peningkatan hasil belajar matematika materi...

191
i PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PERKALIAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER PADA SISWA KELAS III SEMESTER I MI SRUWEN KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN AJARAN / SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: SITI ASIAH (--) JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

Upload: others

Post on 24-Oct-2020

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

    MATERI PERKALIAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN

    NUMBERED HEAD TOGETHER PADA SISWA KELAS III

    SEMESTER I MI SRUWEN KECAMATAN TENGARAN

    KABUPATEN SEMARANG

    TAHUN AJARAN /

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Memperoleh

    Gelar Sarjana Pendidikan

    Oleh:

    SITI ASIAH ( - - )

    JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

    FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

  • ii

  • iii

    PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

    MATERI PERKALIAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN

    NUMBERED HEAD TOGETHER PADA SISWA KELAS III

    SEMESTER I MI SRUWEN KECAMATAN TENGARAN

    KABUPATEN SEMARANG

    TAHUN AJARAN /

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Memperoleh

    Gelar Sarjana Pendidikan

    Oleh:

    SITI ASIAH ( - - )

    JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

    FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

  • iv

    KEMENTERIAN AGAMA RI

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

    Jl. Tentara Pelajar Telp. Fax. Kode Pos. Salatiga

    Website: www.iainsalatiga.ac.id Email:[email protected]

    PERSETUJUAN PEMBIMBING

    Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudari:

    Nama : Siti Asiah

    NIM : - -

    Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

    Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

    Judul Skripsi : Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Perkalian

    Melalui Model Pembelajaran Numbered Head Together

    Siswa Kelas III Semester MI Sruwen Kec. Tengaran

    Kab. Semarang Tahun Ajaran /

    Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.

    Salatiga, September

    Dosen Pembimbing

    Jaka Siswanta, M. Pd.

    NIP.

    http://www.iainsalatiga.ac.id/mailto:[email protected]

  • v

  • vi

    PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

    Nama : Siti Asiah

    NIM : - -

    Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

    Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)

    Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini merupakan karya sendiri, bukan

    jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat

    dalam laporan penelitian ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah

    Salatiga, Agustus

    Yang menyatakan

    Siti Asiah

    NIM.

  • vii

    MOTTO

    If you fall a thousand times, stand up millions of times, because you do not know

    how close you are to succes

    PERSEMBAHAN

    Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

    . Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Fathu Rokhim dan Ibu Siti Kamtiah

    yang senantiasa memberikan do’a, dukungan dan kasih sayang yang tak

    terhingga. Terimakasih Bapak… Terimakasih Ibu...

    . Kedua adikku Khoirul Umam dan Noor Alvin Ni’mah yang selalu

    memberikan warna dalam hidupku dengan canda tawa

    . Mas Miftah yang selalu memberikan do’a dan dukungan untuk segera

    menyelesaikan skripsi ini.

    . Dosen pembimbing skripsiku Bapak Jaka Siswanta, M. Pd.

    . Sahabat-sahabatku (Awalina, Avi, Ida Gendut, Dania, Nucha, Bunga, Ida

    Afwa, Trio Cagur) dan teman-teman seperjuangan PGMI angkatan

    . Sahabat/sahabati pengurus Dema IAIN Salatiga

    . Sahabat/sahabati Andalas PMII Komisariat Djoko Tingkir

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

    memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua. Sholawat serta

    salam semoga tercurahkan kehadirat junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW

    yang kita nantikan syafaatnya pada yaumul akhir nanti.

    Skripsi ini disusun untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna

    memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam. Adapun judul skripsi ini adalah

    “PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI

    PERKALIAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD

    TOGETHER PADA SISWA KELAS III SEMESTER I MI SRUWEN

    KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN

    AJARAN / ”.

    Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh

    karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang tiada terhingga

    dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

    . Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

    . Bapak Suwardi, M. Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

    . Ibu Peni Susapti, M.Si., selaku Ketua jurusan Pendidikan Guru Madrasah

    Ibtidaiyah (PGMI) IAIN Salatiga.

    . Bapak Jaka Siswanta M.Pd., selaku Pembimbing skripsi yang telah

    meluangkan waktunya memberikan bimbingan, pengarahan, dengan sabar dan

    bijaksana sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

    . Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan bekal ilmu yang

    bermanfaat hingga studi ini selesai.

  • ix

    . Bapak Fatah Amin, M. Pd. I. selaku Kepala MI Sruwen yang telah

    memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Madrasah yang

    Beliau pimpin.

    . Bapak Drs. Jaroni, selaku Guru Kelas III MI Sruwen yang telah berkenan

    bekerjasama dengan penulis sehingga penelitian dapat berlangsung.

    . Bapak (Fathu Rokhim) dan Ibu (Siti Kamtiah) tercinta yang senantiasa

    mendo’akan dan memberikan semangat untuk penulis.

    . Adik-adikku tersayang Umam dan Alvin serta Mas Miftah yang selalu menjadi

    sumber motivasi bagi penulis.

    Atas jasa mereka, penulis hanya dapat mendo’akan semoga Allah SWT

    mencatatnya sebagai amal sholeh yang akan mendapatkan balasan yang berlipat

    ganda. Amin.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Untuk itu penulis

    juga menerima segala kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan

    skripsi ini. Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini memberikan manfaat

    bagi pembaca dan dapat digunakan sebagai referensi dalam meningkatkan

    pembelajaran, khususnya dalam mata pelajaran matematika untuk pendidikan

    Madrasah Ibtidaiyah.

    Salatiga, Agustus

    Penulis

  • x

    ABSTRAK

    Asiah, Siti. . Peningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Perkalian

    Melalui Model Pembelajaran Numbered Head Together Pada Siswa

    Kelas III Semester I MI Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten

    Semarang Tahun Ajaran / . Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

    Keguruan. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Institut Agama

    Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Jaka Siswanta, M.Pd.

    Kata Kunci: Model Pembelajaran Numbered Head Together dan Hasil Belajar.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah melalui model

    pembelajaran Numbered Head Together dapat meningkatkan hasil belajar

    matematika materi perkalian siswa kelas III semester I di MI Sruwen

    Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang tahun ajaran . Subjek dalam

    penelitian ini adalah guru dan siswa kelas III MI Sruwen kecamatan Tengaran

    Kabupaten Semarang yang berjumlah siswa, terdiri dari siswa laki-laki dan

    siswa perempuan. Penelitian ini dilaksanakan dalam bulan mulai dari bulan

    Mei sampai Agustus tahun . Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari kali

    siklus pembelajaran yang masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan yakni

    perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Metode pengumpulan data yang

    digunakan adalah tes tertulis, wawancara, observasi, serta dokumentasi. Data

    dianalisis secara statistik menggunakan rumus persentase.

    Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa melalui model pembelajaran

    Numbered Head Together dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi

    perkalian siswa kelas III semester I di MI Sruwen kecamatan Tengaran

    Kabupaten Semarang tahun ajaran . Terbukti pada nilai ulangan harian

    pra siklus terdapat siswa atau , siswa yang tuntas belajar dengan nilai

    rata-rata , . Pada siklus I jumlah siswa yang tuntas belajar ada siswa atau

    , dengan nilai rata-rata , . Pada siklus II terdapat siswa yang tuntas

    belajar atau , dengan nilai rata-rata , . Hasil belajar pada siklus II

    menunjukkan bahwa ketuntasan klasikal yang diharapkan sudah tercapai yaitu ≥

    siswa yang tuntas belajar.

  • xi

    DAFTAR ISI

    HALAMAN SAMPUL ......................................................................................i

    LEMBAR LOGO ...............................................................................................ii

    HALAMAN JUDUL ..........................................................................................iii

    LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .....................................................iv

    LEMBAR PENGESAHAN KELULUSAN ......................................................v

    PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..........................................................vi

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN .....................................................................vii

    KATA PENGANTAR .......................................................................................viii

    ABSTRAK .........................................................................................................x

    DAFTAR ISI ......................................................................................................xi

    DAFTAR TABEL ..............................................................................................xv

    DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xvi

    DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xvii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah .......................................................................

    B. Rumusan Masalah ................................................................................

    C. Tujuan Penelitian .................................................................................

    D. Hipotesis dan Indikator Keberhasilan ..................................................

    E. Manfaat Penelitian ...............................................................................

    . Manfaat Teoritik ..............................................................................

    . Manfaat Praktik ...............................................................................

  • xii

    F. Definisi Operasional ..............................................................................

    . Peningkatan Hasil Belajar ................................................................

    . Matematika dan Operasi Perkalian ..….............................................

    . Model Numbered Head Together (NHT) ........................................

    G. Metodologi Penelitian .............................................................................

    . Rancangan Penelitian .......................................................................

    . Lokasi, Waktu dan Subjek Penelitian...............................................

    . Langkah-langkah Penelitian ............................................................

    . Instrumen Penelitian ........................................................................

    . Teknik Pengumpulan Data ..............................................................

    . Analisis Data ..................................................................................

    . Sistematika Penulisan .....................................................................

    BAB II KAJIAN PUSTAKA

    A. Hasil Belajar ..........................................................................................

    . Pengertian Hasil Belajar ................................................................

    . Ciri-ciri Belajar ...............................................................................

    . Prinsip-prinsip Pembelajaran………………….................................

    . Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar ………..……......

    B. Pembelajaran Matematika ……..............................................................

    . Pengertian Matematika ………………….........................................

    . Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Matematika .................................

    . Ruang lingkup Matematika ..............................................................

    . Karakteristik Matematika …………………...…….…...………...…

  • xiii

    . Langkah Pembelajaran Matematika ……………………………......

    . Problematika Pembelajaran Matematika .........................................

    . Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika kelas III

    SD MI ……………………...……………………………..…...........

    . Matematika Materi Perkalian ............................................................

    C. Model Pembelajaran Numbered Head Together ……….........................

    . Pengertian Model Numbered Head Together ……...........................

    . Manfaat Pembelajaran Tipe Numbered Head Together .……..…....

    . Kelebihan dan Kelemahan Model Numbered Head Together….…...

    . Langkah-langkah Model Numbered Head Together …....................

    BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

    A. Deskripsi Kondisi ………......................................................................

    . Data Keadaan Siswa .......................................................................

    . Pelaksanaan Penelitian ....................................................................

    B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ...............................................................

    . Perencanaan Tindakan ....................................................................

    . Pelaksanaan Tindakan ....................................................................

    . Pengamatan/ Observasi ...................................................................

    . Refleksi ..........................................................................................

    C. Deskripsi pelaksanaan siklus II ................................................................

    . Perencanaan Tindakan .......................................................................

    . Pelaksanaan Tindakan ......................................................................

    . Pengamatan/ Observasi ......................................................................

  • xiv

    . Refleksi ............................................................................................

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Deskripsi Hasil Penelitian .......................................................................

    . Deskripsi Data Pra Siklus .................................................................

    . Deskripsi Siklus I .............................................................................

    . Deskripsi Siklus II ............................................................................

    B. Pembahasan ...........................................................................................

    . Siklus I .............................................................................................

    . Siklus II ...........................................................................................

    . Rekapitulasi Ketuntasan Gabungan .................................................

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan ............................................................................................

    B. Saran .......................................................................................................

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................

    LAMPIRAN .....................................................................................................

  • xv

    DAFTAR TABEL

    Tabel . Alokasi waktu Penelitian ....................................................................

    Tabel . Daftar Subjek Penelitian ....................................................................

    Tabel . Lembar Observasi Guru .....................................................................

    Tabel . Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ......................................

    Tabel . Data Keadaan Siswa ...........................................................................

    Tabel . Lembar Observasi Guru Siklus I ........................................................

    Tabel . Nilai Evaluasi Siklus I ........................................................................

    Tabel . Lembar Observasi Guru Siklus II ......................................................

    Tabel . Nilai Evaluasi Siklus II ......................................................................

    Tabel . Nilai Ulangan Harian (Pra Siklus) .....................................................

    Tabel . Perolehan Nilai Evaluasi Siklus I .......................................................

    Tabel . Perolehan Nilai Evaluasi Siklus II .....................................................

    Tabel . Hasil Rekapitulasi Nilai Siswa Per Siklus .........................................

    Tabel . Lembar Observasi Guru Siklus I ........................................................

    Tabel . Lembar Observasi Guru Siklus II ......................................................

    Tabel . Rekapitulasi Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II ..................................

  • xvi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar . Siklus Penelitian .............................................................................

    Gambar . Rentang Nilai Ulangan Harian ........................................................

    Gambar . Rentang Nilai Tes Evaluasi Siklus I ................................................

    Gambar . Rentang Nilai Tes Evaluasi Siklus II ..............................................

    Gambar . Presentase Nilai Evaluasi Siklus I ..................................................

    Gambar . Presentase Nilai Tes Evaluasi Siklus II ..........................................

    Gambar . Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I dan II ............

  • xvii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I...................................

    Lampiran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ................................

    Lampiran Soal Evalusi Siklus I .......................................................................

    Lampiran Soal Evaluasi Siklus II ....................................................................

    Lampiran Lembar Kerja Siswa Siklus I ..........................................................

    Lampiran Lembar Kerja Siswa Siklus II .........................................................

    Lampiran Daftar Nilai Ulangan Harian Siswa (Pra Siklus) ............................

    Lampiran Lembar Observasi Guru Siklus I .....................................................

    Lampiran Lembar Observasi Guru Siklus II ....................................................

    Lampiran Profil MI Sruwen .....................................................................

    Lampiran Dokumentasi .................................................................................

    Lampiran Surat Pengantar Lembaga .............................................................

    Lampiran Surat Keterangan Penelitian .........................................................

    Lampiran Lembar Konsultasi Skripsi ...........................................................

    Lampiran Nilai SKK .....................................................................................

    Lampiran Daftar Riwayat Hidup ...................................................................

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Matematika merupakan salah satu mata pelajaran dasar pada setiap

    jenjang pendidikan formal yang memegang peran penting. Setiap peserta

    didik dituntut untuk menguasai pelajaran Matematika dengan baik, karena

    Matematika merupakan pelajaran yang diikut sertakan dalam ujian nasional.

    Matematika juga berguna dalam kehidupan sehari-hari, karena muatan dalam

    pelajaran Matematika berupa angka-angka, operasi hitung penjumlahan,

    pengurangan, pembagian, perkalian, dan pengukuran yang biasa digunakan

    setiap orang dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan sesungguhnya Islam pun

    telah mengajarkan masalah berhitung, yang tertera dalam Al-Qur’an surat

    Maryam ayat :

    Artinya: “Sesungguhnya Alloh telah menentukan jumlah mereka dan

    menghitung mereka dengan hitungan yang teliti”.

    Dengan memahami ayat di atas, Islam telah memberikan anjuran

    untuk mempelajari ilmu tentang berhitung. Menghitung bukan hanya berlaku

    sebagai teori atau pengetahuan semata, akan tetapi berhitung menjadi

    permasalahan yang akan dihadapi dalam kehidupan nyata, dan manusia

    dituntut mampu menerapkannya dengan hitungan yang teliti.

  • Belajar Matematika merupakan suatu syarat cukup untuk melanjutkan

    pendidikan ke jenjang berikutnya. Karena dengan belajar Matematika, kita

    akan belajar bernalar secara kritis, kreatif dan aktif. Matematika merupakan

    ide-ide abstrak yang berisi simbol-simbol, maka konsep-konsep Matematika

    harus dipahami terlebih dahulu sebelum memanipulasi simbol-simbol itu

    (Susanto, ).

    Pada usia siswa sekolah dasar ( - tahun hingga - tahun),

    menurut teori kognitif piaget termasuk pada tahap operasional konkret.

    Berdasarkan perkembangan kognitif ini, maka anak usia sekolah dasar pada

    umumnya mengalami kesulitan dalam memahami Matematika yang bersifat

    abstrak. Karena keabstrakannya Matematika relatif tidak mudah untuk

    dipahami oleh siswa sekolah dasar pada umumnya (Susanto, ).

    Dalam pembelajaran Matematika guru merupakan pihak yang

    berhubungan langsung dengan peserta didik, sehingga dalam memberikan

    evaluasi diharapkan lebih akurat, objektif, dan mengoptimalkan

    pembelajaran. Dalam hal itu guru akan menemukan berbagai masalah,

    misalnya masalah kepribadian guru, kecakapan mengajar yang meliputi

    ketepatan pemilihan metode, pendekatan, motivasi, sampai penggunaan

    media yang menarik. Banyak guru yang mengeluh akan rendahnya

    kemampuan peserta didik dalam menerapkan konsep Matematika. Hal ini

    terlihat dari banyaknya kesalahan peserta didik dalam memahami konsep

    Matematika sehingga mengakibatkan terjadinya kesalahan-kesalahan dalam

  • mengerjakan soal dan menjadikan rendahnya hasil belajar peserta didik (skor)

    pada ulangan harian, ulangan semester, maupun ujian akhir sekolah.

    Secara umum, tujuan pembelajaran Matematika di sekolah dasar

    adalah agar siswa mampu dan terampil menggunakan Matematika. Selain itu

    juga, dengan pembelajaran Matematika dapat memberikan tekanan penataran

    nalar dalam penerapan Matematika. Berdasarkan tujuan pembelajaran

    Matematika tersebut, maka pembelajaran Matematika bukan hanya sebagai

    pembelajaran yang menekankan pada pengetahuan saja, akan tetapi juga

    sebagai pembelajaran yang mengembangkan pemahaman dan keterampilan

    siswa menerapkan Matematika dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu

    agar tujuan pembelajaran Matematika dapat tercapai seorang guru hendaknya

    dapat menciptakan kondisi dan situasi pembelajaran yang memungkinkan

    siswa aktif membentuk, menemukan, dan mengembangkan pengetahuannya.

    Kemudian siswa dapat membentuk makna dari bahan-bahan pelajaran melalui

    suatu proses belajar dan mengkontruksinya dalam ingatan yang sewaktu-

    waktu dapat diproses dan dikembangkan lebih lanjut. Hal ini sebagaimana

    dijelaskan oleh Jean Piaget dalam Susanto ( ), bahwa pengetahuan

    atau pemahaman siswa itu ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh

    siswa itu sendiri.

    Sesuai hasil wawancara peneliti kepada guru Matematika kelas III

    Madrasah Ibtidaiyah Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang

    ditemukan beberapa masalah dalam pembelajaran Matematika, diantaranya

    kurangnya pemahaman siswa tentang materi operasi hitung perkalian yang

  • diajarkan oleh guru, sehingga keterampilan dalam menerapkan Matematika

    terlihat belum sesuai yang diharapkan. Hal ini dibuktikan dengan hasil nilai

    ulangan Matematika siswa kelas III yang diperoleh dari guru menunjukkan

    masih banyaknya siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM (Kriteria

    Ketuntasan Minimal) yang telah ditetapkan yaitu . Secara klasikal nilai

    ulangan siswa belum memenuhi KKM, dari siswa hanya siswa yang

    dapat memenuhi KKM atau sebesar , sedangkan sisanya masih berada

    dibawah KKM.

    Selanjutnya, berdasar diskusi dengan guru Matematika di MI Sruwen

    kelas III, diduga faktor yang mempengaruhi siswa mendapatkan nilai

    dibawah standar KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), antara lain: Siswa

    kurang memperhatikan saat pembelajaran berlangsung, sibuk bermain sendiri,

    mengobrol dengan teman yang menyebabkan siswa kurang memahami materi

    yang diajarkan, atau terjadi kesalahan kalkulasi dalam jawaban siswa

    sehingga mempengaruhi hasil akhir jawaban.

    Selain faktor tersebut, faktor lain yang mempengaruhi siswa mendapat

    nilai dibawah KKM, yakni kurangnya kreatifitas guru dalam mengajar

    menyebabkan proses pembelajaran kurang menarik minat siswa sehingga

    siswa cenderung pasif dan kurang tertarik dengan materi yang diajarkan.

    Dalam hal ini guru dituntut untuk memiliki kreatifitas dalam mengajar agar

    mampu menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan sehingga

    dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

  • Melihat faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar

    siswa, peneliti bersama Bapak Drs. Jaroni melakukan diskusi mengenai

    model pembelajaran yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut,

    sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Melalui diskusi yang telah

    dilakukan, diputuskan untuk menggunakan model pembelajaran Numbered

    Head Together sebagai solusi tindakan untuk mengatasi permasalahan

    pembelajaran Matematika yang ada di MI Sruwen Kecamatan Tengaran

    Kabupaten Semarang tahun .

    Penerapan model Numbered Head Together dalam pembelajaran

    Matematika materi perkalian mampu memberikan inovasi dalam

    pembelajaran. Model Numbered Head Together merupakan bagian model

    pembelajaran kooperatif yang menekankan pada pemikiran berkelompok

    siswa dan mempengaruhi pola interaksi siswa dengan tujuan untuk

    meningkatkan penguasaan akademik. Model Numbered Head Together

    adalah pembelajaran kooperatif yang mengapresiasikan aktivitas

    pembelajaran melalui interaksi yang yang dilakukan siswa secara

    berkelompok, dengan berbagi pemahaman pada pemecahan masalah. Model

    ini melibatkan para siswa untuk menelaah bahan yang tercakup dalam suatu

    pelajaran dan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap isi pelajaran.

    Langkah awal dalam penerapan model Numbered Head Together adalah guru

    membagi siswa dalam kelompok-kelompok, yang jumlah kelompok

    disesuaikan topik permasalahan atau soal yang akan diberikan. Tiap anggota

    kelompok diberikan topi dengan nomor yang berbeda-beda sesuai dengan

  • topik yang akan dibahas. Soal-soal yang diberikan oleh guru dipecahkan

    bersama-sama dalam kelompok, dan siswa akan menyampaikan jawaban soal

    di depan kelas sesuai dengan nomor yang dimilikinya. Kemudian guru

    memberikan soal individu sebagai bahan evaluasi kegiatan pembelajaran

    untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah

    dipelajari.

    Penerapan model pembelajaran Numbered Head Together diharapkan

    siswa mampu mengikuti proses pembelajaran dengan antusias sehingga dapat

    meningkatkan partisipasi siswa, meningkatkan sifat kritis dan analisis siswa.

    Materi akan lebih mudah diterima, menyenangkan dan hasil belajar siswa

    menjadi meningkat.

    Untuk menjawab problematka di atas penulis mengangkat judul

    “PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI

    PERKALIAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD

    TOGETHER PADA SISWA KELAS III SEMESTER I MI SRUWEN

    KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN

    AJARAN / ”

    B. Rumusan Masalah

    Dalam penelitian ini rumusan masalah yang akan dibahas adalah:

    apakah melalui model Numbered Head Together dapat meningkatkan hasil

    belajar Matematika materi perkalian pada siswa kelas III semester I MI

  • Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang tahun ajaran

    / ?

    C. Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Model

    Numbered Head Together dapat meningkatkan hasil belajar Matematika

    materi perkalian pada siswa kelas III MI Sruwen Kecamatan Tengaran

    Kabupaten Semarang tahun .

    D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan

    Hipotesis tindakan adalah jawaban sementara terhadap masalah yang

    dihadapi, sebagai alternatif tindakan yang dipandang paling tepat untuk

    memecahkan masalah yang telah dipilih untuk diteliti melalui PTK (Mulyasa,

    ). Adapun dalam penelitian tindakan kelas ini penulis mengambil

    hipotesis tindakan yaitu “ Melalui model Numbered Head Together dapat

    meningkatkan hasil belajar Matematika materi perkalian pada siswa kelas III

    Semester I MI Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang tahun

    ajaran / .”

    Penerapan Model Numbered Head Together ini dikatakan efektif

    apabila indikator yang diharapkan tercapai. Adapun indikator yang dapat

    dirumuskan penulis sebagai berikut:

    a. Ada peningkatan hasil belajar secara berkelanjutan dari siklus pertama dan

    kedua.

  • b. Nilai siswa kelas III memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

    sebesar serta tercapainya ketuntasan klasikal yang besarnya dalam

    pembelajaran Matematika.

    E. Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan memberi manfaat baik deri segi teoritis

    maupun praktis yaitu:

    . Manfaat Teoritis

    Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

    dalam dunia pendidikan berupa gambaran mengenai sebuah teori yang

    menyatakan bahwa peningkatan hasil belajar Matematika pada operasi

    perkalian dengan menggunakan model Numbered Head Together terhadap

    siswa sekolah dasar sangat bermanfaat bagi siswa.

    . Manfaat Praktis

    a) Bagi siswa

    ) Meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran Matematika.

    ) Meningkatkan kreatifitas dan keaktifan siswa dalam menerapkan

    model Numbered Head Together pada proses pembelajaran.

    b) Bagi guru

    ) Guru dapat menganalisa terjadinya permasalahan-permasalahan

    pembelajaran dan mampu mengatasinya.

    ) Diperoleh model yang sesuai dengan materi pembelajaran.

  • c) Bagi lembaga

    ) Dapat meningkatkan mutu pendidikan sekolah.

    ) Menciptakan kondisi dan suasana pembelajaran yang efektif dan

    menyenangkan.

    d) Bagi peneliti

    Dapat memberikan pengalaman kepada peneliti untuk terjun ke bidang

    pendidikan.

    F. Definisi Operasional

    Untuk memudahkan dan memperjelas pemahaman serta menghindari

    kekeliruan terhadap maksud yang terdapat pada judul di atas, maka perlu

    dijelaskan mengenai pembahasan masalah dan arti kata dalam rangkaian judul

    di atas.

    . Peningkatan Hasil Belajar

    Peningkatan merupakan suatu perubahan keaadaan menjadi lebih

    baik. Upaya peningkatan merupakan usaha yang dilakukan dalam rangka

    membuat perubahan kearah yang lebih baik.

    Belajar adalah suatu aktifitas atau suatu proses untuk memperoleh

    pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap,

    dan mengokohkan kepribadian. Dalam konteks menjadi tahu atau proses

    memperoleh pengetahuan, menurut pemahaman sains konfensional, kontak

    manusia dengan alam diistilahkan dengan pengalaman (experience).

    Pengalaman yang terjadi berulang kali melahirkan pengetahuan

  • (knowledge), atau a body of knowledge. Definisi ini merupakan definisi

    umum dalam pembelajaran sains secara konvensional, dan beranggapan

    bahwa pengetahuan sudah terserak di alam, tinggal bagaimana siswa atau

    pembelajar bereksplorasi menggali dan menemukan kemudian

    memungutnya, untuk memperoleh pengetahuan (Suyono & Hariyanto,

    )

    Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah

    kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena

    belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha

    untuk memeperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.

    Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, biasanya guru

    menetapkan tujuan belajar. Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang

    berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional

    (Susanto, )

    Bloom dalam Daryanto & Raharjo ( : ) mengemukakan tiga

    ranah hasil belajar yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Untuk aspek

    kognitif, Bloom menyebutkan enam tingkatan yaitu: pengetahuan,

    pemahaman, pengertian, aplikasi, analisa, sintesa dan evaluasi.

    Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya proses

    belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku secara keseluruhan baik

    yang menyangkut segi positif, afektif maupun psikomotor. Proses

    perubahan dapat terjadi dari yang paling sederhana sampai pada yang

  • paling kompleks yang bersifat pemecahan masalah, dan pentingnya

    peranan kepribadian dalam proses serta hasil belajar.

    Indikator keberhasilan suatu proses belajar mengajar adalah hal-hal

    sebagai berikut (Djamarah & Zain, - ):

    a. Daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan mencapai prestasi

    tinggi, baik secara individual dan kelompok.

    b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran intruksional khusus

    telah dicapai oleh siswa, baik secara individu maupun kelompok.

    Menurut Depdikbud dalam Trianto ( ), penentuan

    keberhasilan belajar berdasarkan ketentuan KTSP ditentukan oleh masing-

    masing sekolah yang dikenal dengan istilah Kriteria Ketuntasan Minimal

    (KKM), dengan berpedoman pada tiga pertimbangan yaitu: kemampuan

    setiap siswa berbeda-beda, fasilitas (sarana) setiap sekolah berbeda, dan

    daya dukung setiap sekolah juga berbeda. Maka dalam penelitian ini sesuai

    dengan KKM sekolah tempat penelitian di MI Sruwen Kecamatan

    Tengaran Kabupaten Semarang mata pelajaran Matematika adalah dan

    ketuntasan secara klasikal .

    . Matematika dan Operasi Perkalian

    Kata “Matematika” berasal dari kata mathema dalam bahasa

    Yunani yang diartikan sebagai “sains, ilmu pengetahuan, atau belajar”,

    juga mathematikos yang diartikan sebagai “suka belajar”. Menilik artinya

    secara harfiah, sebenarnya tidak ada alasan bagi kita untuk tidak suka atau

    takut dengan Matematika. Karena kalau kita tidak suka Matematika itu

  • berarti kita tidak suka belajar! Kalau kita masih menganggap Matematika

    itu sulit, mungkin sebenarnya kita belum mengenal apa itu Matematika

    (Sriyanto, )

    Matematika memiliki bahasa dan aturan yang terdefinisi dengan

    baik, penalaran yang jelas dan sistematis, dan struktur atau keterkaitan

    antara konsep yang kuat. Unsur utama pekerjaan Matematika adalah

    penalaran deduktif yang bekerja atas dasar asumsi (kebenaran konsistensi).

    Selain itu, Matematika juga bekerja melalui penalaran induktif yang

    didasarkan fakta dan gejala yang muncul untuk sampai pada perkiraan

    tertentu. Tetapi perkiraan ini, tetap harus dibuktikan secara deduktif,

    dengan argumen yang konsisten.

    Pembelajaran Matematika adalah suatu proses belajar mengajar

    yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berfikir siswa

    yang dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru

    sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi

    Matematika. Menurut Hans Freudental dalam Susanto ( ),

    Matematika merupakan aktifitas insani (human activities) dan harus

    dikaitkan dengan realitas. Dengan demikian, Matematika merupakan cara

    berpikir logis yang dipresentasikan dalam bilangan, ruang, dan bentuk

    dengan aturan-aturan yang telah ada yang tak lepas dari aktivitas insan

    tersebut. Pada hakikatnya, Matematika tidak terlepas dari kehidupan

    sehari-hari, dalam arti Matematika memiliki kegunaan yang praktis dalam

    kehidupan sehari-hari. Semua masalah kehidupan yang membutuhkan

  • pemecahan secara cermat dan teliti mau tidak mau harus berpaling kepada

    Matematika. Operasi perkalian adalah pengerjaan hitungan yang pada

    prinsipnya merupakan operasi penjumlahan secara berulang. (Heruman,

    )

    . Model Pembelajaran Numbered Head Together

    Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran

    hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang

    dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan

    implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran dapat

    diartikan pula sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum,

    mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru di kelas. Mills

    dalam Suprijono ( ) berpendapat bahwa model adalah bentuk

    representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang

    atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu.

    Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman

    dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Menurut

    Arends dalam Suprijono ( ), model pembelajaran mengacu pada

    pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan

    pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan

    pembelajaran, dan pengolaan kelas. Model pembelajaran dapat

    didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur

    sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai

    tujuan belajar.

  • Numbered Head Together atau penomoran berpikir bersama

    adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk

    memengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap sumber

    struktur kelas tradisional, dan melibatkan lebih banyak siswa dalam

    menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek

    pemahaman mereka terhadap isi pelajaran (Hamdayama, ).

    Tujuan dari Numbered Head Together adalah memberikan kesempatan

    pada siswa untuk saling berbagi gagasan dan mempertimbangkan jawaban

    mana yang paling tepat (Huda, ).

    Penerapan Numbered Head Together dalam pembelajaran

    dilakukan dengan cara memberikan kesempatan pada siswa untuk

    berdiskusi dan bertukar pemahaman terhadap persoalan yang diberikan.

    Jawaban dari soal yang telah didiskusikan bersama akan disampaikan oleh

    siswa yang mendapatkan nomor sesuai dengan soal di depan kelas secara

    bergantian dengan anggota kelompok lain.

    Kelebihan Numbered Head Together ini dapat menarik dan

    memusatkan perhatian siswa, serta mengembangkan keberanian dan

    keterampilan siswa dalam bekerja sama dan menghargai pendapat orang

    lain. Dengan siswa mampu bertukar pemahaman dan menjadi tutor sebaya

    kepada siswa lain, dapat meningkatkan pemahaman dan hasil belajar

    siswa. Akan tetapi penerapan Numbered Head Together kelemahannya

    membutuhkan waktu yang cukup lama agar semua siswa mendapatkan

    giliran.

  • Langkah-langkah penerapan Numbered Head Together dilakukan

    dengan cara sebagai berikut (Huda, - ):

    a. Siswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari - siswa. Masing-

    masing siswa dalam kelompok diberi nomor sesuai dengan jumlah soal.

    b. Guru memberikan tugas/pertanyaan pada masing-masing kelompok

    untuk mengerjakan.

    c. Setiap kelompok mulai berdiskusi untuk menemukan jawaban yang

    paling tepat dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui

    jawaban tersebut.

    d. Guru memanggil salah satu nomor secara acak.

    e. Siswa dengan nomor yang dipanggil mempresentasikan jawaban dari

    hasil diskusi kelompok mereka.

    G. Metode Penelitian

    . Rancangan Penelitian

    Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

    Penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat

    reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat

    memperbaiki dan atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas

    secara lebih profesional (Basrowi & Suwandi, ).

    Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai upaya perbaikan suatu

    praktik pendidikan berdasarkan refleksi dari pemberian tindakan pada

    penelitian ini dengan memberiakan suatu tindakan pada subjek yang

  • diteliti dengan menggunakan Numbered Head Together. Penelitian

    Tindakan Kelas yang digunakan adalah jenis kolaboratif, dimana peneliti

    bertindak sebagai pengamat. Proses belajar mengajar tetap dilakukan oleh

    guru dan siswa. Hal ini bertujuan agar proses belajar mengajar berjalan

    secara alami sehingga data yang diperoleh valid. Alasan peneliti

    mengggunakan penelitian tindakan kelas kolaboratif karena peneliti ikut

    berperan dalam proses pembelajaran.

    Penelitian yang digunakan adalah model Kemmis dan MC Taggart

    yang lebih memfokuskan pada aspek individual dalam penelitian tindakan.

    Model ini dapat dikembangkan menjadi model PTK yang menggunakan

    dua siklus. Alur fikir dan tolak ukur kerja yang ditawarkan Kemmis dan

    MC Taggart ada tiga, yaitu (Yuliawati, Suprihatiningrum & Rokhimawan,

    - ):

    a. Perencanaan (Planning)

    b. Tindakan (acting) dan Observasi (Observation)

    c. Refleksi (Reflecting)

    Pada tahap penelitian kelas peneliti menentukan fokus peristiwa

    yang perlu diperhatikan khusus untuk diamati. Adapun siklus atau tahap-

    tahap penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut (Yuliawati, dkk,

    ):

  • Gambar . Siklus Penelitian

    . Lokasi, Waktu dan Subjek Penelitian

    a. Lokasi Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di MI Sruwen Kecamatan

    Tengaran Kabupaten Semarang tahun . Madrasah ini dipilih

    menjadi tempat penelitian karena memerlukan pengembangan Model

    pembelajaran yang akan meningkatkan hasil kinerja guru dan siswa.

    Dengan demikian tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan optimal.

    b. Waktu Penelitian

    Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dari bulan Mei-Agustus

    di MI Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang.

    Berikut tabel rincian waktu pelaksanaan penelitian berdasarkan

    langkah-langkah pelaksanaan.

    ?

  • Tabel . Waktu Pelaksanaan Penelitian

    No Langkah Pelaksanaan Mei Juni Agustus

    . Perencanaan

    . Pra Siklus

    . Siklus I

    Perencanaan

    Tindakan

    Observasi

    Refleksi

    . Siklus II

    Perencanaan

    Tindakan

    Observasi

    Refleksi

    . Analisa Data

    . Penyusunan Hasil

    . Pelaporan Hasil

    c. Subjek Penelitian

    Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah

    guru dan siswa kelas III MI Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten

    Semarang tahun dengan jumlah siswa yaitu siswa laki-laki

  • dan siswa perempuan. Penelitian ini dikhususkan pada mata

    pelajaran Matematika materi perkalian dengan menggunakan Numbered

    Head Together.

    Tabel . Daftar subjek penelitian

    NO. NAMA SISWA KET.

    . Ade Ilma Nafi’a P

    . Aldi Yunianto L

    . Ananda Riskia Dwi Putra L

    . Anita Suryani P

    . Annajih Gilang Romadhon L

    . Birru Hubaibi Walida P

    . Damaey Saraswati P

    . Dea Putri Febiana P

    . Devi Novia Sari P

    . Dimas Ahmad Fauzi L

    . Hani’ah P

    . Haris Alfa Alhabib L

    . Jaisa Izzu Azada L

    . Jenar Candra Dewi P

    . Karisma Khairunisa P

    . Latisa Maksal Mina P

    . M Ikhfad Ubaidillah L

  • . M Jaisal Anam L

    . M Najib Jauhar L

    . M Riski Faabila L

    . Mutiara Saskia P

    . Novita Putri Lestari P

    . Nurul Afifah P

    . Rahadatul Aisyi P

    . Raihan Nazifan L

    . Raka Aditia L

    . Sofia Hanani P

    . Suci Nur Aini P

    . Tangguh Satriaji L

    . Vahmil Dlim Haf L

    . Langkah-langkah Penelitian

    a. Perencanaan

    ) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran menggunakan

    Numbered Head Together

    ) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan saat

    proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan Numbered

    Head Together

    ) Mempersiapkan lembar observasi guru untuk mengetahui

    keterampilan guru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan

    Numbered Head Together

  • ) Perencanaan tindakan pembelajaran menggunakan Numbered Head

    Together

    ) Menyiapkan instrument untuk menggali data hasil belajar siswa

    berupa lembar tes.

    ) Melakukan evaluasi terhadap pembelajaran menggunakan Numbered

    Head Together

    b. Pelaksanaan

    Guru mengadakan proses pembelajaran menggunakan Numbered

    Head Together. Hal-hal yang perlu dilakukan oleh guru adalah sebagai

    berikut (Hamdayama, ) :

    ) Guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat

    sekenario, Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model

    pembelajaran Numbered Head Together.

    ) Membentuk kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran

    Numbered Head Together. Guru membagi para siswa menjadi

    beberapa kelompok yang beranggotakan - orang siswa. Guru

    membagikan topi bernomor kepada setiap siswa dalam kelompok

    dan nama kelompok yang berbeda.

    ) Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok har us memiliki buku

    paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam

    menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.

    ) Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk

    menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui

  • jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan

    yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari

    yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.

    ) Guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok

    dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan

    jawaban kepada siswa di kelas.

    ) Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua

    pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.

    ) Guru memberikan soal tes permasalahan yang sejenis sebagai bahan

    evaluasi.

    c. Observasi dan Pengamatan

    Pengamatan dalam penelitian tindakan kelas merupakan

    pengamatan yang dilakukan oleh peneliti. Pengamatan ini dilakukan

    dengan cara mengamati guru pada proses pembelajaran dengan

    menggunakan lembar observasi serta tes evaluasi untuk menggali data

    hasil belajar siswa setelah dilakukan proses pembelajaran menggunakan

    Numbered Head Together.

    d. Analisis atau Refleksi

    Refleksi merupakan kegiatan analisis, interpretasi dan eksplanasi

    terhadap semua informasi yang diperoleh dari observasi atas

    pelaksanaan tindakan. Pada tahap refleksi meliputi: ( ) mencatat hasil

    observasi dan pelaksanaan pembelajaran, ( ) evaluasi hasil observasi,

    ( ) analisis hasil pembelajaran.

  • . Instrumen Penelitian

    Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan dalam

    penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

    berikut:

    a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

    b. Lembar tes mata pelajaran Matematika materi operasi perkalian

    c. Lembar observasi untuk mengamati guru terhadap penerapan

    Numbered Head Together

    Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini mencakup beberapa

    aspek yang diamati diantaranya (Rusman, : - ):

    Tabel . Aspek-aspek yang diamati dalam observasi

    No. Aspek yang diamati

    Kemampuan guru membuka pelajaran

    . Memeriksa kesiapan siswa

    . Memberikan motivasi awal

    . Memberikan apersepsi (kaitannya dengan materi)

    . Menyampaikan tujuan pembelajaran

    . Memberikan acuan bahan pelajaran yang akan dipelajari

    Sikap guru dalam proses pembelajaran

    . Kejelasan artikulasi suara

    . Variasi gerakan badan tidak mengganggu siswa

    . Antusiasme dalam penampilan

  • . Menarik perhatian siswa dalam kegiatan belajar

    menggunakan Model Numbered Head Together

    . Memberikan perhatian yang sama pada setiap kelompok

    Penguasaan bahan belajar

    . Bahan belajar disajikan sesuai dengan langkah-langkah

    yang dibuat dalam RPP

    . Kejelasan dalam menjelaskan materi ajar

    . Mampu memberikan variasi dalam menyampaikan bahan

    ajar melalui Model Numbered Head Together

    Kegiatan belajar mengajar

    . Penyajian bahan pelajaran sesuai dengan tujuan atau

    indikator yang telah ditetapkan

    . Mendemonstrasikan kegiatan belajar melalui Numbered

    Head Together

    . Ketepatan dalam penggunaan alokasi waktu

    . Ketepatan dalam menerapkan langkah-langkah Numbered

    Head Together

    Evaluasi Pembelajaran

    . Penilaian relevan dengan tujuan yang telah ditetapkan

    . Penilaian yang diberikan sesuai dengan RPP

    Kemampuan menutup kegiatan pembelajaran

    . Meninjau kembali materi yang telah diberikan

  • . Memberikan kesempatan untuk bertanya dan menjawab

    pertanyaan

    . Memberikan kesimpulan kegiatan pembelajaran

    Tindak lanjut / Follow up

    . Memberikan tugas kepada siswa

    . Menginformasikan materi/bahan ajar yang akan dipelajari

    berikutnya

    . Memberikan motivasi untuk selalu terus belajar

    d. Pedoman Dokumentasi

    Dokumentasi digunakan sebagai bukti pelaksanaan penelitian

    yang berupa gambar atau foto yang menggunakan alat bantu berupa

    kamera. Foto yang diabadikan melalui dokumentasi ini berisi peristiwa

    yang menggambarkan aktivitas yang dilakukan siswa bersama guru

    selama proses pembelajaran berlangsung. Foto yang diambil pada saat

    proses pembelajaran merupakan sumber data yang dapat memperjelas

    data yang lain. Aspek-aspek yang didokumentasikan adalah aktivitas

    siswa dan guru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan l

    Numbered Head Together.

    . Teknik Pengumpulan Data

    Dalam penelitian tindakan kelas ini teknik yang akan digunakan

    dalam pengumpulan data adalah:

  • a. Tes Tertulis

    Teknik ini peneliti gunakan untuk mengukur ketuntasan dan

    peningkatan hasil belajar siswa terhadap materi operasi perkalian yang

    diajarkan guru. Siswa dikatakan telah mencapai tingkat penguasaan

    materi apabila telah mencapai nilai minimal dari target yang

    ditentukan. Tes ini dilakukan setelah proses pembelajaran

    menggunakan Numbered Head Together berlangsung.

    b. Observasi

    Observasi merupakan tindakan atau suatu proses pengambilan

    informasi, atau data melalui media pengamatan. Observasi ini dilakukan

    terhadap peserta didik dan guru selama pembelajaran berlangsung untuk

    mengetahui tingkat kelebihan dan kekurangan dalam pembelajaran

    Matematika dengan menggunakan Numbered Head Together .

    c. Dokumentasi

    Peneliti menggunakan dokumentasi sebagai salah satu teknik

    memperoleh data yang berupa foto. Dokumentasi ini dilakukan pada

    saat proses pembelajran berlangsung, sehingga aktivitas siswa dan guru

    selama pembelajaran Matematika dengan Numbered Head Together

    akan terekam dalam foto. Dokumentasi foto dilakukan sebagai bukti

    visual kegiatan pembelajaran selama penelitian berlangsung. Foto

    tersebut merupakan sumber data yang dapat memperjelas data yang

    lain.

  • d. Wawancara

    Wawancara dilakukan setelah kegiatan berlangsung dan secara

    bebas, untuk mengungkap data dengan kata-kata secara lisan tentang

    sikap, pendapat dan wawasan subjek penelitian mengenai baik

    buruknya proses belajar yang telah berlangsung.

    . Analisis Data

    Analisis data dilakukan dengan membandingkan antara skor nilai

    tiap siklus dengan KKM yang telah ditentukan yaitu (sesuai KKM yang

    berlaku di MI Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang).

    Oleh karena itu, siswa dikatakan tuntas belajarnya atau mencapai KKM

    jika nilai perolehan siswa > . Sebaliknya siswa dikatakan belum tuntas

    belajarnya atau belum mencapai KKM jika nilai perolehan siswa < .

    Selanjutnya untuk menentukan akhir perbaikan melalui siklus-siklus

    digunakan tolak ukur Kriteria Ketuntasan Klasikal. Suatu kelas dikatakan

    tuntas belajarnya jika dalam kelas tersebut > siswa telah tuntas

    belajarnya (Trianto, ).

    Presentase ketuntasan klasikal dapat dihitung menggunakan rumus

    (Daryanto, ):

    P = X

  • H. Sistematika Penulisan

    Bagian awal yang meliputi sampul, lembar berlogo, judul

    persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian

    tulisan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar

    tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.

    Bab I Pendahuluan berisi latar belakang masalah, rumusan

    masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, definisi

    operasional, dan sistematika penulisan. Metode penelitian mencakup

    rancangan penelitian, subjek penelitian, langkah-langkah penelitian,

    instrumen penelitian, pengumpulan data dan analisis data.

    Bab II Kajian Pustaka mencakup: Hasil belajar, Matematika, model

    pembelajaran Numbered Head Together .

    Bab III Metodologi Penelitian berisi tentang deskripsi pelaksanaan

    meliputi rencana, pelaksanaan, pengamatan/pengumpulan data dan

    refleksi. Deskripsi pelaksanaan siklus I, deskripsi pelaksanaan siklus II.

    Bab IV Hasil Penelitian dan pembahasan meliputi deskripsi per

    siklus yang membahas mengenai data dari hasil pengamatan atau

    wawancara, refleksi keberhasilan dan kegagalan dan berisi pembahasan.

    Bab V Penutup berisi kesimpulan dan saran.

  • BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Hasil Belajar

    . Pengertian Hasil Belajar

    Menurut Gagne dalam Dahar ( ), belajar dapat didefinisikan

    sebagai suatu proses di mana suatu organisasi berubah perilakunya

    sebagai akibat pengalaman. Belajar adalah suatu proses yang terjadi

    karena adanya usaha untuk mengadakan perubahan terhadap diri manusia

    yang melakukan dengan maksud memperolah perubahan dalam dirinya,

    baik berupa pengetahuan, keterampilan atau sikap (Arikunto, : ).

    Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu

    yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau

    perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir.

    Manusia banyak belajar sejak lahir dan bahkan ada yang berpendapat

    sebelum lahir (Trianto, ). Menurut Crow and Crow dalam

    Sriyanti ( : ), belajar adalah perbuatan untuk memperoleh

    kebiasaan, ilmu pengetahuan dan berbagai sikap, termasuk penemuan

    baru dalam mengerjakan sesuatu, usaha memecahkan rintangan dan

    menyesuaikan dengan situasi baru. Morgan mendefisikan belajar sebagai

    berikut “Learning is any relatively permanent change in behavior that is

    a result of past experience”, belajar adalah perubahan perilaku yang

    bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman (Suprijono, ).

    Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah

  • proses perubahan perilaku untuk memperoleh sebuah pengetahuan,

    kemampuan, dan sesuatu hal yang baru serta diarahkan pada suatu

    tujuan.

    Gagne dalam Suprijono ( - ), membagi kegiatan belajar

    menjadi delapan yaitu:

    a. Signal learning atau kegiatan belajar mengenal tanda. Tipe kegiatan

    belajar ini menekankan belajar sebagai usaha merespons tanda-tanda

    yang dimanipulasi dalam situasi pembelajaran.

    b. Stimulus-response learning atau kegiatan belajar tindak balas. Tipe ini

    berhubungan dengan perilaku peserta didik yang secara sadar

    melakukan respons tepat terhadap stimulus yang dimanipulasi dalam

    situasi pembelajaran.

    c. Chaining learning atau kegiatan belajar melalui rangkaian. Tipe ini

    berkaitan dengan kegiatan peserta didik menyusun hubungan antara

    dua stimulus atau lebih dengan berbagai respons yang berkaitan

    dengan stimulus tersebut.

    d. Verbal association atau kegaitan belajar melalui asosiasi lisan. Tipe

    ini berkaitan dengan upaya peserta didik menghubungkan respons dan

    stimulus yang disampaikan secara lisan.

    e. Multiple discrimination learning atau kegiatan belajar dengan

    perbedaan berganda. Tipe ini berhubungan dengan kegiatan peserta

    didik membuat berbagai perbedaan respons yang digunakan terhadap

  • stimulus yang beragam, namun berbagai respons dan stimulus itu

    saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya

    f. Consept learning atau kegiatan belajar konsep. Tipe ini berkaitan

    dengan berbagai respons dalam waktu yang bersamaan terhadap

    sejumlah stimulus berupa konsep-konsep yang berbeda antara satu

    dengan yang lainnya.

    g. Principle learning atau kegiatan belajar prinsip-prinsip. Tipe ini

    digunakan peserta didik menghubungkan beberapa prinsip yang

    digunakan merespons stimulus.

    h. Problem solving learning atau kegiatan belajar pemecahan masalah.

    Tipe ini berhubungan dengan kagiatan peserta didik menghadapi

    persoalan dan memecahkannya sehingga pada akhirnya peserta didik

    memiliki kecakapan dan keterampilan baru dalam pemecahan

    masalah.

    Hasil belajar pada dasarnya adalah suatu kemampuan yang berupa

    keterampilan dan perilaku yang diperoleh. Dalam hal ini, Gagne dan

    Briggs mendifinisikan hasil belajar sebagai kemampuan yang diperoleh

    seseorang sesudah mengikuti proses belajar (Sam’s, ). Hasil

    belajar adalah pola-pola perbuatan nilai-nilai, pengertian-pengertian,

    sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne dalam

    Suprijono ( ), hasil belajar berupa:

    a. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam

    bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon

  • secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut

    tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun

    penerapan aturan.

    b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep

    dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan

    mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan

    mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Kemampuan intelektual

    merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.

    c. Model kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan

    aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan

    konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

    d. Keterampilan motorik yaitu melakukan dan mengarahkan serangkaian

    gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud

    otomatisme gerak jasmani.

    e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan

    penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan

    menginternalisi dan eksternalisasi nilai-nilai dan menjadikannya

    standar perilaku.

    Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami tentang makna hasil

    belajar, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada siswa, baik yang

    menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari

    kegiatan belajar. Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar

  • siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan

    belajar (Susanto, )

    Menurut Bloom dalam Suprijono ( ), hasil belajar dapat

    mencakup beberapa kemampuan. Kemampuan tersebut meliputi

    kemampuan kognitif, kemampuan afektif dan kemampuan psikomotorik.

    Di bawah ini beberapa domain dari ketiga kemampuan tersebut.

    a. Domain Kognitif

    ) Knowledge (Pengetahuan), mencapai kemampuan ingatan tentang

    hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan

    itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori,

    prinsip atau metode.

    ) Comprehension (Pemahaman), kemampuan mencakup menangkap

    arti dan makna tentang hal yang dipelajari.

    ) Application (Penerapan), mencakup kemampuan menerapkan

    metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan

    baru.

    ) Analysis (Menguraikan), mencakup kemampuan merinci sesuatu

    kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseuruhan

    dapat dipahami dengan baik.

    ) Synthesis (Mengorganisasikan), mencakup kemampuan

    membentuk suatu pola baru.

    ) Evaluation (Menilai), mencakup kemampuan membentuk pendapat

    tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu.

  • b. Domain Afektif

    ) Receiving (Sikap Menerima), yang mencakup kepekaan tentang hal

    tertentu dan kesediaan memperhatikan hal tersebut.

    ) Responding (Memberikan Respon), yang mencakup kerelaan,

    kesediaan memperhatikan, dan berpartisipasi dalam suatu

    kegiatan.

    ) Valuing (Nilai), yang menerima suatu nilai, menghargai, mengakui

    dan menentukan sikap.

    ) Organization (Organisasi), yang mencakup kemampuaan

    membentuk suatu system nilai sebagai pedoman dan pegangan

    hidup.

    ) Characterization (Karakterisasi), yang mencakup kemampuan

    menghayati nilai dan membentuknya menjadi pola kehidupan

    pribadi.

    c. Domain Psikomotorik

    ) Persepsi, yang mencakup kemampuan memilah-milahkan hal-hal

    secara khas, dan menyadari adanya perbedaan yang khas tersebut.

    ) Kesiapan, yang mencakup kemampuan penempatan diri dalam

    keadaan di mana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian

    gerakan.

    ) Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan melakukan gerakan

    sesuai contoh, atau gerakan peniruan.

  • ) Gerakan yang terbiasa, mencakup kemampuan melakukan gerakan-

    gerakan tanpa contoh.

    ) Gerakan komplek, yang mencakup kemampuan melakukan gerakan

    atau keterampilan yang terdiri dari banyak tahap, secara lancar,

    efisien, dan tepat.

    ) Penyesuaian pola gerakan, yang mencakup kemampuan

    mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan

    persyaratan khusus yang berlaku.

    ) Kreativitas, mencakup kemampuan melahirkan pola gerak-gerak

    yang baru atas dasar prakarsa sendiri.

    Dalam penelitian ini, hasil belajar yang akan diukur yaitu fokus

    pada kemampuan kognitif siswa. Untuk melihat hasil belajar siswa pada

    aspek kognitif dapat ditentukan dengan berbagai cara, salah satunya yaitu

    setiap guru perlu mengadakan tes formatif setelah selesai penyajian suatu

    bahasan kepada siswa. Penilaian formatif ini digunakan untuk

    mengetahui sejauh-mana siswa telah menguasai tujuan instruksional

    khusus yang ingin dicapai. Fungsi penilaian ini adalah untuk memberikan

    umpan balik kepada guru dalam rangka memperbaiki proses belajar

    mengajar dan melaksanakan program remedial bagi siswa yang belum

    berhasil. Karena itulah suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan

    pengajaran dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan

    intruksional khusus dari bahan tersebut.

  • Indikator keberhasilan suatu proses belajar mengajar adalah hal-

    hal sebagai berikut (Djamarah & Zain, : - ):

    a. Daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan mencapai prestasi

    tinggi, baik secara individu dan kelompok (indikator yang banyak

    digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan).

    b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran intruksional khusus

    telah dicapai oleh siswa, baik secara individu atau kelompok.

    Menurut Depdikbud dalam Trianto ( ), berdasarkan

    ketentuan KTSP penentuan keberhasilan belajar di tentukan oleh masing-

    masing sekolah yang dikenal dengan istilah kriteria ketuntasan minimal

    (KKM), dengan berpedoman pada tiga pertimbangan yaitu: kemampuan

    setiap siswa berbeda-beda, fasilitas (sarana) setiap sekolah berbeda, dan

    daya dukung setiap sekolah juga berbeda. Siswa dikatakan berhasil

    dalam pembelajaran apabila (ketuntasan individu) jika perolehan nilai tes

    siswa ≥ , dan suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan

    klasikal) jika dalam kelas tersebut terdapat ≥ siswa yang tuntas

    belajarnya.

    Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa peningkatan

    hasil belajar adalah pencapaian hasil dari suatu proses yang terjadi karena

    adanya usaha yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui daya

    serap siswa terhadap materi yang diajarkan guna mencapai tujuan

    pengajaran intruksional khusus baik secara individu maupun kelompok.

  • . Ciri-ciri Belajar

    Hakikat dari belajar adalah perubahan tingkah laku yang terjadi

    dalam diri individu, maka ada beberapa perubahan tertentu yang

    dimasukkan ke dalam ciri-ciri belajar (Djamarah, - ):

    a. Perubahan yang terjadi secara sadar

    Individu yanag belajar akan menyadari terjadinya perubahan

    itu atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya

    suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya ia menyadari bahwa

    pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah, kebiasaannya

    bertambah. Jadi, perubahan tingkah laku individu yang terjadi karena

    mabuk atau dalam keadaan tidak sadar, tidak termasuk kategori

    perubahan dalam pengertian belajar. Karena individu yang

    bersangkutan tidak menyadari akan perubahan itu.

    b. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional

    Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu

    berlangsung secara terus menerus dan tidak statis. Suatu perubahan

    yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan

    berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.

    c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

    Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu selalu

    bertambah dan tertuju untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari

    sebelumnya. Dengan demikian, mmakin banyak usaha belajar itu

    dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh.

  • Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak

    terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha individu sendiri.

    d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

    Perubahan yang bersifat sementara (temporer) yang terjadi

    hanya untuk beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata,

    dan sebagainya tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam

    pengertian belajar. Perubahan yang terjadi karena proses belajar

    bersifat menetap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang

    terjadi setelah belajar akan bersifat menetap.

    e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

    Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada

    tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah pada perubahan

    tingkah laku yang benar-benar disadari.

    f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

    Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses

    belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang

    belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan

    tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, keterampilan,

    pengetahuan, dan sebagainya.

    . Prinsip-prinsip Pembelajaran

    Karakteristik anak usia sekolah dasar yang suka bermain, memiliki

    rasa ingin tahu yang besar, mudah terpengaruh oleh lingkungan, dan

    gemar membentuk kelompok sebaya, pada pembelajaran di sekolah perlu

  • adanya usaha untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif dan

    menyenangkan. Untuk itu, guru perlu memperhatikan beberapa prinsip

    pembelajaran yang diperlukan agar terciptanya belajar yang kondusif dan

    menyenangkan. Beberapa prinsip pembelajaran tersebut dapat diuraikan

    secara singkat, sebagai berikut (Susanto, ):

    a. Prinsip Motivasi, adalah upaya guru untuk menumbuhkan dorongan

    belajar, baik dari dalam diri anak atau dari luar diri anak, sehingga

    anak belajar seoptimal mungkin sesuai dengan potensi yang

    dimilikinya.

    b. Prinsip latar belakang, adalah upaya guru dalam proses belajar

    mengajar memperhatikan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang

    telah dimiliki anak agar tidak terjadi pengulangan yang

    membosankan.

    c. Prinsip pemusatan perhatian, adalah usaha untuk memusatkan

    perhatian anak dengan jalan mengajukan masalah yang hendak

    dipecahkan lebih terarah untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai.

    d. Prinsip keterpaduan, merupakan hal yang penting dalam

    pembelajaran. Oleh karena itu, guru dalam menyampaikan materi

    hendaknya mengaitkan suatu pokok bahasan dengan subpokok

    bahasan lain agar anak mendapat gambaran keterpaduan dalam proses

    perolehan hasil belajar.

    e. Prinsip pemecahan masalah, adalah situasi belajar yang dihadapkan

    pada masalah-masalah. Hal ini dimaksudkan agar anak peka dan juga

  • mendorong mereka untuk mencari, memilih, dan menentukan

    pemecahan masalah sesuai dengan kemampuannya.

    f. Prinsip menemukan, adalah kegiatan menggali potensi yang dimiliki

    anak untuk mencari, mengembangkan hasil perolehannya dalam

    bentuk fakta dan informasi. Untuk itu, proses belajar mengajar yang

    mengembangkan potensi anak tidak menyebabkan kebosanan.

    g. Prinsip belajar sambil bekerja, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan

    berdasarkan pengalaman baru. Pengalaman belajar yang diperoleh

    melalui bekerja tidak mudah dilupakan oleh anak. Dengan demikian,

    proses belajar mengajar yang memberi kesempatan kepada anak untuk

    bekerja, berbuat sesuatu akan memupuk kepercayaan diri, gembira,

    dan puas karena kemampuannya tersalurkan denngan melihat hasil

    kerjanya.

    h. Prinsip belajar sambil bermain, merupakan kegiatan yang dapat

    menimbulkan suasana menyenangkan bagi siswa dalam belajar,

    karena dengan bermain pengetahuan, keterampilan, sikap, dan daya

    fantasi anak berkembang. Suasana demikian akan mendorong anak

    aktif dalam belajar Prinsip perbedaan individu, yakni upaya guru

    dalam proses belajar mengajar yang memperhatikan perbedaan

    individu dari tingkat kecerdasan, sifat, dan kebiasaan atau latar

    belakang keluarga. Hendaknya guru tidak memperlakukan anak

    seolah-olah semua sama.

  • i. Prinsip hubungan sosial, adalah sosialisasi pada masa anak yang

    sedang tumbuh yang banyak dipengaruhi oleh lingkungan sosial.

    Kegiatan belajar hendaknya dilakukan secara berkelompok untuk

    melatih anak menciptakan suasana kerja sama dan saling menghargai

    satu sama lainnya.

    . Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar

    Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa

    dapat kita bedakan menjadi tiga macam, yakni (Syah, - ):

    a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi

    jasmani dan rohani siswa.

    b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di

    sekitar siswa

    c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya

    belajar siswa yang meliputi Model dan metode yang digunakan siswa

    untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.

    Faktor-faktor di atas dalam banyak hal sering saling berkaitan dan

    mempengaruhi satu sama lain. Seorang siswa yang bersikap conserving

    terhadap ilmu pegetahuan atau bermotif ekstrinsik (faktor eksternal)

    umpamanya, biasanya cenderung mengambail pendekatan belajar yang

    sederhana dan tidak mendalam. Sebaliknya, seorang siswa yang

    berintelegensi tinggi (faktor internal) dan mendapat dorongan dari orang

    tuanya (faktor eksternal), mungkin akan memilih pendekatan belajar

    yang lebih mementingkan kualitas hasil pembelajaran. Jadi, karena

  • pengaruh faktor-faktor tersebut muncul siswa-siswa yang high-achievers

    (berprestasi tinggi) dan under-achievers (berprestasi rendah) atau gagal

    sama sekali. Dalam hal ini, seorang guru yang kompeten dan profesional

    diharapkan mampu mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan

    munculnya kelompok siswa yang menunjukkkan gejala kegagalan

    dengan berusaha mengetahui dan mengatasi faktor yang menghambat

    proses belajar mereka.

    a. Faktor Internal Siswa

    Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua

    aspek, yakni: ) aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah), ) aspek

    psikologis (yang bersifat rohaniah).

    ) Aspek fisiologis

    Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang

    menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-

    sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa

    dalam megikuti peelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah,

    apalagi jika disertai pusing kepala berat misalnya, dapat

    menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang

    dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. Kondisi organ-organ

    khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera pendengar dan

    indera penglihat, juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa

    dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang

    disajikan di kelas.

  • ) Aspek psikologis

    Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat

    mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran

    siswa. Namun, diantara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada

    umumnya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut:

    a) Intelegensi siswa

    Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai

    kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau

    menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat.

    Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa tak dapat

    diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar

    siswa. Ini berarti, semakin tinggikemampuan intelegensi seorang

    siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses.

    Sebaliknya, semakin rendahnya kemampuan intelegensi seorang

    siswa maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh

    sukses.

    Setiap calon guru dan guru profesional sepantasnya

    menyadari bahwa keluarbiasaan intelegensi siswa, baik yang

    positif seperti superior maupun yang negatif seperti borderline,

    lazimnya menimbulkan kesulitan belajar siswa yang

    bersangkutan. Di satu sisi siswa yang cerdas sekali akan merasa

    tidak mendapatkan perhatian yang memadai dari sekolah karena

    pelajaran yang disajikan terlampau mudah baginya. Akibatnya,

  • ia menjadi bosan dan frustasi karena tuntutan kebutuhan

    keingintahuannya (curiosity) merasa dibendung tidak adil. Di

    sisi lain, siswa yang bodoh sekali akan merasa sangat payah

    mengukuti sajian pelajaran karena terlalu sukar baginya.

    Karenanya siswa itu sangat tertekan, dan akhirnya merasa bosan

    dan frustasi seperti yang dialami rekannya yang luar biasa

    positif.

    b) Sikap siswa

    Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif

    berupa kecenderungan untuk mereaksi atau memproses

    (response tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap

    objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun

    negatif. Sikap (attitude) siswa yang positif, terutama kepada

    guru dan mata pelajaran yang guru sajikan merupakan pertanda

    awal yang baik bagi proses belajar siswa. Sebaliknya sikap

    negatif terhadap guru dan mata pelajaran, apalagi jika diiringi

    dengan kebencian dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa.

    c) Bakat siswa

    Secara umum, bakat (aptitude) adalah kemampuan

    potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan

    pada masa yang akan datang. Dengan demikian, sebenarnya

    setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk

    mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan

  • kapasitas masing-masing. Jadi, secara global itu bakat itu mirip

    dengan intelegensi. Itulah sebabnya seorang anak yang

    berintelegensi sangat cerdas (superior) atau cerdas luar biasa

    (very superior) disebut juga sebagai talented child, yakni anak

    berbakat.

    d) Minat siswa

    Secara sederhana minat (interest) berarti kecenderungan

    dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap

    sesuatu. Minat tidak termasuk istilah populer dalam psikologi

    karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor

    internal lainnya seperti: pemusatan perhatian, keingintahuan,

    motivasi, dan kebutuhan. Terlepas dari populer atau tidak, minat

    seperti yang dipahami dan dipakai oleh orang selama ini dapat

    mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam

    bidang-bidang tertentu. Misalnya, siswa yang menaruh minat

    besar terhadap Matematika akan memusatkan perhatiannya lebih

    banyak daripada siswa lainnya. Kemudian, karena pemusatan

    perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang

    memungkinkan siswa untuk belajar lebih giat, dan dapat

    mencapai hasil yang diinginkan.

    e) Motivasi siswa

    Pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal

    organisme (baik manusia maupun hewan) yang mendorongnya

  • untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti

    pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah.

    Dalam perkembangannya, motivasi dibagi menjadi dua macam,

    yaitu: ) motivasi intrinsik, ) motivasi ekstrinsik. Motivasi

    intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri

    siswa adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya

    terhadap materi tersebut, misalnya untuk kehidupan masa depan

    siswa yang bersangkutan.

    Motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang

    dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk

    melakukan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah, peraturan/ tata

    tertib sekolah, suri tauladan orang tua, guru, dan seterusnya

    merupakan contoh-contoh konkret motivasi ekstrinsik yang

    dapat menolong siswa untuk belajar. Kekurangan atau ketiadaan

    motivasi, baik bersifat internal maupun yang bersifat eksternal,

    akan menyebabkan kurang bersemangatnya siswa dalam

    melakukan proses pembelajaran materi-materi pelajaran baik di

    sekolah maupun di rumah.

    Dalam perspektif psikologi kognitif, motivasi yang lebih

    signifikan bagi siswa adalah motivasi intrinsik karena lebih

    murni dan langgeng serta tidak bergantung pada dorongan atau

    pengaruh orang lain. Selanjutnya, dorongan mencapai prestasi

    dan dorongan memilki pengetahuan dan keterampilan untuk

  • masa depan juga memberi pengaruh kuat dan relatif lebih

    langgeng dibandingkan dengan dorongan hadiah atau dorongan

    keharusan dari orang tua dan guru.

    b. Faktor Eksternal Siswa

    Seperti halnya faktor internal siswa, faktor eksternal siswa juga

    terdiri dari dua macam, yakni: faktor lingkungan sosial dan faktor

    lingkungan nonsosial.

    ) Lingkungan Sosial

    Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf

    administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi

    semangat belajar seorang siswa. Para guru yang selalu

    menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan

    memperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin khususnya dalam

    hal belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi

    daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa.

    Selanjutnya, yang termasuk dalam lingkungan sosial siswa

    adalah masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan di

    sekitar perkampungan siswa tersebut. Lingkungan sosial yang lebih

    banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan

    keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan

    keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi keluarga (letak

    rumah), semuanya dapat memberikan dampak baik maupun buruk

    pada kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.

  • ) Lingkungan Nonsosial

    Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah

    gudung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa

    dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar

    yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut

    menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

    Khusus mengenai waktu yang disenangi untuk belajar (study

    time preference) seperti pagi atau sore hari, seorang ahli bernama J.

    biggers berpendapat bahwa belajar di pagi hari lebih efektif

    daripada belajar pada waktu-waktu yang lainnya. Namun menurut

    penelitian beberapa ahli learning style (gaya belajar), hasil belajar

    tidak bergantung pada waktu secara mutlak, tetapi bergantung pada

    pilihan waktu yang cocok dengan kesiapsiagaan siswa. Di antara

    siswa ada yang siap belajar pagi hari, ada juga yang siap belajar di

    sore hari, bahkan tengah malam. Perbedaan antara waktu dan

    kesiapan belajar inilah yang menimbulkan perbedaan study time

    preference antara seorang siswa dengan siswa lainnya.

    c. Faktor Pendekatan Belajar

    Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau

    Model yang digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan

    efisiensi proses pembelajaran materi tertentu. Model dalam hal ini

    berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian

    rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar

  • tertentu. Di samping faktor-faktor internal dan eksternal siswa, faktor

    pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan

    proses belajar siswa tersebut (Kastolani, ).

    Metode atau Model mengajar yang dipakai oleh guru sangat

    mempengaruhi metode belajar yang dipakai oleh siswa. Dengan kata

    lain, metode yang dipakai oleh guru menimbulkan perbedaan yang

    berarti bagi proses belajar. Faktor-faktor metode belajar menyangkut

    hal-hal berikut ini (Ahmadi & Supriyono, : - ):

    ) Kegiatan berlatih atau praktik

    Berlatih dapat diberikan secara maraton (nonstop) atau secara

    terdistribusi (dengan selang waktu istirahat). Latihan yang bersifat

    maraton dapat melelahkan dan membosankan, sedangkan latihan

    yang terdistribusi menjamin terpeliharanya stamina dan kegairahan

    belajar.

    ) Overlearning dan Drill

    Overlearning dilakukan untuk mengurangi kelupaan dalam

    mengingat keterampilan-keterampilan yang dipelajari tetapi dalam

    sementara waktu tidak dipraktekkan. Sedangkan Drill berlalu bagi

    kegiatan berlatih abstraksi misalnya berhitung. Baik overlearning

    maupun drill berguna untuk memantapkan reaksi dalam mengajar.

  • ) Resitasi dalam belajar

    Kombinasi kegiatan dalam membaca dengan resitasi sangat

    bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan membaca itu sendiri,

    maupun untuk menghafal bahan pelajaran.

    ) Pengenalan tentang hasil-hasil belajar

    Dalam proses belajar, individu sering mengabaikan tentang

    perkembangan hasil belajar selama dalam belajarnya. Pengenalan

    seseorang terhadap hasil atau kemajuan belajarnya adalah penting,

    karena dengan mengetahui hasil-hasil yang telah dicapai, seseorang

    akan lebih berusaha meningkatkan hasil belajarnya selanjutnya.

    ) Bimbingan dalam belajar

    Bimbingan yang terlalu banyak diberikan oleh guru atau

    orang lain cenderung membuat siswa menjadi tergantung.

    Bimbingan dapat diberikan dalam batasan-batasan yang diperlukan

    oleh individu.

    ) Kondisi-kondisi insentif

    Insentif adalah berbeda dengan motivasi. Motivasi

    berhubungan dengan pertumbuhan kondisi internal berupa motif-

    motif yang merupakan dorongan internal yang menyebabkan

    individu berusaha mencapai tujuan tertentu. Insentif bukan tujuan,

    melainkan alat untuk mencapai tujuan.

  • B. Pembelajaran Matematika

    . Pengertian Matematika

    Kata “Matematika” berasal dari kata mathema dalam bahasa Yunani

    yang diartikan sebagai “sains, ilmu pengetahuan, atau be