penyisipan kata berbahasa indonesia dalam drama pak …
TRANSCRIPT
87
PENYISIPAN KATA BERBAHASA INDONESIA
DALAM DRAMA “PAK BHABIN”
(Indonesian Word Inserting in the Drama “Pak Bhabin”)
Oleh/by
Herlina Setyowati, Zuly Qurniawati, Dwi Anjani W.
Universitas Muhammadiyah Purworejo
Jalan KHA Dahlan 3 Purworejo 54111
*) Diterima: 9 Februari 2021; Disetujui: 1 April 2021
ABSTRAK
Fenomena kedwibahasaan dapat ditemukan dalam drama ―Pak Bhabin‖ produksi Polisi
Motret. Drama ―Pak Bhabin‖ tersebut merupakan drama berbahasa Jawa, tetapi terkadang
terdapat sisipan kata berbahasa Indonesia. Hal ini merupakan gejala campur kode. Tujuan
penelitian ini untuk mengkaji wujud campur kode kata berbahasa Indonesia dalam drama
―Pak Bhabin‖. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik simak dan catat. Adapun
metode analisis data menggunakan metode agih dengan teknik lesap dan teknik ganti.
Peneliti menyimak tayangan drama ―Pak Bhabin‖ di kanal YouTube Polisi Motret yang
tayang pada tahun 2019. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menemukan penyisipan
kata berbahasa Indonesia dengan jenis 1) kata benda yang utuh, misalnya: jalan, pakaian,
dan sangkar; serta penyisipan campuran, misalnya: uange, cita-citane, dan cobaane; 2)
kata kerja yang utuh, misalnya: ulangi, mengkhianati, dan percaya; serta penyisipan
campuran, misalnya: nglempar-lempar; 3) kata keadaan, antara lain: bawel, rajin, dan
cengeng.
Kata kunci: penyisipan, kedwibahasaan, campur kode
ABSTRACT
Bilingual phenomenon can be found in the drama "Pak Bhabin" produced by the Motret
Police. Pak Bhabin is a drama spoken in Javanese, but sometimes inserted by Indonesian
words. This is a symptom of code mixing. The purpose of this research is to examine the
code mixing used in Pak Bhabin drama. The data collection technique used was the
observation and note-taking technique. The data analysis method used was the agih
method with delesion techniques and substitution techniques. The researcher watched the
"Pak Bhabin" program on the Motret Police YouTube channel which aired in 2019.
Based on the results of the study, there are insertion of Indonesian words with type 1)
complete nouns, for example: jalan, pakaian, and sangkar; as well as the insertion of
mixtures, for example: uange, cita-citane, and cobaane; 2) complete verbs, for example:
ulangi, mengkhianati, and percaya; as well as the insertion of mixtures, for example:
nglempar-lempar; 3) adjective, among others: bawel, rajin, and cengeng.
Key words: inserting, bilingual, mixed code
87
PENDAHULUAN
Kemajuan teknologi sangat
berdampak pada kemajuan kreativitas
masyarakat. Saat ini masyarakat
memperoleh kemudahan untuk
menyebarluaskan hasil karya mereka.
Salah satunya ialah drama ―Pak
Bhabin‖ produksi Polisi Motret. Akun
Polisi Motret sampai tanggal 5 April
2021 ini telah memperoleh 882 ribu
subscriber dan telah mengunggah 187
video ke kanal Youtube. Drama ―Pak
Bhabin‖ merupakan salah satu dari
sekian drama pendek berbahasa Jawa
yang disebarluaskan di kanal
Youtube. Para pemain menggunakan
bahasa Jawa dalam setiap tuturannya.
Namun, ada kalanya pemain dalam
drama Pak Bhabin ini menyisipkan
kata berbahasa Indonesia.
Masyarakat Jawa menggunakan
bahasa Jawa sebagai bahasa ibu
dalam komunikasi sehari-hari. Dalam
berkomunikasi tersebut masyarakat
Jawa tidak hanya menggunakan
bahasa Jawa, melainkan juga
mencampurkan bahasa kedua pada
kondisi tertentu. Hal tersebut
merupakan gejala campur kode.
Dalam campur kode, penutur
menyelipkan unsur-unsur bahasa lain
ketika sedang memakai bahasa
tertentu saat berkomunikasi.
Pencampuran kode terjadi ketika fasih
menggunakan kedua bahasa secara
bersama, berubah dari satu bahasa ke
bahasa yang lain dalam satu ucapan.
Penutur biasanya memilih kode
tertentu setiap kali berbicara. Penutur
juga dapat memutuskan untuk beralih
dari satu kode ke kode lainnya atau
untuk mencampur kode bahkan dalam
ucapan yang terkadang sangat
pendek. Dengan demikian, penutur
menciptakan kode baru dalam proses
yang dikenal sebagai alih kode
(Aitchison & Wardaugh, 1987: 101).
Para pemain dalam drama ―Pak
Bhabin‖ merupakan penutur yang
bilingual sehingga memungkinkan
terjadinya pencampuran bahasa dalam
tuturannya.
Bilingual cenderung mencampur
bahasa yang mereka gunakan dalam
percakapan atau bahkan dalam bentuk
ucapan; dari perspektif monolingual.
Hal itu menunjukkan
ketidakmampuannya untuk
memisahkan antara bahasa yang satu
dengan yang lainnya (Strazny, 2005:
137). Studi tentang mengapa dan
bagaimana orang-orang beralih kode
memberikan wawasan kepada banyak
orang aspek bahasa serta ucapan. Ini
berlaku juga tentang bagaimana
bahasa diatur di otak. Pada tingkat
fungsional, bilingual sering beralih
variasi untuk mengkomunikasikan
sesuatu. Hal ini juga terjadi pada
orang monolingual. Mereka juga
dapat melakukan ini, yaitu dengan
beralih antardialek, register, tingkat
formalitas, intonasi, dan lain-lain
(Penelope Gardner-Chloros, 2009: 4).
Bilingualisme muncul dari berbagai
kekuatan sosial dan peristiwa sejarah,
termasuk kolonisasi, invasi dan
aneksasi, migrasi dan deportasi
(Bullock et al., 2009: 13).
Campur kode sebenarnya adalah
pencampuran ragam bahasa yang
berbeda (Ramadhaniarti et al., 2018:
3). Gejala campur kode muncul dalam
dialog drama ―Pak Bhabin‖ yang
tayang di kanal Youtube produksi
Polisi Motret. Pak Bhabin diperankan
oleh Bripka Herman, seorang polisi
yang bertugas di Purworejo. Tokoh
pendukung lainnya yakni Weni (istri
Pak Bhabin), Dul Kemit, Selamet,
Pak Kulo, dan Sri. Para tokoh
Penyisipan Kata Berbahasa Indonesia … (Herlina Setyowati, dkk.)
88
berdialog menggunakan bahasa Jawa.
Akan tetapi, kadang muncul gejala
campur kode dengan adanya sisipan
kata berbahasa Indonesia atau unsur
bahasa Indonesia. Hal ini berkaitan
dengan kompetensi komunikatif
penutur. Kompetensi komunikatif
merupakan kemampuan seseorang
dalam berkomunikasi, baik secara
kebahasaan maupun cara bertutur
(Marmanto, 2014: 7). Berdasarkan
pemaparan di atas, peneliti tertarik
untuk mengkaji wujud penyisipan
kata berbahasa Indonesia dalam
dialog drama ―Pak Bhabin‖. Peneliti
akan mengkaji kutipan kalimat yang
mengalami gejala campur kode,
kemudian mengelompokkan
penyisipan kata berbahasa Indonesia
ke dalam kelas kata benda, kata kerja,
dan kata keadaan. Sejalan dengan hal
itu, penelitian ini bertujuan
mendeskripsikan kutipan kalimat
yang mengalami gejala campur kode,
kemudian melakukan perbaikan
kalimat dengan mengganti kosakata
bahasa Indonesia dalam kalimat yang
mengalami gejala campur kode ke
dalam kosakata bahasa Jawa.
Penelitian ini penting dilakukan
karena drama ―Pak Bhabin‖ digemari
oleh masyarakat. Masyarakat perlu
mengetahui bahwa tuturan dalam
drama ―Pak Bhabin‖ tidak murni
berbahasa Jawa, melainkan
mengalami gejala campur kode.
Chaer dan Agustina (2010: 114)
mengemukakan bahwa jika seorang
penutur dalam berbahasa Indonesia
banyak menyelipkan serpihan-
serpihan bahasa daerah berarti telah
melakukan campur kode. Senada
dengan pendapat di atas, Sumarsono
(2010: 202) mengemukakan bahwa
campur kode (code mixing) ini serupa
dengan yang disebut interferensi dari
bahasa yang satu ke bahasa yang lain.
Dalam campur kode penutur
menyelipkan unsur-unsur bahasa lain
ketika sedang memakai bahasa
tertentu saat berkomunikasi.
Ansar (2017: 7) menyatakan
bahwa sebagian besar masyarakat
mencampur bahasa mereka dengan
meminjam bahasa lain atau
menggunakan bahasa asing, bahkan
kadang-kadang masih terpengaruh
bahasa pertama (bahasa ibu). Suwito
(1985: 92) membagi campur kode
dalam beberapa jenis, meliputi:
penyisipan unsur-unsur yang
berwujud kata, penyisipan unsur-
unsur yang berwujud frasa,
penyisipan unsur-unsur berwujud
baster, penyisipan unsur- unsur yang
berwujud perulangan kata, penyisipan
unsur-unsur yang berwujud ungkapan
atau idiom dan penyisipan unsur-
unsur yang berwujud klausa.
Kajian dalam penelitian ini
difokuskan pada penyisipan berwujud
kata berbahasa Indonesia pada drama
―Pak Bhabin‖. Kata merupakan
morfem atau kombinasi morfem yang
oleh bahasawan dianggap sebagai
satuan terkecil yang dapat diujarkan
sebagai bentuk yang bebas
(Kridalaksana, 2008: 110). Menurut
bentuknya, kata dapat dibagi menjadi
4, yakni kata dasar, kata berimbuhan,
kata berulang, dan kata majemuk
(Pateda, 2011: 91). Adapun dalam
bahasa Jawa, kelas kata dapat dipilah
menjadi 10 macam, meliputi: 1)
tembung aran/benda/nomina; 2)
tembung kriya/kerja/verb; 3) tembung
katrangan/keterangan/adverbial; 4)
tembung kaanan/keadaan/adjektiva;
5) tembung
wilangan/bilangan/numeralia; 7)
tembung
panggandheng/sambung/konjungsi,
Jalabahasa Vol. 17, No. 1, Mei 2021, hlm. 87—100
89
8) tembung ancer-
ancer/depan/preposisi; 9) tembung
panyilah/sandang; 10) tembung
panguwuh/penyeru (Mulyana, 2011:
41). Lebih lanjut penelitian ini fokus
pada penyisipan kata kerja, kata
benda, dan kata keadaan.
Pengkajian terhadap gejala
campur kode sudah banyak dilakukan
oleh peneliti lain. Dua contoh
penelitian yang relevan, yakni
penelitian dengan judul “Code
Mixing in Writing Opinion on Media
Indonesia Newspaper” oleh Firima
(2018: 100) dan penelitian dengan
judul “Campur Kode dan Alih Kode
dalam Percakapan di Lingkup
Perpustakaan Universitas Bengkulu”
oleh Laiman Akhii, dkk. (2018: 45).
Berdasarkan hasil penelitian, Firima
(2018: 110) menemukan bahwa
bentuk dominan dari campur kode
dalam koran Media Indonesia adalah
campur kode dalam bentuk frase.
Fungsi campur kode dalam penulisan
opini di koran Media Indonesia, yaitu
meyakinkan atau memastikan ide,
untuk menjelaskan dan
mendemonstrasikan kecerdasan
dalam menggunakan campur kode.
Selanjutnya, berdasarkan hasil
penelitian Laiman Akhii, dkk. (2018:
54) ditemukan wujud campur kode
dalam percakapan di lingkup
perpustakaan Universitas Bengkulu
meliputi (a) unsur yang berwujud
kata, (b) unsur yang berwujud frasa,
(c) unsur yang berwujud klausa, dan
(d) unsur yang berwujud baster.
Campur kode tersebut meliputi
penyisipan bahasa Inggris ke dalam
tuturan bahasa Bengkulu, bahasa
Inggris ke dalam tuturan bahasa
Indonesia, bahasa Arab ke dalam
tuturan bahasa Bengkulu, bahasa
Jawa ke dalam tuturan bahasa
Bengkulu, bahasa Korea ke dalam
tuturan bahasa Bengkulu, bahasa
Palembang ke dalam tuturan bahasa
Bengkulu, bahasa Indonesia ke dalam
tuturan bahasa Bengkulu, bahasa
Selatan ke dalam tuturan bahasa
Bengkulu, dan bahasa Rejang ke
dalam tuturan bahasa Bengkulu.
Jenis alih kode yang terjadi
dalam percakapan di lingkup
perpustakaan Universitas Bengkulu
meliputi alih kode intern dan alih
kode ekstern. Alih kode tersebut
meliputi: (a) alih kode dari bahasa
Selatan ke bahasa Bengkulu, (b) alih
kode dari bahasa Indonesia ke bahasa
Bengkulu, (c) alih kode dari bahasa
Bengkulu ke bahasa Kaur, (d) alih
kode dari bahasa Muko-muko ke
bahasa Bengkulu, (e) alih kode dari
bahasa Indonesia ke bahasa Jawa, (f)
alih kode dari bahasa Indonesia ke
bahasa Batak, (g) alih kode dari
bahasa Bengkulu ke bahasa Arab, (h)
alih kode dari bahasa Bengkulu ke
bahasa Inggris, dan (i) alih kode dari
bahasa Kaur ke bahasa Inggris.
Faktor-faktor penyebab terjadinya
campur kode di lingkup perpustakaan
Universitas Bengkulu meliputi (a)
faktor kebahasaan, (b) faktor
kebiasaan, (c) faktor tidak ada
ungkapan yang tepat dalam bahasa
yang sedang dipakai, (d) faktor latar
belakang sikap penutur, dan (e) faktor
topik pembicaraan. Faktor yang
paling sering terjadi adalah faktor
kebahasaan. Faktor-faktor penyebab
terjadinya alih kode intern meliputi:
(a) menyesuaikan kode yang dipakai
lawan bicara, (b) kehadiran orang
ketiga, (c) penutur, (d) sekadar
bergengsi, (e) tujuan untuk
mengungkapkan sesuatu, (f) lawan
tutur, dan (g) menunjukkan bahasa
pertama.
Penyisipan Kata Berbahasa Indonesia … (Herlina Setyowati, dkk.)
90
Pengkajian gejala campur kode
pada drama ―Pak Bhabin‖ belum
pernah dilakukan sebelumnya. Oleh
karena itu, penelitian ini tergolong
baru. Terlebih lagi fokus kajiannya
pada jenis kata benda, kata kerja, dan
kata keadaan. Hal ini membedakan
penelitian ini dengan penelitian
terdahulu.
Sumber data dalam penelitian ini
ialah drama ―Pak Bhabin‖ yang
tayang di kanal Youtube Polisi
Motret. Data dalam penelitian ini
adalah transkripsi dialog hasil
mengunduh drama ―Pak Bhabin‖.
Transkripsi dialog dianalisis kata-kata
dan baris-baris kalimatnya untuk
dicari wujud gejala campur kodenya.
Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik simak dan catat. Metode
analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode agih.
Metode agih adalah metode analisis
data yang alat penentunya adalah
bagian dari bahasa yang bersangkutan
itu sendiri (Sudaryanto, 2015: 18).
Peneliti mengolah data berupa gejala
campur kode penyisipan unsur-unsur
yang berwujud kata dalam bahasa
Indonesia. Metode agih yang
dilakukan sebagai teknik analisis data
tersebut terjabar dalam teknik lesap
dan teknik ganti. Sudaryanto (2015:
43) mengemukakan teknik lesap
adalah teknik yang dilakukan dengan
melesapkan unsur-unsur tertentu
satuan lingual yang bersangkutan.
Adapun teknik ganti adalah teknik
analisis yang berupa penggantian
unsur tertentu satuan lingual yang
bersangkutan dengan unsur tertentu
yang lain di luar satuan lingual yang
bersangkutan. Peneliti menyajikan
kutipan kalimat yang mengalami
gejala campur kode. Wujud kata
bahasa Indonesia dalam kalimat yang
mengalami gejala campur kode
tersebut kemudian peneliti ganti
dalam bahasa Jawa.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan data penelitian
ditemukan bahwa ada 31 kalimat
yang mengandung penyisipan kata
berbahasa Indonesia. Kalimat-kalimat
tersebut dapat dikelompokkan ke
dalam tiga jenis kata, yakni kata
benda, kata kerja, dan kata keadaan.
Berikut kalimat yang mengandung
penyisipan kata bahasa Indonesia
dalam drama ―Pak Bhabin‖.
Penyisipan Kata Benda
Kata benda (tembung aran) ialah kata
yang menerangkan nama barang-
barang secara konkrit dan abstrak
(Mulyana, 2011: 43). Wujud sisipan
dengan jenis kata benda dipaparkan di
bawah ini. (1) a. “Kok nggawa tikêr barang
sih?” (Aji Mumpung, detik 28)
Kalimat ini diujarkan oleh Pak
Bhabin ditujukan kepada Bu Bhabin.
Pak Bhabin melihat Bu Bhabin
kerepotan membawa tikar. Kata tikêr
tidak ada dalam kamus bahasa
Indonesia atau bahasa Jawa. Akan
tetapi, tikêr merujuk pada tikar.
Dalam KBBI, tikar berarti ‗anyaman
daun pandan, mendong, dan
sebagainya untuk lapik duduk (tidur,
salat, dan sebagainya). Kata tikar
dalam bahasa Jawa, yaitu klasa yang
artinya ‗nam-naman saka méndhong,
pandhan, dianggo lèmèk lungguh
(turu)‟ (Tim Penyusun, 2001).
Kalimat tersebut dapat diperbaiki
sebagai berikut.
Jalabahasa Vol. 17, No. 1, Mei 2021, hlm. 87—100
91
(1) b. Kok nggawa klasa barang
sih?” (Aji Mumpung, detik 28)
(2) a.“Engko nek nang tengah jalan
awake dhewe kesel, iki
digelar!” (Aji Mumpung,
detik 33)
Kalimat ini diujarkan oleh Bu
Bhabin ditujukan kepada Pak Bhabin.
Bu Bhabin menjelaskan alasannya
membawa tikar. Kata jalan dalam
KBBI berarti ‗yang dilalui atau
dipakai untuk keluar masuk‘. Kata
jalan dalam bahasa Jawa, yaitu dalan
yang artinya ‗papan sing dipijèkaké
kanggo liwat utawa diambah, sing
diliwati, sing diambah, kang kanggo
metu‟ (Tim Penyusun, 2001). Kalimat
tersebut dapat diperbaiki sebagai
berikut. (2) b. Engko nek nang tengah dalan
awake dhewe kesel, iki
digelar!” (Aji Mumpung, detik
33)
(3) a. “Kabeh uwong diduduhi, iki
cincinku anyar.” (Diperbudak
Harta, detik 39)
Kalimat ini diujarkan oleh Pak
Bhabin. Pak Bhabin sedang
menasihati istrinya karena telah
memamerkan cincin barunya kepada
tetangga. Kata cincin dalam KBBI
berarti ‗perhiasan berupa lingkaran
kecil yang dipakai di jari, ada yang
berpermata, ada yang tidak‘. Kata
cincin‟ dalam bahasa Jawa, yaitu ali-
ali yang artinya ‗gelangan cilik
rerenggan driji‟ (Tim Penyusun,
2001). Kalimat tersebut dapat
diperbaiki sebagai berikut. (3) b. “Kabeh uwong diduduhi, iki
ali-aliku anyar.” (Diperbudak
Harta, detik 39)
(4) a. “Aku wis (nganggo) pakaian
dhines kok.” (Diperbudak
Harta, menit 01, detik 13)
Kalimat ini diujarkan oleh Pak
Bhabin. Pak Bhabin sudah siap
berangkat dinas tetapi istrinya
menyuruh untuk memetik nangka.
Kata pakaian dalam KBBI berarti
‗barang yang dipakai (baju, celana,
dan sebagainya)‘. Kata pakaian
dalam bahasa Jawa, yaitu klambi yang
artinya ‗araning sandhangan sing
minangka tutuping awak‟ (Tim
Penyusun, 2001). Kalimat tersebut
dapat diperbaiki sebagai berikut. (4) b. “Aku wis (nganggo) klambi
dhines kok.” (Diperbudak Harta,
menit 01:13)
(5) a. ―Gaya temen sih ora seneng
rebung.‖ (Duit Lanang, menit 03,
detik 59)
Kalimat ini diujarkan oleh Bu
Bhabin. Bu Bhabin menawari Pak
Bhabin makan siang dengan menu
rebung, tetapi Pak Bhabin menolak
karena ingin segera beristirahat. Kata
rebung dalam KBBI berarti ‗anak
(bakal batang) buluh yang masih kecil
dan masih muda, biasa dibuat sayur‘.
Kata rebung dalam bahasa Jawa,
yaitu bung yang artinya ‗thukulane
pring‟ (Tim Penyusun, 2001).
Kalimat tersebut dapat diperbaiki
sebagai berikut. (5) b. ―Gaya temen sih ora seneng
(jangan) bung‖ (Duit Lanang, menit
03, detik 59)
(6) a. “Uange kurang jatahku.”
(Duit Lanang, menit 05, detik 50)
Kalimat ini diujarkan oleh Bu
Bhabin. Bu Bhabin meminta
tambahan uang jatah bulanan karena
terlalu banyak pengeluaran. Kata
uange berasal dari kata uang (Bahasa
Indonesia) dan akhiran -e (Bahasa
Jawa). Kata uang dalam KBBI berarti
‗alat tukar atau standar pengukur nilai
yang sah, dikeluarkan oleh
pemerintah suatu negara berupa
kertas, emas, perak, atau logam lain
yang dicetak dengan bentuk dan
gambar tertentu‘. Kata uang dalam
bahasa Jawa, yaitu dhuwit yang
Penyisipan Kata Berbahasa Indonesia … (Herlina Setyowati, dkk.)
92
artinya ‗saranane urup-urupan kang
diwujudi ing cithakan tembaga, slaka,
dluwang, lan sapanunggalane‟ (Tim
Penyusun, 2001). Adapun kalimat
tersebut dapat diperbaiki sebagai
berikut. (6) b. “Dhuwite kurang jatahku.”
(Duit Lanang, menit 05,
detik 50)
(7) a. “Dadi kuncine wong rumah
tangga kuwi….” (Duit
Lanang, menit 05, detik 56)
Kalimat ini diujarkan oleh Pak
Bhabin. Pak Bhabin menasihati
istrinya tentang kunci kebahagiaan
berumah tangga yakni saling jujur,
saling terbuka, dan saling menerima
kekurangan masing-masing. Kata
rumah tangga dalam KBBI berarti
‗berkenaan dengan keluarga‘. Kata
rumah tangga dalam bahasa Jawa,
yaitu omah-omah yang artinya ‗rabi;
wis kulawarga‟ (Tim Penyusun,
2001).Oleh karena itu, kalimat
tersebut dapat diperbaiki sebagai
berikut. (7) b. “Dadi kuncine wong omah-
omah kuwi,….” (Duit
Lanang, menit 05, detik 56)
(8) a. “Mbak e, aku arep nggolek
perhiasan, nang kene emas
paling abot pirang gram?”
(Duit Lanang, menit 11,
detik 40)
Kalimat ini diujarkan oleh Bu
Bhabin kepada pelayan di toko emas
Ismoyo. Bu Bhabin hendak membeli
emas bersama Pak Bhabin. Kata
perhiasan dalam KBBI berarti
‗barang yang dipakai untuk berhias‘.
Kata perhiasan dalam bahasa Jawa,
yaitu pelikan yang artinya ‗barang
sing dijupuk saka sajerone lemah
(emas, inten)‟ (Tim Penyusun, 2001).
Dengan demikian kalimat tersebut
dapat diperbaiki sebagai berikut.
(8) b. “Mbak e, aku arep nggolek
pelikan, nang kene emas
paling abot pirang gram?”
(Duit Lanang, menit 11,
detik 40)
(9) a. “Alah, Pak e mesti ki, lho,
berantakan sembrono.
Mosok sangkar nang kene
rak tertib.” (Gara-gara
Denok, detik 20)
Kalimat ini diujarkan oleh Bu
Bhabin. Bu Bhabin melihat sangkar
burung tergeletak bukan pada
tempatnya. Bu Bhabin menuduh
suaminya yang meletakkan sangkar
bungkur tersebut sembarangan. Kata
sangkar dalam KBBI berarti
‗kurungan‘. Kata sangkar dalam
bahasa Jawa, yaitu kurungan yang
artinya ‗piranti kanggo ngurung‟
(Tim Penyusun, 2001). Kalimat
tersebut dapat diperbaiki sebagai
berikut. (9) b. “Alah, Pak e mesti ki, lho,
morat-marit sembrono.
Mosok kurungan nang kene
rak tertib.” (Gara-gara
Denok, detik 20)
(10) a. “Nek gedhe cita-citane
pengin dadi apa, Selamet?”
(Anak Titipan, menit 15,
detik 02)
Kalimat ini diujarkan oleh Pak
Bhabin kepada Selamet. Pak Bhabin
menghibur Selamet dengan
memainkan wayang dari ranting daun
singkong. Kata cita-citane berasal
dari kata cita-cita (Bahasa Indonesia)
dan akhiran -e (Bahasa Jawa). Kata
cita-cita dalam KBBI berarti
‗keinginan (kehendak) yang selalu
ada di dalam pikiran‘. Kata cita-
citane dalam bahasa Jawa, yaitu
gegayuhane yang artinya ‗apa-apa
sing dijangka, idham-idhaman,
pepénginan, panjangka‘ (Tim
Penyusun, 2001). Dengan demikian
Jalabahasa Vol. 17, No. 1, Mei 2021, hlm. 87—100
93
kalimat tersebut dapat diperbaiki
sebagai berikut. (10) b. “Nek gedhe gegayuhane
pengin dadi apa, Selamet?”
(Anak Titipan, menit 15,
detik 02)
(11) a. “Perbuatan ki nek sing akeh
mudhorote daripada
manfaate….” (Buat Apa
Datang Jakarta, menit 03,
detik 19)
Kalimat ini diujarkan oleh Pak
Bhabin. Pak Bhabin menasihati Dul
Kemit agar tidak terlibat dalam
kegiatan yang tidak bermanfaat. Kata
perbuatan dalam KBBI berarti
‗sesuatu yang diperbuat (dilakukan),
tindakan‘. Kata perbuatan dalam
bahasa Jawa, yaitu tindak tanduk
yang artinya ‗patrap; solah tingkah‘
(Tim Penyusun, 2001). Selanjutnya,
kata „daripada‟ merupakan kata
depan untuk menandai perbandingan
(KBBI). Kata daripada dalam bahasa
Jawa, yaitu tinimbang yang artinya
‗dipandhing karo‟ (Tim Penyusun,
2001). Dengan demikian kalimat
tersebut dapat diperbaiki sebagai
berikut. (11) b. “Tindak tanduk ki nek sing
akeh mudhorote tinimbang
manfaate….” (Buat Apa
Datang Jakarta, menit 03,
detik 19)
(12) a. “Huuuu, Pak eeee…, tapi
iku anting pemberianmu,
Pak eee…, saiki wis ilang.”
(Golek Sangu, menit 02,
detik 09)
Bu Bhabin merasa sedih karena
kehilangan anting kesayangannya.
Diketahui bahwa anting yang hilang
ini merupakan anting pemberian Pak
Bhabin. Kata pemberian dalam KKBI
berarti ‗sesuatu yang didapat dari
orang lain‘. Kata pemberian dalam
bahasa Jawa, yaitu pawèh yang
artinya ‗wènèhan‘ (Tim Penyusun,
2001). Kalimat tersebut dapat
diperbaiki sebagai berikut. (12) b. “Huuuu, Pak eeee…, tapi
iku anting pawèhmu, Pak
eee…, saiki wis ilang.”
(Golek Sangu, menit 02,
detik 09)
(13) a. “Urip kuwi pancen akeh
cobaane, Bune….” (Golek
Sangu, menit 03, detik 59)
Pak Bhabin sedang menasihati
istrinya agar sabar dan bersyukur
karena hidup penuh dengan cobaan.
Pak Bhabin meminta istrinya untuk
selalu bersabar dan bersyukur. Kata
cobaan dalam KBBI berarti ‗sesuatu
yang dipakai untuk menguji‘
(ketabahan, iman, dan sebagainya).
Kata cobaan berasal dari kata cobaan
(Bahasa Indonesia) dan akhiran -e
(Bahasa Jawa). Kata cobaan dalam
bahasa Jawa, yaitu pacoban yang
artinya ‗panjajal, pandadaran,
alangan, kasusahan‟ (Tim Penyusun,
2001). Kalimat tersebut dapat
diperbaiki sebagai berikut. (13) b. “Urip kuwi pancen akeh
pacobane, Bune….” (Golek
Sangu, menit 03, detik 59)
(14) a. “Iki, lho, kebiasaan!”
(Dokter Syantikku, menit
06, detik 22)
Kata ini diujarkan oleh Bu
Bhabin. Saat itu Pak Bhabin
memarkir motornya dengan
merobohkan begitu saja. Kata
kebiasaan dalam KBBI berarti
‗sesuatu yang biasa dikerjakan‘. Kata
kebiasaan dalam bahasa Jawa,yaitu
kulina yang berarti „wis wanuh
banget‟ (Tim Penyusun, 2001).
Berikut diperbaiki kalimat tersebut. (14) b. “Iki lho kulina!” (Dokter
Syantikku, menit 06, detik
22)
Sisipan kata berbahasa Indonesia
dengan jenis kata benda meliputi kata
tiker/tikar (Jawa: klasa), jalan (Jawa:
Penyisipan Kata Berbahasa Indonesia … (Herlina Setyowati, dkk.)
94
dalan), cincinku (Jawa: ali-aliku),
pakaian (Jawa: klambi), rebung
(Jawa: bung), uange (Jawa: dhuwite),
rumah tangga (Jawa: omah-omah),
perhiasan (Jawa: pelikan), sangkar
(Jawa: kurungan), cita-citane (Jawa:
gegayuhane), perbuatan (Jawa:
tindak tanduk), pemberian (Jawa:
pawèh), cobaane (Jawa: pacobane),
dan kebiasaan (Jawa: kulina). Ciri
sintaksis kata benda yaitu: 1) dapat
didahului penanda kata negasi ‗dudu‘
(bukan), misalnya: dudu klasa; 2)
dapat didahului preposisi, misalnya:
ing kurungan; dan 3) dapat
menduduki fungsi subjek, predikat,
atau objek (Mulyana, 2011: 43).
Penyisipan kata berbahasa Indonesia
dengan jenis kata benda yang utuh,
meliputi: tiker, jalan, cincinku,
pakaian, rebung, rumah tangga,
perhiasan, sangkar, perbuatan,
pemberianmu, dan kebiasaan; serta
penyisipan campuran, meliputi:
uange, cita-citane, dan cobaane.
Penyisipan Kata Kerja
Kata kerja (tembung kriya) ialah kata
yang menerangkan suatu pekerjaan
atau aktivitas (Mulyana, 2011: 45).
Wujud sisipan dengan jenis kata kerja
dipaparkan di bawah ini. (15) a. “Awan kuwi terbuat saka
banyu laut sing menguap,
bune!” (Aji Mumpung,
menit 06, detik 22)
Kalimat ini diujarkan oleh Pak
Bhabin ditujukan kepada Bu Bhabin.
Pak Bhabin menjawab pertanyaan Bu
Bhabin tentang terjadinya awan di
langit. Kata terbuat dalam KBBI
berarti ‗dibuat dari‘. Kata terbuat
dalam bahasa Jawa, yaitu digawe
saka. Namun, kata digawe saka
kurang tepat bila digunakan ketika
membahas tentang asal-usul awan.
Kata yang lebih tepat digunakan,
yaitu asal dalam bahasa Jawa artinya
‗mula buka‟ (Tim Penyusun, 2001).
Selanjutnya, kata menguap dalam
KBBI berarti ‗menjadi uap‘. Kata
menguap dalam bahasa Jawa, yaitu
nguwab. Uwab artinya kukus ing
banyu kapanasan (Tim Penyusun,
2001). Kalimat tersebut dapat
diperbaiki sebagai berikut. (15) b. Awan kuwi asale saka banyu
laut sing nguwab, bune!”
(Aji Mumpung, menit 06,
detik 22)
(16) a. “Kowe ki pancen angel
dikandhani dadi cah cilik,
nakal! Ah…, ah…,
nglempar-lempar batu
barang!” (Anak Titipan,
menit 12, detik 50)
Kalimat di atas diujarkan oleh
Bu Bhabin. Bu Bhabin memarahi
Selamet karena Selamet melempar-
lemparkan batu. Bu Bhabin merasa
kewalahan menjaga Selamet. Kata
nglempar berasal dari kata lempar
(Bahasa Indonesia) dan mendapat
prefiks ng- (Bahasa Jawa). Kata
lempar dalam KBBI berarti ‗dorong
sesuatu dengan tenaga ke depan
melalui udara menggunakan gerakan
tangan dan lengan‘. Kata melempar
dalam bahasa Jawa yaitu nguncali
yang artinya „nibani sarana
nyawatake watu‟. Kalimat tersebut
dapat diperbaiki sebagai berikut. (16) b. “Kowe ki pancen angel
dikandhani dadi cah cilik,
nakal! Ah…ah… nguncali
watu barang!” (Anak
Titipan, menit 12, detik
50)
(17) a. “Nek simbah dhahar,
Selamet maem utawa
madhang. Ulangi!” (Anak
Titipan, menit 16, detik
20)
Jalabahasa Vol. 17, No. 1, Mei 2021, hlm. 87—100
95
Pak Bhabin sedang menasihati
Selamet agar mejadi anak yang baik
dan sopan pada orang tua. Pak Bhabin
memberi contoh kata yang sopan
untuk diri sendiri dan untuk orang
lain. Kata ulang dalam KBBI berarti
‗lakukan lagi‘. Kata ulangi dalam
bahasa Jawa. yaitu baleni yang
artinya „nindakake maneh‟ (Tim
Penyusun, 2001). Kalimat tersebut
dapat diperbaiki sebagai berikut. (17) b. “Nek simbah dhahar,
Selamet maem utawa
madhang. Baleni!” (Anak
Titipan, menit 16, detik
20)
(18) a. “Godhong garing kae nek
dilumpukke gampang,
diiket angel!” (Buat Apa
Datang Jakarta, menit 03,
detik 42)
Kalimat ini diujarkan oleh Pak
Bhabin. Pak Bhabin mengibaratkan
pendemo yang datang ke Jakarta pada
tanggal 21 Maret 2019 seperti daun
kering yang mudah dikumpulkan,
tetapi sulit diikat. Kata diiket merujuk
pada kata diikat. Dalam KBBI, ikat
berarti ‗tali (benang, kain, dan
sebagianya) untuk mengebat
(menyatukan, memberkas,
menggabungkan)‘. Kata ikat dalam
bahasa Jawa, yaitu tali yang artinya
‗tampar lan sapanunggalane sing
dianggo ningseti‟ (Tim Penyusun,
2001). Kalimat tersebut dapat
diperbaiki sebagai berikut. (18) b. “Godhong garing kae nek
dilumpukke gampang,
ditaleni angel!” (Buat Apa
Datang Jakarta, menit 03,
detik 42)
(19) a. “Guru olahraga naksir Bu
Eka….” (Cinta vs Dukun,
detik 45)
Kalimat ini diujarkan oleh Sri
kepada rekan-rekan satu kelasnya. Sri
bergosip bahwa seorang guru
olahraga sedang menaksir Bu Eka.
Kata menaksir dalam KBBI berarti
‗ada keinginan hendak (perasaan
tertarik hati)‘. Kata taksir dalam
bahasa Jawa, yaitu sir yang artinya
‗karep, niyat, pangarah, melik‟ (Tim
Penyusun, 2001). Dengan demikian
kalimat tersebut dapat diperbaiki
sebagai berikut. (19) b. “Guru olahraga ngesir Bu
Eka….” (Cinta vs Dukun,
detik 45)
(20) a. “Ora papa sedhela, dilepas
sepatune.” (Diperbudak
Harta, menit 01, detik 42)
Kalimat ini diujarkan oleh Bu
Bhabin. Bu Bhabin menyuruh Pak
Bhabin supaya memetik nangka. Kata
dilepas dalam KBBI berarti ‗dicopot,
tidak pada tempatnya‘. Kata dilepas
dalam bahasa Jawa, yaitu diuculi
yang artinya ‗diudhari sarta diuwali
(tumrap tali, bebandan, buntelan)‟
(Tim Penyusun, 2001). Kalimat
tersebut dapat diperbaiki sebagai
berikut. (20) b. “Ora papa sedhela, diuculi
sepatune.” (Diperbudak
Harta, menit 01, detik 42)
(21) a. “Apa iya Pak e arep
menghianati aku?”
(Diperbudak Harta, menit
11, detik 05)
Kalimat ini diujarkan oleh Bu
Bhabin. Bu Bhabin hendak ke dapur
membuatkan kopi untuk Dul Kemit.
Kata menghianati dalam KBBI berarti
‗berbuat khianat kepada, tidak setia
kepada, menyalahi janji‘. Kata
menghianati dalam bahasa Jawa,
yaitu nyidrani yang artinya
‗mblénjani (tumrap janji); ngapusi‘
(Tim Penyusun, 2001). Kalimat
tersebut dapat diperbaiki sebagai
berikut. (21) b. “Apa iya Pak e arep
nyidrani aku?”
Penyisipan Kata Berbahasa Indonesia … (Herlina Setyowati, dkk.)
96
(Diperbudak Harta, menit
11, detik 05)
(22) a. “Aja bunuh diri Bu
Bhabin.” (Diperbudak
Harta, menit 12)
Kalimat ini diujarkan oleh Dul
Kemit. Dul Kemit melihat Bu Bhabin
berdiri di atas bibir sumur kemudian
mengira hendak bunuh diri. Kata
bunuh dalam KBBI berarti ‗habisi
nyawa secara sengaja‘. Kata bunuh
diri dalam bahasa Jawa yaitu nglalu
yang artinya ‗njarag mati, maténi
awaké dhéwé‘ (Tim Penyusun, 2001).
Kalimat tersebut dapat diperbaiki
sebagai berikut. (22) b. “Aja nglalu Bu Bhabin.”
(Diperbudak Harta, menit
12)
(23) a. “Mosok ra percaya karo
aku, gosip tepercaya iki,
Sri.” (Cinta vs Dukun, detik
50)
Kalimat ini diujarkan oleh Sri
ketika masuk ke kelas. Sri
menyebarkan gosip kepada teman-
temannya. Kata percaya dalam KBBI
berarti ‗menganggap atau yakin
bahwa seseorang itu jujur‘. Kata
percaya dalam bahasa Jawa, yaitu
ngandel yang artinya ‗mitaya,
ngakoni yen pancèn nyata‘ (Tim
Penyusun, 2001). Kalimat tersebut
dapat diperbaiki sebagai berikut. (23) b. “Mosok ra ngandel karo
aku, gosip (bisa) diandel iki,
Sri.” (Cinta vs Dukun, detik
50)
(24) a. “Pak eeee…. Adhuh, tobat,
tobat tenan! Kae lho putune
Mbah Kulo, aku ora
sanggup.‖ (Anak Titipan,
menit 12, detik 50)
Bu Bhabin mengujarkan kalimat
ini di depan Pak Bhabin. Bu Bhabin
mengeluh karena perilaku Selamet
yang tidak bisa diam. Kata sanggup
dalam KBBI berati ‗bersedia, mau‘
Kata sanggup dalam bahasa Jawa,
yaitu saguh yang artinya ‗sanggem
arep nindakake‘. Kalimat tersebut
dapat diperbaiki sebagai berikut. (24) b. “Pak eeee…. Adhuh, tobat,
tobat tenan! Kae lho putune
Mbah Kulo, aku ora saguh.‖
(Anak Titipan, menit 12,
detik 50)
Sisipan kata berbahasa Indonesia
dengan jenis kata kerja meliputi kata
terbuat (Jawa: asale), menguap
(Jawa: nguwab), nglempar-lempar
(Jawa: nguncali), ulangi (Jawa:
baleni), diiket (Jawa: ditaleni), naksir
(Jawa: ngesir), dilepas (Jawa:
diuculi), menghianati (Jawa:
nyidrani), bunuh diri (Jawa: nglalu),
percaya (Jawa: ngandel), dan
sanggup (Jawa: saguh). Ciri sintaksis
kata kerja yaitu: 1) dapat didahului
oleh penanda negatif ‗tidak‘ (ora),
misalnya: ora ngandel; 2) tidak dapat
didahului oleh kata ‗agak‘ (rada); dan
tidak dapat diikuti oleh kata „paling‟,
„luwih‟, dan „banget‟ (Mulyana,
2011: 46). Penyisipan kata berbahasa
Indonesia dengan jenis kata kerja
yang utuh, meliputi: terbuat,
menguap, ulangi, diiket, dilepas,
menghianati, bunuh diri, percaya,
dan sanggup; serta penyisipan
campuran, meliputi: nglempar-
lempar.
Penyisipan Kata Keadaan
Kata keadaan ialah kata yang
menerangkan suatu benda, barang,
atau yang dibendakan. Kata keadaan
biasanya terletak di belakang kata
yang diterangkan (Mulyana, 2011:
49). Wujud sisipan dengan jenis kata
keadaan dipaparkan di bawah ini. (25) a. “Ah, bawèl, ah, sabar, ora
ngerti wong wedok repot!”
(Aji Mumpung, detik 20)
Jalabahasa Vol. 17, No. 1, Mei 2021, hlm. 87—100
97
Kalimat ini diujarkan oleh Bu
Bhabin ditujukan kepada Pak Bhabin.
Bu Bhabin sedang merasa repot
karena membawa tikar, karton, dan
rantang. Kata bawèl dalam KBBI
berarti ‗suka mencela, cerewet‘. Kata
bawèl dalam bahasa Jawa, yaitu
criwis yang artinya „tansah guneman,
tansah omong, crigis‟ (Tim
Penyusun, 2001). Kalimat tersebut
dapat diperbaiki sebagai berikut. (25) b. “Ah, criwis, ah, sabar, ora
ngerti wong wedok repot!”
(Aji Mumpung, detik 20)
(26) a. “Kowe kudu rajin sinau!”
(Anak Titipan, menit 15,
detik 12)
Pak Bhabin mengujarkan kalimat
ini saat menasihati Selamet dengan
memainkan wayang dari ranting daun
singkong. Kata rajin dalam KBBI
berarti ‗suka bekerja (belajar dan
sebagainya), getol, sungguh-sungguh
bekerja, selalu berusaha giat‘. Kata
rajin‟ dalam bahasa Jawa, yaitu
sregep yang artinya ‗taberi; kanthi
mempeng sarta tlatèn; seneng
tumandang gawé‘ (Tim Penyusun,
2001). Dengan demikian kalimat
tersebut dapat diperbaiki sebagai
berikut. (26) b. “Kowe kudu sregep sinau!”
(Anak Titipan, menit 15,
detik 12)
(27) a. “Mosok ra percaya karo
aku, gosip tepercaya iki,
Sri.” (Cinta vs Dukun, detik
50)
Kutipan data ini pernah
digunakan dalam kelompok kata
kerja, data 9. Adapun yang
membedakan, kata percaya masuk
dalam kelompok kata kerja,
sedangkan kata tepercaya masuk
dalam kelompok kata keadaan.
Perbaikan:
(27) b. “Mosok ra ngandel karo
aku, gosip (bisa) diandel iki,
Sri.” (Cinta vs Dukun, detik
50)
(28) a. “Alah, nangis-nangis
barang, cengeng kowe!”
(Dokter Syantikku, menit 5,
detik 54)
Kalimat ini diujarkan oleh Bu
Bhabin. Bu Bhabin dan Pak Bhabin
sedang mengunjungi Dul Kemit di
Puskesmas. Dul Kemit mengeluh
sakit saat seorang dokter
menyuntiknya dan Bu Bhabin
mengejek Dul Kemit. Kata cengeng
dalam KBBI berarti ‗mudah
menangis; suka menangis‘. Kata
cengeng dalam bahasa Jawa, yaitu
cingèng yang artinya ‗gampang
nangise‟ (Tim Penyusun, 2001).
Kalimat tersebut dapat diperbaiki
sebagai berikut. (28) b. “Alah, nangis-nangis
barang, cingèng kowe!”
(Dokter Syantikku, menit 5,
detik 54)
(29) a. “Kan alate ora lengkap,
opname ki nang Rumah
Sakit.” (Dokter Syantikku,
detik 7)
Kalimat ini diujarkan oleh Bu
Bhabin. Pak Bhabin mengajak Bu
Bhabin untuk menjenguk Dul Kemit
di Puskesmas. Bu Bhabin
berpendapat bahwa alat-alat
kesehatan yang ada di Puskesmas
tidak lengkap. Kata lengkap dalam
KBBI artinya ‗sedia segala-galanya‘.
Kata lengkap dalam Bahasa Jawa,
yaitu komplit yang artinya ‗ganêp,
pêpak‘ (Tim Penyusun, 2001).
Kalimat tersebut dapat diperbaiki
sebagai berikut. (29) b. “Kan alate ora komplit,
opname ki nang Rumah
Sakit” (Dokter Syantikku,
detik 7)
Penyisipan Kata Berbahasa Indonesia … (Herlina Setyowati, dkk.)
98
(30) a. “Loh, rem-e wis patah,
tebenge pecah, adhuh melas
temen iki motor.” (Duit
Lanang, menit 4, detik 50)
Kalimat ini diujarkan oleh Bu
Bhabin. Bu Bhabin sedang
membersihkan Denok, motor
kesayangan Pak Bhabin. Kata patah
dalam KBBI berarti ‗putus tentang
barang yang keras atau kaku‘. Kata
patah dalam bahasa Jawa, yaitu
pedhot yang artinya ‗putung (tumrap
tali)‘ (Tim Penyusun, 2001). Kalimat
tersebut dapat diperbaiki sebagai
berikut. (30) b. “Loh, rem-e wis pedhot,
tebenge pecah, adhuh melas
temen iki motor.” (Duit
Lanang, menit 4, detik 50)
(31) a. “Alah, Pak e mesti ki, lho,
berantakan sembrono.
Mosok sangkar nang kene
rak tertib.” (Gara-gara
Denok, detik 20)
Kutipan data ini pernah
digunakan dalam kelompok kata
benda data 9. Kata berantakan dalam
KBBI berarti ‗cerai-berai (berserak-
serak); tidak keruan letaknya‘. Kata
berantakan dalam bahasa Jawa yaitu
morat marit yang artinya ‗padha
pating slebar ora karuwan‟ (Tim
Penyusun, 2001). Kalimat tersebut
dapat diperbaiki sebagai berikut. (31) b. “Alah, Pak e mesti ki, lho,
morat-marit sembrono.
Mosok kurungan nang kene
rak tertib.” (Gara-gara
Denok, detik 20)
Sisipan kata keadaan berbahasa
Indonesia meliputi kata bawèl (Jawa:
criwis), rajin (Jawa: sregep),
terpercaya (Jawa: diandel), cengeng
(Jawa: cingeng), lengkap (Jawa:
komplit), patah (Jawa: pedhot), dan
berantakan (Jawa: morat-marit). Ciri
sintaksis jenis kata keadaan yaitu: 1)
dapat bervalensi dengan penanda
negasi ‗ora‘, misalnya: ora sregep; 2)
dapat bervalensi dengan kata ‗rada‘
dan ‗luwih‘, misalnya: rada criwis; 3)
dapat bervalensi dengan ‗banget‘ dan
‗dhewe‘, misalnya: komplit banget; 4)
dapat bervalensi dengan kata ‗sing‘ di
depannya, misalnya: sing morat-marit
(Mulyana, 2011: 50). Penyisipan kata
berbahasa Indonesia dengan jenis kata
keadaan, meliputi: bawel, rajin,
tepercaya, cengeng, lengkap, patah,
dan berantakan.
SIMPULAN
Berdasarkan penyajian dan
pembahasan data di atas, telah terjadi
gejala campur kode kata berbahasa
Indonesia pada tayangan drama ―Pak
Bhabin‖. Jenis kata yang ditemukan
meliputi kata benda, kata kerja, dan
kata keadaan. Penyisipan kata
berbahasa Indonesia dengan jenis kata
benda yang utuh, meliputi: tiker,
jalan, cincinku, pakaian, rebung,
rumah tangga, perhiasan, sangkar,
perbuatan, pemberianmu, dan
kebiasaan; serta penyisipan
campuran, meliputi: uange, cita-
citane, dan cobaane. Penyisipan kata
berbahasa Indonesia dengan jenis kata
kerja yang utuh, meliputi: terbuat,
menguap, ulangi, diiket, dilepas,
menghianati, bunuh diri, percaya,
dan sanggup; serta penyisipan
campuran, meliputi: nglempar-
lempar. Penyisipan kata berbahasa
Indonesia dengan jenis kata keadaan,
meliputi: bawel, rajin, tepercaya,
cengeng, lengkap, patah, dan
berantakan.
DAFTAR PUSTAKA
Aitchison, J., & Wardaugh, R. (1987).
An Introduction to
Jalabahasa Vol. 17, No. 1, Mei 2021, hlm. 87—100
99
Sociolinguistics. The British
Journal of Sociology, 38(3),
436.
https://doi.org/10.2307/59070
2
Ansar, F. A. (2017). Code Switching
and Code Mixing in
Teaching-Learning Process.
Tadris Bahasa Inggris, 10(1),
29–45.
https://doi.org/10.21831/lt.v5i
1.14438
Bullock, B. E., and, & Toribio, A. J.
(2009). Linguistic Code-
Switching (B. E. Bullock,
and, & A. J. Toribio (eds.)).
Cambridge University Press.
http://dx.doi.org/10.1016/j.cir
p.2016.06.001%0Ahttp://dx.d
oi.org/10.1016/j.powtec.2016.
12.055%0Ahttps://doi.org/10.
1016/j.ijfatigue.2019.02.006
%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.
matlet.2019.04.024%0Ahttps:
//doi.org/10.1016/j.matlet.201
9.127252%0Ahttp://dx.doi.o
Chaer, A. ; L. Agustina. (2010).
Sosiolinguistik. Rineka Cipta.
Firima, L. (2018). Code Mixing in
Writing Opinion on Media
Indonesia Newspaper. Jurnal
Pendidikan Bahasa Dan
Sastra, 17, 100–110.
Kridalaksana, H. (2008). Kamus
Linguistik (4th ed.). Gramedia
Pustaka Utama.
Laiman Akhii, Ngudining Rahayu,
dan C. W. (2018). Campur
Kode dan Alih Kode dalam
Percakapan di Lingkup
Perpustakaan Universitas
Bengkulu. Jurnal Ilmiah
Korpus, II.
https://ejournal.unib.ac.id/ind
ex.php/korpus/article/downlo
ad/5556/2729
Marmanto, S. (2014). Potret Bahasa
Jawa Krama di Era
Globalisasi. UPT. Penerbitan
dan Percetakan UNS.
Mulyana. (2011). Morfologi Bahasa
Jawa. Kanwa Publisher.
Pateda, M. (2011). Linguistik Sebuah
Pengantar. Angkasa.
Penelope Gardner-Chloros. (2009).
Code-switching. Cambridge
University Press.
Ramadhaniarti, T., Arsyad, S., &
Arono, A. (2018). Code –
Mixing in English Classes of
Smpn 14 Kota Bengkulu:
Views From the Teachers.
JOALL (Journal of Applied
Linguistics & Literature),
2(1), 22–33.
https://doi.org/10.33369/joall.
v2i1.5866
Strazny, P. (2005). Encyclopedia of
Linguistics. In Linguistics
(Vol. 1, p. 1274). Fitzroy
Dearborn.
http://dx.doi.org/10.1016/j.cir
p.2016.06.001%0Ahttp://dx.d
oi.org/10.1016/j.powtec.2016.
12.055%0Ahttps://doi.org/10.
1016/j.ijfatigue.2019.02.006
%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.
matlet.2019.04.024%0Ahttps:
//doi.org/10.1016/j.matlet.201
9.127252%0Ahttp://dx.doi.o
Sudaryanto. (2015). Metode dan
Aneka Teknik Analisis
Bahasa. Sanata Dharma
Penyisipan Kata Berbahasa Indonesia … (Herlina Setyowati, dkk.)
100
University Press.
Sumarsono. (2010). Sosiolinguistik (J.
Irianto (ed.)). SABDA
bekerja sama dengan Pustaka
Pelajar.
Suwito. (1985). Sosiolinguistik:
Pengantar Awal. Henary
Offset Solo.
Tim Penyusun. (2001). Kamus
Bahasa Jawa (Bausastra
Jawa). Kanisius.