penugasan ppk blok sistem saraf
TRANSCRIPT
PENUGASAN PPK BLOK SISTEM SARAF
LAPORAN KASUS
LOW BACK PAIN (LBP)
Disusun oleh :
Nama : Syarief Muhammad Hannifan
NIM : 08711158
Kelompok : 12
Tutor : dr. Rokhima Lusiantari
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2010
DAFTAR ISIHALAMAN JUDUL.................................................................................... 1
DAFTAR ISI................................................................................................ 2
KASUS......................................................................................................... 3
A. Identitas Pasien................................................................................. 3
B. Keluhan Utama................................................................................. 3
C. Riwayat Penyakit Sekarang.............................................................. 3
D. Anamnesis Sistem............................................................................ 3
E. Riwayat Penyakit Dahulu................................................................. 4
F. Riwayat Penyakit Keluarga.............................................................. 4
G. Pola Kebiasaan dan Lingkungan...................................................... 4
H. Pemeriksaan Fisik............................................................................ 4
I. Pemeriksaan Neurologis................................................................... 5
J. Diagnosis Banding........................................................................... 6
K. Diagnosis Kerja................................................................................ 6
L. Planning............................................................................................ 6
a. Pemeriksaan Penunjang............................................................ 6
b. Penatalaksanaan........................................................................ 6
PEMBAHASAN.......................................................................................... 7
LAMPIRAN................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 15
2
KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Tarmizi
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 56 Tahun
Alamat : Tangerang
Status Pernikahan : Sudah Menikah
Pekerjaan : Karyawan
Agama : Islam
Tanggal Pemeriksaan : 16 September 2010
B. Keluhan Utama
Nyeri pada tulang belakang
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak 1 bulan yang lalu, tiba-tiba terasa nyeri ketika sedang mengangkat
kardus-kardus yang lumayan berat, dan berlangsung cukup lama. Nyeri
dirasakan pada punggung bagian bawah, menjalar sampai ke pantat, paha, dan
kaki, nyerinya terasa seperti ditusuk-tusuk, walau berangsur-angsur berkurang.
Pada saat nyeri, otot terasa lemah, dan untuk mengurangi rasa nyeri, biasanya
langsung duduk di sofa, atau rebahan di kasur. Dengan adanya nyeri ini, pasien
jadi membatasi aktifitas fisiknya, terutama yang berhubungan dengan
mengangkat beban-beban yang berat. Untuk mengurangi nyeri, pasien
menggunakan obat-obatan penghilang nyeri, yang didapat dari puskesmas.
D. Anamnesis Sistem
Sistem cerebrospinal : Demam (-); nyeri kepala (-); pusing (-)
Sistem kardiovaskuler : Berdebar-debar (-); neri dada (-)
Sistem respirasi : Batuk (+); pilek (-); sesak nafas (-)
3
Sistem digesti : Mual (-); muntah (-); BAB normal, perubahan warna
(-)
Sistem urogenital : BAK normal (-), perubahan warna (-)
Sistem reproduksi : Tidak ada keluhan
Sistem integumentum : Tidak ada keluhan
Sistem muskuloskeletal : Kesemutan (+), kadang-kadang pada bagian kaki;
mati rasa (+), pada saat nyeri, paha sampai kaki,
tidak pasti
E. Riwayat Penyakit Dahulu
- Sekitar 1 tahun yang lalu, pernah mengalami gejala yang serupa, tapi tidak
menjalar sampai ke kaki, diberi obat anti nyeri, kemudian sembuh
- Riwayat DM (-), hipertensi (+)
- Riwayat rawat inap (-)
- Waktu muda dulu, pernah mengalami fraktur pada bagian bahu kanan
F. Riwayat Penyakit Keluarga
- Di keluarga, tidak ada yang mengalami keluhan serupa
- Orang tua mempunyai riwayat hipertensi dan DM
G. Pola Kebiasaan dan Lingkungan
- Tempat tinggal di perumahan, lingkungan bersih, nyaman, ventilasi rumah
baik, air bersih
- Bekerja di pabrik, dengan tingkat stress yang lumayan tinggi, sering
mengangkat benda-benda yang lumayan berat, jarak rumah ke kantor
lumayan jauh, ke kantor menggunakan sepeda motor
- Makan tidak tentu, dan sering juga telat makan
- Suka merokok, waktu muda 1 bungkus / hari, sekarang mulai berkurang
menjadi 3-5 batang / hari
4
H. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Baik Kesadaran : Compos Mentis
Tanda vital :
TD : 145 / 95 mmHg Respirasi : 19x / menit
Nadi : 90x / menit Suhu : 36,5 0C
Antropometri :
BB : 63 kg TB : 167 cm
Kepala : Konjunctiva anemis (-); sklera ikterik (-); muka asimetris (-)
Leher : Pembesaran limfonodi (-)
Thorak : Inspeksi : ketinggalan gerak (-); retraksi dinding dada (-);
simetris; lesi (-)
Palpasi : nyeri tekan (-); iktus kordis teraba, kuat angkat
Perkusi : dalam batas normal
Auskultasi : terdengar bunyi jantung I dan II, tidak ada bising;
dalam batas normal
Abdomen : Inspeksi : dinding abdomen simetris; pembesaran organ (-);
bekas luka (-)
Auskultasi : peristaltik (+); bising arteri (-)
Palpasi : massa (-); nyeri tekan (-); nyeri lepas tekan (-)
Perkusi : timpani di 4 kuadran; pembesaran hati (-);
pembesaran lien (-); asites (-)
Kulit : Dalam batas normal
Ekstremitas : Akral dingin (-)
I. Pemeriksaan Neurologis
- Tes valsava (-)
- Tes laseque (+)
- Tes laseque silang (+)
- Tes patrick (-)
- Tes kontra patrick (-)
5
J. Diagnosis Banding
- Ischialgia suspect HNP (Hernia Nucleus Pulposus)
- Ischialgia et causa artritis sacro-iliaka
- Ischialgia et causa imunologik (Sciatica)
K. Diagnosis Kerja
Ischialgia suspect HNP
L. Planning
a. Pemeriksaan Penunjang
- CT Scan
- MRI
b. Penatalaksanaan
- Non-medikamentosa : Istirahat di tempat tidur, dengan kasur yang keras,
dan rata
- Medikamentosa : NSAID (Piroksikam)
6
PEMBAHASANLow back pain (LBP) atau nyeri pinggang merupakan salah satu penyakit
yang paling sering terjadi. LBP sendiri didefinisikan sebagai rasa nyeri pada
bagian lumbosacral (lumbal & sacral) (Jabri et.al., 2005). Banyak pasien yang
mengalami LBP sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak meminta bantuan dari
tenaga medis, dalam hal ini pergi ke dokter. Namun demikian, sepertiga dari
pasien yang tidak pergi ke dokter, dilaporkan menderita nyeri pinggang yang lebih
parah dari sebelumnya, kira-kira satu tahun setelah serangan akut pertama kali
(Ropper et.al., 2005).
Dari studi epidemiologi di Amerika Serikat, didapatkan 3 kategori yang
dapat di-asosiasikan dengan LBP, yaitu biomekanikal, psikososial, dan personal.
Faktor-faktor biomekanikal, diantaranya mengangkat benda-benda yang berat,
mengangkat benda secara tiba-tiba, dan lain-lainnya. Mengangkat benda secara
tiba-tiba merupakan salah satu faktor resiko yang paling sering menyebabkan
LBP. Faktor resiko psikososial, terdiri atas, tanggung jawab pekerjaan, kepuasan
dalam bekerja, dan tingkat stress dalam bekerja. Sedangkan dari fakto resiko
personal, umumnya berhubungan dengan kekuatan tubuh seseorang, genetik,
status antoprometri, dan masih banyak yang lainnya (Jabri et.al., 2005).
Berdasarkan faktor-faktor resiko yang menyebabkan LBP, ada beberapa
yang merupakan pemicu terjadinya LBP untuk pertama kali, maupun untuk terjadi
yang kesekian kalinya. Diantaranya, pekerjaan yang mengangkat benda-benda
yang berat, merokok, depresi, pekerjaan yang membuat stress, scoliosis, obesitas,
maupun kebiasaan yang salah (Jabri et.al., 2005; Loeser, 2009; Ropper et.al.,
2005).
Pada LBP, terdapat berbagai macam tipe nyeri, diantaranya nyeri lokal,
nyeri alih, nyeri radikuler, dan nyeri akibat spasmus otot. Nyeri lokal, umumnya
terdapat pada LBP dengan sebab keganasan, sifat nyerinya sendiri dapat terus
menerus, ataupun hilang timbul. Nyeri lokal, akan bertambah parah akibat suatu
sikap tubuh tertentu, atau dikarenakan oleh gerakan. Dan apabila ditekan, nyeri
dapat semakin hebat (Jaber et.al., 2005; Ropper et.al., 2005).
7
Nyeri alih yang dirasakan pada bagian pinggang, dapat bersumber dari
proses patologik yang berasal dari kawasan abdominal, pelvis, ataupun dari tulang
belakang bagian lumbalnya sendiri. Ciri khas dari nyeri alih ini adalah, letak
nyerinya susah untuk ditunjukkan, karena terasa dalam dan menyebar. Nyeri alih
yang berasal dari tulang belakang lumbal bagian atas, dirasakan di daerah anterior
paha, dan tungkai bawah. Apabila asalnya dari tulang belakang lumbal bagian
bawah, maka nyeri alih akan dirasakan pada bagian gluteal, bagian posterior dari
paha dan betis (Chou et.al., 2007; Jabri et.al., 2005; Ropper et.al., 2005).
Selain dari nyeri lokal, dan nyeri alih, pada LBP didapatkan juga keadaan
nyeri radikuler, sepintas nyeri radikuler sama dengan nyeri alih, akan tetapi kedua
nyeri ini cukup berbeda. Dimana, nyeri radikuler, menjalar secara tegas, tidak
seperti halnya dengan nyeri alih, nyerinya hanya menyebar begitu saja. Selain itu
jika dibandingkan dengan nyeri alih, nyeri radikuler lebih keras, dan terasa pada
permukaan tubuh (Jabri et.al., 2005). Pada kasus LBP, nyeri radikuler yang paling
sering terjadi yaitu, penjalaran nyeri sesuai dengan perjalanan serabut radiks
dorsalis L5 - S1, yang dibawakan atau diperantarai oleh nervus ischiadicus.
Dimana penjalaran dari nervus ischiadicus ini akan menyebabakan nyeri dari
pinggang, menuju ke bagian gluteal, paha, dan dapat menyampai pada bagian
kaki, kondisi dari penjalaran nyeri dari pinggang hingga mencapai kaki, disebut
ischialgia (Chou et.al., 2007; Last et.al., 2009).
Tipe nyeri yang terakhir yang umum terdapat pada LBP adalah, nyeri akibat
spasmus otot. Nyeri ini sering diasosiasikan dengan sikap tubuh yang salah,
seperti sikap duduk, tidur, bahkan cara berjalan yang salah. Nyeri akibat spasmus
otot ini sering diklasifikasikan oleh para dokter, sebagai nyeri yang tidak dapat
dikategorikan, tentunya pada kasus LBP. Selain dari faktor-faktor sikap tubuh
yang salah, nyeri tipe ini sering di-asosiasikan dengan kondisi kejiwaan
seseorang, misalnya tingkat stress, dan beban pekerjaan yang berat (Jabri et.al,
2005; Ropper et.al., 2005).
Ischialgia, yang merupakan salah satu jenis dari LBP, dapat disebabkan oleh
HNP / lesi diskogenik, spondilo-artrosis deformans lumbal, akibat sakro-iliaka,
akibat spondilostesis, akibat tumor intraspinal, dan masih banyak lagi (Mubin,
8
2008). Sedangkan HNP sendiri merupakan keadaan yang berhubungan dengan
discus intervertebralis. Discus ini mempunyai ketahanan terhadap tekanan yang
sangat menyakinkan. Akan tetapi, discus ini tetap saja dapat rusak oleh benturan
yang mendadak, terutama apabila columna vertebralis dalam keadaan fleksi, dan
discus sedang mengalami perubahan degeneratif, sehingga mengakibatkan
terjadinya hernia nucleus pulposus (HNP) itu sendiri (Snell, 2006).
Dari kasus yang ada, kemungkinan diagnosis yang ada yaitu, ischialgia
suspect HNP, ischialgia et causa artritis sacro-iliaka, dan ischialgia et causa
imunologik (Sciatica). Dalam kasus ini, kenapa lebih cenderung mengarah ke
ischialgia, disebabkan oleh nyerinya, dimana jika pada nyeri pinggang yang
umum, nyeri hanya sampai sebatas pinggang, dan kadang sampai ke bagian
gluteal. Sedangkan pada keadaan ischialgia, nyeri dapat bermula dari nyeri
pinggang, menjalar ke bagian gluteal, kemudian ke paha, dan sampai pada tumit
kaki. Akan tetapi, penjalaran nyeri dari ischialgia ini, mengikuti dari nervus
ischiadicus, sehingga seakan-akan seperti membentuk garis lurus (Chou et.al.,
2007; Snell, 2006).
Dari tipe nyerinya, seperti yang sudah dijelaskan di awal tadi, ini termasuk
dalam nyeri radikuler, bukan nyeri alih. Karena, pada nyeri alih, nyerinya juga
menjalar, tapi menyebar, sehingga jika pasien diminta menunjukkan lokasinya,
mereka susah menunjukkan dengan pasti. Selain itu, dari kualitas nyerinya juga
berbeda, jika nyeri alih, terasa nyerinya terletak pada bagian dalam, sedangkan
nyeri radikuler, nyerinya lebih tampak pada permukaan, sehingga terasa lebih kuat
juga intensitas nyerinya (Jabri et.al., 2005; Loeser, 2009; Ropper et.al., 2005).
Mengenai penyebab dari ischialgia, sebenarnya banyak penyebab yang juga
bisa mengarah pada keadaan ischialgia. Akan tetapi, ada tiga penyebab, yang
hampir mendekati dengan kasus yang ada ini. Pertama adalah HNP (Hernia
Nucleus Pulposus), hal ini didasarkan pada, pasien sebelumnya pernah mengalami
nyeri pinggang seperti ini, dimana pada waktu itu, nyeri pinggang nya juga timbul
ketika sedang mengangkat benda-benda yang berat. Kemungkinan, dari keadaan
ini, mengakibatkan bagian posterior dari anulus fibrosus ruptur, dan nucleus
pulposus akan menuju ke posterior. Keluarnya nucleus pulposus ini akan
9
mengakibatkan penekanan pada radix L5 - S1. Akan tetapi, dalam kasus ini masih
sebatas kecurigaan saja, mengingat untuk mengetahui secara pasti, apakah itu
HNP atau tidak, masih dibutuhkan pemeriksaan yang lebih lanjut, yaitu dengan
CT Scan, atau dengan MRI (Chou et.al., 2007; Kawakita, et.al., 2009; Snell,
2006).
Kedua, akibat artritis sacro-iliaka. Ini merupakan ischialgia yang paling
sering dijumpai, setelah ischialgia et causa HNP. Ciri dari ischialgia ini, pasien
mengeluhkan nyeri di berbagai tempat terlebih dahulu, baru merasakan adanya
ischialgia. Selain itu, apabila bersin atau batuk, dapat menyebabkan nyeri pada
sendi sacro-iliaka. Selain itu, ada pemeriksaan yang membedakannya dengan
HNP, yaitu tes kontra Patrick. Apabila pada ischialgia et causa HNP, tes ini akan
negatif, sedangkan pada ischialgia et causa artritis sacro-iliaka, tes ini akan
memberikan hasil positif (Ropper et.al., 2005; Wheeler, 2010).
Yang ketiga, ischialgia et causa imunologik, atau ada juga yang
menyebutnya dengan sciatica atau medical sciatica. Ischialgia ini, penyebab
sebenarnya adalah selain diskogenik (HNP), dan juga yang tidak bersifat
mekanikal (trauma, artritis, dan lain-lain). Jadi, tidak terbatas pada imunologik
saja, bisa juga disebabkan oleh intoksikasi maupun toksik-infeksi. Namun,
imunologik yang paling sering. Ischialgia jenis ini sering timbul secara akut,
mulanya timbul seperti perasaan ditusuk-tusuk pada bagian sacrum, kemudian
timbul nyeri radikuler sewaktu batuk, bahkan berjalan, dan membungkuk dapat
menyebabakan nyeri tersebut. Dan pada tes Laseque, sering didapatkan hasil yang
negatif (Jabri et.al., 2005; Wheeler, 2010).
Berdasar ketiga penyebab ischialgia tadi, diagnosis kerja lebih mengarah
kepada ischialgia et causa HNP. Namun, untuk menegakkan bahwa ini HNP atau
bukan, perlu dilakukan pemeriksaan CT Scan ataupun MRI. Sehingga, kasus ini
masih merupakan ischialgia dengan kecurigaan HNP. Dimana, dari hasil
anamnesis dan pemeriksaan fisik nya pun, mendukung dari diagnosis kerja yang
berupa ischialgia suspect HNP (Chou et.al., 2005).
Tentunya, untuk menegakkan diagnosis ischilagia pada kasus ini, dilakukan
beberapa pemeriksaan, diantaranya pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan
10
neurologis yang terkait. Pada kasus ini pemeriksaan neurologis yang dilakukan
adalah tes Valsava, tes Laseque, tes Laseque silang, tes Patrick, dan tes kontra
Patrick (Chou et.al., 2007; Jabri et.al., 2005).
Tes Valsava, pasien menahan nafas dan diminta untuk mengejan, ini untuk
mengetahui adanya nyeri radikuler. Nyeri radikulernya bisa dari sekitar leher ke
lengan, ataupun dari pinggang ke kaki. Pada kecurigaan ischialgia, tes ini dapat
dilakukan, akan tetapi, tidak selalu memberikan hasil yang positif, tergantung
pada penyebab dari ischialgia. Pada ischialgia et causa HNP, dapat bernilai
positif, akan tetapi dapat juga bernilai negatif. Sedangkan, pada ischialgia et causa
artritis sacro-iliaka, akan bernilai positif, atau menimbulkan nyeri pada bagian
sacro-iliaka (Chou et.al., 2007).
Tes Laseque, atau sering juga disebut sebagai straight leg raising test. Tes
ini akan memberikan gambaran positif, apabila adanya iritasi pada nervus
ischiadicus, HNP, dan artritis sacro-iliaka. Pada kasus ini, tes ini bernilai positif,
karena ketika kaki kanan diangkat, dengan prosedur yang benar tentunya, pasien
merasakan nyeri, padahal ketika kaki diangkat, baru membentuk sudut sekitar 400
(Chou et.al., 2007; Jabri et.al., 2005; Loeser, 2009; Ropper et.al., 2005).
Tes Laseque silang, atau ada juga yang menyebutnya tes O’Connel. Tes ini
merupakan kebalikan dari tes Laseque, dimana jika pada tes Laseque, kaki yang
sakit yang diangkat, pada pemeriksaan ini, kaki yang sehat yang diangkat. Akan
tetapi, yang sakit tetap. Pada kasus ini, tes ini bernilai positif, karena ketika kaki
kiri yang diangkat, pasien merasakan nyeri sepanjang kaki kanannya, dimana
sudut yang dibentuk sekitar 400. Tes ini sama dengan tes Laseque, untuk
mengetahui HNP, dan lain-lainnya (Chou et.al., 2007; Jabri et.al., 2005; Loeser,
2009; Ropper et.al., 2005).
Tes Patrick, dilakukan untuk mengetahui apakah ada nyeri pada panggul
atau tidak. Tes ini akan bernilai positif, apabila pasien merasakan nyeri pada sendi
panggul yang sakit. Pada kasus ini, pasien tidak merasakan sakit, padahal sudah
dilakukan, baik di kaki kanan, maupun di kaki kiri. Ini memperkuat diagnosis
ischialgia diskogenik atau ischialgia et causa HNP, dimana hasilnya biasanya
negatif (Chou et.al., 2007; Ropper et.al., 2005).
11
Tes kontra Patrick, dilakukan untuk membangkitkan nyeri pada sendi sacro-
iliaka. Bernilai positif, apabila pasien merasakan nyeri pada garis sacro-iliaka,
ketika tes ini dilakukan. Pada kasus ini, pemeriksaan ini menjadi penting,
mengingat salah satu diagnosis banding adalah ischialgia et causa artritis sacro-
iliaka. Pada kasus ini, bernilai negatif, sehingga dapat digunakan untuk
menyingkirkan diagnosis tersebut (Chou et.al., 2007; Ropper et.al., 2005).
Pada kasus ini, untuk pemeriksaan penunjang ada dua hal yang sangat
penting, yaitu CT Scan dan MRI. Sebenarnya, sebelum CT Scan dan MRI, dapat
dilakukan foto roentgen terlebih dahulu. Akan tetapi, dalam kasus ini, karena
adanya kecurigaan terhadap hernia nucleus pulposus, tentunya pencitraan dengan
menggunakan foto roentgen akan menjadi lebih sulit untuk mengetahuinya (Chou
et.al., 2007; Last, 2009).
Dengan menggunakan CT Scan, gambaran hernia nucleus pulposus dapat
terlihat, akan tetapi, tidak sejelas apabila menggunakan MRI. Tapi, tentu saja jika
menggunakan MRI, biayanya akan lebih mahal, sehingga jika emang tidak
memungkinkan, dapat dipakai foto roengen tulang belakang, atau dengan
pencitraan CT Scan (Chou et.al., 2007, Jabri et.al., 2005).
Intinya, dari pencitraan atau pemeriksaan penunjang yang dilakukan, adalah
untuk menegakkan diagnosis kecurigaan akibat hernia nucleus pulposus. Selain
itu, juga untuk menyingkirkan penyebab-penyebab yang lainnya. Sehingga
diagnosis pun akan semakin pasti.
Untuk penatalaksanaan pada kasus ini, sebenarnya banyak sekali yang dapat
dilakukan. Akan tetapi, kita menerapkan yang paling sesuai dengan kondisi pasien
saja. Dari non-medikamentosa, dilakukan istirahat, dengan menggunakan kasur
yang rata dan keras, hal ini bertujuan untuk mengurangi nyeri yang dirasakan oleh
pasien. Selain itu juga, untuk menjaga bentuk bagian punggung, sehingga apabila
ada kerusakan jaringan, akan lebih cepat proses penyembuhannya (Chou, 2010;
Last, 2009).
Dengan catatan, ketika istirahat ini, benar-benar istirahat, tidak melakukan
aktifitas apapun, hanya tiduran saja. Apabila, nyeri sudah menghilang, maka bisa
dilakukan aktifitas-aktifitas kecil, misalnya menggerak-gerak kan kaki, atau yang
12
lainnya. Dan untuk sementara, pasien tidak boleh melakukan gerakan-gerakan
yang dapat memicu sakitnya kembali lagi (Chou, 2010; Last, 2009).
Untuk pengobatannya, dewasa ini sudah banyak yang dapat dilakukan,
terutama yang berkaitan dengan terapi pembedahan. Akan tetapi, hal ini tentunya
akan mengeluarkan biaya yang lebih banyak lagi. Untuk kasus ini,
direkomendasikan kepada pasien, untuk pengobatan secara konservatif saja.
Dimana, pengobatan ini merupakan gabungan antara istirahat, modifikasi
perilaku, dan antinyeri (Mubin, 2008).
Mengenai istirahat, dan modifikasi perilaku, sudah dijelaskan sebelumnya,
sedangkan antinyeri, semua golongan NSAID dapat dipakai, karena efeknya tidak
begitu jauh berbeda. Akan tetapi, dari berbagai penelitian, tentang penggunaan
NSAID, yang paling bagus memberikan efek terapi, yaitu dari golongan
siklooksigenase, dalam haini adalah golongan oksikam ataupun turunannya
(Chou, 2010; Jabri et.al., 2005).
Golongan siklooksigenase ini, memberikan efek terapi yang lebih kuat pada
kasus-kasus LBP, selain itu, dari efek sampingnya, termasuk yang paling kecil
dalam mengakibatkan terjadinya ulkus peptikum. Berdasar itu semua, untuk kasus
ini dapat diberikan obat NSAID, dimana contoh obatnya ada meloksikam atau
peroksikam.
13
Chou, R., 2010. Pharmacological Management of Low Back Pain, Drugs, 70 (4),
387-402.
Chou, R., Qaseem, A., Snow, V., Casey, D., Cross Jr, T., Shekelle, P., Owens,
D.K., 2007. Diagnosis and Treatment of Low Back Pain: A Joint Clinical
Practice Guideline from The American College of Physicians and The
American Pain Society, Annals of Internal Medicine, 147 (7), 478-491.
Jabri, R.S., Hepler, M., Benzon, H.T., 2005. Overview of Low Back Pain
Disorders. In: Essentials of Pain Medicine and Regional Anesthesia (2nd
ed.). Benzon, H.T., Raja, S.N., Molloy, R.E., Liu, S.S., Fishman, S.M.
(Editor). Philadelphia: Elsevier Churchill Livingstone.
Kawakita, E., Kasai, Y., Uchida, A., 2009. Low Back Pain and Cervical
Spondylotic Myelopathy, Journal of Orthopaedic Surgery, 17 (2), 187-
189.
Last, A.R., Hulbert, K., 2009. Chronic low Back Pain: Evaluation and
Management, American Family Physician, 79 (12), 1067-1074.
Loeser, J.D., 2009. Low Back Pain. In: Bonica’s Management of Pain (4th ed.).
Fishman, S.M., Ballantyne, J.C., Rathmell, J.P. (Editor). Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins.
Mubin, A.H., 2008. Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam Diagnosis dan Terapi
(ed. 2). Jakarta: EGC.
Ropper, A.H., Brown, R.H., 2005. Pain in The Back, Neck, and Extremities. In:
Adam’s and Victor’s Principles of Neurology (8th ed.). New York: Mc
Graw-Hill.
Snell, R.S., 2006. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran (ed. 6).
Sugiharto, L. (Alih Bahasa). Jakarta: EGC.
Wheeler, A.H., 2010. Low Back Pain and Sciatica.
http://emedicine.medscape.com/article/114130-overview.
15