peningkatan aktivitas belajar matematika...
TRANSCRIPT
PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA
MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL
TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS IV
MI MATHLAUL ANWAR
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
Ai Herawati
NIM 1110018300014
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015 M
i
ABSTRAK
Ai Herawati (1110018300014). Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah,
Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Judul Skripsi “Peningkatan Aktivitas Belajar Matematika Melalui
Penerapan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Pada Siswa
Kelas IV MI Mathlaul Anwar”.
Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu konsepsi yang
membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan
memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya
dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga Negara, dan tenaga
kerja. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas belajar matematika
dengan menggunakan pendekatan CTL. Penelitian dilakukan untuk siswa kelas IV
MI Mathlaul Anwar dengan materi FPB dan KPK. Metode penelitian yang
digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Hasil Penelitian menunjukkan adanya
peningkatan aktivitas belajar matematika siswa pada materi FPB dan KPK.
Kata Kunci : penelitian tindakan kelas, aktivitas belajar matematika, CTL.
ii
ABSTRACK
Ai Herawati (1110019300014). Thesis Department of Education Elementary
School Teacher (Primary Education), Faculty Tarbiyah ang TeachingUIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Chapter of Thesis “Improvement Studying
Activity Mathematic of 4th
Grade MI Mathlaul Anwar For Concept FPB and
KPK By Contextual Teaching and Learning (CTL)”.
Contextual Teaching and Learning (CTL) is an educational process that aims to
help students see meaning in the academic material they are studying by
connecting academic subject with the context of their daily live, that is, with
context of their personal, social, and cultural circumstance. The purpose of this
research is to improve studying activity mathematic by using Contextual Teaching
and Learning (CTL). This research has realized at class 4 MI Mathlaul Anwar.
The method of this research is classroom action research. And the result of this
research showed that studying activity mathematic student has improved in
concept FPB and KPK.
Key words : classroom action research, studying activity mathematic, Contextual
Teaching and Learning.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena dengan
rahmat, taufiq dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Peningkatan Aktivitas Belajar Matematika Melalui Penerapan
Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Pada Siswa Kelas IV MI
Mathlaul Anwar”.
Banyak hambatan yang penulis alami dalam penyusunan skripsi ini,
namun dengan keyakinan dan kesungguhan, akhirnya penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Tidak lupa pula penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu dalam
penyusunan skripsi ini baik moral maupun material. Adapun ucapan terima kasih
yang disampaikan penulis kepada,
1. Dra. Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah.
2. Dr. Fauzan, MA. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah.
3. Asep Ediana Latip, M. Pd. selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah.
4. Dr. Tita Khalis Maryati, M. Kom. selaku dosen pembimbing yang selalu
sabar dan penuh pengertian membantu, membimbing, dan memberikan
pemahaman mengenai materi yang berhubungan dengan skripsi ini.
5. Abdul Ghofur, MA. selaku dosen penasehat akademik yang telah
membimbing dan memberikan arahan-arahan dari awal semester hingga
penyelesaian skripsi ini.
6. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
banyak membantu dan mengembangkan ilmu selama penulis mengikuti
proses perkuliahan.
7. Para staf perpustakaan, baik Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan maupun Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
iv
yang telah membantu penulis dalam mencari referensi untuk menyelesaikan
skripsi ini.
8. Kepala Sekolah MI Mathlaul Anwar, guru matematika kelas IV, siswa-siswi
kelas IV, dan seluruh staf yang telah membantu dan memberikan kesempatan
kepada penulis untuk melaksanakan penelitian demi terselesaikannya skripsi
ini.
9. Orang tua saya tercinta, Ayahanda Anin dan Ibunda Iyumenah, adik-adikku
A’an Ferawati Fazrin dan Firdha Anindya Rahma. Beserta keluarga besar H.
Misan dan H. Sadih yang selalu mendoakan dan menyemangati penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
10. Sahabat-sahabat kesayangan, Njee, Lina, Azizah, Ima, Fika, Roro, Tutu,
Nufus, Vina, Nce, Erien, Fitri, Ihda serta kawan seperjuangan bimbingan
Tuti dan Miar yang menjadi tempat berbagi ilmu kepada penulis selama
proses penyusunan skripsi ini. Dan seluruh rekan mahasiswa Jurusan
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2010.
Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, semoga
bantuan, bimbingan, semangat, doa, dan dukungan yang diberikan pada penulis
dibalas oleh Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna baik dari segi penyusunan maupun dari segi isi. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan dari semua pihak
demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat pada penulis
khususnya dan para pembaca pada umumnya. Amin.
Jakarta, 4 Desember 2014
Ai Herawati
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK…………………………………………………………………..…… i
ABSTRACK………………………………………………………………..…… ii
KATA PENGANTAR………………………………………………………..… iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………….……. v
DAFTAR TABEL…………………………………………………………..…. vii
DAFTAR GRAFIK…………………………………………………………… viii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………… ix
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………... 1
A. Latar Belakang…………………………………………………....... 1
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian…………………………….. 4
C. Pembatasan Fokus Penelitian…………………………………….… 5
D. Perumusan Masalah Penelitian…………………………………….. 5
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian………………………………...… 5
BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL
INTERVENSI TINDAKAN……………………………………………………. 6
A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti……………………….... 6
1. Aktivitas Belajar Matematika………………………………….. 6
2. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)……..... 10
a. Definisi CTL…………………………………………….... 10
b. Latar Belakang Filosofis dan Psikologis CTL…………..... 11
c. Komponen Utama CTL………………………………….... 12
d. Karakteristik CTL……………………………………...…. 13
e. Langkah-langkah Penerapan CTL………………………… 14
f. Hubungan Antara Aktivitas Pembelajaran Matematika
Siswa dengan CTL………………………………………. 17
g. Operasi Hitung FPB dan KPK……………….……..…… 18
B. Hasil Penelitian yang Relevan…………………………….……. 21
C. Kerangka Berpikir………………………………………………. 22
vi
D. Hipotesis Tindakan………………………………………..…….. 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN…………………………….……. 24
A. Tempat dan Waktu Penelitian……………………………...…… 24
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian…………… 24
C. Subjek Penelitian……………………………………………...… 26
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian…………………...… 27
E. Tahapan Intervensi Tindakan…………………………….……... 27
F. Hasil Inervensi Tindakan yang Diharapkan…………………….. 28
G. Data dan Sumber Data………………………………………….. 28
H. Instrumen Pengumpulan Data……………………..…….……… 28
I. Teknik Pengumpulan Data…………………………….………... 29
J. Teknik Pmeriksaan Keterpercayaan…………………….………. 30
K. Analisis Data dan Interpretasi Data……………………….…….. 33
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan…………………………. 34
BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN……..… 36
A. Deskripsi Data………………………………………………...… 36
B. Analisis Data……………………………………………………. 76
C. Pembahasan…………………………………………………...… 78
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 82
A. Kesimpulan...................................................................................... 82
B. Saran................................................................................................. 82
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………. 84
LAMPIRAN………………………….………………………………………… 85
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian 24
Tabel 3.2 Tahapan Intervensi Tindakan 27
Tabel 3.3 Indikator Aktivitas Belajar Siswa 29
Tabel 4.1 Observasi Guru Untuk Setiap Pertemuan 51
Tabel 4.2 Rekapitulasi Persentase Rata-rata Aktivitas Siswa Siklus I 52
Tabel 4.3 Hasil Belajar Matematika Siswa Pada Siklus I 57
Tabel 4.4 Rekapitulasi Persentase Rata-rata Aktivitas Siswa Siklus II 71
Tabel 4.5 Hasil Belajar Matematika Siswa Pada Siklus II 75
Tabel 4.6 Perbandingan Persentase Rata-rata Aktivitas Siswa 76
Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa 77
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Model PTK Kurt Lewin………………………………….…. 26
Gambar 4.1 Suasana Diskusi Kelompok Dengan Keadaan Siswa Yang
Belum Tertib………………………………………………... 39
Gambar 4.2 Contoh Jawaban Siswa Untuk Lembar Permasalahan 2….… 43
Gambar 4.3 Contoh Keberanian Siswa Untuk Maju Ke Depan Kelas…... 46
Gambar 4.4 Contoh Jawaban Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Faktor 49
Gambar 4.5 Contoh Jawaban Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Faktor
Persekutuan Dua Bilangan………………………….……... 50
Gambar 4.6 Pemodelan/Pencontohan Siswa Menentukan Kelipatan
Suatu Bilangan di Depan Kelas…………………….…....… 61
Gambar 4.7 Perbandingan Jawaban Siswa dalam Mengerjakan Soal
Kontekstual yang Berhubungan Dengan KPK ……...….… 62
Gambar 4.8 Contoh Suasana Siswa Sudah Tertib Dalam Berdiskusi
Kelompok…………………………………………..…..….. 65
Gambar 4.9 Perwakilan Siswa Membacakan Hasil Diskusi di Depan
Kelas……………………………………………………..… 67
Gambar 4.10 Grafik Persentase Aktivitas Siswa…………………………78
Gambar 4.11 Grafik Hasil Belajar Siswa…………………………………80
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I............... 85
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II……….. 97
Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus I…………………...….. 113
Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus II………………...……. 118
Lampiran 5 Lembar Pedoman Wawancara Guru (Pra Penelitian)….….. 124
Lampiran 6 Lembar Pedoman Wawancara Siswa (Pra Penelitian)…..… 125
Lampiran 7 Lembar Observasi Guru (Pra Penelitian)…….……………. 126
Lampiran 8 Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa (Pra Penelitian) 128
Lampiran 9 Instrumen Tes Hasil Belajar Siswa…….………………….. 130
Lampiran 10 Hasil Uji Validitas………………………………………… 136
Lampiran 11 Nilai Tes Hasil Belajar Siswa Siklus I…………………….. 141
Lampiran 12 Hasil Observasi Guru dan Aktivitas Siswa Siklus I………. 143
Lampiran 13 Nilai Tes Hasil Belajar Siswa Siklus II…………………… 159
Lampiran 14 Hasil Observasi Guru dan Aktivitas Siswa Siklus II…...…. 161
Lampiran 15 Hasil Wawancara Guru (Pra Penelitian)…………………... 177
Lampiran 16 Hasil Wawancara Siswa (Pra Penelitian)…...…………….. 179
Lampiran 17 Profile Madrasah………..…………………………………. 181
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang termasuk ke dalam
mata pelajaran inti dalam isi kurikulum pendidikan sekolah dasar. Karena
matematika di sekolah dasar merupakan basic atau dasar dari pengembangan isi
dari materi pelajaran matematika ditingkat selanjutnya. Oleh karena itu,
pembelajaran matematika di sekolah dasar harus benar-benar diperhatikan. Dari
mulai penggunaan metode, media, pengelolaan kelas, evaluasi, dan sebagainya
yang berhubungan dengan kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Dan sebagai
guru yang profesional, menjadi sebuah tanggung jawab bagi guru agar dapat
mengajarkan matematika itu sesuai dengan keilmuan yang dimilikinya agar dapat
mencapai tujuan pendidikan nasional.
Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai
dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem).
Dengan mengajukan masalah kontekstual tersebut, peserta didik secara bertahap
dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Selain itu,untuk meningkatkan
keefektifan pembelajaran, matematika di sekolah diharapkan menggunakan
teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer, alat peraga, atau media
lainnya.
Faktanya, berdasarkan observasi yang telah dilakukan peneliti pada
penelitian pendahuluan, proses pembelajaran matematika di kelas IV masih belum
sesuai dengan standar proses pendidikan yang didesain untuk membelajarkan
siswa atau menjadikan siswa sebagai subjek dalam pembelajaran. Proses
pembelajaran matematika yang diharapkan dapat mengaktifkan siswa belum
sepenuhnya terwujud. Proses pembelajaran yang terjadi hanyalah proses
pembelajaran yang menjadikan siswa sebagai objek belajar, mereka terbiasa
2
dengan menerima langsung materi pelajaran tanpa harus menemukan atau
mengkonstruksinya sendiri. Hal seperti itulah yang peneliti temukan pada MI
Mathlaul Anwar khususnya pada siswa kelas IV yang menjadi subjek penelitian.
Masalah yang peneliti temukan dalam proses pembelajaran tersebut tidak
terlepas kaitannya dengan guru, siswa, dan materi dari mata pelajaran matematika
itu sendiri. Penggunaan metode pembelajaran yang konvensional oleh guru
sehingga lebih banyak menjadikan siswa objek dalam pembelajaran,
menyebabkan komunikasi satu arah yang terjadi. Siswa juga tidak dituntut untuk
menemukan atau mengkonstruksi sendiri pengetahuannya tetapi langsung
menerima ilmu/pengetahuan yang sudah jadi dari gurunya. Hal itu menyebabkan
siswa menjadi malas, kurang kreatif, dan kritis dalam menanggapi sesuatu. Selain
itu, kurangnya penggunaan media pun menyebabkan siswa menjadi kurang
antusias dan semangat dalam memulai pembelajaran.
Selanjutnya, karena siswa lebih sering dijadikan objek pembelajaran dan
diberi pengetahuan yang langsung jadi dari gurunya, tanpa diberikan kesempatan
untuk menemukan atau mengkonstruksi sendiri terlebih dahulu sehingga
menyebabkan partisipasi siswa dalam pembelajaran pun menjadi sangat kurang.
Karena partisipasi yang kurang tersebut, siswa lama-kelamaan menjadi bosan dan
mulai tidak fokus di dalam pembelajaran. Ketika siswa sudah mulai tidak fokus
bahkan sudah mulai tidak peduli di dalam proses pembelajaran, maka akan
menyebabkan ketidaksukaan siswa terhadap mata pelajaran matematika dan
menyebabkan asumsi-asumsi negatif siswa tentang pelajaran tersebut. Asumsi-
asumsi tersebut diantaranya mereka menganggap bahwa matematika itu pelajaran
yang sulit dan rumit sebab di dalamnya terdapat banyak angka-angka dan rumus-
rumus yang harus dihafal.
Dari masalah-masalah yang telah disebutkan tadi, jelaslah bahwa masih
banyak terdapat kesalahan dalam pengajaran matematika yang disampaikan oleh
guru. Sehingga aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika pun menjadi
menurun. Padahal, hakikatnya setiap guru itu harus memiliki paling sedikit empat
kompetensi guru. Empat kompetensi guru tersebut meliputi kompetensi
3
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.1 Dengan kompetensi
tersebut, guru dituntut untuk dapat menguasai materi dan tepat dalam pemilihan
metode pembelajaran dalam menyampaikannya. Sebab dengan begitu, materi
yang disampaikan pun akan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang di harapkan.
Apabila dalam proses pembelajaran siswa lebih banyak berpartisipasi
aktif, bahkan siswa yang menemukan dan mengkonstruksi sendiri
pengetahuannya maka hasilnya pun akan lebih memuaskan. Sebab apa yang
ditemukan sendiri oleh siswa akan lebih membekas di dalam benak dan
ingatannya. Jadi, tanpa harus guru menuntut untuk menghapal, dengan sendirinya
siswa akan hafal atau mengingat apa yang telah ia pelajari atau temukan dengan
sendirinya.
Salah satu strategi yang dapat mengatasi masalah tentang aktivitas belajar
siswa adalah CTL. Karena menurut Wina Sanjaya dalam bukunya “Strategi
Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan”, CTL merupakan strategi
yang melibatkan siswa secara penuh dalam proses pembelajaran. Belajar dalam
konteks CTL bukan hanya sekedar mendengarkan dan mencatat, tetapi belajar
adalah proses berpengalaman secara langsung. Melalui proses berpengalaman itu
diharapkan perkembangan siswa terjadi secara utuh, yang tidak hanya
berkembang dalam aspek kognitif saja, tetapi juga aspek afektif dan juga
psikomotor. Belajar melalui CTL diharapkan siswa dapat menemukan sendiri
materi yang dipelajarinya.2
Selain itu di dalam buku karangan Trianto, dikatakan bahwa pendekatan
CTL pada dasarnya menekankan pentingnya siswa membangun sendiri
pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar.
Proses belajar mengajar tersebut lebih diwarnai student centered daripada teacher
centered. Sebagian besar waktu proses belajar mengajar berlangsung dengan
1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 74 Tahun 2008 Tentang Guru, h. 5.
2 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana, 2008), cet. Ke-5, h. 255.
4
berbasis pada aktivitas siswa.3 Itulah yang menjadi pertimbangan mengapa
peneliti mengambil solusi untuk menerapkan pendekatan CTL dalam upaya
meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran matematika. Sebab
salah satu hakikat CTL yaitu siswa menemukan atau mengkonstruksi
pengetahuan dengan sendirinya.
Berdasarkan gambaran dari permasalahan di atas, dapat diambil
kesimpulan bahwa dalam pembelajaran matematika perlu adanya sebuah inovasi
dalam penggunaan strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas
pembelajaran tersebut khususnya pada siswa kelas IV MI Mathlaul Anwar. Oleh
sebab itu, penulis terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul
“Peningkatan Aktivitas Belajar Matematika Melalui Penerapan Pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL) Pada Siswa Kelas IV MI Mathlaul
Anwar”.
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan
beberapa masalah, sebagai berikut:
1. Pembelajaran matematika yang selama ini masih cenderung berpusat pada
guru.
2. Siswa lebih banyak dijadikan objek dalam pembelajaran.
3. Siswa langsung menerima materi tanpa proses menemukan langsung (inkuiri
dan konstruktivisme dalam pendekatan CTL).
4. Kurang variatifnya metode pembelajaran yang digunakan oleh guru.
5. Guru kurang memanfaatkan penggunaan media dalam proses pembelajaran.
6. Siswa kurang berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.
3 Trianto, Mendesain Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik,
(Jakarta: Kencana, 2010), cet. Ke-3, h. 111.
5
C. Pembatasan Fokus Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, agar penelitian ini lebih terarah
dan diharapkan masalah yang dikaji lebih mendalam, perlu adanya pembatasan
masalah yang akan diteliti. Untuk itu penelitian ini difokuskan pada masalah
peningkatan aktivitas belajar matematika dengan menggunakan pendekatan CTL.
D. Perumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan batasan masalah di atas maka penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan pendekatan CTL dalam meningkatkan aktivitas belajar
matematika pada siswa kelas IV MI Mathlaul Anwar?
E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka secara garis besar tujuan
penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk meningkatan aktivitas belajar matematika melalui penerapan
pendekatan CTL pada siswa kelas IV MI Mathlaul Anwar.
Sedangkan kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagi diri sendiri, yaitu sebagai acuan untuk menerapkan proses pembelajaran
yang lebih tersusun dan terencana sehingga dapat menghasilkan proses
pembelajaran yang lebih baik lagi.
b. Bagi kepala sekolah, sebagai tolak ukur dalam perkembangan proses
pembelajaran yang telah dilakukan oleh tenaga pengajar di sekolahnya.
c. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang pendidikan dan
dapat digunakan sebagai salah satu referensi pengguna pendekatan CTL
dalam upaya meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa.
6
BAB II
KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI
TINDAKAN
A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti
Pada bab ini membahas tentang acuan teori area dan fokus yang diteliti,
yaitu mengenai pengertian aktivitas belajar secara umum, matematika, dan
beberapa penjelasan yang berkaitan dengan pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL). Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) tersebut
selanjutnya akan ditulis sebagai CTL.
1. Aktivitas Belajar Matematika
Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental.
Dalam kegiatan belajar ke dua aktivitas itu harus selalu terkait. Pada
prinsipnya belajar adalah berbuat, maka tidak ada belajar kalau tidak ada
aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat
penting di dalam interaksi belajar-mengajar.4 Aktivitas dalam proses
pembelajaran tersebut yaitu dengan mentransformasikan pengetahuan, sikap,
dan keterampilan. Aktivitas dalam belajar yang dimaksud adalah aktivitas
belajar siswa setelah diberi pembelajaran dengan pendekatan CTL.
Keaktivan siswa dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan
mengembangkan bakat yang dimilikinya, berfikir kritis, dan dapat
memecahkan permasalahan-permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-
hari. Mc Keachie mengemukakan 7 aspek terjadinya keaktivan siswa:
1) Partisipasi siswa dalam menetapkan tujuan kegiatan pembelajaran.
2) Tekanan pada aspek afektif dalam belajar.
3) Partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, terutama yang berbentuk
interaksi antar siswa.
4) Kekompakan kelas sebagai kelompok belajar.
4 Sardiman, A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2011), cet. Ke-19, h. 95-96.
7
5) Kebebasan belajar yang diberikan kepada siswa, dan kesempatan untuk
berbuat serta mengambil keputusan penting dalam proses pembelajaran.
6) Pemberian waktu untuk menanggulangi masalah pribadi siswa, baik
berhubungan maupun tidak berhubungan dengan pembelajaran.5
Berdasarkan pola aktivitas dan partisipasi siswa dalam kegiatan
pembelajaran, maka aktivitas dan partisipasi itu merupakan penekanan
pembelajaran kompetensi, diamana proses yang dilakukan menekankan
tercapainya suatu tujuan (indikator) yang dikehendaki. Siswa tidak hanya
dibebankan mengetahui soal-soal teori-teori akan tetapi mampu menerapkan
atau mempraktikannya secara berimbang.
Belajar aktif adalah suatu usaha manusia untuk membangun
pengetahuan dalam dirinya. Belajar aktif merupakan perkembangan dari teori
Dewey Learning by Doing. Menurut Dewey, guru berperan untuk
menyediakan sarana bagi siswa untuk dapat belajar. Dengan peran serta siswa
dan guru dalam pembelajaran aktif akan tercipta suatu pengalaman yang
bermakna sehingga dapat membentuk “siswa sebagai manusia seutuhnya”.6
Paul B. Diedrich menyimpulkan kegiatan peserta didik yang meliputi
aktivitas jasmani dan aktivitas jiwa, antara lain sebagai berikut:
1) Visual activitiest, membaca, memperhatikan: gambar, demonstrasi,
percobaan, pekerjaan orang lain dan sebagainya.
2) Oral activities, menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan pendapat, mengadakan interview, diskusi, interupsi, dan
sebagainya.
3) Listening activities, mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik,
pidato, dan sebagainya.
5 Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), h. 77.
6 Martinis Yamin, Ibid. h. 82.
8
4) Writing activities, menulis: cerita, karangan, laporan, tes angket,
menyalin, dan sebagainya.
5) Drawing activities, menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola,
dan sebagainya.
6) Motor activities, melakukan percobaan, membuat konstruksi, model,
mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang, dan sebagainya.
7) Mental activities, menganggap, mengingat, memecahkn masalah,
menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, dan sebagainya.
8) Emotional activities, menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani,
tenang, gugup, dan sebagainya.7
Matematika berasal dari perkataan latin mathematica, yang berasal
dari perkataam Yunani mathematike, yang berarti “relating to learning”.
Yang berasala dari akar kata “mathema” yang berarti pengetahuan atau ilmu.
Mathemaike berhubungan erat dengan sebuah kata lainnya yang serupa, yaitu
mathein yang mengandung arti belajar.
Banyak pendapat yang muncul tentang pengertian matematika. Namun
hal itu tidak dapat didefinisikan dengan cara tepat dan menyeluruh. Hal ini
karena belum ada kesepakatan mengenai definisi matematika dari para ahli.
Menurut Johnson dan Rising dalam Russefendi bahwa matematika adalah
pola berfikir, pola mengorganisasikan, pembuktian logis, jelas dan akurat
representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol
mengenai ide dari pada mengenai bunyi.8 Sedangkan hakikat matematika
menurut Soedjadi, yaitu memiliki objek tujuan abstrak bertumpu pada
kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif.9
Dari beberapa definisi yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan
bahwa matematika adalah cara berfikir dengan bahasa simbolis yang bernalar
7 Sardiman, Op.cit. h. 101.
8 Erna Suwangsih dan Tiurlina, Model Pembelajaran Matematika (Bandung: UPI PRESS,
2006) h. 4. 9 Heruman, Model Pembelajaran Matematika, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007) hlm.
1.
9
deduktif dan induktif yang terdri dari pengetahuan tentang bilangan-bilangan,
bentuk, susunan besaran, konsep-konsep yang berhubungan dan terbagi ke
dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis dan geometri.
Proses belajar matematika dapat berlangsung dengan efektif jika orang
tua bersama dengan guru mengetahui tugas apa yang akan dilaksanakan
mengenai proses belajar matematika. Sifat-sifat proses belajar matematika
adalah:10
1) Belajar matematika merupakan suatu interaksi antara anak dengan
lingkungan.
2) Belajar berarti berbuat
3) Belajar berarti mengalami
4) Belajar matematika memerlukan motivasi
5) Belajar matematika memerlukan kesiapan anak didik
6) Belajar matematika harus menggunakan daya pikir
7) Belajar matematika melalui latihan
Matematika timbul karena fikiran-fikiran manusia, yang berhubungan
dengan idea, proses, dan penalaran. Matematika terdiri dari 4 wawasan yang
luas ialah: aritmetika, aljabar, geometri, dan analisis. Di mana dalam
aritmetika mencakup antara lain teori bilangan dan statistika. Selain itu,
matematika adalah ratunya ilmu, maksudnya antara lain bahwa matematika itu
tidak bergantung kepada bidang studi lain; bahasa, dan agar dapat difahami
orang dengan tepat kita harus menggunakan simbol dan istilah yang cermat
yang disepakati secara bersama; ilmu deduktif yang tidak menerima
generalisasi yang didasarkan kepada observasi (induktif) tetapi generalisasi
yang didasarkan kepada pembuktian secara deduktif.11
10
Erna suwangsih, ibid. h. 18-20. 11
H. E. T. Ruseffendi, Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA, (Bandung:
Tarsito, 2006), Edisi Revisi, h. 260-261.
10
2. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
Pada bagian ini secara keseluruhan menjelaskan tentang hakekat
pendekatan CTL, latar belakang filosofis dan psikologis CTL, komponen-
komponen utama pada CTL, karakteristik CTL, langkah-langkah penerapan
CTL, dan hubungan aktivitas belajar siswa dengan CTL dan pembelajaran
matematika.
a. Definisi CTL
Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan
suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran
dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara
pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga, warga Negara, dan tenaga kerja.12
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu pendekatan
pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara
penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong
siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.13
Sistem CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan
menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka
pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan
konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan
pribadi, sosial, dan budaya mereka.14
12
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta:
Perpustakaan Nasional, 2007), h. 101. 13
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana, 2008), cet. ke-5, h. 255. 14
Elaine B. Johnson, CTL Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan
Bermakna, (Bandung: Kaifa, 2010), cet.ke-1, h. 67.
11
b. Latar Belakang Filosofis dan Psikologis CTL
Filosofi pembelajaran kontekstual adalah konstruktivistik, yaitu
belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal.
Peserta didik mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri.
Menurut pandangan konstruktivistik, perolehan pengalaman seseorang itu
dari proses asimilasi dan akomodasi sehingga pengalaman yang lebih
khusus ialah pengetahuan yang tertanam dalam benak sesuai dengan
skemata yang dimiliki seseorang.15
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, CTL banyak dipengaruhi
oleh filsafat konstruktivisme yang mulai digagas oleh Mark Baldwin dan
selanjutnya dikembangkan oleh Jean Piaget. Piaget berpendapat tentang
bagaimana sebenarnya pengetahuan itu terbentuk dalam struktur kognitif
anak, sangat berpengaruh terhadap beberapa model pembelajaran
diantaranya model pembelajaran kontekstual.16
Menurut pembelajaran kontekstual, pengetahuan itu akan bermakna
manakala ditemukan dan dibangun sendiri oleh siswa. Pengetahuan yang
diperoleh dari hasil pemberitahuan orang lain, tidak akan menjadi
pengetahuan yang bermakna. Pengetahuan yang demikian akan mudah
dilupakan dan tidak fungsional.17
Dari sudut pandang psikologis, CTL berpijak pada aliran psikologis
kognitif. Menurut aliran ini, proses belajar terjadi karena pemahaman
individu akan lingkungan. Belajar bukanlah peristiwa mekanis seperti
keterkaitan Srimulus dan Respons. Belajar tidak sesederhana itu. Belajar
mengakibatkan proses mental yang tidak tampak seperti emosi, minat,
motivasi, dan kemampuan atau pengalaman. Apa yang tampak, pada
15
Martinis Yamin, Desain Baru Pembelajaran Konstruktivistik, (Jakarta: Referensi, 2012), h.
76. 16
Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,
(Jakarta: Kencana, 2011), cet. Ke-5, h. 111. 17
Wina Sanjaya, ibid, h. 113.
12
dasarnya adalah wujud dari adanya dorongan yang berkembang dalam diri
seseorang.18
c. Komponen Utama CTL
Ada tujuh komponen utama pembelajaran yang mendasari penerapan
pembelajaran kontekstual di kelas, yaitu sebagai berikut:
1) Konstruktivisme. Konstruktivisme adalah proses membangun atau
menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan
pengalaman. Dalam konstruktivisme pembelajaran harus dikemas
menjadi proses “mengonstruksi” bukan “menerima” pengetahuan. Siswa
menjadi pusat kegiatan, bukan guru. Dalam pandangan konstruktivisme
“strategi memperoleh” lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak
siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan.19
2) Menemukan (Inquiry). Artinya, proses pembelajaran didasarkan pada
pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis bukan
hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan
sendiri.
3) Bertanya (Questioning). Bertanya merupakan strategi utama
pembelajaran berbasis kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran
sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai
kemampuan berpikir siswa.
4) Masyarakat belajar (learning community). Dalam kelas CTL, penerapan
asas masyarakat belajar dapat dilakukan dengan menerapkan
pembelajaran melalui kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-
kelompok yang anggotanya bersifat heterogen, baik dilihat dari
kemampuan dan kecepatan belajarnya, maupun dilihat dari bakat dan
minatnya.
5) Pemodelan (modelling), adalah proses pembelajaran dengan
memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap
siswa. Proses modeling tidak terbatas dari guru saja, akan tetapi dapat
juga guru memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki kemampuan.
6) Refleksi (reflection), adalah proses pengendapan pengalaman yang telah
dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-
kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Dalam
proses pembelajaran dengan menggunakan CTL, setiap akhir proses
18
Wina Sanjaya, ibid, h. 113-114. 19
Trianto, op.cit, h. 108.
13
pembelajaran guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
“merenung” atau mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya.
Biarkan secara bebas siswa menafsirkan pengalamannya sendiri,
sehingga ia dapat menyimpulkan tentang pengalaman belajarnya.
7) Penilaian nyata (authentic assessment), adalah kegiatan menilai siswa
yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses
maupun hasil dengan berbagai instrument penilaian. Jadi siswa dinilai
kemampuannya dengan berbagai cara, tidak melulu dari hasil ulangan
tulis.20
Sedangkan pada buku Strategi Pembelajaran karangan
Dra. Masitoh, M. Pd. dan Laksmi Dewi, M. Pd. Komponen CTL meliputi:
making meaningful connections, doing significant work, self-regulated
learning, collaborating, critical and creative thingking, nurturing the
individual, reaching high standards, using authentic assessment.21
Menurut Elaine B. Johnson, sistem CTL mencakup delapan
komponen: membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, melakukan
pekerjaan yang berarti, melakukan pembelajaran yang diatur sendiri, bekerja
sama, berpikir kritis dan kreatif, membantu individu untuk tumbuh dan
berkembang, mencapai standar yang tinggi, menggunakan penilaian
autentik.22
d. Karakteristik CTL
Terdapat lima karakteristik penting yang harus diperhatikan dalam
poses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL, yaitu:
1) Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge),
artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang
sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan diperoleh
siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu
sama lain.
20
Wina Sanjaya, Op.cit, h. 264-269. 21
Masithoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam
Depag RI, 2009), h. 281. 22
Elaine B. Johnson, op. cit, cet.ke-1, h. 65-66.
14
2) Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge) dengan cara
deduktif, yaitu mempelajari secara keseluruhan dulu, kemudian
memperhatikan detailnya.
3) Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya
pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihapal tetapi untuk dipahami
dan diyakini, misalnya dengan cara meminta tanggapan dari yang lain
tentang pengetahuan yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan
tersebut baru pengetahuan itu dikembangkan.
4) Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying
knowledge), artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya
harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak
perubahan perilaku siswa.
5) Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi
pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik
untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.23
e. Langkah-langkah Penerapan CTL
Sebelum melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan CTL, tentu saja terlebih dahulu guru harus membuat disain
(skenario) pembelajarannya, sebagai pedoman umum sekaligus sebagai alat
kontrol dalam pelaksanaannya. Pada intinya pengembangan setiap
komponen CTL tersebut dalam pembelajaran dapat dilakukan sebagai
berikut:24
1. Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar
lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang harus
akan dimilikinya.
23
Wina Sanjaya, Op.cit, h. 256. 24
Masitoh dan Laksmi Dewi, ibid, h. 285.
15
2. Melakukan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik yang
diajarkan.
3. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan
pertanyaan-pertanyaan.
4. Menciptakan masyarakat belajar seperti melalui kegiatan kelompok
berdiskusi, tanya jawab dan lain sebagainya.
5. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui
ilustrasi, model bahkan media yang sebenarnya.
6. Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan
pembelajaran yang dilakukan.
7. Melakukan penilaian secara objektif yaitu menilai kemampuan yang
sebenarnya pada setiap siswa.
Selain langkah-langkah penerapan CTL, ada pula tujuh strategi yang
harus digunakan secara proposional dan rasional dalam pendekatan CTL,
yaitu:
1. Pengajaran berbasis problem atau masalah, dengan memunculkan
problem yang dihadapi bersama siswa ditantang untuk berfikir kritis
untuk memecahkannya, problem seperti ini membawa makna personal
dan sosial bagi siswa.
2. Menggunakan konteks yang beragam, guru membermaknakan
pusparagam konteks sehingga makna yang diperoleh siswa menjadi
semakin berkualitas.
3. Mempertimbangkan kebhinekaan siswa, guru mengayomi individu dan
meyakini bahwa perbedaan individual dan sosial seyogyanya
dibermaknakan menjadi mesin penggerak untuk belajar saling
menghormati dan membangun toleransi demi terwujudnya keterampilan
interpersonal.
4. Memberdayakan siswa untuk belajar sendiri, setiap manusia menjadi
pembelajar aktif sepanjang hayat, melalui pendidikan untuk belajar
16
mandiri di kemudian hari. Untuk itu siswa mesti dilatih berfikir kritis
dan kreatif dalam mencari dan menganalisis informasi dengan sedikit
bantuan atau malah secara mandiri.
5. Belajar melalui kolaborasi, siswa dibiasakan belajar dari dan dalam
kelompok untuk berbagi pengetahuan dan menentukan fokus belajar.
6. Menggunakan penilaian autentik, pembelajaran dengan CTL
penilaiannya adalah penilaian individual, yakni mengakui kekhasan
sekaligus keluasan dalam pembelajaran, materi ajar, dan prestasi yang
dicapai siswa.
7. Mengejar standar tinggi, standar unggul sering dipersepsi sebagai
jaminan untuk mendapatkan pekerjaan, atau minimal membuat siswa
merasa pede untuk menentukan pilihan masa depan. Agar menjadi
manusia yang kompetitif, maka dari itu menentukan kompetensi lulusan
dari tahun ke tahun terus ditingkatkan.25
Sebenarnya, secara umum tidak ada perbedaan mendasar antara
format program pembelajaran konvensional seperti yang biasa dilakukan
oleh guru-guru selama ini. Adapun yang membedakannya terletak pada
penekanannya, di mana pada model konvensional lebih menekankan pada
deskripsi tujuan yang akan dicapai (jelas dan operasional), sementara
program pembelajaran CTL lebih menekankan pada skenario
pembelajarannya, yaitu kegiatan tahap-demi tahap yang dilakukan oleh guru
dan siswa dalam upaya tujuan pembelajaran yang diharapkan.26
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hakekat pembelajaran
kontekstual (1) pembelajaran didasarkan pada masalah; (2) pembelajaran
terjadi dalam konteks yang beragam, seperti rumah, sekolah, masyarakat,
dan tempat kerja; (3) membantu perkembangan pembelajaran mandiri; (4)
25
Gelar Dwi Rahayu dan Munasprianto Ramli, Pendekatan Baru Dalam Pembelajaran Sains
dan Matematika Dasar, (Jakarta: Project Implementation Committee (PIC) UIN Jakarta, 2007), h. 90. 26
Rusman, Model-model Pembelajaran : Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2013), cet. Ke-3, h. 200.
17
menggambarkan keanekaragaman peserta didik; (5) menggunakan
kelompok-kelompok belajar yang saling ketergantungan; (6) menggunakan
penilaian yang sesungguhnya; (7) memerlukan pemikiran yang lebih tinggi
(kritis dan kreatif).27
f. Hubungan Antara Aktivitas Pembelajaran Matematika Siswa
dengan CTL
Pelajaran matematika merupakan ilmu terstruktur, jadi penyampaian
materi matematika harus berdasarkan pada usia pendidikannya.
Pembelajaran matematika di sekolah dasar yang sudah diperkenalkan
konsep dasar matematika pada kelas 4. Usia siswa sekolah dasar kelas 4
sekitar 10-12 tahun. Pada usia ini menurut Piaget masih pada tahap operasi
kongkrit. Artinya bahwa pembelajaran matematika harus disampaikan siswa
dengan menggunakan konteks yang sesuai dengan keadaan lingkungan
siswa sendiri.28
Pembelajaran dan pengajaran kontekstual melibatkan para siswa
dalam aktivitas penting yang membantu mereka mengaitkan pelajaran
akademis dengan konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi. Dengan
mengaitkan keduanya para siswa melihat makna di dalam tugas sekolah.
Semakin mampu para siswa mengaitkan pelajaran-pelajaran akademis
mereka dengan konteks kehidupannya maka akan semakin banyak makna
yang mereka dapatkan dari pelajaran tersebut.
Menurut Elain B. Johnson bahwa pembelajaran dengan
menggunakan pendekan CTL dianggap suatu kesatuan yang tidak
terpisahkan dalam pembelajaran matematika, artinya bagian-bagian dalam
pembelajaran matematika jika digabungkan akan menghasilkan pemahaman
matematika yang lebih optimal.29
27
Martinis Yamin, op. cit., h. 88. 28
Gelar Dwi Rahayu dan Munasprianto Ramli, op. cit., h. 88. 29
Ibid., h. 88-89.
18
Pemanfaatan pembelajaran kontekstual akan menciptakan ruang
kelas yang di dalamnya siswa akan menjadi peserta aktif bukan hanya
pengamat yang pasif, dan bertanggung jawab terhadap belajarnya.
Penerapan pembelajaran kontekstual akan sangat membantu guru untuk
menghubungkan materi pelajaran dengan situasi dunia nyata dan
memotivasi siswa untuk membentuk hubungan antara pengetahuan dan
aplikasinya dengan kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga
negara, dan pekerja.30
Berbeda dengan pembelajaran konvensional yang banyak diterapkan
di sekolah sekarang ini, CTL menempatkan siswa sebagai subjek belajar,
artinya siswa berperan aktif dalam setiap proses pembelajaran dengan cara
menemukan dan menggali sendiri materi pelajaran. Sedangkan, dalam
pembelajaran konvensional siswa ditempatkan sebagai objek belajar yang
berperan sebagai penerima informasi secara pasif.31
g. Operasi Hitung FPB (Faktor Persekutuan Terbesar) dan KPK
(Kelipatan Persekutuan Terkecil)
Jika bilangan bulat positif r merupakan faktor bilangan bulat positif
p dan q, maka r disebut faktor persekutuan p dan q. selanjutnya diantara
faktor persekutuan dua bilangan tersebut terdapat bilangan yang terbesar,
disebut faktor persekutuan terbesar (FPB).
Contoh:
Tentukan FPB dari 14, 28, dan 42!
Jawaban:
Faktor dari 14 adalah 1, 2, 7, 14
Faktor dari 28 adalah 1, 2, 4, 7, 14, 28
Faktor dari 42 adalah 1, 2, 3, 6, 7, 14, 21, 42
Jadi, FPB dari 14, 28, dan 42 adalah 14.
30
Trianto, opcit, h. 105. 31
Wina Sanjaya, opcit, h. 261.
19
Bilangan 14 adalah bilangan terbesar yang habis membagi 14, 28, dan 42.
Berdasarkan contoh tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut:
“FPB (Faktor Persekutuan Terbesar) dari dua bilangan atau lebih adalah
bilangan terbesar yang merupakan faktor persekutuan bilangan-bilangan
tersebut”.
Teknik lain untuk menentukan FPB dari dua bilangan atau lebih
adalah dengan faktorisasi prima. Fakrotisasi prima yang dimaksud di sini
adalah perkalian antar bilangan prima. Petunjuk untuk menentukan FPB dari
dua bilangan atau lebih dapat dilakukan dengan cara berikut:
1) Faktorkan bilangan-bilangan yang akan dicari FPB-nya dalam faktor
prima.
2) Pilih faktor yang sama.
3) Jika faktor yang sama mempunyai pangkat berbeda-beda, pilih faktor
dengan pangkat terkecil.
Contoh:
Tentukan FPB dari 36 dan 81!
Jawaban:
36 = 22 × 3
2
81 = 34
Faktor yang sama 3, dengan pangkat terkecil 2. Jadi, FPB dari 36 dan 81
adalah 32 = 9.
Contoh:
Tentukan FPB dari 45, 75, dan 120!
Jawaban:
45 = 32 × 5
81 = 3 × 52
120 = 23
× 3 × 5
Faktor yang sama 3 dan 5, dengan pangkat terkecilnya 1. Jadi, FPB dari
45, 75, dan 120 adalah 3 × 5 = 15
20
Berdasarkan contoh-contoh tersebut dapat disimpulkan:
“FPB (Faktor Persekutuan Terbesar) dari dua bilangan atau lebih
diperoleh dari hasil kali faktor-faktor prima yang sama dengan pangkat
terendah”.
KPK (Kelipatan Persekutuan Terkecil) dari dua bilangan atau lebih
adalah bilangan terkecil yang habis dibagi oleh bilangan-bilangan tersebut.
Contoh:
Tentukan KPK dari 6 dan 8
Jawaban:
Kelipatan 6 adalah 6, 12, 18, 24, …
Kelipatan 8 adalah 8, 16, 24, …
Jadi KPK dari 6 dan 8 adalah 24. Bilangan 24 adalah bilangan terkecil
yang habis dibagi oleh bilangan 6 dan 8.
Berdasarkan contoh di atas kita dapat mencari KPK dari dua
bilangan atau lebih dengan cara sebagai berikut:
1) Tentukan kelipatan dari masing-masing bilangan yang akan kita cari
KPK-nya.
2) Tentukan kelipatan persekutuan dari bilangan-bilangan itu.
3) Tentukan bilangan terkecil dari kelipatan persekutuan tadi. Bilangan
ini merupakan KPK dari bilangan-bilangan tersebut.
Teknik lain untuk menentukan KPK dari dua bilangan atau lebih
adalah dengan faktorisasi prima. Faktorisasi prima yang dimaksud di sini
adalah perkalian antar bilangan prima. Untuk menentukan KPK dari dua
bilangan atau lebih dapat dilakukan dengan cara berikut:
1) Faktorkan bilangan-bilangan yang akan dicari KPK-nya dalam faktor
prima.
2) Ambil semua faktor yang ada.
21
3) Jika ada faktor yang sama dan faktor tersebut mempunyai pangkat
yang berbeda-beda ambil faktor yang mempunyai pangkat terbesar.
Agar lebih jelas, perhatikan contoh berikut.
Contoh:
Tentukan KPK dari 42 dan 18!
Jawaban:
42 = 2 × 3 × 7
18 = 2 × 32
KPK dari 42 dan 18 adalah 2 × 32
× 7 = 126
Berdasarkan contoh tersebut, dapat disimpulkan:
“KPK (Kelipatan Persekutuan Terkecil) dari dua bilangan atau lebih
adalah hasil kali semua faktor-faktor prima pada kedua bilangan, jika ada
faktor yang sama pilih faktor dengan pangkat tertinggi”.
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh Rizal Rahman mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di
dalam skripsinya pada tahun 2013 dengan judul Penerapan Contextual Teaching
and Learning (CTL) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika di MI Al-
Bahr memiliki hasil bahwa CTL terbukti dapat meningkatkan hasil belajar
matematika di MI Al-Bahr. Sebab dalam penelitian tersebut siswa dibiasakan
untuk memahami materi dari masalah kontekstual dan siswa menemukan
pemahamannya sendiri melalui sebuah kegiatan yang diberikan. Sehingga
kegiatan belajar menjadi lebih bermakna.
Selanjutnya pada skripsi Noviandi Hamid yang juga merupakan
mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di tahun 2011 dengan judul Upaya
Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Melalui Pendekatan Konstruktivisme
memiliki hasil bahwa pendekatan konstruktivisme dengan mengolaborasikan
strategi tutor sebaya dan metode diskusi pada pembelajaran dapat meningkatkan
22
aktivitas belajar matematika siswa. Peningkatan aktivitas belajar siswa meningkat
secara bertahap.
Dari beberapa penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat dilihat
bahwa penelitian yang dilakukan oleh Rizal Rahman adalah pendekatan CTL
yang dipakai untuk meningkatkan hasil belajar matematika, sedangkan penelitian
yang peneliti lakukan adalah pendekatan CTL untuk meningkatkan aktivitas
belajar siswa pada pembelajaran matematika. Begitupun dengan penelitian yang
dilakukan oleh Noviandi Hamid, penelitian yang ia lakukan yaitu mengenai
aktivitas belajar siswa melalui pendekatan konstruktivisme, pendekatan yang
dapat dikatakan ada kaitannya dalam komponen utama CTL. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa pendekatan CTL dapat meningkatkan aktivitas belajar
siswa.
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran Matematika di sekolah pada umumnya memiliki masalah
diantaranya, dalam proses pembelajaran guru menggunakan metode konvensional
yang lebih banyak berpusat pada guru. Sehingga pada proses pembelajaran siswa
lebih banyak diam dan dituntut untuk menghapal materi yang telah disampaikan
oleh guru. Padahal, jika merujuk kepada proses pembelajaran yang sesungguhnya,
guru bukan menjadi sumber satu-satunya belajar, tetapi lebih dominan sebagai
fasilitator. Hal tersebut dikarenakan jika siswa yang lebih banyak berperan dalam
proses pembelajaran, maka materi pembelajaran pun akan lebih berkesan dan
akan selalu dihapal oleh siswa sebab ia menemukan materi dengan sendirinya
tanpa harus selalu menunggu penjelasan dari guru.
Pada pembelajaran matematika yang menggunakan pendekatan CTL ini
dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika, sebab sangat membantu siswa
dalam menguasai pengetahuan dan keterampilan untuk dapat menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga pembelajaran pun akan lebih berkesan dan
bermakna untuk siswa, dan persepsi negatif siswa mengenai pelajaran matematika
23
proses pembelajaran matematika kurang mengaktifkan siswa
penerapan pendekatan CTL
aktivitas belajar matematika meningkat
yang sulit dan penuh dengan hapalan rumus-rumus dapat berubah menjadi
persepsi yang positif.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan pemasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka
peneliti mengambil hipotesis bahwa pendekatan CTL dapat meningkatkan
aktivitas belajar matematika pada siswa kelas IV MI Mathlaul Anwar.
24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MI Mathlaul Anwar yang berlokasi di Jl. H.
Rean Benda Baru-Pamulang, Tangerang Selatan. Adapun penelitian ini dilakukan
selama Bulan Maret-September 2014.
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian
No. Kegiatan
Penelitian
Maret-Juli Agustus-
September
Oktober-
November
1. Penyelesaian
bab I-bab III
dan instrumen
penelitian
2. Observasi dan
pelaksanaan
PTK
3. Penyelesaian
laporan
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas
(PTK). Penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan
belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam
sebuah kelas dan secara bersama. Metode penelitian kelas ini dilakukan pada
pembelajaran Matematika dengan menggunakan pendekatan CTL untuk
meningkatkan aktivitas belajar siswa.
Secara etimologi, ada istilah yang berhubungan dengan penelitian
tindakan kelas (PTK)32
, yakni :
1. Penelitian, menunjukkan pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan
menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data
32
Suharsimi Arikunto, dkk., Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007),
cet.ke-4, h. 2-3.
25
atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang
menarik dan penting bagi peneliti.
2. Tindakan, menunjukkan pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan
dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan
untuk siswa.
3. Kelas, dalam hal ini tidak terkait pada pengertian ruang kelas, tetapi dalm
pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang
pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah
sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama dari guru yang sama pula.
Adapun rancangan siklus dalam penelitian tindakan kelas adalah:33
1. Perencanaan, perencanaan dalam setiap siklus disusun perencanaan
pembelajaran untuk perbaikan pembelajaran. Dalam pembelajaran bukan
hanya berisi tentang tujuan atau kompetensi yang harus dicapai akan tetapi
juga harus lebih ditonjolkan oleh guru dalam proses pembelajaran, ini berarti
perencanaan yang disusun harus dijadikan pedoman seutuhnya dalam proses
pembelajaran.
2. Tindakan, pelaksanaan tindakan adalah perlakuan yang dilaksanakan guru
berdasarkan perencanaan yang telah disusun.
3. Observasi (pengamatan), observasi dilakukan untuk mengumpulkan informasi
tentang proses pembelajaran yang dilakukan guru sesuai dengan tindakan
yang telah disusun. Melalui pengumpulan informasi, observer dapat mencatat
berbagai kelemahan dan kelebihan guru dalam melaksanakan tindakan,
sehingga hasilnya dapat dijadikan masukan ketika guru melakukan refleksi
untuk penyusunan rencana ulang memasuki siklus berikutnya.
4. Refleksi, refleksi adalah aktivitas melihat berbagai kekurangan yang
dilaksanakan guru selama tindakan. Dari hasil refleksi, guru dapat mencatat
berbagai kekurangan yang perlu diperbaiki, sehingga dapat dijadikan dasar
dalam penyusunan rencana ulang.
33
Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Kencana, 2010), cet. Ke-2, h.78-80.
26
tahap 1
• perencanaan
tahap 2
• tindakan
tahap 3
• pengamatan
tahap 4
• refleksi
Empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus dapat digambarkan
sebagai berikut:34
Gambar 3.1 Model PTK Kurt Lewin
Model Kurt Lewin menjadi acuan pokok atau dasar dari berbagai model
penelitian tindakan (action research), terutama penelitian tindakan kelas
(classroom action research). Konsep pokok action research menurut Kurt Lewin
terdiri dari empat komponen, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan
refleksi. Hubungan keempat komponen itu dipandang sebagai satu siklus.
Setelah melakukan analisis dan refleksi pada siklus I, penelitian akan
dilanjutkan dengan siklus II. Apabila dengan hasil dari siklus II sudah
menunjukkan bahwa indikator keberhasilan telah tercapai, maka penelitian
dihentikan. Tetapi apabila indikator keberhasilan belum tercapai, maka penelitian
dilanjutkan ke siklus III dengan hasil refleksi pada siklus II sebagai acuan.
C. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswa kelas IV MI Mathlaul
Anwar. Guru mata pelajaran matematika terlibat dalam penelitian ini sebagai
pengamat (observer) jalannya penelitian. Selain itu, observer juga mengamati,
menilai, dan memberi arahan kepada peneliti dalam menyampaikan materi kepada
siswa.
34
Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta:
Indeks, 2012), cet.ke-5, h. 28.
27
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian
Peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pelaksana penelitian.
Peneliti bekerja sama dengan guru matematika untuk kelas IV dan berperan
sebagai observer yang menyaksikan segala aktivitas yang terjadi selama proses
pembelajaran berlangsung.
E. Tahapan Intervensi Tindakan
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan untuk meningkatkan aktivitas
belajar siswa. Adapun tahapan-tahapan dalam penelitian ini dideskripsikan
sebagai berikut:
Tabel 3.2 Tahapan Intervensi Tindakan
Tahapan Kegiatan
Pendahuluan Melakukan observasi lapangan untuk memperoleh
gambaran kondisi sekolah dan mengetahui berbagai
permasalahan yang ada dan akan diteliti oleh peneliti.
Observasi ini dilakukan yaitu dengan mengamati proses
belajar mengajar di kelas, wawancara dengan guru yang
mengajar Matematika di kelas IV, dan meminta pendapat
siswa tentang proses pembelajaran Matematika yang
disampaikan oleh guru.
Siklus I
Perencanaan - Menyiapkan RPP yang menggunakan pendekatan CTL
dan bahan ajar
- Menyiapkan LKS
- Menyiapkan instrumen (tes akhir siklus I, lembar
observasi aktivitas belajar siswa)
Tindakan - Melaksanakan langkah-langkah pembelajaran sesuai
dengan RPP yang telah disusun
- Mencatat hal-hal penting yang terjadi di kelas
- Melakukan tes akhir siklus I
Pengamatan - Melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa
berdasarkan lembar observasi
- Mengumpulkan data hasil observasi
Refleksi - Menganalisis data yang diperoleh untuk memperbaiki
dan menyempurnakan tindakan pada siklus selanjutnya
- Menganalisis kelemahan dan kelebihan dari proses
28
pembelajaran yang berlangsung dan
mempertimbangkan langkah selanjutnya
Siklus II dan selanjutnya
Penyusunan laporan penelitian
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan
Dari tahapan intervensi tindakan yang dilakukan dalam 2 siklus tersebut di
atas, maka diharapkan aktivitas belajar matematika siswa menjadi meningkat
yang ditandai dengan pencapaian penilaian rata-rata persentase observasi guru
dan siswa mencapai kategori baik, dan dari jumlah siswa kelas IV sebanyak 35
siswa mencapai rata-rata kelas dengan nilai rata-rata 70.
G. Data dan Sumber Data
Adapun data yang diambil dalam penelitian ini terdiri dari data data
kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berupa hasil wawancara, lembar
observasi guru dan siswa, dan dokumentasi untuk melengkapi kejadian-kejadian
penting di kelas. Sedangkan data kuantitatif berupa hasil tes siswa. Sumber data
pada penelitian kelas ini adalah siswa kelas IV MI Mathlaul Anwar.
H. Instrumen Pengumpulan Data
Berdasarkan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini, maka instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Instrumen non-tes. Instrumen non-tes yang digunakan diantaranya:
a. Lembar observasi guru dan siswa. Lembar ini digunakan untuk
mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai kegiatan guru dan
siswa pada setiap tatap muka di kelas dengan menggunakan pendekatan
CTL.
b. Dokumentasi. Dokumentasi ini diperlukan sebagai bukti otentik proses
pembelajaran yang dilakukan selama penelitian.
29
2. Instrumen tes berupa soal-soal yang diberikan pada tiap akhir pertemuan dan
tes akhir siklus yang bertujuan untuk mengukur ketercapaian indikator
pembelajaran melalui hasil belajar siswa.
Adapun indikator aktivitas siswa yang akan digunakan pada lembar
observasi sebagai berikut ini merupakan hasil kombinasi pilihan peneliti dengan
berpedoman pada jenis-jenis aktivitas Paul B. Diedrich yang telah dijelaskan
sebelumnya pada kajian teoritik.
Tabel 3.2 Indikator Aktivitas Belajar Siswa
No. Aktivitas Belajar Indikator Aktivitas Belajar Siswa
1. Visual activities 1) Memperhatikan gambar maupun
demonstrasi yang ditampilkan pada
saat pembelajaran
2. Oral activities 2) Bertanya, menyanggah, maupun
memberi pendapat pada saat kegiatan
pembelajaran berlangsung
3) Berani menjelaskan jawaban atau
mempresentasikan hasil diskusi di
depan kelas
3. Listening activities 4) Mendengarkan atau memperhatikan
penjelasan guru
4. Writing activities 5) Mencatat hal-hal penting atau
menyalin materi yang disampaikan
6) Mengerjakan tugas atau latihan yang
diberikan oleh guru
5. Drawing activities 7) Membuat garis bilangan dalam
menentukan kelipatan suatu bilangan
8) Membuat tabel petak perkalian dalam
menentukan faktor suatu bilangan
6. Emotional
activities
9) Antusias dan semangat siswa dalam
pembelajaran
I. Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, peneliti mengambil dua jenis data, yaitu data
kuantitatif (tes) dan data kualitatif (lembar observasi).
1. Data kuantitatif. Data kuantitatif ini diambil dengan menggunakan tes.
Metode tes adalah metode pengumpulan data yang dilakukan untuk mengukur
30
keberhasilan atau ketuntasan belajar siswa sesuai dengan indikator yang telah
ditentukan.
2. Data kualitatif. Data kualitatif ini diambil dengan menggunakan lembar
observasi. Lembar observasi aktivitas guru yang digunakan adalah lembar
observasi bentuk checklist. Sedangkan untuk lembar observasi aktivitas siswa
yaitu dengan mengamati jumlah siswa yang berpartisipasi pada aspek
aktivitas tersebut. Data hasil observasi ini digunakan untuk mengetahui
bagaimana aktivitas guru dan siswa yang berlangsung selama proses
pembelajaran.
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan
Teknik pemeriksaan keterpercayaan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan metode triangulasi. Triangulasi adalah
membandingkan persepsi sumber data/informan yang satu dengan informan yang
lain di dalam atau mengenai situasi yang sama.35
Triangulasi merupakan suatu
proses memastikan sesuatu dari berbagai sudut pandang. Triangulasi berfungsi
untuk meningkatkan ketajaman hasil pengamatan melalui berbagai cara dalam
pengumpulan data. Dalam hal ini, teknik triangulasi dilakukan dengan cara
mengobservasi guru dan aktivitas belajar siswa, mewawancarai guru dan siswa,
serta memberikan tes kepada siswa.
Agar diperoleh data yang valid sebelum digunakan dalam penelitian,
instrumen tes terlebih dahulu diujicobakan untuk mengetahui validitas,
reliabilitas, daya pembeda, dan taraf kesukarannya.
1. Uji Validitas
Uji validitas yang digunakan pada instrumen tes akhir siklus adalah
dengan menggunakan validitas butir soal. Analisis kuantitatif atau sering pula
disebut validitas empiris (empirical validity) adalah penelaahan butir soal
berdasarkan pada karakteristik internal tes melalui data yang diperoleh secara
35
Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, op.cit, h. 83.
31
empiris. Karakteristik internal dimaksud meliputi parameter soal tingkat
kesukaran, daya pembeda, dan reliabilitas.36
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui keterpercayaan hasil tes.
Suatu tes dikatakan mempunyai taraf keterpercayaan yang tinggi jika tes tersebut
dapat memberikan hasil yang tetap. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas
instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha. Adapun rumus Alpha
adalah sebagai berikut:37
∑
Keterangan:
= koefisien reliabilitas soal
n = banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes
∑ = jumlah varian skor dari tiap-tiap butir item
= varian total
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan rumus Alpha, didapatkan
reliabilitas soal adalah 0,83404571. Selanjutnya dalam pemberian interpretasi
terhadap koefisien reliabilitas tes ) pada umumnya digunakan patokan
sebagai berikut, apabila ≥ 0,70 berarti tes hasil belajar yang sedang diuji
reliabilitasnya dinyatakan telah memiliki reliabilitas yang tinggi (=reliable),
sedangkan apabila ≤ 0,70 berarti bahwa tes hasil belajar tersebut dinyatakan
belum memiliki reliabilitas yang tinggi (=un-reliable).38
3. Taraf Kesukaran
Bermutu atau tidaknya butir-butir item tes hasil belajar dapat diketahui
dari derajat kesukaran atau taraf kesulitan yang dimiliki oleh masing-masing butir
36
Endang Kurniawan dan Endah Mutaqimah, Penilaian KKG, (Jakarta: Depdiknas, 2009), h.
30. 37
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2013), cet. Ke-13, h.208. 38
Anas Sudijono, ibid, h. 209.
32
item tersebut. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak
terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk
mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaiknya soal yang terlalu sukar akan
menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk
mencoba lagi karena diluar jangkauannya. Di dalam istilah evaluasi, indeks
kesukaran diberi simbol P, singkatan dari kata ”proporsi”. Adapun persamaan
atau rumus yang digunakan untuk mencari P adalah:39
Keterangan :
= proporsi menjawab benar atau tingkat kesukaran
= banyaknya peserta didik tes yang menjawab benar
= skor maksimum
= jumlah siswa
4. Daya Pembeda
Daya pembeda digunakan untuk mengetahui kemampuan suatu soal dalam
membedakan antara siswa berkemampuan tinggi dengan siswa berkemampuan
rendah. Seperti halnya indeks kesukaran, indeks diskriminasi (daya pembeda) ini
berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Hanya bedanya, indeks kesukaran tidak
mengenal tanda negatif (−), tetapi pada daya pembeda ada tanda negatif.40
Untuk
mengetahui daya pembeda instrumen dalam penelitian ini, maka digunakan rumus
sebagai berikut:
Keterangan :
J = jumlah peserta
= banyaknya peserta kelompok atas
= banyaknya peserta kelompok bawah
= banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar
39
Endang Kurniawan dan Endah Mutaqimah, ibid, h. 31. 40
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), cet.
Ke-1, h. 226.
33
= banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan
benar
= proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
= proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
K. Analisis Data dan Interpretasi Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Tes
Kriteria keberhasilan hasil belajar ditentukan dengan cara melihat
adanya peningkatan presentase siswa yang tuntas belajar yaitu presentase
siswa yang tuntas pada siklus I lebih dari presentase siswa yang tuntas pada
data awal dan presentasi siswa yang tuntas pada siklus II lebih dari presentase
siswa yang tuntas pada siklus I. Siswa dikatakan tuntas belajar jika
mendapatkan rata-rata kelas sebesar 70. Perhitungan presentase siswa yang
tuntas belajar sebagai berikut:
Keterangan:
P = presentase siswa yang tuntas belajar
n = banyak siswa yang tuntas belajar
N = banyak siswa keseluruhan
2. Lembar observasi
Kriteria keberhasilan proses ditentukan dengan menggunakan lembar
observasi yang diisi oleh pengamat. Analisis data hasil observasi
menggunakan analisis persentase. Skor yang diperoleh masing-masing
indikator dijumlahkan dan hasilnya disebut jumlah skor. Selanjutnya dihitung
persentase nilai rata-rata dengan cara membagi jumlah skor dengan skor
maksimal yang dikalikan 100% yaitu:
Persentase nilai rata-rata (NR) =
34
Pada pembelajaran ini terdapat 4 kriteria aktivitas guru mata pelajaran,
yaitu: sangat baik, baik, cukup, dan kurang.
Persentase intervalnya =
Sehingga kriteria aktivitas guru dan siswa ditentukan sebagai
berikut:41
90% − 100% = sangat baik
80% − 89% = baik
65% − 79% = cukup
55% − 64% = kurang
Guru dinyatakan melaksanakan pembelajaran dengan baik jika
berdasarkan lembar observasi, guru mendapat skor dari pengamat minimal
berkriteria baik sedangkan subjek penelitian berdasarkan observasi siswa,
mendapat skor dari pengamat minimal berkriteria baik.
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan
Setelah perencanaan pendekatan dilakukan, maka untuk
mengembangkan tindakan selanjutnya dilakukan evaluasi, yaitu evaluasi
secara keseluruhan setelah pelaksanaan semua siklus dilakukan, apakah tujuan
yang diharapkan dari penelitian ini sudah tercapai atau belum. Kemudian jika
hasilnya belum memuaskan ataupun belum tercapai, maka evaluasi ini
digunakan untuk melakukan refleksi kembali. Refleksi yang dilakukan
peneliti yaitu evaluasi terhadap apa yang telah dilakukan.
Hasil observasi dalam monitoring dianalisis secara deskriptif untuk
menggambarkan hasil observasi yang berupa proses dan hasil tindakan. Hasil
observasi juga digunakan untuk evaluasi terhadap prosedur, apakah penelitian
41
M. Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2012), cet. Ke-17, h. 82.
35
sudah sesuai dengan perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, apakah tidak
terjadi penyimpangan dan apakah hasilnya sudah memuaskan. Maka
dilakukan rancangan ulang yang diperbaiki, dimodifikasi, dan jika perlu
disusun RPP baru. RPP yang diperbaiki digunakan untuk melakukan siklus
yang berikutnya untuk mencapai hasil yang optimal.
36
BAB IV
DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Deskripsi data ini berisi tentang penjelasan kegiatan pelaksanaan
penelitian yang dilakukan sebanyak 2 siklus. Adapun kegiatan pada penelitian
tindakan kelas ini berawal dari kegiatan penelitian pendahuluan, perencanaan,
pelaksanaan penelitian, tahap observasi atau pengamatan, dan refleksi. Berikut
penjelasan secara rincinya mengenai tahap-tahap pelaksanaan penelitian tindakan
kelas ini.
1. Penelitian Pendahuluan
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di MI Mathlaul Anwar Benda
Baru-Pamulang. Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan kegiatan
pra penelitian dengan melakukan observasi langsung ke sekolah tempat
meneliti. Kegiatan ini merupakan langkah awal yang dilakukan sebelum
melaksanakan penelitian tindakan kelas. Dalam kegiatan pra penelitian,
peneliti melakukan wawancara dengan guru matematika kelas IV, melakukan
pengamatan aktivitas belajar mengajar di kelas, dan mendiskusikan
pendekatan CTL yang akan digunakan dalam penelitian dengan guru, serta
melakukan persiapan-persiapan yang berkaitan dengan pelaksanaan penelitian
tindakan kelas.
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara tersebut, diperoleh
informasi bahwa metode pembelajaran yang digunakan guru dalam mengajar
matematika di kelas adalah dengan menggunakan metode ceramah dan tanya
jawab saja. Guru merasa kesulitan untuk menggunakan metode lain
dikarenakan kurangnya pengetahuan guru akan metode-metode baru yang
inovatif, selain itu juga guru beranggapan bahwa metode-metode tersebut
hanya mempersulit dan membutuhkan persiapan yang banyak.
37
Kurangnya penggunaan media pembelajaran dan alat peraga pun
membuat pembelajaran di kelas menjadi membosankan. Implikasinya adalah
siswa menjadi kurang berpatisipasi aktif dalam kegiatan belajar-mengajar,
kebanyakan dari siswa tersebut acuh bahkan sulit diatur dan tidak mau
mendengarkan penjelasan yang sedang disampaikan oleh guru.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru matematika,
ditentukan kelas IV sebagai kelas yang cocok untuk dilakukan penelitian
tindakan kelas, terkait dengan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran
matematika yang dianggap masih rendah. Selain itu, pada penelitian
pendahuluan ini peneliti melakukan tes uji validitas pada siswa yang
sebelumnya sudah pernah mempelajari materi FPB dan KPK yaitu siswa kelas
5 di sekolah tersebut. Tujuannya adalah agar soal-soal yang nanti akan
diujikan pada tes siklus dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dianalisis
soal-soal mana saja yang sesuai atau valid dengan tingkat kemampuan siswa.
2. Penelitian Siklus I
Tindakan pembelajaran siklus I merupakan tindakan awal yang sangat
penting, hal ini dikarenakan analisis dari hasil tindakan pembelajaran ini akan
dijadikan sebagai refleksi bagi peneliti pada tindakan pembelajaran
selanjutnya. Kegiatan penelitian pada siklus I dilaksanakan empat kali
pertemuan, setiap pertemuannya 2x35 menit (2 jam pembelajaran). Adapun
tahap pada siklus I adalah sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan, peneliti mempersiapkan segala hal yang akan
dibutuhkan dalam pelaksanaan penelitian ini, diantaranya membuat Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan materi FPB dan KPK,
mempersiapkan LKS sebagai alat evaluasi, media atau alat peraga yang akan
digunakan sebagai pembantu dalam menyampaikan materi, dan
mempersiapkan instrumen penelitian seperti lembar observasi guru dan siswa
38
sebagai acuan pedoman penilaian aktivitas guru dan siswa selama proses
pembelajaran.
b. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan siklus I ini terdiri dari 4 kali pertemuan dengan
alokasi waktu (2x35 menit) pada setiap pertemuan. Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) siklus I dapat dilihat pada lampiran. Adapun uraian
proses pembelajarannya adalah sebagai berikut:
1) Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama ini dilaksanakan pada hari Senin, 1 September
2014. Kegiatan pembelajaran berlangsung selama 2 jam pelajaran
(2 x 35 menit) yang dimulai pada pukul 07.30 sampai dengan pukul 08.40.
Pokok bahasan yang disampaikan adalah mengidentifikasi kelipatan suatu
bilangan dengan menggunakan garis bilangan. Pada pertemuan pertama ini
seluruh siswa yang hadir berjumlah 35 siswa.
Kegiatan pembelajaran diawali dengan membuka pelajaran,
mengkondisikan kelas, kemudian melakukan apersepsi dengan cara
mengajukan pertanyaan kepada siswa hal yang berkaitan konsep kelipatan.
Peneliti memulai dengan pertanyaan “Jika sebuah toko grosir pakaian
memberikan bonus sebuah kaos untuk setiap pembelian 4 kaos atau
kelipatannya, maka berapa sajakah jumlah kaos yang harus dibeli agar
mendapatkan bonus?”. Ketika peneliti mengajukan pertanyaan seperti itu,
awalnya tidak ada seorangpun yang berani menjawab. Tetapi, setelah
peneliti meminta, dan mengulang pertanyaannya kembali, akhirnya ada
seorang siswa yang menjawab “Saya tahu bu, caranya dengan mencari
kelipatan 4”. Peneliti menjawab “Ya, betul sekali agar pembeli
mendapatkan bonus, maka pembeli harus membeli baju tersebut sejumlah
dengan kelipatan 4”.
Selanjutnya kegiatan inti pembelajaran, peneliti menerapkan
pendekatan CTL dengan terlebih dahulu mengelompokkan siswa dan
39
40
dengan menggunakan media atau alat peraga, bisa juga dengan
pendemonstrasian guru atau siswa di depan kelas. Ketika guru meminta
seorang siswa untuk maju ke depan kelas, tidak banyak dari siswa yang
mau. Hanya sekitar 5 orang siswa saja yang berani mengacungkan jarinya
untuk maju ke depan kelas.
Selanjutnya setelah peneliti menjelaskan sekilas tentang kelipatan,
untuk memperkuat pemahaman siswa, peneliti membagikan lembar
permasalahan yang berkaitan dengan materi kelipatan pada tiap kelompok.
Hal ini dimaksudkan agar siswa belajar untuk membangun pengetahuannya
sendiri dan dapat bertukar pikiran oleh temannya yang lain. Dalam
pendekatan CTL, kegiatan belajar siswa dengan menemukan sendiri dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuannya disebut inkuiri dan konstruktivisme.
Ketika siswa sedang mengerjakan lembar permasalahan, peneliti berkeliling
mengamati pekerjaan siswa. Pada saat diskusi ini, masih banyak siswa yang
hanya menghandalkan salah satu temannya yang pintar saja dan ada pula
siswa yang berjalan-jalan keliling kelas mengganggu kelompok lain yang
sedang berdiskusi.
Setelah siswa berdiskusi dengan teman sekelompoknya, peneliti
meminta perwakilan siswa untuk membacakan hasil diskusinya di depan
kelas. Pada kesempatan ini, perwakilan siswa yang mau mempresentasikan
hasil diskusinya di depan kelas hanya 2 orang saja dari 6 kelompok yang
ada. Hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa dan belum berani
berbicara di depan kelas. Selama perwakilan siswa membacakan hasil
diskusinya, peneliti memberikan arahan dan koreksi jika terjadi kesalahan
pada penjelasan siswa.
Kegiatan akhir pembelajaran atau refleksi dalam CTL, yaitu dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan singkat kepada siswa. Dalam kegiatan
tanya-jawab ini, guru menunjuk siswa untuk menjawab pertanyaannya.
Dengan menunjuk siswa seperti itu, guru dapat melihat siswa mana saja
yang sudah paham dan belum paham terhadap materi yang telah
41
disampaikan. Adapun untuk tahap bertanya dalam CTL yaitu kegiatan
bertanya atau tanya jawab yang terjadi selama pembelajaran berlangsung.
Dan untuk tahap penilaian dalam CTL dilakukan peneliti dengan menilai
aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar
observasi dan menilai juga dari hasil belajarnya. Kemudian kegiatan
penutup dilanjutkan dengan peneliti membuat kesimpulan bersama siswa,
menyampaikan materi yang akan datang, dan menutup pembelajaran dengan
doa.
2) Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua ini dilaksanakan pada hari Kamis, 4 September
2014. Kegiatan pembelajaran berlangsung selama 2 jam pelajaran
(2x35 menit) yang dimulai pada pukul 08.40 sampai dengan pukul 09.50.
Pokok bahasan yang disampaikan adalah menentukan kelipatan persekutuan
dua bilangan. Pada pertemuan kedua ini seluruh siswa yang hadir berjumlah
35 siswa.
Kegiatan pembelajaran diawali dengan membuka pelajaran,
mengkondisikan siswa, dan melakukan apersepsi dengan menanyakan
tentang pelajaran yang telah lalu. “Siapa yang masih ingat, belajar apa kita
kemarin?”, sebagian siswa menjawab “Belajar tentang kelipatan bu”,
siswa lain ada yang menjawab lagi “Belajar mencari kelipatan pakai garis
bilangan bu”. Kemudian peneliti menjawab “Ya,benar semua jawaban
yang kalian sebutkan tadi, nah untuk hari ini kita akan belajar mengenai
kelipatan persekutuan dua bilangan yang merupakan masih kelanjutan dari
materi kelipatan yang lalu”.
Selanjutnya kegiatan inti pembelajaran, peneliti menerapkan
pendekatan CTL dengan terlebih dahulu mengelompokkan siswa dan
mengatur posisi duduknya, pengelompokkan siswa ini dilakukan agar siswa
dapat bertukar pikiran dengan temannya sehingga dapat menambah
pengetahuan siswa. Dalam pendekatan CTL, pengelompokkan siswa ini
disebut masyarakat belajar.
42
Kemudian peneliti memberikan contoh yang berkaitan dengan
kelipatan persekutuan dua bilangan. “Misalnya Rizki les matematika setiap
3 hari sekali, sedangkan Pasha les setiap 2 hari sekali. Mereka berdua les
ditempat yang sama, nah kira-kira setiap berapa hari saja mereka akan
bertemu bersama di tempat les?”. Beberapa siswa menjawab “Caranya
yaitu dengan mencari kelipatan 3 dan kelipatan 2 bu, terus dicari
kelipatannya yang sama”. Peneliti menjawab “Nah benar sekali, caranya
dengan mencari masing-masing kelipatan bilangan, lalu mencari kelipatan
yang sama dari kedua bilangan tersebut”. Kemudian peneliti meminta
beberapa siswa untuk menentukan kelipatan persekutuan dua bilangan
tersebut di depan kelas sehingga menjadi contoh bagi siswa lainnya dan
melatih keberanian siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran.
“Untuk mecarinya, coba ibu minta 2 orang untuk maju ke depan kelas
menjawab soal yang tadi”. Pencontohan siswa untuk maju ke depan kelas
ini merupakan bagian dari kegiatan CTL pemodelan. Ketika peneliti
meminta siswa untuk mencontohkan cara mencari kelipatan persekutuan 2
bilangan dengan menggunakan garis bilangan, siswa yang mengacungkan
jarinya hanya sekitar 6 siswa, itu pun hanya siswa itu-itu saja yang berani
atau mau mengacungkan jarinya. Akhirnya guru memilih 2 orang siswa
diantara siswa yang tidak mengacungkan jarinya secara acak tanpa melihat
apakah si siswa tersebut memiliki kemahiran lebih atau kurang.
Selanjutnya setelah peneliti menjelaskan sekilas tentang kelipatan
persekutuan dua bilangan, untuk memperkuat pemahaman siswa, peneliti
membagikan lembar permasalahan yang berkaitan dengan materi kelipatan
persekutuan dua bilangan pada tiap kelompok. Hal ini dimaksudkan agar
siswa belajar untuk membangun pengetahuannya sendiri dan dapat bertukar
pikiran oleh temannya yang lain. Dalam pendekatan CTL, kegiatan belajar
siswa dengan menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri
pengetahuannya disebut inkuiri dan konstruktivisme. Pada saat berdiskusi
tampak ada beberapa kelompok yang sudah mulai mengerti akan
43
44
menyebutkan 1 bilangan saja. Sedangkan pada soal c siswa dapat menjawab
kelipatan persekutuan dari dua bilangan tersebut dengan menyebutkan
masing-masing kelipatan dari tiap bilangan. Seharusnya penyebutan
masing-masing kelipatan dilakukan untuk jawaban soal a dan b, sedangkan
jawaban soal c hanya dengan menyebutkan kelipatan persekutuan dari dua
bilangan tersebut.
Kegiatan akhir pembelajaran atau refleksi dalam CTL, yaitu dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan singkat kepada siswa. Dalam kegiatan
tanya-jawab ini, guru menunjuk siswa untuk menjawab pertanyaannya.
Dengan menunjuk siswa seperti itu, guru dapat melihat siswa mana saja
yang sudah paham dan belum paham terhadap materi yang telah
disampaikan. Adapun untuk tahap bertanya dalam CTL yaitu kegiatan
bertanya atau tanya jawab yang terjadi selama pembelajaran berlangsung.
Dan untuk tahap penilaian dalam CTL dilakukan peneliti dengan menilai
aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar
observasi dan menilai juga dari hasil belajarnya. Kemudian kegiatan
penutup dilanjutkan dengan peneliti membuat kesimpulan bersama siswa,
menyampaikan materi yang akan datang, dan menutup pembelajaran dengan
doa.
3) Pertemuan Ketiga
Pertemuan ketiga ini dilaksanakan pada hari Jum’at, 5 September
2014. Kegiatan pembelajaran berlangsung selama 2 jam pelajaran
(2 x 35 menit) yang dimulai pada pukul 10.15 sampai dengan pukul 11.15.
Pokok bahasan yang disampaikan adalah mengidentifikasi faktor suatu
bilangan dengan menggunakan Tabel petak perkalian. Pada pertemuan
ketiga ini seluruh siswa yang hadir berjumlah 35 siswa.
Kegiatan pembelajaran diawali dengan membuka pelajaran,
mengkondisikan siswa, dan melakukan apersepsi dengan memberikan
pertanyaan “Jika kalian mempunyai beberapa kuntum bunga dari beberapa
jenis, bagaimana cara menyusun bunga agar tiap vas memiliki susunan dan
45
jumlah yang sama?”. Setelah peneliti memberikan pertanyaan tersebut,
tidak ada satu siswa pun yang menjawabnya. Hal ini dikarenakan para siswa
baru pertama kali menerima materi yang berhubungan dengan faktor suatu
bilangan.
Selanjutnya kegiatan inti pembelajaran, peneliti menerapkan
pendekatan CTL dengan terlebih dahulu mengelompokkan siswa dan
mengatur posisi duduknya. Pengelompokkan siswa ini dilakukan agar siswa
dapat bertukar pikiran dengan temannya sehingga dapat menambah
pengetahuan siswa. Dalam pendekatan CTL, pengelompokkan siswa ini
disebut masyarakat belajar. Kemudian peneliti menjelaskan sekilas
mengenai konsep faktor suatu bilangan dengan menjawab soal yang tadi
diajukan dengan menggunakan tabel petak perkalian. “Sekarang ibu akan
menjelaskan bagaimana cara mencari faktor dari suatu bilangan. Pertama,
misalkan faktor dari 12, maka yang harus kalian lakukan adalah dengan
mendaftar perkalian yang mempunyai hasil 12. Kalian semua sudah hafal
perkalian kan?”, siswa menjawab “Sudah bu..”. Peneliti pun menjelaskan
cara mencari faktor dengan mendaftar perkaliannya dengan menggunakan
tabel. Penggunaan tabel ini dimaksudkan agar siswa lebih memahami
konsep faktor yang akan menjadi dasar bagi siswa dalam memahami konsep
FPB untuk pertemuan selanjutnya.
Kemudian peneliti meminta beberapa siswa untuk menentukan
faktor suatu bilangan di depan kelas sehingga menjadi contoh bagi siswa
lainnya dan melatih keberanian siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan
pembelajaran. “Nah, seperti yang tadi sudah ibu jelaskan, maka sekarang
ibu minta 2 orang maju ke depan kelas mencari faktor dari 15 dan 18”.
Pencontohan siswa untuk maju ke depan kelas ini merupakan bagian dari
kegiatan CTL yaitu pemodelan.
Selanjutnya setelah peneliti menjelaskan sekilas tentang faktor suatu
bilangan, untuk memperkuat pemahaman siswa, peneliti membagikan
lembar permasalahan yang berkaitan dengan materi faktor suatu bilangan
46
47
tanya-jawab ini, guru menunjuk siswa untuk menjawab pertanyaannya.
Dengan menunjuk siswa seperti itu, guru dapat melihat siswa mana saja
yang sudah paham dan belum paham terhadap materi yang telah
disampaikan. Adapun untuk tahap bertanya dalam CTL yaitu kegiatan
bertanya atau tanya jawab yang terjadi selama pembelajaran berlangsung.
Dan untuk tahap penilaian dalam CTL dilakukan peneliti dengan menilai
aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar
observasi dan menilai juga dari hasil belajarnya. Kemudian kegiatan
penutup dilanjutkan dengan peneliti membuat kesimpulan bersama siswa,
menyampaikan materi yang akan datang, dan menutup pembelajaran dengan
doa.
4) Pertemuan Keempat
Pertemuan keempat ini dilaksanakan pada hari Senin, 8 September
2014. Kegiatan pembelajaran berlangsung selama 2 jam pelajaran
(2 x 35 menit) yang dimulai pada pukul 07.30 sampai dengan pukul 08.40.
Pokok bahasan yang disampaikan adalah menentukan faktor persekutuan
dua bilangan. Pada pertemuan keempat ini seluruh siswa yang hadir
berjumlah 35 siswa.
Kegiatan pembelajaran diawali dengan membuka pelajaran,
mengkondisikan siswa, dan melakukan apersepsi dengan menanyakan
materi sebelumnya, yaitu mengenai faktor suatu bilangan. “Anak-anak,
kalian masih ingat apa saja yang kemarin kita pelajari?”, siswa menjawab
“Masih bu, kemarin kita belajar mencari faktor, lalu mengerjakan soal
faktor dengan mencari pakai tabel bu”. Selanjutnya setelah siswa
mengingat-ingat kembali materi faktor, peneliti melanjutkan ke kegiatan
inti pembelajaran, yaitu dengan menerapkan pendekatan CTL. Sebelumnya
terlebih dahulu peneliti mengelompokkan siswa dan mengatur posisi
duduknya. Pengelompokkan siswa ini dilakukan agar siswa dapat bertukar
pikiran dengan temannya sehingga dapat menambah pengetahuan siswa.
48
Dalam pendekatan CTL, pengelompokkan siswa ini disebut masyarakat
belajar.
Kemudian peneliti memberikan contoh yang berkaitan dengan
faktor persekutuan dua bilangan. “Misalkan Ghea mempunyai permen 24
buah dan cokelat 18 buah, lalu Ghea ingin membagikan permen dan
cokelat tersebut kepada teman-tamannya di kelas, kira-kira permen dan
cokelat tersebut dapat dibagi rata ke berapa orang saja?”. Siswa
menjawab “Caranya dengan mencari faktor dari 24 dan 18 bu”. Peneliti
menjawab lagi “Iya benar dengan mencari faktor dari 24 dan 18, lalu
mencari faktor yang sama dari keduanya”. Kemudian peneliti meminta
2 siswa untuk menentukan faktor persekutuan dua bilangan dari soal yang
tadi diberikan di depan kelas sehingga menjadi contoh bagi siswa lainnya
dan melatih keberanian siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan
pembelajaran. Setelah siswa menyebutkan faktor dari masing-masing
bilangan, peneliti melanjutkannya dengan menjelaskan faktor persekutuan
dari kedua bilangan tersebut. Pencontohan siswa untuk maju di depan kelas
ini merupakan bagian dari kegiatan CTL pemodelan.
Selanjutnya setelah peneliti menjelaskan sekilas tentang faktor
persekutuan dua bilangan, untuk memperkuat pemahaman siswa, peneliti
membagikan lembar permasalahan kontekstual yang berkaitan dengan
materi faktor persekutuan dua bilangan pada tiap kelompok. Hal ini
dimaksudkan agar siswa balajar untuk membangun pengetahuannya sendiri
dan dapat bertukar pikiran oleh temannya yang lain. Dalam pendekatan
CTL, kegiatan belajar siswa dengan menemukan sendiri dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuannya disebut inkuiri dan konstruktivisme.
Setelah siswa berdiskusi dengan teman sekelompoknya, peneliti meminta
perwakilan siswa untuk membacakan hasil diskusinya di depan kelas.
Selama perwakilan siswa membacakan hasil diskusinya, peneliti
memberikan arahan dan koreksi jika terjadi kesalahan pada penjelasan
siswa.
49
50
51
menilai juga dari hasil belajarnya. Kemudian kegiatan penutup dilanjutkan
dengan peneliti membuat kesimpulan bersama siswa, menyampaikan materi
yang akan datang, dan menutup pembelajaran dengan doa.
c. Tahap Observasi (Pengamatan)
Tahap pengamatan ini dilakukan pada setiap pertemuan oleh observer
yang merupakan guru matematika kelas IV. Pengamatan ini juga dilakukan
bersamaan dengan tahap pelaksanaan pembelajaran. Berikut dijelaskan hasil
observasi guru dan aktivitas siswa selama 1 siklus sebanyak 4 pertemuan.
Agar lebih efisien, untuk tabel observasi guru pada setiap pertemuan, dapat
dilihat pada Tabel 4.1 di bawah ini dengan keterangan yang akan dijelaskan
deskripsinya pada tiap pertemuan. Begitu pula dengan hasil observasi
aktivitas siswa, untuk kelengkapan hasil observasi di tiap pertemuannya dapat
dilihat pada lampiran. Sedangkan pada bagian ini hanya dituliskan
rekapitulasinya saja.
Tabel 4.1
Observasi Guru Untuk Setiap Pertemuan
No. Aspek Yang Diamati SB B C K
1. Melakukan pengkondisian kelas
2. Mengajukan pertanyaan/apersepsi
3. Memberikan penjelasan tentang
kompetensi yang hendak dicapai
4. Memberikan penjelasan materi
pelajaran secara lengkap
5. Mengajak siswa untuk melakukan
kegiatan belajar dengan menemukan
sendiri dan mengonstruksi sendiri
pengetahuannya (inkuiri dan
konstruktivisme)
6. Mengembangkan sifat ingin tahu
siswa dengan memunculkan
pertanyaan-pertanyaan (bertanya)
7. Membagi siswa ke dalam beberapa
kelompok (masyarakat belajar)
8. Memberikan tugas atau latihan kepada
siswa
9. Menggunakan media dan / alat peraga
(pemodelan dalam CTL)
52
10. Memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya maupun
menyampaikan pendapat
11. Memberikan respon terhadap
pertanyaan dan jawaban siswa
12. Kesesuaian waktu antara yang tertera
pada RPP dan pelaksanannya
13. Kesesuaian media dan / alat peraga
dengan materi dan strategi
14. Ketepatan penggunaan bahasa yang
sesuai dengan perkembangan peserta
didik
15. Mengajak siswa untuk melakukan
refleksi atau konfirmasi terhadap
materi yang telah disampaikan
(refleksi)
16. Membuat kesimpulan bersama siswa
17. Melakukan penilaian
Tabel 4.2
Rekapitulasi Persentase Rata-rata Aktivitas Siswa Siklus I
No. Aspek Yang
Diamati
Siklus I Rata-
rata 1 2 3 4
1. Siswa
memperhatikan
gambar maupun
demonstrasi yang
ditampilkan pada
saat pembelajaran
(visual activities)
71,42 77,14 77,14 80 76,42
2. Siswa
mendengarkan atau
memperhatikan
penjelasan guru
(listening activities)
80 85,71 85,71 85,71 84,28
3. Siswa mengerjakan
tugas / latihan yang
diberikan oleh guru
(writing activities)
91,42 94,28 94,28 97,14 94,28
4. Siswa mencatat hal-
hal penting atau
menyalin materi
yang disampaikan
42,85 45,71 40 42,85 42,85
53
(writing activities)
5. Siswa membuat
garis bilangan
dalam menentukan
kelipatan suatu
bilangan (drawing
activities)
74,28 85,71 - - 79,99
6. Siswa membuat
tabel petak
perkalian dalam
menentukan faktor
suatu bilangan
(drawing activities)
- - 68,57 57,14 62,85
7. Siswa bertanya,
menyanggah,
maupun
memberikan
pendapat pada saat
kegiatan
pembelajaran
berlangsung (oral
activities)
28,57 34,28 34,28 34,28 32,85
8. Siswa menjelaskan
jawaban atau
mempresentasikan
hasil diskusi di
depan kelas (oral
activities)
33,33 33,33 50 66,67 45,83
9. Siswa terlihat
antusias dan
semangat dalam
pembelajaran
(emotional
activities)
74,28 85,71 91,42 94,28 86,42
Rata-rata persentase tiap
pertemuan
58,62 67,73 67,67 69,75
Rata-rata persentase siklus
I
= 65,94
Rata-rata persentase
aktivitas siswa di tiap
aspek
= 67,30
54
1) Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin, 1 September 2014,
observer memberikan penilaian terhadap aktivitas guru dan siswa selama
proses pembelajaran berlangsung. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan
informasi bagi perbaikan pengajaran pada pertemuan selanjutnya.
Berdasarkan tabel observasi aktivitas mengajar guru di atas, hasil
observasi yang telah dilakukan oleh observer menyatakan bahwa peneliti
sudah melaksanakan semua aktivitas mengajar sesuai dengan aspek-aspek
yang tertulis tersebut, tetapi untuk aspek mengajak siswa melakukan kegiatan
belajar dengan menemukan sendiri harus ditingkatkan lagi, sebab pada
pertemuan pertama ini peneliti ingin memperkenalkan kepada siswa
bagaimana cara mengkonstruksi sendiri pengetahuannya sehingga peneliti
masih membantu siswa dalam hal tersebut. Peneliti masih membantu siswa
dengan menjelaskan terlebih dahulu secara singkat.
Berdasarkan tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa pada Tabel
4.2, dapat dilihat bahwa aktivitas belajar siswa pada pertemuan pertama ini
untuk beberapa aktivitas sudah menunjukkan kategori baik, tetapi untuk
aktivitas mencatat hal-hal penting (writing activities) dan aktivitas dalam
bertanya, berpendapat, maupun presentasi (oral activities) masih perlu
ditingkatkan lagi. Dan dapat dilihat pula bahwa persentase rata-rata aktivitas
siswa pada pertemuan pertama ini masih dalam kategori kurang.
2) Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Kamis, 4 September 2014,
observer memberikan penilaian terhadap aktivitas guru dan siswa selama
proses pembelajaran berlangsung. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan
informasi bagi perbaikan pengajaran pada pertemuan selanjutnya.
Merujuk pada Tabel 4.1 yaitu tabel observasi aktivitas mengajar guru,
peneliti sudah melaksanakan semua aktivitas mengajar sesuai dengan aspek-
aspek yang tertulis tersebut, tetapi untuk aspek kesesuaian waktu yang tertera
pada RPP dengan pelaksanannya masih perlu ditingkatkan lagi. Sebab, pada
55
pertemuan kedua ini peneliti kurang memperhatikan antara pembagian waktu
pada saat pelaksanaan kegiatan inti dengan pelaksanaan kegiatan penutup.
Sehingga diakhir kegiatan penutup, guru melakukan konfirmasi atau refleksi
tidak dengan maksimal. Hanya 3 siswa saja yang berpartisipasi dalam
menjawab pertanyaan lisan.
Selanjutnya untuk hasil observasi aktivitas siswa pada pertemuan
kedua ini sama seperti penjelasan sebelumnya, dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Berdasarkan tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa tersebut, dapat dilihat
bahwa aktivitas belajar siswa pada pertemuan kedua ini untuk beberapa
aktivitas sudah menunjukkan kategori baik, karena terlihat terjadi peningkatan
persentase dibeberapa aspek. Tetapi masih dalam masalah yang sama seperti
pada pertemuan pertama, untuk aktivitas mencatat hal-hal penting (writing
activities) dan aktivitas dalam bertanya, berpendapat, maupun presentasi (oral
activities) masih perlu ditingkatkan lagi walaupun sudah terjadi kenaikan
beberapa persen. Karena dapat dilihat pula pada persentase rata-rata aktivitas
siswa di pertemuan kedua ini masih termasuk ke dalam kategori cukup.
3) Pertemuan Ketiga
Pertemuan ketiga ini dilaksanakan pada hari Jum’at, 5 September
2014, observer memberikan penilaian terhadap aktivitas guru dan siswa
selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini dilakukan untuk
mendapatkan informasi bagi perbaikan pengajaran pada pertemuan
selanjutnya. Merujuk pada Tabel 4.1 yaitu tabel observasi aktivitas mengajar
guru, peneliti sudah melaksanakan semua aktivitas mengajar sesuai dengan
aspek-aspek yang tertulis tersebut, tetapi untuk beberapa aspek yang tidak
tertulis seperti terlalu cepatnya tempo dalam menjelaskan materi menjadi
salah satu kekurangan peneliti dalam pelaksanaan pembelajaran.
Selanjutnya untuk hasil observasi aktivitas siswa pada pertemuan
ketiga ini seperti yang tertera pada Tabel 4.2, dapat dilihat bahwa aktivitas
belajar siswa pada pertemuan ketiga ini untuk beberapa aktivitas sudah
menunjukkan kategori baik, karena terlihat terjadi peningkatan persentase
56
dibeberapa aspek. Tetapi masih dalam masalah yang sama seperti pada
pertemuan sebelumnya, untuk aktivitas mencatat hal-hal penting (writing
activities) dan aktivitas dalam bertanya, berpendapat, maupun presentasi (oral
activities) masih perlu ditingkatkan lagi walaupun sudah terjadi kenaikan
beberapa persen. Karena dapat dilihat pula pada persentase rata-rata aktivitas
siswa di pertemuan ketiga ini juga masih termasuk ke dalam kategori cukup.
4) Pertemuan Keempat
Pertemuan keempat ini dilaksanakan pada hari Senin, 8 September
2014, observer memberikan penilaian terhadap aktivitas guru dan siswa
selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini dilakukan untuk
mendapatkan informasi bagi perbaikan pengajaran pada pertemuan
selanjutnya.
Merujuk pada Tabel 4.1 yaitu tabel observasi aktivitas mengajar guru,
peneliti sudah melaksanakan semua aktivitas mengajar sesuai dengan aspek-
aspek yang tertulis tersebut, tetapi untuk aspek penggunaan media atau
pemodelan harus lebih ditingkatkan lagi. Harus lebih melibatkan partisipasi
siswa dalam penggunaan media dan harus ditambah lagi medianya sehingga
tidak hanya 2 atau 3 orang siswa yang meragakan di depan kelas.
Selanjutnya untuk hasil observasi aktivitas siswa pada pertemuan
keempat ini seperti yang tertera pada Tabel 4.2, dapat dilihat bahwa aktivitas
belajar siswa pada pertemuan keempat ini untuk beberapa aktivitas sudah
menunjukkan kategori baik, karena terlihat terjadi peningkatan persentase
rata-rata aktivitas dari 8 aspek penilaian tersebut. Dapat dilihat bahwa pada
aspek mengerjakan tugas atau latihan hampir semua siswa ikut berpartisipasi.
Jika sebelumnya ada beberapa siswa yang curang dengan tidak
mengumpulkan lembar jawabannya, maka pada pertemuan keempat ini hanya
1 siswa yang masih seperti itu. Jadi apabila dilihat dari rata-rata persentase
aktivitas siswa di pertemuan keempat ini juga masih termasuk ke dalam
kategori cukup.
57
Adapun penilaian pembelajaran siklus I dilaksanakan untuk mengukur
apakah ada keterkaitan antara keaktifan siswa dengan hasil belajarnya. Selain
itu, yang paling utama penilaian tersebut berguna untuk mengukur
ketercapaian indikator pembelajaran yang telah dilaksanakan selama I siklus
ini. Tes akhir siklus I dilaksanakan pada hari Kamis, 11 September 2014.
Pada tes akhir siklus I ini seluruh siswa kelas IV hadir dengan jumlah
35 siswa. Hasil penilaian pembelajaran pada siklus I dapat dilihat pada
Tabel 4.3.
Tabel 4.3
Hasil Belajar Matematika Siswa Pada Siklus I
No. Hasil Tes Nilai
1. Nilai Terendah 10
2. Nilai Tertinggi 100
3. Nilai Rata-rata 65,75
Berdasarkan tabel penilaian hasil belajar siswa pada siklus I di atas
diperoleh rata-rata nilai siswa 65,75. Dengan nilai tertinggi 100 dan nilai
terendah 10. Untuk lebih lengkapnya data semua hasil nilai siswa dapat dilihat
pada lampiran.
d. Refleksi
Berdasarkan data yang diperoleh melalui lembar observasi aktivitas
mengajar guru dan aktivitas belajar siswa, serta hasil penilaian keterampilan
menyimak pada siklus I, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1) Guru
a) Belum maksimal dalam menerapkan pembelajaran dengan kegiatan
belajar mengajak siswa menemukan sendiri dan mengkonstruksi
pengetahuannya (inkuiri dan konstruktivisme).
b) Kurangnya penyesuaian waktu yang tertera pada RPP dengan
pelaksanaannya.
c) Terlalu cepatnya tempo berbicara dalam menjelaskan materi.
58
d) Belum maksimal dalam menggunakan media atau pemodelan.
2) Siswa
a) Masih banyak yang tidak terlibat dalam aktivitas menulis (writing
activities) dalam hal mencatat atau menyalin materi yang disampaikan.
b) Masih banyak yang belum berani terlibat dalam aktivitas berbicara (oral
activities) dalam hal bertanya, menyanggah, maupun memberikan
pendapat pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.
c) Belum bertanggungjawab ketika mengerjakan tugas kelompok, sehingga
masih menghandalkan temannya yang pintar saja.
d) Belum terlibat dalam penggunaan media atau pemodelan.
e) Beberapa siswa masih sulit diatur dan suka mengganggu temannya yang
sedang serius belajar.
Berdasarkan hasil penilaian dari 35 siswa yang mengikuti tes akhir
siklus I mencapai rata-rata nilai 65,75. Hal ini berarti kegiatan pembelajaran
siklus I belum maksimal, dan masih perlu dilanjutkan pada siklus selanjutnya.
Sebab belum sesuai dengan hasil intervensi tindakan yang diharapkan.
Berdasarkan temuan kegiatan pembelajaran dan penilaian pada siklus
I, maka peneliti berencana melakukan perbaikan-perbaikan pada kegiatan
pembelajaran siklus II. Rencana perbaikan tersebut antara lain:
1) Memaksimalkan kegiatan inkuiri dan konstruktivisme pada proses
pembelajaran dengan memberikan siswa lembar permasalahan terlebih
dahulu baru peneliti menjelaskan materi.
2) Menyesuaikan waktu yang tertera pada RPP dengan pelaksanaannya yaitu
dengan mengatur waktu dengan sebaik-baiknya.
3) Memperbaiki tempo agar tidak terlalu cepat atau terlalu lambat ketika
menjelaskan materi.
4) Memaksimalkan dalam penggunaan media atau pemodelan dengan
menambah media yang digunakan dan mengajak siswa ikut serta.
5) Membiasakan siswa dalam aktivitas menulis (writing activities) dengan
menasehati dan memantaunya setiap kali diminta untuk mencatat.
59
6) Menumbuhkan keberanian siswa dalam aktivitas berbicara (oral activities)
dengan memotivasinya.
7) Menasehati siswa yang tidak bertanggungjawab saat diskusi agar tidak
menghandalkan salah satu temannya saja.
8) Mengatur siswa yang gaduh dan tidak disiplin pada saat proses
pembelajaran dengan memberikan sanksi apabila sudah terlalu melampaui
batas.
3. Penelitian Siklus II
Tindakan pembelajaran siklus II merupakan tindakan lanjutan
berdasarkan hasil refleksi pada tindakan pembelajaran siklus I. Kegiatan
penelitian pada siklus II dilaksanakan empat kali pertemuan, setiap
pertemuannya 2x35 menit (2 jam pembelajaran). Adapun tahap tindakan
pembelajaran pada siklus II adalah sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan siklus II ini dimulai dengan menyiapkan instrumen
pembelajaran yang dibuat sendiri oleh peneliti, seperti membuat Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan materi FPB dan KPK,
mempersiapkan LKS sebagai alat evaluasi, media atau alat peraga yang akan
digunakan sebagai pembantu dalam menyampaikan materi, dan
mempersiapkan instrumen penelitian seperti lembar observasi guru dan siswa
sebagai acuan pedoman penilaian aktivitas guru dan siswa selama proses
pembelajaran.
Target yang ingin dicapai pada siklus II ini adalah aktivitas mengajar
guru dan aktivitas belajar siswa semakin baik dalam proses pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan CTL dan hasil belajarnya pun semakin
meningkat. Dengan begitu dapat dikatakan jika aktivitas siswanya meningkat,
maka hasil belajarnya pun akan meningkat menjadi semakin baik.
60
b. Tahap Pelaksanaan
1) Pertemuan Kelima
Pertemuan kelima ini dilaksanakan pada hari Jum’at, 12 September
2014. Kegiatan pembelajaran berlangsung selama 2 jam pelajaran
(2 x 35 menit) yang dimulai pada pukul 10.15 sampai dengan pukul 11.25.
Pokok bahasan yang disampaikan adalah menentukan KPK dari dua bilangan.
Pada pertemuan kelima ini seluruh siswa yang hadir berjumlah 35 siswa.
Kegiatan pembelajaran diawali dengan membuka pelajaran,
mengkondisikan siswa, dan melakukan apersepsi dengan mengajukan
pertanyaan “Jika bel A berbunyi tiap 9 detik, bel B berbunyi setiap 5 detik,
pada detik ke berapa kedua bel akan berbunyi bersama untuk pertama
kalinya?”. Siswa menjawab “Cari kelipatan persekutuannya bu”, ada juga
yang menjawab “Tinggal dikaliin aja bu 9 sama 5 nya, kan nanti ketemu tuh
yang samanya”. Peneliti menjawab “Nah untuk lebih jelasnya akan ibu
jelaskan, untuk itu kalian perhatikan penjelasan ibu ya anak-anak”.
Selanjutnya kegiatan inti pembelajaran, peneliti menerapkan pendekatan CTL
dengan terlebih dahulu mengelompokkan siswa dan mengatur posisi
duduknya. Pengelompokkan siswa ini dilakukan agar siswa dapat bertukar
pikiran dengan temannya sehingga dapat menambah pengetahuan siswa.
Dalam pendekatan CTL, pengelompokkan siswa ini disebut masyarakat
belajar.
Setelah itu, peneliti menjelaskan kepada siswa “Baik anak-anak,
materi yang kita pelajari hari ini masih berhubungan dengan materi kelipatan
yang sebelumnya, untuk itu coba ibu minta perwakilan dari kalian untuk
menuliskan kelipatan 5 dan 9 di depan kelas”. Kemudian perwakilan siswa
pun maju ke depan kelas, hal ini dilakukan oleh peneliti agar siswa tersebut
menjadi contoh bagi siswa lainnya dan melatih keberanian siswa untuk
berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Pencontohan siswa untuk maju di
depan kelas ini merupakan bagian dari kegiatan CTL pemodelan. Lalu peneliti
pun menjelaskan KPK dari 5 dan 9 setelah perwakilan siswa menuliskan
61
62
63
malah menyebutkan angka yang seharusnya dicari KPK nya. Untuk jawaban
siswa yang benar dapat dilihat pada gambar yang berada di sisi kanan. Pada
gambar tersebut terlihat siswa menyebutkan kelipatan dari masing-masing
bilangan pada soal a dan b, serta untuk soal d siswa menyebutkan KPK nya.
Kegiatan akhir pembelajaran atau refleksi dalam CTL, yaitu dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan singkat kepada siswa. Dalam kegiatan
tanya-jawab ini, guru menunjuk siswa untuk menjawab pertanyaannya.
Dengan menunjuk siswa seperti itu, guru dapat melihat siswa mana saja yang
sudah paham dan belum paham terhadap materi yang telah disampaikan.
Adapun untuk tahap bertanya dalam CTL yaitu kegiatan bertanya atau tanya
jawab yang terjadi selama pembelajaran berlangsung. Dan untuk tahap
penilaian dalam CTL dilakukan peneliti dengan menilai aktivitas siswa
selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi dan
menilai juga dari hasil belajarnya. Kemudian kegiatan penutup dilanjutkan
dengan peneliti membuat kesimpulan bersama siswa, menyampaikan materi
yang akan datang, dan menutup pembelajaran dengan doa.
2) Pertemuan Keenam
Pertemuan keenam ini dilaksanakan pada hari Senin, 15 September
2014. Kegiatan pembelajaran berlangsung selama 2 jam pelajaran
(2 x 35 menit) yang dimulai pada pukul 07.30 sampai dengan pukul 08.40.
Pokok bahasan yang disampaikan adalah menentukan FPB dari dua bilangan.
Pada pertemuan keenam ini seluruh siswa yang hadir berjumlah 35 siswa.
Kegiatan pembelajaran diawali dengan membuka pelajaran,
melakukan apersepsi dan mengkondisikan siswa. Peneliti bertanya kepada
siswa “Misalkan kita mempunyai jeruk 12 buah dan rambutan 18 buah.
Kedua buah tersebut akan dibagi sama banyak kepada beberapa orang, maka
berapa jumlah maksimal yang didapatkan oleh tiap orangnya?”. Ada siswa
yang menjawab “Ah itu mah gampang bu, itu kan sama kaya yang kemarin ya
bu?dicari faktor persekutuanya kan bu?”. Peneliti menjawab “Ya benar salah
satu caranya kita harus mencari faktor dari masing-masing angka terlebih
64
dahulu”. Ada siswa yang menjawab lagi “Bu, kok belajarnya sama lagi yang
kaya kemarin? Tadi kata ibu mau belajar yang baru”. Peneliti menjawab lagi
“Nah iya baik anak-anak, pelajaran hari ini memang berbeda dengan yang
kemarin, tetapi memang masih ada kaitannya dengan materi yang
sebelumnya, kalian masih ingat kan tentang faktor dan faktor persekutuan?”.
Serempak siswa menjawab “Ooh masih lanjutannya ya bu..iya masih ingat
bu, kirain sama aja bu dengan yang kemarin”. Selanjutnya kegiatan inti
pembelajaran, peneliti menerapkan pendekatan CTL dengan terlebih dahulu
mengelompokkan siswa dan mengatur posisi duduknya. Pengelompokkan
siswa ini dilakukan agar siswa dapat bertukar pikiran dengan temannya
sehingga dapat menambah pengetahuan siswa. Dalam pendekatan CTL,
pengelompokkan siswa ini disebut masyarakat belajar. Setelah itu, untuk
melatih siswa agar terbiasa dalam kegiatan inkuiri dan konstruktivisme, guru
meminta siswa untuk mendiskusikan lembar permasalahan bersama teman
sekelompoknya.
Pada saat berdiskusi, siswa terlihat agak kebingungan dalam
menjawab soal sebab peneliti tidak menjelaskan sekilas terlebih dahulu, tetapi
langsung meminta siswa mengerjakan lembar permasalahan bersama
kelompoknya. Ada beberapa siswa yang bertanya kepada peneliti, tetapi
peneliti sengaja tidak memberikan jawabannya langsung agar siswa terlebih
dahulu mau mendiskusikannya dengan kelompok. Hal ini juga dimaksudkan
agar siswa belajar untuk menemukan dan mengkonstruksi sendiri
pengetahuannya. Dalam CTL, kegiatan ini disebut inkuiri dan
konstruktivisme. Setelah siswa berdiskusi dengan teman sekelompoknya,
peneliti meminta perwakilan siswa untuk membacakan hasil diskusinya di
depan kelas. Selama perwakilan siswa membacakan hasil diskusinya, peneliti
memberikan arahan dan koreksi jika terjadi kesalahan pada penjelasan siswa.
Setelah perwakilan siswa dari tiap kelompok membacakan hasil
diskusinya, barulah guru menjelaskan kepada siswa tentang konsep FPB dan
juga menjelaskan cara mencari FPB dari dua bilangan dapat dilakukan dengan
65
66
penilaian dalam CTL dilakukan peneliti dengan menilai aktivitas siswa
selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi dan
menilai juga dari hasil belajarnya. Kemudian kegiatan penutup dilanjutkan
dengan peneliti membuat kesimpulan bersama siswa, menyampaikan materi
yang akan datang, dan menutup pembelajaran dengan doa.
3) Pertemuan Ketujuh
Pertemuan ketujuh ini dilaksanakan pada hari Kamis, 18 September
2014. Kegiatan pembelajaran berlangsung selama 2 jam pelajaran
(2 x 35 menit) yang dimulai pada pukul 08.40 sampai dengan pukul 09.50.
Pokok bahasan yang disampaikan adalah pemecahan masalah yang berkaitan
dengan KPK. Pada pertemuan ketujuh ini seluruh siswa yang hadir berjumlah
35 siswa.
Kegiatan pembelajaran diawali dengan membuka pelajaran,
melakukan apersepsi dan mengkondisikan siswa. Selanjutnya kegiatan inti
pembelajaran, peneliti menerapkan pendekatan CTL dengan terlebih dahulu
mengelompokkan siswa dan mengatur posisi duduknya. Pengelompokkan
siswa ini dilakukan agar siswa dapat bertukar pikiran dengan temannya
sehingga dapat menambah pengetahuan siswa. Dalam CTL, pengelompokkan
siswa ini disebut masyarakat belajar. Setelah itu, untuk melatih siswa agar
terbiasa dalam kegiatan inkuiri dan konstruktivisme, guru meminta siswa
untuk mendiskusikan lembar permasalahan bersama teman sekelompoknya.
Pada saat diskusi kelompok, siswa sudah tidak asing lagi dengan
bentuk soal yang diberikan, sebab soal tersebut merupakan lanjutan dari
pemahaman siswa tentang materi KPK. Jadi, siswa terlihat lebih teratur dan
serius dalam berdiskusi dengan teman sekelompoknya. Kegiatan siswa
berdiskusi bersama teman sekelompoknya dimaksudkan agar siswa dapat
menemukan dan mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Dalam CTL,
kegiatan ini disebut inkuiri dan konstruktivisme. Setelah siswa berdiskusi
dengan teman sekelompoknya, peneliti meminta perwakilan siswa untuk
membacakan hasil diskusinya di depan kelas. Selama perwakilan siswa
67
68
Kegiatan akhir pembelajaran atau refleksi dalam CTL, yaitu dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan singkat kepada siswa. Dalam kegiatan
tanya-jawab ini, guru menunjuk siswa untuk menjawab pertanyaannya.
Dengan menunjuk siswa seperti itu, guru dapat melihat siswa mana saja yang
sudah paham dan belum paham terhadap materi yang telah disampaikan.
Adapun untuk tahap bertanya dalam CTL yaitu kegiatan bertanya atau tanya
jawab yang terjadi selama pembelajaran berlangsung. Dan untuk tahap
penilaian dalam CTL dilakukan peneliti dengan menilai aktivitas siswa
selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi dan
menilai juga dari hasil belajarnya. Kemudian kegiatan penutup dilanjutkan
dengan peneliti membuat kesimpulan bersama siswa, menyampaikan materi
yang akan datang, dan menutup pembelajaran dengan doa.
4) Pertemuan Kedelapan
Pertemuan kedelapan ini dilaksanakan pada hari Jum’at, 19 September
2014. Kegiatan pembelajaran berlangsung selama 2 jam pelajaran
(2 x 35 menit) yang dimulai pada pukul 10.15 sampai dengan pukul 11.25.
Pokok bahasan yang disampaikan adalah pemecahan masalah yang berkaitan
dengan FPB. Pada pertemuan kedelapan ini seluruh siswa yang hadir
berjumlah 35 siswa.
Kegiatan pembelajaran diawali dengan membuka pelajaran,
melakukan apersepsi dan mengkondisikan siswa. Peneliti bertanya “Baik
anak-anak, apakah kalian masih ingat tentang pelajaran yang lalu mengenai
FPB?”. Siswa serempak menjawab “Iya bu…masih ingat kok kita”. Peneliti
berbicara lagi “Bagus kalau begitu, berarti kalau kalian masih ingat sekarang
langsung mengerjakan latihan yaa bersama kelompok kalian, supaya kalian
bisa mengingat-ingat kembali materi FPB itu”. Siswa menjawab “Iya bu…”.
Tapi ada juga siswa yang menjawab “Yah ibu..udah lupa-lupa dikit bu”.
Peneliti menanggapi “Nah justru itu, ibu sengaja membuat kalian kerja
kelompok, agar kalian dapat bertukar pikiran dengan teman kalian, yang
sudah paham bisa menjelaskan ke yang belum paham, mudah bukan?”.
69
Selanjutnya kegiatan inti pembelajaran, peneliti menerapkan pendekatan CTL
dengan terlebih dahulu mengelompokkan siswa dan mengatur posisi
duduknya. Pengelompokkan siswa ini dilakukan agar siswa dapat bertukar
pikiran dengan temannya sehingga dapat menambah pengetahuan siswa.
Dalam CTL, pengelompokkan siswa ini disebut masyarakat belajar.
Setelah itu, untuk melatih siswa agar terbiasa dalam kegiatan inkuiri
dan konstruktivisme, guru meminta siswa untuk mendiskusikan lembar
permasalahan bersama teman sekelompoknya. Melalui kegiatan diskusi ini
diharapkan siswa dapat menemukan dan mengkonstruksi sendiri
pengetahuannya. Sama seperti pertemuan sebelumnya, pada saat diskusi
kelompok siswa sudah mulai terbiasa dan tidak asing dengan soal yang
diberikan. Sebab soal yang diberikan masih berhubungan dengan konsep FPB
yang telah dipelajari sebelumnya. Setelah siswa berdiskusi dengan teman
sekelompoknya, peneliti meminta perwakilan siswa untuk membacakan hasil
diskusinya di depan kelas. Selama perwakilan siswa membacakan hasil
diskusinya, peneliti memberikan arahan dan koreksi jika terjadi kesalahan
pada penjelasan siswa.
Setelah perwakilan siswa dari tiap kelompok membacakan hasil
diskusinya, barulah guru menjelaskan kepada siswa tentang cara
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan FPB. Peneliti berkata:
“Bagaimana anak-anak, sudah mengerti kan cara menjawab soalnya? Jadi,
sama saja seperti kemarin, kalian cermati terlebih dahulu soalnya, baru deh
kalian cari faktor dari masing-masing bilangan dan mencari faktor
persekutuannya yang paling besar. Jika kalian sudah paham, sekarang coba
ibu minta perwakilan 2 orang untuk mengerjakan soal di depan kelas”. Lalu
setelah itu guru meminta perwakilan siswa mengerjakan contoh soal di depan
kelas agar menjadi contoh bagi siswa yang lain. Kemudian beberapa siswa
mengacungkan jarinya dan guru memilih 2 orang diantaranya. Pencontohan
siswa untuk maju di depan kelas ini merupakan bagian dari kegiatan CTL
pemodelan.
70
Pada pertemuan kedelapan ini siswa sudah tertib dan teratur sebab
sudah terbiasa dengan pendekatan yang dipakai guru dalam pembelajaran.
Partisipasi siswa pun menjadi lebih meningkat dan rata-rata dari semua aspek
aktivitas pun sudah hampir terlaksana dengan sempurna. Kegiatan akhir
pembelajaran atau refleksi dalam CTL, yaitu dengan memberikan pertanyaan-
pertanyaan singkat kepada siswa. Dalam kegiatan tanya-jawab ini, guru
menunjuk siswa untuk menjawab pertanyaannya. Dengan menunjuk siswa
seperti itu, guru dapat melihat siswa mana saja yang sudah paham dan belum
paham terhadap materi yang telah disampaikan. Adapun untuk tahap bertanya
dalam CTL yaitu kegiatan bertanya atau tanya jawab yang terjadi selama
pembelajaran berlangsung. Dan untuk tahap penilaian dalam CTL dilakukan
peneliti dengan menilai aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan
menggunakan lembar observasi dan menilai juga dari hasil belajarnya.
Kemudian kegiatan penutup dilanjutkan dengan peneliti membuat kesimpulan
bersama siswa, menyampaikan materi yang akan datang, dan menutup
pembelajaran dengan doa.
c. Tahap Observasi/Pengamatan
Tahap pengamatan pada siklus II ini dilakukan bersamaan dengan
tahap pelaksanaan pembelajaran. Tahap pengamatan ini dilakukan pada setiap
pertemuan oleh observer yang merupakan teman sejawat peneliti. Seperti pada
siklus I, agar lebih efisien, untuk tabel observasi guru pada setiap pertemuan,
dapat dilihat pada Tabel 4.1 dengan keterangan yang akan dijelaskan
deskripsinya pada setiap pertemuan. Begitu pula dengan hasil observasi
aktivitas siswa, untuk kelengkapan hasil observasi di tiap pertemuannya dapat
dilihat pada lampiran. Sedangkan pada bagian ini hanya dituliskan
rekapitulasinya saja.
71
Tabel 4.4
Rekapitulasi Persentase Rata-rata Aktivitas Siswa Siklus II
No. Aspek Yang
Diamati
Siklus II Rata-
rata 5 6 7 8
1. Siswa
memperhatikan
gambar maupun
demonstrasi yang
ditampilkan pada
saat pembelajaran
(visual activities)
91,42 91,42 91,42 100 93,56
2. Siswa
mendengarkan atau
memperhatikan
penjelasan guru
(listening activities)
94,28 94,28 94,28 100 95,71
3. Siswa mengerjakan
tugas / latihan yang
diberikan oleh guru
(writing activities)
100 100 100 100 100
4. Siswa mencatat hal-
hal penting atau
menyalin materi
yang disampaikan
(writing activities)
51,42 57,14 71,42 80 64,99
5. Siswa membuat
garis bilangan dalam
menentukan
kelipatan suatu
bilangan (drawing
activities)
68,57 - 74,28 - 71,42
6. Siswa membuat
tabel petak perkalian
dalam menentukan
faktorsuatu bilangan
(drawing activities)
- 68,57 - 80 74,28
7. Siswa bertanya,
menyanggah,
maupun memberikan
pendapat pada saat
kegiatan
pembelajaran
berlangsung (oral
activities)
42,85 65,71 65,71 65,71 59,99
72
8. Siswa menjelaskan
jawaban atau
mempresentasikan
hasil diskusi di
depan kelas (oral
activities)
100 100 100 100 100
9. Siswa terlihat
antusias dan
semangat dalam
pembelajaran
(emotional
activities)
97,14 100 100 100 99,28
Rata-rata persentase tiap
pertemuan
80,71 84,64 87,13 88,92
Rata-rata persentase siklus
II
Rata-rata persentase
aktivitas siswa pada tiap
aspek
1) Pertemuan Kelima
Pertemuan kelima dilaksanakan pada hari Jum’at, 12 September 2014,
observer memberikan penilaian terhadap aktivitas guru dan siswa selama
proses pembelajaran berlangsung. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan
informasi bagi perbaikan pengajaran pada pertemuan selanjutnya.
Seperti pertemuan-pertemuan sebelumnya, merujuk pada Tabel 4.1
yaitu tabel observasi aktivitas mengajar guru, bahwa aktivitas mengajar guru
pada pertemuan kelima dalam siklus II ini semua aspek yang diamati sudah
menunjukkan kategori baik. Terutama untuk aspek mengajak siswa untuk
melakukan kegiatan belajar dengan inkuiri dan konstruktivisme.
Selanjutnya untuk hasil observasi aktivitas siswa pada pertemuan
kelima ini seperti yang tertera pada Tabel 4.4, dapat dilihat bahwa aktivitas
belajar siswa pada pertemuan kelima ini rata-rata aktivitas sudah
menunjukkan kategori baik, karena terlihat terjadi peningkatan persentase
dibeberapa aspek. Untuk aktivitas mencatat hal-hal penting (writing
activities) dan aktivitas dalam bertanya, berpendapat, maupun presentasi (oral
73
activities) juga sudah terjadi kenaikan beberapa persen tetapi harus lebih
ditingkatkan lagi sebab aspek tersebut belum mencapai 60 %. Dan dapat
dilihat pula pada persentase rata-rata aktivitas siswa di pertemuan kelima ini
sudah mencapai pada kategori baik.
2) Pertemuan Keenam
Pertemuan keenam dilaksanakan pada hari Senin, 15 September 2014,
observer memberikan penilaian terhadap aktivitas guru dan siswa selama
proses pembelajaran berlangsung. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan
informasi bagi perbaikan pengajaran pada pertemuan selanjutnya.
Merujuk pada tabel 4.1 yaitu tabel observasi aktivitas mengajar guru,
bahwa aktivitas mengajar guru pada pertemuan keenam dalam siklus II ini
semua aspek yang diamati sudah menunjukkan kategori baik. Terutama untuk
aspek mengajak siswa untuk melakukan kegiatan belajar dengan inkuiri dan
konstruktivisme, pengucapan intonasi yang tidak terlalu cepat atau lambat
ketika menjelaskan materi, dan penggunaan media dengan melibatkan siswa.
Selanjutnya untuk hasil observasi aktivitas siswa pada pertemuan
keenam ini seperti yang tertera pada Tabel 4.4, dapat dilihat bahwa aktivitas
belajar siswa pada pertemuan keenam ini rata-rata aktivitas sudah
menunjukkan kategori baik, karena terlihat terjadi peningkatan persentase
dibeberapa aspek. Terlihat pada Tabel 4.4, rata-rata aktivitas siswa sudah
mencapai persentase 60% hanya masih ada 1 aktivitas yang belum mencapai
60% yaitu aktivitas mencatat hal-hal penting atau menyalin materi yang
disampaikan. Aktivitas tersebut belum mencapai 60% sebab masih ada
beberapa siswa yang malas untuk mencatat ketika guru menjelaskan. Dan
dapat dilihat pula pada persentase rata-rata aktivitas siswa dari pertemuan
kelima hingga pertemuan keenam ini aktivitas siswa dapat dikatakan sudah
mulai konsisten, yaitu bertahan pada kategori baik.
3) Pertemuan Ketujuh
Pertemuan ketujuh dilaksanakan pada hari Kamis, 18 September 2014,
observer memberikan penilaian terhadap aktivitas guru dan siswa selama
74
proses pembelajaran berlangsung. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan
informasi bagi perbaikan pengajaran pada pertemuan selanjutnya.
Merujuk pada Tabel 4.1 yaitu tabel observasi aktivitas mengajar guru,
bahwa aktivitas mengajar guru pada pertemuan ketujuh dalam siklus II ini
semua aspek yang diamati sudah menunjukkan kategori baik. Jadi, dapat
dikatakan peneliti sudah mulai konsisten dalam melaksanakan proses
pembelajaran.
Selanjutnya untuk hasil observasi aktivitas siswa pada pertemuan
ketujuh ini seperti yang tertera pada Tabel 4.4, dapat dilihat bahwa aktivitas
belajar siswa pada pertemuan ketujuh ini rata-rata aktivitas sudah
menunjukkan kategori baik, karena terlihat terjadi peningkatan persentase
dibeberapa aspek. Terlihat pada Tabel 4.4, rata-rata aktivitas siswa sudah
mencapai persentase 60%. Dan dapat dilihat pula pada persentase rata-rata
aktivitas siswa di pertemuan ketujuh ini juga masih tetap bertahan pada
kategori baik.
4) Pertemuan Kedelapan
Pertemuan kedelapan dilaksanakan pada hari Jum’at, 19 September
2014, observer memberikan penilaian terhadap aktivitas guru dan siswa
selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini dilakukan untuk
mendapatkan informasi bagi perbaikan pengajaran pada pertemuan
selanjutnya.
Merujuk pada Tabel 4.1 yaitu tabel observasi aktivitas mengajar guru,
bahwa aktivitas mengajar guru pada pertemuan terakhir dalam siklus II ini
semua aspek yang diamati sudah menunjukkan kategori baik. Jadi, dapat
dikatakan peneliti sudah mulai konsisten dalam melaksanakan proses
pembelajaran.
Selanjutnya untuk hasil observasi aktivitas siswa pada pertemuan
kedelapan ini seperti yang tertera pada Tabel 4.4, dapat dilihat bahwa aktivitas
belajar siswa pada pertemuan terakhir ini rata-rata aktivitas sudah
menunjukkan kategori baik, karena terlihat terjadi peningkatan persentase
75
dibeberapa aspek. Terlihat pada Tabel 4.4, rata-rata aktivitas siswa pada tiap
aspek sudah mencapai persentase 60%. Dan dapat dilihat pula pada persentase
rata-rata aktivitas siswa di pertemuan kedelapan ini juga masih tetap bertahan
pada kategori baik.
Adapun penilaian pembelajaran siklus II dilaksanakan untuk
mengukur ketercapaian indikator pembelajaran yang telah dilaksanakan
selama II siklus ini. Selain itu juga peneliti ingin mengetahui apakah ada
keterkaitan antara keaktifan siswa dengan hasil belajarnya. Tes akhir siklus II
dilaksanakan pada hari Senin, 22 September 2014. Pada tes akhir siklus II ini
seluruh siswa kelas IV hadir dengan jumlah 35 siswa. Hasil penilaian
pembelajaran pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.5
Hasil Belajar Matematika Siswa Pada Siklus II
No. Hasil Tes Nilai
1. Nilai Terendah 25
2. Nilai Tertinggi 100
3. Nilai Rata-rata 71,06
Berdasarkan tabel penilaian hasil belajar siswa pada siklus II di atas
diperoleh rata-rata nilai siswa 71,06. Dengan nilai tertinggi 100 dan nilai
terendah 25. Untuk lebih lengkapnya data semua hasil nilai siswa dapat dilihat
pada lampiran.
d. Refleksi
Berdasarkan data yang diperoleh melalui lembar observasi guru dan
siswa pada siklus II, maka dapat dijelaskan bahwa proses pembelajaran
selama siklus II ini sudah berjalan dengan baik, penerapan pendekatan CTL
pada semua tahapan dan langkah-langkah pembelajarannya sudah
dilaksanakan dengan baik. Sebab persentase aktivitas siswa yang sebelumnya
kurang menjadi baik pada akhir siklus II ini. Begitu juga dengan hasil tes
76
siswa, pada siklus II ini sudah menunjukkan peningkatan, hal ini dapat dilihat
dari nilai hasil tes akhir siklus II yang menunjukkan semua siswa kelas IV
telah mencapai nilai rata-rata >70.
B. Analisis Data
Tahap analisis dimulai dengan membaca keseluruhan data yang ada dari
berbagai sumber baik tes maupun non tes. Diantaranya sebagai berikut:
1. Data Hasil Observasi Aktivitas Pembelajaran
Berdasarkan hasil penelitian terhadap aktivitas siswa yang dilakukan
selama dua siklus, diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.6
Perbandingan Persentase Rata-rata Aktivitas Siswa
No. Aspek Yang Diamati Persentase
Siklus I
Persentase
Siklus II
1. Siswa memperhatikan gambar maupun
demonstrasi yang ditampilkan pada saat
pembelajaran (visual activities)
76,42 % 93,56 %
2. Siswa mendengarkan atau
memperhatikan penjelasan guru
(listening activities)
84,28 % 95,71 %
3. Siswa mengerjakan tugas / latihan yang
diberikan oleh guru (writing activities)
94,28 % 100 %
4. Siswa mencatat hal-hal penting atau
menyalin materi yang disampaikan
(writing activities)
42,85 % 64,99 %
5. Siswa membuat garis bilangan dalam
menentukan kelipatan suatu bilangan
(drawing activities)
79,99 % 71,42 %
6. Siswa membuat tabel petak perkalian
dalam menentukan faktorsuatu bilangan
(drawing activities)
62,85 % 74,28 %
7. Siswa bertanya, menyanggah, maupun
memberikan pendapat pada saat kegiatan
pembelajaran berlangsung (oral
activities)
32,85 % 59,99 %
8. Siswa menjelaskan jawaban atau
mempresentasikan hasil diskusi di depan
kelas (oral activities)
45,83 % 100 %
9. Siswa terlihat antusias dan semangat 86,42 % 99,28 %
77
dalam pembelajaran (emotional
activities)
Rata-rata Persentase 67,30 % 84,35 %
Berdasarkan hasil penelitian terhadap aktivitas siswa pada tabel di atas,
dapat dilihat adanya peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hal ini ditunjukkan dari
hasil pengamatan pada siklus I bahwa rata-rata persentase aktivitas siswa untuk
tiap aspek pada siklus I sebesar 67,30%. Sedangkan pada siklus II rata-rata
persentase aktivitas siswa untuk setiap aspek yaitu 84,35%. Kemudian untuk rata-
rata aktivitas siswa yang dinilai berdasarkan rata-rata tiap pertemuan, pada siklus
I mencapai rata-rata persentase sebesar 65,94%, sedangkan pada siklus II rata-rata
aktivitas siswa selama 4 pertemuan mencapai rata-rata persentase sebesar 85,25%.
Dengan demikian setelah pembelajaran siklus II, indikator peningkatan aktivitas
siswa yang diharapkan sudah tercapai.
2. Data Hasil Belajar Siswa
Dari hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II diperoleh rata-rata nilai
siswa yang digambarkan dalam tabel sebagai beikut:
Tabel 4.7
Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa
Hasil Tes Siswa Nilai
Siklus I Siklus II
Nilai tertinggi 100 100
Nilai terendah 10 25
Nilai Rata-rata 65,75 71,06
Indikator ketercapaian hasil belajar siswa dalam penelitian ini adalah jika
rata-rata nilai hasil tes siswa telah mencapai nilai >70 maka penelitian dihentikan.
Dilihat dari tabel diatas bahwa rata-rata nilai tes akhir pada siklus I sebesar 65,75
dan rata-rata nilai tes akhir pada siklus II sebsar 71,06 hal tersebut berarti hasil
belajar siswa selama dua siklus ini mengalami peningkatan sebesar 5,31.
78
0
20
40
60
80
100
120
Siklus I Siklus II
aspek 1
aspek 2
aspek 3
aspek 4
aspek 5
aspek 6
aspek 7
aspek 8
aspek 9
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap aktivitas siswa yang dilakukan
selama dua siklus, sebagaimana yang terdapat pada Tabel 4.6 hal ini
menunjukkan bahwa rata-rata persentase aktivitas siswa meningkat. Yaitu, pada
siklus I sebesar 67,30% sedangkan pada siklus II rata-rata persentase aktivitas
siswanya sebesar 84,35%. Hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran
dengan merujuk pada Tabel 4.6 dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4.10
Grafik Persentase Aktivitas Siswa
Grafik di atas menunjukkan bahwa terdapat peningkatan rata-rata
aktivitas siswa dari siklus I sampai ke siklus II, meskipun pada aspek yang ke 5
yaitu aktivitas membuat garis bilangan terjadi penurunan dari siklus I ke siklus II
sebesar 8,57%. Dari pengamatan yang dilakukan diketahui rata-rata persentase
aktivitas yang mengalami peningkatan cukup baik yaitu aktivitas menjelaskan
jawaban atau mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas, pada siklus I sebesar
45,83% sedangkan pada siklus II nya sebesar 100%. Hal ini disebabkan, pada
siklus I siswa yang mempresentasikan hasil diskusi hanya sekitar 2 atau 3 orang
saja ditiap pertemuan dari 6 kelompok yang ada. Sedangkan pada siklus II siswa
79
sudah mulai berani, sehingga semua perwakilan kelompok mau
mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas.
Selain dua aspek aktivitas di atas, aktivitas-aktivitas siswa yang lainnya
pun mengalami kenaikan persentase. Untuk aktivitas memperhatikan gambar
maupun demonstrasi yang ditampilkan pada saat pembelajaran pada siklus I
sebesar 76,92% sedangkan pada siklus II sebesar 93,56%. Selanjutnya untuk
aktivitas mendengarkan dan menyimak penjelasan guru maupun diskusi pada
siklus I sebesar 84,28% sedangkan pada siklus II sebesar 95,71%. Kemudian
aspek mengerjakan tugas atau latihan pada siklus I sebesar 94,28% sedangkan
pada siklus II sebesar 100%. Ini artinya pada siklus II rata-rata semua siswa
mengerjakan tugas atau latihan tidak seperti pada siklus I masih ditemukan
beberapa siswa yang tidak mengumpulkan tugasnya karena belum selesai dan
malas mengerjakannya.
Untuk aspek mencatat hal-hal penting atau menyalin materi yang
disampaikan pada siklus I sebesar 42,85% sedangkan pada siklus II sebesar
64,99%. Pada aspek ini tidak terlalu terjadi kenaikan yang signifikan sebab rata-
rata siswa di kelas malas untuk mencatat ketika guru sedang menjelaskan. Bahkan
ketika diminta untuk menyalin tulisan yang ada di papan tulis pun masih banyak
di antara siswa tersebut yang mengeluh dan beralasan capek untuk menulis. Lalu
pada aspek membuat table petak perkalian dalam menentukan factor suatu
bilangan pada siklus I sebesar 62,85% sedangkan pada siklus II sebesar 74,28%.
Selanjutnya aspek bertanya, menyanggah, maupun memberikan pendapat pada
siklus I sebesar 32,85% sedangkan pada siklus II sebesar 59,99%. Dan yang
terakhir untuk aspek antusias dan semangat siswa dalam pembelajaran pada siklus
I sebesar 86,42% sedangkan pada siklus II sebesar 99,28%.
Berdasarkan hasil penelitian, data yang diperoleh menunjukkan bahwa
rata-rata persentase aktivitas siswa untuk setiap aspek pada siklus I sebesar
67,30% sedangkan rata-rata persentase pada siklus II sebesar 84,35%. Adapun
perolehan hasil belajar matematika siswa pada siklus I dan II diketahui bahwa
nilai rata-rata hasil belajar siswa meningkat setelah diterapkan pembelajaran
80
0
20
40
60
80
100
120
Siklus I Siklus II
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Rata-rata
dengan pendekatan CTL. Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 65,75
dan meningkat pada siklus II menjadi 71,06. Hal ini berarti rata-rata hasil belajar
siswa mengalami peningkatan sebesar 5,31. Untuk hasil belajar matematika siswa
pada siklus I dan II yang merujuk pada Tabel 4.7 dapat dilihat pada Gambar 4.11.
Gambar 4.11
Grafik Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan hasil observasi/pengamatan, data yang diperoleh
menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika pada materi
FPB dan KPK dengan penerapan pendekatan CTL mengalami peningkatan dari
siklus I sampai siklus II secara berurutan yaitu 67,30% dan 84,35%. Indikator
keberhasilan aktivitas siswa pada penelitian ini ditetapkan jika sudah mencapai
pada kategori baik yaitu dengan persentase >80%. Berdasarkan indikator tersebut,
maka ketercapaian aktivitas siswa terjadi pada siklus II. Aktivitas siswa pada
siklus I belum optimal. Penerapan pendekatan CTL ini bagi siswa masih
merupakan hal baru. Walaupun mereka sudah pernah melakukan pembelajaran
kelompok dan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pada saat diskusi masih
banyak siswa yang tidak serius dan hanya menghandalkan temannya saja, begitu
pula dengan keberanian untuk berbicara, masih banyak siswa yang malu-malu dan
takut salah apabila bertanya maupun berpendapat.
Keaktifan siswa dalam pembelajaran ternyata memberi efek kepada hasil
belajarnya. Hasil belajar yang diperoleh dalam penelitian ini juga mengalami
81
peningkatan yang cukup baik. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
menyebabkan interaksi yang baik antara guru dan siswa maupun antara siswa
dengan siswa yang lain, sehingga dapat dikatakan bahwa aktivitas merupakan hal
yang sangat penting dalam peningkatan prestasi atau hasil belajar.
Dilihat dari hasil observasi, dokumentasi, dan tes hasil belajar pada tiap
akhir siklus, terlihat bahwa penerapan pendekatan CTL dalam pembelajaran
matematika pada materi FPB dan KPK dapat meningkatkan aktivitas belajar
siswa dan juga memberikan kontribusi terhadap hasil belajar matematika yang
diperoleh siswa kelas IV MI Mathlaul Anwar Benda Baru-Pamulang.
82
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Penerapan pendekatan CTL pada proses pembelajaran matematika pada
materi FPB dan KPK dapat meningkatkan aktivitas siswa. Rata-rata
persentase aktivitas siswa untuk setiap aspek pada siklus I sebesar 67,30%
sedangkan persentase rata-rata aktivitas siswa pada siklus II mencapai
84,35%. Begitu pula dengan rata-rata persentase aktivitas siswa ditiap
siklus, mengalami peningkatan pada siklus I sebesar 65,94% dan pada
siklus II sebesar 85,25%. Jadi, dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa
sudah termasuk pada kategori baik.
2. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL juga dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa, hal ini terlihat pada siklus I
rata-rata hasil belajar siswa sebesar 65,75 sedangkan pada siklus II sebesar
71,06. Dengan tercapainya nilai rata-rata siswa >70 maka dapat dikatakan
bahwa hasil intervensi tindakan yang diharapkan telah tercapai.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksakan oleh peneliti, maka
peneliti memberikan saran:
1. Hendaknya guru menjadikan pendekatan CTL sebagai salah satu alternatif
yang dapat diterapkan dalam mengajarkan materi FPB dan KPK karena
dengan pendekatan tersebut dapat melatih siswa agar berani berpartisipasi
aktif dalam pembelajaran dan belajar secara mandiri dalam menemukan
dan mengkonstruksi pengetahuannya. Sehingga siswa dapat lebih
memahami materi yang diajarkan dan hasil belajarnya pun meningkat.
83
2. Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya dapat mengembangkan pendekatan
CTL dengan menerapkannya pada konsep yang lain atau mata pelajaran
yang lain. Sebab penerapan pendekatan CTL dapat memberikan manfaat
kepada siswa bukan hanya dalam meningkatkan aktivitas dan
pemahamannya pada materi tetapi juga dapat memberikan kontribusi pada
kehidupan sehari-hari siswa.
84
DAFTAR PUSTAKA
A.M, Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2011.
Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2012.
-----------------. dkk. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007.
B. Johnson, Elaine. CTL Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan
Bermakna. Bandung: Kaifa, 2010.
Dwi Rahayu, Gelar dan Munasprianto Ramli. Pendekatan Baru Dalam Pembelajaran
Sains dan Matematika Dasar. Jakarta: Project Implementation Committee
(PIC) UIN Jakarta, 2007.
H. E. T. Ruseffendi. Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung:
Tarsito, 2006.
Heruman. Model Pembelajaran Matematika. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2007.
Kurniawan, Endang dan Endah Mutaqimah. Penilaian KKG. Jakarta: Depdiknas,
2009.
Kusumah, Wijaya dan Dedi Dwitagama. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Indeks, 2012.
Masithoh dan Laksmi Dewi. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam
Depag RI, 2009.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 74 Tahun 2008 Tentang Guru.
Purwanto, M. Ngalim. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2012.
Rusman. Model-model Pembelajaran : Mengembangkan Profesionalisme Guru.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013.
Sanjaya, Wina. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Jakarta: Kencana, 2011.
85
-------------------. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana, 2010.
-------------------. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana, 2008.
Sudijono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2013.
Suwangsih, Erna dan Tiurlina. Model Pembelajaran Matematika. Bandung: UPI
PRESS, 2006.
Trianto. Mendesain Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi
Konstruktivistik. Jakarta: Kencana, 2010.
-------------------. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Perpustakaan Nasional, 2007.
Yamin, Martinis. Desain Baru Pembelajaran Konstruktivistik. Jakarta: Referensi,
2012.
-------------------. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press, 2010.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
1. Satuan Pendidikan : MI Mathlaul Anwar
2. Mata Pelajaran : Matematika
3. Kelas/Semester : IV (Empat) / I (Satu)
4. Pertemuan ke- : 1 dan 2
5. Alokasi waktu : 4x35 menit
6. Standar Kompetensi : 2. Memahami dan menggunakan faktor dan kelipatan dalam pemecahan masalah
7. Kompetensi Dasar : 2.1 Mendeskripsikan konsep faktor dan kelipatan
2.2 Menetukan kelipatan dan faktor bilangan
8. Indikator :
Mengidentifikasi kelipatan suatu bilangan dengan menggunakan garis bilangan
Menentukan kelipatan persekutuan dua bilangan
9. Tujuan Pembelajaran :
Siswa dapat mengidentifikasi kelipatan suatu bilangan dengan menggunakan garis bilangan
Siswa dapat menentukan kelipatan persekutuan dua bilangan
10. Materi Ajar : FPB dan KPK
11. Pendekatan Pembelajaran : Contextual Teaching and Learning (CTL)
12. Metode Pembelajaran : Ceramah, diskusi, tanya jawab
13. Langkah-langkah Pembelajaran :
Langkah-
langkah
Pembelajaran
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Karakter yang
Diharapkan
Waktu
Kegiatan Awal Guru membuka kegiatan pembelajaran
dengan mengucap salam dan
menanyakan kabar para siswa.
Melakukan pengkondisian kelas dengan
memotivasi para siswa agar semangat
dalam memulai pembelajaran.
Guru memulai pembelajaran dengan
membaca doa bersama para siswa.
Melakukan kegiatan apersepsi, dengan
cara mengajukan pertanyaan kepada
Menjawab salam dan kabar.
Siswa mengikuti instruksi dari guru
dengan seksama.
Siswa mengikuti instruksi dari
guru dengan seksama.
Para siswa berpartisipasi dalam
menjawab pertanyaan dengan
Religius
Aktif
Berani
Disiplin
5 menit
siswa “Jika sebuah toko grosir pakaian
memberikan bonus sebuah kaos untuk
setiap pembelian 4 kaos atau
kelipatannya. Berapa sajakah jumlah
kaos yang harus dibeli agar
mendapatkan bonus?”
Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran pada hari ini dan
menyebutkan manfaatnya jika siswa
menguasai materi yang akan dipelajari
berbagai macam jawaban.
Siswa menyimak penjelasan guru
dengan seksama.
Kegiatan inti
Eksplorasi
Guru membagi siswa ke dalam 4
kelompok. (masyarakat belajar)
Siswa membentuk kelompok
dengan bantuan guru.
Kerja sama
Disiplin
20 menit
Melalui metode ceramah, guru
menjelaskan kepada siswa tentang
kelipatan suatu bilangan dan kelipatan
persekutuan dua bilangan.
Guru menjelaskan cara mencari
kelipatan suatu bilangan dapat
dilakukan dengan menggunakan garis
bilangan.
Guru memberikan contoh soal yang
Siswa mendengarkan penjelasan
mengenai kelipatan suatu bilangan
dan kelipatan persekutuan dua
bilangan.
Aktif
berkaitan dengan kelipatan persekutuan
dua bilangan.
Elaborasi Dengan menggunakan garis bilangan,
guru memerintahkan beberapa siswa
untuk menentukan kelipatan suatu
bilangan di depan kelas. (pemodelan)
Guru memberikan LKS kepada tiap
kelompok dan meminta siswa agar
mendiskusikan dengan teman
sekelompoknya tentang pertanyaan-
pertanyaan yang terdapat pada LKS.
(inkuiri dan konstruktivisme)
Guru memberikan Lembar
Permasalahan tentang kelipatan
persekutuan dua bilangan kepada tiap
kelompok. (inkuiri dan
konstruktivisme)
Guru memerintahkan perwakilan
kelompok agar mempresentasikan hasil
diskusi kelompoknya.
Beberapa siswa maju ke depan
kelas untuk menjawab pertanyaan
dari guru.
Siswa berdiskusi bersama
kelompoknya dalam mengisi LKS
dan lembar permasalahan yang
telah diberikan oleh guru.
Perwakilan kelompok
mempresentasikan hasil diskusi
bersama kelompoknya.
Kerja sama
Menghargai
pendapat
Percaya diri
Kritis
20 menit
Konfirmasi Guru memberikan penjelasan, arahan Siswa mendengarkan secara Disiplin 5 menit
dan koreksi terhadap hasil diskusi
kelompok tentang materi pada hari ini
agar tidak terjadi miskonsepsi dan
memberikan konsep-konsep tambahan
untuk lebih memperkuat hasil dari
kegiatan siswa.
seksama penjelasan dari guru.
Kegiatan Penutup Guru memberikan kesempatan pada
siswa untuk bertanya tentang hal yang
belum dimengerti.
Guru dan siswa bersama-sama
memberikan kesimpulan mengenai
materi yang telah dipelajari.
Guru memberikan pertanyaan-
pertanyaan singkat secara verbal
mengenai materi yang telah
disampaikan.
Guru menyampaikan tujuan atau materi
yang akan datang.
Guru menutup pembelajaran dengan
membaca doa dan memberi salam.
Siswa yang belum mengerti
bertanya kepada guru tentang hal
yang belum dimengertinya itu.
Siswa memberikan kesimpulan
dengan bantuan guru.
Siswa yang ditunjuk menjawab
pertanyaan yang dilontarkan oleh
guru.
Siswa menyimak perintah guru
dengan seksama.
Siswa berdoa dengan instruksi
guru dan menjawab salam.
Jujur
Disiplin
Percaya diri
Religius
5 menit
14. Alat dan bahan : garis bilangan, LKS, lembar permasalahan
15. Sumber : Buku paket Matematika untuk MI kelas IV, internet
16. Penilaian : Tes tulisan berupa tugas mengisi LKS
Mengetahui,
Guru Matematika Kelas IV Peneliti
Nuryati, S.Sos. Ai Herawati
Kepala MI Mathlaul Anwar
H. M. Getong, S.Pd. I.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
1. Satuan Pendidikan : MI Mathlaul Anwar
2. Mata Pelajaran : Matematika
3. Kelas/Semester : IV (Empat) / I (Satu)
4. Pertemuan ke- : 3 dan 4
5. Alokasi waktu : 4x35 menit
6. Standar Kompetensi : 2. Memahami dan menggunakan faktor dan kelipatan dalam pemecahan masalah
7. Kompetensi Dasar : 2.1 Mendeskripsikan konsep faktor dan kelipatan
2.2 Menetukan kelipatan dan faktor bilangan
8. Indikator :
Mengidentifikasi faktor suatu bilangan dengan menggunakan tabel petak perkalian
Menentukan faktor persekutuan dua bilangan
9. Tujuan Pembelajaran :
Siswa dapat mengidentifikasi faktor suatu bilangan dengan menggunakan tabel petak perkalian
Siswa dapat menentukan faktor persekutuan dua bilangan
10. Materi Ajar : FPB dan KPK
11. Pendekatan Pembelajaran : Contextual Teaching and Learning (CTL)
12. Metode Pembelajaran : Ceramah, diskusi, tanya jawab
13. Langkah-langkah Pembelajaran :
Langkah-
langkah
Pembelajaran
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Karakter yang
Diharapkan
Waktu
Kegiatan Awal Guru membuka kegiatan pembelajaran
dengan mengucap salam dan
menanyakan kabar para siswa.
Melakukan pengkondisian kelas dengan
memotivasi para siswa agar semangat
dalam memulai pembelajaran.
Guru memulai pembelajaran dengan
membaca doa bersama para siswa.
Melakukan kegiatan apersepsi, dengan
cara mengajukan pertanyaan kepada
siswa “Misalnya kalian mempunyai
Menjawab salam dan kabar.
Siswa mengikuti instruksi dari guru
dengan seksama.
Siswa mengikuti instruksi dari
guru dengan seksama.
Para siswa berpartisipasi dalam
menjawab pertanyaan dengan
berbagai macam jawaban.
Religius
Aktif
Berani
Disiplin
5 menit
beberapa kuntum bunga dari beberapa
jenis. Bagaimana cara menyusun bunga
agar tiap vas memiliki susunan dan
jumlah yang sama?”
Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran pada hari ini dan
menyebutkan manfaatnya jika siswa
menguasai materi yang akan dipelajari
Siswa menyimak penjelasan guru
dengan seksama.
Kegiatan inti
Eksplorasi
Guru membagi siswa ke dalam 4
kelompok. (masyarakat belajar)
Siswa membentuk kelompok
dengan bantuan guru.
Kerja sama
Disiplin
20 menit
Melalui metode ceramah, guru
menjelaskan kepada siswa tentang
faktor suatu bilangan dan faktor
persekutuan dua bilangan.
Guru menjelaskan pengertian faktor
suatu bilangan.
Guru menjelaskan cara menentukan
faktor dari suatu bilangan dapat
dilakukan dengan membuat tabel
faktor.
Guru memberikan contoh soal yang
Siswa mendengarkan penjelasan
guru mengenai faktor suatu
bilangan dan faktor persekutuan
dua bilangan.
Aktif
berkaitan dengan faktor persekutuan
dua bilangan.
Elaborasi Guru memerintahkan beberapa siswa
untuk mengisi tabel faktor suatu
bilangan di depan kelas. (pemodelan)
Guru memberikan LKS kepada tiap
kelompok dan meminta siswa agar
mendiskusikan dengan teman
sekelompoknya tentang pertanyaan-
pertanyaan yang terdapat pada LKS.
(inkuiri dan konstruktivisme)
Guru memberikan Lembar
Permasalahan tentang faktor
persekutuan dua bilangan kepada tiap
kelompok. (inkuiri dan
konstruktivisme)
Guru memerintahkan perwakilan
kelompok agar mempresentasikan hasil
diskusi kelompoknya.
Beberapa siswa maju ke depan
kelas untuk menjawab pertanyaan
dari guru.
Siswa berdiskusi bersama
kelompoknya dalam mengisi LKS
dan lembar permasalahan yang
telah diberikan oleh guru.
Perwakilan kelompok
mempresentasikan hasil diskusi
bersama kelompoknya.
Kerja sama
Menghargai
pendapat
Percaya diri
Kritis
20 menit
Konfirmasi Guru memberikan penjelasan, arahan
dan koreksi terhadap hasil diskusi
Siswa mendengarkan secara
seksama penjelasan dari guru.
Disiplin
5 menit
kelompok tentang materi pada hari ini
agar tidak terjadi miskonsepsi dan
memberikan konsep-konsep tambahan
untuk lebih memperkuat hasil dari
kegiatan siswa.
Kegiatan Penutup Guru memberikan kesempatan pada
siswa untuk bertanya tentang hal yang
belum dimengerti.
Guru dan siswa bersama-sama
memberikan kesimpulan mengenai
materi yang telah dipelajari.
Guru memberikan pertanyaan-
pertanyaan singkat secara verbal
mengenai materi yang telah
disampaikan.
Guru menyampaikan tujuan atau materi
yang akan datang.
Guru menutup pembelajaran dengan
membaca doa dan memberi salam.
Siswa yang belum mengerti
bertanya kepada guru tentang hal
yang belum dimengertinya itu.
Siswa memberikan kesimpulan
dengan bantuan guru.
Siswa yang ditunjuk menjawab
pertanyaan yang dilontarkan oleh
guru.
Siswa menyimak perintah guru
dengan seksama.
Siswa berdoa dengan instruksi
guru dan menjawab salam.
Jujur
Disiplin
Percaya diri
Religius
5 menit
14. Alat dan bahan : tabel faktor bilangan, LKS, lembar permasalahan
15. Sumber : Buku paket Matematika untuk MI kelas IV, internet
16. Penilaian : Tes tulisan berupa tugas mengisi LKS dan lembar permasalahan
Mengetahui,
Guru Matematika Kelas IV Peneliti
Nuryati, S.Sos. Ai Herawati
Kepala MI Mathlaul Anwar
H. M. Getong, S.Pd. I.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
1. Satuan Pendidikan : MI Mathlaul Anwar
2. Mata Pelajaran : Matematika
3. Kelas/Semester : IV (Empat) / I (Satu)
4. Pertemuan ke- : 5
5. Alokasi waktu : 2x35 menit
6. Standar Kompetensi : 2. Memahami dan menggunakan faktor dan kelipatan dalam pemecahan masalah
7. Kompetensi Dasar : 2.3 Menentukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dan faktor persekutuan terbesar (FPB)
8. Indikator :
Menentukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari dua bilangan
9. Tujuan Pembelajaran :
Siswa dapat menentukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari dua bilangan
10. Materi Ajar : FPB dan KPK
11. Pendekatan Pembelajaran : Contextual Teaching and Learning (CTL)
12. Metode Pembelajaran : Ceramah, diskusi, tanya jawab
13. Langkah-langkah Pembelajaran :
Langkah-
langkah
Pembelajaran
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Karakter yang
Diharapkan
Waktu
Kegiatan Awal Guru membuka kegiatan pembelajaran
dengan mengucap salam dan
menanyakan kabar para siswa.
Melakukan pengkondisian kelas dengan
memotivasi para siswa agar semangat
dalam memulai pembelajaran.
Guru memulai pembelajaran dengan
membaca doa bersama para siswa.
Melakukan kegiatan apersepsi, dengan
cara mengajukan pertanyaan kepada
siswa “Bel A berbunyi tiap 9 detik. Bel
B berbunyi tiap 5 detik. Pada detik
keberapa kedua bel akan berbunyi
bersama untuk pertama kalinya?”
Menjawab salam dan kabar.
Siswa mengikuti instruksi dari guru
dengan seksama.
Siswa mengikuti instruksi dari
guru dengan seksama.
Para siswa berpartisipasi dalam
menjawab pertanyaan dengan
berbagai macam jawaban.
Religius
Aktif
Berani
Disiplin
5 menit
Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran pada hari ini dan
menyebutkan manfaatnya jika siswa
menguasai materi yang akan dipelajari
Siswa menyimak penjelasan guru
dengan seksama.
Kegiatan inti
Eksplorasi
Guru membagi siswa ke dalam 4
kelompok. (masyarakat belajar)
Siswa membentuk kelompok
dengan bantuan guru.
Kerja sama
Disiplin
20 menit
Melalui metode ceramah, guru
menjelaskan kepada siswa tentang
kelipatan persekutuan terkecil (KPK).
Guru menjelaskan cara mencari KPK
dari dua bilangan dapat dilakukan
dengan mendaftar setiap kelipatan dua
bilangan dan mencari kelipatan
terkecilnya.
Guru memberikan contoh soal yang
berkaitan dengan kelipatan persekutuan
terkecil (KPK) dari dua bilangan.
Guru memerintahkan beberapa siswa
untuk mengerjakan contoh soal yang
diberikan guru. (pemodelan)
Siswa mendengarkan penjelasan
mengenai kelipatan persekutuan
terkecil (KPK) dari dua bilangan.
Aktif
Elaborasi Guru memberikan Lembar Siswa berdiskusi bersama Kerja sama 20 menit
Permasalahan tentang kelipatan
persekutuan terkecil (KPK) dari dua
bilangan kepada tiap kelompok dan
meminta siswa agar mendiskusikannya
bersama dengan teman sekelompoknya.
(inkuiri dan konstruktivisme)
Guru memerintahkan perwakilan
kelompok agar mempresentasikan hasil
diskusi kelompoknya.
kelompoknya dalam mengisi
lembar permasalahan yang telah
diberikan oleh guru.
Perwakilan kelompok
mempresentasikan hasil diskusi
bersama kelompoknya.
Menghargai
pendapat
Percaya diri
Kritis
Konfirmasi Guru memberikan penjelasan, arahan
dan koreksi terhadap hasil diskusi
kelompok tentang materi pada hari ini
agar tidak terjadi miskonsepsi dan
memberikan konsep-konsep tambahan
untuk lebih memperkuat hasil dari
kegiatan siswa.
Siswa mendengarkan secara
seksama penjelasan dari guru.
Disiplin
5 menit
Kegiatan Penutup Guru memberikan kesempatan pada
siswa untuk bertanya tentang hal yang
belum dimengerti.
Guru dan siswa bersama-sama
memberikan kesimpulan mengenai
Siswa yang belum mengerti
bertanya kepada guru tentang hal
yang belum dimengertinya itu.
Siswa memberikan kesimpulan
dengan bantuan guru.
Jujur
Disiplin
Percaya diri
Religius
5 menit
materi yang telah dipelajari.
Guru memberikan pertanyaan-
pertanyaan singkat secara verbal
mengenai materi yang telah
disampaikan.
Guru menyampaikan tujuan atau materi
yang akan datang.
Guru menutup pembelajaran dengan
membaca doa dan memberi salam.
Siswa yang ditunjuk menjawab
pertanyaan yang dilontarkan oleh
guru.
Siswa menyimak perintah guru
dengan seksama.
Siswa berdoa dengan instruksi
guru dan menjawab salam.
14. Alat dan bahan : lembar permasalahan
15. Sumber : Buku paket Matematika untuk MI kelas IV
16. Penilaian : Tes tulisan berupa tugas mengisi lembar permasalahan
Mengetahui,
Guru Matematika Kelas IV Peneliti
Nuryati, S.Sos. Ai Herawati
Kepala MI Mathlaul Anwar
H. M. Getong, S.Pd. I.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
1. Satuan Pendidikan : MI Mathlaul Anwar
2. Mata Pelajaran : Matematika
3. Kelas/Semester : IV (Empat) / I (Satu)
4. Pertemuan ke- : 6
5. Alokasi waktu : 2x35 menit
6. Standar Kompetensi : 2. Memahami dan menggunakan faktor dan kelipatan dalam pemecahan masalah
7. Kompetensi Dasar : 2.3 Menentukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dan faktor persekutuan terbesar (FPB)
8. Indikator :
Menentukan faktor persekutuan terbesar (FPB) dari dua bilangan
9. Tujuan Pembelajaran :
Siswa dapat menentukan faktor persekutuan terbesar (FPB) dari dua bilangan
10. Materi Ajar : FPB dan KPK
11. Pendekatan Pembelajaran : Contextual Teaching and Learning (CTL)
12. Metode Pembelajaran : Ceramah, diskusi, tanya jawab
13. Langkah-langkah Pembelajaran :
Langkah-
langkah
Pembelajaran
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Karakter yang
Diharapkan
Waktu
Kegiatan Awal Guru membuka kegiatan pembelajaran
dengan mengucap salam dan
menanyakan kabar para siswa.
Melakukan pengkondisian kelas dengan
memotivasi para siswa agar semangat
dalam memulai pembelajaran.
Guru memulai pembelajaran dengan
membaca doa bersama para siswa.
Melakukan kegiatan apersepsi, dengan
Menjawab salam dan kabar.
Siswa mengikuti instruksi dari guru
dengan seksama.
Siswa mengikuti instruksi dari
guru dengan seksama.
Para siswa berpartisipasi dalam
Religius
Aktif
Berani
Disiplin
5 menit
cara mengajukan pertanyaan kepada
siswa “Misalkan kita mempunyai jeruk
12 buah dan rambutan 18 buah. Kedua
jenis buah-buahan itu akan dibagi sama
banyak kepada beberapa orang. Berapa
jumlah maksimal yang didapatkan tiap
orangnya?”
Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran pada hari ini dan
menyebutkan manfaatnya jika siswa
menguasai materi yang akan dipelajari
menjawab pertanyaan dengan
berbagai macam jawaban.
Siswa menyimak penjelasan guru
dengan seksama.
Kegiatan inti
Eksplorasi
Guru membagi siswa ke dalam 4
kelompok. (masyarakat belajar)
Guru memberikan Lembar
Permasalahan tentang faktor
persekutuan terbesar (FPB) dari dua
bilangan kepada tiap kelompok dan
meminta siswa agar mendiskusikannya
bersama dengan teman sekelompoknya.
(inkuiri dan konstruktivisme)
Guru memerintahkan perwakilan
Siswa membentuk kelompok
dengan bantuan guru.
Siswa berdiskusi bersama
kelompoknya dalam mengisi
lembar permasalahan yang telah
diberikan oleh guru.
Perwakilan kelompok
Kerja sama
Disiplin
Aktif
20 menit
kelompok agar mempresentasikan hasil
diskusi kelompoknya.
mempresentasikan hasil diskusi
bersama kelompoknya.
Elaborasi Melalui metode ceramah, guru
menjelaskan kepada siswa tentang
faktor persekutuan terbesar (FPB).
Guru menjelaskan cara mencari FPB
dari dua bilangan dapat dilakukan
dengan menggunakan tabel dan
mendaftar tiap faktornya yang sama
lalu mencari faktor yang terbesar.
Guru memberikan contoh soal yang
berkaitan dengan FPB dari dua
bilangan.
Guru memerintahkan beberapa siswa
untuk menjawab contoh soal di depan
kelas. (pemodelan)
Siswa mendengarkan penjelasan
mengenai faktor persekutuan
terbesar (FPB) dari dua bilangan.
Kerja sama
Menghargai
pendapat
Percaya diri
Kritis
20 menit
Konfirmasi Guru memberikan penjelasan, arahan
dan koreksi terhadap hasil diskusi
kelompok tentang materi pada hari ini
Siswa mendengarkan secara
seksama penjelasan dari guru.
Disiplin
5 menit
agar tidak terjadi miskonsepsi dan
memberikan konsep-konsep tambahan
untuk lebih memperkuat hasil dari
kegiatan siswa.
Kegiatan Penutup Guru memberikan kesempatan pada
siswa untuk bertanya tentang hal yang
belum dimengerti.
Guru dan siswa bersama-sama
memberikan kesimpulan mengenai
materi yang telah dipelajari.
Guru memberikan pertanyaan-
pertanyaan singkat secara verbal
mengenai materi yang telah
disampaikan.
Guru menyampaikan tujuan atau materi
yang akan datang.
Guru menutup pembelajaran dengan
membaca doa dan memberi salam.
Siswa yang belum mengerti
bertanya kepada guru tentang hal
yang belum dimengertinya itu.
Siswa memberikan kesimpulan
dengan bantuan guru.
Siswa yang ditunjuk menjawab
pertanyaan yang dilontarkan oleh
guru.
Siswa menyimak perintah guru
dengan seksama.
Siswa berdoa dengan instruksi
guru dan menjawab salam.
Jujur
Disiplin
Percaya diri
Religius
5 menit
14. Alat dan bahan : lembar permasalahan
15. Sumber : Buku paket Matematika untuk MI kelas IV
16. Penilaian : Tes tulisan berupa tugas mengisi lembar permasalahan
Mengetahui,
Guru Matematika Kelas IV Peneliti
Nuryati, S.Sos. Ai Herawati
Kepala MI Mathlaul Anwar
H. M. Getong, S.Pd. I.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
1. Satuan Pendidikan : MI Mathlaul Anwar
2. Mata Pelajaran : Matematika
3. Kelas/Semester : IV (Empat) / I (Satu)
4. Pertemuan ke- : 7 dan 8
5. Alokasi waktu : 4x35 menit
6. Standar Kompetensi : 2. Memahami dan menggunakan faktor dan kelipatan dalam pemecahan masalah
7. Kompetensi Dasar : 2.4 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB
8. Indikator :
Memecahkan masalah yang berkaitan dengan KPK
Memecahkan masalah yang berkaitan dengan FPB
9. Tujuan Pembelajaran :
Siswa dapat memecahkan masalah yang berkaitan dengan KPK
Siswa dapat memecahkan masalah yang berkaitan dengan FPB
10. Materi Ajar : FPB dan KPK
11. Pendekatan Pembelajaran : Contextual Teaching and Learning (CTL)
12. Metode Pembelajaran : Ceramah, diskusi, tanya jawab
13. Langkah-langkah Pembelajaran :
Langkah-
langkah
Pembelajaran
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Karakter yang
Diharapkan
Waktu
Kegiatan Awal Guru membuka kegiatan pembelajaran
dengan mengucap salam dan
menanyakan kabar para siswa.
Melakukan pengkondisian kelas dengan
memotivasi para siswa agar semangat
dalam memulai pembelajaran.
Guru memulai pembelajaran dengan
membaca doa bersama para siswa.
Melakukan kegiatan apersepsi, dengan
cara mengajukan pertanyaan kepada
siswa tentang materi yang telah
disampaikan sebelumnya.
Menjawab salam dan kabar.
Siswa mengikuti instruksi dari guru
dengan seksama.
Siswa mengikuti instruksi dari
guru dengan seksama.
Para siswa berpartisipasi dalam
menjawab pertanyaan dengan
berbagai macam jawaban.
Religius
Aktif
Berani
Disiplin
5 menit
Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran pada hari ini dan
menyebutkan manfaatnya jika siswa
menguasai materi yang akan dipelajari
Siswa menyimak penjelasan guru
dengan seksama.
Kegiatan inti
Eksplorasi
Guru membagi siswa ke dalam 4
kelompok. (masyarakat belajar)
Guru menjelaskan kepada siswa tentang
penyelesaian masalah yang berkaitan
dengan KPK dan FPB dengan
memberikan contoh soal cerita.
Guru memerintahkan beberapa siswa
untuk mengerjakan contoh soal di
depan kelas. (pemodelan)
Siswa membentuk kelompok
dengan bantuan guru.
Siswa memperhatikan penjelasan
guru dengan seksama.
Kerja sama
Disiplin
Aktif
20 menit
Elaborasi Guru memberikan LKS tentang
penyelesaian masalah yang berkaitan
dengan KPK dan FPB dari dua bilangan
kepada tiap kelompok dan meminta
siswa agar mendiskusikannya bersama
dengan teman sekelompoknya. (inkuiri
dan konstruktivisme)
Siswa berdiskusi bersama
kelompoknya dalam mengisi LKS
yang telah diberikan oleh guru.
Perwakilan kelompok
Kerja sama
Menghargai
pendapat
Percaya diri
Kritis
20 menit
Guru memerintahkan perwakilan
kelompok agar mempresentasikan hasil
diskusi kelompoknya.
mempresentasikan hasil diskusi
bersama kelompoknya.
Konfirmasi Guru memberikan penjelasan, arahan
dan koreksi terhadap hasil diskusi
kelompok tentang materi pada hari ini
agar tidak terjadi miskonsepsi dan
memberikan konsep-konsep tambahan
untuk lebih memperkuat hasil dari
kegiatan siswa.
Siswa mendengarkan secara
seksama penjelasan dari guru.
Disiplin
5 menit
Kegiatan Penutup Guru memberikan kesempatan pada
siswa untuk bertanya tentang hal yang
belum dimengerti.
Guru dan siswa bersama-sama
memberikan kesimpulan mengenai
materi yang telah dipelajari.
Guru memberikan pertanyaan-
pertanyaan singkat secara verbal
mengenai materi yang telah
disampaikan.
Guru menyampaikan tujuan atau materi
Siswa yang belum mengerti
bertanya kepada guru tentang hal
yang belum dimengertinya itu.
Siswa memberikan kesimpulan
dengan bantuan guru.
Siswa yang ditunjuk menjawab
pertanyaan yang dilontarkan oleh
guru.
Siswa menyimak perintah guru
Jujur
Disiplin
Percaya diri
Religius
5 menit
yang akan datang.
Guru menutup pembelajaran dengan
membaca doa dan memberi salam.
dengan seksama.
Siswa berdoa dengan instruksi
guru dan menjawab salam.
14. Alat dan bahan : LKS
15. Sumber : Buku paket Matematika untuk MI kelas IV
16. Penilaian : Tes tulisan berupa tugas mengisi LKS
Mengetahui,
Guru Matematika Kelas IV Peneliti
Nuryati, S.Sos. Ai Herawati
Kepala MI Mathlaul Anwar
H. M. Getong, S.Pd. I.
114
115
116
117
4 orang
Penerima Jambu 12 Rambutan 18
A
B
C
D
Ada sisa/tidak?
5 orang
Penerima Jambu 12 Rambutan 18
A
B
C
D
E
Ada sisa/tidak?
6 orang
Penerima Jambu 12 Rambutan 18
A
B
C
D
E
F
Ada sisa/tidak?
b. Dari hasil penyelidikan tersebut, dibagi kepada berapa orang sajakah yang
hasilnya tidak memiliki sisa?
118
Lampiran 4
119
Lampiran 4
a. Lampu merah akan berkedip pada detik ke berapa saja?
b. Lampu hijau akan berkedip pada detik ke berapa saja?
c. Lampu merah dan lampu hijau akan berkedip bersamaan pada detik ke
berapa saja?
d. Lampu merah dan lampu hijau untuk pertama kalinya berkedip
bersamaan pada detik ke berapa?
Keterangan
Jawaban: a. disebut kelipatan dari 2
b. disebut kelipatan dari 3
c. disebut kelipatan persekutuan dari 2 dan 3
d. disebut kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari 2 dan 3
120
121
4 orang
Penerima Jambu 12 Rambutan 18
A
B
C
D
Ada sisa/tidak?
5 orang
Penerima Jambu 12 Rambutan 18
A
B
C
D
E
Ada sisa/tidak?
6 orang
Penerima Jambu 12 Rambutan 18
A
B
C
D
E
F
Ada sisa/tidak?
b. Dari hasil penyelidikan tersebut, dibagi kepada berapa orang sajakah yang
hasilnya tidak memiliki sisa?
c. Dari hasil-hasil penyelidikan tersebut, maksimal (paling banyak) kepada
beberapa orang jambu dan rambutan tersebut dapat dibagi rata (sama
banyak)?
124
Instrumen Penelitian
Pedoman Wawancara Guru
Tahap : Pra penelitian
Hari/Tanggal :
Tujuan Wawancara : Untuk mengetahui aktivitas belajar siswa dan permasalahan yang
terjadi pada pembelajaran matematika di kelas tersebut
1. Apakah bapak/ibu guru selalu menyiapkan RPP sebelum mengajar matematika?
2. Metode apa yang biasa bapak/guru gunakan dalam menyampaikan pelajaran matematika?
3. Apakah bapak/ibu sudah mengetahui apa itu CTL?
4. Jika sudah, bagaimana penerapan CTL tersebut dalam proses pembelajaran matematika?
5. Apakah bapak/ibu guru menggunakan media/alat peraga ketika menyampaikan pelajaran
matematika?
6. Bagaimana respon siswa ketika bapak/ibu mengajar dengan dibantu oleh media/alat
peraga tersebut?dan bagaimana jika tidak?
7. Apakah siswa berperan aktif dalam pembelajaran?
8. Adakah hambatan-hambatan dalam proses pembelajaran tersebut khususnya yang
menyangkut siswa?
9. Bagaimana cara bapak/ibu dalam mengatasi masalah tersebut?
10. Jika tidak ada hambatan, bagaimana bapak/ibu dapat membuat kelas tersebut tetap
kondusif selama pembelajaran berlangsung?
125
Instrumen Penelitian
Panduan Wawancara Siswa
Tahap : Pra penelitian
Hari/Tanggal :
1. Apakah kamu menyukai pelajaran matematika?
2. Apakah matematika itu termasuk pelajaran yang sulit?
3. Jika ia, materi apa yang kamu anggap sulit?dan mengapa?
4. Bagaimana cara guru mengajar di kelas?
5. Apakah kalian mengerti pelajaran yang telah disampaikan oleh guru?
6. Apakah guru menggunakan bantuan media atau alat peraga pada saat mengajar di kelas?
7. Bagaimana kondisi kelas pada saat pembelajaran berlangsung?
Silahkan jawab pertanyaannya di bawah ini :
Thank You
126
Lampiran 7
Lembar Observasi Guru (Pra Penelitian)
Hari/Tanggal :
Waktu :
NO. ASPEK YANG DIAMATI SB B C K
1. Melakukan pengkondisian kelas
2. Mengajukan pertanyaan/apersepsi
3. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang hendak
dicapai
4. Memberikan penjelasan materi pelajaran secara lengkap
5. Mengajak siswa untuk melakukan kegiatan belajar dengan
menemukan sendiri dan mengonstruksi sendiri
pengetahuannya (inkuiri dan konstruktivisme)
6. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan memunculkan
pertanyaan-pertanyaan (bertanya)
7. Membagi siswa ke dalam beberapa kelompok (masyarakat
belajar)
8. Memberikan tugas atau latihan kepada siswa
9. Menggunakan media dan / alat peraga (pemodelan dalam
CTL)
10. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
maupun menyampaikan pendapat
11. Memberikan respon terhadap pertanyaan dan jawaban siswa
12. Kesesuaian waktu antara yang tertera pada RPP dan
pelaksanannya
13. Kesesuaian media dan / alat peraga dengan materi dan
strategi
14. Ketepatan penggunaan bahasa yang sesuai dengan
127
Lampiran 7
perkembangan peserta didik
15. Mengajak siswa untuk melakukan refleksi atau konfirmasi
terhadap materi yang telah disampaikan (refleksi)
16. Membuat kesimpulan bersama siswa
17. Melakukan penilaian
Catatan/Saran: ………………………………………..
Mengetahui, Guru Matematika Kelas IV
Nuryati, S. Si.
128
Lampiran 7
Lembar Observasi Siswa (Pra Penelitian)
Hari/Tanggal :
Waktu :
NO ASPEK YANG DIAMATI Ya Tidak
1. Siswa melakukan kegiatan belajar dengan
menemukan sendiri dan mengonstruksi
sendiri pengetahuannya melalui pengisian
lembar permasalahan (inkuiri dan
konstruktivisme)
2. Siswa belajar/berdiskusi bersama
kelompoknya (masyarakat belajar)
3. Siswa melakukan refleksi atau konfirmasi
terhadap materi yang telah disampaikan
(refleksi)
4. Siswa membuat kesimpulan bersama guru
NO ASPEK YANG DIAMATI JUMLAH
SISWA
PERSENTASE
1. Siswa memperhatikan gambar maupun
demonstrasi yang ditampilkan pada saat
pembelajaran (visual activities)
2. Siswa mendengarkan atau memperhatikan
penjelasan guru (listening activities)
3. Siswa mengerjakan tugas / latihan yang
diberikan oleh guru (writing activities)
4. Siswa mencatat hal-hal penting atau
menyalin materi yang disampaikan
(writing activities)
5. Siswa membuat garis bilangan dalam
menentukan kelipatan suatu bilangan
(drawing activities)
129
Lampiran 7
6. Siswa membuat tabel petak perkalian
dalam menentukan factor suatu bilangan
(drawing activities)
7. Siswa bertanya, menyanggah, maupun
memberikan pendapat pada saat kegiatan
pembelajaran berlangsung (oral activities)
8. Siswa menjelaskan jawaban atau
mempresentasikan hasil diskusi di depan
kelas (oral activities)
9. Siswa terlihat antusias dan semangat dalam
pembelajaran (emotional activities)
JUMLAH
RATA-RATA
Catatan/Saran: ………………………………………..
Mengetahui, Guru Matematika Kelas IV
Nuryati, S. Si.
130
Kisi-kisi Instrumen Tes
Satuan Pendidikan : MI Mathlaul Anwar
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester : IV / I
Materi Pokok : KPK dan FPB
Standar Kompetensi : 2. Memahami dan menggunakan faktor dan kelipatan dalam pemecahan
masalah
Kompetensi Dasar Indikator Ranah Kognitif Nomor
Soal
2.1 Mendeskripsikan
konsep faktor dan
kelipatan
Mengidentifikasi kelipatan suatu
bilangan dengan menggunakan garis
bilangan
Mengingat
(remember)
1 dan 2
Mengidentifikasi faktor suatu
bilangan dengan menggunakan tabel
petak perkalian
Mengingat
(remember)
3 dan 4
2.2 Menentukan
kelipatan dan faktor
bilangan
Menentukan kelipatan persekutuan
dua bilangan
Memahami/mengerti
(understand)
5 dan 6
Menentukan faktor persekutuan dua
bilangan
Memahami/mengerti
(understand)
7 dan 8
2.3 Menentukan
kelipatan
persekutuan terkecil
(KPK) dan faktor
persekutuan terbesar
(FPB)
Menentukan kelipatan persekutuan
terkecil (KPK) dari dua bilangan
Memahami/mengerti
(understand)
9 dan 10
Menentukan faktor persekutuan
terbesar (FPB) dari dua bilangan
Memahami/mengerti
(understand)
11 dan 12
2.4 Menyelesaikan
masalah yang
Memecahkan masalah yang
berkaitan dengan KPK
Menerapkan (apply) 13
Menganalisis 15
131
berkaitan dengan
KPK dan FPB
(analyze)
Memecahkan masalah yang
berkaitan dengan FPB
Menerapkan (apply) 14
132
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Soal Uji Coba Instrumen Tes
Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang benar!
1. Tentukan bilangan loncat kelipatan dari bilangan kelipatan 3!
2. Tentukan bilangan loncat kelipatan dari bilangan kelipatan 6!
3. Lengkapilah tabel petak perkalian berikut ini!
12
Faktor dari 12 adalah………..
4. Lengkapilah tabel petak perkalian berikut ini!
15
Faktor dari 15 adalah………..
5. Kelipatan 4 adalah . . . .
Kelipatan 5 adalah . . . .
Jadi, kelipatan persekutuan 4 dan 5 adalah . . . .
6. Tentukan kelipatan persekutuan dari bilangan 8 dan 12!
7. Faktor dari 24 adalah . . . .
Faktor dari 28 adalah . . . .
Jadi, faktor persekutuan dari 24 dan 28 adalah . . . .
8. Faktor persekutuan dari 18 dan 30 adalah . . . .
9. Kelipatan 4 adalah . . . .
Kelipatan 7 adalah . . . .
Kelipatan persekutuan 4 dan 7 adalah . . . .
Jadi, KPK dari 4 dan 7 adalah . . . .
10. KPK dari 6 dan 10 adalah . . . .
11. Faktor dari 16 adalah . . . .
133
Faktor dari 22 adalah . . . .
Faktor persekutuan dari 16 dan 22 adalah . . . .
Jadi, FPB dari 16 dan 22 adalah . . . .
12. FPB dari 24 dan 30 adalah . . . .
13. Rasya ikut kursus komputer seminggu sekali. Monik juga ikut kursus di tempat yang
sama 5 hari sekali. Setiap berapa hari sekali mereka dapat bertemu di tempat kursus?
14. Dalam rangka merayakan hari ulang tahunnya, Emma membagikan 75 buku tulis dan 50
pensil kepada anak-anak yatim piatu. Setiap buku tulis dan pensil akan dibagikan kepada
anak-anak dengan jumlah yang sama banyak.
a. Berapa anak yatim yang bisa mendapatkan buku tulis dan pensil?
b. Berapa buku tulis dan pensil untuk masing-masing anak?
15. Jam mainan Ari berdering setiap 8 menit sekali, sedangkan jam mainan Tono berdering
setiap 9 menit sekali. Pada pukul berapa kedua jam mainan itu berdering bersama untuk
kedua kali setelah sebelumnya berdering bersama pada pukul 07.30?
134
Kunci Jawaban Soal Uji Coba Instrumen
1. Kelipatan 3 = 3, 6, 9, 12, 15, 18
2. Kelipatan 6 = 6, 12, 18
3.
Jadi, faktor dari 12 adalah 1, 2, 3, 4, 6, 12.
4.
Jadi, faktor dari 15 adalah 1, 3, 5, 15.
5. Kelipatan 4 = 4, 8, 12, 16,20, 24, 28, 32, 36, 40, . . .
Kelipatan 5 = 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50, . . .
Jadi, kelipatan persekutuan 4 dan 5 = 20, 40, . . .
6. Kelipatan 8 = 8, 16, 24, 32, 40, 48, 56, 64, 72, 80, 88, 96, . . .
Kelipatan 12 = 12, 24, 36, 48, 60, 72, 84, 96, . . .
Jadi, kelipatan persekutuan 8 dan 12 = 24, 48, 72, 96, . . .
7. Faktor 24 = 1, 2, 3, 4, 6, 8, 12, 24
Faktor 28 = 1, 2, 4, 7, 14, 28
Jadi, faktor persekutuan 24 dan 28 = 1, 2, 4
8. Faktor 18 = 1, 2, 3, 6, 9, 18
Faktor 30 = 1, 2, 3, 5, 6, 10, 15, 30
Jadi, faktor persekutuan 18 dan 30 = 1, 2, 3, 6
9. Kelipatan 4 = 4, 8, 12, 16, 20, 24, 28, 32, 36, 40, 44, 48, 52, 54, 58, 62, 66, 70, . . .
Kelipatan 7 = 7, 14, 21, 28, 35, 42, 49, 56, 63, 70, . . .
Kelipatan persekutuan 4 dan 7 = 28, 70
Jadi, KPK dari 4 dan 7 = 28
10. Kelipatan 6 = 6, 12, 18, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66, 72, 78, 84, 90, . . .
Kelipatan 10 = 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90, 100, . . .
Jadi, KPK 6 dan 10 = 30
12 1 2 3 4 6 12
12 6 4 3 2 1
15 1 3 5 15
15 5 3 1
135
11. Faktor 16 = 1, 2, 4, 8, 16
Faktor 22 = 1, 2, 11, 22
Faktor persekutuan dari 16 dan 22 = 1, 2
Jadi, FPB dari 16 dan 22 = 2
12. Faktor dari 24 = 1, 2, 3, 4, 6, 8, 12, 24
Faktor dari 30 = 1, 2, 3, 5, 6, 10, 15, 30
Jadi, FPB dari 24 dan 30 = 6
13. Rasya 7 = 7, 14, 21, 28, 35, 42, 49, 56, 63, 70, . . .
Monik 5 = 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50, 55, 60, 65, 70, . . .
FPB 7 dan 5 = 30, jadi Rasya dan Monik dapat bertemu di tempat kursus tiap 30 hari
sekali.
14. Faktor 75 = 1, 3, 5, 15, 25, 75
Faktor 50 = 1, 2, 5, 10, 25, 50
a. FPB 75 dan 50 = 25
b. Buku tulis = 75 : 25 = 3, jadi tiap anak mendapatkan 3 buah buku tulis
Pensil = 50 : 25 = 2, jadi tiap anak mendapatkan 2 buah pensil
15. Kelipatan 8 = 8, 16, 24, 32, 40, 48, 56, 64, 72, 80, . . .
Kelipatan 9 = 9, 18, 27, 36, 45, 54, 63, 72, 81, 90, . . .
KPK 8 dan 9 = 72
Pertama berdering pukul 07.30, jadi berdering untuk kedua kalinya pukul 08.42
07.30 + 72 menit (1 jam 12 menit) = 08.42
136
Lampiran 10
no. nama nomor soal
jml 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 A 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 3 4 4 0 3 51
2 B 4 4 4 4 4 4 4 3 4 1 3 1 1 4 4 49
3 C 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 1 4 1 1 48
4 D 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 2 1 4 1 1 47
5 E 4 4 4 4 4 1 4 1 4 3 3 1 1 4 4 46
6 F 4 4 4 4 4 1 4 2 4 1 3 1 1 4 4 45
7 G 4 4 4 4 4 0 4 2 4 3 1 1 1 4 4 44
8 H 4 4 4 4 4 4 2 1 4 2 1 1 1 4 4 44
9 I 4 4 4 4 4 0 4 3 4 3 2 2 4 1 1 44
10 J 4 4 4 4 3 1 4 1 4 3 2 1 1 4 4 44
11 K 4 4 4 4 4 1 4 3 4 1 3 1 1 4 1 43
12 L 4 4 4 4 4 4 2 0 4 2 1 1 1 4 4 43
13 M 4 4 4 4 4 4 4 1 3 4 2 1 1 1 1 42
14 N 4 4 4 3 4 1 4 3 4 3 3 1 4 0 0 42
15 O 4 4 4 4 4 1 4 1 4 1 3 1 1 1 4 41
16 P 4 4 4 4 4 1 4 3 4 3 1 1 1 1 1 40
17 Q 4 4 4 4 4 3 4 1 2 1 1 1 1 4 1 39
18 R 4 4 3 4 4 0 4 2 4 3 2 1 1 1 1 38
19 S 4 4 4 4 4 0 4 3 4 3 1 1 0 1 1 38
20 T 4 4 4 4 4 0 4 1 4 3 2 1 1 1 1 38
21 U 4 4 4 4 4 2 4 1 4 1 3 1 1 0 0 37
22 V 4 4 4 4 4 3 4 1 2 1 1 1 1 1 1 36
23 W 4 4 4 4 4 1 4 1 2 1 1 1 1 1 1 34
24 X 4 4 4 4 3 1 2 1 1 1 1 1 1 1 4 33
25 Y 4 4 4 4 3 0 4 2 3 1 3 0 0 0 0 32
26 Z 4 4 4 4 1 1 4 1 1 1 3 1 1 1 1 32
27 Ab 4 4 4 4 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28
28 Ac 4 4 4 4 3 2 2 1 1 0 0 0 1 1 0 27
137
Lampiran 10
29 Ad 4 4 4 2 2 0 2 1 2 1 1 1 1 1 1 27
30 Ae 0 1 4 4 2 0 2 0 1 1 1 1 1 4 4 26
31 Af 4 2 4 4 3 0 1 0 2 1 1 0 1 1 1 25
32 Ag 4 4 4 3 2 0 4 0 2 1 1 0 0 0 0 25
33 Ah 4 4 4 3 3 0 3 1 1 0 1 0 0 0 0 24
34 Ai 4 4 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 23
35 Aj 4 4 3 3 2 0 2 0 0 0 2 1 1 0 0 22
36 Ak 1 1 4 4 3 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 15
x 137 136 142 135 121 47 118 53 101 62 63 34 46 58 59 1312
skor maksimum
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4
jumlah peserta didik tes
36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36
tingkat kesukaran (P)
0.951
0.94444
0.9861
0.9375
0.8403
0.32639
0.8194
0.36806
0.7014
0.4306
0.4375
0.2361
0.3194
0.40278
0.4097
Nilai (P) Kategori
P < 0.3 Sukar
0.3 ≤ P ≤ 0.7 Sedang
P > 0.7 Mudah Kategori sukar, soal nomor = 12
Kategori sedang, soal nomor = 6,8,9,10,11,13,14,15
Kategori mudah, soal nomor = 1,2,3,4,5,7
138
Lampiran 10
no. nama nomor soal jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 A 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 3 4 4 0 3 51
2 B 4 4 4 4 4 4 4 3 4 1 3 1 1 4 4 49
3 C 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 1 4 1 1 48
4 D 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 2 1 4 1 1 47
5 E 4 4 4 4 4 1 4 1 4 3 3 1 1 4 4 46
6 F 4 4 4 4 4 1 4 2 4 1 3 1 1 4 4 45
7 G 4 4 4 4 4 0 4 2 4 3 1 1 1 4 4 44
8 H 4 4 4 4 4 4 2 1 4 2 1 1 1 4 4 44
9 I 4 4 4 4 4 0 4 3 4 3 2 2 4 1 1 44
10 J 4 4 4 4 3 1 4 1 4 3 2 1 1 4 4 44
x atas 40 40 40 40 39 20 38 23 40 26 23 14 22 27 30
skor maksimum 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4
kelompok atas 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
(P) kelompok atas 1 1 1 1 0.975 0.5 0.95 0.575 1 0.65 0.767 0.35 0.55 0.675 0.75
no. nama nomor soal jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
27 Ab 4 4 4 4 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28
28 Ac 4 4 4 4 3 2 2 1 1 0 0 0 1 1 0 27
29 Ad 4 4 4 2 2 0 2 1 2 1 1 1 1 1 1 27
30 Ae 0 1 4 4 2 0 2 0 1 1 1 1 1 4 4 26
31 Af 4 2 4 4 3 0 1 0 2 1 1 0 1 1 1 25
32 Ag 4 4 4 3 2 0 4 0 2 1 1 0 0 0 0 25
33 Ah 4 4 4 3 3 0 3 1 1 0 1 0 0 0 0 24
34 Ai 4 4 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 23
35 Aj 4 4 3 3 2 0 2 0 0 0 2 1 1 0 0 22
36 Ak 1 1 4 4 3 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 15
139
Lampiran 10
0.40 – 1.00 = baik sekali (excellent)
0.30 – 0.39 = baik (good)
0.20 – 0.29 = cukup (satistifactory)
0.00 – 0.19 = jelek (poor)
x bawah 33 32 39 32 23 4 20 5 11 6 9 5 7 9 7
skor maksimum 4 4 4 4 3 2 4 1 2 1 2 1 1 4 4
kelompok bawah 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
(P) kelompok bawah 0.825 0.8 0.975 0.8 0.767 0.2 0.5 0.5 0.55 0.6 0.45 0.5 0.7 0.225 0.175
Nomor soal
Tingkat kesukaran kelompok atas
Tingkat kesukaran kelompok bawah
Daya pembeda soal (D)
1 1 0.825 0.175
2 1 0.8 0.2
3 1 0.975 0.025
4 1 0.8 0.2
5 0.975 0.767 0.208
6 0.5 0.2 0.3
7 0.95 0.5 0.45
8 0.575 0.5 0.075
9 1 0.55 0.45
10 0.65 0.6 0.05
11 0.767 0.45 0.317
12 0.35 0.5 -0.15
13 0.55 0.7 -0.15
14 0.675 0.225 0.45
15 0.75 0.175 0.575
Soal jelek (poor) = 1,3,8,10,12,13
Soal cukup (satistifactory) = 2,4,5
Soal baik (good) = 6,11
Soal baik sekali (excellent) = 7,9,14,15
140
Lampiran 10
∑
= reliabilitas soal
k = jumlah soal
∑ = jumlah varian dari skor soal
= varian total
Koefisien Alpha:
Langkah pertama : Mencari varian tiap soal dengan menggunakan rumus standar deviasi.
∑
Langkah kedua : Menjumlahkan semua varian soal ( ).
Langkah ketiga : Mencari varians total.
=
=
=
=
= 80,135806
Langkah keempat : Mencari Koefisien Alpha.
∑
=
=
(1 – 0,22155734) =
× 0,77844266 = 0,83404571
Menurut Remmers (1960) kebanyakan tes-tes yang standar untuk pengukuran di bidang pendidikan pada umumnya memiliki koefisien
reliabilitas minimal 0.8 untuk populasi yang sesuai. Sedangkan menurut Nunnaly (1972) dan Kaplan dan Saccuzzo (1989) koefisien
reliabilitas 0.7 sampai 0.8 cukup tinggi untuk suatu penelitian dasar.
Daftar Nilai Tes Hasil Belajar Siswa Siklus I
no nama nilai
1 Al Fikriyansyah 85
2 Alfi Rahmadiana 100
3 Andri Gunawan 90
4 Anissatul Wardah 65
5 Audrey Maharani 25
6
Desta Syahwal
Ramadhan 85
7 Dinni Dwi Pratiwi 75
8 Erlangga Adi P 10
9 Faris Fadillah 65
10 Fatma Nurrahmadanti 50
11 Galih G 80
12 Ghea Arribah .O.P 10
13 Ghea Rona 85
14 Ibnu Al Ghifari 60
15 Khoerotunnisa 75
16 Lusiana Safitri 65
17 Luthfy Gusti Ramadan 100
18 M. Alfin Saputra 10
19 M. Faiqul Imam 25
20 M. Farhan
21 Miftahul Fadli 30
22 Mualif Hambya 70
23 Muhamad Rizki E 60
24
Muhammad Khiar
Ilham 70
25 Muhammad Naufal 90
26 Nilam Wulandari 95
27 Nisrina Ayu Fadia 85
28 Ramadhan F 70
29 Ramdi Akbar S 50
30 Rayi Roghadatul Aisy 50
31 Rido Fariz A
32 Rizan Pasha 70
33 Rizki Fadillah 70
34 Robiyatul Adawiyah 100
35 Sahid A 100
36 Sofiyanti 70
37 Suci Salwah 10
38 Syifana Az Zahra 65
39 Tarisa Bella .S 95
jumlah 2170
rata-rata 65.7575758
Daftar Nilai Tes Hasil Belajar Siswa Siklus II
no nama nilai
1 Al Fikriyansyah 100
2 Alfi Rahmadiana 100
3 Andri Gunawan 95
4 Anissatul Wardah 85
5 Audrey Maharani 25
6 Desta Syahwal Ramadhan 95
7 Dinni Dwi Pratiwi 60
8 Erlangga Adi P 10
9 Faris Fadillah 70
10 Fatma Nurrahmadanti 35
11 Galih G 90
12 Ghea Arribah .O.P 10
13 Ghea Rona 100
14 Ibnu Al Ghifari 80
15 Khoerotunnisa 70
16 Lusiana Safitri 50
17 Luthfy Gusti Ramadan 80
18 M. Alfin Saputra 45
19 M. Faiqul Imam 70
20 M. Farhan
21 Miftahul Fadli 50
22 Mualif Hambya 100
23 Muhamad Rizki E 95
24 Muhammad Khiar Ilham 80
25 Muhammad Naufal 100
26 Nilam Wulandari 45
27 Nisrina Ayu Fadia 95
28 Ramadhan F 90
29 Ramdi Akbar S 40
30 Rayi Roghadatul Aisy 35
31 Rido Fariz A
32 Rizan Pasha 95
33 Rizki Fadillah 80
34 Robiyatul Adawiyah 90
35 Sahid A 80
36 Sofiyanti 50
37 Suci Salwah 35
38 Syifana Az Zahra 80
39 Tarisa Bella .S 70
jumlah 2345
rata-rata 71.06061
Instrumen Penelitian
Jawaban Wawancara Guru
Tahap : Pra penelitian
Hari/Tanggal :
Tujuan Wawancara : Untuk mengetahui aktivitas belajar siswa dan permasalahan yang
terjadi pada pembelajaran matematika di kelas tersebut
No. Pertanyaan Jawaban
1. Apakah bapak/ibu guru selalu
menyiapkan RPP sebelum mengajar
matematika?
Iya, sudah tentu kalau RPP pasti
membuat, tapi biasanya sudah
dikolektif membuatnya pada saat di
awal mau masuk tahun ajaran baru. Jadi
RPP dibuat untuk jangka waktu 1
tahun.
2. Metode apa yang biasa bapak/guru
gunakan dalam menyampaikan
pelajaran matematika?
Bergantung materi yang akan diajarkan,
tapi biasanya dengan ceramah, diskusi,
tanya jawab.
3. Apakah bapak/ibu sudah mengetahui
apa itu CTL?
CTL itu apa, saya belum terlalu
mengetahuinya.
4. Jika sudah, bagaimana penerapan CTL
tersebut dalam proses pembelajaran
matematika?
(setelah penanya menjelaskan sekilas
tentang CTL) oh kalau CTL seperti itu,
saya mengajarkannya pernah
mengaitkan materi dengan kehidupan
siswa, tapi yaa mengalir dengan begitu
saja tanpa saya ketahui kalau itu CTL.
5. Apakah bapak/ibu guru menggunakan
media/alat peraga ketika
menyampaikan pelajaran matematika?
Iya terkadang menggunakan terkadang
tidak, paling hanya berupa gambar-
gambar saja ketika materi bangun datar
atau bangun ruang.
6. Bagaimana respon siswa ketika
bapak/ibu mengajar dengan dibantu
oleh media/alat peraga tersebut?dan
bagaimana jika tidak?
Tentu saja ketika menggunakan media
siswa menjadi lebih antusias dalam
belajar, jika tidak antusias siswa akan
biasa-biasa saja.
7. Apakah siswa berperan aktif dalam
pembelajaran?
Siswa yang memang sudah aktif
pastinya dalam pembelajaran akan aktif
juga, tetapi kebanyakan dari mereka
harus diberi pendorong terlebih dahulu
agar semangat atau mau berperan aktif
dalam pembelajaran.
8. Adakah hambatan-hambatan dalam
proses pembelajaran tersebut
khususnya yang menyangkut siswa?
Biasanya dalam pembelajaran ada
siswa yang sulit diatur, tidak mau
mendengarkan penjelasan (acuh),
mengobrol dengan temannya, dsb.
9. Bagaimana cara bapak/ibu dalam
mengatasi masalah tersebut?
Biasanya dengan menegurnya dan
menasehatinya.
10. Jika tidak ada hambatan, bagaimana
bapak/ibu dapat membuat kelas
tersebut tetap kondusif selama
pembelajaran berlangsung?
(karena ada hambatan jadi tidak ada
jawaban)
181
lampiran 17
PROFILE MADRASAH
A. IDENTITAS MADRASAH
1. Nama Madrasah : MI Mathlaul Anwar
Alamat : Jl. H. Rean RT 03/01 No.28
Desa/ Kelurahan : Benda Baru
Kecamatan : Pamulang
Kab/ Kota : Tangerang Selatan
Propinsi : Banten
Telepon : (021) 7440042
2. Nama Yayasan : Al- Ishlah
Alamat : Jl. H. Rean RT 03/01 No. 28\
Desa/ Kelurahan : Benda Baru
Kecamatan : Pamulang
Kab/ Kota : Tangerang Selatan
Propinsi : Banten
Telepon : (021) 7440042
3. NSM : 111 228 030312
4. Jenjang Akreditasi : Terakreditasi B (Tanggal 28 Juni 2006)
5. Tahun didirikan : 1958
6. Tahun beroperasi : 1984
7. Kepemilikan Tanah : Yayasan
a. Status Kepemilikian : Wakaf
b. Luas Tanah : 1309 M2
8. Status Bangunan : Yayasan
9. Nomor Rekening Sekolah : 1127-01-000966-50-2
B. VISI dan MISI MADRASAH
1. Visi : “Menciptakan Generasi Robbani yang Mampu Berperan di
Masyarakat”
182
lampiran 17
2. Misi : 1. Menyelenggarakan pendidikan kurikulum KBK.
2. Mengadakan pembinaan melalui kegiatan ekstrakurikuler.
` 3. Mengadakan kegiatan keagamaan secara praktis.
4. Menambah pembinaan siswa diluar jam pelajaran.
5. Membentuk aqidah yang sholeh dan keimanan yang kokoh.
C. DATA FASILITAS MADRASAH
NO JENIS RUANGAN JUMLAH
RUANG
1
2
3
4
5
6
7
8
Ruang Kelas
Ruang Kepala Madrasah
Ruang Guru
Ruang Perpustakaan
Ruang Tata Usaha
Ruang Lab. Komputer
Ruang BP
Masjid/Mushola
7
1
1
1
1
1
1
1
BIOGRAFI PENULIS
Ai Herawati, NIM. 1110018300014, Jurusan
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
Penulis lahir di Jakarta, 26 April 1992.
Bertempat tinggal di Jalan Anggrek Rt. 03 Rw. 18
Pondok Benda Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan - Banten 15416.
Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Orangtua penulis ialah
Bapak Anin dan Ibu Iyumenah.
Riwayat pendidikan penulis, diawali dari MI Al-Mursyidiyyah lulus tahun
2004-2005, MTs Ponpes Daar El-Qolam tahun pelajaran 2006-2007, MA Ponpes
Daar El-Qolam Jakarta tahun pelajaran 2009/2010, Perguruan Tinggi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta lulus tahun 2015.
Proses belajar mengajar di kelas harus mengalami peningkatan dari waktu
ke waktu. Melalui skripsi yang berjudul “Peningkatan Aktivitas Belajar
Matematika Melalui Penerapan Pendekatan Contextual Teaching and Learning
(CTL) Pada Siswa Kelas IV MI Mathlaul Anwar” di bawah bimbingan Ibu Dr.
Tita Khalis Maryati, M. Kom. Penulis berupaya mengembangkan metode
pembelajaran yang ada agar menjadi lebih menarik dan mampu meningkatkan
aktivitas belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Matematika sebagai mata
pelajaran inti pada pendidikan dasar. Semoga bermanfaat, Aamiin…....