penyakit degeneratif pada sistem pencernaan

13
PENYAKIT DEGENERATIF PADA SISTEM PENCERNAAN A. OBSTRUKSI USUS Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun penyebabnya) aliran normal isi usus sepanjang saluran usus. Menurut letak sumbatannya maka obstruksi usus dibagi menjadi dua: 1. Obstruksi tinggi, bila mengenai usus halus. 2. Obstruksi rendah, bila mengenai usus besar. Terdapat 2 jenis obstruksi usus: (1) Non-mekanis (mis: ileus paralitik atau ileus adinamik), peristaltik usus dihambat akibat pengaruh toksin atau trauma yang mempengaruhi pengendalian otonom motilitas usus (2) Mekanis, terjadi obstruksi di dalam lumen usus atau obstruksi mural yang disebabkan oleh tekanan ekstrinsik. ETIOLOGI Obstruksi non-mekanis atau ileus adinamik sering terjadi setelah pembedahan abdomen karena adanya refleks penghambatan peristaltik akibat visera abdomen yang tersentuh tangan. Refleks penghambatan peristaltik ini sering disebut sebagai ileus paralitik, walaupun paralisis peristaltik ini tidak terjadi secara total. Keadaan lain

Upload: nadia-aiiuu

Post on 05-Aug-2015

197 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: Penyakit Degeneratif Pada Sistem Pencernaan

PENYAKIT DEGENERATIF PADA SISTEM PENCERNAAN

A. OBSTRUKSI USUS

Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun penyebabnya) aliran normal isi

usus sepanjang saluran usus.

Menurut letak sumbatannya maka obstruksi usus dibagi menjadi dua:

1. Obstruksi tinggi, bila mengenai usus halus.

2. Obstruksi rendah, bila mengenai usus besar.

Terdapat 2 jenis obstruksi usus:

(1) Non-mekanis (mis: ileus paralitik atau ileus adinamik), peristaltik usus dihambat akibat pengaruh

toksin atau trauma yang mempengaruhi pengendalian otonom motilitas usus

(2) Mekanis, terjadi obstruksi di dalam lumen usus atau obstruksi mural yang disebabkan oleh

tekanan ekstrinsik.

ETIOLOGI

Obstruksi non-mekanis atau ileus adinamik sering terjadi setelah pembedahan abdomen karena

adanya refleks penghambatan peristaltik akibat visera abdomen yang tersentuh tangan. Refleks

penghambatan peristaltik ini sering disebut sebagai ileus paralitik, walaupun paralisis peristaltik ini

tidak terjadi secara total. Keadaan lain yang sering menyebabkan terjadinya ileus adinamik adalah

peritonitis. Atoni usus dan peregangan gas sering timbul menyertai berbagai kondisi traumatik,

terutama setelah fraktur iga, trauma medula spinalis, dan fraktur tulang belakang.

Penyebab obstruksi mekanis berkaitan dengan kelompok usia yang terserang dan letak obstruksi.

Sekitar 50% obstruksi terjadi pada kelompok usia pertengahan dan tua, dan terjadi akibat perlekatan

yang disebabkan oleh pembedahan sebelumnya. Tumor ganas dan volvulus merupakan penyebab

tersering obstruksi usus besar pada usia pertengahan dan orang tua. Kanker kolon merupakan

Page 2: Penyakit Degeneratif Pada Sistem Pencernaan

penyebab 90% obstruksi yang terjadi. Volvulus adalah usus yang terpelintir, paling sering terjadi

pada pria usia tua dan biasanya mengenai kolon sigmoid. Inkarserasi lengkung usus pada hernia

inguinalis atau femoralis sangat sering menyebabkan terjadinya obstruksi usus halus. Intususepsi

adalah invaginasi salah satu bagian usus ke dalam bagian berikutnya dan merupakan penyebab

obstruksi yang hampir selalu ditemukan pada bayi dan balita. Intususepsi sering terjadi pada ileum

terminalis yang masuk ke dalam sekum. Benda asing dan kelainan kongenital merupakan penyebab

lain obstruksi yang terjadi pada anak dan bayi.

PATOFISIOLOGI

Obstruksi usus halus

Akumulasi isi usus, cairan, dan gas terjadi di daerah diatas usus yang mengalami obstruksi.

Distensi dan retensi cairan mengurangi absorpsi cairan dan merangsang lebih banyak sekresi lambung.

Dengan peningkatan distensi, tekanan dalam lumen usus meningkat, menyebabkan penurunan tekanan

kapiler vena dan arteriola. Pada gilirannya hal ini akan menyebabkan edema, kongesti, nekrosis, dan

akhirnya ruptur atau perforasi dari dinding usus, dengan akibat peritonitis.

Muntah refluks dapat terjadi akibat distensi abdomen. Muntah mengakibatkan kehilangan ion

hidrogen dan kalium dari lambung, serta menimbulkan penurunan klorida dan kalium dalam darah, yang

akhirnya mencetuskan alkalosis metabolik. Dehidrasi dan asidosis yang terjadi kemudian, disebabkan

karena hilangnya cairan dan natrium. Dengan kehilangan cairan akut, syok hipovolemik dapat terjadi.

Obstruksi usus besar

Seperti pada obstruksi usus halus, obstruksi usus besar mengakibatkan isi usus, cairan, dan gas

berada proksimal disebelah obstruksi.

Obstruksi dalam kolon dapat menimbulkan distensi hebat dan perforasi kecuali gas dan cairan

dapat mengalir balik melalui katup ileal.

Obstruksi usus besar, meskipun lengkap, biasanya tidak dramatis bila suplai darah ke kolon tidak

terganggu. Apabila suplai darah terhenti, terjadi strangulasi usus dan nekrosis (kematian jaringan);

kondisi ini mengancam hidup.

Pada usus besar, dehidrasi terjadi lebih lambat dibandingkan pada usus besar karena kolon

mampu mengabsorpsi isi cairannya dan dapat melebar sampai ukuran yang dipertimbangkan diatas

kapasitas normalnya.

Page 3: Penyakit Degeneratif Pada Sistem Pencernaan

MANIFESTASI KLINIK

Obstruksi usus halus

a) Obstruksi sederhana

Pada obstruksi usus halus proksimal akan timbul gejala muntah yang banyak, yang jarang

menjadi muntah fekal walaupun obstruksi berlangsung lama. Nyeri abdomen bervariasi dan sering

dirasakan sebagai perasaan tidak enak di perut bagian atas.

Obstruksi bagian tengah atau distal menyebabkan kejang di daerah periumbilikal atau nyeri yang

sulit dijelaskan lokasinya. Kejang hilang timbul dengan adanya fase bebas keluhan. Muntah akan timbul

kemudian, waktunya bervariasi tergantung letak sumbatan. Semakin distal sumbatan, maka muntah yang

dihasilkan semakin fekulen. Obstipasi selalu terjadi terutama pada obstruksi komplit.

Tanda vital normal pada tahap awal, namun akan berlanjut dengan dehidrasi akibat kehilangan

cairan dan elektrolit. Suhu tubuh bisa normal sampai demam. Distensi abdomen dapat minimal atau tidak

ada pada obstruksi proksimal dan semakin jelas pada sumbatan di daerah distal. Peristaltik usus yang

mengalami dilatasi dapat dilihat pada pasien yang kurus. Bising usus yang meningkat dan metallic sound

dapat didengar sesuai dengan timbulnya nyeri pada obstruksi di daerah distal.

Nilai laboratorium pada awalnya normal, kemudian akan terjadi hemokonsentrasi, leukositosis,

dan gangguan elektrolit.

Pada pemeriksaan radiologis, dengan posisi tegak dan telentang dan lateral dekubitus

menunjukkan gambaran anak tangga dari usus kecil yang mengalami dilatasi dengan air-fluid level.

Pemberian kontras akan menunjukkan adanya obstruksi mekanis dan letaknya.

Pada ileus obstruktif letak rendah jangan lupa untuk melakukan pemeriksaan rektosigmoidoskopi

dan kolon (dengan colok dubur dan barium in loop) untuk mencari penyebabnya. Periksa pula

kemungkinan terjadinya hernia.

b) Obstruksi disertai proses strangulasi

Kira-kira sepertiga obstruksi dengan strangulasi tidak diperkirakan sebelum dilakukan operasi.

Gejalanya seperti obstruksi sederhana tetapi lebih nyata dan disertai dengan nyeri hebat. Hal yang perlu

diperhatikan adalah adanya skar bekas operasi atau hernia.

Bila dijumpai tanda-tanda strangulasi maka diperlukan tindakan operasi segera untuk mencegah

terjadinya nekrosis usus.

Page 4: Penyakit Degeneratif Pada Sistem Pencernaan

Obstruksi usus besar

Obstruksi mekanis di kolon timbul perlahan-lahan dengan nyeri akibat sumbatan biasanya terasa di

daerah epigastrium. Nyeri yang hebat dan terus menerus menunjukkan adanya iskemia atau peritonitis.

Borborygmus dapat keras dan timbul sesuai dengan nyeri. Konstipasi atau obstipasi adalah gambaran

umum obstruksi komplit. Muntah timbul kemudian dan tidak terjadi bila katup ileosekal mampu

mencegah refluks. Bila terjadi refluks isi kolon terdorong ke dalam usus halus, akan tampak gangguan

pada usus halus. Muntah fekal akan terjadi kemudian.

Pada keadaan valvula Bauchini yang paten, terjadi distensi hebat dan sering mengakibatkan

perforasi sekum karena tekanannya paling tinggi dan dindingnya yang lebih tipis.

Pada pemeriksaan fisis akan menunjukkan distensi abdomen dan timpani, gerakan usus akan

tampak pada pasien yang kurus, dan akan terdengar metallic sound pada auskultasi. Nyeri yang terlokasi,

dan terabanya massa menunjukkan adanya strangulasi. Peritonitis mengarah pada terjadinya gangren atau

ruptur dinding-dinding usus. Darah segar dapat ditemukan pada rektum bila terjadi intususepsi atau

karsinoma kolon atau rektum.

Pada gambaran radiologi, kolon yang mengalami distensi menunjukkan gambaran seperti ‘pigura’

dari dinding abdomen. Kolon dapat dibedakan dari dinding usus dengan melihat adanya haustre yang

tidak melintasi seluruh lumen kolon yang terdistensi. Barium enema akan menunjukkan lokasi sumbatan.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Obstruksi usus halus

1. Pemeriksaan sinar-X terhadap abdomen akan menunjukkan kuantitas abnormal dari gas dan/atau

cairan dalam usus.

2. Pemeriksaan laboratorium (mis: pemeriksaan elektrolit dan jumlah darah lengkap) akan menunjukkan

gambaran dehidrasi dan kehilangan volume plasma, dan kemungkinan infeksi.

Obstruksi usus besar

1. Pemeriksaan simtomatologi dan sinar-X. Sinar-X abdomen (datar dan tinggi) akan menunjukkan

distensi kolon.

2. Pemeriksaan barium dikontraindikasikan.

Page 5: Penyakit Degeneratif Pada Sistem Pencernaan

PENATALAKSANAAN

Obstruksi Usus Halus

Dekompresi usus melalui selang usus halus atau nasogatrik bermanfaat dalam mayoritas kasus.

Apabila usus tersumbat secara lengkap, maka strangulasi yang terjadi memerlukan intervensi bedah.

Sebelum pembedahan, terapi IV diperlukan untuk mengganti penipisan air, natrium, klorida, dan kalium.

Tindakan pembedahan terhadap obstruksi usus sangat tergantung pada penyebab obstruksi. Penyebab

paling umum dari obstruksi, seperti hernia dan perlekatan, prosedur bedah mencakup perbaikan hernia

atau pemisahan perlekatan pada usus tersebut. Pada beberapa situasi, bagian dari usus yang terkena dapat

diangkat dan dibentuk anastomosis. Kompleksitas prosedur bedah untuk obstruksi usus tergantung pada

durasi obstruksi dan kondisi usus yang ditemukan selama pembedahan.

Obstruksi usus besar

Apabila obstruksi relatif tinggi dalam kolon, kolonoskopi dapat dilakukan untuk membuka lilitan dan

dekompresi usus. Sekostomi, pembukaan secara bedah yang dibuat pada sekum, dapat dilakukan pada

pasien yang berisiko buruk terhadap pembedahan dan sangat memerlukan pengangkatan obstruksi.

Prosedur ini memberikan jalan keluar untuk mengeluarkan gas dan sejumlah kecil rabas. Selang rektal

dapat digunakan untuk dekompresi area yang ada dibawah usus.

Tindakan yang biasanya dilakukan, adalah reseksi bedah untuk mengangkat lesi penyebab

obstruksi. Kolostomi sementara atau permanen mungkin diperlukan. Kadang-kadang anastomosis

ileoanal dilakukan bila pengangkatan keseluruhan usus besar diperlukan.

Page 6: Penyakit Degeneratif Pada Sistem Pencernaan

ASUHAN KEPERAWATAN OBSTRUKSI USUS

I. PENGKAJIAN

Pada pengkajian abdominal (apendiks), pemeriksaan fisik menunjukkan:

- Muntah banyak dengan materi fekal berbau.

- Perubahan pola usus, feses bentuk pentil atau pita.

- Distensi abdomen.

- Nyeri kolik, abdomen intermitten.

- ada awal, bising usus cepat meningkat di atas sisi obstruksi, kemudian bising usus berhenti.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri b/d distensi abdomen sekunder terhadap obstruksi usus.

2. Risiko tinggi kekurangan volume cairan b/d mual muntah.

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d absorpsi nutrisi.

4. Risiko tinggi infeksi b/d kemungkinan nekrosis dan ruptur usus.

5. Ansietas b/d perubahan status kesehatan.

III. INTERVENSI

1. Nyeri b/d distensi abdomen sekunder terhadap obstruksi usus.

Tujuan : Nyeri hilang atau terkontrol.

Intervensi :

1) Kaji tingkat nyeri dengan skala 0-10.

R/ Memudahkan perawat dalam menentukan tingkat nyeri dan alat untuk evaluasi keefektifan

analgesik, meningkatkan kontrol nyeri.

2) Pertahankan tirah baring sesuai program.

R/ Tirah baring mengurangi penggunaan energi dan membantu mengontrol nyeri dan mengurangi

kontraksi otot.

3) Pasang selang gastrointestinal yang disambungkan pada penghisap intermitten.

R/ Penghisapan membantu dalam dekompensasi saluran gastrointestinal, irigasi saluran

gastrointestinal membantu mempertahankan ketepatan.

Page 7: Penyakit Degeneratif Pada Sistem Pencernaan

4) Pertahankan posisi semi fowler.

R/ Membantu gerakan gralisasi terhadap selang gastrointestinal dan meningkatkan ekspansi paru.

5) Pertahankan puasa sampai bising usus kembali, distensi abdomen berkurang dan flatus keluar.

R/ Memungkinkan makanan peroral dengan tidak ada bising usus akan meningkatkan distensi dan

ketidaknyamanan.

6) Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi.

R/ Menghilangkan nyeri, meningkatkan kenyamanan/istirahat umum.

2. Risiko tinggi kekurangan volume cairan b/d mual muntah.

Tujuan : Menunjukkan keseimbangan cairan dengan parameter individual yang tepat, mis: membran

mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler cepat, tanda vital stabil.

Intervensi :

1) Kaji perubahan tanda vital, contoh: peningkatan suhu/demam memanjang, takikardia, hipotensi

ortostatik.

R/ Peningkatan suhu/memanjangnya demam meningkatkan laju metabolik, TD ortostatik berubah

dan peningkatan takikardia menunjukkan kekurangan cairan sistemik

2) Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa (bibir, lidah).

R/ Indikator langsung keadekuatan volume cairan.

3) Pantau masukan dan haluaran. Hitung keseimbangan cairan. Waspadai kehilangan yang tak

tampak.

R/ Memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan kebutuhan penggantian.

4) Observasi perdarahan dan tes feses tiap hari untuk adakan darah samar.

R/ Diet tidak adekuat dan penurunan absorpsi dapat menimbulkan defisiensi vitamin K dan

merusak koagulasi potensial risiko perdarahan.

5) Kolaborasi pemberian cairan parenteral, transfusi sesuai indikasi.

R/ Pemenuhan kebutuhan dasar cairan, menurunkan risiko dehidrasi.

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d absorpsi nutrisi.

Tujuan : Menunjukkan peningkatan masukan makanan, mempertahankan/ meningkatkan berat

badan.

Intervensi :

1) Anjurkan pembatasan aktivitas selama fase akut.

R/ Menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah penurunan kalori dan simpanan energi.

Page 8: Penyakit Degeneratif Pada Sistem Pencernaan

2) Anjurkan istirahat sebelum makan.

R/ Menenangkan peristaltik dan meningkatkan energi untuk makan.

3) Berikan perawatan oral.

R/ Rasa tak enak, bau dan penampilan dapat menurunkan nafsu makan dan merangsang mual dan

muntah.

4) Batasi makanan yang dapat menyebabkan kram abdomen.

R/ Mencegah serangan akut.

5) Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi, mis: antikolinergik 15-30 menit sebelum makan.

R/ Menghilangkan kram dan diare, menurunkan motilitas gaster dan meningkatkan waktu untuk

absorpsi nutrisi.

4. Risiko tinggi infeksi b/d kemungkinan nekrosis dan ruptur usus.

Tujuan : Fungsi usus kembali normal dan tidak terjadi infeksi.

Intervensi :

1) Pantau kualitas dan intensitas nyeri, TTV dan status abdomen.

R/ Deteksi dini terhadap potensial masalah.

2) Beritahu dokter segera bila nyeri abdomen, suhu, lingkaran abdomen terus meningkat disertai

dengan penghentian bising usus tiba-tiba.

R/ Temuan ini menunjukkan potensial ruptur dan peritonitis sehingga intervensi bedah

daperuntukkan untuk mencegah akibat yang serius.

3) Siapkan pasien untuk pembedahan usus bila direncanakan.

R/ Obstruksi vaskuler atau mekanis umumnya memerlukan intervensi bedah.

4) Ikuti kewaspadaan umum, mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan perawatan dan

menggunakan sarung tangan untuk kontak dengan darah atau cairan tubuh yang mungkin terjadi.

R/ Penyakit meningkatkan kerentanan seseorang terhadap infeksi. Petugas pelayanan kesehatan

paling umum sebagai sumber infeksi nosokomial.

5. Ansietas b/d perubahan status kesehatan.

Tujuan : Melaporkan penurunan ansietas sampai tingkat yang dapat ditangani.

Intervensi :

1) Motivasi klien menyatakan perasaannya.

R/ Membantu pasien/orang terdekat dalam mengidentifikasi masalah yang menyebabkan stress.

2) Berikan informasi yang akurat dan nyata tentang tindakan yang akan dilakukan.

R/ Keterlibatan pasien dalam perencanaan perawatan dapat memberikan rasa kontrol dan

Page 9: Penyakit Degeneratif Pada Sistem Pencernaan

membantu menurunkan ansietas.

3) Berikan lingkungan yang tenang untuk istirahat, ajarkan teknik relaksasi.

R/ Relaksasi mengurangi stress dan ansietas serta membantu klien untuk mengatasi

ketidakmampuannya.

4) Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku koping yang digunakan pada masa lalu.

R/ Perilaku yang berhasil dapat dikuatkan pada penerimaan masalah/ stress saat ini, meningkatkan

rasa kontrol dari pasien.

IV. EVALUASI

1. Nyeri hilang atau terkontrol.

2. Menunjukkan keseimbangan cairan dengan parameter individual yang tepat, mis: membran

mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler cepat, tanda vital stabil.

3. Menunjukkan peningkatan masukan makanan, mempertahankan/ meningkatkan berat badan.

4. Fungsi usus kembali normal dan tidak terjadi infeksi.

5. Melaporkan penurunan ansietas sampai tingkat yang dapat ditangani.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol 2. Penerbit Buku Kedokteran

EGC. Jakarta.

Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Ed. 3 Jilid 2. Media Aesculapius. Jakarta.

Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit Ed. 6 Vol 1. EGC.

Jakarta.