penyakit jantung kongenital asianotik

28
PENYAKIT JANTUNG KONGENITAL ASIANOTIK Sophie Aileen 102009207 A6 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl.Arjuna Utara No.6 Jakarta 11510 PENDAHULUAN Kelainan jantung pada anak secara garis besar terbagi atas dua golongan, yaitu penyakit jantung bawaan dan penyakit jantung didapat. Penyakit jantung bawaan ialah kelainan susunan jantung, yang mungkin sudah terdapat sejak lahir. 1 Pembagian kelainan jantung bawaan: 1. Pembagian berdasarkan akibat yang tampak Maka terbagi atas penyakit jantung bawaan dengan sianotik dan golongan penyakit jantung bawaan tanpa sianotik. Yang menarik pada bagian ini adalah kelainan jantung yang baru menunjukkan sianosis setelah proses kelainan tersebut berjalan beberapa waktu. Golongan ini disebut potential cyanosis. 1 2. Pembagian berdasarkan anatomi 1 a. Kelainan aorta (koarktasio aorta, kelainan arcus aorta, cincin aorta, PDA, aortic pulmonari window, kelainan basis aorta, dan pembuluh darah koroner) [email protected] 1

Upload: nisa-kamila

Post on 06-Dec-2015

56 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

makalah

TRANSCRIPT

PENYAKIT JANTUNG KONGENITAL ASIANOTIK

Sophie Aileen

102009207

A6

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl.Arjuna Utara No.6 Jakarta 11510

PENDAHULUAN

Kelainan jantung pada anak secara garis besar terbagi atas dua golongan, yaitu penyakit

jantung bawaan dan penyakit jantung didapat. Penyakit jantung bawaan ialah kelainan

susunan jantung, yang mungkin sudah terdapat sejak lahir.1

Pembagian kelainan jantung bawaan:

1. Pembagian berdasarkan akibat yang tampak

Maka terbagi atas penyakit jantung bawaan dengan sianotik dan golongan penyakit

jantung bawaan tanpa sianotik. Yang menarik pada bagian ini adalah kelainan jantung

yang baru menunjukkan sianosis setelah proses kelainan tersebut berjalan beberapa

waktu. Golongan ini disebut potential cyanosis.1

2. Pembagian berdasarkan anatomi1

a. Kelainan aorta (koarktasio aorta, kelainan arcus aorta, cincin aorta, PDA,

aortic pulmonari window, kelainan basis aorta, dan pembuluh darah koroner)

b. Kelianan arteri pulmonalis (dari distal ke proksimal seperti pulmonal stenosis,

aplasia salah satu cabang arteri pulmonal, dan ketiadaan katup pulmonal).

c. Kelainan katup atrio-ventrikular (septum, atrium, ventrikel, sistem vena).

3. Pembagian berdasarkan fisiologi

Dari segi prinsip fisiologi, kerja yang dihasilkan jantung ialah beban volume dan

beban tekanan. Maka dapat dibuat pembagian kelainan jantung bawaan seperti:1

a. Beban tekanan saja (AS, PS)

b. Beban volume saja (ASD, VSD, PDA)

c. Kombinasi beban tekanan dan volume (TOF)

Namun dengan pembagian ini, ada beberapa yang sulit dimasukkan seperti TGA,

miokardiopati degeneratif, dan gangguan metabolik jantung.

[email protected] 1

Dalam makalah kali ini, akan dibahas kelainan jantung bawaan berdasarkan akibat yang

tampak khususnya dengan asianotik.

ANAMNESIS

Anamnesis adalah suatu tehnik pemeriksaan yang dilakukan lewat suatu percakapan antara

seorang dokter dengan pasiennya secara langsung atau dengan orang lain yang mengetahui

tentang kondisi pasien, untuk mendapatkan data pasien beserta permasalahan medisnya.

Tujuan pertama anamnesis adalah memperoleh data atau informasi tentang permasalahan

yang sedang dialami atau dirasakan oleh pasien. Apabila anamnesis dilakukan dengan cermat

maka informasi yang didapatkan akan sangat berharga bagi penegakan diagnosis, bahkan

tidak jarang hanya dari anamnesis saja seorang dokter sudah dapat menegakkan diagnosis.

Secara umum sekitar 60-70% kemungkinan diagnosis yang benar sudah dapat ditegakkan

hanya dengan anamnesis yang benar.2

Tujuan berikutnya dari anamnesis adalah untuk membangun hubungan yang baik antara

seorang dokter dan pasiennya. Umumnya seorang pasien yang baru pertama kalinya bertemu

dengan dokternya akan merasa canggung, tidak nyaman dan takut, sehingga cederung

tertutup. Tugas seorang dokterlah untuk mencairkan hubungan tersebut. Pemeriksaan

anamnesis adalah pintu pembuka atau jembatan untuk membangun hubungan dokter dan

pasiennya sehingga dapat mengembangkan keterbukaan dan kerjasama dari pasien untuk

tahap-tahap pemeriksaan selanjutnya.2

Ada 2 jenis anamnesis yang umum dilakukan, yakni Autoanamnesis dan Alloanamnesis atau

Heteroanamnesis. Pada umumnya anamnesis dilakukan dengan tehnik autoanamnesis yaitu

anamnesis yang dilakukan langsung terhadap pasiennya. Pasien sendirilah yang menjawab

semua pertanyaan dokter dan menceritakan permasalahannya. Ini adalah cara anamnesis

terbaik karena pasien sendirilah yang paling tepat untuk menceritakan apa yang

sesungguhnya dia rasakan.2

Meskipun demikian dalam prakteknya tidak selalu autoanamnesis dapat dilakukan. Pada

pasien yang tidak sadar, sangat lemah atau sangat sakit untuk menjawab pertanyaan, atau

pada pasien anak-anak, maka perlu orang lain untuk menceritakan permasalahnnya.

[email protected] 2

Anamnesis yang didapat dari informasi orag lain ini disebut Alloanamnesis atau

Heteroanamnesis. Tidak jarang dalam praktek sehari-hari anamnesis dilakukan bersama-sama

auto dan alloanamnesis. Anamnesis memegang peranan penting dalam menegakkan diagnosis

dibanding pemeriksaan fisik, oleh sebab itu, anamnesis yang tepat akan mempengaruhi

diagnosis.2

Saat menganamnesa, perlu ditanyakan adanya angina (nyeri dada), dispnea (kelihatan sulit

bernafas), palpitasi (merasakan denyut jantung sendiri), edema perifer (pembengkakan akibat

timbunan cairan di ruang perifer), sinkop (kehilangan kesadaran), kelelahan dan kelemahan.

Namun pada anak, perlu di anamnesis kepada orang terdekatnya yang mengetahui keadaan

sang anak. Apakah ada biru, cepat lelah saat menetek atau menangis, sering tertidur namun

bangun lagi karena lapar, sesak, dan lain sebagainya.1,3-6

PEMERIKSAAN FISIK

Inspeksi saja terkadang sudah memberikan banyak informasi berharga. Segala pengamatan

seperti warna kulit, bentuk tubuh, dan pola pernafasan, kerja pernafasan, dan gambaran

umum pasien harus dilaporkan juga.3

Pemeriksaan fisik yang dilakukan ialah seperti pada umumnya terdiri dari inspeksi, perkusi,

palpasi dan auskultasi. Penemuan-penemuan khusus setiap penyakit akan langsung dibahas

dalam halaman berikutnya.

Yang perlu diperhatikan saat pemeriksaan fisik, antara lain: denyut dan tekanan arteri,

tekanan dan denyut vena, gerakan prekordial, dan bunyi jantung.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Elektrokardiogram permukaan

EKG adalah suatu alat pencatat grafis aktifitas listrik jantung. Pada EKG akan

terbentuk gelombang khan P, QRS, T. Gelombang ini akan direkam pada kertas grafik

dengan skala waktu horisontaldan skala vortase vertikal.3,5,6

2. Ekokardiografi

Ekokardiografi merupakan prosedur pemeriksaan menggunakan gelombang ultrasonik

sebagai media pemeriksaan. Ekokardiogram memberi informasi penting tentang

struktur, gerakan bilik, katup, dan setiap masa pada jantung. Ekokardiogram ini ada

yang model M, dua dimensi, dopler, dan transesofageal.3,5,6

3. Pemindai CT

[email protected] 3

Tomografi merupakan gambaran potongan melintang tubuh. CT scan ini

memperlihatkan bentuk dalam 3 dimensi. Biasanya memakai kontras yang

disuntikkan ke pasien.3

4. Pencitraan radionuklir

Dengan menyuntikkan isotop pada intravena dan akan terdeteksi dengan kamera

gamma dari radiasi yang terpancar.3

5. Pemeriksaan MRI

Magnetic resonanse imaging adalah tehnik tomografi yang tak memerlukan

radionuklir. Teknik ini didasarkan sifat magnetik inti.3

6. Uji berlatih

Dengan menggunakan treadmill atau sepeda ergometer memmungkinkan evaluasi

gelaja atau EKG yang timbul akibat beraktivitas. Selama diuji, akan disadap EKG

terus menerus dan tekanan darah.3

7. Kateterisasi jantung

Ialah suatu pemeriksaan jantung dengan memasukkan kateter kedalam sistem

kardiovaskuler untuk memeriksa anatomi dan fungsi jantung. Hal-hal yang dinilai

antara lain besar tekanan dalam ruang jantung dan pembuluh darah, analisa

gelombang tekanan yang dicatat, pengambilan sampel kandungan oksigen pada

daerah tertentu, apofikasi ruang jantung/ arteri koroner dengan bahan kontras, dan

penentuan curah jantung.3,5

ETIOPATOGENESIS

Penyakit jantung bawaan merupakan kelainan yang disebabkan oleh gangguan perkembangan

sistem kardiovaskuler pada masa embrio. Terdapat peranan faktor endogen dan eksogen:1

1. Lingkungan. Diferensiasi bentuk jantung lengkap pada akhir bulan kedua kehamilan.

Faktor penyebab PJB terutama terdapat selama dua bulan pertama kehamilan ialah

rubela, virus, talidomid, obat-obatan dan radiasi.

2. Hereditas. Faktor genetik memegang peranan kecil, sedangkan kelainann kromosom

biasanya tidak terdapat. Walau demikian beberapa keluarga memiliki insiden PJB

tinggi dengan jenis yang sama pada anggota keluarga yang sama.

[email protected] 4

Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara pasti,

tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka

kejadian penyakit jantung bawaan :4

1. Faktor Prenatal :

Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella.

Ibu alkoholisme.

Umur ibu lebih dari 40 tahun.

Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin.

Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu.

2. Faktor Genetik :

Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.

Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.

Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.

Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.

DIAGNOSA

Akan dibahas kelainan jantung bawaan yang asianotik (tidak biru), berikut manifestasi klinis,

pemeriksaan fisik khusus yangditemukan, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan.

1. Atrium septum defek (ASD)

Merupakan kelainan yang menjurus ke arah beban volume pada jantung bagian kanan.

Terbagi menjadi 3 berdasarkan bentuk anatomis, antara lain:1,3,5,6

1. Defek septum venosus atau defek vena cava superior

Letak defek diatas fosa ovalis tidak mempunyai tepi atas yang jelas dan biasanya

disertai dengan vena pulmonalis yang bermuara rendah di vena cava superior.

2. Defek fosa ovalis atau ASD II (sekundum)

Letak defek di fosa ovalis yang seharusnya menutup saat lahir.

3. Defek atrioventrikular atau ASD I (primum)

Biasanya disertai kelainan katup atrioventrikular. Bergantung kepada saat timbulnya

gangguan perkembangan, maka akan terjadi bermavcam-macam bentuk. Pada saat

septum atrium mempunyai bentuk endokardial cushion mulailah terjadi pembagian

mono atrium menjadi atrium kanan dan kiri. Primitive atrio ventricular canal terbagi

[email protected] 5

dua. Pembagian pertama terjadi dengan pertumbuhan yang disebut septum primum

dari dinding atas bagian dorsal monoatrium ke arah endocardial cushion dibiarkan

terbuka (ostium primum). Dengan pertumbuhan septum primum, maka ostium

primum mengecil, makapada septum primum itu sendiri terdapat sebuah lobang lebih

kranial dan ke arah ventral disebut ostium sekundum. Ostium sekundum tertutup pada

pertumbuhannya bagian ventral dan sebagian dorsal. Bagian terbuka yang tertinggal,

tertutup oleh septum dari sisi kiri disebut foramen ovale. Septum primum kemudian

menjadi katup foramen ovale. Jadi devek fosa ovalis terjadi karena perkembangan

septum sekundum kurang sempurna akibat resorbsi abnormal septum primum.

Gambar 1. atrial septum defek

Anak dengan ASD sering terlihat tidak menderita kelainan jantung, pertumbuhan dan

perkembangannya tidak kalah dari teman sebaya. Namun pada pirau kiri ke kanan yang

sangat besar, saat beraktivitas cepat mengeluh dispne. Sering menderita infeksi saluran nafas.

Palpasi: aktivitas ventrikel kanan jelas (hiperdinamik) di parasternal kanan. Pertambahan isi

arteri pulmonalis yang melebar teraba di sela iga III kiri dan juga penutupan katup pulmonal.

Getaran bising di sela iga II atau III kiri (berarti hemodinamik PS) atau pada fosa

suprasternalis.1,6

Auskultasi: split bunyi jantung II tanpa bising sering menunjukkan gejala pertama dan satu-

satunya petunjuk ASD. Dengan bertambahnya umur maka jarak split bertambah pula. Jarak

antara komponen aorta-pulmonal bunyi jantung II pada inspirasi dan ekspirasi tetap sama

[email protected] 6

sehingga disebut fixed splitting. Bising sistolik pada ASD terjadi akibat bertambahnya aliran

darah melalui ostia yang normal. Terjadi bising obstruksi arteria pulmonalis.1,6

Tindakan bedah

Defek fosa ovalis yang dibiarkan akan berkomplikasi menjadi hipertensi pulmonal. Operasi

dianjurkan dilakukan dibawah umur 10 tahun. Bila lama diambil tindakan, walaupun operasi,

ventrikel kanan tetap berdilatasi karena proses compliance otot jantung sudah berkurang.

Penutupan spontan ASD sangat kecil kemungkinannya sehingga operasi sangat berarti. Defek

fosa ovalis tanpa komplikasi dapat ditutup dengan cara hipotermia. Bila ada komplikasi akan

dibantu dengan bantuan mesin jantung paru.1,6

Tanpa operasi umur rata-rata penderita 40 tahun. ASD sangat membahayakan karena selama

puluhan tahun tidak menunjukkan gejala dan keluhan tetapi saat timbul hipertensi pulmonal

akan timbul gejala klinis yang berat. Timbulnya fibrilasi atrium dan gagal jantung merupakan

gejala yang berat.1,6,7

2. Ventrikel septum defek (VSD)

Defek septum ventrikel merupakan kelainan jantung bawaan yang paling sering ditemukan.

Lokasi tersering adalah di pars membranasea tetapi kadang ditemukan pula pada septum pars

muskularis. Dapat ditemukan hanya kelainan ini saja, namun ada pula yang multipel defek.

25-30% anak dengan VSD ditemukan kelainan jantung lain.

Perjalanan penyakit VSD terdapat empat kemungkinan:6

1. Defek mungkin menutup spontan. Mungkin terjadi pada 50% kasus biasanya pada

awal masa kanak-kanak dini tetapi kadang pada akhir masa kanak-kanak akhir, remaja

atau dewasa.

2. Ukuran defek mungkin menetap. Karena jantung mengalami pertumbuhan selama

masa kanak-kanak, defek tersebut menjadi relatif lebih kecil.

3. Stenosis saluran keluar ventrikel kanan (infundibulum) mungkin terjadi. Stenosis ini

akan meningkatkan tekanan didalam ventrikel kanan dan terus menerus menurunkan

ukuran pirau kiri ke kanan. Akhirnya pirau akan terbalik dan anak menjadi sianotik.

Sebenarnya anak tersebut mengalami tetralogi fallot.

4. Hipertensi pulmonal progresif mungkin terjadi. Jika pirau kiri ke aknan besar, aliran

darah paru yang besar akan merusak pembuluh darah yang lebih kecil secara

ireversibel dan menimbulkan hipertensi pulmonal. Hal ini menyebabkan VSD

menjadi tidak dapat dibedah dan sangan menurunkan harapan hidup anak tersebut.

[email protected] 7

Gambar 2. Ventricular septum defek

Gambaran klinis tergantung pada ukuran defek dan hipertensi pulmonal.

Pada defek septum ventrikel kecil anak yang menderita kelainan ini tidak memperlihatkan

gejala klinis. Bising jantung sering ditemukan pada pemeriksaan rutin. Anak tampak sehat,

kemerahan, nadi normal, dan jantung tidak membesar. Biasanya terdapat thrill pada tepi kiri

sternum bawah. Pada auskultasi terdengar bising pansistolik yang keras pada lokasi yang

sama akibat aliran darah melalui defek. Bunyi jantung normal.1,6

Pada pemeriksaan penunjang rontgen thoraks dan EKG biasanya normal, kateterisasi jantung

tak diperlukan.

Pada kelainan ini terdapat resiko terjadinya endokarditis bakterialis. Oleh karena itu,

antibiotik profilaksis perlu diberikan pada saat ekstrasi gigi dan lainnya.

Pada defek septum ventrikel sedang, gejala biasanya timbul pada bayi yaitu sesak nafas saat

minum dan menangis, gagal ytumbuh, serta infeksi paru berulang . ketika anak bertambah

usia, gejala cenderung berkurang dan mungkin hilang sama sekali akibat penutupan defek

secara relatif atau nyata.1,6

Pemeriksaan fisik: bayi mengalami sesak nafas saat istirahat tetapi tampak kemerahan dengan

nadi normal. Jantung membesar klinis dengan aktivitas ventrikel meningkat. Terdapat thrill

sistolik . pada auskultasi terdengar bising pansistolik yang kasar dan puktum maksimum pada

[email protected] 8

lokasi tersebut. Bunyi jantung II terdengar terpisah dan katup pulmonal mungkin terdengar

lebih keras dari normal.1,6

Pemeriksaan penunjang: rontgen thoraks memperlihatkan kardiomegali, pembesaran arteri

pulmonalis dan plethora paru. EKG menunjukkan hipertrofi biventrikuler karena kedua

ventrikel terlibat. Kateterisasi harus dilakukan jika anak tidak menunjukkan perbaikan

dengan bertambahnya usia atau bila ditemukan hipertensi pulmonal.

Pengobatan: jika gejala menonjol sebaiknya diberikan diuretik. Pembedahan hendaknya

dihindari karena ada kecendrerungan perbaikan spontan, kecuali ada gejala terus menerus dan

timbulnya hipertensi pulmonal.1,6,7

Defek septum ventrikel besar jika resistensi pembuluh darah paru mencapai minimal pada

umur 3 bulan, pirau yang terjadi melalui defek yang besar dan mengakibatkan gagal jantung.

Gejala sesak nafas pada pemberian minum biasanya mendahului keadaan tersebut, dan

berkeringat merupakan gejala yang sering ditemukan. Bayi mungkin sakit berat disertai gagal

jantung kongestif dan mempunyai kecenderungan tinggi infeksi paru yang sering

mencetuskan episode gagal jantung.

Pemeriksaan fisik: bayi biasanya kurang gizi, sesak nafas, tampak sakit. Jika terdapat edema

paru yang jelas, akan tampak sianotik. Jantung membesar secara klinis dengan peningkatan

aktivitas ventrikel dan terdapat thrill sistolik. Tanda gagal jantung akan tampak. Pada

auskultasi terdengar bisisng sistolik keras yang disebabkan oleh peningkatan aliran darah

melalui katup pulmonal. Bising ejeksi sistolik pulmonal dan middiastolik mitral biasanya

terdengar dan bunyi jantung dua komponen pulmonal mengeras.

Pemeriksaan penunjang: rontgen thoraks menunjukkan kardiomegali yang nyata, arteri

pulmonalis besar dan phletora paru. EKG memperlihatkan hipertrofi ventrikel kanan dan kiri.

Ekokardiografi akan memperlihatkan defek sedangkan kateterisasi diperlukan untuk

mengukur besar pirau dan tekanan arteri pulmonalis.1,6

Pengobatan: pengobatan awal adalah medikamentosa. Bayi dengan gagal jantung dirawat

dalam posisi setengah duduk. Diuretika diberikan bersama-sama dengan dengan suplemen

kalsium atau diberi diuretik hemat kalium seperti spironolakton. Keberhasilan terapi dinilai

dengan pertimbangan berat badan secara berkala dan pencatatan ukuran hati. Jika gagal

jantung berespon terhadap pengobatan berat badan akan menurun dengan cepat dan ukuran

hati mengecil. Jika bayi tak berespon diperlukan penutupan dengan pembedahan.

Pembedahan paling baik dilakukan dalam satu tahap dengan menggunakan pintasan

kardiopulmoner. Pembedahan seperti ini pada bayi yang sakit memerlukan keterampilan

[email protected] 9

medis dan bedah yang terbaik. Cara pembedahan alternatif adalah menempatkan pita

pengerut disekitar basal arteri pulmonalis yang mengurangi pirau. Pembedahan kedua

diperlukan untuk mengangkat pita dan menutup defek.1,6,7

3. Duktus arteriosus persisten

Duktus arteriosus persisten merupakan kelainan jantung bawaan yang sering dijumpai baik

tunggal atau kombinasi. Lebih sering dijumpai pada perempuan, pada bayi yang ibunya

menderita rubela dan bayi prematur. Dalam janin, duktus ini merupakan pembuluh darah

besar dan berotot mengalirkan darah dari ventrikel kanan dan arteri pulmonalis ke aorta.

Dalam 24jam pertama setelah lahir, duktus akan menutup sebagai respon terhadap darah yang

teroksigenisasi. Duktus arteriosus persisten tidak mungkin menutup spontan setelah beberapa

hari kehidupan namun pada bayi prematur menutup spontan dalam 3 bulan pertama masih

memungkinkan. Saat resistensi pembuluh darah pulmonalis menurun setelah lahirterjadi pirau

kiri ke kanan dari aorta ke arteri pulmonalis melalui duktus.1,6

Gambar 3. Paten duktus arteriosus

Pada duktus arteriosus kecil, Anak dengan kelainan ini bebas keluhan. Bising jantung dapat

dideteksi pada pemeriksaan rutin atau kebetulan. Bayi tamoak kemerahan dengan nadi

normal. Pada auskultasi terdengar bising kontinu yang keras dengan punktum maksimum

dibawah klavicula kiri. Bising menyebar dari fase sistolik ke diastolik karena tekanan arteri

pulmonalis lebih rendah daripada aorta sepanjang siklus jantung. Bising tersebut mempunyai

kualitas machinery kasar. Rontgen dada dan EKG normal, namun ecokardiogram dapat

[email protected] 10

memperlihatkan duktus ini. Pada bayi seperti ini dianjurkan ligasi untuk menghindari

komplikasi endokarditis bakterialis.1,5,6,7

Pada duktus arteiosus besar, berat keluhan akan berhubungan dengan besarnya pirau. Anak

mungkin kurang gizi dengan penuruanan toleransi terhadap latihan dan peningkatan resiko

infeksi saluran nafas. Pada keadaan ekstrim, gagal jantung dapat terjadi saat bayi. Pada

pemeriksaan anak tampak kecil dan kurus. Peningkatan frekuensi nafas sering dijumpai.

Tidak ada sianosis tapi nadi mudah diraba, bersifat penuh dan kolaps. Tekanan diastolik amat

rendah dan tekanan nadi lebar. Jantung membesar secara klinis dengan pembesaran ventrikel

kiri secara menonjol dan thrill sistolik pada daerah pulmonalis. Pada auskultasi terdengar

bising sistolik kasar yang meluas melampaui bunyi jantung dua hingga fase diastolik dini.

Panjang bising tergantungpada tekanan arteri pulmonalis. Tekanan ini tinggi bila terdapat

pirau yang besar sehingga darah hanya mengalir dari kiri ke kanan selama sistolik . bunyi

jantung dua komponen pulmonal terdengar keras. Bising mid-diastole mitral mungkin

terdengar.1,6

Pemeriksaan penunjang: rontgen thoraks menunjukkan gambar khas pirau kiri ke kanan.

EKG memperlihatkan hipertrofi ventrikel kiri. Diagnosa dikonfirmasi dengan ekokardiografi.

Perjalanan penyakit: bila duktud arteriosus kecil penderita hanya beresiko terhadap

endokarditis bakterialis atau endoarteritis. Resiko tersebut cukup besar. Jika duktus arteriosus

lebih besar, dapat terjadi gagal jantung pada masa bayi . hipertensi pulmonal dan pirau yang

terbalik dapat terjadi.

Pengobatan: jika terjadi gagal jantung, diperlukan terapi medikamentosa. Pembedahan harus

dilakukan segera setelah kondisi anak memungkinkan.1,6,7

4. Stenosis aorta

Stenosis aorta merupakan penyakit jantung bawaan yang sering dijumpai dapat merupakan

kelainan tunggal ataupun kombinasi. Pada sebagian besar kasus, katup aorta menyempit

akibat deformitas kongenital seperti menempelnya katup ke tepi. Derajat stenosis mungkin

memburuk saat anak bertambah usiaakibat penebalan dan kalsifikasi daun katup. Bila katup

amat menyempit dan kaku, dapat ditemukan juga adanya insufisiensi aorta.1,6

Gejala klinis: stenosis aorta berat menimbulkan gagal jantung pada masa bayi. Pada sebagian

besar kasus, bising jantung ditemukan pada pemeriksaan rutin. Sebagian kecil dari anak-anak

besar yang mengalami stenosis aorta berat dapat mengeluh pusing dan pening saat

berolahraga, serta penurunan kesadaran. Hal ini merupakan indikasi untuk pengobatan

segera. Endokarditis bakterialis merupakan komplikasi stenosis aorta.1,6

[email protected] 11

Gambar 4. Stenosis aorta

Pemeriksaan fisik: anak tampak sehat dan kemerahan. Seringkali volume nadi kecil dan

meningkat perlahan (plateu). Tekanan darah sistolik mungkin rendah. Pada palpasi ventrikel

kiri membesar dan teraba thrill pada tepi sternum kiri bawah, lekuk suprasternum, dan leher.

Pada auskultasi terdengar bising sistolik ejeksi di apeks dan tepi kiri sternum bawah yg

menjalar ke leher. Biasanya terdengar bunyi klik ejeksi sesaat sebelum terdengar bising.1,6

Pemeriksaan penunjang: ronsen thoraks mungkin menunjukkan pembesaran ventrikel kiri

dengan dilatasi aorta desendent post stenosis. EKG memperlihatkan hipertrofi ventrikel kiri

dalam derajat bervariasi tergantung beratnya stenosis gradien katup aorta dapat diukur

dengan ultrasonografi.

Pengobatan: jika Ecokardiografi memperlihatkan gradien katup aorta lebih dari 40mmhg,

diperlukan katerisasi jantung untuk konfirmasi. Stenosis dapat dihilangkan dengan

valvuloplasti balon. Penggantian katup aorta diusahakan dihindari sampai pertumbuhan anak

berhenti. Aktivitas berat harus dihindari karena beresiko kematian mendadak. Pencegahan

endokarditis bakterialis merupakan hal penting.1,6,7

5. Stenosis pulmonal

Stenosis pulmonal, pada keadaan ini katup pulmonal mengalami deformitas bawaan. Katup

mengalami penebalan dan penyempitan. Ventrikel kanan mengalami hipertrofi sebagai

kompensasi obstruksi. Saluran keluar ventrikel kanan yang muskular yaitu infundibulum juga

mengalami hipertrofi dan akan menyebabkan meningkatnya derajat obstruksi.1,6,7

Gejala klinis: jika terdapat stenosis yang berat, bayi akan memperlihatkan gagal jantung

kanan. Sianosis mungkin terlihat akibat pirau parah dari kanan ke kiri melalui foramen ovale.

[email protected] 12

Pada kasus ringan dan sedang, bising jantung terdengar pada pemeriksaan rutin. Gejala jarang

dijumpai pada masa kanak-kanak. Namun pada stenosis sedang, disfungsi ventrikel kanan

dan aritmia mungkin pada masa dewasa.1,6

Gambar 5. Stenosis pulmonal

Pemeriksaan fisik: pada kasus ringan sampai sedang, anak tampak sehat, kemerahan, dan

memiliki nadi normal. Hipertrofi atrium kanan menimbulkan suatu gelombang pada denyut

vena jugularis. Ventrikel kanan mengalami heaving dan thrill sistolik teraba pada daerah

pulmonal. Pada auskultasi biasanya terdengar klik ejeksi yang diikuti oleh bising sistolik

akibat aliran darah melalui katup yang menyempit. Bising terdengar pada dada kiri atas

bagian anterior dan menjalar ke punggung. Komponen pulmonal bunyi jantung dua menjadi

lebih lemah dan lebih lambat ketika stenosis meningkat.1,6

Pemeriksaan penunjang: rontgen thoraks menunjukkan dilatasi arteri pulmonale post stenosis.

Atrium kanan dan ventrikel kanan membesar pada kasus yang berat. EKG menunjukkan

[email protected] 13

deviasi aksis ke kanan , hipertrofi atrium kanan dan ventrikel kanandalam derajat yang

bervariasi tergantung stenosis. Gradien katup pulmonal diukur dengan ultrasonografi doppler.

Pengobatan: jika gradien doppler melewati katup lebih dari 40-50 mmhg dilakukan

kateterisasi jantung dengan valvuloplasti balon. Tindakan ini mempunyai keberhasilan yang

tinggi penyempitan dikurangi sampai 75% atau lebih dan penyempitan biasanya tidak

rekuren.1,6,7

6. Koartasio aorta

Koarktasio aorta merupakan penyempitan lokal aorta desenden dekat lokasi duktus arteriosus

dan biasanya sebelah distal arteri subklavia kiri. Darah arteri melintas daerah obstruksi dan

mencapai bagian bawah tubuh melalui pembuluh darah kolateral yang membesar. Ventrikel

kiri mengalami hipertrofi sebagai kompensasi adanya obstruksi dan dapat terjadi gagal

jantung. Darah sistolik bagian atas tubuh biasanya meningkat.1,6

Gambar 6. Koartasio Aorta

Gejala klinis: jika ada penyempitan berat, dapat timbul gagal jantung dalam beberapa hari

atau minggu kehidupan. Namun pada sebagian kasus, diagnosis dibuat pada pemeriksaan

rutin ataupun secara kebetulan yaitu dengan terdengarnya bising atau tak terabanya nadi

femoralis atau karena hipertensi. Kadang dapat terjadi komplikasi seperti pendarahan

subaraknoid akibat pecahnya aneurisma intrakranial atau endarteritis bakterialis pada anak

atau dewasa.

Pemeriksaan fisik: anak biasanya tampak sehat dan kemerahan, nadi radialis dan brakialis

normal tetapi nadi femoralis tak teraba atau lemah dan terlambat. Biasanya terdapat

hipertensi sistemik dan ventrikel kiri dapat membesar. Pada auskultasi biasanya terdengar

[email protected] 14

bising ejeksi sistolik pada sisi kiri dada, terutama pada punggung. Arteri kolateral sering

teraba di scapula.1,6

Pemeriksaan penunjang: rontgen toraks mungkin menunjukkan pembesaran ventrikel kiri.

Pada anak yang lebih besar dapat terlihat lekukan iga tempat arteri interkostal yang

membesar telah mengerosi sisi bawah iga. EKG mungkin memperlihatkan hipertrofi ventrikel

kiri.

Pengobatan: pembedahan dianjurkan untuk semua jenis kasus. Pembedahan sebaiknya

dilakukan segera setelah diagnosa ditegakkan. Segmen aorta yang menyempit direseksi dan

kedua ujung disambung kembali. Pada bayi, bagian proksimal arteri subklavia kiri dapat

digunakan memperbaiki aorta setelah eksisi bagian yang menyempit. Pembedahan dini lebih

efektif dalam mengatasi hipertensi secara permanen, tetapi karena anak bertumbuh, dapat

beresiko penyempitan kembali dan akan memerlukan pembedahan lebih lanjut.1,6,7

EPIDEMIOLOGI

Sering ditemukan pada kalangan menengah kebawah akibat kesadaran akan kesehatan dan

kemampuan masih rendah. Pada beberapa penyakit, seperti PDA sering dialami pada bayi

prematur. Yang terbanyak ditemukan ialah VSD, diikuti VSD + PS, ASD, PDA, koartrio

aorta, PS, AS.

PENATALAKSANAAN

Secara lebih terperinci dapat dilihat langsung dalam penjelasan disetiap topik diatas. Namun

secara garis besar, bila tak dapat menutup sendiri (pada ASD, VSD, atau PDA) harus

dilakukan tindakan pembedahan. Begitu juga hal nya dengan stenosis.

PREVENTIF

Pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan meniadakan berbagai faktor-faktor

penyebab pada ibu hamil, seperti vaksinasi pada beberapa penyakit yang dapat menular pada

anak. Pada kehamilan muda sebaiknya tidak memakan obat-obatan jika tidak perlu sekali.

Serta pemeriksaan radiologi rutin selama kehamilan juga jangan dilakukan.1

KOMPLIKASI

1. Hipertensi pulmonal

[email protected] 15

Akibat pirau kiri ke kanan yang semakin membesar, menimbulkan penekanan arteri

pulmonalis secara nyata. Aliran yang tinggi ini mengakibatkan kerusakan permanen

pembuluh darah paru yang lebih kecil sehingga dapat terjadi penyempitan dan hipertensi

pulmonal irreversibel (walau sudah dioperasi). Anak mungkin terlihat sianotik ringan dengan

jari tabuh tetapi tampak normal. Terjadi nya pirau kiri ke kanan yang terus menerus disebut

sindrom eisenmenger. Tidak ada koreksi pembedahan yang dpaat dilakukan, dan harapan

hidup menurun. Transplantasi jantung paru merupakan pilihan.6

2. Endokarditis bakterialis

Merupakan komplikasi tersering, terutama kelainan yang menimbulkan aliran turbulen

darah. Terjadi akibat bakterisemia yang dapat timbul saat pengobatan gigi. Gejala klinis

demam, malaise, anoreksia. Jari tabuh, bintik pendarahan, limfa teraba, endokarditis dapat

merusak katup jantung. Pengobatan dengan antibiotik bakterisid. Pada anak dengan kelaian

jantung bawaan dengan resiko besar, lebih baik diberikan profilaksis antibiotik.6

PROGNOSIS

Tergantung kelainan yang diderita anak, dan keparahan penyakit. Semakin cepat terdiagnosa

dan penanganan, prognosis semakin baik, memungkinkan anak untuk hidup normal.

[email protected] 16

DAFTAR PUSTAKA

1. Staf pengajar ilmu kesehatan anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Penyakit jantung bawaan. Dalam: Buku kuliah 2 ilmu kesehatan anak. Jakarta: bagian

ilmu kesehatan anak FK UI; 1985. Hlm.705-22.

2. Razi. Anamnesis. Diunduh dari:

http://razimaulana.wordpress.com/2008/12/02/anamnesis/; 2 Desember 2008.

3. Wilson L M. Prosedur diagnostik penyakit kardiovaskuler. Dalam: patafisiologi

konsep klinis proses-proses penyakit. Ed.6. Jakarta: EGC; 2005. Hlm.547-75.

4. Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Pusat Kesehatan Jantung dan Pembuluh

Darah Nasional Harapan Kita, 2001. Hlm.109.

5. Lissauer Tom dan Avroy A. Fanafoff. Gangguan jantung. Dalam: At a glance

neonatologi. Jakarta: Erlangga; 2009. Hlm.116-9.

6. David hull, Derek I J; alih bahasa; Hartono Gunadi. Jantung. Dalam: dasar-dasar

pediatri. Ed.3. Jakarta: EGC; 2008. Hlm. 130-43.

7. Fitantra Johny. Penatalaksanaan penyakit jantung bawaan. Diunduh dari:

http://www.medicinesia.com/kedokteran-klinis/tumbuh-kembang/penatalaksanaan-

penyakit-jantung-bawaan/; 14 Juni 2011.

[email protected] 17

LAMPIRAN

Skenario 6 :

Seorang anak perempuan berusia 5 tahun dibawa ibunya ke poliklinik karena sering batuk

pilek dan mudah lelah. Menurut ibunya anaknya tumbuh normal, tidak ada riwayat biru dan

jarang sakit. Pada pemeriksaan rontgen tampak peningkatan corak paru.

Mind mapping skenario 6 :

[email protected] 18