penyakit nd

57

Click here to load reader

Upload: utami-larasati

Post on 30-Nov-2015

298 views

Category:

Documents


37 download

DESCRIPTION

nd merupakan salah satu penyakit yang paling sering menyerang ternak

TRANSCRIPT

Page 1: penyakit nd

PENYAKIT ND

ND merupakan masalah besar dan momok bagi dunia peternakan, karena penyakit ini dapat menimbulkan angka kematian yang sangat tinggi (mencapai 100%) dan waktu penyebarannya yang sangat cepat, baik pada ayam ras, ayam buras maupun jenis unggas lainnya. Menurut para ahli, penyakit ini dapat menular pada manusia dengan gejala klinis conjunctivitis (radang konjunctiva mata) walaupun kasusnya sangat jarang dijumpai. Sedangkan pada unggas dan burung liar lainnya dengan gejala klinis berupa gejala syaraf, gejala pernafasan dan gejala pencernaan. Penyebab dan Kejadiannya Penyakit ND disebabkanoleh virus dari famili Paramyxoviridae dengan genus Pneumovirus atau Paramyxovirus, dimana virus ini dapat menghemaglutinasi darah. Penyakit ini pertama kali ditemukan oleh Doyle pada tahun 1926 didaerah Newcastle Inggris dan pada tahun yang sama Kraneveld menemukan virus penyakit ini di Bogor. Kejadian penyakit ini ditemukan di seluruh dunia, dimana menyerang seluruh jenis unggas termasuk burung liar. Virus penyakit ini dapat ditemukan pada organ-organ seperti alat pernafasan, syaraf dan pencernaan. Penyebaran Penyebaran penyakit ini biasanya melalui kontak langsung dengan ayam yang sakit dan kotorannya, melalui ransum, air minum, kandang, tempat ransum/minum, peralatan lainnya yang tercemar oleh kuman penyakit, melalui pengunjung, serangga, burung liar dan angin/udara (dapat mencapai radius 5 km). Virus ND ditemukan dalam jumlah tinggi selama masa inkubasi sampai masa kesembuhan. Virus ini terdapat pada udara yang keluar dari pernafasan ayam, kotoran, telur-telur yang diproduksi selama gejala klinis dan dalam karkas selama infeksi akut sampai kematian. Gejala Klinis Gejala penyakit ini dapat diamati melalui gejala pernafasan seperti bersin-bersin, batuk, sukar bernafas, megap-megap dan ngorok; gejala syaraf berupa sayap terkulai, kaki lumpuh (jalan terseret), jalan mundur (sempoyongan) serta kepala dan leher terpuntir (torticoles) yang merupakan gejala khas penyakit ini. Kemudian gejala pencernaan meliputi diare berwarna hijau, jaringan sekitar mata dan leher bengkak, pada ayam petelur produksinya berhenti, kalau sudah sembuh kualitas telurnya jelek, warna abnormal, bentuk dan permukaannya abnormal dan putih telurnya encer. Hal ini disebabkan oleh karena organ reproduksinya tidak dapat normal kembali. Umumnya kematian anak ayam dan ayam muda lebih tinggi dibandingkan ayam tua. Bedah Bangkai Untuk lebih meyakinkan bahwa suatu peternakan benar atau tidanya terserang ND, maka tindakan bedah bangkai adalah jalan terbaik dalam menegakkan diagnosa. Pada kasus ND hasil bedah bangkai berupa gejala khas penyakit ini, yaitu adanya bintik-bintik merah (ptechie) pada proventriculus (kantong depan ampela). Selain itu juga terjadi perubahan pada lapisan usus berupa pendarahan dan kematian jaringan (nekrosa). Pada organ pernafasan akan mengalami eksudasi dan kantong udaranya menipis. Penanggulangan Berhubung penyakit ND disebabkan oleh virus maka sampai saat ini belum ada satu jenis obat yang efektif dapat menyembuhkan penyakit ini. Penanggulangan penyakit ND hanya dapat dilakukan dengan dengan tindakan pencegahan (preventif) melalui program vaksinasi yang baik. Ada dua jenis vaksin yang dapat diberikan yaitu vaksin aktif dan vaksin inaktif. Vaksin aktif berupa vaksin hidup yang telah dilemahkan, diantaranya yang banyak digunakan adalah strain Lentogenic terutama vaksin Hitchner B-1 dan Lasota. Vaksin aktif ini dapat menimbulkan kekebalan dalam kurun waktu yang lama sehingga penggunaan vaksin aktif lebih dianjurkan dibanding vaksin inaktif. Program vaksinasi harus dilakukan dengan seksama dan diperhatikan masa kekebalan yang ditimbulkan. Vaksinasi pertama sebaiknya diberikan paling lambat hari ke-empat umur ayam, karena penundaan sampai umur dua minggu dan seterusnya akan menghilangkan kemampuan pembentukan antibodi aktif oleh antibodi induk, sebab pada umur tersebut antibodi induk sudah tidak berfungsi lagi. Program vaksinasi pada ayam pedaging sebaiknya dilakukan pada umur tiga hari dan vaksinasi lanjutan pada umur tiga minggu, sedangkan pada ayam petelur pada umur tiga hari, empat minggu, tiga bulan dan selanjutnya tiap empat bulan sesuai kebutuhan. Pemberian vaksin dapat dilakukan dengan cara semprot, tetes (mata, hidung, mulut), air minum dan suntikan. Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam melaksanakan vaksinasi diantaranya : · Vaksinasi hanya dilakukan pada ternak yang benar-benar sehat · Vaksin segera diberikan setelah dilarutkan · Hindari vaksin dari sinar matahari langsung · Hindari hal-hal yang dapat menimbulkan stress berat pada ternak · Cuci tangan dengan detergen sebelum dan sesudah melakukan vaksinasi Penutup Mengingat kerugian ekonomi yang ditimbulan oleh penyakit ND ini sangat tinggi maka

Page 2: penyakit nd

jalan terbaik dalam menanggulaninya adalah dengan menjalankan program manajemen yang ketat berupa program vaksinasi dan sanitasi lingkungan yang baik guna menghindari penyakit ini sehingga keuntungan akan dapat lebih meningkat.

 

 

PENYAKIT CRD

Berdasarkan data, kasus serangan peyakit unggas terutama ayam di tahun 2003 yaitu penyakit ngorok yang komplek atau sering juga disebut Chronic Respiratory Desease (CRD) komplek. Memang saat ini CRD komplek masih susah ditangani, padahal kerugian yang ditimbulkannya tidaklah sedikit. Hal ini dihubungkan dengan rendahnya laju pertumbuhan, tingginya angka kematian dan tingginya konversi ransum. Kerugian lain akibat CRD komplek adalah keseragaman bobot badan yang tidak tercapai dan banyaknya ayam yang harus diafkir, sehingga para peternak akan merugi.

CRD komplek merupakan gabungan penyakit dengan 2 (dua) komponen yaitu Mycoplasma galisepticum dan bakteri Escherichia coli. Faktor penentu menularnya penyakit ini adalah sistem pemeliharaan dengan suhu lingkungan yang tinggi yaitu panas atau dingin, kelembaban tinggi, kurangnya ventilasi, kepadatan ternak terlalu tinggi dan cara pemeliharaan yang berbagai umur. Biosecurity yang ketat dan pemilihan antibiotik yang spesifik merupakan langkah yang harus ditempuh untuk menyelamatkan ayam dari penyakit tersebut.

Penyakit ngorok atau CRD pada ayam ini merupakan suatu penyakit yang menyerang saluran pernafasan dimana sifatnya kronis. Disebut “kronis karena penyakit ini berlangsung secara terus menerus dalam jangka waktu lama (menahun) dan ayamnya tidak sembuh-sembuh”. Penyebab utamanya adalah keracunan Mycoplasma galisepticum, salah satu gejala khas CRD adalah ayam tersebut ngorok, sehingga peternak menyebutnya penyakit ngorok.

Sebagai penyakit tunggal, CRD jarang sampai menimbulkan kematian namun menimbulkan angka kesakitan yang tinggi. Di lapangan kasus CRD murni jarang ditemukan, yang sering ditemukan adalah CRD komplek, yaitu penyakit CRD yang diikuti oleh infeksi penyakit lainnya, terutama sering diikuti oleh bakteri Escherichia coli.

CRD komplek dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar. Penyakit ini dapat menyebabkan kematian. Selain itu, dapat menyebabkan pertumbuhan terhambat, mutu karkas jelek, produksi telur menurun, keseragaman bobot badan yang tidak tercapai dan banyaknya ayam yang harus diafkir juga semakin memperbesar biaya pengobatan.

Penyakit ngorok komplek pada ayam ini dapat berkomplikasi dengan mikroba penyakit lain seperti dengan penyakit tetelo atau New Castle Desease (ND), Infetious Bronhitis (IB) dan E. coli. CRD dapat menyerang ayam pada semua umur dengan angka penularan yang cepat.

Penyebab penyakit ini, bisa terdapat di ayam yang sehat, dimana ayam tersebut disebut ayam pembawa penyakit (carier). Ayam yang terserang CRD saat daya tahan tubuhnya menurun pada waktu stress seperti pindah kandang, kedinginan, vaksinasi, potong paruh, ventilasi jelek, litter lembab, kadar amonia tinggi atau ayam terserang penyakit lain.

Kerugian akibat CRD komplek diantaranya adalah kegagalan vaksinasi, karena CRD komplek bersifat immunosupressant ( menekan kekebalan), terhambatnya pertumbuhan, tingginya angka kematian, tingginya biaya pengobatan dan meningkatnya konversi ransum.

Untuk memberantas CRD komplek ini tidak gampang. Caranya adalah dengan melakukan pengobatan yang tepat, melakukan hal yang dapat menyebabkan putusnya mata rantai penyebab terjadinya CRD komplek. Misalnya kita harus menjaga masuknya agent penyakit ke dalam tubuh ayam, selain itu para peternak harus mempertahankan kesehatan ayamnya dengan memberikan multivitamin dan juga para peternak harus memelihara lingkungan kandang supaya segar dan sehat,

Page 3: penyakit nd

tentunya tidak pengap, ventilasi cukup dan tidak lembab. Selain itu kepadatan kandang harus selalu diperhatikan, sehingga udara bersih selalu terjamin. Suhu kandang yang terlalu panas juga dapat menyebabkan meningkatnya nafsu minum dan menurunnya nafsu makan. Dengan meningkatnya nafsu minum, maka akan merangsang peningkatan urinasi dan litter menjadi basah, sehingga konsentrasi ammonia tinggi dan dapat menyebabkan gangguan pernafasan, akhirnya ayam akan rawan terhadap CRD komplek.

Suatu strategi dalam melakukan pengendalian CRD komplek yang efektif adalah dengan melakukan pemeriksaan terhadap anak ayam umur 1 (satu) hari atau sering disebut dengan Day Old Chick (DOC) dari pembibitnya, hasil diagnosa yang tepat bersamaan dengan biosecurity yang efektif dan pelaksanaan tatalaksana pemeliharaan yang baik. Adapun cara-cara melakukan pengendalian CRD komplek yaitu (1) memperbaiki tatalaksana kandang, (2) melakukan sanitasi air minum yang baik, (3) melakukan pengobatan yang tepat dan (4) melaksakan biosecurity yang ketat.

Langkah-langkah untuk melakukan biosecurity yang ketat antara lain (1) melakukan pengafkiran pada ayam yang terinfeksi, (2) membersihkan kandang dengan tekanan air yang tinggi serta melakukan penyemprotan kandang dengan memakai desinfektan, (3) kosongkan kandang minimal 2 (dua) minggu setelah kandang dibersihkan, (4) pengontrolan lalu-lintas dengan mengontrol kendaraan yang keluar masuk lokasi peternakan.

Dari uraian tersebut di atas maka dapat disimpulkan apabila peternakan anda terkena CRD komplek, yang perlu diperhatikan adalah (1) menekan kadar amonia dan debu yang ada di kandang, dengan melakukan perbaikan pada kondisi kandang, mengurangi kepadatan kandang, perhatikan tatalaksana litter, ventilasi kandang dan pengaruh lingkungan, (2) pemeliharaan ayam harus dilakukan secara all-in all-out, (3) melakukan pemilihan obat yang tepat dan kita harus memperhatikan faktor resistensi dari kuman.

Harapan penulis, apabila peternakan anda terkena CRD komlpek, jangan panik, lakukanlah penanganannya seperti yang sudah penulis uraikan.

http://tmtnews.wordpress.com/penyakit-ayam/( Junaidi karo karo kacaribu ) 2008

Penyakit Bumble Foot pada Ayam Di tulis Oleh © Admin:Informasi peternakan ayam Jumat, 12 Februari 2010

7

Di dalam dunia peternakan unggas terutama ayam, apakah itu ayam broiler atau pun ayam breeder dan maupun ayam layer petelur, kita sebagai peternak sering sekali di rong-rong oleh berbagai banyak penyakit yang setiap saat bisa menyerang peternakan ayam kita, jika tidak di mengerti atau tidak di atasi dari pemahaman kita terhadap berbagai penyakit, maka kegagalan produksi akan sangat terhambat.

Di dalam catatan ini saya akan berbagi pemahaman mengenai sebuah penyakit ayam yang sering terjadi pada organ tubuh ayam di bagian kaki, penyakit ini sangat di kenal dengan istila bumble foot disease, penyakit kangker pada bagian kaki ayam,  penyakit ini adalah penyakit yang di sebabkan oleh infeksi pada bagian kaki (pada awalnya) bisa di katakan atau di kategorikan kangker ganas juga.

Biasanya penyakit ini sangat sering di temukan di peternakan ayam breeder ataupun layer, karena penyakit bumble foot sering terjadi pada ayam yang sudah menginjak usia 25 minggu sampai 40 ( tahap keganansan) karena pada usia ini lah sering terdapat ayam yang sudah terinfeksi bakteri, dan pada usia ayam menginjak 41 minggu sampai 65 minggu bisa di katakan 25 percent dari jumlah

Page 4: penyakit nd

ayam sakit pada usia 25 mggu sampai 40 minggu.

Penyakit bumble foot dapat di kategorikan dalam 3 tahap.

1. tahap pertama adalah, di karenakan ayam atau pun burung lama bertengger di tenggeran yang tidak sesuai, yang akan mengakibatkan luka pada pad atau dampal kaki ayam, tanda kemerahan akan timbul dalam beberapa waktu kedepan, maka dengan memberikan cream pada kaki ayam adalah langkah paling baik pada masa itu.

2. tahap serius, pada tahap serius, bagian kaki ayam yang memerah warna nya akan semakin meluas, mengakibatkan ke tidak stabilan pada kaki ayam, untuk kategori ini bisa menggunakan antibiotik untuk pengobatan. 3. tahap fatal. dalam tahap ini, bumble foot dengan ukuran yang lebih besar bisa mengakibatkan ayam lumpuh dan jika tidak di tangani dari awal bisa mengakibatkan kematian.

Akibat dari penyakit bumble foot ini adalah

1. Berat badan ayam akan drastis menurun pada saat satu sampai 2 minggu (terhitung dari terjangkit nya infeksi)

2. Ayam akan hilang selera makan 3. Kaki ayam tidak bisa berfungsi dengan baik (pincang) dan lambat laun ayam yang kita

andalkan sebagai panghasil telur, akan beralih ke ayam unproductive (ayam yang tidak bisa menghasilkan telur), kenapa?? karena ayam sakit dan jika tidak di rawat, maka ayam akan mati. Ciri-Cirinya:

Seperti di uraikan di  atas tadi, Pertama-tama kaki ayam pada bagian jari2 kaki terlihat warna memerah dan bila di pegang akan terasa sedikit panas,

Lambat laun kian hari kian membengkak dan masih terus berwarna merah, Setelah dalam hitungan 3 sampai 4 minggu (terhitung dari terjadinya infeksi) akan berubah menjadi gumpalan nanah dan akan semakin mengeras pada bagian telapak kaki ayam yang menghidap penyakit tsbt.

http://www.muksin.com/2010/02/penyakit-bumble-foot-pada-ayam.html

Penyakit marek's pada unggas Ditulis oleh Admin    Monday, 30 June 2008 EtiologiMarek's pada unggas disebabkan oleh Virus herpes onkogenik

Kejadian dan kepentingan ekonomispenyakit marek tersebar luas diseluruh dunia dan menyerang ayam pada umur 5-35 minggu.penyakit ini disebabkan oleh galur virus yang sangat patogenik (vvMD) yang bertanggung jawab terhadap wabah akut dengan angka kematian hingga 50%, terutama pada ayam tertular dan tidak dikebalkan hingga umur 60 minggu.

Page 5: penyakit nd

virus penyakit marek bertanggung jawab terhadap pembentukan tumor syaraf(neural)dan organ dalam (viseral). Agennya bersifat imunosupresif dan ayam-ayam yang terkena penyakit ini peka terhadap berbagai infeksi virus dan bakteri.

 

 

Cara penularanpenularan virus marek terjadi secara horizontal. Virus ini tahan terhadap pengaruh lingkungan dan dapat bertahan hidup sangat lama didalam kandang, terutama apabila pembersihan kandang (dekontaminasi) setiap siklus produksi tidak dilaksanakanayam-ayam yang terinfeksi akan melepaskan debu dari bulu yang tercemar virus dan disebarkan oleh angin, peralatan dan petugas kandang

Gejala klinisapabila menyerang syaraf perifer akan terjadi paresis (kelemahan) pada kaki atau sayap yang berlanjut menjadi paralisis

Perubahan patologipembesaran folikel bulu akan terlihat pada kulit ayam pedaging yang sudah dicabut bulu dan diAmerika serikat Kanada dan Eropa, hal ini mengakibatkan pengafkiran daging ayam tersebut.lesi karakteristik meliputi pembesaran syaraf perifer dari plexus sendi paha dan sendi lengan (plexus ischiadicus dan brachialis)kadang dijumpai pula lesi viseral dan ginjal mata lambung kelenjar dan organ lainnya dapat terkena. Selain itu juga biasanya dapat dijumpai adanya perubahan pada pupil mata yang sering disebut dengan gray eye

 

 

Page 6: penyakit nd

 

Diagnosapenampakan umum dari lesi syaraf biasanya menciri pada penyakit marek.pemeriksaan histologis syaraf dan lesi viseral akan menunjukkan proliferasi limfosit yang karakteristikvirus penyebabnya dapat diisolasi dan diidentifikasi dengan mengirimkan jaringan yang terinfeksi ke laboratorium yang diperlengkapi dengan teknik pembiakan jaringan spesifik

Pencegahandengan melakukan vaksinasi marek's, sedangkan bagi para peternakan melakukan sistem all in all out

Penyakit marek's pada unggas Ditulis oleh Admin    Monday, 30 June 2008 EtiologiMarek's pada unggas disebabkan oleh Virus herpes onkogenik

Kejadian dan kepentingan ekonomispenyakit marek tersebar luas diseluruh dunia dan menyerang ayam pada umur 5-35 minggu.penyakit ini disebabkan oleh galur virus yang sangat patogenik (vvMD) yang bertanggung jawab terhadap wabah akut dengan angka kematian hingga 50%, terutama pada ayam tertular dan tidak dikebalkan hingga umur 60 minggu.virus penyakit marek bertanggung jawab terhadap pembentukan tumor syaraf(neural)dan organ dalam (viseral). Agennya bersifat imunosupresif dan ayam-ayam yang terkena penyakit ini peka terhadap berbagai infeksi virus dan bakteri.

 

 

Page 7: penyakit nd

Cara penularanpenularan virus marek terjadi secara horizontal. Virus ini tahan terhadap pengaruh lingkungan dan dapat bertahan hidup sangat lama didalam kandang, terutama apabila pembersihan kandang (dekontaminasi) setiap siklus produksi tidak dilaksanakanayam-ayam yang terinfeksi akan melepaskan debu dari bulu yang tercemar virus dan disebarkan oleh angin, peralatan dan petugas kandang

Gejala klinisapabila menyerang syaraf perifer akan terjadi paresis (kelemahan) pada kaki atau sayap yang berlanjut menjadi paralisis

Perubahan patologipembesaran folikel bulu akan terlihat pada kulit ayam pedaging yang sudah dicabut bulu dan diAmerika serikat Kanada dan Eropa, hal ini mengakibatkan pengafkiran daging ayam tersebut.lesi karakteristik meliputi pembesaran syaraf perifer dari plexus sendi paha dan sendi lengan (plexus ischiadicus dan brachialis)kadang dijumpai pula lesi viseral dan ginjal mata lambung kelenjar dan organ lainnya dapat terkena. Selain itu juga biasanya dapat dijumpai adanya perubahan pada pupil mata yang sering disebut dengan gray eye

 

 

 

Diagnosapenampakan umum dari lesi syaraf biasanya menciri pada penyakit marek.pemeriksaan histologis syaraf dan lesi viseral akan menunjukkan proliferasi limfosit yang karakteristikvirus penyebabnya dapat diisolasi dan diidentifikasi dengan mengirimkan jaringan yang terinfeksi

Page 8: penyakit nd

ke laboratorium yang diperlengkapi dengan teknik pembiakan jaringan spesifik

Pencegahandengan melakukan vaksinasi marek's, sedangkan bagi para peternakan melakukan sistem all in all out

http://www.vet-klinik.com/Perunggasan/marek-s-pada-unggas.html

Pengantar penyakit pada unggasPosted by blogdhar on April 22nd, 2011

Ternak unggas memegang peranan penting daLam penyediaan protein hewani di Indonesia. Pada tahun 2004 produksi daging unggas sebesar 1164,40 ribu ton memberikan jkontribusi sebanyak 60,29 persen terhadap produksi daging nasional. Ayam pedaging merupakan produsen utama daging unggas yaitu mencapai 67,04 persen disusul bereturut-turut oleh ayam kampung, ayam petelur (afkir) dan itik sebesar masing-masing 27,01; 4,04 dan 1,91 persen.Di samping itu unggas juga memberikan kontribusi yang sangat berguna dalam bentuk produksi telur. Produksi telur dari ayam mencapai 666,40 ribu ton merupakan 63,38 persen dari total produksi telur nasional yang mencapai 1051,40 ribu ton (DEPTAN 2004)

Kesehatan merupakan saLah satu factor  yang berpengaruh terhadap peningkatan produktifitas ayam. Ternak yang sakitdapat mengganggu kesehatan, menurunkan produktifitas ternak dan menyababkan kematian.

Penyakit dapat diartikan sebagai hilangnya keadaan tubuh yang sehat. Sedangkan sehat itu sendiri yaitu kondisi dimana di dalam tubuh ternak berlansung proses-proses tubuh normal, baik proses fisis, kimiawi, biokimiawi, dan fisiologis normal. Seekor  ternak juga bias dikatakan sehat apabila di dalam tubuhnya dalam keaadan seimbang atau harmonis baik dengan lingkungan internal maupun eksternalnya. Setiap gangguan tehadap fungsi-fungsi tubuh yang normal dapat dinyatakan sebagai penyakit.

Untuk mempertahankan kesehatan ternak, peternak harus memelihara kondisi tubuh ternak. Segala hal yang dapat mengganggu kesehatan harus di tanggulangi dengan baik, agar tidak berakibat fatal.

Banyak hal yang dapat menyebabkan ternak sakit (etiologi penyakit) selain akibat factor adanya infeksi mikroorganisme atau parasit yang non infeksius. Penyakit infeksius adalah masuknya mikroorganisme atau parasit ke dalamtubuh ternak infeksi). Mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit adalah golongan virus,bakteri dan jamur. Sedangkan parasit internal yang sering mengganggu kesehatan ternak. Seperti cacing , protozoa dan parasit eksternal seperti lalat, nyamuk , tungau, kutu dan caplak. Etiologi penyakit non infeksius adalah penyakit yang bukan akibat infeksi organism penyebab penyakit (pathogen) akan tetapi akibat kelainan genetis, nutrisi, mekanis, suhu, elektromagnetik, racun (toksis), metabolis dan lain sebagainya.

Page 9: penyakit nd

Penyakit genetic adalah penyakit yang diturunkan dari tetua (grandparents) kepada keturunanya akibat adanya gen yang menyimpang. Contoh dari penyakit ini adalah adanya kaki lebih dari 2 atau kaki pengkor.

Penyakit nutrisi umumnya akibat terjadinya definisiensi zat-zat gizi (nutrien) yang di butuhkan ternak. Defisiensi terjadi akibat asupan nutrisi yang kurang, kerusakan nutrien atau adanya gangguan di saluran pencernaan yang menyebabkan penyerapan nutrisi berkurang. Hal terakhir dapat terjadi akibat adanya cacing parasit di usus halus. Salah satu contoh penyakit nutrisi adalah kekurangan asupan mineral kalsium dan fosfor atau ketidaksembangan kedua jenis mineralini pada kawanan ayam yang masih muda menimbulkan penyakit rakhitis.

Etiologi penyakit dapat terjadi akibat gabungan berbagi factor yang saling berhubungan sehingga susah untuk memisahkannya, seperti misalnya penyebab penyebab penyakit elektromagnetis dan suhu. Oleh karena sinar matahari yang sangat panas dapat meningkatkan suhu di dalam kandang sehingga menimbulkan ternak bernafas megap-megap (hypernea atau pating). Keadaan tersebut dapat terjadi pada ayam dewasa apabila suhu udara melampui 30 Cesesius.

Ada 3 faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit infeksius.yaitu factor inang (ternak); organism penyebab penyakit (pathogen) dan lingkungan.

Ternak yang mempunyai pengalaman infeksi atau  yang sudah mengalami ,umumnya akan lebih tahan terhadap infeksi berikutnya. Menurut Soulsby (1982), ayam-ayam yang pernah mengalami  infeksi cacing A.galli biasanya akan lebih tahan terhadap infeksi berikutnya. Demikian juga hasil penelitian Zalizar et.al (2007), kelompok ayam yang mempunyai pengalaman infeksi A.galli dengan dosis ringan di masa starter menyebabkan ayam lebih tahan terhadap akibat burukinfeksi ulang di masa layer. Hal ini terlihat dari konsumsi pakan, konversi pakan, berat telur, nilai Haugh Unit dan tebal kerabangnya kelompok ini tidak berbeda dengan kelompok control.

http://blogdharma.com/pengantar-penyakit-pada-unggas2011

You are here: Home / Info / Menghadapi Penyakit Marek Pada Ayam

Menghadapi Penyakit Marek Pada AyamFebruary 13, 2011 By nursolehudin Leave a Comment

Penyakit Marek tidak pandang bulu. Ayam ras petelur maupun ayam ras pedaging diserang. Namun untuk kenal tanda-tanda penyakit Marek butuh jam terbang. Kerugian ekonomis yang disebabkan oleh penyakit Marek adalah :

1) Mortalitas/angka kematian tinggi (dapat mencapai 30% atau lebih);

2) Pengafkiran ayam lebih dini;

3) Produksi telur buruk;

4) Penampilan umum buruk dan

5) Biaya vaksinasi dan tenaga kerja.

Penyakit Marek menyerang organ dalam tubuh ayam. Penyebabnya adalah virus Marek. Ayam muda mati secara cepat dan angka kasusnya tinggi. Kini, yang menyerang adalah penyakit Marek bentuk ringan. Berbagai catatan lapangan menunjukkan ayam bisa terserang pada umur 4 minggu atau lebih. Paling banyak pada umur 12 14 minggu. Ayam yang terserang organ dalamnya secara akut (mendadak) sebagian besar depresi sebelum mati. Sebagian tanpa gejala tertentu.  Gejala umum terserang Marek adalah : Kelumpuhan pada satu atau dua kaki atau sayap, ayam mengalami dehidrasi (kehilangan cairan tubuh) sehingga ayam menjadi kurus kering,

Page 10: penyakit nd

Proventrikulus mengalami tumor, limpa, hati dan ginjal membesar, kepala yam bisa menggantung dan meluntir, tembolok melebar dan sulit bernafas, pucat, berat badan turun, tidak punya nafsu makan dan diare. Salah satu pembawa penyakit Marek dan penyakit lainnya pada ayam, seperti Salmonelosis, Cacar ayam, Koksidosis dan ND (Newcasle disease) yaitu hewan kumbang. Virus Marek yang betah pada lingkungan buruk, ‘dipelihara’ oleh kumbang dalam tubuhnya. Ketika dikonsumsi oleh ayam, kumbang membawa kuman penyakit ini. Dengan mudah bibit penyakit Marek pindah dari tubuh kumbang ke tubuh ayam. Marek pun menjalar. Munsulnya kumbang di peternakan, sangat mudah terjadi. Kumbang dewasa maupun larva (yang dikenal sebagai cacing penghancur tanaman) sangat menyukai pakan unggas, padi-padian dan biji-bijian yang basah, lembab, berjamur dan kondisinya buruk. Tempat yang disukai adalah litter yang kondisinya buruk, basah dan lembab sangat mudah menjadi sarang penyakit, ataupun vektor pembawa bibit penyakit seperti cacing, tungau, kutu caplak. Kumbang juga sangat suka bersembunyi pada celah-celah sempit antar ruas-ruas kayu kandang pemeliharaan kandang. Untuk mengatasi kumbang penyebar virus Marek dan kuman penyakit yang lain ini, peternak harus memperketat biosekuritas dan sanitasi/kebersihan lingkungan. Ada yang mencuci kandang dengan desinfektan pembunuh ektoparasit. Mereka juga membabat rumput sekitar kandang, karena bisa menjadi tempat ‘mangkal’ kumbang yang tak terduga. Kumbang suka makan sisa-sisa tanaman dan bahan oraganik lainnya. Dengan kata lain, para peternak harus menghilangkan atau membasmi kumbang dari kandangnya.

Cara pencegahan terhadap penyakit Marek dan penyakit lain, selain dengan menjaga kebersihan/sanitasi kandang dengan memperketat biosekuritas, juga dengan meningkatkan kekebalan tubuh ayam dengan melakukan vaksinasi Marek dan pemberian pakan tambahan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ayam secara lengkap. Viterna merupakan pakan tambahan yang sangat tepat bagi ayam, karena mengandung protein, vitamin dan mineral yang sangat berperan dalam menjaga kestabilan metabolisme tubuh ayam, sekaligus Viterna berperan dalam mempercepat pertumbuhan ayam sehingga produktivitas ayam dapat maksimal. Dosis pemberian Viterna adalah 1 tutup botol Viterna dicampurkan 10 liter air minum diberikan setiap hari untuk ayam pedaging, dan setiap 3 hari sekali untuk ayam petelur.

Incoming search terms:

penyakit ayam ras analisis penyakit koksidosis pada unggas penyakit pada ayam broiler penyakit pada unggas tanda gejala penyakit marek penyebab caplak pada ayam penyebab kelumpuhan pada ayam penyakit pada ayam kurang selera makan tembolok membesar pada broiler penyakit marek pada unggas penyakit marek 2011 mengobati tembolok membesar Mengobati tembolok besar pada ayam potong mengobati kelumpuhan pada ayam mengatasi kelumpuhan pada ayam Mengatasi cacingan pada broiler Desinfektan untuk peternakan ayam jadi kurus VIRUS MAREK

Page 11: penyakit nd

Posts Related to Menghadapi Penyakit Marek Pada Ayam

Dapat Menekan Kematian Ayam

Awal mula beternak ayam sejak tahun 1991 sampai dengan sekarang. Saat ini saya melakukan ujicoba pada ayam pedaging sejumlah 500 ekor dari 2000 ekor yang ...

Bagaimana Ayam Dapat Tumbuh Cepat

Bagaimana Ayam Dapat Tumbuh Cepat   Pada masa kini, ayam khususnya ayam negeri atau biasa disebut ayam ras seperti ayam broiler dapat tumbuh dengan cepat, ...

Ternak Ayam Pedaging (Broiler)

Ternak Ayam Pedaging (Broiler)   I. Pendahuluan Ternak Ayam Pedaging (Broiler) adalah ayam ras yang mampu tumbuh cepat sehingga dapat menghasilkan daging dalam waktu relatif ...

Viterna

Viterna Viterna Plus merupakan suplemen pakan ternak yang diolah dari berbagai macam bahan alami (hewan dan tumbuhan), memberikan zat-zat yang sangat diperlukan ternak untuk : ...

Menghindari Itik Dari Serangan Penyakit

Menghindari Itik Dari Serangan Penyakit   Itik merupakan salah satu ternak unggas yang memiliki potensi yang luar biasa untuk memenuhi kebutuhan sumber protein pada makanan ...

http://www.pupukorganiknasa.com/2011/02/menghadapi-penyakit-marek-pada-ayam/

penyakit ngorok pada ayam pedaging Di tulis Oleh © Admin:Informasi peternakan ayam Selasa, 22 Februari 2011

17 Penyakit ngorok CRD atau CRD komplek, sering kali dan kerap di temukan pada ayam broiler, atau ayam pedaging.Baca artikel sebelumnya di sini

Page 12: penyakit nd

Anak-anak ayam yang masih dalam broodingTapi bukan berarti ayam jenis lain tidak menghidap penyakit CRD ini, mengikut perbandingan antara ayam broiler dan ayam petelur yang terserang penyakit CRD.

Untuk ayam broiler atau ayam pedaging penyakit CRD masih menduduki posisi pertama  (yang sering menyerang ayam pedaging)

Berikut urutan penyakit yang sering menyerang ayam pedaging:

1. CRD komplek 20.32% 2. CRD 19.36% 3. Korisa 17.97% 4. colibacillosis 14.12% 5. Gumboro 8.24 % 6. Koksi 4.49% 7. ND 3.85% 8. leucocytozoonosis 3.21% 9. Kolera 2.14 % 10. AI 2.03%

Seperti kita lihat data yang ada di atas bahwa penyakit ngorok CRD kompleks masih terlihat unggul dari penyakit yang lain nya.

dan kita banding kan dengan penyakit CRD kompleks yang menyerang ayam petelur.Kolera 17.19%korisa 13.6%ND 13.29%cacingan 11.15%CRD 10.08%colibacillosis 7.26%CRD komplek 3.97%Gumboro 3.74%ILT 2.98%IB 2.9%

Dalam tangga penyakit yang menyerang ayam peleur menunjukan bahwa penyakit ganas ngorok CRD komplek menduduki urutan ke-7.

Page 13: penyakit nd

Ayam Dewasa

Jadi kesimpulan dari data di atas bahwa penyakit CRD kompleks "yang berbahaya itu" pada ayam dewasa atau ayam petelur tidak sampai menimbulkan kematian yang terlihart secara signifikan.walaupun kadar kesakitan terhadap ayam tersebut sangat tinggi.

jadi berhati2 lah terhadap penyakit ngorok pada ayam broiler,

jadi harus di anggap serius jika terjadi kelainan prilaku ayam atau kondisi ayam yang terkadang terlihat sederhana dan tidak berbahaya.

seperti pada penyakit ngorok tadi, terkadang seorang peternak banyak yang menganggap penyakit ngorok adalah penyakit ringan dan seperti hal yang sudah biasa, sering kali tidak di ambil tindakan yang serius untuk di tangani. kenali penyakit2 ayam di sini

walaupun demikian penyakit ngorok sangat mudah untuk di deteksi dan di ketahui ayam tersebut ngorok.coba saja untuk contoh, mati kan lampu [pada malam hari] atau periksa ayam ketika ayam tersebut sedang tidur.

kalau ayam broiler tersebut tidurnya bersuara atau seperti mendengkur, berarti menandakan bahwa ayam tersebut sudah terkena penyakit ngorok.

alangkah baiknya segera lah anda memberikan antibiotik yang bisa mencegah penyakit ngorok tersebut, dan jika tidak di ambil tindakan yang baik, di takutkan penyakit E.coli akan masuk kedalam tubuh ayam dan menjangkit secara perlahan dan akan terjadilah penyakit yang sangat berbahaya yang di sebut dengan CRD komplek.

jadi untuk pemilihan obat CRD komplek , yang saya pernah gunakan adalah produksi dari medion maaf bukan promosi, hanya sekedar berbagi saja, dan sangat gampang untuk di dapatkan di poultry shop terdekat anda, misalnya:

1. Doxityn 2. Trimezyn 3. Respiratrek 4. neo meditril 5. Doctril 6. Gentamin 7. dan lain lain

Page 14: penyakit nd

anda bisa memilih salah satu obat2 antibiotik tersebut dan ikuti cara pemakaian nya seperti yang telah di rekomendasikan oleh pabrik pembuat obat untuk penyakit ngorok tersebut.

dan sangat di anjurkan sekali bahwa setiap 4 periode pemeliharaan, pemakaian obat2 atau antibiotik harus di lakukan penggantian, maksudnya untuk mencegah terjadinya resistensi obat pada ayam.http://www.muksin.com/2011/02/penyakit-ngorok-pada-ayam-pedaging.html

Penyakit ayam yg disebabkan oleh virus   Administrator on Sun Oct 18, 2009 10:50 am

Page 15: penyakit nd

Penyakit Virus Pada AyamSumber: TRUBUS no. 201 / Tahun XVII

Berbagai jenis penyakit virus mudah sekali menular, dan banyak diantaranya sangat ditakuti peternak karena keganasannya. Sampai saat ini belum ditemukan obat yang efektif untuk menyembuhan penyakit yang disebabkan oleh virus.

Ayam mudah diternak, tapi sangat rawan terhadap penyakit. Di antara berbagai jenis penyakit menular yang banyak mengancam, penyakit menular yang disebabkan oleh virus merupakan jenis penyakit yang paling ditakuti. Virus lebih lembut dari bakteri, karena jasad renik inibisa tembus dari saringan bakteri. Ia tidak bisa dilihat dengan mikroskop biasa. Untuk melihatnya secara jelas diperlukan foto dengan mempergunakan mikroskop elektron.

Penyakit virus mudah sekali menular. Baik secara kontak langsung maupun lewat perantara benda-benda lain. Misalnya udara, air minum, makanan, dan alat-alat peternakan yang tercemar. Di antara berbagai jenis penyakit akibat virus yang sering merugikan peternakan ayam antara lain adalah tetelo alias ND (New Cattle Desease), cacar unggas alias Fowl Pox, leukosis, lumpuh marek alias marek's disease, gumboro alias infectious bursal disease, salesma ayam alias infectious laryngotracheitis, dan kini flu burung, dll. Berikut akan dijelaskan beberapa penyakit yang diakibatkan oleh virus.

1. Tetelo adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dari golongan Paramixovirus. Keganasannya tergantung dari strain atau tipenya. Penyakit ini menyerang alat pernafasan, susunan dan jaringan syaraf, serta alat-alat reproduksi telur. Yang ganas cepat sekali menular, dan seringkali menimbulkan kematian secara mendadak.

2. Cacar unggas adalah penyakit bercak-bercak kulit yang disebabkan oleh virus Borreliota avium. Menyerang rongga mulut, hulu tenggorokan, daerah sekitar mata, jengger dan pial. Selain secara kontak langsung, penyakit ini bisa meluar lewat perantaraan nyamuk dan lalat.

3. Leukosis adalah penyakit tumor menular yang bersifat menahun. Penyebabnya adalah virus leukosis. Gejala dimulai dengan timbulnya pertumbuhan abnormal pada sel-sel darah putih. Tumor yang menyerang jaringan syaraf akan menimbulkan kelumpuhan pada leher, sayap dan kaki. Yang menyerang mata akan membuat bentuk mata tidak normal, rabun atau buta sama sekali. Yang menyerang organ bagian dalam (hati, ginjal, limpa dan ovarium) akan membuat ayam berjalan tegak seperti itik, dan penyakitnya disebut big liver disease. Akibatnya hati akan membengkak 3 sampai 4 kali normal, kotorannya encer, tubuh kurus, jengger dan pial pucat berkerut.

4. Lumpuh marek adalah penyakit lumpuh yang disebabkan oleh virus herpes. Menyerang anak ayam berumur 1-5 bulan. Gejalanya ditandai kejang lumpuh dengan kaki satu ke depan dan kaki lainnya kebelakang. Selain itu juga menimbulkan pembesaran yang mencolok pada syaraf dan timbulnya tumor pada organ dalam, kulit dan otot.

5. Gumboro adalah penyakit yang menyerang bursa fabricii (kelenjar bulat terletak di atas kloaka), penyebabnya adalah virus gumbaro. Anak ayam umur 1-12 hari yang terkena penyakit ini tidak begitu nampak tanda-tandanya. Tapi anak ayam umur 3-6 minggu akan menunjukkan gejala yang khas. Anak ayam tampak lesu, mengantuk, bulu mengkerut, bulu sekitar dubur kotor, mencret keputih-putihan, dan duduk dengan sikap membungkuk. Suka mematuki duburnya sendiri, sehingga menimbulkan luka dan pendarahan. Ayam yang mati bangkainya cepat sekali membusuk.

6. Salesma ayam adalah penyakit yang disebabkan virus avium. Menyerang saluran pernafasan. Gejalanya sesat nafas, batuk-batuk, mata dan hidung meradang berair, dan sulit bernafas karena adanya lendir berdarah dalam rongga mulut. Bila benafas kepala ditegakkan, dan waktu

Page 16: penyakit nd

mengeluarkan nafas kepala ditundukkan dengan mata terpejam. Penyakit ini bersifat akut.

Obat yang efektif untuk menyembuhkan penyakit virus sampai saat ini belum ada. Tapi pengobatan dengan antibiotika atau kombinasi dengan obat-obatan lain tetap diperlukan untuk mencegah terjadinya komplikasi dengan penyakit yang lain. Dan karena tak adanya obat yang mampu menyembuhkan penyakit virus, alangkah bijaksananya sebelum penyakit berbahaya ini terjadi, peternak melakukan tindak pencegahan. Caranya antara lain adalah melakukan tata laksana pemeliharaan yang baik, melaksanakan vaksinasi pada saat yang tepat, dan hindarkan terjadinya stress pada ternak.http://papaji.forumotion.com/t566-penyakit-ayam-yg-disebabkan-oleh-virus

Jual Prebiotik| probiotik| protexol (penghilang bau kandang), anti lalat pada kandang

Follow me on Twitter RSS Feeds

Home ANTI LALAT ANTI BAU KANDANG -PEMESANAN- DAFTAR PRODUK KONSULTASI

« Memijah/ Mengawinkan Ikan Lele DumboPENYAKIT SWOLLEN HEAD SYNDROME (SHS) PADA BROILER DAN LAYER »

Page 17: penyakit nd

Penyakit Colibacillosis (akibat bakteri E. Coli) Pada Ayam

Colibacillosis

Colibacillosis pada ayam adalah penyakit lokal atau sistemik yang sebagian atau seluruhnya disebabkan oleh Escherichia coli, termasuk koliseptisemia, koligranuloma, air sac diseases, avian cellulites, swollen head syndrome, peritonitis salfingitis,  osteomyelitis/ synovitis,    panophtalmitis dan  omphalitis atau  infeksi kantong kuning telur. (Barness dan Gross, 1997).

Escherichia coli diisolasi pertama kali pada tahun 1885 oleh Buchner dan secara lengkap diuraikan oleh Theobald Escherich pada tahun 1882 (Gyles, 1983). Meskipun kebanyakan diantaranya nonpatogen, beberapa diantaranya menyebabkan infeksi ekstra intestinal (Aiello, 1998). Escherichia coli merupakan penghuni normal saluran pencernaan unggas. Adanya Escherichia coli dalam air minum merupakan indikasi adanya pencemaran oleh feses. Dalam saluran pencernaan ayam normal terdapat 10-15% bakteri Escherichia coli patogen dari keseluruhan Escherichia coli(Barness dan Gross, 1997). Dalam individu yang sama, Escherichia coli dalam usus tidak selalu sama dengan yang diisolasi dari jaringan lain (Tabbu, 2000).

Bakteri Escherichia coli dapat ditemukan dalam liter, kotoran ayam, debu atau kotoran dalam kandang. Debu dalam kandang ayam dapat mengandung 105sampai 106 Escherichia coli per gram (Tabbu, 2000). Menurut Barness dan Gross (1997), bakteri ini dapat bertahan lama dalam kandang, terutama dalam keadaan kering.

Escherichia coli adalah bakteri gram negatif, tidak tahan asam, tidak membentuk spora dan umumnya berukuran 2-3 x 0,6 μm (Barner dan Gros, 1997).Escherichia coli dan sebagian besar bakteri enterik lainnya membentuk koloni bulat dan cembung. Beberapa strain Escherichia coli menyebabkan hemolisis dalam agar darah (Jawetz et al., 2001). Menurut Raji (2003), kemampuan Escherichia coli dalam menghemolisis dapat menjadi salah satu metode penentuan patogenitasEscherichia coli.

Page 18: penyakit nd

Pada media Eosin Methylene Blue (EMB) koloni Escherichia coli tumbuh khas yaitu terlihat berwarna hijau metalik. Escherichia coli memproduksi asam dan gas dalam glukosa, maltosa, manitol, gliserol, xylose, rhamnose, sorbitol dan arabinosa, tetapi tidak dalam dekstrin dan inositol. Beberapa strain memfermentasikan laktosa dengan lambat atau tidak sama sekali, fermentasi adonitol, sukrosa, salisin, rafinosa dan dulsitol bervariasi. Escherichia coli positif pada tes methyl red dan negatif pada tes Voges-proskauer. Pada Kligler’s iron medium, Escherichia coli tidak memproduksi H2S (Barness dan Gross, 1997).

Janben et al. (2001), mengelompokkan Escherichia coli patogenik sesuai dengan gejala klinis yang ditimbulkan antara lain: Escherichia coli penyebab diare,Escherichia coli penyebab septisemia dan Avian Pathogenic Escherichia coli (APEC). Beberapa faktor virulensi yang terdapat pada Escherichia coli galur APEC diantaranya: FimC (fimbrae tipe1), iucD, protein tsh, hlyE dan

Page 19: penyakit nd

stx2f. Galur APEC merupakan galur yang berhubungan dengan lesi-lesi karakteristik penyakit kolibasilosis pada ayam. Stehling et al. (2003), menambahkan bahwa sebagian besar galur APEC termasuk dalam serotipe O78 dan mempunyai kemampuan untuk mengekspresi beberapa faktor

virulensi diantaranya adalah adhesin yang berperan dalam perlekatan pada saluran pernafasan ayam

Distribusi dan penularan

Kebanyakan Escherichia coli hidup di lingkungan kandang unggas melalui kontaminasi feses. Permulaan kejadian patogen dari Escherichia coli mungkin terjadi di hatchery dari infeksi atau telur yang terkontaminasi, tetapi infeksi sistemik biasanya membutuhkan lingkungan predisposisi atau sebab-sebab infeksi (Aiello, 1998). Akoso (1998) menambahkan infeksi kolibasilosis terjadi melalui kontak langsung dengan lingkungan tempat tinggal ayam yang basah dan kotor, dan bukan dari ayam ke ayam. Mc Mullin (2004), menyebutkan bahwa infeksi kolibasilosis biasanya terjadi baik melalui peroral atau inhalasi, lewat membran sel/yolk/tali pusat, air, muntahan, dengan masa inkubasi 3-5 hari.

Mycoplasmosis, infectious bronchitis, newcastle disease, hemoragi enteritis, dan turkey bordetellosis seringkali menyertai kolibasilosis. Kualitas udara yang buruk dan stres yang berasal dari lingkungan juga kemungkinan untuk predisposisi infeksiEscherichia coli (Aiello, 1998). Tabbu (2000), berpendapat bahwa faktor pendukung timbulnya kolibasilosis meliputi sanitasi yang kurang optimal, sumber air minum yang tercemar bakteri, sistem perkandangan dan peralatan kandang yang kurang memadai dan adanya berbagai penyakit yang bersifat imunosupresi.

Faktor-faktor virulensi

Kemampuan Escherichia coli dalam menimbulkan tingkat keparahan yang tinggi tergantung dari faktor-faktor virulensi yang dimiliki Escherichia coli patogenik. Faktor virulensi inilah yang membedakan antara Escherichia coli patogenik dengan non patogenik. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui macam-macam faktor virulensi yang dimiliki oleh Escherichia coli patogenik. Beberapa faktor virulensi yang dimiliki Escherichia coli galur APEC telah teridentifikasi dan diduga berhubungan dengan banyak kasus kolibasilosis antara lain: sistem aerobaktin dalam uptake Fe, polisakarida K1, protein Tsh dan produk ”cytopathic effect”.

Pada saat jaringan berada dalam kondisi Fe yang rendah, siderophore diekskresikan ke jaringan dan mengikat  Fe dari  transferring (Dho-Moulin, 2000).  Menurut Carter dan Wise (2004),  siderophore (protein penghasil Fe) yang berhubungan dengan sistem  uptake Fe pada Escherichia coli dibagi menjadi 3 tipe: enterobaktin yang mampu memindahkan Fe dari protein binding-Fe ke dalam sel bakteri, aerobaktin yang dapat dibedakan dari enterobaktin melalui kemampuannya menghindar dari ikatan serum albumin dan non-native siderophore yang terdapat pada fungi yaitu siderophore ferrichrome dan coprogen rhodororulic acid. Escherichia coli juga dapat menggunakan sitrat untuk menghasilkan Fe.

Polisakarida K-1 merupakan kapsul polisakarida yang tidak bersifat imunogenik, mencegah opsonisasi dan fagositosis. Protein Tsh sebagian besar berhubungan dengan Escherichia coli galur APEC, tetapi tidak berhubungan denganEscherichia coli yang diisolasi dari feses ayam sehat. Diantara isolat Escherichia colidengan protein Tsh positif memperlihatkan kejadian sakit oleh galur patogenik lebih besar daripada isolat Escherichia coli non patogenik (Dho-Moulin, 2000).

Barness dan Gross (1997) melengkapi faktor-faktor yang mungkin berhubungan dengan virulensi Escherichia coli yang berhasil diidentifikasi dari ayam yang sakit antara lain: serotipe O tertentu (O1, O2, O35 dan O78), fermentasi adonitol, resistensi antibiotik, kemampuan mengikat

warna congo red, plasmid berukuran besar (large plasmid), colicin V, motilitas, endotoksin, resistensi komplemen, kemampuan menginvasi sel dan jaringan dan kemampuan untuk berada dalam sirkulasi atau jaringan. Tidak satupun faktor virulensi yang sama muncul dalam semua galur patogenik, yang dapat membedakan antara galur patogenik dan non patogenik.

Page 20: penyakit nd

Gejala penyakitInfeksi colibacillosis bisa bersifat lokal atau sistemik dengan berbagai bentuk.Bentuk Infeksi Lokal Collibacillosis:

1. Omphalitismerupakan peradangan pada pusar.Infeksi ini terjadi karena kontaminasi pusar oleh jenis bakteri E.coli yang ganas. Telur yang terkontaminasi feses merupakan sumber utama terjadinya omphalitis. Bakteri masuk secra in ovo (melalui telur), jika induk ayam mengalami oophoritis (radang pada ovarium) atau salpingitis (radang pada saluran telur). Selain itu bakteri E.coli juga dapat mencemari telur melalui peralatan yang terkontaminasi bakteri. Omphalitis dapat juga terjadi dari translokasi (perpindahan) bakteri dari usus ayam atau aliran darah. Untuk kasus infeksi cara ini, pusar mungkin tidak terjadi perubahan. Embrio ayam dapat mengalami kematian sebelum atau setelah menetas. Pusar tampak membuka, basah dan kemerahan. Yolk sac (kuning telur) belum terserap, encer dan berbau busuk.

2. Cellulitisperadangan dibawah kulit atau cellulitis, biasanya terjadi pada unggas dengan penyebab yang bermacam-macam, tetapi kebanyakan karena infeksi, E.coli. Kejadian cellulitis akut atau sub akut yang melinatkan perubahan pada periorbhital da jaringan subkutan di daerah kepala dapat memicu terjadinya penyakit Swollen Head Syndrome (SHS).

3. DiareJenis bakteri E.coli patogen yang bersifat enterotoxigenic (ETEC) akan menyebabkan terbentuknya akumulasi cairan diusus sehinga ayam akan mengalami diare (usus mengalami peradangan/enteritis). Enteritis ini akibat infeksi E.coli primer maupun sekunder. Infeksi sekunder terjadi akibat bakteri e.coli meninfeksi usus yang telah rusak akibat penyakit-penyakit yang lain. msalnya kosidiosis atau helminthiasis. Pada keadaan ini E.coli akan memperberat dari penyakit primernya.

4. Salpingitismerupakan peradangan pada saluran telur/oviduk yang akan mengakibatkan penurunan produksi telur dan kematian secara sporadis pada ayam dewasa. Colibacillosis bentuk ini banyak ditemukan pada ayam petelur menjelang periode bertelur ataupun selama masa produksi. Salpingitis kadang dikelirukan dengan kasus telur yang tertahan di oviduk. Salpingitis terjadi akibat perpindahan bakteri E.coli dari kloaka ke Oviduk atau melalui kantung udara (air sacculitis). Salpingitis yang terjadi akibat perpindahan bakteri E.coli melalui kantung udara banyakk terjadi pada ayam umur muda dan merupakan infeksi sitemik.

Page 21: penyakit nd

Bentuk infeksi sistemik Colibacillosis (Colisepticemia). Bakteri E.coli masuk dalam sirkulasi darah, menginfeksi berbagai jaringan melalui luka pada usus atau saluran pernapasan.

1. Colisepticemia bentuk pernapasan.Merupakan bentik Colisepticemia yang sering terjadi. Bakteri E.coli masuk dalam sirkulasi darah melalui kerusakan mukosa saluran pernapasan akibat agen infeksi maupun non infeksi. Faktor predisposisi terjadinya colisepticemia yaitu: Infeksi IB, ND, mycoplasma, kandungan amonia dalam kandang yang tinggi. Perubahan menyolok dar Colisepticemia bentuk pernapasan adalah pada jaringan saluran pernapasan (trakea, paru-paru dan kantung udara), pericardium dan peritoneum.

2. Neonatal colisepticemiaAnak ayam peka terhadap infeksi neonatal colisepticemia pada umur 1-2 hari setelah menetas. Kematian terjadi sampai umur 1-2 hari setelah menetas. Kematian terjadi sampai umur 2-3 minggu dengan total kematian 10-20%. Kurang lebih 5 % dari kelompok anak ayam ini akan mengalami gangguan pertumbuhan.Jika bakteri E.coli tidak terkontrol, dapat terlokalisasi di tempat-tempat yang kurang terlindungi, yaitu: otak, mata, jaringan synoval(persendian,tendon, bursa sternalis) dan tulang.

3. PanopthalmitisPerpindahan bakteri E.coli ke mata merupakan hal yang jarang terjadi. Mata akan membengkak, bola mata nampak berawan dan buram, dimana perubahan ini diawali dengan kemerahan pada mata. Bentuk akhir dari infeksi ini mata akan atropi dan ayam mengalami kebutaan.

4. Meningitis.Bakteri E.coli di otak akan menyebabkan peraddangan pada otak (meningitis) yang di unggas lebih dikenal dengan istilah enchepalitis.

5. coligranuloma.ditandai dengan bungkul-bungkul pada hati, sekum, duodenum dan penggantung usus.

Page 22: penyakit nd

bentuk colibacillosis ini dapat menyebabkan kematian sampai 75%

Penularan PenyakitPenularan penyakit terjadi secara vertikal dan horizontal. Penularan secara vertikal terjadi melalui saluran reproduksi induk ayam, yaitu melalui ovarium atau oviduk yang terinfeksi. Telur yang menetas akan menghasilkan DOC yang tercemar bakteri E.coli.Penularan horizontal terjadi secara kontak langsung dengan ayamsakit atau secra tidak langsung melalui kontak dengan bahan/peralatan kandang yang tercemar. Penularan biasanya terjadi secara oral melalui ransum / air minum yang terkontaminasi bakteri melalui saluran pernapasan bersama debu diudara.Larva dan kumbang hitam dewasa (Alphitobius diaperanus) berperan menularkan dan menyebarkan bakteri E.coli antar kandang atau peternakan. Cara penularan adalah ayam makan larva/kumbang dewasa atau akibat ayam kontak dengan feses kumbang yang tercemar bakteri E.coli.

Pencegahan

1. Sanitasi kandang 2. Pengelolaan yang baik 3. Peralatan peternakan dicuci dengan bersih 4. Cek kualitas air minum peternakan terhadap adanya bakteri coliform dan E.coli.

Diagnosis

Pertimbangan diagnosis dengan memperhatikan predisposisi infeksi dan faktor lingkungan. Patogenitas dari isolat diperlihatkan saat inokulasi parenteral dari ayam muda atau dewasa dengan timbulnya fatal septisemia atau lesi tipikal dalam 3 hari (Aiello, 1998). Kolibasilosis memiliki angka morbiditas yang bervariasi dan mortalitas 5-20% (Mc Mullin, 2004).

Isolasi dari kultur Escherichia coli yang diambil dari darah di jantung, hati, atau lesi khas visceral pada karkas segar yang diindikasi primer atau sekunder kolibasilosis (Aiello, 1998). Mc Mullin (2004), menambahkan dari kultur aerob akan didapat koloni 2-5 mm pada plat agar darah (PAD) dan McConkey agar setelah 18 jam, pada kebanyakan strain Escherichia coli akan memfermentasi laktosa dan menghasilkan koloni merah terang pada McConkey agar.

Pengobatan

Terapi antimikrobial merupakan hal yang penting untuk menurunkan angka kejadian maupun mortalitas akibat kolibasilosis (Freed et al., 1993; Goren, 1990; Watts et al., 1993). Mc Mullin (2004), merekomendasikan penggunaan amoksisilin, tetrasiklin, neomisin (aktifitas lokal di usus), gentamisin atau ceftiour (pada hatchery), sulfonamid, fluorokuinolon untuk terapi kolibasilosis.

Pencegahan dan pengendalian

Infeksi Escherichia coli pada saluran pernapasan dapat diturunkan dengan memperbaiki ventilasi. Metode untuk mencegah infeksi pada saluran pencernaan belum diketahui dengan jelas, meskipun sudah mempertimbangkan bahwa ransum yang berbentuk pelet memiliki kontaminasi Escherichia coli lebih sedikit dari pada bentuk kotoran serbuk, kotoran tikus merupakan sumber patogenik Escherichia colidan air yang sudah terkontaminasi. Pemberian klorin pada air minum tertutup (nipple) akan menurunkan terjadinya kolibasilosis dan pengafkiran karena air sakulitis.

Sumber penyebaran Escherichia coli patogen yang paling penting diantara ternak adalah kontaminasi fekal pada telur yang sedang menetas. Pengumpulan telur yang lebih sering, menjaga kebersihan kandang, membuang telur yang pecah atau yang jelas-jelas telah terkontaminasi oleh kotoran serta disinfeksi telur 2 jam setelah di sirami dapat membantu menurunkan penyebaran bakteri Escherichia coli. Makanan juga mempengaruhi kerentanan terhadap infeksi Escherichia coli. Ayam yang diberi diet protein tinggi serta pemberian yang diselingi satu hari lebih tahan terhadap infeksi Escherichia coli (Saif, 2003).

Page 23: penyakit nd

Posts Related to Penyakit Colibacillosis (akibat bakteri E. Coli) Pada Ayam

INFEKSI BAKTERI E COLI PADA UNGGAS

Akhir-akhir ini banyak pihak marak membicarakan mengenai bakteri ini selah ditemukan bakteri ecoli yang membunuh puluhan orang di eropa. Sebenarnya bakteri ini bukanlah bakteri yang ...

MENGENAL BERBAGAI JENIS PENYAKIT ITIK/ BEBEK

Sampai sekarang ini sering kita dengar bahwa itik/ bebek merupakan ternak yang tahan penyakit. Pernyataan ini tidak sepenuhnya tepat karena menurut penelitian (kingstone dan Slamet, ...

PROMIX (PROBITIK)

Komposisi:- positif mikrobia (didominasi bakteri)106-108 CFU - mix herbal ± 2 % - bahan carrier Ca CO3 ± s/d 100% (berfungsi mempertebal cangkang telur, memperkuat ...

PENCERNAAN AYAM

Banyak sekali penyakit pada ayam yang diawali dari saluran pencernaan, sebut saja penyakit akibat bakteri-bakteri seperti e-coli, salmonela,  cholera, cocidia dan lain-lain. Terkadang kita sulit ...

PENYAKIT SWOLLEN HEAD SYNDROME (SHS) PADA BROILER DAN LAYER

Kejadian penyakit pernafasan, baik bersifat ringan atau cukup berat hampir selalu terjadi pada setiap periode pemeliharaan ayam. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, dan dari ...

Translate this post

                          

cellulitis, Eosin Methylene Blue, Escherichia coli, gliserol, glukosa, hemolisis, IB, maltosa, manitol, mycoplasma, ND, Omphalitis, rhamnose, Salpingitis, sorbitol, xylose Share this post!

Twitter Digg Facebook Delicious StumbleUpon Google

Bookmarks LinkedIn Yahoo

Bookmarks Technorati

Print article

This entry was posted by Dokter Ternak on May 31, 2011 at 11:33 pm, and is filed under PENYAKIT. Follow any responses to this post through RSS 2.0. You can leave a response or trackback from your own site.

Page 24: penyakit nd

Favorites

Related Posts Comments (0)

Share Your Opinions.

Tell us what you're thinking...and if you want a picture to show with your comment, then get Gravatar !

No trackbacks yet.

PENYAKIT SWOLLEN HEAD SYNDROME (SHS) PADA BROILER DAN LAYER

about 4 months ago - Leave a Comment

http://dokterternak.com/2011/05/31/penyakit-colibacillosis-akibat-bakteri-e-coli-pada-ayam/

shvoong.com The Global Source for Summaries & Reviews Daftarkan diri Masuk Use f Write & earn Ketegori

Bahasa

Submit Comment Cancel Reply

Page 25: penyakit nd

Cari

×

Daftarkan diri

Use your Facebook account for quick registration

Sign up with Facebook

OR

Create a Shvoong account from scratch

Buat akun Anda Already a Member? Masuk!

×

Masuk

Sign in using your Facebook account

Sign in with Facebook

OR

Not a Member? Daftarkan diri!

×

Daftarkan diri

Use your Facebook account for quick registration

Sign up with Facebook

OR

Masuk

Sign in using your Facebook account

Sign in with Facebook

Halaman Utama Shvoong>Bisnis & Keuangan>Usaha Mikro>Penyebab Penyakit Pada Ayam Kampung

Penyebab Penyakit Pada Ayam Kampungoleh: SafiuRahim     Pengarang : Dr. ir. Muhammad Rasyaf

Belum dinilai Kunjungan : 466 kata:600 

Page 26: penyakit nd

More About : penyakit pada unggas

/sort-popular/business-management/entrepreneurship/ ª

Copy Highlights to Clipboard

Summarize It  

Penyebab Penyakit Pada Ayam Kampung

Dalam keadaan dan cuaca normal, kualitas dan jumlah makanan cukup, dan pemeliharaan ayam yang baik, maka mikroorganisme perusak tubuh ayam juga dalam keadaan normal, tidak ada saling merusak satu dengan yang lainnya. Akan tetapi, bila terjadi gangguan dari keadaan normal itu, misalnya cuaca yang buruk akan menyebabkan mikroorganisme perusak mempunyai kesempatan untuk bergerak. Demikian pula bila makanan kurang atau pemeliharaan tidak baik akan merusak keadaan yang normal dan akan mengakibatkan kesempatan bagi mikroorganisme perusak untuk masuk ke dalam tubuh ayam.

Beberapa mikroorganisme penyebab penyakit pada ayam adalah sebagai berikut:

1. Bakteri

Ayam yang terserang penyakit karena bakteri pada umumnya mudah untuk disembuhkan dengan antibiotika. Pencegahannya mudah dilakukan asalkan benar-benar dilaksanakan.

2. Virus

Ayam yang terserang penyakit karena virus sulit disembuhkan dan hingga kini belum ada obatnya. Salah satu contoh yang penting adalah penyakit tetelo yang terkenal itu.

3. Parasit dan Protozoa

Ayam yang terserang parasit pada umumnya tidak menyebabkan kematian, tetapi pada umumnya menyebabkan gangguan pada ayam. Jenis parasit pada umumnya misalnya cacing, kutu dan lain-

, 01/03/-1,
HTML: <noscript>
, 01/03/-1,
HTML: </noscript>
, 01/03/-1,
HTML: <noscript>
, 01/03/-1,
HTML: </noscript>
Page 27: penyakit nd

lain. Sedangkan protozoa dapat menyebabkan kematian pada anak ayam. Contohnya adalah penyakit berak darah.

Pada ayam kampung penyakit yang disebabkan virus dan parasit populer sekali. Ini disebabkan oleh cara pemeliharaan yang tidak bersih.

Selain karena mikroorganisme, penyakit pada ayam kampung dapat disebabkan oleh faktor lingkungan. Beberapa faktor lingkungan yang dapat menyebabkan penyakit pada ayam diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Temperatur dan kelembapan pada musim hujan

Keadaan yang menjadi basah dan lembab mendorong bibit penyakit untuk berkembang biak dan mempunyai kekuatan untuk menyerang ayam. Hal ini dapat dilihat bagi pemelihara yang tidak waspada, sehingga banyak ayam yang sakit di kala awal musim hujan.

2. Pemeliharaan

Pengaruh pemeliharaan yang buruk jelas mempengaruhi daya tahan tubuh ayam. Misalnya kandang yang kotor atau di dalam kandang terlalu padat. Oleh karena itu penuntun cara pemeliharaan harus diperhatikan baik-baik.

3. Makanan

Kekurangan salah satu zat makanan, misalnya kekurangan vitamin dapat menyebabkan pertumbuhan terhambat atau kelebihan garam dapat menyebabkan tinja encer. Semua itu lazimnya disebut penyakit defisiensi atau keracunan. Apabila terjadi defisiensi, sebaliknya berikan vitamin yang dibutuhkan ayam dalam ransum. Begitu pula bila terjadi keracunan.

Masalah penyakit pada ayam kampong sebenarnya tidak terlalu serius seperti pada ayam ras. Ayam ras memang produksinya tinggi, tetapi daya tahan terhadap penyakit tidak terlalu baik. Sebaliknya pada ayam kampung yang mempunyai sifat-sifat ayam setengah liar, masih mempunyai kemampuan atau daya tahan terhadap penyakit yang tinggi, tetapi produksinya rendah. Daya tahan itu bukan mutlak, karena ayam kampung masih dapat diserang oleh penyakit.

Diterbitkan di: 23 Maret, 2011    Mohon dinilai : 12345Nilai : 12345

Page 28: penyakit nd

Terima kasih atas penilaian anda Share

Menulis sendiri tulisanmu     Komentar More About : penyakit pada unggas

[X]

Lihat semua  

Page 29: penyakit nd

Tampil 2 Pertanyaan

1. Menjawab   Pertanyaan  :    apakah ubat yang perlu diberi pada ayam yg sakit dan dimanakh tempat saya mendpatkANNYA. Lihat semua

1. Menjawab   Pertanyaan  :    saya baru memulai usaha beternak ayam kampung dan ayam saya sering terkena penyakit kutil dan ayam saya sering kali mati krn penyakit ini,kira2 apa pengobatan yg tepat untuk penyakit kutil ini? Lihat semua

1. Menjawab   Pertanyaan  :    Lihat semua

1. Jawaban  :   

Kutipan:

Virus, Bakteri, Parasit, Ayam Kampung, Penyakit Ayam Kampung

Buat kutipan untuk Resensi ini CustomValidator

Related Videos

Page 30: penyakit nd

Chapter 34 - Jane Ey

Part 3-B - Gulliver'

Page 31: penyakit nd

Book 10 - The Hunchb

Chapter 02 - The Sec

Page 33: penyakit nd

Ringkasan lain oleh SafiuRahim

Tujuan Berternak Ayam Kampung Alasan Meng-Install Windows Hikmah Shalat Jenazah Mengamankan Windows dari Serangan Virus Cara-cara Mengatasi Pengangguran Peningkatan Mutu Tenaga Kerja

Paling populer

New on Shvoong!

Resensi Situs Terbaik www.detik.com Tulis www.kaskus.us Tulis www.vivanews.com Tulis www.tokobagus.com Tulis www.okezone.com Tulis www.indowebster.com Tulis www.games.co.id Tulis Other Other Tulis

Komentar

Tambahkan komentar Anda

     View All  

1. .

1

View All

Berikut

X

5 Teratas Bisnis online Investasi Usaha Tips Cara

Page 35: penyakit nd

Blog, Hardware, Perusahaan perdagangan, Olah Raga, Mesin Cari & SEO, Universitas dan institusi penelitian, selanjutnya

Bisnis & Keuangan Usaha Online, Manajemen & Kepemimpinan, Marketing & Penjualan, Usaha Mikro, Sumber Daya Manusia, Bisnis Internasional, selanjutnya

Seni & Humaniora Sejarah, Linguistik, Filsafat, Ilmu Agama, Teori & Kritik, Studi Film dan teater, selanjutnya

Ilmu Sosial Pendidikan, Psikologi, Sosiologi, Ilmu Politik, Ilmu Ekonomi, Antropologi, selanjutnya

Kedokteran & Kesehatan pengobatan alternatif, Nutrition, Ginekologi, Epidemiologi dan Kesehatan Masyarakat, Genetika, Pengobatan Investigatif, selanjutnya

Sains Biologi, Fisika, Biokimia, Matematika, Ekologi, Kimia, selanjutnya

Hukum & Politik Hukum Konstitusional, Hukum Pidana, Hukum Umum, Hukum Pemerintahan,

Page 36: penyakit nd

Hukum Tenaga Kerja, Hukum Pajak, selanjutnya

Hiburan Film, Film Musikal, Drama, Film Musik, Serial TV, Konser

Produk Telekom, Kamera, Gadget & Gizmo, Barang Elektronik, Permainan, Boneka & Hadiah, Perkakas, selanjutnya

Gaya Hidup Makanan & Minuman, Kencan, Keluarga & Relasi, Mode & Kecantikan, Hobi, Rumah & Kebun, selanjutnya

Perkumpulan & Berita Barang Baru, Kolom Pendek, Opini Murni, Politik, Lingkungan, Budaya, selanjutnya

Wisata Daerah Tujuan, Situs Web dan Komunitas Online, Wisata Hemat, Berkemah, Petualang Alam, Berlayar, selanjutnya

Menulis & Bicara Teks Pidato, Pidato, Presentasi, Penulis Naskah Iklan, Ezine & Newsletter, Swapublikasi, selanjutnya

How To Computers & Internet ,

Page 37: penyakit nd

Money & Business , Electronics & Gadgets, Careers , Family , Health , selanjutnya

English Español Português polski

عربي Български 简体中文 čeština Dansk Nederlands English فارسي suomi Français ქართული Deutsch Ελληνικά עברית हिं��दी� Magyar Indonesia Italiano 日本語 한국어 Melayu Norsk polski Português Română русский Српски Español Svenska ภาษาไทย 繁體中文 Türkçe Узбек тили Tiếng Việt

Page 39: penyakit nd

ayam-kampung/

Aspergillosis, penyakit Jamur penting pada Unggas Jumat, 17 Desember 2010 08:22 |    

Pengantar.

Tulisan Drh. Djaenudin Gholib sudah disiarkan oleh RPC Ciawi  tgl 16 Mei 2008, dengan ijin penulis redaksi menampilkan kembali tulisan tersebut dengan harapan pembaca dapat memetik manfaat khususnya bagi penggemar hewan piaraan burung (Bhr).

 

PENDAHULUAN

Penyakit infeksi pernapasan disamping oleh bakteri atau virus, jenis jamur juga berperanan sebagai

penyebabnya. Salah satu dari jenis jamur pathogen adalah Aspergillus fumigatus. Penyakitnya

dinamakan aspergillosis. Spesies lainnya yang dapat menginfeksi, tetapi kejadiannya jarang adalah

A. flavus, A. niger, A. nidulans, A.terreus dan A. amstelodami (Al-Doory, 1980). Semua jenis unggas

dapat terkena penyakit aspergillosis, termasuk unggas air. Kerugian bagi peternak adalah timbulnya

penurunan produktivitas, telur dan daging, serta kematian pada anak ayam umur sehari di

penetasan. Pada ayam muda dimasa pertumbuhan kematian bisa mencapai 10 - 30 %. Pengenalan

penyakit sulit dilakukan pada unggas masih hidup, karena gejala klinis tidak bisa dibedakan dengan

penyakit pernapasan lainnya seperti oleh bakteri dan virus. Maka pemeriksaan dengan autopsi atau

pembedahan diperlukan untuk melihat perubahan akibat penyakit pada alat pernapasan. Ciri khas

dari aspergillosis akan tampak adanya bintik-bintik putih sebesar kepala jarum pentul di organ paru-

paru, selaput rongga dada, dinding trakhea, selaput kantung hawa (air sac) dan selaput rongga perut.

Bintik putih ini merupakan sarang-sarang dari infeksi jamur, yang dapat dilihat secara pemeriksaan

mikroskop. Infeksi terjadi lewat pernapasan, dimana spora jamur terbawa oleh udara dan masuk

saluran pernapasan menuju ke paru-paru. Aspergillus berkembang biak di sisa-sisa bahan organic

tanaman, produk hasil pertanian dan kompos. Ini merupakan sumber dari infeksi.

JAMUR ASPERGILLUS

Aspergillus termasuk jamur atau cendawan renik, yang susunannya hanya dapat dilihat

dengan alat mikroskop. Strukturnya terdiri dari hifa yang memanjang dan bercabang-cabang seperti

ranting pohon, berbuku karena ada sekat atau septa. Kumpulan hifa yang terjalin satu sama lain

membentuk miselium. Pada sekat atau septa ada lubang ditengahnya, sehingga ada saluran yang

berhubungan di sepanjang hifa. Dari hifa muncul tangkai spora dengan ujungnya membesar

berbentuk bulat atau lonjong, disebut vesikel, dan di permukaannya ditutupi oleh sterigmata

bentuknya seperti vas bunga. Sel spora berbentuk bulat sampai lonjong terbentuk di bagian ujung

Page 40: penyakit nd

dari sterigmata, membentuk rantai. Gambaran makro dilihat berdasarkan pengamatan koloni jamur

yang ditumbuhkan di media agar khusus untuk jamur, yaitu Sabouraud Dextrose Agar (SDA).

Koloni aspergillus dikenali berdasarkan warna, permukaan, dan bagian dasar koloni serta adanya

pigmen yang terbentuk dan mewarnai media. Aspergillus termasuk jenis kapang, karena

mempunyai hifa atau miselium sejati, dan koloninya khas seperti kapas, karpet atau beludru. Hal ini

dibedakan dengan jenis jamur lain yaitu kelompok ragi atau khamir yang mirip bakteri karena

bersel satu. Jenis ragi ada juga yang bermiselium, dan disebut miselium semu, karena terbentuk dari

sel-sel yang memanjang dan saling menyambung, tetapi mudah terurai.

Selain jenis yang menyebabkan penyakit, sebagian besar aspergillus adalah bersifat saprofit.

Jenis ini dapat menguraikan senyawa organik dari sisa-sisa tanaman atau hewan menjadi senyawa

non organik, dan ini sangat berguna bagi siklus berulang di lingkungan. Kelompok aspergillus yang

merugikan selain yang patogen, dan menimbulkan penyakit aspergillosis, ada kelompok yang

menghasilkan toksin (racun) dan merugikan bagi kesehatan hewan maupun manusia, yang disebut

toksigenik. Tidak seperti jenis patogen yang dapat menimbulkan efek bagi induk semang dalam

waktu pendek, yang toksigenik menimbulkan efek dengan memerlukan waktu yang lama, karena

akibat dari akumulasi zat toksin yang terkandung di dalam bahan makanan, baik pada hewan

maupun manusia (Raper dan Fennell, 1973).

PERJALANAN PENYAKIT :

Infeksi terjadi karena penghirupan spora yang terbawa di udara pernapasan yang tercemar. Hal ini

terjadi karena adanya sumber infeksi, yaitu jamur aspergillus yang berkembang biak pada bahan-

bahan seperti litter atau alas kandang, untuk itu biasanya digunakan sekam, jerami atau serbuk

kayu, bahan pakan merupakan produk pertanian, yaitu biji-bijian, dedak dan bungkil merupakan

media subur bagi pertumbuhan aspergillus. Pada perusahaan penetasan telur, mesin tetas sering

tercemar oleh spora aspergillus dan dapat menginfeksi anak ayam yang baru ditetaskan (DOC).

Kejadian ini kemungkinan disebabkan karena adanya pencemaran telur oleh spora aspergillus

sewaktu pengambilan telur dari kandang. Kulit kerabang telur mempunyai lubang pori-pori yang

bisa ditembus oleh spora, dan lalu menginfeksi embryo, bila keadaan basah atau lembab seperti

adanya telur yang pecah maka isi cairan dari telur akan memberi kondisi yang baik untuk

perkembangan spora, bulu-bulu (flup) dari anak ayam /DOC yang berterbangan di ruang mesin tetas

akan menjadi pembawa sopra dan menyebarkannya. Di peternakan itik penetasan dilakukan di

inkubator buatan, dan telur disimpan dengan menggunakan alas dari jerami, dan ini kemungkinan

sebagai sumber infeksi dari spora aspergillus yang berkembang di jerami.

Kompos dilingkungan peternakan juga merupakan sumber bagi spora, apalagi untuk negeri tropis

seperti Indonesia, hal ini akan mendukung perkembangan dari jamur aspergillus (Aisworth dan

Page 41: penyakit nd

Austwick, 1973). Spora yang masuk lewat saluran pernapasan, trakhea, bronkhus dan cabang –

cabangnya sampai ke alveol paru-paru akan berkembang lalu bertunas memanjang membentuk hifa,

dan menimbulkan penyakit bersifat akut. Infeksi terjadi setelah 4 – 5 hari dimana hifa memanjang

lurus dan belum bercabang, ujungnya membengkak, tumpul dan menginvasi jaringan. Keadaan ini

menimbulkan reaksi radang, dan mengakibatkan penyakit menahun (kronis), terutama pada induk

semang dewasa (Raper dan Fennell,1973). Kejadian kronis akan membentuk jaringan granuloma,

yang terbentuk dari sekumpulan hifa yang bercabang-cabang dan membentuk masa padat, disebut

bola jamur (fungus ball). Sarang-sarang infeksi yang berwarna putih bisa bersatu satu sama lain,

dan membentuk masa perkejuan di paru-paru atau rongga perut (kantung hawa). Selain adanya

sumber infeksi, timbulnya penyakit juga disebabkan oleh faktor lain seperti unggas yang mengalami

stress dan kelelahan terutama pada pengiriman dalam jarak jauh, atau burung – burung kesayangan

yang dikurung di dalam sangkar atau dalam masa karantina (Ainsworth dan Austwick,1973;

Jungerman dan Schwartzman , 1972). Daya tahan tubuh yang berhubungan dengan pembentukkan

antibodi, mempengaruhi kejadian infeksi penyakit. Sehingga faktor-faktor seperti disebutkan diatas

mempengaruhi dan menurunkan kadar antibodi. Pemberian antibiotik dan hormon kortikosteroid

menimbulkan efek yang sama, dan meninggikan kejadian penyakit (Jugerman dan Schwartzman,

1972).

DIAGNOSA PENYAKIT :

Akibat penyakit menimbulkan gangguan pernapasan, yaitu terlihat kesulitan bernapas (sesak napas),

ngorok, mengantuk, dan tidak napsumakan.. Pada ayam tetas kejadian ini disebut ”Brooder

pneumonia”. Keadaan ini adalah akut, gejala disertai dengan diare dan kematian dengan cepat. Pada

yang kronis terjadi setelah kejadian akut, perkembangannya tidak terdeteksi karena perjalanannya

secara lambat, dan baru disadari setelah ada gejala sulit napas. Pada peternakan ayam petelur terjadi

penurunan produksi, dan pada ayam pedaging penurunan bobot. Pengenalan penyakit aspergillosis

pernapasan akan dikelirukan oleh penyakit pernapasan infeksi bakteri atau virus (Raper dan

Fennell, 1973; Jungermann dan Schwartzman, 1970). Maka pemeriksaan umumnya dilakukan pada

unggas yang mati atau dibunuh. Pada pembedahan akan terlihat paru-paru berbintik-bintik (nodul-

nodul) yang berwarna putih, jaringan paru-paru berwarna merah gelap, keras dan padat. Nodul

terjadi juga di trakhea, dinding rongga dada dan kantung hawa dengan ukuran diameter 1-3 mm.

Setiap nodul dikelilingi zona infiltrasi kehitaman, sedangkan jaringan selebihnya normal (O’Meara

dan Witter, 1971; Ainsworth dan Austwick, 1973; Hofstad dkk., 1984). Pada kantung hawa biasanya

terjadi perkejuan berwarna putih. Di saluran pernapasan, hifa jamur menyelusup ke dindingnya

menembus selaput lendir mukosa. Pada telur tetas, spora aspergillus berkembang dengan baik di

permukaan selaput rongga hawa, dengan terlihatnya lapisan berwarna hijau. Hal ini merupakan

Page 42: penyakit nd

penyebab terjadinya kematian pada anak ayam atau itik di dalam telur tetas di peternakan

pembibitan. Pemeriksaan secara mikroskopis dari jaringan paru-paru atau bagian lainnya yang

mengandung sarang-sarang infeksi, dilakukan dengan menggunakan larutan KOH atau NaOH 10-

20 %, akan terlihat gambaran hifa yang bercabang dan bersekat. Dengan pewarnaan histopatologi

Hematoksilin dan Eosin (HE) atau Grocott methenamine silver (GMS), akan tampak zona nekrosis,

berserabut fibrin atau perkapuran, dan hifa dikelilingi oleh sel eosinofil, sel raksasa dan limfosit

(Kraneveld dan Djaenoedin, 1952; Raper dan Fennell, 1973; Ainsworth dan Austwick, 1973).

Pemeriksaan sarang infeksi secara kultural atau pembiakan di media jamur Sabouraud Dextrose

Agar (SDA) dan diinkubasi pada suhu 37 oC, 3 hari setelah inkubasi akan menunjukkan

pertumbuhan koloni aspergillus. Aspergillus fumigatus bisa tumbuh pada suhu dari 15 o C– 50 o C.

Koloni A. fumigatus mula-mula berwarna putih, lalu akan menjadi hijau kebiruan, permukaannya

halus seperti beludru, pipih dan berdiameter 1 – 2 cm. Diagnosa dengan uji serologi, deteksi kadar

antibodi terhadap aspergillosis di dalam serum, yaitu dengan cara Elisa atau reaksi komplemen,

dapat dilakukan untuk mengetahui persentase ayam dalam suatu populasi yang mengandung kadar

antibodi (Gholib, 2005).

PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN :

Yang terpenting untuk pencegahan penyakit aspergillosis adalah menjaga kebersihan dengan

mencegah atau mengurangi perkembang biakkan jamur di lingkungan yang berperanan sebagai

media bagi pertumbuhan jamur, seperti produk petanian untuk bahan pakan, terjaga kualitasnya,

tersimpan dengan baik, penggantian litter di kandang secara teratur, cukup sinar matahari yang

masuk ke kandang, sirkulasi udara cukup dan sanitasi lingkungan dengan mengatur pembuangan

kotoran di kandang. Pakan sebagai stok persediaan yang disimpan di gudang, sebaiknya diatur

sehingga tidak akan tersimpan terlalu lama, maka pakan harus segera habis, karena pencemaran

oleh spora jamur di lapangan tidak bisa dicegah baik sebelum maupun sesudah panen. Disamping

itu populasi kandang sebaiknya tidak padat, terutama pada ayam pedaging, umumnya menggunakan

kandang sistem litter, dan rata-rata masa pemeliharaannya selama 2 – 3 bulan, dimana umur ayam

relatif masih muda, maka akan sangat peka oleh serangan aspergillosis. Pengobatan terhadap

penyakit aspergillosis tidak umum dilakukan, karena disamping pendiagnosaan penyakit semasa

hidup tidak spesifik, bisa dikelirukan oleh penyakit pernapasan lain, juga tidak ekonomis mengingat

harga obat komersil anti jamur mahal. Maka selama ini hanya faktor pencegahan penyakit yang

diutamakan di dalam perusahaan peternakan unggas.

DAFTAR PUSTAKA :

AINSWORTH , G.C. and P.K.C. AUSTWICK. 1973. Fungal Diseases of Animals, 2nd Ed.,

Farnham Royal, Slough, England : 37 – 52.

Page 43: penyakit nd

AL-DOORY, Y.1980. Laboratory Medical Mycology. Lea & Febiger, Philadelphia : 296 – 301.

GHOLIB, D.2005. Pengembangan Tekhnik Serologi untu Pemeriksaan Aspergillosis Ayam. Jurnal

Ilmu Ternak dan Veteriner, 10(2) :143 – 149.

HOPSTAD, M.S., H.J. BARNESS, B.W. CALNEK, W.M.REID, H.W. YODER. 1984. Diseases of

Poultry. 8th Ed. Iowa State University Press, Ames, Iowa, USA.

JUNGERMAN, P.F. and R.M. SCHWARTZMAN. 1972. Veterinary Medical Mycology. Lea &

Febiger, Philadelphia : 75 – 86.

KRANEVELD, F.C. en R. DJANOEDIN. 1952. Long-aspergillosis bij de kip. Hemerazoa 59 : 525

– 526.

RAPER, K.B. and D.I. FENNELL. 1973. The Genus Aspergillus. Roert E. Krieger Publishing

Company Huntington, New York.

O’MEARA, D.C. and J.F. WITTER. 1971. Aspergillosis. Hal. : 153-162 Dalam : Infectious and

Parasitic Diseases of Wild Birds. J.W.Davis, R.C. Andrson, and D.O. Trainer, (Eds). Iowa

State Univ. Press, Ames, Iowa, USA.

http://bbalitvet.litbang.deptan.go.id/ind/index.php/id/component/content/article/178-aspergillodid-penyakit-jamur-penting-pada-unggas