penyelidikan batubara di daerah karaupa, kabupaten morowali

15
PENYELIDIKAN BATUBARA DAERAH KARAUPA KABUPATEN MOROWALI, PROVINSI SULAWESI TENGAH Agus Subarnas dan Asep Suryana Kelompok Penyelidikan Batubara, Pusat Sumber Daya Geologi SARI Daerah penyelidikan termasuk dalam wilayah Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah, secara geografis terletak pada koordinat 121 30 00” – 121 45 00” BT dan 2 10 00” – 2 25’ 00” LS. Berdasarkan tatanan tektoniknya, daerah penyelidikan berada pada Cekungan Tomori-Banggai Selatan. Secara umum daerah penyelidikan terisi oleh batuan sedimen yang memiliki potensi hidrokarbon dan batubara. Formasi pembawa batubara adalah Formasi Tomata yang berumur Miosen Atas - Pliosen. Pada Formasi Tomata umumnya lapukan batuan sangat tinggi dan kemiringan lapisan umumnya landai sehingga sulit untuk menemukan singkapan batuan yang baik untuk dilakukan pengukuran jurus dan kemiringan lapisan. Lapisan batubara pada Formasi Tomata di dapatkan secara terbatas sebagai sisipan pada lapisan batulempung berwarna abu-abu dan batulempung berwarna hitam. Tebal batubara bervariasi antara 20 cm sampai 30 cm. Kalori batubara didaerah penyelidikan sangat rendah antara 2933-3859 termasuk ke dalam klasifikasi Lignit. Nilai reflektan rata-rata adalah 0.33 % yang menunjukan bahwa batubara mempunyai tingkat kematangan yang masih rendah. Hasil analisa abu menunjukan Slagging indeks di daerah penyelidikan adalah rendah (0.11) PENDAHULUAN Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 18 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Pusat Sumber Daya Geologi sebagai salah satu unit eselon II di Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mempunyai tugas pokok dan fungsi menyelenggarakan penelitian, penyelidikan dan pelayanan bidang sumber daya geologi, diantaranya adalah sumber daya batubara. Sejalan dengan tupoksi di atas maka Pusat Sumber Daya Geologi pada tahun anggaran 2015 melakukan kegiatan berupa Penyelidikan Batubara di daerah morowali, Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah. Pemilihan daerah tersebut dilakukan dalam rangka menunjang program pemerintah untuk pengembangan kawasan Indonesia Timur khususnya daerah Sulawesi Tengah, dimana dalam hal ini sektor pertambangan dan energi khususnya batubara diharapkan memberikan sumbangan yang penting, untuk kemajuan dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Sulawesi Tengah. Maksud dan Tujuan Maksud kegiatan penyelidikan pendahuluan batubara ini adalah untuk mengungkap potensi dan wilayah keprospekan sumberdaya batubara daerah Karaupa dan sekitarnya di Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah. Tujuannya adalah untuk menge- tahui informasi awal berupa data geologi melalui kegiatan pemetaaan geologi permukaan yang difokuskan pada formasi pembawa batubara. Selain itu pemercontoan batubara juga dilakukan untuk kepentingan analisis laboratorium. Berdasarkan kompilasi data geologi dan analisis laboratorium, diharapkan dapat diketahui potensi dan sumber daya batubara di daerah Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah.

Upload: hadung

Post on 12-Jan-2017

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Penyelidikan Batubara di Daerah Karaupa, Kabupaten Morowali

PENYELIDIKAN BATUBARA DAERAH KARAUPA

KABUPATEN MOROWALI, PROVINSI SULAWESI TENGAH

Agus Subarnas dan Asep Suryana

Kelompok Penyelidikan Batubara, Pusat Sumber Daya Geologi

SARI

Daerah penyelidikan termasuk dalam wilayah Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi

Tengah, secara geografis terletak pada koordinat 121 30 00” – 121 45 00” BT dan 2 10

00” – 2 25’ 00” LS. Berdasarkan tatanan tektoniknya, daerah penyelidikan berada pada

Cekungan Tomori-Banggai Selatan. Secara umum daerah penyelidikan terisi oleh batuan

sedimen yang memiliki potensi hidrokarbon dan batubara. Formasi pembawa batubara adalah

Formasi Tomata yang berumur Miosen Atas - Pliosen. Pada Formasi Tomata umumnya

lapukan batuan sangat tinggi dan kemiringan lapisan umumnya landai sehingga sulit untuk

menemukan singkapan batuan yang baik untuk dilakukan pengukuran jurus dan kemiringan

lapisan. Lapisan batubara pada Formasi Tomata di dapatkan secara terbatas sebagai sisipan

pada lapisan batulempung berwarna abu-abu dan batulempung berwarna hitam. Tebal

batubara bervariasi antara 20 cm sampai 30 cm. Kalori batubara didaerah penyelidikan sangat

rendah antara 2933-3859 termasuk ke dalam klasifikasi Lignit. Nilai reflektan rata-rata adalah

0.33 % yang menunjukan bahwa batubara mempunyai tingkat kematangan yang masih

rendah. Hasil analisa abu menunjukan Slagging indeks di daerah penyelidikan adalah rendah

(0.11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Berdasarkan Peraturan Menteri

Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor

18 Tahun 2010 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Kementerian Energi dan

Sumber Daya Mineral, Pusat Sumber Daya

Geologi sebagai salah satu unit eselon II di

Badan Geologi, Kementerian Energi dan

Sumber Daya Mineral mempunyai tugas

pokok dan fungsi menyelenggarakan

penelitian, penyelidikan dan pelayanan

bidang sumber daya geologi, diantaranya

adalah sumber daya batubara.

Sejalan dengan tupoksi di atas

maka Pusat Sumber Daya Geologi pada

tahun anggaran 2015 melakukan kegiatan

berupa Penyelidikan Batubara di daerah

morowali, Kabupaten Morowali, Provinsi

Sulawesi Tengah. Pemilihan daerah

tersebut dilakukan dalam rangka

menunjang program pemerintah untuk

pengembangan kawasan Indonesia Timur

khususnya daerah Sulawesi Tengah,

dimana dalam hal ini sektor pertambangan

dan energi khususnya batubara diharapkan

memberikan sumbangan yang penting,

untuk kemajuan dan dapat meningkatkan

kesejahteraan masyarakat Sulawesi

Tengah.

Maksud dan Tujuan

Maksud kegiatan penyelidikan

pendahuluan batubara ini adalah untuk

mengungkap potensi dan wilayah

keprospekan sumberdaya batubara daerah

Karaupa dan sekitarnya di Kabupaten

Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah.

Tujuannya adalah untuk menge-

tahui informasi awal berupa data geologi

melalui kegiatan pemetaaan geologi

permukaan yang difokuskan pada formasi

pembawa batubara. Selain itu

pemercontoan batubara juga dilakukan

untuk kepentingan analisis laboratorium.

Berdasarkan kompilasi data geologi dan

analisis laboratorium, diharapkan dapat

diketahui potensi dan sumber daya

batubara di daerah Kabupaten Morowali,

Provinsi Sulawesi Tengah.

Page 2: Penyelidikan Batubara di Daerah Karaupa, Kabupaten Morowali

Hasil kompilasi data tersebut

dituangkan dalam sebuah laporan yang

diharapkan dapat bermanfaat untuk

kepentingan Pusat Sumber Daya Geologi,

pemerintah daerah serta pihak-pihak yang

terkait.

Lokasi Penyelidikan

Kegiatan penyelidikan batubara

terletak di daerah Karaupa dan sekitarnya

dimana daerah ini termasuk dalam

wilayah administrasi Kabupaten

Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah.

Secara geografis daerah

penyelidikan dibatasi oleh koordinat 121

30 00” – 121 45 00” BT dan 2 10 00”

– 2 25’ 00” LS. (Gambar 1).

Daerah penyelidikan dapat

dijangkau dari Kota Palu dengan

kendaraan roda 4 dengan waktu tempuh

sekitar 8 jam. Pelaksanaan kegiatan

lapangan berlangsung selama 25 hari

mulai tanggal 24 Maret-17 April 2015

Keadaan lingkungan

Kabupaten Morowali adalah salah

satu kabupaten yang terdapat di provinsi

Tenggara dan beribukota di Bungku. Relief

atau Keadaan permukaan wilayah

Kabupaten Morowali terdiri dari lembah,

gunung bukit, pegunungan serta laut yang

memanjang dari utara ke selatan. Diantara

lembah, bukit dan pegunungan tersebut

terdapat lahan yang merupakan kawasan

yang sangat potensial untuk

pengembangan sektor pertanian, per-

kebunan dan perikanan (Gambar 2).

Daerah penyelidikan mempunyai

ketinggian antara 1050 m sampai <100 m,

tapi umumnya antara 250 – 800 m dari

permukaan laut.

Daerah pedataran yang jauh dari

pinggir laut kondisi batuannya lebih

didominasi oleh batuan hasil pelapukan

dan aktivitas sungai maupun hasil erosi dan

longsoran yang berasal dari hulu sungai

(fluvial). Daerah pinggir pantai sebagian

daerahnya relatif datar yang tertutupi oleh

aluvial dan fluvial, tetapi sebagian relatif

terjal dan curam dimana tertutupi oleh

litologi ultrabasa.

Berdasarkan data curah hujan di

stasiun Metereologi Toili dan Luwuk,

musim hujan berlangsung dari bulan Maret

hingga Agustus sedangkan musim panas

dari bulan September hingga Pebruari.

Saat musim hujan, curah hujan berkisar

dari 260 – 1320 mm, sedangkan pada

musim kemarau curah hujan berkisar dari

40 – 230 mm dengan suhu rata-rata 24oC –

31oC.

Komoditi unggulan Kabupaten

Morowali yaitu sektor perkebunan,

pertanian dan jasa, sedangkan dari sektor

pertambangan adalah Kromit dan Nikel.

Penyelidik Terdahulu

Beberapa penelitian yang pernah

dilakukan oleh penyelidik terdahulu

diantaranya dilakukan oleh Sukamto, 1975

yang membagi Pulau Sulawesi dan

sekitarnya menjadi 3 Mandala Geologi

yaitu : Mandala Geologi Sulawesi Barat,

Mandala Geologi Sulawesi Timur, Mandala

Geologi Banggai Sula.

Daerah penyelidikan merupakan

sebagian dari daerah yang telah dipetakan

oleh T.O. Simanjuntak, E. Rusmana, J.B.

Supandjono, A. Koswara, 1993, yaitu Peta

Geologi Lembar Bungku, Sulawesi dan

diterbitkan oleh P3G Bandung yang banyak

dipakai sebagai acuan geologi secara

regional dalam berbagai penyelidikan

selanjutnya. Berdasarkan cekungannya,

daerah yang akan diselidiki masuk ke

dalam Cekungan Kendari (Badan Geologi,

2009).

GEOLOGI

Geologi Regional

Kondisi Geologi Pulau Sulawesi

secara umum terletak pada pertemuan 3

Lempeng besar yaitu Eurasia, Pasifik dan

Indo Australia serta sejumlah lempeng

lebih kecil (Lempeng Filipina) yang

Page 3: Penyelidikan Batubara di Daerah Karaupa, Kabupaten Morowali

menyebabkan kondisi tektoniknya sangat

kompleks.

Kompleksitas ini disebabkan oleh

konvergensi antara tiga lempeng litosfer

yaitu lempeng Australia yang bergerak ke

utara, lempeng Pasifik ke arah barat-

bergerak, dan lempeng Eurasia selatan-

tenggara-bergerak.

Berdasarkan keadaan litotektonik

Pulau Sulawesi dibagi 4 yaitu :

1. Mandala barat (West & North Sulawesi

Volcano-Plutonic Arc) sebagai jalur

magmatik (Cenozoic Volcanics and

Plutonic Rocks) yang merupakan bagian

ujung timur Paparan Sunda, dicirikan

oleh adanya jalur gunung api Paleogen

Intrusi Neogen dan sedimen

Mesozoikum.

2. Mandala tengah (Central Sulawesi

Metamorphic Belt) berupa batuan

malihan yang ditumpangi batuan

bancuh sebagai bagian dari blok

Australia.

3. Mandala timur (East Sulawesi Ophiolite

Belt) berupa ofiolit yang merupakan

segmen dari kerak samudera

berimbrikasi dan batuan sedimen

berumur Trias-Miosen, dicirikan oleh

batuan Ofiolit yang berupa batuan

ultramafik peridotite, harzburgit, dunit,

piroksenit dan serpentinit yang

diperkirakan berumur kapur.

4. Banggai–Sula and Tukang Besi

Continental fragments kepulauan paling

timur Banggai-Sula dan Buton

merupakan pecahan benua yang

berpindah ke arah barat karena strike-

slip faults dari New Guinea, dicirikan

oleh batuan dasar berupa batuan

metamorf Permo-Karbon, batuan

batuan plutonik yang bersifat granitis

berumur Trias dan batuan sedimen

Mesozoikum (Hamilton, 1979 dan

Simanjuntak, 1991).

Berdasarkan tatanan tektoniknya,

daerah penyelidikan berada pada

Cekungan Tomori-Banggai Selatan.

Secara umum daerah penyelidikan terisi

oleh batuan sedimen yang memiliki potensi

hidrokarbon dan batubara.

Stratigrafi Regional

Stratigrafi regional daerah

penyelidikan merujuk pada peta geologi

Lembar Bungku, Sulawesi berskala

1:250.000 (Simanjuntak, dkk., 1993).

Stratigrafi regional daerah Morowali dapat

dikelompokkan dari yang tertua sampai ke

muda sebagai berikut:

Batuan tertua daerah penyelidikan

adalah Formasi Tokala (Trj) berumur Trias

– Jura (sampai pertengahan Jura), terdiri

dari perselingan batugamping klastika,

batupasir sela, serpih, napal, dan lempung

pasiran dengan sisipan argilit, kemudian

diatasnya diendapkan Formasi Nanaka

berumur Jura, batuannya terdiri atas

konglomerat, batupasir mikaan, serpih dan

lensa batubara.

Pada umur antara Jura bagian

Atas-Pertengahan Kapur diendapkan

Formasi Masiku (Jkm), Formasi Masiku ini

terdiri dari batusabak, serpih, filit, batupasir

dan batugamping.

Pada jaman Kapur diendapkan

batuan sedimen dan batuan beku

pembentuk Komplek Ultramafik (Ku) dan

Formasi Matano (Km). Komplek ultramafik

terdiri dari Harzburgit, iherzolit, wehrlit,

websterit, serpentinit, dunit, diabas dan

gabbro. Sedangkan Formasi Matano (Km)

terdiri dari kalsilutit, napal, dan serpih

dengan sisipan rijang radiolarian.

Kemudian pada masa Mio – Plio

diendapkan batuan sedimen yaitu Formasi

Tomata (Tmpt), Formasi Tomata ini terdiri

dari perselingan antara batupasir,

konglomerat, batulempung dan tuf dengan

sisipan lignit. Pada masa Holosen

diendapkanlah Aluvium (Qa) yang terdiri

dari lumpur, lempung, pasir, kerikil dan

kerakal.

Page 4: Penyelidikan Batubara di Daerah Karaupa, Kabupaten Morowali

Struktur Geologi Regional

Mengacu pada peta geologi lembar

Bungku Simanjuntak dkk. (1993), terlihat

bahwa struktur yang berkembang di daerah

penyelidikan adalah sesar naik yang

berarah Baratdaya – Timurlaut, begitupun

dengan kelurusan punggungan hampir

seluruhnya mengarah ke Baratdaya –

Timurlaut.

Geologi Endapan Batubara

Secara geologi, daerah penye-

lidikan merupakan bagian dari Peta

Geologi Lembar Bungku (Simanjuntak,

dkk., 1993). Berdasarkan peta tersebut,

indikasi batubara terdapat pada Formasi

Tomata (Tmpt), pada formasi ini

disebutkan bahwa terdapat lignit sebagai

sisipan pada batulempung.

KEGIATAN PENYELIDIKAN

Kegiatan penyelidikan yang

dilakukan dikategorikan menjadi dua yaitu

pekerjaan non lapangan dan pekerjaan

lapangan. Pekerjaan non lapangan antara

lain terdiri dari pengumpulan data

sekunder, analisis laboratorium dan

pengolahan data. Sedangkan pekerjaan

lapangan yaitu eksplorasi langsung di

lapangan dimana kegiatan yang dilakukan

diantaranya pemetaan geologi endapan

batubara.

Pekerjaan non lapangan

Pekerjaan non lapangan dilakukan

sebelum kegiatan lapangan dimulai.

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini

diantaranya adalah :

- Studi literatur (data sekunder)

mengenai daerah yang dituju.

- Evaluasi data sekunder

- Membuat rencana kerja lapangan

- Persiapan peta dan peralatan survei.

Pekerjaan lapangan

Pekerjaan lapangan dilakukan

untuk memperoleh data primer yang

merupakan hasil pemetaan geologi

batubara. Kegiatan yang dilakukan dalam

pekerjaan lapangan diantaranya:

- Mencari lokasi singkapan-singkapan

batubara berdasarkan informasi yang

pernah didapatkan, kemudian

mengembangkan informasi tersebut

berdasarkan temuan yang didapatkan

dilapangan.

- Mengukur kududukan dan tebal

lapisan kemudian dilakukan pemerian

terhadap singkapan tersebut, dan

diplotkan pada peta dasar/peta

topografi skala 1 : 50.000.

- Pengamatan pada formasi lainnya

yang diduga sebagai formasi

pembawa endapan batubara.

- Membuat penampang terukur pada

formasi-formasi yang dianggap

penting.

- Dokumentasi singkapan seperlunya.

- Pengambilan conto batubara untuk

keperluan analisis labolatorium.

Analisis Laboratorium

Analisis laboratorium yang

dilakukan antara lain :

- Analisis kimia batubara yang meliputi

analisis proksimat, ultimat dan analisa

abu

- Analisis petrografi organik batubara

Analisis Kimia Batubara

Analisis kimia yang dilakukan

meliputi analisis proksimat dan ultimat,

diantaranya untuk mengetahui kandungan

air, zat terbang, karbon tertambat, sulfur

total, berat jenis batubara, kalori serta

kandungan abu. Analisis abu sangat

penting pada penggunaan energi batubara

dalam industri, diantaranya untuk

mengetahui kemungkinan terjadinya

pengerakan dalam dinding alat (Furnace).

Besar kecilnya pengerakan (Slagging)

dapat dihitung berdasarkan perhitungan

rasio asam-basa. Untuk menghitung

Slagging Index diperlukan data kandungan

Page 5: Penyelidikan Batubara di Daerah Karaupa, Kabupaten Morowali

sulfur. Rumus untuk mencari slagging

index adalah :

Analisis Petrografi Organik

Analisis petrografi organik terdiri

dari dua analisis pokok yaitu analisa

reflektansi vitrinit yang berguna untuk

mengetahui rank batubara/derajat

pembusukan dan analisis komposisi

maseral yang bertujuan untuk mengetahui

maseral pembentuk batubara sekaligus

mengetahui kandungan pengotor atau

mineral matter secara mikroskopis.

HASIL PENYELIDIKAN

Geologi Daerah Penyelidikan

Morfologi Daerah Penyelidikan

Topografi daerah penyelidikan

berada pada ketinggian 50–700 m dpl.

Daerah terendah berada di sepanjang garis

pantai barat sedangkan daerah tertinggi

berada di bagian timurlaut daerah

penyelidikan.

Morfologi daerah penyelidikan

terdiri atas 3 satuan morfologi yaitu satuan

pegunungan berelief terjal, satuan

morfologi pegunungan berelief sedang

sampai landai dan satuan morfologi

dataran rendah.

Morfologi dataran tinggi terdapat

sekitar 60 % yang merupakan daerah

pegunungan dan berlereng-lereng, pada

umumnya menempati daerah timurlaut

daerah penyelidikan sedangkan morfologi

pegunungan berelief sedang sampai landai

menempati hampir 25 % menyebar hampir

di sebagian besar daerah penyelidikan.

Satuan morfologi dataran rendah terdiri

atas dataran rendah dan aluvium, terutama

menempati bagian barat daerah

penyelidikan.

Di daerah penyelidikan tidak

dijumpai adanya aliran sungai yang besar,

pola aliran yang berkembang di daerah

penyelidikan pada umumnya berupa aliran

sungai Paralel-Sub Paralel, pola aliran

sungai ini lebih dikontrol oleh kondisi litologi

dan pengaruh struktur geologi yang terjadi.

Stadium erosi sungai dapat

diklasifikasikan sebagai perpaduan antara

stadium muda dan stadium dewasa,

dimana pada umumnya pada tahap

stadium dewasa sungai tersebut sudah

berada sekitar 3-5 km dari garis pantai.

Stratigrafi Daerah Penyelidikan

Stratigrafi regional daerah

penyelidikan merujuk pada peta geologi

Lembar Bungku (Simanjuntak, dkk., 1993)

berskala 1:250.000. Berikut urutan batuan

di daerah penyelidikan dari batuan tertua

hingga batuan termuda:

Batuan tertua daerah penyelidikan

adalah Formasi Tokala (Trj) berumur Trias

– Jura (sampai pertengahan Jura), terdiri

dari perselingan batugamping klastika,

batupasir sela, serpih, napal, dan lempung

pasiran dengan sisipan argilit, kemudian

pada umur antara Jura bagian Atas-

Pertengahan Kapur diendapkan Formasi

Masiku (Jkm), Formasi Masiku ini terdiri

dari batusabak, serpih, filit, batupasir dan

batugamping.

Pada jaman Kapur diendapkan

batuan sedimen dan batuan beku, yaitu

Komplek Ultramafik (Ku) dan Formasi

Matano (Km). Komplek ultramafik terdiri

dari Harzburgit, serpentinit, dunit, diabas

dan gabbro sedangkan Formasi Matano

(Km) terdiri dari kalsilutit, napal, dan serpih

dengan sisipan rijang radiolarian.

Kemudian pada masa Mio – Plio

diendapkan batuan sedimen yaitu Formasi

Tomata (Tmpt), Formasi Tomata ini terdiri

dari perselingan antara batupasir,

konglomerat, batulempung dan tuf dengan

sisipan lignit. Pada masa Holosen

diendapkanlah Aluvium (Qa) yang terdiri

dari lumpur, lempung, pasir, kerikil dan

kerakal.

Struktur Geologi Daerah Penyelidikan

Mekanisme terbentuknya sesar-

sesar di daerah penyelidikan dan

Slagging Index = Rasio Asam-Basa x Kandungan Sulfur.

Page 6: Penyelidikan Batubara di Daerah Karaupa, Kabupaten Morowali

umumnya di Sulawesi dipicu oleh

gabungan antara mikrokontinen Benua

Australia dan mikro-kontinen Sunda yang

terjadi sejak Miosen. Pergerakan dari

pecahan lempeng Benua Australia tersebut

relatif ke arah barat. Adanya sesar utama

seperti sesar Palu-Koro dan Sesar

Walanae juga memberikan peranan dalam

pembentukan sesar-sesar kecil di

sekitarnya. Data dan hasil analisis struktur

geologi, seperti pola kelurusan dan arah

pergerakan relatif sesar, mengindikasikan

bahwa deformasi di daerah penyelidikan

dipengaruhi oleh aktivitas Sesar Mendatar

Palu-Koro dan terusan Sesar Mendatar

Walanae.

Pada skala yang lebih besar yaitu di

daerah penyelidikan, pola kelurusan sesar

umumnya berarah Utara Baratdaya –

Selatan Tenggara dimana pada beberapa

tempat sesar sesar tersebut terpotong oleh

sesar berarah Timurlaut – Baratdaya.

Sesar yang terjadi tersebut

diperkirakan berumur Plio-Plistosen yang

mengakibatkan hampir semua formasi

yang ada mengalami pensesaran.

Pembahasan Hasil Penyelidikan

Data Lapangan dan Interpretasi

Hampir 50% daerah penyelidikan

didominasi oleh batulempung, batupasir

dan konglomerat dari Formasi Tomata

(Miosen Atas - Pliosen).

Tingkat pelapukan batuan pada

Formasi Tomata umumnya sangat tinggi

dan kemiringan lapisan umumnya landai

sehingga sulit untuk menemukan

singkapan batuan yang baik untuk

dilakukan pengukuran jurus dan

kemiringan lapisan. Pada umumnya bagian

bawah dari Formasi Tomata di daerah

penyelidikan merupakan lapisan

konglomerat. Lapisan batubara pada

Formasi Tomata di dapatkan secara

terbatas sebagai sisipan pada lapisan

batulempung berwarna abu-abu dan

batulempung berwarna hitam. Tebal

batubara bervariasi antara 20 cm sampai

30 cm.

Sebaran Batubara di daerah

Penyelidikan

Selama penyelidikan berlangsung

hanya ditemukan 3 singkapan batubara

yaitu MW-03, MW-07 dan MW-08. Data

singkapan batubara tersebut dapat dilihat

pada tabel 3 dibawah ini :

Interpretasi Lapisan Batubara

Rekonstruksi sebaran batubara

daerah penyelidikan dilakukan ber-

dasarkan data singkapan. Diperkirakan

terdapat 3 lapisan batubara (Lapisan a, b

dan c) dengan arah sebaran relatif Utara-

Selatan.

Lapisan a

Singkapan MW-03 mewakili

Lapisan a, dimana dari singkapan ini

diinterpretasikan lapisan menyebar secara

lateral dengan arah Utara-Selatan.

Panjang lapisan ke arah lateral yang

diyakini kontinuitasnya sejauh 500 m dari

singkapan ke bagian kiri dan 500 m kearah

kanan. Total panjang lapisan a kearah jurus

yang dihitung sumber dayanya adalah

1.000 m dengan kemiringan lapisan ke

arah Barat sebesar 10○, sedangkan tebal

lapisan yang diketahui 0,25 m.

Lapisan b

Lapisan b diinterpretasikan ber-

dasarkan singkapan MW-07, lapisan ini

menyebar kearah lateral dengan arah

Utara-Selatan. Panjang lapisan ke arah

lateral yang diyakini kontinuitasnya sejauh

1.000 m dengan kemiringan lapisan 10○

relatif ke arah Barat. Lapisan b merupakan

sisipan tipis batubara dengan tebal 0,20 m

dalam lapisan batulempung berwarna abu

abu tua.

Lapisan c

Singkapan MW-08 mewakili lapisan

c, dimana dari singkapan ini diinterpre-

Page 7: Penyelidikan Batubara di Daerah Karaupa, Kabupaten Morowali

tasikan sebagai lapisan yang menyebar

secara lateral dengan arah Utara-Selatan.

Panjang lapisan ke arah lateral yang

diyakini kontinuitasnya sejauh 500 m dari

singkapan ke bagian kiri dan 500 m kearah

kanan. Total panjang lapisan kearah jurus

yang dihitung sumber dayanya adalah

1.000 m dengan kemiringan lapisan 12○ ke

arah Timurtlaut, sedangkan tebal lapisan

yang diketahui hanya 0,20 m.

Kualitas Batubara di daerah

Penyelidikan.

Analisis kimia dan petrografi

organik batubara dilakukan dalam upaya

mengetahui kandungan penyusun

batubara dan kualitasnya.

Analisis kimia dilakukan terhadap

conto batubara meliputi analisis proksimat

dan ultimat, diantaranya untuk mengetahui

kandungan air, zat terbang, karbon

tertambat, sulfur total, berat jenis batubara,

kalori serta kandungan abu. Sedangkan

pengamatan petrografi organik batubara

dilakukan untuk mengetahui komposisi

maseral dan tingkat kematangan batubara.

Semua pengujian laboratorium ini

dilakukan di Laboratorium kimia dan fisika

mineral Pusat Sumber Daya Geologi

Bandung.

Keseluruhan data yang didapat baik

dari hasil kegiatan lapangan maupun dari

hasil analisis laboratorium selanjutnya

diolah dan dituangkan dalam satu bentuk

laporan akhir.

Megaskopis

Lapisan batubara pada Formasi

Tomata di daerah penyelidikan hadir

secara terbatas sebagai sisipan pada

lapisan batulempung berwarna abu-abu

dan batulempung berwarna hitam. Tebal

batubara bervariasi antara 20 cm sampai

30 cm.

Secara megaskopis kenampakan

batubara pada Formasi Tomata di daerah

penyelidikan, berwarna coklat kehitaman,

kusam, berlapis- menyerpih, belahan

memanjang, mengotori tangan, dan masih

terlihat struktur daun.

Hasil Analisis Laboratorium

Hasil analisis kimia batubara yang

dilakukan di Laboratorium Pusat Sumber

Daya Geologi dengan memakai Standard

Metode ASTM disarikan pada tabel 4, 5

dan 6 dibawah ini.

Interpretasi Hasil Analisis Laboratorium

Analisis Proximate dan Ultimate

Hasil analisis 3 conto batubara

menunjukan bahwa pada umumnya

batubara di daerah penyelidikan tidak

memperlihatkan perbedaan kualitas yang

mencolok. Kalori batubara berkisar antara

2933-3859 kal/gram adb atau rata-rata

sekitar 3427,33 kal/gram adb, kecuali pada

conto MW-07 dimana conto yang dianalisa

kemungkinan tercampur dengan pengotor,

karena conto batubara yang dihasilkan

hancur dan tercampur dengan pengotor

tersebut sehingga mengakibatkan mening-

katnya kadar abu, yakni mencapai 41,96 %

adb; selain itu kandungan Karbon

Tertambat relatif paling kecil yaitu sekitar

19,73 % adb.

Kandungan air pada umumnya

cukup rendah antara 8,34-9,64 % adb,

kandungan zat terbang pada umumnya

juga relatif rendah antara 8,34-9,64 % adb.

Kandungan sulfur pada umumnya lebih

kecil dari 1% atau berkisar antara 0,43-0,57

% adb. Kandungan sulfur terbesar adalah

pada MW-08 yaitu 0,57 % adb.

Nilai HGI menunjukan angka yang

bervariasi antara 39,23-48,21 dengan nilai

HGI tertinggi ditunjukan oleh conto MW-07

yakni 48,21.

Hasil analisis ultimat menunjukan

bahwa kandungan unsur C, H, N dan O dari

masing-masing conto pada umumnya tidak

jauh berbeda.

Petrografi Organik

Analisis petrografi organik terdiri

dari dua yaitu analisa reflektansi vitrinit

Page 8: Penyelidikan Batubara di Daerah Karaupa, Kabupaten Morowali

yang berguna untuk mengetahui rank

batubara/derajat kematangan dan analisis

komposisi maseral yang bertujuan untuk

mengetahui maseral pembentuk batubara

sekaligus mengetahui kandungan pengotor

atau mineral matter secara mikroskopis.

Analisis petrografi organik

dilakukan terhadap 3 conto batubara

menunjukan bahwa nilai vitrinit reflektan

rata-rata adalah 0.33 %. Hal ini

menunjukan bahwa batubara di daerah

penyelidikan mempunyai tingkat

kematangan yang masih rendah

(immature).

Hasil analisis maseral menunjukan

bahwa batubara di daerah Karaupa

didominasi oleh kandungan Vitrinit yang

tinggi yakni 85%. Maseral Liptinit rata-rata

antara 0,7% - 2,4%, sedangkan inertinit

antara 0,6% - 1,6%. Mineral matter

menunjukan kandungan mineral lempung

7,3% - 14,5%, oksida besi 0,8% - 1,1 % dan

pyrit antara 0,2% - 1,6%.

Analisis Abu

Analisis abu sangat diperlukan

untuk menghitung Rasio-Asam basa

sebagai dasar untuk menentukan besar

kecilnya Slagging dan Fouling pada

batubara. Rasio asam-basa dihitung

berdasarkan ∑unsur alkali berbanding

dengan ∑ asam.

Berdasarkan data analisa abu

diatas maka angka Rasio alkali dalam abu

pada conto batubara di daerah

penyelidikan adalah 0,22 sedangkan

Slagging indeks dihitung berdasarkan nilai

rasio asam basa dikalikan dengan

kandungan sulfur adalah sebesar 0,11.

Slagging Indeks

Karakteristik slagging ditentukan

berdasarkan perhitungan rasio unsur alkali

terhadap unsur asam, dengan kadar sulfur.

Slagging indeks sangat penting

pada penggunaan energi batubara dalam

industri diantaranya untuk mengetahui

kemungkinan terjadinya pengerakan dalam

dinding alat (Furnace). Besar kecilnya

pengerakan (Slagging) dapat dihitung

berdasarkan perhitungan rasio asam-basa.

Berdasarkan pada ″Coal quality

parameters and their influence in coal

utilisation″ (Shell International Petroleum

Co. Ltd, 1975) disebutkan bahwa batasan

nilai rasio asam-basa berkisar antara 0,10-

1,00, adapun nilai rasio asam-basa di

daerah penyelidikan adalah 0,22 Apabila

nilai tersebut lebih tinggi dari 1.00 maka

pengerakannya dianggap tinggi sekali

sehingga tidak perlu dihitung ″Slagging

Indexnya″.

Hasil perhitungan slagging index

batubara di daerah Karaupa adalah 0,11

atau berada di bawah ambang batas Low

Slagging, dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa Slagging indeks di

daerah penyelidikan adalah rendah.

Fouling

Fouling adalah fenomena

menempel dan menumpuknya abu pada

dinding penghantar panas (super heater

maupun re-heater) yang dipasang di

lingkungan dimana suhu gas pada bagian

belakang furnace lebih rendah

dibandingkan suhu melunak abu (ash

softening temperature). Unsur yang paling

berpengaruh pada penempelan abu ini

adalah material basa terutama Na, yang

dalam hal ini adalah kadar Na2O.

Bila kadar abu batubara banyak,

kemudian unsur basa dalam abu juga

banyak, ditambah kadar Na2O yang tinggi,

maka fouling akan mudah terjadi.

Evaluasi karakteristik fouling sama

dengan untuk slagging, yaitu dinilai

berdasarkan rasio unsur basa dan asam,

serta kadar Na2O di dalam abu. Jika nilai –

nilai tadi tinggi, maka secara umum

kecenderungan fouling juga meningkat.

Sumber Daya Batubara

Dasar perhitungan sumber daya

batubara adalah penyebaran ke arah

lateral yang didapatkan dari korelasi

Page 9: Penyelidikan Batubara di Daerah Karaupa, Kabupaten Morowali

beberapa singkapan yang diamati dengan

beberapa pembatasan sebagai berikut :

a. Penyebaran ke arah jurus (Panjang)

satu lapisan adalah panjang lapisan yang

dihitung berdasarkan singkapan yang

dapat dikorelasikan dan dibatasi sejauh

500 m dari singkapan terakhir.

b. Penyebaran ke arah kemiringan (Lebar)

lapisan adalah lebar lapisan yang

dibatasi sampai kedalaman 50 m dihitung

tegaklurus dari permukaan singkapan,

sehingga lebar singkapan adalah :

L = 100/ sin , dimana

adalah sudut kemiringan lapisan

c. Tebal adalah tebal rata-rata lapisan

Batubara yang termasuk dalam lapisan

tersebut.

d. Sumberdaya Batubara dalam tiap

lapisan dapat dihitung dengan rumus:

Prospek Pemanfaatan Batubara

Hasil pemetaan geologi batubara

menunjukkan bahwa ketebalan singkapan

batubara yang dijumpai hanya berkisar

antara 20 sampai 30 cm. Singkapan

batubara juga sulit dijumpai di daerah

penyelidikan, sehingga diperkirakan

penyebaran batubara tidak menerus.

Selain itu, ditinjau dari kualitanya, batubara

di daerah penyelidikan termasuk dalam

kelas Lignit, sehingga dapat disimpulkan

bahwa batubara di daerah tersebut tidak

mempunyai prospek lebih jauh untuk

dikembangkan.

KESIMPULAN

1. Formasi pembawa batubara di daerah

penyelidikan yaitu Formasi Tomata.

2. Sumber daya hipotetik batubara

daerah penyelidikan diperkirakan

sebesar 524.060,0 Ton.

3. Hasil analisis kimia dan petrografi

organik menunjukkan bahwa atubara di

daerah penyelidikan dikategorikan

sebagai Lignit.

4. Mengingat terbatasnya sebaran

lapisan batubara dan rendahnya

kualitas batubara (lignit) maka batubara

di daerah penyelidikan tidak mempunyai

prospek yang bagus untuk

dikembangkan lebih jauh.

DAFTAR PUSTAKA

Subarnas A., 2000. Laporan Survei Tinjau Batubara Permian di daerah Timika, Kabupaten

Mimika, Provinsi Irian Jaya. Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.

Amstrong F. Sompotan, 2012. Stuktur Geologi Sulawesi. Perpustakaan Sains Kebumian

Institut Teknologi Bandung

Badan Geologi, 2009. Peta Cekungan Sedimen Indonesia Berdasarkan Data Gaya Berat dan

Geologi. Skala 1:5.000.000, Bandung

Koesoemadinata, R.P., 1989, Geologi Minyak dan Gas Bumi. Institut Teknologi Bandung.

Simanjuntak, T.O., Rusmana, E., Supandjono, J.B., dan Koswara, A., 1993. Peta Geologi

Lembar Bungku, Sulawesi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

Vincelette, R.R., 1973. Reef exploration in Irian Jaya, Indonesia. Indon. Petroleum Assoc. 2nd

Ann. Conv. Proc., p. 234-278.

Surono, 2009. Geologi lengan Tenggara Sulawesi. Badan Geologi Kementerian Energi dan

Sumberdaya Mineral.

Sumberdaya = { [Panjang (m) x Lebar (m) x Tebal (m)] x Berat jenis (gr/ton) }

Berat Jenis adalah berat jenis rata-rata

Page 10: Penyelidikan Batubara di Daerah Karaupa, Kabupaten Morowali

Gambar 1. Lokasi Kegiatan Penyelidikan

Gambar 2. Peta Tataguna lahan daerah Morowali

(Sumber : Dinas Kehutanan Kab Morowali)

Lokasi rencana penyelidikan

Gambar 1. Peta indeks rencana kegiatan penyelidikan

DAERAH PENELITIAN

Daerah Karaupa,

Kab Morowali

1213000” – 1214500” BT

dan 21000” – 225’00” LS

Page 11: Penyelidikan Batubara di Daerah Karaupa, Kabupaten Morowali

Gambar 3. Cekungan Tomori-Banggai, Pulau Sulawesi Selatan (Badan Geologi, 2009)

Gambar 4. Tatanan Tektonik Regional (Sukamto, 1990)

BATUI

Lokasi Rencana Penyelidikan

Cekungan Tomori Banggai Selatan

Page 12: Penyelidikan Batubara di Daerah Karaupa, Kabupaten Morowali

Trjt

Jn

Km Ku

Jkm

Trias

Jura

Kapur

Paleosen

Eosen

Oligosen

Mio

se

n

Atas

Tengah

Awal

Paleosen

Tems

Tmpt

Qa

Plistosen

Holosen

Ters

ier

Kuart

er

Umur Formasi Litologi

Formasi Tomata

Aluvium

Formasi Salodik

Formasi

MatanoKelompok

Ultramafic

Formasi

Masiku

Formasi

Tokala

Formasi

Nanaka

Lumpur, lempung, pasir, kerikil, kerakal

Perselingan antara Kongl, btpsr, blp,

serpih, dg sisipan Lignit

Perselingan antara Kongl, btpsr, blp,

serpih, dg sisipan Lignit

Perselingan Btgamping klastika, bps sela,

serpih, napal, lpg pasiran

Konglomerat,

bps mikaan,

serpih, lensa batubara

Bt sabak, serpih,

filit,bps, btgpg

Kalsilutit, napal,

serpih, sisipan rijang

radiolariaan

Hazburgit, wehrlit,

websterit, serpentinit,

dunit, diabas dan gabbro

Gambar 5. Stratigrafi Regional, Sulawesi Tengah (Simanjuntak dkk, 1993)

.

Gambar 6. Geologi Daerah Penyelidikan Gambar 7. Satuan Morfologi Daerah (Sumber : Geologi Lb- Bungku, T.O. Simanjuntak dkk, P3G 1993) Penyelidikan

dddddd

GEOLOGI

CEK TOMORI –BANGGAI

SELATAN

Morfologi Perbukitan terjal

Morfologi Perbukitan sedang-landai

Morfologi Dataran Rendah dan Aluvium

PT

PSL

DRA

PT

PSL

DRA

Page 13: Penyelidikan Batubara di Daerah Karaupa, Kabupaten Morowali

Gambar 8. Stratigrafi Daerah Karaupa (modifikasi dari Simanjuntak dkk, 1993)

Gambar 9. Peta Geologi dan Sebaran Batubara Daerah Karaupa dan Sekitarnya,

Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah

Page 14: Penyelidikan Batubara di Daerah Karaupa, Kabupaten Morowali

Tabel 3. Data Singkapan Batubara

Tabel 4. Hasil Analisis Kimia Batubara Daerah Penyelidikan

Tabel 3. Data Singkapan Batubara

No Lokasi

Koordinat Strike/

dip

Tebal

(m) Keterangan X

Y

1 MW-03 121º 41 1́0 ̋ 02º17 4́2 ̋ 173/10 0.25

Batubara berwarna hitam,

kusam, berlapis-menyerpih,

belahan memanjang, mengotori tangan, terlihat struktur daun.

2 MW-07 121º37 ́40 ̋ 02º18 ́20 ̋ 170/10 0.20

Batubara berwarna coklat

kehitaman, kusam, berlapis-menyerpih,belahan memanjang, mengotori

tangan, terlihat struktur daun.

3 MW-08 121º35 ́28 ̋ 02º18 ́22 ̋ 286/12 0.25

Batubara berwarna coklat ke

hitaman, kusam, berlapis-menyerpih,belahan

memanjang, mengotori tangan, terlihat struktur daun.

mudah hancur

Tabel 4. Hasil Analisis Kimia Batubara daerah Penyelidikan

Analisis Standard Basis Satuan No Conto

MW-03 MW-07 MW-08

FM ASTM D.2013-03 ar % 40.34 38.38 40.14

TM ASTM D.3302/D.3302 M-10 ar % 46.09 43.52 45.53

PROKSIMATE ASTM D.7582-10

M adb % 9.64 8.34 9.01

VM adb % 34.13 29.97 37.23

FC adb % 20.69 19.73 23.45

ASH adb % 35.54 41.96 30.31

TS ISO 351-1996 adb % 0.52 0.43 0.57

HGI ASTM D.409M-12 adb 41.30 48.21 39.23

SG AS.1038.21.1.1-2002 adb % 1.61 1.74 1.60

CV ASTM D.5865-10a adb % 3490 29.33 38.59

ULTIMATE

C ASTM D.5373-08 daf % 58.94 55.47 61.17

H ASTM D.5373-08 daf % 5.86 5.20 5.67

N ASTM D.5373-08 daf % 2.08 1.87 2.04

S ISO 351-1996 daf % 0.95 0.87 0.94

O ASTM D.5373-08 daf % 32.18 36.59 30.17

Page 15: Penyelidikan Batubara di Daerah Karaupa, Kabupaten Morowali

Tabel 5. Kisaran dan Nilai Rata-rata Mutu Batubara Daerah Penyelidikan

Tabel 6. Kisaran dan Nilai Rata-rata Abu Batubara Daerah Penyelidikan

Tabel 7. Sumber Daya Batubara Daerah Karaupa

PARAMETER KISARAN RATA-RATA SATUAN

M 8.34– 9.64 8.99 %

VM 29.97– 37.23 33.78 %

FC 19.73– 23.45 21.29 %

ASH 30.31– 41.96 35.94 %

S.Tot 0.43– 0.57 0.50 %

SG 1.60– 1.74 1.65 gr/cm3

CV 2933 – 3859 3427.33 kal/gr

HGI 39.23 –48.21 42.91

PARAMETER

(%)

KISARAN

(%)

RATA-RATA

(%)

SiO2 65.94-67.99 66,82

Al2O3 9.45-10.81 10,09

Fe2O3 7.50-7.80 7.06

CaO 2.94-4.07 3,55

MgO 5.00-5.63 5.29

Na2O 0.22-0.51 0,41

K2O 0.49-0.56 0.52

TiO2 0.35-0.40 0.38

MnO 0.44-0.62 0.50

P2O5 0.02-0.06 0,11

SO3 1.74-3.42 2,52

K2O 0.34-0.52 0.42

HD 2.03-3.40 2,51

Stot 0.43– 0.57 0.50

Lapisan Singkapan Lapisan Batubara

Berat

jenis

Potensi

(Ton) Panjang Lebar Tebal

a MW-08 1000 575.0 0,25 1.3 187.167,5

b MW-07 1000 575.0 0.20 1.3 149.734,0

c MW-03 1000 575.0 0.25 1.3 187.167,5

Potensi Sumber Daya Batubara (Hipotetik) 524.060,0