penyakit kulit pada anjing

11
PENYAKIT KULIT DAN PARASIT DARAH PADA ANJING Nur Fadillah Herman, Cerdinawan, Nandar Hidayat, Nur Sriani Reski, Rini Amriani Bagian Bedah & Radiologi. Departemen Klinik, Reproduksi & Patologi Program Studi Kedokteran Hewan (PSKH), Universitas Hasanuddin (UNHAS) Korespondensi penulis: [email protected] Abstrak Tujuan praktikum ini adalah mengenal berbagai ragam perubahan klinik dan patologis, merumuskan diagnosis dan diagnosis banding serta rencana tindakan penanganan penyakit seperti kasus demodekosis, babesiosis, ehrlichiosis, serta pyoderma pada anjing. Seekor anjing bernama Ken, dengan status belum pernah di vaksinasi, memiliki nafsu makan yang baik. Ken dengan anamneses demikian, memiliki tempratur 38,3° C, frekuensi jantung 92 x/menit, frekuensi nadi 68x/ menit, serta frekuensi nafas 60x/menit. Kasus pada anjing mudah ditangani mengingat kondisi anjing dalam keadaan sehat. Adapun prognosa dari demodekosis, fausta; babesiosis, dubius- infausta; ehrliciosis dubius; pyoderma, fausta. Kata kunci: anjing, demodekosis, babesiosis, ehrlichiosis, pyoderma. Pendahuluan Demodecosis merupakan salah satu jenis penyakit kulit pada anjing yang disebabkan oleh parasit

Upload: nur-fadillah-herman

Post on 07-Dec-2015

61 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

scabies, demodex, pyoderma

TRANSCRIPT

Page 1: penyakit kulit pada anjing

PENYAKIT KULIT DAN PARASIT DARAH PADA ANJING

Nur Fadillah Herman, Cerdinawan, Nandar Hidayat, Nur Sriani Reski, Rini AmrianiBagian Bedah & Radiologi. Departemen Klinik, Reproduksi & Patologi

Program Studi Kedokteran Hewan (PSKH), Universitas Hasanuddin (UNHAS)

Korespondensi penulis: [email protected]

Abstrak

Tujuan praktikum ini adalah mengenal berbagai ragam perubahan klinik dan patologis, merumuskan diagnosis dan diagnosis banding serta rencana tindakan penanganan penyakit seperti kasus demodekosis, babesiosis, ehrlichiosis, serta pyoderma pada anjing. Seekor anjing bernama Ken, dengan status belum pernah di vaksinasi, memiliki nafsu makan yang baik. Ken dengan anamneses demikian, memiliki tempratur 38,3° C, frekuensi jantung 92 x/menit, frekuensi nadi 68x/ menit, serta frekuensi nafas 60x/menit. Kasus pada anjing mudah ditangani mengingat kondisi anjing dalam keadaan sehat. Adapun prognosa dari demodekosis, fausta; babesiosis, dubius-infausta; ehrliciosis dubius; pyoderma, fausta.

Kata kunci: anjing, demodekosis, babesiosis, ehrlichiosis, pyoderma.

Pendahuluan

Demodecosis merupakan salah satu jenis penyakit kulit pada anjing yang disebabkan oleh parasit tungau (mite) Demodex sp. Parasit ini berukuran sangat kecil yaitu sekitar 0.2-0.4 mm sehingga hanya dapat dilihat di bawah mikroskop menggunakan metode skin scrap. Demodex sebenarnya merupakan fauna normal di tubuh anjing yang hidup pada folikel rambut maupun kelenjar sebaceous hewan dengan memakan sebum serta debris (runtuhan sel) epidermis (Bunawan, 2009).

Babesiosis pada anjing tersebar di Afrika, Asia, Bagian Selatan Eropa, Rusia, Amerika Tengah dan Selatan, sebagian kecil di Amerika Serikat. Di Asia, penyakit ini telah dilaporkan ada di India, Sri Lanka, Jepang, dan China. Penyakit ini belum pernah dilaporkan di Indonesia, namun tidak tertutup kemungkinan penyakit ini telah ada di Indonesia. 

Namun pada literatur (Schetters THPM,1997) babesiosis jarang dilaporkan di luar Amerika. Secara sporadis dilaporkan dari Perancis, Yugoslavia, Inggris, Irlandia,Uni

Page 2: penyakit kulit pada anjing

Soviet dan Meksiko. Antara tahun 1968-1993 lebih dari 450 penderita Babesiosis dikonfirmasi dari pemeriksaan preparat apus darah dan serologi. Jumlah infeksi sebenarnya sulit ditentukan karena banyak penderita yang tertular parasite Babesia tidak menunjukkan gejala.Penularan bisa melalui transfusi darah.

Pada survei atas darah donor di Cape Cod, Massachusetts (1979) ternyata 3,3-4,9% seropositif Babesia. Di daerah non endemis Babesiosis, beresiko penularan melalui transfusi darah hanya sekitar 0.17%. Dikenal lebih 100 spesies Babesia, Yang sering dipersoalkan,Babesia canis menginfeksi sel darah merah anjing. 

Canine Ehrlichiosis atau dikenal juga dengan tropical pancytopenia yang sangat fatal bagi anjing ras Herder. Penelitian lebih lanjut mengungkapkan bahwa penyakit ini ditularkan oleh caplak yang disebut Riphicephalus sanguineus.

Pyoderma atau dikenal dengan hot spot adalah infeksi kulit akibat bakteri. Infeksi kulit terjadi saat integritas permukaan kulit telah rusak. Kulit mengalami maserasi akibat pemaparan kronis dari tempat yang lembab, kemudian flora bakteri kulit berubah, sirkulasi di kulit rusak, dan terjadi kerusakan terhadap kekebalan. Sebagian besar kasus pyoderma disebabkan oleh Staphylococcus intermedius, dapat juga dapat disebabkan oleh Pasteurella multocida.

Kejadian pyoderma yang dalam merupakan komplikasi dengan bakteri gram negatif seperti Escherichia coli, Proteus sp., dan Pseudomonas sp (Smith dan Tilley 2000).

Tinjauan Pustaka

DemodecosisEtiologi

Siklus hidup lengkap demodex adalah 20-30 hari pada tubuh hospes. Ada empat tahapan perkembangan demodex dalam tubuh hospes yaitu: telur (fusiform), larva berkaki enam (six legged), nimfa berkaki delapan (eight legged), demodex dewasa (eight legged adult). Seluruh tahapan perkembangan ini hanya terjadi pada satu hospes, jadi tidak ada perkembangan pada hospes lain, sebagaimana yang terjadi pada parasit lain.

DiagnosaDiagnosa yang dapat dilakukan

pada kasus demodekosis adalah dengan kerokan kulit yang agak dalam dari bagian tengah lesi, kemudian diberi tetesan KOH 10 % untuk diamati di bawah mikroskop. Apabila positif maka akan ditemukan parasit demodex yang bentuknya seperti wortel atau cerutu. Luka pada kulit anjing yang terserang Demodikosis akan dapat didiagnosa melalui pemeriksaan mikroskopis dari kerokan kulit hewan penderita yang diduga terserang penyakit ini, tampak parasit

Page 3: penyakit kulit pada anjing

Demodex canis berbentuk cerutu dengan ukuran 250-300 µm x 400 µm. Parasit ini tinggal di folikel rambut dan kelenjar sebaceus dan siklus hidupnya terjadi pada tubuh induk semang 20-35 hari. Hewan penderita yang sering diserang pada usia anjing di bawah umur 1 tahun namun demikian pada anjing di atas umur 1 tahun banyak mengalami kejadian infeksi penyakit ini (Henfrey, 1990; Scott et al., 2001).

PatogenesaPatogenesis demodikosis

menunjukan kejadian supresi respon blastogenesis diinduksi oleh substansi yang dihasilkan parasit Demodex canis, substansi humoral ini yang menyebabkan supresi secara umum limfosit T yang memberikan supresi respon kekebalan host terhadap parasit sehingga terjadi perkembangbiakan/ penyebaran parasit dan pengembangan infeksi sekunder bacterial tanpa dapat dikendalikan oleh hospes, sehingga perjalanan penyakit ini dinyatakan bahwa demodikosis pada anjing adalah sinergistik dan patogenik antar hubungan sesama anjing (Henfrey, 1993).

Parasit Demodex canis dengan bakteri dan hewan penderita penyakit ini memiliki predisposisi genetik, yang dari beberapa kasus menunjukan bahwa penyakit yang menekan immunosupresi pada hewan penderita dikenal sebagai hypothyroidisme atau hyperadrenocorticisme (Henfrey, 1993; Triakoso, 2006).

Luka atau lesi yang terjadi bermula lokal, kemudian berkembang dengan cepat pada sebagian besar tubuh hewan penderita dan tempat yang disukai adalah di daerah muka, sekitar mata, daerah extremitas dan daerah dada. Bentuk yang terjadi dari demodikosis dapat dalam bentuk lokal maupun general. Demodikosis pada hewan penderita muda cenderung lebih sering terjadi yang dimulai dari umur 3-18 bulan, tanda klinis ditunjukan dengan kejadian alopecia, erythema, pyoderma dan seborrhoea. Lesi yang terjadi menimbulkan rasa sakit, dapat terjadi limfadenopati dan pada kasus yang parah dapat terjadi septicaemia dan menyebabkan kematian (Belot et al., 1984; Henfrey, 1990; Scott et al. 2001).

Pencegahan dan PengobatanPengobatan demodekosis

terutama ditujukan untuk membunuh parasit penyebab. Ivermectin diberikan secara sub kutan dengan dosis 400 µg per kg berat badan dengan interval pengulangan sekali seminggu, dan diberikan injeksi duradryl secara sub kutan terlebih dulu sebagai antihistamin. Penggunaan Amitraz sangat dianjurkan karena Amitraz adalah formamidine dan monoaminoxidase dalam larutan xylene, sebagai bentuk ixodicide yang penggunaannya berbentuk larutan 5%, Dosis pemberian 1 ml Amitraz dilarutkan dalam 100 ml air yang digunakan untuk mandi pada hewan

Page 4: penyakit kulit pada anjing

penderita. Pada anjing jenis berbulu panjang dianjurkan sebaiknya dicukur untuk memudahkan pemberian Amitraz dengan cara hewan penderita dimandikan dengan interval sekali seminggu. .Pengobatan yang dilakukan pada penderita demodikosis dengan pemberian obat anti bakterial seperti Erythromycin atau obat golongan Trimethoprim-sulfonamide yang sering digunakan seperti Bactrim, karena pemberian obat golongan ini ditujukan untuk pengobatan infeksi bakteri (Sardjana, 2012).

BabesiosisBabesiosis merupakan infeksi

oleh parasit intraeritrosit yang disebabkan oleh Babesia sp. Penyakit ini sering ditemukan di daerah yang beriklim tropis, subtropis, dan beriklim sedang. Patogenitas dari spesies Babesia di seluruh dunia beragam seiring dengan vektor biologisnya yang tersebar secara luas. Keberadaan babesiosis di Indonesia sudah dilaporkan sejak tahun 1986, tetapi sampai sekarang belum dapat diberantas (Astyawati, et al. 2010).

Babesiosis pada anjing disebabkan oleh B. canis dan B. gibsoni. B. canis adalah parasit protozoa darah yang menyerang eritrosit serta penularannya melalui gigitan caplak Riphicephalus sanguineus. B. canis pertama kali diidentifikasi oleh Pinna dan Galli Valerio tahun 1895 di Italia. Secara morfologi parasit darah ini menyerupai

B. bigemina yang menyerang sapi dengan vektor caplak Dermacentor marginatus dan Rhipicephalus sanguineus. Gejala klinis yang dapat timbul akibat penyakit ini antara lain demam, anoreksia, malaise, hemoglobinuria, splenomegali, dan hemolisis darah yang sering kali menyebabkan kematian. Kematian hewan yang terinfeksi dapat meningkat jika infeksi tersebut tidak dikendalikan khususnya pada anak anjing (Astyawati, et al. 2010).Penanganan dalam mengatasi kasus babesiosis ialah:- Pemeriksaan mikroskopis

preparat apus darah tipis atau tebal. Dengan pewarnaan Gram atau Wright, pada penderita dengan parasetemia rendah, perlu dilakukan pemeriksaan ulang preparat apus darah.

- Pemeriksaan imunofluoresen indirek, untuk antibodi digunakan untuk memperkirakan terjadi infeksi parasit babesia.

- Pemeriksaan mikroskopis preparat apus darah ternyata lebih meyakinkan. Titer antibodi dapat dideteksi setelah 2-4 minggu. Kemudian berangsur menurun setelah 6-12 bulan.

- Mengendalikan caplak dan kutu yang menjadi vektor penyakit ini serta merawat anjing agar terhindar dari caplak dan kutu tersebut.

- Menghindari kemungkinan digigit/kontak dengan caplak dan

Page 5: penyakit kulit pada anjing

kutu hewan. Misalnya, menggunakan obat insektisida gosok (repellant). Beberapa jam setelah digigit, terjadi penularan babesia. Hingga seseorang yang curiga digigit harus segera memeriksa bagian tubuhnya yang digigit. Menyaring donor darah dan penderita babesiosis yang parasitemia rendah. Seperti melakukan pemeriksaan zat anti. Untuk menghindari penularan melalui transfusi darah. (Atmojo SD. 2010)

- Pemberian obat Imidocarb dipropionate (Imizol, Burroughs Wellcome, Schering-Plough) 2.5 mg/pound BB IM tiap 2 minggu untuk 2x treatment. (Donald C. Plumb, Pharm.D.1999)

EhrlichiosisCanine Ehrlichiosis atau dikenal

juga dengan tropical pancytopenia yang sangat fatal bagi anjing ras Herder. Penelitian lebih lanjut mengungkapkan bahwa penyakit ini ditularkan oleh caplak yang disebut Riphicephalus sanguineus. Tanda penyakit ini didahului dengan demam tinggi, disusul anoreksia, keuar darah dari hidung tanpa mau berhenti (epistaksis), pada kulit juga sering ditemukan pendarahan, timbunan cairan pada bagian bawah tubuh (ventral oedema), kekeruhan pada kornea mata, dan kekurusan (Soehatrono, 2007).

Untuk memastikan penyakit canine ehrlichiosis, perlu dilakukan pemeriksaan darah dan menemukan parasit Ehrlichia canis dalam butir sel darah putih dalam usapan darah (blood smear). Pemeriksaan tersebut dapat didukung pula dengan perhitungan butir darah putih dan trombosit rendah (leucopenia dan thrombocytopenia). Persembuhan penyakit ehrichiosis pada seekor anjing sangat sulit. Beberapa antibiotik dilaporkan efektif untuk mematikan parasit darah ini, tetapi kalau terjadi kerusakan di dalam organ tubuh yang sudah parah, kesempatan hidup penderita akan sagat kecil (Soehatrono, 2007).

Pyoderma

Gejala KlinisPyoderma superfisial umumnya

terjadi pada tubuh. Luasnya lesi dari pyoderma tidak jelas akibat tertutup oleh rambut hewan. Pyoderma yang dalam sering mempengaruhi dagu, hidung, dan kaki ataupun terjadi secara menyeluruh. Pada saat physical examination terlihat adanya sisik, kerak, kemerahan pada kulit, kebotakan, papula, pustul, abses, furunculosis, dan cellulitis. Gejala yang sering terlihat pada kejadian pyoderma adalah pruritus. Jika penyebab awal dari pyoderma adalah alergi maka kulit akan kemerahan, jika penanganan hanya untuk mengatasi kejadian pyoderma tanpa mengatasi kejadian alergi maka pruritus yang

Page 6: penyakit kulit pada anjing

timbul tidak akan terselesaikan. Jika penyebab utama adalah disfungsi endokrin, maka akan terlihat gejala lain seperti polidipsia/poliuria, lethargy, penambahan berat badan, ataupun feminisasi. 

DiagnosaPeneguhan diagnosa dilakukan

dengan cara membuat kultur jaringan. Kultur dilakukan dengan mengambil kerak ataupun eksudat dari pyoderma. Selain itu juga dapat dilakukan kerokan kulit, tes alergi intradermal, percobaan tes alergi pakan, tes endokrin, dan biopsi kulit.

Pengobatan dan TerapiTerapi dapat dilakukan dengan

pemberian Ivermectin 0.2 mg/kg bb sc, Metronidazole 20 mg/kg bb po, CTM 4 mg po, dan Dexamethasone 0.3 mg/kg bb po. Pemberian Ivermectin bertujuan mengantisipasi apabila ternyata kejadian pyoderma pada kasus ini merupakan akibat dari infeksi parasit. Metronidazole yang diberikan bertujuan untuk mengatasi infeksi bakteri yang terjadi. Dexamethasone bertujuan untuk mengatasi proses inflamasi dan alergi yang terjadi. Pemberian Dexamethasone dilakukan bersamaan dengan pemberian CTM.

Menurut Smith dan Tilley (2000), pyoderma akibat Staphylococcus intermedius dapat diterapi dengan pemberian Cephalosporin, Cloxacillin, Oxacillin, Methicillin, Amoxicillin-clavulanate,

Erythromycin, dan Chloramphenicol. Terkadang isolat sudah resisten terhadap Amoxicillin, Ampicillin, Penicillin, Tetrasiklin, dan Sulfonamida. Hindari pemakaian steroid karena akan merangsang resistensi dan pengulangan kejadian meskipun diberikan bersamaan dengan antibiotik. Oleh karena itu, pemberian Dexamethasone yang merupakan turunan dari corticosteroid sebaiknya tidak digunakan lagi untuk mengatasi kasus pyoderma.

Hasil Praktikum

Data dalam bentuk tabel kartu rekam medis (terlampir)

DiskusiPenyakit kulit akibat infestasi

ektoparasit sangat banyak dijumpai pada hewan kecil seperti anjing. Saat praktikum ditemukan seborrhea dan rambut anjing yang sangat kusam. Anjing juga selalu menunduk, lemas, hanya diam dan berbaring. Dan ditemukan agen ektoparasit pada rambut disekitar punggung anjing, dilakukan isolasi parasit dan dilihat dibawah mikroskop.

Dalam jumlah yang sedikit dan sistem imunitas dalam keadaan baik, ektoparasit tidak membahayakan tubuh tetapi ketika sistem imun mengalami penurunan, jumlah ektoparasit akan banyak dijumpai dan dapat menimbulkan gejala-gejala yang merugikan tubuh hewan.

Page 7: penyakit kulit pada anjing

Kesimpulan

Kesimpulan jika cepat ditangani dengan penanganan yang tepat dan dilakukan dengan teratur serta disiplin maka tingkat kesembuhan akan berlangsung lebih cepat.

Pustaka Acuan

Atmojo SD. 2010. Identifikasi Protozoa Parasit Darah pada Anjing (Canis sp.) Ras Impor di Balai Besar Karantina Pertanian Soekarno Hatta.[Skripsi]. Program Sarjana Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.

Donald C. Plumb, Pharm.D.1999. Veterinary Drug Handbook Third Edition, CD-ROM

Henfrey, J. 1990. Canine demodicosis. In Practice. 12(5):187-192

Henfrey, J. 1993. Commons dermatoses of small mammals. In Practice. 15(2):67- 71.

Scott, DW, WH Miller, CG Griffin. 2001. Small Animal Dermatology. WB Saunders Company.

Triakoso, N. 2006. Demodicosis Up Date. Reginal Seminar Veterinary Dermatology Up Date. Surabaya.

Astyawati, T. et.al. 2010. Konsentrasi Serum Anjing yang Optimum untuk Menumbuhkan dan Memelihara Babesia canis dalam Biakan. Jurnal Veteriner: IPB. Vol. 11 No. 4 : 238-243

Bunawan, A. 2009. Artikel: Demodecosis pada Anjing. http://www.pietklinik.com/wmview.php?ArtID=34. Diakses pada tanggal 25/09/2015 pukul 20.40 WITA