peningkatan kinerja profesi tenaga pendidik
TRANSCRIPT
PENINGKATAN KINERJA PROFESI TENAGA PENDIDIK
MELALUI KEGIATAN PELATIHAN
PEMBUATAN BAHAN AJAR BERBASIS ICT DAN WEB
KARYA ILMIAH
Dsusun OlehH. M. SARTONO, S.Pd
Pembina IV/a NIP : 19601231 198601 1 055
SMA NEGERI 2 MATARAM 2009
KATA PENGANTAR
1
Kinerja merupakan suatu sikap dan prilaku dapat mengikat dari waktu ke waktu. Kinerja
personal/individu berbeda antara yang satu dan yang lain.Perbedaan terjadi tentunya dipengaruhi
berbagai faktor. Kinerja adalah salah satu kegiatan personal diinterpretasikan dengan makna
pertumbuhan kebutuhan individu yang ditunjukkan dengan pengembangan dari tiap-tiap individu
secara optimal pada bidang tugas dan pekerjaannya. Fisik, mental dan potensi-potensi merupakan
faktor yang paling dominan mempengaruhi kinerja personal/individu
Melalui kegiatan Pelatihan Pembuatan Bahan ajar Berbasis ICT dan WEB bagi guru-guru
supaya dapat tumbuh berkembang dalam tugas dan jabatan keprofesionalan mereka, di samping itu
dapat memberi keterampilan kepada guru dalam meningkatkan profesi mengajar mereka untuk
mengubah sikap tradisional yang merasa puas dengan apa adanya menjadi sikap terbuka terhadap
setiap usaha pembaharuan , merubah sikap korektif menjadi sikap kreatif. dalam rangka memberikan
kesempatan mengembangkan diri, bukan hanya semata-mata ditentukan oleh tingkat kecerdasan,
bakat dan minatnya akan tetapi kompetensi/ kemampuan dasar yang dimiliki dan disiplin dengan
memiliki etos kerja yang tinggi terlepas dari hal-hal yang melatarbelakangi pengembangan diri dalam
suatu pekerjaan. Dan faktor lingkungan kerjalah yang pertama kali mempengaruhi pertumbuhan
perkembangan personal/individu
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2
Pendidikan kita sudah terasakan selama bertahun-tahun sudah semakin merosot,
dan untuk kesekian kalinya kurikulum dituding sebagai penyebabnya. Hal ini tercermin dengan
adanya upaya mengubah kurikulum mulai kurikulum 1975 diganti dengan kurikulum 1984,
kemudian diganti lagi dengan kurikulum 1994. Dan kemerosotan pendidikan bukan
diakibatkan oleh kurikulum tetapi oleh kurangnya kemampuan profesionalisme guru dan
keengganan belajar siswa. Nasanius (1998)
Profesionalisme sebagai penunjang kelancaran guru dalam melaksanakan
tugasnya, sangat dipengaruhi oleh dua faktor besar yaitu faktor internal yang meliputi minat
dan bakat dan faktor eksternal yaitu berkaitan dengan lingkungan sekitar, sarana prasarana,
serta berbagai latihan yang dilakukan guru Sumargi, (1996)
Profesionalisme guru dan tenaga kependidikan masih belum memadai utamanya
dalam hal bidang keilmuannya diberengi dengan Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dan
informasi dalam berbagi hal kehidupan manusia terus menerus berkembang dengan pesatnya,
secara langsung berdampak terhadap dunia pendidikan. Berkembang cepatnya IPTEK dan
informasi dimaksud tidak jarang para ilmuan mengalami kesulitan menghadapi dampak dan
tantangan nyata yang timbul sebagai akibat dari berbagai macam teori dan praktek serta
persepsi yang dikembangkannya. Kendati perbedaan itu timbul, sudah banyak pula dirasakan
manfaatnya bagi dunia pendidikan. Fungsi dan makna pendidikan pada umumnya bertujuan
untuk membantu individu mengembangkan ilmu pengetahuan dan atau teknologi serta
informasi. Ani M Hasan (2003) mnyetakan
Tantangan yang dihadapi para penyelenggara pendidikan di sekolah dewasa ini
adalah kemampuan dalam memahami, menyerap serta menerapkan paradigma baru di bidang
pendidikan. Jadi dengan demikian perlu memberdayakan Musyawarah Kerja Guru sebagai
motor penggerak. Perubahan dan perbaikan mutu pendidikan dituntut untuk memiliki daya
mampu dan daya lebih dalam menjawab tantangan Sokoguru yang menopang kokoh dan
tegak berdirinya satu Unjuk Kerja/ Kinerja Profesional adalah para penyelia dan
penyelenggara pendidikan sekolah .
3
Berdasarkan UU No 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, di bidang pendidikan
Otonomi Pendidikan berazaskan desentralisasi pendidikan dengan Pendekatan “ Manajemen
Berbasis Sekolah” untuk menumbuhkan kemandirian dan kreativitas Pemyelenggara
pendidikan. Kemandirian dan kreativitas Penyelenggara Pendidikan mengisyaratkan kriteria
yang harus dipenuhi oleh para penyelia dan para guru yang mendapat tugas professional
dalam mengelola Pendidikan dan pengajaran yang harus kuat dan efektif.
Untuk menumbuh kembangkan kinerjanya yang kuat dan efektif secara profesional
diperlukan satu wadah yang dapat menampung semua problematik dan kendala yang
dihadapi. Wadah ini akan mampu menjadi arena berbagi pengalaman dan gagasan serta
terobosan baru dalam upaya memahami, menerapkan serta menyikapi kebijakan di bidang
pendidikan,
Pada abad 21 merupakan abad pengetahuan karena pengetahuan menjadi
landasan utama segala aspek kehidupan, yang sangat dipengaruhi oleh adanya sepuluh
kecenderungan besar yang akan terjadi pada pendidikan di abad 21 yaitu; (1) dari masyarakat
industri ke masyarakat informasi, (2) dari teknologi yang dipaksakan ke teknologi tinggi, (3) dari
ekonomi nasional ke ekonomi dunia, (4) dari perencanaan jangka pendek ke perencanaan
jangka panjang, (5) dari sentralisasi ke desentralisasi, (6) dari bantuan institusional ke bantuan
diri, (7) dari demokrasi perwakilan ke demokrasi partisipatoris, (8) dari hierarki-hierarki ke
penjaringan, (9) dari utara ke selatan, dan (10) dari atau/atau ke pilihan majemuk. Kemudian
Selanjutnya Ia mengemukakan bahwa berbagai implikasi kecenderungan di atas berdampak
terhadap dunia pendidikan yang meliputi aspek kurikulum, manajemen pendidikan, tenaga
kependidikan, strategi dan metode pendidikan dipengaruhi dengan adanya delapan
kecenderungan besar di Asia yang ikut mempengaruhi dunia yaitu; (1) dari negara bangsa ke
jaringan, (2) dari tuntutan eksport ke tuntutan konsumen, (3) dari pengaruh Barat ke cara Asia,
(4) dari kontrol pemerintah ke tuntutan pasar, (5) dari desa ke metropolitan, (6) dari padat
karya ke teknologi canggih, (7) dari dominasi kaum pria ke munculnya kaum wanita, (8) dari
Barat ke Timur. Kedelapan. Ia menjelaskan juga bahwa kecenderungan itu akan
4
mempengaruhi tata nilai dalam berbagai aspek, pola dan gaya hidup masyarakat baik di desa
maupun di kota. Pada gilirannya semua itu akan mempengaruhi pola-pola pendidikan yang
lebih disukai dengan tuntutan kecenderungan tersebut. Dalam hubungan dengan ini
pendidikan ditantang untuk mampu menyiapkan sumber daya manusia yang mampu
menghadapi tantangan kecenderungan itu tanpa kehilangan nilai-nilai kepribadian dan budaya
bangsanya.
Surya (1998) mengungkapkan bahwa pendidikan di Indonesia di abad 21
mempunyai karakteristik sebagai berikut:
(1) Pendidikan nasional mempunyai tiga fungsi dasar yaitu; (a) untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, (b) untuk mempersiapkan tenaga kerja terampil dan ahli yang diperlukan dalam proses industrialisasi, (c) membina dan mengembangkan penguasaan berbagai cabang keahlian ilmu pengetahuan dan teknologi;
(2) Sebagai negara kepulauan yang berbeda-beda suku, agama dan bahasa, pendidikan tidak hanya sebagai proses transfer pengetahuan saja, akan tetapi mempunyai fungsi pelestarian kehidupan bangsa dalam suasana persatuan dan kesatuan nasional;
(3) Dengan makin meningkatnya hasil pembangunan, mobilitas penduduk akan mempengaruhi corak pendidikan nasional;
(4) Perubahan karakteristik keluarga baik fungsi maupun struktur, akan banyak menuntut akan pentingnya kerja sama berbagai lingkungan pendidikan dan dalam keluarga sebagai intinya. Nilai-nilai keluarga hendaknya tetap dilestarikan dalam berbagai lingkungan pendidikan;
(5) Asas belajar sepanjang hayat harus menjadi landasan utama dalam mewujudkan pendidikan untuk mengimbangi tantangan perkembangan jaman; (6) Penggunaan berbagai inovasi Iptek terutama media elektronik, informatika, dan komunikasi dalam berbagai kegiatan pendidikan,
(7) Penyediaan perpustakaan dan sumber-sumber belajar sangat diperlukan dalam menunjang upaya pendidikan dalam pendidikan;
(8) Publikasi dan penelitian dalam bidang pendidikan dan bidang lain yang terkait, merupakan suatu kebutuhan nyata bagi pendidikan di abad pengetahuan.
Pendidikan di abad pengetahuan menuntut adanya manajemen pendidikan yang
modern dan profesional dengan bernuansa pendidikan. Lembaga-lembaga pendidikan
diharapkan mampu mewujudkan peranannya secara efektif dengan keunggulan dalam
kepemimpinan, staf, proses belajar mengajar, pengembangan staf, kurikulum, tujuan dan
harapan, iklim sekolah, penilaian diri, komunikasi, dan keterlibatan orang tua/masyarakat.
Tidak kalah pentingnya adalah sosok penampilan guru yang ditandai dengan keunggulan
dalam nasionalisme dan jiwa juang, keimanan dan ketakwaan, penguasaan iptek, etos kerja
dan disiplin, profesionalisme, kerjasama dan belajar dengan berbagai disiplin, wawasan masa
depan, kepastian karir, dan kesejahteraan lahir batin. (Pendidikan Network , 2003)
5
Pendidikan mempunyai peranan yang amat strategis untuk mempersiapkan
generasi muda yang memiliki keberdayaan dan kecerdasan emosional yang tinggi dan
menguasai megaskills yang mantap. Untuk itu, lembaga penidikan dalam berbagai jenis dan
jenjang memerlukan pencerahan dan pemberdayaan dalam berbagai aspeknya. Gambaran
Pembelajaran di Abad Pengetahuan. Praktek pembelajaran yang terjadi sekarang masih
didominasi oleh pola atau paradigma yang banyak dijumpai di abad industri. Pada abad
pengetahuan paradigma yang digunakan jauh berbeda dengan pada abad industri. Galbreath
(1999) mengemukakan bahwa pendekatan pembelajaran yang digunakan pada abad
pengetahuan adalah pendekatan campuran yaitu perpaduan antara pendekatan belajar dari
guru, belajar dari siswa lain, dan belajar pada diri sendiri.
Ani M Hasan ( 2003 ) mengungkapkan bahwa Sebagai menyebabkan rendahnya
profesionalisme guru disebabkan oleh antara lain;
(1) masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara utuh. Hal ini disebabkan oleh banyak guru yang bekerja di luar jam kerjanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sehingga waktu untuk membaca dan menulis untuk meningkatkan diri tidak ada;
(2) belum adanya standar profesional guru sebagaimana tuntutan di negara-negara maju;
(3) kemungkinan disebabkan oleh adanya perguruan tinggi swasta sebagai pencetak guru yang lulusannya asal jadi tanpa mempehitungkan outputnya kelak di lapangan sehingga menyebabkan banyak guru yang tidak patuh terhadap etika profesi keguruan;
(4) kurangnya motivasi guru dalam meningkatkan kualitas diri karena guru tidak dituntut untuk meneliti sebagaimana yang diberlakukan pada dosen di perguruan tinggi.
( Ani M Hasan, dalam Artikel Pendidikan Network, 2003 )
B. Rasionalisasi
a. Kependidikan menurut pendapat Piet A Suhertian (1982 ) secara sederhana sebagai usaha
manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam
tujuan dari pendidikan itu sendiri di mana tujuan pendidikan pada umumnya untuk
memperoleh adanya :
(1) Kematangan intelektual (kemampuan mengarahkan diri, memiliki wawasan belajar dari pengalaman hidup, kemampuan mengembangkan inisiatif, inovasi serta kreatifitas diri untuk menggapai kemandirian hidup).
6
(2) Kematangan emosional ( memiliki kemampuan untuk santai, gembira menyatakan perasaan, percaya diri penuh semangat.
(3) Kematangan sosial (kemampuan berinteraksi, selalu terdorong untuk berpartisipasi dalam suasana harmonis , realita sosial,serta kemampuan kepemimpinan
(4) Kematangan moral dan tanggung jawab (kemampuan kerja dan semangat bekerja , jujur serta sanggup memperjuangkan nilai-nilai kehidupan, berdisiplin tinggi, kemampuan mengambil keputusan penuh keadilan dan kebijakan.
Merujuk pada ketetapan MPR nomor II/ MPR/ 1988 untuk menggambarkan lebih luas sejalan
dengan uraian diatas, secara tegas menuangkan tujuan pendidikan Nasional berdasarkan
Pancasila bertujuan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja
keras,tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan trampil serta sehat jasmani dan
rohani.
b. Ali Saifullah, 1980 : 79 memaparkan tentang beberapa konsep pendidikan sebagai berikut::
1. Education is the getting dan giving of knowledge so as to pass on our culture from one generation on the next ( pendidikan adalah kegiatan memperoleh dan dan menyatakan menyampaikan pengetahuan sehingga memungkinkan transisi kebudayaaan kita dari generasi yang satu kepada yang berikutnya.
2. Education is the process by which the individual is taught loyalty and conformity by which the human mind is disciplined and developed (Pendidikan adalah proses dengan mana individu diajar bersikap setia dan taat dengan mana pikiran manusia ditewra dan dibina.
3. Education is process of a growth in which the individual is helped to the developed his power, his talents, his ability and his interests (Pendidikan adalah suatuproses pertumbuhan didalam mana individudu diberi pertolongan untuk mengembangkan kekuatan, bakat kemampuan dan minatnya)
4. Education is that reconstruction ad reorganization of experiences and which increases ability to direct to the course of subsequent experiences ( Pendidikan adalah pembangunan kembali atau penyusunan kembali pengalaman, sehingga memperkaya arti perbendaharaan pengalaman yang dapat mengikat kemampuan dalam menentukan arah tujuan pengalaman selanjutnya)
5. Education is the process by which a person is adjusted to those elements of environment which are of concern in mocern life so as to prepare his successful adult living ( pendidikan adalah proses dengan mana seseorang diberi kesempatan menyesuaikan diri terhadap aspek-aspek kehidupan lingkungan yang berkaitan dengan kehidupan modern untuk mempersiapkan agar berhasil dalam kehidupan orang dewasa)
c. Suatu hal yang tidak boleh dilupakan bahwa perkembangan Iptek serta informasi yang pada
akhirnya muncul muncul berbagai penemuan baru di segala bidang kehidupan. Dan atas
7
berkat rahmat Allah SWT, manusia diberikan akal dan pikiran. Hasil pikiran manusia telah
mengubah wajah dunia, dimana kegiatan manusia untuk mengetahui segala sesuatu yang
ada di dunia ( alam semesta tidak hanya bumi) ini adalah semata-mata perintah Allah,
bahkan Allah SWT berfirman: “ Orang-orang yang berilmu pengetahuan (dengan beriman)
lebih tinggi derajadnya dibanding dengan yang tidak berilmu pengetahuan ( Alqur’an Surat
Al Mujadalah ayat 11 dan Azzumar ayat 9). Hal ini berarti bahwa apabila manusia berusaha
menuntut ilmu pengetahuan berarti ia telah melaksanakan perintah Allah.
d. Berdasarkan uraian-uraian di atas tentang fungsi, makna, tujuan dan konsep pendidikan dapat
dijadikan acuan teoritis unutuk mengetahui sejauh mana kinerja supervisor dan profesi Guru.
Namun, apabila kita semua yang terlibat dalam penyelenggaraan Kependidikan menengok
beberapa tahun sebelumnya dapat dipastikan merasakan adanya kemerosotan pendidikan
kita yang sudah terasakan selama bertahun-tahun, untuk kesekian kalinya kurikulum dituding
sebagai penyebabnya adalah adanya upaya mengubah kurikulum mulai kurikulum 1975
diganti dengan kurikulum 1984, kemudian diganti lagi dengan kurikulum 1994.
e. Nasanius (1998) mengungkapkan bahwa kemerosotan pendidikan bukan diakibatkan oleh
kurikulum tetapi oleh kurangnya kemampuan profesionalisme tenaga kependidikan atau guru
dan keengganan belajar siswa.
f. Sumargi, (1996) menyatakan bahwa Profesionalisme sebagai penunjang kelancaran guru
dalam melaksanakan tugasnya, sangat dipengaruhi oleh dua faktor besar yaitu faktor internal
yang meliputi minat dan bakat dan faktor eksternal yaitu berkaitan dengan lingkungan sekitar,
sarana prasarana, serta berbagai latihan yang dilakukan guru.(Sumargi, 1996), Lebih jauh ia
mengungkapkan bahwa: “Profesionalisme guru dan tenaga kependidikan masih belum
memadai utamanya dalam hal bidang keilmuannya”. Ia pun memberikan contoh nyata,
misalnya guru Biologi dapat mengajar Kimia atau Fisika. Ataupun guru IPS dapat mengajar
Bahasa Indonesia.
g. Dahrin, (2000). Menyatakan bahwa Jumlah tenaga pendidik secara kuantitatif sudah cukup
banyak, tetapi mutu dan profesionalisme belum sesuai dengan harapan. Banyak diantaranya
8
yang tidak berkualitas dan menyampaikan materi yang keliru sehingga mereka tidak tahu apa
yang mereka sampaikan atau kurang mampu menyajikan dan menyelenggarakan pendidikan
yang benar-benar berkualitas
Dari uraian pendapat para ahli tersebut diatas dapat dijadikan acuan dalam melakukan
pengkajian dalam membuka tabir kinerja Penyelia dan profesi guru. Dimana kita telah memasuki
abad 21 yang banyak kalangan para ahli menyebutnya sebagai abad Pebgetahuan. Dan di abad
ini sudah mulai kita merasakan perubahan perkembangan Ilumu Pengetahuan dan Teknologi
serta Informasi yang multidimensional, yang merasakan dampak langsung adalah dunia
pendidikan.
BAB II. KAJIAN KHUSUS
Kinerja profesi Guru
1. Pengertian Kinerja
a. Hoy & Miskel, (1978) mengungkapkan bahwa : Kinerja merupakan kemampuan dalam
melaksanakan tugas atau pekerjaan yang sesuai dengan sikap, pengetahuan tugas dan
keterampilan serta motivasi kerja. Kinerja memilki beberapa karakteristik antara lain: 1)
Melaksanakan tugas sesuai dengan harapan organisasi 2)Personal yang menggunakan
peralatan yang tersedia 3) Personal mempunyai semangat tinggi 4)Personal mempunyai
hubuingan baik dengan atasan maupun dengan teman sejawatnya 5) Personal dapat
mengatasi maslah masalah yang berkaitan dengan tugas tugas rutin yang dilaksanakan
setiap hari
b. Eysench, wurburg dan Meili, 1972, menyatakan bahwa pengertian kinerja dapat disamakan
dengan performance. Kinerja/performance adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang
atau sekelompok orang lain dalam suatu organisai sesuai dengan wewenang dan tanggung
9
jawab masing masing dlam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara
legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika( Purwanto, 1999).
c. Kemudian Tempe A Dale, 1992 lebih jauh mengungkapkan bahwa pengertian kinerja
adalah hasil dari fungsi pekerjaan aatu kegiatan tertentu di dalamnya mencakup tiga aspek
antara lain: 1) Kejelasan tugas atau pekerjaan yang menjadi tanggung jawab, 2)Kejelasan hasil
yang diharapkan dari suatu pekerjaan atau fungsi 3) Wktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan atau hasil diharapkan dapat terwujud. Snell dan Wexley
(1992) menyatakan bahwa kinerja merupakan kulminasi dari elemen elemen yang saling
berkaitan yakni : ketrampilan, upaya sifat keadaan dan kondisi external. Ketrampilan
merupakan bahan mentah yang dibawa oleh seseorang ketempat kerja berupa pengalaman,
kemampuan kemampuan, kecakapan kecakapan interpersonal serta kecakapan teknik.
Sedangkanelemen upaya sifat keadaan dapat diartikan sebagai motivasi yang diperlihatkan
seseorang dalam menyelesaikan pekerjaannya. Kemudian kondisi eksternal dapatt diartikan
sebagai kondisi yang berasal dari luar seseorang untuk mendukung produktivitas kerja.
Jadi “Kinerja Penyelia” sangatlah erat kaitannya dengan bagaimana penyelia itu sendiri
melaksanakan fungsi utama keprofessionalannya sebagai berikut :
1. merencanakan kegiatan supervise terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar yang
dilakukan oleh para guru yang merupakan supervise kunjungan kelas
2. memberikan masukan bimbingan dan atau saran kepada guru yang melaksanakan kegiatan
belajr mengajar serta memberikan penilaian yang obyektif
3. Melaksanakan hubungan antar pribadi atau antar sesama maupun kelompok yang disupervisi
4. mengadakan penilaian terhadap jalannya penyelenggaraan pendidikan di sekolah
d. Sejalan dengan fungsi tersebut diatas, A. Qodri A. Azizy (Juli 2003) mengungkapkan bahwa
untuk mengetahui sejauh mana kinerja Penyelia, maka perlu memperhatikan hal- hal pokok
10
akan keberhasilan atau tidaknya upaya kinerja penyelia dimaksud dengan memperhatikan
masalah-masalah kemungkinan yang akan terjadi sebagai berikut:
1. Masalah wawasan dan kemampuan profesionalnya 2. masalah persiapan prangkat supervisi 3. masalah hubungan kerja sama pnyelia dengan guru dan atau sesama penyelia, mitra kerja lainya termasuk kepala sekolah. 4. masalah hubungan tri pusat pendidikan ( sekolah, keluarga dan masyarakat) 5. masalah aktifitas dan kehadiran penyelia ke sekolah sekolah dan ke luar lingkungan sekolah 6. masalah kemajuan dan upaya keikutsertaan dalam peningkatan mutu pendidikan ( pelatihan/penataran guru ) 7. masalah sarana dan prasaran fasilitas penyelia 8. masalah strategi, metodologi dan teknik supervisi
e. Berdasarhan pendapat pendapat diatas, maka dapatlah memperoleh gambaran bahwa Kinerja
penyelia dapat pula diartikan sebagi unjuk kerja seorang penyelia yang diharapkan dapat
menampilkan diri melaksanakan fungsinya dan peranannya terutama sebagai orang yang
melaksanakan supervisi pendidikan sebagaimana telah diuraikan diatas dan dapat ditarik
kesimpulan sebagaimana juga diungkapkan oleh Qodri A Azizy (2003) menyatakan bahwa
keberhasilan kinerja penyelia dengan kemampuan profesional nya sebagai berikut : (1)
Penyelia harus memiliki kemampuan dalam penguasaan bidang tugasnya (2) penyelia harus
memilki kemampuan penguasaan landasan profesional keguruan dan pendididkan (3)
Penyelia harus memiliki kemampuan dan penguasaan proses belajar mengajar lebih baik dari
pada guru . (4). Penyelia harus memiliki kemampuan dalam menguasai kondisi (5) Penyelia
memilki wawasan dan kepribadian yang matang
2. Pengertian Profesi Guru
a. Qodry A. Azizy ( 2003: 24) mengungkapkan bahwa guru menempati peranan yang suci dan
mulia dalam mengelola kegiatan pembelajaran. Peranan ini dapat diemban apabila guru memilki
tingkat kemampuan profesionalnya yang tinggi. Keprofesionalnya tidak dapat diukur dari
kemampuan atau Ketrampilan intelektualnya melainkan pula harus memilki keunggulan dalam
aspek moral, keimanan dan ketaqwaan, disiplin yang tinggi, tanggung jawab serta keleluasaan
wawasan kependidikannya dalam mengelola kegiatan pembelajaran, juga memiliki keleluasaan
11
pendidikan yang bercirikan tumbuhnya semangat keterbukaan dalam profesi yang diembannya.
Keleluasaan dan diversifikasi layanan berdasarkan tugas profesionalnya juga menjadikan
persyaratan ,dan persyaratan yang lain yang harus dimiliki adalah sebagai berikut: (a) . Sudah
dewasa (b) Sehat jasmani dan rohani (c). Mempunyai kompetensi yang cukup (d). Memilki
keahlian dalam mendidik dan mengajar (e). Bermoral serta berdedikaisi tinggi. Selanjutnya Qodri
mengutip pendapat Zakiah Darajat yang mengkolaboasikan peranan guru dengan persyaratan
untuk menjadi guru dititikberatkan pada” Bermral dan berdedikasi tinggi”, mengandung pengertian
: (a). Mentaati jabatanna sebagi guru (b). Bersikap adil terhadap semua muridnya (c). Berlaku
sabar dan tenang (d). Berwibawa (e). Gembira (f). Bersifat manusiawi (g) Bekerja sama
dengan masyarakat. Dalam pendapatnya juga menyatakan bahwa tidak mmudah mengetahui
guru mana yang memiliki peranan yang suci dan mulia tersebut kendati memilki persyaratan
pokok sebagaimana diuraikan diatas.
b. Selanjutnya Qodri mengutip pendapat Muhammad Yunus (2003), di samping memiliki
persyaratan di atas peranan guru harus pula memilliki persyaratan sebagai berikut : (a). Kasih
sayang kepada anak didiknya (b) lemah lembut (c) Rendah diri (d). Menghormati yang bukan
pegangannya (e). Besikap dan berlaku adil (f ). Menyenangi ijtihad (g). Konsisten (h).
Sederhana. Lebih jauh ia mengungkapakan bahwa peran guru sebagai pelaksana pendidikan
disekolah tentunya dapat memenuhi persyaratan persyaratan tersebut dan diharapkan mampu
mendorong , memotivasi para peserta didiknya untuk aktif terhadap kegiatan kegiatan belajarnya.
Mutu dan hasil belajar murid sangat tergantung bagaimana guru berperan dalam mempersiapkan
kemasan pelajaran dan metodologi yang digunakannya. Guru dan siswa yang memilki
kualiotas sehat jasmani dan rohani yang andal secara langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi pula prilaku yang ditunjukkan oleh masing-masing individu kendati setiap individu
memilkii potensi/ kemampuan dasar yang berbeda- beda. Jika individu benar- benar
memperhatikan faktor kesehatan jasmani dan rohaninya akan menjadi motivasi dalam kegiatan
belajar mengajar dan prestasinya akan mendekati optimal sesuai dengan kemampuan dan
12
tingkat kecerdasan masing-masing dalam hal ini berlaku bagin semua guru dan siswa yang
melakukan kegiatan belajar mengajar.
3. Profesi guru:Guru yang profesional tentunaya memiliki tingkat berfikir kreatif, inovatif dan madani serta memilki
komitmen tinggi terhadap tugasnya, selalu menjunjung tinggi citra profesi guru, serta memiliki
kemampuan dan ketrampilannya sesuai dengan bidang tugasnya.
a. Kosenu Weight (1981) menyatakan bahwa guru memiliki tingkat kemamppuan berbeda-
beda: 1. Guru yang tigkat kinerjanya rendah memiliki ciri-ciri sebagaii berikut:
a) Taidak memikliki kemampuan melaksanakan tugas mengajar sesuai progaram yang telah disusunya b) tiodak memilki kemampuan menemukan program pengajaran c) tiadak memiliki kemampuan dalam melaksanakan program hasil belajar siswa 2. Guru yang tinggat kinerjanya tinggi memiliki karakteristik sebagai berikut: a) memilki kemampuan merencanakan progaram pengajaran b). Memilki kemampuanmelaksanakan tugas mengajar sesuai program yanag telah disusunnya. c) memilki kemampuan melaksanakan evaluasi belajar.
b. Persyaratan guru yang profesional sebagaimana diungkapkan oleh Usman (2001 ) adalah : 1) Menuntut adanya aketerampilan berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam 2) Memilki keahlian di bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya 3) Memiliki kelayakan pendidikan 4) Memilki kepekaan terhadap dampak yang terjadi di masyarakat dari pekerjaan yang dilaksanakan 5) Sejalan dengan pengemabangan dinamika kehidupan 6) Memilki kode etik sebagaia acuan melaksanakan tugas dan fungsinya. 7) Memilki objek layanan yang tetap 8) Diakui oleh masyarakat karena diperlukan jasanya. Untuk menjadi guru yang profesional dituntut memilki persyaratan tersebut di atas. Hal ini dimaksudkan bahwa guru mampu bekerja dengan baik sesuai dengan tuntutan pekerjaannya dan norma – norma yang berlaku, memilki kemampuan teoritis dan praktis serta motivasi kerja., di samping itu juga memilki kemampuan melaksanakan fungsi khusus yaitu membuat dan melaksanakan keputusan-keputusan dalam pembelajaran peserta didik memiliki dedikasi yang tinggi penuh tanggung jawab mengutamakan nilai kemanusiaan daripada nilai material. Jabatan guru secara hakiki adalah panggilan untuk melayanuin peserta didiknya yang diserahkan tanggung jawab kepada mereka, suka atau tida suka guru harus sanggup untuk bersikap profesional yang meliputi: (a)Pengetahuan mereka terhadap murid yang dibimbingnya, (b). Terhadap pelajaran yang diajarkan (c). Keterampilan guru dalam memotivasi dan membimbing cara murid belajar. (d)Kecakapan dalam menerangkan dan menyesuaikan pelajaran dengan kemapuan anak mulai dari anak yang lambat sampai anak yang pandai (e).Cara menilai hasil belajar anak (f). Cara menangani masalah disiplin (g)Cara menilai pertumbuhan dan perkembangan anak. (h) Cara mengikutsertakan anak dalam merencanakan kegiatan belajar. dan car berkomunikasi dengan orang tua.
c. Qodry A. Azizy ( 2003: 24) mengungkapkan bahwa guru menempati peranan yang suci dan
mulia dalam mengelola kegiatan pembelajaran. Peranan ini dapat diemban apabila guru
memilki tingkat kinerja dan kemampuan profesionalnya yang tinggi. Kemampuan dan kinerja
profesionalnya tidak dapat diukur dari kemampuan atau kinerja intelektualnya melainkan pula
13
harus memilki keunggulan dalam aspek moral, keimanan dan ketaqwaan, disiplin yang tinggi,
tanggung jawab serta keleluasaan wawasan kependidikannya dalam mengelola kegiatan
pembelajaran, juga memiliki keleluasaan pendidikan yang bercirikan tumbuhnya semangat
keterbukaan dalam profesi yang diembannya. Keleluasaan dan diversifikasi layanan
berdasarkan tugas profesionalnya juga menjadikan persyaratan ,dan persyaratan yang lain
yang harus dimiliki adalah sebagai berikut: (a) . Sudah dewasa (b) Sehat jasmani dan rohani
(c). Mempunyai kompetensi yang cukup (d). Memilki keahlian dalam mendidik dan mengajar
(e). Bermoral serta berdedikaisi tinggi.
d. Selanjutnya Qodri mengutip pendapat Zakiah Darajat yang mengkolaboasikan peranan guru
dengan persyaratan untuk menjadi guru dititikberatkan pada” Bermral dan berdedikasi tinggi”,
mengandung pengertian :
(a). Mentaati jabatanna sebagi guru (b). Bersikap adil terhadap semua muridnya (c). Berlaku sabar dan tenang (d). Berwibawa (e). Gembira (f). Bersifat manusiawi (g) Bekerja sama dengan masyarakat.
Adanya perkembangan iptek dan informasi secara otomatis akan merubah sifat- sifat pekerjaan
dan keterampilan para penyelenggara pendidikan. Dan guru yang profesional harus memilki
kemampuan tentang konsep konsep analisis kebutuhan (needs analysis), materi dan model
model pembelajaran (matrial and model of learning), validitas dan reabilitas evaluasi ( validity
and reability of evaluation). Guru yang profesional hendaknya memiliki kompetensi dasar : 1)
Landasan landasn kependidikan 2) Penguasaan fungsi layanan BP/BK 3) Penyusunan
administrasi sekolah 4) Kreatifitas penelitian untuk kepentingan pembelajaran 5) Kemampuan
pengelolaan KBM 6) Kemampuan pengelolaan kelas 7) Kemampuan penggunaan media 8)
Kemampuan mengelola interaksi belajar mengajar 9) Kemapuan menilai prestasi siswa dan
10) kemampuan menguasai bahan (Zakiyah Derajat )
e. Piet A Sahertian , 1982) mengungkapkan bahwa guru memilki posisi strategis sebagai faktor
penentu tinggi rendahnya mutu hasil penyelenggraaan pendidikan , namunsangat dipengaruhi
14
oleh kemampuan profesional, mutu dan kinerjanya. Pemantauan, observasi dan kegiatan
supervisi para penyelia sangatlah diperlukan untuk mengetahui sejauh mana persiapan guru
dalam mempersiapkan peserta didiknya melaui kegiatan belajar mengajarnya. Apabila guru
mengalami kesulitan/ hambatan maka peran penyelia yang harus memberikan masukan ,
motivasi, agar guru berkemampuan mengikuti perkembnangan ilmu pengetahuan dan
teknologi mdan informasi, fungsi penyelia di sini sebagai fasilitator bukan sebagai penyelia
yang diktator. Penyelia maupun guru tidak memiliki jabatan struktural namun sama sama
memilki jabatan fungsional . Idealnya penyelia hendaknya memilki kemampuan profesional
lebih dari guru, akan tetapi disadari bahwa setiap individu berada pada tingkat kemampuan
kinerja yang berbeda- beda, perbedaan yang dimaksud disebabkan oleh 1) Latar belakang
kebudayaan 2) Latar belakang kecakapan hidup (life skills) 3). latar belakang pengalaman,
kreatifitas diri, berfikir untuk masa depan, situasi dan emosional yang dialami setiapindividu 4)
Latar belakang sosial (bekerja sama, kooperatif, bertanggung jawab, demokratis, menstimulir
setiap anggota kelompok untuk bekerja sama 5) Latar belakang sosiologis (keadaan physik,
perkembangan pribadi, interaksi sosial, perkembangan keadaan keluarga, sekolah dan
lingkungan daerahnya, keberadaan sosial ekonomi 6) Latar belakang pertumbuhan jabatan
fungsional (penganalisaan situasi belajar mengajar, menerapkan prinsip prinsip psi\kologi
modern dalam pembelajaran, pengetahuan tata cara bekerja sama
f. Sementara Makagiansar (1996) mengungkapkan bahwa memasuki abad 21 pendidikan akan
mengalami pergeseran perubahan paradigma yang meliputi pergeseran paradigma:
(1) dari belajar terminal ke belajar sepanjang hayat, (2) dari belajar berfokus penguasaan pengetahuan ke belajar holistik, (3) dari citra hubungan guru-murid yang bersifat konfrontatif ke citra hubungan kemitraan, (4) dari pengajar yang menekankan pengetahuan skolastik (akademik) ke penekanan keseimbangan fokus pendidikan nilai, (5) dari kampanye melawan buta aksara ke kampanye melawan buat teknologi, budaya, dan komputer, (6) dari penampilan guru yang terisolasi ke penampilan dalam tim kerja, (7) dari konsentrasi eksklusif pada kompetisi ke orientasi kerja sama. Dengan memperhatikan pendapat ahli tersebut nampak bahwa pendidikan dihadapkan pada tantangan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dalam menghadapi berbagai tantangan dan tuntutan yang bersifat kompetitif
g. Medley dalam depdikbud (1984) secara lebih spesifik menjelaskan tentang efektifitas guru
sebagai berikut: (a).Guru yang efektif adalah mereka yang memilki pribadi kooperatif, daya
15
tarik, penampilan, minat besar, pertimbangan dan kepemimpinan. (b).Guru yang efektif adalah
mereka yang menguasai metode mengajar yang baik. (c).Guru yang efektif adalah mereka
yang memilki tingkah laku yang baik saat mengajar. (d).Guru yang efektif adalah guru yang
menguasai berbagai kompetensi dalam mengajar. Sejalan dengan pendapat Medley tersebut
di atas, supervisi yang bersifat kreatif membantu guru dengan menekankan pada kebebasan
agar guru guru dengan kemampuan berfikirnya dapat mencapai hasil dengan lebih efektif
sebagaimana dimaksud, kebebasan dalam batas batas keterlibatan untuk mengembangkan
daya kreasi dan daya karya, di mana fungsi supervisi memberi rangsangan untuk
menimbulkan daya kreatif guru dengan cara memelihara kerja sama yang erat dan harmonis
Sasaran dari seorang supervisor adalah pelaksanaan supervisi yang ditujukan kepada usaha
memperbaiki situasi belajar mengajar, situasi dimana terjadi proses interaksi antara guru dan
murid dalam mencapai tujuan belajar yang telah ditentukan.
h. Alexander dan Saylor dalam bukunya Dictionary of Education (8; 1442); “supervisor has
become a program of in service education cooperative group development, while they difine “
supervision is all efforts of disignated school official toward providing leadership to teachers
and other educational workers in the improvement and professional growth and development
of teachers, the selection and revision of educational objective, materials of instruction,
sebagaimana yang dikemukakan Stiles dan Horsley (1998) dan NRC (1996) bahwa ada empat
standar standar pengembangan profesi guru yaitu; (1) Standar pengembangan profesi A
adalah pengembangan profesi untuk para guru sains memerlukan pembelajaran isi sains yang
diperlukan melalui perspektif-perspektif dan metode-metode inquiri. Para guru dalam sketsa ini
melalui sebuah proses observasi fenomena alam, membuat penjelasan-penjelasan dan
menguji penjelasan-penjelasan tersebut berdasarkan fenomena alam; (2) Standar
pengembangan profesi B adalah pengembangan profesi untuk guru sains memerlukan
pengintegrasian pengetahuan sains, pembelajaran, pendidikan, dan siswa, juga menerapkan
pengetahuan tersebut ke pengajaran sains. Pada guru yang efektif tidak hanya tahu sains
namun mereka juga tahu bagaimana mengajarkannya. Guru yang efektif dapat memahami
16
bagaimana siswa mempelajari konsep-konsep yang penting, konsep-konsep apa yang mampu
dipahami siswa pada tahap-tahap pengembangan, profesi yang berbeda, dan pengalaman,
contoh dan representasi apa yang bisa membantu siswa belajar; (3) Standar pengembangan
profesi adalah pengembangan profesi untuk para guru sains memerlukan pembentukan
pemahaman dan kemampuan untuk pembelajaran sepanjang masa. Guru yang baik biasanya
tahu bahwa dengan memilih profesi guru, mereka telah berkomitmen untuk belajar sepanjang
masa. Pengetahuan baru selalu dihasilkan sehingga guru berkesempatan terus untuk belajar;
(4) Standar pengembangan profesi D adalah program-program profesi untuk guru sains harus
koheren (berkaitan) dan terpadu. Standar ini dimaksudkan untuk menangkal kecenderungan
kesempatan-kesempatan pengembangan profesi terfragmentasi dan tidak berkelanjutan.
i. Wirawan, memilki pandangan tentantang suatu profesi yang merupakan suatu pekerjaan,
profesi menentukan prasyarat/ persyaratan tertentu sebagai berikut:
(a).Pekerjaan penuh, suatu profesi merupakan pekerjaan penuh artinya pekerjaan yang diperlukan oleh masyarakat atau perorangan, tanpa pekerjaan masyarakat akan mengalami kesulitan, Profesi merupakan pekerjaan yang mencakup tugas fungsi kebutuhan, aspek atau bidang tertentu dari anggota masyarakat secara keseluruhan. (b).Ilmu pengetahuan profesi memerlukan ilmu pengetahuan atau sains tertentu, ialah satu persyaratan ilmu pengetahuan adalah teori. Suatu teori berfungsi menjelaskan dan meramalkan suatu fenomena. Teori ilmu pengetahuan mengarahkan bprofesional dalm mengambil langkah langkah yang diperlukan dalam melaksanakan teori. Pelaksanaan pekerjaan hanya memewrlukan keterampilan bukan ilmu pengetahuan yang merupakan kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik sebagi hasil dari pengalaman praktek. (c).Aplikasi ilmu pengetahuan dimaksud adalah penerapan teori teori ilmu pengetahuan untuk membuat sesuatu, mengerjakan sesuatu atau memcahkan sesuatu yang diperlukan, identik dengan profesi yang merupakan penerapan ilmu pengetahuan untuk mengerjakan, menyelesaikan atau membuat sesuatu.(d).Lembaga pendidikan profesi, ilmu pengetahuan yang diperlukan oleh profesional untuk melaksanakan profesinya harus dipelajari dari lembaga pendidikan tinggi khusus mengerjakan, menerapkan dan meneliti suatu pengembangan ilmu tersebut. Profesional harus mengikuti pendidikan, lulus ujian dan berijazah lembaga pendidikan tinggi.(e).Prilaku profesional harus memenuhi persyaratan tertentu yaitu mengacu kepada ilmu pengetahuan , orientasi kepada interest masyarakat bukan interest pribadi, mengendalikan prilaku diri sendiri dengan menggunakan kode etik. Imbalan atau kompensasi uang atau kehormatan merupakan simbol prestasi kerja bukan tujuan dari profesi. (f).Standar profesi, mengarah pada profesi yang lebih baik, memungkinkan pengembangan teori pelatihan yang lebih baik, menyediakan alat ukur, kompromi dalam desain profesi tidak akan merusak profesi tersebut. Kemudian
17
4. Kompetensi Guru Kompetensi artinya sangat identik dengan kemampuan dan Kemampuan setiap individu didasari
oleh Ketramp[ilan, dan kemampuan kognitif/ kecerdasan , kemampuan psikomotorik/ aktuatif dan
kemampuan afektif . LM. Tauhid (1987 : 7 ) ia juga berpendapat bahwa pengembangan
Ketrampilan dan kemampuan kogniti, psikomotor, dan afektif harus dilandasi oleh Budi Pekerti
yang tinggi dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa sehingga para individu dapat
mencapai kualitas IPTEK dan IMTAQ yang handal , ditandai dengan kematangan emosional,
intelektual, kematangan social serta kematangan moral dan tanggung jawab.
5. Kompetensi- Kompetensi Dasar Untuk mengukur tinggi rendahnya atau berhasil tidaknya kemampuan Kinerja Penyelia dan
Profesi guru dipersyaratkan memiliki kompetensi dasar sebagai mena diungkapkan oleh Piet A
Suhertian ( 1982 ) antara lain :
1 Kompotensi kebudayaan (cultural competence) Kebudayaan yang berbeda sangat mempengaruhi lapangan gerak pendidikan dan
pengajaran. Robert L. Chapman (1992; 235) mendefinisikan tentang kebudayaan sebagai berikut” culture is the training and development of mind, the social and religious structure and intellectual, artistic manifestations that characterize a society ( kebudayaan adalah pelatihan dan pengembangn pikiran, tentang tatanan social dan keagamaan serta manifestai dari seni intelektual yang bercirikan keberadaan suatu masyarakat. Ia mendefinisikan pula tentang kompetensi sebagai berikut:” competence is sufficient ability, a modest income, enough to live on, legal capacity or qualification (kompetensi adalah pemenuhan kemampuan, cara pemahaman , sifat mandiri, diakui kualitas dan kapasitasnya). Dari uraian di atas apabila didefinisikan secara terpadu antara kompetensi dan kebudayaan dimaksud mengandung pengertian bahwa adanya perbedaan kebudayaan akan sangat tergantung pada sejauh mana kemampuan individu mengembangkan fikiran tentang tatanan social dan atau keagamaan serta sifat mandiri yang didasari oleh seni dan intelektualitas diakui secara syah akan kapasitas, kualitasnya berada dalam suatu masyarakat. Saat ini kebudayaan sedang mengalami suatu perubahan, pencampuran antara factor-faktor intern dan ekstern, disebabkan oleh hasil budi fikiran manusia yang semakin maju dan kompleks. Sekolah sebagai salah satu pusat kebudayaan, bertugas dan bertanggung jawab memilah dan memilih serta menyeleksi unsure-unsur negative dari pengaruh perubahan kebudayaan, mengambil unsure-unsur positif berdasarkan norma-norma yang berlaku unutk tidak tergeser atau digeser, sehingga seorang supervisor wajib memiliki kompetensi kebudayaan.
2. Kompetensi filosofis (Phylosophics competence)Adanya perubahan kebudayaan diakibatkan oleh daya cipta, karsa, budi, jasa manusia yang semakin berkembang. Kontinuitas berfikir di dalam memperbaiki dan mengembangkan kecakapan untuk berfikir, merencanakan dan berbuat
18
sebagai usaha –usaha nyata mengisi kebutuhan didasari atas penafsiran, pengalaman hasil interaksi antara organisme dan keadaan sekitar, hal ini disebut kompetensi filosofis yang ditandai dengan daya kreasi dan dinamika kehidupan , mau tidak mau dibutuhkan daya koordinasi dan penyusunan rencana-rencana mengatur interaksi yang lazim dijadikan salah satu dasar kecakapan/ kemampuan/ kompetensi filosofis yang sangat diperlukan oleh seorang supervisor dalam melaksanakan supervisi
3. Kompetensi psikologis (Psychological competence)Kegiatan mencoba melaksanakan arti dari suatu peristiwa atau situasi dalam mengembangkan pengalaman untuk dapat mengetahui cara pemecahan masalah yang timbul sekarang dan masa yang akan datang didasari oleh pengalaman masa lalu memperluas wawasan untuk memperaktekkannya. Hal ini merupakan arti dari kompetensi psikologis, dimana supervisor harus memiliki kompetensi tersebut dalam melaksanakan kegiatan supervisi.
4. Kompetensi Sosial ( Social competence)Menghargai pendapat orang lain, saling tolong menolong, memberi kebebasan pada orang lain untuk bekerja dengan penuh rasa aman merupakan ciri kehidupan masyarakat demokratis, hal ini merupakan dasar kehidupan sosial, apabila diartikan lebih mendalam jelaslah bahwa kemampuan bekerja dengan komitmen pada tiap kelompok untuk merealisasikan potensi-potensi dalam memecahkan setiap problema dengan cara mengikutsertakan pendapat orang lain dapat diartikan pula sebagaimana disebut kompetensi sosial.
5. Kompetensi Sosiologis (Sociological competence)Perkembangan seseorang terhadap melalui kondisi sosial berupa hubungannya dengan faktor kebudayaan yang mempunyai pengaruh dari tindakan usahanya tidak saja berdasrkan apa yang dibawa sejak lahir, tetapi bergantung kepada perlengkapan physik, dengan kata lain keberadaan manusia dikembangkan melalui belajar, bagaimana kepribadiannya di dalam berinteraksi pengembangan kebudayaan, keluaraga kelompok bermain, kelompok kerja, sekolah, daerah lingkungannya, sosial ewkonomi dimana ia berada. Kompetensi pribadi itu berkembang dalam situasi di mana pengaruh perkembangan masyarakat yang dapat menimbulkan kontak sosial dan komunikasisecara langsung maupun tidak langsung sehingga dapat membantu sekolah dalam mebina peserta didiknya, dan secara bersama-sama menaruh perhatian khusus terhadap perkembangan intelektualitasnya, emosinya.
6. Kompetensi Pertumbuhan Jabatan. (Professional growth competence) Seseorang supervisor yang memiliki kompetensi pertumbuhan jabatan dapat menggunakan hasil temuan barunya, mengembangkan pengetahuan untuk memberikan kesempatan kepada guru untuk belajar dengan maksud agar seorang supervisor di lapangan dapat: (1) menguasai sauatu bidang khusus dan pengetahuan (khusus). (2) Membina perkembangan pengetahuan sesuai dengan latar belakang/kelayakan profesi yang dimiliki. (3) Mengerti akan tugas-tugas sosial dan potensi kemanusiaan (4).Membina rasa tanggung jawab dan kemampuan unutuk menggunakan waktu dan energi
6. Kompetensi Kinerja Profesionalisme GuruSK Menpan No. 118/1996 BAB II pasal 3 ayat (1)” Tugas pengawas Pendidikan Adgama Islam
adalah menilai dan membina teknis pelaksanaan pendidikan Agama Islam di sekolah umum
19
dan penyelenggara pendidikan di Madarasah baik negeri maupun swasta yang menjadi
tanggung jawabnya.”
1. H. Abdul Aziz, MA, menyatakan bahwa tujuan dan atau fungsi pengawasan adalah suatu
kegiatan tetap yang sejenis dilakukan oleh supervisor untuk mengenal, memantau,
mengarahkan, menilai dan melaporkan sebagaimana halnya pengawas pendidikan agama Islam
pada pendidikan menengah yaitu:
(1) mengenal seluk beluk pengawasan dan kondisi medan di lingkungan wilayah pengawasannya (2) Memantau pelaksanaan proses belajar mengajar yang dilakukan Guru Pendidikan Agama Islam pada SMA dan SMK. (3) Memantau penggunaan sarana dan kurikulum Pendidikan Agama Islam di SAMA dan SMK (4) Memantau lingkunagna sekolah dalam kehidupan beragama . (5) Memantau faktor penghambat dan pendukung pelaksanaan pendidikan agama Ioslam pada SMA dan SMK (6) Memeriksa ketentuan yang berlaku dengan ketentuan yang ada (7) Mengarahkan kegiatan guru pendidikan agama islam pada SMA dan SMK kepada sasaran memperbaiki penyimpangan-penyimpangan yang ditemui. (8) Menilaiwawasan ,kemampuan profersional dan kerjasama guru pendidikan agama Islam pada SMA dan SMK dalam melaksanakan proses belajar mengajar (2002: 11)
2. Yusuf A. Hasan dan Muhamad Idrus (2002 :5-7) dalam bukunya “ Pedoman Pengawasan”,
mengungkapkan bahwa ada tiga strategi utama yang dapat ditempuh pengawas agar pengjaran
menjadi efektif:
(1). Mengupayakan agar guru lebih bersungguh-sungguh dan bekerja lebih keras dan bersemangat dalam mengajar. (2).Mengupayakan agar sistem pengajaran ditata sedemikian rupa sehingga berlaku prinsip belajkar tuntas, dalam arti guru harus benar-benar berupaya agar benar-benar mengetahui apa yang diajarkan. (3) Diupayakan agar terdapat penekanan terhadap guru untuk mencapai tujuan pengajarannya yang disertai dengan “Support”,
3. Tinjauan Tentang Supervisor dan kompetensinya menurut pendapat Pidarta ( Januari 1999; 76
-103) mejelaskan bahwa:
(3.1).Supervisor menurut pengertian tradisional adalah membina guru-guru memberikan penjelsan tentang tugas tugas guru dan berusaha meningkatkan prestasi kerjanya. Supervisor juga harus melakukan dan memahami kurikulum dengan segala segi dan isinya, sebab tugas-tugas sebagian besar para guru berhubungan dengan kurikulum.
(3.2).Supervisor menurut pengertian baru adalah hanya atasan langsung dari para guru dan personalia lainnya yang berhubungan dengan proses belajar mengajar dari para siswa, mereka adalah pejabat lini terdepan atau administrator pejabat terdepan staf dan pejabat fungsional terdepan.
(3.3) Pengertian supervisor dikatagorikan sesuai menurut asal dan tempatnya. Katagori ini berupa: a. Kepala sekolah atau direktur yang bertugas
20
mengatur seluruh aspek kurikulum yang berlaku di sekolah itu, agar berjalan dengan lancar sehingga dapat memberikan hasil sesuai dengan tugas-tugas yang telah ditentukan, kepala sekolah atau direktur juga bertugas mengatur tentang aspek kurikulum yang terdiri dari: (a) Materi pelajaran . (b).Proses belajar mengajar (c). Evaluasi kurikulum (d) Pengelolaan kurikulum. (e). Pengembangan kurikulum.
b. Wakil kepala sekolah atau asisten direktur yang bertugas membantu pekerjaan kepala sekolah dalam bidang supervisi.
c. Para ketua pembantu proses belajar mengajar yang bertugas menyiapkan fasilitas, memperkaya, memperlengkapi, dan meningkatkan suatu fasilitas belajar , memberikan layanan terhadap guru yang hendaka memakainya serta meningkatkan cara mempergunakannya dengan memberi pelayanan dan bimbingan kepada para guru.
d. . Guru bidang study yang sudah senior dalam arti kompetensinya bertugas mengembangkan materi bidang study maing masing dan meningkatkan prestasi para siswan dengan cara mengembangkan cara belajar yang lebih baik.
(3.4). Katagori Supervisor menurut cara kerjanya di sekolah adalah cara membimbing guru untuk meningkatkan prestasi kerjanya, kebiasaan yang berkaitan dengan keberadaan yang diwarnai oleh palsafah dari apa yanag mereka anut dalam membina guru. Hal ini dimaksud bahwa setiap supervisor mempunyai palsafah dan pandangan tertentu disesuaikan dengan pendapatnya yang paling cocok untuk dip[akai dalam membimbing guru.
4. Pemberdayaan kinerja supervisor (penyelia pendidikan Agama Islam) khususnya agar dapat
memiliki kemampuan profesional. Sebagaimana dijelaskan oleh. Qodri A Azizy, dan H. Abdul
Aziz sebagai berikut “ Begitu pentignya pengawas/supervisor atau penyelia dalam
meningkatkan kualitas pendidikan pengajaran agama di sekolah. Dalam era baru sekarang ini,
pengawas telah ditetapkan sebagi pejabat fungsional penuh yang konsekwensinya adalah
bahwa setiap pengawas pun harus memiliki kemampuan profesional guru (1999 :10).
5. Lebih jauh mereka mengungkapkan bahwa pengawas yang tugas pokoknya melakukan
pengawasan yang tugas pokoknya melakukan pengawasan yang memiliki fungsi kepemimpinan
sebagai berikut:
(a) Mendorong aktifitas dan kreatifitas serta dedikasi seluruh personil sekolah (b) Mendorong terciptanya suasana kondusif di dalam dan di luar lingkungan sekolah. c) Menampung dan melayani segala macam keluhan guru agama di sekolah dan berusaha membantu pemecahannya (d). Membantu mengembangkan kerja sama kemitraan kerja dengan semua unsur terkait (e) Membantu mengembangkankegiatan intra dan ektrakulikuler di sekolah (f). Membimbing dan mengarahkan seluruh personil sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran pada sekolah tersebut (g). Menampilkan sikap keteldanan sebagai seorang supervisor dengan berpedoman pada pilsafat pendidikan. (h) Menampilkan sikap sebagai seorang pemimpin yang demokratis. (h) Menampilkan sikap sebagai pemimpin yang demokratis. (i) Memiliki komitmen yang tinggi akan kualitas pertumbuhan keprofesionalannya.
21
5. Dan sejak diberlakukannya Pelaksanaan otonomi dalam penyelenggaraan pendidikan
merupakan konsekwensi dari Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Daerah. Berdasarkan undang-undang, pelaksanaannya telah berlaku dari
tahun 2001, yaitu tiga tahun telah dilaksanakan undang-undang tersebut. Waktu selama tiga
tahun tersebut digunakan oleh pemerintah Daerah dan dikeluarkannya peraturan-peraturan
teknis pada daerah masing masing kabupaten/ Kota , sedangkan bagi masyarakat pendidikan
waktu tersebut dapat digunakan hanya sebagai wacana pembahasan isu-isu yang berkaitan
dengan harapan-harapan tentang visi, misi, strategi dan kebijakan seharusnya dimiliki oleh
pemerintah dalam penyelenggaraan otonomi pemerintahan dan perimbangan alokasi keuangan
antara pusat dan daerah. Salah satu komponen penyelenggaraan pemerintahan yang akan
desentralisasikan ke daerah Tingkat I (Propinsi) dan Tingkat II (Kabupaten) adalah dalam
bidang penyelenggaraan pendidikan dasar dan menengah yang mencakup SD/MI, SLTP/MTs,
SLTA/MA. Mengingat luasnya dampak kebijakan tentang pelayanan pendidikan dasar dan
menengah terutama pada golongan masyarakat akar rumput, sebagai wacana terbuka untuk
dicermati oleh semua pihak yang berkepentingan dengan pendidikan yaitu para
siswa/mahasiswa, orang tua, guru, tokoh masyarakat, pengusaha, birokrat, mentri hingga
Presiden. Sedangkan otonomi untuk penyelenggaraan pendidikan tinggi selain cakupan
layanannya hanya terbatas pada masyarakat menengah ke atas, pelaksanaan otonomi tersebut
6. Pendidikan Network ( 2003 ) menjelaskan bahwa Peran para penyelia dalam
penyelenggaraan Otonomi pendidikan yang mewakili pemerintah di persyaratkan sebagai
berikut :
1. Memiliki Landasan dan Wawasan Pendidikan (a) Memahami landasan pendidikan: filosofi, disiplin ilmu (ekonomi, psikologi, sosiologi, budaya, politik), dan ilmiah. (b) Memahami dan menghayati hakikat manusia, hakikat masyarakat, hakikat pendidikan, hakikat sekolah, hakikat guru, hakikat peserta didik dan hakikat proses belajar mengajar (c) Memahami aliran-aliran pendidikan (d) Menerapkan pendekatan sistem dalam sekolah (e) Memahami, menghayati, dan melaksanakan tujuan dan fungsi pendidikan nasional (f) Memahami kebijakan, perencanaan, dan program pendidikan nasional, propinsi, dan kabupaten/kota (g) Memahami kebijakan, perencanaan, dan program pendidikan
22
2. Memahami Sekolah sebagai Sistem (a)Menggunakan sistem sebagai pegangan cara berfikir, cara mengelola dan cara menganalisis sekolah (b) Mengidentifikasi dan mengembangkan jenis-jenis input sekolah (c) Mengembangkan proses sekolah (proses belajar mengajar, pengkoordinasian, pengambilan keputusan, pemberdayaan, pemotivasian, pemantauan, pensupervisian, pengevaluasian dan pengakreditasian). (d) Meningkatkan output sekolah (kualitas, produktivitas, efisiensi, efektivitas, dan inovasi) (e) Memahami dan menghayati Standar Pelayanan Minimal (SPM) (f) Melaksanakan SPM secara tepat (g) Memahami lingkungan sekolah sebagai bagian dari sistem sekolah yang bersifat terbuka
7. Memahami Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)(a) Memahami dan menghayati hakikat otonomi pendidikan (b) Memahami dan menghayati hakikat pendidikan berbasis masyarakat (community based education). (c) Memahami dan menghayati arti, tujuan dan karakteristik manajemen berbasis sekolah (school based management) (d) Memahami kewenangan sekolah dalam kerangka otonomi pendidikan (e) Memahami, menghayati, dan melaksanakan tahap-tahap implementasi manajemen berbasis sekolah (f) Mengevaluasi tingkat keberhasilan manajemen berbasis sekolah.
8. Merencanakan Pengembangan Sekolah (a) Mengidentifikasi dan menyusun profil sekolah (b) Mengembangkan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah (c) Mengidentifikasi fungsi-fungsi (komponen-komponen) sekolah yang diperlukan untuk mencapai setiap sasaran sekolah (d) Melakukan analisis SWOT terhadap setiap fungsi dan faktor-faktornya (e) Mengidentifikasi dan memilih alternatif-alternatif pemecahan setiap persoalan (f) Menyusun rencana pengembangan sekolah (g) Menyusun program, yaitu mengalokasikan sumberdaya sekolah untuk merealisasikan rencana pengembangan sekolah ( h) Menyusun langkah-langkah untuk merealisasikan rencana pengembangan sekolah (i) Membuat target pencapaian hasil untuk setiap program sesuai dengan waktu yang ditentukan (milestone)
5. Mengelola Kurikulum(a) Memfasilitasi sekolah untuk membentuk dan memberdayakan tim pengembang kurikulum (b) Memberdayakan tenaga kependidikan sekolah agar mampu menyediakan dokumen-dokumen kurikulum (c) Memfasilitasi guru untuk mengembangkan standar kompetensi setiap mata pelajaran (d) Memfasilitasi guru untuk menyusun silabus setiap mata pelajaran (e) Memfasilitasi guru untuk memilih buku sumber yang sesuai untuk setiap mata pelajaran (f) Mengarahkan tenaga kependidikan untuk menyusun rencana dan program pelaksanaan kurikulum (g) Membimbing guru dalam mengembangkan dan memperbaiki proses belajar mengajar (h) Mengarahkan tim pengembang kurikulum untuk mengupayakan kesesuaian kurikulum dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks), tuntutan dan kebutuhan masyarakat, dan kebutuhan peserta didik (i) Menggali dan memobilisasi sumberdaya pendidikan (j) Mengidentifikasi kebutuhan bagi pengembangan kurikulum lokal (k) Mengevaluasi pelaksanaan kurikulum personel sekolah atau mengelola administrasi personel sekolah (l) Mengelola konflik (m) Melakukan analisis jabatan dan menyusun uraian jabatan tenaga kependidikan (n) Memiliki apresiasi, empati, dan simpati terhadap tenaga kependidikan
6. Ssebagai supervisor (a) Memahami teori-teori kepengawasan (b) Memilih strategi yang tepat untuk mencapai visi, misi, tujuan, pelaksanaan kegiatan supervisi (c) Memiliki power dan kesan positif untuk mempengaruhi orang lain (d) Memiliki kemampuan (intelektual dan kalbu) sebagai smart of power supervisor principal agar mampu memobilisasi sumberdaya yang ada di lingkungannya (e) Mengambil keputusan secara terampil (cepat, tepat dan cekat) (f) Mendorong perubahan (inovasi)
23
sekolah (g) Berkomunikasi secara lancar (h) Menggalang teamwork yang kompak, cerdas dan dinamis (h) Mendorong kegiatan yang bersifat kreatif (i) Menciptakan sekolah sebagai organisasi belajar (learning organization)
7. Mengembangkan Budaya Maju a. Menerapkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang demokratis (b) Membentuk budaya kerjasama (l corporate culture) yang kuat (c) Menumbuhkan budaya profesionalisme saebagai penyelia (d) Menciptakan iklim yang kondusif-akademis (e) Menumbuhkembangkan keragaman budaya dalam kehidupan (f) Mengembangkan budaya maju dan kretivitas diri
8. Memiliki dan Melaksanakan Kreatifitas, dan Inovasi (a) Memahami dan menghayati arti dan tujuan perubahan (inovasi) professional (b) Menggunakan metode, teknik dan proses perubahan pembelajaran (c) Menumbuhkan iklim yang mendorong kebebasan berfikir untuk menciptakan kreativitas dan inovasi (d) Mendorong para guru untuk melakukan eksperimentasi, prakarsa/keberanian moral untuk melakukan hal-hal baru (e) Menghargai hasil-hasil kreativitas para guru dengan memberikan rewards (f) Menumbuhkan jiwa kretivitas para guru
9. Mengembangkan Diri(a) Mengidentifikasi karakteristik Penyelia tangguh (efektif) (b) Mengembangkan kemampuan diri pada dimensi tugasnya (c) Mengembangkan dirinya pada dimensi proses (pengambilan keputusan, pengkoordinasian/ penyerasian, pemberdayaan, pemrograman, pengevaluasian, dsb.) (d) Mengembangkan dirinya pada dimensi lingkungan (waktu, tempat, sumberdaya dan kelompok kepentingan) (e) Mengembangkan keterampilan personal yang meliputi organisasi diri, hubungan antarmanusia, pembawaan diri, pemecahan masalah, gaya bicara dan gaya menulis
10 .Mengelola Waktu (a). Mengelola waktu belajar (b) Mengelola waktu bimbingan dan konseling (c) Mengelola waktu penilaian (d) Mengelola waktu ekstra kurikuler (e) Mengelola waktu rekreasi (f) Mengelola waktu hari-hari besar/libur
11. Memberdayakan Sumberdaya Guru (a) Mengidentifikasi potensi-potensi sumberdaya guru yang dapat dikembangkan (b) Memahami tujuan pemberdayaan sumberdaya (c) Mengemukakan karakteristik guru berdaya (d) Mengemukakan contoh-contoh yang dapat membuat guru berdaya (e) Merencanakan cara-cara memberdayakan guru (f) Melaksanakan pemberdayaan guru (g) Menilai tingkat keberdayaan guru
12. Melakukan Koordinasi/Penyerasian (a) Mengkoordinasikan/menyerasikan sumberdaya guru dengan tujuan pendidikan dan pengajaran (b)berkoordinasi dengan sekolah dalam Menyiapkan input manajemen untuk mengelola sumberdaya (c) Mengintegrasikan permasalahan dan menyinkronkan ketatalaksanaan program (d) Menyusun mekanisme koordinasi antar guru dan unit-unit organisasi sekolah
13. Mengambil Keputusan secara Terampil (a) Menjaring informasi berkualitas sebagai bahan untuk mengambil keputusan (b) Mengambil keputusan secara terampil (cepat, tepat, cekat) (c) Memperhitungkan akibat pengambilan keputusan dengan penuh perhitungan (least cost and most benefit) (d) Menggunakan sistem informasi sekolah sebagai dasar dalam pengambilan keputusan
14. Melakukan Monitoring dan Evaluasi (a) Memahami dan menghayati arti, tujuan dan teknik monitoring dan evaluasi (b) Mengembangkan sistem monitoring dan evaluasi sekolah (c) Mengidentifikasi indikator-indikator sekolah yang efektif dan menyusun
24
instrumen (d) Menggunakan teknik-teknik monitoring dan evaluasi (e) Menyosialisasikan dan mengarahkan pelaksanaan monitoring dan evaluasi (f) Menganalisis data monitoring dan evaluasi (g) Memiliki komitmen kuat untuk memperbaiki kinerja sekolah berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi
15. Melaksanakan Supervisi (Penyeliaan) (a) Memahami dan menghayati arti, tujuan dan teknik supervisi (b) Menyusun program supervisi pendidikan (c) Melaksanakan program supervise (d) Memanfaatkan hasil-hasil supervisi (e) Melaksanakan umpan balik dari hasil supervisi
16 Menyiapkan,Melaksanakan & Menindaklanjuti Hasil supervisi (a) Memahami dan mensosialisasikan aspek-aspek yangdisupervisi (b) Melakukan evaluasi diri (c) Memfasilitasi pelaksanaansupervisii ( d) Menindaklanjuti hasil supervisii untuk meningkatkan mutu Belajar mengajar
17. Membuat Laporan Akuntabilitas supervisi (a) Menyebutkan dan memahami konsep-konsep laporan (b) Membuat laporan akuntabilitas kinerja guru (c) Mempertanggungjawabkan hasil kerja supervise (d) Membuat penyusunan hasil superisi secara cepat, tepat, dan cekat berdasarkan hasil pertanggungjawaban (e) Memperbaiki hasil temuan perencanaan untuk jangka pendek, menengah dan panjang
6. Supriadi, (1998).Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru “Pemerintah” telah berupaya
untuk meningkatkan profesionalisme guru diantaranya meningkatkan kualifikasi dan
persyaratan jenjang pendidikan yang lebih tinggi bagi tenaga pengajar mulai tingkat
persekolahan sampai perguruan tinggi. Program penyetaaan Diploma II bagi guru-guru SD,
Diploma III bagi guru-guru SLTP dan Strata I (sarjana) bagi guru-guru SLTA. Meskipun
demikian penyetaraan ini tidak bermakna banyak, kalau guru tersebut secara entropi kurang
memiliki daya untuk melakukan perubahan. Selain diadakannya penyetaraan guru-guru,
upaya lain yang dilakukan pemerintah adalah program sertifikasi.
7. Pantiwati, (2001) mengungkapka bahwa Program sertifikasi telah dilakukan oleh Direktorat
Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam (Dit Binrua) melalui proyek Peningkatan Mutu
Pendidikan Dasar (ADB Loan 1442-INO) yang telah melatih 805 guru MI dan 2.646 guru MTs
dari 15 Kabupaten dalam 6 wilayah propinsi yaitu Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, NTB dan Kalimantan Selatan Selain sertifikasi upaya lain yang telah dilakukan di
Indonesia untuk meningkatkan profesionalisme guru, misalnya PKG (Pusat Kegiatan Guru,
dan KKG (Kelompok Kerja Guru) yang memungkinkan para guru untuk berbagi pengalaman
dalam memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi dalam kegiatan mengajarnya
25
8. Profesionalisasi harus dipandang sebagai proses yang terus menerus. Dalam proses ini,
penataran, pembinaan dari organisasi profesi dan tempat kerja, penghargaan masyarakat
terhadap profesi keguruan, penegakan kode etik profesi, sertifikasi, peningkatan kualitas
guru, imbalan, dll secara bersama-sama menentukan kompetensi profesionalisme guru. (
pendidikan Networ 2003).
9. Dari beberapa upaya yang telah dilakukan pemerintah di atas, faktor yang paling penting
agar guru-guru dapat meningkatkan kompetensi dan kualifikasi dirinya yaitu dengan
menyetarakan banyaknya jam kerja dengan gaji guru. Program apapun yang akan diterapkan
pemerintah tetapi jika gaji guru rendah, jelaslah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya guru
akan mencari pekerjaan tambahan untuk mencukupi kebutuhannya. Tidak heran kalau guru-
guru di negara maju kualitasnya tinggi atau dikatakan profesional, karena penghargaan
terhadap jasa guru sangat tinggi.
10. Dalam Journal PAT (2001) dijelaskan bahwa di Inggris dan Wales untuk meningkatkan
profesionalisme guru pemerintah mulai memperhatikan pembayaran gaji guru diseimbangkan
dengan beban kerjanya. Di Amerika Serikat hal ini sudah lama berlaku sehingga tidak heran
kalau pendidikan di Amerika Serikat menjadi pola anutan negara-negara ketiga. Di Indonesia
telah mengalami hal ini tetapi ketika jaman kolonial Belanda. Setelah memasuki jaman orde
baru semua ber ubah sehingga kini dampaknya terasa, profesi guru menduduki urutan
terbawah dari urutan profesi lainnya seperti dokter, jaksa, dll. (Pendidikan Network dalam
Artikel : Ani M Hasan, 2003 )
26
BAB IVDISAIN KEGIATAN PELATIHAN PENINGKATAN KINERJA GURU
”Pemanfaatan Pengintegrasian ICT & WEB”
PENINGKATAN KINERJA GURU
SMA NEGERI 2 MATARAM
MELALUI PELATIHAN PEMANFAATAN PENGINTEGRASIAAN
ICT DAN WEB TANGGAL, 17, 24 DAN 31 JANUARI 2010
MATERI PELATIHAN PENULISAN BAHAN AJAR BERBASIS WEB
PEMBUATAN WEB BLOG FORMULAPEMBUATAN WEB BLOG
MENGGUNAKAN WORDPRESS2010
27
Dalam Pembuatan Software Bahan PembelajaranBagi Guru / Tenaga Kependidikan
SMA NEGERI 2 MATARAM TAHUN PEMBELAJARAN 2009/2010
17, 24 dan 31 Januari 2010PRAKATA
Wujud Kepedulian dari SMA Negeri 2 Mataram akan menyelenggarakan kegiatan Kelompok Kerja Pengintegrasian Pemanfaatan Bahan Belajar Berbasis ICT dan Web guna mengimplementasikan kegiatan yang diselenggarakan oleh Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan (PUSTEKKOM), merupakan salah satu unit di lingkungan Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) mempunyai tugas mengembangkan, membina, dan mengevaluasi kegiatan di bidang teknologi pendidikan dan pendayagunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk pendidikan. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Pustekkom menyelenggarakan fungsi diantaranya mengembangkan model dan media pembelajaran berbasis teknologi informasi, teknologi komunikasi dan teknologi pembelajaran untuk semua jalur, jenis dan jenjang pendidikan. Untuk melaksanakan kegiatan tugas tersebut
KATA PENGANTAR Dengan selalu mengucap puji syukur alhamdulillah dipanjatkan kepada Allah SWT atas
limpahan rahmat taufiq inayahNya, proposal kegiatan ini dapat tersusun meskipun dalam bentuk yang
sangat sederhana. Kegiatan Pelatihan Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan
28
diselenggarakan agar semua fihak memiliki kepedulian dalam rangka pemanfaatan perkembangan
keilmuan agar dapat memiliki perubahan daya berfikir cerdas kreatif inovatif madani. Ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dan informasi dalam berbagi hal kehidupan manusia terus
menerus berkembang dengan pesatnya, secara langsung berdampak terhadap dunia pendidikan.
Berkembang cepatnya IPTEK dan informasi dimaksud tidak jarang para ilmuan mengalami kesulitan
menghadapi dampak dan tantangan nyata yang timbul sebagai akibat dari berbagai macam teori dan
praktek serta persepsi yang dikembangkannya. Kendati perbedaan itu timbul, sudah banyak pula
dirasakan manfaatnya bagi dunia pendidikan.
Kesempatan mengembangkan diri, bukan hanya semata-mata ditentukan oleh tingkat
kecerdasan, bakat dan minatnya akan tetapi kompetensi/ kemampuan dasar yang dimiliki dan disiplin,
disamping itu juga memiliki etos kerja yang tinggi, disiplin serta sangat dominan terlepas dari hal-hal
yang melatarbelakangi pengembangan diri suatu pekerjaan, tidak kalah pentingnya adalah faktor
lingkungan kerja yang pertama kali mempengaruhi pertumbuhan perkembangan personal/individu
Tidak semua guru dapat berbuat sesuai , dengan keadaa ataupun harapan, hal ini disebabkan oleh
kelayakan atau tidaknya suatu pekerjaan yang ditekuni. Namun demikian sangat tergantung pada
kemampuan menyesuaikan diri terhadap kewajiban pekerjaan/ jabatan keprofesionalan dari masing-
masing individu.
Harapan agar kiranya pengajuan proposal ini dapat diterima dan dikabulkan permohonan kami serta
bermanfaat sebagai salah satu informasi dalam usaha untuk pengembangan pendididkan pada
umumnya melalui upaya pelatihan pemenfaatan pengintegrasian ICT dan Web dalam pembuatan
software bahan pembelajaran yang dipandang perlu mendapat perhatian dalam upaya
pengembangan kependidikan di masa yang akan datang.
LATAR BELAKANG Pada abad 21 merupakan abad pengetahuan karena pengetahuan menjadi landasan utama
segala aspek kehidupan, yang sangat dipengaruhi oleh adanya sepuluh kecenderungan besar yang akan terjadi pada pendidikan di abad 21 yaitu;
(1) dari masyarakat industri ke masyarakat informasi, (2) dari teknologi yang dipaksakan ke teknologi tinggi, (3) dari ekonomi nasional ke ekonomi dunia, (4) dari perencanaan jangka pendek ke perencanaan jangka panjang,(5) dari sentralisasi ke desentralisasi, (6) dari bantuan institusional ke bantuan diri,
29
(7) dari demokrasi perwakilan ke demokrasi partisipatoris, (8) dari hierarki-hierarki ke penjaringan, (9) dari utara ke selatan, dan (10)dari/atau ke pilihan majemuk.
Implikasi kecenderungan di atas berdampak terhadap dunia pendidikan yang meliputi aspek kurikulum, manajemen pendidikan, tenaga kependidikan, strategi dan metode pendidikan dipengaruhi dengan adanya delapan kecenderungan besar di Asia yang ikut mempengaruhi dunia yaitu;
(1) dari negara bangsa ke jaringan, (2) dari tuntutan eksport ke tuntutan konsumen, (3) dari pengaruh Barat ke cara Asia, (4) dari kontrol pemerintah ke tuntutan pasar, (5) dari desa ke metropolitan, (6) dari padat karya ke teknologi canggih, (7) dari dominasi kaum pria ke munculnya kaum wanita, (8) dari Barat ke Timur.
Kecenderungan itu akan mempengaruhi tata nilai dalam berbagai aspek, pola dan gaya hidup masyarakat baik di desa maupun di kota. Pada gilirannya semua itu akan mempengaruhi pola-pola pendidikan yang lebih disukai dengan tuntutan kecenderungan tersebut.Dalam hubungan dengan ini pendidikan ditantang untuk mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang mampu menghadapi tantangan kecenderungan itu tanpa kehilangan nilai-nilai kepribadian dan budaya bangsanya. mengutip pendapat Surya (1998) mengungkapkan bahwa pendidikan di Indonesia di abad 21 mempunyai karakteristik sebagai berikut:
(1) Pendidikan nasional mempunyai tiga fungsi dasar yaitu; (a) untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, (b) untuk mempersiapkan tenaga kerja terampil dan ahli yang diperlukan dalam proses industrialisasi, (c) membina dan mengembangkan penguasaan berbagai cabang keahlian ilmu pengetahuan dan teknologi;
(2) Sebagai negara kepulauan yang berbeda-beda suku, agama dan bahasa, pendidikan tidak hanya sebagai proses transfer pengetahuan saja, akan tetapi mempunyai fungsi pelestarian kehidupan bangsa dalam suasana persatuan dan kesatuan nasional;
(3) Dengan makin meningkatnya hasil pembangunan, mobilitas penduduk akan mempengaruhi corak pendidikan nasional;
(4) Perubahan karakteristik keluarga baik fungsi maupun struktur, akan banyak menuntut akan pentingnya kerja sama berbagai lingkungan pendidikan dan dalam keluarga sebagai intinya. Nilai-nilai keluarga hendaknya tetap dilestarikan dalam berbagai lingkungan pendidikan;
(5) Asas belajar sepanjang hayat harus menjadi landasan utama dalam mewujudkan pendidikan untuk mengimbangi tantangan perkembangan jaman; (6) Penggunaan berbagai inovasi Iptek terutama media elektronik, informatika, dan komunikasi dalam berbagai kegiatan pendidikan,
(7) Penyediaan perpustakaan dan sumber-sumber belajar sangat diperlukan dalam menunjang upaya pendidikan dalam pendidikan;
(8) Publikasi dan penelitian dalam bidang pendidikan dan bidang lain yang terkait, merupakan suatu kebutuhan nyata bagi pendidikan di abad pengetahuan.
Pendidikan di abad pengetahuan menuntut adanya manajemen pendidikan yang modern dan profesional dengan bernuansa pendidikan. Lembaga-lembaga pendidikan diharapkan mampu mewujudkan peranannya secara efektif dengan keunggulan dalam kepemimpinan, staf, proses belajar mengajar, pengembangan staf, kurikulum, tujuan dan harapan, iklim sekolah, penilaian diri, komunikasi, dan keterlibatan orang tua/masyarakat. Tidak kalah pentingnya adalah sosok penampilan guru yang ditandai dengan keunggulan dalam nasionalisme dan jiwa juang, keimanan dan ketakwaan, penguasaan iptek, etos kerja dan disiplin, profesionalisme, kerjasama dan belajar dengan berbagai disiplin, wawasan masa depan, kepastian karir, dan kesejahteraan lahir batin.
DASAR PEMIKIRAN
30
Berbicara masalah Sumber Daya Manusia, dalam hal ini, Pendidikanlah memegang peran yang sangat penting terintegrasi dalam proses Peningkatan Kualitasnya itu sendiri. Pemerintah bersama kalangan swasta sama-sama telah dan terus berupaya mewujudkan amanat tersebut melalui berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas antara lain melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya. Tetapi pada kenyataannya upaya pemerintah tersebut belum cukup berarti dalam meningkatkan kuailtas pendidikan. Salah satu indikator relatif sangat kecil, sebagaimana dalam bentuk pengembangan ICT di daerah. Karena sebagian besar belum terbiasa dan tidak tahu akan hal itu.
Harapan agar kiranya pengajuan Kegiatan Pelatihan ini dapat diterima dan dikabulkan permohonan kami serta bermanfaat sebagai salah satu informasi dalam usaha untuk pengembangan pendididkan pada umumnya melalui upaya pelatihan pemenfaatan pengintegrasian ICT dan Web dalam pembuatan software bahan pembelajaran yang dipandang perlu mendapat perhatian dalam upaya pengembangan kependidikan di masa yang akan datang.
RASIONALISASI PROFESI GURUGuru yang profesional tentunaya memiliki tingkat berfikir kreatif, inovatif dan madani serta memilki
komitmen tinggi terhadap tugasnya, selalu menjunjung tinggi citra profesi guru Kosenu Weight (1981) menyatakan bahwa guru memiliki tingkat kemamppuan berbeda-beda:Guru yang tigkat kinerjanya rendah memiliki ciri-ciri sebaagai berikut: a) Taidak memikliki kemampuan melaksanakan tugas mengajar sesuai progaram yang telah disusunya b) tiodak memilki kemampuan menemukan program pengajaran c) tiadak memiliki kemampuan dalam melaksanakan program hasil belajar siswa Guru yang tingkat kinerjanya tinggi memiliki karakteristik sebagai berikut:
a)memilki kemampuan merencanakan progaram pengajaran b)Memilki kemampuanmelaksanakan tugas mengajar sesuai program yanag telah disusunnya. c) memilki kemampuan melaksanakan evaluasi belajar
Persyaratan dan tututan guru yang profesional antara lain : 1) Menuntut adanya keterampilan berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam 2) Memilki keahlian di bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya 3) Memiliki kelayakan pendidikan 4) Memilki kepekaan terhadap dampak yang terjadi di masyarakat dari pekerjaan yang dilaksanakan 5) Sejalan dengan pengemabangan dinamika kehidupan 6) Memilki kode etik sebagaia acuan melaksanakan tugas dan fungsinya. 7) Memilki objek layanan yang tetap 8) Diakui oleh masyarakat karena diperlukan jasanya.Jabatan guru secara hakiki adalah panggilan untuk melayanuin peserta didiknya yang diserahkan tanggung jawab kepada mereka, suka atau tida suka guru harus sanggup untuk bersikap profesional yang meliputi: (a) Pengetahuan mereka terhadap murid yang dibimbingnya, (b). Terhadap pelajaran yang diajarkan (c). Keterampilan guru dalam memotivasi dan membimbing cara murid belajar.
PANDUAN MATERI PELATIHAN PENULISAN BAHAN AJAR
BERBASIS WEB
31
PANDUAN MATERI PELATIHAN PENULISAN BAHAN AJAR
BERBASIS WEB
32
33
34
35
36
37
38
39
40
MATERI PANDUAN
PEMBUATAN WEB BLOG
41
MATERI PANDUAN
PEMBUATAN WEB BLOG
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
PANDUANPEMBUATAN WEB BLOG
MENGGUNAKAN WORDPRESS53
PANDUANPEMBUATAN WEB BLOG
MENGGUNAKAN WORDPRESS
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
BAB V PENUTUP
A. SIMPULAN
1. Kinerja Penyelia adalah Kemampuan yang ditunjukkan oleh seorang penyelia,
sebagai suatu unjuk kerja dengan ketrampilan yangdimiliki dalam melaksanakan
tugas atau pekerjaannya . Kinerja tersebut dapat diamati melalui yang ditampilkan
berupa hasil kerja dari suatu ketrampililan dan keprofesionalan dari seorang
68
penyelia sesuai dengan tugas, wewenang tanggung jawab yang diembankan,
sebagai hasil prestasi yang dicapainya.
2. Terdapat tujuh belas persyaratan yang dipersyaratkan kepada para penyelia dalam
penyelenggaraan Otonomi pendidikan adalah sebagai berikut : 2.1. Memiliki
Landasan dan Wawasan Pendidikan : (a) Memahami landasan pendidikan: filosofi,
disiplin ilmu , Memahami dan menghayati hakikat manusia, hakikat masyarakat,
hakikat pendidikan, hakikat sekolah, hakikat guru, hakikat peserta didik dan hakikat
proses belajar mengajar, Memahami aliran-aliran pendidikan, Menerapkan
pembinaan pendekatan keterbukaan, menghayati, dan melaksanakan tujuan dan
fungsi pendidikan nasional, memahami kebijakan, perencanaan, dan program
pendidikan nasional, propinsi, dan kabupaten/kota, kebijakan, perencanaan, dan
program pendidikan 2.2 Menggunakan system supervisi sebagai pegangan cara
berfikir, cara mengelola dan cara menganalisis, mengembangkan proses belajar
mengajar, pengkoordinasian, pengambilan keputusan, pemberdayaan,
pemotivasian, pemantauan, pensupervisian, pengevaluasian, meningkatkan
kualitas, produktivitas, efisiensi, efektivitas, dan inovasi diri, memahami dan
menghayati Standar Pelayanan Minimal 2.3. Memahami Manajemen Peningkatan
Mutu Berbasis Sekolah (MPBS) : Memahami dan menghayati hakikat otonomi
pendidikan, memahami dan menghayati hakikat pendidikan berbasis masyarakat
(community based education), memahami dan menghayati arti, tujuan dan
karakteristik MPMBS, dalam kerangka otonomi pendidikan dan melaksanakan
tahap-tahap implementasi MPMBS, mengevaluasi tingkat keberhasilan MPMBS.
2.3.) membina guru untuk mengembangkan standar kompetensi mata pelajaran,
69
membina guru untuk menyusun silabus setiap mata pelajaran 2.4. Mengarahkan
guru untuk memilih buku sumber yang sesuai untuk mata pelajaran 2.5
Membimbing guru dalam mengembangkan dan memperbaiki proses belajar
mengajar 2.6. sebagai supervisor: Memahami teori-teori kepengawasan memilih
strategi yang tepat untuk mencapai visi, misi, tujuan, pelaksanaan kegiatan
supervise, memiliki power dan kesan positif untuk mempengaruhi orang lain,
memiliki kemampuan (intelektual dan kalbu) sebagai smart of power supervisor
principal agar mampu memobilisasi sumberdaya yang ada, mengambil keputusan
secara terampil (cepat, tepat dan cekat), mendorong perubahan (inovasi) sekolah,
berkomunikasi secara lancar menggalang teamwork yang kompak, cerdas dan
dinamis melaluui MKPG mendorong kegiatan yang bersifat kreatif, menciptakan
MKPG sebagai organisasi belajar (learning organization)2.7. Mengembangkan
Budaya Maju , menerapkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang
demokratis, membentuk budaya kerjasama ( coorporate culture) yang kuat
menumbuhkan budaya profesionalisme saebagai penyelia, menciptakan iklim yang
kondusif-akademis, menumbuhkembangkan keragaman budaya dalam kehidupan,
mengembangkan budaya maju dan kretivitas diri 2.8. Memiliki dan Melaksanakan
Kreatifitas, dan Inovasi, memahami dan menghayati arti dan tujuan perubahan
(inovasi) professional, menggunakan metode, teknik dan proses perubahan
pembelajaran, menumbuhkan iklim yang mendorong kebebasan berfikir untuk
menciptakan kreativitas dan inovasi (d) Mendorong para guru untuk melakukan
eksperimentasi, prakarsa/keberanian moral untuk melakukan hal-hal baru,
menghargai hasil-hasil kreativitas para guru dengan memberikan rewards,
70
menumbuhkan jiwa kretivitas para guru 2.9. Mengembangkan Diri mengidentifikasi
karakteristik Penyelia tangguh (efektif), mengembangkan kemampuan diri pada
dimensi tugasnya, mengembangkan dirinya pada dimensi proses (pengambilan
keputusan, pengkoordinasian/ penyerasian, pemberdayaan, pemrograman,
pengevaluasian, dsb.), mengembangkan dirinya pada dimensi lingkungan (waktu,
tempat, sumberdaya dan kelompok kepentingan), mengembangkan keterampilan
personal yang meliputi organisasi diri, hubungan antarmanusia, pembawaan diri,
pemecahan masalah, gaya bicara dan gaya menulis 2.10.Mengelola Waktu :
Mengelola waktu belajar, mengelola waktu bimbingan guru, mengelola waktu
penilaian 2. 11. Memberdayakan Sumberdaya Guru Mengidentifikasi potensi-
potensi sumberdaya guru yang dapat dikembangkan, memahami tujuan
pemberdayaan sumberdaya mengemukakan karakteristik guru berdaya,
mengemukakan contoh-contoh yang dapat membuat guru berdaya, merencanakan
cara-cara memberdayakan guru, melaksanakan pemberdayaan guru, menilai
tingkat keberdayaan guru 2.12. Melakukan Koordinasi/Penyerasian
Mengkoordinasikan /menyerasikan sumberdaya guru dengan tujuan pendidikan
dan pengajaran, berkoordinasi dengan sekolah dalam Menyiapkan input
manajemen untuk mengelola sumberdaya Mengintegrasikan permasalahan dan
menyinkronkan ketatalaksanaan program 2.13. Mengambil Keputusan secara
Terampil, Menjaring informasi berkualitas sebagai bahan untuk mengambil
keputusan Mengambil keputusan secara terampil (cepat, tepat, cekat)
Memperhitungkan akibat pengambilan keputusan dengan penuh perhitungan (least
cost and most benefit) Menggunakan sistem informasi sekolah sebagai dasar
71
dalam pengambilan keputusan 2.14. Melakukan Monitoring dan
Evaluasi Memahami dan menghayati arti, tujuan dan teknik monitoring dan evaluasi
Mengembangkan sistem monitoring dan evaluasi sekolah Mengidentifikasi
indikator-indikator sekolah yang efektif dan menyusun instrument Menggunakan
teknik-teknik monitoring dan evaluasi Menyosialisasikan dan mengarahkan
pelaksanaan monitoring dan evaluasi menganalisis data monitoring dan evaluasi,
memiliki komitmen kuat untuk memperbaiki kinerja guru berdasarkan hasil
monitoring dan evaluasi 2.15. Melaksanakan Supervisi (Penyeliaan) Memahami
dan menghayati arti, tujuan dan teknik supervise, menyusun program supervisi
pendidikan melaksanakan program supervise, memanfaatkan hasil-hasil supervisi
melaksanakan umpan balik dari hasil supervisi 2.16 Menyiapkan,Melaksanakan
& Menindaklanjuti Hasil supervisi Memahami dan mensosialisasikan aspek-aspek
yangdisupervisi melakukan evaluasi diri memfasilitasi pelaksanaansupervisi,
menindaklanjuti hasil supervisii untuk meningkatkan mutu Belajar mengajar 2.17.
Membuat Laporan Akuntabilitas supervisi dengan memahami konsep-konsep
laporan, membuat laporan akuntabilitas kinerja guru, mempertanggungjawabkan
hasil kerja supervise, menyusun hasil supervisi secara cepat, tepat, dan cekat
berdasarkan hasil pertanggungjawaban, memperbaiki hasil temuan perencanaan
untuk jangka pendek, menengah dan panjang
3. Memperhatikan peran guru dan tugas guru sebagai salah satu faktor determinan
bagi keberhasilan pendidikan, maka keberadaan dan peningkatan profesi guru
menjadi wacana yang sangat penting. Pendidikan di abad pengetahuan menuntut
72
adanya manajemen pendidikan modern dan profesional dengan bernuansa
pendidikan.
4. profesionalisme menekankan kepada penguasaan ilmu pengetahuan atau
kemampuan manajemen beserta strategi penerapannya. Maister (1997)
mengemukakan bahwa profesionalisme bukan sekadar pengetahuan teknologi dan
manajemen tetapi lebih merupakan sikap, pengembangan profesionalisme lebih
dari seorang teknisi bukan hanya memiliki keterampilan yang tinggi tetapi memiliki
suatu tingkah laku yang dipersyaratkan.
5. Profesi Guru dipersyaratkan adalah : 1) Guru mempunyai komitmen pada siswa dan
proses belajarnya, (2) Guru menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran
yang diajarkannya serta cara mengajarnya kepada siswa, (3) Guru bertanggung
jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai cara evaluasi, (4) Guru
mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari
pengalamannya, (5) Guru seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar
dalam lingkungan profesinya.
6. Guru yang profesional pada dasarnya ditentukan oleh attitudenya yang berarti pada
tataran kematangan yang mempersyaratkan willingness dan ability, baik secara
intelektual maupun pada kondisi yang prima. Profesionalisasi harus dipandang
sebagai proses yang terus menerus, tidak teputus hanya pada saat diperlukan
sebagai pengakuan masyarakat.
7. Profesionalisme sebagai penunjang kelancaran kinerja Penyelia dan guru dalam
melaksanakan tugasnya, sangat dipengaruhi oleh dua faktor besar yaitu faktor
internal yang meliputi minat dan bakat dan faktor eksternal yaitu berkaitan dengan
73
lingkungan sekitar, sarana prasarana, serta berbagai latihan yang dilakukan guru.
(Sumargi, 1996) Profesionalisme guru dan tenaga kependidikan masih belum
memadai utamanya dalam hal bidang keilmuannya
B. SARAN
1. Perlunya Pemberdayaan terus menerus dari Pemerintah yang telah berupaya untuk
meningkatkan profesionalisme guru diantaranya meningkatkan kualifikasi dan
persyaratan jenjang pendidikan yang lebih tinggi bagi tenaga pengajar mulai tingkat
persekolahan sampai perguruan tinggi. Program penyetaaan Diploma II bagi guru-
guru SD, Diploma III bagi guru-guru SLTP dan Strata I (sarjana) bagi guru-guru
SLTA. Meskipun demikian penyetaraan ini tidak bermakna banyak, kalau guru
tersebut secara entropi kurang memiliki daya untuk melakukan perubahan, dan
tidak hanya guru akan tetapi juga pemberdayaan peningkatan profesionalisme
penyelia
2, Selain diadakannya penyetaraan guru-guru, upaya lain yang dilakukan pemerintah
adalah program sertifikasi. Program sertifikasi telah dilakukan oleh Direktorat
Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam (Dit Binrua) melalui proyek Peningkatan
Mutu Pendidikan Dasar hendaknya terus diberdayakan
74
DAFTAR RUJUKAN PUSTAKAAhmad Azhari, 2001, Supervisi rencana program pembelajaran , Rian Putra Jakarta.Akadum. 1999. Potret Guru Memasuki Milenium Ketiga. Suara Pembaharuan. (Online)
(http://www.suara pembaharuan.com/News/1999/01/220199/OpEd, diakses oleh pendidikan network7 Juni 2001).
Ani M Hasan, Mahasiswi di PPs Universitas Negeri Malang 2003, Artikel: Pengembangan Profesionalisme Guru di Abad Pengetahuan Pendidikan Network Jakarta
Arifin, I. 2000. Profesionalisme Guru: Analisis Wacana Reformasi Pendidikan dalam Era Globalisasi. Simposium Nasional Pendidikan di Universitas Muham-madiyah Malang, diakses oleh pendidikan network 25-26 Juli 2001.
Briggs TH I Improving Instruction Now York The Max Milla CompanyC F John R D French /Betran Reven The Basic of Social Power Group Dynamis D Cart wright /AF
Zender Karlenger F N , Foundation of behavour Reaseach New York Hall Rainebart IncDepdiknas, 2001Buku Pedoman MPMBS, JakartaTim Dosen FIP , IKIP Malang , 1980, Pengantar Dasar Dasar Pendidikan Usaha Nasional Surabaya.Suryadi, S.P. Manajemen Mutu terpadu (TQM) abad 21, Studi Kasus dan Analisis, PT Bumi Aksara
Jakarta. Pidarta Made , 1990 Perencanaan Pendidikan participation dengan System Pendidikan Rineka Cipta.Piet A Suhertian, 1982 Prinsip dan Teknik supervisipendidikan , Usaha Nasional Surabaya Qodri A Azizy, 2003 Pedoman Pengawasan atas pelaksanaan Tugas guru Pendidikan Agama Islam (
TK, SD/Mi,MTs/SMP, SMU/MA ) Departemen Agama RI Jaharta.____________2003 Pedoman Pelaksanaan supervise Pendidikan Agama Islam Departemen Agama
RI Jakarta Tilaar, HAA, 2001, Manajemen Pendidikan Nasional Kajian Masa depan Bandung , PT Renaji
Kosdakarya Muchlas, 2003 , Model Model Manajemen, Studi Kasus Daya Pengetahuan dan Ketrampilan , UNESA
Surabaya.
75
Tauhid LM, 1986 Kepribadian Kretif Keterkaitannya dengan Kualitas Interaksi Guru dan Siswa ( Orasi Ilimiah DiesNatalis Universitas Mataram )
Zakiah Derajat, 1986, Kesehatan Mental Guru, Agung Jakarta Effendi, 1979 Human Relation and Public Relation dalam Manajemen Bandung Dahrin, D. 2000. Memperbaiki Kinerja Pendidikan Nasional Secara Komprehensip: Transformasi
Pendidikan. Komunitas, Forum Rektor Indonesia. Vol.1 No. Hlm 24 pendidikan network 25-26 Juli 2001.
Degeng, N.S. 1999. Paradigma Baru Pendidikan Memasuki Era Desentralisasi dan Demokrasi. Jurnal Getengkali Edisi 6 Tahun III 1999/2000. Hlm. 2-9.
DIRJEN Lembaga Agama Islam,2003 Pedoman Administrasi supervise Pendidikan , Departemen Agama RI Jakarta
____________2003 Kendali Mutu Pendidikan Agama Islam Departemen Agama RI Jakarta____________2003 , Profesionalisme Pengawas Pendidikan Agama Islam Departemen Agama RI
JakartaGalbreath, J. 1999. Preparing the 21st Century Worker: The Link Between Computer-Based
Technology and Future Skill Sets. Educational Technology Nopember-Desember 1999. Hlm. 14-22.
Hadiyanto dan Subijanto (2003 ), dalam artikel Pengembalikan Kebebasan Guru untuk Mengkreasi Iklim Kelas dalam Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) diakses melalui Pendidikan Network Maju tak gentar membela yang benar
Ki Gunawan (12 Juli 2003) seorang Pengamat di Yogyakarta , dalam Judul Artikel: UAN Dalam Perspektif Desentralisasi Pendidikan Topik: Sistem Evaluasi , Pendidikan Network Jakarta
Maister, DH. 1997. True Professionalism. New York: The Free Press. Makagiansar, M. 1996. Shift in Global paradigma and The Teacher of Tomorrow, 17th. Convention of the Asean Council of Teachers (ACT); 5-8 Desember, 1996, Republic of Singapore.
Naisbitt, J. 1995. Megatrend Asia: Delapan Megatrend Asia yang Mengubah Dunia, (Alih bahasa oleh Danan Triyatmoko dan Wandi S. Brata): Jakarta: Gramdeia.
Nasanius, Y. 1998. Kemerosotan Pendidikan Kita: Guru dan Siswa Yang Berperan Besar, Bukan Kurikulum. Suara Pembaharuan. (Online) (http://www.suara pembaharuan.com/News/1998/08/230898, diakses 7 Juni 2001).Hlm. 1-2.
NRC. 1996. Standar for Professional Development for Teacher Sains. Hlm. 59-70 Pantiwati, Y. 2001. Upaya Peningkatan Profesionalisme Guru Melalui Program Sertifikasi Guru
Bidang Studi (untuk Guru MI dan MTs). Makalah Dipresentasikan. Malang: PSSJ PPS Universitas Malang. Hlm.1-12.
SIXTUS TANJE (3 Oktober 2002 | 609 dalam artikel berjudul “ KURIKULUM BERBASIS REALITAS”, Pendidikan Network Jakarta
Stiles, K.E. dan Loucks-Horsley, S. 1998. Professional Development Strategies: Proffessional Learning Experiences Help Teachers Meet the Standards. The Science Teacher. September 1998. hlm. 46-49). Sumargi. 1996. Profesi Guru Antara Harapan dan Kenyataan. Suara Guru No. 3-4/1996. Hlm. 9-11
Supriadi, D. 1998. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Jakarta: Depdikbud. Surya, H.M. 1998. Peningkatan Profesionalisme Guru Menghadapi Pendidikan Abad ke-21n (I); Organisasi & Profesi. Suara Guru No. 7/1998. Hlm. 15-17.
76
Semiawan, C.R. 1991. Mencari Strategi Pengembangan Pendidikan Nasional Menjelang Abad XXI. Jakarta: Grasindo.
Galbreath, J. 1999. Preparing the 21st Century Worker: The Link Between Computer-Based Technology and Future Skill Sets. Educational Technology Nopember-Desember 1999. Hlm. 14-22.
Maister, DH. 1997. True Professionalism. New York: The Free Press. Makagiansar, M. 1996. Shift in Global paradigma and The Teacher of Tomorrow, 17th. Convention of the Asean Council of Teachers (ACT); 5-8 Desember, 1996, Republic of Singapore.
Pantiwati, Y. 2001. Upaya Peningkatan Profesionalisme Guru Melalui Program Sertifikasi Guru Bidang Studi (untuk Guru MI dan MTs). Makalah Dipresentasikan. Malang: PSSJ PPS Universitas Malang. Hlm.1-12.
Journal PAT. 2001. Teacher in England and Wales. Professionalisme in Practice: the PAT Journal. April/Mei 2001. (Online) (http://members. aol.com/PTRFWEB/journal1040.html, diakses 7 Juni 2001)
Tilaar, H.A.R. 1999. Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional Dalam Perspektif Abad 21. Magelang: Indonesia Tera.
Trilling, B. dan Hood, P. 1999. Learning, Technology, and Education Reform in the Knowledge Age or "We're Wired, Webbed, and Windowed, Now What"? Educational Technology may-June 1999. Hlm. 5-18.
Yusuf A Hasan, M.Idrus & Siswanto, Pedoman Pengawasan untuk Madrasah dan Sekolah Umum , CV Mekar Jaya Jakarta.
Sumargi. 1996. Profesi Guru Antara Harapan dan Kenyataan. Suara Guru No. 3-4/1996. Hlm. 9-11
.
77