pentingnya keahlian pengadaan barang dan jasa

Upload: youngky-putra

Post on 10-Jul-2015

319 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENTINGNYA KEAHLIAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH TERHADAP PETUGAS PEMASYARAKATAN PADA UPT PEMASYARAKATA DI NUSAKAMBANGAN I. Latar Belakang Lembaga pemasyarakatan merupakan bagian dari sistem pengadilan Pidana dan profesi. Petugas pemasyarakatan pada hakekatnya memiliki tujuan yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan tujuan dari pemindanaan. Petugas pemasyarakatan mempunyai tugas yang amat berat, bertanggung jawab terhadap pembinaan, pembimbingan dan ketertiban serta keamanan. Terhadap warga binaan pemasyarakatan, di sampaikannya tugas tersebut guna mendukung kegiatan tugas pokok dan fungsinya juga dituntut untuk dapat melakukan kegiatan penyelenggaraan-penyelenggaraan sarana dan prasarana yang harus ducukupi dengan memohon anggaran yang pat dan baik. Sesua ketentuan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah. Nusakambangan adalah merupakan pulau yang terpisan dengan pulau Jawa yang tepatnya di sebelh Kota Cilacap, di dalamnya terdapat tujuh unit pelaksana teknis pemasyarakatan. Setiap Lembaga Pemasyarakatan mempunyai tugas yang sama yaitu menyelenggarakan kegiatan anggaran yang harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Petugas Pemasyarakatan di samping melaksanakan tugas pokok dan fungsinya seharihari juga harus melakukan pemenuhan sarana dan prasarana yaitu pengadaan barang dan jasa menurut ketentuan peraturan Presidan Republik Indonesia Nomor 54 tahun 2010 guna mendukung tercapainya tugas pokok dan fungsi lembaga kemasyarakatan tersebut. Lembaga Pemasyarakatan di Nusakambangan merupakan penempatan narapidana yang hukumannya rata-rata relatif berat dan berasal dari pindahan narapidana seluruh

lembaga pemasyarakatan di wilayah Indonesia. Maka dari kesibukan tugas pokok dan fungsi setiap unit pelaksana teknis pemasyarakatan di Nusakambangan petugas atau pegawainya juga dituntut tugas lain yang harus mampu dan ahli dalam pengadaan barang/jasa. Padahal dalam kenyataan setiap unit pelaksana teknis pemasyarakatan di Nusakambangan masih 1

terdapat petugas yang belum memiliki kemampuan dan keahlian dalam pengadaan barang/jasa tersebut. Ketentuan Pasal 17 dalam peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 tahun 2010, tentang anggota kelompok kerja ULP/Pejabat Pengadaan harus memiliki persyaratan sebagai berikut : 1. Memiliki integritas, disiplin dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugas. 2. Memahami pekerjaan yang akan diadakan 3. Memahami jenis pekerjaan yang menjadi tugas ULP/Pejabat Pengadaan 4. Memahami isi dokumen, metode dan prosedur pengadaan 5. Tidak memiliki hubungan keluarga dengan pejabat yang menetapkannya menjadi anggota ULP/Pejabat Pengadaan 6. Memiliki sertifikasi keahlian pengadaan barang/jasa sesuai dengan kompetensi yang dipersyaratkan 7. Menandatangani fakta integritas Jadi, setiap Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan yang belum memiliki petugas/pegawai yang memenuhi persyaratan tersebut di atas akan menemui kendala-kendala dalam menyelenggarakan pengadaan barang/jasa. Dengan segala daya dan upaya para kuasa pengguna anggaran akan meminta bantuan kepada UPT Pemasyarakatan lain yang memiliki petugas/pegawai yang telah memenuhi persyaratan dan mampu untuk pengadaan barang/jasa pemerintah diangkat dan ditetapkan menjadi kelompok kerja ULP/Pejabat Pengadaan dengan seizin kepala UPT Pemasyarakatan pada pejabat atasan pegawai tersebut. Maka penyusun berkeinginan untuk mengetahui mengapa UPT Pemasyarakatan di Nusakambangan masih kurang terpenuhinya petugas/pegawai yang memenuhi syarat untuk diangkat dan ditetapkan menjadi kelompok kerja ULP/Pejabat Pengadaan barang/jasa.

2

II. Perumusan Masalah Pada prinsipnya setiap anggaran yang bersumber dari APBN dan APBD untuk segala penyelenggaraan kegiatannya harus mengikuti ketentuan peraturan Presiden Republik Indonesia No. 54 tahun 2010, maka penyusun dapat membuat kesimpulan dari uraian di atas permasalahannya yang ada sebagai berikut : Mengapa unit pelaksana teknis pemasyarakatan di Nusakambangan masih kurang terpenuhinya petugas/pegawai yang mampu dan ahli serta memenuhi syarat untuk diangkat dan ditetapkan menjadi kelompok kerja ULP/Pejabat Pengadaan Barang dan Jasa.?

III. Pembahasan A. Pengadaan Barang dan Jasa Kebijakan umum Pemerintah dalam Pengadaan Barang/Jasa adalah sebagai berikut : 1. Kebijaksanaan Umum a. Meningkatkan penggunaan produksi dalam negeri, rancang bangun dan perekayasaan nasional yang sasarannya adalah memperluas lapangan kerja dan mengembangkan industri dalam negeri guna meningkatkan daya saing barang/jasa produksi dalam negeri pada perdagangan internasional; b. Meningkatkan peran serta usaha kecil termasuk koperasi kecil dan kelompok masyarakat dalam pengadaan barang/jasa; c. Menyederhanakan ketentuan dan tata cara untuk mempercepat proses pengambilan keputusan dalam pengadaan barang/jasa; d. Meningkatkan profesionalisme, kemandirian dan tanggungjawab pengguna barang/jasa, panitia/ pejabat pengadaan dan penyedia barang/jasa; e. Meningkatkan penerimaan negara melalui sektor perpajakan; f. Menumbuhkembangkan peran serta usaha nasional;

3

g. Mengharuskan pelaksanaan pemilihan penyedia barang/jasa dilakukan di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; h. Mengharuskan pengumuman secara terbuka rencana pengadaan barang/jasa kecuali yang bersifat rahasia pada setiap awal pelaksanaan anggaran kepada masyarakat luas; i. Mengumumkan kegiatan pengadaan barang/jasa pemerintah secara terbuka melalui surat kabar nasional yang ditetapkan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika, surat kabar provinsi yang ditetapkan oleh Gubernur, media elektronik, serta melalui media internet/ website. 2. Prinsip Dasar Pengadaan Barang/Jasa wajib menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut : a. Efisien, berarti pengadaan barang/jasa harus diusahakan dengan menggunakan dana dan daya yang terbatas, untuk mencapai sasaran secara optimal sebagaimana yang ditetapkan dalam waktu sesingkat-singkatnya dan dapat dipertanggungjawabkan; b. Efektif, berarti pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan dan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya sesuai dengan sasaran yang ditetapkan; c. Terbuka dan bersaing, berarti pengadaan barang/jasa harus terbuka bagi penyedia barang/jasa yang memenuhi persyaratan dan dilakukan melalui persaingan yang sehat di antara penyedia barang/jasa yang setara dan memenuhi syarat/kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur yang jelas dan transparan; d. Transparan, berarti semua ketentuan dan informasi mengenai pengadaan barang/jasa, termasuk syarat teknis administrasi pengadaan, tata cara evaluasi, hasil evaluasi, penetapan calon penyedia barang/jasa, sifatnya terbuka bagi

4

peserta penyedia barang/jasa yang berminat serta bagi masyarakat luas pada umumnya; e. Adil/tidak diskriminatif, berarti memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon penyedia barang/jasa dan tidak mengarah untuk memberi keuntungan kepada pihak tertentu, dengan cara dan/atau alasan apapun; f. Akuntabel, berarti harus mencapai sasaran baik fisik, keuangan maupun manfaat bagi kelancaran pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pelayanan masyarakat, sesuai dengan prinsip-prinsip serta ketentuan yang berlaku dalam pengadaan barang/jasa. 3. Pembiayaan Pengadaan Barang dan Jasa Semua instansi Pemerintah Pusat/Daerah wajib menyediakan biaya

administrasi kegiatan untuk mendukung pelaksanaan pengadaan barang/jasa yang dibiayai dari APBN/APBD yaitu : a. Honorarium pengelola kegiatan, Panitia/Pejabat/Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit), Pemeriksa Barang/Jasa, Bendahara Pengeluaran dan Pelaksana Teknis dalam kegiatan; b. Pengumuman pengadaan barang/jasa; c. Penggandaan dokumen pengadaan/dokumen prakualifikasi/pasca kualifikasi; d. Administrasi lainnya yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan pengadaan barang/jasa. 4. Organisasi Kegiatan Pengadaan Barang dan Jasa Sebelum pengadaan dilaksanakan, Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran mengangkat Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK), Panitia/Pejabat Pengadaan Barang/Jasa dan Pemeriksa Barang/Jasa yang ditetapkan dengan keputusan, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 5

a. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) sebagai pemilik pekerjaan bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan barang/jasa; b. Pengadaan barang/jasa dapat dilaksanakan oleh Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit), dimana secara umum persyaratan keanggotaannya terdiri dari pegawai-pegawai yang memenuhi beberapa persyaratan, baik berkaitan dengan sertifikasi maupun penguasaan secara teknis maupun administrasi tentang pekerjaan yang akan dilaksanakan; 5. Persyaratan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) adalah : a. Memiliki integritas moral, disiplin dan tanggung jawab; b. Memiliki kualifikasi teknis dan manajerial untuk melaksanakan tugas yang dibebankan; c. Memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa pemerintah; d. Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan, bertindak tegas dan keteladanan dalam sikap dan perilaku serta tidak pernah terlibat KKN. 6. Persyaratan Pejabat/Panitia/Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa (Procurement Unit) adalah: a. Memiliki integritas moral, disiplin dan tanggung jawab; b. Memahami keseluruhan pekerjaan yang akan diadakan; c. Memahami jenis pekerjaan tertentu yang pengadaan yang bersangkutan; d. Memahami isi dokumen pengadaan/metode dan prosedur pengadaan; e. Tidak memiliki hubungan keluarga dengan pejabat yang mengangkat dan menetapkannya sebagai pejabat/panitia pengadaan; f. Memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa pemerintah. menjadi tugas panitia/pejabat

6

7. Tugas, wewenang dan tanggung jawab Tugas, wewenang dan tanggung jawab yang berkaitan dengan pelaksanaan pengadaan barang/jasa meliputi : a. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) : 1) Menyusun SOTK, uraian tugas dan fungsi secara jelas, kebijakan pelaksanaan, rencana kerja, sasaran yang harus dicapai dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa; 2) Menyusun perencanaan pengadaan barang/jasa; 3) Menetapkan paket-paket pekerjaan disertai ketentuan mengenai

peningkatan penggunaan produksi dalam negeri dan peningkatan pemberian kesempatan bagi usaha kecil termasuk koperasi, serta kelompok masyarakat; 4) Menetapkan besaran uang muka yang menjadi hak penyedia barang/jasa sesuai ketentuan yang berlaku; 5) Menetapkan metode pemilihan penyedia barang/jasa, metode

penyampaian dokumen penawaran, metode evaluasi penawaran dan jenis kontrak yang paling tepat/cocok dengan barang/jasa yang bersangkutan setelah mempertimbangkan jenis, sifat, nilai barang/jasa, kondisi lokasi, kepentingan masyarakat, jumlah penyedia barang/jasa yang ada, bersama dengan Panitia/Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit); 6) Menetapkan dan mengesahkan harga perkiraan sendiri (HPS), jadwal, tata cara pelaksanaan dan lokasi pengadaan yang disusun oleh Panitia Pengadaan/Pejabat Pengadaan/Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit); 7) Menandatangani Pakta Integritas barang/jasa dimulai; 7 sebelum pelaksanaan pengadaan

8) Menetapkan dan mengesahkan hasil pengadaan barang/jasa yang disampaikan oleh Panitia/Pejabat Pengadaan/Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) sesuai dengan kewenangannya; 9) Membuat dan menandatangani perjanjian/kontrak dengan pihak penyedia barang/jasa; 10) 11) Mengendalikan pelaksanaan perjanjian/kontrak; Melakukan pencatatan dan pelaporan keuangan serta hasil kerja

pada setiap kegiatan; 12) Menyampaikan laporan keuangan yang berkaitan dengan

pengadaan barang/jasa; 13) Melaporkan pelaksanaan/penyelesaian pengadaan barang/jasa

kepada Pengguna Anggaran; 14) 15) Menyerahkan aset hasil pengadaan barang/jasa. Menyimpan dan memelihara seluruh dokumen pelaksanaan

pengadaan barang/jasa termasuk berita acara proses pelelangan/seleksi; 16) Bertanggung jawab dari segi administrasi, fisik, keuangan, dan

fungsional atas pengadaan barang/jasa yang dilaksanakannya; 17) Memberikan tanggapan/informasi mengenai pengadaan

barang/jasa yang berada di dalam batas kewenangannya kepada peserta pengadaan dan/atau masyarakat yang mengajukan pengaduan atau yang memerlukan penjelasan; 18) Dapat melaksanakan proses pengadaan barang/jasa sebelum DPA-

SKPD disahkan sepanjang anggaran untuk kegiatan yang bersangkutan telah dialokasikan, dengan penerbitan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ), dengan ketentuan bahwa penandatanganan kontrak

8

pengadaan barang/jasa dilakukan setelah DPA-SKPD untuk kegiatan berkenaan disahkan dan disetujui oleh pejabat yang berwenang. b. Panitia/Pejabat/Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa {Procurement Unit) 1) Menyusun jadwal dan menetapkan cara pelaksanaan serta lokasi pengadaan; 2) Menyusun dan menyiapkan harga perkiraan sendiri (HPS); 3) Menyiapkan dokumen pengadaan; 4) Mengumumkan pengadaan barang/jasa di surat kabar nasional dan/atau provinsi dan/atau papan pengumuman resmi untuk penerangan umum dan diupayakan diumumkan di internet/ website; 5) Menandatangani Pakta Integritas barang/jasa dimulai; 6) Menilai kualifikasi penyedia melalui pasca kualifikasi atau prakualifikasi 7) Melakukan evaluasi terhadap penawaran yang masuk; 8) Mengusulkan calon pemenang; 9) Membuat laporan mengenai proses dan hasil pengadaan kepada Pejabat Pembuat Komitmen dan/atau pejabat yang mengangkatnya, dilengkapi dengan seluruh dokumen proses dan hasil pengadaan yang telah dilakukan. c. Ketentuan Pembentukan Panitia/Pejabat/Unit Layanan Pengadaan sebelum pelaksanaan pengadaan

Barang/Jasa (Procurement Unit) Pembentukan Panitia/Pejabat/Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut : 1) Untuk pengadaan barang/jasa bernilai sampai dengan Rp. 50.000.000,00 (Lima Puluh Juta Rupiah) dilaksanakan oleh Pejabat Pengadaan dengan pertanggung jawaban kuitansi ;

9

2) Untuk pengadaan barang/jasa bernilai di atas Rp. 50.000.000,00 (Lima Puluh Juta Rupiah) dilaksanakan oleh Panitia Pengadaan Barang/Jasa 3) Batasan nilai pengadaan barang/jasa yang akan dilaksanakan oleh Unit Layanan Pengadaan {Procurement Unit) akan diatur dalam peraturan Gubernur tersendiri; 4) Panitia Pengadaan berjumlah gasal beranggotakan sekurang-kurangnya : a) 3 (tiga) orang untuk pengadaan barang/jasa pemborongan/jasa lainnya sampai dengan nilai Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) atau untuk pengadaan jasa konsultansi sampai dengan nilai Rp.

200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah); b) 5 (lima) orang untuk pengadaan barang/jasa pemborongan/jasa lainnya dengan nilai di atas Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) atau untuk pengadaan jasa konsultansi dengan nilai di atas Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah). 5) Keanggotaan Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) terdiri dari pegawai-pegawai baik dari unsur instansi yang bersangkutan atau instansi teknis lain yang telah memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa pemerintah, memahami tata cara pengadaan, substansi pekerjaan/kegiatan yang bersangkutan dan bidang lain yang diperlukan. Ketentuan mengenai pembentukan Unit Layanan Pengadaan {Procurement Unit) akan diatur dalam peraturan Gubernur tersendiri. d. Larangan Hal-hal yang dilarang dalam pelaksanaan barang/jasa : 1) Pejabat Pembuat Komitmen (PjPK), Bendahara, Pejabat yang bertugas melakukan verifikasi Surat Permintaan Pembayaran dan/atau Pejabat yang bertugas menandatangani Surat Perintah Membayar, dilarang duduk

10

sebagai Panitia/Pejabat Pengadaan/Anggota Unit Layanan Pengadaan {Procurement Unit). 2) Badan Pengawas Daerah Provinsi dilarang duduk sebagai Panitia/Pejabat Pengadaan/Anggota Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit), kecuali untuk pengadaan barang/jasa yang dibutuhkan instansinya. 3) Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dilarang mengadakan ikatan perjanjian dengan penyedia barang/jasa apabila belum tersedia anggaran atau tidak cukup tersedia anggaran yang akan mengakibatkan dilampauinya batas anggaran yang tersedia untuk kegiatan yang dibiayai dari APBN. e. Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Dalam rangka pelaksanaan pengadaan barang/jasa, sebagaimana

pentahapan yang diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010, dapat dilakukan secara elektronik. 8. Metode pemilihan penyedia barang/jasa pemborongan/jasa lainnya dilakukan dengan cara : a. Penyedia Barang/jasa 1) Jasa Konstruksi dan Jasa Lainnya : a) Dalam pemilihan penyedia barang/jasa pemborongan/jasa lainnya pada prinsipnya dilakukan melalui metode Pelelangan Umum b) Pelelangan Umum adalah metode pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan secara terbuka dengan pengumuman secara luas sekurang-kurangnya di satu surat kabar nasional dan/atau satu surat kabar provinsi; c) Dalam hal jumlah penyedia barang/jasa yang diyakini terbatas dalam kemampuan melaksanakan untuk pekerjaan yang kompleks, maka pemilihan penyedia barang/jasa dapat dilakukan dengan metode 11

Pelelangan Terbatas dan diumumkan secara luas sekurang-kurangnya di satu surat kabar nasional dan/atau satu surat kabar provinsi, diupayakan pula diumumkan melalui internet/website pengadaan dengan mencantumkan penyedia barang/jasa yang mampu, guna memberi kesempatan kepada penyedia barang/jasa lainnya yang memenuhi kualifikasi; d) Dalam hal metode pelelangan umum atau pelelangan terbatas dinilai tidak efisien dari segi biaya pelelangan, maka pemilihan penyedia barang/jasa dapat dilakukan dengan metode Pemilihan Langsung, yaitu pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan dengan membandingkan sebanyak-banyaknya penawaran sekurang-

kurangnya tiga penawar dari penyedia barang/jasa yang telah lulus prakualifikasi serta dilakukan negosiasi baik teknis maupun biaya serta diumumkan minimal melalui papan pengumuman resmi untuk penerangan umum dan apabila memungkinkan melalui

internet/website. Metode Pemilihan langsung dapat dilaksanakan untuk pengadaan yang bernilai sampai Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah); e) Dalam keadaan tertentu dan keadaan khusus, pemilihan penyedia barang/jasa dapat dilakukan dengan metode Penunjukan Langsung terhadap satu penyedia barang/jasa yang telah memenuhi persyaratan kualifikasi, serta melakukan negosiasi baik teknis maupun biaya sehingga diperoleh harga yang wajar dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan. Yang dimaksud dalam keadaan tertentu dan keadaan khusus adalah a) Keadaan tertentu :

12

(1)Penanganan darurat untuk pertahanan negara, keamanan dan keselamatan masyarakat yang pelaksanaan pekerjaannya tidak dapat ditunda, atau harus dilaksanakan segera, termasuk

penanganan darurat akibat bencana alam, serta tindakan darurat untuk pencegahan bencana alam dan/atau kerusakan infrastruktur yang apabila tidak segera dilaksanakan, dipastikan dapat membahayakan keselamatan masyarakat; dan/atau (2)Pekerjaan yang perlu dirahasiakan yang menyangkut pertahanan dan keamanan negara yang ditetapkan oleh Presiden; dan/atau (3)Pekerjaan yang berskala kecil dengan nilai maksimum Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah), dengan ketentuan untuk keperluan sendiri, teknologi sederhana, risiko kecil dan

dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa usaha orang perorangan dan/atau badan usaha kecil termasuk koperasi kecil; dan/atau (4)Pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh pemegang hak paten atau pihak yang telah mendapat jin. b) Keadaan khusus : (5)Pekerjaan berdasarkan tarif resmi yang ditetapkan pemerintah; atau (6)Pekerjaan/barang spesifik yang hanya dapat dilaksanakan oleh 1 (satu) penyedia barang/jasa, pabrikan dan pemegang hak paten; atau (7)Merupakan hasil produksi usaha kecil atau koperasi kecil atau pengrajin industri kecil yang telah mempunyai pasar dan harga yang relatif stabil; atau

13

(8)Pekerjaan yang kompleks, yang hanya dapat dilaksanakan dengan penggunaan teknologi khusus dan atau hanya ada satu penyedia barang/jasa yang mampu mengaplikasikannya; atau (9)Pekerjaan yang bersifat lanjutan dari pekerjaan sebelumnya berdasarkan suatu kesatuan konstruksi.

b. Jasa Konsultansi 1)Pemilihan penyedia barang/jasa konsultansi pada prinsipnya harus dilakukan melalui seleksi umum. Dalam keadaan tertentu, pemilihan penyedia barang/jasa konsultansi dapat dilakukan melalui seleksi terbatas, seleksi langsung atau penunjukan langsung; 2)Seleksi Umum adalah metode pemilihan penyedia jasa konsultansi yang daftar pendek pesertanya dipilih melalui proses prakualifikasi secara terbuka, yaitu diumumkan secara luas melalui media massa dan papan pengumuman resmi untuk penerangan umum sehingga masyarakat luas mengetahui dan penyedia jasa konsultansi yang berminat dan memenuhi kualifikasi dapat mengikutinya. 3)Seleksi Terbatas adalah metode pemilihan penyedia jasa konsultansi untuk pekerjaan yang kompleks dan diyakini jumlah penyedia jasa yang mampu melaksanakan pekerjaan tersebut jumlahnya terbatas; 4)Dalam hal metode seleksi umum atau seleksi terbatas dinilai tidak efisien dari biaya seleksi, maka penyedia jasa konsultansi dapat dilakukan dengan metode Seleksi Langsung, yaitu metode pemilihan penyedia jasa konsultansi yang daftar pendek pesertanya ditentukan melalui proses prakualifikasi terhadap penyedia jasa konsultansi yang dipilih langsung dan diumumkan sekurang-

14

kurangnya di papan pengumuman resmi untuk penerangan umum atau media elektronik internet/ website pengadaan nasional; 5)Dalam keadaan tertentu dan keadaan khusus, pemilihan penyedia jasa konsultansi dapat dilakukan dengan menunjuk satu penyedia jasa konsultansi yang memenuhi kualifikasi dan dilakukan negosiasi baik dari segi teknis maupun biaya, sehingga diperoleh biaya yang wajar dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan. Yang dimaksud dalam keadaan tertentu dan keadaan khusus adalah : a) Penanganan darurat untuk pertahanan negara, keamanan dan keselamatan masyarakat yang pelaksanaan pekerjaannya tidak dapat ditunda/harus dilakukan segera; dan/atau b) Penyedia jasa tunggal; dan/atau c) Pekerjaan yang perlu dirahasiakan yang menyangkut pertahanan dan keamanan negara yang ditetapkan oleh presiden; dan/atau d) Pekerjaan yang berskala kecil untuk keperluan sendiri, mempunyai risiko kecil, menggunakan teknologi sederhana dilaksanakan oleh penyedia jasa usaha orang perseorangan dan badan usaha kecil dan/atau bernilai sampai dengan Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah); dan /atau e) Pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh pemegang hak paten atau pihak yang mendapat jin.; dan/atau f) Pekerjaan yang memerlukan penyelesaian secara cepat dalam rangka pengembalian kekayaan negara yang penanganannya dilakukan secara khusus berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. c. Melalui Swakelola 1) Swakelola adalah pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan, dikerjakan dan diawasi sendiri oleh pelaksana swakelola dengan menggunakan 15

tenaga sendiri dan/atau tenaga dari luar baik tenaga ahli maupun tenaga upah borongan, dengan ketentuan tenaga ahli dari luar tidak boleh melebihi 50 % dari tenaga sendiri. 2) Swakelola dilihat dari pelaksana pekerjaan dibedakan menjadi : a) Swakelola oleh pengguna barang/jasa, yaitu pekerjaan yang direncanakan, dikerjakan dan diawasi sendiri oleh pengguna barang/jasa dengan menggunakan tenaga sendiri dan/atau tenaga dari luar baik tenaga ahli maupun tenaga upah borongan. b) Swakelola oleh instansi pemerintah lain non swadana (perguruan tinggi, negeri, lembaga penelitian/ilmiah pemerintah, lembaga pelatihan, dll.), yaitu pekerjaan yang perencanaan dan pengawasannya dilakukan oleh pengguna barang/jasa, sedangkan pelaksanaan pekerjaan dilakukan oleh instansi pemerintah yang bukan penanggung jawab anggaran. c) Swakelola oleh penerima hibah, yaitu pekerjaan yang perencanaan, pelaksanaan dan pengawasannya dilakukan oleh penerima hibah (kelompok masyarakat, LSM, komite sekolah/pendidikan, lembaga pendidikan swasta/lembaga penelitian /ilmiah non badan usaha dan lembaga lain yang ditetapkan oleh pemerintah) dengan sasaran ditentukan oleh instansi pemberi hibah. 3) Pekerjaan yang dapat dilakukan dengan swakelola : a) Pekerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan teknis sumber daya manusia instansi pemerintah yang bersangkutan sesuai dengan fungsi dan tugas pokok pengguna barang/jasa. b) Pekerjaan yang operasional dan pemeliharaannya memerlukan partisipasi masyarakat setempat.

16

c) Pekerjaan tersebut dilihat dari segi besaran, sifat, lokasi atau pembiayaannya tidak diminati oleh penyedia barang/jasa. d) Pekerjaan yang secara rinci/detail tidak dapat dihitung/ditentukan terlebih dahulu, sehingga apabila dilakukan oleh penyedia barang/jasa akan menanggung resiko yang besar. e) Penyelenggaraan diklat, kursus, penataran, seminar, lokakarya atau penyuluhan. f) Pekerjaan untuk proyek percontohan {Pilot Project) yang bersifat khusus untuk pengembangan teknologi/metode kerja yang belum dapat dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa. g) Pekerjaan khusus yang bersifat pemerosesan data, perumusan kebijakan pemerintah, pengujian di laboratorium, pengembangan sistem tertentu dan pelatihan oleh perguruan tinggi/lembaga ilmiah pemerintah. h) Pekerjaan yang bersifat rahasia bagi instansi pengguna barang/jasa yang bersangkutan. 4) Prosedur swakelola meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan,

pengawasan di lapangan dan pelaporan. 5) Pelaksanaan swakelola oleh pengguna barang/jasa : a) Pengadaan bahan, jasa lainnya, peralatan/suku cadang dan tenaga ahli yang diperlukan dilakukan oleh panitia yang ditetapkan oleh pengguna/kuasa pengguna barang/jasa dan menggunakan metoda pengadaan sesuai dengan ketentuan yang terbatas, ditetapkan, yaitu

lelang/seleksi

umum,

lelang/seleksi

pemilihan/seleksi

langsung atau penunjukan langsung;

17

b) Pembayaran upah tenaga kerja yang diperlukan dilakukan secara harian berdasarkan daftar hadir pekerja atau dengan cara upah borong; c) Pembayaran gaji tenaga ahli tertentu yang diperlukan dilakukan berdasarkan kontrak konsultan perorangan; d) Penggunaan tenaga kerja, bahan dan peralatan dicatat setiap hari dalam laporan harian; e) Pengiriman bahan dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan dan kapasitas penyimpanan; f) Panjar kerja dipertanggungjawabkan secara berkala, setinggitingginya maksimal secara bulanan; g) Pencapaian target fisik dicatat setiap hari dan dievaluasi setiap minggu agar dapat diketahui apakah dana yang dikeluarkan sesuai dengan target fisik yang dicapai, sedangkan pencapaian target non fisik dan perangkat lunak dicatat dan dievaluasi setiap bulan; h) Pengawasan pekerjaan fisik di lapangan dilakukan oleh pelaksana yang ditunjuk oleh pengguna/kuasa barang/jasa berdasarkan rencana yang telah ditetapkan; 6) Pelaksanaan swakelola oleh Instansi Pemerintah non swadana : a) Pengadaan bahan, jasa lainnya, peralatan/suku cadang dan tenaga ahli yang diperlukan dilakukan oleh panitia dari unsur pemerintah pelaksana swakelola yang ditetapkan oleh pengguna/kuasa pengguna barang/jasa dan menggunakan metode pengadaan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan, yaitu lelang/seleksi umum, lelang/seleksi terbatas,

pemilihan/seleksi langsung atau penunjukan langsung; b) Pembayaran upah tenaga kerja yang diperlukan dilakukan secara harian berdasarkan daftar hadir pekerja atau dengan cara upah borong; 18

c) Pelaksanaan pengadaan yang menggunakan GU (Ganti Uang) dilakukan oleh instansi pemerintah pelaksana swakelola; d) Pembayaran gaji tenaga ahli tertentu yang diperlukan dilakukan berdasarkan kontrak konsultan perorangan; e) Penggunaan tenaga kerja, bahan dan peralatan dicatat setiap hari dalam laporan harian; f) Pengiriman bahan dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan dan kapasitas penyimpanan; g) Panjar kerja dipertanggungjawabkan secara berkala, setinggitingginya secara bulanan; h) Pencapaian target fisik dicatat setiap hari dan dievaluasi setiap minggu agar dapat diketahui apakah dana yang dikeluarkan sesuai dengan target fisik yang dicapai, sedangkan pencapaian target non fisik dan perangkat lunak dicatat dan dievaluasi setiap bulan; i) Pengawasan pekerjaan fisik di lapangan dilakukan oleh pelaksana yang ditunjuk oleh instansi penerima kuasa, berdasarkan rencana yang telah ditetapkan. 7) Swakelola yang dilaksanakan oleh kelompok masyarakat/lembaga swadaya masyarakat penerima hibah : a) Pengadaan barang/jasa lainnya, peralatan/suku cadang dan tenaga ahli yang diperlukan dilakukan oleh penerima hibah; b) Penyaluran dana hibah khusus untuk pekerjaan konstruksi dilakukan secara bertahap sebagai berikut : (1)50% (lima puluh persen) apabila organisasi pelaksanaan penerima hibah telah siap;

19

(2)50% (lima puluh persen) sisanya apabila pekerjaan telah mencapai 30% (tiga puluh persen). (3)pencapaian kemajuan pekerjaan dan dana yang dikeluarkan dilaporkan secara berkala kepada Pengguna/Kuasa Pengguna Barang/Jasa. (4)Pengawasan pelaksanaan pekerjaan dilakukan oleh penerima hibah.

9. Tata Cara pelaksanaan Sewa Kelola yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah lain Non Swa Kelola a. Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran membentuk panitia yang bertugas untuk melakukan : 1) Penyusunan TOR/KAK; 2) Melakukan kajian terhadap perguruan tinggi, Lembaga

Penelitian/Ilmiah Pemerintah, Lembaga Pelatihan yang layak untuk diundang/diberi penawaran; 3) Menyusun Kriteria evaluasi usulan 4) Pengguna Anggaran/Pengguna Barang atau Kuasa Pengguna Anggaran/Pengguna Barang menyerahkan Surat kuasa melaksanakan pekerjaan kepada perguruan tinggi negeri, Lembaga Penelitian/Ilmiah Pemerintah, Lembaga Pelatihan terpilih; 5) Melakukan tahapan proses pengadaan sesuai dengan ketentuan berlaku;

20

b. Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran melalui Tim yang dibentuk melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan pekerjaan swakelola, baik berkaitan dengan aspek administrasi maupun aspek teknis; c. Pengguna Anggaran/Pengguna Barang atau Kuasa Pengguna Anggaran/Pengguna Barang menyiapkan Berita Acara serah terima pekerjaan. 10. Pengumuman Pengadaan Barang/Jasa Pengumuman pengadaan barang/jasa dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut : a. Pengumuman pemilihan penyedia barang/jasa harus dapat memberikan informasi secara luas kepada masyarakat dunia usaha, baik pengusaha daerah setempat maupun pengusaha daerah lainnya. b. Untuk pengadaan dengan Metode Pelelangan Umum yang bernilai sampai dengan Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) diumumkan sekurangkurangnya di satu surat kabar provinsi di lokasi kegiatan bersangkutan dan satu surat kabar nasional. Apabila jumlah penyedia barang/jasa yang mampu melaksanakan kegiatan yang berdomisili di provinsi setempat kurang dari tiga penyedia barang/jasa dan diupayakan pula melalui internet/ website. c. Untuk pengadaan dengan Metode Pelelangan Umum/Terbatas yang bernilai di atas Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) diumumkan sekurangkurangnya di satu surat kabar nasional dan satu surat kabar provinsi di lokasi kegiatan bersangkutan dan diupayakan pula melalui internet/ website pengadaan nasional. d. Untuk pengadaan jasa konsultansi dengan Metode Seleksi Umum/Seleksi Terbatas dengan nilai di atas Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) wajib diumumkan sekurang-kurangnya di satu surat kabar nasional dan satu surat

21

kabar provinsi di lokasi kegiatan bersangkutan dan diupayakan pula melalui internet/ website. 11. Penyusunan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) Penyusunan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) dilakukan dengan dengan ketentuan sebagai berikut : a. Pengguna/Kuasa Pengguna barang/jasa dan Pejabat Pembuat Komitmen wajib memiliki Harga Perkiraan Sendiri (HPS) yang dikalkulasikan secara keahlian dan berdasarkan data yang dapat dipertanggungjawabkan. b. HPS disusun dan ditetapkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen dan ditetapkan. c. HPS digunakan sebagai alat untuk menilai kewajaran harga penawaran termasuk rinciannya dan untuk menetapkan besaran tambahan nilai jaminan pelaksanaan bagi penawaran yang dinilai terlalu rendah, tetapi tidak dapat dijadikan dasar untuk menggugurkan penawaran. d. Nilai total HPS terbuka dan tidak bersifat rahasia. e. HPS merupakan salah satu acuan dalam menentukan tambahan nilai jaminan. f. Perhitungan HPS harus dilakukan dengan cermat, dengan menggunakan data dasar dan mempertimbangkan : 1) Analisis harga satuan pekerjaan yang bersangkutan; 2) Perkiraan perhitungan biaya oleh konsultan/e/j^eerS estimate (EE); 3) Harga pasar setempat pada waktu penyusunan HPS; 4) Harga kontrak/Surat Perintah Kerja (SPK) untuk barang/pekerjaan sejenis setempat yang pernah dilaksanakan; 5) Informasi harga satuan yang dipublikasikan secara resmi oleh Badan Pusat 22

Statistik (BPS), badan/instansi lainnya dan media cetak yang datanya dapat dipertanggungjawabkan; 6) Harga/tarif barang/jasa yang dikeluarkan oleh pabrikan/agen tunggal atau lembaga independen; 7) Daftar harga standar/tarif biaya yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang; 8) Informasi lain yang dapat dipertanggungjawabkan. g. HPS telah memperhitungkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan

Keuntungan (overhead cost and profit) yang wajar bagi penyedia barang/jasa. h. HPS tidak boleh memperhitungkan biaya tak terduga, biaya lain-lain dan Pajak Penghasilan (PPh) penyedia barang/jasa. i. Untuk pekerjaan jasa konsultansi : 1) HPS dibuat pada saat akan melaksanakan pengadaan yang terdiri dari dua komponen pokok yaitu Biaya Personil (Remuneration), dan Biaya Langsung Non Personil (Direct Reimbursable Cost) yang meliputi antara lain biaya untuk sewa kantor, biaya perjalanan, biaya pengiriman dokumen, biaya pengurusan surat jin, biaya komunikasi, tunjangan perumahan dan lain-lain. 2) Dalam penyusunan HPS, biaya langsung non personil tidak melebihi 40% dari total biaya, kecuali untuk jenis pekerjaan konsultansi yang bersifat khusus seperti pemetaan udara, survey lapangan, pengukuran, penyelidikan tanah dan lain-lain. 12. Penyusunan Kerangka Acuan Kerja (KAK) Kerangka Acuan Kerja (KAK) memuat hal-hal sebagai berikut :

23

j. Uraian kegiatan yang akan dilaksanakan meliputi latar belakang, maksud dan tujuan, sumber pendapatan serta jumlah tenaga yang diperlukan; k. Waktu pelaksanaan yang diperlukan; l. Produk yang dihasilkan; m. Besaran pembiayaan. 13. Penggunaan Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) KAK dan HPS digunakan sebagai acuan dalam evaluasi penawaran, klasifikasi, dan/atau negosiasi dengan calon konsultan terpilih. Dimungkinkan adanya perbedaan hasil negosiasi terhadap KAK dan HPS seperti kualifikasi, jumlah penggunaan tenaga ahli (person-month), satuan biaya personil sepanjang tidak mengubah sasaran, tujuan dan keluaran (output) yang dihasilkan serta tidak melampaui pagu anggaran, yang dipertanggungjawabkan secara keahlian/prosefional. 14. Penyusunan Dokumen Pengadaan Barang/Jasa Penyusunan dokumen pengadaan barang/jasa meliputi : a. Dokumen pengadaan barang/jasa pemborongan/jasa lainnya 1) Panitia/Pejabat/Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) menyiapkan dokumen pemilihan penyedia barang/jasa pengadaan untuk keperluan pengadaan barang/jasa. Dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa, panitia harus mencantumkan secara jelas dan terinci semua persyaratan yang diperlukan, baik administratif maupun teknis, penggunaan

barang/jasa produksi dalam negeri dan preferensi harga, unsur-unsur yang dinilai, kriteria, formula evaluasi yang akan digunakan, dan jenis kontrak yang dipilih, termasuk contoh-contoh formulir yang perlu diisi yang dapat dimengerti dan diikuti oleh calon penyedia barang/jasa yang berminat.

24

2) Panitia/Pejabat/Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) menyiapkan dokumen pasca/prakualifikasi untuk calon penyedia barang/jasa berupa formulir isian yang memuat data administrasi, keuangan, personil, peralatan dan pengalaman kerja. 3) Panitia/Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) menetapkan nilai nominal jaminan penawaran sebesar 1% sampai dengan 3% dari nilai HPS. 4) Dokumen pengadaan terdiri dari dokumen pasca/prakualifikasi dan dokumen pemilihan penyedia barang/jasa. b. Dokumen Pengadaan Jasa Konsultansi 1) Panitia/Pejabat/Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa (Procurement Unit) menyiapkan dan menyusun dokumen pengadaan yang terdiri dari dokumen pemilihan penyedia jasa dan dokumen prakualifikasi yang berupa formulir isian yang memuat data administrasi keuangan, formulir dan pengalaman kerja. 2) Dokumen pemilihan penyedia jasa terdiri dari : a) Surat undangan kepada penyedia jasa konsultansi untuk memasukkan penawaran teknis dan biaya. Dalam surat undangan dicantumkan secara jelas nomor dan tanggal surat, nama dan alamat seluruh konsultan yang diundang, nama atau judul paket pengadaan, sumber dana, jumlah lampiran dan nama lampiran surat, petugas dan alamat petugas yang dapat dimintakan informasi, tempat dan waktu pengambilan dokumen pengadaan, rapat penjelasan dan pemasukan penawaran, permintaan masa berlaku penawaran dan permintaan

25

konfirmasi kesediaan atau menolak mengikuti pengadaan jasa konsultansi. b) Kerangka Acuan Kerja (KAK) untuk menjelaskan tujuan dan lingkup jasa konsultansi serta keahlian yang diperlukan, serta sebagai acuan dan informasi bagi para konsultan yang diundang mengikuti pengadaan dalam rangka menyiapkan kelengkapan administrasi, usulan teknis, usulan biaya dan sebagai acuan dalam evaluasi usulan, klarifikasi dan negosiasi dengan calon konsultan terpilih, dasar pembuatan kontrak serta acuan evaluasi hasil keria konsultan. 15. Pengalokasian Waktu Pasca Kualifikasi Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa melalui pasca kualifikasi : a. Penayangan pengumuman lelang sekurang-kurangnya dilaksanakan tujuh hari kerja di internet/website pengadaan nasional. Penayangan pengumuman lelang yang dilaksanakan melalui surat kabar nasional/provinsi minimal dilakukan satu kali tayang pada awal masa pengumuman; b. Pendaftaran dan pengambilan dokumen penawaran dilakukan satu hari setelah pengumuman sampai dengan satu hari sebelum batas akhir pemasukan dokumen penawaran; c. Penjelasan (Aanwijzing) dilaksanakan paling cepat empat hari kerja sejak tanggal pengumuman; d. Pemasukan dokumen penawaran dimulai satu hari setelah penjelasan (Aanwijzing), dengan ketentuan batas akhir pemasukan dokumen penawaran sekurang-kurangnya dua hari kerja setelah penjelasan. Penetapan waktu

26

pemasukan dokumen penawaran harus memperhitungkan waktu yang diperlukan untuk mempersiapkan dokumen penawaran sesuai dengan jenis, kompleksitas dan lokasi pekerjaan; e. Evaluasi penawaran dapat dilakukan dalam waktu satu hari atau sesuai dengan waktu yang diperlukan; f. Pengalokasian waktu di luar proses huruf a s/d e, diserahkan sepenuhnya kepada Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran/Pejabat Pembuat Komitmen; g. Apabila tidak ada sanggahan, SPPBJ harus diterbitkan paling lambat enam hari kerja setelah pengumuman penetapan pemenang lelang dan dalam hal terdapat sanggahan, SPPBJ harus diterbitkan paling lambat satu hari setelah jawaban atas semua sanggahan dijawab. SPPBJ segera disampaikan kepada pemenang lelang. 16. Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa Dalam pembuatan kontrak pengadaan barang/jasa, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. Para pihak yang menandatangani kontrak yang meliputi nama, jabatan dan alamat; b. Pokok pekerjaan yang diperjanjikan dengan uraian yang jelas mengenai jenis dan jumlah barang/jasa yang diperjanjikan; c. Hak dan kewajiban para pihak yang terikat di dalam perjanjian; d. Nilai atau harga kontrak pekerjaan, serta syarat-syarat pembayaran;

27

e. Persyaratan dan spesifikasi teknis yang jelas dan terinci; f. Tempat dan jangka waktu penyelesaian/penyerahan dengan disertai jadwal waktu penyelesaian/penyerahan yang pasti serta syarat-syarat penyerahannya; 17. Penandatanganan Kontrak

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah : a. Para pihak yang menandatangani kontrak selambat-lambatnya empat belas hari kerja terhitung sejak diterbitkannya surat penetapan penyedia barang/jasa dan setelah penyedia barang/jasa menyerahkan surat jaminan pelaksanaan sebesar 5% (lima persen) dari nilai kontrak kepada PPK yang dikeluarkan oleh bank umum/lembaga keuangan lainnya; b. Yang berhak menandatangani kontrak adalah para pihak sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan yang berlaku, disesuaikan hal-hal yang ditetapkan dalam dokumen akte pendirian perusahaan terkait; c. Untuk pekerjaan jasa konsultansi tidak diperlukan jaminan pelaksanaan; d. Untuk pengadaan dengan nilai sampai dengan Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah) bentuk kontrak cukup dengan kuitansi pembayaran dengan materai secukupnya; e. Untuk pengadaan dengan nilai di atas Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah) s/d Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) bentuk kontrak berupa Surat Perintah Kerja (SPK) tanpa jaminan pelaksanaan; f. Untuk pengadaan dengan nilai di atas Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)

28

bentuk kontrak berupa kontrak pengadaan barang/jasa (KPBJ) dengan jaminan pelaksanaan sebagaimana dimaksud butir A; g. Dalam melakukan perikatan, para pihak sedapat mungkin menggunakan standar kontrak atau contoh SPK yang dikeluarkan pimpinan instansi yang bersangkutan atau instansi lain; h. Kontrak untuk pekerjaan barang/jasa yang bernilai di atas

Rp.50.000.000.000,0C (lima puluh milyar rupiah) ditandatangani oleh pengguna barang/asa setelah memperoleh pendapat ahli hukum kontrak yang profesional.

B. Daftar Unit Pelaksanaan Teknis Pemasyarakatan di Nusakambangan Beserta Pegawai yang Telah Memenuhi Syarat Menjadi Kelompok Kerja/Pejabat Pengadaan Barang dan Jasa No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Nama UPT Pemasyarakatan LAPAS KLS I BATU LAPAS KLAS II A BESI LAPAS KLAS II A NARKOTIKA LAPAS KELAS II A KEMBANG KUNING LAPAS KLAS II A PERMISAN LAPAS KLAS II A PASIR PUTIH Yang Memenuhi Syarat Panitia / PPK Jumlah Pejabat Tdk Ada Ada 1 orang Tdk Ada Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Ada Ada Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada 1 orang 2 orang 2 orang 1 orang Ket

LAPAS KLAS II B TERBUKA Data diperoleh : 1 Oktober 2011

29

C. Upaya-upaya yang dilakukan para UPT guna meningkatkan kemampuan dan keahlian Pegawai sebagai berikut : 1. Mengusulkan agar dipanggil mengikuti diklat pengadaan barang/jasa pada kementerian hukum dan HAM RI di Jawa Tengah 2. Mengikutkan pegawai diklat pengadaan barang/jasa pada lembaga-lembaga yang mengadakan diklat pengadaan barang/jasa pemerintah .

D. Hambatan-Hambatan Yang Dijumpai Bahwa Setiap UPT Pemasyarakatan selalu ingin meningkatkan sumber daya manusia yang ahli pengadaan, namun menemui beberapa hambatan sebagai berikut : 1. Pemanggilan diklat dari kementerian hukum dan HAM RI sangat terbatas padahal untuk kelulusan sulit didapat sedangkan kebutuhan kelulusan sangat didambakan guna kesuksesan pengelolaan anggaran kegiatan pengadaan barang dan jasa pemerintah. 2. Tidak tersedianya anggaran yang cukup pada daftar isian penyelenggara anggaran (DIPA) masing-masing UPT pemasuyarakatan untuk mengirim diklat-diklat yang diselenggarakan di luar diklat Kementerian Hukum dan HAM RI. IV. KESIMPULAN DAN SARAN Dari uraian pembahasan di atas penyusun dapat memberikan kesimpulan dan saran sebagai berikut : 1. Guna terpenuhinya pegawai yang ahli pengadaan barang dan jasa dapat diusulkan secukupnya kepada Kementerian Hukum dan HAM yang selanjutnya di realisasikan diklat agar terpenuhi kebutuhan pegawai yang memenuhi syarat untuk diangkat dan ditetapkan menjadi kelompok kerja (ULP) Pejabat Pengadaan Barang dan Jasa

30

2. Mengajukan alokasi anggaran saat penyusunan DIPA guna mencukupi pengiriman diklat pengadaan barang/jasa. 3. Para Kepala UPT Pemasyarakatan harus berusaha memberikan motivasi kepada pegawai/pejabat agar berusaha meningkatkan sumber daya manusia di bidang kemampuan dan keahlian tentang pengadaan barang/jasa. 4. Mohon kiranya instansi atasan Kementerian Hukum dan HAM RI berkenan ikut memikirkan dan membantu agar terpenuhinya petugas/pegawai yang mampu dan ahli serta memenuhi syarat untuk diangkat dan ditetapkan menjadi kelompok kerja (ULP) pejabat pengadaan barang/jasa pemerintah yang cukup.

31

DAFTAR PUSTAKA

-

Undang-undang RI Nomor : 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. Keputusan Presiden RI nomor 80 tahun 2003 dan perubahannya tentang pengadaan barang/jasa.

-

Peraturan Presiden RI nomor 54 tahun 2010 tentang pengadaan barang/jasa.

32

KATA PENGANTAR

Dengan rasa syukur yang tak terhingga kami panjatkan kepada Allah SWT, atas dapat tersusunya makalah ini meskipun dengan keterbatasan waktu dan kemampuan kami dalam kedinasan sehari-hari di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Batu Nusakambangan. Dengan motivasi dan dukungan yang sangat besar, untuk mengambil makalah berjudul Pentingnya Keahlian Pengadaan barang/jasa terhadap petugas pemasyarakatan pada UPT pemasyarakatan di Nusakambangan Dalam kesempatan ini tidak kulupakan kami mengucapkan terimakasih yang setinggitingginya atas segala bantuannya kepada : 1. Yang terhormat, Kepala Lembaga Pemasyarakatan Klas I Batu Nusakambangan 2. Yang terhormat, Kepala Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan yang Nusakambangan 3. Yang terhormat, Para Pejabat UPT Pemasyarakatan yang telah membantu kami. Besar harapan kami agar kiranya makalah ini dapat berguna khususnya untuk memenuhi persyaratan mengikuti selektif diklat kepemimpinan tingkat III tahun 2011 dan dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya, meskipun dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Demikianlah kiranya kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada hal yang kurang berkenan. lain di

Penyusun

ii 33

DAFTAR ISI

Halaman i Kata ii Daftar Isi iii I. Latar 1 II. Perumusan 3 III. Pembahasan 3 A. Pengadaan Barang dan Jasa 3 B.

Judul

Pengantar

Belakang

Masalah

Daftar Unit Pelaksanaan Teknis Pemasyarakatan di Nusakambangan Beserta

Pegawai yang Telah Memenuhi Syarat Menjadi Kelompok Kerja/Pejabat Pengadaan Barang dan Jasa 28 C. Upaya-upaya yang dilakukan para UPT guna meningkatkan kemampuan dan

keahlian Pegawai 28

34

D.

Hambatan-Hambatan Yang Dijumpai 29

IV. KESIMPULAN 29 DAFTAR PUSTAKA 30

DAN

SARAN

iii

iii

35

PENTINGNYA KEAHLIAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH TERHADAP PETUGAS PEMASYARAKATAN PADA UPT PEMASYARAKATA DI NUSAKAMBANGAN

NAMA NIP. TEMPAT/TGL. LAHIR PANGKAT/ GOL. RUANG JABATAN UNIT KERJA

: SUHARNO, SH. : 19691208 199103 1 002 : KEDIRI, 08 DESEMBER 1969 : PENATA Tk. I ( III/d ) : KEPALA SUB. BAGIAN UMUM : LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS I BATU NUSAKAMBANGAN

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU PERSYARATAN SELEKSI DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT III

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA36

TAHUN 2011

37