peningkatan keterampilan membaca puisi melalui …
TRANSCRIPT
ii
PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PUISI
MELALUI TEKNIK PEMODELAN BERKELOMPOK
PADA SISWA KELAS X MA NEGERI KUTOWINANGUN
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
SKRIPSI
Disusun sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Ahmad Tambah Kurniadi
NIM 082110085
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2013
iii
iv
v
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
nama : Ahmad Tambah Kurniadi
NIM : 082110085
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
judul skripsi : Peningkatan Keterampilan Membaca Puisi
melalui Teknik Pemodelan Berkelompok
pada Siswa Kelas X MA Negeri Kutowinangun
Tahun Pelajaran 2012/2013
pembimbing : 1. Drs. Mohammad Fakhrudin, M. Hum.
2. Umi Faizah, M. Pd.
menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya sendiri,
bukan plagiat karya orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya. Pendapat atau
temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan
kode etik ilmiah.
Apabila terbukti/dapat dibuktikan bahwa skripsi ini adalah hasil plagiat, saya
bersedia bertanggung jawab secara hukum yang diperkarakan oleh Universitas
Muhammadiyah Purworejo.
Purworejo, 20 Maret 2013
Yang membuat pernyataan,
Ahmad Tambah Kurniadi
vi
MOTO DAN PERSEMBAHAN
OTOM
“Boleh Jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi
(pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui,
sedang kamu tidak mengetahui”. (QS, Al-Baqarah: 216)
Konsep dan sistem yang sempurna. Cirinya adalah jelas, menyeluruh, dan berpengaruh.
Keprajuritan yang sempurna. Cirinya adalah keimanan, kecintaan, dan rela berkorban.
Kepemimpinan yang sempurna. Ciriya adalah keikhlasan, kapabiliti, dan kebulatan
tekad. (Hasan Al- Banna)
PERSEMBAHAN
Teriring syukurku pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk:
“Bapak dan Ibu”
Doamu yang tiada terputus, kerja keras tiada henti, pengorbanan dan kasih
sayang tidak terbatas pula. Semuanya membuatku bangga memiliki kalian.
Tiada kasih sayang yang seindah dan seabadi kasih sayangmu.
“Seluruh teman seperjuangan, Arek PBSI 2008”
Terimakasih atas semangat, perjuangan dan kerjasamanya.
vii
PRAKATA
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang
memberi ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Peningkatan Keterampilan Membaca Puisi
melalui Teknik Pemodelan Berkelompok pada Siswa Kelas X MA Negeri
Kutowinangun Tahun Pelajaran 2012/2013”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah
Purworejo. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis
menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:
1. Rektor Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan
Program Sarjana.
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah
Purworejo yang telah memberikan izin dan rekomendasi kepada penulis
mengadakan penelitian dan mengumpulkan data untuk penyusunan skripsi
ini.
viii
3. Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas
Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan perhatian dan dorongan
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Drs. Mohammad Fakhrudin, M. Hum. selaku dosen pembimbing I dan Ibu
Umi Faizah, M.Pd. selaku pembimbing II yang telah banyak membimbing,
mengarahkan, memotivasi dengan penuh kesabaran dan tidak mengenal lelah,
serta mengoreksi skripsi ini dengan penuh ketelitian, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
5. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi penulis khusunya dan pembaca umumnya.
Purworejo, 20 Maret 2013
Penulis,
Ahmad Tambah Kurniadi
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………....... i
PENGESAHAN………………………………………………………………….......ii
PERNYATAAN…………………………………………………………………......iii
MOTO DAN PERSEMBAHAN…………………………………………..................iv
PRAKATA……………………………………………………………………….......v
DAFTAR ISI……………………………………………………………………......vii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………………...ix
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………........x
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………….......xi
ABSTRAK……………………………………………………………………….....xii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………..................1
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………1
B. Penegasan Istilah…………………………………………………….......6
C. Identifikasi Masalah……………………………………………………..8
D. Batasan Masalah…………………………………………………….... ...9
E. Rumusan Masalah……………………………………………..................9
F. Tujuan Penelitian……………………………………………………….10
G. Manfaat Penelitian……………………………………………................11
H. Sistematika Skripsi……………………………………………...............12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS…….....14
A. Tinjauan Pustaka …………………………………………………….. ..14
B. Kajian Teoretis………………………………………………….…........16
1. Membaca Puisi…………………………………………………........16
a. Pengertian Puisi………………………………………………….16
b. Pengertian Membaca Puisi……………………………………….18
c. Teknik Membaca Puisi…………………………………...............19
d. Faktor-faktor Penting dalan Membaca Puisi……………………...20
e. Kurikulum Materi Pembelajaran Puisi…………………………....21
2. Membaca Puisi dengan Teknik Berkelompok…………………..........23
a. Pemodelan……………………………………………………….23
b. Kelompok………………………………………………………..24
3. Pembelajaran Membaca Puisi dengan Teknik Pemodelan
Berkelompok…………………………………………………...........26
4. Kelebihan dan Kelemahan Membaca Puisi dengan Teknik
Pemodelan Berkelompok………………………………………........28
a. Kelebihan Teknik Pemodelan Berkelompok………………….......28
b. Kelemahan Teknik Pemodelan Berkelompok……………………28
c. Cara Mengatasi Kelemahan Teknik Pemodelan Berkelompok.......28
C. Kerangka Pikir……………………………………………………….. ..29
x
D. Hipotesis……………………………………………………………......30
BAB III METODE PENELITIAN……………………………………………….. ..31
A. Desain Penelitian……………………………………………………….31
B. Subjek Penelitian……………………………………………………….33
C. Objek Penelitian………………………………………………...............34
D. Rancangan Penelitian……………………………………………...........36
1. Tahap Awal/Prasiklus………………………………………………37
2. Tindakan Siklus I………………………………………………........38
3. Tindakan Siklus II……………………………………………...........41
E. Instrumen Penelitian……………………………………………………44
1. Instrumen Tes……………………………………………………….44
2. Instrument Nontes……………………………………………...........46
F. Teknik Pengumpulan Data………………………………………….......48
G. Teknik Analisis Data………………………………………………........52
H. Teknik Penyajian Hasil Analisis Data ……………………………..........54
BAB IV PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA PENELITIAN.…….………55
A. Penyajian Data Penelitian………………………………………….........55
B. Pembahasan Data Penelitian……………………………………….........72
BAB V SIMPULAN DAN SARAN………………………………………….......141
A. Simpula..……………………………………………………………..141
B. Saran………………………………… ……………………………....143
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..144
LAMPIRAN……………………………………………………………………....
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Variabel Penilaian Membaca Puisi………………………………………....45
Penyajian Data
Tabel 2. Langkah-langkah Penerapan Pembelajaran Membaca Puisi dengan Teknik
Pemodelan berkelompok…………………………………………………. 58
Tabel 3. Hasil Observasi Siklus I…………………………………………………….63
Tabel 4. Hasil Jurnal Siswa Siklus I…………………………………………………64
Tabel 5. Hasil Observasi Siklus II…………………………………………………...65
Tabel 6. Hasil Jurnal Siswa Siklus II………………………………………………...65
Tabel 7. Skor Rata-rata Keterampilan Siswa Membaca Puisi Prasiklus……………...70
Tabel 8. Skor Rata-rata Keterampilan Siswa Membaca Puisi Siklus I………………..71
Tabel 9. Skor Rata-rata Keterampilan Siswa Membaca Puisi Siklus II………..……..72
Pembahasan Data
Tabel 10. Skor Rata-rata Keterampilan Siswa Membaca Puisi Prasiklus……….......118
Tabel 11. Perbandingan Skor Tindakan Prasiklus dan Siklus I……………………..121
Tabel 12. Skor Rata-rata Keterampilan Siswa Membaca Puisi Siklus II………........124
Tabel 13. Perbandingan Skor Tindakan Siklus I dan Siklus II……………………...127
Tabel 14. Nilai Rata-rata Tes Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II……………………..128
Tabel 15. Hasil Penilaian Keterampilan Siswa Membaca Puisi………………..........135
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas………………………………………...32
Gambar 2. Prosedur Siklus Penelitian Tindakan Kelas………………………………37
Gambar 3. Proes Pembelajaran Membaca Puisi pada Prasiklus……………………...57
Gambar 4. Penyampaian Materi Membaca Puisi Siklus I…………………….............94
Gambar 5. Peneliti Memberi Contoh Pembacaan Puisi Siklus I………………............95
Gambar 6. Model dari Penggalan Video Pembacaan Puisi Siklus I………………….96
Gambar 7. Siswa Mengamati Model Video Pembacaan Puisi Siklus I………….…....96
Gambar 8. Model Memberikan Contoh Pembacaan Puisi Siklus I……………...........97
Gambar 9. Siswa Berlatih Membaca Puisi dengan Kelompok Siklus I………………98
Gambar 10-14. Siswa Membaca Puisi di Depan Kelas Siklus I……………………...99
Gambar 15. Awal Pembelajaran Siklus II…………………………………………..110
Gambar 16. Peneliti Menyampaikan Materi Membaca Puisi Siklus II……………...110
Gambar 17-18. Model Memberikan Contoh Membaca Puisi Siklus II…....................111
Gambar 19. Potongan Video Model Pembacaan Puisi Siklus II…………………….112
Gambar 20-24. Siswa Membaca Puisi di Depan Kelas Siklus II……………….........113
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Permohonan Penelitian
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian
Lampiran 3 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian
Lampiran 4 Waktu Pelaksanaan Penelitian
Lampiran 5 Kartu Bimbingan Skripsi
Lampiran 6 Silabus Pembelajaran
Lampiran 7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Lampiran 8 Teks Naskah Puisi Padamu Jua
Lampiran 9 Teks Naskah Puisi Pahlawan Tak Dikenal
Lampiran 10 Lembar Observasi Siklus I
Lampiran 11 Lembar Observasi Siklus II
Lampiran 12 Skor Keterampilan Membaca Puisi Prasiklus
Lampiran 13 Skor Keterampilan Membaca Puisi Siklus I
Lampiran 14 Skor Keterampilan Membaca Puisi Siklus II
Lampiran 15 Jurnal Siswa Siklus I
Lampiran 16 Jurnal Siswa Siklus II
Lampiran 17 Jurnal Guru Siklus I
Lampiran 18 Jurnal Guru siklus II
Lampiran 19 Pertanyaan Wawancara Siklus I
Lampiran 20 Pertanyaan Wawancara Siklus II
Lampiran 21 Hasil Dokumentasi Prasiklus
Lampiran 22 Hasil Dokumentasi Siklus I
Lampiran 23 Hasil Dokumentasi Siklus II
xiv
ABSTRAK
Ahmad Tambah Kurniadi. 2013. “Peningkatan Keterampilan Membaca Puisi
melalui Teknik Pemodelan Berkelompok pada Siswa Kelas X MA Negeri Kutowinangun
Tahun Pelajaran 2012/2013”. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Pembelajaran sastra khusunya membaca puisi di kelas X MA Negeri Kutowinangun
selama ini kurang begitu disenangi, sebab siswa kurang termotivasi, kurang percaya diri saat
membaca puisi, dan guru kurang variatif dalam menerapkan teknik pembelajaran. Oleh
karena itu, sebagai upaya memperbaiki kondisi tersebut, peneliti melakukan penelitian
tindakan kelas dengan menerapkan teknik pemodelan berkelompok dalam pembelajaran
membaca puisi. Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan proses pembelajaran
membaca puisi dengan teknik pemodelan berkelompok pada siswa kelas X MA Negeri
Kutowinangun, (2) mendeskripsikan pengaruhnya terhadap sikap dan motivasi siswa
dalam pembelajaran membaca puisi dengan teknik pemodelan berkelompok, dan (3)
mengetahui peningkatan keterampilan membaca puisi setelah memperoleh pembelajaran
membaca puisi dengan teknik pemodelan berkelompok.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini
dilaksanakan dalam dua siklus, dengan tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanan,
observasi, dan refleksi. Data berasal dari siswa dan guru. Pengambilan data dilakukan
dengan teknik tes dan nontes. Alat pengambilan data yang digunakan berupa pedoman
observasi, jurnal, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan teknik
analisis statistik deskriptif komparatif dan analisis kritis..
Berdasarkan hasil analisis disimpulkan bahwa (1) pembelajaran membaca puisi
dengan teknik pemodelan berkelompok diterapkan pada siklus I dan siklus II, dengan
proses pembelajaran yang meliputi, (a) penyampaian materi teknik membaca puisi, (b)
mendatangkan model untuk memberikan contoh pembacaan puisi, dan (c) siswa
membaca puisi secara berkelompok. (2) Proses pembelajaran tersebut terbukti dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa dan kepercayaan diri siswa dalam pembelajaran
membaca puisi menggunakan teknik pemodelan berkelompok. (3) Peningkatan motivasi
belajar siswa membaca puisi diikuti dengan peningkatan keterampilan siswa membaca
puisi. Hasil tes pada prasiklus diperoleh nilai rata-rata sebesar 65,23 (cukup). Pada siklus
I diperoleh nilai rata-rata kelas sebesar 70,33 (cukup baik). Selanjutnya, pada siklus II
diperoleh nilai rata-rata kelas sebesar 76,10 (baik). Hal ini menunjukkan peningkatan dari
prasiklus ke siklus II sebesar 10,87 poin atau sebesar 17%. Dengan demikian, terbukti
bahwa pembelajaran membaca puisi dengan teknik pemodelan berkelompok dapat
meningkatkan keterampilan siswa dalam membaca puisi dan dapat mengubah motivasi
belajar serta sikap siswa kelas X-4 MA Negeri Kutowinangun. Berdasarkan hasil penelitian
tersebut guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia disarankan agar lebih kreatif
dalam pembelajaran membaca puisi dengan menggunakan teknik pemodelan
berkelompok. Bagi siswa disarankan selalu berlatih membaca puisi serta lebih aktif dalam
mengikuti pembelajaran.
Kata kunci: keterampilan membaca puisi, teknik pemodelan berkelompok
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini dikemukakan enam hal pokok, yaitu latar belakang masalah,
penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
sistematika skripsi.
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran sastra di Indonesia saat ini mengalami penurunan apabila
dibandingkan dengan pembelajaran sastra pada masa penjajahan. Menurut
Saparie (2006) pada masa penjajahan, pembelajaran sastra diperhatikan ketat
sejak di Hollandsch Inlandsche School (HIS) dan Meer Ultgedbried Laager
Onderwijs (MULO). Oleh sebab itu, siswa tamatan sekolah zaman kolonial ini
mampu menunjukkan kualitas yang luar biasa di bidang kesastraan, seperti
Chairil Anwar, Sanusi Pane, dan Amir Hamzah. Sementara itu, pada masa
sekarang pembelajaran sastra yang digelar di sekolah-sekolah saat ini dapat
dikatakan belum menyentuh substansi serta mampu mencapai tujuan utamanya,
yaitu memberikan pengalaman bersastra (apresiasi dan ekspresi) kepada siswa.
Akibatnya, pengertian dari puisi sebagai karya seni yang harus dihayati, telah
dikaburkan atau dibimbangkan dengan adanya berbagai istilah dan seribu satu
persoalan. Menurut Ismail (2005) pembelajaran sastra di SMA perlu
ditingkatkan. Pembelajaran sastra tidak hanya mengenalkan pengarang karya
sastra, tetapi juga mengenalkan karya sastra itu sendiri sampai pada apresiasi
sastra.
2
Pembelajaran sastra penting untuk memperkaya ruang batin siswa. Akan
tetapi, kerapkali pelajaran sastra dianggap sebagai pelajaran yang tidak penting
bagi masa depan sehingga pelajaran sastra terasa meletihkan (Hartanto: 2007).
Semua pelajaran harus ditujukan untuk memperkaya ruang dalam batin siswa.
Dengan memperkaya ruang batin siswa, sekolah tidak menjadi mesin pencetak
manusia yang tidak mempunyai nilai-nilai luhur dan tidak menghormati
lingkungannya. Akan tetapi, sekolah menjadi tempat bagi siswa untuk
berproses menjadi peribadi berkompeten dan tidak mengukur segala sesuatu
dengan materi.
Selain faktor pembelajaran sastra peranan membaca sangat besar
pengaruhnya bagi kehidupan manusia. Dengan membaca manusia dapat
memperoleh pengetahuan yang sangat berguna, baik bagi dirinya sendiri
maupun orang lain.
Membaca tidak sekadar mengetahui isi teks saja, tetapi juga berpengaruh
terhadap pembacanya sendiri dan orang lain. Orang lain atau pendengar akan
mendapatkan informasi dari apa yang telah kita bacakan. Begitu pula dengan
membaca puisi, pembaca puisi mempunyai fungsi untuk menyampaikan
perasaan serta informasi kepada orang lain atau pendengar. Membaca puisi
dapat mempercepat tumbuhnya tafsiran dan apresiasi bagi pembaca sendiri
atau pendengarnya (Sukirno, 2000: 6).
Puisi merupakan bentuk paling tua dari peradaban manusia yang
merupakan karya sastra estetis yang bermakna, yang mempunyai arti, bukan
hanya sesuatu yang kosong tanpa makna. Horace (dalam Pradopo, 1995: 3)
3
mengatakan bahwa puisi itu indah dan berguna (dulce et utile). Indah dalam
arti puitis yang dapat membuat pembacanya terharu, sedih, semangat, atau
bahagia. Berguna memiliki arti mencerahkan pembacanya. Oleh karena itu,
membaca puisi mempunyai manfaat yang cukup besar dalam menanamkan
apresiasi yang tinggi pada siswa agar nilai-nilai luhur, agung, katarsis, dan
kontemplatif dapat dinikmati, dipahami, dan dihayati. Selain itu, membaca
puisi memiliki peran dalam pembentukan dan pengembangan karakter serta
moral siswa. Oleh karena itu, pembelajaran membaca puisi perlu mendapat
perhatian yang serius. Selain itu, diperlukan guru dan calon guru yang
memiliki keterampilan dalam membaca puisi.
Selain memiliki keterampilan dalam membaca puisi, guru juga harus
mempunyai teknik atau strategi dalam pembelajaran membaca puisi. Teknik
pembelajaran sangat berperan untuk mengatur proses pembelajaran. Khususnya
dalam pembelajaran membaca puisi, teknik mampu mengarahkan agar
pembelajaran membaca puisi tepat dan dapat dipahami oleh siswa. Salah satu
teknik yang dapat dipergunakan guru dalam proses pembelajaran membaca
puisi adalah teknik penyajian. Hal ini sesuai dengan pendapat Rahmanto (1996:
49) yang menyatakan bahwa salah satu teknik yang dapat dipergunakan dalam
pembelajaran sastra adalah teknik penyajian, sebab puisi pada dasarnya adalah
bentuk sastra lisan. Pesan dan kesan yang dibawakannya baru akan benar-benar
menyentuh gerak hati seorang apabila puisi itu dibacakan atau dikutip secara
lisan. Puisi bagaimanapun memiliki nilai-nilai iramatis dan dramatis yang
sangat menentukan kualitasnya.
4
Diperlukan keberanian dan kerendahan hati untuk mengakui
pembelajaran sastra yang dilakukan guru di sekolah dewasa ini masih bersifat
konvensional, dengan ciri utama pembelajaran yang lebih menekankan pada
teori tentang puisi. Dengan kata lain, masih kurangnya usaha dalam pemberian
petunjuk di atas membaca tingkat dasar bahkan ada guru yang menganggap
pemberian materi berupa teks puisi dirasakan sudah cukup untuk membekali
siswanya dalam melakukan pembacaan puisi.
Hanya sedikit latihan yang diberikan untuk membantu siswa beranjak ke
tingkat kemampuan yang lebih tinggi. Kondisi pembelajaran sastra yang
demikian menjadikan proses pembelajaran sastra membosankan dan kurang
membangkitkan kreativitas sehingga siswa kurang semangat dalam belajar
sastra. Kenyataan tersebut juga yang terjadi pada siswa kelas X MA Negeri
Kutowinangun Tahun Pelajaran 2012/2013.
Setelah melakukan survei awal pada hari Kamis, 27 September 2012,
peneliti datang ke sekolah untuk mendapatkan gambaran pelaksanaan
pembelajaran membaca puisi dengan melakukan wawancara terhadap Ibu Tuti
Kusniati, S. Pd. selaku guru bidang studi bahasa Indonesia kelas X MA Negeri
Kutowinangun didapatkan beberapa masalah sebagai berikut.
1. Alokasi waktu 4 x 45 menit dirasa kurang cukup untuk melaksanakan
pembelajaran membaca puisi yang maksimal jika dilakukan secara individu.
2. Jumlah siswa masih terlalu banyak dalam satu kelasnya.
5
3. Siswa cenderung kurang percaya diri jika harus mengikuti pembelajaran
yang bersifat praktik. Termasuk dalam membaca puisi di depan kelas
sehingga siswa hanya sekadar membaca.
4. Kurangnya pengetahuan siswa tentang teknik membaca puisi.
5. Siswa kurang tertarik dalam pembelajaran membaca puisi.
6. Siswa kurang aktif dalam pembelajaran membaca puisi.
Bertolak dari masalah di atas, guru atau calon guru harus memiliki
strategi dalam pembelajaran membaca puisi, agar pembelajaran membaca puisi
menjadi efektif dan menyenangkan.
Dalam penelitian ini penulis mencoba menggunakan teknik pemodelan
berkelompok sebagai setrategi untuk meningkatkan keterampilan membaca
puisi siswa. Senduk dan Nurhadi (2003: 50) berpendapat bahwa pemodelan
adalah salah satu dari tujuh komponen pembelajaran kontekstual. Maksudnya,
dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model
yang bisa ditiru. Pemodelan pada dasarnya membahasakan gagasan yang
dipikirkan, mendemonstrasikan bagaimana guru menginginkan siswanya untuk
belajar dan melakukan apa yang guru inginkan agar siswanya melakukan.
Pemodelan dapat berbentuk demonstrasi, pemberian contoh tentang konsep
atau aktivitas belajar. Model pun tidak hanya terpaku pada guru dan siswa,
tetapi juga sesuatu dengan contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Dengan
kata lain, model itu dapat berupa cara mengoperasikan sesuatu, dan
sebagainya. Dengan begitu, guru memberi model tentang bagaimana cara
belajar.
6
Adanya model dalam pembelajaran membantu siswa untuk berpikir
kritis. Siswa terbantu dengan mengamati model yang disediakan, sehingga
siswa lebih memahami materi yang diajarkan. Siswa tidak hanya menerima
informasi dari guru, tetapi siswa juga dapat menggali informasi dari model
yang disediakan. Sementara itu, berkelompok terkait dengan teknik pemodelan
dapat diartikan sekelompok orang yang menjadi model (contoh) yang dicontoh
oleh siswa dalam membaca puisi secara berkelompok.
Atas dasar itulah dalam penelitian ini penulis mencoba menggunakan
teknik pemodelan berkelompok sebagai setrategi untuk meningkatkan
keterampilan membaca puisi siswa. Teknik pemodelan berkelompok dipilih
dengan asumsi bahwa teknik ini dapat membantu meningkatkan keterampilan
siswa membaca puisi di depan orang banyak, meliputi keberanian membaca
puisi, penghayatan atas puisi yang dibacanya, teknik vokal atau pelafalan, dan
sikap dalam membaca puisi secara berkelompok.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis melakukan
penelitian dengan judul, “Peningkatan Keterampilan Membaca Puisi melalui
Teknik Pemodelan Berkelompok pada Siswa Kelas X MA Negeri
Kutowinangun Tahun Pelajaran 2012/2013.”
B. Penegasan Istilah
Dalam skripsi ini penulis memilih judul “Peningkatan Keterampilan
Membaca Puisi melalui Teknik Pemodelan Berkelompok pada Siswa Kelas X
MA Negeri Kutowinangun Tahun Pelajaran 2012/2013”. Agar dalam
penelitian ini tidak terjadi salah pengertian antara penulis dengan pembaca
7
mengenai istilah-istilah yang digunakan dalam judul skripsi, penulis perlu
menjelaskan arti istilah yang digunakan dalam judul skripsi tersebut. Beberapa
istilah tersebut antara lain.
1. Keterampilan Membaca Puisi
Keterampilan adalah suatu bentuk kemampuan menggunakan pikiran,
nalar, dan perbuatan dalam mengerjakan sesuatu secara efektif dan efisisen.
Kemudian, pengertian membaca puisi adalah melisankan puisi sebagai
bentuk pengungkapan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan
disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan
pengkonsentrasian struktur fisik dan batin (Waluyo, 1991: 25).
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan
membaca puisi adalah suatu kecakapan seseorang untuk mendapatkan pesan
dari suatu karya sastra dengan diungkapkan melalui bahasa yang
dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan
pemilihan kata-kata kias (imajinatif).
2. Teknik Pemodelan Berkelompok
Teknik yang terkait dengan pembelajaran adalah cara yang dilakukan
guru dalam melaksanakan suatu pembelajaran secara spesifik. Sementara
itu, menurut Nuryatin (2010 : 34) pemodelan dapat diartikan sebagai
pemberian model (contoh) yang berhubungan dengan materi dan aktivitas
pembelajaran yang dilakukan siswa.
8
Berkelompok terkait dengan pembelajaran membaca puisi dapat
diartikan juga sebagai paduan baca yang dilakukan sekelompok orang atau
siswa bersama-sama membacakan puisi (Rusyana, 1982 : 47).
Dari pengertian-pengertian tersebut penulis simpulkan bahwa teknik
pemodelan berkelompok dalam pembelajaran membaca puisi adalah cara
guru dalam mengimplementasikan pembelajaran dengan memberikan model
(contoh) yang dapat ditiru dalam pembacaan puisi yang dilakukan
sekelompok orang atau siswa bersama-sama membacakan puisi.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maksud judul
“Peningkatan Keterampilan Membaca Puisi melalu Teknik Pemodelan
Berkelompok pada Siswa Kelas X MA Negeri Kutowinangun Tahun
Pelajaran 2012/2013” dalam penelitian ini adalah penelaahan tentang usaha
yang dilakukan guru dalam pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan
siswa dalam membaca puisi dengan cara menampilkan model (contoh) yang
dilakukan secara berkelompok dalam membacakan puisi yang dapat ditiru
siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran apresiasi sastra pada siswa kelas
X MA Negeri Kutowinangun Tahun Pelajaran 2012/2013.
C. Identifikasi Masalah
Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dapat diidentifikasi
beberapa masalah berikut ini:
1. Kurangnya teknik ataupun metode yang menarik dalam proses pembelajaran
membaca puisi.
9
2. Siswa cenderung kurang percaya diri jika harus mengikuti pembelajaran
yang bersifat praktik.
3. Kurangnya pengetahuan siswa tentang teknik membaca puisi.
4. Siswa kurang tertarik pada bahan ajar.
5. Kurangnya kesadaran siswa tentang pentingnya semua pembelajaran
sehingga ada beberapa siswa yang menyepelekan pembelajaran.
6. Alokasi waktu 4 x 45 menit dirasa kurang cukup untuk melaksanakan
pembelajaran membaca puisi yang maksimal jika dilakukan secara individu.
7. Jumlah siswa masih terlalu banyak dalam satu kelasnya.
D. Batasan Masalah
Agar kajian dalam penelitian ini tidak melebar dan tetap pada titik fokus
yang diharapkan, penulis membatasi masalah penelitian ini pada penggunaan
teknik pemodelan berkelompok dalam pembelajaran membaca puisi siswa
kelas X MA Negeri Kutowinangun, Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran
2012/2013.
E. Rumusan Masalah
Permasalahan merupakan rumusan masalah dalam sebuah penelitian.
Bedasar uraian latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimanakah proses pembelajaran puisi dengan teknik pemodelan
berkelompok pada siswa kelas X MA Negeri Kutowinangun Tahun
Pelajaran 2012/2013?
10
2. Bagaimanakah pengaruh pembelajaran puisi dengan teknik pemodelan
berkelompok terhadap sikap dan motivasi siswa kelas X MA Negeri
Kutowinangun Tahun Pelajaran 2012/2013 pada pembelajaran membaca
puisi?
3. Bagaimanakah peningkatan keterampilan membaca puisi pada siswa kelas X
MA Negeri Kutowinangun Tahun Pelajaran 2012/2013 sesudah mengikuti
pembelajaran membaca puisi dengan teknik pemodelan berkelompok?
F. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang dirumuskan di atas, tujuan pokok penelitian
ini adalah sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan proses pembelajaran membaca puisi dengan teknik
pemodelan berkelompok pada siswa kelas X MA Negeri Kutowinangun
Tahun Pelajaran 2012/2013.
2. Mendeskripsikan pengaruh pembelajaran membaca puisi dengan teknik
pemodelan berkelompok terhadap sikap dan motivasi siswa kelas X MA
Negeri Kutowinangun Tahun Pelajaran 2012/2013.
3. Mendeskripsikan peningkatan keterampilan membaca puisi siswa kelas X
MA Negeri Kutowinangun Tahun Pelajaran 2012/2013 sesudah
mengengikuti pembelajaran membaca puisi dengan teknik pemodelan
berkelompok.
11
G. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat secara teoretis dan
praktis.
1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis hasil penelitian ini dapat digunakan dalam rangka
penambahan wawasan tentang media pembelajaran terutama dalam
pembelajaran membaca. Secara umum penelitian ini diharapkan mampu
memberikan sumbangan terhadap pembelajaran bahasa Indonesia terutama
aspek keterampilan membaca, khususnya keterampilan membaca sastra
pada puisi dengan teknik pemodelan berkelompok.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat lebih termotivasi
mengembangkan keterampilan membaca puisi dengan menerapkan
sistem pembelajaran pemodelan dan berkelompok.
b. Bagi guru bahasa Indonesia, hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan alternatif dalam pembelajaran keterampilan membaca puisi
dan menciptakan suasana yang menarik dan tidak membosankan.
c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi dalam meningkatkan prestasi sekolah tentang pembelajaran
sastra puisi serta kaitannya dengan pendidikan berkarakter.
d. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
mengenai metode, teknik, dan media yang dapat digunakan dalam
meningkatkan keterampilan bersastra.
12
e. Bagi penelitian berikutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
acuan dalam mengembangkan peneltian berikutnya.
H. Sistematika Penulisan
Skripsi ini berjudul “Peningkatan Keterampilan Membaca Puisi melalui
Teknik Pemodelan Berkelompok pada Siswa Kelas X MA Negeri
Kutowinangun Tahun Pelajaran 2012/2013” yang terdiri dari tiga bagian, yaitu
(1) bagian awal, (2) bagian isi, dan (3) bagian akhir.
Pada bagian awal skripsi, penulis menyajiakan judul skripsi, pengesahan,
prakata, daftar isi, daftar lampiran, moto dan persembahan, serta abstrak. Pada
bagian isi, penulis menyajikan isi skripsi yang terdiri dari lima bab, yang
tersusun sebagai berikut.
Bab I adalah pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, penegasan
istilah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta
sistematika skripsi.
Bab II berisi tinjauan pustaka dan kajian teoretis. Tinjauan pustaka berisi
hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan masalah yang diteliti oleh
penulis, antara lain (1) penelitian Dezy Aminurul (2009); (2) penelitian Sarjito
(2011); dan (3) penelitian Saeful Miftachudin Zuhri (2012). Kajian teoretis
berisi teori-teori yang digunakan sebagai landasan penelitian sebelum
melaksanakan penelitian, yang terdiri dari (1) membaca puisi; (2) membaca
puisi dengan teknik pemodelan berkelompok; (3) pembelajaran membaca puisi
dengan teknik pemodelan berkelompok; dan (4) kelebihan dan kelemahan
membaca puisi dengan teknik pemodelan berkelompok. Kajian teoretis tersebut
13
pada akhirnya dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan pembahasan dan
hasil penelitian.
Bab III berisi desain penelitian, subjek penelitian, objek penelitian,
rancangan penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik
analisis data, dan teknik penyajian hasil analisis data.
Bab IV adalah penyajian dan pembahasan data hasil penelitian. Dalam
bab ini penulis menguraikan data hasil pembelajaran membaca puisi pada
siswa kelas X MA Negeri Kutowinangun tahun pelajaran 2012/2013 yang
diambil dari penelitian tindakan kelas (PTK) dalam pembelajaran membaca
puisi dengan menggunakan teknik pemodelan berkelompok.
Bab V berisi penutup. Dalam bab ini penulis menyajikan simpulan dari
pembahasan bab IV dan saran-saran yang relevan. Pada bagian akhir skripsi,
penulis menyajikan daftar pustaka dan melampirkan instrumen serta data-data
yang digunakan dan diperoleh dalam penelitian.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS
Penulis dalam bab ini menguraikan tinjauan pustaka yang berisi hasil
penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalah yang diteliti oleh penulis
dan kajian teoretis yang terdiri dari (1) membaca puisi; (2) membaca puisi
dengan teknik pemodelan berkelompok; (3) pembelajaran membaca puisi
dengan teknik pemodelan berkelompok.
A. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan kajian secara kritis terhadap penelitian
terhadap penelitian terdahulu sehingga dapat diketahui perbedaan yang khas
antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang penulis lakukan. Penelitian
pembelajaran apresiasi sastra tentang “Peningkatan Keterampilan Membaca
Puisi melalui Teknik Pelatihan Dasar di Alam Terbuka Siswa Kelas X A SMA
Negeri Sumpiuh” dilakukan oleh Aminurul (2009), “Upaya Peningkatan
Kemampuan Membaca Puisi pada Siswa Kelas X SMA N 5 Purworejo dengan
Metode Pemodelan Tahun Pelajaran 2010/2011” dilakukan oleh Sarjito (2011),
dan penelitian yang dilakukan oleh Saeful Miftahudin Zuhri (2012) tentang
“Peningkatan Kemampuan Membaca Puisi pada Siswa Kelas X SMA N 1
Petanahan Kebumen”.
Penelitian yang dilakukan oleh Aminurul (2009) tersebut, memiliki
kesamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis.
Kesamaannya yaitu sama-sama meneliti pembelajaran membaca puisi dan
meniliti siswa kelas X sebagai subjek penelitiannya, sedangkan perbedaannya
15
yaitu Aminurul dalam penelitiannya menggunakan teknik pelatihan dasar di
alam terbuka, sementara penulis menggunakan teknik pemodelan
berkelompok.
Penelitian senada juga dilakukan oleh Sarjito (2011) dalam penelitiannya
yang berjudul “Upaya Peningkatan Kemampuan Membaca Puisi pada Siswa
Kelas X SMA N 5 Purworejo dengan Teknik Pemodelan Tahun Pelajaran
2010/2011”, dari penelitian tersebut ada kesamaan dan perbedaan dengan
penelitian yang dilakukan oleh penulis. Kesamaannya yaitu sama-sama
meneliti tentang pembelajaran membaca puisi pada siswa kelas X, sedangkan
perbedaannya terdapat pada penggunaan teknik pembelajaran membaca puisi,
pada penelitian yang dilakukan oleh Sarjito menggunakan teknik pemodelan,
sedangkan penulis menggunakan teknik pemodelan berkelompok.
Selain kedua contoh penelitian di atas, penulis juga mengambil contoh
dari penelitian yang dilakukan Saeful Miftahudin Zuhri yang berjudul
“Peningkatan Kemampuan Membaca Puisi dengan Metode Pemodelan pada
Siswa Kelas X SMA N 1 Petanahan Kebumen”. Ada kesamaan dan perbedaan
antara penelitian yang dilakukan oleh Saeful dengan yang dilakukan oleh
penulis yaitu sama-sama meneliti tentang pembelajaran membaca puisi siswa
kelas X, sedangkan perbedaannya terdapat pada penggunaan teknik atau
metode penelitiannya. Pada penelitian yang dilakukan Saeful menggunakan
metode pemodelan, sementara penulis menggunakan teknik pemodelan
berkelompok.
16
Penelitian yang penulis lakukan adalah peningkatan keterampilan
membaca puisi siswa kelas X MA Negeri Kutowinangun tahun pelajaran
2012/2013. Kesamaan penelitian yang dilakukan penulis dengan penelitian
sebelumnya adalah meneliti peningkatan keterampilan membaca puisi,
sedangkan perbedaannya adalah teknik atau metode yang digunakan oleh
peneliti dalam peningkatan keterampilan membaca puisi yaitu dengan
menggunakan teknik pemodelan berkelompok.
B. Kajian Teoretis
Kajian teoretis merupakan penjabaran kerangka teori yang berisi
beberapa materi terpilih dari berbagai sumber untuk dijadikan sebagai acuan
pokok dalam membahas masalah yang diteliti. Dalam kajian teori ini
dipaparkan (1) membaca puisi, (2) membaca puisi dengan teknik pemodelan
berkelompok, (3) pembelajaran membaca puisi dengan teknik pemodelan
berkelompok, (4) kelebihan dan kelemahan membaca puisi dengan teknik
pemodelan berkelompok.
1. Membaca Puisi
Pada penelitian ini penulis membahas peningkatan keterampilan
membaca puisi dengan teknik pemodelan berkelompok. Akan tetapi,
sebelum itu penulis memaparkan terlebih dahulu pengertian puisi supaya
pengertian membaca puisi menjadi lebih jelas.
a. Pengertian Puisi
Puisi adalah bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang
indah dan sarat makna. Keindahan sebuah puisi disebabkan oleh diksi,
17
majas, rima, dan irama yang terkandung dalam karya sastra itu. Selain
itu, kekayaan makna yang terkandung dalam puisi dikarenakan oleh
pemadatan segala unsur bahasa. Bahasa yang digunakan dalam puisi
sangat berbeda dengan bahasa sehari-hari. Puisi menggunakan bahasa
yang ringkas, namun sarat makna. Kata-kata yang digunakan adalah kata-
kata konotatif, yang mengandung banyak penafsiran dan pengertian bagi
pembacanya. Beberapa pendapat tentang puisi dikemukakan oleh para
ahli, antara lain.
Menurut Wirjosoedarmo (dalam Pradopo, 2010: 309), puisi adalah
karangan yang terikat pada banyak baris dalam tiap-tiap bait, banyak kata
yang berbentuk baris, serta banyak suku kata yang berbentuk larik. Selain
itu, puisi juga harus memiliki rima dan irama. Taylor (dalam Pradopo,
2010: 6) berpendapat bahwa puisi adalah kata terindah dalam susunan
terindah. Kemudian, Hadson (dalam Aminudin, 2010: 134) menyatakan
puisi adalah salah satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata
sebagai media penyampaian untuk membuahkan ilusi dan imajinasi.
Secara etimologi, istilah puisi berasal dari bahasa Yunani, poeima
“membuat” atau poeistees “pembuatan”, dan dalam bahasa Inggris
disebut poem dan poetry. Puisi diartikan “membuat” dan “pembuatan”
karena lewat puisi pada dasarnya seseorang telah menciptakan suatu
dunia tersendiri, yang mungkin berisi pesan atau gambaran suasana-
suasan tertentu, baik fisik maupun batiniah (Aminuddin, 1910: 134).
18
Dari pernyataan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa puisi
adalah salah satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata sebagai
media untuk menyampaikan ilusi dan imajinasi dengan menggunakan
medium bahasa, yang disusun dengan mempertimbangkan efek
keindahan bahasa yang penuh daya pikat, yang secara fisik terikat oleh
jumlah baris, jumlah kata dan jumlah bait.
b. Pengertian Membaca Puisi
Membaca puisi adalah melisankan puisi sebagai bentuk
pengungkapan pikiran serta perasaan penyair secara imajinatif dan
disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan
pengkonsentrasian struktur fisik dan batin (Waluyo, 1991: 25). Selain itu,
membaca puisi merupakan suatu proses yang dilakukan serta digunakan
oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh
penyair melalui media kata-kata atau bahasa tulis yang puitis.
Secara garis besar membaca puisi merupakan salah satu bentuk
apresiasi puisi. Dalam kegiatan membaca puisi secara tidak langsung
atau tanpa disadari, pembaca berusaha mengenali, memahami, memberi
penghargaan dan memiliki kepekaan rasa. Semua aspek yang terkandung
dalam puisi dipahami baik secara hakikat maupun metode. Pembaca
berusaha untuk menerjemahkan setiap bait untuk mengetahui makna atau
maksud dari puisi yang dibacanya. Setelah diperoleh pemahaman yang
dipandang cukup, pembaca dapat membacakan puisi tersebut kepada
pendengar.
19
Dalam membacakan puisi, seorang pembaca harus tampil sesuai
dengan puisi yang dibacakannnya baik dari segi pelafalan, penghayatan
penampilan maupun terhadap interpretasi puisi. Jika tidak demikian dapat
mengakibatkan puisi yang tadinya padat dan kaya makna akan terasa
hambar dan tidak bernilai bagus di mata penonton atau pendengar.
Masalah di atas, harus dihindari oleh seorang pembaca puisi. Agar
dapat membaca puisi dengan baik, pembaca juga harus memahami puisi
yang dibacanya serta mengusasi teknik membacanya. Sebagaimana yang
diungkapkan J.U. Nasution dalam Wilson Nadeak (1985: 57) bahwa
membaca sebuah sajak kita coba merasakan keharuan yang dapat
diberikan sajak itu. Kita coba merasakan buah pikiran yang dapat
dipantulkannya ke dalam batin kita.
c. Teknik Membaca Puisi
Aminudin (2010: 19), mengartikan membaca teknik adalah
membaca yang dilaksanakan dengan bersuara dengan aksentuasi, intonasi
dan irama yang benar, selaras dengan gagasan serta suasana penutur
dalam teks yang dibaca. Muchlison membedakan membaca teknik
menjadi dua, yaitu pembelajaran membaca dan pembelajaran
membacakan. Pembelajaran membaca yang dimaksudkan aktivitas
tersebut untuk keperluan siswa itu sendiri dan untuk pihak lain, misalnya
guru atau teman lain. Kemudian, pembelajaran yang tergolong
membacakan, yaitu si pembaca melakukan aktivitas tersebut lebih
banyak ditunjukan kepada orang lain. Pembaca bertanggung jawab atas
20
lagu atau intonasi kalimat, lafal kata, kesenyapan, ketepatan tekanan
suara dan sebagainya.
Dalam membaca puisi, siswa tersebut dituntut untuk membaca
puisi sesuai dengan teknik pembacaan yang tepat dan ditunjukan untuk
dirinya sendiri dan orang lain tapi dalam lingkup terbatas saja, misalnya
pada guru dan siswa lain.
Beberapa teknik yang harus dikuasai siswa dalam membacakan
puisi, antara lain penjiwaan (pemahaman dan penghayatan) terhadap isi
puisi, vokal yang baik (artikulasi, intonasi, karakter suara, tempo
pengucapan, dan kekuatan/power suara), dan aspek gerak (gerak muka
atau mimik, gerak tangan atau gesture, dan gerak seluruh tubuh atau
pantomimik) yang sesuai dengan puisi yang dibacanya.
d. Faktor-faktor Penting dalam Membaca Puisi
Setiap bentuk dan gaya baca puisi selalu menuntut adanya ekspresi
wajah, gerakan kepala, gerakan tangan, dan gerakan badan. Keempat
ekspresi dan gerakan tersebut harus memperhatikan (1) jenis acara:
pertunjukkan, pembukaan acara resmi, performance-art, dll, (2)
pencarian jenis puisi yang cocok dengan tema: perenungan, perjuangan,
pemberontakan, perdamaian, ketuhanan, percintaan, kasih sayang,
dendam, keadilan, kemanusiaan, dll, (3) pemahaman puisi yang utuh, (4)
pemilihan bentuk dan gaya baca puisi, (5) tempat acara: dalam ruangan
atau di luar ruangan, (6) pendengar, (7) kualitas komunikasi, (8) totalitas
performansi: penghayatan, ekspresi, (9) kualitas vokal, (10) kesesuaian
21
gerak, dan (11) jika menggunakan bentuk dan gaya bahasa teatrikal harus
memperhatikan (a) pemilihan kostum yang tepat, (b) penggunaan
property yang efektif dan efisien, (c) setting yang sesuai dan mendukung
tema puisi, (d) musik yang sebagai musik pengiring puisi atau sebagai
musikalisasi puisi.
e. Kurikulum Materi Pembelajaran Puisi
Standar kompetensi bidang studi bahasa Indonesia terbagi menjadi
dua, yaitu pembelajaran bahasa sebagai pembelajaran berkomunikasi dan
pembelajaran sastra sebagai pembelajaran menghargai manusia dan nilai-
nilai kemanusiaan. Pembelajaran sasatra menitik beratkan pada
kenyataan bahwa sastra merupakan satu bentuk seni yang harus
diapresiasi dan diekspresikan.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),
pembelajaran sastra meliputi mendengarkan (mengapresiasi), membaca,
dan menulis puisi, cerpen/novel, dan drama. Guru mengarahkan siswa
untuk membaca berbagai jenis karya sastra, baik itu puisi, cerpen, novel,
ataupun naskah drama.
Puisi merupakan salah satu dari pembelajaran sastra. Apresiasi
puisi meliputi mendengarkan pembacaan puisi, kemudia memahami
pikiran, perasaan dan imajinasi yang terkandung di dalamnya, juga
membaca dengan penuh pemahaman (Indrawati, 2008). Ekspresi puisi
meliputi melisankan atau membacakan puisi dan menulis puisi.
22
Kurikulum bidang studi bahasa Indonesia untuk kelas X,
kompentensi dasar dan hasil belajar yang harus dicapai siswa dalam
membacakan puisi adalah: (a) membaca puisi dengan lafal dan intonasi
yang tepat, (b) menentukan jeda, dan (c) menggunakan penekanan yang
tepat. Berdasarkan kurikulum tersebut, kompetensi yang harus
dimahirkan siswa dalam pembelajaran adalah mampu membacakan puisi
dengan teknik yang tepat. Untuk mendukung kelancaran pembelajaran,
pemilihan materi puisi juga perlu diperhatikan oleh guru. Hal tersebut
harus disesuaikan dengan jenjang pendidikan siswa.
Untuk menentukan bahan pembelajaran puisi yang baik dapat
digunakan dengan kriteria yaitu: (a) kriteria keterbacaan dan (b) kriteria
kesesuaian. Kriteria keterbacaan adalah patokan tentang mudah tidaknya
suatu bahan pembelajaran bagi siswa. Hal yang termasuk dalam dalam
kriteria ini yaitu: (a) mudah tidaknya bahasa yang digunakan, (b) mudah
tidaknya pesan yang disampaikan. Kriteria kesesuaian adalah patokan
untuk menilai sesuai tidaknya suatu bahan materi dengan kelompok usia
tertentu. Hal yang termasuk dalam kriteria kesesuaian tersebut yaitu: (a)
kesesuaian dengan perkembangan jiwa usia anak dan (b) kesesuaian
dengan lingkungan tempat belajar anak.
Berikut ini contoh puisi yang akan disajikan pada siswa kelas X
MA Negeri Kutowinangun.
23
PAHLAWAN TAK DIKENAL
Karya : Toto Sudarto Bakhtiar
Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tapi bukan tidur, sayang
Sebuah lubang peluru bundar, di dadanya
Senyum bekunya mau berkata, kita sedang perang
Dia tidak ingat bila mana dia datang
Kedua lengannya memeluk senapan
Dia tidak tahu untuk siapa dia datang
Kemudian dia terbaring, tetapi bukan tidur, saying
Wajah sunyi setengah tengadah
Menangkap sepi pandang senja
Dunia tambah beku di tengah derap dan suara menderu
Dia masih sangat muda
Hari itu 10 November, hujanpun mulai turun
Orang-orang ingin kembali memandangnya
sambil merangkai karangan bunga
Tapi, yang Nampak, wajah-wajahnya sendiri yang tak dikenalnya
Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi bukan tidur, sayang
Sebuah lubang peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata : aku masih sangat muda
2. Membaca Puisi dengan Teknik Pemodelan Berkelompok
a. Pemodelan
Pemodelan adalah komponen pembelajaran kontekstual yang pada
dasarnya membahasakan gagasan yang dipikirkan, mendemonstrasikan
24
bagaimana guru menginginkan siswanya untuk belajar, dan melakukan
apa yang guru inginkan agar siswa-siswanya melakukan (Nurhadi, dkk.
2006: 49). Pemodelan dapat berbentuk demonstrasi atau pemberian
contoh tentang konsep atau aktifitas belajar. Dengan kata lain, model itu
bisa berupa cara mengoprasikan sesuatu, contoh karya tulis, cara
membaca puisi, cara bicara di depan umum, dan sebagainya. Bahkan,
guru dapat juga memberikan contoh tentang cara mengerjakan sesuatu,
sehingga dengan begitu guru member model tentang “bagaimana cara
belajar”. Dalam hal ini berarti guru menjadi modelnya, tetapi bisa juga
siswa itu sendiri yang menjadi modelnya.
Teknik pemodelan ini menjadi jalan bagi siswa untuk melihat dan
mengamati sebelum melakukan sesuatu. Selain itu, teknik ini
mempermudah siswa untuk mengetahui cara-cara yang benar mengenai
suatu hal atau cara melakukan sesuatu. Diharapkan dengan adanya teknik
pemodelan ini, siswa menjadi bersemangat dan aktif dalam belajar,
karena adanya referensi untuk dicontoh. Dengan memperhatikan model
siswa menjadi seperti apa dan bagaimana cara yang benar dalam
melakukan sesuatu. Khususnya dalam membaca puisi.
b. Kelompok
Kelompok adalah unit terkecil sosial yang terdiri dari sejumlah
individu yang mempunyai hubungan saling ketergantungan satu dengan
lainnya sesuai dengan status dan perannya yang mempunyai kemampuan
untuk berbuat dengan kesatuannya dengan cara dan atas dasar kesatuan
25
persepsi. Selanjutnya, berkelompok dalam pembelajaran merupakan
suatu metode pembelajaran kooperatif yang digunakan dalam kelas.
Berkelompok dalam pembelajaran membaca puisi adalah sama dengan
prinsip dasar untuk sebuah diskusi kelompok, yang membuat semua
anggota kelompok berperan aktif dalam pembelajaran (Slavin, 2011:
254). Kemudian, menurut Yasa (2008), kooperatif adalah model
pembelajaran dengan setting kelompok-kelompok kecil dengan
keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerjasama dan
memecahkan masalah.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan pengertian
teknik membaca puisi secara berkelompok adalah pembelajaran
membaca puisi dengan cara membentuk siswa dalam kelas menjadi
beberapa kelompok, untuk kemudian setiap kelompok membacakan puisi
secara bersama-sama. Membaca puisi secara berkelompok dapat
diartikan juga dengan membaca puisi secara serempak atau secara padu
sehingga menimbulkan suara indah dan sesuai dengan isi dan karakter
puisi.
Teknik membaca puisi secara berkelompok yang dilakukan dengan
cara siswa membaca puisi secara bersama-sama atau secara bergantian
setiap bait atau setiap baris dengan teman sekelas atau teman
sekelompoknya. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
pemodelan membaca puisi yang dimaksudkan di sini adalah pemodelan
26
membaca puisi berkelompok secara deklamasi. Sesuai dengan bentuk
pengepresiasian puisi sebagai kesusastraan lisan.
3. Pembelajaran Membaca Puisi dengan Teknik Pemodelan Berkelompok
Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan guru dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan
yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan
pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap
dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah
proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
(http://id.wikipwikipedia.org/wiki/Pembelajaran).
Dalam penerapan pembelajaran membaca puisi dengan teknik
pemodelan berkelompok pada penelitian ini, penulis menggabungkan dua
jenis metode pembelajaran, yaitu pemodelan dan berkelompok. Pemodelan
dapat diartikan sebagai upaya pemberian model (contoh) yang berhubungan
dengan materi dan aktivitas pembelajaran yang dilakukan siswa (Nuryatin,
2010: 34). Kemudian, berkelompok merupakan salah satu metode
pembelajaran kooperatif yang digunakan dalam kelas. Berkelompok dalam
pembelajaran membaca puisi adalah sama dengan prinsip dasar untuk
sebuah diskusi kelompok, yaitu membuat semua anggota kelompok
berperan aktif dalam pembelajaran (Slavin, 2011: 254). Selanjutnya,
kooperatif menurut Yasa (2008), adalah sebuah model pembelajaran dengan
setting kelompok-kelompok kecil dengan keberagaman anggota kelompok
sebagai wadah siswa bekerja sama dan memecahkan masalah. Dengan
27
bekerjasama antar anggota kelompok dalam pembelajaran membaca puisi
diasumsikan akan meningkatkan motivasi dan pencapaian belajar siswa,
sebab dalam pembelajaran ini siswa akan mendiskusikan lafal, intonasi,
jeda, ekspresi, dan sikap yang tepat dalam membaca puisi bersama anggota
kelompoknya.
Teknik pemodelan dilakukan dengan mendatangkan model (seorang
yang ahli dibidangnya dan menayangkan video pembacaan puisi) untuk
memberikan contoh bagaimana cara membaca puisi, kemudian siswa
menirukannya dengan kelompoknya masing-masing. Tentang bagaimana
cara melagukan puisi, bagaimana cara berekspresi (wajah maupun anggota
tubuh lainnya), dan bagaimana cara mendeklamasikan puisi tersebut.
Dalam proses pembelajaran ini seorang guru membimbing siswanya
untuk memahami serta mendemonstrasikan langkah-langkah membaca puisi
secara deklamatoris berkelompok, untuk memperoleh pengetahuan dan
pengertian tentang sesuatu gejala atau masalah yang ditemui dalam puisi.
Meskipun demikian, tidak berarti bahwa guru menjadi lebih aktif daripada
siswa, tetapi karena tanggung jawab profesionalnya yang mangharuskan
guru berupaya untuk merangsang motivasi belajar siswa (Sahabuddin, 2007:
3). Oleh karena itu, dipilihlah membaca puisi dengan teknik pemodelan
berkelompok sebagai strategi untuk membuat siswa lebih aktif dengan
kelompoknya dalam pembelajaran membaca puisi, dengan tujuan akhir akan
membantu meningkatkan motivasi belajar sastra dan keterampilan membaca
puisi.
28
4. Kelebihan dan Kelemahan Membaca Puisi dengan Teknik Pemodelan
Berkelompok
a. Kelebihan Teknik Pemodelan Berkelompok
1) Memacu motivasi siswa untuk aktif dalam pembelajaran.
2) Siswa yang mempunyai minat dan bakat lemah tentang membaca
puisi mendapat pengarahan dari teman sekelompoknya.
3) Menciptakan rasa kebersamaan saat pembelajaran membacakan puisi.
4) Menumbuhkan rasa percaya diri saat membaca puisi karena dilakukan
secara berkelompok.
5) Menciptakan suasana baru bagi siswa dalam pembelajaran membaca
puisi yang selama ini dilakukan secara individu.
6) Efisien waktu karena membaca puisi dilakukan secara berkelompok.
b. Kelemahan Teknik Pemodelan Berkelompok
1) Sulit membentuk kelompok yang homogen dari segi minat, bakat
dalam membaca puisi.
2) Siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok.
3) Muncul ketergantungan antara siswa satu dengan yang lainnya.
4) Membosankan bagi siswa yang merasa pandai dalam pembelajaran
membaca puisi.
c. Cara Mengatasi Kelemahan Teknik Pemodelan Berkelompok
Untuk mengatasi kekurangan pembelajaran membaca puisi dengan
teknik pemodelan berkelompok, maka sebelum pembelajaran guru
terlebih dahulu mempersiapkan dan membentuk kelompok-kelompok
29
belajar yang heterogen ditinjau dari segi jenis kelamin dan kemampuan
akademis. Berdasarkan sisi jenis kelamin, dalam satu kelompk harus ada
siswa laki-laki dan perempuannya. Jika berdasarkan kemampuan
akademis maka dalam satu kelompok terdiri dari satu orang
berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan kemampuan sedang
dan satu lainnya dari kelompok kemampuan akademis kurang.
Pembentukan kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk
saling mengajar dan saling mendukung sehingga memudahkan
pengelolaan kelas karena dengan adanya satu orang yang berkemampuan
akademis tinggi yang diharapkan bisa membantu anggota kelompok yang
lain. Selain itu, jumlah anggota dalam satu kelompok jangan terlalu
banyak dan jangan sampai memberikan motivasi dalam proses
pembelajaran yang justru menimbulkan persaingan antar kelompok yang
kurang sehat. Ciptakanlah situasi yang menyenangkan antaranggota
kelompok karena hal tersebut menentukan berhasil atau tidaknya
pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok.
C. Kerangka Pikir
Meningkatkan keterampilan membaca puisi dengan teknik pemodelan
berkelompok pada siswa kelas X MA Negeri Kutowinangun tahun pelajaran
2012/2013 adalah salah satu tujuan penelitian tindakan kelas ini. Dengan
menerapkan teknik pemodelan berkelompok pada pembelajaran membaca puisi
siswa kelas X MA Negeri Kutowinangun tahun pelajaran 2012/2013
diharapkan dpat membantu meningkatkan keterampilan siswa dalam membaca
30
puisi. Di samping itu, dengan penerapan pembelajaran menggunakan teknik
pemodelan berkelompok diharapkan dapat mewujudkan taraf pembelajaran
dengan keberhasilan yang tinggi. Khususnya, pada pembelajaran apresiasi
sastra.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
masalah penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto,
2006: 71). Hipotesis sebagai pendapat yang kebenarannya masih rendah atau
kadar kebenarannya masih belum meyakinkan sehingga perlu diuji atau
dibuktikan kebenarannya secara empiris.
Pada hakikatnya hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu masalah.
Sebagai suatu jawaban sementara atau dugaan sementara, pasti jawaban
tersebut belum tentu benar dan kebenarannya masih perlu adanya pembuktian
atau diuji kebenarannya. Hipotesis dalam penelitian ini adalah terjadi
peningkatan keterampilan membaca puisi melalui teknik membaca puisi
berkelompok pada siswa MA Negeri Kutowinangun kelas X tahun pelajaran
2012/2013.
31
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini peneliti menguraikan desain penelitian, subjek penelitian,
objek penelitian, rancangan penelitian, instrumen penelitian, teknik
pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik penyajian hasil analisis
data.
A. Desain Penelitian
Penelitian terhadap penggunaan teknik pemodelan berkelompok untuk
meningkatkan kemampuan membaca puisi siswa kelas X MA Negeri
Kutowinangun, menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK).
Wiriaatmadja (2012: 13) mendefinisikan penelitian tindakan kelas (PTK)
adalah upaya guru untuk mengatur kondisi kegiatan pembelajaran, dengan
belajar dari pengalamannya selama mengajar. Guru dapat mencobakan suatu
gagasan perbaikan dalam proses pembelajaran, dan melihat pengaruh nyata
dari upaya itu terhadap pencapaian pembelajaran yang dilakukannya.
PTK adalah suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif
terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai
peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan sampai penilaian terhadap
tindakan nyata dalam kelas yang berupa kegiatan belajar-mengajar, untuk
memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan. Sementara itu,
dilaksanakannya PTK adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang
diselenggarakan oleh guru atau peneliti itu sendiri, yang dampaknya
32
diharapkan tidak ada lagi masalah yang menghambat di kelas (Subyantoro,
2009:10).
Dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri dua siklus, yaitu, siklus I
bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam membaca puisi. Siklus II
bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa dalam
membacakan puisi. Secara garis besar, terdapat empat tahapan yang lazim
dilalui dalam penelitian tindakan kelas (PTK) pada setiap siklusnya, yaitu
perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan
(observing), dan refleksi (reflection).
Keempat langkah tersebut dapat divisualisasikan sebagai berikut:
Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas
Keempat langkah tersebut membentuk siklus yang dilakukan berulang-
ulang sesuai dengan tingkat kebutuhan dalam penelitian. Siklus berhenti jika
penelitian telah dianggap cukup berhasil memecahkan masalah penelitian
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Observing
Planning Acting
Reflection
33
Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) ini terdiri dari dua
siklus. Setiap siklus dilaksanakan satu kali pertemuan dan setiap pertemuan 2 x
45 menit atau 2 jam pelajaran (90 menit). Pengertian siklus pada penelitian ini
adalah suatu putaran kegiatan yang terdiri perencanaan, tindakan, observasi,
dan refleksi. Untuk pelaksanaan pada pembelajaran jumlah siklus disesuaikan
dengan masalah yang perlu dipecahkan. Manfaat yang dapat diperoleh guru
dengan pendekatan PTK adalah guru dapat melakukan inovasi pembelajaran,
guru dapat meningkatkan refleksinya serta mampu memecahkan masalah
pembelajaran yang muncul di kelasnya dan dapat mengembangkan kurikulum
secara kreatif.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah sesuatu yang berupa orang, benda, atau
lembaga, yang sifat keadaannya sebagai sasaran penelitian. Dengan kata lain,
subjek penelitian adalah sesuatu yang di dalamnya terkandung objek penelitian.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X MA Negeri Kutowinangun,
Kebumen tahun pelajaran 2012/2013. Penelitian ini hanya dilakukan di kelas
X-4 yang berjumlah 39 siswa, yang terdiri dari 13 siswa putra dan 26 siswa
putri.
Alasan dipilihnya siswa kelas X-4 dalam penelitian keterampilan
membaca puisi adalah sebagai berikut.
1. Kelas X-4 bukan kelas unggulan.
2. Keterampilan membaca merupakan salah satu keterampilan yang harus
diajarkan secara seimbang seperti keterampilan bahasa lainnya.
34
3. Kemampuan membaca puisi yang dimiliki oleh siswa kelas X-4 masih
rendah. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman siswa tentang teknik
membaca puisi.
4. Masih rendahnya minat siswa dalam mengikuti pembelajaran yang bersifat
praktik.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MA Negeri Kutowinangun,
Kebumen yang beralamat di jalan Pencil no. 47 Kutowinangun, Kebumen,
yang dilaksanakan selama 3 kali pertemuan yang terdiri dari 3 siklus . Prasiklus
dilaksanakan pada tanggal 8 Oktober 2012. Kemudian siklus I dilaksanakan
pada tanggal 12 Oktober 2012. Siklus II dilaksanakan pada tanggal 15 Oktober
2012.
C. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah sifat keadaan dari sesuatu benda, orang, atau
keadaan, yang menjadi pusat perhatian atau sasaran penelitian. Objek
penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam membaca puisi melalui
pembelajaran dengan teknik pemodelan berkelompok, dengan variabel sebagai
berikut.
1. Pelafalan
Pelafalan adalah cara seseorang atau kelompok orang untuk
mengungkapkan bunyi-bunyi bahasa, dalam bahasa tulis maupun bahasa
lisan. Namun berbeda dengan bahasa tulis yang pelafalannya tidak terlihat
dengan jelas, dalam bahasa lisan pelafalannya menjadi lebih jelas.
35
2. Intonasi
Intonasi adalah lagu kalimat. Intonasi dalam bahasa puisi tentu saja
berbeda dengan pembacaan prosa. Intonasi dalam pembacaan puisi lebih
berlagu karena kata-kata dalam sebuah puisi penuh dengan irama. Dengan
demikian, seorang pembaca puisi dituntut untuk dapat untuk
mengungkapkan irama dalam sebuah puisi lewat intonasinya agar
pembacaannya tidak monoton sehingga pendengar pun lebih tertarik.
Intonasi juga berguna dalam memperjelas dan membedakan maksud atau
pesan dari tiap larik.
3. Jeda
Jeda adalah perhentian sesaat, jeda yang umum dipergunakan dalam
pembacaan puisi adalah jeda antar bait yang satu dengan bait yang lain.
Selain itu, jeda juga dilakukan setelah mengucapkan larik atau bait puisi
yang dianggap penting, maksudnya adalah agar bait atau larik tersebut bisa
dicamkan oleh pendengar. Jeda juga berguna untuk menciptakan irama.
4. Ekspresi
Ekspresi dalam membaca puisi adalah penampilan emosi melalui
perubahan rona wajah dan gerak-gerik tubuh sesuai dengan isi puisi.
Ekspresi seseorang ketika membaca puisi akan menunjukkan tingkat
penghayatan pembaca terhadap puisi yang dibacanya. Jika puisi itu
bertemakan kedukaan, tentu ekspresi yang muncul adalah wajah kesedihan,
bahkan mungkin meneteskan air mata. Sebaliknya, apabila puisi bertemakan
36
kegembiraan, suka cita, tentu raut wajah yang tampak adalah wajah
kegembiraan ataupun senyuman.
5. Sikap
Sikap adalah perbuatan, garak-gerik tubuh, cara berdiri, duduk, dan
berjalan. Dalam membaca puisi, siswa dituntut untuk menyesuaikan sikap
dengan isi puisi, serta suasana pada puisi yang dibacanya. Hal tersebut
dilakukan untuk menekankan makna kata atau kalimat dalam lirik puisi.
D. Rancangan Penelitian
Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah sebuah kegiatan penelitian yang
dilakukan di kelas ketika pembelajaran berlangsung. Penelitian Tindakan Kelas
merupakan suatu perhatian terhadap kegiatan pembelajaran berupa sebuah
tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas dengan
tujuan dapat memperbaiki kualitas pembelajaran. Tindakan tersebut diberikan
oleh guru atau dengan arahan dari guru sebagai peneliti yang dilakukan oleh
siswa (Arikunto, 2009: 3).
Penelitian ini direncanakan berlangsung dalam dua siklus yang masing-
masing satu kali pertemuan. Prosedur penelitian ini adalah setiap siklus
dilakukan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai, seperti apa yang telah
didesain dalam faktor yang akan teliti. Penentuannya dilaksanakan pada siklus
I dan siklus II berdasarkan hasil refleksi. Untuk melihat keterampilan siswa
dalam membaca puisi serta tingkatan aktivitasnya dalam pembelajaran, maka
perlu diberikan tes yang berfungsi sebagai evaluasi awal dalam pemelajaran,
sementara observasi awal diadakan untuk dapat mengetahui tindakan yang
37
tepat untuk tindak lanjut penelitian selanjutnya. Berdasarkan evaluasi dan
observasi awal, maka dalam refleksi diterapkan teknik pemodelan
berkelompok untuk meningkatkan keterampilan membaca puisi siswa.
Penelitian ini dilakukan dengan dua siklus, yang masing-masing siklus
meliputi empat tahapan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan
refleksi.
Berikut model penelitian masing-masing tahap menurut Suharsimi
Arikunto (2010: 137).
Gambar 2. Prosedur Siklus Penelitian
Penulis memberikan gambaran rencana pelaksanaan masing-masing
tahap atau siklus dalam penelitian tindakan kelas ini, sebagai berikut.
1. Tahap Awal/ Prasiklus
Sebelum masuk pada siklus I dan siklus II, guru melakukan tindakan
awal lebih dahulu. Tindakan awal yang dilakukan dengan pengamatan kelas.
Refleksi Pelaksanaan
Pelaksanaan Siklus II
Perencanaan
Pengamatan
Siklus I
Pengamatan
Refleksi
Berhasil
Perencanaan
38
Pengamatan kelas dilakukan untuk mengetahui keadaan sebenarnya di
dalam kelas, serta mengetahui bagaimana kemampuan membaca puisi siswa
kelas X dengan metode konvensional. Dari sini dapat dikatahui apa yang
dialami oleh para siswa, kemudian didiskusikan dengan guru untuk
menentukan langkah-langkah selanjutnya, yaitu pembelajaran membaca
puisi menggunakan teknik pemodelan berkelompok.
2. Tindakan Siklus I
Seperti yang sudah diuraikan sebelumnya, pada setiap siklus harus
melalui empat tahapan. Dalam siklus I ini ada empat tahapan yang harus
dilalui, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi.
Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.
a. Perencanaan
Tahapan perencanaan harus dilakukan dengan matang dan secermat
mungkin, agar pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan hasilnya
akan sesuai dengan yang diinginkan. Perencanaan kegiatan yang
dilakukan adalah sebagai berikut: (1) menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), (2) menyiapkan materi tentang teknik membaca
puisi, (3) menyiapkan lembar pengamatan dan dokumen foto/ video, (4)
menyiapkan contoh/model pembacaan puisi yang baik atau membaca
puisi secara berkelompok.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini, guru hendaknya melaksanakan tindakan harus
sesuai dengan apa yang direncanakan atau yang telah disusun, yaitu
39
mengenai langkah-langkah kegiatan dalam pembelajaran kemampuan
membaca puisi dan instrumen yang digunakan dalam mengumpulkan
data atau pengamatan.
Berikut langkah-langkah pelaksanaan tindakan.
1) Pendahuluan
Pada kegiatan pendahuluan ini, dibuka dengan guru memberikan
salam pembuka, apersepsi motivasi, kemudian menjelaskan materi
mengenai hal yang harus diperhatikan saat membacakan puisi, yaitu
lafal, intonasi, jeda, sikap, dan penghayatan. Kemudian dilanjutkan
dengan pembentukan kelompok siswa untuk pembelajaran membaca
puisi berkelompok. Setiap kelompok terdiri 4-5 siswa.
2) Inti
Guru memberi penjelasan mengenai puisi dan teknik membaca puisi.
Guru memberikan materi tentang apa itu puisi, serta bagaimana cara
membaca atau membacakan puisi yang baik. Pada kesempatan ini
juga dilakukan tanya jawab yang mengarah pada materi. Pada
kesempatan ini guru menampilkan model pembacaan puisi
berkelompok yang baik. Siswa memperhatikan contoh tersebut.
Siswa diberi kesempatan untuk berlatih terlebih dahulu dengan
kelompoknya. Pada tahap selanjutnya siswa mencoba membaca puisi
di depan kelas berdasarkan pada teori-teori dan teknik yang telah
didapat dari penjelasan guru dan melihat model secara berkelompok.
40
3) Penutup
Pada tahap ini, guru mengomentari pembacaan puisi yang dilakukan
siswa. Guru juga melakukan evaluasi secara langsung pada
pembacaan puisi dan pemberian motivasi pada siswa.
c. Pengamatan atau Observasi
Pengamatan dilakukan secara cermat terhadap setiap tindakan yang
dilakukan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini dapat
dilaksanakan dengan observasi secara langsung, wawancara atau
menggunakan jurnal. Guru mencatat siswa yang aktif, yang pasif, yang
meremehkan, atau yang bercakap-cakap sendiri ketika pembelajaran
tengah berlangsung. Pengambilan data melalui wawancara untuk
mengetahui minat dan kesan siswa terhadap pembelajaran membaca puisi
dengan teknik pemodelan berkelompok.
d. Evaluasi dan Refleksi
Hasil tes, observasi, wawancara, dan jurnal dalam siklus I
digunakan sebagai pembenahan dan perbaikan untuk tindakan pada
siklus II. Hal-hal positif yang mendukung peningkatan keterampilan
membaca puisi dalam siklus I dipertahankan dalam siklus II, sedangkan
faktor negatif yang kemungkinan diketahui menjadi penyebab kesulitan
siswa dalam membaca puisi diperbaiki.
Hasil evaluasi yang diperoleh dijadikan dasar untuk melakukan
refleksi. Refleksi dilakukan dengan pengungkapan hasil tes, pengamatan,
41
dan pengungkapan laporan hasil tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
guru pada siswa selama proses pembelajaran.
3. Tindakan Siklus II
Tindakan siklus II ini merupakan usaha peningkatan kemampuan
siswa dalam membaca puisi. Hasil siklus I menjadi dasar dalam pelaksanaan
siklus II. Sama dengan siklus I, siklus II juga dilakukan dalam empat
tahapan yaitu, perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Siklus II ini diharapkan dapat memberikan hasil yang maksimal.
a. Perencanaan
Rencana perbaikan dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan
refleksi siklus I. Masalah dan kekurangan pada siklus I didiskusikan
untuk mencari solusi tindakan untuk perbaikan. Tindakan perbaikan
siklus II, pada dasarnya tahap perencanaan ini hampir sama dengan
perencanaan pada siklus I yaitu: (1) menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), (2) menyiapkan materi tentang teknik membaca
puisi, (3) menyiapkan lembar pengamatan dan dokumen foto/ video, (4)
menyiapkan contoh / model pembacaan puisi yang baik atau membaca
puisi secara berkelompok.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus ini masih sama dengan siklus I
bedanya hanya pada model serta puisi yang dibaca yang berbeda dengan
puisi yang dibaca pada siklus I. Langkah-langkahnya adalah sebagai
berikut.
42
1) Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan dalam siklus ini diawali dengan guru memberi
salam, apersepsi motivasi, dan guru menggali memori hasil
pembacaan puisi pada siklus I dan siswa melakukan tanya jawab
tentang kesulitan membaca puisi pada pembelajaran kemarin.
2) Inti
Tahap selanjutnya, guru mengintruksikan siswa untuk berkumpul
dengan anggota kelompok yang sudah ditentukan pada pembelajaran
kemarin. Kemudian, guru menampilkan beberapa model untuk
memberikan contoh dan teknik dalam membaca puisi secara
berkelompok. Siswa mengamati model tersebut. Setiap kelompok
siswa diberi kesempatan berlatih lebih dahulu sebelum tampil di
depan kelas, selanjutnya siswa membaca puisi di depan kelas secara
bergiliran setiap kelompok.
3) Penutup
Pada kegiatan ini guru mengomentari pembacaan puisi yang telah
dilakukan siswa, kelebihan maupun kekurangan siswa dalam
membaca puisi juga disampaikan pada kesempatan ini. Pada tahap
selanjutnya guru dan siswa melakukan evaluasi pada pembacaan puisi
tadi, dilanjutkan dengan pemberian motovasi dan diakhiri dengan
salam penutup.
43
c. Pengamatan atau Observasi
Pengamatan dilakukan terhadap perubahan tindakan dan sikap
siswa selama dalam proses belajar mengajar dengan membuat catatan
yang dipakai untuk data penelitian. Pengambilan data dapat dilakukan
melalui pengamatan, wawancara, dan jurnal.
Observasi dilakukan untuk mengambil data melalui pengamatan
secara langsung terhadap semua tindakan dan perubahan-perubahan yang
terjadi dalam siklus II. Selain melalui pengamatan, pengambilan data
juga dilakukan dengan wawancara. Wawancara ini bertujuan untuk
mengambil data dengan memberikan sejumlah pertanyaan yang sudah
disiapkan kepada siswa. Pertanyaan ini diberikan kepada beberapa siswa
yang kurang berhasil dan yang berhasil dalam kegiatan pembelajaran
membaca puisi dengan teknik pemodelan berkelompok. Cara berikutnya
adalah dengan membuat jurnal. Jurnal berguna untuk mengetahui sikap
siswa pada saat melakukan kegiatan pembelajaran membaca puisi dengan
teknik pemodelan berkelompok.
d. Evaluasi dan Refleksi
Evaluasi dilakukan pada akhir tindakan siklus kedua. Evaluasi ini
bertujuan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan keterampilan
dan perubahan siswa setelah dilakukan perubahan tindakan pada siklus
II. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan hasil tes dan nontes siswa.
Kegiatan refleksi siklus II tidak jauh berbeda dengan refleksi pada
siklus I. Setelah data terkumpul, data dikaji dan dievaluasi agar
44
mendapatkan simpulan mengenai kemampuan siswa dalam membaca
puisi dengan teknik pemodelan berkelompok. Perbedaan siklus II dengan
siklus I didapatkan pada hasil akhir siklus.
E. Instrumen Penelitian
Menurut Arikunto (2010: 192) instrumen adalah alat bantu yang
digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian. Instrumen yang akan
digunakan dalam penelitian ini dibahas dari segi bentuk dan jenis instrumen.
Bentuk instrumen penelitian ini adalah tes dan nontes. Jenis instrumen tes
adalah membaca teks puisi, sedangkan jenis instrumen nontes adalah lembar
pengamatan atau observasi, wawancara, jurnal, dan dokumentasi.
1. Instrumen Tes
Instrumen penelitian berupa media model langsung dan tak langsung.
Siswa diminta untuk memperhatikan model yang telah dipersiapkan peneliti.
Setelah itu, siswa membacakan puisi dengan berkelompok berdasarkan
penjelasan dari guru dan mengamati model. Tes berupa latihan membaca
puisi. Instrument ini yang nantinya menunjukkan data hasil belajar siswa
yang dapat memperlihatkan ada atau tidaknya peningkatan siswa membaca
puisi sebelum dan sesudah dilakukan tindakan. Hasil tes tersebut dugunakan
untuk mengukur kemampuan siswa dalam membaca puisi.
45
Adapun skor penilaian pada instumen tes dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 1. Variabel Penilaian Membaca Puisi
No Variabel
Penilaian Indikator Skor
1. Pelafalan Melafalkan bunyi bahasa
dengan irama sesuai
dengan jiwa puisi
Baik = 8-11
Sedang = 4-7
Kurang = 1-3
Melafalkan kata-kata
sesuai hukum bunyi
bahasa
Baik = 8-11
Sedang = 4-7
Kurang = 1-3
2. Intonasi Kesesuaian nada Baik = 8-11
Sedang = 4-7
Kurang = 1-3
Kesesuaian dinamika Baik = 8-11
Sedang = 4-7
Kurang = 1-3
Kesesuaian tempo Baik = 8-11
Sedang = 4-7
Kurang = 1-3
3. Jeda Ketepatan perhentian
arus ujaran jeda pendek,
sedang, dan panjang
Baik = 8-11
Sedang = 4-7
Kurang = 1-3
4. Ekspresi Kesesuaian raut wajah
(mimik) dan pandangan
mata
Baik = 8-11
Sedang = 4-7
Kurang = 1-3
5. Sikap Pemosisian tubuh Baik = 8-11
Sedang = 4-7
Kurang = 1-3
Kesesuaian gerakan Baik = 8-11
Sedang = 4-7
Kurang = 1-3
Penyusunan variabel penilaian membaca puisi ini didasarkan pada
teori yang dipaparkan Sukirno (dalam Doyin, 2009: 106), Doyin (2009:
129), Sitomurang (1981: 52-56), dan Departemen Pendidikan Nasional
(2008).
46
2. Instrumen Nontes
Instrumen nontes yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut.
a. Pengamatan (Observasi)
Observasi adalah penilaian dengan cara mengadakan pengamatan
terhadap suatu hal secara langsung, teliti dan sistematis. Kegiatan
mengamati itu sendiri disertai dengan kegiatan pencatatan terhadap
seuatu yang diamati. Oleh karena itu, kegiatan pencatatan itu sendiri
sebenarnya hanya bagian (tuntutan) dari kegiatan pengamatan yang
dilakukant (Nurgiyantoro, 2009: 57).
Observasi adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk mengetahui
perilaku-perilaku siswa melalui pengamatan, misalnya pengamatan
kondisi dan interaksi belajar–mengajar, interaksi kelompok, tanggapan
siswa tentang tugas yang diberikan guru, sikap positif dan negatif siswa
terhadap keterampilan membaca .
b. Wawancara
Wawancara merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk
mendapatkan informasi dari responden (siswa, orang yang
diwawancarai) dengan melakukan tanya jawab sepihak. Artinya, dalam
kegiatan wawancara itu pertanyaan hanya berasal dari pihak
pewawancara, sedangkan responden hanya menjawab pertanyaan-
pertanyaan saja (Nurgiyantoro, 2009: 55).
Wawancara yang dilakukan oleh peneliti bertujuan untuk
mendapatkan informasi atau pendapat siswa secara langsung terhadap
47
pembelajaran membaca puisi dengan teknik pemodelan berkelompok.
Wawancara dilakukan dengan teknik terstruktur. Wawancara tidak
dilakukan terhadap semua siswa, tetapi hanya dilakukan pada siswa
yang mendapat nilai baik, sedang, dan kurang baik.
c. Jurnal
Jurnal adalah bentuk catatan yang digunakan untuk mengetahui
perubahan yang terjadi baik dari siswa ataupun kejadian–kejadian yang
menonjol selama penelitian. Peneliti membuat jurnal sebagai umpan
balik untuk mengetahui tingkat keberhasilan teknik yang digunakan.
Jurnal yang digunakan dalam penelitian ini ada dua jenis, yaitu jurnal
untuk siswa dan jurnal untuk guru.
Jurnal yang diisi oleh siswa adalah ungkapan perasaan siswa,
yang berupa kesan dan pesan atau kritik terhadap pembelajaran. Hal-hal
yang diisikan dalam jurnal siswa meliputi: (1) ketertarikan siswa
terhadap pembelajaran membaca, (2) ketertarikan siswa terhadap
pembelajaran membaca puisi, (3) kesulitan siswa dalam pembelajaran
membaca puisi, (4) perasaan siswa setelah mengikuti pembelajaran
membaca puisi dengan teknik pemodelan, (5) perasaan siswa setelah
mengikuti pembelajaran membaca puisi secara berkelompok, dan (6)
kesan dan pesan siswa terhadap proses pembelajaran membaca puisi
dengan teknik pemodelan berkelompok.
Jurnal yang diisi oleh guru meliputi pendapat mengenai seluruh
kejadian yang dilihat dan dirasakan oleh guru selama pembelajaran
48
berlangsung. Hal-hal yang dicatat dalam jurnal guru meliputi: (1)
kesiapan siswa terhadap pembelajaran puisi, (2) respons siswa terhadap
pembelajaran, (3) respons siswa terhadap media pembelajaran yang
digunakan, (4) keaktifan siswa selama mengikuti pembelajaran, dan (5)
situasi atau suasana kelas ketika pembelajaran berlangsung.
d. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan data yang cukup penting sebagai bukti
terjadinya suatu kegiatan dalam hal ini proses pembelajaran.
Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini berupa dokumentasi
foto dan video. Penggunaan dokumentasi dalam penelitian ini
dimaksudkan untuk memperoleh rekaman aktivitas siswa selama
mengikuti proses pembelajaran yang diwujudkan dalam bentuk gambar.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah suatu cara yang digunakan untuk
mengumpulkan data guna memperoleh keterangan secara lengkap. Di dalam
kegiatan penelitian, cara memperoleh data ini dikenal sebagai metode
pengumpulan data.
Salah satu kegiatan penting dalam penelitian ini adalah pengumpulan
data yang diperlukan. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
teknik tes dan nontes. Data tes penelitian ini adalah dengan variabel pelafalan,
intonasi, jeda, ekspresi, dan sikap dalam membaca puisi, sementara data nontes
adalah berupa lembar pengamatan (observasi), wawancara, jurnal, dan
49
dokumentasi selama kegiatan pembelajaran membaca puisi dengan teknik
pemodelan berkelompok.
1. Tes
Teknik tes adalah salah satu bentuk pengukuran dan tes hanyalah
salah satu cara untuk mendapatkan informasi (kompetensi, pengetahuan,
keterampilan) yang dimiliki siswa (Arikunto, 2010: 105). Tes dilakukan
sebanyak dua kali, yaitu pada siklus I dan siklus II. Pengumpulan data
dengan teknik tes dimaksudkan untuk mengungkap pemahaman siswa
terhadap materi pembelajaran serta mengetahui ketercapaian indikator
keterampilan membaca puisi siswa. Pada siklus I siswa membaca puisi
“Padamu Jua” karya Amir Hamzah dan pada siklus II siswa membaca puisi
“Pahlawan Tak Dikenal” karya Toto Sudarto Bachtiar. Dari hasil analisis tes
ini dapat diketahui peningkatan keterampilan membaca puisi siswa.
2. Nontes
Menurut Nurgiyantoro (2010: 90), instrumen nontes merupakan alat
penilaian yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi tentang keadaan
kemampuan siswa tanpa melalui tes dengan alat tes. Teknik pengumpulan
nontes dilakukan dengan menggunakan observasi, wawancara, jurnal, dan
dokumentasi. Selanjutnya, penjelasan masing-masing teknik sebagai
berikut.
a. Pengamatan (Observasi)
Pengamatan (Observasi) adalah penilaian dengan cara mengadakan
pengamatan terhadap suatu hal secara langsung, teliti dan sistematis.
50
Kegiatan mengamati itu sendiri disertai dengan pencatatan terhadap
sesuatu yang diamati. Oleh karena itu, kegiatan pencatatan itu sendiri
sebenarnya hanya bagian dari kegiatan pengamatan yang dilakukan
(Nurgiyantoro, 2009: 57).
Observasi adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk mengetahui
perilaku-perilaku siswa melalui pengamatan yang difokuskan pada
keseriusan, perhatian, dan keaktifan untuk berpartisipasi dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran. Untuk lebih memudahkan pelaksanaan observasi,
peneliti mengamati keadaan siswa dengan memberi tanda check list pada
lembar panduan observasi yang telah disediakan. Pelaksanaan observasi
dalam penelitian ini, dibantu oleh guru pengampu mata pelajaran bahasa
dan sastra Indonesia pada kelas yang diteliti. Observasi dilakukan mulai
dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran.
b. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu cara yang digunakan untuk
mendapatkan informasi dari siswa (orang yang diwawancarai) dengan
melakukan tanya jawab sepihak. Artinya, dalam kegiatan wawancara itu
pertanyaan hanya berasal dari pihak pewawancara, sedang responden
yang menjawab pertanyaan-pertanyaan saja, dengan kata lain hanya
berlangsung satu arah saja (Nurgiyantoro, 2009: 55). Wawancara
bertujuan untuk mendapatkan informasi tertentu tentang keadaan
responden yang berhasil dan yang kurang berhasil dalam pembelajran.
51
Wawancara dilakukan dengan teknik tersetruktur. Wawancara
dilakukan terhadap siswa yang berhasil dan siswa yang tidak berhasil
dalam membaca puisi. Hal ini dilaksanakan untuk mengetahui penyebab
berhasil atau tidak berhasilnya siswa dalam membaca puisi. Hasil
wawancara ini dapat digunakan untuk melakukan perbaikan pada
pembelajaran siklus berikutnya.
c. Jurnal
Jurnal adalah buku atau catatan yang dimiliki oleh siswa dan guru
selama pembelajaran membaca puisi berlangsung. Jurnal siswa berisi
mengenai kesulitan, daya tarik, kesan, dan pesan terhadap pembelajaran
membaca puisi dengan menggunakan teknik pemodelan berkelompok.
Jurnal pada siklus I diisi setelah selesai pembelajaran siklus I. Hasil dari
siklus ini kemudian dijadikan masukan untuk perbaikan pada siklus II.
Jurnal merupakan refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Jurnal yang diisi oleh siswa dikumpulkan saat berakhirnya
proses pembelajaran pada tiap siklus. Hasil dari jurnal dijadikan data oleh
peneliti untuk diolah dan dideskripsikan. Selain jurnal siswa, terdapat
pula jurnal guru. Jurnal ini dibuat oleh guru (peneliti) pada setiap akhir
siklus.
d. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan data yang cukup penting sebagai bukti
terjadinya suatu kegiatan, dalam hal ini proses pembelajaran.
Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini berupa dokumentasi
52
foto dan video. Penggunaan dokumentasi dalam penelitian ini
dimaksudkan untuk memperoleh rekaman aktivitas siswa selama
mengikuti pembelajaran yang diwujudkan dalam bentuk gambar.
G. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik analisis data deskriptif
kualitatif dan kuantitatif.
1. Teknik Analisis Data Kualitatif
Teknik analisis data kualitatif adalah teknik penelitian yang
berlandaskan pada filasafat pospositifisme, yang digunakan untuk meneliti
pada kondisi objek yang alamiah (Sugiono, 2009: 15). Teknik kualitatif
merupakan teknik yang dilakukan dengan cara menganalisis data yang
berupa informasi yang berbentuk kalimat yang memberi gambaran tentang
tingkat pemahaman siswa terhadap suatu mata pelajaran, sikap siswa
terhadap metode belajar yang baru, aktivitas siswa ketika pembelajaran,
antusias siswa dalam belajar (Arikunto, 2009: 131).
Teknik analisis data kualitatif dalam penelitian ini menggunakan
analisis deskriptif kualitatif yang didapat dari pengamatan, jurnal,
wawancara, dan mendokumentasikan kejadian-kejadian selama
pembelajaran dalam bentuk foto/video. Data yang diperoleh dianalisis
secara kualitatif dengan memadukan semua perilaku siswa selama
pembelajaran membaca puisi dari kegiatan awal sebelum tindakan hingga
siklus II. Melalui analisis data kualitatif ini dapat diketahui peningkatan
keterampilan membaca puisi melalui teknik pemodelan berkelompok dan
53
perubahan perilaku siswa setelah mendapatkan pembelajaran membaca
puisi.
2. Teknik Analisis Data Kuantitatif
Teknik analisis data kuantitatif dalam penelitiann ini berupa hasil
pengamatan dan nilai hasil belajar siswa yang dapat dianalisis secara
kuantitatif. Kuantitatif dapat digunakan untuk mengolah data yang
berkaitan dengan menjumlah, merata-rata, mencari presentase, dan
menyajikan data yang menarik, mudah dibaca, dan diikuti alur berpikirnya
(grafik, tabel) (Arikunto, 2009: 131-132).
Data kuantitatif yang dikumpulkan yaitu hasil tes kemampuan
membaca puisi siswa, yang berupa skor kemampuan membaca baik yang
dilakukan sebelum tindakan (pre-test) maupun sesudah dilakukan tindakan
(post-test). Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pembelajaran
membaca puisi di MA Negeri Kutowinangun adalah 75 sehingga siswa yang
mendapatkan nilai di bawah 75 dinyatakan belum dapat mencapai standar
kompetensi yang telah ditentukan.
Hasil analisis data tes secara kuantitatif dalam penelitian ini dihitung
dengan menggunakan perhitungan mean (nilai rata-rata hitung).
54
Rumus nilai rata-rata hitung sebagai berikut.
Keterangan:
X = Nilai rata-rata hitung
∑f = Jumlah frekuensi skor atau nilai yang ada
N = Jumlah siswa
Untuk mengetahui terdapat peningkatan hasil pembelajaran membaca
puisi atau tidak maka hasil nilai siklus I dibandingkan dengan nilai siklus II.
H. Teknik Penyajian Hasil Analisis Data
Dalam menyajikan hasil analisis, penulis menggunakan metode
informal, yaitu hasil analisis data dengan menggunakan kata-kata biasa,
sedangkan metode penyajian formal adalah perumusan dengan tanda-tanda
dan lambang-lambang. Pelaksanaan kedua metode tersebut dibantu dengan
teknik yang merupakan perpaduan dari kedua metode tersebut, yaitu
penggunaan kata-kata dan tanda-tanda atau lambang (Sudaryanto, 1993: 145).
Dengan metode ini, hasil analisis dipaparkan secara deskriptif verbal, yaitu
menyajikan hasil analisis dengan uraian atau kata-kata biasa.
55
BAB IV
PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA PENELITIAN
Pada bab ini dibahas dua hasil pelaksanaan penelitian yaitu penyajian
data dan pembahasan data hasil penelitian.
A. Penyajian Data Penelitian
Uraian mengenai hasil penelitian sebagai jawaban atas rumusan masalah
disajikan dalam Bab IV ini. Sebelum hasil penelitian dipaparkan, pada bab ini
diuraikan terlebih dahulu mengenai kondisi awal (prasiklus) proses
pembelajaran membaca puisi siswa kelas X.4 MA Negeri Kutowinangun.
Selanjutnya, pada penyajian data penelitian diuraikan tiga data pokok, yaitu(1)
proses pembelajaran membaca puisi dengan teknik pemodelan berkelompok
pada siswa kelas X MA Negeri Kutowinangun, Kebumen; (2) pengaruh
pembelajaran puisi dengan teknik pemodelan berkelompok pada siswa kelas X
MA Negeri Kutowinangun, Kebumen; (3) peningkatan keterampilan siswa
dalam pembelajaran membaca puisi dengan teknik pemodelan berkelompok
pada siswa kelas X MA Negeri Kutowinangun, Kebumen. Penelitian tindakan
kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri dari empat tahap
yaitu tindakan, pengamatan, wawancara, dan refleksi. Indikator keberhasilan
tindakan praktik membaca puisi dengan teknik pemodelan berkelompok
terdapat peningkatan keterampilan siswa dan kualitas proses pembelajaran
membaca puisi.
Hasil penelitian dari prasiklus sampai akhir siklus II disajikan di sini.
Sebelum dideskripsikan hasil penelitian dan pembahasannya, terlebih dahulu
56
dideskripsikan kondisi awal pembelajaran membaca puisi sebelum tindakan.
Berikut uraian mengenai deskripsi awal pembelajaran membaca puisi siswa
kelas X-4 MA Negeri Kutowinangun.
1. Deskripsi Awal
Sebelum melaksanakan penelitian, dilakukan survei awal yang
bertujuan untuk mengetahui kondisi awal kegiatan pembelajaran membaca
puisi. Kondisi awal ini menjadi acuan untuk menentukan tindakan apa yang
akan dilakukan pada pembelajaran dalam siklus selanjutnya. Survei awal
dilakukan pada hari Sabtu, 29 September 2012 pukul 10.30-12.00 WIB.
Kegiatan tindakan awal berupa pembelajaran membaca puisi dengan
menggunakan teknik ceramah. Peneliti membuka pelajaran dengan
mengucapkan salam, berkenalan, dan dilanjutkan dengan peneliti berusaha
membuka wawasan siswa dengan menjelaskan pengertian membaca dan
membaca puisi, serta memberikan pngetahuan pada siswa tentang teknik
membacakan puisi. Peneliti memberitahukan bahwa pada kesempatan
tersebut siswa diberi tugas untuk membacakan puisi di depan kelas.
Mendengar tugas yang diberikan sebagain besar siswa merasa keberatan.
Beberapa siswa mengeluh dan tampak enggan. Namun, ada beberapa siswa
yang merespons positif dengan menanyakan puisi apa dan ada juga siswa
yang meminta diberi contoh lebih dahulu. Meskipun banyak siswa yang
menyatakan keberatan jika harus membaca puisi di depan kelas. Tetapi,
dengan tegas peneliti menugaskan siswa untuk membacakan puisi satu per
satu di depan kelas dengan teks puisi yang sudah peneliti tentukan.
57
Saat proses pembelajaran dimulai, siswa terlihat pasif. Bahkan, tidak
sedikit pula siswa yang menguap, terlihat bosan, dan justru berbicara
dengan teman sebangku. Meskipun demikian, siswa tetap berusaha
memperhatikan penjelasan yang disampaikan peneliti. Sambil
mendengarkan penjelasan yang disampaikan peneliti, sebagian siswa
mencatat hal-hal yang dianggap penting. Pada akhir penjelasan, peneliti
memberikan kesempatan pada siswa untuk meyampaikan pertanyaan yang
berhubungan dengan membaca puisi. Namun, kesempatan tersebut tidak
dimanfaatkan dengan baik oleh siswa, hanya ada beberapa siswa saja yang
berusaha bertanya. Peneliti mencoba menunjuk siswa untuk bertanya tetapi
siswa yang ditunjuk hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum. Dari
hasil pemantauan, siswa yang terlihat tertarik dengan pembelajaran
membaca puisi dengan siswa hanya menerima begitu saja materi tentang
membaca puisi dari peneliti hampir seimbang. Terlihat ada gairah belajar
yang tampak pada siswa, meskipun siswa kurang aktif.
Gambar 3. Pembelajaran Membaca Puisi pada Prasiklus
58
Jika dicermati, proses pembelajaran tersebut masih menggunakan
teknik konvensional karena kegiatan pembelajaran masih berpusat pada
peneliti, meskipun peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya. Ceramah masih mendominasi kegiatan pembelajaran sehingga
teknik yang digunakan cenderung kurang bervariasi. Penugasan digunakan
peneliti sebagai kegiatan evaluasi pembelajaran. Selain menyebabkan
kejenuhan, teknik tersebut tidak memudahkan siswa untuk mengeksplorasi
kemampuan dan mental mereka dalam membaca puisi di depan teman
sekelasnya. Meskipun materi tentang keterampilan dan teknik membaca
puisi telah diajarkan dan diterima berulang-ulang.
2. Proses Pembelajaran Memebaca Puisi dengan Teknik Pemodelan
Berkelompok
Proses pembelajaran membaca puisi dengan metode pemodelan pada
siswa kelas X-4 MA Negeri Kutowinangun terdapat tiga tahapan
pelaksanaan yaitu prasiklus, siklus I, dan siklus II. Adapun langkah-
langkahnya adalah sebagai berikut.
Tabel 2. Langkah-langkah Penerapan Pembelajaran Membaca Puisi
dengan Teknik Pemodelan Berkelompok
Tahap
Penelitian Prasiklus Siklus I Siklus II
Perencanaan
a. Menentukan
jadwal
penelitian;
b. Penentuan
pembatasan
materi membaca
puisi yang
diajarakan;
c. Menyusun
a. Peneliti bersama
guru
mengindetifikas
i permasalahan
yang ada pada
diri siswa dalam
membaca puisi;
b. Menyusun
rencana
a. Memperbaiki
rencana
pelaksanaan
pembelajaran;
b. Menentukan
beberapa
masalah yang
berkaitan
dengan siswa;
59
rencana
pembelajaran;
d. Menyiapkan
materi yang
berkaitan
dengan
membaca puisi;
e. Menyiapkan
sumber belajar
yang akan
digunakan;
f. Menyusun
instrumen
penelitian
berupa jurnal,
wawancara, tes
membaca puisi,
dan
dokumentasi
(video dan foto).
g. Menyiapkan
teks puisi dan
lembar penilaian
membaca puisi
siswa.
pembelajaran;
c. Merumuskan
langkah
pemecahan
masalah dalam
pembelajaran
membaca puisi
dengan teknnik
pemodelan
berkelompok;
d. Menyiapkan
materi membaca
puisi dan
menentukan
model
pembacaan
puisi;
e. Menyusun
instrumen
penelitian
berupa lembar
observasi,
jurnal, tes
membaca, dan
dokumentasi.
f. Menyiapkan
teks puisi dan
lembar penilaian
membaca puisi
siswa.
c. Meningkatkan
keterlibatan
guru dalam
pembelarajan;
d. Menyiapkan
materi membaca
puisi dan
menentukan
model
pembacaan
puisi;
e. Menyusun
instrumen
penelitian
berupa jurnal,
wawancara, tes
membaca puisi,
dan
dokumentasi
(video dan foto).
Pelaksanaan a. Peneliti
memberikan
materi tentang
membaca puisi;
b. Peneliti dan
siswa beranya
jawab mengenai
materi membaca
puisi;
c. Siswa berlatih
membaca puisi
kemudian
dilanujtkan
membaca puisi
di depan kelas
secara individu.
a. Peneliti
memberikan
materi tentang
membaca puisi;
b. Peneliti
menjelaskan
tentang
pembelajaran
membaca puisi
dengan teknik
pemodelan
berkelompok;
c. Peneliti
menjelaskan
materi tentang
teknik membaca
a. Peneliti
mengulas
kembali materi
membaca puisi
dengan teknik
pemodelan
berkelompok
b. Peneliti
menjelaskan
materi tentang
teknik membaca
puisi yang baik;
c. Peneliti
mendatangkan
model
berkelompok
60
puisi;
d. Peneliti
mendatangkan
model untuk
memberi contoh
pembacaan
puisi.
e. Peneliti
menjelaskan
kriteria
penilaian
membaca puisi;
f. Siswa berlatih
membaca puisi
bersama
kelompoknya,
kemudian siswa
membaca puisi
secara
berkelompok.
untuk memberi
contoh
pembacaan
puisi.
d. Siswa berlatih
membaca puisi
bersama
kelompoknya,
dilanjutkan
membaca puisi
secara
berkelompok di
depan kelas.
Pengamatan
a. Peneliti dan
kolaborator
melakukan
penangamatan
dan wawncara
pada proses
pembelajaran;
a. Peneliti dan
kolaborator
melakukan
penangamatan
dan pada proses
pembelajaran;
b. Observasi
dilakukan
dengan mengisi
lembar
observasi dan
jurnal.
a. Peneliti dan
kolaborator
melakukan
penangamatan
dan pada proses
pembelajaran
membaca puisi;
b. Observasi
dilakukan
dengan mengisi
lembar
observasi dan
jurnal.
Refleksi
a. Peneliti bersama
kolaborator
melakukan
analisis dan
mamaknai hasil
perlakuan pada
prasiklus;
b. Peneliti dan
kolaborator
berusaha
mengindetifikas
i unsur intrinsik
dan ekstrinsik;
a. Peneliti bersama
kolaborator
melakukan
analisis dan
mamaknai hasil
perlakuan pada
siklus I;
b. Peneliti dan
kolaborator
berusaha
mengindetifikas
i permasalahan
yang ada pada
a. Peneliti bersama
kolaborator
melakukan
analisis dan
mamaknai hasil
perlakuan pada
siklus II;
b. Peneliti
menganalisis
hasil siklus II
61
c. Merumuskan
solusi pada
tindakan
selanjutnya
untuk perbaikan
hasil prasiklus.
diri siswa
membaca puisi;
c. Merumuskan
solusi pada
tindakan
selanjutnya
untuk perbaikan
hasil siklus I.
a. Prasiklus
Pada tahap ini, yang dialakukan peneliti adalah mempersiapkan
proses pembelajaran dengan menyusun rencana pembelajaran yang
berhubungan dengan keterampilan membaca puisi. Kemudian, peneliti
melakukan tindakan pembelajaran keterampilan membaca puisi sesuai
dengan perencanaan. Pembelajaran dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu,
tahap pendahuluan, tahap inti (pelaksanaan), dan tahap penutup. Peneliti
juga melakukan pengamatan atau observasi untuk mengumpulkan data.
Pengambilan data dilakukan melalui tes dan nontes, berdasarkan data
yang telah terkumpul kemudian dilakukan evaluasi atau refleksi guna
menyempurnakan tindakan selanjutnya pada siklus I.
b. Siklus I
Pada tahap ini, peneliti mempersiapkan proses pembelajaran
dengan memperbaiki hasil refleksi pada tahap prasiklus, yaitu dengan
membuat rencana pembelajaran membaca puisi dengan teknik pemodelan
berkelompok. Pembelajaran dilaksanakan masih dalam tiga tahapan,
yaitu tahap pendahuluan, tahap inti, dan tahap penutup. Peneliti juga
melakukan observasi atau pengamatan untuk mengumpulkan data tentang
penggunaan teknik pemodelan berkelompok selama pembelajaran
62
membaca puisi pada siklus I berlangsung. Pengambilan data dilakukan
dengan menggunakan teknik tes dan nontes. Setelah itu, peneliti
melakukan refleksi guna menyempurnakan tindakan selanjutnya pada
siklus II.
c. Siklus II
Pada tahap ini, peneliti mempersiapkan pembelajaran dengan
memperbaiki pembelajaran membaca puisi pada siklus I, yaitu dengan
mendatangkan model membaca puisi berkelompok secara langsung dan
memutarkan video pembacaan puisi. Pembelajaran dilaksanakan masih
dalam tiga tahapan, yaitu tahap pendahuluan, tahap inti, dan tahap
penutup. Peneliti juga melakukan observasi atau pengamatan untuk
mengumpulkan data selama prsoses pembelajaran membaca pusi dengan
teknik pemodelan berkelompok berlangsung pada pada siklus II.
Pengambilan data dilakukan melalui tes dan nontes. Setelah itu, peneliti
melakukan refleksi yang bertujuan untuk mengetahui hasil terhadap
pelaksanaan kegiatan selama proses pembelajaran pada siklus II.
3. Pengaruh Pembelajaran Membaca Puisi dengan Teknik Pemodelan
Berkelompok
Bagaimana kondisi siswa dalam mengikuti pembelajaran membaca
puisi dinilai dari motivasi maupun keaktifannya dapat terlihat selama tiga
pertemuan, yaitu pada prasiklus, siklus I, dan siklus II.
63
a. Prasiklus
Pada kegiatan tindakan awal/prasiklus motivasi dan keaktifan siswa
cenderung masih rendah. Siswa hanya sebatas membaca sehingga siswa
nampak pasif dalam pembelajaran. Meskipun, sebenarnya siswa tertarik
dengan materi pembelajaran membaca puisi.
b. Siklus I
Pengaruh dan motivasi belajar siswa pada siklus I dalam
pembelajaran membaca puisi dengan menggunakan teknik pemodelan
berkelompok dibahas dalam lima hal, yaitu; observasi, jurnal siswa,
jurnal guru, wawancara dan dokumentasi.
1) Observasi
Observasi dilakukan untuk mengambil data melalui pengamatan
secara langsung terhadap semua tindakan dan perubahan yang terjadi
dalam setiap siklus selama pembelajaran membaca puisi dengan
teknik pemodelan berlangsung.
Tabel 3. Hasil Observasi Siklus I
No Penilaian Siklus I
Baik Cukup Kurang
1 Perhatian 19 16 4
2 Sikap 19 17 3
3 Situasi Baik - -
2) Jurnal Siswa
Jurnal siswa adalah bentuk catatan yang digunakan untuk
mengetahui respons dan perubahan yang terjadi pada siswa ketika
64
harus mengikuti pembelajaran membaca puisi dengan teknik
pemodelan berkelompok.
Tabel 4. Hasil Jurnal Siswa Siklus I
No Pertanyaan
Jawaban
Ya Tidak
1. Apakah Anda tertarik dengan
pelajaran membaca?
34 5
2. Apakah Anda tertarik dengan
pembelajaran membaca puisi?
32 7
3. Apakah Anda mengalami
kesulitan dalam pembelajaran
membaca puisi?
15 24
4. Mana yang Anda sukai
pembelajaran membaca puisi
dengan teknik pemodelan atau
konvensional?
Pemodelan
23
Konvensional
16
5. Mana yang Anda sukai
membaca puisi secara individu
atau berkelompok?
Berkelompok
33
Individu
6
6. Ungkapkan kesan dan pesan
Anda terhadap guru, materi,
dan proses pembelajaran
membaca puisi dengan
menggunakan teknik
pemodelan berkelompok, baik
yang positif maupun negatif!
Positif
30
Negatif
9
3) Jurnal Guru
Jurnal guru ini berupa segala hal yang dirasakan peneliti selama
melaksanakan pembelajaran membaca puisi dengan teknik pemodelan
berkelompok. Hasil jurnal guru disusun berdasarkan aspek-aspek yang
telah tercantum dalam jurnal guru, yaitu meliputi kesiapan siswa
terhadap pembelajaran membaca puisi, respons siswa terhadap materi
65
pembelajaran, respons siswa terhadap media pembelajaran yang
digunakan, keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran membaca
puisi, dan situasi atau suasana kelas selama proses pembelajaran
membaca puisi dengan teknik pemodelan berkelompok berlangsung.
4) Wawancara
Pada siklus ini wawancara dilakukan kepada siswa yang mendapat
nilai tinggi, sedang dan rendah. Wawancara dilaksanakan dengan tujuan
untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran membaca
puisi khususnya terhadap pembelajaran membaca puisi dengan teknik
pemodelan berkelompok. Pertanyaan yang disusun dalam pedoman
wawancara meliputi;
(1) Apakah Anda pernah melakukan kegiatan membacakan puisi?
(2) Jenis puisi bertema apa yang Anda sukai? Apa alasannya!
(3) Apakah Anda senang belajar membaca puisi secara berkelompok?
(4) Apakah Anda senang dengan pembelajaran membaca puisi
menggunakan teknik pemodelan berkelompok?
(5) Apakah Anda merasa lebih mudah menerima dan memahami
pembelajaran membaca puisi dengan teknik pemodelan
berkelompok? Mengapa?
(6) Kesulitan apa yang Anda hadapi dalam membaca puisi dengan
teknik pemodelan berkelompok?
66
5) Dokumentasi
Dokumentasi berupa gambar ini, digunakan sebagai bukti visual
proses pembelajaran membaca puisi selama penelitian dilaksanakan.
Pada siklus I ini, dokumentasi yang diambil meliputi kegiatan saat
penyampaian materi, pemodelan membaca puisi, dan pembacaan puisi
siswa.
c. Siklus II
Minat belajar siswa dalam pembelajaran membaca puisi pada siklus
II dibahas dalam lima hal, yaitu; observasi, jurnal siswa, jurnal guru,
wawancara dan dokumentasi sehingga tindakan yang dilakukan peneliti
pada siklus II masih sama dengan tindakan pada siklus I.
1) Observasi
Observasi dilakukan untuk mengambil data melalui pengamatan
secara langsung terhadap semua tindakan dan perubahan yang terjadi
dalam setiap siklus selama pembelajaran membaca puisi dengan
teknik pemodelan berlangsung.
Tabel 5. Hasil Observasi Siklus II
No Penilaian
Siklus II
Baik Cukup Kurang
1 Perhatian 24 13 2
2 Sikap 22 15 2
3 Situasi Baik - -
67
2) Jurnal Siswa
Jurnal siswa adalah bentuk catatan yang digunakan untuk
mengetahui respons dan perubahan yang terjadi pada siswa setelah
mengikuti pembelajaran membaca puisi dengan teknik pemodelan
berkelompok.
Tabel 6. Hasil Jurnal Siswa Siklus II
No Pertanyaan
Jawaban
Ya Tidak
1. Apakah Anda tertarik dengan
pelajaran membaca?
36 3
2. Apakah Anda tertarik dengan
pembelajaran membaca puisi?
34 5
3. Apakah Anda mengalami
kesulitan dalam pembelajaran
membaca puisi dengan teknik
pemodelan berkelompok?
10 29
4. Mana yang Anda sukai
membaca puisi secara individu
atau berkelompok?
Berkelompok
33
Individu
6
5. Mana yang Anda sukai dalam
pembelajaran membaca puisi?
Mengamati satu model atau
model berkelompok?
Berkelompok
28
Satu model
11
6. Ungkapkan kesan dan pesan
Anda terhadap guru, materi,
dan proses pembelajaran
membaca puisi dengan
menggunakan teknik
pemodelan berkelompok, baik
yang positif maupun negatif!
Positif
34
Negatif
5
3) Jurnal Guru
Jurnal guru ini berupa segala hal yang dirasakan peneliti selama
melaksanakan pembelajaran membaca puisi dengan teknik pemodelan
68
berkelompok. Hasil jurnal guru disusun berdasarkan aspek-aspek yang
telah tercantum dalam jurnal guru, yaitu meliputi kesiapan siswa
terhadap pembelajaran membaca puisi, respons siswa terhadap materi
pembelajaran, respons siswa terhadap media pembelajaran yang
digunakan, keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran membaca
puisi, dan situasi atau suasana kelas selama proses pembelajaran
membaca puisi dengan teknik pemodelan berkelompok berlangsung
pada siklus II.
4) Wawancara
Pada siklus II ini masih sama seperti pada siklus I, yaitu
wawancara dilakukan kepada siswa yang mendapat nilai tinggi,
sedang dan rendah. Wawancara dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran membaca puisi
khususnya terhadap pembelajaran membaca puisi dengan teknik
pemodelan berkelompok. Pertanyaan yang disusun dalam pedoman
wawancara meliputi.
(1) Apakah Anda pernah melakukan kegiatan membaca puisi?
(2) Jenis puisi apa yang Anda sukai? Berikan alasannya!
(3) Apakah Anda senang belajar membaca puisi dengan teknik
berkelompok?
(4) Apakah Anda senang dengan pembelajaran membaca puisi melalui
teknik pemodelan berkelompok?
69
(5) Apakah Anda merasa lebih mudah menerima dan memahami
pembelajaran membaca puisi dengan teknik pemodelan berkelompok?
Mengapa?
(6) Kesulitan apa yang Anda hadapi dalam membaca puisi dalam
membaca puisi dengan teknik pemodelan berkelompok?
5) Dokumentasi
Dokumentasi berupa gambar ini digunakan sebagai bukti visual
proses pembelajaran membaca puisi selama penelitian dilaksanakan.
Pada siklus II ini, dokumentasi yang diambil meliputi kegiatan saat
penyampaian materi, pemodelan membaca puisi, dan pembacaan puisi
siswa, sama seperti pada siklus I.
4. Peningkatan Pembelajaran Keterampilan Membaca Puisi dengan
Teknik Pemodelan Berkelompok
Peningkatan keterampilan dalam pembelajaran membaca puisi
dilaksanakan dalam tiga pertemuan, meliputi prasiklus, siklus I, dan siklus
II.
a. Prasiklus
Hasil tes prasiklus berupa keterampilan membaca puisi sebelum
diterapkan tindakan pembelajaran membaca puisi dengan teknik
pemodelan berkelompok. Hasil tes prasiklus perlu dianalisis untuk
mengetahui keadaan awal keterampilan siswa dalam membaca puisi. Tes
yang dilakukan berupa pembacaan puisi “Padamu Jua” karya Amir
Hamzah. Dari hasil tes yang diperoleh pada tindakan prasiklus, peneliti
70
menghitung skor rata-rata siswa untuk setiap indikatornya ke dalam tabel
berikut.
Tabel 7. Skor rata-rata Keterampilan Awal Siswa Membaca Puisi
No Variabel
Penilaian Indikator Skor
1. Pelafalan Irama 8,52
Artikulasi 8,87
2. Intonasi Nada 7,92
Dinamika 6,94
Tempo 7,58
3. Jeda Ketepatan perhentian arus ujaran
jeda pendek, sedang, dan
panjang
8
4. Ekspresi Kesesuaian raut wajah (mimik)
dan mata
5,56
5. Sikap Pemosisian tubuh 6,38
Kesesuaian gerakan 5,43
Jumlah 65,2
Rata-rata 7,24
b. Siklus I
Pada siklus I ini, peneliti mendatangkan model dan menayangkan video
pembacaan puisi untuk memberikan contoh kepada siswa begaimana cara
membaca puisi yang baik dan bagaimana teknik membaca puisi. Pada
siklus I siswa membaca puisi yang sama dengan puisi pada prasiklus,
yaitu puisi “Padamu Jua” karya Amir Hamzah. Puisi tersebut digunakan
untuk melaksanakan tes siklus I untuk mengetahui pemahaman siswa
terhadap teknik pembacaan puisi, meliputi pelafalan, intonasi, jeda,
ekspresi, dan sikap dalam membacakan puisi. Dari hasil tes yang
diperoleh pada tindakan siklus I, peneliti menghitung skor rata-rata siswa
untuk setiap indikatornya ke dalam tabel berikut.
71
Tabel 8. Skor rata-rata Keterampilan Siswa Membaca Puisi Siklus I
No Variabel
Penilaian Indikator Skor
1. Pelafalan Irama 9,05
Artikulasi 9,48
2. Intonasi Nada 8,41
Dinamika 7,69
Tempo 8,10
3. Jeda Ketepatan perhentian arus ujaran
jeda pendek, sedang, dan
panjang
8,74
4. Ekspresi Kesesuaian raut wajah (mimik)
dan mata
6,07
5. Sikap Pemosisian tubuh 6,94
Kesesuaian gerakan 5,82
Jumlah 70,3
Rata-rata 7,81
c. Siklus II
Pada siklus II peneliti selain mendatangkan model untuk contoh
pembacaan puisi secara berkelompok, peneliti juga menayangkan video
pembacaan puisi. Model yang didatangkan adalah orang-orang yang
sudah memiliki keterampilan membaca puisi yang baik. Model tersebut
didatangkan untuk memberikan contoh kepada siswa bagaimana cara
membaca puisi yang baik dan bagaimana teknik membacanya. Pada
siklus II siswa membaca puisi “Pahlawan Tak Dikenal” karya Toto
Sudarto Bachtiar. Puisi tersebut digunakan untuk mengetahui
pemahaman siswa terhadap teknik pembacaan puisi, meliputi pelafalan,
intonasi, jeda, ekspresi, dan sikap dalam membacakan puisi pada siklus
II. Dari hasil tes yang diperoleh pada tindakan siklus II, peneliti
menghitung skor rata-rata siswa untuk setiap indikatornya ke dalam tabel
berikut.
72
Tabel 9. Skor rata-rata Keterampilan Siswa Membaca Puisi Siklus II
No Variabel
Penilaian Indikator Skor
1. Pelafalan Irama 9,41
Artikulasi 10,05
2. Intonasi Nada 9,51
Dinamika 8,38
Tempo 8,87
3. Jeda Ketepatan perhentian arus ujaran
jeda pendek, sedang, dan
panjang
8,97
4. Ekspresi Kesesuaian raut wajah (mimik)
dan mata
6,89
5. Sikap Pemosisian tubuh 7,48
Kesesuaian gerakan 6,53
Jumlah 76,09
Rata-rata 8,45
B. Pembahasan Data Penelitian
Pada bagian ini dibahas tiga data yang sudah disajikan, yaitu (1) proses
pembelajaran membaca puisi dengan teknik pemodelan berkelompok pada siswa
kelas X MA Negeri Kutowinangun, Kebumen; (2) pengaruh pembelajaran puisi
dengan teknik pemodelan berkelompok pada siswa kelas X MA Negeri
Kutowinangun, Kebumen; (3) peningkatan kemampuan pembelajaran membaca
puisi dengan teknik pemodelan berkelompok pada siswa kelas X MA Negeri
Kutowinangun, Kebumen.
1. Proses Pembelajaran Membaca Puisi dengan Teknik Pemodelan
Berkelompok
Dalam proses pembelajaran membaca puisi dengan teknik pemodelan
berkelompok terdapat tiga tahapan, yaitu prasiklus, siklus I, dan siklus II.
73
a. Prasiklus
Pelaksanaan kegiatan awal meliputi rencana tindakan, pelaksanaan
tindakan, pengamatan, dan refleksi.
1) Rencana Tindakan
Kegiatan perencanaan pada kegiatan awal yaitu, sebagai berikut:
a) menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sesuai dengan
tindakan yang akan dilaksanakan.
b) menyiapkan materi pembelajaran membaca puisi.
c) menentukan puisi yang akan dibaca siswa.
d) menyiapkan lembar penlilaian.
e) menyiapkan lembar pengamatan dan alat dokumentasi.
2) Pelaksanaan Tindakan
Peneliti dan siswa melaksanakan tanya jawab tentang materi
pembelajaran puisi. Kemudian peneliti memberikan penjelasan kepada
siswa tentang materi pembelajaran membaca puisi untuk membuka
wawasan siswa, dilanjutkan pemberian contoh bagaimana teknik
membaca puisi dengan dibacakan secara langsung oleh peneliti.
Setelah mendapat penjelasan dari peneliti, siswa diminta maju ke
depan kelas untuk membaca puisi di depan teman-teman secara
individu. Nilai rata-rata yang diperoleh pada pratindakan pembelajaran
membaca puisi, yaitu 65,2. Hasil tersebut menunjukkan pencapaian
nilai siswa masih di bawah rata-rata dan belum mencapai standar
ketuntasan minimum pembelajaran membaca puisi sebesar 75.
74
3) Pengamatan
Dalam tahap ini dilakukan pengamatan terhadap proses
pembelajaran, keaktifan siswa, dan hasil kemampuan siswa dalam
membaca puisi. Berdasarkan pengamatan diketahui bahwa hanya sedikit
siswa yang menunjukkan minatnya dalam mengikuti pembelajaran
membaca puisi, hal ini ditunjukkan dengan sikap dan respons siswa ketika
pembelajaran berlangsung.
4) Refleksi
Setelah melaksanakan pengamatan didapatkan hasil bahwa dalam
proses pembelajaran, siswa yang aktif lebih sedikit dibandingkan yang
aktif dalam pembelajaran. Meskipun demikian, tidak berarti siswa tidak
tertarik dengan pembelajaran membaca puisi, hanya saja siswa masih
malu, sehingga siswa masih cenderung pasif. Hal tersebut ditunjukkan
dengan respon beberapa siswa yang menanyakan puisi apa yang harus
dibaca dan meminta guru untuk memberikan contoh pembacaan puisi
lebih dahulu ketika diminta untuk membaca puisi di depan kelas. Selain
itu, nilai hasil keterampilan siswa dalam membaca puisi masih banyak
yang di bawah rata-rata. Hal tersebut menjadi dasar untuk
menyelenggarakan tindakan perbaikan, yaitu dengan menggunakan
teknik pemodelan berkelompok untuk meningkatkan kualitas proses
pembelajaran, keaktifan siswa, dan meningkatkan keterampilan siswa
dalam membaca puisi.
75
b. Siklus I
Pelaksanaan tindakan siklus I meliputi perencanaan tindakan,
pelaksanaan, pengamatan/observasi, dan refleksi.
1) Rencana Tindakan
Sebelum melaksanakan tindakan dalam pembelajaran, peneliti
melakukan koordinasi dengan guru bahasa dan sastra Indonesia
mengenai rencana tindakan yang akan dilakukan. Koordinasi ini
berhubungan dengan waktu pelaksanaan penelitian, materi yang akan
diajarkan, dan bagaimana rencana pelaksanaan tindakan pembelajaran
yang dilakukan. Pada tahap ini, peneliti melakukan kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
a) menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sesuai dengan
tindakan yang akan dilaksanakan
b) menyiapkan materi pembelajaran membaca puisi
c) menentukan puisi yang akan dibaca siswa
d) menyiapkan lembar penlilaian
e) menyiapkan pedoman pengamatan dan alat dokumentasi.
2) Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan siklus I berbeda dangan pelaksanaan
tindakan pada prasiklus. Tindakan-tindakan yang dilakukan pada
tindakan penelitian siklus I adalah.
76
a) Pendahuluan
Pada pelaksanaan tindakan pendahuluan siklus I ini peneliti
memberikan apersepsi pembelajaran membaca puisi dengan tujuan
untuk mengkondisikan siswa agar dapat mengikuti pembelajaran
dengan baik. Kegiatan ini berupa pemberian ilustrasi mengenai
pembelajaran membaca puisi dan teknik yang digunakan dalam
pembelajaran. Dalam kegiatan ini sebagian siswa sudah mulai
merespons pertanyaan yang diberikan peneliti untuk membuka
wawasan siswa terkait pembelajaran membaca puisi.
b) Kegiatan Inti
Pada tahap inti pembelajaran, peneliti menyampaikan materi
tentang teknik membaca puisi. Kemudian, siswa berkelompok dan
guru menayangkan video pembacaan puisi secara berkelompok dan
mendatangkan seorang model sebagai contoh langsung bagaimana
cara membaca puisi yang baik dan teknik dalam membaca puisi.
Siswa memperhatikan video pembacaan puisi dan model
membacakan puisi yang sudah disiapkan oleh peneliti. Setelah
siswa mendapat penjelasan dari peneliti mengenai teknik membaca
puisi dan melihat model, siswa secara berkelompok bergantian
maju membaca puisi “Padamu Jua” karya Amir Hamzah.
c) Penutup
Dalam kegiatan penutup peneliti melakukan refleksi terhadap
hasil pembelajaran membaca puisi yang telah berlangsung, dengan
77
memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya mengenai
materi ataupun menyampaikan kesulitan yang dialami dalam
mengikuti pembelajaran membaca puisi dengan teknik pemodelan.
Kegiatan ini bertujuan, untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang
dihadapi siswa selama pembelajaran berlangsung.
3) Pengamatan
Dalam tahap ini dilakukan pengamatan terhadap proses
pembelajaran, keaktifan siswa, dan hasil keterampilan siswa dalam
membaca puisi. Berdasarkan pengamatan diketahui bahwa proses
pembelajaran pada siklus I berjalan lebih baik dibandingan dengan
pembelajaran pada tindakan prasiklus. Hal ini dibuktikan dengan
respons dan sikap siswa yang lebih aktif selama pembelajaran
berlangsung.
4) Refleksi
Setelah melaksanakan tindakan, peneliti melakukan analisis
terhadap hasil tes, hasil observasi, hasil jurnal, dan hasil wawancara
yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa dalam proses
pembelajaran, keaktifan siswa sudah mulai terlihat ada peningkatan,
meskipun masih ada siswa yang bicara dengan teman sebangkunya.
Hasil keterampilan siswa dalam membaca puisi sudah menunjukkan
adanya peningkatan nilai rata-rata. Meskipun demikian, untuk
meningkatkan kembali nilai rata-rata keterampilan membaca puisi
siswa pada siklus I, dalam siklus II masih perlu adanya tindakan
78
perbaikan dan cara mengatasi masalah yang dihadapi. Tindakan yang
dapat dilakukan untuk perbaikan yaitu dengan menghadirkan model
langsung pembecaan puisi berkelompok dan mengganti puisi yang
dibaca siswa. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan proses
pembelajaran pada siklus II, yang sebelumnya pada siklus I masih
menggunakan satu model langsung. Dengan demikian, diharapkan ada
peningkatan hasil keterampilan siswa dalam membaca puisi menjadil
lebih baik dibandingkan pada siklus I.
c. Siklus II
Pelaksanaan siklus II melalui tahapan yang sama dengan siklus I,
yaitu meliputi rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan
refleksi. Siklus II merupakan kelanjutan siklus I yang merupakan
tindakan perbaikan hasil kegiatan pembelajaran pada siklus I.
Paparan tiap tahap siklus II diuraikan sebagai berikut.
1) Rencana Tindakan
Perencanaan kegiatan siklus II dibuat dengan mengacu pada
hasil kegiatan pembelajaran siklus I. Tahapan perencanaan siklus II
ini, salah satunya adalah menyempurnakan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) pada siklus I. Selain itu, pada tahap perencanaan
dalam tindakan kelas ini, peneliti menetapkan alternatif tindakan yang
dilakukan sebagai upaya meningkatkan keterampilan membaca puisi.
Upaya yang dilakukan oleh peneliti ialah memberikan apersepsi
79
tentang membaca puisi kepada siswa dan mendatangkan model
langsung secara berkelompok.
2) Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus II merupakan skenario
pembelajaran sebagai tindakan perbaikan pada siklus I. Tindakan yang
dilakukan pada siklus II meliputi.
a) Pendahuluan
Pada tindakan siklus II ini, peneliti mengawali pembelajaran
membaca puisi dengan teknik pemodelan berkelompok dengan
memberikan salam dan mempresensi siswa serta mengkondisikan
siswa agar tidak ramai. Peneliti menyampaikan apersepsi
pembelajaran membaca puisi sama seperti pada siklus I. Kemudian,
peneliti bertanya pada siswa mengenai materi pertemuan kemarin
dan sebagian siswa merespons yang diberikan. Selanjutnya, peneliti
bersama siswa mengulas kembali sedikit materi pada pertemuan
yang lalu. Kegiatan itu dilakukan dengan tujuan untuk memancing
ingatan siswa mengenai materi membaca puisi yang telah diajarkan
oleh peneliti.
b) Kegiatan Inti
Ada beberapa perubahan tindakan pada tahap ini. Sebelum
siswa membaca puisi, peneliti terlebih dahulu menginstruksikan
siswa untuk berkelompok. Selanjutnya, peneliti menjelaskan
80
kesalahan-kesalahan yang terjadi pada pembelajaran siklus I, yang
meliputi.
(1) Peneliti menjelaskan mengenai kriteria penilaian yang digunakan
dalam tes membaca puisi.
(2) Peneliti memberikan arahan dan bimbingan kepada siswa agar
dalam tahap ini atau pada siklus II akan menjadi lebih baik.
(3) Peneliti menjelaskan kembali tentang bagaimana teknik membaca
puisi yang baik.
(4) Peneliti mendatangkan model berkelompok langsung selain
memutarkan video pembacaan puisi.
Setelah siswa mendapatkan penjelasan dari peneliti dan
mengamati model. Selanjutnya, peneliti memberikan kesempatan
kepada siswa yang merasa belum paham untuk bertanya.
Pertanyaan tersebut dilemparkan kepada siswa lain, jika siswa lain
tidak bisa menjawab, peneliti memberikan pemecahannya atau
menjawab masalah yang dialami oleh siswa. Dengan demikian,
terjadilah tanya jawab dan kesulitan-kesulitan itu dapat teratasi.
Kemudian, peneliti memberi kesempatan pada siswa untuk
mempersiapkan pembacaan puisi secara berkelompok, selanjutnya
peneliti menunjuk kelompok siswa secara acak untuk membacakan
puisi di depan kelas. Pada pembelajaran siklus II ini, siswa
membaca puisi “Pahlawan Tak Dikenal” karya Toto Sudarto
Bachtiar.
81
c) Penutup
Kegiatan pembelajaran ditutup dengan peneliti bersama siswa
merefleksi hasil pembelajaran pada hari itu. Peneliti bertanya pada
siswa apakah masih ada kesulitan dalam membaca puisi. Peneliti
menyimpulkan kelebihan dan kekurangan siswa dalam membaca
puisi. Kemudian, peneliti memberikan semangat, motivasi, dan
dorongan kepada siswa untuk terus belajar membaca puisi. Hingga
akhirnya pembelajaran ditutup dengan doa dan salam.
3) Pengamatan
Dalam tahap ini dilakukan pengamatan terhadap proses
pembelajaran, keaktifan siswa, dan hasil tes keterampilan siswa dalam
membaca puisi. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa siswa
sudah menunjukkan tanda-tanda minatnya dalam belajar membaca
puisi. Setelah peneliti mendatangkan model berkelompok secara
langsung siswa memberikan respons yang baik selama mengikuti
pembelajaran. Secara keseluruhan, siswa mengikuti pembelajaran
dengan antusis dan aktif, termasuk saat model memberikan contoh
pembacaan puisi siswa memperhatikannya dengan kritis. Meskipun
demikian, masih ada siswa yang berbicara dengan teman sebangkunya
ketika proses pembelajaran berlangsung, tetapi intensitasnya semakin
sedikit. Secara keseluruhan, proses pembelajaran pada siklus II lebih
baik dan nilai rata-rata hasil membaca puisi siswa mengalami
peningkatan.
82
4) Refleksi
Refleksi pada siklus II merupakan tahap akhir dalam penelitian
ini, dan pada prinsipnya refleksi pada siklus II sama dengan refleksi
pada siklus I, yaitu dengan menganalisis hasil tes keterampilan siswa
membaca puisi dan menganalisis hasil data nontes yang berupa hasil
lembar pengamatan, wawancara, jurnal, dan dokumentasi. Setelah
melaksanakan pengamatan, didapatkan hasil proses pembelajaran
membaca puisi, keaktifan siswa sudah memperlihatkan peningkatan.
Selain itu, keterampilan siswa dalam membaca puisi sudah
menunjukkan peningkatan hasil nilai rata-rata, artinya keterampilan
siswa dalam membaca puisi lebih baik dibandingkan sebelum
dilakukan tindakan. Setelah refleksi hasil siklus II selesai, selanjutnya
diadakan perbandingan dengan hasil refleksi pada siklus I yang
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam membuat simpulan
penelitian.
2. Pengaruh Pembelajaran Membaca Puisi dengan Teknik Pemodelan
Berkelompok
Motivasi dan keaktifan siswa dalam pembelajaran membaca puisi
dengan teknik pemodelan berkelompok meliputi tiga tahapan, yaitu
prasiklus, siklus I, dan siklus II.
a. Prasiklus
Pada kegiatan tindakan awal/prasiklus diketahui bahwa motivasi
dan keaktifan siswa cenderung masih rendah. Siswa cenderung pasif
83
dalam proses pembelajaran. Selain itu, siswa baru sebatas membaca saat
diminta membaca puisi di depan kelas.
b. Siklus I
Pengaruh/motivasi belajar siswa pada siklus I dalam pembelajaran
membaca puisi dibahas meliputi lima hal, yaitu: observasi, jurnal siswa,
jurnal guru, wawancara dan dokumentasi.
1) Observasi
Observasi dilakukan untuk mengambil data melalui pengamatan
secara langsung terhadap semua tindakan dan perubahan-perubahan
yang terjadi dalam pembelajaran pada setiap siklus.
Hasil penilaian yang berupa pengamatan atau observasi pada
siklus I, antara lain pengamatan terhadap perhatian siswa pada saat
mengikuti kegiatan pembelajaran, sikap siswa selama pembelajaran
serta pada saat membaca puisi, dan situasi kelas selama pembelajaran
berlangsung. Hasil penilaian nontes pada siklus I yang diperoleh dari
hasil pengamatan terhadap perhatian siswa yang dilakukan guru
diperoleh data sebanyak 19 siswa atau sebesar 49% mempunyai
perhatian yang baik, 16 siswa atau sebesar 41% mempunyai perhatian
yang cukup, sedangkan 4 siswa atau sebesar 10% mempunyai
perhatian yang kurang selama mengikuti pembelajaran. Sementara itu,
jika dilihat dari sikap siswa pada saat membaca puisi, sebanyak 19
siswa, sebesar 49% dikategorikan baik, sebanyak 17 siswa atau
sebesar 43 % dikategorikan cukup, kemudian 3 siswa atau sebesar 8%
84
dikategorikan kurang. Dengan demikian, situasi proses pembelajaran
membaca puisi pada siklus I dapat dinilai berjalan dengan baik.
2) Jurnal siswa
Jurnal siswa adalah bentuk catatan yang digunakan untuk
mengetahui perubahan yang terjadi pada siswa setelah mengikuti
pembelajaran. berdasarkan hasil jurnal siswa, pada umumnya siswa
merasa senang dan tertarik pada pembelajaran membaca puisi dengan
teknik pemodelan berkelompok. Hal ini dapat diketahui dari aspek-
aspek jurnal yang diisi oleh siswa. Data dari jurnal siswa pada siklus I
adalah sebagai berikut.
Aspek dalam jurnal yang pertama, yaitu tertarik atau tidaknya
siswa terhadap pelajaran membaca, 34 atau 87% siswa menyatakan
tertarik dan hanya 5 siswa atau sebesar 13 % yang menyatakan tidak
tertarik. Adapun alasan yang dikemukakan cukup beragam. Beberapa
alasan yang diutarakan siswa yang tertarik dengan pelajaran membaca
adalah, karena pelajaran membaca menarik, menyenangkan dan
menantang. Selain itu, dengan banyak membaca siswa mendapat
wawasan serta pengetahuan yang lebih luas, dan dengan membaca
dapat menambah motivasi belajar siswa. Sementara alasan yang
dikemukakan oleh siswa yang tidak tertarik terhadap pembelajaran
membaca antara lain, siswa tidak suka dengan membaca itu sendiri
sehingga membaca itu membosankan dan membuat jenuh. Alasan
85
berikutnya bahwa siswa mengalami kesulitan dalam memahami isi
bacaan.
Pada aspek yang kedua, yaitu tertarik atau tidak dengan
pelajaran membaca puisi, 32 atau 82 % siswa menyatakan tertarik dan
7 atau 18 % siswa menyatakan tidak tertarik dengan pelajaran
membaca puisi. Hasil jurnal tersebut menunjukkan bahwa sebagian
besar siswa tertarik terhadap pelajaran membaca puisi. Alasan yang
diutarakan di antaranya, membaca puisi menyenangkan dan dapat
melatih rasa percaya, dengan membaca puisi jadi lebih mudah
memahami makna yang terkandung dalam puisi. Selanjutnya, siswa
yang tidak tertarik terhadap pelajaran membaca puisi beralasan bahwa
membaca puisi butuh percaya diri yang tinggi, membaca puisi itu
susah untuk memahami isi yang ada di dalamnya, dan kesulitan
dengan cara membacanya.
Untuk aspek jurnal yang ketiga, 15 siswa atau sebesar 38%
menyatakan mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran
membaca puisi dengan pemodelan berkelompok, sementara 24 siswa
atau sebesar 62% mengungkapkan tidak mengalami kesulitan dalam
mengikuti pembelajaran membaca puisi. Kesulitan yang dialami siswa
disebabkan sulit untuk memahami isi/makna puisi dan. Kemudian,
alasan yang dikemukakan siswa yang tidak mengalami kesulitan
dalam membaca puisi di antaranya, karena mudah memahami dan
menyenangkan, terlebih ada model yang dicontoh.
86
Aspek jurnal yang keempat, yaitu tertarik atau tidak dengan
pembelajaran membaca puisi dengan teknik pemodelan berkelompok
atau konvensional, 23 atau 59% siswa menyatakan tertarik dengan teknik
pemodelan berkelompok, sementara 16 atau 41% siswa menyatakan
tidak tertarik dengan pembelajaran membaca puisi dengan teknik
pemodelan berkelompok. Hasil tersebut menunjukkan siswa lebih senang
dengan teknik pemodelan berkelompok. Siswa tertarik terhadap
pembelajaran membaca puisi dengan teknik pemodelan berkelompok
karena, lebih mudah dipahami dan ada yang dijadikan contoh dalam
membaca puisi yang baik, serta menyenangkan. Kemudian, untuk siswa
yang lebih tertarik terhadap pembelajaran membaca puisi dengan teknik
konvensional, beranggapan teknik pemodelan sulit dipahami.
Aspek jurnal yang kelima, yaitu tertarik atau tidaknya siswa
dengan membaca puisi secara berkelompok atau individu, 33 atau
85% siswa menyatakan tertarik dengan membaca puisi secara
berkelompok, sementara 6 atau 15% siswa menyatakan lebih tertarik
dengan membaca puisi secara individu. Hasil jurnal tersebut
menunjukkan siswa lebih tertarik dengan membaca puisi secara
berkelompok. Alasan siswa tertarik terhadap pembelajaran membaca
puisi secara berkelompok karena membaca puisi secara berkelompok
lebih menyenangkan, lebih variatif, lebih mudah, dan menambah rasa
percaya diri. Selain itu, dengan berkelompok dapat melatih
kekompakkan. Sementara siswa yang tertarik terhadap pembelajaran
87
membaca puisi secara individu beralasan bahwa berkelompok sulit
sedangkan membaca puisi individu lebih bebas mengekspresikan diri.
Aspek jurnal yang terakhir yaitu, kesan dan pesan siswa
terhadap peneliti serta proses pembelajaran membaca puisi dengan
teknik pemodelan berkelompok, baik yang positif maupun negative.
Pada aspek jurnal ini, 30 atau sebanyak 77% siswa memberi kesan dan
pesan positif, sedangkan 9 atau sebanyak 23% siswa tidak
memberikan kesan dan pesannya.
Kesan dan pesan yang disampaikan siswa mayoritas siswa
merasa senang terhadap pembelajaran membaca puisi dengan teknik
pemodelan berkelompok, karena baru pertama kalinya mengikuti
pembelajaran yang ada model langsungnya. Namun, ada salah satu
siswa yang merasa jenuh jika harus membaca puisi berkelompok.
Berikut ini dipaparkan beberapa hasil jurnal siswa yang diambil
dari jurnal yang diisi oleh siswa yang memiliki nilai baik dan nilai
kurang baik. Untuk siswa yang memiliki nilai baik diwakili oleh
responden nomor 7 dan 37, sedangkan siswa yang memiliki nilai
kurang baik diantaranya responden nomor 13 dan 23.
Responden nomor 7 menyatakan bahwa ia tertarik dengan
pelajaran membaca, karena dengan membaca dapat menambah
wawasan. Selain itu, ia mengungkapkan ketertarikannya terhadap
pembelajaran membaca puisi karena pembelajaran membaca puisi
menyenangkan dan dengan membaca puisi dapat mengekspresikan
88
diri. Ia tidak mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran
membaca puisi dengan teknik pemodelan berkelompok karena
penyampaiannya mudah dimengerti. Responden tersebut juga
mengungkapkan rasa senangnya terhadap pembelajaran membaca
puisi dengan teknik pemodelan karena dengan teknik ini ia bisa lebih
paham bagaimana cara mengekspresikan puisi yang dibaca. Kesan
yang diberikan yaitu senang belajar membaca puisi, materinya
menyenangkan dan menantang.
Pernyataan senada juga disampaikan oleh responden nomor 37.
Responden ini menyatakan bahwa ia tertarik dengan pembelajaran
membaca karena dengan membaca dapat menambah pengetahuan.
Selain itu, ia juga tertarik dengan pembelajaran membaca puisi karena
membaca puisi adalah salah satu cara untuk mengapresiasikan dan
mengungkapkan makna/isi puisi. Responden ini mengalami kesulitan
dalam kegiatan membaca puisi berkelompok karena teman
sekelompoknya sulit untuk bekerjasama. Pada pembelajaran membaca
puisi ia lebih senang dengan teknik konvensional. Selanjutnya, pada
saat membaca puisi ia lebih senang dengan membaca berkelompok
karena dengan berkelompok pembacaan puisi menjadi lebih variatif.
Menurut responden ini proses pembelajarannya kreatif sehingga ia
mudah menangkap materi pembelajaran.
Responden nomor 13 memperoleh nilai kurang tetapi ternyata ia
tertarik dengan pembelajaran membaca. Alasan yang diberikan yaitu
89
membaca adalah belajar yang menjadikan bertambahnya ilmu,
khususnya pembelajaran membaca puisi. Responden ini juga
menyatakan tidak mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran
membaca puisi dengan teknik pemodelan berkelompok karena dengan
pemodelan berkelompok selain ada model yang dicontoh juga dapat
berdiskusi dengan teman sekelompok jika ada kesulitan yang
dihadapi. Ia senang terhadap teknik pemodelan karena bisa belajar
membaca puisi secara langsung dari model yang didatangkan peneliti.
Selanjutnya, responden ini juga menyatakan tertarik dengan pembelajaran
membaca puisi secara berkelompok karena jadi lebih percaya diri saat
membaca puisi di depan kelas. Kesan dan pesan ia merasa senang
belajar membaca puisi dengan teknik pemodelan sehingga ia bisa
belajar membaca puisi yang baik dan jadi lebih percaya diri.
Pernyataan serupa diungkapkan oleh responden nomor 23 yang
menyatakan tertarik dengan pembelajaran membaca karena dapat
menambah pengetahuan. Kemudian, ia tertarik dengan pembelajaran
membaca puisi karena dengan membaca puisi kita dapat
mengungkapkan isi hati. Responden ini menyatakan tidak mengalami
kesulitan dalam mengikuti pembelajaran membaca puisi dengan
teknik pemodelan berkelompok karena ia dapat berdiskusi dengan
anggota kelompok jika menghadapi masalah dalam membaca puisi.
Selain itu, ia menyatakan tertarik dengan pembelajaran membaca puisi
dengan teknik pemodelan karena ada model yang bisa dicontoh dalam
90
membaca puisi dan ia menyatakan lebih senang membaca puisi
dengan berkelompok karena selain lebih variatif, dengan berkelompok
bisa saling mengisi kekurangan yang terdapat saat membacakan puisi.
Responden ini memberikan kesan positif, ia merasa senang belajar
membaca puisi dengan teknik pemodelan berkelompok.
3) Jurnal guru
Aspek-aspek yang tercantum dalam jurnal guru meliputi
kesiapan siswa terhadap pembelajaran membaca puisi, respons siswa
terhadap materi pelajaran, respons siswa terhadap teknik pembelajaran
yang digunakan, keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran
membaca puisi, dan situasi atau suasana kelas selama proses
pembelajaran berlangsung. Berikut ini hasil jurnal guru pada siklus I.
Dari aspek-aspek tersebut dapat dijelaskan bahwa pada awal
pembelajaran, siswa terlihat telah siap untuk mengikuti pembelajaran
membaca puisi terlihat dari siswa sudah duduk mengelompok. Hal ini
dikarenkan pada pertemuan sebelumnya telah diberitahukan bahwa akan
dibelajarkan membaca puisi dengan menggunakan teknik pemodelan
berkelompok.
Jurnal berikutnya adalah respons siswa terhadap materi
pembelajaran. Respons yang diberikan siswa sudah cukup baik,
terlihat dari keseriusan siswa mendengarkan dan antusiasme siswa
ketika peneliti menyampaikan materi ada siswa yang menimpali atau
menanggapinya.
91
Respon siswa terhadap pembelajaran dengan teknik pemodelan
berkelompok yang digunakan lebih baik dan terlihat efektif. Hal ini
terlihat dari kepercayaan diri siswa ketika membaca puisi di depan
kelas secara berkelompok.
Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran membaca puisi
sudah terlihat. Siswa lebih antusias dan lebih bersemangat dalam
belajar membaca, siswa pun lebih rileks dan berani mengajukan
pertanyaan ketika ada hal yang belum dipahami. Namun, masih ada
beberapa siswa yang ramai saat pembelajaran berlangsung.
Dengan adanya respons positif dari siswa terhadap proses
pembelajaran membaca puisi dengan teknik pemodelan, situasi kelas
lebih tenang dan menyenangkan. Meskipun masih ada sebagian siswa
yang berperilaku negatif, peneliti mudah untuk mengkondisikan agar
tenang kembali karena pembelajaran berlangsung secara berkelompok.
4) Wawancara
Wawancara pada siklus I dilakukan terhadap siswa yang
mendapatkan nilai tinggi, sedang, dan rendah. Wawancara dilaksanakan
dengan tujuan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran
membaca, khususnya membaca puisi dengan teknik pemodelan
berkelompok. Pertanyaan yang disusun dalam pedoman wawancara
meliputi;
(1) Apakah Anda pernah melakukan kegiatan membacakan puisi?
(2) Jenis puisi bertema apa yang Anda sukai? Apa alasannya!
92
(3) Apakah Anda senang belajar membaca puisi secara berkelompok?
(4) Apakah Anda senang dengan pembelajaran membaca puisi dengan
teknik pemodelan berkelompok?
(5) Apakah Anda merasa lebih mudah dalam menerima dan memahami
pembelajaran membaca puisi dengan teknik pemodelan berkelompok?
Mengapa?
(6) Kesulitan apa yang Anda hadapi dalam membaca puisi dengan
teknik pemodelan berkelompok?
Hasil wawancara dari tiga siswa yang memiliki nilai tinggi,
sedang, dan rendah ialah sebagai berikut.
(1) Semua siswa yang diwawancarai menyatakan pernah membaca
puisi.
(2) Siswa yang diwawancarai menyatakan lebih senang dengan puisi-
puisi bertemakan kepahlawanan atau perjuangan, karena selain
dapat memberikan semangat baru puisi perjuangan lebih mudah
dipahami isinya.
(3) Siswa yang memiliki nilai tertinggi mengungkapkan rasa kurang
senang jika harus membaca puisi dengan berkelompok. Sebaliknya,
siswa yang mempunyai nilai sedang dan rendah menyatakan senang
terhadap pembelajaran membaca puisi dengan teknik berkelompok
karena membaca puisi secara berkelompok menjadikan siswa lebih
percaya diri ketika di depan kelas.
93
(4) Semua siswa yang mendapat nilai tinggi, sedang, dan rendah
menyatakan rasa senangnya ketika mengikuti pembelajaran membaca
puisi dengan teknik pemodelan berkelompok karena pembelajaran
menjadi lebih menyenangkan dan mudah dipahami terlebih siswa
baru pertama kali mengikuti pembelajaran membaca puisi dengan
didatangkan model pembacaan puisi langsung dan membaca puisi
dengan berkelompok.
(5) Semua siswa yang diwawancarai merasa lebih mudah menerima
dan memahami isi puisi dengan teknik pemodelan berkelompok
karena proses pembelajaran menyenangkan dan dapat melakukan
diskusi dengan anggota kelompoknya ketika mengalami kesulitan.
(6) Kesulitan yang dialami siswa yang memiliki nilai tinggi karena
sulit mengkompakkan anggota kelompoknya dan mengajari teman
sekelompoknya. Sementara itu, kesulitan yang dihadapi siswa yang
nilainya sedang dan rendah adalah dalam berekspresi dan dalam
melakukan gerakan penyerta.
Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa siswa
telah memiliki pengetahuan awal tentang puisi dan merasa senang
dengan pembelajaran membaca puisi menggunakan teknik pemodelan
berkelompok. Siswa merasa senang karena pembelajaran mudah
dipahami, pembelajaran menyenangkan, dan menjadi pengalaman
pertama mengikuti pembelajaran dengan teknik pemodelan
berkelompok. Meskipun demikian, masih ada beberapa siswa yang
94
mengalami kesulitan membaca puisi dengan teknik pemodelan
berkelompok, karena siswa kurang bisa memahami, dan ada siswa
yang kesulitan jika harus membaca puisi berkelompok. Oleh karena
itu, peneliti berusaha merencanakan perbaikan dalam pembelajaran
membaca puisi pada pertemuan berikutnya supaya jumlah siswa yang
mengalami kesulitan dan nilai rendah dapat berkurang.
(7)Dokumentasi
Data dokumentasi yang diambil dalam siklus I meliputi kegiatan
penyampaian dan tanya jawab tentang materi puisi, seorang model
yang sedang memberkan contoh membaca puisi, siswa bersama
kelompoknya mempelajari puisi, dan presentasi pembacaan puisi oleh
siswa. Deskripsi gambar pada siklus I adalah sebagai berikut.
Gambar 4. Penyampaian materi membaca puisi
95
Gambar 5. Peneliti memberi contoh pembacaan puisi
Gambar di atas menunjukkan situasi kelas X-4 saat peneliti
menyampaikan materi pembelajaran membaca puisi. Dalam kegiatan
tersebut, siswa terlihat antusias dan serius memperhatikan apa yang
tengah disampaikan oleh peneliti dan beberapa siswa memberi respons
terhadap materi pembelajaran dengan bertanya dan meminta peneliti
memberi contoh membaca puisi.
96
Gambar 6. Model dari penggalan video pembacaan puisi
Gambar 7. Siswa mengamati model video pembacaan puisi
Setelah siswa mendapat materi pembacaan puisi, peneliti
memutar video pembacaan puisi sebagai model membaca puisi secara
berkelompok, dan siswa terlihat serius dalam memperhatikan video
pembacaan puisi tersebut. Kemudian, peneliti mendatangkan model
langsung untuk memberikan contoh pembacaan puisi yang baik.
97
Gambar 8. Seorang model memberikan contoh membaca puisi
kepada siswa pada siklus I
Gambar di atas menunjukkan situasi saat model memberikan
contoh pembacaan puisi berjudul “Padamu Jua” karya Amir Hamzah
pada siklus I. Tampak dalam gambar, model memerikan contoh
dengan penuh ekspresif dan penghayatan.
98
Gambar 9. Siswa berlatih dan mempelajari puisi bersama kelompok
sebelum membaca puisi di depan kelas
Gambar di atas menunjukkan situasi kelas saat siswa secara
berkelompok mempelajari puisi yang akan dibaca. Siswa terlihat
bersemangat dan serius dalam kelompoknya. Namun, ada siswa yang
kurang bersemangat jika harus membaca puisi secara berkelompok.
Dalam kegiatan tersebut, peneliti berusaha memantau kegiatan yang
sedang berlangsung. Peneliti berusaha menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh siswa berkaitan dengan masalah yang dihadapi dalam
membaca puisi. Setelah mempelajari puisi siswa mempresentasikan
pembecaan puisi di depan kelas secara berkelompok, berikut ini
gambar saat siswa membaca puisi di depan kelas.
99
Gambar 10. Yakutatul Chafidloh, kelompok 1 membaca puisi
di depan kelas siklus I
Gambar di atas menunjukkan situasi saat kelompok 1 membaca
puisi di depan kelas pada siklus I. Tampak dalam gambar, Yakutatul
Chafidloh membaca puisi sudah disertai gerakan penyerta, ekspresi, dan
sikap yang cukup baik.
Gambar 11. Adesta Tri Pambudi, kelompok 4 membaca puisi
di depan kelas siklus I
100
Gambar di atas menunjukkan situasi saat kelompok 4 membaca
puisi di depan kelas pada siklus I. Tampak dalam gambar, Adesta Tri
Pambudi saat membaca puisi sudah disertai gerakan penyerta dan sikap
yang baik, hal ini dapat dikategorikan cukup baik, meskipun belum dapat
menyertakan ekspresi yang sesuai dengan isi puisi.
Gambar 12. Dini Nugraheni, kelompok 5 membaca puisi
di depan kelas siklus I
Gambar di atas menunjukkan situasi saat kelompok 5 membaca
puisi di depan kelas. Tampak dalam gambar, saat Dini Nugraheni
membaca puisi terlihat dari adanya gerakan penyerta pada tangan dan
tubuh, perubahan pandangan mata, serta adanya perubahan pada mimik
wajahnya, hal ini menunjukkan bahwa ia sudah dapat membaca puisi
dengan penjiwaan yang cukup baik
101
Gambar 13. Muhammad Arwani, kelompok 8 membaca puisi di depan
kelas pada siklus I
Gambar di atas menunjukkan situasi saat kelompok 4 membaca
puisi di depan kelas pada siklus I. Tampak dalam gambar, Muhammad
Arwani saat membaca puisi sudah disertai gerakan penyerta dan
memposisikan tubuh dengan baik, tetapi ia belum dapat menyertakan
ekspresi yang sesuai dengan isi puisi karena pandangan matanya masih
terfokus pada teks puisi.
102
Gambar 14. Fauzi Zein, kelompok 4 membaca puisi di depan kelas
pada siklus I
Gambar di atas menunjukkan situasi saat kelompok 4 membaca
puisi di depan kelas. Tampak dalam gambar, Fauzi Zein saat membaca
puisi sudah disertai gerakan penyerta yang cukup baik dan cukup
ekspresif., tetapi masih kurang komunikasi dengan pendengar karena ia
lebih terfokus pada teks puisi saja.
Berdasarkan beberapa gambar pembacaan puisi di atas, siswa
mulai menunjukkan adanya peningkatan cukup baik pada variabel
sikap (pemosisian tubuh dan gerakan penyerta) dan variabel ekspresi,
meskipun masih banyak siswa yang belum mampu menjiwai isi puisi
dengan baik sehingga gerakan dan dan ekspresi yang dilakukan
tekesan canggung. Oleh karena itu, kedua variabel tersebut masih
perlu diolah kembali.
103
c. Siklus II
Minat belajar siswa pada siklus II dalam pembelajaran membaca
puisi dibahas neliputi lima hal, yaitu; observasi, jurnal siswa, jurnal guru,
wawancara, dan dokumentasi.
1) Observasi
Observasi dilakukan untuk mengambil data melalui pengamatan
secara langsung terhadap semua tindakan dan perubahan-perubahan
yang terjadi dalam setiap siklus.
Data hasil pengamatan pada siklus II menunjukkan peningkatan
perhatian dan sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran. Data
diperoleh sebanyak 24 siswa atau sebesar 62% mempunyai perhatian
yang baik, sementara 13 siswa atau sebesar 33% mempunyai perhatian
yang cukup, sedangkan 2 siswa atau sebesar 5% siswa mempunyai
perhatian kurang ketika pembelajaran berlangsung. Selanjutnya, jika
dilihat dari sikap siswa selama pembelajaran berlangsung sebanyak 22
siswa atau 56% dikategorikan bersikap baik, sebanyak 15 siswa atau
sebesar 39% dikategorikan cukup, sedangkan siswa yang
dikategorikan kurang berjumlah 2 siswa atau sebesar 5%. Situasi
pembelajaran pada siklus II dikategorikan berjalan dengan baik.
2) Jurnal siswa
Dari hasil analisis jurnal siswa pada siklus II diketahui bahwa
siswa lebih senang dan tertarik terhadap pembelajaran membaca puisi
104
dengan teknik pemodelan berkelompok. Selain itu, tanggapan yang
mereka berikan masih bersifat positif.
Dari data jurnal di atas, aspek jurnal yang pertama, yaitu tertarik
atau tidaknya siswa terhadap pelajaran membaca, sebanyak 36 atau
90% siswa menyatakan tertarik dan hanya 3 siswa atau sebesar 10%
yang menyatakan tidak tertarik. Pada aspek jurnal yang kedua, yaitu
tertarik atau tidak dengan pembelajaran membaca puisi dengan teknik
pemodelan berkelompok, 34 atau 87% siswa menyatakan tertarik dan
5 siswa atau 13% siswa menyatakan tidak tertarik. Untuk aspek jurnal
yang ketiga, 10 siswa atau sebesar 26% menyatakan mengalami
kesulitan dalam mengikuti pembelajaran membaca puisi, sedangkan
29 siswa atau sebesar 74% siswa mengatakan tidak mengalami
kesulitan dalam mengikuti pembelajaran membaca puisi.
Pada aspek jurnal yang keempat, yaitu tertarik atau tidak dengan
pembelajaran membaca puisi secara berkelompok atau individu, 33
siswa atau 85% menyatakan tertarik dengan membaca puisi secara
berkelompok, sementara 6 siswa atau 15% menyatakan tertarik
dengan membaca puisi secara individu.
Aspek jurnal siswa yang kelima yaitu, tertarik atau tidak dengan
pembelajaran membaca puisi dengan mengamati satu model atau
model berkelompok, sebanyak 28 siswa atau 72% menyatakan tertarik
mengamati model berkelompok dan siswa yang tertarik mengamati
satu model sebanyak 11 siswa atau 28%. Selanjutnya, aspek jurnal
105
siswa yang terakhir yaitu kesan dan pesan siswa terhadap peneliti,
materi, serta proses pembelajaran membaca puisi dengan teknik
pemodelan berkelompok baik yang positif maupun negatif. Pada
aspek ini 34 siswa atau sebesar 87% member kesan dan pesan,
sedangkan 5 siswa atau sebesar 13% tidak memberikan kesan dan
pesannya terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan.
3) Jurnal guru
Aspek-aspek yang tercantum dalam jurnal guru meliputi, kesiapan
siswa terhadap pembelajaran membaca puisi, respons siswa terhadap
materi pembelajaran, respons siswa terhadap teknik pembelajaran yang
digunakan, keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran membaca
puisi, dan situasi atau suasana kelas selama proses pembelajaran
berlangsung. Hasil jurnal guru siklus II diantaranya sebagai berikut.
Berdasarkan pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung
disimpulkan bahwa. Kesiapan siswa masih kurang jika dibandingkan
dengan kesiapan siswa pada siklus I, hal ini terjadi karena sebagian siswa
masih terfokus pada pelajaran sebelumnya. Respons siswa sudah baik hal
ini terlihat dari antusiasme siswa pada saat peneliti menyampaikan dan
memberi pertanyaan tentang materi yang diberikan pada pembelajaran
sebelumnya siswa menanggapinya dengan baik. Respons siswa
terhadap teknik pemodelan berkelompok sudah baik dan pembelajaran
berlangsung efektif. Hal ini terlihat dari keseriusan siswa ketika
mengamati model membacakan puisi, mereka menganggap
106
pembelajaran membaca puisi dengan teknik pemodelan sebagai hal
yang baru dalam belajar karena kebnyakan siswa baru pertama kali
mengikuti pembelajaran dengan teknik pemodelan berkelompok. Selain
itu, siswa lebih terlihat percaya diri ketika tampil membaca puisi secara
berkelompok.
Sebagian siswa mengikuti pembelajaran membaca puisi dengan
penuh semangat, respons siswa terhadap pembelajaran cukup baik.
Mereka terlihat rileks dalam mengikuti pembelajaran sehingga
suasana kelas menjadi lebih hidup karena siswa dituntut untuk siap
dalam menampilkan pembacaan puisi secara berkelompok.
4) Wawancara
Wawancara yang dilakukan pada siklus II pada prinsipnya masih
sama dengan siklus I yang dilakukan kepada siswa yang mendapat nilai
tinggi, sedang, dan rendah. Wawancara dilaksanakan dengan tujuan
untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran membaca
khususnya membaca puisi menggunakan teknik pemodelan berkelompok.
Pertanyaan yang disusun dalam pedoman wawancara meliputi.
(1) Apakah Anda pernah melakukan kegiatan membaca puisi?
(2) Jenis puisi apa yang Anda sukai? Berikan alasannya!
(3) Apakah Anda senang belajar membaca puisi dengan teknik
berkelompok?
(4) Apakah Anda senang dengan pembelajaran membaca puisi melalui
teknik pemodelan berkelompok?
107
(5) Apakah Anda merasa lebih mudah menerima dan memahami
pembelajaran membaca puisi dengan teknik pemodelan berkelompok?
Mengapa?
(6) Kesulitan apa yang Anda hadapi dalam membaca puisi dalam
membaca puisi dengan teknik pemodelan berkelompok?
Hasil wawancara siklus II yang dilakukan pada 3 siswa yang
memiliki nilai tinggi, sedang, dan rendah adalah sebagai berikut.
(1) Semua siswa yang diwawancarai pernah membaca puisi.
(2) Semua siswa yang diwawancarai menyatakan lebih senang dengan
puisi bertema kepahlawanan atau patriotisme karena isinya lebih
mudah dipahami dan dapat memupuk rasa nasionalisme.
(3) Siswa yang memiliki nilai tertinggi megungkapkan rasa kurang
senang dengan belajar membaca puisi secara berkelompok karena
lebih sulit. Sementara itu, siswa yang memiliki nilai sedang dan
rendah mengungkapkan rasa senangnya karena pembelajaran
menjadi terasa menyenangkan dan dengan berkelompok dapat
menambah rasa percaya diri ketika harus membaca puisi di depan
kelas.
(4) Semua siswa yang diwawancarai mengungkapkan rasa senangnya
terhadap pembelajaran membaca puisi dengan teknik pemodelan
berkelompok karena mereka merasa lebih mudah memahami
materi pembelajaran. Selain itu, pembelajaran dengan teknik
108
pemodelan berkelompok menjadi pengalaman pertama bagi
sebagian besar siswa.
(5) Siswa yang memiliki nilai tinggi justru merasa kesulitan dalam
menerima dan memahami pembelajaran membaca puisi dengan
teknik pemodelan berkelompok karena dia lebih suka peneliti yang
menjelaskan dan mempraktikkan pembacaan pusi dan merasa lebih
mudah jika harus membaca puisi secara individu. Sedangkan, siswa
yang memiliki nilai sedang dan rendah justru merasa lebih mudah
menerima dan memahami pembelajaran membaca pusi dengan
teknik pemodelan berkelompok karena ada contoh langsung dalam
membaca puisi dan pembacaan puisi jadi lebih variatif.
(6) Semua siswa yang diwawancarai mayoritas mengalami kesulitan
ketika harus mengekspresikan serta menyesuaikan gerakan saat
membaca puisi dan kompak dalam kelompok.
Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa siswa telah
memiliki pengetahuan awal tentang pembelajaran membaca puisi dan
siswa merasa senang terhadap pembelajaran membaca puisi dengan
teknik pemodelan berkelompok. Siswa merasa senang karena lebih mudah
memahami cara membaca puisi dan memahami puisi, pembelajaran
menyenangkan, dan mereka merasa lebih nyaman dalam mengikuti
pembelajaran. Akan tetapi, masih ada bebrapa siswa yang megalami
kesulitan membaca puisi dengan teknik pemodelan berkelompok.
Meskipun demikian, proses pembelajaran membaca pusi dengan teknik
109
pemodelan berkelompok dapat dikatakan sudah mendapat respons yang
baik dari siswa.
Terlepas dari pedoman wawancara yang telah disusun, responden
yang diwawancarai juga mengungkapkan bahwa mereka agak bosan
karena harus membaca puisi secara berklompok berturut-turut.
(7)Dokumentasi
Dokumetasi pada siklus II ini pda prinsipnya sama dengan sikus I,
yaitu berupa gambar yang digunakan sebagai bukti visual proses
pembelajaran membaca puisi selama penelitian dilaksanakan.
Dokumetasi berupa gambar ini digunakan sebagai bukti visual proses
pembelajaran membaca puisi selama penelitian dilaksanakan. Pada siklus
II ini, dokumentasi yang diambil berupa gambar model yang sedang
memberikan contoh pembacaan puisi, siswa mempelajari puisi bersama
kelompoknya sebelum membaca puisi di depan kelas, dan gambar ketika
siswa membaca puisi di depan kelas. Deskripsi gambar pada siklus ini
adalah sebagai berikut.
110
Gambar 15. Awal pembelajaran siklus II
Gambar di atas menunjukkan situasi kelas pada awal siklus II.
Tampak dalam gambar, siswa belum siap dengan kelompoknya, hal
ini dikarenakan masih ada beberapa siswa yang terfokus pada
pelajaran sebelumnya.
Gambar 16. Peneliti mengajak siswa mengingat kembali materi membaca
puisi sebelum model memberi contoh pembacaan puisi
111
Gambar 17. Model memberikan contoh membaca puisi pada siklus II
Gambar 18. Model memberikan contoh membaca puisi pada siklus II
112
Gambar 19. Potongan video pembacaan puisi sebagai model pada siklus
II
Setelah peneliti mengajak siswa untuk mengingat materi
pembelajaran pada pertemuan pembelajaran siklus I dengan tanya
jawab, dan memberi penjelasan tentang rencana pembelajaran
membaca puisi yang akan dilaksanakan pada siklus II, peneliti
mendatangkan model langsung dan menayangkan video pembacaan
puisi. Dalam kegiatan ini siswa diminta untuk lebih serius
memperhatikan model, dan menjaga ketenangan kelas saat model
membaca puisi. Kemudian, peneliti menginstruksikan siswa bersama
kelompoknya untuk mempelajari puisi yang akan dibaca di depan
kelas. Selesai mempelajari puisi siswa membaca puisi di depan kelas
bersama anggota kelompoknya, berikut ini gambar siswa membaca
puisi di depan kelas.
113
Gambar 20. Yakutatul Chafidloh, kelompok 1 membaca puisi
di depan kelas siklus II
Gambar di atas menunjukkan situasi saat kelompok 1 membaca
puisi di depan kelas. Tampak dalam gambar, saat Yakutatul Chafidloh
membaca puisi jika dibandingkan dengan siklus I, pada siklus II ini ia
lebih menjiwai puisi dan lebih ekspresif. Hal ini terlihat dari mimik,
pandangan mata, pemosisian tubuh, dan gerakan penyerta yang dilakukan
menunjukkan seolah-olah ia sedang berkomunikasi dengan pendengar.
114
Gambar 21. Adesta Tri Pambudi, kelompok 4 membaca puisi
di depan kelas siklus II
Gambar di atas menunjukkan situasi saat kelompok 4 membaca
puisi di depan kelas. Tampak dalam gambar, Adesta Tri Pambudi saat
membaca puisi pada siklus II ini, ia lebih ekspresif terlihat dari mimik
wajahnya, sementara gerakan penyerta yang dilakukan pun semakin baik.
Gambar 22. Dini Nugraheni, kelompok 5 membaca puisi
di depan kelas pada siklus II
115
Gambar di atas menunjukkan situasi saat kelompok 5 membaca
puisi di depan kelas. Tampak dalam gambar, saat Dini Nugraheni
membaca puisi pada siklus II ini, gerakan penyerta pada tangan dan
tubuh semakin baik, sementara perubahan pandangan mata, serta adanya
perubahan pada raut wajahnya menunjukkan bahwa ia semakin ekspresif
dan percaya diri. Hal ini menunjukkan bahwa ia sudah dapat menjiwai isi
puisi dengan baik.
Gambar 23. Muhammad Arwani, kelompok 7 membaca puisi di depan
kelas pada siklus II
Gambar di atas menunjukkan situasi saat kelompok 4 membaca
puisi di depan kelas pada siklus II. Tampak dalam gambar, pada siklus ini
Muhammad Arwani melakukan gerakan penyerta dan memposisikan
tubuh saat membaca puisi semakin baik. Selain itu, ia terlihat sudah dapat
mengekspresikan isi puisi dengan cukup baik dan lebih komunikatif
dengan pendengar terlihat dari arah pandangan matanya.
116
Gambar 24. Fauzi Zein, kelompok 4 membaca puisi di depan kelas
pada siklus II
Gambar di atas menunjukkan situasi saat kelompok 4 membaca
puisi di depan kelas. Tampak dalam gambar, Fauzi Zein saat membaca
puisi pada siklus II ini, gerakan penyerta yang dilakukan bertambah baik
dan lebih ekspresif. Selain itu, ia lebih komunikasitif dengan pendengar
terlihat dari pandangan mata yang dilakukan sesuai dengan gerakan
tangannya.
Berdasarkan gambar-gambar pembacaan puisi di atas
menunjukkan situasi siswa pada siklus II saat membaca puisi di depan
kelas secara berkelompok. Siswa menunjukkan adanya peningkatan
dalam membaca puisi, baik dari ekspresi dan sikap (gerakan) saat
membacakan sebuah puisi siswa terlihat lebih percaya diri dan tidak
canggung lagi untuk melakukan gerakan penyerta dan megekspresikan
isi puisi.
117
3. Peningkatan keterampilan membaca puisi dengan teknik pemodelan
berkelompok
Peningkatan keterampilan siswa membaca puisi dengan teknik
pemodelan berkelompok meliputi tiga tahapan, yaitu prsiklus, siklus I, dan
siklus II.
a. Prasiklus
Hasil tes prasiklus berupa keterampilan siswa membaca puisi
sebelum dilakukan penelitian perlu dianalisis untuk mengetahui keadaan
awal keterampilan siswa dalam membaca puisi untuk menentukan
tindakan penelitian. Tes yang dilakukan berupa pembacaan puisi
“Padamu Jua” karya Amir Hamzah.
Peneliti menilai siswa pada tahap awal berdasar lima variabel yang
telah ditetapkan, yaitu pelafalan, intonasi, penjedaan, ekspresi, dan sikap
yang disesuaikan dengan indikator setiap variabel. Dari hasil tes yang
diperoleh pada tindakan prasiklus, peneliti menghitung skor rata-rata
siswa untuk setiap indikatornya ke dalam tabel berikut.
118
Tabel 10. Skor rata-rata Keterampilan Awal Siswa Membaca Puisi
No Variabel
Penilaian Indikator Skor
1. Pelafalan Irama 8,52
Artikulasi 8,87
2. Intonasi Nada 7,92
Dinamika 6,94
Tempo 7,58
3. Jeda Ketepatan perhentian arus ujaran
jeda pendek, sedang, dan
panjang
8
4. Ekspresi Kesesuaian raut wajah (mimik)
dan mata
5,56
5. Sikap Pemosisian tubuh 6,38
Kesesuaian gerakan 5,43
Jumlah 65,2
Rata-rata 7,24
Dari tabel di atas, peneliti mendeskripsikan skor rata-rata siswa tiap
indikator variabel untuk keterampilan membaca puisi siswa sebelum
dikenai tindakan sebagai berikut.
1) Pelafalan
Variabel ini mencakup hal-hal yang berkaitan dengan pengucapan
bunyi bahasa yang sesuai dengan kaidah yang berlaku dengan indikator,
irama dan artikulasi.
Dari data di atas, skor rata-rata untuk indikator irama mencapai 8,51
sedangkan dalam artikulasi memperoleh skor rata-rata 8,87. Skor rata-rata
tersebut dikategorikan baik, karena sudah mencapai standar ketuntasan,
karena irama dan artikulasi siswa dalam membaca puisi sudah jelas.
Meskipun demikian, setiap siswa harus berusaha meningkatkan indikator
artikulasi dan irama dengan berlatih vokal.
119
2) Intonasi
Variabel ini mencakup beberapa indikator, yaitu nada, dinamika
(penekanan), dan tempo yang digunakan siswa ketika membaca puisi.
Skor rata-rata siswa dalam indikator penggunaan nada mencapai 7,92,
dalam penggunaan dinamika mencapai skor rata-rata 6,94, sedangkan
dalam penggunaan tempo pembacaan mencapai skor rata-rata 7,58.
Skor tersebut dikategorikan cukup baik, karena saat membaca puisi
siswa belum tepat dalam menggunakan nada, penekanan, dan tempo
yang sesuai dengan isi puisi.
3) Jeda
Variabel ketiga ini menitik beratkan pada ketepatan perhentian arus
ujaran jeda pendek, sedang, dan panjang. Pada variabel ini skor rata-rata
siswa dalam penjedaan mencapai 8. Skor tersebut dikategorikan baik,
meskipun masih ada beberapa siswa yang belum dapat menempatkan
pemberhentian ujaran yang sesui dengan isi puisi.
4) Ekspresi
Indikator dalam variabel ini adalah kesesuaian raut wajah
(mimik) dan mata. Skor rata-rata siswa dalam berekspresi mencapai
5,56. Skor tersebut dikategorikan cukup baik, karena dalam membaca
puisi siswa masih menundukkan kepala, menutupi wajahnya dengan
teks puisi, dan kurang komunikasi dengan pendengar sehingga
terkesan masih belum menghayati puisi.
120
5) Sikap
Variabel ini memfokuskan pada pemosisian tubuh dan
kesesuaian gerakan yang dapat mempengaruhi keterlibatan pembaca
dengan pendengar. Skor rata-rata siswa dalam indikator pemosisian
tubuh mencapai 6,38, sementara skor rata-rata siswa dalam indikator
kesesuaian gerakan mencapai 5,43. Skor rata-rata dalam variabel ini
dikategorikan cukup baik, karena ketika membaca puisi, siswa belum
menyertakan gerakan yang sesuai dengan isi puisi untuk memperjelas
makna puisi yang hendak disampaikan.
b. Siklus I
Dari hasil tes siklus I diperoleh data bahwa pembelajaran membaca
puisi setelah dikenai tindakan penelitian dengan teknik pemodelan
berkelompok, keterampilan siswa dalam membaca puisi sesuai dengan
variabel keterampilan pelafalan, intonasi, penjedaan, ekspresi dan sikap
sudah menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan pembelajaran tes
awal (prasiklus). Data selengkapnya dapat dilihat pada tebel berikut.
121
Tabel 11. Perbandingan Skor Tindakan Prasiklus (awal) dan Siklus I
No Variabel
Penilaian
Indikator Skor
Prasikluss Siklus I Perbedaan
n 1. Pelafalan a 8,52 9,05 0,53
b 8,87 9,48 0,61
2. Intonasi a 7,92 8,41 0,49
b 6,94 7,69 0,75
c 7,58 8,10 0,52
3. Jeda a 8 8,74 0,74 4. Ekspresi a 5,56 6,07 0,51
5. Sikap a 6,38 6,94 0,56
b 5,43 5,82 0,39
Jumlah 65,2 70,3 5,1
Nilai rata-rata 7,24 7,81 0,57
Keterangan:
1 = Pelafalan
1a = Irama
1b = Artikulasi
2 = Intonasi
2a = Nada
2b = Dinamika
2c = Tempo
3 = Jeda
4 = Ekspresi
5 = Sikap
5a = Pemosisian tubuh
5b = Kesesuaian Gerak
Dari data yang disajikan pada tabel di atas dapat diperjelas bahwa
keterampilan siswa kelas X-4 MA Negeri Kutowinangun, Kebumen
menunjukkan peningkatan pada siklus I. Pada variabel pelafalan,
indikator irama mengalami peningkatan sebesar 0,53, pada indikator
artikulasi mengalami peningkatan sebesar 0,61. Pada variabel kedua
indikator nada mengalami peningkatan sebesar 0,49, pada indikator
dinamika mengalami peningkatan 0,75, dan pada indikator tempo
mengalami peningkatan sebesar 0,52. Pada variabel ketiga indikator
122
ketepatan perhentian arus ujaran atau penjedaan mengalami peningkatan
sebesar 0,74. Selanjutnya, pada variabel ekspresi dengan indikator
kesesuaian raut wajah (mimik) dan mata mengalami peningkatan sebesar
0,51. Pada variabel terakhir, dengan indikator pemosisian tubuh
mengalami peningkatan sebesar 0,56, sedangkan indikator kesesuaian
gerakan mengalami peningkatan sebesar 0,39. Dari data di atas diketahui
peningkatan skor rata-rata setiap indikator variabel pada siklus I
mengalami peningkatan dari siklus awal sebesar 0,57.
1) Pelafalan
Hasil tes siklus I yang terkait dengan keterampilan pelafalan
siswa dalam indikator irama skor rata-rata mencapai 9,05 dan
indokator artikulasi saat membaca puisi mencapai 9,48. Hal ini
menunjukkan adanya peningkatan dari tes awal (prasiklus).
2) Intonasi
Keterampilan membaca puisi siswa pada variabel ini, dengan
indikator nada yang digunakan saat membaca puisi mencapai 8,41,
pada indikator ketepatan dinamika mencapai 7,69, dan pada indikator
ketepatan tempo mencapai 8,10. Dengan demikian, nilai rerata
membaca puisi dengan teknik pemodelan berkelompok dengan
variabel intonasi pada siklus I dapat dikategorikan baik.
3) Jeda
Ketepatan perhentian arus ujaran jeda pendek, sedang, dan
panjang saat siswa membaca puisi mencapai rata-rata 8,74.
123
4) Ekspresi
Kemampuan siswa berekspresi dengan indikator kesesuaian raut
wajah (mimik) dan mata saat membaca puisi mencapai 6,07.
5) Sikap
Keterampilan bersikap saat membaca puisi dengan indikator
pemosisian tubuh skor rata-rata mencapai 6,94, sedangkan indikator
kesesuaian gerakan dapat mencapai skor rata-rata 5,82. Dengan
demikian, nilai rerata membaca puisi dengan teknik pemodelan
berkelompok pada siklus I secara keseluruhan belum dapat
dikategorikan baik. Oleh sebab itu, masih perlu adanya peningkatan
ke arah yang lebih baik lagi.
Berdasarkan hasil penilaian dan pengamatan beberapa siswa
masih ada yang belum mampu menjiwai perannya dengan baik
sehingga pelafalan, intonasi, penjedaan, ekspresi, dan sikap saat
membaca puisi, maka siswa masih perlu banyak belajar lagi.
c. Siklus II
Dari hasil tes siklus II diperoleh data bahwa pembelajaran
membaca puisi setelah dikenai tindakan penelitian, keterampilan siswa
dalam membaca puisi yang menyangkut pada beberapa variabel meliputi
pelafalan, intonasi, jeda, ekspresi, dan sikap dalam puisi yang dibaca
sudah mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan pembelajaran
pada prasiklus dan siklus I.
124
Pada siklus II yang disiapkan oleh guru (peneliti) tidak hanya
menayangkan video pembacaan puisi dan seorang model untuk
memberikan contoh kepada siswa tentang bagaimana cara membaca puisi
yang baik dan bagaimana teknik membaca puisi. Guru (peneliti)
menghadirkan model pembacaan puisi secara berkelompok. Pada siklus
II siswa membaca puisi “Pahlawan Tak Dikenal” karya Toto Sudarto
Bachtiar. Dari puisi tersebut dilakukan tes membaca puisi siklus II untuk
lebih mengetahui pemahaman siswa terhadap isi puisi yang dibaca. Nilai
komulatif indikator setiap variabel adalah sebagai berikut.
Tabel 12. Skor Rata-rata Keterampilan Siswa Membaca Puisi
Siklus II
No Variabel
Penilaian Indikator Skor
1. Pelafalan Irama 9,41
Artikulasi 10,05
2. Intonasi Nada 9,51
Dinamika 8,38
Tempo 8,87
3. Jeda Ketepatan perhentian arus ujaran
jeda pendek, sedang, dan
panjang
8,97
4. Ekspresi Kesesuaian raut wajah (mimik)
dan mata
6,89
5. Sikap Pemosisian tubuh 7,48
Kesesuaian gerakan 6,53
Jumlah 76,09
Rata-rata 8,45
Dari data tabel di atas, dideskripsikan hasil skor rata-rata setiap
variabel untuk keterampilan membaca puisi setelah diimplementasikan
dalam tindakan, yaitu dengan digunakannya teknik pemodelan
berkelompok dalam pembelajaran membaca puisi.
125
1) Pelafalan
Variabel ini mencakup hal-hal yang berkaitan dengan
kesesuaian pengucapan bunyi bahasa menurut kaidah yang baku,
dengan indikator irama dan artikulasi. Dari data yang disajikan dalam
tabel, rata-rata skor pada indikator irama mencapai 9,41, sementara
pada indikator artikulasi memperoleh skor rata-rata sebesar 10,05.
Hasil pada variabel ini lebih tinggi dari variabel-variabel lain. Hal ini
menunjukkan bahwa rata-rata siswa sudah mampu mengucapkan kata-
kata dalam puisi dengan lafal yang jelas dan baik.
2) Intonasi
Variabel ini mencakup hal-hal yang berkaitan dengan
kesesuaian lagu kalimat pada saat siswa membaca puisi yang terdiri
dari beberapa indikator, yaitu kesesuaian nada, kesesuaian dinamika,
dan kesesuaian tempo. Dari data yang disajikan dalam tabel, rata-rata
skor pada indikator kesesuaian nada sebesar 9,51, kesesuaian
dinamika memperoleh skor rata-rata sebesar 8,38, dan indikator
kesesuaian tempo memperoleh skor rata-rata sebesar 8,87.
Berdasarkan data tersebut terbukti bahwa rata-rata siswa sudah
mampu membaca puisi dengan intonasi yang baik.
3) Jeda
Pada variabel ini, dengan indikator ketepatan perhentian arus
ujaran jeda pendek, sedang, dan panjang skor rata-rata yang didapat
siswa mencapai 8,97.
126
4) Ekspresi
Keterampilan siswa membaca puisi pada variabel ekspresi dengan
indikator kesesuaian raut wajah (mimik) dan mata saat membaca puisi
mencapai 6,89. Berdasarkan skor rata-rata yang dicapai menandakan
masih ada siswa yang mengalami kesulitan untuk mengekspresikan diri
sesuai dengan isi puisi yang dibacanya.
5) Sikap
Variabel sikap saat siswa membaca puisi dalam indikator
pemosisian tubuh mencapai 7,48, dan indikator kesesuaian gerakan
dengan isi puisi yang dibaca mencapai 6,53. Dengan demikian, nilai
rata-rata membaca puisi dengan teknik pemodelan berkelompok pada
siklus II secara keseluruhan dapat dikategorikan cukup baik.
Meskipun demikian, usaha peningkatan ke arah yang lebih baik harus
dilakukan secara berkelanjutan. Dari hasil tes dan pengamatan, siswa
masih mengalami kesulitan dalam menjiwai isi puisi dengan baik
sehingga variabel pelafalan, intonasi, penjedaan, ekspresi, dan sikap
dapat dikategorikan cukup baik.
127
Tabel 13. Perbandingan Skor Tindakan Siklus I dan Siklus II
No Variabel
Penilaian
Indikator Skor
Siklus I Siklus II Perbedaan
n 1. Pelafalan a 9,05 9,41 0,36
b 9,48 10,05 0,57
2. Intonasi a 8,41 9,51 1,1
b 7,69 8,38 0,69
c 8,10 8,87 0,77
3. Jeda a 8,74 8,97 0,23 4. Ekspresi a 6,07 6,89 0,82
5. Sikap a 6,94 7,48 0,54
b 5,82 6,53 0,71
Jumlah 70,3 76,09 5,79
Rata-rata 7,81 8,45 0,64
Keterangan:
1 = Pelafalan
1a = Irama
1b = Artikulasi
2 = Intonasi
2a = Nada
2b = Dinamika
2c = Tempo
3 = Jeda
4 = Ekspresi
5 = Sikap
5a = Pemosisian tubuh
5b = Kesesuaian Gerak
Dari data yang disajikan pada tabel di atas dapat diperjelas bahwa
keterampilan siswa kelas X-4 MA Negeri Kutowinangun, Kebumen
menunjukkan peningkatan pada siklus II. Pada variabel pelafalan,
indikator irama mengalami peningkatan sebesar 0,36, pada indikator
artikulasi mengalami peningkatan sebesar 0,57. Pada variabel kedua
indikator nada mengalami peningkatan sebesar 1,1, pada indikator
dinamika mengalami peningkatan 0,69, dan pada indikator tempo
mengalami peningkatan sebesar 0,77. Pada variabel ketiga indikator
128
ketepatan perhentian arus ujaran atau penjedaan mengalami peningkatan
sebesar 0,23. Selanjutnya, pada variabel ekspresi dengan indikator
kesesuaian raut wajah (mimik) dan mata mengalami peningkatan sebesar
0,82. Pada variabel terakhir, dengan indikator pemosisian tubuh
mengalami peningkatan sebesar 0,54, sedangkan indikator kesesuaian
gerakan mengalami peningkatan sebesar 0,71. Dari data di atas diketahui
peningkatan skor rata-rata setiap variabel pada siklus I mengalami
peningkatan dari siklus awal sebesar 0,64.
Tabel 14. Nilai rata-rata tes prasiklus, siklus I, dan Siklus II
No Variabel Penilaian
Skor
Indikator Skor
Prasiklus Siklus I Siklus II
1. Pelafalan a 8,52 9,05 9,41
b 8,87 9,48 10,05
2. Intonasi a 7,92 8,41 9,51
b 6,94 7,69 8,38
c 7,58 8,10 8,87
3. Jeda a 8 8,74 8,97 4. Ekspresi a 5,56 6,07 6,89
5. Sikap a 6,38 6,94 7,48
b 5,43 5,82 6,53
Jumlah 65,2 70,3 76,09
Rata-rata 7,24 7,81 8,45
Keterangan:
1 = Pelafalan
1a = Irama
1b = Artikulasi
2 = Intonasi
2a = Nada
2b = Dinamika
2c = Tempo
3 = Jeda
4 = Ekspresi
5 = Sikap
5a = Pemosisian tubuh
5b = Kesesuaian Gerak
129
Dari tebel yang disajikan di atas, dapat disimpulkan bahwa
keterampilan siswa dalam membaca puisi menggunakan teknik
pemodelan berekelompok dari prasiklus sampai siklus II mengalami
peningkatan pada setiap variabelnya, yaitu:
1) Pelafalan
Variabel penilaian ini mencakup hal-hal yang berkaitan dengan
pengucapan bunyi bahasa yang sesuai dengan kaidah yang berlaku
dan keindahan dengan indikator artikulasi dan irama. Perolehan skor
rata-rata pada kegiatan prasiklus untuk indikator irama mencapai 8,51
dan indikator artikulasi memperoleh skor rata-rata 8,87. Hasil tersebut
dikategorikan baik, karena siswa sudah mampu membaca puisi
dengan artikulasi yang jelas dan membaca dengan irama yang sesuai
dengan isi puisi.
Perolehan skor rata-rata pada siklus I dalam indikator irama skor
rata-rata mencapai 9,05 dan indikator artikulasi memperoleh skor rata-
rata 9,48. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan keterampilan
siswa membaca puisi pada variabel artikulasi dari tes awal (prasiklus).
Selanjutnya, skor rata-rata siklus II dalam indikator irama mencapai
9,41dan indikator artikulasi skor rata-rata mencapai 10,05 mendekati
bobot maksimal setiap indikator yaitu 11 poin. Hasil ini menunjukkan
adanya peningkatan perolehan skor rata-rata dari prasiklus sampai
siklus II sebesar 0,89 poin untuk indikator irama dan 1,18 poin untuk
indikator artikulasi. Hasil skor rata-rata variabel ini lebih tinggi dari
130
variabel-variabel yang lain, hal ini menandakan bahwa rata-rata siswa
sudah mampu membaca puisi dengan artikulasi disertai irama yang
baik dan jelas.
2) Intonasi
Variabel ini mencakup beberapa indikator, yaitu nada, dinamika
(penekanan), dan tempo yang digunakan siswa ketika membaca puisi.
Skor rata-rata siswa pada prasiklus dalam indikator penggunaan nada
mencapai 7,92, dalam penggunaan dinamika skor rata-rata mencapai
6,94, sedangkan dalam penggunaan tempo skor rata-rata mencapai
7,58. Skor tersebut dikategorikan cukup baik. Hal ini disebabkan, saat
membaca puisi pada prasiklus siswa belum dapat menggunakan nada,
penekanan, dan tempo yang sesuai dengan puisi dan baru sekadar
membaca saja.
Keterampilan membaca puisi siswa siklus I pada variabel ini,
dengan indikator nada skor rata-rata yang dicapai 8,41, pada indikator
ketepatan dinamika mencapai 7,69, dan pada indikator ketepatan
tempo mencapai 8,69. Dengan hasil tersebut menandakan bahwa
siswa sudah mulai mampu membaca puisi dengan intonasi yang baik
dan tidak hanya sekadar membaca. Kemudian, untuk perolehan skor
rata-rata siswa membaca puisi pada siklus II dalam indikator
kesesuaian nada mencapai 9,51, indikator kesesuaian dinamika
memperoleh sekor rata-rata 8,38, dan indikator kesesuaian tempo
memperoleh skor rata-rata 8,87. Hasil ini menunjukkan adanya
131
peningkatan perolehan skor rata-rata variabel intonasi dari prasiklus
sampai siklus II sebesar 1,59 poin untuk indikator nada, 1,44 poin
untuk indikator kesesuaian dinamika, dan 1,29 poin untuk indikator
kesesuaian tempo. Dari data tersebut menandakan bahwa rata-rata
siswa sudah mampu membaca puisi dengan intonasi yang baik.
3) Jeda
Variabel ketiga dalam penilaian membaca puisi siswa ini
menitik beratkan pada ketepatan perhentian arus ujaran (jeda pendek,
sedang, dan panjang). Dalam variabel ini skor rata-rata siswa dalam
ketepatan penjedaan pada kegiatan prasiklus mencapai 8. Skor
tersebut dapat dikategorikan baik, meskipun masih ada beberapa siswa
yang belum tepat dalam menempatkan perhentian ujaran yang sesuai
dengan puisi, sementara pada siklus I skor rata-rata siswa dalam
indikator ketepatan penjedaan mencapai 8,74. Kemudian, pada siklus
II skor rata-rata siswa mencapai 8,97, hasil tersebut menunjukkan
adanya peningkatan keterampilan siswa membaca puisi dalam
variabel penjedaan dari prasiklus samapai siklus II sebesar 0,97 poin
setelah diterapkan pembelajaran dengan teknik pemodelan. Data
tersebut menandakan bahwa rata-rata siswa sudah mampu membaca
puisi dengan penjedaan yang baik sesuai dengan isi puisi.
4) Ekspresi
Indikator dalam variabel ini adalah kesesuaian raut wajah
(mimik) dan mata. Skor rata-rata siswa dalam berekspresi pada
132
prasiklus mencapai 5,56. Skor tersebut dikategorikan cukup, karena
dalam membaca puisi rata-rata siswa masih merasa kurang percaya
diri sehingga sering menundukkan kepala, menutupi wajahnya dengan
teks puisi sehingga kurang komunikasi dengan pendengar saat di
depan kelas dan terkesan belum dapat menghayati isi puisi dengan
baik. Kemudian, keterampilan siswa membaca puisi dalam variabel
ekspresi pada siklus I memperoleh skor rata-rata 6,07, hasil ini masih
dikategorikan cukup karena rata-rata siswa masih banyak yang merasa
kurang percaya diri sehingga mengalami kelsulitan saat
mengekspresikan isi puisi di depan kelas.
Keterampilan siswa membaca puisi pada variabel ekspresi
dengan indikator kesesuaian raut wajah (mimik) dan gerakan mata
saat membaca puisi pada siklus II skor rata-rata yang dicapai 6,89,
hasil tersebut menunjukkan adanya peningkatan keterampilan siswa
membaca puisi dalam variabel ekspresi dari prasiklus sampai siklus II
sebesar 1,33 poin. Akan tetapi, hasil tersebut baru dapat dikategorikan
cukup baik karena masih banyak siswa yang kurang percaya diri
sehingga kesulitan untuk mengekspresikan diri sesuai dengan isi puisi
yang dibacanya.
5) Sikap
Variabel ini memfokuskan pada pemosisian tubuh dan
kesesuaian gerakan saat membaca puisi yang dapat mempengaruhi
keterlibatan pendengar saat pembacaan puisi. Skor rata-rata yang
133
diperoleh siswa pada prasiklus dalam indikator pemosisian tubuh
mencapai 6,38, sementara dalam indikator kesesuaian gerakan
mencapai 5,43. Skor rata-rata dalam variabel ini, pada prasiklus
dikategorikan cukup karena saat membaca puisi rata-rata siswa hanya
sekadar membaca dan belum menyertakan gerakan penyerta yang
sesuai dengan isi puisi. Kemudian, keterampilan siswa membaca puisi
pada siklus I dengan indikator pemosisian tubuh memperoleh skor
rata-rata 6,94, sedangkan indikator kesesuaian gerak memperoleh skor
rata-rata 5,82. Dengan demikian, hasil nilai rerata siswa membaca
puisi dengan teknik pemodelan berkelompok pada siklus I secara
keseleruhan belum dapat dikategorikan baik, karena siswa masih
mengalami kesulitan untuk menyertakan gerakan saat membaca puisi.
Variabel sikap saat siswa membaca puisi pada siklus II dalam
indikator pemosisian tubuh mencapai 7,48, dan indikator kesesuaian
gerakan dengan isi puisi yang dibaca mencapai 6,53, hasil tersebut
menunjukkan adanya peningkatan keterampilan siswa membaca puisi
dalam variabel sikap dari prasiklus sampai siklus II sebesar 1,1 poin
untuk indikator pemosisian tubuh dan 1,1 poin untuk indikator
kesesuaian gerakan. Dengan demikian, nilai rata-rata membaca puisi
dengan teknik pemodelan berkelompok sampai pada siklus II secara
keseluruhan dapat dikategorikan baik karena skor rata-rata mencapai
76,09 dengan skor rerata akhir 8,48, skor akhir ini sudah mencapai
kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 7,5. Meskipun demikian,
134
usaha peningkatan ke arah yang lebih baik harus dilakukan secara
berkelanjutan, karena berdasarkan hasil tes dan pengamatan, masih
ada beberapa siswa yang mengalami kesulitan dalam membaca puisi
dengan memperhatikan variabel pelafalan, intonasi, penjedaan,
ekspresi, dan sikap yang baik dan sesuai dengan isi puisi yang
dibacanya.
Tabel 15. Hasil Penilaian Keterampilan Siswa Membaca Puisi
No Nama Siswa
Prasiklus Siklus I Siklus II Keterangan
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
a b a b c a a a b a b a b c a a a b a b a b c a a a b 0 I II
1 Adesta Tri Pambudi 10 9 9 8 9 8 5 6 6 10 10 9 8 9 9 6 7 7 11 10 10 9 9 9 7 8 8 70 75 81
2 Afifah Mahtardi 9 9 8 7 8 8 6 7 6 9 10 8 8 8 9 6 7 6 9 10 9 9 9 9 7 7 7 68 71 76
3 Amad Musafa 10 9 8 8 8 9 6 6 5 10 10 8 8 9 9 6 7 5 10 10 10 9 9 9 6 7 5 69 72 75
4 Ari Sulistyaningsih 8 9 8 6 8 7 6 7 6 9 9 8 8 8 8 6 7 6 9 10 9 9 9 9 7 7 7 65 69 76
5 Belawani Putra. P 9 9 7 7 7 8 5 6 5 9 9 7 8 7 8 5 7 5 9 10 8 8 9 9 6 7 5 63 65 71
6 Dessy Kurniati 8 9 8 7 7 9 6 6 5 8 9 8 8 9 9 6 7 5 9 10 9 9 9 9 7 7 6 65 69 75
7 Dini Nugraheni 9 9 9 8 8 9 6 7 7 9 10 9 9 9 9 7 8 7 10 10 10 9 10 9 9 9 8 72 77 84
8 Endah Hari Utami 8 8 8 7 8 8 5 6 5 8 9 8 8 8 9 5 7 5 9 10 10 9 9 9 6 7 6 63 67 75
9 Fauzi Zein 9 9 8 7 8 8 6 7 6 9 10 9 8 8 9 7 7 6 10 10 10 9 9 9 7 8 8 68 73 79
10 Felly Nurlindasari 9 9 9 7 8 8 7 7 6 9 10 9 8 9 9 7 7 7 9 10 10 9 9 9 8 9 8 70 75 81
11 Gustin Indrayani 8 9 8 7 8 8 5 7 6 9 9 9 8 8 9 6 7 6 9 10 10 8 9 9 7 7 8 66 71 77
12 Ikhfi Rizki Amelia 8 9 8 7 8 8 5 7 6 8 9 8 7 8 8 6 7 6 9 10 9 8 9 9 7 7 7 66 67 75
13 Khorij Muslim Mukhafid 8 8 7 6 7 7 5 6 5 9 8 7 7 8 9 5 6 5 9 10 9 8 8 9 6 6 5 59 64 70
14 Khusnul Khotimah 9 9 7 6 7 7 5 6 5 10 9 8 7 8 9 5 6 5 10 10 10 8 9 9 6 6 5 61 67 73
15 Lulu Mauludatin Arifah 9 9 9 7 7 8 5 7 6 9 10 9 8 8 8 6 7 7 9 10 10 9 9 9 7 7 8 67 72 78
16 Merri Sofiana 8 10 8 7 8 8 6 6 5 9 10 9 8 8 9 6 7 5 9 10 10 9 9 9 7 7 5 66 71 75
17 Moh. Sulistiawan 9 9 8 7 8 8 6 7 6 9 10 9 8 9 8 6 7 7 10 10 10 8 8 9 7 8 8 68 73 78
18 Muhammad Arwani 9 9 8 8 8 8 6 6 6 10 9 9 8 8 9 7 7 7 9 10 10 8 9 9 7 8 8 68 74 78
19 Novan Aditya Pratama 9 9 8 7 8 8 6 7 5 10 10 8 8 8 9 5 7 5 10 11 9 8 9 9 6 8 5 67 70 75
20 Novitasari 9 9 8 8 8 8 5 7 5 8 9 9 8 8 9 6 7 6 9 10 9 9 9 9 7 7 6 67 70 75
21 Punung Pramesti 9 8 8 7 7 8 6 6 5 9 9 8 8 7 9 6 7 5 9 10 9 8 9 9 6 8 5 64 68 73
22 Qoriatul Hikmatil Ula 8 9 8 6 7 8 5 6 5 9 10 8 7 8 9 6 7 6 9 10 9 8 9 9 7 8 7 62 70 76
23 Rabbani Prayogo 8 9 7 6 7 8 5 6 5 9 9 9 7 8 8 6 7 6 10 10 9 8 8 9 7 7 8 61 69 76
24 Saniatul Fuadah 8 9 8 6 7 8 6 6 5 9 10 9 7 8 9 6 7 5 9 10 10 8 9 9 7 8 5 63 70 75
25 Siti Rakhanah 8 9 8 7 8 8 6 6 5 9 10 9 7 8 9 6 7 6 9 10 10 8 9 9 7 7 8 65 71 77
26 Sri Hidayah 8 9 7 6 7 8 6 6 5 8 9 8 7 8 8 6 6 5 9 9 9 8 8 9 6 7 5 62 65 70
27 Sukmo Arum 8 9 8 8 7 8 6 7 6 10 10 9 8 8 9 7 7 7 11 10 9 9 9 9 7 8 7 67 75 79
28 Titi Siva Fauziyah 7 9 8 6 8 8 6 6 5 8 10 8 7 8 8 6 7 5 9 10 9 8 8 9 6 7 7 63 67 73
29 Tuslianah 9 10 10 9 9 10 8 8 8 9 10 10 9 10 10 9 9 9 10 11 11 10 10 10 10 9 9 81 85 90
30 Ulfi Nurhikmah 9 9 7 6 7 8 5 6 5 9 9 8 7 8 9 6 7 5 9 10 10 8 9 9 7 7 6 62 68 75
31 Vika Tiara Tami 9 8 8 7 7 8 5 6 5 9 9 8 7 8 8 6 7 5 9 10 9 8 8 8 6 7 5 63 67 70
32 Yakutatul Chafidloh 9 9 8 7 7 8 5 6 5 10 10 9 8 8 9 6 7 6 11 10 10 8 9 9 7 8 7 64 73 79
33 Ahmad Mustakim 8 9 8 7 7 8 5 6 5 9 10 8 7 8 9 6 7 5 9 10 10 8 9 9 7 8 7 63 69 77
34 Anggun Kuswandari 8 9 7 7 7 8 5 6 5 9 9 8 7 8 9 6 7 6 9 10 10 8 9 9 7 8 7 62 69 77
35 Aris Budiono 9 8 8 7 8 8 6 6 5 10 9 8 8 8 9 6 6 6 10 11 9 8 9 9 6 7 6 65 70 75
36 Ayuning Wulandari 8 9 8 7 7 7 5 6 5 9 9 8 8 7 8 6 7 5 9 11 9 8 9 9 7 8 5 62 67 75
37 Diana Zulfatun Nisa 8 8 7 7 8 8 5 7 6 9 10 9 8 8 9 7 7 7 9 10 10 9 9 9 8 8 8 64 74 80
38 Eka Septiany 8 9 8 7 8 8 5 6 5 9 10 9 8 8 9 6 7 5 9 10 10 8 9 9 7 8 5 64 71 75
39 Muhamad Syaeful Bahri 8 8 7 6 7 7 5 6 5 9 9 7 7 7 8 5 6 5 10 9 8 7 8 8 6 7 5 59 63 68
Jumlah 332 346 309 271 296 312 217 249 212 353 370 328 300 316 341 237 271 227 367 392 371 327 346 350 268 292 255 2544 2743 2968
Rata-rata 8,51 8,87 7,92 6,94 7,58 8 5,56 6,38 5,43 9,05 9,48 8,41 7,69 8,10 8,74 6,07 6,94 5,82 9,41 10,05 9,51 8,38 8,87 8,97 6,89 7,48 6,53 65,23 70,33 76,10
Keterangan: 5 baris yang berwana merah adalah 5 sampel hasil penilaian peningkatan keterampilan siswa dalam membaca puisi.
Keterangan: Keterangan:
1 = Pelafalan 2 = Intonasi 3 = Jeda 4 = Ekspresi 5 = Sikap 0 = Nilai Prasiklus
1a = Irama 2a = Nada 5a = Pemosisian tubuh I = Nilai Siklus I
1b = Artikulasi 2b = Dinamika 5b = Kesesuian gerakan II = Nilai Siklus II
2c = Tempo
138
Dari tabel 11 ditunjukkan adanya peningkatan yang cukup berarti dari
beberapa indikator pada setiap variabel yang menjadi penilaian keterampilan
membaca puisi siswa. Diambil lima sampel siswa yang berhasil memperoleh
nilai yang dalam peningkatan keterampilan membaca puisi. Adapun kelima
siswa tersebut adalah sebagai berukut.
(1) Yakutatul Chafidloh dengan penilaian terhadap indikator setiap variabel
pada prasiklus memperoleh nilai 64. Pada siklus I mengalami peningkatan
menjadi 73 atau meningkat 9 poin dengan presentasi mencapai 14,1%.
Kemudian, pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 79 atau
meningkat 6 poin dengan presentase 13%. Dengan demikian, peningkatan
yang terjadi dari prasiklus sampai siklus II sebesar 15 poin dengan
presentase 23, 6%.
(2) Adesta Tri Pambudi dengan penilaian terhadap indikator setiap variabel
pada prasiklus memperoleh nilai 70. Pada siklus I mengalami peningkatan
menjadi 75 atau meningkat 5 poin dengan presentasi mencapai 7,1%.
Kemudian, pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 81 atau
meningkat 6 poin dengan presentase 8,5%. Dengan demikian, peningkatan
yang terjadi dari prasiklus sampai siklus II sebesar 11 poin dengan
presentase 15,7%.
(3) Dini Nugraheni dengan penilaian terhadap indikator setiap variabel pada
prasiklus memperoleh nilai 72. Pada siklus I mengalami peningkatan
menjadi 77 atau meningkat 5 poin dengan presentasi mencapai 6,9%.
Kemudian, pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 84 atau
139
meningkat 7 poin dengan presentase 9,72%. Dengan demikian,
peningkatan yang terjadi dari prasiklus sampai siklus II sebesar 12 poin
dengan presentase 16, 6%.
(4) Muhammad Arwani dengan penilaian terhadap indikator setiap variabel
pada prasiklus memperoleh nilai 68. Pada siklus I mengalami peningkatan
menjadi 74 atau meningkat 6 poin dengan presentasi mencapai 8,8,1%.
Kemudian, pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 78 atau
meningkat 4 poin dengan presentase 5,8%. Dengan demikian,
peningkatan yang terjadi dari prasiklus sampai siklus II sebesar 10 poin
dengan presentase 14,7%.
(5) Fauzi Zein dengan penilaian terhadap indikator setiap variabel pada
prasiklus memperoleh nilai 68. Pada siklus I mengalami peningkatan
menjadi 73 atau meningkat 5 poin dengan presentasi mencapai 7,3%.
Kemudian, pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 79 atau
meningkat 6 poin dengan presentase 8,8%. Dengan demikian,
peningkatan yang terjadi dari prasiklus sampai siklus II sebesar 11 poin
dengan presentase 16,1%.
Dari perolehan nilai tersebut, dapat diketahui bahwa sampai pada
siklus II ini nilai yang diperoleh mayoritas siswa sudah mencapai kriteria
ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia
yakni 75 dan hanya ada beberapa siswa yang belum mencapai nilai
ketuntasan minimal. Meskipun demikian, siswa sudah dapat dikategorikan
mampu membaca puisi dengan baik.
140
Berdasarkan hasil penilaian keterampilan membaca puisi di atas, dapat
diketahui bahwa keterampilan siswa kelas X-4 MA Negeri Kutowinangun,
Kebumen dalam membaca puisi mengalami peningkatan sebesar 10,87
terhitung dari skor rata-rata nilai keterampilan membaca puisi siswa sebelum
dikenai tindakan sampai pada tindakan akhir siklus II.
141
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat diambil simpulan
sebagai berikut.
1. Pelaksanaan pembelajaran membaca puisi dengan teknik pemodelan
berkelompok diterapkan pada siklus I dan siklus II, dengan proses
pembelajaran yang berlangsung meliputi, (a) penyampaian materi teknik
membaca puisi yang baik, (b) mendatangkan model dan menayangkan video
pembacaan puisi untuk memberikan contoh teknik membaca puisi yang baik,
dan (c) siswa membaca puisi secara berkelompok.
2. Sebagian besar siswa merasa senang dan tertarik dengan pembelajaran membaca
puisi yang dilaksanakan dengan menggunakan teknik pemodelan berkelompok.
Hal ini dapat dilihat dari hasil siklus I dan II. Pada siklus I, sebesar 49% siswa
mempunyai perhatian yang baik, 41% siswa mempunyai perhatian yang cukup,
dan 10% siswa mempunyai perhatian yang kurang. Sikap siswa pada saat
mengikuti pembelajaran membaca puisi dengan teknik pemodelan berkelompok
sebanyak 49% siswa dikategorikan baik, 43% siswa dikategorikan cukup, dan
sebanyak 8% siswa dikategorikan kurang dalam bersikap. Pada siklus II
sebanyak 62% siswa mempunyai perhatian yang baik, 33% siswa mempunyai
perhatian yang cukup, sedangkan 5% siswa mempunyai perhatian yang kurang.
Dilihat dari sikap siswa saat mengikuti pembelajaran membaca puisi dengan
teknik pemodelan berkelompok maka sebesar 56% siswa dikategorikan baik,
142
39% siswa dikategorikan cukup, sedangkan sebesar 5% siswa dikategorikan
kurang. Kemudian, jika dilihat dari situasi kelas selama pembelajaran
berlangsung pada tindakan prasiklus sampai siklus II dapat dikategorikan baik.
3. Keterampilan siswa membaca puisi pada proses pembelajaran kegiatan prasiklus
mendapatkan nilai rata-rata kelas sebesar 7,24% (kurang), sementara nilai rata-
rata yang didapatkan pada siklus I mencapai 7,81% (cukup baik), nilai rata-rata
tersebut sudah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 7,5%, tetapi
pada siklus I ini masih banyak siswa yang mendapat nilai di bawah KKM yaitu
75. Meskipun demikian, siklus I mengalami peningkatan nilai rata-rata dari
kegiatan prasiklus sebesar 0,57%. Pada siklus II, nilai rata-rata kelas yang dicapai
siswa adalah sebesar 8,45%, maka pada siklus II terjadi peningkatan sebesar
0,84% dari siklus I, dan hasil ini termasuk dalam kategori baik karena sudah
mencapai KKM dari sekolah pada mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia
sebesar 75%.
143
B. Saran
Berdasarkan simpulan tersebut, saran yang dapat diberikan peneliti
adalah sebagai berikut:
1. Guru hendaknya lebih variatif dalam melaksanakan proses pembelajaran, yaitu
dengan penggunaan teknik pemodelan berkelompok dalam pembelajaran untuk
menumbuhkan minat dan ketertarikan siswa dalam pembelajaran yang bersifat
praktik khusunya pembelajaran membaca.
2. Pembelajaran dengan menggunakan teknik pemodelan berkelompok hendaknya
dapat dijadikan alternatif bagi guru bahasa Indonesia untuk melaksanakan
pembelajaran keterampilan membaca khususnya membaca puisi karena telah
terbukti mampu mengubah motivasi, perilaku, dan karakter siswa kearah positif.
3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penerapan teknik pemodelan
berkelompok dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam membaca puisi.
Oleh karena itu, teknik ini dapat dijadikan alternatif bagi guru bahasa Indonesia
khususunya untuk melaksanakan pembelajaran membaca puisi atau
pembelajaran lainnya yang bersifat praktik pada umumnya, karena penerapan
teknik pemodelan berkelompok telah terbukti mampu meningkatkan rasa
percaya diri siswa untuk mempraktikkan pembacaan puisi di depan kelas,
sehingga keterampilan siswa membaca puisi meningkat dan mampu mencapai
kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran bahasa Indonesia.. Dengan
demikian, tercapailah suatu pembelajaran yang berkualitas sesuai dengan
tujuan pembelajaran.
144
DAFTAR PUSTAKA
Aminudin. 2010. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Aftarudin, Pesu. 1984. Pengantar Apresiasi Puisi. Bandung: Angkasa.
Arikunto, Suharsimi, 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Arukunto, Suharsimi, Suhardjono, Sapardi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Bumi Aksara.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa. Jakarta: PT Gramedia.
Doyin, Mukh. 2009. Cara (Pengalaman) Saya Mengajarkan Sastra. Semarang:
Bandungan Institute.
Gani, Rizanur. 1981. Pengajaran Apresiasi Puisi. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Huda, dkk. (2009). Pengajaran Sastra : Metode Pengajaran dan Responden Siswa
di akses dari http://publikasiilmiah.ums.ac.id/handle/123456789/642
pada 4 Desember 2012. 22: 58.
Indrawati, Dewi. 2008. Aktif Berbahasa Indonesia untuk SMP/ MTs Kelas VII.
Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Nurhadi, dkk. 2006. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK.
Malang: Universitas Negeri Malang.
Nuryatin, Agus. 2010. Mengabadikan Pengalaman dalam Cerpen. Rembang:
Yayasan Adhigama.
Pradopo, Rachmad Djoko.1995. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik dan
Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2010. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.
Rusyana, Yus. 1982. Metode Pengajaran Sastra. Bandung: Gunung Larang.
Sahabuddin. 2007. Mengajar dan Belajar. Makasar: Badan Penerbit UNM.
145
Senduk dan Nurhadi. 2003. Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and
Learning/CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas
Negeri Malang.
Saparie, Gunoto. 2006. “Hikmah Pengajaran Sastra Era Kolonial” Surat Kabar
Harian Sinar Harapan Edisi 23 Agustus 2006.
Sarjito. 2011. “Upaya Peningkatan Kemampuan Membaca Puisi pada Siswa Kelas
X SMA 5 Purworejo Dengan Metode Pemodelan Tahun Pembelajaran
2010/2011”. Skripsi. Purworejo. Universitas Muhammadiyah
Purworejo.
Situmorang, B. P. 1981. Puisi dan Metode Pengajarannya. Medan: Nusa Indah.
Slavin, Robert E. 2011. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media.
Sukirno. 2000. Teori Membaca Nyaring. Purworejo: FKIP Universitas
Muhammadiyah Purworejo.
Sukirno. 2009. Sistem Membaca Pemahaman yang Efektif. Purworejo: UMP
Press.
Sumantri, Mulyani dan Permana, Johar. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Bandung:
Maulana.
Tarigan, H.G. 1994. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan. Bandung: Angkasa.
Waluyo, Herman J. 1991. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.
Wilson, Nadeak. 1985. Pengajaran Apresiasi Puisi. Bandung: Sinar Baru.
Wiriaatmadja, Rochiati, 2012. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Yasa, Doantara. (2008). Metode Pembelajaran Kooperatif. di akses dari
http://ipotes.coordpress.com pada 16 Desember 2012. 19: 00.
Zuhri, Saeful Miftachudin. 2012. “Peningkatan Kemampuan Membaca Puisi dengan
Metode Pemodelan pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Petanahan
Kebumen”. Skripsi FPBSID : UMP.
WAKTU PELAKSANAAN PENELITIAN
No Hari Tanggal
1. Sabtu 29 September 2012
2. Senin 8 Oktober 2012
3. Jumat 12 Oktober 2012
4. Senin 15 Oktober 2012
Keterangan:
Penelitian dilaksanakan di MA Negeri Kutowinangun, yang beralamat di jalan Pencil
no. 47, Kutowinangun, Kebumen. Penelitian dilaksanakan selama 3 pertemuan. Survei awal
dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 29 September 2012. Selanjutnya. Tindakan prasiklus
dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 8 Oktober 2012. Silus I dilaksanakan pada hari
Jumat, tanggal 12 Oktober 2012, sementara siklus II dilaksanakan pada hari Senin, tanggal
15 Oktober 2012.
Standar Kompetensi: Membaca
7. Memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca puisi dan cerpen
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator
Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar Karakter
Teknik Bentuk
Instrumen Contoh Instrumen
7.1 Membacakan
puisi dengan
lafal, nada,
tekanan, dan
intonasi yang
tepat
Puisi
Lafal
Tekanan
Intonasi
jeda
Membacakan puisi
dengan memperhatikan
lafal, tekanan, dan
intonasi yang sesuai
dengan isi puisi secara
kreatif dan mandiri
Membahas pembacaan
puisi berdasarkan lafal,
tekanan, dan intonasi
secara kritis dan logis
Memperbaiki pembacaan
puisi yang kurang tepat
secara kritis dan
menghargai prestasi
Membaca puisi dengan
memperhatikan lafal, tekanan,
dan intonasi yang sesuai
dengan isi puisi secara kreatif,
kritis, dan mandiri
Membahas pembacaan puisi
berdasarkan lafal, tekanan, dan
intonasi secara kritis dan logis
Memperbaiki pembacaan puisi
yang kurang tepat secara kritis
dan menghargai prestasi
Tes tertulis
PenilaianDiri
Tes unjuk
Kerja
Uraian
Lembar
Penilaian
Diri
Uji petik
kerja
prosedur
Sebutkan secara logis
dan kritis hal apa saja
yang harus di
perhatikan saat
membaca puisi.
LPD
Lakukan pembacaan
puisi di depan kelas
dengan
memperhatikan lafal,
tekanan, dan intonasi
secara kreatif, kritis
dan percaya diri.
4 x45'
Buku
kumpulan
puisi, rekaman,
Buku bahasa
Indonesia X
tim Edukatif:
Erlangga, Bhs
Negeriku 1 X,
Atep Tatang
Dkk: Platinum,
LKS.
Kreatif,
mandiri,
kritis,
logis,
mengharga
i prestasi,
7.2 Menganalisis
keterkaitan
unsur intrinsik
suatu cerpen
dengan
kehidupan
sehari-hari
Naskah cerpen
Unsur intrinsik
(tema, penokohan,
dan amanat)
Membaca cerpen secara
antusias dan gemar
membaca
Mengidentifikasi unsur
unsur (tema, penokohan,
dan amanat) cerita
pendek yang telah dibaca
secar kritis
Mengaitkan unsur
intrinsik (tema,
penokohan, dan amanat)
dengan kehidupan sehari-
hari secara kritis dan
peduli sosial
Menuliskan isi cerita
pendek secara ringkas
dengan logis
Mengidentifikasi unsur-unsur
(tema, penokohan, dan amanat)
cerita pendek yang telah dibaca
secara kritis
Mengaitkan unsur intrinsik
(tema, penokohan, dan amanat)
dengan kehidupan sehari-hari
secara kritis dan peduli sosial
Membuat ikhtisar cerpen yang
telah dibaca secara logis,
kreatif, dan mandiri
Tes tertulis
Penilaian
Diri
Tes unjuk
Kerja
Uraian
Lembar
Penilaian
Diri
Uji petik
kerja
prosedur
Sebutkan secara
kritis unsur intrinsik
pembentuk cerpen.
LPD
Carilah sebuah
cerpen kemudian
identifikasilah hal-hal
yang berhubungan
dengan unsur
intrinsik dalam
cerpen secara kritis,
logis dan percaya
diri.
4x45’
Buku
kumpulan
cerpen,
rekaman, Buku
bahasa
Indonesia X
tim Edukatif:
Erlangga, Bhs
Negeriku 1 X,
Atep Tatang
Dkk: Platinum,
LKS.
Antusias,
gemar
membaca,
kritis,
peduli
soaisl,
logis,
kreatif,
mandiri.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
PRASIKLUS
Nama Sekolah : MA Negeri Kutowinangun
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas / Semester : X / I (satu)
Pertemuan ke : 1
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit (1 pertemuan)
A. Standar Kompetensi
Membaca
7. Memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca puisi dan cerpen.
B. Kompetansi Dasar
7.1. Membacakan puisi dengan lafal, nada, tekanan, dan intonasi yang tepat.
C. Indikator
Dalam pembelajaran ini siswa diharapkan mampu:
1. Melafalkan kata-kata dalam puisi dengan tepat untuk mengembangkan
perilaku siswa yang mencerminkan karakter kritis dan kreatif.
2. Mengolah ekspresi wajah dengan dengan tepat sesuai isi puisi untuk
mengembangkan perilaku siswa yang mencerminkan karakter kritis dan
kreatif.
3. Mengucapkan kalimat/larik puisi dengan intonasi yang tepat untuk
mengembangkan perilaku siswa yang mencerminkan karakter kritis dan
kreatif.
4. Memperbaiki pembacaan puisi yang kurang tepat untuk mengembangkan
perilaku siswa yang mencerminkan karakter kritis, logis, dan menghargai
prestasi.
D. Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu membaca puisi dengan penuh penghayatan, ekpresi, dan sikap
yang tepat dengan memperhatikan lafal, intonasi dan jeda yang tepat untuk
mengembangkan perilaku siswa yang mencerminkan karakter kritis dan kreatif.
E. Materi Pembelajaran
1. Teks puisi
2. Teori teknik dalam membacakan puisi (lafal, intonasi, jeda, ekspresi, dan
sikap)
3. Pembacaan puisi berdasar lafal, intonasi, ekspresi, jeda dan sikap yang tepat
F. Metode Pembelajaran
1. Tanya jawab (rasa ingin tahu)
2. Ceramah (rasa ingin tahu)
3. Penugasan (tanggung jawab dan kreatif)
4. Demonstrasi (tanggung jawab dan kreatif)
G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru;
Alokasi
Waktu Metode
a. Apersepsi
Guru mengkondisikan peserta didik
sebelum melaksanakan pembelajaran
dengan pembacaan doa dan absensi
(religius dan disiplin)
Guru mengingatkan dan mengembangkan
pengetahuan siswa tentang puisi dan teknik
membaca puisi secara umum (rasa ingin
tahu)
b. Motivasi
Memberi informasi tentang materi, tujuan, dan
teknis pembelajaran yang akan dilakukan
(rasa ingin tahu dan semangat)
15 menit Ceramah
2. Kegiatan Inti
Dalam kegiatan inti, guru ;
Alokasi
Waktu Metode
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Melibatkan peserta didik dalam mencari
informasi tentang materi yang akan dipelajari.
(rasa ingin tahu)
Eleborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Membagikan contoh teks puisi (rasa ingin
tahu)
Membacakan contoh puisi kepada siswa
dengan teknik yang tepat (rasa ingin tahu)
Meminta siswa mempelajari puisi untuk
menentukan pelafalan, intonasi, jeda, ekspresi,
dan sikap dalam membaca puisi (kerja keras,
kreatif, kritis dan tanggung jawab)
Meminta setiap siswa membaca puisi di depan
kelas berdasar no urut absen (percaya diri,
kreatif, kritis, semangat, komuniktif, dan
tanggung jawab)
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Meminta siswa untuk memberi tanggapan
60
menit
Ceramah
Demonstrasi
Tanya jawab
terhadap pembacaan puisi (tanggung jawab,
percaya diri dan toleransi,)
Peserta didik membuat kesimpulan terhadap
pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan
bimbingan guru. (kreatif, logis, dan percaya
diri)
3. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru ;
Alokasi
Waktu Metode
Guru dan peserta didik melakukan refleksi
(kreatif dan komunikatif)
Guru membuat kesimpulan materi pada
pertemuan tesebut (rasa ingin tahu)
Menyampaikan rencana pembelajaran untuk
pertemuan berikutnya dan membentuk
kelompok siswa (rasa ingin tahu)
Meminta peserta didik untuk lebih mendalami
materi tentang membaca puisi. Dengan
meminta masing-masing peserta didik untuk
belajar membaca puisi (kerja keras, kreatif,
mandiri, dan tanggung jawab)
Guru dan peserta didik mengakhiri kegiatan
pembelajaran dengan membaca doa (religius)
15
menit
Ceramah
Penugasan
H. Alat/Bahan/Sumber Pembelajaran
1. Teks puisi
2. Laptop, LCD Proyektor, dll.
I. Penilaian
Teknik : Lisan
Bentuk Instrumen : Performansi dan format pengamatan
Kutowinangun, Oktober 2012
Guru Pamong Peneliti
Tuti Kusniati. S.Pd. Ahmad Tambah Kurniadi
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS I
Nama Sekolah : MA Negeri Kutowinangun
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas / Semester : X / I (satu)
Pertemuan ke : -
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
A. Standar Kompetensi
Membaca
7. Memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca puisi dan cerpen.
B. Kompetansi Dasar
7.1. Membacakan puisi dengan lafal, nada, tekanan, dan intonasi yang tepat.
C. Indikator
Dalam pembelajaran ini siswa diharapkan mampu:
1. Melafalkan kata-kata dalam puisi dengan tepat untuk mengembangkan
perilaku siswa yang mencerminkan karakter kritis dan kreatif.
2. Mengolah ekspresi wajah dengan dengan tepat sesuai isi puisi untuk
mengembangkan perilaku siswa yang mencerminkan karakter kritis dan
kreatif.
3. Mengucapkan kalimat/larik puisi dengan intonasi yang tepat untuk
mengembangkan perilaku siswa yang mencerminkan karakter kritis dan
kreatif.
4. Memperbaiki pembacaan puisi yang kurang tepat untuk mengembangkan
perilaku siswa yang mencerminkan karakter kritis, logis, dan menghargai
prestasi.
D. Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu membaca puisi dengan penuh penghayatan, ekpresi, dan sikap
yang tepat dengan memperhatikan lafal, tekanan, intonasi dan jeda yang tepat
untuk mengembangkan perilaku siswa yang mencerminkan karakter kritis dan
kreatif.
E. Materi Pembelajaran
1. Teks puisi
2. Teori teknik dalam membacakan puisi (lafal, intonasi, jeda, ekspresi dan
sikap)
3. Pembacaan puisi berdasar lafal, intonasi, jeda, ekspresi dan sikap yang tepat.
F. Metode Pembelajaran
1. Tanya jawab (rasa ingin tahu)
2. Ceramah (rasa ingin tahu)
3. Penugasan (tanggung jawab dan kreatif)
4. Demonstrasi (tanggung jawab dan kreatif)
G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru;
Alokasi
Waktu
Metode
a. Apersepsi
Guru mengkondisikan peserta didik
sebelum melaksanakan pembelajaran
dengan pembacaan doa dan absensi
(religius dan disiplin)
Guru melakukan tanya jawab terhadap
siswa untuk membuka ingatan peserta
didik terhadap pembelajaran membaca
puisi. (rasa ingin tahu)
b. Motivasi
Memberi informasi tentang materi, tujuan, dan
teknis pembelajaran yang akan dilakukan
(rasa ingin tahu dan semangat)
15 menit Ceramah
2. Kegiatan Inti
Dalam kegiatan inti, guru ;
Alokasi
Waktu Metode
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Mengelompokkan siswa menjadi beberapa
60
menit
kelompok, masing-masing kelompok terdiri
dari 3-4 siswa. (komuniktif, toleransi,
demokrasi, dan semangat)
Melibatkan peserta didik dalam mencari
informasi tentang materi yang dipelajari. (rasa
ingin tahu)
Eleborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Membagikan contoh teks puisi (rasa ingin
tahu)
Meminta model membaca puisi untuk contoh
siswa dengan teknik yang tepat dan meminta
siswa memperhatikan model membacakan
puisi. (rasa ingin tahu)
Meminta siswa mempelajari puisi untuk
menentukan pelafalan, intonasi, jeda, ekspresi
dan sikap yang tepat saat membacakan puisi
(kerja keras, kreatif, kritis dan tanggung
jawab)
Meminta setiap kelompok membaca puisi di
depan kelas sementara kelompok lain
memberikan penilaian terhadap pembacaan
puisi kelompok yang membacakan puisi.
(percaya diri, kreatif, kritis, semangat,
komuniktif, dan tanggung jawab)
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Meminta siswa untuk memberi tanggapan
terhadap pembacaan puisi (tanggung jawab,
percaya diri dan toleransi,)
Peserta didik membuat kesimpulan terhadap
pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan
Ceramah
Demonstrasi
Tanya jawab
bimbingan guru. (kreatif, logis, dan percaya
diri)
3. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru ;
Alokasi
Waktu Metode
Guru dan peserta didik melakukan refleksi
(kreatif dan komunikatif)
Guru membuat kesimpulan materi pada
pertemuan tesebut (rasa ingin tahu)
Menyampaikan rencana pembelajaran untuk
pertemuan berikutnya (rasa ingin tahu)
Meminta peserta didik untuk lebih mendalami
materi tentang membaca puisi. Dengan
meminta masing-masing peserta didik untuk
belajar membaca puisi (kerja keras, kreatif,
mandiri, dan tanggung jawab)
Guru dan peserta didik mengakhiri kegiatan
pembelajaran dengan membaca doa (religius)
15
menit
Ceramah
Penugasan
H. Alat/Bahan/Sumber Pembelajaran
1. Teks puisi
2. Laptop, LCD Proyektor.
3. Model pembacan puisi (Video dan Langsung)
I. Penilaian
Teknik : Lisan
Bentuk Instrumen : Performansi dan format pengamatan
Kutowinangun, Oktober 2012
Mengetahui,
Guru Pamong Peneliti
Tuti Kusniati. S.Pd. Ahmad Tambah Kurniadi
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS II
Nama Sekolah : MA Negeri Kutowinangun
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas / Semester : X / 1 (satu)
Pertemuan ke : 1 dan 2
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
A. Standar Kompetensi
Membaca
7. Memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca puisi dan cerpen.
B. Kompetansi Dasar
7.1. Membacakan puisi dengan lafal, nada, tekanan, dan intonasi yang tepat.
C. Indikator
Dalam pembelajaran ini siswa diharapkan mampu:
1. Melafalkan kata-kata dalam puisi dengan tepat untuk mengembangkan
perilaku siswa yang mencerminkan karakter kritis dan kreatif.
2. Mengolah ekspresi wajah dengan dengan tepat sesuai isi puisi untuk
mengembangkan perilaku siswa yang mencerminkan karakter kritis dan
kreatif.
3. Mengucapkan kalimat/larik puisi dengan intonasi yang tepat untuk
mengembangkan perilaku siswa yang mencerminkan karakter kritis dan
kreatif.
4. Memperbaiki pembacaan puisi yang kurang tepat untuk mengembangkan
perilaku siswa yang mencerminkan karakter kritis, logis, dan menghargai
prestasi.
D. Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu membaca puisi dengan penuh penghayatan, ekpresi, dan sikap
yang tepat dengan memperhatikan lafal, tekanan, intonasi dan jeda yang tepat
untuk mengembangkan perilaku siswa yang mencerminkan karakter kritis dan
kreatif.
E. Materi Pembelajaran
1. Teks puisi
2. Teori teknik dalam membacakan puisi (lafal, intonasi, jeda, ekspresi dan
sikap)
3. Pembacaan puisi berdasar lafal, intonasi, jeda, ekspresi dan sikap yang tepat.
F. Metode Pembelajaran
1. Tanya jawab (rasa ingin tahu)
2. Ceramah (rasa ingin tahu)
3. Penugasan (tanggung jawab dan kreatif)
4. Demonstrasi (tanggung jawab dan kreatif)
G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru;
Alokasi
Waktu Metode
a. Apersepsi
Guru mengkondisikan peserta didik
sebelum melaksanakan pembelajaran
dengan pembacaan doa dan absensi
(religius dan disiplin).
Guru melakukan tanya jawab terhadap
siswa untuk membuka ingatan peserta
didik terhadap pembelajaran membaca
puisi. (rasa ingin tahu).
b. Motivasi
Memberi informasi tentang materi, tujuan, dan
teknis pembelajaran yang akan dilakukan
(rasa ingin tahu dan semangat).
15 menit Ceramah
2. Kegiatan Inti
Dalam kegiatan inti, guru ;
Alokasi
Waktu Metode
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Mengelompokkan siswa menjadi beberapa
kelompok, masing-masing kelompok terdiri
dari 3-4 siswa. (komuniktif, toleransi,
demokrasi, dan semangat).
Melibatkan peserta didik dalam mencari
informasi tentang materi yang dipelajari. (rasa
ingin tahu).
Eleborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Membagikan teks puisi (rasa ingin tahu).
Meminta model membaca puisi untuk contoh
siswa dengan teknik yang tepat dan meminta
siswa memperhatikan model membacakan
puisi. (rasa ingin tahu).
Meminta siswa mempelajari puisi untuk
menentukan pelafalan, intonasi, jeda, ekspresi
dan sikap yang tepat saat membacakan puisi
(kerja keras, kreatif, kritis dan tanggung
jawab).
Meminta setiap kelompok membaca puisi di
60
menit
Ceramah
Demonstrasi
depan kelas sementara kelompok lain
memberikan penilaian terhadap pembacaan
puisi kelompok yang membacakan puisi.
(percaya diri, kreatif, kritis, semangat,
komuniktif, dan tanggung jawab).
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Meminta siswa untuk memberi tanggapan
terhadap pembacaan puisi (tanggung jawab,
percaya diri dan toleransi,).
Peserta didik membuat kesimpulan terhadap
pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan
bimbingan guru. (kreatif, logis, dan percaya
diri).
Tanya jawab
3. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru ;
Alokasi
Waktu Metode
Guru dan peserta didik melakukan refleksi
(kreatif dan komunikatif).
Guru membuat kesimpulan materi pada
pertemuan tesebut (rasa ingin tahu).
Meminta peserta didik untuk lebih
mendalami materi membaca puisi. Dengan
meminta masing-masing peserta didik untuk
belajar membaca puisi (kerja keras, kreatif,
mandiri, dan tanggung jawab).
Guru dan peserta didik mengakhiri kegiatan
pembelajaran dengan membaca doa
(religius).
15
menit
Ceramah
Penugasan
H. Alat/Bahan/Sumber Pembelajaran
1. Teks puisi
2. Laptop, LCD Proyektor.
3. Model pembacan puisi (Video dan Langsung)
I. Penilaian
Teknik : Lisan
Bentuk Instrumen : Performansi dan format pengamatan
Kutowinangun, Oktober 2012
Mengetahui,
Guru Pamong Peneliti
Tuti Kusniati. S.Pd. Ahmad Tambah Kurniadi
PADAMU JUA
Karya : Amir Hamzah
Habis kikis
Segala cintaku hilang terbang
Pulang kembali aku padamu
Seperti dahulu.
Kaulah kandil kemerlap
Pelita jendela di malam gelap
Melambai pulang perlahan
Sabar, setia selalu.
Satu kekasihku
Aku manusia
Rindu rasa
Rindu rupa.
Di mana engkau
Rupa tiada
Suara sayup
Hanya kata merangkai hati.
Engkau cemburu
Engkau ganas
Mangsa aku dalam cakarmu
Bertukar tangkap dengan lepas.
Nanar aku, gila sasar
Sayang berulang padamu jua
Engkau pelik menarik ingin
Serupa dara dibalik tirai.
Kasihmu sunyi
Menunggu seorang diri
Lalu waktu – bukan giliranku
Matahari – bukan kawanku.
PAHLAWAN TAK DIKENAL
Karya : Toto Sudarto Bakhtiar
Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tapi bukan tidur, sayang
Sebuah lubang peluru bundar, di dadanya
Senyum bekunya mau berkata, kita sedang perang
Dia tidak ingat bila mana dia datang
Kedua lengannya memeluk senapan
Dia tidak tahu untuk siapa dia datang
Kemudian dia terbaring, tetapi bukan tidur, saying
Wajah sunyi setengah tengadah
Menangkap sepi pandang senja
Dunia tambah beku di tengah derap dan suara menderu
Dia masih sangat muda
Hari itu 10 November, hujanpun mulai turun
Orang-orang ingin kembali memandangnya
sambil merangkai karangan bunga
Tapi, yang Nampak, wajah-wajahnya sendiri yang tak dikenalnya
Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi bukan tidur, sayang
Sebuah lubang peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata : aku masih sangat muda
Hasil Observasi Siklus I
No Nama Siswa Perhatian Sikap
Situasi B C K B C K
1 Adesta Tri Pambudi
2 Afifah Mahtardi
3 Amad Musafa
4 Ari Sulistyaningsih
5 Belawani Purta Pamungkas
6 Dessy Kurniati
7 Dini Nugraheni
8 Endah Hari Utami
9 Fauzi Zein
10 Felly Nurlindasari
11 Gustin Indrayani
12 Ikhfi Rizki Amelia
13 Khorij Muslim Mukhafid
14 Khusnul Khotimah
15 Lulu Mauludatin Arifah
16 Merri Sofiana
17 Moh. Sulistiawan
18 Muhammad Arwani
19 Novan Aditya Pratama
20 Novitasari
21 Punung Pramesti
22 Qoriatul Hikmatil Ula
23 Rabbani Prayogo
24 Saniatul Fuadah
25 Siti Rakhanah
26 Sri Hidayah
27 Sukmo Arum
28 Titi Siva Fauziyah
29 Tuslianah
30 Ulfi Nurhikmah
31 Vika Tiara Tami
32 Yakutatul Chafidloh
33 Ahmad Mustakim
34 Anggun Kuswandari
35 Aris Budiono
36 Ayuning Wulandari
37 Diana Zulfatun Nisa
38 Eka Septiany
39 Muhamad Syaeful Bahri
Jumlah 19 16 4 19 17 3 Baik
Keterangan:
B = Baik
C = Cukup
K = Kurang
Hasil Observasi Siklus II
No Nama Siswa Perhatian Sikap
Situasi B C K B C K
1 Adesta Tri Pambudi
2 Afifah Mahtardi
3 Amad Musafa
4 Ari Sulistyaningsih
5 Belawani Purta Pamungkas
6 Dessy Kurniati
7 Dini Nugraheni
8 Endah Hari Utami
9 Fauzi Zein
10 Felly Nurlindasari
11 Gustin Indrayani
12 Ikhfi Rizki Amelia
13 Khorij Muslim Mukhafid
14 Khusnul Khotimah
15 Lulu Mauludatin Arifah
16 Merri Sofiana
17 Moh. Sulistiawan
18 Muhammad Arwani
19 Novan Aditya Pratama
20 Novitasari
21 Punung Pramesti
22 Qoriatul Hikmatil Ula
23 Rabbani Prayogo
24 Saniatul Fuadah
25 Siti Rakhanah
26 Sri Hidayah
27 Sukmo Arum
28 Titi Siva Fauziyah
29 Tuslianah
30 Ulfi Nurhikmah
31 Vika Tiara Tami
32 Yakutatul Chafidloh
33 Ahmad Mustakim
34 Anggun Kuswandari
35 Aris Budiono
36 Ayuning Wulandari
37 Diana Zulfatun Nisa
38 Eka Septiany
39 Muhamad Syaeful Bahri
Jumlah 24 13 2 22 15 2 Baik
Keterangan:
B = Baik
C = Cukup
K = Kurang
Hasil Tes Keterampilan Membaca Puisi Prasiklus
No Nama Siswa 1 2 3 4 5
Jumlah a b a b c a a a b
1 Adesta Tri Pambudi 10 9 9 8 9 8 5 6 6 70
2 Afifah Mahtardi 9 9 8 7 8 8 6 7 6 68
3 Amad Musafa 10 9 8 8 8 9 6 6 5 69
4 Ari Sulistyaningsih 8 9 8 6 8 7 6 7 6 65
5 Belawani Putra. P 9 9 7 7 7 8 5 6 5 63
6 Dessy Kurniati 8 9 8 7 7 9 6 6 5 65
7 Dini Nugraheni 9 9 9 8 8 9 6 7 7 72
8 Endah Hari Utami 8 8 8 7 8 8 5 6 5 63
9 Fauzi Zein 9 9 8 7 8 8 6 7 6 68
10 Felly Nurlindasari 9 9 9 7 8 8 7 7 6 70
11 Gustin Indrayani 8 9 8 7 8 8 5 7 6 66
12 Ikhfi Rizki Amelia 8 9 8 7 8 8 5 7 6 66
13 Khorij Muslim Mukhafid 8 8 7 6 7 7 5 6 5 59
14 Khusnul Khotimah 9 9 7 6 7 7 5 6 5 61
15 Lulu Mauludatin Arifah 9 9 9 7 7 8 5 7 6 67
16 Merri Sofiana 8 10 8 7 8 8 6 6 5 66
17 Moh. Sulistiawan 9 9 8 7 8 8 6 7 6 68
18 Muhammad Arwani 9 9 8 8 8 8 6 6 6 68
19 Novan Aditya Pratama 9 9 8 7 8 8 6 7 5 67
20 Novitasari 9 9 8 8 8 8 5 7 5 67
21 Punung Pramesti 9 8 8 7 7 8 6 6 5 64
22 Qoriatul Hikmatil Ula 8 9 8 6 7 8 5 6 5 62
23 Rabbani Prayogo 8 9 7 6 7 8 5 6 5 61
24 Saniatul Fuadah 8 9 8 6 7 8 6 6 5 63
25 Siti Rakhanah 8 9 8 7 8 8 6 6 5 65
26 Sri Hidayah 8 9 7 6 7 8 6 6 5 62
27 Sukmo Arum 8 9 8 8 7 8 6 7 6 67
28 Titi Siva Fauziyah 7 9 8 6 8 8 6 6 5 63
29 Tuslianah 9 10 10 9 9 10 8 8 8 81
30 Ulfi Nurhikmah 9 9 7 6 7 8 5 6 5 62
31 Vika Tiara Tami 9 8 8 7 7 8 5 6 5 63
32 Yakutatul Chafidloh 9 9 8 7 7 8 5 6 5 64
33 Ahmad Mustakim 8 9 8 7 7 8 5 6 5 63
34 Anggun Kuswandari 8 9 7 7 7 8 5 6 5 62
35 Aris Budiono 9 8 8 7 8 8 6 6 5 65
36 Ayuning Wulandari 8 9 8 7 7 7 5 6 5 62
37 Diana Zulfatun Nisa 8 8 7 7 8 8 5 7 6 64
38 Eka Septiany 8 9 8 7 8 8 5 6 5 64
39 Muhamad Syaeful Bahri 8 8 7 6 7 7 5 6 5 59
Jumlah 332 346 309 271 296 312 217 249 212 2544
Rata-rata 8.51 8.87 7.92 6.94 7.58 8 5.56 6.38 5.43 65.23
Keterangan: Skor:
1 = Pelafalan Baik = 8-11
1a = Irama Cukup = 4-7
1b = Artikulasi Kurang = 1-3
2 = Intonasi
2a = Nada
2b = Dinamika
2c = Tempo
3 = Jeda
4 = Ekspresi
5 = Sikap
5a = Pemosisian tubuh
5b = Kesesuaian Gerak
Hasil Tes Keterampilan Membaca Puisi Siklus I
No Nama Siswa 1 2 3 4 5
Jumlah a b a b c a a a b
1 Adesta Tri Pambudi 10 10 9 8 9 9 6 7 7 75
2 Afifah Mahtardi 9 10 8 8 8 9 6 7 6 71
3 Amad Musafa 10 10 8 8 9 9 6 7 5 72
4 Ari Sulistyaningsih 9 9 8 8 8 8 6 7 6 69
5 Belawani Putra. P 9 9 7 8 7 8 5 7 5 65
6 Dessy Kurniati 8 9 8 8 9 9 6 7 5 69
7 Dini Nugraheni 9 10 9 9 9 9 7 8 7 77
8 Endah Hari Utami 8 9 8 8 8 9 5 7 5 67
9 Fauzi Zein 9 10 9 8 8 9 7 7 6 73
10 Felly Nurlindasari 9 10 9 8 9 9 7 7 7 75
11 Gustin Indrayani 9 9 9 8 8 9 6 7 6 71
12 Ikhfi Rizki Amelia 8 9 8 7 8 8 6 7 6 67
13 Khorij Muslim Mukhafid 9 8 7 7 8 9 5 6 5 64
14 Khusnul Khotimah 10 9 8 7 8 9 5 6 5 67
15 Lulu Mauludatin Arifah 9 10 9 8 8 8 6 7 7 72
16 Merri Sofiana 9 10 9 8 8 9 6 7 5 71
17 Moh. Sulistiawan 9 10 9 8 9 8 6 7 7 73
18 Muhammad Arwani 10 9 9 8 8 9 7 7 7 74
19 Novan Aditya Pratama 10 10 8 8 8 9 5 7 5 70
20 Novitasari 8 9 9 8 8 9 6 7 6 70
21 Punung Pramesti 9 9 8 8 7 9 6 7 5 68
22 Qoriatul Hikmatil Ula 9 10 8 7 8 9 6 7 6 70
23 Rabbani Prayogo 9 9 9 7 8 8 6 7 6 69
24 Saniatul Fuadah 9 10 9 7 8 9 6 7 5 70
25 Siti Rakhanah 9 10 9 7 8 9 6 7 6 71
26 Sri Hidayah 8 9 8 7 8 8 6 6 5 65
27 Sukmo Arum 10 10 9 8 8 9 7 7 7 75
28 Titi Siva Fauziyah 8 10 8 7 8 8 6 7 5 67
29 Tuslianah 9 10 10 9 10 10 9 9 9 85
30 Ulfi Nurhikmah 9 9 8 7 8 9 6 7 5 68
31 Vika Tiara Tami 9 9 8 7 8 8 6 7 5 67
32 Yakutatul Chafidloh 10 10 9 8 8 9 6 7 6 73
33 Ahmad Mustakim 9 10 8 7 8 9 6 7 5 69
34 Anggun Kuswandari 9 9 8 7 8 9 6 7 6 69
35 Aris Budiono 10 9 8 8 8 9 6 6 6 70
36 Ayuning Wulandari 9 9 8 8 7 8 6 7 5 67
37 Diana Zulfatun Nisa 9 10 9 8 8 9 7 7 7 74
38 Eka Septiany 9 10 9 8 8 9 6 7 5 71
39 Muhamad Syaeful Bahri 9 9 7 7 7 8 5 6 5 63
Jumlah 353 370 328 300 316 341 237 271 227 2743
Rata-tara 9.05 9.48 8.41 7.69 8.10 8.74 6.07 6.94 5.82 70.33
Keterangan: Skor:
1 = Pelafalan Baik = 8-11
1a = Irama Cukup = 4-7
1b = Artikulasi Kurang = 1-3
2 = Intonasi
2a = Nada
2b = Dinamika
2c = Tempo
3 = Jeda
4 = Ekspresi
5 = Sikap
5a = Pemosisian tubuh
5b = Kesesuaian Gerak
Hasil Tes Keterampilan Membaca Puisi Siklus II
No Nama Siswa 1 2 3 4 5
Jumlah a b a b c a a a b
1 Adesta Tri Pambudi 11 10 10 9 9 9 7 8 8 81
2 Afifah Mahtardi 9 10 9 9 9 9 7 7 7 76
3 Amad Musafa 10 10 10 9 9 9 6 7 5 75
4 Ari Sulistyaningsih 9 10 9 9 9 9 7 7 7 76
5 Belawani Putra P 9 10 8 8 9 9 6 7 5 71
6 Dessy Kurniati 9 10 9 9 9 9 7 7 6 75
7 Dini Nugraheni 10 10 10 9 10 9 9 9 8 84
8 Endah Hari Utami 9 10 10 9 9 9 6 7 6 75
9 Fauzi Zein 10 10 10 9 9 9 7 8 8 79
10 Felly Nurlindasari 9 10 10 9 9 9 8 9 8 81
11 Gustin Indrayani 9 10 10 8 9 9 7 7 8 77
12 Ikhfi Rizki Amelia 9 10 9 8 9 9 7 7 7 75
13 Khorij Muslim Mukhafid 9 10 9 8 8 9 6 6 5 70
14 Khusnul Khotimah 10 10 10 8 9 9 6 6 5 73
15 Lulu Mauludatin Arifah 9 10 10 9 9 9 7 7 8 78
16 Merri Sofiana 9 10 10 9 9 9 7 7 5 75
17 Moh. Sulistiawan 10 10 10 8 8 9 7 8 8 78
18 Muhammad Arwani 9 10 10 8 9 9 7 8 8 78
19 Novan Aditya Pratama 10 11 9 8 9 9 6 8 5 75
20 Novitasari 9 10 9 9 9 9 7 7 6 75
21 Punung Pramesti 9 10 9 8 9 9 6 8 5 73
22 Qoriatul Hikmatil Ula 9 10 9 8 9 9 7 8 7 76
23 Rabbani Prayogo 10 10 9 8 8 9 7 7 8 76
24 Saniatul Fuadah 9 10 10 8 9 9 7 8 5 75
25 Siti Rakhanah 9 10 10 8 9 9 7 7 8 77
26 Sri Hidayah 9 9 9 8 8 9 6 7 5 70
27 Sukmo Arum 11 10 9 9 9 9 7 8 7 79
28 Titi Siva Fauziyah 9 10 9 8 8 9 6 7 7 73
29 Tuslianah 10 11 11 10 10 10 10 9 9 90
30 Ulfi Nurhikmah 9 10 10 8 9 9 7 7 6 75
31 Vika Tiara Tami 9 10 9 8 8 8 6 7 5 70
32 Yakutatul Chafidloh 11 10 10 8 9 9 7 8 7 79
33 Ahmad Mustakim 9 10 10 8 9 9 7 8 7 77
34 Anggun Kuswandari 9 10 10 8 9 9 7 8 7 77
35 Aris Budiono 10 11 9 8 9 9 6 7 6 75
36 Ayuning Wulandari 9 11 9 8 9 9 7 8 5 75
37 Diana Zulfatun Nisa 9 10 10 9 9 9 8 8 8 80
38 Eka Septiany 9 10 10 8 9 9 7 8 5 75
39 Muhamad Syaeful Bahri 10 9 8 7 8 8 6 7 5 68
Jumlah 367 392 371 327 346 350 268 292 255 2968
Rata-rata 9.41 10.05 9.51 8.38 8.87 8.97 6.89 7.48 6.53 76.10
Keterangan: Skor:
1 = Pelafalan Baik = 8-11
1a = Irama Cukup = 4-7
1b = Artikulasi Kurang = 1-3
2 = Intonasi
2a = Nada
2b = Dinamika
2c = Tempo
3 = Jeda
4 = Ekspresi
5 = Sikap
5a = Pemosisian tubuh
5b = Kesesuaian Gerak
JURNAL PESERTA DIDIK SIKLUS I
Nama :
Kelas :
No. Responden :
Hari/ tanggal :
1. Apakah Anda tertarik dengan pembelajaran membaca? (ya/tidak) dan apa
alasannya?
2. Apakah Anda tertarik dengan pembelajaran membaca puisi? (ya/tidak) dan
alasannya?
3. Apakah Anda mengalami kesulitan dalam pembelajaran membaca puisi dengan
teknik pemodelan berkelompok? (ya/tidak) dan alasannya?
4. Mana yang Anda sukai dalam pembelajaran membaca puisi! Apakah dengan
dibacakan langsung oleh guru atau melalui teknik pemodelan? dan apa
alasannya?
5. Mana yang Anda sukai dalam pembelajaran membaca puisi! Apakah dengan
membaca puisi individu atau berkelompok? dan apa alasannya?
6. Ungkapkan kesan dan pesan Anda terhadap guru, materi dan proses
pembelajaran membaca puisi dengan dibacakan secara langsung baik yang
positif maupun negatif!
JURNAL PESERTA DIDIK SIKLUS II
Nama :
Kelas :
No. Responden :
Hari/ tanggal :
1. Apakah Anda tertarik dengan pembelajaran membaca? (ya/tidak) dan apa
alasannya?
2. Apakah Anda tertarik dengan pembelajaran membaca puisi? (ya/tidak) dan
alasannya?
3. Apakah Anda mengalami kesulitan dalam pembelajaran membaca puisi dengan
teknik pemodelan berkelompok? (ya/tidak) dan alasannya?
4. Mana yang Anda sukai dalam pembelajaran membaca puisi! Apakah dengan
membaca puisi individu atau berkelompok? dan apa alasannya?
5. Mana yang Anda sukai dalam pembelajaran membaca puisi! Apakah dengan
mengamati satu model atau model berkelompok? dan apa alasannya?
6. Ungkapkan kesan dan pesan Anda terhadap guru, materi dan proses
pembelajaran membaca puisi dengan menggunakan teknik pemodelan
berkelompok baik yang positif maupun negatif!
Jurnal Guru Siklus I dan II
Nama Guru :
Sekolah :
1. Kesiapan siswa terhadap pembelajaran puisi?
2. Respons siswa terhadap materi pembelajaran?
3. Respons siswa terhadap teknik pemodelan berkelompok yang digunakan?
4. Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran membaca puisi?
5. Situasi/ suasana kelas?
HASIL JURNAL GURU SIKLUS I
Sekolah : MA Negeri Kutowinangun
Kelas / Semester : X-4 / 1 (satu)
1. Kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran membaca puisi sudah baik, hal
tersebut terlihat dari siswa yang sudah membentuk kelompok dan mengelompok
dengan anggota kelompoknya. Selain itu, siswa terlihat sudah mempelajari puisi
yang sudah ditentukan pada pertemuan sebelumnya, hal tersebut dikarenakan pada
pertemuan sebelumnya siswa telah diberitahu bahwa pada pertemuan berikutnya
akan dilaksanakan pembelajaran membaca puisi dengan menggunakan teknik
pemodelana berkelompok.
2. Respons siswa terhadap materi pelajaran sudah lebih baik, karena pembelajaran
sudah menggunakan teknik pemodelan berkelompok, terlihat dari aktivitas siswa saat
guru menyampaikan materi siswa ada yang menanggapinya dan ketika ditayangkan
video pembacaan puisi dan didatangkan model siswa begitu senang dan
memperhatikannya dengan tenang.
3. Respons siswa terhadap teknik pemodelan berkelompok yang digunakan dalam
pembelajaran membaca puisi sudah cukup baik, terlihat dari sikap siswa yang lebih
antusias dan ceria selama pembelajaran berlangsung.
4. Siswa lebih aktif dan dan terkesan rileks mengikuti pembelajaran membaca puisi,
ketika penyampaian materi beberapa siswa berani bertanya dan ketika diminta
membacakan puisi di depan kelas bersama kelompoknya, siswa cepat untuk
melaksanakannya dan lebih terlihat percaya diri.
5. Situasi dan suasana kelas lebih hidup dan cukup menyenangkan. Namun, ketika
kegiatan membaca puisi berlangsung masih ditemukan ada beberapa siswa yang
berperilaku kurang baik.
HASIL JURNAL GURU SIKLUS II
Sekolah : MA Negeri Kutowinangun
Kelas / Semester : X-4 / 1 (satu)
1. Kesiapan siswa masih kurang jika dibandingkan dengan kesiapan siswa pada siklus I,
hal ini dikarenakan sebagian siswa masih terfokus pada pembelajaran sebelumnya.
2. Siswa memperlihatkan respons yang positif terhadap materi pembelajaran, hal ini
terlihat dari antusiasme siswa saat guru menyampaikan dan memberi pertanyaan
tentang materi yang disampaikan pada pembelajaran sebelumnya siswa
menanggapinya dengan baik. selain itu, siswa menganggap pembelajaran membaca
puisi dengan teknik pemodelan berkelompok menjadi menyenangkan dan menarik
untuk dipelajari.
3. Respons siswa terhadap teknik pemodelan berkelompok sudah baik dan
pembelajaran berlangsung efektif. Hal ini dikarenakan siswa lebih percaya diri saat
tampil di depan kelas secara berkelompok. Siswa juga menyatakan pembelajaran
membaca puisi dengan teknik pemodelan berkelompok menyenangkan.
Pembelajaran dengan teknik seperti ini menjadi pengalaman pertama selama
mengikuti pembelajaran membaca puisi.
4. Siswa mengikuti pembelajaran membaca puisi dengan seksama. Selain itu, siswa
cenderung lebih aktif dan rileks selama pembelajaran berlangsung.
5. Suasana kelas lebih hidup karena siswa dituntut untuk siap dalam menampilkan
pembacaan puisi secara berkelompok dengan baik.
Lembar Wawancara Siklus I
1. Apakah Anda pernah melakukan kegiatan membacakan puisi?
2. Jenis puisi bertema apa yang Anda sukai? Apa alasannya?
3. Apakah Anda senang belajar membaca puisi dengan teknik berkelompok?
4. Apakah Anda senang dengan pembelajaran membaca puisi melalui teknik
pemodelan berkelompok?
5. Apakah Anda merasa lebih mudah menerima dan memahami pembelajaran
membaca puisi dengan teknik pemodelan berkelompok? Mengapa?
6. Kesulitan apa yang Anda hadapi dalam membaca puisi dengan teknik
pemodelan berkelompok?
Jawaban:
HASIL WAWANCARA SIKLUS I
No. Responden : 07
Kelas : X-4
1. Pernah di lingkungan sekolahan.
2. Puisi perjuangan karena sebagai salah satu wujud penghargaan atas jasa para
pahlawan dan puisi persahabatan karena dapat membantu saya mengungkapkan isi
hati kepada para sahabat.
3. Ya, lumayan senang suasana baru dalam belajar membaca puisi.
4. Ya, saya senang dengan pembelajaran membaca puisi dengan teknik pemodelan
berkelompok pembelajaran menjadi lebih menyenangkan.
5. Ya. Saya menjadi mudah memahami isi puisi karena terbantu oleh model dan teman
sekelompok.
6. Kesulitan yang saya hadapi adalah ketika harus membantu memberikan bayangan
ekspresi teman kelompok, karena terkadang teman kelompok susah diajari dan
dikasih tau bagaimana cara memebaca puisi dengan ekspresi yang sesuai dengan isi
puisi tersebut.
No. Responden : 37
Kelas : X-4
1. Pernah saat pelajaran membaca puisi di sekolahan.
2. Puisi bertemakan kasih saying dan perjuangan karena pilihan katanya mudah untuk
dipahami dan dijiwai.
3. Ya, saya senang karena dapat menambah rasa percaya diri saat di depan kelas.
4. Ya, saya senang dengan pembelajaran membaca puisi dengan teknik pemodelan
berkelompok karena baru pertama kali melakukan pembelajaran dengan teknik ini.
5. Ya, saya menjadi lebih mudah menerima dan memahaminya karena selain mendapat
contoh dari model, kita dapat berdiskusi dengan anggota kelompok untuk
memahami.
6. Kesulitan yang saya hadapi saat membaca puisi yaitu, saat menyesuaikan gerakan
yang sesuai dengan isi puisi.
No. Responden : 13
Kelas : X-4
1. Ya, saya pernah saat di sekolahan.
2. Puisi bertemakan kesunyian.
3. Senang karena dapat mengurangi rasa malu.
4. Ya, saya senang.
5. Ya, karena dapat berdiskusi bersama teman kelompok dan saat membaca puisi di
depan kelas jadi percaya diri.
6. Kesulitan yang saya hadapi adalah saat membaca puisi.
Lembar Wawancara Siklus II
1. Apakah Anda pernah melakukan kegiatan membacakan puisi?
2. Jenis puisi bertema apa yang Anda sukai? Apa alasannya?
3. Apakah Anda senang belajar membaca puisi dengan teknik berkelompok?
4. Apakah Anda senang dengan pembelajaran membaca puisi melalui teknik
pemodelan berkelompok?
5. Apakah Anda merasa lebih mudah menerima dan memahami pembelajaran
membaca puisi dengan teknik pemodelan berkelompok? Mengapa?
6. Kesulitan apa yang Anda hadapi dalam membaca puisi dengan teknik
pemodelan berkelompok?
Jawaban:
HASIL WAWANCARA SIKLUS II
No. Responden : 01
Kelas : X-4
1. Pernah di sekolahan.
2. Puisi bertema kepahlawanan, untuk meningkatkan rasa nasionalisme dan semangat
perjuangan ’45.
3. Ya, saya senang belajar membaca puisi dengan berkelompok.
4. Ya, saya senang karena pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan tidak
menegangkan.
5. Ya, karena pembelajaran jadi lebih mudah dipahami dan tugaspun dapat didiskusikan
bersama.
6. Kesulitan yang saya hadapi adalah membentuk kerjasama dalam kelompok dengan
baik.
No. Responden : 14
Kelas : X-4
1. Pernah saat di sekolahan.
2. Puisi “Padamu Jua” karena bagus dan menarik saat dibaca.
3. Iya, saya senang belajar membaca puisi berkelompok.
4. Iya, saya senang karena pembalajaran berjalan menyenangkan dan pembelajaran
seperti ini baru pertama kali saya ikuti.
5. Iya, karean selain ada model yang dicontoh, kita juga bisa berdiskusi dengan teman
sekelompok.
6. Kesulitan saya adalah berekspresi saat membaca puisi.
No. Responden : 20
Kelas : X-4
1. Pernah di sekolah.
2. Puisi bertema kesedihan karena dapat membantu meluapkan perasaan hati.
3. Ya, saya senang karena dengan berkelompok jadi lebih semangat dan belajar
bersama.
4. Ya, senang karena dengan adanya model jadi mudah mengerti dan paham.
5. Ya, karena lebih cepat dimengerti dan dipahami.
6. Kesulitan yang saya hadapi saat membaca puisi di depan kelas.
FOTO PELAKSANAAN TINDAKAN
1. Prasiklus
Gambar 1. Proses pembelajaran membaca puiiksi pada prasiklus
Gambar 2. Fauzi Zein membaca puisi
pada prasiklus. Gambar 3. Moh.Sulistiawan membaca
puisi pada prasiklus.
2. Siklus I
Gambar 4. Penyampaian materi membaca puisi siklus I
Gambar 5. Peneliti memberi contoh pembacaan puisi
Gambar 4. Model dari penggalan video pembacaan puisi
Gambar 5. Siswa mengamati model video pembacaan puisi
Gambar 6. Seorang model memberikan contoh membaca puisi
kepada siswa pada siklus I
Gambar 7. Siswa berlatih dan mempelajari puisi bersama kelompok
sebelum membaca puisi di depan kelas
Gambar 8. Yakutatul Chafidloh, kelompok 1 membaca puisi
di depan kelas siklus I
Gambar 9. Fauzi Zein, kelompok 4 membaca puisi di depan kelas
pada siklus I
3. Siklus II
Gambar 10 . Awal pembelajaran siklus II
Gambar 11. Peneliti mengajak siswa mengingat kembali materi membaca puisi
sebelum model memberi contoh pembacaan puisi
Gambar 12-13. Model memberikan contoh membaca puisi pada siklus II
Gambar 14. Yakutatul Chafidloh, kelompok 1 membaca puisi
di depan kelas siklus II
Gambar 15. Fauzi Zein, kelompok 4 membaca puisi di depan kelas
pada siklus II