peningkatan prestasi belajar peserta didik melalui …
TRANSCRIPT
i
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PESERTA
DIDIK MELALUI METODE MORAL REASONING
PADA MATA PELAJARAN PAI KELAS VIII C
DI SMP NEGERI 4 SINJAI TIMURKAB. SINJAI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd.)
Oleh:
DEWI SARIANTI
NIM: 140101064
Pembimbing:
1. Jamaluddin, S.Pd.I., M.Pd.I
2. Muhammad Zulkarnain Mubhar, M.Th.I
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(PAI)FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU
KEGURUANINSTITUT AGAMA ISLAM (IAI)
ii
MUHAMMADIYAH SINJAI
2018/2019
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
لاَ ةُ وَالسَّلاَ مُ ءَلىَ اشَْرَ فِّ الْا يْنَ وَ الصَّ ِّ الْعَلمَِّ الْحَمْدُ لله رَ ب
دٌ وَ ءَلىَ الَِّهِّ وَاصْحَا بِّهِّ اَ نْبِّياَءِّ وَ الْمُرْ سَلِّيْنَ سَي ِّدِّ ناَ مُحَمَّا بعَْد يْنُ امََّ جْمَعِّ
Dalam kesempatan ini, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya
kepada semua pihak, yang telah memberikan bantuan, arahan
dan dorongan selama penulis studi. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Dr. Firdaus, M.Ag selaku Rektor Institut Agama Islam
Muhammadiyah Sinjai yang telah banyak membantu,
mengarahkan, membimbing dan memberikan dorongan
sampai Skripsi ini terwujud.
2. Dr. Amir Hamzah, M.Ag selaku Wakil Rektor I Institut
Agama Islam Muhammadiyah Sinjai
3. Dr. Ismail, M.Pd selaku selaku Wakil Rektor II Institut
Agama Islam Muhammadiyah Sinjai
4. Dr. Hardianto Rahman, M.Pd selaku Dekan Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam
Muhammadiyah Sinjai.
5. Jamaluddin, S. Pd.I., M.Pd.I, selaku Ketua Program
Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Institut Agama
Islam Muhammadiyah Sinjai Sekaligus Pembimbing I
yang telah banyak membantu mengarahkan,
vi
membimbing, dan memberikan dorongan sampai Skripsi
ini terwujud.
6. Muhammad Zulkarnain Mubhar, M.Th.I selaku
Pembimbing II yang telah banyak membantu
mengarahkan, membimbing, dan memberikan dorongan
sampai Skripsi ini terwujud.
7. Jamaluddin, S.Pd selaku kepala sekolah, Guru-guru, dan
para peserta didik SMP Negeri 4 Sinjai Timur yang telah
membantu selama penelitian.
8. Teristimewa kedua orang tua penulis yang telah banyak
memberikan motivasi dan dukungan terhadap penulis
dalam penyelesaian skripsi ini.
9. Teman-teman mahasiswa Institut Agama Islam
Muhammadiyah (IAIM) Sinjai dan berbagai pihak yang
tidak dapat disebut satu persatu, yang telah banyak
memberikan dukungan moral sehingga penulis selesai
studi.
Teriring doa semoga amal kebaikan dari berbagai
pihak tersebut mendapat pahala yang berlipat ganda dari
Allah swt., dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi
siapa saja yang membacanya.
Aamiin.
Sinjai, 05 Agustus 2018
DEWI SARIANTI
NIM. 140101064
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................... i
LEMBAR PESETUJUAN PEMBIMBING ................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ................... iv
KATA PENGANTAR ................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................ vii
DAFTAR TABEL ......................................................... x
DAFTAR GAMBAR .................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................ xii
ABSTRAK .................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah ................................. 1
B.Rumusan Masalah .......................................... 6
C.Hipotesis Tindakan ........................................ 7
D.Definisi Oprasional ........................................ 8
E.Hasil Penelitian Relevan ................................. 10
F.Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................... 13
BAB II KAJIAN TEORI
A. Prestasi Belajar ............................................. 16
1. Pengertian Prestasi Belajar ....................... 16
2. Indikator Prestasi Belajar ......................... 20
viii
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar .......................................................... 23
3. Cara mengukur prestasi belajar ................ 24
4. Macam-macam prestasi belajar ................ 25
B. Peserta Didik ................................................. 26
1. Pengertian Peserta Didik ......................... 26
2. Karakteristik Peserta Didik ...................... 29
3. Tahap-tahap Perkembangan Peserta
Didik ....................................................... 30
C. Metode Moral Reasoning .............................. 32
1. Pengertian Metode Pembelajaran ............. 32
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan
Metode ..................................................... 35
3. Pengertian Metode Moral Reasoning ....... 37
4. Tujuan Metode Moral Reasoning ............. 43
5. Langkah-langkah Metode Moral
Reasoning ................................................ 44
D. Pendidikan Agama Islam .............................. 48
1. Pengertian Pendidikan .............................. 48
2. Pengertian Agama ................................... 53
3. Pengertian Islam ...................................... 54
4. Pengertian Agama Islam .......................... 54
5. Pengertian Pendidikan Islam .................... 54
5. Materi Pelajaran Pendidikan Agama
Islam ....................................................... 56
BAB III METODE PENELITIAN
A. Model Penelitian ........................................... 59
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................... 61
C. Subjek dan Obyek Penelitian ......................... 62
D. Jenis Tindakan .............................................. 62
ix
E. Tekhnik Pengumpulan Data ........................... 67
F. Instrumen Penelitian ...................................... 69
H. Tekhnik Analisis Data ................................... 70
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Prosedur dan Hasil Penelitian ........................ 71
1. Gambaran Pra Tindakan ............................ 71
2. Gambaran Pelaksanaan Tindakan dan Pasca
Tindakan ................................................... 76
a. Pelaksanaan Siklus 1 ............................. 76
1) Rencana Tindakan ............................ 77
2) Tindakan dan Observasi ................... 77
3) Refleksi dan Evaluasi ....................... 88
b. Pelaksanaan Siklus 2 ............................. 92
B. Pembahasan/Uji Hipotesis Tindakan ............. 108
1. Penerapan Metode Pembelajaran Moral
Reasoning................................................. 108
2. Peningkatan Prestasi Belajar Peserta Didik
melalui Metode Pembelajaran Moral
Reasoning ................................................. 111
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................. 123
B. Saran ............................................................ 124
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Indikator Prestasi Belajar ........................... 20
Tabel 4.1 Hasil Tes Pra Tindakan ............................... 73
Tabel 4.2 Hasil observasi guru siklus I ....................... 80
Tabel 4.3 Hasil observasi aktivitas peserta didik
siklus I ...................................................... 85
Tabel 4.4 Hasil tes peserta didik siklus I .................... 90
Tabel 4.5 Hasil Pree Test Peserta didik Siklus II ........ 93
Tabel 4.6 Hasil observasi guru pada siklus II ............. 98
Tabel 4.7 Hasil observasi aktivitas peserta didik
siklus II ..................................................... 102
Tabel 4.8 Hasil Tes Peserta didik Siklus II ................. 105
Tabel 4.9 Rekapitulasi Nilai Hasil Tes Peserta Didik
Siklus I dan II ............................................. 113
Tabel 4.10 Statistik Nilai Hasil Tes Peserta Didik
Siklus I ....................................................... 117
xi
Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi dan Persentase skor
Hasil Tes Peserta didik pada Siklus I .......... 118
Tabel 4.12 Statistik Nilai Hasil Tes Peserta Didik
Siklus II .................................................... 119
Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi dan Persentase skor
Hasil Tes Peserta didik pada Siklus II ......... 120
Tabel 4.14 Perbandingan Nilai Rata-rata tes akhir ....... 122
DAFTAR GAMBAR
Gambar I Siklus PTK Model Kurt Lewin ...................... 60
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Lampiran 2 Lembar Observasi Guru Siklus I
Lampiran 3 Lembar Observasi Guru Siklus II
Lampiran 4 Lembar Observasi Aktivitas Peserta Didik
Siklus I
Lampiran 5 Lembar Observasi Aktivitas Peserta Didik
Siklus II
Lampiran 6 Lembar Pedoman Tes
Lampiran 7 Daftar Hadir Siswa
Lampiran 8 Silabus
Lampiran 9 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
xiii
Lampiran 10 Surat Izin Penelitian
Lampiran 11 Surat Keterangan Telah Melaksanakan
Penelitian
Lampiran 12 Dokumentasi
Lampiran 13 Biodata Penulis
ABSTRAK
DEWI SARIANTI : Peningkatan Prestasi Belajar Peserta
Didik Melalui Metode Moral Reasoning pada Mata
Pelajaran PAI Kelas VIII C di SMP Negeri 4 Sinjai Timur.
Skripsi, Sinjai: Program Studi Pendidikan Agama Islam,
Fakultas Tarbiyah & Ilmu Keguruan IAI
Muhammadiyah Sinjai, 2018.
Penelitian ini bertujuan untuk penerapan metode
moral reasoning pada mata pelajaran PAI dalam
meningkatkan prestasi belajar peserta didik di kelas VIII C
SMP Negeri 4 Sinjai Timur Kabupaten Sinjai.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan
kelas (classroom action research). Subjek penelitian ini
adalah 24 peserta didik kelas VIII C di SMP Negeri 4 Sinjai
Timur Kab. Sinjai, penelitian ini terdiri dari 2 siklus, siklus I
dan II masing-masing terdiri dari dua kali pertemuan.
xiv
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1)
Metode moral reasoning pada mata pembelajaran PAI di
kelas VIII C SMP Negeri 4 Sinjai Timur dapat
meningkatkan prestasi belajar peserta didik, karena dengan
metode moral reasoning guru dapat membuat peserta didik
lebih aktif dalam proses pembelajaran dan tidak merasa
bosan, sehingga peserta didik mudah memahami materi
pelajaran dan menyelesaikan tugas yang diberikan serta
dapat membuat peserta didik lebih kreatif menyelesaikan
tugas kelompok yang diberikan terutama pada mata
pelajaran PAI. Metode moral reasoning juga dapat
dikatakan efektif karena sudah mencapai tujuan
pembelajaran, menghemat waktu dan tenaga, mampu
membangkitkan perhatian dan keaktifan peserta. 2) Metode
moral reasoning dapat meningkatkan prestasi belajar
peserta didik pada mata pelalajaran PAI di Kelas VIII C
SMP Negeri 4 Sinjai Timur, berdasarkan nilai rata-rata hasil
tes evaluasi peserta didik pada siklus I yaitu 75,41,
sedangkan pada siklus II nilai rata-rata hasil tes evaluasi
peserta didik yaitu 90,58. Maka dapat disimpulkan bahwa
mulai dari pra tindakan, siklus I ke siklus II prestasi belajar
peserta didik pada mata pelajaran PAI meningkat.
Meningkatnya prestasi belajar peserta didik menunjukkan
efektifnya metode moral reasoning.
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan sistem dan cara
meningkatkan kualitas hidup dalam segala bidang.
Pendidikan masa sekarang ini merupakan suatu hal yang
sangat dibutuhkan oleh masyarakat sehingga pemerintah
sebagai penyelenggara pendidikan formal selalu memajukan
pendidikan bagi masyarakat karena dengan pendidikan
diharapkan akan melahirkan manusia-manusia generasi
penerus yang bertanggung jawab dan kreatif. Hal ini seiring
dengan tujuan pendidikan Nasional yang mempunyai tujuan
yang penting bagi kelangsungan kehidupan bangsa yang
sedang membangun. Demikian pentingnya pendidikan bagi
manusia sehingga mengharuskan manusia untuk dapat
memperoleh pendidikan, baik pendidikan formal maupun
pendidikan nonformal.1
1 Kompri, Manajemen Pendidikan Komponen-komponen
Elementer Kemajuan Sekolah, (Cet. II; Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2016), h. 16.
xvi
Pendidikan sangat memegang peranan penting
dari tujuan hidup yang hendak dicapai oleh seorang manusia
agar selamat menempuh kehidupan sehari-hari. Setiap sistem
pendidikan tentu memiliki dasar tujuan yang digunakan
sebagai acuan bagi pelaksanaan pendidikan. Secara umum,
penyelenggaraan kegiatan pendidikan bertujuan untuk: (1)
membantu pembentukan kepribadian; (2) melakukan
pembinaan moral; (3) menumbuhkan dan mengembangkan
keimanan dan ketakwaan para siswa sesuai tujuan beragama
dan bernegara.2
Proses belajar merupakan suatu upaya perubahan
tingkah laku. Sementara belajar sebagai suatu aktivitas
mental atau psikis berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan dan menghasilkan perubahan sikap dalam
pengetahuan dan pemahaman, keterampilan serta nilai dan
sikap. Jadi, pendidikan tidak hanya soal bagaiamana
membentuk peserta didik menjadi generasi bangsa yang
berkompeten. Akan tetapi, pendidikan pula mencakup ranah
praktis bagaimana proses tersebut diterapkan. Pada arah ini,
pendidikan membutuhkan metode pembelajaran agar apa
yang menjadi tujuan dapat dicapai dengan baik.
2 Ibid. h. 17.
xvii
Pembelajaran merupakan suatu sistem
instruksional yang mengacu pada seperangkat komponen
yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai
tujuan. Selaku suatu sistem, pembelajaran meliputi suatu
komponen, antara lain: tujuan, bahan, peserta didik,
pendidik, metode, situasi, dan evaluasi. Agar tujuan itu
tercapai, semua komponen yang ada harus diorganisasikan
sehingga antarsesama komponen terjadi kerja sama. Oleh
karena itu, pendidik tidak boleh hanya memperhatikan
komponen-komponen tertentu saja misalnya metode, bahan,
dan evaluasi saja, tetapi ia harus mempertimbangkan
komponen secara keseluruhan.3
Metode pembelajaran diartikan sebagai cara yang
berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan
pembelajaran, khususnya kegiatan penyajian materi
pelajaran kepada peserta didik.4 Oleh karena itu, materi
pelajaran merupakan salah satu pertimbangan pendidik
dalam menentukan metode pembelajaran. Tidak menutup
3 Hamruni, Strategi dan Model-Nodel Pembelajaran Aktif
Menyenangkan, (Yogyakarta, 2009), h. 10. 4 Jamil Suprihatinigrum, Strategi pembelajaran Teori dan
Aplikasi, (Cet. III; Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), h.281.
xviii
kemungkinan jika pendidik tidak memperhatikan materi
pelajaran dalam menentukan metode maka akan mempersulit
pendidik dalam menyampaikan materi. Banyak kegagalan
terjadi karena ketidaktepatan guru dalam menentukan
metode pembelajaran.
Dalam proses belajar-mengajar tenaga pendidik
harus memiliki metode pembelajaran agar peserta didik
dapat belajar secara efektif dan efisien terutama dalam
menghadapi perbedaan kemampuan, khususnya kemampuan
kognitif yang dimiliki oleh peserta didik. Salah satu aspek
mengembangkan pribadi manusia yaitu melalui pendidikan
moral atau budi pekerti. Moral adalah mengembangkan pola
perilaku seseorang sesuai dengan kehendak masyarakatnya.
Jadi bisa juga dikatakan moral adalah perilaku yang sesuai
dengan ukuran-ukuran tindakan yang oleh umum meliputi
kesatuan sosial atau lingkungan tertentu dapat diterima.5
Karena pada era saat ini banyak pelajar yang sudah tidak lagi
memperdulikan tentang sesuatu yang disebut dengan Moral.
Belajar dari kesalahan penerapan pendidikan moral atau
5 Rois Mahfud, Al- Islam Pendidikan Agama Islam, (Penerbit
Erlangga, 2011), h. 97.
xix
pendidikan budi pekerti tersebut dan mulai runtuhnya nilai-
nilai moral pada anak didik.
Prestasi belajar yang dicapai oleh peserta didik
merupakan aktualisasi dan potensi yang dimilikinya. Hal ini
mengandung arti bahwa potensi belajar merupakan
kemampuan potensial peserta didik.
Berdasarkan hasil observasi awal penulis di SMP
Negeri 4 Sinjai Timur khususnya kelas VIII C, penulis
berkesimpulan bahwa keaktifan belajar peserta didik dalam
proses pembelajaran dianggap kurang, sehingga prestasi
belajarnya yang masih standar dan hanya didukung pada
penilaian sikap dan perilaku. Kegiatan belajar mengajar yang
masih terbiasa dengan suasana belajar yang kurang aktif
dimana dalam proses pembelajaran hanya tertujuh pada
tenaga pendidik. Pendidiklah yang lebih aktif dan peserta
didik cendrung pasif, mereka hanya mendengarkan
penjelasan dari pendidik dan mencatat materi yang
disampaikan. Ketika tenaga pendidik menjelaskan para
peserta didik hanya sekedar mendengarkan saja dan tidak
memperhatikan secara serius materi pembelajaran. Untuk
menciptakan proses pembelajaran yang terarah dan
xx
mewujudkan prestasi belajar yang memuaskan diperlukan
suatu metode pembelajaran yang efektif agar peserta didik
memperoleh prestasi belajar yang tinggi.6
Sehubungan dengan hal tersebut, penulis
menawarkan metode pembelajaran moral reasoning. Metode
moral reasoning ini merupakan metode pembelajaran yang
mengaktifkan peserta didik dalam proses belajar mengajar.
Sehingga penulis tertarik mengadakan penelitian untuk
memperoleh gambaran secara detail mengenai “Peningkatan
Prestasi Belajar Peserta Didik Melalui Metode Moral
Reasoning Pada Mata Pelajaran PAI Kelas VIII C di SMP
Negeri 4 Sinjai Timur Kab. Sinjai”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas,
penulis menarik permasalahan sebagai titik tolak
pembahasan ini, yakni:
6 Hasil Observasi kelas VIII C di SMP Negeri 4 Sinjai Timur
Pada Tanggal 10 April 2018, Pukul 10.00.
xxi
1. Bagaimanakah penerapan metode moral reasoning
pada mata pelajaran PAI di kelas VIII C SMP Negeri
4 Sinjai Timur Kab. Sinjai?
2. Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar peserta
didik melalui metode moral reasoning pada mata
pelajaran PAI di kelas VIII C SMP Negeri 4 Sinjai
Timur Kab. Sinjai?
C. Hipotesis Tindakan
Sebelum suatu penelitian dilakukan perlu adanya
hipotesis yang merupakan rumusan yang nyata sebagai
jawaban sementara terhadap suatu masalah. Untuk itu
berkaitan dengan masalah yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka hipotesisnya adalah:
1. Mampu mengimplementasikan metode moral
reasoning pada mata pelajaran PAI kelas VIII C
di SMP Negeri 4 Sinjai Timur Kab. Sinjai.
2. Metode moral reasoning dapat meningkatkan
prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran
PAI di kelas VIII C SMP Negeri 4 Sinjai Timur
Kab. Sinjai.
D. Definisi Operasional
xxii
Untuk menghindari terjadinya kekeliruan dalam
pembahasan karya tulis ilmiah ini, maka dipandang perlu
untuk menjelaskan beberapa pengertian yang terkandung
dalam judul ini, yakni:
1. Peningkatan adalah proses, cara, perbuatan
meningkatkan (usaha, kegiatan).7
2. Prestasi Belajar adalah tingkat keberhasilan yang
telah dicapai siswa dalam suatu kurun waktu proses
belajar tertentu yang dapat diketahui dan hasil
evaluasi dilaksanakan oleh guru.8
3. Peserta didik secara formal adalah orang yang sedang
berada pada fase pertumbuhan dan perkembangan
baik secara fisik maupun psikis, pertumbuhan dan
perkembangan merupakan ciri dari seorang peserta
didik yang perlu bimbingan dari seorang pendidik.9
4. Metode moral reasoning dapat disebut juga dengan
metode mencari nilai moral. Metode ini merupakan
7 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Cet. II, ed. III; Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 1198. 8 Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam, (Cet. II; Bandung: Alfabeta, 2013), h. 154. 9 Ali Mufron, Ilmu Pendidikan Islam, (Cet. I; Yogyakarta: Aura
Pustaka, 2013), h. 49.
xxiii
metode pembelajaran yang mengajak anak didik
untuk menentukan suatu perbuatan yang sebaiknya
diperbuat anak pada suatu kondisi tertentu dengan
memberikan alasan-alasan yang
melatarbelakanginya. Dalam metode moral reasoning
anak didik dilatih mendiskusikan suatu perbuatan
untuk menilai baik buruknya suatu perbuatan.10
5. Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan
terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk
mengenal, memahami, menghayati, hinga
mengimani, bertakwa, dan berakhlak mulia dalam
mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber
utamanya kitab suci Al-Quran dan al-Hadits, melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran latihan, serta
penggunaan pengalaman.11
Dari defenisi oprasional di atas penulis
dapat menyimpulkan bahwa judul peningkatan
prestasi belajar peserta didik melalui metode moral
10 Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Nur Kholidah, Metode dan
Teknik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Cet. I; Bandung: PT
Refika Aditama, 2009), h. 107. 11 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Cet. IV;
Jakarta: Kalamuliah, 2005), h. 21.
xxiv
reasoning pada mata pelajaran PAI kelas VIII C di
SMP Negeri 4 Sinjai Timur adalah dengan
menggunakan metode moral reasoning dapat
meningkatkan prestasi belajar peserta didik pada
mata Pelajaran PAI.
E. Hasil-hasil Penelitian yang Relevan
Sebelum penelitian ini dilakukan memang sudah
ada penelitian-penelitan yang sejenis, akan tetapi dalam hal
tertentu penelitian ini menunjukkan perbedaan. Berikut ini
diantara penelitian sebelumnya yang dapat penulis
dokumentasikan sebagai hasil penelitian yang relevan:
1. Rosmiati, dalam judul skripsinya “Peningkatan
Prestasi Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Agama
Islam Melalui Penerapan Multimedia Pembelajaran
(Studi Kasus Kelas VIII A SMPN 2 Sinjai Tengah).
Metode penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam
dua siklus, hasil belajar yang diperoleh setelah
dilakukan tindakan kelas siklus 1 dalam materi
sejarah pertumbuhan ilmu pengetahuan dan ilmu
pengetahuan Islam melalui penerapan multimedia
pembelajaran meningkat kerena dengan
menggunakan multimedia pembelajaran siswa
xxv
termotivasi belajar karena materi lebih menarik dan
lebih mudah dipahami, terlihat dimana pada siklus
pertama rata-rata nilai kelas sebesar 74, dari skor
ideal 100 dengan standar devisiasi 14. Dan presentasi
ketuntasan belajar pada siklus I mencapai 59,1 berada
pada kategori tinggi, berdasarkan pengamatan terjadi
peningkatan hasil belajar pada siklus II, yaitu nilai
rata-rata kelas 86, dengan dari skor ideal 100 dengan
devesiasi 12,7.12
2. Much. Andi Abdillah, dalam judul skripsinya
“Pengaruh Penerapan Metode Moral Reasoning
Terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam
siswa SMA Negeri 2 Sidoarjo” diangggap baik. Hal
ini dapat dilihat berdasarkan pengamatan
kemampuan guru untuk mengelola pembelajaran
untuk setiap kegiatan pembelajaran seperti pada
tahap awal, kegiatan inti, dan tahap kegiatan akhir
yang termasuk dalam kedua kategori, termasuk
12 Rosmiati, Peningkatan Prestasi Belajar Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam Melalui Penerapan Multimedia Pembelajaran
(Studi Kasus Kelas VIII A SMPN 2 Sinjai Tengah), Skripsi, (Sinjai:
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Muhammadiyah Sinjai, 2011).
xxvi
dalam kategori baik pula. Jadi kemampuan guru
dalam kategori keaktifan dapat dilihat bahwa
kemampuan guru untuk mengelola pembelajaran
tergolong aktif, disamping tanggapan siswa terhadap
penerapan Metode Moral Reasoning di SMA Negeri
2 Sidoarjo. Terdapat dari hasil analisis tersebut
menyatakan bahwa terdapat pengaruh dari penerapan
metode Moral Reasoning terhadap mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam siswa SMA Negeri 2
Sidoarjo dengan prestasi 15,6 %.13
Setelah membaca dan menganalisa
beberapa skripsi yang relevan dengan judul penelitian
penulis, maka dapat dilihat letak persaamaan dan
perbedaan penilitian penulis dengan penelitian
sebelumnya: Perbedaan antara penelitian diatas
dengan penelitian penulis yaitu pada penelitian
saudari Rosmiati menggunakan Multimedia
pembelajaran, sedangkan penulis menggunakan
13 Much. Andi Abdillah, Pengaruh Penerapan Metode Moral
Reasoning Terhadap Prestasi Belajar Pendidikan AgamaIslam siswa
SMA Negeri 2 Sidoarjo, Skripsi, (Surabaya: Universitas Islam Negeri
Sunan Ampel Surabaya, 2017).
xxvii
metode pembelajaran moral reasoning sama dengan
penelitian kedua. Persamaan antara penelitian diatas
dengan penelitian penulis yaitu sama-sama
membahas tentang peningkatan prestasi belajar
peserta didik pada mata pelajaran pendidikan agama
Islam.
F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dari latar belakang masalah dan
perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini
adalah:
a. Untuk mengetahui penerapan metode moral
reasoning pada mata pelajaran PAI di kelas VII
C SMP Negeri 4 Sinjai Timur Kab. Sinjai.
b. Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar
peserta didik pada mata pelajaran PAI di kelas
VII C SMP Negeri 4 Sinjai Timur Kab. Sinjai.
2. Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan ilmiah yaitu sebagai bahan referensi
bagi pihak-pihak yang hendak melakukan
penelitian pada objek masalah yang sama dengan
xxviii
lingkup pembahasan yang lebih luas dan
merupakan bahan renungan bagi tenaga pendidik
khususnya guru mata pelajaran PAI.
b. Kegunaan praktis yaitu:
1) Untuk menambah pengalaman penulis di
lapangan dan juga menjadi referensi bagi
Lembaga pendidikan, sebagai tambahan bacaan
dan upaya dalam meningkatkan mutu
pendidikan dengan metode pembejaran yang
variatif.
2) Pengembangan khasanah ilmu, sebagai dasar
untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan
dasar pijakan bagi penelitian lebih lanjut serta
sebagai pembanding dari penelitian yang sudah
ada.
xxix
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
Secara etimologi istilah prestasi
merupakan kata serapan menurut bahasa belanda
xxx
yaitu dari kata Prestatie, yang bisa diartikan sebagai
hasil usaha atau suatu hasil yang dicapai, baik
dilakukan ataupun dikerjakan. Belajar adalah proses
perubahan tingkah laku akibat interaksi individu
dengan lingkungan.perubahan itu mengandung
pengertian yang luas, yakni pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, sikap, dan lain
sebagainya, atau yang lazim di sebut dengan istilah
afektif, kognitif, dan psikomotor.14
Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu
proses untuk memperoleh, pengetahuan,
meningkatkan keterampilan, memperbaiki prilaku,
sikap, dan mengokohkan kepribadian.15 Prestasi
belajar yang dicapai peserta didik merupakan
aktualisasi dan potensi yang dimilikinya. Hal ini
mengandung arti bahwa potensi belajar merupakan
manifestasi dari kemampuan potensial peserta didik.
Prestasi belajar merupakan satu masalah yang sangat
penting karena dengan kehadiran prestasi belajar
dapat memberikan suatu kepuasan apalagi bagi
peserta didik. Prestasi belajar adalah tingkat
14 Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam, (Cet. II; Bandung: Alfabeta, 2013), h. 153. 15 Suyono dan Harianto, Belajar dan Pembelajaran, (Cet. III;
Bandung: Remaja RosdaKarya, 2012), h. 9.
16
xxxi
keberhasilan yang telah dicapai siswa dalam suatu
kurun waktu proses belajar tertentu yang dapat
diketahui dan hasil evaluasi dilaksanakan oleh
guru.16
Adapun tipe prestasi belajar yang
mencakup aspek: kognitif, afektif, dan psikomotor
yang tidak dapat terpisahkan:
a. Tipe prestasi belajar bidang kognitif
Tipe-tipe prestasi belajar bidang
kognitif mencakup: tipe prestasi belajar
pengetahuan hafalan (Knowladge) terjemahan
dari kata “Knowladge” meminjam istilah bloom.
Pengetahuan ini mencakup aspek-aspek faktual
dan ingatan (sesuatu hal yang harus diingatkan
kembali) seperti batasan, peristilahan, pasal,
hukum, bab, ayat, rumus, dan lain-lain, tipe
prestasi belajar pemahaman (Comprehention),
tipe prestasi belajar penerapan (aplikasi), tipe
prestasi belajar analisis, tipe prestasi belajar
sintesis, tipe prestasi belajar evaluasi.17
b. Tipe prestasi belajar bidang afektif
Bidang afektif berkenan dengan sikap
dan nilai. Sikap seseorang bisa diramalkan
dengan perubahan-perubahannya, apabila
16 Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran…, h. 154. 17 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,
(Cet. IV; Jakarta: RajaGrafindo persada, 2011), h.151.
xxxii
seseorang telah mengetahui bidang kognitif
tingkat tinggi. Ada kecenderungan bahwa prestasi
belajar bidang afektif kurang mendapat perhatian
dari guru. Para guru lebih cenderung lebih
memperhatikan atau tekanan pada bidang kognitif
semata. Tipe prestasi belajar afektif tampak pada
siswa dalam berbagai tingkah laku, seperti atensi
atau perhatian terhadap pelajaran, disiplin,
motivasi belajar, menghargai guru dan teman,
kebiasaan belajar dan lain-lain.18
c. Tipe prestasi belajar bidang psikomotor
Tipe prestasi belajar psikomotor
tampak dalam bentuk dalam keterampilan (skill),
dan kemampuan bertindak seseorang. Adapun
tingkatan keterampilan meliputi: gerakan refleks,
keterampilan pada gerakan-gerakan dasar,
kemampuan perspektual termasuk didalamnya
membedakan visual, membedakan auditif motorik
dan lain-lain, kemampuan di bidang fisik seperti
kekuatan, keharmonisan dan ketepatan, gerakan-
gerakan yang berkaitan dengan skill mulai dari
keterampilan sederhana sampai pada
keterampilan yang kompleks.19
18 Ibid. h. 154. 19 Ibid., h. 155.
xxxiii
2. Indikator Prestasi Belajar
Indikator prestasi belajar adalah sebagai berikut:20
Tabel 2.1
Indikator prestasi belajar
Ranah/Jenis Prestasi Indikator Prestasi Belajar
Ranah Cipta (Kognitif)
1. Pengamatan
1. Dapat menunjukkan
2. Dapat membandingkan
3. Dapat menghubungkan
2. Ingatan
1. Dapat menyebutkan
2. Dapat menunjukkan
kembali
3. Pemahaman
1. Dapat menjelaskan
2. Dapat mendefinisikan
dengan lisan sendiri
4. Penerapan 1. Dapat memberikan
20 Ibid., h. 156.
xxxiv
contoh
2. Dapat menggambarkan
secara tepat
5. Analisis dan
pemeliharaan secara
teliti
1. Dapat menguraikan
2. Dapat
mengklasifikasikan
memilah/milah
6. Sintesis
1. Dapat menghubungkan
2. Dapat menyimpulkan
3. Dapat
mengenaralisasikan
Ranah Rasa (Afektif)
1. Penerimaan
1. Dapat menunjukkan
sikap menerima
2. Dapat menunjukkan
sikap menolak
2. Sambutan
1. Ketersediaan
berpartisipasi/terlibat
2. Kesediaan
xxxv
memangfaatkan
3. Apresiasi
1. Dapat menganggap
penting dan bermangfaat
2. Menganggap indah dan
harmonis
3. Mengagumi
4. Internalisasi
(Pendalaman)
1. Mengakui dan meyakini
2. Mengingkari
5. Karakterisasi
1. Melembagakan atau
meniadakan
2. Menjelmakan dalam
pribadi dan kehidupan
sehari-hari
Ranah Karsa
(Psikomotor)
1. Keterampilan
bergerak dan
bertindak
1. Mengkoordinasikan
gerak mata, tangan, kaki
dan anggota tubuh
lainnya.
xxxvi
2. Kecakapan ekspresi
verbal dan nonverbal
1. Mengucapkan
2. Membuat mimik dan
gerakan jasmani
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Pada dasarnya, hasil belajar atau prestasi
belajar yang diperoleh siswa merupakan hasil
interaksi dari berbagai faktor, baik faktor ekstren
(faktor luar) maupun faktor intern (faktor dari dalam).
Oleh karena itu, pengenalan guru terhadap faktor-
faktor yang dapat memperngaruhi prestasi belajar
siswa penting sekali artinya, dalam rangka membantu
siswa mencapai prestasi belajar seoptimal mungkin
sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
Secara umum menurut Muhibbin Syah faktor-faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat
dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: faktor internal
(faktor dari dalam siswa) yakni keadaan/ kondisi
jasmani (aspek fisiologi) dan rohani siswa (aspek
psikologi), faktor eksternal (faktor dari luar siswa)
yakni kondisi lingkungan disekitar siswa, yang
meliputi lingkungan sosial dan lingkungan nonsosial,
faktor pendekatan belajar (approach to learning),
yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi
dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan
xxxvii
kegiatan opembelajaran materi-materi
pembelajaran.21
4. Cara mengukur prestasi belajar
Salah satu cara untuk mengetahui prestasi
belajar peserta didik adalah dengan mengadakan tes.
Tes prestasi bertujuan untuk mengukur prestasi
prestasi atau hasil yang dicapai peserta didik dalam
belajar. Dalam dunia pendidikan, apalagi pendidikan
formal seperti Sekolah dan Madrasah, pentingnya
pengukuran prestasi belajar tidaklah disangsikan lagi.
Sebagaimana diketahui, proses pendidikan adalah
suatu proses yang kompleks yang memerlukan
waktu, dana dan usaha kerjasama berbagai pihak.
Berbagai faktor dan aspe terlibat dalam proses
pendidikan secara sendirinya berhasil mencapai
tujuan yang digariskan tanpa interaksi berbagai faktor
pendukung yang ada dalam sistem pendidikan
tersebut. Setiap orang yang terlibat dalam proses
pendidikan, baik guru,siswa orang tua peserta didik
dan orang lain yang berkepentingan, harus
mengetahui sejauh mana usaha pendidikan yang telah
mencapai hasil. Dengan demikian mereka akan
mengetahui program atau prosedur yang mana boleh
dilanjutkan dan mana yang harus ditingkatkan, dan
21 Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam…, h. 157.
xxxviii
mana yang harus ditinggalkan karena tidak banyak
memberi hasil seperti yang diharapkan.22
5. Macam-macam prestasi belajar
Pada dasarnya pengungkapan hasil belajar
yang ideal meliputi segenap ranah psikologi yang
berubah sebagai akibat pengalaman dan proses
belajar siswa. Akan tetapi, pengungkapan perubahan
tingkah laku seluruh ranah itu, terutama ranah afektif,
sangat sulit. Hal ini disebabkan perubahan hasil
belajar itu ada yang Intangible (tak dapat diraba).oleh
karena itu, yang dapat dilakukan guru adalah hanya
mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang
dianggap penting dan diharapkan dapat
mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil
belajar siswa, baik dimensi cipta dan rasa maupun
yang berdimensi rasa. 23
B. Peserta Didik
1. Pengertian Peserta Didik
Peserta didik salah satu komponen dalam
system pendidikan Islam. Peserta didik merupakan
“raw material” (bahan mentah) didalam proses
transformasi yang disebut pendidikan. Berbeda
22 Ibid. h. 154 23 Ibid., h. 155.
xxxix
dengan komponen-komponen lain dalam sistem
pendidikan kerena kita menerima “materil” ini sudah
setengah jadi, sedangkan komponen-komponen lain
dapat dirumuskan dan disusun sesuai dengan keadaan
fasilitas dan kebutuhan yang ada.24
Peserta didik secara formal adalah orang
yang sedang berada pada fase pertumbuhan dan
perkembangan baik secara fisik maupun psikis,
pertumbuhan dan perkembangan merupakan ciri dari
seorang peserta didik yang perlu bimbingan dari
seorang pendidik. Di dalam proses pendidikan
peserta didik disamping sebagai objek juga sebagai
subjek. Oleh Karena aitu agar seorang pendidik
berhasil dalam proses pendidikan, maka ia harus
memahami peserta didik dengan segala
karakteristknya. Diantara aspek yang harus dipahami
oleh pendidik yaitu: (1) Kebutuhannya, (2) Dimensi-
dimensinya, (3) Intelegensinya, (4)
Kepribadiannya.25
24 Ali Mufron, Ilmu Pendidikan Islam, (Cet. I; Yogyakarta: Aura
Pustaka, 2013), h. 49. 25 Ibid. h. 50.
xl
Peserta didik dalam pendidikan Islam
adalah individu yang sedang tumbuh dan
berkembang, baik secara fisik, psikologi, sosial dan
religious dalam mengarungi kehidupan di dunia dan
di akhirat kelak. Peserta didik cakupannya lebih luas
daripada anak didik. Peserta didik tidak hanya
melibatkan anak-anak, tetapi juga orang dewasa yang
berusia kanak-kanak. Penyebutan peserta didik ini
juga mengisyaratkan bahwa lembaga pendidikan
tidak hanya sekolah (pendidikan formal), melainkan
juga mencakup lembaga pendidikan nonformal yang
ada di masyarakat, seperti majelis taklim, dan
sebagainya. Dengan demikian, istilah peserta didik
ini bukan hanya orang-orang yang belum dewasa dari
segi usia, melainkan juga orang-orang yang dari segi
usia sudah dewasa, namun dari segi mental,
wawasan, pengalaman, keterampilan, dan sebagainya
masih memerlukan bimbingan.26
Peserta didik (Subyek Didik) adalah
manusia yang: (1) sedang tumbuh dan berkembang;
26 Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Cet. I; Jakarta:
Kencana, 2010), h. 173.
xli
(2) butuh bimbingan dan perlakuan manusiawi
(bukan tindak kekerasan baik fisik maupun psikis);
(3) mampu mandiri; (4) memilki potensi unik (beda
satu dengan yang lain); (5) mampu menyesuaikan
dengan lingkungan, mencintai lingkungan dan
internalisasi nilai-nilai; (6) mau berubah, siap
berubah dan mampu merubah lingkungan.27
2. Karakteristik Peserta Didik
Pemahaman terhadap peserta didik secara
benar dan baik merupakan salah satu persyaratan
yang tidak boleh ditinggalkan oleh setiap pendidik.
Hal ini didasarkan pada sejumlah alas an sebagai
berikut: Pertama, bahwa dengan memahami peserta
didik dapat menentukan metode dan pendekatan
dalam belajar mengajar. Kedua, bahwa dengan
memahami peserta didik dapat menetapkan materi
pelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuannya.
Ketiga, bahwa dengan memahami peserta didik dapat
memberikan perlakuan yang sesuai dengan fitrah,
bakat, kecenderungan, dan kemanusiaannya.
27 Nur’Aeni dan Muhammad Nurjaman, Pengantar Pendidikan,
(Cet. III; Jakarta: UNINDRA PRESS, 2015), h. 23.
xlii
Karakteristik peserta didik dapat dibedakan
berdasarkan tingkat usia, kecerdasan, bakat, hobi, dan
minat, tempat tinggal dan budaya, serta lainnya.28
3. Tahap-tahap Perkembangan Peserta Didik
a. Tahap pra-operasional (usia 2-7 tahun). Pada
tahap ini kemampuan skema kognitifnya masih
terbatas. Peserta didik suka meniru perilaku orang
lain. Perilaku yang ditiru terutama perilaku orang
lain (khususnya orang tua dan pendidik) yang
pernah ia lihat ketika orang itu merespon
terhadap perilaku orang, keadaan, dan kejadian
yang dihadapi pada masa lampau. Peserta didik
mulai mampu menggunakan kata-kata yang benar
dan mampu pula mengekspresikan kalimat-
kalimat pendek secara efektif.
b. Tahap operasional-konkret (usia 7-11 tahun).
Pada tahap ini peserta didik sudah mulai
memahami aspek-aspek kumulatif materi,
misalnya volume dan jumlah, serta mempunyai
28 Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam…, h. 175.
xliii
kemampuan memahami cara mengkombinasikan
beberapa golongan benda yang bervariasi
tingkatannya. Selain itu peserta didik sudah
mampu berpikir sistematis mengenai benda-
benda dan peristiwa-peristiwa yang konkret.
c. Tahap operasional-formal (usia 11-15 tahun).
Pada tahap ini peserta didik sudah menginjak usia
remaja. Perkembangan kognitif peserta didik
pada tahap ini telah memiliki kemampuan
mengkoordinasikan dua ragam kemampuan
kognitif, bak secara simultan (serentak) maupun
berurutan. Misalnya kapasitas merumuskan
hipotesis (anggapan dasar), peserta didik mampu
berfikir untuk memecahkan masalah dengan
menggunakan anggapan dasar yang relevan
dengan lingkungan yang ia respon, sedangkan
dengan kapasitas menggunakan prinsip-prinsip
abstrak, peserta didik akan mampu mempelajari
xliv
materi pelajaran yang abstrak, seperti agama,
matematika, dan lainnya.29
C. Metode Moral Reasoning
1. Pengertian Metode Pembelajaran
Metode secara harfiah berasal dari
bahasa Yunani methodos, yang artinya jalan/cara.
Metode pembelajaran diartikan sebagai cara yang
berisi prosedur baku untuk melaksankan kegiatan
pembelajaran, khususnya kegiatan penyajian materi
pelajaran kepada siswa. Metode dalam mengajar
berperan sebagai alat untuk menciptakan proses
pembelajaran antara siswa dengan guru dalam
proses pembelajaran.30
29 Hamzah dan Nurdin Mohamad, Belajar Dengan Pendekatan
PAILKEM: Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif,
Menarik, (Cet.VI; Jakarta: Bumi Aksara, 2015), h. 238. 30 Jamil Suprihatinigrum, Strategi pembelajaran Teori dan
Aplikasi, (Cet. III; Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016. h. 281.
xlv
Metode merupakan upaya untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun
dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah
disusun tercapai secara optimal.31 Metode
digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah
ditetapkan. Strategi menunjuk pada suatu
perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan
metode adalah cara yang dapat digunakan untuk
melaksanakan stategi. Tidak semua metode cocok
digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran
tertentu. Hal ini tergantung dari karekteristik
peserta didik, materi pembelajaran, dan konteks
lingkungan di mana pembelajaran berlangsung.
Pengembangan pembelajaran memegang peran
penting dalam menciptakan kondisi belajar yang
dapat memfasilitasi peserta didik di dalam
mencapai hasil belajar yang diharapkan. Jadi,
metode pembelajaran berfungsi sebagai cara dalam
menyajikan (menguraikan, memberi contoh, dan
31 Muhammad Yaumi, Prinsip-prinsip Desain Pembelajaran
Disesuaikan dengan Kurikulum 2013, (Cet. IV: KENCANA; Jakarta,
2013), h. 231.
xlvi
memberi latihan) isi pelajaran kepada peserta didik
untuk mencapai suatu tujuan.32
Metode Mengajar dapat diartikan
sebagai cara yang dipergunakan oleh pendidik
dalam mengadakan hubungan dengan peserta didik
pada saat berlangsungnya proses pembelajaran.
Dengan demikian, metode mengajar merupakan
alat untuk menciptakan proses pembelajaran.33
Metode pembelajaran merupakan alat
untuk mencapai tujuan pembelajaran,
operasionalisasi dari strategi pembelajaran dalam
menyiasatkan perbedaan individual siswa,
meningkatkan motivasi belajar, serta meningkatkan
daya serap materi bagi siswa dan berdampak
langsung terhadap pencapaian tujuan. Metode
merupakan cara untuk mengantarkan materi
pelajaran mencapai tujuan. Oleh karena itu, materi
pelajaran merupakan salah satu pertimbangan guru
dalam menentukan metode pembelajaran. Tidak
32 Ibid., h. 232. 33 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Cet: IV;
Jakarta, Kalamuliah, 2005), h. 281.
xlvii
menutup kemungkinan jika guru tidak
memperhatikan materi pelajaran dalam menentukan
metode maka akan mempersulit guru dalam
menyampaikan materi. Banyak kegagalan terjadi
karena ketidaktepatan guru dalam menentukan
metode pembelajaran.
Metode pembelajaran merupakan jenis
langkah-langkah yang dipilih dan digunakan dalam
mengimplementasikan strategi (rencana yang sudah
disusun) dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan
Metode
Pemilihan dan penentuan metode
dipengaruhi beberapa faktor, sebagai berikut.
a. Tujuan yang berbeda dari masing-masing
materi
Metode pembelajaran ditentukan
oleh tujuan, bukan tujuan ditentukan oleh
metode pembelajaran. Oleh karena itu, guru
perlu jeli dan teliti menyesuaikan metode
xlviii
pembelajaran dengan tujuan yang telah
ditetapkan.34
b. Perbedaan latar belakang individual anak
Metode pembelajaran juga harus
mampu mengakomodasi perbedaan individual
siswa. Setiap siswa memiliki karakteristik yang
berbeda-beda, baik minat, bakat, kebiasaan,
motivasi, status sosial, lingkungan keluarga,
dan harapan terhadap masa depannya. Hal ini
merupakan landasan bagi guru dalam memilih
dan memvariasai metode pembelajaran.35
c. Perbedaan siuasi dan kondisi di mana
pendidikan berlangsung
Situasi dan kondisi ynag berlainan
menuntut metode pembelajaran yang berlainan
pula. Saat suasana kelas tiba-tiba berubah, guru
dapat mengubah metode pembelajaran
menyesuaikan dengan suasana tersebut.
Misalnya tiba-tiba siswa mengantuk, guru dapat
mengubah metodenya menjadi metode yang
34 Jamil Suprihatinigrum, Strategi Pembelajaran Teori dan
Aplikasi…, h. 280. 35 Ibid., h. 282.
xlix
mengaktifkan siswa, seperti game atau belajar
di luar kelas untuk menyegarkan suasana.36
d. Perbedaan pribadi dan kemampuan guru
Tidak hanya siswa yang memiliki
kepribadaian unik, guru pun memiliki
karakteristik individu dan kecakapan yang
berbeda-beda. Pemilihan metode pembelajaran
sebaiknya juga memperhatikan kecakapan diri.
Jangan sampai guru memilih metode
pembelajaran yang tidak dikuasainya karena
justru akan mempersulit diri sendiri dan
menghambat tercapainya tujuan
pembelajaran.37
e. Perbedaan fasilitas
Fasilitas baik dari segi kualitas
maupun kuantitasnya dapat mempengaruhi
pemilihan dan penetapan metode mengajar.
Contohnya tujuan pembelajaran membuktikan
konsep melalui pratikum tentunya
membutuhkan metode eksperimen. Namun, jika
fasilitas laboratorium tidak ada, metode
eksperimen tidak dapat dilaksanakan.38
3. Pengertian Metode Moral Reasoning
36 Ibid., h. 283. 37 Ibid., h. 284. 38 Ibid., h. 285.
l
Istilah moral berasal dari bahasa Latin
mores dari suku kata mos, yang artinya adat
istiadat, kelakuan, tabiat, watak, perasaan, sikap,
akhlak dan cara berfikir.moral dan moralitas
merupakan dua konsep yang berbeda. Moral adalah
prinsip baik buruk sedangkan moralitas merupakan
kualitas pertimbangan baik-buruk. Dengan
demikian, hakekat dan makna moralitas dapat
dilihat dari individu yang memiliki moral dalam
mematuhi maupun menjalankan aturan.39
Moral dalam arti istilah merupakan
suatu yang digunakan untuk menentukan batas-
batas dari sifat, perangai,kehendak, pendapat atau
perbuatan secara layak dapat dikatakan benar,
salah,baik atau buruk, sehingga moral dapat
memberikan batasan terhadap aktifitas manusia
dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar
atau salah.40
39 Subur, Pembelajaran Nilai Moral Berbasis Kisah, (Cet. I;
Yogyakarta: Kalimedia, 2015), h. 54. 40 Ibid. h. 55.
li
Secara konseptual istilah “moral” sangat
erat kaitannya dengan kaidah-kaidah tertentu dan
pasti yang mengatur tingkah laku manusia dalam
berbagai situasi tingkah laku dan merupakan dasar
bagi semua kehidupan. Adapun secara
implementatif istilah moral erat kaitannya dengan
tabit atau kebiasaan. Untuk membelajarkan
moralitas tertentu pada seseorang, diperlukan
latihan dan praktik terus menerus sehingga tumbuh
menjadi kebiasaan. Menurut Megawangi
komponen penting yang harus diperhatikan dalam
pendidikan moralitas adalah menumbuhkan
keinginan untuk berbuat baik. Keinginan untuk
berbuat baik bersumber dari kecintaan berbuat
baik. Dengan demikian, membentuk moralitas
berarti menumbuhkan (pikiran, hati, dan tindakan)
adalah sangat terkait.41
Moral adalah ajaran tentang baik buruk
perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban, dan
41 Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Nur Kholidah, Metode dan
Teknik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Cet. I; Bandung: PT
Refika Aditama, 2009), h. 107.
lii
sebagainya. Dalam moral diatur segala perbuatan
yang dinilai baik dan perlu dilakukan, dan suatu
perbuatan yang dinilai tidak baik dan perlu
dihindari. Moral berkaitan dengan kemampuan
untuk membedakan anatara perbuatan yang benar
dan yang salah. Dengan demikian, moral
merupakan kendali dalam bertingkah laku.42
Dengan istilah lain bahwa kesadaran
moral atau perasaan untuk berbuat baik merupakan
pembawaan manusia sejak lahir. Perbuatan yang
lahir dari kesadaran ini disebut dengan perbuatan
berakhlak, yaitu perbuatan yang sesuai dengan
norma-norma akhlak/moral.
Penalaran secara literal Bahasa Inggris
adalah reasoning. Berasal dari kata reason, yang
secara literal berarti alasan. Berarti reasoning atau
to reason adalah memberikan/memikirkan alasan.43
Metode Moral Reasoning dilaksanakan
dengan memberikan suatu kasus atau dilema moral
pada anak didik melalui diskusi, studi kasus, isu
42 Sunarto dan B. Agung Hartono, Perkembangan Peserta
Didik, (Jakarta: Rineka Cipta), h. 169. 43 Handoko,
https://rogonyowosukmo.wordpress.com/2009/12/04/apa-itu-penalaran-reasoning/.Diakses pada tanggal 16 April 2018. Pukul. 11.30.
liii
isu, menonton film dan sebagainya untuk
selanjutnya anak didik menyelesaikannya secara
individu ataupun kelompok.
Peran guru sebagai fasilitator dalam
metode moral reasoning dengan membuat dilema
untuk dipecahkan secara bersama, anak didik
diharapkan menemukan nilai-nilai moral yang
terkandung di dalamnya. Anak didik juga diajak
untuk merefleksikan nilai-nilai tersebut dapat
membangun mentalitasnya.
Dalam menentukan penyelesaian suatu
kasus, anak didik harus menyertakan alasan-alasan
mereka dalam pemberian alternative
jawabannya. Melalui pemberian alasan inilah
peserta didik belajar untuk
menentukan sikap dalam hidup, karena mereka
akan belajar memprediksi konsekuensi dari
perbuatan mereka dan belajar menganalisis setiap
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Melalui
penerapan metode ini peserta didik akan terlatih
untuk hidup bersosialisasi dalam hidup
bekerjasama serta bermusyawarah dalam
liv
kehidupan sehari-hari mereka, karena masing-
masing penyelesaian dilema moral yang diajukan
oleh guru akan didiskusikan dengan teman sekelas.
Metode moral reasoning termasuk
bagian dari active learning yang merupakan salah
satu cara untuk meningkatkan belajar lebih aktif
dengan pemberian tugas belajar yang dilakukan
dalam kelompok kecil siswa maupun individu.
Dukungan sesama siswa dan keragaman pendapat,
pengetahuan, serta ketrampilan mereka akan
membantu menjadikan belajar sebagai bagian
berharga dari iklim di kelas. Metode moral
reasoning termasuk bagian dari belajar kooperatif
adalah belajar dalam kelompok kecil yang
menumbuhkan kerjasama (kolaborasi) atau
berdiskusi tentang baik buruknya suatu perbuatan
serta memberikan alasan-alasan yang melatar
belakanginya yang didalamnya bertujuan untuk
mencapai kompetensi dasar.44
44 Much. Andi Abdillah, Pengaruh Penerapan Metode Moral
Reasoning Terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam siswa
lv
4. Tujuan Metode Moral Reasoning
Metode yang dipilih oleh pendidik tidak
boleh bertentangan dengan tujuan pembelajaran.
Metode harus mendukung kemana kegiatan
interaksi edukatif berproses guna mencapai tujuan.
Tujuan pokok pembelajaran adalah
mengembangkan kemampuan anak secara individu
agar bisa menyelesaikan segala permasalahan yang
dihadapinya. Dipilihnya beberapa metode atau
strategi tertentu dalam suatu pembelajaran
bertujuan untuk memberi jalan atau cara sebaik
mungkin bagi pelaksanaan dan kesuksesan
operasional pembelajaran. Sedangkan
dalam konteks lain, metode atau strategi dapat
merupakan sarana untuk menemukan, menguji dan
menyusun data yang diperlukan bagi
pengembangan disiplin ilmu. Dalam hal ini, metode
bertujuan untuk lebih memudahkan proses dan
hasil pembelajaran sehingga apa yang
direncanakan bisa diraih dengan sebaik dan
SMA Negeri 2 Sidoarjo, Skripsi, (Surabaya: Universitas Islam Negeri
Sunan Ampel Surabaya, 2017). h. 23.
lvi
semudah mungkin. Selain ada tujuan utama ada
pula tujuan lain yang ingin dicapai oleh metode
moral reasoning, yaitu:45
a. Membiasakan belajar aktif secara individu dan
kelompok.
b. Untuk meningkatkan belajar kolaboratif
c. Agar peserta didik memilki keterampilan
memecahkan masalah terkait dengan materi.
5. Langkah-langkah Metode Moral Reasoning
Penerapan metode moral reasoning
pada mata pelajaran pendidikan agama Islam
mungkin baru pertama kali ini, namun meskipun
baru pertama kali diharapkan metode ini mampu
membuat peserta didik mudah memahami serta
menguasai materi yang diberikan guru serta mampu
memecahkan masalah yang diberikan oleh guru
melalui pertimbangan moral baik atau buruk suatu
perbuatan yang ada dalam mata pelajaran
pendidikan agama Islam. Pada metode ini
menekankan atau mengoptimalkan aktivitas siswa
yang mana langkah awal yaitu memilih bahan
45 Much. Andi Abdillah, Pengaruh Penerapan Metode Moral
Reasoning Terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam siswa
SMA Negeri 2 Sidoarjo, Skripsi, (Surabaya: Universitas Islam Negeri
Sunan Ampel Surabaya, 2017), h. 26.
lvii
pelajaran, bahan pengajaran tersebut akan mengisi
proses pembelajaran.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam
penerapan metode moral reasoning adalah sebagai
berikut:
a. Penyajian kasus atau dilema moral. Pada
penerapan metode ini guru terlebih dahulu
menyiapkan kasus yang memerlukan
penyelesaian dari siswa untuk kemudian
dibagikan pada mereka. Kasus tersebut berupa
serangkaian peristiwa yang masih belum
terselesaikan (open ended) dan siswalah yang
bertugas menyelesaikan masalah tersebut
dengan menyertakan alasan-alasannya.
b. Pembagian kelompok diskusi. Dalam
menyelesaikan kasus/dilemma moral yang
diajukan oleh guru, siswa dibentuk dalam
kelompok agar terjadi diskusi antar siswa,
kelompok ini beranggotakan 5-6 siswa.
c. Diskusi kelas. Setelah masing-masing
kelompok selesai mendiskusikan kasusnya,
maka kemudian terjadi diskusi untuk
lviii
menentukan jalan yang terbaik yang akan
ditempuh pada kasus tersebut.
d. Seleksi nilai/moral terpilih. Setelah terjadi
diskusi secara klasikal. Maka siswa dan guru
bersama-sama menyeleksi penyelesaiaan yang
diajukan oleh siswa berdasarkan argumen yang
diberikan.46
Adapun Keunggulan dan Kelemahan
Metode Moral Reasoning yaitu:
1) Keunggulan
a) Melatih siswa menyelesaikan
problematika hidup.
b) Siswa belajar untuk bekerja sama
dengan temannya dan terbiasa
bermusyawarah dalam kehidupan
sehari-hari.
c) Meningkatkan motivasi belajar siswa,
karena siswa akan terdorong untuk
memecahkan masalah yang terjadi di
sekitar mereka.
46 Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Nur Kholidah, Metode dan
Teknik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.., h.108.
lix
d) Menciptakan pembelajaran yang
menyenangkan.
e) Meningkatkan keaktifan siswa baik
dalam bertanya maupun
mengemukakan pendapat.
f) Meningkatkan prestasi akademik
sekaligus kemampuan sosial.47
2) Kelemahan
a) Terkadang terjadi benturan pendapat,
bahkan mungkin pembicaraan menjadi
menyimpang sehingga memerlukan
waktu yang panjang.
b) Dengan dibentuknya kelompok-
kelompok terkadang membuat
pembelajaran menjadi kurang
kondusif.48
D. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan
47 Ibid., h.109. 48 Much. Andi Abdillah, Pengaruh Penerapan Metode Moral
Reasoning Terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam siswa
SMA Negeri 2 Sidoarjo, Skripsi, (Surabaya: Universitas Islam Negeri
Sunan Ampel Surabaya, 2017), h. 31.
lx
Pendidikan berasal dari kata “didik”, lalu
kata ini mendapat awalan me sehingga menjadi
“mendidik”, artinya memlihara dan memberi latihan.
Dalam memberi dan memberi latihan diperlukan
adanya ajaran, tuntutan, dan pimpinan mengenai
akhlak dan kecerdasan pikiran.49 Dalam pengertian
yang sempit, education atau pendidikan berarti
perbuatan atau prose perbuatan untuk memperoleh
pengetahuan. Dalam pengertian yang agak luas,
pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses
dengan metode-metode tertentu sehingga orang
memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara
bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan.50
Pendidikan adalah usaha sadar yang
dilakukan orang dewasa (pendidik) dalam
menyelenggarakan kegiatan pengembangan diri
peserta didik agar menjadi manusia yang paripurna
sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya. Pendidikan bisa membantu manusia
49 Bisri Mustofa, Psikologi Pendidikan, (Cet. I; Yogyakarta:
Parama Ilmu, 2015), h. 6. 50 Ibid. h.7.
lxi
mengangkat harkat dan martabatnya dibandingkan
manusia lainnya yang tidak berpendidikan.
Pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh
pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani
anak didik menuju terbentuknya kepribadian utama
menurut ukuran-ukuran tertentu.51
Pendidikan dalam pelaksanaanya selama
ini dikenal sebagai usaha yeng berbentuk bimbingan
terhadap anak didik guna mengantarkan anak ke arah
pencapaian cita-cita tertentu dan proses perubahan
tingkah laku kea rah yang lebih baik. Pendidikan
merupakan suatu proses integral yang melibatkan
beberapa faktor, di antaranya tujuan pendidikan,
pendidik, peserta didik, alat pendidikan, dan
lingkungan. Kelima faktor tersebut merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan atau berjalan
sendiri-sendiri, tetapi harus berjalan secara teratur,
konplementer, dan berkesinambungan. Kelima faktor
tersebut memiliki peranana yang sangat menentukan
51Kompri, Manajemen Pendidikan Komponen-komponen
Elementer Kemajuan Sekolah…, h. 15.
lxii
keberhasilan proses pendidikan sehingga pendidikan
sangat tergantung pada kelima faktor tersebut.52
Pendidikan bagi umat manusia merupakan
sistem dan cara meningkatkan kualitas hidup dalam
segala bidang. Pendidikan masa sekarang ini
merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan oleh
masyarakat sehingga pemerintah sebagai
penyelenggara pendidikan formal selalu memajukan
pendidikan bagi masyarakat karena dengan pedidikan
diharapkan akan melahirkan manusia-manusia
generasi penerus yang bertanggung jawab dan
kreatif.53
Pendidikan adalah segala pengalaman
belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan
dan sepanjang hidup. Pengertian pendidikan secara
sempit atau sederhana adalah persekolahan.
Pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan
di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal.
Pendidikan adalah segala pengaruh yang diupayakan
sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan
52 Ibid. h. 16. 53 Ibid., h. 17.
lxiii
kepadanya agar mempunyai kemampuan yang
sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan-
hubungan dan tugas sosial.54
Pendidikan sangat memegang peranan
penting dari tujuan hidup yang hendak dicapai oleh
seorang manusia agar selamat menempuh kehidupan
sehari-hari. Setiap sistem pendidikan tentu memiliki
dasar tujuan yang digunakan sebagai acuan bagi
pelaksanaan pendidikan. Secara umum,
penyelenggaraan kegiatan pendidikan bertujuan
untuk: (1) membantu pembentukan kepribadian; (2)
melakukan pembinaan moral; (3) menumbuhkan dan
mengembangkan keimanan dan ketakwaan para
siswa sesuai tujuan beragama dan bernegara.55
Tujuan pendidikan agama Islam bukanlah
semata-mata untuk memenuji kebutuhan intelektual
saja, melainkan segi penghayatan juga pengamalan
54 Didin Kurniadin dan Imam Machali, Manajemen Pendidikan
Konsep & Prinsip Pengelolaan Pendidikan, (Cet. III; Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media, 2016), h.112. 55 Ibid. h.17.
lxiv
serta pengaplikasiannya dalam kehidupan dan
sekaligus menjadi pegangan hidup.56
Jadi dengan demikian, jelas bagi kita
bahwa tujuan akhir dari pendidikan agama Islam itu
karena semata-mata untuk beribadah kepada Allah
Swt dengan cara berusaha melaksanakan semua
perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya.57
2. Pengertian Agama
Agama bukan hanya sebagai satu
kepercayaan dan pengakuan terhadap Tuhan melaui
upacara-upacara ritual yang lebih menitikberatkan
terhadap hubungan manusia sebagai individu
terhadap Tuhannya, akan tetapi meliputi seluruh tata
kehidupan manusia.
Kata “Agama” menurut istilah Al-Qur’an
disebut Al-Din, Sedangkan secara bahasa Sanskrit
(Sansekerta), sebagai pecahan dari kata-kata “A”
56 Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam,
(Cet. II; Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h. 20. 57 Ibid. h.21.
lxv
artinya “tidak” dan “gama” artinya “kacau”.
“Agama” berarti “tidak kacau”.58
Pengertian diatas mengandung makna
bahwa agama sebagai pedoman aturan hidup akan
memberikan petunjuk kepada manusia sehingga
dapat menjalani kehidupan ini dengan baik, teratur,
aman, dan tidak terjadi kekacauan yang berujung
pada tindakan anarkis.
3. Pengertian Islam
Kata Islam merupakan turunan dari kata
assalmu, assalamu, assalamatu yang berarti bersih
dan selamat dari kecacatan lahir dan batin. Islam
berarti suci, bersih tanpa catat. Islam berarti
“menyerahkan sesuatu”. Islam adalah memberikan
keseluruhan jiwa raga seseorang kepada Allah SWT,
dan mempercayakan seluruh jiwa raga seorang
kepada Allah SWT.59
4. Pengertian Agama Islam
58 Rois Mahfud, Al- Islam Pendidikan Agama Islam, (Penerbit
Erlangga, 2011), h. 2. 59 Ibid. h. 3.
lxvi
Islam adalah agama samawi yang nilai-
nilai ajarannya bersumber dari wahyu Allah Swt.
Sebagai agama wahyu, nilai-nilai ajaran Islam berisi
bimbingan kepada manusia dalam semua aspek
kehidupan. Islam juga merupakan satu-satunya
agama yang memperoleh ridha dari Allah Swt.60
5. Pengertian Pendidikan Islam
Adapun dalam perspektif Islam,
pengertian pendidikan (pendidikan Islam) merujuk
pada istilah, yaitu al-tarbiyah, al-ta’dib, al-ta’lim.
Dari ketiga istilah tersebut, yang paling popular
digunakan dalam menyebutkan praktik pendidikan
islam adalah terminology al-tarbiyah, seperti
penggunaan istilah at-Tarbiyah al-Islamiyah yang
berarti pendidikan Islam.61
Pendidikan Agama Islam adalah upaya
sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik
untuk mengenal, memahami, menghayati, hinga
60 Jalaluddin, Pendidikan Islam Pendekatan Sistem dan Proses,
(Cet. I. Ed.I; Jakarta: Rajawali Pers, 2016), h. 43. 61 Didin Kurniadin dan Imam Machali, Manajemen Pendidikan
Konsep & Prinsip Pengelolaan Pendidikan…, h. 115.
lxvii
mengimani, bertakwa, dan berakhlak mulia dalam
mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber
utamanya kitab suci Al-Quran dan al-Hadits, melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran latihan, serta
penggunaan pengalaman.62
Jadi, Pendidikan Agama Islam adalah
usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam
meyakini, memahami, menghayati, dan
mengamalkan agama Islam melalui kegiatan
bimbingan, pengarahan atau latihan dengan
memerhatikan tuntutan untuk menghormati agama
lain dalam hubungan kerukunan antar ummat
beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan
kesatuan nasional.63
6. Materi Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VIII
C di SMP Negeri 4 Sinjai Timur64
Bab 1 Meyakini Kitab-kitab Allah, Mencintai Al-
62 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam…, h. 21. 63 Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam…,
h.19. 64 Muhammad Ahsan, et.al., Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti, (Cet. IV; Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan,
2017), h. v-viii.
lxviii
Qur’an
Bab 2 Menghindari Minuman Keras, Judi, dan
Pertengkaran
Bab 3 Mengutamakan Kejujuran dan Menegakkan
Keadilan
Bab 4 Lebih Dekat Kepada Allah Swt dengan
Mengamalkan Salat Sunnah.
Bab 5 Jiwa lebih Tenang dengan Banyak
Melakukan Sujud
Bab 6 Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan Pada Masa
Ummayah
Bab 7 Rendah Hati, Hemat, dan Sederhana
Membuat Hidup Lebih Mulia
Bab 8 Meneladani Kemuliaan dan Kejujuran Para
Rasul Allah swt
Bab 9 Hormat dan Patuh Kepada Orang Tua dan
Guru
lxix
Bab
10
Menghiasi Pribadi dengan Berbaik Sangka
dan Beramal Saleh
Bab
11
Ibadah Puasa Membentuk Pribadi yang
Bertakwa
Bab
12
Mengonsumsi Makanan dan Minuman yang
Halal serta Menjauhi Yang Haram
Bab
13
Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan Pada Masa
Abbasyiah
Bab
14
Hidup Sehat dengan Makanan dan Minuman
Yang Halal dan Bergizi
lxx
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Model Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas (classroom action research). Penelitian tindakan kelas
adalah proses pengkajian masalah pembelajaran didalam
kelas melalui refleksi diri dan upaya untuk mememcahkan
dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana
lxxi
dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari
tindakan tersebut.65
Model kurt Lewin adalah model yang mendasari
model-model lainnya yang berangkat dari model-model
lainnya yang berangkat dari model action research. Kurt
Lewin menjelaskan bahwa ada empat hal yang harus
dilakukan dalam proses penelitian tindakan yakni
perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
65 Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, (Cet. III; Jakarta:
Prenada Medis Group, 2015), h. 149.
Perencanaan
Refleksi SIKLUS I
Pelaksanaan
Perencanaan
SIKLUS II
Pengamatan
Refleksi
Pelaksanaan
Pengamatan
59
59
lxxii
Gambar 3.1
Penelitian tindakan model Kurt Lewin66
Perencanaan adalah proses menentukan program
perbaikan yang berangkat dari suatu ide gagasan peneliti:
sedangkan tindakan adalah perlakuan yang dilaksanakan
oleh peneliti sesuai dengan perencanaan yang telah disusun
oleh peneliti. Observasi adalah pengamatan yang dilakukan
untuk mengetahui efektivitas tindakan atau mengumpulkan
informasi tentang berbagai kelemahan (kekurangan)
tindakan yang telah dilakukan dan refleksi adalah kegiatan
analisis tentang hasil observasi hingga memunculkan
program atau perencanaan baru.67
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini di lakukan
di kelas VIII C SMP Negeri 4 Sinjai Timur Kab.
Sinjai pada mata pelajaran PAI.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan kurang lebih
satu bulan, penentuan waktu penelitian mengacu
66 Ibid. h. 154. 67 Ibid., h. 155.
Hasil Penelitian
lxxiii
pada kalender pendidikan sekolah, yaitu bulan Juli-
Agustus karena penelitian tindakan kelas
memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan
proses belajar mengajar yang efektif dikelas.
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Dalam pelaksanaan ini yang menjadi
subjek penelitian adalah peserta didik kelas VIII C
SMP Negeri 4 Sinjai Timur dengan jumlah peserta
didik 24 orang yang terdiri 12 orang laki-laki dan 12
orang perempuan.
2. Objek Penelitian
Yang menjadi objek penelitian ini yaitu:
peningkatan prestasi belajar peserta didik melalui
metode pembelajaran moral reasoning pada mata
pelajaran PAI kelas VIII C di SMP Negeri 4 Sinjai
Timur.
D. Jenis Tindakan
Dalam penelitian ini, Peningkatan Prestasi
Belajar peserta didik melalui metode moral reasoning pada
mata pelajaran PAI kelas VIII C di SMP Negeri 4 Sinjai
Timur Kab. Sinjai, melalui model observasi dilaksanakan
melalui II tahap tindakan yaitu: siklus 1 dan 2.
lxxiv
Jenis tindakan ini dijabarkan sebagai berikut:
1. Gambar kegiatan siklus I
a. Tahap perencanaan
Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahapan
perencanaan ini adalah sebagi berikut:
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP).
2) Menyusun Materi Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam.
3) Merancang dan membuat kisi-kisi soal (teks)
sebagai teknik evaluasi.
b. Tahap pelaksanaan tindakan (Acting)
Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini
adalah melaksanakan skenario pembelajaran yang
direncanakan yang berisi tentang tindakan yang
dilaksanakan. Tindakan dalam penelitian ini
adalah menggunakan metode moral reasoning.
1) Kegiatan awal
a) Pendidik membuka pembelajaran dengan
memberi salam
lxxv
b) Pendidik menunjuk ketua kelas untuk
memimpin doa
c) Pendidik memeriksa kerapian, kebersihan
dan mengecek kehadiran peserta didik
d) Pendidik menjelaskan Indikator
Pencapaiaan kompetensi yang akan
dicapai.
2) Kegiatan inti
a) Pendidik membagi peserta didik dalam
beberapa kelompok
b) Pendidik membagikan peserta didik
berupa kasus/dilema moral untuk
didiskusikan bersama teman
kelompoknya.
3) Kegiatan akhir
a) Seacara Individu peserta didik
mengerjakan tugas yang diberikan oleh
pendidik
b) Pendidik memberikan penguatan terhadap
kesimpulan peserta didik terhadap materi
pelajaran
lxxvi
c) Pendidik mengakhiri pelajaran dengan
mengucapkan hamdalah, berdoa dan
salam
c. Tahap pengamatan (Observing)
Pelaksanaan observasi dilakukan pada saat proses
pembelajaran berlangsung dengan berpedoman
pada lembar observasi yang dibuat oleh peneliti.
Hal yang diamati adalah aktivitas peserta didik.
d. Tahap refleksi (Reflecting)
Penemuan beberapa hambatan diatas dijadikan
bahan refleksi diri untuk perbaikan rencana pada
siklus selanjutnya.
2. Gambaran kegiatan siklus II
Langkah-langkah yang dilakukan pada siklus
II ini relative sama dengan siklus I. Namun, pada
beberapa langkah dilakukan perbaikan,
penyempurnaan, dan penambahan tindakan sesuai
dengan kenyataan yang ditemukan di lapangan.
Adapun rincian kegiatan sebagai berikut:
a. Perencanaan
1) Hasil Refleksi pada siklus I akan menjadi
pertimbangan bagi peneliti. Apakah proses
yang dilakukan pada siklus I sudah tepat
lxxvii
dalam meningkatkan prestasi belajar peserta
didik melalui metode moral reasoning.
2) Peneliti melaksanakan hal-hal yang terdapat
dalam lembar Refleksi (Jika ada perbaikan)
apabila hasil yang diharapkan belum sesuai,
maka tindakan harus dilanjutkan dan
diperbaiki.
b. Merumuskan tindakan selanjutnya, berdasarkan
hasil refleksi I yaitu dengan memberikan
penekanan lebih, dalam meningkatkan prestasi
belajar peserta didik pada mata pelajaran PAI.
c. Refleksi
Peneliti menganalisis hasil tindakan dan
observasi siklus I dan siklus II untuk
mempertimbangkan apakah perlu dilakukan
siklus lanjutan.
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam
penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data
dengan metode sebagai berikut:
1. Observasi
Untuk memahami lebih komprehensif dan
mendalam tentang kasus tertentu, peneliti sebaiknya
lxxviii
tidak hanya mengandalkan catatan-catatan tertentu
saja akan tetapi juga dapat melakukan observasi
langsung dan observasi partisipatif.68
2. Tes
Sebagai daftar pertanyaan yang disusun
secara sistematis dan diberikan kepada responden
untuk mengukur kognisi serta kompetensi seseorang
(responden) sebagai bagian dari perilakunya. Dalam
praktiknya tes lebih banyak digunakan untuk
mengetahui kemampuan kognitif individu, sehingga
lazim digunakan untuk mengukur pengetahuan atau
kompetensi seseorang.69 Adapun hasil tes terbagi 2
yaitu:
a. Pree tess (Tes Awal)
Pada umumnya pelaksanaan proses
pembelajaran dimulai dengan pree tess. Pree
tess ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan
awal yang telah dimiliki peserta didik mengenai
bahan ajar yang akan dijadikan dalam proses
pembelajaran.70
68 Ibid.., h. 76. 69 Widodo, Metodologi Penelitian Populer & Sampel, (Cet. I;
Jakarta: Rajawali Pers, 2017). h. 73. 70 Musdalifa, Peningkatan Prestasi Belajar Peserta Didik Melalui
Metode Jigsaw Pada Mata Pelajaran Fiqih dikelas IX MTs Nurul Irham
Lembang Lohe, (Skripsi: IAIM Sinjai 2017), h.29.
lxxix
b. Post tes (Tes Akhir)
Pada umumnya pelaksanaan pembelajaran
dengan post tes sama halnya dengan pree tess.
Post tes dilakukan untuk mengetahui tingkat
prestasi belajar peserta didik terhadap
kompetensi dasar yang telah ditentukan baik
secara individual maupun kelompok.71
3. Dokumen
Dokumen merupakan suatu teknik
pengumpulan data dengan menghimpun dan
menganalisis berbagai dokumen, baik dokumen
tertulis maupun gambar.72
F. Instrument Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh data tentang prestasi belajar peserta didik
pada mata pelajaran PAI.
1. Lembar Observasi
Menggunakan lembar observasi untuk
memperoleh data atau informasi tentang prestasi
belajar peserta didik pada saat pembelajaran di kelas.
71 Ibid. h. 30. 72 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Cet.
I; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), h.221.
lxxx
Prestasi belajar peserta didik dapat diamati dengan
menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan.
2. Lembar Tes
Tes ini dilakukan pada peserta didik untuk
mengetahui tingkat prestasi belajar peserta didik pada
mata pelajaran PAI. Adapun jenis tes yang diberikan
kepada peserta didik yaitu berupa soal pilihan ganda
atau essay.
3. Lembar Dokumen
Teknik pengumpulan dokumen digunakan
untuk melengkapi serta sebagai penguat terhadap data
yang sudah ada.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan suatu proses pengelola
dan menginterpretasi data dengan tujuan untuk
mendudukkan berbagai informasi sesuai dengan fungsinya
hingga memiliki makna dan arti yang jelas sesuai dengan
tujuan penelitian.73 Tekhnik analisis data tes dalam
penelitian tindakan kelas (PTK) ini sebagai berikut:74
P =𝑝𝑜𝑠𝑡 𝑡𝑒𝑠 − 𝑝𝑟𝑒𝑒 𝑡𝑒𝑠
𝑝𝑟𝑒𝑒 𝑡𝑒𝑠𝑥 100
Keterangan:
P = presentasi peningkatan
73 Ibid, Penelitian Tindak Kelas…, h. 84. 74 Musdalifa, Peningkatan Prestasi Belajar Peserta Didik Melalui
Metode Jigsaw Pada Mata Pelajaran Fiqih dikelas IX MTs Nurul Irham
Lembang Lohe, (Skripsi: IAIM Sinjai 2017), h.49.
lxxxi
Pos tes = nilai rata-rata sesudah tindakan
Pree tes = nilai rata-rata sebelum tindakan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Prosedur dan Hasil Penilitian
1. Gambaran Pra Tindakan
Dalam penelitian tindakan kelas yang
berlokasi di SMP Negeri 4 Sinjai Timur di Jl. Syekh
Ibrahim Mangarabombang Kecamatan Sinjai Timur
Kabupaten Sinjai, di kelas VIII C dilakukan sebanyak 2
siklus yaitu siklus I dan II, setiap siklus masing-masing
dilaksanakan 2 kali pertemuan. Siklus I pertemuan
pertama pada tanggal 16 Juli 2018 dan pertemuan kedua
pada tanggal 20 Juli 2018, siklus II pertemuan pertama
pada tanggal 27 Juli 2018 dan pertemuan kedua pada
tanggal 01 Agustus 2018. Sebelum pelaksanaan
penelitian dengan judul “Peningkatan Prestasi Belajar
Peserta Didik Melalui Metode Moral Reasoning Pada
Mata Pelajaran PAI Kelas VIII C Di SMP Negeri 4
71
lxxxii
Sinjai Timur dengan dua siklus di atas, terlebih dahulu
peneliti melakukan observasi sebagai awal penelitian
untuk memperoleh gambaran kegiatan pembelajaran
sebelum diadakan tindakan.
Observasi awal dilaksanakan pada tanggal 10
April 2018. Dimana peneliti bertugas mengamati
kegiatan belajar mengajar dalam kelas. Dari hasil
observasi awal dengan mengajukan pemberitahuan
penelitian dengan izin pribadi, kemudian bertanya pada
pendidik PAI terkait dengan kegiatan pembelajaran yang
sudah dilaksanakan di kelas.75
Pendidik menggunakan metode ceramah
sambil menjelaskan materi pembelajaran dan menyelingi
dengan menyuruh peserta didik untuk menulis apa yang
didengarkan dari penjelasan tersebut, setelah itu
mengadakan Tanya jawab. Dengan pembelajaran yang
demikian banyak peserta didik yang merasa bosan
sehingga peserta didik kehilangan semangat dan kurang
antusias dalam belajar. Hal ini terbukti dengan keadaan
peserta didik yang tidak konsentrasi dalam belajar seperti
mengantuk, berbicara, bengong dan lainnya. Keadaan
75 Hasil Observasi Awal Pada Tanggal 10 April 2018 di SMP
Negeri 4 Sinjai Timur.
lxxxiii
yang kurang menyenangkan seperti ini mengakibatkan
prestasi belajar peserta didik menurun.
Sebelum pelaksanaan PTK dengan dua siklus
di atas, terlebih dahulu peneliti melakukan tes awal (pree
test) pada mata pelajaran PAI. Tes awal dilakukan untuk
mengetahui kemampuan awal peserta didik sebelum
dilakukan tindakan Siklus I, hasil tes awal dijadikan
tolak ukur dalam pelaksanaan tindakan (pembelajaran
selanjutnya). Setelah dilakukan tes awal diperoleh hasil
bahwa tingkat prestasi belajar peserta didik pada
pembelajaran PAI masih rendah. Hal ini terlihat melalui
tes awal peserta didik. Nilai terendah 30 dan Nilai 75
tertinggi.
Tabel 4.1
Hasil Tes Pra Tindakan
NO. NIS Nama Siswa J/K Nilai
1 1420 Ahmad Fauzan L 45
2 1421 Aidil Putra L 45
3 1422 Alvin Novrian L 75
lxxxiv
4 1423 Amanda Rosa Ayu
Maharani P
55
5 1424 Ardiansyah L 60
6 1426 Dahlan L 45
7 1427 Erfina P 70
8 1428 Fauzan Zuhair L 75
9 1429 Harlan Saputra L 30
10 1430 Husaeri L 70
11 1431 Indah P 70
12 1432 Iis Ariska P 45
13 1433 Kartini P 40
14 1434 Misnawati P 45
15 1435 Muh. Nirvana L 65
16 1436 Muh. Subran Fadhil L 60
lxxxv
17 1437 Musdalifah P 75
18 1438 Nahda P 75
19 1439 Nirmalasari P 55
20 1440 Nurul Khaerah P 55
21 1441 Nurul Wahyuni P 75
22 1442 Reski Ramadani P 40
23 1443 Wahyu L 60
24 Irvan Wahid L 30
Jumlah 1360
Rata-rata 56,66
Berdasarkan pree test yang dilaksanakan
maka diperoleh nilai rata-rata sebesar 56,66 yang
diikuti oleh 24 peserta didik. Dari hasil pengamatan
langsung pada proses pembelajaran sebelum dilakukan
tindakan kelas, maka peneliti berusaha meninjak
lanjuti hal tersebut dengan menggunakan metode
lxxxvi
pembelajaran yang dapat membuat peserta didik lebih
aktif dalam proses pembelajaran, sehingga dapat
menghasilkan prestasi belajar yang lebih meningkat
untuk pelajaran selanjutnya. Dalam hal ini peneliti
menggunakan metode Moral Reasoning dengan
harapan agar dapat meningkatkan prestasi belajar
peserta didik pada mata pelajaran PAI. Selain itu,
peneliti juga berharap agar metode Moral Reasoning
yang peneliti terapkan dapat membuat peserta didik
lebih mudah mengerti dan memahami materi yang
dipelajari.
2. Gambaran Pelaksanaan Tindakan dan Pasca Tindakan
a. Pelaksanaan Siklus I
Sesuai dengan penerapan metode moral
reasoning pada mata pelajaran PAI dalam
meningkatkan prestasi belajar peserta didik di
kelas VIII C di SMP Negeri 4 Sinjai Timur.
Pelaksanaan siklus I dilakukan beberapa tahapan
diantaranya:
1) Rencana Tindakan
a) Membuat perangkat pembelajaran (RPP)
sesuai dengan metode yang akan
lxxxvii
diterapkan dalam penelitian untuk setiap
pertemuan.
b) Membuat lembar observasi guru dan
peserta didik untuk mengamati kondisi
pembelajaran dan aktivitas belajar
peserta didik dikelas ketika pelaksanaan
tindakan sedang berlangsung.
c) Mendesain alat evaluasi untuk melihat
kemampuan peserta didik dalam
menyelesaikan tes tindakan siklus I.
2) Tindakan dan observasi
a) Tindakan
Tindakan pada siklus I di
laksanakan selama dua kali pertemuan yaitu
pada tanggal 16 Juli 2018 dan 20 Juli 2018
dengan waktu 9x40 menit. Langkah-langkah
pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut:
Kegiatan awal
(1) Guru membuka pembelajaran dengan
berdoa dan salam
lxxxviii
(2) Guru memperhatikan kesiapan, kerapian
dan mengecek kehadiran peserta didik
(3) Menyampaikan kompetensi dasar dan
indikator yang akan dicapai
Kegiatan inti
(1) Guru memberikan materi pembelajaran
(2) Guru menyiapkan tayangan (video
pembelajaran) dan menyiapkan suatu
kasus atau dilema moral kepada peserta
didik
(3) Guru membagi peserta didik dalam
beberapa kelompok
(4) Guru membimbing peserta didik dalam
melakukan diskusi
(5) Guru menyeleksi nilai moral yang terpilih
berdasarkan argument yang diberikan
(6) Guru mengevaluasi hasil diskusi masing-
masing kelompok dengan
mempersentasikan hasil diskusinya.
(7) Guru memberikan kesempatan kepada
setiap peserta didik untuk bertanya dan
lxxxix
mengungkap jawaban serta memberikan
tanggapan.
Kegiatan akhir
(1) Guru dan peserta didik bersama-sama
melakukan refleksi
(2) Guru memberikan pos tes
(3) Guru memberikan penilaian
(4) Guru menyimpulkan materi
(5) Guru menutup pembelajaran dengan
mengucapkan hamdalah dan salam.
b) Observasi
Hal-hal yang diobservasi pada siklus I
adalah cara penyajian materi pelajaran apakah
sesuai dengan perangkat pembelajaran atau
belum. Selain itu juga dilihat dari aktivitas
peserta didik dalam mengikuti proses
pembelajaran. Hasil observasi guru dan peserta
didik menunjukkan dilihat pada tabel sebagai
berikut :
Tabel 4.2
Hasil observasi guru siklus I
N Aspek Yang Diobservasi Siklus I
Pertemuan I Pertemuan
xc
o II
Keterangan Keteranga
n
Ya Tid
ak Ya
Ti
da
k
A. Kegiatan Awal
1. Guru membuka pembelajaran
dengan berdoa dan salam
2.
Guru memperhatikan
kesiapan, kerapian dan
mengecek kehadiran peserta
didik
3.
Menyampaikan kompetensi
dasar dan indikator yang akan
dicapai
4. Guru memberikan pre tes
xci
B. Kegiatan Inti
5. Guru memberikan materi
pembelajaran
6.
Guru menyiapkan suatu kasus
atau dilema moral kepada
peserta didik
7. Guru membagi peserta didik
dalam beberapa kelompok
8.
Guru membimbing peserta
didik dalam melakukan
diskusi
9.
Guru menyeleksi nilai moral
yang terpilih berdasarkan
argument yang diberikan
1
0.
Guru mengevaluasi hasil
diskusi masing-masing
kelompok dengan
mempersentasikan hasil
xcii
diskusinya.
1
1.
Guru memberikan
kesempatan kepada setiap
peserta didik untuk bertanya
dan mengungkap jawaban
serta memberikan tanggapan.
C
. Kegiatan akhir
1
2.
Guru dan peserta didik
bersama-sama melakukan
refleksi
1
3. Guru memberikan pos tes
1
4. Guru memberikan penilaian
1
5. Guru menyimpulkan materi
1 Guru menutup pembelajaran
xciii
6. dengan mengucapkan
hamdalah dan salam.
Dari tabel tersebut diatas dapat dijelaskan
bahwa proses pembelajaran siklus I dimulai dengan
guru mengucapkan salam dan peserta didik
menjawabnya kemudian dilanjutkan dengan membaca
do’a sebelum belajar yang dipimpin oleh seorang
peserta didik. Selanjutnya guru memeriksa kehadiran
peserta didik (dilihat lampiran daftar hadir peserta
didik), kerapian berpakaian dan mengecek kehadiran
peserta didik, kemudian dilanjutkan dengan pembagian
kelompok., kemudian guru menjelaskan hal-hal yang
akan dilakukan oleh peserta didik selama pembelajaran
berlangsung dengan menyampaikan kompetensi dasar
yang ingin dicapai. Setelah terbentuknya kelompok,
guru menyiapkan suatu kasus dan meperlihatkan
tayangan sesuai dengan materi pembelajaran untuk
diamati peserta didik dan secara bersama-sama
didiskusikan bersam teman sekelompoknya. Guru
membimbing peserta didik dalam melakukan diskusi
xciv
dan mengevaluasi hasil diskusi masing-masing
kelompok dengan mempersentasikan hasil diskusinya.
Serta memberikan kesempatan kepada setiap peserta
didik untuk mengungkap jawaban serta memberikan
tanggapan. Setelah itu guru merangkum pendapat sari
peserta didik untuk secara bersama-sama menyeleksi
argument dari masing-masing kelompok. Kegiatan
pembelajaran berlangsung sesuai dengan rencana
pelaksanaan pembelajaran, guru menyimpulkan materi
pembelajaran yang telah dipelajari dan menyampaikan
materi yang akan dipelajari pada pertemuan
selanjutnya dan menutup pembelajaran.
Dari tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa
metode yang diberikan oleh guru masih belum efektif
pada pertemuan pertama, sehingga keaktifan peserta
didik dalam proses pembelajaran masih minim.76 Pada
pertemuan kedua, terjadi sedikit peningkatan dalam
proses penerapan metode moral reasoning sehingga
peneliti berinisiatif untuk melanjutkan ke Siklus II
76 Hasil observasi guru pada siklus I pertemuan pertama pada
tanggal 16 Juli 2018
xcv
karena masih ada beberapa poin yang belum
terlaksana.77
Tabel 4.3
Observasi aktifitas peserta didik siklus I
No Aspek Yang
Diobservasi
Siklus I
Pertemuan I Pertemuan II
Keteranga
n Jumlah
peserta
didik
Keterang
an
Juml
ah
peser
ta
didik Ya
Tid
ak
Y
a
Tida
k
1.
Melaksanakan
tes awal (pree
tes)
24 -
2.
Mendengarkan
tujuan
pembelajaran
dan indikator
yang ingin di
capai
20
23
77 Hasil observasi guru pada siklus I pertemuan kedua pada
tanggal 20 Juli 2018
xcvi
3.
Menyimak
penjelasan
guru mengenai
materi yang di
sampaikan
24
24
4.
Menjawab
pertanyaan
guru mengenai
materi
3 10
5.
Melaksanakan
pembagian
kelompok
24
24
6.
Bekerjasama
membahas
materi dalam
kelompok
10
15
9.
Mempresentasi
kan hasil
diskusi
10
15
10
Mengajukan
masalah atau
pertanyaan
kepada
kelompok lain
5
10
xcvii
11
Menyelesaikan
masalah yang
diajukan oleh
kelompok lain.
8
15
12
Aktif bertanya
dan
memberikan
jawaban
5
15
13
Menjawab
pertanyaan
yang diberikan
oleh guru
- 10
14
Melaksanakan
tes akhir(post
tes)
-
24
Dari tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa
metode pembelajaran yang dilakukan pada pertemuan I
masih kurang efektif, karena masih minim peserta
didik yang aktif dalam proses balajar. Hal tersebut
terjadi karena peserta didik masih belum terbiasa dan
belum memahami seca mendetail metode yang
digunakan. Tetapi pada pertemuan ke II, peserta didik
xcviii
mulai aktif pada proses pembelajaran karena telah
memahami metode yang digunakan dan mengalami
peningkatan aktifitas daripada siklus I.78
3) Refleksi dan evaluasi
a) Refleksi
Pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan metode moral reasoning siklus I
terdapat banyak kekurangan yang harus diperbaiki.
Berdasarkan hasil observasi pada pertemuan pertama
dan kedua, peneliti dan guru dapat menyimpulkan hal-
hal yang masih kurang sehingga perlu diperbaiki dan
ditindaklanjuti pada siklus II antara lain :
(1) Materi yang dibahas pada saat pembelajaran belum
terlalu dimengerti oleh peserta didik karena belum
efektif dalam menerapkan metode, dan waktu yang
dibutuhkan dalam penyelesaian materi belum sesuai
dengan waktu yang dibutuhkan.
(2) Guru tidak menekankan kepada peserta didik untuk
menyampaikan pendapatnya sesuai dengan
pemahaman sendiri sehingga peserta didik merasa
78 Hasil observasi peserta didik siklus I dan II pada tanggal 16
dan 20 Juli 2018.
xcix
canggung untuk berbicara dan tidak berani berbicara
tanpa melihat tes atau buku ajar.
(3) Peserta didik masih bingung dengan suasana belajar
yang diterapkan karena kondisi belajar yang ramai
dan ketergantungan peserta didik antara yang satu
dengan yang lainya.
(4) Pengetahuan peserta didik pada materi pelajaran
belum mengalami peningkatan yang terlalu tinggi,
sehingga masih ada peserta didik yang memperoleh
nilai dibawah KKM.
b) Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan pada akhir siklus I
dengan memberikan tes tertulis untuk mengukur tingkat
penguasaan meteri peserta didik yang telah diperoleh
selama siklus I berlangsung maka diberikan soal-soal
Post Test dengan jumlah soal 10 nomor. Hasil post tes
tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.4
Hasil Tes Peserta didik Siklus I
NO. NIS Nama Siswa J/K Nilai
c
1 1420 Ahmad Fauzan L 70
2 1421 Aidil Putra L 70
3 1422 Alvin Novrian L 85
4 1423 Amanda Rosa Ayu
Maharani P
75
5 1424 Ardiansyah L 75
6 1426 Dahlan L 70
7 1427 Erfina P 80
8 1428 Fauzan Zuhair L 85
9 1429 Harlan Saputra L 65
10 1430 Husaeri L 80
11 1431 Indah P 80
12 1432 Iis Ariska P 70
13 1433 Kartini P 65
ci
14 1434 Misnawati P 70
15 1435 Muh. Nirvana L 75
16 1436 Muh. Subran Fadhil L 75
17 1437 Musdalifah P 85
18 1438 Nahda P 85
19 1439 Nirmalasari P 75
20 1440 Nurul Khaerah P 75
21 1441 Nurul Wahyuni P 85
22 1442 Reski Ramadani P 70
23 1443 Wahyu L 80
24 Irvan Wahid L 65
Jumlah 1810
Rata-rata 75,41
cii
Dari tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa
mulai adanya peningkatan prestasi belajar peserta didik
melalui metode moral reasoning yaitu dilihat pada
hasil pree test dengan nilai rata-rata sebesar 56,66
sedangkan nilai post test sebesar 75,41. 79
b. Pelaksanaan Siklus II
Pada dasarnya yang dilaksanakan pada siklus
II ini adalah mengulangi kembali tahap-tahap yang
dilakukan pada siklus I. Disamping itu, juga dilakukan
sejumlah rencana baru sesuai dengan pengalaman dan
hasil yang diperoleh pada siklus I
1) Pelaksanaan pree test
Data hasil pree test peserta didik pada siklus
II ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 4.5
Hasil Pree Test Peserta didik Siklus II
79 Hasil Post test peserta didik pada tanggal 20 Juli 2018
ciii
NO. NIS Nama Siswa J/K Nilai
1 1420 Ahmad Fauzan L 55
2 1421 Aidil Putra L 50
3 1422 Alvin Novrian L 80
4 1423 Amanda Rosa Ayu
Maharani P
60
5 1424 Ardiansyah L 65
6 1426 Dahlan L 65
7 1427 Erfina P 75
8 1428 Fauzan Zuhair L 80
9 1429 Harlan Saputra L 45
10 1430 Husaeri L 75
11 1431 Indah P 75
12 1432 Iis Ariska P 55
civ
13 1433 Kartini P 50
14 1434 Misnawati P 50
15 1435 Muh. Nirvana L 70
16 1436 Muh. Subran
Fadhil L
65
17 1437 Musdalifah P 80
18 1438 Nahda P 80
19 1439 Nirmalasari P 65
20 1440 Nurul Khaerah P 60
21 1441 Nurul Wahyuni P 80
22 1442 Reski Ramadani P 50
23 1443 Wahyu L 70
24 Irvan Wahid L 45
Jumlah 1545
cv
Rata-rata 64,37
Dari tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa
terjadi peningkatan pemahaman peserta didik pada saat
pemberian Pree Test siklus I yaitu dengan nilai rata-
rata 56,66 dan siklus II dengan nilai rata-rata sebesar
64,37.80
Sesuai dengan penerapan metode moral
reasoning pada mata pelajaran PAI dalam
meningkatkan prestasi belajar peserta didik di kelas
VIII C di SMP Negeri 4 Sinjai Timur, yang dilakukan
pada tanggal 27 Juli dan pada tanggal 01 Agustus
2018. Pelaksanaan siklus II dilakukan beberapa
tahapan diantaranya:
1) Rencanaan Tindakan
Perencanaan perbaikan yang akan dilakukan
oleh peneliti dan guru untuk siklus ke II berdasarkan
kekurangan-kekurangan pada siklus I adalah sebagai
berikut:
a) Memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mengemukakan pendapat
80 Hasil Pree Test peserta didik pada tanggal 27 Juli 2018
cvi
b) Menyampaikan ide atau pendapat dari peserta didik
c) Menerangkan kembali materi yang telah disajikan
d) Membimbing peserta didik untuk bertanya dan
membuat kesimpulan
e) Prestasi peserta didik belum sesuai dengan indikator
sehingga perlu dilaksanakan siklus II
f) Membuat lembar observasi guru dan peserta didik
untuk mengamati kondisi pembelajaran dan
aktivitas belajar peserta didik dikelas ketika
pelaksanaan tindakan sedang berlangsung.
g) Membuat lembar tes siklus II
h) Guru membuat strategi agar peserta didik mudah
menerima pelajaran dengan waktu yang efektif
2) Tindakan
Hasil penelitian pada siklus I menunjukkan
bahwa tujuan penelitian belum tercapai dan harus
dilanjutkan pada siklus II. Hal-hal yang belum
sempurna di Siklus I diperbaiki di siklus II. Siklus II
dilaksanakan dua kali pertemuan, yaitu pada hari
Jumat 27 Juli 2018 dan pada hari Rabu 01 Agustus
2018. Proses pembelajaran pada pertemuan ini
dimulai dengan peserta didik membaca doa sebelum
belajar dan dilanjutkan dengan mengecek kehadiran
cvii
peserta didik kemudian dilanjukan dengan
menyampaikan tujuan dan indikator pembahasan pada
pertemuan itu, kemudian Guru melaksanakan prosedur
metode moral reasoning dalam proses pembelajaran
yang telah dijelaskan dalam RPP.
3) Observasi Guru dan Peserta didik Siklus II
Secara umum hasil observasi pada siklus II
telah ada peningkatan dibanding siklus I. Hasil
observasi guru dan peserta didik dapat dilihat pada
tabel sebagai berikut:
Tabel 4.6
Hasil observasi guru pada siklus II
N
o Aspek Yang Diobservasi
Siklus II
Pertemuan I Pertemuan
II
Keterangan Keterangan
Ya Tid Ya Tid
cviii
ak ak
B. Kegiatan Awal
1. Guru membuka pembelajaran
dengan berdoa dan salam
2.
Guru memperhatikan
kesiapan, kerapian dan
mengecek kehadiran peserta
didik
3.
Menyampaikan kompetensi
dasar dan indikator yang akan
dicapai
4. Guru memberikan pre tes
B. Kegiatan Inti
5. Guru memberikan materi
pembelajaran
6. Guru menyiapkan suatu kasus
atau dilema moral kepada
cix
peserta didik
7. Guru membagi peserta didik
dalam beberapa kelompok
8.
Guru membimbing peserta
didik dalam melakukan
diskusi
9.
Guru menyeleksi nilai moral
yang terpilih berdasarkan
argument yang diberikan
1
0.
Guru mengevaluasi hasil
diskusi masing-masing
kelompok dengan
mempersentasikan hasil
diskusinya.
1
1.
Guru memberikan
kesempatan kepada setiap
peserta didik untuk bertanya
dan mengungkap jawaban
cx
serta memberikan tanggapan.
C
. Kegiatan akhir
1
2.
Guru dan peserta didik
bersama-sama melakukan
refleksi
1
3. Guru memberikan pos tes
1
4. Guru memberikan penilaian
1
5. Guru menyimpulkan materi
1
6.
Guru menutup pembelajaran
dengan mengucapkan
hamdalah dan salam.
cxi
Dari tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan yang sangat besar dalam penerapan
metode moral reasoning pada proses pembelajaran.81
81 Hasil observasi guru pada siklus II pada tanggal 27 Juli dan 01
Agustus 2018
112
Table. 4.7
Hasil Observasi aktifitas peserta didik siklus II
No Aspek Yang
Diobservasi
Siklus I Siklus I
Pertemuan I Pertemuan II
Keterangan
Jumlah
peserta
didik
Keterangan Jum
lah
pese
rta
didi
k
Ya Tid
ak Ya
Tida
k
1.
Melaksanakan
tes awal (pree
tes)
24
-
2.
Mendengarkan
tujuan
pembelajaran dan
indikator yang
ingin di capai
20
24
3.
Menyimak
penjelasan guru
mengenai materi
yang di sampaikan
15
20
4.
Menjawab
pertanyaan guru
mengenai materi
8
15
113
5.
Melaksanakan
pembagian
kelompok
24
24
6.
Bekerjasama
membahas materi
dalam kelompok
20
24
9. Mempresentasikan
hasil diskusi
20
24
10.
Mengajukan
masalah atau
pertanyaan kepada
kelompok lain
18
20
11.
Menyelesaikan
masalah yang
diajukan oleh
kelompok lain.
15
20
12.
Aktif bertanya dan
memberikan
jawaban
18
22
13.
Menjawab
pertanyaan yang
diberikan oleh guru
20
15
14. Melaksanakan tes
akhir(post tes)
-
24
114
Dari tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa
metode pembelajaran yang dilakukan pada siklus II
mengalami peningkatan yang sangat besar dalam
proses pembelajaran.82
4) Refleksi dan evaluasi
a) Refleksi
Refleksi adalah data hasil evaluasi dikumpulkan
dan dianalisa. Kegiatan yang ada di siklus II ini, mencari
solusi terhadap permasalahan yang dikemukakan dikelas
dengan melakukan tindakan :
(1) Guru mampu meningkatkan prestasi belajar
peserta didik dan memberikan strategi kepada
peserta didik sehingga peserta didik tidak
mengalami kesulitan dalam mengikuti proses
belajar mengajar.
(2) Guru mampu menyampaikan materi dengan
baik, dan peserta didik mampu memahami
secara baik
(3) Peserta didik lebih aktif dalam mencari materi
dan memecahkannya sendiri melalui diskusi
82 Hasil observasi peserta didik siklus I dan II pada tanggal 25
dan 2 7 Juli 2018
115
sehingga mampu meningkatkan prestasi
belajarnya
(4) Peserta didik aktif dalam bertanya dan
mengeluarkan pendapat mengenai materi
pembelajaran.
b) Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan pada akhir siklus
II dengan memberikan tes tertulis untuk mengukur
tingkat hasil belajar peserta didik pada materi yang
diperoleh selama siklus II berlangsung. Data hasil
post tes peserta didik mengenai hasil tes akhir pada
siklus II ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 4.8
Hasil Tes Peserta didik Siklus II
NO. NIS Nama Siswa J/K Nilai
1 1420 Ahmad Fauzan L 85
2 1421 Aidil Putra L 85
3 1422 Alvin Novrian L 95
4 1423 Amanda Rosa Ayu P 90
116
Maharani
5 1424 Ardiansyah L 95
6 1426 Dahlan L 90
7 1427 Erfina P 95
8 1428 Fauzan Zuhair L 95
9 1429 Harlan Saputra L 80
10 1430 Husaeri L 95
11 1431 Indah P 95
12 1432 Iis Ariska P 87
13 1433 Kartini P 85
14 1434 Misnawati P 85
15 1435 Muh. Nirvana L 90
16 1436 Muh. Subran Fadhil L 90
17 1437 Musdalifah P 100
117
18 1438 Nahda P 100
19 1439 Nirmalasari P 95
20 1440 Nurul Khaerah P 87
21 1441 Nurul Wahyuni P 95
22 1442 Reski Ramadani P 85
23 1443 Wahyu L 95
24 Irvan Wahid L 80
Jumlah 2174
Rata-rata 90,58
Dari tabel 4.8 di atas dapat dilihat bahwa
terjadi peningkatan hasil belajar peserta didik yang
sangat besar setelah penerapan metode moral
reasoning yaitu dilihat pada nilai rata-rata post tes
118
Siklus I sebesar 75,41 dan nilai nilai rata-rata post
test Siklus II sebesar 90,58. 83
Setelah kedua siklus ini terlaksana maka
peneliti dapat menyimpulkan bahwa prestasi belajar
peserta didik dengan menggunakan metode
pembelajaran moral reasoning sudah mengalami
peningkatan, maka penelitian ini dihentikan.
B. Pembahasan/ Uji Hipotesis Tindakan.
1. Penerapan Metode Pembelajaran Moral Reasoning
Berdasarkan hasil observasi yang
dilakukan pada siklus I dan II, penerapan metode
pembelajaran moral reasoning sudah dilaksanakan
sesuai dengan rencana tindakan dan mempengaruhi
prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran
PAI, karena dengan metode moral reasoning ini guru
dapat membuat peserta didik lebih aktif dalam proses
pembelajaran. Ketuntasan materi memang menjadi
sebuah momok besar guru. Hal ini menjadi tanggung
jawab besar guru untuk menuntaskan materi dalam
83 Hasil Post test peserta didik pada tanggal 01 Agustus 2018
119
jangka waktu yang ditentukan. Pengunaan metode
moral reasoning dapat mengatasi ketidak tuntasan
materi pelajaran. karena guru tidak lagi harus
mencatatkan materi dan menjelaskan dengan
ceramah secara panjang lebar. Tetapi, guru hanya
menyampaikan poin-poin tertentu yang akan
dipelajari serta menyiapkan suatu kasus atau dilema
moral dan memperlihatkan tayangan video mengenai
materi pembelajaran dan selanjutnya peserta didiklah
yang sibuk mencari materi kemudian mendiskusikan
untuk memecahkan masalah tersebut sehingga guru
hanyalah membimbing peserta didik dalam
melaksanakan diskusi.
Apabila metode moral reasoning
dilakukan dengan langkah-langkah yang terarah dan
terstruktur dapat menghasilkan dampak positif, baik
bagi peserta didik maupun pelaksanaan proses
pembelajaran. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa
pengetahuan peserta didik bertambah dengan
menjawab tes dengan benar sesuai hasil pengamatan
langsung saat proses pembelajaran berlangsung.
Metode moral reasoning sangat
membantu peserta didik untuk lebih memahami
materi bukan hanya sekedar mendengar materi saja
120
melainkan ikut aktif dalam proses pembelajaran
sehingga menarik perhatian mereka. Selain itu dapat
juga menciptakan suasana belajar yang kondusif dan
peserta didik menjadi tidak bosan dalam proses
pembelajaran.
Tujuan pembelajaran dapat tercapai
dilihat dari tuntasnya materi pelajaran. Hal ini terlihat
jelas pada proses pembelajaran, peserta didik lebih
termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Perhatian
peserta didik tertuju(fokus) pada saat setiap
kelompok mempersentasikan hasil diskusinya.
Adanya kerja sama yang baik antara sesama anggota
kelompok dalam menyelesaikan permasalahan yang
diberikan sehingga menciptakan suasana dan
kegiatan belajar mengajar yang aktif.
2. Peningkatan Prestasi Belajar Peserta Didik melalui
Metode Pembelajaran Moral Reasoning
Berdasarkan hasil penelitian dapat
diketahui bahwa metode pembelajaran moral
reasoning dapat meningkatkan prestasi belajar
peserta didik pada mata pelajaran PAI kelas VIII C
SMP Negeri 4 Sinjai Timur dengan pokok bahasan
Menghindari Minuman Keras, Judi, dan
121
Pertengkaran. Untuk menentukan nilai yang
diperoleh peserta didik digunakan rumus sebagai
berikut:
Nilai= Jumlah skor perolehan X
100
Skor maksimal (40)
Untuk menentukan rata-rata dari hasil test digunakan
rumus sebagai berikut:
X = ∑X
N
Selanjutnya untuk mengetahui peningkatan
prestasi belajar peserta didik pada aspek kognitif
pada hasil tes siklus I dan siklus II dapat
digunakan rumus dibawah ini:
P =𝑝𝑜𝑠𝑡 𝑡𝑒𝑠 − 𝑝𝑟𝑒𝑒 𝑡𝑒𝑠
𝑝𝑟𝑒𝑒 𝑡𝑒𝑠𝑥 100
Keterangan:
P = presentasi peningkatan
Pos tes = nilai rata-rata sesudah tindakan
Pree tes = nilai rata-rata sebelum tindakan.
a. Hasil Tes Siklus I dan Siklus II
122
Hasil tes peserta didik berdasarkan
siklus I dan II peserta didik di kelas VIII SMP
Negeri 4 Sinjai Timur dapat dilihat pada tabel
berikut:
123
Tabel 4. 9
Rekapitulasi Nilai Hasil Tes Peserta Didik Siklus I dan II
No Nama Siswa
Siklus I Siklus II
Pre Test Post Test Peningkatan Pre
Test
Post
Test
Peningkata
n
1 Ahmad Fauzan 45 70 0,55 55 85 0,54
2 Aidil Putra 45 70 0,55 50 85 0,7
3 Alvin Novrian 75 85 0,13 80 95 0,18
4 Amanda Rosa
Ayu Maharani 55 75 0,36 60 90 0,5
124
5 Ardiansyah 60 75 0,25 65 95 0,46
6 Dahlan 45 70 0,55 65 90 0,38
7 Erfina 70 80 0,14 75 95 0,26
8 Fauzan Zuhair 75 85 0,13 80 95 0,18
9 Harlan Saputra 30 65 1,16 45 80 0,77
10 Husaeri 70 80 0,14 75 95 0,26
11 Indah 70 80 0,14 75 95 0,26
12 Iis Ariska 45 70 0,55 55 87 0,58
125
13 Kartini 40 65 0,62 50 85 0,7
14 Misnawati 45 70 0,55 50 85 0,7
15 Muh. Nirvana 65 75 0,15 70 90 0,28
16 Muh. Subran
Fadhil
60 75 0,25
65 90 0,38
17 Musdalifah 75 85 0,13 80 100 0,25
18 Nahda 75 85 0,13 80 100 0,25
19 Nirmalasari 55 75 0,36 65 95 0,46
20 Nurul Khaerah 55 75 0,36 60 87 0,45
126
21 Nurul
Wahyuni
75 85 0,13
80 95 0,18
22 Reski
Ramadani
40 70 0,75
50 85 0,7
23 Wahyu 60 80 0,33 70 95 0,35
24 Irvan Wahid 30 65 1,16 45 80 0,77
Jumlah 1360 1810 9,57 1545 2174 10,54
Rata-rata 56,66 75,41 0,39 64,37 90,58 0,43
i
Dari tabel 4.9 di atas dapat dilihat bahwa
terjadi peningkatan pemahaman peserta didik yang
sangat besar setelah penerapan metode moral
reasoning. Setelah diadakan pree test dan post tes pada
siklus I terjadi peningkatan prestasi belajar peserta
didik sebesar 0,39 dan siklus II sebesar 0,43. 84
Deskripsi secara kuantitatif hasil belajar
peserta didik berdasarkan siklus I peserta didik kelas
VIII C di SMP Negeri 4 Sinjai Timur dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 4.10
Statistik Nilai Hasil Tes Peserta Didik Siklus I
No Statistik Nilai Statistik
1 Jumlah sampel 24
2 Skor ideal 100
3 Skor tertinggi 85
4 Skor terendah 65
5 Nilai rata-rata 75,41
Dari tabel 4.10 di atas terlihat bahwa nilai
hasil tes di siklus I diperoleh nilai terendah yaitu 65
84 Hasil Pree test dan Post test peserta didik siklus I dan siklus II.
ii
dan nilai tertinggi 85 dengan nilai rata-rata 75,41. Jika
skor hasil tes peserta didik diatas dikelompokkan
kedalam lima kategori maka diperoleh distribusi skor
ditunjukkan pada tabel berikut ini:
Tabel 4.11
Distribusi Frekuensi dan skor Hasil Tes Peserta didik pada
Siklus I85
No Skor Kategori Frekuensi
1 0-54 Sangat rendah 0
2 55-64 Rendah 0
3 65-74 Sedang 9
4 75-84 Tinggi 10
5 85-100 Sangat tinggi 5
Jumlah 24
Setelah digunakan kategorisasi pada tabel
terlihat bahwa 24 peserta didik yang dijadikan subjek
penelitian. Terdapat 9 orang peserta didik berada dalam
kategori sedang. 10 orang peserta didik berada pada
kategori tinggi, dan 2 orang peserta didik berada pada
85 Skala lima kategori penilaian berdasarkan Kriteria ketuntasan
Minimal (KKM)
iii
kategori sangat tinggi. Dari skor rata-rata hasil tes
belajar siklus I yaitu 75,41.
b.Hasil Tes Siklus II
Deskripsi secara kuantitatif hasil belajar
peserta didik berdasarkan siklus II peserta didik di
kelas VIII C SMP Negeri 4 Sinjai Timur dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 4. 12
Statistik Nilai Hasil Tes Peserta Didik Siklus II
No Statistik Nilai Statistik
1 Jumlah sampel 24
2 Skor ideal 100
3 Skor tertinggi 100
4 Skor terendah 80
5 Nilai rata-rata 90,58
Dari tabel 4.12 di atas terlihat bahwa nilai
hasil tes di siklus II diperoleh nilai terendah yaitu 80 dan
nilai tertinggi 100 dengan nilai rata-rata 90,58. Jika skor
hasil tes peserta didik diatas dikelompokkan kedalam
lima kategori maka diperoleh distribusi skor ditunjukkan
pada tabel berikut ini:
iv
Tabel 4.13
Distribusi Frekuensi dan skor Hasil Tes Peserta didik pada
Siklus II86
No Skor Kategori Frekuensi
1 0-54 Sangat rendah 0
2 55-64 Rendah 0
3 65-74 Sedang 0
4 75-84 Tinggi 2
5 85-100 Sangat tinggi 22
Jumlah 24
Setelah digunakan kategorisasi pada tabel
terlihat bahwa 24 peserta didik yang dijadikan subjek
penelitian. Tidak terdapat peserta didik berada dalam
kategori sangat rendah, rendah, dan sedang. 2 orang
peserta didik berada dalam kategori tinggi dan 22
orang peserta didik berada pada kategori sangat tinggi.
Dari skor rata-rata hasil tes belajar siklus II yaitu
90,58. Setelah dikategorisasikan, diketahui bahwa hasil
86 Skala lima kategori penilaian berdasarkan Kriteria ketuntasan
Minimal (KKM)
v
tes belajar peserta didik kelas VIII C SMP Negeri 4
Sinjai Timur dengan penerapan metode moral
reasoning maka dapat disimpulkan bahwa hasil tes
pada siklus II lebih tinggi dibandingkan dengan siklus
I. Untuk melihat peningkatan prestasi belajar peserta
didik kelas VIII C pada pembelajaran PAI dari tahap
pra siklus, Siklus I dan siklus II. Sebagaimana dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4. 14
Perbandingan Nilai Rata-rata tes akhir
No Pelaksanaan Siklus Rata-rata
1 Pra Siklus 56,66
2 Siklus I 75,41
3 Siklus II 90,58
Data dari tabel di atas dapat terlihat bahwa
nilai rata-rata yang diperoleh peserta didik dari tes pra
siklus, tes siklus I sampai siklus II ternyata terjadi
peningkatan. Ini diperkuat dengan hasil nilai rata-rata
vi
peserta didik dari Pree test sampai siklus II, yaitu dari
nilai Pree test 56,66 meningkat pada siklus I menjadi
75,41 dan meningkatat pada siklus II menjadi 90,58.
Hasil ini menunjukkan bahwa penerapan metode moral
reasoning efektif dan dapat meningkatkan prestasi
belajar peserta didik kelas VIII C SMP Negeri 4 Sinjai
Timur.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis menarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Metode Moral Reasoning pada mata pelajaran PAI di
kelas VIII C SMP Negeri 4 Sinjai Timur dapat
meningkatkan prestasi belajar peserta didik, karena
dengan metode moral reasoning guru dapat membuat
peserta didik lebih aktif dalam proses pembelajaran
dan tidak merasa bosan, sehingga peserta didik mudah
vii
memahami materi pelajaran dan menyelesaikan tugas
yang lesaikan tugas kelompok yang diberikan terutama
padiberikan serta dapat membuat peserta didik lebih
kreatif menyeda mata pelajaran PAI. Metode Moral
Reasoning juga dapat dikatakan efektif karena sudah
mencapai tujuan pembelajaran yang ingin
2. Dicapai
3. menghemat waktu dan tenaga, mampu membangkitkan
perhatian dan keaktifan peserta didik.
4. Metode Moral Reasoning dapat meningkatkan prestasi
belajar peserta didik pada mata pelajaran PAI di kelas
VIII C SMP Negeri 4 Sinjai Timur, berdasarkan nilai
rata-rata hasil tes evaluasi peserta didik pada siklus I
yaitu 75,41 dan pada siklus II nilai rata-rata hasil tes
evaluasi peserta didik yaitu 90,58. Maka prestasi
belajar peserta didik dari siklus I ke siklus II
mengalami peningkatan.
B. Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan
maka dapat ditemukan saran-saran sebagai berikut:
1. Dalam mengajarkan pelajaran PAI hendaknya
diidentifikasi pokok bahasan yang sesuai dengan
viii
metode moral reasoning maupun untuk metode yang
lain, tidak menggunakan metode yang sama pada
semua materi.
2. Bagi sekolah khususnya SMP Negeri 4 Sinjai Timur
hendaknya dapat menjadikan metode moral
reasoning sebagai alternatif dalam meningkatkan
prestasi belajar peserta didik serta guru mampu
mengembangkan metode pembelajaran aktif agar
pembelajaran tidak monoton.
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, Cet. I; Jakarta: Kencana, 2010.
Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Nur Kholidah, Metode dan
Teknik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,
Cet. I; Bandung: PT Refika Aditama, 2009.
Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam,
Cet. II; Jakarta: Rajawali Pers, 2014.
ix
Ali Mufron, Ilmu Pendidikan Islam, Cet. I; Yogyakarta: Aura Pustaka,
2013.
Bisri Mustofa, Psikologi Pendidikan, Cet. I; Parama Ilmu:
Yogyakarta, 2015.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Cet. I.edisi III; Jakarta: Balai Pustaka,
2001.
Didin Kurniadin dan Imam Machali, Manajemen Pendidikan
Konsep & Prinsip Pengelolaan Pendidikan, Cet.
III; Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016.
Hamruni, Strategi dan Model-Nodel Pembelajaran Aktif
Menyenangkan, Yogyakarta, 2009.
Hamzah dan Nurdin Mohamad, Belajar Dengan Pendekatan
PAILKEM: Pembelajaran Aktif, Inovatif,
Lingkungan, Kreatif, Efektif, Menarik, Cet.VI;
Jakarta: Bumi Aksara, 2015.
Handoko,https://rogonyowosukmo.wordpress.com/2009/12/
04/apa-itu-penalaran-reasoning/.Diakses pada
tanggal 16 April 2018. Pukul. 11.30.
Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam, Cet. II; Bandung: Alfabeta, 2013.
Jalaluddin, Pendidikan Islam Pendekatan Sistem dan Proses,
Cet. I. Ed.I; Jakarta: Rajawali Pers, 2016.
x
Jamil Suprihatinigrum, Strategi pembelajaran Teori dan
Aplikasi, Cet. III; Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2016.
Kompri, Manajemen Pendidikan Komponen-komponen
Elementer Kemajuan Sekolah, Cet. II;
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016.
Much Andi Abdillah, Pengaruh Penerapan Metode Moral
Reasoning Terhadap Prestasi Belajar Pendidikan
Agama Islam siswa SMA Negeri 2 Sidoarjo,
Skripsi, Surabaya: Universitas Islam Negeri
Sunan Ampel Surabaya, 2017.
Muhammad Ahsan, et.al., Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti, (Cet. IV; Jakarta: Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2017.
Muhammad Yaumi, Prinsip-prinsip Desain Pembelajaran
Disesuaikan dengan Kurikulum 2013, Cet. IV:
KENCANA; Jakarta, 2013.
Musdalifa, Peningkatan Prestasi Belajar Peserta Didik
Melalui Metode Jigsaw Pada Mata Pelajaran
Fiqih dikelas IX MTs Nurul Irham Lembang
Lohe, Skripsi: IAIM Sinjai 2017.
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan,
Bandung: PT. Remaja Rosda karya, 2005.
xi
Nur’Aeni dan Muhammad Nurjaman, Pengantar
Pendidikan, Cet. III; Jakarta: UNINDRA PRESS,
2015.
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Cet: IV;
Jakarta, Kalamuliah, 2005.
Rois Mahfud, Al- Islam Pendidikan Agama Islam, Penerbit Erlangga,
2011.
Rosmiati, Peningkatan Prestasi Belajar Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam Melalui Penerapan
Multimedia Pembelajaran (Studi Kasus Kelas
VIII A SMPN 2 Sinjai Tengah), Skripsi, (Sinjai:
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI)
Muhammadiyah Sinjai, 2011).
Subur, Pembelajaran Nilai Moral Berbasis Kisah, Cet. I;
Yogyakarta: Kalimedia, 2015.
Suharsimi Arikunto, et.al., Penelitian Tindakan Kelas, Cet.
VII; Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009.
Sunarto dan B. Agung Hartono, Perkembangan Peserta
Didik, Jakarta: Rineka Cipta.
Suyono dan Harianto, Belajar dan Pembelajaran, Cet. III;
Bandung: Remaja RosdaKarya, 2012.
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,
Cet. IV; Jakarta: Raja Grafindo persada, 2011.
Widodo, Metodologi Penelitian Populer & Sampel, Cet. I;
Jakarta: Rajawali Pers, 2017.
xii
Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, Cet. III; Jakarta:
Prenada Medis Group, 2015.
xiii
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiv
xv
xvi
xvii
xviii
xix
xx
xxi
xxii
xxiii
xxiv
xxv
xxvi
LEMBAR PEDOMAN TES
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK
MELALUI METODE MORAL REASONING PADA MATA
PELAJARAN PAI KELAS VIII C DI SMP NEGERI 4
SINJAI TIMUR
Nama :
Kelas :
Nis :
Petunjuk Soal :
1. Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan baik dan
benar
2. Bacalah soal-soal sebelum menjawab pertanyaan
dibawah
3. Tulis nama kelas dan nis pada lembar yang di
sediakan
Soal Tes
1) Sebutkan terjemahan Q.S. Al-Maidah ayat 90-91 dan
32 (Pilih salah satunya) serta hadis tentang
Menghindari minuman keras , judi dan pertengkaran!
xxvii
2) Mengapa kita harus berperilaku menghindari
minuman keras, judi, dan pertengkaran?
3) Mengapa kita harus senantiasa beramar makruf nahi
munkar pada setiap kesempatan?
4) Jelaskan pengertian halalan thayyiban!
5) Apa yang kamu ketahui tentang dampak negatif
perjudian dan hikmah menghindari perjudian!
6) Berikan contoh - contoh Pertengkaran dalam
kehidupan sehari-hari!
7) Berikan Contoh-contoh Judi!
8) Berikan Contoh Jenis-Jenis Minuman Keras Yang
Dilarang Allah Swt.
9) Uraikan Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
(tawuran pelajar)!
10) Buatlah kesimpulan materi menghindari minuman
keras, judi, dan pertengkaran!
*** Selamat Bekerja ***
xxviii
DAFTAR HADIR SISWA
KELAS : VIII C
MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
dan Budi Pekerti
NO NIS NAMA J
K
KEHADIRAN SISWA
PADA KEGIATAN
TATAP MUKA
JUMLAH
KEHADIR
AN 16/7/
2018
20/7/
2018
27/7/2
018
01/8/
2018 S
A
K
I
T
I
Z
I
N
A
L
F
A
1 2 3 4
1420
Ahmad
Fauzan L
- - -
1421 Aidil Putra L - - -
1422
Alvin
Novrian L - - -
1423
Amanda
Rosa Ayu
Maharani
P - - -
1424 Ardiansyah L - - -
1426 Dahlan L - - -
1427 Erfina P - - -
1428 Fauzan L - - -
xxix
Zuhair
1429
Harlan
Saputra L - - -
1430 Husaeri L - - -
1431 Indah P - - -
1432 Iis Ariska P - - -
1433 Kartini P - - -
1434 Misnawati P - - -
1435
Muh.
Nirvana L - - -
1436
Muh.
Subran
Fadhil
L - - -
1437 Musdalifah P - - -
1438 Nahda P - - -
1439 Nirmalasari P - - -
1440
Nurul
Khaerah P - - -
1441
Nurul
Wahyuni P - - -
1442
Reski
Ramadani P - - -
xxx
1443 Wahyu L - - -
Irvan
Wahid L - - -
xxxi
xxxii
xxxiii
xxxiv
xxxv
xxxvi
xxxvii
xxxviii
xxxix
xl
xli
xlii
xliii
xliv
xlv
xlvi
xlvii