penyertaan dalam pembunuhan berencana dalam...

140
PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Kajian Yurisprudensi no.1429 K/Pid/2010) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syari’ah (S.sy) Oleh: Hanifah Azwar (107045102219) JURUSAN KEPIDANAAN ISLAM FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H / 2011 M

Upload: vothu

Post on 01-Apr-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM

HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

(Kajian Yurisprudensi no.1429 K/Pid/2010)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Syari’ah (S.sy)

Oleh:

Hanifah Azwar

(107045102219)

JURUSAN KEPIDANAAN ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H / 2011 M

Page 2: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM

HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF (YURISPRUDENSI)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Syari’ah (S.Sy)

Oleh

Hanifah Azwar

107045102219

Dibawah Bimbingan :

Pembimbing I : Pembimbing II :

Zubir Laini, S.H Dr. H.M.Nurul Irfan, M.Ag

150009273 197308022003121001

KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM

PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/ 2011 M

Page 3: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan
Page 4: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil kaya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 (satu) di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 21 September 2011

Hanifah Azwar

Page 5: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

i

ABSTRAK

Hanifah azwar (107045102219)

“ Penyertaan dalam Pembunuhan Berencana dalam Hukum Islam dan Hukum Positif”

(Kajian Yurispudensi no.1429 K/Pid/2010).(127,vi)

Tindak pidana semakin marak terjadi di kota- kata besar baik perampokan, pencurian hingga

pembunuhan yang direncanakan .

Dalam perkembangan zaman dan pertambahan manusia yang sangat pesat manusia telah

mengalami urbanisasi yang sangat tinggi. Masyarakat pedesaan beranggapan bahwa di kota

besar seperti Jakarta terdapat lapangan pekerjaan yang banyak. Meningkatnya urbanisasi ke

Jakarta telah menjadi zoon politicon, manusia dalam berinteraksi satu sama yang lain

seringkali tidak dapat menghindari adanya bentrokan-bentrokan kepentingan di antara

mereka, konflik yang terjadi dapat menimbulkan kerugian, karena biasanya disertai dengan

pelangaran hak dan kewajiban dari pihak satu ke pihak yang lain. Konflik-konflik seperti itu

tidak mungkin dibiarkan begitu saja, tetapi memerlukan sarana hukum untuk

menyelesaikanya. Dalam keadaan seperti ini hukum sangat diperlukan untuk menyelesaikan

persoalan yang terjadi. Seperti ungkapan “di mana ada masyarakat, maka di situlah

diperlukan hukum”. Eksitensi hukum sangat diperlukan dalam mengatur kehidupan manusia,

tanpa adanya hukum, kehidupan manusia akan liar. Siapa yang kuat dialah yang menang.

Maka perumusan masalah adalah Bagaimanakah pandangan hukum Islam dan

pandangan hukum positif tentang masalah tindak pidana pembunuhan berencana

Bagaimanakah pandangan hukum Islam dan hukum positif terhadap kasus No. 1429

K/PID/2010

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Adapun cara

menganalisa datanya adalah deskripif kualitatif, yaitu penelitian yang menggambarkan

secermat mungkin tentang hal yang diteliti, dengan jalan mengumpulkan data-data atau

informasi yang berkaitan dengan penyertaan dalam pembunuhan berencana, dengan cara

menganalisa putusan No. 1429 K/PID/2010 dan disajikan menurut hukum pidana Islam dan

hukum pidana Indonesia.

Page 6: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya. Terucap dengan tulus dan ikhlas Alhamdulillaahi Rabbil ‘aalamiin

tiada terhenti karena dapat terselesaikannya skripsi ini. Shalwat dan salam seiring

salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada insan pilihan Tuhan, Nabi

Muhammad SAW.

Dengan setulus hati penulis menyadari bahwa, skripsi ini masih sangat jauh

dari kesempurnaan. Namun demikian, skripsi ini hasil usaha dan upaya yang

maksimal dari penulis. Tidak sedikit hambatan, cobaan, dan kesulitan yang ditemui.

Banyak hal yang tidak dapat dihadirkan oleh penulis di dalamnya, karena

keterbatasan pengetahuan dan waktu. Namun patut disyukuri karena banyak

pengalaman yang didapat dalam penulisan skripsi ini.

Dengan kerendahan hati dan rasa hormat, peneliti mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H., M.A., M.M., selaku Dekan

Fakultas Syari’ah dan Hukum beserta jajaranya.

2. Bapak Dr. Asmawi, M.Ag., selaku Ketua Program Studi Pidana Islam yang

telah memberikan sarana dan prasarana yang baik selama peneliti berada di

kampus ini.

Page 7: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

iii

3. Sekretaris Program Studi Pidana Islam, Bapak Afwan, S.Ag., yang telah

membantu peneliti selama masa kuliah untuk menyelesaikan nilai akademis di

kampus ini.

4. Bapak Zubir Laini, S.H., dan Bapak Dr. H. M. Nurul Irfan, M.Ag., yang telah

membimbing, memberikan arahan, meluangkan waktu dengan penuh

keikhlasan, dan kesabaran serta dukungan, do’a, waktu, dan motivasi sehingga

skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

5. Seluruh dosen dan civitas akademika Fakultas Syari’ah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mengajarkan

ilmunya kepada penulis. Semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan,

bermanfaat dan berguna untuk penulis.

6. Pimpinan dan segenap staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas

Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah membantu peneliti dalam mencari referensi berupa buku-buku

yang menunjang dalam skripsi ini.

7. Seluruh karyawan serta Panitera Pengganti Pengadilan Negeri Jakarta Selatan,

yang telah meluangkan waktunya kepada penulis dalam mencari sumber data

dalam penulisan skripsi ini.

8. Ibunda Nur Istianah dan ayahanda Sahmari tercinta, yang telah menjaga

dengan kesabaran, membesarkan dengan cinta dan kasih sayang, mendidik

dengan pengorbanan yang tidak mengharapkan balik jasa dari buaian hingga

saat ini, serta do`a-do`anya dengan harapan peneliti menjadi manusia yang

Page 8: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

iv

berguna untuk masyarakat, negara, dan khususnya agama Islam. Dan kepada

adik-adikku yang selalu memberi semangat, Kurnia Poppy Rahmawati dan

Safira Yuni Sahana, semoga kita sekeluarga dijadikan oleh Allah SWT

menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, warohmah.

9. Sahabat-sahabat seperjuangan, teman-teman Jurusan Pidana Islam Fakultas

Syari’ah dan Hukum angkatan 2007, khususnya Dori, Farhan Huri, dan

Shanti, teman-teman KKN Remigio 2010, teman-teman dlitzamba, khususnya

Bigwanto, juga untuk Nur Hasanah Ismatullah yang memberikan konstribusi

besar dan slalu mendukung dan memberikan motifasi kepada saya dalam

menyelesaikan tugas akhir ini, dan Aam Aminah yang banyak membantu

dalam menyelesaikan skirpsi ini, terima kasih atas dukungan dan semangatnya

yang tak pernah putus kepada peneliti sehingga bisa menyelesaikan skripsi ini.

10. Juga kepada berbagai pihak lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu,

terimakasih atas

Dengan harapan yang tinggi, semoga Allah SWT membalas amal dan

kebaikan mereka dengan pahala yang berlipat ganda atas bantuannya kepada peneliti

secara moril maupun materil. Terima kasih atas segalanya. Kurang dan lebihnya

penulis mohon maaf yang sedalam-dalamnya.

Jakarta, 21 September 2011

Hanifah Azwar

Page 9: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ....................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ............................................. 6

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .......................................... 7

D. Tinjauan Pustaka ................................................................... 8

E. Metode penelitian .................................................................. 9

F. Sistematik Penulisan ............................................................ 12

BAB II PENYERTAAN DALAM TINDAK PIDANA MENURUT

HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

A. Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana .............................. 14

1. Pengertian Tindak Pidana ............................................... 14

2. Unsur-Unsur Tindak Pidana ............................................ 18

3. Pembagian Tindak Pidana ............................................... 22

B. Pengertian Penyertaan ........................................................... 31

C. Bentuk-Bentuk Penyertaan.................................................... 35

Page 10: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

vi

BAB III TINJAUAN UMUM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN

DAN SANKSI HUKUMANYA

A. Pengertian Tindak Pembunuhan ........................................... 44

B. Kualifiksi Pembunuhan ....................................................... 47

C. Sanksi Pidana Pembunuhan ................................................. 62

BAB IV ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG

A. Deskripsi Kasus Pembunuhan Berencana ............................. 84

1. Kronologis Pembunuhan ................................................. 84

2. Dakwaan dan tuntutan jaksa............................................ 99

B. Putusan Hakim Mahkamah Agung ..................................... 100

C. Analisa Putusan Mahkamah Agung ...................................... 103

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................... 125

B. Saran ...................................................................................... 126

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 128

LAMPIRAN ...................................................................................................... 131

Page 11: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam perkembangan zaman dan pertambahan manusia yang sangat pesat

manusia telah mengalami urbanisasi yang sangat tinggi. Masyarakat pedesaan

beranggapan bahwa di kota besar seperti Jakarta terdapat lapangan pekerjaan

yang banyak. Meningkatnya urbanisasi ke Jakarta telah menjadi zoon politicon,

manusia dalam berinteraksi satu sama yang lain seringkali tidak dapat

menghindari adanya bentrokan-bentrokan kepentingan di antara mereka, konflik

yang terjadi dapat menimbulkan kerugian, karena biasanya disertai dengan

pelangaran hak dan kewajiban dari pihak satu ke pihak yang lain. Konflik-konflik

seperti itu tidak mungkin dibiarkan begitu saja, tetapi memerlukan sarana hukum

untuk menyelesaikanya. Dalam keadaan seperti ini hukum sangat diperlukan

untuk menyelesaikan persoalan yang terjadi. Seperti ungkapan “di mana ada

masyarakat, maka di situlah diperlukan hukum”. Eksitensi hukum sangat

diperlukan dalam mengatur kehidupan manusia, tanpa adanya hukum, kehidupan

manusia akan liar. Siapa yang kuat dialah yang menang.1

Dalam Al-Qur’an telah disebutkan tentang kejahatan, khususnya kejahatan

yang bersifat kekerasan terhadap fisik manusia, pertama kali diperkenalkan di

1 Bambang Sutiyoso, Metode Penemuan Hukum, Upaya Mewujudkan Hukum Yang Pasti Dan

Berkeadilan (Yogyakarta: UII Press, 2006), h. 2.

Page 12: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

2

bumi ini oleh anak Adam, Qabil pada waktu ia membunuh Habil, saudaranya

sendiri. Demikianlah seterusnya kekerasan demi kekerasan dalam berbagai

bentuknya mengancam jiwa manusia yang dilakukan oleh dan terhadap anak-anak

manusia itu sendiri berlangsung terus hingga sekarang.2

Adapun perbuatan tindak pidana dapat berupa pelanggaran atau

kejahatan, yang dimaksud dengan perbuatan tindak pidana adalah perbuatan yang

oleh aturan-aturan hukum dilarang dan diancam dengan hukuman pidana bagi

masyarakat yang tidak mentaati dan melanggar aturan tersebut.3

Perbuatan tindak pidana ditinjau dari objek kejahatannya dibagi menjadi

dua macam, yaitu:

1. Kejahatan terhadap benda-benda sebagai objek hukum;

2. Kejahatan yang berhubungan dengan subjek hukum yaitu tubuh dan nyawa

seseorang.

Kejahatan adalah suatu fenomena sosial yang terjadi pada setiap waktu

dan tempat, kehadirannya di bumi ini dapat dianggap setua dengan umur manusia

dengan banyaknya pemberitaan tentang kejahatan khususnya dalam hal

pembunuhan dan perbuatan anarki dan perbuatan sadisme, bertambahnya tingkat

kejahatan tersebut terjadi dikarenakan banyaknya kekurangan sarana dan pra

sarana yang dapat menghambat perkembangan kejahatan. Pembunuhan dalam

2 JE. Sahetapy, Viktimologi Sibuah Bangsa Bunga Rampai (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,

1987), cet. ke-1, h. 35-36.

3 Bambang Purnomo, Asas-Asas Hukum Pidana (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1994), h. 130.

Page 13: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

3

bahasa Indonesia diartikan dengan prosis, perbuatan atau cara membunuh.4

Pembunuhan adalah suatu aktifitas yang dilakukan oleh sesorang dan atau

beberapa orang yang mengakibatkan seseorang dan atau beberapa orang

meninggal dunia. Apabila diperhatikan dari sifat perbuatan seseorang dan atau

beberapa orang dalam melakukan pembunuhan, maka dapat diklasifikasikan atau

dikelompokkan menjadi: disengaja (amd), tidak disengaja (khata), dan semi

disengaja (syibhu al-amd).5

Jadi dalam Islam pemidanaan dapat berfungsi sebagai pencegahan dan

juga perbaikan, dan lain halnya dengan hukum pidana positif yang hanya

mengancam dengan hukuman dan menghukumnya. Oleh karena itu kita

membutuhkan suatu tatanan hukum untuk memperbaiki keseimbangan suasana

dengan mengadakan suatu aturan hukum yang disepakati bersama dalam menutup

kebobrokan moral dengan hukum yang tegas dan lugas dalam menyikapi suatu

persoalan hukum.6

Pada saat ini kejahatan merajalela di mana-mana, dan sudah tidak menjadi

rahasia lagi, terutama di kota-kota besar di Indonesia khususnya kota metropolitan

Jakarta banyak atau sering terjadi tindak pidana yang dilakukan oleh lebih dari

satu orang atau secara beramai-ramai. Khususnya dalam tindak pidana

pembunuhan yang akan penulis bahas, banyak sekali dilakukan oleh lebih dari

4 Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), h. 136.

5 Zainudin Ali, Hukum Pidana Islam (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), h. 24.

6 Topo Santoso, Mengagas Hukum Pidana Islam (Bandung: As-Syamil, 2000), h. 190.

Page 14: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

4

satu orang, yang disebut dengan “penyertaan dalam tindak pidana“ sesuai

dengan pasal 340 KUHP pasal 55 (ayat 1).

Dalam kasus pembunuhan telah banyak terjadi di Jakarta khususnya di

daerah Jakarta selatan, di catatan pengadilan negeri Jakarta Selatan dimulai dari

bulan Januari hingga bulan April telah tercatat ada 1 kasus tehadap kejahatan

terhadap nyawa dan 2 kasus kejahatan yang menyebabkan kematian. Di antara

kasus-kasus yang ditangani oleh pengadilan Jakarta selatan di antaranya adalah

kasus pembunuhan terhadap Nasrudin Zulkarnaen direktur PT. Rajawali Sakti

yang dilakukan oleh Antasari Azhar.

Dalam kasus pembunuhan berencana, yang merupakan tindakan kejahatan

yang mengancam eksistensi jiwa dan nyawa seseorang. Tindakan tersebut

merupakan tindakan kejahatan yang bisa menggoncang stabilitas keamanan

terhadap jiwa dan nyawa masyarakat. Oleh karena itulah, Al-Qur’an melarang

keras tindakan kejahatan tersebut dan menegaskan ancaman hukuman secara rinci

dan berat atas diri pelanggarnya.7 Dalam kejahatan tersebut bukan hanya

dilakukan seseorang saja tetapi banyak dilakukan oleh lebih dari seseorang, ada

yang merencanakan, ada yang menyuruh, ada yang melakukan langsung atau

lainnya, baik terlibat langsung maupun tidak langsung. Dalam Qur’an Surat Al-

Maidah Allah swt. tegas melarang umat manusia untuk saling tolong menolong

dalam kejahatan.8

7 Muhammad Amin Suma dkk, Pidana Islam di Indonesia: Peluang, Prospek Dan Tantangan

(Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001), cet. ke-1, h. 108.

8 Imam Nawawi, Terjemahan Riyadhus Shalihin Jilid 1 (Jakarta: Pustaka Amani, 1999), h.

200.

Page 15: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

5

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah

dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu)

binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula)

mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sidang mereka mencari

kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan

ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu)

kepada sisuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari

Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-

menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan

tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu

kepada Allah, sisungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS. Al-Maidah/5 : 2)

Ketentuan penyertaan yang dibentuk dan dimuat dalam kitab undang-

undang hukum pidana yang bertujuan agar dapat dipertanggung-jawabkan dan

dipidana orang-orang yang terlibat dan mempunyai andil baik secara fisik

(objektif) maupun psikis (subjektif). Pembentuk undang-undang merasa perlu

membebani tanggung jawab pidana dan yang sekaligus besarnya bagi orang-orang

yang perbuatannya semacam itu, untuk menjadi pegangan hakim dalam

menjatuhkan pidana.

Orang-orang yang terlibat dalam kerja sama untuk mewujudkan tindak

pidana, perbuatan masing-masing dari mereka berbeda antara satu dengan yang

Page 16: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

6

lain, dari perbedaan-perbedaan yang ada pada masing-masing itu terjalinlah suatu

hubungan yang sedemikian eratnya, di mana perbuatan yang satu menunjang

perbuatan yang lainnya, yang semuanya mengarah pada satu tujuan yaitu

terwujudnya tindak pidana.9 Perampasan nyawa orang lain merupakan tindak

pidana yang mengambil kebebasan seseorang untuk hidup.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk

mengetahui bagaimana tindak pidana pembunuhan berencana, dan bagaimana

tindak pidana pembunuhan berencana yang dilakukan dengan penyertaan dan

bagaimana pandangan hukum pidana Islam tentang tindak pidana pembunuhan

berencana yang dilakukan dengan penyertaan yang ditulis dalam sebuah skripsi

dengan judul: “PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA

DALAM HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF: Kajian Yurisprudensi

No. 1429 K/PID/2010

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dari uraian di atas dapat ditemukan suatu permasalahan yang cukup

penting untuk dikaji lebih mendalam sehingga dapat ditemukan titik terang

mengenai permasalahan yang akan dikaji.

Untuk lebih memudahkan dalam pembahasan skripsi ini penulis mencoba

untuk membatasi masalah ini, sebagai berikut:

9 Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bag. III (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2002), cet. ke-1, h. 71.

Page 17: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

7

1. Tindak pidana pembunuhan berencana yang dilakukan dengan penyertaan

yang penulis maksud adalah tindak pidana pembunuhan yang telah

direncanakan dengan matang yang dilakukan oleh beberapa pihak, yaitu:

pelaku, pihak yang menyuruh melakukan, pihak yang turut melakukan, pihak

yang memberi upah, jani-janji atau sengaja membujuk, pihak yang membantu

waktu kejahatan dilakukan dan atau yang sengaja memberikan kesempatan,

sarana atau keterangan untuk melakukan kejahatan.

2. Hukum Islam yang dimaksud di sini adalah kajian hukum pidana Islam yang

membahas tentang tindak pidana (jarimah) khususnya tindak pidana

pembunuhan berencana yang dilakukan dengan penyertaan.

3. Hukum positif yang penulis maksud adalah hukum positif yang terkait dalam

pembahasan mengenai pembunuhan berencana yang dilakukan dengan

penyertaan.

Beralih dari pembahasan dan pembatasan masalah yang telah diuraikan di

atas, maka penulis memformulasikan permasalahan dalam perumusan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pandangan hukum Islam dan pandangan hukum positif tentang

masalah tindak pidana pembunuhan berencana?

2. Bagaimanakah pandangan hukum Islam dan hukum positif terhadap kasus No.

1429 K/PID/2010?

Page 18: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

8

C. Tujuan dan Manfaat penelitian

1. Adapun tujuan penelitian dari penulisan skripsi ini adalah:

a. Memberikan gambaran atau penjelasan menurut hukum Islam dan hukum

positif tentang bentuk penyertaan dalam pembunuhan berencana.

b. Untuk memberikan gambaran atau penjelasan mengenai tindak pidana

pembunuhan berencana yang dilakukan dengan penyertaan menurut

pandangan hukum Islam.

c. Untuk memberikan gambaran atau penjelasan mengenai tindak pidana

pembunuhan berencana yang dilakukan dengan penyertaan menurut

pandangan hukum pidana positif.

2. Manfaat penelitian

a. Hasil penelitian ini berguna bagi pengembangan studi hukum pidana Islam

mengenai tindak pidana khususnya mengenai pembunuhan berencana

yang dilakukan dengan penyertaan menurut hukum Islam.

b. Hasil penelitian ini berguna bagi para pihak-pihak yang berkepentingan

dalam tranformasi hukum Islam dalam tindak pidana pembunuhan

berencana yang dilakukan dengan penyertaan.

c. Hasil penelitian ini berguna bagi akademisi hukum pidana Islam dalam

rangka mengembangkan pemikiran dan khazanah hukum pidana Islam.

Page 19: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

9

D. Tinjauan Pustaka

Sehubungan dengan skripsi yang penulis buat, terdapat sejumlah

penelitian tentang topik tindak pidana yang dilakukan dengan penyertaan yang

telah dilakukan, baik yang mengkaji secara spesifik maupun yang menyingung

secara umum. Berikut paparan tinjauan umum atas sebagian karya-karya

penelitian tersebut.

Karya ilmiyah dari skripsi Suniroh yang berjudul “Sanksi Pidana Atas

Tindak Pidana Penyertaan Dalam Perampokan Menurut Hukum Pidana Islam dan

Hukum Pidana Indonesia (Analisa Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat)”.

Pokok masalah yang dikaji membahas tentang pengertian tindak pidana, unsur-

unsur tindak pidana serta pembagian tindak pidana, pengertian penyertaan,

bentuk-bentuk penyertaan, pengertian perampokan, bentuk-bentuk perampokan,

sanksi pidana terhadap pelaku perampokan, sanksi pidana atas tindak pidana

penyertaan perampokan.

Temuan penting dalam skripsi ini adalah bahwa hukum pidana Islam tidak

sesuai dengan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat dan tidaklah memberikan

keadaan yang sesungguhnya karena syarat dari pemberian hukuman telah

terpenuhi. Yang seharusnya dalam kasus tersebut menurut hukum pidana Islam,

apabila pelaku mengambil harta orang lain tanpa membunuh maka hukumannya

adalah potong tangan dan kakinya dengan bersilang. Sedangkan menurut hukum

pidana Indonesia pelaku seharusnya dikenakan hukuman pidana penjara paling

lama 12 tahun karena perbuatan tersebut dilakukan di jalan umum.

Page 20: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

10

Jadi dalam skripsi ini hanya menitik-beratkan pada sanksi yang diberikan

pada pelaku perampokan yang disertai dengan kekerasan, sedangkan skripsi yang

ditulis oleh penulis ini menjelaskan tentang keikutsertaan dalam tindak pidana

pembunuhan berencana, meskipun terdapat kesamaan dalam menjelaskan tindak

pidana secara umum.

E. Metode penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam skripsi ini adalah library

resiarch, dengan mengacu pada:

1. Sumber data

a. Data Primer

1) Wawancara (interview), yaitu metode pengumpulan data dengan jalan

tanya jawab antara dua orang atau lebih secara langsung.10

Pelaksanaannya dapat dilakukan secara langsung berhadapan dengan

yang diwawancarai, tetapi dapat juga tidak secara langsung seperti

memberikan daftar pertanyaan untuk dijawab pada kesempatan lain.11

Wawancara akan membantu mengungkapkan apa yang berkaitan

dengan penelitian12

yaitu dengan mewawancarai narasumber yang

10

Sutrisno Hadi, Metode Penelitian Research (Jakarta: Adi Offset, 1990), cet. ke-2, h. 193.

11

Jalaluddin Rachmat, Metode Penelitian Komunikasi Dilengkapi Contoh Analisis Statistik,

h. 51.

12

Jane Stokes, How To Do Media and Cultural Studies: Panduan Untuk Melaksanakan

Penelitian Dalam Kajian Media dan Budaya (Bandung: PT. Bentang Pustaka, 2006), cet. ke-1, h. 135.

Page 21: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

11

berkaitan dengan penelitian ini, yaitu pihak Panitera Pengadilan

Jakarta Selatan, Bagian Hukum dan Bagian Banding dan Kasasi.

2) Sumber data lapangan, yang diperoleh dari Pengadilan Negeri Jakarta

Selatan yang berkaitan dengan judul skripsi ini yang berupa data

putusan No. 1429 K/PID/2010, data tahun 2011 tentang kejahatan

terhadap jiwa dan kejahatan yang mengakibatkan hilangnya nyawa

seseorang.

b. Data Sekunder

Dokumentasi yaitu pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-

dokumen. Pengumpulan data ini diperoleh dari dokumen-dokumen yang

berupa catatatan formal dan dengan mengumpulkan serta menelaah

beberapa literatur baik berupa buku-buku,catatan-catatan dan dokumen

atau diktat yang ada pada redaksi.13

yaitu buku-buku,catatan-catatan dan

dokumen yang berhubungan dengan dengan judul skripsi ini (Literature

dan referensi kepustakaan).

2. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah studi

dokumentasi (keputusan), yaitu pengumpulan data-data yang terdapat di

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan berupa Putusan Majelis Hakim No. 1429

K/Pid/2010/Mahkamah Agung, tentang pembunuhan berencana yang

13

Husni Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, Metodelogi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi

Aksara, 1998), h. 32.

Page 22: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

12

dilakukan dengan penyertaan, dan buku-buku yang berkaitan dengan skripsi

ini, dan berita yang disiarkan kepada media masa.14

3. Teknik analisa data

Adapun cara menganalisa datanya adalah deskripif kualitatif, yaitu

penelitian yang menggambarkan secermat mungkin tentang hal yang diteliti,

dengan jalan mengumpulkan data-data atau informasi yang berkaitan dengan

penyertaan dalam pembunuhan berencana, dengan cara menganalisa putusan

No. 1429 K/PID/2010 dan disajikan menurut hukum pidana Islam dan hukum

pidana Indonesia.

Teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku pedoman penulisan

skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Syari’ah

dan Hukum, tahun 2007.

F. Sistematis Penulisan

Untuk mencapai sarana seperti yang diharapkan, maka sistematika

pembahasan ini dibagi menjadi lima bab. Adapun sistematika penulisan adalah

sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, permasalahan

dan ruang lingkup, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teori

dan konsiptual, sistematika penulisan.

14

Lexi J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), cet.

ke-1, h. 163.

Page 23: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

13

BAB II : Pada bab ini membahas tentang penyertaan dalam tindak pidana

menurut hukum pidana Islam dan hukum pidana Indonesia yang

dibagi menjadi: A. Tinjauan umum tentang tindak pidana yang

terdiri dari: 1. Pengertian tindak pidana 2. Unsur-unsur tindak pidana

3. Pembagian tindak pidana B. Pengertian penyertaan C. Bentuk-

bentuk penyertaan.

BAB III : Pada bab ini menjelaskan tentang tindak pidana pembunuhan

berencana menurut hukum Islam dan hukum pidana Indonesia, yang

dibagi menjadi: A. Pengertian pembunuhan B. Macam-macam

pembunuhan C. Sanksi pidana dan konsep pemaafan.

BAB IV : Pada bab ini menjelaskan tentang penyertaan dalam pembunuhan

berencana (studi kasus putusan No. 1429 K/PID/2010): A. Dalam

hukum Islam B. Dalam hukum positif.

BAB V : Penutup merupakan hasil akhir yang memuat beberapa kesimpulan

berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan perbandingan antara

Hukum Islam dan Hukum positif. Selanjutnya penulis juga

memberikan saran-saran yang berkaitan dengan pokok permasalahan

yang dibahas dalam skripsi ini.

Page 24: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

14

BAB II

PENYERTAAN DALAM TINDAK PIDANA MENURUT

HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

A. Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana

1. Pengertian Tindak Pidana

a. Menurut Hukum Pidana Islam

Dalam hukum pidana Islam istilah tindak pidana sering

diistilahkan dengan jarimah, yang berasal dari kata َجَرَم yang berarti

melakukan usaha atau upaya.15

Pengertian secara umum yaitu:

Melakukan perbuatan yang diharamkan yang dikenal dengan sanksi atas

melakukan perbuatan itu atau meninggalkan perbuatan yang

diperintahkan yang dikenai sanksi atas meninggalkan perbuatan tersebut.

Imam Al-Mawardi mendefinisikan jarimah sebagai berikut:

Segala larangan-larangan syara’ (melakukan hal-hal yang dilarang dan

atau meninggalkan hal-hal yang diwajibkan) yang diancam dengan

hukuman had atau takzir.16

15

A. Djazuli, Fiqh Jinayah: Upaya Menanggulangi Kejahatan Dalam Islam (Jakarta: PT.

Raja Grafindo, 2000), h. 11.

16

Abu Al-Hasan Al-Mawardi, Al-Ahkam As-Sulthaniyah (Musthafa Al-Baby Al-Halaby,

Mesir, 1975), cet. ke-3, h. 219.

Page 25: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

15

Para fuqaha mendefinisikan jarimah:

“segala larangan-larangan yang haram karena dilarang oleh Allah yang

diancam dengan hukuman had atau takzir, maksud al-mahdhurot ialah: baik

mengerjakan perbuatan yang dilarang maupun meninggalkan perbuatan yang

dilarang”

Larangan-larangan menurut definisi yang diberikan oleh para fuqaha di

atas, adakalanya mengerjakan perbuatan yang dilarang, atau meninggalkan

perbuatan yang diwajibkan kepadanya, dan dapat dikenakan sanksi berupa had

atau qishas. Adanya kata syara berarti bahwa suatu perbuatan baru dianggap

sebagai jarimah apabila telah ada larangan dari syara.

Kemudian Abdul Qadir Audah dalam kitabnya Al-Tasyri Al-Jina’i Al-

Islami mengemukakan sebagai berikut:

“jinayah menurut bahasa adalah nama dari tindak pidana yang dilakukan oleh

seseorang dari kejahatan yang ia lakukan, dan menurut istilah ialah nama dari

perbuatan yang diharamkan oleh syari’at baik perbuatan itu terhadap jiwa, atau

harta atau yang lainnya”17

Para fuqaha juga sering memakai kata-kata jinayah untuk jarimah.

Semula pengertian jinayah ialah hasil perbuatan seseorang, dan biasanya dibatasi

kepada perbuatan yang dilarang saja. Di kalangan fuqaha, yang dimaksud dengan

17

Abdul Al-Qodir Audah, Al-tasri’ Al-Jinai Al-Islami (Beirut: Muatsatsah Al-Risalah, 1998),

jilid I, h. 67.

Page 26: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

16

kata-kata jinayah adalah perbuatan yang dilarang syara’, baik perbuatan itu

mengenai (merugikan) jiwa atau harta maupun benda lainnya.

Kebanyakan fuqaha memakai kata-kata jinayah hanya untuk perbuatan

yang mengenai jiwa orang atau anggota badan, seperti membunuh, melukai,

memukul, mengugurkan kandungan dan sebagainya. Ada pula golongan fuqaha

yang membatasi pemakaian kata-kata jarimah kepada jarimah hudud dan qishas

saja.

Dengan mengenyampingkan perbedaan pemakaian kata-kata jinayah dan

jarimah di kalangan para fuqaha, maka dapatlah kita mengatakan bahwa kata-kata

jinayah dalam istilah fuqaha sama pengertiannya dengan kata jarimah.18

A.Hanafi dalam buku Pengantar Dan Sejarah Hukum Islam

mengemukakan sebagai berikut: hukum pidana ialah kumpulan aturan-aturan

yang mengatur cara melindungi dan menjaga keselamatan hak-hak dan

kepentingan masyarakat (Negara) dan anggota-anggotanya dari perbuatan yang

tidak dibenarkan.19

Sedangkan menurut Haliman, hukum pidana Islam ialah ketentuan-

ketentuan hukum syariat Islam yang melarang orang untuk berbuat atau tidak

berbuat sesuatu, dan terhadap pelanggaran ketentuan hukum tersebut dikenakan

hukuman yang berupa penderitaan badan atau denda kepada pelakunya.20

18

A. Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2005), cet. ke-5, h.

1-2.

19

A. Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2005), h. 45.

20

Haliman, Hukum Pidana Syari’at Islam Menurut Ajaran Ahli Sunnah (Jakarta: Bulan

Bintang, 1970), h. 64.

Page 27: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

17

b. Menurut Hukum Positif

Pembentuk undang-undang kita telah mengunakan perkataan “straffbaar

feit” untuk menyebutkan apa yang kita kenal sebagai “tindak pidana” di dalam

kitab undang-undang hukum pidana tanpa memberikan sesuatu penjelasan

mengenai apa yang sebenarnya yang dimaksud dengan perkataan “strafbaar feit”.

Tidak ada penjelasan resmi tentang apa yang dimaksud dengan strafbaar feit itu,

sehingga para ahli hukum berusaha untuk memberikan arti dari istilah itu.

Sayangnya sampai saat ini belum ada keseragaman pendapat.21

Kemudian

muncullah istilah-istilah yang pernah digunakan baik dalam perundang-undangan

yang ada dalam berbagai literatur hukum sebagai terjemah dari istilah straffbaar

feit ini, antara lain:

1) Moeljatno memberikan rumusan perbuatan pidana sebagai perbuatan yang

dilarang oleh suatu aturan hukum dan diancam dengan pidana bagi yang

melanggarnya.22

Dan perbuatan itu harus betul-betul dirasakan oleh

masyarakat sebagai perbuatan yang tidak boleh atau menghambat akan

tercapainya tata dalam pergaulan masyarakat yang telah dicita-citakan oleh

masyarakat itu.

2) R.Tresna memilih peristiwa pidana yang berarti sesuatu perbuatan atau

rangkaian perbuatan manusia, yang bertentangan dengan undang-undang atau

peraturan lainnya terhadap perbuatan yang diadakan tindakan penghukuman.23

21

Adami Chawawi, Pelajaran Hukum Pidana Bag. I (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2002), cet. ke-1, h. 67.

22

Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), cet. ke-7, h. 54.

23

Tresna, Asas-Asas Hukum Pidana (Jakarta: PT. Tiara Limiter, 1959), h. 27.

Page 28: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

18

3) Wirjono lebih memilih pada tindak pidana yang berarti suatu perbuatan yang

pelakunya dapat dikenakan hukuman atau sanksi pidana.24

Dalam bahasa feit berarti sebagian dari kenyataan sedangkan strafbaar

berarti dapat dihukum, maka secara harfiah strafbaar feit berarti sebagian dari

sesuatu kenyataan yang dapat dihukum.25

Menurut hukum positif kita, tindak pidana adalah suatu tindakan yang

menurut suatu rumusan undang-undang telah dinyatakan sebagai tindakan yang

dapat dihukum.26

Sesungguhnya tidak ada seorangpun dapat dihukum kecuali

apabila tindakanya itu memang benar-benar bersifat melanggar hukum dan telah

dilakukan berdasarkan kesengajaan ataupun tidak sengaja.

Tindak pidana adalah:

a. Suatu perbuatan manusia;

b. Perbuatan itu diancam dengan hukuman oleh undang-undang;

c. Perbuatan harus dilakukan oleh orang yang dapat dipertanggungjawabkan.

2. Unsur-Unsur Tindak Pidana

a. Menurut Hukum Islam

Dalam hukum pidana Islam, tindak pidana atau jarimah itu memiliki

unsur-unsur atau rukun-rukun, yaitu unsur umum dan unsur khusus.27

Unsur

24

Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia (Bandung: PT. Eresco

Jakarta, 1981), cet. ke-3, h. 50.

25

Van Bemmelen, Ons Strafrecht I, h. 62.

26

Pompe, Handboek, h. 39.

27

A. Djazuli, Fiqh Jinayah: Upaya Menanggulangi Kejahatan Dalam Islam (Jakarta: PT.

Raja Grafindo, 2000), h. 12.

Page 29: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

19

umum jarimah adalah unsur-unsur yang terdapat pada setiap jarimah, yang

terdiri dari:

1) Unsur formal (al-rukn al-syar’i), yakni adanya nash yang melarang

perbuatan-perbuatan tertentu yang disertai ancaman hukuman;

2) Unsur materil (al-rukn al-madi), yakni adanya perbuatan yang membentuk

jarimah, baik berupa melakukan perbuatan yang dilarang maupun

meninggalkan perbuatan yang diperintahkan;

3) Unsur moril (al-rukn al-adaby), yakni pelaku jarimah, ia adalah orang

yang dapat menerima khitab atau dapat memahami taklif, atau disebut

sebagai mukallaf.

Menurut unsur khusus jarimah adalah unsur yang terdapat pada suatu

jarimah yang lain. Sebagai contoh: menghilangkan nyawa manusia oleh

manusia lainnya dalam jarimah pembunuhan.

b. Menurut Hukum Positif

Unsur tindak pidana dapat dibedakan menjadi dua sudut pandang,

yakni: dari sudut teoritis dan dari sudut undang-undang. Maksud dari teoritis

adalah berdasarkan pendapat para ahli hukum, yang tercermin pada bunyi

rumusannya. Sedangkan sudut undang-undang adalah bagaimana kenyataan

tindak pidana itu dirumuskan menjadi tindak pidana tertentu dalam pasal-

pasal peraturan perundang-undangan yang ada.28

28

Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bag I (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2002), cet. ke-1, h. 78-79.

Page 30: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

20

1) Unsur Tindak Pidana Menurut Beberapa Teoritisi

Menurut moeljatno, unsur tindak pidana adalah:

a. Perbuatan;

b. Yang dilarang (oleh aturan hukum);

c. Ancaman pidana (bagi yang melanggar larangan).

Menurut R. Tresna, tindak pidana terdiri dari unsur sebagai berikut:

a. Perbuatan/rangkaian perbuatan (manusia);

b. Yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan;

c. Diadakan tindakan penghukuman atau sanksi.

Menurut Apeldoorn elemen atau unsur delik itu terdiri dari elemen

objektif yang berupa adanya suatu tindakan yang bertentangan dengan

hukum (onrecht matig/wederrechttelijk) dan elemen subjektif yang

berupa adanya seorang pembuat (dader) yang mampu

bertanggungjawab atau dipersalahkan (toerekeningsyat baarheid)

terhadap kelakuan yang bertentangan dengan hukum.29

Di samping itu pula ada yang membagi unsur tindak pidana secara

terperinci, dan ini didasarkan atas susunan dari tiap-tiap tindak pidana

yang bersangkutan, sehingga secara alternatif setiap tindak pidana harus

mempunyai unsur yang pada umumnya sesuai dengan luasnya isi rumusan

tindak pidana yang pada umumnya sesuai dengan luasnya isi rumusan

29

L.J. Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum (Jakarta: Pradya Paramita, 1978), cet. ke-15,

h. 338-339.

Page 31: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

21

tindak pidana yang berkembang dalam ilmu pengetahuan. Kemudian

dalam hal menentukan pembagian perincian unsur-unsur dalam suatu

tindak pidana tidak terdapat kesatuan doktrin dari para ahli.

Dari unsur yang telah dikemukakan oleh para ahli hukum di atas,

maka dapat disimpulkan bahwa suatu tindak pidana harus memiliki unsur-

unsur yang terdiri dari:

a) Subjek;

b) Kesalahan;

c) Sifat melawan hukum;

d) Suatu tindakan yang diancam dengan hukuman atau sanksi.

2) Unsur Tindak Pidana dalam Rumusan Undang-Undang

Buku II KUHP memuat rumusan perihal tindak pidana tertentu

yang masuk dalam kelompok kejahatan, dalam buku III adalah

pelanggaran. Ternyata ada unsur yang selalu disebutkan dalam setiap

rumusan, ialah mengenai tingkah laku/perbuatan. Unsur kesalahan dan

melawan hukum terkadang dicantumkan, dan seringkali juga tidak

dicantumkan.

Dari rumusan-rumusan tindak pidana tertentu dalam KUHP, maka

dapat diketahui adanya 8 unsur tindak pidana, yaitu:

a) Tingkah laku;

b) Melawan hukum;

c) Kesalahan;

Page 32: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

22

d) Akibat konstitutif;

e) Keadaan yang menyertai;

f) Syarat tambahan untuk dapat dituntut pidana;

g) Syarat tambahan untuk memperberat pidana;

h) Syarat tambahan untuk dapatnya dipidana.30

3. Pembagian Tindak Pidana

a. Menurut Hukum Islam

Dalam hukum Islam seperti telah disebutkan sebelumnya tindak

pidana disebut dengan jarimah. Menurut cara meninjaunya jarimah dapat

dibedakan menjadi:

1) Dilihat dari segi berat ringanya hukuman jarimah dibagi menjadi tiga,

yaitu: jarimah hudud, jarimah qishas diyat dan jarimah takzir.

2) Dilihat dari segi niat si pelaku, jarimah dibagi menjadi: sengaja dan tidak

sengaja.

3) Dilihat dari cara mengerjakan, jarimah dibagi menjadi positif dan negatif.

4) Dan dari segi yang menjadi korban, jarimah dibagi menjadi jarimah

perseorangan dan jarimah masyarakat.31

30

Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bag. I (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2002), cet. ke-1, h. 81-82.

31

Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2005), h. 7.

Page 33: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

23

1) Jarimah: Hudud, Qishas Diyat dan Takzir

a) Jarimah Hudud

Jarimah hudud adalah jarimah yang diancam dengan hukuman

had. Adapun pengertian hukuman had sebagaimana yang

dikemukakan oleh Abdul Qadir Audah, adalah:

“hukuman had adalah hukuman yang telah ditentukan oleh syara dan

merupakan hak Allah SWT”.32

Oleh karena hukuman had itu merupakan hak Allah, maka

hukuman tersebut tidak dapat digugurkan oleh perseorangan (korban

atau pihak keluarga) atau oleh masyarakat yang diwakili oleh Negara.

Yang termasuk dalam jarimah hudud ada tujuh macam, yaitu:

1. Zina;

2. Qadzaf atau menuduh berzina;

3. Syurbul khamar atau meminum minuman keras;

4. Pencurian;

5. Hirabah atau perampokan;

6. Riddah atau murtad;

7. Jarimah pemberontakan.

32

Abdul Qadir Audah, Al-Tasyri’ Al-Jina’i Al-Islami (Beirut: Muatsatsah Al-Risalah, 1998),

h. 79.

Page 34: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

24

b) Jarimah Qishas-Diyat

Jarimah qishas-diyat adalah perbuatan-perbuatan yang diancam

dengan hukuman qishas atau hukuman diyat, tidak mempunyai batas

terendah dan tertinggi, tetapi menjadi hak perseorangan, dengan

pengertian bahwa si korban atau ahli warisnya dapat memaafkan si

pelaku kejahatan. Bila dimaafkan, maka hukumanya dapat terhapus.

Jarimah ini terdiri dari lima macam, yaitu:

1) Pembunuhan sengaja;

2) Pembunuhan menyerupai sengaja;

3) Pembunuhan karena kesalahan;

4) Penganiayaan sengaja;

5) Penganiayaan tidak sengaja.

c) Jarimah takzir

Yang termasuk jarimah golongan ini ialah perbuatan-perbuatan

yang diancam dengan satu atau beberapa hukuman takzir. Jarimah

takzir dari segi bahasa berartikan mencegah atau menolak, sedangkan

menurut istilah berartikan peraturan mengenai jarimah yang ancaman

hukumnya diserahkan kepada kebijakan hakim. Jadi secara definisi

jarimah takzir ialah suatu tindakan yang diancam dengan hukuman

takzir. Dalam hal ini, syara tidak menentukan macam-macamnya

hukuman untuk tiap-tiap jarimah takzir, tetapi hanya menyebutkan

sekumpulan hukuman, dari yang seringan-ringanya sampai pada yang

Page 35: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

25

seberat-beratnya. Dalam hal ini hakim diberikan kebebasan untuk

memilih hukuman-hukuman mana yang sesuai dengan macam jarimah

takzir serta keadaan si pelaku.

2) Jarimah Sengaja dan Jarimah Tidak Sengaja

Pada jarimah sengaja, si pembuat dengan sengaja melakukan

perbuatannya, sedang ia tahu bahwa perbuatannya itu dilarang (salah).

Begitulah arti umum tentang kesengajaan, meskipun pada jarimah

pembunuhan, kesengajaan mempunyai arti khusus, yaitu sengaja

melakukan perbuatan yang dilarang dan akibat perbuatan itu dikehendaki

pula. Kalau si pelaku dengan sengaja berbuat tetapi tidak menghendaki

akibat-akibat perbuatannya itu, maka disebut pembunuhan semi sengaja.

Pada jarimah tidak sengaja, si pelaku tidak sengaja melakukan

perbutan yang dilarang, akan tetapi perbuatan tersebut sebagai akibat

kekeliruan.33

3) Jarimah Positif dan Jarimah Negatif

Jarimah positif (jarimah ijabiyah) terjadi karena mengerjakan

suatu perbuatan yang dilarang, seperti: mencuri, memukul, dan

sebagainya. Disebut juga sebagai delicta commissionis. Jarimah negatif

(jarimah salabiyah) terjadi karena tidak mengerjakan suatu perbuatan

yang diperintahkan. Disebut juga sebagai delicta ommissionis.

33

Abdul Qadir Audah, Al-Tasyri’ Al-Jina’i Al-Islami (Beirut: Muatsatsah Al-Risalah, 1998),

h. 11-12.

Page 36: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

26

4) Jarimah Masyarakat dan Jarimah Perorangan

Jarimah masyarakat adalah suatu jarimah di mana hukuman

terhadapnya dijatuhkan untuk menjaga kepentingan masyarakat, baik

jarimah itu mengenai perseorangan atau mengenai ketentranman

masyarakat dan keamananya.

Jarimah perseorangan adalah suata jarimah di mana hukuman

terhadapnya dijatuhkan untuk melindungi kepentingan perseorangan,

meskipun sebenarnya apa yang menyingung perseorangan juga berarti

menyinggung masyarakat.34

b. Menurut Hukum Positif dan menurut KUHP dan doktrin

Dalam hukum positif, tindak pidana dibagi menjadi:

1) Menurut KUHP, tindak pidana dibedakan menjadi dua, yaitu kejahatan

dan pelangaran. Di dalam KUHP dibagi menjadi tiga buku, yaitu buku I

yang berisikan tentang aturan-aturan umum, buku II yang berisikan

tentang tindak pidana yang termasuk dalam tindak pidana kejahatan, dan

dalam buku III berisikan tentang tindak pidana yang termasuk dalam

pelangaran.35

Dalam hal ini undang-undang hanya membagi penggolangan

saja tanpa memberikan arti yang jelas.

34

Abdul Qadir Audah, Al-Tasyri’ Al-Jina’i Al-Islami (Beirut: Muatsatsah Al-Risalah, 1998),

h. 14.

35

Adami Chawawi, Pelajaran Hukum Pidana Bag I (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2002), h. 118.

Page 37: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

27

Manfaat pembagian tindak pidana menjadi kejahatan dan pelangarn:

a) Pada pasal 5 kejahatan yang dilakukan di luar negeri dapat dijatuhkan

hukuman sedangkan pelanggaran tidak.

b) Pada pasal 10 hukuman kejahatan lebih berat daripada hukuman

pelaggaran.

c) Kesalahan dalam kejahatan harus dibuktikan dengan tegas sedangkan

pelanggaran tidak perlu dibuktikan dengan tegas.

d) Pada pasal 53 percobaan melakukan tindak kejahatan dapat dikenakan

hukuman sedangkan percobaan dalam pelanggaran tidak.

e) Pada pasal 56 membantu dalam kejahatan dihukum sedangkan dalam

pelanggaran tidak.

f) Pada pasal 65 dan 66 mengenai pengabungan tindak pidana hanya

dijatuhkan satu hukumn tersebut sedangkan pada pasal 70 jika terjadi

pengabungan terhadap pelanggaran maka dihukum sendiri-sendiri.

Namun demikian oleh ilmu pengetahuan hukum mencoba lebih

lanjut memberikan ukuran perbedaan kejahatan dan pelanggaran sebagai

berikut:

a) Kejahatan adalah recht delict, yakni perbuatan yang bertentangan

dengan kepentingan hukum. Dan pelanggaran adalah wet delict,

perbuatan yang tidak menaati larangan atau keharusan yang

ditentukan oleh penguasa Negara.

Page 38: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

28

b) Kejahatan adalah memperkosa suatu kepentingan hukum (krenkings

delicten) seperti pembunuhan, pencurian dan sebagainya. Sedangkan

pelanggaran adalah perbuatan yang hanya membahayakan

kepentingan hukum, seperti menabrak dan melewati lampu merah,

dan lain-lain.

2) Menurut cara merumuskannya, dibedakan antara tindak pidana formil

(formil delicten) dan tindak pidana materiil (materiel delicten).

Tindak pidana formil adalah tindak pidana yang dirumuskan sedemikian

rupa, sehingga memberikan arti bahwa inti larangan yang dirumuskan itu

adalah melakukan perbuatan tertentu. Perumusan tindak pidana formil

tidak memperhatikan dan atau tidak memerlukan timbulnya sesuatu akibat

tertentu dari perbuatan sebagai syarat penyelesaian tindak pidana,

melainkan semata-mata pada perbuatannya. Sedangkan tindak pidana

materiil, inti larangan adalah pada menimbulkan akibat yang dilarang,

karena itu siapa yang menimbulkan akibat yang dilarang itulah yang

dipertanggungjawabkan dan dipidana.36

3) Berdasarkan bentuk kesalahannya, dibedakan antara tindak pidana

sengaja (doleus delicten) dan tindak pidana tidak dengan sengaja (culposi

delicten).

Tindak pidana sengaja adalah tindak pidana yang dalam rumusannya

dilakukan dengan kesengajaan atau mengandung unsur kesengajaan.

36

Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bag I (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2002), h. 122.

Page 39: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

29

Sedangkan tindak pidana culpa adalah tindak pidana yang dalam

rumusannya mengandung unsur culpa dan tindak pidana culpa adalah

tindak pidana yang unsur kesalahannya adalah berupa kelalaian, karena

kurang hati-hati, dan tidak karena kesengajaan.37

4) Berdasarkan macam perbuatannya, dapat dibedakan antara tindak pidana

aktif/positif dapat juga disebut tindak pidana komisi (delicta comissionis)

dan tindak pidana pasif/negative, disebut juga tindak pidana omisi (delicta

ommissionis).

Tindak pidana aktif adalah tindak pidana yang perbuatannya merupakan

perbuatan aktif (positif). Perbuatan aktif adalah perbuatan yang untuk

mewujudkanya disyaratkan adanya gerakan dari anggota tubuh orang yang

berbuat. Perbuatan aktif ini terdapat baik dalam tindak pidana yang

dirumuskan secara formil maupun secara materiil. Sedangkan tindak

pidana pasif adalah di dalam tindak pidana pasif ada suatu kondisi atau

keadaan tertentu yang mewajibkan seseorang dibebani kewajiban hukum

untuk berbuat tertentu, yang apabila ia tidak melakukan perbuatan itu

maka ia telah melanggar kewajiban hukumnya tadi. Di sini ia telah

melakukan tindak pidana pasif. Tindak pidana ini dapat juga disibut juga

tindak pidana pengabaian suatu kewajiban hukum.38

37

Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana bag I (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2002), h. 124-125.

38

Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bag. I (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2002), h. 125-126.

Page 40: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

30

5) Berdasarkan sumbernya, dapat dibedakan antara tindak pidana umum dan

tindak pidana khusus.

Tindak pidana umum adalah semua tindak pidana yang dimuat dalam

KUHP sebagai kodifikasi hukum pidana materiil (buku II dan buku III

KUHP), sedangkan tindak pidana khusus adalah semua tindak pidana

yang terdapat di luar kodifikasi tersebut, misalnya tindak pidana korupsi,

tindak pidana psikotropika, dan lain-lain.39

6) Dilihat dari sudut hukumnya, dapat dibedakan antara tindak pidana

communia (delicta communia, yang dapat dilakukan oleh siapa saja), dan

tindak pidana propria (dapat dilakukanhanya oleh orang yang memiliki

kualitas pribadi tertentu).

Pada umumnya tindak pidana itu dibentuk dan dirumuskan untuk berlaku

pada semua orang, dan memang sebagian tersebar tindak pidana itu dirumuskan

dengan maksud yang demikian, akan tetapi ada perbuatan-perbuatan yang tidak

patut tertentu yang khusus hanya dapat oleh orang berkualitas tertentu saja,

misalnya pegawai negeri (pada kejahatan jabatan) atau nahkoda (pada kejahatan

pelayaran dan sebagainya). Di samping itu ada juga tindak pidana yang berdiri

sendiri, misalnya seorang ibu melakukan pembunuhan bayinya.40

39

Adami chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bag. I (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2002), h. 127.

40

Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bag. I (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2002), h. 128.

Page 41: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

31

B. Pengertian Penyertaan

1. Menurut Hukum Islam

Dalam bahasa Arab penertaan berasal dari kata yang ِإْشَتَرَك َيْشَتِرُك ِإْشِتَراًكا

berarti persekutuan, perserikatan, asosialisasi dan partnership. Dalam hukum

Islam terdapat istilah (istirak fi jarimah) yang berarti bersama-sama,

keterlibatan atau delik penyertaan.41

Penyertaan menurut hukum Islam seperti yang dikemukakan oleh

Abdul Qodir Audah adalah:

Suatu jarimah kadang-kadang dilakukan oleh individu sindiri, kadang-kadang

dilakukan oleh beberapa orang yang masing-masing individu mendapat

bagian dalam pelaksanaan jarimah tersebut atau saling membantu satu

dengan yang lainnya demi terlaksananya jarimah tersebut.

Setelah memperhatikan uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan

dari penyertaan dalam suatu tindak pidana menurut hukum Islam adalah suatu

tindak pidana yang dilakukan oleh lebih dari satu orang.

Di dalam hukum pidana Islam apabila jarimah atau tindak pidana itu

diperbuat oleh beberapa orang maka bentuk kerjasama mereka, tidak lebih

dari empat macam bentuk, yaitu:

41

Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Mudhlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia (Yogyakarta:

Multi Karya Grafika Yogyakarta, 2003), cet. ke-8, h. 131.

Page 42: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

32

a. Pelaku jarimah bersama-sama dengan orang lain melaksanakan suatu jarimah

atau dengan pengertian bahwa mereka secara kebetulan bersama-sama

melakukan jarimah tersebut;

b. Pelaku mangadakan kesepakatan dengan orang lain untuk melaksanakan

jarimah;

c. Pelaku menghasut atau menyuruh orang lain untuk melaksanakan jarimah;

d. Memberi bantuan atau kesempatan untuk dilakukannya jarimah dengan

berbagai macam cara, tanpa ikut melakukanya.42

Setelah memeperhatikan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

yang dimaksud dengan turut serta melakukan suatu jarimah atau suatu tindak

pidana menurut hukum Islam adalah turut serta seseorang atau lebih dalam

melakukan suatu perbuatan kejahatan atau kriminal, baik pelakunya turut serta

secara langsung atau tidak langsung.

Selanjutnya dalam hal turut serta ini, hal yang harus dipahami adalah

bagaimana dan sejauh mana peranan para pelaku tindak pidana dalam

melaksanakan kejahatan itu. Hal ini sangat penting karena pertanggungjawaban

dan hukuman masing-masing pelaku sangat tergantung pada seberapa jauh

peranan masing-masing dalam melakukan tindak pidana tersebut.

42

Abdul Qodir Audah, Al-Tasyri’ Al-Jina’i Al-Islami (Beirut: Muatsatsah Al-Risalah, 1998),

h. 357.

Page 43: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

33

2. Menurut Hukum Positif

Penyertaan merupakan terjemahan dari bahasa Belanda, yaitu deelneming

berasal dari kata deelnemen, Satochid Kartanegara mendefinisikan bahwa yang

dimaksud dengan deelneming adalah apabila dalam suatu tindak pidana

tersangkut lebih dari satu orang atau beberapa orang (lebih dari seorang).43

Pendapat Satochid Kartanegara di atas kurang tepat, karena walaupun

tersangkut beberapa orang, jika hanya satu orang yang dapat

dipertanggungjawabkan, perbuatan tersebut tidak termasuk deelneming. Lebih

tepat deelneming diartikan suatu delik yang dilakukan lebih dari satu orang yang

dapat dipertanggung jawabkan.44

Sedangkan Wirjono Prodjodikoro mengatakan bahwa yang dinamakan

deelneming adalah berarti turut sertanya seseorang atau lebih pada waktu orang

lain melakukan suatu tindak pidana.45

Dalam turut serta ini, sesuatu yang perlu dipahami adalah bagaimana

hubungan dari tiap-tiap peserta terhadap tindak pidana yang terjadi. Hal ini

disebabkan karena hubungan di antara para peserta itu dapat bermacam-macam,

yaitu:

43

Satochid Kartanegara, Hukum Pidana Bag. II (Jakarta: Balai Lektur Mahasiswa), h. 1.

44

Laden Marpaung, Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), cet. Ke

33, h. 77.

45

Wijaono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia (Bandung: PT. Eresco

Jakarta, 1981), h. 108.

Page 44: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

34

a. Mereka bersama-sama melakukan tindak pidana yang terjadi;

b. Hanya seorang saja yang mempunyai kehendak dan orang lain yang

melaksanakan tindak pidana tersebut;

c. Seseorang yang melakukan tindak pidana sedangkan yang lain memberikan

bantuan kepadanya untuk melaksanakan tindak pidana.

Oleh karena itulah maka setiap pelaku mempunyai hubungan dan peranan

yang berbeda-beda terhadap pelaku tindak pidana tersebut, maka semua ini

berpangkal kepada penetuan pertanggungjawaban dari pada setiap peserta

terhadap tindak pidana yang terjadi.46

Di dalam KUHP istilah penyertaan tidak dijelaskan secara definisi.

Namun, berdasarkan pasal 55 dan 56 KUHP yang hanya menyebutkan bentuk-

bentuk penyertaan saja,47

dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan

penyertaan adalah tindak pidana yang melibatkan lebih dari satu orang dalam

mewujudkan perbuatan tindak pidana.

Ketentuan pidana di dalam pasal 55 KUHP itu menurut rumusannya yang

asli di dalam bahasa Belanda yang artinya:

1. Dihukum sebagai pelaku-pelaku dari suatu tindak pidana yaitu:

a. mereka yang melakukan, menyuruh melakukan, atau yang turut

melakukan

46

Satochid Kartanegara, Hukum Pidana Bag. I (Jakarta: Balai Lektur Mahasiswa), h. 1.

47

Adami Chawawi, Pelajaran Hukum Pidana Bag. III (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2002), h. 78.

Page 45: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

35

b. mereka yang dengan pemberian-pemberian, janji-janji, dengan

menyalahgunakan kekuasaan atau keterpandangan, dengan kekerasan,

ancaman, atau dengan menimbulkan kesalahpahaman atau dengan

memberikan kesempatan, sarana-sarana atau keterangan-keterangan,

dengan sengaja telah menggerakan orang lain untuk melakukan tindak

pidana yang bersangkutan.

2. Mengenai mereka yang disebutkan terakhir ini, yang dapat dipertanggung

jawabkan kepada mereka itu hanyalah tindakan-tindakan yang dengan sengaja

telah mereka gerakkan untuk dilakukan oleh orang lain, berikut akibat-

akibatnya dihukum sebagai pembantu-pembantu di dalam suatu kejahatan,

yaitu:

a. mereka yang dengan sengaja telah memberikan bantuan dalam melakukan

kejahatan tersebut;

b. mereka yang dengan sengaja telah memberikan kesempata, sarana-sarana

atau keterangan-keterangan untuk melakukan kejahatan tersebut.48

C. Bentuk-Bentuk Penyertaan

1. Menurut Hukum Islam

Dalam hukum Islam penyertaan hanya dibedakan berdasarkan

keikutsertaan seseorang dalam melakukan jarimah. Apakah secara langsung

atau tidak langsung. Berdasarkan hal tersebut para fuqaha membagi

penyertaan menjadi dua golongan, yaitu:

48

Moeljatno, KUHP (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), cet. ke-24, h. 25-26.

Page 46: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

36

a. Turut Berbuat Langsung

Yang dimaksud dengan turut berbuat langsung adalah orang yang

secara langsung turut serta melakukan tindak pidana. Dalam istilah fiqh

jinayah peristiwa turut berbuat langsung disibut isytirak mubasyir.

Abdul Qodir Audah berpendapat bahwa turut berbuat langsung pada

dasarnya baru terjadi apabila orang yang melakukan jarimah dengan nyata

lebih dari seseorang atau berbilangnya jumlah pelaku. 49

Para fuqaha mengadakan pemisahan tentang kerjasama para pelaku

dalam mewujudkan tindak pidana yang terjadi. Dikatakan apabila kerjasama

antar mereka dalam melakukan suatu tindak pidana terjadi secara kebetulan

maka kejadian ini dinamakan tawafuq, dan kerja sama yang terjadi memang

sudah direncanaan maka kejahatan itu dinamakan tamalu.50

Pada tawafuq pelaku tindak pidana tidak mempunyai kesepakatan

sebelumnya, melainkan masing-masing berbuat karena dorongan pribadi dan

fikiran yang timbul secara tiba-tiba, seperti yang sering terjadi pada kerusuhan

dalam demontrasi atau perkelahian masal. Dan masing-masing pelaku

bertangung jawab atas akibat perbuatannya saja, dan tidak bertanggung jawab

atas perbuatan orang lain.

49

Abdul Qadir Audah, Al-Tasyri’ Al-Jina’i Al-Islami (Beirut: Muatsatsah Al-Risalah, 1998),

h. 360.

50

Abdul Qadir Audah, Al-Tasyri’ Al-Jina’i Al-Islami (Beirut: Muatsatsah Al-Risalah, 1998),

h. 107.

Page 47: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

37

Adapaun tamalu pelaku telah bersepakat sebelumnya untuk melakukan

tindak pidana dan mereka menginginkan terlaksananya kejahatan tersebut,

serta saling bantu membantu melaksanakanya. Misalnya ada dua orang

bersepakat untuk membunuh orang ketiga, kemudian keduanya pergi

menemui orang tersebut, yang satu mengikat korban yang lainnya memukul

kepala korban sampai korban tewas, maka kedua pelaku tersebut bertanggung

jawab atas kematian korban. Dan para pelaku harus

mempertanggungjawabkan secara keseluruhan. Apabila korban kejahatan

meninggal maka setiap pelaku dapat dihukum sebagai pembunuh.51

Menurut para fuqaha ada perbedaan pertanggungjawaban antar pelaku

tawafuq dan tamalu. Pada tawafuq masing-masing pelaku hanya bertanggung

jawab atas akibat perbuatnya saja, dan tidak bertanggung jawab atas pebuatan

orang lain. Akan tetapi pada tamalu para peserta harus

mempertanggungjawabkan akibat perbuatan sebagai keseluruhan. Apabila

korban meninggal maka masing-masing pelaku dianggap sebagai pembunuh.

Adapun menurut imam Abu Hanifah, antara tawafuq dan tamalu sama

saja hukumnya, yaitu masing-masing pelaku hanya bertanggung jawab atas

akibat perbuatannya sendiri, jadi dalam keadaan tamalu seperti pada contoh

51

Abdul Qadir Audah, Al-Tasyri’ Al-Jina’i Al-Islami (Beirut: Muatsatsah Al-Risalah, 1998),

h. 108.

Page 48: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

38

tersebut hukumanya adalah yang dipersalahkan karena mengikat dan yang

lainnya karena memukuli.52

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka kita dapat mengambil

kesimpulan bahwa yang dinamakan turut berbuat langsung dalam tindak

pidana adalah berbilangnya para pelaku dalam melaksanakan tindak pidana

baik secara kebetulan atau berencana, atau adanya keterlibatan orang lain

dalam suatu tindak pidana, baik keterlibatan secara kebetulan atau berencana.

Dengan adanya keterlibatan orang lain dalam suatu tindak pidana, dan

dengan adanya bermacam-macam bentuk tindak pidana, maka para fuqaha

mengadakan pemisahan kerjasama mereka dengan tawafuq dan tamalu, yaitu

kerjasama yang terjadi karena kebetulan dan kerjasama yang terjadi

berdasarkan adanya kesepakatan, agar mudah menjatuhkan hukuman pada

masing-masing pelaku.

b. Turut Berbuat tidak Langsung

Yang dimaksud dengan turut berbuat tidak langsung adalah setiap

orang yang mengadakan perjanjian dengan orang lain untuk melakukan

sesuatu perbuatan yang dapat dihukum, atau menyuruh orang lain atau

memberikan bantuan dalam perbuatan tersebut dengan disertai kesengajaan

dalam kesepakatan dan menyuruh serta memberi bantuan.53

52

Abdul Qadir Audah, Al-Tasyri’ Al-Jina’i Al-Islami (Beirut: Muatsatsah Al-Risalah, 1998),

h. 108. 53

Abdul Qadir Audah, Al-Tasyri’ Al-Jina’i Al-Islami (Beirut: Muatsatsah Al-Risalah, 1998),

h. 111.

Page 49: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

39

Definisi yang kongkrit adalah yang dikemukakan oleh Abdul Qadir

Audah, yaitu:

“Dianggap sebagai turut berbuat tidak langsung, orang yang mengadakan

persikokongkolan dengan orang lain unutk melakukan suatu tindak pidana

atau menyuruh orang lain atau member bantuan dalam perbuatan

tersebut”.54

Dari keterangan tersebut kita mengetahui unsur-unsur turut berbuat

tidak langsung, yaitu:

1) Perbuatan yang dapat dihukum (jarimah);

2) Niatan dari orang yang turut berbuat agar sikapnya itu perbuatan yang

dimaksudkan dapat terjadi;

3) Cara mewujudkan perbuatan tersebut yaitu mengadakan kesepakatan, atau

menyuruh, atau membantu.55

Unsur pertama

Perbuatan di mana kawan berbuat tidak langsung memberi bagian

dalam pelaksanaannya, tidak diperklukan harus selesai dan juga tidak

diperlukan si pelaku asli (pelaku langsung) harus dihukum pula. Jadi pada

jarimah percobaan, kawan berbuat tidak langsung dapat pula dihukum.

54

Abdul Qadir Audah, Al-Tasyri’ Al-Jina’i Al-Islami (Beirut: Muatsatsah Al-Risalah, 1998),

h. 365-366.

55

Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2005), h.

111.

Page 50: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

40

Unsur kedua

Dengan kesepakatan atau dengan hasutan atau bantuan, dimaksudkan

oleh kawan berbuat tidak langsung untuk terjadinya suatu jarimah tertentu.

Kalau tidak ada jarimah tertentu yang dimaksudkan, maka ia dianggap turut

berbuat pada setiap jarimah yang terjadi, apabila dimungkinkan oleh niatnya.

Kalau jarimah yang terjadi bukan yang dimaksudkan, maka tidak ada turut

berbuat, meskipun karena kesepakatan dan lain-lain itu sindiri ia dijatuhkan

hukuman.56

Unsur ketiga

Turut berbuat tidak langsung bias terjadi dengan jalan:

1) Kesepakatan

Kesepakatan biasanya terjadi karena adanya saling memahami dan

karena kesamaan kehendak untuk memperbuat jarimah. Kalau tidak ada

kesepakatan sebelumnya, maka tidak ada turut berbuat. Jadi tidak ada

turut berbuat kalau sudah ada kesepakatan sebelumnya, tetapi bukan atas

jarimah yang terjadi dan dikerjakan bersama.

2) Menyuruh (menghasut)

Yang dimaksudkan dengan menghasut adalah membujuk orang

lain untuk melakukan jarimah, dan bujukan itu menjadi pendorong untuk

diperbutnya suatu jarimah, walaupun tidak ada hasutan atau bujukan,

56

Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2005), h.

111.

Page 51: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

41

maka bujukan tersebut tidak dikatakan sebagai pendorongnya. Baik

bujukan itu berpengaruh atau tidak terhadap adanya jarimah, namun

bujukan itu sendiri adalah suatu maksiat yang bisa dijatuhkan hukuman.57

3) Memberi bantuan

Orang yang memberi bantuan kepada orang lain dalam meperbuat

jarimah dianggap sebagai kawan berbuat langsung, meskipun tidak ada

kesepakatan untuk itu sebelumnya, seperti mempelajari jalan untuk

memudahkan melakukan tindak pidana. Perbedaan antara memberi

bantuan dengan pembuat asli ialah kalau pembuat asli adalah orang yang

memperbuat pekerjaan yang dilarang, maka pemberi bantuan tidak berbuat

atau mencoba berbuat melainkan hanya menolong pembuat asli dengan

perbuatan yang tidak ada sangkut pautnya dengan perbuatan yang dilarang

ataupun sebagai pelaksana terhadap perbuatan tersebut.58

2. Menurut Hukum Pidana Positif

Dapat diketahui bahwa hukum positif tidak mengadakan perbedaan

deelneming seperti yang terdapat dalam hukum Islam, tetapi membuat perincian

antara pelaku (dader) dan membantu melakukan (medeplichtigheid).

Bentuk-bentuk deelneming atau keturutsertaan yang ada menurut

ketentuan-ketentuan pidana dalam pasal 55 dan 56 KUHP itu dibedakan menjadi

dua kelompok, yaitu:

57

Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2005), h. 112.

58

Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2005), h. 113.

Page 52: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

42

a. Pertama, kelompok orang-orang yang perbuatannya disebutkan dalam pasal

55 ayat (1), yang dalam hal ini disebut dengan para pembuat (mededader),

adalah mereka:

1) Pihak yang melakukan (plegen), orangnya disebut dengan pembuat

pelaksana (pleger)

2) Pihak yang menyuruh melakukan (doen plegen), orangnya disebut dengan

pembuat penyuruh (doen pleger), Doen plegen atau menyuruh melakukan

adalah seseorang yang menyuruh orang lain untuk melakukan suatu tindak

pidana, syarat yang terpenting adalah bahwa yang disuruh adalah orang

yang tidak dapat dipertanggung jawabkan seperti dalam pasal 44 dan 48

KUHP.

3) Pihak yang turut serta melakukan (made plegen), orangya disebut dengan

pembuat peserta (mede pleger), Medeplegen atau turut melakukan: adalah

seseorang pelaku dan seseorang atau lebih pelaku yang turut melakukan

tindak pidana yang dilakukan oleh pelakunya. Bersama-sama melakukan

suatu tindak pidana.

4) Mereka yang sengaja menganjurkan (uitlokken), orangnya disebut sebagai

pembuat penganjur (uitlokker).59

Uitloken atau menggerakkan orang lain

melakukan tindak pidana: adalah orang yang dengan sengaja menggerakan

orang lain yang dapat dipertanggungjawabkan pada dirinya sendiri untuk

59

Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bag. III (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2002), h. 79.

Page 53: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

43

melakukan suatu tindak pidana dengan mengunakan cara-cara yang telah

ditentukan oleh undang-undang karena telah bergerak, orang tersebut

kemudian telah dengan sengaja melakukan tindak pidana yang

bersangkutan.

b. Kedua, yakni orang yang disebut dengan pembuat pembantu (medeplichtige)

kejahatan, Medeplichtigheid atau membantu melakukan tindak pidana adalah

seseorang yang dengan sengaja membantu melakukan kejahatan, atau orang

yang dengan sengaja membantu dengan cara memberikan cara untuk

mempermudah orang lain melakukan kejahatan, bantuan yang diberikan dapat

berupa materi seperti memberikan senjata pada orang yang akan mengeksikusi

korban, dapat juga berupa intelektual misalnya meberikan kesempatan pada

orang lain untuk mencuri barang-barang yang berada di dalam pengawasanya,

yang dibedakan menjadi:

1) Yang membantu waktu kejahatan dilakukan;

2) Yang sengaja memberi kesempatan, sarana atau keterangan untuk

melakukan kejahatan, sebelum kejahatan dilakukan.

Page 54: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

44

BAB III

TINJAUAN UMUM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN

DAN SANKSI HUKUMANYA

A. Pengertian Tindak Pidana Pembunuhan

1. Menurut Hukum Pidana Islam

Definisi pembunuhan menurut hukum pidana Islam yaitu perbuatan

seseorang yang menghilangkan kehidupan, yang berarti menghilangkan jiwa

anak Adam oleh perbuatan anak Adam yang lain. Dalam bahasa Arab,

pembunuhan berasal dari kata قتل yang sinonimnya ا ما ت dalam istilah,

pembunuhan didefinisikan oleh Abdul Qodir Audah sebagai berikut:

Pembunuhan adalah perbuatan manusia yang menyebabkan hilangnya

kehidupan yakni pembunuhan itu adalah menghilangkan nyawa manusia

dengan perbuatan manusia lainya.60

Dari definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa unsur-unsur

jarimah pembunuhan adalah:

a. Menghilangkan nyawa manusia

b. Adanya perbuatan, baik perbuatan itu aktif maupun pasif. Maksud dari

aktif adalah adanya perbuatan atau tingkah laku yang dilakukan sehingga

meninggalnya seseorang, misalnya menusuk seseorang dengan pisau.

60

Abdul Qodir Al-Audah, Al-Tasri‟ Al-jinaiy Al-Islami Juz 1 (Beirut: Dar Al-Kitab, t.th), h. 6.

Page 55: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

45

Perbuatan pasif, misalnya seorang ibu tidak mau menyusui anaknya yang

sedang lapar sehingga anak tersebut meninggal, tidak ada perbuatan atau

tingkah laku yang dilakukan tetapi karena tidak berbuat itu mengakibatkan

hilangnya nyawa seseorang.

Adapun definisi pembunuhan dalam hukum Islam, menurut Wahbah Al-

Zuhaili yaitu:

Pembunuhan adalah perbuatan yang dapat menghilangkan nyawa atau

mematikan jiwa atau perbuatan dari sebagian manusia yang menyebabkan

hilangnya kehidupan, maksudnya perbuatan tersebut dapat merusak hakikat

kemanusiaan.61

Tindak pidana pembunuhan sering juga disebut dengan al-jinayah „ala an-

nafs al-insaniyyah yang berarti kejahatan terhadap jiwa manusia,62

ulama fiqh

mendifinisikan pembunuhan dengan “perbuatan manusia yang berakibat

hilangnya nyawa seseorang”.

Jenis pembunuhan dalam hukum Islam ada dua macam. Yaitu

pembunuhan yang diharamkan. Adapun maksud dari pembunuhan yang

diharamkan yaitu setiap pembunuhan yang didasari dengan niat pelaku untuk

melawan hukum. Jenis pembunuhan lainnya yaitu pembunuhan secara legal.

Artinya, setiap pembunuhan tanpa ada niat melawan hukum, seperti membunuh

61

Wahbah Al-zuhaili, Al-fiah Al-Islam Wa Adillatuhu (Damsik: Dar Al-Fikr, 1989), cet. ke-3,

h. 217.

62

Abdul Aziz Dahlan, et. Al, Ensiklopedi Hukum Islam (Jakarta: Ictiar Baru Van Hoeve,

1996), h. 1379.

Page 56: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

46

orang yang membunuh orang lain dan membunuh orang murtad (keluar dari

Islam).63

2. Menurut Hukum Positif

Tindak pidana menurut Wirjono Prodjodikoro berarti suatu perbuatan

yang pelakunya dapat dikenakan hukuman pidana.64

Kata bunuh berarti mematikan, menghilangkan nyawa, membunuh artinya

membuat seseorang mati, pembunuhan berarti perkara membunuh, perbuatan atau

hal membunuh. Perbuatan yang dikatakan pembunuhan adalah perbuatan oleh

siapa saja yang dengan sengaja merampas nyawa orang lain.65

Pembunuhan adalah suatu kejahatan terhadap nyawa seseorang, yaitu

berupa penyerangan terhadap nyawa orang lain. Kepentingan hukum yang

dilindungi dan merupakan objek kejahatan ini adalah nyawa manusia.

Untuk memahami arti pembunuhan ini dapat dilihat pada pasal 338 KUHP

yang berbunyi:

“Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena

pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun”.66

Dari pasal di atas dapat dipahami bahwa:

a. Pembunuhan merupakan perbuatan yang mengakibatkan kematian orang lain.

63

Abdul Qodir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam (Beirut: Dar Al-Kitab, t.th), cet. ke-

2, h. 177.

64

Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia (Bandung: PT Eresco,1981),

cet. ke-3, h. 55.

65

Hilman Hadikusuma, Bahasa Hukum Indonesia (Bandung: Alumni, 1992), h. 129.

66

Andi Hamzah, KUHP dan KUHAP (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), cet. ke-11, h. 134.

Page 57: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

47

b. Pembunuhan itu disengaja, artinya diniatkan untuk melakukan pembunuhan.

c. Pembunuhan itu dilakukan dengan segera sesudah timbul maksud untuk

membunuh.67

B. Kualifikasi Pembunuhan

1. Menurut hukum Islam

Dalam syariat Islam pembunuhan pada dasarnya terbagi menjadi dua,

yaitu:

a. Pembunuhan yang dilarang, yakni pembunuhan yang dilakukan dengan

melawan hukum.

b. Pembunuhan yang hak, yakni pembunuhan yang tidak melawan hukum

seperti seorang algojo yang diberi tugas melaksanakan hukuman mati.68

Menurut imam Malik pembunuhan dilihat dari segi niat pelaku terbagi

menjadi dua bagian, yaitu:

a. Pembunuhan sengaja;

b. Pembunuhan tersalah.69

Adapun jumhur fuqaha membagi pembunuhan menjadi tiga bagian,

yaitu pembunuhan sengaja, pembunuhan menyerupai sengaja, dan

pembunuhan karena kesalahan.70

67

R. Soesilo, KUHP Serta Komentar-Komentar Lengkap Pasal Demi Pasal (Bandung: PT.

Karya Nusantara, 1989), h. 207.

68

Abdul Qodir Audah, Al-tasyri Al-jinaiy Al-Islami Juz II (Beirut: Dar Al-Kitab, t.th), h. 6.

69

Abdul Qodir Audah, Al-tasyri Al-jinaiy Al-Islami Juz II (Beirut: Dar Al-Kitab, t.th), h. 7.

Page 58: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

48

a. Pembunuhan sengaja (القتل العمد)

Pembunuhan sengaja sebagaimana yang dikemukakan oleh Abdul

Qodir Audah adalah:

“Pembunuhan sengaja adalah suatu pembunuhan di mana perbuatan yang

mengakibatkan hilangnya nyawa itu disertai dengan niat untuk membunuh

korban.”71

Dalam redaksi yang lain, Sayyid Sabiq memberikan definisi

pembunuhan sengaja adalah suatu pembunuhan yang di mana seorang

mukallaf sengaja untuk membunuh orang lain, yang dijamin keselamatanya

dengan mengunakan alat yang menurut dugaan kuat dapat membunuh

(mematikan).72

Dari kedua definisi di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa

pembunuhan sengaja adalah pembunuhan di mana pelaku perbuatan tersebut

sengaja melakukan suatu perbuatan dan dia menghendaki akibat dari

perbuatannya, yakni matinya orang yang menjadi korban. Sehingga indikator

dari kesengajaan untuk membunuh tersebut dapat dilihat dari alat yang

70

Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam (Jakarta: Sinar Grafika, 2004), cet. ke-1, h.

139. 71

Abdul Qodir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, cet. ke-2, h. 180.

72

Sayid Sabiq, Fiqh Sunnah Jilid X (Bandung: PT Al-Maarif), h. 28.

Page 59: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

49

digunakannya. Dalam hal ini alat yang digunakan untuk membunuh adalah

alat yang lumrahnya dapat mematikan. 73

Berdasarkan definisi di atas, untuk dapat dikatakan suatu kejahatan

terhadap nyawa sebagai pembunuhan disengaja, paling tidak harus ada tiga

unsur pokok yang harus dipenuhi dalam tindak pidana pembunuhan sengaja.

Unsur pertama tindak pidana pembunuhan sengaja, yaitu korban yang

dibunuh adalah manusia yang hidup. Tindak pidana pembunuhn atas jiwa

pada dasarnya adalah tindak pidana terhadap manusia hidup. Karena itu

fuqaha menamainya dengan tindak pidana atas jiwa. Untuk memastikan

terjadinya tindak pidana pembunuhan sengaja, korban harus manusia hidup.

Unsur kedua, dari tindak pidana pembunuhan sengaja yaitu kematian

adalah hasil dari perbuatan pelaku. Untuk memastikan unsur ini, kematian

disyaratkan harus akibat dari perbuatan pelaku dan perbuatan tersebut

biasanya memang mengakibatkan kematian. Suatu perbuatan tidak

disyaratkan berupa jenis-jenis tertentu untuk dianggap sebagai pembunuhan.

Karenanya, perbuatan bisa berupa pemukulan, melukai, menyembelih,

membakar, mencekik, meracuni, atau bentuk yang lain.74

Unsur ketiga, dari tindak pidana pembunuhan sengaja yaitu pelaku

tersebut menghendaki terjadinya kematian (bermaksud melakukan

pembunuhan). Untuk menentukan bahwa suatu pembunuhan dianggap

73

Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam (Jakarta: Sinar Grafika, 2004), cet. ke-1, h.

140. 74

Abdul Qodir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, cet. ke-2, h. 193.

Page 60: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

50

pembunuhan disengaja, imam Abu Hanifah, As-Syafi‟i, dan Ahmad bin

Hambal mensyaratkan pelaku harus memiliki tujuan ingin membunuh. Jika

tujuan itu tidak terpenuhi, perbuatan itu tidak dianggap pembunuhan

disengaja, karena niat tanpa ada maksud ingin membunuh tidak cukup untuk

menjadikan suatu perbuatan sebagai pembunuhan sengaja. Adapun imam

Malik berpendapat lain, pada pembunuhan disengaja ini beliau tidak

mensyaratkan harus ada niat membunuh dari pelaku. Menurutnya, tujuan

pelaku yang ingin membunuh korban atau berbuat dengan melawan hukum,

namun tidak ada niat untuk membunuh, nilainnya sama selama ia tidak

berbuat untuk bermain-main atau memberi pendidikan.75

Unsur keempat, dari tindak pidana pembunuhan sengaja yaitu alat

yang digunakan dalam pembunuhan sengaja dapat mematikan korban. Dalam

hal ini imam Abu Hanifah mensyaratkan alat yang digunakan dalam

pembunuhan sengaja adalah alat yang biasanya mengakibatkan kematian.

Sedangkan menurut imam Syafi‟i dan imam Ahmad mensyaratkan alatnya,

yaitu alat yang biasa digunakan untuk mebunuh, sekalipun tidak melukai. Alat

yang digunakan untuk membunuh itu ada tiga macam, yaitu alat yang

umumnya dan secara tabiat dapat digunakan untuk membunuh seperti tombak,

pedang, dan sebagainya, alat yang kadang-kadang digunakan untuk

membunuh, sehingga tidak jarang mengakibatkan kematian seperti cambuk,

75

Abdul Qodir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, cet. ke-2, h. 241.

Page 61: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

51

tongkat. Selanjutnya alat yang jarang mengakibatkan kematian pada tabiatnya,

seperti mengunakan tangan kosong.76

b. Pembunuhan semi sengaja (القتل شبه العمد)

Menurut Abdul Qodir Audah, pembunuhan semi sengaja adalah

perbuatan yang disengaja oleh pelaku sebagai penganiayaan (permusuhan)

terhadap diri korban, tetapi tidak bermaksud pembunuhan tetapi korban mati

akibat perbuatan tersebut. Sayid Sabiq mendifinisikan bahwa perbuatan semi

sengaja yakni seorang mukallaf bermaksud memukul orang tersebut yang

dilindungi darahnya dengan suatu alat yang galibnya tidak mematikan seperti

memukul dengan tongkat atau batu kecil atau menampar dengan tangan atau

cemeti dan semestinya.77

Dari kedua definisi di atas, kiranya jelas bahwa pembunuhan semi

sengaja adalah setiap perbuatan yang dikehendaki oleh pelaku, tetapi

perbuatannya tersebut tidak dimaksudkan untuk membunuhnya dan korban

meninggal, sebagai akibat dari pebuatan pelaku. Berdasarkan definisi di atas,

suatu perbuatan baru dianggap sebagai pembunuhan semi sengaja apabila

memenuhi unsur-unsur pokok yang terkandung dalam pembunuhan semi

sengaja.

76

A Ddazuli, Fiqh Jinayah, Upaya Penangulangan Kejahatan dalam Islam (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2000), cet. ke-2, h. 129. 77

Abdul Qodir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, cet. ke-2, h. 255.

Page 62: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

52

Unsur pertama, dari tindak pidana pembunuhan semi sengaja yaitu

adanya perbuatan dari pelaku yang mengakibatkan kematian. Untuk

memenuhi unsur ini pelaku disyaratkan melakukan perbuatan yang

mengakibatkan kematian korban, apapun bentuk perbuatan baik pemukulan,

pelukaan, maupun lainnya dari beragam bentuk penganiayaan dan menyakiti

yang tidak termasuk pemukulan dan pelukaan, seperti menengelamkan,

membakar, memberikan racun dengan tanpa niat membunuh.78

Adapun unsur kedua, dari pembunuhan semi sengaja yakni adanya

maksud kesengajaan dalam melakukan perbuatan. Pelaku disyaratkan

melakukan perbuatan secara sengaja yang mengakibatkan kematian tanpa niat

membunuh korban secara sengaja. Hal ini adalah satu-satunya yang utama

untuk membedakan antara pembunuhan sengaja dan pembunuhan menyerupai

sengaja. Dalam pembunuhan sengaja, pelaku melakukan perbuatan secara

sengaja dan niat membunuh korban. Adapun dalam pembunuhan menyerupai

disengaja, pelaku melakukan perbuatnya secara sengaja tetapi tidak berniat

membunuh korban.

Kemudian unsur ketiga dari pembunuhan semi sengaja yaitu kematian

adalah akibat dari perbuatan pelaku. Artinya perbuatan tersebut merupakan

ilat (penyebab) langsung terhadap kematian. Jika tidak ada hubungan sebab

78

Abdul Qodir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam., cet. ke-2, h. 256.

Page 63: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

53

akibat, pelaku tidak bertanggung jawab atas kematian korban, tetapi pelaku

harus bertanggung jawab karena melakukan pelukaan atau pemukulan.79

Terhadap pembunuhan semi sengaja, diterapkan prinsip-prinsip hukum

dalam pembunuhan semi sengaja, yang membedakan antara pembunuhan

sengaja dan pembunuhan semi sengaja adalah dalam pembunuhan sengaja, si

pelaku memang sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan kematian.

Sedangkan dalam pembunuhan semi sengaja, si pelaku tidak bermaksud

melakukan pembunuhan, sekalipun ia melakukan penganiayaan.80

c. Pembunuhan tersalah (القتل الخطاء)

Dasar hukum pembunuhan tersalah adalah firman Allah, dalam surat

An-Nisa/4 : 92 yang berbunyi:

“Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunh seorang mukmin (yang

lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja) dan barang siapa membunuh

79 Abdul Qodir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, cet. ke-2, h. 261.

80 A. Ddazuli, Fiqh Jinayah, Upaya Penangulangan Kejahatan dalam Islam (Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 2000), cet. ke-2, h. 133.

Page 64: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

54

seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang

hamba sahaya yang beriman serta membayar diat yang diserahkan kepada

keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh)

bersedekah.” (Q.S. An-Nisa/4 : 92)

Pengertian pembunuhan karena kesalahan, sebagaimana dikemukakan

oleh Sayyid Sabiq pembunuhan karena kesalahan adalah seorang mukallaf

melakukan perbuatan yang diperbolehkan untuk dikerjakan, seperti

menembak binatang buruan atau membidik suatu sasaran, tetapi kemudian

mengenai orang yang dijamin keselamatanya dan membunuhnya.Wahbah

Zuhaili memberikan definisi pembunuhan karena kesalahan yaitu,

pembunuhan yang terjadi karena tanpa maksud melawan hukum, baik dalam

perbuatannya maupun objeknya. Adapun pembunuhan yang bermakna

tersalah adalah pembunuhan yang tidak direncanakan untuk dilakukan atau

tindakan itu mengenai orang yang bukan menjadi sasaran. Artinya pelaku

tidak sengaja tersalah, sama sekali tidak ada unsur melakukan perbuatan yang

menyebabkan kematian dan tidak bermaksud membunuh korban.81

Dari definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa dalam

pembunuhan karena tersalah, sama sekali tidak ada unsur kesengajaan untuk

melakukan perbuatan yang dilarang, dan tindak pidana pembunuhan yang

terjadi itu karena adanya kekuranghati-hatian atau karena kelalaian pelaku.

Dalam hal ini, pelaku tetap dipersalahkan. Karena ia lalai dan kurang hati-hati

sehingga mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain.

81

Abdul Qodir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, cet. ke-2, h. 263.

Page 65: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

55

Adapun unsur-unsur pembunuhan karena tersalah atau kesalahan

yaitu: pertama, adanya perbuatan yang mengakibatkan matinya korban.

Dalam hal ini disyaratkan adanya perlakuan terhadap korban yang dilakukan

oleh pelaku atau disebabkan oleh pelaku, baik pelaku sengaja dan

menghendaki perbuatan tersebut, seperti hendak menembak binatang buruan,

tetapi mengenai manusia, maupun perbuatan tersebut terjadi akibat kelalaian

dan ketidakhati-hatiannya tanpa maksud melakukanya, seperti berbalik ketika

sidang tidur dan menindih anak kecil yang ada di sebelahnya kemudian anak

tersebut mati.82

Selanjutnya unsur kedua, dari pembunuhan tersalah yaitu perbuatan

tersebut terjadi karena kesalahan (kelalaian pelaku). Tersalah atau kelalaian

ini adalah unsur utama yang membedakan tindak pidana tersalah secara

umum. Jika tidak ada kekeliruan, hukumanpun tidak ada. Kekeliruan

dianggap ada apabila sikap berbuat atau sikap tidak berbuat menimbulkan

akibat yang tidak bisa ditolak pelaku, baik secara langsung maupun tidak

langsung. Baik pelaku menghendaki sikap berbuat atau tidak berbuat. Dari

dua perbuatan tersebut terjadi satu akibat karena pelaku tidak berusaha

menghendaki atau karena melawan intruksi pemerintah dan nash-nash syara‟.

Adapun unsur ketiga, dari pembunuhan tersalah yaitu antara perbuatan

kekeliruan dan kematian korban terdapat hubungan sibab akibat. Agar pelaku

82

Abdul Qodir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, cet. ke-2, h. 267.

Page 66: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

56

bertanggung jawab, tindak pidana disyaratkan harus terjadi sebagai sebab

akibat dari kekelirruan, di mana kekeliruan tersebut sebagai penyebab

kematian.83

2. Menurut Hukum Positif

Dalam kitab undang-undang hukum pidana (KUHP) diatur dalam buku II

pasal 338-350 tentang “kejahatan-kejahatan terhadap nyawa orang”. Pembunuhan

adalah termasuk tindak pidana material, artinya untuk kesempurnaan tindak

pidana ini tidak cukup dengan dilakukanya perbuatan itu, akan tetapi menjadi

syarat juga adanya akibat dari perbuatan itu.

Pada dasarnya pembunuhan itu terbagi pada dua bagian, yaitu dilihat dari

kesalahan pelaku dan sasaran. Jika disandarkan pada kesalahan pelakunya, maka

diperinci atas dua golonngan, yakni:

a. Kejahatan yang ditujukkan terhadap jiwa manusia yang dilakukan dengan

sengaja. Terdapat pada bab XIX pasal 338-350 KUHP.

b. Kejahatan yang ditujukkan terhadap jiwa manusia yang terjadi karena

kealpaan. Terdapat pada pasal 359 KUHP.84

Sedangkan jika disandarkan kepada sasaranya, dibedakan menjadi tiga

macam:

a. Kejahatan yang ditujukan terhadap jiwa manusia pada umumnya.

83

Abdul Qodir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, cet. ke-2, h. 207-209. 84

M. Amin Suma, dkk, Hukum Pidana Islam di Indonesia Peluang, Prospek, dan Tantangan

(Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001), h. 143.

Page 67: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

57

b. Kejahatan yang ditujukan terhadap jiwa seorang anak yang sedang atau belum

lama dilahirkan.

c. Kejahatan yang ditujukan terhadap jiwa seorang anak yang masih dalam

kandungan.85

Di sini akan dijelaskan kejahatan terhadap nyawa manusia yang dilakukan

dengan sengaja dan yang dilakukan dengan kealpaan. Pembunuhan sengaja

adalah perbuatan yang mengakibatkan kematian orang lain, kematian itu

dikehendaki oleh pelaku. Dalam KUHP pembunuhan yang dilakukan dengan

sengaja, dikelompokan ke dalam beberapa jenis, antara lain:

a. Pembunuhan biasa;

b. Pembunuhan terkwalifikasi;

c. Pembunuhan yang direncanakan;

d. Pembunuhan anak;

e. Pembunuhan atas permintaan si korban;

f. Pembunuhan diri sendiri;

g. Mengugurkan kandungan.86

Di bawah ini akan dijelaskan ketujuh macam pembunuhan tersebut.

a. Pembunuhan biasa

Pembunuhan biasa ini terdapat dalam pasal 338 KUHP, yang

berbunyi: “barang siapa dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain

85

M. Amin Suma, dkk, Hukum Pidana Islam di Indonesia Peluang, Prospek, dan Tantangan

(Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001), h. 144. 86

M. Sudrajat Bassar, Tindak-Tindak Pidana Tertentu Dalam KUHP (Bandung: Remaja

Karya, 1986), cet. ke-2, h. 121.

Page 68: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

58

dipidana karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas

tahun”.87

Istilah “orang lain” dalam pasal 338 itu, maksudnya adalah bukan

dirinya sendiri, jadi terhadap siapa pembunuhan itu dilakukan tidak menjadi

soal, meskipun pembunuhan itu dilakukan terhadap bapak, ibu, atau anak

sendiri.

Dalam pembunuhan biasa, harus terpenuhi beberapa unsur:

1) Bahwa perbuatan itu harus disengaja dan kesengajaan itu harus timbul

seketika itu juga, ditujukan pada maksud supaya orang itu mati.

2) Melenyapkan nyawa orang itu harus merupakan perbuatan yang “positif”

atau sempurna walaupun dengan perbuatan yang kecil sekalipun.

3) Perbuatan itu harus menyebabkan matinya seseorang, seketika itu juga

atau beberapa saat setelah dilakukanya perbuatan itu.88

b. Pembunuhan terkualifikasi

Jenis pembunuhan ini adalah pembunuhan yang diikuti, disertai, atau

didahului dengan perbuatan lain. Sebagaimana dirumuskan dalam pasal 339

yaitu:

“pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu delik, yang

dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah

pelaksanaannya, atau untuk melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya

dari pidana dalam hal tertangkap tangan, ataupun untuk memastikan

87

Andi Hamzah, KUHP DAN KUHAP, h. 134. 88

M. Sudrajat Bassar, Tindak-Tindak Pidana Tertentu Dalam KUHP (Bandung: Remaja

Karya, 1986), cet. ke-2, h. 121.

Page 69: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

59

penguasaan barang yang diperolehnya secara melawan hukum, diancam

pidana dengan pidana penjara siumur hidup atau selama waktu tertentu, paling

lama dua puluh tahun”.89

Apabila rumusan tersebut diperinci, maka terdiri dari beberapa unsur,

yaitu:

1) Semua unsur dalam pasal 338;

2) Yang diikuti, disertai atau didahului oleh tindak pidana lain;

3) Pembunuhan yang dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan tindak

pidana lain dan untuk mempermudah pelaksanaan tindak pidana lain

dalam hal tertangkap tangan ditujukan untuk menghindarkan diri sendiri

maupun peserta lainnya dari pidana atau supaya apa yang didapat dari

perbuatan itu tetap ada ditanganya.

c. Pembunuhan yang direncanakan

Pembunuhan yang dengan sengaja dan direncanakan terlebih dahulu

dalam keadaan tenang untuk malenyapkan nyawa orang atau lebih dikenal

dengan pembunuhan berencana. Pembunuhan ini diatur dalam pasal 340

KUHP dengan ancaman hukuman yang paling berat, yaitu hukuman mati atau

pidana penjara seumur hidup. Terdapat beberapa unsur dalam pembunuhan

berencana, antara lain:

1) Adanya kesengajaan, yaitu kesengajaan yang disertai dengan suatu

perencanaan terlebih dahulu.

89

Andi Hamzah, KUHP DAN KUHAP, h. 134.

Page 70: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

60

2) Yang bersalah dalam keadaan tenang memikirkan untuk melakukan

pembunuhan itu dan kemudian melakukan maksudnya dan tidak menjadi

soal berapa lama waktunya.

3) Di antara saat timbulnya pikiran untuk membunuh dan saat melakukan

pembunuhan itu, ada waktu ketenangan pikiran.90

d. Pembunuhan anak

Yang terkena pasal ini adalah seorang ibu, baik yang sudah kawin

maupun tidak, yang dengan sengaja membunuh anaknya pada waktu

dilahirkan atau tidak beberapa lama setelah dilahirkan. Pembunuhan ini

dirumuskan dalam pasal 341 dan 342.91

Untuk pembunuhan dalam pasal 341 diancam dengan hukuman selama

lamanya tujuh tahun penjara. Pasal 342 memuat perbuatan yang wujudnya

sama dengan yang dimuat dalam pasal 341 dengan perbedaan bahwa dalam

pasal 342 perbuatannya dilakukan untuk menjalankan kehendak yang

ditentukan sebelum anak dilahirkan. Tindak pidana ini diancam dengan

maksimum hukuman Sembilan tahun penjara.

e. Pembunuhan atas permintaan si korban

90

M. Bassar Sudrajat, Tindak-Tindak Pidana Tertentu Didalam KUHP, h. 123-124. 91

Andi Hamzah, KUHP DAN KUHAP, h. 135.

Page 71: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

61

Pembunuhan ini dirumuskan dalam pasal 344: “Barang siapa yang

merampas jiwa orang lain atas permintaan yang sangat tegas dan sungguh-

sungguh, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.”

Dari bunyi pasal di atas diketahui bahwa pembunuhan ini mempunyai

unsur sebagai berikut:

1) Atas permintaan yang tegas dari si korban, dan

2) Sungguh-sungguh nyata.92

f. Bunuh diri

Pada dasarnya tidak ada permasalahan dalam kejahatan bunuh diri

karena tidak ada pelaku secara langsung dalam melakukan kejahatan tersebut.

Hanya saja di sini akan diancam hukuman bagi orang yang sengaja menghasut

atau menolong orang lain untuk bunuh diri, yaitu akan dikenakan pasal 345

KUHP yang akan diancam hukuman penjara paling lama empat tahun.

Dengan syarat membunuh diri itu harus benar-benar terjadi dilakukanya,

artinya orangnya sampai mati karena bunuh diri tersebut.

g. Manggugurkan kandungan

Pembunuhan kandungan atau penguguran terdapat pada pasal 346-

349. Dilihat dari subjek hukumnya maka pembunuhan jenis ini dapat

dibedakan menjadi:

1) Yang dilakukan sendiri pada pasal 346 diancam dengan penjara 4 tahun

92

Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Tubuh dan Nyawa, h. 109.

Page 72: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

62

2) Yang dilakukan oleh orang lain atas persetujuanya pada pasal 347 atau

tidak atas persetujuanya pada pasal 348

3) Yang dilakukan oleh orang lain yang mempunyai kualitas tertentu seperti

dokter, bidan dan juru obat baik atas persetujuanya ataupun tidak.

Kejahatan yang dilakukan Pembunuh disebabkan kealpaan, diatur

dalam pasal 359 KUHP yang berbunyi sebagai berikut: “barang siapa karena

kesalahannya menyebabkan orang mati, dihukum dengan hukuman penjara

selama-lamanya lima tahun.”

Kealpaan terjadi karena tidak berhati-hati dalam melakukan suatu

perbuatan, di samping menduga akibat perbuatan itu. Namun, meskipun suatu

perbuatan dilakukan dengan hati-hati, masih mungkin terjadi kealpaan jika

pembuat itu telah mengetahui bahwa dari perbuatan itu mungkin akan timbul

suatu akibat yang dilarang undang-undang.93

Umumnya para pakar hukum sependapat bahwa kealpaan adalah

bentuk kesalahan yang lebih ringan dari pada kesengajaan. Untuk itu, sanksi

atau ancaman hukuman terhadap pelanggaran norma pidana yang dilakukan

dengan kealpaan lebih ringan.

C. Sanksi Pidana Pembunuhan

1. Berdasarkan Hukum Islam

93

Leden Marpaung, Asas, Teori, Praktek Hukum Pidana (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), cet.

ke-3, h. 25.

Page 73: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

63

Sanksi pidana atau hukuman dalam bahasa Arab disebut “uqubah”.

Lafaz uqubah menurut bahasa berasal dari lafaz uqubah berasal dari kata عقب

yang sinonimnya جزاه سواء بما فعل artinya membalasnya sesuai dengan apa

yang dilakukan.94

Adapun pengertian hukuman sebagaimana dikemukakan oleh Abdul

Qodir Audah adalah:

“hukuman adalah pembalasan yang ditetapkan untuk kemaslahatan masyarakt,

karena adanya pelanggran-pelanggaran atas ketentuan-ketentuan syara”.95

Sedangkan pengertian jarimah sebagaimana dikemukakan oleh imam Al-

Mawardi adalah sebagai berikut:

“Jarimah adalah perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh syara yang diancam

dengan hukuman haad atau takzir.96

Ancaman hukuman terhadap berbagai macam kejahatan diperlukan guna

menjaga agar kejahatan tidak terulang lagi. Dan sigala larangan atau perintah

melakukan sisuatu perbuatan tanpa sanksi, tidak dijamin akan dipatuhi. Hal ini

sejalan dengan kecenderungan hawa nafsu yang ada dalam jiwa manusia untuk

94

Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), h.143-146. 95

Abdul Qodir Audah, A-Tasyri Al-Jinaiy Al-Islami Juz 1 (Bairut: Dar Al-Kitab, t.th), h. 609.

96

Abdul Qodir Audah, A-Tasyri Al-Jinaiy Al-Islami Juz 1 (Bairut: Dar Al-Kitab, t.th), h. 12.

Page 74: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

64

melanggar larangan atau mengabaikan perintah. Hukuman dalam bahasa

Indonesia diartikan sebagai “siksa” atau keputusan yang dijatuhkan oleh hakim.97

Tindak pidana yang dikenakan hukuman-hukuman tertentu dalam syari‟at

Islam dibagi menjadi beberapa macam dan jenis sesuai dengan aspek yang

ditonjolkan. Pada umumnya, para ulama membagi tindak pidana berdasarkan

aspek berat dan ringannya hukuman serta ditegaskan atau tidaknya oleh Al-

Qur‟an atau Al-Hadist. Atas dasar ini, mereka membaginya menjadi tiga

macam.98

a. Tindak Pidana Hudud

Hudud secara bahasa berarti larangan, sedangkan secara istilah tindak

pidana hudud adalah tindak pidana yang diancam dengan hukuman had,

pengertian had sebagaimana dikemukakan oleh Abdul Qadir Audah, hukuman

had adalah hukuman yang ditentukan oleh syara‟ dan merupakan hak Allah

swt.99

Adapun makna hudud yakni “ hukuman yang sudah ditentukan”.

Artinya syara‟ telah menentukan jenis dan membatasi kadarnya, tidak

membiarkan pilihan atau kadar hukuman kepada penguasa atau hakim.

Maksud hukuman yang telah ditentukan Allah swt adalah berupa hukuman

had tidak memiliki batasan minimal, ataupun batasan maksimal. Maksud hak

97

Anton M. Moeliono, et.al, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1989),

cet. ke-2, h. 315.

98

Abdul Qodir Audah, A-Tasyri Al-Jinaiy Al-Islami Juz 1 (Bairut: Dar Al-Kitab, t.th), h. 99. 99

Abdul Qodir Audah, A-Tasyri Al-Jinaiy Al-Islami Juz 1 (Bairut: Dar Al-Kitab, t.th), h. 100.

Page 75: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

65

Allah swt ialah hukuman tersebut tidak bisa dihapuskan oleh perseorangan

atau masyarakat.100

Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa ciri khas dari tindak

pidana hudud yaitu hukumanya tertentu dan terbatas, dalam arti bahwa

hukuman tersebut telah ditentukan oleh syara‟ dan tidak ada batas minimal

dan maksimal. Selanjutnya hukuman hudud tersebut merupakan hak Allah swt

semata-mata atau kalau ada hak manusia di samping hak Allah swt, maka hak

Allah swt yang lebih dominan. Lebih lanjut tindak pidana hudud meliputi

perzinaan, tuduhan berzina, minum minuman yang memabukkan, pencurian,

perampokan, pembrontakan dan murtad.

b. Tindak pidana qishas dan diyat

Di dalam syariat Islam tindak pidana qishas dan diyat adalah tindak

pidana yang diancam dengan hukuman qishas dan diyat. Arti qishas adalah

setimpal. Artinya, membalas pelaku sesuai dengan apa yang dilakukan, atau

menyamakan, maksudnya membalas pelaku kejahatan sesuai dengan

perbuatan yang sama dalam hal pelaksanaannya.101

Sedangkan pengertian diyat menurut bahasa adalah membayar tebusan

dengan sejumlah harta benda karena perbuatannya. Keduanya merupakan hak

indifidu yang kadar jumlahnya telah ditentukan, yakni tidak memiliki batasan

minimal dan maksimal. Maksud hak individu di sini adalah sang korban atau

keluarga korban dapat membatalkan hukuman tersebut dengan memaafkan

100

Abdul Qodir Audah, Ensiklopedi hukum Pidana Islam Jild 1, h. 99-100. 101

Abdul Qodir Audah, Ensiklopedi hukum Pidana Islam Jild 1, h. 99.

Page 76: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

66

sang pelaku jika ia menghendakinya. Tindak pidana qishas meliputi

pembunuhan sengaja, pembunuhan semi sengaja, penganiayaan sengaja,

penganiayaan tersalah.102

c. Tindak pidana takzir

Tindak pidana takzir dalam hukum Islam adalah hukuman atas tindak

pidana yang hukumanya belum ditentukan oleh syara‟ tetapi sepenuhnya

diserahkan atau ditentukan oleh hakim atau ulul amri.103

Yang dimaksd

dengan takzir ialah ta‟dib, yaitu memberi pendidikan (pendisiplinan). Hukum

Islam tidak menentukan macam-macam hukuman untuk tiap-tiap tindak

pidana takzir, tetapi hanya menyebutkan sekumpulan hukuman, dari yang

paling ringan sampai ke yang paling berat. Tindak pidana takzir meliputi

tindak pidana hudud, qishas, diyat yang syubuhat, atau tidak memenuhi syarat

tetapi sudah merupakan maksiat. Kemudian tindak pidana yang telah

ditentukan oleh Al-Qur‟an dan Al-Hadist, namun tidak ditentukan sanksinya.

Selanjutnya tindak pidana yang ditentukan oleh ulil amri untuk kemaslahatan

umat.

Hakim diberi kebebasan untuk memilih hukuman-hukuman yang

sesuai dengan macam tindak pidana takzir serta keadaan si pelaku, singkatnya

hukuman tindak pidana takzir tidak mempunyai batasan tertentu. Meskipun

demikian, hukum Islam tidak memberi wewenang kepada penguasa atau

hakim untuk menentukan tindak pidana setengah hati, tetapi harus sesuai

102

Abdul Qodir Audah, Ensiklopedi hukum Pidana Islam Jild 1, h. 100.

103

Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam (Jakarta: Sinar Grafindo, 2005), h. 249.

Page 77: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

67

dengan kepentingan masyarakat dan tidak boleh berlawanan dengan nash

(ketentuan) serta prinsip umum hukum Islam. Dari keterangan di atas, jelaslah

bahwa tidak ada satu kejahatanpun yang tidak dikenakan sanksi hukuman.104

Maksud pokok hukuman adalah untuk memelihara dan mewujudkan

kemaslahatan manusia dan menjaga mereka dari hal-hal yang mafsadah.

Sebagaimana tujuan utama dari penetapan dan penerapan hukuman dalam

syariat Islam adalah sebagai pencegahan perbuatan jarimah, perbaikan dan

pendidikan.105

Macam-macam hukuman dalam hukum pidana Islam dibagi menjadi

empat bagian. Bagian pertama, yaitu hukuman yang didasarkan atas pertalian

antara satu hukuman dengan hukuman yang lainnya. Dalam hal ini pula

terdapat empat macam hukuman yakni:

1) Bentuk hukuman pokok (uqubah asliyyah) atau hukuman asal adalah

hukuman yang diberlakukan dan dijatuhkan terhadap suatu jarimah atau

kejahatan yang aturanya telah diatur secara jelas oleh Al-Qur‟an.

2) Bentuk hukuman penganti (uqubah badaliyyah) yakni hukuman yang

mengantikan hukuman pokok, apabila hukuman pokok tidak dapat

dilaksanakan karena alasan yang sah.

3) Hukuman tambahan (uqubah tabaiyyah) yakni hukuman yang mengikuti

hukuman pokok tanpa memerlukan keputusan sendiri.

104

Abdul Qodir Audah, Ensiklopedi hukum Pidana Islam Jild 1, h. 100.

105

Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas-Asas Hukum Pidana Islam Fikih Jinayah, h.

137-138.

Page 78: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

68

4) Selanjutnya bentuk yang keempat yakni hukuman pelengkap (uqubah

takmiliyyah) yakni hukuman yang mengikuti hukuman pokok dengan

syarat adanya keputusan tersendiri dalam hakim.106

Bagian kedua dari macam-macam hukuman yaitu ditinjau dari segi

kekuasaan hakim dalam menentukan berat ringanya hukuman. Dalam hal ini

terdapat 2 (dua) macam hukuman yakni (1) hukuman yang hanya mempunyai

satu batas. Artinya tidak ada batasan tertinggi dan terendah, seperti hukuman

had, dan (2) hukuman yang mempunyai batasan tertinggi dan terendah, di

mana hakim diberi kebebasan untuk memilih hukuman yang sesuai dengan

kedua batas tersebut.107

Kemudian bagian ketiga, dari macam-macam hukuman yaitu

didasarkan atas terdapat atau tidaknya nash dalam Al-Qur‟an dan Al-Hadist.

Mengenai hukuman yang didasarkan pada ada atau tidaknya nash dibagi

menjadi dua macam hukuman yaitu meliputi jarimah Hudud, ialah hukuman

yang ditetapkan atas jarimah hudud, yaitu: zina, menuduh berzina, pencurian,

perampokan, minum minuman keras, murtad dan pemberontakan). Qishas dan

diat, ialah hukuman yang sudah ditentukan syara pada jarimah pembunuhan

dan penganiayaan. Kifaraat, ialah hukuman yang ditetapkan untuk sebagian

jarimah qishas dan diat dan beberapa jarimah takzir. Adapun yang lainnya

yaitu hukuman yang tidak ada nashnya. Hukuman ini disebut dengan

106

Abdul Qodir Audah, Ensiklopedi hukum Pidana Islam Jild 1, h. 39. 107

A. Hanafi, Azaz-Azaz Hukum Pidana Islam (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1967), cet. ke-1,

h. 260-261.

Page 79: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

69

hukuman takzir, yaitu hukuman yang diserahkan kepada kebijaksanaan

penguasa.

Selanjutna bagian keempat, dari macam-macam hukuman yaitu

digolongkan berdasarkan atas tempat dilakukanya atau sasaran hukuman.

Mengenai penggolongan yang didasarkan pada tempat dilakukan ini, terdapat

tiga macam. Macam hukumanya yaitu hukuman badan atau hukuman yang

dikenakan terhadap jiwa manusia dan hukuman harta. Hukuman badan adalah

hukuman yang dikenakan terhadap badan manusia, seperti hukamn jilid.

Sedangkan maksud dari hukuman jiwa adalah hukuman mati. Adapun

hukuman harta yaitu hukuman yang dikenakan terhadap harta terhukum,

seperti diyah dan perampasan.108

Dari penjelasan singkat di atas, penulis tidak menguraikan tiap-tiap

hukuman yang akan dijatuhkan pada setiap tindak pidana, tetapi penulis hanya

membatasi pada hukuman yang berkenaan dengan kejahatan terhadap nyawa

atau pembunuhan. Dalam bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai

pengetian pembunuhan, macam-macam pembunuhan yang terbagi menjadi

tiga bagian, yaitu pembunuhan sengaja, pembunuhan semi sengaja dan

pembunuhan tesalah, maka dalam point ini penulis akan membahas mengenai

hukuman pada tiap-tiap pembunuhan tesebut, dan bagaimana sanksi hukuman

bagi pelaku pembunuhan berencana dalam Islam.

108

A Dazuli, Fiqh Jinayah, Upaya Penangulangan Kejahatan Dalam Islam (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2000), cet. ke-2, h. 29.

Page 80: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

70

d. Hukuman pembunuhan sengaja

Pembunuhan sengaja dalam syariat Islam diancam dengan beberapa

hukuman, sebagian merupakan hukuman pokok dan penganti, dan sebagian

lagi merupakan hukuman tambahan. Adapun hukuman pokok untuk

pembunuhan sengaja adalah qishas dan kafaraat, sedangkan hukuman

pengantinya adalah diyah dan takzir, dan hukuman tambahan adalah hukuman

penghapus hak waris dan hak wasiat. Untuk lebih jelasnya penulis

memaparkan dengan pemaparan sebagai berikut:

1) Hukuman qishas.

Qishas berasal dari kata qashsha yang berarti memotong, atau

berasal dari kata aqtashsha yang berarti mengikuti, yakni mengikuti

perbuatan penjahat untuk pembalasan yang sama dari pada perbuatannya

itu.109

Qishas juga diartikan sebagai keseimbangan dan kesepadanan.

Hukuman qishas didasarkan kepada firman Allah swt dalam surat Al-

Baqarah ayat 178-179:

109

H. A. Nasution, Hukum Pidana Syariat Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1971), h. 275.

Page 81: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

71

“Hai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atas kamu qishah

berkenaan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang

yang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka

barang siapa yang mendapatkan pemaafan dari saudaranya, hedaklah

(yang dimaafkan) membayar (diat) kepada yang member maaf dengan

cara yang baik pula. Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari

tuhanmu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah

itu, maka baginya siksa yang pedih. Dan dalam qishas itu ada (jaminan

kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya

kamu bertaqwa.” (QS. Al-Baqarah 2: 178-179)

Jadi bagi pelaku pembunuhan sengaja akan dihukum mati sesuai

dengan apa yang dilakukan pada korban. Sesuai dengan pengertian qishas

menurut istilah yaitu memberikan balasan kepada pelaku, sesuai dengan

perbuatannya.110

2) Hukuman penganti adalah diat.

Diat dijadikan hukuman penganti dari hukuman qishas, apabila

korban atau walinya memaafkan. Karena korban atau walinya diberi

wewenang untuk mengampuni pelaku dari qishas, baik dengan imbangan

diat maupun tidak memakai imbangan sama sekali.111

Hal ini sesuai dengan apa yang tertera dalam surat Al-Baqoroh

ayat 178:

110

Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), h. 148-149.

111

Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 2005), cet. ke-6,

h. 209.

Page 82: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

72

…..

…..

“….. maka barang siapa yang mendapatkan suatu pemaafan dari

saudaranya, hedaklah (yang dimaafkan) membayar (diat) kepada yang

memberi maaf dengan cara yang baik pula. Yang demikian itu adalah

suatu keringanan dari tuhanmu dan suatu rahmat…”

Menurut Sayid Sabiq diat adalah sejumlah harta yang dibebankan

kepada pelaku, karena terjadinya tindak pidana (pembunuhan atau

penganiayaan) dan diberikan kepada korban atau walinya.112

Hukuman qishas dapat terhapus karena berbagai hal. Pertama

hilangnya tempat untuk qishas. Yang dimaksud hilangnya tempat untuk

qishas adalah hilangnya anggota badan atau jiwa orang yang diqishas

sebelum dilaksanakan hukuman.

Para ulama berbeda pendapat dalam hal ini, imam Malik dan imam

Abu Hanifah berpendapat, bahwa hilangnya anggota badan atau jiwa

orang yang wajib di qishas itu menyebabkan hapusnya hukuman.

Sedangkan menurut imam Syafi‟i dan imam Ahmad dalam kasus

hilangnya anggota badan atau jiwa orang yang wajib diqishas terhapus

hukumanya, akan tetapi wajib membayar diyat, karena qishas dan diyat

keduanya wajib, bila salah satunya tidak dapat dilaksanakan maka diganti

112

Sayid Sabiq, Fiqh Sunnah (Beirut: Daar Al-Fiqh, 1981), h. 465.

Page 83: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

73

dengan hukuman lainnya.113

Kemudian hal lainnya yang dapat menghapus

hukuman qishas yaitu adanya pemaafan dari pihak korban maupun

keluarga korban. Konsep pemaafan hanya terdapat dalam hukum pidana

Islam. Allah swt berfirman dalam al-quran surat Al-Baqarah ayat 178:

“Hai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atas kamu qishah

berkenaan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang

yang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka

barang siapa yang mendapatkan pemaafan dari saudaranya, hedaklah

(yang dimaafkan) membayar (diat) kepada yang memberi maaf dengan

cara yang baik pula. Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari

tuhanmu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah

itu, maka baginya siksa yang pedih.” (QS. Al-Baqoroh 2: 178)

Yang dimaksud dengan pemaafan menurut imam Syafi‟i dan imam

Ahmad adalah qishas atau tanpa imbalan apa-apa. Sedangakan menurut

imam Malik dan imam Abu Hanifah pemaafan terhadap qishas dan diyat

itu bisa dilaksanakan bila ada kerelaan pelaku. Jadi menurut kedua ulama

terakhir ini pemaafan adalah pemaafan qishas tanpa imbalan apa-apa.

Adapun pemaafan diyat itu, bukan pemaafan melainkan perdamaian. Hal

113

A Ddazuli, Fiqh Jinayah, Upaya Penangulangan Kejahatan Dalam Islam (Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 2000), cet. ke-2, h. 154-155.

Page 84: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

74

lainnya yang dapat menghapus qishas yaitu adanya sulh (perdamaian).114

Para ulama telah bersepakat tentang diperbolehkanya sulh (perdamaian)

dalam hukuman qishas, dengan demikian hukuman qishas menjadi gugur.

Adapun dasar hukum tentang diperbolehkanya sulh adalah hadis yang

diriwayatkan oleh imam Tirmidzi, bahwa Rasulullah telah bersabda:

Barang siapa yang dibunuh dengan sengaja maka urusanya diserahkan

kepada wali korban. Apabila ia menghendaki, ia bisa mengqishas ia boleh

mengambil diyat 30 hiqqah unta dan 40 khilfah, dan apabila megadakan

perdamaian (shulh) maka itu adalah hak mereka dan demikian itu untuk

menguatkan akal (H.R At-Tirmidzi.)115

3) Hukuman kafarat

Kafarat adalah hukuman yang ditetapkan atas perbuatan maksiat

untuk menebus dosa akibat melakukan perbuatan tersebut. Hukuman

kafarat pada dasarnya adalah salah satu bentuk ibadah, karena berupa

pembebasan hamba sahaya, memberi makan fakir miskin, atau berpuasa.

Jika dikenakan terhadap perbuatan maksiat, kafarat adalah hukuman

pidana murni atau bisa berupa hukuman ibadah. Tindak pidana yang

terkena hukuman kafarat adalah terbatas pada: perusakan puasa, perusakan

114

Wahbah Zuhaili, Al-Fiqh wa Adillatuhu Juz VI (Damaskus: Dar Al-Fikr, 1989), h. 293. 115

Abi Isa Muhammd bin Isa bin Syaurah, Sunan At-Tirmidzi (Bairut: Dar Ma‟rifah, 2002),

cet. ke-1, h.583.

Page 85: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

75

ihram, pelangaran sumpah, bersengama dengan isteri yang sedang haid,

bersengama dengan isteri yang sidang dirzihar, dan membunuh.116

Hukuman kafarat sebagai hukuman pokok untuk tindak pidana

pembunuhan sengaja, merupakan hukuman yang diperselisihkan oleh para

fuqaha, menurut jumhur fuqaha yang terdiri dari Hanafiyah, Malikiyah,

dan Hanabilah dalam salah satu riwayatnya, hukuman kafarat tidak wajib

dilaksanakan dalam pembunuhan sengaja. Dalam hal ini karena kafarat,

merupakan hukuman yang ditetapkan oleh syara‟ untuk pembunuhan

karena kesalahan, sehingga tidak bisa disamakan dengan pembunuhan

sengaja. Adapun menurut Syafi‟iah, diwajibkan kafarat bagi pembunuhan

yang dilakukan dengan sengaja, semi sengaja ataupun tersalah. Alasanya

adalah bahwa maksud disyari‟atkannya kafarat itu adalah menghapus

dosa.117

4) Hukuman diyat

Hukuman qishas dan kafarat untuk pembunuhan sengaja

merupakan hukuman pokok. Apabila hukuman itu tidak bisa dilaksanakan

karena sebab-sebab yang dibenarkan oleh syara‟ maka hukuman

pengantinya adalah hukuman diyat untuk hukuman qishas dan puasa untuk

kafarat. Adapun dalam hal jenis-jenis dan kadarnya, para ulama berbeda

pendapat dalam menentukan jenis diyat. Menurut imam Malik, imam Abu

116

Abdul Qodir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam Jild III, h. 83. 117

Abdul Qodir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam Jild III, h. 84.

Page 86: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

76

Hanifah, dan imam Syafi‟i dalam qaul qadim, diyat dapat dibayar dengan

salah satu dari tiga jenis, yaitu: unta, emas dan perak.118

Menurut imam Abu Yusuf, imam Muhammad ibn Hasan, dan

imam Ahmad ibn Hanbal, jenis diyat itu ada enam macam, yaitu: unta,

emas , perak, sapi, kambing, dan pakaian. Menurut Hanabilah ada lima

jenis yang disibut pertama, dalam hal ini emas, merupakan asal diyat.

Sedangkan jenis diyat yang ke enam, yakni pakaian bukan asal, karena

bisa berubah-ubah. Alasan yang dikemukakan oleh kelompok yang ke dua

ini dalah hadist yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari amr Ibn Syu‟aib

dari ayahnya dari kakeknya, bahwa sayyidina Umar berpidato: “ingatlah,

sesungguhnya harga unta lebih naik (mahal). Berkata perawi maka umar

memberikan harga kepada pemilik emas dengan seribu dinar, kepada

pemilik perak dua belas dirham, kepada pemilik sapi dua ratus ekor sapi,

kepada pemilik kambing seribu ekor kambing dan kepada pemilik pakaian

dua ratus stel (pasang) pakaian. Adapun hukuman tambahan bagi pelaku

tindak pidana pembunuhan sengaja yakni penghapusan hak waris dan

wasiat.119

e. Hukuman bagi pembunuhan semi sengaja

Pembunuhan semi sengaja dalam hukum pidana Islam, diancam

dengan beberapa hukuman. Sebagian hukuman pokok dan penganti, dan

118

Abdul Qodir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam Jild III, h. 327. 119

Abdul Qodir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam Jild III, h. 328.

Page 87: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

77

sebagian lagi hukuman tambahan. Hukuman pokok untuk tindak pidana

pembunuhan semi sengaja adalah hukuman diyat dan kafarat. Hukuman diyat

pembunuhan semi sengaja tidak diancam dengan hukuman qishas, melainkan

dengan hukuman diyat.120

Hal ini didasarkan pada hadist yang diriwayatkan oleh Abu Daud,

Nasai, dan Ibn Majah dari Abdullah bin Umr ibn Ash, bahwa Rasulullah telah

bersabda:

“Ingatlah sesungguhnya diyat kekeliruan dan semi sengaja yaitu pembunuhan

dengan cambuk dan tongkat adalah 100 ekor unta di antaranya 40 ekor

didalam perutnya ada anaknya (sedang bunting).121

(HR. Abu Daud dan Nasai)

Diyat untuk pembunuhan semi sengaja sama dengan pembunuhan

sengaja, baik dalam kadar, jenis maupun beratnya. Selain itu pembunuhan

semi sengaja juga dikenakan hukuman kafarat. Menurut jumhur ulama selain

Malikiyah, hukuman kafarat diberlakukan untuk pembunuhan semi sengaja.

Hal ini disebabkan karena statusnya dipersamakan dengan pembunuhan

karena kesalahan, dalam hal ini tidak dikenakan hukuman qishas, pembebanan

diyat pada aqilah dan pembayaranya dengan angsuran selama 3 tahun. Kafarat

merupakan hukuman pokok yang kedua bagi pembunuhan semi sengaja.122

120

Abdul Qodir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam Jild III, h. 329. 121

Imam Hafiz Abi Daud Sulaiman ibn Asy‟ab Sajastany, Sunan Abi Daud (Bairut: Dar

A‟lam, 2003), h. 749.

122

Abdul Qodir Audah, Ensiklopedi hukum pidana Islam, h. 340.

Page 88: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

78

Selain dari pada itu pula, ada hukuman penganti bagi pembunuhan semi

sengaja pula dikenakan hukuman takzir. Apabila hukuman diyat gugur karena

sebab pengampunan atau lainnya, hukuman tersebut diganti dengan hukuman

diyat. Seperti halnya dengan pembunuhan sengaja, dalam pembunuhan sini

sengaja ini, hakim diberikan kebebasan untuk menentukan hukuman takzir

yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan oleh pelaku. Adapun hukuman

yang lainnya yaitu hukuman tambahan. Seperti halnya dalam pembunuhan

sengaja dalam pembunuhan semi sengaja juga terdapat hukuman tambahan,

yaitu penghapusan hak waris dan wasiat.123

f. Hukuman pembunuhan tersalah

Hukuman untuk pembunuhan karena kesalahan ini sama dengan

hukuman untuk pembunuhan semi sengaja yaitu hukuman pokoknya diyat dan

kifarat. Adapun hukuman tambahan bagi pelaku tindak pidana pembunuhan

tersalah ini yaitu penghapusan hak dan waris.

Hukuman diyat untuk pembunuhan karena kesalahan, seperti telah

disingung di atas adalah diyat mukhafafah, yaitu diyat yang diperingan.

Keringanan tersebut dapat dilihat dari dua aspek, yaitu: aspek kewajiban

pembayaran dibebankan kepada keluarga. Aspek lainnya yaitu pembayaran

diangsur selama tiga tahun. Adapun komposisi diyat bagi pembunuhan

tersalah dibagi menjadi lima kelompok, yaitu: 20 ekor unta banat makhad

(unta betina memasuki usia 2 tahun), 20 ekor banu makhad (unta jantan

123

Abdul Qodir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, h. 348.

Page 89: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

79

memasuki 2 tahun), 20 ekor unta banat labun (unta usia 2 tahun masuk 3

tahun), 20 ekor hiqqah (unta memasuki usia 4 tahun), 20 ekor jaz‟ah (unta

simpurna usia 4 tahun). Hukuman kafarat untuk pembunuhan karena

kesalahan merupakan hukuman pokok. Adapun jenis kafarat ini sama seperti

dalam pembicaraan mengenai hukuman bagi pembunuhan semi sengaja, yakni

memerdekakan hamba sahaya mukmin124

.

Jadi, pembunuhan berencana dalam hukum Islam dikenal dengan tamalu,

tamalu adalah kasus pidana yang sudah direncanakan sebelumnya. Jika jumlah

perbuatan pelaku secara langsung lebih dari satu, baik semuanya sebagai

pembunuh, maupun sebagian saja yang membunuh, atau melakukanya secara

bersamaan atau bergantian, pelaku harus bertanggung jawab sebagai pembunuhan

disengaja, selama satu perbuatannya atau beberapa perbuatannya bisa

menyebabkan kematian dan membantu terjadinya kematian. Oleh karena itu,

kejahatan ini dikategorikan sebagai pembunuhan sengaja dan pelakunya

dikenakan hukuman qishas sebagai hukuman pokok.

1. Diat untuk pembunuhan sengaja adalah diat mughaladzah artinya diat yang

diperberat. Dengan ketentuan yaitu:

a. Memberikan seratus ekor unta, menurut syafi‟iyaah dengan ketentuan

umur unta lebih dari tiga tahun dan sebagianya harus sedang bunting;

b. Pembayaran ditanggung sepenuhnya oleh pelaku;

124

Abdul Qodir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, h. 348.

Page 90: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

80

c. Pembayaran harus tunai (tidak boleh dicicil).125

Hukuman tambahannya adalah pencambutan atas hak waris dan hak wasiat,

jika pelaku dan korban mempunyai ikatan keluarga.

2. Untuk pembunuhan semi sengaja, hukumanya ialah:126

a. Hukuman pokok adalah diat mughaladzah.

Diat mughaladzah adalah diat yang diperberat. Pemberatan diat

dalam pembunuhan semi sengaja dapat dilihat dalam tiga aspek, yaitu:

1) Pembayaran ditanggung oleh aqilah (keluarga pelaku);

2) Pembayaran dapat diangsur dalam waktu tiga tahun;

3) Umur unta lebih dewasa, komposisinya menurut malikiyah dan

syafi‟iyah dibagi menjadi tiga kelompok:

a) Tiga puluh ekor unta hiqqah (umur 3-4 tahun);

b) Tiga puluh ekor unta jadza‟ah (umur 4-5 tahun);

c) Empat puluh ekor unta khalifah (sidang bunting).127

Ketentuan diat sebagai hukuman pokok untuk pembunuhan semi

sengaja adalah pada firman Allah SWT:

125

A. Wardi, Pengantar dan Asas-Asas Hukum Pidana Islam, h. 171.

126

Sayid Sabiq, Fiqh Sunnah, h. 20. 127

A. Wardi, Pengantar dan Asas-Asas Hukum Pidana Islam, h. 170.

Page 91: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

81

“Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang

lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja) dan barang siapa

membunuh seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia

memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diat

yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika

mereka (keluarga terbunuh) bersedekah. Jika ia (si terbunuh) dari kaum

(kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, maka

(hendaklah si pembunuh) membayar diyat yang diserahkan kepada

keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang

beriman. Barang siapa yang tidak memperolehnya, maka hendaklah ia (si

pembunuh) berpuasa dua bulan berturut turut untuk penerimaan taubat

dari Allah. Dan adalah Allah maha mengetahui lagi maha bijaksana.”

(QS. An-nisaa 04:92).

Ayat tersebut menjelaskan, bahwa seseorang yang membunuh

seorang mukmin karena tersalah atau tidak sengaja, maka hukumanya

adalah membayar diat yang diserahkan kepada keluarga korban. Dan

diatnya adalah seratus ekor unta.

b. Hukuman pengganti adalah kaffaraat dan takzir. Kaffaraat dalam

pembunuhan semi sengaja ini bentuknya adalah memerdekakan hamba

Page 92: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

82

sahaya yang mu‟min, apabila hamba tidak ditemukan ia diganti dengan

puasa dua bulan berturut-turut.128

c. Hukuman tambahan adalah terhalangnya menerima warisan dan wasiat.

3. Pembunuhan tersalah, hukumanya ialah sama dengan pembunuhan semi

sengaja hanya saja diatnya adalah diat mukhaffafah atau diat yang diperingan.

Keringanan tersebut dapat dilihat dalam tiga aspek, yakni:

a. kewajiban pembayaran dibebankan kepada „aqilah (keluarga pelaku);

b. pembayaran diangsur selama tiga tahun;

c. komposisi diat dibagi menjadi lima kelompok, yaitu:

1) 20 ekor unta bintu makhadh (unta betina 1-2 tahun);

2) 20 ekor unta ibnu makhadh (unta jantan 1-2 tahun) menurut hanafiyah

dan hanabilah, atau 20 ekor unta ibnu labun (unta jantan umur 2-3

tahun), menurut malikiyah dan syafi‟iyah.

3) 20 ekor unta bintu labun (unta betina umur 2-3 tahun);

4) 20 ekor unta hiqqah (unta umur 3-4 tahun);

5) 20 ekor unta jadza‟ah (unta umur 4-5 tahun).129

2. Berdasarkan Hukum Positif

Dalam hukum positif di Indonesia tentang ancaman hukuman terhadap

suatu kejahatan termaktub dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana menetapkan jenis-jenis pidana atau

128

A. Wardi Muslich, Pengantar dan Asas-Asas Hukum Pidana Islam, h. 174. 129

A. Wardi Muslich, Pengantar dan Asas-Asas Hukum Pidana Islam, h. 175.

Page 93: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

83

hukuman yang termaktub dalam pasal 10 KUHP. Dibagi dalam dua bagian, yaitu

hukuman pokok dan hukuman tambahan.

a. Hukuman pokok terdiri atas empat jenis, yaitu:130

1) Hukuman mati

Hukuman ini adalah hukuman yang terberat dari semua pidana yang

diancamkan terhadap berbagai kejahatan yang sanggat berat, misalnya

pembunuhan berencana (pasal 340 KUHP).

2) Hukuman penjara

Hukuman ini membatasi kemerdekaan atau kebebasan seseorang.

Hukuman penjara ditujukan kepada penjahat yang menunjukkan watak

buruk dan nafsu jahat. Hukuman penjara minimum satu hari dan

maksimum seumur hidup.

Hukuman penjara diancam pada berbagai kejahatan, di antaranya adalah

pembunuhan biasa (pasal 338 KUHP), pembunuhan terkwalifikasi (pasal

339 KUHP), pembunuhan anak (pasal 341 dan 342 KUHP), pembunuhan

atas permintaan korban.

130

Laden Marpaung, Asas-Teori Praktek Hukum Pidana, h. 107-110.

Page 94: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

84

BAB IV

ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG

A. Deskripsi Kasus Pembunuhan Berencana

Dalam analisa putusan ini, penulis mengambil data perkara ini dari

Mahkamah Agung yang berhubungan dengan tindak pidana penyertaan dalam

pembunuhan berencana. Dalam kasus ini saudara Antasari Azhar sebagai

terdakwa 1 dengan identitas: nama lengkap Antasari Azhar, tempat lahir Bangka,

umur dan tanggal lahir 57 tahun/18 Maret 1953, dengan jenis kelamin laki-laki,

kebangsaan Indonesia, dan bertempat tinggal di Perumahan Giri Loka II Blok

A/13 Rt. 001/02, Kelurahan Lekong Wetan, Bumi Serpong Damai (BSD),

Serpong, Kabupaten Tangerang, agama Islam, pekerjaan Pegawai Negeri Sipil

(ketua KPK non aktif).131

1. Kronologis pembunuhan

Perkara ini, berkaitan dengan tindak pidana penyertaan dalam

pembunuhan berencana. Dengan terdakwa Antasari Azhar sebagai terdakwa.

Peristiwa ini berawal dari pertemuan saksi Rani Juliani dan terdakwa pada

sekitar bulan Mei 2008 di kamar 803 hotel Grand Mahakam membicarakan

keanggotaan (membership) terdakwa di Modern Golf Tangerang, saat akan

pulang terdakwa memberi saksi Rani Juliani uang sebesar US$ 300 (tiga ratus

US dolar) dan memeluknya, serta mengajak bersetubuh, namun ajakan

131

Putusan Mahkamah Agung No.1429 K/PID/Mahkamah Agung

Page 95: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

85

tersebut ditolaknya dengan mengatakan “lain kali aja pak”, kemudian

terdakwa mencium pipi kiri dan pipi kananya.132

Pertemuan tersebut diceritakanya terhadap korban yang kemudian

meminta menemui terdakwa lagi untuk meminta bantuanya agar korban

dilantik sebagai direktur di BUMN karena SK telah diterima.

Setelah dihubungi terdakwa bersedia bertemu di tempat yang sama di

kamar nomor 803 hotel Grand Mahakam Jakarta Selatan, selanjutnya bersama

mengunakan taxi saksi Rani Juliani menuju hotel Grand Mahakam Jakarta

Selatan, saat akan menuju kamar nomor 803 korban meminta agar

mengaktifkan telepon selularnya (HP) supaya bisa mendengar pembicaraan.

Pada saat masuk terdakwa sudah berada di kamar hotel dan

mempersilahkan duduk di sofa. Dalam pembicaraan saksi Rani Juliani

meminta terdakwa untuk kembali menjadi anggota Modern Land Golf dan

meminta terdakwa untuk membantu saudaranya yang sudah mempunyai SK

sebagai direktur di BUMN agar bisa dilantik.

Disela pembicaraan terdakwa meminta saksi Rani Juliani untuk

memijat pungungnya, saat dipijat terdakwa membalikan tubuh lalu mencium

pipi, bibir, membuka kancing baju dan menurunkan bra sebelah kirinya

sambil berkata “katanya pertemuan selanjutnya kamu mau”.

Ajakan tersebut ditolaknya dengan mengatakan “jangan pak, jangan”,

karena takut terdengar korban saksi Rani Juliani mematikan telepon

132

Putusan Mahkamah Agung No.1429 K/PID/Mahkamah Agung

Page 96: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

86

selularnya. Meskipun ditolak terdakwa masih terus menjamah tubuh saksi

Rani Juliani dengan meremas-remas dan mencium serta menjilati payudara,

kemudian terdakwa membuka kancing dan resleting celananya lalu meminta

saksi Rani Juliani memegangi kemaluanya sambil menggerakkan tangan ke

atas dan ke bawah (mengocok) hingga mengeluarkan sperma.

Pada saat terdakwa ke kamar mandi, korban menelpon saksi Rani Juliani

dan menanyakan “kenapa hp-nya dimatikan ?” namun ia hanya mengiakan.133

Sebelum pulang terdakwa memberikan uang sebesar US$ 500 (lima ratus

US dolar) dan ketika akan keluar kamar tiba-tiba korban masuk dan marah sambil

berkata kepada terdakwa “mengapa bapak bertemu dengan isteri saya di sini dan

apa yang bapak lakukan terhadap isteri saya?, saat ini saya bisa panggil wartawan

untuk menghancurkan karir bapak” kemudian menampar pipi Rani Juliani.

Mendengar kemarahan korban, terdakwa menjawab:

“Jangan pak saya masih ingin memperbaiki negara”, lalu merangkul dan

mengajaknya berbicara di sudut ruangan kamar hotel dan berusaha

menenangkanya dengan mengatakan “kita saudara, ya sudah nanti kita

satu tim”.

Setelah tenang korban mengajak saksi Rani Juliani pulang dan keesokan

harinya korban meminta pengakuan saksi Rani Juliani di bawah Al-Quran untuk

menceritakan perbuatan apa yang sebenarnya dilakukan di kamar nomor 803

hotel Grand Mahakam.

133

Putusan Mahkamah Agung No.1429 K/PID/Mahkamah Agung

Page 97: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

87

Setelah mengetahui perbuatan terdakwa terhadap saksi Rani Juliani, pada

kurun waktu bulan Juni 2008 sampai dengan Desember 2008, korban

mengunakan kesempata itu untuk menemui terdakwa di kantornya sebanyak 5

(lima) kali antara lain : meminta terdakwa selaku ketua komisi pemberantasan

korupsi agar membantu pelantikan korban menjadi direktur di PT. Rajawali

Nusantara Indonesia (RNI).

Meminta terdakwa melakukan intervensi kepada pihak ketiga supaya

memberikan proyek kepada dirinya.

Menyampaikan informasi korupsi di PT. Rajawali Nusantara Indonesia

(RNI) meminta bantuan menghubungi PT. Aneka Tambang (ANTAM) supaya

mempercepat perijinan dan konfirmasi tindak lanjut proses perijinan PT.

Ronggolawe.

Bulan Desember 2008, terdakwa menerima sms dari korban yang isinya

“bahwa ternyata pada waktu bapak berjumpa di hotel Grand Mahakam dengan

isteri saya, ternyata melakukan pelecehan seksual” dan terdakwa membalas sms

tersebut “Astagfirullah...pak janganlah sekejam itu menuduh saya”, kemudian

meminta korban untuk datang ke kantornya.134

Atas permintaan tersebut korban menemui terdakwa dan menuduhnya

telah melakukan pelecehan seksual terhadap isterinya (saksi Rani Juliani), dan

kesempatan itu korban kembali menanyakan proses perijinan PT. Rongolawe

namun tidak ditanggapi.

134

Putusan Mahkamah Agung No.1429 K/PID/Mahkamah Agung

Page 98: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

88

Karena keinginanya tidak dipenuhi, korban mengancam akan

mempublikasikan perbuatan terdakwa terhadap isterinya dikamar nomor 803

hotel Grand Mahakam ke media dan akan mengadukan permasalahan tersebut

kepada DPR.

Pada saat merayakan pergantian tahun baru 2009 di Bali, isteri terdakwa

(saksi Ida Laksmiwati) menerima telepon dari seseorang yang mengatakan,

“Suamimu tidur dengan perempuan lain, perempuanya ada di sampingku”.

Kemudian tedengar suara perempuan, mengatakan, “Suamimu sudah kutiduri”.

Atas ancaman dan teror tersebut terdakwa merasa takut dan panik, lalu

menduga orang yang meneror tersebut adalah korban, kemudian saksi Sigit Haryo

Wibisono diminta membantunya mengatasi teror korban tersebut dengan cara

mengamankan atau menghabisinya.135

Awal bulan Januari 2009, terdakwa bertemu dengan saksi Sigit Haryo

Wibisono dan saksi kombes pol. Chairul Anwar, Di rumah saksi Sigit Wibisono

jalan Pati Unus No. 35 Kebayoran Baru Jakarta Selatan, membicarakan tentang

teror yang dialami keluarga dan dirinya serta pemerasan yang dilakukan korban

terhadapnya, kemudian memberitahukan permasalah tersebut kepada kapolri

meminta perlindungan hukum atas dirinya selaku ketua Komisi Pemberantasan

Korupsi beserta keluarganya.

Terhadap pemberitauan dan permintaan tersebut kapolri membentuk tim

yang diketuai kombes pol. Chairul anwar, Untuk melakukan tugas penyelidikan

135

Putusan Mahkamah Agung No.1429 K/PID/Mahkamah Agung

Page 99: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

89

dan hasil penyelidikanya diberitahukan kepada terdakwa, telah diperoleh foto

korban, foto mobil yang biasa digunakannya, alamat rumah serta alamat kantor.

Informasi diperoleh dari terdakwa, bahwa saksi Rani Juliani bukan isteri

korban dan korban sebagai penguna narkoba, tim yang diketuai kombes pol

Chairul Anwar. Melakukan penyelidikan, pada pertengahan Januari 2009, tim

melakukan pengerebekan di salah satu kamar hotel tempat korban dan saksi Rani

Juliani menginap di Kendari, kemudian melakukan rasia narkoba di lantai 3 (tiga)

salah satu kamar hotel di Makasar tempat korban menginap.

Karena tidak ditemukan perbuatan pidana yang dilakukan oleh korban, tim

yang dibentuk kapolri menyarankan kepada terdakwa untuk membuat laporan

polisi, namun tidak disitujui dengan alasan privasi dirinya sebagai ketua KPK.136

Selain meminta bantuan kapolri sebagaimana disebutkan di atas, terdakwa

selaku ketua KPK, juga memerintahkan staffnya Budi Ibrahin dan saksi Ina

Susanti untuk melakukan pelacakan dan penyadapan nomor telepon yang masuk

ke telepon gengam isterinya kemudian menyerahkan catatan secarik kertas yang

berisi No HP 0811978245, 081311695795, 081381202747 dan 0818883155 dan

meminta agar No HP 08161113244 juga ikut disadap, 2 (dua) di antara No HP

tersebut di atas adalah milik korban yaitu No HP 0811978245 dan HP

08161113244. Ketika saksi Budi Ibrahim bersama saksi Ina Susanti menyerahkan

laporan hasil penyadapan, sekaligus meminta terdakwa untuk menghentikanya

136

Putusan Mahkamah Agung No.1429 K/PID/Mahkamah Agung

Page 100: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

90

karena menghabiskan waktu, biaya dan tidak level, namun terdakwa mengatakan

“saya apa dia yang mati”.

Karena kerja tim tidak dapat menghentikan ancaman dan teror yang

dilakukan korban terhadap diri dan keluarganya, terdakwa semakin panik dan

takut, selanjutnya kembali menemui saksi Sigit Haryo Wibisono di rumahnya di

jalan Pati Unus No.35 Kebayoran Baru Jakarta Selatan dan menyampaikan

keluhannya serta meminta saksi Sigit Haryo Wibisono mencari cara

mengamankan atau menghabisi korban.137

Karena terus menerus didesak, saksi Sigit Haryo Wibisono menyetujui

permintaan dan bersedia membantu terdakwa untuk menghabisi korban dengan

cara menjadikan korban sebagai tersangka dalam perkara korupsi oleh KPK,

menjadikan korban sebagai korban perampokan yang akan dilakukan oleh TKI

(orang-orang yang tidak bekerja di Indonesia) dengan tujuan untuk menghabisi

korban, kemudian saksi Sigit Haryo Wibisono menyampaikan kepada terdakwa

akan mengusahakan orang yang bisa menghabisi korban melalui saksi Kombes

Pol Wiliardi Wizar. Setelah itu saksi Sigit Haryo Wibisono menghubungi saksi

Kombes Pol. Wiliardi Wizar dan menyampaikan permasalahan yang dihadapi

terdakwa serta keinginan terdakwa untuk menghabisi korban, apabila berhasil

mewujudkan keinginan tersebut, maka terdakwa akan membicarakan promosi

kenaikan pangkat dan jabatan kepada kapolri.

137

Putusan Mahkamah Agung No.1429 K/PID/Mahkamah Agung

Page 101: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

91

Selanjutnya akhir bulan Januari 2009, terdakwa dipertemukan oleh saksi

Sigit Haryo Wibisono dengan saksi Kombes Pol Wiliardi Wizar di jalan Pati

Unus No. 35 Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Setelah bertemu terdakwa

menyampaikan keluhan/teror yang dialaminya dan keluarga kepada saksi Sigit

Haryo Wibisono dan saksi Kombes Pol wiliardi wizar, kemudian meminta saksi

Kombes Pol Wiliardi Wizar untuk menyelesaikan teror dan ancaman yang

dilakukan korban terhadap diri dan keluarganya dengan cara menghabisi korban

dan saksi Sigit Haryo Wibisono akan mempersiapkan dana oprasional untuk

mewujudkan pekerjaan tersebut, sebaliknya saksi Kombes Pol Wiliardi Wizar

menyampaikan keinginanya agar terdakwa membicarakan kemungkinan kenaikan

pangkat dan jabatannya kepada kapolri. Dengan adanya harapan serta peluang

promosi jabatan, saksi Kombes Pol Wiliardi Wizar mengatakan “siap

mengamankan”.

Hasil pertemuan itu disepakati terdakwa akan membicarakan

kemungkinan kenaikan pangkat dan jabatan saksi Kombes Pol Wiliardi Wizar

dengan kapolri dan saksi Kombes Pol Wiliardi Wizar akan mencari orang yang

bisa menghabisi korban, guna menghentikan ancaman dan teror yang

dilakukannya terhadap terdakwa.138

Sesuai kesepakatan terdakwa memberikan foto korban, foto mobil, alamat

rumah dan alamat kantor korban kepada saksi Kombes Pol Wiliardi Wizar yang

138

Putusan Mahkamah Agung No.1429 K/PID/Mahkamah Agung

Page 102: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

92

diserahkan oleh saksi Sigit Haryo Wibisono, yang sebelumnya diterima dari tim

yang dibentuk kapolri yang diketuai Kombes Pol chairul anwar.

Bahwa setelah menerima foto korban, foto mobil, alamat rumah dan

alamat kantor korban dari terdakwa dan ada janji dari terdakwa yang akan

membicarakan promosi pangkat dan jabatan kepada kapolri, serta janji saksi Sigit

Haryo Wibisono memberikan dana oprasioanal menghabisi korban, selanjutnya

pada tanggal 1 Februari 2009 saksi Kombes Pol wiliardi wizar menghubungi dan

mendatangi saksi Jerry Hermawan Lo di kantornya di Kedoya Raya kav. 27 No

13 Pesing Koneng Jakarta Barat.139

Pada pertemuan tersebut, saksi Kombes Pol wiliardi wizar menyerahkan 1

(satu) lembar kertas HVS yang ada digambar foto siorang laki-laki yang di

bawahnya bertuliskan nama korban Nasrudin Zulkarnaen Iskandar beserta alamat

lengkap rumah dan kantornya dan 1 (satu) lembar kertas HVS bergambar mobil

BMW warna silver dengan plat nomor polisi B 191 E, selanjutnya meminta

bantuan saksi Jerry Hermawan Lo untuk mencarikan seseorang yang dapat

menghabisi nyawa korban karena orang tersebut sangat berbahaya bagi Negara

dan misi tersebut merupakan tugas Negara.

Menyikapi permintaan tersebut pada malam itu juga saksi Jerry

Hermawan Lo menghubungi dan meminta saksi Eduardus Noe Ndopo Mbete

alias Edo untuk bersidia bertemu dengan saksi Kombes Pol wiliardi wizar serta

datang kerumahnya di komplek Perumahan Permata Buana Blok A7 No. 13

139

Putusan Mahkamah Agung No.1429 K/PID/Mahkamah Agung

Page 103: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

93

Kembangan Jakarta barat, ketika bertemu saksi Jerry Hermawan Lo sambil

memperlihatkan foto yang diterimanya dari saksi Kombes Pol wiliardi wizar

menyampaikan ada tugas Negara dan sangat rahasia yaitu mengenalkan seorang

yang dapat menghabisi nyawa seorang laki-laki yang fotonya ada pada kertas

HVS sambil menunjukkan foto yang diterimanya dari saksi Kombes Pol wiliardi

wizar.

Setelah pembicaraan tersebut saksi Eduardus Noe Ndopo Mbete alias Edo

meninggalkan rumah saksi Jerry Hermawan Lo, lalu menghubungi saksi

Hendrikus Kia Walen alias Hendrik dan menyampaikan adanya orderan untuk

menghilangkan nyawa korban.140

Keesokan harinya pada tanggal 2 Februari 2009 sekira pukul 19.00 wib

saksi Kombes Pol wiliardi wizar, saksi Jerry Hermawan Lo dan saksi Eduardus

Noe Ndopo Mbete alias Edo bertemu di cafe/restoran arena bowling Ancol

Jakarta Utara, pada pertemuan tersebut saksi Jerry Hermawan Lo kembali

meminta saksi Eduardus Noe Ndopo Mbete alias Edo agar mencari orang guna

menghabisi orang yang fotonya pernah ditujukkanya karena membahayakan

keamaan Negara sambil menyerahkan amplop warna coklat berisi 2 (dua) lembar

foto yang dicetak di atas kertas hvs yaitu: foto korban Nasrudin Zulkarnaen

Iskandar beserta alamat lengkap rumah dan kantornya dan foto mobil BMW

warna silver dengan plat nomor Polisi B 191 E.

140

Putusan Mahkamah Agung No.1429 K/PID/Mahkamah Agung

Page 104: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

94

Pada kesempata itu Kombes Pol wiliardi wizar juga menjelaskan hal yang

sama kepada saksi Eduardus Noe Ndaopo Mbete alias Edo untuk melaksanakan

atau menyelesaikan tugas Negara tersebut menjelang pemilu legislatif karena

membahayakan Negara dan meminta mengenalkan seseorang yang dapat

melaksanakan tugas menghabisi nyawa korban.

Setelah pertemuan saksi Eduardus Noe Ndapo Mbete alias Edo menemui

saksi Hendrikus Kia Walen alias Hendrik yang telah menunggu di parkiran mobil

kemudian menyerahkan amplop besar warna coklat sambil mengatakan pekerjaan

yang akan dilakukan menyangkut tugas Negara yaitu menghabisi orang yang ada

fotonya di amplop coklat tersebut karena mebahayakan keamanan Negara dan

nanti akan disediakan sarana serta uang oprasional untuk memperlancar pekerjaan

tersebut.

Karena terdakwa masih terus diteror oleh korban, pada bulan Februari

2009 itu juga terdakwa mengirim sms kepada korban yang isinya “maaf mas

masalah ini yang tahu hanya kita berdua kalau sampai terblow up tahu

konsikuensinya” yang kemudian diperlihatkan kepada saksi Etza Imelda Fitri,

Dan saksi Jeffry Lumempouw.141

Selanjutnya pada awal bulan Maret 2009 saksi Kombes Pol wiliardi wizar

menemui saksi Sigit Haryo Wibisono di kantor pers Indonesia merdeka jalan

Kerinci VII No 63 Kebayoran Baru Jakarta Selatan meminta dana oprasional

141

Putusan Mahkamah Agung No.1429 K/PID/Mahkamah Agung

Page 105: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

95

untuk melaksanakan niat menghabisi nyawa korban sebesar Rp.500.000.000,-

(lima ratus juta rupiah).

Permintaan tersebut saksi Sigit Haryo Wibisono menugaskan saksi Setyo

Wahyudi menyerahkan dana sebesar Rp.500.000.000,- (lima ratus juta) kepada

saksi Kombes Pol wiliardi wizar namun sebelum menyerahkan uang saksi Sigit

Haryo Wibisono memberitahukan terlebih dahulu kepada terdakwa via telepon

dan mengatakan bahwa ia akan menyerahkan uang oprasional kepada saksi

Kombes Pol wiliardi wizar sibesar Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) dan

uang tersebut adalah sebagai pinjaman yang harus dikembalikan lagi dan

terdakwa menjawab “nanti akan dicarikan gantinya”.

Setelah menerima dana oprasional sebesar Rp.500.000.000,- (lima ratus

juta rupiah) saksi Kombes Pol wiliardi wizar menemui saksi Eduardus Noe

Ndopo Mbete alias Edo di pelataran lobby Cilandak Town Square (CITOS) lalu

menyerahkan uang sebesar Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) untuk biaya

oprasional.142

Pada malam itu juga saksi Eduardu Noe Ndopo Mbete alias Edo

menyerahkan uang oprasional mengahabisi korban sebesar Rp.500.000.000,-

(lima ratus juta rupiah) kepada saksi Hendrikus Kia Walen alias Hendrik di MC

Donal Tebet dan menugaskan agar segera mengahabisi korban namun uang yang

diambil hanya sebesar Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah) saja.

142

Putusan Mahkamah Agung No.1429 K/PID/Mahkamah Agung

Page 106: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

96

Setelah menyerahkan uang sebesar Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah)

saksi Eduardus Noe Ndopo Mbete alias Edo mengatakan kepada saksi Hendrikus

Kia Walen alias Hendrik harus bertanggung jawab melaksankan tugas menghabisi

korban.

Untuk memastikan tugas menghabisi korban sudah dijalankan atau belum,

saksi Kombes Pol wiliardi wizar menghubungi Eduardus Noe Ndopo Mbete alais

Edo dan mengajak bertemu di ruang kerjanya di Subdit Pariwisata Babinkam

Mabes Polri Jakarta, pada pertemuan tersebut saksi Kombes Pol wiliardi wizar

kembali menegaskan bahwa tugas mengahabisi korban benar-benar tugas Negara

dan pelaksanaannya jangan sampai lewat pemilu legislatif tahun 2009 karena

akan sia-sia serta akan meledak sebab menyangkut keamanan Negara dan

menegaskan supaya saksi Eduardus Noe Ndopo Mbete alias Edo tidak usah

khawatir karena semua itu sudah diatur dan diamankan, bila pekerjaan ini berhasil

maka pangkat dan karirnya akan naik.

Sebaliknya saksi Eduardus Noe Ndopo Mbete alias Edo mengatakan

bahwa dana oprasional yang telah diterima sudah diserahkan kepada seorang

pelaksana dilapangan.

Setelah menerima uang oprasional sebesar Rp.100.000.000,- (seratus juta

rupiah) saksi Hendrikus Kia Walen alias Hendrik menghubungi dan mengajak

saksi Fransiskus Tadon Kerans alias Amsi, saksi Heri Santosa bin Rasja alias

Bagol, saksi Daniel Daen Sabon alias Danil, untuk menghabisi nyawa korban

dengan dalih pekerjaan tersebut adalah tugas Negara dan korban adalah orang

Page 107: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

97

yang membahayakan keamanan Negara bila berhasil maka saksi fransiskus

Tadon Kerans alias Amsi memperoleh imbalan sebesar Rp.50.000.000,- (lima

puluh juta rupiah), saksi Heri Santosa bin Rasja alias Bagol akan memperoleh

imbalan sebesar Rp.70.000.000,- (tujuh puluh juta rupiah) dan saksi Daniel Daen

Sabon alias Danil akan memperoleh imbalan sebesar Rp.75.000.000,- (tujuh

puluh lima juta rupiah), atas ajakan tersebut mereka bersedia untuk menghabisi

nyawa korban.

Selanjutnya dengan adanya gambar foto korban, foto mobil sedan BMW

warna silver No. Pol B 191 E dan dana oprasional telah diterima maka diadakan

pertemuan disibuah gudang kosong pabrik PT. Yasun Litex di Batu Ceper

Tangerang untuk mempersiapkan pelaksanaan menghilangkan nyawa korban.143

Setelah perencanaan dan persiapan telah matang atau sempurna pada hari

sabtu tanggal 14 Maret 2009 sekitar jam 14.30 wib bertempat di jalan Hartono

Raya Modern Land Tangerang ketika korban berada di dalam mobil BMW warna

silver No Pol B 191 E yang dikemudikan saksi Suparmin, laju kendaraanya di

halang-halangi oleh mobil Toyota Avanza warna silver No Pol B 8870 NP yang

dikemudukan saksi Fransiskus Tadon Kerans alias Amsi dan seketika, saat mobil

BMW dinaiki korban yang berjalan pelan akan melewati undakan (polisi tidur)

lalu sepeda motor Yamaha Scorpio warna gelap No Pol B 6862 SNY yang

dikendarai saksi Heri Santosa bin Rajsa alias Bagol dengan memboncengi saksi

Daniel Daen Sabon alias Danil bergerak mendekati samping kiri mobil BMW

143

Putusan Mahkamah Agung No.1429 K/PID/Mahkamah Agung

Page 108: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

98

yang dinaiki korban hingga berjarak lebih kurang sekitar 0,5 (nol koma lima)

meter kemudian saksi Daniel Daen Sabo alias Danil mengarahkan senjata api

jenis Revolver tipe S & W caliber 38 yang telah dipersiapkan ke arah samping

kiri belakang mobil BMW lurus searah dengan kepala korban lalu menembak atau

menarik pelatuk senjata api tersebut sebanyak 2 (dua) kali, sehingga peluru

menembus kaca pintu mobil dan kena tepat di kepala korban.

Setelah mengetahui bahwa korban telah meniggal dunia karena ditembak,

saksi Sigit Haryono Wibisono menghubungi terdakwa dan mengatakan “

bagaimana nich pak, bisa runyam kita?” dan terdakwa menjawab “tenang saja

saya sudah koordinasikan” kemudian sekitar akhir bulan Maret 2009 saksi

Kombes Pol wiliardi wizar datang ke rumah terdakwa yang diantar saksi Setyo

Wahyudi atas sepengetahuan saksi Sigit Haryono Wibisono untuk menanyakan

perkembangan karier yang pernah dibicarakan sebelumnya.144

Akibat penembakan yang dilakukn saksi Daniel Daen Sabon alias Danil

menyebabkan korban Nasrudin Zulkarnaen Iskandar meninggal dunia sebagaimna

diterangkan dalam visum Et Repertum Nomor: 1030/SKIII/03/2-2009 tanggal 30

Maret 2009 yang ditanda tangani oleh Dr. Abdul Mun’im Idries, SpF dokter

pemerintah pada rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo yang pada kesimpulanya

menerangkan: “pada mayat laki-laki yang berumur sekitar empat puluh tahun ini

didapatkan 2 (dua) buah luka tembak masuk pada sisi kepala sebelah kiri,

kerusakan jaringan otak serta pendarahan dalam rongga tengkorak serta 2 (dua)

144

Putusan Mahkamah Agung No.1429 K/PID/Mahkamah Agung

Page 109: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

99

butir anak peluru yang sudah tidak utuh”. “sebab matinya orang ini akibat

tembakan senjata api yang masuk dari sebelah kiri, berdasarkan sifat lukanya

kedua luka tembak tersebut merupakan luka tembak jarak jauh, peluru pertama

masuk dari arah depan sisi kepala sebelah kiri dan peluru yang kedua masuk dari

arah depan sisi kepala kiri, diameter kedua anak peluru tersebut 9 (sembilan)

milimeter dengan ulir ke kanan, hal tersebut sesuai dengan peluru yang

ditembakan dari senjata api kaliber 0,38 tipe S & W”.145

2. Dakwaan dan Tuntutan Jaksa

Bahwa terdakwa Antasari Azhar. Tersebut sibgaimana diatur dan diancam

pidana dalam pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP jo pasal 55 ayat (1) ke-2 KUHP jo

pasal 340 KUHP.

Setelah jaksa penuntut umum mengamati dan mencermati kasus ini, maka

para terdakwa ditunut oleh jaksa penuntut umum dengan pasal 55 ayat (1) ke-1

KUHP jo pasal 55 ayat (1) ke-2 KUHP jo pasal 340 KUHP. Jaksa penuntut umum

menuntut agar majelis hakim menjatuhkan putusan. Pertama, menyatakan

terdakwa Antasari Azhar. Terbukti secara sah dan meyakinkan telah bersalah

melakukan tindak pidana “orang yang turut melakukan perbuatan membunjuk

orang lain melakukan pembunuhan berencana” sebagaimana diatur dan diancam

pidana dalam pasal 55 ayat 1 ke-1 jo. Pasal 55 ayat 1 ke-2 pasal 340 KUH Pidana

sebagaimana dalam surat dakwwaan. Kedua, menjatuhkan pidana terhadap

terdakwa Antasari Azhar. Dengan pidana mati. Ketiga, menyatakan barang bukti

145

Putusan Mahkamah Agung No. 1429 K/PID/2010

Page 110: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

100

berupa: 3 (tiga) buah kartu access card hotel Grand Mahakam, 1 (satu) buah

kardus handphone Nokia 6300 nomor imey 355714022899576, 1 (satu) amplop

cokelat dari Sigit Haryo Wibisono kepada Antasari Azhar berisi: satu bendel hasil

pemeriksaan assit eks pemegang saham dari BPK, satu bendel hasil pemeriksaan

penyelesaian kewajiban pemegang saham (PKPS) dari BPK dan satu surat

berjudul The Untouchable: Salim bersaudara, 1 (satu) amplop cokelat dari Mega

Simarmata wartawati inilah.com kepada Antasari Azhar private and confidential

diserahkan via ibu Ida (sekertaris) berisi print out email dari microsoft outlook

inbox dan exhibit S-GSM off-air intercept, 1 (satu) buah map warna biru berisi

copy surat nota kesepahaman antara PT. Graha Artha Citra Mandiri dan PT.

Rajawali Nusantara Indonesia No: 78/spj.PNRNI/X/2002 dan copy surat

keputusan menteri negara badan usaha milik negara No: KEP-/MBU/2007 dan

copy surat PT. Rajawali Nusantara Indonesia No: S-20/RNI.00/VI/2004 tanggal 2

Juni 2005, hal tanggapan komisaris atas laporan tahunan tahun buku 2004 dan

copy surat daftar riwayat hidup Nasrudin Zulkarnen, 1 (satu) buah hardisk merk

Western digital, model WD 800ZD serial number WMM9X647149, datanya

memiliki nilai MD5HASH6D42AE68F9 DE4CB2COCC60f7B488ZC4

kapasitasnya 80 GB. Keempat, menetapkan terdakwa membayar biaya perkara

sebesar Rp. 5.000,- (lima ribu rupiah).146

146

Putusan Mahkamah Agung No. 1429 K/PID/2010

Page 111: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

101

B. Putusan Hakim Mahkamah Agung

Mahkamah agung yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dengan

No perkara: 1429 K/Pid/2010, dan selama terdakwa dalam masa tahanan oleh

penyidik sijak tanggal 04 Mei 2009. Setelah mendengar pembacaan surat

dakwaan, keterangan saksi-saksi dan terdakwa, setelah melihat dan meneliti

barang bukti yang diajukan dalam persidangan oleh penuntut umum. Menimbang

bahwa dalam dakwaan primer, terdakwa didakwa melakukan tindak pidana

sebagaimana diatur dalam pasal 340 KUHP Jo pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP.

Membaca putusan pengadilan negeri Jakarta Selatan No. 1532/Pid.

B/2009/PN. JKT. SEL tanggal 11 februari 2010 yang amar lengkapnya sebagai

berikut:147

1. Menyatakan terdakwa Antasari Azhar. Yang identitasnya disebutkan di muka,

terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana

“TURUT SERTA MENGANJURKAN PEMBUNUHAN BERENCANA”,

memidana terdakwa tersebut, dengan pidana penjara selama: 18 (delapan

belas) tahun, menetapkan bahwa masa tahanan yang telah dijalani terdakwa

dikurangkan seluruhanya dari pidana yang dijatuhkan, menetapkan terdakwa

tetap ada dalam tahanan, menetapkan barang bukti,

2. Menyatakan gugatan ganti rugi pemohon tidak dapat diterima: membaca

putusan pengadilan tinggi Jakarta No. 71/PID/2010/PT.DKI tanggal 17 Juni

2010 yang amarnya sebagai berikut:

147

Putusan Mahkamah Agung No.1429 K/PID/Mahkamah Agung

Page 112: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

102

- Menerima permintaan banding terdakwa/ penasihat hukum terdakwa dan

penuntut umum di atas, menguatkan putusan pengadilan negeri Jakarta

Selatan No: 1532/Pid.B/2009/PN.Jkt.Sel tanggal 11 Februari 2010 yang

dimintakan pemeriksaan dalam tingkat banding dengan mengubah sekedar

mengenai kwalifikasi tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa

sehingga amarnya adalah sebagai berikut:

a. Menyatakan terdakwa Antasari Azhar. Yang identitasnya tersebut di

atas, terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak

pidana: “MENGANJURKAN PEMBUNUHAN BERENCANA”

b. Memerintahkan kepada terdakwa agar tetap dalam tahanan

c. Membebani terdakwa untuk membayar biaya perkara pada kedua

tingkat peradilan yang pada pengadilan tingkat banding sebanyak

Rp.2.000,- (dua ribu rupiah)

Putusan Mahkamah Agung Jakarta No. 1429 K/Pid/2010 yang amar

lengkapnya sebagai berikut:

MENGADILI

Menolak permohonan kasasi dari pemohon kasasi I: JAKSA PENUNTUT

UMUM pada kejaksaan negeri JAKARTA SELATAN dan Pemohon Kasasi

II/Terdakwa: ANTASARI AZHAR. Tersebut.148

Memperbaiki amar putusan pengadilan tinggi Jakarta No: 71/PID/2010/PT.DKI

tanggal 17 Juni 2010 yang mengubah putusan pengadilan negeri Jakarta Selatan

No: 1532/PID.B/2009/PN.JKT.SEL tanggal 11 Februari 2010 sekedar mengenai

148

Putusan Mahkamah Agung No.1429 K/PID/Mahkamah Agung

Page 113: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

103

kwalifikasi tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa sehingga berbunyi

sebagai berikut:

1. Menyatakan terdakwa Antasari Azhar. Yang identitas lengkapnya tersebut di

muka, terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana

“TURUT SERTA MENGANJURKAN PEMBUNUHAN BERENCANA”

- Memidana terdakwa tersebut dengan pidana penjara selama: 18 (delapan

belas) tahun

- Menetapkan masa tahanan yang telah dijalani terdakwa dikurangkan

seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan

- Menetapkan terdakawa tetap ada dalam tahanan

- Menetapkan barang bukti

2. Menyatakan gugatan pemohon tidak diterima.149

C. Analisis Putusan Mahkamah Agung Menurut Hukum Islam dan Hukum

Positif

1. Menurut Hukum Islam

Dalam hukum Islam, semua tindak pidana yang menyangkut nyawa

manusia harus dipertanggung jawabkan, sesuai dengan perbuatannya baik

delik pidana itu dilakukan dengan sengaja (al-a’md) maupun dengan tidak

sengaja (al-khata).150

149

Putusan Mahkamah Agung No. 1429 K/PID/2010

150

Abdul Qodir Audah, Ensiklopedia Hukum Pidana Islam Jild III, h. 210.

Page 114: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

104

Dalam hukum Islam tindak pidana akan melalui tahapan-tahapan tertentu

sebelum terpidana melakukanya. Tahap pertama, yaitu adanya pemikiran dan

perencanaan. Artinya pemikiran untuk melakukan tindak pidana dan perencanaan

untuk melaksanakan aksinya, ini tidak dipandang sebagai maksiat yang patut

mendapatkan hukuman takzir dan tidak diangap sebagai tindak pidana yang patut

mendapat hukuman. Hal ini karena kaidah Islam tidak menghukum bisikan hati

manusia atau suara hati atas suatu perkataaan atau perbuatan, begitu juga tidak

mengambil tindakan terhadap apa yang masih direncanakan oleh seseorang.

Dengan demikian, manusia hanya akan dituntut atas apa yang telah diucapkan dan

apa yang telah diperbuatnya.151

Adapun tahap kedua, yaitu tahap persiapan. Tahap ini tidak dapat

dianggap sebagai maksiat. Hukum Islam tidak menghukum seseorang atas

tindakanya menyiapkan sarana untuk melakukan tindak pidana kecuali tindakan

menyiapkan itu dianggap sebagai maksiat pada zatnya. Seperti seseorang yang

hendak mencuri dengan cara membuat seseorang mabuk, si pencuri membeli

sesuatu yang memabukan. Dalam hal ini hal seperti itu diangap sebagai maksiat,

pelaku dapat dihukum tanpa harus menunggu hingga ia melaksanakan tujuan

utamanya, yaitu mencuri.

Selanjutnya tahap ketiga, yaitu tahap pelaksanaan. Tahap ini satu-satunya

tahapan yang pelakunya dianggap telah melakukan tindak pidana. Suatu tindak

pidana dianggap sebagai tindak pidana jika perbuatan tersebut dikategorikan

151

Abdul Qodir Audah, Ensiklopedia Hukum Pidana Islam Jilid III, h. 24-25.

Page 115: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

105

sebagai perbuatan maksiat. Artinya, perbuatan tersebut melanggar hak masyarakat

dah hak perorangan.152

Dalam kasus pembunuhan ini, menurut hukum Islam, terhadap pelaku

tindak pidana yang dilakukan dengan sengaja (al-a’md) ancamanya lebih berat

dari qishaslah yang tepat untuk tindak pidana yang dilakukan dengan sengaja.

Allah swt telah memulai uraiannya dalam surat Al-Baqorah ayat 178

dengan menyeru kaum beriman, ini diwajibkan kalau kamu wahai keluarga

terbunuh menghedakinya sebagai sanksi akibat pembunuhan tidak sah atas

keluarga kalian. Tetapi pembalasan itu harus malalui orang yang berwenang

dengan ketetapan bahwa orang merdeka dengan orang merdeka dan hamba

dengan hamba dan wanita dengan wanita, jangan menuntut seperti adat jahiliyah,

jangan juga menuntut balas terhadap 2 atau banyak orang kalau yang terbunuhnya

hanya seseorang, karena makna dari qishas adalah “persamaan”, boleh menuntut

laki-laki jikalau yang terbunuhnya adalah wanita, dan lain juga sebaliknya. Kaena

itulah keadilan dan persamaan dalam mencabut nyawa mnusia.153

Dari putusan yang dijatuhkan majelis hakim kepada terdakwa Antasari

Azhar. Di atas, dengan pandangan hukum Islam, pada kasus pembunuhan

berencana di mahkamah agung Jakarta tersebut, dikategorikan sebagai

pembunuhan sengaja, karena melihat terdakwa merencanakan pembunuhan

korban yang bernama Nasrudin Zulkarnaen Iskandar. Adapun untuk dikatakan

152

Abdul Qodir Audah, Ensiklopedia Hukum Pidana Islam Jilid III, h. 26.

153

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Juz I (Jakarta: Lentera Hati, 2007), cet. ke-10, h.

393.

Page 116: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

106

suatu kejahatan terhadap nyawa sebagai pembunuhan disengaja, paling tidak

harus ada tiga unsur pokok yang harus dipenuhi yaitu:

Unsur pertama, korban yang dibunuh adalah manusia hidup. Tindak

pidana terhadap pembunuhn atas jiwa pada dasarnya adalah tindak pidana

terhadap manusia hidup. Karena itu, para fuqaha menamainya dengan tindak

pidana atas jiwa. Untuk memastikan terjadinya tindak pidana, korban harus

berupa manusia hidup. Adapun dalam kasus ini korban berinisial Nasrudin

Zulkarnaen Iskandar yang menjabat sebagai pegawai di PT. Rajawali Nusantara

Indonesia (RNI).

Unsur kedua, dari unsur pembunuhan yaitu, kematian adalah hasil dari

perbuatan pelaku. Unutk memastikan unsur ini, kematian disyaratkan harus akibat

dari perbuatan pelaku dan perbuatan tersebut biasanya memang mengakkibatkan

kematian. Sautu perbuatan tidak disyaratkan berupa jenis-jenis tertentu untuk

dianggap sebagi pembunuhan. Karenanya, perbuatan bisa berupa memukul,

melukai, menyembelih, membakar, mencekik, meracu, atau bentuk lainnya.

Dalam kasus pembunuhan berencana di atas, bahwa korban meninggal karena

luka tembak jarak jauh, peluru pertama masuk dari arah depan sisi kepala sebelah

kiri dan peluru yang kedua masuk dari arah depan sisi kepala kiri, diameter kedua

anak peluru tersebut 9 (sembilan) milimeter dengan ulir ke kanan, hal tersebut

sesuai dengan peluru yang ditembakan dari senjata api kaliber 0,38 tipe S & W.154

Unsur lainnya, dari unsur pembunuhan yaitu pelaku menghendaki

terjadinya kematian korban (bermaksud melakukan pembunuhan). Berdasarkan

154 Putusan Mahkamah Agung No.1429 K/PID/Mahkamah Agung

Page 117: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

107

fakta dipersidangan bahwa korban saat di jalan Hartono Raya Modern Land

Tangerang ketika korban berada di dalam mobil BMW warna silver No Pol B 191

E yang dikemudikan saksi Suparmin, laju kendaraanya di halang-halangi oleh

mobil Toyota Avanza warna silver No Pol B 8870 NP yang dikemudukan saksi

Fransiskus Tadon Kerans alias Amsi dan seketika, saat mobil BMW dinaiki

korban yang berjalan pelan akan melewati undakan (polisi tidur) lalu sepeda

motor Yamaha Scorpio warna gelap No Pol B 6862 SNY yang dikendarai saksi

Heri Santosa bin Rajsa alias Bagol dengan memboncengi saksi Daniel Daen

Sabon alias Danil bergerak mendekati samping kiri mobil BMW yang dinaiki

korban hingga berjarak lebih kurang sekitar 0,5 (nol koma lima) meter kemudian

saksi Daniel Daen Sabo alias Danil mengarahkan senjata api jenis Revolver tipe S

& W caliber 38 yang telah dipersiapkan ke arah samping kiri belakang mobil

BMW lurus searah dengan kepala korban lalu menembak atau menarik pelatuk

senjata api tersebut sebanyak 2 (dua) kali, sehingga peluru menembus kaca pintu

mobil dan kena tepat di kepala korban.155

Untuk menentukan bahwa suatu pembunuhan dianggap pembunuhan

sengaja, imam Abu Hanifah, As-Syafi’i, dan Ahmad bin Hambal mensyaratkan

pelaku harus memiliki tujuan ingin membunuh. Jika tujuan tersebut tidak

dipenuhi, perbuatan tersebut tidak dianggap pembunuhan sengaja, karena niat

tanpa ada maksud ingin membunuh tidak cukup untuk menjadikan suatu

perbuatan sebagai pembunuhan disengaja. Adapun imam Malik berpendapat lain,

155

Putusan Mahkamah Agung No.1429 K/PID/Mahkamah Agung

Page 118: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

108

pada pembunuhan disengaja ini beliau tidak mensyaratkan harus ada niat

membunuh dari pelaku. Menurutnya, tujuan pelaku ingin membunuh korban atau

berbuat dengan melawan hukum, namun tidak ada niat untuk membunuh,

nilainnya sama selama ia tidak berbuat bermain-main atau memberi

pendidikan.156

Unsur lain dari pembunuhan yaitu alat yang digunakan dalam

pembunuhan dapat mematikan korban. Dalam hal ini imam Abu Hanifah

mensyaratkan alat yang digunakan dalam pembunuhan sengaja adalah yang

biasanya mengakibatkan kematian. Sedangkan menurut imam Syafi’i dan imam

Ahmad mensyaratkan alatnya, yaitu alat yang biasa digunakan untuk membunuh,

sekalipun tidak melukai. Berdasarka alat bukti di persidangan alat yang digunakan

oleh saksi Daniel Daen Sabo alias Danil adalah senjata api jenis Revolver tipe S

& W caliber 38.

Adapun permasalahan pembunuhan yang direncanakan terlebih dahulu

dalam hukum pidana Islam, dikenal dengan tamalu dan tawafuk, tamalu adalah

kasus pidana yang sudah direncanakan sebelumnya. Adapun tawafuk adalah

perbuatan yang dilihat dari niat orang-orang yang turut serta dalam tindak pidana

adalah untuk melakukanya, tanpa ada kesepakatan (pemufakatan) sebelumnya di

antara mereka. Dengan kata lain, masing-masing pelaku berbuat dengan

pribadinya dan pikiranya yang timbul seketika itu. Hal ini seperti dalam kasus

kerusuhan yang terjadi secara spontanitas.157

156

Abdul Qodir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, h. 241.

157

Abdul Qodir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, h. 207.

Page 119: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

109

Dalam kasus tamalu para pelaku telah sepakat untuk melakukan suatu

tindak pidana dan mengiginkan bersama terjadinya hasil tindak pidana tersebut.

Apabila dua orang bersepakat untuk membunuh seseorang kemudian keduanya

pergi menjalankan aksinya, seorang di antaranya mengikat korban, sedangkan

yang lain memukul kepalanya hingga mati, maka keduanya bertanggung jawab

ataas pembunuhan tersebut. Adapun hukumannya menurut hukum Islam, jika

jumlah perbuatan pelaku secara langsung lebih dari satu, baik simuanya sebagai

pembunuh, maupun sebagian saja yang membunuh, atau melakukan secara

bersamaan atau bergantian, pelaku harus bertanggung jawab sebagai pembunuhan

disengaja, selama satu perbuatannya atau beberapa perbuatannya bisa

menyebabkan kematian dan membantu terjadinya kematian.158

Singkatnya, kasus pembunuhan Antasari Azhar. Dalam hukum Islam

dikategorikan sebagi pembunuhan disengaja. Pembunuhan disengaja menurut

syariat Islam diancam dengan beberapa hukuman, sebagian merupakan hukuman

pokok dan penganti, dan sebagian lagi merupakan hukuman tambahan. Adapun

hukuman pokok untuk pembunuhan disengaja adalah qishas dan kafarat,

sedangkan hukuman penganti qishas dan kafarat apabila ada unsur penghapusan

hukuman maka hukuman pengantinya yaitu hukuman diyat dan takzir. Adapun

hukuman tambahan adalah penghapusan hak waris dan hak wasiat. Untuk lebih

jelasnya penulis akan memaparkan dengan pemaparan sebagai berikut:

158

Abdul Qodir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam Jilid II, h. 38-39.

Page 120: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

110

a. Hukuman qishas

Menurut hukum Islam, hukuman qishas wajib atas orang yang

melakukan pembunuhan disengaja. Qishas artinya menelusuri jejak. Karena

orang yang berhak atas qishas mengikuti dan menelusuri jejak tindak pidana

dari pelaku. Qishas juga diartikan sebagai keseimbangan atau kesepadanan.

Menurut Abdul Qodir Audah qishas adalah setimpal, maksudnya yaitu

membalas pelaku sesuai dengan apa yang dilakukanya. Artinya kalau pelaku

membunuh, maka si pelaku juga harus dibunuh. Untuk menjatuhkan hukuman

qishas, baik dalam pembunuhan yang didahului dengan ancaman, intaian,

maupun tanpa didahului hal tersebut, dalam hukum Islam hukumanya sama.159

Hukuman qishas pula, dapat terhapus dengan berbagai hal yaitu

hilangnya tempat untuk qishas, pemaafan, perdamaian dan diwariskanya hak

qishas. Yang dimaksud dengan hilangnya tempat untuk diqishas yaitu

hilangnya anggota badan atau jiwa orang yang diqishas sebelum

dilaksnakanya hukuman.160

Para ulama berbeda pendapat dalam hal ini, imam Malik dan imam

Abu Hanifah berpendapat bahwa hilangnya anggota badan atau jiwa orang

yang wajib di qishas itu menyebabkan hapusnya hukuman. Sedangkan

menurut imam As-Syafi’i dan imam Ahmad dalam kasus hilangnya anggota

badan atau jiwa orang yang wajib diqishas terhapus hukumnya, akan tetapi

159

Abdul Qodir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, h. 271.

160

Abdul Qodir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, h. 271.

Page 121: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

111

wajib membayar diyat, karena qishas dan diyat keduanya wajib, bila salah

satunya tidak dapat dilaksanakan maka diganti dengan hukuman yang lain.161

Yang dimaksud dengan pemaafan menurut imam Syafi’i dan imam

Ahmad adalah qishas atau diyat tanpa imbalan apa-apa, sedangkan menurut

imam Malik dan imam Abu Hanifah pemaafan terhadap qishas dan diyat itu

bisa dilaksanakan bila ada kerelaan pelaku. Jadi menurut kedua ulama terakhir

ini pemaafan adalah qishas tanpa imbalan apa-apa. Adapun pemaafan diyat

itu, bukan pemaafan melainkan perdamaian.162

Selanjutnya, yang dapat

menghapus qishas yaitu adanya sulh (perdamaian),163

dasar hukum tentang

diperbolehkanya perdamaina adalah hadist yang diriwayatkan oleh imam

Tirmidzi, bahwa Rasulullah telah bersabda:

“Barang siapa yang dibunuh dengan sengaja maka urusanya disirahkan

kepada wali korban. Apabila ia menghendaki, ia bisa mengqishas ia boleh

mengambil diyat 30 hiqqah unta dan 40 khilfah, dan apabila megadakan

perdamaian (shulh) maka itu adalh hak mereka dan demikian itu untuk

menguatkan akal”. (H.R At-Tirmidzi.)164

161

A. Dazuli, Fiqh Jinayah, Upaya Penanggulangan Kejahatan Dalam Islam (Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 2000), cet. ke-2, h. 154.

162

A Ddazuli, Fiqh Jinayah, Upaya Penanggulangan Kejahatan Dalam Islam (Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 2000), cet. ke-2, h. 155.

163

Wahbah Zuhaili, Al-Fiqh Wa Adillatuhu Juz VI (Damaskus: Dar Al-Fikr, 1989), h. 293.

164

Abi Isa Muhammd bin Isa bin Syaurah, Sunan At-Tirmidzi (Bairut: Dar Ma’rifah, 2002),

cet. ke-1, h. 583.

Page 122: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

112

Selanjutnya yang dapat menghapus qishas yaitu diwariskanya hak

qishas. Contohnya, seperti orang yang divonis qishas, kemudian pemilik

qishas meninggal, dan pembunuh tersebut diwarisis oleh orang yang tidak

mempunyai hak qishas dari pembunh, yakni anakanya.165

b. Hukuman kafarat

Kafarat adalah hukuman yang ditetapkan atas perbuatan maksiat untuk

menebus dosa akibat melakukan perbuatan tersebut. Kafarat jika dikenakan

terhadap perbuatan maksiat, kafarat adalah hukuman pidana murni atau bisa

berupa hukuman ibadah. Tindak pidana yang terkena hukuman kafarat adalah

terbatas pada: perusakan puasa, perusakan ihram, pelangaran sumpah,

bersengama dengan isteri yang sedang haid, bersengama dengan isteri yang

sedang berzihar, dan membunuh.166

Hukuman kafarat sebagai hukuman pokok untuk tindak pidana

pembunuhan sengaja, merupakan hukuman yang diperselisihkan oleh para

fuqaha, menurut jumhur fuqaha yang terdiri dari Hanafiyah, Malikiyah, dan

Hanabilah dalam salah satu riwayatnya, hukuman kafarat tidak wajib

dilaksanakan dalam pembunuhan sengaja. Dalam hal ini karena kafarat,

merupakan hukuman yang ditetapkan oleh syara’ untuk pembunuhan karena

kesalahan, sehingga tidak bisa disamakan dengan pembunuhan sengaja.167

165

Abdul Qodir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, h. 309.

166

Abdul Qodir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam Jilid III, h. 83.

167

Abdul Qodir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam Jilid III, h. 83.

Page 123: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

113

Adapun menurut Syafi’iah, diwajibkan kafarat bagi pembunuhan yang

dilakukan dengan sengaja, semi sengaja ataupun tersalah. Alasanya adalah

bahwa maksud disyari’atkannya kafarat itu adalah menghapus dosa.168

c. Hukuman diyat

Hukuman qishas dan kafarat untuk pembunuhan sengaja merupakan

hukuman pokok. Apabila hukuman itu tidak bisa dilaksanakan karena sebab-

sebab yang dibenarkan oleh syara’ maka hukuman pengantinya adalah

hukuman diyat untuk hukuman qishas dan puasa untuk kafarat. Adapun

hukuman diyat untuk qishas dan puasa untuk hukuman kafarat. Adapun

hukuman tambahan bagi pelaku tindak pidana pembunuhan sengaja, yakni

penghapusan hak waris dan hak wasiat.

Akan tetapi, jikalau dari pihak keluarga terbunuh (korban)

menghendaki untuk memaafkan dengan mengugurkan sanksi dan

mengantinya dengan tebusan, maka itu dapat dibenarkan. Disini terlihat

bahwa syariat Islam tidak melaksanakan pemafan, karena pemaafan yang

dipaksakan berdampak buruk. Keluarga yang ingin memaafkan dengan

pertimbangan apapun dapat dibenarkan.169

Adapun neraka jahannam, sebagai ganjaran diakherat kelak, akibat

buruk dari sanksi ukrawi bagi pembunuhan sengaja terhadap mu’min,

168

Abdul Qodir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam Jilid III, h. 84.

169

. M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Juz I (Jakarta: Lentera Hati, 2007), cet. ke-10, h.

393.

Page 124: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

114

sebagaimana yang tercantum dalam firman ALLAH SWT, dalam surat An-

Nisa ayat 93 yang berbunyi:

“Dan barang siapa yang membunuh siorang mukmin dengan sengaja, maka

balasannya ialah Jahanam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka

kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya.”

(Q.S. An-Nisa/4 : 93)

Ayat ini tidak menyebutkan sanksi duniawi, bahwa sebagian ulama

menetapka bahwa dosa yang bersangkutan tidak akan mendapatkan

pengampunan ilahi. Ada riwayat yang menyatakan bahwa sahabat nabi

Muhammad saw, Ibnu Abbas menganut paham ini, tetapi mayoritas

menolaknya.170

Dilihat dari segi pembuktian dalam pandangan hukum Islam, dalam

menetapkan tindak pidana ini para fuqaha tidak menerima kesaksian satu

orang laki-laki dan dua orang perempuan, juga seorang saksi yang bersumpah

dan sumpah korban. Karena qishas adalah merupakan darah sebagai hukuman

atas tindak pidana, demi kehati-hatian untuk menolaknya, disyaratkan ada dua

saksi yang adil seperti dalam hukuman hudud. Ini adalah pendapat mayoritas

fuqaha.171

170

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Juz I (Jakarta: Lentera Hati, 2007), cet. ke-10, h.

555.

171

Abdul Qodir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam Jild III, h. 118-119.

Page 125: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

115

Ulama yang mensyartakan dua saksi dalam tindak pidana qishas,

mereka tidak membedakan antara qishas pada jiwa dan qishas pada

penganiayaan. Dalam menetapkan tindak pidana yang mewajibkan qishas, ia

mewajibkan dua saksi yang adil. Imam Malik tidak perpendapat demikian,

karena ia tidak mewajibkan kesaksian dua orang laki-laki adil kecuali pada

qishas jiwa. Imam Malik mengishaskan luka dengan harta, karena dianggap

sebagai hal baik. Dengan kesaksian dua orang saksi tindak pidana yang

mewajibkan qisah menjadi tetap. Salah satu saksi itu bukan korban karena

korban dianggap pengugat bukan saksi.172

Allah berfirman pada surat Al-Baqarah ayat 194, bahwa seseorang

yang mengangu orang lain dapat dibalas pula sesuai dengan perlakuan korban

sesuai dengan perlakuan seorang terhadap orang lain. Berkaitan dalam hal ini,

Antasar Azhar, SH. MH dapat membalas perlakuan korban sesuai dengaan

apa yang dilakukan korban terhadap dirinya, dengan catatan tidak melakukan

perbuatn semena-mena atau berlebihan. Terkait tindakan Antasari Azhar.

Terhadap korban terlalu berlebihan yaitu melakukan pembunuhan terhadap

korban, karena Allah swt tidak menyukai hambanya yang berlebihan.

Pada pelaksanaan hukuman atau eksikusi terhadap pelaku

pembunuhan, maka penguasa atau hakim harus melaksanakan ketentuan-

ketentuan yag tertera dalam nash Al-Quran dan Al-Hadist. Oleh karena itu

penulis berpendapat bahwa hukuman atau sanksi pidana yang dijatuhkan oleh

172

Abdul Qodir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam Jild III, h. 117..

Page 126: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

116

hakim dalam kasus pembunuhan sengaja dan direncanakan belum sesuai

dengan ketentuan hukum pidana Islam, karena tindak pidana yang dilakukan

atau yang dilaksanakan ini, termasuk dalam kategori tindak pidana qishas dan

sebagaimana yang dilandaskan dalam Al-Quran surat Al-Maidah ayat 45 yang

berbunyi:

Dan kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat)

bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan

hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka-luka (pun) ada

kisasnya. Barang siapa yang melepaskan (hak kisas) nya, maka melepaskan

hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barang siapa tidak memutuskan

perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-

orang yang lalim. (Q.S. Al-Maidah/5 : 45)

Surat Al-Baqarah : 178

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan

dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka,

hamba dengan hamba dan wanita dengan wanita. Maka barang siapa yang

Page 127: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

117

mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan)

mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf)

membayar (diat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula).

Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu

rahmat. Barang siapa yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa

yang sangat pedih.” (Q.S. Al-Baqarah/2 : 178)

Surat al-Baqarah : 179

“Dan dalam kisas itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-

orang yang berakal, supaya kamu bertakwa”. (Q.S. Al-Baqarah/2 : 179)

2. Menurut hukum positif

Adapun fakta yang terungkap di persidangan, berdasarkan bukti tertulis,

saksi, maupun barang bukti yang diajukan serta keterangan terdakwa. Bukti

tertulis yang diajukan berupa visum Et Repertum Nomor: 1030/SKIII/03/2-2009

tanggal 30 Maret 2009 yang ditandatangani oleh Abdul Mun’im Idries, dokter

pemerintah pada rumah sakit Cipto Mangunkusumo. Hasil visum tersebut

menunjukkan, bahwa korban meninggal dunia karena pada mayat laki-laki yang

berumur sekitar empat puluh tahun ini didapatkan 2 (dua) buah luka tembak

masuk pada sisi kepala sebelah kiri, kerusakan jaringan otak serta pendarahan

dalam rongga tengkorak serta 2 (dua) butir anak peluru yang sudah tidak utuh”.

“sebab matinya orang ini akibat tembakan senjata api yang masuk dari sebelah

kiri, berdasarkan sifat lukanya kedua luka tembak tersebut merupakan luka

Page 128: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

118

tembak jarak jauh, peluru pertama masuk dari arah depan sisi kepala sebelah kiri

dan peluru yang kedua masuk dari arah depan sisi kepala kiri, diameter kedua

anak peluru tersebut 9 (sembilan) milimeter dengan ulir ke kanan, hal tersebut

sesuai dengan peluru yang ditembakkan dari senjata api kaliber 0,38 tipe S &

W”..

Berdasarkan semua fakta yang telah terungkap dalam persidangan, maka

dapatlah dianalisis bahwa kejadian pembunuhan terhadap Nasrudin Zulkarnaen

Iskandar dapat dikategorikan sebagai tindak pidana pembunuhan berencana

(moord).

Pengertian pembunuhan berencana menurut kitab undang-undang hukum

pidana (KUHP), tentang pembunuhna berencana diatur dalam pasa 340 KUHP

yang berbunyi: “barang siapa yang dengan sengaja dan direncanakan terlebih

dahulu dalam keadaan tenang menimbulkan matinya orang lain, dipidana karena

pembunuhan yang direncanakan (moord) dengan pidana mati, atau penjara

seumur hidup atau selama-lamanya 20 tahun”. Pembunuhan berencana yaitu

kejahatn merampas nyawa manusia lain, ataau membunuh, setelah dilakukan

perencanaan mengenai waktu atau metode, dengan tujuan memastikan

pembunuhan untuk menghindari penangkapan.173

Ada tiga pilar utama dalam hukum yang dapat dijadikan tolak ukur untuk

mengukur suatu putusan hakim, yaitu:

a. Apakah putusan tersebut mengandung nilai-nilai keadilan hukum

173

Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Tubuh Dan Nyawa, h. 82.

Page 129: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

119

b. Apakah putusan tersebut mengandung nilai-nilai kegunaan hukum

c. Apakah putusan tersebut mengandung nilai-nilai kepasttian hukum

Dalam kerangka berfikir hukum, tentunya ketiga aspek nilai-nilai hukum

tersebut tidak dapat dipisahkan dari instrumen yang digunakan untuk dapat

tataran ketiga nilai tersebut. Dalam kerangka tiga tolak ukur di atas dalam menilai

putusan hakim, maka suatu proses hukum dalam perkara pidana haruslah

mengungkapkan sidalam-dalamya tentang fakta telah terjadinya suatu tindak

pidana dan pertimbangan hukum yang termuat dalam putusan hakim.

Untuk itulah, dalam kajian putusan hakim mahkamah agung no. 1429

K/PID/2010. Yang mengfokuskan pada penilaian terhadap fakta persidangan dan

pertimbangan dalam putusan tersebut dengan mengacu pada tiga tolok ukur

diatas. Analisa selanjutnya ditinjau dari berbagai aspek

a. Aspek keadilan hukum

Berdasarkan fakta di persidangan yang ada dalam putusan mahkamah

agung Jakarta no. 1429 K/PID/2010. Majelis hakim berpendapat, bahwa

terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan perbuatan

sebagaimana dalam dakwaan penuntut umum, karena itu terdakwa harus

dipidana sesuai ketentuan undang-undang yang berlaku. Dalam hal ini

terdakwa dikenakan pasal 340 KUHP Jo pasal 55 KUHP, sesuai dengan

dakwaan jaksa penuntut umum.

Page 130: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

120

Putusan yang dijatuhkan oleh majelis hakim tersebut dilihat dari aspek

keadilan, dari sisi terdakwa sudah dapat dikatakan sesuai dengan nilai

keadilan, karena dari fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan, bahwa

terdakwa telah terbukti melakukan tindak pidana pembunuhan berencana,

sebagai mana yang didakwakan kepadanya. Sebab seluruh saksi yang

diajukan di persidangan oleh penuntut umum, melihat, mendengar, dan

mengetahui langsung perbuatan terdakwa. Terdakwa juga telah menyesali

perbuatannya dan belum pernah dihukum.174

Hakim menimbang bahwa terdakwa sudah ada perasaaan terganggu

oleh sikap korban. Karena ia sudah mempunyai isteri dan mengancam

kedudukanya sebagai ketua komisi pemberantasan korupsi (KPK). Oleh

karena itu terdakwa tidak mengiginkan peristiwa pembunuhan berencana. Hal

ini dilakukan karena ketakutan terdakwa tentang hubunganya dengan saksi

Rani Juliani akan terblowup.

Dari putusan yang dijatuhkan majelis hakim kepada terdakwa tersebut

di atas, dilihat dari aspek keadilan dari sisi hakim dapat dikatakan keputusan

ini memenuhi nilai keadilan, karena keputusan itu diambil atas dasar hukum

yang pasti dapat diterima, sehingga apa yang diputuskan itu sungguh-sungguh

dapat dipertanggungjawabkan.

174

Putusan mahkamah agung no. 1429 K/PID/2010

Page 131: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

121

b. Aspek kegunaan hukum

Aspek kegunaan hukum adalah terwujudnya ketertiban, maka berbagai

keperluan sosial manusia dalam masyarakat dapat terpenuhi. Untuk

mewujudkan ketertiban manusia memunculkan keharusan-keharusan

berperilaku dengan cara tertentu yang dirumuskan dalam kaidah. Ketertiban

dan kaidah yang diperkukan manusia adalah ketertiban yang otentik

menciptakan manusia secara wajar mewujudkan kepribadianya secara utuh,

yang dengan itu ia dapat mengembangkan semua potensi kemanusiaan seperti

apa yang secara bebas dikehendakinya.175

Dalam kasus pembunuhan berencana, dengan terdakwa Antasari

Azhar. majelis hakim berpandangan bahwa kejadian itu adalah bentuk

pembunuhan yang direncanakan terlebih dahulu. Karena itu, unsur-unsur yang

terdapat pada pasal 340 KUHP telah terbukti menurut hukum. Dengan

demikian para terdakwa harus dinyatakan terbukti bersalah atas dakwaan

primer dan para terdakwa dipidana dari dakwaan itu.

c. Aspek kepastian hukum

Kepastian memiliki arti ketentuan dan ketetapan. Sedangkan,

kepastian hukum memiliki arti perangkat hukum suatu negara yang mampu

manjamin hak dan kewajiban setiap warga negara.176

175

Johny Ibrahim, Teori Dan Metode Penelitian Hukum Nomatif (Malang: Bayamedia, 2005),

h. 2.

176

Anton m. Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), h.

652.

Page 132: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

122

Berdasarkan fakta yang terungkap dalam persidangan, pada putusan

mahkamah agung Jakarta No. 1429 K/PID/2010. Apa yang didakwakan

kepada terdakwa, yaitu dakwaan primer berupa pembunuhan berencana yang

diatur dan diancam pidana dalam pasal 340 KUHP, Jo pasal 55 (1) ke 1

KUHP. Berdasarkan hal tersebut, untuk menentukan apakah terdakwa dapat

dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana, sebagaimana yang didakwakan

dinyatakan bersalah melaksukan tindak pidana, sebagaimana yang

didakwakan atasnya, terlebih dahulu harus dibuktikan dakwaan primernya.

Sebagaimana yang termuat dalam putusan mahkamah agung Jakarta

No. 1429K/PID/2010. Dakwaan primer berupa pembunuhan berencana yang

diatur dan diancam pidana pada pasal 340 KUHP. Yang unsurnya yaitu ada 2

(dua) usur yang harus dipenuhi untuk penetapan hukuman, yaitu pertama

unsur subjektif terdiri dari, unsur dengan sengaja dan dengan direncanakan

terlebih dahulu. Adapun unsur yang kedua yaitu unsur objektifnya yang terdiri

dari unsur perbuatannya menghilangkan nyawa orang lain. Dalam fakta

persidangan, bahwa menurut terdakwa Antasari Azhar pembunuhan ini

dilakukan karena perlakuan korban yang selalu menteror terdakwa dengan

persilingkuhanya terhadap isteri korban. Dan terdakwa menceritakan kepada

kombes Pol Wiliardi Wizard bahwa dirinya diteror dan akan menguncang

kestabilan negara dan meminta kepada kombes Pol Wiliardi Wizard untuk

mengamankan korban. Adapun pihak-pihak yang berperan dalam

pembunuhan sengaja tersebut adalah sebagai berikut:

Page 133: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

123

Antasari Azhar sebagai otak kejahatan dan memberikan janji kepada

Kombes Pol Wiliardi Wizar, Kombes pol Wiliardi Wizard sebagai pihak

pencari eksekusi, Sigit haryo wibisono sebagai pihak yang memberikan dana

oprasional menghabisi korban, Jerry hermawan lo sebagai pihak yang

mencarikan orang untuk mengeksikusi. Adapun pihak yang mengeksikusi

korban adalah Heri Santosa bin Rajsa alias Bagol dengan memboncengi saksi

Daniel Daen Sabon alias Danil, Fransiskus Tadon Kerans alias Amsi.

Mengenai unsur dengan rencana terlebih dahulu, pada dasarnya

mengandung 3 syarat/unsur, yaitu memutuskan kehendak dalam suasana

tenang, maksudnya yakni adanya atau tersedianya waktu yang cukup, sejak

timbulnya kehendak sampai dengan pelaksanaan kehendak, dan unsur adanya

pelaksanaan kehendak (perbuatan) dalam suasana tenang.

Memutuskan kehendak dalam suasana tenang maksudnya adalah pada

saat memutuskan kehendak untuk membunuh itu dilakukan dalam suasana

batin yang tenang. Suasana batin adalah suasan tidak tergesa-gesa atau tiba-

tiba, tidak dalam keadaan terpaksa dan emosi yang tinggi. Dalam hal ini para

terdakwa tidak tergesa-gesa atau tiba-tiba membunuh korban.

Sedangkan ada tengang waktu yang cukup, maksudnya yaitu antara

sejak waktu timbulnya atau diputuskanya kehendak sampai pelaksanaan

kehendaknya itu, waktu yang cukup ini relatif, dalam arti tidak diukur dari

lamanya waktu tertentu, melainkan bergantung pada keadaan atau kejadian

kongkrit yang berlaku. Tidak terlalu singkat karena jika terlalu singkat, tidak

Page 134: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

124

mempunyai kesempata untuk berfikir, karena tergesa-gesa, waktu demikian

sudah tidak mengambarkan suasana tenang.

Mengenai syarat yang ketiga, berupa pelaksanaan pembunuhan itu

dalam suasan batin yang tenang. Bahkan syarat yang ketiga ini banyak diakui

oleh banyak orang sebagai yang terpenting. Maksudnya suasana hati dalam

melaksanakan pembunuhan itu tidak dalam suasana tergesa-gesa, marah yang

tinggi, rasa takut yang berlebihan dan sebagainya.177

Majelis hakim dalam kontruksi dalam kasus ini, terlihat telah

menerapkan kepastian hukum, dengan melihat unusur-unsur tindak pidana.

Karena, hakim menurut peneliti telah menerapkan asas legalitas yang

diidentikkan dengan kepastian hukum. Majelis hakim juga telah memberikan

perlindungan terhadap warga negara dari tindakan kejahatan. Sebagaimana

ciri suatu negara hukum adalah adanya perlindugan hukum terhadap warga

negara. Dalam penjelasan undang-undang dasar 1945 dinyatakan bahwa

Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, tidak berdasarkan

kesewenangan belaka. Sehingga hukumlah yang mempunyai arti yang

terutama dalam segala segi penghidupan masyarakat.

177

Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Tubuh Dan Nyawa, h. 84.

Page 135: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

125

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Dalam syariat Islam pembunuhan pada dasarnya terbagi menjadi dua bagian,

yaitu pembunuhan yang dilarang dan pembunuhan yang bisa dibebankan.

Sidangkan menurut pandangan hukum positif sesuai dengan Kitab Undang-

Undang Hukum Pidana (KUHP) diatur dalam buku II pasal 338-350 tentang

“Kejahatan-kejahatan terhadap nyawa orang”. Pembunuhan adalah termasuk

tindak pidana material, artinya untuk kesimpurnaan tindak pidana ini tidak

cukup dengan dilakukanya perbuatan itu, akan tetapi menjadi syarat juga

adanya akibat dari perbuatan itu.

2. Dalam hukum Islam penyertaan hanya dibedakan berdasarkan keikutsertaan

seseorang dalam melakukan jarimah. Apakah secara langsung atau tidak

langsung. Berdasarkan hal tersebut para fuqaha membagi penyertaan menjadi

dua golongan, yaitu: turut berbuat langsung dan turut berbuat tidak langsung.

3. Pandangan hukum Islam terhadap kasus No. 1429 K/PID/Mahkamah Agung

pada kasus pembunuhan berencana di Mahkamah Agung Jakarta tesibut,

dikategorikan sebagai pembunuhan sengaja, karena melihat terdakwa

merencanakan pembunuhan korban yang bernama Nasrudin Zulkarnaen

Iskandar.

Page 136: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

126

4. Perbandingan antara hukum pidana Islam dan hukum pidana positif dalam

kasus ini yaitu:

a. Dalam hukum Islam dikenal dengan tamalu, tamalu adalah kasus pidana

yang sudah direncanakan sebelumnya. Jika jumlah perbuatan pelaku

secara langsung lebih dari satu, baik semuanya sebagai pembunuh,

maupun sebagian saja yang membunuh, atau melakukanya secara

bersamaan atau bergantian, pelaku harus bertanggung jawab sebagai

pembunuhan disengaja, selama satu perbuatannya atau beberapa

perbuatannya bisa menyebabkan kematian dan membantu terjadinya

kematian. Oleh karena itu, kejahatan ini dikategorikan sebagai

pembunuhan sengaja dan pelakunya dikenakan hukuman qishas sebagai

hukuman pokok.

b. Dalam hukum positif di Indonesia tentang ancaman hukuman terhadap

suatu kejahatan termaktub dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

(KUHP). Kitab Undang-Undang Hukum Pidana menetapkan jenis-jenis

pidana atau hukuman yang termaktub dalam pasal 10 KUHP. Dibagi

dalam dua bagian, yaitu hukuman pokok dan hukuman tambahan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan

sebagai sumbang pikir peneliti untuk dijadikan sebagai bahan masukkan dan

saran-saran, antara lain:

Page 137: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

127

1. Penegak hukum hendaknya, harus bertindak secara objektif dalam

memutuskan suatu kasus, jangan sampai terinterfensi oleh kekuasaan atau

kekuatan dari politik manapun.

2. Penegak hukum harus bertindak siadil, siarif dan sibijaksana mungkin, jangan

sampai memutuskan suatu kasus orang yang bersalah menjadi benar (tidak

bersalah) dan orang yang benar menjadi terdakwa atau bersalah.

3. Penegak hukum hendaknya, memperkarakan sibuah kasus dengan pasal-pasal

atau dasar-dasar hukum yang sesuai dan relevan dengan kasus-kasus yang

sidang diperkarakan.

4. Penegak hukum hendaknya, bisa memposisikan sebagai pihak yang

independen, tidak terpengaruh oleh kekuata intimidasi, kekuasaan, materi

(tergoda dengan sogokan uang ataupun barang mewah).

Kepada masyarakat umum, hendaknya mengetahui tentang hukum yang

ada, berprilaku tertib hukum (mentaati hukum/peraturan yang ada dan tidak

melanggar hukum-hukum yang sudah ditetapkan).

Page 138: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

128

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur`an Al-Kariim.

Al-Mawardi, Abu Al-Hasan. Al-Ahkam As-Sulthaniyah. Musthafa Al-Baby Al-

Halaby, Mesir, 1975.

Ali, Atabik dan Ahmad Zuhdi Mudhlor. Kamus Kontemporer Arab-Indonesia.

Yogyakarta: Multi Karya Grafika Yogyakarta, 2003.

Ali, Zainudin. Hukum Pidana Islam. Jakarta, Sinar Grafika, 2007.

Apeldoorn, L.J. Van. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Pradya Paramita, 1978.

Audah, Abdul Qadir. Al-Tasyri’ Al-Jina’i Al-Islami. Beirut: Muatsatsah Al-Risalah,

1998.

Bassar, M. Sudrajat. Tindak-Tindak Pidana Tertentu Dalam KUHP. Bandung:

Remaja Karya, 1986.

Bin Syaurah, Abi Isa Muhammd bin Isa. Sunan At-Tirmidzi. Bairut: Dar Ma’rifah,

2002.

Chazawi, Adami. Pelajaran Hukum Pidana bag III. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2002.

Djazuli, A. Fiqh Jinayah: Upaya Menanggulangi Kejahatan Dalam Islam. Jakarta:

PT. Raja Grafindo, 2000.

Hadi, Sutrisno. Metode Penelitian Research. Jakarta: Adi Offset, 1990.

Hadikusuma, Hilman. Bahasa Hukum Indonesia. Bandung: Alumni, 1992.

Hafiz, Imam Hafiz Abi Daud Sulaiman ibn Asy’ab Sajastany. Sunan Abi Daud.

Bairut: Dar A’lam, 2003.

Haliman. Hukum Pidana Syari’at Islam Menurut Ajaran Ahli Sunnah. Jakarta: Bulan

Bintang, 1970.

Hamzah, Andi. KUHP dan KUHAP, cet 11. Jakarta: Rineka Cipta, 2004

Hanafi, A. Asas-Asas Hukum Pidana Islam. Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2005.

Page 139: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

129

Ibrahim, Johny. Teori Dan Metode Penelitian Hukum Nomatif. Malang: Bayamedia,

2005.

Kartanegara, Satochid. Hukum Pidana bag II. Jakarta: Balai Lektur Mahasiswa.

Marpaung, Laden. Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana. Jakarta: Sinar Grafika, 2006.

Moleong, Lexi J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004.

Moeljatno. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002.

Nasution, H. A. Hukum Pidana Syariat Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1971

Nawawi, Imam. Terjemahan Riyadhus Shalihin Jilid 1. Jakarta: Pustaka Amani,

1999.

Purnomo, Bambang. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1994.

Rachmat, Jalaluddin. Metode Penelitian Komunikasi Dilengkapi Contoh Analisis

Statistik.

Sabiq, Sayid. Fiqh Sunnah. Bandung: PT Al-Maarif, t.tt.

Sahetapy, JE. Viktimologi Sibuah Bangsa Bunga Rampai. Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan, 1987.

Santoso, Topo Santoso. Mengagas Hukum Pidana Islam. Bandung, As-Syamil, 2000.

Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah, Juz I. Jakarta: Lentera Hati, 2007.

Soesilo, R. KUHP Serta Komentar-Komentar Lengkap Pasal Demi Pasal. Bandung:

PT. Karya Nusantara, 1989

Stokes, Jane. How To Do Media and Cultural Studies: Panduan Untuk Melaksanakan

Penelitian Dalam Kajian Media dan Budaya. Bandung: PT. Bentang

Pustaka, 2006.

Suma, Muhammad Amin, dkk. Pidana Islam di Indonesia: Peluang, Prospek Dan

Tantangan. Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001.

Sutiyoso, Bambang. Metode Penemuan Hukum, Upaya Mewujudkan Hukum Yang

Pasti Dan Berkeadilan. Yogyakarta: UII Press, 2006.

Prodjodikoro, Wirjono. Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia. Bandung: PT. Eresco

Jakarta, 1981.

Page 140: PENYERTAAN DALAM PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2997/1/HANIFAH... · dalam menyelesaikan skirpsi ini, t. erima kasih atas dukungan

130

Putusan Mahkamah Agung No.1429 K/PID/Mahkamah Agung

Usman, Husni, dan Purnomo Setiadi Akbar. Metodelogi Penelitian Sosial. Jakarta:

Bumi Aksara, 1998.

Tresna. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta: PT. Tiara Limiter, 1959.

Wardi, Ahmad Muslich. Hukum Pidana Islam. Jakarta, Sinar Grafika, 2005.