penyelesaian sengketa pemilu di mahkamah konstitusi

28
KATA PENGENTAR Alhamdulliah puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah Hukum Adat berjudul “Penyelesaian Sengketa Pemilu Di mahkamah Konstitusi” tepat pada waktunya dan kita semua dapat membaca serta mepelajari makalah saya yang sangat sederhana ini. Makalah ini pada mengupas pemahaman-pemahaman yang berkaitan tentang Penyelesaian Sengketa Pemilu Di Mahkamah Konstitusi yang diuraikan dan disusun secara sistematis agar semua orang dengan mudah dapat memahaminya. Saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung, antara lain Ibu dosen pembimbing yaitu dan juga teman-teman yang selalu memberikan masukan kepada saya. Akhir kata saya mengucapkan mohon maaf karena masih banyaknya kekurangan disana-sini yang terdapat dalam makalah ini, oleh sebab itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak agar kiranya dapat mencapai kesempurnaan makalah-makalah kami diwaktu yang akan datang. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua yang mau mempelajarinya dengan ikhlas. 1

Upload: indra-wijaya

Post on 22-Jun-2015

16.093 views

Category:

Education


2 download

DESCRIPTION

dalam tulisan ini saya mencoba menjelaskan mengenai penyelesaian sengketa pemilu di mahkamah konstitusi baik dri cara pelaporannya hingga mekanisme persidangannya.

TRANSCRIPT

Page 1: Penyelesaian sengketa pemilu di mahkamah konstitusi

KATA PENGENTAR

Alhamdulliah puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah Hukum Adat berjudul

“Penyelesaian Sengketa Pemilu Di mahkamah Konstitusi” tepat pada waktunya dan kita

semua dapat membaca serta mepelajari makalah saya yang sangat sederhana ini.

Makalah ini pada mengupas pemahaman-pemahaman yang berkaitan tentang

Penyelesaian Sengketa Pemilu Di Mahkamah Konstitusi yang diuraikan dan disusun secara

sistematis agar semua orang dengan mudah dapat memahaminya.

Saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam

menyelesaikan makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung, antara lain Ibu

dosen pembimbing yaitu dan juga teman-teman yang selalu memberikan masukan kepada

saya.

Akhir kata saya mengucapkan mohon maaf karena masih banyaknya kekurangan

disana-sini yang terdapat dalam makalah ini, oleh sebab itu saya mengharapkan kritik dan

saran yang membangun dari semua pihak agar kiranya dapat mencapai kesempurnaan

makalah-makalah kami diwaktu yang akan datang. Mudah-mudahan makalah ini dapat

bermanfaat bagi kita semua yang mau mempelajarinya dengan ikhlas.

Pekanbaru, 12 Juni 2013

Penulis

INDRA WIJAYA

1

Page 2: Penyelesaian sengketa pemilu di mahkamah konstitusi

DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................. 1

DAFTAR ISI ................................................................................. 2

BAB I

Pendahuluan

Latar Belakang Masalah ................................................................ 3

Rumusan masalah .......................................................................... 4

Tujuan Penelitian ........................................................................... 5

BAB II

Pembahasan

A. Pelanggaran Pemilu ....................................…....……..…. 6

B. Semgketa Pemilu ............................................................... 6

C. Sengketa Hasil Pemilu ....................................................... 9

D. Wewenang Mahkamah Konstitusi Dalam Menyelesaikan

Sengketa Pemilu ................................................................ 10

E. Alur Dan Proses Peradilan Mahkamah Konstitusi Dalam

Menyelesaikan Sengketa Pemilu ....................................... 12

F. Prosedur Pengajuan perselisiha

Di Mahkamah Konstitusi ................................................... 16

BAB III

Penutup

Kesimpulan .................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA…………………………………….………. 19

BAB I

2

Page 3: Penyelesaian sengketa pemilu di mahkamah konstitusi

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sejak adanya pengalihan kewenangan memutus perselisihan hasil Pemilu dari Mahkamah

Agung (MA) pada 2008 silam atau dalam kurun waktu lima tahun, Mahkamah Konstitusi

(MK) sudah menerima sekitar 549 gugatan sengketa Perselisihan Hasil Pemilu (PHPU)

Pemilu Kada. Artinya, hampir semua pelaksanaan Pemilu Kada di Indonesia berujung

gugatan di MK.

Peran Mahkamah Konstitusi sebagai lembaga negara yang mempunyai kewajiban

menjaga tegaknya konstitusi dan demokrasi semakin penting. Berdasarkan ketentuan Pasal

24C ayat (1) UUD 1945 dan Pasal 10 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 24 Tahun

2003 tentang Mahkamah Konstitusi jis Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang

Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah, salah satu kewenangan konstitusional Mahkamah Konstitusi (MK) adalah memutus

perselisihan tentang hasil pemilihan umum dan pemilukada. Pasal 236C Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 2008 menetapkan bahwa penanganan sengketa hasil penghitungan suara

pemilihan kepala daerah oleh Mahkamah Agung dialihkan kepada Mahkamah Konstitusi

paling lama 18 (delapan belas) bulan sejak undang-undang ini diundangkan. Kemudian pada

29 Oktober 2008, Ketua Mahkamah Agung dan Ketua Mahkamah Konstitusi

menandatangani Berita Acara Pengalihan Wewenang Mengadili, sebagai pelaksanaan Pasal

236C undang-undang tersebut. Dengan demikian, secara formil kewenangan Mahkamah

Konstitusi bertambah, di samping menyelesaikan perkara perselisihan hasil pemilu,

Mahkamah Konstitusi juga memiliki kewenangan untuk menyelesaikan perselisihan hasil

pemilukada di Indonesia.

Selanjutnya, dalam rangka melengkapi pengaturan tentang mekanisme persidangan dalam

penyelesaian sengketa/perselisihan Pemilukada itu, Mahkamah Konstitusi kemudian

membentuk Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman

Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah. Dengan demikian, di

samping terdapat Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (sebagaimana diatur dalam Undang-

Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi) yang menjadi landasan

hukum umum bagi penyelesaian perkara perselisihan hasil pemilukada, juga terdapat Hukum

3

Page 4: Penyelesaian sengketa pemilu di mahkamah konstitusi

Acara Penyelesaian Perselisihan Hasil Pemilukada (sebagaimana diatur dalam Peraturan

Mahkamah Konstitusi Nomor 15 Tahun 2008) yang menjadi landasan hukum yang bersifat

khusus bagi Mahkamah Konstitusi. Bagaimana sebenarnya Hukum Acara Penyelesaian

Perselisihan Hasil Pemilukada itu mengatur mekanisme penyelesaian sengketa atau

perselisihan hasil pemilukada di Indonesia ? Tulisan kecil ini akan membahasnya.

Kewenangan Mahkamah Konstitusi telah diatur dalam Pasal 10 Undang-Undang No. 24

Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi dengan merinci sebagai berikut1: (1) Menguji

undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, (2)

Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, (3) Memutus pembubaran

partai politik, dan (4) Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum, serta satu

kewajibannya adalah Mahkamah Konstitusi wajib memberi putusan atas pendapat DPR

bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden diduga telah melakukan pelanggaran hukum berupa

pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau

perbuatan tercela, dan/atau Wakil Presiden sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan Pelanggaran Pemilu ?

2. Apa yang dimaksud dengan Sengketa Pemilu ?

3. Apa yang dimaksud dengan Sengketa Hasil Pemilu ?

4. Bagaimana Alur Proses Peradilan Mahkamah Konstitusi dalam Menyelesaikan

Sengketa Pemilu ?

5. Bagaimana mekanisme Prosedur Pengajuan Perselisihan di Mahkamah Konstitusi ?

1 Jimly Asshiddiqie, Pengantar Hukum Tata Negara, jakarta, rajawali pers, 2010, hal 247

4

Page 5: Penyelesaian sengketa pemilu di mahkamah konstitusi

C. TUJUAN PEMBUATAN MAKALAH

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah dan perumusan masalah, dan isi

pembahasan, maka tujuan dibuatnya makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui arti dari Pelanggaran Pemilu

2. Untuk mengetahui arti dari Sengketa Pemilu

3. Untuk mengetahui arti dari Sengketa Hasil Pemilu

4. Untuk mengetahui Alur Proses Peradilan Mahkamah Konstitusi dalam Menyelesaikan

Sengketa Pemilu

5. Untuk mengetahui Mekanisme atau Prosedur Pengajuan Perselisihan di Mahkamah

Konstitusi

BAB II

5

Page 6: Penyelesaian sengketa pemilu di mahkamah konstitusi

PEMBAHASAN

A. Pelanggaran Pemilu

Pelanggaran pemilu adalah semua tindakan yang menurut Undang-undang pemilu telah

keluar dari apa yang telah digariskan oleh Undang-undang tersebut

Pelanggaran Pemilu adalah pelanggaran-pelanggaran terhadap Undang-undang Pemilu

yang dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua)2 :

1. Pelanggaran pidana adalah tindakan-tindakan yang menurut Undang-undang Pemilu

ditetapkan sebagai tindakan kriminal dan berakibat pada hukuman penjara dan/atau

denda.

2. Pelanggaran Administratif adalah pelanggaran-pelanggaran terhadap ketentuan dan

persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-undang Pemilu dan tidak didefinisikan

sebagai tindakan kriminal dan tidak berkaitan dengan hukuman dan/atau denda.

Konsekwensi dari pelanggaran Administratif adalah tidak diikutsertakannya DPR, DPD,

DPRD Provinsi dan DPRD Kab/Kota sebagai peserta Pemilu. Pelanggaran Pemilu

diselesaikan oleh Panwaslu atau KPU sebagai penyelenggara Pemilu.

B. Sengketa Pemilu

Hassil pemilihan umum berupa penetapan final hasil penghitingan suara yang di ikuti

oleh pembagian kursi yand di perabutkan, yang di umumkan secara resmi oleh lembaga

penyelenggara pemilhan umum serng kali tidak memuaskan peserta pemilihan umum yang

tidak berhasil tampil sebagai pemenang3.

Sengketa Pemilu adalah perselisihan antara dua pihak atau lebih karena adanya perbedaan

penafsiran antar pihak atau suatu ketidaksepakatan tertentu yang berhubungan dengan fakta

kegiatan atau peristiwa hukum atau kebijakan, dimana suatu pengakuan atau pendapat dari

salah satu pihak mendapat penolakan, pengakuan yang berbeda, penghindaran dari pihak

yang lain, yang terjadi dalam penyelenggaraan Pemilu.

2 Ramlan subakti dkk, penanganan Sengketa pemilu,jakarta, kemitraan Bagi Pemberuan Tata Pemerintaha, hal. 23 Ibid. Hlm. 428

6

Page 7: Penyelesaian sengketa pemilu di mahkamah konstitusi

Ada beberapa pihak yang ikut terlibat dalam sangketa Pemilu, yaitu diantaranya adalah:

a. Penyelenggara Pemilu.

b. Partai politik peserta Pemilu, yaitu Dewan Pimpinan Tingkat Nasional, Dewan

Pimpinan Tingkat Propinsi, Dewan Pimpinan Tingkat Kab/Kota, dst.

c. Peserta Pemilu perseorangan untuk pemilihan anggota DPD.

d. Anggota dan/atau pengurus partai politik peserta Pemilu.

e. Warga Negara yang memiliki hak pilih.

f. Pemantau Pemilu.

Proses penyelesaian sengketa pemilu di Panitia Pengawas Pemilu adalah sebagai berikut4:

a. Penetapan berkas laporan sebagai sengketa Pemilu oleh Panitia Pengawas

Penerima Laporan.

b. Penyerahan berkas laporan sengketa pemilu oleh Pengawas Pemilu penerima

laporan kepada Pengawas Pemilu yang berwenang.

c. Pengkajian dan pemeriksaan berkas laporan tentang sengketa pemilu oleh

Pengawas Pemilu yang berwenang.

d. Pemanggilan pihak-pihak yang bersengketa oleh Pengawas Pemilu yang

berwenang.

Apabila pertemuan pihak-pihak yang bersengketa untuk musyawarah dan mufakat

tercapai, maka dituangkan dalam Berita Acara Penyelesaian Sengketa Pemilu Secara

Musyawarah dan Mufakat.

a. Apabila tidak tercapai musyawarah dan mufakat, maka Pengawas Pemilu yang

berwenang menawarkan alternatif penyelesaian kepada phak-pihak yang bersengketa,

dan apabila disetujui, maka dituangkan dalam Berita Acara Penyelesaian Sengketa

Pemilu Melalui Alternatif Penyelesaian Pengawas Pemilu.

b. Apabila tawaran alternatif penyelesaian tidak diterima oleh salah satu atau kedua

belah pihak yang bersengketa, maka Pengawas Pemilu memberikan putusan final dan

mengikat, yang dituangkan dalam Berita Acara Penyelesaian Sengketa Pemilu

Melalui Putusan Pengawas Pemilu.

4 Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil

Pemilihan Umum Kepala Daerah.

7

Page 8: Penyelesaian sengketa pemilu di mahkamah konstitusi

Suatu sengketa pemilu yang ditangani oleh pengawas pemilu telah selesai, apabila:

a. Dicapainya Musyawarah dan Mufakat sebagaimana dimaksud dalam butir 5

(sebagaimana penjelasannya diatas) yang ditandai dengan dibuatnya Berita Acara

Penyelesaian Sengketa Pemilu secara Masyawarah dan Mufakat.

b. Diterimanya Alternatif Penyelesaian dari Pengawas Pemilu oleh pihak-pihak yang

bersengketa sebagaimana dimaksud dalam butir 6 yang ditandai dengan Berita Acara

Penyelesaian Sengketa Pemilu melalui Alternatif penyelesaian Pengawas Pemilu.

c. Diberikannya Putusan Pengawas Pemilu sebagaimana dimaksud dalam angka 7 yang

ditandai dengan Berita Acara Penyelesaian Sengketa Pemilu melalui Putusan

Pengawas Pemilu.

Adapun tenggang waktu yang Penyelesaian Sengketa Pemilu di Panwaslu ini adalah

sebagai berikut:

a. Proses sebagaimana disebutkan pada angka 2 diselesaikan paling lama 3 (tiga) hari

setelah laporan diterima.

b. Proses sebagaimana disebutkan pada angka 2 diselesaikan paling lama 3 (tiga) hari

setelah angka 1 dilakukan (untuk daerah yang sulit sekali dijangkau paling lama 7

(tujuh) hari setelah angka 1 (satu) dilakukan).

c. Proses sebagaimana disebutkan pada angka 3 diselesaikan paling lama 3 (tiga) hari

setelah angka 2 dilakukan.

d. Proses sebagaimana yang disebutkan pada angka 4 diselesaikan paling lama 3 (tiga)

hari setelah angka 3 dilakukan (untuk daerah yang sulit sekali dijangkau paling lama 7

(tujuh) hari setelah angka 3 (tiga) dilakukan).

e. Pertemuan sebagaimana yang dimaksud pada angka 5 dilaksanakan paling lama 3

(tiga) hari setelah angka 4 diselesaikan (untuk daerah yang sulit sekali dijangkau

paling lama 7 (tujuh) hari setelah angka 3 (tiga) dilakukan).

f. Proses sebagaimana disebutkan pada angka 5, 6, dan 7 diselesaikan paling lama 14

(empat belas) hari setelah angka 5 dilakukan.

Permohonan sengketa penyelesaian sengketa pemilu gugur, apabila:

a. Permohonan gugur bila pemohon atau kuasanya tidak datang dan hadir dalam

pertemuan pertama setelah 3 (tiga) kali dipanggil secara patut oleh Pengawas

Pemilu yang berwenang dalam Berita “Berita Acara Gugurnya Sengketa”.

8

Page 9: Penyelesaian sengketa pemilu di mahkamah konstitusi

b. Permohonan penyelesaian sengketa pemilu dapat dicabut kembali setelah

pertemuan pertama, yang dituangkan dalam “Berita Acara Pencabutan

Permohonan Penyelesaian Sengketa Pemilu”.

c. Permohonan yang gugur dapat diajukan kembali paling lama 7 (tujuh) hari setelah

terjadinya sengketa.

C. Sengketa Hasil Pemilu

Dalam sejarah kehidupan ketatanegeraan Indonesia, Bangsa Indonesia telah melakukan

10 (sepuluh) kali Pemilihan Umum (1945-2010), dimana pemilihan umum itu merupakan

salah bentuk dari pesta demokrasi. Dalam waktu yang relatif cukup panjang tersebut, segala

bentuk kecurangan dan/atau manipulasi yang berujung pada sengketa Pemilu, yang

merupakan persoalan yang cukup mendasar dan menjadi perhatian serius kita semua,

mengingat asas Pemilu yang Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia (LUBER) serta Jujur dan

Adil (JURDIL) selalu saja diciderai dengan tindakan-tindakan curang oleh Partai Politik

tertentu yang menimbulkan pelanggaran atau sengketa dalam menjalankan Pemilu tersebut5.

Sengketa hasil pemilu adalah merupakan sengketa antar lembaga Negara yang berkaitan

dengan hasil Pemilu, dimana terjadinya salah penafsiran atau manipulasi pada hasil pemilu.

Penyelesaian tentang perkara sengketa hasil pemilu merupakan salah satu wewenang

Mahkamah Konstitusi. Dimana wewenang itu telah diatur dalam Undang-Undang Dasar

1945.

D. Wewenang Mahkamah Konstitusi Dalam Menyelesaikan Sengketa Pemilu

Ide pembentukan Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu perkembangan pemikiran

hukum dan kenegaraan modern yang muncul pada abad ke-20. Ditinjau dari aspek waktu,

5 Maruarar Siahaan, Hukum Acara Mahkamah Konstitusi, (Jakarta: Konstitusi Press), 2005, hal.25

9

Page 10: Penyelesaian sengketa pemilu di mahkamah konstitusi

negara kita tercatat sebagai negara ke-78 yang membentuk MK sekaligus merupakan negara

pertama di dunia pada abad ke-21 yang membentuk lembaga ini.

Pasal 24C Undang-Undang Dasar Negara Tahun 1945 menetapkan bahwa Mahkamah

Konstitusi merupakan salah satu lembaga negara yang mempunyai kedudukan setara dengan

lembaga-lembaga negara lainnya, seperti Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan

Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Presiden, Mahkamah Agung

(MA), dan yang terakhir terbentuk yaitu Komisi Yudisial (KY) . Mahkamah Konstitusi (MK)

merupakan salah satu lembaga yudikatif selain Mahkamah Agung yang melaksanakan

kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan

hukum dan keadilan.

Pembentukan Mahkamah Konstitusi dimaksudkan agar tersedia jalan hukum untuk

mengatasi perkara-perkara yang terkait erat dengan penyelenggaraan Negara dan kehidupan

politik. Dengan demikian konflik yang terkait dengan kedua hal tersebut tidak berkembang

menjadi konflik politik-kenegaraan tanpa pola penyelesaian yang baku, transparan, dan

akuntabel, melainkan dikelola secara objektif dan rasional sehingga sengketa hukum yang

diselesaikan secara hukum pula. Oleh karena itu Mahkamah Konstitusi sering disebut sebagai

Lembaga Negara Pengawal Konstitusi atau The Guardian and The Interpreter of The

Constitution.

Pasal 24C ayat (1) dan (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 menggariskan wewenang Mahkamah Konstitusi adalah sebagai berikut:

a. Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir

yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-

Undang Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga Negara yang

kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar, memutus pembubaran

partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil pemilu.

b. Mahkamah Konstitusi wajib memberi putusan atas pendapat Dewan Perwakilan

Rakyat mengenai dugaan pelanggaran Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut

Undang-Undang Dasar.

Secara khusus, wewenang Mahkamah Konstitusi tersebut diatur lagi dalam Pasal 10

Undang-Undang No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi dengan merinci sebagai

berikut:

10

Page 11: Penyelesaian sengketa pemilu di mahkamah konstitusi

a. Menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia tahun 1945

b. Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan

oleh Undang-Undang Dasar Negara republik Indonesia tahun 1945

c. Memutus pembubaran partai politik

d. Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum

e. Mahkamah Konstitusi wajib memberi putusan atas pendapat DPR bahwa Presiden

dan/atau Wakil Presiden diduga telah melakukan pelanggaran hukum berupa

pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya,

atau perbuatan tercela, dan/atau Wakil Presiden sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.

Dalam beberapa wewenang tersebut diatas, Mahkamah Konstitusi memberikan putusan

setelah melakukan pengujian atas gugatan dan juga perkara yang masuk dalam buku

registrasi Mahkamah Konstitusi, Mahkamah Konstitusi akan mengeluarkan putusan

selambat-lambatnya tiga hari setelah perkara tersebut masuk dalam buku registrasi

Mahkamah Konstitusi.

Kewajiban dari Mahkamah Konstitusi adalah memberikan putusan atas pendapat DPR

bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden diduga telah melakukan pelanggaran hukum berupa

pengkhianatan terhadap Negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau

perbuatan tercela yang dilakukan oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden sebagaimana yang

dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945

E. Alur Dan Proses Peradilan Mahkamah Konstitusi dalam Menyelesaikan Sengketa

Pemilu

11

Page 12: Penyelesaian sengketa pemilu di mahkamah konstitusi

Pada Pasal 24C ayat (6) Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 memerintahkan penyusunan

dengan segera Undang-undang organik tentang Mahkamah Konstitusi yang mengatur hal-hal

yang bersifat teknis, administratif yang meliputi antara lain: prosedur pengangkatan dan

pemberhentian hakim konstitusi, hukum acara Mahkamah Konstitusi dan Ketentuan lainnya

tentang Mahkamah Konstitusi.

Menurut ketentuan Pasal 24 C ayat (6) Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 yang

selengkapnya menyatakan, sebagai berikut “Pengangkatan dan pemberhentian hakim

konstitusi, hukum acara serta ketentuan lainnya tentang Mahkamah Konstitusi diatur dengan

Undang-undang”.

Para pihak yang dapat berperkara atau legal standing untuk dapat mengajukan

permohonan perselisihan hasil pemilihan umum, yang berada dalam kewenangan Mahkamah

Konstitusi, sebagaimana yang diatur dalam ketentuan Pasal 74 ayat (1) UU No. 24 tahun

2003 sebagaimana yang dijabarkan dalam Pasal 3 Peraturan Mahkamah Konstitusi No.

04/PMK/2004, ditentukan sebagai berikut:

1. Pemohon

a. Perorangan warga Negara Indonesia calon anggota Dewan Perwakilan Daerah

(DPD) Peserta Pemilihan Umum

b. Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden Peserta Pemilihan Umum Presiden

dan Wakil Presiden,

c. Partai Politik pserta Pemilihan Umum

Sedangkan selain dari 3 (tiga) pihak diatas, maka tidak memiliki legal standing dan

tentunya tidak berhak untuk mengajukan permohonan sengketa hasil pemilihan umum di

Mahkamah Konstitusi, akan tetapi tidak semua sengketa yang berkaitan dengan pemilihan

umum berada dalam kewenangan Mahkamah Konstitusi. Karena bisa jadi sengketa Pemilu

tersebut masuk dalam kewenangan panitia pengawas Pemilu.

Permohonan sengketa pemilu yang dapat diajukan kehadapan Mahkamah Konsitusi,

adalah hanya dapat diajukan penetapan hasil pemilihan umum yang ditetapkan secara

nasional oleh Komisi Pemilihan Umum, yang dapat mempengaruhi:

a. Terpilihnya calon anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD)

12

Page 13: Penyelesaian sengketa pemilu di mahkamah konstitusi

b. Penentuan pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang masuk pada putaran

kedua pemilihan Presiden dan Wakil Presiden serta terpilihnya pasangan calon

Presiden dan Wakil Presiden untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden

c. Perolehan kursi yang dimenangkan oleh partai politik peserta pemilihan umum

disuatu Daerah Pemilihan.

Tiga poin yang dapat mempengaruhi penetapan hasil pemilihan umum secara nasional

diatas, merupakan materi permohonan dan tentunya harus dipenuhi oleh setiap pemohon,

sehingga sengketa hasil pemilihan umum tersebut dapat dibawa kedepan persidangan

Mahkamah Konstitusi, dan apabila ke- 3 (tiga) poin tersebut tidak terpenuhi, maka

permohonan tersebut akan ditolak oleh Mahkamah Konstitusi. Adapun posisi Komisi

Pemilihan Umum dalam hal ini, adalah menjadi pihak termohon.

Adapun alur dari proses penyelesaian sengketa di Mahkamah Konstitusi adalah sebagai

berikut :

1. Pengajuan Permohonan pasca Penetapan KPU

a. Permohonan yang dinyatakan lengkap dan memenuhi persyaratan dicatat dalam

BRPK

b. Permohonan yang tidak lengkap dan tidak memenuhi syarat diberitahu pada

Pemohon untuk diperbaiki 1 x 24 jam

c. Salinan Permohonan dikirmkan ke KPU dikirimkan paling lambat 3 hari kerja

disertai permintaan jawaban tertulisdan bukti hasil penghitungan suara yang

diperselisihkan

2. Registrasi Perkara dan Penjadwalan Sidang

a. Mahkamah menetapkan hari sidang pertama, paling lambat 7 hari sejak

permohonan dicatat di BRPK

b. Jawaban paling lambat 1 hari sebelum hari persidangan

c. Penetapan hari sidang pertama diberitahu kepada Pemohon dan KPU paling

lambat 3 hari sebelum hari sidang;

3. Pemeriksaan Pendahuluan

a. Jumlah Panel Hakim sekurang-kurangnya dihadiri 3 (tiga) orang hakim;

b. Panel Hakim memeriksa kelengkapan dan kejelasan materi permohonan;

13

Page 14: Penyelesaian sengketa pemilu di mahkamah konstitusi

c. Panel Hakim memberi nasihat untuk melengkapi dan/atau memperbaiki

permohonan apabila terdapat kekurangan;

d. Pemohon wajib melengkapi dan/atau memperbaiki permohonannya dalam waktu

1x24 jam

4. Pemeriksaan Persidangan

a. Pemeriksaan dalam sidang yang terbuka untuk umum oleh Panel Hakim dan/atau

Pleno Hakim dan dilakukan setelah selesainya pemeriksaan pendahuluan;

b. Tahapan pemeriksaan meliputi:

• Jawaban Termohon;

• Keterangan Pihak Terkait;

• Pembuktian oleh Pemohon, Turut Termohon, Pihak Terkait; dan

• Kesimpulan;

c. Untuk kepentingan pembuktian, Mahkamah dapat memanggil:

• KPU Provinsi;

• KPU Kabupaten/ Kota dan/atau KIP Kabupaten/Kota;

d. Mahkamah dapat menetapkan Putusan Sela;

5. Pembuktian

a. Surat atau Tulisan;

(i) Berita Acara dan Salinan Pengumuman Hasil Pemungutan Suara Partai

Politik Peserta Pemilu dan Calon Anggota DPR, DPD dan DPRD di

tempat Pemungutan Suara (TPS);

(ii) Berita Acara dan salinan Rekapitulasi jumlah suara partai politik peserta

Pemilu dan Calon Anggota DPR, DPD dan DPRD dari Panitia Pemilihan

Kecamatan;

(iii) Berita Acara dan salinan Rekapitulasi hasil penghitungan suara partai

politik peserta Pemilu dan Calon Anggota DPR, DPD dan DPRD dari

KPU Kabupaten/ Kota;

(iv) Berita Acara dan salinan penetapan hasil penghitungan suara anggota

DPR, DPRD Kabupaten/ Kota;

(v) Berita Acara dan salinan Rekapitulasi hasil penghitungan suara dari KPU

Provinsi;

(vi) Berita Acara dan salinan penetapan hasil penghitungan suara Anggota

DPRD provinsi;

14

Page 15: Penyelesaian sengketa pemilu di mahkamah konstitusi

(vii) Berita Acara dan salinan Rekapitulasi penghitungan suara dari KPU;

(viii) Berita acara dan salinan penetapan hasil penghitungan suara secara

nasional Anggota DPR, DPD dan DPRD dari KPU

(ix) Salinan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap

yang mempengaruhi perolehan suara partai politik peserta pemilu dan

calon anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan/atau DPRD kabupaten/

kota;

(x) Dokumen tertulis lainnya;

(xi) Bukti Surat atau tulisan tersebut memiliki keterkaitan langsung dengan

obyek perselisihan hasil pemilu yang dimohonkan ke Mahkamah

b. Keterangan saksi;

(i) Saksi resmi peserta Pemilu;

(ii) Saksi Pemantau Pemilu bersertifikat;

(iii) Saksi lain yang dipanggil Mahkamah;

Saksi dimaksud harus melihat, mendengar atau mengalami sendiri proses

penghitungan suara yang dimaksud;

c. Keterangan Ahli;

d. Keterangan Para Pihak;

e. Petunjuk; dan

f. Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Eelektronik;

6. Rapat Permusyawaratan Hakim

7. Putusan

Ada beberapa jenis putusan, yaitu sebagai berikut:

a. Permohonan tidak dapat diterima

Alasannya: permohonan tidak memenuhi sayarat sebagiaman disebut dalam pasal

3 ayat (1) dan/ atau Pasal 5 dan/atau Pasal 6 ayat (1);

b. Permohonan ditolak

Alasanyya permohonan terbukti tidak beralasan

c. Permohonan diterima

Alasannya permohonan terbukti beralasan dan selanjytnya Mahkamah

membatalkan hasil penghitungan suara Kpu seerta menetapkan hasil penghitungan

suara yang benar

15

Page 16: Penyelesaian sengketa pemilu di mahkamah konstitusi

F. Prosedur Pengajuan Perselisihan di Mahkamah Konstitusi

Para pihak atau yang disebut sebagai pemohon yang memenuhi ketentuan-ketentuan

sebagaimana yang sudah dipaparkan diatas, maka dapat mengajukan permohonan tersebut

yang secara administrasi ditujukan kepada bagian kepeniteraan Mahkamah Konstitusi, yang

memeriksa kelengkapan administrasi, misalnya keterangan lengkap dari pemohon, yang

ditulis dalam bahasa Indonesia, ditandatangani oleh pemohon atau kuasanya dalam 12 (dua

belas) rangkap, menguraikan secara jelas perihal yang menjadi dasar permohonannya dan

hal-hal lain yang diminta untuk diputuskan.

Untuk kepentingan itu, sebagaimana dijelaskan lebih rinci oleh pasal 5 ayat (4) Peraturan

Mahkamah Konstitusi No.04/PMK/2004. tentang Pedoman Beracara dalam Perselisihan

Hasil Pemilihan Umum yang menyatakan bahwa:

1. Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia oleh pemohon atau

kuasanya dalam 12 (dua belas) rangkap setelah ditandatangani oleh:

a. calon anggota Dewan Perwakilan Daerah peserta pemilihan umum atau kuasanya

b. pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden peserta pemilihan umum dan

kuasanya

c. Ketua umum dan Sekretaris Jenderal atau sebutan sejenisnya dari pengurus pusat

partai politik atau kuasanya.

Permohonan diatas harus memuat antaranya:

a. Identitas pemohon, yang meliputi: nama, tempat tanggal lahir/umur, agama,

pekerjaan, kewarganegaraan, alamat lengkap, nomor telepon/faksimili/telepon

seluler/email. Yang dihampiri dengan alat-alat bukti yang sah, antara lain

meliputi; foto copy KTP, terdaftar sebagai pemilih yang dibuktikan dengan kartu

pemilih, terdaftar sebagai peserta Pemilihan Umum (bagi partai politik dan

perseorangan calon anggota DPD).

2. Permohonan yang diajukan calon anggota Dewan Perwakilan Daerah dapat dilakukan

melalui faksimili atau e-mail dengan ketentuan permohonan asli sebagaimana

dimaksud diatas sudah harus diterima oleh Mahkamah Konstitusi dalam jangka

waktuu 3 (tiga) hari terhitung sejak habisnya tenggat.

3. Uraian yang jelas tentang:

a. Kesalahan hasil penghitungan suara yang diumumkan oleh Komisi Pemilihan

Umum dan hasil penghitungan yang benar menurut pemohon

16

Page 17: Penyelesaian sengketa pemilu di mahkamah konstitusi

b. Permintaan untuk membatalkan hasil penghitungan suara yang diumumkan oleh

Komisi Pemilihan Umum dan menetapkan hasil penghitungan suara yang benar

menurut pemohon.

4. Pengajuan permohonan harus disertai dengan alat bukti yang mendukung permohonan

tersebut, antara lain alat bukti surat, misalnya foto copy sertifikat hasil penghitungan

suara, foto copy sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan suara dalam setiap jenjang

penghitungan, atau foto copy dokumen-dokumen tertulis lainnya dalam rangkap 12

(dua belas) setelah 1 (satu) rangkap dibubuhi materai cukup dilegalisasi. Apabila

pemohon berkehendak mengajukan saksi dan/atau ahli, daftar dan curriculum vitae

saksi dan/atau ahli dilampirkan bersama-sama permohonannya.

5. Permohonan ini dapat dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 3X24 jam (tiga

kali dua puluh empat) sejak Komisi Pemilihan Umum mengumumkan penetapan hasil

pemilihan umum secara nasional. Pasal 74 ayat (3) UU No. 24 Tahun 2003 jo Pasal 5

ayat (1) Peraturan Mahkamah Konstitusi No. 04/PMK/2004. Namun, karena jangka

waktu pengajuan permohonan yang sangat singkat itu, maka cara pengajuannya juga

dimudahkan yaitu dapat melalui faksimili atau e-mail, dengan ketentuan bahwa

permohonan aslinya sudah harus diterima oleh Mahkamah Konstitusi dalam jangka

waktu 3 (tiga) hari terhitung sejak habisnya tenggat waktu. Permohonan yang masuk

diperiksa persyaratan dan kelengkapannya oleh Panitera Mahkamah Konstitusi.

Kewenangan Mahkamah Konstitusi telah diatur dalam Pasal 10 UU tahun 2003, dimana

dalam pasal tersebut, diatur bagaimana tata tertib beracara di Mahkamah Konstitusi dan

bagaimana mengajukan perkara oleh para pemohon yang ingin mengajukan permohonan,

baik dalam kasus yang bersifat konstitusional maupun kasus sengketa kewenangan antar

lembaga Negara yang diatur dalam UUD 1945.

Dalam pelaksanaan wewenangnya sebagai lembaga Negara yang memutuskan perkara

ditingkat awal dan pada tingkat akhir yang putusannya bersifat final dan mengikat,

Mahkamah Konstitusi.

17

Page 18: Penyelesaian sengketa pemilu di mahkamah konstitusi

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Pelanggaran Pemilu

Pelanggaran Pemilu adalah pelanggaran-pelanggaran terhadap Undang-undang

Pemilu yang dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua) pelanggaran yakni pelanggaran

pidana dan pelanggaran administrasi.

2. Sengketa Pemilu

Adalah perselisihan antara dua pihak atau lebih karena adanya perbedaan penafsiran

antar pihak atau suatu ketidaksepakatan tertentu yang berhubungan dengan fakta kegiatan

atau peristiwa hukum atau kebijakan, dimana suatu pengakuan atau pendapat dari salah

satu pihak mendapat penolakan, pengakuan yang berbeda, penghindaran dari pihak yang

lain, yang terjadi dalam penyelenggaraan Pemilu.

3. Sengketa Hasil Pemilu

Sengketa hasil pemilu adalah merupakan sengketa antar lembaga Negara yang

berkaitan dengan hasil Pemilu, dimana terjadinya salah penafsiran atau manipulasi pada

hasil pemilu.

4. Wewenang Mahkamah Konstitusi Dalam Menyelesaikan Sengketa Pemilu

Pembentukan Mahkamah Konstitusi dimaksudkan agar tersedia jalan hukum untuk

mengatasi perkara-perkara yang terkait erat dengan penyelenggaraan Negara dan

kehidupan politik. Proses Peradilan Mahkamah Konstitusi dalam Menyelesaikan

Sengketa Pemilu

18

Page 19: Penyelesaian sengketa pemilu di mahkamah konstitusi

DAFTAR PUSTAKA

Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara,Jakarta, rajawali pers, 2010

Maruarar Siahaan, Hukum Acara Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Konstitusi Press, 2005

Nurtjahjo, Hendra, Politik Hukum TataNegara Indonesia, Jakarta, PSHTN-FHUI,2004

Soedarsosno, Mahkamah Konstitusi Sebagai Pengawal Demokrasi: Penyelesaian Sengketa

Hasil Pemilu 2004 Oleh Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Sekeretariat Jendra Dan

Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, 2005

Soehino, Ilmu Negara, Yogyakarta, Liberty, 1998

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi

Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Beracara Dalam

Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah.

19