penyesusaian diri ibu terhadap anak yang menyalahgunakan...

23
Penyesusaian Diri Ibu Terhadap Anak Yang Menyalahgunakan Polydrugs Dengan Heroin Prof. Dr. E. S. Margiantari, SE., MM. (Rektor Universitas Gunadarma) Dr. A. M. Heru Basuki, Msi. (Dekan Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma) Tengku Agus Reza (Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Universitas Gunadarma) Penyesuaian Diri Ibu Terhadap Anak Yang Menyalahgunakan Polydrugs Dengan Heroin ABSTRAK Penyalahgunaan polydrugs dengan heroin oleh anak akan berdampak bukan hanya kepada penyalahgunanya tetapi juga kepada orang tua, ibu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam masalah yang akan dihadapi, gambaran tentang penyesuaian diri dan faktor- faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri ibu terhadap anak yang menyalahgunakan polydrugs dengan heroin. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan kualitatif, dimana menggunakan teknik pengumpulan data dengan wawancara pedoman umum dan observasi non parisipan. Hasil penelitian, ditinjau dari karakterisktik penyesuaian diri, menunjukkan subjek cenderung belum bisa menyesuaikan diri dengan kondisi anaknya yang masih menyalahgunakan polydrugs dengan heroin hingga saat ini. Hubungan interpersonal subjek cukup baik meskipun saat ini mengurangi untuk berinteraksi kerena kondisinya yang memiliki anak yang menyalahgunakan polydrugs dengan heroin. Sedangkan untuk karakteristik lainnya tidak dimiliki subjek seperti persepsi yang akurat terhadap realitas, mampu mengatasi atau menangani stres dan kecemasan, memiliki citra diri (self image) yang positif dan mampu untuk mengekspresikan perasaan. Di lain hal terdapat faktor yang memperkuat penyesuaian diri subjek yaitu dukungan lingkungan sekitar dan keluarga, sedangkan faktor yang melemahkan penyesuaian diri subjek yaitu kurangnya keyakinan terhadap nilai-nilai agama serta kurang atau bahkan tidak pernah memiliki pengalaman atau pengetahuan menangani anak yang menyalahgunakan polydrugs dengan heroin. BAB I A. Latar Belakang Masalah Peningkatan penyalahgunaan NAPZA yang amat cepat di Indonesia pada dasawarsa terakhir telah menjadi keprihatinan nasional yang semakin meningkat. Data yang telah diperoleh dari suatu badan internasional menunjukkan bahwa 60% tindak kejahatan berhubungan dengan penjualan dan pemakaian NAPZA. Banyak jenis-jenis NAPZA baru yang telah diperkenalkan ke negara ini pada tahun-tahun terakhir. Jumlah penyalahgunaan NAPZA tersebut yang aktif hampir mencapai 100% dalam sepuluh tahun terakhir (www.ycab.org).

Upload: lamthien

Post on 03-Mar-2019

238 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Penyesusaian Diri Ibu Terhadap Anak Yang Menyalahgunakan ...publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1097/1/10502252.pdf · putus asa karena pengeluaran yang meningkat akibat

Penyesusaian Diri Ibu Terhadap Anak Yang Menyalahgunakan Polydrugs Dengan Heroin

Prof. Dr. E. S. Margiantari, SE., MM.

(Rektor Universitas Gunadarma)

Dr. A. M. Heru Basuki, Msi.

(Dekan Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma)

Tengku Agus Reza

(Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Universitas Gunadarma)

Penyesuaian Diri Ibu Terhadap Anak

Yang Menyalahgunakan Polydrugs

Dengan Heroin

ABSTRAK

Penyalahgunaan polydrugs

dengan heroin oleh anak akan

berdampak bukan hanya kepada

penyalahgunanya tetapi juga kepada

orang tua, ibu. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui secara mendalam

masalah yang akan dihadapi, gambaran

tentang penyesuaian diri dan faktor-

faktor yang mempengaruhi penyesuaian

diri ibu terhadap anak yang

menyalahgunakan polydrugs dengan

heroin. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah dengan kualitatif,

dimana menggunakan teknik

pengumpulan data dengan wawancara

pedoman umum dan observasi non

parisipan. Hasil penelitian, ditinjau dari

karakterisktik penyesuaian diri,

menunjukkan subjek cenderung belum

bisa menyesuaikan diri dengan kondisi

anaknya yang masih menyalahgunakan

polydrugs dengan heroin hingga saat

ini. Hubungan interpersonal subjek

cukup baik meskipun saat ini

mengurangi untuk berinteraksi kerena

kondisinya yang memiliki anak yang

menyalahgunakan polydrugs dengan

heroin. Sedangkan untuk karakteristik

lainnya tidak dimiliki subjek seperti

persepsi yang akurat terhadap realitas,

mampu mengatasi atau menangani stres

dan kecemasan, memiliki citra diri (self

image) yang positif dan mampu untuk

mengekspresikan perasaan. Di lain hal

terdapat faktor yang memperkuat

penyesuaian diri subjek yaitu dukungan

lingkungan sekitar dan keluarga,

sedangkan faktor yang melemahkan

penyesuaian diri subjek yaitu kurangnya

keyakinan terhadap nilai-nilai agama

serta kurang atau bahkan tidak pernah

memiliki pengalaman atau pengetahuan

menangani anak yang menyalahgunakan

polydrugs dengan heroin.

BAB I

A. Latar Belakang Masalah

Peningkatan penyalahgunaan NAPZA

yang amat cepat di Indonesia pada

dasawarsa terakhir telah menjadi

keprihatinan nasional yang semakin

meningkat. Data yang telah diperoleh

dari suatu badan internasional

menunjukkan bahwa 60% tindak

kejahatan berhubungan dengan

penjualan dan pemakaian NAPZA.

Banyak jenis-jenis NAPZA baru yang

telah diperkenalkan ke negara ini pada

tahun-tahun terakhir. Jumlah

penyalahgunaan NAPZA tersebut yang

aktif hampir mencapai 100% dalam

sepuluh tahun terakhir (www.ycab.org).

Page 2: Penyesusaian Diri Ibu Terhadap Anak Yang Menyalahgunakan ...publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1097/1/10502252.pdf · putus asa karena pengeluaran yang meningkat akibat

Awalnya Indonesia hanya

sebagai tempat lewat sementara saja bagi

perdagangan NAPZA. Akan tetapi, kini

Indonesia sudah menjadi tempat

pemasaran. Artinya, orang asing

memang sengaja datang untuk

mengedarkan NAPZA kepada orang

Indonesia. Saat ini penduduk Indonesia

hampir mencapai 200 jutaan dan

sebagian besarnya adalah anak-anak

muda, sehingga menjadi tempat yang

sangat menguntungkan untuk

perdagangan NAPZA. Para remaja inilah

yang menjadi sasaran empuk para

pengedar NAPZA, dimana mereka yang

sedang dalam usia produktif dan

merupakan sumber daya manusia atau

aset bangsa di kemudian hari (Hikmat,

2002).

Sebagian besar penyalahgunaan

NAPZA dilakukan sejak SMP, dimulai

dari NAPZA yang beresiko rendah

seperti marijuana atau ganja, kemudian

baru beralih ke resiko yang lebih tinggi

seperti heroin atau putaw. Awalnya

heroin dipakai dengan cara menghirup

asapnya. Kemudian karena alasan

ekonomi dan agar bisa dengan cepat

merasakan kenikmatannya, mereka pun

mulai memakai dengan cara

menyuntikannya. Penggunaan dengan

mengkombinasikan bermacam-macam

NAPZA (polydrugs use) tampaknya

telah menyebar luas, sehingga para

penyalahgunaan NAPZA tersebut dapat

dengan mudah merasakan dan

menikmatinya, dan biasanya obat yang

digemari untuk disuntikkan adalah

heroin (Green, 2001).

Penyalahgunaan NAPZA adalah

pemakaian NAPZA secara terus menerus

atau kadang-kadang berlebihan serta

tidak menurut petunjuk dokter dan

adanya pengkombinasian bermacam-

macam NAPZA, sehingga menimbulkan

gangguan fisik, mental, sosial dan yang

lebih fatal lagi dapat menimbulkan

kematian.

Suatu penelitian (Hawari, 1996)

membuktikan bahwa penggunaan

NAPZA menimbulkan dampak negatif

dan merugikan, antara lain dapat

merusak hubungan keluarga,

menurunkan kemampuan belajar,

ketidakmampuan membedakan mana

yang baik mana yang buruk, perubahan

perilaku menjadi antisosial, merosotnya

produktifitas kerja, gangguan kesehatan,

mempertinggi kecelakaan lalulintas,

kriminalitas dan tindak kejahatan lainnya

baik kuantitatif dan kualitatif.

Terlihat jelas dampak utama

penyalahgunaan NAPZA adalah

gangguan kesehatan yaitu dapat merusak

fungsi alat-alat tubuh manusia

khususnya bagian otak. Biasanya bila itu

terjadi maka akan timbul perilaku-

perilaku yang menyimpang dan dapat

berakibat kepada fungsi-fungsi kerja di

luar tubuh seperti prestasi belajar dan

produktifitas kerja menjadi menurun

serta tidak dapat membedakan mana

yang baik mana yang buruk. Selain itu

tingginya angka kriminalitas, kecelakaan

lalu lintas dan tindak kekerasan

disebabkan oleh penyalahgunaan

NAPZA karena banyaknya pelanggaran

norma sosial dan hukum yang dilakukan

oleh anak-anak sebagai penyalahgunaan

NAPZA.

Selain itu NAPZA, terutama

Putaw, memiliki sifat yang sangat jahat

dan berbahaya yaitu adiktif, toleran dan

habitual. Adiktif yaitu sifatnya

mengakibatkan penyalahgunanya

terpaksa terus menggunakan heroin. Bila

dihentikan akan timbul efek putus zat

yaitu perasaan sakit luar biasa atau

sakaw. Toleran, sifat ini membuat tubuh

penyalahgunanya semakin menyatu dan

menyesuaikan diri dengan heroin

tersebut, sehinga menuntut dosis yang

Page 3: Penyesusaian Diri Ibu Terhadap Anak Yang Menyalahgunakan ...publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1097/1/10502252.pdf · putus asa karena pengeluaran yang meningkat akibat

makin tinggi. Bila dosisnya tidak

dinaikkan reaksinya tidak terasa, tetapi

membuat penyalahgunanya semakin

mengalami sakaw. Untuk memperoleh

efek yang sama dengan masa

sebelumnya maka dosis harus dinaikkan.

Bila kenaikan itu telah melebihi

kemampuan toleransi tubuh maka

terjadilah efek sakit yang luar biasa dan

mematikan. Kondisi seperti ini disebut

"over doses". Sedangkan, habitual

adalah sifat yang membuat

penyalahgunanya akan selalu teringat,

terkenang dan terbayang sehingga

cenderung untuk selalu mencari dan

rindu (seeking). Sifat inilah yang

menyebabkan penyalahguna NAPZA

yang sembuh kelak bisa kambuh

(relapse) dan memakai kembali.

Perasaan sangat ingin menyalahgunakan

kembali disebabkan oleh kesan

kenikmatan yang disebut suggest. Sifat

habitual juga mendorong penyalahguna

untuk selalu mencari dan memiliki

NAPZA. Semua jenis NAPZA memiliki

sifat habitual dalam kadar yang

berpariasi. Sifat habitual tertinggi ada

pada heroin (putaw). Kemungkinan

kambuh penyalahguna putaw sangatlah

tinggi sehingga penyalahgunanya

dianggap sangat sulit untuk dapat dapat

bebas selamanya, 100% (BNP JABAR,

2011).

Tanda-tanda penyalahgunaan polydrugs

dengan heroin dapat dilihat secara fisik

dimana berat badan turun drastis, mata

terlihat cekung dan merah, muka pucat,

dan bibir kehitam-hitaman, tangan penuh

dengan bintik-bintik merah, seperti

bekas gigitan nyamuk dan ada tanda

bekas luka sayatan, goresan dan

perubahan warna kulit di tempat bekas

suntikan, buang air besar dan kecil

kurang lancar, sembelit atau sakit perut

tanpa alasan yang jelas. Secara emosi

dapat dirasakan sangat sensitif, bila

ditegur atau dimarahi para penyalahguna

akan menunjukkan sikap membangkang,

emosinya naik turun dan tidak ragu

untuk memukul orang atau berbicara

kasar terhadap anggota keluarga atau

orang di sekitarnya. Dan bila dilihat dari

perilakunya, penyalahguna biasanya

pergi tanpa pamit dan pulang lewat

tengah malam, suka mencuri uang di

rumah, sekolah ataupun tempat

pekerjaan dan menggadaikan barang-

barang berharga di rumah begitupun

dengan barang-barang berharga

miliknya, banyak yang hilang, selalu

kehabisan uang, waktunya di rumah

kerap kali dihabiskan di kamar tidur,

kloset, gudang, ruang yang gelap, kamar

mandi atau tempat-tempat sepi lainnya,

malas mandi, sering batuk-batuk dan

pilek berkepanjangan biasanya terjadi

pada saat gejala putus zat, sikapnya

cenderung jadi manipulatif dan tiba-tiba

tampak manis bila ada maunya seperti

saat membutuhkan uang untuk membeli

obat, sering berbohong dan ingkar janji

dengan berbagai macam alasan,

mengeluarkan keringat berlebihan,

sering mengalami mimpi buruk,

mengalami nyeri/ngilu sendi-sendi,

menunjukkan sikap tidak peduli dan jauh

dari keluarga, sering bertemu dengan

orang yang tidak dikenal keluarga, tidak

mau berkumpul dengan teman-teman

yang sebaya di lingkungan rumah atau

dapat dikatakan mereka menjadi

antisosial atau sulit untuk bersosialisasi.

Sedangkan dampak yang

dirasakan keluarga, orang tua, terutama

ibu yang anaknya ataupun salah satu

anggota keluarganya menyalahgunakan

polydrugs dengan heroin akan

mengakibatkan suasana nyaman dan

tentram dalam keluarga terganggu.

Dimana ibu akan merasa malu karena

memilki anak penyalahguna polydrugs

dengan heroin, merasa bersalah, dan

Page 4: Penyesusaian Diri Ibu Terhadap Anak Yang Menyalahgunakan ...publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1097/1/10502252.pdf · putus asa karena pengeluaran yang meningkat akibat

berusaha menutupi perbuatan anak

mereka. Stres ibu meningkat, merasa

putus asa karena pengeluaran yang

meningkat akibat penyalahgunaan

polydrugs dengan heroin ataupun

melihat anak yang harus berulang kali di

rawat atau bahkan menjadi penghuni di

rumah tahanan maupun lembaga

pemasyarakatan dan menjadi gunjingan

tetangga. Masyarakat sekitar pun akan

menganggap buruk terhadap keluarga

tersebut.

Banyaknya pemberitaan tentang

penyalahgunaan polydrugs dengan

heroin oleh anak pada masa

perkembangan ini akan mempengaruhi

kehidupan keluarga, dalam hal ini dapat

memberikan dampak negatif maupun

positif kepada para orang tua, khususnya

ibu. Ibu menjadi lebih perhatian terhadap

anaknya terutama mengenai pergaulan

anaknya serta lingkungan-lingkungan

sekitarnya. Namun disisi lain ibu

menjadi cepat cemas dan tertekan jika

menemukan suatu gejala yang

mengindikasikan bahwa penyalahgunaan

polydrugs dengan heroin yang dilakukan

oleh anaknya.

Jika dalam suatu keluarga

terdapat penyalahgunaan polydrugs

dengan heroin oleh anak, maka ibu akan

mengalami suatu tekanan tersendiri

dalam kehidupannya. Ibu senantiasa

khawatir tentang perubahan suasana hati

dan emosi dari anak yang

menyalahgunakan polydrugs dengan

heroin, karena keadaan tersebut sangat

berpengaruh terhadap keluarga, orang

tua terutama ibu akan mengalami stres,

kebingungan, kemarahan, frustrasi, rasa

bersalah dan rasa malu yang cukup besar

(1 Day Junkie Seminar Pecandu Dalam

Keluarga, 2001).

Menurut Perry (2001) hubungan

yang paling penting dalam kehidupan

seorang anak adalah keterikatan secara

optimal dengan pengasuh utamanya, ibu.

Hal ini disebabkan fakta bahwa

hubungan pertama menentukan 'contoh'

biologis dan emosional bagi semua

hubungan masa depan. Keterikatan yang

sehat kepada ibu dibangun oleh

pengalaman ikatan berulang-ulang

selama bayi sehingga memberikan

landasan yang kokoh bagi hubungan

yang sehat di masa depan. Sebaliknya,

masalah dengan ikatan dan keterikatan

dapat menyebabkan landasan biologis

dan emosional yang rapuh untuk

hubungan masa depan. Jadi dalam hal ini

peran orang tua, khususnya ibu adalah

penting menyangkut dengan perilaku

anak yang menyalahgunakan NAPZA.

Apabila keterikatan ibu sangat

dangkal dengan anak yang

menyalahgunakan polydrugs dengan

heroin maka akan mengalami tekanan-

tekanan seperti stres, kebingungan,

kemarahan, frustrasi, rasa bersalah dan

rasa malu yang cukup besar. Oleh karena

itu, ibu harus melakukan penyesuaian

dengan keadaan anak mereka. Stres,

kecemasan dan rasa tidak bahagia sering

mengganggu kehidupan seseorang. Agar

stres tersebut dapat ditangani dengan

efektif perlu dilakukan penyesuaian diri.

Penyesuaian diri merupakan

suatu proses dinamis yang bertujuan

untuk merubah perilaku individu agar

terjadi hubungan yang lebih sesuai

antara diri individu dengan

lingkungannya (Mu’tadin, 2002).

Menurut Lazarus (1969) individu

yang penyesuaian dirinya baik adalah

dimana seseorang dapat menerima

kenyataan hidup yang tidak dapat

diubah, namun ia dapat memodifikasi

kenyataan hidup itu seoptimal mungkin.

Sedangkan individu yang penyesuaian

dirinya buruk adalah dimana seseorang

menerima kenyataan hidup secara pasif

dan tidak melakukan usaha apapun

Page 5: Penyesusaian Diri Ibu Terhadap Anak Yang Menyalahgunakan ...publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1097/1/10502252.pdf · putus asa karena pengeluaran yang meningkat akibat

untuk mengoptimalkan potensi yang

dimilikinya.

Jadi dapat diketahui bahwa ciri

penyesuaian diri ibu yang baik terhadap

penyalahgunaan polydrugs dengan

heroin oleh anaknya adalah dimana ibu

dapat menerima keadaan anaknya

sebagai penyalahguna polydrugs dengan

heroin dan berusaha untuk memperbaiki

keadaan anaknya itu seoptimal mungkin

sedangkan penyesuaian diri yang buruk

adalah dimana ibu hanya bertindak pasif

dan tidak memperbaiki keadaan anaknya

sebagai penyalahguna polydrugs dengan

heroin.

Penyesuaian diri yang baik

(Mu’tadin, 2002) bila kehidupan orang

tersebut benar-benar terhindar dari

tekanan dan goncangan dan ketegangan

jiwa yang bermacam-macam dan orang

tersebut mampu menghadapi kesukaran

dengan cara yang objektif serta

berpengaruh dalam kehidupannya, juga

menikmati kehidupannya dengan stabil,

tenang, merasa senang, tertarik untuk

bekerja dan berprestasi maka dengan

kata lain adalah terciptanya perubahan-

perubahan tingkah laku dan sikap supaya

mencapai kepuasan dan sukses dalam

aktivitasnya.

Dari berbagai penjelasan tersebut

di atas, maka peneliti tertarik untuk

mengangkat permasalahan ini ke

permukaan dan meneliti tentang

penyesuaian diri ibu terhadap anak yang

menyalahgunakan polydrugs dengan

heroin.

B. Pertanyaan Penelitian

1. Apa sajakah masalah yang dihadapi

ibu berkaitan dengan

penyalahgunaan polydrugs dengan

heroin yang dilakukan oleh anaknya?

2. Bagaimana gambaran penyesuaian

diri ibu terhadap anak yang

menyalahgunakan polydrugs dengan

heroin?

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi

penyesuaian diri ibu terhadap anak

yang menyalahgunakan polydrugs

dengan heroin?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui secara mendalam

masalah yang akan dihadapi ibu

berkaitan dengan penyalahgunaan

polydrugs dengan heroin yang

dilakukan oleh anaknya.

2. Mengetahui secara mendalam

gambaran tentang penyesuaian diri

ibu terhadap anak yang

menyalahgunakan polydrugs dengan

heroin.

3. Mengetahui secara mendalam faktor-

faktor yang mempengaruhi

penyesuaian diri ibu terhadap anak

yang menyalahgunakan polydrugs

dengan heroin.Penelitian ini bertujuan

mengetahui keintiman dalam

kehidupan suami-istri peyalahguna

NAPZA dan faktor-faktor yang

mempengaruhi keintiman dalam

kehidupan suami istri penyalahguna

NAPZA.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat

memberikan menfaat dan masukkan

bagi orang tua yang memiliki anak

yang menyalahgunakan polydrugs

dengan heroin dan kalangan

psikologi pada khususnya, serta para

pembaca pada umumnya, dalam

mengambarkan berbagai

permasalahan yang dihadapi ibu,

penyesuaian diri ibu dan faktor-

faktor yang mempengaruhi

penyesuaian diri ibu berkaitan

dengan penyalahgunaan polydrugs

dengan heroin yang dilakukan oleh

Page 6: Penyesusaian Diri Ibu Terhadap Anak Yang Menyalahgunakan ...publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1097/1/10502252.pdf · putus asa karena pengeluaran yang meningkat akibat

anaknya, sehingga dapat menjadi

bahan pertimbangan untuk ibu dalam

mengasuh anaknya yang

menyalahgunakan polydrugs dengan

heroin dalam lingkungan pendidikan,

orang tua, keluarga maupun

masyarakat.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat

memberikan informasi yang

bermanfaat bagi pengembangan ilmu

psikologi, di dunia pendidikan dan

perkembangan serta dapat menjadi

masukkan yang berguna bagi

penelitian lebih lanjut mengenai

penyesuaian diri ibu terhadap anak

yang menyalahgunakan polydrugs

dengan heroin dan hal-hal yang

berkenaan dengan masalah tersebut

di atas.

BAB II

A. Penyesuaian Diri

1. Definisi Penyesuaian Diri

Gerungan (2002)

menambahkan penyesuaian diri ada

yang memiliki artinya “pasif”,

dimana kegiatan individu ditentukan

oleh lingkungan dan ada yang

artinya “aktif”, dimana individu

pengaruhi lingkungan. Mu’tadin

(2002) menyatakan bahwa

penyesuaian diri merupakan suatu

proses dinamis yang bertujuan untuk

merubah perilaku individu agar

terjadi hubungan yang lebih sesuai

antara diri individu dengan

lingkungannya.

Menurut Davidoff (dalam

Mu’tadin, 2002) mengartikan

penyesuaian itu sendiri merupakan

suatu proses untuk mencari titik temu

antara kondisi diri sendiri dan

tuntutan lingkungan.

2. Karakteristik Karakteristik

Penyesuaian Diri

Menurut Habber dan Richard

(1984), ada beberapa karakteristik

penyesuaian diri yang baik yang

harus dimiliki seseorang, antara lain :

a. Memiliki Persepsi yang Akurat

terhadap Realitas

b. Mampu Mengatasi atau

Menangani Stres dan Kecemasan

c. Memiliki Citra Diri (Self Image)

yang Positif

d. Mampu untuk Mengekpresikan

Perasaan

e. Memiliki Hubungan

Interpersonal yang Baik

3. Faktor-faktor Yang

Mempengaruhi Penyesuaian Diri

Menurut Gunarsa (1975) bahwa

ada faktor-faktor yang

mempengaruhi penyesuaian diri

antara lain :

a. Penyesuaian diri dipengaruhi

oleh hal-hal yang diperoleh dari

kelahiran

b. Penyesuaian diri dan kebutuhan-

kebutuhan pribadi

c. Penyesuaian diri dan

pembentukan kebiasaan

4. Aspek-aspek Penyesuaian Diri

Menurut Mu’tadin (2002) pada

dasarnya penyesuaian diri memiliki

dua aspek yaitu :

a. Penyesuaian Pribadi

b. Penyesuaian Sosial

B. Penyalahgunaan NAPZA

1. Definisi NAPZA

NAPZA adalah singkatan dari

narkotika, psikotropika dan zat

adiktif lainnya. Istilah NAPZA

biasanya digunakan dalam bidang

kedokteran. Sebelum muncul istilah

Page 7: Penyesusaian Diri Ibu Terhadap Anak Yang Menyalahgunakan ...publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1097/1/10502252.pdf · putus asa karena pengeluaran yang meningkat akibat

NAPZA, terdapat beberapa istilah

seperti narkotika sebagai istilah

yang pertama ada, lalu narkoba dan

NAPZA (Hikmat, 2002).

Untuk memperjelas arti dari

NAPZA dapat dirinci artinya satu

persatu antara lain :

a. Narkotika

Narkotika pada pasal I No I

UU RI No 22 / 1997 (dalam

Hikmat, 2002) adalah zat atau

obat yang berasal dari tanaman

baik sintesis maupun semi

sintesis yang dapat menyebabkan

penurunan ataupun perubahan

kesadaran, hilangnya rasa,

mengurangi sampai

menghilangnya rasa nyeri, dan

dapat menimbulkan ketergantungan.

b. Psikotropika

Menurut Hikmat (2002)

psikotropika adalah zat atau obat,

baik hasil dari alam maupun

hasil campuran yang di olah oleh

manusia. Jadi, psikotropika

termasuk juga didalamnya adalah

obat-obatan terlarang.

c. Zat Adiktif Lainnya

Zat adiktif lainnya adalah

zat atau bahan. yang

menyebabkan manusia kecanduan

atau ketergantungan terhadap zat

tersebut (dalam Hikmat, 2002).

Namun, yang di maksud zat

adiktif disini adalah zat adiktif

yang bukan narkotika dan

psikotropika atau zat-zat baru

hasil olahan manusia yang

menyebabkan kecanduan.

2. Definisi Penyalahgunaan NAPZA

Terdapat beberapa pengertian

tentang NAPZA dan penyalahgunaan

maka yang dimaksud dengan

penyalahgunaan NAPZA ialah

pemakaian NAPZA di luar indikasi

medik tanpa petunjuk atau resep

dokter, pemakaian sendiri secara

relatif teratur atau berkala sekurang-

kurangnya selama satu bulan

(Hawari, 1996).

Penyalahgunaan NAPZA

menurut Dariyo (2002) ialah

penggunaan NAPZA yang tidak

terkontrol dalam jangka waktu

tertentu sehingga menjadi kebiasaan

dan dapat menimbulkan

ketergantungan (dependence).

3. Jenis-jenis NAPZA

Jenis NAPZA bermacam-macam.

Bahaya akibat memakan, meminum, dan

menghisap NAPZA bagi tubuh manusia

bermacam-macam pula (Hikmat, 2002).

a. Narkotika

Beberapa jenis narkotika,

diantaranya (Hikmat, 2002) :

1) Morfin dan Heroin (Putaw)

2) Ganja

b. Psikotropika

Berdasarkan pengaruhnya

(Hikmat, 2002) psikotropika

terbagi dalam dua golongan

yaitu:

1) Golongan Stimulant

2) Golongan Depresan

c. Zat Adiktif Lainnya

Yang termasuk zat adiktif

lainnya, di antaranya:

1) Alkohol

2) Tembakau

4. Kriteria Diagnosis NAPZA

Suatu survei (Kaplan dan

Sadock, 1997) telah menemukan

bahwa pravelensi seumur hidup dari

suatu diagnosis atau ketergantungan

zat diantara populasi orang Amerika

Serikat yang berusia lebih dari 18

tahun adalah 16,7 persen. Prevalensi

seumur hidup penyalahgunaan atau

ketergantungan alkohol adalah 13,8

Page 8: Penyesusaian Diri Ibu Terhadap Anak Yang Menyalahgunakan ...publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1097/1/10502252.pdf · putus asa karena pengeluaran yang meningkat akibat

persen, untuk zat yang non alkohol

adalah 6,2 persen. Adapun kriteria

diagnostik untuk penyalahgunaan

NAPZA yaitu:

a. Pola penggunaan zat maladaptif

yang menyebabkan gangguan

atau penderitaan yang bermakna

secara klinis, terjadi dalam

periode 12 bulan

b. Gejala diatas tidak pernah

memenuhi kriteria

ketergantungan zat untuk kelas

zat ini.

5. Efek-efek Penyalahgunaan

NAPZA

Sekilas, penyalahgunaan

NAPZA memang memberikan

pengaruh menyenangkan bagi para

penyalahguna NAPZA Namun,

kesenangan itu hanya sesaat atau

sementara dan penuh kepalsuan.

Pengaruh-pengaruh itu hanya

menipu did sendiri. Seolah-olah

hidup ini terasa menyenangkan dan

membahagiakan, serba indah,

padahal kenyataannya tidak seperti

itu.

Yang lebih mengerikan, akibat

penyalahgunaan NAPZA tidak hanya

berpengaruh buruk bagi para

penyalahguna, tetapi juga kepada

keluarga, masyarakat setempat,

sekolah, tempat kerja, bangsa dan

negara.

Penyalahgunaan NAPZA

dapat menimbulkan bermacam-

macam kerugian (Hikmat, 2002).

a. Kerugian bagi diri Sendiri

b. Kerugian bagi keluarga

c. Kerugian bagi sekolah

d. Kerugian bagi masyarakat

BAB III

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode

kualitatif yang berbentuk studi kasus.

Menurut Nawawi (2005)

penelitian studi kasus (case study)

memusatkan diri secara intensif terhadap

satu objek tertentu, dengan

mempelajarinya sebagai suatu kasus.

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini

memiliki karakteristik sebagai berikut :

seorang ibu yang memiliki anak yang

menyalahgunakan NAPZA dengan

mengkombinasikan bermacam-macam

zat (polydrugs use) yang salah satu

zatnya adalah Putaw (heroin) dimana

mempunyai efek yang lebih dalam

dibandingkan zat-zat lainnya. Alasan

utama subjek adalah ibu dikarenakan

antara ibu dengan anaknya mempunyai

keterikatan yang kuat sehingga

terpengaruh jika anaknya yang

menyalahgunakan polydrugs dengan

heroin.

C. Tahap Penelitian

Tahap penelitian ini terdiri dari

tahap persiapan penelitian, pelaksanaan

penelitian dan melakukan analisis data.

D. Tahap Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini digunakan

pendekatan menggunakan wawancara

dengan pedoman umum yaitu dalam

proses wawancara, peneliti dilengkapi

pedoman mengenai aspek-aspek yang di

bahas dan pertanyaan-pertanyaan

dijabarkan tergantung pada konteks saat

wawancara berlangsung. Biasanya tidak

ada urutan pertanyaan, tanpa ada bentuk

pertanyaan eksplisit dan merupakan

suatu daftar pengecek (checklist).

Page 9: Penyesusaian Diri Ibu Terhadap Anak Yang Menyalahgunakan ...publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1097/1/10502252.pdf · putus asa karena pengeluaran yang meningkat akibat

Dalam penelitian ini, jenis

observasi yang digunakan adalah non

partisipan dimana di dalam penelitian

peneliti tidak berperan serta ikut ambil

bagian kehidupan orang yang di

observasi.

E. Alat Bantu Penelitian

Dalam penelitian terdapat

beberapa instrument yang digunakan

sebagai alat bantu penelitian diantaranya

yaitu peneliti sendiri, alat tulis, perekan

suara (tape recorder), panduan

wawancara dan panduan observasi.

F. Keakuratan Penelitian

Patton (dalam Poerwandari, 1998),

membedakan tiga macam triangulasi

sebagai teknik pemeriksaan untuk

mencapai keakuratan, yaitu triangulasi

yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu triangulasi data, sumber dan

metode.

G. Teknik Analisis Data

Poerwandari (2005) memberikan

beberapa tahapan yang diperlukan dalam

menganalisis data kualitatif, tahapan

tersebut adalah: mengorganisasikan data,

mengelompokkan data, analisis kasus

dan menguji asumsi.

BAB IV

HASIL DAN ANALISIS

1. Masalah yang Dihadapi Ibu

berkaitan dengan Penyalahgunaan

Polydrugs dengan Heroin yang

Dilakukan oleh Anak

SL (subjek) adalah seorang ibu

dari empat orang anak. SL saat ini

masih bekerja sebagai Pegawai

Negeri Sipil (PNS) dan berusia 54

tahun. SL berstatus menikah dengan

DM (significant other - suami) yang

telah pensiun setahun terakhir dan

saat ini berwirausaha membuka

bengkel motor yang jaraknya tidak

jauh dari rumah. Bila tidak sedang

bekerja SL adalah ibu rumah tangga

seperti pada umumnya.

SL yang hanya lulusan SMEA

dan bertempat tinggal di daerah

Bekasi ini juga aktif berkegiatan di

lingkungan kantor dan rumahnya.

Posisinya di kantor adalah sebagai

bendahara dan begitu juga dalam

kegiatan dan kepengurusan di

lingkungan rumahnya, SL selalu

dijadikan sebagai bendahara. SL

juga mengikuti kegiatan pengajian

dan arisan di lingkungan rumahnya.

Bahkan karena sifat SL yang senang

berorganisasi ini, SL selalu di minta

untuk menjadi MC atau Qori’ah bila

sedang ada acara di pangajiannya.

Tidak heran banyak tetangga-

tetangganya yang meminta SL untuk

ikut serta berkegiatan karena

memang SL tinggal di Bekasi dari

tahun delapan puluhan.

SL adalah anak kedua dari empat

bersaudara dan memiliki kakak yang

pernah tinggal beberapa tahun di

rumahnya dan pada saat itu

suaminya masih bekerja, sehingga

biasanya setiap pagi SL dan

suaminya selalu berangkat ke kantor

bersama-sama dengan kendaraan

pribadinya. Namun setelah

suaminya pensiun, kakak SL

kembali ke kampung halamannya

dan sekarang digantikan oleh

pembantu yang balik hari (tanpa

menginap). Jadi dulu segala

keperluan rumah tangga dikerjakan

oleh kakak SL hingga urusan anak-

anaknya.

SL yang mengaku saat

wawancara memiliki kepribadian

yang ekspresif dan galak ini

Page 10: Penyesusaian Diri Ibu Terhadap Anak Yang Menyalahgunakan ...publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1097/1/10502252.pdf · putus asa karena pengeluaran yang meningkat akibat

sebenarnya hanyalah bentuk

perlindungan kepada orang-orang

sekitarnya, di rumah atau di kantor,

meskipun kadang mendapat

pandangan sedikit otoriter. SL yang

menurut informasi yang di dapat

dari DM sebenarnya adalah orang

yang sangat perhatian, mandiri dan

agak sedikit kolot atau kuno. Selain

itu SL juga tidak perduli dengan

gosip-gosip yang beredar di

lingkungan tetangganya. SL dan

suaminya juga mempunyai cara unik

dalam mengasuh anak-anaknya,

mereka membagi pengasuhan dua

anak masing-masing dari mereka.

SL mengasuh anak yang nomor dua

dan empat, sedangkan suaminya

mengasuh anak yang nomor satu

dan tiga, namun bukan berarti

mereka membeda-bedakan, karena

memang anak-anak yang di asuh

mempunyai kedekatan dengan

masing-masing orangtuanya.

SL mengaku kurang

memperhatikan anak-anaknya

karena terkendala oleh kegiatannya

sehari-hari. Bahkan menurut

informasi dari SL sendiri, anaknya

yang nomor satu yaitu S memiliki

sedikit masalah, sehingga berakibat

kepada keluarga dan lingkungan

sekitar. S yang menurut informasi

dari SL dan DM hingga saat ini

masih menyalahgunakan polydrugs

dengan heroin dan Shabu.

S adalah anak pertama pasangan

SL dan suaminya. S yang diketahui

oleh SL dan suami dari umur 13

tahun telah menyalahgunakan

NAPZA jenis ringan yaitu

tembakau, namun suami SL

membebaskannya merokok pada

umur 15 tahun. Hal ini dilakukan

agar S tidak melakukannya secara

sembunyi-sembunyi. S yang

menurut informasi dari DM adalah

seorang yang cerdas dan baik.

Selain itu S memang tipe yang tidak

betah berada di rumah. Prestasinya

di sekolah juga baik-baik saja,

namun kemudian menurun drastis

saat S kelas tiga di Sekolah

Menengah Ilmu Perhotelan (SMIP).

S pernah didapati oleh suami SL

menyalahgunakan NAPZA jenis

sedang yaitu Ganja dan juga

minum-minuman beralkohol.

Kejadian ini terjadi seusai teman-

teman S menginap dirumahnya.

Suami SL coba memberitahukan

tentang apa yang terjadi kepada SL

namun karena SL adalah seorang

yang percaya terhadap anak-

anaknya, maka SL tidak menggubris

apa yang dikatakan oleh suaminya.

Menurut informasi, S tidak lulus

saat SMIP tetapi SL dan suami

menyogok agar S tetap lulus, karena

SL hanya ingin anaknya

menyelesaikan pendidikannya lalu

kemudian bisa mencari pekerjaan.

Namun kondisi S makin menjadi

saat S memasuki masa perkuliahan.

Saat ini, menurut DM,

perkuliahannya tidak jelas. SL juga

baru menyadari S menyalahgunakan

polydrugs dengan heroin saat S

masuk pusat rehabilitasi. SL

menyetujui S untuk masuk pusat

rehabilitasi karena adanya

perubahan sikap S yang drastis. S

mulai berani melawan SL dan

suami. Bahkan tidak dapat dihindari

selalu terjadi pertengkaran di antara

mereka, antara anak dan

orangtuanya, terlebih saat keinginan

S tidak terpenuhi. DM juga

menceritakan bahwa S menjadi

orang yang cepat tersinggung dan

curigaan.

Page 11: Penyesusaian Diri Ibu Terhadap Anak Yang Menyalahgunakan ...publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1097/1/10502252.pdf · putus asa karena pengeluaran yang meningkat akibat

Masuknya S ke pusat rehabilitasi

juga atas rekomendasi salah satu

tetangganya yang membantu SL dan

suami. Hal ini juga diwarnai oleh

proses yang alot antara SL dan

suami, karena satu sisi SL tidak

ingin S dimasukkan ke pusat

rehabilitasi dan masih mewajarkan

sikap S yang melawan dan marah

terutama saat keinginannya tidak

dipenuhi.

Pada saat S masuk pusat

rehabilitasi, kemudian SL baru

mengetahui semuanya tentang

kondisi anaknya. Proses masuknya

S ke pusat rehabilitasi dilakukan

melalui intervensi dimana S di tarik

paksa oleh pegawai-pegawai dari

pusat rehabilitasi yang kemudian di

bawa ke tempat tujuan. S harus

melalui masa detoksifikasi selama

dua minggu, lalu setelahnya baru

bisa di jenguk oleh pihak keluarga.

Pusat rehabilitasi ini memiliki

program tiap minggunya yaitu

adanya pertemuan keluarga. Dalam

pertemuan itu semua diikutsertakan,

antara Si Pecandu dan keluarganya

serta pecandu-pecandu lain dan

keluarganya dijadikan dalam satu

ruangan. Pertemuan mingguan

tersebut juga ditujukan agar antar

keluarga pecandu dan pecandunya

itu sendiri untuk saling berbagi

informasi dan cerita, serta diberikan

juga cara menghadapi atau

penanganan terhadap anak yang

menyalahgunakan polydrugs dengan

heroin. Pada saat itu SL baru

mengetahui semua tentang S. SL

baru mengerti dan jelas apa yang

dilakukan dan dialami oleh S. Di

pusat rehabilitasi itu S juga

menceritakan semua tentang yang

disalahgunakan, mulai dari yang

ringan hingga yang jenis berat,

terakhir S menyalahgunakan Shabu

dan Putau.

Menurut informasi yang di dapat

dari DM, terdapat perubahan di

dalam diri SL setelah S masuk ke

pusat rehabilitasi. SL menjadi lebih

perhatian dan juga melakukan

pemantauan ekstra terhadap anak-

anaknya. Selama S di pusat

rehabilitasi kondisi SL dan suami

agak sedikit membaik. Begitupun

setelah S keluar dari pusat

rehabilitasi juga demikian.

Namun kondisi tersebut tidak

bertahan lama, kurang lebih tiga

bulan setelah S keluar dari pusat

rehabilitasi, S kembali menjadi

pribadi yang dulu saat

menyelahgunakan polydrugs dengan

heroin, bahkan lebih dari yang

dahulu, emosi S lebih fluktuatif dan

jarang mandi, serta bisa beberapa

hari tidak pulang ke rumah. Menurut

DM, S berada di pusat rehabilitasi

hanya delapan bulan. Mengetahui S

kembali lagi menyalahgunakan

polydrugs dengan heroin, SL

memiliki pendapat bahwa

memasukkannya ke pusat

rehabilitasi adalah percuma.

Banyak kerugian yang dialami

oleh SL. Kerugian yang di alami

oleh diri sendiri, keluarga dan juga

lingkungan sekitar rumahnya. SL

yang dulu memiliki semangat hidup

dan sangat ekspresif sekarang

berubah menjadi lebih psimis, malu

dan minder. SL juga sering

mengalami menstruasi yang tidak

teratur, pola tidur yang berubah,

sering menangis dan juga

mengalami sakit kepala tiba-tiba.

Dan ditambahkan juga oleh DM

bahwa SL juga mengalami

penurunan konsentrasi, yang tadinya

rajin mengurusi rumah sekarang

Page 12: Penyesusaian Diri Ibu Terhadap Anak Yang Menyalahgunakan ...publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1097/1/10502252.pdf · putus asa karena pengeluaran yang meningkat akibat

sudah tidak begitu rajin lagi dan

tekanan darahnya pun jadi sering

meningkat karena memang SL

memiliki kecenderungan darah

tinggi.

Sikap SL ini juga berpengaruh di

lingkungan rumahnya. Menurut

DM, SL jadi pemalu dan minder

untuk berinteraksi dengan tetangga-

tetangganya bahkan teman-

temannya di organisasi pengajian

atau arisannya. SL tidak ingin

berlama-lama untuk berinteraksi. SL

menjadi segan untuk keluar rumah

dan lebih baik berada di dalam

rumah.

Masih menurut DM, sempat

beberapa kali SL mengucap putus

asa dalam menjalani hidup, merasa

tidak sanggup lagi untuk

melanjutkan hidup dengan kondisi

yang ada. Namun suaminya selalu

menguatkannya atau memotivasinya

bahwa masih ada Tuhan dan anak-

anak lainnya yang harus diasuh dan

diberikan kasih sayang. SL juga

merasa tidak puas dengan hidup

yang dijalaninya saat ini. Kondisi

dimana S menyalahgunakan

polydrugs dengan heroin hanyalah

penghambat dirinya dalam

bertetangga. Selain itu, SL juga

kadang merasa iri dengan kondisi

keluarga di lingkungannya yang

kehidupannya normal, ini juga

diperkuat oleh cerita DM saat

diwawancarai.

Penanganan lain yang pernah

dilakukan oleh SL dan suami

terhadap S yang menyalahgunakan

polydrugs dengan heroin yaitu

mengungsikannya ke kampung

halaman SL yaitu di daerah

Sumatera. Diungsikannya S,

menurut SL dan DM karena S telah

merugikan atau meresahkan

masyarakat, dianggap sebagai

bandar NAPZA dan mencuri

barang-barang tetangga disekitar

rumahnya. Kerugian lain yang

dialami keluarga antara lain banyak

barang-barang di rumah di jual

sebagai upaya S untuk mendapatkan

uang dan membeli polydrugs

dengan heroin, mulai dari peralatan

rumah tangga seperti televisi, radio

hingga onderdil-onderdil motor

yang dijual secara eceran. Pernah S,

menurut DM, melakukan aksi bunuh

diri dengan meminum obat serangga

cair karena tidak suka di tuduh

sebagai maling atau orang yang

menjual barang-barang yang hilang

tersebut.

Saat ini SL hanya bisa pasrah

terhadap keadaan anaknya yaitu S

yang hingga sekarang masih

menyalahgunakan polydrugs dengan

heroin, dimana baru diketahui SL

kurang lebih dua tahun terakhir. SL

belum sepenuhnya bisa

menyesuaikan diri terhadap kondisi

hidup yang dijalaninya, hal ini juga

diperkuat oleh cerita DM.

Permasalahan-permasalahan

yang dihadapi SL (ibu) berkaitan

dengan penyalahgunaan NAPZA

yang dilakukan oleh S (anak) ini

sesuai dengan teori yang kemukakan

oleh Hikmat (2002) dimana

penyalahgunaan NAPZA dapat

menimbulkan bermacam-macam

kerugian diantaranya kerugian bagi

diri, keluarga, sekolah dan

masyarakat.

Kerugian yang dialami bagi diri

sendiri, dalam hal ini

penyalahgunanya adalah S (anak)

yaitu berubahnya kepribadian yang

sangat drastis dimana seseorang

yang menyalahgunakan polydrugs

dengan heroin jadi mudah

Page 13: Penyesusaian Diri Ibu Terhadap Anak Yang Menyalahgunakan ...publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1097/1/10502252.pdf · putus asa karena pengeluaran yang meningkat akibat

tersinggung, pemarah, emosi tidak

stabil dan menimbulkan sifat tidak

perduli terhadap diri sendiri dan

sekelilingnya, sehingga sehingga

semangat belajar menurun, bahkan

menjadi pencuri demi memuaskan

hasratnya untuk membeli polydrugs

dengan heroin. Kerugian yang

dialami keluarga yaitu hubungannya

tidak harmonis, tidak ada

komunikasi yang baik antar anggota

keluarga dan adanya anggapan

buruk terhadap keluarga yang di

dalamnya terdapat seseorang yang

menyalahgunakan polydrugs dengan

heroin serta kemungkinan akan

dikucilkan.

Sedangkan kerugian yang

dialami sekolah akan menimbulkan

kesulitan bagi guru-guru untuk

mengajar seseorang yang

menyalahgunakan polydrugs dengan

heroin, sikap kepada teman-

temannya pun cenderung tidak

menyenangkan bahkan tidak jarang

teman-temannya akan menjadi

korban pemerasan dan penilaian

masyarakat akan buruk terhadap

sekolah yang didalamnya memiliki

anak yang menyalahgunakan

polydrugs dengan heroin. Dan

terakhir, kerugian yang dialami

masyarakat yaitu seseorang yang

menyalahgunakan polydrugs dengan

heroin akan meresahkan masyarakat

dan meningkatkan angka

kriminalitas di masyarakat misalnya

menjadi pencuri atau maling di

masyarakat.

2. Gambaran Penyesuaian Diri Ibu

terhadap Anak yang

Menyalahgunakan Polydrugs

dengan Heroin

a. Persepsi yang Akurat

terhadap Realitas

Banyak penanganan yang

telah dilakukan SL terhadap

anaknya yang menyalahgunakan

NAPZA yaitu memasukkan ke

pusat rehabilitasi dan diungsikan

ke tempat keluarga SL.

Namun tidak ada perubahan

dalam kondisi anaknya yang

menyalahgunakan polydrugs

dengan heroin dan SL merasa

bahwa penanganan tersebut

adalah percuma. Jadi menurut

SL, bila ingin benar-benar

terbebas oleh polydrugs dengan

heroin kuncinya ada pada

pemakainya. SL juga mengakui

bahwa merasa putus asa dan

tidak puas dengan kehidupan

yang dijalaninya saat ini. Hal ini

juga diperkuat oleh pernyataan

dari DM yang menjelaskan

bahwa SL kadang suka merasa

tidak kuat menjalani

kehidupannya.

Menurut Habber dan Richard

(1984) dimana karakteristik

penyesuaian diri yang baik itu

harus memiliki persepsi yang

akurat terhadap realitas yaitu

persepsi yang akurat terhadap

kenyataan adalah salah satu

syarat untuk mencapai

penyesuaian diri yang baik.

Persepsi yang dimiliki individu.

Maka persepsi SL (subjek)

terhadap realitas cenderung

tidak akurat, ini terlihat dari SL

menjalani kehidupannya saat ini,

SL sangat putus asa, tidak puas

dan selalu merasa tidak kuat.

Selain itu SL juga merasa bahwa

penanganannya terhadap S

dimana pernah dimasukkan

pusat rehabilitasi dan diungsikan

hanyalah upaya yang percuma

atau sia-sia.

Page 14: Penyesusaian Diri Ibu Terhadap Anak Yang Menyalahgunakan ...publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1097/1/10502252.pdf · putus asa karena pengeluaran yang meningkat akibat

b. Kemampuan untuk Mengatasi

Stres dan Kecemasan

Pada dasarnya SL ini orang

yang tegas dan ekspresif serta

senang bersosialisasi. Namun

setelah tahu anaknya

meyalahgunakan polydrugs

dengan heroin, awalnya kaget

dan tidak percaya. Kemudian

dari saat itu SL menjadi

pemurung, sering berdiam diri,

konsentrasi menurun dan pola

tidur tidak teratur.

Kadang SL juga tidak dapat

mengontrol emosinya saat

berhadapan dengan S yaitu

anaknya yang menyalahgunakan

polydrugs dengan heroin atau

pun dengan anggota keluarga

lainnya. SL menjadi orang yang

sering menangis dan ini

diperkuat oleh pengakuan DM,

karena SL selalu cerita apa pun

yang dialami ke DM. Salah satu

hal yang membuat SL menjadi

pribadi yang pesimis adalah

karena anaknya yang

menyalahgunakan polydrugs

dengan heroin.

Menurut Habber dan Richard

(1984) yaitu karakteristik

penyesuaian diri yang baik yang

harus dimiliki seseorang adalah

ketika individu sering

menghadapi berbagai macam

masalah di dalam kehidupannya.

Masalah-masalah tersebut ada

yang dapat diatasi, namun ada

juga yang tidak berhasil

ditangani dengan baik. Masalah

yang tidak terselesaikan dapat

menimbulkan rasa kecewa, stres,

kecemasan bahkan rasa tidak

bahagia dalam diri induvidu.

Untuk mengatasi perasaan-

perasaan tersebut, individu

sering melakukan perbandingan

antara kenyataan atau tuntutan

lingkungan dengan kemampuan

yang dimilikinya, sehingga

dapat menjadi pemicu individu

untuk menetapkan suatu target

atau tujuan yang akan dicapai

untuk mengatasi permasalahan

yang timbul atau keinginan yang

dimilikinya. Ada kalanya tujuan

tersebut sesuai dengan

kenyataan, namun terkadang

tujuan tersebut sulit untuk

dipenuhi, sehingga individu

akan merasa cemas dan kecewa

Dalam hal ini SL cenderung

kurang mampu untuk mengatasi

stres dan cemas yang ada dalam

dirinya. Selain SL tidak dapat

mengontrol emosinya saat

berhadapan dengan S, SL juga

menjadi pribadi yang sering

berdiam diri dan pemurung serta

pola tidur SL pun tidak teratur

dan konsentrasinya menurun.

Perubahan pribadi pada SL ini

terjadi karena tidak dapat

mengatasi masalah yang ada di

keluarganya yaitu yang

berkaitan dengan S yang

menyalahgunakan polydrugs

dengan heroin.

c. Citra Diri Positif

SL juga mengalami perubahan

kepribadiannya yang

sebelumnya adalah orang yang

ekspresif dan terbuka namun

saat tahu anaknya

menyalahgunakan polydrugs

dengan heroin, SL menjadi

minderan dan segan untuk

bersosialisasi.

SL selalu berusaha nyaman

dalam menjalankan

kehidupannya, meski agak sulit

dan bila ada orang lain yang

Page 15: Penyesusaian Diri Ibu Terhadap Anak Yang Menyalahgunakan ...publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1097/1/10502252.pdf · putus asa karena pengeluaran yang meningkat akibat

merendahkan keluarganya

menyangkut kondisi anaknya

yang menyalahgunakan

polydrugs dengan heroin, SL

hanya bisa kembalikan

semuanya kepada Tuhan, bahwa

ini merupakan takdir yang harus

dilewati.

SL juga mengakui saat ini

belum bisa menyesuaikan

dirinya dengan kondisi yang

ada. Ini juga diperkuat oleh

cerita dari DM.

Menurut Habber dan Richard

(1984) karakteristik yang baik

itu harus memiliki citra diri (Self

Image) yang positif yaitu

banyak psikolog sepakat bahwa

persepsi diri seseorang itu

merupakan indikator kualitas

penyesuaian dirinya. Bila

persepsi tersebut tidak disetujui

oleh lingkungannya, individu

tersebut akan mengalami

penyesuaian diri yang buruk

(maladjustment) dan sebaliknya.

Jadi, SL hingga saat ini

memiliki citra diri yang

cenderung negatif, hal ini

terlihat dari pengakuannya

sendiri dan diperkuat oleh cerita

dari DM bahwa SL masih belum

bisa menyesuaikan dirinya

dengan kondisi kehidupan yang

dijalani saat ini. SL juga

menjadi pribadi yang lebih

minder dan segan untuk

bersosialisasi serta hanya bisa

memasrahkan kondisinya tanpa

melakukan sesuatu dan

menganggap kondisi tersebut

adalah takdir Tuhan.

d. Kemampuan

Mengekspresikan Perasaan

Sewaktu SL sedang

merasakan sedih atau senang,

seringkali SL melampiaskan

emosinya kepada hal-hal yang

bisa membuatnya kembali

nyaman. Kadang SL berkumpul

bersama anak-anaknya atau

hanya sekedar ,menonton

televisi.

Terlebih bila SL sedang

merasakan sedih, SL akan

bercerita kepada suami tentang

apa yang sedang dialami. Tidak

jarang SL sulit untuk

mengekspresikan perasaannya di

depan orang lain, bahkan di

depan anak-anaknya. Hal ini

diperkuat juga oleh pernyataan

DM.

Kemampuan SL

mengekspresikan perasaannya

ini terlihat saat observasi, ketika

SL bertemu dengan teman

lamanya, SL banyak bercerita

dan mencurahkan segala keluh

kesahnya hingga menangis.

Menurut Habber dan Richard

(1984) yaitu karakteristik

penyesuaian diri yang baik yang

harus dimiliki seseorang adalah

mampu untuk mengekpresikan

perasaan, dimana individu yang

sehat secara emosional adalah

individu yang mampu

merasakan dan mengekspresikan

emosi dan perasaannya. Mereka

dapat menunjukkan emosinya

secara realistis dan dapat

mengontrolnya dengan baik tapi

bukan berarti lepas kontrol sama

sekali.

Jadi, SL hingga saat ini

cenderung belum mampu untuk

mengekspresikan perasaannya

secara realistis ataupun

mengontrolnya secara baik

meskipun SL mempunyai cara

untuk melampiaskan emosinya

Page 16: Penyesusaian Diri Ibu Terhadap Anak Yang Menyalahgunakan ...publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1097/1/10502252.pdf · putus asa karena pengeluaran yang meningkat akibat

untuk bisa membuatrnya

nyaman kembali. Ini terlihat saat

SL bertemu teman lamanya dan

kemudian bercerita tentang

kondisinya hingga menangis.

Selain itu, SL selalu

mencurahkan isi hatinya kepada

suaminya saat sedih.

e. Hubungan Interpersonal yang

Baik

Pada dasarnya SL memang

orang yang aktif. SL banyak

dimintai pertolongan oleh orang-

orang sekitar dan selalu didaulat

untuk menjabat di kepengurusan

dikantornya atau di lingkungan

rumahnya sebagai bendahara.

Selain dijadikan pengurus di

organisasi pengajian, SL juga

sering di daulat untuk menjadi

MC atau Qori’ah. Hal ini juga

diperkuat oleh pernyataan dari

DM. Pada saat observasi

berlangsung pun SL terlihat

akrab dengan teman-teman

pengajiannya.

Namun menurut DM saat

diwawancara kedua, SL lebih

sering berada di rumah dan

banyak menolak ajakan teman-

teman di sekitar rumahnya serta

bila sedang mengikuti kegiatan

di sekitar rumahnya SL sering

kali tidak mau berlama-lama

berkumpul.

Menurut Habber dan Richard

(1984) yang mengatakan tentang

karakteristik penyesuaian diri

yang harus dimiliki seseorang

yaitu individu dengan

penyesuaian diri yang baik

mampu mencapai keakraban

(intimacy) dalam hubungan

sosialnya. Mereka biasanya

memiliki kemampuan dan selalu

merasa nyaman dalam

berinteraksi dengan orang lain.

Selain itu, mereka juga akan

membuat orang lain merasa

nyaman ketika berada

bersamanya.

Maka dapat disimpulkan

bahwa meskipun saat ini

hubungan interpersonal SL

dengan lingkungan sekitarnya

masih baik-baik saja, namun

dari diri SL sendiri ketika ia

berkumpul tidak ingin berlama-

lama dan dipaparkan oleh DM

bahwa SL saat ini lebih banyak

berada di rumah dan sering

menolak ajakan teman-teman

rumahnya untuk berkegiatan

atau berkumpul.

Jadi, hanya terdapat satu

gambaran karakteristik

penyesuaian diri SL yang masih

cenderung cukup baik yaitu dalam

hal hubungan interpersonal

meskipun saat ini SL mulai

mengurangi pergaulannya dengan

lingkungan sekitar. Sedangkan

untuk gambaran karakteristik

penyesuaian diri yang lainnya

cenderung tidak tampak atau tidak

dimiliki oleh SL. Dimana

seharusnya menurut Harber dan

Richard (1984) terdapat beberapa

karakterisktik penyesuaian diri

yang baik yang harus dimiliki

seseorang diantaranya yaitu

persepsi yang akurat terhadap

realitas, mampu mengatasi atau

menangani stres dan kecemasan,

memiliki citra diri (self image)

yang positif, mampu

mengekspresikan perasaan dan

memiliki hubungan interpersonal

yang baik.

Page 17: Penyesusaian Diri Ibu Terhadap Anak Yang Menyalahgunakan ...publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1097/1/10502252.pdf · putus asa karena pengeluaran yang meningkat akibat

3. Faktor yang Mempengaruhi

Penyesuaian Diri Ibu terhadap

Anak yang Menyalahgunakan

Polydrugs dengan Heroin

a. Faktor yang Memperkuat

Penyesuaian Diri Ibu

1) Dukungan dari

Lingkungan Sekitar

SL yang aktif bekerja dan

berorganisasi memiliki

pemikiran bahwa dengan

berorganisasi setidaknya

dapat melupakan sedikit

masalah yang sedang

dihadapi. Dari kegiatan

berorganisasi inilah SL

mendapatkan bantuan dalam

bentuk saran tentang

anaknya yang

menyalahgunakan polydrugs

dengan heroin untuk

dimasukan ke pusat

rehabilitasi. Dan memang SL

yang saat itu mengikuti saran

tetangganya sempat dapat

merasakan kelegaan selama

anaknya di rehabilitasi.

Hubungan SL dengan

lingkungannya juga

membantu dirinya dalam

mengahadapi keadaan yang

dialaminya dan memperbaiki

sedikit percaya dirinya.

Hal ini sesuai dengan

penelitian Cohen & McKay

(dalam Sarafino, 1994)

bahwa ada beberapa bentuk

dukungan sosial salah

satunya yaitu dukungan

jaringan sosial (Network

Support) dimana pemberian

dukungan jenis ini

dimaksudkan untuk

membuat individu

mempunyai perasaan

memiliki dan dimiliki dalam

suatu kelompok orang

dengan kesamaan baik

dalam minat maupun dalam

aktivitas sosial mereka.

2) Dukungan Keluarga

Hubungan SL dengan

anggota keluarga memang

sangat akrab. Satu sama lain

saling mendukung, sesuai

dengan apa yang diceritakan

oleh SL dan DM.

Hubungan keluarga ini

yang juga memperkuat

mental SL saat menghadapi

hal-hal yang berhubungan

dengan anaknya yang

menyalahgunakan polydrugs

dengan heroin. Anak-

anaknya yang lain pun juga

membantu SL dalam

menumbuhkan

kepercayadiriannya,

sehingga SL merasa nyaman

di rumah.

Hal ini sesuai dengan

penelitian Cohen & McKay

(dalam Sarafino, 1994)

bahwa ada beberapa bentuk

dukungan sosial salah

satunya yaitu dukungan

emosional (Emotional

Support) dimana bentuk

dukungan ini meliputi

ekspresi dari rasa empati,

perhatian dan kepedulian

kepada individu yang

bersangkutan. Hal ini dapat

memberikan rasa nyaman,

kepastian, rasa memiliki dan

dicintai bagi individu

tersebut.

Page 18: Penyesusaian Diri Ibu Terhadap Anak Yang Menyalahgunakan ...publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1097/1/10502252.pdf · putus asa karena pengeluaran yang meningkat akibat

b. Faktor yang Melemahkan

Penyesuaian Diri Ibu

1) Keyakinan terhadap Nilai-

nilai Agama

SL cenderung t idak

memiliki nilai -nilai

agama yang kuat,

kalaupun SL aktif

dalam berorganisasi i tu

hanyalah sebagai

bentuk pelampiasan

sesaat agar dapat

melupakan sedikit

masalah yang sedang

dihadapinya, namun

tidak dibarengi dengan

nilai-nilai agama yang

didapat dalam

berorganisasi pengajian

tersebut. Sehingga SL

tidak menemukan

hikmah dari kondisi

yang sedang dijalan i

saat ini .

Hal ini t idak sesuai

dengan teori dari

Schnieders (1964)

bahwa salah satu faktor

yang mempengaruhi

penyesuaian diri adalah

nilai-nilai agama

(t ingkat religiusitas)

dimana faktor ini

memberikan suasana

psikologis yang dapat

digunakan untuk mengurangi

konflik, frustrasi dan

k e t e g a n g a n p s i k i s

l a i n , s e h i n g g a

i n d i v i d u m e m i l i k i

a r t i , t u j u a n , d a n

d a p a t

m e n y e i m b a n g k a n

h i d u p y a n g

d i p e r l u k a n u n t u k

m e n g h a d a p i t u n t u t a n

d a n p e r u b a h a n y a n g

t e r j a d i dalam

hidupnya.

2) Kurangnya Pengetahuan

dan Pengalaman dalam

Menangani Anak yang

Menyalahgunakan

Polydrugs dengan Heroin

Menurut infromasi yang

di peroleh dari DM, SL

memang agak kuno atau

kolot bahkan selalu percaya

dengan anak-anaknya.

Berbeda dengan DM yang

memang rajin membaca dan

lebih perhatian terhadap

anak-anaknya.

Oleh karena itu, SL pun

baru mengetahui S

menyalahgunakan polydrugs

dengan heroin saat masuk

pusat rehabilitasi. SL

mengakui banyak

pembelajaran atau

pengetahuan yang di dapat

dari pusat rehabilitasi tempat

S ditempatkan.

Namun satu sisi

pengalamannya yang

menjadikannya tidak percaya

diri dikarenakan S masih

tetap menyalahgunakan

polydrugs dengan heroin

meskipun telah ditangani di

pusat rehabilitasi serta juga

pernah diungsikan beberapa

bulan dengan tujuan agar

tidak lagi berhubungan

dengan teman-teman

sepermainannya.

Hal ini tidak sesuai

dengan teori konstruktivisme

(dalam

http://id.wikipedia.org/wiki/

Konstruktivisme, 2011)

Page 19: Penyesusaian Diri Ibu Terhadap Anak Yang Menyalahgunakan ...publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1097/1/10502252.pdf · putus asa karena pengeluaran yang meningkat akibat

dimana terdapat

pembelajaran yang bersifat

generatif, yaitu tindakan

mencipta sesuatu makna dari

apa yang dipelajari.

Konstruktivisme sebenarnya

bukan merupakan gagasan

yang baru, apa yang dilalui

dalam kehidupan kita selama

ini merupakan himpunan dan

pembinaan pengalaman demi

pengalaman. Ini

menyebabkan seseorang

mempunyai pengetahuan dan

menjadi lebih dinamis.

BAB V

A. Kesimpulan

1. Masalah yang Dihadapi Ibu

berkaitan dengan

Penyalahgunaan Polydrugs

dengan Heroin yang Dilakukan

oleh Anak

Dari hasil analisis dan

pembahasan dapat di tarik

kesimpulan bahwa ibu yang

memiliki anak yang

menyalahgunakan polydrugs dengan

heroin mengalami banyak kerugian

di kehidupannya. Kerugian-kerugian

tersebut salah satunya merubah

kepribadiannya. SL yang dulunya

ekspresif, sekarang menjadi pesimis,

yang awalnya teratur/rajin namun

sekarang tidak lagi, kurang percaya

diri, menjadi pemalu atau minder,

sering menangis, pola tidurnya pun

mengalami perubahan yang tidak

teratur. Serta lebih banyak berdiam

diri dan sering mengalami sakit

kepala tiba-tiba karena terlalu

cemas.

Selain itu terdapat kerugian yang

berkaitan dengan lingkungan yaitu

SL menjadi jarang berinteraksi serta

malu, karena S pernah diketahui

oleh tetangga-tetangganya mencuri

dan akhirnya diungsikan. Sehingga

SL merasa dikucilkan akibat ulah S

dan kerugian yang dialami keluarga

banyak barang-barang di rumah

(perlengkapan/peralatan) yang di

jual oleh S demi kebutuhannya

menyalahgunakan polydrugs dengan

heroin. Di lihat dari nilai

akedemisnya di sekolah S juga

mengalami penurunan drastis

sehingga SL pernah menyogok

pihak sekolah agar meluluskan

anaknya.

2. Gambaran Penyesuaian Diri Ibu

terhadap Anak yang

Menyalahgunakan Polydrugs

dengan Heroin

Dari hasil analisis dan

pembahasan penelitian, dapat ditarik

kesimpulan bahwa secara umum SL

mengalami penyesuaian diri yang

cenderung buruk terhadap S (anak)

yang menyalahgunakan polydrugs

dengan heroin. Persepsi SL

cenderung tidak akurat terhadap

realitas dimana SL saat ini merasa

dirinya tidak puas dan putus asa

dengan kehidupan yang dijalaninya.

SL juga merasa percuma atas

penanganan yang telah dilakukan

yaitu memasukkan S ke pusat

rehabilitasi dan mengungsikannya.

SL cenderung kurang mampu untuk

mengatasi stres dan kecemasan Ini

terlihat saat observasi, dimana

antara SL menangis hingga teriak-

teriak kepada S saat terjadi

percekcokan diantaranya serta saat

wawancara kedua, SL terlihat

memijit-mijit kepalanya dan tidak

berkonsentrasi. SL juga memiliki

citra diri yang cenderung negatif

saat ini hanya memasrahkan

Page 20: Penyesusaian Diri Ibu Terhadap Anak Yang Menyalahgunakan ...publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1097/1/10502252.pdf · putus asa karena pengeluaran yang meningkat akibat

segalanya kepada Tuhan dan

menganggapnya hal ini adalah

cobaan hidup yang harus dilewati

tanpa melakukan sesuatu untuk

merubah kondisinya sehingga masih

belum bisa menyesuaikan diri

terhadap S yang menyalahgunakan

polydrugs dengan heroin.

Kemampuan SL dalam

mengekspresikan perasaannya

hingga saat ini cenderung tidak

realistis dan tidak dapat dikontrol.

Hal ini terlihat oleh peneliti saat

observasi, SL mencurahkan semua

yang dialaminya kepada teman

lamanya hingga menangis.

Hubungan interpersonal SL juga

sebenarnya masih baik, masih suka

ikut berkegiatan di lingkungan

rumah. Namun di lain sisi, menurut

informasi yang di dapat dari DM,

SL lebih banyak menolak ajakan

berkumpul dari tetangganya dan

lebih memilih berdiam diri di

rumah. Kalau pun SL mengikuti

kegiatan biasanya SL tidak pernah

lama-lama untuk berkumpul.

3. Faktor yang Mempengaruhi

Penyesuaian Diri Ibu terhadap

Anak yang Menyalahgunakan

Polydrugs dengan Heroin

Berdasarkan pembahasan,

terdapat faktor yang memperkuat

dan melemahkan penyesuaian diri

ibu terhadap anak yang

menyalahgunakan polydrugs dengan

heroin. Faktor yang memperkuat

yaitu dukungan lingkungan sekitar

dan keluarga. Adanya dukungan

dari lingkungan sekitar yang

diberikan terhadap SL saat itu

sangat membantu berkaitan dengan

dimasukkan S ke pusat rehabiliatsi.

Sedangkan dukungan keluarga yaitu

SL merasa nyaman dengan anggota

keluarga lainnya serta meningkatkan

keakraban satu sama lain.

Faktor yang melemahkan

penyesuaian diri ibu terhadap anak

yang menyalahgunakan polydrugs

dengan heroin antara lain adalah

kurangnya keyakinan terhadap nilai-

nilai agama yang dimiliki SL

sehingga masih belum bisa

menyesuaikan dirinya dan tidak

dapat menemukan hikmah atas

masalahnya tersebut. Selain itu, SL

kurang atau bahkan tidak pernah

memiliki pengalaman atau

pengetahuan menangani anak yang

menyalahgunakan polydrugs dengan

heroin.

.

B. Saran

Berdasarkan hasil analisis dan

pembahasan penelitian terhadap

penyesuaian diri ibu terhadap anak yang

menyalahgunakan polydrugs dengan

heroin, peneliti memberikan saran

sebagai berikut:

1. Bagi ibu, diharapkan agar jangan

putus asa dan lebih bisa

menyesuaikan diri terhadap kondisi

berkaitan dengan anak yang

menyalahgunakan polydrugs dengan

heroin, mencari tahu dan menambah

wacana tentang penyalahgunaan

polydrugs dengan heroin.

2. Bagi orangtua dan keluarga,

diharapkan meningkatkan nilai-nilai

agama di keluarga dan terhadap diri

sendiri dengan tujuan agar dapat

menemukan arti hidup tentang

masalah yang sedang dihadapi di

kehidupan berkeluarga. diharapkan

agar antar anggota keluarga untuk

tetap merangkul, tidak mengucilkan

satu sama lain dan memberikan

pengertian tentang bahayanya

polydrugs dengan heroin sebagai

upaya penyembuhan secara bertahap.

Page 21: Penyesusaian Diri Ibu Terhadap Anak Yang Menyalahgunakan ...publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1097/1/10502252.pdf · putus asa karena pengeluaran yang meningkat akibat

3. Bagi pendidikan, masayarkat dan

pemerintah, diharapkan agar setiap

instansi pendidikan mengupayakan

adanya penambahan kurikulum

mengenai jenis-jenis polydrugs

dengan heroin dan bahaya

penyalahgunaannya serta dampak

yang akan disebabkan di kemudian

hari, sehingga para pelajar mendapat

pengetahuan lebih tentang hal

tersebut dan dapat sebagai pegangan

atau antisipasi di kehidupannya, turut

serta dalam penanganan terhadap

keluarga yang di dalamnya terdapat

anak yang menyalahgunakan

polydrugs dengan heroin dan jangan

hanya mengucilkan keluarga tersebut

karena dukungan sosial dari

masyarakat sekitar lebih berarti.

Adanya peran pada tahap intervensi

dengan mengadakan kegiatan yang

dilakukan seputar pemberian

informasi melalui berbagai bentuk

penyuluhan dan bimbingan kepada

masyarakat umum sehingga wacana

pemberantasan penyalahgunaan

polydrugs dengan heroin dapat

dengan selesai dituntaskan.

4. Bagi penelitian selanjutnya,

diharapkan agar lebih

mengembangkan dan memperdalam

teori yang dipergunakan. Selain

metode kualitatif, metode lain yang

dapat digunakan dalam penelitian

selanjutnya adalah metode kuantitatif

untuk melihat tidak hanya pada

seorang ibu melainkan ayah, orang

tua dan keluarga atau penelitian lebih

lanjut tentang penyalahgunaan

polydrugs dengan heroin tidak hanya

dikalangan usia remaja tetapi juga

usia dewasa dan berbagai usia lainnya

serta penelitian penyalahgunaan

beberapa jenis polydrugs dengan

heroin secara lebih spesifik seperti

ganja, heroin dan lain-lain. Untuk

penelitian selanjutnya sebaiknya

mencoba variabel lain seperti

contohnya pola asuh untuk melihat

bagaimana pola asuh anak pada

kehidupan keluarga yang anaknya

menyalahgunakan polydrugs dengan

heroin.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2001). Kamus besar bahasa

indonesia. Jakarta : Departemen

Pendidikan Nasional Pusat Bahasa.

Anonim.

Http://www.bnpjabar.or.id/index.php?op

tion=com_content&view=article&id=31

2:mengapa-narkoba-sangat-berbahaya-

&catid=58:berita-bnp&Itemid=11

Anonim.

Http://www.ycab.org/id/missionfight.asp

.

Anonim.

http://id.wikipedia.org/wiki/Konstruktivi

sme

Anonim. (2001). Dunia adiksi dan virus :

HIV/AIDS dan hepatitis. 1 day junkie

seminar-pecandu dalam keluarga.

Ciawi : Yayasan Harapan Permata

Hati Kita.

Black, J. A & D. J Champion. (1992).

Metode dan masalah penelitian

sosial. Bandung : Eresco.

Chaplin, J. P. (2001). Kamus lengkap

psikologi. Jakarta : Raja Grafindo

Persada.

Dariyo, A. (2004). Psikologi

perkembangan remaja. Bogor :

Ghalia Indonesia.

Page 22: Penyesusaian Diri Ibu Terhadap Anak Yang Menyalahgunakan ...publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1097/1/10502252.pdf · putus asa karena pengeluaran yang meningkat akibat

Gerungan, W. A. (2002). Psikologi

sosial. Bandung : Refika Aditama.

Green, C. W. 2001. Menanggapi

epidemi HIV dikalangan pengguna

narkoba suntikan : Dasar pemikiran

pengurangan Dampak Buruk

Narkoba. Yogyakarta : WartaAIDS.

Gunarsa, S. D. (1975). Psikologi

perkembangan seri pendidikan

keluarga. Jakarta : Gunung Mulia.

Habber, A & Richard, P. R. (1984).

Psychology of adjustment. Illinois :

The Dorsey Press.

Hawari, D. (1996). AIDS dan NAPZA.

Yogyakarta : Dama Bhakti Prima

Yasa.

Hikmat, M. M. (2002). Narkoba musuh

kita bersama. Bandung : Grafitri.

Kaplan, H. I & Sadock, B. J. (1997).

Sinopsis psikiatri : Ilmu pengetahuan

prilaku psikiatri klinis, Jilid 2. Jakarta

: Binarupa Aksara.

Kartono, K. (1996). Pengantar

Metodologi riset sosial. Bandung :

Mandar Maju.

Lazarus, R. S. (1969). Patterns of

adjustment and human effectiveness.

Tokyo : Kogakusha Company, LTD.

Moleong, L. J. (2004). Metode

penelitian kualitatif. Bandung : PT.

Remaja Rosdakarya.

Mu’tadin, Z. (2002). Penyesuaian diri

remaja. Jakarta : Http://www.e-

psikologi.com/Remaja/160802.htm.

Nawawi, H. H. (2005). Metode

penelitian bidang sosial. Yogyakarta :

Gadjah Mada University Press.

Partodiharjo, S. (2006). Kenali narkoba

dan musuhi penyalahgunaannya.

Jakarta. Erlangga.

Perry, Bruce D. (2001) Bonding and

attachment in maltreated children :

Consequences of emotional neglect in

childhood . diakses dari

http://childtraumaacademy.org/Docu

ments/AttCar4_03_v2.pdf pada 05

Desember 2011.

Poerwandari, E. K. (1998). Pendekatan

kualitatif dalam penelitian psikologi.

Jakarta : Lembaga Pengembangan

Sarana Pengukuran Dan Pendidikan

Psikologi (LPSP3). Fakultas

Psikologi Universitas Indonesia.

Poerwandari, E. K. (2001). Pendekatan

kualitatif untuk penelitian perilaku

manusia. Jakarta : Lembaga

Pengembangan Sarana Pengukuran

dan Pendidikan Psikologi (LPSP3).

Poerwandari, E. K. (2005). Pendekatan

kualitatif untuk penelitian perilaku

manusia. Jakarta : Lembaga

Pengembangan Sarana Pengukuran

dan Pendidikan Psikologi (LPSP3).

Riyanto, Y. (2001). Metode penelitian

pendidikan. Surabaya : Sic.

Sitompul, A. R. A. (2001). Proses

penyesuaian diri pada istri yang

ditinggal mati oleh suami secara

mendadak. Skripsi (Tidak

Diterbitkan). Depok : Fakultas

Psikologi Universitas Indonesia.

Page 23: Penyesusaian Diri Ibu Terhadap Anak Yang Menyalahgunakan ...publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1097/1/10502252.pdf · putus asa karena pengeluaran yang meningkat akibat

Yin, R. K. (2004). Studi kasus : Desain

dan metode. Jakarta : Rajawali Press.