penyusunan rencana umum jaringan lintas di wilayah jabodetabek
TRANSCRIPT
KEMENTERIAN PERHUBUNGANBADAN PENYELENGGARAAN TRANSPORTASI JABODETABEK
(BPTJ)
Penyusunan Rencana Umum JaringanLintas di Wilayah Jabodetabek
Focus Group DiscussionJakarta, 15 Juni 2016
Outline
Aspek Legalitas
Riviu Peraturan Perundang-undangan
Tujuan Penyelenggaraan Jaringan Lintas
Jenis Jaringan Lintas dan Kriterianya
Metode Pendekatan Studi
ASPEK LEGALITAS
1. UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
2. UU No. 38 Tahun 2014 tentang Jalan
3. Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2013 Tentang Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan;
4. Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2014 Tentang Angkutan Jalan;
5. Peraturan Menteri Perhubungan No. 81 Tahun 2011 Tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Perhubungan Daerah Provinsi Dan Daerah Kabupaten/Kota
6. Peraturan Menteri Perhubungan No. 26 Tahun 2015 tentang Standar Keselamatan
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
7. Peraturan Menteri Perhubungan No. 96 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan
Kegiatan Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas
8. Peraturan Menteri Perhubungan No. 134 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan
Penimbangan Kendaraan Bermotor Di Jalan
9. Peraturan Pemerintah No.172 Tahun 2015 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Induk Transportasi Jabodetabek
10. Peraturan Pemerintah No.34 Tahun 2006 tentang Jalan
Riviu Peraturan Perundangan
Pernyataan Konsep Jaringan Lintas
Kriteria penetapan jaringan lintas
Pengawasan Angkutan Barang
Jaringan Lintas dalam UU 22 Tahun 2009
Bagian kegiatan penyelenggaraan lalu lintas danangkutan jalan
Bagian kegiatan Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas, yaitu: pemisahan atau pemilahan pergerakan arus Lalu Lintas
berdasarkan peruntukan lahan, mobilitas, dan aksesibilitas; pemaduan berbagai moda angkutan; pengendalian Lalu Lintas pada persimpangan; pengendalian Lalu Lintas pada ruas Jalan; dan/atau perlindungan terhadap lingkungan.
Bagian kegiatan Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas, yaitu: pembatasan Lalu Lintas Kendaraan barang pada koridor atau
kawasan tertentu pada waktu dan Jalan tertentu
Ruang Lingkup Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas, yaitu:
perencanaan;
Pengaturan (penetapan kebijakan penggunaan jaringan Jalan dan gerakan Lalu Lintas pada jaringan Jalan tertentu);
perekayasaan;
pemberdayaan; dan
pengawasan.
Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas diselenggarakanuntuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
penggunaan Ruang Lalu Lintas dan mengendalikan
pergerakan Lalu Lintas, berdasarkan kriteria:
perbandingan volume Lalu Lintas KendaraanBermotor dengan kapasitas Jalan (VCR);
ketersediaan jaringan dan pelayanan angkutanumum; dan
kualitas lingkungan
Angkutan Barang:
Syarat Pengangkutan Barang Umum
prasarana Jalan yang dilalui memenuhi ketentuan kelasJalan;
tersedia pusat distribusi logistik dan/atau tempat untukmemuat dan membongkar barang; dan
menggunakan mobil barang.
Syarat Pengangkutan Barang Khusus dan Alat Berat
Rencana Umum Jaringan Lintas dalam RencanaInduk Jaringan Lalu lintas dan Angkutan Jalan
Rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan disusunberdasarkan kebutuhan transportasi dan Ruang Kegiatan
Rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan nasional(Jabodetabek) untuk antarkota, perkotaan, dan perdesaan yang lebih dari 1 (satu) wilayah provinsi memuat: prakiraan perpindahan orang dan/atau barang menurut asal tujuan perjalanan lingkup
nasional; arah dan kebijakan peranan lalu lintas dan angkutan jalan nasional dalam keseluruhan
moda transportasi nasional; rencana lokasi dan kebutuhan Simpul nasional; dan rencana kebutuhan Ruang Lalu Lintas nasional.
Rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan nasionalmerupakan arahan dan pedoman untuk: …. penyusunan rencana umum jaringan lintas angkutan barang nasional; ….
Secara implisit, jaringan lintas angkutan barang ditentukan denganmemperhatikan kelas jalan, yang mempertimbangkan fungsi jalan danbeban gandar/sumbu kendaraan:
Kesimpulan 1
1. Jaringan lintas dinyatakan secara implisit (tetapicukup jelas) dalam dalam UU No.22 2009;
2. Penyusunan rencana umum jaringan lintasangkutan barang berdasarkan RILLAJ (RIT-Jabodetabek)
3. Kriteria penetapan rute lintas angkutan barang Kelas jalan
perbandingan volume Lalu Lintas Kendaraan Bermotordengan kapasitas Jalan (VCR);
ketersediaan jaringan dan pelayanan angkutan umum; dan
kualitas lingkungan
PENGAWASAN ANGKUTAN BARANG
Pengawasan Muatan Barang
Pengawasan muatan angkutan barang dilakukan dengan menggunakanalat penimbangan (UU No.22, 2009) alat penimbangan yang dipasang secara tetap; atau alat penimbangan yang dapat dipindahkan.
Penetapan lokasi UPPKB dengan alat penimbangan yang dipasang secaratetap harus memperhatikan RIJLLAJ dan Jaringan Lintas AngkutanBarang (Penyelenggaraan penimbangan, PM No.134 Tahun 2015)
lokasi UPPKB dengan alat penimbangan yang dipasang secara tetap, terletak pada (Penyelenggaraan penimbangan, PM No.134 Tahun 2015) : Kawaan industri; Sentra produksi; Pelabuhan; Jalan tol; Dan lokasi strategis lainnya.
Tata Cara Penimbangan Kendaraan Bermotor (PM 134, 2015:
Metode Statis (saat kendaraan berhenti)
Metode Dinamis/ weight in motion (saat kendaraanbergerak)
Kecepatan rendah (<10 km/jam)
Kecepatan tinggi (>10 km/jam)
Rencana Umum Jaringan Lintas dalamPM. Ttg Angkutan Jalan
Kendaraan angkutan barang
Angkutan Barang dengan Kendaraan BermotorUmum
Angkutan barang umum
Angkutan barang khusus
Pengawasan muatan angkutan barang
tata cara pemuatan;
daya angkut;
dimensi kendaraan; dan
kelas jalan yang dilalui (berdasarkan rambu kelas jalan)
Pengawasan dengan Alat Penimbangan yang Dipasang Secara Tetap, dikecualikan terhadap (termaktub juga dlm PM 134, 2015) Angkutan peti kemas; mobil tangki bahan bakar minyak dan /atau bahan bakar gas; Angkutan barang berbahaya; dan alat berat.
dilakukan pada lokasi tertentu di ruas jalan nasional dan jalan strategisnasional, dengan mempertimbangkan (termaktub juga dlm PM 134, 2015) : rencana tata ruang; pusat bangkitan perjalanan; jaringan jalan dan rencana pengembangan; volume lalu Lintas Harian Rata-Rata (LHR) Angkutan barang; keselamatan dan kelancaran arus lalu lintas; kondisi topografi; efektivitas dan efisiensi pengawasan muatan; dan ketersediaan lahan, dan
Analisis Dampak Lalu lintas (PM 134, 2015).
Pengawasan dengan Alat Penimbangan yang DapatDipindahkan, dilakukan apabila:
terdapat indikasi peningkatan pelanggaran muatan Angkutanbarang;
kecenderungan kerusakan jalan yang diakibatkan olehkelebihan muatan Angkutan barang; dan/atau
belum ada alat penimbangan yang dipasang secara tetap padaruas jalan tertentu.
dapat diterapkan di ruas jalan tol:
Jaringan Lintas dalamRencana Induk Transportasi Jabodetabek
Sasaran:
Terwujudnya integrasi sistem transportasi dan TGL
Tersedianya layanan angkutan umum yang berkelanjutan
…..
…..
…..
Terwujudnya MRLL sesuai dengan LOS yang diharapkan
Tersedianya moda transportasi yang hemat bahan bakar danramah lingkungan
terwujudnya sistem angkutan barang perkotaan yang kompetitif
Tersedianya akses ke pelabuhan dan bandara yang efektif
Jaringan Lintas dalamRencana Induk Transportasi Jabodetabek
Pola Operasi Angkutan Barang:
1. Tidak bersinggungan dengan kegiatan lain; pemisahan lajur, waktu operasi dan lokasi bongkar muat;
2. Disusun berdasarkan: hirarki volume dan jenis simpul yang dilayani dan jenis barang yang diangkut;
3. Mempertimbangkan moda aman, efisien, dan sesuaidengan kapasitas daya dukung lingkungan, jaringaninfrastruktur, jenis simpul dan barang yang dilayaniserta kondisi lalu lintas yang dilalui.
Tujuan Penyelengaraan Jaringan Lintas Angkutan Barang
a. mewujudkan kelancaran lalu lintas dan angkutanjalan bagi seluruh masyarakat pengguna jalan
b. mewujudkan keamanan, ketertiban dankeselamatan dalam penggunaan jalan;
c. mewujudkan sistem jaringan jalan yang berdayaguna dan berhasil guna untuk mendukungpenyelenggaraan sistem transportasi yang terpadu;
d. mewujudkan peran masyarakat dalampenyelenggaraan jalan;
e. mewujudkan stabilitas kondisi ruang manfaatjalan untuk kepentingan umum;
f. memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup.
Jenis Jaringan Lintas dan Kriterianya
Jaringan Lintas merupakan kumpulan dari lintas-
lintas yang menjadi satu kesatuan jaringan
pelayanan angkutan barang.
Kriteria Penetapan Jaringan Lintas
Jaringan lintas angkutan barang dilaksanakan melalui pembatasanJBI mobil barang yang dapat melintasi rute lintasan mobil barangdalam kota, dengan kriteria umum (berdasarkan ketentuan yanglama):
1. kebutuhan angkutan;
2. kelas jalan yang sama dan/atau yang lebih tinggi;
3. tingkat keselamatan angkutan;
4. Tingkat pelayanan jalan;
5. Tersedianya terminal angkutan barang;
6. Rencana umum tata ruang;
7. Kelestarian lingkungan.
LINTAS ANGKUTAN BARANG KHUSUS BERBAHAYA
Lintas angkutan barang berbahaya merupakan lintaspelayanan angkutan barang berbahaya yang terdiri dariklasifikasi pengangkutan:
barang mudah meledak;
gas mampat ;
gas cair;
gas terlarut pada tekanan atau temperatur tertentu;
cairan mudah menyala;
padatan mudah menyala;
bahan pengahasil oksidan (oksidator);
racun dan bahan mudah menular;
bahan yang bersifat radioaktif;
bahan yang bersifat korosif dan berbahaya lainnya.
LINTAS ANGKUTAN BARANG KHUSUS
TIDAK BERBAHAYA
Lintas angkutan barang khusus tidak berbahayamerupakan lintas pelayanan angkutan barangkhusus yang terdiri dari klasifikasi pengangkutan :
barang curah;
barang cair;
Peti kemas
barang yang memerlukan fasilitas pendinginan;
tumbuh-tumbuhan dan barang hidup serta,
Alat berat
barang khusus lainnya.
LINTAS ANGKUTAN ALAT BERAT
Lintas angkutan alat berat merupakan lintas
pelayanan angkutan alat berat yang terdiri dari
klasifikasi pengangkutan :
alat berat yang karena sifatnya tidak dapat
dipecah-pecah sehingga beban melampaui
muatan sumbu terberat;
pengangkutan alat berat yang karena
dimensinya melebihi ukuran maksimum yang
ditetapkan
LINTAS ANGKUTAN PETI KEMAS
Lintas angkutan peti kemas merupakan lintas
pelayanan angkutan barang khusus yang terdiri
dari klasifikasi pengangkutan barang dengan
menggunakan peti kemas.
Syarat Umum Lintas Angkutan Peti Kemas:
Jalan yang diijinkan untuk lintasan angkutan peti kemas harus memenuhi
persyaratan jaringan jalan yang diizinkan;
Persyaratan jaringan jalan untuk lintasan angkutan peti kemas dengan kendaraan
bermotor :
Konstruksi jalan diperkeras dengan MST 10 ton;
Jembatan harus mampu dilalui kendaraan yang mempunyai jumlah berat kombinasi
total sebesar 36 ton ( untuk peti kemas 20 kaki) dan 45 ton (untuk peti kemas 40 kaki);
Jarak ruangan bebas diatas jalan lebih dari 5 m
Selain persyaratan diatas, untuk peti kemas 40 kaki juga
harus memenuhi persyaratan :
Lebar jalan perkerasan minimal 7 m;
Kemiringan memanjang jalan (tanjakan) maksimal 5 %;
Jari-jari horizontal (tikungan) minimal 115 m.
Selain persyaratan diatas, untuk peti kemas 20 kaki juga
harus memenuhi persyaratan :
Lebar jalan perkerasan minimal 7 m;
Kemiringan memanjang jalan (tanjakan) maksimal 7 %;
Jari-jari horizontal (tikungan) minimal 115 m.
Jika lintas angkutan peti kemas akan menimbulkangangguan bagi pemakai jalan lain, maka lintasantersebut dapat dibatasi waktu pengoperasiannya.
Kendaraan pengangkut peti kemas dibebaskan darikewajiban ditimbang di jembatan timbang.
Dalam keadaan terpaksa, angkutan peti kemas yang melalui lintasan peti kemas dengan kemiringanmemanjang (tanjakan) lebih dari 5 % (untuk peti kemas20 kaki) dan lebih dari 7 % (untuk peti kemas 40 kaki)harus menggunakan kendaraan dengan spesifikasitertentu.
Kriteria lintas angkutan peti kemas :
Memenuhi persyaratan KM 74 / 1990 ttg. Angkutan Peti Kemas
di Jalan;
Jarak asal dan tujuan dipilih yang terpendek;
Menghubungkan pusat-pusat pemuatan dan pembongkaran peti
kemas dengan pusat-pusat industri, pergudangan, distribusi
atau kombinasinya;
Lebar jembatan minimal 6 m (untuk lintas angkutan peti kemas
20 kaki) dan minimal 7 m (untuk lintas angkutan peti kemas 40
kaki);
Desain kecepatan jalan minimal 80 km/jam;
Mempertimbangkan optimalisasi penugasan antar moda
transportasi;
Dapat diatur menurut waktu.
Pengangkutan Barang Berbahaya dan Beracun
Pengangkutan B3 adalah kegiatan pemindahan B3dari suatu tempat ke tempat lain denganmenggunakan sarana angkutan (PP 74 Tahun 2001)
METODE PENDEKATAN
Prinsip Pengaturan Lintas Angkutan Barang
Mewujudkan lalu lintas dan angkutas barang yangselamat, aman, lancar, tertib dan teratur, serta mampumemadukan dengan moda transportasi lainnya, sehinggadampak negatif dari interaksi fisik, kimia dan mekanikantar muatan dengan manusia, kendaraan lainnyamaupun lingkungan sekitarnya dapat dicegah.
4 (empat) permasalahan mendasar implementasi angk.barang:1. Kemacetan lalu lintas
2. Penurunan fungsi jalan arteri primer;
3. Penurunan kualitas dan keamanan prasarana jalan;
4. Sosial dan kemiskinan
Pendekatan Makro Mengatasi Permasalahan
Pembenahan:
1. Sistem jaringan: peningkatan kapasitas pelayananprasarana (pelebaran jalan dan memperluas jaringanjalan / jalan baru)
2. Sistem pergerakan: teknik dan manajemen lalu lintasserta fasilitas angkutan
3. Sistem kegiatan: TGL yang baik, yg mengurangikeperluan perjalanan panjang sehingga membuatinterkasi semakin mudahRTRW menjadi urgen
4. Sistem kependudukan: kepadatanpendudukkebijakan kepadatansistem tata ruang
Pendekatan Pengendalian Dampak Lingkungan
Titik berat pada masalah pengangkutan;
Prinsip: mencegah dan/atau mengurangi resiodampak muatan terhadap lingkungan hidup, kesehatan manusia dan mahluk hidup lainnya
Mengacu pada ketentuan:
Peraturan tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan(misal, ambang batas emisi gas buang kendaraan)
Peraturan tentang pengelolaan B3 dan limbah B3.
Pendekatan pengendalian dampak lingkungan
Mempertimbangkan:
1. Analisis Dampak Lalu lintas
2. Rencana Pengelolaan Muatan (misal: B3)
3. Rencana Pemantauan Lintas Angkutan Barang
4. Sistem Penanggulanagan Kecelakaan dan KeadaanDarurat
“dapat menjadi kriteria tambahanpenetapan jaringan lintas”
Dalam mengidentifikasi, menganalisis danmerumuskan strategi, rencana dan programimplementasi lintasan angkutan barang harusmemperhatikan efek ganda secara ekonomi, utamanyapada pengembangan kawasan industri yangberwawasan lingkungan.
“mampu mendorong pengembangan kawasan-kawasan industri (representasi ekonomi), tanpa harus
mengesampingkan pengendalian dampaklingkungannya”.
3 (tiga) komponen yang sangat menentukan intensitasterhadap dampak lingkungan, yaitu :
1. Aspek perencanaan transportasi (manusia dan barang),;
2. Aspek rekayasa transportasi (pola aliran modatransportasi, sarana jalan, sistem lalu lintas, dan faktortransportasi lainnya);
3. Aspek teknik dan operasional pengangkutan barang(alat angkut, kelengkapan angkutan, regulasi, dan lain-lain).
Tahapan Studi
1. Isu pokok penelitian dan rencana kerja2. Kajian pustaka (Penelahaan Dokumen)
Peraturan tentang pengakutan barang Kebijakan: masterplan, roadmap, dll Teknik dan operasional angkutan
3. Laporan pendahuluan4. Penetapan titik-titik survai5. Survai lapangan6. Identifikasi Jenis dan Pola Operasi Angkutan Barang7. Pemilihan rute untuk lintas angkutan barang dengan AHP8. Evaluasi dan mitigasi resiko jaringan lintas yang dipilih9. Penetapan lokasi penimbangan kendaraan dinamis (Weight in
Motion)10. Laporan antara11. Perumusan Rekomendasi rute jaringan lintas12. Laporan akhir
METODE PENELITIAN
Pemahaman KAK
Metodologi, Invent. Data Sekunder,
Persiapan Survai
LaporanPendahuluan
PembahasanLap.
Pendahuluan
Persiapan Pengumpulan Data Penyusunan Rencana Umum Jar.Lin
ObservasiLapangan
Analisis Data
Laporan Antara
PembahasanLap. Antara
Tinjau UlangRte/Jar.Lin dan
Rekomendasi
• Jenis dan Pola PerpindahanBarang,
• Pemilihan rute lintas• Evaluasi dan Mitigasi Resiko
Rute Lintas AngkutanBarang yang terpilih
Konsep Laporan Akhir
PenyempurnaanLaporan Akhir
LaporanAkhir
Selesai
Alur Pikir
Jenis dan PolaOperasi Ang. Bar
Pemilihan Rute
Evaluasi Rute
Mitigasi Resiko(MRLL)
Tinjau UlangRute Terpilih
Sumber : Cam Nelson, MEDes, Anne Cataford, P.Eng., Pansy Hwang, P.Eng., ‘Transportation of Dangerous Goods Policy and Evaluation Framework’, 2006.)
Analytic Hierarchy Process (AHP)
Adalah suatu algoritma pembuat keputusan
Dikembangkan pertama kali oleh Dr. Saaty.
Ruang lingkup : berbagai bidang aktivitas sepertiekonomi, manajemen, pertanian, perminyakan, dan lain-lain.
di bidang manajemen dan ekonomi untukmerangking beberapa pilihan alternatif dan pilihan akanjatuh pada salah satu alternatif yang ada.
metode ini telah diterapkan untuk mengukur kinerjadari sistem produksi, perencanaan strategis, analisisinvestasi, dan lain-lain.
Struktur AHP
Metode Analisis Risiko (Risk Analysis)
Merupakan metode yang digunakan untuk:
identifikasi dan kontrol bahaya,
mengestimasi tingkat risiko absolut dari suatu aktivitasatau perbandingan risiko dari berbagai alternatif yangditawarkan.
Manajemen risiko merupakan komponen pentingdalam proses perencanaan dan rekayasa lalu lintas.
Aplikasi manajemen risiko mempunyai beberapa keuntungan,yaitu :
Keputusan lebih baik dapat dibuat ketika didukungdengan suatu pendekatan manajemen risiko.
Manajemen risiko terintegrasi ke dalam perencanaanstrategis jangka panjang maupun sebagai informasi dalampengambilan keputusan sehari-hari.
Manajemen risiko diterapkan pada pengembangan danimplementasi kebijakan, program, perencanaan dan arah kedepan.
Integrasi manajemen risiko memberikan suatu filisofi danbudaya kepada setiap pengguna jalan mengelola risikosecara proaktif dan mengkomunikasikan secara terbukatentang risiko.
Kriteria Penentuan Peringkat Pemilihan Rute Lintas Angkutan Barang
Fungsi Rute
Rute pelayanan angkutan barang
Rute alternatif
Akses jaringan jalan
Panjang rute
Pengaruh terhadap lingkungan
(Sumber : Cam Nelson, MEDes, Anne Cataford, P.Eng., Pansy Hwang, P.Eng., ‘Transportation ofDangerous Goods Policy and Evaluation Framework’, 2006.)
Peringkat Risiko Rute Lintasan berdasarkanKriteria Faktor-faktor yang mendukung.
Kriteria
Tidak Berdampak
Rendah Sedang tinggi Sangat Tinggi
0-10 11-30 31-70 71-90 91-100
Faktor-faktor yang MendukungKlasifikasi Jalan Jalan bebas
hambatan (tol)Jalan Propinsi Jalan Kabupaten Jalan Lokal Jalan
Desa/Lingkungan
Geometri Jalan Sesuai yang dikehendaki
melebihi spesifikasi minimumnya atau maksimumhya
Dalam spesifikasi minimum atau maksimumnya
Cukup menyimpang dari standar
Sangat menyimpang dari standar
Pengawasan Akses Terawasi seluruhnya
secara umum terawasi
campuran yang terawasi dengan tak terawasi
Pengawasan terbatas Tidak terawasi
Tingkat Persilangan Rel Kereta Api
Persil. Kec rendah dengan lampu sinyal dan palang pintu aktif
Persil. Kecepatan sedang dengan lampu sinyal dan palang pintu aktif
Persil. Kecepatan sedang dengan lampu sinyal atau palang pintu aktif
Persil. Kecepatan sedang dengan perlawanan silang pasif
Persil. Kecepatan tinggi dengan perlawanan silang pasif
Kondisi Permukaan Jalan >8 7-8 4-6 2-3 <2
Volume Lalu lintas <10.000 10.000-30.000 30.000-45.000 45.000-90.000 >90.000
Frekuensi Truk <5% 5%-9% 10%-15% 16%-20% >20%
V/C Ratio <0,5 0,5-0,7 0,7-0,9 0,9-1,2 >1,2
Statistik Tabrakan <2 2,7-4 7,5-35 36-75 >75
Sumber: Cam Nelson, MEDes, Anne Cat ford., Pansy Hwang, P. Eng.,"Transportation of Dangerous Goods Policy and Evaluation Framework", 2006
Peringkat Risiko Rute LintasanBerdasar Kriteria Dampak/Pengaruh.
KriteriaTidak Berdampak Rendah Sedang tinggi Sangat Tinggi
0-10 11-30 31-70 71-90 91-100
Dampak/PengaruhKepadatan penduduk <500 500-1200 1250-2600 2600-4500 >4500
penggunaan lahan Ruas jalan lebar Ruas jalan sempit Industri Komersil Pemukiman
Respon Penduduk Sangat responsif Responsif Cukup responsif Kurang responsif Tidak responsif
Dampak Lingkungan Topografi mencegah migrasi dari sisi samping
Rute tidak sejajar dengan jalan air
Rute dengan kemiringan mendekati jalan air
Rute sejajar dengan jalan air
Rute memotong habitat tertentu
Saluran Air Pinggiran jalan dengan parit yang tidak terbuka
Pinggiran jalan dengan selokan yang memiliki pengendali luapan
Pinggiran jalan dengan luapan air selokan
Parit terbuka dengan kemiringan minimum
Parit terbuka dengan kemiringan curam
Tanggap Darurat Respon pusat pemadam kebakaran< 3 menit
Respon pusat pemadam kebakaran 3-4 menit
Respon pusat pemadam kebakaran 4-7 menit
Respon pusat pemadam kebakaran 8 menit
Respon pusat pemadam kebakaran > 8 menit
Batas Kecepatan < 30 kph 30-50 kph 50-80 kph 80-100 kph >100 kph
Sumber: Cam Nelson, MEDes, Anne Cat ford., Pansy Hwang, P. Eng.,"Transportation of Dangerous Goods Policy and Evaluation Framework", 2006