penilaian produktivitas perairan dengan …ii abstrak muh. takbir dg. sijaya (l111 09 281) penilaian...

67
i PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN MENGGUNAKAN MAKROZOOBENTOS SEBAGAI INDIKATOR DI PERAIRAN KABUPATEN MAMUJU SKRIPSI MUH.TAKBIR.DG.SIJAYA L111 09 281 PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2016

Upload: others

Post on 25-Dec-2019

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

i

i

PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN

MENGGUNAKAN MAKROZOOBENTOS SEBAGAI INDIKATOR

DI PERAIRAN KABUPATEN MAMUJU

SKRIPSI

MUH.TAKBIR.DG.SIJAYA

L111 09 281

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2016

Page 2: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

ii

ABSTRAK

Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan Kabupaten Mamuju.dibawah bimbingan Dr. Ir. Rahmadi Tambaru, M.Si dan Prof. Dr. Ir, Chair Rani, M.Si

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi dan kelimpahan jenis

makrozoobentos, menganalisis indeks ekologi makrozoobentos di perairan Kabupaten Mamuju, mengetahui keterkaitan sebaran makrozoobentos dengan ukuran butiran sedimen dan menganalisis tingkat produktifitas perairan berdasarkan pertumbuhan makrozoobentos. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi data/informasi untuk pemerintah dan bahan pertimbangan untuk pengembangan wilayah pesisir perairan Kabupaten Mamuju. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat. Penelitian ini berlangsung pada bulan Juli sampai September 2015. Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari identifikasi makrozoobentos, keanekaragaman, indeks dominansi orgamis memakrozoobentos, dan parameter lingkungan seperti tipe substrat sedimen dan kandungan bahan organik sedimen (BOT),suhu dan ph.Pengolahan data dalam penelitian ini dengan menggunakan rumus sedangkan analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis secara deskriptif dengan menggunakan table dan grafik serta analisis One-way ANOVA dengan menggunakan software SPSS. Hasil yang diperoleh adalah makroozobentos yang paling mendominasi untuk stasiun pengamatan yaitu, kelas gastropoda sebanyak 31 jenis, kelas bivalvia 4 jenis, kelas brachiopoda1 jenis dan hydrophidae 1 jenis; indeks ekologi makrozoobentos di perairan Kabupaten Mamuju bervariasi; sebaran makrozoobentos dengan ukuran butiran sedimen di temukan tinggi hingga yang terendah pada berbagai jenis substrat berurutan pasir sedang, pasir sangat kasar, pasir kasar, pasir halus serta untuk produktifitas perairan,pada stasiun I,II dan III sudah menurun, sedangkan pada stasiun IV dan V berada pada kondisi rendah.

Kata Kunci :Kabupaten Mamuju dan Produkvifitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator

Page 3: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

iii

PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN MENGGUNAKAN

MAKROZOOBENTOS SEBAGAI INDIKATOR DI PERAIRAN KABUPATEN

MAMUJU

Oleh : MUH. TAKBIR DG. SIJAYA

SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

pada Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan

JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2016

Page 4: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Judul skripsi :Penilaian Produktivitas Perairan Dengan Menggunakan Makrozoobentos Sebagai Indikator Di Kabupaten Mamuju

Nama : Muh.Takbir.Dg.Sijaya

Nomor Pokok : L 111 09 281

Jurusan : Ilmu Kelautan

Skripsi telah diperiksa dan disetujui oleh

Pembimbing Utama

Dr. Ir. Rahmadi Tambaru, M.Si NIP. 196901251993031002

Pembimbing Anggota

Prof.Dr.Ir. Chair Rani, M.Si NIP. 196804021992021001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan

Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M.Sc NIP : 19670308 199003 1 001

Ketua Program Studi Ilmu Kelautan,

Dr. Mahatma Lanuru, ST, M.Sc.

NIP. 19701029 199503 1 001

Tanggal lulus :

Page 5: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

v

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 25 April 1990 di

Makassar, Sulawesi Selatan. Anak pertama dari enam

bersaudara pasangan dari Ayahanda Abd Majid.S

dengan Ibunda Ramlawati. Pada tahun 2003 lulus dari

SD Inpres Paccerakkang Makassar, tahun 2006 lulus dari

SMPN 34 Makassar, dan tahun 2009 lulus dari SMA 06

Makassar. Pada tahun 2009, melalui seleksi masuk

perguruan tinggi neggeri (SMPTN). Penulis berhasil diterima pada Program Studi Ilmu

Kelautan, Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas

Hasanuddin, Makassar.

Penulis aktif pada bidang kemahasiswaan dengan mengikuti organisasi Mahasiswa yaitu

Senat Mahasiswa Ilmu Kelautan Universitas Hasanuddin (SEMA KELAUTAN UH) periode

2011-2012, Pada tahun 2014, penulis melaksanakan salah satu tridarma perguruan tinggi

yaitu pengabdian masyarakat dengan mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) gelombang 87, di

Desa Carigading, Kec.Awangpone, Kab.Bone, Sulawesi Selatan. Pada saat bersamaan,

penulis sekaligus melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) di Desa Kajuara,

Kec.Awangpone, Kab.Bone dengan judul “Inventarisasi Jenis-Jenis mangrove di Desa

Kajuara Kec.Awangpone Kabupaten Bone’

Salah satu syarat untuk menyelesaikan studi akhirnya telah terselesaikan, penulis

melakukan penelitian dengan judul “Penilaian Produtifitas Perairan dengan menggunakan

Makrozoobentos sebagai indikator di Perairan Kabupaten Mamuju” dibawah bimbingan

bapak Dr. Ir. Rahmadi Tambaru, M.Si dan Prof. Dr. Ir. Chair Rani, M.Si

Page 6: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

vi

KATA PENGANTAR

Tak ada kata yang pantas selain mengagungkan kebesaranmu ya ALLAH,

atas segala karunia dan pertolongan yang engkau berikan kepada penulis selama

dalam proses penyelesaian karya ini yang berjudul “Keanekaragaman Fauna Non

Bentik Pada Ekosistem Mangrove Di Sungai Tallo Kota Makassar” yang merupakan

sebuah hasil penelitian untuk memperoleh gelar sarjan dalam bidang kelautan.

Shalawat dan salam atas junjungan Nabi besar Muhammad SAW berserta

para sahabat yang telah menegakkan agama ALLAH dalam ajaran Islam di bumi ini.

Ya ALLAH, pemilik segala yang ada di langit dan di bumi. Melalui setiap kesempatan

nafas yang engkau berikan. Aku memohon ampunanmu atas segala keselahan yang

pernahku perbuat. Dan ampunilah pula segala dosa ibu dan ayahku ya robbi, baik

kesalahan yang disengaja maupun tak disengaja yang dibuat oleh beliau.

Melalui kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada semua pihak-pihak yang telah membantu terciptanya sebuah

karya sederhana yang lahir berkat bantuan pemikiran, saran dan motivasi selama

proses penyusunan skripsi hingga akhirnya penelitian ini dapat selesai.

Penulis,

Muh Takbir Dg Sijaya

Page 7: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

vii

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat tuhan Yang Maha Esa atas

berkah, anugerah-Nya serta kasih sayang-Nya yang tidak henti-henti, khususnya

kepada penulis dan keluarga penulis, hingga saat ini.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sangat

tulus kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis mulai dari awal perkuliahan

hingga tersusunnya skripsi ini.

1. Kepada kedua orangtuaku, Ayahanda Abd. Majid. S dan Ibunda Ramlawati yang

telah bersedia dengan ikhlas menerima beban senang dan sakit yang dirasakan

selama merawatku, menjaga serta mengarahkanku ketika salah, menerimaku apa

adanya dan banyak hal yang tidak bisa diungkapkan atas semua pengorbanan

dan kasih sayang mereka.

2. Kepada Dr. Ir. Rahmadi Tambaru, M.Si. dan Prof. Dr. Ir. Chair Rani, M.Si yang

telah meluangkan waktu serta pikiran untuk membimbing dan mengarahkan

melalui kritik dan saran yang membangun hingga skripsi ini dapat selesai sesuai

yang diinginkan.

3. Kepada Dr.Mahatma Lanuru,ST.,M.Sc, Dr.Ir. Muhammad Farid Samawi,M.Si

dan Prof.Dr.Ir. Rohani Ambo Rappe,M.Si selaku dosen penguji, memberikan

tanggapan, dan saran terhadap penyempurnaan skripsi ini.

.4. Kepada Bapak Prof.Dr.Ir.Jamaluddin Djompa, M.Sc selaku Dekan FIKP

beserta jajarannya, Bapak Dr.Mahatma Lanuru,ST.,M.Sc selaku Ketua Jurusan

Ilmu Kelautan.

Page 8: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

viii

5. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Kelautan yang telah membagikan

pengetahuan dan pengalaman kepada penulis.

6. Seluruh Staf pegawai FIKP UH dan Laboratarium yang tidak dapat disebutkan

namanya satu per satu yang selalu mendukung penulis secara ikhlas, sadar

ataupun tidak, membantu penulis mengurus berkas, serta penyemangat disaat

penulis butuh.

7. Kepada Saudara-saudaraku dan seperjuanganku di KOSLET 09 (Kosong

Sembilan Kelautan Unhas), fahri, wanda, ipul, rizal, tarsan, eni, mayang, dila,

tri, lisda, steven, yaya, dedof, uga, iccank, jesy, novi, arni, yang selalu

mendampingi, menyemangati, susah senang bersama, pengingat terbaik,

memberikan hidup penulis lebih berwarna dengan hadirnya kalian.

8. Kepada Keluarga Mahasiwa Ilmu Kelautan Universitas Hasanuddin atas

dukungan, doa, serta canda tawanya. Terima kasih atas semua pelajaran hidup

yang kalian berikan.

“Hidup bagaikan skripsi, banyak halaman dan bab yang perlu direvisi, tetapi

semuanya akan berakhir indah, tergantung dari usaha kita sendiri”

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat

bagi para pembaca.

Page 9: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

ix

Daftar Isi

Daftar Isi ................................................................................................................... ix

I. PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1

B. Tujuan dan Kegunaan .................................................................................... 2

C. Ruang Lingkup ........................................................................................... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 4

A. Makrozoobentos ............................................................................................ 4

B. Klasifikasi Bentos ........................................................................................... 5

C. Habitat dan Distribusi Makrozoobenthos .................................................... 6

D. Faktor Oseanografi Yang Mempengaruhi Distribusi Makrozoobentos ......... 7

1. Substrat (Sedimen) ..................................................................................... 7

2. Bahan Organik Total (BOT) ........................................................................ 8

3. Tingkat Keasaman (pH) .............................................................................. 9

4. Suhu ......................................................................................................... 10

E. Indeks Ekologi .............................................................................................. 11

1. Indeks Keanekaragaman(H’) .................................................................... 11

2. Indeks Keseragaman (E) .......................................................................... 12

3. Indeks Dominansi (C) ............................................................................... 13

F. Produktivitas Perairan .................................................................................. 14

III. METODE PENELITIAN ................................................................................ 16

A. Waktu dan Tempat ....................................................................................... 16

B. Alat dan Bahan ............................................................................................ 17

C. Prosedur Kerja ......................................................................................... 18

1. Tahap Persiapan ...................................................................................... 18

2. Penentuan Stasiun ................................................................................... 18

3. Pengambilan data di lapangan ................................................................. 18

4. Tahap Analisis Laboratorium .................................................................... 19

5. Pengolahan Data ...................................................................................... 21

6. Analisis Data ............................................................................................ 24

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 26

A. Gambaran Umum Lokasi ............................................................................. 26

Page 10: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

x

B. Faktor Lingkungan ....................................................................................... 28

1. Suhu ......................................................................................................... 28

2. Derajat keasaman (pH) ............................................................................ 29

3. Sedimen ................................................................................................... 30

4. Bahan organik total (BOT) sedimen .......................................................... 32

C. Distribusi, komposisi jenis kelimpahan makrozoobentos........................... 33

D. Keragaman dan sebaran Makrozoobentos dengan tipe sedimen ............. 41

1. Sebaran Jumlah individu dan kepadatan Makrozoobentos Menurut Jenis Sedimen .......................................................................................................... 42

2. Keterkaitan ukuran butiran sedimen dengan nilai kepadatan makrozoobentos, jumlah jenis dan BOT .......................................................... 45

E. Indeks Keanekaragaman (H’), Keseragaman (E) dan Dominansi (C) ........... 48

F. Tingkat produktifitas perairan ....................................................................... 50

V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 52

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 53

Page 11: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

xi

Daftar Tabel

Tabel 1Kriteria kandungan bahan organik dalam sedimen ....................................... 9

Tabel 2 Kategori indeks keanekaragaman (H’) ....................................................... 12

Tabel 3. Kategori indeks keseragaman (E) ............................................................. 13

Tabel 4. Kategori indeks dominansi (C) .................................................................. 14

Tabel 5. Skala Wentworth untuk penentuan butiran sedimen. ................................ 20

Tabel 6. Stadium produktifitas Perairan .................................................................. 25

Tabel 7. Tipe butiran sedimen untuk seluruh stasiun .............................................. 31

Page 12: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

xii

Daftar Gambar

Gambar 1 Peta lokasi penelitian di daerah Kabupaten Mamuju ............................ 166

Gambar 2. Model grafik suksesi ekosistem Frointer (Frointer, 1985) ...................... 25

Gambar 3 Suhu pada setiap stasiun ....................................................................... 29

Gambar 4 . Ph pada setiap stasiun ......................................................................... 30

Gambar 5 Rata-rata bahan organik total (BOT) sedimen pada tiap-tiap stasiun

pengamatan ........................................................................................................... 33

Gambar 6 Komposisi (a) jumlah jenis dan (b) jumlah individu makrozoobentos pada

seluruh stasiun ....................................................................................................... 36

Gambar 7 Komposisi jenis makrozoobentos pada setiap stasiun ........................... 37

Gambar 8 Jumlah jenis makrozoobentos setiap stasiun pengamatan. .................... 38

Gambar 9 Kelimpahan jenis makrozoobentos pada 5 stasiun pengamatan .......... 40

Gambar 10 Grafik keterkaitan ukuran sedimen dengan jumlah jenis ...................... 46

Gambar 11 Grafik keterkaitan ukuran sedimen dengan kepadatan makrozoobentos

............................................................................................................................... 46

Gambar 12 . Grafik hubungan ukuran butiran sedimen dengan niliai bot sedimen. . 47

Gambar 13 Indeks ekologi pada setiap stasiun (indeks keanekaragaman,

keseragaman, dan dominansi) ................................................................................ 48

Gambar 14 Tingkat Produktivitas Perairan ............................................................. 50

Page 13: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

xiii

Daftar Lampiran

Lampiran 1 Parameter lingkungan di lokasi stasiun pengamatan.........................1655

Lampiran 2 Jenis sedimen yang mendominasi (Softwear Gradistat) ...................5716

Lampiran 3 Analisis Kelimpahan Makrozoobenthos .............................................6216

Lampiran 4 Jumlah Jenis Makrozoobenthos ........................................................... 65

Lampiran 5 Jumlah jenis dan jumlah individu .......................................................... 68

Lampiran 6 Komposisi jenis makrozoobentos ......................................................... 69

Lampiran 7 Indeks ekologi pada setiap stasiun (indeks keanekaragaman,

keseragaman, dan dominansi) ............................................................................... 70

Lampiran 8 Spesies makrozoobentos di lokasi penelitian ....................................... 71

Page 14: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kawasan pesisir dan laut di Indonesia mempunyai peranan penting dalam

menyediakan sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang memiliki nilai potensi

yang cukup besar.Sumberdaya alam diharapkan dapat mendukung pertumbuhan

ekonomi di Indonesia, sumberdaya alam tersebut selayaknya dikelola dengan baik

untuk kepentingan masyarakat pesisir.

Bentos merupakan sumber daya hayati perairan alam linkungan pesisir yang

hidup di dasar perairan. Organisme yang relatif mudah identifikasi dan peka

terhadap perubahan lingkungan perairan adalah jenis-jenis yang termasuk dalam

kelompok makrozoobentos (Rizky 2007). Hewan ini sangat peka terhadap

perubahan kualitas air tempat hidupnya sehingga dapat berpengaruh terhadap

komposisi dan distribusinya. Kelompok hewan tersebut dapat lebih mencerminkan

adanya perubahan lingkungan dari waktu ke waktu, karena organisme ini terus

menerus terendam oleh air yang kualitasnya berubah-ubah.

Makrozoobentos dapat dijadikan sebagai organisme bioindikator dalam

menilai suatu kondisi perairan. Perubahan kondisi perairan termasuk habitat akan

mempengaruhi jumlah, kelimpahan dan penyebaran dari organisme ini (Integre,

1984 dalam Lebuan, 2000). Selain sebagai penjaga kestabilan lingkungan,

organisme tersebut juga memiliki fungsi yang sangat penting dalam proses

pendaurulangan bahan organik dan proses mineralisasi mengingat fungsinya

sebagai dekomposer awal dalam struktur komunitas perairan. Seiring dengan laju

Page 15: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

2

pertumbuhan penduduk dan aktivitas pembangunan, maka fungsi lingkungan pantai

di beberapa daerah telah mengalami penurungan atau rusak. Hal ini diindikasikan

oleh adanya proses erosi/abrasi pantai, intrusi air laut dan degradasi sumberdaya

hayati perairan.

Perairan pesisir Kabupaten Mamuju diduga mengalami penurunan fungsi

sebagai mana yang dijelaskan diatas untuk itu, Penelitian tentang penilaian

produktifitas perairan menggunakan makrozoobentos sebagai indikator kualitas

perairan pesisir Kabupaten Mamuju penting dilakukan karena wilayah tersebut

sangat berpotensi untuk dikembangkan baik untuk kegiatan budidaya atau

penangkapan wilayah konservasi.

B. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari penelitian ini yaitu :

1. Mengetahui distribusi dan kelimpahan jenis Makrozoobentos.

2. Menganalisis indeks Ekologi Makrozoobentos di perairan Kabupaten

Mamuju.

3. Mengetahui keterkaitan sebaran Makrozoobentos dengan ukuran butiran

sedimen.

4. Menganalisis tingkat produktifitas perairan berdasarkan jenis dan kelimpahan

Makrozoobentos.

Kegunaan penelitian ini yaitudiharapkan dapat menjadi data/informasi untuk

pemerintah dan bahan pertimbangan untuk pengembangan wilayah pesisir perairan

Kabupaten Mamuju.

Page 16: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

3

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian yaitu identifikasi makrozoobentos,

keanekaragaman, indeks dominansi orgamisme makrozoobentos, dan parameter

lingkungan seperti tipe substrat sedimen dan kandungan bahan organik sedimen

(BOT),suhu dan ph.

Page 17: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Makrozoobentos

Makrozoobentos adalah organisme yang mendiami dasar perairan atau tinggal

dalam sedimen dasar perairan. Organisme bentos mencakup organisme nabati yang

disebut fitobentos dan organisme hewani yang disebut zoobentos (Odum, 1971).

Makrozoobentos adalah organisme yang tersaring oleh saringan bertingkat pada

ukuran 0,6 mm (Lind, 1979). Pada saat mencapai pertumbuhan maksimum,

makrozoobentos akan berukuran sekurang-kurangnya 3 hingga 5 mm (Sudarja,

1987).

Dalam siklus hidupnya, terdapat beberapa makrozoobentos yang hidupnya

hanya sebagian saja sebagai bentos, misalnya pada stadia muda saja atau

sebaliknya. Pada umumnya cacing dan bivalvia hidup sebagai bentos pada stadia

dewasa, sedangkan ikan demersal hidup sebagai bentos pada stadia larva

(Nybakken,1988), selanjutnya dinyatakan zoobentos umumnya bersifat relatif tidak

aktif dengan ciri khusus seperti: tubuhnya dilindungi cangkang, memiliki bagian

tubuh yang dapat dijulurkan, berkembangnya bagian tubuh tambahan seperti

rambut, bulu-bulu keras serta tersusun atas otot-otot yang memudahkan

pergerakannya di atas maupun di dalam sedimen.

Page 18: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

5

B. Klasifikasi Bentos

Berdasarkan ukurannya, Lind (1979) mengklasifikasikan zoobentos menjadi

dua kelompok besar yaitu mikrozoobentos dan makrozoobentos. Sejalan dengan

ukurannya, Hutabarat dan Evans (1985) juga mengklasifikasikan zoobentos ke

dalam tiga kelompok berdasarkan ukurannya, yaitu :

1. Mikrofauna adalah hewan-hewan dengan ukuran lebih kecil dari 0,1 mm yang

digolongkan ke dalam protozoa dan bakteri.

2. Meiofauna adalah hewan-hewan dengan ukuran 0,1 hingga 1,0 mm.

Digolongkan ke dalam beberapa kelas protozoa berukuran besar dan kelas

krustasea yang sangat kecil serta cacing dan larva invertebrata.

3. Makrofauna adalah hewan-hewan dengan ukuran lebih besar dari 1,0 mm.

Digolongkan ke dalam hewan moluska, echinodermata, krustasea dan

beberapa filum annelida.

Berdasarkan tempat hidupnya, zoobentos dibagi atas dua kelompok, yaitu :

(a) epifauna yaitu organisme bentik yang hidup dan berasosiasi dengan permukaan

substrat, (b) infauna yaitu organisme bentik yang hidup di dalam sedimen (substrat)

dengan cara menggali lubang (Hutabarat dan Evans, 1985; Nyabkken 1988).

Odum (1971) mengklasifikasikan zoobentos berdasarkan kebiasaan

makannya ke dalam dua kelompok yaitu : (a) filter-feeder yaitu hewan yang

menyaring partikel-partikel detritus yang melayang-layang dalam perairan misalnya

Balanus (Crustacea), Chaetopterus (Polyhaeta) dan Crepudia (Gastropoda). (b)

deposit-feeder yaitu hewan bentos yang memakan partikel-partikel detritus yang

Page 19: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

6

telah mengendap di dasar perairan misalnya Terebella dan Amphitrile (Polychaeta),

Tellina dan Arba (Bivalvia).

Sejalan dengan kebiasaan makannya, Knox (1986) membagi pula ke dalam

lima kelompok yaitu : hewan pemangsa, hewan penggali, hewan pemakan detritus

yang mengendap di permukaan, hewan yang menelan makanan pada dasar, dan

hewan yang sumber makanannya dari atas permukaan.

C. Habitat dan Distribusi Makrozoobentos

Zona subtidal merupakan daerah yang terletek antara batas air surut

terendah di pantai dengan ujung paparan benua (continental shelf), dengan

kedalaman sekitar 200 meter. Pada skema klasifikasi ini dikenal sebagai sublitoral.

Zona paparan atau sublitoral adalah zona bentik pada paparan benua di bawah

zona pelagik neritik. Zona ini mendapat cahaya dan pada umumnya dihuni oleh

bermacam jenis biota laut yang melimpah dari berbagai komunitas, termasuk

padang lamun dan terumbu karang. Zona subtidal meliputi daerah dibawah rata-rata

level pasang surut yang rendah dan biasanya selalu digenangi air secara terus

menerus.

Substrat dasar mempunyai pengaruh terhadap komposisi dan distribusi

makrozoobentho karena merupakan salah satu faktor pembatas penyebaran

organisme makrozoobentos. Jenis substrat hubungannya dengan kandungan

oksigen dan ketersediaan nutrien dalam sedimen. Pada susbstrat pasir, kandungan

oksigen relative besar dibandingkan dengan jenis substrat yang lebih halus, hal ini

dikarenakan pada jenis substrat pasir terdapat pori udara yang memungkinkan

terjadinya pencampuran yang lebih intensif dengan air di atasnya. Namun demikian,

Page 20: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

7

nutrient tida banyak terdapat dalam substrat berpasir. Arus yang kuat tidak hanya

menghanyutkan partikel sedimen yang berukuran kecil saja tapi juga

menghanyutkan nutrien saja. Untuk pantai yang berpasir tidak menyediakan susbtrat

yang tetap untuk melekat bagi organisme. Dua kelompok ukuran organisme yang

mampu beradaptasi pada kondisi substrat berpasir yaitu organisme infauna makro

(berukuran 1-10 cm)yang mampu menggali liang di dalam pasir dan organisme

meiofauna mikro (berukuran 0,1 – 1 mm) yang hidup diantara butiran pasir dalam

ruang interstitial. Sebaliknya pada substrat yang halus, oksigen tidak begitu banyak,

tapi biasanaya nutrient tersedia dalam jumlah yang sangat besar. Dengan demikian

jenis substrat yang diperkirakan oleh bentos adalah kombinasi dari ketiga jenis

substrat (pasir, lumpur dan liat) (Bengen, 1994).

D. Faktor Oseanografi Yang Mempengaruhi Distribusi Makrozoobentos

1. Substrat (Sedimen)

Jenis substrat berkaitan dengan kandungan oksigen dan ketersediaan nutrien

dalam sedimen. Pada jenis substrat berpasir kandungan oksigen relatif lebih besar

dibandingkan dengan substrat yang halus, karena pada substrat berpasir terdapat

pori udara yang memungkinkan terjadinya pencampuran yang lebih intensif dengan

air di atasnya, namun demikian nutrien tidak banyak terdapat dalam substrat

berpasir. Sebaliknya pada substrat yang halus, oksigen tidak begitu banyak tetapi

biasanya nutrien tersedia dalam jumlah yang cukup besar (Bengen et al., 1994

dalam Siregar, 1997).

Substrat lumpur dan pasir merupakan habitat yang paling disukai

makrozoobentos, selanjutnya Lind (1979) menyatakan bahwa hewan bentos lebih

Page 21: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

8

menyenangi dasar perairan dengan substrat lumpur, pasir, kerikil dan substrat

sampah. Bentos tidak menyenangi dasar perairan berupa batuan, tetapi jika dasar

batuan tersebut memiliki bahan organik yang tinggi, maka habitat tersebut akan

kaya akan hewan bentos (Nichol, 1981 dalam Sudarja, 1987)

2. Bahan Organik Total (BOT)

Bahan Organik Total (BOT) menggambarkan kandungan bahan organik total

suatu perairan yang terdiri dari bahan organik terlarut, tersuspensi (partikulate) dan

koloid. Bahan organik ditemukan dalam semua jenis perairan, baik dalam bentuk

terlarut, tersuspensi maupun sebagai koloid, dimana kesuburan suatu perairan

tergantung dari kandungan Bahan Organik Total (BOT) dalam perairan itu

sendiri.Bahan organik pada sedimen merupakan penimbunan dari sisa tumbuhan

dan binatang yang sebagian telah mengalami pelapukan (Soepardi, 1986).

Sedimen pasir kasar umumnya memiliki jumlah bahan organik yang sedikit

dibandingkan jenis sedimen yang halus, karena sedimen pasir kasar kurang memiliki

kemampuan untuk mengikat bahan organik yang lebih banyak. Sebaliknya, jenis

sedimen halus memiliki kemampuan cukup besar untuk mengikat bahan organik.

Karena bahan organik sedimen memerlukan proses aerasi. Standar bahan organik

total yang diperbolehkan agar organisme dapat hidup berkisar 0,68-17ppm

(Soepardi, 1989 dalam Ukkas, 2009). Reynold (1971) mengklasifikasikan

kandungan bahan organik dalam sedimen yaitu terlihat dalam tabel 1.

Page 22: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

9

Tabel 1 Kriteria kandungan bahan organik dalam sedimen

No

Kandungan bahan organic (%) Kriteria

1 >35 Sangat Tinggi

2 17 – 35 Tinggi

3 7 – 17 Sedang

4 3,5 – 7 Rendah

5 < 3,5 Sangat Rendah

Sumber : Reynold (1971)

3. Tingkat Keasaman (pH)

Derajat keasaman (pH) adalah suatu ukuran tentang besarnya konsentrasi ion

hydrogen dan menunjukkan apakah air itu bersifat asam atau bersifat basa dalam

reaksinya (Wardoyo, 1989).Nilai pH menunjukkan derajat kemasaman atau

kebasaan suatu perairan dimana fluktuasinya dipengaruhi oleh kapasitas penyangga

(buffer), yaitu adanya garam-garam karbonat dan bikarbonat yang larut dalam air.

Hawkes (1978) mengatakan bahwa kisaran pH 5,0 – 9,0 kemungkinan sedikit

sekali pengaruhnya terhadap hewan bentos. Dalam kisaran ini organisme yang

berlainan mempunyai kisaran yang berbeda pula, dimana sebagian besar cacing di

Inggris terdapat dalam kisaran tersebut. Gastropoda terdapat pada perairan dengan

pH lebih besar dari 7,0 sedangkan bivalvia memiliki kisaran pH 5,6 – 8,3.Menurut

pada umumnya derajat kemasaman untuk perairan dalam berkisar antara 4 – 9 dan

kadang-kadang bersifat agak alkalis karena adanya karbonat dan bikarbonat.

Penyimpangan yang cukup besar dari harga pH semestinya dapat dipakai sebagai

petunjuk akan adanya buangan industri yang bersifat asam, karena banyak bahan

Page 23: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

10

organik di kawasan tersebut. Nilai pH perairan serta hubungannya dengan proses

biologis dari biota akuatik. Menurut Odum (1993) bahwa perubahan pH pada

perairan laut biasanya sangat kecil. Hal ini disebabkan oleh adanya turbulensi

massa air yang selalu menstabilkan kondisi perairan.

4. Suhu

Kelarutan berbagai jenis gas di dalam air serta semua aktifitas biologis dan

fisiologis di dalam ekosisitem sangat dipengaruhi oleh suhu. Suhu mempunyai

pengaruh besar terhadap kelarutan oksigen di dalam air, apabila suhu air naik maka

kelarutan oksigen di dalam air menurun. Bersamaan dengan peningkatan aktivitas

metabolism akuatik, sehingga kebutuhan juga oksigen juga meningkat

(Satrawijaya,2000). Brehm dan Meijering (1990) dalam Barus (1996) menyatakan

bahwa akibat meningkatkanya laju respirasi akan meyebabkan konsumsi oksigen

meningkat, sementara di sisi lain dengan naiknya suhu akan menyebabkan

kelarutan oksigen dalam air akan menjadi berkurang.Menurut Suriawiria (1996)

kenaikan suhu pada perairan dapat menyebabkan penurunan oksigen terlarut. Suhu

merupakan faktor pembatas bagi pertumbuahn bentos.Batas toleransi hewan

terhadap suhu tergantung kepada spesiesnya. Umumnya suhu diatas 300C dapat

menekan pertumbuhan populasi hewan bentos (Nybakken,1992).

Page 24: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

11

E. Indeks Ekologi

1. Indeks Keanekaragaman(H’)

Indeks keanekaragaman adalah penggambaran yang menunjukkan sifat

suatu komunitas yang memperlihatkan tingkat keanekaragaman dalam suatu

komunitas. Menurut sifat komunitas, keanekaragaman ditentukan dengan

banyaknya jenis dan kemerataan kelimpahan individu tiap jenis yang didapatkan.

Semakin besar nilai suatu keanekaragaman berarti semakin banyak jenis yang

didapatkan dan nilai ini sangat bergantung kepada nilai total dari individu masing-

masing jenis atau genera (Odum, 1971).

Keanekaragaman (H’) mempunyai nilai terbesar jika semua individu berasal

dari genus atau spesies yang berbeda-beda, sedangkan nilai terkecil didapat jika

semua individu berasal dari satu genus atau spesies saja (Odum, 1971). Adapun

kategori indeks keanekaragaman jenis dapat dilihat pada Tabel 2.

Page 25: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

12

Tabel 2. Kategori indeks keanekaragaman (H’)

No. Keanekaragaman (H’) Kategori

1. H’ < 2,0 Rendah

2. 2,0 < H’ < 3,0 Sedang

3. H’ ≥ 3,0 Tinggi

Sumber: (Odum, 1971).

Nilai indeks keanekaragaman dengan kriteria sebagai berikut:

Jika H’ < 2,0 : Keanekaragaman genera/spesies rendah, penyebaran

jumlah individu tiap genera/spesies rendah, kestabilan

komunitas rendah dan keadaan perairan mulai tercemar.

Jika 2,0 < H’ < 3,0 : Keanekaragaman sedang, penyebaran jumlah individu

sedang dan kestabilan perairan telah tercemar sedang.

Jika H’ ≥ 3,0 : Keanekaragaman tinggi, penyebaran jumlah individu tiap

spesies/genera tinggi, kestabilan komunitas tinggi dan

perairannya masih belum tercemar.

2. Indeks Keseragaman (E)

Indeks keseragaman adalah penggambaran mengenai sifat organisme yang

mendiami suatu komunitas yang dihuni atau didiami oleh organisme yang sama atau

seragam. Keseragaman (E) dapat menunjukkan keseimbangan dalam suatu

pembagian jumlah individu tiap jenis.

Page 26: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

13

Keseragaman (E) mempunyai nilai yang besar jika individu yang ditemukan

berasal dari spesies atau genera yang berbeda-beda, semakin kecil indeks

keseragaman (E) semakin kecil pula keseragaman jenis dalam komunitas, artinya

penyebaran jumlah individu tiap jenis tidak sama, ada kecenderungan didominasi

oleh jenis tertentu. Nilai indeks keseragaman (E) yaitu 0,75< E < 1,00 menandakan

kondisi komunitas yang stabil. Komunitas yang stabil menandakan ekosistem

tersebut mempunyai keanekaragaman yang tinggi, tidak ada jenis yang dominan

serta pembagian jumlah individu (Odum, 1971).

Tabel 3. Kategori indeks keseragaman (E)

No. Keseragaman (E) Kategori

1. 0,00 < E < 0,50 Komunitas Tertekan

2. 0,50 < E < 0,75 Komunitas Labil

3. 0,75 < E < 1,00 Komunitas Stabil

Sumber : (Odum, 1971).

3. Indeks Dominansi (C)

Indeks dominansi adalah penggambaran suatu kondisi dimana suatu

komunitas didominasi oleh suatu organisme tertentu.Dominasi (C) merupakan

penggambaran mengenai perubahan struktur dan komunitas suatu perairan untuk

mengetahui peranan suatu sisitem komunitas serta efek gangguan pada komposisi,

struktur dan laju pertumbuhannya.Jika nilai indeks dominansi mendekati satu berarti

suatu komunitas didominasi oleh jenis tertentu, dan jika nilai indeks dominasi

mendekati nol berarti tidak ada yang dominan.Kategori Indeks Dominansi dapat

dilihat di Tabel 4.

Page 27: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

14

Tabel 4. Kategori indeks dominansi (C)

No. Dominansi (C) Kategori

1. 0,00 < C < 0,50 Rendah

2. 0,50 < C < 0,75 Sedang

3. 0,75 < C < 1,00 Tinggi

Sumber : (Odum, 1971).

F. Produktifitas Perairan

Produktifitas perairan merupakan parameter ekologi yang sangat penting.

Produktivitas ekosistem adalah suatu indeks yang mengintergrasikan pengaruh

kumulatif dari banyak proses dan interaksi yang berlangsung di dalam ekosistem.

Jika produktifitas pada suatu ekosistem hanya berubah sedikit dalam jangka waktu

yang lama maka hal ini menandakan kondisi lingkungan yang stabil, tetapi jika

terjadi perubahan yang drastis, maka menunjukan telah terjadi perubahan

lingkungan yang nyata atau terjadi perubahan yang penting dalam interaksi diantara

organisme-organisme yang menyusun ekosistem (Jordan, 1985).

Produktifitas primer perairan didefinisikan sebagai laju pembentukan

senyawa-senyawa organik dari senyawa-senyawa anorganik. Jumlah seluruh

bahan organik yang terbentuk dalam proses produktifitas primer kotor atau produksi

total ini digunakan oleh tumbuh-tumbuhan untuk kelangsungan proses hidup yang

secara kolektif disebut respirasi. Hanya sebagian dari produksi total yang tersedia

bagi pemindahan kalori atau pemanfaatan oleh organisme tersebut. Produktifitas

Page 28: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

15

primer bersih merupakan selisih dari produktivitas primer kotor dengan respirasi oleh

tumbuhan (Nybakken,1992).

Page 29: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

16

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai September 2015.

Pengambilan data di lapangan, analisis sampel di laboratorium, pengolahan data,

analisis data, dan pembuatan skripsi. Pengambilan sampel makrozoobentos dan

sedimen dasar dilakukan di perairan Kabupaten Mamuju. Sampel makrozoobentos

di identifikasi di Laboratorium Ekologi Laut dengan menggunakan buku indentifikasi

Siput dan Kerang Indonesia Jilid I dan Conchology, Ind (http://www.conchology.be).

Analisis ukuran butiran sedimen dilakukan di Laboratorium Osenografi fisika dan

Geomorfologi Pantai. Pengukuran ph dan suhu dilaksanakan langsung dilapangan.

Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar.1 :

Gambar 1. Peta lokasi penelitian di daerah Kabupaten Mamuju

Page 30: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

17

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Global Positioning System

(GPS) untuk menentukan titik stasiun, Grab sampler untuk pengambilan substrat

(sampel Makrozoobentos dan sedimen) di dasar Laut,Sieve net untuk memisahkan

Makrozoobentos dengan Sedimen,Coolbox untuk menyimpan sampel, bakisebagai

wadah sampel saat identifikasi di laboratorium,pinset untuk mengambil sampel

makrozoobentos dari baki,Makroskop untuk mengamati dan membantu dalam

proses identifikasi sampel, ayakan sedimen untuk memisahkan butiran sedimen

berdasarkan diameter butirannya, Oven untuk mengeringkan sampel sedimen.

Kamera untuk dokumentasi sampel dan kegiatan penelitian,alat dasar selam untuk

membantu mengambil sampel Makrozoobentos dan Sedimen, Untuk pengukuran

data Oseanografi digunakanpH meter untuk mengukur pH perairan, termometer

untuk mengukur suhu perairan, dan Alat tulis.

Bahan yangdigunakan selama penelitian adalah kantong untuk tempat

penyimpan sampel bentos dan Sedimen, label untuk memberi tanda setiap kantong

sampel maupun keperluan lainnya, aquades untuk membersihkan alat, alkohol 70%

untuk mengawetkan sampel, dan buku identifikasi untuk mengidentifikasi sampel.

Page 31: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

18

C. Prosedur Kerja

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan meliputi konsultasi dengan pembimbing survey menyangkut

kondisi makrozoobentos dan substrat (sedimen) di lapangan, dan menyiapkan alat-

alat yang akan digunakan selama penelitian.

2. Penentuan Stasiun

Penentuan stasiundilakukan di zona intertidal pesisir Mamuju.Penentuan lokasi

ini didasarkan pada stasiun berdasarkan kondisi dan keadaan di lapangan.yaitu

memilih perairan.

3. Pengambilan data di lapangan

Pengambilan sampel makrozoobentos dilakukan dengan menggunakan Grab

sampler dengan luas bukaan grab Sampler. Lokasi pengambilan sampel berada

pada daerah intertidal. Pada setiap stasiun dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali,

sehingga terdapat 15 titik sampling pada seluruh stasiun pengamatan. Pengambilan

sampel makrozoobentos,grab sampler diturunkan dari atas perahu dalam keadaan

terbuka. Setelah grab sampler mencapai dasar perairan, grab sampler akan tertutup

secara otomatis sebelum tali grab ditarik ke atas perahu sehingga diperoleh

sejumlah substrat. Substrat yang terambil kemudian dimasukan ke dalam kantong

sampel dan dipisahkan tiap substasiun dan diberikan tanda tiap kantong sampelnya.

Sampel yang terambil kemudian disaring dengan menggunakan sieve net

dan organisme makrozoobentos yang tersaring diambil dan kemudian dimasukkan

ke dalam kantong sampel yang kemudian diberi bahan pengawet alkohol 70%.

Page 32: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

19

Selanjutnya sampel bentos diidentifikasi dengan bantuan lup dan buku identifikasi

makrozoobentos di laboratorium Ekologi Laut, Jurusan Ilmu Kelautan, fakultas Ilmu

kelautan dan perikanan Universitas Hasanuddin. Buku identifikasi yang digunakan

adalah Dharma (1988) dan Conchology, Ind (http://www.conchology.be).

4. Tahap Analisis Laboratorium

a. Ukuran Butir Sedimen

Penentuan ukuran butiran sedimendilakukan dengan metode pengayakan

kering (dry sieving). Sekitar 100gr sedimen diayak selama 10 menit dengan

menggunakan sievenet yang tersusun secara berurutan dengan ukuran 2mm,

1mm, 0,5mm, 0,25mm, 0,125mm dan 0,063 mm. Porsi sedimen yang tertahan

pada setiap ayakan ditimbang dan dikalisifikasikan menurut ukuran butirannya.

Untuk melakukan pengukuran persentase berat sedimen digunakan rumus

seperti dibawah ini :

Berat sedimen = 𝐁𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐡𝐚𝐬𝐢𝐥 𝐚𝐲𝐚𝐤𝐚𝐧

𝐛𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐭𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐡𝐚𝐬𝐢𝐥 𝐚𝐲𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐬𝐚𝐦𝐩𝐞𝐥 X 100%

Analisis sampel sedimendilakukan dengan metode Wentworth.Metode ini

dipakai untuk menunjukkan distribusi ukuran butiran sedimen untuk mengetahui

dominansi jenis sedimen pada daerah penelitian (Tabel 5).

Page 33: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

20

Tabel 5. Skala Wentworth untuk penentuan butiran sedimen,( Hutabarat S dan M.

Evans S 1985).

b. Kandungan Bahan Organik Sedimen

Pengukuran kandungan organik sedimen dilakukan dengan metode loss by

ignition mengikuti metode yang digunakan oleh Fairhurst dan Graham (2003).

Lima gram sedimen yang telah dikeringkan di oven pada suhu 105ºC,

dimasukkan ke dalam cawan, kemudian diukur beratnya untuk mengetahui berat

awal (Wa). Sampel selanjutnya ditempatkan di pembakaran (tanur) pada suhu

550 ºC selama 2 jam. Untuk menghitung berat akhir sampel sedimen (Wt),

sampel sedimen yang sudah dibakar/ditanur ditimbang kembali untuk

menghitung kandungan organik sedimen. Persentase kandungan organik total

sedimen dihitung dengan menggunakan rumus:

Page 34: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

21

Kandungan Organik sedimen = (𝑊𝑎−𝑊𝑡)

𝑊𝑎X100%

Dimana, Wa= berat awal (gram)

Wt = berat akhir (gram)

5. Pengolahan Data

a. Kelimpahan kumulatif (Aziz, 1998)

Makrozoobentos yang didapatkandikelompokkan manurut jenis dan titik

sampling dan dihitung kelimpahannya. Kelimpahan makrozoobentos dihitung

dengan menggunakan formula sebagai berikut:

Y = 1000 X a

B

Dimana, Y = jumlah individu (ind/m2)

a = jumlah makrozobentos yang tersaring (ind)

b = luas bukaan grab sampler (cm2)

10000 = nilai konversi dari cm2ke m2

b. Kelimpahan Relatif (Brower et al., 1990)

Menghitung kelimpahan relatif makrozoobentos dengan menggunakan

formula sebagai berikut:

Dimana, KR = Kelimpahan relatif (%)

ni = Jumlah individu setiap spesies

N = Jumlah seluruh individu

Page 35: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

22

Jumlah jenis dan kelimpahan makrozoobentos dikelompokkan

menurut stasiun yang kemudian disajikan dalam bentuk grafik.

c. Indeks Keanekaragaman

Indeks keanekaragaman makrozoobentos dihitung dengan menggunakan

formula Evennes Indeks (Odum 1971) sebagai berikut:

H’ = -Σ ni/N x In ni/N

Dimana, H’ = Indeks keanekaragaman jenis

ni = Jumlah individu setiap jenis

N = Jumlah seluruh individu

d. Indeks Keseragaman

Indeks keseragaman makrozoobentos dihitung dengan menggunakan

formula Evennes Indeks (Odum 1971) sebagai berikut:

E = H’ / LnS

Dimana, E = Indeks keseragaman

H’ = Indeks keanekragaman jenis

S = jumlah jenis organisme

Page 36: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

23

e. Indeks Dominansi

Indeks dominansi organisme makrozoobenthos dihitung dengan

menggunakan formula Odum (1971) sebagai berikut :

C = Σ (ni/N)2

Dimana, C = indeks dominasi

ni = jumlah individu jenis

N = jumlah total individu

Page 37: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

24

6. Analisis Data

1. Untuk mengetahui perbedaan kelimpahan makrozoobentos dikelompokkan 5

stasiun dengan menggunakan analisis one way anova.

2. Indeks ekologi,juga dikelompokkan memuat jarak di garis pantai dan dianalisis

perkembangan secara deskriftif dengan bantuan grafik atau tabel.

3. Keterkaitan ukuran butiran sedimen dengan sebaran makrozoobentos di

analisis dengan analisis regresi linear,dengan bantuan diagram linear sebagai

variabel X yaitu median ukuran butir sedimen dan sumbu Y adalah jumlah

jenis dan kepadatan makrozoobentos

4. Tingkat produktifitas biologi dan kondisi perairan,Penilaian produktifitas biologi

perairan digunakan Grafik suksesi Ekosistem (Frontier, 1985). Grafik suksesi

disajikan untuk setiap stasiun dengan nilai log kelimpahan relatif sebagai

sumbu Y dan log ranking spesies (dari terbesar keterendah) sebagai sumbu x.

Pola-pola grafik yang terbentuk dijadikan dasar untuk penilaian produktifitas

biologi perairan (Gambar 2). Penilaian pola-pola tersebut dibandingkan antara

stasiun.

Page 38: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

25

Gambar 2. Model grafik suksesi ekosistem Frointer (Frointer, 1985)

Grafik baku terdiri dari 3 stadium dengan karakteristik masing-masing seperti

yang ditunjukkan pada Tabel 6.

Tabel 6. Stadium produktivitas Perairan

Stadium Karakteristik

I Produktivitas biologi rendah, kondisi labil, kompetisi antara jenis tinggi, keanekaragaman rendah dan SR (keberlangsungan hidup organisme)

minium.

II Produktivitas biologi tinggi, kondisi stabil, kompetisi antara jenis rendah, keanekaragaman tinggi dan SR (keberlangsungan hidup organisme)

maksimal.

III Produktivitas biologi menurun, kondisi masih baik, kompetisi antara jenis rendah, keanekaragaman menurun dan SR (keberlangsungan hidup

organisme) sedang.

Page 39: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

26

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi

Kabupaten Mamuju merupakan salah satu kabupaten dari wilayah Provinsi

Sulawesi Barat, yang pada awalnya terdiri dari 16 Kecamatan namun seiring dengan

perkembangan dan aspirasi masyarakatnya maka pada tanggal 14 Desember 2012

resmi dimekarkan menjadi dua kabupaten yaitu Kabupaten Mamuju dan dan

Kabupaten Mamuju Tengah. Jumlah kecamatan di Kabupaten Mamuju tinggal 11

yang terdiri dari 7 kecamatan pesisir dan 3 Kecamatan non-pesisir. Secara

Geografis Kabupaten Mamuju terletak terletak diantara 2o10'48'' – 2o57'35'' Lintang

selatan ; 1150 4'47''- 119051'35'' Bujur Timur, Kabupaten Mamuju merupakan

wilayah dengan potensi kawasan strategis sebagai pengembangan ibukota

kabupaten untuk Provinsi Sulawesi Barat dengan luas wilayah 8.014,06 km2 dan

secara administratif berbatasan dengan :

Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Mamuju Tengah

Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kab. Majene, Kab. Polmas, Kab. Tana

Toraja (Provinsi Sulawesi Selatan)

Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Luwu Utara (Provinsi

Sulawesi Selatan)

Sebelah Barat : berbatasan Selat Makassar (Provinsi Kalimantan Timur)

Kabupaten ini terdiri atas 11 wilayah kecamatan, 11 Kecamatan dimaksud

adalah Tapalang, Tapalang Barat, Mamuju, Simboro dan Kepulauan Balabalakang,

Kalukku, Papalang, Sampaga, Tommo, Kalumpang, DAN Bonehau. Kecamatan

Kalumpang merupakan Kecamatan terluas dengan luas 1.178,21 km persegi atau

Page 40: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

27

22,19 persen dari seluruh luas wilayah Kabupaten Mamuju. Sedangkan yang terkecil

adalah Kecamatan Sampaga dengan luas 95,94 km Persegi. Di samping itu

kabupaten Mamuju memiliki 17 pulau dan 8 gugus, yang merupakan bagian dari

wilayah Kecamatan Balabalakang. Dari 17 pulau tersebut terdapat 11 pulau yang

berpenghuni dan 6 pulau yang tidak berpenghuni. Di antara 11 Kecamatan di

Kabupaten Mamuju, Ibukota Kecamatan yang letaknya terjauh dari Ibukota

Kabupaten adalah Ibukota Kecamatan Balabalakang

Jumlah penduduk Kabupaten Mamuju sebelum pemekaran pada Desember

2012 adalah adalah 336.973 jiwa. Tingkat kepadatan penduduk sebesar 42

jiwa/km2.Jumlah penduduk laki-laki adalah sebanyak 173.413 dan Perempuan

163.569 jiwa. Dengan laju pertumbuhan penduduk 3,91 % yang relatif tinggi jika

dibandingkan dengan pertumbuhan rata-rata Provinsi Sul-Bar sebesar 2,68 %.

Jumlah rumah tangga berdasarkan data statistik tahun 2012 terhitung 75.754 rumah

tangga atau 4,45 orang per rumah tangga.

Lokasi penelitian berada pada zona subtidal di sekitar daerah perairan pesisir

Mamuju terdiri dari 5 stasiun Kecamatan Tapalang barat, Kecamatan Simboro,

Kecamatan Kalukku, Kecamatan Papalang, Kecamatan Sampaga.

Page 41: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

28

B. Faktor Lingkungan

1. Suhu

Nilai rata-rata suhu yang didapatkan pada Stasiun I yaitu 31.93°C, untuk Stasiun

II didapat nilai suhu 32.50°C, pada Stasiun III nilai suhu yang didapat 30.80°C, pada

Stasiun IV nilai suhu yang didapat 30.15°C, dan nilai yang didapat pada Stasiun

V28.63°C.

Suhu yang diukur pada setiap stasiun penelitian masih berada dalam batas

normal untuk perkembangan makrozoobentos yaitu kisaran antara 28°C -31°C.

Kisaran ini merupakan kisaran yang optimum untuk pertumbuhan makrozoobentos

(Zimmerman 1987) dan suhu yang kritis bagi makrozoobentos berkisar 35°C-40°C

(Hawkes 1978), karena dapat menyebabkan kematian. Pengaruh suhu bagi

kehidupan organisme sangat vital yaitu proses metabolisme.

Page 42: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

29

Gambar 3. Suhu pada setiap stasiun

2. Derajat keasaman (pH)

Nilai rata-rata pH yang diukur pada Stasiun I yaitu 6.80.Pada Stasiun II yaitu

6.63.Pada Stasiun III yaitu 7.58.Pada Stasiun IV yaitu 7.41 dan pada Stasiun

V7.40.Nilai pH yang diperoleh pada setiap stasiun tergolong masih normal untuk

perairan tropis.Selanjutnya Nontji (2005) menyatakan bahwa derajat keasaman (pH)

merupakan suatu parameter yang dapat menentukan produktivitas suatu perairan.

Kisaran pH yang berada antara 7–9 cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan

lamun di perairan.pH di kawasan lamun ikut berpengaruh terhadap keberadaan

makrozoobentos.

Nilai kisaran pH menunjukkan adanya kelimpahan individu dari organisme

makrozoobentos khususnya dari kelas Gastropoda dan Bivalvia, hal ini sesuai

31,93 32,50 30,80 30,15 28,6326,00

27,00

28,00

29,00

30,00

31,00

32,00

33,00

34,00

I II III IV V

Suh

u C

Stasiun

Page 43: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

30

dengan data yang diperoleh di lapangan dimana komunitas makrozoobentos yang

ditemukan pada kedua stasiun penelitian umumnya dari klas Gastropda dan klas

Bivalvia.

Gambar 4. Ph pada setiap stasiun

3. Sedimen

Dari hasil analisi sampel, jenis sedimen yang ditemukan dilokasi penetian dapat

digolongkan kedalam pasir sangat kasar (1mm-2mm), pasir kasar (diameter 0,5mm-

> 2mm), pasir sedang (diameter 0,25mm–0,5mm), dan pasir halus (diameter 0,063

mm-0,25mm). selanjutnya dari data tersebut, diteruskan dengan menggunakan

Software Gradistat untuk mengetahui jenis sedimen yang mendominasi untuk tiap

stasiun penelitian yang disajikan pada Tabel 7

6,80 6,63 7,58 7,41 7,405,80

6,00

6,20

6,40

6,60

6,80

7,00

7,20

7,40

7,60

7,80

I II III IV V

Ph

Stasiun

Page 44: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

31

Tabel 7. Tipe butiran sedimen untuk seluruh stasiun

Stasiun Substasiun Ukuran median (mm) Jenis sedimen

I

I.1 1.13 Pasir sangat kasar

I.2 1.13 Pasir sangat kasar

I.3 1.14 Pasir sangat kasar

II

II.1 0.59 Pasir kasar

II.2 0.61 Pasir kasar

II.3 0.60 Pasir kasar

III

III.1 0.28 Pasir sedang

III.2 0.28 Pasir sedang

III.3 0.29 Pasir sedang

IV

IV.1 0.25 Pasir halus

IV.2 0.30 Pasir sedang

IV.3 0.31 Pasir sedang

V

V.1 0.23 Pasir halus

V.2 0.26 Pasir sedang

V.3 0.25 Pasir sedang

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan software Gradistat jenis

sedimen yang banyak ditemukan di tiap stasiun adalah Tipe pasir sedang yang

ditemukan di 7 substasiun penelitian, dan untuk nilai tertinggi sampai terendah pada

jenis pasir sedang adalah 0,47-0,27 mm. Kemudian sedimen terbesar selanjutnya

ialah pasir sangat kasar, yang diperoleh di 3 substasiun 1-2 mm, dan sedimen

terbesar selanjutnya ialah pasir kasar di 3 substasiun berkisar 0,96-0,54 mm, Lalu

jenis sedimen yang paling sedikit adalah pasir halus 2 substasiun yang berkisar

0,22-0,19 mm.

Page 45: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

32

4. Bahan organik total (BOT) sedimen

Berdasarkan hasil analisis di Laboratorium Oseanografi Kimia untuk

mendapatkan nilai bahan organik total (BOT) sedimen. Nilai BOT sedimen yang

diperoleh pada semua stasiun pengamatan yaitu berkisar antara 6,00 – 29,04%.

Berdasarkan hasil diperoleh, nilai BOT bervariasi pada kelima stasiun pengamatan.

Nilai BOT tertinggi ditemukan pada stasiun I dengan nilai 29,04%, selanjutnya pada

stasiunIII dan II juga didapatkan nilai BOT yang besar secara berurut yaitu 26,12%

dan 23,57%. Menurut Reynold (1971) ketiga stasiun ini tergolong dalam kriteria yang

memiliki kandungan bahan organik yang tinggi yaitu berkisar antara 17-35%.

Kandungan bahan organik yang tinggi pada sedimen, biasanya mengindikasi bahwa

sedimen tersebut kaya akan benthos (Lind, 1979). Terlihat dari banyaknya jenis

makrozoobenthos yang ditemukan pada ketiga stasiun. Beda halnya dengan stasiun

IV dan V memiliki nilai BOT 6,00 dan 6,70% yang menurutReynold (1971) tergolong

rendah dan didapatkan jenis makrozoobentos yang sedikit pada kedua stasiun ini.

Page 46: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

33

Gambar 5. Rata-rata bahan organik total (BOT) sedimen pada tiap-tiap stasiun pengamatan.

C. Distribusi, komposisi jenis dan kelimpahan makrozoobentos

Distribusi makroozobentos pada tiap-tiap Stasiun disajikan pada Tabel 8

Makroozobentos yang paling mendominasi untuk stasiun pengamatan yaitu, kelas

gastropoda sebanyak 31 jenis, kelas bivalvia 4 jenis, kelas brachiopoda 1 jenis dan

hydrophidae 1 jenis.

29,04

23,5726,12

6,70 6,00

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

35,00

I II III IV V

Nila

i BO

T Se

dim

en

(%

)

Stasiun

Page 47: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

34

Tabel.8. Distribusi makrozoobentos pada tiap-tiap stasiun

No Jenis Stasiun

I II III IV V

Gastropoda 1 Atys sp √

2 Bittium sp √

3 Cerithium rostratum √

4 Cerithium sp √ √ √

5 Cancilla sp √

6 Mitra sp √

7 Conus sp √

8 Donax sp √

9 Euplica sp √

10 Gibberulus gibberulus √

11 Hebra corticata √

12 Hebra sp √

13 Nassarius albecens √

14 Nassarius elegantisimus √ √

15 Nassarius gracilis √

16 Nassarius sp √ √ √ √

17 Iniforis sp √

18 Mastonia sp √

19 Myurella sp √ √

20 Notocochlis venustula √

21 Polineces flemingianus √

22 Polinices aurantius √

23 Olivia sp √

24 Pisania sp √

25 Retinella sp √

26 Retusa sp √ √ √

27 Tornatina sp √

28 Rissoina angasi √

29 Trivia sp √

30 Vexillum leucodesma √

31 Vexillum sp √ √ √

Bivalvia

32 Callista sp √

33 Tellina radiata √ √ √

34 Tellina ramies √ √

35 Tellina tokunagai √

Brachiopoda

36 Lingula sp √

Hydrophidae

37 Bintang menular √

Jumlah Jenis 14 14 15 4 4

Page 48: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

35

Berdasarkan tabel distribusi jumlah jenis makrozoobentos terbanyak ditemukan

Pada Stasiun III. Melimpahnya distribusi makrozoobentos Pada Stasiun III yang

ditemukan3kelas dan 15 jenis yang memiliki kondisi ekologi baik sehingga mampu

mendukung kehidupan makrozoobentos. Faktor utama yang mendukung kondisi

tersebut antara lain, substrat berpasir yang stabil, membaiknya kondisi ekologi dan

bahan organik total yang sangat baik pada stasiun tersebut.

Sedangkan untuk pada Stasiun IV dan V yang merupakan stasiun yang paling

sedikit ditemukan jenis makrozoobentos.Faktor sedikitnya jumlah jenis

makrozoobentos pada Stasiun IV karena nilai bahan organik sedikit dan pada

stasiun ini juga dipengaruhi oleh sedimentasi dari muara sungai yang berdekatan

dengan titik pengamatan. Selanjutnya pada stasiun V faktor perairan yang keruh,

tingginya sedimentasi akibat hujan.Semua faktor tersebut menyebabkan substrat

dasar perairan menjadi kurang stabil dan kurang mendukung untuk pertumbuhan

dan penyebaran makrozoobentos.

Distribusi makrozoobentos secara umum didominasi oleh kelas gastropoda.

Dominannya kelas gastropoda karena memiliki kemampuan adaptasi yang cukup

baik terhadap lingkungannya. Pada kelas gastropoda terdapat kulit kedap air yang

berfungsi sebagai pembatas, banyak diantaranya yang bernafas melalui udara dan

memakan plankton atau bahan organik. Dominannya kelas gastropoda menurut

Nybakken (1992), juga disebabkan oleh daya tahan tubuh dan adaptasi cangkang

yang keras dan lebih memungkinkan untuk bertahan hidup dibanding kelas lain.

Gastropoda mempunyai operkulum yang menutup rapat celah cangkang, ketika

Page 49: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

36

pasang turun mereka masuk dalam cangkang lalu menutup celah menggunakan

operkulum sehingga kekurangan air dapat diatasi.

Kelas Bivalvia merupakan kelompok organisme kedua yang paling banyak

ditemukan setelah kelas gastropoda.Karena kelas bivalvia termasuk dalam

kelompok organisme yang dapat hidup pada daerah dengan sedimen mulai dari

lumpur sampai pasir kasar. Kelas Bivalvia masuk dalam kategori organisme

pemakan suspensi dan deposit (Nybakken, 1992).

Berdasarkan hasil penelitian ini ditemukan 37 jenis makrozoobentos yang

tersebar di lima stasiun pengamatan (Gambar 7 a). Makrozoobentos yang

ditemukan terdiri atas 4 kelas yaitu, kelas gastropoda sebanyak 84 jenis, kelas

bivalvia 11 jenis, kelas bracihiopoda 1 jenis dan hydrophidae 1 jenis. Sedangkan

jumlah individu yang ditemukan pada seluruh stasiun (Gambar 7 b), yaitu 81

individu/cm2 dimana gastropoda berjumlah 70Individu/cm2 , bivalvia 9Individu/cm2,

bracihiopoda 1 Individu/cm2, hydrophidae 1 Individu/cm2.

Gambar 6. Komposisi (a) jumlah jenis dan (b) jumlah individu makrozoobentos pada seluruh stasiun

Page 50: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

37

Jumlah makrozoobentos yang ditemukan pada keseluruhan stasiun

pengamatan terdiri atas 4 kelas yakni, gastropoda, bivalvia, branchipoda dan

hydropidae. Pada Stasiun I ditemukan 2 kelas yaitu gastropoda sebanyak 93.10%

atau sama dengan 27 individu dan kelas bivalvia 6.90% dengan 2 individu, Pada

Stasiun II ditemukan 2 kelas yaitu gastropoda sebanyak 81.25 % atau sama dengan

13 individu dan kelas bivalvia 18.75% dengan 3 individu, Pada Stasiun III ditemukan

3 kelas yaitu kelas gastropoda 92.31% atau sama dengan 24 individu, kelas bivalvia

3.85% atau sama dengan 1 individu, kelas brachiopoda 3.85% atau sama dengan 1

individu, Pada Stasiun IV ditemukan 3 kelas yaitu gastropoda 20.00% atau sama

dengan 1 individu, kelas bivalvia 60.00% atau sama dengan 3 individu, kelas

hydrophidae 20.00% atau sama dengan 1 individu sedangkan Pada Stasiun V

ditemukan 1 kelas yaitu kelas gastropoda 100.00 atau sama dengan 5 individu.

Jenis makrozoobentos pada setiap stasiun disajikan pada gambar 8.

Gambar 7. Komposisi jenis makrozoobentos pada setiap stasiun

93,10

81,2592,31

20,00

100,00

6,90

18,75

3,85

60,00

3,85

20,00

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

I II III IV V

Ko

mp

osi

si je

nis

(%

)

Stasiun

Gastropoda Bivalvia Brachiopoda Hydrophidae

Page 51: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

38

Seperti yang terdapat pada Gambar 8 komposisi jenis makrozoobentos pada

Kelas Gastropoda dan Bivalvia merupakan organisme yang paling sering ditemukan

pada setiap stasiun.Dominannya kedua kelas tersebut, selain karena kemampuan

adaptasinya yang tinggi serta ditemukan pada semua jenis substrat dengan relung

makanan yang luas (Ruppert & Barnes, 1994).Pada daerah dasar subtidal, di mana

jenis yang dominan adalah pemakan suspensi dan pemakan deposit, persaingan

biasanya karena tempat makan dalam bentuk detritus atau plankton selalu

melimpah (Nybakken, 1992).

Jumlah jenis makrozoobentos yang ditemukan di stasiun pengamatan

berkisar 6-1 jenis di setiap stasiunnya.Stasiun III merupakan stasiun dengan

kekayaan jenis makrozoobentos tertinggi dengan 6 jenis. Sedangkan kekayaan jenis

makrozoobenthos terendah ditemukan di Stasiun IV dengan 1 jenis (Gambar 9)

Gambar 8 Jumlah jenis makrozoobentos setiap stasiun pengamatan.

6 5 6 1 10

1

2

3

4

5

6

7

I II III IV V

Rat

a-ra

ta ju

mla

h je

nis

Stasiun

abaaa

ba

ba

aa

Page 52: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

39

Hasil analisis ragam menunjukan adanya perbedaan yang nyata terhadap

jumlah jenis antara stasiun penelitian (Gambar 9).Stasiun I dan III merupakan

stasiun yang memiliki jumlah jenis yang tinggi dan berbeda nyata dengan Stasiun IV

dan V yang merupakan stasiun dengan jumlah jenis yang rendah.

Tingginya kekayaan jenis makrozoobentos pada Stasiun I dan III karena

memiliki bahan organik total yang sangat banyak, sedangkan pada stasiun IV yang

merupakan stasiun dengan kekayaan jenis makrozoobentos terendah hanya

ditemukan 1 jenis karena bahan organik total sangat kurang.

Hal tersebut berdampak pada ketersediaan bahan makanan yang dapat

dimanfaatkan oleh organisme bentik. Hasil analisis One-way Anova, menujukkan

bahwa jumlah jenis makrozoobenthos total tidak berbeda nyata antara stasiun

dengan nilai p sebesar 004.

Page 53: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

40

Kemudian untuk nilai kelimpahan yang diperoleh dari seluruh stasiun

pengamatan dengan menggunakan perhitungan nilai kelimpahan kumulatif (Azis,

1998).

Gambar 9 Kelimpahan jenis makrozoobentos pada 5 stasiun pengamatan

Hasil yang didapatkan berdasarkan uji one way anova nilai P <

0.05.Memperlihatkan bahwa, Kelimpahan makrozoobentos disepanjang garis pantai

perairan kab.mamuju pada Stasiun 5 penelitian berbeda nyata (P,<0,05) post hoc

test menunjukkan bahwa Stasiun 1 berbeda nyata dan Stasiun 4 dan 5. Sedangkan

Stasiun 1 terhadap 2 dan 3 tidak berbeda nyata. Stasiun 2 terhadap stasiun 3, 4 dan

5 tidak berbeda nyata (>0,05). Lampiran 3 kelimpahan makrozoobentos lebih tinggi

pada stasiun 1 didapatkan karena adanya bahan organik sedimen yang tinggi,

biasanya mengidikasikan habitat kaya dengan hewan benthos (Lind,1979).Begitu

pula pada Stasiun 4 dan 5, makrozoobentos pada stasiun ini tidak melimpah.Hal ini

diduga kemungkinan erat kaitannya dengan ketersediaan bahan organik yang ada

a

ab

ab

bcbc

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500

I II III IV V

Ke

limp

ahan

(in

d/m

2)

Page 54: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

41

pada lokasi ini. Hasil analisis sampel bahan orgnaik total juga memperlihatkan

bahwa, kandungan bahan organik pada stasiun 4 dan 5 lebih rendah dibandingkan

dengan stasiun lainnya. Hasil penelitian (Lind,1979) juga menduga bahwa

ketersediaan bahan organik serta jenis sedimen mempengaruhi keberadaan

ataupun kelimpahan makrozoobentos pada suatu daerah.

D. Keragaman dan sebaran Makrozoobentos dengan tipe sedimen

Berdasarkan hasil analisis menggunakan Sotfware Gradistat untuk

mengetahui jenis sedimen yang dominan pada ditiap stasiun penelitian dan sedimen

dapat dikelompokkan menjadi 4 jenis sedimen yaitu pasir sangat kasar, pasir kasar,

pasir sedang, dan pasir halus. Pada 15 lokasi titik penelitian,3 substasiun didominasi

oleh jenis pasir sangat kasar,3 substasiun pasir kasar,7 substasiun termasuk pasir

sedang dan 2 substasiun termasuk jenis pasir halus.

Page 55: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

42

1. Sebaran Jumlah individu dan kepadatan Makrozoobentos Menurut Jenis Sedimen

Jumlah individu makrozoobentos yang ditemukan pada pasir kasar, sedang

dan pasir halus di lokasi penelitian disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Jumlah individu makrozoobentos dengan jenis sedimen

Jumlah jenis

Stasiun Jenis Sedimen

Pasir sangat kasar Pasir kasar Pasir sedang Pasir halus

I

I.1 6

I.2 6

I.3 7

II

II.1 5

II.2 7

II.3 2

III

III.1 7

III.2 5

III.3 6

IV

IV.1 1

IV.2 2

IV.3 1

V

V.1 0

V.2 3

V.3 1

Total Individu Makrozoobenthos

19 14 25 1

Total Grab 3 3 7 2

Rata-rata 6.33 4.67 3.57 0.50

StDev 0.58 2.52 2.44 0.71

SE 0.33 1.45 0.92 0.71

Page 56: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

43

Seperti pada tabel yang diatas jumlah jenis makrozoobentos terbanyak

ditemukan pada jenis pasir sedang.Dominannya jenis sedimen tersebut

mengindikasikan bahwa substrat berpasir merupakan habitat yang stabil untuk

makrozoobentos. Pada substrat yang berbentuk pasir terdapat pemakan suspensi

yang lebih melimpah, bahan organik yang melimpah dan dimana pemakan deposit

akan menemukan lebih sedikit makanan serta sukar menggali (Nybakken, 1992). ini

terbukti dari banyak jenis makrozoobentos ditemukan dari kelas gastropoda.

pemakan suspensi dapat membentuk dirinya sendiri karena memiliki kemampuan

untuk menggali sedimen dan menyaring partikel-partikel yang tersuspensi dengan

menggunakan sifon yang terdapat pada bagian tubuh dan menjulurkannya ke

permukaan untuk memperoleh makanan. Bahan organik yang terdeposit diperoleh

dengan cara menggali lubang kemudian menyaring bahan organik tersebut

(Nybakken, 1992).

Page 57: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

44

Nilai kepadatan makrozoobentos pada pasir sangat kasar, pasir kasar, pasir

sedang dan pasir halus di Lokasi penelitian disajikan Tabel 10.

Tabel 10. Jumlah kepadatan makrozoobentos dengan jenis sedimen

Kepadatan

Stasiun

Jenis Sedimen

Pasir sangat kasar

Pasir kasar

Pasir sedang Pasir halus

I

I.1 350.72

I.2 482.24

I.3 438.40

II

II.1 306.88

II.2 306.88

II.3 87.68

III

III.1 569.93

III.2 263.04

III.3 306.88

IV

IV.1 43.84

IV.2 87.68

IV.3 87.68

V

V.1 0.00

V.2 175.36

V.3 43.84

kepadatan (ekor/m2)

1271.37 701.45 1534.41 43.84

Total Grab 3.00 3.00 7.00 2.00

Rata-rata 423.79 233.82 219.20 43.84

StDev 66.97 126.56 182.52 31.00

SE 38.66 73.07 68.99 31.00

Page 58: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

45

Berdasarkan gambar diatas diketahui dari empat jenis pasir (pasir sangat

kasar, pasir kasar, pasir sedang, pasir halus) nilai kepadatan makrozoobentos

tertinggi diperoleh pada pasir sedang dengan nilai kepadatan sebesar 1534,41

ekor/m2 pada 7 substasiun pengamatan rata-rata yaitu 219,20. Kemudian untuk nilai

kepadatan terbesar selanjutnya di peroleh jenis pasir sangat kasar dengan nilai

kepadatan 1271,37 ekor/m2 dari substasiun 3 dari nilai rata-rata 423,79. Kemudian

untuk nilai kepadatan terbesar selanjutnya diperoleh jenis pasir kasar dengan nilai

kepadatan 701,45 ekor/m2 dari 3 substasiun nilai rata-rata 233,82 dannilai

kepadatan yang terendah pada2 substasiun diperoleh dari jenis pasir halus dengan

nilai hanya 43,84 ekor/m2 dengan nilai rata-rata 43,84.

Nilai kepadatan yang tertinggi diperoleh pada stasiun III.1 dan I.2 yang

dimana dari dua substasiun ini memiliki kondisi ekologi yang masih baik.Seperti

pada stasiun III.1 faktor yang mendukung adalah substrat yang masih bagus.

Sedangkan I.2 faktor yang mendukung adalah padang lamunnya masih bagus.

2. Keterkaitan ukuran butiran sedimen dengan nilai kepadatan makrozoobentos, jumlah jenis dan BOT Berdasarkan grafik hubungan antara ukuran besar butir sedimen dengan jumlah

jenis, Menujukkan semakin besar butir sedimen maka semakin tinggi Jumlah jenis

makrozoobentos, menurut Sumich, 1976 bahwa kelimpahan dan distribusi

makrozoobenthos dipengaruhi oleh ukuran partikel dan kandungan bahan organik di

dasar perairan. Untuk lebih jelas mengenai hubungan antara ukuran besar butir

sedimen dengan jumlah jenis dan kepadatan dan dilihat pada gambar 10 dan 11.

Page 59: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

46

Gambar 10. Grafik keterkaitan ukuran sedimen dengan jumlah jenis

Gambar 11. Grafik keterkaitan ukuran sedimen dengan kepadatan makrozoobentos

y = x + 2E-14R² = 0,4668

0

1

2

3

4

5

6

7

8

0 1 2 3 4 5 6 7

Jum

lah

jen

is

Ukuran butiran sedimen (mm)

y = 65,917x - 22,535R² = 0,4272

0,00

100,00

200,00

300,00

400,00

500,00

600,00

0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00

Ke

pad

atan

Mak

rozo

be

nto

s (e

kor/

m2

)

Ukuran butiran sedimen (mm)

Page 60: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

47

Dari grafik diatas dapat dilihat dari hasil analisis linier sederhana menujukkan

hubungan keterkaitan antara parameter ukuran besar butir sedimen dengan jumlah

jenis makrozoobentos menujukkan korelasi (R2) yang sangat rendah yaitu 0,46.

Hasil analisis pada setiap lokasi menujukkan keterkaitan yang ukuran besar butir

sedimen dan kepadatan makrozoobentos yang kuat di tunjukan pada titik 5 dengan

nilai korelasi (R2) 0,42.Hasil analisis menujukkan persamaan antara ukuran butiran

sedimen dan bot sedimen dalamy = 19.74x + 8.216, dengan koefisien regresi liniear

R² = 0.446. Nilai tersebut menujukkan bahwa setiap perubahan nilai ukuran butiran

sedimen akan mempengaruhi perubahan nilai bot sedimen sebesar 44.6% yang

menunjukkan hubungan antara ukuran sedimen dan nilai bot sedimen sedang.

Gambar 12. Grafik hubungan ukuran butiran sedimen dengan niliai bot sedimen.

Bahan organik penting dalam sedimen karena pengaruhnya terhadap

kehidupan di lingkungan sedimen tersebut. Bahan organik memainkan peranan

penting dalam fungsi ekosistemyaitu sebagai sumber bahan makanan dan energi

y = 19,744x + 8,2164R² = 0,4465

0

5

10

15

20

25

30

35

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2

nila

i bo

t se

dim

en

(%

)

ukuran butir sedimen (mm)

Page 61: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

48

bagi organisme. Nilai bahan organik tersebut cukup untuk pengaruh populasi

organisme dasar. Kandungan bahan organik yang tinggi pada sedimen,

mengindikasikan bahwa habitat tersebut kaya akan hewan bentos (Lind, 1979).

E. Indeks Keanekaragaman (H’), Keseragaman (E) dan Dominansi (C)

Nilai Indeks ekologi (Indeks Keanekaragaman H’, Keseragaman E dan

Dominansi C) secara umum untuk semua stasiun pengamatan disajikan dalam

bentuk grafik dibawah ini :

Gambar 13. Indeks ekologi pada setiap stasiun (indeks keanekaragaman,

keseragaman, dan dominansi)

Nilai indeks keanekaragaman, indeks keseragaman dan dominansi secara

umum (Gambar 11) menunjukkan bahwa pada berapa stasiun pengamatan

ditemukan nilai indeks ekologi yang bervariasi mulai dari nilai tertinggi maupun nilai

yang terkecil.Untuk nilai indeks keanekaragaman yang tertinggi pada stasiun

I.Iberkisaran 1.73.Berdasarkan katagori indeks Kenakeragaman, ini tergolong tinggi.

Menurut (Odum, 1971) keanekaragaman tinggi, penyebaran jumlah individu tiap

0,00

0,20

0,40

0,60

0,80

1,00

1,20

1,40

1,60

1,80

2,00

I II III IV V

Nila

i In

de

ks e

kolo

gi

Stasiun

H

E

C

Page 62: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

49

spesies/genera tinggi, kestabilan komunitas tinggi dan perairannya masih belum

tercemar mengindikasi bahwa lingkungan tersebut masih baik.

Untuk indeks keseragaman stasiun I di dapatkan nilai indeks keseragaman

dengan nilai yaitu 0.90, untuk stasiun II nilai indeks keseragaman 0.98, untuk stasiun

III nilai indeks keseragaman yaitu 0.93, untuk stasiun IV nilai indeks 0.96 dan untuk

stasiun V nilai indeks 0.96. Ini mengindikasikan bahwa komunitas tersebut tergolong

stabil.Tinggi nilai indeks keseragaman untuk tiap-tiap stasiun menandakan, selain

jenis yang ditemukan tinggi, jumlah kelimpahan individunya merata atau tidak ada

jenis makrozoobentos yang mendominasi.Komunitas yang stabil menandakan

ekosistem tersebut mempunyai keanekaragamn yang tinggi, tidak ada jenis yang

dominan serta pembagian jumlah individu merata (Odum, 1971).

Untuk indeks dominansi stasiun I didapatkan dengan nilai 0.12, stasiun II

didapatkan dengan nilai 0.08, stasiun III didapatkan dengan nilai 0.11, stasiun IV

didapatkan dengan nilai 0.28 dan stasiun V didapatkan dengan nilai 0.28.

berdasarkan katagori indeks dominasi (Odum, 1971) nilai yang diperoleh setiap

stasiun tergolong rendah. Secara keseluruhan pada stasiun penelitian nilai indeks

dominansinya rendah.Dominansi jenis yang rendah pada komunitas

makrozoobenthos menandakan ekosistem tersebut mempunyai keseragaman yang

merata.

Page 63: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

50

F. Tingkat Produktifitas Perairan

Penilaian tingkat produktivitas perairan dianalisis berdasarkan grafik Frontier,

berupa persentase kelimpahan relatif jenis-jenis bentos menurut rankingnya. Bentuk

grafik yang dihasilkan pada setiap stasiun sajikan pada Gambar 12 berikut.

Gambar 14 Tingkat Produktivitas Perairan

Berdasarkan pola grafik pada Gambar 14 menunjukan bahwa, untuk stasiun

I,II dan III telah berada pada Stadium III, yaitu suatu stadium yang mengindikasikan

bahwa ekosistem masih dalam kondisi baik, namun pruduktifitas biologi dan

keanekaragamannya sudah menurun dengan kompetisi antara jenis tergolong

rendah (Frointier,1985). Stadium ini dapat diartikan bahwa, dari 3 stasiun (I,II dan II).

Ekosistem sudah terganggu dari aktivitas masyarakat setempat dan telah memberi

pengaruh terhadap lingkungan disekitarnya.

0

20

40

60

80

100

120

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Stasiun I

Stasiun II

Stasiun III

Stasiun IV

Stasiun V

Page 64: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

51

Tabel 15. Stadium produktifitas perairan pada tiap stasiun

Stasiun Stadium Karakteristik

IV dan V I

Produktivitas biologi rendah, kondisi labil, kompetisi antara jenistinggi, keanekaragaman rendah dan SR (keberlangsungan hidup organisme) minium.

II

Produktivitas biologi tinggi, kondisi stabil, kompetisi antara jenis rendah, keanekaragamantinggi dan SR (keberlangsungan hidup organisme) maksimal.

I,II dan III

III

Produktivitas biologi menurun, kondisi masih baik, kom-petisi antara jenis rendah, keanekaragaman menurun dan SR (keberlangsungan hidup organisme) sedang.

Sedangkan pada tabelstasiun IV dan V. grafiknya memperlihatkan bahwa

ekosistem sudah berada dalam stadium I. Stadium I yang artinya suatu kondisi

dengan produktivitas biologi yang rendah dengan kondisi yang labil,

keanekaragaman yang rendah dengan kompetisi antara jenis yang tinggi (Frontier,

1985).Stadium ini menegaskan bahwa pada stasiun IV dan V ekosistemnya sudah

terganggu dengan kondisi yang labil. Ke tidak stabilan pada stasiun tersebut karena

pengaruh sedimentasi dari muara.

Page 65: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

52

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini diperolehkesimpulan:

1. Makroozobentos yang paling mendominasi untuk stasiun pengamatan yaitu,

kelas gastropoda sebanyak 31 jenis, kelas bivalvia 4 jenis, kelas brachiopoda

1 jenis dan hydrophidae 1 jenis.

2. Indeks Ekologi Makrozoobentos di perairan Kabupaten Mamujubervariasi.

3. Terdapat keterkaitan sebaran makrozoobentos dengan ukuran butiran

sedimen, yaitu jumlah jenis makrozoobentos ditemukan tinggi pada pasir

sedang.

4. Produktifivitas biologi distasiun IV dan V sudah rendah sedangkan stasiun

I,II,III. Produktivitas biologi sudah menurun meskipun kondisinya sudah baik.

B. Saran

Demi menjaga kelestarian alam diharapkan kesadaran lebih awal akan

kepedulian terhadap lingkungan demi keberlangsungan makhluk hidup dan

makrozoobentos pada khususnya. Mencegah lebih baik dari pada mengobati.

Page 66: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

53

DAFTAR PUSTAKA

Aziz K.A., 1989. Teknik Penarikan Contoh Populasi Biologis (Bahan Pengajaran)

Depdikbud, Dirjen Dikti, PAU-Ilmu Hayat. IPB Bogor. 156 hal.

Barus, T.A. 1996. MetodologiEkologis Untuk Menilai Kualitas Perairan Lotik.Jurusan

biologi.FMIPA.USU.

Bengen, D.R., Widodo dan S. Haryadi., 1995. Tipologi Fungsional Komunitas Makrozoobentos Sebagai Indikator Perairan Pesisir Muara Jaya, bekasi. Laporan penelitian. Lembaga Penelitian IPB. Bogor

Brower,J.E.J.H. Zar. C.N van Ende., 1990. Field and Laboratory Methods for General Ecology.Third edition.WMC.Brown ublisher, Dubuque, Indiana. USA.

Dharma, B. 1988. Siput dan Kerang Indonesia. PT Sarana Graha. Jakarta.

Frontier S. 1985.Diversity and Structure in Aquatic Ecosystems.Oceanogr. Mar. Biol.

Ann. Rev. 23: 253-312

Hawkes, H. A., 1978 River Zonation and Classification in River Ecology, ed. By. B.

A. Whitten. Blackwell Scientific Publication. Oxford.

Hutabarat dan Evans., 1985. Pengantar Oseanografi. UI Press. Jakarta

Jordan, C.F. 1985. Canges in Nutrient Cycles due to Disturbance. Nutrient Cycling in Tropical Forest Ecosystem: Principles and Their Application in Management and Conservation. John Willey and Sons. New York.

Knox, G. A., 1986. Estuarine Ecosistem and System Aproach. Vol I CRC. Press Inc. Bacaration. Florida.

Lind, L. T., 1979. Hand Book of Common Method in Lymnology. Second Edition.The

C. V. Mosby Company St. Louis. Toronto. London.

Nontji, Anugerah., 2005. Laut Nusantara. Cetakan Keempat. Djambatan. Jakarta.

Nybakken, J. W. 1988. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. Penerjemah:

H.Muhammad Eidman. PT Gramedia Pustaka, Jakarta.

Page 67: PENILAIAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DENGAN …ii ABSTRAK Muh. Takbir Dg. Sijaya (L111 09 281) Penilaian Produktivitas Perairan dengan Menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator di Perairan

54

Odum, E. P., & Srigandono, B. (1993).Dasar-dasar ekologi.Gadjah Mada

University Press.

Reynold, S. C. 1971. A Manual of Introductory Soil Science and Simple Soil Analysis

Methods. South Pasific,Nouena New Caledonia

Ruppert, E.E, R.D. Barnes. 1994. Invertebrate Zoology. Saunders College Publishing.

Sastrawijaya, A. T., 2000. Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta, Jakarta.

Siregar, B. P., 1997. Struktur Sebaran Spasial dan Asosiasi Komunitas

Makrozoobentos pada Ekosistem Padang Lamun di Perairan Teluk Banten,

Jawa Barat. Fakultas Perikanan. IPB. Bogor.

Soepardi. 1986. Sifat dan Ciri Tanah. Modul Pembelajaran. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sudarja, Y., 1987. Komposisi Kelimpahan dan Penyebaran mangrove dari Hulu ke

Hilir Berdasarkan Gradien Kedalaman di Situ Lentik, Dermaga.Kab Bogor.

Karya Ilmiah. Fakultas Perikanan. IPB. Bogor.

Suriawiria, U. 1996. Mikrobiologi Air dan Dasar-Dasar Pengolahan

AirBuangan Secara Biologis, Penerbit Alumni, Bandung.

Sumich J,1976. An Introduction to the Biology of Marine Life Library of Congress

Catalog.Number : 91-71936 America

Ukkas, M. 2009. Kajian Aspek Bioekologi Vegetasi Mangrove Alami dan Hasil Rehabilitasi di Kecamatan Keera Kab Wajo Sulawesi Selatan.Hibah Penelitian. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Wardoyo, S.T.H. 1989. Kriteria Kualitas Air untuk Pertanian dan

Perikanan.Makalah pada Seminar Pengendalian Pencemaran Air. Dirjen

Pengairan Departemen Pekerjaan Umum. Bandung.

Zimmerman RC, Smith RD, Alberte RS. 1987. Is Growth of the Eelgrass Nitrogen

Limiteda Numerical Simulation of Effect of Light and Nitrogen on the Growth Dynamics of Zostera marina. Marine Ecology Progress Series 41:167-176.