(2) Ketentuan mengenai suku bunga Pinjaman atau imbal

hasil Pembiayaan diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Pasal 12

(1) Penyaluran Pinjaman atau Pembiayaan dan pengelolaan

Simpanan oleh LKM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) dilaksanakan secara konvensional atau

berdasarkan prinsip syariah.

(2) Kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilaksanakan sesuai dengan fatwa syariah yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional, Majelis Ulama Indonesia.

Pasal 13

(1) Untuk melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip

syariah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2),

LKM wajib membentuk dewan pengawas syariah.

(2) Dewan . . .

Page 126: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

- 7 -

(2) Dewan pengawas syariah sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) bertugas memberikan nasihat dan saran kepada direksi atau pengurus serta mengawasi kegiatan LKM agar sesuai dengan prinsip syariah.

Pasal 14

Dalam melakukan kegiatan usaha, LKM dilarang:

a. menerima Simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran;

b. melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing;

c. melakukan usaha perasuransian sebagai penanggung;

d. bertindak sebagai penjamin;

e. memberi pinjaman atau pembiayaan kepada LKM lain, kecuali dalam rangka mengatasi kesulitan likuiditas bagi

LKM lain dalam wilayah kabupaten/kota yang sama; dan

f. melakukan usaha di luar kegiatan usaha sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1).

Pasal 15

Ketentuan lebih lanjut mengenai kegiatan usaha LKM

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 sampai dengan Pasal 14 diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan.

Bagian Kedua

Cakupan Wilayah Usaha

Pasal 16

(1) Cakupan wilayah usaha suatu LKM berada dalam satu wilayah desa/kelurahan, kecamatan, atau

kabupaten/kota.

(2) Luas cakupan wilayah usaha sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) disesuaikan dengan skala usaha LKM yang diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Pasal 17 . . .

Page 127: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

- 8 -

Pasal 17

Dalam hal terjadi pemekaran wilayah:

a. Pinjaman atau Pembiayaan yang telah disalurkan LKM di luar wilayah usahanya tetap dapat dilanjutkan sampai

dengan jangka waktu Pinjaman atau Pembiayaan berakhir; dan

b. Simpanan yang telah diterima LKM dari Penyimpan di luar wilayah usahanya tetap dapat dilanjutkan sampai dengan penutupan Simpanan.

Pasal 18

LKM yang tempat kedudukan dan cakupan wilayah usahanya mengalami perubahan sebagai akibat dari

pemekaran wilayah harus memberitahukan kepada Otoritas Jasa Keuangan.

BAB V

PENJAMINAN SIMPANAN

Pasal 19

(1) Untuk menjamin Simpanan masyarakat pada LKM,

Pemerintah Daerah dan/atau LKM dapat membentuk lembaga penjamin simpanan LKM.

(2) Dalam hal diperlukan, Pemerintah bersama Pemerintah Daerah dan LKM dapat mendirikan lembaga penjamin simpanan LKM.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai lembaga sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

BAB VI INFORMASI

Pasal 20

Pengurus LKM dapat melakukan tukar-menukar informasi dan data mengenai penerima Pinjaman atau Pembiayaan dengan LKM lain.

Pasal 21 . . .

Page 128: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

- 9 -

Pasal 21

(1) Anggota dewan komisaris atau pengawas, direksi atau

pengurus, pegawai, dan pihak terafiliasi LKM wajib

merahasiakan informasi Penyimpan dan Simpanan.

(2) Kewajiban merahasiakan informasi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku dalam hal informasi Penyimpan dan Simpanan untuk:

a. kepentingan perpajakan;

b. kepentingan peradilan dalam perkara pidana;

c. kepentingan peradilan dalam perkara perdata; atau

d. hal lain yang ditetapkan dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan.

(3) Anggota direksi atau pengurus, dan pegawai LKM wajib

memberikan informasi Penyimpan dan Simpanan untuk kepentingan sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara untuk

memperoleh informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan.

BAB VII

PENGGABUNGAN, PELEBURAN, DAN PEMBUBARAN

Pasal 22

(1) LKM dapat melakukan penggabungan atau peleburan

dengan 1 (satu) atau lebih LKM lainnya dengan persetujuan Otoritas Jasa Keuangan.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penggabungan atau

peleburan LKM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan.

Pasal 23

(1) Dalam hal LKM mengalami kesulitan likuiditas dan

solvabilitas yang membahayakan keberlangsungan usahanya, Otoritas Jasa Keuangan dapat melakukan tindakan agar:

a. pemegang saham atau anggota koperasi menambah modal;

b. pemegang . . .

Page 129: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

- 10 -

b. pemegang saham mengganti dewan komisaris atau

pengawas dan/atau direksi atau pengurus LKM;

c. LKM menghapusbukukan Pinjaman atau Pembiayaan

yang macet dan memperhitungkan kerugian LKM dengan modalnya;

d. LKM melakukan penggabungan atau peleburan dengan LKM lain;

e. kepemilikan LKM dialihkan kepada pihak lain yang bersedia mengambil alih seluruh kewajiban;

f. LKM menyerahkan pengelolaan seluruh atau sebagian kegiatan LKM kepada pihak lain; atau

g. LKM menjual sebagian atau seluruh harta dan/atau

kewajiban LKM kepada LKM atau pihak lain.

(2) Dalam hal tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

belum cukup untuk mengatasi kesulitan likuiditas dan solvabilitas LKM, Otoritas Jasa Keuangan mencabut izin usaha LKM dan memerintahkan direksi atau pengurus

LKM untuk segera menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham, Rapat Anggota atau rapat sejenis guna

membubarkan badan hukum LKM dan membentuk tim likuidasi.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembubaran LKM sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan.

BAB VIII PERLINDUNGAN PENGGUNA JASA LKM

Pasal 24

Untuk kepentingan pengguna jasa, LKM harus menyediakan informasi terbuka kepada masyarakat paling sedikit mengenai:

a. wewenang dan tanggung jawab pengurus LKM;

b. ketentuan dan persyaratan yang perlu diketahui oleh Penyimpan dan Peminjam; dan

c. kemungkinan timbulnya risiko kerugian sehubungan dengan transaksi LKM dengan pihak lain.

Pasal 25 . . .

Page 130: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

- 11 -

Pasal 25

Untuk perlindungan Penyimpan dan masyarakat, Otoritas Jasa Keuangan berwenang melakukan tindakan pencegahan

kerugian Penyimpan dan masyarakat yang meliputi:

a. memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat atas karakteristik dan kegiatan usaha LKM;

b. meminta LKM untuk menghentikan kegiatannya apabila kegiatan tersebut berpotensi merugikan masyarakat; dan

c. tindakan lain yang dianggap perlu sesuai dengan Undang-Undang ini.

Pasal 26

Otoritas Jasa Keuangan melakukan pelayanan pengaduan Penyimpan yang meliputi:

a. menyiapkan perangkat untuk pelayanan pengaduan Penyimpan yang dirugikan oleh LKM;

b. membuat mekanisme pengaduan Penyimpan yang dirugikan oleh LKM; dan

c. memfasilitasi penyelesaian pengaduan Penyimpan yang dirugikan oleh LKM.

BAB IX

TRANSFORMASI LKM

Pasal 27

LKM wajib bertransformasi menjadi bank jika:

a. LKM melakukan kegiatan usaha melebihi 1 (satu) wilayah kabupaten/kota tempat kedudukan LKM; atau

b. LKM telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan.

BAB X

PEMBINAAN, PENGATURAN, DAN PENGAWASAN

Pasal 28

(1) Pembinaan, pengaturan, dan pengawasan LKM dilakukan

oleh Otoritas Jasa Keuangan.

(2) Dalam . . .

Page 131: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

- 12 -

(2) Dalam melakukan pembinaan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), Otoritas Jasa Keuangan melakukan koordinasi dengan kementerian yang menyelenggarakan urusan koperasi dan Kementerian Dalam Negeri.

(3) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didelegasikan kepada Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota.

(4) Dalam hal Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota belum siap, Otoritas Jasa Keuangan dapat mendelegasikan

pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada pihak lain yang ditunjuk.

(5) Ketentuan mengenai hal yang berkaitan dengan pembinaan dan pengawasan yang didelegasikan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) dan pihak lain yang ditunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan.

Pasal 29

(1) LKM wajib melakukan dan memelihara pencatatan dan/atau pembukuan keuangan sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku.

(2) Dalam melakukan dan memelihara pencatatan dan/atau pembukuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), direksi

atau pengurus LKM dilarang:

a. membuat pencatatan palsu dalam pembukuan

dan/atau laporan keuangan tanpa didukung dengan dokumen yang sah;

b. menghilangkan atau tidak memasukkan informasi

yang benar dalam laporan kegiatan usaha, laporan keuangan, atau rekening LKM; dan

c. mengubah, mengaburkan, menyembunyikan, menghapus, atau menghilangkan suatu pencatatan dalam pembukuan atau dalam laporan keuangan,

maupun dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha.

Pasal 30

(1) LKM wajib menyampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan:

a. laporan keuangan setiap 4 (empat) bulan; dan/atau

b. laporan . . .

Page 132: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

- 13 -

b. laporan lain yang ditetapkan dalam Peraturan

Otoritas Jasa Keuangan.

(2) LKM wajib mengumumkan laporan keuangan dalam

rangka menerapkan prinsip keterbukaan.

Pasal 31

Dalam rangka pembinaan dan pengawasan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1), Otoritas Jasa Keuangan melakukan pemeriksaan terhadap LKM.

Pasal 32

Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan, pengaturan, dan pengawasan LKM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 sampai dengan Pasal 31 diatur dalam Peraturan Otoritas

Jasa Keuangan.

BAB XI

SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 33

(1) Setiap LKM yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Pasal 8, Pasal 11, Pasal 12 ayat

(2), Pasal 13 ayat (1), Pasal 14, Pasal 18, Pasal 24, Pasal 27, Pasal 29 ayat (1), dan Pasal 30 dikenai sanksi administratif berupa:

a. denda uang;

b. peringatan tertulis;

c. pembekuan kegiatan usaha;

d. pemberhentian direksi atau pengurus LKM dan

selanjutnya menunjuk dan mengangkat pengganti sementara sampai Rapat Umum Pemegang Saham atau Rapat Anggota Koperasi mengangkat pengganti

yang tetap dengan persetujuan Otoritas Jasa Keuangan; atau

e. pencabutan izin usaha.

(2) Pengenaan . . .

Page 133: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

- 14 -

(2) Pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) sesuai dengan tingkat pelanggaran yang dilakukan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata laksana dan

penerapan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan.

BAB XII KETENTUAN PIDANA

Pasal 34

(1) Setiap orang yang menjalankan usaha LKM tanpa izin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan

paling lama 3 (tiga) tahun serta pidana denda paling sedikit Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

(2) Dalam hal kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh badan hukum yang berbentuk perseroan

terbatas atau koperasi, maka penuntutan terhadap badan-badan dimaksud dilakukan baik terhadap mereka yang memberi perintah melakukan perbuatan itu atau

yang bertindak sebagai pimpinan dalam perbuatan itu atau terhadap kedua-duanya.

Pasal 35

(1) Setiap orang yang dengan sengaja memaksa LKM untuk memberikan informasi Penyimpan dan Simpanan di luar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat

(2), dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun serta pidana denda paling sedikit Rp50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

(2) Anggota dewan komisaris atau pengawas, direksi atau pengurus, pegawai, dan pihak terafiliasi LKM yang dengan sengaja memberikan informasi yang wajib

dirahasiakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun serta pidana

denda paling sedikit Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu

miliar rupiah).

Pasal 36 . . .

Page 134: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

- 15 -

Pasal 36

Anggota direksi atau pengurus, atau pegawai LKM yang dengan sengaja tidak memberikan informasi yang wajib

dipenuhi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (3), dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun

dan paling lama 3 (tiga) tahun serta pidana denda paling sedikit Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Pasal 37

(1) Setiap direksi atau pengurus LKM yang:

a. membuat pencatatan palsu dalam pembukuan atau

laporan keuangan dan/atau tanpa didukung dengan dokumen yang sah;

b. menghilangkan atau tidak memasukkan informasi

yang benar dalam laporan kegiatan usaha, laporan keuangan, atau rekening LKM; dan

c. mengubah, mengaburkan, menyembunyikan, menghapus, dan/atau menghilangkan suatu pencatatan dalam pembukuan atau dalam laporan

keuangan, dan dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun serta pidana denda paling

sedikit Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

(2) Anggota dewan komisaris atau pengawas, direksi atau

pengurus, dan/atau pegawai LKM yang dengan sengaja:

a. meminta atau menerima suatu imbalan, baik berupa uang maupun barang untuk keuntungan pribadi atau keluarganya:

1. dalam rangka orang lain mendapatkan uang muka atau fasilitas Pinjaman atau Pembiayaan

dari LKM;

2. dalam rangka memberikan persetujuan bagi orang

lain untuk melaksanakan penarikan dana yang melebihi batas Pinjaman atau Pembiayaan pada

LKM;

b. tidak . . .

Page 135: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

- 16 -

b. tidak melaksanakan langkah-langkah yang

diperlukan untuk memastikan ketaatan LKM terhadap ketentuan dalam Undang-Undang ini dan ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya

yang berlaku bagi LKM

dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun serta pidana denda paling sedikit Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)

dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Pasal 38

Pemegang saham atau pemilik LKM yang dengan sengaja

menyuruh dewan komisaris atau pengawas, direksi atau pengurus, anggota koperasi, atau pegawai LKM untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan yang

mengakibatkan LKM tidak melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan ketaatan

LKM terhadap ketentuan dalam Undang-Undang ini dan ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku bagi LKM, dipidana dengan pidana penjara paling

singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun serta pidana denda paling sedikit Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak

Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

BAB XIII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 39

(1) Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Bank Desa,

Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai, Badan Kredit

Desa (BKD), Badan Kredit Kecamatan (BKK), Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK), Lembaga Perkreditan Kecamatan (LPK), Bank Karya Produksi Desa (BKPD),

Badan Usaha Kredit Pedesaan (BUKP), Baitul Maal wa Tamwil (BMT), Baitul Tamwil Muhammadiyah (BTM),

dan/atau lembaga-lembaga lainnya yang dipersamakan dengan itu tetap dapat beroperasi sampai dengan 1 (satu) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini berlaku.

(2) Lembaga . . .

Page 136: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

- 17 -

(2) Lembaga-lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

wajib memperoleh izin usaha dari Otoritas Jasa Keuangan paling lama 1 (satu) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini berlaku.

(3) Lembaga Perkreditan Desa dan Lumbung Pitih Nagari

serta lembaga sejenis yang telah ada sebelum Undang-Undang ini berlaku, dinyatakan diakui keberadaaannya berdasarkan hukum adat dan tidak tunduk pada

Undang-Undang ini.

Pasal 40

(1) Otoritas Jasa Keuangan, kementerian yang

menyelenggarakan urusan koperasi, dan Kementerian Dalam Negeri harus melakukan inventarisasi LKM yang belum berbadan hukum.

(2) Inventarisasi LKM sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

harus diselesaikan paling lambat 2 (dua) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini berlaku.

(3) Dalam melakukan inventarisasi LKM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Otoritas Jasa Keuangan, kementerian yang menyelenggarakan urusan koperasi,

dan Kementerian Dalam Negeri dapat bekerja sama dengan pihak lain yang memiliki infrastruktur memadai.

BAB XIV KETENTUAN PENUTUP

Pasal 41

Peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang ini harus ditetapkan paling lama 2 (dua) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diundangkan.

Pasal 42

Undang-Undang ini mulai berlaku setelah 2 (dua) tahun terhitung sejak tanggal diundangkan.

Agar . . .

Page 137: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

- 18 -

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta pada tanggal 8 Januari 2013

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di Jakarta pada tanggal 8 Januari 2013

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

ttd

AMIR SYAMSUDIN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR 12

Salinan sesuai dengan aslinya

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Asisten Deputi Perundang-undangan Bidang Perekonomian,

ttd

Lydia Silvanna Djaman

Page 138: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

PENJELASAN

ATAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 1 TAHUN 2013

TENTANG

LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

I. UMUM

Sektor keuangan di Indonesia merupakan salah satu sektor yang memiliki

peranan penting dalam mendorong peningkatan perekonomian nasional

dan ekonomi masyarakat. Perkembangan dan kemajuan pada sektor keuangan, baik bank maupun lembaga keuangan bukan bank perlu dipertahankan. Dalam aspek kelembagaan, organisasi, regulasi (kebijakan),

dan sumber daya manusia (SDM) perlu adanya peningkatan dan perbaikan, khususnya pada lembaga keuangan bukan bank.

Di Indonesia banyak berkembang lembaga keuangan bukan bank yang melakukan kegiatan usaha bidang keuangan yang banyak membantu kepada masyarakat. Lembaga-lembaga tersebut perlu dikembangkan

terutama secara kelembagaan dan legalitasnya karena telah banyak membantu peningkatan perekonomian masyarakat, khususnya masyarakat

miskin dan/atau berpenghasilan rendah.

Perkembangan dalam masyarakat saat ini, lembaga keuangan yang menyediakan dana atau modal bagi usaha skala mikro dan usaha skala

kecil sangatlah penting dan urgent. Lembaga keuangan skala mikro ini memang hanya difokuskan kepada usaha-usaha masyarakat yang bersifat

mikro. Lembaga keuangan berskala mikro ini dikenal dengan sebutan Lembaga Keuangan Mikro (LKM).

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945)

Pasal 33 ayat (1) menegaskan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Selanjutnya Pasal 33 ayat (4) UUD 1945 menyatakan bahwa perekonomian nasional diselenggarakan

berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta

dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

LKM . . .

Page 139: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

- 2 -

LKM pada dasarnya dibentuk berdasarkan semangat yang terdapat dalam Pasal 27 ayat (2) serta Pasal 33 ayat (1) dan ayat (4) UUD 1945. Keberadaan LKM pada prinsipnya sebagai lembaga keuangan yang

menyediakan jasa Simpanan dan Pembiayaan skala mikro, kepada masyarakat, memperluas lapangan kerja, dan dapat berperan sebagai instrumen pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat, serta

meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin dan/atau berpenghasilan rendah.

Berdasarkan hal tersebut, untuk memenuhi kebutuhan layanan keuangan terhadap masyarakat miskin dan/atau berpenghasilan rendah, perlu disusun suatu undang-undang tentang lembaga keuangan mikro untuk

memberikan landasan hukum dan kepastian hukum terhadap kegiatan lembaga keuangan mikro.

Penyusunan Undang-Undang ini bertujuan:

1. mempermudah akses masyarakat miskin dan/atau berpenghasilan rendah untuk memperoleh Pinjaman/Pembiayaan mikro;

2. memberdayakan ekonomi dan produktivitas masyarakat miskin dan/atau berpenghasilan rendah; dan

3. meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat miskin

dan/atau berpenghasilan rendah.

Undang-Undang ini memuat substansi pokok mengenai ketentuan lingkup

LKM, konsep Simpanan dan Pinjaman/Pembiayaan dalam definisi LKM, asas dan tujuan. Undang-Undang ini juga mengatur kelembagaan, baik yang mengenai pendirian, bentuk badan hukum, permodalan, maupun

kepemilikan. Bentuk badan hukum LKM menurut Undang-Undang ini adalah Koperasi dan Perseroan Terbatas. LKM yang berbentuk badan

hukum Perseroan Terbatas, kepemilikan sahamnya mayoritas dimiliki oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota atau badan usaha milik desa/kelurahan.

Selain itu, Undang-Undang ini mengatur juga mengenai kegiatan usaha LKM meliputi jasa pengembangan usaha dan pemberdayaan masyarakat, baik melalui Pinjaman atau Pembiayaan dalam skala mikro kepada anggota

dan masyarakat, pengelolaan Simpanan, maupun pemberian jasa konsultasi pengembangan usaha, serta cakupan wilayah usaha suatu LKM

yang berada dalam satu wilayah desa/kelurahan, kecamatan, atau kabupaten/kota sesuai dengan perizinannya (multi-licensing). Untuk memberikan kepercayaan kepada para penyimpan, dapat dibentuk lembaga

penjamin simpanan LKM yang didirikan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan/atau LKM. Dalam hal diperlukan, Pemerintah dapat

pula ikut mendirikan lembaga penjamin simpanan LKM bersama Pemerintah Daerah dan LKM.

Undang . . .

Page 140: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

- 3 -

Undang-Undang ini mengatur pula ketentuan mengenai tukar-menukar informasi antar-LKM. Undang-Undang ini juga mengatur mengenai penggabungan, peleburan, dan pembubaran. Di dalam Undang-Undang ini,

perlindungan kepada pengguna jasa LKM, pembinaan dan pengawasan LKM, diserahkan kepada Otoritas Jasa Keuangan, dengan didelegasikan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota atau pihak lain yang ditunjuk

oleh Otoritas Jasa Keuangan. Agar implementasi Undang-Undang ini dapat terlaksana dengan baik, Otoritas Jasa Keuangan, Kementerian Dalam

Negeri, termasuk Pemerintah Daerah, kementerian yang membidangi urusan perkoperasian, dan kementerian yang membidangi fiskal, perlu bekerja sama untuk melakukan sosialisasi Undang-Undang ini.

Undang-Undang ini mulai berlaku 2 (dua) tahun sejak diundangkan.

Jangka waktu 2 (dua) tahun tersebut dimaksudkan antara lain untuk menyiapkan infrastruktur yang diperlukan seperti sumber daya manusia Otoritas Jasa Keuangan selaku pembina dan pengawas LKM dan sumber

daya manusia Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota selaku pihak yang menerima pendelegasian wewenang pembinaan dan pengawasan LKM, peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini dan pedoman teknis

pembinaan, pengawasan LKM, dan teknologi informasi.

Selanjutnya, LKM yang belum berbadan hukum tetap dapat beroperasi sampai dengan 1 (satu) tahun sejak Undang-Undang ini berlaku dan wajib memperoleh izin usaha dari Otoritas Jasa Keuangan paling lama 1 (satu)

tahun terhitung sejak Undang-Undang ini berlaku. II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2

Huruf a Yang dimaksud dengan “asas keadilan” adalah memberikan

kesempatan yang sama kepada masyarakat, terutama masyarakat miskin dan/atau berpenghasilan rendah untuk mendapatkan pelayanan dari LKM.

Huruf b Yang dimaksud dengan “asas kebersamaan” adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama untuk

kepentingan bersama.

Huruf c

Yang dimaksud dengan “asas kemandirian” adalah suatu kegiatan yang dilakukan tanpa banyak tergantung kepada pihak lain, baik dari aspek sumber daya manusia maupun

permodalan.

Huruf d . . .

Page 141: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

- 4 -

Huruf d Yang dimaksud dengan “asas kemudahan” adalah bahwa prosedur pembiayaan dan penyimpanan dana dalam LKM dibuat

sesederhana mungkin.

Huruf e

Yang dimaksud dengan “asas keterbukaan” adalah suatu kegiatan usaha yang proses pengelolaannya dapat diketahui oleh

masyarakat.

Huruf f

Yang dimaksud dengan “asas pemerataan” adalah pemberian Pinjaman atau Pembiayaan yang menjangkau seluruh masyarakat miskin dan/atau berpenghasilan rendah.

Huruf g

Yang dimaksud dengan “asas keberlanjutan” adalah suatu usaha yang dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan yang tidak dibatasi oleh waktu tertentu.

Huruf h

Yang dimaksud dengan “asas kedayagunaan dan kehasilgunaan” adalah suatu kegiatan pemberdayaan sekaligus mendayagunakan usaha dan layanan keuangan mikro untuk

masyarakat miskin dan/atau berpenghasilan rendah.

Pasal 3 Cukup jelas.

Pasal 4

Cukup jelas.

Pasal 5

Ayat (1) Huruf a

Yang dimaksud dengan “koperasi” adalah koperasi jasa.

Huruf b Cukup jelas.

Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 6

Cukup jelas.

Pasal 7 . . .

Page 142: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

- 5 -

Pasal 7 Cukup jelas.

Pasal 8 Cukup jelas.

Pasal 9 Cukup jelas.

Pasal 10

Cukup jelas. Pasal 11

Cukup jelas. Pasal 12

Cukup jelas. Pasal 13

Cukup jelas.

Pasal 14 Cukup jelas.

Pasal 15 Cukup jelas.

Pasal 16

Cukup jelas.

Pasal 17

Cukup jelas.

Pasal 18

Cukup jelas.

Pasal 19

Cukup jelas.

Pasal 20 Cukup jelas.

Pasal 21 . . .

Page 143: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

- 6 -

Pasal 21 Ayat (1)

Yang dimaksud dengan ”pihak terafiliasi” adalah:

a. pemegang saham, anggota, dan pihak yang memberikan jasanya kepada LKM, antara lain akuntan publik, penilai, dan konsultan hukum; dan

b. pihak yang turut serta mempengaruhi pengelolaan LKM, antara lain pemegang saham dan keluarganya, keluarga

komisaris, keluarga pengawas, keluarga direksi, atau keluarga pengurus.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4) Cukup jelas.

Pasal 22

Cukup jelas.

Pasal 23

Cukup jelas. Pasal 24

Cukup jelas.

Pasal 25 Cukup jelas.

Pasal 26 Cukup jelas.

Pasal 27 Cukup jelas.

Pasal 28

Cukup jelas.

Pasal 29

Cukup jelas. Pasal 30

Cukup jelas.

Pasal 31 . . .

Page 144: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

- 7 -

Pasal 31 Cukup jelas.

Pasal 32 Cukup jelas.

Pasal 33 Cukup jelas.

Pasal 34 Cukup jelas.

Pasal 35

Cukup jelas. Pasal 36

Cukup jelas. Pasal 37

Cukup jelas.

Pasal 38 Cukup jelas.

Pasal 39 Cukup jelas.

Pasal 40

Cukup jelas.

Pasal 41 Cukup jelas.

Pasal 42

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5394

Page 145: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

1

UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 41 TAHUN 2004

TENTANG

WAKAF

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa lembaga wakaf sebagai pranata keagamaan yang memiliki potensi

dan manfaat ekonomi perlu dikelola secara efektif dan efisien untuk

kepentingan ibadah dan untuk memajukan kesejahteraan umum;

b. bahwa wakaf merupakan perbuatan hukum yang telah lama hidup dan

dilaksanakan dalam masyarakat, yang pengaturannya belum lengkap serta

masih tersebar dalam berbagai peraturan perundang-undangan;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan

huruf b, dipandang perlu membentuk Undang-Undang tentang Wakaf;

Mengingat : Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 29, dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Dengan persetujuan bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG WAKAF.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

1. Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian

harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu

sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum

menurut syariah.

2. Wakif adalah pihak yang mewakafkan harta benda miliknya.

Page 146: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

2

UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf

3. Ikrar Wakaf adalah pernyataan kehendak wakif yang diucapkan secara lisan dan/atau

tulisan kepada Nazhir untuk mewakafkan harta benda miliknya.

4. Nazhir adalah pihak yang menerima harta benda wakaf dari Wakif untuk dikelola dan

dikembangkan sesuai dengan peruntukannya.

5. Harta Benda Wakaf adalah harta benda yang memiliki daya tahan lama dan/atau manfaat

jangka panjang serta mempunyai nilai ekonomi menurut syariah yang diwakafkan oleh

Wakif.

6. Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf, selanjutnya disingkat PPAIW, adalah pejabat

berwenang yang ditetapkan oleh Menteri untuk membuat akta ikrar wakaf.

7. Badan Wakaf Indonesia adalah lembaga independen untuk mengembangkan perwakafan

di Indonesia.

8. Pemerintah adalah perangkat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas

Presiden beserta para menteri.

9. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab di bidang agama.

BAB II

DASAR-DASAR WAKAF Bagian Pertama

Umum

Pasal 2

Wakaf sah apabila dilaksanakan menurut syariah.

Pasal 3

Wakaf yang telah diikrarkan tidak dapat dibatalkan.

Bagian Kedua

Tujuan dan Fungsi Wakaf

Pasal 4

Wakaf bertujuan memanfaatkan harta benda wakaf sesuai dengan fungsinya.

Pasal 5

Wakaf berfungsi mewujudkanpotensi dan manfaat ekonomis harta benda wakaf untuk

kepentingan ibadah dan untuk memajukan kesejahteraan umum.

Bagian Ketiga

Unsur Wakaf

Pasal 6

Wakaf dilaksanakan dengan memenuhi unsur wakaf sebagai berikut:

a. Wakif;

Page 147: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

3

UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf

b. Nazhir;

c. Harta Benda Wakaf;

d. Ikrar Wakaf;

e. peruntukan harta benda wakaf;

f. jangka waktu wakaf.

Bagian Keempat

Wakif

Pasal 7

Wakif meliputi:

a. perseorangan;

b. organisasi;

c. badan hukum.

Pasal 8

(1) Wakif perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf a hanya dapat melakukan

wakaf apabila memenuhi persyaratan:

a. dewasa;

b. berakal sehat;

c. tidak terhalang melakukan perbuatan hukum; dan

d. pemilik sah harta benda wakaf.

(2) Wakif organisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b hanya dapat melakukan

wakaf apabila memenuhi ketentuan organisasi untuk mewakafkan harta benda wakaf milik

organisasi sesuai dengan anggaran dasar organisasi yang bersangkutan.

(3) Wakif badan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf c hanya dapat melakukan

wakaf apabila memenuhi ketentuan badan hukum untuk mewakafkan harta benda wakaf

milik badan hukum sesuai dengan anggaran dasar badan hukum yang bersangkutan.

Bagian Kelima

Nazhir

Pasal 9

Nazhir meliputi:

a. perseorangan;

b. organisasi; atau

c. badan hukum.

Pasal 10

(1) Perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a hanya dapat menjadi Nazhir

apabila memenuhi persyaratan :

a. warga negara Indonesia;

b. beragama Islam;

Page 148: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

4

UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf

c. dewasa;

d. amanah;

e. mampu secara jasmani dan rohani; dan

f. tidak terhalang melakukan perbuatan hukum.

(2) Organisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b hanya dapat menjadi Nazhir

apabila memenuhi persyaratan:

a. pengurus organisasi yang bersangkutan memenuhi persyaratan nazhir perseorangan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1); dan

b. organisasi yang bergerak di bidang sosial, pendidikan, kemasyarakatan, dan/atau

keagamaan Islam.

(3) Badan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf c hanya dapat menjadi Nazhir

apabila memenuhi persyaratan :

a. pengurus badan hukum yang bersangkutan memenuhi persyaratan nazhir perseorangan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1); dan

b. badan hukum Indonesia yang dibentuk sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku; dan

c. badan hukum yang bersangkutan bergerak di bidang sosial, pendidikan,

kemasyarakatan, dan/atau keagamaan Islam.

Pasal 11

Nazhir mempunyai tugas :

a. melakukan pengadministrasian harta benda wakaf;

b. mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan tujuan, fungsi, dan

peruntukannya;

c. mengawasi dan melindungi harta benda wakaf;

d. melaporkan pelaksanaan tugas kepada Badan Wakaf Indonesia.

Pasal 12

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, Nazhir dapat menerima

imbalan dari hasil bersih atas pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf yang

besarnya tidak melebihi 10% (sepuluh persen).

Pasal 13

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, Nazhir memperoleh

pembinaan dari Menteri dan Badan Wakaf Indonesia.

Page 149: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

5

UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf

Pasal 14

(1) Dalam rangka pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Nazhir harus terdaftar

pada Menteri dan Badan Wakaf Indonesia.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Nazhir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, Pasal 10,

Pasal 11, Pasal 12, dan Pasal 13, diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Bagian Keenam

Harta Benda Wakaf

Pasal 15

Harta benda wakaf hanya dapat diwakafkan apabila dimiliki dan dikuasai oleh Wakif secara

sah.

Pasal 16

(1) Harta benda wakaf terdiri dari :

a. benda tidak bergerak; dan

b. benda bergerak.

(2) Benda tidak bergerak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi :

a. hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku

baik yang sudah maupun yang belum terdaftar;

b. bangunan atau bagian bangunan yang berdiri di atas tanah sebagaimana dimaksud pada

huruf a;

c. tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah;

d. hak milik atas satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku;

e. benda tidak bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

(3) Benda bergerak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah harta benda yang

tidak bisa habis karena dikonsumsi, meliputi :

a. uang;

b. logam mulia;

c. surat berharga;

d. kendaraan;

e. hak atas kekayaan intelektual;

f. hak sewa; dan

g. benda bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Bagian Ketujuh

Ikrar Wakaf

Pasal 17

(1) Ikrar wakaf dilaksanakan oleh Wakif kepada Nadzir di hadapan PPAIW dengan disaksikan

oleh 2 (dua) orang saksi.

Page 150: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

6

UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf

(2) Ikrar Wakaf sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan secara lisan dan/atau tulisan

serta dituangkan dalam akta ikrar wakaf oleh PPAIW.

Pasal 18

Dalam hal Wakif tidak dapat menyatakan ikrar wakaf secara lisan atau tidak dapat hadir dalam

pelaksanaan ikrar wakaf karena alasan yang dibenarkan oleh hukum, Wakif dapat menunjuk

kuasanya dengan surat kuasa yang diperkuat oleh 2 (dua) orang saksi.

Pasal 19

Untuk dapat melaksanakan ikrar wakaf, wakif atau kuasanya menyerahkan surat dan/atau

bukti kepemilikan atas harta benda wakaf kepada PPAIW.

Pasal 20

Saksi dalam ikrar wakaf harus memenuhi persyaratan:

a. dewasa;

b. beragama Islam;

c. berakal sehat;

d. tidak terhalang melakukan perbuatan hukum.

Pasal 21

(1) Ikrar wakaf dituangkan dalam akta ikrar wakaf.

(2) Akta ikrar wakaf sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat :

a. nama dan identitas Wakif;

b. nama dan identitas Nazhir;

c. data dan keterangan harta benda wakaf;

d. peruntukan harta benda wakaf;

e. jangka waktu wakaf.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai akta ikrar wakaf sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Bagian Kedelapan

Peruntukan Harta Benda Wakaf

Pasal 22

Dalam rangka mencapai tujuan dan fungsi wakaf, harta benda wakaf hanya dapat

diperuntukan bagi:

a. sarana dan kegiatan ibadah;

b. sarana dan kegiatan pendidikan serta kesehatan;

c. bantuan kepada fakir miskin, anak terlantar, yatim piatu, bea siswa;

d. kemajuan dan peningkatan ekonomi umat; dan/atau

Page 151: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

7

UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf

e. kemajuan kesejahteraan umum lainnya yang tidak bertentangan dengan syariah dan

peraturan perundang-undangan.

Pasal 23

(1) Penetapan peruntukan harta benda wakaf sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 dilakukan

oleh Wakif pada pelaksanaan ikrar wakaf.

(2) Dalam hal Wakif tidak menetapkan peruntukan harta benda wakaf, Nazhir dapat

menetapkan peruntukan harta benda wakaf yang dilakukan sesuai dengan tujuan dan

fungsi wakaf.

Bagian Kesembilan

Wakaf dengan Wasiat

Pasal 24

Wakaf dengan wasiat baik secara lisan maupun secara tertulis hanya dapat dilakukan apabila

disaksikan oleh paling sedikit 2 (dua) orang saksi yang memenuhi persyaratan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 20.

Pasal 25

Harta benda wakaf yang diwakafkan dengan wasiat paling banyak 1/3 (satu pertiga) dari

jumlah harta warisan setelah dikurangi dengan utang pewasiat, kecuali dengan persetujuan

seluruh ahli waris.

Pasal 26

(1) Wakaf dengan wasiat dilaksanakan oleh penerima wasiat setelah pewasiat yang

bersangkutan meninggal dunia.

(2) Penerima wasiat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertindak sebagai kuasa wakif.

(3) Wakaf dengan wasiat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan

sesuai dengan tata cara perwakafan yang diatur dalam Undang-Undang ini.

Pasal 27

Dalam hal wakaf dengan wasiat tidak dilaksanakan oleh penerima wasiat, atas permintaan

pihak yang berkepentingan, pengadilan dapat memerintahkan penerima wasiat yang

bersangkutan untuk melaksanakan wasiat.

Page 152: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

8

UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf

Bagian Kesepuluh

Wakaf Benda Bergerak Berupa Uang

Pasal 28

Wakif dapat mewakafkan benda bergerak berupa uang melalui lembaga keuangan syariah

yang ditunjuk oleh Menteri.

Pasal 29

(1) Wakaf benda bergerak berupa uang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 dilaksanakan

oleh Wakif dengan pernyataan kehendakWakif yang dilakukan secara tertulis.

(2) Wakaf benda bergerak berupa uang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan

dalam bentuk sertifikat wakaf uang.

(3) Sertifikat wakaf uang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterbitkan dan disampaikan

oleh lembaga keuangan syariah kepada Wakif dan Nazhir sebagai bukti penyerahan harta

benda wakaf.

Pasal 30

Lembaga keuangan syariah atas nama Nazhir mendaftarkan harta benda wakaf berupa uang

kepada Menteri selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak diterbitkannya Sertifikat Wakaf

Uang.

Pasal 31

Ketentuan lebih lanjut mengenai wakaf benda bergerak berupa uang sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 28, Pasal 29, dan Pasal 30 diatur dengan Peraturan Pemerintah.

BAB III

PENDAFTARAN DAN PENGUMUMAN HARTA BENDA WAKAF Pasal 32

PPAIW atas nama Nazhir mendaftarkan harta benda wakaf kepada Instansi yang berwenang

paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak akta ikrar wakaf ditandatangani.

Pasal 33

Dalam pendaftaran harta benda wakaf sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32, PPAIW

menyerahkan:

a. salinan akta ikrar wakaf;

b. surat-surat dan/atau bukti-bukti kepemilikan dan dokumen terkait lainnya.

Page 153: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

9

UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf

Pasal 34

Instansi yang berwenang menerbitkan bukti pendaftaran harta benda wakaf.

Pasal 35

Bukti pendaftaran harta benda wakaf sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 disampaikan oleh

PPAIW kepada Nazhir.

Pasal 36

Dalam hal harta benda wakaf ditukar atau diubah peruntukannya, Nazhir melalui PPAIW

mendaftarkan kembali kepada Instansi yang berwenang dan Badan Wakaf Indonesia atas harta

benda wakaf yang ditukar atau diubah peruntukannya itu sesuai dengan ketentuan yang

berlaku dalam tata cara pendaftaran harta benda wakaf.

Pasal 37

Menteri dan Badan Wakaf Indonesia mengadministrasikan pendaftaran harta benda wakaf.

Pasal 38

Menteri dan Badan Wakaf Indonesia mengumumkan kepada masyarakat harta benda wakaf

yang telah terdaftar.

Pasal 39

Ketentuan lebih lanjut mengenai PPAIW, tata cara pendaftaran dan pengumuman harta benda

wakaf diatur dengan Peraturan Pemerintah.

BAB IV

PERUBAHAN STATUS HARTA BENDA WAKAF Pasal 40

Harta benda wakaf yang sudah diwakafkan dilarang:

1. dijadikan jaminan;

2. disita;

3. dihibahkan;

4. dijual;

5. diwariskan;

6. ditukar; atau

7. dialihkan dalam bentuk pengalihan hak lainnya.

Page 154: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

10

UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf

Pasal 41

(1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 huruf f dikecualikan apabila harta benda

wakaf yang telah diwakafkan digunakan untuk kepentingan umum sesuai dengan rencana

umum tata ruang (RUTR) berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku dan tidak bertentangan dengan syariah.

(2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukan setelah

memperoleh izin tertulis dari Menteri atas persetujuan Badan Wakaf Indonesia.

(3) Harta benda wakaf yang sudah diubah statusnya karena ketentuan pengecualian

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib ditukar dengan harta benda yang manfaat dan

nilai tukar sekurang-kurangnya sama dengan harta benda wakaf semula.

(4) Ketentuan mengenai perubahan status harta benda wakaf sebagaimana dimaksud pada ayat

(1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

BAB V

PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN HARTA BENDA WAKAF Pasal 42

Nazhir wajib mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan tujuan, fungsi,

dan peruntukannya.

Pasal 43

(1) Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf oleh Nazhir sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 42 dilaksanakan sesuai dengan prinsip syariah.

(2) Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan secara produktif.

(3) Dalam hal pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf yang dimaksud pada ayat

(1) diperlukan penjamin, maka digunakan lembaga penjamin syariah.

Pasal 44

(1) Dalam mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf, Nazhir dilarang melakukan

perubahan peruntukan harta benda wakaf kecuali atas dasar izin tertulis dari Badan Wakaf

Indonesia.

(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat diberikan apabila harta benda wakaf

ternyata tidak dapat dipergunakan sesuai dengan peruntukan yang dinyatakan dalam ikrar

wakaf.

Pasal 45

(1) Dalam mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf, Nazhir diberhentikan dan

diganti dengan Nazhir lain apabila Nazhir yang bersangkutan :

a. meninggal dunia bagi Nazhir perseorangan;

Page 155: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

11

UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf

b. bubar atau dibubarkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku untuk Nazhir organisasi atau Nazhir badan hukum;

c. atas permintaan sendiri;

d. tidak melaksanakan tugasnya sebagai Nazhir dan/atau melanggar ketentuan larangan

dalam pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku;

e. dijatuhi hukuman pidana oleh pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum

tetap.

(2) Pemberhentian dan penggantian Nazhir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan

oleh Badan Wakaf Indonesia.

(3) Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf yang dilakukan oleh Nazhir lain karena

pemberhentian dan penggantian Nazhir, dilakukan dengan tetap memperhatikan

peruntukan harta benda wakaf yang ditetapkan dan tujuan serta fungsi wakaf.

Pasal 46

Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42, Pasal 43, Pasal 44, dan Pasal 45 diatur dengan

Peraturan Pemerintah.

BAB VI

BADAN WAKAF INDONESIA

Bagian Pertama

Kedudukan dan Tugas

Pasal 47

(1) Dalam rangka memajukan dan mengembangkan perwakafan nasional, dibentuk Badan

Wakaf Indonesia.

(2) Badan Wakaf Indonesia merupakan lembaga independen dalam melaksanakan tugasnya.

Pasal 48

Badan Wakaf Indonesia berkedudukan di ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia dan

dapat membentuk perwakilan di Provinsi dan/ atau Kabupaten/Kota sesuai dengan kebutuhan.

Pasal 49

(1) Badan Wakaf Indonesia mempunyai tugas dan wewenang:

a. melakukan pembinaan terhadap Nazhir dalam mengelola dan mengembangkan harta

benda wakaf;

b. melakukan pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf berskala nasional dan

internasional;

c. memberikan persetujuan dan/atau izin atas perubahan peruntukan dan status harta

benda wakaf;

d. memberhentikan dan mengganti Nazhir;

Page 156: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

12

UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf

e. memberikan persetujuan atas penukaran harta benda wakaf;

f. memberikan saran dan pertimbangan kepada Pemerintah dalam penyusunan kebijakan

di bidang perwakafan.

(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Badan Wakaf Indonesia

dapat bekerjasama dengan instansi Pemerintah baik Pusat maupun Daerah, organisasi

masyarakat, para ahli, badan internasional, dan pihak lain yang dipandang perlu.

Pasal 50

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49, Badan Wakaf Indonesia

memperhatikan saran dan pertimbangan Menteri dan Majelis Ulama Indonesia.

Bagian Kedua

Organisasi

Pasal 51

(1) Badan Wakaf Indonesia terdiri atas Badan Pelaksana dan Dewan Pertimbangan.

(2) Badan Pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan unsur pelaksana tugas

Badan Wakaf Indonesia.

(3) Dewan Pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan unsur pengawas

pelaksanaan tugas Badan Wakaf Indonesia.

Pasal 52

(1) Badan Pelaksana dan Dewan Pertimbangan Badan Wakaf Indonesia sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 51, masing-masing dipimpin oleh 1 (satu) orang Ketua dan 2 (dua)

orang Wakil Ketua yang dipilih dari dan oleh para anggota.

(2) Susunan keanggotaan masing-masing Badan Pelaksana dan Dewan Pertimbangan Badan

Wakaf Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh para anggota.

Bagian Ketiga

Anggota

Pasal 53

Jumlah anggota Badan Wakaf Indonesia terdiri dari paling sedikit 20 (dua puluh) orang dan

paling banyak 30 (tiga puluh) orang yang berasal dari unsur masyarakat.

Pasal 54

(1) Untuk dapat diangkat menjadi anggota Badan Wakaf Indonesia, setiap calon anggota harus

memenuhi persyaratan :

a. warga negara Indonesia;

b. beragama Islam;

c. dewasa;

Page 157: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

13

UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf

d. amanah;

e. mampu secara jasmani dan rohani;

f. tidak terhalang melakukan perbuatan hukum;

g. memiliki pengetahuan, kemampuan, dan/atau pengalaman di bidang perwakafan

dan/atau ekonomi, khususnya di bidang ekonomi syariah; dan

h. mempunyai komitmen yang tinggi untuk mengembangkan perwakafan nasional.

(2) Selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ketentuan mengenai persyaratan

lain untuk menjadi anggota Badan Wakaf Indonesia ditetapkan oleh Badan Wakaf

Indonesia.

Bagian Keempat

Pengangkatan dan Pemberhentian

Pasal 55

(1) Keanggotaan Badan Wakaf Indonesia diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.

(2) Keanggotaan Perwakilan Badan Wakaf Indonesia di daerah diangkat dan diberhentikan

oleh Badan Wakaf Indonesia.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengangkatan dan pemberhentian anggota

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan peraturan Badan Wakaf

Indonesia.

Pasal 56

Keanggotaan Badan Wakaf Indonesia diangkat untuk masa jabatan selama 3 (tiga) tahun dan

dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan.

Pasal 57

(1) Untuk pertama kali, pengangkatan keanggotaan Badan Wakaf Indonesia diusulkan kepada

Presiden oleh Menteri.

(2) Pengusulan pengangkatan keanggotaan Badan Wakaf Indonesia kepada Presiden untuk

selanjutnya dilaksanakan oleh Badan Wakaf Indonesia.

(3) Ketentuan mengenai tata cara pemilihan calon keanggotaan Badan Wakaf Indonesia

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur oleh Badan Wakaf Indonesia, yang

pelaksanaannya terbuka untuk umum.

Pasal 58

Keanggotaan Badan Wakaf Indonesia yang berhenti sebelum berakhirnya masa jabatan diatur

oleh Badan Wakaf Indonesia.

Page 158: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

14

UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf

Bagian Kelima

Pembiayaan

Pasal 59

Dalam rangka pelaksanaan tugas Badan Wakaf Indonesia, Pemerintah wajib membantu biaya

operasional.

Bagian Keenam

Ketentuan Pelaksanaan

Pasal 60

Ketentuan lebih lanjut mengenai susunan organisasi, tugas, fungsi, persyaratan, dan tata cara

pemilihan anggota serta susunan keanggotaan dan tata kerja Badan Wakaf Indonesia diatur

oleh Badan Wakaf Indonesia.

Bagian Ketujuh

Pertanggungjawaban

Pasal 61

(1) Pertanggungjawaban pelaksanaan tugas Badan Wakaf Indonesia dilakukan melalui laporan

tahunan yang diaudit oleh lembaga audit independen dan disampaikan kepada Menteri.

(2) Laporan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diumumkan kepada masyarakat.

BAB VII

PENYELESAIAN SENGKETA

Pasal 62

(1) Penyelesaian sengketa perwakafan ditempuh melalui musyawarah untuk mencapai

mufakat.

(2) Apabila penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berhasil,

sengketa dapat diselesaikan melalui mediasi, arbitrase, atau pengadilan.

BAB VIII

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 63

(1) Menteri melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan wakaf untuk

mewujudkan tujuan dan fungsi wakaf.

(2) Khusus mengenai pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Menteri

mengikutsertakan Badan Wakaf Indonesia.

(3) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan

dengan memperhatikan saran dan pertimbangan Majelis Ulama Indonesia.

Page 159: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

15

UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf

Pasal 64

Dalam rangka pembinaan, Menteri dan Badan Wakaf Indonesia dapat melakukan kerja sama

dengan organisasi masyarakat, para ahli, badan internasional, dan pihak lain yang dipandang

perlu.

Pasal 65

Dalam pelaksanaan pengawasan, Menteri dapat menggunakan akuntan publik.

Pasal 66

Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk pembinaan dan pengawasan oleh Menteri dan Badan

Wakaf Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63, Pasal 64, dan Pasal 65 diatur dengan

Peraturan Pemerintah.

BAB IX

KETENTUAN PIDANA DAN SANKSI ADMINISTRATIF Bagian Pertama

Ketentuan Pidana

Pasal 67

(1) Setiap orang yang dengan sengaja menjaminkan, menghibahkan, menjual, mewariskan,

mengalihkan dalam bentuk pengalihan hak lainnya harta benda wakaf yang telah

diwakafkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 atau tanpa izin menukar harta benda

wakaf yang telah diwakafkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, dipidana dengan

pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp

500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(2) Setiap orang yang dengan sengaja mengubah peruntukan harta benda wakaf tanpa izin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4

(empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 400.000.000,00 (empat ratus juta

rupiah).

(3) Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan atau mengambil fasilitas atas hasil

pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf melebihi jumlah yang ditentukan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3

(tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta

rupiah).

Bagian Kedua

Sanksi Administratif

Pasal 68

(1) Menteri dapat mengenakan sanksi administratif atas pelanggaran tidak didaftarkannya

harta benda wakaf oleh lembaga keuangan syariah dan PPAIW sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 30 dan Pasal 32.

(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:

Page 160: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

16

UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf

a. peringatan tertulis;

b. penghentian sementara atau pencabutan izin kegiatan di bidang wakaf bagi lembaga

keuangan syariah;

c. penghentian sementara dari jabatan atau penghentian dari jabatan PPAIW.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

BAB X

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 69

(1) Dengan berlakunya Undang-Undang ini, wakaf yang dilakukan berdasarkan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku sebelum diundangkannya Undang-Undang

ini, dinyatakan sah sebagai wakaf menurut Undang-Undang ini.

(2) Wakaf sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib didaftarkan dan diumumkan paling

lama 5 (lima) tahun sejak Undang-Undang ini diundangkan.

Pasal 70

Semua peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai perwakafan masih tetap

berlaku sepanjang tidak bertentangan dan/atau belum diganti dengan peraturan yang baru

berdasarkan Undang-Undang ini.

BAB XI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 71

(1) Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

(2) Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini

dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta

pada tanggal 27 Oktober 2004

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 27 Oktober 2004

MENTERI SEKRETARIS NEGARA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

PROF. DR. YUSRIL IHZA MAHENDRA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2004 NOMOR 159

Page 161: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

17

UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf

PENJELASAN ATAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004

TENTANG WAKAF

I. UMUM

Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 antara lain adalah memajukan

kesejahteraan umum. Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu menggali dan mengembangkan

potensi yang terdapat dalam pranata keagamaan yang memiliki manfaat ekonomis.

Salah satu langkah strategis untuk meningkatkan kesejahteraan umum, perlu

meningkatkan peran wakaf sebagai pranata keagamaan yang tidak hanya bertujuan

menyediakan berbagai sarana ibadah dan sosial, tetapi juga memiliki kekuatan ekonomi yang

berpotensi, antara lain untuk memajukan kesejahteraan umum, sehingga perlu dikembangkan

pemanfaatannya sesuai dengan prinsip syariah.

Praktik wakaf yang terjadi dalam kehidupan masyarakat belum sepenuhnya berjalan tertib

dan efisien sehingga dalam berbagai kasus harta benda wakaf tidak terpelihara sebagaimana

mestinya, terlantar atau beralih ke tangan pihak ketiga dengan cara melawan hukum. Keadaan

demikian itu, tidak hanya karena kelalaian atau ketidakmampuan Nazhir dalam mengelola dan

mengembangkan harta benda wakaf tetapi karena juga sikap masyarakat yang kurang peduli

atau belum memahami status harta benda wakaf yang seharusnya dilindungi demi untuk

kesejahteraan umum sesuai dengan tujuan, fungsi, dan peruntukan wakaf.

Berdasarkan pertimbangan di atas dan untuk memenuhi kebutuhan hukum dalam rangka

pembangunan hukum nasional perlu dibentuk Undang-Undang tentang Wakaf. Pada dasarnya

ketentuan mengenai perwakafan berdasarkan syariah dan peraturan perundang-undangan

dicantumkan kembali dalam Undang-Undang ini, namun terdapat pula berbagai pokok

pengaturan yang baru antara lain sebagai berikut :

1. Untuk menciptakan tertib hukum dan administrasi wakaf guna melindungi harta benda

wakaf, Undang-Undang ini menegaskan bahwa perbuatan hukum wakaf wajib dicatat

dan dituangkan dalam akta ikrar wakaf dan didaftarkan serta diumumkan yang

pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan tata cara yang diatur dalam peraturan

perundang-undangan yang mengatur mengenai wakaf dan harus dilaksanakan.

Undang-Undang ini tidak memisahkan antara wakaf-ahli yang pengelolaan dan

pemanfaatan harta benda wakaf terbatas untuk kaum kerabat (ahli waris) dengan

wakaf-khairi yang dimaksudkan untuk kepentingan masyarakat umum sesuai dengan

tujuan dan fungsi wakaf.

2. Ruang lingkup wakaf yang selama ini dipahami secara umum cenderung terbatas

pada wakaf benda tidak bergerak seperti tanah dan bangunan, menurut Undang-

Undang ini Wakif dapat pula mewakafkan sebagian kekayaannya berupa harta

benda wakaf bergerak, baik berwujud atau tidak berwujud yaitu uang, logam mulia,

surat berharga, kendaraan, hak kekayaan intelektual, hak sewa, dan benda bergerak

lainnya.

Dalam hal benda bergerak berupa uang, Wakif dapat mewakafkan melalui Lembaga

Keuangan Syariah.

Page 162: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

18

UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf

Yang dimaksud dengan Lembaga Keuangan Syariah adalah badan hukum Indonesia

yang dibentuk sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang

bergerak di bidang keuangan syariah, misalnya badan hukum di bidang perbankan

syariah.

Dimungkinkannya wakaf benda bergerak berupa uang melalui Lembaga Keuangan

Syariah dimaksudkan agar memudahkan Wakif untuk mewakafkan uang miliknya.

3. Peruntukan harta benda wakaf tidak semata-mata untuk kepentingan sarana ibadah dan

sosial tetapi juga diarahkan untuk memajukan kesejahteraan umum dengan cara

mewujudkan potensi dan manfaat ekonomi harta benda wakaf. Hal itu memungkinkan

pengelolaan harta benda wakaf dapat memasuki wilayah kegiatan ekonomi dalam arti

luas sepanjang pengelolaan tersebut sesuai dengan prinsip manajemen dan ekonomi

Syariah.

4. Untuk mengamankan harta benda wakaf dari campur tangan pihak ketiga yang

merugikan kepentingan wakaf, perlu meningkatkan kemampuan profesional Nazhir.

5. Undang-Undang ini juga mengatur pembentukan Badan Wakaf Indonesia yang dapat

mempunyai perwakilan di daerah sesuai dengan kebutuhan. Badan tersebut merupakan

lembaga independen yang melaksanakan tugas di bidang perwakafan yang melakukan

pembinaan terhadap Nazhir, melakukan pengelolaan dan pengembangan harta benda

wakaf berskala nasional dan internasional, memberikan persetujuan atas perubahan

peruntukan dan status harta benda wakaf, dan memberikan saran dan pertimbangan

kepada Pemerintah dalam penyusunan kebijakan di bidang perwakafan.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas

Pasal 2

Cukup jelas

Pasal 3

Cukup jelas

Pasal 4

Cukup jelas

Pasal 5

Cukup jelas

Page 163: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

19

UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf

Pasal 6

Cukup jelas

Pasal 7

Yang dimaksud dengan perseorangan, organisasi dan/atau badan hukum adalah perseorangan

warga negara Indonesia atau warga negara asing, organisasi Indonesia atau organisasi asing

dan/atau badan hukum Indonesia atau badan hukum asing.

Pasal 8

Cukup jelas

Pasal 9

Yang dimaksud dengan perseorangan, organisasi dan/atau badan hukum adalah perseorangan

warga negara Indonesia, organisasi Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia.

Pasal 10

Cukup jelas

Pasal 11

Cukup jelas

Pasal 12

Cukup jelas

Pasal 13

Cukup jelas

Pasal 14

Ayat (1)

Dalam rangka pendaftaran Nazhir, Menteri harus proaktif untuk mendaftar para Nazhir yang

sudah ada dalam masyarakat.

Ayat (2)

Cukup jelas

Page 164: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

20

UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf

Pasal 15

Cukup jelas

Pasal 16

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Huruf a

Cukup jelas

Huruf b

Cukup jelas

Huruf c

Cukup jelas

Huruf d

Cukup jelas

Huruf e

Cukup jelas

Huruf f

Cukup jelas

Huruf g

Yang dimaksud benda bergerak lain sesuai dengan syariah dan peraturan yang berlaku, antara

lain mushaf, buku, dan kitab.

Pasal 17

Cukup jelas

Pasal 18

Cukup jelas

Page 165: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

21

UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf

Pasal 19

Penyerahan surat-surat atau dokumen kepemilikan atas harta benda wakaf oleh Wakif atau

kuasanya kepada PPAIW dimaksudkan agar diperoleh kepastian keberadaan harta benda

wakaf dan kebenaran adanya hak Wakif atas harta benda wakaf dimaksud.

Pasal 20

Cukup jelas

Pasal 21

Cukup jelas

Pasal 22

Cukup jelas

Pasal 23

Cukup jelas

Pasal 24

Cukup jelas

Pasal 25

Cukup jelas

Pasal 26

Cukup jelas

Pasal 27

Yang dimaksud dengan pengadilan adalah pengadilan agama.

Yang dimaksud dengan pihak yang berkepentingan antara lain para ahli waris, saksi, dan

pihak penerima peruntukan wakaf.

Pasal 28

Yang dimaksud dengan Lembaga Keuangan Syariah adalah badan hukum Indonesia yang

bergerak di bidang keuangan syariah.

Page 166: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

22

UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf

Pasal 29

Ayat (1)

Pernyataan kehendak Wakif secara tertulis tersebut dilakukan kepada Lembaga Keuangan

Syariah dimaksud.

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Pasal 30

Cukup jelas

Pasal 31

Cukup jelas

Pasal 32

Instansi yang berwenang di bidang wakaf tanah adalah Badan Pertanahan Nasional. Instansi

yang berwenang di bidang wakaf benda bergerak selain uang adalah instansi yang terkait

dengan tugas pokoknya.

Instansi yang berwenang di bidang wakaf benda bergerak selain uang yang tidak terdaftar

(unregistered goods) adalah Badan Wakaf Indonesia.

Pasal 33

Cukup jelas

Pasal 34

Instansi yang berwenang di bidang wakaf tanah adalah Badan Pertanahan Nasional. Instansi

yang berwenang di bidang wakaf benda bergerak selain uang adalah instansi yang terkait

dengan tugas pokoknya.

Instansi yang berwenang di bidang wakaf benda bergerak selain uang yang tidak terdaftar

(unregistered goods) adalah Badan Wakaf Indonesia.

Yang dimaksud dengan bukti pendaftaran harta benda wakaf adalah surat keterangan yang

dikeluarkan oleh instansi Pemerintah yang berwenang yang menyatakan harta benda wakaf

telah terdaftar dan tercatat pada negara dengan status sebagai harta benda wakaf.

Page 167: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

23

UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf

Pasal 35

Cukup jelas

Pasal 36

Instansi yang berwenang di bidang wakaf tanah adalah Badan Pertanahan Nasional. Instansi

yang berwenang di bidang wakaf benda bergerak selain uang adalah instansi yang terkait

dengan tugas pokoknya.

Instansi yang berwenang di bidang wakaf benda bergerak selain uang yang tidak terdaftar

(unregistered goods) adalah Badan Wakaf Indonesia.

Pasal 37

Cukup jelas

Pasal 38

Yang dimaksud dengan mengumumkan harta benda wakaf adalah dengan memasukan data

tentang harta benda wakaf dalam register umum. Dengan dimasukannya data tentang harta

benda wakaf dalam register umum, maka terpenuhi asas publisitas dari wakaf sehingga

masyarakat dapat mengakses data tersebut.

Pasal 39

Cukup jelas

Pasal 40

Cukup jelas

Pasal 41

Cukup jelas

Pasal 42

Cukup jelas

Page 168: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

24

UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf

Pasal 43

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf dilakukan secara produktif antara lain

dengan cara pengumpulan, investasi, penanaman modal, produksi, kemitraan, perdagangan,

agrobisnis, pertambangan, perindustrian, pengembangan teknologi, pembangunan gedung,

apartemen, rumah susun, pasar swalayan, pertokoan, perkantoran, sarana pendidikan ataupun

sarana kesehatan, dan usaha-usaha yang tidak bertentangan dengan syariah.

Yang dimaksud dengan lembaga penjamin syariah adalah badan hukum yang

menyelenggarakan kegiatan penjaminan atas suatu kegiatan usaha yang dapat dilakukan antara

lain melalui skim asuransi syariah atau skim lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 44

Cukup jelas

Pasal 45

Cukup jelas

Pasal 46

Cukup jelas

Pasal 47

Cukup jelas

Pasal 48

Pembentukan perwakilan Badan Wakaf Indonesia di daerah dilakukan setelah Badan Wakaf

Indonesia berkonsultasi dengan pemerintah daerah setempat.

Pasal 49

Cukup jelas

Pasal 50

Cukup jelas

Page 169: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

25

UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf

Pasal 51

Cukup jelas

Pasal 52

Cukup jelas

Pasal 53

Cukup jelas

Pasal 54

Cukup jelas

Pasal 55

Cukup jelas

Pasal 56

Cukup jelas

Pasal 57

Cukup jelas

Pasal 58

Cukup jelas

Pasal 59

Cukup jelas

Pasal 60

Cukup jelas

Pasal 61

Cukup jelas

Page 170: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

26

UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf

Pasal 62

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan mediasi adalah penyelesaian sengketa dengan bantuan pihak ketiga

(mediator) yang disepakati oleh para pihak yang bersengketa. Dalam hal mediasi tidak

berhasil menyelesaikan sengketa, maka sengketa tersebut dapat dibawa kepada badan arbitrase

syariah. Dalam hal badan arbitrase syariah tidak berhasil menyelesaikan sengketa, maka

sengketa tersebut dapat dibawa ke pengadilan agama dan/atau mahkamah syar’iyah.

Pasal 63

Cukup jelas

Pasal 64

Cukup jelas

Pasal 65

Cukup jelas

Pasal 66

Cukup jelas

Pasal 67

Cukup jelas

Pasal 68

Cukup jelas

Pasal 69

Cukup jelas

Pasal 70

Cukup jelas

Page 171: SISTEM PENGOPERASIAN BANK WAKAF MIKRO (BWM) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45220/1/WINARTI-FSH.pdf · membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang

27

UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf

Pasal 71

Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4459