peningkatan motivasi belajar ips melalui …...mengumpulkan data tentang motivasi belajar ips siswa...
TRANSCRIPT
PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPS
MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF INDEX CARD MATCH
PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 03 KARANGSARI
JATIYOSO KABUPATEN KARANGANYAR
TAHUN 2009/2010
Skripsi
Oleh :
NURUL ISLAMIAH
NIM X7108725
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
ii
PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPS
MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF INDEX CARD MATCH
PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 03 KARANGSARI
JATIYOSO KABUPATEN KARANGANYAR
TAHUN 2009/2010
Oleh :
NURUL ISLAMIAH
NIM X7108725
Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
iii
PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul : “Peningkatan Motivasi Belajar IPS Melalui Pembelajaran
Kooperatif Index Card Match Pada Siswa Kelas V SD Negeri 03 Karangsari Jatiyoso
Kabupaten Karanganyar Tahun 2009/2010”.
Oleh :
Nama : Nurul Islamiah
NIM : X7108725
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
Surakarta, 21 April 2010
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Usada, M.Pd Drs. Sadiman, M.Pd NIP. 19510908 198003 1 002 NIP. 19540808 198103 1 004
iv
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul : Peningkatan Motivasi Belajar IPS Melalui
Pembelajaran Kooperaatif Index Card Match Pada Siswa Kelas V SD Negeri 03
Karangsari Jatiyoso Kabupaten Karanganyar Tahun 2009/2010.
Oleh :
Nama : Nurul Islamiah
NIM : X7108725
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk
memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari : Rabu
Tanggal : 21 April 2010
Tim Penguji Skripsi:
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Kartono, M.Pd ………………………...
Sekretaris : Drs. Hasan Mahfud, M.Pd ………………………...
Anggota I : Drs. Usada, M.Pd ………………………...
Anggota II : Drs. Sadiman, M.Pd ………………………...
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 196007271987021001
v
ABSTRAK Nurul Islamiah, PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPS MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF INDEX CARD MATCH PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 03 KARANGSARI JATIYOSO KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2009/2010. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, April 2010
Tujuan penelitian dalam skripsi ini untuk mendeskripsikan bahwa pendekatan pembelajaran Kooperatif index card match dapat meningkatkan motivasi belajar IPS siswa kelas V SD Negeri 03 Karangsari Jatiyoso Kabupaten Karanganyar Tahun 2009/2010.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket dan lembar
observasi. Instrumen angket dan lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang motivasi belajar IPS siswa kelas V SDN 03 Karangsari pada materi pokok Perjuangan pada Jaman Penjajahan Belanda, Jaman Penjajahan Jepang, Persiapan Kemerdekaan Indonesia, dan Tokoh-tokoh Penting yang Berperan dalam Proklamasi.
Prosedur dalam penelitian terdiri dari 3 siklus. Tiap siklus meliputi
perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Penelitian proses pembelajaran untuk mengetahui aspek motivasi belajar siswa, cara pemecahan masalah, dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
Kesimpulan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Proses
pembelajaran Kooperatif index card match tepat rencana sehingga meningkatkan motivasi belajar IPS siswa kelas V SDN 03 Karangsari; (data motivasi siswa pra tindakan 38,25, Siklus I 48 Siklus II 55,8 Siklus III 65,95. saran untuk para guru: 1) seyogyanya guru dapat membangkitkan motivasi belajar siswa dengan proses pembelajaran yang tepat rencana dan tepat sasaran serta situasi pembelajaran yang menyenangkan dengan menggunakan pendekatan Kooperatif index card match; 2) pembelajaran secara kreatif dan variatif serta; 3) hendaknya guru aktif mengadakan penelitian tindakan kelas untuk menemukan strategi dan media pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar IPS siswa kelas V SDN 03 Karangsari Jatiyoso Kabupaten Karanganyar Tahun 2009/2010.
vi
MOTTO
Sesungguhnya, Aku mengingatkan kepadamu supaya kamu tidak termasuk
orang-orang yang tidak berpengetahuan.
(QS. Hud : 46).
“Barang siapa yang keluar rumah untuk belajar satu bab ilmu pengetahuan,
maka ia telah berjalan fisabilillah sampai ia kembali kerumahnya.”
(HR. Tirmidzi dari Anas r.a)
Do’a adalah nyanyian hati yang selalu dapat membuka jalan terang ke
Singgasana Tuhan, meskipun terhimpit di dalam tangisan seribu jiwa.
(Khahlil Gibran)
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada :
1. Orang tuaku tercinta.
2. Suamiku yang tercinta (Anggar Pratama
S.Pd) yang selalu setia dan mendukung
setiap langkahku.
3. Almamater dan semua pihak yang
terkait.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik,
hidayah, serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
penelitian tindakan kelas dengan lancar.
Skripsi yang berjudul “PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPS
MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF INDEX CARD MATCH PADA
SISWA KELAS V SD NEGERI 03 KARANGSARI JATIYOSO KABUPATEN
KARANGANYAR TAHUN 2009/2010” ini diajukan untuk memenuhi salah satu
syarat guna memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Penulis menyadari bahwa penelitian tindakan kelas ini tidak akan berhasil
tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah berpartisipasi dalam
penyusunan skripsi ini. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis
menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada
semua pihak, khususnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah memberi ijin penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Drs. Kartono, M.Pd selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Bapak Drs. Usada, M.Pd selaku Pembimbing I yang dengan sabar
memberikan motivasi dan bimbingan sehingga penulis berhasil menyelesaikan
skripsi ini.
5. Bapak Drs Sadiman, M.Pd selaku Pembimbing II yang dengan sabar
mengarahkan dan membimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini.
ix
6. Bapak Suwarto selaku Kepala Sekolah SDN 03 Karangsari Jatiyoso
Kabupaten Karanganyar yang telah memberi motivasi dan ijin kepada penulis
untuk melaksanakan penelitian.
7. Rekan-rekan di SDN 03 Karangsari yang telah membantu dalam penyusunan
skripsi ini.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberi bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak
kekurangan, karena keterbatasan pengetahuan yang ada dan tentu hasilnya juga
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu segala saran dan kritik yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan. Harapan penulis semoga skripsi
penelitian tindakan kelas ini dapat memberi manfaat kepada penulis khususnya
dan para pembaca pada umumnya. Semoga amal kebaikan semua pihak mendapat
pahala dari Allah Azza wa jalla.
Surakarta, April 2010
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ........................................................................................................... i
PENGAJUAN ................................................................................................ ii
PERSETUJUAN ............................................................................................ iii
PENGESAHAN ............................................................................................. iv
ABSTRAK ..................................................................................................... v
ABSTRAC ..................................................................................................... vi
MOTTO ......................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN .......................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .............................................................. 4
C. Perumusan Masalah ............................................................... 4
D. Tujuan Penelitian ................................................................... 4
E. Manfaat Penelitian ................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 6
A. Kajian Teori ........................................................................... 6
1. Motivasi Belajar ............................................................... 6
2. Pembelajaran IPS ............................................................. 13
3. Pendekatan Pembelajaran Kooperatif .............................. 25
B. Penelitian yang Relevan ........................................................ 32
C. Kerangka Pikir ...................................................................... 33
D. Hipotesis Tindakan ................................................................ 34
xi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 35
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 35
1. Tempat Penelitian ............................................................ 35
2. Waktu Penelitian .............................................................. 35
B. Subjek Penelitian .................................................................... 36
C. Sumber Data .......................................................................... 36
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 36
E. Analisis Data ......................................................................... 37
F. Prosedur Penelitian ................................................................ 38
BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................. 46
A. Deskripsi Permasalahan Penelitian ....................................... 46
B. Temuan dan Pembahasan Masalah ........................................ 58
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ................................. 65
A. Simpulan ................................................................................ 65
B. Implikasi ................................................................................ 65
C. Saran ...................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 67
LAMPIRAN ................................................................................................... 69
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Hasil observasi siklus I ................................................................. 43
Tabel 2. Scor motivasi belajar siswa siklus I ............................................. 43
Tabel 3. Hasil observasi siklus II ............................................................... 43
Tabel 4. Scor motivasi belajar siswa siklus II ............................................ 43
Tabel 5. Hasil observasi siklus III .............................................................. 43
Tabel 6. Scor motivasi belajar siswa siklus III ........................................... 43
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir ................................................................. 34
Gambar 2. Bagan Model Analisis Interaktif .................................................. 38
Gambar 3. Bagan Langkah-langkah Penelitian .............................................. 46
Gambar Grafik 1 Observasi siklus I ............................................................... 48
Gambar Grafik 2. Scor motivasi belajar siswa siklus I .................................. 49
Gambar Grafik 3 Observasi siklus II ............................................................. 52
Gambar Grafik 4. Scor motivasi belajar siswa siklus II ................................ 53
Gambar Grafik 5 Observasi siklus III ............................................................ 56
Gambar Grafik 6. Scor motivasi belajar siswa siklus III ............................... 57
Gambar Grafik 7. Motivasi belajar siswa Pra tindakan ................................. 59
Gambar Grafik 8. Motivasi belajar siswa Siklus I ......................................... 60
Gambar Grafik 9. Motivasi belajar siswa Siklus II ........................................ 60
Gambar Grafik 10. Motivasi belajar siswa Siklus III .................................... 61
Gambar Grafik 11. Perkembangan hasil penelitian ....................................... 62
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
a. Rencana Pelaksanan Pembelajaran Pra tindakan ............... 69
b. Rencana Pelaksanan Pembelajaran Siklus I ........................ 72
c. Rencana Pelaksanan Pembelajaran Siklus II ...................... 75
d. Rencana Pelaksanan Pembelajaran Siklus III ..................... 78
Lampiran 2. Angket Motivasi
a. Kisi-kisi angket motivasi .................................................... 81
b. Motivasi belajar siswa pra tindakan .................................... 82
c. Motivasi belajar siswa siklus I ............................................ 84
d. Motivasi belajar siswa siklus II ........................................... 86
e. Motivasi belajar siswa siklus III ......................................... 88
f. Rekapitulasi scor angket motivasi belajar pra tindakan ...... 90
g. Rekapitulasi scor angket motivasi belajar siklus I .............. 91
h. Rekapitulasi scor angket motivasi belajar siklus II ............. 92
i. Rekapitulasi scor angket motivasi belajar siklus III ........... 93
j. Hasil komulatif data motivasi siswa ................................... 94
Lampiran 3. Penilaian Proses
a. Penilaian proses pembelajaran Pra Tindakan .................... 95
b. Penilaian proses pembelajaran siklus I ............................... 98
c. Penilaian proses pembelajaran siklus II .............................. 101
d. Penilaian proses pembelajaran siklus III ............................ 104
Lampiran 4. Observasi Terhadap Guru oleh Guru Mitra
a. Observasi Terhadap Guru oleh Guru Mitra Pra tindakan ... 107
b. Observasi Terhadap Guru oleh Guru Mitra Siklus I ........... 108
c. Observasi Terhadap Guru oleh Guru Mitra Siklus II .......... 109
d. Observasi Terhadap Guru oleh Guru Mitra Siklus III ........ 110
xv
e. Hasil Kumulatif Observasi Terhadap Guru ........................ 111
f. Rekapitulasi Observasi Terhadap Guru .............................. 112
Lampiran 5. Kartu Soal dan Kartu Jawaban
a. Kartu Soal dan Kartu Jawaban Siklus I .............................. 113
b. Kartu Soal dan Kartu Jawaban Siklus II ............................. 115
c. Kartu Soal dan Kartu Jawaban Siklus III ............................ 117
Lampiran 5. Photo Proses Pembelajaran Kooperatif Learning Index Card
Match ......................................................................................... 119
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam proses pembelajaran di kelas, setiap guru SD berperan sebagai
pengajar dan pembimbing, wajib melakukan layanan bimbingan belajar baik
secara kelompok maupun secara individual. Hal ini dimaksudkan agar hasil
belajar yang dicapai siswa dapat memenuhi kreteria pencapaian tujuan
instruksional yang diharapkan.
Pada umumnya pembelajaran di SD masih belum memperoleh hasil yang
maksimal. Hal tersebut dikarenakan dalam proses pembelajaran siswa kurang
berperan aktif sedangkan guru masih banyak yang menggunakan metode yang
konvensional. Selain itu kurikulum di SD kurang sesuai dengan tingkat
perkembangan anak, karena tingkat perkembangan anak SD dimulai dari hal-hal
yang bersifat konkret ke hal-hal yang bersifat abstrak. Pada jenjang pendidikan
untuk SD menitikberatkan pada pendidikan dasar termasuk mata pelajaran IPS,
diukur dari sejauh mana penguasaan anak dalam mengenal sejarah dilingkungan
terdekat.
Banyak orang yang menganggap bahwa mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial sebagai bidang pelajaran yang membosankan. Meskipun
demikian, semua orang harus mempelajarinya karena merupakan sarana untuk
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Seperti halnya berhitung,
bahasa, membaca, dan menulis. Kebosanan siswa dalam belajar Ilmu Pengetahuan
Sosial harus diatasi. Maka kewajiban bagi guru untuk menanamkan berbagai cara
agar siswa senang terhadap materi IPS.
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial diberikan dengan maksud untuk
meningkatkan dan mempertinggi kualitas atau mutu pengajaran dalam proses
belajar mengajar. Menurut Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP), Ilmu
Pengetahuan Sosial sebagai salah satu ilmu sosial, dewasa ini telah berkembang
sangat pesat seiring perjalanan waktu di era globalisasi sekarang ini.
2
Pelajaran IPS di SD adalah mata pelajaran yang mengkaitkan
permasalahan dan perkembangan masyarakat dari masa lampau sampai masa kini,
baik di Indonesia maupun di luar Indonesia. Dalam pelaksanaan pembelajaran IPS
yang tertera pada silabus, materi mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang
pada masa penjajahan Belanda dan Jepang serta Persiapan Kemerdekaan
Indonesia menunjukkan bahwa siswa memiliki motivasi belajar yang rendah.
Indikator tersebut dapat dilihat dari sikap yang kurang antusias ketika pelajaran
sedang berlangsung, rendahnya respon umpan balik dari siswa terhadap
pertanyaan guru, kurangnya pemusatan perhatian siswa dan akhirnya ditunjukkan
pada nilai ulangan harian yang rendah.
Dari hasil observasi dan wawancara dengan siswa kelas V, bertukar
pikiran dengan teman guru, diperoleh informasi bahwa faktor-faktor penyebab
rendahnya motivasi belajar IPS adalah : 1) Guru lebih menekankan pada
terselesainya sejumlah materi pembelajaran yang ditetapkan pada silabus dengan
alokasi waktu yang tersedia; 2) Siswa dijadikan objek seperti “vas bunga” yang
dituangkan air sampai penuh. Artinya siswa “dipaksa” menerima seluruh
informasi dari guru tanpa diberikan kesempatan untuk melakukan
refleksi/perenungan secara logis dan kritis; 3) Guru selalu mendominasi proses
pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah, sehingga kurang memberi
kesempatan pada siswa untuk aktif dan kreatif dalam menuangkan ide dan
mempertajam gagasannya; 4) Komunikasi pembelajaran hanya satu arah, kurang
adanya interaksi timbal balik antara guru dengan siswa dan antara siswa sendiri.
Motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran IPS dengan materi
mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda
dan Jepang serta Persiapan Kemerdekaan Indonesia rendah, sebab mereka
menganggap pembelajaran dengan materi mendeskripsikan perjuangan para tokoh
pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang serta Persiapan Kemerdekaan
Indonesia “membosankan” atau kurang “fun”.
Rendahnya prestasi belajar IPS khususnya materi pokok mendeskripsikan
perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang serta
3
Persiapan Kemerdekaan Indonesia adalah kurangnya motivasi siswa dalam belajar
IPS. Motivasi dapat di tingkatkan dengan berbagai cara, menurut penulis
penggunaan pembelajaran kooperatif index card match dapat meningkatkan
motivasi belajar. Salah satu strategi pembelajaran yang inovatif adalah
Pembelajaran Kooperatif. Depdiknas (2002 : 6). Pembelajaran Pembelajaran
Kooperatif adalah suatu bentuk pendekatan pembelajaran dengan membagi siswa
dalam kelompok kecil, dimana siswa bekerja sama untuk memaksimalkan
pemahaman mereka tentang materi pembelajaran dan dalam menyelesaikan tugas-
tugas pelajaran.
Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) merupakan pondasi yang
baik untuk meningkatkan dorongan bagi siswa untuk berprestasi. Dengan
memiliki dorongan motivasi yang positif seorang siswa akan menunjukkan
minatnya. Salah satunya adalah Pembelajaran Kooperatif index card match.
Menurut Hisyam Zaini, dkk (2004 : 69) model index card match (mencari
pasangan) adalah strategi yang cukup menyenangkan yang digunakan untuk
mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya. Di samping itu materi baru
pun tetap bisa diajarkan dengan strategi ini dengan catatan siswa diberi tugas
mempelajari topik yang diajarkan terlebih dahulu sehingga ketika masuk kelas
siswa sudah memiliki bekal pengetahuan. Untuk itu pembelajaran index card
match, dapat menciptakan suasana pembelajaran yang “fun”, lebih merangsang
siswa dalam melakukan aktivitas belajar individu ataupun kelompok, dapat
mengembangkan kreativitas, kemandirian siswa menciptakan komunikasi timbal
balik, serta dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih
dalam tentang peningkatan motivasi belajar IPS melalui Pembelajaran Kooperatif
Index Card Match pada siswa kelas V SD Negeri 03 Karangsari Kecamatan
Jatiyoso Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2009/2010.
4
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat di identifikasi
permasalahan sebagai berikut :
1. Mata pelajaran IPS di anggap menjemukan sehingga motivasi belajar siswa
rendah
2. Rendahnya motivasi belajar siswa dalam pelajaran IPS di tinjau dari
penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat
3. Perhatian guru terhadap kemampuan individu kurang, sehingga motivasi
belajar siswa rendah
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini penulis membatasi permasalahan sebagai berikut :
1. Motivasi belajar dalam hal ini dibatasi motivasi belajar IPS dengan materi
mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan
Belanda dan Jepang serta Persiapan Kemerdekaan Indonesia
2. Pembelajaran Kooperatif dalam hal ini dibatasi Pembelajaran Kooperatif
dengan teknik Index Card Match
D. Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, maka masalah penelitian tindakan
kelas ini dirumuskan : Apakah pendekatan pembelajaran Kooperatif index card
match dapat meningkatkan motivasi belajar IPS siswa kelas V SD Negeri 03
Karangsari ?
E. Tujuan Penelitian
Dari permasalahan yang telah dirumuskan penelitian ini bertujuan sebagai
berikut : Untuk mendeskripsikan motivasi belajar IPS melalui pendekatan
pembelajaran Kooperatif index card match siswa kelas V SD Negeri 03
Karangsari.
5
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritik
a. Memberikan sumbangan bagi pengembangan pengetahuan khususnya
tentang motivasi belajar IPS dan pendekatan pembelajaran Kooperatif
index card match.
b. Memberikan kontribusi bahwa motivasi belajar IPS pada siswa kelas V
dapat ditingkatkan melalui pendekatan pembelajaran Kooperatif index
card match.
c. Sebagai bahan referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi siswa
1) Meningkatkan motivasi belajar IPS pada kelas V SD Negeri 03
Karangsari
2) Meningkatkan penguasaan IPS dan mengambil nilai-nilai untuk
diterapkan dalam kehidupan nyata khususnya mendeskripsikan
perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan
Jepang serta Persiapan Kemerdekaan Indonesia
3) Melatih siswa kelas V SD Negeri 03 Karangsari untuk berfikir kritis,
sistematis dan ilmiah.
b. Manfaat bagi guru
1) Memberikan gambaran kepada guru tentang pentingnya pendekatan
pembelajaran kooperatif model index card match terkait dengan
peningkatan motivasi belajar IPS.
2) Bahan refleksi guru sebagai salah satu alternatif pendekatan
pembelajaran kooperatif model index card match terkait dengan
peningkatan motivasi belajar siswa.
c. Manfaat bagi sekolah
1) Meningkatkan motivasi belajar siswa
2) Meningkatkan kualitas kompetensi lulusan.
BAB II
6
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi
Harold Koontz dalam Moekijat (2001: 5) menjelaskan “motivasi sebagai
suatu dorongan dan usaha untuk memenuhi/memuaskan suatu kebutuhan atau
mencapai suatu tujuan”. motivasi merupakan kondisi yang menyebabkan atau
menimbulkan perilaku tertentu dan yang memberi arah dan ketahanan
(persistence) pada tingkah laku tersebut. Karenanya motivasi belajar seseorang
akan mempengaruhi hasil yang akan dicapai oleh seseorang. Hamzah B. Uno
(2006:3) “motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan
yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak
atau berbuat. Sedangkan Mc. Donald dalam Oemar Hamalik “Motivation isan
energy change within the person characterized by affactive arousal and
anticipatory goal reaction” Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi)
seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai
tujaun. Menurut Mc. Donald dalam Sardiman (2004: 73) “motivasi adalah
perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling
dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan”.
Motivation is the inner power or energy that pushes toward acting,
performing actions and achieving. Motivation has much to do with desire and
ambition, and if they are absent, motivation is absent too.
Motivasi adalah kekuatan batin atau energi yang mendorong ke arah
bertindak, melakukan tindakan dan pencapaian. Motivasi memiliki banyak untuk
dilakukan dengan keinginan dan ambisi, dan jika mereka tidak hadir, tidak ada
motivasi juga. http://www.succesconsciousnes.com/strengthenmotivation.htm.
Dari beberapa batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah
tenaga (power) yang berfungsi sebagai daya penggerak untuk melakukan suatu
tindakan demi mencapai tujuan. Dengan demikian motivasi belajar adalah kondisi
psikologis yang merupakan tenaga penggerak dalam diri seseorang untuk memulai
7
suatu kegiatan atau aktivitas belajar atas kemauannya sendiri sehingga tujuan
yang dikehendaki dapat tercapai. Djamarah (2002 : 123) menyatakan ada tiga
fungsi motivasi dalam belajar, yaitu : (1) motivasi mendorong manusia untuk
berbuat sebagai penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. (2) motivasi
menentukan arah perbuatan yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai, (3)
motivasi sebagai penyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan yang harus
dikerjakan untuk mencapai tujuan.
Dengan demikian motivasi yang tinggi akan meningkatkan kesungguhan
dan ketekunan seseorang dalam mengerjakan sesuatu sehingga memungkinkan
peningkatkan prestasi atau hasil karyanya. Sehingga motivasi yang tinggi lebih
memungkinkan tujuan dapat dicapai.
b. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi belajar adalah proses internal yang mengaktifkan, memandu,
dan mempertahankan perilaku dari waktu ke waktu. Individu termotivasi karena
berbagai alasan yang berbeda, dengan intensitas yang berbeda. Motivasi belajar
bergantung pada teori yang menjelaskan dan merupakan suatu konsekuensi dari
penguatan (reinforcement) suatu ukuran kebutuhan manusia suatu hasil dari
disonan atau ketidakcocokan suatu atribut dari suatu keberhasilan dan kegagalan
suatu harapan. Menurut W.S Winkel (1996 : 150) ”Motivasi belajar ialah
keseluruhan daya penggerak psikis didalam diri siswa yang menimbulkan
kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah
pada kegiatan belajar itu demi menjamin suatu tujuan”.
Motivasi belajar dapat didefinisikan sebagai kecenderungan untuk
mengupayakan keberhasilan dan memilih kegiatan yang berorientasi pada
keberhasilan. Siswa dapat termotivasi dengan orientasi ke arah tujuan dan
berusaha mendapatkan penilaian yang positif
(www.motivasibelajar.wordpress.com, 20 Mei 2009).
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah
kecenderungan untuk aktif dan mempertahankan perilaku dalam upaya
keberhasilan siswa dengan orientasi ke arah tujuan yang positif.
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Dalam Belajar
8
Menurut Crow dan Crow (1984: 73) mengemukakan ada tiga faktor yang
mempengaruhi motivasi belajar, yaitu :
1) The factor inner urge (dorongan dari dalam), rangsangan yang datang
dari lingkungan atau kebutuhan seseorang akan mudah menimbulkan
minat
2) The factor social motive (faktor motif sosial), minat sosial terhadap suatu
objek atau sesuatu hal agar dapat menyesuaikan diri dan diakui oleh
lingkungannya. Misalnya seseorang berminat mempunyai prestasi yang
tinggi agar mendapatkan status sosial yang tinggi pula.
3) The emotional factor (faktor emosional), merupakan faktor yang
berhubungan perasaan seseorang
Menurut Gagne (1984: 374) menjelaskan bahwa faktor yang
mempengaruhi motivasi adalah kebutuhan, sikap, motif, nilai, aspirasi dan
insentif. Menurut Usman (2005: 29) dua faktor yang mempengaruhi motivasi
yaitu:
1) Faktor intern adalah faktor yang mempengaruhi belajar dari dalam diri
siswa meliputi minat dan perhatian, tanggapan kemauan, emosional,
idealisme, kesehatan dan keadaan fisik.
2) Faktor ekstern adalah faktor yang mempengaruhi motivasi belajar yang
berasal dari luar diri siswa, meliputi lingkungan sekolah, lingkungan
keluarga, faktor geografis (cuaca, udara, waktu, tempat belajar).
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor yang
mempengaruhi motivasi belajar adalah faktor intern meliputi kebutuhan, aspirasi
cita-cita siswa, minat, motif dan emosional, idealisme, tanggapan, keadaan fisik
dan faktor ekstern meliputi sosial, insentif, nilai, lingkungan, geografis dan
tempat.
d. Ciri-Ciri Individu Yang Memiliki Motivasi Belajar Tinggi
Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dapat diketahui melalui
aktivitas-aktivitas selama proses belajar, antara lain:
1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang sama, tidak pernah berhenti sebelum selesai)
9
2) Ulet dalam menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin. (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya)
3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah. 4) Lebih senang belajar mandiri. 5) Cepat bosan terhadap tugas yang rutin. (hal-hal yang bersifat mekanis,
berulang-ulang begitu saja sehingga kurang kreatif). 6) Dapat mempertahankan pendapatnya. 7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakininya begitu saja. 8) Senang mencari dan memecahkan masalah (Sardiman, 2004: 83).
Disamping ciri-ciri seseorang memiliki motivasi belajar tinggi di atas
dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi dapat diidentifikasi ciri-ciri
individu yang memiliki motivasi belajar sebagai berikut :
1) Adanya dorongan dari keluarga apabila lebih meningkat dalam belajar
akan mendapatkan hadiah
2) Ingin meningkatkan hasil belajar sehingga dengan adanya hal tersebut
motivasi belajar akan meningkat
3) Mempunyai minat yang tinggi terhadap suatu hal
4) Menunjukkan tanggapan yang positif terhadap suatu masalah
5) Memiliki kemauan yang tinggi terhadap suatu hal yang diinginkan
6) Mempunyai lingkungan yang mendukung untuk tercapainya suatu hal
Siswa yang termotivasi dengan baik dalam pelajaran akan melakukan
lebih banyak aktivitas dan lebih cepat belajar jika dibandingkan dengan siswa
yang kurang atau tidak termotivasi semasa belajar. Ini menunjukkan, jika guru
dapat membangkitkan motivasi siswa terhadap pelajaran yang diajar maka
diharapkan siswa akan senantiasa memusatkan perhatian mata pelajaran tersebut.
Sesungguhnya usaha memotivasi siswa dalam pendidikan adalah merupakan suatu
proses (1) membimbing siswa untuk memasuki berbagai pengalaman yakni proses
belajar sedang berlangsung; (2) proses menimbulkan semangat dan keaktifan pada
diri siswa sehingga siswa benar-benar bersedia untuk belajar; dan (3) proses yang
menyebabkan perhatian siswa tertumpu kepada satu arah atau tujuan pada satu
masa, yaitu tujuan belajar. Situasi kelas yang siswanya termotivasi dapat
mempengaruhi sikap belajar dan tingkah laku siswa. Siswa yang termotivasi
untuk belajar akan sangat tertarik dengan berbagai tugas belajar yang sedang
10
mereka kerjakan; menunjukkan ketekunan yang tinggi; variasi aktivitas belajar
mereka pun akan lebih banyak.
e. Usaha-Usaha Meningkatkan Motivasi Belajar
Sardiman (2004: 35) mengemukakan usaha-usaha untuk meningkatkan
motivasi belajar antara lain :
1) Individu selalu mengusahakan adanya gairah belajar dan iklim yang
kondusif.
2) Mempertajam tujuan yang diharapkan siswa.
3) Mengusahakan dan mengorganisasi sebaik-baiknya sumber-sumber
belajar yang bermanfaat bagi siswa.
4) Peran orang tua yang dapat menempatkan diri sebagai salah satu
sumber belajar siswa.
5) Adanya dorongan eksternal.
Selain itu, upaya untuk meningkatkan motivasi belajar dengan cara :
1) Individu memiliki perasaan yang senang terhadap objek.
2) Individu selalu berusaha memusatkan perhatian terhadap materi yang
diajarkan.
3) Individu memiliki dorongan yang kuat untuk mencapai tujuan belajar.
4) Memiliki tanggapan positif terhadap objek
5) Selalu tertarik dengan tugas yang mereka kerjakan
6) Mempunyai semangat dan keaktifan untuk belajar
7) Dukungan dari pihak lain yang sifatnya positif
f. Motivasi di Dalam Kelas
Dengan memahami teori-teori yang termasyhur tentang motivasi, maka
guru dapat mengembangkan tujuh jenis motivasi di dalam kelas, yaitu:
1) Motivasi tugas
Motivasi tugas adalah motivasi yang ditimbulkan oleh tugas-tugas yang
ditetapkan oleh guru, siswa sendiri, maupun yang dirancangkan oleh
guru dan siswa secara bersama-sama. Siswa yang memiliki motivasi
tugas memperlihatkan keterlibatan dan ketekunan yang tinggi dalam
menyelesaikan tugas-tugas belajar. Motivasi tugas hendaklah dibangun
11
di dalam diri siswa dan ini dapat dilakukan oleh guru kalau dia
mengetahui cara-caranya.
2) Motivasi aspirasi
Motivasi aspirasi yang tinggi tumbuh dengan subur kalau siswa
memiliki perasaan sukses. Perasaan gagal dapat menghancurkan
aspirasi siswa dalam belajar. Oleh karena itu guru jangan menjadikan
siswa selalu gagal, walaupun ini bukan bermakna guru harus
menjadikan siswa sukses terus menerus. Suatu konsep yang harus
ditanam oleh guru kepada siswa agar ia memiliki aspirasi yang tinggi
adalah bahwa kesuksesan atau kegagalan ditentukan oleh 'usaha', bukan
oleh kemampuan atau kecerdasan.
3) Motivasi persaingan
Persaingan yang sehat dapat menjadi motivasi yang kuat dalam belajar.
Namun memupuk rasa persaingan yang berlebih-lebihan, di kalangan
siswa dalam belajar dapat menimbulkan persaingan yang tidak sehat,
karena siswa bukan menjadi giat belajar, tetapi dengan berbagai cara
berusaha mengalahkan siswa lain untuk mendapatkan status.
Membangun persaingan dengan diri sendiri pada setiap siswa akan
menimbulkan motivasi persaingan yang sehat dan berkesan dalam
belajar.
4) Motivasi afiliasi;
Motivasi afiliasi adalah dorongan untuk melaksanakan kegiatan belajar
dengan sebaik-baiknya, karena ingin diterima dan diakui oleh orang
lain. Siswa-siswa yang masih kecil berusaha meningkatkan usaha dan
prestasi dalam belajar agar dia dapat diterima dan diakui oleh orang
dewasa, yaitu guru dan ibu bapanya. Namun para remaja lebih
terdorong belajar untuk mendapatkan penerimaan dan pengakuan dari
rekan sebaya. Oleh karena itu, guru-guru yang mengajar siswa-siswa
yang masih kecil hendaknya memberikan perhatian dan penghargaan
yang penuh terhadap peningkatan usaha dan hasil belajar yang
ditampilkan oleh siswa. Bagi siswa remaja, guru hendaknya dapat
12
memanfaatkan kelompok untuk meningkatkan usaha dan prestasi
belajar ahli kelompok.
5) Motivasi kecemasan
Kecemasan dapat mendorong usaha dan hasil belajar. Tetapi kecemasan
yang berlebihan dapat menurunkan kegairahan dan hasil belajar. Siswa
yang telah memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar jika mengalami
kecemasan dapat menurunkan motivasinya itu. Demikian juga dengan
siswa-siswa yang memiliki kecerdasan (IQ) rendah kalau mengalami
kecemasan menyebabkan usaha dan hasil belajar mereka menjadi
bertambah merosot. Tetapi kecemasan sangat berkesan untuk
meningkatkan usaha dan hasil belajar siswa yang bermotivasi rendah
dan yang memiliki kecerdasan tinggi.
6) Motivasi penguatan
Motivasi penguatan dapat ditimbulkan melalui diagram kemajuan
belajar murid, memberikan komentar pada setiap kertas tugas, ujian dan
pemeriksaan siswa dan memberikan penghargaan. Guru hendaklah
menjauhi pemahaman bahwa pemberian angka sebagai sumber utama
untuk menimbulkan motivasi penguatan, karena menitik-beratkan
pemberian angka dalam memotivasi siswa dapat menimbulkan
persaingan yang tidak sehat dan akan menimbulkan kecemasan di
dalam kelas.
7) Motivasi yang diarahkan oleh diri sendiri
Motivasi yang diarahkan oleh diri sendiri sangat berkesan dalam
meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Siswa-siswa ini
menunjukkan tingkah laku yang mandiri dalam belajar dan mempunyai
sistem nilai yang baik yang melatarbelakangi tingkah laku mereka itu.
Pembentukan sistem nilai-nilai yang menjadi tanggung jawab guru pada
setiap siswa, sehingga siswa-siswa memiliki motivasi yang diarahkan
oleh diri sendiri adalah sangat penting. Bagi siswa-siswa yang telah
memiliki motivasi yang diarahkan oleh diri sendiri, guru hanya perlu
memberikan pelayanan yang sesuai dengan tuntutan aktivitas belajar
mereka.(www.geocities.com/usrafidi/motivasi.html.33k, 10 Mei 2009).
13
2. Pembelajaran IPS
a. Pengertian IPS
Menurut Nursid Sumaatmaja (1997: 1.7) Ilmu Pengetahuan Sosial adalah
mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang kajiannya
mengintegrasikan bidang-bidang ilmu sosial dan humaniora.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah mata pelajaran yang mempelajari
kehidupan sosial yang didasarkan pada bahan kajian, geografi, ekonomi,
sosiologi, antropologi, tata negara, dan sejarah (Depdikbud, 1995/1996 : 139).
Dari pendapat di atas, Ilmu Pengetahuan Sosial adalah pengetahuan yang
mengkaji seluruh kehidupan sosial meliputi dua bahan kajian pokok, yaitu:
pengetahuan sosial dan sejarah. Bahan kajian pengetahuan sosial mencakup:
lingkungan sosial, alam, bumi, ekonomi dan pemerintah. Sedangkan bahan kajian
sejarah meliputi: perkembangan masyarakat Indonesia dari masa lampau hingga
masa kini.
Sebenarnya IPS yang disampaikan tidak bersifat keilmuan, bukan teori-
teori sosial atau ilmu-ilmu sosial melainkan hal-hal yang praktis yang berguna
bagi diri dan kehidupannya kini maupun kelak kemudian hari dalam berbagai
lingkungan serta aspek kehidupan. IPS lebih bersifat pengetahuan, sikap, dan
kemampuan mengenai “seni kehidupan” dalam berbagai aspek dan kurun waktu.
Pembelajaran IPS di kelas V meliputi pengetahuan sosial dan sejarah.
Pengetahuan sosial untuk anak Sekolah Dasar lebih banyak dititikberatkan pada
dunia siswa dan lingkungannya. Sedangkan konsep sejarah diajarkan dalam
rangka pembekalan pengetahuan dan penghayatan siswa mengenai kehidupan
masa lampau yang bermanfaat bagi diri siswa dalam kehidupan saat ini maupun
yang akan datang. Selain itu juga untuk menanamkan kesadaran cinta berbangsa
dan bernegara serta rasa bangga pada tanah airnya.
b. Karakteristik mata pelajaran IPS
14
Setiap mata pelajaran mempunyai karakteristik yang khas. Demikian juga
halnya dengan mata pelajaran IPS. Adapun karakteristik mata pelajaran IPS
adalah sebagai berikut :
1) Mata pelajaran IPS khususnya mendeskripsikan perjuangan para tokoh
pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang terkait dengan masa
lampau berisi peristiwa. Sementara materi pokok pembelajaran IPS
adalah produk masa kini berdasarkan sumber sejarah yang ada. Oleh
karena itu dalam pembelajaran IPS harus lebih cermat, kritis,
berdasarkan sumber-sumber dan tidak memihak menurut kehendak
sendiri dan kehendak pihak-pihak tertentu.
2) Dalam sejarah ada tiga unsur penting, yaitu manusia, ruang dan waktu.
Dengan demikian dalam mengembangkan pembelajaran sejarah harus
selalu diingat siapa pelaku, dimana dan kapan peristiwa itu terjadi.
3) Perspektif waktu meliputi masa lampau, masa sekarang dan masa yang
akan datang, sehingga dalam mendesain materi pokok pembelajaran
IPS dapat dikaitkan dengan persoalan masa kini dan masa depan.
4) Sejarah ada prinsip sebab akibat artinya peristiwa yang satu diakibatkan
oleh peristiwa lainnya.
5) Pada hakekatnya mata pelajaran IPS khususnya materi pokok
mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan
Belanda dan Jepang adalah suatu peristiwa sejarah dan perkembangan
masyarakat yang menyangkut berbagai aspek politik, ekonomi, sosial,
budaya, agama, dan keyakinan. Oleh karena itu dalam memahami
sejarah harus dengan multidimensional.
c. Fungsi IPS
Pengajaran pengetahuan sosial di SD berfungsi mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan dasar untuk melihat kenyataan sosial yang dihadapi
siswa dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan pengajaran sejarah berfungsi
menumbuhkan rasa kebangsaan dan bangga terhadap perkembangan masyarakat
Indonesia sejak masa lalu hingga kini (Depdikbud, 1995 : 139). Berdasarkan
15
fungsi IPS seperti tersebut diatas maka siswa dapat mengembangkan pengetahuan
dan keterampilan untuk melihat kenyataan siswa dalam kehidupan sehari-hari dan
menumbuhkan rasa bangga sebagai bangsa Indonesia.
d. Tujuan Pembelajaran IPS
Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut :
1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat.
2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat local, nasional dan global. (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006: 162).
e. Ruang lingkup pembelajaran IPS
Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
1) manusia, tempat dan lingkungan; 2) waktu, keberlanjutan, dan perubahan; 3)
sistem sosial dan budaya; 4) perilaku ekonomi dan kesejahteraan (BSNP, 2006:
163).
Sedangkan ruang lingkup pengajaran sejarah meliputi: sejarah lokal,
kerajaan-kerajaan di Indonesia, tokoh dan peristiwa, bangunan bersejarah,
Indonesia pada zaman penjajahan Portugis, Spanyol, Belanda dan Jepang serta
beberapa peristiwa penting masa kemerdekaan (Depdikbud, 1995 : 151).
f. Materi pokok pembelajaran IPS
Untuk memperjelas materi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di
kelas V semester II Sekolah Dasar berikut dikemukakan rincian berdasarkan
Badan Standar Nasional Pendidikan (2006: 167) adalah sebagai berikut:
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
16
2. Menghargai peranan tokoh
pejuang dan masyarakat dalam
mempersiapkan dan
mempertahankan kemerdekaan
Indonesia.
2.1 Mendeskripsikan perjuangan para
tokoh pejuang pada masa
penjajahan Belanda dan Jepang.
2.2 Menghargai jasa dan peranan
tokoh perjuangan dalam
mempersiapkan kemerdekaan
Indonesia.
2.3 Menghargai jasa dan peranan
tokoh dalam memproklamasikan
kemerdekaan.
2.4 Menghargai perjuangan para
tokoh dalam mempertahankan
kemerdekaan.
Uraian lengkap materi IPS menurut Thayeb dkk (2006: 115-169) adalah
sebagai berikut :
1) Mendiskripsikan Perjuangan Para Tokoh Pejuang Pada Masa Penjajah
Belanda dan Jepang
a) Penjajahan Belanda di Indonesia
(1) Jatuhnya Nusantara ke dalam Kekuasaan Pemerintah Belanda
Tahun 1596 bangsa Belanda di bawah pemimpin Cornelis de
Houtman berlabuh di Banten. Mereka datang untuk berdagang
rempah-rempah diantaranya di Kepulauan Maluku. Itulah
sebabnya pada tahun 1602, Belanda mendirikan kongsi dagang
yang disebut Yerenigde Oost lndische Compagnie (VOC),
artinya kongsi dagang Belanda di India Timur. VOC
memaksakan sistem monopoli. Tujuan VOC berdagang
mencari kekayaan, menunjukkan bahwa bangsa Belanda
terhormat, dan menyebarkan agama Nasrari.
Penyebab VOC dengan mudah dapat menguasai daerah-daerah
di Indonesia antara lain adalah sebagai berikut.
17
(a) Tidak ada persatuan antara raja-raja di Indonesia.
(b) Peralatan perang VOC lebih lengkap dan lebih baik.
(c) VOC menjalankan politik perang, perjanjian, adu domba,
dan memecah belah kekuatan raja-raja Indonesia.
(d) Dalam bidang ekonomi perdagangan, VOC menggunakan
sistem monopoli, verplichte leveranties (penjualan wajib),
dan contingenten (penyerahan wajib) dari para penguasa
Indonesia, khususnya di Jawa.
(2) Sistem Kerja Paksa dan Penarikan Pajak yang Memberatkan
Rakyat
Kompeni dapat menguasai Nusantara. Di Kepulauan Maluku
rakyat dipaksa dan dibatasi dalam menanam rempah-rempah.
(3) Perjuangan Para Tokoh Daerah dalam Upaya Mengusir
Penjajah Belanda
Penderitaan rakyat membangkitkan perlawanan terhadap
penjajahan di berbagai daerah di Indonesia. Berikut ini
beberapa contoh perlawanan rakyat tersebut.
(a) Perlawanan Pattimura atau Thomas Matulessi (1817),
terjadi di Saparua, Maluku. Perlawanan rakyat maluku
muncul karena tindakan sewenang-wenang belanda.
Dibawah pimpinan patimura, pada tanggal 16 mei 1817
rakyat maluku menyerbu Benteng Duurstede. Kekuatan
belanda dapat dilumpuhkan dan Van Den Berg mati
terbunuh. Peranjg semakin meluas ke berbagai daerah
seperti Ambon, Seram, Hitu, dan lain-lain. Karena
kekalahan itu belanda mengirim pasukan yang lebih besar
di bawah pimpinan Laksamana Buykes. Karena kekuatan
yang tidak seimbang akhirnya Patimura dan pejuang
lainnya dapat ditangkap. Dia dibantu oleh Srikandi
Maluku, Christina Martha Tiahahu. Namun perlawanan itu
18
dapat dipadamkan dengan kejam oleh Van der Capellen,
pemimpin pasukan Belanda.
(b) Perlawanan Kaum Paderi (1821-1837), terjadi di
Minangkabau, Sumatera Barat. Perang Paderi terjadi
karena kaum adat meminta bantuan kepada belanda
sehingga belanda dapat menduduki beberapa daerah di
Sumatra Barat. Kedatangan belanda tidak di sambut baik
oleh kaum paderi. Akhirnya meletuslah pertempuran
antara kaum paderi dengan belanda. Pahlawan-pahlawan
perang Paderi adalah Imam Bonjol, Tuaku Nan Receh,
Tuanku Tambuse, dan Tuanku nan Cerdik. Namun karena
kalah dalam segala hal, Imam Bonjol menyerah pada
tanggal 28 Oktober 1837. Beliau dibuang ke Cianjur,
kemudian dipindahkan ke Ambon, kemudian dipindahkan
ke Minahasa, dan pada tanggal 6 November 1864
meninggal dunia.
(c) Perang Diponegoro atau Perang Jawa (1825-1830), terjadi
di Jawa Tengah. Diponegoro adalah seorang bangsawan
Jawa, putra Imam Bonjol Sultan Hamengku Buwana II
(Sultan Sepuh). Perang meletus pada tanggal 20 Juli 1825
dan berakhir 28 Maret 1830, Diponegoro dapat ditangkap
di Magelang karena akal licik De Kock ketika sedang
mengadakan perundangan. Beliau kemudian dibuang ke
Manado lalu ditempatkan di Benteng Rotterdam di
Makassar, sampai meninggal dunia 8 Januari 1855.
(d) Perang Aceh (1873-1904), terjadi di daerah Aceh. Para
panglima perang Aceh yang terkenal adalah Teuku Umar,
Teuku Panglima Polem, Cut Meutiah, Cut Nya Dien (istri
Teuku Umar), dan Tengku Mohammad Dawod (Sultan
Aceh). Belanda melakukan serangan umum ke Aceh
Besar, Pidie, Samalanga, dan Meulaboh. Teuku Umar
gugur dalam pertempuran di Meulaboh (10 Februari
1899). Pertempuran dilanjutkan oleh istrinya, Cut Nya
19
Dien, dan saudara sepupunya Cut Meutiah. Panglima
Polem akhirnya menyerah pada 6 September 1903 yang
diikuti oleh para pimpinan perang yang lain di
Lhokseumawe. Berakhirlah Perang Aceh yang menelan
banyak korban nyawa dan harta benda tersebut.
(e) Perlawanan di daerah lain. Di Banjarmasin, Belanda
menghadapi perlawanan Pangeran Antasari yang dibantu
oleh Surapati dari Jawa (1863). Kemudian, disusul
penguasaan atas pulau-pulau Sumbawa (1875), Seram
(1904), Flores (1908), serta Bone (1905-1908). Di
Tapanuli, Belanda harus menghadapi perlawanan Si
Singamangaraja. Namun, pada tahun 1907 pasukan Si
Singamangaraja dapat dihancurkan oleh pasukan
Christoffel. Nasib Si Singamangaraja tidak diketahui.
b) Pendudukan Jepang di Indonesia
Tanggal 8 Desember 1941 Perang Pasifik atau Perang Asia Timur
Raya pecah. Jepang menyerang Hawai, Amerika Serikat.
Selanjutnya, Jepang menyerbu ke Asia Timur dan Asia Tenggara.
Indonesia dapat dikuasai oleh Jepang pada tahun 1942. Pemerintah
Belanda yang sudah lemah dengan mudah dihancurkan oleh
pasukan Jepang. Jepang berkuasa di Indonesia. Harapan rakyat
Indonesia, Jepang lebih baik dari Belanda.
Kesempatan baik itu dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh Jepang.
Jepang berpropaganda. Semboyan Jepang untuk menarik hati
rakyat Indonesia adalah Gerakan Tiga A yaitu Jepang Pelindung
Asia, Jepang Pemimpin Asia, dan Jepang Cahaya Asia. Inilah
gerakan resmi (legal) Jepang. Pemimpin diambil dari orang
Indonesia, yaitu Mr. Syamsudin. Di samping itu dibentuk pula
Pemuda Asia Raya, di bawah Sukarjo Wiryopranoto. Pemuda Asia
Raya kemudian diganti menjadi Seinendan tanggal 29 April 1942.
Sebagai tenaga penggerak seluruh rakyat Indonesia diangkat Empat
Serangkai yaitu Bung Karno, Bung Hatta, Ki Hajar De wantara,
20
dan KH. Mas Mansyur. Empat Serangkai ini kemudian membentuk
Putera (Pusat Tenaga Rakyat) tanggal 3 Mei 1942, setelah gerakan
Tiga A dibubarkan.
Pengerahan tenaga rakyat untuk kepentingan perang ditingkatkan.
Banyak di antara mereka yang mati kelaparan, kepayahan,
penyakit, atau karena siksaan tentara Jepang. Selanjutnya, fujinkai
dibentuk tanggal 3 November 1943. Fujinkai terdiri dari para
wanita yang dipekerjakan di garis belakang, di dapur umum, dan
tenaga kesehatan (PPPK). Di sekolah, murid-murid dilatih olahraga
perang.
Atas permintaan para pemimpin Indonesia, seperti R. Gatot
Mangkupraja, K.H. Mas Mansyur, dan Ir. Sukarno, dibentuk
Tentara Pembela Tanah Air (Peta) pada tanggal dilatihlah calon-
calon daidantjo (kepala pasukan) dan sjodantjo (kepala regu) untuk
melatih calon-calon prajurit Peta di bawah pemimpin dan
pengawasan para opsir Jepang.
Di samping Peta, Jepang juga membentuk Heiho (pembantu
tentara). Bila Peta bertugas membela daerahnya masing-masing,
maka Heiho bertugas membantu Jepang bila dibutuhkan.
Menginjak tahun 1944, pihak Sekutu mulai mendapatkan
kemenangan-kemenangan terhadap Jepang. Dalam situasi gawat
ini, Jepang berusaha memperkuat garis belakang dengan
membentuk satu organisasi besar yang didukung oleh seluruh
rakyat Jawa. Dibentuklah Jawa Hoko Kai (Himpunan Kebaktian
Rakyat Jawa) pada 1 Maret 1944. Putera dilebur ke dalam badan
tersebut. Dari golongan Islam, Jepang membentuk Miai (Majelis
Islam ala Indonesia) pada 28 Oktober 1943, tetapi pada 22
November 1944 diganti menjadi Masyumi (Majelis Syura
Muslimin Indonesia). Dari Masyumi dibentuklah barisan Hisbullah
pada Desember 1944.
21
Sejak 10 Desember 1944 diadakan gerakan pengumpulan emas
permata milik penduduk untuk kepentingan perang dan
kemenangan akhir.
Kaum muda revolusioner, seperti Adam Malik, Wikana, Darwis,
Sukarni, dan Chairul Saleh mengikuti jejak para pemimpin mereka
yaitu Bung Karno dan Bung Hatta. Mereka menyebar dan
menyusup ke dalam jawatan dan instansi Jepang. Ada yang
menyusup sebagai pegawai domei (kantor berita) dan sendenbu
(jawatan propaganda) Jepang. Di sinilah para pemuda tadi menjadi
penuntun dan telinga bagi perjuangan nasional yang dipimpin oleh
Bung Karno dan Bung Hatta. Dari situlah para pemuda mendengar
Perang Pasifik, juga kedudukan Jepang semakin terjepit sejak 1944.
Jepang menjanjikan dokuritzu (kemerdekaan) kepada Indonesia di
kemudian hari. Sejak September 1944 lagu kebangsaan Indonesia
Raya boleh dikumandangkan di samping Kimigayo, lagu
kebangsaan Jepang. Sang Merah Putih boleh dikibarkan di samping
Hinomaru, bendera kebangsaan Jepang.
c) Akibat Romusa terhadap Penduduk Indonesia
Selama masa pendudukan Jepang, rakyat Indonesia sangat
menderita. Ternyata Jepang dan Belanda sama saja. Keduanya
adalah penjajah yang memeras dan menguras tenaga dan kekayaan
alam Indonesia. Ribuan rakyat Jawa dan Bali dikirim ke Malaya
dan Burma sebagai romusa untuk kerja paksa membuat benteng
dan jalan-jalan perang. Mereka banyak yang mati kelaparan,
kepayahan, karena siksaan, dan terkena penyakit.
Janji Jepang bahwa kemakmuran milik bersama hanya janji belaka.
Yang terjadi adalah rakyat kelaparan dan tanpa pakaian, sawah dan
ladang tidak terpelihara karena tenaga laki-laki dikerahkan untuk
romusa. Kekayaan penduduk diambil untuk kepentingan perang.
Apabila melawan, Jepang siap memberi hukuman berat. Akibatnya
ekonomi rakyat menjadi rusak berat. Tiga setengah tahun rakyat
Indonesia diisap habis-habisan oleh Jepang.
22
2) Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan
kemerdekaan Indonesia
Badan Penyelidik Usaha-Usahan Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI) dibentuk pada tanggal 1 Maret 1945. Tugas
pokoknya ialah menyiapkan organisasi pemerintah yang akan
menerima kemerdekaan dari pemerintah Jepang. Ketua BPUPKI
ialah Widyodiningrat dan wakil ketua adalah Raden Panji Santoso.
Pada tanggal 9 Agustus 1945, diumumkan pembentukan PPKI.
Ketuanya adalah Ir. Soekarno. Peristiwa Rengasdengklok pada
tanggal 16 Agustus 1945 terjadi karena adanya perbedaan pendapat
antara para pemuda dengan Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta
untuk menentukan waktu Proklamasi kemerdekaan. Bunga Karno,
Bung Hatta, PKKI, dan para tokoh pemuda membicarakan
persiapan Proklamasi kemerdekaan Indonesia di rumah Laksana
Muda Maeda, Jl. Imam Bonjol No. 1 Jakarta. Proklamasi
kemerdekaan Indonesia dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus
1945 pukul 10 pagi, bertempat di Jl. Pegangsaan Timur No. 56,
Jakarta. Proklamasi dibacakan oleh Ir. Soekarno dan didampingi
oleh Bung Hatta.
3) Menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan
kemerdekaan
a) Ir. Soekarno
Ir. Soekarno sangat berperan dalam usaha perjuangan
mempertahankan kemerdekaan yang antara lain sebagai
berikut:
(1) Pada tanggal 29 Agustus 1945, Presiden Soekarno
membentuk BKR (Badan Keamanan Rakyat). Tujuan
pembentukan BKR adalah untuk menjaga dan memelihara
keamanan serta ketertiban di daerah-daerah Republik
Indonesia. Anggota BKR terdiri dari bekas anggota PETA,
HEIHO, Barisan Pemuda, Polisi, dan sebagainya.
23
(2) Pada tanggal 19 September 1945, Ir. Soekarno melakukan
pidato pada rapat raksasa yang diselenggarakan di
Lapangan IKADA (Ikatan Altetik Jakarta), sekarang
disebut Monas.
(3) Ketika Sekutu menduduki Indonesia, Ir. Soekarno berkala-
kali melakukan perundangan dengan mereka.
(4) Setelah Agresi Militer Belanda II, Ir. Soekarno sempat
memberikan mandat kepada Menteri Kemakmuran,
Syafrudin Prawiranegara, untuk mendirikan Pemerintah
Darurat Republik Indonesia (PDRI).
(5) Ketika Republik Indonesia menjadi negara serikat, Ir.
Soekarno dipercaya sebagai Presiden RIS. Kemudian ketika
Republik Indonesia Serikat kembali ke bentuk republik, Ir.
Soekarno dipercaya sebagai presiden Republik Indonesia.
b) Drs. Moh. Hatta
Drs. Moh. Hatta lahir pada tanggal 12 Agustus 1902 di Bukit
Tinggi, Sumatera Barat. Jika Ir. Soekarno adalah insinyur
teknik, Drs. Moh. Hatta adalah seorang ahli ekonomi. Sebagai
ahli ekonomi, Drs. Moh. Hatta berhasil mendirikan koperasi di
Indonesia. Atas jasa-jasanya di bidang koperasi ini, beliau
diangkat sebagai Bapak Koperasi Indonesia.
Drs. Moh. Hatta sangat berperan dalam usaha perjuangan
mempertahankan kemerdekaan Indonesia diantaranya adalah
sebagai berikut:
(1) Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta dikenal sebagai Dwi
Tunggal. Mereka berdua selalu bersatu dalam perjuangan
mengusir penjajah dari bumi Indonesia.
(2) Drs. Moh. Hatta diangkat menjadi wakil Presiden,
mendampingi Ir. Soekarno ketika Republik Indonesia
berbentuk serikat, Drs. Moh. Hatta menjabat sebagai
perdana Menteri Republik Indonesia Serikat. Kemudian
24
ketika bentuk negara Indonesia berubah kembali menjadi
republik, ia dipercaya lagi menjadi wakil presiden Republik
Indonesia.
(3) Saat berlangsung Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den
Haag Belanda, Drs. Moh. Hatta menjadi pemimpin utusan
Indonesia. Kemudian pada bulan Desember 1949, ia
kembali ke Belanda untuk menandatangani naskah
pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda.
c) Mr. Ahmad Soebardjo
Mr. Ahmad Soebardjo termasuk tokoh penting dalam sejarah
perjuangan Indonesia dalam memproklamasikan kemerdekaan.
Ia terkenal sebagai konseptor naskah teks proklmasi dan
pembukaan UUD 1945. berikut adalah riwayat Mr. Ahmad
Soebardjo dalam peristiwa Proklamasi.
(1) Anggota Panitia Kecil atau Panitia Sembilan yang berhasil
merumuskan Piagam Jakarta dan juga sebagai anggota
PPKI.
(2) Mr. Ahmad Soebardjo berhasil menjembatani perbedaan
pendapat antara golongan muda dan golongan tua di
Rengasdengklok. Pada akhirnya, kedua golongan ini
bersatu untuk bersama-sama membahas persiapan
Proklamasi kemerdekaan Indonesia di Jakarta, melalui
sidang PPKI yang anggotanya ditambah wakil dari para
Pemuda.
(3) Mr. Ahmad Soebardjo juga merupakan konseptor yang ikut
menyumbangkan pikirannya dalam penyusunan naskah
Proklamasi kemerdekaan, yaitu pada kalimat pertama
berbunyi: “Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan
kemerdekaan Indonesia.
d) Fatmawati
Fatmawati adalah istri Presiden Soekarno. Ia lahir di Bengkulu
tahun 1923. Beliau wafat pada tahun 1980. Fatmawati selalu
25
mendampingi Presiden Soekarno dalam banyak kegiatan
kenegaraan maupun kegiatan keluarga. Ia juga yang menjahit
bendera Merah Putih yang dikibarkan pada jam 10.00 WIB di
Pegangsaan Timur Nomor 56, Jakarta. Untuk mengabdikan
jasa-jasanya, nama Fatmawati dijadikan rumah sakit di Jakarta
Selatan.
3. Pendekatan Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Menurut Mohamad Nur (2005 :1) “pembelajaran kooperatif merupakan
teknis-teknis kelas praktis yang dapat digunakan guru setiap hari untuk membantu
siswanya belajar setiap mata pelajaran, mulai dari keterampilan dasar sampai
pemecahan masalah yang kompleks. Johnson dan Johnson (1996 : 4) “cooperative
learning adalah bekerja sama untuk mencapai tujuan”. Slavin (1997 : 5)
menjelaskan bahwa “pendekatan cooperative learning adalah suatu pendekatan
dimana para siswa bekerja sama dalam kelompok kecil untuk saling membantu
satu sama lain dalam belajar”. Sejalan dengan pendapat di atas Yakobs (1999 : 5)
menyatakan bahwa “cooperative learning adalah pendekatan dalam pengajaran
yang membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil untuk bekerja sama dan
saling membantu menyelesaikan tugas-tugas pelajaran”.
Cooperative learning is a strategy which involves students in established,
sustained learning groups or teams. The group work is an integral part of, not an
adjunct to, the achievement of the learning goals of the class.
Belajar Kooperatif adalah strategi yang melibatkan siswa di didirikan,
kelompok belajar berkelanjutan atau tim. Kerja kelompok merupakan bagian
integral dari, bukan tambahan bagi, pencapaian tujuan belajar kelas.
http://learning and teaching.dal.ca./taguide/what is coopertive learning.html
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan
bahwa metode pembelajaran cooperative learning adalah suatu bentuk pendekatan
pembelajaran dengan membagi siswa dalam kelompok kecil, dimana siswa
26
bekerja sama untuk memaksimalkan pemahaman mereka tentang materi
pembelajaran dalam menyelesaikan tugas-tugas pelajaran.
b. Elemen-Elemen Pembelajaran Kooperatif
Menurut Abdurrahman (1997 : 5) terdapat 4 elemen dasar yang
memungkinkan terciptanya belajar kooperatif, yaitu :
1) Saling ketergantungan positif
Saling ketergantungan positif merupakan proses pembelajaran
kooperatif dimana guru menciptakan suasana yang mendorong siswa
merasa saling membutuhkan satu sama lain. Saling ketergantungan
positif dapat dicapai melalui saling ketergantungan: 1) tujuan; 2) bahan;
3) peran dan 4) hadiah.
2) Interaksi tatap muka
Interaksi tatap muka dengan melakukan dialog tidak hanya dengan guru
tetapi dengan sesama teman sehingga memungkinkan para siswa
menjadi sumber belajar. Interaksi tatap muka memungkinkan
terciptanya belajar yang bervariasi sehingga mengoptimalkan
pencapaian hasil belajar.
3) Akuntabilitas individu
Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar
kelompok kecil. Meskipun demikian penilaian diajukan untuk
mengetahui penguasaan materi pelajaran tiap-tiap individu/ anggota
kelompok.
4) Keterampilan menjalin hubungan interpersonal
Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan sosial berarti tenggang
rasa, kerja sama, bersikap sopan terhadap teman, mengkritik ide, berani
mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri
dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan
interpersonal.
c. Manfaat Pendekatan Pembelajaran Kooperatif
Manfaat Pembelajaran Kooperatif adalah :
1) Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas
27
2) Rasa harga diri lebih tinggi 3) Memperbaiki sikap terhadap tugas dan sekolah 4) Memperbaiki kehadiran 5) Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar 6) Perilaku yang mengganggu lebih kecil 7) Konflik antar pribadi berkurang 8) Sikap apatis berkurang 9) Pemahaman lebih mendalam 10) Motivasi lebih besar 11) Hasil belajar lebih tinggi 12) Meningkatkan kebiasaan budi pekerti, kepekaan dan toleransi (Astuti
dan Supriyadi, 2003 : 8).
d. Jenis – jenis Pembelajaran Kooperatif
Ada empat metode yang biasa digunakan oleh guru, (Sugiyanto, 2008:42-
54) keempat metode tersebut adalah sebagai berikut:
1) Metode STAD (Student Teams Achievement Division)
Metode STAD dikembangkan oleh Robert Salvin dan Kawan-kawan
dari Universitas John Hopkins. Metode ini dipandang paling sederhana
dan paling langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatatif. Para
guru menggunakan metode STAD untuk mengajarkan informasi
akademik baru kepada siswa setiap minggu, baik melalui penyajian
verbal maupun tertulis.
2) Metode GI (Group Investigation)
Metode GI melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam
menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui
investigasai. Metode ini menuntut siswa untuk kemampuan yang baik
dalam berkomunikasi maupun keterampilan proses memiliki kelompok
(group process skills).
3) Metode Jigsaw
Melalui metode Jigsaw kelas dibagi menjadi beberapa tim yang
anggotanya terdiri dari 5 atau 6 siswa dengan karakteristik yang
heterogen. Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks,
dan tiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari
bahan akademik tersebut.
28
4) Metode Stuktural
Metode Stuktural dikembangkan oleh Spencer Kagan dan
kawan-kawan. Meskipun memiliki banyak kesamaan dengan metode
lainnya, metode struktural menekankan pada struktural-struktur khusus
yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa.
Berbagai struktur tersebut dikembangkan dengan maksud menjadi
alternatif dari berbagai struktur kelas yang lebih tradisional. Ada
struktur yang memiliki tujuan umum untuk meningkatkan penguasaan
isi akademik dan ada pula stuktur tujuannya untuk mengajarkan
keterampilan sosial. Beberapa teknik dari metode stuktural antara lain
bertukar pasangan, berkirim salam dan soal bercerita berpasangan, dua
tinggal dua tamu, keliling kelompok, kancing gemerincing, dan index
card match (mencari pasangan). Pembelajaran kooperatif index card
match penulis bahas secara khusus karena pendekatan ini yang penulis
gunakan dalam penelitian.
e. Pembelajaran Kooperatif Index Card Match
Menurut Hisyam Zaini, dkk (2004 : 69) “model index card match
(mencari pasangan) adalah strategi yang cukup menyenangkan yang digunakan
untuk mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya”. Namun demikian,
materi barupun tetap bisa diajarkan dengan strategi ini dengan catatan siswa diberi
tugas mempelajari topik yang diajarkan terlebih dahulu, sehingga ketika masuk
kelas siswa sudah memiliki bekal pengetahuan. Sedangkan menurut Lorna Curran
dalam Anita Lie (2002: 54) Teknik belajar mencari pasangan yaitu siswa mencari
pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang
menyenangkan.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kooperatif index card
match adalah strategi pembelajaran yang menyenangkan dimana siswa dapat
belajar mengenai suatu konsep dengan cara mencari pasangan
29
Adapun prosedur pembelajaran kooperatif index card match sebagai
berikut :
1) Membuat potongan-potongan kertas sebanyak jumlah siswa yang ada
dalam kelas
2) Kertas tersebut dibagi menjadi dua bagian yang sama dan diberi kode
3) Pada separoh bagian, ditulis pertanyaan materi yang akan diajarkan.
Setiap kertas berisi satu pertanyaan.
4) Separoh kertas yang lain, ditulis jawaban dengan kata kunci saja dari
pertanyaan-pertanyaan yang dibuat
5) Semua kertas dikocok, sehingga akan tercampur antara soal dan
jawaban
6) Setiap siswa diberi satu kertas. Pemberian penjelasan bahwa ini adalah
aktivitas yang dilakukan berpasangan. Separoh siswa akan mendapat
soal dan separoh yang lain akan mendapat jawaban
7) Siswa diminta untuk menemukan pasangannya. Jika ada yang sudah
menemukan pasangan, mereka diminta duduk berdekatan dan
menganalisa soal serta jawaban dan tugas siswa mengembangkan
jawaban tersebut. Guru meminta agar mereka tidak diberitahu materi
yang mereka dapatkan kepada teman lain dengan tujuan agar siswa
fokus terhadap materinya masing-masing.
8) Setelah siswa menemukan pasangan dan duduk berdekatan lalu
mendiskusikan jawaban tersebut dengan pasangannya. Setiap pasangan
bergantian untuk membacakan soal yang diperoleh, dengan kertas dan
dijawab oleh pasangannya dengan pengembangan jawaban hasil
diskusi. Siswa lain menanggapi hasil diskusi teman.
9) Diakhir proses pembelajaran, siswa dengan bimbingan guru membuat
kesimpulan.
f. Kelebihan-kelebihan pembelajaran kooperatif index card match
1) Meningkatkan partisipasi anak
2) Cocok untuk tugas sederhana
30
3) Lebih banyak kesempatan untuk konstribusi masing-Masing anggota
kelompok
4) Interaksi lebih mudah
5) Lebih mudah dan cepat dalam membentuk kelompok
g. Kelemahan-kelemahan pembelajaran kooperatif index card match
1) Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor
2) Lebih sedikit ide yang muncul
3) Jika ada perselisihan tidak ada penengah
h. Pola pembelajaran index card match
yang peneliti gunakan secara operasional adalah sebagai berikut :
1) Membuat potongan-potongan kertas sebanyak jumlah siswa yang ada
dalam kelas
2) Kertas tersebut dibagi menjadi dua bagian yang sama dan diberi kode
3) Pada separoh bagian, ditulis pertanyaan materi yang akan diajarkan.
Setiap kertas berisi satu pertanyaan.
4) Separoh kertas yang lain, ditulis jawaban dengan kata kunci saja dari
pertanyaan-pertanyaan yang dibuat
5) Semua kertas dikocok, sehingga akan tercampur antara soal dan
jawaban
6) Guru mengajak siswa keluar kelas, setiap siswa diberi satu kertas.
Pemberian penjelasan bahwa ini adalah aktivitas yang dilakukan
berpasangan. Separoh siswa akan mendapat soal dan separoh yang lain
akan mendapat jawaban
7) Siswa diminta untuk menemukan pasangannya. Jika ada yang sudah
menemukan pasangan, mereka diminta duduk berdekatan dan
menganalisa soal serta jawaban dan tugas siswa mengembangkan
jawaban tersebut.
8) Bagi siswa yang menemukan pasangan paling awal duduk deretan yang
paling depan.
9) Setelah siswa menemukan pasangan dan duduk berdekatan lalu
mendiskusikan jawaban tersebut dengan pasangannya. Setiap pasangan
31
bergantian untuk membacakan soal yang diperoleh, dengan kertas dan
dijawab oleh pasangannya dengan pengembangan jawaban hasil
diskusi. Siswa lain menanggapi hasil diskusi teman.
10) Diakhir proses pembelajaran, siswa dengan bimbingan guru membuat
kesimpulan.
11) Guru memberikan pemantapan materi yang telah disampaikan pada saat
pembelajaran.
i. Langkah-langkah kooperatif index card match Step 1
Organize your sources by creating bibliography cards. You will want the usual biographical information (in a format like MLA), such as the name of the author and the name of the work. Include the library shelf number and the format of the item, such as book, video or audio tape. Complete cards for each work by a single author.
1. Step 2
Create note cards based on information garnered from the sources in your bibliography cards. These notes can contain items like quotes, paraphrases or your own comments regarding the material. Try to limit the scope of each card to a particular topic within the overall project. Cards that range too widely are of little use. The point is to create manageable bites that can be later merged into a paper or book.
2. Step 3
Add a keyword or nickname for a particular source to all the note cards that contain information covered by that source.
3. Step 4
Organize your note cards and create an outline for your project.
1. Langkah 1
Atur sumber dengan membuat kartu bibliografi. Anda akan ingin informasi
biografis biasa (dalam format seperti MLA), seperti nama penulis dan nama
pekerjaan. Sertakan nomor rak perpustakaan dan format item, seperti buku, video
atau rekaman audio. Lengkap kartu untuk setiap karya penulis tunggal.
32
2. Langkah 2
Kartu Buat catatan berdasarkan informasi dari sumber dikumpulkan di kartu
bibliografi Anda. Catatan ini dapat berisi item seperti tanda kutip, parafrase atau
komentar Anda sendiri tentang materi. Cobalah untuk membatasi ruang lingkup
setiap kartu untuk topik tertentu dalam keseluruhan proyek. Kartu yang terlalu
luas rentang yang banyak gunanya. Intinya adalah untuk menciptakan gigitan
dikelola yang dapat kemudian bergabung ke dalam kertas atau buku.
3. Langkah 3
Tambahkan kata kunci atau nama panggilan untuk sumber tertentu untuk
semua kartu catatan yang berisi informasi yang tercakup oleh sumber itu.
4. Langkah 4
Mengatur kartu catatan Anda dan membuat garis besar untuk proyek Anda.
Http://www.ehow.com/how_60222498_format-index-cards.html
B. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Bambang Budi Utama, S.Pd dengan judul
“Motivasi Menambah Jam Belajar Untuk Menghadapi UAS pada SD
Negeri Potronayan 1 Nogosari Boyolali”, yang menunjukkan bahwa ada
hubungan yang positif antara motivasi menambah jam belajar siswa
dengan persiapan menghadapi UAS pada SD Negeri Potronayan 1
Nogosari Boyolali
2. Penelitian Puji Astuti dan Supriadi, tahun 2004 “ Peningkatan Prestasi
Belajar Mahasiswa dalam Mata Kuliah Ilmu Produksi Ternak Unggas
Melalui Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning pada
Akademik Peternakan Karanganyar”, yang menunjukkan bahwa ada
peningkatan prestasi belajar mahasiswa dalam mata kuliah Ilmu Produksi
Ternak Unggas melalui model pembelajaran Cooperative Learning pada
Akademik Peternakan Karanganyar.
33
C. Kerangka Pikir
Dalam pembelajaran IPS siswa memiliki motivasi belajar yang rendah.
Hal tersebut dikarenakan 1) Guru lebih menekankan pada terselesainya sejumlah
materi pembelajaran 2) Siswa dijadikan objek seperti “vas bunga” yang
dituangkan air sampai penuh. 3) Guru selalu mendominasi proses pembelajaran
dengan menggunakan metode ceramah, 4) Komunikasi pembelajaran hanya satu
arah, kurang adanya interaksi timbal balik antara guru dengan siswa.
Pembelajaran Kooperatif index card match adalah strategi pembelajaran
yang menyenangkan dimana siswa dapat belajar mengenai suatu konsep dengan
cara berpasangan. Adapun kelebihan pembelajaran kooperatif index card match :
1) Meningkatkan partisipasi anak
2) Cocok untuk tugas sederhana
3) Lebih banyak kesempatan untuk konstribusi masing-Masing anggota
kelompok
4) Interaksi lebih mudah
5) Lebih mudah dan cepat dalam membentuk kelompok
Dengan menggunakan pembelajaran Kooperatif index card match maka
motivasi belajar IPS siswa dapat meningkat.
34
Berdasarkan uraian di atas maka alur kerangka berpikir dapat
digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Tindakan
Dalam penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai
berikut : Proses pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran kooperatif
index card match dapat meningkatkan motivasi belajar IPS.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Kondisi Awal Dalam pembelajaran, guru masih menggunakan metode konvensional
Motivasi belajar IPS siswa rendah.
Dalam pembelajaran, guru menggunakan pendekatan pembelajaran Kooperatif Index Card Match
Tindakan
Motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS meningkat.
Kondisi Akhir
35
1. Tempat Penelitian
Suatu penelitian memerlukan tempat penelitian yang akan dijadikan
obyek untuk memperoleh data-data yang berguna untuk mendukung tercapainya
tujuan penelitian. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 03 Karangsari dengan
pertimbangan sebagai berikut:
a. Di SD Negeri 03 Karangsari terdapat sumber data yang diperlukan
peneliti sehingga memungkinkan untuk digunakan sebagai lokasi
penelitian, dan peneliti telah mengenal lingkungan sekolah tersebut
dengan baik.
b. Peneliti adalah guru kelas lima di SD Negeri 03 Karangsari, sehingga
tugas sebagai guru dan mahasiswa bisa saling menunjang, masalah yang
diteliti adalah masalah nyata yang dihadapi peneliti, serta meringankan
beban peneliti baik waktu, biaya maupun tenaga dalam melakukan
penelitian ini.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dibagi dalam tiga tahap yaitu tahap persiapan meliputi
usulan judul penelitian dan proposal selama satu bulan, tahap pelaksanaan
penelitian selama satu bulan, dan tahap finalisasi selama dua bulan. Dengan
demikian keseluruhan waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah selama
empat bulan. Penelitian diadakan pada semester II tahun pelajaran 2009 / 2010
dimulai pada bulan Januari 2010 sampai April 2010.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian tindakan kelas (Class Action Research) dilakukan pada
siswa kelas V sejumlah 20 siswa di SD Negeri 03 Karangsari Semester II Tahun
Pelajaran 2009/2010. Yang terdiri dari 10 anak laki-laki dan 10 anak perempuan.
36
C. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Informan, yaitu dari guru mitra (observer), siswa siswi kelas V SD Negeri 03
Karangsari, serta teman guru sejawat.
2. Dokumentasi dan arsip berkaitan dengan proses tindakan berupa angket
motivasi siswa.
3. Lembar observasi hasil penilaian proses dan perilaku proses tindakan.
4. Perekaman dengan menggunakan kamera untuk mengetahui proses
pembelajaran IPS dengan pendekatan pembelajaran kooperatif Index Card
Match.
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data menggunakan metode angket, observasi
dan wawancara, adapun metode angket, observasi dan wawancara digunakan
untuk :
Metode angket, observasi dan wawancara untuk mengetahui
peningkatan motivasi belajar IPS dengan pendekatan pembelajaran
pembelajaran kooperatif index card match.
Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi
langsung yang dilakukan oleh guru observer dengan mengamati secara
langsung kegiatan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Peneliti
menggunakan teman guru sebagai observer dengan maksud agar hasilnya
lebih objektif.
E. Analisis Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke
dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga ditemukan tema dan dapat
dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Jadi analisis data
37
dalam penelitian ini dilaksanakan setelah data diperoleh dengan cara mengurutkan
data yang telah dikumpulkan ke dalam kelompok tertentu.
Sedangkan model analisis yang peneliti gunakan adalah model silang
terjalin atau interaktif. Pengumpulan data, pengolahan data lebih jelasnya dalam
model ini ada tiga komponen analisis yaitu reduksi data, pengajian data dan
penarikan kesimpulan atau verifikasi dilakukan dalam bentuk interaktif dengan
proses siklus.
Dalam bentuk analisis ini, peneliti tetap bergerak dalam empat komponen
yaitu dari proses pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan atau verifikasi, yang dilakukan selama proses pengumpulan data
berlangsung:
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data menggunakan instrumen angket dan lembar
observasi adapun metode angket, observasi dan wawancara untuk
mengetahui peningkatan motivasi belajar IPS dengan pendekatan
pembelajaran pembelajaran kooperatif index card match.
2. Reduksi data
Reduksi data dengan memilih dan memilah data yang telah diperoleh di
lapangan mengenai motivasi belajar, dalam hal ini ditekankan pada hal-
hal pokok dan penting yang disusun secara sistematis. Data yang
direduksi dapat memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil
pengamatan, hal ini mempermudah peneliti untuk mencari kembali data
yang diperlukan.
3. Sajian data
Sajian data dengan membuat tabel meliputi : Aspek keaktifan siswa,
cara pemecahan masalah dan data motivasi siswa
.
4. Penarikan kesimpulan atau verifikasi
Kesimpulan atau verifikasi dalam penelitian ini diambil setelah
melakukan analisis. Analisisnya dengan menggunakan analisis
38
interaktif, kemudian disimpulkan. Kesimpulannya bahwa pembelajaran
kooperatif index card match dapat meningkatkan motivasi belajar IPS.
Gambar 2. Bagan Analisis Interaktif
F. Prosedur Penelitian
Pelaksanaan penelitian meliputi tiga siklus. Tiap siklus meliputi empat
kegiatan antara lain :
1. Siklus I, meliputi 4 tahap
a. Perencanaan Tindakan (Planning)
Perencanaan tindakan meliputi:
1) Penyusunan rencana atau model pembelajaran dengan membuat
skenario pembelajaran dengan pendekatan Index Card Match
2) Membuat potongan kertas sebanyak jumlah siswa.
3) Membuat pertanyaan dan jawaban yang diketik pada potongan
kertas. Jumlah pertanyaan sebanyak 10 soal dan jumlah jawaban
juga 10. Jawaban merupakan kata kunci.
4) Memberi label pada potongan kertas.
5) Penyusunan alat-alat evaluasi tindakan berupa: instrumen observasi
proses pembelajaran, angket siswa.
b. Pelaksanaan tindakan (Acting)
Pelaksanaan tindakan merupakan pelaksanaan rencana pembelajaran
siklus I yaitu:
Pengumpulan Data
Reduksi Data
Sajian Data
Kesimpulan / verifikasi
39
1) Guru menjelaskan aturan main dalam pembelajaran Index Card
Match.
2) Membagi kertas menjadi 2 bagian yang merupakan suatu
pertanyaan dan jawaban.
3) Membagikan kertas yang sudah diberi label kepada siswa.
4) Siswa diminta untuk mencermati isinya dengan materi pokok
Jaman Penjajahan Jepang.
5) Kemudian siswa mencari pasangan antara pertanyaan dan jawaban.
Siswa yang sudah menemukan pasangannya untuk duduk deretan
paling depan berdekatan.
6) Siswa secara berpasangan mencatat soal dan jawaban yang mereka
peroleh.
7) Siswa mendiskusikan kartu yang mereka peroleh.
8) Terakhir siswa mempresentasikan hasil diskusi mereka.
c. Observasi (Observing)
Pengamatan pelaksanaan pembelajaran dilakukan secara
kolaboratif dengan guru mitra dengan menggunakan instrumen
observasi guru mitra terhadap guru dan observasi guru mitra terhadap
siswa. Sumber data diperoleh dari guru mitra (kolaborator), siswa dan
proses pembelajaran. Hal-hal yang diamati meliputi kehadiran siswa,
tingkat motivasi belajar siswa, situasi dan keaktifan siswa dengan
strategi index card match, kondisi proses pembelajaran secara umum.
Cara penggunaan instrumen dan pengumpulan data:
1) Data tentang motivasi belajar IPS siswa dan data tentang kondisi
proses pembelajaran diperoleh dari lembar observasi guru mitra
terhadap guru, lembar observasi guru mitra terhadap siswa,
wawancara dengan siswa, wawancara dengan guru mitra, dan
angket motivasi siswa.
d. Refleksi
Dari langkah observasi akan diperoleh data yang bervariasi atau
multi data. Tindakan (intervensi) dikatakan berhasil jika analisis data
40
menunjukkan ketercapaian indikator-indikator yang telah ditetapkan
dalam tujuan penelitian.
Kegiatan guru setelah proses pembelajaran (reflecting) adalah:
Mencermati hasil pembelajaran dan mengkaji sejauh mana kompetensi
sudah dikuasai oleh siswa.
Dari hasil pengamatan dan diskusi dengan teman observer
maupun dengan siswa menunjukkan motivasi siswa belum signifikan
sehingga peneliti melanjutkan ke siklus II dengan memperbaiki
kekurangan yang ditemukan dalam proses pembelajaran siklus I.
2. Siklus II, meliputi 4 tahap, yaitu:
a. Perencanaan ulang (Re-planning)
Identifikasi masalah dalam siklus II sama dengan siklus I,
sedangkan intervensi pada siklus II merupakan penyempurnaan
intervensi siklus I, yaitu siswa secara berpasangan melakukan diskusi
kelompok. Adapun kegiatan yang dilakukan sebagai berikut:
1) Penyusunan rencana atau model pembelajaran dengan membuat
skenario pembelajaran dengan pendekatan Index Card Match
2) Membuat potongan kertas sebanyak jumlah siswa.
3) Membuat pertanyaan dan jawaban yang diketik pada potongan
kertas. Jumlah pertanyaan sebanyak 10 soal dan jumlah jawaban
juga 10. Jawaban merupakan kata kunci. Dengan materi pokok
Persiapan Kemerdekaan Indonesia.
4) Memberi label pada potongan kertas.
5) Penyusunan alat-alat evaluasi tindakan berupa: instrumen observasi
proses pembelajaran, angket siswa.
b. Pelaksanaan tindakan (acting)
Pelaksanaan tindakan merupakan implikasi dari rencana pembelajaran
siklus II yaitu:
41
1) Guru menjelaskan aturan dalam pembelajaran Indeks Card Match.
2) Membagi kertas menjadi 2 bagian yang merupakan suatu
pertanyaan dan jawaban.
3) Membagikan kertas yang sudah diberi label kepada siswa.
4) Siswa diminta untuk mencermati isinya dengan materi pokok
Persiapan Kemerdekaan Indonesia.
5) Kemudian siswa mencari pasangan antara pertanyaan dan jawaban
tentang Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Siswa yang sudah
menemukan pasangannya untuk duduk deretan paling depan
berdekatan.
6) Siswa secara berpasangan membicarakan antara kertas soal dan
jawaban yang mereka peroleh. Hasil diskusi dicatat dan
dikumpulkan.
7) Siswa mendiskusikan kartu yang mereka peroleh.
8) Terakhir siswa mempresentasikan hasil diskusi mereka.
c. Observasi (observing)
Pengamatan pelaksanaan pembelajaran dilakukan secara
kolaboratif dengan guru mitra dengan menggunakan instrumen
observasi guru mitra terhadap guru dan observasi guru mitra terhadap
siswa. Sumber data diperoleh dari guru mitra (kolaborator), siswa dan
proses pembelajaran. Hal-hal yang diamati meliputi kehadiran siswa,
tingkat motivasi belajar siswa, situasi dan keaktifan siswa dengan
strategi Index Card Match, kondisi proses pembelajaran secara umum.
Cara penggunaan instrumen dan pengumpulan data:
Data tentang motivasi belajar IPS siswa dan data tentang kondisi
proses pembelajaran diperoleh dari lembar observasi guru mitra
terhadap guru, lembar observasi guru mitra terhadap siswa,
wawancara dengan siswa, wawancara dengan guru mitra, angket
siswa.
42
d. Refleksi
Dari langkah observasi akan diperoleh data yang bervariasi.
Tindakan dikatakan berhasil jika analisis data menunjukkan
ketercapaian indikator-indikator yang telah ditetapkan dalam tujuan
penelitian. Hasil pengamatan selama proses pembelajaran diperoleh
peningkatan aktivitas sebagai berikut : 1) siswa aktif untuk
menemukan pasangan jawaban dan soal, 2) siswa sangat antusias
dalam proses pembelajaran terlihat dari partisipasi siswa ketika
memberi tanggapan kepada teman lain yang mempresentasikan hasil
diskusi, 3) siswa berusaha mengembangkan jawaban dari berbagai
sumber buku yang mereka persiapan dari rumah. Namun ada hal yang
perlu diperbaiki yaitu siswa kurang menggunakan waktu secara efisien
dan efektif.
Kegiatan guru setelah proses pembelajaran (reflecting) adalah:
Mencermati hasil pembelajaran dan mengkaji sejauh mana kompetensi
sudah dikuasai oleh siswa.
Dari hasil pengamatan dan diskusi dengan teman observer
maupun dengan siswa menunjukkan peningkatan motivasi namun
belum signifikan sehingga peneliti melanjutkan ke siklus III dengan
memperbaiki kekurangan yang ditemukan dalam proses pembelajaran
siklus II.
3. Siklus III, meliputi 4 tahap, yaitu:
a. Perencanaan ulang (Re-planning)
Identifikasi masalah dalam siklus III sama dengan siklus II,
sedangkan intervensi pada siklus III merupakan penyempurnaan
intervensi siklus II, yaitu siswa secara berpasangan melakukan diskusi
kelompok. Adapun kegiatan yang dilakukan sebagai berikut:
1) Penyusunan rencana atau model pembelajaran dengan membuat
skenario pembelajaran dengan pendekatan Index Card Match
43
2) Membuat potongan kertas sebanyak jumlah siswa.
3) Membuat pertanyaan dan jawaban yang diketik pada potongan
kertas. Jumlah pertanyaan sebanyak 10 soal dan jumlah jawaban
juga 10. Jawaban merupakan kata kunci tentang Tokoh Penting
yang Berperan dalam Proklamasi.
4) Memberi label pada potongan kertas.
5) Penyusunan alat-alat evaluasi tindakan berupa: instrumen observasi
proses pembelajaran, angket siswa.
b. Pelaksanaan tindakan (Acting)
Pelaksanaan tindakan merupakan implikasi dari rencana pembelajaran
siklus III. Pelaksanaan tindakan atau intervensi terdiri:
1) Guru menjelaskan aturan dalam pembelajaran Index Card Match
pada siklus III.
2) Membagi kertas menjadi 2 bagian yang merupakan suatu
pertanyaan dan jawaban.
3) Membagikan kertas yang sudah diberi label kepada siswa.
4) Siswa diminta untuk mencermati isinya dengan pokok materi
Tokoh Penting yang Berperan dalam Proklamasi.
5) Kemudian siswa mencari pasangan antara pertanyaan dan jawaban
dan jawaban tentang Tokoh Penting yang Berperan dalam
Proklamasi. Siswa yang sudah menemukan pasangannya untuk
duduk deretan paling depan berdekatan.
6) Siswa secara berpasangan membicarakan antara kertas soal dan
jawaban yang mereka peroleh. Siswa mempresentasikan hasil
diskusinya.
7) Siswa mendiskusikan kartu soal dan jawaban yang mereka peroleh.
8) Terakhir siswa mempresentasikan hasil diskusi.
c. Observasi (observing)
Pengamatan pelaksanaan pembelajaran dilakukan secara
kolaboratif dengan guru mitra dengan menggunakan instrumen
44
observasi guru mitra terhadap guru dan observasi guru mitra terhadap
siswa. Sumber data diperoleh dari guru mitra (kolaborator), siswa dan
proses pembelajaran. Hal-hal yang diamati meliputi kehadiran siswa,
tingkat motivasi belajar siswa, situasi dan keaktifan siswa dengan
strategi Indek Card Match.
d. Refleksi
Dari langkah observasi akan diperoleh data yang bervariasi.
Tindakan dikatakan berhasil jika analisis data menunjukkan
ketercapaian indikator-indikator yang telah ditetapkan dalam tujuan
penelitian. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan
teman observer maupun siswa diperoleh data di lapangan sebagai
berikut : 1) siswa aktif untuk mengembangkan jawaban dan
membacakan hasil diskusi di depan kelas, 2) siswa aktif dan rasa ingin
tahu meningkat hal ini dilihat dalam menanggapi pendapat teman lain
dengan memberikan pertanyaan dan teman yang lain antusias untuk
menjawabnya, 3) siswa dapat menggunakan waktu secara efisien dan
efektif untuk mengembangkan jawaban, 4) kerjasama antar siswa
ketika berdiskusi semakin meningkat sehingga memupuk rasa
solidaritas dan kerukunan antar teman, 5) jawaban yang dikembangkan
sangat lengkap karena siswa mempersiapkan berbagai sumber, 6)
suasana belajar menyenangkan sehingga motivasi belajar meningkat,
7) dampak pengiring yang muncul siswa sangat kreatif karena dapat
menciptakan lagu dengan lirik nama-nama pahlawan dengan irama
lagu band terkenal sehingga siswa lain antusias untuk menyanyikan
lagu tersebut dan dapat menunjang pembelajaran karena isi dari lagu
itu tentang materi pembelajaran yang telah mereka terima.
Dengan mempertimbangkan temuan nyata selama proses pembelajaran
serta diskusi dengan teman observer dan siswa, maka peneliti
menyimpulkan bahwa suasana belajar menyenangkan dan terjadi
peningkatan motivasi belajar yang sangat signifikan sehingga
45
penelitian tindakan kelas ini dianggap cukup dan diakhiri pada
siklus III.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Permasalahan Penelitian
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini meliputi dua tahap. Pertama:
tahap pra tindakan, kedua: tahap tindakan. Pada tahap tindakan terdiri tiga siklus.
Tiap siklus meliputi tiga kegiatan antara lain : 1) kegiatan perencanaan tindakan
(kegiatan guru sebelum proses pembelajaran); 2) kegiatan pelaksanaan tindakan
dan observasi (kegiatan guru selama proses pembelajaran); dan 3) hasil refleksi
46
digunakan untuk mengetahui tingkat perubahan yang terjadi dan tingkat
pencapaian indikator-indikator yang telah ditetapkan. Jika indikator tidak tercapai,
maka siklus (tahap-tahap tersebut) dilakukan lagi dengan intervensi sesuai hasil
refleksi, sehingga terjadi pencapaian indikator yang signifikan. Desainnya terlihat
pada bagan di bawah ini.
Gambar 4. Bagan Langkah-langkah Penelitian Setiap Siklus
Adapun langkah dalam penelitian ini dilaksanakan 3 siklus, yaitu:
4. Siklus I, meliputi 4 tahap
a. Perencanaan Tindakan (Planning)
Perencanaan tindakan meliputi:
6) Penyusunan rencana atau model pembelajaran dengan membuat
skenario pembelajaran dengan pendekatan Index Card Match
(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada lampiran 1b)
7) Membuat potongan kertas sebanyak jumlah siswa.
8) Membuat pertanyaan dan jawaban yang diketik pada potongan
kertas. Jumlah pertanyaan sebanyak 10 soal dan jumlah jawaban
juga 10. Jawaban merupakan kata kunci.
9) Memberi label pada potongan kertas.
10) Penyusunan alat-alat evaluasi tindakan berupa: instrumen observasi
proses pembelajaran (Lampiran 3b) , angket siswa. (Lampiran 2b)
b. Pelaksanaan tindakan (Acting)
Pelaksanaan tindakan merupakan pelaksanaan rencana pembelajaran
siklus I. Pelaksanaan tindakan atau intervensi terdiri dari 3 siklus,
yaitu:
9) Guru menjelaskan aturan main dalam pembelajaran Index Card
Match.
TINDAKAN
OBSERVASI
REFLEKSI
PERENCANAAN
47
10) Membagi kertas menjadi 2 bagian yang merupakan suatu
pertanyaan dan jawaban.
11) Membagikan kertas yang sudah diberi label kepada siswa.
12) Siswa diminta untuk mencermati isinya dengan materi pokok
Jaman Penjajahan Jepang.
13) Kemudian siswa mencari pasangan antara pertanyaan dan jawaban.
Siswa yang sudah menemukan pasangannya untuk duduk deretan
paling depan berdekatan.
14) Siswa secara berpasangan mencatat soal dan jawaban yang mereka
peroleh.
15) Siswa mendiskusikan kartu yang mereka peroleh.
16) Terakhir siswa mempresentasikan hasil diskusi mereka.
c. Observasi (Observing)
Pengamatan pelaksanaan pembelajaran dilakukan secara
kolaboratif dengan guru mitra dengan menggunakan instrumen
observasi guru mitra terhadap guru. Sumber data diperoleh dari guru
mitra (kolaborator) dan proses pembelajaran. Hal-hal yang diamati
meliputi kehadiran siswa, tingkat motivasi belajar siswa, situasi dan
keaktifan siswa dengan strategi index card match, kondisi proses
pembelajaran secara umum. Cara penggunaan instrumen dan
pengumpulan data:
Data tentang motivasi belajar IPS siswa dan data tentang kondisi
proses pembelajaran diperoleh dari lembar observasi guru mitra
terhadap guru (Lampiran 4 b ), wawancara dengan siswa, wawancara
dengan guru mitra, dan angket motivasi siswa.
Tabel 1. Hasil observasi siklus I
Aspek Penelitian Skala Jumlah
Aspek keaktifan siswa Baik
Sedang Kurang
2 10 8
Aspek pemecahan masalah Baik
Sedang 4 9
48
Kurang 7
Observasi guru mitra Baik
Sedang Kurang
- 14 -
Berdasarkan tabel diatas disusun grafik observasi siklus I sebagai berikut
0
2
4
6
8
10
12
14
Aspek keaktifansiswa
Aspekpemecahan
masalah
Observasi gurumitra
Grafik 1 Observasi Siklus I
Baik
Sedang
Kurang
Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui aspek keaktifan siswa baik 2,
sedang 10, kurang 3. Aspek pemecahan masalah baik 4, sedang 9, kurang 7.
Observasi guru mitra baik 0, sedang 14, kurang 0.
Tabel 2. Scor Motivasi belajar siswa siklus I
No Scor Jumlah 1 0 - 10 - 2 10 - 20 - 3 20 - 30 - 4 30 - 40 3 5 40 – 50 11 6 50 – 60 6 7 70 – 80 -
Berdasarkan tabel diatas disusun grafik scor motivasi siklus I sebagai berikut
49
0
2
4
6
8
10
12
30 - 40 40 - 50 50 - 60
Grafik 2. Scor motivasi belajar siswa siklus I
Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui scor motivasi belajar siswa
30–40 adalah 3, 40-50 adalah 11, 50-60 adalah 6.
d. Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan dan diskusi selama proses
pembelajaran berlangsung peneliti memperoleh skala pada siklus I
menunjukkan angka sedang. Hal tersebut dikarenakan: 1) siswa yang
aktif bertanya dan mengembangkan jawaban didominasi siswa tertentu
yang memang mempunyai prestasi diatas rata-rata sedang siswa
dibawah rata-rata terlihat kurang antusias, 2) siswa belum
menggunakan waktu secara aktif dan efisien dalam mengembangkan
jawaban, 3) jawaban yang dikembangkan masih sempit karena buku
sumber sangat terbatas yaitu buku sumber dari sekolah, 4) siswa
kurang berani mengeluarkan pendapat ketika presentasi di depan kelas.
Namun walaupun masih banyak kekurangan ada beberapa peningkatan
dalam proses pembelajaran antara lain 1) siswa sudah aktif
menemukan pasangan antara soal dan jawaban, 2) siswa sudah
berusaha mempelajari materi yang akan diberikan sejak dari rumah.
Selain itu peneliti juga mengadakan diskusi lanjutan dengan teman
observer dan ditemukan data adanya peningkatan aktivitas yang positif
50
dari siswa dan suasana pembelajaran sangat menyenangkan bagi siswa.
Hasil wawancara dengan siswa, peneliti memperoleh informasi bahwa
pendekatan kooperatif index card match sangat menyenangkan karena
guru memberi kesempatan pada siswa untuk menemukan dan
mengembangkan materi. Kegiatan guru setelah proses pembelajaran
adalah: Mencermati hasil pembelajaran dan mengkaji sejauh mana
kompetensi sudah dikuasai oleh siswa.
Dari hasil pengamatan dan diskusi lanjutan maka peneliti
mengambil keputusan untuk melanjutkan ke siklus II dengan
memperbaiki kekurangan yang ditemukan pada siklus I.
5. Siklus II, meliputi 4 tahap, yaitu:
a. Perencanaan ulang (Re-planning)
Identifikasi masalah dalam siklus II sama dengan siklus I,
sedangkan intervensi pada siklus II merupakan penyempurnaan
intervensi siklus I, yaitu siswa secara berpasangan melakukan diskusi
kelompok. Adapun kegiatan yang dilakukan sebagai berikut:
6) Penyusunan rencana atau model pembelajaran dengan membuat
skenario pembelajaran dengan pendekatan Index Card Match
(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada lampiran 1c).
7) Membuat potongan kertas sebanyak jumlah siswa.
8) Membuat pertanyaan dan jawaban yang diketik pada potongan
kertas. Jumlah pertanyaan sebanyak 10 soal dan jumlah jawaban
juga 10. Jawaban merupakan kata kunci. Dengan materi pokok
Persiapan Kemerdekaan Indonesia.
9) Memberi label pada potongan kertas.
10) Penyusunan alat-alat evaluasi tindakan berupa: instrumen observasi
proses pembelajaran (Lampiran 3c), angket siswa (Lampiran 2c).
b. Pelaksanaan tindakan (acting)
51
Pelaksanaan tindakan merupakan implikasi dari rencana pembelajaran
siklus II. Pelaksanaan tindakan atau intervensi terdiri dari 3 siklus,
yaitu:
9) Guru menjelaskan aturan dalam pembelajaran Indeks Card Match.
10) Membagi kertas menjadi 2 bagian yang merupakan suatu
pertanyaan dan jawaban.
11) Membagikan kertas yang sudah diberi label kepada siswa.
12) Siswa diminta untuk mencermati isinya dengan materi pokok
Persiapan Kemerdekaan Indonesia.
13) Kemudian siswa mencari pasangan antara pertanyaan dan jawaban
tentang Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Siswa yang sudah
menemukan pasangannya untuk duduk deretan paling depan
berdekatan.
14) Siswa secara berpasangan membicarakan antara kertas soal dan
jawaban yang mereka peroleh. Hasil diskusi dicatat dan
dikumpulkan.
15) Siswa mendiskusikan kartu yang mereka peroleh.
16) Terakhir siswa mempresentasikan hasil diskusi mereka.
c. Observasi (observing)
Pengamatan pelaksanaan pembelajaran dilakukan secara
kolaboratif dengan guru mitra dengan menggunakan instrumen
observasi guru mitra terhadap guru dan observasi guru mitra terhadap
siswa. Sumber data diperoleh dari guru mitra (kolaborator), siswa dan
proses pembelajaran. Hal-hal yang diamati meliputi kehadiran siswa,
tingkat motivasi belajar siswa, situasi dan keaktifan siswa dengan
strategi Index Card Match, kondisi proses pembelajaran secara umum.
Cara penggunaan instrumen dan pengumpulan data:
Data tentang motivasi belajar IPS siswa dan data tentang kondisi
proses pembelajaran diperoleh dari lembar observasi guru mitra
52
terhadap guru (Lampiran 4 c), wawancara dengan siswa, wawancara
dengan guru mitra, angket siswa.
Tabel 3. Hasil observasi siklus II
Aspek Penelitian Skala Jumlah
Aspek keaktifan siswa Baik
Sedang Kurang
7 9 4
Aspek pemecahan masalah Baik
Sedang Kurang
7 10 3
Observasi guru mitra Baik
Sedang Kurang
4 10 -
Berdasarkan tabel diatas disusun grafik observasi siklus I sebagai berikut
0123456789
10
Aspekkeaktifan siswa
Aspekpemecahan
masalah
Observasi gurumitra
Grafik 3 Observasi Siklus II
Baik
Sedang
Kurang
Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui aspek keaktifan siswa baik 7,
sedang 9, kurang 4. Aspek pemecahan masalah baik 7, sedang 10, kurang 3.
Observasi guru mitra baik 4, sedang 10, kurang 0.
Tabel 4. Scor Motivasi belajar siswa siklus II
No Scor Jumlah 1 0 - 10 - 2 10 - 20 - 3 20 - 30 -
53
4 30 - 40 - 5 40 – 50 4 6 50 – 60 11 7 70 – 80 5
Berdasarkan tabel diatas disusun grafik scor motivasi siklus I sebagai berikut
0
2
4
6
8
10
12
40-50 50-60 70-80
Grafik 4. Scor motivasi belajar siswa siklus II
Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui scor motivasi belajar siswa 40-
40-50 adalah 4, 50-60 adalah 11, 70-80 adalah 5.
d. Refleksi
Hasil pengamatan selama proses pembelajaran diperoleh
peningkatan aktivitas sebagai berikut : 1) siswa aktif untuk
menemukan pasangan jawaban dan soal, 2) siswa sangat antusias
dalam proses pembelajaran terlihat dari partisipasi siswa ketika
memberi tanggapan kepada teman lain yang mempresentasikan hasil
diskusi, 3) siswa berusaha mengembangkan jawaban dari berbagai
54
sumber buku yang mereka persiapan dari rumah. Namun ada hal yang
perlu diperbaiki yaitu siswa kurang menggunakan waktu secara efisien
dan efektif.
Kegiatan guru setelah proses pembelajaran (reflecting) adalah:
Mencermati hasil pembelajaran dan mengkaji sejauh mana kompetensi
sudah dikuasai oleh siswa.
Dari hasil pengamatan dan diskusi dengan teman observer
maupun dengan siswa menunjukkan peningkatan motivasi namun
belum signifikan sehingga peneliti melanjutkan ke siklus III dengan
memperbaiki kekurangan yang ditemukan dalam proses pembelajaran
siklus II.
6. Siklus III, meliputi 4 tahap, yaitu:
a. Perencanaan ulang (Re-planning)
Identifikasi masalah dalam siklus III sama dengan siklus II,
sedangkan intervensi pada siklus III merupakan penyempurnaan
intervensi siklus II, yaitu siswa secara berpasangan melakukan diskusi
kelompok. Adapun kegiatan yang dilakukan sebagai berikut:
6) Penyusunan rencana atau model pembelajaran dengan membuat
skenario pembelajaran dengan pendekatan Index Card Match
(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada lampiran 1d).
7) Membuat potongan kertas sebanyak jumlah siswa.
8) Membuat pertanyaan dan jawaban yang diketik pada potongan
kertas. Jumlah pertanyaan sebanyak 10 soal dan jumlah jawaban
juga 10. Jawaban merupakan kata kunci tentang Tokoh Penting
yang Berperan dalam Proklamasi.
9) Memberi label pada potongan kertas.
10) Penyusunan alat-alat evaluasi tindakan berupa: instrumen observasi
proses pembelajaran (Lampiran 3 d), angket siswa (Lampiran 2 d).
b. Pelaksanaan tindakan (Acting)
Pelaksanaan tindakan merupakan implikasi dari rencana pembelajaran
siklus III. Pelaksanaan tindakan atau intervensi terdiri:
55
9) Guru menjelaskan aturan dalam pembelajaran Index Card Match
pada siklus III.
10) Membagi kertas menjadi 2 bagian yang merupakan suatu
pertanyaan dan jawaban.
11) Membagikan kertas yang sudah diberi label kepada siswa.
12) Siswa diminta untuk mencermati isinya dengan pokok materi
Tokoh Penting yang Berperan dalam Proklamasi.
13) Kemudian siswa mencari pasangan antara pertanyaan dan jawaban
dan jawaban tentang Tokoh Penting yang Berperan dalam
Proklamasi. Siswa yang sudah menemukan pasangannya untuk
duduk deretan paling depan berdekatan.
14) Siswa secara berpasangan membicarakan antara kertas soal dan
jawaban yang mereka peroleh. Siswa mempresentasikan hasil
diskusinya.
15) Siswa mendiskusikan kartu soal dan jawaban yang mereka peroleh.
16) Terakhir siswa mempresentasikan hasil diskusi.
c. Observasi (observing)
Pengamatan pelaksanaan pembelajaran dilakukan secara
kolaboratif dengan guru mitra dengan menggunakan instrumen
observasi guru mitra terhadap guru dan observasi guru mitra terhadap
siswa. Sumber data diperoleh dari guru mitra (kolaborator), siswa dan
proses pembelajaran. Hal-hal yang diamati meliputi kehadiran siswa,
tingkat motivasi belajar siswa, situasi dan keaktifan siswa dengan
strategi Indek Card Match, kondisi proses pembelajaran secara umum.
Cara penggunaan instrumen dan pengumpulan data:
Data tentang motivasi belajar IPS siswa dan data tentang kondisi
proses pembelajaran diperoleh dari lembar observasi guru mitra
terhadap guru (Lampiran 4 d), wawancara dengan siswa, wawancara
dengan guru mitra, angket siswa
Tabel 5. Hasil observasi siklus III
56
Aspek Penelitian Skala Jumlah
Aspek keaktifan siswa Baik
Sedang Kurang
11 9 -
Aspek pemecahan masalah Baik
Sedang Kurang
13 7 -
Observasi guru mitra Baik
Sedang Kurang
14 - -
Berdasarkan tabel diatas disusun grafik observasi siklus I sebagai berikut
0
2
4
6
8
10
12
14
Aspekkeaktifan siswa
Aspekpemecahan
masalah
Observasi gurumitra
Grafik 5 Observasi Siklus III
Baik
Sedang
Kurang
Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui aspek keaktifan siswa baik 11,
sedang 9, kurang 0. Aspek pemecahan masalah baik 13, sedang 7, kurang 0.
Observasi guru mitra baik 14, sedang 0, kurang 0.
Tabel 6. Scor Motivasi belajar siswa siklus II
No Scor Jumlah 1 0 - 10 - 2 10 - 20 - 3 20 - 30 - 4 30 - 40 - 5 40 – 50 - 6 50 – 60 1 7 70 – 80 19
57
Berdasarkan tabel diatas disusun grafik scor motivasi siklus I sebagai berikut
0
2
4
6
8
10
12
50-60 70-80
Grafik 6. Scor motivasi belajar siswa siklus III
Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui scor motivasi belajar siswa 40-
50-60 adalah 1, 70-80 adalah 19.
d. Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan teman
observer maupun siswa diperoleh data di lapangan sebagai berikut : 1)
siswa aktif untuk mengembangkan jawaban dan membacakan hasil
diskusi di depan kelas, 2) siswa aktif dan rasa ingin tahu meningkat hal
ini dilihat dalam menanggapi pendapat teman lain dengan memberikan
pertanyaan dan teman yang lain antusias untuk menjawabnya, 3) siswa
dapat menggunakan waktu secara efisien dan efektif untuk
mengembangkan jawaban, 4) kerjasama antar siswa ketika berdiskusi
semakin meningkat sehingga memupuk rasa solidaritas dan kerukunan
antar teman, 5) jawaban yang dikembangkan sangat lengkap karena
siswa mempersiapkan berbagai sumber, 6) suasana belajar
menyenangkan sehingga motivasi belajar meningkat, 7) dampak
pengiring yang muncul siswa sangat kreatif karena dapat menciptakan
58
lagu dengan lirik nama-nama pahlawan dengan irama lagu band
terkenal sehingga siswa lain antusias untuk menyanyikan lagu tersebut
dan dapat menunjang pembelajaran karena isi dari lagu itu tentang
materi pembelajaran yang telah mereka terima.
Dengan mempertimbangkan temuan nyata selama proses pembelajaran
serta diskusi dengan teman observer dan siswa, maka peneliti
menyimpulkan bahwa suasana belajar menyenangkan dan terjadi
peningkatan motivasi belajar yang sangat signifikan sehingga
penelitian tindakan kelas ini dianggap cukup dan diakhiri pada
siklus III.
B. Temuan dan Pembahasan Masalah
1. Penilaian Proses Pembelajaran Pra tindakan
Penelitian tindakan kelas tidak hanya menilai hasil pembelajaran, namun
juga menilai proses pembelajarannya. Penilaian proses pembelajaran dilakukan
untuk mengetahui tingkat motivasi belajar siswa, cara pemecahan masalah,
keaktifan siswa dalam diskusi dan performance siswa dalam tahap pra tindakan
(Lampiran 3 a )
Berdasarkan hasil angket siswa diperoleh informasi, bahwa selama ini
pembelajaran IPS di Kelas V SD Negeri 03 Karangsari Kecamatan Jatiyoso,
Kabupaten Karanganyar sering dilakukan secara konvensional. Guru lebih banyak
menerangkan sedangkan siswa hanya menjadi pendengar tanpa banyak latihan
untuk mengerjakan soal-soal. Lingkungan pembelajaran cenderung tetap
sepanjang tahun. Akibatnya siswa merasa jenuh dan kurang bersemangat dalam
mengikuti pelajaran. Kurang terlibatnya siswa dalam proses belajar mengajar
menyebabkan kurang terkaitnya siswa pada pelajaran. Dari hasil observasi
diperoleh rata-rata aspek keaktifan siswa adalah 55,00, aspek cara pemecahan
masalah materi IPS siswa adalah 58,33 dan rata-rata data motivasi belajar siswa
38,25. Dari hasil tersebut perlu adanya upaya untuk meningkatkan motivasi
59
belajar siswa. Berdasarkan uraian diatas disusun grafik motivasi siswa pra
tindakan sebagai berikut :
010203040506070
Grafik 7. Motivasi Belajar Siswa Pra Tindakan
Asp
ek-a
spek
yan
g D
inila
i
AspekKeaktifanSiswaAspek CaraPemecahanMasalahData MotivasiBelajar
2. Penilaian Proses Pembelajaran Siklus I (Lampiran 3 b)
Dari data observasi diperoleh data tentang keaktifan siswa adalah 56,66
aspek cara pemecahan masalah materi IPS siswa adalah 66,16 dan rata-rata data
motivasi belajar siswa 48,00. Dari hasil tersebut perlu adanya upaya untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa. Berdasarkan uraian diatas disusun grafik
motivasi siswa siklus I sebagai berikut :
60
0
10
20
30
40
50
60
70
Grafik 8. Motivasi Belajar Siswa Siklus I
Asp
ek-a
spek
yan
g D
inila
i
AspekKeaktifan Siswa
Aspek CaraPemecahanMasalahData MotivasiBelajar
3. Penilaian Proses Pembelajaran Siklus II (Lampiran 3 c)
Dari data observasi diperoleh rata-rata aspek keaktifan siswa adalah
71,66 aspek cara pemecahan masalah materi IPS siswa adalah 73,33 dan rata-rata
angket motivasi belajar siswa 55,80. Dari hasil tersebut perlu adanya upaya untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa. Berdasarkan uraian diatas disusun grafik
motivasi siswa siklus II sebagai berikut :
0
10203040
50
6070
80
Grafik 9. Motivasi Belajar Siswa Siklus II
Asp
ek-a
spek
yan
g D
inila
i AspekKeaktifanSiswaAspek CaraPemecahanMasalahData MotivasiBelajar
4. Penilaian Proses Pembelajaran Siklus III (Lampiran 3 d)
61
Dari data observasi diperoleh rata-rata aspek keaktifan siswa adalah
86,66 aspek cara pemecahan masalah materi IPS siswa adalah 88,33 dan rata-rata
angket motivasi belajar siswa 65,95. Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui
bahwa motivasi belajar siswa dianggap cukup dan tidak perlu dilanjutka pada
siklus berikutnya. Sehingga dapat disusun grafik motivasi siswa siklus III
sebagai berikut :
0
20
40
60
80
100
Grafik 10. Motivasi Belajar Siswa Siklus III
Aspe
k-as
pek
yang
Din
ilai Aspek
KeaktifanSiswaAspek CaraPemecahanMasalahDataMotivasiBelajar
Deskripsi data penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 7.
Deskripsi Data Penelitian
No Aspek Penelitian Pra
Tindakan Siklus I Siklus II Siklus III
1 Observasi terhadap guru oleh
guru mitra. 57,12 66,64 90,44 99,96
2 Data motivasi siswa. 38,25 48 55,8 65,95
3 Aspek Keaktifan siswa 55,00 56,66 71,66 86,66
4 Aspek pemecahan masalah 58,33 61,66 73,33 88,33
Dari tabel 2 diatas disusun grafik perkembangan sebagai berikut :
62
0102030405060708090
100
Siklus I Siklus II Siklus III
Grafik 11. Perkembangan Hasil Penelitian
Observasiterhdap guruoleh guru mitra
Data motivasisiswa
Aspek keaktifansiswa
aspekpemecahanmasalah
Dari deskripsi data pada tabel diatas dapat penulis paparkan sebagai berikut :
1. Hasil observasi yang dilakukan guru mitra terhadap guru IPS
menunjukkan adanya peningkatan dari pra tindakan (57,12), siklus I
(66,64), siklus II sebesar (90,44), siklus III sebesar (99,96). Jadi dari pra
tindakan ke siklus III menunjukkan peningkatan sebesar (42,84)
2. Data motivasi siswa menunjukkan adanya peningkatan dari pra tindakan
sebesar (38,25), siklus I sebesar (48), siklus II sebesar (55,8), siklus III
sebesar (65,95). Jadi dari pra tindakan ke siklus III menunjukkan
peningkatan sebesar (27,7)
3. Aspek keaktifan siswa menunjukkan adanya peningkatan rata-rata dari pra
tindakan sebesar (55,00), siklus I sebesar (56,66), siklus II sebesar (71,66),
dan siklus III sebesar (86,66). Jadi dari pra tindakan ke siklus III
menunjukkan peningkatan sebesar (31,66)
4. Aspek cara pemecahan masalah menunjukkan adanya peningkatan dari pra
tindakan sebesar (58,33), siklus I sebesar (61,66), siklus II sebesar (73,33),
63
dan siklus III sebesar (88,33). Jadi dari pra tindakan ke siklus III
menunjukkan peningkatan sebesar (30,00)
Dari paparan hasil temuan studi selama mengadakan penelitian maka
dapat dituliskan hasil penelitian sebagai berikut
1. Pembelajaran Kooperatif Index Card Match dapat meningkatkan motivasi
belajar IPS siswa kelas V SDN 03 Karangsari. Hal ini dapat dilihat dari
observasi dan angket yang mengalami peningkatan dari pra tindakan,
siklus I, siklus II, dan siklus III. Peningkatan motivasi belajar siswa yang
diperoleh dari instrumen angket mencapai 65,95%. Guru yang inovatif dan
kreatif akan menerapkan metode mengajar yang variatif, salah satunya
adalah pendekatan pembelajaran kooperatif index card match yang dapat
meningkatkan motivasi belajar IPS siswa kelas V SDN 03 Karangsari. Hal
ini terlihat dari proses pembelajaran yang berjalan lancar sesuai dengan
perencanaan dan sasaran serta terjadi perubahan pada perilaku siswa.
Siswa lebih merespon kegiatan pembelajaran dengan perilaku siswa lebih
antusias mencari pasangan antara kartu soal dengan kartu jawaban,
mencari sumber buku lain untuk mengembangkan jawabannya, antusias
dalam diskusi dengan teman untuk saling melengkapi gagasannya. Siswa
tidak segan-segan bertanya kepada guru, apabila sesama temannya tidak
mengetahui. Antusias siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi di
depan kelas sangat tinggi. Dengan penguatan dari guru menambah
motivasi siswa untuk tampil terbaik di kelasnya.
2. Pembelajaran Kooperatif index card match dapat menciptakan situasi
pembelajaran yang menyenangkan yang pada akhirnya dapat
meningkatkan motivasi belajar IPS siswa kelas V SDN 03 Karangsari.
Pendekatan pembelajaran Kooperatif index card match merupakan
pendekatan pembelajaran dengan mencari pasangan antara soal dan
jawaban antara teman dan bekerja sama, sehingga tercipta suasana
menyenangkan. Suasana pembelajaran IPS lebih kondusif dibanding
sebelum dilakukan tindakan dengan pendekatan index card match. Hal ini
dirasakan baik oleh siswa maupun guru yang dipantau dari hasil observasi
64
oleh guru mitra dan angket yang diisi siswa. Suasana pembelajaran materi
pokok Jaman Penjajahan Belanda Dan Jepang, Persiapan Kemerdekaan
Indonesia Dan Tokoh Yang Berperan Dalam Proklamasi dapat
menciptakan hubungan dan kerjasama antar personal siswa secara baik
belajar dalam pencarian kartu antara pertanyaan dan jawaban antara siswa.
Diskusi antara teman menambah wawasan dan penajaman analisis. Hal
yang dilakukan siswa dapat mengembangkan kemandirian dan tanggung
jawab dan melatih berbicara dalam forum ilmiah dalam diri siswa. Suasana
pembelajaran IPS yang kondusif menunjang terciptanya iklim belajar yang
representatif di lingkungan sekolah serta dapat memberikan motivasi pada
mitra guru lain untuk lebih terbuka dengan siswa, kreatif menciptakan
kegiatan pembelajaran. Perilaku antara siswa lebih bersahabat, perilaku
siswa tidak segan-segan mencari buku sumber di perpustakaan bahkan
siswa lebih berani meminjam buku-buku referensi IPS kepada guru IPS
tanpa meninggalkan wibawa guru. Motivasi belajar IPS siswa kelas V
SDN 03 Karangsari menunjukkan peningkatan yang signifikan. Dengan
demikian pendekatan Pembelajaran Kooperatif Index Card Match dapat
digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran IPS pada khususnya dan
pelajaran lain pada umumnya.
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai pendekatan
pembelajaran Kooperatif index card match sebagai salah satu peningkatan
motivasi belajar IPS siswa kelas V SD Negeri 03 Karangsari, maka peneliti
mengambil simpulan sebagai berikut :
Bahwa proses pembelajaran Kooperatif index card match dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya
data motivasi belajar siswa pra tindakan sebesar 38,25. Menunjukkan
65
peningkatan yang signifikan pada pasca tindakan (Siklus III) sebesar 65,95.
Observasi terhadap siswa oleh guru mitra pada pra tindakan sebesar 57,12
menunjukkan peningkatan yang signifikan pada pasca tindakan (Siklus III)
sebesar 99,96.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian ini terbukti pendekatan Kooperatif index
card match dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Sehubungan dengan
penelitian ini maka dapat dikemukakan implikasi hasil penelitian sebagai
berikut :
1. Memberikan petunjuk perlunya guru menggunakan pendekatan Kooperatif
index card match sebagai upaya untuk meningkatkan motivasi belajar IPS
khususnya dan pelajaran lain pada umumnya.
2. Menunjukkan pentingnya menggunakan metode pengajaran yang
bervariasi dan inovatif, salah satunya adalah pendekatan Kooperatif index
card match yang sudah terbukti dapat menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan dan kreatif yang pada akhirnya dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa.
C. Saran
Sesuai dengan simpulan hasil penelitian tersebut, maka dapat
disampaikan saran-saran sebagai berikut:
1. Untuk Guru Sekolah Dasar
Sebaiknya guru meningkatkan kompetensi profesional dengan Mendesain
proses pembelajaran secara kreatif dan bervariatif, sehingga pembelajaran
lebih kondusif dan representatif, sehingga siswa tidak merasakan
kebosanan dalam proses pembelajaran yang pada akhirnya motivasi
belajar siswa dapat meningkat.
2. Untuk Kepala Sekolah
66
Kepala sekolah hendaknya lebih meningkatkan pengawasan kepada guru-
guru kelas dalam menentukan strategi pembelajaran terutama dalam
memilih metode pengajaran yang tepat sesuai dengan materi bahan ajar
agar proses pembelajaran efisien dan efektif dalam upaya peningkatan
mutu pendidikan.
3. Untuk Peneliti Lanjut
Sebagai tindak lanjut dari kegiatan penelitian ini perlu diupayakan adanya
penelitian lain dengan mengkaji teori-teori yang berkaitan dengan
pendekatan Kooperatif sebagai salah satu alternatif meningkatkan motivasi
belajar yang belum tercakup dalam penelitian ini guna memperoleh hasil
penelitian yang lebih baik.
4. Untuk Siswa
Siswa harus lebih meningkatkan motivasi belajar, keaktifan dan
keberanian mengemukakan pendapat dalam proses pembelajaran untuk
menambah wawasan dan prestasi belajar meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman M. 1997. Peranan Suasana Belajar Koperatif dan Kompetitif dalam Peningkatan Hasil Belajar. Jakarta : Lembaga Penelitian IKIP.
Anita Lie, 2002. Cooperative Learning Mempraktekan Cooperative Learning di
Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Gramedia Widyasarana Indonesia. Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Standar Isi Kelas V. Jakarta:
Depdiknas. Crow D dan Crow A. 1984. Psikologi Pendidikan. (Terjemahan Casiden Z.
Education Psychology) Surabaya : PT Bina Ilmu. Depdikbud. 1995/1996. Program Pengajaran IPS kelas V. Jakarta : Dirjen
Dikdasmen. Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta : Rineka Cipta. Gagne el et. 1984. Essentials of Learning for Instructions. Englewood : Cliffs,
New Jersy : Printice Hall, Inc.
67
Hamalik Oemar. 2007. Proses belajar Mengajar. Jakartaa : Bumi Aksara Hisyam Zaini, Bermawy Munthe, dan Sekar Ayu Aryani, 2004. Strategi
Pembelajaran Aktif (Center of Teaching Staff Develompent). Yogyakarta : IAIN Sunan Kalikaga.
Indrastuti, dkk., 2007. Buana Ilmu Pengetahuan Sosial 5 Kelas 5 Sekolah Dasar.
Jakarta : Yudhistira. Johnson dan Johnson. 1996. Cooperative Learning, Two Heads Learn Better
Than One. Http/www.convevs.org./elib/c.18/Johnson.htm. Lexy J. Moeleong. 2007.Metodologi Penelitian Kuantitatif.Bandung.PT Remaja
Rosdakarya
Moekijat. 2001. Dasar-dasar Motivasi. Bandung : Pioner Jaya. Moh. Uzer Usman. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja
Rosdakarya. PP-19-2005-standar-nasional-pendidikan.wpdl. Tentang Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.
Puji Astuti dan Supriyadi. 2003. Peningkatan Prestasi Belajar Mahasiswa dalam
Mata Kuliah Ilmu Produksi Ternak Unggas Melalui : Penerapan Mode Pembelajaran Cooperative Learning. Karanganyar: Akademi Perternakan Karanganyar.
Rochiati Wiraatmadja. 1997. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung:
Remaja Rosdakarya. Sardiman A.M. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta :
Rajawali. Slavin. R.E (1997). Cooperative Learning-Theory Research, and Practice, (2nd
edition). London : Allyand Bacon. Standar Isi Kelas V, 2006 Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan. Sugiyanto. 2008. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta : Panitia
Sertifikasi Guru (PSG) Rayon 13. Suharsimi Arikunto. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
68
Sumaatmaja Nursid. 1997. Pembelajaran IPS SD. Jakarta : Universitas Trbuka Suryabrata. Sumardi. 1983. Psikologi Pendidikan. Jakarta :Rineka Cipta. Thayeb dkk. 2006. IPS Terpadu. Jakarta : Erlangga Uno Hamzah B. 2006. Teori Motivasi &Pengukurannnya Analisis di Bidang
Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara Yakobs, E. 1999. Cooperative Learning in Context. An Educational Innovation in
Everyday Clasroom. New York : Albany, State University of New York Press.
http://www.ehow.com/how_60222498_format-index-cards.html http://www.succesconsciousnes.com/strengthenmotivation.htm http://learning and teaching.dal.ca./taguide/what is coopertive learning.html
www.geocities.com/usrafidi/motivasi/html.33k, 10 Mei 2009. www.motivasibelajar.wordpress.com, 20 Mei 2008.