peningkatan kemampuan menyimak cerita …eprints.uny.ac.id/31193/1/widi susanti.pdf · skripsi ini...
TRANSCRIPT
i
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK CERITA ANAK MELALUI PENGGUNAAN MEDIA FILM ANIMASI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI DELEGAN 2,
PRAMBANAN, SLEMAN
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Widi Susanti
NIM 12108244013
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
APRIL 2016
ii
iii
iv
v
MOTTO
Selama telinga ada dua
Seperti semula alasan tiada
Tidak menyimak pesan sang khalik
(H.G. Tarigan)
Menggenggam dunia dengan memperbanyak menyimak pengetahuan
(Penulis)
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini merupakan sebuah karya sebagai ungkapan cinta yang tulus dan penuh
kasih untuk:
1. Allah SWT atas limpahan karuniaNya serta menjadi sumber kekuatan saya
2. Kedua orang tua tercinta, Bapak dan Ibu yang selalu mendukung dan
mendoakan. Terimkasih atas doa yang tiada hentinya kalian panjatkan.
Jasa kalian takkan tergantikan oleh apapun, izinkan ananda
mempersembahkan sebagian dari amanah ini kepada Bapak dan Ibu
3. Almamater tercinta, Universitas Negeri Yogyakarta
4. Nusa dan bangsa
vii
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK CERITA ANAK MELALUI PENGGUNAAN MEDIA FILM ANIMASI PADA SISWA
KELAS V SD NEGERI DELEGAN 2, PRAMBANAN, SLEMAN
Oleh Widi Susanti
NIM 12108244013
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menyimak cerita anak pada siswa kelas V SD Negeri Delegan 2 melalui penggunaan media film animasi.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) dengan model Kemmis dan Taggart. Pada model ini terdiri dari tahap perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Delegan 2 yang berjumlah dari 31 siswa. Objek penelitian ini adalah kemampuan menyimak cerita anak. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan tes, observasi, dan dokumentasi. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu tes dan lembar observasi. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu teknik analisis data kualitatif dan teknik analisis data kuantitatif. Teknik analisis data kualitatif yaitu perhitungan analisis persentase aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Teknik analisis data kuantitatif yaitu dengan mencari hasil rerata kemampuan menyimak cerita anak setiap siklus.
Berdasarkan hasil analisis data dan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka disimpulkan bahwa pembelajaran dengan penggunaan media film animasi dengan prosedur menayangkan cerita anak melalui media film animasi, kemudian menjawab pertanyaan berdasarkan cerita anak tersebut, selanjutnya diskusi dan presentasi, dapat meningkatkan kemampuan menyimak cerita anak. Secara proses, peningkatan dapat dilihat berdasarkan hasil obervasi. Berdasarkan hasil observasi, siswa lebih aktif dan antusias dalam mengikuti pembelajaran. Siswa tertarik dengan media yang digunakan, sehingga kegiatan belajar lebih kondusif dan menyenangkan. Siswa yang mengangkat tangan ketika guru memberi pertanyaan nampak lebih banyak dan bersemangat saat menjawab pertanyaan dari guru, sehingga suasana pembelajaran di kelas menjadi lebih hidup dan menyenangkan. Secara produk atau hasil dapat dilihat dari peningkatan hasil rata-rata kemampuan menyimak cerita anak. Peningkatan hasil rata-rata kemampuan menyimak tersebut yaitu pada kondisi awal sebesar 57,41 meningkat menjadi 66,61 (meningkat 9,2) pada siklus I, kemudian meningkat lagi menjadi 83,78 (meningkat 17,17) pada siklus II. Kata Kunci: kemampuan menyimak cerita anak, film animasi
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi yang
berjudul “Peningkatan Kemampuan Menyimak Cerita Anak Melalui Penggunaan
Media Film Animasi pada Siswa kelas V SD Negeri Delegan 2, Prambanan,
Sleman”. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Dalam
menyelesaikan skripsi ini penulis mendapatkan banyak dukungan, bimbingan, dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih.
Pernyataan terima kasih yang sedalam-dalamnya dan penghargaan yang
setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A. selaku Rektor Universitas
Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk menempuh
pendidikan di UNY.
2. Bapak Dr. Haryanto, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta atas izin yang diberikan untuk
melaksanakan penelitian ini.
3. Bapak Suparlan. M.Pd.I. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar
FIP UNY yang telah memberikan motivasi selama penyusunan skripsi ini.
ix
4. Bapak HB. Sumardi, M.Pd. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan dan nasihat kepada penulis selama penyusunan
skripsi ini.
5. Bapak Ikhlasul Ardi Nugroho, M.Pd. selaku dosen pembimbing akademik
yang telah memberikan nasihat dan motivasi selama menempuh studi.
6. Kedua orang tuaku yang selalu memberikan kasih sayang, perhatian,
pengertian, dan doa yang tiada hentinya.
7. Kakak-kakakku tersayang yang telah memberikan semangat, dukungan,
serta doa kepada penulis.
8. Bapak Tugiran, S.Pd.I. selaku kepala sekolah SD Negeri Delegan 2 atas
izin yang telah diberikan untuk melakukan penelitian ini.
9. Ibu Siti Istiqomah, S.Pd.Sd. selaku guru kelas V SD Negeri Delegan 2 atas
partisipasi dan kerjasamanya.
10. Siswa-siswi kelas V SD Negeri Delegan 2 yang telah berpartisipasi dalam
pengambilan data.
11. Sahabat-sahabat spesial Agitia Ayu Prastiwi, Luftia Firdausia, dan
Muflikh Muhajir atas bantuan, semangat, dan dorongan kalian dalam
penyelesaian skripsi ini.
12. Sahabat-sahabat terbaikku Tri Rahmawati, Noorina Silmi, Restu
Wijayanti, Rekyan Pandhiga, Astri Prastiwi, dan Husnul Chotimah atas
semangat, motivasi dan selalu bersedia menjadi tempat berkeluh kesah.
13. Keluargaku kelas H PGSD 2012 yang telah memberikan pengalaman
belajar selama kurang lebih 4 tahun ini.
x
14. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam pelaksanaan
penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis
harapkan. Penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi
pendidikan dan perkembangan ilmu pengetahuan.
Yogyakarta, April 2016
Penulis
xi
DAFTAR ISI
hal HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
PERSETUJUAN .............................................. Error! Bookmark not defined.
PERNYATAAN .............................................. Error! Bookmark not defined.
PENGESAHAN ............................................... Error! Bookmark not defined.
MOTTO......................................................................................................... iv
PERSEMBAHAN .......................................................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................. 7
C. Pembatasan Masalah ................................................................................ 8
D. Perumusan Masalah ................................................................................. 8
E. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 8
F. Manfaat Penelitian ................................................................................... 8
1. Manfaat Teoritis ....................................................................................... 8
2. Manfaat Praktis ........................................................................................ 9
G. Devinisi Operasional ................................................................................ 9
xii
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kemampuan Menyimak Cerita Anak ......................................................11
1. Pengertian Kemampuan Menyimak .........................................................11
2. Tujuan Menyimak ...................................................................................12
3. Manfaat Menyimak .................................................................................14
4. Jenis-jenis Menyimak..............................................................................15
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Menyimak ........................................18
6. Pengertian Cerita Anak ...........................................................................23
7. Unsur-unsur Cerita Anak.........................................................................24
8. Manfaat Cerita Anak ...............................................................................29
9. Kriteria Pemilihan Cerita Anak ...............................................................31
10.Pengertian Kemampuan Menyimak Cerita Anak ...............................................................................................................34
11.Tahap-tahap Menyimak Cerita Anak ...............................................................................................................35
B. Media Film Animasi ...............................................................................37
1. Pengertian Media ....................................................................................37
2. Fungsi dan Manfaat Media ......................................................................39
3. Jenis-jenis Media Pembelajaran ..............................................................41
4. Pengertian Film .......................................................................................43
5. Film Animasi ..........................................................................................44
6. Keuntungan dan Keterbatasan Media Film ..............................................45
7. Media Film Animasi ...............................................................................47
8. Peran Media Fim Animasi dalam Pembelajaran Menyimak .....................47
9. Langkah-langkah Pembelajaran Menyimak Cerita Anak Menggunakan Media Film Animasi ...............................................................................50
C. Karekteristik Siswa Kelas V Sekolah Dasar ............................................50
xiii
D. Kerangka Pikir ........................................................................................53
E. Hipotesis .................................................................................................54
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .......................................................................................55
B. Subjek dan Objek Penelitian ...................................................................56
C. Setting Penelitian ....................................................................................56
D. Model Penelitian .....................................................................................57
E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................61
1. Tes ..........................................................................................................61 2. Observasi ................................................................................................62 3. Dokumentasi ...........................................................................................62
F. Instrumen Penelitian ...............................................................................63
G. Teknik Analisis Data ...............................................................................67
H. Kriteria Keberhasilan Tindakan ...............................................................70
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .......................................................................................71
1. Deskripsi Pratindakan .............................................................................71 2. Pelaksanaan Penelitian Menyimak Cerita Anak Melalui Penggunaan
Media Film Aanimasi ..............................................................................73 B. Pembahasan Hasil Penleitian ...................................................................98
C. Keterbatasan Penelitan .......................................................................... 104
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................................... 105
B. Saran ..................................................................................................... 105
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 107
LAMPIRAN ................................................................................................ 109
xiv
DAFTAR TABEL
hal Tabel 1. Kisi-kisi Tes Kemampuan Menyimak .................................................. 65
Tabel 2. Kisi-kisi Observasi Aktivitas Siswa ..................................................... 66
Tabel 3. Instrumen observasi aktivitas siswa ..................................................... 68
Tabel 4. Instrumen tes kemampuan menyimak .................................................. 69
Tabel 5. Hasil tes kemampuan menyimak pratindakan ...................................... 72
Tabel 6. Hasil observasi aktivitas siswa Siklus I............................................. .. 82
Tabel 7. Hasil tes kemampuan menyimak Siklus I............................................. 83
Tabel 8. Hasil observasi aktivitas siswa Siklus II .............................................. 94
Tabel 9. Hasil tes kemampuan menyimak Siklus II ........................................... 95
xv
DAFTAR GAMBAR
hal Gambar 1. Kerangka Pikir ................................................................................. 54
Gambar 2. Proses penelitian tindakan ................................................................ 57
Gambar 3. Diagram hasil tes kemampuan menyimak pratindakan ..................... 73
Gambar 4. Diagram hasil tes kemampuan menyimak Siklus I ........................... 84
Gambar 5. Diagram peningkatan aktivitas siswa ............................................... 94
Gambar 6. Diagram hasil tes kemampuan menyimak Siklus II .......................... 96
Gambar 7. Diagram peningkatan nilai rata-rata tes kemampuan menyimak ....... 97
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
hal Lampiran 1. Pedoman Observasi Aktivitas Siswa ......................................... 110
Lampiran 2. Pedoman Penilaian Tes Kemampuan Menyimak ...................... 114
Lampiran 3. Silabus ..................................................................................... 117
Lampiran 4. RPP .......................................................................................... 120
Lampiran 5. Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa ........................... 185
Lampiran 6. Rekapitulasi Hasil Tes Kemampuan Menyimak........................ 194
Lampiran 7. Surat Keterangan Permohonan Izin Observasi .......................... 200
Lampiran 8. Surat Keterangan Validasi Instrumen Penelitian ....................... 202
Lampiran 9. Surat Keterangan Validasi Media ............................................. 204
Lampiran 10. Surat Keterangan Izin Penelitian................................................ 206
Lampiran 11. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitia ................................ 209
Lampiran 12. Dokumentasi ............................................................................ 211
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar hakekatnya bertujuan
agar siswa terampil menggunakan Bahasa Indonesia untuk berbagai keperluan,
terutama untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Dalam
standar isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP 2006), dijelaskan
bahwa tujuan umum pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar adalah
antara lain meningkatkan kemampuan berbahasa siswa. Kemampuan berbahasa
(language art, language skill) dalam kurikulum sekolah mencakup empat segi,
yaitu kemampuan menyimak (listening skill), kemampuan berbicara (speaking
skill), kemampuan membaca (reading skill), dan kemampuan menulis (writing
skill).
Kemampuan satu dengan yang lain memiliki hubungan yang sangat erat
satu sama lain. Dalam memperoleh kemampuan berbahasa, mula-mula seorang
individu harus memiliki kemampuan menyimak terlebih dahulu, kemudian
kemampuan berbicara, selanjutnya kemampuan membaca dan menulis.
Memiliki kemampuan menyimak yang baik sangat penting dimiliki oleh setiap
siswa, karena dengan kemampuan menyimak akan mempermudah siswa dalam
menguasai tiga kemampuan berbahasa yang lain dan mempermudah
memahami setiap mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Kundaru Saddhono
(2012:4) mengatakan hal yang sejalan dengan hal tersebut bahwa “kemampuan
menyimak adalah kemampuan berbahasa pertama yang dimilki oleh manusia
2
dalam pemerolehan bahasa”. Oleh karena itu kemampuan menyimak
merupakan modal awal seseorang dalam hal untuk berkomunikasi.
Kemampuan menyimak adalah salah satu kemampuan berbahasa yang
diajarkan di Sekolah Dasar sesuai dengan standar isi Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) 2006. Ada beberapa macam pengertian menyimak
yang dikemukakan para ahli bahasa. Berikut ini beberapa di antara pengertian
tersebut yaitu Menurut Kundharu Saddhono (2012:11) menyimak adalah
“suatu proses yang menyangkut kegiatan mendengarkan, mengidentifikasi,
menginterpretasi, bunyi bahasa, kemudian menilai hasil interpretasi makna dan
menanggapi pesan yang tersirat dalam bahan simakkan”.
Berdasarkan pengertian menyimak di atas dapat disimpulkan bahwa
menyimak adalah kegiatan mendengarkan yang bertujuan untuk memahami
pesan atau isi yang terkandung dalam simakkan. Menyimak sebagai salah satu
kegiatan berbahasa merupakan keterampilan yang cukup mendasar dalam
kemampuan berkomunikasi. Dalam kehidupannya, manusia dituntut untuk
menyimak baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
Pentingnya kemampuan menyimak, dapat dilihat pada lingkungan sekolah.
Sebagian besar waktu siswa dipergunakan untuk menyimak materi pelajaran.
Keberhasilan siswa dalam memahami dan menguasai meteri pelajaran diawali
dengan kemampuan menyimak yang baik.
Penelitian mengenai menyimak baik dalam kehidupan maupun dalam
kurikulum sekolah dapat dikatakan masih langka. Pada penelitian tahun 1929,
Paul T. Rankin dari Detroit Public Schools menyelesaikan sebuah survei
3
kepada 68 orang mengenai penggunaan waktu dalam keempat keterampilan
berbahasa, bahwa mereka mempergunakan waktu berkomunikasi: 9% untuk
menulis, 16% untuk membaca, 30% untuk berbicara, dan 45% untuk
menyimak. Dalam kenyataan praktik, survei menyatakan bahwa pada
umumnya kita menggunakan waktu untuk menyimak hampir tiga kali sebanyak
waktu untuk membaca, namun anehnya sangat sedikit perhatian yang diberikan
untuk melatih orang menyimak. Pada sekolah-sekolah di Detroit, Runkin
menemukan bahwa dalam penekanan pembelajaran dikelas: membaca
memperoleh 52% dan menyimak hanya memperoleh 8% (H.G Tarigan,
2008:140).
Pentingnya kemampuan menyimak juga belum disadari sepenuhnya
oleh siswa. Hal ini dapat diketahui dengan masih dianggap remeh
pembelajaran menyimak di sekolah oleh siswa. Siswa menganggap bahwa
kemampuan menyimak pasti dapat dikuasai setiap orang normal tanpa harus
melalui proses pembelajaran. Selain itu, siswa banyak yang menganggap
kemampuan menyimak akan didapatkan apabila pembelajaran bahasa yang
lainnya berlangsung dengan baik. Sebaiknya hal seperti itu dihilangkan dari
pikiran kita, karena pada kenyataannnya banyak siswa yang mengeluhkan pada
pokok pembelajaran menyimak. Banyak siswa yang masih mengalami
kesulitan untuk menyimak pembelajaran.
Cerita anak merupakan cerita fiksi baru yang memiliki ciri-ciri tidak
jauh berbeda dengan karya sastra lainnya. Cerita anak dibentuk oleh unsur
instrinsik seperti tema, latar, tokoh, alur dan amanat. Perbedaan cerita anak
4
dengan cerita fiksi lainnya yaitu letak fokus perhatiannya. Cerita anak
mengandung tema yang mendidik, alurnya lurus dan tidak berbelit,
menggunakan setting yang ada disekitar atau di dunia anak, tokoh dan
penokohan mengandung peneladanan yang baik, gaya bahasanya mudah
dipahami namun tetap mampu mengembangkan bahasa anak, sudut pandang
orang yang tepat, dan imajinasi masih dalam jangkauan anak-anak. Cerita anak
diciptakan atau dibuat oleh orang dewasa yang seolah-olah mengekspresikan
dunia anak yang dituangkan dalam suatu bahasa. Motif dalam cerita anak
merupakan unsur yang menonjol. Unsur tersebut berupa benda, binatang yang
memiliki kekuatan ajaib, konsep perbuatan, tokoh atau sifat tertentu. Ahmad
dan Darmiyati (1999: 98) mengemukakan bahwa “isi cerita anak juga
merefleksikan sastra yang telah mereka dengar”.
Media film animasi adalah suatu perantara audio visual untuk
menyampaikan pesan, informasi, materi ajar kepada peserta didik sehingga
dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minatnya dalam suatu
proses pembelajaran yang dilakukan yang tersusun dari rangkaian gambar tak
hidup yang berurutan pada frame yang diproyeksikan secara mekanis
elektronis sehingga tampak hidup pada layar. Siswa dapat memahami materi
pemahaman menggunakan indera pendengar dan indera pengelihatan sekaligus.
Media film animasi dalam pembelajaran menyimak cerita anak dapat
meningkatkan rasa ingin tahu, motivasi, serta prestasi belajar siswa. Siswa
yang termotivasi akan mengikuti pembelajaran dengan lebih maksimal.
Sehingga, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan menyimak cerita anak
5
pada siswa yang dapat diidentifikasi dari hasil belajar siswa dan perupahan
sikap siswa kearah yang lebih positif. Kompetensi menyimak cerita anak ini
diharapkan mampu mengubah pandangan siswa mengenai pembelajaran
Bahasa Indonesia khususnya keterampilan menyimak yang seringkali
diremehkan, dianggap kurang penting, sekaligus dirasa masih menyulitkan
siswa. Kompetensi tersebut sesungguhnya sangat dekat dengan dunia siswa
yang masih anak-anak, sehingga mampu meningkatkan kemampuan menyimak
siswa, khususnya pada menyimak cerita anak.
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di kelas V Sekolah Dasar
Negeri Delegan 2, masih terdapat berbagai permasalahan khususnya dalam
mata pelajaran Bahasa Indonesia. Nilai menyimak siswa masih tergolong
rendah, nilai rata-rata kelas sebesar 57,41 dengan jumlah siswa yang belum
tuntas sebanyak 24 siswa dengan persentase 77,41 %. Masih terdapat banyak
siswa yang mengalami kesulitan menyimak cerita. Hal ini terlihat dari siswa
yang belum tepat dan merasa kesulitan dalam mencari unsur intrinsik cerita
anak seperti tema, latar, tokoh, dan amanat. Selain permasalah tersebut juga
terdapat siswa yang kurang tertarik dan bersemangat dalam menyimak cerita.
Kebanyakan dari siswa justru asyik bermain dan mengobrol dengan temannya.
Hal ini dikarenakan siswa belum mengerti bagaimana cara menyimak yang
efektif, siswa juga belum memahami betapa pentingnya keterampilan
menyimak dalam hal menguasai materi pelajaran. Dilihat dari segi
pendidiknya, guru di kelas juga belum menggunakan media yang menarik
dalam pembelajarn menyimak cerita anak. Media yang digunakan masih media
6
yang konvensional yaitu berupa buku teks. Pembelajaran menyimak cerita anak
di kelas masih bersifat monoton, guru hanya membacakan cerita tanpa
mnggunakan media yang lebih menarik, sehingga kegiatan pembelajaran
belum berjalan dengan maksimal. Guru juga belum menggunakan film animasi
untuk membantu pembelajaran menyimak supaya lebih menarik perhatian
siswa. Selain itu, di SD Negeri Delegan 2 juga sudah terdapat fasilitas seperti
laptop, LCD (Liquid Cristal Display), proyektor, dan speaker. Padahal film
animasi ini merupakan media pembelajaran yang murah dan terjangkau (Azhar
Arsyad, 2009:148).
Usaha untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka penggunaan film
animasi diharapkan mampu meningkatkan kemampuan menyimak siswa. Film
animasi diharpakan mampu meningkatkan ketertarikan dan motivasi anak
untuk meningkatkan perhatian menyimaknya. Siswa akan lebih tertarik
menyimak cerita anak yang ditampilkan secara menarik dalam film animasi
yang sebelumnya belum pernah disampaikan oleh guru. Dengan adanya
ketertarikan dengan media pembelajaran tersebut, siswa diharapkan akan lebih
senang mengikuti pembelajaran menyimak isi cerita, dapat memaksimalkan
perhatiannya kepada pembelajarn menyimak cerita anak, dapat mengerjakan
soal evaluasi, serta meningkatkan nilai siswa.
Terkait dengan permasalahan tersebut, perlu dilakukannya perubahan
cara mengajar guru dalam pembelajaran menyimak cerita anak. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan media film animasi, karena media ini
belum digunakan dalam pembelajaran menyimak cerita anak.
7
Dengan film animasi ini diharapkan dapat mempermudah siswa dalam
menangkap materi dan informasi yang disampaikan. Selain itu, penggunaan
film animasi untuk meningkatkan kemampuan menyimak juga diharapkan
dapat memberikan peningkatan proses dan hasil belajar, sehingga kompetensi
ini dapat dikuasai siswa dengan maksimal. Siswa yang sebelumnya
meremehkan pembelajaran menyimak, bersikap malas-malasan, menganggap
menyimak adalah pembelajarn yang kurang penting dapat termotivasi dan
tertarik dalam mengikuti pembelajaran, sehingga akan memperoleh hasil yang
maksimal. Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian dengan judul
Peningkatan Kemampuan Menyimak Cerita Anak Melalui Penggunaan Media
Film Animasi pada Siswa Kelas V SD Negeri Delegan 2, Prambanan, Sleman.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi
permasalahan sebagai berikut:
1. Pengajaran Bahasa Indonesia khususnya pada materi keterampilan
menyimak di SD Negeri Delegan 2 penyajiannya masih monoton,
sehingga siswa kurang tertarik dan termotivasi mengikuti pembelajaran.
2. Kemampuan menyimak cerita anak pada siswa kelas V SD Negeri
Delegan 2 tergolong rendah.
3. Kurangnya perhatian siswa dalam menyimak suatu cerita.
4. Belum digunakannya media film animasi dalam pembelajaran menyimak,
padahal di SD Negeri Delegan 2 telah tersedia fasilitas yang memadai.
8
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang kompleks di atas, maka
penelitian ini akan dibatasi pada kemampuan menyimak cerita anak pada
siswa kelas V SD Nederi Delegan 2, Prambanan, Sleman tergolong rendah.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Bagaimanakah penggunaan media film animasi dapat
meningkatkan proses pembelajaran menyimak cerita anak pada siswa kelas V
SD Negeri Delegan 2, Prambanan, Sleman?”
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian
ini adalah untuk meningkatkan proses pembelajaran menyimak cerita anak
melalui penggunaan media film animasi pada siswa kelas V SD Negeri
Delegan 2, Prambanan, Sleman.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
pengembangan pengetahuan di dunia pendidikan.
b. Dapat memberikan pengetahuan kepada guru tentang media
pembelajaran inovatif serta penerapannya, yaitu media film animasi.
9
2. Manfaat Praktis
a. Untuk Siswa
Dengan adanya penelitian tindakan kelas, siswa yang mengalami
kesulitan belajar dapat diminimalkan, yang selanjutnya hasil belajar akan
mengalami peningkatan. Kemampuan siswa dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia khususnya kemampuan menyimak dapat meningkat sehingga
ketuntasan dapat meningkat pula.
b. Untuk Guru
Dengan dilaksanakannya penelitian tindakan kelas, guru dapat
meningkatkan kemampuan mengajarnya dengan strategi pembelajaran
yang bervarisai, termasuk dalam memilih media pembelajaran yang sesuai
dengan tujuan dan materi yang akan diberikan sehingga apa yang
diharapkan guru dapat tercapai.
c. Untuk Sekolah
Dapat memberikan masukan dalam usaha perbaikan proses
pembelajaran pada guru, sehingga kualitas pendidikan dapat meningkat.
G. Devinisi Operasional
1. Kemampuan menyimak cerita anak adalah suatu proses kegiatan
mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian,
pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi,
menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang tidak
disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan, yaitu
10
berupa cerita anak yang cerita berisi tentang kehidupan anak-anak di
lingkungannya.
2. Media film animasi adalah suatu perantara audio visual untuk
menyampaikan pesan, informasi, materi ajar kepada peserta didik sehingga
dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minatnya dalam suatu
proses pembelajaran yang dilakukan yang tersusun dari rangkaian gambar
tak hidup yang berurutan pada frame yang diproyeksikan secara mekanis
elektronis sehingga tampak hidup pada layar.
11
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kemampuan Menyimak Cerita Anak
1. Pengertian Kemampuan Menyimak
Menurut Haryadi dan Zamzani (1997: 19) mendengar merupakan salah
satu kegiatan menangkap suara atau bunyi tanpa direncanakan oleh yang
melakukan kegiatan tersebut. Mendengarkan memiliki unsur makna
mendengar, karena orang mendengarkan menggunakan alat yang sama dengan
mendengarkan sesuatu dengan sungguh-sungguh (Moeliono dalam Haryadi
dan Zamzani, 1997: 20). Perbedaannya terdapat pada tingkat kesadaran
seseorang melakukan kegiatan atau perbuatan itu. Bila kegiatan mendengar
dilakukan dengan tidak sengaja, maka kegiatan mendengarkan dilakukan
dengan disengaja.
Kemampuan berasal dari kata mampu. Menurut Kamus Lengkap
Bahasa Indonesia mampu berarti kuasa melakukan sesuatu, sanggup, dapat.
Kemampuan memiliki arti kesanggupan, kekuatan untuk melakukan sesuatu;
kekayaan yang dimiliki (Budiono, 2005: 332).
Kata menyimak dalam Bahasa Indonesia memiliki kemiripan makna
dengan mendengar dan mendengarkan. Oleh karena itu, ketiga istilah ini
sering menimbulkan kekacauan pemahaman, bahakan sering dianggap sama
sehingga dipergunakan secara bergantian.
Menyimak dapat dilakukan oleh seseorang dengan bunyi bahasa
sebagai sasarannya, sedangkan mendengar dan mendengarkan sasarannya
dapat berupa bunyi apa saja. Itulah salah satu ciri khas yang ada dalam
12
kegiatan menyimak. Selain itu, kegiatan menyimak dilakukan dengan sengaja
atau terencana dan ada usaha untuk memahami atau menikmati apa yang
disimaknya (Haryadi dan Zamzani, 1997: 21).
Pada pemebelajaran Bahasa Indonesia sering dijumpai istilah
menyimak. Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia istilah menyimak
memliki arti mendengarkan apa yang diucapkan atau dibaca orang lain secara
seksama; memeriksa dan mempelajari dengan teliti (Budiono, 2005: 477).
Russel dan Russell (dalam H.G Tarigan, 2008: 30) menyatakan bahwa
menyimak bermakna mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian
serta apresiasi.
Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan (H.G Tarigan, 2008: 31).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa menyimak adalah
mendengarkan atau memperhatikan secara seksama terhadap sesuatu yang
diucapkan atau dibicarakan orang lain. Kemampuan menyimak merupakan
suatu kesanggupan atau kekuasaan yang dimiliki untuk mendengarkan apa
yang diucapkan orang lain secara seksama dan disengaja.
2. Tujuan Menyimak
Ada empat fungsi utama menyimak menurut Hunt (dalam H.G
Tarigan, 2008: 59-60), yaitu:
1) Memperoleh informasi yang berkaitan dengan profesi. 2) Membuat hubungan antarpribadi lebih efektif. 3) Mengumpulkan data agar dapat membuat keputusan yang masuk akal.
13
4) Agar dapat memberikan responsi yang tepat. Sedangkan tujuan menyimak menurut Logan dan Shorpe (dalam H.G
Tarigan, 2008: 60-61), antara lain:
1) Ada orang yang menyimak dengan tujuan utama agar dia dapat memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran pembicaraan; dengan perkataan lain, dia menyimak untuk belajar.
2) Ada orang yang menyimak dengan penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu dari meteri yang diujarkan atau yang diperdengarkan atau dipagelarkan (terutama sekali dalam bidang seni); pendeknya, dia menyimak untuk menikmati keindahan audial.
3) Ada orang yang menyimak dengan maksud agar dia dapat menilai sesuatu yang dia simak itu (baik-buruk, indah-jelek, tepat-ngawur, logis-tak logis, dan lain-lain); singkatnya, dia menyimak untuk mengevaluasi.
4) Ada orang yang menyimak agar dia dapat menikmati serta menghargai sesuatu yang disimaknya itu (misalnya, pembicaraan cerita, pembacaan puisi, musik dan lagu, dialog, diskusi panel, dan perdebatan); pendek kata, orang itu menyimak untuk mengapresiasi simakan.
5) Ada orang yang menyimak dengan maksud agar dia dapat mengkomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan, ataupun perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan tepat. banyak contoh dan ide yang dapat diperoleh dari sang pembicara dan semua ini merupakan bahan penting dan sangat menunjang dalam mengkomunikasikan ide-idenya sendiri.
6) Ada pula orang yang menyimak dengan maksud dan tujuan agar dia dapat membedakan bunyi-bunyi dengan tepat; mana bunyi yang membedakan arti (distingtif), mana bunyi yang tidak membedakan arti; biasanya, ini terlihat nyata pada seseorang yang sedang belajar bahasa asing yang asyik mendengarkan ujaran pembicara asli (native speaker).
7) Ada lagi orang yang menyimak dengan maksud agar dia dapat memecahkan masalah secara kreatif dan analisis, sebab dari pembicara, dia mungkin memperoleh banyak masukan berharga.
8) Selanjutnya, ada lagi orang yang tekun menyimak pembicara untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini dia ragukan; dengan perkataan lain, dia menyimak secara persuasif.
Sesuai dengan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan
menyimak dalam pembelajaran menyimak cerita anak pada siswa kelas V SD
Negeri Delegan 2 adalah menyimak untuk belajar. Hal ini dikarenakan siswa
dapat memperoleh pengetahuan dari cerita anak yang disimaknya melalui
14
media film animasi, sehingga setelah menyimak cerita anak siswa dapat
menjawab soal-soal yang diberikan terkait cerita tersebut.
3. Manfaat Menyimak
Menurut Setiawan (dalam Suratno 2006: 16-18) manfaat menyimak
sebagai berikut.
1) Menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman hidup yang berharga bagi keterampilan siswa, sebab menyimak memiliki nilai informatif, yaitu memberikan masukan-masukan tertentu yang menjadikan kita menjadi berpengalaman.
2) Meningkatkan intelektualitas serta memperdalam penghayatan keilmuan dan khasanah ilmu kita.
3) Memperkaya kosakata kita, menambah perbendaharaan ungkapan yang tepat, bermutu, dan puitis. Orang yang banyak menyimak, komunikasinya menjadi lebih lancar dan kata-kata yang digunakan lebih variatif.
4) Memperluas wawasan, meningkatkan penghayatan hidup, serta membina sifat terbuka dan objektif.
5) Meningkatkan kepekaaan dan kepedulian sosial. Lewat menyimak kita dapat mengenal seluk beluk kehidupan dengan segala dimensinya. Dengan bahan-bahan semakin baik, dapat membuat kita dalam perenungan-perenungan nilai kehidupan sehingga tergugah semangat kita untuk memecahkan problem yang ada, sesuai dengan keterampilan kita.
6) Meningkatkan citra artistik, jika yang kita simak itu merupakan bahan simakan yang isinya halus dan bahasanya indah. Banyak menyimak dapat menumbuhsuburkan sikap apresiatif, sikap menghargai karya atau pendapat orang lain dan kehidupan ini serta meningkatkan selera estetis kita.
7) Menggugah kualitas dan semangat mencipta kita untuk menghasilkan ujaran-ujaran dan tulisan-tulisan yang berjati diri. Jika banyak menyimak kita akan mendapatkan ide-ide cemerlang dan pengalaman hidup yang berharga.
Berdasarkan manfaat menyimak di atas dan dilihat dari tujuannya,
manfaat menyimak cerita anak dalam penelitian ini adalah untuk menambah
ilmu pengetahuan dan pengalaman hidup yang berharga bagi siswa,
memperluas wawasan, dan meningkatkan kepekaan dan kepedulian sosial.
Dalam hal ini penelitian yang dilaksanakan adalah menyimak cerita anak,
15
maka cerita anak yang termasuk karya sastra perlu diapresiasi dan diambil
nilainya.
4. Jenis-jenis Menyimak
Terdapat beberapa tujuan menyimak, antara lain untuk memperoleh
informasi, untuk menangkap isi, dan untuk memahami makna komunikasi
yang hendak disampaikan sang pembicara melalui ujaran. Hal-hal tersebut
merupakan tujuan umum. Disamping tujuan umum terdapat pula berbagai
tujuan khusus yang menyebabkan adanya jenis-jenis menyimak. Jenis atau
ragam menyimak yang diujarkan oleh H.G Tarigan (2008: 37-53) adalah
sebagai berikut.
1) Menyimak Ekstensif
Menyimak ekstensif (extensive listening) adalah sejenis kegiatan
menyimak mengenai hal-hal yang lebih umum dan lebih bebas terhadap suatu
ujaran, tidak perlu di bawah bimbingan langsung dari seorang guru. Pada
umumnya menyimak ekstensif dapat digunakan untuk dua tujuan yang
berbeda. Beberapa jenis menyimak ekstensif antara lain menyimak sosial
(social listening), menyimak sekunder (secondary listening), menyimak
estetik (aesthetic listening), dan menyimak pasif (passive listening).
Penjelasan berbagai jenis menyimak ekstensif adalah sebagai beikut:
a) Menyimak Sosial (social listening) adalah kegiatan menyimak yang
dilakukan masyarakat dalam kehidupan sosial, seperti pada situasi
sosial orang-orang mengobrol dan bercengkrama mengenai hal-hal
yang menarik perhatian mereka.
16
b) Menyimak Sekunder (secondary listening) yaitu kegiatan menyimak
yang dilakukan secara kebetulan dan ekstensif. Contohnya adalah
ketika sedang belajar kita mendengar suara kendaraan yang sedang
lewat, suara radio, suara televisi, atau suara lain yang terdengar di
sekitar penyimak.
c) Menyimak Estetik (aesthetic listening) merupakan kegiatan menyimak
untuk menikmati atau menghayati sesuatu. Misalnya adalah menyimak
suatu cerita.
d) Menyimak Pasif (passive listening) adalah menyimak suatu bahasan
yang dilakukan tanpa sadar.
2) Menyimak Intensif
Menyimak intensif merupakan menyimak yang dilakukan untuk
memahami sesuatu yang dikehendaki. Menyimak intensif sering lebih
diarahkan pada suatu kegiatan yang jauh lebih diawasi, dikontrol terhadap
suatu hal tertentu. Jenis-jenis menyimak intensif, antara lain menyimak kritis
(critical listening), menyimak konsentrarif (concentrative listening),
menyimak kreatif (creative listening), menyimak eksploratif (exploratory
listening), menyimak interogatif (interrogative listening), dan menyimak
selektif.
Berikut ini penjelasan jenis-jenis menyimak intensif sebagaimana telah
dipaparkan sebelumnya.
a) Menyimak Kritis (critical listening) adalah kegiatan menyimak berupa
pencarian kesalahan atau kekeliruan bahkan juga butir-butir yang baik
17
dan benar dari ujaran seorang pembicara dengan alasan-alasan yang
kuat dan dapat diterima oleh akal sehat.
b) Menyimak Konsentrarif (concentrative listening) atau sering disebut
dengan a study-type listening mencakup bebrepa kegiatan yaitu (1)
mengikuti petunjuk-petunjuk dalam pembicaraan; (2) mencari dan
merasakan hubungan-hubungan, seperti kelas, tempat, kualitas, waktu,
urutan, serta sebab akibat; (3) mendapatkan butir-butir informasi
tertentu; (4) memperoleh pemahaman dan pengertian yang mendalam;
(5) merasakan serta menghayati ide-ide sang pembicara, sasaran,
ataupun pengorganisasiannya; (6) memahami urutan ide-ide sang
pembicara; (7) mencari dan mencatat fakta-fakta penting (Dawson
dalam H.G Tarigan, 2008: 49).
c) Menyimak Kreatif (creative listening) adalah sejenis kegiatan dalam
menyimak yang dapat mengakibatkan kesenangan rekonstruksi
imajinatif para penyimak terhadap bunyi, penglihatan, gerakan, serta
perasaan-perasaan kinestetik yang disarankan atau dirang sang oleh
sesuatu yang disimaknya (Dawson dalam H.G Tarigan, 2008: 50).
d) Menyimak Eksploratif (exploratory listening) merupakan kegiatan
menyimak yang bersifat menyelidiki sesuatu lebih terarah dan lebih
sempit. Dalam kegiatan menyiak seperti ini sang penyimak
menyiagakan perhatiannya untuk menjelajahi serta menemukan: (1)
hal-hal baru yang menarik perhatian; (2) informasi tambahan
18
mengenai suatu topik; dan (3) isu, pergunjingan, atau buah mulut yang
menarik.
e) Menyimak Interogatif (interrogative listening) adalah jenis menyimak
intensif yang menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi,
pemusatan perhatian, dan pemilihan butir-butir dari ujaran sang
pembicara karena penyimak akan mengajukan banyak pertanyaan.
f) Menyimak Selektif adalah menyimak secara cerdas dan cermat aneka
ragam ciri-ciri bahasa yang berurutan (nada suara, bunyi, bunyi asing,
bunyi-bunyi yang bersamaan, kata dan frase, serta bentuk-bentuk
ketatabahasaan).
Jadi, berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jenis
menyimak dibagi menjadi dua yaitu, menyimak intensif dan menyimak
ekstensif. Menyimak ekstensif terdiri dari menyimak sosial, sekunder,
estetik dan pasif. Sedangkan menyimak intensif terdiri dari menyimak
kritis, konsentratif, kreatif, eksplorasif, interogatif dan selektif.
Dalam pembelajaran menyimak cerita anak, jenis menyimak yang
digunakan adalah jenis menyimak konsentratif karena sudah ditentukan
unsur-unsur yang perlu diidentifikasi siswa dalam cerita yang disimak
seperti penokohan, tema, latar, dan amanat cerita.
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Menyimak
Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi menyimak. Menurut
Hunt (dalam H.G Tarigan, 2008: 104) faktor yang mempengaruhi menyimak
19
ialah: (1) sikap; (2) motivasi; (3) pribadi; (4) situasi kehidupan; dan (5)
peranan dalam masyarakat.
Pakar lain mengemukakan hal-hal berikut ini sebagai faktor yang
mempengaruhi menyimak, yaitu: (1) pengalaman; (2) pembawaan; (3) sikap
atau pendirian; (4) motivasi, daya penggerak, prayojana; dan (5) perbedaan
jenis kelamin atau seks (Webb dalam H.G Tarigan, 2008: 104). Ada pula ahli
yang menyatakan bahwa faktor pemengaruh menyimak, yaitu: (1) faktor
lingkungan, yang terdiri atas lingkungan fisik dan lingkungan sosial; (2) faktor
fisik; (3) faktos psikologi; dan (4) faktor pengalaman (Logan dalam H.G
Tarigan, 2008: 105).
Berdasarkan penuturan tiga ahli tersebut, didapat beberapa persamaan
dan perbedaan faktor-faktor yang mempengaruhi menyimak. Setelah
dibandingkan, maka faktor-faktor yang mempengaruhi menyimak adalah:
1) Faktor Fisik
Kondisi fisik seorang penyimak merupakan faktor penting yang turut
menentukan keefektifan serta kualitas keaktifannya dalam menyimak.
Misalnya, seseorang yang memiliki kekurangan dalam mendengar, juga
secara fisik dia berada jauh di bawah ukuran gizi yang normal, sangat
lelah, serta tingkah polahnya tidak karuan. Lingkungan fisik juga
mempengaruhi dalam menyimak, seperti ruangan terlalu panas, lembab
atau terlalu dingin, dan suara bising dapat mengganggu orang yang sedang
melakukan kegiatan menyimak.
20
2) Faktor Psikologis
Menurut H.G Tarigan (2008: 107-108) terdapat faktor-faktor psikologis
dalam menyimak. Faktor-faktor tersebut antara lain: (a) prasangka dan
kurangnya simpati; (b) keegosentrisan; (c) kepisikan; (d) kebosanan dan
kejenuhan; dan (e) sikap yang tidak layak. Misalnya penyimak sedang
mengalami masalah berat sehingga kemampuan menyimaknya terganggu.
3) Faktor Pengalaman
Latar belakang pengalaman merupakan suatu faktor penting dalam
menyimak. Kurangnya minat dalam menyimak merupakan akibat dari
kurangnya pengalaman dalam bidang yang akan disimak tersebut. Sikap-
sikap yang menentang dan bermusuhan timbul dari pengalaman yang tidak
menyenangkan. Misalnya, siswa tidak akan “mendengar” ide-ide yang
berada di luar jangkauan pengertian serta pemahaman penyimak.
4) Faktor Sikap
Setiap orang akan cenderung menyimak secara seksama pada topik-topik
atau pokok-pokok pembicaraan yang dapat disetujui dibanding dengan
yang kurang atau tidak disetujuinya.
5) Faktor Motivasi
Motivasi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan seseorang.
Apabila seseorang memiliki motivasi kuat untuk mengerjakan sesuatu,
orang tersebut akan berhasil dalam mencapai tujuan. Begitu pula dalam
menyimak.
21
6) Faktor Jenis Kelamin
Perbedaan dalam menyimak juga disebabkan oleh faktor jenis kelamin.
Beberapa penelitian menyatakan bahwa beberapa pakar menarik
kesimpulan bahwa pria dan wanita pada umumnya mempunyai perhatian
yang berbeda dan cara mereka memusatkan perhatian pada sesuatu pun
juga berbeda. Silverman dan Webb, misalnya, menemui fakta-fakta bahwa
gaya menyimak pria pada umumnya bersifat objektif, aktif, keras hati,
analitik, rasional, keras kepala atau tidak mau mundur, menetralkan,
intrusif (bersifat mengganggu), dapat menguasai/mengendalikan emosi;
sedangkan gaya menyimak wanita cenderung lebih subjektif, pasif,
ramah/simpatik, difusif, sensitif, mudah dipengaruhi/gampang
terpengaruh, mudah mengalah, reseptif, bergantung (tidak berdikari), dan
emosional (H.G Tarigan, 2008: 112).
7) Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan terdiri atas dua, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan
sosial. Dalam lingkungan fisik, ruangan kelas merupakan faktor penting
dalam memotivasi kegiatan menyimak, seperti menaruh perhatian pada
masalah-masalah dan sarana-sarana akustik, agar siswa dapat mendengar
dan menyimak dengan baik tanpa ketegangan dan gangguan. Guru harus
dapat mengatur dan menata letak meja dan kursi sedemikian rupa sehingga
memungkinkan setiap siswa mendapat kesempatan yang sama untuk
menyimak. Lingkungan sosial juga sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan siswa dalam menyimak. Anak-anak cepat sekali merasakan
22
suatu suasana dimana mereka didorong untuk mengekspresikan ide-ide
mereka, juga cepat mengetahui bahwa sumbangan-sumbangan mereka
akan dihargai.
8) Faktor Peranan dalam Masyarakat
Kemauan menyimak dapat juga dipengaruhi oleh peranan kita dalam
masyarakat. Sebagai guru dan pendidik, penyimak yang ingin menyimak
ceramah, kuliah, atau siaran-siaran radio dan televisi yang berhubungan
dengan masalah pendidikan dan pengajaran baik di tanah air kita maupun
di luar negeri. Mahasiswa diharapkan dapat menyimak lebih saksama dan
perhatian daripada kalau seandainya kita merupakan karyawan harian pada
sebuah perusahaan setempat. Begitu juga para spesialis, dan pakar dari
berbagai profesi, seperti hakim, psikolog, antropolog, sosiolog, linguis,
apoteker, pendidik, seniman/seniwati, dan actor/aktris, pasti akan haus
menyimak pada hal-hal yang ada kaitannya dengan masyarakat, dengan
profesi dan keahlian masyarakat, yang dapat memperluas pengetahuan
mereka. Tanpa memperoleh informasi-informasi mutakhir mengenai
bidang mereka itu, jelas masyarakat merasa ketinggalan zaman.
Perkembangan pesat yang terdapat dalam bidang keahlian masyarakat
menuntut mereka untuk mengembangkan suatu teknik menyimak yang
baik.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa beberapa faktor yang
mempengaruhi menyimak adalah faktor fisik, faktor psikologis, faktor
23
pengalaman, faktor sikap, faktor motivasi, faktor jenis kelamin, faktor
lingkungan dan faktor peranan dalam masyarakat.
6. Pengertian Cerita Anak
Cerita memiliki makna yang sangat luas bila ditinjau dari segi bentuk
dan isi cerita. Muh. Nur Mustakim (2005: 12) menyatakan bahwa dari segi
bentuk, dimaknai bahwa cerita merupakan cerita fantasi atau hayalan yang
terjadi dalam kehidupan manusia, cerita benar-benar terjadi dalam kehidupan
sejarah, cerita merupakan ungkapan imajinasi penulis. Dari segi isi cerita
terdapat cerita tentang kepahlawanan, cerita ilmu pengetahuan, cerita
keagamaan, dan cerita suka dan duka pengarang.
Cerita anak adalah karangan imajinatif menganai kehidupan anak yang
dapat ditulis oleh anak-anak ataupun orang dewasa (Muh. Nur Mustakim,
2005: 13). Menurut Burhan Nurgiyantoro (2005: 218) dalam cerita anak, anak
haerus menjadi subjek fokus perhatiannya dan hal tersebut harus tercermin
dalam isi cerita secara konkret.
Aminuddin (dalam Muh. Nur Mustakim, 2005: 14) mengungkapkan
bahwa cerita anak ditulis oleh pengarang memiliki nilai fungsional bagi
kehidupan anak secara konkret. Anak yang sedang menyimak dan memahami
cerita maka terjadi proses transaksional. Dalam proses transaksional tersebut
anak dapat menggambarkan berbagai kemungkinan makna yang tersurat dan
tersirat dalam cerita, seperti masalah cerita, karakter tokoh-tokoh, alur, setting,
dan bahasa. Proses transaksional dapat terjadi bila peran orang dewasa (orang
tua atau guru) membantu mengambangkan imajinasi anak dalam berbagai
24
kegiatan, seperti kegiatan menceritakan kembali isi cerita dan memahami isi
cerita.
“Fungsi utama hasil transaksional yaitu memberikan nilai personal dan
pendidikan” (Huck dalam Muh. Nur Mustakim, 2005: 14). Nilai personal dapat
memberikan kenikmatan, memperkuat cara berpikir, mengembangkan
kemampuan perilaku, dan menyajikan pengalaman yang menyeluruh. Nilai
pendidikan dapat mengembangkan bahasa, membantu belajar bahasa, dan
membantu belajar menulis.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa cerita anak adalah
karangan yang berisi kehidupan anak-anak dalam masyarakat dimana anak
sebagai subjek fokus perhatiannya. Cerita anak dapat memberikan nilai
personal dan pendidikan bagi anak. Nilai personal dan pendidikan tersebut
dapat berkembang dengan maksimal apabila ada pihak lain yang membantu
mengembangkan imajinasi anak, yaitu orang tua atau guru.
7. Unsur-unsur Cerita Anak
Pada umumnya cerita yang terdapat pada buku atau melalui layar kaca
atau layar lebar memiliki karakteristik yang sama dalam penyajian ceritanya.
Unsur pembentuk cerita pada umumnya memiliki tema yang bervariasi seperti
tema tentang pengalaman manusia termasuk kesenangan, kesengsaraan,
kebaikan, dan keburukan dalam kehidupan. Unsur alur, karakter tokoh, setting,
dan bahasa disesuaikan dengan tema cerita. Antara unsur-unsur cerita tersebut
saling mengisi dan memberi kontribusi yang padu dalam pembentukan cerita
serta kualitas cerita.
25
Burhan Nurgiyantoro (2005: 221) menyatakan bahwa “unsur intrinsik
adalah unsur-unsur cerita fiksi yang secara langsung berada di dalam, menjadi
bagian, dan ikut membentuk eksistensi cerita yang bersangkutan”. Unsur fiksi
yang termasuk dalam kategori ini misalnya adalah tokoh dan penokohan, alur,
latar, sudut pandang, dan lain-lain. dalam rangka telaah teks-teks fiksi cerita
anak, juga fiksi dewasa, unsur intrinsik inilah yang lebih menjadi fokus
perhatain.
Selain unsur intrinsik, juga terdapat unsur ekstrinsik. Unsur ekstrinsik
adalah unsur yang berada di luar cerita yang bersangkutan, akan tetapi
mempunyai pengaruh terhadap cerita yang dikisahkan secara langsung atau
tidak langsung. Hal-hal yang dapat dikategorikan ke dalam bagian ini misalnya
yaitu jati diri pengarang yang memiliki ideologi, pandangan hidup serta way of
life bangsanya, kondisi kehidupan sosial budaya masyarakat yang dijadikan
latar cerita, dan lain-lain. Pembicaraan unsur cerita anak lebih difokuskan
terhadap unsur-unsur intrinsik.
Cerita anak terdiri dari unsur-unsur pengembang cerita, antara lain:
tokoh dan penokohan, alur cerita, latar, tema, dan amanat. Berikut ini akan
diuraikan maing-masing unsur tersebut.
1) Tokoh dan Penokohan
“Tokoh cerita dimaksudkan sebagai pelaku yang dikisahkan perjalanan
hidupnya dalam cerita fiksi lewat alur baik sebagai pelaku maupun penderita
berbagai peristiwa yang diceritakan” (Burhan Nurgiyantoro, 2005: 222).
26
Muh. Nur Mustakim (2005: 25) menyatakan bahwa tokoh cerita dengan
karakteristik cerita anak-anak memberikan gambaran tokoh anak-anak yang
sedang tumbuh dan berkembang dalam lingkungan hidup anak. Biasanya tokoh
itu menjadi panutan anak-anak sebagai pejuang kecil atau tokoh yang berbuat
baik untuk kepentingan orang lain. Dalam cerita anak, tokoh cerita tidak harus
berwujud manusia, seperti anka-anak atau orang dewasa lengkap dengan nama
dan karakternya, melainkan dapat berupa binatang atau suatu objek lain.
Penokohan atau perwatakan ialah pelukisan mengenai tokoh cerita, baik
keadaan lahirnya maupun batinnya yang dapat berupa pandangan hidupnya,
sikapnya, keyakinannya, adat istiadatnya, dan sebagainya (Suharianto 2005:
20).
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tokoh adalah
pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita rekaan sehingga peristiwa itu
mampu menjalin suatu cerita. Penokohan yaitu penyajian watak tokoh dan
penciptaan citra tokoh yang membedakan dengan tokoh yang lain.
2) Alur Cerita
Burhan Nurgiyantoro (2005: 237) menyatakan bahwa “alur atau plot
dapat dipahami sebagi rangkaian peristiwa yang terjadi berdasarkan hubungan
sebab akibat”. Hal tersebut senada dengan pendapat Lukens (dalam Burhan
Nurgiyantoro, 2005: 238) yang menyatakan bahwa “alur merupakan urutan
peristiwa sebagaimana ditunjukkan oleh tokoh melalui suatu aksi”.
27
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa alur adalah
peristiwa-peristiwa dalam yang tersusun dengan urutan yang baik dan
menghasilkan sebuah cerita.
3) Latar
“Latar atau setting adalah waktu dan tempat terjadinya cerita secara
nyata yang dapat dipercaya kebenarannya” (Muh. Nur Mustakim, 2005: 21).
Sedangkan menurut Burhan Nurgiyantoro (2005: 249) latar (setting) dapat
dipahami sebagai landas tumpu berlangsungnya berbagai kisah dan peristiwa
yang diceritakan dalam cerita fiksi.
Burhan Nurgiantoro (2005: 249-250) menyatakan bahwa latar terbagi
menjadi dua yaitu latar fisik dan latar spiritual. Latar yang dapat diindera, dapat
dilihat kehadirannya, seperti tempat yang berupa sekolah, rumah, jalan, atau
tanah lapang disebut sebagai latar fisik. Dipihak lain, latar yang dirasakan
kehadirannya tetapi tidak dapat diindera, misalnya nilai-nilai dan aturan yang
mesti diikuti baik di rumah, di masyarakat, di sekolah, maupun di tempat lain
disebut latar spiritual.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, disimpulkan bahwa latar atau
setting adalah tempat, waktu, dan suasana yang digambarkan dalam sebuah
cerita. Dalam cerita anak, latar fisik dinilai lebih penting dari pada latar
spiritual. Sehingga, latar fisik dalam cerita anak sebaknya disampaikan secara
jelas dan rinci.
28
4) Tema
Secara sederhana tema dapat dipahami sebagai gagasan yang mengikat
cerita (Lukens dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 260). Tema merupakan
dasar pengembangan sebuah cerita. Sebagai sebuah gagasan yang ingin
disampaikan, tema dijabarkan dan dikonkretkan melalui unsur-unsur intrinsik
yang lain terutama tokoh, alur, dan latar.
Pemahaman terhadap tema suatu cerita adalah pemahaman terhadap
makna cerita itu sendiri (Burhan Nurgiyantoro, 2005: 260). Tema-tema cerita
anak memberikan nilai kejujuran, keadilan, ketakwaan kepada Tuhan, kasih
sayang, dan cinta kepada orang tua.
Berdasarkan beberapa uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa tema
merupakan pokok permasalahan yang akan diangkat dalam suatu cerita. Dalam
cerita anak, tema yang diangkat mengandung nilai-nilai kebaikan yang
bertujuan untuk dapat dicontoh oleh anak-anak.
5) Amanat
Burhan Nurgiyantoro (2005: 265) mengatakan bahwa amanat adalah
sesuatu yang selaluberkaitan dengan berbagai hal yang berkonotasi positif,
bermanfaat bagi kehidupan, dan mendidik. Amanat merupakan ungkapan
pengarang kepada pembaca. Amanat cerita anak, disampaikan dengan lebih
konkret sehingga mudah dipahami. Hal itu disebabkan karena cerita anak hadir
dan ditulis sebagai salah satu alternatif memberikan pendidikan kepada anak
melalui cerita.
29
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa amanat merupakan pesan yang
ingin disampaikan pengarang oleh pendengar atau pembaca secara tersirat
maupun tersurat. Dalam cerita anak, amanat yang disampaikan lebih konkret
karena bertujuan untuk mendidik.
8. Manfaat Cerita Anak
Muh. Nur Mustakim (2005: 72) menyatakan bahwa terdapat empat
manfaat cerita anak, yaitu:
1) Manfaat pendidikan 2) Manfaat hiburan 3) Manfaat pengembangan imajinasi 4) Manfaat gemar bercerita
Untuk mendalami pemahaman manfaat cerita anak, akan dijabarkan
pada penjelasan berikut ini.
1) Manfaat pendidikan
Tema cerita pada anak-anak beraneka ragam sesuai dengan peri
kehidupan anak di kota, di desa, dan di rumah. Pengungkapan tema-tema cerita
anak itu memberikan pendidikan secara langsung atau tidak langsung kepada
pembaca. Kadang pengarang cerita secara eksplisit memberikan pendidikan
melalui dialog tokoh-tokoh cerita dan secara implisit lewat pernyataan tokoh,
perilaku tokoh, dan ide-ide tokoh cerita. Sisi pendidikan penyimak cerita dapat
memetik banyak hal, seperti pengembangan keterampilan bahasa dan
interpretasi isi cerita.
30
2) Manfaat hiburan
Manfaat hiburan dari cerita ada penyebabnya. Penyebab tersebut lahir
dari ucapan-ucapan atau dialog para tokoh, dari gambar-gambar dan ilustrasi
yang menonjol, atau dari pencerita yang bertingkah berlebihan hingga anak
tahu kapan dan di mana tumbuh rasa gembira dan hiburan anak. Manfaat lain
dari memberikan perkembangan emosi hiburan juga mengembangkan imajinasi
anak, sekaligus mengajarkan berperilaku terpuji, memotivasi anak untuk aktif
berkreasi, dan merangsang perkembangan kognitif anak. Menurut Muh. Nur
Mustakim (2005: 83) anak akan mersa bahagia apabila tohok-tokoh dalam
cerita selalu mendapat keberhasilan.
3) Manfaat pengembangan imajinasi
Cerita anak-anak memberi imajinasi yang kompleks terhadap
pembentukan cerita (Muh. Nur Mustakim, 2005: 84). Perkembangan imajinasi
anak didukung dengan topik dan kreativitas orang yang melakukan kegiatan.
Penggunaan bahasa pengarang melalui dialog-dialog tokoh cerita atau monolog
pengarang dalam cerita dapat membangkitkan imajinasi anak untuk berkreatif
menggunakan bahasa ungkapan yang tepat atau pribahasa yang cocok dengan
situasi dan kondisi cerita.
Tema cerita anak yang bervariasi dapat membangkitkan daya imajinasi
anak untuk berkreativitas mengembangkan tema-tema yang lain atau tema
yang pernah dialami oleh anak. Tema cerita yang disuguhkan penulis serita
seperti tema pembentukan budi pekerti, persahabatan, petualangan, atau tema-
31
tema keagamaan ini menjadi bahan pilihan untuk membina imajinasi anak
dalm kegiatan bercerita.
4) Manfaat gemar bercerita
Anak sering mendengarkan cerita dari orang tua, kakaknya, atau dari
gurunya. Apabila diamati petilaku anak ketika mendengarkan cerita tersebut,
anak sanagt antusias mengikuti jalan ceritanya (Muh. Nur Mustakim, 2005:
86).
Upaya pencerita membangkitkan perhatian anka ketika bercerita ialah
mengajukan pertanyaan apa yang pernah diceritakan. Dari sisi lain, apakah
cerita itu diikuti dan dipahami oleh anak. Upaya lain untuk membangkitkan
daya visual anak tentang cerita anak adalah menyiapkan alat bantu berupa
gambar-gambar yang sesuai dengan jalan cerita. Untuk memudahkan
pemahaman alur cerita, pencerita menggunakan bahasa sederhana sesuai
dengan perkembangan bahasa anak.
Cerita anak memiliki banyak manfaat yang sangat berpengaruh bagi
pertumbuhan bahasa dan pikiran anak. Berdasarkan uraian di atas, menfaat
cerita anak yaitu sebagai pendidikan, sebagai hiburan, sebagai pengambangan
imajinasi, dan sebagai manfaat gemar bercerita.
9. Kriteria Pemilihan Cerita Anak
Perkembangan cerita anak yang diterbitkan oleh berbagai penerbit
memberi manfaat bagi orang tua dan guru untuk menambah wawasan tentang
masalah terbentuknya cerita dan kandungan isi cerita (Muh. Nur Mustakim,
2005: 91). Perkembangan buku cerita anak sekarang sudah sangat pesat. Buku
32
dicetak dengan ilustrasi yang berwarna dan sangat menarik. Demikian juga
dengan penggunaan bahasa cerita bukan saja Bahasa Indonesia, akan tetapi
juga terdapat bahasa asing seperti Bahasa Inggris.
Zuchdi (dalam Muh. Nur Mustakim, 2005: 92) menyatakan bahwa
memiliki buku-buku cerita hendaknya mempertimbangkan kurikulum maupun
kebutuhan anak-anak. Menurut Akhdiat (dalam Muh. Nur Mustakim, 2005: 93)
kriteria pemilihan cerita anak-anak, kesederhanaan bahasa dan kesederhanaan
alur.
Kriteria pemilihan cerita yang diungkapkan Tompkins (dalam Muh.
Nur Mustakim, 2005: 93) yaitu (1) mempunyai plot yang sederhana dan
tersusun baik; (2) mempunyai karakter yang cukup jelas: dan (3) menggunakan
bahasa yang hidup.
Berikut ini akan dijelaskan karakteristik pemilihan cerita anak menurut
Muh. Nur Mustakim (2005: 93-114).
1) Kesederhanaan Bahasa
Bahasa cerita dapat memberikan wawasan anak tentang isi cerita.
Pengarang memilih bahasa didasarkan pada latar bagaimana perkembangan
bahasa anak dan jalan pikiran anak. Kesederhanaan bahasa anak dalam
mengutarakan sesuatu pikiran, perasaan, dan keinginan anak dalam berbicara
ada;ah hal yang wajar.
Perkembangan bahasa anak dan cerita anak sangat diperlukan untuk
memilih cerita anak-anak. Cullinan (dalam Muh. Nur Mustakim, 2005: 95)
mengemukakan tiga prinsip yang dapat digunakan untuk membahas bahasa dan
33
sastra (cerita). Pertama, anak mengembangkan bahasa secara alami ketika
berinteraksi dengan isi cerita. Kdua, dalam perkembangan bahasa secara umum
anak sudah dapat memahami kalimat dan menarik makna dari konteks tersebut.
Ketiga, anak belajar berbahasa melalui kegiatan bercerita dapat meningkatkan
keterampilan bahasanya.
2) Kesederhanaan Alur
“Alur cerita adalah jalan cerita atau rentetan berbagai peristiwa yang
tersusun apik menjadi cerita” (Muh. Nur Mustakim, 2005: 100).
Kesederhanaan alur ecrita adalah perihal jalan cerita atau renteten peristiwa
dalam cerita yang sederhana, bersahaja, atau mudah dipahami dengan cepat
oleh anak. Dengan sekali membaca atau menyimak cerita, anak-anak dapat dan
mudah memehami jalan ceritanya.
Kesederhanaan alur cerita memberi peluang kepada anak untuk
mengembangkan daya nalarnya. Kesederhanaan alur cerita juga mampu
membantu perkembangan kognitif anak, memproduksi cerita, dan menyiapkan
pengembangan diri anak.
3) Perwatakan Tokoh
Ciri khas unsur cerita anak yang sangat menarik dan disukai anak-anak
adalah tokoh cerita. Tokoh anak harus jelas dan dapat dipercaya. Artinya tokoh
itu memiliki keperibadian yang jelas digambarkan melalui pikiran, kata-kata,
tindakan, dan ekspresi. Tokoh yang tampak dalam pikiran anak ada dua, yaitu
tokoh yang baik dan tokoh yang buruk atau jahat. Pelukisan tokoh cerita anak
34
yang demikian itu, adalah anak yang mempercayai tokoh yang baik dan yang
jahat.
Tokoh yang disukai anak-anka adalah tokoh yang berani, cerdik, dan
perkasa (Nuraeni dalam Muh. Nur Mustakim, 2005: 109). Untuk memantapkan
pemahaman anak terhadap tokoh-tokoh atau perwatakan pelaku dalam cerita,
pihak orang tua dan guru memberikan kegiatan apresiasi kepada cerita anak.
4) Mengandung Pendidikan Moral
Ditinjau dari tema cerita anak banyak manfaat yang diperoleh untukn
pendidikan anak-anak. Cerita-cerita yang ditulis pengarang menitipkan pesan
kepada pembaca secara eksplisit dan implisit tentang moral. Tentang
perkembangan moral anak-anak, dalam cerita dilukiskan pengarang menurut
perkembnagan moral yang realistis terhadap kehidupan anak.
Cerita-cerita yang menyampaikan pesan pendidikan moral dengan label
teladan sikap berbudi atau budi pekerti menyajikan cerita yang memuat sikap
anak yang berbudi. Cerita tersebut dimaksudkan untuk memberi teladan kepada
anak-anak guna membina ptibadinya.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa cerita anak
memiliki kriteria. Kriteria cerita anak yaitu mengenai kesederhanaan bahasa,
kesederhanaan alur, perwatakan tokoh, dan mengandung pendidikan moral.
Kriteria ini sesuai dengan tingkat perkembangan anak-anak.
10. Pengertian Kemampuan Menyimak Cerita Anak
Kemampuan berasal dari kata mampu. Menurut Kamus Lengkap
Bahasa Indonesia mampu berarti kuasa melakukan sesuatu, sanggup, dapat.
35
Kemampuan memiliki arti kesanggupan, kekuatan untuk melakukan sesuatu;
kekayaan yang dimiliki (Budiono, 2005: 332).
Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia istilah menyimak memliki
arti mendengarkan apa yang diucapkan atau dibaca orang lain secara seksama;
memeriksa dan mempelajari dengan teliti (Budiono, 2005: 477).
Cerita anak adalah karangan imajinatif menganai kehidupa anak yang
dapat ditilis oleh anak-anak ataupun orang dewasa (Muh. Nur Mustakim, 2005:
13).
Berdasarkan pengertian kemampuan, menyimak, dan cerita anak di atas
dapat disimpulkan pengertian kemampuan menyimak cerita anak adalah suatu
kesanggupan atau kekuasaan yang dimiliki untuk mendengarkan apa yang
diucapkan orang lain secara seksama dan disengaja pada sebuah cerita yang
menggambarkan kehidupan anak-anak.
11. Tahap-tahap Menyimak Cerita Anak
Menurut pendapat dari Strickland dan Dawson (dalam H.G Tarigan,
2008: 31-32) menyatakan bahwa terdapat sembilan tahap menyimak, mulai
dari yang berketentuan sampai pada yang amat bersungguh-sungguh.
Kesembilan tahap tersebut adalah sebagai berikut:
1) Menyimak berkala, yang terjadi pada saat-saat sang anak merasakan keterlibatan langsung dalam pembicaraan mengenai dirinya;
2) Menyimak dengan perhatian dangkal karena sering mendapat gangguan dengan adanya selingan-selingan perhatian kepada hal-hal di luar pembicaraan;
3) Setengah menyimak karena terganggu oleh kegiatan menunggu kesempatan untuk mengekspresikan isi hati serta mengutarakan apa yang terpendam dalam hati sang anak;
36
4) Menyimak sarapan karena sang anak keasyikan menyerap atau mengabsorbsi hal-hal yang kurang penting, hal ini merupakan penjaringan pasif yang sesungguhnya;
5) Menyimak sekali-sekali, menyimpan sebentar-sebentar apa yang disimak; perhatian secara saksama berganti dengan keasyikan lain; hanya memperhatikan kata-kata sang pembicara yang menarik hatinya saja;
6) Menyimak asosiatif, hanya mengingat pengalaman-pengalaman pribadi secara konstan yang mengakibatkan sang penyimak benar-benar tidak memberikan reaksi terhadap pesan yang disampaikan sang pembicara;
7) Menyimak dengan reaksi berkala terhadap pembicara dengan membuat komentar atau mengajukan pertanyaan;
8) Menyimak secara saksama, dengan sungguh-sungguh mengikuti jalan pikiran sang pembicara;
9) Menyimak secara aktif untuk mendapatkan serta menemukan pikiran, pendapat, dan gagasan sang pembicara.
Hunt (dalam H.G Tarigan, 2008: 35-36) mengemukakan adanya tujuh
tahapan menyimak, yaitu sebagi berikut.
1) Isolasi
Pada tahap ini sang penyimak mencatat aspek-asppek individual kata
lisan dan memisah-misahkan atau mengisolasikan bunyi-bunyi, ide-ide, fakta-
fakta, organisasi-organisasi khusus, begitupula stimulus-stimulus lainnya.
2) Identifikasi
Sekali stimulus tertentu telah dapat dikenal maka suatu makna atau
identitas pun diberikan kepada setiap butir yang berdikari itu.
3) Integrasi
Menginterpretasikan atau menyatupadukan sesuatu yang didengar
dengan informasi lain yang telah disimpan dan rekam dalam otak.
4) Inspeksi
Informasi baru yang telah diterima akan dikontraskan dan dibandingkan
dengan segala informasi yang telah dimiliki mengenai hal tertentu.
37
5) Interpretasi
Secara aktif mengevaluasi sesuatu yang didengar dan menelusuri dari
mana datangnya semua itu. Penyimak pun menolak dan menyetujui serta
mengakui dan mempertimbangkan informasi tersebut dnegan sumber-
sumbernya.
6) Interpolasi
Menyediakan serta memberikan data-data dan ide-ide penunjang dari
latar belakang pengetahuan dan pengalaman diri sendri untuk mengisi serta
memenuhi butir-butir pesan yang terdengar.
7) Introspeksi
Merefleksikan dan menguji informasi baru, penyimak berupaya untuk
mempersonalisasikan informasi tersebut dan menerapkannya pada situasi itu
sendiri.
Jadi, berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tahap-
tahap menyimak dari beberapa pendapat tersebut yang tepat digunakan dalam
penelitian ini adalah tahap mendengar, memahami, menginterpretasi, dan
menanggapi. Jadi tahap-tahap menyimak cerita anak yaitu tahap mendengar
cerita anak, memahami isi cerita anak, menginterpretasi cerita anak, dan
menanggapinya.
B. Media Film Animasi
1. Pengertian Media
Istilah media pembelajaran menurut Main Sufanti (2010: 61)
berdekatan dengan istilah-istilah yang lain, yaitu: sarana, alat peraga, alat
38
bantu, dan sumber belajar. Istilah-istilah tersebut memang secara konseptual
bisa dibedakan, namun di dalam proses pembelajaran istila-istilah ini sering
memiliki peran yang tumpang tindih bahkan sulit dibedakan.
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti
‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’. Dalam bahasa Arab media adalah
perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Azhar
Arsyad, 2009: 3). Sehingga, media dapat diartikan sebagai perantara atau
pengantar dari pengirim kepada penerima pesan. Media dapat diartikan dengan
manusia, benda, ataupun peristiwa yang membuat kondisi siswa
memungkinkan memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.
Gerlach dan Ely (dalam Azhar Arsyad, 2009: 3) mengatakan bahwa
media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau
kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh
pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks,
dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian
media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat
grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan
menyusun kembali informasi visual atau verbal.
Pendapat lain yaitu menurut Bretz (dalam Main Sufanti, 2010: 61-62)
mengemukakan bahwa media adalah sesuatu yang terletak di tengah-tengah,
jadi suatu perantara. Berdasarkan pengertian ini, maka media dapat dikatakan
sebagai perantara pesan.
39
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam proses penyampaian
informasi atau perantara untuk menyampaikan pesan, informasi, materi ajar
kepada peserta didik sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian,
dan minatnya dalam suatu proses pembelajaran yang dilakukan.
2. Fungsi dan Manfaat Media
Suatu proses pembelajaran terdapat dua unsur yang amat penting yaitu
metode pembelajaran dan media pembelajaran. Kedua unsur tersebut saling
berkaitan. Dalam memilih suatu metide pembelajaran tertentu akan
mempengaruhi media pembelajaran yang sesuai, walaupun masih ada unsur
lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan
pembelajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa kuasai setelah
pembelajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk karakteristik
siswa. Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama
media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut
mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang diciptakan oleh
guru.
Menurut Munadi (dalam Main Sufanti, 2010: 64) terdapat lima fungsi
media pembelajaran yaitu: (1) Media pembelajaran sebagai sumber belajar, (2)
fungsi semantik, (3) fungsi manipulatif, (4) fungsi psikologis, dan (5) fungsi
sosio-kltural.
Sedangkan Kemp dan Dayton (dalam Azhar Arsyad, 2009: 19)
menyatakan bahwa media pembelajaran memiliki tiga fungsi utama , yaitu (1)
40
memotivasi minat atau tindakan, (2) menyajikan informasi, dan (3) memberi
instruksi. Untuk memenuhi fungsi motivasi, media pembelajaran dapat
direalisasikan dengan teknik drama atau hiburan. Untuk tujuan informasi,
media pembelajaran dapat digunakan dalam rangka penyajian informasi
dihadapan sekelompok siswa. Media berfungsi untuk tujuan instruksi dimana
informasi yang terdapat dalam media itu harus melibatkan siswa baik dalam
benak atau mental maupun dalam bentuk aktivitas yang nyata sehingga
pembelajaran dapat terjadi.
Sudjana & Rivai (dalam Azhar Arsyad, 2009: 24-25) mengemukakan
manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu: (1)
pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar; (2) bahan pembelajaran akan lebih jelas
maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya
menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran; (3) metode mengajar akan lebih
bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata
oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi
kalau guru mengajar di setiap jam pelajaran; (4) siswa dapat lebih banyak
melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru,
tetapi juga aktifitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan,
memerankan, dan lain-lain.
Berdasarkan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa media berfungsi
untuk tujuan instruksi dimana informasi yang terdapat dalam media itu harus
melibatkan siswa baik dalam benak atau mental maupun dalam bentuk aktivitas
41
yang nyata, sehingga pembelajaran dapat terjadi. Di samping menyenangkan,
media pembelajaran harus dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan
dan memenuhi kebutuhan perorangan siswa.
3. Jenis-jenis Media Pembelajaran
Sri Anitah (dalam Main Sufanti, 2010: 68) mengklarifikasikan media
pembelajaran menjadi tiga yaitu: (1) media visual yang terdiri dari media
visual yang tidak diproyeksikan dan media visual yang diproyeksikan, (2)
media audio, dan (3) media audiovisual. Selain itu, Munadi (dalam Main
Sufanti, 2010: 68) menambahkan jenis media tersebut dengan multimedia.
Sedangkan menurut Kemp & Dayton (dalam Azhar Arsyad, 2009: 37)
mengelompokkan media ke dalam delapan jenis, seperti berikut.
1) Media cetakan
Media cetakan meliputi bahan-bahan yang disiapkan di atas kertas untuk
pengajaran dan informasi. Disamping buku teks atau buku ajar, termasuk
pula lembaran penuntun berupa daftar cek tentang langkah-langkah yang
harus diikuti ketika mengoperasikan sesuatu peralatan atau memelihara
peralatan. Lembaran ini berisi gambar atau foto di samping teks
penjelasan. Bentuk lain dari media cetakan adalah brosur dan newsletter.
2) Media pajang
Media pajang pada umumnya digunakan untuk menyampaikan pesan atau
informasi didepan kelompok kecil. Media ini meliputi papan tulis, gambar,
flip chart, papan magnet, papan kain, papan bulletin dan pameran. Media
42
pajang yang paling sederhana dan hampir selalu tersedia adalah papan
tulis.
3) Proyektor Transparasi(OHP)
Transparasi yang diproyeksikan adalah visual baik berupa huruf, lambang,
gambar, grafik atau gabungannya pada lembar bahan tembus pandang atau
plastik yang dipersiapkan untuk diproyeksikan ke sebuah layar atau
dinding melalui sebuah proyektor.
4) Rekaman Audio-Tape
Pesan dan isi pelajaran dapat direkam pada tape magnetik sehingga hasil
rekaman itu dapat diputar kembali pada saat diinginkan.
5) Slide
Slide (film bingkai) adalah suatu film transparansi yang berukuran 35 mm
dengan bingkai 2 x 2 inci. Bingkai tersebut terbuat dari karton atau plastik.
Film bingkai diproyeksikan melalui slide projector.
6) Film dan Video
Film atau gambar hidup merupakan gambar-gambar dalam frame di mana
frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis
sehingga pada layar terlihat gambaritu hidup.
7) Televisi
Televisi adalah sistem elektronik yang mengirimkangambar diam dan
gambar hidup bersama suara melalui kabel atau ruang.
43
8) Komputer
Komputer adalah mesin yang dirancang khusus untuk memanipulasi
informasi yang diberi kode, mesin elektronik yang otomatis melakukan
pekerjaan dan perhitungan sederhana dan rumit. Satu unit komputer terdiri
atas empat komponen dasar, yaitu input (misalnya keyboard dan writing
pad), prosesor (CPU: Unit pemroses data yang diinput), penyimpanan data
(memori yang menyimpan data yang akan diproses oleh CPU baik secara
permanen (ROM) maupun untuk sementara (RAM), dan output (misalnya
layar) monitor, printer atau plotter).
Berdasarkan beberapa jenis media yang telah dipaparkan di atas,
dapat disimpulkan bahwa penelitian ini menggunakan media berupa audio
visual yang disesuaikan dengan tema atau materi dan karakteristik siswa.
4. Pengertian Film
Menurut Azhar Arsyad (2009, 49) film atau gambar hidup merupakan
gambar-gambar dalam frame dimana frame demi frame diproyeksikan secara
mekanis sehingga gambar tampak hidup di layar. Film merupakan gambar
hidup yang terlihat pada gambar. Gambar yang terlihat tersebut merupakan
hasil proyeksi melalui lensa proyektor secara mekanis. Film itu bergerak dari
frame ke frame di depan lensa pada layar, gambar-gambar itu juga secara cepat
bergantian dan memberikan proses visual yang kontinyu di antara gambar demi
gambar tak ada celah-celah, bergerak dengan cepat dan pada layar terlihat
gambar-gambar yang berurutan dan melukiskan suatu peristiwa, cerita-cerita,
benda-benda, dan murni seperti pada aslinya (Oemar Hamalik, 1994: 84).
44
Umumnya, film digunakan sebagai sarana hiburan, dokumentasi, dan
pendidikan. Film dapat memberikan informasi, memeparkan proses,
menjelaskan konsep-konsep yang rumit, mengajarkan konsep-konsep,
memperpanjang atau menyingkat waktu, dan mempengaruhi sikap.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa film merupakan
gambar dengan ilusi gerak, sehingga terlihat hidup dalam frame yang
diproyeksikan melaui proyektor dan diproduksi secara mekanis sehingga dapat
dilihat dan didengar.
5. Film Animasi
Animasi adalah gambar bergerak berbentuk dari sekumpulan objek
(gambar) yang disusun secrara beraturan mengikuti alur pergerakan yang telah
ditentukan pada setiap pertambahan hitungan waktu yang terjadi (Muhammad
Iqbal, 2012). Animasi berasal dari semua penciptaan kehidupan baik dalam
objek mati maupun ke dalam objek yang tidak bernyawa.
Menurut Ariesto Hadi Sutopo (2002: 2) animasi menggambarkan objek
yang bergerak agar kelihatan hidup. Membuat aniamsi berarti menggerakkan
gambar seperti kartun, lukisan, tulisan, dan lain-lain. Animais sangat baik
untuk presentasi, pemodelan, dokumentasi, dan lain-lain.
Berdasarkan definisi di atas, tampak bahwa animasi sebenarnya
merupakan teknik dan proses memberikan gerakan yang tampak pada objek
mati. Animasi sering dihasilkan dari seni bentuk yang berurutan. Gerak gambar
animasi dihasilkan dari suatu rangkaian gambar tak hidup yang tersusun
dengan urut dalam perbedaan gerak. Dengan demikian, dapat disimpulkan
45
bahwa media film animasi adalah media audio visual berupa rangkaian gambar
tak hidup yang berurutan yang diproyeksikan secara mekanis elektronis
sehingga tampak hidup pada layar.
6. Keuntungan dan Keterbatasan Media Film
Menurut Azhar Arsyad (2009: 49-50) media film dan video memiliki
keuntungan dan keterbatasan sebagai berikut:
a. Keuntungan film atau video
1) Film dan video dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari
siswa ketika mereka membaca, berdiskusi, berpraktik, dan lain-lain.
Film merupakan pengganti alam sekitar dan bahkan dapat
menunjukkan objek yang secara normal tidak dapat dilihat, seperti cara
kerja jantung ketika berdenyut.
2) Film dan video dapat menggambarkan suaru proses secara tepat yang
dapat disaksikan secara berulang-ulang jika dipandang perlu.
Misalnya, langkah-langkah dan cara yang benar dalam berwudhu.
3) Disamping mendorong dan meningkatkan motivasi, film dan video
menanamkan sikap dan segi-segi afektif lainnya. Misalnya, film
kesehatan yang menyajikan proses berjangkitnya penyakit diare atau
eltor dapat membuat siswa sadar terhadap pentingnya kebersihan
makanan dan lingkungan.
4) Film dan video yang mengandung nilai-nilai positif dapat mengundang
pemikiran dan pembahasan dalam kelompok siswa. Bahkan, film dan
46
video, seperti slogan yang sering di dengar, dapat membawa dunia ke
dalam kelas.
5) Film dan video dapat menyajikan peristiwa yang berbahaya bila dilihat
secara langsung seperti lahar gunung berapi atau perilaku binatang
buas.
6) Film dan video dapat ditunjukkan kepada kelompok besar atau
kelompok kecil, kelompok yang heterogen maupun perorangan.
7) Dengan kemampuan dan teknik pengambilan gambar frame demi
frame, film yang dalam kecepatan normal memakan waktu satu
minggu dapat ditampilkan dalam satu atau dua menit. Misalnya,
bagaimana kejadian mekarnya kembang mulai dari lahirnya kuncup
bunga hingga kuncup itu mekar.
b. Keterbatasan film atau video
1) Pengadaan film dan video umumnya memerlukan biaya mahal dan
waktu yang banyak.
2) Pada saat film dipertunjukkan, gambar-gambar bergerak terus sehingga
tidak semua siswa mampu mengikuti informasi yang ingin
disampaikan melalui film tersebut.
3) Film dan video yang tersedia tidak selalu sesuai dengan kebutuhan dan
tujuan belajar yang diinginkan kecuali film dan video itu dirancang
dan diproduksi khusus untuk kebutuhan sendiri.
47
7. Media Film Animasi
Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam proses
penyampaian informasi atau perantara untuk menyampaikan pesan, informasi,
materi ajar kepada siswa sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian, dan minatnya dalam suatu proses pembelajaran yang dilakukan.
Film sebagai media audio visual merupakan sederetan gambar dengan
ilusi gerak, sehingga terlihat hidup dalam frame yang diproyeksikan melaui
proyektor dan diproduksi secara mekanis sehingga dapat dilihat dan didengar.
Animasi dihasilkan dari suatu rangkaian gambar tak hidup yang tersusun
dengan urut dalam perbedaan gerak yang minim pada setiap frame. Frame
adalah struktur gambar dasar pada suatu gerakan animasi atau gambar-gambar
berkesinambungan sehingga menghasilkan gerak yang baik di dalam film
maupun video.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa media film
animasi adalah suatu perantara audio visual untuk menyampaikan pesan,
informasi, materi ajar kepada peserta didik sehingga dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian, dan minatnya dalam suatu proses pembelajaran yang
dilakukan yang tersusun dari rangkaian gambar tak hidup yang berurutan pada
frame yang diproyeksikan secara mekanis elektronis sehingga tampak hidup
pada layar.
8. Peran Media Fim Animasi dalam Pembelajaran Menyimak
Peranan media pembelajaran dalam dunia pendidikan khususnya
kegiatan pembelajaran bahasa untuk mendorong tercapainya tujuan
48
pembelajaran yang efektif dan efisien. Jadi dapat dikatakan bahwa media
pendidikan merupakan suatu bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari
pendidikan di sekolah, oleh karena itu setiap guru harus memiliki pengetahuan
dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan. Sudjana & Rivai
(dalam Azhar Arsyad, 2009: 24-25) mengemukakan manfaat media
pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu: (1) pembelajaran akan lebih
menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar; (2)
bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami
oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan
pembelajaran; (3) metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata
komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak
bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar di setiap
jam pelajaran; (4) siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab
tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktifitas lain seperti
mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.
Media pembelajaran dikatakan baik dan dapat digunakan sebagai
pembelajaran apabila media tersebut bersifat efektif, efisisen, serta
komunikatif. Efisien artinya memiliki daya guna, ditinjau dari segi cara
penggunaan waktu dan tempat serta kecepatannya mencapai hasil secara
optimal. Efektif apabila penggunaannya mudah dalam waktu singkat dan dapat
mencakup isi dan tempat yang diperlukan tidak terlalu luas. Pemanfaatan
media secara efektif bukan hal yang mudah. Guru masih berperan untuk
membantu pemahaman konsep peserta didik.
49
Beberapa macam media pembelajaran, media film animasi dalam
bentuk CD adalah media yang paling lazim dipakai. Hal ini dikarenakan
peserta didik lebih menyukai gambar daripada tulisan, apalagi jika gambar
dibuat dan disajikan sesuai dengan persyaratan yang baik, sudah tentu akan
menambah semangat peserta didik dalam memngikuti proses pembelajaran.
CD termasuk ke dalam film animasi yakni media utuh yang
mengkolaborasikan bentuk-bentuk visual dengan audio. Film animasi dapat
digunakan untuk menyampaikan informasi yang dapat didengar (audio) dan
dapat dilihat (visual), sehingga dapat mendeskripsikan suatu masalah, suatu
konsep, suatu proses yang bersifat abstrak dan tidak lengkap menjadi lebih
jelas dan lengkap. Film animasi mampu menstimulasi beberapa pengertian,
menyediakan alat baru yang mampu mengatasi keterbatasan buku teks dan
guru.
Dalam pembelajaran menyimak cerita anak yang dirasa cukup menarik
adalah karena pembelajaran menggunakan media film animasi. Pembelajaran
dengan menggunakan media film animasi dapat digunakan untuk menjelaskan
suatu pengertian abstrak atau konsep yang sering sulit dijelaskan dengan kata-
kata. Dengan media ini, peserta didik dapat merumuskan pemahaman tentang
suatu konsep, kaidah-kaidah asas (prinsip), unsur-unsur pokok, proses, hasil,
dampak, dan seterusnya. Dengan demikian, tingkat pemahaman dan
penguasaan menyimak cerita anak akan menjadi lebih baik.
50
9. Langkah-langkah Pembelajaran Menyimak Cerita Anak
Menggunakan Media Film Animasi
Langkah-langkah dalam pelaksanaan pembelajaran menyimak cerita
anak menggunakan film animasi adalah sebagai berikut.
a. Guru membaca buku pedoman penggunaan media film animasi.
b. Guru dan peneliti menyiapkan laptop, LCD, layar proyektor, speaker dan
CD cerita anak.
c. Siswa ditayangkan film animasi cerita anak.
d. Siswa diminta mengidentifikasi unsur intrinsik cerita anak seperti tema,
tokoh dan penokohan, latar, dan amanat.
e. Siswa mengarjakan LKS.
f. Siswa diminta membacakan hasil kerjanya.
g. Beberapa siswa diminta untuk menceritakan kembali isi cerita anak yang
telah disimaknya.
h. Siswa mengerjakan soal evaluasi.
i. Guru melakukan tindak lanjut.
C. Karekteristik Siswa Kelas V Sekolah Dasar
Sekolah Dasar merupakan lembaga pendidikan yang menyelenggarakan
program pendidikan enam tahun bagi anak-anak usia 6-12 tahun. Menurut
Suharjo (2006:1), pendidikan di sekolah dasar dimaksudkan untuk memberikan
bekal kemampuan dasar kepada anak didik berupa pengetahuan, keterampilan,
dan sikap sesuai dengan tingkat perkembangannya, untuk mempersiapkan
51
siswa melanjutkan ke jenjang berikutnya. Pendidikan di sekolah dasar
bertujuan untuk menghasilkan masyarakat Indonesia yang berkualitas.
Menurut Piaget (Suharjo, 2006: 37) mengatakan bahwa tahap-tahap
perkembangan anak secara hierarkis terdiri dari empat tahap yaitu tahap sensori
motoris (0-2 tahun), tahap pra operasional (2-6/7 tahun), tahap operasional
konkrit (6/7-11/12 tahun), dan tahap operasional formal. Dengan demikian,
maka usia anak SD terjadi pada tahap operasional konkrit.
Endang Poerwanti dan Widodo (2002: 44) anak pada usia 6-12 tahun
merupakan masa kanak-kanak akhir, masa ini juga disebut masa bermain.
Cirri-ciri pada masa ini, anak-anak mempunyai dorongan mental untuk
memasuki dunia konsep, logika, symbol, dan sebagainya.
Menurut Rita Eka Izzaty, dkk (2008: 116-117) ciri-ciri khas anak masa
kelas-kelas tinggi sekolah dasar adalah:
1. Perhatiannya tertuju pada kehidupan praltis sehari-hari. 2. Ingin tahu, inin belajar, dan realistis. 3. Timbul minat pada pelajaran-pelajaran khusus. 4. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi
belajarnya di sekolah. 5. Anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk
bermain bersama, mereka mambuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.
Yudrik Jahja (2013: 205-211) menyatakan bahwa ciri khas siswa kelas
tinggi Sekolah Dasar adalah sebagai berikut:
1. Keterampilan menolong diri sendiri hampir secepat dan semahir orang
dewasa.
2. Memiliki inisiatif sendiri dalam melakukan sesuatu.
52
3. Anak mengembangkan berbagai keterampilan yang diperlukan untuk
menulis, menggambar, menari, mewarnai, dan membuat pekerjaan tangan
di sekolah.
4. Kesalahan dalam pengucapan kata-kata lebih sedikit dibandingkan pada
kelas rendah.
5. Pembentukan kalimat lebih singkat dan padat.
Karateristik anak sekolah dasar menurut Angela Aning (dalam Suharjo
2006:36), sebagai berikut:
1. Kemampuan berfikir anak itu berkembang secara sekuensial dari kongkrit menuju abstrak.
2. Anak harus menuju ke tahap perkembangan berikutnya dan tidak boleh dipaksakan untuk bergerak menuju tahap perkembangan kognitif yang lebih tinggi, misalnya: dalam hal membaca permulaan, mengingat angka, dan belajar konservasi.
3. Anak belajar melalui pengalaman-pengalaman langsung, khususnya melalui aktivitas bermain.
4. Anak memerlukan pengembangan kemampuan penggunaan bahasa yang dapat digunakan secara efektif di sekolah.
5. Perkembangan sosial anak dari egosentris menuju kepada kemampuan untuk berempati dengan yang lain.
6. Setiap anak sebagai seorang individu, masing-masing memiliki cara belajar yang unik.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimulkan bahwa karakteristik siswa
SD kelas tinggi, terutama kelas V adalah berfikir konkret ke abstarak dan
senang mencoba hal-hal baru yang menarik. Siswa kelas V membutuhkan
belajar secara konkret terlebih dahulu kemudian baru memahami konsep secara
abstrak. Dalam pembelajaran menyimak, siswa kelas V masih kesulitan apabila
cerita yang disimaknya hanya dibacakan oleh guru karena hal ini masih terlalu
abstrak untuk usia anak tersebut. Dengan penggunaan media film animasi,
53
cerita yang disimaknya akan lebih konkret dan menarik, sehingga anak akan
termotivasi dan lebih mudah menagkap isi cerita tersebut.
D. Kerangka Pikir
Kemampuan menyimak merupakan suatu kesanggupan atau kekuasaan
yang dimiliki untuk mendengarkan apa yang diucapkan orang lain secara
seksama dan disengaja. Kemampuan menyimak merupakan salah satu
keterampilan berbahasa yang bertujuan untuk membantu siswa dalam
mengembangkan keterampilan berkomunikasi, baik secara lisan maupun
tertulis. Kemampuan menyimak mempunyai pengaruh terhadap kemampuan
berbahasa lainnya seperti berbicara, membaca, dan menulis.
Kemampuan menyimak cerita anak pada siswa kelas V SD Negeri
Delegan 2 dinilai belum maksimal. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Salah satu faktor yang berpengaruh adalah penggunaan media pembelajaran.
Media pembelajaran menyimak belum digunakan secara maksimal. Dalam
proses pembelajaran siswa hanya menyimak pembacaan teks yang dilakukan
oleh guru. Hal ini menyebabkan siswa bosan dan kurang semangat dalam
mengikuti belajar menyimak cerita dan akhirnya berpengaruh pada penguasaan
kemampuan menyimak menjadi rendah dan hasil belajar yang kurang
memuaskan. Dengan demikian akan dilakukan perbaikan pembelajaran pada
saat siswa kelas V, yaitu dengan penggunaan media film animasi.
Dengan penggunaan media film animasi ini diharapkan mampu
membuat pembelajaran menjadi menyenangkan dan tidak membosankan
sehingga siswa dapat berkonsentrasi dalam belajar. Dengan demikian siswa
54
mudah memahami isi yang terkandung dalam cerita anak dan hasil belajar
siswa pun dapat meningkat. Manfaat lain selain memberikan perbaikan pada
prestasi siswa, penggunaan media film animasi dalam kemampuan menyimak
cerita anak juga dapat meningkatkan keterampilan guru dalam melaksanakan
pembelajaran. Berikut merupakan gambar kerangka pikir pada penelitian ini.
Gambar 1. Kerangka Pikir
E. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pikir di atas, disusun hipotesis tindakan yaitu,
“Media film animasi dapat meningkatkan kemampuan menyimak cerita anak
pada siswa kelas V SD Negeri Delegan 2, Prambanan, Sleman”.
Kemampuan menyimak cerita anak pada siswa kelas V SD Negeri Delegan 2, Prambanan, Sleman meningkat.
Penggunaan media film animasi ketika pembelajaran menyimak cerita anak berlangsung.
Kemampuan menyimak cerita anak pada siswa kelas V SD Negeri Delegan 2, Prambanan, Sleman masih tergolong rendah, hal ini dibuktikan dengan nilai
ketuntasan yang cukup rendah.
55
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas atau
dalam Bahasa Inggris disebut dengan Classroom Action Research (CAR).
“Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan
belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam
sebuah kelas secara bersama” (Suharsimi Arikunto, dkk, 2006: 3). Hal senada
juga dikemukakan oleh Suyadi (2013: 22) mengungkapkan bahwa Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) adalah pencermatan yang dilakukan oleh orang-orang
yang terlibat di dalamnya (guru, peserta didik, kepala sekolah) dengan
menggunakan metode refleksi diri dan bertujuan untuk melakukan perbaikan
diberbagai aspek pembelajaran.
Zainal Aqib (2006: 13) mengungkapkan bahwa Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja
dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas. Menurut Kemmis dan
McTaggart (dalam H.M Sukardi, 2012: 3) penelitian tindakan adalah cara suatu
kelompok atau seseorang dalam mengorganisasi sebuah kondisi dimana
kelompok tersebut dapat mempelajari pengalaman mereka dan membuat
pengalaman mereka dapat diakses orang lain.
Berdasarkan beberapa pengertian tentang penelitian tindakan kelas,
dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian
tindakan dalam bidang pendidikan yang dilaksanakan dalam kawasan kelas dan
56
memiliki tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas praktik
pembelajaran. Penelitian yang dilakukan peneliti merupakan penelitian
tindakan kelas yang berbentuk kolaboratif antara peneliti dengan guru kelas
tersebut. Dalam penelitian ini, diberikan suatu tindakan dalam situasi
sebenarnya. Berdasarkan tindakan tersebut kemudian dilihat kekurangan dan
kelebihan kemudian melakukan perubahan yang berfungsi untuk peningkatan.
Upaya perbaikan ini dilakukan dengan melaksanakan tindakan untuk mencari
jawaban atas permasalahan yang ada di kelas.
B. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek yang diteliti adalah siswa kelas V SD Negeri Delegan 2,
Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta yang berjumlah 31
siswa terdiri dari 19 siswa putra dan 12 siswa putri.
Objek dalam penelitian ini yaitu meningkatkan kemampuan menyimak
cerita melalui penggunaan media film animasi pada siswa kelas V SD Negeri
Delegan 2.
C. Setting Penelitian
Lokasi yang digunakan untuk penelitian ini adalah di SD Negeri
Delegan 2, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Sekolah
tersebut dipilih sebagai lokasi penelitian karena berdasarkan prasurvei yang
telah dilakukukan peneliti di SD Negari Delegan 2, Prambanan, Sleman serta
melalui wawancara dengan guru kelas V, ditemukan permasalahan dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu terkait pembelajaran menyimak cerita
anak. Penelitian ini dilaksanakan pada semester 2 atau semester genap tahun
57
pelajaran 2015/2016 terhadap siswa kelas V SD Negeri Delegan 2,
Prambanan, Sleman.
D. Model Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan model
penelitian yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart. Pada penelitian
tindakan kelas ada tahap-tahap yang harus dilakukan yang disebut siklus.
Siklus dalam penelitian ini terdiri dari perencanaan (planning), tindakan
(acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting) dan perencanaan
kembali (Suharsimi Arikunto, dkk, 2006: 16). Berikut model visualisasi bagan
yang disusun oleh Kemmis dan Taggart
.
Gambar 2. Proses Penelitian Tindakan
58
Berikut penjelasan dari proses penelitian tindakan:
1. Perencanaan
Tahap perencanaan dimulai dari mengajukan permohonan ijin kepada
pihak sekolah. Kemudian peneliti bekerja sama dengan guru kelas melakukan
penemuan masalah dan kemudian merancang tindakan yang akan dilakukan.
Secara lebih rinci, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Menemukan masalah penelitian yang ada di lapangan. Pada fase ini
dilakukan melalui diskusi dengan guru dan siswa melalui observasi di
dalam kelas.
b. Merencanakan langkah-langkah pembelajaran (menyusun RPP) untuk
materi mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik cerita anak pada siklus I.
Perencanaan yang dibuat bersifat fleksibel dan terbuka terhadap perubahan
dalam pelaksanaannya.
c. Menyiapkan media, yaitu berupa film animasi.
d. Menyusun instrumen tes dan observasi. Instrumen tes yaitu soal pilihan
ganda beserta penilaiannya. Instrumen lainnya yaitu berupa lembar
observasi.
e. Melakukan kolaborasi dengan guru kelas dan mengumpulkan informasi
dari kelas tersebut.
2. Tindakan dan Observasi
Tahap tindakan dan observsai dilakukan dalam satu waktu, pada saat
guru melakukan tindakan disitupula obsrevan melakukan kegiatan observasi
terhadap kegiatan pembelajaran.
59
Pada langkah ini merupakan langkah pelaksanaan dari perencanaan
yang telah disiapkan. Tindakan yang akan dilakukan dalam pembelajaran
menyimak cerita anak menggunakan media film animasi pada penelitian ini
sesuai dengan perencanaan yang telah disusun. Tindakan yang akna dilakukan
dalam tahap ini adalah sebagai berikut.
a. Pendahuluan atau persiapan
Langkah awal pada tahap ini adalah guru mengkondisikan siswa agar
siap mengikuti pembelajaran dan memberikan apresepsi dengan melakukan
tanya jawab tentang cerita anak yang diketahui siswa. Tujuan dari apresepsi ini
adalah untuk menggali pengetahuan siswa tentang cerita anak. Selanjutnya
guru memberikan penjelasan mengenai kegiatan belajar mengajar yang akan
dilakukan yaitu menyimak cerita anak menggunakan media film animasi.
Selain itu, guru juga menyampaikan manfaat pembelajaran. Hal ini dilakukan
sebagai upaya menumbuhkan minat belajar siswa supaya mulai dari awal siswa
telah termotivasi mengikuti pembelajaran.
b. Inti atau pelaksanaan
Pada tahap ini, guru memberikan penjelasan tentang unsur intrinsik
cerita anak dengan tujuan agar lebih mudah dipahami siswa. Siswa menyimak
cerita anak melalui proyektor yang disambungkan ke layar. Selama kegiatan
menyimak berlangsung, guru meminta siswa untuk melakukan pengamatan dan
diperbolehkan menulis nama-nama tokoh yang dianggap penting. Setelah
selesai menyimak, kegiatan selanjutnya adalah siswa berdiskusi kemudian
mengerjakan soal yang diberikan oleh guru terkait cerita anak yang telah
60
disimaknya. Siswa diberi pertanyaan mengenai tema, tokoh dan penokohan,
setting atau latar dan amana dari cerita yang telah disimak. Guru meminta
siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya untuk diberi penilaian. Beberapa
siswa diminta menyampaikan hasil pekerjaannya di depan kelas secara
bergiliran dan siswa lain dapat memberikan masukannya.
c. Penutup atau akhir
Guru bersama siswa melkukan refleksi terkait pembelajaran yang telah
berlangsung. Pada akhir pembelajaran, siswa dengan bantuan guru
menyimpulkan cerita anak yang telah dilihatnya.
Disamping tindakan yang dilakukan guru, observan juga melakukan
observasi. Pengamatan atau observasi merupakan upaya mengamati
pelaksanaan tindakan. Hal yang diamati dalam pembelajaran menyimak cerita
anak ini kinerja siswa selama pembelajaran berlangsung yaitu observasi dari
kegiatan awal pembelajaran, kegiatan menyimak, kegiatan mengerjakan soal
sampai kegiatan akhir pembelajaran. Selain itu aktivitas pengajaran yang
dilakukan oleh guru kelas juga diamati.
3. Refleksi
Refleksi adalah kegiatan mengkaji dan mempertimbangkan hasil yang
diperoleh dari pengamatan sesuai dengan hasil tes dan hasil observasi. Data
atau hasil perubahan setelah adanya tendakan dianalisis kemudian dijadikan
acuan perubahan atau perbaikan tindakan yang dianggap perlu pada tindakan
selanjutnya.
61
Apabila pada tindakan pertama belum mencapai hasil yang sesuai
dengan tujuan yang diharapkan, maka dapat dilakukan perubahan rencana
tindakan pada siklus selanjutnya dengan mengacu pada hasil evaluasi
sebelumnya. Dalam upaya memperbiki tindakan pada siklus selanjutnya perlu
menganalisis hasil tes dan hasil observasi. Analisis hasil tes siswa dilakukan
dengan menentukan nilai rata-rata kelas. Hasil analisis digunakan sebagai
kajian dan bahan pembanding terhadap hasil siklus selanjutnya.
E. Teknik Pengumpulan Data
Salah satu hal penting dalam penelitian adalah teknik pengumpulan
data, yaitu untuk mengumpulkan data yang diperlukan guna tercapainya
penelitian yang akurat. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah
metode tes, observasi, dan dokumentasi. Tes digunakan untuk mengetahui
tingkat kemampuan siswa dalam menyimak cerita anak, sedangkan observasi
digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran menyimak
cerita anak melalui penggunaan media film animasi. Dokumentasi dalam
penelitian ini memberikan bukti-bukti terkait penelitian yang telah dilakukan.
Dokumen yang digunakan yaitu dokumen tulis dan dokumen gambar.
1. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Suharsimi
Arikunto, 2006: 53). Senada dengan Hamzah B. Uno, dkk (2011: 104) yang
menyatakan bahwa tes ialah seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan
62
kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang
dijadikan penetapan skor angka.
Tes dilakukan pada tiap skiklus setelah siswa selesai menyimak cerita
anak melalui media film animasi. Pengumpulan data tes untuk mengungkapkan
pemahaman siswa terhadap materi simakan serta mengetahui ketercapaian
indikator menyimak cerita anak. Soal digunakan untuk mengetahui
ketercapaian indikator. Dari hasil analisis tes tersebut, akan diketahui
peningkatan kemampuan menyimak cerita anak pada siswa.
2. Observasi
Observasi atau pengamatan diperlukan untuk menjawab pertanyaan
yang diajukan dalam penelitian ini. Observasi dilkukan pada saat kegiatan
pembelajaran berlangsung.
Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara
mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan
yang sedang berlangsung (Nana Syaodih Sukmadinata, 2013: 220). Observasi
dilakukan terhadap siswa dan guru untuk mengetahui interaksi proses belajar
mengajar, sikap positif dan negatif siswa terhadap kemampuan menyimak.
Observasi dilakukan berdasarkan aktivitas siswa selama kegiatan
pembelajaran berlangsung. Aspek yang dinilai dalam lembar observasi adalah
hal-hal yang terdapat pada kegiatan awal, inti, dan akhir.
3. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bisa berupa tulisan, gambar, atau karya-karya menumental dari seseorang
63
(Sugiyono, 2013: 329). Dokumen yang berbentuk tulisan antara lain catatan
harian, sejarah kehidupan, ceritera, biografi, peraturan, dan kebijakan.
Dokumen yang berbeentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa, dan
lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni. Studi dokumen
atau dokumentasi merupakan pelangkap dari penggunaan metode observasi dan
wawancara dalam suatu penelitian.
F. Instrumen Penelitian
Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap
fenomena sosial maupun fenomena alam. Meneliti adalah melakukan
pengukuran, sehingga harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam
penelitian biasanya disebut dengan instrumen penelitian (Sugiyono, 2013:
148).
Instrumen yang digunakan dalam suatu penelitian harus sesuai dengan
teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data. Dalam penelitian ini
menggunakan teknik tes, observasi, dan dokumentasi, sedangkan instrumen
yang digunakan adalah soal tes, lembar observai, dan dokumen (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran, catatan-catatan yang berhubungan dengan
penilaian, data hasil observasi siswa, data nilai siswa, dan foto-foto saat proses
pembelajaran berlangsung).
1. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alatblain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Suharsimi
64
Arikunto, 2006: 53). Soal tes digunakan untuk mengukur pengetahuan dan
kemampuan menyimak cerita anak. Peneliti membuat lambar penilaian untuk
mengukur kemampuan menyimak cerita anak. Dalam meneliti kemampuan
menyimak cerita anak, peneliti menggunakan aspek-aspek kemampuan
menyimak yang diuraikan dalam kisi-kisi. Dalam pemberian nilai, peneliti
membuat pedoman pemberian nilai untuk mengukur kemampuan menyimak.
Soal tes yang diberikan berupa soal pilihan ganda dengan jumlah 20 soal. Soal
tersebut dibuat peneliti dan telah divalidasi oleh dosen ahli materi melalui
expert judgment. Untuk mengukur kemampuan menyimak pada siswa, maka
dilakukan tes kemampuan menyimak yang sudah disiapkan oleh guru. Menurut
Burhan Nurgiyantoro (2001: 239) penyusunan tes kemampuan menyimak yang
menyangkut aspek kognitf hendaknya dibuat secara berjenajang, jika
dimungkinkan mulai dari tingkat ingatan samapi dengan tahap evaluasi. Kisi-
kisi pedoman pemberian nilai kemampuan menyimak permulaan dapat dilihat
pada tabel berikut.
65
Tabel 1. Kisi-kisi tes kemampuan menyimak
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator
Nomor Soal Jumlah Soal C1 C2 C3
5. Memahami cerita tentang suatu peristiwa dan cerita pendek anak yang disampaikan secara lisan.
5.2 Mengidentifikasi unsur cerita (tokoh, tema, latar, amanat)
Menyebutkan nama-nama tokoh cerita anak yang diperdengarkan.
3 6 2
Menyebutkan sifat-sifat tokoh dalam cerita anak
4,14 9,10, 15,19 6
Menentukan tema cerita anak 1 2 11 3
Menentukan latar cerita anak. 16,17 5,12 7 5
Menentukan amanat yang terkandung dalam cerita anak.
18 13 8,20 4
Total item 5 7 8 20
2. Observasi
Lembar observasi yang digunakan peneliti sebagai petunjuk dalam
mengamati kegiatan siswa. Dalam lembar observasi peneliti akan memperoleh
data aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran menyimak cerita anak
menggunakan media film animasi. Kisi-kisi observasi terhadap akivitas siswa
dapat dilihat pada tabel berikut.
66
Tabel 2. Kisi-kisi observasi aktivitas siswa
No. Aspek Indikator Skor
1.
Keaktifan siswa dalam bertanya saat pembelajaran.
Siswa sangat aktif bertanya saat pembelajaran. 4
Siswa aktif bertanya saat pembelajaran. 3 Siswa kurang aktif bertanya saat pembelajaran. 2
Siswa tidak aktif bertanya saat pembelajaran. 1
2. Motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran.
Siswa menjadi sangat tertarik dalam pembelajaran. 4
Siswa menjadi tertarik dalam pembelajaran. 3 Siswa kurang tertarik dalam pembelajaran. 2 Siswa tidak tertarik dalam pembelajaran. 1
3.
Perhatian siswa saat pembelajaran menggunakan media film animasi.
Siswa sangat memperhatikan guru saat mengajar. 4
Siswa memperhatikan guru saat mengajar. 3 Siswa kurang memperhatikan guru saat mengajar. 2
Siswa tidak memperhatikan guru saat mengajar. 1
4.
Kegiatan pembelajaran yang menyenangkan.
Siswa merasa kegiatan pembelajaran sangat menyenangkan. 4
Siswa merasa kegiatan pembelajaran menyenangkan. 3
Siswa merasa kegiatan pembelajaran kurang menyenangkan. 2
Siswa tidak senang mengikuti pembelajaran. 1
5. Respon siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Siswa sangat merespon materi yang diajarkan. 4
Siswa merespon materi yang diajarkan. 3 Siswa kurang merespon materi yang diajarkan. 2
Siswa tidak merespon materi yang diajarkan. 1
67
No. Aspek Indikator Skor
6. Tanggung jawab siswa
Siswa sangat bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugasnya. 4
Siswa bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugasnya. 3
Siswa kurang bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugasnya. 2
Siswa tidak bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugasnya. 1
7. Percaya diri siswa
Siswa sangat percaya diri saat menyelesaikan tugasnya. 4
Siswa percaya diri saat menyelesaikan tugasnya. 3
Siswa kurang percaya diri saat menyelesaikan tugasnya. 2
Siswa tidak percaya diri saat menyelesaikan tugasnya. 1
3. Dokumentasi
Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini berupa Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), catatan-catatan yang berhubungan
dengan penilaian, data hasil observasi siswa, data nilai siswa, dan foto-
foto saat proses pembelajaran berlangsung.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik analisis
data secara kualitatif dan kuantitatif. Observasi menggunakan analisis data
secara kualitatif. Data hasil observasi yang didapat melalui lembar observasi
aktivitas siswa digunakan untuk melihat proses pembelajaran menyimak cerita
anak. Data yang terkumpul diolah dan dianalisis dengan membuat tabel dan
68
persentase. Rumus perhitungan analisis persentase aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran yang digunakan adalah rumus persentase yang dikemukakan oleh
M. Ngalim Purwanto (2002:102) sebagai berikut.
Dalam menentukan kriteria penilaian tentang hasil observasi aktivitas
siswa, maka dilakukan pengelompokkan atas 5 kriteria penilaian yaitu sangat
baik, baik, cukup, kurang dan sangat kurang. Adapun kriteria persentase
tersebut menurut Ngalim Purwanto (2002: 103) adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Kriteria Penilaian Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Presentase (%) Keterangan 86-100 Sangat Baik 76-85 Baik 60-75 Cukup 55-59 Kurang ≤ 54 Sangat Kurang
Sedangkan analisis data secara kuantitatif pada penelitian ini digunakan
untuk mengukur kemampuan siswa dalam menyimak cerita anak yaitu dengan
membandingkan perolehan hasil menyimak cerita anak sebelum tindakan
dengan hasil perolehan nilai menyimak cerita anak setelah tindakan. Data
dihitung dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menghitung nilai menyimak pratindakan, siklus I dan siklus II.
Nilai rata-rata (NR) =
푥 100%
69
2. Menghitung nilai rata-rata (mean) kelas menyimak cerita anak pada
pratindakan, siklus I dan siklus II. Nilai rata-rata dihitung dengan rumus:
Keterangan:
MX = Mean yang kita cari
ƩX = Jumlah dari skor atau nilai yang dicari
N = Number of Cases (banyaknya skor)
(Anas Sudijono, 2010: 81)
Dalam menentukan kriteria penilaian hasil kemampuan menyimak
cerita anak pada siswa setiap siklus, maka dilakukan pengelompokkan atas 5
kriteria penilaian yaitu sangat baik, baik, cukup, kurang dan sangat kurang.
Kriteria penilaian menurut Suharsimi Arikunto (2006: 245) adalah sebagai
berikut.
Tabel 4. Kriteria Penilaian Kemampuan Menyimak Cerita Anak
Nilai Keterangan 80-100 Sangat Baik 66-79 Baik 56-65 Cukup 40-55 Kurang 30-39 Sangat Kurang
Mx=ƩX 푁
70
H. Kriteria Keberhasilan Tindakan
Sesuai dengan karakteristik penelitian tindakan, keberhasilan penelitian
tindakan ini ditandai dengan adanya perubahan kearah perbaikan, baik terkait
dengan suasana belajar dan pembelajaran. Sebagai indikator keberhasilan
tindakan ini, dikatakan berhasil jika 75% atau lebih jumlah siswa mengikuti
pembelajaran telah mencapai taraf keberhasilan minimal. Sesuai dengan
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan untuk siswa kelas V SD
Negeri Delegan 2, maka siswa dikatakan berhasil apabila memiliki nilai rata-
rata kelas menyimak cerita anak minimal 73.
71
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Pratindakan
Hal pertama yang dilakukan sebelum penelitian, peneliti melakukan
studi awal dalam permasalahan pembelajaran. Berdasarkan pengamatan dan
data-data yang diperoleh, ditemukan suatu permasalahan dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia khususnya dalam hal menyimak. Permasalahan pembelajaran
tersebut terjadi di kelas V SD Negeri Delegan 2. Dalam proses pembelajaran
menyimak, guru biasanya membacakan suatu bacaan dan meminta siswa untuk
menyimaknya dengan seksama, kemudian siswa diminta untuk menjawab
pertanyaan terkait bacaan yang telah disimaknya. Kemampuan menyimak
siswa kurang berkembang sehingga belum mampu memahami bacaan
sepenuhnya. Selain permasalahan tersebut, siswa juga kurang berpartisipasi
aktif dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu, perlu dikembangkan media
pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa agar dapat lebih
mengembangkan kemampuan menyimaknya dan dapat lebih aktif dalam
kegiatan pembelajaran menyimak.
Berdasarkan data awal yang diperoleh, diketahui bahwa kemampuan
menyimak siswa masih kurang. Hal tersebut dapat dilihat dari tes kemampuan
menyimak yang dilakukan di kelas V SD Negeri Delegan 2. Tes pratindakan
diikuti oleh seluruh siswa kelas V yang berjumlah 31 siswa. Hasil tes
kemampuan menyimak dapat dilihat dalam tabel berikut:
72
Tabel 5. Tabel Hasil Tes Kemampuan Menyimak Pratindakan
Ketuntasan
Nilai Tertinggi
Nilai terendah
Nilai Rata-rata
Kelas Tuntas Persentase Belum Tuntas Persentase
7 22,59% 24 77,41% 90 20 57,41
Berdasarkan hasil nilai pratindakan di atas diperoleh rata-rata kelas
57,41 (pada klsifikasi “cukup”). Dari tabel 5 dapat diketahui bahwa skor
tertinggi sebesar 90, skor tereendah sebesar 20. Jumlah siswa yang berhasil
mencapai nilai sesuai KKM yang ditentukan adalah 7 siswa, sedangkan jumlah
siswa yang belum berhasil mencapai KKM adalah 24 siswa.
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tabel tersebut bahwa siswa yang
mendapatkan nilai diatas KKM atau tuntas sebanyak 7 siswa dengan presentase
sebesar 22,59% dan siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM atau belum
tuntas sebanyak 24 dengan presentase sebesar 77,41%.
73
Kemampuan menyimak cerita anak pratindakan dapat dilihat pada
diagram di bawah ini.
Gambar 3. Diagram Kemampuan Menyimak Cerita Anak pada Hasil Pratindakan
Dengan berbekal data awal hasil tes kemampuan menyimak siswa dari
tes pratindakan dan observasi terhadap proses pembelajaran menyimak,
disusunlah rencana perbaikan pembelajaran, sehingga nantinya dapat
meningkatkan kemampuan menyimak siswa. Melalui rencana perbaikan yang
dilakukan, diharapkan siswa yang mengalami kesulitan dalam menyimak dapat
dapat mengikuti pembelajaran menyimak dengan lebih optimal. Selain itu,
dengan rencana perbaikan pembelajaran ini diharapkan siswa yang belum
berhasil mencapai KKM yang ditetapkan di sekolah dapat mencapainya.
2. Pelaksanaan Penelitian Menyimak Cerita Anak Melalui Penggunaan
Media Film Animasi
0,00%10,00%20,00%30,00%40,00%50,00%60,00%70,00%80,00%
Tuntas Belum Tuntas
22,59%
77,41%
Nilai Rata-rata Kelas Pratindakan
74
Pelaksanaan tindakan kelas dengan penggunaan media film animasi
dilakukan dalam dua siklus yang tiap siklusnya terdiri dari dua kali pertemuan,
setiap pelaksanaan memiliki alokasi waktu 2 jam pelajaran atau 70 menit.
Pelaksanaan siklus I dilaksanakan pada tanggal 9 dan 10 Februari 2016,
sedangkan siklus II dilaksanakan pada tanggal 14 dan 15 Februari 2016.
Penelitian ini dilaksanakan pada semester dua sesuai dengan materi yang
terdapat pada kurikulum pembelajaran yang digunakan, yaitu KTSP.
Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam bentuk proses pengkajian
berdaur yang terdiri atas empat tahapan dalam tiap siklus. Tahapan-tahapan
tersebut yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Semua tahapan
tersebut dilaksanakan dalam setiap siklus, baik siklus I maupun siklus II. Dari
tahapan perencanaan sampai dengan refleksi dilakukan dengan sebaik-baiknya
agar mencapai hasil yang maksimal.
Prosedur penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai
berikut:
a. Siklus I
1) Perencanaan Siklus I
Tahap pertama dalam penelitian ini yaitu perencanaan. Tahap
perencanaan dimulai dari penemuan masalah dan kemudian merancang
tindakan yang akan dilakukan. Setelah peneliti menegetahui kondisi
pembelajaran menyimak cerita anak di kelas V SD Negeri Delegan 2, peneliti
bekerjasama dengan guru kelas V untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Permasalahan yang ada di kelas telah teridentifikasi dengan baik oleh peneliti
75
dan guru, yaitu siswa mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi unsur-unsur
intrinsik dalam cerita anak yang disimaknya dan kurangnya motivasi siswa
dalam pembelajaran menyimak.
Setelah memiliki persamaan presepsi terhadap permasalahan siswa
dalam pembelajaran menyimak cerita anak, peneliti dan guru meracang
pelaksanaan pemecahan masalah. Berdasarkan kondisi siswa dan permasalahan
yang ada di kelas V SD Negeri Delegan 2, peneliti dan guru kelas V
memutuskan untuk meningkatkan kemampuan menyimak cerita anak dan
meningkatkan motivasi dalam pembelajaran menyimak cerita anak melalui
penggunaan media film animasi. Dari diskusi yang telah dilakukan dengan
guru kelas V SD Negeri Delegan 2 memperoleh hasil perencanaan siklus I
sebagai berikut:
a) Peneliti dan guru menetapkan waktu pelaksanaan penelitian tindakan
kelas yaitu pada hari Selasa dan Rabu sesuai dengan jadwal pelajaran
siswa kelas V SD Negeri Delegan 2.
b) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan
digunakan dalam meningkatkan kemampuan menyimak cerita anak pada
siswa kelas V melalui penggunaan media film animasi dengan
pertimbangan dosen pembimbing dan guru. RPP ini berguna sebagai
pedoman pengajar dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. RPP
divalidasikan kepada dosen ahli materi yaitu Ibu Murtiningsih,M.Pd.
c) Setelah menyusun RPP, peneliti menyiapkan sarana dan peralatan untuk
pelaksanaan tindakan.
76
d) Mempersiapkan lembar observasi aktifitas siswa saat proses
pembelajaran di kelas. Lembar observasi divalidasi oleh Ibu
Murtiningsih, M.Pd. selaku dosen ahli materi.
e) Menyusun soal post test untuk mengetahui kemampuan menyimak cerita
anak. Soal post test dibuat oleh peneliti dengan pertimbangan dosen ahli
materi dan guru kelas. Tes dilakukan setiap akhir pertemuan.
2) Pelaksanaan Siklus I
Tahap kedua dalam siklus ini adalah pelaksanaan. Pelaksanaan tindakan
dilakukan dengan menggunakan perencanaan yang telah dibuat dan dalam
pelaksanaannya bersifat fleksibeldan terbuka terhadap perubahan-perubahan
yang terjadi sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan. Pelaksanaan
tindakan ini dilakukan oleh guru kelas dalam dua kali pertemuan dalam satu
siklus. Berikut uraian tahap pelaksanaan dalam siklus I.
a) Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 9 Februaru
2016. Pelaksanaan dimulai dari pukul 08.30 WIB hingga pukul 09.20 WIB
pada materi cerita anak yang berjudul “Si Luncai”.
(1) Deskripsi kegiatan awal:
Sebelum pelajaran dimulai, peneliti melakukan persiapan berupa
menyiapkan laptop, LCD, speaker, dan CD cerita anak yang akan
digunakan untuk menampilkan film animasi. Setelah pergantian jam
pelajaran, guru meminta siswa menyiapkan buku pelajaran Bahasa
Indonesia dan menyiapkan kembali kondisi siswa hingga kondusif. Pada
kegiatan awal ini, guru melakukan apresepsi dengan mengajukan
77
pertanyaan kepada siswa, “Anak-anak apakah suka membaca cerita atau
menonton film?”. Semua siswa menjawab dengan lantang. Selain itu, guru
melakukan tanya jawab terkait dengan materi.
(2) Deskripsi kegiatan inti:
Guru melakukan tanya jawab kepada siswa dan menjelaskan macam-
macam cerita anak beserta unsur intrinsiknya, seperti tema, tokoh dan
perwatakan, latar tempat, latar waktu, latar suasana, dan amanat. Setelah
diberi penjelasan tentang unsur-unsur intrinsik cerita, guru menayangkan
film animasi dengan cerita berjudul “Si Luncai” yang berdurasi 21:12
menit dan meminta siswa untuk menyimak cerita tersebut dengan penuh
perhatian. Setelah film animasi ditayangkan, guru membagi siswa menjadi
kelompok 8 kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 3-4 siswa. Guru
meminta siswa untuk duduk sesuai kelompoknya kemudian diminta
mendiskusikan unsur intrinsik dari cerita yang telah disimaknya, seperti
tema, tokoh dan perwatakan, latar tempat, latar waktu, latar suasana, dan
amanat secara berkelompok. Setelah selesai berdiskusi, siswa diminta
menuliskan di LKS yang telah dibagikan. Setelah semua kelompok selesai
mengerjakan, guru meminta perwakilan tiap kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Guru meminta semua
siswa duduk ditempatnya masing-masing seperti semula. Salah satu siswa
diminta menceritakan kembali isi cerita yang berjudul “Si Luncai” dengan
bahasanya sendiri. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya hal-hal yang
78
belum dipahami. Guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran
hari ini.
(3) Deskripsi kegiatan akhir:
Guru membagikan soal evaluasi. Siswa diminta mengerjakan soal evaluasi
terkait dengan cerita yang telah disimaknya secara individu. Siswa
mengumpulkan hasil kerjanya. Siswa diberi motivasi supaya belajar lebih
giat. Siswa diperbolehkan untuk istirahat.
b) Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 10 Februaru 2016.
Pelaksanaan dimulai dari pukul 07.00 WIB hingga pukul 08.10 WIB pada
materi cerita anak yang berjudul “Badang dan Jembalang”.
(1) Deskripsi kegiatan awal:
Sebelum bel masuk, peneliti melakukan persiapan berupa menyiapkan
laptop, LCD, speaker, dan CD cerita anak yang akan digunakan untuk
menampilkan film animasi. Pada tahap ini terjadi kendala karena speaker
yang biasa digunakan, sedang dipakai oleh guru lain sehingga peneliti
harus mencari speaker pengganti. Setelah bel masuk, peneliti dan guru
memasuki ruang kelas. Guru membuka pelajaran dengan salam. Seorang
siswa memimpin do’a di depan kelas. Setelah itu, guru mempresensi
siswanya. Kemudian pada kegiatan awal ini, guru melakukan apresepsi
dengan bertanya tentang isi cerita “Si Luncai” yang telah disimak
sebelumnya. Semua siswa menjawab dengan berebutan.
79
(2) Deskripsi kegiatan inti:
Guru melakukan tanya jawab kepada siswa tentang unsur intrinsik cerita,
hal ini untuk mengecek apakah siswa masih mengingat materi yang telah
dijelaskan sebelumnya. Masih ada beberapa siswa yang belum bisa
menyebutkan unsur-unsur intrinsik cerita, kemudian guru menjelaskan
kembali unsur intrinsik cerita, seperti tema, tokoh dan perwatakan, latar
tempat, latar waktu, latar suasana, dan amanat. Guru menayangkan film
animasi dengan cerita berjudul “Badang dan Jembalang” yang berdurasi
21:56 menit dan meminta siswa untuk menyimak cerita tersebut dengan
penuh perhatian. Setelah film animasi ditayangkan, guru membagi siswa
menjadi kelompok 8 kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 3-4 siswa.
Guru meminta siswa untuk duduk sesuai kelompoknya kemudian diminta
mendiskusikan unsur intrinsik dari cerita yang telah disimaknya, seperti
tema, tokoh dan perwatakan, latar tempat, latar waktu, latar suasana, dan
amanat secara berkelompok. Setelah selesai berdiskusi, siswa diminta
menuliskan di LKS yang telah dibagikan. Setelah semua kelompok selesai
mengerjakan, guru meminta perwakilan tiap kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Guru meminta semua
siswa duduk ditempatnya masing-masing seperti semula. Salah satu siswa
diminta menceritakan kembali isi cerita yang berjudul “Badang dan
Jembalang” dengan bahasanya sendiri. Siswa diberi kesempatan untuk
bertanya hal-hal yang belum dipahami. Guru bersama siswa
menyimpulkan materi pembelajaran hari ini.
80
(3) Deskripsi kegiatan akhir:
Guru membagikan soal evaluasi. Siswa diminta mengerjakan soal evaluasi
terkait dengan cerita yang telah disimaknya secara individu. Siswa
mengumpulkan hasil kerjanya. Siswa diberi motivasi supaya belajar lebih
giat. Siswa mengikuti pelajaran berikutnya yaitu mata pelajaran IPA.
3) Observasi
Tahap ketiga dari penelitian tindakan kelas adalah pengamatan atau
observasi. Observasi dilaksanakan bersamaan dengan berlangsungnya tindakan
yang diberikan kepada siswa. Tahap observasi ini mengungkapkan berbagai
aktivitas siswa dalam pembelajaran menyimak cerita anak melalui penggunaan
media film animasi. Kegiatan observasi ini bertujuan untuk mengetahui
kegiatan dan keadaan siswa selama proses pembelajaran. Kegiatan observasi
ini menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Pada observasi ini
terdapat dua jenis data yang dikumpulkan, yaitu tentang proses perubahan
kinerja pembelajaran akibat implementasi tindakan (keberhasilan proses) dan
hasil kegiatan pembelajaran setelah pelaksanaan tindakan (keberhasilan
produk).
a) Keberhasila Proses
Pada keberhasilan proses ini dapat dilihat dari aktivitas siswa saat
proses pembelajaran menyimak cerita anak melalui penggunaan media film
animasi. Pada pertemuan pertama siklus I, siswa memberikan respon yang baik
dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru. Hal ini ditunjukkan
dengan keterlibatan siswa dalam berbagai tahapan kegiatan menyimak cerita
81
anak. Aktifitas siswa yang lain juga dapat dilihat dari bagaimana siswa
menemukan tema, tokoh dan perwatakan, latar tempat, latar waktu, latar
suasana, dan amanat pada cerita yang disimaknya. Meskipun, siswa kurang
aktif dalam mengikuti pelajaran. Masih sedikit siswa yang bersedia
menceritakan kembali isi cerita yang telah disimaknya di depan kelas.
Kekurangaktifan siswa ini disebabkan oleh kurangnya kepercayaan diri siswa
untuk mengungkapkan ide atau gagasannya, sehingga siswa yang berani
mengangkat tangan untuk menyampaikan gagasannya masih sedikit.
Kemampuan menyimak siswa mengalami peningkatan meskipun
peningkatannya masih sedikit. Perhatian siswa dalam menyimak sudah baik,
hanya saja masih terdapat gangguan dari luar seperti, siswa dari kelas lain yang
sedang berolahraga mengganggu siswa di dalam kelas, sehingga perhatian
siswa terpecah.
Pertemuan kedua siklus I, aktifitas siswa masih sama seperti pada
pertemuan pertama. Aktifitas siswa mengalami perubahan kearah yang lebih
baik. Hal ini ditunjukkan siswa merespon baik materi yang disampaikan guru
dengan terlibat dalam setiap pembelajaran. Siswa terlihat lebih menikmati
pembelajaran menyimak menggunakan media film animasi. Siswa yang
mengalami kesulitan dalam menyimak juga memperhatikan dengan cukup
antusias. Sedikit demi sedikit mulai menjawab pertanyaan dari guru terkait
dengan pembelajaran menyimak cerita anak, meskipun masih tampak sedikit
ragu-ragu dalam menjawab. Dalam pertemuan ini hampir separuh siswa
mengangkat tangan ketika guru memberi pertanyaan yang berhubungan dengan
82
cerita anak yang telah disimak siswa. Meskipun masih sedikit siswa yang
bersedia menceritakan kembali isi cerita di depan kelas.
Dalam pertemuan pertama dan kedua pada siklus I dapat disimpulkan
bahwa ada peningkatan aktivitas siswa dalam menyimak cerita anak melalui
penggunaan media film animasi. Siswa yang sebelumnya kurang aktif dan
kurang antusias dalam pembelajaran menyimak cerita anak, dengan
penggunaan media film animasi tampak lebih aktif dan antusias mengikuti
pelajaran. Walaupun belum semua siswa aktif dalam pembelajaran, namun
lebih baik dibandingkan dengan aktivitas siswa pada pertemuan pertama.
Suasana pembelajaran pun tampak lebih menyenangkan bagi siswa, sehingga
mereka lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran menyimak cerita anak.
Berikut ini merupakan hasil observasi terhadap aktivitas siswa pada siklus I
dapat dilihat dalam tabel brikut.
Tabel 6. Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Menyimak Cerita Anak Melalui Penggunaan Media Film animasi pada
Siklus I
Aspek yang dinilai
Presentase (%)
Aktivitas siswa Pertemuan I Pertemuan II Rata-rata
61% 68% 64,5%
Berdasarkan tabel 6, hasil observasi aktivitas siswa masih tergolong
rendah. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan hasil observasi aktivitas siswa
sebesar 64,5%. (pada klasifikasi “cukup”).
83
b) Keberhasilan Produk
Keberhasilan produk dalam penelitian ini dapat dilihat dari hasil tes
kemampuan menyimak cerita anak. Setelah siswa selesai menyimak cerita anak
yang telah ditayangkan melalui media film animasi, kemudia siswa diminta
mengerjakan soal evaluasi secara individu yang dibagikan oleh guru. Secara
singkat hasil kemampuan menyimak cerita anak pada siklus I dapat dilihat
pada tabel dibawah ini.
Tabel 7. Hasil Perolehan Kemampuan Menyimak Cerita Anak Melalui Penggunaan Media Film animasi pada Siklus I
Pertemuan Ketuntasan
Nilai Rata-rata Kelas Tuntas Persentase Belum
Tuntas Persentase
I 9 29,03% 22 70,97% 61,45 II 13 41,93% 18 58,07% 71,77
Jumlah 22 70,96% 40 129,04% 133,22 Rata-rata 11 35,48% 20 64,52% 66,61
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama
nilai rata-rata kelas menyimak cerita anak yang diperoleh yaitu 61,45 atau
meningkat 4,04 dari hasil pratindakan yang rata-rata nilai menyimak cerita
anak sebesar 57,41. Hasil nilai rata-rata kelas pada pertemuan kedua sebesar
71,77 meningkat 14,36 dari hasil rata-rata pratindakan. Untuk persentase
ketuntasan KKM pun setiap pertemuannya meningkat, namun belum seluruh
siswa yang memenuhi ketuntasan KKM yaitu 73 untuk pelajaran Bahasa
Indonesia. Pada pertemuan pertama masih 70,97% atau sabanyak 22 siswa
yang belum mencapai KKM, jumlah ini menurun dari hasil pratindakan yang
berjumlah 24 Untuk pertemuan kedua sebanyak 58,07% atau sebanyak 18
84
siswa belum mencapai KKM dari keseluruhan siswa yang berjumlah 31. Tiap
pertemuan terlihat peningkatan yang sangat baik, terlihat dari nilai rata-rata
kelas selama satu siklus mencapai 66,61 (pada klasifikasi “baik”).
Peningkatan kemampuan menyimak cerita anak pada siklus I dapat
digambarkan dalam diagram berikut ini.
Gambar 4. Diagram Peningkatan Kemampuan Menyimak Cerita Anak pada Siklus I
4) Refleksi
Tahap keempat dari penelitian tindakan kelas yaitu refleksi. Refleksi
merupakan kegiatan untuk mengungkapkan kembali apa yang sudah dilakukan,
menguraikan informasi, mengkaji secara mendalam kekurangan dan kelebihan
tindakan tersebut. Hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
peningkatan keterampilan menyimak cerita anak melalui penggunaan media
film animasi.
Berdasarkan hasil siklus I, dapat disimpulkan bahwa keterampilan
menyimak cerita anak melalui penggunaan media film animasi menunjukan
peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas yang meningkat 9,2
dari 57,41 menjadi 66,61 dan persentase siswa yang memperoleh nilai di atas
0,00%
20,00%
40,00%
60,00%
80,00%
Pratindakan Siklus I
22,59%35,48%
77,41%64,52%
Tuntas
Belum Tuntas
85
KKM juga mengalami peningkatan sebesar 12,89% dari sebelum tindakan
mendapatkan persentase 22,59% menjadi 35,48%. Hasil tersebut tentu saja
belum mencapai target yang sudah ditetapkan sebelumnya dengan pencapaian
75% dari seluruh siswa yang mendapatkan nilai minimal 73. Meskipun sudah
terjadi kenaikan, tetapi hasil tersebut belum optimal. Salah satu indikator yang
menunjukan bahwa proses pembelajaran belum optimal yaitu hasil observasi
menunjukan bahwa proses pembelajaran belum berjalan maksimal. Masih ada
beberapa siswa yang masih asyik berbicara dengan siswa yang lain, bermain
sendiri saat pembelajaran berlangsung, dan kurang memperhatikan guru saat
menjelaskan materi. Kepercayaan diri siswa juga tergolong masih rendah, hal
ini terlihat dari sedikitnya siswa yang bersedia menceritakan kembali isi cerita
di depan kelas. Sebagian besar siswa sudah dapat menentukan tokoh beserta
perwatakannya dan juga tema dari cerita, tapi beberapa siswa masih mengalami
kesulitan dalam menentukan latar dan amanat cerita. Dari segi peralatan yang
digunakan dalam pembelajaran juga terdapat beberapa kekurangan, pada silus I
pertemuan kedua speaker yang akan digunakan untuk menyimak cerita anak
sedang digunakan oleh guru lain, sehingga peneliti harus mencari speaker
pengganti. Hal ini mengganggu proses pembelajaran dan waktu pembelajaran
yang telah ditentukan. Oleh karena itu, diperlukan upaya perbaikan
pembelajaran pada siklus II.
86
Ada beberapa hal yang direfleksikan untuk diperbaiki pada tindakan
Siklus II, yaitu:
a) Sebagian siswa masih kurang memperhatikan saat guru menjelaskan
materi.
b) Masih terdapat gangguan dari luar, sehingga konsentrasi siswa untuk
mneyimak menjadi terpecah.
c) Sebagian siswa masih belum aktif saat proses pembelajaran.
d) Sebagian besar siswa sudah dapat menentukan tokoh beserta
perwatakannya dan juga tema cerita, tapi beberapa siswa masih mengalami
kesulitan dalam menentukan, latar dan amanat cerita.
e) Beberapa siswa masih ragu-ragu atau kurang percaya diri saat diminta
untuk menjawab pertanyaan dari guru.
f) Terjadi kendala pada peralatan saat pembelajaran akan dimulai.
Dalam mengatasi masalah tersebut, peneliti juga harus cermat karena
jika permasalahan tersebut sulit diatasi maka akan menghambat pada
pelaksanaan tindakan selanjutnya. Meskipun demikian, secara keseluruhan
pelaksanaan proses kegiatan belajar mengajar menyimak cerita anak melalui
penggunaan media film animasi berjalan dengan lancar.
Disisi lain, beberapa hal yang positif juga telah diraih oleh siswa dalam
proses tindakan siklus I ini. Beberapa hal positif itu antara lain:
a) Siswa mulai tampak senang dan antusias dalam mengikuti proses
pembelajaran menyimak cerita.
87
b) Siswa mulai aktif dan termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran
terutama pada saat guru melakukan tanya jawab.
b. Siklus II
1) Perencanaan Siklus II
Tahap pertama dalam siklus ini adalah perencanaan. Perencanaan yang
disusun merupakan rencana perbaikan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I.
Berdasarkan diskusi yang telah dilakukan dengan guru kelas V SD Negeri
Delegan 2 memperoleh hasil berikut:
a) Guru memberikan motivasi pada siswa dengan memberikan reward berupa
tepuk tangan pada siswa yang berani menjawab pertanyaan dengan tepat.
b) Pembelajaran menyimak cerita anak dilakukan lebih santai tetapi harus
dapat menyelesaikan tugas yang diberikan.
c) Guru menjelaskan kembali unsur-unsur intrinsik cerita anak.
d) Peneliti dan guru mengupayakan cara untuk mengurangi gangguan-
gangguan dari luar yang dapat mengganggu aktivitas siswa dalam
menyimak cerita anak.
e) Peneliti dan guru merancang skenario pembelajaran, perangkat
pembelajaran dan instrumen penelitian.
f) Peneliti dan guru lebih mempersiapkan peralatan pendukung media
naimasi audio visual.
g) Menyusun soal evaluasi untuk mengetahui kemampuan menyimak cerita
anak. Soal evaluasi disusun peneliti dengan pertimbangan dosen ahli
materi dan guru kelas. Tes dilaksanakan setiap akhir pertemuan.
88
2) Pelaksanaan Siklus II
Tahap kedua dalam siklus ini adalah pelaksanaan. Pelaksanaan tindakan
dilakukan dengan menggunakan perencanaan yang telah dibuat dan dalam
pelaksanaannya bersifat fleksibeldan terbuka terhadap perubahan-perubahan
yang terjadi sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan. Pelaksanaan
tindakan ini dilakukan oleh guru kelas dalam dua kali pertemuan dalam satu
siklus. Berikut uraian tahap pelaksanaan dalam siklus II.
a) Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin tanggal 15 Februaru
2016. Pelaksanaan dimulai setelah pelaksanaan upacara bendera dari pukul
07.30 WIB hingga pukul 08.40 WIB pada materi cerita anak yang berjudul
“Si Pembuat Tembikar”.
(1) Deskripsi kegiatan awal:
Setelah upacara bendera, siswa masuk kelas. Sebelum pelajaran dimulai,
peneliti melakukan persiapan berupa menyiapkan laptop, LCD, speaker,
dan CD cerita anak yang akan digunakan untuk menampilkan film
animasi. Guru mengucapkan salam, kemudian salah satu siwa memimpin
berdo’a. Guu melakukan presensi kehadiran siswa. Guru bertanya kepada
siswa tentang cerita yang disimaknya pada pertemuan sebelumnya. Para
siswa menjawab dengan lantang judul dari cerita tersebut. Guru
menanyakan kembali apa saja unsur-unsur intrinsik cerita anak. Sebagian
siswa tidak menjawab pertanyaan guru.
89
(2) Deskripsi kegiatan inti:
Guru menjelaskan kembali unsur-unsur intrinsik cerita anak supaya siswa
mengingatnya kembali. Setelah diingatkan kembali tentang unsur-unsur
intrinsik cerita, guru menayangkan film animasi dengan cerita berjudul “Si
Pembuat Tembikar” yang berdurasi 21:08 menit dan meminta siswa untuk
menyimak cerita tersebut dengan penuh perhatian. Setelah film animasi
ditayangkan, guru membuat sebuah kuis. Kuis ini dilakukan dengan cara
mula-mula guru membacakan sebuah pertanyaan terkait cerita yang telah
disimak siswa. Siswa yang dapat menjawab dengan benar diminta maju
dan mengambil kertas undian yang berisi pertanyaan. Siswa tersebut
membacakan pertanyaan dan memilih salah satu temannya untuk
menjawab. Siswa yang dapat menjawab dengan benar diminta maju dan
mengambil undian yang berisi pertanyaan, dan seterusnya sampai undian
habis terjawab. Siswa yang berhasil menjawab dengan benar mendapat
reward. Guru meminta semua siswa duduk ditempatnya masing-masing
seperti semula. Salah satu siswa diminta menceritakan kembali isi cerita
yang berjudul “Si Pembuat Tembikar” dengan bahasanya sendiri. Siswa
diberi kesempatan untuk bertanya hal-hal yang belum dipahami. Guru
bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran hari ini.
(3) Deskripsi kegiatan akhir:
Guru membagikan soal evaluasi. Siswa diminta mengerjakan soal evaluasi
terkait dengan cerita yang telah disimaknya secara individu. Siswa
mengumpulkan hasil kerjanya. Siswa diberikan tugas rumah untuk
90
menyimak dan mengidentifikasi unsur-unsur cerita anak seperti, tema,
tokoh dan perwatakan, latar tempat, latar waktu, latar suasana, dan amanat
dari cerita anak yang tayang di televisi. Siswa diberi motivasi supaya
belajar lebih giat. Siswa diperbolehkan untuk istirahat.
b) Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 16 Februaru
2016. Pelaksanaan dimulai dari pukul 08.10 WIB hingga pukul 09.20 WIB
pada materi cerita anak yang berjudul “Awang Kenit”.
(1) Deskripsi kegiatan awal:
Sebelum pelajaran dimulai, peneliti melakukan persiapan berupa
menyiapkan laptop, LCD, speaker, dan CD cerita anak yang akan
digunakan untuk menampilkan film animasi. Setelah pergantian jam
pelajaran, guru meminta siswa menyiapkan buku pelajaran Bahasa
Indonesia dan menyiapkan kembali kondisi siswa hingga kondusif. Pada
kegiatan awal ini, guru menanyakan kembali tentang isi cerita yang
disimak pada pertemuan sebelumnya.
(2) Deskripsi kegiatan inti:
Guru menanyakan tugas yang diberikan pada pertemuan sebelumnya.
Beberapa siswa diminta menceritakan cerita anak yang telah disimaknya
ditelevisi serta menyebutkan unsur-unsur intrinsiknya. Semua siswa sudah
paham apa saja unsur-unsur intrinsik dari cerita anak. Setelah diberi
penjelasan tentang unsur-unsur intrinsik cerita, guru menayangkan film
animasi dengan cerita berjudul “Awang Kenit” yang berdurasi 21:17 menit
dan meminta siswa untuk menyimak cerita tersebut dengan penuh
91
perhatian. Setelah film animasi ditayangkan, guru membuat suatu
permainan. Permainan tersebut bernama stop lagu. Pada permainan ini,
guru memutarkan lagu anak-anak. Pada saat lagu diputar, siswa memutar
suatu benda berupa penghapus. Ketika lagu di stop maka siswa yang
sedang memegang penghapus harus menjawab pertanyaan dari guru terkait
dengan cerita yang telah disimaknya. Dalam permainan ini siswa terlihat
antusias dan senang. Guru meminta semua siswa duduk ditempatnya
masing-masing seperti semula. Salah satu siswa diminta menceritakan
kembali isi cerita yang berjudul “Awang Kenit” dengan bahasanya sendiri.
Siswa diberi kesempatan untuk bertanya hal-hal yang belum dipahami.
Guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran hari ini.
(3) Deskripsi kegiatan akhir:
Guru membagikan soal evaluasi. Siswa diminta mengerjakan soal evaluasi
terkait dengan cerita yang telah disimaknya secara individu. Siswa
mengumpulkan hasil kerjanya. Siswa diberi motivasi supaya belajar lebih
giat. Siswa diperbolehkan untuk istirahat.
3) Observasi
Tahap ketiga dari penelitian tindakan kelas adalah pengamatan atau
observasi. Observasi dilaksanakan bersamaan dengan berlangsungnya tindakan
yang diberikan kepada siswa. Tahap observasi ini mengungkapkan berbagai
aktivitas siswa dalam pembelajaran menyimak cerita anak melalui penggunaan
media film animasi. Kegiatan observasi ini bertujuan untuk mengetahui
kegiatan dan keadaan siswa selama proses pembelajaran. Kegiatan observasi
92
ini menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Pada observasi ini
terdapat dua jenis data yang dikumpulkan, yaitu tentang proses perubahan
kinerja pembelajaran akibat implementasi indakan (keberhasilan proses) dan
hasil kegiatan pembelajaran setelah pelaksanaan tindakan (keberhasilan
produk).
1) Keberhasilan Proses
Pada keberhasilan proses ini dapat dilihat dari aktivitas siswa saat
proses pembelajaran menyimak cerita anak melalui penggunaan media film
animasi. Pada pertemuan pertama siklus II, siswa memberikan respon yang
baik dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru. Hal ini ditunjukkan
dengan keterlibatan siswa dalam berbagai tahapan kegiatan menyimak cerita
anak. Aktifitas siswa yang lain juga dapat dilihat dari bagaimana siswa
menemukan tema, tokoh dan perwatakan, latar tempat, latar waktu, latar
suasana, dan amanat pada cerita yang disimaknya. Meskipun, siswa kurang
aktif dalam mengikuti pelajaran. Kekurangaktifan siswa ini disebabkan oleh
kurangnya kepercayaan diri siswa untuk mengungkapkan ide atau gagasannya,
sehingga siswa yang berani mengangkat tangan untuk menceritakan kembali isi
cerita masih sedikit. Kemampuan menyimak siswa mengalami peningkatan
yang cukup baik. Perhatian siswa dalam menyimak sudah baik, gangguan dari
luar juga sudah berkurang, sehingga perhatian siswa sudah terfokus untuk
menyimak cerita anak.
Pertemuan kedua siklus II, aktifitas siswa masih sama seperti pada
pertemuan pertama. Aktifitas siswa mengalami perubahan kearah yang lebih
93
baik. Hal ini ditunjukkan siswa merespon baik materi yang disampaikan guru
dengan terlibat dalam setiap pembelajaran. Siswa terlihat lebih menikmati
pembelajaran menyimak menggunakan media film animasi. Siswa yang
mengalami kesulitan dalam menyimak juga memperhatikan dengan cukup
antusias. Sedikit demi sedikit mulai menjawab pertanyaan dari guru terkait
dengan pembelajaran menyimak cerita anak, meskipun beberapa siswa masih
tampak sedikit ragu-ragu dalam menjawab. Dalam pertemuan ini hampir semua
siswa mengangkat tangan ketika guru memberi pertanyaan yang berhubungan
dengan cerita anak yang telah disimak siswa.
Dalam pertemuan pertama dan kedua pada siklus II dapat disimpulkan
bahwa ada peningkatan aktivitas siswa dalam menyimak cerita anak melalui
penggunaan media film animasi. Siswa yang sebelumnya kurang aktif dan
kurang antusias dalam pembelajaran menyimak cerita anak, dengan
penggunaan media film animasi tampak lebih aktif dan anyusias mengikuti
pelajaran. Walaupun masih ada siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran,
namun lebih baik dibandingkan dengan aktivitas siswa pada siklus I. Suasana
pembelajaran pun tampak lebih menyenangkan bagi siswa, sehingga mereka
lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran menyimak cerita anak. Berikut
ini merupakan hasil observasi terhadap aktivitas siswa pada siklus II dapat
dilihat dalam tabel brikut.
94
Tabel 8. Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Menyimak Cerita Anak Melalui Penggunaan Media Film animasi pada Siklus II
Berdasarkan tabel 8, hasil observasi aktIvitas siswa tergolong tinggi.
Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan hasil observasi aktivitas siswa sebesar
85,5%. (pada klasifikasi “baik”).
Aktivitas siswa selama siklus II mengalami peningkatan yang cukup
signifikan. Secara lebih jelas, peningkatan aktivitas siswa pada siklus II dapat
dilihat pada diagram berikut.
Gambar 5. Diagram peningkatan aktivitas siswa
0,00%
20,00%
40,00%
60,00%
80,00%
100,00%
Siklus I Siklus II
64,50%
85,50%
Aktivitas siswa selama pembelajaran
Aktivitas siswa selama pembelajaran
Aspek yang dinilai
Presentase (%)
Aktivitas siswa Pertemuan I Pertemuan II Rata-rata
82% 89% 85,5%
95
2) Keberhasila Produk
Keberhasilan produk dalam penelitian ini dapat dilihat dari hasil
tes kemampuan menyimak cerita anak. Setelah siswa selesai menyimak cerita
anak yang telah ditayangkan melalui media film animasi, kemudia siswa
diminta mengerjakan soal evaluasi secara individu yang dibagikan oleh guru.
Secara singkat hasil kemampuan menyimak cerita anak pada siklus II dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 9. Hasil Perolehan Kemampuan Menyimak Cerita Anak Melalui Penggunaan Media Film animasi pada Siklus II
Pertemuan Ketuntasan
Rata-rata Kelas Tuntas % Belum
Tuntas %
I 25 80,64% 6 19,36% 82,41 II 27 87,09% 4 12,91% 85,16
Jumlah 52 167,73% 10 32,27% 167,57 Rata-rata 26 83,86% 5 16,14% 83,78
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama
nilai rata-rata kelas menyimak cerita anak yang diperoleh yaitu 82,41 atau
meningkat 15,8 dari hasil pada siklus I yang rata-rata nilai menyimak cerita
anak sebesar 66,61. Hasil nilai rata-rata kelas pada pertemuan kedua sebesar
85,16 meningkat 18,55 dari hasil rata-rata pada siklus I. Untuk persentase
ketuntasan KKM pun setiap pertemuannya meningkat, namun belum seluruh
siswa yang memenuhi ketuntasan KKM yaitu 73 untuk pelajaran Bahasa
Indonesia. Pada pertemuan pertama masih 19,36% atau sebanyak 6 siswa yang
belum mencapai KKM, jumlah ini menurun dari hasil tindakan pada siklus I
yang berjumlah 20 siswa. Untuk pertemuan kedua sebanyak 12,91% atau 4
96
siswa belum mencapai KKM dari keseluruhan siswa yang berjumlah 31. Dari
tiap pertemuan terlihat peningkatan yang sangat baik, terlihat dari rata-rata
ketuntasan KKM selama satu siklus mencapai 83,78 (pada klasifikasi “sangat
baik”).
Peningkatan ketercapaian KKM kemampuan menyimak cerita anka
pada siklus II lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut.
Gambar 6. Diagram peningkatan kemampuan menyimak cerita anak pada siklus II
4) Refleksi
Tahap keempat dalam penelitian tindakan kelas ini adalah refleksi.
Refleksi merupakan kegiatan untuk mengungkapkan kembali apa yang sudah
dilakukan, menguraikan informasi, mengkaji secara mendalam kekurangan dan
kelebihan tindakan tersebut. Hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa
besar peningkatan kemampuan menyimak cerita anak melalui penggunaan
media film animasi.
Berdasarkan hasil siklus II, dapat disimpulkan bahwa keterampilan
menyimak cerita anak melalui penggunaan media film animasi menunjukan
0,00%
20,00%
40,00%
60,00%
80,00%
100,00%
Pratindakan Siklus I Siklus II
22,59%35,48%
83,86%77,41%
64,52%
16,14%
Tuntas
Belum Tuntas
97
peningkatan. Nilai rata-rata tes menyimak cerita anak pada siklus II adalah
83,78 yakni meningkat 17,17 dari siklus I. Seiringnya dengan peningkatan nilai
rata-rata, peningkatan juga terjadi pada persentase siswa yang mencapai KKM.
Pada siklus II ini, siswa yang telah mencapai KKM juga mengalami
peningkatan sebesar 48,38% dari siklus I sehingga menjadi 83,86%. Hasil
dirasa sudah cukup memuaskan, karena indikator keberhasilan dalam
penelitian ini sudah tercapai yakni siswa mengalami peningkatan kemampuan
menyimak cerita anak dengan memperoleh nilai rata-rata kelas mencapai 83,78
(pada klasifikasi “sangat baik”).
Peningkatan nilai rata-rata kelas kemampuan menyimak cerita anak
pada pratindakan, siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada diagram berikut ini.
Gambar 7. Diagram Peningkatan Nilai Rata-rata Kelas selama Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II
0,0010,0020,0030,0040,0050,0060,0070,0080,0090,00
57,4166,61
83,86
Nilai rata-rata kelas
98
B. Pembahasan Hasil Penleitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan sebanyak dua siklus, dimana
setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Sebelum melaksanakan penelitian
tindakan kelas, peneliti melakukan observasi dan pengamatan terhadap
kemampuan menyimak cerita anak.
Pada siklus I, aktivitas siswa saat mengikuti proses pembelajaran
menyimak cerita anak masih rendah. Siswa masih belum sepenuhnya
memperhatikan penjelasan dari guru. Siswa masih kurang bersemangat ketika
proses pembelajaran. Beberapa siswa masih terlihat ramai dengan teman
sebangkunya, ada yang sibuk dengan aktivitasnya sendiri, bahkan ada yang
melamun. Siswa yang diminta menyampaikan pendapatnya terkait cerita anak
yang telah disimaknya juga masih merasa ragu-ragu. Hanya sedikit siswa yang
berani mengangkat tangan ketika diminta guru menjawab pertanyaan dan
menceritakan kembali isi cerita di depan kelas.
Sebagian besar siswa merasa kesulitan saat menyimak cerita anak yang
ditayangkan. Hal ini disebabkan karena terdapat berbagai faktor yang
mempengaruhi menyimak. Menurut Hunt (dalam H.G Tarigan, 2008: 104)
faktor yang mempengaruhi menyimak ialah: (1) sikap; (2) motivasi; (3)
pribadi; (4) situasi kehidupan; dan (5) peranan dalam masyarakat. Selain
kurangnya motivasi dan siswa belum paham bagaimana sikap menyimak yang
baik juga terdapat gangguan dari luar. Saat siswa sedang menyimak, terdapat
gangguan dari luar yaitu siswa kelas lain yang sedang berolah raga
mengganggu siswa di dalam kelas yang sedang menyimak. Hal ini
99
menyebabkan konsentrasi siswa untuk menyimak menjadi terpecah. Setelah
selesai ditayangkan cerita anak, siswa diminta mengerjakan soal evaluasi,
beberapa siswa tidak dapat menyelesaikan soal sampai waktu habis. Hal ini
juga dikarenakan speaker yang akan digunakan ketika akan dilakukan proses
pembelajaran sedang digunakan oleh guru lain, sehingga peneliti harus mencari
speaker lain yang menyebabkan waktu pembelajaran menjadi terganggu.
Pada siklus II, aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran
menyimak cerita anak sudah baik. Siswa sangat aktif dan bersemangat ketika
proses pembelajaran berlangsung. Siswa bersemangat untuk menjawab
pertanyaan dari guru, mengerjakan LKS, sampai mengerjakan soal evaluasi.
Siswa sudah berani bertanya kepada guru mengenai hal-hal yang belum
dipahami tentang cerita anka yang disimaknya. Siswa yang berani
menceritakan kembali isi cerita di depan kelas juga sudah bertambah,
meskipun masih terlihat ragu-ragu.
Siswa sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menyimak cerita
anak dengan baik. Sebagian besar siswa menuliskan hal-hal penting terkait
cerita anak yang disimaknya. Keberanian siswa untuk menjawab pertanyaan
dari guru sudah meningkat dengan baik. Siswa dapat menyelesaikan soal
evaluasi sesuai dnegan waktu yang ditentukan guru. Kendala yang terdapat
pada siklus I, seperti kendala penggunaan speaker sudah diantisipasi dengan
menyiakan jauh sebelum pembelajaran dimulai, sehingga waktu pembelajaran
tidak terganggu.
100
Dalam penelitian ini, siswa dinyatakan berhasil apabila siswa telah
mencapai KKM yang ditetapkan yaitu 73. Indikator keberhasilan pembelajaran
pada penelitian ini jika 75% dari jumlah siswa telah mencapai KKM yang
ditetapkan. Pada pratindakan, hanya 7 siswa atau sekitar 22,59% yang sudah
mencapai KKM. Sedangkan, siswa yang belum mencapai nilai 73 sebanyak 24
siswa atau sebanyak 77,41%. Pada siklus I, siswa yang sudah mencapai KKM
sebanyak 11 siswa atau sebanyak 35,48%. Sedangkan, siswa yang belum
mencapai nilai 73 sebanyak 20 siswa, yaitu sebnyak 64,52%. Pada siklus II,
siswa yang sudah mencapai nilai minimal 73 sebanyak 26 siswa atau sebnyak
83,86%. Sedangkan, siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 5 siswa atau
sebanyak 16,14%. Hasil dari penelitian ini sudah mencapai indikator yang
ditetapkan yaitu 83,86% (lebih dari 75%) siswa telah mencapai KKM.
Seiring dengan peningkatan KKM, nilai rata-rata kelas juga mengalami
peningkatan yang signifikan. Pada pratindakan nilai rata-rata kelas yaitu 57,41.
Pada siklus I nilai rata-rata sebesar 66,61, angka meningkat sebanyak 9,2 dari
pratindakan. Pada siklus II, nilai rata-ratanya yaitu 83,78 (pada klasifikasi
“sangat baik”). Nilai rata-rata siklus II meningkat 17,17 dari nilai rata-rata
siklus I. Pada siklus I masih terdapat siswa yang belum mencapai KKM
sebanyak 20 siswa, hal ini disebabkan belum maksimalnya proses
pembelajaran seperti, terdapat gangguan dari luar, beberapa siswa masih asyik
berbicara dengan temannya, bermain sendiri saat pembelajaran berlangsung,
dan kurang memperhatikan guru saat menyampaikan materi. Pada siklus II
masih terdapat 5 siswa yang belum mencapai KKM. Kekurangan dari siklus I
101
sudah diperbaiki, seperti meminimalkan gangguan dari luar, membuat
pembelajaran yang lebih menyenangkan dengan membuat kuis saat
mengerjakan LKS supaya siswa lebih aktif dan antusias mengikuti
pembelajaran, dan lebih mempersiapkan peralatan pendukung media film
animasi supaya kegiatan pembelajaran tidak terganggu. Namun, masih terdapat
siswa yang belum fokus saat menyimak cerita, hal ini menyebabkan masih ada
siswa yang belum mencapai KKM.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat bahwa klasifikasi nilai
kemampuan menyimak cerita anak mengalami peningkatan yang cukup
signifikan. Siswa yang mendapat nilai kurang pada kondisi awal meningkat
menjadi baik pada kondisi akhir. Hal tersebut dikarenakan penggunaan media
film animasi dalam pembelajaran menyimak cerita anak dapat membuat siswa
aktif dalam proses pembelajaran, sehingga mempermudah siswa dalam
menyimak. Seperti yang dikemukakan Sudjana & Rivai (dalam Azhar Arsyad,
2009: 24-25) bahwa manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa,
yaitu: (1) pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar; (2) bahan pembelajaran akan lebih jelas
maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya
menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran; (3) metode mengajar akan lebih
bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata
oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi
kalau guru mengajar di setiap jam pelajaran; (4) siswa dapat lebih banyak
melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru,
102
tetapi juga aktifitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan,
memerankan, dan lain-lain. Berdasarkan pendapat ahli tersebut, terbukti bahwa
penggunaan media, khususnya media film animasi dapat meningkatkan
aktivitas siswa dalam pembelajaran. Pada awalnya yang siswa merasa kesulitan
untuk menyimak dan merasa kurang percaya diri untuk mengemukakan
jawabannya ketika guru memberi pertanyaan. Namun, ketika guru
menggunakan media film animasi, siswa memperhatikan dengan sungguh-
sungguh sehingga siswa dapat menyimak cerita anak dengan baik.
Penggunaan media film animasi dapat meningkatkan kemampuan
menyimak cerita anak pada siswa kelas V SD Negeri Delegan 2 karena media
film animasi memiliki beberapa keunggulan, yaitu sebagai berikut.
1) Film dan video dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari
siswa ketika mereka membaca, berdiskusi, berpraktik, dan lain-lain. Film
merupakan pengganti alam sekitar dan bahkan dapat menunjukkan objek
yang secara normal tidak dapat dilihat, seperti cara kerja jantung ketika
berdenyut.
2) Film dan video dapat menggambarkan suaru proses secara tepat yang
dapat disaksikan secara berulang-ulang jika dipandang perlu. Misalnya,
langkah-langkah dan cara yang benar dalam berwudhu.
3) Disamping mendorong dan meningkatkan motivasi, film dan video
menanamkan sikap dan segi-segi afektif lainnya. Misalnya, film kesehatan
yang menyajikan proses berjangkitnya penyakit diare atau eltor dapat
103
membuat siswa sadar terhadap pentingnya kebersihan makanan dan
lingkungan.
4) Film dan video yang mengandung nilai-nilai positif dapat mengundang
pemikiran dan pembahasan dalam kelompok siswa. Bahkan, film dan
video, seperti slogan yang sering di dengar, dapat membawa dunia ke
dalam kelas.
5) Film dan video dapat menyajikan peristiwa yang berbahaya bila dilihat
secara langsung seperti lahar gunung berapi atau perilaku binatang buas.
6) Film dan video dapat ditunjukkan kepada kelompok besar atau kelompok
kecil, kelompok yang heterogen maupun perorangan.
7) Dengan kemampuan dan teknik pengambilan gambar frame demi frame,
film yang dalam kecepatan normal memakan waktu satu minggu dapat
ditampilkan dalam satu atau dua menit. Misalnya, bagaimana kejadian
mekarnya kembang mulai dari lahirnya kuncup bunga hingga kuncup itu
mekar (Azhar Arsyad, 2009: 49-50).
Meskipun kemampuan menyimak cerita anak pada siswa kelas V SD
Negeri Delegan 2 telah mengalami peningkatan, namun masih terdapat 5
siswa yang belum tuntas atau nilainya masih di bawah KKM. Hal ini
menunjukkan bahwa media film animasi belum dapat meningkatkan
kemampuan menyimak cerita anak dengan maksimal dikarenakan media
tersebut masih memiliki beberapa kekurangan, yaitu sebagai berikut.
1) Pengadaan film dan video umumnya memerlukan biaya mahal dan waktu
yang banyak.
104
2) Pada saat film dipertunjukkan, gambar-gambar bergerak terus sehingga
tidak semua siswa mampu mengikuti informasi yang ingin disampaikan
melalui film tersebut.
3) Film dan video yang tersedia tidak selalu sesuai dengan kebutuhan dan
tujuan belajar yang diinginkan kecuali film dan video itu dirancang dan
diproduksi khusus untuk kebutuhan sendiri (Azhar Arsyad, 2009: 49-50).
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, kemampuan
menyimak cerita anak dapat ditingkatkan dengan media film animasi. Sudah
lebih dari 75% siswa kelas V SD Negeri Delegan 2 mencapai KKM, sehingga
penelitian ini tidak dilanjutkan ke siklus III dan dihentikan disiklus II.
C. Keterbatasan Penelitan
Penelitian yang dilakukan di kelas V SD Negeri Delegan 2 ini memiliki
beberapa kekurangan dan keterbatasan. Kekurangan dan keterbatasan tersebut
diantaranya adalah:
1. Masih ada siswa yang memiliki nilai di bawah Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) 73.
2. Peralatan pendukung media film animasi yang terdapat di sekolah masih
minim.
105
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan,
dapat disimpulkan bahwa penggunaan media film animasi dapat meningkatkan
kemampuan menyimak cerita anak pada siswa kelas V SD Negeri Delegan 2.
Secara proses, peningkatan dapat dilihat berdasarkan hasil obervasi.
Berdasarkan hasil observasi, siswa lebih aktif dan antusias dalam mengikuti
pembelajaran. Siswa terlihat tertarik dengan media yang digunakan, sehingga
kegiatan belajar lebih kondusif dan menyenangkan. Siswa yang mengangkat
tangan ketika guru memberi pertanyaan nampak lebih banyak dan bersemangat
saat menjawab pertanyaan dari guru, sehingga suasana pembelajaran di kelas
menjadi lebih hidup dan menyenangkan.
Secara produk, meningkatnya kemampuan menyimak cerita anak dapat
dilihat berdasarkan analisis data peningkatan nilai kemampuan menyimak
cerita anak. Hasil nilai rata-rata kemampuan menyimak cerita anak pada
pratindakan sebesar 57,41. Pada tindakan siklus I nilai rata-rata meningkat 9,2
menjadi 66,61 dan pada siklus II juga mengalami peningkatan sebesar 17,17
menjadi 83,78.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diperoleh, maka dapat disampaikan
beberapa saran sebagai berikut.
1. Bagi Siswa
106
a. Agar kemampuan belajar khususnya kemampuan menyimak cerita
dapat meningkat siswa dapat melatihnya dengan sering atau
membiasakan untuk menyimak.
b. Pada saat menyimak sebaiknya memperhatikan dengan sebaik-baiknya
agar mampu menjawab pertanyaan dengan benar dan dapat
meningkatkan kemampuan menyimak cerita anak.
2. Bagi Guru
a. Setelah mengetahui peningkatan kemampuan menyimak cerita anak
menggunakan media film animasi ini, maka bagi guru yang yang
belum menggunakan media dalam pembelajaran menyimak dapat
menggunakan media khususnya media film animasi.
b. Apabila guru menggunakan media film animasi, hendaknya guru
mempersiapkan media tersebut dengan baik, mempertimbangkan kelas
yang akan digunakan dan jam pelajaran yang tersedia. Hal ini perlu
diperhatikan supaya pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan
tidak mengganggu pembelajaran yang lain.
107
DAFTAR PUSTAKA
Agus N. Cahyo. (2011). Berbagai Cara Latihan Otak dan Daya Ingat dengan Menggunakan Ragam Media Audio Visual. Yogyakarta: Diva Press.
Ahmad Rofi’uddun dan Darmiyati Zuhdi. (1998/1999). Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia. Yogyakarta: Departemen pendidikan dan kebudayaan direktorat jendral pendidikan tinggi.
Anas Sudijono. (2010). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada. Ariesto Hadi Sutopo. (2002). Animasi dengan Macromedia Flash. Jakarta:
Penerbit Salemba Infotek. Azhar, Arsyad. (2009). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Budiono. (2005). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Karya Agung. Burhan Nurgiyantoro. (2005). Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak.
Yogyakarta: UGM Press. _________________. (2001). Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.
Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta. Endang Poerwanti & Nur Widodo. (2002). Perkembangan Peserta Didik.
Malang: UMM Press. H.M Sukardi. (2012). Metode Penelitian Tindakan Kelas Implementasi dan
Pengambangannya. Yogyakarta: Bumi Aksara. Hamzah B. Uno, dkk. (2011). Menjadi Peneliti PTK yang Profesianal. Jakarta:
Bumi Aksara.` Haryadi dan Zamzani. (1996/1997). Peningkatan Keterampilan Berbahasa
Indonesia. Yogyakarta: Departemen pendidikan dan kebudayaan direktorat jendral pendidikan tinggi.
Henry Guntur Tarigan. (2008). Menyimak sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. Bandung: Penerbit Angkasa. Kundharu, Saddhono. (2012). Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indoneria.
Bandung: Karya Putra Darwati. Main Sufanti. (2010). Strategi Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
Surakarta: Yuma Pustaka.
108
Muhammad Iqbal. (2012). Pengertian Animasi. Diakses dari
https://muhammadiqbalm.wordpress.com/2012/08/08/pengertian-animasi/ pada tanggal 28 Februari 2016 pukul 8:55.
Muh. Nur Mustakim. (2005). Pemahaman Cerita dalam Pembentukan
Perkembangan Anak TK. Jakarta: Departemen pendidikan dan kebudayaan direktorat jendral pendidikan tinggi.
Nana Syaodih Sukmadinata. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya. Ngalim Purwanto. (2010). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Oemar Hamalik. (1994). Media Pendidikan. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. Rita E. Izzaty, dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY
Press. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Suharianto. (2005). Dasar-Dasar Teori Sastra. Semarang: Rumah Indonesia. Suharjo. (2006). Mengenal Pendidikan Sekolah Dasar Teori dan Praktek. Jakarta:
Dirjen Dikti Direktorat Ketenagaan. Suharsimi Arikunto. (2006). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara. Suharsimi Arikunto, dkk. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi
Aksara. Suratno. (2006). Peningkatan Menyimak Berita melalui Media Audio Visual
dengan Pendekatan Kontekstual Komponen Inquiri pada Siswa Kelas VIIA SMP N I Tarub Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2005/2006. Skripsi: UNNES.
Suyadi. (2013). Penelitian Tindakan Kelas Buku Panduan Wajib bagi Para
Pendidik. Yogyakarta: Diva Press. Yudrik Jahja. (2013). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana Prenamedia
Grup. Zainal Aqib. (2006). Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung: Yrama
Widya.
109
LAMPIRAN
110
Lampiran 1. Pedoman Observasi Aktivitas Siswa
LAMPIRAN PEDOMAN OBSERVASI
AKTIVITAS SISWA
111
Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus : Pertemuan ke : Hari, tanggal : Subjek : PETUNJUK : Berilah tanda centang (√) pada kolom yang sesuai dengan pengamatan anda!
No. Aspek yang diamati Skor
1 2 3 4
1. Keaktifan siswa dalam bertanya saat pembelajaran.
2. Motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran.
3. Perhatian siswa saat pembelajaran menggunakan media film animasi.
4. Kegiatan pembelajaran yang menyenangkan.
5. Respon siswa dalam kegiatan pembelajaran.
6. Tanggung jawab siswa.
7. Percaya diri siswa.
Jumlah skor
Sleman, Februari 2016 Observer ........................
112
No. Aspek Indikator Skor
1.
Keaktifan siswa dalam bertanya saat pembelajaran.
Siswa sangat aktif bertanya saat pembelajaran. 4
Siswa aktif bertanya saat pembelajaran. 3 Siswa kurang aktif bertanya saat pembelajaran. 2
Siswa tidak aktif bertanya saat pembelajaran. 1
2.
Motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran.
Siswa menjadi sangat tertarik dalam pembelajaran. 4
Siswa menjadi tertarik dalam pembelajaran. 3
Siswa kurang tertarik dalam pembelajaran. 2
Siswa tidak tertarik dalam pembelajaran. 1
3.
Perhatian siswa saat pembelajaran menggunakan media film animasi.
Siswa sangat memperhatikan guru saat mengajar. 4
Siswa memperhatikan guru saat mengajar. 3
Siswa kurang memperhatikan guru saat mengajar. 2
Siswa tidak memperhatikan guru saat mengajar. 1
4.
Kegiatan pembelajaran yang menyenangkan.
Siswa merasa kegiatan pembelajaran sangat menyenangkan. 4
Siswa merasa kegiatan pembelajaran menyenangkan. 3
Siswa merasa kegiatan pembelajaran kurang menyenangkan. 2
Siswa tidak senang mengikuti pembelajaran. 1
5. Respon siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Siswa sangat merespon materi yang diajarkan. 4
Siswa merespon materi yang diajarkan. 3 Siswa kurang merespon materi yang diajarkan. 2
Siswa tidak merespon materi yang diajarkan. 1
113
6. Tanggung jawab siswa
Siswa sangat bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugasnya. 4
Siswa bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugasnya. 3
Siswa kurang bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugasnya. 2
Siswa tidak bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugasnya. 1
7. Percaya diri siswa
Siswa sangat percaya diri saat menyelesaikan tugasnya. 4
Siswa percaya diri saat menyelesaikan tugasnya. 3
Siswa kurang percaya diri saat menyelesaikan tugasnya. 2
Siswa tidak percaya diri saat menyelesaikan tugasnya. 1
114
Lampiran 2. Pedoman Penilaian Tes Kemampuan Menyimak
LAMPIRAN PEDOMAN PENILAIAN
TES KEMAMPUAN MENYIMAK
115
Pedoman Penilaian Tes Kemampuan Menyimak
No. Indikator Nomor Soal Deskripsi Penilaian Skor
Maksimal
1. 5.2.1 Menyebutkan nama-nama tokoh cerita anak yang diperdengarkan.
3 Siswa Dapat Mengyebutkan tokoh utama dalam cerita.
1
6 Siswa dapat menyebutkan beberapa tokoh dalam cerita.
1
2. 5.2.2 Menyebutkan sifat-sifat tokoh dalam cerita anak.
4 Siswa dapat menyebutkan salah satu sifat tokoh dalam cerita.
1
9
Siswa dapat mengidentifikasi sifat tokoh berdasarkan kalimat atau perilaku tokoh dalam cerita.
1
10 Siswa dapat menyebutkan sifat tokoh berdasarkan kalimat soal.
1
14 Siswa dapat melengkapi kalimat berdasarkan sifat tokoh yang sesuai.
1
15
Siswa dapat menentukan kesamaan sifat tokoh pada suatu kalimat dengan sifat tokoh pada cerita.
1
19
Siswa dapat melengkapi kalimat dengan jawaban yang sesuai dengan sifat tokoh pada cerita.
1
3. 5.2.3 Menentukan tema cerita anak
1 Siswa dapat menyebutkan penegrtian tema cerita. 1
2 Siswa dapat menentukan tema cerita dari cerita anak yang disimaknya.
1
11
Siswa dapat mengidentifikasi tema cerita yang memiliki kesamaan dengan tema cerita yang telah
1
116
disimaknya.
4. 5.2.4 Menentukan latar cerita anak.
5 Siswa dapat melengkapi kalimat berdasarkan latar dalam cerita.
1
7 Siswa dapat menetukan kalimat yang menentukan latar dalam cerita.
1
12
Siswa dapat menentukan latar (tempat, waktu, suasana) sesuai dalam cerita.
1
16 Siswa dapat menentukan latar berdasarkan kalimat soal.
1
17
Siswa dapat menentukan latar (tempat, waktu, suasana) sesuai dalam cerita.
1
5. 5.2.5 Menentukan amanat yang terkandung dalam cerita anak.
8 Siswa dapat menetukan amanat sesuai dengan kalimat soal.
1
13 Siswa dapat menyebutkan manfaat dari amanat cerita. 1
18 Siswa dapat menyebutkan pengertian dari amanat cerita.
1
20 Siswa dapat menyebutkan hikmah/amanat dari cerita yang disimaknya.
1
Jumlah keselurahan skor 20
Nilai = 푠푘표푟 푦푎푛푔 푑푖푝푒푟표푙푒ℎ 푠푖푠푤푎푠푘표푟 푚푎푘푠푖푚푎푙 푥 100
117
Lampiran 3. Silabus
LAMPIRAN SILABUS
118
SILABUS
MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA JENJANG : SD KELAS/SEMESTER : V (LIMA)/2
Standar
Kompetensi
Kompetensi
Dasar Indikator Materi Pokok
Kegiatan
Pembelajaran
Alokasi
Waktu
Teknik
Penilaian
Sarana
dan
Sumber
Belajar
Mendengarkan
5 Memahami
cerita tentang
suatu peristiwa
dan cerita
pendek anak
yang
disempaikan
secara lisan
5.2
Mengidentifikasi
unsur cerita
(tokoh, tema,
latar, amanat)
5.2.1 Menyebutkan
nama-nama
tokoh cerita
anak yang
diperdengarkan.
5.2.2 Menyebutkan
sifat-sifat tokoh
dalam cerita
anak.
5.2.3 Menentukan
Cerita pendek
anak-anak.
Unsur-unsur
intrinsik cerita
(tokoh,tema,latar
,alur, dan
amanat).
Contoh
pembahasan
Mendengarkan
penjelasan
mengenai unsur-
unsur intrinsik
cerita
(rekaan/fiksi).
Membaca cerita
pendek.
Mencatat hal-
hal pokok dari
4 jam
pelajaran
Objektif
dan
subjektif
Buku
panduan,
buku
kumpulan
cerita
pendek
anak-anak.
119
tema cerita
anak.
5.2.4 Menentukan
latar cerita anak.
5.2.5 Menentukan
amanat yang
terkandung
dalam cerita
anak.
cerita pendek.
cerita pendek.
Menentukan
unsur intrinsik
cerita pendek.
Menulis amanat
yang terkandung
dalam cerita.
120
Lampiran 4. RPP
LAMPIRAN RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
121
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan : SDN Delegan II Kelas/ Semester : 5/ II Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Pertemuan Ke- : 1 Alokasi Waktu : 2 x 35 menit Hari/Tanggal : 9 Februari 2016 A. Standar Kompetensi
5. Memahami cerita tentang suatu peristiwa dan cerita pendek anak yang
disampaikan secara lisan.
B. Kompetensi Dasar
5.2 Mengidentifikasi unsur cerita (tokoh, tema, latar, amanat).
C. Indikator
5.2.1 Menyebutkan nama-nama tokoh cerita anak yang diperdengarkan.
5.2.2 Menyebutkan sifat-sifat tokoh dalam cerita anak.
5.2.3 Menentukan tema cerita anak.
5.2.4 Menentukan latar cerita anak.
5.2.5 Menentukan amanat yang terkandung dalam cerita anak.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah menyimak cerita anak melalui media anaimasi audio visual, siswa
dapat menyebutkan nama-nama tokoh cerita anak dengan tepat.
2. Setelah menyimak cerita anak melalui media anaimasi audio visual, siswa
dapat menyebutkan sifat-sifat tokoh dalam cerita anak dengan benar.
122
3. Setelah menyimak cerita anak melalui media anaimasi audio visual, siswa
dapat menentukan tema cerita anak dengan tepat.
4. Setelah menyimak cerita anak melalui media anaimasi audio visual, siswa
dapat menentukan latar cerita anak dengan benar.
5. Setelah menyimak cerita anak melalui media anaimasi audio visual, siswa
dapat menentukan amanat cerita anak dengan benar.
E. Materi Pembelajaran
Unsur intrinsik cerita anak
F. Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya Jawab
G. Kegiatan Pembelajaran
1. Pendahuluan (5 menit)
a. Siswa menjawab salam dari guru sebagai pembuka dalam kegiatan
belajar mengajar dan menjawab sapaan guru.
b. Siswa terkondisi untuk memulai pelajaran serta guru bersama siswa
mengulang inti pembelajaran yang telah lalu dengan cara tanya jawab.
c. Siswa merespon apersepsi guru dengan menjawab pertanyaan seputar
materi yang diketahui siswa mengenai cerita anak.
d. Siswa memperhatikan guru menyampaikan tujuan pembelajaran, yaitu
menyimak cerita anak melalui media film animasi untuk menentukan
tokoh, tema, latar dan amanat cerita anak.
123
2. Kegiatan Inti (45 menit)
Eksplorasi
a. Siswa memperhatikan penjelasan yang disampaikan guru tentang
unsur-unsur cerita.
b. Siswa dikondisikan secara fisik dan mental untuk menyimak cerita
anak.
c. Guru menyiapkan media film animasi dengan membaca buku petunjuk
penggunaan.
d. Siswa diminta menyimak cerita anak melalui media film animasi yang
berjudul Si Luncai.
Elaborasi
e. Siswa dibagi kedalam kelompok kecil.
f. Siswa dalam kelompok mengerjakan LKS.
Konfirmasi
g. Salah satu siswa mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas
secara bergiliran, sedangkan siswa lain dapat memberikan masukan
ataupun sanggahan kepada siswa yang sudah mengemukakan hasil
kerjanya tadi.
h. Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang belum
dipahami.
3. Penutup (20 menit)
a. Siswa bersama guru menyimpulkan materi pelajaran.
b. Siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu.
124
c. Siswa diberi tugas untuk mempelajari kembali materi yang telah
mereka terima.
d. Guru menutup pelajaran dengan salam.
H. Media dan Sumber Pembelajaran
1. Compact Disc (CD) berisi cerita anak berjudul Si Luncai.
2. Proyektor.
3. Laptop.
4. Speaker
5. Alat tulis di kelas.
6. Buku Bahasa Indonesia kelas V
7. https://www.youtube.com/watch?v=WR64WLBPKv8
I. Penilaian
1. Penilaian Sikap (terlampir)
2. Penilaian Pengetahuan (terlampir)
3. Penilaian Keteramoilan (terlampir)
125
126
LAMPIRAN
A. Ringkasan Materi
Cerita anak terdiri dari unsur-unsur pengembang cerita, antara lain:
tokoh dan penokohan, alur cerita, latar, tema, dan amanat.
1. Tokoh cerita dimaksudkan sebagai pelaku yang dikisahkan perjalanan
hidupnya dalam cerita fiksi lewat alur baik sebagai pelaku maupun
penderita berbagai peristiwa yang diceritakan.
2. Penokohan atau perwatakan ialah pelukisan mengenai tokoh cerita,
baik keadaan lahirnya maupun batinnya yang dapat berupa pandangan
hidupnya, sikapnya, keyakinannya, adat istiadatnya, dan sebagainya.
3. Latar atau setting adalah waktu dan tempat terjadinya cerita secara
nyata yang dapat dipercaya kebenarannya. Latar dibagi menjadi latar
waktu, latar tempat, dan latar suasana.
4. Tema merupakan dasar pengembangan sebuah cerita. Sebagai sebuah
gagasan yang ingin disampaikan, tema dijabarkan dan dikonkretkan
melalui unsur-unsur intrinsik yang lain terutama tokoh, alur, dan latar.
5. Amanat adalah sesuatu yang selaluberkaitan dengan berbagai hal yang
berkonotasi positif, bermanfaat bagi kehidupan, dan mendidik.
B. Lembar Kerja Siswa
Kerjakan soal di bawah ini secara berkelompok!
Prosedur kerja:
1. Duduklah bersama teman sekelompokmu
2. Ingatlah kembali jalan cerita “Si Luncai” yang telah kalian simak!
127
3. Diskusikan unsur intrinsik yang terdapat dalam cerita
4. Isilah tabel di bawah ini
No Unsur Intrinsik Keterangan 1. Tokoh 2. Latar Tempat 3. Latar Waktu 4, Latar Suasana 5. Amanat
C. Kunci Jawaban LKS
No Unsur Intrinsik Keterangan 1. Tokoh Luncai, baginda raja, pengawal, saudagar tamak 2. Latar Tempat Kerajaan, hutan, laut 3. Latar Waktu Pagi hari, siang hari, malam hari 4, Latar Suasana Mengecewakan, menyedihkan, menegangkan 5. Amanat Jangan melakukan hal tidak baik kepada orang
lain karena akan mendapat balasan atau ganjaran.
D. Soal Evaluasi
Berilah tanda silang (x) pada jawaban yang benar!
1. Yang dimaksud dengan tema cerita adalah...
a. Tempat terjadinya cerita
b. Pemain cerita
c. Pokok permasalahan cerita
d. Waktu terjadinya cerita
2. Tema pada cerita yang berjudul “Si Luncai” adalah...
128
a. Ketuhanan
b. Budi Pekerti
c. Binatang
d. Bencana alam
3. Tokoh utama dalam cerita “Si Luncai” yaitu...
a. Baginda Raja
b. Luncai
c. Perdana Menteri
d. Labu
4. Luncai memiliki satu sifat buruk, sifat buruk luncai yang tepat yaitu...
a. Malas
b. Licik
c. Pemarah
d. Pendendam
5. Luncai merasa... ketika keinginannya bertemu Baginda Raja ditolak dan
diusir oleh pengawal kerajaan.
a. Sedih, cemas
b. Senang, lega
c. Sedih, kecewa
d. Marah, kecewa
6. Tokoh-tokoh yang memerankan dalam cerita “Si Luncai” adalah...
a. Luncai, Baginda Raja, saudagar dan para pengawal
b. Luncai, pedagang, pengawal dan rakyat
129
c. Luncai, saudagar, ayah, dan ibu
d. Luncai, Baginda raja, ayah dan ibu
7. Kalimat yang menunjukkan latar tempat pada cerita “Si Luncai”yaitu...
a. Baginda Raja merasa sangat marah ketika Luncai mengutarakan niat
untuk menemuinya
b. Pada malam hari Luncai mencoba berfikir bagaimana cara membalas
dendam perlakuan Baginda Raja kepadanya.
c. Luncai mengajak para pengawal menyanyi supaya ia bisa melarikan
diri
d. Luncai meninggalkan Baginda Raja yang berada di dalam kotak kaca
ketika sampai di tengah laut
8. Perbuatan yang tidak baik akan mendapatkan balasannya dikemudian
hari. Seperti cerita Baginda Raja yang sombong dan suka merendahkan.
Balasan yang diperoleh Baginda Raja yaitu...
a. Menderita sakit
b. Kehilangan kekayaan
c. Kerajaannya hancur
d. Tenggelam di laut
9. “Aku tidak suka jika ada pengemis datang kesini. Hanya bangsawan,
saudagar, dan orang-orang kaya saja yang layak menemuiku.” Kalimat
Baginda Raja tersebut menunjukkan bahwa ia memiliki sifat...
a. Sombong
b. Dermawan
130
c. Iri hati
d. Dendam
10. Saudagar tamak mendapat balasan atas sifat buruknya, ia berada didalam
karung dan akan dibuang ke laut. Sifat buruk sudagar yaitu...
a. Mencuri
b. Durhaka
c. Berbohong
d. Sombong
11. Cerita di bawah ini memiliki tema yang sama dengan cerita “Si Luncai”
yaitu...
a. Kancil yang mencuri timun pak tani
b. Bawang Merah yang jahat pada akhirnya mendapat balasan yang
setimpal seperti apa yang telah diperbuatnya
c. Malin Kundang anak yang durhaka, ia dikutuk menjadi batu oleh
ibunya.
d. Candi Prambanan merupakan bangunan sejarah yang dibangun oleh
Bandungbandawasa.
12. Luncai akan dibuang ke laut pada... hari.
A. Pagi
B. Malam
C. Siang
D. Sore
13. Kita perlu mengambil amanat suatu cerita supaya...
131
a. Dapat diceritakan lagi
b. Dapat dibuang
c. Dipuji orang lain
d. Dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
14. Sifat Luncai yang... mampu mengalihkan perhatian para pengawal
sehingga ia dapat melarikan diri dari kapal.
a. Sombong
b. Jujur
c. Cerdik
d. Iri hati
15. Dibawah ini yang memiliki kesamaan dengan sifat Luncai adalah...
a. Ani setiap hari bangun pagi kemudian membantu ibunya memasak
sarapan.
b. Rudi ingin membalas dendam kepada Andi yang kemarin lusa
merusakkan mainan kesayangannya.
c. Setiap mendapatkan tugas dari guru, Sinta selalu menundanya
sehingga ia sering mendapat hukuman karena lupa mengerjakan tugas.
d. Setiap ada teman yang memerlukan bantuan, Nanda selalu siap untuk
membantunya dengan ikhlas.
16. Perasaan Baginda Raja ketika Luncai mengatakan bahwa wajahnya mirip
seperti wajah ayah Luncai yang telah meninggal adalah...
a. Marah
b. Senang
132
c. Sedih
d. Malu
17. Para pengawal meninggalkan Luncai yang terikat di dalam karung untuk
mengejar rusa yang berada di ...
a. Sawah
b. Kebun binatang
c. Hutan
d. Kandang
18. Hikmah atau pelajaran yang dapat diambil dari suatu cerita adalah...
a. Latar
b. Tema
c. Tokoh
d. Amanat
19. Sebagai seorang Raja yang baik, seharusnya Baginda Raja bersikap...
kepada Luncai.
a. Ramah
b. Jujur
c. Berani
d. Sopan
20. Hikmah yang dapat kita ambil dari cerita “Si Luncai” adalah...
a. Setiap perbuatan pastia akan mendapat balasannya dikemudian hari.
b. Jangan suka berbohong kepada siapapun.
c. Hendaknya selalu berkata jujur meskipun kejujuran itu menyakitkan.
133
d. Sikap sombong tidak disukai oleh orang-orang disekeliling kita.
E. Kunci Jawaban Soal Evaluasi
1. C 6. A 11. B 16. A
2. B 7. D 12. C 17. C
3. B 8. D 13. D 18. D
4. D 9. A 14. C 19. A
5. C 10. C 15. B 20. A
F. Lembar Penilaian
1. Penilaian Sikap
No. Aspek Indikator Skor
1.
Keaktifan siswa dalam bertanya saat pembelajaran.
Siswa sangat aktif bertanya saat pembelajaran. 4 Siswa aktif bertanya saat pembelajaran. 3 Siswa kurang aktif bertanya saat pembelajaran. 2 Siswa tidak aktif bertanya saat pembelajaran. 1
2. Motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran.
Siswa menjadi sangat tertarik dalam pembelajaran. 4
Siswa menjadi tertarik dalam pembelajaran. 3 Siswa kurang tertarik dalam pembelajaran. 2 Siswa tidak tertarik dalam pembelajaran. 1
3.
Perhatian siswa saat pembelajaran menggunakan media film animasi.
Siswa sangat memperhatikan guru saat mengajar. 4
Siswa memperhatikan guru saat mengajar. 3 Siswa kurang memperhatikan guru saat mengajar. 2
Siswa tidak memperhatikan guru saat mengajar. 1
4.
Kegiatan pembelajaran yang menyenangkan.
Siswa merasa kegiatan pembelajaran sangat menyenangkan. 4
Siswa merasa kegiatan pembelajaran menyenangkan. 3
Siswa merasa kegiatan pembelajaran kurang menyenangkan. 2
134
Siswa tidak senang mengikuti pembelajaran. 1
5. Respon siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Siswa sangat merespon materi yang diajarkan. 4 Siswa merespon materi yang diajarkan. 3 Siswa kurang merespon materi yang diajarkan. 2 Siswa tidak merespon materi yang diajarkan. 1
6. Tanggung jawab siswa
Siswa sangat bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugasnya. 4
Siswa bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugasnya. 3
Siswa kurang bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugasnya. 2
Siswa tidak bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugasnya. 1
7. Percaya diri siswa
Siswa sangat percaya diri saat menyelesaikan tugasnya. 4
Siswa percaya diri saat menyelesaikan tugasnya. 3 Siswa kurang percaya diri saat menyelesaikan tugasnya. 2
Siswa tidak percaya diri saat menyelesaikan tugasnya. 1
2. Penilaian Pengetahuan
a. Prosedur Penilaian : Proses, Produk, Post test
b. Jenis Penilaian : Tes Tertulis
c. Bentuk Penilaian : Pilihan Ganda
d. Jumlah Soal : 20
Skor maksimal tiap nomor : 1
Total skor : 20 x 1 = 20
Nilai : 푠푘표푟 푦푎푛푔 푑푖푝푒푟표푙푒ℎ 푠푖푠푤푎푠푘표푟 푚푎푘푠푖푚푎푙 푥 100
135
e. Kriteria Ketuntasan Minimal
Siswa dikatakan berhasil mengikuti pelajaran jika siswa
memperoleh nilai > 73.
3. Penilaian Keterampilan
No Kriteria Baik Sekali 4
Baik 3
Cukup
2
Perlu Bimbingan
1
1. Kemampuan memberikan tanggapan terhadap jawaban teman
Tanggapan siswa sesuai dengan simakan dari video, disampaikan dengan bahasa yang santun, suara yang lantang dan intonasi yang jelas.
Tanggapan siswa sebgaian besar sesuaisimakan dari video, disampaikan dengan bahasa yang santun, suara yang kurang lantang dan intonasi kurang jelas.
Tanggapan siswa tidak simakan dari video, serta menggunakan bahasa yang santun, suara yang kurang lantang dan intonasi kurang jelas.
Belum mampu memberikan tanggapan.
2. Kepercayaan diri dalam memberikan tanggapan terhadap gamber keluarga besar
Tidak terlihat ragu-ragu.
Terlihat ragu-ragu.
Memerlukan bantuan guru.
Belum menunjukkan kepercayaan diri.
136
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan : SDN Delegan 2 Kelas/ Semester : 5/ II Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Pertemuan Ke- : 2 Alokasi Waktu : 2 x 35 menit Hari/Tanggal : 10 Februari 2016 A. Standar Kompetensi
5. Memahami cerita tentang suatu peristiwa dan cerita pendek anak yang
disampaikan secara lisan.
B. Kompetensi Dasar
5.2 Mengidentifikasi unsur cerita (tokoh, tema, latar, amanat).
C. Indikator
5.2.1 Menyebutkan nama-nama tokoh cerita anak yang diperdengarkan.
5.2.2 Menyebutkan sifat-sifat tokoh dalam cerita anak.
5.2.3 Menentukan tema cerita anak.
5.2.4 Menentukan latar cerita anak.
5.2.5 Menentukan amanat yang terkandung dalam cerita anak. . D. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah menyimak cerita anak melalui media anaimasi audio visual, siswa
dapat menyebutkan nama-nama tokoh cerita anak dengan tepat.
2. Setelah menyimak cerita anak melalui media anaimasi audio visual, siswa
dapat menyebutkan sifat-sifat tokoh dalam cerita anak dengan benar.
137
3. Setelah menyimak cerita anak melalui media anaimasi audio visual, siswa
dapat menentukan tema cerita anak dengan tepat.
4. Setelah menyimak cerita anak melalui media anaimasi audio visual, siswa
dapat menentukan latar cerita anak dengan benar.
5. Setelah menyimak cerita anak melalui media anaimasi audio visual, siswa
dapat menentukan amanat cerita anak dengan benar.
E. Materi Pembelajaran
Unsur intrinsik cerita anak
F. Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya Jawab
G. Kegiatan Pembelajaran
1. Pendahuluan (5 menit)
a. Siswa menjawab salam dari guru sebagai pembuka dalam kegiatan
belajar mengajar dan menjawab sapaan guru.
b. Siswa terkondisi untuk memulai pelajaran serta guru bersama siswa
mengulang inti pembelajaran yang telah lalu dengan cara tanya jawab.
c. Siswa merespon apersepsi guru dengan menjawab pertanyaan seputar
materi yang diketahui siswa mengenai cerita anak.
d. Siswa memperhatikan guru menyampaikan tujuan pembelajaran, yaitu
menyimak cerita anak melalui media film animasi untuk menentukan
tokoh, tema, latar dan amanat cerita anak.
138
2. Kegiatan Inti (45 menit)
Eksplorasi
a. Siswa memperhatikan penjelasan yang disampaikan guru tentang
unsur-unsur cerita.
b. Siswa dikondisikan secara fisik dan mental untuk menyimak cerita
anak.
c. Guru menyiapkan media film animasi dengan membaca buku petunjuk
penggunaan.
d. Siswa diminta menyimak cerita anak melalui media film animasi yang
berjudul Badang dan Jembalang.
Elaborasi
e. Siswa dibagi kedalam kelompok kecil.
f. Siswa dalam kelompok mengerjakan LKS.
Konfirmasi
g. Salah satu siswa mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas
secara bergiliran, sedangkan siswa lain dapat memberikan masukan
ataupun sanggahan kepada siswa yang sudah mengemukakan hasil
kerjanya tadi.
h. Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang belum
dipahami.
3. Penutup (20 menit)
a. Siswa bersama guru menyimpulkan materi pelajaran.
b. Siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu.
139
c. Siswa diberi tugas untuk mempelajari kembali materi yang telah
mereka terima.
d. Guru menutup pelajaran dengan salam.
H. Media dan Sumber Pembelajaran
1. Compact Disc (CD) berisi cerita anak berjudul Badang dan Jembalang.
2. Proyektor.
3. Laptop.
4. Speaker
5. Alat tulis di kelas.
6. Buku Bahasa Indonesia kelas V
7. https://www.youtube.com/watch?v=YvG9eoH_Qs8
J. Penilaian
1. Penilaian Sikap (terlampir)
2. Penilaian Pengetahuan (terlampir)
3. Penilaian Keterampilan (terlampir)
140
141
LAMPIRAN
A. Ringkasan Materi
Cerita anak terdiri dari unsur-unsur pengembang cerita, antara lain:
tokoh dan penokohan, alur cerita, latar, tema, dan amanat.
1. Tokoh cerita dimaksudkan sebagai pelaku yang dikisahkan perjalanan
hidupnya dalam cerita fiksi lewat alur baik sebagai pelaku maupun
penderita berbagai peristiwa yang diceritakan.
2. Penokohan atau perwatakan ialah pelukisan mengenai tokoh cerita,
baik keadaan lahirnya maupun batinnya yang dapat berupa pandangan
hidupnya, sikapnya, keyakinannya, adat istiadatnya, dan sebagainya.
3. Latar atau setting adalah waktu dan tempat terjadinya cerita secara
nyata yang dapat dipercaya kebenarannya. Latar dibagi menjadi latar
waktu, latar tempat, dan latar suasana.
4. Tema merupakan dasar pengembangan sebuah cerita. Sebagai sebuah
gagasan yang ingin disampaikan, tema dijabarkan dan dikonkretkan
melalui unsur-unsur intrinsik yang lain terutama tokoh, alur, dan latar.
5. Amanat adalah sesuatu yang selaluberkaitan dengan berbagai hal yang
berkonotasi positif, bermanfaat bagi kehidupan, dan mendidik.
B. Lembar Kerja Siswa
Kerjakan soal di bawah ini secara berkelompok!
Prosedur kerja:
1. Duduklah bersama teman sekelompokmu
2. Ingatlah kembali jalan cerita “Si Luncai” yang telah kalian simak!
142
3. Diskusikan unsur intrinsik yang terdapat dalam cerita
4. Isilah tabel di bawah ini
No Unsur Intrinsik Keterangan 1. Tokoh 2. Latar Tempat 3. Latar Waktu 4, Latar Suasana 5. Amanat
C. Kunci Jawaban LKS
No Unsur Intrinsik Keterangan 1. Tokoh Badang, Jemabalang, Baginda Raja 2. Latar Tempat Kerajaan, peternakan, sungai, hutan 3. Latar Waktu Pagi hari, siang hari, malam hari 4, Latar Suasana Menengangkan, menjijikkan, membanggakan 5. Amanat Keberanian dan kepercayaan diri akan
membawa kita ke jalan yang berhasil.
D. Soal Evaluasi
Berilah tanda silang (x) pada jawaban yang benar!
1. Cerita berjudul “Badang dan Jembalang” bercerita tentang keberanian dan
kekuatan Badang untuk membantu sesama, sehingga... cerita adalah
tentang budi pekerti.
a. tema
b. latar
c. tokoh
d. alur
143
2. Tema cerita “Badang dan Jembalang” adalah tentang budi pekerti,
karena...
a. Tokohnya adalah binatang
b. Tokohnya baik
c. Menceritakan tentang sifat yang berani dan memiliki kekuatan untuk
membantu sesama
d. Menceritakan tentang sejarah
3. Tokoh utama dalma cerita “Badang dan Jembalang” adalah...
a. Raja
b. Badang
c. Jembalang
d. Raksasa
4. Watak atau karakter dari tokoh utama dalam cerita “Badang dan
Jembalang” adalah...
a. Sombong dan tamak
b. Jujur dan rendah hati
c. Iri dan dengki
d. Pemberani dan suka menolong
5. Badang merasa... ketika mengetahui pencuri ikan-ikannya selama ini
adalah Jembalang.
a. senang
b. marah
c. terkejut
144
d. takut
6. Di bawah ini yang bukan tokoh pada cerita “Badang dan Jembalang”
adalah...
a. Raja
b. Badang
c. Jembalang
d. Ratu
7. Kalimat berikut yang menunjukkan latar waktu dalam cerita “Badang dan
Jembalang” yaitu...
a. Badang mengangkat pohon besar yang menimpa rumah seorang nenek.
b. Raja merasa kagum dengan kekuatan yang dimiliki Badang.
c. Di siang hari yang terik, Badang melawan para perampok yang berniat
merampok wanita muda.
d. Jembalang adalah seorang raksasa pencuri ikan.
8. Apabila kita menemui seseorang yang membutuhkan bantuan kita,
sebaiknya kita...
a. Menolongnya
b. Melihatnya
c. Mengacuhkannya
d. Merasa kasihan
9. Badang mampu menunjukkan sifatnya yang... dengan mengangkat batu
besar di halaman istana.
a. suka menolong
145
b. kuat
c. berani
d. jujur
10. Meskipun suka mencuri, namun Jembalang tidak... untuk memenuhi
permintaan Badang sebagai ganti rugi setelah mencuri ikan.
a. mengingkari janji
b. berani
c. melarikan diri
d. bosan
11. Cerita di bawah ini yang memiliki tema yang sama dengan cerita “Badang
dan Jembalang” ialah...
a. Kancil yang mencuri timun pak tani
b. Bawang Merah yang jahat pada akhirnya mendapat balasan yang
setimpal seperti apa yang telah diperbuatnya
c. Malin Kundang anak yang durhaka, ia dikutuk menjadi batu oleh
ibunya.
d. Seorang petani yang dengan keberaniannya mengusir seekor harimau
yang mengganggu warga di desanya.
12. Badang bersembunyi di... untuk mengintai pencuri ikan.
a. semak-semak
b. balik pohon
c. balik batu
d. rumah kosong
146
13. Kita perlu mengambil amanat suatu cerita supaya...
a. Dapat diceritakan lagi
b. Dapat dibuang
c. Dipuji orang lain
d. Dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
14. Sifat Jembalang yang...merupakan sifat yang merugikan orang lain.
a. memiliki kekuatan
b. tidak mengingkari janjinya
c. sombong
d. suka mencuri
15. Tokoh dibawah ini yang memiliki kesamaan sifat dengan Badang yaitu...
a. Setiap ada teman yang memerlukan bantuannya, Dito selalu berusaha
menolongnya dengan percaya diri.
b. Maman anak yang berbakti kepda orang tuanya. Ia selalu menaati
perintah ayah dan ibunya.
c. Pak tani bekerja pagi hingga petang, ia tidak pernah mengeluh
meskipun hidupnya susah.
d. Raja memimpin kerajaan dengan bijaksana. Semua rakyatnya rukun,
damai, dan makmur.
16. Badang mencari ikan di...
a. Kolam
b. Laut
c. Sungai
147
d. Danau
17. Pohon yang menimpa rumah nenek ternyata adalah pohon yang dibuang
Badang pada...ketika sinar bulan menerangi hutan itu.
a. pagi hari
b. siang hari
c. sore hari
d. malam hari
18. Pesan yang dapat kita ambil dari suatu cerita supaya dapat kita terapkan
dalam kehidupan sehari-hari disebut...
a. Tema
b. Amanat
c. Ajakan
d. Himbauan
19. Sifat yang dapat kita teladani dari Badang pada cerita “Badang dan
Jembalang” adalah...
a. Berani, kuat, dan suka menolong
b. Sombong, pendendam, dan pemarah
c. Jujur, rendah hati, dan tidak sombong
d. Kuat, sombong, dan percaya diri.
20. Hikmah yang dapat kita ambil dari cerita “Badang dan Jembalang”
adalah...
a. Setiap perbuatan pastia akan mendapat balasannya dikemudian hari.
b. Jangan suka berbohong kepada siapapun.
148
c. Keberanian, kekuatan, dan kepercayaan diri akan membawa kita
menuju keberhasilan.
d. Sikap sombong tidak disukai oleh orang-orang disekeliling kita.
E. Kunci Jawaban Soal Evaluasi
1. A 6. D 11. C 16. C
2. B 7. C 12. C 17. D
3. B 8. A 13. D 18. B
4. D 9. B 14. D 19. A
5. C 10. A 15. A 20. C
F. Lembar Penilaian
1. Penilaian Sikap
No. Aspek Indikator Skor
1.
Keaktifan siswa dalam bertanya saat pembelajaran.
Siswa sangat aktif bertanya saat pembelajaran. 4 Siswa aktif bertanya saat pembelajaran. 3 Siswa kurang aktif bertanya saat pembelajaran. 2 Siswa tidak aktif bertanya saat pembelajaran. 1
2. Motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran.
Siswa menjadi sangat tertarik dalam pembelajaran. 4
Siswa menjadi tertarik dalam pembelajaran. 3 Siswa kurang tertarik dalam pembelajaran. 2 Siswa tidak tertarik dalam pembelajaran. 1
3.
Perhatian siswa saat pembelajaran menggunakan media film animasi.
Siswa sangat memperhatikan guru saat mengajar. 4
Siswa memperhatikan guru saat mengajar. 3 Siswa kurang memperhatikan guru saat mengajar. 2
Siswa tidak memperhatikan guru saat mengajar. 1
4. Kegiatan pembelajaran
Siswa merasa kegiatan pembelajaran sangat menyenangkan. 4
149
yang menyenangkan.
Siswa merasa kegiatan pembelajaran menyenangkan. 3
Siswa merasa kegiatan pembelajaran kurang menyenangkan. 2
Siswa tidak senang mengikuti pembelajaran. 1
5. Respon siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Siswa sangat merespon materi yang diajarkan. 4 Siswa merespon materi yang diajarkan. 3 Siswa kurang merespon materi yang diajarkan. 2 Siswa tidak merespon materi yang diajarkan. 1
6. Tanggung jawab siswa
Siswa sangat bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugasnya. 4
Siswa bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugasnya. 3
Siswa kurang bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugasnya. 2
Siswa tidak bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugasnya. 1
7. Percaya diri siswa
Siswa sangat percaya diri saat menyelesaikan tugasnya. 4
Siswa percaya diri saat menyelesaikan tugasnya. 3 Siswa kurang percaya diri saat menyelesaikan tugasnya. 2
Siswa tidak percaya diri saat menyelesaikan tugasnya. 1
2. Penilaian Pengetahuan
a. Prosedur Penilaian : Proses, Produk, Post test
b. Jenis Penilaian : Tes Tertulis
c. Bentuk Penilaian : Pilihan Ganda
d. Jumlah Soal : 20
Skor maksimal tiap nomor : 1
Total skor : 20 x 1 = 20
150
Nilai : 푠푘표푟 푦푎푛푔 푑푖푝푒푟표푙푒ℎ 푠푖푠푤푎푠푘표푟 푚푎푘푠푖푚푎푙 푥 100
f. Kriteria Ketuntasan Minimal
Siswa dikatakan berhasil mengikuti pelajaran jika siswa
memperoleh nilai > 73.
3. Penilaian Keterampilan
No Kriteria Baik Sekali 4
Baik 3
Cukup
2
Perlu Bimbingan
1
1. Kemampuan memberikan tanggapan terhadap jawaban teman
Tanggapan siswa sesuai dengan simakan dari video, disampaikan dengan bahasa yang santun, suara yang lantang dan intonasi yang jelas.
Tanggapan siswa sebgaian besar sesuaisimakan dari video, disampaikan dengan bahasa yang santun, suara yang kurang lantang dan intonasi kurang jelas.
Tanggapan siswa tidak simakan dari video, serta menggunakan bahasa yang santun, suara yang kurang lantang dan intonasi kurang jelas.
Belum mampu memberikan tanggapan.
2. Kepercayaan diri dalam memberikan tanggapan terhadap gamber keluarga besar
Tidak terlihat ragu-ragu.
Terlihat ragu-ragu.
Memerlukan bantuan guru.
Belum menunjukkan kepercayaan diri.
151
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan : SDN Delegan II Kelas/ Semester : 5/ II Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Pertemuan Ke- : 3 Alokasi Waktu : 2 x 35 menit Hari/Tanggal : 15 Februari 2016 A. Standar Kompetensi
5. Memahami cerita tentang suatu peristiwa dan cerita pendek anak yang
disampaikan secara lisan.
B. Kompetensi Dasar
5.2 Mengidentifikasi unsur cerita (tokoh, tema, latar, amanat).
C. Indikator
5.2.1 Menyebutkan nama-nama tokoh cerita anak yang diperdengarkan.
5.2.2 Menyebutkan sifat-sifat tokoh dalam cerita anak.
5.2.3 Menentukan tema cerita anak.
5.2.4 Menentukan latar cerita anak.
5.2.5 Menentukan amanat yang terkandung dalam cerita anak. D. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah menyimak cerita anak melalui media anaimasi audio visual, siswa
dapat menyebutkan nama-nama tokoh cerita anak dengan tepat.
2. Setelah menyimak cerita anak melalui media anaimasi audio visual, siswa
dapat menyebutkan sifat-sifat tokoh dalam cerita anak dengan benar.
152
3. Setelah menyimak cerita anak melalui media anaimasi audio visual, siswa
dapat menentukan tema cerita anak dengan tepat.
4. Setelah menyimak cerita anak melalui media anaimasi audio visual, siswa
dapat menentukan latar cerita anak dengan benar.
5. Setelah menyimak cerita anak melalui media anaimasi audio visual, siswa
dapat menentukan amanat cerita anak dengan benar.
E. Materi Pembelajaran
Unsur intrinsik cerita anak
F. Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya Jawab
G. Kegiatan Pembelajaran
1. Pendahuluan (5 menit)
a. Siswa menjawab salam dari guru sebagai pembuka dalam kegiatan
belajar mengajar dan menjawab sapaan guru.
b. Siswa terkondisi untuk memulai pelajaran serta guru bersama siswa
mengulang inti pembelajaran yang telah lalu dengan cara tanya jawab.
c. Siswa merespon apersepsi guru dengan menjawab pertanyaan seputar
materi yang diketahui siswa mengenai cerita anak.
d. Siswa memperhatikan guru menyampaikan tujuan pembelajaran, yaitu
menyimak cerita anak melalui media film animasi untuk menentukan
tokoh, tema, latar dan amanat cerita anak.
153
2. Kegiatan Inti (45 menit)
Eksplorasi
a. Siswa memperhatikan penjelasan yang disampaikan guru tentang
unsur-unsur cerita.
b. Siswa dikondisikan secara fisik dan mental untuk menyimak cerita
anak.
c. Guru menyiapkan media film animasi dengan membaca buku petunjuk
penggunaan.
d. Siswa diminta menyimak cerita anak melalui media film animasi yang
berjudul Si Pembuat Tembikar.
Elaborasi
e. Siswa menjawab pertanyaan terkait cerita dengan kuis.
f. Siswa yang dapat menjawab pertanyaan dari guru dengan tepat dan
cepet diminta meju ke depan untuk mengambil undian kemudian
membacakan pertanyaannya.
g. Siswa memilih salah satu temannya untuk menjawab pertanyaan, yang
dapat menjawab pertanyaan diminta maju untuk mengambil undian.
Begitu seterusnya samapi undian habis.
Konfirmasi
h. Salah satu siswa mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas
secara bergiliran, sedangkan siswa lain dapat memberikan masukan
ataupun sanggahan kepada siswa yang sudah mengemukakan hasil
kerjanya tadi.
154
i. Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang belum
dipahami.
3. Penutup (20 menit)
a. Siswa bersama guru menyimpulkan materi pelajaran.
b. Siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu.
c. Siswa diberi tugas rumah untuk menyimak cerita anak yang
ditayangkan ditelevisi.
d. Guru menutup pelajaran dengan salam.
H. Media dan Sumber Pembelajaran
1. Compact Disc (CD) berisi cerita anak berjudul Si Pembuat Tembikar.
2. Proyektor.
3. Laptop.
4. Speaker
5. Alat tulis di kelas.
6. Buku Bahasa Indonesia kelas V
155
156
LAMPIRAN
A. Ringkasan Materi
Cerita anak terdiri dari unsur-unsur pengembang cerita, antara lain:
tokoh dan penokohan, alur cerita, latar, tema, dan amanat.
1. Tokoh cerita dimaksudkan sebagai pelaku yang dikisahkan perjalanan
hidupnya dalam cerita fiksi lewat alur baik sebagai pelaku maupun
penderita berbagai peristiwa yang diceritakan.
2. Penokohan atau perwatakan ialah pelukisan mengenai tokoh cerita,
baik keadaan lahirnya maupun batinnya yang dapat berupa pandangan
hidupnya, sikapnya, keyakinannya, adat istiadatnya, dan sebagainya.
3. Latar atau setting adalah waktu dan tempat terjadinya cerita secara
nyata yang dapat dipercaya kebenarannya. Latar dibagi menjadi latar
waktu, latar tempat, dan latar suasana.
4. Tema merupakan dasar pengembangan sebuah cerita. Sebagai sebuah
gagasan yang ingin disampaikan, tema dijabarkan dan dikonkretkan
melalui unsur-unsur intrinsik yang lain terutama tokoh, alur, dan latar.
5. Amanat adalah sesuatu yang selaluberkaitan dengan berbagai hal yang
berkonotasi positif, bermanfaat bagi kehidupan, dan mendidik.
B. Lembar Kerja Siswa
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan cepat dan tepat!
Prosedur kerja:
1. Duduklah dengan rapi dibangkumu!
2. Dengarkan dengan baik pertanyaan yang dibacakan gurumu!
157
3. Jawab dengan cepat dan tepat pertanyaan tersebut!
PERTANYAAN: Sebutkan tokoh-tokoh yang ada pada cerita “Si Pembuat Tembikar”!
PERTANYAAN: apa saja sifat yang dimiliki Bhonalat?
PERTANYAAN: Sebutkan latar tempat yang ada pada cerita “Si Pembuat Tembikar”!
PERTANYAAN: apa amanat yang terdapat pada cerita “Si Pembuat Tembikar”?
158
PERTANYAAN: jika dilihat dari latar tempat dan pakaian yang digunakan para tokoh, cerita “Si Pembuat Tembikar” memiliki latar tempat di negara mana?
PERTANYAAN: Bhonalat memiliki sifat yang suka berbohong. Apa kebohongan Bhonalat yang terdapat dalam cerita “Si Pembuat Tembikar”?
PERTANYAAN: Apa yang dimaksud dengan tema cerita? Apa tema yang terdapat dalam cerita “Si Pembuat Tembikar”?
PERTANYAAN: Sebutkan tiga macam latar dalam cerita! Berilah contoh masing-masing satu pada cerita “Si Pembuat Tembikar”!
159
C. Kunci Jawaban LKS
1. Bhonalat, Istri Bhonalat, Raja, Harimau, Vellu, prajurit, penduduk.
2. suka berbohong, sombong, penakut
3. pasar, rumah Naini, Hutan, Rumah Bhonalat, Kerajaan, Medan perang
4. kebohongan yang kita buat akan membawa kita dalam kesengsaraan
5. India
6. Bhonalat mengaku telah menyelamatkan Naini dari serangan harimau,
sehingga para tetangganya kagum pada Bhonalat
7. tema cerita adalah pokok permasalahan cerita. Tema dari cerita “Si
Pembuat Tembikar” adalah budi pekerti.
8. latar tempat. Contoh:di pasar, latar waktu. Contoh: siang hari, latar
suasana: terkejut.
D. Soal Evaluasi
Berilah tanda silang (x) pada jawaban yang benar!
1. Yang dimaksud dengan tema cerita adalah...
a. Tempat terjadinya cerita
b. Pemain cerita
c. Pokok permasalahan cerita
d. Waktu terjadinya cerita
2. Cerita “Si Pembuat Tembikar” mengisahkan tentang kejujuran. Sehingga
tema ceritanya adalah...
a. Budi pekerti
b. Ketuhanan
160
c. Binatang
d. Bencana alam
3. Tokoh utama dalam cerita “Si Pembuat Tembikar” adalah...
a. Bhonalat
b. Keledai
c. Raja
d. Harimau
4. Salah satu sifat Bhonalat pada cerita “Si Pembuat Tembikar” yang tidak
patut kita contoh yaitu...
a. Rajin
b. Suka berbohong
c. Ramah
d. Penakut
5. Istri Bhonalat merasa... ketika melihat ada harimau di halaman rumahnya.
a. marah
b. sedih
c. jijik
d. takut
6. Bhonalat menitipkan tembikarnya pada seseorang ketika hendak mencari
keledainya. Orang itu bernama...
a. Peru
b. Vellu
c. Naini
161
d. Whisnu
7. Kalimat berikut yang menunjukkan latar tempat pada cerita “Si Pembuat
Tembikar” adalah...
a. Harimau merasa ketakutan mendengar suara dari dalam rumah ketika
berteduh.
b. Bhonalat tiba di rumahnya pada malam hari dengan membawa seekor
harimau yang tertutup kain lebar.
c. Bhonalat mencari keledainya sampai di rumah Naini.
d. Bhonalat merasa sangat takut ketika diperintahkan raja untuk
berperang.
8. Bhonalat mengarang cerita yang tidak benar. Karena telah berbohong ia
menjadi tidak tenang karena...
a. Diperintahkan raja untuk menjadi pang lima perang
b. Dikejar-kejar harimau
c. Keledainya hilang
d. Dikucilkan
9. Sifat sombong Bhonalat adalah...
a. Membawa harimau pulang
b. Diangkat menjadi panglima perang
c. Menunggang kuda yang larinya sangat kencang
d. Mengaku telah menolong Naini dari serangan harimau
10. Berikut ini yang bukan sifat Bhonalat adalah...
a. Sombong
162
b. Suka berbohong
c. Ingkar janji
d. Penakut
11. Cerita di bawah ini yang memiliki tema yang sama dengan cerita “Si
Pembuat Tembikar” ialah...
a. Seorang petani yang dengan keberaniannya mengusir seekor harimau
yang mengganggu warga di desanya.
b. Awang Kenit seorang anak yang berbakti kepada orang tuanya,
meskipun diminta hidup di istana ia tidak mau meninggalkan orang
tuanya yang telah merwatnya sejak kecil.
c. Seorang pemuda yang gagah dan berani melawan pasukan perampok
yang datang ke perkampungan.
d. Raja yang mengumumkan berita palsu supaya kedudukannya sebagai
raja tidak digantikan oleh adiknya.
12. “Oh dingin sekali. Aku harus mencari tempat untuk berteduh.” Kalimat
yang diucapkan harimau tersebut menunjukan suasana pada saat...
a. Hujan
b. Panas
c. Banjir
d. Kebakaran
13. Salah satu manfaat dari memahami amanat cerita yaitu...
a. Dapat diceritakan kembali
b. Dapat mengambil hikmah cerita
163
c. Dipuji orang
d. Menjadi pintar
14. “Kalau orang sombong beginilah akibatnya. Makanya kalau bicara jangan
sembarangan. Sakitmu itu bukan karena kau menjadi seorang pahlawan,
tetapi karena kau pandai menipu.” Kalimat yang diucapkan istri Bhonalat
tersebut menunjukkan bahwa ia tidak menyukai sifat Bhonalat yang...
a. Sombong dan suka berbohong
b. Sombong dan penakut
c. Penakut dan suka berbohong
d. Suka berbohong dan pandai berperang
15. Tokoh dibawah ini yang memiliki kesamaan sifat dengan Bhonalat yaitu...
a. Andi berani melapor kepada guru ketika ada temannya yang sedanga
berkelahi.
b. Ida anak yang paling pandai di kelasnya, meskipun begitu ia tidak
sombong. Ida siap membantu temannya yang belum memahami
pelajaran.
c. Rino bercerita bahwa minggu lalu ia bertamasya ke luar negeri, hal itu
dilakukan Rino supaya mendapat pujian dari teman-temannya
meskipun sebenarnya Rino hanya pergi ke rumah neneknya di Jakarta.
d. Anggi tidak suka membaca. Setiap disuruh belajar ia selalu beralasan
ini dan itu. Sehingga, ia mendapat nilai paling rendah dalam ulangan
bahasa indonesia.
16. Bhonalat adalah seorang pembuat tembikar. Ia menjual tembikarnya di...
164
a. Warung
b. Pasar
c. Mall
d. Toko
17. Dilihat dari latar tempat dan pakaina yang digunakan para tokoh dalam
cerita “Si Pembuat Tembikar”, latar tempat cerita tersebut berada di
negara...
a. Indonesia
b. Malaysia
c. Amerika
d. India
18. Pesan yang dapat kita ambil dari suatu cerita supaya dapat kita terapkan
dalam kehidupan sehari-hari disebut...
a. Tema
b. Amanat
c. Ajakan
d. Himbauan
19. Sifat yang tidak dimiliki oleh Bhonalat adalah...
a. Sombong
b. Penakut
c. Suka berbohong
d. Pendendam
20. Hikmah yang dapat kita ambil dari cerita “Si Pembuat Tembikar” adalah...
165
a. Setiap perbuatan pastia akan mendapat balasannya dikemudian hari.
b. Keberanian, kekuatan, dan kepercayaan diri akan membawa kita
menuju keberhasilan.
c. Kebohongan yang kita buat akan membawa kita dalam kesengsaraan.
d. Sikap sombong tidak disukai oleh orang-orang disekeliling kita
E. Kunci Jawaban Soal Evaluasi
1. C 6. B 11. D 16. B
2. A 7. C 12. A 17. D
3. A 8. A 13. B 18. B
4. B 9. D 14. A 19. D
5. D 10. C 15. C 20. C
F. Lembar Penilaian
1. Penilaian Sikap
No. Aspek Indikator Skor
1.
Keaktifan siswa dalam bertanya saat pembelajaran.
Siswa sangat aktif bertanya saat pembelajaran. 4 Siswa aktif bertanya saat pembelajaran. 3 Siswa kurang aktif bertanya saat pembelajaran. 2 Siswa tidak aktif bertanya saat pembelajaran. 1
2. Motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran.
Siswa menjadi sangat tertarik dalam pembelajaran. 4
Siswa menjadi tertarik dalam pembelajaran. 3 Siswa kurang tertarik dalam pembelajaran. 2 Siswa tidak tertarik dalam pembelajaran. 1
3.
Perhatian siswa saat pembelajaran menggunakan media film animasi.
Siswa sangat memperhatikan guru saat mengajar. 4
Siswa memperhatikan guru saat mengajar. 3 Siswa kurang memperhatikan guru saat mengajar. 2
166
Siswa tidak memperhatikan guru saat mengajar. 1
4.
Kegiatan pembelajaran yang menyenangkan.
Siswa merasa kegiatan pembelajaran sangat menyenangkan. 4
Siswa merasa kegiatan pembelajaran menyenangkan. 3
Siswa merasa kegiatan pembelajaran kurang menyenangkan. 2
Siswa tidak senang mengikuti pembelajaran. 1
5. Respon siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Siswa sangat merespon materi yang diajarkan. 4 Siswa merespon materi yang diajarkan. 3 Siswa kurang merespon materi yang diajarkan. 2 Siswa tidak merespon materi yang diajarkan. 1
6. Tanggung jawab siswa
Siswa sangat bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugasnya. 4
Siswa bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugasnya. 3
Siswa kurang bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugasnya. 2
Siswa tidak bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugasnya. 1
7. Percaya diri siswa
Siswa sangat percaya diri saat menyelesaikan tugasnya. 4
Siswa percaya diri saat menyelesaikan tugasnya. 3 Siswa kurang percaya diri saat menyelesaikan tugasnya. 2
Siswa tidak percaya diri saat menyelesaikan tugasnya. 1
2. Penilaian Pengetahuan
a. Prosedur Penilaian : Proses, Produk, Post test
b. Jenis Penilaian : Tes Tertulis
c. Bentuk Penilaian : Pilihan Ganda
d. Jumlah Soal : 20
167
Skor maksimal tiap nomor : 1
Total skor : 20 x 1 = 20
Nilai : 푠푘표푟 푦푎푛푔 푑푖푝푒푟표푙푒ℎ 푠푖푠푤푎푠푘표푟 푚푎푘푠푖푚푎푙 푥 100
e. Kriteria Ketuntasan Minimal
Siswa dikatakan berhasil mengikuti pelajaran jika siswa
memperoleh nilai > 73.
3. Penilaian Keterampilan
No Kriteria Baik Sekali 4
Baik 3
Cukup 2
Perlu Bimbingan
1 1. Kemampuan
memberikan tanggapan terhadap jawaban teman
Tanggapan siswa sesuai dengan simakan dari video, disampaikan dengan bahasa yang santun, suara yang lantang dan intonasi yang jelas.
Tanggapan siswa sebgaian besar sesuaisimakan dari video, disampaikan dengan bahasa yang santun, suara yang kurang lantang dan intonasi kurang jelas.
Tanggapan siswa tidak simakan dari video, serta menggunakan bahasa yang santun, suara yang kurang lantang dan intonasi kurang jelas.
Belum mampu memberikan tanggapan.
168
2. Kepercayaan diri dalam memberikan tanggapan terhadap gamber keluarga besar
Tidak terlihat ragu-ragu.
Terlihat ragu-ragu.
Memerlukan bantuan guru.
Belum menunjukkan kepercayaan diri.
169
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan : SDN Delegan II Kelas/ Semester : 5/ II Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Pertemuan Ke- : 4 Alokasi Waktu : 2 x 35 menit Hari/Tanggal : 16 Februari 2016 A. Standar Kompetensi
5. Memahami cerita tentang suatu peristiwa dan cerita pendek anak yang
disampaikan secara lisan.
B. Kompetensi Dasar
5.2 Mengidentifikasi unsur cerita (tokoh, tema, latar, amanat).
C. Indikator
5.2.1 Menyebutkan nama-nama tokoh cerita anak yang diperdengarkan.
5.2.2 Menyebutkan sifat-sifat tokoh dalam cerita anak.
5.2.3 Menentukan tema cerita anak.
5.2.4 Menentukan latar cerita anak.
5.2.5 Menentukan amanat yang terkandung dalam cerita anak. D. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah menyimak cerita anak melalui media anaimasi audio visual, siswa
dapat menyebutkan nama-nama tokoh cerita anak dengan tepat.
2. Setelah menyimak cerita anak melalui media anaimasi audio visual, siswa
dapat menyebutkan sifat-sifat tokoh dalam cerita anak dengan benar.
170
3. Setelah menyimak cerita anak melalui media anaimasi audio visual, siswa
dapat menentukan tema cerita anak dengan tepat.
4. Setelah menyimak cerita anak melalui media anaimasi audio visual, siswa
dapat menentukan latar cerita anak dengan benar.
5. Setelah menyimak cerita anak melalui media anaimasi audio visual, siswa
dapat menentukan amanat cerita anak dengan benar.
E. Materi Pembelajaran
Unsur intrinsik cerita anak
F. Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya Jawab
G. Kegiatan Pembelajaran
1. Pendahuluan (5 menit)
a. Siswa menjawab salam dari guru sebagai pembuka dalam kegiatan
belajar mengajar dan menjawab sapaan guru.
b. Siswa terkondisi untuk memulai pelajaran serta guru bersama siswa
mengulang inti pembelajaran yang telah lalu dengan cara tanya jawab.
c. Siswa merespon apersepsi guru dengan menjawab pertanyaan seputar
materi yang diketahui siswa mengenai cerita anak.
d. Siswa memperhatikan guru menyampaikan tujuan pembelajaran, yaitu
menyimak cerita anak melalui media film animasi untuk menentukan
tokoh, tema, latar dan amanat cerita anak.
171
2. Kegiatan Inti (45 menit)
Eksplorasi
a. Beberapa siswa membacakan hasil tugas rumahnya di depan kelas.
b. Siswa memperhatikan penjelasan yang disampaikan guru tentang
unsur-unsur cerita.
c. Siswa dikondisikan secara fisik dan mental untuk menyimak cerita
anak.
d. Guru menyiapkan media film animasi dengan membaca buku petunjuk
penggunaan.
e. Siswa diminta menyimak cerita anak melalui media film animasi yang
berjudul Awang Kenit.
Elaborasi
f. Siswa melakukan permainan stop lagu.
g. Siswa bernyanyi Lagu Lihat Kebunku sembari menerima kemudian
menyerahkan ppenghapus kepada temannya.
h. Siswa yang menerima penghapus ketika lagu berhenti maka harus menjawab pertanyaan dari guru terkait cerita yang telah disimaknya.
Konfirmasi
i. Salah satu siswa mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas
secara bergiliran, sedangkan siswa lain dapat memberikan masukan
ataupun sanggahan kepada siswa yang sudah mengemukakan hasil
kerjanya tadi.
172
j. Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang belum
dipahami.
3. Penutup (20 menit)
a. Siswa bersama guru menyimpulkan materi pelajaran.
b. Siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu.
c. Siswa diberi tugas untuk mempelajari kembali materi yang telah
mereka terima.
d. Guru menutup pelajaran dengan salam.
H. Media dan Sumber Pembelajaran
1. Compact Disc (CD) berisi cerita anak berjudul Awang Kenit.
2. Proyektor.
3. Laptop.
4. Speaker
5. Alat tulis di kelas.
6. Buku Bahasa Indonesia kelas V
173
174
LAMPIRAN
A. Ringkasan Materi
Cerita anak terdiri dari unsur-unsur pengembang cerita, antara lain:
tokoh dan penokohan, alur cerita, latar, tema, dan amanat.
1. Tokoh cerita dimaksudkan sebagai pelaku yang dikisahkan perjalanan
hidupnya dalam cerita fiksi lewat alur baik sebagai pelaku maupun
penderita berbagai peristiwa yang diceritakan.
2. Penokohan atau perwatakan ialah pelukisan mengenai tokoh cerita,
baik keadaan lahirnya maupun batinnya yang dapat berupa pandangan
hidupnya, sikapnya, keyakinannya, adat istiadatnya, dan sebagainya.
3. Latar atau setting adalah waktu dan tempat terjadinya cerita secara
nyata yang dapat dipercaya kebenarannya. Latar dibagi menjadi latar
waktu, latar tempat, dan latar suasana.
4. Tema merupakan dasar pengembangan sebuah cerita. Sebagai sebuah
gagasan yang ingin disampaikan, tema dijabarkan dan dikonkretkan
melalui unsur-unsur intrinsik yang lain terutama tokoh, alur, dan latar.
5. Amanat adalah sesuatu yang selaluberkaitan dengan berbagai hal yang
berkonotasi positif, bermanfaat bagi kehidupan, dan mendidik.
B. Lembar Kerja Siswa
Kerjakan soal di bawah ini secara berkelompok!
Prosedur kerja:
1. Duduklah dibangkumu!
2. Dengarkan lagu yang diputar guru dengan baik!
175
3. Terima penghapus dari temanmu lalu serahkan kepada temanmu yang
lain!
4. Apabila lagu berhenti saat penghapus kamu pegang, kamu harus
menjawab pertanyaan dari guru!
1. Sebutkan tokoh-tokoh dalam cerita “Awang Kenit” !
2. Dimana Pak Tumin menemukan Awang Kenit?
3. Apa amanat yang dapat diteladani dalam cerita “Awang Kenit”?
4. Apa sifat yang dimiliki Awang Kenit?
5. Apa tema dari cerita “Awang Kenit”?
C. Kunci Jawaban LKS
1. Awang Kenit, Pak Tumin, Bu Kintan, Raja, Tuan Putri, penduduk
2. Di sungai
3. Berbagi kebahagiaan kepada orang lain akan memebrikan
keberuntungan yang berlipat ganda pada diri kita sendiri
4. Ceria, pandai bergaul, pandai bernyanyi, patuh, dan suka menghibur
5. Budi pekerti
D. Soal Evaluasi
Berilah tanda silang (x) pada jawaban yang benar!
1. Cerita berjudul “Awang Kenit” bercerita tentang kepatuhan dan kasih
sayang Awang terhadah orang tuanya, sehingga... cerita adalah tentang
budi pekerti.
a. tema
b. latar
176
c. tokoh
d. alur
2. Tema cerita “Awang Kenit” adalah tentang budi pekerti, karena...
a. Tokohnya adalah binatang
b. Tokohnya baik
c. Menceritakan tentang anak yang patuh kepada orang tuanya
d. Menceritakan tentang sejarah
3. Tokoh utama dalam cerita “Awang Kenit” adalah...
a. Bu Kintan
b. Pak Tumin
c. Merbu
d. Awang
4. Pak Tumin dan Bu Kintan merupakan orang tua yang... anaknya.
a. menyayangi
b. membenci
c. mengasihani
d. membuang
5. Pak Tumin dan Bu Kintan merasa... karena diusianya yang sudah tua,
mereka belum juga mempunyai anak.
a. bangga
b. kesepian
c. bosan
d. marah
177
6. Di bawah ini yang bukan merupakan tokoh dalam cerita “Awang Kenit”
yaitu...
a. Awang
b. Bu Kintan
c. Tuan Putri
d. Pak tani
7. “Hai Merbu, terimakasih telah menemaniku. Hanya kau lah yang
memahami kesunyianku.” Kalimat yang diucapkan Bu Kintan tersebut
menunjukkan suasan...
a. haru
b. sepi
c. ramai
d. sedih
8. Meskipun telah hidup bahagia, kita seharusnya... kedua orang tua.
a. Mengingat jasa
b. Melupakan
c. Menjenguk
d. Tinggal bersama
9. Sifat Awang yang senang berbagi kebahagiaan ditunjukkan pada...
a. Awang mengajak kedua orang tuanya tinggal di istana
b. Awang menyesal telah meninggalkan ayah dan ibunya yang berada di
kampung
178
c. Awang menghibur hati tuan putri yang sedang bersedih, hingga tuan
putri dapat bahagia kembali
d. Awang kenit bermain bersama tuan putri di taman istana
10. Berikut merupakan sifat yang dimiliki oleh Pak Tumin yaitu...
a. Jujur dan dermawan
b. Sabar dan penyayang
c. Pemarah dan pembangkang
d. Penyayang dan pandai bernyanyi
11. Cerita di bawah ini yang memiliki tema yang sama dengan cerita “Awang
Kenit” ialah...
a. Seorang petani yang dengan keberaniannya mengusir seekor harimau
yang mengganggu warga di desanya.
b. Seorang pemuda yang gagah dan berani melawan pasukan perampok
yang datang ke perkampungan.
c. Raja yang mengumumkan berita palsu supaya kedudukannya sebagai
raja tidak digantikan oleh adiknya.
d. Meskipun sudah sukses dan menjadi orang kaya, Whisnu tidak pernah
sedikitpun merasa sombong dan melupakan jasa kedua orangtuanya.
12. Awang Kenit adalah anak yang ditemukan Pak Tumin di dalam buah
kelapa raksasa. Pak Tumin menemukan Buah kelapa tersebut di...
a. Hutan
b. Sawah
c. Sungai
179
d. Pasar
13. Kita perlu mengambil amanat suatu cerita supaya...
a. Dapat diceritakan lagi
b. Dapat dibuang
c. Dipuji orang lain
d. Dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
14. Tuan Putri yang semula sedih dan sering menangis kini sudah kembali
ceria. Hal ini karena ia telah dihibur Awang. Awang memiliki sifat...
a. Lucu
b. Sabar
c. Penyayang
d. Dermawan
15. Tokoh di bawah ini yang memiliki kesamaan sifat dengan Awang yaitu...
a. Ketika diminta ibu membantu membersihkan rumah, Budi selalu
menolak dengan berbagai alasan seperti sedang sibuk mengerjakan
tugas atau sedang sakit kepala.
b. Winda anak yang lucu dan ceria. Setiap ada teman yang bersedih ia
segera menghibur dengan tingkahnya yang lucu.
c. Andi berani melapor kepada guru ketika ada temannya yang sedanga
berkelahi.
d. Ida anak yang paling pandai di kelasnya, meskipun begitu ia tidak
sombong. Ida siap membantu temannya yang belum memahami
pelajaran.
180
16. Pada... hari Pak Tumin bermimpi bertemu dengan lelaki tua yang
mengatakan bahwa tidak lama lagi ia akan memiliki seorang anak.
a. pagi
b. siang
c. sore
d. malam
17. Tuan putri merasa... ketika Awang diambil dan dibawa pergi oleh elang.
a. bingung
b. marah
c. sedih
d. takut
18. Pesan yang dapat kita ambil dari suatu cerita supaya dapat kita terapkan
dalam kehidupan sehari-hari disebut...
a. Tema
b. Amanat
c. Ajakan
d. Himbauan
19. Sifat yang dapat kita teladani dari tokoh Awang dalam cerita “Awang
Kenit” adalah...
a. Jujur, pandai, dan lugu
b. Rendah hati, dermawan, dan tidak sombong
c. Penyayang, pandai bergaul, dan jujur
d. Pandai menghibur, penyayang, dan patuh
181
20. Hikmah yang dapat kita ambil dari cerita “Awang Kenit” adalah...
a. Setiap perbuatan pasti akan mendapat balasannya dikemudian hari.
b. Keberanian, kekuatan, dan kepercayaan diri akan membawa kita
menuju keberhasilan.
c. Kebohongan yang kita buat akan membawa kita dalam kesengsaraan.
d. Berbagi kebahagiaan kepada orang lain akan memebrikan
keberuntungan yang berlipat ganda pada diri kita sendiri.
E. Kunci Jawaban Soal Evaluasi
1. A 6. D 11. D 16. D
2. C 7. B 12. C 17. C
3. D 8. A 13. D 18. B
4. A 9. C 14. A 19. D
5. B 10. B 15. B 20. D
F. Lembar Penilaian
1. Penilaian Sikap
No. Aspek Indikator Skor
1.
Keaktifan siswa dalam bertanya saat pembelajaran.
Siswa sangat aktif bertanya saat pembelajaran. 4 Siswa aktif bertanya saat pembelajaran. 3 Siswa kurang aktif bertanya saat pembelajaran. 2 Siswa tidak aktif bertanya saat pembelajaran. 1
2. Motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran.
Siswa menjadi sangat tertarik dalam pembelajaran. 4
Siswa menjadi tertarik dalam pembelajaran. 3 Siswa kurang tertarik dalam pembelajaran. 2 Siswa tidak tertarik dalam pembelajaran. 1
3. Perhatian siswa saat pembelajaran
Siswa sangat memperhatikan guru saat mengajar. 4
182
menggunakan media film animasi.
Siswa memperhatikan guru saat mengajar. 3 Siswa kurang memperhatikan guru saat mengajar. 2
Siswa tidak memperhatikan guru saat mengajar. 1
4.
Kegiatan pembelajaran yang menyenangkan.
Siswa merasa kegiatan pembelajaran sangat menyenangkan. 4
Siswa merasa kegiatan pembelajaran menyenangkan. 3
Siswa merasa kegiatan pembelajaran kurang menyenangkan. 2
Siswa tidak senang mengikuti pembelajaran. 1
5. Respon siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Siswa sangat merespon materi yang diajarkan. 4 Siswa merespon materi yang diajarkan. 3 Siswa kurang merespon materi yang diajarkan. 2 Siswa tidak merespon materi yang diajarkan. 1
6. Tanggung jawab siswa
Siswa sangat bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugasnya. 4
Siswa bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugasnya. 3
Siswa kurang bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugasnya. 2
Siswa tidak bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugasnya. 1
7. Percaya diri siswa
Siswa sangat percaya diri saat menyelesaikan tugasnya. 4
Siswa percaya diri saat menyelesaikan tugasnya. 3 Siswa kurang percaya diri saat menyelesaikan tugasnya. 2
Siswa tidak percaya diri saat menyelesaikan tugasnya. 1
2. Penilaian Pengetahuan
a. Prosedur Penilaian : Proses, Produk, Post test
b. Jenis Penilaian : Tes Tertuli
c. Bentuk Penilaian : Pilihan Ganda
183
d. Jumlah Soal : 20
Skor maksimal tiap nomor : 1
Total skor : 20 x 1 = 20
Nilai : 푠푘표푟 푦푎푛푔 푑푖푝푒푟표푙푒ℎ 푠푖푠푤푎푠푘표푟 푚푎푘푠푖푚푎푙 푥 100
e. Kriteria Ketuntasan Minimal
Siswa dikatakan berhasil mengikuti pelajaran jika siswa
memperoleh nilai > 73.
3. Penilaian Keterampilan
No Kriteria Baik Sekali 4
Baik 3
Cukup
2
Perlu Bimbingan
1
1. Kemampuan memberikan tanggapan terhadap jawaban teman
Tanggapan siswa sesuai dengan simakan dari video, disampaikan dengan bahasa yang santun, suara yang lantang dan intonasi yang jelas.
Tanggapan siswa sebgaian besar sesuaisimakan dari video, disampaikan dengan bahasa yang santun, suara yang kurang lantang dan intonasi kurang jelas.
Tanggapan siswa tidak simakan dari video, serta menggunakan bahasa yang santun, suara yang kurang lantang dan intonasi kurang jelas.
Belum mampu memberikan tanggapan.
184
2. Kepercayaan diri dalam memberikan tanggapan terhadap gamber keluarga besar
Tidak terlihat ragu-ragu.
Terlihat ragu-ragu.
Memerlukan bantuan guru.
Belum menunjukkan kepercayaan diri.
185
Lampiran 5. Rekapitulasi hasil observasi aktivitas siswa
LAMPIRAN REKAPITULASI HASIL OBSERVASI AKTIVITAS SISWA
186
REKAPITULASI HASIL OBSERVASI PROSES PEMBELAJARAN PADA SIKLUS I PERTEMUAN 1
No Subjek
Skor Tiap Aspek yang Diobservasi
Jumlah Keaktifan
siswa dalam bertanya saat pembelajaran
Motivasi siswa dalam
mengikuti pembelajaran
Perhatian siswa saat
pembelajaran menggunakan
media film animasi
Kegiatan pembelajaran
yang menyenangkan
Respon siswa dalam kegiatan pembelajaran
Tanggung jawab siswa
Percaya diri siswa
1 S1 3 3 2 2 3 3 2 18 2 S2 2 3 2 2 3 3 2 17 3 S3 3 3 2 2 3 3 2 18 4 S4 2 3 2 2 3 3 2 17 5 S5 2 3 2 2 3 3 2 17 6 S6 2 3 2 2 3 3 2 17 7 S7 2 3 2 2 3 3 2 17 8 S8 2 3 2 2 3 3 2 17 9 S9 2 3 2 2 3 3 2 17
10 S10 2 2 2 3 2 2 2 15 11 S11 2 3 2 2 3 3 2 17 12 S12 2 3 2 2 3 3 2 17 13 S13 2 3 2 2 3 3 2 17 14 S14 3 3 2 2 3 3 2 18 15 S15 2 3 2 2 3 3 2 17 16 S16 2 3 2 2 3 3 2 17 17 S17 2 3 2 2 3 3 2 17 18 S18 2 3 2 2 3 3 2 17 19 S19 2 3 2 2 3 3 2 17 20 S20 2 3 2 2 3 3 2 17 21 S21 2 3 2 2 3 3 2 17 22 S22 2 3 2 2 3 3 2 17
187
23 S23 3 3 2 2 3 3 2 18 24 S24 2 3 2 2 3 3 2 17 25 S25 2 2 2 3 2 2 2 15 26 S26 2 2 2 3 2 2 2 15 27 S27 3 3 2 2 3 3 2 18 28 S28 2 3 2 2 3 3 2 17 29 S29 2 3 2 2 3 3 2 17 30 S30 2 3 2 2 3 3 2 17 31 S31 2 3 2 2 3 3 2 17
Jumlah 67 90 62 65 90 90 62 526 Rata-rata 2 3 2 2 3 3 2 17
Persentase = 17x 100%28 = 61% (cukup)
Mengetahui, Observer 1 Observer 2 Luftia Firdausia Widi Susanti
188
REKAPITULASI HASIL OBSERVASI PROSES PEMBELAJARAN PADA SIKLUS I PERTEMUAN 2
No Subjek
Skor Tiap Aspek yang Diobservasi
Jumlah Keaktifan siswa dalam bertanya
saat pembelajaran
Motivasi siswa dalam
mengikuti pembelajaran
Perhatian siswa saat
pembelajaran menggunakan
media film animasi
Kegiatan pembelajaran
yang menyenangkan
Respon siswa dalam kegiatan pembelajaran
Tanggung jawab siswa
Percaya diri siswa
1 S1 3 3 2 3 3 3 3 20 2 S2 3 3 3 2 3 3 2 19 3 S3 3 3 3 2 3 3 2 19 4 S4 3 3 3 2 3 3 2 19 5 S5 3 3 3 2 3 3 2 19 6 S6 3 3 3 2 3 3 3 20 7 S7 3 3 3 2 3 3 3 20 8 S8 3 3 2 3 3 3 2 19 9 S9 3 3 3 2 3 3 3 20 10 S10 2 2 3 3 3 2 2 17 11 S11 3 3 2 3 3 3 2 19 12 S12 3 3 3 2 3 3 3 20 13 S13 3 3 2 3 3 3 2 19 14 S14 3 3 3 3 3 3 3 21 15 S15 3 3 2 2 3 3 2 18 16 S16 3 3 3 2 3 3 2 19 17 S17 3 3 3 2 3 3 2 19 18 S18 2 3 3 3 3 3 2 19 19 S19 3 3 3 2 3 3 2 19
189
20 S20 3 3 2 2 3 3 2 18 21 S21 2 3 3 2 3 3 2 18 22 S22 3 3 3 2 3 3 2 19 23 S23 3 3 3 2 3 3 3 20 24 S24 3 3 3 2 3 3 2 19 25 S25 3 2 3 3 2 2 2 17 26 S26 3 3 3 2 2 2 2 17 27 S27 3 3 3 3 3 3 3 21 28 S28 2 3 3 2 3 3 2 18 29 S29 3 3 2 3 3 3 3 20 30 S30 2 3 2 2 3 3 2 17 31 S31 2 3 3 2 3 3 2 18
Jumlah 87 91 85 72 91 90 71 587 Rata-rata 3 3 3 2 3 3 2 19
Persentase = 19x 100%28 = 68% (cukup)
Mengetahui,
Observer 1 Observer 2 Luftia Firdausia Widi Susanti
190
REKAPITULASI HASIL OBSERVASI PROSES PEMBELAJARAN PADA SIKLUS II PERTEMUAN 1
No Subjek
Skor Tiap Aspek yang Diobservasi
Jumlah Keaktifan
siswa dalam bertanya saat pembelajaran
Motivasi siswa dalam
mengikuti pembelajaran
Perhatian siswa saat
pembelajaran menggunakan
media film animasi
Kegiatan pembelajaran
yang menyenangkan
Respon siswa dalam kegiatan pembelajaran
Tanggung jawab siswa
Percaya diri
siswa
1 S1 4 4 3 3 4 3 4 25 2 S2 4 4 3 3 3 3 3 23 3 S3 4 3 3 4 4 3 4 25 4 S4 4 4 4 3 3 3 3 24 5 S5 4 3 3 3 4 3 3 23 6 S6 4 4 3 3 4 3 3 24 7 S7 3 4 3 3 3 4 3 23 8 S8 4 4 3 3 3 4 3 24 9 S9 4 4 3 3 4 3 3 24
10 S10 3 3 3 3 3 3 3 21 11 S11 4 4 3 3 3 4 3 24 12 S12 4 4 3 3 3 4 3 24 13 S13 4 4 4 3 3 3 3 24 14 S14 4 4 4 3 4 4 4 27 15 S15 3 4 3 3 3 3 3 22 16 S16 4 4 3 3 4 4 3 25 17 S17 4 4 4 3 4 3 3 25
191
18 S18 4 4 3 4 3 3 3 24 19 S19 4 4 3 3 3 3 3 23 20 S20 4 4 3 4 3 3 3 24 21 S21 3 4 3 3 3 3 3 22 22 S22 4 4 3 4 3 3 3 24 23 S23 3 3 3 3 3 3 3 21 24 S24 3 4 3 3 3 3 3 22 25 S25 4 3 3 4 3 3 3 23 26 S26 3 3 3 3 3 3 3 21 27 S27 4 3 3 4 4 4 4 26 28 S28 3 3 3 3 3 3 3 21 29 S29 4 4 4 3 3 3 3 24 30 S30 3 3 3 3 3 3 3 21 31 S31 3 4 4 3 3 3 3 23
Jumlah 114 115 99 99 102 100 97 726 Rata-rata 4 4 3 3 3 3 3 23
Persentase = 23x 100%28 = 82% (baik)
Mengetahui, Observer 1 Observer 2 Luftia Firdausia Widi Susanti
192
REKAPITULASI HASIL OBSERVASI PROSES PEMBELAJARAN PADA SIKLUS II PERTEMUAN 2
No Subjek
Skor Tiap Aspek yang Diobservasi
Jumlah Keaktifan siswa dalam bertanya
saat pembelajaran
Motivasi siswa dalam
mengikuti pembelajaran
Perhatian siswa saat
pembelajaran menggunakan
media film animasi
Kegiatan pembelajaran
yang menyenangkan
Respon siswa dalam kegiatan pembelajaran
Tanggung jawab siswa
Percaya diri siswa
1 S1 4 4 4 4 4 4 4 28 2 S2 4 4 4 3 4 4 3 26 3 S3 4 4 4 4 4 3 4 27 4 S4 4 4 4 4 4 4 3 27 5 S5 4 4 3 4 4 3 3 25 6 S6 4 4 4 3 4 3 3 25 7 S7 3 4 4 4 3 4 3 25 8 S8 4 4 3 3 3 4 3 24 9 S9 4 4 4 3 4 4 3 26
10 S10 3 3 4 4 4 3 3 24 11 S11 4 4 4 4 4 4 3 27 12 S12 4 4 3 4 3 4 3 25 13 S13 4 4 4 3 4 3 3 25 14 S14 4 4 4 3 4 4 4 27 15 S15 3 4 4 4 3 3 3 24 16 S16 4 4 4 4 4 4 3 27 17 S17 4 4 4 3 4 3 3 25 18 S18 3 4 3 4 4 4 3 25
193
19 S19 4 3 4 3 4 4 3 25 20 S20 4 4 3 4 3 4 3 25 21 S21 3 4 3 4 4 4 3 25 22 S22 4 4 3 4 4 3 3 25 23 S23 4 4 3 3 4 4 4 26 24 S24 4 4 3 3 4 4 3 25 25 S25 4 3 3 4 4 3 3 24 26 S26 4 4 3 4 4 3 3 25 27 S27 4 3 3 4 4 4 4 26 28 S28 4 4 3 4 4 3 3 25 29 S29 4 4 4 4 4 3 3 26 30 S30 3 3 3 3 4 4 3 23 31 S31 4 4 4 3 3 4 3 25
Jumlah 118 119 110 112 118 112 98 787 Rata-rata 4 4 4 4 4 4 3 25
Persentase = 25x 100%28 = 89% (baik)
Mengetahui, Observer 1 Observer 2 Luftia Firdausia Widi Susant
194
Lampiran 6. Rekapitulasi nilai tes kemampuan menyimak
LAMPIRAN REKAPITULASI NILAI TES KEMAMPUAN MENYIMAK
195
REKAPITULASI NILAI MENYIMAK CERITA ANAK PRATINDAKAN
No Subjek Nilai Ketuntasan
Tuntas Belum tuntas
1 S1 55 √ 2 S2 40 √ 3 S3 20 √ 4 S4 70 √ 5 S5 80 √ 6 S6 60 √ 7 S7 65 √ 8 S8 60 √ 9 S9 85 √
10 S10 30 √ 11 S11 85 √ 12 S12 75 √ 13 S13 70 √ 14 S14 50 √ 15 S15 30 √ 16 S16 60 √ 17 S17 70 √ 18 S18 65 √ 19 S19 50 √ 20 S20 45 √ 21 S21 60 √ 22 S22 50 √ 23 S23 55 √ 24 S24 30 √ 25 S25 60 √ 26 S26 50 √ 27 S27 75 √ 28 S28 30 √ 29 S29 75 √ 30 S30 80 √ 31 S31 50 √
Jumlah 1780 7 24 Rata-rata 57, 41
196
REKAPITULASI NILAI MENYIMAK CERITA ANAK SIKLUS I PERTEMUAN 1
No Subjek Nilai Ketuntasan
Tuntas Belum tuntas
1 S1 50 √ 2 S2 45 √ 3 S3 35 √ 4 S4 70 √ 5 S5 90 √ 6 S6 70 √ 7 S7 55 √ 8 S8 60 √ 9 S9 90 √
10 S10 35 √ 11 S11 85 √ 12 S12 90 √ 13 S13 65 √ 14 S14 50 √ 15 S15 30 √ 16 S16 55 √ 17 S17 80 √ 18 S18 50 √ 19 S19 55 √ 20 S20 50 √ 21 S21 85 √ 22 S22 65 √ 23 S23 50 √ 24 S24 45 √ 25 S25 65 √ 26 S26 50 √ 27 S27 80 √ 28 S28 45 √ 29 S29 75 √ 30 S30 85 √ 31 S31 50 √
Jumlah 1905 9 22 Rata-rata 61,45
197
REKAPITULASI NILAI MENYIMAK CERITA ANAK SIKLUS I PERTEMUAN 2
No Subjek Nilai Ketuntasan
Tuntas Belum tuntas
1 S1 75 √ 2 S2 60 √ 3 S3 55 √ 4 S4 80 √ 5 S5 90 √ 6 S6 70 √ 7 S7 70 √ 8 S8 65 √ 9 S9 90 √
10 S10 70 √ 11 S11 85 √ 12 S12 95 √ 13 S13 70 √ 14 S14 70 √ 15 S15 50 √ 16 S16 65 √ 17 S17 85 √ 18 S18 70 √ 19 S19 65 √ 20 S20 70 √ 21 S21 85 √ 22 S22 85 √ 23 S23 50 √ 24 S24 55 √ 25 S25 75 √ 26 S26 55 √ 27 S27 100 √ 28 S28 50 √ 29 S29 80 √ 30 S30 85 √ 31 S31 55 √
Jumlah 2225 13 18 Rata-rata 71,77
198
REKAPITULASI NILAI MENYIMAK CERITA ANAK SIKLUS II PERTEMUAN 1
No Subjek Nilai Ketuntasan
Tuntas Belum tuntas
1 S1 80 √ 2 S2 90 √ 3 S3 60 √ 4 S4 95 √ 5 S5 85 √ 6 S6 85 √ 7 S7 85 √ 8 S8 75 √ 9 S9 95 √
10 S10 80 √ 11 S11 85 √ 12 S12 90 √ 13 S13 70 √ 14 S14 85 √ 15 S15 65 √ 16 S16 85 √ 17 S17 95 √ 18 S18 95 √ 19 S19 80 √ 20 S20 70 √ 21 S21 90 √ 22 S22 75 √ 23 S23 80 √ 24 S24 90 √ 25 S25 80 √ 26 S26 80 √ 27 S27 100 √ 28 S28 65 √ 29 S29 95 √ 30 S30 65 √ 31 S31 85 √
Jumlah 2555 25 6 Rata-rata 82,41
199
REKAPITULASI NILAI MENYIMAK CERITA ANAK SIKLUS II PERTEMUAN 2
No Subjek Nilai Ketuntasan
Tuntas Belum tuntas
1 S1 75 √ 2 S2 95 √ 3 S3 75 √ 4 S4 100 √ 5 S5 95 √ 6 S6 90 √ 7 S7 90 √ 8 S8 80 √ 9 S9 80 √
10 S10 50 √ 11 S11 90 √ 12 S12 85 √ 13 S13 90 √ 14 S14 95 √ 15 S15 80 √ 16 S16 90 √ 17 S17 95 √ 18 S18 95 √ 19 S19 95 √ 20 S20 75 √ 21 S21 95 √ 22 S22 85 √ 23 S23 90 √ 24 S24 90 √ 25 S25 70 √ 26 S26 60 √ 27 S27 100 √ 28 S28 85 √ 29 S29 95 √ 30 S30 70 √ 31 S31 80 √
Jumlah 2640 27 4 Rata-rata 85,16
200
Lampiran 7. Surat Keterangan Permohonan Izin Observasi
LAMPIRAN SURAT KETERANGAN
PERMOHONAN IZIN OBSERVASI
201
202
Lampiran 8. Surat Keterangan Validasi Instrumen Penelitian
LAMPIRAN SURAT KETERANGAN
VALIDASI INSTRUMEN PENELITIAN
203
204
Lampiran 9. Surat Keterangan Validasi Media
LAMPIRAN SURAT KETERANGAN
VALIDASI MEDIA
205
206
Lampiran 10. Surat Permohonan Izin Penelitian
LAMPIRAN SURAT PERMOHONAN
IZIN PENELITIAN
207
208
209
Lampiran 11. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian
LAMPIRAN SURAT KETERANGAN
MELAKSANAKAN PENELITIAN
210
211
Lampiran 12. Dokumentasi
LAMPIRAN DOKUMENTASI
212
Gambar 1. Proses pembelajaran Siklus I pertemuan 1
Gambar. Proses pembelajaran Siklus I pertemuan 2
Gambar 2. Proses pembelajaran Siklus II pertemuan 1
213
Gambar 3. Proses pembelajaran Siklus II pertemuan 2
Gambar 4. Guru menjelaskan unsur-unsur intrinsik pada cerita
Gambar 5. Siswa berdiskusi dalam kelompok
214
Gambar 6. Siswa mempresentasikan hasil diskusinya
Gambar 7. Siswa membacakan kuis
Gambar 8. Guru menjelaskan materi pada siswa yang masih belum paham
215
Gambar 9. Siswa mengerjakan soal evaluasi
Gambar 10. Observer mengisi lembar observasi
Gambar 11. Media Film animasi